Anda di halaman 1dari 64

MANAJEMEN

KEGAWAT DARURATAN
BERBAGAI SISTEM

Miftafu Darussalam,M.Kep.,Sp.Kep.MB.
Novita Nirmalasari, Ns., M.Kep
Universitas Jenderal Achmad Yani Yogyakarta
Pokok Bahasan
• Manajemen Kegawatan NON
TRAUMA : SYOK Termasuk AMI
(Kardiogenik)
• Manajemen Kegawatan Trauma :
Fraktur
NON
TRAUMA
Definisi
• Syok adalah kondisi mengancam jiwa yang diakibatkan
ketidakmampuan sistem sirkulasi menyuplai
oksigen & nutrien ke jaringan, ditandai dengan
hipoksia dan ketidakadekuatan fungsi sel yang
menyebabkan kegagalan organ dan potensial kematian.
(Kleinpell dalam Garretson, 2007).

• Keadekuatan aliran darah ke jaringan membutuhkan TIGA


komponen :
– Pompa jantung yang adekuat
– Sistem sirkulasi yang efektif
– Volume darah adekuat
Klasifikasi Syok
Syok hipovolemik

Syok
Syok
Obstruktif Kardiogenik

Syok
Distributif
•Syok
neurogenik
•Syok
anafilaktik
Ta ap Syok (the st ages of shock)
h

Initial Compensatory Progressive Refractory

• Metabolisme aerob  • Saraf simpatis•Imbalans elektrolit •Kerusakan ireversibel


anaerob menstimulasi :•Asidosis metabolik sel dan organ
• ↑pelepasan • Asidosis respiratorik
• ↑kadar asam laktat katekolamin • Edema perifer • Kematian
• Kontraktilitas jantung •Takiaritmia ireguler
•Perubahan tanda klinis blm • Hipotensi
tampak •Respons neurohormonal: • Pucat
vasokonstriksi & aliran • Kulit dingin
darah prioritas ke organ • Penurunan tingkat
vital kesadaran

• Pelepasan aldosteron:
↓output urin (<30 menit)

• ↑frekuensi jantung

• ↑kadar glukosa
1. Syok Hipovolemik

• Akibat dari penurunan preload


• Etiologi:
– Hemoragik: trauma, perdarahan GI,
ruptur aneurisma
– Non-hemoragik / kehilangan cairan:
diare, muntah, luka bakar.
Patofisiologi Syok Hipovolemik
Penurunan volume
intravaskuler

↓ curah jantung

Perembesan cairan
interstisial Pelepasan
↑ volume katekolamin
Aldosteron, ADH
↑ SVR

↑ curah jantung

Kehilangan cairan
berlanjut
↓ tekanan sistemik &
↓ curah jantung pulmonal
SVR = systemic vascular resistance
ADH = antidiuretic hormone ↓ perfusi jaringan

Modifikasi dari: Sole, et al (2006).


Kerusakan Introduction to Critical Care Nursing. 4th Ed.
metabolisme sel St. Louis: Elsevier
2. Syok Kardiogenik
• Akibat dari penurunan pompa jantung
• Etiologi:
– Disfungsi sistolik: infark miokard, kardiomiopati,
hipertensi pulmonal
– Disfungsi diastolik: hipertropi ventrikel,
kardiomiopati
– Disritmia : bradiaritmia, takiaritmia
– Gangguan Struktur: stenosis atau regurgitasi,
ruptur septal
Patofisiologi Syok Kardiogenik
↓ curah jantung

Kompensasi ↑ volume darah Kompensasi pelepasan


aldosteron,ADH adekuat ↑ SVR
katekolamin

Edema sistemik & ↑ preload, stroke


pulmonal volume dan HR

↑ kebutuhan oksigen miokard


Dispnea

↓ curah jantung

↓ perfusi jaringan
iskemia
Modifikasi dari: Sole, et al Kerusakan
(2006). Introduction to Critical metabolisme sel
Care Nursing. 4th Ed. St.
Louis: Elsevier
Disfungsi miokard
3. Syok Distributif

• Akibat dari dilatasi pembuluh darah besar-


besaran  penurunan systemic vascular
resistance (SVR)  penurunan preload
• Etiologi:
– Sepsis : Infeksi (pneumonia, peritonitis, prosedur invasif
– Neurogenik : cedera medula spinalis, anastesi spinal, depresi
pusat vasomotor
– Reaksi anafilaktik: reaksi hipersensitivitas (alergik)
Patofisiologi Syok Distributif
Infeksi masif Cedera spinal Reaksi alergi

Pelepasan Kehilangan tonus


Pelepasan histamin
endotoksin simpatis

Dilatasi
arteriol/venula

↓ Tekanan darah

↓ venous return

↓ stroke volume

↓ curah jantung

↓ suplai oksigen seluler

Modifikasi dari: Sole, et al ↓ perfusi jaringan


(2006). Introduction to Critical
Care Nursing. 4th Ed. St.
Louis: Elsevier Kerusakan
metabolisme sel
4. Syok Obstruktif

• Akibat dari restriksi pengisian diastolik


ventrikel kanan akibat kompresi/penekanan
pada jantung
• Etiologi:
– Tamponade jantung
– Tension pneumothorax
– Emboli paru
Patofisiologi Syok Obstruktif

Kompresi Struktural

↓ alir balik vena


↓ outflow (aliran keluar)

↓ stroke volume

↓ curah jantung

↓ suplai oksigen seluler

Sumber: Lewis, S. L.,


Heitkemper, M. M., & Dirksen, ↓ perfusi jaringan
S. R., O’Brien, P. G., & Bucher,
L.(2007). Medical surgical
nursing. Vol. 2. 7th Ed. Kerusakan
St.Louis: Mosby Elsevier. metabolisme sel
Pengkajian
• Fokus pengkajian:
– Airway, Breathing, Circulation (ABC)
– Tanda/Gejala Syok:
Perifer ↓nadi perifer, kulit dingin dan
lembap/basah, CRT > 2 detik, pucat,
sianosis
Renal output urine <0,5 mg/kg/jam, ↑ureum, ↑
kreatinin, ↑BJ urine
Serebral ansietas, pusing, agitasi, ↓kesadaran
Kardiopulmonal ↓TD, takikardia, disritmia, ↓JVP, ↓CVP,
takipnea, ↓SpO2, gagal napas.
Gastrointestinal ↓bunyi usus, ileus paralitik,
hiper/hipoglikemia
Hepatik ↑enzim liver (ALT, AST) dan laktat
JENIS SYOK
Hipovolemik Distributif Kardiogenik Obstruktif
Meningkat
Dapat
(Normal pada
HR Meningkat syok meningkat Meningkat
neurogenik) atau menurun

JVP Menurun Menurun Meningkat Meningkat

TD Menurun Menurun Menurun Menurun

Hangat
Kulit Dingin (Dingin pd Dingin Dingin
syok berat)
CRT Lambat Lambat Lambat Lambat
Diagnosis Keperawatan pada Syok
• Perfusi jaringan perifer tidak efektif,
berhubungan dgn:
– Penurunan volume darah
– Penurunan kontraktilitas jantung
– Gangguan aliran darah sirkulasi
– Vasodilatasi yang luas

Diagnosa lain yang mungkin muncul:


• Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan
darah aktif, perpindahan cairan ke interstisial
•Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahn
preload; kontraktilitas; afterload; blokade simpatis
• Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolik
Intervensi Keperawatan
Penanganan Gawat Darurat di IGD
–Airway : menjamin jalan napas paten
–Beathing : memberikan oksigen  pertahankan
SaO2 > 95%
–Circulation :
• Hentikan perdarahan eksternal dgn penekanan
langsung
• Pasang akses IV berukuran besar (No. 14 atau 16)
• Pemberian cairan hangat dengan tetesan cepat
• Dosis awal 1 – 2 liter pada dewasa dan 20 ml/kg
pada anak
Teknik Mengontrol Perdarahan

Teknik penekanan langsung (direct pressure) untuk


menghentikan perdarahan
Kehilangan Darah Internal
Berdasarkan Fraktur

Tulang Kehilangan Darah (mL)


Iga 125
Radius atau ulna 250 – 500
Humerus 500 – 750
Tibia atau fibula 500 – 1000
Femur 1000 – 2000
Pelvis 1000 - masif
Sumber: McSwain & Frame (2003). PHTLS, Basic and advanced prehospital
trauma life support. 5th Ed. USA: Mosby.
Intervensi Keperawatan
Penanganan di IGD (Lanjutan...)

Pada pasien trauma, tidak hanya ABC tapi ABCDEFG


–Disability : Periksa tingkat kesadaran, respon pupil dan fungsi
sensorik & motorik
–Exposure : Periksa seluruh permukaan tubuh. Periksa DOTS :
• D – deformity (deformitas)
• O - open wounds (luka terbuka)
• T- tenderness (nyeri tekan)
• S – swelling (bengkak)
–Folley catheter: Kateter urine untuk penilaian produksi urine
–Gastric tube : NGT untuk dekompresi lambung  minimalkan
aspirasi
Intervensi Keperawatan (Lanjutan ...)

Penanganan Lanjut
•Pertahankan patensi airway
•Pertahankan oksigen sesuai kebutuhan pasien
•Persiapkan intubasi dan ventilasi mekanik (jika
perlu), kebanyakan tidak perlu.
•Pertahankan kateter IV. Akses vena sentral jika
memungkinkan
•Beri cairan sesuai order (kristaloid, koloid,
produk darah)
•Beri posisi syok (modified Tredelenburg)
Pemberian Posisi pada Syok
• Angkat kaki setinggi ±30 cm
• 300-500 cc darah dari kaki pindah ke
sirkulasi sentral
• Kontraindikasi pada trauma servikal
Sumber : firstaidcourses.ca
• Dapatkah tekanan
darah diprediksi
60
hanya dengan
meraba nadi?
• Jika merasakan
70
denyutan nadi pada
80
area tersebut 
prediksi TD lebih
tinggi dari angka
90 tersebut
Intervensi Keperawatan (lanjutan ...)

• Monitor:
– Status kardiopulmonal : HR dan irama; RR; TD;
MAP; warna, suhu, kelembapan kulit, CRT, bunyi
paru.
– Status oksigensi: oksimetri nadi, AGD
– Status cairan: I & O; BB harian, jumlah & tipe
drainage (chest tube, nasogastrik, luka).
– Status neurologis: tingkat kesadaran
– Nilai serum serial: Ht, Hb, aPTT
• Beri dukungan psikososial
• Monitor perkembangan komplikasi
Intervensi Keperawatan (lanjutan ...)

Kolaborasi Penanganan Spesifik

• Syok Hipovolemik
– Hentikan kehilangan cairan
– Kembalikan volume sirkulasi
– Resusitasi cairan dengan 3:1 rule
(3 mL kritaloid untuk tiap 1 mL estimasi kehilangan darah)
Penanganan Spesifik (lanjutan ...)

• Syok Kardiogenik
– Perlu dinilai masalah utamanya: volume, pompa atau irama?
– Masalah volume : Beri cairan dan nilai kecukupan cairan
– Masalah pompa:
• Bila TDS > 100 mmHg  vasodilator (nitrogliserin)
• Bila TDS 70-100 mmHg tanpa disertai gejala/tanda syok 
inotropik (dobutamine)
• Bila TDS 70-100 mmHg disertai gejala/tanda syok  vasopressor
(dopamine)
• Bila TDS < 70 mmHg disertai gejala/tanda syok  vasopressor
kuat (norepinefrin)
– Masalah irama: disesuaikan takiaritmia atau bradiaritmia?
– Tatalaksana lanjutan setelah diatasi (pompa balon intra-aorta,
angiografi, intervensi kardiovaskuler perkutan, bedah).
Obat yang digunakan pada pasien syok kardiogenik
Obat Kelas Dosis Efek Nursing Implication
Dobutamine Inotropik 2-40 mcg/kg/mnt ↑ kontraktilitas dan • Berikan via central line
cardiac output • Monitor HR, TD
(memperburuk hipotensi,
Dopamine Inotropik 5-20 mcg/kg/mnt ↑ kontraktilitas &
perlu tambahan vasopressor)
vasokonstriksi
• Hentikan jika takidisritmia
•Monitor vasokontriksi perifer
pada dosis sedang - berat

Noradrenaline Katekolamin 2-30 mcg/mnt Vasokonstriksi  • Monitor HR > 100x


↑ resistensi • Monitor dispnea, edema paru
vaskuler perifer • Monitor nyeri dada, disritmia
•Monitor gagal ginjal akibat
iskemia

Nitrogliserin Vasodilator Mulai 5 mcg/mnt ↓ preload & • Monitor TD dan HR. Refleks
Dosis max. 200 kebutuhan oksigen takikardia dapat terjadi
mcg/mnt miokard.
Memperbaiki aliran
darah koroner

Sasada & Smith (2003), Lynn McHale-Wiegand & Carlson (2005)


Penanganan Spesifik (lanjutan ...)
• Syok Septik
– Resusitasi cairan dalam jumlah banyak : 6 – 10 L
kristaloid dan 2 – 4 L koloid pada 6 jam pertama untuk
mencapai taget CVP 8 – 12 mmHg.
– Setelah CVP tercapai 8 – 12 mmHg, namun :
• MAP < 60 mmHg  beri agen vasoaktif (dopamin).
• SaO2 < 70%  transfusi PRC untuk mencapai Ht
30%
– Mulai antibiotik spektrum luas dalam 1 jam
pertama
– Kultur (darah, eksudat, urine, sputum) untuk
antibiotik spesifik
Penanganan Spesifik (lanjutan ...)

•Syok Anafilaktik
– Epinephrine  vasokonstriksi perifer,
bronkhodilatasi dan menekan efek
histamine
– Diphenhydramine (Benadryl)  memblok
pelepasan histamin akibat reaksi alergi
– Pertahankan keadekuatan airway:
• Bronkodilator dgn nebulizer lebih efektif
• Intubasi endotrakeal atau
krikotiroidotomi (jika perlu)
Krikotiroidotomi Intubasi Endotracheal
Sumber:http://razimaulana.files.wordpress.com Sumber:http://www.amicusvisual
/2012/11/surgical1.png solutio
ns.com/obrasky/05001_09X.jpg
Penanganan Spesifik (lanjutan ...)

• Syok Neurogenik
– Stabilisasi spinal (misal cervical collar)
 mencegah bertambahnya kerusakan
spinal cord
– Vasopressor (phenilephrine) 
mempertahankan TD dan perfusi organ
– Atropine  mengatasi bradikardia
– Hati-hati pemberian cairan karena
hipotensi bukan akibat kehilangan
cairan
– Pantau hipotermia akibat disfungsi
hipotalamus
– Methylprednisolone  cegah
kerusakan sekunder spinal cord akibat
pelepasan mediator kimia
Penanganan Spesifik (lanjutan ...)

• Syok Obstruktif
– Kenali sedini mungkin agar
obstruksi dapat diatasi segera
– Atasi penyebab obstruksi:
• Cardiac tamponade  Pericardiosentesis
Sumber: http://img.webmd.boots.com
pericardiosentesis
• Tension pneumothorax  needle
decompression atau chest tube
insertion
• Emboli paru  terapi trombolitik
untuk mengembalikan sirkulasi paru
dan sisi kiri jantung

Needle decompression
Sumber:www.civiliandefenseforce.com
Resusitasi Cairan Berdasarkan Kelas Syok Hemoragik
KELAS I KELAS II KELAS III KELAS IV
Persentase
kehilangan darah
<15% 15% - 30% 30% - 40% >40%
Kehilangan darah
< 750 750 – 1500 1500 – 2000 > 2000
(ml)*
Frekuensi nadi <100 >100 >120 >140
Tekanan darah Normal Normal Menurun Menurun
Frekuensi napas 14 – 20 20 – 30 30 – 40 >35
Capillary Reffill Normal Lambat (>2 dtk) Lambat (>2 dtk) Tdk terdeteksi
Ekstremitas Normal Pucat Pucat Pucat & dingin
Produksi urin
>30 20 – 30 10 - 20 0 - 10
(ml/jam)
Gelisah, agresif, Gelisah, Ngantuk, bingung,
Status mental Sadar, haus
haus agresif, ngantuk tdk sadar
Penggantian cairan Kristaloid Kristaloid dan
(hukum 3:1) Kristaloid Kristaloid
dan darah darah

*) Pada pasien dengan BB 70 kg


Resusitasi Cairan (Lanjutan ...)

1. Tentukan Estimated Blood Volume (EBV)


EBV = 70 ml x BB (kg)
2. Tentukan KELAS SYOK berdasarkan
tanda/gejala (Lihat Tabel) untuk
mengetahui persentase kehilangan
darah
3. Tentukan Estimated Blood Loss (EBL)
EBL = Persentase x EBV
Cairan intravena untuk penanganan syok

Jenis Keterangan
Kristaloid Ringer lactate (RL) • Lebih Murah
Normal saline (NaCl) • Efek sampingminimal
• Waktu paruh pendek
Koloid Gelofusine Haemaccel • Lebih mahal
Dextran 70 Hetastarch • Efek samping lbh banyak
Plasma / albumin • Waktu paruh 4-6 jam

Darah Whole blood


Packed red cell (PRC)
Cara Penggantian Cairan/Darah

Estimasi
kehilangan Penggantian cairan
darah
3000 ml kristaloid ,atau 1000 ml koloid
1000 ml

1500 ml kristaloid dan 1000 ml koloid , atau


1500 ml
4500 ml kristaloid
1000 ml kristaloid, 1000 ml koloid dan 2 unit darah, atau
2000 ml
3000 ml kristaloid dan 2 unit darah
Evaluasi
• Kriteria Hasil:
Perfusi jaringan akan optimal, dengan kriteria:
– Kulit hangat, tidak pucat & turgor normal
– Capillary refill time (CRT) < 2 detik
– Vena jugular tdk kolaps/distensi
– TD ±20 mmHg dari TD pre-syok
– I & O seimbang
– HR 60-100 x/mnt, kuat dan teratur
– RR 10-20 x/mnt, teratur
– Mean Atrial Pressure (MAP) 70 mmHg
– Output urine 30-60 mL/jam
TRAUMA: FRAKTUR-TRAUMA
KEPALA-DADA-LUKA BAKAR
Fraktur

40
Jenis Fraktur

41
Nyeri pada
bagian yang
fraktur

Satu atau lebih ujung


tulang menembus
kulit, sehingga terjadi Deformitas
luka

Tanda dan
Gejala

Terjadi pembengkakan Crepitation


yang menyebabkan
kompromi pada
neurovaskular

Eccymosis/memar

42
Penatalaksanaan Kegawatdaruratan

 Mengkaji ABC
 Memasang bidai pada area yang fraktur Jika terjadi
perdarahan, lakukan padding

 Kaji warna, kehangatan, sirkulasi, dan gerakan dari anggota


gerak Pada fraktur tertutup, tutupi area yang menonjol dengan
kasa bersih
 Transport ke rumah sakit segera

43
Sindroma Kompartemen
TANDA DAN GEJALA
SINDROMA
KOMPARTEMEN

NYERI PALLOR (TETAPI


(PARAH TAK HENTI MUNGKIN ADA
HENTINYA) KEHANGATAN ATAU
KEMERAHAN DI ATAS AREA)

PARESTESIA
(NYERI KESEMUTAN ATAU PULSELESSNESS
TERBAKAR) (TANDA TERLAMBAT DAN
TIDAK
MENYENANGKAN)

KELUMPUHAN POIKOLOTHERMIA (SUHU


(GEJALA LANJUT) YANG COCOK DENGAN
LINGKUNGAN)
Circulation Assessment

46
HEMATHORAX

47
PENYEBAB UMUM
HEMOTHORAX

LUKA TEMBUS PARU, TRAUMA TUMPUL DADA DIATHESIS PERDARAHAN


JANTUNG, PEMBULUH YANG MENYEBABKAN LECET SEPERTI PENYAKIT
DARAH BESAR,ATAU HEMOTHORAX HEMORAGIK BAYI BARU
DINDING DADA LAHIR

48
KEMATIAN
JARINGAN
PARU- PARU

KANKER CACAT PEMBEKUAN


PARU- PARU DARAH
PLEURA

PENYEBAB
HEMOTHORAX

MENUSUK TRAUMA
DADA TUMPUL
DADA

OPERASI
JANTUNG TUBERKULOSIS

49
PENANGANAN
HEMOTHORAX

PEMASANGAN CHEST
RESUSITASI CAIRAN TUBE (WSD)
KOMPLIKASI
HEMOTHORAX

Shock
Gagal nafas

Pneumothoraks
Fibrosis

Pneumonia
Atelektasis

Septicemia
Trauma Kepala

Trauma kepala adalah


kerusakan pada kulit
kepala, tengkorak atau
otak yang disebabkan
oleh cedera.

52
KLASIFIKASI CEDERA
KEPALA

CEDERA KEPALA
CEDERA KEPALA
TERBUKA
TERTUTUP

53
GEJALA
Gejala cedera kepala dapat langsung terjadi. Atau gejala
dapat berkembang perlahan selama beberapa jam atau
hari. Bahkan jika tengkoraknya tidak retak, otak bisa
terkena dan mengalami memar. Kepala mungkin
terlihat baik-baik saja, tetapi masalah bisa terjadi
akibat pendarahan atau pembengkakan di dalam
tengkorak.
PENANGANAN PERTAMA
TRAUMA KEPALA

Periksa saluran Hentikan pendarahan Jika dicurigai adanya


napas, pernapasan, dengan menekan kuat patah tulang
dan sirkulasi kain bersih pada luka tengkorak, tutupi luka
dengan kasa steril.

Jika orang tersebut Berikan kompres es


muntah miringkan ke area yang
badan ke samping bengkak.

55
Luka Bakar
• Luka yang disebabkan oleh transfer energi dari sumber
panas ke tubuh, jaringan tubuh, sehingga cukup untuk
menyebabkan kerusakan.
• Secara lokal, panas mengubah sifat protein seluler dan
mengganggu suplai darah.

56
Bahan yang terbakar

Suhu agen yang terbakar


Durasi paparan

JUMLAH KERUSAKAN KULIT TERKAIT

Konduktivitas jaringan Ketebalan yang terlibat struktur dermal

57
DERAJAT LUKA BAKAR

58
Komplikasi

Kompromi
Neurovaskular
Cedera Inhalasi

Infeksi Pada Luka Pembentukan Eschar


Bakar Besar

59
Penatalaksanaan

Fase Krisis
Pada saat cedera, proses pembakaran harus dihentikan. Pasien harus distabilkan
dalam hal patah tulang, perdarahan, imobilisasi tulang belakang, dan cedera
lainnya.

Cairan intravena diberikan untuk mencegah dan mengobati syok hipovolemik.


Pasien diberikan analgesik opioid untuk mengurangi nyerinya. Riwayat cedera
yang akurat diperoleh untuk menentukan tingkat keparahan, kemungkinan
komplikasi, dan trauma terkait.

60
Fase Akut

Tujuan manajemen termasuk penutupan luka tanpa infeksi, bekas luka


yang minimal, fungsi maksimal, pemeliharaan kenyamanan sebanyak
mungkin, dukungan nutrisi yang memadai, dan pemeliharaan cairan,
elektrolit, dan keseimbangan asam-basa.

Pasien terus diberi obat untuk nyeri yang diperlukan, terutama sebelum
perawatan yang menyakitkan

61
Latihan Kasus
• Seorang laki-laki berusia 24 tahun masuk IGD setelah
mengalami kecelakaan lalu lintas. Tampak deformitas
pada femur dextra. Pemeriksaan fisik didapatkan
frekuensi nadi 124 x/menit, frekuensi napas 32 x/menit,
tekanan darah 90/65 mmHg, CRT >2 detik, produksi
urine 10 mL/jam ekstremitas pucat, gelisah dan
kesadaran menurun, BB 50 kg.

1. Berapa estimasi volume darah pasien?


2. Berapa perkiraan kehilangan darah yang dialami pasien?
3. Apa jenis cairan yang diberikan untuk resusitasi?
4. Berapa banyak cairan yang diberikan untuk resusitasi?
Referensi
Cherkas, D. (2011). Traumatic hemorrhagic shock: Advances in fluid
Management. Emergency Medicine Practice, 13, 11, 1-20.
Garrtson, S & Malberti, S. (2007). Understanding hypovoleamic, cardiogenic
and septic shock. Nursing Standard, 50,21, 46-55.
Hand, H (2001). Shock. Nursing Standard, 15, 48, 45-52. Jordan, K.S.
(2000). Emergency Nursing Core Curriculum. USA:
Emergency Nurses Association.
Lewis, S. L., Heitkemper, M. M., & Dirksen, S. R., O’Brien, P. G., & Bucher,
L. (2007). Medical surgical nursing: Assesment and management of
clinical Problems. Vol. 2. 7th Ed. St.Louis: Mosby Elsevier.
McSwain & Frame (2003). PHTLS, Basic and advanced prehospital trauma
life support. 5th Ed. USA: Mosby.
Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. (2005). Brunner & suddarth’s textbook of
medical surgical nursing. Philadelphia: Lippincott.
Sole, et al (2006). Introduction to critical care nursing. 4th Ed. St. Louis:
Elsevier.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai