MNC037 - Manajemen Pemasaran Lanjutan - Modul - Sesi 3
MNC037 - Manajemen Pemasaran Lanjutan - Modul - Sesi 3
Modul 3
Membangun dan mengelola merek yang kuat:
Konsep Brand orientation dan Brand positioning
inaba.ac.id
0
Manajemen Pemasaran Lanjutan
Modul 3
BAB 3
MEMBANGUN DAN MENGELOLA MEREK YANG KUAT:
Konsep Brand orientation dan Brand positioning
Tujuan Pembelajaran:
1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan konsep, definisi, ruang lingkup
merek
2. Mahasiswa mampu mengidentifikasi dan menjelaskan peranan merek dalam
kegiatan pemasaran perusahaan
3. Mahasiswa mampu mengidentifikasi dan menjelaskan strategi merek (brand
orientation dan brand positioning) yang bertujuan membangun merek yang kuat
Pengantar
Produk yang ditawarkan oleh pemasar ke pasar sasaran terkadang, dikaitkan atau
dibandingkan dengan produk lain yang ditawarkan oleh pesaing ke pasar sasaran yang sama.
Oleh karena itu, pemasar atau perusahaan harus memilih dan menetapkan identitas dari sebuah
produk yang mencerminkan produk tersebut secara spesifik yang dapat dibedakan dengan
produk pesaing.
Pemilihan dan penetapan identitas produk tersebut disebut sebagai keputusan produk.
Gambar 3.1 menjelaskan bahwa, merek atau brand dalam istilah asing merupakan bagian dari
keputusan pemasaran yang terkait dengan produk.
inaba.ac.id
1
Manajemen Pemasaran Lanjutan
Modul 3
Gambar 3.1 Keputusan Produk (Sumber : Kotler & Armstrong, 2018 p256)
inaba.ac.id
2
Manajemen Pemasaran Lanjutan
Modul 3
Merek : Definisi , Ruang Lingkup dan Tingkatan
Merek adalah sebuah nama, istilah, tanda, simbol atau desain, atau kombinasi
semuanya, untuk mengidentifikasi produk atau layanan dari satu penjual atau grup
penjual dan membedakan mereka dari pesaing (Kotler and Armstrong 2017 p258).
Berdasarkan definisi tersebut, maka ruang lingkup dan tingkatan sebuah merek
adalah sebagai berikut (Kotler & Keller, 2016) :
a. Atribut : Merek mengingatkan pada atribut-atribut tertentu, misalnya Mercedes
mengingatkan kita akan produk yang dirancang dengan baik, bergengsi tingggi.
b. Manfaat : atribut perlu diterjemahkan menjadi manfaat fungsional dan emosional,
misal : ”mobil ini membuat saya menjadi penting dan dihargai”.
c. Nilai : merek juga menyatakan sesuatu tentang produsen, jadi mercedes berarti
kinerja tinggi, keamanan, gengsi dll.
d. Budaya : merek juga mewakili budaya tertentu, misalnya mercedes mewakili budaya
Jerman yang efisien, bermutu tinggi dan terorganisasi.
e. Kepribadian : merek mencerminkan kepribadian tertentu misal, mercedes
mencerminkan kepribadian pemimpin yang masuk akal.
f. Pemakai : Merek menunjukkan jenis konsumen yang membeli atau menggunakan
produk tersebut
inaba.ac.id
3
Manajemen Pemasaran Lanjutan
Modul 3
5) Merek yang kuat membantu membangun citra perusahaan, memudahkan
perusahaan meluncurkan merek-merek yang baru yang mudah diterima oleh para
distributor dan pelanggan.
Orientasi Merek
Menciptakan, mengembangkan dan berinteraksi dengan pasar sasaran melalui
merek, bertujuan untuk mencapai keunggulan bersaing dalam kegiatan pemasaran. Urde
(1999) dalam Mubarok (2019) menjelaskan bahwa, orientasi perusahaan yang
menerapkan elemen merek dalam strategi dan kegiatan pemasaran adalah orientasi
merek.
Elemen merek merupakan bagian dari strategi bertahan hidup dalam lingkungan
pemasaran yang dinamis dan terus berubah. Penerapan merek dalam strategi dan
kegiatan pemasaran berdasarkan pertimbangan bahwa merek bukan hanya untuk
merespon kebutuhan dan keinginan konsumen saja, namun, digunakan sebagai strategi
perusahaan yang tidak mudah ditiru oleh pesaing..
Berdasarkan perspektif ini merek sebagai sumber daya dan strategi perusahaan,
harus memiliki nilai, identitas dan keunikan yang berasal dari keterkaitan antara produk,
brand vision, identitas perusahaan, target konsumen, serta positioning perusahaan
(Urde, Baumgarth, and Merriless 2011).
Orientasi merek menyediakan suatu strategi yang bertujuan untuk mengelola
semua aktivitas dengan menghubungkan kondisi internal dengan eksternal dengan
sebuah nilai yang unik dari sebuah merek untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan
demi terciptanya kepuasan konsumen (Urde, Baumgarth, and Merriless 2011). Merek
yang dipilih oleh sebuah organisasi atau perusahaan bukan bertujuan untuk merespon
inaba.ac.id
4
Manajemen Pemasaran Lanjutan
Modul 3
kebutuhan konsumen, namun merupakan upaya perusahaan untuk berinteraksi dengan
konsumen (Urde 1999).
Gambar 3.2 Model Orientasi Merek (Sumber : Urde 1999 dalam Mubarok,2019)
inaba.ac.id
6
Manajemen Pemasaran Lanjutan
Modul 3
Keputusan Utama Strategi Merek
Kegiatan pemasaran yang dirancang oleh pemasar harus mengacu orientasi
merek (merek sebagai pedoman penyusunan strategi jangka panjang perusahaan dan
sebagai pedoman aktivitas pemasaran). Oleh karena itu, pemasar perlu menetapkan
keputusan utama strategi merek (Kotler & Armstrong, 2018 p266 ) sebagai berikut :
Gambar 3.3 Keputusan Utama Strategi Merek (Sumber : Kotler & Armstrong, 2018 p 266)
inaba.ac.id
7
Manajemen Pemasaran Lanjutan
Modul 3
dengan manfaat yang da[at diperoleh konsumen selain udara segar dalam
ruangan tapi tidak menghabiskan energi yang besar (energy saving). Manfaat
atau benefit yang ditawarkan oleh pemasar dipahami oleh konsumen tentang
merek Panasonic yang diasosiakan oleh konsumen sebagai produk
perlengkapan rumah tangga yang ramah lingkungan.
c) Level ketiga atau tertinggi dari brand postioning yaitu menetapkan pemosisian
merek berdasarkan nilai dan keyakinan (emotional level). Pemosisian merek
pada level ini, pemasar harus mampu merepresentasikan sebuah merek yang
‘hidup’ dan mampu meningkatkan engagement konsumen terhadap sebuah
produk atau merek. misalnya Panasonic memposisikan produk home
appliance nya dengan atribut – atribut produk yang inovatif, ramah lingkungan
sehingga merek Panasonic diharapkan menjadi Idea for Life pelanggannya
saat menggunakan produk – produknya.
Kotler & Keller (2016, p 297), menyatakan bahwa pemosisian merek yang
ditetapkan oleh pemasar dapat dilakukan dengan mengikuti tahapan – tahapan sebagai
berikut :
Tabel 3.1 menjelaskan bahwa pemosisian sebuah merek dapat ditentukan dengan
terlebih dahulu memperhatikan beberapa faktor kunci yang dimiliki oleh pesaing seperti
inaba.ac.id
8
Manajemen Pemasaran Lanjutan
Modul 3
customer awareness, kualitas produk, ketersediaan produk, technical assistance dan
tenaga penjualan. Faktor – faktor kunci tersebut, merupakan gambaran bagaimana
pesaing memiliki kompetensi? bagaimana pesaing menetapkan strategi?. Berdasarkan
hal tersebut maka pemasar memiliki pertimbangan bagaimana menentukan dan
menetapkan brand positioning produk yang ditawarkan.
inaba.ac.id
9
Manajemen Pemasaran Lanjutan
Modul 3
Berdasarkan Tabel 3.2, diperlihatkan bahwa proposisi nilai yang diciptakan oleh
contoh perusahaan – perusahaan tersebut diawali dengan pemahaman pemasar
terhadap kebutuhan dan keinginan pasar sasaran, sehingga pemasar mampu
memberikan alasan kepada konsumen potensial manfaat atau benefit apa yang
dapat diperoleh konsumen apabila mereka memilih, membeli, menggunakan atau
menghabiskan produk (merek) yang ditawarkan pemasar dibandingkan produk
(merek) yang ditawarkan para pesaing.
Beberapa hal yang harus diperhatikan pemasar setelah menentukan titik – titik
pembeda (value proposition) dari produk yang ditawarkan adalah sebagai berikut :
Setelah pemasar menemukan point of parity dan point of difference secara spesifik
berarti pemasar telah menemukan keunggulan bersaing yang tidak dimiliki oleh
para pesaing. Keunggulan bersaing dari sebuah merek (produk) merupakan inti dan
posisi merek dapat diciptakan pemasar dalam benak konsumen. Tahapan
selanjutnya adalah pemasar harus menciptakan brand mantra
inaba.ac.id
10
Manajemen Pemasaran Lanjutan
Modul 3
Merancang sebuah brand mantra, pemasar atau perusahaan harus memperhatikan
3 (tiga) elemen penting, yaitu :
(a) brand mantra harus mampu mengomunikasikan klasifikasi dan kategori produk
(barang/jasa)
(b) brand mantra harus mudah diingat (memorable), jelas dan singkat serta
bermakna
(c) brand mantra harus mampu menginspirasi semua orang
Berdasarkan uraian tersebut maka dapat kita ketahui peran penting dari brand
mantra yang mencerminkan ringkasan posisi dan inti dari sebuah merek, yaitu :
(c) Harus mudah diucapkan, dikenal, dan diingat : nama yang pendek akan lebih
baik,
Contoh : Tik Tak, Sugus, Clear, dsb.
inaba.ac.id
11
Manajemen Pemasaran Lanjutan
Modul 3
(d) Harus berbeda,
Contoh : Mustang, Kodak, Nikon, dsb.
(e) Tidak boleh memiliki makna yang buruk di negara dan bahasa lain,
Contoh : Nova yang dalam bahasa Spanyol artinya ”tidak berjalan lancar”.
Terdapat 5(lima) strategi dalam memilih nama merek yang akan digunakan, yaitu
sebagai berikut :
(a) Nama merek individual : keuntungannya utamanya adalah bahwa reputasi
perusahaan tidak terikat erat dengan produk itu,
Contoh : Unilever memilih nama Bango untuk merek produk kecapnya.
(b) Nama kelompok digunakan untuk semua produk : biaya pengembangan lebih
sedikit karena tidak dibutuhkan riset ”nama” atau pengeluaran iklan yang besar
untuk menciptakan pengakuan nama merek.
Contoh : Lifebouy dipilih sebagai nama merek untuk produk sabun dan
shampo.
(c) Nama kelompok yang berbeda-beda untuk semua produk : jika perusahaan
memproduksi produk-produk yang agak berbeda, tidak dianjurkan untuk
menggunakan nama kelompok keseluruhan untuk semua produk.
inaba.ac.id
12
Manajemen Pemasaran Lanjutan
Modul 3
Contoh : Unilever memutuskan membedakan beberapa merek shampo seperti
Sunsilk, Clear, Dove dan Lifebouy yang disesuaikan dengan kebutuhan dan
keinginan pasar sasarannya.
(e) Co Branding adalah penggabungan dua atau lebih merek terkenal menjadi satu
produk bersama atau dipasarkan dalam beberapa cara. Disebut juga sebagai
penetapan merek bersama, dual branding (penetapan dua merek), atau brand
bundling (penetapan merek gabungan). Merek bersama (merek yang
menyandang dua nama merek terkenal atau lebih),
Kelemahan Co-Branding:
Risiko dan kurangnya kendali untuk terhubung dengan merk lain dalam
pikiran konsumen (kinerja yang tidak memuaskan akan berdampak negatif
terhadap kedua merek)
Menjadi kurang fokus pada merek yang ada
inaba.ac.id
13
Manajemen Pemasaran Lanjutan
Modul 3
Prasyarat agar Co-Branding berhasil:
Kedua merek memiliki ekuitas merek terpisah
Kesadaran merk cukup besar dan citra merek positif
Adanya penyesuian logis antara kedua merek seperti gabungan kegiatan
merek atau kegiatan pemasaran yang memaksimalkan kebutuhan
masing-masing.
3) Co-Branding Multisponsor
Contoh: seperti Taligent, aliansi teknologi satu kali dari Apple, IBM, dan
Motorola
4) Co-Branding Eceran
Contoh: seperti penggunaan merek Cornetto Silverqueen secara
bersama dari produsen Walls dan Ceres untuk produk es krim.
inaba.ac.id
14
Manajemen Pemasaran Lanjutan
Modul 3
(4) Mengembangkan merek (brand development)
Keputusan utama pemasar saat menerapkan strategi pengembangan merek,
dapat mengacu pada matrik pengembangan merek dengan memperhatikan nama
merek dan kategori produk seperti yang disajikan pada Gambar 3.4 berikut :
Menurut Gambar 3.4, pemasar atau perusahaan memiliki 4 (empat) pilihan strategi
merek, yang bertujuan untuk mengembangkan merek, yaitu sebagai berikut :
(a) Perluasan lini (merek yang ada diperluas ke ukuran, rasa baru, dll. dalam
kategori produk yang telah ada),
Contoh : Coca cola memperluas lini merek produk minuman berkarbonasi
dengan mengeluarkan Fanta dan Sprite.
inaba.ac.id
15
Manajemen Pemasaran Lanjutan
Modul 3
Contoh : Coca cola mengeluarkan produk minuman berkarbonasi yang rendah
kalori seperi Diet Coke dan Coca cola Zero.
(c) Multi-merek (merek baru diperkenalkan dalam kategori produk yang sama)
Contoh : produsen motor Honda mengeluarkan skuter matik Honda Scoopy
dan Honda Genio.
inaba.ac.id
16
Manajemen Pemasaran Lanjutan
Modul 3
Mengomunikasikan point of parity dan point if difference yang dirangkum dalam
sebuah inti serta posisi merek diharapkan mampu meningkatkan efektifitas penerimaan
merek oleh pasar sasaran. Menurut Kotler & Keller (2016,p313) tujuan pengomunikasian
keunikan dan keunggulan merek, pemasar dapat memonitor perilaku pesaing yang
melayani pasar sasaran yang sama berdasarkan 3 (tiga) hal – hal sebagai berikut :
(a) share of market, yaitu bagian pesaing (competitor share) di pasar sasaran
yang sama
(b) share of mind, yaitu persentase respon konsumen dalam mengingat merek
pesaing
(c) share of heart, yaitu persentase respon konsumen terhadap preferensi merek
pesaing
Proses mengomunikasikan keunikan dan keunggulan merek yang bertujuan
membangun merek yang kuat, dapat dilakukan dengan cara construction brand position
bull’s eye seperti yang diterapkan oleh salah satu merek kedai kopi terkenal (Starbuck)
berikut ini :
Gambar 3.5 Starbucks Brand Positioning Bull’s Eye (Sumber : Kotler & Keller, 2016, p 310)
inaba.ac.id
17
Manajemen Pemasaran Lanjutan
Modul 3
Berdasarkan Gambar 3.5, dapat dijelaskan bahwa konstruksi brand bull’s eye
menyediakan konten dan konteks untuk meningkatkan pemahaman semua orang
tentang posisi merek sebuah produk (perusahaan). Dua lingkaran inti dalam bull’s eye
merupakan ‘hati’ dari merek yang merupakan titik – titik penting yang menjadi keunikan
dan keunggulan merek yang harus dibangun menjadi manfaat – manfaat aktual yang
diperoleh saat konsumen mengonsumsi merek (produk) dan dinterpretasi kedalam brand
mantra.
Tiga kotak yang berada diluar lingkaran, adalah konteks dan interpretasi tentang
perilaku konsumen dan pesaing, yaitu: dua kotak sebelah kiri merupakan analisis
pemosisian merek berdasarkan perilaku konsumen dan pesaing sebagai input atau
masukan tentang siapa target konsumen yang akan dilayani serta siapa para pesaing
yang mampu memberikan penawaran merek (produk) untuk melayani target konsumen
tersebut. Kotak sebelah kanan merupakan capaian yang diharapkan oleh pemasar
dimana posisi merek dalam benak konsumen mampu diciptakan sehingga merek
(produk) yang ditawarkan pemasar menjadi pilihan utama target konsumen dibandingkan
merek (produk) para pesaing.
inaba.ac.id
18
Manajemen Pemasaran Lanjutan
Modul 3
DAFTAR PUSTAKA
Kotler & Keller, (2016) Marketing Management, 16th Edition, Pearson Education.
Kotler, Philip, and Gary Armstrong. 2018. Principles of Marketing Global Edition. 18e ed.
Pearson.
Urde, Mats. 1999. “Brand Orientation : A Mindset for Building Brands into Strategic
Resources.” Journal of Marketing Management 15(1/3): 117–33.
———. 2016. “The Brand Core and Its Management over Time.” Journal of Product &
Brand Management 1.
Urde, Mats, Carsten Baumgarth, and Bill Merriless. 2011. “Brand Orientation and Market
Orientation — From Alternatives to Synergy.” Journal of Business Research
(January).
inaba.ac.id
19