Anda di halaman 1dari 15

BUPATI BOGOR

Cibinong, Agustus 2017


Kepada
Yth. Kepala Desa Se-KabupatenBogor
di
Tempat

SURAT EDARAN
Nomor : / -DPMD

TENTANG

INFORMASI PAGU INDIKATIF DESA TAHUN 2018

A. PENDAHULUAN

Keberadaan Desa dalam ketatanegaraan Republik Indonesia perlu dilindungi dan


diberdayakan agar menjadi kuat, maju, mandiri, dan demokratis sehingga dapat menjadi
landasan yang kuat dalam mendukung penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan
menuju masyarakat yang adil, makmur, dan sejahtera. Salah satu wujud komitmen negara
terhadap desa adalah dengan menerbitkan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang
Desa yang memberikan kesempatan besar kepada desa untuk meningkatkan kesejahteran
dan kualitas hidup masyarakat desa. Kesempatan ini ditandai dengan adanya penyerahan
kewenangan dalam merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi pelaksanaan
pembangunan ditingkat desa. Lebih dari itu, masyarakat desapun diberi kesempatan untuk
dapat terjun langsung dalam kegiatan perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan
evaluasi terhadap pembangunan di desanya dengan harapan masyarakat semakin
menyadari bahwa pembangunan desa adalah tanggungjawab bersama.

Adanya perubahan paradigma dalam tatanan bernegara yang melibatkan desa


sebagai wilayah yang memiliki kewenangan besar memberikan penekanan bahwa
pembangunan desa harus bersinergi dengan arah pembangunan pemerintah, pemerintah
provinsi dan pemerintah kabupaten/kota, terutama sejak ditetapkannya sejumlah
kewenangan desa yang beririsan dengan kewenangan Pemerintah Daerah dan tercantum
dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. Sinergi ini
diimplementasikan salah satunya melalui proses penyusunan perencanaan pembangunan
desa yang meliputi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDes) dan Rencana
Kerja Pemerintah Desa (RKPDes).
Perencanaan pembangunan desa adalah proses tahapan kegiatan yang
diselenggarakan oleh Pemerintah Desa dengan melibatkan Badan Permusyawaratan Desa
dan unsur masyarakat secara partisipatif guna pemanfaatan dan pengalokasian sumber
daya desa dalam rangka mencapai tujuan pembangunan. Berdasarkan ketentuan pasal
102 Ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, sebagaimana telah diubah menjadi
Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 tentang perubahan atas Peraturan
Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, Bupati menginformasikan rencana Alokasi Dana Desa,
Bagian Hasil Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dan Dana Desa yang bersumber dari APBN
untuk desa, serta Bantuan Keuangan yang bersumber dari Anggaran Pendapat dan Belanja
Daerah Provinsi dan Kabupaten. Selanjutnya, pada ayat (3) di sebutkan bahwa Bupati
menyampaikan informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) kepada Kepala Desa dalam
jangka waktu 10 (sepuluh) hari setelah Kebijakan Umum Anggaran dan Prioritas serta
Plafon Anggaran Sementara (KUA-PPAS) disepakati Kepala Daerah bersama Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah.

Selanjutnya dalam Permendagri Nomor 114 Tahun 2014 tentang Pedoman


Pembangunan Desa, Kepala Desa dalam proses penyusunan RKPDes mendapatkan data
dan informasi mengenai Pagu Indikatif Desa dan rencana program/kegiatan pemerintah,
pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah kabupaten yang masuk ke desa. Dalam
konteks penyusunan RKPDes, pagu indikatif merupakan perkiraan jumlah anggaran yang
dibutuhkan dalam penyusunan perencanaan bidang penyelenggaraan pemerintahan desa,
pelaksanaan pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan dan pemberdayaan
masyarakat.

B. DASAR HUKUM

1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;


2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara;
3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional;
4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana
telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah;
5. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah
Pusat dan Daerah;
6. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 Tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang (RPJP) Nasional Tahun 2005-2025;
7. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak dan Retribusi Daerah;
8. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa;
9. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah;
10. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan;
11. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan
Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan;
12. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2017 tentang Perangkat Daerah;
13. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi
Penyelenggaraan Pemerintah Daerah;
14. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi dan Tugas
Pembantuan;
15. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara
Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan
Daerah;
16. Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2011 tentang Pinjaman Daerah;
17. Peraturan Pemerintaha Nomor 2 Tahun 2012 tentang Hibah Daerah;
18. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan
Undang-Undang desa sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 47 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 43
Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksananaan Undang-Undang desa;
19. Pemerintah Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa yang Bersumber
dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara sebagaimana telah diubah kedua kali
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua Atas
Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa yang Bersumber
dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;
20. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Menteri dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan
Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 tahun 2006 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;
21. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan
Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara
Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan
Daerah;
22. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman
Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah;
23. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 33 Tahun 2017 tentang Pedoman
Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2018;
24. Peraturan Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Nomor 22
Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Peraturan Kepala Lembaga Kebijakan
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Nomor 13 Tahun 2013 tentang Pedoman Tata
Cara Pengadaan Barang/Jasa di Desa;
25. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 9 Tahun 2008 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 24 Tahun 2010 Tentang Perubahan Atas
Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 9 Tahun 2008 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2005-
2025;
26. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 25 Tahun 2013 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018;
27. Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 54 Tahun 2015 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Bogor Tahun 2005-2025;
28. Peraturan Daerah Kabupaten Bogor Nomor 27 Tahun 2008 Tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Bogor Tahun 2005-2025;
29. Peraturan Daerah Kabupaten Bogor Nomor 8 Tahun 2009 Tentang Pokok-pokok
Pengelolaan Keuangan Daerah;
30. Peraturan Daerah Kabupaten Bogor Nomor 5 Tahun 2015 Tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Bogor Tahun 2013-2018;
31. Peraturan Daerah Kabupaten Bogor Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa;
32. Peraturan Bupati Bogor Nomor 35 Tahun 2017 tentang Rencana Kerja Pemerintah
Daerah Kabupaten Bogor Tahun 2018;
33. Nota Kesepakatan antara Pemeritah Kabupaten Bogor dengan Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah Kabupaten Bogor Nomor 119/135/KB/KS/VII/2017 tanggal 31 Juli
903/01/KSP-DPRD/2017
2017 tentang Kebijakan Umum Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Kabupaten Bogor Tahun Anggaran 2018;
34. Nota Kesepakatan antara Pemeritah Kabupaten Bogor dengan Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah Kabupaten Bogor Nomor 119/136/KB/KS/VII/2017 tanggal 31 Juli
903/02/KSP-DPRD/2017
2017 tentang Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara Kabupaten Bogor Tahun
Anggaran 2018;

C. TEMA, PRIORITAS DAN FOKUS PEMBANGUNAN KABUPATEN BOGOR TAHUN 2018 SERTA
RINCIAN KEWENANGAN DESA

Dalam rangka mewujudkan visi Kabupaten Bogor Tahun 2013-2018 yakni Kabupaten
Bogor Menjadi Kabupaten Termaju diIndonesia, desa dipandang sebagai lokus utama yang
menjadi tumpuan terwujudnya visi tersebut. Adanya kewenangan desa mengharuskan
pemerintah desa dan masyarakat berupaya mewujudkan visi tersebut dalam pembangunan
tingkat desa, baik dalam hal perencanaan, pelaksanaan, maupun evaluasi pembangunan.
Hal ini penting, karena dalam pelaksanaan kewenangan desa, prinsip swakelola desa, asas
gotong-royong masyarakat, dan prinsip musyawarah dalam perencanaan, pelaksanaaan,
dan evaluasi pembangunan menjadi inti dari seluruh pelaksanaan desa membangun.

Disamping itu, dalam rangka mendukung tercapainya visi Pemerintah Kabupaten


Bogor, dalam dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah
Kabupaten Bogor Tahun 2013-2018 telah ditetapkan 25 (dua puluh lima) penciri termaju
Kabupaten Bogor yaitu:

1. Seluruh RSUD dan Puskesmas terakreditasi;


2. Seluruh masyarakat memiliki jaminan kesehatan;
3. Angka Harapan Hidup (AHH) termasuk tertinggi di Indonesia;
4. Tuntas Angka Melek Huruf (AMH) bagi penduduk berusia 15-60 tahun;
5. Tuntasnya pembangunan stadion olahraga berskala internasional;
6. Penduduk miskin turun menjadi 7 sampai 5 persen;
7. Tercapainya rata-rata lama sekolah (RLS) 9 tahun;
8. Pelayanan penyediaan listrik perdesaan tertinggi di Indonesia;
9. Kunjungan wisatawan termasuk tertinggi di Indonesia;
10. Pelayanan perijinan berstandar ISO;
11. Laju pertumbuhan ekonomi melebihi laju pertumbuhan ekonomi Provinsi dan
Nasional;
12. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) harga berlaku termasuk tertinggi di
Indonesia;
13. Produksi benih ikan konsumsi air tawar termasuk terbanyak di Indonesia;
14. Terbangunnya pasar di setiap Kecamatan;
15. Tercapainya swasembada benih padi unggul bersertifikat;
16. Bebas Rumah Tidak Layak Huni (RLTH);
17. Terbangunnya poros Barat-Utara-Timur dan infrastruktur yang mantap;
18. Mendorong terbangunnya Cibinong Raya sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW);
19. Seluruh masyarakat mempunyai KTP-el;
20. Pendapatan Asli Daerah (PAD) termasuk tertinggi di Indonesia;
21. Mencapai predikat Wajar Tanpa Pengecualian (WTP);
22. Terbangunnya sistem informasi manajemen pemerintah daerah;
23. Tersedianya layanan pengaduan masyarakat diseluruh OPD dan Desa;
24. Tidak ada daerah terisolir;
25. Terbangunnya masjid besar disetiap Kecamatan.

Perencanaan pembangunan Tahun 2018 di Kabupaten Bogor mengusung tema


“Peningkatan Kesejahteraan Sosial, Tata Kelola Pemerintahan dan Pelayanan Publik
dalam Mewujudkan Kabupaten Bogor Menjadi Kabupaten Termaju di Indonesia ” dengan
agenda pencapaian 5 (lima) prioritas, yaitu :

1. Menuntaskan pencapaian target penciri termaju Kabupaten Bogor dengan fokus:


a. Penuntasan akreditasi puskesmas;
b. Penuntasan keikutsertaan jaminan kesehatan bagi penduduk Kabupaten Bogor;
c. Pencapaian target penurunan persentase penduduk miskin;
d. Pencapaian target rata-rata lama sekolah sesuai kewenangan daerah;
e. Pencapaian pemenuhan satu kecamatan satu pasar;
f. Pencapaian target kepemilikan e-KTP bagi seluruh penduduk Kabupaten Bogor
yang telah memenuhi ketentuan;
g. Penuntasan pembukaan daerah terisolir;
h. Penuntasan terbangunnya mesjid besar di setiap kecamatan;
i. Pencapaian target AHH sesuai kewenangan daerah;
j. Penuntasan bebas rumah tidak layak huni.

2. Meningkatkan pelayanan kesejahteraan sosial dengan fokus:


a. Peningkatan kualitas dan kuantitas layanan pendidikan;
b. Peningkatan kualitas pelayanan dan penyediaan sarana prasarana kesehatan;
c. Peningkatan pelayanan sosial dan penanganan kebencanaan;
d. Peningkatan peran serta kepemudaan dan olahraga.

3. Meningkatkan pelayanan publik dan penataan administrasi dengan fokus:


a. Peningkatan kinerja manajemen dan tertib administrasi perangkat daerah;
b. Peningkatan peran penyelenggaraan kewilayahan.

4. Meningkatkan penyediaan sarana dan prasarana wilayah dengan fokus:


a. Peningkatan infrastruktur dalam rangka pengembangan wilayah;
b. Peningkatan infrastruktur dalam rangka pengembangan sektor-sektor unggulan
daerah;
c. Peningkatan sarana dan prasarana ruang publik dan pemukiman.

5. Meningkatkan daya saing perekonomian dengan fokus:


a. Peningkatan ketahanan pangan melalui peningkatan distribusi dan konsumsi;
b. Peningkatan produksi dan mutu hasil produksi pertanian dan perikanan yang
berorientasi agribisnis;
c. Peningkatan daya saing koperasi dan Usaha Mikro Kecil (UMK);
d. Pengembangan destinasi wisata dan kawasan strategis pariwisata;
e. Peningkatan investasi dan perluasan lapangan kerja;
f. Peningkatan peran industri dan perdagangan dalam perekonomian daerah.
Dua puluh lima penciri termaju Kabupaten Bogor, tema, prioritas dan fokus
pembangunan Kabupaten Bogor tahun 2018 idealnya menjadi pedoman pemerintah desa
dalam proses penyusunan perencanaan pembangunan di desa dengan melahirkan program
dan kegiatan yang menjadi kewenangan desa yang meliputi bidang penyelenggaraan
pemerintahan desa, pelaksanaan pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan desa,
dan pemberdayaan masyarakat desa berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan
adat istiadat desa. Adapun rincian kewenangan yang dapat dilaksanakan oleh desa dan
tercantum dalam Aplikasi Siskeudes meliputi:

1. Bidang Penyelenggaraan Pemerintahan Desa


a. Kegiatan penghasilan tetap dan tunjangan kepala Desa, Perangkat Desa dan BPD;
b. Kegiatan operasional pemerintah desa;
c. Kegiatan operasional BPD;
d. Kegiatan operasional / Insentif RT /RW;
e. Kegiatan pemilihan kepala desa;
f. Kegiatan pembentukan BPD;
g. Kegiatan penetapan struktur organisasi pemerintah desa dan perangkat desa;
h. Kegiatan penetapan dan penegasan batas desa;
i. Kegiatan pengembangan sistem administrasi dan informasi desa;
j. Kegiatan penyusunan dan pengembangan tata ruang Desa dan peta sosial desa;
k. Kegiatan Pendataan desa;
l. Kegiatan penyusunan dan penetapan peraturan di Desa;
m. Kegiatan penyelenggaraan musyawarah Desa;
n. Kegiatan penyelenggaraan perencanaan pembangunan desa;
o. Kegiatan penyelenggaraan evaluasi tingkat perkembangan pemerintah desa;
p. Kegiatan penyusunan laporan penyelenggaraan pemerintahan;
q. Kegiatan pembangunan pemeliharaan kantor desa;
r. Kegiatan pengelolaan aset desa;
s. Kegiatan pengelolaan tanah pemakaman dan petilasan;
t. Kegiatan penyelenggaraan kerjasama antar desa atau desa dengan pihak ketiga;
u. Kegiatan pengelolaan arsip desa;
v. Kegiatan lain sesuai kondisi desa;

2. Bidang Pelaksanaan Pembangunan Desa


a. Kegiatan pembangunan jalan desa;
b. Kegiatan pembangunan jalan pemukiman atau jalan lingkungan;
c. Kegiatan pembangunan jalan desa antar pemukiman ke wilayah pertanian atau
jalan usaha tani;
d. Kegiatan pembagunan jembatan berskala desa;
e. Kegiatan pembagunan tembok penahan tanah (TPT) untuk pengamanan sarana
dan perasarana desa;
f. Kegiatan pembangunan drainase jalan desa;
g. Kegiatan pembangunan sumur resapan;
h. Kegiatan pembagunan pembangkit listrik tenaga mikrohidro;
I. Kegiatan pembagunan irigasi tersier/irigasi usaha tani/irigasi perdesaan;
i. Kegiatan lingkungan pemukiman masyarakat desa termasuk rehabilitasi rumah
tidak layak huni;
j. Kegiatan embung desa;
k. Kegiatan energi baru dan terbarukan;
l. Kegiatan pembangunan rumah ibadah;
m. Kegiatan taman desa;
n. Kegiatan saluran untuk budidaya perikanan;
o. Kegiatan pelayanan kesehatan desa seperti poslindes/poskesdes;
p. Kegiatan pengembangan tenaga kesehatan desa;
q. Kegiatan pengelolaan dan pembinaan Posyandu;
r. Kegiatan pembinaan dan pengawasan upaya kesehatan tradisional;
s. Kegiatan sarana air bersih berskala desa;
t. Kegiatan pembagunan MCK komunal;
u. Kegiatan pembangunan septictank komunal;
v. Kegiatan pembangunan jamban keluarga;
w. Kegiatan pengelolaan sampah swadaya;
x. Kegiatan sarana dan prasarana kesehatan lainya sesuai kondisi desa;
y. Kegiatan taman bacaan masyarakat;
z. Kegiatan perpustakaan desa;
aa. Kegiatan sanggar belajar;
bb. Kegiatan kelompok-kelompok belajar;
cc. Kegiatan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD);
dd. Kegiatan balai pelatihan/kegiatan belajar masyarakat;
ee. Kegiatan pengembangan dan pembinaan sanggar seni/budaya;
ff. Kegiatan sarana dan prasarana pendidikan pelatihan lainnya sesuai kondisi desa;
gg. Kegiatan pembangunan pasar desa dan kios desa;
hh. Kegiatan pembangunan tempat pelelangan ikan;
ii. Kegiatan pembangunan usaha mikro berbasis desa;
jj. Kegiatan pendayagunaan keuangan mikro berbasis desa;
kk. Kegiatan keramba jaring apung dan bagan ikan;
ll. Kegiatan lumbung pangan;
mm. Kegiatan pengendalian serangan organisme penyakit tanaman;
nn. Kegiatan pengembangan benih lokal desa;
oo. Kegiatan pengembangan ternak secara kolektif;
pp. Kegiatan pengelolaan energi mandiri;
qq. Kegiatan BUMDesa;
rr. Kegiatan pembibitan tanaman pangan;
ss. Kegiatan penggilingan padi berskala kecil;
tt. Kegiatan pembukaan lahan pertanian;
uu. Kegiatan pengembangan wisata desa;
vv. Kegiatan pengelolaan balai benih ikan berskala desa;
ww. Kegiatan mesin pakan ternak;
xx. Kegiatan instalasi biogas;
yy. Kegiatan pengembangan teknologi tepat guna pengolahan hasil pertanian dan
perikanan;
zz. Kegiatan pemeliharaan sarana dan prasarana produksi di desa;
aaa. Kegiatan sarana dan prasarana ekonomi lainnya sesuai kondisi desa;
bbb. Kegiatan penghijauan;
ccc. Kegiatan pembuatan terasering;
ddd. Kegiatan pengelolaan usaha hutan desa;
eee. Kegiatan perlindungan mata air;
fff. Kegiatan pembersihan daerah aliran sungai;
ggg. kegiatan lain sesuai kondisi desa;

3. Bidang Pembinaan Kemasyarakatan


a. kegiatan penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban;
b. kegiatan pengadaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana olahraga;
c. kegiatan pemberian santunan sosial kepada anak yatim dan fakir miskin;
d. kegiatan fasilitasi terhadap kelompok-kelompok rentan,kelompok masyarakat;
e. kegiatan pembinaan kerukunan umat beragama;
f. kegiatan pembinaan lembaga adat;
g. kegiatan Peringatan Hari Besar Nasional/Daerah (PHBN/PHBD);
h. kegiatan peringatan hari besar keagamaan;
i. kegiatan pembinaan kesenian & sosial budaya masyarakat;
j. kegiatan pemantauan dan pencegahan penyalahgunaan narkotika dan zat adiktif;
k. kegiatan pembinaan lembaga kemasyarakatan (LPM, Posyandu, Karang Taruna,
PKK desa, dan lembaga kemasyarakatan lainnya);

4. Bidang Pemberdayaan Masyarakat


a. kegiatan fasilitasi paralegal;
b. kegiatan pelatihan/peningkatan kapasitas bagi kepala desa dan perangkat desa;
c. kegiatan pelatihan usah ekonomi, petanian, perikanan dan perdagangan;
d. kegiatan kegiatan pelatihan teknologi tepat gua;
e. kegiatan kegiatan pelatihan/peningkatan kapasitas masyarakat;
f. kegiatan pelatihan peningkatan kapasitas lembaga kemasyarakatan;
g. kegiatan lain sesuai dengan kondisi desa;

5. Bidang tak terduga


a. kegiatan keadaan luar biasa (KLB);
b. kegiatan kebencanaan.

Pelaksanaan kewenangan desa diharapkan dapat mendukung tercapainya seluruh


Program Daerah Tahun 2018. Untuk memperkuat hal tersebut, kecamatan memiliki posisi
strategis dan berperan penting dalam pembinaan dan pengawasan terhadap seluruh
pelaksanaan pembangunan di desa. Kemajuan pembangunan desa dalam hal perencanaan,
serta terlaksananya seluruh agenda pembangunan didesa sangat bertumpu pada kualitas
pembinaan, pengendalian dan pengawasan kecamatan, karena kecamatan merupakan
jembatan penghubung antara desa dengan pemerintah Kabupaten Bogor. Kecamatan dapat
dijadikan tempat bagi desa untuk berkonsultasi dan berkoordinasi dalam rangka
pendampingan seluruh agenda pembangunan di desa, sehingga terwujud sinkronisasi
pembangunan antara desa dengan Kabupaten Bogor untuk mendukung terwujudnya visi
Kabupaten Bogor menjadi kabupaten termaju di Indonesia.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan


Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, Camat melakukan tugas
pembinaan dan pengawasan Desa melalui:
a. fasilitasi penyusunan peraturan Desa dan peraturan kepala Desa;
b. fasilitasi administrasi tata Pemerintahan Desa;
c. fasilitasi pengelolaan keuangan Desa dan pendayagunaan aset Desa;
d. fasilitasi penerapan dan penegakan peraturan perundang-undangan;
e. fasilitasi pelaksanaan tugas kepala Desa dan perangkat Desa;
f. fasilitasi pelaksanaan pemilihan kepala Desa;
g. fasilitasi pelaksanaan tugas dan fungsi Badan Permusyawaratan Desa;
h. rekomendasi pengangkatan dan pemberhentian perangkat Desa;
i. fasilitasi sinkronisasi perencanaan pembangunan daerah dengan pembangunan
Desa;
j. fasilitasi penetapan lokasi pembangunan kawasan perdesaan;
k. fasilitasi penyelenggaraan ketenteraman dan ketertiban umum;
l. fasilitasi pelaksanaan tugas, fungsi, dan kewajiban lembaga kemasyarakatan;
m. fasilitasi penyusunan perencanaan pembangunan partisipatif;
n. fasilitasi kerja sama antar-Desa dan kerja sama Desa dengan pihak ketiga;
o. fasilitasi penataan, pemanfaatan, dan pendayagunaan ruang Desa serta penetapan
dan penegasan batas Desa;
p. fasilitasi penyusunan program dan pelaksanaan pemberdayaan masyarakat Desa;
q. koordinasi pendampingan Desa di wilayahnya; dan
r. koordinasi pelaksanaan pembangunan kawasan perdesaan di wilayahnya.

D. PAGU INDIKATIF UNTUK DESA TAHUN 2018

Pelaksanaan desa membangun yang mengedepankan kemandirian dan prakarsa


masyarakat desa, dibutuhkan ketersediaan sumberdaya, baik alam, manusia maupun dana.
Pendanaan pembangunan desa dapat dibiayai dari pendapatan asli desa, dana transfer dan
pendapatan lain-lain yang sah. Khusus dana transfer antara lain berupa Alokasi Dana Desa
(ADD), Bagian Hasil Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (BHPRD), Dana Desa (DD) dan
Bantuan Keuangan (Bankeu), seluruh anggaran tersebut diharapkan dapat mendukung desa
dalam melaksanakan kewenangannya di tahun 2018.

Total pagu indikatif alokasi anggaran tahun 2018 untuk Desa di Kabupaten Bogor
direncanakan sebesar Rp. 904.019.398.166,- (Sembilan ratus empat miliar sembilan belas
juta tiga ratus sembilan puluh delapan ribu seratus enam puluh enam rupiah) dengan
rincian sebagai berikut :

1. Alokasi Dana Desa (ADD)


Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 tentang Perubahan
Atas Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksananaan
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, ADD dialokasikan paling sedikit
10% (sepuluh perseratus) dari dana perimbangan yang diterima kabupaten dalam
anggaran pendapatan dan belanja daerah setelah dikurangi dana alokasi khusus.
Pemerintah Kabupaten Bogor merencanakan total ADD tahun 2018 untuk Desa sebesar
Rp 218.251.424.000 (Dua ratus delapan belas milyar dua ratus lima puluh satu juta
empat ratus dua puluh empat ribu rupiah). Pengalokasian besaran ADD setiap desa
berdasarkan ADD Minimal dan ADD Proposional setelah dikurangi terlebih dahulu
dengan pemberian penghargaan kepada desa-desa yang telah mengumumkan
APBDes tahun 2017 kepada masyarakat. ADD Minimal diberikan secara merata
kepada seluruh desa dengan besaran 90 % (sembilan puluh perseratus) dari total ADD,
sedangkan ADD Proporsional sebesar 10 % (sepuluh perseratus) dari total ADD dihitung
berdasarkan indikator jumlah penduduk desa, luas wilayah desa, angka kemiskinan
desa, dan tingkat kesulitan geografis desa. Selanjutnya arah kebijakan penggunaan ADD
antara lain:
a. Penghasilan tetap Kepala Desa dan perangkat desa;
Pengalokasian penghasilan tetap Kepala Desa dan Perangkat Desa menggunakan
perhitungan sebagai berikut :
1) berdasarkan jumlah ADD yang diterima oleh desa :
 ADD yang berjumlah sampai dengan Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta
rupiah) digunakan paling banyak 60 % (enam puluh perseratus);
 ADD yang berjumlah Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) sampai
dengan Rp. 700.000.000,- (tujuh ratus juta rupiah) digunakan antara Rp
300.000.000,- (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak
50% (lima puluh perseratus);
2) pengalokasian batas minimal sampai dengan maksimal ditetapkan dengan
mempertimbangkan efisiensi, jumlah perangkat, kompleksitas tugas
pemerintahan, dan letak geografis;
3) pengalokasian penghasilan tetap untuk perangkat desa menggunakan
perhitungan sebagai berikut :
 Sekretaris desa paling sedikit 70 % (tujuh puluh perseratus) dan paling
banyak 80% (delapan puluh per seratus) dari penghasilan tetap Kepala
Desa per bulan;
 Perangkat desa selain sekretaris desa paling sedikit 50 % (lima puluh
perseratus) dan paling banyak 60% (enam puluh perseratus) dari
penghasilan tetap Kepala Desa per bulan.
b. Pembelanjaan kegiatan desa yang meliputi :
1. bidang penyelenggaraan pemerintahan desa;
2. bidang pelaksanaan pembangunan desa;
3. bidang pembinaan kemasyarakatan desa;
4. bidang pemberdayaan masyarakat desa; dan
5. biaya tidak terduga.

2. Bagian Hasil Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (BHPRD)


Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, Pemerintah
Kabupaten mengalokasikannya bagian dari hasil pajak dan retribusi daerah kepada
desa paling sedikit 10% (sepuluh perseratus) dari realisasi penerimaan hasil pajak dan
retribusi daerah kabupaten. Total rencana alokasi BHPRD sebesar Rp 135.396.952.896,-
(seratus tiga puluh lima milyar tiga ratus sembilan puluh enam juta sembilan ratus lima
puluh dua ribu delapan ratus sembilan puluh enam rupiah), masih mengacu pada
BHPRD Tahun 2017. Dana bagian desa dibagikan kepada desa dengan komposisi 60%
(enam puluh perseratus) dibagi secara merata kepada seluruh desa dan 40% (empat
puluh perseratus) dibagi secara proporsional sesuai jumlah realisasi penerimaan pajak
daerah dan retribusi dari masing-masing desa. Adapun arah kebijakan penggunaan
BHPRD tahun 2018 difokuskan kepada:
a. Pendataan Desa pada bidang penyelenggaraan pemerintahan.
Seluruh desa di Kabupaten Bogor diharapkan memiliki data yang akurat dan
komprehensif sebagai landasan menentukan arah perencanaan pembangunan
desa sesuai dengan potensi dan masalah yang dihadapi. Pendataan tersebut
antara lain:
 Data Profil Desa yang fokus kepada data dasar keluarga, potensi desa, dan
tingkat perkembangan desa sebagaimana amanat Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 12 Tahun 2007 tentang Pedoman Penyusunan dan
Pendayagunaan Data Profil Desa dan Kelurahan;
 Evaluasi Perkembangan Desa, dengan hasil pemeringkatan desa yang
meliputi desa cepat berkembang, desa berkembang dan kurang
berkembang. Evaluasi menitikberatkan pada aspek evaluasi pemerintahan,
kewilayahan dan kemasyarakatan sebagaimana amanat Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 81 Tahun 2015 tentang Evaluasi Perkembangan Desa
dan Kelurahan;
 Indeks Desa Membangun (IDM) yang merupakan indeks komposit dari
Indeks Ketahanan Sosial, Indeks Ketahanan Ekonomi dan Indeks Ketahanan
Ekologi Desa, berdasarkan Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah
Tertinggal dan Transmigrasi Nomor 2 Tahun 2016 tentang Indeks Desa
Membangun;
 Dalam rangka pengisian data administrasi pemerintahan desa
sebagaimana amanat Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 47 Tahun
2016 tentang Administrasi Pemerintahan Desa, yang meliputi:
1) Administrasi Umum
 Buku Peraturan Di Desa;
 Buku Keputusan Kepala Desa;
 Buku Inventaris dan Kekayaan Desa;
 Buku Aparat Pemerintah Desa;
 Buku Tanah Kas Desa;
 Buku Tanah di Desa;
 Buku Agenda;
 Buku Ekspedisi; dan
 Buku Lembaran Desa dan Buku Berita Desa.
2) Administrasi Penduduk
 Buku Induk Penduduk;
 Buku Mutasi Penduduk Desa;
 Buku Rekapitulasi Jumlah Penduduk;
 Buku Penduduk Sementara; dan
 Buku Kartu Tanda Penduduk dan Buku Kartu Keluarga.
3) Administrasi Keuangan Desa
 Buku APB Desa;
 Buku Rencana Anggaran Biaya;
 Buku Kas Pembantu Kegiatan;
 Buku Kas Umum;
 Buku Kas Pembantu; dan
 Buku Bank Desa.
4) Administrasi Pembangunan
 Buku Rencana Kerja Pembangunan Desa;
 Buku Kegiatan Pembangunan;
 Buku Inventarisasi Hasil-hasil Pembangunan; dan
 Buku Kader Pendampingan dan Pemberdayaan Masyarakat.
5) Administrasi Lainnya
 Kegiatan Badan Permusyawaratan Desa dalam buku
administrasi Badan Permusyawaratan Desa;
 Kegiatan musyawarah Desa dalam buku musyawarah Desa; dan
 Kegiatan Lembaga Kemasyarakatan Desa/Lembaga Adat dalam
buku Lembaga Kemasyarakatan Desa/Lembaga Adat.

b. Pembelanjaan kegiatan desa yang meliputi :


1) bidang penyelenggaraan pemerintahan desa;
2) bidang pelaksanaan pembangunan desa;
3) bidang pembinaan kemasyarakatan desa;
4) bidang pemberdayaan masyarakat desa; dan
5) biaya tidak terduga.
3. Dana Desa (DD)
Pemerintah menganggarkan Dana Desa secara nasional dalam APBN setiap
tahun. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2015 tentang Perubahan
atas Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa yang Bersumber
dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, pengalokasian Dana Desa dalam APBN
secara bertahap, mulai tahun 2017 dan seterusnya sebesar 10% dari anggaran
transfer ke Daerah. Total rencana Dana Desa untuk Kabupaten Bogor sebesar
Rp. 371.999.170.000 (Tiga ratus tujuh puluh satu milyar sembilan ratus sembilan puluh
sembilan juta seratus tujuh puluh ribu rupiah).
Desa dapat mengalokasikan Dana Desa sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Selama belum ditetapkan ketentuan yang baru
tentang penggunaan Dana Desa, seluruh desa masih mempedomani Peraturan Menteri
Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Nomor 22 Tahun 2016
tentang Penetapan Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun 2017, penggunaan Dana
Desa difokuskan kepada bidang pelaksanaan pembangunan dan pemberdayaan
masyarakat. Selanjutnya melalui Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah
Tertinggal dan Transmigrasi Nomor 4 Tahun 2017 tentang Perubahan Atas Peraturan
Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 22 Tahun
2016 tentang Penetapan Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun 2017, penggunaan
Dana Desa memiliki prioritas utama untuk membiayai kegiatan BUMDes atau
BUMDes bersama, embung, produk unggulan desa atau kawasan perdesaan dan
sarana olahraga desa.

4. Bantuan Keuangan

Pemerintah daerah kabupaten dan pemerintah daerah provinsi dapat


memberikan bantuan keuangan kepada desa yang bersumber dari APBD. Bantuan
keuangan tersebut untuk membiayai kewenangan desa yang dapat bersifat umum atau
khusus. Untuk tahun 2018, bantuan keuangan yang direncanakan untuk desa antara
lain:

a. Bantuan Keuangan Pemerintah Kabupaten Bogor antara lain:


1) Bantuan keuangan untuk kompensasi Tempat Pembuangan Akhir Sampah
TPAS Galuga
Bantuan keuangan yang diberikan kepada tiga desa yang terkena
dampak pengoperasian TPAS Galuga dengan total rencana sebesar
Rp. 974.413.570,- (sembilan ratus tujuh puluh empat juta empat ratus tiga
belas ribu lima ratus tujuh puluh rupiah) dengan komposisi antara lain Desa
Galuga sebesar 55%, Desa Dukuh sebesar 30%, dan Desa Cijujung sebesar
15%.
2) Bantuan Infrastruktur Pedesaan
Sebagai upaya percepatan pembangunan desa, Pemerintah Kabupaten
Bogor memberikan bantuan keuangan infrastrutur kepada pemerintah desa
dengan total rencana Rp. 8.055.000.000,- (Delapan miliar lima puluh lima
juta rupiah)
3) Rehabilitasi Rumah Tidak Layak Huni (Rutilahu)
Sebagai salah satu kegiatan yang menunjang pencapaian 25 penciri
Kabupaten Bogor, bantuan keuangan untuk rehabilitasi Rutilahu pada tahun
2018 diberikan kepada 160 desa di 32 kecamatan dengan total 9976 unit.
Total rencana besaran bantuan kegiatan rehabilitasi Rutilahu adalah Rp.
99.760.000.000,- (Sembilan puluh sembilan miliar tujuh ratus enam puluh
juta rupiah)
4) Bantuan Penyelenggaraan Pemilihan Kepala Desa (Pilkades) Serentak
Total rencana bantuan keuangan untuk penyelenggaraan Pilkades serentak
tahun 2018 dari Pemerintah Kabupaten Bogor untuk 19 desa pada 12
kecamatan sebesar Rp. 2.850.000.000,- (Dua miliar delapan ratus lima
puluh juta rupiah).
5) Bantuan Operasional Beras Sejahtera (Rastra)
Pemberian bantuan operasional beras rastra adalah kegiatan penunjang
dalam rangka penyaluran beras rastra kepada rumah tangga sasaran di
setiap desa. Total rencana bantuan sebesar Rp. 3.086.694.000,- (Tiga miliar
delapan puluh enam juta enam ratus sembilan puluh empat ribu rupiah)
6) Bantuan untuk Daerah Terisolir
Kriteria daerah terisolir dalam hal ini adalah desa/kampung yang masih sulit
mengakses pusat pemerintahan (kantor desa/kantor kecamatan) terdekat.
Bantuan keuangan daerah terisolir diberikan untuk 12 desa pada 8
kecamatan dengan total rencana sebesar Rp. 15.805.743.700,- (Lima belas
miliar delapan ratus lima juta tujuh ratus empat puluh tiga ribu tujuh ratus
rupiah).

b. Bantuan keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Barat


1) Bantuan Infrastruktur Pedesaan
Bantuan Infrastruktur Perdesaan bertujuan meningkatkan kemampuan
pemerintah desa dalam melaksanakan pemenuhan kebutuhan sarana
prasarana di desa, untuk tahun 2018 total rencana bantuan sebesar Rp.
41.600.000.000,- (Empat puluh satu miliar enam ratus juta rupiah).
2) Bantuan Tunjangan Aparatur Pemerintah Desa
Bantuan Tunjangan Aparatur Pemerintah Desa diberikan kepada semua
pemerintah desa di Kabupaten Bogor dengan total rencana sebesar Rp.
6.240.000.000,- (Enam miliar dua ratus empat puluh juta rupiah)

Rincian alokasi pagu indikatif untuk tiap-tiap desa disajikan dalam lampiran Surat
Edaran ini.

E. KETENTUAN LAIN

Beberapa ketentuan terkait rencana alokasi anggaran untuk desa sebagai berikut:

1. Dalam penyusunan RKPDes, Pemerintah Desa wajib mempedomani Rencana Kerja


Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat, dan Pemerintah Kabupaten
Bogor.
2. Pemerintahan Desa menyusun RKPDes Tahun 2018 sebagai penjabaran Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDes).
3. Anggaran yang dialokasikan untuk masing-masing desa merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dalam dokumen Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKPDes) Tahun
2018.
4. Pagu Indikatif desa tersebut adalah pagu sementara sebelum ditetapkannya pagu
definitif setelah disahkannya Undang-Undang tentang APBN dan Peraturan Daerah
Kabupaten Bogor tentang APBD Tahun Anggaran 2018.
Demikian, untuk dipedomani.

BUPATI BOGOR,

NURHAYANTI

Tembusan Yth :

1. Gubernur Jawa Barat;


2. Ketua DPRD Kabupaten Bogor;
3. Inspektur Kabupaten Bogor;
4. Kepala Bappedalitbang Kabupaten Bogor;
5. Kepala Badan Pengelolaan Keuangan dan Barang Daerah Kabupaten Bogor;
6. Kepala Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Bogor;
7. Camat se-Kabupaten Bogor.

Anda mungkin juga menyukai