Anda di halaman 1dari 22

,

MANAJEMEN KEUANGAN LANJUTAN

Modul 1

Manajemen Modal Kerja

Dr. Riyandi Nur Sumawidjaja,SE.,M.M.

inaba.ac.id
MANAJEMEN KEUANGAN LANJUTAN

BAB I

MANAJEMEN MODAL KERJA

Mahasiswa diharapkan dapat memahami dan menjelaskan tentang konsep


modal kerja, perputaran modal kerja, dan penentuan jumlah modal kerja.

Setiap perusahaan selalu membutuhkan dana untuk membelanjai


operasinya sehari-jari, misalkan untuk memberikan persekot pembelian bahan
mentah, membayar upah buruh, gaji pegawai, dan lain sebagainya, di mana uang
atau dana yang telah dikeluarkan itu diharapkan akan dapat kembali lagi masuk
dalam perusahaan dalam waktu yang pendek melalui hasil penjualan
produksinya. Uang yang masuk yang berasal dari penjualan produk tersebut
akan segera dikeluarkan lagi untuk membiayai operasi selanjutnya. Dengan
demikian maka dana tersebut akan terus-menerus berputar setiap periodenya
selama hidupnya perusahaan. Dana yang dipergunakan untuk membiayai
kegiatan operasi perusahaan sehari-hari disebut modal kerja (working capital).

1.1 Pengertian Manajemen Modal Kerja


Manajemen modal kerja (working capital management) menurut Harjito dan
Martono (2014: 74-75) merupakan manajemen dan elemen-elemen aktiva lancar
dan elemen-elemen hutang lancar. Kebijakan modal kerja (working capital policy)
menunjukkan keputusan-keputusan mendasar mengenai target masing-masing
elemen (unsur) aktiva lancar dan bagaimana aktiva lancar tersebut dibelanjai.
Tujuan manajemen modal kerja adalah mengelola aktiva lancar dan hutang
lancar sehingga diperoleh modal kerja neto yang layak dan menjamin tingkat
likuiditas perusahaan. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa perhatian
utama dalam manajemen modal kerja adalah pada manajemen aktiva lancar
perusahaan, yaitu kas, sekuritas, piutang dan persediaan, serta pendanaan

1
MANAJEMEN KEUANGAN LANJUTAN

(terutama kewajiban lancar atau jangka pendek) yang diperlukan untuk


mendukung aktiva lancar.
Manajemen modal kerja secara ringkas dapat diterangkan sebagai berikut:
Manajemen modal kerja merupakan manajemen dari elemen-elemen aset lancar
dan elemen-elemen hutang lancar
Contoh manajemen modal kerja adalah manajemen kas, manajemen piutang,
manajemen persediaan
Tujuan modal kerja adalah mengelola aset lancar dan hutang lancar sehingga
diperoleh modal kerja netto yang layak dan menjamin tingkat likuiditas
perusahaan.
Dimana sumber- sumber modal kerja berasal:
1) Hasil operasi perusahaan.
2) Keuntungan investasi jangka pendek
3) Penjualan aset tidak lancar
4) Penjualan saham atau obligasi

Beberapa hal yang terkait modal kerja dijelaskan sebagai berikut :


• Modal kerja adalah investasi dalam harta jangka pendek atau investasi dalam
harta lancar (current assets). Modal kerja dapat dikategorikan menjadi dua
yaitu modal kerja kotor (gross working capital) dan modal kerja bersih (net
working capital).
• Modal kerja kotor adalah jumlah harta lancar,
• Modal kerja bersih adalah jumlah harta lancar dikurangi jumlah utang lancar
(current liabilities).
• Manajemen modal kerja mengelola harta lancar dan utang lancar agar harta
lancar selalu lebih besar daripada utang lancar.
• Modal kerja dalam hal ini adalah modal kerja bersih, berubah mengikuti
transaksi bisnis, khususnya tingkat penjualan.
• Manajemen pada umumnya mengambil kebijakan modal kerja agresif,
moderat, konservatif, tergantung keberaniannya mengambil resiko bisnis.

2
MANAJEMEN KEUANGAN LANJUTAN

• Kesalahan dalam mengelola modal kerja mengakibatkan hilangnya


kepercayaan internal dan eksternal.
• Kepercayaan internal adalah kepercayaan dari pegawai dan buruh, yang
disebabkan karena gaji dan upah tidak dibayar tepat waktu.
• Sedangkan kepercayaan eksternal adalah kepercayaan dari partner bisnis
khususnya kreditur, yang disebabkan karena utang yang jatuh tempo tidak
dibayar tepat waktu.
• Jika suatu perusahaan kehilangan dua kepercayaan tersebut dapat dipastikan
akan bangkrut.

1.2 Manfaat Manajemen Modal Kerja

1) Mengingat investasi dlm Modal kerja cukup besar, maka perlu dikelola
dengan baik.
2) Kegiatan manajemen keuangan, lebih separuh waktu dialokasikan untuk
mengelola Aset Lancar.
3) Modal kerja penting untuk kelancaran kegiatan perusahaan.
4) Perusahaan kecil, keputusan modal kerja lebih penting daripada keputusan
investasi jangka panjang.
5) Melindungi perusahaan terhadap krisis modal kerja karena turunnya nilai dari
aset lancar.
6) Memungkinkan untuk dapat membayar semua kewajiban-kewajiban tepat
pada waktunya.
7) Memungkinkan bagi perusahaan untuk dapat menghadapi bahaya-bahaya
atau kesulitan keuangan yang mungkin terjadi.
8) Memungkinkan untuk memiliki persediaan dalam jumlah yang cukup untuk
melayani konsumen
9) Memungkinkan bagi perusahaan untuk memberikan syarat kredit yang lebih
menguntungkan kepada para langganannya.

3
MANAJEMEN KEUANGAN LANJUTAN

10) Memungkinkan bagi perusahaan untuk dapat beroperasi dengan lebih efisien
karena tidak ada kesulitan untuk memperoleh barang atau jasa yang
dibutuhkan.
11) Laporan modal kerja akan sangat berguna bagi management untuk
mengadakan pengawasan terhadap modal kerja

1.3 Konsep Modal Kerja


Pengertian modal kerja di atas masih umum sehingga masih mengalami
kesulitan untuk menetapkan elemen-elemen modal kerja. Menurut Riyanto
(2015: 57-59) dapat dikemukakan adanya beberapa konsep, yaitu:

A. Konsep Kuantitatif
Konsep ini mendasarkan pada kuantitas dari dana yang tertanam dalam unsur-
unsur aktiva lancar di mana aktiva ini merupakan aktiva yang sekali berputar
kembali dalam bentuk semula atau aktiva di mana dana yang tertanam di
dalamnya akan dapat bebas lagi dalam waktu yang pendek. Dengan demikian
modal kerja menurut konsep ini adalah keseluruhan dari jumlah aktiva lancar.
Modal kerja dalam pengertian ini sering disebut modal kerja bruto (gross working
capital).

B. Konsep Kualitatif
Apabila pada konsep kuantitatif modal kerja itu hanya dikaitkan dengan
besarnya jumlah aktiva lancar saja, maka pada konsep kualitatif ini pengertian
modal kerja juga dikaitkan dengan besarnya jumlah utang lancar atau utang yang
harus segera dibayar. Dengan demikian maka sebagian dari aktiva lancar ini
harus disediakan untuk memenuhi kewajiban finansiil yang harus segera
dilakukan, di mana bagian aktiva lancar ini tidak boleh digunakan untuk
membiayai operasinya perusahaan untuk menjaga likuiditasnya. Oleh karenanya
maka modal kerja menurut konsep ini adalah sebagian dari aktiva lancar yang
benar-benar digunakan untuk membiayai operasinya perusahaan tanpa

4
MANAJEMEN KEUANGAN LANJUTAN

mengganggu likuiditasnya, yaitu yang merupakan kelebihan aktiva lancar di atas


utang lancarnya. Modal kerja dalam pengertian ini sering disebut modal kerja
neto (net working capital).

C. Konsep Fungsional
Konsep ini mendasarkan pada fungsi dari dana dalam menghasilkan
pendapatan (income). Setiap dana yang dikerjakan atau digunakan dalam
perusahaan adalah dimaksudkan untuk menghasilkan pendapatan. Ada
sebagian dana yang digunakan dalam suatu periode accounting tertentu yang
seluruhnya langsung menghasilkan pendapatan bagi periode tersebut (current
income) dan ada sebagian dana lain yang juga digunakan selama periode
tersebut tetapi tidak seluruhnya digunakan untuk menghasilkan “current income”.
Sebagian dari dana itu dimaksudkan juga untuk menghasilkan pendapatan
untuk periode-periode berikutnya (future income). Dalam hubungan ini dapatlah
dikemukakan nama Wilford J. Eitman – J. N. Holtz (1963: 209), yang memberikan
definisi modal kerja sebagai dana yang digunakan selama periode accounting
yang dimaksudkan untuk menghasilkan “current income” (sebagai lawan dari
future income) yang sesuai dengan maksud utama didirikan perusahaan
tersebut.
Berdasarkan definisi itu maka pengertian “non working capital” adalah dana
yang tidak menghasilkan current income, atau kalau menghasilkan current
income adalah tidak sesuai dengan maksud utama didirikannya perusahaan
tersebut. Misalnya suatu perusahaan dagang tekstil yang menanamkan
sebagian dananya dalam surat obligasi pemerintah. Dana yang ditanamkan
dalam obligasi tersebut menghasilkan current income yaitu dalam bentuknya
bunga obligasi (coupon). Tetapi karena perusahaan ini didirikan dengan maksud
utama untuk berusaha di bidang perdagangan tekstil, bukan untuk berusaha di
bidang investasi dalam surat-surat berharga seperti halnya bank, maka dana
yang tertanam dalam efek tersebut nantinya dapat diuangkan dengan mudah dan

5
MANAJEMEN KEUANGAN LANJUTAN

selanjutnya dapat diinvestasikan dalam tekstil, maka dana tersebut digolongkan


sebagai modal kerja potensial (potential working capital).
Kas dan inventory adalah nyata-nyata modal kerja. Piutang terdiri dari
sebagian yang dapat dimasukkan dalam modal kerja dan sebagian lain yang
termasuk dalam “potential working capital”. Suatu perusahaan yang menjual
produknya secara kredit akan mempunyai piutang dagang sebesar hasil
penjualannya, yang ini terdiri dari dana yang menjelma menjadi biaya dan bagian
yang merupakan keuntungan.
Bagian dari piutang yang terdiri dari dana yang diinvestasikan dalam produk
yang terjual itu menurut konsep ini digolongkan sebagai modal kerja, sedang
bagian yang merupakan keuntungan digolongkan sebagai modal kerja potensiil.
Misalkan suatu perusahaan menjual produknya secara kredit dengan profit
margin sebesar 40%. Apabila perusahaan itu mempunyai piutang dagang
sebesar Rp 150.000,- maka ini berarti bahwa bagian dari piutang yang termasuk
modal kerja sebesar Rp 90.000,- (60% x Rp 150.000,-) sedangkan sisanya
sebesar Rp 60.000,- (40% x Rp 150.000,-) dimasukkan sebagai “potential
working capital”.
Adapun dana yang sebagian merupakan modal kerja dan sebagian merupakan
bukan modal kerja (non working capital) adalah dana yang diinvestasikan dalam
aktiva tetap. Misalnya dana yang diinvestasikan dalam mesin sebesar Rp
240.000,- dengan life time 8 tahun. Pengeluaran dana sebesar itu mengandung
dua tujuan yaitu sebagian atau Rp 30.000,- yang berfungsi untuk turut
menghasilkan current income bagi tahun yang bersangkutan, sedangkan sisanya
dimaksudkan untuk menghasilkan pendapatan (income) untuk tahun-tahun
berikutnya (future income). Dengan demikian maka bagian dari aktiva tetap yang
dimasukkan sebagai modal kerja adalah sebesar depresiasi tahun yang
bersangkutan yaitu sebesar Rp 30.000,- sedangkan sisanya pada akhir tahun
pertama sebesar Rp 210.000,- merupakan “non working capital”.

1.4 Konsep Modal Kerja W. B. Taylor

6
MANAJEMEN KEUANGAN LANJUTAN

Mengenai jenis-jenis modal kerja, menurut W. B. Taylor ) menggolongkannya


dalam:

A. Modal Kerja Permanen (Permanent Working Capital)


Modal kerja permanen (permanent working capital) adalah modal kerja yang
harus tetap ada pada perusahaan untuk dapat menjalankan fungsinya, atau
dengan kata lain modal kerja yang secara terus-menerus diperlukan untuk
kelancaran usaha. Permanent working capital ini dapat dibedakan dalam:

(1) Modal Kerja Primer (Primary Working Capital)


Modal kerja primer (primary working capital) yaitu jumlah modal kerja minimum
yang harus ada pada perusahaan untuk menjamin kontinuitas usahanya.

(2) Modal Kerja Normal (Normal Working Capital)


Modal kerja normal (normal working capital) yaitu jumlah modal kerja yang
diperlukan untuk menyelenggarakan luas produksi yang normal. Pengertian
“normal” di sini adalah dalam artian yang dinamis. Apabila suatu perusahaan
misalnya selama 4 atau 5 bulan rata-rata per bulannya mempunyai produksi
1.000 unit maka dapat dikatakan luas produksi normalnya adalah 1.000 unit.
Apabila kemudian ternyata bahwa selama 4 atau 5 bulan berikutnya luas
produksi rata-rata per bulannya 2.000 unit, maka luas produksi normalnya di sini
pun berubah menjadi 2.000 unit.

B. Modal Kerja Variabel (Variable Working Capital)


Modal kerja variabel (variable working capital) adalah modal kerja yang
jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan perubahan keadaan, dan modal kerja
ini dibedakan antara:

(1) Modal Kerja Musiman (Seasonal Working Capital)


Modal kerja musiman (seasonal working capital) yaitu modal kerja yang
jumlahnya berubah-ubah disebabkan karena fluktuasi musim.

7
MANAJEMEN KEUANGAN LANJUTAN

(2) Modal Kerja Siklis (Cyclical Working Capital)


Modal kerja siklis (cyclical working capital) yaitu modal kerja yang jumlahnya
berubah-ubah disebabkan karena fluktuasi konjungtur.

(3) Modal Kerja Darurat (Emergency Working Capital)


Modal kerja darurat (emergency working capital) yaitu modal kerja yang
besarnya berubah-ubah karena adanya keadaan darurat yang tidak
diketahui sebelumnya (misalnya adanya pemogokan buruh, banjir,
perubahan keadaan ekonomi yang mendadak).

Macam-macam modal kerja itu dapat digambarkan seperti nampak di bawah ini.

8
MANAJEMEN KEUANGAN LANJUTAN

1.4 Perputaran Modal Kerja


Salah satu alat ukur untuk menentukan keberhasilan manajemen modal kerja
menurut Kasmir (2013: 224-226) adalah diukur dari perputaran modal kerjanya
atau working capital turnover-nya. Dengan diketahuinya perputaran modal kerja
dalam satu periode, maka akan diketahui seberapa efektif modal kerja suatu
perusahaan. Jadi, dapat dikatakan bahwa perputaran modal kerja atau working
capital turnover, merupakan salah satu rasio untuk mengukur atau menilai
keefektifannya modal kerja perusahaan selama periode tertentu. Artinya,
seberapa banyak modal kerja berputar selama suatu periode atau dalam
beberapa periode.
Untuk mengukur perputaran modal kerja adalah dengan cara
membandingkan antara penjualan dengan modal kerja atau dengan modal kerja
rata-rata. Penjualan yang akan dibandingkan adalah penjualan bersih (net sales)
dalam suatu periode. Sedangkan pembandingnya adalah modal kerja dalam arti
seluruh total aktiva lancar (current assets) atau dapat pula digunakan model kerja
rata-rata. Pengukuran ini sebaiknya menggunakan dua periode atau lebih
sebagai data pembanding, sehingga memudahkan kita untuk menilainya.
Rumus yang digunakan untuk mencari perputaran modal kerja adalah
sebagai berikut:
𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
Perputaran modal kerja =
𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙 𝐾𝑒𝑟𝑗𝑎 𝑅𝑎𝑡𝑎−𝑅𝑎𝑡𝑎

atau
𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
Perputaran modal kerja =
𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙 𝐾𝑒𝑟𝑗𝑎

Sebagai contoh dapat dilihat dari data di bawah ini:


Contoh: 1
Komponen Laporan Keuangan 2018 2019
Penjualan Bersih (Net Sales) 3.850 4.150
Total Aset Lancar (Current Assets) 865 800

Untuk tahun 2018 dapat dilihat sebagai berikut:

9
MANAJEMEN KEUANGAN LANJUTAN

3.850
Perputaran modal kerja = = 4,45 kali dibulatkan (4,5 kali).
865
Artinya, perputaran modal kerja tahun 2018 sebanyak 4,5 kali di mana
penggunaan setiap Rp. 1,- modal kerja dapat menghasilkan penjualan sebesar
Rp. 4,5,-

4.150
Perputaran modal kerja = = 5,18 kali dibulatkan (5,2 kali).
800
Perputaran modal kerja tahun 2019 sebanyak 5,2 kali artinya setiap Rp. 1,- modal
kerja dapat menghasilkan Rp. 5,2,- penjualan.
Dari penilaian terhadap kedua rasio ini terlihat bahwa ada kenaikan rasio
perputaran modal kerja dari tahun 2018 ke tahun 2019, hal ini dapat diartikan
atau menunjukkan ada kemajuan yang diperoleh manajemen. Namun untuk data
pembanding apakah manajemen telah berhasil atau sebaliknya, maka kita
menggunakan rata-rata industri. Apabila rata-rata industri untuk perputaran
modal kerja adalah 5 kali maka keadaan perusahaan kurang baik untuk tahun
2018, namun tahun 2019 baik karena di atas rata-rata industri.

1.5 Faktor yang mempengaruhi besarnya kebutuhan modal kerja


1) Volume Penjualan
Perusahaan yang bekerja dengan penjualan yang yang konstan akan
bekerja dengan modal kerja yang relatif konstan pula, sedangkan
perusahaan yang sedang mengalami pertumbuhan akan membutuhkan
modal kerja yang meningkat.
2) Faktor-faktor Musiman
Beberapa perusahaan akan mengalami fluktuasi musiman dalam
permintaan akan barang dan jasa yang dihasilkan (pengalengan ikan,
buah-buahan, perusahan penjual makanan, pakaian).
3) Kemajuan Teknologi
Bilamana perusahaan membeli mesin yang dapat mengolah bahan-bahan
dengan tingkat kecepatan yang lebih tinggi memungkinkan perusahaan

10
MANAJEMEN KEUANGAN LANJUTAN

mengolah bahan-bahan lebih banyak, persediaan permanen cenderung


naik.
4) Kebijaksanaan Perusahaan
Politik penjualan kredit dan penentuan persediaan

1.6 Penentuan Jumlah Modal Kerja


Besar kebutuhan modal kerja untuk suatu periode perlu dihitung oleh manajer
keuangan. Tujuannya agar jangan sampai terjadi kekurangan atau kelebihan
modal kerja yang tidak perlu. Lebih dari itu dengan diketahuinya besarnya
kebutuhan modal kerja memudahkan manajer keuangan untuk menjalankan
kegiatannya, meskipun dalam praktiknya sering kali perhitungan yang dilakukan
tidak tepat mengingat berubahnya berbagai kondisi dan situasi baik di dalam
maupun di luar perusahaan.
Salah satu yang menyebabkan perubahan tersebut adalah adanya
perubahan penjualan. Sebagai contoh apabila penjualan meningkat maka akan
memperbesar modal kerja, tetapi besarnya tergantung pada keterikatan dalam
tiap pos aktiva lancar sesuai kebijakan yang telah ditentukan, demikian pula
sebaliknya.
Kebutuhan modal kerja suatu perusahaan harus dihitung secara cermat,
sehingga mencerminkan kebutuhan yang sesungguhnya. Dalam praktiknya
besar kecilnya kebutuhan modal kerja suatu perusahaan sangat tergantung dari
dua hal, yaitu:
(1) Besar kecilnya operasi pokok/penjualan, artinya makin besar operasi pokok
atau penjualan, maka kebutuhan modal juga makin besar, demikian pula
sebaliknya apabila operasi pokok kecil, maka modal kerja juga besar.
(2) Kecepatan perputaran modal kerja, artinya makin cepat berputar modal kerja
maka kebutuhan modal kerja juga relatif besar, demikian pula sebaliknya
makin lambat perputaran modal kerja maka kebutuhan modal kerja juga
relatif kecil.

11
MANAJEMEN KEUANGAN LANJUTAN

Untuk mengetahui besarnya kebutuhan modal kerja menurut Kasmir (2013:


226-228), dapat dihitung dengan beberapa cara atau metode. Penggunaan
metode mana yang akan digunakan tergantung dari pimpinan perusahaan.
Berikut ini metode yang digunakan untuk menghitung kebutuhan modal kerja
dapat digunakan dengan dua cara, yaitu:
a. Metode saldo rata-rata
b. Metode unsur-unsur biaya
Kebutuhan modal kerja dihitung dengan cara metode saldo rata-rata adalah
dengan membandingkan antara penjualan bersih dengan perputaran modal
kerja. Berikut ini rumus yang digunakan sebagai berikut:
𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
Besarnya modal kerja =
𝑃𝑒𝑟𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙 𝐾𝑒𝑟𝑗𝑎
Sedangkan metode unsur-unsur biaya merupakan metode yang menggunakan
unsur-unsur biaya yang dibutuhkan dalam suatu periode tertentu. Untuk
memudahkan pemahamannya kita gunakan ilustrasi berikut ini.

Contoh: 2
PT. TICTOC memproduksi produk X sebanyak 200 unit/hari dan beroperasi
selama 25 hari dalam sebulan. Biaya produksi per unit produk X sebagai berikut:
(Dalam Ribuan Rupiah)
- Bahan plastik & melamin Rp. 2.000,-
- Bahan tembaga Rp. 500,0-
- Upah langsung Rp. 750,-
Untuk pembelian bahan plastik diperlukan:
• Uang muka rata-rata 5 hari sebelumnya.
• Proses produksi memerlukan waktu 3 hari.
• Dan sesudahnya harus disimpan 2 hari.
• Penjualan dilakukan secara kredit dengan syarat pembayaran 5 hari
sesudah barang diambil.
• Biaya administrasi per bulan Rp. 200.000,-

12
MANAJEMEN KEUANGAN LANJUTAN

• Gaji pimpinan Rp. 300.000,-


• Sediaan kas minimum Rp. 100.000,-
Pertanyaan:
Berapa modal kerja dibutuhkan PT. Tictoc ?
Jawab:
(1) Periode Perputaran
Bahan plastik & melamin = 5 + 3 + 2 + 5 = 15 hari
Bahan tembaga = 3 + 2 + 5 = 10 hari

(2) Kebutuhan Modal Kerja


Bahan plastik & melamin = 200 x Rp. 2.000 x 15 hari = Rp 6.000.000,-
Bahan tembaga = 200 x Rp. 500 x 10 hari = Rp 1.000.000,-
Upah langsung = 200 x Rp. 750 x 10 hari = Rp 1.500.000,-
Biaya adm. dan gaji = (500.000 : 25) x 10 hari = Rp 200.000,-
Sediaan minimum kas = Rp 100.000,-
Jumlah modal kerja yang dibutuhkan = Rp 8.800.000,-

1.7 Beberapa cara utk menentukan besarnya modal kerja

1. Metode keterikatan dana


2. Metode perputaran aset lancar (modal kerja)

1. Metode keterikatan dana


Metode yang menekankan pada :
a. Berapa lama Dana yg terikat
b. Berapa besarnya Kebutuhan Setiap Harinya

a. Metode keterikatan dana

13
MANAJEMEN KEUANGAN LANJUTAN

Pengeluaran kas perhari adalah jumlah pengeluaran kas rata-rata setiap hari
untuk keperluan pembelian bahan mentah, bahan pembantu, upah buruh dan
biaya-biaya lainnya.
Untuk Perusahaan Dagang

KAS BARANG PIUTANG KAS

Untuk Perusahaan Manufaktur/Industri

BAHAN PROSES BARANG PIUTANG


KAS KAS
BAKU PRODUKSI JADI DAGANG

Contoh :

Perusahaan dagang X memiliki data sebagai berikut :


Rata-rata periode keterikatan modal kerja :
- Lama barang disimpan 7 hari
- Lama pengumpulan piutang 13 hari
Rata-rata pengeluaran kas setiap hari :
- Pembelian barang dagangan 1.000.000,-
- Upah karyawan 100.000,-
- Biaya administrasi dan umum 10.000,-
- Biaya penjualan 35.000,-
- Biaya lainnya 5.000,-
Jumlah 1.150.000,-
Kas minimal berjumlah 150.000,-
Modal kerja yang dibutuhkan = ( 20 x 1.150.000,-) + 150.000,- = 23.150.000,-

Contoh :

Perusahaan Industri X memiliki data sebagai berikut :

14
MANAJEMEN KEUANGAN LANJUTAN

Rata-rata periode keterikatan modal kerja :


- Lama bahan mentah disimpan 8 hari
- Lama proses produksi 6 hari
- Lama barang jadi disimpan 5 hari
- Lama pengumpulan piutang 11 hari
Rata-rata pengeluaran kas setiap hari :
- Pembelian bahan mentah 180.000,-
- Upah karyawan 150.000,-
- Biaya administrasi dan umum 30.000,-
- Biaya penjualan 25.000,-
- Biaya lainnya 15.000,-
Jumlah 400.000,-
Kas minimal berjumlah 100.000,-
Modal kerja yang dibutuhkan = ( 30 x 400.000,-) + 100.000,- = 12.100.000,-

b. Metode perputaran aset lancar (modal kerja)


Dengan metode ini, besarnya modal kerja ditentukan dengan cara
menghitung perputaran elemen-elemen pembentuk modal kerja seperti
perputaran kas, perputaran piutang dan perputaran persediaan.Metode ini
merupakan metode yg menggunakan tingkat perputaran aset lancar utk
menentukan besarnya modal kerja.
Berdasarkan metode ini besarnya kebutuhan modal kerja ditentukan oleh
perputaran dari komponen-komponen aset lancar (modal kerja) yaitu perputaran
kas, piutang, persediaan. Perputaran kas merupakan berputarnya kas menjadi
kas kembali
Masa perputaran modal kerja ini menunjukan tingkat efisiensi penggunaan
modal kerja, semakin cepat masa perputaran modal kerja, semakin efisien
penggunaan modal kerja dan tentunya investasi pada modal kerja semakin kecil.
Masa perputaran modal kerja yakni sejak kas ditanamkan pada elemen-elemen

15
MANAJEMEN KEUANGAN LANJUTAN

modal kerja hingga menjadi kas kerja lagi adalah kurang dari satu tahun atau
berjangka pendek
Contoh :
Perusahaan “JAYA” mempunyai laporan keuangan berupa neraca dan
laporan rugi laba sbb :
NERACA PT.JAYA
Per 31 Desember 2017 (dlm Juta Rupiah)

Aset 2016 2017 Hutang dan 2016 2017


Modal

Kas 185 215 Utang Dagang 550 485


Piutang 770 830 Utang Bank 175 250
Persediaan 920 1.000 Utang Wesel 350 365
Aset Lancar 1.875 2.045 Utang Lancar 1.075 1.100

Tanah 2.150 2.500 Utang Jk Pjg 1.800 1.900


Bangunan 1.025 1.025 Modal Saham 1.900 2.000
Mesin 1.000 1.100 Laba Ditahan 1.275 1.670
Aset Tetap 4.175 4.625 Hutang & Modal 4.975 5.570

Total asset 6.050 6.670 Total H & M 6.050 6.670

LAPORAN LABA RUGI PT.JAYA


(01-01 s.d.31-12-2017) (Dlm. Jutaan)

Penjualan 24.000
Harga Pokok Penjualan 17.000 -
Laba Kotor 7.000
Biaya Operasi 2.500-
Laba operasi 4.500
Bunga 1.500-
Laba sebelum pajak 3.000
Pajak (30%) 900 -
Laba sesudah pajak 2.100

16
MANAJEMEN KEUANGAN LANJUTAN

Hitung perputaran modal kerja ?

Penjualan 24.000
Perputaran Kas = = = 120 kali
rata - rata kas 200
Penjualan 24.000
Perputaran Piutang = = = 30 kali
rata - rata piutang 800

Penjualan 24.000
Perputaran Persediaan = = = 25 kali
rata - rata persediaan 960

Hitung periode terikatnya modal kerja


Kas = 360/120 = 3 hari
Piutang = 360/30 = 12 hari
Persediaan = 360/25 = 14,4 hari
Total = 29,4 hari
Sehingga peride terikatnya semua elemen modal kerja adalah 29,4 hari atau
perputaran elemen modal kerja adalah sebesar 360/29,4 = 12,24 kali
Apabila pada tahun 2018 diperkirakan akan mampu menjual sebanyak
Rp.30.000.000.000 maka kebutuhan modal kerja adalah :
Rp. 30.000.000.000/12,24 = Rp. 2.450.000.000

Contoh Neraca
Aset Lancar :
Kas Rp 15.000.000
Efek Rp 50.000.000
Piutang Dagang Rp 75.000.000
Persediaan Barang Rp 120.000.000 +
Total aset Lancar Rp 260.000.000.
Aset Tetap:
Tanah Rp 150.000.000
Bangunan dan Gedung Rp 300.000.000
Mesin Rp 250.000.000 +

17
MANAJEMEN KEUANGAN LANJUTAN

Total aset Tetap Rp 700.000.000

Keterangan :
Penyusutan setiap tahunnya :
- Bangunan dan Gedung Rp 50.000.000
- Mesin-mesin Rp 40.000.000
Penjualan kredit dengan profit margin sebesar 30%.
Atas dasar tersebut di atas, dapat dihitung besarnya modal kerja menurut konsep
fungsional .

Modal kerja (working Capital)


Kas Rp 15.000.000
PiutangDagang(70%) Rp 52.500.000
Persediaan Barang Rp 120.000.000
Penyusutan Bangunan & Gedung Rp. 50.000.000
Penyusutan Mesin Rp 40.000.000 +
Total Modal Kerja Rp 277.500.000.
Modal Kerja Potensial (potensial working capital):
Efek Rp 50.000.000,-
Margin laba (30%) Rp 22.500.000.-+
Total Rp 77.500.000.-

Bukan Modal Kerja (non working capital):


Tanah Rp 150.000.000,-
Bangunan & Gedung Rp 250.000.000,-
Mesin-mesin Rp 210.000.000.-+
Total Rp 610.000.000.-

18
MANAJEMEN KEUANGAN LANJUTAN

1.8 KEBIJAKAN MODAL KERJA

Kebijakan modal kerja merupakan strategi yang diterapkan oleh perusahaan


dalam rangka memenuhi kebutuhan modal kerja dengan berbagai alternatif
sumber dana. Kebijakan modal kerja merupakan strategi yang diterapkan oleh
perusahaan dalam rangka memenuhi kebutuhan modal kerja dengan berbagai
alternatif sumber dana
Kebijakan modal kerja apa yang harus diambil oleh perusahaan, tergantung dari
seberapa besar manajer berani mengambil risiko. Kebijaksanaan modal kerja
yang bisa diambil oleh perusahaan adalah:
1 Kebijakan Konservatif
2 Kebijakan Moderat atau hedging
3 Kebijakan Agresif

1. Kebijakan Konservatif
Rencana pemenuhan kebutuhan dana konservatif merupakan rencana
pemenuhan dana modal kerja yang lebih banyak menggunakan sumber dana
jangka panjang dibandingkan sumber dana jangka pendek. Dalam kebijakan ini
modal kerja permanen dan sebagian modal kerja variabel dipenuhi oleh sumber
dana jangka panjang, sedangkan sebagian modal kerja variabel lainnya dipenuhi
dengan sumber dana jangka pendek.
Kebijakan ini disebut konservatif (hati-hati), karena sumber dana jangka
panjang mempunyai jatuh tempo yang lama, sehingga perusahaan memiliki
keleluasaan dalam pelunasan kembali artinya perusahaan mempunyai tingkat
keamanan atau margin of safety yang besar.

2. Kebijakan Moderat atau hedging


Bila dana yang diperlukan hanya untuk jangka pendek maka sebaiknya
didanai dengan sumber dana jangka pendek, demikian pula kalau dana tersebut
diperlukan untuk jangka panjang maka sebaiknya didanai dengan sumber dana

19
MANAJEMEN KEUANGAN LANJUTAN

jangka panjang sehingga risiko yang dihadapi hanyak berupa terjadinya


penyimpangan aliran kas yang diharapkan. Oleh karena itu kesulitan yang
dihadapi adalah memperkirakan jangka waktu skedul arus kas bersih dan
pembayaran hutang, yang selalu terdapat unsur ketidakpastian. Dan pada
kebijakan ini akan muncul trade-off antara profitabilitas dan risiko.
Semakin besar margin of safety yang ditentukan untuk menutup
penyimpangan arus kas bersih semakin aman bagi perusahaan, tetapi harus
menyediakan dana yang jangka waktunya melebihi kebutuhan dana yang akan
digunakan, akibatnya akan terjadi dana menganggur dan hal ini akan
menurunkan profitabilitas. Dengan kata lain bila risiko rendah akan
mengakibatkan profitabilitas juga rendah.

3. Kebijakan Agresif
Bila pada kebijakan konservatif perusahaan lebih mementingkan faktor
keamanan sehingga margin of safety nya sangat besar, tetapi tentunya akan
mengakibatkan tingkat profitabilitas menjadi rendah. Sebaliknya dengan
kebijakan agresif, maka sebagian kebutuhan dana jangka panjang akan dipenuhi
dengan sumber dana jangka pendek.
Pada pendekatan ini perusahaan berani menanggung risiko yang cukup besar,
sedangkan trade-off yang diharapkan adalah memnperoleh profitabilitas yang
lebih besar.

Referensi:
Bambang Riyanto, (2015). Dasar-dasar pembelanjaan Perusahaan, Yayasan
Penerbit Gajah Mada, Yogyakarta
Suad Husnan & Enny Pudjiastuti, Dasar-dasar Manajemen Keuangan, Edisi
7, UPP STIM YKPN, Yogyakarta, 2015
Sutrisno, (2017). Manajemen Keuangan, Teori Konsep dan Aplikasi. Penerbit
Ekonisia, Yogyakarta

Ardiprawiro.staff.gunadarma.ac.id

20
MANAJEMEN KEUANGAN LANJUTAN

21

Anda mungkin juga menyukai