Anda di halaman 1dari 4

PERNYATAAN SIKAP

KOALISI MASYARAKAT SIPIL UNTUK INTEGRITAS PEMILU 2024

Jakarta, 15 Agustus 2023

Berdasarkan Surat Keputusan Ketua Badan Pengawas Pemilihan Umum Nomor


285/HK.01.00/K1/08/2023 tentang Perubahan Keempat Keputusan Ketua Badan Pengawas
Pemilihan Umum Nomor 280/KP.01.000/K1/08/2023 Tentang Pedoman Pelaksanaan
Pembentukan Bawaslu/Panwaslih Kabupaten/Kota Masa Jabatan 2023-2028, Badan Pengawas
Pemilihan Umum (Bawaslu) Republik Indonesia memutuskan mengubah pengaturan terkait
Jadwal Pengumuman Anggota Terpilih dan Pelantikan sebagaimana disebutkan pada jadwal
seleksi anggota Bawaslu Kabupaten/Kota masa jabatan Tahun 2023-2028 halaman ii Nomor 13
pengumuman calon anggota terpilih dan pelantikan diubah menjadi Rabu, 16 Agustus 2023 s.d
Minggu, 20 Agustus 2023. Keterlambatan pengumuman seleksi Badan Pengawas Pemilu atau
Bawaslu tingkat kabupaten/kota mengakibatkan kekosongan pimpinan Bawaslu di 514
kabupaten/kota karena masa jabatan mereka berakhir pada 14 Agustus 2023.

Meskipun telah keluar surat Bawaslu Republik Indonesia Nomor 565/KP.05/K1/08/2023 tentang
pengambil alihan tugas dan wewenang Bawaslu/Panwaslih Kabupaten/Kota, hal tersebut tidak
menyelesaikan permasalahan kekosongan pimpinan bawaslu di Kabupaten/Kota yang tentu
berdampak pada pengawasan tahapan Pemilu 2024 yang sedang berlangsung. Landasan yang
digunakan oleh Bawaslu dalam poin Ke-2 surat Keputusan a quo adalah suatu bentuk
keserampangan Bawaslu dalam manafsirkan klausul Pasal 556 (3) UU Pemilu. Di mana, dalam
Pasal tersebut menyebutkan "Apabila terjadi hal yang mengakibatkan Bawaslu Provinsi atau
Bawaslu Kabupaten/Kota tidak dapat melaksanakan tugasnya, Bawaslu atau Bawaslu Provinsi
melaksanakan tahapan pengawasan Penyelenggaraan Pemilu untuk sementara waktu sampai
dengan Bawaslu Provinsi atau Bawaslu Kabupaten/Kota dapat menjalankan tugasnya kembali".
Setidaknya terdapat beberapa unsur dalam klausul tersebut, diantaranya: (1) terjadinya suatu
hal; (2) Yang mengakibatkan Bawaslu Provinsi atau Bawaslu Kab/kota; (3) Tidak dapat
melaksanakan "tugasnya”; (4) Bawaslu atau Bawaslu Provinsi melaksanakan tahapan
penvelenggaraan pemilu; (5) Untuk sementara waktu; (6) Sampai dengan Bawaslu Provinsi atau
Bawaslu Kab/Kota dapat menjalankan tugasnya kembali. Dalam hal ini, bagaimana unsur ketiga
dapat terpenuhi, jika belum adanya penetapan terhadap Personalia yang berwenang memegang
mandat sebagai penjalan tugas yang dimaksud? Artinya, konteks dalam Pasal 556 (3) tersebut
dapat terlaksana, jika, dan hanya jika, terdapatnya Personalia Bawaslu Kab/Kota yang tidak
melaksanakan tugasnya (karena sakit, terkena sanksi, atau alasan lainnya). Fakta saat ini, bukan
karena Bawaslu kab/Kota tidak dapat melaksanakan tugasnya. Namun, karena Personalia
Bawaslu Kab/kota belum dipilih dan dilantik secara tidak professional, transparan, dan tidak
mendasar secara hukum. Bentuk tindakan yang bernuansa koruptif dan politis inilah yang
merugikan Masyarakat secara konstitusional atas hak kepastian hukum.

Lebih lanjut lagi, kami mamandang bahwa pengambil alihan wewenang tersebut juga
bertentangan dengan Pasal 99 huruf e UU Pemilu. Dalam Pasal tersebut, dijelaskan wewenang
Bawaslu Provinsi mengambil alih sementara tugas, wewenang, dan kewajiban Bawaslu
Kabupaten/Kota setelah mendapatkan pertimbangan Bawaslu apabila Bawaslu Kabupaten/Kota
berhalangan sementara akibat dikenai sanksi atau akibat lainnya sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan. Hal tersebut tidak berlaku untuk keadaan penundaan
pengumuman seleksi yang belum ada komisionernya.

Lainnya, mengenai keterbatasan personalia dan Sumber Daya Manusia (SDM) di Bawaslu
Provinsi, sangat tidak rasional melakukan pengawasan di seluruh wilayah kabupaten/kota,
karena disaat yang bersamaan Bawaslu Provinsi juga harus melakukan pengawasan melekat ke
KPU Provinsi. Kami tentu sangat menyayangkan sekali dan ini menjadi preseden buruk
bertepatan dengan hari lahirnya Bawaslu Kabupaten/Kota yang ke-5.

Kami memandang bahwa apa yang terjadi hari ini diduga ada agenda setting yang kuat,
terstruktur, sistematis dan masif dengan kekuatan intervensi kepentingan politik untuk
kepentingan kelompok tertentu. Padahal di saat yang bersamaan mengacu pada PKPU 3 Tahun
2022 terkait dengan Tahapan Jadwal dan Program Penyelenggaraan Pemilihan Umum Tahun
2024, tahapan pemilu sedang memasuki fase krusial yakni Penetapan Daftar Caleg Sementara
(DCS) dan tahapan lainnya yang berpotensi tidak dapat diawasi secara melekat oleh pengawas
pemilu. Penundaan pengumuman ini adalah bukan pertama kalinya dilakukan oleh Bawaslu RI.
Sebelum ini, Bawaslu RI juga melakukan penundaan pada tahapan pengumuman di tim seleksi.

Kecurigaan dan opini publik di masyarakat semakin menguat dan mempertanyakan ada apa di
balik penundaan pengumuman seleksi ini. Mengingat, Bawaslu Republik Indonesia pun tidak
dapat menyampaikan secara spesifik kepada publik terkait dengan transparansi dan
akuntabilitasnya, mengapa dilakukan penundaan pengumuman seleksi yang bolanya sudah ada
di Bawaslu. Karena sebetulnya sudah dilakukan di uji kelayakan dan kepatutan oleh Bawaslu
provinsi. Dalam hal ini, Bawaslu tinggal mengonfirmasi nama-nama anggota Bawaslu terpilih di
lima atau tiga nomor urut teratas hasil seleksi yang dilakukan Bawaslu provinsi.

Atas dasar hal tersebut, Kami Koalisi Masyarakat Sipil untuk Integritas Pemilu 2024

1. Menolak segala bentuk intervensi politik dalam proses seleksi penyelenggara Pemilu;
2. Mendesak Pemerintah dan DPR untuk melakukan evaluasi kinerja Bawaslu RI dalam
penyelenggaraan seleksi calon anggota Bawaslu Provinsi, Kabupaten, dan Kota secara
komprehensif;
3. Mendesak Bawaslu RI untuk segera mengumumkan hasil seleksi calon anggota Bawaslu
Kab/Kota untuk mengembalikan kepercayaan publik;
4. Mendesak Bawaslu RI untuk transparan dan profesional dalam proses penetapan hasil
serta menyampaikan alasan rasional kepada publik terkait alasan penundaan;
5. Menuntut Bawaslu RI untuk tidak mengintervensi proses penetapan calon anggota
Bawaslu Kabupaten/ Kota terpilih;
6. Mendesak Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI untuk melakukan audit keuangan negara
dalam proses seleksi yang berpotensi merugikan keuangan negara akibat perubahan
jadwal pengumuman.
Narahubung

Muh Afit Khomsani – Netfid Indonesia (082135941773)

Hasnu Ibrahim – Pemantau Pemilu PB PMII (081338331562)

Bram – KIPP Indonesia (081214797777)

Neni Nur Hayati – DEEP Indonesia (081320091612)

Teddy C. Putra – PP KMHDI (081999013012)

Guslan Batalipu - JPPR (082296606667)

Rajab Ahirullah (081239846857)

Anda mungkin juga menyukai