Anda di halaman 1dari 26

Indonesian good agricultural practices (IndoGAP) –

Cara budidaya tanaman pangan yang baik


© BSN 2021

Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh
isi dokumen ini dengan cara dan dalam bentuk apapun serta dilarang mendistribusikan dokumen ini baik
secara elektronik maupun tercetak tanpa izin tertulis dari BSN

BSN

Email: dokinfo@bsn.go.id www.bsn.go.id

Diterbitkan di Jakarta
SNI 8969:2021

PRAKATA

SNI 8969:2021, Indonesian good agricultural practices (IndoGAP) – Cara budidaya tanaman pangan yang
baik, merupakan standar yang disusun dengan pengembangan sendiri dan ditetapkan oleh BSN Tahun
2021.

Standar ini disusun oleh Komite Teknis 65-11 Tanaman Pangan. Standar ini telah dibahas dan disepakati
dalam rapat konsensus pada tanggal 23 Desember 2020 secara daring, yang dihadiri oleh para
pemangku kepentingan (stakeholders) terkait yaitu perwakilan dari pemerintah, pelaku usaha,
konsumen, dan pakar. Standar ini telah melalui tahap jajak pendapat pada tanggal 16 Februari 2021
sampai dengan tanggal 7 Maret 2021 dengan hasil akhir disetujui menjadi SNI.

Untuk menghindari kesalahan dalam penggunaan dokumen Standar ini, disarankan bagi pengguna
standar untuk menggunakan dokumen Standar yang dicetak dengan tinta berwarna.

Perlu diperhatikan bahwa kemungkinan beberapa unsur dari dokumen standar ini dapat berupa hak
paten. Badan Standardisasi Nasional tidak bertanggung jawab untuk pengidentifikasian salah satu atau
seluruh paten yang ada.

© BSN 2021 iii


SNI 8969:2021

Pendahuluan

Indonesia sebagai negara produsen tanaman pangan, harus memenuhi kebutuhan konsumsi dalam
negeri, stok, maupun ekspor dengan pemenuhan persyaratan standar mutu dan dituntut untuk
menerapkan sistem jaminan mutu melalui ketelusuran (traceability). Standar ini dimaksudkan untuk
digunakan dalam skema sertifikasi IndoGAP untuk menghasilkan produk tanaman pangan yang baik
dengan menetapkan persyaratan cara budi daya yang baik (Good Agricultural Practices) yang
mengutamakan ketelusuran dokumen.

Standar ini dapat digunakan untuk produk organik dan non organik. Untuk persyaratan produk organik
tetap memperhatikan standar yang berlaku pada SNI Sistem Pertanian Organik.

Ketelusuran penerapan dapat dilakukan berdasarkan Cara Budi Daya Tanaman Pangan yang Baik
(CBDTPB) atau disebut dengan Good Agricultural Practices (GAP) Tanaman Pangan. GAP Tanaman
Pangan meliputi cara pemanfaatan lahan yang baik/Good Farming Practices (GFP), penanganan pasca
panen yang baik/Good Handling Practices (GHP), pengolahan yang baik/ Good Manufacturing Practices
(GMP), distribusi yang baik/Good Distribution Practices (GDP), retail yang baik/Good Retail Practices
(GRP) dan cara konsumsi yang baik/Good Consumption Practices (GCP).

Ruang lingkup CBDTPB ini meliputi persyaratan sumber daya, proses pertanaman, panen, penanganan
pascapanen, penerapan sanitasi di lingkungan kerja serta klasifikasi produk. Sumber daya antara lain
lahan, air, benih, pupuk, pembenah tanah, pestisida, zat pengatur tumbuh, tenaga kerja, alat dan mesin
pertanian serta bangunan. Proses pertanaman antara lain penyiapan lahan, penyediaan air, penyiapan
benih dan persemaian, penanaman, pemupukan, serta pelindungan dan pemeliharaan. Proses panen
antara lain pemungutan (pemetikan) atau pengumpulan hasil bercocok tanam dengan memperhatikan
waktu panen, cara panen dan alat panen yang digunakan. Penanganan pasca panen antara lain
pengumpulan, pengeringan, pembersihan, sortasi, penggilingan, pengkelasan, pengemasan,
penyimpanan dan pengangkutan.

Penerapan CBDTPB menjadi sangat strategis menghadapi persaingan regional dan global. Substansi
CBDTPB telah dikembangkan mengacu pada standar ASEAN GAP dan Global GAP, yang selanjutnya
menjadi acuan bagi setiap pelaku usaha dan pemangku kepentingan lainnya. Untuk itu, penyusunan SNI
CBDTPB merupakan upaya pemerintah untuk meningkatkan daya saing produk nasional dan
memberikan perlindungan kepada konsumen.

© BSN 2021 iv
SNI 8926:2021

Indonesian good agricultural practices (IndoGAP) –

Cara budidaya tanaman pangan yang baik

1 Ruang lingkup
Standar ini menetapkan persyaratan cara budidaya tanaman pangan yang baik
meliputi
pemanfaatan lahan yang baik dan penanganan pasca panen yang baik.
2 Acuan normatif
Tidak ada.
3 Istilah dan definisi
Untuk tujuan penggunaan dokumen ini, istilah dan definisi berikut berlaku.
3.1
benih tanaman
tanaman atau bagiannya yang digunakan untuk memperbanyak dan/atau
mengembangbiakkan tanaman
3.2
kontaminasi
keadaan terjadinya percampuran atau pencemaran oleh unsur lain yang tidak
dikehendaki dan
memberikan efek tertentu
3.3
mutu hasil
tingkat kesesuaian hasil tanaman yang mengacu pada persyaratan yang
ditetapkan, baik
untuk dikonsumsi dan/atau untuk pemanfaatan lainnya
3.4
organisme pengganggu tanaman
semua organisme yang dapat merusak, mengganggu kehidupan, atau
mengakibatkan
kematian pada tanaman meliputi hama, penyakit dan gulma
3.5
pembenah tanah
bahan-bahan sintetis atau alami, anorgani atau organik atau hayati berbentuk
padat atau cair
yang mampu memperbaiki sifat fisik, kimia dan/atau biologi tanah
3.6
pestisida
semua zat kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus yang dapat
dipergunakan untuk
mengendalikan gangguan tanaman
3.7
proses produksi

© BSN 2021 1 dari 27


SNI 8969:2021

rangkaian kegiatan yang menggabungkan berbagai faktor produksi yang ada


untuk
menghasilkan suatu produk, baik berupa barang atau jasa
3.8
pupuk
bahan kimia anorganik dan/atau organik, bahan alami dan/atau sintetis,
organisme dan/atau
yang telah melalui proses rekayasa, untuk menyediakan unsur hara bagi tanaman,
baik secara
langsung maupun tidak langsung
3.9
sanitasi
upaya pencegahan terhadap kemungkinan pertumbuhan dan berkembangbiaknya
jasad renik
pembusuk dan patogen dalam peralatan dan bangunan yang dapat merusak dan
membahayakan
3.10
sumber daya
segala sesuatu, baik berwujud maupun tidak berwujud yang digunakan untuk
mencapai hasil,
misalnya lahan, air, benih, pupuk, pestisida, pembenah tanah, zat pengatur
tumbuh, tenaga
kerja, alat dan mesin pertanian, serta bangunan
3.11
upaya eradikasi
upaya pengendalian melalui tindakan pemusnahan terhadap tanaman, organisme
pengganggu tanaman, penyakit hewan, dan benda lain yang menyebabkan
tersebarnya
organisme pengganggu tanaman dan penyakit hewan
3.12
upaya pre emtif
upaya pengendalian yang didasarkan pada informasi dan pengalaman status
serangan
organisme pengganggu tanaman waktu sebelumnya, dan dilakukan sebelum
proses produksi
3.13
upaya responsif
upaya pengendalian yang didasarkan pada informasi status serangan organisme
pengganggu
tanaman dan faktor yang berpengaruh pada musim yang sedang berlangsung,
dengan
mempertimbangkan biaya dan manfaat dari tindakan yang perlu dilakukan
3.14
usaha budi daya pertanian
semua kegiatan untuk menghasilkan produk dan/atau menyediakan jasa yang
berkaitan
dengan budi daya pertanian
3.15
zat pengatur tumbuh
senyawa organik atau anorganik bukan nutrisi tanaman yang aktif merangsang,
menghambat
atau merubah pertumbuhan dan perkembangan tanaman secara kuantitatif
maupun kualitatif.
4 Persyaratan
4.1 Sumber Daya
4.1.1 Lahan

© BSN 2021 2 dari 27


SNI 8969:2021

4.1.1.1 Lahan untuk proses pertanaman


a. Lokasi lahan pertanaman harus sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW).
b. Lahan memiliki kejelasan status kepemilikannya dan hak penggunaannya untuk
menghindari konflik kepemilikan.
c. Lahan bebas dari cemaran limbah bahan berbahaya dan beracun (B3).
d. Riwayat penggunaan lahan minimal 1 (satu) tahun sebelumnya harus jelas.
e. Lahan yang digunakan untuk pertanaman disesuaikan dengan peraturan yang
mengatur
batas ketinggian tertentu dan/atau tingkat kemiringan tertentu.
f. Lahan yang digunakan untuk pertanaman perlu dilakukan penilaian risiko
kerusakan
lingkungan antara lain risiko banjir, erosi dan kerusakan lahan di sekitarnya.
g. Lahan yang digunakan dilengkapi dengan data tabular dan spasial.

CATATAN Untuk pemilihan lokasi usaha perbenihan, lokasi lahan tidak berada di
lokasi endemis.

4.1.1.2 Lahan untuk penanganan pasca panen

a. Lokasi lahan pasca panen harus sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW).
b. Penanganan pasca panen dapat dilakukan di lokasi panen dan/atau di luar
lokasi panen,
dengan persyaratan bebas cemaran dan tidak dekat pemukiman.
c. Lahan yang digunakan untuk pasca panen disesuaikan dengan peraturan yang
mengatur batas ketinggian tertentu dan/atau tingkat kemiringan tertentu.
d. Lahan yang digunakan untuk lokasi penanganan pasca panen harus
memperhatikan
lingkungan dan kesehatan.

4.1.2 Air
4.1.2.1 Air untuk proses pertanaman

a. Air yang digunakan untuk proses pertanaman harus air bersih.


b. Air yang dibutuhkan disesuaikan dengan sumber ketersediaan air.
c. Air yang digunakan memenuhi baku muti air irigasi (tidak berbahaya/tidak
menggunakan
air limbah berbahaya/tercemar dengan limbah berbahaya).

4.1.2.2 Air untuk proses penanganan pasca panen

a. Sumber air untuk proses penanganan pasca panen tersedia cukup dan
memenuhi
persyaratan mutu air bersih dan/atau air minum.
b. Ketersediaan air untuk proses penanganan pasca panen termasuk kegiatan
sanitasi.
4.1.3 Benih
a. Benih harus sehat dan varietas yang tepat.
b. Dilakukan pencatatan data sumber dan/atau kelas benih yang digunakan.
SNI 8969:2021
c. Varietas yang memiliki risiko beracun jika dikonsumsi oleh manusia, harus
diinformasikan.
4.1.4 Pupuk
a. Pupuk meliputi pupuk organik, anorganik dan/atau pupuk hayati yang terdaftar,
kecuali
pupuk yang dihasilkan sendiri untuk kepentingan sendiri.
b. Pupuk yang diproduksi dan digunakan sendiri dilakukan pencatatan bahan baku
yang
digunakan.
c. Kotoran manusia, kotoran babi dan kotoran hewan peliharaan antara lain
anjing dan
kucing tidak digunakan sebagai bahan baku pupuk.

4.1.5 Pembenah tanah


a. Pembenah tanah yang digunakan telah terdaftar, kecuali pembenah tanah yang
dihasilkan sendiri untuk kepentingan sendiri.
b. Pembenah tanah yang diproduksi dan digunakan sendiri dilakukan pencatatan
bahan
baku yang digunakan.
c. Perlu dilakukan pemilihan bahan pembenah tanah yang tepat dan sesuai
kebutuhan.
d. Bahan pembenah tanah yang dapat digunakan antara lain pembenah tanah
anorganik
/mineral, organik, hayati, dan senyawa humat/fulvat. Jenis pembenah tanah
sebagaimana tercantum dalam lampiran.
4.1.6 Pestisida
a. Pestisida sintetis dan/atau alami yang digunakan telah terdaftar kecuali
pestisida alami
yang dihasilkan sendiri untuk kepentingan sendiri.
b. Pestisida alami yang diproduksi dan digunakan sendiri dilakukan pencatatan
bahan baku
yang digunakan.
4.1.7 Zat pengatur tumbuh
a. Zat pengatur tumbuh yang digunakan terdaftar, kecuali zat pengatur tumbuh
alami yang
dihasilkan sendiri untuk kepentingan sendiri.
b. Zat pengatur tumbuh yang diproduksi dan digunakan sendiri dilakukan
pencatatan
bahan baku yang digunakan.
c. Penggunaan zat pengatur tumbuh disesuaikan dengan kebutuhan.
d. Jenis zat pengatur tumbuh sebagaimana tercantum pada lampiran.
4.1.8 Tenaga kerja
4.1.8.1 Tenaga kerja untuk proses pertanaman
a. Tenaga kerja harus memiliki kompetensi cara menanam yang baik.
b. Tenaga kerja harus memiliki pengetahuan dan keterampilan menangani dan
menggunakan pestisida yang benar.
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Komite
Teknis 65-11, Tanaman Pangan, dan tidak untuk dikomersialkan”

© BSN 2021 4 dari 27


SNI 8969:2021
c. Tenaga kerja harus memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam
mengoperasikan alat
dan mesin tanam.
d. Tenaga kerja harus memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam menjaga
kebersihan
personal dan lingkungan kerja.
e. Tenaga kerja memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam menerapkan
Kesehatan
dan Keselamatan Kerja (K3).
4.1.8.2 Tenaga kerja untuk proses panen
a. Tenaga kerja harus memiliki kompetensi cara memanen yang baik.
b. Tenaga kerja harus memiliki pengetahuan dan keterampilan mengoperasikan
alat dan
mesin panen.
c. Tenaga kerja harus memiliki pengetahuan dan keterampilan menjaga
kebersihan
personal dan lingkungan kerja.
d. Tenaga kerja memiliki pengetahuan dan keterampilan menerapkan Kesehatan
dan
Keselamatan Kerja (K3).

4.1.8.3 Tenaga kerja untuk proses penanganan pasca panen


a. Tenaga kerja harus memiliki kompetensi cara menangani pasca panen yang
baik.
b. Tenaga kerja harus memiliki pengetahuan dan keterampilan mengoperasikan
alat dan
mesin pasca panen.
c. Tenaga kerja harus memiliki pengetahuan dan keterampilan menjaga
kebersihan
personal dan lingkungan kerja.
d. Tenaga kerja memiliki pengetahuan dan keterampilan menerapkan Kesehatan
dan
Keselamatan Kerja (K3).
4.1.9 Alat dan mesin pertanian (alsintan)
a. Alsintan pertanaman, panen dan pasca panen memenuhi standar.
b. Alsintan yang menggunakan bahan bakar dan pelumas tidak mencemari lahan
dan
proses pertanaman.
c. Alsintan yang digunakan dalam kondisi terawat.
d. Peralatan dan wadah yang kontak dengan produk harus terbuat dari bahan
yang tidak
mencemari produk.
e. Alsintan yang terkait dengan pengukuran dikalibrasi secara berkala.
4.1.10 Bangunan untuk penanganan pasca panen
a. Bangunan yang digunakan untuk penanganan pasca panen memenuhi
persyaratan
teknis dan sanitasi lingkungan. Persyaratan teknis antara lain tata letak (layout),
ukuran
ruang dan ventilasi. Persyaratan sanitasi lingkungan antara lain sarana kebersihan,
pembuangan air dan pengolahan limbah.
b. Ruang penyimpanan memenuhi standar atas risiko kerusakan dan kontaminasi.
5 dari 27

SNI 8969:2021

c. Ketentuan bangunan untuk gudang komoditas pertanian mengacu pada standar yang
telah ditetapkan.

4.2 Proses pertanaman

4.2.1 Penyiapan lahan

a. Penyiapan lahan dilakukan dengan cara yang dapat memperbaiki atau memelihara

struktur tanah menjadi gembur, menghindari erosi permukaan tanah, kelongsoran tanah,

dan/atau kerusakan sumber daya lahan.

b. Penyiapan lahan dilakukan dengan menjaga kelestarian lingkungan, antara lain dengan

tidak melakukan pembakaran.

c. Penyiapan lahan menggunakan herbisida yang diperbolehkan dilakukan sesuai dengan

dosis yang direkomendasikan.

4.2.2 Penyediaan air

a. Sumber air yang dapat digunakan antara lain mata air, air tanah, air hujan, air sungai

dan air danau.

b. Pemberian air untuk tanaman pangan dilakukan secara efektif, efisien, dan bermanfaat

bagi pertumbuhan tanaman.

c. Penggunaan air tidak bertentangan dengan kepentingan masyarakat di sekitarnya dan

mengacu pada peraturan yang ada.

d. Penggunaan air tidak mengakibatkan terjadinya erosi tanah maupun tercucinya unsur

hara.

e. Air dari septic tank dan/atau air pembuangan rumah tangga (mandi cuci kakus/MCK)

tidak boleh digunakan untuk air pertanaman, penanganan, saat panen maupun pasca

panen.

f. Penyediaan dan penggunaan air dicatat.

g. Air limbah dari pertanian (air limbah dari proses pertanaman, panen, dan penanganan

pasca panen), dikelola atau diolah sesuai standar yang berlaku dan meminimalkan risiko

kerusakan lingkungan.

4.2.3 Penyiapan benih dan persemaian

a. Benih sebelum ditanam dapat mendapat perlakuan benih (seed treatment). Perlakuan

benih antara lain perlakuan terhadap organisme pengganggu tanaman dan pemecahan
dormansi benih.

b. Perlakuan terhadap organisme pengganggu tanaman dilakukan dengan cara

fisik/mekanis (misalnya dengan memisahkan organisme pengganggu tanaman dari

benih), cara biologi (misalnya dengan imunisasi mikroba endofitik) dan cara kimia

(misalnya dengan perendaman benih menggunakan pestisida).

c. Perlakuan pemecahan dormansi benih dilakukan melalui perendaman dengan air dan

bahan kimia.

d. Persemaian dilakukan di lahan/areal yang mudah diawasi dan sudah dilakukan

perlakuan lahan/areal yang baik. Perlakuan lahan/areal yang baik seperti memberikan

komposisi pupuk yang sesuai dan penyiapan sarana perlindungan persemaian.

© BSN 2021 6 dari 27

SNI 8969:2021

4.2.4 Penanaman
a. Penanaman dilakukan dari benih yang telah disemai atau tanam benih langsung
(tabela).
b. Penanaman dapat dilakukan secara manual atau dengan menggunakan mesin
tanam.
c. Penanaman dapat dilakukan secara monokultur atau sistem tumpang sari atau
tumpang gilir.
d. Penanaman dapat dilakukan dengan memperhatikan musim, jarak tanam, dan
kesehatan lahan.

4.2.5 Pemupukan

a. Pemupukan dilakukan untuk menyediakan kebutuhan hara tanaman dan


mempertahankan kesuburan tanah.
b. Pemupukan dilakukan dengan dosis berimbang atau sesuai kebutuhan
tanaman,
dengan mengutamakan pengembalian sisa-sisa tanaman yang terdekomposisi
dengan
baik, kompos dari kotoran ternak atau bahan yang termasuk dalam kategori
bahan
organik.
c. Penyimpanan pupuk dilakukan untuk mengurangi risiko pencemaran air dan
lingkungan
serta tidak mengkontaminasi produk yang dihasilkan.
d. Penggunaan pupuk harus dicatat.
4.2.6 Pelindungan dan pemeliharaan

a. Pelindungan dan pemeliharaan tanaman dilaksanakan mengacu pada


pengendalian
organisme pengganggu tanaman secara pre emtif, responsif dan eradikasi.
b. Upaya pre emtif mencakup penentuan pola tanam, penentuan varietas,
penentuan
waktu tanam, keserempakan tanam, pemupukan, pengairan, jarak tanam,
penggunaan
agen hayati dan budi daya lainnya.
c. Upaya responsif meliputi penggunaan musuh alami, pestisida biologi, pestisida
nabati,
pengendalian mekanis, atraktan, repelan (repellent) dan pestisida sintetis sebagai
pilihan terakhir.
d. Upaya eradikasi meliputi tindakan pemusnahan tanaman dan tumbuhan
lainnya untuk
memutus penyebaran organisme pengganggu tanaman.
e. Tindakan pengendalian organisme pengganggu tanaman dengan menggunakan
pestisida dilakukan sesuai rekomendasi. Penggunaan pestisida sintetis merupakan
alternatif terakhir apabila cara-cara yang lain dinilai tidak memadai. Penggunaan
pestisida sesuai dengan anjuran 5 tepat, yaitu tepat sasaran, tepat jenis pestisida,
tepat
waktu, tepat dosis/konsentrasi, dan tepat cara penggunaan.
f. Pemeliharaan dilakukan sesuai karakteristik dan kebutuhan spesifik tanaman
antara lain
dengan penyulaman, penyiangan gulma, dan pemangkasan.
g. Penggunaan pestisida harus dicatat.

4.3 Panena.

Panen dilakukan pada umur/waktu, cara dan/atau sarana yang tepat.


7 dari 27

SNI 8969:2021

b. Penentuan umur/waktu panen dilakukan dengan mengacu pada deskripsi


varietas yang
ditanam.
c. Panen dilakukan antara lain dengan cara memungut, memetik, mencabut, dan
memotong.
d. Sarana panen meliputi alat dan/atau mesin. Penggunaan sarana panen
memperhatikan
sifat dan karakteristik tanaman serta kondisi lokasi.
e. Penanganan sisa tanaman setelah panen dikelola menjadi kompos.
Pembakaran sisa
tanaman di lahan tidak diperbolehkan.

4.4 Penanganan pasca panen


.1 Pengumpulan4.4

a. Pengumpulan hasil panen untuk menekan susut dengan menggunakan wadah.


Wadah
berupa keranjang, peti dan karung goni/plastik atau dihamparkan di atas alas
terpal
plastik, tikar, dan/atau anyaman bambu.
b. Wadah harus bersih dan bebas cemaran.

4.4.2 Pengeringan

a. Pengeringan merupakan upaya menurunkan kadar air sesuai standar untuk


diproses
tahap selanjutnya atau untuk disimpan.
b. Pengeringan dilakukan mengikuti cara dan prosedur yang sesuai karakteristik
tanaman
untuk mempertahankan mutu.
c. Pengeringan dengan sinar matahari dilakukan di atas terpal plastik, tikar,
anyaman
bambu dan/atau lantai dari semen/ubin.
d. Alas pengeringan harus bersih dan bebas cemaran.
e. Pengeringan dengan mesin memperhatikan karakteristik hasil panen.
4.4.3 Pembersihan
a. Pembersihan dilakukan untuk mengurangi dan/atau menghilangkan kotoran
fisik,
kimiawi dan biologis.
b. Pembersihan hasil panen dapat dilakukan dengan cara manual atau mekanisasi
dengan
memperhatikan sifat, karakteristik hasil panen, tidak mengkontaminasi dan
merusak
hasil panen.
c. Pembersihan yang dilakukan dengan menggunakan air harus sesuai baku mutu
air
bersih. Hal ini ditujukan untuk menghindari kontaminasi dari organisme dan
bahan
pencemar lainnya.
d. Penggunaan sarana pembersihan seperti sikat dan kain lap harus sesuai
karakteristik
komoditas dan bebas cemaran.

4.4.4 Sortasi
a. Sortasi dilakukan dengan cara pemilihan/pemilahan/pemisahan hasil panen
yang baik
dari yang rusak dan benda asing lainnya.

© BSN 2021 8 dari 27


SNI 8969:2021

b. Sortasi harus dilakukan dengan memperhatikan mutu hasil panen (tidak rusak).
c. Sortasi dilakukan dengan menggunakan alat dan/atau mesin sesuai sifat dan
karakteristik hasil panen.
4.4.5 Penggilingan
a. Penggilingan hasil panen dilakukan menggunakan alat dan/atau mesin sesuai
sifat dan
karakteristik hasil panen.
b. Khusus untuk padi, penggilingan dilakukan melalui dua tahap, yaitu: (1)
pengupasan
kulit gabah menjadi beras pecah kulit, dan (2) penyosohan beras pecah kulit
menjadi
beras sosoh.
4.4.6 Pengkelasan
a. Pengkelasan dilakukan menggunakan alat dan/atau mesin sesuai karakteristik
fisik
antara lain bentuk, ukuran, warna, tekstur, kematangan dan/atau berat.
b. Pengkelasan komoditas hasil panen mengacu pada kelas standar mutu
dan/atau sesuai
permintaan pasar.
4.4.7 Pengemasan
a. Pengemasan dilakukan untuk melindungi produk dari gangguan faktor luar yang
dapat
mempengaruhi daya simpan, kontaminasi cemaran dan nilai tambah produk.
b. Pengemasan menggunakan media/bahan sesuai standar.
c. Pengemasan menggunakan alat dan/atau mesin sesuai sifat dan karakteristik
produk.
4.4.8 Penyimpanan
a. Penyimpanan dilakukan untuk mengamankan dan memperpanjang masa
penggunaan
produk.
b. Penyimpanan produk dilakukan di atas palet kayu/plastik di dalam ruang
dengan suhu
dan kelembaban udara sesuai sifat dan karakteristik produk dan bebas dari
gangguan
hama gudang.
c. Suhu dan kelembaban dalam proses penyimpanan harus dicatat.
d. Produk yang disimpan memiliki identitas berupa label atau keterangan pada
kemasan
yang terdokumentasi.
4.4.9 Pengangkutan
a. Pengangkutan dilakukan untuk memindahkan produk dari suatu tempat ke
tampat lain
dengan tetap mempertahankan mutu dan keamanan produk.
b. Pengangkutan menggunakan alat dan mesin sesuai sifat dan karakteristik
produk.
c. Alat dan/atau mesin pengangkut produk yang digunakan tidak
mengkontaminasi produk
yang diangkut.

9 dari 27

SNI 8969:2021

5 Penerapan sanitasi di lingkungan kerja

a. Penerapan sanitasi di tempat kerja antara lain dengan menyediakan air bersih, tempat
sampah, kamar mandi dan toilet di lingkungan kerja.

b. Cara menerapkan sanitasi antara lain pembersihan rutin di area proses pertanaman dan

area penanganan pasca panen.

c. Secara berkala dilakukan identifikasi sumber kontaminan di area maupun fasilitas

penanganan pasca panen serta alat dan mesin yang digunakan.

d. Penggunaan bahan kimia untuk proses sanitasi di fasilitas produksi diperbolehkan,

namun tidak boleh menimbulkan risiko kontaminasi.

e. Pemilihan dan penggunaan bahan sanitasi harus dicatat.

6 Klasifikasi produk

Klasifikasi produk yang dapat diimplementasikan dengan standar ini meliputi produk organik

dan non organik. Persyaratan khusus organik mengacu pada SNI 6729 Sistem Pertanian

Organik.

© BSN 2021 10 dari 27

Anda mungkin juga menyukai