Anda di halaman 1dari 32

Nomor :

Tgl. Terbit :

PEDOMAN

PELAYANAN LABORATORIUM

PUSKESMAS MIJEN I
KABUPATEN DEMAK
Tahun 2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan berkat dan rahmat-Nya sehingga Pedoman Pelayanan Laboratorium ini
dapat selesai tepat waktu. Tanpa pertolonganNya tentu kami tidak dapat
menyelesaikan Pedoman Pelayanan Laboratorium ini dengan baik.
Akreditasi bagi Puskesmas Mijen I Kabupaten Demak sangatlah penting
untukmeningkatkanmutu pelayanan dan kepuasan bagi pasien serta masyarakat.Untuk
menunjang pelaksanaan akreditasi di Puskesmas Mijen I Kabupaten Demak maka
diperlukan pedoman pelayanan laboratorium di Puskesmas Mijen I. Kami tentu
menyadari bahwa Pedoman ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Oleh karena itu kami akan selalu
menerima kritik dan saran untuk kemudian Pedoman ini dapat kami revisi menjadi lebih
baik lagi.
Harapan kami mudah mudahan Pedoman Pelayanan Laboratorium ini dapat
memberi manfaat dan berguna bagi semua pihak terutama Puskesmas Mijen I.

Demak,

Kepala Puskesmas Mijen I

drg. Fx Titik Purwaningsih

NIP.19670130 199303 2 002

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Laboratorium merupakan salah satu penunjang pelayanan kesehatan di


puskesmas. Pendirian Laboratorium membutuhkan tempat tertentu, bahan kimia
dan tempat penyimpanannya, penyediaan peralatan Laboratorium dan
peletakkannya, prosedur pengamatan dan keselamatan, penanganan spesimen
dan limbah infeksius, pencegahan infeksius dan upaya kesehatan pekerja serta
sumber daya yang terstandarisasi dan dilaksanakan maksimal.
Teknologi yang semakin maju serta pengetahuan masyarakat yang
semakin meningkat tentang kesehatan akan mendorong tuntutan masyarakat
terhadap mutu pelayanan kesehatan termasuk pelayanan kesehatan di
puskesmas. Sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan, pelayanan
laboratorium sangat dibutuhkan dalam pelaksanaan berbagai pogram dan upaya
kesehatan, dan dimanfaatkan untuk keperluan penegakan diagnosis, pemberian
pengobatan dan evaluasi hasil pengobatan serta pengambilan keputusan
lainnya. Di puskesmas adanya Laboratorium sangat penting karena pada
dasarnya hasil dari pemeriksaan Laboratorium dapat digunakan untuk
pengambilan tindakan dan pengobatan terhadap pasien.
Pemeriksaan Laboratorium puskesmas meliputi pemeriksaan darah, urine
dan dahak.Spesimen haruslah representative dan diperiksa sesuai dengan
standart prosedur yang ditetapkan.Adapun beberapa pemeriksaan yang tidak
bisa dikerjakan di Laboratorium puskesmas, maka Laboratorium puskesmas
akan mengirim sampel tersebut ke Laboratorium luar dengan persetujuan pasien
dan keluarga yang bersangkutan.
Laboratorium melayani pemeriksaan pasien rawat inap, rawat jalan dan
pemeriksaan atas permintaan pasien sendiri.Semua pemeriksaan dilakukan oleh
tenaga ahli Analis kesehatan yang kompeten dalam bidangnya. Pemeriksaan Pre
analitik, analitik dan pasca analitik dilakukan sesuai dengan standart prosedur
yang baik, sehingga menghasilkan hasil yang akurat.Dalam pemeriksaan
dibutuhkan suatu reagensia dan peralatan yang baik. Untuk menjaga kualitas
reagensia dan peralatan, Laboratorium puskesmas melakukan control mutu alat
dan reagensia secara berkala seperti kalibrasi alat, cara pendistribusian
reagensia, penyimpanan reagensia, dan pengetesan reagensia. Oleh karena itu

3
penting untuk disusun suatu buku pedoman sebagai bahan acuan bekerja di
labotarorium.
B. TUJUAN PEDOMAN

Buku pedoman pelayanan Laboratorium ini disusun untuk digunakan


sebagai bahan acuan bekerja di Laboratorium Puskesmas Mijen I.Dengan
harapan agar pelayanan di Laboratorium Puskesmas Mijen I bisa mendapatkan
hasil yang maksimal sehingga dapat menunjang ketepatandalam pemberian
pengobatan pasien sehingga pasien dapat tertangani dengan baik dan kepuasan
pelanggan dapat tercapai.

C. SASARAN PEDOMAN
Pedoman ini disusun untuk digunakan bagi para pihak terkait,
yaitu :Tenaga Pelaksana di Puskesmas Mijen I.

D. RUANG LINGKUP PEDOMAN

Pelayanan pemeriksaanumum di Puskesmas Mijen I secara garis besar


meliputi empat kegiatan, yaitu kegiatan yang bersifat promotif, prefentif, kuratif
dan rehabilitative. Untuk menunjang hal tersebut maka Pelayanan Laboratorium
sangat diperlukan untuk menegakkan diagnosa penyakit.

E. BATASAN OPERASIONAL

Kegiatan pelayanan laboratorium di Puskesmas Mijen I dapat


dibagi menjadi pelayanan laboratorium klinik dan managemen
laboratorium. Kegiatan laboratorium klinik terdiri dari :
1 . Laboratorium melakukan pelayanan ke personal yaitu pelayanan laboratorium
umum atau spesifik yang dilakukan untuk pemeriksaan kimia klinik,
hematologi, parasitologi, bakteriologi dan imunoserologi dengan dilaksanakan
secara manual, semi otomatis dan otomatis.
Jenis-jenis Pelayanan Laboratorium di Puskesmas Mijen I adalah sebagai
berikut :
a. Hematologi
- Pemeriksaan golongan darah
- Pemeriksaan darah rutin
b. Serologi
- Pemeriksaan HbsAg
- Pemeriksaan HIV

4
- Pemeriksaan syphilis
- Pemeriksaan Leptotek
- Pemeriksaan widal
c. Bakteriologi
- Pemeriksaan BTA sputum / kusta
d. Parasitologi
- Pemeriksaan malaria
e. Kimia darah
- Pemeriksaan gula darah sewaktu
- Pemeriksaan gula darah puasa
- Pemeriksaan gula darah 2 jam pp
- Pemeriksaan asam urat
- Pemeriksaan kolesterol
- Pemeriksaan trigliserida
- Pemeriksaan SGOT
- Pemeriksaan SGPT
- Pemeriksaan ureum
- Pemeriksaan creatinin
f. Urine
- Pemeriksaan urine 11 parameter
- Tes kehamilan
2. Pelayanan m a n a j e m e n laboratorium adalah pelayanan
administratif, informasi,m a n a j e m e n k e t e n a g a a n d a n l o g i s t i k
laboratorium.

5
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA

Untuk dapat melaksanakan fungsinya dan menyelenggarakan pelayanan


Laboratorium di Puskesmas, dibutuhkan sumber daya manusia yang mencukupi
baik jumlah maupun mutunya. Pola ketenagaan minimal harus dimiliki oleh
Puskesmas.
Adapun tenaga di laboratorium Puskesmas Mijen 1sebagai berikut :

No Jenis Tenaga Kualifikasi Puskesmas


Rawat Inap
1 Penanggung jawab Dokter 1
2 Tenaga Teknis Ahli Teknologi Laboratorium 2
Medik (D III ATLM)
3 Tenaga Non Teknis SMK Analis Kesehatan 1

Untuk pembagian kerja masing masing petugas berdasarkan TUPOKSI yang


sesuai kompetensinya.
1. Penanggung Jawab Laboratorium
Persyaratan kompetensi :
a. Memiliki ijazah S1 kedokteran
b. Memiliki STR dan SIP
Tupoksi :
a. Menyusun rencana kerja dan kebijakan teknis laboratorium.
b. Bertanggung jawab terhadap mutu laboratorium, validasi hasil
pemeriksaan laboratorium, mengatasi masalah yang timbul dalam
pelayanan laboratorium.
c. Melaksanakan pengawasan, pengendalian dan evaluasi kegiatan
laboratorium

6
d. Merencanakan dan mengawasi kegiatan pemantapan mutu.
e. Apabila dokter tidak dapat menjalankan tugasnya karena sesuatu hal,
maka tugas tersebut didelegasikan kepada pelaksana laboratorium.

2. Tenaga Teknis
Persyaratan kompetensi :
a. Memiliki ijazah DIII ATLM / DIV ATLM
b. Memiliki STR dan SIP
c. Bersedia bekerja sesuai SOP yang berlaku di Laboratorium Puskesmas
Mijen 1
d. Mampu bekerjasama dengan unit kerja yang lain
e. Mempunyai rasa empati, ramah dan bertanggung jawab

Tupoksi :

a. Melaksanakan kegiatan teknis laboratorium sesuai kompetensi dan


kewenangan berdasar pedoman pelayanan dan standar operasional
prosedur .
b. Melaksanakan kegiatan mutu laboratorium.
c. Melaksanakan kegiatan pencatatan dan pelaporan.
d. Melaksanakan kegiatan kesehatan dan keselamatan kerja laboratorium.
e. Melakukan konsultasi dengan penanggung jawab laboratorium atau
tenaga kesehatan lain.
f. Menyiapkan bahan rujukan spesimen.

3. Tenaga Non Teknis


Persyaratan kompetensi :
a. Memiliki ijazah SMK Analis Kesehatan
b. Bersedia bekerja sesuai SOP yang berlaku di Laboratorium Puskesmas
Mijen 1
c. Mampu bekerjasama dengan unit kerja yang lain
d. Mempunyai rasa empati, ramah dan bertanggung jawab

Tupoksi :

a. Membantu tenaga teknis dalam menyiapkan alat dan bahan


b. Membantu tenaga teknis dalam menyiapkan pasien
c. Membantu administrasi

7
Dalam rangka penyiapan dan pengembangan ketrampilan tenaga medisdan
paramedis makaPuskesmas menyelenggarakan aktivitas sebagai berikut:
a. Setiap tenaga medis dan paramedis mempunyai kesempatan yang sama
untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilannya.
b. Tenaga medis harus memberi masukan pada pimpinannya dalam
menyusun program pengembangan staf.
c. Staf baru mengikuti orientasi untuk mengetahui tugas,fungsi wewenang
dantanggung jawabnya.
d. Staf baru mengikuti pelatihan guna menyamakan kompetensi.
e. Melakukan analisa kebutuhan peningkatan ketrampilan dan pengetahuan
bagi tenaga medis dan para medis.
f. Tenaga medis dan para medis difasilitasi untuk mengikuti program yang di
adakan oleh organisasi profesi dan institusi pengembangan pendidikan
berkelanjutan.
g. Memberikan kesempatan bagi institusi lain untuk melakukan
praktik ,magang dan penelitian tentang pelayanan kesehatan di
puskesmas.

B. DISTRIBUSI KETENAGAAN

BAGAN STRUKTUR ORGANISASIPELAYANAN LABORATORIUM

KEPALA PUSKESMAS
drg. Fx. Titik Purwaningsih

PENANGGUNG JAWAB UKP


dr. Haryanto

PELAYANAN KIA PELAYANAN LABORATORIUM UGD

Restri Pambayun Amd.AK

Zidni Ahsan Amd.AK


PELAYANAN RAWAT INAP
Evi Widya Sari
PEMERIKSAAN
UMUM

PELAYANAN PERSALINAN
PEMERIKSAAN PONED
GIGI

8
C. JADWAL KEGIATAN

Jam Pelayanan

Senin – Kamis : 07.30 s/d 12.00

Jumat : 07.30 s/d 10.30

Sabtu : 07.30 s/d 12.00

BAB III
STANDAR FASILITAS

Sarana adalah suatu tempat ,fasilitas dan peralatan yang langsung terkait
denganPelayanan klinis. Sedangkan prasarana adalah tempat ,fasilitas dan
peralatan yang secara tidak langsung mendukung pelayanan kesehatan. Dalam
upaya mendukung pelayanan di puskesmas diperlukan sarana dan prasarana
yang memadai.

A. DENAH RUANGAN LABORATORIUM

1 7
8

6
3 2

6
2 5

4
R. Linen
2
9

KETERANGAN :

9
1. Refregarator spesimen
2. Kursi
3. Almari
4. Meja sampling
5. Wastafel
6. Meja kerja/praktek
7. Almari reagen dan BHP
8. Refrigerator reagen
9. Meja BHP

B. STANDAR FASILITAS

PERLENGKAPAN DAN PERALATAN

NO JENIS ALAT JUMLAH KIR

1 Hematology Analizer 1 unit 1 unit

2 LED analyzer 1 unit 1 unit

3 Fotometer 1 unit 1 unit

4 Mikroskop 1 unit 1 unit

5 Centrifuge 1 unit 1 unit

6 Rotator 1 unit 1 unit

11. Urilyzer 1 unit 1 unit

12 Rak Westergren 1 1

13 Tabung Westergren 2 buah 2 buah

14. Tabung Reaksi 15 buah 15 buah

16 Bak Pengecatan 1 1

17 Bunsen 1 1

18 Pipet Otomatis 2 6

20 Hemositometer 1 set 1 set

21 Obyek Glass 1 box 2 box

10
22 Cover Glass 1 box 1 box

23 Yellowtip 50 50

24 Bluetip 50 50

25 Spuit 1 box 2 box

26 Plester 1 roll 2 roll

27 Lanset 1 box 2 box

28 Corong 1 buah 1 buah

29 Gelas ukur 1 1

30 Hanscoon 1 box 2 box

31 Masker 1 box 2 box

32 Kapas 1 gulung 1 gulung

33 Meja 2 2

34 Kursi 3 3

35 Laptop 1 1

36 Printer 1 1

37 Wastafel 2 2

38 Tempat sampah 3 3

39 Bed pasien 1 1

40 Kulkas 1 1

41 Almari 1 2

42 UPS 3 3

43 Alat TCM 1 1

11
BAB IV

TATALAKSANA PELAYANAN

A. LINGKUP KEGIATAN
Upaya Pelayanan Kesehatan Umum di Indonesia dilaksanakan baik oleh
pemerintah maupun swasta. Upaya pelayanan kesehatan umum yang
dilaksanakan oleh pemerintah selama ini mengacu pada pendekatan level of
care (kebijakan WHO) yaitu tindakan Promotif, Preventif, Kuratif dan
Rehabilitatif yang merumuskan pelayanan kesehatan berjenjang untuk
memberikan pelayanan yang menyeluruh dikaitkan dengan sumber daya
yang ada.

B. METODE

ALUR KEGIATAN PEMERIKSAAN

PASIEN
PENDAFTARAN
1. PELAYANA
N UMUM
2. PELAYANA
N GIGI
3. KIA
1.UGD
2.RAWAT
INAP
3.PERSALINA
N

PEMBAYARA
N / KASIR

12
PELAYANAN
LABORATORIUM

Keterangan :
1. Petugas laboratorium menerima blanko permintaan laboratorium.
2. Petugas laboratorium mengidentifikasi asal permintaan apakah dari rawat
jalan ( pelayanan pemeriksaan umum, pelayanan pemeriksaan
gigi,pelayanan KIA) atau rawat inap ( UGD, persalinan PONED, Rawat Inap ).
3. Bagi pasien rawat jalan, petugas memanggil pasien sesuai identitas.
4. Petugas mengecek kwitansi pembayaran laboratorium.
5. Bagi pasien rawat inap, UGD dan Poned, petugas laboratorium mendatangi
ruangan untuk mengambil sampel.
6. Petugas memastikan ketepatan identitas pasien dengan yang tertera di
blanko permintaan laboratorium ( pasien rawat jalan maupun rawat inap).
7. Petugas lab mengidentifikasi jenis-jenis pemeriksaan yang diminta.
8. Petugas memberi label identitas pada wadah sampel.
9. Petugas mengerjakan pemeriksaan laboratorium sesuai dengan permintaan.
10. Petugas menyerahkan hasil laboratorium kepada pasien rawat jalan atau ke
petugas ruangan bagi pasien rawat inap, UGD, dan PONED.

C. LANGKAH KEGIATAN
1. Pre Analitik
a. Alat pelindung diri
Sebelum melakukan pemeriksaan petugas harus menggunakan APD.APD
bertujuan untuk melindungi kulit dan selaput lendir petugas dari resiko
pejanan darah, semua jenis cairan, kulit yang tidak utuh.APD ada beberapa
jenis yaitu sarung tangan, masker, kacamata, penutup kepala, jas
laboratorium, sepatu pelindung.Tidak semua alat pelindung diri dipakai

13
tergantung tindakan dan kegiatan yang dikerjakan.Pada plebotomi cukup
menggunakan sarung tangan dan jas laboratorium.
b. Pengambilan spesimen
- Darah
Untuk mendapatkan sampel darah pasien dilakukan dengan cara
pengambilan darah vena dan kapiler. Lokasi vena yang digunakan untuk
tempat penusukan adalah 3 vena utama di lengan yaitu vena cevalika, vena
mediana cubiti, dan vena mediana basilica.Pada umumnya vena mediana
cubiti merupakan pilihan karena terfiksasi baik dan tidak bergerak saat
ditusuk.
Pada pengambilan sampel darah untuk anak usia 1-12 tahun, sebelum
diambil darahnya, pasien anak diberi penjelasan dengan bahasa yang
mudah dimengerti tentang proses pengambilan sampel darah. Untuk
mengalihkan perhatian anak dan membuat anak menjadi rileks , petugas
laboratorium memberikan tontonan berupa video anak.

- Urine
Jenis urine yang diperlukan ada 2 yaitu urin sewaktu dan urin pagi.Urine
sewaktu adalah urin yang dikeluarkan pada waktu yang tidak ditentukan
sedangkan urin pagi adalah urin yang dikeluarkan pertama kali pada pagi
hari setelah bangun tidur.
- Sputum
Sputum yang dimaksud adalah sputum yang purulen, warna kuning
kehijauan. Menggunakan wadah bermulut lebar, bersih dan kering dan
bertutup ulir tiga.
c. Rujukan
Jika Laboratorium tidak dapat melaksanakan Pemeriksaan Karena suatu hal
( Alat Rusak, Listrik Mati, dll) maka darah akan dikirim ke Laboratorium Lain.

2. Analitik
a. Darah Rutin
Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan hemoglobin, leukosit, trombosit,
hematokrit. Ada beberapa cara pemeriksaan darah lengkap yaitu cara
manual dan cara menggunakan alat auto analyzer. Alat ini menggunakan
sampel darah segar dengan langkah-langkah sebagai berikut. Langkah
pertama menekan tombol F1kemudian isi ID pasien. Lalu sampel di( Buku
Manual alat Mindray Hematologi Analyzer)
b. Golongan darah

14
Penetapan golongan darah adalah menentukan jenis aglutinogen
yang ada dalam sel, disamping itu juga dikenal jenis agglutinin yang ada
dalam serum.Darah diteteskan sebanyak 2 tetes pada kaca obyek di
tempat yang berbeda. Kemudian ke masing-masing tetesan darah ditetesi
dengan antisera A, B, AB, dan Anti D. Selanjutnya dicampur dan digoyang
dan diamati adanya aglutinas.( Petunjuk Praktikum Laboratorium,
Gandhasoebrata Tahun 1984)
c. Pemeriksaan HIV
Pemeriksaan HIV menggunakan sampel serum dengan cara
diteteskan pada rapid test sebanyak 10 ul. Kemudian ditambah 4 tetes
buffer lalu ditunggu 10-20 menit untuk membaca hasilnya ( Lembar
prosedur pada box kemasan reagent)

d. HbsAg
PemeriksaanHbsAg rapid menggunakan sampel serum dengan cara
diteteskan pada rapid test sebanyak 3 tetes (75µl). Kemudian ditambah 1
tetes buffer lalu ditunggu 10-20 menit untuk membaca hasilnya (lembar
prosedur pada box kemasan reagent)
e. Pemeriksaan Syphilis
Pemeriksaan syphilis rapid menggunakan sampel serum dengan cara
diteteskan pada rapid test sebanyak 10 ul. Kemudian ditambah 3 tetes
buffer lalu ditunggu 10-20 menit untuk membaca hasilnya (lembar
prosedur pada box kemasan reagent)
f. Pemeriksaan Leptotex
Pemeriksaan leptotek menggunakan sampel serum dengan cara
diteteskan pada rapid test sebanyak 5 ul. Kemudian ditambah 1 tetes
buffer lalu ditunggu tidak lebih dari 15 menit untuk membaca hasilnya
( lembar prosedur pada box kemasan reagent)

g. Widal
Pemeriksaan widal adalah pemeriksaan laboratorium untuk
mendeteksi adanya penyakit typus.Pemeriksaan ini dilakukan jika pasien
sudah mengalami panas 3-4 hari.Sampel dari pemeriksaan ini adalah
serum atau plasma.Serum diteteskan sebanyak 4 tetes di tempat terpisah
di atas kaca obyek. Kepada masing-masing tetesan serum ditambah
reagent typho O, typhi H, paratyphi A, paratyphi B. Dilakukan
pencampuran lalu digoyangkan dan diamati adanya aglutinasi di bawah

15
mikroskop.( Petunjuk Praktikum Laboratorium, Gandhasoebrata Tahun
1984)
h. Pemeriksaan BTA Kusta
Cara pengambilan sediaan yaitu bagian yang akan diambil dibersihkan
dengan kapas alcohol 70%. Bagian tersebut dijepit dengan dua jari lalu
disayat sepanjang 0,5 cm dan sedalam 2 mm. Lalu cairan yang keluar
dibuat apusan lalu dicat dengan cat Ziehl Nielsen. Setelah kering diamati
di bawah mikroskop.( Modul Pelatihan Skean Smear UPT RS. Kusta
Kediri).
i. Pemeriksaan BTA Paru
Gold standar pemeriksaan BTA adalah dengan menggunakan metode
Tes Cepat Molekuler menggunakan alat TCM. Untuk pemeriksaan pasien
TB follow up dengan membuat hapusan dahak dengan ukuran 2x3 cm.
Kemudian hapusan ini dicat dengan reagent Ziehl Nielsen lalu diamati di
bawah mikroskop. ( Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis,
Depkes RI Tahun 2005)
j. Pemeriksaan Malaria
Pemeriksaan ini menggunakan darah kapiler kemudian dibuat
sediaan tetes tebal dan apusan darah tepi(ADT). Pada ADT difiksasi
dengan metanol. Kemudian kedua sediaan dicat dengan giemza
didiamkan selama 50menit. Sediaan dibaca menggunakan mikroskop
dengan perbesaran 100x.
k. Pemeriksaan kimia klinik( Gula Darah, Asam Urat)
Pemeriksaan kimia klinik dilakukan dengan alat elektrometer dengan
menggunakan darah segar. Darah diteteskan pada stik yang telah
disiapkan pada alat. Setelah itu ditunggu beberapa detik kemudian hasil
akan muncul pada layar alat.
l. Pemeriksaan kolesterol dan trigliserida
Pemeriksaan ini menggunakan sampel serum sebanyak 10 ul
ditambah 1000 ul reagent. Diinkubasi selama 30 menit kemudian dibaca
dengan fotometer pada panjang gelombang 546 nm.
m. Pemeriksaan SGOT dan SGPT
Pemeriksaan ini menggunakan sampel serum sebanyak 100 ul
ditambah 1000 ul reagent. Dibaca dengan fotometer pada panjang
gelombang 546 nm.
n. Pemeriksaan Ureum

16
Pemeriksaan ini menggunakan sampel serum sebanyak 10 ul
ditambah 1000 ul reagent . Dibaca dengan fotometer pada panjang
gelombang 480 nm.
o. Pemeriksaan Creatinin
Pemeriksaan ini menggunakan sampel serum sebanyak 50 ul
ditambah 1000 ul reagent. Dibaca dengan fotometer pada panjang
gelombang 480 nm.
p. Pemeriksaan urin
Pemeriksaan urin dapat digunakan untuk pemeriksaan test kehamilan
dan pemeriksaan urin rutin.Tempat urin harus bermulut lebar tertutup,
bersih, kering, dan diberi label.Volume urin yang ditampung kurang lebih
20 ml. Pemeriksaan urin meliputi makroskopis dan
mikroskopis.Pemeriksaan makroskopis meliputi warna, kejernihan, berat
jenis, bilirubin, reduksi, protein, keton, urobilinogen. Sedangkan
pemeriksaan mikroskopis berupa pemeriksaan sediment urine dimana
pemeriksaan ini dilakukan dengan melakukan centrifuge terhadap urin
kemudian sediment diperiksa di bawah mikroskop.( Petunjuk Pemeriksaan
Laboratorium Puskesmas, Departemen Kesehatan RI Tahun 1991).
3. Pasca Analitik
a. Pencatatan
Pencatatan selain untuk pemantauan data juga untuk evaluasi. Macam-
macam pencatatan antara lain :
- Buku Hasil Pemeriksaan Laboratorium.
- Buku register Laboratorium
- Blangko Pemeriksaan Laboratorium.
- Buku bukti Pengambilan Hasil Laboratorium
- Buku Stok Reagent.
b. Pelaporan
Pelaporan yang harus disampaikan secara berkala ke Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota berupa laporan bulanan yang merupakan hasil rekapitulasi
pencatan harian. Laporan triwulan, semesteran dan tahunan sesuai
ketentuan yang berlaku. Pelaporan untuk penyakit tertentu menggunakan
formulir baku yang sudah ditentukan oleh program.

17
BAB V
LOGISTIK

Kebutuhan logistik untuk pelaksanaan pelayanan Laboratorium


Puskesmas Mijen 1direncanakan dalam POA, permintaan obat dan bahan habis
pakai dan lokmin bulanan. Pengadaan logistik berasal dari Dinas Kesehatan
Kabupaten.
Untuk pengadaan yang lewat DKK, Puskesmas setiap tahun membuat
pengajuan logistik yang dibutuhkan. Kemudian Puskesmas tinggal menunggu
logistik datang dari DKK.
A. Tata Laksana
1. Penerimaan Reagensia
Petugas laboratorium memeriksa reagen yang datang, kemudian memeriksa
keadaan pembungkus reagen apakah dalam keadaan tersegel atau rusak.
Lalu reagen diperiksa tanggal kadaluarsa.
2. Penyimpanan reagensia
a. Reagen yang akan disimpan diperiksa tanggal kadaluarsa kemudian
reagen disimpan sesuai dengan prosedur penyimpanan yang tertera
dalam kemasan reagen.
b. Reagen yang telah dibuka bisa bertahan sampai masa kadaluarsa habis
bila disimpan pada suhu yang tepat.

18
3. Kontrol kadaluarsa reagen
a. Reagen yang baru datang diperiksa tanggal kadaluarsanya.
b. Bila mendekati masa kadaluarsa (3bulan) maka segera dilaporkan ke
bagian farmasi.
4. Pemesanan reagen
a. Petugas laboratorium mengecek persediaan reagen yang akan habis.
b. Reagen yang akan habis dicatat dan dilaporkan.
c. Petugas lab mengajukan pemesanan reagen ke bagian farmasi.

B. Daftar logistik Laboratorium di Puskesmas Mijen 1

No NAMA JUMLAH

1. Stik Gula 2 box

2 Stik Asam Urat 2 box

3 Reagen Cholesterol 50 ml

4 Reagent Trigliserida 50 ml

5 Reagent SGOT 50 ml

6 Reagent SGPT 50 ml

7 Reagent Ureum 50 ml

8 Reagent Creatinin 50 ml

9 Diluent 10 liter

10 Ez cleanser 50 ml

11 Probe cleanser 10 ml

12 Lyse 250 ml

19
13 Anti A 1 Vial

14 Anti B 1 Vial

15 Kartu golongan darah 50 buah

16 Na citrat 50 ml

17 Reagent HbsAg 20 buah

18 Reagent HIV 20 buah

19 Reagent Syphilis 20 buah

20 Reagent leptotex 5 buah

21 Reagen widal 1 vial

22 Stik urin 11 parameter 10 strip

23 Stik HCG 10 strip

24 Metanol 50 ml

25 Giemza 50 ml

26 Imersi oil 2 ml

27 EDTA 50 ml

28 Reagen ZN 1 box

29 Katrid TCM 50

30 Buffer TCM 50

20
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

Tujuan dari ditetapkannya sasaran keselamatan pasien adalah untuk mendorong


perbaikan spesifik dalam keselamatan pasien. Sasaran menyoroti bagian-bagian yang
bermasalah dalam pelayanan kesehatan dan menjelaskan bukti serta solusi dari
konsensus berbasis bukti dan keahlian atas permasalahan ini.

Untuk meningkatkan keselamatan pasien perlu dilakukan pengukuran terhadap


sasaran-sasaran keselamatan pasien. Indikator pengukuran sasaran keselamatan
pasien seperti pada tabel berikut ini:

NO INDIKATOR SASARAN KESELAMATAN PASIEN TARGET

1. Tidak terjadinya kesalahan identifikasi pasien 100%

2. Peningkatan komunikasi efektif 100%

3. Peningkatan keamanan obat / reagen yang perlu 100%


diwaspadai

4. Kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien 100%

21
operasi

5. Pengurangan terjadinya risiko infeksi terkait pelayanan ≥75%


kesehatan

6. Pengurangan resiko pasien jatuh 100%

1. Tidak terjadinya kesalahan identifikasi pasien


Identifikasi pasien yang tepat meliputi tiga detail wajib, yaitu: nama, tanggal
lahir/umur, alamat pasien. Kegiatan identifikasi pasien dilakukan pada saat
pengambilan spesimen atau pemberian tindakan dan pengambilan hasil
laboratorium.

2. Peningkatan komunikasi efektif

Komunikasi efektif, yang tepat waktu, akurat, lengkap, jelas, dan yang dipahami
oleh resipien/penerima akan mengurangi kesalahan, dan menghasilkan
peningkatan keselamatan pasien. Komunikasi dapat secara elektronik, lisan, atau
tertulis. Komunikasi yang paling mudah mengalami kesalahan adalah perintah
diberikan secara lisan dan yang diberikan melalui telpon. Komunikasi lain yang
mudah terjadi kesalahan adalah pelaporan kembali hasil pemeriksaan
Laboratorium, seperti laboratorium menelpon unit pelayanan untuk melaporkan
hasil pemeriksaan segera/ cito.

3. Peningkatan keamanan obat / reagen yang perlu diwaspadai


Reagen yang akan disimpan diperiksa tanggal kadaluarsa kemudian reagen
disimpan sesuai dengan prosedur penyimpanan yang tertera dalam kemasan
reagen. Reagen yang kadaluarsa dapat mempengaruhi hasil laboratorium.

4. Kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien

Petugas laboratorium mengidentifikasi asal permintaan laboratorium. Dalam


melaksanakan tindakan, petugas lab harus selalu melaksanakannya sesuai
prosedur yang telah ditetapkan. Petugas laboratorium mengidentifikasi jenis
pemeriksaan yang diminta supaya dapat menentukan spesimen yang akan diambil.

5. Pengurangan terjadinya risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan


Agar tidak terjadi risiko infeksi, maka semua petugas Puskesmas Mijen 1 wajib
menjaga kebersihan dengan cara :

22
a. Mencuci tangan 6 langkah dengan menggunakan sabun dan air mengalir.
Enam langkah cuci tangan pakai sabun (CTPS) harus dilaksanakan pada lima
keadaan, yaitu:

- Sebelum kontak dengan pasien


- Setelah kontak dengan pasien
- Sebelum tindakan aseptik
- Setelah kontak dengan cairan tubuh pasien
- Setelah kontak dengan lingkungan sekitar pasien.
b. Petugas menggunakan APD ketika bekerja. APD bertujuan untuk melindungi
kulit dan selaput lendir petugas dari resiko pejanan darah, semua jenis cairan,
kulit yang tidak utuh.APD ada beberapa jenis yaitu sarung tangan, masker,
kacamata, penutup kepala, jas laboratorium, sepatu pelindung.Tidak semua
alat pelindung diri dipakai tergantung tindakan dan kegiatan yang dikerjakan.
6. Pengurangan resiko pasien jatuh
Setiap pasien yang dirawat di Puskesmas Mijen 1 dilakukan pengkajian terhadap
kemungkinan risiko jatuh untuk meminimalkan risiko jatuh. Pencegahan terjadinya
pasien jatuh dilakukan dengan cara:
a. Memberikan identifikasi jatuh pada setiap pasien dengan pada setiap pasien
yang beresiko jatuh dengan memberi tanda pada pintu ruang laboratorium.
b. Memberikan intervensi kepada pasien yang beresiko serta memberikan
lingkungan yang aman.

23
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Pemeriksaan laboratorium yang beresiko tinggi seperti kasus-kasus


penyakit menular misal; TBC ,Kusta ,hepatitis, HIV AIDS dan penyakit yang
disebabkan virus lainya, maka petugas dalam melaksanakan pelayanan
diwajibkan memperhatikaan keamanan diri dengan cara :
1. Pemakaian Alat Perlindungan Diri (APD)
PEMAKAIAN ALAT PERLINDUNGAN DIRI (APD)

APD Cakupan Prosedur / Lokasi

Level 1
• Pelayanan triase
 Penutup kepala • Rawat jalan non COVID-19
 Masker bedah • Rawat inap non COVID-19
 Baju scrub/pakaian jaga
• Tempat praktik umum
 Sarung tangan- lateks
 Pelindung wajah • Kegiatan yang tidak mengandung aerosol
 Pelindung kaki
Level 2

24
 Penutup kepala
 Pelindung mata dan wajah • Pemeriksaan pasien dengan gejala infeksi
 Masker bedah pernapasan
 Baju/pakaian jaga • Ruang perawatan COVID-19
 Gown
• Pengambilan spesimen non pernapasan yang
 Sarung tangan lateks
 Pelindung kaki tidak menimbulkan aerosol
• Pemeriksaan pencitraan pada
suspek/probable/terkonfirmasi COVID-19

Level 3
 Penutup kepala • Digunakan pada prosedur dan tindakan
 Pelindung mata dan operasi pada pasien suspek/probable/terkonfirmasi
 face shield
COVID-19
 Masker N95 atau
ekuivalen • Pemeriksaan gigi, mulut, mata THT
 Baju/pakaian jaga • Kegiatan yang menimbulkan aerosol (intubasi,
 Coverall/gown & apron
ekstubasi, trakeotomi, resusitasi jantung paru,
 Sarung tangan bedah lateks
 Boots/sepatu karet bronkoskopi, pemasangan NGT, endoskopi
dengan pelindung sepatu gastrointestinal) pada pasien
suspek/probable/terkonfirmasi COVID-19.
• Tindakan otopsi pada pasien
suspek/probable/terkonfirmasi COVID-19.
• Pengambilan spesimen pernapasan

2. Mencuci tangan 6 langkah dengan menggunakan sabun dan air mengalir. Enam
langkah cuci tangan pakai sabun (CTPS) harus dilaksanakan pada lima keadaan,
yaitu:

- Sebelum kontak dengan pasien


- Setelah kontak dengan pasien
- Sebelum tindakan aseptik
- Setelah kontak dengan cairan tubuh pasien
- Setelah kontak dengan lingkungan sekitar pasien.
3. Petugas tidak makan dan minum di dalam laboratorium.
4. Sterilisasi Alat:

 Merendam alat dalam larutan desinfektan setelah digunakan.

 Mencuci alat dengan sabun yg mengandung anti septic

 Penyemprotan/ oles alcohol pada meja sebelum dan sesudah digunakan.

25
5. Pengelolaan limbah laboratorium :
Limbah medis padat di masukkan ke dalam tempat sampah medis dan limbah
tajam di masukkan ke safetybox. Kemudian penanganannya dilimpahkan pada
pihak ke tiga.
Petugas menggunakan IPAL untuk penanganan limbah cair sisa hasil
pemeriksaan laboratorium.
6. Petugas mematikan sentrifuge dan tidak membuka selama 30 menit jika diduga
ada tabung yang pecah saat sentrifugasi.
7. Petugas menggunakan sarung tangan yang tebal untuk mengambil forsep/
pecahan untuk mencegah penularan specimen yang infeksius.
8. Petugas menggunakan pipet otomatis dan tidak menggunakan pemipetan mulut
karena dapat menyebabkan tertelannya organisme pathogen.

BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Dalam rangka menjamin bahwa laboratorium memiliki kemampuan teknis


dalam menghasilkan data hasil uji yang akurat dan handal sehingga memberikan
kepercayaan kepada pengguna jasa dalam hal ini adalah pasien, laboratorium
puskesmas sebaiknya mampu menetapkan managemen mutu laboratorium
sebagai hasil analisis lab yang dapat dipertanggungjawabkan. Kegiatan penting
dalam meningkatkan mutu laboratorium yaitu dengan melakukan pemantapan
mutu, istilah pemantapan mutu merupakan pembakuan dari quality control.
Pemantapan mutu dalam laboratorium ada 2 yaitu pemantapan mutu
internal (PMI) dan pemantapan mutu eksternal (PME). Tujuan pemantapan mutu
internal adalah mengendalikan hasil pemeriksaan laboratorium setiap hari dan
untuk mengetahui penyimpangan hasil laboratorium untuk segera diperbaiki.
Pemantapan mutu ekternal bertujuan untuk menilai penampilan pemeriksaan

26
laboratorium pada saat tertentu, secara periodik, serentak dan
berkesinambungan yang dilakukan oleh pihak luar laboratorium dengan jalan
membandingkan hasil pemeriksaan lab peserta terhadap nilai target.
Pemantapan mutu laboratorium melalui beberapa tahap, yaitu :
9. Pra analitik, meliputi kegiatan :
a. Mempersiapkan pasien
b. Menerima spesimen
c. Mengambil spesimen
d. Memberi identitas spesimen
e. Menguji mutu reagensia
10. Analitik , meliputi kegiatan :
a. Pengolahan spesimen
b. Pemeliharaan dan kalibrasi alat
c. Pelaksanaan pemeriksaan
d. Pengawasan ketelitian dan ketepatan pemeriksaan
11. Pasca analitik, meliputi kegiatan :
a. Pencatatan hasil pemeriksaan
b. Pelaporan hasil pemeriksaan

Indikator Mutu Pelayanan Laboratorium :

NO JENIS PELAYANAN INDIKATOR STANDAR

1 Pelayanan Laboratorium 1. Waktu tunggu hasil pelayanan 1.≤ 60 menit


Laboratorium. (hematologi,
kimia klinik &
serologi)
2. Pelaksana interpretasi hasil 2.Dokter umum
laboratorium. terlatih
3. Tidak adanya
kesalahan 3.100 %
pemberian hasil pemeriksaan
laboratorium.
4. Kepuasan pelanggan. 4.≥ 80 %

27
1. Waktu tunggu hasil pelayanan laboratorium

Judul Waktu tunggu hasil pelayanan laboratorium

Dimensi Mutu Efektifitas, kesinambungan pelayanan laboratorium

Tujuan Tergambarnya kecepatan pelayanan laboratorium


Definisi operasional Pemeriksaan laboratorium yang dimaksud adalah
pelayanan pemeriksaan laboratorium rutin dan kimia
darah. Waktu tunggu hasil pelayanan laboratorium
untuk pemeriksaan laboratorium adalah tenggang
waktu mulai pasien diambil sampel sampai dengan
menerima hasil yang sudah di ekspertisi.

Frekuensi pengumpulan data 1 bulan


Periode analisis 3 bulan
Numerator Jumlah kumulatif waktu tunggu hasil pelayanan lab
pasien yang disurvey dalam satu bulan
Denominator Jumlah pasien yang diperiksa di lab yang disurvey
dalam bulan tersebut
Sumber data Survey
Standar ≤ 60 menit (manual)
Penanggung jawab Kepala unit pelayanan laboratorium

2. Pelaksana ekspertisi hasil pemeriksaan laboratorium

Judul Pelaksana ekspertisi hasil pemeriksaan


laboratorium
Dimensi Mutu Kompetensi teknis
Tujuan Pembacaan dan verifikasi hasil pemeriksaan lab
dilakukan oleh tenaga ahli untuk memastikan
ketepatan diagnosis.
Definisi operasional Pelaksana ekspertisi lab adalah dokter umum yang
terlatih yang mempunyai kewenangan untuk
melakukan pembacaan hasil pemeriksaan lab. Bukti
dilakukan ekspertisi adalah adanya tanda tangan pada
lembar hasil pemeriksaan yang dikirimkan pada dokter
yang meminta.
Frekuensi pengumpulan data 1 bulan

28
Periode analisis 3 bulan
Numerator Jumlah hasil lab yang diverifikasi hasilnya oleh dokter
umum yang terlatih dalam satu bulan.
Denominator Jumlah seluruh pemeriksaan lab dalam satu bulan
Sumber data Register di unit pelayanan laboratorium
Standar 100%
Penanggung jawab Kepala unit pelayanan laboratorium

3. Tidak adanya kesalahan penyerahan hasil pemeriksaan laboratorium

Judul Tidak adanya kesalahan penyerahan hasil


pemeriksaan laboratorium
Dimensi Mutu Keselamatan
Tujuan Tergambarnya ketelitian pelayanan laboratorium
Definisi operasional Kesalahan penyerahan hasil lab adalah penyerahan
hasil lab pada salah orang
Frekuensi pengumpulan data 1 bulan
Periode analisis 3 bulan
Numerator Jumlah seluruh pasien yang diperiksa laboratorium
dalam satu bulan dikurangi jumlah penyerahan hasil
laboratorium salah orang dalam satu bulan
Denominator Jumlah pasien yang diperiksa di lab dalam bulan
tersebut
Sumber data Rekam medis
Standar 100%
Penanggung jawab Kepala unit pelayanan laboratorium

4. Kepuasan pelanggan

Judul Kepuasan pelanggan


Dimensi Mutu Kenyamanan
Tujuan Tergambarnya persepsi pelanggan terhadap
pelayanan laboratorium
Definisi operasional Kepuasan pelanggan adalah pernyataan puas oleh
pelanggan terhadap pelayanan laboratorium
Frekuensi pengumpulan data 1 bulan
Periode analisis 3 bulan
Numerator Jumlah kumulatif hasil penilaian kepuasan dari pasien

29
yang disurvey ( dalam persen )
Denominator Jumlah total pasien yang disurvey ( n minimal 50 )
Sumber data Survey
Standar ≥ 80%
Penanggung jawab Kepala unit pelayanan laboratorium

BAB IX
PENUTUP

Pedoman Pelayanan Laboratorium Puskesmas Mijen I ini digunakan


sebagai acuan pelaksanaan pelayanan Laboratorium di Puskesmas Mijen I.
Untuk keberhasilan pelaksanaan Pedoman Pelayanan Laboratorium Puskesmas
Mijen I diperlukan komitmen dan kerja sama semua pihak.
Hal tersebut akan menjadikan Pelayanan Laboratorium di Puskesmas
Mijen I semakin optimal dan dapat dirasakan manfaatnya oleh pasien dan
masyarakat.

30
Demak,

Kepala Puskesmas Mijen I

drg. Fx Titik Purwaningsih

NIP.19670130 199303 2 002

DAFTAR PUSTAKA

1. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2012


2. Peraturan Pemerintah No 85 Tahun 1999
3. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 129 tahun 2008
4. Keputusan Kepala Bapedal No 03 Tahun 1998
5. Pedoman Praktek Laboratorium Yang Benar, Depkes RI Tahun 2004
6. Pedoman Kesehatan dan Keselamatan Kerja Laboratorium Kesehatan,
Depkes RI Tahun 2003
7. Buku Workshop Plebotomi Bagi Petugas Laboratorium di Puskesmas, Dinkes
Propinsi Tahun 2009
8. Buku Manual Alat Mindray Hematologi Analyzer
9. Petunjuk Praktikum Laboratorium, Gandhasoebrata Tahun 1984

31
10. Petunjuk Pemeriksaan Laboratorium Puskesmas, Depkes RI Tahun 1991
11. Modul Pelatihan Program P2 Kusta, Subdirektorat Kusta dan Frambusia
12. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis, Depkes RI Tahun 2005

32

Anda mungkin juga menyukai