Pada era perdagangan global, tidak lagi mengandalkan hambatan tarif, tetapi lebih menekankan
pada hambatan teknis berupa persyaratan mutu, keamanan pangan, sanitary dan phytosanitary.
Kondisi ini menuntut negara-negara produsen untuk meningkatkan daya saing produknya
Menghadapi tuntutan itu, maka perlu upaya-upaya untuk menghasilkan produk buah dan sayur yang
aman konsumsi, bermutu dan diproduksi secara ramah lingkungan, yang mengacu kepada IndoGAP (GAP yang relevan dengan kondisi Indonesia)
Apakah yang dimaksud SOP dan GAP?
Good Agricultural Practices atau disingkat GAP adalah cara pelaksanaan budidaya tanaman buah
dan sayur secara baik, benar dan tepat, yang mencakup mulai dari kegiatan pra tanam hingga
penanganan pasca panen dalam upaya menghasilkan produk buah dan sayur segar yang aman
dikonsumsi, bermutu baik, ramah lingkungan, berkelanjutan dan berdaya saing. GAP menerapkan
prinsip telusur balik (traceability), yaitu produk dapat ditelusuri asal-usulnya, dari konsumen sampai
lahan usaha.
KOMPONEN DIDALAM GAP
Pemupukan
Penggunaan pupuk organik yang telah diproses dengan benar
Penyimpanan pupuk terpisah dari pestisida dan hasil produksi serta tidak
mencemari lingkungan
Pengairan
Air yang digunakan untuk irigasi sesuai mutu baku air dan tidak terkontaminasi
dengan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3);
Perlindungan tanaman
Penerapan prinsip Pengendalian Hama Terpadu (PHT) disertai monitoring dan
pencatatan Organisme Penganggu Tanaman (OPT), aplikasi pestisida merupakan
Penyimpanan pestisida pada tempat yang aman, terpisah dari pupuk dan hasil
produksi;
Penanganan sisa pestisida dan wadahnya tidak mencemari lingkungan;
Batas akhir penggunaan pestisida sebelum panen harus sesuai dengan kaidah
yang dianjurkan.
Panen dan pasca panen
Penerapan prinsip panen yang 5 tepat (waktu, cara, wadah, alat dan
pelaksanaan);
ramah
lingkungan
dan
Penerapan
Standard Operating Procedures (SOP) Komoditas
Manajemen lahan
Perbenihan
Pemangkasan
Pemupukan
Pengairan
Pemanenan
Pasca Panen
Target SOP
Penentuan Target BERDASAR KEINGINAN KONSUMEN (PASAR)
Target Produksi dan Mutu Spesifik & Jelas
Contoh Target Produksi
- Produksi per pohon sesuai umur tanaman (kg/ph/umur)
- dll
Contoh Target Mutu
- Ukuran kelas Super, A, B
- Kemulusan
- Nisbah Gula/Asam (Brix)
- Tingkat kematangan
- Tingkat kerusakan (Buah Cacat), dll
Dosis,
Waktu,
jenis, dll.
b. Tatacara pembuangan sisa dan kemasan bekas pestisida
c. Tempat dan cara penyimpanan pestisida dan pupuk
3. Tindakan perbaikan bila ada keluhan dari konsumen
http://www.watonsinau.work/2016/02/penerapan-good-agriculture-practices.html
213320030
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA
MEDAN
2013/2014
Produktifitas
Kualitas produk
Harga jual petani
* Masalah pedagang/distributor/ eksportir:
Waktu suplai
Standar kualitas
Selera konsumen
Penanganan panen & pasca panen:
Persyaratan konsumen
Persyaratan komoditas
Peraturan pengemasan
Kematangan
Kerusakan fisik, fisiologis, penyakit pasca panen
* Masalah aturan perdagangan :
Sanitari & phytosanitary serta Karantina
Perlakuan pasca panen
Standar mutu, pengemasan
Trade Barier
* Masalah Lingkungan:
4.Prinsip GAP pada Perlindungan Tanaman
* Dilakukan berdasarkan IPTEK mutakhir
* Berada dalam keseimbangan antara kebutuhan ekonomi dan perlindungan lingkungan
* Perlindungan tanaman dilakukan dengan teknik yang :
Secara ilmiah terbukti aman
Dihargai sebagai teknik yang sesuai, tepat dan penting (suitable, appropriate, and
necessary in practice)
Direkomendasikan oleh penyuluh pertanian
Menurut Wikipedia ( http://www. Wikipedia ): The term 'Good Agricultural Practices'(GAP) can
refer to any collection of specific methods, which when applied to agriculture, produces results
that are in harmony with the values of the proponents of those practices. There are numerous
untuk
penerapan
ekspor
GAP
yang
terdapat
empat
menghasilkan
hal
yang
devisa
akan
dicapai
bagi
negara.
yaitu keamanan
pangan, kesejahteraan pekerja ( petani ), kelestarian lingkungan, dan hasil pertanian yang
diketahui asal usulnya.
Praktek Pertanian yang Baik tersebut menerapkan urutan langkah-langkah baku dalam budidaya
tanaman sejak dari pengolahan tanah, pemilihan benih, penanaman, pemeliharaan, pemupukan,
pengairan, pengendalian OPT, panen, dan penanganan pasca panen. Kegiatan-kegiatan tersebut
dilaksanakan dengan mengacu pada teknologi yang direkomendasikan dengan memperhatikan
ketentuan wajib dan ketentuan-ketentuan yang sangat direkomendasikan. Menurut SK Mentan
No. 48 Tahun 2010 terdapat 14 ketentuan wajib dalam GAP yaitu :
1.
2.
3.
Media tanam tidak mengandung cemaran bahan berbahaya dan beracun (B3).
4.
5.
6.
7.
pestisida.
8.
9.
10. Air yang digunakan untuk irigasi tidak mengandung limbah bahan berbahaya dan beracun
(B3).
11. Wadah hasil panen yang akan digunakan dalam keadaan baik, bersih dan tidak
terkontaminasi.
14. Tempat/areal pengemasan terpisah dari tempat penyimpanan pupuk dan pestisida.
direkomendasikan ( highly
recommended )
dan
32 ketentuan
direkomendasikan
Tujuan GAP
Adapun secara umum tujuan dari penerapan GAP dalam kegiatan budidaya tanaman adalah
untuk:
1.
2.
3.
4.
5.
berkelanjutan,
6.
Mendorong petani dan kelompok tani untuk memiliki sikap mental yang bertanggung
7.
jawab terhadap produk yang dihasilkan, kesehatan dan keamanan diri dan lingkungan,
8.
Meningkatkan daya saing dan peluang penerimaan produk oleh pasar (pasar ekspor dan
domestik).
Sebagai tujuan akhir adalah memberikan jaminan keamanan pangan terhadap konsumen
serta meningkatkan kesejahteraan petani pelaku usaha.
Di dalam pelaksanaan GAP, instrumen lain yang ikutserta berperan adalah SOP
( Standard Operating Procedure ) yaitu suatu pedoman pelaksanaan kegiatan yang disusun
secara rinci dan berurutan sesuai tahapan di lapangan. SOP disusun sebagai pedoman dalam
melakukan usaha budidaya secara baik dan benar.Prinsip SOP adalah mengacu pada target
yang akan dicapai, dilaksanakan secara spesifik lokasi, berisi keterangan yang jelas, dapat
dilakukan secara operasional, bersifat dinamis sesuai kemajuan teknologi, teknis mudah
dipahami, praktis untuk dikerjakan, memiliki informasi yang rinci ( detil ) serta berisi spesifik
komoditi, spesifik lokasi dan spesifik pasar. Bahwa SOP harus spesifik komoditasmaka
pembuatan SOP budidaya suatu komoditas harus dijelaskan secara rinci dan menyeluruh :
aspek agroklimat, keragaman varietas, kebutuhan unsur hara, dan serangan OPT. Spesifik
lokasi mengandung artibahwa lokasi pembuatan SOP budidaya mempunyai
kondisi agroklimat, dan cara teknik yang spesifik dalam mengelola usaha suatu komoditas.
Spesifik pasar berartibahwa setiap pembuatan SOP ditujukan untuk suatu sasaran pasar
tersendiri yang dijelaskan dengan tingkat standar mutu tertentu sesuai permintaan pasar
(keseragaman jenis/varietas, ukuran, tingkat kemasakan, dll).Produk yang dihasilkan memenuhi
persyaratan konsumen antara lain:
1)
Ramah lingkungan, diproduksi dengan cara yang tidak menurunkan kualitas lingkungan
seperti:
Erosi
2)
bahwa cara memproduksi harus dapat dirunut, transparan, tidak ada yang disembunyikan
3)
Kesejahteraan pekerja
Kesehatan pekerja
SOP yang disusun bersifat dinamis dan mengikuti perkembangan teknologi yaitu dapat
Traceability yaitu:
Penerapan GAP dan SOP dalam budidaya tanaman, khususnya tanaman hortikultura
dimulai dari penyiapan lahan tanam. Untuk ini makalokasi kebun/lahan usaha yang dipilih harus
sesuai dengan:
1. RUTR/RDTRD ( Rencana Usaha dan Tata Ruang/ Rencana Usaha Daerah dan Tata Ruang
Daerah ) dan peta pewilayahan komoditas (SA)
3. Kemiringan lahan < 30% untuk komoditas sayur dan buah semusim (W)
Pada riwayat lokasi lahan usaha terdapat catatan riwayat penggunaan lahan (A) yaitu
dalam suatu kurun waktu tertentu terdapat catatan tanaman apa saja yang diusahakan dan hasil
yang dicapai serta permasalahan yang dihadapi. Catatan riwayat penggunaan lahan ini akan
bermanfaat ketika tanaman yang sama akan diusahakan. Sejarah budidaya tanaman tersebut
akan menjadi informasi yang bermanfaat agar tidak terjadi kegagalan usaha.
Pada pemetaan lahan terdapat rotasi tanaman pada tanaman semusim (A) dan tersedia
peta penggunaan lahan (A). Rotasi tanaman ditujukan untuk memutus rantai atau siklus hidup
OPT ( Organisme Pengganggu Tanaman ). Namun demikian antisipasi terhadap munculnya
serangga hama baru harus dilakukan dengan mengadakan pemamtauan atau monitoring terus
menerus, seperti pada prinsip PHT ( Pengendalian Hama Terpadu ) yaitu pengamatan reguler.
Pertimbangan kesuburan lahan memperhatikan tingkat kesuburan lahan yang cukup baik (A) dan
kesuburan lahan harus dipertahankan secara terus menerus (SA). Kesuburan tanah dapat
dipertahankan dengan memberikan pemupukan organik berupa pemberian pupuk kandang,
kompos dan pupuk hijau secara rutin, misalnya enam bulan sekali. Pemberian bahan organik ke
dalam tanah akan memperbaiki atau memelihara struktur tanah (SA), dan menghidarkan
erosi (SA). Untuk media tanam yang digunakan harusdiketahui sumbernya (A) selain itu media
tanam tidak mengandung cemaran bahan berbahaya & beracun (W).
Konservasi lahan dilakukan pada lahan miring (W). Konservasi yang berarti pengawetan lahan
harus dilakukan agar usaha tani yang dilaksanakan dapat lestari ( berkelanjutan).
Pemanfaatan benih bersertifikat pada praktek GAP, dilakukan dengan membeli atau
menggunakan benih tanaman yang telah memperoleh sertifikat dari BPSB ( Balai Pengawasan
dan Sertifikasi Benih ) yang ada di tiap provinsi. Sertifikasi benih ditujukan untuk mendapatkan
benih yang bermutu baik, bebas hama dan penyakit serta diketahui asal usulnya secara genetik.
Para petani umumnya telah menggunakan benih bersertifikat khususnya untuk tanaman pangan,
sedangkan pada tanaman sayuran/buah-buahan petani belum menggunakan benih bersertifikat
secara luas. Pemakaian benih bersertifikat adalah wajib (W) dalam susunan ketentuan kendali
mutu.
ketentuan-ketentuan
1.Belum dipahaminya konsep dan pengertian GAP dan SOP dengan benar oleh petani
2. Logo Prima, sebagai jaminan kualitas produk/hasil pertanian belum diterapkan secara
konsisten
3. Kurangnya kegiatan penyuluhan dan sosialisasi tentang GAP dan SOP kepada petani
hortikultura
5. Penerapan GAP dan SOP kurang dikawal dengan baik sehingga kurang direspon oleh para
petani dan pengusaha yang bergerak di bidang agribisnis.
Kesimpulan
1.
GAP adalah pedoman yang perlu diketahui dan dipahami oleh setiap pelaku usaha pertanian
dalam rangka menjamin mutu produk pertanian yang dihasilkan agar memenuhi Standar
Nasional Indonesia.
Diposkan oleh bpk binuang di 14.17
Share
0 Share
Tweet
0 Pin
Share
Share
2.
3.
4.
Pemasyarakatan hortikultura
5.
6.
Kutu Perisai menjadi salah satu OPT yang ditakuti petani ketika menyerang komoditas
mawar
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Meningkatkan daya saing dan peluang penerimaan oleh pasar internasional maupun
domestik;
Meningkatkan kesejahteraan petani.
Kriteria
2.
3.
4.
Dasar-dasar Budidaya
5.
6.
7.
Pengaduan
8.
Pencatatan.
9.
Evaluasi Internal
Khusus untuk kriteria yang digunakan dalam Pedoman Budidaya Florikultura yang
Baik ada tiga kelompok yang harus dipenuhi, yaitu:
1.
2.
3.
Titik kendali wajib harus dilaksanakan sebanyak 100%, apabila pemohon belum
dapat memenuhi kriteria wajib maka registrasi lahan belum dapat dilakukan. Berikut
adalah 11 titik kendali wajib pedoman budidaya florikultura yang wajib dipenuhi:
1.
2.
Kemiringan lahan < 30% atau bila sampai 40% harus diikuti dengan melakukan
tindakan konservasi
3.
Tersedia tempat atau fasilitas pembuangan dan/atau pengolah limbah yang letaknya
terpisah dari lokasi produksi untuk mencegah terjadinya resiko cemaran pada produk
dan lingkungan
4.
5.
6.
7.
8.
9.
keterangan yang berlaku selama 2 tahun dan dapat diperpanjang selama 2 tahun
berikutnya, setelah didahului dengan proses penilaian ulang.
Dalam penerapan GAP ada satu hal yang sebenarnya mudah untuk dilakukan oleh
petani tetapi sulit untuk dilaksanakan yaitu pencatatan. Hal tersebut dikarenakan
para petani di Indonesia belum semuanya terbiasa untuk melakukan pencatatan
terhadap kegiatan budidaya yang mereka lakukan. Padahal pencatatan sangat
penting guna melakukan penelusuran kembali apabila suatu hari ditemukan masalah
atau komplain. Untuk itu menyadarkan dan membiasakan petani untuk mencatat
segala kegiatan budidaya penting dilakukan terutama bagi mereka yang hendak
menerapkan GAP pada lahan budidayanya.
GAP merupakan panduan atau pedoman umum bagi para pelaku utama maupun
pelaku usaha untuk menghasilkan produk yang berkualitas dan berdaya saing.
Diharapkan para petani sedikit-demi sedikit mulai menerapkan GAP pada setiap
kegiatan budidayanya agar mutu produk yang dihasilkan benar-benar berkualitas,
aman bagi lingkungan dan bagi petani itu sendiri. Itulah kriteria produk yang saat ini
dituntut oleh pasar terutama dalam era perdagangan bebas.
Sumber Informasi:
Nazir, N. 2014. Pedoman Budidaya Florikultura yang Baik (Good Agricultural
Practices on Floriculture). Bahan Tayang Diklat Florikultura. BBPP Lembang.
Kementerian Pertanian Republik Indonesia.
Direktorat Budidaya dan Pasca Panen Florikultura. 2014. Kebijakan Pengembangan
Florikultura 2014. Bahan Tayang Diklat Florikultura 2014. BBPP Lembang.
Kementerian Pertanian Republik Indonesia.
Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat. 2014. Pedoman Umum
Registrasi Lahan Usaha Tanaman Hias GAP. Bahan Tayang Diklat Florikultura 2014.
Herdiani, E. 2014. Pencatata dan Evaluasi dalam GAP. Bahan Tayang Diklat
Florikultura. BBPP Lembang. Kementerian Pertanian Republik Indonesia.
Fiadini. 2014. GAP Florikultura. Bahan Tayang Diklat Florikultura. BBPP Lembang.
Kementerian Pertanian Republik Indonesia.
http://slideplayer.info/slide/2385558/