Makalah Sterilisasi Dan Depirogenasi
Makalah Sterilisasi Dan Depirogenasi
Makalah Sterilisasi Dan Depirogenasi
DOSEN PENGAMPU :
DISUSUN OLEH
KELOMPOK 1 :
JAKARTA
2023
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang maha Esa atas limpahan rahmat dan
karuani-Nya sehingga makalah yang berjudul “Sterilisasi dan Depirogenasi” dapat diselesaikan
dengan baik. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Teknologi Sediaan Steril.
Kami berharap makalah ini dapat menambah pengetahuan bagi pembactentang materi Sterilisasi
dan Depirogenasi yang berkaitan dengan bidang farmasi.
Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
memberikan semangat dan motivasi dalam pembuatan tugas makalah ini. Kami juga mengucapkan
terimakasih kepada apt. Nurfitriyani, S.Farm., M.Farm. selaku dosen pengampu mata kuliah
Teknologi Sediaan Steril.
Demikian makalah ini kami buat, kami sadar bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, kami menerima kritik dan saran dari pembaca agar bisa membuat makalah lebih
baik lagi pada kesempatan berikutnya.
Kelompok 1
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
Sterilisasi berarti menghilangkan semua bentuk kehidupan dari suatu objek atau
material, baik patogen maupun nonpatogen, vegetatif maupun non vegetatif. Sediaan steril
didefinisikan sebagai sediaan yang bebas dari pencemaran mikroba dari suatu objek atau
material. Ini dapat dicapai dengan menghancurkan secara fisik semua organisme hidup,
seperti menyaring atau membunuh organisme dengan panas, bahan kimia, atau metode
lainnya. Sterilisasi harus dilakukan untuk mencegah penyebaran penyakit, mencegah
pembusukan material oleh mikroorganisme, dan mencegah kompetisi nutrient dalam media
pertumbuhan. Hal ini memungkinkan kultur organisme tertentu berbiak untuk kebutuhan
sendiri atau untuk metabolitnya (Agoes, 2009).
Produk steril harus dibuat dengan persyaratan khusus, berbeda dengan sediaan
farmasi umumnya. Ini dibuat dengan tujuan menghilangkan atau memperkecil
kemungkinan kontaminasi mikroba, partikel partikulat, pirogen, dan produk interaksi
lainnya (Agoes, 2009). Sediaan injeksi adalah salah satu bentuk sediaan steril. Sediaan
injeksi adalah larutan, emulsi, suspensi, atau serbuk yang harus dilarutkan atau
disuspensikan sebelum digunakan secara parenteral, dengan cara menembus, atau merobek
jaringan ke dalam atau melalui kulit atau selaput lendir (Lukas, 2006).
Endotoksin atau pirogen adalah komponen utama dinding sel bakteri yang
menyebabkan reaksi fibril saat disuntikkan. Meskipun produk mungkin steril, kehadiran
4
bakteri di beberapa bagian proses pembuatan dapat segera diketahui karena teknologi
pendeteksian yang sensitif. Pirogen kuat melekat pada permukaan hidrofobik, seperti gelas,
meskipun biasanya larut dalam air. Setelah pemanasan bahan untuk membunuh sel bakteri
induk, mereka menahan aktivitas pirogeniknya. Oleh karena itu, proses depirogenasi
seluruh permukaan yang berhubungan dengan produk merupakan bagian penting dari
proses produksi.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
6
2.5 Metode Meminimalkan kontaminasi
Ada beberapa cara untuk mengendalikan atau mengurangi kontaminan, diantaranya adalah
sebagai berikut :
a. Kebersihan dan Sanitasi. Kedua hal ini sangat penting untuk mengurangi jumlah
mikroorganisme yang ada di suatu tempat. Kebersihan dan sanitasi berarti menciptakan
lingkungan yang tidak dapat memberikan nutrisi untuk pertumbuhan mikroba sekaligus
membunuh sebagian besar populasi mikroba.
b. Desinfeksi. Metode ini melibatkan penerapan bahan kimia (desinfektan) pada peralatan,
ruang kerja, lantai, dinding, atau benda lainnya untuk membunuh sel vegetatif mikrobial.
Desinfektan hanya membunuh sel vegetatif, tidak membunuh spora. Disinfektan diterapkan
pada meja yang akan digunakan terlebih dahulu untuk membunuh mikroorganisme yang
ada. Setelah meja disemprot dengan alkohol 70%, tissue dilapisi di atasnya. Tangan juga
disemprot dengan alkohol 70%, dan barulah menyalakan Bunsen.
c. Antiseptis. Penggunaan senyawa kimia yang memiliki sifat antiseptis pada tubuh untuk
melawan infeksi atau mencegah penyebaran mikroorganisme dengan menghancurkan atau
menghentikan aktivitas mikroba.
d. Sterilisasi. Menghancurkan semua jenis kehidupan untuk membuatnya steril.
7
sterilisasi dalam autoklaf. Salah satu elemen penting dalam sterilisasi
dengan menggunakan uap autoklaf.
Untuk sterilisasi panas kering, suhu yang biasa digunakan adalah 160
derajat Celcius, paling cepat satu jam, tetapi lebih baik dua jam. Suhu ini
digunakan khusus untuk mengeringkan minyak lemak atau cairan anhidrat
lainnya.
b. Penangas minyak dan lainnya
Dalam ampul bersegel, bahan kimia yang stabil dapat dibersihkan
dengan mencelepukanya dalam penangas yang berisi minyak mineral pada
suhu 162 derajat Celcius. Larutan jenuh panas dari natrium atau ammonia
klorida juga dapat digunakan untuk melakukan pasteurisasi, yang
merupakan metode untuk membersihkan instrumen bedah. Dikatakan
bahwa minyak bereaksi sebagai lubrikan, yang memungkinkan alat untuk
tetap tajam dan melihat zat penutup.
c. Pemijaran langsung
Pemijaran langsung melindungi filter bakteri, batang gelas, spatula
logam, dan filter bekerfield lainnya. Dalam situasi darurat, ampul dapat
dibersihkan dengan memindahkan bagian lehernya ke arah bawah lubang
kawat keranjang dan dipijarkan langsung.
2) Pemanasan Basah
8
yang paling resisten untuk dibasmi. Dalam pasteurisasi yang terbunuh
hanyalah bakteri patogen dan bakteri penyebab kebusukan namun tidak pada
bakteri lainnya. Pasteurisasi biasanya dilakukan untuk susu, rum, anggur dan
makanan asam lainnya. Suhu pemanasan adalah 65oC selama 30 menit. ii)
Tyndalisasi. Teknik ini dilakukan dengan pemanasan, biasanya untuk
sterilisasi makanan dan minuman kaleng. Tyndalisasi dapat membunuh sel
vegetatif sekaligus spora mikroba tanpa merusak zat-zat yang terkandung di
dalam makanan dan minuman yang di. Suhu pemanasan adalah 65oC selama
30 menit dalam waktu tiga hari berturut-turut. iii) Pendidihan (boiling).
Teknikini dilakukan dengan pemanasan dengan cara merebus bahan yang akan
disterilkan pada suhu 100oC selama 10-15 menit. Teknik ini dapat membunuh
sel vegetatif bakteri yang patogen maupun non patogen. Namun spora dan
beberapa virus masih dapat hidup. Biasanya dilakukan pada alat-alat
kedokteran gigi, alat suntik, pipet, dan lain-lain.
9
Sterilisasi dengan gas etilen oksida memiliki kelemahan: zat ini
mudah terbakar, bersifat mutageni, dan toksik, sehingga mungkin ada residu
setelah sterilisasi. Jika zat tidak tahan panas atau uap air, sterilisasi gas
adalah opsi terakhir.
10
2010). Menurut Forsythe (2010), nilai D juga dipengaruhi oleh preparasai inokulum dan
kondisi enumerasi.
Kurva mikroba yang masih bertahan hidup dapat digunakan untuk menentukan
nilai D dengan menarik garis lurus dengan memplot data jumlah log sel yang masih hidup
terhadap waktu pemanasan (Nelson, 2010).
Gambar 1 Kurva jumlah mikroba yang masih bertahan yang digunakan untuk mengkitung nilai D mikroorganisme pada produk
pangan
Hubungan linear-log yang lebih akurat dapat dilihat dengan memplot jumlah
mikroba yang masih hidup untuk organisme terhadap waktu (sebagai log10 cfu/mL)
(Forsythe, 2010).
Tabel di bawah ini menunjukkan korelasi antara log kill dan persentase mikroba
yang mati pada kondisi panas yang konstan.
Log Kill “D” Kill Persentase Mikroba yang Mati Tingkat Kematian
1 log 1D 90 10 kali lipat
2 log 2D 99 100 kali lipat
3 log 3D 99,9 1.000 kali lipat
4 log 4D 99,99 10.000 kali lipat
5 log 5D 99,999 100.000 kali lipat
10 log 10D 99,99999999 10 juta kali lipat
12 log 12D 99,9999999999 1 triliun kali lipat
Sumber: Nelson, 2010
11
Seringkali proses termal ditunjukkan denga istilah “D-kill”. Sebagai contoh, proses
12 D untuk spora Clostridium botulinum akan menghasilkan kematian 12 log siklus atau
satu triliun spora (Nelson, 2010).
Saat hendak merancang suatu proses termal untuk proses termal sangat penting
untuk memahami jenis organisme dengan formulasi pangan mana yang paling resisten
terhadap panas, nilai D untuk organisme pada jenis pangan tertentu dan tingkat kematian
yang dibutuhkan untuk mencapai produk pangan yang steril. Hal tersebut adalah esensi
dari target proses termal.
B. Nilai Z
12
Gambar 2 Kurva waktu kematian termal untuk menentukan nilai Z
Inaktifasi dan penghilangan endotoksin adalah dua metode depirogenasi. Untuk inaktivasi,
molekul lipopolisakarida dapat didetoksifikasi dengan menggunakan sejumlah bahan kimia
yang memecah ikatan kimia yang labil atau memblokir sisi yang diinginkan dari aktivitas
13
pirogenik. Selain itu, molekul dapat dihancurkan secara keseluruhan dengan metode
pembakaran.
b) Oksidasi
Meskipun dari aksi H2 O2 tidak diketahui, proses peroksidasi dari asam lemak
hadir dalam bagian lipid dari LPS disarankan. Setelah dilakukan percobaan perlakuan
yang paling efektif adalah pendidihan pada 0,1% H2 O2 selama 2 jam. Pada perlakuan
ini, larutan akhir juga bebas peroxide.Ketika 3% H2 O2 ditambahkan kebagian yang
sama dari medium pertumbuhan sel yang kemudian diinkubasi pada suhu kamar selama
24 jam dan didialisis, kemampuan endotoxin dengan H2 O2 tergantung dari waktu,
pada pH dan konsentrasi. Penggunaan sedikit 2,7% H2 O2 pada 65o C selama 1 jam,
telah diteliti bahwa kira-kira 90% penghancuran dapat dicapai selama 1 jam.
c) Alkilasi
14
Alkilasi diperkirakan terjadi melalui bahan nukleofilik berikatan glukosamine dari lipid
dan atau ethanaloamine yang terdapat dalam inti. Etilen oksida (EtO) juga bahan
pengalkil yang kuat dimana sterilisasi EtO siklik menggunakan 12% EtO dengan 88%
freon, 50% kelembaban relatif (RM) dan 9,5 psig selama 0,5 jam.
Aplikasi dari pemanasan kering diantar melalui konveksi, konduksi atau radiasi
(infra red) oven telah menjadi metode yang dipilih untuk depirogenase dari bahan yang
tahan panas, seperti gelas, peralatan besi, dan peralatan dari bahan kimia yang stabil
panas, lilin dan minyak. Cara ini dilakukan tidak kurang dari 250o Cselama tidak
kurang dari 30 menit dimana mekanisme inaktifasi dari endotoxin adalah
pembakaran.\\Perlakuan dengan pemanasan uap
e) Radiasi ionisasi
15
diketahui dari larutan parenteral dari obat dimana penggunaan radiasi ionisasi untuk
bahan ini tidak disukai.
f) Polimiksin B
a) Pembilasan
Metode yang paling mudah dan tua untuk menghilangkan endotoxin dari
permukaan padatan adalah pembilasan dengan pelarut nonpirogenik, biasanya API
(Aqua pro injeksi) nonsteril. Tingkat rendah dari kontaminasi endotoxin permulaan
16
dapat secara efektif dihilangkan dengan alat-alat gelas, komponen alat dan penutup,
sebagai contoh dengan suatu prosedur pencucian yang tepat.
b) Destilasi
Destilasi adalah metode paling tua yang dikenal untuk menghilangkan pirogen
secara efektif dari air. Mekanisme penghilangan endotoxin ini relatif sederhana. Air
dialirkan melalui 2 fase dari cairan ke uap dan dari uap ke cairan. Selama fase I,
pendidihan air dalam penyuling menyebabkan air menguap dan uap air dipercepat.
Karena LPS merupakan suatu molekul yang besar sehingga mempercepat penguapan
uap air yang menghasilkan lembab. Molekul LPS ini tertinggal dalam tetesan air yang
dibawa oleh uap jatuh karena pengaruh gravitasi dari berat molekulnya. Dimana
diketahui bahwa air destilasi murni dikumpul dan disimpan dalam wadah steril
depirogenasi adalah nonpirogenik.
c) Ultrafiltrasi
Membaran ultrafiltrasi berdasarkan pada berat molekul yang dibatasi dan diaktivasi
sebagai membaran depirogenasi berdasarkan aksinya sebagai ukuran lapisan membran.
Oleh karena itu, endotoxin yang melebihi batas ekslusif Berat molekul dari membran
akan tertahan pada permukaan membran.Ukuran LPS 10000-20000. Oleh karena itu,
penggunaan ultrafiltrasi ini sangat efektif tetapi molekul yang bukan agregat masih
sering ditemukan dalam larutan berair.Normalnya ukuran agregat LPS dari range
300.000- 1 juta .Oleh karena itu, pirogen dapat dihilangkan dengan ultrafiltrasi dengan
baik, yang digunakan pada BM dalam jumlah yang rendah sampai BM yang sedang
dari obat dan larutan.
d) Osmosis bolak-balik
Membran osmosis bolak-balik terdiri dari selulosa asetat atau bahan poliamida
dengan ukuran pori yang sesuai untuk mengeluarkan ion. Seperti membran
semipermeabel yang disebut membran osmosis bolak-balik, bila membran dapat
menahan sejumlah besar garam dibawah kondisi filtrasi bertekanan karena ukuran
17
membran normalnya 10 Ao maka endotoksin dapat disingkirkan karena pori-pori
membran terlalu kecil untuk dapat dilalui oleh pirogen.
e) Karbon aktif
18
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sediaan steril adalah sediaan yang bebas dari pencemaran mikroba baik patogen maupun
non patogen, vegetatif, maupun non vegetatif dari suatu objek atau material. Sterilisasi adalah
menghilangkan semua bentuk kehidupan, baik bentuk patogen maupun non patogen, vegetatif,
maupun nonvegetatif, dari suatu objek atau material sedangkan depirogenasi adalah
membuang atau mendestruksi pirogen (khusunya endotoksin) dari suatu bahan.
Metode sterilisasi ada secara fisik (pemijaran, pemanasan kering, pemanasan basah dan
radiasi), mekanik (filtrasi) dan kimia (etilenglikol). Sedangkan untuk metode depirogenasi
dibagi menjadi dua yaitu inaktivasi endotoksin dan menyingkirkan endotoksin.
Nilai D atau dikenal pula dengan isitilah decimal reduction time didefinisikan sebagai
waktu yang dibutuhkan pada suhu tertentu untuk mengurangi 90% (sama dengan nilai 1 log)
mikroba yang masih hidup sedangkan nilai Z didefinisikan sebagai peningkatan suhu yang
dibutuhkan untuk meningkatkan kecepatan kematian sepuluh kali lipat atau dengan kata lain
menurunkan nilai D sepuluh kali lipat.
19
DAFTAR PUSTAKA
https://repository.usm.ac.id/files/journalmhs/C.431.15.0105-20200908100635.pdf
https://www.academia.edu/33614663/Laporan_Praktikum_Satuan_Operasi_Proses_Termal_docx
Bhatt, etc. (2021). Depyrogenation using plasma: A novel approach for endotoxin deactivation
using a dielectric barrier discharge at atmospheric pressured,
DOI:10.1002/PPAP.20210089
Ansari, MD.I.A and A.K.Datta. (2003). An Overview of Sterilization Methods for Packaging
Materials Used in Aseptic Packaging System, Trans IChemE, Vol 81, Part C.
20