I 1111 I
- .-
.,�. ,t
·!�•,:'
,,
� • • t.
....,,,.
,\ �
•
' ...
•• J.
�J.
' . •
. .,
I
,
-
-◄
-
- -
-
-
....
C
�i
NASIONAL E R A K 111111 Kita&Bumi
JULI 2022
I�
PIONIR PERUBAHAM � -== �
Disusun oleh:
Fachruddin Mangunjaya
Sartika Nur Shalati
Mahawira Dillon
Claire Wordley
JULI 2022
Kurangnya aksi global terhadap perubahan iklim mengancam
kelangsungan ibadah haji ke Mekah yang telah berjalan
sejak 1.400 tahun lalu
Negara-negara maju memegang tanggung jawab terbe- Akan tetapi, melindungi ibadah haji tidak
sar atas pemanasan bumi secara historis serta memiliki po- mungkin dilakukan tanpa aksi internasion-
tensi maupun tanggung jawab terbesar untuk membatasi al yang lebih luas, termasuk sejumlah
pemanasan di masa mendatang, suatu hal yang saat ini negara mayoritas Muslim yang mengeluar-
belum dipenuhi oleh negara-negara maju tersebut; kan emisi tinggi pun perlu berkontribusi.
Ringkasan
Seiring aktivitas manusia yang menjadikan bumi makin panas, banyak aspek sakral dan penting dalam kehidupan manusia yang
kini terancam, termasuk ibadah haji ke Mekah. Tanah suci di Arab Saudi memang sudah panas sejak zaman dahulu. Kondisi panas
tersebut pun kadang menimbulkan korban jiwa di antara para jamaah haji, tetapi perubahan iklim akan menyebabkan ambang
batas suhu panas berbahaya terlampaui secara rutin, dan suhu di Mekah akan mencapai taraf yang luar biasa tinggi. Suhu eks-
trem akan menimbulkan ancaman yang jauh lebih besar terhadap kesehatan umat Muslim yang sedang beribadah haji, dan
dapat mengubah kualitas tradisi Ibadah Haji selamanya.
Naiknya suhu global yang diakibatkan oleh pembakaran batu bara, minyak, dan gas, serta deforestasi, sudah menjadikan ibadah
haji lebih berbahaya. Meskipun banyak bukti nyata atas risiko-risiko tersebut, trajektori emisi dunia saat ini justru menunjukkan
potensi terjadinya kenaikan suhu lebih lanjut yang lantas membuat keadaannya lebih berbahaya lagi. Kebanyakan dari kenaikan
suhu ini ditimbulkan oleh negara-negara yang secara historis merupakan sumber polusi karbon terbesar, dan pemanasan lebih
lanjut akan terus ditimbulkan oleh sumber-sumber polusi ini.
Upaya menghindari pemanasan tersebut - dan konsekuensinya bagi ibadah haji - akan bergantung pada pengurangan emisi di
seluruh dunia, termasuk dari sejumlah negara berpenghasilan menengah, yang berpotensi menjadi sumber polusi karbon terbe-
sar jika masih melanjutkan investasi yang berpotensi tinggi karbon. Beberapa negara mayoritas Muslim juga masuk dalam jajaran
negara tersebut sehingga. Meskipun saat ini negara-negara tersebut belum termasuk salah satu negara dengan emisi tertinggi,
mereka tetap perlu mengurangi emisinya jika ingin melindungi ibadah haji.
Meskipun sudah banyak prakarsa penting dari komunitas Muslim untuk mengatasi perubahan iklim, seperti Deklarasi Islam Men-
genai Perubahan Iklim Global (Islamic Declaration on Global Climate Change), banyak negara mayoritas Muslim - seperti halnya
negara-negara lain - masih berencana meneruskan dan bahkan meningkatkan penggunaan domestik bahan bakar fosil, serta
terus memproduksi dan mengekspor minyak, gas, dan batu bara. Tanpa adanya perubahan arah yang signifikan, pemanasan
yang diakibatkan oleh emisi tersebut, bersamaan dengan emisi dari negara-negara lain, akan mengancam kelangsungan ibadah
haji.
Berbagai negara mayoritas Muslim memang telah memperlihatkan kepemimpinan global. Meskipun merupakan negara
berkembang dan nyaris tidak menghasilkan emisi, Maladewa telah berikrar bahwa negaranya akan mencapai emisi nol bersih
pada 2030 apabila dunia memberikan bantuan keuangan. Sementara itu Maroko memiliki salah satu rencana iklim yang paling
ambisius di antara berbagai negara di dunia. Maroko termasuk salah satu dari sejumlah kecil negara yang rencana iklimnya kom-
patibel dengan target pemanasan global dalam Kesepakatan Paris, dan bahkan mengalahkan banyak negara yang lebih kaya
dalam ambisinya. Tindakan ambisius tersebut, apabila diteladani oleh cukup banyak negara lainnya, akan membantu melindungi
ibadah haji hingga beberapa generasi ke depan. Di sisi lain, kurangnya ambisi negara-negara lain akan membahayakan ibadah
haji dalam waktu beberapa dekade.
JULI 2022
Menjalankan ibadah haji ke Mekah merupakan salah satu dari
Lima Rukun Islam yang menjadi impian banyak umat Muslim -
dan semua umat Muslim yang mampu menjalankannya harus
Pendahuluan melakukan ibadah haji setidaknya satu kali dalam hidupnya.
Meski demikian, perubahan iklim mengancam perjalanan sakral
ini. Walaupun Ibadah Haji telah menjadi hal yang sangat penting
dalam Islam selama 1.400 tahun, dalam beberapa dekade ke
depan, ibadah ini kemungkinan akan menjadi terlalu berbahaya
untuk dilakukan oleh kebanyakan orang.
kita lihat dalam laporan cuaca, tetapi hal ini tidak berarti suhu
bola basah tersebut aman. Suhu bola basah di sekitar 26-31°C
dapat menjadi sangat berbahaya bahkan untuk orang-orang
yang masih muda dan sehat (Vecellio, et al 2022). Suhu bola
basah 21°C bahkan pernah menimbulkan peristiwa sengatan
panas massal dan kematian
Suhu bola basah rata-rata di Mekah telah naik hampir 2°C antara
tahun 1984–2013 akibat perubahan iklim. Selama periode terse-
but, suhu bola basah 24,6°C atau lebih - yang diklasifikasikan
“berbahaya” oleh Layanan Cuaca Nasional Amerika Serikat – ter-
catat terjadi pada 58% dari tahun-tahun dalam periode tersebut.
Walaupun ambang batas “bahaya ekstrem” 29,1°C belum pernah
terekam dalam jangka waktu tersebut, beberapa peristiwa ke-
matian massal akibat berdesak-desakan selama ibadah haji
mungkin berkaitan dengan suhu bola basah yang tinggi.
JULI 2022
Bagaimana pemanasan lebih lanjut akan
memengaruhi ibadah haji
Pemodel iklim telah menganalisis bagaimana kenaikan suhu yang terus berlanjut akan memengaruhi ibadah haji, bergan-
tung pada emisi yang dihasilkan dunia. Dunia saat ini sudah lebih panas sekitar 1,2°C akibat aktivitas manusia, sebagian besar
dari penggunaan bahan bakar fosil, tetapi juga dari deforestasi dan praktik-praktik pertanian. Negara-negara yang telah
menandatangani Kesepakatan Paris - hampir semua negara di seluruh dunia - berikrar membatasi perubahan iklim hingga
“jauh di bawah” 2°C dengan tujuan mencapai 1,5°C. Namun, kebijakan dan tindakan berbagai negara saat ini masih akan mem-
bawa dunia ke arah pemanasan total sebesar sekitar 2,7°C - dan setiap desimal kenaikan dari suhu rata-ratanya akan menim-
bulkan ancaman yang makin besar bagi ibadah haji.
Ibadah haji di tengah pemanasan global 1,5°C Ibadah haji di tengah pemanasan global 2°C
JULI 2022
Ibadah haji di tengah
pemanasan global 2,7°C
Jika suhu rata-rata global naik ke sekitar 2,7°C, sebagian
besar ibadah haji, terlepas dari pelaksanaannya pada bulan
apa pun, akan melebihi tingkat “waspada ekstrem” suhu
bola basah 24,3°C (Kang, et al. 2019).
JULI 2022
A. Rcp 4.5 B. Rcp 8.5
Des Des
Nov Extreme Extreme Extreme Extreme Nov Extreme Extreme Extreme Extreme
Danger 0% Danger 1% Danger 15% Danger 19% Danger 0% Danger 1% Danger 15% Danger 19%
Okt Okt
Sep Danger 58% Danger 86% Danger 76% Danger 78% Sep Danger 58% Danger 86% Danger 76% Danger 78%
Aug Aug
Jul Jul
Jun Jun
Mei Mei
Apr Apr
Mar Mar
Feb Feb
Jan Jan
1980 2000 2022 2040 2060 2080 20100 1980 2000 2022 2040 2060 2080 20100
32 32
30 30
28 28
26 26
24 24
22 22
20 20
18 18
16 16
14 14
12 12
1980 2000 2022 2040 2060 2080 20100 1980 2000 2022 2040 2060 2080 20100
Suhu bola basah maksimum harian selama musim haji dan tanggal ibadah haji. (a) Tanggal ibadah haji dari 1976–2100 dengan
frekuensi kejadian antara Bahaya dan Bahaya Ekstrem (nilai warna oranye) dan melebihi bahaya ekstrem (nilai warna merah)
selama Agustus-September-Oktober di bawah skenario HIST dan Jalan Konsentrasi Representatif (RCP/Representative Con-
centration Pathway) 4.5 (kira-kira pemanasan 2,7°C pada 2100); (b) sama seperti (a) tetapi untuk RCP 8.5
(kira-kira pemanasan 4,4°C pada 2100); (c) sama seperti Gambar 2c, tetapi untuk HIST (biru) dan RCP 4.5 (hijau); dan (d) sama
seperti (c) tetapi untuk RCP 8.5. Warna-warna itu mewakili rentang model iklim global atmosfer-laut selama musim haji, se-
dangkan garis hitam putus-putus vertikal menunjukkan batas musim haji yang terjadi selama Agustus sampai Oktober. Dari
Kang, et al. 2019.
Akan tetapi, tindakan untuk membatasi emisi dari negara-negara terkaya dunia saja belum memadai. Tetap diperlukan aksi
global untuk membatasi pemanasan global, hal ini mencakup pemotongan emisi di negara-negara yang tidak termasuk
negara sumber polusi terbesar secara historis atau saat ini belum menjadi negara berpenghasilan tinggi.
Sejumlah negara mayoritas Muslim termasuk di antara negara-negara yang perlu mengurangi emisinya. Laporan ini mempela-
jari konsekuensi emisi karbon dari negara-negara tersebut karena berbagai negara mayoritas Muslim ini punya kepentingan
dalam hal efek emisi karbon terhadap ibadah haji. Konsekuensi tersebut dipelajari dengan mengamati pemanasan yang akan
timbul jika negara-negara lain mengikuti rencana emisi yang sama seperti negara mayoritas Muslim tersebut. Hal ini bukan be-
rarti bahwa hanya negara-negara itu saja yang akan bertanggung jawab atas kerusakan akibat perubahan iklim, dan dampak
terbesar untuk mengurangi pemanasan akan berasal dari negara yang memproduksi emisi terbesar. Namun, tanpa aksi inter-
nasional secara luas, termasuk dari negara-negara besar dengan penduduk mayoritas Muslim, tidak akan mungkin untuk me-
lindungi ibadah haji.
JULI 2022
Tabel ringkasan
Saudi Arabia Lebih dari 4°C Setiap ibadah haji pada musim panas akan mencapai
United Arab Emirates ambang batas “bahaya”, dan ada peluang 42% untuk
Iran mencapai ambang batas “bahaya ekstrem” setiap
Türkiye ibadah haji berlangsung pada musim panas. Setiap
Bangladesh ibadah haji, kapan pun waktu pelaksanaannya, akan
mencapai ambang batas “waspada ekstrem”.
Dengan dukungan internasional yang Setiap bulan akan mengalami kenaikan risiko panas
The Maldives
memadai, sekitar 1,5°C berbahaya bila dibandingkan dengan saat ini. Risiko
tercapainya panas yang “amat sangat berbahaya” akan
terbatas sebesar 4% pada September, dan 0% pada bu-
lan-bulan yang lain.
Pada bagian ini, “porsi emisi yang wajar” didasarkan pada lapo-
ran Climate Action Tracker untuk setiap negara, yang berfokus
pada target 2030 masing-masing negara. Hal ini selanjutnya di-
dasarkan pada serangkaian perkiraan kewajaran dari literatur
ilmiah yang mencakup serangkaian aspek kewajaran, termasuk
tanggung jawab, kemampuan, dan kesetaraan secara historis.
Oleh sebab itu, negara kaya yang sudah menghasilkan banyak
emisi secara historis dan terus menjadi negara sumber polusi
berat akan diharapkan untuk memotong emisinya lebih cepat
daripada negara yang lebih miskin dengan angka emisi historis
dan emisi terkini yang rendah.
JULI 2022
Saudi Arabia
Arab Saudi menghasilkan emisi 625 juta ton karbon dioksida
pada 2020 (Our World in Data). Pada 2021, Arab Saudi memper-
barui ikrar Kesepakatan Parisnya dan mengumumkan target
emisi nol bersih untuk emisi domestiknya pada 2060. Namun,
baru sedikit perincian yang diberikan mengenai target ini (Cli-
mate Action Tracker). Rencana 2030 Arab Saudi akan memper-
bolehkan emisi meningkat 23–57% pada 2030, padahal emisinya
perlu diturunkan 51% dalam jangka waktu ini agar kompatibel
dengan upaya menjaga pemanasan global di bawah 1,5°C (Cli-
mate Analytics).
JULI 2022
Iran
Iran menghasilkan emisi 745 juta ton karbon dioksida pada 2020 (Our World in Data). Iran merupakan salah satu dari sedikit negara
yang belum meratifikasi Kesepakatan Paris dan berencana untuk memperbolehkan emisi meningkat hingga 410% pada 2030 jika
dibandingkan dengan tingkat 1990 (Climate Action Tracker). Agar Iran dapat mencapai emisi nol bersih pada 2050, tidak boleh ada
investasi baru untuk ladang minyak dan gas setelah 2021 (Climate Action Tracker).
Rencana Iran menghasilkan lebih dari “porsi emisinya yang wajar”. Jika semua negara mengikuti pendekatan tersebut, dunia akan
bertambah panas lebih dari 4°C (Climate Action Tracker). Setiap ibadah haji pada musim panas akan mencapai ambang batas
“bahaya”, dan ada peluang 42% untuk mencapai ambang batas “bahaya ekstrem” setiap ibadah haji pada musim panas, pada saat
anak-anak yang lahir tahun ini akan berusia akhir 50-an dan awal 60-an. Setiap ibadah haji, kapan pun waktu pelaksanaannya, akan
mencapai ambang batas “waspada ekstrem”.
Turkey
Turki menghasilkan emisi 393 juta ton karbon dioksida pada 2020 (Our World in Data). Turki meratifikasi Kesepakatan Paris pada
2021, tetapi rencana iklimnya akan memperbolehkan emisi untuk berlipat ganda jika dibandingkan dengan tingkat saat ini (Cli-
mate Action Tracker). Turki telah menetapkan target emisi nol bersih pada 2053, tetapi belum menetapkan rencana yang kredi-
bel mengenai cara untuk mencapai target tersebut (Climate Action Tracker). Emisi Turki perlu turun 41% di bawah tingkat 2015
agar konsisten dengan batas pemanasan 1,5°C dalam Kesepakatan Paris (Climate Analytics).
Rencana Turki menghasilkan lebih dari “porsi emisinya yang wajar”. Jika semua negara meniru pendekatan tersebut, dunia akan
bertambah panas lebih dari 4°C (Climate Action Tracker). Setiap ibadah haji pada musim panas akan mencapai ambang batas
“bahaya”, dan ada peluang 42% untuk mencapai ambang batas “bahaya ekstrem” setiap ibadah haji pada musim panas, pada
saat anak-anak yang lahir tahun ini akan berusia akhir 50-an dan awal 60-an. Setiap ibadah haji, kapan pun waktu pelaksanaann-
ya, akan mencapai ambang batas “waspada ekstrem”.
JULI 2022
Mesir
Mesir menghasilkan emisi 213 juta ton karbon dioksida pada 2020 (Our World in Data). Mesir mengonsumsi lebih dari sepertiga gas
fosil di Afrika dan merupakan produsen gas terbesar kedua di benua itu (Climate Action Tracker). Mesir sedang berinvestasi besar ke
dalam produksi minyak dan gas yang baru, dan tidak memiliki target emisi nol bersih (Climate Action Tracker). Emisi Mesir perlu
turun 22% di bawah tingkat 2015 agar konsisten dengan batas pemanasan 1,5°C dalam Kesepakatan Paris (Climate Analytics).
Rencana Mesir menghasilkan lebih dari “porsi emisinya yang wajar”. Jika semua negara meniru pendekatan tersebut, dunia akan ber-
tambah panas hingga 3°C (Climate Action Tracker). 97% dari ibadah haji pada musim panas akan mencapai ambang batas “bahaya”,
dan 19% mencapai ambang batas “bahaya ekstrem” pada saat anak-anak yang lahir tahun ini akan berusia akhir 50-an dan awal
60-an. Sebagian besar ibadah haji, kapan pun waktu pelaksanaannya, akan mencapai ambang batas “waspada ekstrem”.
Indonesia
JULI 2022
Kazakhstan
Bangladesh
JULI 2022
Negara mayoritas Muslim dengan rencana iklim
yang paling ambisius
Morocco
Maroko menghasilkan emisi 65 juta ton karbon dioksida pada 2020 (Our World in Data). Maroko saat ini sangat bergantung pada
batu bara, tetapi sedang berinvestasi untuk beralih ke energi terbarukan. Pemerintah Maroko berupaya memproduksi 52% listri-
knya dari sumber terbarukan pada 2030, naik dari 34% pada 2018 (Climate Action Tracker). Kebanyakan listrik ini berasal dari angin
dan surya, dengan banyak proyek baru yang sudah berjalan, dan dari bendungan hidroelektrik (Climate Action Tracker).
Maroko sedang berinvestasi pada angkutan umum massal dan saat ini sedang memperluas jalur trem di Rabat dan Casablanca,
dengan rencana untuk diperluas lagi ke Marrakech, Fez, Tangier, dan Agadir. Maroko adalah negara Afrika pertama yang memu-
lai pengerjaan jalur kereta kecepatan tinggi, yang akan menghubungkan Rabat ke Tangier dan Casablanca (Climate Action
Tracker). Maroko juga berencana meningkatkan penanaman pohon buah dan kacang-kacangan untuk sekuestrasi karbon (Cli-
mate Action Tracker).
Maroko berencana menggunakan “porsi emisinya yang wajar”. Jika semua negara mengikuti pendekatan tersebut, pemanasan
global akan dapat dibatasi pada 1,5°C (Climate Action Tracker). Setiap bulan akan mengalami kenaikan risiko panas berbahaya
bila dibandingkan dengan saat ini. Risiko tercapainya panas yang “amat sangat berbahaya” akan terbatas sebesar 4% pada Sep-
tember, dan 0% pada bulan-bulan yang lain.
Maladewa
Maladewa menghasilkan emisi 1,8 juta ton karbon dioksida pada 2020 (Our
World in Data). Maladewa berencana mengurangi emisi 26% dibandingkan
dengan skenario kasus terburuk tanpa upaya iklim - tetapi, jika menerima
dukungan keuangan internasional yang memadai, Maladewa ingin menca-
pai emisi gas rumah kaca nol bersih pada 2030 (UNFCCC).
Jika semua negara berupaya mencapai emisi nol bersih pada 2030, pemana-
san global akan dibatasi pada 1,5°C atau lebih rendah lagi*. Setiap bulan akan
mengalami kenaikan risiko panas berbahaya bila dibandingkan dengan saat
ini. Risiko tercapainya panas yang “amat sangat berbahaya” akan terbatas se-
besar 4% pada September, dan 0% pada bulan-bulan yang lain.
*N.B. - berdasarkan ekstrapolasi data dari laporan jalur 1,5°C oleh Climate An-
alytics untuk semua negara karena analisis porsi emisi yang wajar (Fair
Share) untuk Maladewa belum rampung
JULI 2022
Referensi
Climate Action Tracker
https://climateactiontracker.org/
Climate Analytics
https://1p5ndc-pathways.climateanalytics.org/
UNFCCC
https: //unfccc.int/sites/default/files/NDC/2022-06/Mal-
dives%20Nationally%20Determined%20Contribution%20202
0.pdf
Kang, S., Pal, J. S., & Eltahir, E. A. (2019). Future heat stress
during Muslim pilgrimage (Hajj) projected to exceed “ex-
treme danger” levels. Geophysical Research Letters, 46(16),
10094–10100.
https: //dspace.mit .edu/bitstream/han-
dle/1721.1/125786/Kang_et_al-2019-Geophysical_Research_Let
ters.pdf?sequence=2&isAllowed=y
JULI 2022