Anda di halaman 1dari 19

Cerita Dewasa ML

Kumpulan Cerita Dewasa 18++

Jeng Yati Series : PKN 1 - Jeng Yati Jadi Lonte

*ILUSTRASI

Setelah menghadiri pembukaan PKN berupa hiburan pesta rakyat, maka aku dan istriku bersama
mbah Kotim,tetua desa yang umurnya katanya sekitar 75 tahun, memakai celana pendek
komprang dan baju hitam memakai ikat kepala dengan kendaraanku menuju rumahnya yang
agak terpencil sekitar 100 meter dari perumahan desa yang terdekat.

Begitu memasuki ruang tamu rumah mbah Kotim yang besar dan kuno itu, bau kemenyanpun
mulai tercium. Mbah Kotimpun mempersilahkan masuk dan kamar di belakang ruang tamu
sebelah kanan tertutup dan bau kemenyan begitu menyengat dari kamar itu. Di belakang kamar
itu adalah ruang keluarga dan kamar untuk tempat aku dan istriku menginap tepat di depan ruang
keluarga itu.

“Ini kamarnya mas, jangan sungkan” kata mbah Kotim mempersilahkan kami berdua masuk.
Akupun heran rumah kuno, tapi tempat tidurnya dunlopilo yang lebar dan empuk, lantainya
memakai karpet. “Mas, aku nggak begitu suka bau kemenyan, kayaknya mbah Kotim itu dukun,”
kata istriku. Akupun menceritakan yang aku dengar dari penjual rokok,kalau mbah Kotim adalah
gurunya Pak Carik, yang berumur 60 tahunan itu, sehingga pak Kades boleh dikatakan hanya
boneka saja, dan segalanya yang mengatur di desa itu adalah Pak Carik.
“Makanya …….” istriku tak meneruskan kata-katanya sambil memandangku tajam. “Makanya
apa,dik,’ tanyaku. Istrikupun diam. Akhirnya, “Mas, jangan marah, ya,” katanya manja. “Lho,
gak ada angin gak ada hujan, kok marah, apa aku sedikit, gila?” tanyaku. “Bener, mas nggak
marah? Akupun menggeleng. “Makanya, pak Carik selalu memandang dadaku dan
selangkanganku, mas dan

hatikupun bergetar ketika dia memandang payudara dan selangkanganku rasanya seperti
ransangan. Memang istriku memakai blouse yang agak rendah dan ketat waktu pesta rakyat tadi
sehingga payudara yang berukuran 36B agak tersembul, sedangkan rok spannya yang terbuat
dari bahan elastis memperlihatkan pantatnya yang bahenol dan empuk itu, walaupun perutnya
tidak ramping karena sudah dua kali mengandung.

Istriku yang cukup mungil dengan tinggi 155 cm, berwajah menarik seperti bintang Film
Mandarin, meskipun kulitnya sawo matang dengan rambut pendek sehingga tampak lebih muda
dari usianya yang menginjak 40 tahun. Sering istriku berkata agar para mahasiswanya tidak
bosan dengan kuliah

yang diberikan istriku. “Semakin lama Pak Carik memandangku, putingku yang memang besar
itu, semakin mengeras dan menonjol, mas.” kata istriku. Ya,dalam keadaan biasa puting susu
istriku sebesar setengah penghapus steadler yang kecil. Hatikupun berdegup semakin keras,
ketika istriku meneruskan ceritanya.

“Mas, jangan marah ya.. Aku menggeleng lagi. “Vaginaku basah,mas, lihatlah, kata istriku
sambil menyingkap rok spannya. Dan kulihat CD istrikupun basah seperti ngompol. “Kau,
terangsang, dik? Tanyaku dan istrikupun memelorotkan CD nya dan langsung menarik tanganku
di pangkal pahanya yang ditumbuhi jembut lebat. Kurasakan empik (bibir vagina) nya basah
kuyup yang berarti istriku sangat terangsang. Dengan tergesa-gesa istrikupun melepas paksa
celanaku, hingga kontolku yang sudah ngaceng mendengarkan ceritanya dielusnya dan dikocok
pelan oleh tangan mungilnya, kocokan tangannya yang lembut semakin, cepat dan ” Oh, dik, aku
keluar dan crot.. crot..crot, pejuku pun muncrat.

“Maafkan mas…,” kataku sambil ku peluk tubuh istriku yang bahenol. “Mas, jangan marah,ya?”
Aku menggeleng “Mas, rupanya sangat terangsang dengan ceritaku tadi.” Aku hanya memeluk
erat tubuh istriku. “Maafkan,mas,” kataku. “Mas, nggak marah, aku terangsang karena
pandangan Pak Carik tadi?” Tanya istriku. “Kau suka dirangsang dengan pandangan pak Carik
tadi?” aku balik bertanya. Istrikupun memelukku erat. Karena diam, akupun berkata “Kalau kau
suka, akupun tak keberatan,” kataku. “Mas …..” istrikupun memeluk dan menatapku. “Kau suka,
dik,?” kubisikan pada telinga istriku.

“Aku …..,” istriku tak meneruskan kata-katanya. “Kenapa? Ceritakan saja, mulai kapan kau
merahasiakan sesuatu padaku? tanyaku. Istrikupun menarik tanganku sehingga kami berdua
duduk di pinggir kasur empuk itu. “Mas, tadi aku ….eeh …..pak Carik rasanya bukan hanya
memandang payudara dan selangkanganku …” Istriku terdiam. “Maksudmu …,” tanyaku.
“Jangan marah, ya mas..” Aku menggeleng dan memeluk bahunya. “Rasanya tadi sepertinya
tangan pak Carik meremas-remas payudaraku sampai payudaraku semakin keras dan eeeh… mas
putingku serasa dipelintir, ditarik-tarik oleh jari-jari pak Carik. Aku …aku sampai binggung agar
putingku tak tampak menonjol karena aku pakai BH tipis,mas.” Hatikupun berdegup dan
kontolku yang tadinya sudah loyo mulai bereaksi ketika istriku meneruskan ceritanya. “Mas aku
berusaha tidak mendesah ketika kurasakan payudaraku terasa dikempot oleh mulut dan heeh
….tangankupun meremas tangan kursi ketika puting-puting payudaraku serasa dikulum dan
dijilati dan pak Carikpun senyum senyum padaku” “Mas terangsang ya,” tiba-tiba istriku
nyeletuk dan tangannya langsung mengelus kontolku yang ngaceng lagi.

“Mas ….. aku merasakan pahaku mulai terbuka dan mas ….kurasakan ada tangan yang
menyusup makin lama makin ke dalam. Akupun semakin panik begitu mas pamit akan beli
rokok dan pak Carikpun duduk di kursi yang tadi mas duduki.”(Akupun teringat cerita penjual
rokok). Akupun mencium rambut istriku dan memeluknya.

“Kurasakan tangan itu menyibak celana dalamku dan tas kupun ku taruh pangkuanku , heeh …
jari-jari itu pun menyibak empik(bibir vagina) ku dan terus mengelus-elusnya mas, dan akupun
menggigit saputanganku ketika jari-jari itu mulai memainkan itil(kelentit)ku dan pak Carikpun
berbisik padaku :”Enak, jeng?” dan jari-jari itupun semakin menggila mempermainkan bibir
vagina dan kelentitku” Tangan istrikupun semakin cepat menggocok kontolku. “Aku betul-betul
terangsang, mas ….. apalagi jari-jari itu terasa menggbok obok torok (lubang vagina)ku yang
semakin basah, sedangkan putingku

disedot-sedot terus” “Diiiik,dan crot… crot akupun keluar lagi. “Aduh…,’ Keluhku. “Mas, kok
keluar aku belum, mas…” kata istriku lirih. “Aku nggak kuat dik”

Istrikupun berdiri dan menarik kursi di hadapanku. “Mas tadi aku begini…” Kulihat istriku
memerankan yang tadi dia rasakan di”kerjain” pak Carik, tapi istriku kini melepas BH nya tetapi
tetap memakai blouse nya mulai dari tangannya meremas tangan kursi, kakinya agak terbuka,
memangku tas, sedangkan pantatnya menahan goyangan nafsunya dan akupun ngaceng lagi dan

dengan serta merta istriku memegang kontolku dan mengkangkangkan kakinya di pangkuanku.
Karena sangat tergesa-gesa maka kontolkupun tidak ke lubang vagina istriku, tetapi diantara
pangkal paha dan jembutnya yang lebat menggesek kontolku dan ooh …… cret …cret ..cret aku
keluar lagi dan kepalakupun pening karena aku hanya dapat kuat keluar dua kali. “Maasss ….”
istriku mendesah. “Maafkan mas, sayang aku nggak kuat” Istrikupun berdiri dan mengocok
kontolku yang loyo dengan cepat.

“Mas, aku pingin, mas, aku belum apa-apa, eeh mas nanti pak Carik datang, lho kalau tahu mas
loyo. Gimana, mas, gimana, tangannya yang keriput meremas payudaraku, mulutnya yang sudah
ompong megulum putting-putingku ……..Dan akupun ngaceng lagi, tetapi karena istriku cepat
sekali mengocok kontolku dan “diiiiiiik crot ..crot …crot.. maniku yang sudah encer membasahi
karpet merah kamar itu. “Maafkan,aku dik dan kepalakupun terasa berputar, akupun terbaring di
kasur empuk itu. “Maas, nanti pak Carik datang, lho, dan daaaar petirpun menyambar keras dan
hujanpun turun dengan deras. Istrikupun terus mengocok kontolku yang lemas dan terus
berusaha membangkitkanku dengan kata-kata joroknya yang tak pernah diucapkan sebelumnya
“Mas, aku takut pak Carik menggosok empikku (aku tak pernah istriku bicara seperti ini), terus
itilku dan kontolkupun terasa mengeras dan istriku meneruskan cerita pornonya : “Itilku
dipencet-pencet, mas dan torokku mulai di …….. dan crot …crot …..crot rasanya tak ada lagi air
maniku yang keluar dan kepalakupun semakin pening dan aku sempat melihat jam dinding
menunjukkan pukul 19.15.

Aku terbangun ruangan kamar gelap dan jam weker diatas tempat tidur menunjukkan pk. 19.55
dan aku terbangun karena ada suara rintihan di ruang keluarga. “Jangan, mbah……” “Sssssst
…”suara mbah Kotim Akupun kaget bukan alang kepalang karena desahan dan rintihan itu
semakin jelas “Mbaah, mbaaah Kotim,” kudengar rintihan istriku dan yang aku sudah lemas
berusaha bangkit tapi tak kuasa tubuhku terasa remuk dan kedua lututku bergetar. Dengan tenaga
tersisa akupun menjatuhkan diriku ke karpet dan dengan tenaga yang tersisa di tangan aku
merayap ke pintu kamar yang terbuka ¼ tetapi selambunya masih tertutup rapat.

“Heeh ….. heeeh ….” rintihan istrikupun semakin sering dan dari bawah pintu kedua matakupun
terbelalak, ku lihat istriku yang seksi itu dan masih mengenakan blouse dan rok spannya berdiri
menggoyang ngoyangkan pantatnya yang bahenol berputar-putar seperti permainan holahop.
“Mbaah …mbaaah Kotim….” dan kini pangkal paha istrikupun maju mundur seperti orang yang
bersetubuh. Kedua tangannya meremas-remas pantatnya sendiri.
“Nanti suamiku bangun, mbah..” “Suamimu paling sudah loyo, ayo sini jeng”, perintahnya dan
kulihat jari telunjuknya memerintahkan untuk mendekat dan “ooh mbaaaaaah ….” pangkal paha
istrikupun ke depan dan terangkat seolah olah pangkal pahanya ditarik ke atas sehingga istriku
berjalan majupun kesulitan mendekati Mbah Kotim yang duduk di kursi panjang menghadap ke
televisi yang menempel di kamar gelap sehingga tampak dari samping. Begitu tepat di depan
mbah Kotim, istrikupun mengerang “Mbaaaaaaah…….” dan kedua tangan istriku mendekap erat
pangkal pahanya yang semakin terangkat ke atas mengendur terangkat ke atas lagi.

” Mbaaah suuudddaaaah mbaaaah” istriku memohon. “Oooohhhh ……..oooooah …..heeeeh


naantiiii suamikuuuu oooohh…..banguuuun……” “Kalau bangun, mau apa suamimu sudah loyo,
kan? Paling dia suka melihat jeng begini. Enak, kan? Bagaimana kalau begini? Pangkal paha
istrikupun tersentak keras sehingga hanya beberapa jengkal di depan wajah keriput mbah Kotim
dan kembali pantat istrikupun maju mundur. “Kenapa tangan mu menutup pangkal pahamu,
jeng?” Heeh …heeh” istriku hanya mendesah.” Kenapa ?” mbah Kotim menghardik. “Anu
mbaaah, anu ….” “Anu apa, heh?”. “Anuku….” “Anu apa?! mbah Kotim membentak. “Masih
pakai rok kok ditutupi tangan segala. Anu apa?! “Aaaaah……..” istrikupun menjerit tertahan dan
pangkal paha yang dibekap kedua tangannya tepat di wajah keriput mbah Kotim. “Tempikku,
mbah” dan akupun semakin terbelalak mendengar ucapan jorok istriku kepada orang yang
selayaknya jadi kakeknya. Tanpa berkata tangan keriput mbah Kotimpun menyusup di rok span
elastis istriku sambil mengusap paha mulus istriku terus naik sehingga rok istriku mulai
tersingkap memperlihatkan kedua paha mulus istriku dan langsung menyusup di selangkangan
istriku.

“Jembutmu lebat, jeng. Wow kau sudah basah,ya” “Oooooh” istrikupun melenguh ketika tangan
keriput mbah Kotim bergerak mengelus pangkal paha istriku dan kemudian terdengar bunyi
“cek….cek…. cek…..”. “Ooh mbaah ….heehh” “Tempikmu basah, jembutmu juga, jeng” sambil
tangannya yang menyusup di rok istriku bergerak cepat sehingga bunyi kecepak dari pangkal
paha istrikupun semakin keras. “Suddaaah, mbah,”pinta istriku memelas. “Kamu capek, ya jeng?
Istrikupun menggangguk dan mbah Kotimpun menarik tangan kanan istriku sehingga istriku
dipangku oleh mbah Kotim menghadapku.

Tangan kanan mbah Kotim mengkangkangkan kaki kanan istriku sedangkan tangan kirinya
memeluk pinggang istriku sehingga dari tempatku mengintip terlihat jelas jembut lebat istriku.
“Mbaaaah…..” desah istriku ketika tangan kanan mbah Kotim menggosok pangkal paha istriku
“Ooooh, mbaaaaaah,” istriku merintih ketika kulihat tangan keriput itu membuka lebar bibir
vagina istriku. “Heeeh .. heeh… heeeh,” nafas istriku memburu “Itilmu sudah keras,
jeng.”kulihat telunjuk keriput mbah Kotim mempermainkan itil istriku “Mbaaaaah ……..”

“Jeng aku lebih suka dipanggil mbah Kotim,” tiba-tiba mbah Kotim membentak dan tangan
kirinya menjambak rambut pendek istriku hingga tenggadah. “Iii ya, mbah Kotiiiimmm,” “Lha
begitu bagus,” mbah Kotimpun melepas rambut istriku dan “Mbaaah Kootttttiiiiiim
sakiiiiit……” istriku berteriak. “Itilku jangan dicubit, mbah…….

“Gimana, kalau gini, enak, jeng?” Kulihat jari tengah mbah Kotim masuk ke torok istriku dan
jempolnya mempermainkan itil istriku. “Mbaaah Kotiiiim…….”kini kulihat jari telunjuk, jari
tengah dan jari manis mbah Kotim masuk dan mengobok ngobok torok istriku yang
mengelinjang dipangkuannya. “Enak, jeng?” “Iya, mbah Kotim heeehh enaaak,” desah istriku
Mbah Kotim lebih mengkangkangkan kaki kanan istriku dengan sikunya sehingga aku melihat
semakin jelas bagaimana jari mbah Kotim mengobok obok torok istriku dan jempolnya
mempermainkan itil istriku yang semakin menggelinjang tak karuan.

“Ini yang disukai perempuan,” katanya “Mmmbaaaaahhhhhh Kooootimmmmm


ennnnnnnaaaaaaak,” kulihat telapak tangan kanan mbah Kotim menghadap ke atas dan ketiga
jarinya dikeluarkan sehingga kulihat jari jari keriput itu keluar dari torok istriku dalam posisi
menekuk. Rupanya jari-jari keriput mbah Kotim menggaruk ngaruk bagian atas torok istriku di
daerah G Spot. Istriku selama hanya memperbolehkan tanganku mengelus bagian luar saja di
tempik dan itilnya. Tak pernah kulakukan dengan gaya menggarruk seperti yang dilakukan mbah
Kotim di toroknya seperti yang kulihat ini. Beberapa garukan, tangan kanan istrikupun memeluk
bahu mbah Kotim sedangkan kakinya mengkangkang lebar dan naik turun mengikuti garukan
jari-jari mbah Kotim di toroknya.

“Mmmbaaaahhhh Kotiiiiiimmm, akkkkkkkuu ……oooohhh taaaakk oooookkkkuaaaattt


oooohhhhhhh,” dan pinggulnya mendekat pada tangan kanan mbah Kotim yang mengobok obok
toroknya dan tangan kiri istriku menarik tangan kanan mbah Kotim yang semakin gila
menggobok obok torok istriku dan kedua kaki istriku lurus mengejang. “Kalau pejumu keluar
bilang, jeng” “MMppppfffff ….mbaaahhhh Koootttttttimm pejuku keluaaaaaarrrrrrrrrr
mmmpppfh” Tubuh istriku yang mengelinjang hebat di peluk tangan kiri mbah Kotim yang
masih tampak kuat itu kulihat blouse istriku basah karena keringatnya.
Mbah Kotimpun berkeringat. Istrikupun masih memeluk mbah Kotim. Beberapa saat kemudian.
“Enak kan, jeng?” “Iya mbah Kotim,” Pernah suamimu melakukan seperti tadi “Enggak, mbah
Kotim. Biasanya suamiku kalau sudah loyo hanya menggosok tempikku sampai pejuku keluar,
tapi tidak selama dan senikmat tadi” ujar istriku mengaku.

“Aku haus, jeng,” Istrikupun dipeluk mbah Kotim ketika akan berdiri dari pangkuan mbah
Kotim. “Kemana? Khan ada ini,” tangan kanannyapun meremas payudara kiri istriku dengan
gerakan berputar dan kemudian berganti ke payudara kirinya yang masih tertutup blousenya.
“Kalau susu dan kelamin perempuan sudah terkena tanganku akan gatal-gatal kalau memakai
kutang (BH) dan celana dalam. Termasuk punyamu, jeng”

“Mbah Kotim……aku mengajar…,” kata istriku “Yah pokoknya jeng gak sanggup menahan
gatal susu dan empikmu kalau pakai kutang dan celana dalam. Tak tanggung bisa garuk-garuk
tempik dan susumu. dimuka orang. Kan jeng bisa pakai baju safari kayak ibu-ibu PKK.
Istrikupun mengernyitkan dahinya, “Blazer itu mbah Kotim,: kata istriku “Emboh namanya apa”
kata Mbah Kotim “Heeeh Mbah Kotim aku heeh rasanya susuku ngrengseng Mbah Kotim
rasanya air susuku mau keluar.” kata istriku binggung. “Ha ha ha, iya memang jeng, sekarang
begitu pentil susumu dijilat oleh laki-laki dewasa selain suamimu langsung susumu bereaksi dan
air susumu keluar.”

“Mbah Kotim aku ….. Mbah Kotiiiim …..aku diapakan saja?’ Tangan kiri Mbah Kotim meraih
pundak istriku dan meremas sekali dan “Mbah Kotiiiim ….” istriku menggelinjang “Itu baru satu
remasan, jeng … begitu pundakmu diremas terus itilmu langsung keras dan gatal dan torokmu
akan basah. Itu belum kalau tengkukmu, bisa-bisa pejumu keluar kalau pas tepat di titik saraf
yang menghubungkan torok, itil, tempik dan pentil susumu,”kata Mbah Kotim menerangkan
kepada istriku.

“Kenapa Mbah Kotim melakukan ini semua padaku?”tanya istriku. “Suamimu suka kalau jeng
senang itu saja. Aku hanya membantu kalian berdua.” kata Mbah Kotim. “Aku malu, Mbah
Kotim ‘kan nanti setiap lelaki akan menginginkanku, aku ini kan mengajar Mbah, bukan seorang
…..” “Pelacur…..”sergah Mbah Kotim. “Jeng, kamu bukan pelacur jalanan,tapi jeng kini sudah
menjadi pelacur bagi orang yang berilmu tinggi. Karena mereka akan tahu torokmu tersedia
untuk dia, walaupun kamu memakai celana besi sekalipun. Kontolnya akan menyelinap masuk
torokmu.” “Mbaaah ……,” istriku mendesah. “Suamiku nanti dengar lho, mbah,” “Oooh tidak,
dia sedang tidur pulas kecapaian, dia tak akan bisa berkutik sekalipun dia melihat di depan mata
kalau jeng sedang digitik orang berilmu itu” Kulihat tangan kanan Mbah Kotim yang sedang di
selangkangan istriku

mengajungkan jempol, aku tahu isyarat itu ditujukan kepadaku. “Aku takut sama suamiku,
mbah,” kata istriku .”Mbaaah susuku semakin mengeras dan ngrengseng mbah,” “Dari tadi aku
crita terus, aku juga semakin haus, jeng” “Mbah mau minum…,

” istriku dan membuka kancing blousenya. Aku terhenyak karena payudara istriku semakin
montok ketika tangan kanan istriku mengeluarkan payudara kanannya yang dekat dengan bibir
Mbah Kotim. “Mbaaaah …. heeeh………,” istriku mendesah ketika ujung lidah Mbah Kotim
menempel di putting susu istriku dan seeeer kulihat air susu istriku muncrat dan aku begitu heran
ujung lidah Mbah Kotim bergetar sangat cepat seperti sayap capung menjilati pentil susu istriku
yang semakin banyak mengeluarkan air susu dan heep “Ooooohhhh Mbah
Kotiiiiiimmmmpfh….,”istriku mendesah keras ketika mulut Mbah Kotim mencaplok payudara
istriku yang dengan refleknya memeluk kepala Mbah Kotim hingga ikat kepalanya lepas dan
kepala botak Mbah Kotim nongol. “Mbah Kotiiiiiiiim akuuu ..geeelliiiii… ennnnaaaaak, Mbah
Kotim ompoong tak punya gigiiiii eeehh .. heeeh…… heeeehh,” istriku mengelinjang dan
semakin erat memeluk kepala botak mbah Kotim.

“ujung lidahmu mbaaaah….. oooohh … oooohhh enaaaaaaaak,” istriku mendesis desis


keenakkann dan tangan kanan Mbah Kotim pun menggosok tempik istriku semakin cepat dan
Mbah Kotim mengulangi aksinya memasukkan jari-jarinya ke dalam torok istriku hingga
“mbaaahh akuuuuu keluaaaaaaaarrr eeeehhh mmmmpffff” Istriku orgasme untuk kedua kalinya
dan tangan kanan Mbah Kotim yang basah oleh lendir istriku kini meremas-remas payudara
istriku dan mulutnya terus mengempot kedua putting susu istriku bergantian. Istrikupun terus
mendesis dan mendesah sampai air susu kedua payudaranya habis disedot Mbah Kotim.

Dan tak kunyana Mbah Kotim yang kurus itu tiba-tiba bangkit sambil mengendong istriku dan
istriku di dudukan kursi single sehingga istriku menghadap pintu kamar dimana aku mengintip
adegan panas istriku bersama Mbah Kotim. Mbah Kotim pun mengangat kedua kaki istriku dan
mengkangkangkan lebar-lebar di kedua tangan kursi yang besar dan empuk itu sehingga posisi
istriku sangat merangsang dengan kedua payudaranya yang sudah menyembul keluar dari
blousenya dan rok span elastisnya tersingkap sampai di perutnya apalagi kakinya yang terangkat
terkangkang lebar menampakkan jembut lebatnya di selangkangan istriku.
Mbah Kotim pun berjongkok tepat di selangkangan istriku dan kedua tangannya yang keriput
membuka lebar tempik istriku dan ujung lidah Mbah Kotim yang bergetar cepat langsung
menjilati itil dan tempik istriku bergantian.

“Eeeeenaaaaakkkkkk mmbaaaaaah……..,” rintih istriku. “Suamiku tak pernah menjilati


heeeehhhh heeeehh itil daan teempiiik ku seperti iniiiii…. heeeh ….. heeeeh,’ Mbaaah
mmbaaaah akuuuu keluaaaaaarrrr mmmmmpf oooooohhhhhh,” istrikupun mengelinjang dan
siku Mbah Kotim menekan kedua paha istriku dan kedua tangannya yang keriput tapi kuat
memegang kedua lengan istriku sehingga hanya kepala istriku yang tersentak sentak ke depan
merasakan kenikmatan. Mbah Kotim tetap memegang istriku sehingga tubuhnya tak dapat
bergerak dan kepala istriku menengadah merasakan sisa kenikmatan dan nafasnya terengah
engah sehingga payudaranya yang sekarang lebih montok naik turun seirama dengan nafasnya.

Untuk kesekian kalinya aku kaget, ketika Mbah Kotim menoleh ke arahku dan hiiiih lidahnya
menjulur panjang bercabang diujung lebih panjang dari panjang kontolku yang 18 cm itu
mungkin lebih dari 22 cm dan besarnya agak lebih besar dari kontolku dan yang membuat ku
ngeri ujung lidahnya yang bercabang terus bergetar cepat. Istriku tetap menengadah sehingga dia
tak melihat kalau Mbah Kotim menoleh dan pandangan setannya tepat di kedua mataku, wajah
keriputnya menjadi sangat bengis dan memberi kesan meremehkan diriku bahkan menginjak
injak martabatku sebagai seorang suami dan mulutkupun semakin kelu dan ternganga ketika
Mbah Kotim mendemonstrasikan lidahnya yang membesar dari ujung ke pangkal lidahnya
seperti bola tennis meliwati lidahnya dan hiiiiihhh lidah itu dapat memelintir dan semakin besar
kaleng parfum axe. kemudian Mbah Kotim berpaling ke istriku “Jeng, kau akan merasa awal
kenikmatan yang tiada tara,” istrikupun menunduk memandang wajah Mbah Kotim dan
“eeeeh…..” istriku mendesah ketika mulut Mbah Kotim mencaplok kemaluan istriku. Tak lama
kemudian, “mbaaah …. lidahmu kok masuk ke torokku, eeehhh mbaaaahh ujjjuuung liiidaaahmu
bergettttaaaarrrrr….oooooh mbaaaahhh lidahmu ooooohhh besaaaaaar mbaaaaah oooohhh
besaaaaarrr heeeh,” kelihatannya Mbah Kotim menarik lidahnya.

“Enak, jeng? “He eh, kok besar ya mbah, rasanya lebih besar dari kontol suamiku,” istriku
menerangkan. “Aku takut suamiku bangun karena teriakanku, mbah.” “Dia tidur pulas lagi pula
hujan deras di luar membuatnya semakin anler atau kalau tetap nggak percaya biar kubawa sini”.
“jangan, mbah…,”pinta istriku “Jeng, boleh teriak apa kau tak percaya kemampuan Mbah
Kotim. Jangankan suamimu seluruh orang desa tak akan berkutik padaku.”
“Iya mbah, aku percaya mmmpfff,” istriku mendesah lagi begitu mulut Mbah Kotim melahap
kemaluan istriku lagi. “Ooooohhh mulai lagiii….. ooohh mbaaaah bessaaaaarrrr ooohhhh
mbaaaaahh

semakin masuuukkk ke toroookkkkuuuu ooooohhh toroookkkkuuu sseeesssaaaakk mbaaaah


ooohhh koookk panjaaang sekaliiii liiiidaaaahmuu oooooh mmbaaahhhh heeeh ooohhh koook
teruuss masuk semakiiiin dalaaam ke torookkkuuu mmbaaah ooohh ennnaaaak mbaaah oooh….
mbaahhh ujung lidahmu bergetaar semakiiin kerrass…….

Memang istriku selalu meracau bila bersetubuh denganku dan menceritakan kenikmatan yang
dirasakannya sewaktu bersenggama dan racauan itupun semakin jelas. Yang tadinya aku tak
percaya ketika Mbah Kotim menjulurkan lidahnya mendemontrasikan padaku, kini aku percaya
100 persen ketika istriku semakin keras merintih “Mbaaaah lidahmu panjaaangg ddaaan oohh
semakin besar ooohhh aku tak pernaah sedalaam ini mmbaaah oooohh muuluuuut rahiiiiimkkuu
oooooh mbbbbaaaaaaah akkuuuuuu tak tahaaaaaan akkkkuuuuuu keluar
mbaaaaaaaaaaaaaaahhhhhhhh.”

Istrikupun mengejang ketika orgasme yang ketiga dan kini tangan Mbah Kotim melepas pelukan
di tubuh istriku dan turun memeluk pantat istriku yang bahenol. Istrikupun memeluk erat kepala
Mbah Kotim yang berambut jarang dan “Oooh lidah mbah kok ooohh mentool kaaayaak bolaaa
dipangkalnyaaa mbaaah terlalu bessaaaar….aaahhh” Istriku menekan pinggulnya kedepan,
saking kerasnya Mbah Kotim yang jongkok di antara kedua paha mulus istrikupun terjengkang
dan tubuh istrikupun terikut sehingga posisi Mbah Kotim telentang di lantai sedangkan posisi
istriku jongkok seperti katak menghadap tempatku mengintip dan kedua tangannya di lantai
dimana lidah Mbah Kotim tetap di dalam torok istriku. “Mbaaah heeeh heeeh rasanya bola itu
mulai ooooohhhh maaaassuuuuk ke dalaaaammm tooorokkuuuu….aahhh mbbaaaahhh
Koootiiiiiimm’ Kedua tangan Mbah Kotim tetap memegang pantat istriku dan meremas
remasnya.

“sudah mbah .. lepaskan mbah oooohhhh aku tak kuat mbah ooooohh mbaaaaaahhhh aampuuuun
mbaaah ampuuuuuuun mbaaaaaah ooooh mulut rahimku ooooh bolanya ooooohhhh
sssaaaakkiiiiiiiiiiiiiiiiitttt”
Istrikupun berusaha menggangkat pinggulnya agar lidah Mbah Kotim terlepas dari toroknya
tangan istriku berusaha menggapai benda di dekatnya untuk tumpuan. “ooohhhhh
sssaaaaakkkiiiiiiiitt mbaaaaaahhhh ooohhhh,” istriku mengeluarkan airmatanya. Istriku kini
tersungkur lemas beberapa saat kemudian kedua tangannya mulai menopang tubuhnya
sedangkan posisi kakinya tetap jongkok terkangkang lebar.

Istriku mengusap air matanya dan beberapa saat kemudian pantat istrikupun menekan ke bawah
ke kepala Mbah Kotim. “Mbah oooohh oooohhh” dan pinggul istrikupun naik turun makin lama
semakin cepat sepertinya lidah Mbah Kotim menyetubuhi istriku. “Mbaaaah ooooohhh
ennaaaak……..,” desis istriku dan pinggulnya seperti terkena aliran listrik yang besar sehingga
naik turun dengan cepatnya sedangkan tubuh istriku tegak dan kedua tangannya bertumpu di sisi
kepala Mbah Kotim sampai akhirnya “Mbaaaaahh akkkuuuuuu gaaaaak kuaaaaattt ooooh
mbaaaaaaaaaah aku keluuuuuuuaaaaaaaaaar,.” Tubuh istrikupun jatuh tertelentang setelah
mengejang beberapa saat karena orgasmenya yang keempat sehingga kepala istriku dikaki Mbah
Kotim kakinya tertekuk dan kedua paha istriku menjepit kepala Mbah Kotim. Baru kali ini
istriku orgasme lebih dari tiga kali dan

“Mbaaaaaaah lidah mbah kok melintir begini oooooohh mbaaaaahh akuuuuuu keluaaaar
laaaagggggi heg…heg” Gila istriku bisa orgasme yang ke lima kalinya dan kulihat dengan jelas
lidah Mbah Kotim mulai keluar dari torok istriku dan bibir vagina istriku sepertinya
membengkak. “Heeeh,” desah istriku setelah lidahnya yang dilumuri cairan vagina istriku keluar
dari torok istriku.

Mbah Kotim pun melepaskan tubuhnya dari himpitan tubuh istriku dimana rok spannya sudah
naik di atas perutnya yang menyembul dan kedua payudaranya tertutup blousenya yang tak
terkancing. Mbah Kotim kemudian menarik kedua kaki istriku yang sudah lunglai itu mendekati
pintu kamar tempatku mengintip dan dikangkangkan kedua kaki istriku lebar-lebar karena hanya
sekitar satu meter dari pintu kamar aku dapat melihat liang vagina istriku yang terbuka. Mbah
Kotim pun memposisikan dirinya diantara kedua kaki istriku yang terkangkang lebar dan
memelorotkan celana komprang hitamnya, kulihat istriku yang lunglai berusaha mengangkat
kepalanya untuk melihat selangkangan Mbah Kotim, tetapi karena baju hitamnya besar istriku
tak dapat melihat.

Akupun menjadi ngeri ketika Mbah Kotim memegang penisnya mengarahkan ke liang vagina
istriku betapa tidak karena kulihat begitu jelas kontol Mbah Kotim sebesar kaleng Coca Cola dan
panjang sekitar 25 cm dan helmnya lebih besar dari kontolnya sehingga seperti jamur besar dan
hhiiiiihh aku begitu jijik melihat urat-urat kontol Mbah Kotim yang sebesar cacing tanah
menonjol dan melingkar tak beraturan di permukaan kontol Mbah Kotim. Istriku mengelinjang
lemah ketika ujung kontol Mbah Kotim digesek-gesekkan ke bibir vagina istriku dan kemudian
ke itil istriku dan akhirnya ujung kontol Mbah Kotim ditempel kan ke liang vagina istriku yang
menganga lebar itu.

“heeeggh oooh …” Mbah Kotim pun menekan kontolnya ke liang vagina istriku “Sudaaah
mbaaaahh” “Lho kontolku belum masuk kok bilang sudah ini rasakan” “Mmm oooohhh
mmbaaahh kkontolmuuu terlalu besaar buatku mbaaahh” Istriku terpekik ketika dengan kasarnya
Mbah Kotim memasukkan helm kontolnya ke liang vagina istriku sehingga kulihat bibir vagina
istriku terlihat mengelembung menerima besarnya helm kontol Mbah Kotim.

“Gimana, jeng kontolku? ” tanya Mbah Kotim “Mbah, aku tak sanggup rasanya kontolmu terlalu
besar mbah, rasanya torokku sakit” “Kalau dibandingkan dengan punya suamimu,” “Kontol
Mbah Kotim jauh lebih besar dari punya suamiku, tapi ini sakit, mbah”.

“Kalau begini….?”Mbah Kotim mengerak-ngerak kan helmnya sedikit masuk


danmenariknya,satu kali, dua kali “Mbah ooooh torokkuu ooooh seperti digaruk garuk oooh
oooh oooohh ennnaaaaaak oooohh”rupanya lipatan helm kontol Mbah Kotim menggesek ngesek
G Spot istriku dan “Mbaaah akuuuuuu oooooh aku mau keluaar
oooooooooooooooohhhhhhhhheeggg heeegghh” istriku mengangkat pinggulnya ketika mencapai
orgasmenya yang ke 6 dan beberapa saat pinggul istriku terangkat dengan kasarnya Mbah Kotim
menekan masuk kontolnya ke liang vagina istriku dan jeritan istriku yang menyayat pilu
menggema di rumah Mbah Kotim dan sekitar 5 cm saja yang belum masuk.

Istrikupun dipeluk oleh Mbah Kotim. “Sakit,jeng? “heeh iya mbah, aku tak mampu,’ “Apanya
yang tak mampu,” “Torokku mbah, aku lemas mbah, tempikku rasanya sobek.”kata istriku
terisak. “Sssst jangan nangis, kalau begini bagaimana,” Mbah Kotim mengerak ngerakkan
pinggulnya naik turun “ooh oooooh mbaaahh bibir rahimku oooohh ooooh mbaaahh ennaaak
terrus terruuus terusss mbah hegh terus mbaah ooooh oooooh mbaahhh aaakuuuu ooohhh akuuuu
keluaaaaaaarrrr oooohh ……aiiiiiiiiiihhhhhh” Istriku berteriak lagi ketika bersamaan dengan
orgasme ke 7 nya Mbah Kotim menusukkan kontolnya hingga amblas seluruhnya masuk ke liang
vagina istriku.
Mbah Kotim memeluk kembali istriku dan berkata “Kuambil keperawanan Jeng Yati yang
kedua, kontolku masuk ke rahimmu dan setelah ini jeng akan merasakan kenikmatan yang lain”
“Heeehh” desah istriku ketika Mbah Kotim mulai menarik keluar kontolnya dan “Mbaah
kontolmu ada apanya kok hhhehh geliii ennnaaak oooohhhh,” Mbah Kotim menusukkan kembali
kontolnya di liang vagina istriku Untuk kedua kalinya Mbah Kotim menarik kontolnya terus
sampai hanya helmnya yang masih berada di dalam liang vagina istriku sehingga terlihat bibir
vagina istriku menyembul keluar dan istriku merintih keenakkan “mbah Kontol mbah ennaaaaak
seperti tidak rata” Mbah Kotim pun menusuk kembali dan makin lama semakin cepat dan
istrikupun mendesah dan tubuhnya mengelinjang hebat sedangkan bibir vaginanya keluar
masukmengikuti irama hujaman dan tarikan kontol Mbah Kotim.

“Peluk aku mbaaaaah akuu mauuu keluarr lagi oooohhhh mbaaaaahhhhhh akuuuuuu keluar….
tubuh istrikupun menggelinjang dengan hebat pantatnya terangkat sehingga posisi tidurnya
bergeser dan aku dapat melihat wajah istriku ketika mencapai orgasmenya yang ke 8. Berikutnya
kulihat istriku menekan tengkuk Mbah Kotim ke bawah dan mengecup bibir Mbah Kotim dan
istriku benar-benar sudah lagi merasa jijik melumat bibir Mbah Kotim dan kulihat istriku
terbeliak sesaat dan “heeh heeh lidah Mbah Kotim masuk ke kerongkonganku hheh heeh aku
haus mbah. “Buka mulutmu. minum ludahku” Istrikupun memalingkan wajahnya yang
menampakkan kejijikan dan Mbah Kotim mengenjot pantatnya naik turun dan “oooh mbaaah
oooohhh mbaahhh sudaaaaah ooooohh mbaaaahhhh aku keluaaaaarrrrrrrrr hehe hegh hegh
Kulihat Mbah Kotim meludahi mulut istriku dan begitu banyaknya ludah dan secara otomatis
istriku menelan ludah Mbah Kotim.

Kudengar glek glek “Minum ludahku lonte ayo terus minum lonteku,” kata Mbah Kotim. Istriku
yang selama ini ku sanjung sudah bukan lagi nyonya tetapi sudah menjadi lonte Mbah Kotim.
Aku pun tak kuat membendung air mataku ketika istriku dengan keras mengulang kata-kata
Mbah Kotim: “Jeng Yati adalah lonte Mbah Kotim” “Heeehh” istriku mendesah ketika Mbah
Kotim mencabut kontolnya dari torok istriku dan Mbah Kotim mengkangkangi tubuh lunglai
istriku, kedua mata istriku terbelalak melihat kontol Mbah Kotim yang besar dan panjang itu
“Ayo duduk lonteku” Dengan susah payah istriku duduk dan kemudian menirukan kata-kata
Mbah Kotim “Lonte Yati akan mengemut kontol Mbah Kotim.”kata istriku Dan Mbah Kotim
pun memaksakan kontolnya yang basah oleh lendir vagina masuk ke mulut istriku dan mulai
pantat Mbah Kotim maju mundur “Ppppfff ppppfff,” suara itu berulang ulang “Enak lonteku,”
dan gerakan pantatnya maju mundur semakin cepat. “Lonte Yati, Lonte Yati ennnaaak , ennaaak
lonteku” Mbah Kotim memegang kepala istriku dan dengan brutal mengeluar masukkan
kontolnya di mulut istriku yang tak berdaya “Lonteku aku mau keluaaar, telan air manikkuuu
lonteku” Kulihat pantat Mbah Kotim terhentak begitu dia ejakulasi di mulut istriku dengan serta
merta tangan kanannya memegang erat kepala istriku dan tangan kirinya menutup lubang hidung
istriku. Kulihat istriku sempat tersedak dan kemudian dari gerakan leher istriku kulihat istriku
meminum airmani Mbah Kotim Mbah Kotim meracau ” Minum pejuku lonte…. minum pejuku
lonteku,”

Kulihat airmani Mbah Kotim ada yang meleleh dari mulut istriku ke dadanya ke payudaranya
yang semakin montok Akupun berusaha kembali ke tempat tidur dan kudengar “Aku takut
masuk kamar mbah,” “Masuk saja lonte,suamimu tidur, nih aku titip jariku malam ini”
Istrikupun kulihat mengendap masuk dan jalannya mengkangkang, rupanya Mbah Kotim benar-
benar menitipkan jarinya di liang vagina istriku Setelah membersihkan dirinya dan mengganti
rok dan blousenya dengan daster tanpa BH dan celana dalam istrikupun tidur disebelahku
memelukku. Sesaat kemudian istriku memunggungiku dan kontolku yang dari tadi lunglai
menjadi ngaceng begitu ketika dari kegelapan kulihat pantat istriku bergoyang teratur dan makin
lama tak beraturan dan memeluk guling sampai dasternya tersingkap sehingga kulihat ritme
goyangan istriku dengan jelas dari pantat bahenol istriku. Akupun mengocok kontolku yang
tegang melihat pemandangan itu dan nafas istrikupun semakin berat dan “Heeh” kudengar istriku
mendesah dan bersamaan dengan itu pejukupun muncrat dan membuat aku tidur.

Pagi harinya aku tak mendapatkan istriku, kulihat sudah pukul 6.00. Dengan membawa handuk
aku menuju kamar mandi. Tak tampak baik Mbah Kotim maupun istriku. kamar Mbah Kotim
pun terbuka

tapi tak ada orangnya sampai akhirnya aku sampai pada kamar belakang. Mbah Kotim
menerangkan katanya dulu dipakai cucu lelakinya dan istrinya. Ku dengar suara erangan istriku
“Mbaaah ennnnaaaak lebiih ennaaakk inniiii dari kontol Mbah Kotim yang tadi malam, aku
senang yang besar tapi loyo membuat torokku semakin gatal, mbah…” “Tahu gitu aku gak pakai
ilmuku, Jeng Yati, lonteku” Akupun mengintip dari lubang kunci dan kulihat istriku yang sudah
bersepatu dan berdandan memakai blazer kuning dan rok span hitam yang sudah tersingkap
memperlihatkan pantatnya tangannya berpengangan pada meja rias sedang disetubuhi Mbah
Kotim dari belakang dengan gaya doggy style.

“Jeng Yati, lonteku, kau tambah cantik, bikin Mbah Kotim tak kuat” “Aku juga mbaaah,
ceppaaaat genjot kontolmu,mbaaah oooooh aku mau keluaaaaar” “Iya lonteku, ayoo samaa
sammaaaa ooooh Kulihat lelaki tua dan istriku yang dapat dikatakan cucunya mengelinjang
mengeluarkan mani bersama sama dan Jeng Yatiang juga beronani mengintip perbuatan mereka.
Setelah mandi kulihat mereka berdua duduk di ruang keluarga seperti tidak terjadi apa-apa dan
kamipun makan pagi bersama di meja makan Sesekali kulihat tubuh istriku bergeser ke depan
utamanya pantatnya tak pernah diam. Aku pura-pura tidak tahu walaupun sebenarnya aku tahu
kalau jari-jari kaki Mbah Kotim menggarap itil dan tempik istriku karena mereka berhadapan
dan kaca lemari di belakang duduk Mbah Kotim memantulksn adegan kedua kaki istriku yang
terkangkang tanpa memakai celana dalam. Aku tahu dengan ilmunya Mbah Kotim dapat
memasukkan jempol kakinya yang mungkin diperbesar seperti kontol ke dalam liang vagina
istriku.

Begitu aku makan selesai, aku berpamitan ke kamar untuk mengambil HP dan arloji ku. Begitu
aku masuk aku langsung mengintip dari selambu dan kini kedua tangan istriku diantara
selangkangannya memegangi kaki Mbah Kotim dan “heeh heeeh” kudengar dengusan nafas
istriku mencapai orgasme ke 2 pada pagi itu.

Setelah aku rasa istriku tidak lagi memburu, aku keluar dari ruangan. Terlihat istriku dan Mbah
Kotim berlagak tidak terjadi apa-apa. Aku dan istrikupun berangkat ke balai desa. Dalam
perjalanan, tak terucap satu patah katapun dari mulut istriku. Aku meras begitu bangga dengan
istriku yang kutahu bahwa tak ada lagi yang menutup kedua payudaranya selain blazer
kuningnya dan bila diperhatikan dengan seksama kedua pentil susunya tampak menonjol dari
balik blazer tebalnya.

Istriku memberi pengarahan pada mahasiswa PKN dan merekapun meninggalkan tempat ke pos
masing-masing untuk mengerjakan program-program hari Sabtu itu. Kebetulan karena aku
berada di dekat pelataran agak tersembunyi, kudengar bisikan dari mahasiswa yang berbadan
tegap, berkulit hitam dan rupanya dia adalah anak Papua kepada temannya yang Cina, “Lie, kau
lihat Bu Yati tadi?” “Ya, tambah montok,” kata anak Cina itu “Bukan itu saja Lie, kelihatannya
Bu Yati, nggak pakai BH dan celana dalam,” “Thomas, kau ngaco Thom, jangan berpikiran
buruk begitu,” kata Lie “Taring babi rusaku nanti yang bisa membuktikan,” kata Thomas “Ah..
nggak ikutan, ayoo.. jangan berpikir jorok terus pada Bu Yati,” kata Lie dan kulihat mereka
tertawa-tawa meninggalkan pelataran Balai desa

“Aku coba Lie…..ha … ha ….,” ku dengar ocehan Thomas.


Akupun menuju pendopo Balai Desa dan setelah memberi salam pada Pak Carik yang layaknya
kayak anak muda dengan memakai setelan kaos dagadu dan memakai jean walaupun umurnya
menginjak 60 tahun.

“Bu Yati, bisa ke kantor saya sebentar, hari ini Pak Kades sedang rapat ke Kabupaten, ada yang
perlu saya bicarakan dengan ibu” kata pak Carik. “Ya, pak,” jawab istriku. “Tunggu ya, mas,”
kata istriku berpamitan. Aku menunggu di ruang tunggu di dekat kantor Pak Kades yang sepi
karena perangkat desa lainnya ditugaskan mengikuti kelompok-kelompok PKN. Sete lah 30
menit berlalu, aku mulai gelisah dan entah mengapa seperti terhipnotis aku kemudian terasa
lemas dan kakiku seperti tertarik menuju kantor Pak Carik yang tersembunyi di pojok belakang
tetapi masih satu

bangunan dengan Balai Desa itu.

“Pak Cariiik……,” ku dengar rintihan istriku. Akupun menuju jendela nako reyben di pojok
ruangan. Rupanya jendela nako itu sedikit terbuka dan selambunya tertutup. Angin tiba-tiba
berdesir sehingga tersingkap sedikit selambu Yang mentupi jendela nako itu, dan ku lihat lagi
pemandangan mesum dimana istriku sedang bejalan mengikuti pak Carik yang menuju kursi
kerjanya. Istriku berjalan setapak setapak karena pinggulnya maju mundur dan tertarik naik ke
atas.

“Sudaaah, pak,” pinta istriku agar Pak Carik tidak mempermainkannya. “Lho, belum apa-apa
kok sudah to Bu Yati,” katanya. “Ayo lebih dekat sini biar lebih cepat,” Begitu Pak Carik duduk
di kursi kerjanya, kulihat gerakan maju mundur pinggul istriku semakin cepat sehingga
tangannya tanpa sadar memegang kedua pantatnya yang bahenol itu dan kelihatan bukannya
menahan laju goyangan pantatnya malah karena menahan terlalu kuat maka tangan istriku
menjadi meremas remas pantatnya sendiri.

“Wah Bu Yati, sudah “bolong”, ya,” tangan kiri pak Carik meraih pundak istriku dan
memijitnya. “Oooooohh …… paaakk,” dan pangkal paha istrikupun terangkat naik “Eeeehhhh
…….,” istriku mendesah begitu tangan kanan Pak Carik menyusup di rok span hitam istriku
yang rupanya elastis menuju pangkal paha istriku. “Oo eehh…….., jaaaaangaaaaan paaaak,
ssuamikkku di luaaaarrr…..,” rintih istriku.
“OOO… jembutmu lebat Bu Yati, aku suka ini,” tangan kanannya semakin liar menggosok
ngosok selangkangan istriku. Tangan kiri Pak Carik menarik tengkuk istriku yang menggelinjang
sehingga sampai istriku duduk di meja dan berhadapan dengan pak Carik yang duduk di
depannya. Kedua Lutut istrikupun dibuka lebar dan kudengar Pak Carik menghirup
selangkangan istriku yang langsung mendesah-desah. “Jaaangggaaaaaan paaaak ooohh heeeh ,,,
oooohh…. heeeehhh,” Pak carikpun semakin menekan kedua lutut istriku hingga rok span
elastisnya tersingkap dan mempertontonkan kedua paha mulusnya.

Kini suara hirupan dari selangkangan istriku semakin keras kecipak kecipuk sampai akhirnya
istriku pun tertelentang di meja kerja pak carik dan kedua tangan istriku meraih apa saja yang
bisa diremasnya dan kedua kaki mulusnya terkangkang semakin lebar menerima serangan Pak
Carik yang

semakin ganas. Kedua tangan pak Carik yang sudah keriput itupun menyusup balzer kuning
istriku dan kulihat dibalik balzer istriku kedua tangan pak Carik meremas remas kedua payudara
istriku yang menjadi montok itu.

Pak Carikpun berdiri dan tangan kirinya menggobok ngobok selangkangan istriku dan tangan
kanannya membuka resleting celana jeannya tanpa melepas ikat pinggang dan begitu tangannya
meroogoh selangkangannya keluarlah kontolnya yang tidak begitu tegang sebesar botol fanta
dengan kepalanya yang lebih besar dari batang kemaluannya.

Karena agak lemas kontolnya dipukul pukulkan pada selangkangan istriku yang bereaksi
mengangkat pinggul bahenolnya sambil mendesah.” oooh ….oooooh …” pak .. pak .. pak.
Tangan kanannya terus memegang kontolnya sambil memukul mukulkan di selangkangan istriku
sedangkan tangan kirinya membuka laci meja kerjanya,

rupanya Pak Carik mencari sesuatu di laci meja kerjanya dan kedua tangannya membuka
sesuatu. Ku tahu kondom. Se telah aku berkonsentrasi ku lihat kondom itu begitu aneh berbintik
bintik, bahkan tampak seperti lingkaran-lingkaran kecil di permukaannya. Istriku yang
tertelentang di meja kerja pak carik terdiam sesaat ketika Pak Carik memasang Kondom
berdurinya dan kontolnya pun diarahkan ke

selangkangan istriku dan “Oooohhh …..sssaaaakkiiiiiiiiitttt…..paaaaaaakkk ……..”


Istriku yang berusaha bangkit ditindih pak Carik yang dengan kasarnya memasukkan kontolnya
yang besar dan berduri ke dalam liang vagina istriku yang berkelejot kesakitan.
“Ammmppuuunnnn paaaakkk, jangaaaan sakiti sayaaaaa……..” kudengar rintihan istriku
sedangkan kulihat pinggul pak Carik terus menurun sampai “Kau sudah dobol, Bu Yati. Mbah
Kotim sudah ndoboli rahimmu, ya” tanyanya sambil menyambak rambut pendek istriku. Akupun
terhenyak dan aku berkehendak mendobrak pintu tapi belum kusentuh pintu itu dengan tiba-tiba
pintu itu terbuka. “Sini, mas lihat sini,” Akupun tak dapat berkata apa-apa dan entah kenapa aku
mendekati meja kerja pak Carik dimana istriku tertelentang dengan kedua kaki mulusnya yang
terkangkang lebar.

“Sini dekat sini. mas,” dan braaaak pintu tertutup dengan keras. “Maaaass maaa aafff, maaass,”
istriku pun menjerit histeris ketika melihatku mendekat. “Ambil kursiku duduk disebelah sini,”
akupun menurut perintah Pak Carik dan duduk sehingga tampak jelas kontol Pak carik yang
masih tersisa sekitar lima centi di luar liang vagina istriku yang terus terisak. “Bojomu sudah
dobol, mas. Kalau perempuan rahimnya sudah didoboli dengan kontol orang berilmu, maka
setiap lelaki yang berilmu pasti akan ingin nggitik nggentot bojomu, percaya aku… eeh ini enaak
lonte…” Pak carik mengenjot dengan keras dan rintihan istrikupun semakin menyayat dan kini
kulihat kontol berduri pak Carik dengan kekuatan penuh keluar masuk liang vagina istriku dan
kulihat jelas empik alias bibir vagina istriku keluar masuk mengikuti keluar masuknya kontol
berduri pak Carik.

Pak Carik menarik kontolnya dan melepas kondom berdurinya berputar mengelilingi meja
kerjanya dan mengarahkan kontolnya yang besar ke mulut istriku yang tak berdaya dan kontol
itupun dikeluarmasukkan ke mulut istriku dengan ganas sehingga “Lonteee Y, akuuu metuuuuu
…… minum pejuuuuu kuuuuuu,” sambil terus menekan kepala istriku di meja. dan tegukan demi
tegukan dari kerongkongan istriku terdengar hingga beberapa tetes air mani pak carik keluar dari
mulut istriku. “Ayooo sedot Lonte Yati,” istriku menyedot nyedot kontol pak Carik hingga
bersih.

Pak Carik keluar dari ruangan dan aku pun tersadar melihat istriku terkapar tak berdaya. “maaf,
mas,” katanya lirih akupun memeluk istriku. Se telah ku dudukan dan akupun mengajak istriku
pulang ke rumah Mbah Kotim.

To Be Continued...

bandit malam
Berbagi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Beranda

Lihat versi web

Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai