Anda di halaman 1dari 23

"Waton Sinau"

Pada era perdagangan global, tidak lagi mengandalkan hambatan tarif, tetapi lebih menekankan
pada hambatan teknis berupa persyaratan mutu, keamanan pangan, sanitary dan phytosanitary.
Kondisi ini menuntut negara-negara produsen untuk meningkatkan daya saing produknya
Menghadapi tuntutan itu, maka perlu upaya-upaya untuk menghasilkan produk buah dan sayur yang
aman konsumsi, bermutu dan diproduksi secara ramah lingkungan, yang mengacu kepada IndoGAP (GAP yang relevan dengan kondisi Indonesia)
Apakah yang dimaksud SOP dan GAP?
Good Agricultural Practices atau disingkat GAP adalah cara pelaksanaan budidaya tanaman buah
dan sayur secara baik, benar dan tepat, yang mencakup mulai dari kegiatan pra tanam hingga
penanganan pasca panen dalam upaya menghasilkan produk buah dan sayur segar yang aman
dikonsumsi, bermutu baik, ramah lingkungan, berkelanjutan dan berdaya saing. GAP menerapkan
prinsip telusur balik (traceability), yaitu produk dapat ditelusuri asal-usulnya, dari konsumen sampai
lahan usaha.
KOMPONEN DIDALAM GAP

Penyiapan kebun/lahan usaha


Riwayat lahan (jelas kepemilikannya, sesuai peruntukannya, lokasi kebun/lahan
usaha sesuai dengan RUTR/RDTRD dan peta pewilayahan komoditas)

Cara-cara pengolahan lahan yang benar

Penerapan konservasi lahan yang benar

Penyiapan benih dan penanaman

Penggunaan benih bermutu dari varietas unggul komersial

Penerapan teknik penanaman yang benar

Pemupukan
Penggunaan pupuk organik yang telah diproses dengan benar

Penggunaan pupuk an-organik yang telah terdaftar/ berijin

Aplikasi pupuk sesuai anjuran

Penyimpanan pupuk terpisah dari pestisida dan hasil produksi serta tidak
mencemari lingkungan
Pengairan
Air yang digunakan untuk irigasi sesuai mutu baku air dan tidak terkontaminasi
dengan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3);

Pemberian air sesuai kebutuhan tanaman;

Tidak bertentangan dengan peruntukan air masyarakat

Perlindungan tanaman
Penerapan prinsip Pengendalian Hama Terpadu (PHT) disertai monitoring dan
pencatatan Organisme Penganggu Tanaman (OPT), aplikasi pestisida merupakan

alternatif terakhir setelah menyebabkan kerugian ekonomi, pemanfaatan musuh alami,


bahan ramah lingkungan lainnya (Agens Hayati) dan aplikasi bahan pengendali OPT
dilakukan tepat jenis, tepat waktu, tepat dosis, tepat cara dan tepat sasaran;

Penyimpanan pestisida pada tempat yang aman, terpisah dari pupuk dan hasil
produksi;
Penanganan sisa pestisida dan wadahnya tidak mencemari lingkungan;

Batas akhir penggunaan pestisida sebelum panen harus sesuai dengan kaidah
yang dianjurkan.
Panen dan pasca panen

Penerapan prinsip panen yang 5 tepat (waktu, cara, wadah, alat dan
pelaksanaan);

Pembersihan hasil produksi dengan benar ditempat yang tepat;

Pengepakan/ pengemasan dengan tepat (Good Handling Practices);

Sortasi dan pengkelasan;

Penyimpanan dengan tepat.

Pelestarian lingkungan dan tempat pembuangan


Agribisnis berlandaskan pertanian berkelanjutan,
keseimbangan ekosistem;

ramah

Dilaksanakan dengan prinsip konservasi sumberdaya alam;

lingkungan

dan

Perlakuan konservasi dilakukan pada lahan miring (kemiringan < 30 %);

Tersedia tempat pembuangan sampah/limbah.


SOP ( Standard Operating Procedure )
Standard Operating Procedure, disingkat SOP, merupakan implementasi atau operasionalisasi dari
GAP, adalah acuan pelaksanaan kegiatan proses produksi, yang memuat keterangan/ instruksi kerja
yang meliputi semua proses produksi (pra tanam pasca panen) buah dan sayur segar. SOP
disusun berdasarkan kondisi riel di lapangan serta melibatkan seluruh pemangku kepentingan
(stakeholders) yang bergerak dibidang pengembangan buah-buahan dan sayuran

Tim penyusun sop


1.
Dinas Pertanian Provinsi;
2.
Perguruan Tinggi Negeri atau Swasta Tingkat Provinsi;
3.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP);
4.
Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih (BPSBTPH);
5.
Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPTPH);
6.
Balai Alsin dan Pengujian Mutu Hasil Pertanian;
7.
Dinas Pertanian Kabupaten;
8.
Pimpinan Pertanian Kecamatan;
9.
Penyuluh Pertanian;
10.
Pengamat Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT);
11.
Pedagang buah dan sayur;
12.
Produsen dan petani.
APAKAH SOP
PANDUAN KERJA bagi pelaku usaha tani hortikultura dalam melaksanakan usaha
taninya
Merupakan ALAT UNTUK BERKOMPETISI dan melindungi petani hortikutura
Indonesia di era perdagangan global
OPERASIONALISASI dari GAP di tingkat lapang
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
PRINSIP :
- SPESIFIK
- JELAS
- OPERASIONAL
- MUDAH DIKERJAKAN

Penerapan
Standard Operating Procedures (SOP) Komoditas

Target produksi dan mutu

Manajemen lahan

Perbenihan

Pemangkasan

Pemupukan

Prinsip Pengelolaan Hama Terpadu

Pengairan

Pemanenan

Pasca Panen
Target SOP
Penentuan Target BERDASAR KEINGINAN KONSUMEN (PASAR)
Target Produksi dan Mutu Spesifik & Jelas
Contoh Target Produksi
- Produksi per pohon sesuai umur tanaman (kg/ph/umur)
- dll
Contoh Target Mutu
- Ukuran kelas Super, A, B
- Kemulusan
- Nisbah Gula/Asam (Brix)
- Tingkat kematangan
- Tingkat kerusakan (Buah Cacat), dll

APA yang harus DICATAT ?


1. Pada prinsipnya semua kegiatan yang dilakukan harus dicatat DAN melaksanakan yang dicatat
2. Paling penting hal yang masuk kriteria wajib, seperti :
a. Penggunaan pestisida dan pupuk
Alasan penggunaan,

Dosis,

Waktu,

jenis, dll.
b. Tatacara pembuangan sisa dan kemasan bekas pestisida
c. Tempat dan cara penyimpanan pestisida dan pupuk
3. Tindakan perbaikan bila ada keluhan dari konsumen
http://www.watonsinau.work/2016/02/penerapan-good-agriculture-practices.html

Makalah Ekonomi Pertanian

MAKALAH EKONOMI PERTANIAN


D
I
S
U
S
U
N
OLEH
NONI ANDRIANI DOLOK SARIBU

213320030
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA
MEDAN
2013/2014

GOOD AGRICULTURE PRACTISE(GAP)


1.Pengertian good agriculture practise
Praktik Agrikultur yang Baik (GAP) merupakan "praktik yang memerhatikan
keberlanjutan lingkungan hidup, ekonomi dan sosial pada proses di tingkat pertanian , dan
menghasilkan produk pertanian pangan dan non-pangan yang aman dan berkualitas" (FAO
COAG 2003 GAP paper).
Standar pekerjaan dalam setiap usaha pertanian agar produksi yang dihasilka memenuhi
standar internasional. Standar ini harus dibuat dalam bentuk manual(yang tentu saja akan secara
terus menerus diperbaiki) yang akan diterapkan oleh petani. Dengan mengikuti manual tersebut
secara tepat, maka produksi pertanian akan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Kontrol
kualitas dapat dilakukan dengan mengecek proses produksi. Setiap penyimpanan kualitas &
produktifitas dapat diketahui dari penyimpangan proses.
Konsep Praktik Agrikultur yang Baik (GAP) dapat berfungsi sebagai alat acuan untuk
memutuskan praktik dan/atau hasil yang berkelanjutan secara lingkungan dan yang dapat
diterima secara sosial, pada tiap tahapan proses produksi. Oleh karena itu, penerapan GAP harus
berkontribusi terhadap Pengembangan Pertanian dan Pedesaan Berkelanjutan (Sustainable
Agriculture and Rural Development - SARD).
2. Tujuan Good Agriculture Practice
GAP adalah praktek pertanian yang bertujuan untuk:
Memperbaiki kualitas hasil berdasarkan pada standar spesific
Menjamin penghasilan yang tinggi
Menjamin teknik produksi yang sehat
Mendorong pertanian berkelanjutan
Minimasi resiko pada lingkungan
Teknik yang digunakan pada GAP :
Berdasarkan pada rekomendasi ahli pertanian senior
Dirancang untuk kesesuaian dengan kondisi lokal aktual & kemudahan adopsi oleh
petani.
3. Usaha mencegah masalah
* Masalah petani/pertanian/lapangan produksi:
Varietas
Pengelolaan tanaman & lapangan produksi
Pengendalian hama & penyakit
Suplai sarana produksi

Produktifitas
Kualitas produk
Harga jual petani
* Masalah pedagang/distributor/ eksportir:
Waktu suplai
Standar kualitas
Selera konsumen
Penanganan panen & pasca panen:
Persyaratan konsumen
Persyaratan komoditas
Peraturan pengemasan
Kematangan
Kerusakan fisik, fisiologis, penyakit pasca panen
* Masalah aturan perdagangan :
Sanitari & phytosanitary serta Karantina
Perlakuan pasca panen
Standar mutu, pengemasan
Trade Barier
* Masalah Lingkungan:
4.Prinsip GAP pada Perlindungan Tanaman
* Dilakukan berdasarkan IPTEK mutakhir
* Berada dalam keseimbangan antara kebutuhan ekonomi dan perlindungan lingkungan
* Perlindungan tanaman dilakukan dengan teknik yang :
Secara ilmiah terbukti aman
Dihargai sebagai teknik yang sesuai, tepat dan penting (suitable, appropriate, and
necessary in practice)
Direkomendasikan oleh penyuluh pertanian

Mengikuti Sekolah Lapang GAP yg dilaksanakan Diperta TPH Prov.Kalsel Tgl 18


-19 Nop 2013 Kalsel membuka wawasan ttg bahwa GAP kedepan menjadi keharusan
menuju Komoditas Hortikultura yg berkualitas dan safe bagi konsumsi domestik dan
ekspor. Berikut kami kutipkan bbrp ttg GAP.
Pengertian GAP (Good Agricultural Practices)

Menurut Wikipedia ( http://www. Wikipedia ): The term 'Good Agricultural Practices'(GAP) can
refer to any collection of specific methods, which when applied to agriculture, produces results
that are in harmony with the values of the proponents of those practices. There are numerous

competing definitions of what methods constitute "Good Agricultural Practices", so whether a


practice can be considered "good" will depend on the standards you are applying. Secara
bebas definisi GAP dapat diartikan sebagai suatu kumpulan dari cara-cara khusus ( spesifik )
yang apabila diterapkan dalam pertanian akan menghasilkan produk yang selaras dengan nilainilai yang diharapkan dari praktek-praktek tersebut. Terdapat sejumlah cara yang menyatakan
apakah sesuatu praktek tersebut baik, tergantung dari standar yang dipakai.

Menurut Kementerian Pertanian ( 2012 ), Good Agricultural Practices (GAP), mencakup


penerapan teknologi yang ramah lingkungan, penjagaan kesehatan dan peningkatan
kesejahteraan pekerja, pencegahan penularan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT), dan
prinsip traceability (dapat ditelusuri asal-usulnya dari pasar sampai kebun). Di bidang pertanian
praktek GAP lebih diarahkan pada budidaya tanaman hortikultura baik tanaman buah-buahan,
sayuran maupun tanaman biofarmaka. Kita ketahui ketiga komoditas inilah yang menjadi andalan
Indonesia
Melalui

untuk
penerapan

ekspor
GAP

yang

terdapat

empat

menghasilkan
hal

yang

devisa
akan

dicapai

bagi

negara.

yaitu keamanan

pangan, kesejahteraan pekerja ( petani ), kelestarian lingkungan, dan hasil pertanian yang
diketahui asal usulnya.

Praktek Pertanian yang Baik tersebut menerapkan urutan langkah-langkah baku dalam budidaya
tanaman sejak dari pengolahan tanah, pemilihan benih, penanaman, pemeliharaan, pemupukan,
pengairan, pengendalian OPT, panen, dan penanganan pasca panen. Kegiatan-kegiatan tersebut
dilaksanakan dengan mengacu pada teknologi yang direkomendasikan dengan memperhatikan
ketentuan wajib dan ketentuan-ketentuan yang sangat direkomendasikan. Menurut SK Mentan
No. 48 Tahun 2010 terdapat 14 ketentuan wajib dalam GAP yaitu :

1.

Lahan bebas dari cemaran limbah bahan berbahaya dan beracun.

2.

Kemiringan lahan <30% untuk komoditas sayur dan buah semusim.

3.

Media tanam tidak mengandung cemaran bahan berbahaya dan beracun (B3).

4.

Tindakan konservasi dilakukan pada lahan miring.

5.

Kotoran manusia tidak digunakan sebagai pupuk.

6.

Pupuk disimpan terpisah dari produk pertanian.

7.

Pelaku usaha mampu menunjukkan pengetahuan dan keterampilan mengaplikasikan

pestisida.

8.

Pestisida yang digunakan tidak kadaluwarsa.

9.

Pestisida disimpan terpisah dari produk pertanian.

10. Air yang digunakan untuk irigasi tidak mengandung limbah bahan berbahaya dan beracun
(B3).

11. Wadah hasil panen yang akan digunakan dalam keadaan baik, bersih dan tidak
terkontaminasi.

12. Pencucian hasil panen menggunakan air bersih.

13. Kemasan diberi label yang menjelaskan identitas produk.

14. Tempat/areal pengemasan terpisah dari tempat penyimpanan pupuk dan pestisida.

Selain ke 14 ketentuan tersebut masih terdapat ketentuan lain berupa 54 ketentuan


sangat

direkomendasikan ( highly

recommended )

dan

32 ketentuan

direkomendasikan

( recommended ). Ketentuan-ketentuan tersebut ditujukan untuk mengendalikan mutu produk


yang akan dihasilkan yang meliputi aman untuk dikonsumsi, bermutu baik, ramah terhadap
lingkungan dan berdaya saing. Tentang produk pertanian yang dihasilkan terdapat tiga kriteria
produk pertanian seseuai dengan kualitasnya yaitu Prima 1, Prima 2 dan Prima 3. Lembaga yang
kompeten terhadap penjaminan mutu produk akan memberi label/logo Prima 1 untuk hasil
pertanian yang berkualitas ekspor yang memiliki predikat: aman dikonsumsi, mutu baik dan cara
produksi yang ramah lingkungan. Logo Prima 2, diberikan kepada produk pertanian yang aman
dikonsumsi dan mutu baik. Prima 3 untuk produk pertanian yang aman untuk dikonsumsi.

Tujuan GAP

Adapun secara umum tujuan dari penerapan GAP dalam kegiatan budidaya tanaman adalah
untuk:

1.

Meningkatkan produksi dan produktivitas,

2.

Meningkatkan mutu hasil termasuk keamanan konsumsi,

3.

Meningkatkan efisiensi produksi,

4.

Meningkatkan efisiensi penggunaan sumberdaya alam,

5.

Mempertahankan kesuburan lahan, kelestarian lingkungan dan sistem produksi yang

berkelanjutan,

6.

Mendorong petani dan kelompok tani untuk memiliki sikap mental yang bertanggung

7.

jawab terhadap produk yang dihasilkan, kesehatan dan keamanan diri dan lingkungan,

8.

Meningkatkan daya saing dan peluang penerimaan produk oleh pasar (pasar ekspor dan

domestik).

Sebagai tujuan akhir adalah memberikan jaminan keamanan pangan terhadap konsumen
serta meningkatkan kesejahteraan petani pelaku usaha.

SOP ( Standard Operating Procedure )

Di dalam pelaksanaan GAP, instrumen lain yang ikutserta berperan adalah SOP
( Standard Operating Procedure ) yaitu suatu pedoman pelaksanaan kegiatan yang disusun
secara rinci dan berurutan sesuai tahapan di lapangan. SOP disusun sebagai pedoman dalam
melakukan usaha budidaya secara baik dan benar.Prinsip SOP adalah mengacu pada target
yang akan dicapai, dilaksanakan secara spesifik lokasi, berisi keterangan yang jelas, dapat
dilakukan secara operasional, bersifat dinamis sesuai kemajuan teknologi, teknis mudah
dipahami, praktis untuk dikerjakan, memiliki informasi yang rinci ( detil ) serta berisi spesifik
komoditi, spesifik lokasi dan spesifik pasar. Bahwa SOP harus spesifik komoditasmaka
pembuatan SOP budidaya suatu komoditas harus dijelaskan secara rinci dan menyeluruh :
aspek agroklimat, keragaman varietas, kebutuhan unsur hara, dan serangan OPT. Spesifik
lokasi mengandung artibahwa lokasi pembuatan SOP budidaya mempunyai

kondisi agroklimat, dan cara teknik yang spesifik dalam mengelola usaha suatu komoditas.
Spesifik pasar berartibahwa setiap pembuatan SOP ditujukan untuk suatu sasaran pasar
tersendiri yang dijelaskan dengan tingkat standar mutu tertentu sesuai permintaan pasar
(keseragaman jenis/varietas, ukuran, tingkat kemasakan, dll).Produk yang dihasilkan memenuhi
persyaratan konsumen antara lain:

1)

Ramah lingkungan, diproduksi dengan cara yang tidak menurunkan kualitas lingkungan

seperti:

Erosi

Pencemaran tanah & air

Penurunan kualitas lingkungan lain

2)

bahwa cara memproduksi harus dapat dirunut, transparan, tidak ada yang disembunyikan

telah memiliki catatan kebun

3)

Kesejahteraan pekerja

Kesehatan pekerja

SOP yang disusun bersifat dinamis dan mengikuti perkembangan teknologi yaitu dapat

Traceability yaitu:

Tanggung jawab sosial yang meliputi:

dilakukan perubahan sesuai perkembangan teknologi, perubahan dapat dilakukan per-kegiatan,


setiap terjadi perubahan ada pencantuman revisi.

Praktek GAP dan SOP

Penerapan GAP dan SOP dalam budidaya tanaman, khususnya tanaman hortikultura
dimulai dari penyiapan lahan tanam. Untuk ini makalokasi kebun/lahan usaha yang dipilih harus
sesuai dengan:

1. RUTR/RDTRD ( Rencana Usaha dan Tata Ruang/ Rencana Usaha Daerah dan Tata Ruang
Daerah ) dan peta pewilayahan komoditas (SA)

2. Lahan bebas dari cemaran limbah bahan beracun (W)

3. Kemiringan lahan < 30% untuk komoditas sayur dan buah semusim (W)

4. Kemiringan lahan 30% untuk komoditas buah tahunan/pohon (SA)

Pada riwayat lokasi lahan usaha terdapat catatan riwayat penggunaan lahan (A) yaitu
dalam suatu kurun waktu tertentu terdapat catatan tanaman apa saja yang diusahakan dan hasil
yang dicapai serta permasalahan yang dihadapi. Catatan riwayat penggunaan lahan ini akan
bermanfaat ketika tanaman yang sama akan diusahakan. Sejarah budidaya tanaman tersebut
akan menjadi informasi yang bermanfaat agar tidak terjadi kegagalan usaha.

Pada pemetaan lahan terdapat rotasi tanaman pada tanaman semusim (A) dan tersedia
peta penggunaan lahan (A). Rotasi tanaman ditujukan untuk memutus rantai atau siklus hidup
OPT ( Organisme Pengganggu Tanaman ). Namun demikian antisipasi terhadap munculnya
serangga hama baru harus dilakukan dengan mengadakan pemamtauan atau monitoring terus
menerus, seperti pada prinsip PHT ( Pengendalian Hama Terpadu ) yaitu pengamatan reguler.

Pertimbangan kesuburan lahan memperhatikan tingkat kesuburan lahan yang cukup baik (A) dan
kesuburan lahan harus dipertahankan secara terus menerus (SA). Kesuburan tanah dapat
dipertahankan dengan memberikan pemupukan organik berupa pemberian pupuk kandang,
kompos dan pupuk hijau secara rutin, misalnya enam bulan sekali. Pemberian bahan organik ke
dalam tanah akan memperbaiki atau memelihara struktur tanah (SA), dan menghidarkan
erosi (SA). Untuk media tanam yang digunakan harusdiketahui sumbernya (A) selain itu media
tanam tidak mengandung cemaran bahan berbahaya & beracun (W).

Konservasi lahan dilakukan pada lahan miring (W). Konservasi yang berarti pengawetan lahan
harus dilakukan agar usaha tani yang dilaksanakan dapat lestari ( berkelanjutan).

Pemanfaatan benih bersertifikat pada praktek GAP, dilakukan dengan membeli atau
menggunakan benih tanaman yang telah memperoleh sertifikat dari BPSB ( Balai Pengawasan
dan Sertifikasi Benih ) yang ada di tiap provinsi. Sertifikasi benih ditujukan untuk mendapatkan
benih yang bermutu baik, bebas hama dan penyakit serta diketahui asal usulnya secara genetik.
Para petani umumnya telah menggunakan benih bersertifikat khususnya untuk tanaman pangan,
sedangkan pada tanaman sayuran/buah-buahan petani belum menggunakan benih bersertifikat
secara luas. Pemakaian benih bersertifikat adalah wajib (W) dalam susunan ketentuan kendali
mutu.

Dalam langkah kegiatan selanjutnya yang berupa penanaman, pemeliharaan tanaman,


penyiangan, pemupukan, pengairan bahkan sampai panen dan pengelolaan pasca panen
berlaku

ketentuan-ketentuan

direkomendasikan dan direkomendasikan.

yangwajib dilaksanakan, sangat

Gambar: Hasil produk pertanian yang memenuhi SNI harus diusahakan

Kendala penerapan GAP dan SOP

1.Belum dipahaminya konsep dan pengertian GAP dan SOP dengan benar oleh petani

2. Logo Prima, sebagai jaminan kualitas produk/hasil pertanian belum diterapkan secara
konsisten

3. Kurangnya kegiatan penyuluhan dan sosialisasi tentang GAP dan SOP kepada petani
hortikultura

4. Hasil-hasil pertanian yang diproduksi petani masih berorientasi kepada pemenuhan


kebutuhan dalam negeri dan pasar lokal belum berorientasi ekspor.

5. Penerapan GAP dan SOP kurang dikawal dengan baik sehingga kurang direspon oleh para
petani dan pengusaha yang bergerak di bidang agribisnis.

Kesimpulan

1.

GAP adalah pedoman yang perlu diketahui dan dipahami oleh setiap pelaku usaha pertanian

dalam rangka menjamin mutu produk pertanian yang dihasilkan agar memenuhi Standar

Nasional Indonesia.
Diposkan oleh bpk binuang di 14.17

Good Agricultural Practices (GAP) Florikultur


OCTOBER 13, 2014 BY EVRINASP 19 COMMENTS

Share
0 Share
Tweet
0 Pin
Share
Share

Indonesia tengah bersiap menghadapi perdagangan bebas ASEAN-Tiongkok.


Berbagai persiapan telah dilakukan oleh pemerintah agar negara ini mampu
bersaing ditengah-tengah pasar bebas. Salah satu sektor yang bersiap diri adalah
pertanian. Apabila perdagangan bebas telah berlaku maka produk pertanian dari
negara lain akan leluasa masuk ke Indonesia. Hambatan tarif yang dulu menjadi
barrier dalam masuknya barang-barang impor kini tidak lagi berlaku, yang ada
adalah hambatan kualitas. Apabila produk yang dimiliki tidak memiliki standar
kualitas yang diinginkan pasar maka sulit untuk bersaing pada era perdagangan
bebas. Salah satu komoditas pertanian yang turut serta diatur kualitas produknya
adalah florikultura. Selain buah-buahan komoditas ini juga menjadi salah satu
produk yang keberadaannya menjadi terancam apabila tidak memiliki standar
kualitas seperti halnya produk florikultura yang berasal dari luar negeri.

Hambatan tarif kini tidak lagi ada pada perdagangan bebas

Indonesia memiliki potensi dalam pengembangan komoditas florikultur karena


didukung oleh Iklim dan agroekosistem yang sesuai, ketersediaan sumber daya
genetik (SDG) yang besar, tersedianya sumber daya manusia (SDM) dan jumlah
penduduk yang besar. Namun permasalahan yang dihadapi adalah industri
perbenihan belum berkembang, hasil pemuliaan masih terbatas, kompetensi SDM
masih rendah, kelembagaan usaha belum optimal, sistem informasi belum tersedia,
skala usaha masih kecil, promosi dan edukasi masyarakat masih sangat kurang.
Dari semua potensi dan permasalahan yang dihadapi kita memiliki tantangan ke
depan untuk mengembangkan florikultur diantaranya pemanfaatan SDG nasional,
pengembangan komoditas andalan yg berdaya saing, pemanfaatan inovasi
teknologi, penguatan kelembagaan, peningkatan produktivitas, mutu dan nilai
tambah.
Tanaman florikultura adalah suatu kelompok jenis tanaman hortikultura yang bagian
atau keseluruhannya dapat dimanfaatkan untuk menciptakan keindahan , keasrian
dan kenyamanan didalam ruang tertutup dan/atau terbuka. Tanaman florikultura
merupakan salah satu komoditas hortikultura yang mempunyai nilai ekonomi tinggi
dan memiliki prospek yang sangat cerah sebagai komoditas unggulan ekspor
maupun untuk pemasaran di dalam negeri. Dari 117 jenis tanaman florikultura, baru
24 jenis tanaman yang terdata oleh Badan Pusat Statistik (BPS) dan baru 10 jenis

tanaman yang difasilitasi oleh pemerintah. Kementerian Pertanian (Kementan)


mencatat pencapaian kinerja florikultura yang mengalami peningkatan pada tahun
2013 dengan persentase sebanyak 58,17 % untuk bunga dan daun potong, 98,65 %
untuk tanaman pot dan taman/landscape dan 17,89 % untuk bunga tabur. Kemudian
Kementan menargetkan sasaran produksi florikultura pada tahun 2014 sebanyak
447,13 juta tangkai untuk bunga dan daun potong, 16,96 juta pohon untuk tanaman
pot dan landscape dan 26,54 juta Kg bunga tabur.

Para pelaku usaha di bidang florikultura

Untuk mencapai target produsi maka pemerintah melalui Kementan mengeluarkan


kebijakan pengembangan florikultura tahun 2014 dengan memfasilitasi 10 komoditas
florikultura yaitu krisan, tanaman pot dan anskap, anggrek, raphis, melati, sedap
malam, mawar, leather leaf, helikonia dan dracaena. Kegiatan failitasi ini meliputi
penumbuhan dan pengembangan industri florikultura berbasis kawasan guna
memenuhi pasar dalam negeri maupu luar negeri. Guna memenuhi produksi,
produktivitas dan mutu produk maka diambil langkah-langkah sebagai berikut:
1.

Peningkatan mutu melalu penerapan GAP dan GHP

2.

Registrasi lahan usaha

3.

Peningkatan kompetensi SDM dan kelembagaan

4.

Pemasyarakatan hortikultura

5.

Pengembangan ekonomi kreatif berbasis florikultura

6.

Green City sebagai cipta pasar dalam negeri florikultura

Untuk menghasilkan produk bermutu yang mencakup penerapan teknologi yang


ramah lingkungan, pencegahan penularan OPT (organisme pengganggu tanaman),
penjagaan kesehatan dan meningkatkan kesejahteraan pekerja serta prinsip
penelusuran balik (traceability)maka perlu penerapan GAP (Good Agricultural
Practices) atau Pedoman/ Norma budidaya yang baik. Penerapan GAP Florikultura
diatur
melalui
Peraturan
Menteri
Pertanian
(Permentan)
No.48/Permentan/OT.140/5/2013 tentang pedoman budidaya florikultura yang baik.

Kutu Perisai menjadi salah satu OPT yang ditakuti petani ketika menyerang komoditas
mawar

Tujuan dari penerapan Pedoman Budidaya Florikultura Yang Baik adalah:


1.

Meningkatkan produksi dan produktivitas tanaman;

2.

Meningkatkan mutu produk dan efisiensi produksi tanaman florikultura;

3.

Menjamin pelestarian, kesuburan lahan, penggunaan sumberdaya dan sistem


produksi yang berkelanjutan/ramah lingkungan;

4.

Menjamin kesehatan dan keselamatan pekerja;

5.

Menjamin keamanan konsumen;

6.
7.

Meningkatkan daya saing dan peluang penerimaan oleh pasar internasional maupun
domestik;
Meningkatkan kesejahteraan petani.

Ruang Lingkup Pedoman Budidaya Florikultura yang Baik meliputi:


1.

Kriteria

2.

Registrasi dan Sertifikasi

3.

Dasar-dasar Usaha Tani

4.

Dasar-dasar Budidaya

5.

Tanaman Hias dan Bunga.

6.

Alat dan Mesin Pertanian.

7.

Pengaduan

8.

Pencatatan.

9.

Evaluasi Internal

Khusus untuk kriteria yang digunakan dalam Pedoman Budidaya Florikultura yang
Baik ada tiga kelompok yang harus dipenuhi, yaitu:
1.
2.
3.

Dianjurkan/A (*) yaitu dianjurkan untuk dilaksanakan ( 25 Anjuran )


Sangat dianjurkan/SA (**) yaitu sangat dianjurkan untuk dilaksanakan( 52 Sangat
Anjuran )
Wajib/W (***) yaitu harus dilaksanakan(11 Wajib )

Titik kendali wajib harus dilaksanakan sebanyak 100%, apabila pemohon belum
dapat memenuhi kriteria wajib maka registrasi lahan belum dapat dilakukan. Berikut
adalah 11 titik kendali wajib pedoman budidaya florikultura yang wajib dipenuhi:
1.

Lahan bebas dari cemaran limbah bahan berbahaya dan beracun

2.

Kemiringan lahan < 30% atau bila sampai 40% harus diikuti dengan melakukan
tindakan konservasi

3.

Tersedia tempat atau fasilitas pembuangan dan/atau pengolah limbah yang letaknya
terpisah dari lokasi produksi untuk mencegah terjadinya resiko cemaran pada produk
dan lingkungan

4.

Pekerja harus menggunakan peralatan dan perlengkapan atau pelindung


keselamatan kerja sesuai dengan anjuran

5.

Media tanam tidak mengandung cemaran Bahan Berbahaya dan Beracun ( B3 )

6.

Kotoran manusia tidak digunakan sebagai pupuk

7.

Pupuk disimpan ditempat aman dan terpisah dengan produk pertanian

8.
9.

Pelaku usaha mampu menunjukkan pengetahuan dan keterampilan mengaplikasikan


pestisida
Pestisida disimpan ditempat aman dan terpisah dari produk pertanian

10. Pelaku usaha memahami kualitas dan spesifikasi benih


11. Kemasan diberi label yang menjelaskan identitas produk

Lahan harus bebas cemaran limbah B3

Produk harus memiliki label kemasan

Pedoman Budidaya Tanaman Florikultura Yang Baik (GAP) selanjutnya dijabarkan ke


dalam petunjuk teknis atau Standard Operational Procedure (SOP) spesifik
komoditas, agar dapat dilakukan registrasi lahan usaha sebagai bukti bahwa pelaku
usaha telah menerapkan GAP. Standard Operational Procedure (SOP)budidaya
adalah cara berbudidaya yang baik spesifik komoditas yang mengacu kepada GAP.
Apabila lahan dirasa cukup memenuhi standar GAP dan telah menerapkan SOP
maka pelaku usaha dapat mengajukan permohonan untuk registrasi dan sertifikasi.
Registrasi nantinya dilakukan oleh Dinas Provinsi yang membidangi
tanamanhortikultura dan sertifikasi dilakukan oleh lembaga sertifikasi terakreditasi
atau yang ditunjuk. Tujuan registrasi dan sertifikasi adalah sebagai dasar bagi
pelaku usaha, pembina, dan penilai kebun dalam menerapkan dan meregistrasi
lahan usaha budidaya tanaman hias yang baik yang dapat memberikan manfaat
diantaranya menilai tingkat penerapan GAP /SOP, menyiapkan sistem jaminan mutu,
mempermudah traceability dan mendorong percepatan akses pasar. Lahan usaha
yang telah dinyatakan lulus akan mendapatkan nomor registrasi dan surat

keterangan yang berlaku selama 2 tahun dan dapat diperpanjang selama 2 tahun
berikutnya, setelah didahului dengan proses penilaian ulang.

Bunga krisan salah satu komoditas unggulan Indonesia

Dalam penerapan GAP ada satu hal yang sebenarnya mudah untuk dilakukan oleh
petani tetapi sulit untuk dilaksanakan yaitu pencatatan. Hal tersebut dikarenakan
para petani di Indonesia belum semuanya terbiasa untuk melakukan pencatatan
terhadap kegiatan budidaya yang mereka lakukan. Padahal pencatatan sangat
penting guna melakukan penelusuran kembali apabila suatu hari ditemukan masalah
atau komplain. Untuk itu menyadarkan dan membiasakan petani untuk mencatat
segala kegiatan budidaya penting dilakukan terutama bagi mereka yang hendak
menerapkan GAP pada lahan budidayanya.
GAP merupakan panduan atau pedoman umum bagi para pelaku utama maupun
pelaku usaha untuk menghasilkan produk yang berkualitas dan berdaya saing.
Diharapkan para petani sedikit-demi sedikit mulai menerapkan GAP pada setiap
kegiatan budidayanya agar mutu produk yang dihasilkan benar-benar berkualitas,
aman bagi lingkungan dan bagi petani itu sendiri. Itulah kriteria produk yang saat ini
dituntut oleh pasar terutama dalam era perdagangan bebas.
Sumber Informasi:
Nazir, N. 2014. Pedoman Budidaya Florikultura yang Baik (Good Agricultural
Practices on Floriculture). Bahan Tayang Diklat Florikultura. BBPP Lembang.
Kementerian Pertanian Republik Indonesia.
Direktorat Budidaya dan Pasca Panen Florikultura. 2014. Kebijakan Pengembangan
Florikultura 2014. Bahan Tayang Diklat Florikultura 2014. BBPP Lembang.
Kementerian Pertanian Republik Indonesia.

Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat. 2014. Pedoman Umum
Registrasi Lahan Usaha Tanaman Hias GAP. Bahan Tayang Diklat Florikultura 2014.
Herdiani, E. 2014. Pencatata dan Evaluasi dalam GAP. Bahan Tayang Diklat
Florikultura. BBPP Lembang. Kementerian Pertanian Republik Indonesia.
Fiadini. 2014. GAP Florikultura. Bahan Tayang Diklat Florikultura. BBPP Lembang.
Kementerian Pertanian Republik Indonesia.
http://slideplayer.info/slide/2385558/

Anda mungkin juga menyukai