Anda di halaman 1dari 24

Sistem Kesehatan Nasional dan Rencana Strategis Kesehatan Nasional

Disusun Oleh:
Kelompok 10
Safira Putri Indraswari 25010116130197
Anggun Ayunina 25010116140212
Syifa Rifqa Ainur Rahmah 25010116140222
Fajar Nur Hidayah 25010116130230
Putri Aulia Pasa 25010116130231
Mirza Fathan Fuadi 25010116140254

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua
komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya. Dalam kerangka mencapai tujuan tersebut,
pembangunan kesehatan dilaksanakan secara terarah, berkesinambungan dan
realistis sesuai pentahapannya.
Kinerja sistem kesehatan telah menunjukkan peningkatan, antara lain
ditunjukkan dengan peningkatan status kesehatan, yaitu: penurunan Angka
Kematian Bayi (AKB) dari 46 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 1997
menjadi 34 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2007 (SDKI 2007). Angka
Kematian Ibu (AKI) juga mengalami penurunan dari 318 per 100.000 kelahiran
hidup pada tahun 1997 menjadi 228 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun
2007 (SDKI, 2007). Sejalan dengan penurunan angka kematian bayi, Umur
Harapan Hidup (UHH) meningkat dari 68,6 tahun pada tahun 2004 menjadi 70,5
tahun pada tahun 2007.
Demikian pula telah terjadi penurunan prevalensi kekurangan gizi pada
balita dari 29,5% pada akhir tahun 1997 menjadi sebesar 18,4% pada tahun 2007
(Riskesdas, 2007). Namun penurunan indikator kesehatan masyarakat tersebut
masih belum seperti yang diharapkan. Upaya percepatan pencapaian indikator
kesehatan dalam lingkungan strategis baru, harus terus diupayakan dengan
perbaikan Sistem Kesehatan Nasional.
Seiring dengan berjalannya waktu maka dibutuhkan pelayanan kesehatan
yang bermutu sehingga menuntut perawat saat ini memiliki pengetahuan dan
keterampilan di berbagai bidang. Saat ini perawat memiliki peran yang lebih
luas dengan penekanan pada peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit,

1
juga memandang klien secara komprehensif untul pencapaian SKN yang
optimal.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan Sistem Kesehatan Nasional?
2. Apa landasan Sistem Kesehatan Nasional?
3. Apa prinsip dasar pembangunan kesehatan?
4. Apa tujuan Sistem Kesehatan Nasional?
5. Apakah kedudukan Sistem Kesehatan Nasional?
6. Apa saja subsistem Sistem Kesehatan Nasional?
7. Bagaimana arah Kebijakan dan Strategi Kementerian Kesehatan ?
1.3 Tujuan
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Organisasi Manajemen Kesehatan.
2. Untuk mengetahui pengertian Sitem Kesehatan Nasional.
3. Untuk mengetahui landasan Sistem Kesehatan Nasional.
4. Untuk mengetahui prinsip dasar pembangunan kesehatan.
5. Untuk mengetahui tujuan Sistem Kesehatan Nasional.
6. Untuk mengetahui arah Kebijakan dan Strategi Kementerian Kesehatan

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian, Landasan, Tujuan Sistem Kesehatan Nasiona


A. Pengertian Sistem Kesehatan Nasional (SKN)
SKN adalah suatu tatanan yang menghimpun berbagai upaya
Bangsa Indonesia secara terpadu dan saling mendukung, guna menjamin
derajat kesehatan yang setinggi-tingginya sebagian perwujudan
kesejahteraan umum seperti dimaksud dalam Pembukaan UUD 1945
Pada hakikatnya. SKN adalah juga merupakan wujud dan sekaligus
metode penyelenggaraan pembangunan kesehatan, yang memadukan
berbagai upaya Bangsa Indonesia dalam satu derap langkah guna
menjamin tercapainya tujuan pembangunan kesehatan.
B. Landasan SKN
Landasan idil : Pancasila
Landasan konstitusional : UUD 1945, khususnya :
a. Pasal 28 A; setiap orang berhak untuk hidup serta berhak
mempertahankan hidup dan kehidupannya.
b. Pasal 28 B ayat (2); setiap anak berhak atas kelangsungan hidup,
tumbuh dan berkembang.
c. Pasal 28 C ayat (1); setiap orang berhak mengembangkan diri
melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapat
pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan
teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas
hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia.
d. Pasal 28 H ayat (1); setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan
batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup
yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan
kesehatan, dan ayat (3); setiap orang berhak atas jaminan sosial

3
yang memungkinkan pengembangan dirinya secara utuh sebagai
manusia yang bermartabat.
e. Pasal 34 ayat (2); negara mengembangkan sistem jaminan sosial
bagi seluruh rakyat dan memperdayakan masyarakat yang lemah
dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan, dan ayat
(3); negara bertanggungjawab atas penyediaan fasilitas pelayanan
kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak.

C. Tujuan SKN
Tujuan SKN adalah terselenggaranya pembangunan kesehatan
oleh semua potensi bangsa, baik masyarakat, swasta maupun pemerintah
secara sinergis, berhasil guna dan berdaya guna, sehingga tercapai
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
2.2 Komponen Sistem Kesehatan Nasional
Dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia nomor 72 Tahun 2012
Tentang Sistem Kesehatan Nasional pasal 3 Ayat (1) Komponen pengelolaan
kesehatan yang disusun dalam SKN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2
dikelompokkan dalam subsistem:
a. upaya kesehatan;
b. penelitian dan pengembangan kesehatan;
c. pembiayaan kesehatan;
d. sumber daya manusia kesehatan;
e. sediaan farmasi, alat kesehatan, dan makanan;
f. manajemen, informasi, dan regulasi kesehatan; dan
g. pemberdayaan masyarakat
2.3 Asas Sistem Kesehatan Nasional
Dalam penyelenggaraan, SKN harus mengacu pada dasar-dasar atau asas-asas
sebagai berikut:
a. perikemanusiaan;
b. keseimbangan;
c. manfaat;
d. perlindungan;

4
e. keadilan;
f. penghormatan hak asasi manusia;
g. sinergisme dan kemitraan yang dinamis;
h. komitmen dan tata pemerintahan yang baik (good governance);
i. legalitas;
j. antisipatif dan proaktif;
k. gender dan nondiskriminatif; dan
l. kearifan lokal.

A. Perikemanusiaan
Setiap pengelolaan dan pelaksanaan SKN harus dilandasi atas
perikemanusiaan yang berdasarkan pada Ketuhanan Yang Maha Esa dengan
tidak membedakan golongan agama dan bangsa. Setiap tenaga pengelola dan
pelaksana SKN harus berbudi luhur, memegang teguh etika profesi, dan selalu
menerapkan prinsip perikemanusiaan dalam penyelenggaraan pembangunan
kesehatan.
B. Keseimbangan
Setiap pengelolaan dan pelaksanaan SKN harus dilaksanakan dengan
memperhatikan keseimbangan antara kepentingan individu dan masyarakat,
antara fisik dan mental, serta antara material dan spiritual.
C. Manfaat
Setiap pengelolaan dan pelaksanaan SKN harus memberikan manfaat yang
sebesar-besarnya bagi kemanusiaan dan perikehidupan yang sehat bagi setiap
warga negara.
D. Perlindungan
Setiap pengelolaan dan pelaksanaan SKN harus dapat memberikan
perlindungan dan kepastian hukum kepada pemberi dan penerima pelayanan
kesehatan.
E. Keadilan
Setiap pengelolaan dan pelaksanaan SKN harus dapat memberikan
pelayanan yang adil dan merata kepada semua lapisan masyarakat dengan

5
pembiayaan yang terjangkau tanpa memandang suku, agama, golongan, dan
status sosial ekonominya.
F. Penghormatan Hak Asasi Manusia (HAM)
Sesuai dengan tujuan pembangunan nasional dalam Pembukaan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yaitu untuk
meningkatkan kecerdasan bangsa dan kesejahteraan rakyat, maka setiap
pengelolaan dan pelaksanaan SKN harus berdasarkan pada prinsip hak asasi
manusia. Pasal 28 H ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 antara lain mengamanatkan bahwa setiap orang berhak hidup
sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup
yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Pelayanan
kesehatan ditujukan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya dengan tanpa membedakan suku, agama, golongan, jenis
kelamin, dan status social ekonomi. Begitu juga bahwa setiap anak dan
perempuan berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
G. Sinergisme dan Kemitraan yang Dinamis
SKN akan berfungsi baik untuk mencapai tujuannya apabila terjadi
Koordinasi, Integrasi, Sinkronisasi, dan Sinergisme (KISS), baik antar pelaku,
antar subsistem SKN, maupun dengan sistem serta subsistem lain di luar SKN.
Dengan tatanan ini, maka sistem atau seluruh sector terkait, seperti
pembangunan prasarana, keuangan, dan Pendidikan perlu berperan bersama
dengan sektor kesehatan untuk mencapai tujuan nasional. 84. Pembangunan
kesehatan harus diselenggarakan dengan menggalang kemitraan yang dinamis
dan harmonis antara pemerintah dan masyarakat, termasuk swasta dengan
mendayagunakan potensi yang dimiliki masing-masing. Kemitraan tersebut
diwujudkan dengan mengembangkan jejaring yang berhasil guna dan berdaya
guna, agar diperoleh sinergisme yang lebih mantap dalam rangka mencapai
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
H. Komitmen dan Tata Pemerintahan Yang Baik (Good Governance)
Agar SKN berfungsi baik, diperlukan komitmen yang tinggi, dukungan, dan
kerjasama yang baik dari para pelaku untuk menghasilkan tata penyelenggaraan
pembangunan kesehatan yang baik (good governance) Pembangunan kesehatan

6
diselenggarakan secara demokratis, berkepastian hukum, terbuka (transparan),
rasional, profesional, serta bertanggung jawab dan bertanggung gugat
(akuntabel).
I. Legalitas
Setiap pengelolaan dan pelaksanaan SKN harus didasarkan pada ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam menyelenggarakan SKN,
diperlukan dukungan regulasi berupa adanya berbagai peraturan perundang-
undangan yang responsif, memperhatikan kaidah dasar bioetika dan mendukung
penyelenggaraan SKN dan penerapannya (law enforcement) dalam menjamin
tata tertib pelayanan kesehatan untuk kepentingan terbaik bagi masyarakat.
J. Antisipatif dan Proaktif
Setiap pelaku pembangunan kesehatan harus mampu melakukan antisipasi
atas perubahan yang akan terjadi, yang di dasarkan pada pengalaman masa lalu
atau pengalaman yang terjadi di negara lain. Dengan mengacu pada antisipasi
tersebut, pelaku pembangunan kesehatan perlu lebih proaktif terhadap
perubahan lingkungan strategis baik yang bersifat internal maupun eksternal.
K. Gender dan Nondiskriminatif
Dalam penyelenggaraan SKN, setiap penyusunan rencana kebijakan dan
program serta dalam pelaksanaan program kesehatan harus responsif gender.
Kesetaraan gender dalam pembangunan kesehatan adalah kesamaan kondisi bagi
laki-laki dan perempuan untuk memperoleh kesempatan dan hak-haknya sebagai
manusia, agar mampu berperan dan berpartisipasi dalam kegiatan pembangunan
kesehatan serta kesamaan dalam memperoleh manfaat pembangunan kesehatan.
Keadilan gender adalah suatu proses untuk menjadi adil terhadap laki-laki dan
perempuan dalam pembangunan kesehatan. Setiap pengelolaan dan pelaksanaan
SKN tidak membedakan perlakuan terhadap perempuan dan laki-laki.
L. Kearifan Lokal
Penyelenggaraan SKN di daerah harus memperhatikan dan menggunakan
potensi daerah yang secara positif dapat meningkatkan hasil guna dan daya guna
pembangunan kesehatan, yang dapat diukur secara kuantitatif dari meningkatnya
peran serta masyarakat dan secara kualitatif dari meningkatnya kualitas hidup
jasmani dan rohani. Dengan demikian kebijakan pembangunan daerah di bidang

7
kesehatan harus sejalan dengan SKN, walaupun dalam praktiknya, dapat
disesuaikan dengan potensi dan kondisi serta kebutuhan masyarakat di daerah
terutama dalam penyediaan pelayanan kesehatan dasar bagi rakyat.
2.4 Perkembangan dan Tantangan Sistem Kesehatan Nasional
A. Perkembangan dan Masalah Sistem Kesehatan Nasional
Peningkatan status kesehatan yang berhasil dicapai melalui upaya
pembangunan kesehatan yang dilakukan secara berkesinambungan antara
lain :
a. Penurunan AKB 46/1000 (1997) menjadi 34/1000 (2007)
b. Penurunan AKI 334/100.000 (1995) menjadi 228/1000 (2007)
c. Peningkatan UHH 68,6 (2004) menjadi 70,5 (2007)
d. Penurunan prevalensi kekurangan gizi balita 25,8% (2003) menjadi
18,4% (2007)
B. Upaya Kesehatan
Perkembangan
a. Hasil dari Upaya Kesehatan sudah terlihat meskipun belum
menunjukkan perubahan yang signifikan secara nasional.
b. Akses pelayanan kesehatan meningkat secara nasional tetapi di
daerah terpencil, tertinggal, perbatasan, dan pulau-pulau kecil
terdepan dan terluar masih rendah
c. Rasio Puskesmas meningkat 3,46/100.000 (2003) penduduk menjadi
3,61/100.000 (2005) dan pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan
meningkat dari 15,1% (1996) menjadi 33,7% (2006).
d. Turunnya AKI, dan peningkatan pertolongan persalinan o/ tenaga
kesehatan meningkat 20% dan peningkatan persalinan di fasilitas
kesehatan 24,3% (1997) menjadi 46% (2007)
Tantangan
a. Akses rumah tangga yang dapat menjangkau fasilitas
pelayanankesehatan dan jumlah fasilitas pelayanan kesehatan pada
daerah terpencil, tertinggal, perbatasan, dan pulau-pulau kecil
terdepan dan terluar masih rendah.

8
b. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 menunjukkan
adanya peningkatan kasus penyakit tidak menular
c. Penyakit infeksi menular juga masih merupakan masalah kesehatan
masyarakat yang perlu ditangani
d. masih terdapat disparitas sumber daya antara lain: ketersediaan
listruk dan air bersih di beberapa daerah

C. Penelitian dan Pengembangan Kesehatan


Perkembangan
a. Telah dimulainya penyelenggaraan program saintifikasi jamu sejak
awal tahun 2010 dalam rangka pemanfaatan sumber daya alam
b. Berbagai hasil penelitian, pengembangan teknologi dan produk
teknologi kesehatan telah banyak dimanfaatkan secara luas
c. Semakin banyak muncul innovator dalam bidang kesehatan
Tantangan
a. Terbatasnya sumber daya manusia yang mempunyai kompetensi
dalam menjalankan profesi peneliti kesehatan
b. Masih lemahnya dukungan penyelenggaraan penelitian,
pengembangan, dan penapisan teknologi dan produk teknologi
kesehatan
c. Terbatasnya kemampuan adopsi dan adaptasi teknologi dan produk
teknologi kesehatan
D. Pembiayaan Kesehatan
Perkembangan
a. Jaminan kesehatan juga meningkat dari tahun ke tahun
Tantangan
a. Belum terpenuhinya kecukupan pembiayaan kesehatan yang diikuti
efisiensi dan efektifitas penggunaan anggaran
b. Belum seluruh masyarakat terlindungi secara optimal terhadap beban
pembiayaan kesehatan
E. Sumber Daya Manusia Kesehatan
Perkembangan

9
a. Sejak tahun 2003 juga telah dilaksanakan akreditasi pelatihan dan
institusi pelatihan untuk menjaga mutu pelatihan di bidang kesehatan
(Hasil pelaksanaan akreditasi pelatihan dari tahun 2003 sampai
dengan tahun 2010 adalah dengan terakreditasinya 722 pelatihan dari
863 pelatihan yang diajukan)

Tantangan
a. Dalam pendayagunaan sumber daya manusia kesehatan, pemerataan
sumber daya manusia kesehatan berkualitas masih kurang,
pengembangan karier, sistem penghargaan, dan sanksi belum
sebagaimana mestinya, regulasi untuk mendukung sumber daya
manusia kesehatan masih terbatas
F. Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Makanan
Perkembangan
a. Adanya Inpres No 6 Thn 2016 tentang Percepatan Pengembangan
Industri Farmasi dan Alat Kesehatan
Tantangan
a. Di Indonesia terdapat 9.600 jenis tanaman berpotensi mempunyai
efek pengobatan, dan baru 300 jenis tanaman yang telah digunakan
sebagai bahan baku.
b. Ketidakpastian penggunaan produk dalam negeri oleh industri swasta
maupun pengadaan pemerintah
c. Industri peralatan dan mesin untuk memproduksi bahan baku obat
masih belum dikuasai, baik teknologi sintesis maupun teknologi
pemurnian
G. Pemberdayaan Masyarakat
Perkembangan
a. Semakin meningkatnya kemitraan antara Pemerintah dan Pemerintah
Daerah dengan organisasi masyarakat dalam berbagai program
kesehatan.

10
b. Jumlah Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM), seperti Pos
Pelayanan Terpadu (Posyandu), Pos Kesehatan Desa (Poskesdes),
dan Pos Kesehatan Pesantren (Poskestren) semakin meningkat
Tantangan
a. Pencapaian PHBS belum sesuai target yakni sekurang-kurangnya
dengan target 60%
H. Manajemen, Informasi Dan Regulasi Kesehatan
a. Sistem Informasi Kesehatan Nasional berbasis fasilitas sudah
mencapai Kabupaten/Kota tetapi masih minim pemanfaatannya.
b. Hukum kesehatan belum tertata secara sistematis dan harmonis serta
belum mendukung pembangunan kesehatan secara utuh. Peraturan
perundang-undangan bidang kesehatan pada saat ini belum cukup,
baik jumlah, jenis, maupun efektifitasnya.
I. Perubahan Lingkungan Strategis
a. Secara geografis, sebagian besar wilayah Indonesia rawan bencana
b. Pada tingkat nasional terjadi proses politik, seperti desentralisasi,
demokratisasi, dan politik kesehatan yang berdampak pada
pembangunan kesehatan, sebagai contoh: banyaknya peserta
pemilihan kepala daerah (Pilkada) yang menggunakan isu kesehatan
sebagai janji politik.
2.5 Subsistem Sistem Kesehatan Nasional
1. Subsistem Upaya Kesehatan
Upaya kesehatan diselenggarakan oleh Pemerintah (termasuk TNI dan
POLRI), pemerintah daerah provinsi/kabupaten/kota, dan/atau
masyarakat/swasta melalui upaya peningkatan kesehatan, pencegahan
penyakit, pengobatan, dan pemulihan kesehatan, di fasilitas pelayanan
kesehatan dan fasilitas kesehatan. Praktik administrasi dalam upaya
kesehatan di Indonesia dibedakan menjadi administrasi dalam UKM dan
Administrasi dalam upaya kesehatan masyarakat.
a. UKM
Adalah kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah/atau masyarakat
serta dunia usaha untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta

11
mencegah dan menanggulani timbulnya masalah keehatan dimasyarakat
UKM dibagi menjadi 3
1. UKM Strata Pertama
Pihak yang bertindak sebgaia penanggung jawab dalam
penyelenggaraan UKM Strata pertama ialah PUSKESMAS.
Tiga fungsi utama puskesmas dalam UKM Strata Pertama
1) Pusat pembangunan berwawasan kesehatan diwilayah kerjanya
2) Pusat pemberdayaan masyarakat dibidang kesehatan
3) Pusat pelayanan kesehatan tigkat dasar seperti Promkes, KIA,
KB, dll
2. UKM Strata kedua
Pihak yang bertindak sebagai penanggung jawab adalah Dinas
kesehatan Kabupaten/Kota yang tidak hanya bertugas menjalankan
fungsi manajerial melainkan juga fungsi teknis dalam bidang kesehatan.
Untuk menjalankan tugasnya dinas kesehatan dibantu oleh Unit
Pelaksana Teknis (UPT) seperti halnya unit pencegahan dan
pemberantasan penyakit, promosi kesehatan, kesehatan lingkungan, dll
3. UKM Strata Ketiga
Pihak yng bertindak sebagai penanggung jawab ialah dinas
kesehatan Provinsi juga Kementrian Kesehatan. UKM pada strata ini
dilaksanakan melalui pengembangan pusat-puast unggulan seperti
institut gizi nasional (IGN), institut penyakit infeksi nasional (IPIN).
Institut kesehatan jiwa nasional (IKJN), Institut ketergantungan obat
(IKO) Institut Kesehatan Kerja Naional (IKKN), yang berfungsi sebagai
penyelenggara pelayanan langsung dan pendukung berbagai sarana
pelayanan kesehatan. Ditingkat kabupaten/kota dalam bentuk pelayanan
rujukan.
b. UKP
Yaitu sebagai kegiatan yang dilakuka oleh pemerintah dan/masyarakat
serta dunia usaha untuk menyembuhkan penyakit serta memulihkan
kesehatan perindividu. Adapun yang termasuk dalam kategori UKP,

12
antara lain pelayan rawat jalan, pengobatan rawat inap, serta pembatasan
dan pemulihan kecacatan.
Terdapat tiga bentuk pokok UKP yang dibedakan menurut tingkatan atau
strata, yakni:
1. UKP Strata Pertama
Penyelenggara UKP strata pertama ialah Puskesmas. Usaha dalam UKP
strata pertama diwujudkan melalui bentuk pelayanan praktik dokter gigi,
poliklinik, BP, Klinik 24 Jam, serta praktik rumah bersalin.
2. UKP Strata Kedua
Yang termasuk sebagai penyelenggara UKP strata kedua antara lain
praktik dokter spesialis, praktik dokter gigi spesialis, klinik spesialis,
balai pengobatan Penyakit Paru-paru (BP4), Balai Kesehatn Mata
Masyarakat (BKMM), rumah sakit kelas c dan b non-pendidikan milik
pemerintah (Termasuk TNI/POLRI dan BUMN) serta rumah sakit
swasta. Selain memberikan pelayanan langsung, sarana pelayanan pada
UKP strata kedua juga berfungsi untuk membantu sarana pelayanan pada
UKP strata kedua juga berfungsi untuk membantu sarana pelayanan pada
UKP strata pertama dalam bentuk pelayanan rujukan medik.
3. UKP Strata ketiga
Yang bertanggungjawab dalam penyelenggaran UKP strata ketiga
anatara lain praktek dokter spesialis konsultan, praktik dokter gigi, dll.
UKP strata ketiga berfungsi untuk membantu sarana pelayanan pada
UKP strata kedua dalam bentuk pelayanan rujukan medik.
2. Subsistem penelitian dan pengembangan kesehatan
Untuk mendapatkan dan mengisi kekosongan data kesehatan dasar dan/atau
data kesehatan yang berbasis bukti perlu diselenggarakan kegiatan penelitian
dan pengembangan kesehatan dengan menghimpun seluruh potensi dan
sumber daya yang dimiliki oleh bangsa Indonesia. Pengelolaan penelitian
dan pengembangan kesehatan terbagi atas penelitian dan pengembangan
biomedis dan teknologi dasar kesehatan, teknologi terapan kesehatan dan
epidemiologi klinik, teknologi intervensi kesehatan masyarakat, dan
humaniora, kebijakan kesehatan, dan pemberdayaan masyarakat. Penelitian

13
dan pengembangan kesehatan dikoordinasikan penyelenggaraannya oleh
Pemerintah.
3. Subsistem Pembiayaan Kesehatan
Pembiayaan kesehatan bersumber dari berbagai sumber, yakni:
Pemerintah, Pemerintah Daerah, swasta, organisasi masyarakat, dan
masyarakat itu sendiri. Pembiayaan kesehatan yang adekuat, terintegrasi,
stabil, dan berkesinambungan memegang peran yang vital untuk
penyelenggaraan pelayanan kesehatan dalam rangka mencapai tujuan
pembangunan kesehatan. Pembiayaan pelayanan kesehatan masyarakat
merupakan barang publik (public good) yang menjadi tanggung jawab
pemerintah, sedangkan untuk pelayanan kesehatan perorangan
pembiayaannya bersifat privat, kecuali pembiayaan untuk masyarakat miskin
dan tidak mampu menjadi tanggung jawab pemerintah.
4. Subsistem Sumber daya manusia kesehatan
Sebagai pelaksana upaya kesehatan, diperlukan sumber daya manusia
kesehatan yang mencukupi dalam jumlah, jenis, dan kualitasnya, serta
terdistribusi secara adil dan merata, sesuai tuntutan kebutuhan pembangunan
kesehatan. Sumber daya manusia kesehatan yang termasuk kelompok tenaga
kesehatan, sesuai dengan keahlian dan kualifikasi yang dimiliki terdiri dari
tenaga medis, tenaga kefarmasian, tenaga keperawatan dan kebidanan,
tenaga kesehatan masyarakat, tenaga kesehatan lingkungan, tenaga gizi,
tenaga keterapian fisik, tenaga keteknisian medis, dan tenaga kesehatan
lainnya, diantaranya termasuk peneliti kesehatan.
5. Subsistem Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Makanan
Subsistem ini meliputi berbagai kegiatan untuk menjamin: aspek
keamanan, khasiat/kemanfaatan dan mutu sediaan farmasi, alat kesehatan,
dan makanan yang beredar; ketersediaan, pemerataan, dan keterjangkauan
obat, terutama obat esensial; perlindungan masyarakat dari penggunaan yang
salah dan penyalahgunaan obat; penggunaan obat yang rasional; serta upaya
kemandirian di bidang kefarmasian melalui pemanfaatan sumber daya dalam
negeri
6. Subsistem Manajemen, Informasi, dan Regulasi Kesehatan

14
Subsistem ini meliputi kebijakan kesehatan, administrasi kesehatan,
hokum kesehatan, dan informasi kesehatan. Untuk menggerakkan
pembangunan kesehatan secara berhasil guna dan berdaya guna, diperlukan
manajemen kesehatan. Peranan manajemen kesehatan adalah koordinasi,
integrasi, regulasi, sinkronisasi, dan harmonisasi berbagai subsistem SKN
agar efektif, efisien, dan transparansi dalam penyelenggaraan SKN tersebut.
Dalam kaitan ini peranan informasi kesehatan sangat penting. Dari segi
pengadaan data, informasi, dan teknologi komunikasi untuk
penyelenggaraan upaya kesehatan, pengembangan sumber daya manusia,
dan kegiatan lainnya, yang kegiatannya dapat dikelompokkan, antara lain:
a. pengelolaan sistem informasi
b. pelaksanaan sistem informasi
c. dukungan sumber daya
d. pengembangan dan peningkatan sistem informasi kesehatan.
7. Subsistem Pemberdayaan Masyarakat
SKN akan berfungsi optimal apabila ditunjang oleh pemberdayaan
perorangan, keluarga dan masyarakat. Masyarakat termasuk swasta bukan
semata-mata sebagai sasaran pembangunan kesehatan, melainkan juga
sebagai subjek atau penyelenggara dan pelaku pembangunan kesehatan.
Oleh karenanya pemberdayaan masyarakat menjadi sangat penting, agar
masyarakat termasuk swasta dapat mampu dan mau berperan sebagai pelaku
pembangunan kesehatan.
Dalam pemberdayaan perorangan, keluarga dan masyarakat meliputi
pula upaya peningkatan lingkungan sehat oleh masyarakat sendiri dan upaya
peningkatan kepedulian sosial dan lingkungan sekitar. Upaya pemberdayaan
perorangan, keluarga dan masyarakat akan berhasil pada hakekatnya apabila
kebutuhan dasar masyarakat sudah terpenuhi. Pemberdayaan masyarakat dan
upaya kesehatan pada hakekatnya merupakan fokus dari pembangunan
kesehatan.
2.6 Penyelenggaraan Sistem Kesehatan Nasional
Dalam melakukan penyelenggaraan SKN diperlukan penerapan prinsip
koordinasi, integrasi, sinkronisasi, dan sinergisme yang dinamis, baik antar

15
pelaku, antar subsistem SKN, maupun dengan sistem serta subsistem lain di luar
SKN.
Penyelenggaraan SKN dilaksanakan secara bertahap sebagai berikut:
1. Penetapan SKN
Untuk memperoleh kepastian hukum yang mengikat semua pihak, SKN
perlu ditetapkan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2. Sosialisasi dan Advokasi SKN
SKN perlu disosialisasikan dan diadvokasikan ke seluruh pelaku
pembangunan kesehatan dan seluruh pemangku kepentingan kesehatan
untuk memperoleh komitmen dan dukungan dari semua pihak. Sasaran
sosialisasi dan advokasi SKN adalah semua penentu kebijakan, baik di pusat
maupun daerah, baik di sektor publik maupun di sektor swasta.
3. Fasilitasi Pengembangan Kebijakan Kesehatan di Daerah
Dalam pembangunan kesehatan di Daerah perlu dikembangkan
kebijakan kesehatan, seperti: Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah
(RPJP-D), (RPJM-D), Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah
(Renstra SKPD), yang penyelenggaraannya disesuaikan dengan kondisi,
dinamika, dan masalah spesifik daerah dalam kerangka SKN.
Pemerintah Pusat memfasilitasi pengembangan kebijakan kesehatan di
daerah, memfasilitasi pengukuhannya dalam bentuk peraturan perundang-
undangan daerah, serta memfasilitasi sosialisasi dan advokasi
penyelenggaraan pembangunan kesehatan di daerah sesuai kebutuhan.
Penyelenggaraan SKN dalam kaitannya dengan pengembangan
kebijakan kesehatan di daerah dilakukan dengan berbagai kegiatan, yaitu:
I. Diwujudkan dalam kerangka penyelenggaraan pembangunan
kesehatan, baik secara nasional maupun dalam lingkup daerah.
II. Diselenggarakan melalui penataan ulang ketujuh subsistemnya
secara bertahap, sistematis, terpadu, dan berkelanjutan.
III. Didukung dengan penyusunan kebijakan, standar, dan pedoman
dalam bentuk berbagai peraturan perundang-undangan.

16
IV. Diselenggarakan sesuai dengan asas desentralisasi yang
bertanggung jawab, demokratisasi, dan good governance dalam
kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Dalam rangka menyesuaikan dengan perkembangan global, regional,
nasional, dan lokal yang dinamis dan cepat berubah, maka dilakukan
pengendalian dan penilaian SKN sebagai berikut:
a. Bertujuan untuk memantau dan menilai keberhasilan penyelenggaraan
pembangunan kesehatan berdasarkan sistem kesehatan yang berlaku;
b. Diselenggarakan secara berjenjang dan berkelanjutan dengan
menggunakan tolok ukur keberhasilan pembangunan kesehatan, baik
tingkat nasional maupun tingkat daerah;
c. Perlu didukung dengan pengembangan sistem monitoring dan evaluasi di
tingkat nasional dan daerah secara terpadu.
Setiap tahun seluruh pelaku pembangunan kesehatan berkoordinasi
pemerintah melakukan pengukuran pencapaian/kinerja SKN dengan
beberapa indikator yang akurat dan terpercaya. Adapun indikator kinerja
SKN menjadi rekomendasi untuk upaya perbaikan yang harus
didokumentasikan dan disebarluaskan. Indikator tersebut menjadi acuan
segenap pelaku pembangunan kesehatan di tingkat nasional, provinsi, dan
kabupaten/kota sampai ke tingkat desa, guna penyesuaian penyelenggaraan
pembangunan kesehatan yang berbasis fakta.
Pelaku penyelenggaraan pembangunan sistem kesehatan nasional adalah:
1. Individu, keluarga, dan masyarakat yang meliputi tokoh masyarakat,
lembaga swadaya masyarakat, media massa, organisasi profesi, akademisi,
praktisi, serta masyarakat luas termasuk swasta, yang berperan dalam
advokasi, pengawasan sosial, dan penyelenggaraan berbagai pelayanan
kesehatan sesuai dengan bidang keahlian dan kemampuan masing-masing.
2. Pemerintah, baik Pemerintah maupun Pemerintah Daerah berperan sebagai
penanggungjawab, penggerak, pelaksana, dan pembina pembangunan
kesehatan dalam lingkup wilayah kerja dan kewenangan masing-masing.
Untuk Pemerintah, peranan tersebut ditambah dengan menetapkan

17
kebijakan, standar, prosedur, dan kriteria yang digunakan sebagai acuan
dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan di daerah.
3. Badan Legislatif, baik di pusat maupun di daerah, yang berperan melakukan
persetujuan anggaran dan pengawasan terhadap penyelenggaraan
pembangunan kesehatan, melalui penyusunan produk-produk hukum dan
mekanisme kemitraan antara eksekutif dan legislatif.
4. Badan Yudikatif, termasuk kepolisian, kejaksaan dan kehakiman berperan
menegakan pelaksanaan hukum dan peraturan perundang-undangan yang
berlaku di bidang kesehatan.
5. Sektor swasta yang memiliki atau mengembangkan industri kesehatan
seperti industri farmasi, alat-alat kesehatan, jamu, makanan sehat, asuransi
kesehatan, dan industri pada umumnya. Industri pada umumnya berperan
besar dalam memungut iuran dari para pekerja dan menambah iuran yang
menjadi kewajibannya.
6. Lembaga pendidikan, baik pada tingkat sekolah dasar sampai tingkat
perguruan tinggi, baik milik publik maupun swasta. Sebagian besar masalah
kesehatan berhubungan dengan perilaku dan pemahaman. Pendidikan
memegang kunci untuk menyadarkan masyarakat akan berbagai risiko
kesehatan dan peran masyarakat dalam meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat.
2.7 Rencana Strategis
Unsur Rencana Strategis Lembaga-Lembaga Kesehatan
Renstra Kementerian Kesehatan merupakan dokumen perencanaan yang
bersifat indikatif memuat program-program pembangunan kesehatan yang akan
dilaksanakan oleh Kementerian Kesehatan dan menjadi acuan dalam
penyusunan perencanaan tahunan.
Pembangunan kesehatan pada periode 2015-2019 adalah Program
Indonesia Sehat dengan sasaran meningkatkan derajat kesehatan dan status gizi
masyarakat melalui melalui upaya kesehatan dan pemberdayaan masyarakat
yang didukung dengan perlindungan finansial dan pemeratan pelayanan
kesehatan.

18
Prinsip-Prinsip Penyusunan Rencana Strategis Lembaga-Lembaga
Kesehatan
1. Prinsip Proses Perencanaan
a. Proses Politik: pemilihan langsung dipandang sebagai proses
perencanaan karena menghasilkan rencana pembangunan dalam bentuk
visi, misi, dan program yang ditawarkan presiden / kepala daerah terpilih
selama kampanye.
b. Proses Teknokratik: perencanaan yang dilakukan oleh perencana
profesional, atau oleh lembaga / unit organisasi yang secara fungsional
melakukan perencanaan
c. Proses Partisipatif: perencanaan yang melibatkan para pemangku
kepentingan pembangunan (stakeholders) internal
d. Proses Bottom-Up dan Top-Down: perencanaan yang aliran prosesnya
dari atas ke bawah atau dari bawah ke atas dalam hierarki pemerintahan
2. Prinsip sinkronisasi
2.1 Tahap 1 (Sinkronisasi RPJMN – RPJMD – Renstra)
2.2 Tahap 2 (Sinkronisasi Isu Strategis)
2.3 Tahap 3 (Sinkronisasi Misi/Sub Misi, Tujuan, Sasaran, dan Indikator
Pembangunan)
2.4 Tahap 4 (Sinkronisasi Target Sasaran)
2.5 Tahap 5 (Sinkronisasi Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan)
2.6 Tahap 6 (Sinkronisasi Kerangka Pendanaan Program dan Kegiatan yang
Mendukung Prioritas Nasional)
2.7 Tahap 7 (Sinkronisasi Indikasi Lokasi Pelaksanaan Program)
3. Prinsip Berkontribusi terhadap prioritas pembangunan lainnya
2.8 Arah Kebijakan dan Strategi Kementrian Kesehatan
Arah kebijakan dan strategi Kementerian Kesehatan didasarkan pada
arah kebijakan dan strategi nasional sebagaimana tercantum di dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019. Untuk
menjamin dan mendukung pelaksanaan berbagai upaya kesehatan yang efektif
dan efisien maka yang dianggap prioritas dan mempunyai daya ungkit besar

19
di dalam pencapaian hasil pembangunan kesehatan, dilakukan upaya secara
terintegrasi dalam fokus dan lokus dan fokus.
Arah kebijakan Kementerian Kesehatan mengacu pada tiga hal penting
yakni:
1. Penguatan Pelayanan Kesehatan Primer (Primary Health Care)
Puskesmas mempunyai fungsi sebagai pembina kesehatan wilayah
melalui 4 jenis upaya yaitu:
a. Meningkatkan dan memberdayakan masyarakat.
b. Melaksanakan Upaya Kesehatan Masyarakat.
c. Melaksanakan Upaya Kesehatan Perorangan.
d. Memantau dan mendorong pembangunan berwawasan kesehatan.
Untuk penguatan fungsi tersebut, perlu dilakukan Revitalisasi
Puskesmas, dengan fokus pada 5 hal, yaitu: 1) peningkatan SDM; 2)
peningkatan kemampuan teknis dan manajemen Puskesmas; 3) peningkatan
pembiayaan; 4) peningkatan Sistem Informasi Puskesmas (SIP); dan 5)
pelaksanaan akreditasi Puskesmas.
2. Penerapan Pendekatan Keberlanjutan Pelayanan (Continuum Of Care)
Pendekatan ini dilaksanakan melalui peningkatan cakupan, mutu, dan
keberlangsungan upaya pencegahan penyakit dan pelayanan kesehatan ibu,
bayi, balita, remaja, usia kerja dan usia lanjut.
3. Intervensi Berbasis Risiko Kesehatan
Program-program khusus untuk menangani permasalahan kesehatan
pada bayi, balita dan lansia, ibu hamil, pengungsi, dan keluarga miskin,
kelompok-kelompok berisiko, serta masyarakat di daerah terpencil,
perbatasan, kepulauan, dan daerah bermasalah kesehatan.
Kementerian Kesehatan menetapkan dua belas sasaran strategis yang
dikelompokkan menjadi tiga, yaitu kelompok sasaran strategis pada aspek
input (organisasi, sumber daya manusia, dan manajemen); kelompok sasaran
strategis pada aspek penguatan kelembagaan; dan kelompok sasaran
strategic pada aspek upaya strategik.
1. Meningkatkan Tata kelola Pemerintah yang Baik dan Bersih

20
Strategi untuk meningkatkan tata kelola pemerintah yang baik
dan bersih meliputi:
a. Mendorong pengelolaan keuangan yang efektif, efisien, ekonomis
dan ketatatan pada peraturan perundang-undangan.
b. Meningkatkan transparansi dan akuntabilitas dengan memperhatikan
rasa keadilan dan kepatutan.
c. Mewujudkan pengawasan yang bermutu untuk menghasilkan
Laporan Hasil Pengawasan (LHP) sesuai dengan kebutuhan
pemangku kepentingan.
d. mewujudkan tata kelola manajemen Inspektorat Jenderal yang
transparan dan akuntabel.
2. Meningkatkan Kompetensi dan Kinerja Aparatur Kementerian Kesehatan
Strategi ini akan dilakukan melalui berbagai upaya antara lain
Menyusun standar kompetensi jabatan struktural untuk semua eselon.
Dan Mengembangkan sistem kaderisasi secara terbuka di
internalKementerian Kesehatan.
3. Meningkatkan Sistem Informasi Kesehatan Integrasi
Strategi ini akan dilakukan melalui berbagai upaya antara lain
dengan mengembangkan “real time monitoring” untuk seluruh Indikator
Kinerja Program (IKP) dan Indikator Kinerja Kegiatan (IKK)
Kementerian Kesehatan dan Meningkatkan kemampuan SDM pengelola
informasi di tingkat kab/kota dan provinsi, sehingga profil kesehatan
bisa terbit T+4 bulan, atau bisa terbit setiap bulan April.
4. Meningkatkan Sinergitas Antar Kementerian/Lembaga
Strategi ini akan dilakukan melalui berbagai upaya antara lain
Menyusun rencana aksi nasional program prioritas pembangunan
kesehatan. Dan Membuat forum komunikasi untuk menjamin sinergi
antar Kementerian/Lembaga (K/L).
5. Meningkatkan Daya Guna Kemitraan (Dalam dan Luar Negeri)
6. Meningkatkan Integrasi Perencanaan, Bimbingan Teknis dan
Pemantauan Evaluasi
7. Meningkatkan Efektivitas Penelitian dan Pengembangan kesehatan

21
8. Meningkatkan Kesehatan Masyarakat
9. Meningkatkan Pengendalian Penyakit
10. Meningkatkan Akses dan Mutu Fasilitas dan Pelayanan Kesehatan
11. Meningkatkan Jumlah, Jenis, Kualitas Dan Pemerataan Tenaga
Kesehatan
12. Meningkatkan Akses, Kemandirian dan Mutu Sediaan Farmasi dan Alat
Kesehatan

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Sistem Kesehatan Nasional adalah suatu tatanan yang menghimpun berbagai
upaya Bangsa Indonesia secara terpadu dan saling mendukung, guna menjamin derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya sebagian perwujudan kesejahteraan umum seperti
dimaksud dalam Pembukaan UUD 1945 Pada hakikatnya. SKN juga merupakan wujud
dan sekaligus metode penyelenggaraan pembangunan kesehatan, yang memadukan
berbagai upaya Bangsa Indonesia dalam satu derap langkah guna menjamin tercapainya
tujuan pembangunan kesehatan.Tujuan Sistem Kesehatan Nasional adalah
terselenggaranya pembangunan kesehatan oleh semua potensi bangsa, baik masyarakat,
swasta maupun pemerintah secara sinergis, berhasil guna dan berdaya guna, sehingga
tercapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
Rencana Strategi Kementerian Kesehatan merupakan dokumen perencanaan
yang bersifat indikatif memuat program-program pembangunan kesehatan yang akan
dilaksanakan oleh Kementerian Kesehatan dan menjadi acuan dalam penyusunan
perencanaan tahunan. Pembangunan kesehatan pada periode 2015-2019 adalah Program
Indonesia Sehat dengan sasaran meningkatkan derajat kesehatan dan status gizi
masyarakat melalui melalui upaya kesehatan dan pemberdayaan masyarakat yang

22
didukung dengan perlindungan finansial dan pemeratan pelayanan kesehatan. Arah
kebijakan dan strategi Kementerian Kesehatan didasarkan pada arah kebijakan dan
strategi nasional sebagaimana tercantum di dalam Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019.

DAFTAR PUSTAKA

Biro Kepegawaian Sekretariat Jenderal Kemenkes Kesehatan. 2015. Rencana Aksi


Kegiatan (RAK) Biro Kepegawean Setjen Kemenkes Tahun 2015-2019 URL:
http://www.depkes.go.id/resources/download/LAKIP%20ROREN/1%20perencanaan20
kinerja/RAK%20ROPEG.pdf. Diakses pada 23 April 2018

Peraturan Presiden RI Nomor 72 Tahun 2012 tentang Sistem Kesehatan Nasional

Kepmenkes RI Nomor HK.02.02/Menkes/52/2015 tentang Rencana Strategis


Kementrian Kesehatan 2015-2019

23

Anda mungkin juga menyukai