Anda di halaman 1dari 11

Personal Mastery dalam

Kepemimpinan dan Berfikir Sistem Kesehatan Masyarakat

Disusun Oleh:
Ajeng Linggar Rinanti 25010116130200
Muthia Yuliani 25010116130203
Chania Oktrisia 25010116140204
Ribka Friday Hasian 25010116140218
Dendy Tribudi 25010116140240
Inggita Raiesa Rahmi 25010116130244

Kelas C 2016

Fakultas Kesehatan Masyarakat


Universitas Diponegoro
Semarang
2018
Personal Mastery dalam Kepemimpinan
dan Berfikir Sistem Kesehatan Masyarakat

A. Pengertian

Secara bahasa personal mastery dapat diartikan sebagai penguasaan diri atau keahlian
seseorang dalam menguasai diri sendiri.

Sedangkan beberapa ahli memiliki pengertian masing-masing mengenai personal


mastery.

1. Menurut Peter Senge


“Personal mastery is the discipline of continually clarifying and deepening our
personal vision, of focusing our energies, of developing patience and of seeing reality
objectively”. ““Penguasaan diri adalah sebuah disiplin yang terus menerus,
memperjelas dan memperdalam penglihatan personal kita, memfokuskan energi kita,
menyampaikan kesabaran dan melihat objek secara realistis”.
2. Menurut Fran Sayers Ph.D
“Penguasaan diri adalah pengembangan diri seseorang yang prosesnya terus
berkesinambungan, selalu mencari jalan untuk terus berkembang, hal baru untuk
dipelajari, bertemu dengan orang baru, merupakan suatu jalan kehidupan yang
menekankan pada perkembangan dan kepuasan dalam kehidupan personal dan
professional”.
3. Menurut Michael J. Marquardt
“Penguasaan diri adalah suatu cara yang berkesinambungan untuk menjernihkan
dan memperdalam visi, energi, dan kesabaran seseorang”.

Dapat disimpulkan bahwa penguasaan diri adalah proses pembelajaran kehidupan


seseorang, bukan sesuatu yang sudah dimiliki dari lahir. Penguasaan diri itu tentang
mencintai diri sendiri dan mengembangkan bakat yang dimiliki semaksimal mungkin.
Penguasaan diri (Personal Mastery) merupakan salah satu pilar dari Fifth Discipline Peter
Senge yang membentuk organisasi pembelajar. Organisasi pembelajar (Learning
Organization) adalah organisasi dimana orang teru smenerus memperluas kapasitas mereka
untuk menciptakan hasil yang benar-benar mereka inginkan, dimana pola baru dan ekspansi
pemikiran dikelola, kebebasan aspirasi, dan pembelajaran yang dilakukan terus-menerus.

B. Manfaat Personal Mastery

Manfaat bagi seseorang jika mempunyai tingkat penguasaan diri (personal


mastery) yang tinggi adalah:

1. Kemampuan mengambil tanggung jawab


2. Kejelasan dan profesionalisme visi
3. Kohesive dan team work yang berlaku
4. Penurunan jumlah karyawan yang absen melalui peningkatan kesejahteraan karyawan
5. Mampu mengendalikan stress dan bersikap positif
6. Menciptakan petumbuhan organisasi yang tetap dan berjangka panjang
7. Pemenuhan tanggung jawab sosial
8. Kepemimpinan kreatif yang kuat
9. Meningkatkan kecerdasan emosi

Dengan demikian terlihat jelas bahwa Personal Mastery tidak saja baik bagi diri
sendiri namun juga mempengaruhi lingkungan kerja, lingkungan tempat tinggal dengan cara
yang positif.

C. Aspek – Aspek dalam Personal Mastery


Aspek – Aspek yang lebih halus dari Personal Mastery dibuat sebagai tambahan
untuk memperjelas struktur – struktur yang mencirikan keahlian pribasi sebagai suatu
disiplin. Terdiri dari beberapa aspek yaitu:
1. Mengintegrasikan Penalaran dan Intuisi
Sejumlah penelitian menunjukan bahwa para manajer dan pemimpin yang
berpengalaman sangat mengandalkan intuisi, dalam hal lain mereka tidak
mempermasalahkan masalah-masalah kompleks sepenuhnya secara rasional. Mereka
lebih mengandalkan pada dugaan, mengenali pola, dan menarik analogi intuitif dan
paralel terhadap situasi lain yang tampkanya berlainan. Walaupun kebanyakan para
pemimpin yang mengandalkan intuisi kadang tidak memiliki pemikiran yang rasional,
dan tentunya hal ini masih menjadi suatu konflik. Pemikiran rasional yang tidak disertai
dengan intuisi tentunya tidak akan menghasilkan suatu sistem yang efektif, begitu pula
sebagiknya. Seorang ilmuan fisika Einstein mengemukakan bahwa ia mengambil intuisi
cemerlang dan mengubah mereka ke dalam proporsi-proporsi yang dapat diuji secara
rasional dan ringkas. Pada akhirnya menintegrasikan kembali penalaran dan intuisi dapat
terbukti menjadi satu dari sumbangan utama pemikiran sistem-sitem
2. Melihat Keterkaitan Kita dengan Dunia
Einstein mengekspresikan dengan berkata:
“Manusia merasakan dirinya, pikirannya dan perasaannya sebagai sesuatu yang
terpisah dari yang lainnya. Hal ini merupakan tahanan bagi kita, yang membatasi kita
dari keinginan-keinginan pribadi dan pada afeksi bagi beberapa orang terdekat dengan
kita. Tugas kita haruslah membebaskan diri kita untuk merangkul semua makhluk
hidup dan seluruh alam dalam keindahan. “
3. Perasaan
Kita terbiasa berfikir bahwa perasaan adalah suatu hal yang emosional,
berdasarkan pada perhatian kita untuk satu sama lain. Perasaan disini bisa berbentuk
macam-macam misalnya orang yang lebih banyak melihat sistem dalam mana mereka
beroperasi, dan dengan lebih jelasnya mereka memahami tekanan yang mempengaruhi
mereka satu sama lain. Tekanan bisa dirasakan karena adanya perasaan. Karena
perasaan secara alamiah membantuk rasa emaati lebih banyak.
4. Komitmen Terhadap Keseluruhan
Komitmen yang tulus selalu menghasilkan sesuatu yang lebih besar dari
keinginan dan kemauan kita. Individu yang memiliki komitmen terhadap visi
melampaui minat diri mereka, menemukan bahwa mereka memiliki energi yang tidak
didapatkan ketika mengejar tujuan yang lebih sempit, sebagaimana organisasi yang
menyaring komitmen ini.

D. Karakteristik Personal Mastery

Menurut Marty Jacobs (2007), seseorang yang memiliki personal mastery yang
tinggi akan memiliki karakteristik sebagai berikut:

1. Mempunyai sense khusus mengenai tujuan hidupnya


2. Mampu menilai realitas yang ada sekarang secara akurat
3. Terampil dalam mengelola tegangan kreatif untuk memotivasi diri dalam mencapai
kemajuan kedepannya.
4. Melihat perubahan sebagai suatu peluang
5. Memiliki rasa keingintahuan yang besar
6. Menempatkan prioritas yang tinggi terhadap hubungan personal tanpa menunjukkan rasa
egois atau individualismenya
7. Pemikir sistemik, dimana seseorang melihat dirinya sebagai salah satu bagian dari sistem
yang lebih besar
8. Sungguh-sungguh percaya diri
9. Mengambil banyak prakarsa
10. Belajar berkesinambungan
11. Belajar lebih cepat
12. Punya rasa tanggung jawab

E. Dimensi Personal Mastery

Penerapan Personal Mastery dapat dilihat dari dua sisi yang saling berkaitan.
Bagian yang pertama adalah dimana seseorang tersebut sebagai suatu individu dan bagian
kedua adalah dimana individu tersebut menjadi bagian dari suatu kelompok. Sebagai
individu, upaya pengendalian diri dengan segala urusannya akan dapat membentuk suatu
karakter yang dikenal karakter personal, sedangkan perannya dengan suatu kelompok,
pengendalian diri diperlukan untuk menjamin adanya pembelajaran organisasi (Learning
Organization). Pada Personal Mastery, ada 7 dimensi. Diantaranya adalah :

1. Kesadaran diri (Self-Awarness)


Pengembangan diri merupakan suatu proses mengenal dan memahami diri
sehingga seseorang mampu membuka diri untuk berinteraksi dengan orang lain. Self-
awareness merupakan dasar pada Personal Mastery dan efektivitas dalam
berhubungan dengan orang lain. Suatu kesadaran diri dapat dijadikan sebagai
pemegang kendali untuk pengembangan personal dan profesional.

2. Ketajaman Perseptual (Perceptual Acuity)


Kemampuan untuk menafsirkan pesan yang diperoleh melalui persepsi, observasi,
dan kemampuan mendengar.
3. Penguasaan Emosional (Emotional Mastery)
Penguasaan emosi adalah bagaimana seseorang memahami emosi pada diri,
mengenal emosi orang lain, dan kemampuannya untuk memanajemen emosi untuk
menghargai orang lain. Dalam buku "Emotional Intelligence", kecerdasan emosi
dibagi menjadi 5 macam, yaitu :
 Kesadaran Diri
Mengenal emosi diri yang terkait dengan kapan, dimana, dan mengapa
emosi meningkat, mampu memonitor perasaan sesuai dengan situasi dan
kondisi, serta memahami efeknya pada orang sekitar atau orang lain.

 Regulasi Diri (Self-Regulation)


Kemampuan dalam mengendalikan emosi, menahan diri dan mencoba
untuk menenangkan diri. Bagaimana mengendalikan atau mengarahkan suatu
rangsangan emosi dan mempenyai kecenderungan untuk berpikir sebelum
bertindak.

 Motivasi Diri (Internal Motivation)


Memotivasi diri sendiri dan mengetahui bahwa emosi tidak dapat
menyelesaikan suatu masalah. Dan memiliki suatu dorongan untuk mengejar
suatu tujuan dengan tekun. Contohnya seperti melakukan suatu kegiatan
dengan tekun karena mengetahui adanya suatu status imbalan eksternal.

 Empati (Emphaty)
Kemampuan untukmemahami karakter dan emosi orang lain. Sebuah
keterampilan dalam memperlakukan orang sesuai dengan reaksi emosional
mereka.

 Kemampuan Sosial (Social Skills)


Kemampuan dalam mengelola hubungan dan membangun jaringan serta
kemampuan untuk menemukan kesamaan dalam membangun hubungan.
4. Keterbukaan (Openness)
Suatu organisasi tidak hanya satu anggota atau satu pemikiran. Seseorang bisa
terbuka menerima pemikiran orang lain, serta bersedia untuk menggali ide baru dan
pengalaman demi sebuah perkembangan
5. Fleksibilitas dan Adaptasi (Flexibility and Adaptability)
Perubahan atau perkembangan dalam organisasi menuntut seseorang untuk
mengikuti perubahan dan perkembangan tersebut. Sehingga seseorang harus
mempunyai sikap fleksibel serta adaptasi agar mampu memandang suatu perubahan
sebagai kesempatan baru.
6. Otonomi (Autonomy)
"Personal Mastery goes beyond competence dan skills, although it is grounded in
competence and skills. It goes beyond spiritual unfolding or opening, although it
requires spiritual. It means approaching one's life as a creative work, living life from
a creative as opposed to reactive viewpoint" (Peter Senge). Seseorang harus
mempunyai kemampuan untuk mengendalikan kehidupannya untuk mencapai suatu
pikiran yang jernih dan kecerdasan, sensitivitas tinggi, rasa estetika, tanggung jawab
dan nilai spiritual. Seseorang yang dimaksud mempunyai sikap kesadaran diri yang
tinggi, keingintahuan tinggi, dan lebih proaktif.
7. Akal dan Daya Kreatif (Creative Resourcefullness)
Seseorang harus memiliki pikiran yang kreatif dan inovatif serta selalu
menemukan hal baru dalam melakukan sesuatu dan melihat suatu kesempatan baru
walaupun adanya suatu perubahan. Selalu terbuka akan ide-ide dan pengalaman baru
serta fleksibel dan adaptif.

F. Cara Pengembangan Personal Mastery

Dalam suatu Personal Mastery terdapat banyak dimensi yang telah dijelaskan
sebelumnya. Hal ini menimbulkan suatu pertanyaan baru, bagaimana seseorang dapat
mengembangkan Personal Mastery yang ada pada dirinya. Untuk mengembangkan suatu
Personal Mastery, bisa dilakukan dengan cara berikut :

A. Percakapan dalam Diri


Penerapan pokok Personal Mastery mencakup pembelajaran untuk mempertahankan visi
pribadi dan gambaran tentang realitas saat ini yang ada di pandangan masing-masing.
Dengan melakukan hal ini, akan membangkitkan kekuatan dalam diri sendiri yang disebut
tegangan kreatif. Tegangan menurut sifat alaminya, memerlukan suatu penyelesaian, dan
sebagaimana besat penyelesaian terhadap tegangan tersbeut adalah dengan mendekatkan
relitas dengan apa yang diinginkan. Personal Mastery mengajarkan agar seseorang tidak
menurunkan visi. Yang terpenting dari suatu visi bukanlah isinya, namun apa yang
dilakukan oleh visi tersebut. Personal Mastery mengajarkan untuk tidak menyerah dalam
memandang dunia seperti apa adanya. Personal Mastery mengajarkan seseorang untuk
memilih untuk berani mengambil hasil dan tidakan yang akan menentukan nasib
kedepannya.
Mempraktikan suatu Personal Mastery adalah seperti mengadakan percakapan dalam
diri. Ada sesuatu yang menyuarakan impian tentang apa yang seseorang inginkan pada masa
yang akan data yang ada dalam diri. Namun, ada lagi suara lain yang membentuk cara
pandang seseorang terhadap dunia sekitar (umumnya bersifat ancaman).
B. Pemimpin sebagai Pelatih
Tegangan kreatif secara terbuka bisa menggerakan seluruh organisasi kedepan, hal ini
karena organisasi didorong oleh tegangan kreatif setiap individu. Langkah pertama dalam
belajar menciptakan suatu tegangan tersebut adalah dengan belajar membangkitkan serta
mengelola tegangan dalam diri sendiri. Dapat diakui bahwa gagasan untuk mendorong
Personal Mastery di tempat kerja, secara naluriah sulit diterima oleh beberapa pemimpin.
Terdapat perasaan yang mungkin tersembunyi, bahwa visi pribadi tidak sesuai dengan
tujuan suatu lembaga yang ditempatinya. Para karyawan dituntut berdedikasi secara
menyeluruh kepada perusahaan selama jam kerja kantor. Sikap paternalistik ini terbukti
tidak efektif
Jika suatu pemimpin tidak mempunyai pemahaman yang mendalam tentang visi diri,
maka pemimpin tersebut tidak akan mampu mendorong orang lain secara sepenuhnya untuk
menciptakan visi sendiri atau mempertimbangkan visi orang lain. Jika seseorang pemimpin
tidak bisa menguraikan realitas saat ini dengan jelas, maka kredibilitas akan rendah. Tugas
melatih Personal Mastery meliputi tindakan membantu seseorang untuk melihat visi sendiri.

G. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Personal Mastery

Seseorang yang telah menguasai Personal Mastery memiliki komitmen yang tinggi
terhadap suatu hal, sering mengambil insiatif, terus menerus mengembangkan kemampuan
untuk menciptakan hasil terbaik dalam kehidupan yang diinginkan. Personal Mastery terdiri
dari empat aspek

1. Aspek Emosional
Personal Mastery berkaitan erat dengan aspek emosional yang terdapat dalam diri
seseorang. Hubungan tersebut bisa memunculkan sifat atau perilaku seseorang seperti
berikut ini:
- Memahami emosi diri sendiri dan akibat emosi
- Memahami orang lain dan emosi yang dialami
- Berdaya secara emosional dan nyata
- Menjadi terbuka dengan suatu hubungan
2. Aspek Spiritual
Faktor spiritual menjadi aspek yang tidak terpisahkan dengan Personal Mastery. Hal ini
disebabkan spiritual bisa menjadi dasar yang cukup kuat keyakinan seseorang dalam
melakukan sesuatu. Aspek spirital terdiri atas:
- Berkaitan dengan inner self
- Mengapresiasi kehidupan, menyayangi orang lain
- Bersatu dalam perbedaan dengan orang lain
- Menciptakan dunia yang lebih baik untuk tempat hidup
3. Aspek Fisik
Kondisi fisik seseorang juga berpengaruh cukup kuat dalam implementasi personal
mastery. Tanpa kondisi fisik yang prima, personal mastery seseorang bisa terpengaruh
atau bahkan tereduksi. Berikut ini beberapa contoh aspek fisik, yakni:
- Berada secara fisik dan dalam lingkungan
- Memahami hubungan antara ‘mind-body’
- Bertanggung jawab dan membuat keputusan positif
- Me-manage stress dan mencapai keseimbangan
4. Aspek Mental
Faktor mental memiliki pengaruh yang sama pentingnya dengan aspek fisik. Seorang
individu pada dasarnya merupakan perpaduan dari mental dan fisik yang berkoordinasi
menjadi satu kesatuan yang utuh. Aspek mental tersebut terdiri atas:
- Memahami cara kerja pikiran dan cara menciptakan realitas
- Meningkatkan fokus mental dan konsentrasi
- Menciptakan pikiran yang jernih dan inovatif
- Menciptakan realitas yang diinginkan.

H. Hubungan Personal Mastery dan Perilaku dalam Organisasi

Hubungan antara personal mastery dengan perilaku dalam organisasi merupakan


hubungan yang saling berkesinambungan, dimana seseorang akan berusaha untuk selalu
mengembangkan diri menjadi lebih berkualitas sebagai tindakan personal mastery. Personal
mastery akan berpengaruh terhadap perkembangan organisasi, Karena dengan
mengembangkan personal mastery yang dimilikinya, maka ia akan mampu mengembangkan
organisasi dengan penguasaan pribadi yang dimilikinya. Jika personal mastery seseorang
sudah berkembang, maka akan berkembang pula salah satu kinerja yang diharapkan oleh
perusahaan yaitu perilaku dalam organisasi atau biasa disebut Organizational Citizen
Behaviour. Perilaku dalam organisasi merupakan kontribusi yang diberikan individu terhadap
organisasi tersebut dengan ikhlas. Kedua sifat tersebut, jika bersatu akan menjadikan
organisasi tersebut menjadi organisasi yang efektif dan efisien karena menggabungkan antara
proses pengembangan yang terus menerus dan rasa tolong menolong antar anggota
organisasi.

DAFTAR REFERENSI
dkk, P. H. (2011). Retrieved from FKM Unair:
http://ikma11.weebly.com/uploads/1/2/0/7/12071055/kelompok_11.pdf
Juniarti, M. (2018). Retrieved from Scribd:
https://www.scribd.com/document/370376995/Definisi-Personal-Mastery-Kepemimpinan
Primasari, R. D. (n.d.). Retrieved from
http://www.academia.edu/6423460/TUGAS_ORGANISASI_PEMBELAJAR_DAN_BE
RPIKIR_SISTEM_MAKALAH_TENTANG_PERSONAL_MASTERY
Senge, P. M. (1996). Disiplin Kelima. In Seni dan Praktek Dari Organisasi. Jakarta: Tarnslate Ir.
Nunuk Adiarni MM.

Anda mungkin juga menyukai