Anda di halaman 1dari 42

LAPORAN KOMPREHENSIF

ASUHAN KEBIDANAN KOLABORASI KASUS PATOLOGI DAN


KOMPLIKASI PADA IBU NIFAS DENGAN PREEKLAMSIA BERAT
DI RSUD PANGLIMA SEBAYA

Oleh :

SALMAWATI
NIM. P07224422302

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR
JURUSAN KEBIDANAN PROGRAM STUDI
PROFESI KEBIDANAN SAMARINDA
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, karena dengan limpahan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Asuhan Kebidanan Pada
Ibu Hamil Dengan Pre-Eklampsia.
Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil Dengan Pre-Eklampsia ini tidak akan
selesai tepat pada waktunya tanpa bantuan dari berbagai pihak yang telah
membantu. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan dan penyusunan Asuhan
Kebidanan ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan kritik
dan saran untuk perbaikan penyusunan yang akan datang. Semoga Asuhan
Kebidanan ini dapat memberikan manfaat bagi penulis khususnya dan bagi
pembaca pada umumnya.

Penajam Paser Utara, 12 Agustus 2023

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut World Health Organization (WHO) Angka kematian ibu
(AKI) masih sangat tinggi, sekitar 810 wanita meninggal akibat
komplikasi terkait kehamilan atau persalinan di seluruh dunia setiap hari,
dan sekitar 295 000 wanita meninggal selama dan setelah kehamilan dan
persalinan. Angka kematian ibu di negara berkembang mencapai
462/100.000 kelahiran hidup. Sedangkan di negara maju sebesar
11/100.000 kelahiran hidup (WHO, 2020).
Tingginya angka kematian ibu dan angka kematian bayi
disebabkan oleh beberapa faktor, seperti perdarahan hebat (kebanyakan
berdarah setelah persalinan), infeksi (biasanya setelah persalinan),
komplikasi dari persalinan, aborsi tidak aman dan salah satunya adalah
preeklampsia (WHO, 2020). Kehamilan, persalinan dan nifas adalah
sebuah proses yang fisiologis, namun sebesar 15% - 20% kasus
kehamilan menjadi pathologis karena komplikasi pada ibu dan sekitar
sepertiga dari komplikasi tersebut dapat mengancam jiwa serta dapat
menjadi penyebab kematian (POGI, 2019).
Angka kejadian preeklampsia sekitar 3%-8% dari seluruh
kehamilan (Teresa, Lam and Dierking, 2017) dan tujuh kali lebih tinggi
di negara berkembang jika dibandingkan dengan angka kejadian
preeklampsia di negara maju. Insiden preeklampsia di Indonesia adalah
128.273/tahun atau sekitar 5,3% dan merupakan penyebab kematian ibu
tertinggi ke dua setelah perdarahan (POGI, 2019).
Komplikasi preeklampsia berat dapat berupa edema paru,
kegagalan jantung, iskemia jantung (Vaddamani et al., 2017), HELLP (
Hemolysis, Elevated Liver Enzymes, Low Platelet ) syndrome,
cerebrovascular accident, DIC (Disseminated Intravascular
Coagulation), gangguan fungsi ginjal (Martaadisoebrata, Wirakusumah
and Effendi, 2013) yang menyebabkan ibu perlu perawatan intensif di
ruang ICU (Intensive Care Unit), dengan insiden sekitar 11.9% pasien
(Ilham et al., 2019). Dengan berbagai komplikasi yang dapat menyertai
tersebut, preeklampsia merupakan indikasi masuk kedua terbanyak pasien
obstetri ke ruang ICU (Seppanen et al 2019; Zhao et al., 2018; Barry et
al., 2019), berbeda dengan penelitian yang dilakukan di RSUP Sanglah,
preeklampsia berat menempati urutan pertama yaitu sebanyak 55%
(Mandini, 2014). Pasien obstetri menempati sekitar 0.4 – 16 % dari
seluruh pasien di ICU (Gaffney, 2019) dan sebanyak 12 % pasien
memerlukan ventilator (Ilham et al., 2019)
Masalah preeklampsia bukan hanya berdampak pada ibu saat
hamil dan melahirkan, namun juga menimbulkan masalah pasca
persalinan akibat disfungsi endotel di berbagai organ. Dampak jangka
panjang pada bayi yang dilahirkan ibu dengan preeklampsia antara lain
bayi akan lahir prematur sehingga mengganggu semua organ
pertumbuhan bayi. Sampai dengan saat ini penyebab preeklampsi belum
diketahui secara pasti, beberapa faktor resiko yang menjadi dasar
perkembangan kasus preeklampsi diantaranya adalah usia, primigravida,
multigravida, jarak antar kehamilan, janin besar dan kehamilan dengan
janin lebih dari satu (POGI, 2019).
Pentingnya dilakukan serangkaian pemeriksaan serta bagaimanan
proses penanganan persalinan berlangsung sangat berpengaruh terhadap
kondisi ibu pasca persalinan, oleh karena itu penatalaksanaan awal pada
masalah preeklampsi perlu dilakukan dengan mengidentifikasi faktor
resiko untuk setiap ibu hamil melalui asuhan antenatal care sebab
masalah preeklamsi pada awalnya tidak memberikan gejala dan tanda,
namun dapat memperburuk kondisi ibu dan bayi dengan cepat. Tujuan
utama penatalaksanaan preeklampsia adalah kondisi ibu yang aman dan
persalinan bayi yang sehat. (POGI, 2019). Setelah mengidentifikasi faktor
resiko pada masa kehamilan, penatalaksanaan preeklampsia selanjutnya
adalah tergantung dari usia gestasi ibu. Penatalaksanaan terapi definitif
pada pasien preeklampsia dengan segera melakukan persalinan atau
terminasi kehamilan atas indikasi mengancam nyawa ibu dan bayi baik
dengan tindakan operatif Sectio Caesarian ataupun dengan persalinan
normal (Khairani, 2020).

B. Tujuan Umum
Setelah melaksanakan praktek klinik, diharapkan mahasiswa
dapat melaksanakan Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil Dengan Pre-
Eklampsia.

C. Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan konsep dasar teori Ibu Nifas Dengan Pre-
Eklampsia.
b. Mendeskripsikan konsep dasar manajemen Asuhan Kebidanan Pada
Ibu Nifas Dengan Pre-Eklampsia.
c. Melaksanakan Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas Dengan Pre-
Eklampsia dengan pendekatan Varney, yang terdiri dari :
1) Melakukan pengkajian
2) Menginterpretasikan data dasar
3) Mengidentifikasi diagnosis / masalah potensial
4) Mengidentifikasi kebutuhan tindakan segera
5) Mengembangkan rencana intervensi
6) Melakukan tindakan sesuai dengan rencana intervensi
7) Melakukan evaluasi atas tindakan yang telah dilakukan
d. Mendokumentasikan pelaksanaan Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas
Dengan Pre-Eklampsia dalam bentuk catatan SOAP.
e. Menganalisis kesenjangan antara teori dan praktik di lapangan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Teori Nifas


1. Definisi
Masa nifas adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi,
plasenta, serta selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali
organ kandungan seperti sebelum hamil dengan waktu kurang lebih 6
minggu. Masa nifas atau yang disebut juga masa puerperium, berasal
dari bahasa latin, yaitu puer yang artinya bayi dan partus yang artinya
melahirkan atau berarti masa sesudah melahirkan. Asuhan kebidanan
masa nifas adalah penatalaksanaan asuhan yang diberikan pada pasien
mulai dari saat setelah lahirnya bayi sampai dengan kembalinya tubuh
dalam keadaaan seperti sebelum hamil atau mendekati keadaan
sebelum hamil. Periode masa nifas adalah periode waktu selama 6-8
minggu setelah persalinan. Proses ini dimulai setelah selesainya
persalinan dan berakhir setelah alat-alat reproduksi kembali seperti
keadaan sebelum hamil/tidak hamil sebagai akibat dari adanya
perubahan fisiologi dan psikologi karena proses persalinan (Purwanto
et al., 2019).

B. Konsep Dasar Teori Pre-Eklampsia


2. Definisi
Preeklampsiaa merupakan salah satu kondisi berisiko pada ibu
hamil. Preeklampsiaa merupakan darah tinggi atau hipertensi yang
terjadi pada ibu hamil, setelah usia kehamilan 20 minggu (≥20
minggu) (Kurniawati et al., 2020). Preeklampsia merupakan kondisi
spesifik pada kehamilan yang ditandai dengan tingginya tekanan
darah, tingginya kadar protein dalam urine serta edema. Diagnosis
preeklampsia ditegakkan berdasarkan adanya hipertensi spesifik yang
disebabkan kehamilan disertai dengan gangguan sistem organ lainnya
pada usia kehamilan diatas 20 minggu. Preeklampsia, sebelumya
selalu didefinisikan dengan adanya hipertensi dan proteinuri yang
baru terjadi pada kehamilan (new onset hypertension with
proteinuria) (POGI, 2019).

3. Klasifikasi
Menurut (Sukarni, 2020) dalam bukunya menjelaskan hipertensi
dalam kehamilan dibagi menjadi 2 golongan yaitu :
a) Preeklampsia Ringan
Kondisi dimana terjadi peningkatan tekanan darah 140/90
MmHg atau lebih dengan posisi pengukuran tekanan darah pada
ibu baik duduk maupun telentang. Protein Uria 0,3 gr/lt atau
+1/+2. Edema pada ekstermitas dan muka serta diikuti kenaikan
berat badan > 1 Kg/per minggu.
b) Preeklampsia Berat
Kondisi dimana terjadi peningkatan tekanan darah 160/110
MmHg atau lebih. Protein Uria 5 gr/lt atau lebih, terdapat oliguria
( Jumlah urine kuran dari 500 cc per 2 jam) serta adanya edema
pada paru serta cyanosis. Adanya gangguan sere bral, gangguan
visus dan rasa nyeri pada epigastrium.

4. Etiologi
Preeklampsia sampai saat ini belum diketahui penyebab pastinya.
Beberapa hal yang menjadi faktor resiko terjadinya preeklampsia
pada ibu hamil adalah :
a) Preeklampsia sebelumnya dan keluarga yang preeklampsia saat
hamil
b) Biasanya terjadi pada kehamilan anak pertama
c) Ibu hamil dengan usia lebih dari 35 tahun
d) Ibu yang kegemukan atau obesitas
e) Kehamilan kembar
f) Ibu hamil dengan penyakit kencing manis atau diabetes millitus
g) Ibu hamil yang mempunyai penyakit hipertensi atau darah tinggi.
h) Reaksi imun yang tidak adaptif/ abnormal antara jaringan ibu,
plasenta dan janin (Kurniawati et al., 2020).

5. Tanda dan gejala


a) Tekanan darah meningkat yaitu lebih dari 140 / 90 mmHg
b) Peningkatan berat badan saat hamil melebihi normal atau bengkak
yang tidak wajar, bengkak yang mendadak dan meluas, bengkak
tidak hilang dengan mengistirahatkan kaki. Bengkak bisa terjadi
pada anggota gerak (seperti tangan atau kaki) atau wajah.
c) Pemeriksaan air kencing di laboratorium atau di pelayanan
kesehatan ditemukan adanya zat protein dalam urine/ air kencing
ibu (Kurniawati et al., 2020).

6. Komplikasi
Preeklampsia pada awalnya penyakit ringan sepanjang kehamilan,
namun pada akhir kehamilan berisiko terjadinya kejang yang dikenal
eklampsia. Jika eklampsia tidak ditangani secara cepat dan tepat,
terjadilah kegagalan jantung, kegagalan ginjal dan perdarahan otak
yang berakhir dengan kematian (Fatkhiyah,2018)
Komplikasi yang terberat dari preeklampsia adalah kematian ibu
dan janin, namun beberapa komplikasi yang dapat terjadi baik pada
ibu maupun janin adalah sebagai berikut (Marianti, 2020) :
1) Bagi Ibu
a. Sindrom HELLP (Haemolysis, elevated liver enzymes, and
low platelet count), adalah sindrom rusaknya sel darah merah,
meningkatnya enzim liver, dan rendahnya jumlah trombosit.
b. Eklamsia, preeklamsia bisa berkembang menjadi eklamsia
yang ditandai dengan kejang-kejang.
c. Penyakit kardiovaskular, risiko terkena penyakit yang
berhubungan dengan fungsi jantung dan pembuluh darah akan
meningkat jika mempunyai riwayat preeklamsia.
d. Kegagalan organ, preeklamsia bisa menyebabkan disfungsi
beberapa organ seperti, paru, ginjal, dan hati.
e. Gangguan pembekuan darah, komplikasi yang timbul dapat
berupa perdarahan karena kurangnya protein yang diperlukan
untuk pembekuan darah, atau sebaliknya, terjadi
penggumpalan darah yang menyebar karena protein tersebut
terlalu aktif.
f. Solusio plasenta, lepasnya plasenta dari dinding rahim
sebelum kelahiran dapat mengakibatkan perdarahan serius
dan kerusakan plasenta, yang akan membahayakan
keselamatan wanita hamil dan janin
g. Stroke hemoragik, kondisi ini ditandai dengan pecahnya
pembuluh darah otak akibat tingginya tekanan di dalam
pembuluh tersebut. Ketika seseorang mengalami perdarahan
di otak, sel-sel otak akan mengalami kerusakan karena adanya
penekanan dari gumpalan darah, dan juga karena tidak
mendapatkan pasokan oksigen akibat terputusnya aliran
darah, kondisi inilah yang menyebabkan kerusakan otak atau
bahkan kematian
2) Bagi Janin
a. Prematuritas.
b. Kematian Janin.
c. Terhambatnya pertumbuhan janin.
d. Asfiksia Neonatorum.

7. Penatalaksanaan
Menurut (Pratiwi, 2020) penatalaksanaan pada preeklampsi
adalah sebagai berikut :
1) Tirah Baring miring ke satu posisi.
2) Monitor tanda-tanda vital, refleks dan DJJ
3) Diet tinggi kalori, tinggi protein, rendah karbohidrat lemak dan
garam.
4) Pemenuhan kebutuhan cairan : Jika jumlah urine < 30 ml/jam
pemberian cairan infus Ringer Laktat 60-125 ml/jam.
5) Pemberian obat-obatan sedative, anti hypertensi dan diuretik.
6) Monitor keadaan janin ( Aminoscopy, Ultrasografi).
7) Monitor tanda-tanda kelahiran persiapan kelahiran dengan induksi
partus pada usia kehamilan diatas 37 minggu.
A. Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan
Pada Ibu Hamil Dengan Preeklampsi

I. PENGKAJIAN
Tanggal Pengkajian :
Waktu :
Tempat :
Oleh :

Data Subyektif
1. Identitas
Nama :
Umur : wanita usia <20 tahun atau >35 tahun
memiliki risiko tinggi terjadinya preklamsia.
Usia <20 tahun ukuran uterus belum mencapai
ukuran yang normal untuk kehamilan, sehingga
kemungkinan terjadinya gangguan dalam
kehamilan seperti preeklamsia menjadi lebih
besar. Pada usia >35 tahun terjadi proses
degeneratif yang mengakibatkan perubahan
sruktural dan fungsional yang terjadi pada
pembuluh darah perifer yang bertanggung
jawab terhadap perubahan tekanan darah,
sehingga lebih rentan mengalami preeclampsia
(Ramos et al., 2017).
Agama :
Suku/Bangsa :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Alamat :
2. Alasan datang periksa/ keluhan utama
Alasan Datang : Alasan yang menyebabkan klien berobat
Keluhan Utama : Pada Preeklampsia berat, gejala subjektif
belum dijumpai, tetapi pada preeklampsia berat
diikuti keluhan subjektif berupa sakit kepala
terutama daerah frontalis, rasa nyeri di daerah
epigastrium, gangguan mata, penglihatan menjadi
kabur, mual muntah, gangguan pernafasan sampai
sianosis, dan terjadi gangguan kesadaran (Lewey et
al., 2020).

3. Riwayat kesehatan klien

Penyakit Jantung : Dapat berpengaruh pada pertumbuhan


dan perkembangan janin
Hipertensi : Dapat menyebabkan terjadinya PEB
Hepatitis : Dapat menular pada bayi saat persalinan
maupun melalui plasenta. Dapat
menyebabkan gagal hati pada bayi dan
abortus pada ibu.
TBC : pada kehamilan dengan TBC dapat
meningkatkan resiko prematuritas, IUGR,
dan BBLR, serta resiko kematian perinatal
meningkat 6 kali lipat (Hauspurg &
Jeyabalan, 2022).
Asma Bronchial : sebanyak 20% dari ibu dengan asma
ringan dan moderat mengalami serangan
intrapartum, serta penignkatan resiko
serangan 18 kali lipat setelah persalinan
dengan seksiosesaria jika dibandingkan
dengan persalinan pervaginam (Hauspurg
& Jeyabalan, 2022).
Ginjal : gagal ginjal akut merupakan komplikasi
yang sangat gawat dalam kehamilan dan
nifas karena dapat menimbulkan kematian
atau kerusakan fungsi ginjal yang tidak
bisa sembuh lagi (Hauspurg & Jeyabalan,
2022).
Diabetes Militus : Dapat meningkatkan risiko terjadinya
preeklamsia, menghambat
pertumbuhan janin, bayi besar, bayi
lahir mati, premature, abortus, dan bayi
berpotensi mengidap penyakit gula
(Joshi et al., 2020)
Anemia : Anemia pada kehamilan dapat
menggangu pertumbuhan janin (Joshi et
al., 2020)
Infeksi Saluran : dapa menyebabkan demam tinggi,
Kemih (ISK) abortus, dan persalinan premature
IMS/HIV/AIDS : Dampak IMS pada kehamilan dapat
meyebabkan hasil konsepsi yang tidak
sehat, misalnya kematian janin (abortus
spontan atau lahir mati), BBLR (akibat
prematuritas, atau retardasi pertumbuhan
janin dalam rahim), dan infeksi kongenital
atau perinatal (kebutaan, pneumonia
nenonatus, dan retardasi mental) (Joshi et
al., 2020)
Epilepsi : Dapat menyebakan kejang, mulut
berbuih, dan selanjutnya koma diluar
kehamilan, dan bersifat menurun.
Malaria Dapat menyebabkan pertumbuhan janin
yang lambat, persalinan premature, BBLR,
sill birth, dan gawat janin.
Psokosis/ : kehamilan adalah periode penuh stress
Gangguan mental emodional, yang dimanifestasikan dengan
adanya emosi yang labil dan mudah
tersinggung. Masalah psikologis yang
tidak segera ditangi dapat menyebabkan
perempuan melukai dirinya sendiri
mauoun bayinya (Joshi et al., 2020)
Penyakit autoimun : Ibu hamil dengan penyakit autoimun
dapat menjadi risiko yang serius bagi ibu
dan janin. Risikonya termasuk stroke,
pembentukan bekuan darah, hipertensi,
dan keguguran berulang
Riwayat alergi : kehamilan dengan riwayat alergi dapat
menyebabkan kelahiran prematur, janin
kekurangan oksigen, rhinitis alergi, dan
komplikasi alergi obat.
Riwayat : kehamilan dengan riwayat pembedahan
pembedahan dapat menyebabkan komplikasi baik pada
ibu maupun janin

4. Riwayat kesehatan keluarga

Hepatitis : Ibu hamil anggota keluarga dekat dan


serumah memiliki resiko tertular hepatitis
yang dapat mempengaruhi wanita dan
janinnya (Lewey et al., 2020)
TBC : Ibu hamil yang tinggal bersama keluarga
yang mengidap TBC memiliki resiko
tertular melalui percikan dahak/air liur.
HIV/AIDS : Ibu hamil yang tinggal atau berhubungan
dengan pengidap HIV/AIDS dapat
meningkatkan resiko penularan HIV/AIDS
baik secara seksual, melaui pajnan darah,
atau cairan tubuh lain, dan secara perinatal
(Nurchairina, 2022)
Malaria : Ibu hamil dari daerah endemi yang tidak
mempunyai kekebalan terhadap malaria
dapay menderita malaria klinis berat sampai
menyebabkan kematian (Nurchairina, 2022)
Hipertensi : Perempuan yang lahir dari keluarga
dengan riwayat hipertensi dapat
menyebabkan ibu hamil juga mengidap
penyakit hipertensi (Sayed et al., 2023)
Asma : Apabila orang tua dari ibu hamil memilik
asma, maka ibu hamil dapat memiliki faktor
risiko asma atau memiliki resiko alergi.
Diabetes Militus : perempuan yang lahir dari keluarga yang
memiliki riwayat diabetes dapat
menyebabkan perempuan tersebut memiliki
resiko mengalami diabetes militus.
Hemofilia : Perempuan dari keluarga penderita
hemofilia umumnya adalah pembaa
(carrier). Perempuan pembawa dapat
berisiko perdarahan yang bermakna. (Sayed
et al., 2023)
Gameli : riwayat kehamilan kembar pada keluarga
juga dapat terjadi pada kehamilan sekarang
Lain-lain
5. Riwayat menstruasi
Mempunyai gambaran tentang keadaan dasar dari organ
reproduksinya. Riwayat siklus : 23 – 32 hari
Lama haid :
Jumlah menstruasi : Data ini menjelaskan seberapa banyak
darah menstrusi yang di keluarkan (Sulistyawati, 2018).

6. Riwayat obstetric

Kehamilan Persalinan Anak Nifas

N A Abno
o U Tm J BB/ Lakts Pen
Suami n Peny Jenis Pnlg Peny H M rmali
K pt K PB i y
k tas

Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu. Berapa kali ibu
hamil, apakah pernah abortus, cara persalinan yang lalu, penolong
persalinan, keadaan nifas yang lalu (Sulistyawati, 2018).

7. Riwayat Kehamilan Sekarang


Frekuensi periksa hamil, Keluhan hamil muda dan Keluhan hamil
tua, terapi selama kehamilan (Nurchairina, 2022).

8. Riwayat Kontrasepsi :
Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB dengan
kontrasepsi jenis apa, berapa lama, adakah keluhan selama
menggunakan kontrasepsi serta rencana KB setelah masa nifas ini
dan beralih ke kontrasepsi apa (Nurchairina, 2022).
Pemakaian kontrasepsi pada sebelum kehamilan berpengaruh
signifikan terhadap kejadian preeclampsia. Kontrasepsi hormonal
sebagian besar mengandung hormon estrogen dan pregesteron.
Hormon dalam kontrsepsi ini telah diatur sedemikian rupa
sehingga mendekati kadar hormone dalam tubuh akseptor. Namun
jika digunakan dalam jangka waktu yang lama akan menimbulkan
efek samping lain. Kedua hormon tersebut memiliki kemampuan
untuk mempermudah retensi ion natrium dan sekresi air disertai
kenaikan aktivitas rennin plasma dan pembentukan angiontensin
sehingga dapat memicu terjadinya peningkatan tekanan darah
(Muzalfah et al., 2018).

9. Riwayat ginekologi
Vaginitis : Vaginitis seringkali menyebabkan kelahiran
premature dan BBLR. Selain itu gejala lain dari
vaginitis menyebabkan ibu hamil merasa nyeri
seperti gatal dan terbakar saat buang air.
Endometritis : endometritis dapat terjadi pada saat keguguran
atau saat pemasangan alat rahim yang kurang
legeartis.
Mioma uteri : Tumor lebih cepat tumbuh akibat hipertrofi,
odema, dan perdarahan
Kista ovarium: Kista bisa menyebabkan letak janin pada rahim
berubah menjadi abnormal karena terdesak oleh
adanya kista ovarium.
Endometriosis : Endometriosis dapat menyebabkan nyeri perut
dan daerah panggul yang progresif, nyeri saat BAK
dan BAB, maupun nyeri saat menstruasi.
PID : Radang panggul atau pelvic inflammatory
disease (PID) dapat menyebabkan nyeri panggul
kronis dan kehamilan ektopik (Wen et al., 2020).
Lain-lain :
10. Pola fungsional kesehatan

Pola Keterangan
Nutrisi Pola konsumsi nutrisi harian yang salah menjadi penyebab
utama timbulnya penyakit preeklampsia bagi ibu. Peningkatan
kadar garam dan kadar lemak dalam makanan dapat memicu
naiknya tekanan darah. Porsi konsumsi yang kurang tepat
dapat memicu risiko naiknya tekanan darah. Hasil analisis
statistik menunjukkan ada hubungan konsumsi nutrisi harian
ibu hamil dengan kejadian preeklamsia (p value = 0,001) dan
pada ibu dengan nutrisi harian tidak terpenuhi memiliki risiko
9 kali mengalami preeklamsia berat (Devi & Azza, 2021).
Eliminasi Pada ibu dengan preeklamsia ringan yaitu pemeriksaan air
kencing di puskesmas atau pelayanan kesehatan menunjukan
jumlah protein lebih 300 mg atau proteinuri 1+ sedangkan
untuk ibu dengan preeklamsia berat yaitu hasil pemeriksaan air
kencing di pelayanan kesehatan ≥ 5 gr / ≥ 3+ , air kencing
sedikit (kurang dari 400-500 ml/24 jam) (Kurniawati et al.,
2020).
Istrahat Untuk mengetahui pola istirahat, berapa jam tidur dalam sehari
dan apakah ada gangguan. ibu juga harus melakukan gaya
hidup sehat seperti menjaga keseimbangan antara aktivitas dan
istirahat (Kurniawati et al., 2020).
Pesonal Kebersihan diri merupakan perawatan diri sendiri yang
Hygiene dilakukan untuk mempertahankan kesehatan baik secara fisik
maupun psikologis. Perawatan diri meliputi kebersihan badan,
kebersihan mulut, kebersihan pakaian (Yulviana & Mayang,
2020).
Aktivitas Ambulasi adalah kebijakan untuk membimbing ibu nifas
secepat mungkin melakukan mobilisasi, bangkit dari tempat
tidurnya dan berjalan serta melakukan aktivitas lainnya.
Ambulasi dini dilakukan secara bertahap, dimulai setalah 2
jam postpartum pada ibu yang mengalami persalinan normal
tanpa komplikasi. Tindakan yang dilakukan yakni miring ke
kiri dan ke kanan untuk mencegah tromboembolik. Mobilisasi
dini pada masa postpartum merupakan tindakan profilaksis
mayor untuk mencegah penyakit
tromboembolik/thromboembolic disease. Di negara sedang
berkembang, penyakit tromboembolik menjadi salah satu
penyebab utama mortalitas maternal selain perdarahan dan
infeksi (Hauspurg & Jeyabalan, 2022)
Seksualitas Dinding vagina kembali pulih dalam waktu 6-8 minggu. Pada
saat lokia sudah berhenti keluar, ibu sudah aman untuk
melakukan aktivitas seksual dengan pasangannya kembali. Ibu
juga dapat memeriksa apakah terasa nyeri atau tidak saat
berhubungan, dengan memasukan satu jari ke liang sanggama.
Jika tidak terasa nyeri, maka biasanya tidak terjadi
dyspareunia saat berhubungan seks (Purwanto et al., 2019).
Kebiasaan Kebiasaan minum alkohol, jamu-jamuan, obat-obatan, perokok
sehari-hari aktif maupun pasif, narkoba dan kepemilikan binatang
peliharaan merupakan salah satu pencetus gangguan
kehamilan yang memperlukan pengawasan antenatal tambahan
(Myles, 2019)

11. Riwayat psikososio kulutural spiritual


a) Pernikahan keberapa, lama menikah, status pernikahan
sah/tidak
b) Respon klien dan keluarga bayi yang dilahirkan, diterima/tidak
c) Bagaimana psikis ibu di masa nifas
d) Adat istiadat yang masih dilakukan oleh ibu dan keluarga di
masa nifas
Masa nifas merupakan masa yang rentan dan terbuka untuk
bimbingan dan pembelajaran.Perubahan peran seorang ibu
memerlukan adaptasi. Tanggung jawab ibu mulai bertambah.
(Damayanti, 2018).
Perubahan fisiologis pada masa nifas setelah melahirkan antara
lain : Perubahan sistem reproduksi, perubahan payudara,
perubahan sistem pencernaan, perubahan sistem kamping,
perubahan sistem muskuloskeletal, perubahan sistem endokrin,
perubahan tandatanda vital, perubahan sistem sistem
kardiovaskular, perubahan sistem peredaran darah, perubahan
sistem hematologi, perubahan sistem pernapasan, perubahan
sistem integumentum, perubahan sistem keseimbangan cairan
dan elektrolit, penurunan berat badan, dan proses adaptasi
psikologis (Karini, 2023).

Data objektif
1. Pemeriksaan umum
a. Keadaan Umum : Baik/Sedang/Buruk
b. Kesadaran : Compos mentis/Samnolen/Apatis/Koma
c. Tanda Vital :
Tekanan Darah : Tekanan darah meningkat yaitu lebih dari
140 / 90 mmHg. Preeklampsia ringan
ditandai dengan : tensi/ tekanan darah lebih
dari 140/ 90 mmHg selama satu minggu
atau lebih sedangkan Preeklampsia berat
tensi/ tekanan darah > 160/110 mmHg
(Kurniawati et al., 2020).
Nadi : Untuk melakukan deteksi terhadap
terjadinya gejala syok. Pemeriksaan nadi
dihitung dalam waktu 1 menit. Salah satu
gejala syok adalah nadi cepat, lemah (≥
110x/menit) (Kurniawati et al., 2020).
Pernafasan : Untuk melakukan deteksi terhadap
terjadinya gejala syok. Salah satu gejala
syok adalah nafas cepat (≥ 30x/menit).
Selain untuk penilaian tersebut,
penghitungan respirasi sangat penting
untuk dilakukan pada pasien PEB,
karena salah satu syarat pemberian
MgSO4 adalah nilai respirasi ≥ 16x/menit
(Kurniawati et al., 2020).
Suhu : Untuk melakukan deteksi terhadap
terjadinya gejala infeksi. Salah satu gejala
infeksi adalah peningkatan suhu ≥ 38oC
d. Antropometri :
Panjang Badan :
Berat badan : Apabila seorang wanita mengalami
peningkatan berat badan ≥ 1 kg dalam 1
minggu atau sebanyak 3 kg dalam 1
bulan maka perlu dicurigai adanya pre
eclampsia. Selain itu pemeriksaan berat
badan juga digunakan untuk
mengetahui apakah pasien mengalami
obesitas atau tidak. Salah satu faktor
resiko terjadinya PEB adalah adanya
obesitas (Rana et al, 2019).
LILA :

2. Pemeriksaan fisik
Inspeksi
Kepala : Simetris atau tidak, adanya kelainan-kelaian atau
tidak, ada massa atau tidak.
Mata : pandangan kabur/ seperti bintikbintik didepan
mata (Kurniawati et al., 2020).
Hidung : Untuk mengetahui keadaan bentuk dan fungsi
hidung. Perhatikan perubahan warna kulit hidung,
skresi dan adanya pembengkakan
Telinga : Bertujuan untuk mengetahui keadaan telinga luar,
saluran telinga, gendang telinga, dan pendengaran
Mulut : Untuk melihat adanya ketidaknormalan seperti
bibir sumbing, warna bibir yang tidak normal,
ulkus, lesi dan massa. Pada pemeriksaan gigi, yang
perlu dikaji adalah ukuran, warna, lesi, adanya
karang gigi, karies, ataupun jumlah gigi yang
tanggal (Nurchairina, 2022)
Leher : Apakah ada kelainan kulit termasuk keadaan
pucat, ikterus, sianosis, dan ada tidaknya
pembengkakan
Dada : Simetris atau tidak, terdapat retraksi dinding dada
atau tidak, ada alat bantu pernafasan atau tidak.
Abdomen : Perut membesar ke depan atau ke samping (pada
asites misalnya, membesar ke samping), keadaan
pusat, pigmentasi di linea alba, penampakan
gerakan anak atau kontraksi rahim, adanya striae
gravidarum atau bekas luka
Genetalia : Tentukan keadaan perineum, adanya varises,
tanda Chadwick, kondilomata, atau fluor. Jika
uretra terpasang kateter, lihat jumlah urine
yang tertampung dalam urine bag, karena salah
satu syarat pemberian MgSO4 adalah jumlah
urine minimal 30ml/jam (Joshi et al., 2020)
Anus : Terdapat hemoroid atau tidak.
Ekstremitas : Lihat adanya varises, refleks patella, edema, luka
atau sikatriks pada lipat paha. Pada pasien dengan
pre eklampsi berat, pemeriksaan refleks patella
harus (+), karena salah satu syarat pemberian
MgSO4 adalah refleks patella (+) (Sayed et al.,
2023).
Palpasi
Kepala : Terdapat massa atau tidak.
Mata : Tidak teraba oedem.
Leher : Untuk melihat apakah ada massa yang teraba
pada kelenjar limfe, kelenjar tiroid dan trakea, serta
apakah ada bendungan vena jugularis atau tidak
Ekstremitas : Tidak teraba oedeme, varises.
Auskultasi
Dada : Bunyi jantung I dan II normal, suara nafas
vesikuler, tidak ada suara nafas tambahan.
Abdomen : Tentukan denyut jantung janin (DJJ). Pada
presentasi biasa (letak kepala), tempat ini berada di
sebelah kiri atau kanan dibawah pusat. Jika bagian-
bagian anak belum dapat ditentukan, bunyi jantung
harus dicari pada garis tengah diatas symphysis
Perkusi
Dada : Tidak ada peningkatan timpani pada lapang paru

3. Pemeriksaan penunjang
Tujuan tes laboratorium adalah untuk mendeteksi komplikasi-
komplikasi. Macam tes laboratorium dalam asuhan kehamilan
yang merupakan kompetensi bidan adalah :
a. Tes hemoglobin darah (Hb) : Tujuan pemeriksaan Hb
adalah untuk mengetahui kadar Hb pada ibu hamil dan
untuk mendeteksi anemia (Wen et al., 2020)
b. Tes Protein Urin : Tujuan pemeriksaan protein urin adalah
untuk mengetahui kadar protein dalam urin dan untuk
mendeteksi pre eklampsi (Wen et al., 2020)
c. Tes Glukosa Urin : Tujuan pemeriksaan glukosa urin
adalah untuk mengetahui kadar glukosa dalam urin dan
untuk mendeteksi diabetes (Wen et al., 2020)

I. INTERPRETASI DATA DASAR


Data yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga dapat
merumuskan diagnosis dan masalah yang spesifik.
Diagnosis : Papah nifas …. Jam/ papah nifas hari ke…..
dengan Preeklampsi Berat
Masalah : hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman yang
sedang dialami klien yang dotemukan dari hasil pengkajian atau
menyertai diagnosis.
Kebutuhan : hal-hal yang dibutuhkan oleh klien belum
teridentifikasi dalam diagnosis dan masalah

II. IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL


Identifikasi masalah atau diagnosis potensial ditegakkan
berdasarkan diagnosis dan masalah yang telah ditentukan. Pada
langkah ini dituntut untuk merumuskan tindakan antisipasi agar
diagnosis/masalah potensial tersebut tidak terjadi.

III. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN TINDAKAN SEGERA


Untuk menentukan tindakan segera yang perlu diambil berdasarkan
diagnosa dan masalah yang ada. Pada langkah ini mencakup
tindakan segera yang bisa dilakukan secara mandiri, kolaborasi,
atau bersifat rujukan

IV. INTERVENSI
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan
R: penjelasan mengenai pemeriksaan fisik postpartum
merupakan hak klien (Itha Idhayanti et al., 2020).
2. Meminta klien atau keluarga mengisi informed concent
penanganan PEB
R: pentingnya dilakukan inform concent untuk menjaga dari
peraturan perundang-undangan dalam kebidanan (Joshi et al.,
2020)
3. Melakukan penanganan PEB dengan pemberian MgSO4
R: - Mengatur posisi ibu miring kiri untuk mengurangi aspirasi
muntahan
- Memberi oksigen 4-6 liter/menit menggunakan sungkup
- Memasang infus dengan larutan RL atau glukosa 5%
- Memasang kateter
- Memberi dosis MgSO4 40% alternative 1 yaitu 4 gram
MgSO4 40% (10 ml diencerkan dengan aquadest menjadi
20 ml) dan disuntikan secara perlahan secara IV selama 5-
10 menit
- Memberi dosis MgSO4 40% alternatve II yaitu 5 gram
MgSO4 40% (12,5 ml) disuntukkan secara IM pada
bokong kiri dan 5 gram MgSO4 40% (12,5 ml) disuntikan
secara IM pada bokong kanan.
- Meberi dosis pemeliharaan yaitu dengan memberikan 6 gr
MgSO4 40% (15 ml) kedalam 500 ml cairan RL yang
diberikan melalui infus selama 6 jam hingga 24 jam post
partum (Hauspurg & Jeyabalan, 2022)
4. Memantau resiko adanya keracunan MgSO4 40%
R: Memantau adanya keracunan MgSO4 40%, memantau
frekuensi nafas > 16x/menit, memeriksa rekfleks patella, dan
mengukur pengeluaran urin minimal 0,5 cc/KgBB/Jam (Wen et
al., 2020)
V. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan dilakukan dengan efisien dan aman sesuai dengan
rencana asuhan yang telah disusun. Pelaksanaan ini bisa dilakukan
oleh bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota tim
kesehatan lainnya.

VI. EVALUASI
Evaluasi merupakan penilaian tentang kebersihan dan keefektifan
asuhan kebidanan yang telah dilakukan. Evaluasi didokumentasikan
dalam bentuk SOAP.
BAB III
TINJAUAN KASUS

Tanggal Pengkajian : 12 Agustus 2023


Tempat Pengkajian : RSUD Panglima Sebaya
Nama Pengkaji : Salmawati

S
1. Identitas
Nama Ibu : Ny. J Nama Suami : Tn. H
Umur : 28 tahun Umur : 26 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku : Banjar Suku : Banjar
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMK
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta
Alamat : Jl. XXX

2. Keluhan Utama
Ibu mengatakan nyeri pada luka bekas operasi

3. Riwayat Kesehatan Klien


Ibu tidak memiliki riwayat penyakit hipertensi tetapi tidak memiliki penyakit
lain seperti asma, diabetes, jantung, hepatitis, TBC, HIV/AIDS dan penyakit
lainnya yang berpotensi memperberat kehamilan
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Di keluarga tidak ada yang memiliki riwayat penyakit asma diabetes,
jantung, TBC, Hepatitis dan penyakit yang berpotensi menular atau menurun.
5. Riwayat Menstruasi
HPHT : 12-10- 2022 Lama : 7 hari
TP :19-08-2023 Siklus : 28 hari
Siklus haid teratur setiap bulannya, ganti pembalut 2-3x/hari dan tidak ada
keluhan pada saat haid.
6. Riwayat Obstetri
Kehamilan Persalinan Anak Nifas
No
Suami Anak UK Peny Jenis Pnlg Tmpt Peny JK BB/PB H M Abnormalitas Laktasi Peny

1 Tn. H 1 aterm - Spt Bidan RS - P 3000 5th - - 2th -


2 H A M I L I N I

7. Riwayat Kontrasepsi
Ibu belum pernah menggunakan kontrasepsi jenis apapun sebelumnya.

8. Riwayat kehamilan sekarang


Ini merupakan kehamilan kedua ibu, ibu mengatakan pada trimester I
mengalami mual muntah namun tidak berlebihan serta pusing dan dapat
diatasi dengan terapi yang diberikan bidan dan istirahat yang cukup, pada TM
II ibu tidak memiliki keluhan. Dan saat menjelang persalinan ibu mengeluh
sering buang air kecil, frekuensi meningkat pada malam hari. Saat ini ibu
mengeluh perut kencang-kencang tidak terdapat lender bercampur darah, ibu
langsung memeriksakannya ke RS. Ibu rutin memeriksakan kehamilannya
sebanyak 6 kali dipelayanan kesehatan seperti puskesmas dan praktik dokter
kandungan. Ibu mengatakan pernah USG di dokter kandungan 3 kali dan
hasil pemeriksaan dalam dalam batas normal hanya saja tekanan ibu selalu
tinggi setiap pemeriksaan kehamilan yaitu 150/90 MmHg. Ibu sudah
mendapatkan pendidikan kesehatan tentang ketidaknyamanan TM I, II, dan
III, serta tanda bahaya kehamilan dan persalinan serta tanda bahaya
kehamilan dan persalinan. Ibu rutin minum tablet penambah darah, vitamin,
dan susu ibu hamil setiap hari. Status imunisasi klien adalah TT2.

9. Riwayat Persalinan sekarang


Ibu datang ke rumah sakit pada tanggal 11 Agustus 2023 pukul 23.46 WITA
dengan keluhan perut kencang dan nyeri. serta keluar lendir darah dari jalan
lahir. Dan ibu mengatakan sakit kepala. Pemeriksaan dalam pukul 23.47
WITA didapatkan hasil tampak pengeluaran lendir bercampur darah, portio
tebal lunak, pembukaan 1 cm, presentasi kepala dan ketuban utuh.
Didapatkan hasil TTV yaitu, TD: 176/95mmHg, N: 81 x/i, RR 23x/i.
1) Tanggal Persalinan : 12 Agustus 2023 pukul : 04.00 WITA
2) Jenis Persalinan : SC
3) Komplikasi Persalinan : Preeklamsia berat

10. Pola Fungsional Kesehatan


Pola Keterangan
Nutrisi Selama nifas ibu makan 3x sehari dengan porsi yang telah
disediakan dari rumah sakit, seperti nasi, lauk pauk serta sayur.
Eliminasi Terpasang kateter pada pasien
Istrahat ibu rawat gabung dengan bayi nya sehingga ibu merasa kurang
cukup istirahat
Pesonal Hygiene Ibu seka 1x sehari, ganti baju 1-2x sehari
Aktivitas Ibu hanya berbaring di Kasur dan berlatih mobilisasi miring
kanan dan miring kiri
Seksualitas Ibu tidak melakukan hubungan seksual
Kebiasaan Ibu tidak memiliki kebiasaan yang dapat membayahakan
sehari-hari kesehatan seperti merokok, mengonsumsi alcohol,
mengonsumsi narkoba dan obat-obatan terlarang lainnya.

11. Riwayat Psikososial KulturalSpiritual


Psikologi : Merupakan persalinan pertama ibu. Ibu dan suami senang
dengan kehadiran bayinya, namun ibu cemas dengan tekanan
darah yang masih tinggi
Sosial : Pernikahan pertama ibu dengan status sah.
Kultural : Di keluarga tidak memiliki adat kebudayaan yang dapat
membahayakan kesehatan ibu
Spiritual : Di keluarga tidak memiliki tradisi keagamaan yang dapat
membahayakan kesehatan
O
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran: Composmentis
Tanda-Tanda Vital
Tekanan Darah : 162/96 mmHg RR : 20x/menit
Nadi : 105x/menit T : 37,1 °C
SpO2 : 98 %

2. Pemeriksaan Umum
Kepala : Bersih, distribusi rambut merata, warna hitam, tidak ada odem
dan nyeri tekan
Wajah : Simetris, tidak pucat, tidak ada cloasmagravidarum, tidak
Oedem. Mengkaji skala nyeri pada pasien dan didapatkan hasil
skala nyeri 2-3 lokasi nyeri pada luka bekas operasi, lama nyeri
±5 menit, kualitas nyeri TK (tertekan), pola serangan intermitten
Mata : Simetris, konjungtiva merah muda, sclera putih
Hidung : Simetris, tidak ada pernafasan cuping hidung, tidak ada polip
dan secret
Telinga : Simetris, bersih, tidak ada pengeluaran cairan
Mulut : Simetris, tidak pucat, tidak pecah-pecah, tidak ada stomatitis
dan caries dentis, tidak ada pembengkakan ovula dan tonsil
lidah bersih tremor
Leher : Bersih, tidak ada hiperpigmentasi, tidak ada bendungan vena
jugularis, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan limfe
Dada : Simetris, tidak ada retraksi dinding dada, tidak ada massa,
tidak ada suara nafas tambahan, BJ I dan II terdengar normal
Payudara : Simetris, terdapat hiperpigmentasi pada areola, putting susu
menonjol, tidak ada benjolan abnormal dan terdapat
pengeluaran ASI
Abdomen : terdapat luka bekas operasi, terdapat nyeri pada luka operasi
TFU : 2jr bawah pusat. Kontraksi uterus baik.
Genetalia : terdapat pengeluaran lochea rubra berwarna merah ±35cc
Anus : Tidak ada hemorid
Ektermitas
Atas : Simetris, tidak ada odem, reflex bisep +, reflex trisep +, CRT
<2dtk
Bawah : Simetris, terdapat odem, tidak ada varices, homan sign (-),
reflesk patella (+), CRT<2dtk

3. Pemeriksaan Penujang
Laboratorium: 12 Agustus 2023
Jenis Pemeriksaan Batas Normal Hasil Pemeriksaan
Hemoglobin ≥ 11 gr / dl 11,8 gr / dL
HIV Non Reactive Non Reactive
HBsAg Non Reactive Non Reactive
GDS <200 gr/dl 86 gr/dl <200 gr/dl
Protein Urine Negative +2
Rapid Antigen Negative Negative
Hematokrit 37.0-54.0% 32.3%
Leukosit 4.8-10.80% 20.69

A.
Diagnosa : P2002 nifas 6 jam dengan Preeklampsia Berat
Masalah : Nyeri luka operasi
Diagnosa Potensial : Eklamsia
Masalah Potensial : Gangguan rasa nyaman
Kebutuhan Segera : Kolaborasi dengan dokter SpOG untuk rencana tindak
lanjut
P.
Tanggal Penatalakasanaan Paraf
10.30 Melakukan observasi TTV dan keluhan ibu. Dan Mahasiswa
menjelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu dan Bidan
; pasien mengatakan tidak ada keluhan seperti pusing,
pandangan mata kabur, dan nyeri ulu hati. Dan pasien
mengetahui keadaan dirinya saat ini dari hasil TTV yang
telah di sampaikan oleh bidan.
10.33 Memberikan KIE mengenai mengatasi rasa nyeri dengan Mahasiswa
relaksasi nafas dalam karena dapat menurunkan rasa dan bidan
nyeri post operasi. Relaksasi ini melibatkan otot respirasi
dan tidak membutuhkan alat lain sehingga mudah
dilakukan kapan saja.
; pasien mengerti penjelasan yang diberikan oleh bidan
mengenai relaksasi nafas dalam
10.36 Memberikan KIE mengenai pola istirahat seperti Mahasiswa
menganjurkan ibu untuk istirahat atau tidur di saat dan Bidan
bayinya sedang tidur agar disaat bayi terbangun, ibu
dapat mengasuh bayinya dan tidak mengganggu istirahat
ibu.
; pasien mengatakan mengerti dengan KIE yang telah
disampaikan bidan mengenai pola istirahat
10.39 Memberikan KIE mengenai nutrisi yaitu makan makan Mahasiswa
yang bergizi seperti sayur-sayuran yang berwarna hijau, dan bidan
ikan, daging dan lain-lain. Pasien juga dianjurkan untuk
tidak mengkonsumsi makanan yang tinggi garam karena
akan berpengaruh pada tekanan darah ibu.
; pasien mengerti tentang penjelasan yang telah di
sampaikan oleh bidan mengenai nutrisi.
10.42 Memberikan KIE pada ibu untuk melakukan mobilisasi Mahasiswa
secara bertahap, mulai dari miring kanan dan kiri, duduk dan Bidan
dengan sandaran, duduk tanpa sandaran.
; pasien akan melakukan mobilisasi secara bertahap
10.45 Memberikan KIE mengenai personal hygiene untuk Mahasiswa
melakukan seka dan berganti pakaian setiap hari untuk dan bidan
menghindari adanya kuman dan bakteri yang menempel
di tubuh agar tidak terjadi infeksi pada luka post operasi.
; pasien mengerti tentang penjelasan yang telah diberikan
oleh bidan mengenai personal hygiene.
10.47 Kolaborasi dengan dokter obgyn mengenai terapi yang Bidan
akan diberikan:
- Ceftriaxone 2x1gr IV
- Antrain 3x1amp IV
- Tramadol 4x50mg IV
- Vit. A 1x1 PO
- Nifedipine 3x10mg PO
- Paracetamol 4x1gr PO
BAB IV
PEMBAHASAN

A. Pengumpulan Data Dasaar


Dari hasil pengakjian pada Ny. J usia 28 tahun datang ke ruang
Mawar nifas RSUD Panglima Sebaya post sc dengan PEB keluhan nyeri
pada luka bekas operasi. Pada riwayat kesehatan ibu mengatakan bahwa
ibu tidak memiliki riwayat penyakit hipertensi. Pada Riwayat pemeriksaan
tanda-tanda vital didapatkan hasil bahwa tekanan darah ibu yaitu 179/92
mmHg.
Menurut (Hauspurg & Jeyabalan, 2022) preeklampsia merupakan
gangguan hipertensi yang terjadi pada ibu hamil dengan usia kehamilan
lebih dari 20 minggu yang ditandai dengan meningkatnya tekanan darah ≥
140/90 MmHg disertai dengan edema dan proteinuria.
Dilakukan observasi pada Ny. J dengan hasil tekanan darah yaitu
150/93 mmHg. Preeklampsia postpatum merupakan kondisi yang ditandai
dengan adanya kenaikan tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih tinggi,
terdapat protein dalam urin, pandangan mata kabur, sakit kepala,
pembengkakan wajah dan anggota badan, nyeri ulu hati, mual muntah,
berat badan bertambah 0,9 dalam seminggu. Sebagian besar kasus
preeklampsia postpatum gejalanya akan menghilang dalam waktu 48 jam
setelah melahirkan (Anggraini, 2019).
Pada masa nifas, ibu mengeluhkan nyeri pada luka post operasi.
Penelitian oleh Hillan mengenai rasa nyeri post Sectio diketahui bahwa
pada hari ke 1-2 klien masih mengalami nyeri pada luka, dan
bahkan hampir pada separuh Wanita berlangsung sampai mereka pulang ke
rumah,dan bahkan sekitar 32% pasien yang dilakukan operasi
sesar masih mengalami nyeri pada luka, dan tidak jarang nyeri pada luka
setelah pulang bertambah berat sehingga membutuhkan obat analgesic
(Joshi et al., 2020).
Dengan adanya keluhan nyeri pada luka post operasi, bidan
menyarankan pasien untuk melakukan mobilisasi dini secara perlahan dan
bertahap. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh (Metasari
& Sianipar, 2018) Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat rata-
rata penurunan tingkat nyeri setelah dilakukan mobilisasi dini
sebanyak 2,2 terjadi penurunan tingkat nyeri setelah dilakukan
teknik relaksasi sebesar 2,1 dan terdapat pengaruh mobilisasi dini
terhadap penurunan intensitas nyeri dimana nilai p ≤ 0,05 dan nilai p
(0,000). Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Handayani tahun
2015 di RSUD Moewardi, hasilnya menunjukkan ada pengaruh mobilisasi
dini terhadap skala nyeri dengan nilai Z score=-6,835 dengan nilai
Pvalue=0,000.
Selain itu Ny. J diberikan obat oral nifedipine guna menurunkan
tekanan darah. Menurut (Chambali et al., 2019) Obat antihipertensi yang
paling banyak digunakan oleh pasien preeklampsia rawat inap di RSUD
Abdul Wahab Sjahranie yaitu antihipertensi tunngal nifedipin sebesar
50%. Terapi obat antihipertensi tunggal nifedipin lebih dianjurkan
karena lebih costeffective dibandingkan dengan terapi lainnya.
Terapi antihipertensi sangat diperlukan agar tekanan darah menurun
(130-150 mmHg untuk sistolik dan 80-90 mmHg untuk diastolik) dan
terkontrol dengan baik. Obat yang digunakan harus aman, efektif dan
rasional untuk mencapai terapi yang diinginkan berdasarkan tingginya
tekanan darah yang dialami. Terapi antihipertensi yang direkomendasikan
pada pasien preeklampsia berupa nifedipine sebagai pilihan pertama, serta
labetalol, hydralazin, metyldopa, clonidin dan prazosin sebagai pilihan
kedua (Lewey et al., 2020). Selain itu menurut penelitian yang dilakukan
oleh (Shannon M. Clark, et al. pada tahun 2019), nifedipine adalah opsi
yang valid dalam pengaturan hipertensi ringan hingga sedang, karena ada
beberapa data berkualitas tentang keamanan dan efektivitas obat ini selama
kehamilan, dan penggunaannya meningkat dan lebih disukai daripada terapi
lain yang tersedia.
Menurut penulis tidak ada kesenjangan antara teori dan kenyataan.
Untuk mencegah beberapa kompliaksi dari preeklamsia ibu dirujuk
kerumah sakit.

B. Intrpretasi Data Dasar


Data yang didapat dalam konsep asuhan kebidanan pada
Kegawatdaruratan maternal neonatal yang ditemukan dalam lahan praktik
di RSUD Panglima Sebaya pada Ny. J usia 28 tahun P2002 nifas 6 jam
dengan Preeklamsia penulis menentukan diagnose sesuai nomenklatur
kebidanan

C. Identifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial


Diagnosa ditegakkan berdasarkan data subyektif dan obyektif yang
dianalisis untuk menentukan masalah dan kemungkinan penyebab dari
konsep dasar kebidanan. Berdasarkan tinjauan teori dan kasus tidak ada
masalah yang dapat berpotensi mengganggu kesehatan.

D. Identifikasi Kebutuhan Tindakan Segera


Pada kasus yang ditemukan dilahan praktik pada Ny. J usia 28 tahun P2002
nifas 6 jam dengan Preeklamsia Berat diidentifikasikan bahwa kebutuhan
segera yaitu melakukan kolaborasi dengan dr. SpOG.

E. Merencanakan Asuhan Yang Menyeluruh


Pada tahap perencanaan pada Ny. J usia 28 tahun P2002 nifas 6 jam dengan
Preeklamsia Berat yaitu melakukan kolaborasi dengan dr. SpOG.

F. Pelaksanaan
Pada pelaksanaan asuhan kebidanan pada Ny. J usia 28 tahun P2002 nifas 6
jam dengan Preeklamsia Berat dari seluruh asuhan yang diberikan meliputi
pemeriksaan fisik, pemeriksaan tanda-tanda vital dan pemeriksaan
laboratorium
G. Evaluasi
Tidak ada kesenjangan antara tinjauan teori dan tinajuan kasus
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pada pengkajian Pada kasus Ny. J usia 28 tahun P2002 nifas 6 jam dengan
Preeklamsia Berat dengan data subyektif yaitu Keadaan umum baik,
kesadaran composmentis, Pengukuran tanda-tanda vital didapatkan bahwa
Tekanan darah tinggi, Penatalaksaan PEB telah dilakukan dan rencana
tindak lanjut telah dibuat.
2. Pada keluhan ibu mengeluh nyeri luka bekas operasi
3. Pelaksanaan yang dapat penulis lakukan adalah sesuai dengan perencanaan
yang telah dibuat.
4. Evaluasi dilakukan untuk mengetahui perkembangan ibu nifas denga PEB
dan telah dilakukan penatalaksanaan sesuai kasus serta rencana tindak
lanjut.

B. Saran
Saran yang dapat penulis berikan kepada semua pihak pada kasus ini
adalah sebagai berikut :
1. Bagi Pasien
Diharapkan pasien mampu untuk melakukan kunjungan kehamilan rutin
agar skrining terkait penyakit penyerta kehamilan dapat terdeteksi secara
dini untuk mempersiapkan pasien, keluarga dan tenaga kesehatan dalam
proses kehamilan dan persalinan yang baik.
2. Bagi bidan/dokter
Diharapkan mampu mendeteksi dini tanda-tanda bahaya pada masa
kehamilan khususnya dengan kasus Preeklamsia Berat. Diharapkan dapat
melakukan pencegahan dan penanganan dengan cepat dan baik.
3. Bagi institusi pendidikan
Diharapkan laporan ini dapat menjadi salah satu referensi bacaan
mengenai pengetahuan tentang Preeklamsia Berat dan cara
menanganinya.
DAFTAR PUSTAKA

Basri, N. (2017). Hubungan Antara Jenis Persalinan Dengan Kondisi Janin Saat
Lahir Pada Kejadian Preeklampsia Pada Ibu Bersalin Di RSUD Waled
Kabupaten Cirebon Tahun 2017. Tunas Med J Ked & Kes, 2020;6(1):48-51.

Anggraini, M. I. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Ny.M Dengan Diagnosa


Medis Post Sectio Caesarea Dengan Indikasi Pre Eklampsia Berat Di Rsud
Bangil Pasuruan.

Chambali, M. A., Meylina, L., & Rusli, R. (2019). Analisis Efektivitas Biaya
Penggunaan Obat Antihipertensi Pada Pasien Preeklampsia Di RSUD Abdul
Wahab Sjahranie Periode 2018. Proceeding Of Mulawarman
Pharmaceuticals Conferences, 10, 32–37.
Https://Doi.Org/10.25026/Mpc.V10i1.358

Devi, F., & Azza, A. (2021). Hubungan Konsumsi Nutrisi Harian Ibu Hamil
Dengan Tingkat Preeklamsia Di Puskesmas Panti Kabupaten Jember. Jurnal
Ilmiah Universitas Jember, 6.

Hauspurg, A., & Jeyabalan, A. (2022). Postpartum Preeclampsia Or Eclampsia:


Defining Its Place And Management Among The Hypertensive Disorders Of
Pregnancy. American Journal Of Obstetrics And Gynecology, 226(2), S1211–
S1221. Https://Doi.Org/10.1016/J.Ajog.2020.10.027

Itha Idhayanti, R., Warastuti, A., & Yuniyanti, B. (2020). Mobilisasi Dini
Menurunkan Nyeri Akibat Jahitan Perineum Tingkat Ii Pada Ibu Post Partum.
Jurnal Jendela Inovasi Daerah, 3(2), 29–43.
Https://Doi.Org/10.56354/Jendelainovasi.V3i2.85

Joshi, A., Beyuo, T., Oppong, S. A., Moyer, C. A., & Lawrence, E. R. (2020).
Preeclampsia Knowledge Among Postpartum Women Treated For
Preeclampsia And Eclampsia At Korle Bu Teaching Hospital In Accra,
Ghana. BMC Pregnancy And Childbirth, 20(1), 1–11.
Https://Doi.Org/10.1186/S12884-020-03316-W

Karini, D. (2023). No Title‫یلیب‬. Nucl. Phys., 13(1), 104–116.

Kurniawati, D., Septiyono, E. A., & Sari, R. (2020). Preeklampsia Dan


Perawatannya.

Lewey, J., Levine, L. D., Yang, L., Triebwasser, J. E., & Groeneveld, P. W. (2020).
Patterns Of Postpartum Ambulatory Care Follow-Up Care Among Women
With Hypertensive Disorders Of Pregnancy. Journal Of The American Heart
Association, 9(17). Https://Doi.Org/10.1161/JAHA.120.016357
Metasari, D., & Sianipar, B. K. (2018). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Penurunan Nyeri Post Operasi Sectio Caesarea Di Rs. Raflessia Bengkulu.
Journal Of Nursing And Public Health, 6(1), 1–7.
Https://Doi.Org/10.37676/Jnph.V6i1.488

Muzalfah, R., Dyah, Y., Santik, P., & Wahyuningsih, A. S. (2018). Kejadian
Preeklampsia Pada Ibu Bersalin. Higeia Journal Of Public Health Research
Development, 2(3), 417–428.

Nurchairina, N. (2022). Pemberian Terapi Murottal Dan Tekanan Darah Sistole


Ibu Postpartum. Vol 2, No.

Pratiwi, D. (2020). Faktor Maternal Yang Mempengaruhi Kejadian Preeklamsia


Pada Kehamilan. 02(02), 439–447.

Purwanto, T. S., Nuryani, & Rahayu, T. P. (2019). Modul Ajar Nifas Dan
Menyusui.

Ramos, J. G. L., Sass, N., & Costa, S. M. H. (2017). Preeclampsia: Definitions Of


Hypertensive States During Pregnancy Pathophysiological Foundations. Rev
Bras Ginecol Obstet, 39, 496–512.

Sayed, M., Rashed, M., Abbas, A. M., Youssef, A., & Ghany, M. A. (2023).
Postpartum Detection Of Diastolic Dysfunction And Nondipping Blood
Pressure Profile In Women With Preeclampsia. Texas Heart Institute Journal,
50(3), 1–10. Https://Doi.Org/10.14503/THIJ-20-7459

Wen, T., Yu, V. X., Wright, J. D., Goffman, D., Attenello, F., Mack, W. J.,
D’Alton, M., & Friedman, A. M. (2020). Postpartum Length Of Stay And
Risk For Readmission Among Women With Preeclampsia. Journal Of
Maternal-Fetal And Neonatal Medicine, 33(7), 1086–1094.
Https://Doi.Org/10.1080/14767058.2018.1514382

Anda mungkin juga menyukai