Anda di halaman 1dari 486

. (� . . :\ f•.l. I� .

..... ��;-"
. ' �.: l-• ..

. �--"'f . -.· ·' �


;·. ·
;;l,,-
A
I ....•·-
. �· . ...,.,.,. . IC'-�--••.
T. . .,.··.....-:;.,..�•
.,., ...

-'....
�- �-·
• • ;, 'J
. '.,b
°t
;( • . ·• ,•
f ' •I

'9'· ;-. ...


• •. '

"� 1;,•·. •
,>
.,.
'
. ... ,.I,.••••...••,,.• ,. .l
'J5': • ,
�_..., I �.•�•-....
.
' - ' ..
--....,

,
....... . . .. . ·.l ·� .. - . . -,.. .•
:
_..,

- · "
• \

.• .
;i,:
. � • \ .
; T
-,,,
•, • � • 1
•. •
�. :,..:.,.� --:1·

·��" ·..• - . ,'->·..••- ,_.,I::;,'.�:'\,&:


- .
.

• . 1·.�-1 ..
I•

., .· . • • •. . •. . . .r . .t
. .''
•.
·1• •✓

, .� .
• t ;;-, .•
X• .,_ .
,
• ..
....
... . ' ' r- '•'
" '''
• • ·- ••

. . • .
;
. .•.

·.> �t.,.,-:'..
o �P:� .,;.,,.t.��•,- ,.
• . • .· ·r.
/ .. •.�1-.•,
.• � !:,y
' "'. ,, ·-4, .
. ; :_ ·i.'", .·_ - �-�
·
- ,, - .

:--: :· �� .:-'.;t�· ' '


·-: •
· . .. .-1 -.+
�·,,�,..- . .....
• '
1':'"t '•'l-
I r.,.•��.•
� �, •·._:•
...,. ,;;,.i ·� •('•�
.• .
• •

JAVA
SEJ ARAH ISLAM
DARI ANDALUS SAMPAI INDUS
SEJARAH ISLAM
DariAndalusSampai Indus
Disusun oleh
MUHAMMAD TOHIR

•·'

PUSTAKA JAYA
SEJARAH ISLAM
Dari Andalus Sampai Indus
©Muhannad Tohir

Diterbitkan oleh
PT Dunia Pustaka Jaya
Jl. Gumuruh No. 51, Bandung 40275
Telp. (021) 7321911 Faks. (022) 7330595
E mail:
- pustakajaya.dpj@gmail.com
Anggota Ikapi
Hak cipta dilindungi undang-undang
All rights reserved
Gambar jilid dari lslaniic Art, David James

Cetakan pertama, 1981

Edisi Elektronik,
ISBN XXX (PDF)
KATA PENGANTAR

Berkat ketekunan para ulama Islam Indonesia, di negeri


kita telah banyak beredar buku-buku dalain bahasa Indonesia
yang mengurai.kan sejarah kelahiran Islam dan perkembang­
annya dari masa ke masa. Dibanding dengan beberapa puluh
tahun yang silam kaum Muslimin dan bangsa Indonesia pada
umumnya, dewasa ini sudah jauh lebih banyak memahami
sejarah Islam dan penyebarluasannya di berbagai negeri.
Sudah ten tu hal yang sangat menggembirakan itu merupakan
salah satu faktor pendorong yang tidak kecil peranannya
bagi kemajuan yang telah dan yang akan dicapai pada masa·
masa mendatang.
Untuk memperkaya pengetahuan kaum Muslimin dan
bangsa Indonesia, dirasa perlunya buku pelengkap, yang
sedikit banyak menguraikan kehidupan sosial-politik bangsa
Arab pada abad-abad pertengahan, sebagai suatu bangsa
yang dengan berbagai kekurangan dan kelebihannya telal1
berjasa besar dalam mengembangluaskan agama Islam di
kalangan umat manusia. Suatu bangsa tua dalam sejarah,
yang telah ikut mewamai corak kehidupan sosial, politik,
ekonomi dan kebudayaan di berbagai penjuru dunia, teruta­
ma di Eropa, Afrika dan Asia. Dari segi,segi pengalamannya
yang baik dan positif dapat diambil pelajaran yang berguna,
sedang segi-segi pengalamannya yang buruk dan negatif
dapat dijadikan cem1in dalam usaha umat Islam dan bangsa
Indonesia memperkokoh kesatuan dan persatuannya. Sudah
barang tentu pengalaman sejarah umat Islam dan bangsa
Indonesia sendiri merupakan sandaran utama bagi kita dalam
menunaikan tugas sejarah masa kini dan masa depan, baik
sebagai umat beragama, maupun sebagai bangsa yang sedang
membangun diri di segala bidang kehidupan.
Dalam rangka usaha memperkaya pengetahuan sebagai
bekal, kami melihat ada tiga buah buku berbahsa Arab,
yang apabila bagian-bagian dari uraiannya yang saling ber­
kaitan, dihimpun dan disatukan menjadi sebuah buku ber­
bahasa Indonesia, akan berfaedah bagi penambahan pengerti­
an kita tentang sejarah kehidupan sosial-politik bangsa Arab
pada abad-abad pertengahan. Tiga buah buku tersebut ialah:
1. Farjrul-lslam buah tangan Doktor Ahmad Amin almar­
hum, seorang cendekiawan Mesir kenamaan yang tidak asing
lagi di kalangan dunia Islam.
2. Al-'Arab wal-lslam buah tangan Doktor'Umar Farroukh,
seorang mahaguru ilmu sejarah dan filsafat pada Universitas
Damaskus, Syria.
3. Al-Islam, terjemahan dalam bahasa Arab dari buku as­
linya berbahsa Perancis L 'Islam, buah tangan Henri Masse,
seorang ahli sejarah ketimu.ran berkebangsaan Perancis
(terbitan Colin, 1930).
Mengenai uraian dan data-data sejarah yang berkaitan
dengan ajaran-ajaran agama Islam, kami ambil dari buku
Fajrul-lslam dan yang mengenai data-data sejarah yang ber­
kaitan dengan kehidupan sosial politik bangsa Arab di Afrika
Utara dan Andalus, lcami ambil dari buku Al-'Arab wal­
ls/am. Sedang data:!data sejarah tentang aktivitas kehi­
dupan politik bangsa-bangsa Arab, Turki, Parsi dan Mogol
kami ambil dari buku Al-Islam.
Untuk mengurangi tebal buku himpunan ini, kami usaha­
kan peringkasan uraiannya masing-masing tanpa mengurangi
data-data yang dimaksud oleh para penulis buku-buku t e r ­
sebut di atas. Demikian pula gaya bahasanya (Arab) kami
sesuaikan dengan gaya bahasa' Indonesia, yang sekiranya
mudah dipahami oleh banyak lapisan bngasa kita, dengan ja­
lan antara lain mengurangi sedapat mungkin penggunaan
kata-kata asing yang belum banyak dikenal masyarakat
VI
awam . Tentang sistematika penghimpunannya, kami usaha­
kan demikian rupa, sehingga menyerupai catatan-catatan
sejarah singkat, yang tidak sukar dicari dalam halaman-ha­
laman buku ini.
Dalam usaha ke arah itu semua, kami menjumpai beberapa
kesukaran, tetapi berkat hidayat dan taufiq Ilahi, kesukaran­
kesukaran itu rasanya dapat diatasi. Namun demikian,
tidak kurang-kurangnya kami �ohon kepada semua pihak
yang menaruh perhatian kepada buku ini, untuk memberikan
koreksi-koreksi seperlunya. Semua koreksi akan kami teruna
dengan tangan terbuka disertru rasa terima kasih yang seda­
lam-dalamnya, demi perbaikan-perbaikan lebih lanjut.
Akhirul-kalam, kami tidak lupa pula menyampaikan peng­
hargaan dan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada pi­
hak-pihak yang telah memungkinkan terbitnya buku ini,
khususnya kepada seorang sahabat yang dengan ikhlas me­
minjamkan buku-buku tersebut di atas kepada kami. Semoga
Allah s.w.t. selalu melimpahkan rahmat dan kumianya k e.,-
pada mereka dan kita semua. Amin.

Muhammad Tohir
Jakarta, 2 Maret 1979

VII
DAFTAR ISi

PENGANTAR. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . V

DAFTAR ISi ......... ..................


· VIII

BAB l. MUHAMMAD RASUL ALLAH S.A,W. . .. . . . . . . . . . . . . . . I

BAB II. M.ASYARAXAT ARAB SEBELUM DAN SESUDAH ISLAM . . . . 18

I. Tingkat Sosial dan Kebudayaan Masyarakat


Arab sebelum Islam ......... .· . .. ......... 18
2. Masyarakat Arab di Madinah. . .. . . ... . ... . . 34
3. Zaman Abubakar Ash-Shiddiq ............. · 43
4. Zaman 'Umar bin'l-Khatthab ... ........... 51
5. Zaman 'Utsman bin 'Affan ............... 64
BAB Ill. PERPECAHAN POLITIK BAN.GSA ARAB. . . . . : . . . , . . . . . 68

1. Zaman 'Ali bin AbiThalib . . . ..... ... ... 6&


2. Zaman Dinasti Umayyah.................. 80
3. Zaman Dinasti 'Abbasiyyah.......... ; . .. .. 97

vm
BAB IV. SEKTE-SEXTE DAN ALIRAN-ALIRAN DI KALANGAN
MUSLIMIN ZAMAN PERTENGAHAN . . . . . . . . . . . . . . . 114

I. Kekhususan Masing-masing Sekte dan Aliran


Sekte Khawarij .........................114

a. Golongan Khawarij Azariqah ...... .... ... .119


b. Golongan Khawarii Najdat. ...............119
c . Golongan Khawarij lbadhtyyah ............ I20
d . Golongan Khawarij Shufriyyah. .........•.. I 20

Sekte Murji'ah . . . . • . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . I 20
Sekte Syi'ah. . . . . . . • . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 122

a. Golongan Zaidiyyah . ...................127


b. Golongan lmamtyyah...................128.
C..Golongan lsma'iliyyah ..................128
,..

2.Perkemba_ngan Sekte Syi'ah ...... ..........130

Mahdi-isme di dalam Syi'ah . . . . . . . . . . . . . . . . . 13 5


Qunnu th-isme di dalam Syi'ah . . . . . . . . . . . . . . . • 138
Kelompok Druz dalam Syi'ah . . .. .... . 140
Kelompok Syekh Jabal dalam Syi'ah. • . . . . . . . . . . 144
Pokok-pokok ajaran lsmailiyyah .. . . . . . . . . 147
BAB V. FAKTOR-FAKTOR OBYEKTIF YANG MENDORONG
KEMAJUAN BANGSA ARAB . . . . . . . . . . . . . . . . • . • . 150

I.Kondisi Sosial, Zaman Pertengahan ......... 15 0


2. Pembauran Alam Fikiran Arab dan Non-Arab. 156
3.Peluasan Wilayah Islam dan Kelanjutannya
di bidang Ekonomi dan Pemerintahan... . . .. 161
4 .Sistim Hukum dan Jurisprudensi..... .. ....169
5.Al Qur-an dan Penafsirannya..............189
6 .Hadits dan Penilaian Periwayatnya . .. .. .... 194

IX
BAB VI. JATUHNYA AFRIKA UTARA DAN ANDALUS
KE TANGAN BANGSA ARAB. . . . . . . . . . . . . . . . 206

l.Situasi Asia Tengah dan Keadaan Bangsa Berber206

India. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 207
Cina . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 208
Turkestan ... .. .. . ............ .. . .. ... . 209
Persia dan Rumawi . ... ... .• . . ... .... .. .. . 209
Orang-orang Berber .............. ...... ... 210
Jenis Ras dan Kerajaan-kerajaan Berber . .... .. ... 211
Suku Gothik Masuk Eropa ... ... .. . .. .. . .. .. 211
Gothik Barat di Iberia . ............. . .. ... . 212
Orang-orang Vandal di Afrika . ...... .. .. .. ... 212

2.Jatuhnya Afrika Utara ................... 214

Gerakan Pertarna ke Afrika ...... ... .• .... ... 222


Gerakan Kedua ke Afrika ......... ..... ..... 224
Gerakan Ketig"li ke Afrika .. .. .. ....... . ..... 226
Gerakan Keempat ke Afrika . . . . .. .. .. ... . . .. 228
Pembagian Kekuasaan Atas Dasar Klik Politik .. .. .. 230
'Uqbah dan Julianus Merencanakan
Pendaratan ke Andalus.... ... .. ..... ...... . 23 3
Qairuan Direbut Kembali oleh Pasukan Arab ...... 240
Hasan bin Nu'man Mengusir Kekuasaan Byzantium
dari Afrika Utara ......... ... .......... . . 242
Musa bin Nusair Menggantikan Hasan bin Nu'man ... 247

3.Jatuhnya Andalus ke Tangan Muslimin Arab.. 249

Yuijanus dan Anak Gadisnya ................. 253


Tarif dan Yulianus Memasuki Traducta Julia. . .. .. . 256
Pendaratan Thariq bin Ziyad di Andalus. , . • • • ... 258
Pertempuran di Lembah Lugo .... .... . .. . ... . 261
Pertempuran di Ecia... . .. .. .. .. .. .. .. ..... 263

X
Thariq bin Ziyad Merencanakan Serangan Lanjutan . . 263
Thariq bin Ziyad ke Toledo. ... ....... .... .. . 268
Gerakan Pasukan Musa bin Nuseir... .. ......... 269
Pasukan Musa Mengepung Kota Medira .. . ...... . 270
Penduduk Sevilla Berontak . .... . . . . .. .. .. .. . 272
Thariq bin Ziyad di belakang Toledo. . ... . . .. . . . 273
Musa bin Nuseir Berjumpa dengan Thariq bin Ziyad. . 273
Musa dan Thariq Merebut Saragossa . .... .. . . ... 275
Musa bin Nuseir dan Thariq bin Ziyad Kembali ke
Damaslcus . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 277
Perlakuan Kejam Khalifah Sulaiman Terhadap Musa
dan Thariq ........... .. ...... ... .. . .. 279

4. Zaman Para Penguasa Arab di


Andalus. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 280

Krisis Polltik di Qairuan dan Sevilla...... . .. .. .. 281


Pemberontakan Orang-orang Sepanyol. ... . . . .... 287
Pertempuran di Belakang Pegunungan Pirenia . . .... 289
Pasukan Musllmin Arab Masuk ke Perancis 291
Samah bin Malik a l -Khulani ....... ...... ... 29 I
Dinasti Merovee, Pepin d 'Herstal dan Charles Martel.. 293
Samah bin Malik Menyerang Perancis ....... . . . . 294
Lain Penguasa, Lain Lagi Kebijaksanaannya ........295
Yazid bin Abi Muslim Mati Terbunuh ............296
Perencana Pembunuhan Yazid Dibunuh ........... 297
Anbah Menaklukkan Carcassonne dfPerancis ......298
Kesempatan Baik bagi Orang-orang Yahudi dan Nasrani 299
Penguasa-yang Sewenang-wenang Dipecat oleh
Khalifah Hisyam .. ... . .. .. .. ... ... .... ....300
Empat Kali Pergantian Penguasa dalam Waktu
Empat Setengah Tahun ....... ..............30 I
Gerakan Militer Kedua ke Seberarig Pegunungan
Pirenia. . . . . . . . . ... . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .303
Pertempuran "lstana Pahlawan" di Poitiers.........304

XI
Pertempuran Dahsyat di Poiters dan Sekitarnya .. . . 306
Jalannya Pertempuran "Istana Pahlawan" . .... .. . 308
Akibat Logis Kekalahan Pasukan Muslimin. .. . ... . 309
Pergantian Pejabat Teras di Afrika Utara dan Andalus 312
'Uqbah bin al Hajjaj di Andalus.. . .. .. ... .. ... 314
Kemajuan-kemajuan yang Dicapai Ubaidillah di Afrika
Utara . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 315
Krisis Politik di Afrika Utara, Maroko dan Andalus
Serta Pemberontakan di Maroko.. .. . .. .. .... .. 315
Pemberontakan Menjalar ke Andalus. ... .. . .. .. . 318
Krisis Politik di Afrika Utara Meningkat .. .... ... 319
Balaj Masuk ke Andalus . . ... .. ... .... . . .... 323
Pemberontakan Kaum Khawarij Shufiyyah di Afri-
ka Utara . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 325
Balaj Melawan Abdul-Malik bin Qathn dan Merebut
Kekuasaannya. .. . ..... .... . ....... . . ... . 3 26
i\bdul-Malik bin Qathn Disalib. . .. . . . . .. ..... . 3 28
Dua Orang Anak Abdul-Malik Menuntut Balas ..... 330
Fanatisme Golongan �n Perang Antar-Muslimin Arab 331
Pengelompokan Orang-orang Syam di Andalus...... 334
Abul-Khitar Fanatik Kepada Golongannya ........ 336
Pemberontakan Shumeil dan Perang antar Golongan . 338
'Abdur.Rahman bin Habib Memaksakan'Kekuasaannya
di Afrika Utara
' ... .. .. .. .. . . .. .. . ... ... .. 341
Kaum Kha�;a.i:ij Maroko berontak Kembali.. ...... 342
Abul-Khitar Lolos dari Penjara di Andalus-. . ... .. . .343
Pemerintahan Ber� Antar Golongan di Andalus .. . 344
Perang Antar Golongan_ Berkobar Kembali .. .. . .. . 348
Andalus Dilanda Kekeringan ................. '350
Hubungan Antara Shumeil dan Yusut Retak ....... 351
Dinasti' _Bani Umayyah Runtuh. • ...... . .. .. • . . 35 2
Pemberontakan terhadap Yusuf a l F - ihri di
Andalus .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 354
Pemberontakan Orang-orang Sepanyol di Gallicia .. . 35 5
'Abdur-Rahman bin Mu'awiyah Bertekad Masuk
Andalus ..... . . .. . ... .. .. . . ... . .. .. .. .. 3 56

XII-
Sikap Shumeil Terhadap 'Abdur -Rahman bin
Mu'awiyah............ ................. 358
BadrKembali ke Mrika Utara Menghadap i\bdur-
Rallman. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3 59
Pertolongan Yusuf Al-Fihri Kepada Shumeil Ter-
lambat. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 360
. bin Mu'awiyahMasuk Andalus .....
i\bdur-Rahman 361
Perang antara 'Abdur-Rahman dan Yusuf . .... .. . 364
'Abdur- Rahman bin Mu'awiyyah Masuk Istana
Kordoba......................... : .. ... 365
Kampanye Abbasiyyah di Mrika Utara dan Akibat-
akibatnya . ..... ..... .... . .. .. .... .. ... 367
Khawarij Ibadhiyyah Naik ke Panggung
Kekuasaan di Afrika Utara danMaroko .......... 372

5. Masyarakat Andalus dalam Periode Penaklukan.373

A.Golongan-golongan Penduduk Andalus • • • • • • • 374··


OrangMuslimin di Andalus ........•....... 375
Orang Arab di Andalus . .. . ... .. ... . . ..... 37 6
Orang Berber Andalus ................... 376
Orang Peranakan ....... ............. ... 377
Orang Nasrani....•.................... 377
Orang Dzimmi .. .. ... .. .. .. .... .... .. . 378
Orang Y ahudi .. .. .. .. .. .. .. .... . ... .. . 379
OrangKafir ......... ................. 380

B.Kehidupan Politik dan Pemerintahan .......... 380


C.KehidupanKeagarnaan ................... 382
D.Kehidupan Sosial... .. ...... .... .. .. .. .. 384

XIII
BAB VIL KEBANGKITAN MUSLIMIN BUKAN-ARAB . . . . . . . . . . • 386

l. Kebangunan Muslimin Berber di Afrika Utara. 386

Kaum Murabithin .. . . .. ... . . . .. . . . . . .... . 393


Kaum Muwahhidln ... ... ....... . . . .. . . . .. 397
Pengeplngan Afrika Uta� .. . . . .. . . .. . . . . .. .. 402

2. Reaksi Muslimin Turki di Asia. . . . . . . . . . . . . 405

Orang Turki Saljuk . . . . . .......... .. .. .. .. 407


Serbuan PaSlkan Mogol . . . .......... . . . . . . . 416
Perlawanan terhadap Keicuatan Mogol .......... 427
Pembentukan Tiga Negara Besar di Asia. . . . .. .. . . 432

BAB VIII. AGAMA-AGAMA TUA DI PERSIA DAN BID'AH KEAGAMA·


ANBARU 442

Zaratliustra . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . .. .. 442
Mazdak. . . . . . . .. . . . . . . . . . . . .. - . . . . - · · · · · · 447
..
MaDl·lStlle .. . . . . .. . . .. .... .. . . . .. .. .. .. .. 449
. . ... . . . . . 451
Pembauran Agama di India . .. . . . .. . ..
455
Allmadiyyall. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . : . . . . . .
Aliran Walthab\ . ...... . .. . . . . . ... . ..... . . .. 457
Bab-ism'e dan Baha'i. . . ..................... . 461
.Aliran modem . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 468

XIV
Bab I
MUHAMMAD RASUL ALLAH S.A.W.

Para penulis sejarah berbeda-beda dalan1 menetapkan


titimangsa kelahiran Muhammad s.a.w. Tetapi sebagian be-.
sar 1nembenarkan titimangsa yang diriwayatkan oleh lbnu·.
Abbas, lbnu Ishak dan lain-lain, yaitu tanggal 12 Rabi'ul­
awal, tahun Gajah,. bertepatan dengan tanggal 20 April
570M.•
· Bundanya bemama Aminah binti Wahb bin Abdi Manaf
bin Zuhrah. Ayahadanya bemama Abdullah bin Abdul·
Muthalib bin Hasyim bin Abdi Manaf bin -JUShaiy. Abdul­
lah bin Abdul-Muthalib wafat d.i Madinah dalam 'perjalanan
pulang dari Gaza, pada waktu putranya masih dalam kan­
dungan.•
"Muhammad" - yang berarti terpuji - adalah nama yang

1 Muhammad Husein Halkal: S«}arah Hidup Muhammad. teriemahan AU Audah,


Pustaka Jaya, Jakarta, 1979, bal. �-
Dalam buku Nurul•Yaqln, kar7a Syeikh Muhammad •!"Cbudhary Bey, berda·
-kan petllit\u\l&n Ylll>I dllakuklll> oleh Mabbmoud Pub& Al•Falaky, dlnya­
i&llan ballwa barl lab1r Nabl Muhammad a.a.w. benepatan de1lPll taftlPI
20 April Ci71 M. Ban:,al< buku Jainn:,a me-tallan ballwa Nabia.a.w. beruaia
Id. 6.3 &abun. Den11111 ,t-tllilin, pezbilunpn tallun •bqalmana •-but da­
Jam buku -but,-� Nllllib
ll J1111bamm14 lfuaeb> ff.oibl: bal Cili.

I
diberikan oleh Abdul-Muthalib, tujuh hari setelah beliau
dilahirkan sebagai anak yatim. Sebutan "Muhammad" be­
lum pernah dipergunakan sebagai nama oleh orang-orang
Arab pada masa itu. !(etika orang-orang Quraisy bertanya
kepada Abdul- Muthalib, mengapa ia memberikan nama itu
kepada cucunya, ia menjawab, "Agar cucunya menjadi orang
terpuji di langit, di sisi Allah, dan terpuji di kalangan manu­
sia, di bumi.,
Meskipun semua sumber sejarah membenarkan, penamaan
''Muhammad" itu diberikan oleh Abdul-Muthalib, dan Al­
Quran juga beberapa kali menyebutnya, • masih ada saja
kaum orientalis Barat (Jerman) seperti Ignaz Goldziher,
Theodor Noldeke, G. Weil dan lain-lainnya lagi, • yang de­
ngan maksud-maksud tertentu mengatakan, bahwa nama asli
Rasul Allah s.a.w. bukan "Muhammad", melainkan "Qu­
sam" atau "Qutsamah". Dengan nada sinis mereka bahkan
mengatakan nama "Muhammad" itu diberikan oleh kaum
Muslimin. setelah beliau mangkat, agar sesuai dengan bunyi
ayat ke-6 Surat Ash-Shaf•
Masih dalam usia kanak-kanak, beliau ditinggal wafat
bundanya di Abwa,' dalam perjalanan pulang dari Madinah
ke Makkah sehabis mengunjungi sanak keluarga Abdul­
Muthalib dan makam ayahnya.• Beliau kemudian diasuh
oleh datuknya, Abdul-Muthalib, seorang pemimpin marga
Bani Hasyim yang sudah berusia lanjut. Tak lama kemudian
Abdul-Muthalib meninggal dunia dalam usia delapan puluh
tahun, tatkala Mufiammad s.a.w. berusia delapan tahun.'

1 · Heika1 · beJarn•n 66.


2 S .. �II lml'OII: 144, S. Al•Ahzalr: 40, S . Al-Foth: 29 d m S . Muhammad: 2 .
3 H1fkal ! halem•n LXXV.
4 Ayat Al-Qurm Y&DC menec••kan bthwa IQjil memberlt•k•n akan dat■nllDY&
•o- Nabl dan Ruul �m•rna Ahmad, -nlngal lat AJmallib a.a.
& Du■un terie&alt antara MadiDah dm Jhfah, 23 mil darl Madlnth.
6 HeHtll! baleman 61.
7 Ratk·al· balaman 62.

2
Sebelum wafat, Abdul-Muthalib sempat berpesan kepada
putranya, Abu Thalib, supaya mengasuh Muhammad s.a.w.
Pesan seperti itu tidak diberikannya kepada putra-putranya
yang lain, karena Abu Thalib dipandang sebagai satu-satunya
di' antara enam putranya yang paling dihargai dan disegani
oleh orang-orang Quraisy, walau ia bukan seorang yang ber·
harta.'
Abu Thalib memelihara dan mengasuh Muhammad s.a.w.
dengan penuh rasa kasih sayang, sampai dalam banyak ha!
lebih mendahulukannya daripada anaknya sendiri. Hal itu
disebabkan Aw Thalib melihat pada pribadi Muhammad
s.a.w. adanya sifat-sifat yang sangat baik, seperti patuh, halus
budi-pekertinya, cerdas dan lain-lain •. Sampai dewasa, bah­
kan sampai beberapa tahun setelah diangkat Allah s.w .t. se­
bagai Nabi dan Rasul, Muhammad s.a.w. tetap berada di ba­
wah naungan, pembelaan dan perlindungannya. WaJaupun
Abu Thalib sampai wafat tidak memeluk agama Islam,
tetapi ·dalam membela dan melindungi Muhammad s.a.w.
dari gangguan dan serangan orang-orang Quraisy, ia cukup.'
tangguh dan sanggup menghadapi pelbagai kesukaran dan
penderitaan. Misalnya, pada waktu
• • menghadapi pemboikotan
total yang dilakukan oleh orang-orang Qureisy rerhadap
Muhammad s.a.w. dan seluruh Bani Hasyim.•
Dalam usia dua puluh lima tahun, Muhammad s.a. w.
nikah dengan Khadijah r.a. - seorang janda dan pedagang
kaya - setelah lama· beliau bekerja padanya sebagai orang
yang mendapat kepercayaan penuh membawa barang-barang
dagangannya ke daerah-daerah Syam. Dari pernikahannya
dengan Khadijah r.a. Muhammad s.a.w. memperoleh dua
orang putra,. masing-masing diberi nama AJ-Qawn dan Ab­
dullah;• di samping empat orang putri, yaitu Zainab, Ru-

1 Halkal: bal1mN1 63.


2 HeQgal: b•lemui 63.
I All bin Abl Tll<lllb o.a., JWd Io- at Taubld. Kuwait, bol-on 111-29.
, Hatlra!, bolom.,. 139.

3
qayyah, Um Kultsum dan Fatimah. Kedua putra beliau me­
ninggal dunia dalam usia kanalc-kanak. Karena sedihnya,
beliau mengusulkan kepada istrinya supaya membeli seorang
anak hambasahaya - Zaid bin Haritsah - untuk dimerde­
kakan dan. dijadikan anak angkat.1 Adapun Zainab, putri
sulung, di kemudian hari nikah dengan Abul'-Ash bin A r ­
Rabi' biq Abdusy-Syams, kemanakan �adijah r.a. sendiri.
Tetapi akhimya berpisah, yaitu pada saat Zainab mengambil
keputusan hendak mengikuti ayahnya berhijrah ke Madinah.
Sedangkan Ruqayyah dan Um Kultsum, ma.ing-masing, nikah
dengan Utbah dan Utaibah, keduanya anak Abu Lahab.
Tetapi beberapa waktu setelah kelahiran Islam, Abu Lahab
memerintahkan kedua anaknya itu s�paya · menceraikan
istrinya masing-masing. Di kemudian hari, kedua putri Mu­
hammad s.a.w. itu berturut-turut nikah dengan Utsman
bin Affan. Pada mulanya Utsman nikah dengan Ruqayyah,
dan dengai wafatnya Ruqayyah, Muhammad s.a.w. menikah­
kan Um Kultsum dengan Utsman. Walctu itu putri bungsu
beliau, Fatimah, masih kanak-kanak.' Di kemudian hari
Fatimah dinikahkan oleh ayahnya pada Ali bin ,Abi Thalib -
saudara sepupu dan sekaligus .analc asuhan beliau sendiri yang
dipelihara dan dididiknya sejak masih berusia enam tahun.
Pada saat-saat memuncaknya permusuhan yang dilancar­
kan oleh orang-orang Quraisy terhadap Muhammad s.a.w.,
dan baru beberapa bulan saja mereka menghentikan pemboi­
kotan yang berlangsung selama tiga tahun, terjadilah mu­
sibah yang paling menyedihkan beliau dalam hidupnya.
Pamannya, Abu Thalib, yang selama itu menjadi pelindung
dan pembelanya, meninggal dunia. Talc lama kemudian di­
susul dengan wafatnya istrinya yang paling berkenan di
hati, Siti Khadijah r.a. • Beberapa waktu kemudian setelah

1 Haibl: halaman 88.


2 H1Unl: bataman 76.
a Halkal: balaman aa.

4
melampaui "tahun duka-cita" itu, beliau· nikah dengan putri
Abu Bakar Ash-Shiddiq r.a., Sitti Aisyah r.a. Dari Aisyah r.a.,
beliau tidakmemperoleh keturunan• .
•••
Lahirnya seorang hamba Allah yang bernama Muhammad bin
Abdullah bin Abdul-Muthalib di Makkah pada tahun 570 M
itu, benar-benar merupakan permulaan pudarnya kegemi­
langan raja-raja Persia dan goyahnya singgasana kaisar-kaisar
Rumawi (Byzantium). Tidak ada yang menduga, bahwa se­
orang anak yatim sebatang kara • penggembala kambing di'
padang rumput, sesungguhnya manusia pilihan Allah s.w.t.
yang akan melaksanakan tugas merubah wajah dunia dengan
kalimat tauhid yang menjadi risalah sucinya. Sungguh tepat
sekali ketika seorang penyair besar, Ahmad Syauqi, menama­
kan hari kelahiran Muhammad s.a.w. sebagai hari kelahiran
hidayat Dalam bait-bait syairnya yang berjudul "Wulidal­
Huda" (Hidayat telah. lahir), antara lain ia mengemukakan:
.
..
Lahirlah · hidayat dan semesta a/am bermandikan cahaya,
M,4ut Jaman ternganga senyum ceNlh semua.
Taman Furqan tertawa dipuncak ketinggian,
Melagukan kalam semerbak keharuman.

Pada tahun 610 M dalam usia CJl\pat puluh tahun, M�­


hammad bin Abdullah dengan wahyu suci yang diterimanya
dari Rabbul-Alamin• mulai menggelorakan asma Allah Maha
Pencipta dan Pengajar manusia· tentang segala sesuatu yang
belum pernah dikenal; yaitu pada saat manusia sudah sede­
mikian rusak dan melampaui batas kedurhakaannya terhadap
Al-Khaliq.• Dengan kelembutan perangai:• dan dengan ke-

l Ra.Ike)! be)eman 184-18&.


2 8. Adli-Dhuha: 6.
3 S.Al•An"am: 11.
4 S. Al·"AlaQ:l-6.
6 8. Al•Qalam: 4

s
kuatan, dan sendi-sendinya diganti dengan keadilan, persa­
maan hak dan tanggung jawab, saling kenal-mengenal kepen­
tingannya masing-masing, dan rasa persaudaraan.1 Muham­
;nad s.a.w. sendirilah, hamba Allah yang menyerukan: " K a ­
lian semua adalah penggembala, dan setiap penggembala
bertanggung jawab atas gembalaannya":1 Tidak ada dasar
hubungan sosial y� lebih mulia dan lebih mantap, atau le­
bib adil dan lebih obyektif dari seruan Muhammad s.a.w.
tersebut. Sehingga di kalangan kaum Muslimin, selamanya
tidak akan pemah ada orang yang berhak memerintah orang
lain atas nama Tuhan. Tidak akan ada Musliin yang mewajib­
kan orang Jain supaya melakukan kewajiban yang tidak di­
wajibkan oleh Allah s. w .t. dan Rasul-Nya. Tidak akan ada
seorang Muslim pun yang merasa berhak menebus atau
mengampuni dosa orang lain.• Tidak ada Muslim yang lebih
tinggi derajat dan martabatnya, selain yang paling takwa
kepada Allah s.w.t.• Tidak seorang Muslim pun yang diwa­
jibkan taat kepada seorang pemimpi�, manakala pemimpin
itu berada di luar kebenaran Allah dan Rasul-Nya.' Hal ini
merupakan perpaduan yang serasi antara agama dan kekua­
saan duniawi. Agama menjiwai kekuasaan, dan kekuasaan
:nengawal serta memelihara kehidupan agama. Agama dan ke­
kuasaan tidak dipertentangkan, dan agama tidak dijauhkan
dari kekuasaan seperti yang lazim berlaku pada jaman seka­
rang ini di negeri-negt::ri Barat, sehingga urusan agama hanya
dijadikan urusan per�rangan belaka.
Kesatuan dan persatuan. bangsa Arab yang semula terpecah
belah oleh persaingan dan pertentangan golongan a�au ·
kabilah, dipersatukan oleh Muhammad Rasul Allah s.a.w.
dalam satu wadah dan diikat dengan satu ikatan yang amat
kokoh, yaitu agama tauhid. Muhammad s.a.w. tidak memper-

1 S. AI-Hu)orot: 18.
2 S. Al•Hadlt,.
8 S . All Imran: 185.
4 S. Al•HIA/arot: 18.
5 Hallt&I: halaman 169.


satukan bangsa Arab atas dasar kepentingan ekonomi, sosial
atau pciitik, yang biasanya mudah digoyahkan atau .dirusak
oleh kepentingan individu, tetapi dipersa1ukan berdasarkan
tali Allah, berupa pandangan hidup agama yang lurus dan
benar.• Namun betapapun kuatnya persatuan, ada kalanya
juga · terganggu oleh terjadinya perselisihan dan pertikaian.
Untuk menghadapi kemungkinan seperti itu, Muhammad
s.a.w. dengan finnan Allah meletakkan suatu cara penyele­
saian berdasarkan keadilan tertinggi, yaitu: Kembalikanlah
semua persoalan kepada Allah dan Rasul-Nya,2 yakni kepada
Kitab Allah, Al-Quranul-Karim, dan sunnah Rasul-Nya.
Muhammad Rasul Allah s.a.w. dengan agama Islam yang
dibawanya mengajarkan bahwa iman yang benar dan bulat
pasti merrbuat orang mukmin yang bersangkutan tunduk
sepenuhnya kepada Allah s.w t. dan patuh serta ikhlas men­
jalankan semua perintah dan larangan-Nya. Ia tidak akan
mengenal takut atau menyerah kepada apa �an s'iapa pun
selain Allah.' Segala amal bakti dan perbuatan.,• hidup atau
mati, seluruhnya diabdikan kepada Pencipta alain semesta.�..
Mati hanya akhir kehidupan yang fana dan awal ke­
hidupan yang baka. Tak ada alasan takut bagi orang
yang tidak berbuaf durhaka kepada AIIah·s.w.t. • Tidak ada
gunanya hidup mengejar-ngejar harta dan kedudukan, klll'ena
iman itu sendiri merupakan puncak dari segala bentuk ke­
kayaan dan kedudukan di dalam hidup ini. Tidak saja di du­
nia, tetapi juga di akhirat. Tidak ada kekayaan dan kemu­
liaan, karena kekayaan dan kemuli� hanya ada pada
Allah.•
lsl�memandang penumpukan harta sebagai suatu bahaya
yang dapat meajerumuskan dan melengahkan manusia dari

l S. Ali1mron: 103.
2 S. An•Nloa: 59.
8 8. Al·Ahzal>: 39.
4 S . Al·An 'am: 182.
5 8 . All 'lmran: 70.
8 S. 8. Fothlr: 10,

9
tujuan hidup yang sebenarnya.• Namun Islam juga meman­
dang kemelaratan sebagai bahaya yang dapat memerosok­
kan manusia ke dalam kekufuran. • Pemerataan rizki Allah
di kalangan ummat manusia wajib diusahakan melalui sistem
ekonomi yang berlandaskan iman dan akhlak luhur. Sebab,
jika sistem ekonomi hanya ditegakkan atas dasar "sepiring
nasi untukku ataukah untukmu", tidak ada bedanya lagi
dengan prinsip "adu kekuatan" seperti yang berlaku di ka­
langan penghuni rimba. Yang kuat menerkam yang lemah,
dan yang lemah menyusun kekuatan untuk mernbinasakan
yang kuat. Kepada yang kuat, Islam mewajibkan infaq s e ­
maksimal-maksimalnya, • dan kepada yang lemah, Islam
memberikan hak yang sah untuk mempe·roleh sebagian harta
si Kuat. • Baik si Kuat in aupun si Lemah, atau siapa saja,
tidak diperbolehkan memperkosa milik orang lain tanpa
hak. • Tetapi Muhammad Rasul Allah s.a.w. memahami
benar, bahwa prinsip-prinsip yang agung itu tak mungkin
dap�t dilaksanakan sepenuhnya kecuali oleh masyarakat
yang dipersenjatai dengan iman, mental dan akhlak yang ting­
gi. Oleh karena itu, Islam meletakkan iman dan jiwa tauhid
sebagai asas segala-galanya dalam kehldupan ini. Islam men­
dorong setiap pemeluknya untuk menginsafi kedudukannya
sebagai harnba Allah di alam wqjud ini, agar ia .dapat meya­
kini kebenaran Allah dan kemutlakan Dzat, Sifat dan Aral
Yang Maha Esa.• Karena hanya kesadaran irnan sajalah yang
merupakan jaminan bagi seseorang untuk dapat dengan patuh
dan ikhlas melaksanakan semua perintah dan larangan Allah
s.w.t. Iman tanpa kesadaran dan pengertian, tidak ada beda•
nya dengan taqlid, sebagaimana yang dikemukakan oleh

1 S . At•7\l-t.ur: 1 - I.
2 Al-Hodlot.
8 S . All •1,,,,..,,., 92.
4 S. At-7\lu�ah: 60.
11 · S. Al·11oqarah: lU.
t S. Al-l'loq,v;,,h: 184 dm S. Yo Sin• 33 • «

10
Syeikh Muhammad Abduh' dalam tafsimya tentang ayat
171 S. Al - Baqarah: "Ayat tersebut dengan terus terang
menegaskan, bahwa taqlid tanpa akal dan hidayat, sama de­
ngan kafir. Seseorang tidak dapat meJtjadi benar-benar
beriman, kecuali jika ia memahami dan mengenal sendiri
agamanya serta meyakini kebenarannya. Orang yang dididik
hanya supaya berserah diri saja tanpa akal flkiran, atau supa­
ya berbuat baik saja tanpa pengertian, bukanlah orang muk­
min. Sebab tujuan iman bukan untuk memerosotkan manusia
semartabat dengan hewan dalam hal kegunaannya bagi ke­
baikan, melainkan bertujuan untuk mengangkat akal.fikiran
dan meningkatkan m;trtabatnya dengan pengertian dan
pengetahuan. Dengan demikian, orang berbuat baik karena
ia tahu bahwa perbuatan baiknya itu bermanfaat dan diridhoi
Allah. Ia meninggalkan perbuatan buruk, pun karena ia tahu
sejauh mana perbuatan buruk itu akan mendatangkan ma­
dharrat."
Kesadaran iman dan tauhid seperti itulah yang dapat
mendorong manusia untuk terus-menerus mendidik di�
membersihkan hati sanubari, mengumpani akal fikiran de­
ngan pandangan hidup yang benar, dan menghiasi kehi­
dupannyil dengan akhlak dan budi pekerti · Iuhur. Di at.as
fondasi mental yang sekokoh itu, Islam membangun Jcehi­
dupan sosial, ekonomi, politik dan kebudayaan. Dengan
38ama Allah yang dibawanya, Muhammad Rasul Allah s.a.w.
mengajarkan, bahwa prinsip-prinsip iman, tauhid dan akhlak
tidak boleh dikesampingkan, apalagi dikorbankan dalam
menegakkan suatu sistem kemasyarakatan. Seluruh segi
kehidupan mamsia wajib diabdikan kepada kel;>enaran Allah
s.w. t., dan bukan sebaliknya.
Untuk menegakkan kebenaran Allah di kalangan bangsa
Arab dan bangsa-ban�a lain di dunia, Muhammad Rasul
Allah s.a.w. tidak terlalu banyak menelan waktu. Hanya
dalam waktu kurang dari seperempat abad, kebenaran Allah
1 Halbl: balamall 666.

1l
sudah berhasil ditegakkan dalam kehidupan bangsa Arab, dan
dalam waktu kurang dari satu setengah abad, Islam sudah
meluas dan melebar sampai ke Eropa, Afrika dan Asia. Suatu
daerah yang membentang dari Semenanjung Andalus sam­
pai ke Lembah Indus. Bukan kuda perang atau pedang yang
menentukan keberhasilan Muhammad s.a.w. dalam meman­
carkan kebenaran Allah di kalangan ummat manusia berba­
gai bangsa - seperti yang dikatakan oleh sementara kaum
orientalis Barat' melainkan karena Islam merupakan agama
yang sederhana, mudah dicerna oleh aka! fikiran dan perasaan
serta bersih dari ketakhyulan. Keadilan hukumnya tidak
berbelit-belit, d an sistem kemasyarakatannya menjamin
prinsip-prinsip kemerdekaan, persamaan dan persaudara an.
Islam tidak mempunyai musuh selain mereka yang memusuhi
Allah, dan Islam bergandeng tangan dengan setiap orang
yang mengakui tiada tuhan selain Allah.
Muhammad Rasul Allah s.a.w. mangkat ke sisi Allah s.w.t.
meninggalkan Islam sebagai warisan rohani dan pemikiran
yang tidak ternilai besarnya. Nimat Allah apakah yang lebih
besar dari itu? Suatu warisan yang telah mengayomi dunia
dan mengarahkan peradaban manusia berabad-abad lama­
nya. Pengayoman dan pengarahan itu akan tetap lestari
sepanjang jaman, sampai Allah sendiri meratakan pancaran
sinar-Nya di segenap permukaan bumi. Warisan itu ak an
tetap besar seperti sediakala, bahkan akan senantiasa ber­
tambah besar lagi dh masa-masa mendatang. Sebab kebenaran
Allah yang ditegakkin dan peradaban yang diletakkan -
kedua itu saja - sudah cukup menjadi jaminan bagi berha­
silnya usaha manusia untuk menciptakan kesejahteraan
dunia. Islam sendiri sudah mencerminkan jalinan erat antara
cara berfikir dan perasaan manusiawi di satu pihak, de­
nga:n hukum aka! dan bimbingan ilmu di lain pihak. Bim-
. bingan ilmu yang justru diberikan oleh Al-Khaliq sendiri

1 He11reJ: baJtman 711-'718.

12
melalui Rasul dan finnan-finnan suci-Nya, AI-Quranul•
Karim..
Selama ummat Islam masih tetap menggaii menghayati
dan mengamalkan ajaran Allah yang diwariskan oleh M u ­
hammad Rasul s.a.w., selama itu pula mereka akan tetap
sanggup memikul tugas hidupnya sebagai ummat terbaik
yang dilahirkan oleh Allah di kalangan ummat manl,lsia
selUruhnya,• seperti yang sudah diperlihatkan oleh kaum
sa/af' radl,iyallahu anhum a/main.
Di bawah pimpinan Allah dan Rasul-Nya kaum salaf ber
basil dengan gemilang mengubah wajah kehidupan bangsa
Arab dan bangsa-bangsa lain !'. i dunia Dari bangsa ya.tg
sangat terbelakang, bodoh dan kasar, bangsa Arab berubah
menjadi bangsa yang besar, cerdas, berpekerti halus, dan
sanggup mencema berbagai ilmu atas dasar cara berfikir_
dan pandangan hidup Islam. Mereka sanggup menyebarkan
peradaban tauhid dan berhasil mengangkat bobot martabat
bangsanya di tengah pergaulan bangsa-bangsa. Mereka itulah
generasi Muslim• yang dengan penuh kesetiaan dan keikh­
lasan berjuang untuk memperoleh keridhoan Allah, dan ter·
nyata pl.tla Allah meridhoi dan menunjukkan jalan kepada
mereka.• Benarlah, bahwa Allah s.w.t. tidak mencederai
janji-Nya.•
Jika generasi-generasi Muslimin berikutnya mengalami
kemunduran dan perpecahan, itu adalah akibat kelengahan
.
mereka sendiri terhadap pimpinan Allah dan Rasul-Nya,
Muhammad s.a.w. Tragedi perang-perang saudara di antara
sesama kaum Muslimin yang tidak sedikit mengakibatkan
keNgian dan kerusakan, merupakan konsekuensi logis dari
sikap kebanyakan tokoh-tokoh mereka, yang lebih mengu-

1 S. AU 'lmran: 110,
2 Oenerul ,.,.11m1n Mlaman dencu Mubammad RUIII Allah 1.a,.,,
8 8. Al•Anhl>11t: 611,
4 S, Ar•B11m: 6.,
tamakan kepentingan keluarga, kabilah, golongan dan keben­
daan. Betapa besar bahaya yang akan ditimbulkan oleh sikap
yang sedemikian itu, sebenarnya telah diperingatkan jauh­
jauh sebelumnya oleh firman Allah melalui Muhammad
s.a.w.• Kerusakan·kerusakan yang timbul, bukanlah karena
kelaliman Allah atau kesalahan ajaran Islam yang dibawa
Muhammad s.a.w., melainkan semata-mata karena perbuatan
tangan mereka sendiri.' Mereka lengah terhadap kewas­
padaan politik yang diajarkan oleh Allah dan Rasul-Nya•
untuk menjaga kesentosaan ummat dari fitnah dan bencana.
Mereka kurang teguh memelihara persaudaraan dan kurang
jujur dalam menyelesaikan perselisihan-perselisihan, karena
sudah terpengaruh oleh kepentingan • duniawi, sehingga
meninggalkan prinsip takwa sebagai dasar pemecahan masa-
lah. •
Banyak tokoh kaum Muslimin sepeninggal Rasul ABah
s.a.w. merasa puas diri dan tidak ingat akan keadaan mereka
yang terpecah-belah sebelum Islam.• Mereka lupa akan pe­
ringatan keras yang diberikan Allah s.w.t. agar jangan sekali­
kali mencederai pimpinan Allah dan Rasul-Nya.• Mereka
kurang mantap dalam menghadapi ujian Allah yang berupa
nikmat kekayaan dan kekuasaan.' Mereka lupa bahwa
berpacu nf'emperebutkan kekuasaan akan mengakibatkan
datangnya mala12taka sebagai hukuman Allah. Ambisi­
ambisi kekabilahan dan golongan bennunculan kembali
sedemikian rupa hebatnya, sampai mengambil bentuk kesom­
bongan dan kecongkakan, sehingga memluat mereka lupa
bahwa sunnatullah tetap berlaku sebagaimana yang sudah
menjadi kehendak-Nya.' Dengan tangan sendiri mereka mem-

1 8 . At-Taut>oh: 24.
·2 8 . Ar-Rum: 41.
a 8 . A l lfworot:
- 6.
4 8. Al•Hu/ur4t: 10.
ti 8. AI-Anfal: 26.
6 8. AI-Anfal· 27.
7 8. AI-An'om: 1611.
8 8. Fotlr: 48.

14
percepat belakunya hukwn kehidupan yang sudah d�te �
lean oleh Al-Khaliq: Manusia diciptakan dalam lf.ead"aan
lemah, kemudian dijadikan kuat, lalu berubah menj�di
lemah kembali.• Tiada apa pun yang kekal selain Allah
Yang Maha Agung.• Kesatuan dan persatuan yang sedemikian
kokoh dibina dan diba�n oleh Muhammad Rasul Allah'
s.a.w., akhirnya terkeping-keping kembali. Semasa hidupnya
beliau sendiri sudah mencanangkan kemungkinan terjadi­
nya malapetaka seperti itu. Seperangkat orang munafik dan
sekelompok orang ambisius bukannya tidak diketahui oleh
Rasul Allah Muhammad s.a.w.• Menurut sebuah hadits yang
dikemukakan oleh Al-Hafidh bin Musa Asy-Syiraziy, • Rasul
Allah s.a.w. pernah menyatakan kepada para sahabatnya:
" .. . Bani lsra'il sudah terpecah belah meJtjadi 72 golongan,
dan ummatku ini akan terpecah belah meJ1jadi 73 golongan.
Semuanya di dalam neraka, kecuali satu golongan saja."
Tetapi betapapln pahitnya sejarah yang harus ditelan
oleh kaum Muslimin, atau betapapun berbedanya fikiran
dan pandangan mereka dalam menghadapi masalah-masal�
keduniawian, sampai kapan saja kaum Muslimin akan senan­
tiasa tetap terikat �at-kuat oleh kalimat agung: Laa ilaaha
ii/al-Lah. Muhammadur-Rasulullah! Apabila kaum Muslimin
meluruskan dan meneguhkan kembali sikap dan pe�diri­
annya, dengan pertolongan Allah s.w.t. mereka pasti akan
mencapai cita-cita dan keinginannya. Inilah jaJtji Allah yang
difmnankan melalui Muhammad Rasul Allah s.a.w. • Allah

1 s: Al'-Rum: M.
2 B. Al'-Rahmon: 28 • 27.
I 8. At-Toul>ah: 97, 91 don 101,
, AIY-SJ'indY. -111ambll dad � Ya'kub bin 8111YUI, Muqatil bin Su­
leiman, Yusuf Al-Qatllthan, Al-Qulm bin Salam, lluqatll bin Hanan, All bin
Hut>, A.1-BlddlJ', lllllabkl, QaWab, Al•Wald'iJ' dan lbnu Julb. J111&dikemuu•
lam oleh Im•m-1-m •�Ilka. aepertl Imam Sylbabllddln, YID& terl<enel
d-•D D-• 1bn11 Abdu.-Rabbll> Al·ADdeluely, di delam ldubnya Al•'Aqdad
Far/4 lllid I - Sa}'Yid Abdul HIINiD 8J'uafllddin Al•M111&wiJ': Al•Murclla'at
beJemen n, ...
,.,,1wa11a,,
U&� Ielemtan Gnnd Ltbrar,.
11 11 . ao. a1.

IS
tid� akanmencederai janji-Nya. 1 Tiada musibah yang tidak
1nengandung hikmah pelajaran. Allah melimpahkan hikmah­
Nya kepada siapa saja yang dikehendaki. Barangsiapa diberi
hikmah, berarti diberi kebajikan yang sebesar-besarnya.
Tetapi tak ada yang dapat mengambil hikmah pelajaran,
selain orang-orang yang sanggup berfikir dan berakal.•
Sudah empat belas abad lamanya Muhammad Rasul Allah
s.a.w. meninw}kan warisan suci, Islam, kepada ummat­
nya. Generasi demi generasi Muslimin muncul silih bergan-ti
m_engikuti pergantian jaman dan perkembangan keadaan.
Sesuai dengan kondisi jamannya masing-masing, tiap gene­
rasi bekerja dan berjuang menegakkan kebenaran Allah dan .
Rasul-Nya di bawah _kibaran panji-panji tauhid, dengan
penuh keyakinan bahwa Kalimat Ulya pasti akan menengge­
lamkan Kalima/ Sufla. • Dengan pengalaman dan suka-duka­
nya masing-masing, ·kurang lebih empat puluh dua generasi
itu tidak pernah diam berpangku tangan. Dalam melaksana­
kan tugas suci itu, umat Muhammad s.a.w. tidak sedikit
memberikan sumbangan kepada sejarah kemajuan manusia.
Selama 1400 tahun berjuang, ada kalanya meraih kemajuan
gemilang dan ada kala�ya pula mundur selangkah untuk maju
dua langkah. Ada masa pasang dan ada masa surut. Ini wajar
karena memang demikianlah dialektika, dinamika dan :roman­
tika sejarah. Namun arall tujuan untuk mencapai keridhoan
Allah s.w.t. tampak terang benderang di depan. Sebab ke ma­
na pun manusia hendak pergi, semua jalan menuju ke kebe­
naran Allah Rabbul"'Alamin.
Bila dihitung-hitung dengan "penanggalan" Allah, Islam
baru berusia kurang dari satu setengah hari.• Menurut ukuran
sejarah kehidupan makhluk · yang bernama mamsia.' usia

1 8 . Ar-Rum: 6.
2 8 . Al-11.,q_,,, 269..
a s.
At-Taub.ti: fO. (K•llmat'Ulya • K•llmu Haqq, abell&lUI Allah. Kollmot
All/a • l<•Um•t 11:utw: 41111 bdll.
, 8 . Al·Hal: ,1 (Sebe:d di ml Tw,1111 18111& 4111llllD 1000 tabun menunit pem1.
!W'-••mau).

16
seperti itu terlampau �uda. Meskipun demikian, kini hameir
tidak ada bagian bumi yang belum dijamah oleh ·manusia
Muslim. Waiau derap 1angkahnya tidak secepat geraknya
pada abad pertama hijriyah, tetapi awal abad ke-15 H ini
sudah memperlihatkan tanda-tanda kecerahan hari depan.
Karena Allah sendirilah yang tidak menghendaki selain me­
nyempurnakan cahaya-Nya, walau hal itu tidak disukai
oleh orang-orang kafir.' Dialah yang mengutus Muhammad
s.a.w. sebagai Nabi dan Rasul untuk menyampaikan petunjuk
dan agama yang benar kepada segenap ummat manusia, •
Dengan agama Allah dan petunjuk Rasul-Nya yang serba
jelas, lengkap dan sempurna itu, • umat Islam sekarang
tinggal terus bekerja dan berbuat. Allah, Rasul-Nya dan
semua kaum mukminin akan menjadi saksi. 1 Walaupun ke­
batilan tampak di mana-mana, bila kebenaran tiba, pasti
lenyap lah semua yang batil.' Itulah keyakinan umat Muham­
mad s.a.w., dan itu pulalah yang dijanjikan Allah Maha
Pencipta.

1 8. Al T&'4bah : 82
I 8 . Al Twboh : aa
I 8, Al·Maldah : 8
' 8. Al Tallboh : 105
ti 8. Al-Jara : 81

17
•·

Bab II
MASYARAKAT ARAB SEBELUM DAN SESUDAH ISLAM

1. Tingkat Sosial dan Kebudayaan Masyarakat Aarab Se­


belum Islam
Banyak buku yang telah ditulis oleh para ahli sejarah di
Barat maupun di Timur tentang adat-istiadat, tradisi sosial
dan kebudayaan masyarakat Arab sebelum Islam. Penulisan
mereka pada umumnya sebagai uraian pendahuluan tentang
sejarah kelahiran.dan perkembangan ag�a Islam.
Hal itu memang, sangat perlu bagi penelaahan sejarah ke­
lahiran Islam· dan perkembangannya lebih jauh. Tanpa me­
ngetahui situasi dan kondisi masyarakat Arab pra-Islam,
atau yang lazim disebut dengan istilah "jaman jahiliyyah",
kita akan sukar menarik perbandingan antara sebelum dan
sesudah malfarakat Arab menerima dan menghayati agama
Islam.
Sejarah perkembangan masyarakat Arab dalam kenyataan­
nya tidak dapat dipisahkan dari sejarah perkemoangan Is­
lam. Bangsa Arab adalah suatu bangsa yang diasuh dan di­
besarkan oleh Islam ; dan sebaliknya Islam sebagai agama
samawi, didukung dan dikembang-luaskan oleh bangsa Arab.

18
�ejarah menunjukkllfi dengan jelas sekali, bahwa tu1nbuh
pesatnya kemajuan bangsa Arab sampai menjadi bangsa yang
besar, kuat dan bersatu adalah berkat kesetiaan dan keikh­
lasannya terhadap Islam. Demikian pula Islam, agama ·ini
cepat tersebar luas ke berbagai penjuru dunia, berkat peranan
bangsa Arab.
Adalah suatu keajaiban kalau suatu bangsa yang tidak me­
miliki syarat-syarat subyektif dapat memikul tugas sejarah
yang besar. Sebab bagaimana pun juga, syarat-syarat subyek­
tif itu tetap diperlukan, walau keadaan obyektif pada jaman
itu menguntungkan kehadiran Islam sebagai suatu agama
yang logis, rasional, sederhana dan tidak mengandung ke­
takhayulan.
Adalah sudah lazim bahwa kehidupan setiap bangsa mem­
punyai segi-segi positif di samping segi-segi negatif. Keadaan
lingkungan dan alam di mana bangsa itu hidup sudah tentu
besar sekali pengaruhnya dalam pembentukan tabiat, adat­
istiadat, corak sosial-ekonomi dan lain sebagainya.
Dalam hubungannya dengan hal itu, segi-segi positif yang
ada paia masyarakat Arab, mempunyai andil tersendiri
dalam pengembangan Islam, yang sekaljgus juga berarti
pengembangan persatuan, kekuatan dan . kebesaran bangsa
itu. Tetapi sebaliknya, segi-segi negatif yang ada pada bangsa
itu, yang sisa-sisanya masih terbawa sampai pada jaman
kebesarannya, merupakan faktor yang tidak kecil peranan­
nya dalarn melemahkan dan merusak hasil-hasil gemilang
yang telah dicapainya.
Itulah barangkali yang merupakan salah satu sebab terpen­
ting, mengapa bangsa Arab yang mulanya kecil dan lemah,
kemudian menjadi besar, bersatu dan kuat, tetapi pada akhir­
nya pecah terkeping-keping kehilangan ketahanannya dalarn
menghadapi tantangan-tantangan yang datang dari luar.
Semenanjung Arabia yang hampir lima per enam daerah­
nya terdiri dari padang pasir yang gersang, merupakan daerah
di Timur Tengah yang pada jaman pra-Islam belum pernah
dijamah oleh kekuasaan asing mana pun. Kedua imperium

19
ralcsasa yang saling berhadapan pada masa itu, yakni Rumawi
(Byzantium) dan Persia, tidak satu pun di antaranya yang
menaruh minat besar terhadap daerah semenanjung ini.
Walaupun masing-masing sudah sejalc lama menancapkan
kekuasaan di daerah-daerah sekitarnya.
Daerah-daerah timur dari semenanjung Arabia sampai
ke wilayah lralc sekarang, berada di bawah kekuasaan: impe­
rium Persia. Sedang daerah-daerah utara dan baratlaut,
termasuk wiayah-wilayah Syria, Libanon, Palestina, Yorda­
nia dan Afrika Utara, semuanya berada di bawah kekuasaan
imperium Rumawi Timur (Byzantium).
Ada beberapa kemungkinan mengapa kedua imperium
raksasa itu tidak sampai menaklukkan semenanjung Arabia
dan membiarkan bangsa Arab penghuninya sebagian hidup
mengembara dan sebagian lagi hidup berpem�rintahan
kabilah-kabilah atau marga-marga. Kemungkinan pertama.
ialah karena dipandang dari sudut ekonomi, daerah ini ti­
dale menguntungkan. Kemungkinan kedua, karena daerah
ini dipandang dari sudut kepentingan militer, merupakan
daerah becat dan banyalc mengandung risiko bagi J>asukan­
pasukan yang hendak bertahan di sana. Sukarnya menda­
patkan ·bahan makanan. . dan air adalah hal yang sangat menge-
rikan bagi orang-orang Rumawi atau Persia yang sudah
terbiasa hidup di daerah-daerah subur: Dengan alam kodrati­
nya yang demikian,.
rupanya Tuhan menghendaki agar. bang-
sa Arab tumbuh ., hidup dalam kebebasan yang seluas-luasnya .
Tetapi dua kemungkinan tersebut tidak begitu menentu-
kan keengganan Rumawi atau Persia menjamah semenanjung
Arabia. Ada faktor sangat penting yang menentukan keeng­
ganan dua "super-power" itu, yaitu bahwa masyaralcat bangsa
Arab ·pada jaman itu memiliki sifat dan tabiat yang khas,
yang jarang dimiliki oleh masyaralcat bangsa lain.
Baiklah kita tinjau sejenalc beberapa kesimpulan yang di­
tulis oleh ahli -ahli. sejarah di Barat dan di Timur, tentang
sifilt-sifat dan tabiat masyaralcat bangsa Arab pada jaman itu.
Pere Lammens mengatalcan, bahwa tabiat dan sifat-sfat

20
mereka ialah 0demok_ratis berlebihan tanpa batas. Kecinta­
an dan kesetiaan mereka kepada prinsip-prinsip kebebasan
individu lebih masak dan lebih dalam daripada tingkat k e ­
sanggupan berpikirnya. Mereka patuh dan sangat setia kepada
adat dan tradisi kabilahnya masing-masing dan gemar sekali
meajamu tamu-tamunya". (Etudes sur le regne du calife
omaiyade Moawia, Beyrouth, 1907).
lbn Khaldun mengatakan, "pada masa jahiliyyah, mereka
adalah orang-orang yang tidak beradab, gemar melakukan
perampasan dan perusakan. Mereka mempunyai watak sukar
tunduk kepada pimpinan. Tidak mempunyai bakat untuk
pekerjaan pertukane-m atau bakat untuk mencerna ilmu-ilmu
yang lain. Tetapi pembawaan mereka sebenarnya adalah
bersih dan murni, pemberani dan sanggup berkorban untuk
hal-hal yang dipandangnya baik".
D. De Lacy O'Leary mengatakan, "mereka sangat materia­
listik, berpandangan sempit dan berperasaan beku, tetapi
terlampau peka bila kehornatan, nama baik dan kebebasan­
nya tersinggung. Mereka dermawan terhadap tamu-tamu11,ya
dan sangat setia kepada kabilahnya. Mereka adalah orang­
orang yang sangat fanatik dan mudah marah. Mereka memi­
lild dasar-dasar kecerdasan dan hal. ini tampak jelas dari su­
sunan bahasanya Lidah mereka lebih pandai dibanding
dengan akal dan pikirannya. Pandangannya sangat terbatas
dan tidak banyak ragamnya. Mereka tidak kenal patuh k e ­
pada pimpinan atau pun penguasa .selain dari kabilahnya
sendiri. Mereka sangat bersikeras pada prinsip persamaan
dalam batas lingkungan kabilahnya, di mana mereka siap
.'berkorban dan mengabdikan diri. Kepentingan bangsa bagi
mereka merupakan masalah nomor dua sesudah kepenting-
an kabilahnya. Mereka merasa sebagai manusia istimewa
yang berasal dari da'rah pilihan. Mereka memandang remeh
imperium Rumawi dan Persia, meskipun mereka tahu bahwa
bangsa kedua imperium itu mempunyai kebudayaan yang
tingii dan maju. Mereka membangga-banggakan adat-istiadat­
nya sendiri dan mergagung-agungkan bahasa �rta kesusastra-

21
annya."
Sebagaimana yang telah dikemukakan, kondisi alamtem­
pat masyarakat Arab hidup, besar pengaruhnya dalam pem­
bentukan watak dan tabiat. Tanah gersang dan tandus,sangat
sedikitnya jenis tumbuh-tumbuhan dan hanya ada di sebagi­
an kecil daerah ini, sangat sulitnya orang mendapatkan air,
iklim yang amat panas di siang hari dan amat dingin di malam
hari, hembusan angin keras bercampur pasir dan debu, se­
muanya itu menuntut kesanggupan manusia penghuninya
untuk berani terjun dalam perjuangan hidup yang serba
keras dan berat. Akan tetapi bagaimanapun juga manusia
tidak ditentukan segala-galanya oleh keadaan alam sekitar­
nya. Manusia �enurut alam kodratinya sendiri dicipta­
kan Tuhan lengkap dengan unsur-unsur kemanusiannya.
Betapa pun negatifnya sebagian sifat-sifat masyarakatbangsa
Arab pra-Islam mereka tetap memiliki unsur-unsur dan sifat­
sifat positif iebagai manusia.
Dari tiga orang penulis sejarah yang kenamaan tadi, kita
dapat menarik kesimpulan secara garis besar, bahwa masya­
rakat Arab ketika itu memiliki dua sifat sekaligµs, positif
dan negatif. Sifat-sifat positifuya itulah yang akan menjadi
penunjang perkembangan Islam dan pendorong kebesaran
mereka. Sedang sisa-sisa sifat negatifnya kelak kemudian
hari akan merusak dan merobek·rob·ek kebesaran dan persa•
tuan mereka.
Sebagai nnsal dapatlah dikemukakan beber;ipa contoh
tentang adat' kebiasaan atau tabiat negatif di kalangan seba·
gian bangsa Arab pra·lslam:
Di kalangan mereka terdapat kebiasaan menanam anak
perempuan hidup-hidlip dan membunuh anak lelakinya sen­
diri, apabila anak lelaki itu dipandang mempunyai watak
penakut atau pengecut.
Walaupun adat yang· sedemikian itu samasekali tidak d a ­
pat dibe.narkan, namun untuk dapat memahaminya, perlu
dilihat motivasi-motivasinya yang mendorong timbul.nya
adat seperti itu.

22
Sebagai marrusia sudah pasti orang Arab pada jaman itu
rnempunyai rasa iba dan kasih sayang kepada anak kandung­
nya. Tetapi sifat-sifat keprimitifan mereka sebagai _ suku­
suku pengembara, terlampau berlebihan dalain mendewa­
dewakan· harga diri dan kehormatan serta nama baik keluarga
dan kabilahnya. Mereka sangat khawatir kalau-kalau di hari
kemudian anak perempuannya akan mencermarkan n�a
baik keluarga dan kabilahnya. Lebih-lebih bila diingat tata
sosial yang berlaku pada jaman itu, tatkala kaum wanita
hanya berkedudukan sebagai pemuas nafsu kaum pria dan
tidak mempunyai hak apa pun untuk menentukan nasibnya
sendiri. Belum lagi ketakutan dan kekhawatiran akan berat­
nya beban ekonomi yang harus ditanggungnya, karena kaum
wanita dipandangnya tidak akan mampu"menghadapi p e r ­
juangan hidup yang serba keras dan berat.
Anak-anak lelaki yang berwatak penakut atau pengecut
dinilai sama dengan anak-anak perempuan. Mereka.dipandang
tidak akan sanggup dan berani membela kehormatan �
dan
huga dirinya sendiri serta nama baik keluarga dan kabilah-
nya. Demikianlah cara berfikir orang Arab pada j:unan itu.
,Dari contoh itu tampak adanya beberapa masalah yang
saling bertentangan, yaitu antara rasa kasih sayang orang
tua dengan rasa takut menghadapi hari depan. Sedangkan
tingkat berpikir primitif orang Arab tidak mampu,menemu­
kan pemecahan yang tepat dan baik, sehingga diambiBah
cara yang paling mudah, walau ha! itu berlawanan dengan
ma kemanusiaan dan hati nuraninya sendiri. Dalam hal itu
Alis bahwa segi-segi negatif yang ada pada tabiat dan adat­
faiiadat orang Arab mengalahkan segi-segi positifnya.
1
Akan tetapi dalam hal lain ada pula segi-segi positif yang
..
mengalahk;tn segi-segi negatif. Seperti kepekaan mereka
l&)lbila harga diri, kehonnatan serta kebebasannya diganggu
orang, kedermawanan mereka terhadap tamu, keberanian
berkorban· untuk membela sesuatu yang dianggapnya benar,
mertjunjung tinggi prinsip-prinsip persamaan dan demokrasi;
aeinuanya itu merupakan sifat-sifat yang patut dipuji.

23
Muhammad bin Abdullah s.a.w. datang kepada mereka
sebagai seorang Rasul dan Nabi membawa amanat suci agama
Allah, Islam. Bersamaan dengan itu murx:ul pulalah nilai­
nilai kebudayaan dan tata sosial yang baru. Nilai-nilaj yang
mengikis segi-segi negatif bangsa Arab, meiempangkan adat­
istiadat lama yang buruk dan menumbuhkan kebudayaan
baru yang bermanfaat dan memang diperlukan untuk kelang­
sungan hidup umat manusia.
Bangsa yang akan memikul tugas sejarah yang besar ini
harus dibina, diasuh, dipupuk, dipersatukan, dibesarkan dan
diperkuat. Kesanggupan berfikimya harus ditingkatkan,
ketakhayulannya harus dibersihkan dan akidahnya harus
diluruskan. Mereka harus berani meninggalkan adat kebiasa­
an buruk peninggalan nenek-moyangnya. Mereka harus
dipersenjatai dengan suatu akidah dan keyakinan, bahwa
dalam hidup ini tidak perlu ada yang ditakuti kecuali Tuhan
Yang Mahakuasa. Mereka harus diyakinkan benar-benar,.
bahwa kebenaran yang mutlak wajib dipertahankan dan di­
bela hanyalah kebenaran Tuhan.
Tidak ringan tugas Muhammad s.a.w. Beliau bukan seke­
dar Rasul dan Nabi saja. Beliau sekaligus seorang pemimpin
bangsa dan umatnya. Yang . rusak perlu diperbaiki, yang
buruk harus dihapus, yang batil harus ditentang, yang hak
harus dimenangkll,Il, yang bengkok harus diluruskan. Risi­
ko apa pun yang akan dihadapi diserahkan sepenuhnya ke-
pada kekuasaan Ilahi. .
Untuk itulah berdasarkan wahyu llahi yang diterimahy�.
Muhammad s.a.w. meletalckan hukum-huk�, baik yang
berkenaan dengan mawah-masalah ·alddah dan peribadatan
maupun yang bersangkutan dengan masalah-mawah tata
kehidupan sosial.
Tingkat kecerdasan dan kebudayaan masyarakat Arab
pra-lslam tidaklah sama jUltara satu kabilah dengan kabilah
lainnya. Kabilah-kabilah yang bennukim di daerah subur
seperti Yatsrib (Madinah), pada umwnnya lebih maju diban­
ding dengan kabilah-kabilah yang bermukim di daerah-

24
.
daerah tanius, seperti Mekkah. Kabilah-kabilah yang hidup
mengernbara (suku-suku Badwi) dari satu daerah sahara
b sahara lainnya, rata-rata lebih tetbelakang dibanding
denaan kabilah-kabilah yang berpemuk.iman tetap.
Tidaklah keliru apabila Nabi s.a.w. memilih kota Madinah
sebagai tempat hljrah dalam melanjutkan tugas-tugas risalah­
nya. Dengan perhitungan yang masak, beliau yakin bahwa
penduduk Madnah akan lebih mudah mtmahami dan me­
. nerima ajaran-ajaran Islam daripada penduduk kota Makkah.
Benarlah bahwahal ini kemudian menjadi kenyataan.
Dua kabilah tetbesar di Madinah, Aus dan Khazraj, temya­
ta bukan hanya memahami dan menerima Islam sebagai
agama baru, tetapi bahkan lebih dari itu. Mereka melindungi
keselamatan Nabi s.a.w., mendukungnya dan membela da'­
wah risalahnya. Dengan )ces_adaran solidaritas yang tinggi
mereka menyediakan segala-galanya bagi kaum Muslimin
yang meninggalkan Makkah berhijrah ke Madinah.
Dari peristiwa yang menghanikan itu tampak bahwa kon­
disi-kondisi sosial dan ekonomi di Madinah lebih mantap
daripada di Makkah. Ini adalah suatu kondisi ya� baik se­
kali·. bagi Nabi s.a.w. untuk bersama kaum Muslimin·yang
masih sedikit jumlahnya, menyusun kekuatan membela
kebenaran Islam dan menghadapi serangan-serangan bersen­
jata yang terus-menerus dilancarkan oleh orang-orang Mak­
, tab.
·t,-·. Kemantapan kondisi di Madinah dibuktikan juga oleh
; ;•yataan bahwa ayat-ayat suci yang bersangkutan dengan
�--ialahmasalah hukum kemasyarakatan, seluruhnya turun
:·. dJ" kota tersebut. Sedangkan ketika Nabi s.a.w. masih berada
·. di Makkah (kurang!ebih selama tiga belas tawn) hanya me-
. tmma ayat-ayat . suci yang bersanakutan denglil akidah.
•p�• ·-

· �mua · ayat suci yang mencakup masalah-masalah sosial,


piolltik, eko�omi dan pertahanan, turun di Madinah.
, Mahabesarlah Allah yang mengatur segala-galanya menu­
rut kehendak-Nya dan bijaksanalah Muhammad s.a.w. _yang
sangup melaksanakan risalah Ilahlyyah · dengan perhitungan

25
semasak-masaknya dan dengan pandangan yang setajam-ta­
jamnya. Sehingga tidak · kelirulah kalau dikatakan, bahwa
Islam yang lahir di Makkah, ternyata dikonsolidasikan dan
dibesarkan di Madinah.
Makkah melahirkan seorang pemimpin besar bangsa Arab
dan umat Islam, sedang Madinah kemudian menjelmakan
masyarakat bangsa Arab sebagai suatu bangsa yang utuh,
bersatu dan bulat. Satu bangsa, satu tanah-air, satu bahasa,
satu keyakinan agama, satu pimpinan, satu Undang-undang.
Dasar (Al-Quran) di bawah lindungan dan ridha Tuhan
Yang Mahaesa.
Sukar dimengerti apabila perkembangan sejarah seperti
itu daptt terjadi di Madinah hanya dalam \\'.aktu kurang­
lebih sepuluh tahun, kalau tingkat budaya. penduduk kota
itu lebih rendllh daripada yang ada dikota-kota atau daerah­
daerah Arab lainnya Suatu periode sejarah yang amat sing­
kat untuk pembentukan suatu bangsa yang .\lomogen. Tetapi
itu tidak betarti bahwa masyarakat Arab pra-Islam ditemp a t ­
tempat lain tida:k mempunyai kebudayaan yang positif
samasekali.
Masyarakat Arab .sebelum Islam tidak mengenal adanya
suatu pemerintahan yang memusat. Masing-masing kabilah
mempunyai pemerintahan sendiri yang dikepalai oleh seorang
syeikh (ketua). Syeikh adalah pemegang kekuasaan terting­
gi dalam lingkungan kabilahnya. Kekuasaan seorang �eikh
ada kalanya didapat dari keturunan atau disebabkan oleh
usia dart keariiannya. Kekuasaan seorang syeikh ditegakkan
atas dasar pendapat umwn yang hidup di kalangan ang-
gota-anggota kabilahnya.
Di samping seorang syeikh, masing-masing kabilah mem­
punyai seorang hakim yang bertugas. mengadili. dan menetap-
kan keputusan mengenai. berbagai perselisihan atau perti-
kaian yang terjadi di lingkungan kabilah. Ada kalanya kedu­
dukan haltirn ini dir.angkap oleh syeikh sendiri, tetapi tidak
jarang juga dijabat oleh seorang ahli nujum atau seorang
anggauta kabilali lainnya yang dianggap mempunyai p a n -

26
dangan jauh dan tajam serta mamp.1 menetapka., keputusan
untuk menyelesaikan suatu masalah. Hakim kabilth IJ,1enye­
lesaikan kasus-kasus perkara berdasarkan· kearifan, pengalam­
an, kebiasaan�kebiasaan. yang berlaku dan kepercayaan�
kepercayaan yang ada di kalangan anggota-anggota kabilah.
Di kota Makkah terdapat suatu pemerintahan kabilah
yang lebih tinggi, yang dipandang mempunyai martabat lebih
tinggi oleh kabilah-kabilah lainnya, yaitu l(abilah Quraisy.
Kabilah inilah yang memegang kekuasaan di Makkah.
Dalam pernerintahan Quraisy tugas-tugas dan pekerjaan
dibagi menjadi sepuluh bidang. Sepuluh orang terkemuka
dari kabilah Quraisy, masing-masing menjalankan tugas
yang diserahkan kepadanya. Di antara sepuluh bidang tugas.
pekerjaan itu, ialah sebagai berikut:

l. Urusan perawatan Ka'bah. Tugas pekerjaan ini ialah


mempersiapkan pembukaan dan penutupan Ka'bah
dengan kain khusus, pada saat-saat menjelang dan se_­
sudah upacara tahunan. Pada jaman pra-Islam, orang­
orang Arab sejak dahulu kala sudah biasa mengadakan
upacara-upacara besar tahunan di hadapan patung-pa­
. tung dan berhala-berhala yang dipertuhan, yang ditem­
patkan di sekeliling Ka'bah.

2. Urusan persediaan air minum untuk ribuan orangyang


datang ke. Makkah untuk mengikuti upac31"a-upacara
penyembahari berhala-berhala.

· 3. Urusan persediaan makanan dan jamuan-jamuan lain


untuk para pe�erta upacara sel�a mereka mimh berada
di Makkah.
I

4. Urusan persidangan wakil-wakil dan utusan-utusan


kabilah yang datang dari berbagai tempat ke Makkah.
Persidangan ini diadakan untuk memecahkan berbagai

27
masalah kehidupan masyarakat kota Makkah dan se­
kitamya.

S. Urusan pertahanan dan pemegang komando.

6. Urusan peradilan untuk menetapkan, melaksanakan dan


mengawasi pelaksanaan hukum, tennasuk tebusan­
tebusan, denda-denda dan lain sebagainya. Dalam hal
ini yang 1nenjadi pedoman ialah, bahwa tidak boleh
ada seorang pun di Makkah, baik yang berasal dari
luar ataupun dari dalam kota, tidak pandang orang
merdeka atau budak, mendapatkan perlakuan hukum
yang tidak itdil. Hak setiap orang harus mendapat
perlindungan.

Berbeda dengan sistem hukum yang berlaku di kota M a ­


dinah, pada jaman sebelum Islam, penduduk kota ini pada
umumnya tunduk kepada hukum yang berlaku di kalang ­
an orang-orang Yahudi, mengingat banyaknya jumlah orang­
orang Yahudi yang cukup_memiliki pengaruh karena kekuat­
an ekonominya di kalangan penduduk.
Di Madinah orang Arab mempunyai kondisi sosial · dan
ekonomi yang baik, tetapi mereka belum sampai mempu­
nyai kesadaran politik dan berorganisasi seperti di Makkah.
Sedang keadaan orang-orang Arab di Makkah adalah sebalik­
nya. Keadaan ·. di Madinah mungkin disebabkan besarnya
pengaruh kebudayaan Yahudi. Sedang keadaan di Makkah
bisa disebabkan ·oteh dua faktor penting'. Pertama, ,karena
kota Makkah merupabn lalu-lintas perniagaan yang ramai
dan pada wak:tu-waktu· tertentu pasar · 'Ukadz banyak di­
kwtjungi oleh�g-orang asing yang datang dari luar. Kedua,
adanya Ka'bah di Makkah yang tiap tahun, palingscdikit,
mendapat kunjungan ribnan orang. Sering terjadinya kesi­
bukan-lceabukan besar itulah rupanya yang meJtjadi pen­
dorong adanya kesadaran berorganisasi di kalangan orang
Quraisy.

28
•.-
,'
Adanya sistan prmerintahan yang teratur dan rapi CJifp­
nisasinya, mempennudah oran& Makkah, terutama �,
. melancarka:n serangan-serangan bersenjata secara terpimpin
terhadap kaum Muslimin di Madinah.
Anggota-anggota berbagai kabilah yang ada di Makkah.
mudah dimobilisasi oleh Quraisy untuk mempertahankan
adat-i.stiadat dan kepercayaa n k- epercayaan yang diwarisi
dari nenek-moyangnya, di samping untuk mempertahankan
juga kekuasaan Quraisy di kota itu.
Tuduhan orang-orang Quraisy bahwa Nabi s.a.w. orang
gila, haus kelcuasaa1>, berambisi menjadi pemimpin, menge•
jar kekayaan, merusak tradisi lama dan sebagainya, menun­
jukkan bahwa orang-orang Quraisy sangat khawatir akan
kehilangan kekuasaan politik di Makkah, akibat keberhasil•
an Muhammad s.a.w. dalam melaksanakan misinya.
Serangan-serangan yang . dilancarkan oleh orang Quraisy
secara sistematik dan kontinyu selama kurang-lebih tip bel11
tahun, memaksa Nabi s.a.w mengijinkan para pecreh1'':
Islam yang baru dan yang masih sedikit jumlahnya. •tuk
berhijrah ke Abesinia (Habsyah) dan kemudian Nabl 1.a.w.
sen4iri dengan ijin Allah terpak s. a harus berhijrah ke M a ­
dinah.
Tfudakan-tindakan dan perbuatan-perbuatan bengis dan
kejam seperti yang dilakukan oleh orang-orang Quraisy
terhadap kaurn Muslimin yang dipandangnya sebagai lawan
kepercayaan yang menggoyahkan kelcuasaannya, pada j a ­
man itu bukanlah suatu yang mengejutkan. Yang demikian
· . itu memang sesuai dengan jaman, di mana sistem perbudakan
. ·berlaku hampir di seluruh dunia, terutama di dalam wilayah
'.. keJo.,lasaan Rumawi.
:.: . Di lalangan masyarakat bangsa Arab pada jaman itu,
·· : pei:dapngan budak merupakan salah satu kegiatan ekonomi
Yan& penting di samping pelepasan uang riba dan lain-lain.
JCeajatan di kedua bidang ekonomi itu banyak dilakukao
oleh orang Yahudi di samping orang Arab sendiri. Kebengis-
111 mereka dalam memperlakukan budak-budak tidak kalab

29
·dengan cara-cara yang biasa dilakukan orang Rwnawi dan
Persia. .
Budak-budak tidak diberi hak apa_ pun sebagai manusia dan
kedudukan mereka tidak ubahnya seperti temak atau bina­
tang peliharaan. Mereka hidup tidak untuk dirinya sendirl, te­
tapi untuk mei\iadi hak orang lain yang memilikinya. Berpi­
sah atau tidak dari istri dan anaknya, mau dijual, digadai,
bahkan dibunuh atau tidak, segala-galanya di tangan tuannya.
Juga wanita-wanita budak talc ubahnya sebagai pelampias
napsu.Apabila hamil, maka anaknya yang lahir nantiterserah
kepada kemauan tuannya, apakah mau diakui anak atau
dibunuh. Di kalangan masyarakat ketika itu terdapat suatu
pepatah: orang bebas cukup dengan isyarat, tetapi budak
harus dengan pukulan tongkat.
Perlakuan tak semena-mena terhadap sesama manusfa
ini samasekali bertentangai dengan prinsip-prinsip ajaran
Islam yang dibawa Muhammad s.a.w., ajaran yang meman­
dang semua manusia sama. Yang mulia di dalam pandangan
Allah s.w.t. ialah siapa yang paling takwa kepada Allah.
Semua manusia mempunyai hak dan kewajiban yang sama.
Sudah barang tentu risalah Islamiyyah yang .menjunjung
tinggi prinsip-prinsip kebebasan, bertentangan dengan sistem
perbudakan. .
Demikian pula halnya dengan sistem riba, terhadap mana
Islam tegas-tegas menyatakan perang atas nama Allah dan
Rasul-Nya Islam _menetapkan bahwa tidak ada penaampun­
an bagi pemaJau\ riba, selama ia belum mengembalikan
. . se-
1nua harta basil riba kepada flhak yang diperasnya, sehingga
bagi orang yang bertaubat , harus tinggal harta pokoknya
.
saja. .
Benarlah bahwa Muhammad s.a;w. dengan risalah yang
dibawanya, kngat menggoyahkan dan mcngancam sendi­
sendi ekonomi pemerasan ini. Orang Qureisy yang padaja­
man itu hidup mesum dan· berfoya-foya dengan segala ke­
bengisannya, sepenuhnya menyadari adanya ancam.an terse­
but. Tidak hanya takhayul dan keberhalaan mereka yang

30

terancam Islam dan tidak hanya sendi-sendi ekonomimere-
ka yang menghadapi tantangan Islam, tetapi bahkan seluruh
tata hidup mereka tergoyahkan, baik sosial, politik, ekonomi,
'
kebudayaan dan ideologi.
Sesuai dengan sunnatullah, usaha menegakkan kebenaran
di kalangan manusia memerlukan sarana fisik material dan
mental spiritual sebagai penunjang. Muhammad s.a.w. sebagai
manusia seorang diri sangat kurang memadai untuk mengha­
dapi kebengisan orang Quraisy yang jauh lebih kuat dan
lebih besar. Oleh karena itu bukanlah tanpa maksud jika
wahyu Ilahi yang turun kepadanya selama berada tiga belas
tahun di Makkah hanya terbatas pada masalah-masalah yang
bersangkutan dengan akidah: Tiada Tuhan yang berhak
disembah kecuali Allah, dan Muhammad utusan Allah.
Adapun firman suci yang mengatur tata kehidupan dan tata
sosial baru turun kepada Nabi s.a.w. setelah beliau berada di
Madinah. Hal ini mengisyaratkan, bahwa sarana-sarana yang
diperlukan untuk menunjang tegaknya kebenaran lebih c u ­
kup t�rsedia di Madinah daripada di Makkah. Berhijrahnya
para sahabat Nabi s.a.w. dari Makkah ke rw1adinah, lebih
menambah kuatnya sarana yang sudah tersedia di Madinah .
.Semuanyaitu merupakan suatu modal yang sangat penting
artinya bagi terbentuknya suatu bangsa Arab yang•homogen
di kemudian hari.
Bagian terbesar lapisan atas penduduk Makkah dan. para
�ml.mpin Quraisy, adalah eksponen-eksponen yang meng­
geraldcan pengejaran Nabi s.a.w. dan para pengikutnya.
Merekalah yang paling berkepentingan untuk mempertahan­
kan kondisi politik, sosial, ekonomi dan kebudayaan yang
ada. Agama keberhalaan yang mematikan pikiran masya­
rakat, mereka jadikan
• perisai untuk me�adapi Muhammad
s.a.w. Mereka adalah orang yang hati-kecilnya tidak me-
ngenal apa yang diperbuat tangannya.
Betapa tidak menggelikan, jika patung-patung yang ka­
dang-kooang 1nereka buat !endiri dengan gula dan gandum,
kemudian dimakannya !endiri beramai-ramai setelah dipuja

31
dan disembah. Mereka 'menciptakan hukum kebiasaan yang
merusak huhlngan kelceluargaan dan menyakiti hati manusia
demi untuk mendatangkan keuntungan material atau seks
semata-mata. Misalnya hukum yang memberi hak kepada se­
orang anak sulung lelaki yang sudah dewasa untu.k mewarisi
istri ayahnya yang bukan ibu kandungnya. Apabila ayahnya
· yang meninggal mempunyai beberapa isteri tanpa anak,
maka anak sulung dari isteri pertama yang sudah dewasa
tadi berhak menggantikan ayahnya dan menjadikan janda­
janda itu sebagai alat pelepas napsu. Akan tetapi bila si anak
lebih menyukai uang atau barang, ia dapat menyerahkannya
kepada orang lain yang berminat, asal dapat menerima
pengganti sejumlah uang atau barang.
Bagi masyarakat yang hidup sejaman dengan masa pra­
lslam di Semenanjung Arabia, adat kebiasaan dan tingkat
budaya semacam itu. sebenarnya bukan hal yang luar biasa.
Ntlainilai moral dan susila pad a jaman itu tidak dapat diukur
dengan nilai-nilai yang berlaku pada abad-abad kemudian,
Meskipun demikian, di kalangan masyarakat Arab terda­
pat bentuk-bentuk kebudayaan primitif yang tidak kalah
dekadennya dibanding dengan kebudayaan bangsa-bangsa
lain, termasuk Rumawi dan Persia, yang ketika itu
merupakan lambang kemajuan terbesar di dunia. Suatu
masyarakat yang memiliki watak �mar berperang antar
kabilah hanya karena soal remeh, gemar saling mencemooh­
kan dan saling mengejek dengan untaian sya'ir di depan
umum, benrailisi saling membalas dendam, bertabiat keras,
kasar dan bengis; rasanya sukar dibayangkan oleh m.anusia
jaman modem. Bellpa hlasnya cara yang mereka lakukan
membela kefanatikaii terhadap peninggalan nenek-moyang­
nya. Pcmotongan lidah, pencungldlan mata, penyaliban dan
dan sebagainya yang sering dilakukan oleh orang-orang
Rumawi sama biasanya dengan pemenmalan kepala, pemo­
tongan gembung dan lain-lain yang dilakukan oleh orang
Arab pada jaman pm-Islam. Bentuk-bentuk kebuasan seperti
itulah yang dihadapi oleh. Muhammad s.a.w., terutama

32
ti.ia �t�aat sebeliUJl beliau hijrah ke Madiitall: Pembunuh­
,,�. atau pemenggalan· kepala Muhammad s.a.w. juga pe�
iJiirencanakan oleh· orang Makkah secara kolektif. Pemuka­
'· t,emuka Qureisy mengorganisasir semua kabilah yang ada di
Makkah agar masing-masing mengirimkan seorang pemuda
yang berbadan kuat, guna melaksanakan pembunuhan se- ·
. . ientak terhadap Nabi s.a.w. Dengan cara ini tidaklah mudah
bagi keluarga Muhammad s.a.w untuk menuntut balas.
Sebab tuntutan pembalasan akan berarti harus berhadapan
· dengan semua kabilah yang ada di Makkah. Ini merupakan
suatu tantangan yang tidak mungkin dapat ditanggulangi
oleh keluarga Muhammad s.a. w.
Terlepas dari nilai sastranya yang tinggi dan susunan ba­
hasanya yang indah, syair-syair peninggalan jaman pra-lslam
menunjukkan betapa hebatnya orang-orang Arab masa itu
'membangga-banggakan fanatisme dan sauvinisme kekabila­
han; mendewa-dewakan tradisi nenek-moyang, mengagung­
agungkan kehonnatan pribadi, memuji-muji peranan pedang
dan mengkultuskan seseorang yang dengan pedang di..tangan
berhasil membunuh lawan sebanyak-banyaknya.
· · Penyakit . kemasyarakatan · yang sudah membudaya dan
mendarah-dagi� di kalangan masyarakat Arab jahiliyah
aelama berabad-abad itulah, yang di lcemudian hari alcan
· berjangkit kembali di kalangan sementara golongan bangsa
!,,,. Arab, setelah mangkatnya Nabi- s.a.w., walaupun mereka
·;f'ludtb dapat menerlma kebenaran aaama Islam. Berjangkit­
.:: a: bmbali penyakit sosial dan sisa-sisa tabiat lama itulah
·· akari menimbulkan perpecahan dan perang saudara
." . · . rapa tahun sepeninpal Nei s.a.w. Persatutn ba11gsa
·
.. · · telah dibina serta diasuh da'n dibela denpn berbapi
. ·: ,_orbanan oleh mereka di bawah kebijalcsanaan pimpinan
· i .,.a.w., akhirnya mereka robek-robek sendiri. Ambisi
;• .,..
' ..
dan kekabilahan akan bennunculan inemaintan
r. � ·;eranan dalam prOleS perpecahan yang berlarut-larut hingga
'· r·Jaman-jamail berikutilya sampai sekarang. · .
. · Bahaaialah matu bangsa yang sanggup menarik pelajaran

33
'

dari pengalaman sejar�ya


' sendiri dan s�jarah bangsa-bangsa
Jsinnya. ' :.,·

2. �rakat Arabdi Madinah


621 -632M

Keberangkatan Nab{ s.a.w. dalam hijrahnya ke Madinah,


ditemani seorang sahabatnya yang terdekat, Abubakar ash­
Shiddiq. Peristiwa ini tidak diragukan oleh siapa pun, kare­
na kebenarannyadiperkuat oleh Kitab Suci AI-Quran. Firman
Allah menyitir ucapan Nabi s.a.w. kepa<fa Abubakar ketika
keduanya berada di dalam gua, bersell}bunyi menghindari
pengejaran orang-:orang Qureisy di tengah perjalanan: "Ja­
nganlah anda bersedih hati, karena sesungguhnyalah Allah
beserta kita."
Abubakar adalah orang yang paling dahulu memeluk aga­
ma lslaiµ dan dengan penuh' kesetiaan mengikuti Nabi. s.a.w.
Kepercayaan dan imannya kepada Allah.dan Rasul�Nya tidak
' .

pernah goyah. Ia tidak pernah meragukan apa saja yang


dikatakan oleh Nabi s.a.w. Apa pun yang dilakukan oleh
Nabi s.a.w., baginya merupakan suatu teladan yang harus
diikuti dalam hidupnya. Karena demikian besarnya keper­
cayaan Abubakar kepada Nabi s.a�., ia kemudian disebut
dengan nama Ash-Shiddiq, yang berarti: orang yang sepenuh-
nya petcayakepada Nabi s.a.w.
Abubalar. bensal dari kabiah Quraisy yang mempunyai
kedudukan� (ikonorni kuat. Namun setelah ia menghayati
agama Islam dan mengikuti jejak Nabi s.a.w., diinfakkannya­
lah seluruh harta �kayaannya di jalan Allah. Antara lain
banyak dipe�nakm. menebus budak-budak untuk dimerdo-
. '

kakan tanpa syam.t. Bilal bin Rabbah, seorang budak milik


orang Qureify, ditebus • oleh Abubakar dan dimerdekalcan.
Di kemudian harl Bil� terkenal sebagai muaddzin terbaik
di masjid Nabawi di Madinah.
Keinudian Abubakar mempererat hubungannya dengan
Nabi s.a.w. dengan menikahkan Nabi s.a.w. dengan putrinya,
34
�\,�A.,isfah r.a., sepeninggal Khadijah r.a. · Dalam kehidupannya
:;•.Jellari-hari, sebagai salah seorang sahab11-t, Abubakar kerap
i:· dimintai pendapat dan diajak bennusyawarah oleh Nabi
;..•mcngenai masalah-masalah kemasyarakatan atau keduniawi­
t an lainnya. Ia seorang yang berhati lembut dan lapang dada,
. tetapi tegas dalam pendirian. Ia sangat rendah hati, berpan-
. dangan jauh dan bijaksana. Sepeninggal Nabi s.a.w. ia menjadi
Khalifah pertama dan kemudian setelah wafat, digantikan
berturut-turut oleh 'Umar bin'l-Khatthab, 'Utsman bin
'Affan dan Ali bin Abi Thalib. Empat orang Khalifah yang
didalam tarikh Islam dikenal dengan sebutan A lKhulafa
-
Ar-Rasyidin r.a.
Nabi s.a.w. bersama sahabatnya tiba di Madinah tanpa
membawa harta apa pun. Di Madinah orang Muslimin sudah
mendengar kedatangan Nabi s.a.w. Berita ini disampaikan
oleh sekelompok Muslimin Madinah, yang sudah mengada­
kan pembicaraan pendahuluan dengan Nabi s.a.w. di Makkah,
dalam suatu kesempatan kunjungan mereka ke kota ini.
Maka kedatangan Nabi s.a.w. di Madinah disambut meriah
oleh jama'at Muslimin. Semua persiapan untuk td�pat
tinggal dan lain sebagainya telah diurus dengan baik. Iiij­
rahnya Nabi s.a.w. ini ki;mudian diikuti oleh rombongan­
rombongan kaum Muslimin dari Makkah, khususnya bekas­
bekas budak yang kini telah merdeka dan menikmati hak-
hak persamaan sepenuhnya bersama saudara-saudaranya
\� Muslimin.
Jt,. &,tiap orang Muslim ketika itu, di samping menerima
· . ·�naran Islam sebagai agama untuk diri nya sendiri dan
,
,. .
,w ' •
ya, juga sekaligus bertinclak sebagai juru da'wah,
·: ,1'10fflbantu N�i s.a.w. dalam menunaikan tugas risalah su-
· ,;i,� �pada setiap insan..Cara-cara pendekatan yangdilaku­
,. · oleh Nabi s.a.w., sikapnya yang simpati.k, tingginya
��� .�an . aiaumentasi yang di.kemukakan dengan ramah­
: ••h,_. 1� dan rasionalnya. penjelasan-penjelasan yang di­
:, limpaikan, ,kuat dan indahnya susunan bahasa yang diper-
aun.tan, ditambah lagi dengan praktek kehidupan seha-
35
ri-hari yang tiada cacat-celanya, harmonisnya jalinan per­
saudaraan di antara sesama Muslimin; semuanya itu merupa­
kan faktor pentiog yang menambah pesatnya perkembangan
Islam di Madinah dan daerah-daerah sekitamya.
Bertambah hari pemeluk Islam makin bertambah banyak.
Bukan hanya terbatas di Madinah saja, melainkan di Makkah
dan d· aerah-dae'tah lainnya juga orang mulai berduyun-duyun
memasuki agama yang baru, Islam. Juga banyak orang Ya­
hudi dan orang-orang yang berasal dari Persia.
Rombongan-rombongan Muslimin dari Makkah makin
bertambah banyak yang hijrah ke Madinah, karena tidak
tahan men�lami pengejaran buas yang semakin hebat dilan­
carkan orang-orang Qureisy. Semakin meningkatnya jumlah
kaum Muslimin dan berubahnya sikap mental orang-orang
Arab, merupakln canang akan berakhimya tradisi jahiliyah
yang menyesatkan pikiran. I-Ial ini sekaligus juga berarti
akan segera lenyapnya kekuasaan politik dari tangan Quraisy
yang menolak agama Islam. Semuanya itu menambah sema­
kin gusar dan buasnya penguasa-penguasa Quraisy di Makkah.
Semangat solidaritas di kalangan kaum Muslimin demikian
tingginya, sehingga setiap orang Arab yang sudah menerima
dan menghayati :agama Islam, merasa terlepas samasekali
dari ikatan-ikatan kabil;lhnya, terlepas juga dari segala adat­
istiadat dan kebiasaan lamanya. Kekuasaan syeikh-syeikh
sudah mulai banyak yang rontok. Apa saja yang bertentang ­
an dengan ajaran Islam sudah tidak diindahkan lagi. Tata
sosial dan tate ekonomi baru sudah mulai menjadi kenyat�­
an. Tidak ada hukum yang berlaku di kalangan masyarakat,
kecuali hukum yang ditetapkan oleh Nabi s.a.w. berdasarkan
firman llahi. Benar-benar dunia Arab sudah berubah.
Tnaklah mengherankan kalau semua perubahan yang ra:
dikal itu dipandang oleh para penguasa di Makkah, sebagai
pemberontakan yang-me.ngancam kelestarian posisi mereka
di bidang politik, sosial, ekonomi dan kebudayaan. Dan ter­
nyata mereka. memang tidak dapat membiarkan, apal�gi
mentolerir kejadian-kejadian seperti itu. Mereka menganggap

36
fNuhammad s.a.w. sebagai biang keladi pemberontakan d�
, 9Wllber malapetaka. Perlawanan tegas harus dilancarkan
·.- �tuk menghancurkan kaum pemberontak itu.
. · · Orang · Makkah yang memusuhi Islam semuanya tahu
bahwa Muhammad s.a.w. tidak pernah menempuh jalan
kekerasan atau memaksakan ajaran agama yang dibawanya
kepada orang lain. Walaupun demikian, akibat-akibat yang
ditimbulkan oleh agama baru itu sangat besar bahayanya
bagi dominasi pengaruh mereka _ dan sangat merugikan kepen­
tingan-kepentinganny a.
• Itulah motivasi politik, sosial dan ekonomi dari semua
peristiwa serangan bersenjata atau peperangan besar dan
'kecil, yang selalu dilancarkan oleh pasukan-pasukan kafir
Makkah terhadap kaum Muslimin di Madinah.
Dilihat dari kepentingan agama berhalanya, orang-orang
kafir Makkah samasekali tidak dirugikan oleh kelahiran dan
perkembangan Islam. Barangkali seandainya orang-orang
yang berkuasa di Makkah ketika itu mau menerima Islam
.. ti-
seb agai agama dan patuh kepada ajaran-ajarannya, mereka
_dak akan kehilangan kekuasaan. Paling-paling hanya harus
mengadakan penyesuaian-penyesuaian. Tetapi rupanya seja­
rah harus menghukum dap melenyapkan kebatilan untuk
memberi tempat kepada kebenaran atau haq.
Menghadapi serangan bersenjata yang terus-menerus di-
gerakkan oleh orang-orang kafir Makkah, maka untuk mem­
, Qela diri dan mempertahankan kebenaran Allah s.w.t. kaum
; · Muslimin yang sudah cukup besar jumlahnya hatus menga­
; d!lkan konsolidasi, menyusun kekuatan. Segala dana dan te­
;-•: naaa perlu dimobilisasikan untuk menangkis tiap serbuan
II
1 maupun penghadangan-penghadangan orang-orang kaftr Mak-
�- �- dalaJ11 hal ini pimpinan dan komando berada langsung ·
r, dl. tangan Nabi s.a.w,
• · . Jl"da masa hidupnya, Nabi s.a.w. pernah langsung ikut
1 1erta aktif di medan tempur sebanyak dua puluh tujuh
kali, sedangkan pertempuran-pertempuran yang tidak lang-
1Ung diikuti beliau terjadi sebanyak empat puluh dua kali.

37
·� !t:,.;- • ·

,i;l;erakan-gerakan militer orang-orang .kafir Makkah yang


sebanyak itu, terjadi daiam waktu relatif pendek, yaitu ku­
rang lebih selama sepuluh tahun. Kemudian praktis baru
terhenti setelah jatuhnya kota .Makkah ke tangan kaum
Muslimin.
Dengan jatuhnya k<:>ta Makkah, Islam mulai leluasa mele­
barkan sayapnya ke segenap pelosok semenanjung Arabia,
tanpa ada gangguan dan perlawanan yang berarti. Penduduk
Makkah sendiri berbondong-bondong memasuki agama Is­
lam termasuk Abu Sufyan, yang sampai detik menjelang
jatuhnya Makkah masih gigih mengadakan perlawanan.
Dengan lapang dada dan simpatik Nabi s.a.w. menerima
keislaman mereka, tanpa sedikit pun menunjukkan rasa
dendam. Sikap ini tidak hanya dilakukan Nabi s.a.w. sendiri,
tetapi beliau memerintahkan kepada semua pasukan Mus­
limin untuk tidak melakukan tindakan apa pun yang dapat
mengesankan perbuatan balas dendam. Semua orang belcas
lawan yang telah meletakkan senjata dan menyerah kepada
kaum Muslimin di Makkah, diperintahkan kembali pulang
ke tengah keluarganya masing-masing dan tidak perlu me1n­
punyai perasaan takut. atau khawatir. Bahkan bekas-bekas
pasukan lawan yang sudah menyerah dan dapat membaca
serta menulis, diminta bantuannya_ untuk mengajar kaum
Muslimin yang masih buta huruf.
Jiwa besar dan kebijaksanaan Nabi s.a.w. yang diikuti
oleh semua i41um Muslimin, secepat kilat tersiar beritanya
ke segenap 1ien.juru jazirah Arabia. Dari berita-berita itu
setiap orang Arab memahami benar-benar dan dapat mem­
.•
bedakan ail.tara ke3g11ngan Nabi s.a.w. dan agama yang di-
bawanya, dengan _ cari-cara kejam kepala-kepala kabilah
pada·saat mereka memenangkan suatu peperangan.
Kemenangan dalam suatu peperangan, pada masa pra·
Islam berarti hak untuk merampas segala-galanya dari pihak
yang kalah, termasuk nyawa, wanita, harta dan penggiringan
budak-budak baru. Jika kaum Muslimin menghendaki, bisa
saja mereJca. berbuat seperti ,itu. Tetapi agama mereka dan

38
� . .�at. )4_uhainmad s.a:�. tidak ·memperken�. ·
\��Y.• kembali praktek-pr aktek jahiliyyah. . ··�.
. -langkah yang pasti, kaum Mus�min. �­
. �� langkah
�-,,
�inah dan daerah-daerah Arabia 11!,innya, di bawah piin­
. pinan dan bimbingan Muhammad s.a.w. membina p'ersatuan.
'l. atuhnya
,. :, .
Makkah di tangan kaum Muslimin menambah
kewibawaan dan martabat Islam di mata orang-orang kafir.
Kekuasaan, syeikh-syeikh praktis rontok dengan sendirinya,
karena beramai-ramai ditinggalkan oleh warga kabilahnya
· maaing-masing, yang secara radikal menanggalkan belenggu
adat jabiliyyah yang mengungkung masyarakat Arab ber-
. abad-abad lamanya. Fajar jarn�n baru menjadi lebih terang
memancarkan sinamya dan menerobos dalam-dalam ke
lubuk hati masyarakat luas bangsa Arab.
, Akan tetapi semuanya itu tidak berarti sudah tiada lagi
kesu�aran-kesukaran yang harus dihadapi oleh Muhammad
1.a.w , baik dalam kedudukannya seb�gai Nabi maupun se­
bagai pemimpin umat. Di bidang da'wah dan penyiaran ri­
aalah suci memang pada waktu itu sudah terjamin keaD\{lnan-
. nya. Tenaga-tenaga pendidik dan ,pengajar dikirimkan ke bc'r­
bagai tempat. .Tetapi bagaimana mengurus suatu masyarakat
yang baru saja meninggalkan tradisi dan takhayul lama,
l)ukan pekerjaan yang ringan. Tata sosial dan ta� ekonomi
llni bersifat pemerasan dan bertentangan dengan peri-
·-. ,.,wn•�aan harus dirombak dan dihapus. Demikian
-• halnya di bidang-bidang lain, seperti administrasi peme-
1
'
, •.· ·
4 .,., •
hukwn-hukum

sivil dan peribadatan, pemupukan
1

. aran untqk menegakkan nilai-nilai moral dan susila.


···.. ·;.pe�anaman 'pengertian dan penghayatan ta.ta pergaulan
• •
I' • .. . . ..
• ,

,. . , . �� kalqan masyaralcat Arab; dan l�ngkah-tanglcah

. ....
, . ,h.arua ditempuh untuk merobah tab1at dan - watak
,: . _arakat, yang. baru saja �rtekad menilllSalkan perangai
,.,,
, .,.. . .. �·..,.' .. . , .
�. ,:U1��gas besar semuanya itu. tertumpu di pund.ak
,.. ,1
· ��ad s.a.w. seorang diri. Seorang diri dalam art.i yang
Nbenimy•:- · Seorang · diri, karena belum pemah ada penga-

39
laman di masa-masa sebelumnya. Seorang diri, karena beliau
adalah motor perombakan masyarakat itu sendiri. Seorang
· diri, karena semua masalah dipercayakan kepadanya oleh
masyarakat bangsa Arab dan umatnya. Seoiang diri dalam
menghadapi dan memecahkan masalah-masalah ukhrawi dan ·
duniawi. Suatu masa peralihan yang sangat kompleks dari
bentuk masyarakat yang lama menuju masyarakat yang baru,
banyak masalah yang menuntut pemecahan dan penyele­
saian. Tetapi Allah s.w.t. tidak pemah meninggalkannya.
Memang benar bahwa seluruh bangsa Arab pada jaman
itu praktis sudah memeluk agama Islam. Tetapi tidak berarti
bahwa sudah tak ada lagi perbedaan corak pikiran di antara
individu-individunya. Meskipun demikian tidak diragukan
Jagi• bahwa unsur yang dominan adalah pikiran-pikiran yang
sepenuhnya murni menghayati ajaran-ajaran agama Islam dan
setia kepada Allah dan RasulNya. Unsur ini pada umumnya
terdiri dari kaum muhajirin (orang-orang yang ikut hijrah
dari Makkah ke Madinah) dan kaum anshar (orang-orang
Madinah yang sejak Jama menjadi pendukung Nabi s.a.w.).
Tetapi di samping mereka terdapat juga para muallaf (Mus­
lim baru yang belum mantap). Kecuali itu, orang-orang yang
masuk Islam sambil membawa ambisi tertentu untuk mem­
peroleh kesempatan baru yang akan menguntungkan kepen­
tingannya pribadi, · keluarga dan kelotnpoknya. Ada pula
yang masuk Islam hanya terbawa oleh suasana baru dan
ikut-ikutan. Tetapi yang paling berbahaya ialah mereka yang
masuk Islam dengan maksud hendak menggunting dalam
lipatan, yaitu yang biasa disebut kaum munafik.
Semua unsur tersebut telah disinyalir dalam kitab suci
Al-Quran. Dengan wahyu llahi itulah Nabi s.a.w. mengetahui
persis posisi dan indikasinya masing-masing. Lagi pula,
bagaimana pun keadaannya, kondisi masyarakat Arab saat itu '
tetap menguntungkan perkembangan Islam. Hal ini disebab­
kan mayoritas yang dominan adalah kaum Muslimin yang
benar-benar taat kepada Allah dan RasulNya. Dan inilah
kekuatan pokok yang menjadi penunjang Nabi s,a.w. dalam

40
' mengatasi berbagai kesulitan.
Berdasarkan wahyu Ilahi beliau meletakkan garis-garis
pemecahan masalah. Mengenai masalah-masalah yang berkait­
an dengan segi-segi keagamaan dan ukhrowiyah, beliau hadapi
dan selesaikan dengan kebijaksanaan llahiyyah. Sedang ma­
salah-masalah
, yang bersangkutan dengan segi-segi keduniawi-
an semata-mata, beliau hadapi dan pecahkan dengan kebijak­
sanaan musyawarah bersama para sahabatnya yang terper-·
caya, ialah Abubakar Ash-Shiddiq, 'Umar bin'l-Khatthab,
'Utsman bin Affan dan !<\l.i bin Abi Thalib.
Garis besar kebijaksanaan Nabi s.a.w. dapat dipahami dari
pemyataan beliau yang rendah hati: Saya lebih mengetahui
urusan agamamu, sedang kalian lebih tahu tentang urusan
keduniawianmu.
. Perkembangan lebih lanjut menunjukkan bahwa kota
Madinah menj�di pusat pemerintahan Islam, dalam bentuk­
nya yang masih sederhana. Meskipun belum pemah diprok­
lamasikan sebagai suatu negara, tetapi adanya organisasi
kemasyarakatan yang teratur dari pusat sampai ke daerah-,
daerah, adanya hubungan-hubungan hierarki antara penguasa­
pengu�sa di daerah dengan di pusat, adanya hukum yang
ditetapkan oleh pi.t_npinan masyarakat dan ditaati oleh se­
genap anggotanya, adanya Baitul-Mal (Balai Harta - semacam
Kas Negara), adanya organisasi pertahanan di bawah k o ­
mando tertinggi yang dipatuhi oleh masyarakat dan sanggup
memobilisasi dana dan tenaga untuk membela keselamatan
bangsa; semuanya itu menunjukkan dengan jelas adanya
suatu organisasi kenegaraan.
· Tentang organisasi kenegaraan ini, memang ada beberapa
·;--pendapat. Ada pendapat yang mengatakan, bahwa organisasi
f.iriasyarakat Arab· pada • jaman Nabi s.a.w. belum mencukupi
".syarat-syarat untuk dapat disebut sebagai negara. Pendapat
· mi barangkali didasarkan pada teori Ernest Renan•) atau
'•.. .

•> Bm•t Rell&D (1828-1892 ), Qu'en-ce ttue une NZtfonl (Apakah Nulo�?),
Pam,1882

41
•I
� •
'

�ya, yang pada galitlnya berlaku di jaman modern. Yaitu,


balf'Aia untuk dapat disebut sebagai negara, diperlukan syarat­
syarat adanya kesatuan wilayah, adanya kesatuan bahasa,
adanya kesatuan cita-cita dan adanya persamaan kebudayaan.
Yang dipermasalahkan oleh pendapat ini tentunya ada a:tau
tidak adanya kesatuan wilayah.
Ada pula pendapat yang mengatakan, bahwa organisasi
masyarakat Arab pada jaman itu dapat disebut sebagai negara.
theokrasi. Barangkali pendapat ini didasarkan pada teori
Thomas Aquinas, Agustinus dll. Yaitu, suatu negara yang
bertujuan untuk mencapai kehidupan yang aman dan ten­
teram berdasarkan ketaatan penuh kepada Tuhan. Kekuasa­
an negara didasarkan pada kekuasaan Tuhan.
Mungkin

ada· lagi pendapat yang mengatakan, bahwa
organisasi rnasyarakat Arab ketika itu dapat disebut sebagai
negara Platonik, atau menurut teori Plato. Y aitu, suatu ne­
gara yang bertujuan rnemajukan kesusilaan manusia, baik
sebagai oknum maupun sebagai makhluk sosial. Barangkali
pendapat ini antara lain didasarkan pada ucapan Nabi s.a.w.
"Bahwasanya aku diutus Allah semata-mata untuk menyem­
purnakan budi-pekerti · luhur."
Semua pendapat tadi tidak ada yang tidak mengakui
kenyataan, bahwa di kalangan masyarakat Arab terdapat ke­
samaan atau kesatuan bahasa, kesamaan atau kesatuan -cita­
cita, kesamaan atau kesatuan kebudayaan. Demikian pula
kesatuan hukum. Tentang kesatuan tujuan tentu jelas bagi
semuanya, yaitu hendak mencapai kebahagiaan hidup fISik­
material dan mental-spiritual yang diridhai Allah s.w.t. se­
btpi bekal untuk 1 mendapatkan kebahagiaan di akhirat.
Semua· petunjuknya dapat ditemukan dalam Kitab Suci
Al-Quran dan Hadits-hadits Nabi s.a.w. Yang belum ada
kesepakatan mungkin soal wilayah. Jika yang dipersoalkan
hanya masalah wilayah, tentu tidak ada kesukarJn. :Sebab­
dari jaman itu sampai jaman modern sekarang, jazirah Ara­
bia itu jelas wilayah bangsa Arab. Tetapi persoalan itu akan
menjadi pa,tjang lebar, kalau masalahnya bukan wilayah,

42
M"� .
_:;.;..:..:iA:-1,.an b.atas·batas. wilayah. •· '•· •,,..
..,,,..,

. •�aa. ....-''·�.
(
· Mengenai batas-batas wilayah sebenarnya tidak terlalti ·
_-penting untuk dipennasalahkan. Sebab dalam jaman modem
· �arang ternyata ada beberapa banpa ;)'lµ\g mempunyai
· 1ebih dari satu negara dengan batas-batas·,,Uayahnya masing·
masing. Di samping itu terdapat_ juga beberapa negara �tau
bangsa yang wilayahnya dapat melebar pada suatu ketika •
dan dapat menyempit pada ketika lain. Apabila dalam jaman
modern, di mana masyarakat bangsa-bangsa di dunia sudah
menyadari adanya batas wilayah nasionalnya masing-masing
masih saja bisa terjadi perubahan-perubahan, apalagi pad­
abad-abad pertengahan, di mana kesedaran nasional atau
nasionalisme itu sendiri belum dikenal orang seperti sekarang.
Jadi yang penting, barangkali, bukan masalah batas-batas
wilayah, tetapi adanya wilayah yang. kongkrit.
Kalau pendapat yang keberatan untuk menyebut masya•
rakat bangsa Arab pada jaman Nabi s.a,w. itu sudah merupa­
kan suatu negara bisa diterima, barangkali tidaklah terlalu
keliru kalau dikatakan, bahwa masyarakat bangsa Araq.ketika
itu sudah merupakan embryo suatu negara yang bakal segera
lahir tidak �erapa lama setelah mangkatnya Nabi s .a.w.

3. Zaman Abubakar Ash-Sbiddiq


632-634M

l\fuhammad s.a.w. wafat pada tanggal 12 Rabi'ul Awwal


tahun. . . 10 H (8 Juni 632. M) di Madinah.
. .
Derita tentang wafatnya cepat tersiar di kalanpn pendu".'
�- M_adinah dan kota-kot_a- lain di semenaJtjung Ar:abia.
Keaonctnaan jiwa dan pikiran banyak. terjadi -di kalanpn
'--�� 1'{uslimin, tenitama di Madinah. Seora,ng pem�- ,
�- dan Nabi
"'
' " .. · ¼- .
yana menunjukkan jalan se"a membimbing
.
.., dan �rgsanya ke arah kesentosaan bidtip di du:nia dan
�. . . . 19�.·tola_ manakat. .
.. .
' )!{abi s.a.w. dawn µsia 63 tabun meilderita sa:kit bebellP&,.
,
w.artu lamanya. Selama hari-hari sakitnya-bel;iau,�rq��
, . , · : ..
. ,.
< •.:

.. '.. .�.... . . .'. . !. ,.


'•
. '
Abubakar Ash-Shiddiq untuk bertindak sebagai imam dalam
salat-Mlat jama'ah di masjid Nabawi, Madinah.
Dalam suasana bela-sungkawa dan duka-cita yang amat
berat itu dan dalam keadaan jiwa serta pikiran kaum Musli­
min sedang goncang, tampillah Abubakar r.a. di tengah-te­
ngah lautan manusia yang berkerumun di sekitar tempat
tinggal Nabi s.a.w. Dal� pidato yang diucapkannya pada
saat itu, tampak sekali b�wa Abubakar adalah orang yang
mempunyai penglihatan jauh ke dej>an.
Ia' melihat bahwa kegoncangan°kegoncangan fikiran di
kalangan kaum Muslimin, mungkin akan dipergunakan oleh
anasir-anasir munafik untuk metiimbulkan hum-hara dan
perpecahan. di kalangan umat. Antara lain ia berkata, "Ba­
rangsiapa memuja dan menyembah Muhammad, beliau se­
karang telah wafat. Tetapi barangsiapa memuja dan menyem­
bah Allah, Allah adalah kekal dan tidak mati". Kemudian
ia menyitir ayat suci: "Muhammad talc lain hanyalah seorang
Rasul. Sebelum Muhammad sud ah ada banyak Rasul. Jika
Muhammad mati atau terbunuh, lalu kemudian kalian ber­
balik-belakang, hal itu tidak mendatangkan mudharrat apa
pun bagi Allah." (S. 3 Ali 1mran: 144).
Kalimat-kalimat yang diucapkan dan ayat suci yang di­
pilihnya itu, merupakan pertanda yang jelas, bahwa Abu­
bakar mengetahui bahaya apa yang akan timbul dari suas11,na
goncang di kalangan umat Islam, termasuk kegoncangan i­
man yang ad-_pada sementara orang. Semua yang diucapkan
nya merupakan perlngatan yang tegas tetapi tetap mengan­
dung pendidikan agama yang sangat prinsipil.
Sementara itu · di kalangan keluarga Nabi s.a.w. sendiri
tampak adanya kebinguhgan tentang siapa kelak yang mene­
ruskan kepemimpinan beliau. Ada sementara penulis seja­
rah mengemukakan, bahwa pada saat-saat akhir hayatnya
Nabi s.a.w., 'Abbas (paman Nabi) mengajak 'Ali bin Abi
Thalib (saudara sepupu dan menantu Nabi) untuk datang
mtnghadap Nabi s.a.w dan menanyakan •siapa yang ditunjuk
oleh beliau untuk meneruskan kepemimpinannya. Tetapi ½li
bimbang dan ragu sehingga maksud tersebut akhirnya diba'tal­
kan.
. Kemudian ternyata benarlah apa yang dilchawatirkan oleh
Abubakar terjadi. Perselisihan-perselisihan hebat terjadi di
kalangan kaum Muslimin Madinah· tentang dua hal. Pertama,
tentang di manakahjenazah Nabi s.a.w. hendak dikebumikan.
Kedua, tentang siapakah yang akan meneruskan kepemim­
pinan umat.
Mengenai masalah yang pertama, perselisihan pendapat
terjadi antara kaum muhajirin dari Makkah dengan kaum
anshar di Madinah.
Kaurn muhajirin menghendaki supaya jenazah Nabi s.a.w.
dikebumikan di tanah kelahirannya, yaitu Makkah. Sedang
kaum anshar menghendaki supaya dikebumikan di tempat
di mana Nabi s.a.w. wafat, yakni di Madinah.
Perselisihan tentang hal ini tidak seberapa ta:jam, tetapi
cukup panas. Hal ini baru dapat diselesaikan setelah Abu­
bakar sendiri sebagai salah seorang muhajirin, tampil ke de­
pan umum dan mengemukakan suatu riwayat yang pernah
didengarnya sendiri dari Nabi s.a..w. bahwa para Nab.i semua­
ny!l dimakamkan di tempat wafatnya.
Otoritas Abubakar sebagai seorang zahid (sangat shaleh)
dan taat kepada Allah dan RasulNya, ditambah lagi terkenal
sebagai orang yang tid.ak pernah berdusta, ternyata berhasil
menyelesaik�n perselisihan secara damai dan dapat diterima
r.'. oleh semua pihak. Akhirnya disepakatilah dengan bulat un­
! tuk mengebumikanjenazah Nabi s.a.w. di Madinah.
.. Dari peristiwa persesilisihan tersebut di atas, tampak
i·' bahwa di kalangan masyarakat Arab masih terdapat sisa-
Ilsa kebiasaan lama, yaitu adanya semangat untuk mendapat-
: · bit kebanggaan ba&i kelompok-kelompok atau golongan.
;;•· , Tetapi berkat teladan yang diberikan oleh Abubakar sebagai
lllah seorang �uhajirin, bahkan sebagai orang yang mendam­
. plqi Nabi s.a.w. dalam perjalanan hijrahnya, dan
adanya hadits Nabi yang dikemukakan olehnya, pe�lisihan
untuk mendapatkan kebanggaan golongan dapat diselesaikan.

45
1

�� ,peri�tiwa ini AbJbakar secara lang.,ung memberikan


t�ladan, bahwa kepentingan agama dan kepentingan persa­
tuan umat-harus ditempatkan di atas kepentingan kelompok
atau golongan.
Setelah masalah -pertama selesai, muncullah masalah
kedua: 8iapakah yang akan ditetapkan sebagai penerus ke­
pemimpinan umat?
Nash (perumusan) bagi masalah ini sama-sekali tidak ter­
dapat dalam Kitab Suci Al-Quran. Demikian p_µla Nabi s.a.w.
sendiri tidak pernah mempersoalkannya. Oleh karenanya
kaum Muslimin dan tokoh-tokohnya berbulat mufakat untuk
inemecahkan masalahnya atas dasar pendapat umum dika­
langan umat.
Pertukaran pendapat dan pikiran diadakan dalam rapat
jama'ah kaum MU5limin di Madinah. Setiap orang mem­
punyai hak untuk mengemukakan pikiran dan pendapat
beserta alasan masing-masing. Perbedaan pendapat timbul \ian
kemudian berubah menjadi perselisihan dan pertikaian.
Kembali lagi kaum muhajirin dan kaum anshar berselisih dan
bertikai. Masing-masil)g pihak membanggakan golongannya
sendiri dalam hal kesetiaan dan pembelaannya kepada Nabi
s.a.w. ·
Pembicaraan berlarut-larut dan . perdebatan berlangsung
terus dalam suasana yang semakin bertambah·panas. Hampir­
hampir • masalah ini akan mengakibatkan pertikaian fisik,
jika seandainya ·'Umar bin1-Khatthab dan Abubakar tidak
bijaksana dari' • tegas · mengendalikan keadaan. BebeJ'llpa pdm­
bicara dart kedua �lah pihak sudah banyak yang kehilang­
an• • keseimbangan dan• . berdiri satnbil mengacung-acungkan
pedang. '•
Perlu dilcemukakait bahwa. 'Ali bin Abi Th.allb konon
mengambil sikap acuh tak acuh terhadap masalab itu. Bah­
kaii semenbra buku--buku- tarikh: mengatakan, bahwa �Ali
tidaJc ikut serta dalam perdebatan teisebut. Sebagai- salah
seorang keluarp dekat Nabi s.a.w., ia tinggal di rumah Nabi

46
..
z:..•-
�U·;''", -;-'

-
. ., .
' . . �
· ··
��w
�;
dan mengatakan kepada ·saJah seorang anggauta keltmr-
;}�p
. .
lainnya, "Mereka (orang-orang yang sedang berseli$ih .
··' dan berdebat tentang penerus kepemimpinan ummat) ·hanya
·, ntemperhatikan pohonnya, tetapi tidak mempeduJikan-buah­
_,-,nya."
. . . Kalimat bersayap yang diucapkan 'Ali itu menimbuJkan
. banyak penafsiran di kalangan ahli-ahJi tarikh. Di antaranya
ada yang menafsirkan perkataan "pohon" berarti "kabilah
Qureisy" dan perkataan "buah" berarti "pribadi Ali" sendiri.
Penafsiran ini seolah-oJah menunjukkan, bahwa 'Ali mem­
punyai ambisi untuk menjadi penerus kepemimpinan Nabi
s.a.w. Tetapi apakah benar demikian? Apakah 'Ali yang ter­
kenal juga sebagai seorang yang zahid, mempunyai sifat
ambisius seperti itu? Hal ini masih perlu disangsikan.
Ada puJa yang menafsirkan bahwa "pohon" berarti 'kepe­
mimpinan Nabi s.a.w " dan ''buah" berarti "tersebar luasnya
Islam dan besamya kekuatan persatuan umat". Penafsiran
ini menunjukkan keprihatinan 'Ali menyaksikan jalannya
perdebatan dan pertikaian. ..
Barangkali penafsiran yang belakangan ta�i itulah yang
dapat diterima, mengingat '.Ali seorang yang rendah hati,
tetapi sangat tinggi kebpraniannya dalam membela kebenar­
an Allah, Rasul dan umatnya. Lagi pula kalimat-kalimat
• itu
diucapkan dalam keadaan ia sedang pedih dan iba hati di-
tinggal wafat seorang saudara sepupu (Nabi) yang mem­
. bimbing dan mengasuhnya sejak ia masih 'kanak-kanak
. sampai dewasa, dan kemudian mengangkatnya sebagai
menantu
. · - Sebagai seorang zahid ia tentu memandang kepentingan
/;ilgama di atas kepentingan yang lain. Tampaknya, dibanding
'.. :.J\bµbakar; .'Umar dan lain-lain, 'Ali ketika itu masih belum
..,banyak memahami satunya arti antara masalah kepemim­
, pinan umat dengan kepentingan agama. Agaknya hal ini baru
\:disadari sepenuhnya di kemudian- hari, pada waktu ia sendiri
,,;1ebagiu Khalifah menghadapi pemberontakan-pemberon·
,,·.takan bersenjata yang dipimpin oleh trio 'Aisyah, Zubair

47
,.......,
dan Th.alhah; pemberpntakan kaum Kh.awarij dan pembe­
rontakan Mu'awiyah. la agak terlarnbat, tetapi sejarah me­
narik pelajaran dari kelengahannya.
Sementara 'Ali terus bersikap acuh tak acuh itu, perdebat­
an berlangsung semakin panas dan nyaris mengakibatkan
perpecahan yang amat fatal. Yaitu_ketika kaum anshar mene­
riakkan suara kepada kaum muhajirin, "Kami punya pemim­
pin sendiri dan kalian boleh punya pemimpin sendiri!".
Atau secara tepatnya mereka berseru, "Dari karni seorang
amir (penguasa) dan dari kalian seorang amir!"
Di tengah-tengah kegawatan ini muncullah 'Umar bin'1-
Khatthab, yang dikenal sebagai seorang tokoh berpembawa­
an keras, amat besar keberaniannya dan tinggi mutu pembe­
laannya kepada Allah dan RasulNya. Dengan semangat per­
satuan yang tinggi ia tampil tanpa ragu-ragu mencalonkan
Abubakar sebagai penerus kepemimpinan Nabi s.a.w. Alas­
an-alasan yang dikemukakan sangat kuat dan talc terbantah­
kan: Abubakar seorang tokoh yang mempunyai sifat-sifat
mulia. Ia seorang mukmin yang jujur, patuh dan setia kepada
Nabi s.a.w. semasa hidupnya. la termasuk orang yang paling
awal memeluk agan:ia Islam segera setelah kenabian Nabi
Muhammad s.a.w ditetapkan Allah. Ialah yang menemani
Nabi s.a.w. dalam perjalanan hijrah ke Madinah, sehingga
peranan dan jasanya disebut dalam Kitab Suci Al-,JUran.
Ia menikahkan Nabi s.a.w. dengrui putrinya, 'Aisyah, sepe­
ninggal istep Nabi yang pertama, Khadijah r.a. Ia tidak per­
nan absen d.ari peperangan-peperangan besar dan kecil untuk
membela Allah, Rasul. dan kaum Muslimin. lalah yang pada
tahun ke-9 Hijriyah dijadikan wakil oleh Nabi s.a.w. untuk
memimpin jama'ah haji dari Madinah ke Makkah. Ia pulalah
yang dijadilcan wakil oleh Nabi s. a.w. untuk bertindak se­
bagai imam di dalam shalat-shalat jama'ah selarna Nabi s.a.w.
sakit. •
Alasan-alasan 'Umar tersebut semuanya fakta-fakta yang ·
tidak dapat dipungkiri oleh siapa pun. Sungguh mengharukan
pidato 'Umar ketika itu. Suatu perpaduan antara keberanian,

48
ketangkasan dan kecerdasan. l'adamlah api yang sudah
mulai membara dan cairlah semua pikiran yang sudah mulai
membeku. Tercapailah akhimya k�ijulatan pendapat; dan
pilihan secara aklamasi jatuh kei'ada Abubakar sebagai pe­
mangku jabatan Khalifah Rasulullah (penerus kepemimpinan
Rasul) dan Amirul-Mu'minin (pemimpin kaum yang beri­
man).
Selaajutnya dengan rendah hati Abubakar mengucapkan
pidato di hadapan umum, yang intinya sebagai berikut:
"Saya telah kalian tetapkan sebagai seorang penguasa, sekali
pun saya bukan orang yang lebih baik dari pada kalian.
Apabila nanti saya berbuat baik, bantulah saya. Tetapi apa­
bila nanti saya berbuat yang tidak baik, luruskanlah saya.
Orang yang kalian pandang kuat akan saya pandang lemah,
bila temyata ia tidak berada di atas kebenaran. Sebaliknya
orang yang kalian pandang lemah akan saya pandang kuat,
apabila temyata ia berada di atas kebenaran. Di atas pundak
kalian terpikul kewajiban taat kepada saya selagi saya berada
di jalan kebenaran Allah dan Rasul-Nya. Tetapi tak ada ke­
wajiban taat kepada saya, bilamana saya menyimpang dari
kebenaran Allah dan RasulNya." Suatu ikrar yang meletak­
kail dirinya sebagai Khalifah yang tetap berada di bawah
kekuasaan Allah dan pimpinan RasulNya.
Peristiwa pemilihan Khalifah (Kepala Negara, pemimpin
pemerintahan dan sekaligus pemimpin keagamaan) ini, me­
nuitjukkan dengan jelas bentuk republik negara bangsa
Arab pada masa itu. Unsur-unsur demokrasi pada jaman hi­
dupnya Nabi s.a.w. masih agak kurang menonjol. Tetapi
sekarang. berkembang menjadi sangat jelas. Sudah tentu
tanpa meninggalkan sifat dasamya sebagai negara yang tun­
duk kepada hukum-hukum Allah dan RasulNya.
Dengan terja.ctinya peristiwa yang bersejarah tersebut,
kini organisasi masyarakat Arab telah kongkrit mengambil
bentuk sebuah negara. Lengkap dengan semua syarat yang di­
perlukan, yaitu jelas ada wilayahnya, ada kesatuan bangsa
yang menjadi penduduknya, jelas tujuan dan cita-citanya,

49
jelas persamaan kebudayaannya, jelas sifat pemerintahannya
dan jelas pula Undang-undang Dasamya (Al-Quran) serta pe­
raturan-peraturan pelaksanaannya (sunnah Nabi s.a.w. dan
ketentuan-ketentuan yang diambil berdasarkan musyawa­
rah).
Konon 'Ali bin Abi Thalib masih bersikap acuh tak acuh
selama tiga �ulan, meski Abubakar sudah terpilih sebagai
Khalifah yang sah. Mungkin karena sikap 'Ali yang demikian
itulah yang mendorong Abubakar tidak mengikut-sertakan
'Ali dalam susunan pemerintahannya. Kini pemerintahan
pusat di Madinah terdiri dari tiga orang tokoh terkemuka:
Abubakar, 'Umar dan Abu 'U\Jaidah. Tiga serangkai yang
mempersonifikasikan kearifan, kekuatan dan ilmu pengetahu­
an.
Selama dua tahun memegang tampuk kepemimpinan
umat sampai wafatnya, Abubakar r.a. berhasil melaksanakan
program konsolidasi urituk memantapkan stabilitas di bidang
politik, ekonomi, sosial dan keagamaan. Tanpa ragu-ragu
Abubakar menggerakkan aksi-aksi penumpasan gelombang
riddah (berbalik haluan menjadi kafir kembali setelah masuk
Islam). Gelombang riddaH ini muncul dengan spontan di ka­
langan kaum Muslimin yang lemah iman setelah mende­
ngar wafatnya Nabi s.a.w.
Bersamaan dengan itu dilancarkan· pula aksi-aksi polisi­
onal untuk membasmi gerombolan-gerombolan penjahat
di luar kota. ,Kecuali itu Abubakar juga berhasil mema-­
damkan gerakan-gerak1µ1 yang nienghasut pembangkangari '
terhadap kewajiban mengeluarkan
' . zakat, penumpasan ter-
hadap · ok_ num-oknum ambisi'1S yang memproklamasikan diri
sebagai nabi baru, seperti yang terjadi di daerah Y amamah,
operasi-operasi pemulihan keamanan dan ketertiban di
daerah-daerah Oman dan Hadramaut.
'
Terlaksananya stabilitas politik, keamanan dan keagama-
an, merupakan modal utama bagi bangsa Arab ketika itu
untuk menangkis rongrongan yang senantiasa datang dari
dua negara "super power" sekitarnya, Rwnawi (Byzantium)

50
dan Persia.
Dilihat dari sudut politik, Muhammad s.a.w ., di samping
risalah pokoknya sebagai Nabi dan Rasul, beliau sekaligus
merupakan seorang -pemimpin besar yang meletakkan dasar­
dasar pengubahan masyarakat, sumber inspirasi dan pengge­
rak pertama bagi terwujudnya kesatuan nasional Arab dan
kesatuan agama. Sedang Abubakar Ashl-Shiddiq adalah s e ­
orang pemimpin sesudah Nabi s.a.w. yang mengkonsolidasi
hasil-hasil yang telah dicapai oleh Muhammad s.a.w.
Seorang penulis Barat, Lammens, yang kesimpulannya
seperti tersebut di atas tidaklah keliru, karena sesµai dengan
titik berat tinjauannya yang menyoroti segi-segi politik,
sosial, ekonomi dan kebudayaan bangsa Arab pada jaman itu.

4. Zaman 'Umar bin'l-Khatthab


634- 644M
'Umar, sebagaimana diketahui adalah seorang tokoh
Muslimin yang besar, yang dalam sejarah peluasan wilayah
Muslimin Arab memainkan peranan sangat penting. Ia dila­
hirkan di Makkah, berasal dari salah satu anak-suku qabi­
lah Qureisy Bani ,Addiy. Pada masa sebelum memeluk agama
Islam ia termasuk seorang yang paling keras memusuhi Na­
bi s.a.w. dan para pengikutnya. Tidak sedikit orang-orang
Islam yang pernah dianiaya olehnya. Ia disegani dan ditakuti
oleh orang-orang Makkah, karena keberaniannya yang luiir
biasa, ditambah lagi dengan fisiknya yang tegap dan kekar.
Di antara orang-orang Islam baru yang dianiaya olehnya ialah
saudara-saudaranya sendiri. Ia sangat membenci Muhammad
s.a.w. dan mengejar-ngejarnya dengan maksud hendak mem­
bunuhnya.
Ia masuk dan memeluk agama Islam di tangan Nabi s.a.w.
sendiri, ketika beliau· masih berada di Makkah, beberapa
saat setelah mendengar adik perempuannya membaca ayat­
ayat suci Al-Quran. Meskipun i a sudah sempat memukuli
ipamya, tetapi maksud buruk hendak menganiaya adik pe­
rempuannya tidak dilupakan. Ia tertcgun dan terharu hati-

51
.t '
t

sanubarinya ketika mendengar ayat-ayat pennulaan Surat


. Thaha dari Al-Quran dibaca oleh adiknya. Seketika itu juga
ia datang menghadap Nabi s.a.w. yang sedang berkumpul
dengan beberapa orang pengikutnya di dalam suatu tempitt
persembunyian, dan menyerahkan diri sambil menyatakan
ikrar kepercayaannya, bahwa tiada tuhan kecuali Allah dan
Muhammad adalah Rasul Allah.
Segera setelah ia meajadi seorang Muslim, perangainya
cepat sekali berubah. Ia menjadi salah seorang yang sangat
gigih membela kebenaran Allah dan RasulNya. Ia sangat
teguh pendiriannya dan tidak mengenal kompromi terhadap
musuh-musuh Allah, Rasul, agama dan umat Islam. Ia men­
jadi salah seorang sahabat dekat Nabi s.a.w. yang disegani
dan dicintai oleh kaum Muslimin, dan ditakuti oleh lawan­
lawannya.
Adalah bukan tanpa perhitungan masak, kalau Abubakar
pada saat"'5aat akhir hayatnya mengusulkan kepada kaum
Muslimin di Madinah, untuk memilihnya sebagai Khalifah
yang akan melanjutkan tugas sebagai pemimpin umat. Dan
benar-benarlah, pada Sclat sesudah wafatnya Abubakar
r.a., dengan dukungan bulat kaum Muslimin, 'Umar terpilih
1nenjadi Khalifah menggantikan Abubakar.
Di bawah pemerintahan 'Umar bin'l-Khatthab, keadaan
negara meajadi seinakin mantap dan · lebih terkonsolidasi
lagi. Tidak hanyJl itu, bahkan ia berhasil lebih memperluas
wilayah kek�aan kaum Muslimin, yang sekaligus pula
·berarti makin bertambah besamya jumlah pemeluk agama
Islam •

Sepuluh tahun 'Umar n:iemimpin negara, bangsa dan umat,


•;1

di samping kepemimpinannya di bidang keagamaan. Selama


di bawah pimpinannya, di dalam negara Arab yang b.aru
didirikan itu, tercipta stabilitas penuh dan keteraturan admi­
nistrasi pemerintahan. Dalam masa itu teraih kemenangan­
kemenangan gemilang dalam mematahkan rongrongan sub-·
versi yang digerakkan oleh Byzantium dan Persia. Negara su­
per power ked.ua, Persia, yang sudah sejak lama menguasai da-
S2
' --,.
erah-daerah Irak dan sekitarny�. berhasil sepenuhnya dit'i.,.­
lukkan. Demikian pula beberapa wilayah kekuasaan suf,�;
P9Wer nomor satu.di dunia, Rumawi, satu demi satu jatuh
·, .ke tangan kaum Muslimin Arab, seperti Syria, Mesir, Buiqah
dll. Daerah-daerah Islam baru itu semua diatur dengan ter-­
tib, dari pusat pemerintahan Muslimin di Madinah.
Konsolidasi yang dahulu dilaksanakan Abubakar di selu­
ruh semena]tjung Arabia, benar-benar meajadi modal utama
untuk lebih mengembangkan pemeluk agama Islam dan
memperluas daerah-daerah kekuasaan Muslimin Arab.
Meskipun 'Umar seorang pemimpin yang berllati keras
dan berpendirian tegas, tetapi ia tetap seorang sederhana
dalam kehidupannya sehari-hari, sama sederhananya dengan
kehidupan Nabi s.a.w. dan Abubakar r.a. Keberhasilannya
yang sangat cemerlang sedikit puµ tidak mempengaruhi
lcesederhanannya.
Seorang penulis sejarah dari Barat, Pere Lammens, menye­
butnya sebagai seorang penakluk dan administrator sekaligus..
Ia seorang yang bertekad kuat dan tegas, sangat �dai
. mempergunakan situasi dan mengambil inisiatif, cakap me­
milih dan merr_ianfaatkan tenaga-tenaga yang ada untuk pe­
laksanaan berbagai tugas, dan tahu bagaimana memelihara
semangat tinggi yang ada pada kaum Muslimin dalam jaman­
nya. Di antara banyak keistimewaan 'Umar ialah kesanggup­
annya yang luar biasa dalam menumpas tiap gerakan sp�tis
yang hendak memecah-belah keutuhan negara, bangsa dan .
umat Islam. Ia pun dinilai oleh. Lammens sebagai seorang
pemimpin bangsa Arab yang mempersiapkan jlllan untuk
terciptanya stabilitas Yan& lebih kokoh bagi dinasti Mu -
•awiah di kemudian hari.
. Berkat kecerdasao pikirannya ia banyak sekali menimba
ilmu pengetahuan dui Nabi s.a.w., sehingga pada masa kekha­
lifahanoya ia mampu menemukan pemecahan dan penyele­
•ian berbagai masalah pelik di bidang politik, ekonomi,
sosia1 hukum dan keagamaan, tanpa menyimpang dari prin­
lip.-p�p ajaran Allah �an RasulNya. Wilayah keJo•asaan

53
b!UU yang berada di tangan kaum Muslimin Arab, diatur
sedemikian rupa serasi dan harmonisnya, sehingga tidak
terdapat celah-celah yang memungkinkan timbulnya kegon­
cangan-kegoncangan yang mengganggu · jalannya administrasi
pemerintahan.
Atas usul 'Ali bin Abi Thalib, ia menetapkan berlakunya
penanggalan tahun Hidjrah, yang dihitung mulai hari hijrah­
nya Nabi s.a.w. dari Makkah ke Madinah. Penetapan ini di­
ambil antara tahun 17 - 18 Hijriah.
Salah satu sebab yang memudahkan jatuhnya beberapa
wilayah kekuasaan Byzantium, seperti daerah-daerah Syam
(Syria, Yordania, Libanon dan Palestina), adalah ketidak­
mampuan Byzantium menyediakan perleng)capan perang
untuk pasukan-pasukannya di Syam, akibat peperangan
yang terus-menerus berkobar antara Byzantium dan Persia:
Kesempatan inilah yang dipergunakan oleh 'Umar dengan
baik untuk mengakhiri rongrongan Byzantium dan merebut
sekaligus wilayah-wilayah kekuasaannya.
Setelah bertempur mati-matian pasukan-pasukan Rumawi
Timur itu menyerah kepada kaum Muslimin Arab di daerah
Yarmuk tanpa syarat. Kemudian pasukan-pasukan Byzantium
yang bertahan di Syria berbalik haluan melawan induk
pasukannya dan menggabungkan diri ke dalam pasukan
Muslimin Arab. Sedang pasukan Byzantium yang masih
berada di daerah-daerah lain, untuk sementara masih menco-
. ba bertahan, tetapi sia-sia belaka dan akhirnya mereka
menyerah pada tahun 640 M.
Walaupun dari sudut persenjataan dan kemampuan teknik,
pasukan-pasukan Byzantium jauh lebih unggul dibanding
pasukanspasukan Muslimin Arab, akan tetapi dari sudut
mental dan kesanggupan berkorban, pasukan-pasukan Mus­
• limin Arab jauh lebih tinggi. Betapa tidak. Pasukan Byzanti-
um adalah pasukan reguler yang sepenilhnya bersifat pasukan
bayaran. Bahkan tidak sedikit yang terdiri dari budak-budak
yang dipaksa maju ke medan tempur oleh tuan-tuannya.
Mana mungkin pasukan yang demikian itu sanggup berhadap-

54
an dengan pasukan Muslimin Arab yang seluruhnya terdiri
dari orang-orang milisia, yang secara suka-rela terjun meng•
hadapi maut di dalam peperangan dengan semangat pengab­
dian kepada Allah, Rasul, agama dan umat Islam.
Jangankan upah atau bayaran, sedangkan senjata dan
perbekalan lainnya pun masing-masing membawanya sendiri
dari rumah menurut kemampuannya. Mati di jalan Allah
yang mendapat jaminan pasti akan menemui kebahagiaan
hidup di akhirat, menjadi keyakinan yang mendarah-daging
di dalam dada setiap anggauta pasukan. Semuanya berpen­
dirian: Menang_ di dunia atau menang di akhirat. Alternatif
kalah tidak mereka kenal samasekali. Tujuan pokoknya
hanyalah satu: Menang di dunia dan menang di akhirat,
dua-duanya sekaligus.
Dengan jatuhnya daerah-daerah kekuasaan Byzantium,
tibalah waktunya bagi kaum Muslimin Arab untuk mematah­
kan sumber rongrongan yang lainnya lagi, Persia. Pada masa
itu dinasti Sassan (Persia) sedang menghadapi keadaan serba
payah. Di dalam negeri ia menghadapi goncangan-goricangan
·politik dan keagamaan takhayul yang hebat sekali. Di sam­
ping itu direpotkan juga oleh peperangan yang tiada henti­
hentinya dengan Byzantium.
Persia sudah sejak lama digoncangkan oleh peinberontak­
an-pemberontakan yang dilancarkan orang-orang Khazares,
yang menghimpun kekuatan induknya di Kaukasus. Pembe­
rontakan-pemberontakan lainnya d.igerakkan oleh orang­
orang Turki Bactriane. Persia tampak dari luar kuat, tetapi
hakekatnya sedang parah sekali. Hanya kegemaran berpe­
rang orang-orang Persia saja yang mentbuat mereka berani
mengadakan rongrongan fisik terhadap kaum Muslimin
· Arab, sehingga IIJereka lupa akan kelemahan dalam tubuh­
nya sendiri. Semuanya itu diketahui dlµl dipelajari masak­
masak oleh Khalifah 'Umar dan para panglimanya.
Suatu hal yang tragis sekali, bahwa dalam keadaan yang
sedemikian itu Persia masih saja melancarkan · manuver­
manuver politik dan militer terhadap kaum Muslimin Arab

ss
. -m- . .
�f-<\aorah-daerah perbatastn. Meskipun manuver-manuver
,; .�·kecilan itu selalu dapat ditanggulangi oleh kaum Mus­
:-�n Arab, namun hal itu bisa dipandang sebagai tantangan
yang harus clihadapi dengan tegas.
Dari bentrokan-bentrokan kecil akhimya berkembang
menjadi peperangan besar. Daerah demi daerah dapat direbut
oleh pasukan Muslirnin Arab. Pada tahun 637 M, jatuhlah
daerah Kaldan dan Asyuria ke tangan kaum Muslirnin Arab,
setelah terjadi pertempuran-pertempuran seru di daerah
Qadisia. Daerah-daerah ini semua termasuk daerah Syam
yang dikuasai oleh Persia.
Tidak berhenti di situ saja. Pasukan-pasukan Muslirnin
Arab rnelartjutkan serangan ke jantung kekuasaan irnperium
Persia. Kernenangan demi kemenangan diraih sampai akhir­
nya pada tahun 642 M terjadilah pertempuran besar yang
sangat rnenentukan nasib Persia. Perternpuran ini terjadi
di daerah Nehawand. Di sinilah kehancuran total Persia
ditentukan. Selesailah kemenangan pasti dalam peperangan
menghabisi rongrongan Persia sampai setuntas-tuntasnya.
Narnun dernikian sejarah mencatat, bahwa sernangat ke­
bangsaan Persia mernang benar-benar hidup dan kuat berakar
separtjang jarnan. Empat abad kemudian semangat itu bang­
kit kembali dalam wajahnya yang baru, yaitu dalam bentuk
lahirnya kerajaan-kerajaan lokal. lni terjadi setelah orang­
orang Persia pada jaman dinasti 'Abbasiyyah berhasil ment
gantikan kedudukan orang-orang Arab, yang sudah tidak
berdaya lagi meinpertahankan wilayah-wilayah perbatasan­
nya dari serangan-serangan 'Turki. Perkembangan kerajaan­
kerajaan lokal tersebut .. akanmerupaJcan babak baru dari
pertentangan lama yang senantiasa terjadi antara Iran dan
Turan.
Dalam saat-saat tercapainya sukses yang· semakin besar,
Khalifah 'Umar mengangkat Muawiyah bin Abi Sufyan ·
sebagai penguasa daerah di Syria. Memang benar bahwa Mu
awiyah mempunyai pengaruh yang cukup besar di daerah
ini. Karena dalam peperangan-peperangan melawan Byzan-

S6
. · ·-'
.,
tiuni • dan ·Persia ia kerap kali memegang komando at�
pasukan-pasukan yang terdiri dari kaum Muslimin Syria.
Ditambah lagi dengan sifatnya yang gemar menjamu makan
setiap orang yang datang berkunjung k-epadanya tanpa me­
mandang kedudukan, teman atau bukjn.·
Pengangkatan ini merupakan kesempatan .dan nasib baik
baginya. Ia seorang Muslim Arab yang di belakang hari akari
mengangkat dirinya sebagai Khalifah dan Raja sekaligus.
lalah pendiri dinasti Bani Umayyah, yang akan berakhir de­
ngan kehancuran sesudah bersimaharaja selama kurang lebih
89 tahun. Negara atau inperium monarki pertama yang dike­
nal dalam sejarah bangsa Arab.
Dalam jaman keemasan dinasti Bani Umayyah, pasukan­
pasukan Arab mulai mengenal dan memillki armada kapal-ka­
pal perang yang sangat mencemaskan Istana Byzantium sela­
ma bertahun-tahun, karena keberanian orang-orang Arab m e -
1nasuki wilayah perairannya di Laut Egia.
Tanpa persetujuan Khalifah 'Umar di Madinah, Mu'awiyah
sebagai pemegang kekuasaan daerah Syria, secara diari'l-diam
merencanakan peluasan daerah kekuasaannya kc Mesir.
DWrimlah pasukan-pasukan yang sebagian besar terdiri dari
orang-orang Syam ke Mesir, di bawah komando 'Amr bin'l­
'Ash. Ini terjadi tahun 640 M.
Ada sementara penulis
. tarikh yang mengatakan, bahwa
Mu'awiyah sama sekali tidak terlibat dalam pengiriman pasu-
kan-pasukan Arab ke Mesir. Dilcatakan bahwa kejadian ter­
sebut atas dasar kemauan 'Amr bin'l-�h sendiri sebagai
aeorang panglima. Akan tetapi j>endapat seperti itu tarrtpak
sartgat meragukan. Sebab waJaupun tindakan itu tidak se'per­
setujuan Khalifah 'Omar di Madinah, tetapi sekurang-kurang­
.·•aya rencana dan tin4akan tadi tidak munglcin·tidak diketahui
. .
.
@leh Mu'awiyah. Bahwa Mu'awiyali tidak secara resini meme-
rintahkan pengiriman pasukan ke Mesh-, hanyalah disebab­
kan oleh jabatannya sebagai penguasa daerah yang wajib .
t.aat kepada penguasa pusat di Madinah. Lagi pula socara
pribadi Mu'awiyah tidak mempunyai keber8l)ian untuk mem-

57
..... ..
bangkllng terhadap Khalifah 'Umar. Kenyataan-kenyataan
lain ialah, bahwa hubungan-hubungan tugas dan pribadi an-
. tara Mu'awiyah dan 'Amr demikian eratnya. lni terbukti da­
ri besarnya kepercayaan yang diberikan oleh Mu'awiyah
kepada 'Amr, yang dikemudian hari nanti akan dihadapkan
melawan Khalifah 'Ali bin Abi Thalib, sepeninggal 'Umar
dan (.Utsman bin 'Affan.
Hakikatnya ialah, bahwa Mu'awiyah mengetahui kekacau­
an yang sedang terjadi di Mesir dan daerah-daerah sekitar­
nya. Kekacauan-kekacauan itulah yang dimanfaatkan oleh
Mu'awiyah dan 'Amr bin'l-'Ash.
Mesir pada waktu itu sedang dilanda pertentangan-perten­
tangan dan bentro�a n b- entrokan antara berbagai madzhab
dan aliran agama Nasrani. Itu semua antara lain disebabkan
buruknya administrasi pemerintahan Byzantium di sana.
Kecuali itu perlakuan para penguasa Byzantium terhadap
orang-orang Mesir dirasakan sangat menusuk perasaan. Di
tambah lagi dengan beban ekonomi yang sangat berat, yang
harus ditanggung oleh penduduk Mesir demi kejayaan impe­
rium Rumawi Timur itu.
Dengan tidak banyak kesukaran 'Amr bersama pasukannya
dapat memukul pasukan pertahanan Byzantium. Daerah
demi daerah jatuh ke tangan pasukan Muslimin, mulai dari
Peluse, Heliopolis dan kemudian Aleksandria.. Kota yang
tersebut belakangan ini ketika itu sedang menjadi pusat
pengajaran ftlsafat
·, Yunani kuno.
Sebelum jatuhnya Aleksandria, sudah jatuh lebih dulu ·
daerah-daerah pinggiran bekas wilayah Babylonia yang se­
karang dikenal dengart sebutan Kairo Lama. Aleksandria
jatuh ke tangan pasukan ·Muslimin Arab pada tahun 642 M.
Pada tahun 646 M, Byzantium berhasil masuk kembali me­
nyerang Aleksandria pada saat orang-orang Arab sedang
dalam keadaan lengah. Tetapi dengan pengorbanan yang cu­
kup besar, akhirnya pasukan Muslimin Arab berhasil memper­
tahankan kota ini dan mengusir Byzantium sepenuhnya
· dari
Mesir.

58
• •
Jatuhnya Mesir ke tangan Muslimin Arab adalah hasil
fait accompli yang dihadapkan oleh 'Amr bin'l-'Ash kepada
,Khalifah 'Umar di Madinah. Peristiwa ini tercatat sebagai
tindakan indisipliner yang pertama kali dilakukan oleh se­
orang panglima pasukan Muslimin Arab terhadap garis ke­
bijaksariaan Khalifah di Madinah. Menghadapi peristiwa ter­
sebut tampaknya Khalifah 'Umar menanti apa tindakan
lebih lanjut yang akan dilakukan oleh 'Amr di Mesir. Tetapi
_temyata 'Amr di Mesir dan Mu'awiyah di Damaskus meng­
hentikan tindakan-tindakannya dan tidak mempunyai kebe­
ranian untuk memisahkan diri dari kekuasaan pusat. Apa
yang sudan dicapai oleh 'Amr bin'l-'As di Mesir dilaporkan
kepada Khalifah 'Umar dan petunjuk-petunjuk Khalifah
pada umumnya ditaati dan dilaksanakan oleh 'Amr. Dengan
demikian akhimya Khalifah 'Umar sendiri merasa tidak perlu
curiga lagi, baik kepada 'Amr di Mesir maupun kepada
Mu'awiyah di Damaskus.
Masih ada suatu pertanyaan tentang hal ini. Mengapa
Khalifah 'Umar tidak segera menghentikan tindakan .\Amr
supaya tidak meneruskan gerakan militemya ke Mesir?
Mengapa Khalifah 'Umar tidak rilengambil tindakan terhadap
'Amr yang membelakangi kebijaksanaannya?
Pelanggaran yang dilakukan oleh 'Amr dengan gerakan
militemya, bukan merupakan pelanggarakn terhadap stra­
tegi politik dan militer yang sudah menjadi garis pemerin­
tah pusat di Madinah. Sebab yang menjadi sasaran gerakan
militer 'Amr adalah tetap Byzantium, musuh utama yang
membahayakan -keselamatan Islam dan Muslirnin. 'Amr
hanya memperluas daerah-daerah dengan jalan merebutpya
dari tangan musuh. Dalam suasana perang adalah sudah
lazim bahwa daerah• di mana pasukan musuh berkuasa harus
dipandang sebagai daerah peperangan. Oleh karena itu,
pelanggaran yang dilakukan oleh 'Amr bukan merupakan
suatu pelanggaran yang prinsipal dilihat dari sudut politik
dan militer, serta tidak merugikan kepentingan agama,
negara dan ummat. Kalau hendak dikatakan ada kerugiannya,

.59
·.­
,. -�•'I'
]terugian itu hanya terbatas pada prestise Khalifah 'Umar
'pribadi dan preseden yang tidak terpuji dalam k�hidupan
.administrasi pemerintahan.
Kalau hanya itu saja ·bentuk kerugiannya, mengapa Kha­
lifah 'Umar tidak bisa memaafkan 'Amr? Tokh 'Umar bukan
seorang yang sombong, bukan orang yang gila hormat. Wa­
laupun ia seorang yang keras dan tegas, tetapi ia tetap se­
orang yang rendah hati dan ' sederhana. la keras dan tegas
terhadap pihak-pihak yang memusuhi agama dan umat
Muslimin, tetapi ia selalu ramah dan penuh kasih-sayang
terhadap sesama orang beriman.
Selain kebijaksaan. 'Umar yang selalu mengutamakan ke­
pentingan agama, negara dan umat, ia pun tidak pemah
memperlakukan orang lain berdasarkan pertimbangan keluar­
ga atau kabilah, apalagi pertimbangan golongan. Seandainya
Mu'awiyah dan 'Amr ketika itu sudah mempunyai niat bu­
ruk, mereka tidak akan begitu gegabah dan lancang berani
menggerakkan aksi-aksi sparatis di . hadapan suatu pemerin­
tah pusat yang berada di bawah pimpinan 'Umar bin'l-Khat­
thab.
Jika niat buruk sudah ada dalam hati mereka pada waktu
itu, pasti mereka terpaksa harus menangguhkan pelaksanaan­
nya sampai adanya peluang yang baik. Bukankah 'Umar sen­
diri yang mengangkat Mu'awiyah sebagai pengu.asa daerah?
Bukankah ia memerlukan waktu untuk mempersiapkan
gerakan sparatisi'lya? Mu'awiyah dan 'Amr bukan tokoh-tokoh
sembarangan. Mu'awiyah adalah aJ)ak Abi Sufyan, salah .
seorang pembesar Quraisy yang sampa;i detik terakhir menje­
lang jatuhnya Makkal1'i masih giat memusuhi Nabi s.a.w.
dan kaum Muslimin. Baik Mu'awiyah maupun ayahnya, Abu
Sufyan, baru,memeluk agama Islam setelah jatuhnya kota
Makkah ke tangan kaum Muslimin. Mereka termasuk oraJ)g
kalah perang yang dibebaskan oleh Nabi s.a.w. Sebagai
bekas tokoh di kalangan masyarakat Quraisy, maka tidak
anehlah kalau kedua orang tersebut kemudian secara diam­
diam melakukan kegiatan untuk berusaha memulihkan kem-

60
. .. .
. · ba1ftcedudukannya yang telah hilang.
·. :.- · · Niat buruk, kecerdikan dan kematangan bersiasat yang
. dimiliki Mu'awiyah dan 'Amr, akan dipertunjukkan kelak
pada waktu kedua tokoh ini menghadapi pemilihan 'Ali
bin Abi Thalib sebagai Khalifah setelah mangkatnya 'Khali­
fah 'Utsman bin 'Affan r.a.
Selama 10 tahun di bawah pemerintahan 'Umar bin'I­
Khatthab menjadi amat luaslah wilayah kekuasaan Muslimin
Arab. Hampir seluruh kawasan Timur Tengah praktis di
bawah kekuasaan Muslimin Arab, bahkan sudah sampai
ke bagian utara Asia Tengah. Tinggal beberapa saja dari
Timur Tengah, yaitu daerah-daerah di Afrika Utara, yang
masih berada di bawah kekuasaan Byzantium. Imbangan
kekuatan kini telah berubah. Yang semula antara Byzantium
dan Persia, sekarang antara Rumawi Timur (Byzantium')
dan Arab.
Kekuatan politik, ekonomi dan militer Arab sudah sepe­
nuhnya dapat diarahkan kepada satu sasaran saja, y4rti
Byzantium, imperium yang maju kebudayaannya, rapi ··
dan teratur angkatan perangnya, luas wilayah kekuasaannya
dan sudah tentu 'besar kekuatan man-powemya. Belum Jagi
terhitung besarnya pengar.uh keagamaannya - Nast;ani -,
yang pada jaman itu dominasinya sudah mantap hampir
di seluruh benua Eropa, Timur ' Dekat dan daerah-daerah
sekitamya.
'

Bangsa Arab yang seluruhnya praktis sudah beragama


Islam tidak memisahkan antara Byzantium (Rumawi Timur)
'
' j • •.• •

dan Rumawi Barat. Bagi mereka kedua-duanya sama, kareila


dalam hakekalnya memanglah demikian. Antara Arab dan
Rumawi dalam periode jaman itu pralctis selalu dalam kead· a­
an °pennusuhan,
' yan,• dimulai sejak jaman
. Khalifah Abuba·
kar.
· · Fanatisme keagamaan pada masa itu inenguasai_ pikiran
seinua pihak. Rumawi melihat negara Arab sebagai pihak
yang harus dii,andang membahayakan agama Nasrani dan
imperiumnya. Sedangkan pihak Arab selalu melihat lrnpe-

61
rium Rumawi sebagai pihak yang serakah menguasai bangsa­
bangsa lain dan pelindung kebatilan yang merusak kebenar­
an agama Allah. Keadaan tidak damai dan tidak perang se­
nantiasa mencekam pikiran kedua belah pihak.
Dalam keadaan seperti itu masing-masing pihak melancar­
kan manuver-manuver politik dan militer, yang satu terhadap
lainnya. Masing-masing merasa pihaknya selalu terancam
bahaya. Tentu saja tidak ada pihak yang tidak mengerahkan
dana dan tenaga untuk menghadapi kemungkinan yang da­
pat terjadi setiap saat.
Suasana itulah yang menuntut pemecahan dari seorang
pemimpin dan negarawan seperti 'Umar bin'l-Khattab. ltu
pun baru sebahagian saja dari banyak masalah lain yang
menuntut pemecahan dan penyelesaian. Tugas kewajiban
seorang Khalifah memang jauh lebih banyak dan lebih
berat daripada kewajiban seorang kepala negara jaman mo­
dern. Seorang Khalifah bertanggung jawab kepada Allah
dan Rasul-Nya atas tegaknya hukum dan kebenaranNya yang
mutlak dan tidak bisa direvisi atau diganggu-gugat. Ia bert ang ­
gling jawab kepada -�at atas kesentosaan agama di kalang­
an manusia dan sekaligus juga bertanggung jawab atas segala
segi kehidupan negara, bangsa dan rakyatnya. Alhasil, kese­
lamatan dan kebahagiaan umat yang dipimpinnya, di dunia
dan akhirat, menJadi tanggungjawabnya.
Akan tetapi Khalifah 'Umar dalam keadaan sedang meng­
hadapi tugas,yang amat banyak dan berat, pada tahun 644
wafat pada waktu shalat. akibat tikaman pisau dari belakang
yang dilakukan seorang Persia beragama Majusi bernama Abu
Lulu'ah. Khalifah 'Umar .. tidak wafat seketika. Ia masih
sempat meninggalkan beberapa pesan kepada sahabat-saha-
batnya.
Di antara pesannya ialah pencalonan enam orang tokoh
Muslimin Arab, agar salah seorang di antaranya dipilih oleh
wnat sebagai Khalifah penerusnya. Di antara enam tokoh
tersebut ialah: 'Ali bin Abi Thalib dan 'Utsman.bin 'Affan.
Tentang latar belakang dan motivasi politik pembunuhan

62
itu terdapat banyak pendapat yang dikemukakan oleh pe­
nulis-penulis tarikh, baik yang lama maupun yang baru.
Berbagai kemungkinan memang bisa terjadi. Tetapi kurang
dapat diterima adanya suatu pendapat yang menyatakan
bahwa pembunuhan itu terjadi a�bat keputusan Khalifah
tentang perselisihan mengenai besamya pajak penghasilan
yang dibayar, antara seorang pekerja (Abu Lulu'ah) dengan
seorang pegawai pajak. Keputusan yang konon dirasakan
oleh Abu Lulu'ah kurang adil.
Rasanya janggal kalau untuk masalah yang sekecil itu
tidak ada pejabat pemerintahan yang sanggup menyelesai­
kannya. Mungkin saja pekerja yang bersangkutan menyatakan
tidak puas dan tidak percaya, kalau tidak mendapat keputus­
an langsung dari Khalifah. Tetapi apakah di belakang alasan
ini tidak terdapat maksud-maksud tersembunyi? Lagi pula
mengapa pembunuh itu seorang Persia beragama Majusi,
yang dikabarkan sengaja datang dari luar kota Madinah?
Apakah tidak terdapat kemungkinan pemburiuhan itu dike­
mudikan oleh "orang dalam" atau oleh "anasir dari lµar"?
Allah s.w.t. sajalah Yang Maha Mengetahui. Namun perkem­
bangan tidak lama setelah mangkatnya 'Umar r.a. dapat
dijadikan indikasi.
'Ali bin Abi Thalib yang oleh 'Umar r.a. disebut-sebut
dalam pesan terakhimya sebagai salah seorang yang dicalon-
kan untuk memangku jabatan Khalifah, ternyata tidak
bersedia menerimanya. 'Ali berkeras keinginan untuk memu­
lihkan kembali keadaan dan suasana yang pemah ia hayati
pada jaman hidupnya Nabi s.a.w. la tidak tertarik oleh per­
kembangan-perkembangan yang sedang terjadi. Akhirnya
pilihan jatuh kepada 'Utsman bin 'Affan salah seorang me­
,nantu Nabi s.a.w. yang berasal dari Bani 'Umayyah, salah
satu anak suku ke.bilah Quraisy. Jelasnya, 'Utsman masih
se- anak-suku kabilah dengan Mu'awiyah, yaitu suku Bani
Umayyah. '. Utsman seorang tokoh Muslim yang sudah Ian­
jut usia. Disebabkan usianya, ia kurang memiliki semangat
yang diperlukan untuk menghadapi berbagai kesukaran, se-

63
T-
...�
;S.hmgga tampak ia kuran� mampu melanjutkan tugas-tugas
. pekerjaan yangditinggalkan Khalifah 'Umar r.a.

5. Zaman 'Utsman bin 'Affan


644-656M
Sebagaimana sudah dikemukakan, sepeninggal Abubakar
Ash-Shiddiq r.a. dan selama pemerintahan 'Umar bin '1-
Khatthab r.a. banyak wilayah kekuasaan Byzantium· dan
seluruh Persia telah jatuh ke tangan Muslimin Arab, yang t e ­
rns maju bergerak didorong oleh pengabdiannya kepada aga­
ma Islam di bawah pemerintahan Khalifah 'Utsman bin 'Af­
fan pun gerakan-gerakan untuk merebut wilayah-wilayah ke­
kuasaan Byzantium yang lain dan perluasan penyiaran agama
Islam tetap terus dijalankan. Wilayah-wilayah kekuasaan
Rwnawi di Asia Kecil, kepulauan Egia dan daerah-daerah
Afrika Utara, satu per �tu berjatuhan kec tangan Muslimin
Arab. Tindakan-tindakan konsolidasi atas daerah-daerah
Persia terns berlangsung, terutama yang bersifat pengamanan.
Peperangan-peperangan yang dilangsungkan semakin jauh
dari negeri induk, sangat besar pengaruhnya bagi kehidupan
ekonomi negara Arab yang berpusat di Madinah. Penduduk
daerah-daerah yang jatuh ke tangan bangsa Arab pada umum­
nya segera memeluk �gama Islam. Kedatangan pasukan
Muslimin Arab ke daerah-daerah baru ini, dipandang oleh
kebanyakan penduduk sebagai pembebas, karena di samping
membawa agama baru yang mudah difahami, juga mereka
mempraktek4fl persamaan derajat di antara sesama manusia.
Mayoritas penduduk yang semula hidupnya tergantun'g
pada kaum· bangsawan dan hartawan, sangat antusias mene­
rima agama Islam dan _memeluknya. Lebih-lebih di daerah­
daerah bekas .kekuasaan Rumawi yang hampir dua pertiga
pendudulcny' terdiri dari keluarga budak dan kaum m�kin,
yang selama. itu mendapatkan perlakuan tidaJ( patut dari
para penguasa Rumawi. · Golon_gan ini memang yang paling
l�ng merasakan perbedaan sikap antara penguasa yang
lama dan yang baru, yakni penguasa Arab.

64
Di antara penduduk daerah-daerah yang baru dibuka,
banyak yang memeluk agama Islam, sekedar menghindari
beban pajak per kepala yang harus dibayar kepada para pe­
nguasa Arab, apabila mereka tidak mau memeluk agama
Islam. Menurut pemerintahan Muslimin Arab, dari seseorang
tidak boleh dipungut pajak apa pun jika ia sudah menjadi
seorang Muslim.
Sangat 1:?esarnya jumlah penduduk daerah baru yang
memeluk agama Islam, mengakibatkan sangat sedikitnya
pemasukan pajak, sehingga tidak dapat mencukupi kebutuh­
an pembiayaan pemerintahan daerah, termasuk pembiayaan
pasukan-pasukan Muslimin yang berada di sana. I-Jal ini me­
rupakan suatu masalah yang sukar dipecahkan oleh pemerin­
tahan 'Utsman bin 'Affan. Masalah lain ialah semakin banyak­
nya anggota-anggota pasukan Muslimin Arab yang terpe­
ngaruh oleh cara hidup asing ala Rumawi atau Persia, yang
�emang lebih menyenangkan daripada cara hidup aslinya
sendiri yang serba sederhana. Barang-barang rampasan perang
{ghanimah) yang sebahagian wajib diserahkan kepada peme-.
rintah sebagai dana perjuangan di jalan Allah, saat itu makin
banyak yang dipergunakan seridiri oleh pasukan-pasukan
yang merasa dirinya menang perang. Pelanggaran-pelanggaran
moral agama semakin meningkat di kalangan pasukan-pa­
sukan Arab. Walaupun hal ini tidak menyan�ut semua
anggauta pasukan, tetapi sudah merupakan gejala�jala tidak
sehat yarig menggambarkan menipisnya iman di kalangan se­
bagian pasukan Arab. Kebiasaan hidup sederhana mulai ber­
ubah meltjadi gemar hidup bennewah-mewah di perantau­
an. Bahkan tidak sedikit di antara mereka yang enggan
pulang ke tanah tumpah darahnya sendiri. Sedangkan mercka
yang pulang ke kampung halaman, banyak sudah yang ter­
pengaruh oleh kebiasaan dan kebudayaan asing yang mereka
hayati di Iuarnegeri. Ada yang meniru cara hidup bangsawan
Rumawi, ada· pula yang meniru-niru cara hidup bangsawan
Persia. Kerusakan moral dan kemerosotan akhlak mulai tum­
buh.

65
Semuanya itu merupakan masalah-masalah berat yang
penanggulangannya sukar diharapkan dari seorang pemimpin
yang sudah amat lanjut usia. Temyata memang kesanggup­
an Khalifah 'Utsman tidak sampai ke situ. Dalam keadaan
negara sedang menghadapi 'banyak kesulitan; Khalifah 'Uts­
man dihadapkan kepada desas-desus yang menuduhnya te­
lah memberikan fasilitas-fasilitas istimewa kepada kaum
kerabatnya, antara lain dengan jalan mendudukkan mereka
di dalam jabatan-j abatan penting.
. Situasi semakin menjadi bertambah buruk. Salah seorang
terkemuka sahabat Nabi s.a.w., Abu Dzar Al-Ghfari, terpaksa
menyuarakan isi hatinya sebagai reaksi. Semula ia hanya
mengingatkan masyarakat tentang gejala-gejala kemerosot­
an akhlak yang perlu ditanggulangi segera. Tetapi akhimya
ia lalu menentang Khalifah 'Utsman yang berasal dari Bani
Umayyah. Lebih jauh lagi ia secara terbuka mempropaganda­
kan bahwa 'Ali bin Abi Thalib dan keturunannya lebih ber­
hak mewarisi kepemimpinan Nabi s.a.w.
Pikiran yang dikampanyekan Abu Dzar justru sudah sejak
lama ditunggu-tunggu oleh seorang Yahudi beragama Islam
yang berasal dari Yaman, 'Abdullah bin Saba. Dengan serta­
merta orant ini segera memanfaatkan kampanye Abu Dzar
untuk memperoleh pendukung sebanyak-banyaknya. Semua
itu merupak�n mudigah (embriy,o) lahimya sekte Syi'ah
(Shiite) di kemudian hari. Konon menurut para ahli tarikh,
Abdullah bin Shaba adalah seorang yang bermuka dua atau
munafik, ,yang sejak mulai memeluk agama Islam sudah
beritikad hendak merusak persatuan ummat.
Ketidakpuasaan terhadap kebijaksanaan Khalifah 'Utsman
makin hari plakin meluas di kalangan sebagian kaum Mus­
limin. Kedudukan Khalifah bertambah lemah dan akhimya
dalam memimpin pemerintahan, praktis dikendalikan oleh
tokoh-tokoh Bani U1,11ayyah. Di antara mereka ini yang pa­
ling menonjol ialah Marwan bin al-Hakam, seorang pembantu
yang paling mendapat kepercayaan dan mempunyai hubung­
an kekeluargaan sangat dekat dengan Khalifah sendiri. la

66
adalah -salah seorang menantu Khalifah, suami puterinya yang
bernama Umm Aban.
Keresahan kaum Muslimin, terutama di lapisan bawah
berpunca.k pada suatu gerakan pemberontakan yang dilaku­
kan oleh orang-orang yang datang .dari daerah Mesir dan se­
bagian penduduk Madinah. Mereka berbondong-bondong
mendatangi dan mengepung rumah kediaman Khalifah
'Utsman, menuntut supaya Khalifah meletakkan jabatan,
atau jika tidak, Marwan bin al-Hakam supaya disingkirkan
dari pemerintahan. Khalifah 'Utsman bersikeras tidak berse­
dia menerima tuntutan mereka dan tida.k juga mau me­
laksanakan nasihat-nasihat yang diberikan 'Ali bin Abi Tha­
lib, yaitu supaya Khalifah menyingkirkan semua pembantu­
nya yang sudah tidak disukai oleh kaum Muslimin. Bebera­
pa orang sahabat Nabi s.a.w. berusaha menyelamatkan
Khalifah dari bahaya yang mengancam jiwanya, tetapi
kemarahan kaum Muslimin yang memberontak sudah tak
dapat diredakan lagi. Akhirnya Khafilah diserbu dan wafat
terbunuh di ujung pedang kaum pemberontak. Peristiwa
ini terjadi pada pertengahan tahun 656 M.
Dari peristiwa tersebut, menjadi lebih jelas lagi adanya
gejala-gejala yang menunjukkan akan terjadinya dua hal
penting dalam sejarah bangsa Arab, yaitu perang saudara dan
munculnya pandangan politik yang memandang bahwa sistem
kekuasaan berdasarkan keturunan adalah sah. Pandangan
politik inilah yang menganggap bahwa hanya 'Ali bin Abi
Thalib dan keturunannya sajalah yang berhak mewarisi
kepemimpinan Nabi s.a. w. atas umat Islam.

67
Bab Ill
PERPECAHAN POLITIK BANGSA ARAB

1. Zaman •Ali bin Abi Thalib


656-661 M
Sepeninggal Khalifah 'Utsman bin 'Affan r.a. malca 'Ali
bin Ab.i Tha1ib terpilih sebagai Khalifah, tetapi tidalc secara
akJamasi. Tokoh-tokoh di Mesir menentang terpilihnya
'Ali sebagai Khalifah menggantikan 'Utsman. Lebih buruk
lagi keadaannya, karena para penguasa di Syria yang dikepalai
oleh Mu'awiyah, semuanya menolak 'Ali dengan terang­
terangan. Keadaan lebih menjadi parah Jagi, karena baru
saja 'Ali memegang tampuk pemerintahan, janda Nabi s.a.w.
- •Aisyah r.a., bersepakat dengan Thalhah dan Zubair untuk
menuntut balas atas terbunuhnya •utsman, yaitu menuntut
kepada 'Ali supaya mengambil tindakan hukum terhadap
pembunuh 'Utsman. Tuntutan ini disertai ancaman, apabila
'Ali tidak dapat segera bertindak, mereka akan berjuang
melawan 'Ali.
Mengapa 'Aisyah sampai bersikeras terhadap 'Ali seperti
itu? Para penulis tarikh di kalangan bangsa Arab sendiri ba­
nyalc yang menjelaskan pendapatnya sebagai berikut:
Konon pada waktu 'Aisyah dahulu terkena fitnah yang

68
dilancarkan oleh seorang 1'!:}Unafik besar, Abdullah bin Ubey,
'Ali pemah menunjukkan sikap yang sangat rnenyakiti hati
'Aisyah. Fitnah itu berupa desas-<lesus sampai terdengar
oleh Nabi s.a.w. sendiri, bahwa 'Aisyah berbuat serong de­
ngan seorang pemuda. Untuk memperkuat fitnah tersebut
Abdullah bin Ubey, rnenceritakan kepada orang banyak.
bahwa dalam suatu perjalanan pulang sehabis mengikuti
perjalanan Nabi s.a. w. (dalam suatu peperangan menangkis
serangan Quraisy dari Makkah), 'Aisyal1 terlambat dan baru
bergabung dengan ro1nbongan Nabi s.a.w. pada waktu han1pir
n1emasuki kota Madinah, dengan berkendaraan seekor unta
dan diantar oleh seorang pernuda.
Dengan licin sekali Abdullah' bin Ubey merajut fitnah,
sehingga tersebar dari mulut ke 111ulut dan akhirnya sampai
terdengar sendiri oleh Nabi s.a.w. Ketika itu Nabi s.a.w.
pen1al1 bertanya kepada 'Ali bin Abi Thalib sikap apa sebaik­
nya yang perlu diambil dan bagai111ana pendapat 'Ali. 'Ali
1nenjawab, bahwa kalau benar-benar Nabi s.a.w. yakin
dan percaya akan benamya desas-desus yang didengar, apa
salahnya kalau "Aisyah diceraikan saja, Tak lama kemudian
jawaban 'Ali yang dernikian itu didengar oleh 'Aisyah dari
orang lain dan bukan dari Nabi sendiri.
Tetapi fitnah tersebut akhin1ya terungkap kepalsuannya
dengan diterimanya wahyu suci oleh Nabi s.a.w. Tetapi
walaupun fitnah itu sendiri sudah terselesaikan dan hubung­
an antara Nabi s.a.w. dengan 'Aisyah sudah serasi kembali,
namun 'Aisyah sebagai manusia biasa rnasih menyimpan
perasaan tidak senang terhadap 'Ali. Perasaan inilah yang
kemudian 1nuncul dalam bentuk sikap 'Aisyah pada waktu
n1endengar 'Ali terpilih sebagai Khalifah. Alasan menuntut
balas atas terbunuhnya 'Utsman r.a. 1ne1nang wajar dan su­
dal1 semestinya. Tetapi mengapa tuntutan itu dipaksakan
kepada 'Ali dengan disertai ancaman, adalah rnasalah yang
tersendiri.
Mungldn di samping masalah peristiwa fitnah, ada hal
lain lagi yang membuat 'Aisyah tidak senang terhadap 'Ali.

69
yaitu sjkap 'AH yang tidak menunjukkan sambutan baik
atas terpilihnya Abubakar r.a. sebagai Khalifah pertama
dahulu. Pada waktu itu 'Ali bersikap dingin saja. Dari sikap
'Ali yang selalu dingin sampai pada jaman Khalifah ·utsman,
tampaknya memang ·'Ali lebih n1enguta1nakan masalah-1nas­
alah keagamaan daripada masa1ah-rnasalah pernerintahan.
Tetapi bagaimanapun masalahnya, 'Ali sebagai seorang
Khalifah yang bani saja terpilih, terpaksa harus menghadapi
banyak tantangan berat, yang apabila tidak bijaksana dalam
rnenghadapinya, dapat menimbulkan akibat besar bagi ke­
hidupan agama, negara, bangsa dan urnat. 'Ali pada jaman
hidupnya Nabi s.a.w. terkenal sebagai orang yang cekatan,
tangkas,
·., berani dan besar andilnya dala1n peperangan mela-
wan serangan Quraisy, kini agak la1nban dalam mengha-
dapi berbagai tantangan. Namun bisa difahami, karena tan­
tangan yang dihadapinya terlampau besar.
Kekuasaan atas se.luruh daerah Syam praktis sudah berada
di tangan Mu'awiyah, tennasuk pasukan-pasukan Muslimin
Arab yang ada di sana. Demikian pula halnya dengan 'Arnr
bin'l-'Ash ·di Mesir. Sedang di Madinah, janda Nabi s.a.w.
yang sangat besar pengaruhnya di kalangan u1nat, kini ber­
sama dua orang tokoh penting lainnya, Zubair dan Thalhah
sedang siap-siap menghadapi 'Ali. Apalagi jika diingat suatu
kenyataan, baik Mu'awiyah, 'Amr, Zubair maupun Thalhah,
semuanya tokoh militer seperti 'Ali juga, yang selama ini
sering memegang komando dalam banyak pertempuran me­
lawan serangan-serangan kaum kafir.
Benar-benar 'Ali dalarn keadaan serba· sulit. Bila ia• ingin
terus sebagai Khalifah, negara akan pecah, lebih-lebih kalau
ia tidak dapat memenuhi tuntutan 'Aisyah dan kawan-kawan
nya. Satu-satunya jalan bagi 'Ali, jika hendak mempertahan­
kan persatuan umat, mundur dan meletakkan jabatan sebagai
Khalifah. Tetapi 'Ali ta1npaknya tidak pernah me1npertim­
bangkan jalan tersebut.
Mempertimbangkan kesukaran besar itulah yang 1nembuat
·Ali tampak menjadi lamban. Tapi 'Ali akhirnya berpendirian

70
teguh sesuai dengan prinsip politik yang diajarkan agama
Islam bahwa um1nat wajib taat kepada ulil a111ri 111i11Fu11n
(pemegang kekuasaan kaum Muslimin), sela1na ulil a1nri
tidak melakukan tindakan ma'siyat (durhaka) terhadap
Allah dan Rasul-Nya. Atas dasar pendirian ini 'Ali 1nemilih
jalan 1naju terus, betapa pun risiko yang akan dil1adapinya.
Ia mencoba n1emecahkan persoalan dengan jalan men1atah­
kan tantangan satu de,ni satu.
1'antangan pertama yang akan diselesaikannya ialah yang
datang dari pihak 'Aisyah dan kawan-kawannya. Untuk
ini 'Ali mempunyai kesabaran. Sebab: pertain a, ia sendiri
tidak mengetahui siapa sebenarnya pe,nbunuh 'Uts1nan.
Kedua, ia n1engetahui benar latar belakang politik yang
1nendorong dan n1embangkitkan ke1narahan kaum Musli­
min yang 1ne1nberontak. Ketiga, ia tidak mengetahui dengan
tepat siapa sesungguhnya oknum yang menggerakkan pem­
berontakan.
Seorang yang zahid dan shaleh seperti 'Ali, tidak dapat
bertindak hanya atas dasar dugaan atau prasangka se1nata-
1nata. Hukuman harus benar-benar dijatuhkan kepada pihak
yang benar-benar terbukti berbuat salah. la memiliki rasa
tanggung jawab yang besar sekali kepada Allah s.w.t., kepada
Rasul-Nya dan kepada umat. Untuk menyelesaikan tuntutan
'Aisyah dan kawan-kawannya, 'Ali membutuhkan waktu
agar bentuk penyelesaiannya tidak sampai mengakibatkan
hal-hal yang merugikan umat.
Akan tetapi 'Aisyah dan kawan-kawannya tidak sabar
1nenunggu lebih lama. Mereka membentuk suatu pasukan
untuk rnelawan 'Ali. Pasukan ini dipusatkan di kota Basrah
(salal1 sebuah kota di wilayah lrak sekarang).
Sesudah lima bulan 'Ali me,nangku jabatan sebagai Khali­
fal1, ia mengarnbil keputusan untuk meninggalkan Madinah
dan berangkat sendiri 1ne1ni1npin suatu pasukan untuk
1ne1natahkan perlawanan 'Aisyah, Zubair dan Thalhah.
Tampaknya 'Ali bennaksud menu,npas pasukan pemberon­
tak, tetapi harus dapat ,nenyelamatkan 'Aisyah, Um,nul-

71
Mu '1nini11 (Ibu Kaurn Mu'minin).
Dalam perang saudara seagama, sebangsa dan setanah air
ini, terbunuhlah Zubair dan Thalhah. Pasukan 'Aisyah ter­

nyata tidak terlalu sulit dipatahkan oleh pasukan 'Ali. Dah­
syatnya pertempuran-pertempuran dalam peperangan ini
tidak kalah sengitnya di banding dengan pertempuran-pertem­
puran antara kaum Muslimin dan orang-orang kafir Ru1nawi
atau Persia. 'Aisyah akhirnya berhasil ditangkap 'Ali dalam
keadaan selamat dan dipulangkan kembali ke Madinah
dengan znendapat perlakuan sepatutnya sebagai Un-111111/­
Mu 'minin:'Aisyah tidak ditawan. Ia dibebaskan dan diminta
supaya tetap tinggal di Madinah sebagai lbu Umat Muslimin.
Sikap 'Ali yang sangat hormat kepada janda Nabi s.a. w.
itu tidak dapat dibenarkan oleh segolongan ekstritn yang
ada dalam pasukannya. Mereka menuntut kepada 'Ali supaya
'Aisyah diperlakukan sebagai tawanan perang dan harus m e -
1nikul konsekuensi dari segala perbuatannya melawan Kha­
lifah. Tapi mujurlah 'Ali, karena dengan sabar dan bijaksana
berhasil meyakinkan mereka, bahwa janda Nabi s,a.w. wajib
diperlakukan dengan honnat, apalagi karena 'Aisyah sendiri
sudah tidak meneruskan perlawanan. Selanjutnya diriwayat­
kan oleh para ahJi tarikh, bahwa 'Aisyah r.a. sampai akhir
hayatnya bermukim di Madinah dan tidak pemah lagi me­
libatkan diri dalam kegiatan-kegiatan yang bersifat politik.
Peristiwa perang saudara atau perang sesama umat Islam
sebangsa dan setanah air antara pihak 'Ali dengan pihak
'Aisyah dan kawan-kawannya, dalam sejarah dikenal dengan
sebutan. Waqi'atul - jamal (peristiwa unta). Penamaan ini
diambil dari peristiwa terjadinya suatu pertempuran se­
ngit di sekitar unta yang dikendarai oleh 'Aisyah r.a.
Sekarang 'Ali tinggal menghadapi dua tantangan lainnya,
yang datang dari Mu'awiyah di Syria dan dari 'Amr di Mesir.
Sehabis memenangkan peperangan di Basrah, 'Ali tidak
segera kembali ke Madinah, melainkan ia bersama pasukan­
nya langsung berangkat hendak menumpas pembangkangan
Mu'awiyah. Tampaknya 'Ali hendak mempergunakan sema-

72
ngat pasukan-pasukannya yang baru saja memenangkan pepe­
rangan untuk mematahka!1 perlawanan Mu'awiyah. Lagi
pula ,nemang sejak dahulu 'Ali tidak begitu menaruh perhati­
an besar terhadap pekerjaan-pekerjaan pemerintahan.
Dari Basrah Khalifah 'Ali bersama pasukannya langsung
menuju Kufah dan mendudukinya setelah berhasil mengusir
pasukan-pasukan Muslimin pendukung Mu'awiyah. Dari
kufah operasi 1niliter diteruskan ke Ctesiphon, bekas ibukota
Imperium Persia selama dinasti Sassan, yang jatuh ke tangan
kaum Muslimin Arab pada jaman 'Umar bin'I-Khatthab r.a.
Kota ini diduduki lagi dan dibersihkan dari pasukan-pasukan
pendukung Mu'awiyah.
Dari sana 'Ali dan pasukannya meneruskan gerakan ofen­
sifnya menyeberangi sungai Furat (Euphratus) dan me1na­
suki kota Riqqa. Di sinilah 'Ali dan pasukannya berhadapan
dengan pasukan Mu'awiyah yang berinduk di le1nbah Shif­
fein.
Salah satu peristiwa yang n1enarik untuk dicatat ialah,
bahwa induk pasukan Mu'awiyah yang puluhan ribu jumlah­
nya. di tempat perkemahannya menyelenggarakan upacara­
upacara khidmat untuk membulatkan tekad dan bersu1npah
hendak bertempur melawan pasukan "Ali sampai titik darah
penghabisan. Mereka menyalakan api unggun dan berkeru-
1nun di sekitamya.
Pertempuran-pertempuran sengit berkobar di antara dua
pasukan Arab seagama. Jalannya pertempuran-pertempuran
menunjukkan ketangkasan dan kejantanan pribadi 'Ali se­
bagai seorang yang sejak dulu kerap diangkat sebagai koman­
dan dalam peperangan. 'Ali temyata memiliki pengetahuan
teknik kemiliteran yang hebat sekali. Kesanggupannya me­
mimpin pasukan yang sedang bertempur dan keberaniannya
yang sangat tinggi memperteguh mental pasukan-pasukannya.
Sebaliknya, pasukan-pasukan Mu'awiyah yang telah 1ne­
ngikrarkan sumpah, tidak kalah semangatnya dala1n bertem­
pur menghadapi pasukan-pasukan 'Ali.
Tragis sekali, dua pasukan yang semula bahu-membahu

73
menghadapi serangan-serangan musuh asing, kini berbaku
hantam, bunuh-membunuh dan hancur-menghancurkan. Apa
yang belum lama berselang telah terjadi di Basrah. kini
terulang ke1nbali dalarn bentuk yang lebih dahsyat dan le­
bih mengerikan.
Setelah bertempur siang-malam selama kurang-lebih tiga
bulan, pasukan-pasukan 'Ali berhasil merebut posisi yang
hampir menentukan hancurnya pasukan-pasukan Mu'awiyah.
Untunglah Mu'awiyah yang mempunyai seorang panglima
'Amr bin'l-'Ash, yang rupanya sengaja didatangkan dari Me­
sir untuk dihadapkan 1nelawa11 'Ali. Kerjasama antara Mu -
'awiyah dan 'Amr dalam peristiwa ini menunjukkan bukti,
bahwa gerakan militer yang dahulu dilakukan 'Amr ke Me­
sir pada jaman 'Umar bin'l-Khattab, memang atas peren­
canaan yang dilakukan bersama Mu'awiyah, sebagai persiap­
an untuk memisahkan diri dari kekuasaan pemerintah pusat
di Madinah.
Mengetahui gelagat akan kekalahan pasukannya, Mu'awi­
yah dan 'Amr tidak segan-segan mempergunakan Kitab Suci
Al-Quran sebagai alat untuk n1elancarkan tipu muslihat.
Kedua tokoh ini memerintahkan kepada pasukannya supaya
menancapkan Jembaran-lembaran Kitab Suci Al-Quran di
ujung senjata masing-masing. Dengan 1naksud supaya 'Ali
dan pasukannya percaya benar, bahwa pihak Mu'awiyah
meng.hendaki adanya penyelesaian secara damai berdasa r ­
kan hukum Allah s.w.t.
Melihat kenyataan itu, 'Ali kemudian berpendapat, bahwa
kalau pihak Mu'awiyah benar-benar menghendaki penyelesai­
an berdasarkan hukum Allah (tahkiln). pasti akan berarti
Mu'awiyah bersedia mengakui kekeliruannya dan akan
menghentikan gerakan pemberontakannya. Karena bagai­
mana pun juga, hukum Allah mutlak harus dipatuhi oleh
semua orang beriman. Sedang hukum itu tegas-tegas termak­
tub di dalam Kitab Suci Al-Quran, bahwa setiap Muslim w.ajib
taat kepada A1JaJ1, Rasul dan ulil amri niinhun, selama
ulil amri itu tidak durhaka kepada Allal1 dan RasulNya.

74
Dengan hati jujur dan terbuka •Ali menerima baik utusan
yang dikirin1 oleh Mu'awiyah untuk n1engadakan peronding·
an-perundingan 1nencari penyelesaian secara da1nai. Pihak
Mu'awiyah yang diwakili oleh 'A1nr bin'l-'Ash kemudian
bertemu dengan pihak 'Ali yang di\vakili oleh Abu Musa
al-Asy'ari, di suatu tempat yang tidak seberapa jauh letak­
nya dari 1nedan ternpur.
Menghadapi 1nuslihat perda111aian pihak Mu'awiyah terse­
but, ten1yata kejujuran pihak 'Ali ntengakibatkan kerugian
yang amat fatal. Abu Musa al-Asy'ari. seorang jujur, shalih
dan ben1sia lanjut, terbukti tidak sanggup menghadapi li­
ku-likunya diplo1nasi 'Amr bin 'I-'Ash sebagai seorang tokoh
militer dan sekaligus politikus. Demikian licinnya 'A1nr
melancarkan taktik diplon1asi da1a1n perundingan-perunding­
an, sehingga Abu Musa terdesak dan terjebak meneri1na 1nus­
lihat 'Amr yang 1nengusulkan supaya wakil kedua belah fihak
menyatakan penghentian ½Ii bin Abi Thalib dan Mu ·awiyah
dari kedudukan 1nasing-r11asing sebagai penguasa. Abu Musa
tampaknya yakin, bahwa cara penyelesaian seperti itu me­
rupakan satu-satunya jalan untuk 1nengakhiri persengketaan
secara dan1ai. Masalah kekhaJifahan - menurut Abu Musa
- akan diserahkan kepada kaum Musli1nin supaya memilih
sendiri siapa yang akan diberi kepercayaan sebagai khalifah.
Na,nun pada waktu wakil-wakil kedua belah fihak itu n1engu­
mumkan persetujuan mereka, 'Arnr mencederai persetujuan
dan 1nenyatakan di depan kahayak ramai, bahwa Abu Musa
sendirilah yang secara resmi telah mengumumkan peng·
hentian 'Ali bin Abi Thalib. 'A1nr yang berbicara di depan
u1nu1n setelah Abu Musa, menyatakan bahwa ia mernper­
kokoh kedudukan Mu'awiyah sebagai penguasa. Mendengar
pemyataan 'Amr yang sedemikian itu Abu Musa marah-
1narah dan mengumpat-umpat 'Amr. Kemudian ia mening­
galkan perundingan tanpa membawa hasil apa pun.
Konon akhimya Abu Musa al-Asy'ari menyadari kelengah·
annya dan sehabis perundingan ia menghilang dan tidak
berani melaporkan hasilnya kepada Khalifah 'Ali.

75
ltu belum seberapa. Masih ada lagi masalah besar yang
harus dihadapi 'Ali, akibat kejujurannya dalam menghadapi
tipu muslihat Mu'awiyal1 yang tidak dif ahaminya. Barisan­
nya sendiri menjadi pecah. Suatu perpecahan politik yang
lebih parah terjadi.
Banyak teman-teman 'Ali yang mertjadi komandan pasuk­
an tidak dapat menerima atau membenarkan sikap 'Ali
dalam menghadapi tipu muslihat Mu'awiyah yang dilancar­
kan atas nama "tahkin1" (penyelesaian berdasarkan hukum
Allah). Kaum oposisi ini bukannya menolak tahkim atau
hendak menentang hukum Allah, melainkan karena sudah
sama sekaJi kehilangan kepercayaan akan kejujuran Mu'awi­
yah. Tampaknya mereka ini lebih mempunyai kewaspadaan
politik daripada 'Ali sendiri. 'Ali yang sejak dulu selalu
meremehkan masalah politik· sekarang dipaksa oleh sejarah
harus menanggung risikonya.
Komandan-komandan pasukan beramai-ramai membawa
sebagian pasukannya masing-masing, meninggalkan barisan
'Ali yang sedang berhadap-hadapan dengan pasukan-pasukan
Mu'awiyaJ1. Mereka berkumpul di Ctesiphon dan mengang­
kat Khalifah baru dari ka!angan mereka sendiri.
Sekarang 'Ali harus menghadapi dua jurang yang sama
terja! dan berbahayanya. Menerima hasil-hasil perundingan
Abu Musa a l -Asy'ari yang mengakui Mu'awiyah sebagai
Khalifah, berarti ia menanggalkan dirinya dari kedudukan
sebagai KhaJifah. Bergerak menumpas kaum oposisi yang
telah mengangkat Khalifah baru, berarti 'Ali harus membagi
kekuatannya menjadi dua, sebagian untuk menghadapi
Mu'awiyah dan sebagian lagi menghadapi kaum oposisi.
Sedang pasukan yang masih tinggal sudah tidak seberapa
kuat Iagi. Golongan yang keluar meningga!kan barisan 'Ali
itu, dalam sejarah di kemudian hari disebut dengan nama:
Al-Khawarij (orang-orang yang keluar, yakni meninggalkan
barisan 'Ali).
PiJihan 'Ali jatuh kepada kaum Khawarij. Menurut per­
hitungan 'Ali, mereka harus ditumpas lebih dulu, agar tidak

76
menusuk dari belakang dalam perjuangan menghadapi pasu­
kan Mu·awiyah yang sekarang jauh lebih kuat. Kecuali
itu, berdasarkan imbangan kekuatan, ·pasukan yang masih
tinggal dengan 'Ali me,nang lebih kuat daripada kaun1 Kha­
warij.
Hal itu tcmyata benar. 'Ali dan pasukannya terbukti
berhasil baik menghancurkan kaum Kllawarij dalam pepe­
rangan di Nehrawan. Sisa -sisa kau1n Khawarij yang masih
hidup banyak lari bertebaran ke Iraq, ke daerah-0aerah
tanah Persia dll. Di kemudian hari mereka menjehna menja­
di sektc yang n1empunyai aliran tersendiri. Madzhab Kha­
warij tersebar dengan cepat di banyak daerah sampai ke
daerah-daerah Afrika Utara.
Sejak penumpasan kaum Khawarij dilakukan 'Ali, gerak­
an•gerakan separatis tidak semakin hilang. Syam (Syiria)
memisahkan diri dari pe1nerintahan pusat di Madinah, ke-
1nudian Mesir yang memang sejak se1nula menentang kek11a­
lifahan 'Ali. Tak lama kemudian Mesir ('Amr bin'l- 'Ash)
1nenyatakan bergabung dengan Syria (Mu'awiyah).
Penggabungan Mesir dengan Syria bukan kejadian yang
aneh atau mengejutkan. Hal itu ta1npak sudah direncanakan
secara diam-diam. Tetapi pada saat pennulaan renca­
na itu diletakkan, baik Mu'awiyah maupun 'Amr, tidak cu­
kup 1nempunyai keberanian menghadapi posisi 'Umar bin'l­
Khatthab yang sangat kuat.
Mengingat kenyataan bahwa Mu'awiyah dan 'Amr tidak
segan-segan mempergunakan Al-Quran untuk melaksanakan
tipu muslihatnya terhadap Khalifah 'Ali di Shiffein dan
mengingat ambisi kekuasaan yang kini sudah sangat jelas
ada pada Mu'awiyah dan 'Amr, wajarlah kalau timbul perta·
nyaan: Adakah l1ubungan antara politik Mu'awiyah dan
'Amr dengan peristiwa pembunuhan Khalifah 'Umar bin'l­
Khatthab? Adakah hubungan antara politik 'Amr dengan
peristiwa pembunuhan Khalifah 'Utsman bin 'Affan? Hanya
Allah s.w.t. sajalah yang mengetahui. Tetapi yang pasti
ialah, bahwa kejujuran tida.k mungkin bisa diharapkan dari

77
orang-orang yang mengaku dirinya Muslim, tetapi berani
mempermainkan Al-Quran untuk tipu muslihat politiknya.
Dengan segala kekuatan yang tinggal, Khalifah 'Ali pantang
1nundur. "Bersama pasukannya ia terus-menerus melawan
dan berusaha mematahkan serangan-serangan pasukan Mu­
'awiyah selarna kurang-lebih dua tahun. Selama itu pasukan­
pasukan Mu 'awiyah melancarkan serangan-serangannya terha­
dap kedudukan 'Ali di lembal1 antara sungai Furat dan
Dajlah (Tirgis).
Kini saat-saat kemalangan menimpa Khalifall 'Ali r.a.
Sedang ia menunaikan shalat di dalam masjidnya di kota
Kufah, seorang Khawarij berhasil menyelinap masuk ke
dalam masjid, kemudian menikam Khalifah 'Ali secara ti­
ba-tiba. Terbunuhlah 'Ali bin Abi Thalib r.a. pada tahun 661
M di tangan seorang Khawarij bernama 'Abdur-Rahman bin
Muljarn
Berita tentang terbunuhnya 'Ali r.a. sangat mempengaruhi
mental pasukan-pasukannya. Dalam pada itu kesempatan
ini dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh Mu'awiyah dan 'Amr
untuk lebih meningkatkan serangan-serangan bersenjatanya,
tidak hanya di Sh.iffein, melainkan di semua daerah penga­
ruh 'Ali r.a.
Habislah sudah segala-galanya yang ada pada 'Ali. Seluruh
kekuasaan Khalifah di Madinah praktis jatuh ke tangan Mu -
'awiyah. Ini berarti, semua kekuasaan politik, ekonomi dan
militer berada dalam genggap-lan keluarga Bani Umayyah.
Yang masih dan tetap ada bagi 'Ali tinggallah hati pengi­
kut-pengikut dan pencinta-pencintanya secara perorangan.
Mereka inilah yang di kemudian hari akan muncul dalam
sejarall sebagai sekte Syi'ah, dengan aliran tersendiri. Ten­
tang sekte Khawarij dan Syi'ah akan kita bicarakan dalam
bagian \ain.
Baiklah kiranya kita berhenti sejenak untuk mengenang­
kan catatan sejarah selama bangsa Arab berada di bawah
pimpinan empat orang Khalifah. Periode ini berlangsung
selama kurang-lebih 29 tahun.

78
.
I. Ja111a11 A bttbakar r.a.: Stabilitas segala bidang mulai
terkonsolidasi di selun1h Semenanjung Arabia. Ini
1nerupakan 1nodal untuk perluasan wilayah-wilayah
Islam lebih lanjut.
2. Ja11w11 'U111ar r.a.: Perluasan wilayah Islam berlangsung
dengan pesat dan diikuti penertiban ad1ninistrasi peme­
tintahan.
3. Jan1a11 'Utsnwn r.a.: Munculnya gejala-gejala kehidupan
yang menyin1pang dari cara hidup Islam, yang ditim­
bulkan oleh pengaruh asing akibat perluasan daerah­
daerah Isla,n di Juar Setnenanjung Arabia. Cara hidup
ber1newah-mewah, gejala-gejala kernerosotan akhlak dan
1nelemahnya pemerintal\an, men1pakan kekhususan
jaman ini.
4. Jan1an 'Ali bin Abi Tha/ib: Pernerintahan Khalifah
bcrtambah lemah, perpecahan politik terbuka, perang­
perang saudara, terhentinya gerakan peluasan Islam,
munculnya gagasan politik tentang siste1n kekuasaan
berdasarkan keturunan, semuanya 1nenjadi pengisi
sejarah periode ini. Gagasan politik tersebut adalah
akibat dari pengaruh tradisi-tradisi Rumawi dan Per­
sia, di samping mulai berjangkitnya kembali tradisi,
tradisi Arab jaman pra Islam.

Tetapi apa pun yang terjadi, segala sesuatunya Allahlah yang


menentukan. Tak ada sesuatu yang dapat menghalangi ke­
hendakNya. Meskipun keadaan bangsa Arab bertambah
parah, tetapi perkembangan agama Islam tidak terhalang
karenanya. Sebab bukan Islam yang mendatangkan kerusak­
an, tetapi tangan-tangan manusia sendiri yang banyak menim­
bulkan kerusakan di bumi.
Manusia tidak rnengetahui apa yang akan diperbuat dan
dialaminya sendiri di kemudian hari. Sesuatu yang dipandang­
nya baik, belum tentu mendatangkan kebaikan baginya

79
dan sesuatu yang dipandangnya buruk belum tentu menda­
tangkan keburukan baginya. Kebenaran yang mutlak hanya
di tangan Allah s.w.t. Manusia hanyalah sekedar pelaku se­
jarah dan bukan pencipta sejarah. Sejarah akan berlangsung
menurut hukum-hukum sunnatullah yang sudah menjadi
kehendak-Nya.

2. Zaman Dinasti Bani Umayyah


661-750M
Sepeninggal 'Ali bin Abi Thalib r.a. kini segala sesuatu­
nya sudah jatuh ke tangan Mu'awiyah. Mu'awiyah adalah
anak Abi Sufyan, berasal dari keluarga Umayyah yang ter­
masuk pula dalam kabilah Quraisy. Sekabilah dengan Nabi s.
a.w. dan sekabilah juga dengan Abubakar, 'Umar, 'Utsman
dan 'Ali.
Dengan bertindak keras terhadap lawan-lawan politiknya,
Mu'awiyah berhasil mendirikan suatu negara sejenis impe­
rium Arab yang bersistem kekuasaan atas dasar keturunan.
Suatu sistem kekuasaan di dalam masyarakat Islam, hasil
perpaduan antara pengaruh asing (Rumawi dan Persia) dan
tradisi kabilah-kabilah Arab pada jaman pra-Islam.
Seperti yang sudah diterangkan, bangsa Arab sudah sejak
jaman pra-Islam mengenal sistem kekuasaan semacam itu,
• walau dalam ukuran kecil. Hal itu dapat dilihat dari kenyata­
an banyaknya kabilah pada jaman pra-lslam, yang mengatur
kekuasaan di dalam kabilahnya masing-masing atas dasar
keturunan, seperti dalam penetapan seorang ketua kabilah
atau syeikh.
Bagi Mu'awiyah sebenarnya sebutan "Kepala lmperium
Arab" lebih tepat daripada "Khalifah". Sebab, kegiatan
pokok negara dan pemerintahan selama 89 tahun dinasti Bani
Umayyah itu berdiri, lebih banyak tercural1 kepada masalah­
masalah keduniawian, seperti masalah-masalah politik, eko­
nomi, sosial, kebudayaan dan militer. Secara resmi, memang
Mu'awiyah lebih suka disebut "Khalifah" daripada "Raja".
Bahkan banyak kalanya juga orang menyebutnya dengan

80
-
''Atniru/-Mu '1ni11in ".
Dalam menghadapi lawan-lawan politiknya, 'Ali menem­
pub jalan kombinasi antara kekerasan dan kebijaksanaan.
Mu'awiyah tidak demikian halnya. la sepenuhnya menggu n a ­
kan dan menempuh jalan kekerasan semata-mata terhadap
lawan-lawan politiknya, terutama Syi'ah (pengikut dan sim­
patisan 'Ali) dan Khawarij (bekas pengikut 'Ali yang menen·
tang "tahkim •• dan memberontak terhadap 'Ali).
Mu'awiyah tidak pemah memberi kesempatan bemafas
dan. tidak kenal kompromi terhadap siapa saja yang 1nenen­
tang kekuasaannya. Tidak peduli apakah tantangan itu datang
dari orang-orang Islam atau bukan-lslam. Bahkan ia dapat
bekerja dengan bantuan orang-orang yang bukan Islam,
selama orang-orang itu tidak menentang kekuasaannya.
Tangan besi ia gunakan untuk menegakkan dinastinya. Ia
seorang tokoh politik dan sekaligus tokoh n1iliter. Keto­
kohannya di bidang agama tergeser ke belakang. Beda halnya
dengan Khalifah-khalifah sebelumnya, yang ketokohannya
di bidang agama sangat menonjol.
Beberapa saat setelah 'Ali meninggal, para pengikutnya
yang setia dan tersebar di mana-mana, berseru dan bersepakat
untuk ,nengangkat Hasan, putra suJung 'Ali sebagai Khalifah
menggantikan ayahnya dan sekaligus untuk menandingi
Khalifah Mu'awiyah. Tetapi sayang, Hasan bukan orang yang
tepat untuk jabatan itu. Tak lama setelah diangkat oleh para
pengikutnya, Hasan menuntut balas dengan menyatakan
perang terhadap Mu'awiyah. Tetapi dalam pertempuran­
pertempuran melawan pasukan Mu'awiyah, banyak pengikut
Hasan yang berbalik haluan dan berpihak kepada Mu'awiyah.
Sedang pasukan Mu'awiyah tetap utuh dan bersatu erat.
Dengan semakin berkurangnya jumlah pasukan yang di­
pimpinnya, tidak ada jalan lain bagi Hasan kecuali menyeru­
kan perdamaian dengan Mu•awiyah. Posisi Hasan yang sangat
lemah itu diketahui sepenuhnya oleh Mu'awiyah. Tetapi
untuk menghindari banyaknya korban yang akan jatuh,
Mu'awiyah menerima baik seruan Hasan.

81
Dala1n perundingan-perundingan Hasan lebih dulu menga­
jukan konsepsi yang hendak dijadikan syarat-syarat perda­
maian. �edangkan Mu'awiyah hanya menjawabnya dengan
satu syarat saja.
Syarat-syarat yang diajukan oleh Hasan ialah:
l . Mu 'awiyah harus bertindak sesuai dan melaksanakan
perintah-perintah suci Al-Quran dan Sunnah Rasul.
2, Mu'awiyah tidak akan menunjuk orang lain untuk
menggantikan kedudukannya sebagai Khalifal1, sesudah
dia.
3. Mu'awiyah harus menghentikan cacian dan umpatan
yang selama ini dilancarkan terhadap narna baik ayah
Hasan, yakni 'Ali.
4. Mu'awiyah hams menjamin keselamatan dan kea1nanan
setiap orang di mana saja ia 1nemilih tempat tinggal
untuk hidupnya.
5. Mu'awiyah tidak boleh mengganggu-gugat atau mengam­
bil apa pun dari Baitul-Mal (balai harta) yang berada
di Kufah.

Kelima syarat perda1naian yang diajukan oleh Hasan se­


muanya dapat diterima oleh Mu 'awiyah dengan satu syarat
im balan, yaitu: Hasan harus menanggalkan kedudukannya
sebagai Khalifah tandingan.
Persetujuan disepakati oleh kedua belah pihak dan ditanda
tangani bersama. Dengan kejujurannya I-fasan ke1nbali ke
Madinah. Ia percaya bahwa Mu'awiyah tidak akan menging­
kari perjanjian yang dibuatnya.
Tetapi Mu'awiyah yang sekarang tetap Mu'awiyah yang
kemarin juga. Khalifah tandingannya kini sudah mengumum­
kan diri bukan Khalifah lagi. Sedang Mu'awiyah sendiri
masih serba utuh, baik kekuatannya maupun kekuasaannya.
Bagi Mu 'awiyah, Hasan tidak ada artinya. Hasan sekarang
bukan Hasan ke1narin. Tidak lebih dan tidak kurang Hasan
hanya seorang biasa yang sudah tidak mempunyai kekuatan
apa pun, jangan Iagi kekuasaan.

82
Apa yang ia janjikan kepada f-lasan dalam persetujuan,
seluruhnya dikhianati dan dianggap tidak ada. Mu'awiyah
tampaknya berpendirian, bahwa kekuatanlah yang menentu­
kan segala-galanya dalam kehidupan ini. Menurut jalan pi­
kirannya, siapa yang kuat ialah yang benar dan yang adil.
Hati nurani Mu'awiyah tentu· mengakui bahwa kebenaran
ada di pihak Hasan sebagai pihak yang menghonnati p e r ­
janjian dan tidak mau mencederainya. Akan tetapi ambisi
kekuasaan Mu'awiyah rupanya menutupi hati nuraninya.
Selagi Hasan masih hidu!'), perjanjian itu sudah dirobek­
robek oleh Mu'awiyah. Apalagi setelah Hasan wafat.
Hasan wafat dalam usia muda di Madinah dalam keada­
an berkeluarga. Sejak ia mengadakan perjanjian de­
ngan Mu'awiyah, tidak lagi melakukan kegiatan politik apa
pun.
Segera setelah Hasan n1engumumkan diri bukan Khalifah
lagi, dengan serta-merta Mu'awiyah memindal1kan ibu kota
negara dan pusat pemerintahan dari Madinah ke Damaskus.
Ini sudah tentu dirasakan sebagai tamparan hebat bagi
penduduk Madinah, terutama para pengikut dan pencinta
'Al1..
Kekuasaan Mu'awiyah berlangsung selama kurang-lebih
19 tahun, yakni sarnpai akhir hidupnya, tanpa tandingan.
Selama itu pengejaran terus-menerus dilakukan terhadap
setiap orang Syi'ah dan Khawarij yang berani menyatakan
sikap pennusuhan terhadap pe1nerintahannya.
Beberapa saat sebelum meninggal dunia, i a sempat me­
ngangkat anaknya sendiri, Yazid bin Mu'awiyah, sebagai
satu-satunya orang yang berhak atas kekhalifahan yang di­
wariskannya. lni terjadi pada tahun 680 M. Demokrasi yang
pemah dirintis oleh Khalifah-khalifah sebelumnya kini
tiada lagi.
Sepeninggal Mu'awiyah, muncullah Husein bin 'Ali bin
Abi Thalib, adik Hasan. Semula ia tinggal memencilkan diri
di Madinah. Tetapi setelah ada pennintaan dari para pengi­
kut dan pencinta'Ali (ayahnya) di Kufah, ia bersedia diangkat

83
sebagai Khalifah untuk menandingi dan melawan Mu'awiyah.
Dalam perjalanan secara diam-diam bersama segenap ang­
gota keluarg�nya ke Kufah, ia beserta keluarga dan semua
pengiringnya dikejar pasukan berkuda Bani Umayyah (nama
dinasti yang didirikan oleh Mu'awiyah). Sampai di kota
Karbala, rombongan dikepung dan diblokade pasukan Bani
Umayyah. Kurang lebih sepuluh hari Husein beserta rom­
bongan berada di ujung pedang Umayyah. Husein yang ketika
itu hanya dikawal oleh sepuluh orang menantikan apa yang
akan terjadi.
Husein menerima ultimatum pasukan Bani Umayyah yang
mengepungnya, supaya menyerah tanpa syarat. Dengan
sikap jantan Husein menolak ultimatum dan terjadilah per­
lawanan sedapat mungkin. Kekuatan Husein dan rombong­
an sama sekali tidak memadai menghadapi pasukan berkuda
Bani Umayyah. Akhimya Husein beserta semua anggota ke­
luarga dan pengiringnya mati terbunuh.
Peristiwa ini temyata mempunyai akibat yang sangat jauh,
baik dalam kehidupan politik maupun dalam kehidupan
keagamaan pada masa-masa sesudahnya. Peristiwa itu mem­
bangk.itkan kebencian lebih hebat terhadap kekuasaan Bani
Umayyah, terutama di kalangan pengikut dan pencinta 'Ali
serta keluarganya. Kebencian inilah yang dikemudian hari
menjiwai gerakan politik kaum Syi'ah dari satu generasi
ke generasi-generasi berikutnya.
Bagi kaurn Syi'ah, makam Husein dan keluarganya dipan­
dang sebagai tempat suci, tempat pahlawan pertamanya gugur
di dalam kebenaran Allah.
Setelah peristiwa Karbala, muncullah perlawanan baru
dari seorang tokoh muda bemama 'Abdullah bin Zubair.
Ia anak saudara lelaki Khadijah r.a. sekaligus juga anak dari
kakak perempuan 'Aisyah r.a., Karena Zubair adik lelaki
Khadijah dan beristerikan kakak perempuan 'Aisyah, jadi
Zubair adalah ipar Nabi s.a.w. dari pihak Khadijah dan ipar
Nabi tidak langsung dari pihak 'Aisyah. Dengan demikian
'Abdullah bin Zubair adalah kemanakan Nabi s.a.w. dari

84
pihak kedua isterinya. Perlu diingat bahwa Zubair, ayah
�bdullah, mati terbunuh dalam pertempuran melawan 'Ali
di Basrah.
Tokoh muda ini dengan pendukungnya yang cukup ba­
nyak memproklamasikan diri sebagai Khalifah dan berkedu­
dukan di Makkah. Proklamasi tentang berdirinya kekhalifah­
an yang baru ini mendapat sambutan hangat dari penduduk
Makkah dan kemudian n1endapat dukungan lebih luas lagi
di daerah-daerah lain. Sehingga, seluruh daerah Hijaz di
Semenanjung Arabia praktis mengakui Khalifal1 baru ini.
Dukungan luas dari penduduk Hijaz din1ungkinkan oleh
semakin besamya jumlah penduduk yang tidak menaruh
simpati kepada penguasa Bani Umayyah di Da1naskus. Ini bi­
sa disebabkan oleh beberapa hal, antara lain: Pertama, cara
Mu'awiyah mendapatkan kekuasaan yang dimulai dengan
pembangkangan, lalu pemberontakan dan kemudian penipu­
an politik. Kedua, sikap dan tingkah lakunya yang menujuk­
kan kebencian berlebi h l-ebihan terhadap keluarga 'Ali r.a.
Ketiga, permusuhan dan pengejaran yang tiada henti-henti­
nya terhadap setiap orang yang 1nenaruh simpati kepacla
'Ali beserta keluarganya. Keempat, kekejaman-kekejaman
luarbiasa yang sudah terlan1pau jauh menyin1pang dari akhlak
Islam yang selama itu dilakukan para penguasa Bani U1nay­
yah terhadap siapa saja yang tidak mendukung kekuasaannya.
Kelima, 1nulai banyak tersebamya ajaran-ajaran Khawarij,
yang dalam menghadapi kekuasaan Bani Umayyah bersikap
sinis. Keenam, hubungan kekeluargaan antara 'Abdullah bin
Zubair dengan Nabi s.a.w. jauh lebih dekat dibanding Mu 'awi­
yah dan anak-anaknya. Ketujuh, Yazid bin Mu'awiyah yang
ketika itu menduduki kekhalifahan di Damaskus menggan­
tikan ayahnya, belum pernah berprestasi apa pun bagi ke­
majuan agama dan um1nat Islam.
Sekarang 'Abdullah bin Zubair 1nenghadapi musuh yang
besar, tetapi belum dapat mengkonsolidasi kekuatan tempur
yang seimbang untuk merobohkan Bani Umayyah. Mende­
ngar proklamasi 'Abdullah bin Zubair yang mendapat du-

85
kungan seluruh Hijaz, Yazid segera memerintahkan pasu­
kannya menumpas perlawanan �bdullah.
Gerakkan militer Bani Umayyah pertama menyerbu Ma­
dinah dan mengobrak-abrik penduduknya yang menjadi
pendukung 'Abdullah. Selesai menguasai Madinah, pasukan
Yazid bergerak ke Makkah dengan maksud yang sama.
Pertempuran terjadi, kota Makkah dikepung. Selama penge­
pungan pasukan Yazid melepaskan tembakan-tembakan
api ke arah Ka 'bah sehingga terbakar sebahagian.
Setelah Ka'bah terbakar, datang berita dari Damaskus
bahwa Yazid meninggal dunia. Berita tentang kematian
Yazid ini sangat besar pengaruhnya atas mental pasukan­
pasukannya yang sedang mengepung Makkah. Berita itu oleh
kebanyakan ,nereka dihubungkan dengan kebakaran Ka'bah.
Dari peristiwa serangan terhadap Ka'bah, dapatlal1 ditarik
suatu ukuran betapa jauh kekuasaan Bani Umayyah merusak
sendi-sendi agama Islam walaupun mereka masih mengaku
Muslimin.
Pengepungan kota Makkah kemudian dihentikan, tetapi
sebagian besar berjaga-jaga menghadapi kemungkinan yang
alcan dilakukan oleh pasukan 'Abdullah, yang sudah banyalc
meloloskan diri dari kepungan mereka ke Arabia Selatan.
Tetapi 'Abdullah sendiri mati terbunuh dalam peperangan
ini ketika bertarung seorang la wan seorang.
Penting untuk diketahui, sebelum meninggalnya 'Abdullah
bin Zubair, muncul gerakan politik baru yang menyaingi
'Abdullah, tetapi tidak memusuhinya. Gerakan politik ini
sama memusuhi kekuasaan Bani Umayyah, dilancarkan oleh
kaum Syi'ah dan kaum K11awarij. Masing-masing memprokla­
masikan tokoh-tokohnya sebagai Khalifah. Kaum Syi'ah
mengumumkan Muhammad bin al-Hanafiyah dan kaum Kha­
warij mengumumkan Najdat sebagai Khalifah.
Situasi politik menjadi semakin rumit dan perpecahan
1nakin menga,nbil bentuk yang amat jelas. Meskipun Muha,n­
mad bin al-Hanafiyah dan Najdat tidak mempunyai pasukan
yang berarti, namun posisi politik masing-masing harus

86
diperhitungkan, mengingat cukup besamya pendukung Syi­
•ah dan makin banyaknya pengikut madzhab Khawarij.
Tetapi suatu kenyataan yang terjadi pada rnasa itu ialah
baik golongan 'Abdullah bin Zubair, maupun golongan
Syi'ah dan Khawarij, masing-masing berdiri sendiri dalam
mengnadapi kekuasaan Bani Umayyah, tanpa kerja sama an­
tara yang satu dengan lainnya. Kenyataan inilah yang mem­
pennudah kekuasaan Bani Umayyah dalain gerakan militer­
nya rnelumpuhkan perlawanan 'Abdullah, beberapa waktu
setelah ia gugur dalam pertempuran, 692 M. Semua itu ter­
jadi pada jaman kekuasaan •Abdul-Malik bin Marwan, kepala
dinasti Omayyah yang ketiga.
Setelah keadaan dapat dikuasai oleh 'Abdul-Malik dan
Khalifah-khalifah lain sesudahnya, keamanan dan keter­
tiban dapat dipulikan, berkat tindakan-tindakan tegas yang
clilakukan oleh seorang Menteri Besar Bani Umayyah bema­
ma Hajjaj bin Yusuf. Ia seorang al1li kemiliteran dan adminis­
trasi pemerintahan. Sifat dan tabiatnya amat keras dan be­
ngis. Banyak kekejaman yang dilakukan terhadap orang-orang
yang menentang kebijaksanaannya, antara lain lewat pem­
bunuhan-pembunuhan dengan menyuguhkan makanan atau
minuman beracun kepada calon-calon korbannya, yang secara
b ai kbaik
- diundang menghadiri jarnuan.
Hajjaj mempergunakan kesempatan pulihnya keamanan
dan ketertiban dalam negeri untuk mulai kembali melancar­
kan gerakan-gerakan rniliter Bani Umayyah terhadap wilayah­
wilayah kekuasaan Byzantium yang belum jatuh ke tangan
orang-orang Arab. Kecakapan Hajjaj dalam rnengendalikan
pemerintahan dan aksi-aksi militer, patut mendapat penilai­
an yang semestinya. Hal ini diakui oleh para kepala dinasti
Bani Umayyah pada jamannya.
Sepeninggal Khalifah 'Abdul-Malik bin Marwan, bertu­
rut-turut terjadi pergantian Khalifah Bani Umayyah. Ada
yang disebabkan oleh wafatnya seseorang Khalifah dan ada
pula yang disebabkan oleh keributan-keributan di dalam
istana Damaskus. Selama masa pertengahan pertama abad

87
ke-8 M, dengan cepatnya berlangsung pergantian-perganti-
an Khalifah, dimulai sejak jaman Khalifah Hisyam.
Hisyam seorang Khalifah dinasti Bani Umayyah yang c a ­
kap mengatur ren_cana-rencana penaklukan, tetapi di bidang
pemerintahan ia sangat lemah. Ia digantikan oleh 'Umar
bin 'Abdul 'Aziz, seorang alim dalam ilmu keagamaan, ber­
pembawaan baik dan mempunyai budi-pekerti luhur, me­
naruh perhatian besar terhadap nilai-nilai keadilan dan ber·
sikap lunak serta ramah terhadap lawan-lawannya. Sedang
Khalifah sesudal1nya, seperti Yazid ke-11 yang kemudian di­
gantikan oleh Al-Walid ke-II, kedua-duanya penggemar ke­
senian dan hidup berfoya-foya serta tidak ambil pusing ter·
hadap keadaan rakyatnya.
Berkat kesanggupan para panglima tentara Bani Umayyah,
terjadi penaklukan-penaklukan baru, baik di daerah-daerah
Barat, maupun Timur. Tetapi bersamaan dengan itu, banyak
Khalifah-khalifah Bani Umayyah yang justru menyebabkan
semakin merosotnya kewibawaan dinasti Bani Umayyah.
Gerakan-gerakan penaklukan dan perluasan wilayah
kekuasaan berlangsung dengan hebat sekali selama jaman
dinasti Bani Umayyah. Bagi Byzantium, dinasti Bani Umay­
yah saat itu merupakan musuh yang lebih berbahaya dari­
pada Persia pada jaman sebelumnya. Armada laut Arab yang
mulai dibangun sejak jaman hidupnya Mu'awiyah, sudah
jauh bertambah besar dan kuat.
Orang-orang Arab yang hampir semuanya telah beragama
Islam dengan bantuan kaum Muslimin berkebangsaan lain,
terutama Persia, pada tahun 661 M menguasai kota Hurah.
Dari sini penyebaran agama Islam dan penaklukan daerah
baru diteruskan. Melalui Afghanistan, mereka dengan pesat
sekali sampai ke daerah-daerah sekitar sungai Indus di India.
Mereka juga berperang untuk menaklukkan trans-Oksania
(Wilayah Sungai Amu Darya) di Asia Tengah, sehingga berha­
sil dan selesai dibuka pada tahun 711 M dan diinasukkan
ke dalarn wilayah kekuasaan Bani Umayyah. Dari sini lalu
mereka masuk dan menduduki seluruh Armenia, tetapi tidak

88
sampai dapat menaklukkan Anatoli. Dalam waktu kurano 0

dan 40 tahun orang-orang Arab sudah sampai ke batas timur


yang terjauh, yaitu antara Sungai Indus dan perbatasan ne­


geri Cina.
Dalam pada itu gerakan penaklukan ke daerah-daerah
kekuasaan Ru1nawi, di Barat, tidak kalah pesatnya. Pada
masa itu daerah-daerah Afrika Utara yang berpenduduk
bangsa Berber, secara de facto berada di Juar kekuasaan
Byzantium. Tampaknya imperium ini sangat sukar menun­
dukkan bangsa yang besar dan setengah liar ini.
Bangsa Berber di daerah-daerah Afrika Utara me,npunyai
tiga suku bangsa besar yang 1nemegang peranan penting.
Yaitu suku Luwata, Sanhaja dan Zinana. Suku Luwata
menduduki daerah-daerah bagian timur, suku Sanhaja mendu­
duki daerah-daerah bagian barat dan suku Zinana yang ter­
diri dari orang-orang pegunungan dan pengen1bara.
Antara suku-suku Luwata dan Sanhaja terdapat permusuh­
an dan sering terjadi bentrokan senjata. Keadaan ini diman­
faatkan sebaik-baiknya oleh para panglima Bani Umayyal1 un­
tuk n1enundukkan kedua-duanya. Maka berduyun-duyunlah
orang-orang Berber mendatangi pasukan-pasukan Muslimin
Arab untuk menyatakan diri sebagai orang-orang yang
bersedia memeluk agama Islam.
Besar sekali ju1nlah mereka yang langsung bergabung
ke dalam pasukan Muslimin. Bahkan dalam perkembangan
selanjutnya, di Afrika Utara bagian barat, jumlah pasukan
yang berkebangsaan Berber 1nelebihi ju1nlah pasukan Arab
dan Persia.
Ketika itu di Afrika Utara bagian timur terjadi pertempur­
an-pertempuran besar dua kali antara pasukan Muslimin
Arab dengan pasukan Byzantium. Dalam pertempuran
yang perta1na, pasukan-pasukan Muslimin yang berkebangsa­
an Arab masih merupakan mayoritas. Akan tetapi dalam
pertempuran yang kedua, orang-orang Berber sudah menem­
pati kedudukan mayoritas di dalam pasukan Muslimin.
Untuk mengkonsolidasi kemenangan-kemenangan yang

89
telah dicapai, pangliJna pasukan Muslimin di Afrika Utara
membangun kota baru yang diberi naina Qairuan. Kota
yang baru ini tahun 670 M sekaligus dijadikan 1narkas koman­
do dan pusat pertahanan, untuk setiap saat dapat bcrgerak
menghadapi serangan-serangan Rumawi dan Berber yang
belum mau me1neluk agama Islam.
Selama kurang lebih dua puluh tujuh tahun pasukan­
pasukan Muslimin terus-menerus mengkonsolidasi kekuatan­
nya di Afrika Utara sambil mengatur administrasi pemerin­
tahan dan meluaskan pengajaran-pengajaran agama Islam di
kalangan penduduk. Pada tahun 697 M keadaan sudah se­
penuhnya terkonsolidasi, stabilitas politik dan keamanan
sudah dapat diwujudkan,
Dalam pada itu Khalifah 'Abdul-Malik di Demaskus
terus-menerus 1nerencanakan penaklukan-penaklukan baru.
Dari Qairuan pasukan-pasukan Muslunin digerakkan ke arah
barat sampai berhasil menduduki �artaja.
Bersamaan dengan berlangsungnya gerakan ke Barat,
muncul gerakan perlawanan dari sisa-sisa bangsa Berber
di Ouris di bawah pimpinan seorang wanita ahli nujum ter­
mashur. Tetapi karena gerakan perlawanan sisa-sisa Berber ini
melakukan tindakan-tindakan yang merugikan penduduk,
akhimya dapat dipatahkan oleh pasukan-pasukan Muslimin
tanpa banyak menghadapi kesukaran. Ketika itu sisa-sisa
bangsa Berber diperintahkan oleh pemimpinnya, supaya
membakar semua tanaman yang ada dan menghancurkan
semua bangunao, dengan maksud agar pasukan Muslimin
Arab yang datang dari tanah tandus tidak betah lagi tinggal
di Ouris.
Beberapa tahun setelah terjadinya perlawanan yang tidak
berhasil itu, sisa-sisa bangsa Berber yang se1nula belum
bersedia memeluk agama Islam, akhirnya berbondong-bon­
dong memasuki agama yang baru datang itu. Maka mayoritas
bangsa Berber di Afrika Utara menjadi kaum Musli1nin,
dengan di sana-sini masih meneruskan beberapa bentuk
tradisi mereka yang lama.

90
Bersama-sama Muslimin Arab, Muslimin Berber menjelajah
sampai ke Maroko bagian selatan dan dari sini mereka ber­
gerak 1nenduduki Tanjah, kepulauan Buliyar dan sekitamya_
Untuk beberapa waktu Ja1nanya pasukan·pasukan Muslimin
berhenti di sini. Jumlah mereka jauh lebih besar dengan
mayoritasnya orang-orang Berber. Pangli1na-pangluna dan
kon1ando-komando pasukan tetap berada di tangan orang­
orang Arab dan orang-orang berasal dari Persia.
Seperti yang selalu dilaksanakan oleh Khalifah·khalifah
Abubakar dan 'Un,ar dahulu, ke 1nana saja pasukan Musli­
min bergerak di tengah-tengah mereka selalu terdapat tenaga­
tenaga khusus yang sudah disiapkan untuk menyelenggarakan
pengajaran dan pendidikan aga1na Isla1n. Tugas-tugas ini
seringkaJi dirangkap oleh anggota-anggota pasukan itu sendiri.
Pada umumnya mereka terdiri dari orang-orang Arab, sebab
sudah tentu mereka lebill mengetahui dan 1nen1aha1ni seluk­
beluk agama Islam dan hukum-hukumnya.
Dari Tanjah segala pcrsiapan untuk menyeberangi lautan
menuju ke Eropa mulai dilaksanakan. Bagian yang terdekat
dari Afrika Utara (Tanjah) adalah tanah Andalusia, yaitu
wilayah dua negara yang sekarang dikenal dengan nama
Portugis dan Sepanyol.
Andalusia yang berasal dari Visigoth merupakan daerah
Eropa yang paling selatan. Pada umumnya penduduknya
beragarna Nasrani. Pada masa itu mereka dalam keadaan
sangat menderita, sepenuhnya dikuasai oleh tuan-tuan
tanah, yang terdiri dari kaum bangsawan, pemuka-pemuka
agama dan saudagar-saudagar Yahudi yang umumnya meJaku­
kc4n perdagangan budak dan melepas uang riba. Keadaan
sosial-ekonomi yang sangat buruk itu merupakan salah satu
faktor yang memudahkan masuknya pasukan-pasukan
Musli1nin ke Andalusia.
Pasukan-pasukan Muslintin, khususnya yang berasal dari
bangsa Arab, dipandang oleh orang-orang Andalus sebagai
pembebas kesengsaraan hidup. Lebih•lebih karena orang­
orang Arab banyak me1nerdekakan budak-budak yang telah

91
memeluk agama Islam.
Dari sudut kekuatan militer, pasukan-pasukan Arab -
terutama pasukan-pasukan berkudanya - jauh lebih ungguJ
daripada pasukan Kerajaan Goth di Andalusia. Dengan ja­
tuhnya kota Toledo ke tangan pasukan Muslimin Arab, bu­
nyi lonceng berakhimya kekuasaan Goth mulai terdengar.
Tentang ha! ini akan diuraikan lebih lanjut pada bagian lain
buku ini. .
Sejak tahun 721 M, yaitu setelah Andalusia dikuasai
sepenuhnya oleh orang-orang Arab, pasukan-pasukan mereka
mulai melancarkan gerakan-gerakan ke utara menuju daerah­
daerah selatan tanah Perancis. Akan tetapi di lembah Sungai
Garonne, mereka terpukul dan terpaksa berbalik ke !embah
Sungai Rhone dan menduduki daerah-daerah sekitarnya
pada tahun 725 M.
Tujuh tahun kemudian pasukan-pasukan berkuda Arab
menyerang iWasconia dan menduduki Bordeaux. Dari sini
mereka melanjutkan serangan ke Poitiers. Sampai di sini
mereka dipukul mundur oleh pasukan Euds di bawah pim­
pinan Charles Martel. Pada tahun 731 M pasukan-pasukan
Arab mengalami kekalahan besar di selatan Norbona, tepat
seabad sejak Nabi Muhammad s.a.w.
Sejak kekalahan ini pasukan-pasukan Arab mulai menghen­
tikan serangan-serangannya ke Eropa. Sebelum masa kekalah­
an itu para penguasa Arab di Andalusia berbaku-hantam,
berdasarkan macam-macam alasan. Namun alasan yang paling
menyolok ialah perebutan kepemimpinan dan kekuasaan
di antara mereka.
Dinasti Umayyah yang sudah menjadi imperium Arab pada
jaman itu sedang berada di puncak kejayaan dan keemasan­
nya. Wilayah kekuasaannya membentang luas dari Samudera
Atlantik sampai ke lembah Sungai Indus di India dan dari
Laut Kaspia sampai ke lembah Sungai Nil di Mesir. Hasil
penaklukan yang sangat gemilang itu sejalan dengan sukses
politik yang dijalankan para Khalifah Bani Umayyah untuk
beberapa tahun lamanya. Puncak kejayaannya ialah pada

92
ja1nan kekuasaan 'Abdul-Malik bin Marwan, sekitar abad
ke-7. Pada jaman itulah semua aktivitas pemerintahan me­
musat ke istana di Damaskus.
Jaman pennuJaan terbentuknya kesatuan bangsa Arab,
yakni pada jaman hidupnya Nabi s.a.w., terhimpun di dalam­
nya pelbagai anasir yang masih belum berintegrasi antara
satu dengan lainnya, berhubung masih adanya sisa-5isa tra­
disi pra-Islam di kalangan sementara orang yang baru meme­
luk agama Islam. Kesatuan bangsa Arab ketika itu hanya
diikat kuat-kuat oleh kesetiaan kepada agama yang satu,
lsla1n. Lain halnya dengan keadaan pada jarnan dinasti Bani
Umayyah. Penguasa-penguasa Umayyah memasukkan ke da­
lam imperiumnya yang sangat luas itu berbagai macam bang­
sa dan banyak ragam keyakinan dan kepercayaan. Kalau
pada jaman Nabi sifat-sifat kenegaraan Arab masih sangat
samar, kini pada jaman dinasti Umayyah sifat kenegaraan
itu menjadi kongrit dan tidak diragukan lagi.
lmperium U1nayyah dengan dasar "kebebasan politik dan
pikiran", hakikatnya membebaskan kekuasannya dari ke­
harusan berpegang pada ketentuan-ketentuan agama. Seperti
Abu Sufyan dan sanak-saudaranya - Abu Sufyan adalah ayah
Mu'awiyah dari Bani Umayyah, dapat hidup begitu rukun
dengan orang-orang yang beragama Nasrani dan Yahudi.
Bahkan banyak di antara anak<ucunya yang beristerikan
wanita-wanita Nasrani, tanpa mengharuskan istrinya meme­
luk agama Islam. Bahkan para penguasa Bani Umayyah se­
ring mengambil orang-orang Nasrani sebagai juru bicara dan
penyusun sya'ir-sya'ir. Belum lagi jumlah mereka yang d i ­
angkat sebagai pemain-pemain musik dan penyanyi-penyanyi
di istana.
Penguasa•penguasa Bani Umayyah sering kali merendahkan
orang-orang yang tetap setia berpegang teguh pada cara hi­
dup dan cara berpikir sesuai dengan kebiasaan saudara­
saud aranya yang berada di Madinah atau di Makkah, yaitu
yang mempertahankan kebiasaan hidup seperti yang ber­
laku pada jaman Nabi s.a.w.

93
Kecuali itu, dengan alasan untuk menjamin pemasukan
pajak dari daerah-daerah taklukan, para penguasa imperium
itu banyak mempersulit penduduk untuk memasuki agama
Islam. Masih banyak hal lagi yang memprihatinkan umat
ketika itu, seperti perlakuan-perlakuan yang semakin buruk
terhadap penduduk daerah-daerah taklukan. Pada umumnya
penduduk ditekan demikian rupa dan dipandangnya sebagai
warga imperium lapisan bawah. Dengan politik demikian,
tidaklah mengherankan jika sernakin luas wilayah imperium
berarti semakin tidak ada persesuaian antara penduduk asli
dengan para pendatang Arab yang jumlahnya tidak begitu
banyak.
Dalam keadaan yang semakin jauh dari ketentuan-ketentu,­
an ajaran agama Islam, sampai padajaman menjelang rontuh­
nya dinasti Umayyah. banvak terjadi pemberontakan di sana­
Sini yang dilancarkan oleh rakyat daerah taklukan. Orang­
orang Arab yang pada waktu baru saja datang bersikap
baik dan banyak membebaskan penduduk dari belenggu
imperium Rumawi, temyata makin lama makin meniru-niru
perlakuan orang-orang Rumawi terhadap penduduk setem­
pat.
Tetapi ada keistimewaan yang penting untuk dicatat.
Penduduk setempat melancarkan pemberontakan bukan
untuk meniadakan agama Isl am dari tanah air dan bangsa­
nya masing-masing, melainkan untuk melawan kezaliman
Bani Umayyah. Penduduk setempat dengan ajaran-ajaran
agama yang mereka terima dari orang Arab, dapat menilai
seberapa jauh penguasa Bani Umayyah melakukan pelang­
garan-pelangg,jlran terhadap ketentuan-ketentuan Allah dan
Rasul-Nya. Dengan menjunjung tinggi ajaran-ajaran Islam,
mereka menuntut kemerdekaan · dan persamaan. Kemerde·
kaan dan persamaan yang tanpa diminta diberikan dan di­
jamin oleh Khalifah-khalifah, Abubakar, 'Umar, 'Utsman
dan 'Ali r.a.
Bersaina dengan gerakan-gerakan menuntut kemerdekaan
dan persamaan, muncul kembali perlawanan politik yang di-

94
lancarkan oleh kaum Syi'ah dan kaum Khawarij. Kedua go­
longan yang saling bertentangan tetapi sama-sama melawan
kekuasaan Bani Utnayyah, masing-masing melancarkan kam­
panye politik yang hebat sekali dengan caranya sendiri untuk
menggulingkan dinasti Bani Urnayyah. Sejara.11 n1encatat bah­
wa kampanye politik dua golongan ini merupakan salah satu
faktor penting yang ikut menentukan ambruknya dinasti Ba­
ni Umayyah, setelah berkuasa selama kurang-lebih delapan
puluh sembilan tahun. Sebenarnya kampanye politik kaum
Syi'ah sudah dimulai sejak tahun 720 M, yaitu tidak lama se­
sudah wafatnya Khalifah Bani Umayyah 'Umar bin 'Abdul
'Aziz, yang bergelar 'Umar 11.
Dalam suasana pengejaran terhadao kaum Syi'ah oleh ke·
kekuasaan Bani Umayyah, tokoh 'Alawiyyin tketurunan Ke­
rabat dan sanak-saudara Nabi s.a.w.) yang bersimpati kepada
kaum Syi'ah, bekerja diam-diam menentang Bani Un1ayyah
yang semakin lalim. Tokoh-tokoh 'Alawiyyin atau keturun­
'Abbas, paman Nabi s.a.w., sudah sejak lama dihormati oleh
banyak penduduk di mana-mana karena keutarnaan sikap hi­
dup mereka sebagai orang-orang saleh dan besar takwanya ke­
pada Allah dan Rasul-Nya. Kaum Syi'ah dan kaum Khawarij
lama berusaha mendorong mereka untuk menentang dinasti
Bani Umayyah. Mereka, keturunan 'Abbas atau kaum 'Ala­
wiyyin itu, tidak menyadari samasekali adanya rencana peng­
gulingan dinasti Bani Umayyah yang dibuat oleh kaum Syi'al1
dan Khawarij. Satu hal yang menarik perhatian di sini ialah,
walaupun kaum Syi'ah dan Khawarij mempunyai tujuan yang
sama, tetapi rnasing-masing bekerja menurut jalannya sendiri.
Dari Syria kaum Syi'ah diam-diam n1engirimkan tenaga­
tenaga untuk berka1npanye di berbagai daerah dan pelosok.
Kebetulan rnereka 1nenemukan suatu kota yang paling baik
dan tepat untuk dijadikan pusat kegiatan mereka, yaitu Khu­
rasan. Di kota ini mereka ,nenjumpai orang-orang Persia
yang pada umumnya sudah Jama memeluk agama Isla1n,
tetapi masih kuat sekali sen1angat kebangsaannya. Orang­
orang Persia di sana rata-rata ,nerasa 1ne1npunyai martabat

95
lebih tinggi daripada orang-orang Arab, walaupun :nereka
sekarang sudah berada di bawah kekuasaan dan pemerin­
tahan Arab. Mesldpun demikian, semangat keban�an me­
reka selalu mengingatkan masa silamnya yang jaya. Atas
dorongan semangat kebangsaan inilah mereka merasa tidak
harus tunduk kepada pemerintahan Arab serta menerima per­
lakuan buruk dari pihak dinasti Bani Umayyah.
Dalam kaitannya dengan masalah tersebut, kaum Syi'ah
yang sedang berjuang melawan dinasti Bani Umayyah, ketika
itu dalam posisi sebagai berikut: Golongan-golongan pendu­
kung keluarga 'Ali bin Abi Thalib sedang mencari-cari seorang
tokoh, yang oleh mereka dapat dipandang mampu memimpin
perjuangan untuk mengembalikan hak kekhalifahan 'Ali
kepada mereka. Tetapi karena adanya perselisihan di kalang­
an mereka sendiri dan adanya berbagai aliran di dalam madz·
hab Syi"ah, sulit mendapatkan seorang tokoh dari golongan
mereka sendiri, yang dapat diterima semua. Kesukaran ini
mem:aksa mereka untuk bersepakat menggerakkan orang·
orang keturunan 'Abbas atau 'Alawiyyin untuk menghadapi
kekuasaan Bani Umayyah.
Pada masa itu kaum Syi'ah praktis terpecah menjadi dua
golongan. Yang pertama, golongan Ismailiyyah, yaitu golong­
an yang mengikuti dan berkultus kepada putra Husein
bin 'Ali bin Abi Thalib (cucu 'Ali r.a.). Golongan ini ber­
keyakinan bahwa ada seorang putra Husein yang berhasil
meloloskan diri dari malapetaka Karbala, tempat di mana
ayah dan semua anggauta keluarganya digempur pasukan
berkuda Mu'awiyah. Golongan ini tidak ikut serta dalam ke­
giatan kampanye yang dilakukan orang-orang 'Alawiyyin.
Golongan kedua, ialah golongan ·syi'ah Hasyimiyyin, yaitu
golongan Syi'ah yang mengikuti dan mengkultuskan saudara
sepupu Hus�in dari pihak ayahnya, yang bemarna Muham­
mad bin'l-Hanafiyyah, yang kepemimpinannya diteruskan
oleh anaknya yang bernama Abu Hasyim. Sebelum wafat
konon Abu Hasyim tahun 617 menunjuk Muhammad bin
'Ali, cucu 'Abbas, untuk menggantikannya sebagai Imam
96
(sebutan untuk seorang pemimpin Syi'ah) golongan Hasyim­
miyyin (penamaan golongan yang diambil dari nama Abu
l-lasyi1n).
Demikianlah suatu cabang atau golongan penting dari
kaun1 Syi'ah, akhirnya dijadikan alat oleh kaum 'Alawiyyin
dalam kampanye politik melawan dinasti Bani Umayyah.
Suatu gerakan yang ditunjang kuat-kuat oleh kaum Syi'ah
Hasyimiyyin sainpai n1asa sesudah meninggalnya Iinam mere­
ka sendiri, Muham1nad bin 'Ali. Dalam proses sejarah di k e ­
mudian hari, dua orang putra Muhamn1ad bin 'Ali, akan ikut
memetik hasil 1nenduduki kekhalifal1an, berkat kecakapan
dan kecendekiaan seorang pegawai penting di dalam istana
'Abbasiyyah yang berasal keturunan Persia dari Khurasan,
yaitu Abu Muslim al-Khurasani.
Gerakan ka1npanye politik yang dilancarkan oleh ketun1n­
an 'Abbas di1nahkotai dengan berkibamya bendera hitam
yang berhadap-hadapan dengan bendera putih ('Abbasiyyah
berbendera hitam, Bani Un1ayyah berbendera putih). Dua
tahun setelah melalui pertarungan sengit, diproklarnasikanlah
di Masjid Ja1ni' kota Kufah seorang Khalifah 'Abbasiyyah
pertaina. Runtuhlah dinasti Bani Umayyah! Adapun Khali­
fah terakhir dinasti ini beserta semua anggauta keluarganya,
habis diperangi · Abbasiyyah, kecuali seorang yang berhasil
lolos dan melarikan diri ke Andalus dan beruntung diangkat
kembali menjadi raja oleh penguasa-penguasa Arab di sana
tahun 754 M.
"Apabila Kami hendak n1eruntuhkan suatu negeri, Kami
gerakkan lebih <lulu orang-orang durhaka yang ada di dalam­
nya, kemudian 1nereka bentlah-tingkah yang a.inat tercela,
lalu selanjutnya Kami hancurkan mereka sehancur-hancur­
nya." (Firman Allah dalam Al-Quran, S . 17: A l/sra,
- ayat 16).

3. Zaman Dinasti 'Abbasiyyah


750 - 1258 M
Dalam sejarah, dinasti 'Abbasiyyah berlangsung selama
kurang-lebih lirna abad. Dinasti Bani Umayyah yang tnenda-

97
huluinya adalah suatu dinasti yang sejak berdiri sainpai
runtuhnya 1nenjadi pelaku sejarah yang n1ewujudkan wilayah
kekuasaan bangsa Arab menjadi sedemikian luasnya. Para
penguasanya, baik di pusat ataupun di daerah-daerah dan
semua tenaga penting pelaksa11a kekuasaannya seluruh­
nya terdiri dari orang-orang Arab. Demikian pula para pang­
lima pasukan dan komandan-komandan bawahannya. Oleh
karena itu tepat dikatakan, bahwa dinasti Bani Umayyah me­
rupakan dinasti Arab yang murni.
Lain haJnya dengan dinasti 'Abbasiyyah. Dinasti ini sifat
keislan1annya lebih 1nenonjol daripada sifat kearabannya.
Dua orang di antara Khalifah-khalifahnya yang menjadi
penunjang utama data.in menggulingkan dinasti Bani Umay­
yah dan menegakkan dinasti 'Abbasiyyah, adalah orang-orang
Persia. Oleh karena itu tidaklah aneh kalau kepala-kepala
dinasti ini berusaha memelihara keseimbangan yang seadil­
adilnya antara unsur Arab dan unsur Persia di da1amnya.
Masalah yang sukar ini dapat dilaksanakan dengan baik
selania kurang-lebih lima puluh taJ1un, berkat kebijaksanaan
dan kecakapan Khalifah Al-Manshur. K.ebijaksanaan AJ­
Manshur itu dilaksanakan seterusnya sampai pada jaman ber­
kuasanya Menteri-111enteri Besar yang praktis mengambil-alih
kekuasaan Khalifah, yaitu Menteri-menteri yang berasal dari
darah Persia yang disebut Al-Baramikah.
Kemudian setelah 1nasa tersebut lewat, berkobarlah pepe­
rangan antara kedua putra Khalifah liarun al-Rasyid. Yang
satu hendak memperkokoh kedudukan orang-orang -Arab,
sedang yang lainnya bertekad hendak memperkokoh kedu­
dukan orang-orang keturunan Persia. Perpecahan ini berlarut­
larut dan tidak pernah 1nendapatkan penyelesaian.
Atas doro'ngan orang-orang Persia yang dekat dengan
istana, kedudukan Khalifah dan pusat pe1nerintahan dipin­
dahkan dari Damaskus ke Baghdad. Sifat-sifat pen1erintahan
pun mengalami perubahan berbeda dengan ja1nan dinasti
l3ani Umayyah.
0
ada dinasti 'Abbasiyyah ini tan1pak beberapa penjelmaan
cara<ara pe,nerintahan dan kerajaan Persia dinasti Sassan,
terutama dalam ha! upacara-upacara di istana. pakaian-pakai­
an res1ni, kesenian dan susunan sastra. Sastra Arab lambat­
laun hanya tinggal dalam sya'ir-sya•ir dan surat-menyurat
resmi saja.
Walaupun de1nikian, suasana politik dala1n waktu yang
agak laina 1nenjadi lebih bail< dari jaman Bani Umayyah, ter­
utarna pada saat-saat dinasti Bani U1nayyah baru berdiri,
yang penuh dengan ketegangan-ketegangan dan keresahan­
keresahan akibat pengejaran-pengejaran tanpa ampun terha­
dap para pengikut dan para pendukung 'Ali bin Abi Thalib.
Para cendekiawan dan ahli-ahli pikir, khususnya di daerah­
daerah luar Arab, saat itu 1nempunyai kesempatan yang sa­
ngat baik untuk 1nengembangkan pengetahuan dan kesang­
gupannya masing-masing. Kesempatan ini dipergunakan se­
cukupnya oleh mereka terutama yang berasal dari keturunan
Persia.
Mereka mencemakan berbagai maca,n ilmu yang pada
umu1nnya tetap mendasarkan stodi atau metode-metodenya
sesuai dengan kaidah lslain. Sen1uanya itu berkat integ­
rasi yang hannonis antara Arab dan Persia. lhnu-ihnu Yunani
kuno, khususnya fi1safat, yang selama itu pembahasannya
hanya terbatas dalan1 lembaga-1embaga perguruan dan biara­
biara, sekarang dengan tiba-tiba 1neloncat ke luar, ke kalang­
an masyarakat. Di samping ilmu-ilmu dari Yunani, 1nasya­
rakat 'Abbasiyyah juga tertarik sekali pada kebudayaan
Hindu 1nelalui kelompok orang-orang Iran dari Bactriane
dan orang-orang Afghanistan. Masyarakat 'Abbasiyyah juga
tertarik untuk mempelajari ihnu-ilmu yang bersu1nber pada
Buddhisme, khususnya mereka yang berada di daerah Afgha­
nistan.
Unsur-unsur kebudayaan Yunani, Ara1niki Hindu dan lain­
lain sebagainya tersebar cepat sekali di kalangan orang-orang
Ar.ab pada abad ke-8 Maselli, berkat kegiatan orang-orang
yang 1nenterjemahkan buku-buku yang bersangkutan.
Orang-orang Persia sebagai bangsa yang pemah mengalami

99
kebesaran dan kejayaan, sekarang banyak memberikan pe­
lajaran kepada orang-orang Arab, yang ketika itu pada umum­
nya b.elum memiliki kemampuan berpikir ihniah. Sekarang
mereka dimatangkan untuk dapat memahami betapa tinggi­
nya nilai dan martabat ilmu pengetahuan dan pentingnya
kesanggupan menyusun argumentasi-argumentasi yang logis
ilmiah dan meyakinkan, untuk mempertahankan dan mem�
ngembangkan· ilmu itu sendiri. Orang-orang Arab pada jaman
itu seolah-olah sedang memainkan peranan sebagai orang­
orang yang giat menerapkan ilmu. Dalam haJ ini yang amat
menarik perhatian ialah semua ilmu yang mereka dapatkan
disaring lebih dulu menurut agama Islam, sebelum diterap­
kan. Oleh karenanya, perkembangan ilmu pada masa itu se­
lalu senapas dengan perkembangan ilmu-ilmu agama Islam.
Pada jaman itu di Bagdad berlangsung suatu proses sejarah
yang mirip dengan jaman kebangunan di Eropah, abad
ke-16 M. Peranan yang dilakukan oleh orang-orang Persia
seakan-akan mirip dengan peranan orang-orang Italia yang
datang ke Perancis, pada jaman Raja Francois l di Perancis,
tahun 1494-1547 M.
Bersamaan dengan itu Baghdad menjadi suatu kota transit
dalam lalulintas perdagangan antara Barat dan Timur-jauh.
Di sana dibuka perwakilan-perwakilan dagang India dan
Cina. Hubungan-hubungan dagang antara 'Abbasiyyah dan
negeri-negeri asing yang semakin bertambah luas, merupakan
saluran yang baik sekali untuk lebih memperluas penyebaran
agama Islam.
Agama Islam masuk ke Madagaskar (Malagasi) melalui
pedagang-pedagang Arab yang berhijrah ke sana dari Teluk
Persia secara berturut-turut antara abad-abad k e 7 - dan
ke-9 M. Sedang masuknya Islam ke beberapa wilayah negeri
Cina dan Melayu agak terlambat. Di kawasan Asia Tenggara,
dari Malaysia Islam masuk ke Sumatera kemudian baru ke
pulau-pulau lainnya di Indonesia. Di daerah-daerah ini H i n ­
duisme mulai tersingkir pada pertengahan kedua abad ke-13
M, atau baru tersingkir sruna sekali pada abad ke-17 M,

)00
kecuali di beberapa tempat dan pulau-pulau kecil.
Adapun masuknya Islam ke daerah-daerah negeri Cina,
sebenamya sudah dimulai sejak kemenangan pasukan-pa­
sukan Arab melawan Raja-raja dinasti Thang di lembah Su­
ngai Talas tahun 7S 1 M. Pada waktu itu terjadi peperangan
yang penting artinya dalam sejarah. Tidak lama sesudah
perang berhenti, penduduk Cina di banyak daerah melaku­
kan pemberontakan. Untuk memadamkan pe1nberontakan­
pemberontakan itu, dengan sangat terpaksa bangsawan-bang­
sawan Cina minta bantuan pasukan-pasukan Arab.
Suatu kenyataan dalam sejarah, selama masa seratus tahun
sejak berdirinya, dinasti 'Abbasiyyah mengalami jaman ke­
emasan dan kejayaannya. Segala sesuatu berkembang mekar
dengan semarak. lni men1pakan jaman indah dalam sejarah
bangsa Arab dan kaum Muslimin pada umumnya. Ernest
Rcnan pemah menamakan jaman itu sebagai ''yang selalu
diimpikan oleh dunia".
Tetapi pada 1nasa sesudah itu, imperium 'Abbasiyyah
dijangkiti penyakit perpecahan. Jaman setelah Khalifah­
khalifah AI-Rasyid, AI-Manshur dan AI-Ma'mun, kekuasaan
Khalifah di luar bidang keagamaan 1nulai tergeser sedikit
demi sedikit.
Khalifah sesudah AI-Ma'mun berusaha keras untuk tetap
memegang kekuasaan keagamaan semutlak mungkin di ta­
ngannya. Namun keketatan yang ditempuhnya dan kebijak­
saannya mengakibatkan gejala-gejala fanatisme yang menim­
bulkan banyak reaksi. Untuk mempertahankan dirinya tetap
dalam posisi yang kuat, ia lalu menempul1 cara yang kurang
tepat, yaitu cara memperuncing perbedaan pendapat dan per­
selisihan·perselisihan pikiran, yang ketika itu berlangsung
antara orang-orang Arab dan orang-orang Persia yang menge­
lilingi istana. Dengan siasat ini diperl1itungkan ia akan dapat
menguasai kedua belah pihak. Tetapi akhirnya ia hanya
menimbulkan situasi yang menjengkelkan kedua belah pi­
hak. Kadang-kadang ia berpihak kepada Arab dan kadang­
kadang ia berpihak kepada orang-orang Persia.

101
Kemudian, setelah ia merasa terancan1 oleh pemberontak­
an-pen1berontakan yang dilakukan oleh anasir-anasir Syi'ah
dan Khawarij yang tidak puas. ia 1nembentuk brigade penga­
wal, yang semuanya terdiri dari pasukan-pasukan bayaran
berkebangsaan Turki, yang dahulu pernah berhadap-hadapan
dengan orang-orang Arab di Asia Tengah.
Pasukan upahan itu sama keadaannya seperti yang ada
pada l'E,npire (kerajaap Perancis pada rnasa bobroknya)
di Eropa, yang kemudian hari menjadi orang-orang yang le­
bih unggul kedudukannya daripada orang-orang lainnya,
berkat kepercayaan besar yang dilimpahkan oleh Khalifah
kepada mereka. Dan temyata lambat laun semua kekuasa .. -
annya jatuh ke tangan mereka, setelah mereka rnenempati
kedudukan-kedudukan penting, bahkan sampai kedudukan
sebagai tvlen teri-menteri Besar. Kini tidak ada Jagi yang ting­
gal di tangan Khalifah, kecuali sekedar upacara-upacara
kehormatan, kemewahan-kemewahan hidup dan Jain seba­
gainya. Khalifah yang sudah kehilangan segala-gaJanya itu
hanya rnenjelma menjadi seorang Raja yang malas dan
gemar berfoya-foya.
Proses sejarah seperti itu sama halnya dengan yang pemah
terjadi dalam Kerajaan Merovia di Eropa yang terkenal
dengan kekuasaan Menteri-menterinya di istana, dengan
sebutan Mayres du Palais. Orang-orang Turki bersenjata
yang tadinya sebagai pasukan bayaran, akhimya menjadi
tuan-tuan besar di istana 'Abbasiyyah. Untuk sedapat mung­
kin mempertahankan kedudukannya, mereka kadang-kadang
menunjukkan lagak seperti orang-orang Arab, tetapi kadang­
kadang juga sebagai orang-orang Persia.
Wilayah Andalus, yang memang sejak semula sudah berada
di tangan penguasa-penguasa yang setia kepada Damaskus,
pada tahun 755 M dengan tegas memisahkan diri dari keku­
asaan dinasti 'Abbasiyyah. Peristiwa ini tidak mengejutkan,
karena seorang keluarga Khalifah Bani Umayyah yang tera­
khir, Abdur-Rahman, yang berhasil lolos dari ujung pedang
'Abbasiyyah dan lari ke Andalus, di sana diangkat sebagai

102
Raja Andalusia dengan gelar 'Abdur-Rahn1an I.
Selarna ·Abdur-Rahman berkuasa di Andalus, ia sibuk
dengan pekerjaan mendamaikan pertentangan-pertentangan
yang tidak kunjung selesai, antara sesa.ina orang Arab sen­
diri, antara orang Arab dan orang Berber, dan antara orang
Arab dan Berber di .satu pihak dengan penduduk setempat
di lain pihak.
Kecuali itu ia pun dibingungkan oleh sikap penguasa
(Sultan) f\rab di Kordoba, yang tidak menentu arah condong­
nya. Kadang-kadang Sultan ini bennusuhan dengan kekuasa­
an Nasrani yang berada di luar wilayahnya, tetapi kadang­
kadang ia juga me1ni11ta dan menerin1a bantuan orang-orang

Nasrani untuk n1enghadapi pertikaian-pertikaian dan per-
pecahan-perpecahan yang ada di kalangan rakyatnya sendiri.
Baru pada tahun 912 M, dengan rnunculnya seorang pe­
nguasa yang berwibawa, cucu Raja 'Abdur-Rahman I, dan
yang bergelar Raja 'Abdur-Rahman III, kekuasaan istana
dapat dipulihkan atas banyak daerah yang tadinya dilanda
oleh perpecahan dan perebutan kekuasaan di antara pe­
nguasa-penguasa setempat.
Di tangan Raja 'Abdur-Ralunan III, kesatuan politik d a ­
pat diciptakan dan kehidupan ekonomi berhasil ditertibkan.
Tidak lama setelah ia melihat hasil-hasil positif dari peker­
jaannya, ia lalu mengangkat diri sebagai Khalifah Andalus.
Pada jaman Andalus berada di bawah kekuasaan Khalifah
Al-Hakam II, negeri ini n1engalami jaman gemilang, khusus­
nya di bidang teknik, seni dan sastra. lbukotanya di Kordo­
ba, saat itu merupakan saingan berat bagi Bagdad.
Pada a bad ke-10 Andalus mencapai kecemerlangannya
yang mengagumkan. Negeri ini 1nenjadi negeri Islam di Ero­
pa, tempat orang-orang Eropa belajar dan menimba berbagai
cabang iltnu pengetahuan. Sungguh besar andil yang diberi­
kan Andalus Islam dalam proses kebangunan Eropa pada
abad ke-16 M. Tetapi rupanya batas kecemerlangan Andalus
hanya sampai di situ saja." Suatu kegemilangan yang tanpa
hari esok," kata Ernest Renan.

103
Proses kemerosotan mulai terjadi pada tahun-ta11un akh1r
abad ke-10 itu juga. Pertikaian-pertikaian terjadi di dalam
negeri, perebutan kekuasaan antara daerah yang satu dengan
daerah lainnya, persaingan antar kabilah Arab yang tidak
jarang berakibat peperangan antar daerah dan lain sebagai­
nya, semua itu hanya merobek-robek keutuhan negeri mere­
ka. Pe1nerintahan pusat tidak berdaya lagi menghadapi
berkecamuknya penyakit-penyakit orang Arab pra-lslam yang
berjangkit kem bali dengan parahnya.
Bersamaan dengan itu serangan-serangan .yang dulancar­
kan oleh negeri-negeri Eropa tetangganya semakin gencar.
Belum lagi pertengkaran tajam antara satu aliran dengan a l i r -

an lain di bidang keagamaan, terrnasuk antara fa.natisme dan
kebebasan berpikir.
Ketika itu di dalam istana terhadap seorang Menteri
yang terkenal cakap dan kuat, Manshur bin 'Ali 'A1nir. Tetapi
ia agak terlambat muncul di arena sejarah. Dengan sekuat
tenaga dan pikiran ia berusaha memulihkan keadaan seperti
sebelum terjadinya krisis berbagai bidang yang sedang di­
hadapi. Sayang, baru saja tampak tanda-tanda akan keberha­
silannya, ia meninggal dunia. Pada masa akhir hidupnya ia
masih sempat menyaksikan keadaan yang amat menyedih­
kan tetapi ia sendiri tidak dapat berbuat sesuatu apa, karena
kesehatannya tidak memungkinkan lagi. Sebelum ia wafat,
perpecahan Andalus tak terobati lagi.
Andalus dirobek-robek dan dikeping-keping menjadi
negara-negara gurem, akibat terjadinya perang-perang saudara
dan pertikaian-pertikaian perebutan kekuasaan di antara
orang-orang Arab sendiri. Ambisi-smbisi untuk mengejar
kekuasaan pribadi, kabilah dan golongan sudah tak terken­
dalikan lagi. Disadari atau tidak mereka telah mengobra k ­
abrik hasil jerih-payah dan meniad_akan arti pengorbanan
yang telah mereka dambakan sendiri pada masa-masa yang
lalu. Apa yang terjadi di Timur sebelumnya kini terjadi
di Barat.
Negeri Eropa yang di sebelah utaranya memanfaatkan

104
kesempatan yang ditunggu-tunggu -itu. Andalus Islam akhir­
nya lenyap dari pentas sejarah kehidupan dan orang-orang
Arab di sana menunggu nasibnya menghadapi pengejaran­
pengejaran dan pe,nbantaian-pembantaian balas dendam
yang dilakukan orang-orang Eropa yang dahulu dipukul
mundur. 1-lanya ,nereka ),'ang sempat lari ke selatan Gibraltar
sajalah yang mujur dan selan1at.
Di Afrika Utara terjadi perkembangan lebih lanjut:
Sebelum orang-orang 'Abbasiyyah 1nendirikan dinastinya,
orang-orang Berber di Afrika Utara telah lama meninggalkan
agama mereka yang lama dan me,neluk agama Islam yang
disebarkan oleh orang-orang Arab. Banyak sekali di antara
mereka yang ke1nudian menerima 1nadzhab Khawarij, suatu
madzhab yang dalam penampilan politiknya mirip dengan
aliran Hiroticia di Jennan, yang disebut Circoncellation, alir­
an yang menolak kekuasaan Roma melalui saluran gereja.
Aliran atau madzhab Khawarij pada dasarnya demokratik,
karena mereka, pengikut-pengikutnya, berpendirian bahwa
setiap orang Muslim n1e1npunyai hak yang sama untuk
dapat dipilih menjadi Khalifah. Seorang Khalifah tidak harus
keturunan Nabi s.a.w: atau keturunan siapa pun. Aliran
Khawarij merupakan gerakan politik dan keagamaan.
Di Afrika, dahulu, bagian terbesar pengikut Khawarij
terdapat di Maroko. Kemudian pada tahun 740 M dari negeri
ini menjalar ke seluruh daerah Afrika Utara, bahkan masuk
ke bagian-bagian tertentu di daerah Andalus.
Betapa pun besamya kekuasaan imperium 'Abbasiyyah
dan walaupun tindakan kekerasan dipergunakan berkali­
kali. tetapi temyata tidak dapat mencegah timbulnya keraja­
an-kerajaan kecil yang mempunyai kekuasaan lokal dan pe­
merintahan sendiri, misalnya kerajaan yang didirikan oleh
kaum Rustamiyyin (para pengikut Rustam) di Tahert yang
bennadzhab Khawarij. Demikian pula kerajaan yang didiri-,
kan oleh orang-orang Midrad (Midraides) di Siljimasah,
kerajaan yang didirikan oleh orang-orang lfriyyin (keluarga
'Ifri) di 7J�elmasan dan kerajaan yang didirik.an oleh pengilcut-
105
pengikut Jdris (Idrisiyyin) di Mas (Libia).
Pada tahun 800 M, Khalifah 'Abbasiyyah bersedia 1nelepas­
kan kekuasaannya di daerah-daerah Afrika Utara. la mem­
biarkan penguasa-penguasa di daerah-daerah ini mengadakan
pemerintahan sendiri dan n1engangkat dirinya masing-masing
sebagai Raja-raja kecil atau Sultan-sultan lokal, asal saja pe­
merintah sete1npat itu tiap tahun membayar upeti kepada
Bagdad. Sudah tentu hal ini 1nerupakan suatu ke1nunduran
yang sangat besar bagi dinasti ·Abbasiyyah. Namun tampak­
nya hal ini dipandangnya lebih bail< daripada hilang sama-se­
kali.
Kebijaksanaan Khalifal1 di Bagdad itu, antara lain, oleh
penduduk Tunisia dan sebagian daerah Konstantiniyah
(bukan Konstantinopel, ibukota Byzantium). dipandang
sebagai suatu kesempatan yang baik untuk mendirikan ke­
rajaan lokal Aghalibah (pengiku t-pengikut Ghalib ).
Kerajaan Aghalibah inilah yang di kemudian hari melancar­
kan serangan-serangan dengan annada lautnya terhadap
pantai-pantai Italia, Perancis, Korsika, Sardinia dan Sisilia.
Mereka berhasil menduduki dan 1nenguasai Sisitia selama
kurang-lebih lima puluh tahun. Daerah kepulauan ini n1empu­
nyai penduduk berkebudayaan tinggi, karena sudah sejak
lama dimasuki kebudayaan Yunani, Rumawi dan 'fimur
(Persia). Di daerah ini beberapa unsur khas yang ada pada
agama-aga1na Islam dan Nasrani dicernakan dalam bentuk
sedemikian rupa, sehingga menciptakan toleransi yang amat
besar di kalangan pemeluk kedua againa tersebut.
Adapun tentang orang-orang Tholon, yang ketika itu
menjadi para pemegang kekuasaan 'Abbasiyyah di bagian
timur Afrika Utara, sekarang praktis telah 1nelepaskan diri
dari tangan kekuasaan Bagdad dan berdiri sendiri. Pada akhir
abad ke-8 M mereka mempersiapkan jalan bagi orang-orang
Ahsyadiyyin dan Fatltlmiyyin untuk memegang tampuk
kekuasaan di sana.
Orang-orang Fathn1iyyin ialah mereka yang senantiasa
mengancam kekuasaan Khalifah di Bagdad, baik kekuasaan

106
di bidang keaga1naan maupun politik. Dikemudian hari
mereka itu dengan bantuan kuat pasukan-pasukan yang
dibentuk oleh orang-orang penentang Khalifah. dapat men­
capai panggung kekuasaan di bagian timur Afrika Utara.
Dalam sejarah, Mesir pen1ah berada di bawah kekuasaan
mereka.
Para pcnguasa 'Abbasiyyah berhasil 1nempergunakan atau
n1emanfaatkan bantuan yang diberikan orang-orang Syi'ah,
tetapi orang-orang Fathimiyyin ternyata lebih pandai. Mereka
bukan saja mempergunakan orang-orang Syi'ah, melainkan
bahkan berhasil 1nengeksploatasi perselisihan-perselisihan
intern 1nadzhab Syi'ah yang beraneka ragam coraknya,
untuk kepentingan 1nencapai kekuasaan politik.
Asal-usul orang-orang Fathi1niyyin tak peinah jelas daJam
sejarah. Tetapi yang terang ialah, bahwa mereka menganggap
dirinya masing-masing berasal dari keturunan sua1ni-isteri
•AJi bin Abi Thalib dengan Fathimah (puteri Nabi s.a.w.)
Jadi mereka menganggap dirinya ketuntnan Nabi s.a.w. dari
puterinya, Fathimah. Padahal dari penelitian sejarah, suami­
isteri Fathi1nah itu tidak 1ne1npunyai anak lelaki selain Hasan
dan Husein. Hasan wafat berusia n1uda di fvladinah dalam
keadaan belu1n berkeluarga, sedang adiknya, Husein, mening­
gal bersama seluruh anggauta keluarganya dibunuh oleh pa­
sukan berkuda Mu'awiyyah di Karbala, kecuali anaknya yang
beman1a 'Ali Zainal-Abidin.
Tetapi bukan hanya kau,n Fathi1niyyin saja yang 1nengang­
gap dirinya keturunan Nabi s.a.w melainkan kaum Syi'ah
golongan lsmailiyyah pun memandang pemimpin (Imam)
mereka berasal dari keturunan putra Husein. Tentang ag­
gapan n1ereka itu kebenaran sejarahnya belu1n pernah ter­
buktikan.
Kaum Fathi1niyyin memang n1empunyai keberanian
yang cukup besar. Mereka taat kepada pen1impinnya dan ra­
ta-rata mempunyai ketangkasan berperang yang cukup tinggi.
Dalam waktu tidak lama mereka berhasil 1nenggulingkan ke­
rajaan AghalibaJ1 dan kerajaan-kerajaan kecil lainnya di Afri-

107
ka Utara. Mereka kemudian menguasai Mesir dan mendirikan
kekhalifahan sendiri di Kairo pada tahun 969 M.
Setelah kurang-lebih lima puluh tahun berdiri, kekhalifah­
an ini menjadi saingan atau tandingan yang membahayakan
kekhalifahan di Baghdad. Dengan resmi Kekhalifahan Fathi-
1niyyin di Mesir itu dinyatakan sebagai penganut aliran
Syi•ah. Tetapi akibatnya, daerah-daerah Afrika Utara ,nenjadi
a �ena perte1npuran antara para penganut Syi'ah dan Khawa­
_
nJ, yang sangat sengit sekali, sama sengitnya seperti pada
waktu 'Ali r.a. ·menggempur orang-orang Khawarij di Nehra­
wan. Pertempuran-pertempuran tersebut berkesudahan de­
ngan kemenangan kaum Syi'ah pada tahun 960 M.
Pertarungan hebat antara dua golongan tersebut di Afrika
Utara mengandung dua sifat sekaligus: Kecuali peperangan­
peperangan yang bennotifkan keagainaan, terjadi pula di
daerah-daerah Afrika Utara peperangan dahsyat yang bersifat
politis di antara Muslimin Berber sendiri.. Yaitu antara suku­
suku Kinana dan Sanhaja di satu pihak sebagai pembela kaum
Fathimiyyin, melawan suku Berber Zinana yang bersimpati
kepada Raja 'Abdur-Rahman di Andalus di lain fihak.
Bangsa Berber saat itu terlibat langsung dan menjadi
saling bermusuhan, akibat perebutan kekuasaan yang tiada
henti-hentinya di antara sesama orang Arab. Sedangkan
pennusuhan di kalangan sesama orang Berber itu dipertajam
lagi oleh rasa dendam, yang memang sudah ada sejak masa­
masa sebelum mereka memasuki agama Islam.
Setelah kaum Fathimiyyin menjadi tuan di daerah barat
Afrika Utara, kemudian mereka mengarahkan pandangannya
ke bagian timur. Mereka berhasil menguasai Mesir sejak
tahun 969 M, tanpa banyaksusah payah. Raja-raja Fathimiy­
yin di Mesir lalu mengangkat penguasa-penguasa dari suku
Berber Sanhaja untuk memelihara dan menjaga keamanan
daerah-daerah yang ditinggalkan di bagian barat. Semua itu
sekaligus sebagai persiapan untuk melancarkan serangan
terhadap Syria, yang akhirnya memang benar mereka berhasil
menundukkan Syria dan mendudukinya. Seratus tujuh

108
tahun lan1anya kaun1 Fathimiyyin menguasai Syria dan Me­
sir, yaitu sampai datangnya pasukan-pasukan 'Abbasiyyah
yang terdiri dari orang-orang Turki Saljuk untuk merebut
kembali daerah-daerah tersebut.
Orang-orang Turki Saljuk berasal dari daerah-daerah
Asia Tengah yang pada ·masa itu 1nereka sudah berhasil
mengan1bil-alih kekuasaan Khalifah 'Abbasiyyah dan menja­
dikannya tidak lebih hanya seba�ai simbul belaka. Mereka
menguasai istana 'Abbasiyyah di Bagdad, berkat kepercaya­
an terlampau besar yang diberikan Khalifah kepadanya,
yang semula hanya merupakan pasukan bayaran pengawal
Khalifah.
Pada tahun-tahun pertengahan kedua abad ke-10, wilayah
kekuasaan kaum Fathimiyyin sudah demikian luasnya.
Di bagian timur Afrika Utara 1nereka 1nenguasai Mesir, di
samping Syria tennasuk Palestina, Yordania dan Libanon
sekarang. Sedang di bagian barat mereka menguasai pulau­
pulau di sekitar laut Tengah dan daerah-daerah Afrika Utara
seluruhnya sampai ke samudera Atlantik, Tetapi semuanya
itu tidak berlangsung terlalu lama.
Pada tahun 972 M mulailah terjadi peperangan-peperangan
besar antara orang-orang Berber di Afrika Utara bagian
barat mela,van orang-orang Fathimiyyin di Mesir. Perlawanan
orang-orang Berber ini mengakibatkan cepat merosotnya
raja-raja Fathimiyyin di Mesir.
Melihat kenyataan tersebut, orang-orang Normandia yang
ketika itu sedang menjadi tuan di Laut Tengah, segera melan­
carkan serangan terhadap kaum Fathimiyyin dan pada tahun
1148 M berhasil membersihkan Pulau Sisilia dari mereka.
Dalam masa-masa yang penuh dengan pertikaian dan bentrok­
an bersenjata itu, orang-orang Arab di Afrika Utara sudah
menjadi penguasa-penguasa minoritas di tengah-tengah Mus­
limin Berber yang sangat besar jumlahnya.
Pada masa itu orang-orang Arab sudah berada di dalain
posisi yang serba sulit. Mereka mulai menghadapi gerakan
kebangkitan Berber, suatu bangsa besar yang diasuh dan di-

109
bina oleh mereka sendiri dalam masa yang panjang. Orang­
orang Arab sekarang terpaksa harus membeta diri sedapat
mungkin untuk mempertahankan sisa-sisa kekuasaan yang
1nasih ada di tangannya.
Di Timur orang-orang Arab menghadapi ancaman dan ba­
haya besar dari orang-orang Turki Saljuk, yang terus-menerus
menggeser kedudukan orang-orang Arab dari posisi kekuasa­
an di Bagdad. Di Barat orang-orang Arab menghadapi pembe·
rontakan-pemberontakan Berber. Sekarang mereka dipaksa
harus berhadapan dengan sesama Muslimin dari bangsa lain.
Perkembangan sejarah kekuasaan orang-orang Turki
Saljuk kemudian hari akan merupakan tonggak kebangkitan
orang-orang Iran yang dahulu pemah bennusuhan dengan
orang-orang Turan. Pennusuhan antara sesama orang Persia
itu lama terhenti sejak berhasilnya orang-orang Sassan rnene­
gakkan kekuasaan di Persia. Mereka menguasai daerah-daerah
laJu-iintas perdagangan antara Timur jauh dan Barat (Byzanti­
um). Ketika itu orang-orang Sassan harus menjaga batas­
batas wilayahnya dari serangan orang-orang Turkistan dan
untuk menangkis serangan orang-orang Turki yang datang
dari daerah Thai (dekat Sing Kiang sekarang).
MelaJui proses sejaraJ1 yang panjang seperti itulah, akhir­
nya pada pennulaan abad k e -10 M orang-orang Persia naik
kembaJi ke atas panggung sejaraJ1 di Asia Tengah dan kema­
harajaan Persia Timur yang dahulu pernah jaya, akan segera
muncul untuk kedua kalinya.
Orang-orang Turki Saljuk yang mulai abad k e -9 M 1nengge­
ser dan mengambil-alib sedikit demi sedikit kekuasaan Kha­
lifah di Baghdad, terdiri dari bangsawan-bangsawan keluarga
Thaher dan Sughur. Mereka itu semula hanya pasukan ba­
yaran pengawaJ Khalifah. Sebelum itu mereka berkelana
mencari daerah pemukiman khusus bagi sanak keluarganya.
Mereka pergi ke Khurasan, Persia dan lain-lain. Tetapi ketika
itu mereka harus berhadapan dengan semangat kebangsaan
Persia yang sedang rnenyala kembaJi berkat peranan orang·
orang Saman. Oleh karenanya, mereka terpaksa rnengalih•

110
kan sasarannya dari daerah-daerah perbatasan Trans-Oksania
ke daerah Kirghiz sampai akhimya berhasil menguasai seluruh
bagian timur tanah Persia.
Pada permulaan abad ke-10 M secara tiba-tiba 1nuncullah
kerajaan Buweih di bagian barat lran. Bangsawan-bangsawan
Buweih benlarah Persia. Scbelum itu n1ereka sudah lima belas
tal1un lan1anya mendia,ni daerah•daerah Persia bagian barat,
dan seJaina n1asa itu mereka giat 111enyebarkan madzhab Syi'·
ah di kalangan penduduk setempat. Khalifah Bagdad yang su­
dah tidak berdaya itu n1encoba men1peringatkan orang-orang
Buweih, tetapi pada akhimya tercapai persetujuan yang me­
netapkan, bahwa orang-orang Bu,veih diperbolehkan menja­
lankan kekuasaan di darahnya, dengan syarat n1ereka harus
tetap n1engakui kekuasaan Bagdad.
Sejak itu 111ulailah peperangan-peperangan 1ne1nperebut­
kan keunggulan selama kurang-lebih setengah abad antara
kerajaan kecil Buweih dengan kerajaan kecil kautn Saman.
Kaum Saman yang makin hari n1akin le111ah, segera 1ninta
bantuan orang-orang Turki, seperti yang dulu pemah di­
lakukan oleh Khalifah Bagdad. Sejarah 1nencatat kenyataan,
bahwa perebutan kekuasaan dan persengketaan untuk men­
cari keunggulan, baik dalam bentuk besar-besaran atau pun
kecil-kecilan, masing-masing selalu mempergunakan pasukan­
pasukan upahan, yang kebanyakan terdiri dari orang-orang
Turki, Abesinia, Berber dan ordng-orang kulit hitam. Demi­
kian pula halnya dalam pertandingan adu kekuatan antara
Bagdad dan Kairo·, yakni antara 'Abbasiyyah dan Fatimiyyah.
Dalam pada itu di Khurasan terjadi peristiwa penting.
Di sana terdapat seorang Turki bekas budak belian, ,nenda­
pat kepercayaan dari kaum Saman untuk memegang tampuk
pemerintahan. Tetapi karena suatu kesalahan ia kemudian
diperhentikan. Sejak dipecat dari kedudukannya, ia mene­
Jusuri daeral1-daerah pegunungan Afghanistan. Setibanya di
Gazna ia mendapatkan banyak pengikut, lalu mendirikan
suatu kerajaan kecil. Temyata kerajaan ini dengan semangat
balas dendam berhasil meogobrak-abrik kerajaan kaum Sa-

l 11
man. Raja kaum S.aman yang terakhir diusir pada tahun
999 M oleh seorang pang)ima berasal dari Gazna, bernama
Mahmud. Orang inilah yang kemudian dikenal dengan nama
Mahmud al-Gaznawi. Pada jamannya ia menjadi seorang
negarawan besar di Afganistan.
Setelah Mahmud AI-Gaznawi berhasil menguasai daerah
Persia bagi� timur, bekas wilayah kerajaan Saman, lalu ia
masuk dan menduduki sebagian wilayah India dengan male­
sud menyebarkan agama Islam di sana. Setelah itu ia minta
kepada Khalifah di Bagdad supaya dirinya diangkat sebagai
penguasa di daerahnya.
Dalam diri Mahmud AI-Gaznawi terdapat keanehan. Di
samping ia menjadikan dirinya sebagai pejuang 1nelawan
orang-orang Turki Saljuk dan Sughur yang selalu mengancam
perbatasan wilayah kekuasaannya, tetapi pada akhimya
ia selalu rnenangguhkan peperangan melawan mereka dengan
alasan karena mereka orang-orang sedarah dan seketurunan
dengan dia.
Dengan catatan-catatan sejarah seperti yang telah dike­
tengahkan, tampak dengan jelas bahwa pada pertengahan
abd ke-11 M dunia kekuasaan Arab telah te.rpecah belah dan
terkeping-keping, baik di bidang politik, pemerintahan,
maupun aliran-aliran keagainaan.
Di bidang keagamaan c;li samping Syi'al1 {yang banyak
mempunyai cabang aliran di dalamnya) dan Khawarij (yang
juga mempunyai • beberapa cabang aliran dj daJamnya) ber­
baku•hantam, kaum Sunni (golongan-golongan di luar Syi'ah
dan Khawarij) berjuang pula untuk menenggelamkan ajaran­
ajaran Syi'ah dan Khawarij.
Di Iraq dan Mesir orang-�rang Sunni mau tidak mau harus
berusaha keras membela ajaran Islam dari pengaruh aliran
Syi'ah yang masih cukup kuat. Den1ikian pula di Andalus
yang sejak s&mula menghadapi ajaran Nasrani, saat itu harus
lebih berat lagi menghadapinya, disebabkan oleh kemajuan­
kemajuan yang dicapai agama Nasrani di sana, akibat perpe­
cahan dan pertikaian terus-menerus di kalangan kaum Mus-

1 J2
limin Arab dalam memperebutkan kekuasaan dan kepe-
. .
1n1mp1nan.
Di lapangan pol+tik, dunia Arab pada abad ke- l l M juga
terpecah-belah akibat ketidakmampuan para pemimpin Arab
memelihara dan mernpergunakan tenaga raksasa yang ada
pada pemeluk agama Islam jaman itu. Hampir tidak pemah
ada suatu perselisihan atau pertengkaran yang tidak disele­
saikan dengan jalan .inengadu senjata. Ambisi perorangan,
keluarga, kabilah dan golongan, benar-benar mencekam pi­
ldran dan perasaan orang-orang Arab kembali setelal1 kurang
lebih dua puluh lima tahun ditinggal mangkat Nabi s.a.w.,
yakni sejak terbunuhnya Khalifah 'Utsman bin-Affan.
Akan tetapi dalam keadaan yang sangat menyedihkan
itu, sejarah menampilkan lagi suatu kekuatan baru dan segar.
Kekuatan ini bukan kekuatan Arab, melainkan kekuatan
Turki Saljuk, yang pada ja1nan-jaman berikutnya nanti
sanggup menciptakan dan 1ne1nulihkan kembali kesatuan
politik dan kesatuan keagainaan Islam (aliran-aliran di kalang­
an kau1n Muslimin) di Timur, yaitu setelah mereka berhasil
mengusir kekuasaan orang-orang Buweih (Persia) dari Bagh­
dad pada tahun 1055 M.
Bersa1naan dengan itu kaum Murabithin yang muncul
dari Sahara Besar Afrika, di kemudian hari marnpu melak­
sanakan tugas sejaral1 umat Islam di Afrika Utara dan da­
erah Afrika sekitarnya.

113
Bab IV
SEKTE-SEKTE DAN ALIRAN-ALIRAN DI KALANGAN
KAUM MUSLIMIN ZAMAN PERTENGAHAN

1. Kekhususan Masing-masing Sekte dan AJiran


Sekte Khawarij:
Dalam perkembangannya pada abad-abad pertengahan,
Sekte Khawarij menampakkan diri seolah-olah mirip dengan
kaum Puritan di kalangan umat Protestan di Jerman pada
abad ke-1 7 M. Mereka sangat keras sekali dalam menghayati
pr1ns1p-prinsip aga1na.
Pada jaman pertengahan terdapat suatu kelompok kecil
· di kalangan kaum Khawarij yang menolak Surat 13 {Surat
Yusuf) Kitab Suci Al-Quran, yang dianggap oleh kelompok
ini berisikan sesuatu yang kurang wajar dan tidak berasal
dari wahyu Ilal1i, tetapi hanya tambal1an dari sementara
orang sesudah mangkatnya Nabi Muhammad s.a.w. Tetapi
kelompok' ini tidak dapat bertahan laina dalan1 sejarah.
Kaum Khawarij yakin benar-benar, bahwa Al-Quran
adalah wahyu suci yang diturunkan oleh Allah s.w.t. kepada
Nabi dan RasulNya, Muham1nad s.a.w. Setiap orang wajib
mengartikan dan menafsirkannya sesuai dengan bunyi dan
hurufnya. Mereka tidak begitu keras sikap dan pendiriannya

I I4
terhadap orang-orang yang melakukan perbuatan dosa. Te­
tapi sangat keras dalam hal keharusan setiap Musli1n 1nutlak
wajib menjalankan perintah-perintab peribadatan dan keras
pula dalrun menjaga keutuhan i.Jnan.
Penyucian badaniah, seperti wudhu misalnya, harus di­
sertai dengan kejemihan hati sepenuhnya. Mereka berpegang
pada kaidah, bahwa tidak ada irnan dalan1 diri seseorang
tanpa menjalankan ibad:ih ntenurut syari'at. Mereka menolak
pendapat yang mengatakan bah\va iman bisa bertingkat­
ting)cat. Barang siapa berbuat dosa besar (salah satu dari
dosa-dosa yang disebut "kabair") dipandang sudah kehilang­
an sifat-sifatnya sebagai seorang Muslim. Tentang hal ini
kelompok yang sangat ekstrim berpendapat bahwa orang
yang bersangkutan han1s disingkirkan sama sekali dari Islam
dan ia harus dikenakan hukuman mati.
Kaun1 Khawarij menolak ke1newahan hidup dan 1newajib­
kan orang harus sanggup hidup sederhana dengan sekedar
yang diperlukan untuk hidup. Mereka tidak hanya mengha­
ramkan segala sesuatu yang memang dilarang atau diharam­
kan oleh Al-Quran, tetapi juga mengharamkan musik, meng­
hisap tembakau dsb, serta menghara1nkan segala jenis per--
mainan.
Dalarn ha! kekhalifahan, semua orang Khawarij bulat se­
pakat, bal1wa setiap orang mukmin, walaupun ia seorang
budak belian berkulit hitam 1nisalnya, men1punyai hak un­
tuk diangkat atau dipilih sebagai Khalifah atau Imam, jika
ia benar-benar menguasai ilrnu-ilmu yang diperlukan, seperti
hukum-hukum agama dan lain-lain, lagi pula ia benar-benar
seorang yang bersih dan utuh imannya, akhlaknya dan budi
pekertinya. Tetapi apabila kelak ia temyata tidak 1nempunyai
kecakapan dalam menunaikan kewajibannya, ia harus diper­
hentikan dan diganti dengan yang lain. Demikian juga jika
ia sampai n1elakukan tindakan sesat. 'Ali bin Abi Thalib
1nereka jadikan contoh seorang Khalifah yang sesat, karena
ia menyetujui muslihat perdamaian Mu'awiyah di Shiffein,
yakni "tahkin1".

115
Mereka tida.k mengakui sahnya Khalifah-khalifah di masa
lalu, kecuali dua orang saja, yaitu Abubakar Ash-Shiddiq
dan 'Umar bin'l-Khathab. Mereka tidak menganggap cara
pemilihan sebagai jalan yang sah untuk mengangkat seorang
Khalifah, lebih-lebih pengangkatan yang didasarkan pada
hak waris atau keturunan.
Dalam hal yang disebut belakangan, sekte Khawarij mem­
punyai pandangan politik kenegaraan yang secara prinsipal
berbeda dengan pandangan kaum Syi'ah, sebab sekte Syi'ah
berpendapat bahwa negara theokrasi dibentuk atas dasar
hak dan kebeneran llahi. Kaum Syi'al1 bertekad menegakkan
suatu negara teladan yang di dalamnya harus berlaku hukum
keadilan Allah s.w.t. Dari pangkal pendirian inilah banyak
kaum Syi'ah yang menantikan kedatangan Imwn Mahdi yang
akan menyebarkan keadilan di kalangan rnanusia. (Mungkin
sekali kepercayaan tentang akan datangnya "Ratu Adil" pa­
da sementara kalangan bangsa Indonesia berasal dari penga­
ruh kepercayaan tersebut).
Seperti yang sudah diketengahkan, pendirian politik 'Ali
bin Abi Thalib, yang menerima muslihat perdamaian pihak
Mu'awiyah untuk menyelesaikan pertikaian bersenjata ber­
dasarkan "tahkisn" di Shiffein, mengakibatkan perpecahan
di kalangan pasukan-pasukan 'Ali sendiri. Perpecahan itu
timbul akibat penilaian terhadap muslihat perdamaian Mu -
•awiyah: Apakah Mu•awiyah benar-benar hendak menyelesai­
kan masalah berdasarkan hukum Allah, atau hanya menjalan­
kan tipu muslihat perang saja.
Sebagian pasukan 1nempunyai penilaian saina dengan 'Ali,
yaitu percaya bahwa Mu'awiyah ingin mengadakan penyele­
saian berdasarkan hukum Allah. Tetapi yang sebagian lagi
sarna sekali tidak mempercayainya dan mesnandang itikad
perdamaiannya hanya tipu muslihat belaka.
Golongan kedua itu berpendirian bahwa penyelesaian mas­
alah pemberontakan Mu'awiyah lewat jalan "tahkim" tidak­
lah benar. Yang benar ialah harus melalui pelaksanaan hukum
Allah seperti yang sudah tersuratkan dalam Al-Quran, ya.kni

116
setiap orang 1nuk1nin terkena wajib taat kepada U/il-Arnri
Minhum (pcmegang kekuasaan di kalangan mereka), selama
Ulil-Anzri itu tidak durhaka kepada Allah dan RasulNya.
Kewajiban taat menjadi gugur manakala Ulil-Arnri durhaka
kepada Allah dan RasulNya. Golongan ini bersemboyan:
Tiada huku1n kecuali hukum Allah.
Golongan ini keba!)yakan berasal dari kabilah Tan1im.
Mereka n1e1nbangkang terhadap 'Ali dan berontak, menuntut
supaya 'Ali mengakui kesalahannya dan mengakui keing­
karannya terhadap hukun1 Allah dan RasulNya. 'Ali menolak
tuntutan seberat itu. Sebelum rnenolak 'Ali sudah me1npe­
lajari dengan teliti dan me,npertimbangkan semua segi yang
berkaitan dengan tnasalah "tahkiln ".
Karena tuntutannya tidak dipenuhi 'Ali, n1ereka memisah­
kan diri dan berku1npul di suatu tempat. Mereka berseru
kepada se1nua pengikutnya supaya melakukan hijrah dari
"negeri yang dikuasai oleh orang zhalim ". Maka di bawah
pimpinan ·Abdullah bin \Vahhab Ar-Rasibi mereka berhijrah
ke i lairura. Tapi mereka dikejar oleh 'Ali bersan1a pasukan­
nya dan dihancurkan dalan1 perte,npuran di Nehrawan.
Meskipun perlawanan mcreka patah, pikiran-pikiran yang
ada pada 1nereka tidak dapat di1nusnahkan sama sekali.
Setelah kaJah dalam pertempuran, sisa-sisa n1ereka meren­
canakan pen1bunuhan 'Ali dan berhasil 1nenyelundupkan
·Abdur-Rahman bin Muljam, seorang anggoti!. K.hawarij
ke dalan1 masjid 'Ali di Kufah dan berhasil membunuhnya.
Kaum Khawarij pada jarnan kekuasaan dinasti Mu'awiyah,
mcn1pakan duri yang tidak pernah berhenti merongrong
dengan gerakan-gerakan politik dan perla,vanan-perlawanan
fisik.
Pada 1nulanya sekte Khawarij hanya mempunyai dua
cabang. Yang pertama di Iraq dan sekitarnya. Pusat gerakan­
nya di daeral1 Fadha'ih dekat kota Bashrah. Pernah me­
nguasai daerah-daerah Kirman, Fars dll., sehingga merupakan
ancaman terhadap Bashrah. Cabang sekte ini dipimpin oleh
Nafi' bin Azraq. Yang kedua di sernenanjung Arabia. Mereka

117
pemah menguasai daerah-daerah Yamarnah, Hadramaut,
Yarnan dan Tha'if. Salah seorang terkemuka dari kalangan
ini ialah Najdat bin 'Amir. Praktis ia sendiri yang memimpin
cabang sekte ini.
Dahulu kaum Khawarij hanya mengakui sahnya dua orang
Khalifah, yaitu Abubakar dan 'Umar. Akan tetapi di kemudi­
an hari mereka juga mengakui sahnya Khalifah 'Utsman.
Pengakuan terhadap sahnya 'Ali sebagai Khalifah keempat
hanya terbatas pada saat sebelum 'Ali menerima "tahkirn"
yang clius�lkan oleh Mu'awiyah. Mereka memandang 'Ali,
Mu'awiyah dan tokoh-tokoh lain yang terlibat daJa,n peris­
tiwa "Unta" (Waqi'atul-Ja,nal) seperti 'Aisyah, Zubair dan
Thalhah, semuanya sudah menjadi kafir. Pembicaraan-pem·
bicaraan pokok yang selalu dilakukan oleh kaum Khawarij
berkisar tentang siapa yang bisa dipandang sebagai orang
yang beriman dan yang tidak.
Adalah sangat jelas, bahwa pada mulanya sekte Kl1awarij
itu muncul dalam sejarah akibat sengketa politik, yang berarti
sepenuhnya bersifat gerakan politik. Akan tetapi dalam pe r ­
kembangan selanjutnya, mereka sedemikian rupa memperse­
nyawakan pikiran-pikiran politik dengan ajaran-ajaran agama
Islam. Pengikut Al-Azraq (biasa disebut kaum Azariqah)
misalnya, berpegang kuat-kuat pada prinsip ajarannya: Men­
jalankan semua perintah agama adalah bagian yang talc
terpisahkan dari iman. Barang siapa tidak melaksanakannya,
ia menjadi kafir dan berbuat dosa besar {kabirah).
Dalam perkembangannya kemudian di kalangan mereka
terjadi perselisihan yang berkembang menjadi pertentangan­
pertentangan. Ajaran pokok yang disepakati bersama ialah
yang bersangkutan dengan masalah kekhalifahan, dan pelak­
sanaan semua perintah agama merupakan bagian tak ter­
pisahkan dari iman. Tetapi ada sebagian lagi yang berpendiri­
an adanya seorang Khalifah bukan merupakan suatu keharus­
an.
Akhimya kaum Khawarij terpecah-pecah menjadi dua
puluh golongan dan kelompok. Yang terpenting di antaranya
118
hanya empat, yaitu golongan•golongan Azariqah, Najdat,
lbadhiyyah dan Shufriyyah.

a. Golongan Azariqalz:

Golongan ini memandang semua orang adalah kafir, ke­


cuali golongan Aza':iqah sendiri. Kau1n Musli1nin yang tidak
mengikuti ajarannya, dikafirkan oleh 1nereka. Meteka tidak
mau bershalat bersama golongan lain dan tidak mau makan
daging temak yang clipotong oleh golongan lain; juga tidak
mau kawin dengan orang-orang yang bukan dari golongannya.
Bagi orang-orang yang bukan golongan Azariqah, hanya ada
dua pilihan: pedang atau mengikuti ajaran Azariqah. Kam­
pung hala1nan, daerah atau negeri golongan lain yang bukan
Azariqah, dinyatakannya sebagai Dan,1-Harb (daerah perang).
Terbadap penduduknya boleh dilakukan tindakan-tindakan
perang, baik terhadap wanita maupun anak-anak. Tidak turut
dalam peperangan melawan orang-orang kafir tanpa alasan
yang sah, atau menyerah hidup-hidup kepada musuh, dinya­
takan sebagai perbuatan hararn. Pin1pinan tertinggi mereka
ialah Nati' bin Azraq.

b. Golongan Najdat:

Golongan ini ialah pengikut-pengikut Najdat bin 'Amir.


Mereka ini memandang, bahwa suatu perbuatan salah bila
sebelumnya sudah dipertimbangkan masak-1nasak dapat cli­
maafkan. Ajarannya yang terpenting ialah: bahwa agama
Islam berintikan dua hal, yaitu mengenal Allah dan mengenal
RasulNya. Orang-orang yang tidak mengenal Allah dan Ra­
su!Nya dapat dimaaflcan selama mereka belum mengerti
dan belum diberi pengertian. Suatu studi tentang hukum
agarna dengan itikad baik, apabila temyata keliru sampai
mengharamkan yang halal dan menghalalkan yang haram,
bisa dimaafkan. Perbuatan jahat dan dosa yang terbesar
ialah dusta, zinah dan minum minuman keras.

JJ9
c. Golongan lbadhiyyah:
Golongan ini ialah para pengikut •Abdullah bin lbadh
At-Tamimi. Sampai jaman belakangan ini mereka masih
banyak terdapat di Maroko. Mereka tidak keterlaluan dalam
menetapkan hukum-hukum seperti golongan Azariqah.
Ciri khas mereka ialal1 menyukai toleransi. Mereka tidak
memperbolehkan peperangan 1nelawan orang-orang kafir se­
cara diam-diam atau sembunyi-sembunyi. Peperangan ter­
hadap orang-orang kaftr baru boleh dilakukan sesudah diada­
kan da'wa�, diberi pengertian lebih dulu tentang ajaran­
ajaran agama Islam. Kalau sesudah itu terpaksa harus berpe­
rang, maka peperangan itu harus dilakukan secara terbuka
dan dinyatakan dengan terus terang kepada lawan.

d. Golongan Shufriyyah.
Golongan ini tidak banyak berbeda dengan kaum Azari­
qah.
Sekte Khawarij pada jaman pertengahan dianggap oleh
golongan lain terlampau berlebihan dalam menjalankan
peribadatan. Di samping itu mereka juga dipandang bersikap
terlampau keras dan banyak menumpahkan darah penentang­
penentangnya. Inilah antara lain yang menyebabkan pepe­
cahan di kalangan mereka sendiri. Pada umumnya kaum
wanita Khawarij ikut serta bersarna-sama kaum pria meng­
· hadapi peperangan. Mereka amat ketat dalatn hat keagamaan
dan sangat teguh keyakinannya. Rata-rata mereka semua
memiliki keberanian yang luar biasa. Mereka semua adalah
orang-orang Arab yang murni.

Sekte Murji'ah:
Dari pertentangan antara kaum K11awarij dan kaum Syi'ah,
muncu1 golongan ketiga yang mempunyai pendirian tengah
dan moderat. Golongan ini dal'am sejarah disebut kaum Mur­
ji 'ah.
Dilihat dari sudut sikap politik dan ketatanegaraan, kaum

120
Khawarij adalah demokratis. Mengenai hal yang berkaitan
dengan bidang ini, golongan Murji'ah tampak bersikap netral.
Golongan ini tidak mau memvonis Khawarij dan Syi'ah.
Mereka berpendirian, bahwa masalah siapa yang salah dan
siapa yang benar, tidak harus ditetapkan oleh manusia. Ma­
salah itu han1s ditangguhkan sampai Altal1 sendiri sebagai K e ­
benaran Yang Mutlak•mengadilinya di kemudian hari, yakni
di akhirat kelak.
Demikianlah 1nereka bcrpikir dalam menghadapi peristi­
wa-peristiwa pertikaian di antara kaum Muslin1in. Demikian
jugalah 1nereka bersikap terhadap 'Ali bin Abi Thalib r.a.
dan dalam menghadapi peristiwa pembunuhan Khalifah
'Utsn1an bin 'Affan r.a. Mereka berpendapat, bahwa kalau
tidak ada masalah perselisihan tentang kekhalifahan, tidak
aJcan ada masalah Khawarij dan Syi'ah serta tidak akan ada
peperangan antara 'Ali dan Mu'awiyah dan lain-lain sebagai­
nya.
Di bidang ajaran keagamaan, golongan Murji'ah mempu�
nyai pendirian: Kemaksiatan tidak merusak in1an, sama hal­
nya seperti ketaatan �dak me1npunyai arti apa-apa kalau
disertai dengan kekufuran. Golongan Murji'ah bersikap to­
leran, baik terhadap kaum Khawarij, maupun terhadap
kaum Syi'ah. Tetapi bersamaan dengan itu mereka memberi
dukungan kepada kekuasaan Mu'awiyah.
Di antara ajaran-ajaran keagarnaan kaum Murji 'ah yang
penting diketahui ialah, bahwa: Iman ialah mengenal Allah
dan RasulNya. Tampaknya ajaran kaum Murji'ah ini sebagai
jawaban terhadap definisi kaum Khawarij, yang 1nenambah­
kan bahwa di samping. keharusan mengenal Allah dan Rasul­
Nya, menjalankan semua perintah aga1na dan menjauhkan
diri dari dosa-dosa besar (kaba 'ir), merupakan bagi_an tak
terpisahkan dari iman. Juga tampak sebagai jawaban terhadap
ajaran kaum Syi'ah, yang menainbahkan bahwa iman kepada
keagungan seorang Imam (pimpinan tertinggi kaum Syi'ah)
dan taat kepadanya, merupakan bagian mutlak dari iman.
Akan tetapi kaum Murji'ah tampak berlebih-lebihan de-

121
ngan pendiriannya yang mengatakan, bahwa iman cukup
dengan hati saja. Atas dasar ini golongan Murji'ah menye•
rukan kepada semua orang untuk memelihara toleransi
dalam kehidupan.
Penguasa-penguasa dinasti 'Abbasiyyah sangat tidak me­
nyukai golongan Murji'ah, disebabkan sikap politiknya yang
pada mulanya memberikan dukungan kepada dinasti Umay·
yah. Akhirnya golongan ini berhasil diobrak-abrik sampai
tenggelam sama sekali. Dalam sejarah lebih lanjut pikiran-pi·
kiran kaun Murji'ah lebur ke dalam aliran-aliran lain dan
tidak lagi berdiri sebagai suatu sekte yang mempunyai bentuk
konkritdan mandiri.

Sekte Syi'ah:

Di antara para sahabat Nabi Muhammad s.a.w. ada yang


berpendapat, bahwa pimpinan yang paling tepat dan yang
paling baik untuk meneruskan kepemimpinan Nabi s.a.w.
atas umat Islam ialah anggota-anggota keluarga Nabi sendiri,
atau yang lazim disebut dengan "ahl'1-bait". Menurut penda·
pat mereka, urutan yang paling ideal ialah pertama 'Abbas
(paman Nabi s.a.w .) baru kemudian 'Ali bin Abi Thalib,
walaupun mereka itu berpendapat bahwa 'Ali sebenarnya
lebih baik daripada 'Abbas.
Padahal dalam hat itu orang-orang yang bersangkutan,
yakni baik 'Abbas maupun 'Ali tidak pemah mempersoalkan
hal itu dan rnasing-masing tidak pemah melakukan persaing­
an kepemimpinan. Jadi pendapat itu sepenuhnya berada
di luar kedua pribadi tersebut dan hanya berputar-putar
di kalangan sementara sahabat Nabi saja.
Di antara para sahabat yang mempunyai pendapat bahwa
'Ali lebih tepat ialah 'Ammar, Abu Dzar al-Ghifari, Salman
al·Farisi, Jabir bin Abdullah, putra-putra 'Abbas, Hudzai­
fah dan lain-lain lagi. Tetapi apa pun yang menjadi pendapat
mereka, pelaksanaannya akan menghadapi banyak kesukaran,
karena masalah itu tidak terdapat sama sekali dalam keten-

122
tuan-ketentuan againa, baik daJam Kitab Suci Al-Quran
1naupun daJam Hadits Nabi s.a.w.
Oleh karena itu jalan satu-satunya yang dapat ditempuh
ialah mengadakan pertukaran pendapat di kalangan para
sahabat sendiri. tentang baik-buruk dan perlu-tidaknya di­
adakan Khalifah. Demikian pula mengenai siapa orangnya.
Ada yang berpendapat,

bal1,va kekhalifahan merupakan
warisan 1noril dari Nabi s.a.w. oleh karena itu sangat perlu
diadakan demi kepentingan u1nmat Islam.
'Ali sendiri setelah beberapa waktu lamanya mengambil
sikap acuh tak acuh terhadap masalah tersebut, akhimya
n1engakui Khalifah-khalifah Abubakar Ash-Shidiqq, 'Umar
bin'l-Khathab dan 'Utsman bin ·Affan r.a.
Sesudah 'Ali wafat, kaurn pendukung 'Ali menjadi sangat
fanatik mengkultuskan 'Ali dan keturunannya. Mereka yang
di daJam sejarah disebut golongan Syi'ah itu, meletakkan
prinsip-prinsip ajaran tambahan di dalam agama Islam.
Kaum Syi'al1 mengatakan bahwa masalah keimaman (Kha­
lifah di kalangan Syi'ah disebut Imam) merupakan salah satu
dari rukun Islam dan merupakan salah satu dari akidah
Islam yang fundamental. Mereka rnengatakan bahwa Nabi
s.a.w. pada masa hidupnya, pasti pemah dan pasti sudah me­
nunjuk seseorang yang akan menggantikan kedudukannya,
sebab masalah ini tidak bisa diserahkan begitu saja pemecah­
annya kepada umatnya.
Untuk memperkuat fatwanya, mereka mengemukakan
argumentasi berupa "hadits-hadits" yang menyatakan bahwa
Nabi pada masa hidupnya sudah mewasiatkan kepada 'Ali
bin Abi Thalib tentang hal itu dan bahkan Nabi sudah me­
nyampaikan pesan kepada 'Ali, supaya ia menunjuk anak­
anaknya di kemudian hari untuk meneruskan keimainan 'Ali
atas ummat Islam.
Begitulah seterusnya setiap Imam sebelum wafat supaya
menunjuk keturunannya sebagai penerus. Bahkan lebih jauh
lagi mereka membuat cerita-cerita tentang keagungan •AU
dan keistimewaan keturunannya. Akhimya mereka sampai

123
- --c--- ----- c-- -----·• --.. ··- ---•o -·...-r- .1-··o -----•c:,-··o
kari keimaman 'Ali adalah kafir. 'Ali yang sudah tiada lagi
dalam kehidupan duniawi ini dianggapnya seakan-akan makh­
luk yang paling utama di dunia dan akhirat.
"Hadits-hadits yang mereka keluarkan sebagai argumentasi
untuk memperkuat pendirian mereka, sudal1 tentu tidak da­
pat diterima oleh umat Isla1n yang bukan golongan Syi'ah.
Sebab, selama itu tidak pemah ada seorang pun dari sahabat­
sahabat Nabi yang mendengar atau menyaksikannya, baik
semasa Nabi s.a.w. masih hidup, maupun setelah beliau
mangkat, dan sebelum terjadinya pertikaian mengenai masa­
lah kekhalifahan. Kalau memang benar Nabi pemah n1enetap­
kan 'Ali sebagai penerus kepemimpinan umat Islam, tentu
Nabi memb"eritahukan ketetapannya itu kepada para sahabat
dan umat, atau setidak-tidaknya kepada anggota-anggota
keluarga Nabi sendiri. Mustahil Nabi berbuat itu secara diam­
diam karena seseorang yang memangku jabatan sebagai
Imam atau Khalifah sangat memerlukan dukungan umat
yang akan dipimpinnya.
J auh sesudah terjadinya pertikaian-pertikaian tentang
kekhalifahan antara 'Ali di satu pihak dan Mu'awiyah di
pihak lain orang-orangSyi'ah baru mengemukakan adanya
"hadits-hadits" semacam itu ke tengah umat Islam. l'entu
saja orang lalu bertanya: Mengapa tidak sejak dulu dikemu­
kakan adanya "hadists-hadits" itu mengapa juga tidak di­
kemukakan pada waktu terjadinya pertikaian-pertikaian an­
tara 'Ali dan 'Aisyah beserta kawan-kawannya pada waktu
'Ali berperang melawan Khawarij? Kalau benar ada "hadits­
�adits '' seperti itu, mengapa tidak mereka ketenga11kan pada
saat Nabi baru saja mangkat atau pada waktu umat sedang
membicarakan masalah kekhalifahan dan mendukung Kha­
lifah-khalifah Abubakar, 'Umar dan 'Utstnan? Mengapa
mereka ketika itu taat dan mau melaksanakan ketentuan­
ketentuan yang ditetapkan oleh Khalifah-khalifah tersebut?
Kalau· hadits-hadits itu benar ada, lalu mereka berdiam diri
dan tidak beroposisi terhadap Abubakar, 'Umar dan 'Uts-
.- .
rnan, tidakkah itu berarti mereka 1nengingkari wasiat Nabi
dan stlkaligus berarti mereka sendiri sudah menjadi kafu-?
Tidak ada alasan sama sekali untuk orang bisa mempercayai
adanya "hadits-hadits'' seperti yang diketengahkan oleh
kaum Syi'ah itu, karena sangat berbau perpecahan.
Di kemudian hari ada sebagian kaum Syi'ah yang mengada­
adakan ceritera-ceritera takhayul tentang pribadi 'Ali. Dikata­
kan bahwa 'AJi adalah ntahluk yang langsung mendapatkan
perlindungan isti,newa dari Allah. 'Ali adalah manusia yang
paling mulia di dunia sesudah Nabi s.a.w. Bahkan ada semen­
tara orang dikalangan Syi'ah jaman itu (kaum RawafJdh),
yang menganggap 'Ali sebagai penjelmaan Tuhan di bumi
seperti yang menjadi keyakinan orang-orang Nasrani tentang
Yesus Kristus.
Tctapi pemikiran yang demikian jauhnya menyimpang dari
ajaran lsla1n itu, adalah basil perbuatan seorang munaft.k
besar bersama 'Abdullah bin Saba', seorang Yahudi berasal
dari Yaman yang ntasuk agama lsla1n pada jaman Khalifah
'Uts1nan. Orang ini jugalal1 yang n1enggerakkan Abu Dzar
sarnpai terperosok ke dalam ajaran r,.,1azdak (salah satu "aga­
ma" di jan1an Persia sebelum Islam), yang menganjurkan pe­
milikan bersama olch 1nanusia atas segala harta, tanah ladang
dan padang rumput. 'Abdullah bin Saba' juga yang berseru
kepada orang-orang lain supaya berpihak kepada Mesir di
bawah kekuasaan 'Amr bin'l-'Ash untuk menentang kebijak­
sanaan Khalifah 'Uts1nan, pada waktu 'Amr diperhentikan
dari kcdudukannya sebagai penguasa daerah oleh Khalifah.
Aiaran-ajaran Syi•ah jaman itu tampak sekali sifat-sifat
destruktifnya terhadap sendi-sendi agarna Islam yang sebenar­
nya. Untuk menyebarkan ajarannya, orang-orang Syi'ah
membentuk perkumpulan-perkumpulan rahasia. Ketika me­
reka diusir dari Bashrah dan dari Kufah, mereka lari dan
bermukim di Mesir.
Di kemudian harinya lagi sementara kaum Syi'ah menge­
luarkan ajaran baru, yaitu tentang akan kembalinya Nabi
Muhamn1ad s.a.w. dan 'Ali r.a. ke bumi pada akhir jaman.

125
Ajaran ini pada dasarnya sama dengan ajaran sementara
kaum Yahudi, yang mempercayai alcan kembalinya Nabi
Ilyas ke bumi dan sama pula dengan ajaran Nasrani yang ya­
kin akan kembalinya Yesus Kristus pada akhir jaman. Lebih
dari itu, sarnpai pula mereka mengeluarkan ajaran tentang
akan kembalinya ke bumi imam-imam mereka yang sudah
meninggal dunia atau dikatakan sedang bersembunyi. Menu­
rut keyakinan mereka, kelak pada waktu kembalinya imam­
imam mereka ke bumi, kehidupan dunia ini akan diliputi
oleh keadilan. Perkembangan lebih jauh, di kalangan mereka
banyak yang mempercayai akan datangnya • Imam Mahdi
pada akhir jaman. Namun sernua yang serba aneh itu pada
umumnya tidak menjadi kepercayaan seluruh orang Syi'ah.
Di kalangan ahli Sunni (kaum Muslimin di luar Syi'ah)
kedudukan seorang Khalifah diartikan sebagai penanggung
jawab atas ditegakkannya huku1n-hukum Allah s.w.t. sekali­
gus bertugas memelihara keselamatan agama Islam dan 1nem­
bawa umat yang dipimpinnya ke arah penunaian perintah­
perintah Allah dan Rasul-Nya. Seorang Khalifah juga menge­
palai bidang-bidang peradilan, administrasi pemerintahan
dan memegang komando tertinggi angkatan perang. Seorang
Khalifah tidak boleh mempunyai wewenang menetapkan
kebijaksanaan di bidang perundang-undangan dan hukum. Ia
hanya mempunyai wewenang menginterpretasikan suatu
problem yang dihadapinya atau melakukan suatu ijtihad
(studi, penelaahan, analisa dan pembahasan berdasarkan
prinsip-prinsip agama) untuk memecahkan suatu masalah,
apabila masalah yang hendak dipecahkan atau diselesaikan
itu tidak jelas hukumnya di dalam Al-Quran dan sunnah Nabi
(hadits Nabi).
Bagi kaurQ Syi'ah, Khalifah atau Imam lain sekali kedu­
dukannya. Imam harus dipandang sebagai orang satu-satunya
yang berhak memimpin umat. Seorang Imam dianggap se­
bagai orang satu-satunya yang mewarisi semua ilmu yang
ada pada Nabi s.a.w. Imam berada di atas semua manusia
dalam kesuciannya, karena ia mendapat perlindungan isti-

126
1newa dari Allah (n1a 'slzu111). Ima.in adalah mahaguru tertinggi
dan 1nengetahui semua hal ihwal yang lahir dan yang batin.
Hadits-hadits Nabi tidak boleh dipandang sah dan benar ke­
cuali yang datang dari.dan diriwayatkan oleh Iman1.
Dala,n perjalanan sejarah, sekte Syi'ah terpecah-pecah
1nenjadi beberapa golongan atau kelo111pok. Yang terpenting
di antaranya ialah golongan Zaidiyyah, lrnamiyyah dan
lsmailiyyah.
a. Go/011ga11 Zaidiyyah:
Golongan Zaidiyyah ialah mereka yang menjadi pengikut
Zaid bin Iiasan bin 1-lusein bin 'Ali bin Abi Thalib (tidak
terdapat keterangan yang pasti tentang kebenaran Zaid se­
bagai cucu Husein bin 'Ali yang menjadi korban di Karbala).
Golongan ini 1nempunyai kepercayaan Hasan putra Husein
adalah satu-satunya orang yang berhasil lolos dari kepungan
ujung pedang pasukan berkuda Mu'awiyah di Karbala. Ha­
san inilah yang ken1udian n1empunyai putra bernan1a Zaid.
Dibanding dengan aliran-aliran Syi'ah lainnya, golongan
Zaidiyyah adalah yang paling kurang fanatik dan lebih de­
kat dengan kalangan ahli Sunni. Golongan ini berpendirian,
bahwa apabila ada calon Imam yang lebih utarna, calon Imam
yang sudah ada Jebih dulu dapat digugurkan. Sudah tentu
semua yang berhak dicalonkan hanya yang dipandang berasal
dari keturunan 'Ali bin Abi Thalib. Golongan ini mengakui
sahnya Khalifah-khalifah Abubakar dan 'Umar. Semua orang
berasal dari keturunan suain i i-stri 'Ali dan Fatimah, asal �a
ia seorang yang zahid (sangat shaleh), n1empunyai watak ksa­
tria, pemberani, baik budi pekertinya, berhati ber..ih dan
sanggup berperang membela kebenaran, berhak diangkat
sebagai hna1n. Mereka tidak n1emandang perlu adanya Khali­
fah dan menolak siste1n 1nonarki. Mereka menolak keperca­
yaan-kepercayaan takhayul rnengenai pribadi �i.
Zaid bin Hasan yang 111emimpin aliran ini meninggal ter­
bunuh dalam perlawanan terhadap dinasti Mu'awiyyah
pada tahun 121 H, yaitu pada jaman Hisya1n bin 'Abdul-

127
Malik menjadi Raja dinasti Bani Umayyah. Mayatnya kemu­
dian disalib atas perintah para penguasa Bani Umayyah.
Aliran Zaidiyyah sampai sekarang masih terdapat <li
Yaman, walaupun tidak seberapa banyak lagi jumlah pe­
ngikutnya.

b. Golongan lmanziyyah:

Golongan ini kadang-kadang disebut juga golongan ltsna


'asyariyyah (golongan dua belasan). hna1n-i.Jnan1 mereka ber­
keturunan · dari 12 orang yang terdahulu, dan yang paling
akhir dianggap masiJ1 dalam keadaan klzufyah (tidak terlihat).
Aliran ini sampai sekarang masih ,nenjadi kepercayaan resmi
di Iran.
Golongan Syi'ah lma1niyyah, semuanya menantikan
kembalinya Imam-imam mereka seperti Ja'far bin Shadiq,
Muhammad bin'Abdullah bin Hasan bin 1-Iusein bin 'Ali bin
Abi Thalib dan �1uhammad al-Hanafiyyah. Menurut keper­
cayaan mereka yang 1nenantikan kembalinya Imam Muham·
mad bin al-Hanafiyyah, Imam ini masih tetap hidup dan tidak
akan 1nati. Ia masih berada di Gunung Ridwa diapit oleh
seekor singa dan seekor harimau. Dari kedua matanya yang
bersinar-sinar, mengalir cairan berupa madu dan air.

c. Golongan lsmailiyyah:

Golongan ini sejak wafatnya Imam mereka yang ke-7,


Ismail bin Ja'far bin Shadiq, tidak lagi men1andang perlu
adanya hna,n lain penggantinya. Angka 7 dipandangnya
mempunyai arti istimewa. Golongan ini memainkan peranan
penting dalam sejarah kaum Musli1nin. Mereka mencernakan
ajaran Neo-Platonisme yang diterapkan dengan cara-cara
yang aneh sekali. Ajaran Neo-Platonisme diaduk dengan ajar­
an Shufisme-Kebatinan (Persaud.araan Suci: lkhwanus-Shafa}.
Ajaran-ajaran yang ada pada aliran ini sangat meni.Inbulkan
keragu-raguan dan prasangka-prasangka buruk terhadap

128
Islam yang sebenarnya.
Mereka antara lain mengatakan, bahwa wahyu Uahi ha­
nyalah bertujuan untuk membersihkan jiwa manusia. Periba­
datan yang wajib dilakukan 1nenurut perintah agama Islam,
dianggapnya berlaku bagi orang awa1n saja. Para Nabi dan
Rasul tidak lain hanyalah ibarat sais. Di samping para Nabi
dan Rasul, terdapat orang-orang khusus. ialah parafailasuf_
Al-Quran <lipandangnya sebagai ru1nusan-rumusan yang tidak
bisa din1engerti kecuali oleh orang-<>rang arif dan cerdik
pandai. !\1ereka 111engartikan ayat-ayat AJ-Quran dengan
ta ·v.1il dan nwjaz (interpretasi yang berdasarkan perkiraan­
perkiraan logika). Mereka n1engatakan bahwa AJ-Quran ,nem­
punyai sifat dan arti lahir-batin. Untuk dapat sa111pai kepada
tuntunan supaya orang 1nencapai kesucian ruhaniah, diperlu­
kan kesanggupan n1enen1bus halangan-halangan fisik ma­
teriil yang menjadi perintang.
Golongan ini untuk perta,na kalinya muncul dalam jaman
'Abbasiyyah, kcmudian tersebar ke Mesir dan Maroko. Kera­
jaan Fathi1niyah di Kairo 1nen1pakan kcrajaan Syi'ah alir­
an ini. Sisa-sisa pengikut aliran ini sa1npai sekarang masih
banyak terdapat di Syria, India, Pakistan dan lain-lain. Be­
berapa puluh tahun yang lalu golongan ini dikepalai oleh
Agha Khan dan ketnudian setelah ia ,neninggal dunia diganti­
kan oleh cucunya, Pangeran 'Abdul-Karlin sebagai Agha
Khan IV.
Antara kaum Syi'ah dan kaum Khawarij, sepanjang sejarah
tidak akan terjadi persepakatan di lapangan kepercayaan,
lebih-lebih lagi tentang masalah kekhalifahan. Kedua golong·
an itu hanya dapat sepakat dalam hal 111enghadapi pengejar­
an-pengejaran para penguasa dinasti Bani Umayyah, tanpa
kerjasa,na, apalagi koordinasi. Kekhususan bentuk perjuang-­
annya yang hainpir saina ialah kedua-duanya 1nenempuh
perjuangan politik dan bersenjata melawan kaum Bani Umay•
yah. Banyak sekali korban jatuh dari kedua golongan ini,
tetapi dari pihak Syi'ah jauh lebih banyak daripada Khawarij.
Kalau ada perbedaan cara dalam perjuangan melawan

· 129
dinasti Bani Umayyah, maka perbedaan itu ialah: Khawarij
menempuh cara terang-terangan, sedang kaum Syi'ah pada
urnumnya banyak menggunakan cara-cara tersembunyi
dan rahasia. Cara yang kedua ini tidak mengherankan, karena
dinasti Bani Umayyah terlainpau berlebihan dalam melaku­
kan pengejaran dan pembunuhan terhadap orang-orang
Syi'ah.
Pada jaman dinasti 'Abbasiyyah, kaum Syi'ah juga dikeja r ­
kejar. Orang-orang 'Abbasiyyah pada umumnya lebih tahu
tentang seluk-beluk kaum Syi'ah, karena sebelum naik
ke panggung kekuasaan, mereka bekerjasama dengan kaum
Syi'ah dalam perjuangan melawan dinasti Bani Umayyah.
Dari karya-karya sastra peninggalan orang-orang Syi'ah
jaman itu tampak menonjol sekali gambaran-gambaran
penderitaan. kepedihan, ratap-tangis dan banyak ,nenguta­
rakan dukalara. Orang-orang Persia dan bangsa-bangsa lain
yang tidak senang melihat kekuasaan orang Arab, senantiasa
menggunakan orang-orang Syi 'ah un tuk mendapatkan keun­
tungan politik. Hal ini dimungkinkan karena sebagian besar
Syi'ah terdiri dari orang-orang asal Persia, walaupun me­
reka sudah berasimilasi dengan orang-orang Arab, beragama
Islam dan berbahasa Arab.

2. Perkembangan Sekte Syi'ah

Terjadinya perselisi11an terus-menerus antara kaum Syi'ah


dan kaum Sunni, menimbulkan dugaan bahwa kaum Syi'ah
tidak mau menerima atau menolak sunnah Nabi s.a.w.
(hadits-hadits Nabi). Persoalannya bukanlah den1ikian.
Masalah sumber haditslah yang selalu 1nenjadi perselisihan.
Kaum Syi'ah tidak menolak kebenaran hadits-hadits Nabi
selarna mereka yakin ballwa hadits-hadits tersebut benar­
benar bersumber dan berasal dari Nabi s.a.w. Sedang kaum
Sunni di samping sependapat dengan kaum Syi'ah mengenai
hadits-hadits yang berasal dari Nabi s.a.w. yang diriwayatkan
oleh anggota-anggota keluarganya, mereka juga dapat rnene-

130
rima kebenaran hadits-hadits yang diriwayatkan oleh para
sahabat Nabi lainnya.
Oi kalangan kaun1 Syi'ah, semua anggauta keluarga Nabi
dapat dipandang sebagai periwayat hadits yang terpercaya,
asaJ saja anggauta keluarga yang bersangku tan tem1asuk
orang-orang yang 1ne1npunyai hak atas keimaman. Yang
dirnaksud dengan pengertian
• itu ialah, bahwa orang yang her-
sangkutan harus suami-istri 'Ali dan Fathiinah beserta semua
keturunannya. karena n1ereka itu adalah anggota-anggota
keluarga Nabi yang tidak diragukan kejujuran dan keadilan­
nya. 1-ladits-hadits yang diriwayatkan oleh 1nereka, dipandang
kaum Syi"ah sebagai hadits shahih (hadits yang benar dan
kuat serta sah untuk dijadikan dasar penetapan hukum).
Menurut kaum Syi'ah, apabila anggota keluarga Nabi dan
keturunannya itu hanya merupakan seorang yang patut
dihonnati saja dan tidak terdapat pembuktian yang sah
bahwa ia orang yang benar-benar jujur dan adil serta tidak
ada pula pembuktian tentang cacat-kelemahannya. maka
hadits-hadits yang diriwayatkan olehnya, disebut sebagai
hadits-hadits hasan (hadits-hadits baik). l1adits hasan nilai­
nya di bawah hadits shahih dan masih kurang kuat dijadi­
kan dasar penetapan hukum.
Adapaun ha<lits-hadits yang diriwayatkan oleh orang­
orang yang tidak tennas�k dala1n kategori tersebut di atas
atau oleh orang-orang mukmin lain yang tidak tennasuk
golongan Syi'ah, tetapi orang-orang itu benar dapat dipercaya
dan jujur dal.im menyampaikan sesuatu hadits, maka hadits­
hadits yang diriwayatkannya dipandang oleh kaum Syi'ah
sebagai hadits ,nautur (hadits umum yang tersebar dari
mulut ke mulut) dan tidak kuat untuk dijadikan dasar pe­
netapan hukum.
Ten tang hadits-hadits yang tidak diriwayatkan oleh kalang­
an-kalangan yang tersebut di atas, semuanya oleh kaum Syi'·
ah dipandang sebagai hadits dlla 'if (hadits le1nah) dan
sama sekali tidak dapat dijadikan dasar penetapan hukum.
Pe�elisihan tentang peristiwa-peristiwa hadits antara kau1n

13 J
Syi'ah dan kaum Sunni, 1nenunjukkan sifat-sifat sektaris
yang ada pada kaum Syi'ah. Sebab 1nereka dengan alasan
apa pun jua, tetap menempatkan anggauta keluarga Nabi
s.a.w. "yang berhak atas keimaman" ('Ali-Fathimah dan
keturunannya) di atas semua orang. Semua orang mukmin,
tennasuk anggota keluarga Nabi s.a.w. tidak dapat dipercaya
kejujurannya oleh kau1n Syi'ah, kecuali 'Ali-Fathimah dan
keturunannya.
Kecuali ,nasalah hadits masih banyak lagi perbedaan
dan perselisihan antara kaun1 Syi'ah dan kaum Sunni, teruta­
ma dalam hal-hal yang berkaitan dengan masalah 'aqidah
kepercayaan dan pelaksanaan syari'at serta peribadatan.
Perbeda4n-perbedaan yang ada mernang benar-benar bersifat
fundamental.
Di kalangan kaum Syi'ah dahulu terdapat suatu kelompok
tertentu yang memperbolehkan seorang Muslim melakukan
pernikahan sementara (,nut'ah), atas dasar kemauan pe­
rnegang hak cerai, yakni suarni. Tetapi pada jaman sekarang
kaum Syi'ah sendiri pada umumnya sudah tidak memper­
bolehkan mut'ah. Dahulu masalah ini pernah menjadi perse­
lisihan yang bersumber pada penafsiran hukum pemikahan
yang ada dalam A l Q - uran. Tetapi akhirnya banyak kaum
Syi 'ah dapat membenarkan dan mengikuti penafsiran kaum
Sunni.
Kalau dahulu banyak anggota pasukan Arab yang karena
terlalu lama tinggal di luar negerinya lalu di antaranya ada
yang menikah dengan wanita setempat, kemudian setelah
beberapa waktu Jamanya mereka kembali pulang ke negeri­
nya sendiri, hal itu tidak bisa diartikan perkawinan sementara
atau mut 'ah. Sebab apabila yang bersangkutan meninggalkan
istri dan anak di daerah perantauannya, ia tidak bebas dari
hukum-hukum nikal1 dan talak dengan segala konsekuensi­
nya, yang semuanya sudah diatur di dala,n Al-Quran dan
hadits Nabi.
Ada pula sebagian orang Syi'ah yang memandang semua
anggota badan seorang musyrik adalah najis dan tidak boleh

132
didekati. apalagi disentuh. Pendirian ini akibat penafsiran
mereka secara harfiah atas ayat yang bersangkutan di dalam
Al•Quran.
Dalam masalah Syi'ah ini memang banyak hal yang meru­
wetkan pikiran keagamaan. Tetapi semuanya mempunyai
motivasi ekslusivisme dan sektarisme yang ada pada pikiran
mereka, akibat kultus individu yang berlebih-lebihan ter­
hadap 'Ali dan keturunannya, sejak dikalahkannya 'Ali dan
pengikutnya dala111 pertikaian politik dengan kaum Mu'awi­
yah. Masalah yang semula bersifat politik murni kemudian
menjalar kepada masalah-masalal1 lain yang bertalian dengan
hukum-hukum keagamaan, bahkan sampai kepada masalah
'aqidah yang paling fundamental.
Dilihat dari sudut kemadzhabannya, Syi'ah tampak berbau
madzhab-madzhab kenasranian dan keyahudian sekaligus.
Kenasranian, karena adanya kaidah-kaidah hukum mereka
yang amat teokratis. Keyahudian, karena adanya'aqidah me­
reka yang mempercayai akan kembalinya ln1am-imam mereka
yang sudah wafat p::ida akhir jaman. Demikianlah pendapat
sementara penulis sejarah yang menelaah madzhab Syi'ah
lebih dalam lagi.
Ada pula penulis-penulis sejarah yang berpendapat, bahwa
dalam madzhab Syi'ah tampak sekali pengaruh agarna-agama
kuno di Persia, seperti Zaratustra, Mazdak dan Mani-isme,
di samping adanya pengaruh dari Neo-Platonisme. Oleh
Jc.arena itu mereka berkesimpulan, bahwa ajaran-ajaran
madzhab Syi'ah berasal dari Persia. Apalagi setelah adanya
kenyataan, bahwa sejak abad k e 1 - 6 M lslan1 Syi'ah menjadi
agama resmi Kerajaan Iran. Pada tahun I 910 sidang Parle­
men Iran dibuka dengan upacara penghonnatan terhadap
kehadiran sin1bolik seorang Imam yang sedang dalam keada­
an khufJ•ah (tidak menampakkan diri). Ditainbah lagi dengan
kuatnya cerita-cerita yang megatakan bahwa istri Husein
bin 'Ali bin Abi Thalib (yang tertimpa bencana di Karbala)
adalah salah seorang putri Raja Sassan (Persia) terakhir,
yang tertawan oleh pasukan Arab, tetapi kemudian dimer-

133
dekakan dan <linikahkan oleh 'Ali dengan putranya.
Kaurn Syi'ah mcnuduh sahabat-sahabat Nabi s.a.w. ber­
laku curang dengan menycmbunyikan hadits-hadits Nabi
tcntang penunjukan 'Ali bin Abi Thalib sebagai satu-satunya
orang yang berhak atas keperni,npinan umat Islam. Mereka
mengatakan bahwa Nabi semasa hidupnya pemah mengakui
kebenaran penunjukan itu secara pasti di depan para sahabat­
nya pada suatu tanggal hari tertentu. Atas dasar ini mereka
1nenetapkan hari ulang tahun penunjukan tersebut sebagai
hari raya Ghadier. Adapun hari wafatnya 1-lusein di Kar:baJa
dijadikan hari raya 'Asyura oleh kaum Syi'ah.
Seorang penulis sejarah pada ja1nan silam, Abul-Ma'ali
mengatakan. sebagian kaum Syi'ah sangat berlebih-lebihan
mengeluarkan banyak cerita yang serba aneh. Mereka menga­
takan para lma,nnya manusia-manusia yang langsung menda­
pat perJindungan istimewa dari Allah, semuanya menerima
kekuasaan-kekuasaan ,nu 'ilzat (miracle) langsung dati Allah.
Pada waktu wafatnya para Imam mengangkat seorang Imam
lain yang jadi penerusnya, seperti Imam Hasan bin Al·'Askari.
Imam inilah yang ketika mewariskan keimaman kepada anak­
nya menyata.kan, bahwa dirinya adalah Irnam Mahdi dan
Penguasa Jaman. Ia dilahirkan di kota Samara tahun 869
M. Di Samara terdapat sebuah lorong suci dan banyak orang
Islam Syi'ah pergi "haji" ke sana. De,nikian kata Abul-Ma'ali.
Kaum Syi'ah Imamiyyah mempunyai kepercayaan bahwa
Imam mereka yang terakhir (Imam ke-12) pergi ke suatu
tempat rahasia, menunggu waktu untuk kemudian menjadi
Imam Mahdi. Mereka yakin bahwa Ima1n yang dinanti-nanti­
kan kembaJinya itu berada di te1npat yang tak dapat dike­
tahui kecuali oleh Allah sendiri. Imam itu juga tidalc: dapat
dihubungi oleh siapa pun. Pada suatu ketika Imam ini akan
keluar dan ·pada saat keluarnya nanti, bumi ini akan penuh
diliputi keadilan, sedangkan kezhaliman yang ada di dunia
akan dilenyapkan.
Seorang penulis Barat, Goldziher, pemah membanding­
bandingkan kaum Syi'ah dan kaum Sunni pada jaman da-

134
hulu: "Kaum Sunni seolah·olah se1nacarn Gereja Jema'at,
sedangkan kaum Syi'ah seolah-olah se1nacam Gereja Keku­

asaan."
Mengingat se1nua itu tidaklah n1engherankan jika para pe­
nguasa dinasti. Bani U1nayyah dan 'Abbasiyyah, sama 1nenge­
jar-ngejar orang-orang Syi'ah. Dua dinasti tersebut n1panya
tidak dapat membiarkan agama lslan1 diaduk dengan ber­
bagai macam ketakhayulan yang bukan-bukan. Tentu saja
di sa1nping alasan keagamaan ini, terdapat juga alasan-alas­
an yang dipandangnya lebih kuat, yaitu alasan politik untuk
1nenyelamatkan kekuesaan mereka dari rongrongan kaum
Syi'aJ1 yang terus-menerus berusaha n1elawan mereka.
Ibnu Abil-Hadid di bagian pennulaan buku sejarah yang
ditulisnya, Syarh Nahjul-Balaghah, jilid III, menyatakan:
"Mu'awiyah bin Abi Sufyan, dalam surat perintall yang
dikeluarkan kepada se1nua pegawai pe1nerintahannya, mene­
gaskan bahwa barang siapa yang masih ntembicarakan masa­
lah keutainaan 'Ali dan keluarganya, dicabut haknya untuk
mendapatkan jaminan perlindungan dari pen1erintah. Setiap
orang Syi'ah harus dicoret na1nanya <lari semua lembaga yang
1nemberikan bantuan sosial. Atas diri orang-orang Syi'ah
dihalalkan pembunuhan dan penghancuran tempat-ten1pat
kediamannya. Atas dasar •
perintah tersebut se1nua pegawai
pemerintahan Mu'awiyall, dengan alasannya masing01nasing
segera 1nelancarkan serangan terhadap orang-orang Syi'ah
dan mengusir serta mengejar mereka. Tekanan-tekanan dari
pihak Mu'awiyah de1nikian dahsyatnya, sehingga madzhab
Syi'ah tidak beidaya sama sekaJi. Kecuali itu dilancarkan
juga oleh orang-orang Mu·awiyah suatu kampanye yang me­
ngerikan, sehingga orang merasa lebih suka disebut kafir
daripada disebut pengikut Syi'ah."
Mabdl-lsme di dalam Syi'ah
Tentang kepercayaan akan datangnya Imam Mahdi sebe-­
lum dunia berakhir, sesungguhnya berdasarkan pola keper­
cayaan Nasrani tentang akan kembalinya Yesus Kristus.

135
Kau1n Syi 'ah berkeyakinan bahwa Imam Mahdi iaJah yang
akan sanggup mengl1idupkan keadilan di kalangan manusia.
Kapan mulai timbulnya kepercayaan tersebut tidak begitu
jelas. Tetapi yangjelas, munculnya kepercayaan itu di kaJang­
an kaum Syi'ah, jauh lebih dulu daripada adanya pemikiran
tentang hal itu di kalangan sementara kaum Sunni. Di kalang­
an kaum Sunni masalah tersebut tidak menjadi ajaran tam­
bahan dalam agama Islam, tetapi lebih banyak bersifat
cerita-ceritera dari mulut ke mulut.
Lain halnya dengan kaum Syi'ah yang menjadikan
hal itu sebagai bagian dari 'aqidah dan kepercayaannya.
Di kalangan mereka ada yang menyiarkan hadits-hadits
buatan sendiri, yang oleh mereka dikatakan berasal dari per­
nyataan Nabi s.a.w. Kata mereka, Nabi pernah menegaskan:
"Alam kehidupan ini tidak akan berakhir sebelum umatku
dipimpin oleh salah seorang dari keluargaku yang namanya
sama dengan namaku."
Hadits buatan itulah yang oleh orang-orang Syi'ah dijadi­
kan dasar pembelaan untuk mempertahankan kultus mereka
terhadap 'Ali bin Abi Thalib dan keturunannya. Bahkan
di kalangan kaum Syi'ah yang terlampau ekstrim (kaum
Rawafidh), 'Ali dipertuhankan. Dikatakannya bahwa 'Ali­
lah yang memerintah petir dan halilintar.
Tetapi makin hari orang-orang Syi'ah makin menyimpang
dari hadits-hadits buatannya sendiri. Hadits buatannya yang
mengatakan "salah seorang dari keluargaku" sedikit demi
sedikit digeser menjadi "salah seorang dari anggota keluarga
'Ali. ,,
Ada sebuah buku yang ditulis oleh orang Syi'ah yang mem­
berikan ta'rif/ (definisi) tentang "Imam yang tidak tampak",
Menurut penulisnya, yang dimaksud dengan istilah itu ialah
cucu Fathimah binti Muhammad s.a.w. Kemudian ia me­
narik arti lagi dari ta'rifnya sendiri dengan mengatakan,
bahwa pengertian tentang "cucu Fathimah" ialah antara
Jain yang masih berasal dari keluarga Muhammad s.a.w.
Sudah tentu penulis buku itu menjiplak pola kepercayaan

136
Nasrani dengan menggeser "Al-Masih anak Maryam" diganti
dengan "Al-Masih keluarga Muhamrnad". Sungguh tragis
sekali !
Salah seorang tokoh Syi'ah kelompok Fathimiyyah di Afri­
ka Utara yang beman1a 'Ubaidillah, yang 1nengaku sebagai
Imam Mahdi, ten1yata pandai sekali mengeksploitasi definisi
tersebut di atas untuk mendirikan kerajaan Fathimiyyah di
Mesir pada permulaan abad k e · I 0. Dan tahun sesudah itu
muncul lagi orang lain yang juga 1nengaku Imam Mahdi,
di Afrika Utara juga, yaitu lbnu Tumart, yang akhirnya juga
berhasil mendirikan Kerajaan Muwahhidin di Maroko. Sampai
abad ke-19 di kawasan itu 1nasih muncul lagi dua orang yang
1nasing-masing mengaku hnam Mahdi. Yang seorang di Me­
sir pada tahun 1883 M dan seorang lagi di Maroko pada t a ­
hun 1979 M. Pen1unculan kedua "Mahdi" baru tersebut
sudah me1nakai baju nasionalisme. Yang satu di Maroko ber­
juang melawan Napoleon Bonaparte dan yang satunya lagi
di Mesir berjuang melawan lnggris.
Pada umumnya kepercayaan tentang "Imam Mahdi" atau
"Ratu Adil" dan sebagainya, biasa dimanfaatkan untuk
mencapai macam-macam kepentingan seperti ambisi kekuasa­
an, mendapatkan posisi kepemimpinan, mencapai perubahan
sosial, dan ada pula untuk mencapai kepentingan-kepenting­
an pribadi. Apa pun namanya, se1nua itu mengarah ke satu
tujuan, yaitu kepentingan ambisi. Bahkan kolonialis Belan­
da sendirl dalam sejarahnya di Indonesia pemah mencoba
memanfaatkan ketakhayulan itu untuk kepentingan politik
dan kekuasaan kolonialnya, antara lain dengan menggunakan
nama APRA (Angkatan Perang Ratu Adil) pada tahun 1949·
19S0 untuk melancarkan serangan biadab terhadap Angkatan
Perang Republik Indonesia di Bandung, dalam rangka ke­
giatan politik menjatuhkan Republik Indonesia (Serikat)
dan menggagalkan kemerdekaan Indonesia.

137
QW"Jnuth-isme di dalam Syi'ah:

Kelompok Qurmuth berinduk pada golongan Syi'ah ls­


rr,ailiyyah dan terdiri dari petualang-petualang Syi'ah. Mereka
berasal dari golongan Isn1ailiyyah yang mengakui i1nam-imam
nya hanya sampai hnam yang ke-7. Oleh karena itu kelom­
pok Qurmuth ini juga disebut kelompok as-Sab ·;_v_yun (ke­
lompok ketujuhan), selain disebut Js111ailiyyun, yang dia1nbil
dari nama In1am mereka yang ke-7.
Pada tahun 760 M, ln1am ke-6, Ja'far bin Shadiq meman­
dang bahwa anak sulungnya yang bemama Ismail, tidak cu­
kup mempunyai kemampuan untuk ditunjuk sebagai peng­
ganti dan penerus keirnamannya. Oleh karena itu ia ,nenun­
juk dan mengangkat anaknya yang kedua. Kejadian ini me­
nimbulkan akibat besar. Pengikut-pengikutnya yang mem­
punyai simpati besar dan menyukai Ismail tidak dapat
menerima penunjukan adik Ismail sebagai Iman1 dan te­
tap menghendaki supaya Ismail yang diangkat sebagai Imam,
karena menurut urutan Ismail-]ah yang lebih berhak.
Sesuai dengan keharusan wajib taat kepada Imam, pencin­
ta-pencinta Ismail itu tidak me]akukan gerakan pembang•
kangan. Tetapi bersamaan dengan sikapnya yang tampak
loyal itu, mereka memandang Ismail sebagai Imam mereka
sendiri. Kesetiaan mereka kepada fsmail besar sekali. Sampai
Ismail meninggal dunia, mereka tetap mengakuinya sebagai
Imam dan bahkan percaya bal1wa Ismail akan kembali ke
bumi sebelum akhir jaman.
Anak<ucu Ismail di kemudian hari bertebaran, ada yang
bermukim di tanah Persia dan ada pula yang bermukim di
Syria. Di mana saja mereka menyebarkan ajaran-ajaran ke­
lompoknya dengan mendapat bantuan banyak tenaga.
Selama kurang-Jebih satu abad kelompok ini sen1ata-mata
hanya menyebarkan ajaran-ajaran keagamaan dengan ciri­
ciri kesyi'ahannya yang khas. Mereka mengajarkan arti-arti
simbolik dan penguraian ayat-ayat AJ-Quran berdasarkan
ta'wil, yang tidak menurut bunyi huruf dan kalimat-kalimat-

138
nya. Alasannya ialah karena Al-Quran 1ne1npunyai arti-arti
yang tersirat lcbih penting daripada yang tersurat.
Ke1nudian salah seorang yang ikut menyiarkan ajaran
tersebut, 'Abdullah, sainpai kepada tujuan-tujuan yang ber­
sifat politik. Kegiatan orang ini mendapat sokongan kuat
dari teman-teman sejawatnya. Mereka menan1bahkan ke
dalam ajaran-ajarannya hal-hal yang di luar kebiasaan.
Temyata salah seorang rekannya yang beman1a Hantdan
bin Qunnuth, sanggup - menghin1pun orang banyak dari
kalangan kaun1 pekerja tangan dan kaum tani di daerah-dae­
rah lernbah antara sungai Furat dan Dajlah, yang pada masa
itu sedang dalam keadaan goncang akibat terjadinya suatu
peperangan yang digerakkan oleh seorang tokoh bernama
'Ubaid.
Keadaan goncang seperti itu oleh Qum1uth dan teman­
teman sejawatnya dieksploitasi seden1ikian rupa untuk
menarik orang n1e1npercayai ajaran-ajaran tentang adanya
Imam yang tidak tan1pak, dan yang telah merestui mereka
menegakkan suatu kekuasaan. Untuk menanamkan keper­
cayaan di kalangan orang banyak, mereka mengajarkan ilmu
gaib yang dapat mengetahui semua rahasia di dunia. Dan
agar sainpai ke taraf yang setinggi itu orang harus menem­
puh peningkatan jiwa tahap demi tal1ap.
Dari semuanya itu tainpak sekali Qurmuth dan pengikut­
pengikutnya menjadikan ajaran tentang adanya Imam yang
tidak ta,npak (khufyah). sebagai alat ,nengadakan perubah­
an-perubahan politik dan sosial. Ajaran-ajaran seperti itu
pula yang dipergunakan oleh rekan-rekannya di Afrika
Utara (orang-orang Fathimiyyin) untuk mencapai kekuasa­
an di Mesir. Baik Qurmuthiyyah maupun Fathimiyyah,
kedua-duanya berasal dari golongan Syi'ah Ismailiyyah.
Di bidang kepercayaan kedua-duanya mengeluarkan
doktrin-doktrin baru yang semuanya serba aneh dan dibuat­
buat berdasarkan apa yang mereka namakan ilmu pengetahu­
an tentang segala rahasia.
Penguasa kau1n Fathimiyyin sebelum runtuhnya se1npat

139
mengumumkan diri mereka sebagai Imam-imam yang ma­
nunggal dengan Dzat llahi. Mereka sedang menantikan suatu
saat di mana salah seorang di antaranya yang sedang menjadi
penguasa itu, akan dipanggil dengan gelar "tuhan".
Baik kaum Qurmuth maupun kaun1 Fathimiyyin mengata­
kan, bahwa rahasia Tuhan menjelma secara silih berganti
di dalam jasad tujuh Nabi, yaitu: Adam, Nuh, Ibrahim,
Musa, Isa, Muhammad dan Muhammad bin Ismail. Yang
terakhir adalah Iznam mereka. J adi dengan demikian mereka
111ernfatwakan, bahwa Nabi Muhammad s.a.w. bukanlah
Nabi terakhir. Sedangkan Nabi terakhir bagi mereka ialah
lmamnya sendiri.
Kemudian menurut mereka tujuh orang Nabi yang mereka
sebutkan tadi masing-masing didampingi oleh Imam-imam
sebagai berikut: Adam didampingi Ima1n Syits, Nuh didam­
pingi Imam Sam, Ibrahim didampingi Imam Ismail, Musa
didampingi Imam Harun, Isa didampingi Imam Petrus,
dan Muhammad didampingi Imam 'Ali. Kemudian 'Ali ber­
turut-turut mendapingi Imam Ismail dan diteruskan sampai
putra Ismail, yaitu Muhammad bin Ismail, yang dipandang
oleh mereka sebagai Nabi terakhir.
Dari sini tampak semakin jelas betapa sudah jauhnya me­
reka menyimpang dari agama Islam yang sebenamya.
Ajaran yang serba kacau dan aneh seperti itu sebenarnya
tidak mengejutkan, karena benar-benar tampak dibuat-buat,
sekedar untuk mencapai pengkultusan yang mengarah kepada
politik ,nencapai kekuasaan. Yang lebih aneh ialah bahwa
inereka sendiri yang sudah demikian jauhnya menyimpang
dan meninggaJkan agama Islam masih tetap mengaku Musli-
.
nun.

Kelompok Druz dalam Syi'ah.

Dalam perjalanan sejarah lebih Janjut, dari aliran atau go­


longan Syi'ah Ismailiyyah muncul lagi kelompok ban.i yang
disebut kelompok Druz. Kelompok baru ini timbul akibat

140
perselisihan yang terjadi dalam tu buh warga Ismailiyyah
sendiri. Kelo1npok Druz mempunyai madzhab dan ajaran
sendiri yang juga berasal dari ajaran-ajaran Jsn1ailiyyah. Ajar­
an Druz men1pakan ajaran serba rahasia. Kegiatannya pun
serba rahasia. lebih ketat daripada kelo1npok-kelompok
Syi'ah lainnya.
Ajaran-ajarannya yang serba misterius, dit:unbah Jagi de­
ngan pengejaran tanpa a1npun yang dilakukan oleh para
penguasa dinasti Bani Un1ayyah ketika itu dan sa111pai juga
diteruskan oleh para peoguasa 'Abbasiyyah, memaksa mereka
memilih daerah-daerah pegunungan untuk pen1ukilnannya.
Tetapi kelompok yang ser.9a misterius itu akhimya berte­
tnu di sana dengan kelompok Syi'ah Nasiriyyah yang lebih
misterius lagi. Antara keduanya terjadi pennusuhan hebat
yang berlangsung sangat Ja1na.
Kaum Druz mempercayai adanya Tuhan Yang l\1aha Esa,
Tuhan yang tidak bersifat seperti mahluk apa pun juga.
Sedangkan kelompok Nasiriyyah 1nempunyai kepercayaan
ketuhanan yang Jain sama sekali. Mereka mempertuhankan
'Ali bin Abi TI1alib. Dikatakannya bahwa 'Ali kekal abadi
dala1n sifat-sifat ketuhanannya. 'Ali adalah Tuhan dalam
hakekat yang sedalam-dalamnya. Dari segi lahiriyahnya,
'Ali adalah hnam mereka. Mereka mempercayai trinitas,
yang oknum-oknumnya terdiri dari Muhammad, 'Ali dan
Salman Al-Farisi.
Menurut kelompok Nasiriyyah, 'Ali adalah pemancaran
nur Muhammad dan Salman Al-Farisi disiapkan eksistensinya
demi eksistensi 'Ali. Kelompok ini n1empunyai kepercayaan
yang bersifat mitologis, yaitu bahwasanya 'Ali adalah pengu­
asa atas petir dan halilintar. Darah Husein putra 'Ali yang
menjadi korban di Karbala menggantikan darah Adwis yang
1nati terbunuh diserang babi hutan. I-Iari-hari raya mereka
bercampur aduk dengan hari -hari raya Nasrani, yakni hari
raya utaina dan hari raya orang suci. Orang-orang suci dari
kalangan mereka dimakamkan di tanah yang tinggi dan di­
kelilingi pepohonan. Makam ini dijadikan te1npat peribadatan

141
,nereka.
Kelompok Nasiriyyah mempunyai madzhab seperti yang
biasanya dikenal dengan sebutan Sinkretisme, yang merupa­
kan perpaduan dan persenyawaan berbagai macam aliran
dan madzhab. Tetapi pen1aduan yang mereka lakukan sangat
kacau dan tidak menentu pangkal ujungnya. Sudah tentu
ajaran-ajaren yang de,nikian ruwet dan kacau tidak ada per­
samaannya sama sekali dengan ajaran lsla1n yang sebenarnya.
Perketnbangan selanjutnya dalam jangka yang a1nat pan­
jang, yang diwariskan oleh kelompok-kelompok petualang
Syi'ah itu, ialah bahwa sesudah kurang lebih lima belas tahun
Druz wafat tanpa diketahui orang di mana tempatnya (dika­
takan dalam keadaan khufyah) orang Fathimiyyin mendapat
gelar dari orang-orang Js1nailiyyin di Mesir sebagai Imam -·
tahun 1035 M -. Sejak itu agama kaum Ismailiyyah menjadi
agama resn1i di Mesir. Hal ini mengakibatkan pendukung­
pendukung Fathimiyyin di Mesir 1nemberontak terhadap
raja-raja mereka dan berbalik haluan, berkat peranan Shala­
huddin Al-Ayyubi yang setelah berhasil menghancurkan
kekuasaan Fathitniyyin, berusaha keras 1nemurnikan ke1nbali
ajaran-ajaran agama Islam sebagaimana mestinya.
Sebelum itu, pada jaman Raja kaum Fathimiyyin, 'Al­
Muntashir, 1nasih berkuasa, datanglah ke Mesir seorang bera­
sal Persia bemama Hasan bin Shabah. Ia datang tahun 1078
M sebagai utusan yang dikirim seorang penganjur Isn1ailiyyah
di Iraq.
Sebelu,n wafat, AI-Mantashir mengangkat putranya yang
kedua sebagai pewaris kerajaannya atas risiko putra sulung­
nya yang bemama Nizar. Melihat hal ini dan didorong oleh
arnbisinya yang ingin ikut berkuasa, Hasan bin Shabah me­
ngambil sikap berpihak kepada Nizar dan bertekad hendak
membelanya, agar memperoleh hak waris atas kerajaan.
Karena sikapnya itu Hasan bin Shabah diusir dari Mesir.
Ia meninggalkan Mesir ke Aleppo (Syria) lalu berkeliling
_
ke daerah-daerah tanal1 Persia. Selama itu ia tetap mengan­
jurkan madzhab Ismailiyyah dan temyata mendapatkan

142
banyak pengikut yang 1nendukung dan membantu usaha­
usahanya.
Setelah 1nerasa dirinya kuat. ia 1nelancarkan gerakan•ge­
rakan bersenjata, sehingga berhasil n1enguasai Benteng �1aut
di Syria dan kemudian dijadikan markas komando gerakan
bersenjatanya (tahun I 090 1\.1). Dari sini ia bersan1a pasukan·
nya menyerang benteng-benteng lainnya dan berhasil 1nere­
butnya dari pasukan 'Abbasiyyah. Di samping itu ia sendiri
,nendirikan benteng-benteng.
Di dalrun benteng-benteng yang dikuasainya itu ia meng­
gembleng se1nua pcngikutnya untuk patuh dan taat kepada­
nya secara ,nutlak dan 111e1nbuta. Ia berusaha terus untuk
lebih mencekamkan pengaruh atas se,nua pengikutnya yang
sudah 1nulai fanatik. Cara yang diternpuhnya antara lain
membagi-bagikan candu kepada para pengikutnya, agar ,ne­
reka terbiasa n1enghisap dan sukar 1neninggalkannya di k e ­
mudian hari. Lambat Jaun semuanya menjadi penghisap
madat dan hidupnya tergantung penuh pa<la 1-fasan bin
Shabah. Mereka itulah yang ke1nudian dala1n sejarah terkenal
dengan sebutan kau,n Jlasysyasyin, para penghisap candu.
Dengan 111enghisap candu yang sudah 1nenjadi kebrasaan
sehari-hari para pengikut Hasan seolah-olah dijadikan orang­
orang yang berada di dalam surga. Ketergantungan mereka
kepada liasan dimanfaatkan demikian rupa baiknya, sehingga
akhimya ia berhasil ,nenertibkan keadaan daerah-daerah
sekitamya; dan berkat pengangkatan oleh penguasa-penguasa
Turki Saljuk di istana Baghdad, Hasan menjadi seorang
pangeran yang· menguasai dan menierintah daerah kesulta­
nan secara merdeka.
Untuk 1nenjamin keamanan dirinya sebagai Sultan ia mem­
bentuk pemerintahan yang terdiri dari delapan orang terke­
muka di kalangannya, dengan tugas n1enindas siapa saja
yang berani 1nengganggu kekuasaannya (tahun I 090-l 256M ).
Memang tidak kepalang tanggung. Kesultanan llasysyasyin
bertahan sela1na kurang-lebih 166 tahun. Selama masa itu
penguasa-penguasa kesultanan ini dirangsang oleh se1nangat

143
keranjingan setan dalam menyebarkan kebiasaan menghisap
madat di kalangan semua penduduk dan daerah-daerah
sekitarnya. Sejarah mencatat bahwa selama satu setengah
abad ha1npir seperempat benua Asia dilanda madat.
Dengan munculnya Hasan bin Shabal1, sejak menjadi ke­
pala gerombolan teror sampai ia berkuasa atas daerah-daerah
tertentu sebagai seorang Sultan, terjadilah tambahan baru
di dalam doktrin golongan Syi'ah Ismailiyyah, yaitu wajib
fanatik buta dan taat mutlak kepada I1nam tanpa tawar­
menawar. Tetapi ajaran Hasan sesungguhnya bukanlah ajar­
an keagamaan. Bentuk dan sifatnya sebagai alat politik,
lebih tepat dinamakan sebagai madzhab kekuasaan. Hasan
lebih jauh mengundangkan melalui mazhabnya keharusan
bagi setiaporang untuk tunduk kepada hukum. Tetapi hukum
yang dimaksud bukannya hukum Islam atau hukum Allah,
melainkan hukum yang dibuat berdasarkan kemauan Hasan
sendiri.
la mengatakan bahwa mempelajari A l Q - uran dan mentat
wilkan huruf dan kalimat-kalimatnya secara simbolik tidak
ada artinya, kalau tidak langsung dibimbing dan diajar sen­
diri oleh Imam. Yang dimaksud ialah oleh Hasan sendiri
atau oleh orang kepercayaannya. Dengan demikian Hasan
menutup pintu rapat-rapat bagi orang lain mempelajari Al­
Quran dan menta'wilkannya. Ta'wil yang benar dan yang sah
tentu hanyalah ta'wil Hasan sendiri.
Tidak lama kemudian ia menyatakan diri sebagai wakil
yang sah dari Imam Fathimi yang ada di Mesir. Dengan de­
mikian ia sekarang benar-benar menjadi tuan, yang secara
mutlak kemauannya harus ditaati oleh semua orang, baik
secara fisik-materiil maupun mental-spiritual.

Kelompok Syeikh Jabal dalam Syi'ah:

Hasan bin Shabah boleh saja mempunyai keinginan lebih


dari apa yang sudah dicapai. Tetapi tidak ada pesta yang ti­
dak berakhir. Hasan meninggal dunia dan kekuasannya di-

144
wariskan kepada anak-cucunya.
Tetapi anehnya, salah seorang cucunya tiba-tiba menyata­
kan diri sebagai salah seorang cucu Nizar di Mesir, yang
tidak diwarisi kerajaan Fathilniyyah oleh ayahnya, Al-Mun­
tashir. lni berarti bahwa cucu Hasan tidak mau mengakui
kakeknya sendiri.
Orang yang baru 1nenyatakan diri sebagai cucu Nizar
itu ialah Sayyidul-Maut, suatu gelar yang dibuatnya untuk
menamakan dirinya sendiri. Padahal penguasa-penguasa yang
terdahulu, termasuk �akeknya, selalu menyebut dirinya ma­
sing-masing sebagai wakil Imam (raja) dj Mesir.
Pemyataan diri sebagai cucu Nizar itu mempunyai arti
politik yang penting. Sebab hal itu berarti ia memisahkan
diri dari keharusan wajib patuh kepada Kerajaan Fathimiyyah
di Mesir. Tentu saja ia bennaksud rnenjadikan dirinya sebagai
Imam Agung bagi kaum Syi'ah lsmaitiyyah seluruhnya.
Ketika Sayyidul-Maut menyatakan diri sebagai cucu Ni­
zar, ia sedang 1nenguasai dan memegang komando atas ben­
teng-benteng di tanah Persia clan Syria yang semula direbut
oleh kakeknya, Hasan. Dalam kedudukannya itu ia n1enggon­
cang-goncang kekuasaan dan ajaran-ajaran kakeknya. Ben­
teng-benteng yang dikuasainya benar-benar ampuh sekali
dan banyak dipergunakan dalam peperang-.tn melawan pe­
nyerbuan-penyerbuan Salib yang datang dari Eropa.
Syeikh Jabal yang banyak dibicarakan oleh para penulis
sejarah Perang Salib, tak lain ialah Sayyidul-Maut, yang
pada 1nasa itu sedang menjadi orang besar di Syria.
Lima puluh tahun ke1nudian, salah seorang dari kelo,npok
ini, Rasyiduddin Saman, menggerakan petualangan di tanah
Persia dan Syria, seperti yang pemah dilakukan oleh Hasan
bin Shabab. Tetapi kali ini dengan cara pembunuhan, pencu­
likan dan peracunan. Adapun yang n1enjadi sasarannya ialah
kaum Salib yang pada waktu itu sedang menduduki bebera­
pa daerah, di sa.tnping sasaran lainnya yang terdiri dari pe­
nguasa-penguasa 'Abbasiyyah, orang-orang Turki Saljuk.
Dua kekuatan yang sedang berhadap-hadapan di daerah-

)45
daerah pertempuran itulah yang dijadikan sasaran oleh Rasyi­
duddin Saman. Tetapi ia 1nujur, karena pada kesudahannya
ia dapat men1aksa dua kekuatan tersebut untuk mengadakan
perundingan p- erundingan dengan pihaknya.
Serbuan pasukan-p.asukan Mogol pada tahun 1256 M mem­
buat kelompok-kelompok Syi•ah Ismailiyyah menjadi beran­
takan di Persia. Kelompok yang berada di Syria, yang selama
beberapa tahun bani dapat dihancurkan oleh kekuasaan
Raja-raja Mamalik di Mesir, orang-orangnya masih se1npat
hidup dalan1 keadaan tidak dapat diketahui dengan jelas.
Hanya keturuna.11 mereka saja yang dapat diketahui di
kemudian hari. Mereka bem1ukim di sekitar benteng-benteng
yang sudah hancur.
Golongan Syi'ah Is1nailiyyah masih mempunyai kelompok-
kelompok Jainnya Jagi yang terpencar-pencar, di tanah Per·
sia, di Asia Tengah, Afghanistan, 01nan dan Zanzibar. Jianya
satu kelompok yang berada di Pakistan sampai jaman bela­
kangan ini masih dapat bertahan, paling tidak dalam ha!
kekuatan ekonominya, kalau tidak dalam ajaran-ajarannya,
dengan jalan membentuk perkumpulan sendiri dengan nama
Khoja. Kelompok inilah yang ke1nudian dikepalai oleh Sir
Muhammad Syah bin Agha 'Ali, yang terkenal dengan se­
butan Agha Khan. Ia dianggap oleh kaum lsmailiyyah sebagai
Imam yang ke-4 7. Setelah wafat, ia digantikan oleh cucunya,
Pangeran Abdulkarim yang bergelar Agha Khan IV
Dari Jintasan sejarah sepintas kilas dapatlah diketahui
bahwa Sekte atau golongan Syi'ah, tidak sedikit meninggal•
kan pengaruh negatif daJam kehidupan kaum Muslimin
di dunia. Hal itu disebabkan gerakan politik yang sudah ba­
nyak merekalakukan di masa abad-abad pertengahan. Belum
Jagi disebut gerakan mereka di• bidang pengajaran filsafat,
yang juga banyak pengaruhnya di sementara kalangan kaum
sufi, pengikut-pengikut ikhwanus- Shafa, kaum kebatinan
dan sebagainya.
Pada jaman 'Abbasiyyah pun pengaruh ajaran mereka da­
pat merambat ke dalam kalangan Mu'tazilal1, yaitu kalangan

146
yang banyak memikirkan fdsafat ketuhanan, khususnya yang
mengingkari sifat-sifat Allah s.w.t., seperti Maha Mendengar,
Maha Mengetahui, Maha Bijaksana dan lain sebagainya.

Pokok-pokok Ajaran lsmailiyyah:

Pada pokoknya ajaran lsmailiyyah adalah sebagai berikut:


Tuhan Mahasuci dari sifat apa pun dan lebih tinggi dari•
pada apa yang dapat dimengerti oleh n1anusia. Tetapi Tuhan
atas KehendakNya sendiri 1nenampilkan DzatNya dalam ben·
tuk totalitas akal pikiran yang berciri utama pengetal1uan
tentang segala sesuatu. Totalitas akal itulah pencipta jiwa
yang bentuk esensialnya adalah "hidup". Dari "hidup"
itu lahirlah benda pertama dan kemudian benda pertama itu
berkembang dalam bentuk berbagai jenis yang dimunculkan
oleh totalitas akal.
Adapun. jiwa itu sendiri terus berlangsung tiada putus­
putusnya sampai mene1nukan pengetal1uan tentang segala
sesuatu, untuk ke1nudian meningkat ke martabat akal.
Di samping tiga prinsip ajaran tadi (akal, jiwa dan benda),
Syi 'ah lsmailiyyah juga mempunyai ajaran filsafat tentang
kosmos dan waktu. Menurut mereka aktivitas kedua-duanya
itu ditimbulkan oleh totalitas benda. Tujuh prinsip ajaran
(Tuhan, Totalitas Akal, Jiwa, Benda Pertama, Kosmos,
Waktu dan Totalitas Benda dipandang sebagai hakikat pribadi
para Nabi dan para Imam. ltulah sebabnya angka 7 dipandang
sebagai angka kerarnat. Di bagian terdahulu sudah dike1nuka­
kan ajaran mereka tentang 7 Nabi dan 7 pendamping.
Menurut kaum Syi'ah lsmailiyyah, semua ajarannya itu
adalah basil pemikiran Imam-imam Agung yang memiliki
ilmu pengetahuan tentang segala sesuatu, baik yang bersifat
lahir maupun yang bersifat batin. KecuaH itu dikatakan
juga oleh mereka, bahwa ajaran-ajaran tersebut merupakan
hasil dari penta'wilan simbolik terhadap ayat-ayat AI-Quran.
Berdasarkan pola ajaran tersebut di atas, pengikut-pengi­
kut lsmailiyyah dibagi dalam 7 tingkatan atau martabat.

147
Bagian terbesar mereka tidak melampaui lebih dari tingkat
kedua. Sedang para penganjur atau muballigh pada umumnya
dinyatakan sudah termasuk tingkat keenam. Jarang sekali
orang yang mencapai tingkat ketujuh.
Surga oleh ajaran Ismailiyyah dita'wilkan menjadi berarti:
Jiwa yang diliputi oleh pengetahuan serba sempuma. Sedang
neraka dita 'wilkan menjadi berarti: Kebodohan. Tetapi
kebodohan dikatakan oleh mereka sebagai sesuatu yang ber­
sifat cadangan (ibarat wadah yang masih kosong). Menurut
mereka tiap jiwa kembali ke bumi dalam sifat rahasia, sampai
oleh seorang Imam diisi dengan ilmu pengetahuan tentang
segala sesuatu. Mereka mempercayai bahwa segala bentuk
kejahatan yang ada dalam kehidupan ini akan lenyap pada
saat semua mahluk sudah manunggal dengan totalitas akaJ.
Organisasi Persaudaraan Suci (/khwanus-Shafa) pada abad
ke-10 dengan berbagai revisi terhadap ajaran-ajaran lsmaily­
yah, meletakkan suatu sistem pengelolaan filsafat, yang
oleh tokoh-tokoh organisasi tersebut banyak dituangkan
dalam penulisan-penulisan mereka tentang ilmu filsafat.
Teori filsafat Ikhwanus·Shafa tentang hukum kejadian
yang diakibatkan oleh peranan sesuatu, dan teori filsafat
mereka tentang arti simbolik dari angka-angka atau hitungan,
di kemudian hari muncul dalam bentuk suatu kelompok
Syi'ah lain lagi yang dikenal dengan nama Al-Hurufiyyah
(Kelompok HuruO. Kelompok ini lahir pada abad ke-15.
Yaitu suatu kelompok yang tenaga-tenaga pengajamya ter­
diri dari para Darwisy dan orang-orang Aqthasy. Mereka ini
orang-orang yang sinis terhadap kehidupan duniawi dan me­
ninggalkannya sama sekali. Pada jaman Ottoman mereka
banyak bertebaran dan mempunyai cara hidup lain dari­
pada orang-orang biasa. Mereka sangat eksentrik dan gemar
dihina atau dianiaya.
Pada jaman Yunani kuno orang-orang seperti itu banyak
terdapat di sana. Mereka pada umumnya meyakini kebenaran
f"ilsafat Plato, yang memandang dunia ini tidak Jebih dari
bayangan atau f ata morgana.

148
Dalam masyarakat Yunani kuno mereka lazim dipennain­
kan oleh orang banyak. Ke mana mereka pergi mereka selalu
diteriaki, terutama oleh anak-anak, disebabkan gerak-gerik
dan tingkah-lakunya yang tidak normal. Mereka tidak me-
1ninta sesuatu kepada orang lain walau dalam keadaan bagai-
1nana juga, tetapi mau 1nenerima apabila diberi. Mereka tidak
mau mengerjakan suatu apa dan hidup sepenuhnya tergan­
tung pada apa saja yang ada di hadapannya.
Oleh orang-or;lng Yunani jaanan itu mereka disebut "an­
jing". Tetapi walaupun disebut demikian, mereka tetap t e r ­
senyum dan bahkan 1nenyatakan terima kasih. Sedangkan
dalam penulisan sejarah jantan modem mereka disebut kaum
Sinikus.

149
••.

BabV
FAKTOR-FAKTOR OBYEKTIF YANG MENDORONG
KEMAJUAN BANGSA ARAB

1. Kondisi Sosial Zaman Pertengahan


Seperti sudah pernah disinggung dalam uraian-uraian
yang terdahulu, pada abad-abad pertengahan masyarakat
di mana pun belum mengenal kesadaran nasional. Kehidup­
an sosial masih berlandaskan individualisme dan sukuisme.
Walaupun masyarakat jaman itu sudah terdiri dari berbagai
jenis bangsa, namun kesadaran nasional belum menjadi
ciri jaman.
Adanya negara nasional dengan wilayah nasional tertentu
belum menjadi pemikiran dan belum menjadi kebutuhan.
Kekuasaan-kekuasaan yang ada hanya ditegakkan atas dasar
kekuatan orang-orang atau suku-suku. Siapa yang kuat ialah
yang menang, dan siapa yang menang ialah yang berkuasa
dan harus ditaati apa pun perintahnya.
Kekuasaan raja-raja, pangeran-pangeran dan suku-suku
pada dasarnya berlandaskan prinsip kekuatan. Wilayah­
wilayah kekuasaan yang ada 5'ldah tentu pula tergantung

ISO
s:unpai batas mana kesanggupan atau kekuatan yang ada pa­
da tangan orang-orang atau suku-suku yang berkuasa. Pepe­
rangan yang senantiasa terjadi antara satu kerajaan dengan
kerajaan lainnya dan antara satu suku dengan suku lainnya
untuk memperebutkan daerah atau kepentingan-kepenting­
an tertentu, menjadi ciri jaman abad-abad pertengahan dan
inilah sendi utama yang n1enciptakan sistem perbudakan.
Pihak yang lemah dan kalah harus bersedia menghambakan
diri kepada pihak y�ng kuat dan menang. Sistem sosial dan
sistem ekonomi sejalan dengan sistem kekuasaan dan kekuat­
an yang berlaku pada jaman itu. Oleh kare'na itu tidak aneh­
lah kalau manusia yang lemah dan kalal1 berkedudukan se­
perti barang dagangan yang dapat diperjual-belikan oleh ma­
nusia yang kuat dan menang. Si lemah tidak berhak hidup
memiliki dirinya sendiri, sedang si kuat mempunyai hak pe­
nuh untuk memiliki orang lain.
Ekonomi sektor pertanian pun ditegakkan berdasarkan
sistem perbudakan, dalam bentuk petani-petani hamba yang
tidak mempunyai hak untuk memiliki basil kerjanya sendiri.
Petani-petani hamba hanya bekerja untuk keuntungan tu­
annya yang memiliki tanah dan hanya menerima apa yang di­
perlukan untuk tidak mati kelaparan.
Di Eropa seperti di Sepanyol misalnya, budak-budak dan
para petani-hamba tidak berhak sama sekali membentuk
keluarga, tanpa seijin tuan-tuan yang memiliki mereka. Di
daerah itu, yang dahulu disebut dengan nama Andalus.
perkawinan antar budak dari dua tuan pemilik, selalu dise�
tai syarat-syarat perjanjian. Pada suatu ketika dikehendaki
oleh tuan-tuan pemiliknya, suami-istri budak itu dapat di­
pisah untuk diperjual-belikan. Apabila suami-istri budak
itu mempunyai anak, maka anak ini menjadi milik kedua
tuan yang memiliki kedua orang tuanya. Kedua tuan yang
memiliki suami istri budak itu dapat berunding sendiri
untuk mengadakan tawar-menawar mengenai jumlah anak
yang akan dimilild oleh masing-masing tuan. Tak ada be­
danya dengan binatang temak.

1S1
Pembangkangan seorang budak diselesaikan oleh pemilik­
nya. Tidak ada jaminan atau perlindungan hukum apa pun
bagi budak. Disiksa dijual atau dibunuh, semuanya tergan­
tung pada pemiliknya.
J aman yang penuh kegelapan seperti itu merata di semua
pelosok bumi. Di Barat dan di Timur, di Utara tnaupun di
Selatan. Bangsa-bangsa yang dikenal dalam sejarah berkebu­
dayaan tinggi, justru di tengah-tengah bangsa itulah berlaku
sistem perbudakan paling kejam, seperti Rumawi misalnya.
Corak dan warna perlakuan te.rhadap budak dapat berbeda
antara di ·satu negeri dengan di negeri lainnya, tetapi haki­
katnya sama.
Dalarn jaman seperti itu tampil bangsa Arab yang atas
dorongan misi suci agama baru, Islam, mengibarkan panji­
panji kemerdekaan, persamaan dan persaudaraan di antara
semua ummat manusia yang beriman kepada Allah dan Rasul­
Nya. Mereka, bangsa Arab, berdasarkan se1nboyan ajaran
agarnanya menyebarkan kaidah sosial: Semua manusia sama
derajatnya, yang bisa dipandang mulia hanyalah manusia
yang paling setia dan patuh kepada Allah.
Budak dan petani-hamba manakah yang tidak memandang
agama baru itu, Islam, sebagai tumpuan harapan untuk da­
pat hidup layak sebagai manusia? Memeluk agama Islam,
membangkang terhadap tuan-tuan tanah dan berontak ter­
hadap para pemilik budak serta bersatu dengan bangsa yang
datang membawa nilai agung itu, merupakan satu-satunya
pilihan.
Dengan mengambil pilihan itu kedudukan mereka yang
sangat lemah akan berubah menjadi kuat, dan belenggu­
belenggu perbudakan akan menjadi patal1. Orang-orang
yang diperlakukan sebagai temak itu akan menemukan kem­
bali hak-haknya sebagai manusia yang ditakdirkan hidup
merdeka dan akan mempunyai kesempatan yang sama seperti
orang-orang lainnya, untuk inenentukan nasib sendiri bersa•
m a keluarganya.
Dua imperium raksasa Rumawi dan Persia, sambil berpe•

1S2
rang satu sama Jain, masing-masing dengan hati yang kecut
dan mata yang beringas menyaksilcan munculnya kekuatan
baru di dekatnya.
Sistem kekuasaan otokrasi yang memusatkan segala-gala­
nya ke tangan seorang raja, mengakibatkan kegoncangan di
kalangan penduduk masing-masing, terutama sekali di kalang­
an kaum bangsawan tuan-tuan tanah dan saudagar-saudagar
besar, yang semuanya n1enginginkan adanya kemudahan­
kemudahan yang lebih banyak lagi bagi mereka. Belum lagi
kegoncangan-kegoncangan di kalangan kaum agama, akibat
perselisihan dan perbedaan pandangan hidup dan ftlsafat.
Mau tidak mau kehidupan ekonomi goncang pula disebabkan
oleh peperangan yang tidak henti-hentinya antara kedua rak­
sasa tersebut.
Semuanya itu 1nerupakan faktor obyektif yang sangat
1nenguntungkan bangsa Arab, yang baru saja muncul di
gelanggang sejarah dengan tenaga-tenaga baru dan segar.
Yang lama harus runtuh dan yang baru pasti tumbuh. Inilah
yang menjadi pertaruhan sejarah kehidupan bangsa Arab
pada masa permulaan kejayaannya.
Bangsa Qibti Mesir misalnya, menyan1but hangat ke­
datangan orang-orang Arab tetangganya ke negeri mereka.
Mereka memandang orang-orang Arab sebagai pembebas.
Penguasa-penguasa Byzantiurn yang selalu menyebut orang­
orang Mesir dengan sebutan "Berber" (sebutan yang lazim
dipergunakan oleh orang-orang Rumawi dan dikenakan ke­
pada bangsa-bangsa lain), sangat menyakiti hati bangsa yang
berkebudayaan purba dan tinggi itu. Belum lagi perlakuan
penguasa-penguasa Byzantium terhadap mereka di bidang
sosial dan ekonomi, tak usah lagi bicara tentang h a kh - ak
politik.
Orang Mesir ketilca itu sedang dibingungkan oleh perse-
lisihan dan pertilcaian di kalangan para pemuka agama N a s ­
rani tentang pribadi Al-Masih: Apakah ia Manusia Tuhan,
ataukall Tuhan yang menjelma menjadi Manusia, ataukah
sekaligus kedua-duanya ada pada pribadi A l M
- asih.

153
Pada saat-saat yang sedemildan membingungkan orang­
orang Mesir itu, Islam datang dengan ajaran yang mudah:
Tiada tuhan, melainkan Allah, yang Dzat-Nya tidak seperti
makhluk apa pun, dan Muhammad adalah manusia biasa
yang diutus Allah membawakan agama-Nya kepada semua
umat manusia. Sama halnya seperti AJ-Masih yang pada ja­
mannya diutus dan diangkat Allah sebagai Nabi dari kalang­
an bangsa Yahudi.
Sama pula keadaannya dengan orang Mesir, orang-orang
di bagian Afrika Utara, Syria, Persia, Andalus, Hindu, Asia
Tengah dan lain-lain.
Orang Persia misalnya, yang terkenal mempunyai kecer­
dasan cukup tinggi, tidak menemukan kesukaran untuk mem­
bedakan antara Islam dan Zaratustra, agama mereka ketika
itu - yaitu agama yang menetapkan adanya dua tuhan yang
saling berlawanan, antara tuhan Ahura Mazda (tuhan kebai­
kan) dan Druj Ahriman (tuhan kejahatan).
Bagaimana mungkin orang Persia akan mempertahankan
ajaran Mazdak di negerinya, yang menyerukan pemilikan
bersama atas harta, ladang dan padang? Mana mungkin o­
rang Persia yang gemar berperang memperebutkan keduni­
awian itu, dapat menerima begitu saja ajaran mani-isme,
yang menyerukan bahwa manusia lebih cepat punah lebih
baik, dengan jalan melarang perkawinan. Untuk apa orang
Persia memelihara semangat kebangsaan kalau hanya seke··
dar untuk cepat lenyap dari dunia ini?
Di India, bagaimana mungkin manusia harus menerima
nasib terus-menerus dan turun-temurun sebagai manusia
kasta rendall, yang harus selalu bersembah sujud kepada
manusia lainnya yang menganggap dirinya sebagai · kasta
yang tinggi?
Di Andalus, bagaimana orang harus selalu rela menghadapi
penghisapan tukang-tukang riba Yahudi yang kejam, bangsa­
wan-bangsawan perang, tuan-tuan tanah feodal, tuan-tuan
budak dan lain-lainnya, sedangkan para pemuka agama di
sana ketika itu bersekutu dengan raja-raja perneras dan

154 ,
membebani penduduk dengan berbagai macarn pajak dan
upeti?
Penguasa Byzantium tidak pemah 1nemberi kese1npatan
kepada pribumi di negeri-negeri yang berada di bawah keku­
asaannya, untuk menjadi pegawai pemerintah yang berke­
dudukan agak penting. Sedangkan orang Arab membiarkan
orang pribu1ni rnengurus administrasi pemerintahannya
sendiri, termasuk bidang ekono1ni dan keuangan. Bahkan
banyak sekali bekas budak belian diberi kepercayaan merne­
gang komando atas pasukan-pasukan Arab sendiri <Ian banyak
pula di antara mereka yang diangkat menjadi pangli1na dalan1
berbagai peperangan.
Faktor lain lagi yang menguntungkan bangsa Arab ketika
itu ialah tradisi penuh kepercayaan yang diberikan oleh
para Khalifah kepada para pangli1na pasukan Muslimin,
untuk n1enga1nbil kebijaksanaan sendiri di suatu daerah,
sela1na kebijaksanaan yang diambilnya tidak bertentangu
dengan hukun1-hukun1 Allah dan Sunnah RasulNya. Bahtan
sampai pemah terjadi pada jaman Khalifah 'Utsman dan j a ­
man raja-raja Bani Umayyah, beberapa daerah yang baru
dibuka diperintal1 oleh orang-orang berasal darl satu keluarga.
tokh dibiarkan saja selama orang-orang ini menjalankan h•
kum-hukum Allah dan Rasul-Nya.
Harus diakui, bahwa faktor-faktor yang sangat mengun­
tungkan kemajuan bangsa Arab, kadang-kadang diperguna­
kan sebagai peluang baik oleh sementara oknum di dalam
pasukan Arab untuk kepentingan a1nbisi perorangan dan
golongan.
Gerakan perluasan wilayah Muslimin Arab yang sampai
jaman wafatnya Khalifah 'Umar bin '1-Khattab selalu bersih
dari a.rnbisi perorangan dan golongan, pada masa selanjutnya
sering diselinapi oleh kepentingan pribadi; keluarga dan
kabilab.
Seperti Mu'awiyah misalnya, ketika ia diserahi kekuasaan
atas daerah Syria dan 'Amr bin'l-'Ash ketika ia melancarkan
gerakan militemya ke Mesir. Juga beberapa orang panglima

15S
pasukan Muslirnin Arab yang memasuld daerah Afrika Utara
dan Andalus.
WaJaupun haJ-hal yang seperti itu wajar terjadi di segala
jaman dan dalam segala bangsa, tetapi tetap patut disesaJ­
kan.
Sejarah seakan-akan pernah bertanya kepada dirinya:
Apakah benar sementara panglima Muslimin Arab itu bersih
dari ambisi? Sejarah sendiri telah memberikan jawaban yang
pasti, yaitu dari sekian orang yang menyandang gelar Khali­
fah, hanya sempat orang Khalifah sajalah yang mendapat
tempat di hati umat Islam. Dengan berbagai kekurangan dan
kelebihanny� sebagai manusia biasa, mereka itu ialah: Abuba­
kar ash-Shiddiq, 'Umar bin'l-Khatthab, 'Utsman bin 'Affan
dan 'Ali bin Abi Thalib.
Empat orang Khalifah itulah yang kemudian disandangi
gelar tambahan oleh umat Islam, sehingga gelar lengkap
mereka menjadi: Al·Khulafa ur- Rasyidin. (Para Khalifah
Pembimbing). Selain yang empat ini, hanya satu dua orang
Khalifah saja yang masih diingat oleh kaurn Muslimin se­
perti'Umar bin Abdul Azis (Umarll) dan lain-lain.
Ada satu ha! yang patut dicatat ialah, bahwa bagaimana
pun juga panglima-panglirna Muslirnin Arab pada masa itu
benar-benar cakap dan pandai memanfaatkan kondisi di
medan yang dihadapinya untuk mencapai sukses cemer­
lang. Demikianlah dikatakan oleh Henri Masse, seorang pe­
nulis sejarah terkenal berkebangsaan Perancis dalam buku­
nya L 'Islam.

2. Pembauran Alam Pildran Arab dengan Pi.kiran non-Arab


Di kalangan•kaum Muslimin Arab sendiri ketika itu masih
berlangsung proses benturan antara pikiran lama dan pikiran
baru, yakni antara pildran pra-lslam dan pikiran Islam, ter­
utama yang berkaitan dengan masalah tata sosiaJ dan ekono­
n\i serta tradisi yang sudah berlangsung berabad-abad sebelum
Islam. Bahkan di dalam individu kaum Muslimin Arab juga

156
,nasih berlangsung pergolakan antara mentalitas lama dan
mentalitas bani.
Pada pokoknya semua benturan itu terjadi antara pening-
. galan atau sisa-sisa orde jahiliyyah dengan pembawaan orde
Islam. �lal ini berlangsung terus-menerus dalam jangka yang
amat panjang, sampai berhasil terkikisnya semua sisa pening­
galan alam pikiran dan mentalitas la1na, sehingga alam pikir­
an dan mentalitas baru dengan n1antap menduduki tempat
yang se1nestinya. Tetapi·dalam waktu kurang dari dua puluh
lima tahun, sudah tentu tidak se1nua yang larna habis t e r ­
tindih oleh yang baru.
Dalam periode peralihan yang sedemikian itu, kaum Mus•
Umin Arab sudah mampu melancarkan gerakan perluasan
wilayah ke daerah-daerah di luar tanah tumpah darahnya.
Hal itu mengakibatkan proses pembauran yang tak dapat
dihindari antara anasir Arab dengan anasir non-Arab.
Pembauran di berbagai segi kehidupan terjadi, baik dalam
segi rasiaJ, kebangsaan, tata sosial ekonomi, maupun cara
berpikir. Di antara banyak faktor yang mendorong terjadi­
nya proses pen1bauran ialah: ajaran-ajaran Islam di daerah­
daerah yang baru dibuka, banyaknya penduduk setempat
yang memeluk agama Islam dan pergaulan sehari-hari antara
orang Arab dan orang yang berasal kebangsaan non-Arab.
Pada ja1nan perluasan wilayah Jsla1n, ajaran-ajaran aga­
ma lslarn diterapkan sebagai berikut:
Pertama-tama ' gerakan dan kegiatan da'wah dilakukan se-
luas-luasnya di kalangan penduduk seten1pat. Manakala me-
reka sudah memeluk agama Islam, berlaku ketentuan, bahwa
semua Muslimin mempunyai hak sama tanpa n1emandang
perbedaan ras atau kebangsaan. Se1nua Muslirnin sama de­
rajatnya. Tetapi apabila mereka tidak beISedia memeluk
atau 1nenolak agama Islam, 111ereka harus bersedia menyerah­
kan negeri meTeka untuk diperintah oleh kaum Muslimin
dan mereka diperbolehkan terus memeluk agamanya yang
lama.
Dalan1 hat yang terakhir itu, mereka yang menolak agamp

157
Islam diwajibkan membayar jizyah (pajak per kepala) untuk
mendapatkan jaminan dan perlindungan hukum. Keharusan
membayar jizyah tidak berlaku bagi orang Arab pemeluk
agama berhala dan orang Arab yang meninggalkan Islam atau
kembali me1neluk agamanya yang lama (murtad). Dua go­
longan ini tidak memperoleh te,npat di dalam Islam.
Beban jizyah dikenakan kepada mereka yang tidak berse­
dia memeluk agama Islam, terbatas pada orang lelaki saja.
Wanita, anak-anak, orang-orang lanjut usia atau orang yang
menjadi tanggungan orang lain, dibebaskan dari keharusan
membayar jizyah. Jizyal1 ini biasanya sebesar 1 dinar atau
13 dirham setahun.
Tetapi apabila orang-orang yang menolak agama Islam
tidak mau berada di bawah pemerintahan kaum Muslimin
dan tidak pula bersedia membayar jizyah, daerah mereka
dinyatakan sebagai darah perang. Pemyataan tersebut sama
artinya dengan pemyataan perang. Dalam peperangan, kaum
wanita, anak-anak, orang-orang lanjut usia, orang buta dan
orang-orang yang tidak 1nemanggul senjata, keselamatannya
dijamin oleh pasukan Muslimin Arab, dengan syarat mereka
tidak melakukan perbuatan yang menguntungkan pihak la­
wan dan merugikan kaum Muslimin.
Apabila perang telah pecah dan pihak lawan mengajukan
permintaan untuk mengadakan perdamaian, permintaan itu
dapat diterima oleh kaum Muslimin dengan syarat-syarat
yang ditetapkan oleh Khalifah atau Imam. Sedangkan jika
perang berlangsung terus dan kaum Muslin1in Arab menjadi
pihak yang menang, kaum Muslirnin memperoleh sejumlah
tawanan perang dan menguasai penduduk setempat. Tawanan
perang dapat ' diperlakukan menurut kehendak pihak pe-
menang. Hal ini pada jaman itu berlaku di semua negeri
dan pada segala bangsa. Mereka bisa dijadikan hamba sahaya,
bisa dinlerdekakan, bisa ditebus dan sebagainya. Untuk
semua itu penetapannya dilakukan oleh Khalifah dan di­
tentukan menurut pertinlbangan situasi dan kondisi.
Harta kekayaan milik lawan (orang-orang yang ikut serta

158
berperang melawan kaum Muslimin) disita dan dijadikan
barang rampasan perang (ghanitnah). Barang g/ranilnah di­
bagi menjadi lima bagian. Seperlima menjadi hak Allah,
yaitu wajib dibagikan kepada yatim piatu, fakir miskin,
orang-orang yang kehabisan bekal dalant perjalanan jauh dll.
Sedang en1pat perlima dibagikan kepada anggota-anggota
pasukan tvfuslimin atas dasar ketentuan: anggota-ang�ota
pasukan berkuda mendapat hak lebih banyak <laripada i>a­
sukan infantri, dengan peroandingan 2 : l.
Anggota pasukan memperoleh gl1011b11alr. karena pasukan
Musli111in pada 1nasa itu, masing-n1asing n1embiayai dirinya
sendiri, termasuk perbekalan perang, senjata, kuda tunggang-
a n dll.
Cara memperlakukan budak pada jaman itu adalah sebagai
berikut:
Di kalangan bangsa Yahudi terdapat ketentuan yang meng­
haruskan pemilik me1nperlakukan budak dengan perlakuan
yang baik dan membatasi jangka waktu pemilikan sampai
tujuh tahun.
Di Yunani dan Ru1nawi, jumlah budak melebihi tiga per­
empat penduduk seluruhnya. Di Persia kurang lebih sama
banyaknya dengan Yunani dan Ru1nawi. Kalangan bangsa
Arab dalarn hat ini mene1npati kedudukan nomor tiga di
kawasan itu. Perlakuan terhadap budak sebenarnya sudah
mulai baik sejak abad ke-2 Masehi.
Budak adaJah milik tuannya dan dianggap sebagai barang,
dapat diperjual-belikan dan dapat juga dihadiahkan kepada
orang lain. Jika budak itu wanita, 1naka tuannya mempunyai
hak untuk mengadakan hubungan kelan1in dengannya.
Pemilikan budak pada ja1nan itu, di mana saja, tidak diba­
tasi dengan jwnlah tertentu. Apabila budak wanita n1enjadi
ha,nil, maka anak yang akan dilahirkannya adalah anak tuan­
nya, sedangkan ia sendiri (ibu si anak) tidak lagi boleh di­
jual atau dihadiahkan. Kelak pada saat tuannya meninggal
dunia, budak wanita tersebut dengan sendirinya berubah
status menjadi bebas dan 1nerdeka penuh; apalagi kalau se-

159
belum wafat, pemiliknya sudah me1nerdekakannya lebih
dulu.
Agama Islam dengan kuat menandaskan rnewajibkan pe­
milik budak untuk memberikan perlakuan baik kepada bu­
daknya dan bersamaan dengan itu Islam mengutamakan pem­
bebasan budak. Dalam hukum syari'atnya, kewajiban me1nbe­
baskan budak dijadikan sanksi-sanksi hukuman atas kesalahan
atau pelanggaran tertentu. Apabila seorang pemilik hamba
sahaya memerdekakannya, ia kemudian dapat menjadi pe­
ngasuhnya (wali) dan bekas budaknya dapat menjadi orang
asuht..1nya (1naula). iial ini ditentukan berdasar kesuka ­
relaan dua belah pihak dan selama bekas budak itu belum
sanggup nienanggung sendiri keperluan hidupnya. Terjadi­
nya hubungan perwalian itu bisa disebabkan oleh merdeka­
nya seseorang budak dan bisa terjadi juga karena budak
itu kemudian memeluk agama Islam.
Perlu dicatat bahwa orang-orang Bani Umayyah pada ja•
man kekuasaannya, memandang para maula dengan sebelah
mata. Oleh karenanya tidaklah aneh jika para maula itu pada
umumnya tidak menyukai mereka.
Proses berlangsungnya hubungan antara pemilik dengan
budak (pada galibnya terdiri dari bekas tawanan perang)
dan hubungan antara para wali dengan para maulanya, se­
lama masa peluasan wilayah Islam, besar sekali pengaruhnya
atas perkembangan ala,n pikiran orang Arab dan kaum Mus­
limin lainnya yang non-Arab. Demikian pula halnya bagi per­
kembangan ajaran Islam sendiri.
Sudah menjadi kenyataan sejarah, bahwa pada jaman
generasi kedua kaum Musli1nin, para maula non-Arab banyak
yang menjadi orang terkemuka, orang Muslimin yang cerdas
dan banyak, pula yang menempati kedudukan sebagai pe­
mimpin daiam kegiatan umat menyebar•luaskan agama
Islam dan mengibarkan panji-panji keberhasilan di mana­
mana.
Penduduk daerah-daerah yang baru dibuka banyak sekali
yang memeluk agama Islam. Tetapi alasannya tidak selalu

160
sama. Ada yang dengan niat jujur dan benar-benar memper­
cayai kebenaran Islam, ada yang hanya sekedar untuk meng­
hindari beban jizyah, ada yang untuk sekedar tidak diolok­
olok orang Jain dan ada juga yang sengaja ingin mendapat­
kan peluang-peluang tertentu. fiat itu semua ada pengaruh­
nya dalam perkembangan alam pikiran kaum Muslimin Arab.
uemikian pula halnya dengan pergaulan sehari-hari antara
kaum Muslimin Arab yang datang 1nembuka daerah baru
dengan kaum 1\-luslimin baru penduduk setempat. Dalam
pergaulan itu bercampur-baurlah berbagai macam kebiasaan,
adat, peraturan dan kaidah kehidupan, cara berpikir dll.
Bahkan ada kalanya pengaruh itu sampai merembes ke b i ­
dang agama dan keyakinan. Demikian pula terjadi banyak
perkawinan campuran antara orang Arab dan non-Arab, se­
hingga berlangsunglah proses asin1ilasi.
Alhasil, pada jaman perluasan wilayah lsla,n, tidak hanya
terjadi perbenturan fisik saja, melainkan perbenturan di
lapangan keyakinan, aga1na, bahasa, aspirasi, tata sosial dan
ekonomi, hukum dan lain-lain di antara orang-orang �fusli­
min Arab yang masih sederhana dengan anasir-anasir non­
Arab yang sudah kompleks. Dalam hat ini pihak Arab hanya
memenangkan dua Ital, yaitu di Iapangan agama dan bahasa.
Meskipun demikian dua hal ini pun masih terkena juga oleh
pengaruh-pengaruh yang tidak ringan, sehingga kadang-ka­
dang mengakibatkan perselisihan-perselisillan di kalangan
kaum Muslimin.
Proses perselisihan itulah yang kemudian melahirkan
iftnu ka/am (ilmu tauhid atau ilmu 'aqa'id), yang secara khu­
sus diarahkan untuk membela kemurnian agama Islam
dengan dalil-dalil serta penalaran yang mudah diterima akal
dan pikiran.
3. Perluasan Wilayah Islam dan Kelanjutannya di Bidang Eko­
nomi dan Pemerintahan
Kaum Muslimin, khususnya orang Arab, pad& abd-abad
pertengahan memegang teguh pendirian, bahwta penyebaran

161
agama lslam merupakan kewajiban mutlak yang harus di­
laksanakan. apa pun risiko yang akan dihadapinya. Mati
dalam melaksanakan kewajiban itu, merupakan kepahlawan­
an suci dunia dan akhirat. Allah menjanjikan di dala1n Kitab
Suci Al-Quran, kepastian akan diperolehnya kebahagiaan
hidup di akhirat, Jannah, bagi setiap orang beriman yang
gugur dalam perjuangan menegakkan kebenaran-Nya. P e r ­
juangan di jalan Allah pada jaman itu mempunyai dua sifat
pokok, bisa bersifat peperangan dan bisa bersifat darnai, ter­
gantung pada keadaan yang dihadapi.
Rumawi dan Persia yang ketika itu merupakan dua ne­
gara raksasa yang sangat kuat, besar, dan masyarakatnya
memiliki tingkat kebudayaan tinggi, sudah tentu me1ni­
cingkan mata terhadap lahimya agarna baru di tengah-te
ngah bangsa Arab yang masih sangat sederhana. Orang-orang
Rumawi dan Persia masing-masing me1nandang negara dan
bangsanya mempunyai keunggulan tinggi dibanding bangsa­
bangsa lain. Tentu saja mereka tidak akan 1nembiarkan a g a ­
ma yang baru itu masuk ke dalam wilayah negerinya. Lebih­
lebih karena di kedua negeri itu telah terdapat agama-aga1na
yang cukup lama tertanam di kalangan penduduknya, bahkan
sudah menjadi agama negara secara res1ni. Maka tidaklah
1nengherankan kalau kedua negara itu menolak keras masuk­
nya Islam ke dalam wilayah kekuasaan masing-masing ditam­
bal1 lagi oleh kenyataan, bahwa agama baru itu, 1s]am, telah
berhasil mempersatukan bangsa Arab dan menciptakan ma­
sy arakat yang bekehidupan politik, sosial, ekonon1i dan hu­
kum yang teratur berdasarkan ajaran-ajaran agama itu.
Terbentuknya negara baru yang kuat di daerah yang ber-
. dekatan dengan wilayah kekuasaannya, sudah tentu mencu­
rigakan Ru1nawi dan Persia. Apalagi agama yang baru itu
menyiarkan ajaran ketuhanan yang jauh berbeda dengan
ajaran agama mereka.
Hal-haJ itulah yang antara lain menyebabkan Rumawi dan
Persia tidak dapat memberi keleluasan kepada orang Arab
masuk ke wilayahnya untuk meluaskan penyebaran agama

162
lsla1n. Dan inilah pula yang 1nengakibatkan terjadinya insi­
dcn-insiden antara orang Arab lsla1n dengan orang Runiawi
yang beraga1na Nasrani serta orang Persia yang beragama
Zaradustra (Zoroaster). Kalau ada orang Rurnawi atau Per­
sia yang ketika itu 1ne1neluk aga,na lsla1n, 1nereka terpaksa
1neninggalkan negerinya dan hijrah ke daerah-daerah Arab
atau wilayah lslarn lainnya, karena tidak tahan 1nenghadapi
tekanan t- ekanan.
Pada rnasa itu kau,n Musli1nin Arab tinggi sekali sen1angat­
nya. Mereka tidak pemah rnenghitung-hitung risiko untuk
menghadapi perang terhadap siapa saja. negara. bangsa,
golongan, suku atau perorangan; yang berani ,nelakukan
empat hal: 1nenolak keras aga,na lsla,n, n1enghina Allah dan
Rasul-Nya (Muhan1mad s.a.w.), ,nenghalang-halangi penye­
baran aga1na lslarn dan ,nengangkat senjata terhadap kaum
Muslitnin.
Sede1nikian tingginya tekad dan sen1angat mereka. Tu­
gas membela kebebasan dawah 1nereka pandang sebagai
perjuangan yang adil. karena perjuangan untuk menegakkan
kebenaran Allah berada di atas segala-gaJanya, sesuai dengan
penghayatannya atas ajaran-ajaran AI-Quran dan Sunnah
Rasul. �lcreka 1nenghayati sedalan1-dala1nnya ajaran agama
yang rnewajibkan pemeluknya selalu berjuang di jalan Allah.
Manakala perjuangan itu terpaksa berupa peperangan karena
,nenghadapi lawan yang 1nengangkat senjata, setiap Muslim
lelaki (yang bukan budak) yang sehat badan dan pikirannya
serta sanggup me,nbekali diri untuk berperang, terkena hu­
kum wajib yang ditetapkan oleh aga,na. Hanya orang-orang
yang tidak 1ne1nenuhi syarat itulah yang dapat diberi kelong­
garan untuk tidak ikut dalam peperangan.
Dala1n hat perjuangan sudah berupa peperangan, pasti
akan sampai kepada tujuan n1engubah Darul-Harb (daerah
lawan ,daerah perang) 1nenjadi Darus-!iala,n (daerah damai
- daerah kaum Musli1nin). Tetapi apabila penduduk daerah
lawan rnenolak Islam dan menghendaki perdamaian serta
bersedia ada di bawah pe1nerintahan kau,n Musli1nin dan

163
mau membayar jizyah, maka daerah ini berubah menjadi
Darus-Sulh (daerah perjanjian), di mana penduduknya di­
perkenankan tetap memeluk agamanya masing-masing.
Dalam hal suatu peperangan dimenangkan oleh kaum Mus­
limin sehingga Darul - Harb berubah menjadi Darus-Salam,
di daerah baru ini kaum Muslimin mendapatka_n tiga hal:
Ghaninuzh, tawanan perang dan semua tanah milik penguasa
yang dikalahkan dan milik anggota-anggota pasukan lawan.
Tanah ini ketika itu disebut Al-Fei': A/-Fei' atau tanah
rampasan perang itu seluruhnya jatuh ke tangan anggota­
anggota pasukan kaum Muslimin.
Dalam keadaan daerah lawan sudal1 berubah menjadi
daerah perjanjian, penduduknya diperlakukan dengan dua
macam hukum. Penyeinbah berhala dan orang tidak bera­
gama diperlakukan lain dengan orang Nasrani dan Yahudi
yang disebut ahlu/-kitab.
Orang Nasrani atau Yahudi, yang karena suatu alasan
beisedia tinggal di bawah pemerintahan kaum Muslimin,
diperbolehkan terus memeluk agamanya dengan syarat mere­
ka harus 1nembayar jlzyah. Tapi pada jaman yang agak
kemudian pemeluk agama Zaradustra dan Shabiah (agama
kuno yang menurut pengakuan para pemeluknya berasal
dari Nabi Ibrahim) serta kaum Samiriy (konon mereka pe­
ngikut-pengikut ajaran Nabi Musa), dimasukkan ke dalam
golongan ahlul-kitab. Pada jaman lebih kemudian lagi ajaran
Kung-fu-tse dan ajaran Lao-tse juga dimasukkan ke dalam
pengertian ahlu/-kitab.
Orang-orang ahlul-kitab dengan jizyah yang mereka tunai­
kan rnenjadi berada di bawah perlindungan pemerintal1
Muslimin. Mereka itu disebut a/1/udz-dzi,ntnah. Adapun
penyembah berhala dan orang yang tidak beragama, tidak
memperoleh tempat di dalam Islam.
Seperti telah dikemukakan, keharusan membayar jlzyah
hanya dikenakan kepada lelaki dewasa yang tidak jompo
dan bukan budak. Sebagai kemudahan khusus, para rahib
yang tidak berharta dibebaskan dari keharusan membayar

164
jizyah. Besar kecilnya ditetapkan memunurut perjanjian yang
telah disetujui bersama.
Bentuk jizJ•ah yang dibayarkan dapat berupa uang s e ­
tempat, berupa loga1n mulia dan bisa juga berupa hasil per­
tanian atau temak. kecuali air perasan anggur dan daging
temak yang disen1belih tidak n1enurut kaidah Islam.
Kecuali jizJ•alt kepada orang-orang ahludz-dzi111111ah
yang mengusahakan ladang-ladang pertanian, dikenakan pa­
jak basil pertanian yang disebut dharibah-'iqariyyah. Pajak
hasil pertanlan ini pada mulanya wajib dlbayar daJam bentuk
hasil tana,nan, tetapi di kemudian hari dapat ditunaikan
dala1n bentuk uang. Bahkan pada jaman yang agak belakang·
an lagi, tidak hanya hasil pertanian saja yang dikenakan pa­
jak, 1nelainkan juga harta benda tidak bergerak yang diper·
gunakan sebagai sarana produksi.
Orang-orang ahlttdz-dzi1111nah juga diwajibkan ikut serta
rnernblayai pasukan-pasukan Muslimin. Mereka tidak diper­
bolehkan me1nakai pakalan yang lazim dipakai oleh kaum
Muslin1in, n1engendarai kuda dan dilarang m�1nba\va senjata
Pada 1nasa itu kuda diper.;amakan dengan alat-alat peperang­
an lainnya. Mereka juga dilarang 1nen1bangun tempat-tempat
peribadatan baru dan ,nengadakan perayaan-perayaan secara
terbuka. Kesaksian 1nereka di depan peradilan dianggap
tidak berlaku bagi kasus-kasus perkara di antata orang-orang
Musli1nin.
Tetapi selain dari itu, mereka mendapatkan jaminan per­
lindungan huku,n yang sama dengan kaum Musli1nin, khusus­
nya yang bersangkutan dengan keselamatan dirinya dan
keluarganya serta keamanan harta-benda 1niliknya. Mereka
bebas 1neneruskan keyakinan aga,nanya dan rnelakukan
peribadatan n1e11urut agamanya 1nasing-masing. Tapi mere­
ka tidak diperbolehkan menyebarkan ajaran-ajaran againanya
di kalangan orang-orang yang tidak seagama dengan mere·
ka.
Baik jizyah 1naupun dharibah 'iqariyyah semuanya di·
masukkan ke dalam harta Baitu/-Mal {Balai Harta Negara)
Garis-garis besar penggunaan harta Baitul-Mal ditetapkan
oleh Khalifah.
Ketentuan tentang adanya Baitul-Mal telah dimulai sejak
hidupnya Nabi s.a.w. Di ke1nudian hari diselenggarakan
pencatatan harta milik kaum Muslimin untuk keperluan
pengawasan penunaian wajib zakat, bila jumlah harta yang
dimilik.i oleh seseorang telah mencapai nishab (jumlah batas
minimum untuk penghitungan pengeluaran zakat). Orang­
orang yang memeluk agama lsla1n bebas dari semua bentuk
pajak. Tetapi menunaikan zakat merupakan kewajiban yang
tidak dapat ditawar-tawar lagi.
Hak kaum Muslirnin untuk memperoleh bagian dari hasil
pembukaan daerah-daerah baru, ditetapkan kemudian hari.
Namun pada jaman Khalifah 'Utsman, pelaksanaannya
menin1bulkan banyak persoalan, sehingga konon masalah
itu justru yang menjadi sebab terjadinya fitnah terhadap
pribadi Khalifah sendiri.
Pada jaman yang lebih belakangan lagi, Daitul-Mal yang
pada jaman Nabi masih hidup ditetapkan sebagai milik Allah,
yang penggunaannya diatur oleh Syari'at untuk disarnpaikan
kepada pihak-pihak yang berhak (fakir miskin dll yang ter·
masuk delapan golongan penerima shadaqah dan zakat),
setapak demi setapak berubah menjadi dana untuk pembiaya­
an pemerintahan, walaupun masih ada sebagian yang diper­
gunakan sesuai dengan maksud semula.
Baitu/-Mal yang sudah berubah sifat menjadi dana umum
itu, berkat pengalaman cara kerja administrasi Rumawi dan
Persia, pengurusannya menjadi semakin bertambah baik dan
teratur. Secara teori hanya Khalifah atau pegawai yang
ditunjuk olehnya sajalah yang mempunyai wewenang menen­
tukan penggunaannya. Adapun sumber-sumber pemasukan
dana umum tersebut ialah Ghanilnah, jiz;1alz. zakat, harta
peninggalan seseorang yang tidak mempunyai ahli waris
dan l a i nJain.
-
Ketika seluruh tanah Persia telah menjadi wilayah Islam,
dana umum itu antara lain dipergunakan untµk pembangun-

166
an kota baru, Kufah, sekitar tahun 635 M. De1nikian pula
kota Kairo Lama tahun 640 M, kota Ramlah di Palestina,
kota Wasith di Iraq pada permulaan abad ke-8. Kemudian
seorang Khalifah 'Abbasiyyah, Al-l\1anshur, me1nbangun
kota Bagdad tahun 762 M dan Khalifah Al-Mu'tashirn
membangun kota Sa,nara tahun 835 M.
Dalam hubungan pen1bangunan kota-kota tersebut perlu
dicatat, bahwa seorang penulis sejarah, AI-Mas'udi, mengata­
kan bahwa Khalifah Al-Mu'tashim adalah Khalifah 'Abba­
siyyah pertama yang 1nenggunakan pasukan bayaran orang­
orang ·rurki, sebagai pengawal istananya. la kemudian me­
ninggalkan Baghdad dan pindah ke kota baru Samara sa1npai
tujuh orang keturunannya.
Dalan1 hal perken1bangan Baitul-�lal menjadi dana umum,
terbentuklah lembaga-lembaga administrasi pemerintahan
yang ketilca itu lazim disebut Diwan. Diwan-diwan pada
dasarnya mengerjakan pencatatan dan penghitungan pema­
sukan dan pengeluaran anggaran belanja negara dan peme­
rintahan. Pada rnulanya pencatatan dan penghitungan dilaku­
kan dengan bahasa dan angka setempat. Seperti di Syria
dan Mesir dengan angka dan bahsa Yunani dan di Persia
dengan angka dan bahsa Pahlevi. Tetapi setelah bahasa Arab
1neajadi bahasa daerah sehari-hari, maka semua pencatatan
dan penghitungan dilakukan dengan bahasa Arab, yaitu sejak
Khalifah Bani Umayyah 'Abdul-Malik. Pada jaman ·Abasi­
yyah diwan-di}van menjadi bertambah luas bidang tugas
dan pekerjaannya. Ada diwan keuangan, diwan harta milik,
diwan pemerintahan dan sebagainya.
Dengan adanya banyak diwan yang semakin luas pula
bidang tugasnya, dengan sendirinya memerlukan banyak
penambahan tenaga untuk men1bantu pekerjaan Khalifah
yang semakin menjadi kompleks. Tenaga-tenaga pembantu
itu kemudian disebut wazir atau menteri.
Pemberian tugas oleh Khalifah kepada para wazir itulah
yang di kemudian hari menyebabkan semakin merosotnya
kekuasaan Khalifah sendiri. Seperti seorang menteri besar"

167
ya_ng bernama Khalid dari keturunan Persia suku Bannak,
sejak jarnan Khalifah AI-Manshur 1nenjadi menteri sampai
turun-temurun dan praktis sudah mengarnbil alih kekuasaan
Khalifah.
Ketika KhaJifah AI-Manshur wafat dan digantikan anak­
nya, Yahya, anak KhaJidlah yang menggantikan ayahnya
sebagai 1nenteri besar, yaitu Harun al-Rasyid. BaJ1kan Harun
al-Rasyid ini san1pai rnempunyai kekuasaan yang tidak ter­
batas dan ialah yang menentukan jalannya petnerintahan
selama tujuh beJas tahun.
Tentang tugas pekerjaan keamanan dan ketertiban, sudah
diadakan sejak jaman Khalifah Bani Un1ayyall yang pertama,
Mu 'awiyah. Tugas pekerjaan ini disebut Syurthah (kepolisi­
an). Direktur Kepolisian atau Shahib11sy-S_11 urthah rnerang­
kap pekerjaan reserse. Oleh karena itu ia disebut juga Qa -
'idut-Tajassus. yang di ke1nudian hari diganti dengan sebutan
wali.
Bidang kepolisian mencakup pekerjaan pengawasan dan
pemeriksaan kean1anan di tempat-tempat tertentu, khususnya
di pernukiman-pemukiman yang banyak sekaJi penduduk­
nya. Pengawasan dan perneriksaan keamanan dilakukan
oleh petugas jaga, baik siang maupun malam, secara bergi­
Jiran di jalan-jalan umum. Petugas-petugas ini sekaligus
mengawasi kebersihan, tingkah laku orang banyak dan m e ­
ngawasi jalannya perdagangan dan pusat-pusat penjualan.
Mengenai kekuasaan peradilan, hal ini dipercayakan ke­
pada seorang qadhi (hakim) yang sekaligus juga bertindak
sebagai imam di dalam shaJat�halat jama'ah. Tetapi ada. ka­
lanya dua macam tugas itu dipegang langsung oleh kepala
daerah dan ada kalanya pula dijabat oleh seorang yang
ditunjuk Jangsung oJeh Khalifah.
Seorang qadhi harus benar-benar terpelajar dan berkela­
kuan baik (shaleh), taat kepada perintah-perintah agama.
la harus memahami dan menguasai benar-benar semua
hukum agama menurut madzhab yang berlaku di daerahnya
(Maliki, Hanafi, Syafi'i dan Hatnbali) dan mampu mene-

168
rapkannya dengan tepat. la juga harus sanggup menegakkan
perundang-undangan atau hukum-hukum agama di kalang­
an masyarakat. Ia diserahi ,vewenang untuk 1nengurus naf­
kah anggota masyarakat yang tidak me1npunyai keluarga
dan kerabat, di samping ,vewenang untuk n1engurus harta
benda peninggalan (warisan).
Pendeknya seorang qadhi harus sanggup rnenetapkan
keputusan-keputusan hukurn, baik di bidang jina 'iJ·yah
(pidana), maup4n 11wda11iyyah (perdata) menurut kasus­
kasus perkara yang dihadapinya.
Adapun kasus-kasus perkara yang tidak ada kaitannya
dengan hukum agama, berada di luar wewenang qadhi. I-Ial
itu diselesaikan atas dasar pertimbangan dan pendapat
para pengua<Ja seten1pat, untuk menemukan asas-asas hukum
yang bisa diterapkan dan tidak bertentangan dengan kaidah­
kaidah hukum agama.

4. Penetapan Hukum dan Jurisprudensi

Pada Jaman pra-Islan1, n1asyarakat Arab, khususnya yang


berada di Makkah, sudah mempunyai atau mengenal ben­
tuk kekuasaan pemerintahan kabilah yang bersifat lebih
tinggi daripada di daerah-daerah Arab lainnya. Tata sosial
dan tata hukum sudah ditetapkan oleh nenek moyang 1nereka
sesuai dengan bentuk tradisi dan adat-istiadat yang berlaku.
Tata sosial, tata hukum, tradisi dan adat-istiadat itu,
selama tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip kemanu­
siaan dan nilai-nilai susila serta akhlak, dapat ditenggang
oleh Islam. 'fetapi yang tidak sesuai dan bertentangan dengan
prinsip-prinsip kemanusiaan, nilai-nilai susila dan akhlak,
dihapuskan sama sekali atau diluruskan.
Islam 1nenetapkan hukum sosial dan akhlak yang baru
berdasarkan wahyu Ilahi sebagairnana tennaktub di dalam
AJ-\luran. Sebagai misal hukum perkawinan jahiliyah dilu­
ruskan dan dirobah. Segi ideologis yang ada pada tradisi
"haji" pada jaman pra-lslam, diganti secara prinsipial dengan

169
akidah Islam (penye1nbahan berhala diganti dengan penga­
gungan asma Allah yang Maha Esa). Hukum pra-lslam yang
memandang sah kedudukan anak angkat sama dengan kedu­
dukan anak kandung atau lebih tinggi daripada anak kandung
(hukunz tabanni) dihapuskan sama sekali oleh Islam, demi­
kian pula cara jual-beli barang melalui jalan ,nula,11asah
dan ,nunabadzah atau ilqaul-hajar.
l,,fularnasah ialah: Si penjual menetapkan harga yang di­
minta dan si pe1nbeli menetapkan harga yang disanggupi­
nya. Kemudian untuk menentukan harga rnana yang akan
ditetapkan dan harus disetujui oleh kedua belah pihak, si
pembeli dan si penjual saling lari kejar-mengejar untuk da­
pat menyentuh baju partnernya, dcngan perjanjian bahwa
barangsiapa yang dapat menyentuh baju partnernya lebih
dulu, maka harga yang tadi ditetapkan oleh pihak inilah yang
harus disetujui bersama sebagai harga barang yang harus di­
bayar.
Adapun n2unabadzah atau ilqaul-lzajar sebagai berikut:
Misalnya seorang hendak menjual seekor ka1nbing, maka
kepada calon pembeli ia minta diadakan perjanjian tentang
berapa jumlah batu yang dilemparkan ke arah kan1bing itu.
Jumlah batu yang mengenai sasarannya itulah· yang harus
dijadikan dasar penghitungan jumlah uang yang akan di­
bayarkan sebagai harga kambing. Lalu kambing itu dijauhkan
dari tempat berdiri si penjual dan calon si pembeli. Kemudi­
an kedua orang itu mengumpulkan sejumlah batu yang ba­
nyaknya sudah disetujui bersan1a. Kedua orang itu lalu
bersepakat tentang siapa yang akan melemparkan batu ke
arah kambing. Berapa ju1nlah batu yang mengenai kambing
itulah yang nanti akan menjadi penghitung uang yang harus
dibayar sebagai harga kambing. Jika sebuah batu disamakan
dengan nilai uang Rp 10,- n1isalnya, dan jumlah batu yang
mengenai kambing itu sebanyak 50 buah, 1naka si pe1nbeli
harus membayar harga kambing sebesar Rp 500,-.
Baik cara 1nula1nasah maupu11 ,nunabadzah biasanya
mengakibatkan pertengkaran dan akhirnya berkembang

110
menjadi pennusuhan. IHngga sering terjadi penst1wa pem­
bunuhan dan peperangan antar kabilah, jika si pembeli ber­
lainan kabilah dengan si penjual. Lagi pula jika kedua belah
pihak 1nematuhi perjanjian jual-beli seperti itu, cara ini
pun tidak berdasarkan keiklasan masing -masing pihak, karena
nilai uang yang harus dibayar atau diterima biasanya tidak
sesuai dengan nilai yang sebenamya.
Sesudah kelahiran Islam, tahap demi tahap Al-Quran
datang dengan · huku1n-hukuo1 sebagai wahyu Allah yang
diterima oleh Rasul-Nya. Dan Al-Quran inilah su1nber
pokok bagi sen1ua hukum yang berlaku di kalangan kaum
Muslin1in, di samping sunnah Rasul.
Dua pertiga dari isi AI-Quran (ayat-ayat yang turun ketika
Nabi s.a.w. n1asih berada di Makkah atau yang lazirn disebut
Surat-surat MakkiyJ,ah) terdiri dari ayat-ayat yang berkena­
an dengan masalah-masalah uslzu/uddin (sendi-sendi agan1a)
dan da'wah. Sedangkan yang bersangkutan dengan hukum­
hukum peribadatan pada u1nu1nnya tidak terperinci dan
tenirai, yaitu ayat-ayat yang turun pada waktu Nabi s.a. w.
berada di Madinah (Surat-surat Madaniyyah). Sebagai contoh
dapat dipelajari isi Surat Al-An 'arn.
Ayat-ayat al-Quran yang turun di Madinah banyak mene­
tapkan huku1n-hukum, seperti yang ada pada surat-surat
Al-Baqarah, A11-Nisa dan lain-lain. Hal itu sepenuhnya sesuai
dengan kebutuhan, mengingat bahwa di �fadinah sudah 1nu­
lai terbentuk suatu masyarakat �i�lin1in yang bersatu dan
teratur, sehingga sudah 1nerupakan mudigah (embriyo)
dari suatu negara yang akan lahir segera.
Ayat-ayat yang mengandung penetapan hukum, baik
pidana, maupun perdata, tidak banyak, kurang lebih hanya
200 ayat saja, dibandingkan dengan isi Al·Quran seluruhnya
yang terdiri lebih dari 6500 ayat.
Penyusunan AI-Quran tidak berdasarkan urutan waktu t u ­
runnya ayat dan tidak pula berdasarkan kesatuan isi yang
terkandung di dalam ayat-ayatnya. Hal ini dapat dipaha1ni,
karena tujuan utaina AI-Quran adalah menegakkan sendi·

171
sendi agama, da'wah kepada manusia untuk mengenal dan
mengakui keesaan Allah s.w.t ., pendidikan rohani dan jiwa
serta pembentukan akhlak utama.
Atas dasar tujuan-tujuan itulah Al-Quran 1nenetapkan
hukum-hukum agama Islam. Cara dan gaya serta irama
penetapan-penetapan hukum pun tidak sebagaimana lazim­
nya manusia menetapkan hukum, melainkan A I Quran - te­
tap dalam gaya, cara dan irarna da'wah Ilahiyyah serta hi­
dayah. Ayat-ayat yang berkaitan dengan hukum diwahyukan
Allah kepada RasulNya sesuai dengan kejadian•kejadian
atau peristiwa-peristiwa yang sedang dihadapi oleh Nabi
s.a.w. dan umatnya.
Anggota-a�ggota masyarakat Islam, misalnya, pada waktu
itu mengadukan suatu perselisihan di kalangan mereka
kepada Rasul, Jalu atas dasar wahyu llahi itulah Rasul kemu­
dian menyelesaikan kasus perselisihan tersebut. Seperti
perselisihan yang dihadapi oleh seorang lelaki dari kelua.rga
Ghathafan tentang harta waris, peristiwa seorang wanita ber­
narna Kubaisyah, seorang istri danjanda Abi Kubaisy bin As­
lat al-Anshari, dan Jain-lain sebagainya.
Jadi jelasnya ialah bahwa ayat-ayat hukum di dalam Al­
Quran turun sesuai dengan pertumbuhan masyarakat Mus­
limin dan sesuai dengan proses kemajuannya yang berlang­
sung tahap demi tahap. Oleh karena itu di dalam Al-Quran
terdapat ayat-ayat yang mansukh (dikesampingkan) dan
ayat-ayat yang menjadi nasikh (yang mengesampingkan ayat
lain). Hal ini ditegaskan dalam Al-Quran: "Kami tidak menge­
sampingkan sesuatu ayat atau meniadakannya, kecuali pasti
Kami turunkan ayat Jain yang lebih baik atau sama" (S. Al­
Baqarah 1106), dan "Apabila Kami letakkan suatu ayat se­
bagai pengganti ayat yang lain, maka Allah sendirilah Yang
Maha Mengetahui tentang apa yang diturunkan olehNya".
(S. 16 An-Nahl 101).
Sebagai contoh: Ketentuan waktu iddah (tenggang waktu)
bagi seorang isteri yang ditinggal mati suaminya, yang tadi­
nya ditetapkan 1 tahun, menjadi dikesampingkan oleh

172
turunnya ayat baru sesudahnya. yang ntenetapkan masa
iddah terscbut 1nenjadi hanya 4 bula11 10 hari (S.Al-Baqa­
rah, a. 214).
Den1ikian pula halnya tentang arak atau alkohol, yang
penetapan huku1nnya n1elalui proses bertahap. Pada mula­
nya orang Muslin1 hanya dilarang n1enunaikan shalat di
saat ia sedang rnabuk (S. A11-Nisa a. 43). Kernudian dalam
S. AI-Baqarah a. 219 arak n1asih diakui ada 1nanfaatnya.
tetapi dosa n1eneguk arak jauh lebih besar daripada rnanfaat­
nya. Akhirnya dalam S . Al-i�faidah a. 90 arak disamakan
dengan perbuatan keji dari syaitan, yang mutlak harus di­
hindari. Dcngan turunnya ayat 90 S. .r1I-Maidah, secara
!UU tlak arak dihara111kan. Dengan ayat ini 1naka ayat 43
S. A11-Nisa dan ayat 219 S. Al-Baqarah, yang kedua-duanya
belu1n 1nenegaskan pengharaman ara.k 1nenjadi ,nansukh,
karcna ayat 90 S. AI-Maidah lebih baik, lebih sempurna dan
lebih tegas.
Sehubungan dengan adanya ayat-ayat nasikh dan ,nansukh
tadi, Nabi s.a. w. dala1n ntenghadapi beberapa 1nasalah sosial
,nelakukan kebijaksanaan yang .;esuai dengan kondisi umat­
nya pada masa-rnasa tertentu. Antara lain beliau pernah
mengatakan: "Saya dulu pemah melarang kalian untuk me­
nyimpan daging tel'nak sembelihan, tetapi sekarang simpan­
lah ". "Dulu saya pemah 1nelarang kalian berziarah ke kubur­
an, tetapi sekarang berziarahlah".
Tentang pengertian nasikh dan maf}suk/1 sa1npai sekarang
,nasih 111erupakan ntasalah kontroversial di kalangan para
ahli tafsir. Ada sebagian yang berpendapat bahwa masalah
nasikh dan ,nansukh bukannya berlaku di antara sesa111a ayat­
ayat A l Q- uran, melainkan AJ-Quran itulah yang menjadi
nastkh bagi finnan-finnan Allah yang turun sebelum Al­
Quran, yaitu Kitab-Kitab Suci sebelumnya. Bahkan ada
juga yang berpendapat, bahwa yang dimaksud "ayat" dala1n
kaitan nasikh dan ,nansukh ialah "mu )izat".
Ayat-ayat hukum di dalam A J Q - uran tidak banyak menge-
1nukakan perincian soal demi soal, melainkan pada umumnya

173
hanya. 1nengemukakan soal-soal secara keseluruhan dan
garis besar (global). Seperti masalah yang berkenaan d e ­
ngan hukum peribadatan, huku1n perdata, hukum pidana,
pengaturan keluarga, masalah kenegaraan, hubungan antara
kaum Muslimin dengan orang-orang kafir bersenjata dan
lain-lain.
Kecuali itu juga terdapat ayat-ayat yang merubah hukum
dan a d a t i-stiadat jahiliyyah, seperti pengurangan jumlah
istri dan pembatasannya, penambahan kebebasan wanita,
pengaturan-pengaturan nikah dan talak, pengaturan pemba­
gian harta waris dan l a i n l-ain.
Di samping Al-Quran sebagai sumber pertama hukum
Islam, apa yang pernah diucapkan dan diperbuat Nabi s.a.w.
atau kejadian-kejadian apa saja yang disaksikan oleh beliau
dan dibiarkan berlangsung, semuanya itu juga menjadi sum­
ber hukun.. Apabila sudah dapat dipastikan, bahwa sesuatu
itu diucapkan, diperbuat dan dibiarkan oleh Nabi, maka
sesuatu itu menjadi sumber hukum yang kuat, setelah sumber
hukum yang pertama, yakni Al-Quran.
Itulah dua sumber hukum yang sah bagi penetapan hukum
Islam. Oleh karena itu terdapat perbedaan yang besar s e ­
kali antara penetapan hukum yang betsifat Ilahi dengan
penetapan hukum yang bersifat wadh 'i (hukum ciptaan
1nanusia).
DaJam hal penetapan hukum Ilahi, para ahli hukum
(fuqaha) dan para Khalifah sangat dibatasi kemerdekaannya.
Wewenang mereka hanya sampai kepada pemahaman ten­
tang naslz (teks) AJ-Quran dan hanya sekitar bisa dipercaya•
nya sesuatu hadits yang diriwayatkan oleh seseorang, atau
tidak, serta di sekitar masalah-masaJah yang tidak ada keten­
tuan hukumnya di dalam Al·Quran dan Haditas-hadits yang
sah.
Sedangkan dalam hal penetapan hukum wadh 'i, kekuasa·
an pembuat undang-undang mempunyai kemerdekaan
yang tidak terbatas untuk menafsirkan suatu Undang-undang
atau peraturan, mengubahnya atau rneniadakannya sama

174
sekali.
Setelah Nabi s.a.w. mangkat, putuslah wahyu Ilahi, karena
Allah sendiri n1enilai sudah cukup bagi kehidupan . umat
Islam. Dalan1 ha! ini Allah berfinnan: "Hari in i Ka1ni sem­
pumakan sudah agama kalian dan sudah pula Kan1i lengkap­
kan kurnia Ka1ni kepada kalian, serta Ka1ni telah rela Islam
1nenjadi agama kalian ".
Tahun 14 f-{ kota l)an1askus menjadi daerah Islan,. Tahun
17 It seluruh daerah .Sya111 dan Iraq 111enjadi daerah Isla1n.
Tahun 21 Ii seluruh tanah Persia n1enjadi daerah Isla1n.
Tahun 56 H daerah Islam meluas lagi san1pai ke Samarkand.
Semuanya tadi di sebelah timur. Sedangkan di sebelah barat,
pada tahun 20 !·I tvfesir n1enjadi daerah lsla1n. Ke111udian dari
Mesir 1neluas terus ke barat sampai menyelusuri seluruh
bagian utara benua Afrika, dan akhirnya daerah-daerah Se­
panyol dan Portugal (Andalus) pada tahun 73 H 1nenjadi
daerah lslarn
Se1nua daerah yang baru itu sudah sejak sebelun1nya me­
rupakan daerah-daerah yang penuh dengan kebudayaan
yang relatif tinggi di sa,nping me111punyai kekayaan ala1n
yang besar. Dengan terbukanya daerah-daerah baru tersebut
kaum Muslirnin ,nene,nukan banyak keuntungan material.
lni wajar. Kaum Musli,nin Arab yang tadinya sa1na sekali
tidak 1nengenal cara hidup yang beraneka ragam dan serba
mtwah, sekarang harus 1nenghadapi se1nuanya itu.
Akan tetapi pe1nbukaan daerah-daerah baru itu tidak
melalui praktek-praktek perampasan, penggarongan dan
penghancuran seperti yang dilakukan oleh pasukan-pasukan
Jengis Khan, Kau,n Musli1nin Arab membuka daerah-daerah
baru n1elalui cara-cara yang teratur dan terpiinpin. Bersama
1nereka ikut serta tenaga-tenaga pembaca AJ-Quran, guru­
guru dan fuqaha (ahli-ahli huku1n Islam). Di daerah-daerah
baru itu n1ereka semua n1au tidak n1au haros menghadapi
berbagai ,nasalah kemasyarakatan yang n1emerlukan penga­
turan-pengaturan hukum. Masalah-1nasalah baru yang tidak
pemah sebelumnya mereka jumpai atau ala1ni di semenanjung

175
Arabia sendiri. Sedangkan mercka semuanya tahu, bahwa
baik Al-Quran, maupun sunnah Nabi (hadits-hadits) tidak
1nencakup semua masalah sampai yang sekecil-kecilnya.
Kesukaran-kesukaran itulah yang rnendorong mereka
untuk menetapkan hukun1 berdasarkan pemikiran ( ar-ra 'yu)
tanpa ,neninggalkan keharusan mempertimbangkan segala
sesuatu dari sudut kaidah Islam dan hukum-hukumnya.
Siste1n penggunaan pikiran atau pendapat inilah yang di
kemudian hari disusun lebih metodik dan sistematik yang
disebut dengan al-qiyas.
Siste1n tersebut pada awal mula sudah pernah ditempuh
oleh l\.-Jusli1nin Arab pada waktu penetapan Abubakar sebagai
Khalifah (lengkapnya: Khallfatu Rasuli/lah). Abubakar sen­
diri sebagai Khalifah pernah memulai penggunaan sistem
hukum yang berdasarkan pemikiran atau pendapat (ar-ra'yu)
ketika ia menghadapi gelombang riddah (gerakan menjadi
1nurtad) dan gelombang pe1nbangkangan menunaikan wajib
zakat. Pemikiran Abubakar ketika itu diserta.i dengan per­
timbangan terhadap n1akna yang terkandung di dalam ayat
suci Al--,Juran dan ucapan Nabi s.a.w. yang mengisyaratkan
perlunya diambil tindakan-tindakan tegas.
Pengitaban (kodifikasi) ayat-ayat AI-Quran pun didasar­
kan atas penetapan ar-ra'yu. Sebab pada 1nasa hidupnya
Nabi s.a.w. tidak pernah ada pemyataan yang mengisyarat­
kan keharusan 1nenghimpun ayat-ayat suci.
Atas dasar pemikiran (ar-ra 'yu) juga Abubakar memecah­
kan masalah hak atas sebagian harta waris bagi saudara-sau­
dara, kakek, nenek yang ditinggal mati oleh seseorang.
Demikian pula Abubakar tnemecahkan n1asalah persamaan
nilai dalam pembagian barang-barang ghanirnah bagi kaum
muhajirin dan kaum anshar.
Khalifah 'Umar bin 'l-Khatthab 1nerupakan orang yang
paling banyak mempergunakan sistem ar-ra yu dalam me,ne­
cahkan berbagai masalah hukurn yang dihadapinya. 1-lal
itu sesuai dengan perke1nbangan keadaan pada jamannya,
mengingat makin bertambah luasnya daerah-daerah Isla,n

176
yang baru. Suatu keadaan yang belum pernah dihadapi
oleh Khalifah sebelun1nya.
Dalrun Ital iftihad (penelaahan dan studi un tuk rnenetap­
kan hukutn) 'Umar dipandang oleh fuqaha (ahli-ahli hukum
agama) sebagai ·tandah (sandaran) yang patut diindahkan
fatwa-fatwanya. Tcrutama di bidang hukum yang 1nengatur
hubungan antara pihak yang n1enang dengan pihak yang
kalah di dalan1 suatu .peperangan rnenegakkan agama Allah.
·umar 1nelakukan studi sedalam-dalamnya san1pai ia me­
mahami benar-benar. untuk kepentingan apa sesuatu ayat
diturunkan atau sesuatu hadits diucapkan atau diperbuat
oleh Nabi s.a.w. Sehingga ia berpendapat bahwa mengan1bil
kesimpulan dari jiwa serta semangat Undang-unadang atau
peraturan (qa1111n) lebih pen ting dari pada hanya berpegang
kepada bunyi huru f-hurufnya. Tentang ha! jni pernah terjadi
perbedaan pendapat antara Abubakar dan ·Umar. Peristiwa­
nya adalah sebagai berikut:
Pada suatu hari, dua orang ben1ama 'Uyainah bin Hus­
hun dan AJqra' datang rnenghadap Khalifah Abubakar.
Sebagai orang-orang yang baru saja ,nasuk Islam dan n1asih
bimbang imannya (1nuallaf). dua orang tersebut minta diberi
beberapa ekor ka,nbing yang dianggap oleh ,nereka sudah
menjadi hak bagi orang-orang ,nuallaf yang wajib diberi
shadaqah. Perbuatan seperti itu 1nereka lakukan beberapa
kali dan selalu dikabulkan oleh Khalifah Abubakar.
Pada suatu ketika yang lain lagi mereka kembaJi 1nenga­
jukan pennintaan seperti itu kepada Khalifah. Kebetulan
'Umar sedang berada di tempat kerjanya mendampingi
Khalifah Abubakar. Untuk mengabulkan permintaan kedua
orang tadi Abubakar 1nenulis sepucuk surat perintah pembe­
rian beberapa ekor kambing kepada 'Uyainah dan AJ-Aqra'.
Melihat haJ itu 'Umar segera mengambil surat tersebut lalu
dirobeknya di hadapan ·uyainah dan AJ-Aqra' sa1nbil ber­
kata, "Pergilah kalian dari sini. Mulai hari ini tidak ada lagi
hak kalian untuk mendapatkan sradaqah dari Baitul Mal.
Bila kalian hendak 1nenjadi kafir kembali silakan sekarang

177
juga, atau kapan saja boleh kalian angkat senjata dihadap­
an saya."
Kedua orang tersebut bukan main takut dan gemetarnya
lalu pergi.
'Umar mengambil sikap dan berbuat demikian karena ia
mengerti, kedua orang tadi selalu me1npergunakan predikat
mua/laf sebagai cara untuk mendapatkan keuntungan dan
membiasakan diri sebagai pengemis dan malas bekerja.
'Umar berpendapat bahwa ayat AJ-Quran yang menetap­
kan hak bagi orang-orang mua/laf untuk menerima shadaqah,
bertujuan supaya orang muallaf itu terjalin erat dalam hu­
bungan sosial dengan saudara-saudaranya kau1n Muslimin
lainnya, dan agar ia cepat menjadi yakin benar betapa kuat­
nya hubungan persaudaraan antara sesama orang yang beri­
man. Dengan demikian ia akan lebih cepat me,niliki irnan
yang mantap. Atas dasar pertimbangan tersebut 'Umar bcr­
pendapat perlunya ada batas waktu pe,nberian hak menerima
shadaqah bagi seseorang ,nuallaf dan tidak harus terus-mene­
rus tanpa batas, sehingga seolah-olah membuat orang men­
jadi mua/laf seumur hidup.
Jiwa Undang-undang seperti itulah yang oleh 'Umar di­
ambil dari ayat-ayat AJ-Quran yang bersangkutan. Scdang
Khalifah Abubakar berpegang pada bunyi ayat itu secara
harfiah.
Adalah sudah menjadi kebijaksanaan Khalifah Abubakar,
di dalam menetapkan sesuatu hukum ia selalu mendasarkan
pertimbangannya pada nash AI-Quran. Jika tidak terdapat
ketentuannya di dalam AI-Quran ia menetapkan berdasar
sunnah Nabi. Jika dari kedua-duanya ia tidak menemukan
ketentuan hukumnya, ia memanggH para sahabat lainnya
untuk ditanya dan diajak bennusyawaraJ1 tentang bagaimana
sebaiknya sesuatu yang dihadapinya itu dipecahkan.
Kecuali itu kepada sahabat-sahabat yang lainnya lagi ia
1nenanyakan kalau-kalau . mereka 1nendengar ucapan Nabi
atau menyaksikan perLuatan beliau atau melihat langkah
dan tindakan apa yang pemah diambil Nabi dalam meng-

178
hadapi persoalan yang sama seperti yang sedang dihadapi­
nya, atau mirip dengan masalah yang sedang menuntut
penyelesaian.
Jika me,nang benar-benar tidak terdapat di dalam nash
AJ-Quran dan hadits, barulah pertukaran pendapat dan
musyawarah dilakukan.
Khalifah 'Umar pun berbuat seperti Abubakar. Bahkan ia
melihat apa yang pemah dilakukan oleh Abubakar dalam
menghadapi masalah-masalah yang sama atau mirip dengan
yang sedang dihadapinya.
Jalan yang ditempuh untuk menetapkan hukum seperti
itu, lazim dilakukan Abubakar dan 'Umar. Bahkan para
penguasa daerah dan para alim ulama banyak yang mengikuti
jejak kedua orang Khalifah tersebut. Seperti Zaid bin Tsabit,
Abu Ka'ab, Ma'adz bin Jabal dan 'Abdullah bin Mas'ud,
se1nuanya merupakan tokoh-tokoh huku,n agan1a yang bisa
disebu t sebagai pembangun siste,n ar-ra 'yu. Pada jamannya
mereka adalah cendekiawan-cendekiawan yang memiliki
ketekunan dan kemampuan berfikir yang tinggi. Masing­
masing ,nempunyai kelompok-kelompok studi yang 1ne­
ngadakan kerjasama satu sama lain dan saling kuat-1nenguat­
kan di samping saling menunjukkan kelemahan-kelemahan
yang ada pada masing-masing kelo1npok. .
'Abdullah bin Mas'ud adalah seorang ahli hukum Islam
yang paling terkemuka dan paling terkenal, terutama di
kalangan penduduk Iraq. Pada jaman berikutnya Iraq dimah­
kotai oleh munculnya seorang imam besar dan sarjana hukum
kenamaan, ialah Abu Hanifah. Imam Abu Hanifah adalah
seorang ,nurid Hamad bin Abi Suleiman. Abi Suleiman
murid Ibrahim An-Nakhfi. Ibrahitn murid 'Alqan bin Qeis,
sedangkan 'Alqan sendiri murid 'Abdullah bin Mas'ud.
Sejaman dengan Abu Hanifah di Madinah muncul seorang
imam besar yang amat terkenal ialah Malik bin Anas. Ke­
mudian pada jaman-jaman sesudahnya muncul banyak s a r ­
jana hukum dan imam, seperti Hasan al-Bashri dan lain-lain.
Iraq di bidang kehidupan hukum sangat besar menerima

179
pengaruh sistem ar-ra'yu dari •Abdullah bin Mas'ud murid
'Umar bin'1-Khatthab sendiri. Di Iraq ketika itu sangat se­
dikit terdapat hadits Nabi. Pada jaman itu hadits-hadits be­
lum "dikitabkan ". Semua hadits hanya ada di dalam ingatan
para sahabat dan anak atau cucu mereka. lfal itu wajar,
karena Nabi bennukim di daerah Hijaz, tvladinah. Di sam- ·
ping itu Iraq juga merupakan daerah yang me,npunyai
kebudayaan lebih maju dan banyak terpengaruh oleh kebu­
dayaan Persia dan Yunani, sehingga di sana banyak masalah
kecil dan rumi t yang menuntut pemecahan hukum.
Ahli-ahli hukum di Iraq pada jaman itu disebut orang se­
bagai "kaum tahukah anda" (Araaitiyyun).
Yang dimaksud dengan sebutan itu iaJah karena mereka
daJam memecahkan soal-soal hukum selalu banyak mengaju­
kan pertanyaan: Tahukah anda bahwa soaJnya begini dan
begitu?
Perguruan hukum sistem ar-ra 'yu ini me1npunyai keisti­
mewaan tersendiri, di antaranya yang penting ialah sangat
kaya dengan cabang hukum yang rumit dan pelik, bahkan
kadang-kadang sarnpai mencakup masalah-masalah yang
tidak akan pernah terjadi dalam kehidupan masyarakat.
Mereka 1nenerima segala bentuk cabang hukum yang kecH­
kecil itu dengan syarat yang arnat berat, yaitu bahwa hadits
yang dipergunakan sebagai dasar harus benar-benar kuat
dan tidak diragukan serta logis dan rasional, sehingga oleh
karenanya banyak sekali hadits yang tidak diberlakukan
oleh mereka untuk menetapkan hukum. Bahkan acla semen­
tara sarjana dari perguruan itu yang agak berlebih-lebihan,
yaitu meremehkan dan tidak tnau menggunakan hadits sama
sekali sebagai dasar untuk menetapkan hukum, hanya karena
mereka meragukan orang-orang yang meriwayatkan hadits.
Sikap yang demikian itu dibahas panjang lebar oleh Jn1am
Syafi'i .di dalam kitab hukumnya yang terkenaJ, Al-Uni.
Imam Syafi'i dengan cemerlang sekaJi menge1nukakan alasan­
alasan dan daJil-daJil. la juga menjawab sikap suatu kelo,n­
pok ahli hukum Jainnya yang tidak mau menggunakan hadits

J80
kecuali yang secara bulat dipandang sah dan dapat diterima
oleh para ahli huku1n seluruhnya, dan biasanya meninggal­
kan hadits-hadits yang diperselisihkan serta tebih suka me1n­
pergunakan ar-ra '.vu (pendapat) daripada 1nempergunakan
hadits-hadits yang seperti itu.
Kelompok ahli hukum yang sikap-sikapnya dijawab
oleh hnan1 Syafi'i ini, oleh Al-Bagdadi digolongkan ke dalam
sekte Khawarij, sebagain1ana dinyatakan dalam bukunya
Ushuluddin.
Beda halnya dengan perguruan hukum yang ada di Iiijaz,
Madinah. Perguruan ini tidak menempuh sistem ar-ra 'yu
dala.in 1uenetapkan suatu hukum, tetapi sepenuhnya n1em­
pergunakan hadits-hadits, betapapun kurang kuatnya hadits­
hadits itu. Oleh karenanya pergurua.11 huku,n ini disebut
Ahlul-hadits.
Tokoh ahli huku1n dalan1 perguruan ini 1nempunyai asal­
usul iln1u dari para sahabat Nabi s.a.w., seperti 'Abbas, Zu­
bair, 'Abdullah bin 'Umar dan 'Abdullah bin 'Amr bin'l­
'Ash. Salah seorang tokoh pergun1an ini, Sya'bi, 1nengat a ­
kan, ''Apa yang kalian dapat dari para sahabat Nabi, ambil­
lah. Tetapi yang kalian dapatkan dari a r -ra'yu, buang saja­
lah di kebun."
Kelompok hukum Ahlul-hadits ini, apabila rne111ecahkan
suatu masalah, selalu 1nelihat kepada ayat Al-Quran atau
hadits saja. Jika mereka tahu ada ayat atau hadits yang da­
pat dijadikan hukun1 untuk memecahkan n1asalah yang di­
tanyakan, baru mereka menjawab. Tetapi sebaliknya, jika
1nereka tidak mengetahui ada ayat atau hadits yang ber­
kaitan dengan masalah itu, mereka tidak mengatakan suatu
apa. I,nam Ahmad bin �Iainbali sendiri sebagai pendiri per­
guruan ini banyak sekali menanyakan kepada para ahli
hadits dan tidak mau bertanya kepada para ahli hukum sis­
tern ar-ra 'yu.
Keistimewaan perguruan Ahlul-hadits ini ialah tidak
menyukai perta.11yaan-pertanyaan tentang hukum yang ru­
mit dan pelik. Sebab sumber hukum yang mereka perguna-

181
kan hanya AJ-Quran dan hadits-hadits Nabi saja tanpa memer­
lukan adanya pendapat apa pun untuk memecahkan soal­
soal yang tidak berkaitan dengan AJ-Quran dan hadits. Me­
reka sangat tidak menyukai sistem ar-ra 'yu. Mereka tidak
senang menghadapi pertanyaan-pertanyaan hukum tentang
sesuatu masalah, sebelum masalah itu benar terjadi. Menurut
para penganut sistem ar-ra'yu, para Ahlul-hadits itu terlam­
pau cenderung kepada pokok-pokok hukum dan meremeh­
kan cabang-cabang hukum.
Keistimewaan lain yang ada pada kelompok hukum
Ahlu/-hadits ialah terlalu mudah mempergunakan hadits­
hadits dalam penetapan hukum, sampai hadits yang lemah
(dha 'if) sekalipun. Hal ini disebabkan terlalu menggampang­
kan syarat-syarat untuk menetapkan kuat atau tidaknya
sesuatu hadits. Akibatnya lagi ialah terlampau meremehkan
peranan pikiran dan pendapat dalam hal penetapan hukum.
Semuanya itulah yang menjadi pendirian tokoh-tokoh per­
guruan hukum Ahlul-hadits.
Imam Malik, yang hampir sehaluan dengan para ahli
hukum Ahlul-hadits, rnenurut Az-Zabidi, telah ,nenempat­
kan kurang lebih 10.000 hadits dalam bukunya yang diberi
nama A lMuwattha',
- sehingga dalam menetapkan suatu hu­
kum ia selalu melihat banyak hadits yang bisa dijadikan
dasar. Jika suatu hadits dipandangnya kurang tepat dijadi­
kan dasar, ia dapat mengambil hadits lainnya yang dipan­
dangnya tepat sebagai dasar hukum.
Kedua belah pihak, baik penganut sistem ar-ra'yu maupun
Ahlul-hadits, sama-sama mempunyai orang-orang yang eks­
trim dalam penetapan hukum. Di kalangan Ahlul-hadits ada
yang berpendapat keterlaluan sehingga sampai berani menga­
takan, bahwa hadits menempati kedudukan hukum lebih
tinggi daripada AJ-Quran dan bukan sebaliknya. Ada pula
yang berpendapat bahwa dalam hal penetapan hukum,
hadits berkedudukan sebagai nasiklz terhadap hukum-hukum
yang ada di dalam Al-Quran. Sedang dari kalangan sistem
ar ra 'yu ada yang berpendapat dan berani mengatakan,

182
bahwa hukum yang ditetapkan berdasarkan ar•ra 'yu lebih
kuat kedudukannya daripada hukum yang ditetapkan ber·
dasarkan hadits. J adi yang satu melebih-lebihkan hadits
dan 1nenentang ar-ra:vu. sedang yang lainnya 1nengagung·
agungkan ar-ra 'yu serta meremehkan hadits.
Dengan demikian menjadi agak teranglah kiranya, menga•
pa terdapat perbedaan di dalam hukum•hukum yang difat­
wakan oleh para ilnam madzhab mengenai suatu masalah
yang sama. Hal ini merupakan konskuensi logis dari sistem
penetapan hukum yang berbeda cara.
Ada sementara kalangan ahli hukum dan para ulama yang
berusaha mempertemukan kedua sistem atau cara tersebut,
untuk ,nengakhiri fatwa-fatwa hukum yang saling berbeda.
Mereka itu me,npunyai pendapat yang sederhana dan hanya
menyatakan, bahwa sebagian dari sistem ar--ra'yu patut di·
hargai dan sebagian lainnya patut dicela.
Itu semua adalah pengaruh dua perguruan hukum yang
berselisih haluan dalam sistem penetapan hukum. Di masing-
1nasing perguruan itu terdapat oknutn-oknum yang tidak
bertanggungjawab, sehingga kebenaran agama tidak diindah­
kan dan perasaan takwa kepada Allah menjadi kendur.
Tetapi di san1ping adanya perguruan hukum yang m e m ­
punyai sistem berlawanan tadi, terdapat perguruan hukum
hnam Malik dan perguruan hukum Imam Syafi'i.
Keduanya itu, terutama Imam Syafi'i, sangat kaya dengan
hadits dan tidak bekerja atas dasar ar-ra 'yu, kecuali kalau
memang benar-benar tidak jelas hukumnya di dalam Al­
Quran dan hadits. Perguruan ini mencapai hasil yang amat
tinggi tingkat kualitatif dan kuantitatifnya. Keberhasilan
tersebut berkat metode pembahasan dan penyimpulannya,
yang tnemadukan pemikiran hukum, analisa dan penelitian
ijtihad. tlasil pemaduan tiga metode itu kemudian diperse'..
nyawakan dengan pengertian-pengertian yang ada di dalam
Al·Quran dan hadits.
Pada jaman Khalifah Abubakar, penetapan hukum tidak
_ banyak mengalami kesukaran. Sebab pada jamannya belum
183
terdapat daerah-daerah Islam baru di luar negeri iiijaz,
seperti yang terjadi pada jaman 'Umar.
Pada jamannya, 'Umar harus mampu memberikan pim­
pinan kepada para sahabat dan komandan pasukan yang
sedang menjalankan kampanye dan da'wah di daerah-daerah
baru. Kampanye pendidikan agama sangat perlu dilakukan
di samping kewajiban-kewajiban lainnya untuk memecahkan
masalah-masalah hukum yang tidak jelas di dalam Al-Quran
dan hadits.
Di daerah-daerah baru mereka itu mengeluarkan fatwa­
fatwa hukum atas petunjuk dan pirnpinan Khalifah ·umar.
Fatwa-fatwa itulah yang kemudian disebut sebagai tradisi
hukum, yang jaman kini disebut sebagai jurisprudensi.
Sebagai 111isal, penduduk Madinah mengikuti fatwa-fatwa
hukum 'Abdullah bin Mas'ud, penduduk Mesir mengikuti
fatwa-fatwa hukum 'Abdullah bin 'Atnr bin'l-'Ash dan sete­
rusnya.
Pada jaman dinasti Bani Urnayyah, perlakuan yang diberi­
kan oleh para penguasa kepada penduduk daerah-daerah baru
amat buruk dan kerap menyakiti hati. Banyak timbul ,na­
salah yang harus diselesaikan berdasarkan hukum. Tetapi
bagaimana hukum yang ada? Baik yang beragama Islam,
1naupu!1 yang beragama lain, semua bertanya-tanya bagai­
mana hukum Islam 1nengenai kejadian baru dan yang bersi­
fat lokal itu? Bagaimana pendapat Islam tentang seribu satu
macam soal yang kompleks, yang diti1nbulkan oleh kebu­
dayaan setempat yang sudal1 maju itu? Mana yang sesuai de­
ngan hukum-hukum pokok Islam dan mana yang tidak?
Semua pertanyaan tersebut menuntut jawaban yang da­
pat dipertanggungjawabkan, baik dari sudut agama Islam,
maupun dari sudut tata-sosial yang ada di daerah-daerah baru
dan yang tidak selalu mempunyai corak yang sama. Keada­
an seperti itulah yang mendorong perkembangan ilmu fiqh
(hukum Islam) di kalangan kaum Muslimin.
Dua orang penulis Barat, Ignaz Goldziher dan Giorgio
de Santillana mengatakan hukum fiqh banyak menerima

184
pengaruh dari huku1n dan perundang-undangan Rumawi.
Alasan yang dike,nukakan ialah, bah\Va kota Qaishariyyah
di Beirut sebelu1n lslan1 pernah rnenjadi tempat akademi­
akaderni huku1n Ru1:nawi dan terdapat pula di sana 1nahka­
mah-1nahka1nah Rurnawi yang dapat bekerja terus sarnpai
beberapa waktu la1nanya setelah rnenjadi daerah Islam.
Pendapat kedua orang penulis Barat tersebut disanggah
kebenarannya oleh penulis Mcsir terkenal, AJ11nad An1in,
dengan mengatakan adanya persamaan dua n1aca1n hukum
dalam h a l -hal tertentu, tidak dapat 1ne1nbuat orang untuk
de1nikian saja menyirnpulkan yang satu pasti 1nengan1bil
dari yang lain. Apalagi kalau diingat bahwa kedua 1nacam
hukurn itu semuanya memupuk prinsip-prinsip keadilan
dala1n 1neletakkan pen1ndang-undangan.
Sebagai 1nisal adanya suatu kaidah hukum yang sarna:
Pembuktian harus dilakukan oleh pihak yang rnenuduh dan
sumpah harus dilakukan oleh yang rnenyangkal. Kaidah ini
berlaku sa1na bagi se1nua orang dan dirasakan sesuai dengan
rasa keadilan oleh setiap 1nanusia, tidak pandang asal kebang­
saan atau rasnya. Rasa keadilan yang ada pada suatu bangsa
tidak han1s berarti mengambil rasa keadilan dari bangsa
lain.
Selanjutnya Ignaz Goldziher juga n1engatakan, bahwa
Al-Auza'i, seorang ahli hukum lslarn, terpengaruh oleh hu­
ku1n Rumawi. Padahal Goldziher tahu betul, bahwa Al­
Auza'i adalah seorang ahli hukurn keluaran perguruan hukum
Ahlul-hadits dan bukan keluaran dari perguruan Ahlur-ra'yu
(penganut sistem a-ra'yu). Tidak diragukan, bahwa perguru­
an hukurn Ahlul-hadits jauh sekali untuk dapat dikatakan
terpengaruh oleh hukum Rumawi.
Para penguasa dinasti Bani Urnayyah sangat sedikit mena-
ruh perhatian atau minat kepada perkembangan iln1u hukum,
kecuali beberapa orang saja seperti 'Umar bin 'Abdul-'Aziz.
Oleh karena itu, walaupun kondisi-kondisi yang ada pada
kekuasaan Bani Umayyah sangat memungkinkan bagi per•
kembangan ilmu, tetapi tidak banyak kemajuan ilmu hukum

185
yang dapat diambil dari pengalaman para penguasanya. Pada
masa itu ilmu hukum lebih banyak mengambil tempat di d a ­
lam lingkungan perguruan-perguruan dan di kalangan keJom­
pok-kelompok studi yang sama sekali terpisah dari praktek
para penguasa.
Sebaliknya pada jaman kekuasaan 'Abbasiyyah. Para
penguasa dinasti ini besar sekali minatnya dan mendukung
serta mengadakan hubungan erat antara mereka dengan
tokoh-tokoh hukum seperti Abu Yusuf misalnya.
Lagi pula pada jaman Bani Umayyah beJum terbentuk
empat madzhab hukum (Maliki, Hanafi, Hambali dan Syafi'i)
secara sistematik. Yang ada pada masa itu hanya imam-imam
besar, yang dengan giat dan tekun mengadakan studi-studi
hukum. secara mendalam seperti Al-Auza'i, yang metode
hukumnya di kemudian hari 1nenjadi tidak terhimpun dengan
baik dan teratur. Baru pada jaman terakhir dinasti tersebut
muncul ahli-ahli hukum yang besar, dua orang di antaranya
ialah Imam Abu Hanifah di Iraq dan Imam Malik di Madi­
nah.
Imam Abu Hanifah dilahirkan pada tahun 80 H yaitu pada
jaman Raja 'Abdul-Malik bin Marwan, salah seorang kepala
dinasti Bani Umayyah. Abu Hanifah sempat mengalami ja­
man dinasti 'Abbasiyyah selama delapan belas tahun. Ia bera­
sal dari keturunan Persia. Terkenal kemampuannya dalarn
menetapkan suatu hukum, kuat dasar alasannya dan hujjah­
nya, baik logikanya dan teliti kesimpulan-kesimpuJannya.
Ia tergolong kepada sarjana-sarjana hukum sistem ar-ra 'yu.
Metode hukumnya kemudian dibukukan oleh kedua orang
muridnya, Abu Yusuf dan Muhammad.
Imam Malik bin Anas dilahirkan pada tahun 96 H di
Madinah. la berasal dari keturunan Arab wafat pada tahun
179 H. Ia giat, rajin belajar, mengajar dan menulis, dan ter­
kenal dengan kemampuannya mengetengahkan hadits-hadits
untuk mengokohkan dasar alasannya. Oleh karena itu ia di­
golongkan kepada sarjana-sarjana hukum Ahlul-hadits.
Ia meninggalkan karya-karya terutama sebuah buku yang

186
ditulisnya sendiri dan diberi judul Al-Muwattha ·, kepada
angka tan-angkatan berikutnya hingga jaman sekarang ini.
Buku ini terkenal sebagai buku hadits, tetapi sebenamya
buku tentang hukum yang penuh dengan hadits. Tujuan buku
tersebut ialah peletakan hukum dengan mempergunakan
hadits-hadits sebagai dasar alasan pokok. Di dalamnya bisa
didapatkan fatwa-fatwanya dan pendapat-pendapat pribadi­
nya tentang berbagai masalah hukum.
Madzhab Maliki tersebar di Andalus dan Maroko. Tentang
Ital ini lbnu Khaldun

men1berikan ulasan di dalam bukunya,
Muqaddin1ah. sebagai berikut:
"Pada masa lalu sifat-sifat keterbelakangan lazim ada pada
penduduk Maroko dan Andalus. Mereka tidak mengalami
kemajuan-kemajuan seperti yang dialami oleh penduduk
Iraq. Oleh karena itu mereka lebih condong kepada Hijaz,
disebabkan oleh persamaan taraf keterbelakangannya. Itu­
lah sebabnya mengapa madzhab Maliki masih kokoh di
kalangan mereka. Proses kemajuan dan sistem pendidikan
di sana tidak mengambil a p a -apa dari madzhab tersebut.
Tidak •seperti yang banyak diambil dari madzhab-madzhab
lainnya."
Yang dimaksud Ibnu Khaldun dengan ulasannya itu ialah
negeri tempat Imam Malik dilahirkan dan keterbelakangan­
nya, mempunyai pengaruh khusus atas Imam Malik dalam
membentuk madzhab atau metode hukumnya serta penda­
pat-pendapatnya mengenai berbagai cabang hukum. Menu­
rut Ibnu Khaldun, hal itu tampak dengan jelas di dalam
perbedaan-perbedaan pendapat yang ada di kalangan para
al1li hukum itu sendiri.
Abu l1anifah mempunyai faham yang men1perbolehkan
orang mengganti ucapan "Al/ahu Akbar" pada permulaan
shalat dengan bahasa Persia, walaupun orang yang bersang­
ku tan dapat dengan baik mengucapkannya dalam bahasa
Arab. Abu Hanifah pun memperbolehkan seorang wanita
yang telah dewasa untuk melakukan pernikahan tanpa wali.
Sedangkan Imam Maliki dan Imam Syafi'i tidak memperbo-

187
lehkannya. Sudah tentu masing-masing mempunyai alasan
hukumnya.
Dalam hubungannya dengan masalah tersebut, kiranya
perlu untuk dikemukakan, bahwa perbedaan-perbedaan
pendapat dan fatwa terjadi karena tidak adanya persamaan
penilaian atas sesuatu hadits. Ada yang memandang, bahwa
hadits yang bersangkutan berasal dari perawi-perawi yang
kurang dapat dipercaya atau diragukan dan ada pula yang
memandang sebaliknya.
Tetapi manakala para ahli hukum (fuqaha) bulat berpen­
dapat, bahwa sesuatu hadits sah dan periwayat-periwayatnya
dapat dipercaya sepenuhnya, maka kondisi setempat (per­
bedaa11 tingkat kemajuan dslb) tidak ada pengaruhnya dalam
penetapan hukum yang dilakukan para penganut sistem
ar-ra 'yu. Sebab tidak ada alasan apa pun yang dapat diterima
oleh kaum Muslimin untuk membenarkan, bahwa kondisi
setempat bisa dipergunakan untuk mengubah atau meniada­
kan hadits yang telah diakui sahnya oleh semua fuqaha.
Sebagai contoh dapat dikemukakan perbedaan pendapat
antara Abu Hanifah dan Malik sekitar boleh-tidaknya seorang
wanita yang telah dewasa melakukan pemikahan tanpa wali.
Fatwa yang dikeluarkan oleh madzhab 1-Ianafi yang me1nper­
bolehkan seorang wanita dewasa melakukan pemikahan
tanpa wali, didasarkan atas suatu hadits yang mengatakan:
Nabi s.a.w. pernah berkata, 'Semua manusia sama (keduduk­
annya) bagaikan gigi sisir. Orang Arab tidak lebih utama
daripada yang bukan Arab. Keutamaan hanyalah disebab­
kan oleh taqwa."
Jadi tidaklah dapat dikatakan bahwa fatwa hukum Abu
Hanifah tentang hal itu sangat dipengaruhi oleh kondisi se­
tempat (Iraq). Ia memfatwakan hukum sepenuhnya berdasar­
kan hadits Nabi, yang meletakkan persamaan kedudukan
bagi pria maupun wanita.
Tetapi bagaimanapun juga, perbedaan-perbedaan penda­
pat semuanya temyata justru yang merupakan salah satu
faktor pendorong untuk. lebih berlcembangnya lagi ilmu
.
188
hukum Islam pada jaman-jaman berikutnya. Benarlah, apa
yang tidak disukai manusia, kadang-kadang justru itulah yang
membawa kcbaikan.

5. Al-Quran dan Penafsirannya

Pada jarnan Khalifah Abubakar r.a. mulai timbul gagasan


untuk mengitabkan atau ,nenghirnpun ayat-ayat Al-Quran,
yang sejak jaman Nabi s.a.w. hidup sarnpai wafatnya banyak
dihafal oleh kaum Muslitnin Arab. Ada juga beberapa di
antara mereka yang .mencatat dengan cara masing-masing.
Ju,nlah ayat yang dihafal oleh masing-masing tidak selalu
sama. Ada yang hanya hafal berberapa ayat dan ada pula
yang hafal banyak ayat. Pada umumnya yang banyak meng­
hafal ayat-ayat Al-Quran ialah para sahabat dekat Nabi
s.a.w., termasuk para anggota keluarganya. Banyak-sedikit­
nya jumlah ayat yang dihafal oleh seseorang, tergantung pa­
da daya ingat masing-masing.
Peperangan yang banyak terjadi dalarn menghadapi serang­
an-serangan bersenjata Qureisy, dan lain-lainnya, mengaki­
batkan tidak sedikit jumlah para sahabat penghafal ayat yang
gugur di n1edan pertempuran. Namun mujurlah ketika itu
Nabi masih hidup, sehingga ayat-ayat yang belum dihafal
dapat ditanyakan langsung kepada beliau. Tetapi setelah
Nabi wafat, hal itu menjadi sangat dikhawatirkan oleh para
sahabat. Penghirnpunan ayat-ayat Al-Quran kini menjadi
sangat dirasakan perlunya, tidak hanya untuk kepentingan
angkatan 1nasa itu saja, 1nelainkan terutama untuk kepen­
tingan angkatan-angkatan selanjutnya.
Atas permintaan Khalifah Abubakar, Zaid bin Tsabit
mengerjakan penghimpunan ayat-ayat Al-Quran. Adapun
Zaid sendiri semasa hidup Nabi s.a.w. sering din1inta untuk
mencatat wahyu-wahyu llahi oleh Nabi sendiri, di sa1nping
pekerjaan tulis-menulis lainnya. Pengecekan dilakukan oleh
Zaid dengan berbagai cara, untuk menghindari kemungkinan
terjadinya perbedaan bunyi ayat yang dihafal oleh orang-

189
seorang.
Selesai dihimpun oleh Zaid diserahkan kepada Khalifah
Abubakar dan sesaat sebelum Abubakar wafat, naskah
tulisan ayat-ayat Al-<.)uran tersebut diserahkan kepada Haf­
shah binti 'Umar bin'1-Khatthab (istri Nabi s.a. w .) untuk
disimpan baik-baik. Kemudian hari dari Hafshah berpindah
tangan kepada Khalifah 'Utsman bin 'Affan yang mengganti
Khalifah 'Umar.
Dalam hal ini yang penting dikemukakan ialah, apakah
setiap orang Arab memahami dan mengerti benar makna
ayat AI-Quran seluruhnya? Bagaimana halnya dengan orang­
orang Arab Badawi (orang-orang pegunungan dan pengem­
bara) yang masih sangat terbelakang dan masih sangat ter­
batas kemampuan berpikimya? Lalu apakah para sahabat
Nabi sendiri semuanya mempunyai pengertian dan pemaham­
an yang sama tentang makna ayat-ayat Al-Quran?
Walaupun Al-Quran diwahyukan Allah kepada Rasu!Nya
dalam bahasa Arab, tetapi bukanlah suatu hal yang aneh
kalau orang-orang dari satu bangsa yang memiliki satu bahasa,
tdak p:isti semuanya dapat memaharni dan mengerti betul
n1akna banyak perkataan atau kalimat yang ada dalam b a ­
hasanya sendiri. Apalagi dengan adanya perbedaan-perbeda­
an istilah pada berbagai suku bangsa itu.
Mengenai hal tersebut, seorang penulis sejarah terkenal
yang hidup pada abad ke-13 M, lbnu Khaldun, mengatakan
bahwa semua orang jaman dahulu memahami dan mengerti
makna Al-Quran. Penegasannya itu tercantum di dalam
buku yang ditulisnya sendiri, Muqaddimah. Tetapi penegas­
an lbnu Khaldun itu rupanya belum memuaskan para cende­
kiawan sejarah lainnya. I-fat ini dapat dipahami, karena da­
lam penegasannya itu Ibnu Khaldun tidak atau kurang mem­
berikan alasan-alasan dan dasar-dasamya.
Berbeda dengan lbnu Khaldun, cendekiawan sejarah
Ahmad Ainin, yang hidup pada abd ke-20 M mengatakan,
bahwa tingkat kesanggupan orang-orang Arab pada jaman
dahulu dalam memahami makna A l Q - uran tidaklah sama.

190
•1a1 ini banyak tergantung kepada tingkat kesanggupan ber­
pikir 1nasing-masing.
Sebagai contoh dikernukakannya, bahwa 'Umar bin'l­
Khatthab sendiri tidak 1nernahami arti perkataan abba
dan perkataan 1akhai1•ivuf yang ada di dala1n Al-Quran.
Ketika 'U1nar ditanya oleh seorang tentang arti abba ia tidak
memberikan jawaban yang pasti. Pada waktu yang lain lagi,
·u1nar sedang berdiri di 1ni1nbar dan di tengah pe1nbicaraan­
nya ia bertanya kepada salah seorang dari Bani Iiudzail
tentang arti perkataan �akha1v1vuf, yang oleh orang ini
dijawab berarti tanaqqush.
Banyak Jagi perkataan-perkataan seperti itu terdapat
di dala1n Al-Quran. Seperti: ''Iva/- 'adiyati dhabha ", "Ii/adz
Dzari_vati dzarwa ", "Wa layalin 'Asyrin ", "Lailatul-Qadr"
dan lain-lain.
Rasanya sukarlah untuk percaya bah\va pada jaman hi­
dupnya Nabi s.a.w. tidak pemah ada sahabat yang menanya­
kan makna beberapa perkataan di dalam Al-Quran, yang su­
kar sekali dipahami. Rasanya sulit juga untuk bisa dipikirkan
bahwa Nabi s.a.w. tidak pemah 1nen1berikan penjelasan atau
makna perkataan-perkataan yang sukar itu kepada para sa­
habatnya, lebih-lebih kepada keluarganya sendiri.
Sejarah mencatat kenyataan, bahwa telah menjadi kebiasa­
an Nabi s.a.w., tiap beliau menerima wahyu segera beliau
san1paikan kepada para sahabatnya. Dalrun hubungan ini
1nungkin timbul pertanyaan: Bukankah suatu kejanggalan
kalau Nabi s.a.w. menyarnpaikan kepada sahabatnya, se­
suatu yang tidak dapat dipahami? Ataukah ketika itu tidak
ada seorang pun yang berani menanyakannya? Ini pun kurang
bisa dipah�i, karena di dalan1 Al-Quran sendiri terdapat
banyak ayat yang 1nenunjukkan jawaban-jawaban Nabi
kepada orang-orang yang menanyakan sesuatu kepada beliau.
Bahkan orang-orang Badwi yang datang dari jauh pun berani
menghadap Nabi untuk menanyakan sesuatu dan oleh Nabi
selalu dijawab. Apalagi para sahabat dan keluarganya sendiri.
Mengingat adanya kenyataan tersebut, penegasan Ibnu

191
Khaldun tampaknya benar. Dengan catatan, mungkin keti­
dakmengertian seorang sahabat seperti 'Umar r.a. disebabkan
lupa. lni tidak mengherankan, karena 'Umar manusia biasa.
Kelupaan itu bisa disebabkan oleh kurangnya perhatian
kepada sesuatu yang berkaitl:ln dengan makna perkataan
yang terlupa itu. Hal seperti ini sering terjadi dalatn kehidup­
an setiap orang, yang biasanya lebih me1nperhatikan yang
penting daripada yang kurang penting dan menguta1nakan
yang lebih penting daripada yang penting, di bidang kesibuk­
annya tnasing-masing. Oleh karena itu tidaklah berlebihan
kalau lbnu Khaldun me1nberikan penegasan yang bersifat
umum.
Kalimat-kalin1at Al-Quran pada ayat-ayat yang bersangkut­
an dengan masalah-masalah usuluddin (sendi-sendi agama)
pada umumnya bersifat pasti, terang dan tidak me,nerlukan
penafsiran Jebih dari bunyinya (nzuhka,nat), di samping ada
pula yang terdapat pada ayat-ayat ,nutasyabihat. Sedangkan
masalah-masalah yang tidak bersangkutan dengan Usuluddin,
seperti hukum-hukum kemasyarakatan dan sebagainya,
pada umumnya terdapat pada ayat-ayat n1utasJ abihat, di
1

samping ada pada yang terdapat pada ayat-ayat 1nuhkan1at.


Ayat-ayat n1utasyabihat mengandung banyak kalimat yang
memerlukan penafsiran dan pengertian tertentu.
Sebagai contoh dapat dikemukakan, bahwa masalah-
1nasalah yang termasuk ushuluddin, seperti iman kepada
Allah s.w.t, kepada para Rasul-Nya, kepada kitab-kitab-Nya,
kepada para malaikat-Nya dan kepada Harl Akhir, terdapat
dalam ayat-ayat 1nuhka1nat. Sedangkan masalal1 qadha,
qadar dan ikhtiyar banyak terdapat dalam ayat-ayat 1nutasya­
bihat. Demikian pula 1nasalah-n1asalah yang bersangkutan
dengan hukum syari'at. Di sa1nping banyak terdapat di
dalam ayat-ayat ,nutasyabihat. ada pula yang terdapat dalam
ayat-ayat rnuhkarnat, seperti masalah hukum perkawinan,
pembagian harta pusaka (waris) dan lain-Jain.
Semasa hidup Nabi s.a.w. penafsiran ayat-ayat rnutasya­
bihat menjadi wewenang Nabi s.a.w. Ada kalanya penafsiran

192
itu bersifat fi 'li;• .rah (perbuatan) dan ada kalanya pula ber­
sifat qau/iy_l'ah (ucapan). Penafsiran Nabi itu sepeninggal
bcliau ke1nudian diriwayatkan oleh para sahabatnya, sehing­
ga 111enjadi suatu hadits. Penafsiran-penafsiran Nabi s.a.w.
harus dipandang sebagai sun1ber hukurn yang pokok. setelah
Al-Quran.
Mengenai ayat-ayat ,nuras;·abihar tersebut semasa Nabi
tidak dipahami seluruh 1naknanya oleh se,nua orang Arab,
111elainkan hanya oleh kalangan-kalangan khusus saja. teruta­
ma para sahabat dekat Nabi s.a.w.
Angkatan-angkatan yang agak jauh terpisah dari angkatan
Nabi s.a.w. (rhabi 'in dan rh-abi'it- thabi'in) dapat n1e1nahami
ayat-ayat ,nurasyabihar itu dengan baik melalui penguasaan
yang luas dan dalan1 tentang sastra Arab jarnan pra-lslam,
atau corak sastra Arab yang berlaku semasa Nabi. Kecuali
itu pengetahuan tentang sebab-sebab turunnya ayat-ayat
Al-Quran dan situasi serta kondisi masyarakat Arab ketika
ayat-ayat itu diturunkan, sangat diperlukan, agar tidak sam­
pai keliru dalatn mengartikan ayat-ayat yang bersangkutan.
Mengingat banyaknya i11nu pengetahuan yang diperlukan
sebagai sarana untuk dapat menafsirkan Al-Quran dengan
benar, banyak sahabat dan orang-orang yang tennasuk kaum
salaj· (angkatan semasa Nabi) berusaha menghindarkan diri
dari coba-coba 1nenta'wilkan dan menafsirkan Al-Quran.
Mereka banyak berpendapat, bal1\va Al-Quran harus diterima
menurut apa adanya. Karena yang mengerti benar-benar
sen1ua 1naksud yang tcrkandung di dalan1 ayat-ayat itu ha­
nyalah Allah dan Rasul-Nya. Mereka berpendirian bahwa
keyaldnan dan pikiran harus rnengikuti Al-Quran dan bukan
AI-Quran yang han1s 1ncngikuti keyakinan dan pikiran.
Meskipun de1nikian para cendekiawan yang 1nerasa n1e1ni­
liki sarana untuk sa1npai kepada penafsiran yang benar,
ten1s berusaha sekuat-kuatnya dengan i'tikad baik, yaitu
1ne1nbantu kaum awa1n dan 1nenegakkan hukum kebenaran
Allah.
Para cendekiawan tersebut banyak me1npergunakan

193
penta'wilan dan penafsiran kalimat ayat-ayat Al-Quran yang
dahulu pemah dilakukan oleh Nabi s.a.w. sebagai dasar
utama. Di samping itu mereka sendiri mengadakan penta'wil­
an sejarah dan studi yang mendalam tentang ajaran-ajaran
agama bukan-Islam, untuk dijadikan bekal pengetahuan.
Untuk penguraian secara terperinci, kerap kali mereka
pergunakan Kitab Taurat, yang banyak berisikan uraian
sejarah, hikayat dan lain-lain. Di antara beberapa orang Ya­
hudi beragama Islam banyak yang menguraikan isi Taurat,
antara lain Ka'bul Akhbar, Wahhab bin Munabbih dan 'Ab­
dullah bin Salam
Adapun sumber-sumber lain yang banyak diambil sebagai
bahan uraian, dari pihak para sahabat Nabi sendiri yang
paling banyak disebut ialah 'Ali bin Abi Thalib, 'Abdullah
bin 'Abbas, 'Abdullah bin Mas'ud dan Ubey bin Ka'b.
Bahan penafsiran yang bukan berasal dari Nabi itulah
yang biasanya menimbulkan perbedaan pendapat, sehingga
perbedaan tentang bahan ini menimbulkan perbedaan tafsir­
an. Perbedaan tafsiran ini sudah barang tentu menimbulkan
perbedaan kesimpulan, k.hususnya dalam penuangannya
menjadi hukum

6. Hadits dan Penilaian Para Periwayatnya

Semasa hidup Nabi s.a.w. tidak terdapat masalah hadits


dan tidak ada pula masalah perbedaan tentang apakah yang
diucapkan atau diperbuat oleh Nabi itu benar-benar terjadi
ataukah tidak. Segala sesuatunya masih langsung dapat d i ­
saksikan, didengar dan ditanyakan kepada beliau setiap wak­
tu pabila seseorang Muslim n1enghendaki. Jelasnya di kalang­
an para sahabat dan kaum MusJimin umu1nnya tidak terda­
pat perbedaan atau perselisihan tentang sesuatu hadits.
Para sahabat Nabi itulah yang kemudian meneruskan
apa saja yang mereka dengar, saksikan dan tanyakan kepada
Nabi s.a.w. kepada crang-orangjan1an berikutnya, yang tidak
mengalami jaman kehidupan Nabi atau yang mengalaminya,
tetapi mereka ketika itu masih kanak-kanak. Orang-orang
yang hidup pada jaman setelah Nabi, biasanya disebut kaum
tabi'i11 (kaum pengikut). Sedangkan orang-orang yang hidup
seja1nan dengan dan rnengalami kehidupan Nabi, lazim di­
sebut kaum salaf (kaum jaman lalu). Orang-orang setelah
jaman tabi'in dikenal dengan sebutan rabi 'ut- tabi'in (para
pengikut kaum pengikut).
Sehubungan dengan 1nasalah hadits tadi, para sahabat
Nabi meneruskan kepada kaum tabi'in dan selanjutnya kaum
tabi'in ini meneruskan kepada kaun1 tabi'it-tabi'in dan begitu•
lah seterusnya. Hanya para sahabat sajalah yang 1nendapat
hadits dari tangan perta1na, yakni langsung dari Nabi s.a.w.
sendiri.
Semasa hidup Nabi s.a.w. ada pendapat-pendapat di ka­
langan para sahabatnya yang memandang segala sesuatu yang
pemah diucapkan dan diperbuat oleh Nabi perlu ditulis atau
dicatat. Tetapi Nabi sendiri ketika diminta pendapatnya,
mengkhawatirkan kalau-kalau di kemudian hari tulisan­
tulisan atau catatan-catatan itu akan dipandang oleh umat•
nya sebagai sesuatu yang dapat mengurangi kedudukan
AI·Quran atau menempatkan hadits di atas Al-Quran.
Akibat tidak tercatatnya hadits-hadits Nabi itu, sejak
jaman tabi'in sampai angkatan-angkatan berikutnya, ma­
salah penelitian benar atau tidaknya hadits itu terjadi, menga­
lami kesulitan yang amat besar. Semakin jauh angkatan itu
terpisah dari angkatan Nabi, semakin jauh lagi banyaknya
kesulitan. DitilJTlbah lagi dengan bertan1bahnya ,nafsadat
(keburukan-keburukan) yang ada pada angkatan-angkatan
kemudian, tidak terkecuali angkatan orang-orang Arabnya
sendiri.
Kehidupan orang-orang lslarn jaman-ja1nan belakangan
telah banyak menyimpang dari cara hidup yang ditunjukan
Nabi s.a.w. Lebih-lebih lagi dengan terjadinya perpecahan­
perpecahan politik, perang saudara, perselisihan faham
1nengenai berbagai lapangan dan terkeping·kepingnya ummat
menjadi bennacam-macam sekte dan golongan. Dalam

195
kondisi sosial dan politik seperti itu, tidak anehlah kalau di
sana-sini terjadi ke1ncrosotan akhlak, sehingga ge1nar bcrdus­
ta. n1isalnya, sudah menjadi kebiasaan orang banyak. Bahkan
kalau perlu untuk menutupi kebohongannya orang dengan
ringan sekali 111enggerakkan lidah 1nenyatakan sumpah:
li'allahi. Segala cara dipergunakan untuk berusaha rnenge­
depankan kepentingan-kepentingan pribadi, keluarga, kabi­
lah. golongan dan sebagainya. Semua itu lebih me,npersulit
usaha para 1:endekiawan Musli,nin dan ali1n-ula1nanya yang
dengan niat baik dan jujur hendak tetap 1nenegakkan ajaran­
ajaran aga1na Isla1n di kalangan masyarakat.
Adalah suatu tindakan yang tidak dapat dipertanggungja­
wabkan, jika di dala1n 1nasyarakat yang telah banyak dijang­
kiti kerusakan akhlak, setiap berita yang datang 1ne1nbawa
hadits lalu. begitu saja diteri1na. Dicatat 1nemang perlu, te­
tapi untuk begitu saja dianggap benar, adalah soal lain. Pe­
nelitian mu tlak harus diadakan. Bagaimana identitas si pem­
bawa berita hadits atau si periwayat (ra1l'iJnya, bagairnana
tingkah-lakunya. bagaim ana kebiasaan-kebiasaanny a, bagai-
1nana watak dan tabi'atnya, bagaitnana pandangan orang lain
dan orang banyak tentang dirinya. bagaiinana 1nata pencari­
annya, bagaimana pergaulannya, siapa-siapa teman karibnya
dan lain-lain.
Kecuali itu harus diteliti pula bagain1ana kecenden1ngan
pikiran dan sikap politiknya, ter1nasukkah ia kepada salah
satu golongan yang bennusuhan dengan golongan lain sesa-
1na Musli,nin, ataukah ia termasuk kepada salah satu suku
atau kabilah yang bermusuhan dengan kabilah lain, Syi'ahkah
ia atau Khawarijkah, ataukah ia orang Murji'ah. Kalau
ia dari salah satu sekte atau golongan, pengikut siapakah
dia dan bagaimanakah kesetiannya. Bagaimana pula kehidup­
annya sehari-hari dan bagaimana penghayatannya atas agama
Islam. Adakah benar-benar ia seorang yang takwa kepada
Allah dan taat pada RasulNya. Apakah petunjuk yang 1nem­
perlihatkan kelemahan-kelemahannya dlsb.
Tidak hanya pribadi seorang periwayat saja yang harus

196
diteliti, melainkan lebih penting Iagi - bagaimanakah bunyi
hadits yang diriwayatkannya? Samakah bunyi teks yang diri­
wayatkannya itu dengan yang diriwayatkan oleh orang lain?
Kalau tc1na dan prinsipnya sa1na adakah perbedaan susunan
redaksinya dan bagaitnanakah gaya bahasa kali1natnya?
i>ari siapa-siapa ia 1neneriina berita tentang hadits yang diri­
wayatkannya itu? Orang yang n1enya1npaikan hadits itu
kepadanya. dari 1nana atau dari siapa 1nendapatkannya?
Dernikianlah, segala sesuatunya ditelusuri dengan cennat.
saksama. waspada. teliti dan hati-hati.
Makin banyak jumla_h orang yang terlibat di dala1n suatu
hadits, 1nakin banyak menelan tenaga, pikiran, waktu dan bi­
aya. Sungguh bukan suatu pekerjaan enteng bagi seorang
ula1na hadits. Semua pekerjaan itu dilakukan untuk 1nen­
capai suatu kesitnpulan yang dapat dipertanggungjawabkan,
apakah ha<lits itu benar atau kuat, kurang kuat atau le1nah.
la 1ncmikul tanggung jawab kepada Allah dan RasulNya,
kepada un1atnya dan kepada kaurn Musli1nin seluruh dunia.
Di sa1nping itu ia pun dala1n kerja penelitiannya diikuti
dan diteropong oleh rekan-rekan sejawatnya kaum cerdik
pandai yang sedang 1nenjalankan tugas yang san1a. Ada kala­
nya setuju dan ada kalanya berselisih. Adakalanya berdiskusi
dan adakalanya berdebat. l\•tasing-masing mencari kebenaran,
bekerja tanpa upah tlan se1nata-n1ata didorong oleh kegairah­
an mengabdi kepada Allah dan 1nenda1nbakan keridhaan­
Nya. Rahi111ah1111111//ah11 aj111a 'in!
Untuk 1nenilai sesuatu hadits itu kuat, kurang kuat atau
le1nah, ia harus 1nempersiapkan dasar-dasar alasan dan sede­
retan na1na-narna orang yang terlibat di dala1n hadits yang
bersangkutan, tern1asuk iden tit as lengkap 1nasing-masing.
Berpuluh-puluh halan1an harus ditulis dan dipersiapkan
sedetnikian rupa, hanya untuk menilai satu atau dua hadits.
Seandainya n1asyarakat yang hidup pada jaman diteliti­
nya hadits-hadits itu tidak ada yang tidak jujur dan semua­
nya penuh takwa kepada Allah dan taat kepada RasulNya,
tentu tidak diperlukan pekerjaan yang seberat itu. Tetapi

197
,nana ada masyarakat manusia yang de1nikian itu? Sunnatul­
lah mengharuskan setiap ada kebaikan selaJu ada keburukan.
Sebagai contoh dapat dikemukakan, bahwa seorang ber­
nama 'Abdul- Kari1n bin Abi Auja pernah ,nengada-adakan
tidak kurang dari 4000 "hadits" untuk rnendapatkan keun­
tungan-keuntungan tertentu. Jumlah 'hadits" buatan palsu
nya tak kepalang tanggung. Setelah diteliti, ternyata semua­
nya Iancung dan ditolak oleh para ulama hadits.
Imarn Bukhari pada jamannya meneliti tidak kurang dari
600.000 hadits. ·retapi dari sekian banyaknya setelah diteliti
dengan sangat cermat hanya kurang-lebih 7000 hadits yang
ditulis dalan1 buku-bukunya. Dari yang 7000 itu, 3000 ber­
sifat ulangan.
Imam Muslim pernah mengatakan dalam pengantar salah
satu bukunya, "Lidah kaum l\ilusli,nin (pada jamannya)
telah terbiasa latah dengan dusta, tetapi banyak di antara
mereka yang berbuat salah dengan tidak sengaja."
Dari pernyataan Jmam Muslim itu orang n1udah menggam­
bar�an betapa sebenarnya keprihatinan orang-orang . yang
jujur menyaksikan keadaan masyarakat yang ketika itu ba­
nyak dijangkiti kerusakan akhlak.
Dalam menetapkan hadits-hadits yang jatuh atau yang di­
singkirkan (n1audhu '), para ulama hadits berpegang pada
beberapa kaidah. Antara lain: hadits harus disingkirkan apa­
bila ia mengandung tema yang berbau permusuhan politik
antara Mu 'awiyah dan 'Ali, berbau e1nosi yang berlebihan
antara 'Ali dan Abubakar, pennusuhan politik antara 'Ab­
dullah bin Zubair dan 'Abdul-Malik dan antaraBani U1nay­
yah dan 'Abbasiyyah.
Sebagai misal hadits-hadits Bakriyyah yang diriwayatkan
oleh orang-orang pro Abubakar semata-mata untuk 1nengim­
bangi hadits-hadits yang dibuat kaum Syi'ah, ketika yang
terakhir ini (ketika itu belum ada sekte Syi'ah, jadi lebih
tepat disebut orang-orang pendukung 'Ali) menghadapi
kekhalifahan Abubakar yang secara diam-dia1n kurang mere­
ka ·setujui, seperti hadits-hadits As-Sathl, Ramanah, Ghaz-

198
watul - Bi'r, Ghaslu Salman al-F arisi dan Jumjumah. Kecuali
itu teniapat juga hadits-hadits yang diadakan dengan tujuan
memperkuat kedudukan kekuasaan Bani U1nayyah, 'Abba­
siyyah dan 'Alawiyyin. Ada pula hadits yang sengaja dibuat­
buat untuk men1perkuat kedudukan beberapa kabilah ter­
tentu daJam pertikaian berebut kepemimpinan, kebanggaan
dan keunggulan, seperti yang dilakukan beberapa orang
ekstrim dari kalangan Anshar, Qureisy, Juheinah, Muzinah,
Aslam, Mukhtar, para pengikut Asy'ari, orang-orang liimyar
dan lain-lain. Sama balnya dengan hadits-hadits buatan yang
diwarnai keutan1aan orang-orang Arab atas orang-orang yang
bukan-Arab dan sebaliknya. Juga hadits-hadits yang berbau
kefanatikan daerah yang 1nengagung-agungkan kota Mak­
kah, kota Madinah, Gunung Uhud, tanah liijaz, daerah Y a ­
man, daerah Syam, Baitul- tvtakdis, Mesir, Persia dan lain­
lain. Semuanya itu adalah hadits-hadits yang diwamai ber­
bagai 1nacam kefanatikan golongan, suku, kabilah, kota,
kekuasaan, asal kebangsaan, negeri, daerah dan sebagainya.
Tidak masuk akal san1a sekali Nabi s.a.w. pemah mengu­
capkan atau berbuat seperti yang digambarkan oleh hadits­
hadits semacam itu, yang rne1nang sengaja dibuat oknum­
oknum tertentu dengan mengatasnamakan beliau. Apakah
jadinya agama lslrun dan umat Muhammad kalau hadits­
hadits buatan semacam itu diterima mentah-mentah oleh
para ulama hadits? Sangat mustahil Nabi s.a.w. melakukan
perbuatan atau mengeluarkan ucapana-ucapan untuk menga­
du-do1nba sesama u1natnya.
Perselisihan pikiran dan perbedaan pendapat pada masa itu
di bidang ilmu kala,n (ilrnu tauhid, teologi) dan ilmu fiqh
(hukum Islam), dijadikan peluang baik oleh orang-orang yang
tidak bertanggungjawab untuk mencari muka kepada para
penguasa dan Raja-raja Bani Urnayyah dan 'Abbasiyyah.
Sarna seperti sementara orang pegawai dinasti Bani Umayyah
dan dinasti 'Abbasiyyah, yang dibayar hanya untuk bekerja
membuat sya'ir-sya'ir pujian dan sanjungan, mencari-cari
simpati orang lain dan menanamkan rasa antipati di kalang-

199
an orang banyak terhadap orang-orang tertentu yang tidak
disukai oleh n1asing-111asing dinasti tersebut.
Orang-orang sejenis itula11 yang tanpa segan-segan 1ne1n­
buat-buat hadits seenaknya sendiri dengan ke1nahiran-kema­
hiran tertentu dan ntenjajakannya kepada orang banyak.
Ada sekelompok orang lagi yang banyak me,nbuat san­
jungan dan pujian tertentu kcpada beberapa ayat Al-Quran,
dengan mengatakan, bahwa beberapa ayat atau surat Al­
Quran lebih afilhal atau lebih tinggi martabatnya daripada
ayat-ayat lain. Betapa tidak aneh kalau seorang Mukmin
dan Muslim menghadap-hadapkan sesama wahyu llahi dan
berani memastikan adanya perbedaan tingkat dan martabat
antara sesa.rna kalam llahi yang semuanya diwahyukan ke­
pada RasulNya. Kalau sebagian wahyu suci dikatakan seolah­
olah mengandung kekuatan-kekuatan gaib yang dapat rnen­
datangkan haJ-hal yang luar biasa istiinewanya, lalu bagai­
mana sebagian ayat-ayat suci lainnya?
Pada jaman itu ada se,nentara orang yang menyiarkan
hadits buatan tentang keutamaan sesuatu surat di dalam
Al-(}uran yang tidak dimiliki oleh ayat-ayat atau surat­
surat yang lain. Sampai orang itu berani mengatakan, "Jika
kita membaca surat ini atau surat itu, kita pasti akan men­
dapatkan ini dan itu. Kalau kita menamatkan bacaannya,
kita akan 1nendapatkan ini dan itu yang lebih banyak lagi.
Apalagi kalau kita baca pada waktu-waktu tertentu.
Orang-orang tersebut menyebar-nyebarkan fatwanya de­
ngan hadits-hadits buatannya sendiri, yang dikatakan: Diri­
wayatkan oleh Abi Ashamah Nur bin Abi Maryam, diriwa­
yatkan oleh 'Ikrimah dari Ibnu 'Abbas dan kadang-kadang
dikatakan dari Ubey bin Ka 'ab.
Ternyata setelah diteliti dan orang yang bersangkutan
ditanya dari ,nana dan dari siapakah asal hadits itu, ia hanya
menjawab, "Setelah saya saksikan banyaknya orang yang
sama sibuk mempelajari fiqh Abu Hanifah dan buku Maghazi
tulisan lbnu lshaq, lalu kemudian mereka enggan menghafal­
kan Al-Quran, saya buat sendiri hadits itu dengan harapan

200
dapat dibenarkan oleh Allah s.w .t." (Syaralz Mus!i,n, jilid
II hal. 125 ). Demikian pula halnya hadits-hadits yang banyak
ter<lapat dalam buku-buku tentang akhlak dan tasawwuf,
yang banyak sekali dianggap tidak sah sebagai hadits shahih
(hadits yang benar) oleh iman1 ahli hadits, karena setelah
diteliti temyata tidak berasal dari Nabi s.a.,v.
1-ladits reka-rekaan itu banyak disebarkan orang di mana­
mana, karena pada masa itu masyarakat tidak mau menerima
ilmu apa pun atau hukun1 apa pun, yang tidak dihubungkan
dengan Al-Quran atau sunnah Nabi. Pikiran masyarakat
yang demikian itu terjadi, karena kuatnya semangat keagama­
an mereka, sehingga 1nenilnbulkan ·gejala yang kadang-kadang
berlebih-lebihan di kalangan orang-orang awam.
Pada masa berkeca1nuknya hadits-hadits buatan, masya­
raka t belum dapat menghargai hasil-hasil pemikiran orang
dan meremehkannya. Kesempitan pandangan itu dipergu­
nakan sebagai kesempatan oleh oknu1n-oknun1 tertentu
yang pikirannya ingin diterin1a oleh n1asyarakat. Satu-satu­
nya jalan yang dianggap paling mudah dite,npuh, yaitu 1ne­
ngatasna1nakan pikirannya sebagai ucapan atau perbuatan
Nabi s.a.w
Melihat keadaan yang 1nen1prihatinkan itu dan mengingat
bahayanya terhadap umat dan agama Islam, bangkitlah kaum
cerdik pandai dan kaurn ulama yang dengan niat jujur hendak
menyehatkan hadits-hadits, untuk meneliti dan memisahkan
,nana hadits yang benar dan rnana yang palsu. Mereka pergi
ke mana-mana dan menanyakan kepada setiap orang yang
1neriwayatkan hadits. Dengan tujuan untuk n1engetahui
nilai hadits yang diberikan atau diriwayatkan dan untuk
mengetahui sejauh 1nana si periwayat itu bohong atau tidak.
Imam Muslim mengatakan, "Belu1n sainpai mereka,
para para Imam dan ulama, bertanya tentang isnad (orang ­
orang yang menjadi sandaran periwayatan hadits), keadaan
telal1 penuh diliputi fitnalz (penyebaran hadits-hadits palsu).
Setelah fitnah itu terjadi n1ereka tegas-tegas n1enuntut:
Sebutkanlah nama-nama orang yang meriwayatkan hadits-

201
hadits itu, apakah orang-orang itu benar-benar ahli hadits
ataukah ahli bid'a/z (orang yang suka 1nengada-adakan sesuatu
yang tidak ada). Kemudian para penyebar hadits itu ,nenye­
butkan nama-nama orang yang dijadikannya sandaran hadits­
nya. Dengan demikian orang-orang itu menyingkapkan cacat­
celanya orang-orang dari siapa penyebar hadits itu n1enda­
patkannya."
Tentang sumber-sumber hadits yang terdiri dari para
sahabat Nabi, Imam Ghazali yakin akan keadilan dan keju­
juran mereka berdasarkan apa-apa yang diketahuinya tentang
hal-ihwal mereka dari isyarat-isyarat yang ada di dalarn AI­
Quran. Tetapi sebagian para ulama lainnya menyatakan,
bahwa sebelum terjadinya fitnah dan pennusuhan antara
mereka memang tidak diragukan keadilan dan kejujuran
mereka. Tetapi setelah terjadinya fitnah dan permusuhan,
keadilan dan kejujuran yang ada pada sebagian mereka,
patut diragukan.
Pada jaman diteliti dan disaringnya semua hadits yang
beredar di kalangan masyarakat Islam, pribadi para sahabat
Nabi s.a.w. pun tidak luput dari sorotan para cendekiawan
dan ulama hadits. Suatu hadits yang diriwayatkan oleh
seorang sahabat dihadapkan dengan hadits lain yang diriwa­
yatkan oleh sahabat Nabi Iainnya. Seperti hadits yang di­
riwayatkan Abu Hurairah tentang wajib wudhu bagi orang
yang hendak mengangkat jenazah, dihadapkan kepada
hadits-hadits tentang haJ itu juga, yang diriwayatkan oleh
Ibnu 'Abbas. Yang satu mengatakan wajib wudhu dan yang
lain mengatakan tidak wajib wudhu. Masing-masing menye­
but Nabi s.a. w sebagai sumber hadits. Juga hadits yang di­
riwayatkan oleh lbnu 'Abbas dengan hadits yang diriwayat­
kan oleh 'Aisyah, sekitar keharusan mencuci tangan pada
waktu bangun tidur. Demikian pula antara hadits yang d i ­
riwayatkan Fathimah binti Qeisy dengan hadits yang di­
riwayatkan oleh 'Umar bin'l-Khatthab dan 'Aisyah tentang
keharusan bagi seorang bekas suami menjamin nafkah dan
tempat tinggal bagi bekas istrinya yang telah diceraikan.

202
Perbedaan pendapat dan perbedaan penilaian atas hadits­
hadits yang berasal dari atau diriwayatkan oleh para saha­
bat tidak dapat dihindari, khususnya dalam rne1nastikan
mana-mana hadits yang berasal dari periwayat yang dapat
dipercaya penuh dan 1nana-n1ana yang berasal dari pe­
riwayat yang 1nasih diragukan atau kurang dapat diper­
caya. Tegasnya lagi ialah 1nana-rnana hadits yang dapat di­
teruna dan sah sebagai hadits yang benar (shahih) dan rnana-
1nana hadits yang tidak atau kurang dapat diteri1na sebagai
hadits yang benar.
Para cendekiawan dan ula1na hadits dari kalangan kau1n
Sunni menolak banyak sekali hadits yang diriwayatkan oleh
orang-orang Syi'ah. Kaum Sunni menerima hadits yang di­
katakan berasal dari 'Ali bin Abi Thalib jika hadits tersebut
datangnya dari rekan-rekan 'Abdullah bin Mas'ud. Sebalik­
nya orang-orang Syi'ah. l\.lereka tidak n1au meneri1na sesuatu
hadits, kecuali yang datang dari kalangannya sendiri.
Perkembangan perbedaan pendapat dan perselisihan tadi
selanjutnya menghasilkan suatu kaidah atau pedoman yang
dapat dipergunakan sebagai pengukur benar tidaknya sesuatu
hadits. Pedoman ini ialah lebih banyak 1nenitikberatkan
pada penilaian oknu1n-oknun1 yang 1nenjadi periwayat
sesuatu hadits (rawi), ketimbang kepada bunyi atau susunan
redaksi (matan) hadits itu sendiri. Tetapi ini tidak berarti
penelitian terhadap nzatan itu sendiri ditinggalkan atau di­
pandang enteng. Matan sesuatu hadits diteliti, diperiksa,
diperbandingkan dan dinilai setelah melalui proses penelaah­
an berbagai sudut.
Karena menuru t pengalaman dari hadits-hadits maudhu'
(hadits-hadits yang disingkirkan), banyak sekali hadits-ha­
dits sejenis itu yang mengandung nzatan yang tidak sesuai
dengan kejadian yang dikatakan oleh matan itu sendiri,
bahkan kerapkali sangat bertentangan dengan kenyataan
yang ada daJam kehidupan. Ada puJa hadits-hadits sejenis
itu yang membawakan rumus-rumus filsafat, yang berlainan
sekali dengan cara-cara yang lazim diucapkan oleh Nabi s.a.w.
l)i sa,nping ada juga yang lebih menyerupai ihnu fiqh dan
hukum-hukumnya sekaligus disertai syarat-syarat dan keha­
rusan-keharusannya.
Sebagai misal, ada hadits maudhu' yang berbunyi: "Dari
si A, si A dari si B dan si B dari si {' dst ... Nabi s.a. w. ber­
kata: Selewat seratus tahun yang akan datang tak'kan ada
mahluk bernyawa lagi yang tinggal di pennukaan bu,ni."
atau: "Dari si A, si A dari si B dan si B dari si C dst ... Nabi
s.a. w. berkata: Barang siapa bersantap pagi tiap hari tujuh
buah kunna yang telah dikupas, sepanjang hari itu sampai
malamnya, ia akan kebal terhadap racun dan sihir."
Hadits-hadits yang bunyinya de1nikian memang sangat
menggelikan. Mungkin saja hadits yang pertan1a sengaja
dibuat oleh orang untuk menakut-nakuti agar ,nasyarakat
taat kepada agama dan takwa kepada Allah s. w. t. Kalau
ken1ungkinan tersebut benar, itu merupakan petunjuk,
bahwa masyarakat ketika itu sedang kejangkitan penyakit
kemerosotan akhlak. Sedangkan hadits yang kedua, mung­
kin sekali dilancarkan oleh pedagang-pedagang kurma untuk
mendapatkan pembeli dan Iangganan tetap tiap hari.
Penelitian yang dilakukan oleh para cendekiawan dan ula­
ma hadits akhirnya menghasilkan suatu kesimpulan tentang
perlunya diadakan penggolongan-penggolongan hadits. Ma­
sing-masing hadits dimasukkan ke dalam dua pokok: Muta­
i,,.:atir dan Ahad.
Hadits-hadits mutawatir ialah yang dapat dijadikan dasar
hukum. Sedangkan hadits-hadits ahad oleh sebagian besar
ahli ushul (ahli-ahli teologi Islam) dan ahli fiqh tidak dapat
dijadikan dasar hukum
Beberapa orang sahabat Nabi s.a.w. yang disebu t s- ebut
sebagai asal riwayat hadits, yang terbanyak meriwayatkan
hadits-hadits ialah: Abu Hurairah, 'Aisyah, 'Abdullah bin
'Umar, 'Abdullah bin 'Abbas, Jabir dan Anas bin Malik.
Abu Hurairah meriwayatkan 5374 hadits. 'Aisyah meriwa­
yatkan 2210 hadits. 'Abdullah bin'Umar dan Anas bin Ma­
lik meriwayatkan hadits-hadits hampir sama banyaknya

204
dengan yang diriwayatkan oleh 'Aisyah. Jabir bin 'Abdullah
dan 'Abdullah bin 'Abbas masing-masing ,neriwayatkan le­
bih Jari I 500 hadits. Sedangkan 'Umar bin'l-Khatthab sen­
diri hanya 537 hadits. Dari jumlah yang sedikit ini pun ha­
nya 50 hadits saja yang temyata benar-benar dari 'U1nar.
Dalan1 abad pertama 1-iijriyah para khalifah dan para pe­
nguasa pe1nerintahan tidak memberikan kedudukan resmi ke­
pada hadits-hadits untuk dijadikan dasar hukum, seperti
yang diberikan kepada ayat-ayat Al-Quran. Jumlah orang
yang langsung 111endengar �an 1nenyaksikan sendiri dari Nabi
s.a. w. n1asih terdapat sekitar I400 orang. f\1ereka bertebaran
di berbagai daerah Islcun. Ada yang dekat dari t\.1adinah dan
ada yang sangat jauh. Mengumpulkan n1ereka kembali rne­
rupakan pekerjaan yang sangat sukar dilakukan pada masa
itu.
Khalifah 'Umar sendiri yang tadinya me111punyai niat
hendak rnenghimpun hadits-hadits, kemudian membatal­
kan niatnya setelah ia melakukan shalat istikharah (shalat
khusus untuk mengatasi kebin1bangan dalam 1nenghadapi
beberapa altematif, 111ana yang kiranya lebih baik). Niat
·u,nar itu n1asih diliputi oleh keraguan, kalau-kalau kelak
kitab hadits dipergunakan orang untuk menandingi atau
menenggelamkan Al-Quran, seperti yang menjadi pengalaman
ahlul-kitab.
Orang yang pertarna-truna rnenghitnpun hadits ialah
Ar- Rabi'bin Shabih pada tahun 160 H. Kemudian menyusul
Said bin Abi 'Urbah pada tahun 176 If. Selanjutnya lmain
Malik menyusunnya dalam kitab A IJl, - Juwattha' di Madinah.
Lalu 'Abdul-Malik bin Jara' di Makkah, A1-Auza'i di Syam,
Sufyan ats- Tsuri di Kufah, Ha,nad bin Salmah bin Dinar
di Bashrah, dan baru menyusul kemudian para ima1n, fuqaha
dan ulama hadits lain-lainnya menurut kesanggupan dan
kemampuan mereka 1nasing-masing.
Dari kesemuanya itu akhirnya hadits menjadi bahan yang
sangat luas bagi perkembangan ilmu pengetahuan pada ja-
1nan itu.

205
Bab VI
JATUHNYA AFRIKA UTARA DAN ANDALUS
KE TANGAN BANGSA ARAB

1. Situasi Asia Tengah dan Keadaan Bangsa Berber


Muhammad s.a.w. lahir pada tahun 570 M, pada masa
dunia Barat maupun dunia Timur sedang tenggelam dalam
berbagai macam pertikaian ras, politik dan keagamaan.
Tidak ada yang terhindar dari keadaan genting itu. Dunia
diliputi perpecahan menyeluruh. Kemerosotan sosial dan
kerusakan rohani sedang melanda di mana-mana. Peradaban
yang ditinggalkan oleh jaman-jaman sebelumnya seolah-olah
hanya dimonopoli dan digagahi oleh Rumawi dan Persia
saja. Dan inilah justru yang mempercepat keruntuhan kedua
imperium itu.
Antara kedua imperium itu terdapat pertentangan dalam
banyak hal dan tiada henti-hentinya. Peperangan antara ke­
duanya seolah-olah tak akan berhenti sebelum runtuhnya
salah satu pihak.
Dalam keadaan dunia seperti itu tampil bangsa Arab yang
1nilitan, baru tumbuh, segar dan pemberani, membawa suatu
keyakinan yang sangat mendalam dan disertai iman yang

206
teguh, bahwa baik atau buruk. mujur atau maJang, semuanya
tergantung pada kehendak dan berada di tangan Ilahi. Keya­
kinan yang dernikian itu meniadakan rasa takut n1ati pada
warga bangsa itu. Kepercayaannya yang tidak goyah kepada
kesanggupan dan pertolongan Allah s.w.t., kecintaan kepada
Nabi s.a.w. dan kesetiaan kepada aga1na baru yang rnereka
peluk, se1nuanya itu menjadi pendorong yang sangat kuat
untuk menghimpun dan men1persatukan mereka dala1n se­
gala keadaan. Bangsa itu hanya n1en1punyai satu tekad dan
satu cita-cita: berjuang 1nenegakkan kebenaran Allah di
kalangan seluruh u1nmat_ 1nanusia, tak peduli apa pun yang
akan n1ereka hadapi. Menang di dunia dan akhirat atau
menang di akhirat. Bangsa it11 tidak 1nengenal istilah kalah.
Di hadapan suatu bangsa yang haru turnbuh dan masih
segar-bugar inilah Byzantium dan Persia runtuh tanpa harap­
an un tuk dapat kembali seperti sediakala.

India: Di negeri inl bangsa-bangsa dan ras-ras saling bertolak


belakang. Dengan sendirinya termasuk bahasanya, kebuda­
yaannya, keadaan sosial ekono1ninya dan lain-lain. Di sana
orang Dravida terpecah belah secara politik. sosial dan
bahasa, yaitu sejak ras Aria berkulit putih yang datang dari
utara menginjakkan kakinya. Keadaan saling bertolak be­
lakang itu semakin menjadi-jadi, sehingga orang Aria sempat
1nengangkat diri sebagai penguasa atas penduduk asli. Hal
ini lebih meruncingkan keadaan dan melahirkan petualangan­
petualangan baru.
Di India pada jarnan itu terdapat ernpat kasta pokok:
Kasta Brahmana merupakan kasta tertinggi yang terdiri dari
kau,n pendeta. Di bawahnya terdapat kasta Ksatria yang
terdiri dari kaum bangsawan pernegang kekuasaan pemerin­
tahan dan ketentaraan. Kedua kasta tersebut berasal dari
keturunan Aria. Kasta Vaisya terdiri dari kaum tani dan
pengolah tanah. Kasta Syudra terdiri dari kaum pekerja
dan pengrajin. Di samping keempat kasta tersebut terdapat
golongan Paria, yaitu golongan yang tidak tennasuk salah

207
satu kasta, terdiri dari orang-orang yang dianggap najis,
tak boleh disentuh. Antara kasta yang satu dengan kasta
lainnya tidak boJeh bergaul harmonis daJam kehidupan
sehari-hari.
Di India ketika itu terdapat pula banyak againa. Penyem­
bahan berhala, agama Brahmana, Jainisme dan Buddhisme.
Semuanya agama tua. Pada abad ke-4 sM, Iskandar Agung
dari Macedonia menyerbu India dan menguasai daerah
Sindhu (India Barat) pada tahun 327 sM. Dari daeral1 ini
ia memecah kesatuan India. Setelah lskandar Agung 1nening­
galkan Sindu, berdirilah di sana kerajaan feodal seternpat
yang bercorak keagamaan, Kerajaan Hindukia. Kerajaan ini
hanya dapat bertahan selama kurang-lebih 300 tahun, sampai
datangnya orang Islam ke Sindhu pada tahun 93 H (7 J J M)
yaitu ketika tanah Andalus (Sepanyol dan Portugal) jatuh
ke tangan bangsa Arab yang membawa missi Islam.

Cina: Sebuah negeri yang mempunyai wilayah luas dan


yang awal sejarahnya tidak bercampur dengan sejarah dunia,
kecuali sangat sedikit. Pada pertengahan kedua abad ke-3
sM, Raja Si Huang Ti membangun tembok besar yang ter­
kenal itu dengan maksud untuk mencegah penyusupan suku­
suku Berber, yang pada masa itu 1nengen1bara ke mana­
mana di Asia Tengah untuk 1nencari tempat-tempat di mana
mereka bisa menemukan bekal hidup. Dengan berbuat itu,
tanpa dikehendaki raja Cina tersebut telah menambah negeri­
nya semakin terpencil dari dur1ia lain.
Sejak abad k e -5 sM di negeri Cina telah terdapat tiga ma­
cam agama: Kung Fu-Tse, Lao-Tse dan Buddha. Na1nun aga­
ma-agama tersebu t lebih banyak bercorak ftlsafat moral
daripada sebagai suatu keyakinan dan peribadatan.
Seabad sebelum lahimya agama Islam, negeri Cina dilan­
da oleh kegoncangan besar, akibat banyak munculnya kera­
jaan-kerajaan kecil yang saling bennusuhan. Tetapi kemu­
dian pulih kembali dan menjadi tenteram serta mengalami
perkembangan yang baik. Tampaknya againa Isla1n sudah

208
srunpai 1nasuk kc Cina sejak Nabi s.a. \V. 1nasih hidup. Scbab
pada tahun kc-7 1-f, suatu perutusan kaunt rvtusli1nin tiba
di Kan ton dan sebagian dari 1nereka tinggal 1nenetap di kota
itu.

Turkestan: Sebuah dataran tinggi yang luas terbentang di


tengah Asia. Di sebelah utara berbatasan dengan Siberia,
di scbelah barat dengan Laut Kaspia. di sebelah selatan de­
ngan Iran, Afghanistan dan India, dan di sebelah ti111ur ber­
batasan dengan Mongolia dan gurun pasir (,obi.
Turkestan terbagi rnenjadi dua bagian. ·rurkestan Barat
dan 1·urkestan Tin1ur. ·rurkestan Tilnur hakikatnya adalah
bagian negeri Cina dan sekarang dikenal dengan nan1a Sing
Kiang. Dataran tinggi yang luas itu bergunung-gunung,
Banyak gunung besar yang puncaknya 1nencapai ketinggi­
an lebih dari 3000 1neter. Kecuali itu juga terdapat dataran­
dataran rendah. yang rendahnya ,nencapai 125 n1eter di
bawah pennukaan laut. Orang Aria, yaitu nenek moyang
orang India, Teuton dan Sisilia, sepanjang yang dikenal
oleh sejarah, berasal dari ·rurkestan Timur.

Persia dan Ru1nawi: Orang Arab n1engenal Persia jauh sebe­


lum Jslan1 karena Persia tetangga Arab. Negeri Arab sendiri
1nen1pakan jalan lalu-lintas perdagangan Persia. Orang Persia
besar sekali pengaruhnya di bagian selatan dan utara negeri
Arab.
Pada ja1nan raja -raja Sassan, Persia 1nenguasai Ya1nan
dan Irak, di sarnping praktis 1nempunyai pengaruh juga
di Najd. l'ctapi ken1udian setelah Persia 1nenjadi lernah,
orang Arab setapak demi setapak ,nelemparkan belenggu
Persia dari negerinya. Makin le1nahnya Persia adalah akibat
peperangan yang terus-menerus dengan Rurnawi.
Dalam pertempuran di Qadisiyyah, orang Arab sepenuh­
nya dapat mengusir orang Persia dari Irak tahun 63 7 M
( 16 H). Dalam perten1puran di Nehawand tahun 64 2 M (21
H) seluruh tanah Persia jatuh ke tangan orang Arab, lalu

209
dengan serentak dan sekaligus orang Persia memasuki agama
Islam
Ada suatu bangsa yang memusuhi bangsa Arab bersamaan
waktunya dengan jaman kelahiran Islam. Bangsa itu oleh
orang Arab disebut "orang Yunan". Yang dimaksudkannya
ialah orang Rumawi Hellas (Byzantium). Na1na Byzantium
ketika itu belum dikenal bangsa Arab. Byzantium, atau· yang
sering disebut juga Rumawi Timur, ketika itu mencakup dua
unsur kebudayaan: Rumawi sendiri dan Yunani.

Orang Berber: Nama ini biasa dipergunakan orang Yunani


dan Rumawi untuk menyebut bangsa-bangsa lain di Iuar Yu­
nani dan Run1awi. Seperti sebutan 'Ajam' yang selalu diper­
gunakan orang Arab untuk menyebut bangsa-bangsa yang
bukan Arab. Tetapi sebutan "berber" ken1udian dalam pro­
ses sejarah dipergunakan sebagai penamaan jenis bangsa
yang bertebaran di dataran Eropa sejak abad ke-� M.
Asal-usu! jenis bangsa ini dari tengah-tengah Asia. Kelom­
pok-kelompoknya mengembara dan berkelana sampai ke
Eropa Utara, dan selanjutnya sebagian lagi sampai ke per­
batasan Eropa Timur, beberapa abad sebelum Masehi.
Rumawi dan Yunani pada masa itu sanggup mencegah
masuknya orang Berber yang masih biadab itu ke dalam wi­
layah negerinya masing-masing. Untuk masa waktu yang
lama orang Berber sama sekali tidak berhasil memasuki
daerah Rumawi Barat maupun Rumawi Timur, sehingga ter­
paksa mereka menempati lembah Sungai Dniper dan kemudi­
an Semenanjung Balkan. Rombongan Berber lainnya menjela­
jah lembah Sungai Rhein, lalu ke Semenanjung Italia dan
Galia serta daerah-daerah sekitamya. Tetapi setelah Rumawi
Barat dan Rumawi Timur mengalami kemerosotan, rom­
bongan-rombongan Berber tadi mulai berani mendekati
daerah-daerah perbatasan dan kemudian masuk ke dalam
wilayah-wilayahnya.

210
Jenis ras dan kerajaan-kerajaan Berber: Orang Berber inem­
punyai banyak jenis ras. Salah satu antaranya ialah ras Nor­
dik. Ras ini 1nerupakan yang paling banyak dan paling besar
peranannya yang ditinggalkan dala1n sejarah Eropah, pada
abad-abad pertengahan. Di antara suku-suku Jem1an yang p a ­
ling terkenal ialah suku Gothik. Pada pertengahan abad ke-2
M, orang Goth bennukim di le1nbah-le1nbah sekitar Sungai
Vistula (Polandia). Tetapi dari sini mereka ke1nudian berhij­
rah ke dataran Ukraina sebelal1 utara laut l-fita1n. Di daerah
ini ,nereka terbagi 1nenjadi dua bagian. Tervinggi. yaitu orang
Goth Barat yang 111endia1ni daerah-daerah hutan, dan Gori­
tonggi, yaitu orang Goth Ti1nur yang 1nendia1ni dataran­
dataran luas.
Orang Goth Barat bennuki,n di daerah-daerah antara 1nua­
ra Sungai Dniester dan Sungai Dnieper, yang terletak di se­
panjang perbatasan Se,nenanjung Balkan. Di daerah-daerah
ini orang Nasrani n1adzhab Arius 1nenyiarkan agama di k a ­
langan orang Goth Barat dan ke1nudian n1ereka n1emeluk
agania tersebut.
Madzhab Arius ialaJ1 1nadzhab yang didirikan oleh seorang
uskup bernarna Alexander_ Arius pada tahun 310 M. Madz­
hab ini 1ncrnandang Al-�1asih sebagai manusia biasa dan
tiada sifat-sifat ketuhanan dala,n dirinya. Bahkan Arius ,ne­
nyatakan, bahwa Tuhan 1nenciptakan Al-Masih dari tiada.

Suku Gothik masuk Eropa: Pada abad ke-5 suku-suku Gothik


111emasuki E1opa bagian Barat, yaitu Galia (Perancis) dan
Iberia (Sepanyol dan Portugal). Adapun suku-suku Vandal,
suku-suku Berber dari daerah-daerah Sungai Vistula dan
Sungai Oder (Jennan) datang berbondong-bondong 1nemasu­
k i daerah Bayen1 (Bavaria) di sebelah tenggara Jennan.
Dari sini sebagian dari 1nereka rncnyebar san1pai ke
Galia dan Iberia. Di Iberia orang Vandal menempati dua
daerah, yang sekarang dikenal dengan nama Spanyol dan
Portugal. Di Semenanjung Iberia ini orang Vandal me,nberi
nama baru bagi daerah pe1nukilnannya, sesuai dengan nama

211
suku mereka sendiri, yaitu Vandalusia, yang ken1udian
hari berubah sedikit menjadi Andalusia atau Andalus.
Goth Barat di Iberia: Orang (;oth Barat di Iberia '.nempunyai
seorang raja yang cakap. ialah Theodosius r (419-45 I M ).
Theodosius memperlakukan orang Swab dengan baik dan
mereka bersama-sa,na 1nengadakan pembagian daerah kekua­
saan di sen1enanjung ini. Bahkan Theodosius 1nembiarkan
orang Swab 1nenduduki tempat-te,npat pemuki1nan orang
Vandal di utara. Tetapi bersamaan dengan itu Theodosius
memperkeras dan me1nperluas wilayah kekuasaannya ke
selatan, sampai akhirnya berhasil mendesak mundur orang
Vandal dari tempat pemukimannya di selatan, sehingga se­
luruh daerah Semenanjung Iberia jatuh ke tangan suku
Gothik.

Orang Vandal di Afri.ka: Pada jaman Raja Vandal, Gondarik,


anak Godivesil (406-428 M) tekanan-tekanan berat dilaku­
kan oleh orang Goth Barat terhadap orang Vandal di Iberia.
Setelah tidak tahan lagi menghadapi tekanan-tekanan Goth,
orang-orang Vandal n1eninggalkan Iberia, menyeberangi
lautan dan 1nendarat untuk pertama kali di Aljazair bagian
timur (423 M ). Sepeninggal Gondarik, adiknya yang berna-
1na Geiserik menggantikannya sebagai Raja Vandal (428-
477 M). Ketika jtu sedang terjadi pertikaian antara Ru1nawi
Timur dengan saudaranya Rumawi Barat, mengenai masalah
keaga1naan, yaitu pertikaian antara orang Arius dengan Ge­
reja. Peluang ini dipergunakan sebaik-baiknya oleh Geiserik
untuk menduduki Traducta Julia (Pantai Tarifa) pada bulan
Mei 429 M. Dari sini dimulailah penyerbuan Vandal ke M a ­
roko secara besar-besaran, di mana rombongan Vandal yang
berjumlah kurang-Jebih 80.000 orang itu, 1500 orang di an­
taranya terdiri dari tenaga-tenaga tempur. Menghadapi ser­
buan besar-besaran tersebut, Rumawi, yang ketika itu 1neru­
pakan penguasa tunggal di seluruh kawasan Eropa dan
Afrika Utara, menjadi kewalahan dan gaga! mempertahankan
daerah Maroko bagian tengah. Kini Geiserik telah menjadi

212
tuan yang menguasai pantai-pantai penting di Afrika Utara.
Tetapi lbcorifos (Bouna, 'Annaba), Kyrta (Constantin) dan
C'arteia (Qartaja). ketiga-tiganya masih berada di tangan
Run1awi.
Raja Valcntianus (Rurnawi) tan1paknya sudaJ1 tidak
sanggup lagi mengusir orang Vandal yang de,nikian besar
jumlahnya dari Afrika Utara, sehingga terpaksa mengadakan
perjanjian dengan rnereka pada tanggal l J Februari 435 M.
Perjanjian ini 1nemuat pengakuan Ru1nawi atas kedaulatan
Vandal. dengan suatu syarat, bahwa orang Vandal harus
bersedia bergabung di dalarn pasukan-pasukan Rumawi.
·retapi pada tanggal I 9 Oktober 439 J\,l, orang Vandal me­
lancarkan serbuan ke C'arteia dan berhasil mendudukinya.
Di sini Geiserik rnengumumkan dirinya sebagai raja di Afrika
Utara dan 1nenjadikan kota Carteia sebagai ibukota kerajaan.
Orang-orang Katolik yang tidak rnau ,neninggalkan daerah
itu olch Gciserik dijadikan ha,nba-sahaya. Lebih jauh lagi
pada tahun 440 M, Geiserik n1elancarkan serangan rniliter
ke Pulau Sardinia dan Sisilia. Sen1ngan-serangan Persia yang
gencar dilancarkan terhadap Run1awi 1ncn1buat Run1awi
tidak berdaya rnenangkis serbuan Vandal itu. Terpaksa Ru-
1nawi yang dala111 keadaan le1nah itu 1nengadakan perjanjian
lagi dengan Geiserik. Dengan perjanjian baru yang dibuat
pada tahun 442 M ini, Rumawi terpaksa rnengakui sepenuh­
nya kedaulatan Vandal atas daerab-daerah pantai Afrika
Utara. ·retapi rupa-rupanya Kerajaan Vandal ini tidak mau
rnernbuang-buang waktu. Untuk kesekian kalinya serangan
dilancarkan lagi terhadap wilayah-wilayah kekuasaan Rumawi
Barat di sekitar kepulauan Sardinia dan Korsika pada tahun
469 M, dan berhasil rncrebut daerah-daerah kepulauan
tersebut.
Pada n1asa itu benar-benar Rurnawi sedang berada di da­
lain ke1nerosotan yang berat. ltulah antara lain yang menye­
babkan terjadinya pe1nbagian Eropa menjadi dua bagian.
Bagian Timur berada di bawah kekuasaan Rumawi Timur
{Byzantium), sedangkan di bagian Barat berdirilah berbagai

213
kerajaan Jennan, yang di ken1udian hari n1enjelma menjadi
negara-negara Eropa baru, seperti yang dikenal sekarang.
Demikianlah keadaannya, sehingga tahun 476 M menjadi
tahun puncak ken1erosotan Rumawi dan sekaligus 1nenjadi
tahun hancumya Rumawi Barat. Suatu peristiwa sejarah
yang dijadikan tonggak untuk mengakhiri abad-abad ja,nan
kuno dan dimulainya jaman abad-abad pertengahan.

2. Jatuhnya Afrika Utara ke tangan Bangsa Arab


Dalam bab yang terdahulu telah dikemukakan, bahwa pada
tahun 642 M (21 H) 'Amr bin'l-Ash berhasil merebut Alek­
sandria dari tangan Byzantium. i)ua tahun kemudian Khali­
fah 'Umar bin'l-Khatthab wafat akibat pembunuhan. Dise­
babkan oleh sangat santemya intrik politik, kemudian Kha­
lifah 'Utsman bin 'Affan memecat 'Amr dari kedudukan­
nya sebagai penguasa di wilayah Mesir. Sebagai gantinya
diangkatlah 'Abdullah bin Sa'ad bin Abi Sarah, saudara sesu­
sunya sendiri.
Penggantian ini mengakibatkan dilancarkannya serangan
terhadap Aleksandria oleh Raja Byzantium, Konstantin III,
dengan suatu armada Jaut yang kuat (646 M/25 Ii). Serang­
an Byzantium tersebut disainbut baik oleh orang Rumawi
di kota itu dan mendapat dukungan sebagian orang Qibti
(Mesir). Untuk kedua kalinya Byzantium berhasil mengin­
jakkan kakjnya lagi di AJeksandria. Kekuasaan Arab di
Mesir menjadi goncang. Tetapi 'Abdullah bin Abi Sarah cu­
kup mampu menghadapi serbuan Byzantium. Temyata dalam
tahun itu juga pasukan Arab berhasil mengalahkan sama
sekali pasukan Byzantium dan mengusir mereka semua dari
kota tersebut.
Sejak tahun itu Aleksandria secara mantap berada di
tangan orang Arab. Dan sejak ke1nenangan ini pasukan
Arab dalam keadaan lebih mudah lagi untuk 1naju terus
merebut daerah-daeral1 Byzantium lainnya. Orang Mesir
yang tadinya sering berubah pendirian, sejak itu mau mem­
berikan dukungan dan bantuannya kepada orang Arab.
214
Pada bulan Ramadhan tahun 656 M, (31 H) pasukan Arab
merebut daerah Sha'id, Nouba dan Demaqluh . Serangan­
serangan untuk 1nerebut daerah ini dipimpin oleh "Abdullah
bin Sarah sendiri, dengan mengikutsertakan dalam pasukan ­
nya seorang bemarna Mu'awiyah bin Hadij. Orang ini di
kemudian hari rnenjadi penguasa wilayah Mesir dan Afrika
Utara.
Pada tahun 65S M (34H) pasukan Arab sepenuhnya da­
pat melumpuhkan kekuatan annada Byzantium yang selalu
mengancam Mesir clan berhasil mengusir mereka dari perair­
an negeri ini.
Bourqa dan Tripoli yang sejak tahun 644 M terlepas dari
tangan Byzantium, ntertjadi jalan yang sangat leluasa untuk
1naju lebih jauh ke bagian Afrika Utara. Pada tahun 644M
(23 H), Libya sudah seluruhnyajatuh ke tangan bangsa Arab,
yaitu tidak Jama setelah wafatnya Khalifah 'Umar. Pang)ima
pasukan Arab yang berhasil merebut Libya adalah 'Amr
bin'l-'Ash pula, yang ketika itu n1asih merangkap jabatan
sebagai penguasa Arab di Mesir. Yang disebut Libya (se­
rnula bernama Lubia) pada 1nasa itu ialah daerah-daerah
Bourqah, Antapolis Tiinur, Tripoli Barat dan Feran yang
termasuk daerah pedala1nan. Orang Yunani pada jaman itu
menggunakan sebutan "Libya" untuk menamakan seluruh
benua Afrika. Tetapi meskipun Libya telah jatuh ke tangan
orang Arab, pemerintahan di daerah ini n1asih belum mantap
untuk beberapa tahun lamanya.
Sebelum Khalifah 'Umar wafat tanggal 3 Oktober 644M,
ia sendiri pernah mempunyai niat hendak langsung men1pim­
pin pasukan ke Afrika Utara. Tetapi ia menempuh kebijak­
saaan lain dan menunda niatnya, karena melihat balk Mesir
maupun Libya, kedua-duanya 1nasih daJain keadaan be­
tum mantap, disebabkan adanya pasukan Arab di negeri­
negeri itu bani dua tahun. Kecuali itu daerah Libya juga
merupakan daerah yan_g paling dekat dengan te1npat pemusat­
an pasukan Rumawi (Byzantium), di satnping penduduknya
yang ketika itu masih sedikit yang bersedia memeluk agama

215
Islam. Kebanyakan orang Libya masih bersimpati kepada
Byzantiurn.
Namun satu ha! yang menguntungkan kaum Musli,nin
Arab pada masa itu ialah terjadinya pertikaian-pertikaian
dan sengketa-sengketa keagamaan di kalangan Byzantium.
Segolongan mengatakan di dalam diri Isa al-Masih terdapat
dua sifat. Sifat Tuhan dan sifat manusia. Golongan lain ,ne­
ngatakan, di dalam diri Isa al-Masih hanya ada satu sifat,
yaitu sifat ·ruhan.
Golongan pertama dipirnpin oleh Uskup Konstantino­
pel, Nestorius dari Antakia. Golongan yang kedua dipimpin
oleh seorang ral1ib di Konstan tinope! juga, bernan1a Afti­
cio dari Antiokhia. Untuk penyelesaiannya diselenggarakan­
lah suatu konsili di Chalcedon pada tahun 451 M. Pada konsili
ini golongan kedua dapat dikalahkan dan ajarannya yang
memandang Isa al-Masih hanya mempunyai sifat tunggal,
yaitu sifat Tuhan, ditolak.
Konsili tersebut Jalu n1engeluarkan pernyataan yang me­
negaskan, bahwa dalam diri Isa Al-Masih terdapat dua sifat
sekaligus, tetapi tidak tercampur. Sifat yang satu tidak di­
pengaruhi sifat yang lainnya. Bahkan sifatnya sebagai ·ruhan
akan tetap kekal, sama dengan sifatnya sebagai manusia
yang juga akan tetap kekal. Aliran atau madzhab ini lalu
menjadi keyakinan umu,n di Annenia, lrak, Syam, Mesir
dan Nubia (bagian daerah Libya).
Tetapi pada tahun 578 M , muncul seorang Uskup dari
Ruha bernama Yakob Barda'i. Uskup ini mensistematikkan
ajaran golongan kedua, _yaitu yang mengatakan bahwa dalam
diri Isa al-Masih hanya ada satu sifat, sifat Tuhan. Pengikut
aliran Uskup Yakob inilah yang pada jaman berikutnya di­
kenal dengan sebutan kaum Yakobian.
Setelah itu pertikaian bukan menjadi reda, melainkan bah­
kan menjadi lebih tajam. Pertikaian-pertikaian itulah yang
menjadi salah satu faktor yang mengakibatkan merosot
dan jatuhnya kekuasaan Byzantium di daerah-daerah Asia
dan Afrika Utara serta sekaligus juga merupakan faktor

216
penting bagi lancamya penyebaran agama lslan1 di kedua
kawasan tersebut.
Raja Byzantiu1n, 1-Jeraclus, berusaha menyesuaikan aliran­
aliran Katholik dan Orthodok di satu pihak dengan aliran
Yakobian di pihak lain. la menginginkan lahin1ya 1nadzhab
baru dari hasil penyesuaian, yang kiranya nanti <lapat berlaku
dan diteri1na oleh semua pihak. Dalam usahanya itu ia mem­
peroleh bantuan dari Uskup Konstantinopel, Sergius I (tahun
610-638M).
lieraclus mengeluarkan suatu undang-undang yang dikenal
dengan na1na Actasis pada tahun 638 M. Undang-undang
yang 1nengatur keyak_inan aga1na itu n1engandung pokok­
pokok yang sebagian diambil dari ajaran Yakobian <lan se­
bagian lain lagi dia111bil dari ajaran Nestorian. Dari ajaran
Yakobian diambil suatu inti yang 1nengemukakan adanya
kehendak tunggal pada diri Isa al-Masih. Sedangkan dari
ajaran Nestorian diambil inti yang mengatakan, di dala1n
diri Isa al-Masih terdapat dua sifat sekaligus.
. Kemudian oleh Heraclus isi Actesis dijadikan n1ad­
zhab resmi bagi negaranya. Heraclus mengira, bahwa
dengan demikian ia akan dapat n1empersatukan kedua 1nad­
zhab Nasrani tersebut. 'femyata bukan persatuan yang di­
dapat oleh Heraclus, melainkan bahkan muncul madzhab
bani lagi yang terkenal dengan na1na 1nadzhab Malcan, yaitu
suatu 1nadzhab yang ke1nudian hari disebut madzhab Katho­
lik Rumawi. Itu semua berarti, bahwa pertika.ian-pertikaian
yang ada bukannya selesai.
Pertikaian-pertikaian akhimya tidak hanya terbatas di
antara dua ibukota, Konstantinopel dan Roma, dan juga
tidak hanya terbatas pada kalangan orang yang berkuasa
di kedua ibukota tersebut, melainkan bahkan sampai 1nenja­
lar ke kalangan penduduk kedua kerajaan itu, <lalam bentuk
yang lebih tajam lagi, sehingga sering menimbulkan peris­
tiwa yang 1nengerikan. Sama keadaannya dengan perpecahan­
perpecahan yang terjadi di kalangan orang Arab.
Pada waktu pasukan Muslimin Arab memasuki Mesir,
217
banyak sekali orang Mesir yang beraga,na Nasrani ,nadzhab
Yakobian keluar 1neninggalkan negeri dan meminta perlin­
dungan kepada golongan mereka di Libya dan Afrika Utara
Jainnya. Tetapi ketika mereka sampai di sana, berjumpa
dengan penguasa ,niliter Rumawi, Georgeus, dan mereka
lalu dipaksa 1nengikuti madzhab Katholik, yang menga­
jarkan bahwa di dalam diri Isa AJ-Masih terdapat dua s i ­
fat dan dua kehendak. Dala1n tindakan paksa ini Georgeus
dibantu �1aximus (580-662M).
Sarna halnya dengan penguasa Byzantiurn di Palestina,
Sephernius, yang menyerahkan kota Yerusale,n kepada
Khalifah 'Umar bin'l-Khatthab. Baik Georgeus, maupun
Maximus kedua-duanya berasaJ dari Ron1a, tetapi tidak
menganut madzhab resmi negaranya (Malcan). Kedua ,nereka
itu penganut 1nadzhab Katholik.
rleraclus meninggal dunia tanggal 1 I Februari 641 M.
Ia meninggalkari imperium yang dala,n keadaan gaduh.
Dua orang anaknya, Konstantin II dan Heraclun mengganti­
kan kedudukan ayahnya sebagai raja-raja Byzantium. Iierac­
lun adalah anak Heraclus dari istri kedua yang bernama
Martina.
• Sela1na kedua anak Heraclus itu memerintah sebagai
raja-raja Byzantium, Martina ikut nengemudikannya dari
belakang. Dalam hal ini Martina mendapat bantuan dari
Uskup Pyrus. Tetapi sebenarnya Martina mempunyai keingin­
an yang sangat besar untuk merigekalkan kedudukan anak•
nya sendiri, Heraclun, di atas singgasana kerajaan.
Pada waktu Konstantin II meninggal dunia karena diracun
orang (641 M), Martina dituduh sebagai orang istana yang
1nerencanakan pembunuhan gelap itu. Pada saat itu pasukan
Rumawi di Asia Kecil menolak penobatan 1-leraclun sebagai
Raja Byzantium. Sambil melakukan gerakan penentangan
mereka mengangkat Konstantin III, anakKonstantin 11 untuk
menduduki singgasima kerajaan di samping pamannya, He­
raclun (641 M). Konstantin III memegang kekuasaan sebagai
Raja Byzantium selama sebelas tahun.
Baru saja kewibawaan Raja Konstantin Ill rnulai mening-

218
kat, ia didesak oleh pasukan yang 1nendukungnya dahulu, su­
paya 1neme1.:at Gcorgeus sebagai penguasa di Afrika dan
menggantinya dengan penguasa lain bemarna Gregorius (O­
rang Arab 111e111a11ggilnya "Jirjir"). Di sainping itu Konstantin
III juga didesak supaya 1ne1necat Uskup Pyrus, karcna ia
n1e1nbantu Martina dalrun menjalankan kebijaksanaan politik
yang berlawanan dengan kebijaksanaan politik ayahnya,
Konstantin II. Georgeus kernudian dipecat dari kedudukan­
nya sebagai penguasa di Afrika Utara dan Pyrus dibuang dari
Konstantinopel.
Pada tahun 642 Jlvl 1neletus pe1nberontakan-pe1nberontakan
yang sukar diketahui sebab-s�babnya dengan pasti. J)i tengah­
tengah kejadian ini. Martina dijatuhi huku1nan, dipotong
pangkal lidahnya, sedangkan anaknya, lieraclun, dipotong
batang hidungnya, lalu keduanya dibuang ke RJ1odes. Selan­
jutnya Konstantin III dapat dengan leluasa 111enjalankan ke­
kuasaannya. Ada ken:iungkinan pemberontakan pasukan
Jyzantiun1 tadi 1nc1nang diatur sede1nikian rupa oleh Kons­
tantin Ill sendiri atau oleh pasukan pendukung Konstantin
Ill, yang 1nasih kurang puas melihat tetap bercokolnva
Martina dan 1-feraclun di istana.
Goncangan politik dan keagainaan tidak berkurang, bah­
kan lebih n1cluas lagi ke se1nua wilayah kekuasaan Byzan­
tium. Di saat penuh goncangan, pada bulan Juli 645 M,
dua orang uskup yang berlainan 1nadzhab, Maximus dan
Pyrus, 1nengadakan pertukaran pikiran yang mendalam
di Karteia (daerah Tunisia sekarang) dan berkesudahan
dengan penerin1aan madzhab Maximus oleh Pyrus (dalam
diri Isa Al-tvfasih terdapat dua sifat dan dua kehendak).
Seusai pcrtukaran pikiran, Pyrus segera pergi ke Roma
1nenghadap Paus Theodosius I untuk mengakui kesalahan
pikirannya dan 1nenyatakan bahwa ia telah meninggalkan
1nadzhabnya yang la1na, yang n1engakui bahwa dala1n diri
Isa Al-Masih terdapat dua sifat dan satu kehendak.
Kegoncangan-kegoncangan yang mengakibatkan kemero­
sotan Ryzantiun1 temyata dipergunakan sebagai peluang

219
baik oleh Gregorius untuk 1nelakukan pe1nbangkangan m i ­
liter terhadap istana. Dengan dukungan 1noril Paus Theodo­
sius I, pada tahun 647 M Gregorius mengangkat diri sebagai
raja dan 1nenjadikan kota Sabeitia (kurang-lebih 100 km
barat daya kota Qairuan sekarang) sebagai ibukota keraja­
nya. Pada masa itu penduduk Afrika Utara menganut madz­
hab yang mengakui adanya dua kehendak di dalam diri Isa
Al-Masih, sedangkan madzhab resrni Byzantium mengakui
hanya ada satu kehendak saja dalam diri Isa AI-Masih.
Kejadian itu sangat 1nembingungkan Raja Konstantin III
dan pergolakan politik serta perselisihan keagamaan tampak
tidak akan mereda. Dikeluarkanlah suatu undang-undang
yang terkenal dengan nan1a "Typus" (kaidah), dengan un­
dang-undang ini raja melarang pe1nbicaraan-pembicaraan atau
perdebatan-perdebatan tentang "dua kehendak" atau "satu
kehendak". ·retapi temyata Paus Martinus (649 M-653�1)
tidak rela akan ha! itu. Maka diadakanlah konsili di Roma
dengan dihadiri oleh 105 orang uskup pada bulan Oktober
649 t\-1. Persidangan ini 1nencela keras undang-undang Actesis
dan undang-undang Typus. Mereka bertekad menegakkan
ajaran ''dua sifat dan dua kehendak".
Selesai persidangan Paus Martinus menulis sepucuk surat
kepada Raja Konstantin III, yang di dalam raja diperintah
supaya segera memecat Uskup Konstantinopel, Paulus II
(64 l-652M), karena i a telah meninggalkan ajaran "dua
sifat dan dua kehendak".
Menerima surat Paus Martinus yang dernikian itu, Raja
Konstantin Ill menjadi sangat marah atas keberanian Marti­
nus memerintah seorang raja. Pada bulan Juni 653 M, Paus
Martinus ditangkap dan dibawa ke Konstantinopel dala1n
keadaan terbelenggu Martinus tiba di Konstantinopel bulan
September 654 M, dan segera dihadapkan kepada rnahkamah
biasa (bukan rnahkamah agama). Ia dituduh melakukan peng­
khianatan besar dan dipecat dari kedudukannya sebagai Paus.
Di dalam penjara ia harus bercampur dengan penjahat-pen­
jahat yang terdiri dari para perampok, pencuri, pembunuhan

220
dan lain-lain.
Sela,na dalan1 penjara ini l\1artinus 1nengala1ni berbagai
n1aca1n penghinaan, penganiayaan dan penistaan. sa1npai
ia dipindah ke tempat pc1nbuangan di 1-lerson, yang terletak
di baratl:iut Laut llitam. la 1neninggal di pembuangan tang­
gal 16 Septeniber tahun 655 l\1 dalarn keadaan sangat n1enye­
dihkan.
Pada waktu Paus l\1artinus dalam perjalanan dari Roma
ke Konstantin ope! tahun 653 M Uskup l\taxi1nus juga diciduk
dari Afrika Utar.1 dan dibawa ke Konstantinopel sebagai
scorang tahanan. Ke1nu_dian ia dibuang ke Bouzia, tetapi
malang, karena pada tahun 66 2 l\1 ia ditarik kem bali kc
Konstantinopel dan dihadapkan kepada mahkamah suci
(agan1a). la dijatuhi huku1nan siksa berat. lidahnya dicabut
dari pangkalnya dan tangan kanannya dipotong. Dalam
keadaan den1ikian ia harus dibuang ke1nbali ke Aziqa, sebelah
utara Annenia. la 1neninggal dala,n pen1buangan akibat
penyiksaan yang luar biasa kejamnya tanggal 13 Agustus
622 M.
Peristiwa-peristiwa sejarah itu se,nuanya ,nerupakan ke­
nyataan yang berbicara, tentang bagaimana Imperium Ru­
mawi mene1npatkan aga1na dan pe1nuka-pe1nukanya hanya
sebagai alat kekuasaan. Bukan agama yang harus 1nen1bi1n­
bing raja-raja Rumawi, ,nelainkan raja-raja itulah yang harus
berkuasa 1nenghita1nputihkan agan1a. Tidak anehlall bahwa
guncangan keaga1naan n1elanda seluruh wilayah kekuasaan
raja-raja Ru1nawi, di Tirnur maupun di Barat.
Bclun1 lagi dikcmukakan betapa hebatnya Byzantiun1
1nenindas bangsa-bangsa non-Rurnawi, kelaliman sosial dan
penghisapan ekonomi 1nelalui berbagai bentuk pajak yang
amat berat, sehingga mengakibatkan kerusakan dunia perda­
gangan dan industri-industri kerajinan tangan. Paral1nya
Byzantium ketika itu tidak diragukan lagi.
Oleh karena itu tidak 1nengherankan kalau pada masa
itu banyak sekali daerah Byzantium yang berguguran, satu
de1ni satu jatuh ke tangan orang Arab. Tidak aneh juga kalau

221
penduduk daerah-daerah Byzantium akhimya me1nilih
agruna Islam dan rela berada di bawah pemerintahan orang
Arab. Mereka mengulurkan tangan kepada orang-orang baru
karena ingin menyelamatkan diri dari penindasan orang-orang
Jama.
Gerakan Pertama ke Afrika
Pada bulan Oktober 647 M (27 Ii) Khalifah 'Utsman bin­
'Affan r.a. mengijinkan 'Abdullal1 bin Abi Sarah memasuki
wilayah Byzantiun1 di Afrika Utara. Atas dasar ijin Khalifah
kaum Muslimin Arab membentuk pasukan-pasukan di bawah
pimpinan tokoh-tokoh terkemuka, antara lain Maiwan bin
Hakam, 'Abdur-Rahman bin Abubakar, 'Abdullah bin Zubair
dan 'Abdullah bin 'Umar. Mereka ini pangli1na p
- ang]ima Arab
yang dimatangkan dalam pelbagai peperangan membela ke­
benaran Islam.
Khalifah menginstruksikan supaya dalam perjalanan dari
Madinah ke Mesir, sen1ua pasukan berada di bawah kon1ando
Harits bin Hakam. Setibanya di sana Harits supaya menggan­
tikan kcdudukan 'Abdullah bin Abi Sarah sebagai penguasa
daerah Mesir, sedangkan 'Abdullah bin Abi Sarah sendiri
supaya memegang komando atas pasukan yang akan mema­
suki Afrika Utara.
Sesuai dengan instruksi Khalifah, 'Abdullah bin Abi Sarah
keluar dari Mesir me1ni1npin pasukan sebesar 20.000 orang.
Di sebuah te1npat yang jauhnya sehari-semalam dengan per­
jalanan kaki dari Sbetilla, pasukan Muslimin Arab berhadap­
hadapan dengan pasukan Byzantium yang berada di bawah
komando Gregorius. Jumlah pasukan Byzantium ini lebih
besar daripada pasukan Arab dan kebanyakan terdiri dari
orang-orang Rumawi, Eropa dan Berber.
Untuk menghadapi pertempuran terbuka 'Abdullah bin
Zubair mengusulkan kepada 'Abdullah bin Abi Sarah supaya
pasukan Arab dibagi menjadi dua bagian. Sebagian untuk
langsung n1enghadapi pertempuran terbuka, sedangkan se­
bagian lagi supaya siap siaga di tempat-tempat persembunyi-

222
an dan jangan sarnpai keluar ke 1nedan tempur sebelun1 p a ­
sukan �1usli111in Arab dan pasukan Byzantiurn dalam keada­
an sama-saina lelalt.
Beg.itu Gregorius dan pasukannya 111en1ulai serangan­
serangan, secepat itu pula pasukan Arab rnelancarkan serang­
an balasan dan tanpa banyak korban berhasil memukul rnun­
dur pasukan Byzantiurn. Gregorius sendiri n1ati terbunuh
dala.rn perten1puran seorang Ja,van seorang di ujung pedang
·Abdullah bin Zubair. Dcngan 111udah Sbetilla dikuasai oleh
pasukan Arab. scdangkan te1npat-te1npat pertahanan Byzan­
tium yang ada dihancurkan semuanya.
Gerak maju pasukan Arab diteruskan san1bi] mernatah­
kan perla,vanan rnusuh secara kecil-kecilan sepanjang per­
jalanan. Saat itu serangan pasukan Muslirnin Arab diarah­
kan ke Qafsa, Karteia dan darah-darah lain sekitarnya.
Sasaran ini dapat direbut setelah n1elalui pertarungan-perta­
nrngan sengit dan setelah dikepung lebih dulu selarna bebera­
pa waktu. l·Jarta ran1pasan perang banyak sekali diraih
oleh pasukan Arab, terutarna dari Karteia.
Sarnpai ke daerah ini pasukan Arab menghentikan gerakan­
nya untuk sernentara. karena adanya pennintaan dari By­
zantiurn (penguasa-penguasa sete1npat) untuk n1engadakan
perjanjian perda1naian. Pennintaan itu dapat diterima pasu­
kan Arab dengan syarat-syarat sebagai berikut:

1. Pihak Dyzantiu1n han1s n1ernbayar ganti kerugian


perang sebanyak 300 qinthar (suatu tirnbangan pada
rnasa itu) e,nas.
2. Apa yang telah dikuasai oleh pasukan Arab sebe]um
diadakan perjanjian, tetap ,nenjadi hak kaum Musli­
rnin ,\rab. Sedangkan apa yang dikuasai oleh pihak
Arab setelah diadakannya perjanjian perdainaian dikem­
balikan kepada Byzantiu,n.
3. Apabila dua hal tersebut di atas sudah dilaksanakan,
pasukan Arab akan ,neninggalkan daerah itu, kecuali

223
tcnaga-tenaga yang akan menjalankan pemerintahan di
daerah-daerah yang telah berada di tangan pasukan Arab
scbelum diadakannya perjanjian.

Tiga syarat tersebut se,nuanya dapat diteri1na dan dise­


tujui oleh pihak Byzantium, ke1nudian dilaksanakan oleh
kedua belah pihak.

Gerakan Kedua ke Afrika


Raja Konstantin III rupa-rupanya sudah tidak dapat lagi
menahan ken1arahannya. Ia menghcndaki supaya semua wi­
layah yang telah jatuh ke tangan orang Arab dire but kembali.
Pada tahun 645 M (24 H) ia memerintahkan tentaranya su­
paya menyerang ken1bali daerah-daen1h Syan1. Bersamaan
dengan itu ia juga n1emerintahkan supaya Mesir dipulihkan
kepada Byzantium. Dala1n pada itu orang Byzantium yang
berada di Aleksandria melanggar perjanjian yang telah dibuat­
nya dengan pasukan Muslimin Arab. I)emikian pula orang
Byzantium yang berada di Afrika Utara pada tahun 645 M
(33 H). Sernua itu bukan masalah yang aneh dan sudah tentu
dilaksanakan sesuai dengan perintah-perintah Konstantin Ill.
Biasanya, suatu perjanjian perda1naian diadakan hanya se­
kedar untuk ,nendapatkan peluang guna 1nenyusun ken1bali
kekuatan yang baru. Lebih-lebih jika diingat, Byzantium ti­
dak akan mudah bcgitu saja men1biarkan orang Arab mendu­
duki wilayah-wilayah kekuasaannya.
Menghadapi itu 'Abdullah bin Abi Sarah sebagai panglin1a
pasukan Muslimin Arab dan sebagai penguasa claerah Afrika
Utara, tidak mungkin berpangku tangan. la memcrintahkan
suatu pasukan di bawah komando Mu'awiyah bin Hadij
untuk segera' berangkat ke Afrika Utara, guna 1nen1ulihkan
kembaJi daerah itu sesuai dengan perjanjian yang ada. P a ­
sukan Arab di ba wah kon1ando Mu 'awiyah bin l laclij segera
berangkat untuk mengadakan operasi pemulihan sampai
ke Qufia (sekarang Qairuan) lalu mendirikan kubu-kubu
pertahanan di sana. Tetapi tak lama ke1nudian ia ken1bali

224
lagi ke t,.,lesir.
Pada n1asa itu kau1n l\·lusli111in di pusat pe111erintahannya,
Madinah. telah rnulai dilanda oleh desas-desus dan fitnah
yang berlangsung sejak akhir 1nasa jabatan 'Uts1nan bin
'Affan san1pai 1ne1nuncak n1enjadi perang saudara padaja1nan
Khalifah 'Ali bin Abi ·n1alib r.a. (657-661 t,,f/ 36-40 l·l).
Akibat kegoncangan-kegoncangan politik yang sangat berat
di Ma<linah, gcrakan-gerakan untuk 1nerebut wilayah-wi­
layah Byzantiu1n terhenti untuk sen1entara.
Pekerjaan pcrta1na yang dilakukan Khalifah 'Ali setelah
terbunuhnya Khalifah 'Utsrnan r.a., ialah 111engangkat Qeis
bin Said sebagai penguasa l\lesir. ·retapi rv1u·a,viyah bin Abi
Sufyan sebagai penguasa di Dan1askus · · yang 1nen1pakan
orang paling tidak n1enyukai · Ali sebagai Khalifah -
berhasil 1nengl1asu t Qeis untuk ikut serta n1enjatuhkan n:.1111:.1
baik Khalifah 'Ali.
Qeis ken1udian dipecat oleh Khalifah 'Ali dan diganti
Asytar bin Malik. ·retapi l\-lu'a,viyah berhasil 1nerajut suatu
1nakar untuk 1ne111buriuh Asytar sebehun orang ini sa1npai
ke i'v1esir. Asytar 111ali terbunuh oleh ko1nplotan yang dilan­
carkan Mu'awiyah bin Abi Sufyan. Dengan 1natinya Asytar.
Khalifah 'Ali n1engangkat i'vluhan1111ad bin Abubakar ash­
Shiddiq sebagai pcnguasa �1esir.
Ketika itu 'Atnr bin'l-'Ash ingin diangkat ken1bali sebagai
penguasa Mesir. Keinginannya itu rnendapat sa1nbutan baik
dari i'vlu'awiyah bin Abi Sufyan di Da,naskus. 'An1r diberang­
katkan oleh f\.1u' awiyah dari Oa1naskus disertai pasukan
sebesar 6000 orang. Di �1esir ketika itu banyak terdapat
orang Arab dari ki.!luarga Rani U111ayyah, yaitu keluarga i'v1u -
'awiyah dan kcluarga 'Utsrnan bin 'Affan. Pada u111un1nya
,nereka tidak 1nenyukai diangkatnya �1uham111ad bin Abu­
bakar sebagai penguasa di Mesir dan tidak 111enyukai 'Ali
sebagai Khalifah.
�1erl!ka ke1nudian bergabung di dala111 pasukan 'A1nr
yang bani saja tiba dari l)a1naskus. Pasukan ini 1nengadakan
gerakan-gerakan n1iliter tcrhadap penguasa sete111pat, Muha1n-

225
mad bin Abubakar. Dengan sekuat tenaga Muhan1mad bin
Abubakar membela diri bersama pasukan pendukungnya.
Tetapi ia dan pasukannya kalah. Muhammad bin Abubakar
mati terbunuh dalam pertempuran melawan pasukan Amr.
Peristiwa ini terjadi pada tahun 65 8 M (38 H).
Mulai saat itu 'Amr bin'l-'Ash menyatakan �1esir terpisah
dari kekuasaan pusat di Madinah. Tidak lama setelah itu
Khalifah 'Ali 1neninggal pad a tahun 661 M (40 H), akibat
pembunuhan gelap yang dilakukan oleh Abdurrah1nan bin
Muljain
Sepeninggal Khalifah 'Ali r.a., Mu'awiyah bin Abi Sufyan
dengan ambi�inya yang amat kasar, mengumumkan dirinya
sebagai Khalifah dan memperoleh dukungan penduduk Da­
maskus. Tidak ketinggalan juga penduduk Arab di Mesir,
yang sepenuhnya telah berada di tangan 'Amr. I(ebijaksaaan
pertama yang dilakukan oleh Mu'awiyah sebagai Khalifah
ialah mengokohkan kedudukan 'Amr sebagai penguasa
Mesir. Tetapi tidak lama setelah pengangkatannya sebagai
penguasa Mesir, 'Amr meninggal dunia, yaitu pada tanggal
6 Januari 664 M (awal Syawwal 43 H).

Gerakan Ketiga ke Afrika

Pada tahun 665 M (45 H) Khalifah Mu·awiyah membe­


rangkatkan I 0.000 orang pasukan Muslimin Arab ke Afrika
Utara di bawah komando Mu'awiyah bin I-ladij. Bersama pa­
sukan Hadij ikut serta seorang tokoh ulama bernama Hasan
bin 'Abdullah Shan'awi. Salah seorang yang ikut serta dalam
gerakan membuka Andalus dan meninggal dunia di Saragossa
tahun I 00 I-I serta dikuburkan di sana. Kuburannya sangat
terkenal dan banyak diziarahi kaum Muslirnin dari mana­
mana.
Antara Hadij sebagai panglima pasukan dan 'Abdullah bin
Malik bin Marwan, sebagai komandan bawahan, terjadi
pertengkaran tajam. 'Abdullah · bin �1alik menghendaki
supaya ia sendiri yang ditunjuk untuk ,nemirnpin serangan-

226
serangan ke Afrika Utara dan l·ladij tidak usah langsung
berangkat ke sana. Tetapi ha! itu sulit dilakukan 1-:ladij,
karena ia sendiri yang ,ncnd::ipat pcrintah Khalifah untuk
menjadi panglima dalan1 serangan ke Afrika Utara. l'engang­
katanya itu sebenamya dilakukan Khalifah Mu'awiyah
sebagai balas jasa atas kejadian Hadij pada ,nasa lalu untuk
memisahkan diri dari Muhainmad bin Abubakar dan ikut
serta dalain gerakan 'Amr menentang kekuasaan Muhain,nad
bin Abubakar di Mesir.
Pertengkaran antara Kon1andan atasan dengan komandan
bawahan tersebut oleh Hasan Shan'awi diusahakan penyele­
saiannya secara dan1ai. Kewibaaan Shan·awi sebagai seorang
ulama yang dihorn1ati umu1n, temyata berhasil me,nadamkan
keinginan 'Abdullah bin tvialik.
Ketika itu Raja Byzantiu1n. Konstantin III, ,nasih 1nen­
duduki singgasananya dengan ,nantap. Menghadapi gerakan
pasukan Arab yang sedang menuju ke Afrika Utara itu,
Konstantin III ,nengerahkan pasukan sebesar 30.000 orang
di bawah seorang pang]i1na bemama Nicoverus. Pasukan
sebesar itu diperintahkan mencegat pasukan Arab yang se­
dang dala,n perjalanan.
Untuk menghadapi serangan pasukan Byzantium Hadij
mengangkat 'Abdullah bin Zubair untuk n1emimpin sebagi­
an pasukan yang dibawanya. Tetapi setelah pasukan Byzan­
tiu1n 1nengetahui kekuatan Arab, 1nereka n1enghindarkan
diri dari pertempuran terbuka dan 1nen1batalkan niatnya
semula.
Dengan leluasa pasukan Hadij meneruskan perjalanan un­
tuk merebut Gelula dari kekuasaan Byzantium. Hadij meme­
rintahkan 'Abdullah bin Malik bin Marwan untuk n1enuju
daerah tersebut dengan n1embawa pasukan sebanyak kurang­
lebih l 000 orang. Gelula jatuh ke tangan pasukan Arab
1nelalui pertempuran sengit dan bersa,naan dengan jatuhnya
Gelula jatuh pula Banzart. Dengan jatuhnya dua tempat
itu, mulailah Islam tersiar di kalangan bangsa Berber Afrika
Utara.

227
Kali ini gerakan akan dilangsungkan terus ke Pulau Sisilia.
Untuk ini J-ladij 1nempersiapkan sebuah armada dengan
kekuatan 200 pcrahu di bawah komando 'Abdullah bin Qeis
(667 tvf/47H). Pada saat itu pulau ini dijadikan te1npat
pe1nusatan pasukan Byzantium yang bertugas menghadapi
gerakan pasukan Arab ke Afrika Utara. ·rujuan gerakan pa­
sukan 1\1usli1nin Arab ke Sisilia hanya terbatas untuk n}engob­
rak-abrik pasukan induk Byzantium di pulau itu dan me­
lun1puhkan gcrakan am1ada Byzantium.
Sisilia berhasil direbut dan diduduki. tetapi pasukan Arab
hanya sebulan tinggal di pulau tersebu t. l'vtereka kembali
ke daratan Afrika Utara sarnbil mernbawa banyak tawanan
dan harta ra1npasan perang, tem1asuk patung-patung ber­
hala yang dihias dengan logan1 mulia dan n1utiara.
Seinua hasil dari Sisilia diserahkan Hadij kepada Khalifah
Mu'awiyah di Da1naskus. Konon patung-patung berhala yang
1nahal itu oleh l'vlu'awiyah kernudian dijual kepada orang­
orang India dan ia sendiri yang ,ne,npergunakan uang hasil
penjualannya. Tetapi beberapa tokoh Arab membantah
berita tersebut.

Gerakan Keempat ke Afrika

Pada tahun 666 M (46H) dari Mesir dikirin1kan lagi pa­


sukan kc Afrika Utara di bawah komando 'Uqbah bin Nati'
untuk memulihkan keamanan dan ketenteraman di daerah
Waddan. Di daerah ini banyak penduduk yang tidak mene­
pati kewajiban sesuai dengan perjanjian yang telah disetujui
bersama dengan pasukan Muslimin Arab.
Selesai dengan tugasnya di Waddan, 'Uqbah meneruskan
operasinya ke Ferran dan sekitamya, tidak lan1a kemudian
daerah-daerah ini jatuh ke tangan pasukan Arab. Dengan
jatuhnya Ferran dan daerah-daerah sekitarnya sekarang
Libya terlepas seluruhnya dari tangan Byzantium.
Dari situ 'Uqbah 1neneruskan gerakannya sampai ke Zu­
wella dan Gadames, keduanya terletak dekat perbatsan

228
Sudan. Selesai merebut daerah-daerah itu. 'Uqbah bersama
pasukannya 111eneruskan perjalanan ke arah barat laut dan
berhasil mematahkan perlawanan Byzantiun1 di Fustella
dan Qafsa.
Ken1udian 'Uqbah bin Nafi' memutuskan untuk ,nenjadi
kan Qairuan sebagai te,npat pe,nusatan yang tetap bagi
pasukan Muslirnin Arab yang beropcrasi di daerah-daerah
Afrika Utara, khususnya untuk me,nbersihkan sisa-sisa ke­
kuasaan dan pengaruh Byzantium dan n1engharuskan orang­
orangnya yang tidak n1au ,nenerima aga1na lsla,n supaya 1ne-
1nenuhi perjanjian-perjanjian yang telah ditetapkan bersama.
Pada masa dekat sebelumnya, pasukan Byzantiun1 yang
terdiri dari orang Rumawi dan Eropa telah ,nengusir semua
penduduk Berber dari daerdh-daerah pantai, karcna 1nenurut
rencana daerah ini hendak dijadikan ten1pat-tempat perta­
hanan dalam 111enghadapi gerakan-gerakan pasukan J\-lusli1nin
Arab. Dari daerah-daerc1h pantai inilah orang-orang Ru1nawi
dan Eropa 1nenghasut penduduk bangsa Berber untuk 1ne­
lakukan aksi-aksi pe,nbangkangan terhadap pemerintahan
orang Arab.
Alas dasar berbagai pertimbangan, 'Uqbah membatalkan
rencana menjadikan Qairuan sebagai tempat pen1usatan
pasukan Arab. Ia rnene,nukan daerah lain lagi yang lebih
baik dan lebih menguntungkan untuk dijadikan te,npat
pemusatan pasukan. Daerah ini tidak jauh letaknya dari
Qairuan dan memenuhi syarat-syarat sbb:

I. Banyak bagian yang subur dan terdapat banyak


padang rumput untuk penggembalaan ternak, khusus­
nya unta.

2. Agak lebih jauh dari pantai, sehingga orang Run1awi


dan orang Eropa tidak dapat segera sa,npai ke tempat
pemusatan dan pertahanan pasukan Arab.

3. Tempat ini 1nerupakan jalan bagi lalu-lintas perda-

229
gangan dan sebagai bekas kota lama me1npunyai bebe­
rapa bangunan yang dapat dipcrgunakan.

'Uqbah bin Nati' lalu 1nemerintahkan perencanaan dan


pelaksanaan pembangunan kubu-kubu pertahanan di tempat
tersebut, sekaligus tennasuk pem bangunan sebuah inesjid
besar (670 M/50 M). Sainpai jan1an berikutnya tempat ini
menjadi sebuah kota yang banyak dihuni orang dan dikun­
jungi banyak pendatang dari Iuar. Di kemudian harinya lagi
1nenjadi kota besar yang terkenal dan pernah menjadi tempat
pengeinbangan ilmu pengetahuan dan peradaban )slain.
Pembagian Kekuasaan Atas Dasar Klik Politik
Pada tahun 670 M (SOH) Khalifah Mu'awiyah bin Abi
Sufyan n1engambil keputusan untuk memisahkan daerah­
daerah Afrika Utara dan Mesir dari pemerintahan Pusat di
Damaskus. Kepada daerah-daerah tersebut diberikan kele­
Iuasaan untuk mengatur pemerintahan sendiri. Untuk itu
ia menetapkan lbnu liadij sebagai penguasa Mesir dan 'Uq­
bah bin Nafi' sebagai penguasa daerah Afrika Utara. Tetapi
dalam tahun itu juga Mu'awiyah memperhentikan lbnu 1-la­
dij dari kedudukannya di Mesir dan menggantinya dengan
Maslamah bin Mukhallad.
Maslamah adalah salah seorang tokoh terkemuka di kalang­
an orang Arab yang berada di Mesir, yang dahulu pernah
bersama-sama 'Amr bin'l-'Ash menyerang Muhammad bin
Abubakar Ash-Shiddiq sampai mati terbunuh. Maslainah
juga merupakan tokoh kuat yang mendukung Khalifah
'Utsman bin 'Affan r.a. dan dengan sendirinya ia juga seorang
yang sangat bersimpati kepada Bani .Umayyah.
Walaupun semula telah diputuskan untuk memisahkan
Mesir dari Af rika Utara untuk berdiri masing-masing sebagai
propinsi yang berpemerintahan sendiri, tetapi beberapa
saat setelah mengangkat Maslamah, ia segera memerintahkan
penyatuan kembali Mesic dan Afrika Utara sebagai satu
propinsi (berwilayah mulai dari Mesic san1pai ke Tanjah).

230
Wilayah yang seluas itu seluruhnya ditempatkan di bawah
kekuasaan tvlaslan1ah bin Mukhallad. Sampai pada jaman
akhir kekuasaan Mu'awjyah seluruh daerah Afrika Utara itu
tetap menjadi satu propinsi.
Dengan kekuasaan besar yang ada di tangannya, Maslamah
kemudian memecat 'Uqbah bin Nafi' ('Uqbah sekarang
n1enjadi bawahan tv1aslarnah) dari Qairuan dan mengganti­
kannya dcngan Abul-Muhajir Dinar.
Abul- Muhajir adalah seorang bekas hamba sahaya yang
dimerdekakan oleh Bani Makhzum di Madinah. la tiba di
Afrika Utara pada tahun 671 M (51 H). Sebagai penguasa
setempat, setibanya di Qairuan Abul- Muhajir n1emperlaku­
kan 'Uqbah bin Nafi' dengan kasar dan bengis. Konon jauh
sebelumnya pemah terjadi permusuhan antara kedua orang
!Ill.
'Uqbah segera kembali ke Darnaskus menghadap Khali­
fah Mu'awiyah untuk menya1npaikan protes dan gugatan
atas jasa-jasa yang telah diberikannya di Afrika Utara demi
kesentosaan kekuasaan Bani U,nayyah. Ia berkata kepada
Mu 'awiyah, "Saya telah 111embuka wilayah-wilayal1 baru dan
saya telah membangun Qairuan. Di sana saya membangun se­
buah 1nasjid besar dan di sana saya ditaati oleh penduduk. Te­
tapi mengapa saya lalu diperhentikan dan diganti oleh se­
orang bekas hamba sahaya yang din1erdekakan oleh kaum
Anshar?"
Atas protes dan gugatan tersebut Mu'awiyah 1nengemu­
kakan suatu alasan, bahwa ia tidak dapat berbuat sesuatu
karena ia mempunya ikatan hubungan dengan Maslainah.
Diperhentikannya 'Uqbah adalah atas kemauan Mas­
lamah sebagai penguasa seluruh . daerah Afrika. Oleh
karena itu ia (Mu'awiyah) merasa tidak berhak campur
tangan.
Dari jawabannya itu tampak jelas bahwa Mu'awiyah sudah
mengikat suatu janji dengan Maslamah ketika orang ini
ikut serta dalam gerakan pembunuhan politik atas diri
Muha1nmad bin Abubakar, seorang penguasa Mesir yang dulu

231
diangkat oleh Khalifah 'Ali r.a. Rupa-rupanya Mu'awiyah
pemah berjanji kepada Maslamah, bahwa apabila gerakan
itu berhasil dan 'A.lnr bin 'I-'Ash dapat ,nenggantikan kedu­
dukan Muhammad bin Abubakar, kepada 1Vlaslan1ah akan
diberikan kedudukan penting di dalan1 pemerintahan Harri
Un1ayyah.
Untuk memenuhi janjinya kepada Masla,nah, Mu'awiyah
rupanya tidak ,nemandang perlu sa,na sekali mengindahkan
jasa-:jasa 'Uqbah bin Nati'.
Hanya didoro·ng oleh kebenciannya kepada 'Uqbah, Abul­
Muhajir yang sekarang menjadi penguasa di Qairuan berdasar­
kan pengangkatan yang dilakukan oleh Maslamah, tidak mau
menempati kota yang dibangun oleh 'Uqbah, Qairuan.
Bahkan ia memerintahkan penduduk supaya membakar
kota Qairuan dan semua penduduk, termasuk dirinya sendiri,
supaya pindah ke sebuah ten1pat dua 1nil jauhnya dari Qairu­
an, yang terletak di sebelah utara berdekatan dengan jalan
yang menuju ke Tunis. Di sini Abul� Muhajir mentbangun
kota baru sesuai dengan keinginannya dan diberi nama sama
dengan kota yang baru dihancur.kan, yaitu Qairuan.
Selesai pembangunan kota Qairuan baru, Abul-Muhajir
memberangkatkan sebuah pasukan di bawah ko1nando
Hanasy Shan·ani untuk merebut Pulau Elba dari tangan
Byzantium. Setelah menghadapi pertempuran ringan pulau
ini akhirnya berhasil dikuasai oleh pasukan Muslimin Arab.
Suatu kejadian yang sangat menonjol pada jaman kekuasa­
an AbuJ-Muhajair di Afrika Utara iaJah peristiwa perlawanan
pasukan Arab terhadap Kuseilla. KuseiJla adalah seorang
kepala suku Berber beragama Nasrani yang sangat setia ke·
pada kekuasaan Byzantium. Sehabis orang Arab berhasil
mengusir kekuasaan Byzantium dari bagian barat Afrika Uta­
ra, Kuseilla tampil menghimpun sisa:sisa pasukan Byzantium
yang terdiri dari orang Rumawi dan orang Eropa (tem1astik
orang Perancis) dan mengorganisir mereka semua sebagai
kekuatan bersenjata untuk melawan orang Arab.
Melihat gelagat itu Abul-Muhajir berangkat memi1npin

232
sendiri pasukan untuk n1cnghancurkan mereka. Kedua belah
pihak berten1u di Tchnasan, scbuah daerah dekat Alja­
zair. Abu!- Muhajir berhasil memukul mereka dan sebagi­
an pasukan Kuseilla yang masih selamat lari tunggang-lang·
gang. Kuseilla sendiri tertangkap hidup·hidup dan menjadi
tawanan Abul-Muhajir. Kemudian Kuseilla pura-pura meme­
luk agama Islam dan Abul-h1uhajir dapat dibuat lengah
olehnya. la memperoleh pengampunan dan diberi pekerja­
an. Ke mana saja Abul-�1uhajir pergi Kuseilla selalu diajak­
nya dengan n1aksud agar tidak 1nempunyai kescmpatan
melakukan kegiatan yang berbahaya.
Sampai saat Khalifah Mu'awiyah meninggaJ dunia pada
pertengahan bulan Rajah 60 H (April 680 M) Abul-h1uhajir
tetap menjadi penguasa daeral1 barat Afrika Utara (Maghri­
bi) sebagai bawahan Maslamah bin Mukhallad.
Sepeninggal Mu'awiyah kekhalifahan Bani Umayyah di­
kepalai oleh anaknya sendiri yang berna1na Yazid bin Mu­
'awiyah, atas dasar penunjukan f\fu'awiyah sesaat sebelum
1neninggaJ dunia.

'Uqbab den Julianus Aferenca1111kan Pendaratan ke Andalus


'Uqbah mengulangi kembali gugatannya kepada Khalifah
Yazid. Sebagai seorang yang merasa berjasa besar di Afrika
Utara, ia 1ninta supaya diangkat ke1nbali sebagai penguasa
seperti dahulu. Ia berhasil 1nerebut hati Yazid. Pada tahun
681 M (62H) 'Uqbah diangkat kembali sebagai penguasa
daerah Afrika Utara.
Setibanya di Afrika Utara, tindakan pertama yang dilaku­
kan 'Uqbah ialah melancarkan balas dendam terhadap Abul­
Muhajir. Abul-Muhajir ditahan, diperlakukan dengan kasar,
tangan dan kakinya selalu dibelenggu dengan rantai besi.
Kemudian ·Uqbah memerintahkan penghancuran kota
Qairuan baru yang dibangun oleh Abul-Muhajir dan segera
membangun kembali kota Qairuan lama yang dulu pemah
didirikannya sendiri dan dihancurkan oleh Abul-Muhajir.
Demikian rupa kejamnya 'Uqbah memperlakukan Abul-

233
Muhajir yang sudah tic.dk dapat berbuat sesuatu. Dengan
tangan terbelenggu ,\bul-tl-luhajir selalu dibawa 'Uqbah
dalan1 gerakan-gerakan 1niliternya menyerang sisa-sisa kekuat­
an Byzantium.
Kali ini 'U9bah hendak 1nelancarkan serangan ke daerah
Grid yang terletak di tenggara Tunis. Sebagai koman­
dan yang akan langsung men1impin pertempuran ditetapkan
Zubair bin Qeis al-Balawi. Serangan ini berhasil dan pasukan
Arab menduduki wilayah tersebut. Tetapi karena orang­
orang di Gazzan (terletak di bagian selatan Libya) tidak ber­
sedia memeluk agama Isla1n, bersama 1ncreka ·Uqbah menga­
dakan perjanjian seperti yang biasa dilakukan.
Dari sini pasukan Arab yang dipirnpinnya menuju ke
daeral1 tvfaroko Tengah. Pasukan Byzantium dan orang Ero­
pa di sana tidak sanggup 1nenghadapi pasukan Arab yang
bersemangat tinggi dan berani mati. Mereka inelarikan diri
bersama orang Berber yang merupakan bagian terbesar ke­
kuatan pasukan Byzantium di daerah itu. Kota Idzna jatuh
ke tangan pasukan Arab dalam keadaan hancur. Dengan ja­
tuhnya kota ini jatuhlah sudah seluruh wilayah kekuasaan
Byzantiuin di Afrika Utara kc tangan Arab dan sisa-sisa
kekuatan Byzantium yang masih tinggal tidak mempunyai
arti lagi.
Suatu taktik pertempuran yang patut dipuji, ialah bahwa
'Uqbah berhasil menyedot pasukan-pasukan 9yzantium
dan orang Eropa dari perbentengan-perbentengan dan pusat­
pusat pertahanan mereka sebelum mereka dipukul habis­
habisan. Sehingga dengan demikian, kemungkinan bagi
inereka untuk dapat bertahan Jama menjadi hilang sa1na
sekali dan tidak dapat lagi mernpergunakan perbentengan­
perbentengan mereka untuk meJakukan serangan kembali
terhadap pasukan Arab, seperti yang sering terjadi sebelum­
nya. Sebab sela!Da benteng-benteng lawan itu belum diko­
songkan dan dihancurkan san1a sekali, sisa-sisa kekuatan
Byzantium akan selaJu dapat mengumpulkan orang Berber
dan melemparkan mereka ke medan peperangan melawan

234
orang Arab.
Sclcsai itu. 'Ultbah bersruna pasukannya n1enuju ke arah
barat lebih jauh lagi san1pai tiba di seberang ·ranjah.
Di Tanjah pada masa itu terdapat sebuah kerajaan kecil,
yang dihadiahkan oleh Kcrajaan Goth di Iberia (Andalus)
kcpada seorang bangsawan berna1na Yulianus. YLilianus ada-­
lah seorang yang beragania Nasrani dan n1emerintah pen·
duduk Berber di daerah kerajaan kec�lnya, yaitu yang ber­
wilayah dari Tanjah sa1npai kc Sebta.
Yulianus tnerasa tidak senang terhadap politik Byzantium
yang dianggapnya telah terlalu banyak rnengorbankan orang
Berber untuk dilemparkan ke n1edan-n1edan pertenipuran
;nenghadapi orang Arab. Yulianus befPendapat, bah,va untuk
dapat n1en1pertahankan kekuasaannya atas sebuah kerajaan
kecil, tidak ada jalan lain kecuali harus n1engadakan kerja­
sama dengan orang Arab. �lal ini dipandang lebih 1nengun­
tungkan daripada akan kehilangan kekuasaan saina sekali.
Kecuali itu Yulianus sendiri dan keluarganya mer.isa tidak
senang kepacla Kerajaan Goth di Iberia (Andalus), yang telah
1nenyakiti hati dengan terjadinya suatu peristiwa, di mana
Raja Goth 1nemperlakukan anak peren1puan Yulianus dengan
tidak senonoh.
Ia sangat beruntung karena kebijaksanaan hendak bekerja­
sama dengan orang Arab temyata 1nendapat sambutan baik
clan diterima oleh 'Uqbah. Kedua belah pihak setuju supaya
Yulianus tetap dalam kekuasaannya dan tidak 1nena1npakkan
sikap pennusuhan terhadap Kerajaan Goth, meskipun bemiat
hendak membantu orang-orang Arab untuk memasuki wi­
layah Iberia. Persetujuan ten tang ha! itu diadakan pada tahun
63 Ii (681 M).
Di hadapan Yulianus 'Uqbah merasa aman, dan pasukan
Musli1nin Arab yang sudah ditambah dengan orang Musli­
min Berber telah memasuki wilayah Yulianus secara damai
berdasarkan kemauan kedua belah pihak. Yulianus tetap
dihonnati sebagai seorang bangsawan, dan administrasi
pemerintahan atas wilayah kerajaan· kecil itu tetap berada

235
di tangannya.
Saat itu daerah-daerah sepanjang pantai Maroko sarnpai kc
Scbta telah n1enjadi tempat pemusatan pasukan Musli,nin
Arab dan Berber. Dalarn waktu yang agak la1na se1nua pasu­
kan itu tidak lagi 1nenghadapi peperangan dan dapat beristi­
rahat.
'Uqbah sebagai seorang penguasa dan merangkap sebagai
panglin1a pasukan, sangat khawatir akan apa yang nanti
,nungkin diperbuat oleh anak buahnya yang da!am keadaan
menganggur. Sebagai pasukan yang selalu rnenang dalam pel­
bagai pertempuran, keadaan tanpa kegiatan sudah tentu sa­
ngat tidak baik. Lebih-lebih mereka berada di perantauan
yang sangat jauh dari negeri asalnya masing-masing.
Banyaknya jurnlah Muslirnin Berber yang berada di tengah­
tengah pasukan Muslimin Arab. sudah pasti banyak p e ­
ngaruhnya, terutama di bidang 1noral. Tindakan apa yang
harus dilakukan secepat ,nungkin, itulah yang selalu menjadi
pe,nikiran 'Uqbah.
Akhimya dian1billah keputusan untuk maju menyeberangi
lautan menuju ke Semenanjung Iberia. Tetapi sebelun1
rnulai bertindak ia perlu lebih dulu mengadakan pcrtukaran
pikiran dengan Yulianus, seorang yang dipandangnya lebih
tahu tentang keadaan istana Goth dan situasi di daratan
Iberia.
Dalan1 pertukaran pikiran itu Yulianus memberikan nasi­
hat, sebaiknya pasukan 111uslimin lebih dahulu rne,nbersih­
kan 1"anjah dari pasukan Goth yang ada, yang kebanyakan
terdiri dari berbagai suku Berber (secara administratif Tanjah
berada di bawah kekuasaan Yulianus, tetapi bidang pertahan­
an berada di tangan Goth). Dengan dibersihkannya pasukan
Goth dari Tanjah penyeberangan yang akan dilakukan oleh
pasukan Muslimin rnenjadi tidak akan terganggu dari be­
Iakang. Yulianus dengan jujur memberikan nasihat itu dan
'Uqbah menerimanya dengan baik.
Nasiliat Yulianus dilaksanakan 'Uqbah. Setela11 Tanjah ber­
sih dari pasukan Goth, ia kembali ke Qairuan dan di sana ia

236
rncngangkat 'U1nar btn • Ali al-Qureisyi dan Zubair bin Qeis
al-Balawi scbagai wakil-,vakil yang dibcbani ke,vajiban 1nenga­
tur pernerintahan di bagian barat Afrika Utara. Selcsai
1nengangkat <lua orang wakil ia segcra berangkat ke1n bali
ke Maroko. Scperti biasanya, ke 1nana saja ia pergi Kuseilla
dan Abul-Muhajir selalu di ba,va serta dalain keadaan tangan
terbelenggu. la tidak n1eninggalkan ke<lua orang ini. karena
khawatir kalau-kalau n1ereka rnelakukan tin<lakan pernbalas­
an atau 1nerencanakan pc1nbcrontakan.
Baru saja 'Uqbah 1neninggalka11 Qairuan, tiba-tiba tiga
puluh ribu orang pasukan Byzantiu1n yang terdiri dari ber­
bagai bangsa, menyerang kota pusat pcrncrintahan Arab di
Afrika Utara itu. Qairuan ketika itu hanya <lipertahankan
oleh kurang-lebih 6000 orang pasukan J'vluslimin Arab dan
Berber. l'etapi kali ini pasukan Muslirnin tetap mujur. karena
pasukan-pasukan Byzantiu1n temyata terdiri dari orang­
orang bayaran dan para ha1nba sahaya, yang berpcrang hanya
Seka<lar untuk n1cndapatkan penghidupan atau karena di­
paksa oleh tuan-tuan inereka. Lagi pula 1nentalitas pasukan
Arab n1asih dalan1 keadaan sangat tinggi, karena selan1a
ini selalu sukses dalan1 perte1npuran-perten1puran n1elawan
pasukan Byzantiu,n Kota Qairuan <lapat diselamatkan
dan pasukan-pasukan penyerbu berhasil dipukul mundur.
Perjalanan 'Uqbah bersama pasukan yang dibawanya
sampai di sebuah daerah yang disebut Sous Dekat (da­
erah Aljazair). 'Uqbah n1e1nbagi-bagikan kuda kepada se­
bagian pasukannya. Dengan pasukan berkuda 'Uqbah menuju
ke daerah Sous Jauh (Barat Laut Aljazair). Di sini ,nereka
1nelancarkan gerakan 1niliter terhadap anak-suku Berber
Mashufa, yang dalam peperangan lazim n1enggunakan pe­
nutup muka dari besi.
Se1esai operasi, 'Uqbah bersama pasukannya 1nenuju ke
daerah pantai 1aut Massa, yaitu daerah pemuki1nan orang
Berber suku Asafa. Operasi diteruskan ke pulau-pulau kecil
di sebelah utara. Untuk n1enyebcrangi laut yang tidak deini­
kian dalan1 'Uqbah dan pasukannya tidak mempergunakan

237
perahu. melainkan tetap berkendaraan kuda sa1nbil berdoa:
"Ya Allah, kami se1nua menjadi saksi atas kekuasaanMu.
Di sini ka1ni tidak menen1ukan jalan. Seandainya ada jalan,
kami tidak akan menyeberangi laut dengan cara demikian
ini."
Sclesai menundukkan orang Berber Asafa dan melucuti
mereka, 'Uqbah bersama pasukannya kembali. Setibanya
di daerah Dakkala ia dan pasukannya dihadang oleh orang­
orang bersenjata yang jumlahnya jauh lebih besar daripada
yang dihadapinya ketika ia dalam perjalanan n1enuju ke
Sous Jauh.
Menghadapi penghadangan ini 'Uqbah membagi pasukan
menjadi dua. Sebagian terdiri dari pasukan berkuda pilihan
bertugas menerobos penghadangan lawan dan terus menuju
langsung ke Qairuan. Sebagian lagi, termasuk 'Uqbah, tinggal
di belakang sa1nbil bertahan menunggu datangnya bala ban­
tuan dari Qairuan. Jumlah pasukan yang tinggal bersama
'Uqbah hanya kurang-lebih 300 orang dan sebagian besar
terdiri dari para sahabat Nabi s.a.w. Mereka se1nua hampir
rata-rata relah agak lanjut usia.
Kuseilla yang selama ini selalu mendapat perlakuan baik
dari 'Uqbah, sedang menunggu adanya peluang untuk mela­
kukan pembalasan. Kuseilla mengetahui terbaginya pasukan
Muslimin menjadi dua dan yang tinggal sekarang hanya
300 orang, merupakan suatu kesalahan besar dilihat
dari sudut imbangan kekuatan dalarn menghadapi mu­
suh yang besar jumlahnya. Peluang ini dipergunakan
Kuseilla sebaik-baiknya untuk secara rahasia mengadakan
hubungan-hubungan melalui surat dengan orang Berber dan
pasukan Byzantium yang berada di daerah lain.
Akibat infonnasi rahasia yang diberikan Kuseilla kepada
pihak lawan yang berkedudukan di Tehouda (sebelah selatan
pegunungan Oras dan dekat Baskira, Aljazair), 'Uqbah dan
seluruh pasukannya diserang habis-habisan oleh pasukan­
pasukan yang baru saja dikirim oleh Byzantium yang terdiri
dari pelbagai bangsa. 'Uqbah dan seluruh pasukannya gugur

238
dala1n perte1npuran 111en1pertahankan diri. Peristiwa ini ter­
jadi pa<la akhir t-.ihun 63 1-1 (Agustus 685 1\1).
Yang sangat n1enyedihkan ialah Abul-ivluhajir. Menghadapi
serangan ini ia tidak 1nau dilepaskan dari belenggu yang
ada di tangannya. Sa1nbil n1elawan dengan tangan terbelenggu
ia gugur bcrsa111a sen1ua pasukan 'Uqbah.
Bala ban tu an dari Qain1an liba, tctapi terla1nbat. Dua
orang komandan yang datang dari Qairuan untuk menghadapi
pasukan Byzantiun1, berbcda pendapat. l·lanasy Shan"ani
berpendapat, sebaiknya tidak 1nelakukan serangan segera.
Lcbih baik scn1ua pasukan diundurkan dahulu sa,npai men­
dapat ta111ballan kekuatan yang akan din1inta dari l'vlesir.
1·etapi Zuheir bin Qeis al-13alawi berpendapat lebih baik
bertahan saja dulu di ·rehouda san1bil n1elakukan serangan­
serangan terpencar.
Perbedaan pendapat tak tcrselesaikan dcngan baik. I Janasy
Shan 'ani bersa1na scbagian besar pasukan 1neninggalkan
tempat dan rnundur ten1s sa111pai kc l'v1esir. l'vtelihat kenyata­
an itu, Zuheir tak bisa berbuat Iain kecuali terpaksa 1ncngi­
kuti jejak lianasy. San1pai di daerah Burga. pasukan Mus­
limin yang sedang n1undur itn dipaksa terpaku dan tak dapat
1nelanjutkan perjalanan, karcna waktu itu Kuseilla dan pa­
sukan Buzantiun1 yang dipirnpinnya sendiri telah berhasil
n1erebut kota Qain1an yang sedang kosong (Muharran1 63 H
September 683 M). Orang-orang Musli1nin di Qairuan tidak
bisa berbuat lain kecuali han1s patuh menuruti perintah­
perintah Kuseilla. Selan1a kurang-lebih litna tahun Kuseilla
n1enjadi penguasa Byzantiu1n di Qairuan.
Dua bulan setelah terjadinya peristiwa Qairuan, Khalifah
\'azid di Da,naskus zneninggal dunia (64H/683M). la diganti
oleh anaknya, Mu·awiyah II. Tetapi tidak lama ken1udian
Mu 'awiyah 11 rneninggal dunia dan kedudukannya diganti
oleh l'vtarwan bin 1-fakarn (64 ll/684�1). la berkuasa sebagai
Khalifah Bani Un1ayyah sela1na sepuluh bulan dan selama
,nasa itu ia selalu disibukk,an oleh pemberontakan-pemberon­
takan 'Abdullah bin Zubair.

239

Pada tahun 685 M (651-f) Marwan bin I laka1n digantikan
anaknya, 'Abdul-Malik. Pemberontakan lbnu Zubair yang
se1nula 1neletus di l'vtakkah, kini telah menjalar luas ke mana­
mana. Sehagai Khalifah tandingan lbnu Zubair sudah berhasil
menguasai seluruh daerah 1-!ijaz dan praktis semua daerah
Se1nenanjung lbnu Arabia. Mesir juga telah mulai dirnasuki
pasukan-pasukan Zubair pada tahun 640 M (65H) dan bebe­
rapa daerahnya jatuh ke tangan lbnu Zubair pada tahun itu
juga. Pe1nberontakan Ibnu Zubair juga sudah sampai ke
Iraq dan 1nenguasai beberapa daerah di sana.
Pe1nberontakan-pcmberontakan tersebut dapat berhasil
dengan baik disebabkan banyak faktor yang n1enguntungkan
gerakan lbnu Zubair. Antara lain: (I) Zubair adalah saudara
sepupu 'Aisyah r.a., sehingga karenanya 'l\bdullah bin Zubair
mudah 1nen1peroleh dukungan kaum Muslirnin. (2) Tindakan­
tindakan kekerasan yang selalu dilakukan para penguasa Bani
Umayy'ah, yang kerap kali terlampau menyakiti hati kaum
Muslitnin, teruta1na para pengikut dan sirnpatisan 'Ali yang ti­
dak sedikit ju1nlahnya. (3) Pada jaman Yazid, pasukan-pasuk­
an Bani Umayyah ketika rnelakukan operasi militemya terha­
dap gerakan lbnu Zubair, 1nenyerang Ka'bah sainpai terbakar.
(4) Terdapat petunju k p - etunjuk yang sangat kuat, bahwa ke­
kuasaan Bani Umayyah di Dan1askus telah rnenjalankan
banyak kebijaksanaan politik yang bertentangan dengan
ajaran Jslnm.

Qairuan Direbut Kemb:ili oleh Pasukan Arab


Pada tahun 69 H (688M) yakni e1npat tahun sebelum
Khalifah ·Abdul Malik berhasil mengakhiri sama sekali pem­
berontakan Ibnu Zubair, -ia sudah mulai 1nemperhatikan
keadaan Afrika Utara. Khalifah 1nengambil keputusan untuk
1nengiri1n pasukan M uslimin Arab dalam jumlah yang besar
ke Afrika Utara, di bawah piJnpirtan Zuheir bin Qeis al­
Balawi. Di samping sebagai panglima, Zuheir diangkat juga
oleh Khalifah sebagai penguasa daerah Afrika Utara.
Zuheir bersama pasukannya berangkat ke Qairuan dan

240
di sana telah be rada Kuseilla scbagai penguasa Byzantiurn.
Kuseilla 1ne111punyai hanyak pasukan yang terdiri dari orang
l{umawi, Eropa dan Berber.
Di dacrah sekitar Qain1an rerjadilah pcrten1puran-perte1n­
puran seru antara pasukan-pasukan Zuheir dan Kuseilla.
Peperangan ini bcrakhir dengan terpukul 1nundurnya pa­
sukan Byzantiu1n dan direbutnya ken1bali kota Qain1an
oleh kau1n l\-luslin1in Arab. Selesai diduduki, Zuheir n1enga1n­
bil keputusan untuk kembali kc belakang Qairuan. yaitu
Burqa, Qairuan sen<liri akan tetap dipertahankan oleh sebagi­
an terbcsar pasukannya.
Mendengar rencana terscbut, pasukan Byzantiun1 yang
111undur dari Qairuan, ben1iat n1enghadang pcrjalanan pasuk­
an Zuheir ke Burqa. Pada 1nasa itu Raja Byz:intiu1n, Kons­
tantin Ill. 1ncninggal dunia akibat pen1bunuhan gelap dengan
racun. Tetapi sebclu1n n1cninggal ia sen1pat 1ne1 11crintahkan
pasukan Byzantiun1 supaya 1ncngobrak-abrik daerah pantai
Burqa, yang dahulu pcmah jatuh dan pcnduduknya patuh
kepada pe1ncrintahan orang Arab. Belun1 san1pai perintah
ini terlaksana, Konstantin lll 1ncninggal dan digantikan anak­
nya, �onstantin IV, seorang raja yang pendek aka! dan be­
ngis. lalah yang kc1nudian dengan konsek\ven 1nelaksanakan
perintah ayahnya.
Di Burqa pasukan Byzantiu,n banyak sekali n1elakukan
penibunuhan balas dendan1 terhadap pcnduduk sete1npat
yang men1eluk aga1na lslarn dan yang dahulu pernah taat
kepada pernerintahan Arab. f\1ereka banyak merrunpas harta­
benda dan rncnawan banyak orang. Kejadian itu bersa1naan
waktunya dengan kcdatangan pasukan Zuheir ke Burqa.
Tetapi hnbangan kckuatan sangat 1nenguntungkan pasukan
Byzantiu1n. Juinlah pasukan Zuheir jauh lebih kecil, karcna
sebagian besar ditinggalkan untuk 1ne1npertahankan Qairuan.
Pasukan Zuheir dipukul habis dan seluruhnya gugur, terma­
suk Zuheir sendiri (689M/69H}. Peristiwa yang dialan1i
Zuheir ini sa,na seperti yang pemah diala1ni 'Uqbah di Te­
houda.

241
Hasan bin Nu'man l\1engusir Byzantium dari Afrika Utara

Dengan peristiwa Zuheir di Burqa, Khalifah 'Abdul-Malik


lebih terdorong untuk cepat-cepat memulihkan ke1nbali
keunggulan dan kewibaan Arab di Afrika Utara, yang bela­
kangan ini dala1n keadaan se1nakin le1nah. Tetapi ha! ini be­
lum 1nungkin dilakukan sebelum sisa-sisa pasukan pembe­
rontak ·Ibnu Zubair beserta Ibnu Zubair sendiri dapat diki­
kis habis. Pada tahun 73 H (692t\1) pemberontakan lbnu
Zubair baru dapat dipadamkan dan Ibnu Zubair sendiri
tertangkap, lalu dibunuh dan disalib.
Sekarang Khalifah 'Abdul-Malik mengangkat l-lasan bin
Nu 'man sebagai penguasa di Afrika Utara menggantikan
Zuheir dan kepadanya diserahkan sebuah pasukan berke­
kuatan 40.000 orang.
Hasan tiba di Afrika Utara. Kota-kota yang berada di
tangan Byzantium satu demi satu direbut ke1nbali. Sampai
di Qairuan pasukan yang dibawanya disatukan dengan semua
pasukan yang ada di sana.
Dari Qairuan l·Iasan membawa pasukan secukupnya me­
nuju ke Karteia. Kota ini direbut kembali melalui perten1pur­
an seng.it dan kemudian dihancurkan. Orang Rumawi dan
Eropa yang ada lari se1nua, n1enuju ke Sisilia dan ada pula
yang terus ke Iberia. 1·etapi ada sebagian dari 1nereka yang
masih hendak bertahan di Shaftora dan Banzart, na1nun
semuanya berhasil diusir. Adapun sebagian lainnya lagi yang
lari dan n1encoba hendak bertahan di sekitar Burqa, dikejar
terus dan dihabiskan. Orang Berber yang rnendukung Byzan­
tium semuanya lari ke Bouna.
·Setelah Kuseilla dikalahkan (ia terbunuh dalam pertempur­
an mempertahankan Qairuan). Orang Berber secara beramai�
ramai menjadi pengikut seorang pemimpin wanita beman1a
Demya. Na1na ini sangat terkenal di kalangan orang Berber
dan ada kalanya disebut juga Daehya. la berasal dari anak­
suku Berber Qerwa, dari daerah Butr; tersohor di kalangan
Berber sebagai seorang ahli nujum yang ampuh sekali. Ia

242
bennuki1n di pegunungan Oras.
Pada waktu wanita ahli nujum ini mendengar berita ten­
tang 1nasuknya pasukan Hasan ke Paghaya, kemudian me­
rebut Miskiyana, ia -segera turun ke daerah-daerah itu dengan
men1bawa sejumlah besar orang Berber bersenjata. Ternyata
ia berhasil 1ne1nukul pasukan Muslimin Arab sampai terpak­
sa 1nundur dengan 1neninggalkan banyak korban.
Di mana-,nana kau1n tvtusli1nin dikejar-kejar oleh mereka
dan kota Qairuan sendiri berhasil mereka duduki. liasan dan
pasukannya yang 1nundur dipukul Demya itu, tidak dapat
ken1bali lagi ke Burqa ,naupun Qairuan. Semua jatuh ke
tangan De,nya.
Tetapi sela1na Demya ,nenjadi penguasa Berber, ia selalu
n1enjalankan tindakan-tindakan yang keliru dan buruk,
dilihat dari kepentingan orang Berber dan pengikut-pengikut­
nya sendiri. la sangat menggencet orang-orang yang beraga1na
Nasrani dan bengis terhadap orang Afri.ka yang bukan dari
suku Berber atau orang Berber sendiri yang tidak mau men­
jadi pengikutnya. Banyak di antara mereka yang digencet
dan di,nusuhi 1neninggalkan kampung halan1an dan 1nengung­
si ke Iberia atau ke pulau-pulau kecil sekitamya.
Tindakan De,nya itu ,nenimbulkan kebencian yang ,nerata
di kalangan penduduk Afrika Utara. flal ini sangat ,nengun­
tungkan kaum Musli1nin Arab. Dari corak kekuasaan yang
silih berganti (Byzantiu1n, Eropa, Berber dan Arab) pen­
duduk Afrika Utara rnerasakan kelonggaran-kelonggar­
an yang lebih banyak didapat dari orang Arab, apalagikalau
111ereka memeluk agama lslrun.
Penduduk Afrika Utara di kota-kota yang dikuasai De1nya.
lebih bertambah marah lagi kctika Demya 1ne1nerintahkan
pengikutnya supaya menghancurkan sernua bangunan yang
ada dan n1enebang habis sen1ua pohon yang tumbuh. Me­
nuru t perhitungan Den1ya, kota-kota yang tanpa bangunan
dan tanpa pepohonan tidak akan disukai orang Arab dan
dengan demikian n1ereka tidak akan n1elakukan serangan.
Mereka nanti akan menjadi orang-orang shaleh sen1uanya.

243
Dalam hal ini perhitungan Demya sangat meleset. Demya
tidak mengerti bahwa masuknya orang-orang Arab ke Afrika
Utara ialah untuk mengusir kekuasaan Byzantium dan sekali·
gus menyiarkan agama Islatn di kalangan penduduk. De1nya
juga tidak mengerti, bahwa orang-orang Arab telah terbiasa
hidup di ala111 yang tandus, gersang dan tanpa pepohonan.
Den1ya tidak dapat memahami bahwa tindakan yang demi­
kian akan menimbulkan kemarahan penduduknya sendiri.
ltu merupakan tindakan-tindakan negatif yang sangat me­
nguntungkan kaum Musllinin Arab.
Temyata semuanya itu benar-benar terbukti. f'eperangan
yang dilancarkan oleh Demya terhadap kaum Muslimin Arab,
akhirnya merugikan De1nya sendiri dan orang-orang Afrika
Utara menjadi Iebih mantap berpikir, bahwa lebih baik me·
1neluk agama Islan1 dan mendukung pemerintahan Musli­
min Arab.
Pada waktu 1-fasan dan pasukannya mundur ke Burqa
akibat pukulan-pukulan Demya, ia 1nengirimkan utusan ke
Damaskus n1eminta bantuan kekuatan. Tetapi karena Khali­
fah ·Abdul-Malik baru saja berhasil 1ne1nada1nkan pembe­
rontakan lbnu Zubair dan sedang merencanakan serangan
terhadap kekuasaan Byzantium di daerah ·rimur, 'Abdul•
Malik hanya memerintahkan supaya Hasan bertahan di
Burqa sambil menunggu perintah-perintah yang akan disusul·
kan kemudian.
Nasib kaum Muslimin Arab ketika itu mujur sekali. Di is­
tana Byzantium belum lama berselang terjadi penggantian ra­
ja. Kali ini ialah seorang raja muda yang baru berusia enam
belas tahun. Seorang raja yang bertabiat kasar, tidak mempu­
nyai keseimbangan dalam berpikir, besar prasangka terhadap
orang lain, gemar menyaksikan kekerasan atau sadis1ne,
bengis dan sangat pembuat. Raja muda ini ialah Yustini­
anus II.
'Abdul-Malik di Damaskus ketika menghadapi pembe­
rontakan Ibnu Zubair pernah menghendaki adanya perjanji­
an perdamaian dengan Yustinianus II dan bahkan 'Abdul-

244
Malik bersedia 1nembayar seju1nlah harta kepada Byzantiun1
sebagai syarat perdamaian. 'fetapi semuanya itu tidak pemah
terlaksana karena beber:_apa sebab:
Pertama, karena 'Abdul-A,talik sendiri di san1ping meng-
hadapi pemberontakan lbn Zubair, ia juga dihadapkan ke­
pada 111asalah banyak terjadinya kerumitan yang diakibatkan
oleh gerakan murtad (riddali) yang dilakukan oleh penduduk
dataran tinggi di Libanon. Kedua. Yustinianus sibuk dengan
petualangan pasukan-pasukannya yang mengobrak-abrik
suku-suku Bulgaria dan menghadapi peperangan di Balkan,
sebuah daerah yang dekat sekali dengan ibu kota Byzantium.
Rentetan peristiwa tersebut bersa1naan dengan jatuhny.:
Annenia di tangan kaum l\iusliinin Arab (694�l/75H)
Satu hat lagi yang lebih 1nenan1bah ce1nasnya istana Yus­
tinianus, ialah terjadinya pertengkaran antara pihaknya sen­
diri dengan pihak Paus Sergius, mengenai pengharan1an puasa
pada hari Sabtu dan diperbolehkannya seorang rahib me­
lakukan pemikahan. Kecuali itu terjadi pula perselisihan­
perselisihan antaru Yustinunus dengan Uskup Konstanti­
nopcl (994M ), karena Yustiniunus hendak 1nen1bongkar
sebuah bangunan gcreja di kota tersebut, untuk rnendirikan
sebuah bangunan khusus baginya di tanah bekas gereja.
Kcuangan ncgara Byzantiu1n telah dala1n keaduan krisis
akibat pepcrangan yang tidak kunjung berhenti dan harus
selalu dihadapinya.
Kelernahan Yustinianus dalan1 1ne1nin1pin penterintahan
dirasakan sekali oleh orang-orang di dala1n istana, para pang•
li1na militer dan para pemuka againa. h-lereka berpendapat
bahwa keadaan den,ikian tidak boleh dibiarkan berlangsung
terus. Ketidakpuasan yang sudah 1nerata pada lapisan atas itu
1nencapai puncaknya ketika Uskup Konstantinopel berse­
pakat dengan perwira-perwira 1niliter dun penduduk untuk
1nenurunkan Yustinianus II dari takhta kerajaan. Kudeta
segera dilancarkan <.Ian Yustinianus dipaksa turun takhta.
Sebagai guntinya diangkat Laundiyus, panglima besar angkat­
an perang Byzantiu1n. 'fetapi ternyata raja yang baru ini

245
tidak memuaskan juga, sehingga setelah tiga tahun berkuasa
sebagai raja, ia ditun1nkan kembali dari takhta kerajaan
(698 M).
Pemberontakan 'Abdullah bin Zubair praktis telah berhen-
ti. Khalifah 'Abdul-Malik di Damaskus segera mengirimkan
bala bantuan militer kepada l-Iasan bin Nu'man untuk mem­
basmi Demya beserta pasukan-pasukan Berber-nya di Afrika
Utara. Dengan pasukan yang datang dari Damskus, Hasan
bin Nu'n1an melancarkan gerakan-gerakan militer terhadap
kekuasaan Demya. Demya dan pasukannya terdesak terus­
menerus dan akhimya terpaksa mundur sampai ke daeral1
Tabraqa. Di daerah ini pasukan-pasukan De1nya berhasil d i ­
hancurkan oleh pasukan Arab dan De,nya sendiri tertangkap
hidup-hidup, ke1nudian dibunuh di sebuah tempat di gunung
Oras (701 M/82 H). Ten1pat terbunuhnya Demya di kemudi­
an hari terkenal dengan nama "Bi 'rul-Kahina".
Dengan runtuhnya kekuasaan Darnya, sekarang Afrika
Utara kembali ke tangan kaum Muslimin Arab; dan Hasan
bin Nu'man segera mernasuki kota Qairuan. Sejak peristiwa
ini rakyat Berber dengan setia menerima pemerintahan kaum
Muslimin Arab; dan agama Islam dengan cepat tersebar
di kalangan mereka.
Orang Rumawi dan orang Eropa yang hendak tetap tinggal
di daerah kekuasaan Muslirnin Ara� dan hendak bertahan di
dalam agamanya masing-masing, diwajibkan membayar
jizyah sebagai imbalan atas perlindungan dan jaminan ke­
arnanan serta keselamatan mereka.
Situasi di Afrika Utara kini telah menjadi mantap dan
Hasan bin Nu'man tetap berada di Qairuan dan tidak lagi
menjalankan gerakan-gerakan militer, sampai saat ia diper­
hentikan oleh penguasa atasannya yang berada di Mesir,
"Abdul-'Aziz bin Marwan, saudara Khalifah 'Abdul- Malik.
•Abdul- 'Aziz memperhentikan Hasan bin Nu 'rnan atas ke-
1nauannya sendiri dan tanpa konsultasi lebih dahulu dengan
khalifah di Darnaskus. Sekembalinya ke Damaskus, tidak
lama kemudian, f-Iasan bin Nu'man meninggal dunia.

246
MUS3 bin Nusair l\tenggantikan Hasan bin Nu'man

Pada tahun 704 M/85H penguasa tertinggi tvfesir dan Afri­


ka Utara, 'Abdul-'Az!z bin Marwan, n1eninggaJ dunia. la di­
gantikan oleh adiknya, Abdullah bin tl,larwan. Pada tahun
705 M/861-1 Khalifah Abdul-Malik wafat dan digantikan
oleh anaknya, A J W
- alid. Khalifah AJ-\Valid mengan1bil kepu­
tusan untuk 1ne1nisahkan ken1baJi daerah Afrika Utara dari
-Mesir. Keputusan ini segera disrunpaikan kepada pan1annya
yang berkedudukan di tvlesir. 'Abdullah bin Marwan. Bersa­
rnaan dengan itu Khalifah sekaJigus juga mengangkat tl,1usa
bin Nuseir sebagai penguasa Afrika Utara, yang dengan ke­
putusan Khalifah tadi Afrika Utara menjadi daerah otonon1
dan tidak lagi berada di ba\\'ah penguasa tvlesir.
Musa bin Nuseir adalah seorang bekas hamba sahaya yang
dahulu dimerdekakan oleh 'Abclul-·Aziz bin Marwan. Ia di­
lah irkan tahun 640 M/ 19 1-f di sebuah desa bema,na Kafr
Mitsri. la menderita cacat badan, berkaki pincang. Sebelum
diangkat sebagai penguasa Afrika, ia bekerja sebagai pe­
gawai pajak di kota Basrah. Ia rnelakukan tindak korupsi
dan dipecat oleh kepala keuangan negara, l:lajjaj bin Yusuf,
dan terhadap dirinya dikenakan anca1nan hukum. Mendengar
ancaman ini Musa bin Naseir melarikan diri ke Mesir untuk
1neminta perlindungan kepada bekas tuannya, 'Abdul-'Aziz
bin Marwan. Mungkin disebabkan adanya hubungan-hubu­
ngan tertentu antara 'Abdul-'Aziz dengan ayah Musa, atau
mungkin pula disebabkan adanya hubungan-hubungan khu­
sus antara 'AbduJ-·Aziz dengan Musa sendiri, pelarian dari
Basrah ini diterirna dan dilindungi oleh 'Abdul-'Aziz. Bahkan
Musa bin Nuseir diajak oleh 'Abdul-'Aziz ke Damaskus
untuk menghadap Khalifah. Di hadapan Khalifah, 'Abdul­
'Aziz ,nemintakan penga1npunan bagi Musa dan diterirna baik
oleh Khalifah 'Abdul-Malik bin Marwan.
Setibanya Musa bin Nuseir di Afrika Utara, ia segera n1em­
perhentikan pejabat penguasa Afrika Utara, yang sebelum
Musa diangkat, telah ditetapkan oleh Hasan bin Nu'man pada

247
saat hendak kembali ke Damskus.
Sebagai penguasa baru Musa bin Nuseir hendak n1enunjuk­
kan kesanggupan dan kecakapannya. Ia me1nbentuk bebe­
rapa kelompok pasukan dan 1nasing-masing kelompok dikirirn
ke beberapa daerah untuk 1nemelihara keamanan dan n1eng­
hadapi kemungkinan terjadinya perlawanan-perlawanan n1u­
suh pada tiap saat. Shaleh, bekas pejabat penguasa Afrika
Utara yang diperhentikan oleh Musa bin Nuseir, termasuk
di antara para komandan kelo1npok. Anak Musa bin Nuseir,
'Abdullah bin Musa, dikiri1n ke Pulau Majorca 1nengepalai
sekelompok pasukan. 'Abdullah bin Musa ke1nbali dengan
1ne1nbawa serta beberapa orang tawanan perang dan sejum­
lah barang-barang ghani,nah. Lalu ia dikirim sekali lagi
ke beberapa daerah daratan Afrika Utara. Anak Musa yang
lain, Marwan bin Musa, dikiri,nkan ke daerah Sous (Aljazair),
sedangkan Musa sendiri dengan ,nembawa pasukan pergi
;nenuju ke Zaqwan, kurang lebih 50 km sebelah utara Tunis.
Musa berhasil 1nerebut Zaqwan dari sisa-sisa kekuasaan
Berber. Dari sini Musa melanjutkan operasi miiitemya ke
Sejun1a, Thunba dan Sergemi (sebuah kota dekat Fez yang
di kemudian hari dikenal dengan na1na Yegem1i). Di daerah­
daerah tersebut Musa dan pasukannya menundukkan per­
lawanan Berber dari suku-suku I-fawwara, Zinana dan Kita­
ma. Kemudian Musa berbelok ke arah utara dan akhimya
san1pailah ia ke Tanjah.
Di Tanjah Musa bin Nuscir bertemu dengan Yulianus.
Seperti yang telah dilakukan oleh 'Uqbah dahulu, Musa bin
Nuseir mengadakan kerjasama dengan Yulianus. Yulianus
sendiri juga merasa harus bersikap jujur seperti yang pcrnah
ditunjukkannya kepada 'Uqbah. Dengan sepengetahuan
1'.tusa bin Nuseir, Yulianus tetap rnernperlihatkan kesetiaan
kepada istana Goth di Iberia (pada 1nasa itu ibukota kera­
jaan Goth berada di kota Toledo).
Setelah operasi militernya berhasil dengan baik di Afrika
Utara bagian Barat, Musa bin Nuseir berangkat menuju ke
arah selatan. Di Tanjah Musa bin Nuseir 1ncne1npatkan pa-

248
I

sukan Muslimin Berber dalan1 jumlah yang sangat besar,


yaitu kl. 17 .000 orang, di ba\val1 pitnpinan seorang asuhan­
nya sendiri, Thariq bin Ziyad al-Laitsi. Musa bin Nuseir
kcn1utlian kernbali ,nenuju Qairuan pada tahun 707 lvf/
881-1.
Pada tahun itu - juga Musa bin Nuseir n1c1nerintahkan
Ayyasy bin Akhil untuk mendapatkan sejutnlah perahu.
Ayyasy dibcri petunjuk untuk rnendapatkannya di pulau
Sisilia.
Berangkatlah Ayyasy ke Sisilia. Syrakusa, ibu-kota Sisi­
lia diserang dan pasukan-pasukan Byzantium di kota ini
berhasil dikalahkan. Ayyasy ke1nbali ke Qairuan 1ne1nba\11a
banyak gltani1nah dan ta\vanan perang.

3. Jatuhnya Andalus ke Tangan Muslimin Arab


Sebab-sebab yang me111pennudal1 jatuhnya AndaJus
ke tangan kaum l\fuslimin Arab, yang terpcnting ialah:

1. Besamya se111angat dan kuatnya tekad kau1n �1us--


1i1nin Arab. untuk rnenyebar-luaskan agama Islam
di kalangan seluruh umat manusia di n1ana saja.
2. Kekhawatiran kaun1 Muslin1in Arab di Afrika Utara
terhadap ke1nungkinan terjadinya serangan-serangan
tentara Goth dan pasukan-pasukan Eropa lainnya, yang
jelas 1nendapat dukungan kuat Byzantium dari belakang.
Sedangkan kaum Ailusli1nin Arab saat itu telah berada
di daerah yang sangat dekat dari kedudukan pasukan
Goth, hanya berjarak tidak lebih dari 20 kn1.
3. Gerakan militer Muslimin Arab tak dapat tidak harus
dilakukan, untuk 1nengan1ankan daerah-daerah Afrika
Utara dari perembesan, subversi dan serbuan-serbuan
Byzantiu1n dan sekutu-sekutunya di sebelah utara.
4. Di Tanjah sudah terdapat 17.000 orang pasukan
Muslimin Berber di bawah pimpinan 1hariq bin Ziyad,

249
yang apabila se1nuanya terus-menerus dalam keadaan
tanpa tugas, akan menimbulkan kemungkinan yang
tidak diharapkan di antara sesama 1nereka.

5. Di Istana Kerajaan Goth sedang terjadi pertengkaran·


pertengkaran memperebutkan hak atas takhta.

6. Bangsawan-bangsawan Goth terpecah menjadi dua


golongan, masing-masing mempertahankan dan me,nbe­
la calon rajanya.

7. Kaum againa di Andalus pad a masa itu telah merupa­


kan golongan elite tersendiri dan merupakan hartawan.
Mereka ,nemperlakukan pengikut-pengikutnya dengan
perlakuan sangat buruk, sarna halnya dengan perlakuan
bangsawan-bangsawan Goth terha<lap penduduk dan
rakyatnya sendiri.

8. Golongan-golongan tengah lapisan penduduk (kaum


pedagang dll) sangat dilukai perasaannya oleh adanya
tekanan-tekanan di bidang keuangan, politik dan pere·
konomian. Hanya mereka sendiri yang dibebani keharus­
an membayar pajak. Sedangkan kaum bangsawan dan
kaum agama yang harnpir semuanya kaya, dibebaskan
dari keharuasan membayar pajak. Bahkan mereka itu
ikut serta membebani golongan tengah dengan berbagai
macam pungutan yang sangat me1nberatkan. Adapun
orang-orang awam dan para petani ha1nba, pada umum·
nya tidak memiliki apa-apa, kecuali sekedar untuk me­
menuhi hajat hidupnya yang jauh di bawah 1ninimun1.

9. Kaum tani harnba hidupnya tergantung sekali pada


pekerjaan menggarap tanah milik tuan-tuan tanah
feodal. Mereka dalam keadaan sosial dan ekonomi
yang sangat jauh dari asas-asas kemanusiaan. Baik pria
maupun wanitanya tidak dapat melakukan pemikahan

250
untuk 111enlbcntuk keluarga, tanpa ijin tuan-tuan tanah
feodal yang menjadi nlajikan ,nereka. Apabila dengan
ijin 111ajikannya mereka ,nelakukan pemikahan dan ke-
1nudian ·1ne111punyai anak, rnaka anak ,nereka ,nenjadi
111ilik tuan feodal te,npat 1nereka n1enghan1bakan diri.
Ketentuan ini bcrlaku jika pemikallan itu dilakukan
oleh pasangan yang bekerja pada majikan yang sama.
·retapi apabila pernikahan itu dilakukan olell pasangan
yang berlainan 1najikan, ,naka anak-anaknya kelak
dibagi-bagi oleh kedua ,najikan yang bersangkutan
,nenurut seler.1 yang dimufakatinya.

10. Orang-orang istana. kaum bangsawan dan kaum


agarna n1elakukan pe1nerasan serentak terhadap orang
Yahudi, yang pada u,nu,nnya mempun}'ai pekerjaan
sebagai pedagang budak. pelepas uang riba dll. Sedang­
kan orang-orang Yahudi sendiri untuk dapat 1nemberi
upeti kepada istana. kaum bangsawan dan kaum
aga,na, tidak bisa lain kecuali harus ,nenghisap golong­
an tengah yang terdiri dari para pedagang kecil, pekerja­
pekerja tangan, petani-petani miskin dsb. Untuk jelas­
nya dapatlah dilukiskan sebagai berlkut:

Kerajaan ,nengambiJ uang pinjainan darl orang Yahudi


dan sebagai pengembaliannya orang Yahudi diperbolehkan
n1engambil keuntungan dengan cara apa saja dari penduduk.
Kaum bangsawan sendiri berbuat sen1pa dengan orang-orang
istana. Oleh karena itu orang Yahudi terpaksa harus berbuat
kejam dalan1 melcpaskan uang riba, rnenggalakkan perdagaog­
an budak di samping 1nemperdagangkan hasil bun1i dalam
bentuk ekspor dan impor.
Kau1n Nasrani secara terang-terangan melancarkan politik
penindasan terhadap orang-orang Yahudi dan selalu 111enun­
tut supaya istana Goth menjalankan kebijaksanaan yang
sesuai dengan ken1auan mereka. Dengan ten1s terang kaum
againa tidak akan 1nemberi dukungan kepada siapa pun

2S1
yang menjadi Raja Goth, jika ia tidak mau berjanji untuk
melaksanakan politik yang mereka inginkan. Alasan 1nereka
ialah karena orang Yahudi adalah bangsa yang 1nen1bunuh
Isa AI-Masih, pen1akan ribu dan pedagang budak.
Gereja Goth mengakui kebenaran politik tersebut sejak
tahun 6 I 6 M, yakni enam tahun sebelum hijrah, yaitu pada
jrunan raja Goth yang bema1na Scipon, seorang raja yang
menguasai takhta mulai tahun 612-631 M. la berasal ketu­
runan Rurnawi, menguasai bahasa Latin dengan baik dan
memcluk agama Nasrani. Ia pemah mernberi batas waktu
setahun .kepada orang Yahudi untuk mernasuki aga1na Nas­
rani. Apabila mereka menolak, mereka diharuskan keluar
meninggalkan Andalus tanpa boleh membawa harta miliknya.
Dengan adanya ketentuan seperti itu, 90.000 orang Yahudi
di Andalus berpura-pura memeluk agama Nasrdni. Mereka
tetap rnengkhitankan anak-anaknya dan secara diam-diain
tetap melakukan peribadatan sesuai dcngan againanya.
Tetapi ke1nudian kaum Goth 1nengetahui sikap orang Yahudi
yang sedemikian itu. Lalu diselenggarakanlah sidang agama
ke-JX di Toledo pada tahun 633M/ 12H, yaitu pada jaman ra­
ja Scynanda di Spanyol (dan Khalifah Abubakar di Madinah).
Sidang itu mengambil keputusan-keputusan:

Membiarkan orang Yahudi yang telah dewasa untuk


tetap men1eluk agarnanya masing-masing, tetapi rnereka
harus 1nenyerahkan anak-anaknya yang sudah berurnur
tujuh tahun kepada Gereja untuk diasuh, agar di kemu­
dian hari menjadi orang Nasrani.

Seorang jejaka Yahudi tidak diperkenankan menikah


kecuali dengan gadis Nasrani dan seorang gadis Yahudi
pun tidak boleh rnenikah kecuali dengan seorang jejaka
Nasrani.

Terhadap orang Yahudi yang menolak ketentuan­


ketentuan tersebut dikenakan hukuman berat. Mereka

252
harus dijadikan ha,nba sahaya dan seluruh harta benda­
nya disita oleh kerajaan.

Tekanan-tekanan yang demikian beratnya itu mendorong


orang Yahudi yang banyak jurnlahnya di Andalus 1ne1nper­
taruhkan harapan-harapan pada terjudinya suatu peru­
bahan politik yang akan ,nengakhiri kerajaan yang trertin•
dak sewenang-wenang ltu. tvlereka tidak akan an1bil pusing
pada apa yang akan dilakukan oleh suatu pemerintallan yang
baru nanti.

YuJlanus dan Anak Gadisnya


Adalah suatu ha! yang dapat dipahami, bahwa sokongan
1noril yang diberikan Yulianus kepadu �lusa bin Nuseir,
bukan n1ernpakan sebab yang rnengakibatkan jatuhnya Anda­
lus ke tangan kaun1 tv1uslimin Arab. Kalau sokongan tersebut
dapat dipandang sebagai salah satu faktor, peranannya hanya
sekedar 1nempercepat saja. Pendirian atau sikap \'ulianus
sendiri sebenamya merupakan suatu masalah yang sangat
1nengherankan orang Arab dan juga orang Goth.
Pertama, Yulianus adalah seorang yang berasal dari bangsa
Berber. Ia ntenyaksilcan dan merasakan sendiri betapa berat
penderitaan yang dialatni oleh rakyatnya, akibat kelaliman,
tekanan dan keterbelakangan selan1a berada di bawah ke­
kuasaan Byzantium, Vandal dan Goth. Jadi, ta1npaknya ke­
sadaran kebangsaan yang ada pada dirinya merupakan salah
satu pendorong bagi Yulianus untuk men1bebaskan bangsa­
nya dari kekejaman.
Kedua, bukan rahasia lagi bahwa Yulianus adalah salah
seorang pendukung seorang raja di Tanjah, yang kemudian
dipaksa turun takhta oleh lstana Goth di Andalus. karena
Yulianus sendiri 1nenantu r-c1ja yang diturunkan itu. l)aJam
haJ ini sudah pasti Yulianus ,nenginginkan supaya mertuanya
dapat kembali menduduki singasana kerajaan di Tanjah.
Dengan demikian akan terangkat pula se,nua bangsawan

253
yang rnenjadi pendukungnya. J ika keinginan itu dapat
terlaksana, mertuanya akan menjadi seorang raja Tanjah
yang terpisah clan tidak terikat lagi oleh istana Goth di
Andalus. Keinginan Yulianus itu rnen1pakan kepentingan
pribadi, keluarga dan golongannya sekaligus.
Tetapi bagain1anapun juga, 1nenurut pandangan pihak Ra­
ja Goth di Andalus, Lethric, kerjasama yang dilakukan
Yulianus dengan kaum Muslimin Arab dan usahanya untuk
mempercepat lajunya serangan-serangan pihak Arab terhadap
Goth, n1erupakan suatu pengkhianatan yang tidak dapat
dimaafkan. Sebenarnya apa yang diinginkan oleh Yulianus
ialah mendapatkan pertolongan dari kaum l\1uslirnin Arab
untuk mengadakan perubahan kekuasaan di Andalus. Sehabis
itu ia ingin tetap berada di selatan, Tanjah, bersama keluarga
dan bangsanya sendiri.
1·etapi Yulianus tidak mengerti bahwa semua yang diingin­
kannya atau yang diharap-harapkannya itu akan sia-sia.
Karena kaum Muslimin Arab yang 1neninggalkan kampung
halaman untuk menyebar-luaskan agama Islam, tid'ak mung­
kin akan n1enjadikan agama dan diri mereka sebagai alat
untuk memenuhi keinginan orang lain. Suatu hal yang sangat
mustahil, bahwa orang-orang yang sudah bertekad untuk
'menebus" kehidupan akhirat dengan kehidupan dunianya,
akan begitu saja "menjual" kehidupan akhiratnya atau me­
nyerahkan kehidupan dunianya kepada orang lain.
Ada beberapa pendapat di kalangan para ahli sejarah yang
mengatakan, bahwa Yulianus berbuat demikian hanya karena
ia hendak membalas dendam terhadap Lethric, Raja Goth di
Toledo, yang telah mencemarkan naina baik Yulianus dengan
berbuat mesum terhadap anak gadisnya yang berna1na
Florend a. Mereka mengatakan, bahwa telah menjadi suatu
kelazin1an di kalangan kaum bangsawan, untuk selalu mengi­
rimkan anak-anaknya ke istana raja, untuk dididik dan di­
besarkan daJam kehidupan istana dengan segala tatakrama
kebangsa\11anan. Berdasarkan kelaziman itu Yulianus mengi­
rimkan Florenda ke istana Lethric. Kemudian tersiar berita

254
santer, bahwa Lethric m_engganggu dan berbuat tidak seno­
noh terhadap Florenda.
Cerita-cerita seperti itu betul-bctul terjadi dan n1ungkin
pula tidak. ·retapi bagahnanapun juga cerita itu tidak ada
hubungannya dengan jatuhnya Andalus ke tangan kaum
Muslimin Arab. Sebabnya sbb:
I. Rasa pennusuhan yang ada pada Yulianus terhadap
Lethric sudah san1pai kepada puncaknya pada saat
1nertuanya diturunkan dari takhta kerajaan di Tanjah.
Hal ini terjadi jauh sebelum desas-desus tentang perbuat­
an mesum Lethric didengar oleh Yulianus.

2. Cerita tentang skandal seks di istana Goth itu sama


sepenuhnya dengan cerita tentang skandal yang pemah
terjadi d i dala1n istana Byzantium, antara anak gadis
Kaisar dengan ln1riil Qeis.

3. Dua 1naca1n cerita yang sa1na itu berasal dari �am


pikiran orang Arab, yang pada umumnya memandang
skandal seperti itu 1ne1npunyai arti yang sangat besar.
Karena tradisi keti1nuran dan adat-istiadat orang Arab
Badwi serta ajaran aga1na lsla1n yang mereka peluk,
n1ernang 111e1nandang skandal seks sebagai suatu kejadi­
an besar yang sangat 1nernalukan. Sebaliknya, sejarah
banyak sekali incncatat bahwa kemesuman dan ke­
cabulan, baik di istana Byzantiun1 1naupun di istana
Goth, pada jaman itu sudah srunpai pada tingkat
tertentu, sehingga hal se1nacan1 itu sudah bukan
merupakan 1nasalah yang aneh lagi. Tetapi an­
daikata semua yang diceritakan tentang Lethric itu
betul-betul terjadi, tidaklah rnungkin akan 1nenimbul­
kan kegemparan yang dapat rnenggoyahkan kedudukan
raja atau bangsawan-bangsawan yang bersangkutan.
Karena sudah 1nenjadi tabiat bangsawan feodal di 1nana­
n1ana, 1nereka bahkan n1erasa bangga apabila anak ga­
disnya dipungut oleh seorang raja untuk dijadikan selir.

255
4. Kaurn l\1uslin1in Arab telah bertahun-tahun lamanya
meninggalkan negeri dan kampung halaman serta anak­
istri, demi perjuangan penyebar-luasan agama Islam.
Tidak masuk aka! sama sekali kalau mereka berperang
melawan kekuasaan Goth di Andalus, hanya karena
<lidorong oleh pamrih seorang seperti Yulianus.

Tarif dan Yulianus Memasuki Traducta Julia


Setelah Musa bin Nuseir berbulat tekad hendak masuk ke
Andalus, ia memperti1nbangkan masak-ma!rdk semua petun­
juk yang telah disampaikan Yulianus kepadanya. Musa ber­
kesin1pulan bahwa semua petunjuk Yulianus dapat dipercaya.
Pada masa itu situasi politik sangat menguntungkan kaum
Muslirnin Arab. Negar'd Bani Umayyah sedang berada di
puncak kejayaannya. Scbaliknya Byzantiurn ,nasih belum
henti-hentinya digoncangkan oleh berbagai peristi,va dan
kemtlut politik. Yustinianus 11, yang kini sedang menduduki
singgasana kerajaan (705-711M) untuk kedua kalinya, tidak
berbuat apa-apa kecuali 1nelancarkan tindakan-tindakan
balas dendam terhadap orang-orang yang <lulu pernah meng­
hinanya ketika ia diturunkan dari takhta (685M/6951\-1).
Tindakan pertama yang dilakukan ialah mcmcrintahkan
pemenggalan kepala Tiberius Ill, bekas Raja Byzantiu1n yang
dianggap Yustinianus dalang komplotan yang pernah n1enu­
runkan dirinya dari singgasana kekuasaan. Pada tahun 709M
Yustinianus memerintahkan lagi pemenggalan kepala seorang
komandan keamanan kota Ravenna di Italia, karena orang
ini dulu pemah ikut n1enghina Yustinianus. 'fidak berapa
lama kemudian Yustinianus memanggil Paus Konstantin I
ke Konsta�tinopel (7 IOM) dan tidak memperkenankan
Paus ini kembali ke Roma sebelum dilucuti beberapa bidang
kekuasaannya (71 IM). Rentetan tindakan balas dendan1
diteruskan dan sekarang tiba giliran penduduk kota lierson,
hanya karena mereka dahulu tidak 1nenya1nbut Yustini•
anus ketika ia dibuang sesudah diturunkan dari takhta

256
kerajaan oleh ·riberius III.
1·etapi akhirnya Yustinianus sendiri n1enen1ui ke1nalangan
nasibnya pad a bulan Dese1nber 71 l �I/Safar 93rL Pada saat­
saat kaum tvluslimin Arab n1en1asuki wilayah Andalus tanpa
banyak n1engalan1i kesukaran, rakyat Byzantium berontak
terhadap Yustinianus II. la ditunrnkan dari takhta untuk
kedua kalinya ke1nudian dibunuh.
Di Andalus sendiri para penguasa Goth selalu disibukkan
oleh berbagai fitnah dan intrik yang dilancarkan oleh para
bangsawan dan orang-orang dekat istana. Keluar, kerajaan
Goth sedang n1enghadapi peperangan dengan Perancis di
sebelah utara.
Betapa pun besan1ya kepercayaan Musa bin Nuseir kepada
Yulianus, nan1un ia tetap waspada dan selalu khawatir kalau­
kalau Yulianus hcndak menjerun1uskan pasukan-pasukan
Muslimin ke dala1n bencana besar. Oleh karena itu di dala1n
perundingan-perundingan, i\tusa 1nengajukan usul kepada
Yulianus, supaya Yulianus berangkat lebih dahulu ke Andalus
untuk 1nengadakan penelitian lapangan di daerah-daerah
pantai dan untuk 1ne1npersiapkan segala sesuatu untuk
1ne1nper1nudah pendaratan pasukan-pasukan Muslimin.
Pada akhir tahun 709 l'vl/90}1 Yulianus dengan sero1nbong­
an pengikut berangkat dari Sebta 1nenyeberangi taut dan
1nendarat di pantai Algeciras. Di pantai ini Yulianus terpaksa
berhadapan dengan pasukan-pasukan keatnanan Goth. Ben­
trokan senjata terjadi dan Yulianus keluar sebagai peme­
nang. la ke1nbali ke 'fanjah sa,nbil me,nba\\1 a serta sejumlah
barang ghani!nah dan bcherapa orang ta\vanan perang.
Kedatangan Yuliant· .,1nbut hangat oleh kaum rvtuslimin
di 'fanjah.
Meskipun de1nikian Musa bin Nuseir belun1 sepenuhnya
yakin tentang apa yang telah dilakukan oleh Yulianus di
pantai Algeciras. Musa hendak 1nengeceknya lebih jauh.
l)isiapkannyalah sepasukan �1usli111in Berber berkekuatan
c1npat ratus orang. Seratus orang di antaranya terdiri dari
pasukan berkuda. Sebagai ko1nandan pasukan diangkat

257
seorang prajurit berkebangsaan Berber, Tarif. Tarif adalah
bekas ha1nba sahaya yang dimerdekakan oleh Musa bin
Nuseir.
Tarif bersa1na empat ratus orang pasukannya berangkat
menyeberangi lautan dengan empat buah perahu yang dipin­
jamkan oleh Yulianus. Pendaratan dilakukan di salah satu
pantai, yang oleh orang-orang Arab untuk pertama kalinya
dikenal sebagai daerah Andalus. Pantai ini berhadap-hadapan
dengan Tanjah, terletak di sebelah barat tempat di mana
Yulianus pernah mendarat sebelumnya. Keadaan pantai
ini sangat baik untuk gerakan pendaratan. Pantai ini bernama
Tradllcta Julia, yaitu yang di kemudian hari diganti namanya
dengan nan1a ko1nandan pasukan Muslin1in yang mendarat
untuk pertama kali di daeral1 Andalus, Tarifa.
Dengan bantuan dan petunjuk-petunjuk Yulianus yang
ikut serta dalam pasukan Tarif, pasukan yang dibawanya
berhasil memukul hancur pasukan-pasukan Goth yang ada
di pantai tersebut. l'arif kembali kc Tanjah dengan ,nembawa
infonnasi-infonnasi penting, jauh lebih penting nilainya
daripada ghani1nah yang dibawanya (71 OM/91 H).

Pendaratan Thariq bin Ziyad di Andalus


Pada tahun berikutnya Musa bin Nuseir 111empersiapkan
pasukan Muslimin berkekuatan 7.000 orang, yang sebagian
besar terdiri dari kaum Muslimin Berber. Sebagai komandan
diangkat seorang prajurit Arab berasal hamba sahaya yang
dimerdekakan olehnya sendiri, 111ariq bin Ziyad al-Laitsi.
Pasukan sebesar itu dipersiapkan untuk memasuki langsung
daratan Andaius.
Berangkatlah Thariq bin Ziyad bersama pasukannya
menyeberangi lautan. Pendaratan besar-besaran dilakukan
di pantai Sepanyol pada tanggal 5 Rajab 92 H/ 18April
711 M. Pantai tersebut terletak di kepala semenanjung An­
dalus bagian selatan, yaitu di sebuah tempat yang kemudian
terkenal dengan nama Jabal-'fhariq (Gibraltar = Gunung

258
1'ariq). 1'entang pcndaratan ini banyak kepustakaan sejarah
yang 111cngetengahkannya, antara lain diken1ukakan:
liahwa setelah pcndaratan selesai dilakukan. 'fhariq bin
Ziyad 1ncn1erintahkan supaya sernua perahu yang diper­
gunakan untuk 1nengangkut pasukannya dibakar habis.
Latu ia naik kc sebuah bukit, berpidato di hadapan pasukan:
"Kita sekarang berada. antara dua. pilihan. f\1enang atau mati.
Di belakang kita terbentang sebuah lautan. sedangkan di
hadapan kita lawan sudah rnenghunus pcdang. Tiada lagi
jalan mundur. Barang siapa lapar atnbillah n1akanan yang
telah terscdia di tangan lawan dan barang siapa 1ne111erlukan
senjata, a1nbillah dari tangan Ia wan." Setelah n1en1bacakan
ayat-ayat suci Al-Quran, Thariq lalu 1nengajak semua pasu­
kannya untuk bercto·a n1e1nohon inayah llahi.
Dala1n perjalanan di perahu Thariq bin Ziyad tertidur
sejenak. Ia 1ni1npi 1nelihat Nabi r-.1uha1nn1ad s.a.w. sedang
dikeru1nuni kaum n1uhajiri11 dan anshar. �lcreka se1nua inc·
nyandang pcdang. l)al:un n1i1npi itu Thariq ,nendengar
Nabi s.a.w. berkata kcpadanya: ''Thariq. 1najulah terus da­
latn tugasn1u." l'hariq 1nelihat seolah-olah Nabi bersan1a
para sahabatnya sedang men1asuki Andalus. Ketika ia terjaga
dari tidurnya, segera 1nc1nberitakan iinpiannya itu kepada
pasukan yang berada di sekitamya. I1npian ·n1ariq ini ter­
nyata lebih 1nena1nbah keyakinan anggota pasukannya
akan ken1enangan yang bakal diraih di AndaJus.
Suatu ha! yang sangat penting untuk dicatat ialah bahwa
Musa bin Nuseir dala1n perintahnya kepada Thariq bin
Ziyad, berpesan supaya "fhariq segera ke1nbali ke Tanjah
apabila ia telah berhasil me1nenangkan perte1npuran-pcrtem­
puran rnelawan pasukan c;oth di Andalus. Jika disebabkan
oleh sesuatu hal Thariq tidak dapat segera ke1nbali, ia diha­
ruskan tetap berada di daerah yang direbutnya san1pai da­
tangnya perintah lebih lanjut dari �-lusa bin Nuseir. Di san1-
ping itu sen1ua Musa bin Nuscir juga n1en1erintahkan supaya
·111ariq n1engikut-sertakan Yulianus dal:1111 gerakan-gerakan
1niliternya, sebagai seorang ahli yang akan 1nenyadap dun

259
mengumpulkan informasi penting tentang situasi Andalus
seluruhnya.
Selesai pendaratan dilakukan, Thariq bersan1a pasukannya
menuju ke arah utara, yaitu ke sebuah kota kccil bcrnama
'.
( artegia (bukan Karthago di Afrika Utara). Sebuah kota
tua yang mempunyai benteng penting untuk pertahanan rnili­
ter, karena terletak di dataran tinggi tidak jauh dari pantai
laut. Kota ini ke,nudian diduduki Thariq dan pasukannya
tanpa menghadapi perlawanan yang berarti dari pihak pa­
sukan Goth. 'Dari sini Thariq melanjutkan perjalanan ke
arah barat daya 1nenuju ke Algeciras. Tapi dengan ada­
nya petunjuk-petunjuk dari Yulianus, Thariq mengubah
arah tujuan menjadi ke arah barat, menyelusuri daerah
dekat telaga di perbatasan kota Lugo. Sebuah kota kecil
yang berada di bawah pemerintahan Sidonia.
Untuk merebut kota ini Thariq mempersiapkan pasukan
dan memerintahkan kesatuan yang agak besar ,nenempati
dataran tinggi yang terletak di sebelah selatan lereng-lereng
sekitar telaga. Lereng-lereng ini hendak dijadikan daerah pc­
nyangga antara pasukan Thariq dan pasukan Goth. Kesatu­
an yang berada di dataran tinggi harus sanggup 1nelindungi
pasukan yang akan dipimpin Thariq sendiri, dari kemung·
kinan serangan tiba-tiba yang akan dilakukan oleh pasukan
Goth dari belakang. Untuk melindungi pasukan cadangan
yang berada di belakang garis perternpuran, l11ariq memben­
tuk sebuah kesatuan di bawah pimpinan Tarif dan diperintah­
kan menyusun garis pertahanan di sepanjang pantai Traducta
Julia.
Pada masa itu Letric sedang sibuk daJam peperangan 1nela­
wan orang Perancis di Pamplona, yang terletak di bagian
utara Andalus. Ketika Lethric mendengar laporan tentang
pendaratan pasukan-pasukan Muslrmin Arab dan Berber,
cepat-cepat ia bersama pasukannya yang berkekuatan 40.000
orang menuju ke selatan sampai ke kota Kordoba. Untuk
menghadapi pasukan l11ariq, Lethric langsung memegang
komando atas pasukan Goth. Ia membagi pasukannya menja-

260
di dua bagian. Sayap kanan di bawah pimpinan Sebsert dan
sayap kiri di ba,vah pimpinan Appa. Baik Sebsert. n1aupun
Appa kedua-duanya ipar Yulianus, yaitu dua orang anal< lela­
ki Gethsie, raj a Tanjah dan mertua Yulianus yang diturunkan
dari takhta oleh Lethric.
Setelah diperhitungkan masak-masak. TI1ariq berkesi1npul­
an bahwa kekuatan pasukannya yang hanya 7.000 orang,
tidak akan cukup untuk diterjunkan ke dalan1 perte1npuran
1nela\11an pasukan Goth. la segera minta ta1nbahan pasukan
kepada Musa bin Nuseir di Tanjah. rvtusa n1emenuhi pennin­
taan Thariq dengan mengirimkan pasukan ta,nbahan seba­
nyak 5.000 orang. Dengan de1nikian jun1lah pasukan Thariq
menjadi 12 .000 orang, yang ha1npir semuanya terdiri dari
pasukan infantri dan bagian terbesamya terdiri dari kau,11
Muslimin Berber. Yulianus sendiri berada di tengah -tengah
n1ereka, memberikan petunjuk-petunjuk tentang keadaan
daerah sambil rnenyadap infonnasi tentang keadaan pa­
sukan Goth.

Pertempuran di l..embah Lugo


Di le1nbah Lugo pasukan ll1ariq berhadapan dengan
pasukan Lethric. ll1ariq telah siap dengan garis-garis taktik
yang pemah dilakukan oleh panglin1a Khalid bin' J W - a!id
di lembah Sungai Yarrnuk untuk menghancurkan pasukan
Persia. Pada bulan Ra,nadan 92 H/19 Juli 71 lM, terjadilah
pertempuran-perte,npuran besar pertan1a antara pasukan
Muslimin Arab dan Berber di satu pihak 1nelawan pasukan
Goth di pihak Jain. Dala,n pertempuran-perte1npuran ini
kedua komandan sayap kanan dan sayap kiri pasukan Goth
(dua orang ipar Yulianus) sangat n1engecewakan Lethric.
Keduanya lari tunggang-langgang bersa1na pasukannya.
Sebenarnya kekalahan dua pasukan Lethric itu tidak
wajar, 1nengingat ju1nlahnya yang jauh lebih besar dibanding
dengan pasukan Thariq yang dihadapinya. Ta,npaknya n1e­
reka sengaja berbuat seperti itu. Dua orang komandan yang

261
lari bersa1na pasukannya 1nasing-masing berpendapat, bahwa
orang Arab dan Berber niasuk ke Andalus hanya seke<lar
mencari harta ra1npasan sebanyak-banyaknya. Apabila
niereka telah rnendapatkannya, pasti akan 1neninggalkan
Andalus dan ken1bali ke daratan Afrika Utara. Pendapat
seperti itu didasarkan atas pengalan1an-pengalarnan 1nereka
berdua, ketika n1enghadapi pasukan Muslimin di pantai
Tradu�ta Julia di bawah pimpinan Tarif.
Tetapi ter.nyata bahwa kedua komandan itu 1nelakukan
kesalahan yang sangat besar dala1n perhitungannya. tv1ereka
tidak dapat 111emaha1ni perbedaan tugas antara yang dipikul
Tarif dengan yang dipikul Thariq bin Ziyad. ·rarif bertugas
;nelakukan penjajagan, sedangkan Thariq bertugas rnelaku­
kan pendudukan.
Beberapa penulis sejarah rnengatakan bahwa Scbsert dan
Appa melakukan pengkhianatan. Kalau anggapan itu dapat
diterirna, 1naka apa yang dikatakan "pengkhianatan" itu
sebenarnya bukanlah suatu pengkhianatan yang laziln di­
perbuat oleh komandan pasukan yang bcrko,nplot dengan
lawan. Sebab para penulis sejarah itu sendiri pada u1nu1nnya
1ne1nastikan, bahwa baik Sebsert rnaupun Appa, kcdua­
duanya tidak inengetahui sa111a sekali, bahwa iparnya, Yuli­
anus, berada di pi11ak pasukan 1\.1usli,nin Arab dan Berber.
Pertempuran berlangsung selarna delapan hari ten1s-111ene­
rus dan berakhir dengan kekalahan pasukan Goth. Pasukan
Lethric 1nundur sambil 111eningg_alkan jumlah korban yang
sangat besar. Lethric sendiri hilang di dalam perte1npuran.
Sejak pasukannya terpukul di Lugo, ia tidak dikctahui lagi
keadaannya. Ada yang mengatakan ia mati terbunuh <lala,n
pertempuran, ada pula yang mengatakan Lcthric mati tengge­
lan1 di Sungai Lugo ketika melarikan diri. Ada juga yang
rnengatakan ia lari ke utara untuk rnenghi1npun kernbali
pasukan yang n1elarikan diri.
Tctapi apa pun yang 1nenjadi dugaan orang, sejarah hanya
1nencatat dengan pasti, bahwa Lethric hilang tanpa jejak sejak
perternpuran di Lugo. Dengan jatuhnya Lugo, n1aka pintu

,.,6.,�
,.,
Andalus tcrbuka lebar-lebar di hadapan kau,n l\,Jusli1nin
Arab dan Bcrber.

Perten111uran-perten1pura11 di Ecia

l)ari Lugo ·111ariq bin _Ziyad bersa1na schagian besar pasuk­


annya ,nelalui tlacrah-daerah pantai dekat Sclat Se1ncnanjung
Andalus 1nenuju kc Ecia, di ,nana banyak sisa-sisa pasukan
Goth berku1npul setelah 1ncreka terpukul 111undur di Lugo.
Sisa pasukan Goth itu temyata berhasil rncndapatkan ta1n­
bahan senjata dari berbagai kota yang bcrdckatan. Kota
Ecia terlctak kl. 75 kin dari kota Kordoba. l)i Ecia sisa-sisa
pasukan c;oth berhasil dipaksa pasukan Thariq tcrjun kc
dala1n perte1npuran terbuka. l\,fcreka herpcrang 1nati-1nati
an. sehingga dari pasukan ·rhariq sendiri banyak yang 1nenjadi
korban. Tctapi pada akhin1ya pasukan Thariq bcrhasil n1eng­
hancurkan pasukan Goth dan 1nenduduki kota Ecia. Sejak
terpukulnya pasukan (;0th di Ecia. ,neTl!ka tidak dapat lagi
111elakukan serangan-serangan secara frontal. tetapi hanya n1e­
nen1puh serangan terpisah-pisah dan terpencar-pen1.:ar. Ma­
sing-n1asing kesatuan berdiri sendiri dan tidak ada koor­
dinasi yang baik.
Pasukan Goth yang ,nasih kuat se,nangatnya dan bertekad
1nencruskan pcpcrangan rnclawan kaum tl·tusli1nin Arab dan
Berber, pada un1u1nnya ,nengundurkan diri kc Toledo dan
ke ternpat-tc,npat lain yang pcnduduknya n1e1npunyai
hubungan dengan bangsawan-bangsawan Goth. Sedang
penduduk biasa yang sudah sejak la1na 1nen1benci kekuasa­
an Goth, banyak yang ,ncnggabungkan diri dengan kaun1
Muslin1in Arab dan Berber. Di antaranya banyak terdapat
orang-orang Yahudi.

Thariq bin Ziyad Merencanakan Serangan Lanjutan

Kini ·rhariq bin Ziyad teringat akan perintah atasannya,


Musa bin Nuseir di Tanjah, yaitu harus segera ken1 bali k e

263
Afrika Utara setelah berhasil 1nengalahkan pasukan Goth.
Tetapi kalau perintah tersebut dilaksanakan. pasti akan men­
dorong orang Goth berani melancarkan serangan balasan.
Atas pertilnbangan tersebut, dengan rnendapat dukungan
Yulianus, Thariq berniat hendak 1neneruskan gerakan-ge­
rakan 1niliten1ya. Pertilnbangan-pertimbangan Thariq dapat
dirumuskan sbb:

l. Kekhawatiran akan adanya serangan balasan dari


pihak Goth. Kalau hal ini sa1npai terjadi, pasti akan
berarti pemusnahan total pasukan-pasukan yang dipim­
pinnya dan lebih-lebih penduduk sipil yang sudah 1nu­
lai 1nemeluk agama lsla1n dan bersi1npati kepada orang
Arab dan Berber. Kekhawatiran akan itu 1nenjadi ber­
tambah besar mengingat pasukan Goth berada di negeri
n1ereka sendiri, sedangkan pasukan Musli1nin Arab dan
Berber berada di ten1pat yang jauh dari pusat perbekal­
an dan amat sukar 1ne1nperoleh bala bantuan dari pusat
pe1nerintahan.

2. Apabila pasukan yang baru saja menang perang ke­


mudian diperintahkan berhenti tanpa ada ketentuan,
bisa menjadi patah semangat dan n1enimbulkan perse­
lisihan-perselisihan di kalangan mereka mengenai ma­
salah-masalah yang remeh sekalipun.

3. Dalam situasi perang masalah waktu sangat besar


artinya. ·rhariq tidak mendapatkan alasan untuk n1em­
buang-buang waktu, yang oleh lawan pasti akan diper­
gunakan sebaik-baiknya untuk konsolidasi kekuatan
tempurnya.

Kecuali itu 'fhariq berpendapat, bahwa bagaimanapun


juga ko1nandan lapangan lebih mengetahui masalah-1nasalah
kongrit daripada atasan yang berada di pusat pen1erintahan,
lebih-lebih disebabkan jauhnya jarak yang menyulitkan

264
komunikasi.
ll1ariq sendiri sama sekali tidak mempunyai niat melaku­
kan pembangkangan terhadap perintah rvtusa bin Nuseir. Apa
yang hendak diperbuatnya, semata-mata hanyalah tindakan­
tindakan pencegahan, sambil menunggu perintah lebih jauh.
Bahkan Thariq bernint rnenyerahkan kembali pitnpinan
pasukan Muslimin kepada Musa bin Nuseir, pada saat yang
tepat.
Semua pertitnbangan itu mendorong Thariq bin Ziyad
mengan1bil keputusan 1neneruskan gerakan pasukannya.
Pasukannya kemudian dibagi 1nenjadi empat kesatuan.
Kesatuan pertan1a dite1npatkan di bawah komando Mughits­
ar-Ru1ni, seorang bekas hatnba sahaya yang dimerdekakan
'Abdul-Malik bin Marwan. sebelun1 yang terakhir ini menjadi
raja atau Khalifah Bani U1nnyyah. r.tugits diperintahkan
untuk merebut kota Kordoba. Kesatuan kedua diperintah­
kan n1erebut kota Malaga. Kesatuan ketiga diperintahkan
merebut kota Elvira, kemudian Murcia. Scdangkan kesatuan
yang kee1npat diperintahkan merebut kota Toledo. rvtasing­
masing kesatuan disertai beberapa orang rekan Yulianus
sebagai penunjuk jalan.
Kesatuan perta1na. di bawah kon1ando Mugits ar-Ru1ni.

berkekuatan 700 orang pasukan berkuda berangkat menuju
Secunda, dan dari sini langsung ,nenuju ke Tarcil. Sesan1pai­
nya di Tarcil 1nereka saksikan kota ini sudah kosong di­
tinggalkan penduduknya. ·rarcil hanya dipertahankan oleh
400 orang pasukan berkuda Goth, yang langsung dipimpin
oleh penguasa militer seten1pat. Penduduk yang tinggal
hanya terdiri dari orang-orang zniskin. Setelah melalui penge­
pungan yang ketat sekali. kota ini akhimya jatuh ke tangan
kau,n Musli,nin Arab dan Berber. Tetapi pasukan Goth yang
melarikan diri temyata n1encari perlindungan dan memasuki
gereja Santo Agla. Selan1a dua setengah bulan gereja ini
dikepung pasukan Mugits dan akhimya pasukan Goth
menyerah. Dengan jatuhnya kota kecil Secunda dan Tarcil
yang menjadi garis pertahanan Goth di Kordoba dan sekitar-

265
nya, 1naka praktis kota Kordoba telah jatuh pula ke tangan
kaun1 l\1uslirnin.
Sclesai rnerebut kota-kota tersebut, 1\-lugits rnelanjutkan
gcrakannya. Untuk pengamanan kota-kota yang telah d i ­
rebut. ivlugits 1nenc1npatkan sebuah kesatuan kecil di Kordo­
ba dengan n1endapat hantuan dari orang Yahudi penduduk
setempat.
Pasukan Thariq yang bertugas 1nerebut kota Malaga,
pada saat itu bcrhasil menduduki kota ini tanpa banyak ke­
sukaran, karena pasukan Goth yang terdiri dari orang Peran­
cis dan Goth telah n1undur lebih dahulu ke pegunungan
Regio (ada kalanya disebut pegunungan l{ayya) dun rnenga­
dakan pertahanan di sana. Di l\1alaga pasukan l\1uslin1in tidak
n1enju1npai orang Yahudi.
Kesatuan yang betugas ke Elvira berhasil pula 1nenduduki
Arcidona. Mereka ke1nudian berbelok ke tin1ur n1enuju
Granada. Granada dapat direbut tanpa banyak n1enghadapi
perlawanan dari pihak Goth. Lebih-lebih karena penduduk
kota ini kebanyakan terdiri dari orang Yahudi. ivlereka ini
kemudian di1ninta bantuannya oleh pasukan Muslimin untuk
ikut serta memelihara keamanan dan ketertibun, menjalan­
kan adrninistrasi pernerintahan dan menjadi sandaran bagi
terlaksananya prinsip pemberian perlindungan bagi p e n ­
duduk.
Pcnting dicatat, bahwa salah seorang yang ikut berjuang
1nerebut Granada ialah l·Ianasy bin 'Abdullah Shan 'awi.
seorang ulama besar yang termasyhur di Andalus pada ja-
1nan kekuasaan Muslilnin Arab. Di sctiap kota atau daerah
te1npat berjuang, ia tidak pen1ah lupa men1anfaatkan pcluang
untuk mendirikan masjid dan menyelenggarakan pendidik­
an agama Islam bagi penduduk setempat. Ila! ini 1ne111ang
telah menjadi tugas yang dibebankan pe1nerintah pusut kepa­
da setiap pasukan yang berangkat ,nembuka daerah-daerah
baru.
Pasukan yang merebut kota Granada 1neneruskan gerakan­
nya ke Murcia. Di sana terdapat seorang perwira Goth yang

266
bcrsa111a scju111lah pasukannya hendak ,ncneruskan pcrla­
wanan tcrhadap pasukan �luslirnin Arab dan Berber. tetapi
ke,nudian lari bersa,na pasukannya ke Urihuella. Dari Uri­
huclla ia 111eng,1jukan usul perda111aian kepada pasukan
�lusli,nin. untuk 111c1npcrolch ja111inan kesela,natan dan k e ­
ainanan atas se,nua 1nilik yang ada Urihuella. Usul ini dite­
ri111a. dan diadakanlah perjanjian yang ditandatangani oleh
'AbduJ-·,\ziz bin !\-iusa bin Nuseir (anak i\lusa bin Nuseir)
selaku ko1nandan pasukan i\luslirnin, bersarna per\vira c;oth,
·r11codc111ir. lsi pcrjanjian tersebut kurang-lebih sebagai
berikut:
''Bisn1illahir-Rah111anir-Rahi1n. Sepucuk surat dari 'Abdul­
',\ziz bin i\·lusa bin Nuseir kepada Thcodernir anak Abdous.
la (Theodc,nir) ,nenghcndaki perdarnaian. Untuknya janji
dan perlindungan Allah serta RasuJNya diberikan. Bahwa
ia atau pun salah seorang dari pengikut-pengikutnya tidak
akan rncngadakan pen1bahan sesuatu dari keadaannya yang
sckarang. I lak 111ilik rnereka tidak akan diganggu-gugat dan
tidak pula rncreka akan dibunuh atau dijadikan hatnba sa­
haya. 1'-lcrcka tidak akan dipi:sahkan dari anak-isterinya 1nau­
pun dari keluarganya yang lain. �1ereka tidak akan dipaksa
rncninggalkan agarna yang <lipeluknya. Gcreja-gerejanya
tidak akan dibakar dan sernua barang yang 111enjadi sarana
peribadatan 1nereka tidak akan dira1npas. Se1nua yang di­
sebutkan di atas adalaJt irnbalan atas syarat-syarat perdamai­
an yang kan1i tetapkan. la (Theode111ir) 1nengadakan per­
janjian atas na,na tujuh ternpat, yaitu Urihuella. Beltina,
Alicante, Dolue, Uelona. Lorca dan Aloue. ilahwasanya ia
(ll1eoden1ir) tidak akan 111elindungi pelarian dan tidak akan
,nernberikan perlindungan kepada or:1ng yang rnemusuhi
karni. Ia tidak akan 1nengancan1 orang yang 1ne1ninta p e r ­
lindungan kepada karni dan tidak akan 1nerahasiakan berita
tentang 1nusuh ka1ni selarna ia 1nengetahui haJ itu. l a ber­
janji, bahwa ia dan tiap orang yang 1nenjadi pengikutnya
akan 111e1nbayar I {satu) dinar tiap tahun, 4 1nud gandum,
4 ,nud sya'ir (jenis gandun1, r; e dalan1 bahasa lnggeris).
1

267
3 kg perasan anggur, 3 kg cuka. o,75 kg madu dan 0,75 kg
minyak makan. Khusus bagi hamba sahaya pengikut Theo­
demir hanya dikenakan separuh dari jumlah yang ditentu­
kan tersebu t. Ditetapkan pada tanggal 4 Rajab tahun 94 l-1,
5 April 714 M."
Segera setelah diterimanya surat perjanjian dari 'Abdul­
'Aziz, Theodemir mengantarkan pasukan Muslimin Arab dan
Berber memasuki kota Aloue (Erialo ). Ternyata diketahui
oleh pasukan tvlusli1nin bahwa pertahanan Goth di kota ini
sangat lemah. Kaum Muslimin 1nenyadari bahwa mereka te­
lah terje-bak siasat Theodemir. Sebenamya pasukan Musli­
min dapat merebut kota itu dengan mudah sekali.
Mereka menyesal atas terjadinya perjanjian yang telah sah
harus berlaku. Tetapi bagai1nanapun juga mereka merasa
wajib menghonnati perjanjian yang telah dibuatnya.

Tbariq bin Ziyad ke Toledo


Thariq sendiri bersan1a kesatuan yang dipimpinnya melan­
jutkan gerakan ke Jaen dan dari sini hendak langsung menuju
ke Toledo. Setibanya di Toledo ia mene1nukan kota telah
dikosongkan, Pasukan Goth bersa1na penguasa daerahnya
telah meninggalkan kota 1nenuju ke Meja, Uskup Toledo
sendiri sudah meninggalkan kota untuk terus menuju ke
Roma. Di Toledo, Thariq dan pasukannya 1nendapatkan
barang-barang berharga yang cukup banyak, yang tidak sem­
pat dibawa lari pasukan Goth. Toledo adalah kota kediaman
raja Goth.
Di antara barang-barang berharga, terdapat sebuah ,neja
yang ukiran-ukirannya ditaburi berlian dan perrnata-permata
lainnya yang amat mahal harganya. Orang-orang Arab menye­
butnya "meja Suleiman". Thariq mendapatkan meja tersebut
di sebuah kota kecil yang bemama Maida (bahasa Sepanyol
yang berarti "1neja ". Perkataan "maidah" yang dalam bahasa
Arab berarti "meja", berasal dari bahasa Sepanyol). Sebenar­
nya meja tersebut tak lain hanyalah tempat meletakkan

268
Jnjil terbuka untuk dibaca orang pada waktu-\vaktu terten­
tu. Beberapa su1nber sejarah 1nengatakan bahwa meja terse­
but ditemukan Thariq di dala111 gereja kerajaan di Toledo.

Gerakan Pasukan �tusa bin Nuseir

Oari laporan-lapocan yang diterilnanya, tvtusa bin Nuseir


kini telah 1nengetahui benar. bahw:.t gerakan 1niliter ke Anda­
lus di bawah pilnpinan Thariq bin Ziyad. telah n1encapai
hasil yang sangat baik. la ingat bah,va sebenarnya Thariq
dikirin1 ke Andalus hanya sekedar untuk 1nerintis jalan,
sebelun1 l\-1usa sendiri 111embawa langsung pasukan ke Anda­
lus untuk melancarkan gerakan pcluasan wilayah Islam.
Menuru t ingatan l\.1 usa, ll1ariq hanya bertugas tidak lebih
dari apa yang tclah pernah ditugaskan kepada Tarif. Ingat­
an i\fusa ini sebenan1ya tidak tepat. Sebab dahulu ia 1ne­
nugaskan fhariq untuk 1nemasuki Andalus dan setelah ber­
hasil mengalahkan pasukan-pasukan Goth. Thariq harus
berada di tempat sambil 1ncnunggu perintah-perintall lcbih
lanjut. Kesin1pang-siuran ingatan Musa tersebut 1nenimbul­
kan beberapa penafsiran di kalangan para penulis sejarah.
Sebagian penulis scjarah ,nengatakan bahy,•a �fusa bin
Nuseir dengan ingatannya yang kelin1 itu sesungguhnya
hanya 1nencari-cari alasan saja. Apa yang ada pada pikiran
Musa sebenarnya ialah iri hati dan tidak senang melihat
sukses Thariq. ·retapi dugaan itu tidak sepenuhnya dapat
dipastikan kcbenarannya. J fanya Tuhan sajalah yang ,nenge­
tahui apa yang ada pada pikiran Musa.
Setelah menunjuk anaknya sendiri yang bungsu, 'Abdullah
bin Musa, sebagai penguasa di Qairuan, Musa bin Nuseir be­
rangkat n1enuju Andalus dengan me1nbawa pasukan berke­
kuatan I 0.000 orang. (Ada sumber yang mengatakan 18.000
orang). Dalam ju1nlah sebesar itu terdapat tokoh-tokoh terke-
1nuk a dari suku-suku bangsa Arab, seperti Qeis, Yaman, Syam
dan lain-lain. Demikian pula banyak tokoh yang berasal dari
bekas-bekas hainba sahaya Jan orang-orang Berber yang ber-

269
pendidikan cukup baik. 'fidak ketinggalan cucu 'Uqbah bin
Nafi'. 1-labib bin Abi Ubaidah bin 'Uqbah bin Nafi'.
Musa dan pasukannya 1neninggalkan Qairuan pada bulan
Rajab 93 11. la 1nenyclusuri ·rcluk Zuqaq yang terletak di
antara ·ranjah dan Algeciras dan dari sana 1nenyeberangi
lautan )<e Andalus. la tiba di /\ndalus pada bulan Ra111a<lan
931i/Juni 7 I 2l\l.
Dala1n gcrakun 1niliternya r.lusu n1enen1puh jalan yang
tidak dilalui 'fhariq dan akhirnya �1usa san1pai kc Sidonia.
Dari Sidonia ia langsung menuju ke utara hingga tiba di kota
c·armona. Cam1ona 1ne1npunyai pertahanan yang a1nat kuat
dan untuk 1nerebutnya �r usa terpaksa harus n1empcrgunakan
1nuslihat. Orang-orang Berber pengikut Yulianus dilepaskan
Musa dari induk pasukan dan kepada mereka diperintah­
kan 1ne1nasuki Cam1ona sa1nbil berpur a pura - seakan-akan
baru saja dipukul rnundur olch pasukan Arab. Dcngan n1us­
lihat ini rnereka berhasil 1nasuk kc dalan1 kota. Kcrnudian pa­
da 1naJa1n harinya dalam keadaan gelap-gelita rnereka n1e111-
buka pintu gerbang ke kota Kordoba agar dapat dirnasuki pa­
sukan berkuda tvluslirnin yang siap te1npur di luar kota. Kor­
doba kc1nudian jatuh ke tangan kau1n Muslin1in setelah ('ar-
1nona jatuh lebih dulu. Selesai merebut Kordoba. tl1usa bersa-
1na pasukannya maju ke arah utara untuk n1erebut kota Sevil­
la.
Selaina kurang-lebih satu bulan kota Sevilla di.kepung
rapat dan akhimya berhasil direbut dari pasukan Goth yang
Iari tunggang-langgang n1enuju ke Beja, terletak 180 km
di barat-laut Sevilla dekat Sungai Guadiana. Dala1n pengejar­
an terhadap pasukan Goth yang lari, Musa dan pasukannya
berhasil merebut benteng Quadaira di sebuah kota kccil
bemama Niebla. Dari sana kemudian Musa sampai ke Beja.

Pasukan Musa bin Nuseir Mengepung Kota Medira


Kota Merida adaJah salah sebuah di antara en1pat kota
pertahanan Goth di Andalus. Empat kota itu ialah Sevilla,

270
Merida. Kordoba dan ·rotedo. �ferida juga n,erupakan salah
sebuah kota tl1,1 di •Andalus. Setelah Sevilla. Kordoba dan
Granada jatuh ke tangan pasukan fl1usli1nin Arab dan Berber.
!vlerida dipertahankan sekuat-kuatnya oleh pasukan Goth.
lla1npir sen,ua pasukan Goth yang lari dari 1nedan-1nedan
perternpuran di te111pat-ten,pat lain berhirnpun kembali
di Merida.
Pcperangan antara pasukan Muslirnin 1nela\\ an pasukan
1

Goth di r.-Ierida berlangsung seru sekali. Di waktu siang hari


pasukan Goth n1elakukan serangan-serangan hebat terhadap
pasukan-pasukan r.-1uslirnin di luar kota, tetapi pada waktu
mala,n hari ,nereka sen1ua masuk ke dala1n kota dan 1ne­
nyebar diri bcrlindung di tengah-tengah penduduk. Garis
perbatasan kota dijaga sangat kuat dan ketat, sehingga
sangat sukar diterobos pasukan !vluslirnin.
Untuk dapat 1ne1nancing pasukan Goth terjun ke dalam
perte1npuran-pcrte1npuran terb1:1ka dan agar pasukan Musli-
1nin dapat dengan 1nudah melancarkan serangan n1endadak,
Musa bin Nuseir ,nen,erintahkan petnbuatan parit-parit
dan liang-liang untuk bersernbunyi pasukan berkuda. Pe­
kerjaan ini dilakukan pasukan Nlusa di waktu malan1 hari.
Suatu hal yang 1nenguntungkan ialah terdapatnya banyak
sekali batu-batu besar dan batang-batang pepohonan yang
dahulu pernah ditebang oleh penduduk �1erida, sehingga
sen1uanya itu dapat diinanfaatkan untuk lebih ,ncnambah
rapinya ten1pat-tc111pat persembunyian dan tidak 1nudah
diketahui langsung oleh pasukari Goth.
Pada saat pasukan Goth 1nenyerang pasukan infantri r.-tus­
lin,in, seperti yang sering mereka lakukan di \vaktu siang
hari, secara tiba-tiba mereka disergap oleh pasukan berkuda
Muslirnin yang keluar dari parit-pari t perse1nbunyian. Serga­
pan pasukan berkuda ini berhasil n1e1naksa pasukan Goth
1nunclur 1nasuk ke dalarn kota dan ,nelakukan perlawanan
dari belakang tern bok nlelingkar dala111 keadaan pin tu ger·
bang tertutup kuat-kuat. Pasukan-pasukan Musli1nin berusaha
sekuat tenaga untuk men<lobraknya, tetapi sia-sia. Kini tidak

271
ada jalan lain kecuali melakukan pengepungan seketat-ketat­
nya. Akibat pengepungan yang sangat efektif itu, sebagian
pasukan Goth diam-diain melarikan diri lewat pintu belakang
menuju ke Gallicia. Sedangkan sisanya yang masih tinggal
mengajukan pennintaan perjanjian perdamaian. 1-fal ini di­
terima Musa bin Nuseir dengan syarat, mereka harus 1nenye­
rahkan segala harta milik semua anggota pasukan Goth
yang mati dalam pertempuran-pertempuran di parit-parit,
harta milik · anggota-anggota pasukan Goth yang lari ke
Gallicia dan semua benda berharga yang ada di dalatn gereja.
Yang terakhir ini dijadikan syarat oleh Musa, karena pasukan
Goth dala,n perlawanannya sebelum menghendaki perdamai­
an, selalu mernpergunakan bangunan gereja sebagai benteng
untuk melancarkan serangan-serangan terhadap kaum Mus­
limin.
Semua syarat yang uikemukakan f\.1usa bin Nuseir diteri­
ma pasukan Goth, karena mereka lebih menyukai kesela1nat­
an hidupnya. Dengan adanya perjanjian itu, pasukan Goth
1nempersilakan pasukan-pasukan Musli1nin masuk ke dalam
kota Merida. Peristiwa ini terjadi pada hari raya ldul-Fitri,
I Syawwal 94 H/Juni 713M. Dari peperangan ini pasukan
Musli1nin mendapatkan ghanilnah yang sangat besar. Di
antaranya yang sangat berharga ialah sebuah alat 1ninum
(sejenis gelas) yang terbuat c.lari berlian murni. Benda ber­
harga ini didapat dalam gereja Merida. Orang Arab 1nenye­
bu t gelas ini qu/ai/ah.

Penduduk Sevilla Berontak


Pada saat pasukan Musa sedang mengepung kota Merida,
pendu<luk kota Sevilla dengan. bantuan orang-orang dari
'fago dan Niebla, datang berbondong-bondong ke Merida
dan melancarkan serangan dari belakang terha<lap pasukan
Musa bin Nuseir. Tetapi serangan mereka dapat dipatahkan
oleh sebuah kesatuan yang dipimpinan anak Musa sendiri,
·Abdul-'Aziz bin Musa. Mereka kemudian lari meninggalkan

272
teman-tcmannya sebanyak 80 orang yang gugur dalam per­
tempuran. Sehabis 111enun1pas pernberontakan. 'Abdul­
'Aziz kcrnbali ke Sevilla untuk n1e1nulihkan kea,nanan dan
ketertiban. Sedangkan ayahnya, �lusa bin Nuseir bcrsama
pasukannya ,nenuju ke Toledo. Ini terjadi pada akhir Syawal
94 Ii/Juli 713f\1.

Thariq bin Ziyad di Belakang Toledo


Schabis rnerebu t kota Toledo. Thariq tidak larna tinggal
di kota ini. Bersarna pasukannya ia segera berkemas-kemas
untuk rnelanjutkan gerakan ke tirnur-laut Andalus. Thariq
rnenempatkan seju,nlah pasukan untuk 1ne1nclihara kea,nan·
an di Toledo dan rncmpekerjakan orang \"ahudi setempat
mcnjalankan adn1inistrasi pemerintahan. Gerakan ke tirnur­
laut Andalus bertujuan mengejar pasukan (ioth yang sebagi­
an besar lari ke sana dari pcrtempuran-perternpuran di 1·0-
ledo. ll1ariq berangkat 111elalui daerah·daerah pegunungan
yang belum pemah dilalui orang sebelumnya. Jalan yang
dite1npuh ·111ariq dan pasukannya itu di ken1udian hari
disebut Desfiladero de Tariq. Ken1udian Thariq 1ne1notong
jalan lewat Guadarrarna yang terletak bcrdekatan sekali
dengan benteng Madrid. Madrid adalah sebuah kota kecil
yang mempunyai benteng amat kokoh. Melalui Madrid
akhirnya Thariq sampai di Guadalayara, yang terletak
kurang-lebih 110 kin di ti,nur-laut Toledo, Ini terjadi pad a
akhir tahun 93H/712M.

P.fusa bin Nuseir Berjumpa dengan Thariq bin Ziyad


Pada tanggal 30 J uni 7 I 3 M, Musa bin Nuseir bersama
kesatuan pasukannya meninggalkan Merida 1nenuju ke Tole­
do. Perjalanan Musa ini didengar 'fhariq bin Ziyad. Untuk
1nenyambut kedatangan atasannya itu Thariq meninggalkan
Guadalayara lalu menyeberangi Sungai 'fago dan akhimya
tiba di sebuah desa berna1na Talavera. Di sinilah Thariq ber-

2 73
jumpa dengan Musa.
Ha1npir semua penulis sejarah 1nencatat bahwa pcrte1nuan
antara Musa dan Thariq tidak berlangsung dalarn suasana
persaudaraan. Para penulis sejaral1 berbeda penclapat tentang
nama te1npat bertemunya dua pe1nimpin tersebut. Tetapi
dapatlah dikatakan pasti, bahwa kedua orang panglima itu
bertemu di d�erah Toledo, karena kota ini tidak berapa jauh
dari Talavera.
Se1nua penulis sejarah mengemukakan bahwa l\.lusa bin
Nuseir sangat n1arah kepada Thariq sejak ia 1neninggalkan
Qairuan berangkat ke Andalus. la 1nerasa tidak senang 1ne­
lihat apa yang telah dicapai oleh ·n1ariq di Andalus. Catatan­
catatan sejarah menunjukkan, bahwa ketika berjun1pa dengan
Thariq, Musa melampiaskan amarahnya di hadapan Thariq
dan ia mencela keras tindakan Thariq yang dianggapnya rne­
lebihi batas wewenang yang ada padanya.
Ternyata pada tahun itu juga, 93 Ii, Thariq dipecat dari
kedudukannya sebagai panglima pasukan Musliinin di Anda­
lus dan diperintahkan tetap tinggal di Toledo. Dengan dipe­
catnya Thariq bin Ziyad, kini pi,npinan un1um atas semua
pasukan Muslimin di Andalus, langsung berada di tangan
Musa bin Nuseir. Ia saat itu tidak hanya menjadi penguasa
daerah Afrika Utara saja, melainkan sekaligus juga mencakup
kekuasaan atas Andalusia. Ia menjadi panglima tertinggi
untuk kedua kawasan terse but.
Ada sc1nentara riwayat yang rnengatakan Thariq telah
1nendengar tentang pe,necatan atas dirinya sebelum ia tiba
di Toledo. Adapun tentang pertemuannya dengan Musa,
memang terjadi setelah Thariq berhasil merebut Toledo dari
tangan pasukan Goth.
Dalam pertemuan antara dua orang panglima itu, Thariq
dengan alasan-alasan yang masuk akal ,neminta maaf kepada
Musa atas keberaniannya melebihi batas tugas yang dipikul­
kan kepadanya. Pennintaan ma'af dan seinua alasan itu cli­
teri1na Musa bin Nuseir. Kejadian-kejadian sejarah lebih
lanjut kiranya akan mengungkapkan apa sebenamya yang

274
1nembuat Musa tidak senang melihat hasil-hasil yang telah
dicapai Thariq, yaitu pada waktu lv!usa kemudian mengang­
kat ketiga orang anaknya sendiri menjadi penguasa-penguasa
di Afrika Utara dan Andalus.

Musa dan Thariq Merebut Saragossa


Sehabis pertemuan. Musa dan Thariq bersa,na-sama masuk
ke Toledo dan berdiam di kota ini selama musim dingin 7 l 3-
7 l4M/95H. Dari Toledo lv!usa menyampaikan laporan ke­
pada KhaJifah di Demaskus lewat serombongan utusan di
bawah pi1npinan 'Ali bin Rabbah al-Lakhmi dan Mugits
arR- umi. Rombongan ini n1embawa serta sejumlah gha11i1nah
yang selama ini dikumpulkan di Andalus.
Selama di Toledo Musa bin Nuseir memerintahkan pem­
buatan uang logan1 dalam bentuk dirha1n dan dinar yang
dicetak dengan huruf dan bahasa Arab sebelah-menyebelah.
Di pennukaannya tercetak lafadz: "Bis,nil/ah. La I/aha
JI/al/ah Wahdah. La I/aha Ghairuh" ("Dengan nama Allah.
Tiada Tuhan kecuali la sendiri. Tiada Tuhan selain Ia").
Sedangkan di sebelahnya berbunyi: "Dirham ini dikeluarkan
di Andalus tahun ... ".
Setelah situasi di ·roledo menjadi mantap, pada tahun
itu juga Musa bersarna Thariq dengan membawa sejumlah
pasukan 1nenuju ke Saragossa. Kota ini dapat direbut dari
tangan Goth tanpa banyak kesulitan. Seperti biasanya, I-la­
nasy Shan'awi selalu ikut serta ke mana-mana. Di kota ini
ia membangun sebuah masjid besar dan sejak itu menetap
di sana, giat menyelenggarakan pendidikan agama Islam
di kalangan penduduk, sampai wafatnya.
Ketika itu di Saragossa ada seorang bangsawan Goth ber­
asal dari kalangan terkernuka Aragon, bernama Farton,
anak Quissie. Ia tetap menikmati kehormatan dah kekuasa­
an setempat berkat kesediannya memeluk agama Islam.
Konon ia pemah dibawa ke Damaskus dan mengikrarkan
keislamannya di hadapan Khalifah Al-Walid sendiri. Dengan
kesediaannya me,neluk agama Islam, Khalifah mengangkat

275
Farton dan ketuninannya sebagai penguasa Saragossa, selama
mereka menunjukkan kesetiaan kepada penguasa Andalus
dan menunaikan hukun1-huku1n agama !shun dengan baik,
tennasuk pemungutan jizyalz tepat pada waktunya dari pen­
duduk yang menolak Islam.
Sambil melanjutkan gerakan pasukannya, Musa bin Nuseir
membentuk dua kesatuan. Kesatuan pertama pimpinannya
diserahkan kepada Thariq bin Ziyad. Sedangkan kesatuan
lainnya langsung di bawah pimpinannya sendiri.
Di bawah �impinan Thariq, kesatuan pertama diperintah­
kan berangkat 1nenuju ke Muesca. Kota ini kemudian dike­
pung, tetapi Thariq kali ini gaga! merebutnya. t.-[uesca diting­
galkan dan Thariq 1nenuju ke arah timur menyeberangi
Sungai Ebro. Dari sini ia bersama pasukannya melancarkan
serangan terhadap kota-kota kecil, seperti An1aya, Leon dan
Astorga. Setelah tiga kota kecil ini jatuh ke tangan pasukan
Muslimin, Thariq berhenti sejenak.
Kesatuan kedua yang berada Iangsung c.li bawah pimpinan
Musa, pada mulanya berangkat menuju ke Barcelona dan
sekitamya yang termasuk daerah-daerah Perancis. lni terjadi
pada tahun 96H. Tetapi kemudian Musa berbelok ke utara
sampai tiba di Narbone. Narbonne berhasil direbut melalui
pertempuran. Setelah itu Musa menuju ke arah barat-daya
dan akhirnya tiba di kota Salamanca. Kota ini jatuh ke
tangan Musa tanpa banyak kurban. Dari Sala1nanca Musa
berbelok kembali ke utara menyeberangi Sungai Dauro,
kemudian tiba di lembah Sungai Ebro untuk terus ke daerah
orang-orang Astoris lewat kota Costilla. Semua kota dan
daerah yang dilaluinya jatuh ke t:ingan pasukan Musa dengan
tidak banyak kesukaran.
De1nikian luas dan banyaknya daerah serta kota-k ota
yang jatuh ke tangan pasukan Musa. Waktu yang hanya lima
bulan, terhitung mulai jatuhnya kota Saragosa sampai kem­
balinya Musa ke Afrika Utara, sangatlah singkat dibanding­
kan dengan luasnya wilayah yang dapat direbut. lni berarti,

276
gerakan merebut daerah-daerah dan kota-kota yang dilaku­
kan oleh Musa san1a sekali tidak disertai usaha-usaha peman­
tapan dan pcngokohan. Meskipun den1ikian, itu tidak ber­
arti daerah�aerah atau kota-kota tersebut tidak tunduk
kepada pemerintahan Muslimin. Sebab seperti biasanya,
apabila kota-kota penting telah jatuh, dengan sendirinya
kota-kota kecil disekitan1ya ikut jatuh pula. Yang hendak
dikatakan ialah, bahwa Musa tidak man1pu menangani sen­
diri pe1nantapan daerah-daerah baru. Padahal masalah ini
sangat penting artinya bagi kelestarian kekuasaan Muslimin
Arab di Andalus.

Musa bin Nuseir dan Thariq bin Ziyad Kembali ke Damask.us

Rombongan yang diutus Musa bin Nuseir ke Dan1askus


telah sampai dan sudah rnelaporkan segala sesuatunya kepada
Khalifah Al-Walid. Khalifah sangat ce1nas berkenaan dengan
adanya kaum Muslimin di tengah-tengah inusuh yang sangat
jauh dari negeri asalnya. Lebih-lebih ketika Khalifah n1en­
dengar laporan bahwa Musa hendak ke1nbali ke Damaskus
lewat negeri-negeri di sebelah utara Laut Tengah, yaitu
Italia, Yunani dan Rumawi.
\Valaupun Musa dengan niatnya itu hendak n1e1nenang­
kan Islam di negeri-negeri tersebut, namun bahaya dan ri­
siko yang akan dihadapi pasukannya terlampau besar. Se­
rnua yang telah dilakukan Musa, baik penaklukannya di
Andalus, maupun rencana gerakannya di negeri-negeri sebe­
lah utara Laut Tengah, tidak din1intakan ijin atau persetu­
juan lebih dulu dari Khalifah di Dainaskus.
Kahlifah Al-Walid bertambah gusar dan rnencela keras
tindakan Musa yang dipandangnya terla,npau jauh melebihi
wewenangnya. Padahal Musa sendiri tahu bahwa ia hanya
diangkat dan ditetapkan sebagai penguasa Afrika Utara bagi­
an Barat. Khalifah segera n1enulis surat dan mernerintahkan
supaya Musa bin Nuseir bersarna TI1ariq bin Ziyad cepat
menghadap khalifah di Damaskus.

277
Menerima surat perintah tersebut, betapapun kuat tekad­
nya, Musa tidak mempunyai keberanian menentang perintah
Khalifah. Selama Musa menantikan kedatangan kembali
utusannya dari Damskus, ia memanfaatkan waktu sebaik­
baiknya untuk merebut dan menguasai daerah pegunungan
Cantabria dan sekitarnya, tennasuk dataran tinggi Castilla
atau yang sering disebut Castilla Lama. Daerah-daerah ini
dipandang Musa penting bagi keamanan dan keselamatan
semua pasukan Muslimin yang saat itu praktis sudah mengu­
asai seluruh daerah Andalus, n1engingat letaknya sangat
strategis dilihat dari sudut militer. Setelah Musa berhasil
merebutnya dari tangan pasukan-pasukan Goth, terhentilah
gerakan-gerakan pasukannya sampai di sini. Di daerah itu
Musa membentuk jaringan-jaringan pertahanan dan memper­
kuat perbentengan yang telah ada.
Musa meninggalkan Andalus menuju Damaskus untuk
menghadap Khalifah pada tahun 95 H/714M. Sesaat sebelum
keberangkatannya ia mengangkat anaknya sendiri, 'Abdul­
'Aziz bin Musa, sebagai penggantinya dan berkedudukan
di Sevilla, dengan pesan supaya 'Abdul-'Aziz melanjutkan
perjuangan untuk lebih mernperkuat kedudukan Islam di
mana-mana. Sebagian pasukan yang berada di bawah pimpin­
annya diserah-terimakan kepada 'Abdul-'Aziz beserta tokoh­
tokoh terkemuka Arab, seperti Habib bin• Abi Ubaidah al-
Fihri, cucu Uqbah bin Nafi'.
Berangkatlah Musa ke Damaskus melalui Afrika Utara
bersama TI1ariq bin Ziyad dan Mughits ar-Rumi dengan se­
perangkat pasukan. Dala1n perjalanan pulang ini tidak keting­
galan pula ia membawa sisa-sisa ghanilnah yang belun1 sem­
pat diserahkan kepada Khalifah. Termasuk di antara rom­
bongan ini sejumlah hamba sahaya yang berstatus tawanan
perang.
Pada hari Idul-Adha tahun 95 H/714M, Musa dan rom­
bongan tiba di· Qashrul-Ma', kurang-lebih satu mil jauhnya
dari kota Qairuan. Tetapi sebelum sampai di tempat ini,
di Tanjah Musa mengangkat anaknya yang seorang lagi,

278
Marwan bin Musa, sebagai penguasa Tanjah dan kemudian
anaknya yang lain, 'Abdullah, sebagai penguasa di Qairuan.
l'ada tahun 96H/7141\f, Musa dan rombongan berangkat
meninggalkan Qairuan dan sainpai di Fusthat (l\1esir) pada
tanggal 25 Rabi'ul-A\val 96H /Desember 714l'vf. Ketika
ron1bongan tiba di Tiberia (Palestina), seorang utusan dari
Mangkuburni lstana Dan1askus, Sula.unan bin 'Abdul-Malik,
meaju1npai Musa dan_n1enyan1paikan pesan supaya rombong­
an ia dan Thariq tidak usah tergesa-gesa, agar supaya ntereka
sainpai di Damaskus pada saat Sulairnan bin 'Abdul-MaJik te­
lah resmi ,nertjadi Khalifah, karena Khalifah Al-Walid saat itu
sedang rnenderita sakit keras. Tetapi dengan pesan mi Musa
bahkan men)adi curiga dan ingin cepat-cepat sampai ke
Da.rnaskus sesuaJ dengan perintah Khalifah AI-Walid sendiri.
Tibalah Musa dan rombongan di Damaskus dalam keada­
an Khalifah Al-Walid masih hidup, tetapi sudah tidak dapat
lagi menjalankan fungsinya. Belurn sempat Musa menghadap,
Khalifah Al-Walid meninggal dunia dan kernudian diganti­
kan oleh Sulain1an bin 'Abdul-Malik.

Perlakuan kejam Khalifah Sulaiman terbadap Musa dan Thariq


Disebut-sebut oleh banyak sumber sejarah, bahwa kedua
orang panglima perang itu, Musa bin Nuseir dan Titariq bin
Ziyad, tiba kembali di Damskus dalam keadaan saJing ber­
tengkar. Disebutkan pula bahwa 1l1ariq bm Ziyad ingin ikut
memperoleh penghargaan atas jasa·jasa yang telah dibuatnya
di Andalus. Sedangkan Musa juga menghendaki hat yang
sarna, tetapi hanya terbatas untuk djrinya sendiri dan anak­
anaknya. Dikemukakan juga. bahwa sebab-sebab terjadinya
pertengkaran itu antara lain iaJah harta ghanintah. yang
sejak Ji AndaJus sudah dipertengkarlcan. Hal ini kemudian
terungkap kembaJi ketika kedua orang panglima tadi meng­
hadap Khalifah Sulaiman bin 'Abdul-Malik.
Tetapi kemalangan menimpa keduanya. Rupanya Khali­
fah Sulaiman merasa tidak perlu mempunyai hati Jagi dan
tidak memerlukan suatu a1asan apa pun, hingga begitu saja

219
menjatuhkan hukuman berat terhadap dua orang panglima
yang telah menghadiahkan wilayah Andalus kepada Dinasti
Bani Umayyah. Tidak hanya kepada bangsa Arab saja dua
orang panglima itu telah berjasa besar, tetapi bahkan
kepada agama Isla1n dan seluruh u1nat Muslimin.
Keduanya dipecat tidak dengan honnat sebagai pangJima.
Musa bin Nuseir dijebloskan ke dalam penjara dengan disertai
penghinaan yang luar biasa. Setelah dipecat Thariq tidak
memperoleh apa pun dari Khalifah, bahkan dibiarkan hidup
terlantar dan sangat melarat. Ia hanya hidup dari hasil me­
minta-minta belas kasihan orang lain. Sampai wafatnya
TI1ariq 'bin Ziyad tetap dalam keadaan sangat sengsara dan
terlunta-lunta.
Meskipun demikian Thariq bin Ziyad masih bernasib n1u­
jur, karena Musa lebih berat Iagi penderitaannya. Sebelum
wafat ia harus menyaksikan dulu kedua anaknya, 'Abdul-'A­
ziz dan 'Abdullah, yang dihukum mati di Sevilla dan Qairuan
atas perintah Khalifah Sulaiman bin 'Abdul-Malik.
Tetapi jalan sejarah tidak selalu menurut kemauan Khali­
fal1 Sulaiman bin 'Abdul-Malik. Dunia Islam tidak akan per­
nah melupakan nama kedua orang panglimanya, meskipun
ada kekurangan dan kelemahan pada diri mereka sebagai
manusia biasa. Sebaliknya, kaum Muslimin sampai kapan
pun tak akan pernah mengenang n- genang nama Sulaiman
bin 'Abdul-Malik, sekalipun i a seorang yang dalam hidup­
nya pemah menyandang gelar Khalifah.
Apakah artinya dinasti Bani Umayyah mencerca kebathil­
an kebathilan yang ada di dalam Istana Byzantium, kalau di­
dalam istana mereka sendiri terdapat kebathilan-kebathilan
yang sama? Sungguh tragis jejak langkah yang diwariskan
Mu'awiyah bin Abi Sufyan!

4. Zaman Para Penguasa Arab di Andalus


Sebagai mana telah diken1ukakan, Musa bin Nuseir dan
Thariq bin Ziyad, sejak memasuki Andalus sa.111pai mereka

280
ke1nbali ke Dan1askus, praktis telaJ1 berhasil menun­
dukan scluruh wilayah tcrsebut ke bawaJ1 pe1ncrintahan Mus­
li1nin. Oleh karena itu bagi para pcnguasa berikutnya hanya
tinggal 1ne1nantapkan daerah baru ini dan mengatur jalan­
nya pe1nerintahan serta n1e1nadamkan pe1nberontakan­
pen1bcrontakan yang rnungkin akan terjadi di sana-sini.
Masa pen1antapan · ini sebenarnya tidak terlalu banyak ma­
kan waktu. Karena orang-orang Arab tidak memaksa pen­
duduk untuk merneluk agama lslan1 1 Bagian terbesar pendu­
duk Andalus tetap 1ne1neluk aga,na mereka sernula. yaitu
Nasrc1ni.
Dalam keadaan seperti itu 1naka tidak anehlah kalau
n1asih saja banyak orang atau kelo1npok -kelon1pok rakyat
Andalus ,nenunjukkan permusuhan terhadap orang-orang
Arab, baik disebabkan dorongan agama, maupun dorongan
kebangsaan, atau kedua-duanya sekaligus.

Krisis Politik di Qairuan dan Sevilla


Jaman kekuasaan 'Abdul-'Aziz bin Musa bin Nuseir di
Andalus tidak la111a dan hanya berlangsung kurang-lebih
selruna dua tahun (95-97M). Selama dua tahun berkuasa,
'Abdul-'Aziz berusaha keras 1nernantapkan keadaan di Anda­
lus. la telah memperkuat garis pertahanan, khususnya di
se1nua gugusan yang terletak sepanjang pantai Andalus.
Bersa111aan dengan itu ia berhasil pula menguasai keadaan
di banyak kota kecil dan daerah-daerah pedesaan, yang pada
1nasa sebelu1nnya tak pernah di1nasukkan ke dalan1 adminis­
trasi pemerintahan Arab. antara lain Andalus Barat(Portugal)
dengan kota-kotanya seperti Evora, Santarem, Coirnbra dan
lain-lain. Demikian pula yang dilakukan 'Abdul-'Aziz di
sekitar daerah Malaga dan Elvira. Penundukan -penundukan
dilakukan sangat efektif oleh 'Abdul-'Aziz sampai ke Tar­
ragona, Gareona di timur-laut, kemudian ke Parnplona,
Narbonne, Teluk Lyon di pantai selatan Perancis,
Selesai se1nuanya itu, kini tibalah waktunya bagi 'Ab-

281
dul-'Aziz untuk memikirkan dirinya sendiri sebagai
seorang yang belum berkeluarga. Pada umumnya
orang Arab mengagumi kecantikan wanita Andalus, seperti
dulu mereka mengagumi kecantikan wanita Persia dan By­
zantium. Setelah melalui berbagai proses perhubungan,
akhirnya 'Abdul-'Aziz menikah dengan janda Lethtric (bekas
pennaisuri Raja Goth) bernama Achelona (Agelon, Echy­
lone). Ia seorang janda muda yang sangat cantik parasnya.
Orang Arab memanggilnya Eiluh.
'Abdul-'Aziz sangat mencintai Achelona, sehingga setelah
,nenjadi ist�rinya; Achelona dapat menguasai diri 'Abdul-'A­
ziz, lebih-lebih setelah dari perkawinannya itu memperoleh
seorang anak lelaki, yang kemudian diberi nama 'Ashim
bin 'Abdul-'Aziz. Achelona sendiri mendapat nama pangil­
an baru, Ummi 'Ashim (Bu 'Ashim). Dilihat dari sudut
lahiriyahnya, Achelona telah memeluk agama Islam. Peris­
tiwa perkawinan antara 'Abdul-'Aziz dengan Achelona,
merupakan perkawinan campuran yang pertama antara orang
Arab dan orang Sepanyol. Peristiwa ini kemudian diikuti
oleh perkawinan-perkawinan campuran lebih banyak lagi,
antara lain Ziyad bin Nabighah dengan seorang wanita
bangsawan Goth yang tetap memeluk agama Nasrani.
Tetapi kemalangan akhimya menitnpa 'Abdul-'Aziz.
Pada bulan Rajab 97H/Maret 7 I 6M, 'Abdul-' Aziz mati ter­
bunuh. Sebab-musabab kematiannya dalam sejarah dike­
mukakan dengan berbagai ungkapan. Terdapat kisah yang
mengemukakan, bahwa isterinya (Achelona) menghendaki
supaya 'Abdul-'Aziz menempatkan diri sebagai raja. Dalam
pertemuan-pertemuan resmi 'Abdul-'Aziz diminta istri­
nya supaya mau mengenakan mahkota di kepalanya dan su­
paya ia selalu duduk di atas kasur sutera yang indah. Setiap
orang yang 1nenghadap suaminya diharuskan bersembah su­
jud sejenak lebih dulu. Semuanya itu ditolak 'Abdul-'Aziz,
karena hal-hal seperti itu sama. sekali tidak lazim dan tidak
diperbolehkan agama Islam. Kecuali itu terjadi suatu keaneh­
an dalam kehidupan keluarga 'Abdul-'Aziz. Walaupun di-

282
nyatakan bahwa Achelona telah memeluk agan1a lslaan.
tetapi karena sangat cintanya kepada Achelona, 'Abdul­
·Aziz me1nbangun sebuah gereja khusus untuk istrinya di
hadapan pintu n1asjidnya sendiri. Sering sekali 'Abdul-J\ziz
bersan1a isterinya di dalan1 gereja tersebut. Se1nentara
itu ada desas-<iesus bahwa atas desakan istrinya 'Abdul-'Aziz
telah rneninggalkan agama lslatn dan memeluk agama Nas­
rani. Semua kisah itu ,valaupun tidak dapat diteri,na kebe­
narannya, tetapi sangat luas 1nenjadi buah bibir di kalangan
kaum Muslimin di Andalus.
Kecuali itu terdapat kisah lain yang mengatakan sebab
terjadinya pembunuhan ialah fanatisme kesukuan pada pihak
pe1nbunuhnya. lebih-lebih setelah terlihat 'Abdul-'Aziz
berani 1nenentang Khalifah Sulai1nan bin 'Abdul-Malik di
Damaskus yang 1nencclakakan ayahnya. Ringkasan kejadian
yang diungkapkan adalah sebagai berikut:
Setel ah Khalifaa Sulairnan bin 'Abdul-Malik menjebloskan
Musa bin Nuteir ke dalam penjara, i a mengang�at Mµham·
mad bin Yazid sebagai peng.uasa tunggal untuk seluruh Afrika
Utara dan Andalus. Setibanya Muhammad bin Yazid di
Qairuan pada tahun 97 H. datang perintal1 dari Khalifah
Sulaiman, supaya ia mengambil tindakan terhadap kelua�a
(anak-anak) Musa bin Nuseir. Di dalam perinta.J:i ini Khalifah
minta supaya keluarga J\tusa ditangkap dan lalu dihukum
seberat-beratnya. Kepada mereka harus dijatuhkan denda
masing-masing sebesar 300.000 dinar.
Bcrdasarkan perintah Khalifal1 tersebut. Muhwnmad bin
Yazid segera menangkap 'Abdullah bin �fusa (bekas penguasa
Afrika Utara) di Qairuan, lalu disiksa dan dibunuhnya. Apa
yang dilakukan Muha1n1nad bin Yazid di Qairuan didengar
oJeh 'Abdul-'Aziz di Sevilla. 'Abdul-'Aziz sangat khawatir
kalau-kalau kemalangan yang telah 1nenin1pa ayah dan
saudaranya akan rnenimpa dirinya pula. 'Abdul-'Aziz tidak
mempunyai pilihan lain, kecuali berontak terhadap Khali­
faJ1 di Damaskus. Dengan jalan 1nemilih berontak ia masih
dapat • mengharapkan lolos dari nasib seperti ayah dan sau-

283
daranya, kalau pemberontakannya berhasil. Jika ia tidak
berontak dan tetap patuh kepada Khalifah, toh ia akan di­
jebloskan ke dalam penjara, disiksa dan dibunuh. Bagi 'Ab­
dul-'Aziz memang tidak ada pilihan lain menghadapi seorang
Khalifah yang keja1n itu. Dalam hal ini sikap 'Abdul-'Aziz
memang patut dihargai.
Kernudian 'Abdul-'Aziz menyatakan dirinya tidak terikat
lagi oleh kekuasaan Khalifah di Damaskus dan Andalus
dinyatakan langsung berdiri sendiri dan berada di bawah
perintahnya. Tampaknya ia telah menghitung-hitung risiko
yang akan dihadapinya.
Mendehgar sikap 'Abdul-'Aziz yang den1ikian itu, Khali­
fah Sulaiman bin 'Abdul-r.-talik cepat-cepat mengirirnkan
perintah rahasia kepada lima orang komandan pasukan Arab
di Andalus supaya ,nembunuh 'Abdul-'Aziz bin Musa. Di
antara Hrna orang komandan itu terdapat .1-labib bin Abi
Ubaidah al-Fihri (cucu 'Uqbah yang dulu dianiaya oleh Musa
bin Nuseir), Ziyad bin Nabighah at-·ramimi dan Ziyad bin
Udzra11 al-Balawi. Setelah li1na orang komandan tersebut
mengadakan perundingan, pada kesen1patan 'Abdul-'Aziz
menunaikan shalat di masjidnya, di Sevilla, mereka menyer­
gap dengan tiba-tiba lalu 'Abdul-'Aziz dibunuhnya. Semen­
tara itu ada orang yang ,nengatakan bahwa pembunuhnya
Ziyad bin Nabighah at-Tamimi, tetapi ada juga yang menga­
takan bahwa yang langsung 1nembunuhnya Ziyad bin Udz­
rah al-Balawi.
Kisah yang kedua itulah yang dapat dipercaya dan dengan
demikian menjadi jelas, bahwa pe1nbunuhan terhadap 'Abdul­
'Aziz bin Musa di Sevilla, sama sekali bukan disebabkan
oleh n1asalah-masalah yang datang dari istrinya, Achelona,
melainkan sepenuhnya bersifat politik. Cerita tentang Ache­
Iona tainpak sengaja dibuat sedemikian rupa untuk menutupi
perintah rahasia Khalifah Sulaiman bin 'Abdul-Malik.
'Abdui-'Aziz mati terbunuh ·pada tanggal 8 Maret 716M/
97H, sedangkan tanda bukti pe1nbunuhan itu sainpai ke ta­
ngan Khalifah Sulaiman di Damaskus pada awal tahun 98H/

284
7 Sen1 te1nber 717M.
Khalifah SulaiJnan segera 1nemanggil Musa bin Nuseir yang
meringkuk di dalan1 penjara untuk 1nenghadap. Dua buah ke­
paJa korban -· Abdullah dan Abdul •Aziz diletakkan di depan
mata Musa bin Nuseir s:unbil berkata, "Tahukah engkau, si­
apa ini?". Musa bin Nuseir dengan tegas menjawab. "Ya,
saya taJ,u, mereka or.ang-orang yang selalu berpuasa di si-­
ang hari dan bershalat di 1nalan1 hari. Jika benar pe1n bunuh­
nya orang yang lebih baik dan lcbih taqwa daripada kedua
orang ini, biarlah laknat Allah jatuh atas keduanya." De·
ngan kata-katanya itu Musa bin Nuseir hendak langsung me­
nyindir Khalifah Sulaiman sendiri, yang terkenal bengis dan
gen1ar berfoya-foya.
Tidak disangsikan lagi bahwa terlaksananya pembunuh­
an terhadap 'Abdul-'Aziz di Sevilla menunjukkan betapa
kuatnya pengaruh dinasti Bani Umayyah di kalangan ,nasya­
rakat Arab di Andalus. Tetapi peristiwa itu sendiri sangat
n1ence1narkan Khalifah Sulain1an sepanjang jainan. Adapun
tentang dipertontonkannya dua huah kepaJa seorang penulis
sejarah pada jaman dahulu, AJ-Mu'arri, mengatakan di dalam
bukunya yang berjudul A11-l'l/afkh11r Tha)'l'ib (Tiupan lem­
but): "Sudah pasti. bahwa Allah Subhanahu wa Ta'ala tidak
akan 1ne1nbiarkan Sulai,nan bin Abdul-Malik terus-mene­
rus n1enikmati kekuasaan, setelah 'Abdul-'Aziz hilang ber­
sama kekuasaan dan usia 111udanya."
Musa bin Nuseir akhirnya dibebaskan dari penjara dengan
syurat han1s rnen1bayar sejumlah denda yang ditetapkan
sendiri oleh Sulaiman bin 'Abdul-Malik. Suatu jurnlah yang
tidak 1nungkin dapat dipenuhi l\-lusa bin Nuseir. Dalam peng­
hidupan yang sangat ,nenyedihkan Musa terpaksa harus
berkeliling ke 1nana-n1ana, n1en1inta-minta belas kasihan
orang lain untuk sekedar dapat rnengangsur pembayaran
denda yang dibebankan ke atas bahunya oleh seorang Khali­
fah. Sampai wafatnya di llijaz. Musa rnasih dalam keadaan
1neminta•n1inta sedekah untuk rnernbayar denda yang tak
kunjung Junas (tahun 98Ji/716-7 l 7M).

285
Dengan terbunuhnya 'Abdul-'Aziz dalam kedutlukan se­
bagai seorang penguasa Andalus, negeri ini menjadi goncang
dan terjadi kemacetan di berbagai bidang pe,nerintahan.
Selama enam bulan Andalus tanpa penguasa. Kaum Musli­
min di AndaJus dalam keadaan sangat terombang-am­
bing oleh berbagai macam desas-desus politik dan berita­
beri ta fitnah. l\1uhammad bin Yazid yang diangkat oleh
Khalifah Sulaiman sebagai penguasa tunggal untuk seluruh
Afrika Utara dan Andalus, ternyata di Qairuan tidak mrunpu
bertindak cepat 1nengatasi keadaan. Mungkin ia masih bangga
atas kesetiaannya kepada Khalifah Sulaiinan dengan melak­
sanakan perintah pernbunuhan 'Abdullah bin Musa. Tetapi
apa pun· yang terjadi di kalangan atas, penduduk Andalus
tidak dapat terus-menerus tanpa pimpinan.
Akhimya mereka berani dan sanggup mengajukan serta
memilih sendiri calon pemiinpinnya. Kali ini pilihan merc­
ka jatuh kepada Ayyub bin liabib al-Lakhmi. Ayyub seorang
yang baik budi pekertinya dan saleh serta lurus iinannya.
Pertama-tama Ayyub diminta penduduk Muslimin supaya
bertindak selaku imam di dalam shalat-shalat jama'al1. Tetapi
lama-kelamaan Ayyub disetujui dengan bulat untuk bertin­
dak sebagai kepala pemerintahan.
Diajukannya Ayyub sebagai penguasa oleh penduduk Mus­
limin, seolah-olah tampak berdasarkan hak waris, karena
Ayyub sendiri seorang putra kakak perempuan Musa bin
Nuseir. (Sebuah kota kecil di Andalus yang bernaina Catala­
yud betasal dari bahsa Arab ."Qal'at Ayyub" yang berarti
"benteng Ayyub". Kota dan benteng Catalayud terletak kl.
7 5 km di sebelah barat-daya kota Saragossa).
Masa pemerintahan Ayyub hanya berlangsung selama
enam bulan� Tetapi jika dihitung sejak wafatnya 'Abdul­
'Aziz sampai datangnya penguasa baru yang diangkat Mu­
hammad bin Yazid di Qairuan, A l H - ur bin 'Abdur-Rahman
ats-Tsaqafi, ternyata lebih dari enam bulan, yaitu kira-kira
satu setengah tahun.
Sudah dapat diduga bahwa Khalifah Sulaiman tidak

286
akan rela melihat Ayyub menjadi penguasa Andalus, karena
Ayyub masih tennasuk anggota keluarga Musa bin Nuseir.
1-fal ini pun dipahami sepenuhnya oleh Muhan1mad bin Y a ­
zid di Qairuan. Penyingk.iran Ayyub harus dilakukan. karena
tindakan ini tennasuk dalan1 pola politik Khalifah Sulaiman
yang harus dilaksanakan terhadap setiap orang kerabat Musa
bin Nuseir.
Segera Ayyub diperhentikan dan kedudukannya ditempati
oleh orang pilihan Muhai11n1ad bin Yazid sendiri, Al-Hur bin
'Abdur-Rahman ats-Tsaqafi. Al-Hur tiba di Andalus pada per­
mulaan tahun 98H/716M. Tetapi sebelu1n itu Ayyub telah
bersepakat dengan kaum r-.1uslin1in Andalus untuk memindah­
kan ibukota dari Sevilla ke Kordoba, karena kota Kordoba di­
pandangnya lebih tepat daripada Sevilla. Lebih-lebih Kordoba
merupakan kota lalu-lintas kafilah yang membawa barang­
barang dagangan. Tetapi pelaksanaan pe1nindahan ibukota
baru dapat dilakukan pada jaman kekuasaan Al-ltur.

Pemberontakan Orang-orang Sepanyol.


Sejak Andalus seluruhnya jatuh ke tangan kau1n Musli­
min Arab, orang Sepanyol yang pertan1a kali n1engorganisir
perlawanan terhadap kekuasaan orang-orang Arab, ialah se­
orang bekas perwira Goth, ben1ama Pelayo. Ia berasal dari
Astories yang terletak di daerah pegunungan Galicia. Di
daerah Galicia orang-orang Nasrani n1elancarkan pernberon­
takan terhadap wakil Al-I-fur dan ke1nudian mengusimya
dari sana. Ini terjadi pada tahun keenarn sejak jatuhnya
Galicia ke tangan orang Arab.
Pada rnasa pernerintahan 'Abdul-'Aziz. rnclalui Eiluh (is­
tri 'Abdul-'Aziz) Pelayo pemah berusaha ,nendapatkan per­
syaratan-persyaratan baru yang lebih ringan dari pe1nerin­
tahan Arab. Eiluh tidak dapat n1embantunya dan hanya
1nenyarankan, sebaiknya Pelayo menyingkir saja berswna
teman-tc1nannya yang tidak seberapa banyak ke daerah
pegunungan Galicia. Di daerah itu Pelayo dan kawan-kawan-
nya dapat hidup sebagai orang-orang merdeka tanpa harus
memenuhi persyaratan-persyaratan yang ditetapkan oleh
pemerintahan Arab.
Pegunungan Galicia adalah sebuah te1npat yang sangat
jauh dari pengawasan pemerintah pusat di Sevilla. Sela1na
pemerintahan 'Abdul-'Aziz dan kemudian pada jaman pe1ne­
rintahan Ayyub, Pelayo tinggal bersama kawan-kawannya
di daerah Galicia dan tidak melakukan kegiatan politik.
Pada masa itu orang-orang Sepanyol yang beragama Nasrani
menikmati perlakuan adil dari pemerintahan Arab, khusus­
nya dari kebijaksanaan-kebijaksanaan yang dite1npuh 'Abdul­
'Aziz dan Ayyub. Lain halnya pada jantan Al-Hur. Ia seorang
penguasa yang amat keras memaksakan kemauannya. la
mengubah semua kebijaksanaan politik yang sebelumnya
telah dilaksanakan oleh 'Abdul-'Aziz dan Ayyub. Perubahan
itu terjadi pada saat Pelayo dan kawan-kawannya telah
berada di pegunungan Astories di daerah Galicia, Sebuah
tempat yang belum pernah dijamah oleh pasukan Musli.Jnin,
karena sangat sulitnya jalan yang harus dilalui. Dari tempat
itulah untuk pertama kali terjadi seorang penguasa Arab d i ­
usir dari daerah kekuasaannya.
Sebenarnya Galicia bukan sekedar menjadi tempat pemu­
kiman Pelayo dan kawan-kawannya, tapi saat itu sudah n1en­
jadi tempat pemusatan pasukan anti-Arab yang datang dari
berbagai negeri Eropa. lni tidak mengherankan, karena Gali­
cia merupakan sebuah tempat yang sangat strategis untuk
penerimaan bantuan pasukan maupun senjata, yang dida­
tangkan dari belakang pegunungan Pirenia yang terletak di
barat laut Sepanyol. Pada waktu pemerintah Al-Hur berge­
rak menumpas pemberontakan Pelayo, ternyata banyak
jenis barang dan senjata yang dirampas berasal dari luar
Sepanyol. Jtimlah perbekalan dan senjata betul-betul di
luar dugaan pasukan Muslimjn. Semuanya terbukti bukan
buatan Galicia dan bukan pula dibuat dari bahan-bahan
yang berada di Galicia, melainkan sebagian besar buatan
Perancis, Italia dan Berber Jennania yang bennukisn di be-

288
lakang Sungai Rhein.
Al-I-fur betul-bctul sangat sibuk menghadapi pemberon,
takan Pelayo yang 1ncletus pada tahun 7 I 8M/ I OOlf dan
ten1yata ia cukup 1nampu 1nenu1npasnya. Tetapi dengan
kekalahannya itu pasukan-pasukan Eropa tidak tinggal ber­
topang dagu. Mereka kalah perang, tetapi n1asih 1ne1npunyai
sernangat perlawanan yang cukup tinggi. l\tlereka bertekad
menyusun kekuatan ke1n-bali, guna 1nengusir orang Arab
dari Andalus. tv1ereka 1nemperoleh bantuan 1noril dan 1nateriil
dari Perancis dan Italia (Ro1na).
Dari pernberontakan dan pertempuran-perte1npuran yang
seru di Galicia, para penulis Barat 1nengetengahkan suatu
kisah peperangan yang berju<lul (':ovadonica. yang antara
lain 1nenge1nukakan 1nunculnya Bunda t1aria di tengah­
tengah pasukan Sepanyol. Konon sehabis pertempuran,
Pelayo di sebuah tempat mengangkat diri sebagai raja dan
mendirikan sebuah kota yang diberi nama ''Oubeith".
Al-Hur sen<liri 1nasih tetap menjadi penguasa Andalus
srunpai bulan Ramadan tahun I OOH/ April 719M, (selama
kl. 2 tahun 8 bulan).

Pertcmpuran di Belakang Pegunungan Pirenia


Pada tahun 7 I 9M/ !OOH, AJ-1-Iur bin 'Abdur-Ralunan
ats-Tsaqafi digantikan Sainah bin Malik al-KJ1ulani sebagai
pe1negang kckuasaan dinasti Un1ayyah di daerah Andalus.
Di bawah pe1nerintahan Samah, orang Arab 1ne1nulai gerakan­
gerakan 1niliten1ya ke1nbali dan 1nereka berhasil melintasi
pegunungan Pirenia. Berdasarkan pengala1nan ketika meng­
hadapi pe1nberontakan Pelayo. daerah ini dipandang oleh
pe1nerintahan Arab di Andalus sebagai daerah yang sangat
111enganca1n keselainatan kau1n Musli1nin dan keainanan wi­
layah An<lalus. Pada jan1an Thariq bin Ziyad clan tvtusa bin
Nuseir, daerah ini seakan-akan dianggap sebagai daerah yang
tidak mempunyai arti politik dan 1niliter. Bahkan hai11pir se­
mua orang Arab di Andalus menganggap pegunungan Pi-

289
renia dengan sendirinya tennasuk wilayah negeri An­
dalus. Karena dilihat dari sudut geografi, bahasa pendu­
duknya, adat-istiadat, tradisi yang hidup dan suasana kehi­
dupan politiknya, hampir tidak ada bedanya dengan daerah­
daerah Andalus lainnya. Padahal sebenamya daerah pe­
gunungan Pirenia tennasuk bagian wilayah Perancis.
Ada tiga hal yang mendorong orang Arab d i Andalus berge­
rak memasuki wilayah Perancis itu. Pertama, tekad dan sema­
ngat yang tinggi untuk n1enyebarluaskan aga1na Islan1. Kedua.
membela dan mempertahankan Islam dan wilayah kaum
Muslimin. Ketiga, untuk mengamankan daerah Andalus dari
kemungkinan serangan orang-orang Eropa melalui daerah
pegunungan Pirenia.
Apabila suatu negara ingin kedaulatan dan keamanan
perbatasannya terpelil1ara, negara itu harus mengulurkan
tangan persahabatan kepada negara tetangganya atau meluas­
kan pengaruh di kalangan penduduk negeri-negeri sekitamya.
Karena hanya dengan cara demikian negara atau bangsa itu
akan mungkin terhindar dari subversi dan perembesan yang
sangat membahayakan keselamatannya.
Pada 1nasa itu, golongan-golongan penduduk yang ber­
mukim di bagian barat-daya Eropa sedang memperoleh
dorongan-dorongan dari Roma untuk melawan pernerintahan
Arab di Andalus. lni tidak 1nengherankan, karena Roma
ketika itu praktis sama artinya dengan Byzantiu1n. Oleh
karena itu bagi orang Arab di Andalus tak bisa lain terpaksa
harus 1nemukul kekuatan-kekuatan yang sedang bersatu
dan berhimpun di daerah sek1tar perbatasannya sebelum ke­
kuatan itu sempat menyerbu negerinya dan n1engoyak­
ngoyak kedaulatannya. ltulah sebabnya mengapa gerakan
pasukan-pasllkan Arab yang me1nasuki wilayah Perancis
hanya bertujuan 1nenghancurkan dan n1engobrak-abrik,
bukan untuk mendudukinya secara tetap.

290
Pasukan Muslimin Arab Masuk ke Perancis
Dala1n gerakan ,niliter memasuki wilayah Perancis. pasu­
kan-pasukan Arab mengambil jalan ke ti1nur. 111enyclusuri
pantai kemudian berbelok ke daerah-<laerah bagian tiinur
pegunungan Pirenia, dan dari sini niereka sa1npai ke Narbon­
ne. Di Narbonne pasukan Muslin1in dibagi menjadi dua. Se­
bagian ,nenuju kc arah ti1nur, ke kota Avignon. lalu naik dan
1nenyeberangi Sungai Rhone ken1udian 1ne111asuki daerah-da­
erah utara kota Lyon. Yang sebagian lainnya n1enuju ke uta­
ra, ke kota Toulouse. Kecuali pasukan �luslimin yang 1ne­
ne1npuh jalan di sebelah tiinur itu, terdapat pasukan lainnya
lagi yang diberangkatkan dari Saragossa n1enuju Perancis, le­
wat Colahorra dan Pa1nplona, lalu n1elintasi bagian barat bu­
kit-bukit pegunungan Pirenia. Dari sini pasukan itu hendak
langsung ,nenuju Bordeaux dan Poi tiers.

Samah bin Malik al-Khulani


Baiklah kita ke1nbali sejenak n1engetengah.kan perkem­
bangan di istana 0amskus. Pad a bulan Shafar 99 H/Oktober
717M, Khalifah Sulaiman bin 'Abdul-Malik meninggal dunia
ke,nudian diganti.kan 'U1nar bin 'Abdut-·Aziz bin Mar­
wan, yaitu putra paman Sulaiman bin 'Abdul-t\1alik. Ketika
itu Muha1nmad bin Yazid masil1 memangku jabatan sebagai
penguasa Afrika Utara. KJ1alifah yang baru, 'Umar bin Ab­
dul-'Aziz, 1nengarnbil keputusan untuk 1ne1nperhentikan Mu­
ha1111nad bin Yazid dan 1nenggantikannya dengan ls1nail
bin 'Abdullah bin 'Abul-Muhajir. Ismail adalah bekas ha,nba
sahaya yang din1erdekakan Bani Makhzum. Khalifah 'U1nar
me1nandang Ismail sebagai orang yang saleh dan jujur dalam
pekerjaan mengumpulkan pajak sebagaimana mestinya.
Tentang tugasnya itu lstnail pernah menyatakan sumpah
setia di hadapan almarhun1 Khalifah Sulaiman bin 'Abdul­
Mal'ik. Rupanya sumpah setianya itu menarik perhatian
Khalifah yang baru, 'Umar bin 'Abdul-'Aziz. Oleh karena itu
ia lalu diangkat sebagai pejabat penting yang dapat dipercaya.

291
Bersa,naan dengan pengangkatan Ismail sebagai penguasa
Afrika Utara, dikokohkan pula kedudukan Sarnah bin Malik
al-Khulani sebagai penguasa Andalus. Sa,nah adalah orang
yang ikut hadir di hadapan Khalifah Sulain1an alrnarhum,
ketika Ismail menyatakan sumpah setianya.
Ismail tiba di Qairuan pada tahun I 00 Ii. Ia seorang yang
baik budi pekertinya. Sisa orang-orang Berber di Afrika
Utara yang belum 1nen1eluk agama Islam, di bawah pe1nerin­
tahan ls1nail, semuanya menyatakan kesediaan untuk me1ne­
luk agama yang baru itu. Isn1ail inilah yang 1nengajar orang
Berber di Afrika Utara mengenal halal dan haram. Khalifah
'Umar mengikut-sertakan sepuluh orang dari angkatan se­
telah Nabi s.a.w. ke dalam rombongan Ismail, untuk rne­
nyelenggarakan pendidikan agama di kalangan penduduk
Afrika Utara.
Pada tahun itu juga tiba pula Samah bin Malik di Andalus
dari Qairuan, yakni setelah beberapa tahun Andalus menjadi
daerah Muslirnin. Samah tiba pada waktu Andalus belum
sepenuhnya mantap. Masih sering terjadi rongrongan-rong­
rongan dari pihak orang-orang Goth. Meskipun begitu, Sarnah
dalam surat jawabannya kepada Khalifah di Da1naskus
mengatakan, "J umlah kaum Muslimin di Andalus cukup
besar dan tersebar di semua daerah. Oleh karena itu tidak
ada alasan untuk mengkhawatirkan kehidupan n1ereka.''
J awaban Samah tampaknya n1eyakinkan Khalifah 'Umar.
Khalifah ketnudian mengambil keputusan untuk metnisah­
kan daerah Andalus dari administrasi pernerintahan di Afrika
Utara. Kini Andalus langsung berada di bawah pe,nerintahan
pusat di Damskus dan tidak lagi berada di bawah administrasi
pemerintahan Afrika Utara.
Khalifah 'Umar lalu memerintahkan Samah supaya menga­
dakan kegiatan-kegiatan pemulihan di daerah Andalus.
Oleh Samah perintah tersebut cilaksanakan dengan baik.
Antara lain pemulihan jembatan Sungai Guadalquivir, yang
dahulu dibangun oleh penguasa Rumawi, tetapi ke1nudian
rusak; melaksanakan perubahan politik hukum tanah b e r -

292
dasarkan · huku1n Islam atas tanah-tanah bekas ntilik n1usuh;
111en1bangun pcmaka,nan yang terkenal. di Rabd ;.rnembangun
n1asjid-1nasjid dan lain-lain. Kecuali itu Khalifah 'Umar juga
1nen1erintahkan supaya perjuangan suci ,nenyebar-luaskan
agan1a lslant dilanjutkan. Se1nua itu dilaksanakan Samah.

Dinasti Merovee di Perancis, Pep.in d'Herstal dan Charles Martel

Sejak pennulaan abad ke-51\1. Perancis diperintah oleh


dinasti Merovee. Tetapi pada waktu kau,n Muslin1in Arab
dan Berber masuk ke Andalus, dinasti tersebut dalam ke­
adaan le1nah sekali. Walaupun res1ninya dinasti Merovee ,na­
sih berdiri. na,nun kekuasaan pe,nerintahan sepenuhnya be­
rada di tangan ,nenteri-menterinya secara turun-te1nurun.
Menteri-menteri inilah yang sebenamya berkuasa di istana
dan bukannya Raja Perancis. Pada 1nasa itu seorang ntenteri
besar berkuasa penuh di Perancis bemama Pepin d'Herstal
dengan kekuasaannya dapat 1ne1naksakan kebijaksanaannya
kepada istana Austrasie pada tahun 679 M. Kemudian ia
melancarkan peperangan terhadap Kerajaan Noustria dan
berhasil ,nerampas kekuasaan istana kerajaan itu pada tahun
687 M. la juga 1nenyerang suku-suku Germania. Tetapi
di kemudian hari ia tidak lagi me1naksakan pajak atas pendu­
duk Noustria. Rupanya cukuplah kalau penduduk Austrasie
saja yang harus tetap membayar pajak.
Pepin d 'I Ierital 1ne1npunyai seorang gundik yang kemudi­
an 1nelahirkan anak lelaki (686M) dan diberi nan1a Charles.
Pepin n1eninggal dunia pad a tahun 714M, yaitu ketika
orang-orang Arab telah berhasil 1uenguasai Andalus. la di­
gantikan anaknya, Charles, sebagai Menteri Besar Merovee,
dan seperti ayahnya ia me1naksakan pajak kepada penduduk
Austrasie. 1·idak la,na kemudian Charles menggerakkan pe­
perangan untuk 1nenguasai kembali Noustria. Diserangnya
pula suku-suku Sakson, orang-orang Frisia dan Jerman.
Tetapi nan1anya belurn menjadi tersohor seperti setelah
peperangan melawan pasukan-pasukan Arab di Poitiers.

293
Setelah Kerajaan Merovee 1nencapai puncak ke1nerosotan­
nya, bangsawan-bangsawan Perancis, tennasuk Charles,
mengangkat dirinya n1asing-masing sebagai raja-raja kecil
yang rnerdeka atau setengah merdeka. di pelbagai daerah
atau propinsi Perancis. Di antara mereka ialah Euds yang
menguasai propinsi Aquitania dan menjadikan kota Toulouse
sebagai ibu-kota kerajaan kecilnya. Raja-raja Merovee sendiri
selalu bertengkar satu sama lain. di samping bertengkar
dengan menteri-menteri yang berkuasa di istana. Antara yang
satu dengan lainnya saling berebut kekuasaan dan keunggul­
an.

Samah bin Malik menyerang Perancis


Dengan membawa pasukan lvluslirnin yang cukup besar
jumlahnya Samah melancarkan gerakan militer untuk
merebut dan menguasai Narbonne. Kota ini ken1udian ber­
hasil diduduki, tetapi akhirnya ia terpaksa mundur ken1bali
karena serangan dari pihak Perancis yang sangat gencar.
Pada tahun 102H/72 l M, Samah melancarkan serangan kem­
bali terhadap kota Narbonne. Serangan kedua ini berhasil
dan Narbonne diduduki, dijadikan tempat pen1usatan pasuk­
an dan perbekalan perang. Dari Narbonne Sarnah bin lvlalik
langsung menuju ke Toulouse. Kota ini dikepung rapat­
rapat dan dihujani tembakan-tembakan nzanjaniq (catapult,
jenis senjata kuno yang tlapat melepaskan gumpalan-gumpal­
an api dll.). Euds mengetahui hal ini ketika ia sedang berada
di daerah utara. Segera ia menuju ke selatan untuk memper­
tahankan ibukotanya dengan pasukan yang sangat besar ter­
diri dari orang-orang Perancis dan Jer,nan. Pada 1nulanya
pasukan-pasukan Muslimin berhasil memenangkan perte1n­
puran-pertempuran. Setelah terhenti beberapa waktu, per­
tempuran berkobar kembali dengan hebatnya mulai tanggal
10 Juni 721M/9 Dzulhijjah 102H, di kota Toulouse dan se­
kitamya. Samah send1n gugur aalam pertempuran ini.
Dengan gugumya Samah pasukan-pasukan Muslirnin men-

294
jadi goncang dan kacau-balau, kemudian dapat dipukul
1nundt..ir. bahkan dihancurkan oleh pasukan-pasukan Eropa.
Tetapi 1nujur. karcna masih ada seorang komandan pasukan
Arab yang dengan kebijaksanaan. kesanggupan dan kebera­
niannya berhasil lolos bersama anak buahnya yang rnasih
tinggal. la tiba ke1nbali di daerah Andalus dengan sela1nat.
Kornandan itu ialah 'Apdur-Rahman al-Ghafiqi. Toulouse
tcrlepas ke1nbali dari pasukan Arab, tetapi Narbonne masih
tetap menjadi te1npat pemusatan pasukan Musli1nin untuk
1nenghad api Perancis. Masa pe1nerintahan Samah hanya 2
tahun 8 bulan.

Lain Penguasa, Lain Lagi Kebijaksanaannya


Barangkali sud ah menjadi ciri ja1nan pada masa itu, banyak
negara di 1nana-1nana tidak diperintah berdasarkan hukum
atau perun<lang-undangan, tetapi sernata-mata hanya bergan­
tung pada kekuasaan yang ada di tangan seorang penguasa.
Ini tidak hanya berlaku di kalangan bangsa Arab saja, tetapi
juga berlaku pada ha.inpir semua bangsa di dunia. Oleh kare­
nanya apabila tcrjadi pergantian penguasa, berganti pulalah
kebijaksanaan yang diten1puhnya. Sebagai konsekuensinya
sudah tentu tidak bisa lain kecuali dua ken1ungkinan: Se­
orang penguasa dapat dipuja-puja oleh penduduk dan bawah­
annya apabila kekuasaannya dapat mendatangkan kernasla­
hatan umurn. Sebaliknya ia akan rnenjadi sasaran teror apa­
bila kekuasaannya banyak mendatangkan kemudaratan.
Samah telah gugur dala1n perte1npuran melawan Euds
di Toulouse, sedangkan ls1na'il bin Abul-Muhajir, penguasa
Afrika Utara, tan1paknya tidak disenangi Iagi oleh anggota­
anggota dinasti Bani Urnayyah di Dan1askus. Ia harus diper­
hentikan dan diganti dengan orang lain yang berhasil rnerebut
hati istana Da,naskus. Kali ini istana tidak saja 1nengangkat
Yazid bin Abi Muslim sebagai penguasa Afrika Utara tetapi
juga sekaligus diserahi kekuasaan atas Maroko.
Yazid bin Abi Muslitnin adalah bekas han1ba sahaya yang

295
din1erdekakan oleh Al-l·lajjaj bin Yusuf. Yazid pernah 1nenja­
bat kepala kepolisian dan pemah juga 1nenjadi kepala pe1nu­
ngutan pajak di daerah Iraq. Dala1n 1nenjalankan tugasnya
ia n1endapat penilaian baik. Oleh karena itu walaupun
bekas tuannya (Al-Hajjaj) telah ,neninggal dunia, ia tetap
diakui kebaikan kerjanya oleh Khalifah Sulain1an. Tetapi
Yazid bin Abi Muslimin tidak selamanya berbintang terang.
Pada jaman Khalifah 'Umar bin 'Abdul-'Aziz, ia dilernparkan
ke dalam penjara berdasarkan pengaduan orang banyak yang
;nenyaksikan kekejaman Al-Hajjaj dan pembantu-pembantu­
nya di ,nasa·lalu. Yazid dipandang sebagai seorang yang harus
ikut memikul tanggungjawab atas tindakan-tindakan Al­
l{ajjaj.
Tetapi kemudian Yazid naik ke1nbali bintangnya, ketika
Khalifah 'Umar wafat clan diganti oleh Khalifah Yazid
bin 'Abdul-Malik. Kini dua orang Yazid hatinya saling berte-
1nu. Oleh Khalifah, Yazid bin Abi Muslim dibebaskan dari
penjara dan diangkat sebagai pemegang kekuasaan dinasti
Bani Umayyah di Afrika Utara dan Maroko. Tibalah Yazid
bin Abi Muslin1 di Qairuan pada tahun 101 H. Tetapi belun1
sempat berbuat banyak, ia meninggal dunia pada pennula­
an tahun 103H/721M.
Di Andalus, sepeninggal Samah, kekuasaan pemerintahan
untuk sementara di pegang oleh 'Abdur-Rahn1an al-Ghafiqi,
seorang bekas komandan pasukan yang bersama anak buah­
nya berhasil lolos dari pukulan balatentara Euds di Toulouse.
Ia me1negang kekuasaan di Andalus sampai tibanya pengu­
asa resmi yang diangkat oleh Da1naskus, Anbah bin Sukheim
al-Kalbi, pada tahun 103 H. Pada tahun itu juga Yazid bin
Abi Muslhn tiba di Qairuan.

Yazid bin Abi Muslim Mati Terbunuh


Di Afrika Utara Yazid bin Abi Muslim terpaksa harus 1ne­
ngulang kembali bintangnya yang pernah pudar dan kali
ini untuk selama-lamanya. Cara ia memerintah tidak berbe-

296
da dengan bekas tuannya dahulu di Iraq, AJ-Hajjaj. Keras
dan bengis. la 1ne1nperlakukan orang Berber sangat buruk
dan menyakitkan hati. Bahkan karena keterlaluannya ia hen­
dak 1nengenakan pajak terhadap 1nereka yang telah n1e1neluk
aga,na )shun. Ia 1nelarang Musli1nin Berber yang datang dari
luar Qairuan berte1npat tinggal di kota itu. Tetapi di samping
itu ia 1ne1nbentuk pasukan penga,val yang terdiri dari orang­
orang Berber. la n1enin1-niru istana Byzantium, yang n1eng­
haruskan setiap anggota pengawaJ istana mencantu,nkan na-
1na di bahu sebelah kanan dan tanda tugas di bahu sebelah
kiri. Orang Berber yang 1nerasa sangat dilukai perasaannya
ke,nudian bersepakat untuk 1nen1bunuhnya. Yazid bin Abi
Muslhn 1nati terbunuh di Qairuan, hanya satu setengah bulan
sejak kedatangannya.

Perencana Pe,nbunuhan Yazid Dibunuh


Khalifah Yazid bin Abdul-Malik di Da1naskus sangat ter­
kejut 1nendengar berita terbunuhnya Yazid bin Abi Muslim.
Ia 1nenganggap pe1nbunuhan itu akibat fanatisme kesukuan ,
yang apabila dibiarkan akan 1nenjalar sampai ke Maroko
dan Andalus. Segera K11alifah mengiri1nkan perintah kepada
penguasa di Mesir, Bisyr bin Shafwan, supaya mengambil
tindakan terhadap para pembunuh Yazid bin Abi Muslim.
Seterirnanya perintah dari K11alifah, Bisyr segera berangkat
ke Qairuan dan menunjuk adiknya, Handhalah, sebagai
pe1nangku jabatan penguasa Mesir. Akhimya terbongkarlah
kasus pe1nbunuhan terhadap Yazid bin Abi Musli1n, dan ter­
nyata bahwa perencana 1nakar tidak lain adalah salah seorang
keluarga Musa bin Nuseir. Dalam hal ini Khalid bin Abi
Habib al-Quraysi menjadi salah seorang saksi. Selesai pengu­
sutan, atas persetujuan Khalifah di Damaskus, diperintahkan­
lah pelaksanaan hukuman mati terhadap perencana 1nakar,
yaitu anggota keluarga Musa bin Nuseir, bekas penguasa
Afrika Utara dan bekas panglima pasukan Muslimin Arab
di Andalus.

297
Selesai kasus pembunuhan Yazid bin Abi Muslim, Bisyr
sebagai penguasa Afrika Utara dan Andalus n1engukuh­
kan Anbah bin Sukhein1 sebagai penguasa Andalus. Khalifah
Yazid bin •Abdul-Malik wafat pada tahun 105H/724M.
Sebagai penggantinya diangkatlah Hisyam bin 'Abdul-Malik.
Kemudian f-lisyam mengukuhkan Bisyr sebagai penguasa
Afrika Utara dan Andalus. Setelah pengangkatan resminya
sebagai penguasa Afrika Utara dan Andalus, Bisyr sekali
lagi memperkuat pengukuhan yang telah diberikan kepada
Anbah bin Sukheim sebagai penguasa Andalus, antara lain
dengan pertimbangan keberhasilan Anbah dalam usaha me-
1nantapkan situasi di Andalus.

Anbah Menaklukkan Carca�onne di Perancis


Pada akhir tahun l05 H/724M, Anbah rnengerahkan pa­
sukan dalam jumlah yang sangat besar, langsung di bawah
pimpinannya sendiri, menuju ke wilayah Perancis melalui
pegunungan Pirenia. Seperti yang sudah-sudah, semua pasu­
kan, persenjataan dan perbekalan lainnya, dipusatkan di kota
Narbonne. Dari sini dengan membawa sebagian pasukannya,
Anbah menuju ke arah barat, ke kota Carcassonne, yang
terletak di lembah Sungai Euds ( 106H). Kota ini dikepung
rapat-rapat sampai penduduknya menyerah dan minta
dijamin keselamatannya. Permintaan ini diterin1a oleh Anbah
dengan syarat sebagai berikut.
I. Separuh dari seluruh tanah garapan di kota tersebut harus
dikosongkan dan diserahkan kepada pasukan Muslimin.
2. Semua tawanan perang pasukan Muslimin harus dikembali·
kan lengkap dengan senjata dan barang-barang miliknya.
3. Penduduk yang hendak tetap memeluk agama Nasrani
harus membayar Jizyah kepada pemerintah fl1usli111in
sebagai imbalan jaminan keselamatan dan kemerdekaan
mereka.

298
4. Mcreka han1s bersedia diberi status sebagai orang yang
1nenjadi tanggungan kau,n �1usli1nin (alt/11d:-dzin1111ah),
yakni 1nereka wajib ikut 1nenentang pihak-pihak yang n1e-
1nusuhi kau,n Muslirnin dan bcrsahabat dengan pihak­
pihak yang bersahabat dengan kaun1 Muslin1in.

Selesai rnenaklukkan Carcassonne, Anbah bersama pasu­


kannya ,ncnuju ke kota Ni1nes. yang terletak di sebelah
tin1ur-lau t Carcassonne, yaitu di antara dua kota Montpel­
lier dan Avignon. Nin1es berhasil diduduki tanpa ada per­
lawanan dari penduduk. Dari penduduk kota ini Anbah
1neneriina barang-barang tanggungan sebagai ja1ninan, bahwa
penduduk tidak akan 1nen1berontak, lalu dibawanya ke
Barcelona. Ke1nudian Anbah rneneruskan gerakannya ke
Outcin setelah 1nenyeberangi Sungai Rhone. Daerah Outon
terlctak di dekat Sungai Ebro dan Sungai Loire. Dari sini
Anbah n1enuju Luxeuil di dataran tinggi daerah Seonne.
Di daerah ini pasukan Musli1nin Arab 1nencapai titik terjauh
dalan1 gerakan 1niliternya me,nasuki wilayah Perancis. Semua
kota dan daerah itu diduduki tanpa banyak menghadapi
perlawanan dari penduduknya.
Ke1nudian Anbah bersa1na sebagian pasukannya kembali
ke Andalus, tetapi dalam perjalanan pulang ia gugur ketika
1nenghadapi penghadangan orang Perancis. la wafat pada
bulan Sya'ban tahun 107li/726M, setelah rnenjabat keku­
asaan di Andalus selarna 4 tahun 8 bulan.
Sepeninggal Anbah penduduk Andalus mengajukan peng­
gantinya bernama Udzrah bin 'Abdullah al-Fihri. Udzrah
tidak resn1i sebagai penguasa Andalus. Dala,n waktu semen­
tara ia hanya bertindak sebagai pelaksana hukum saja.

Kesernpatan Baik bagi Orang--0rang Yahudi dan Nasrani


Sai11bil 1nenunggu pengangkatan penguasa baru untuk
daerah Andalus, Udzrah 1nelakukan kewajiban sebagai pe­
jabat sementara. Dari Andalus disan1paikan pennintaan ke-

299
pada atasannya di Afrika Utara, Bisyr bin Shafwan, supaya
dapat segera mengangkat secara resmi seorang penguasa
baru untuk daerah Andalus. Sebagai jawaban Bisyr mengang­
kat Yahya bin Salmah al-Kalbi. Pada inasa itu Khalifal1
Yazid bin 'Abdul-Malik di Damakus sudah diganti Khalifah
llisyam bin ·Abdul-Malik.
Selama kekuasaan Yahya bin Salmah keadaan Andalus
semakin menjadi 1nantap dan di sana-sini dilaksanakan pem­
bangunan, pemulihan dan penerbitan. Yahya memerintahkan
supaya semua milik orang Yahudi dan Nasrani yang diam­
bil tanpa hak oleh Anbah, dikembalikan. Demikian pula
terhadap penduduk Arab sendiri. Mereka harus n1engembali­
kan apa pun yang menurut hukum bukan miliknya kepada
pemiliknya semula yang berhak. Pada jaman pemerintahan
Yahya orang Yahudi dan Nasrani benar-benar n1erasakan
adanya perlindungan, sehingga seolah-olah merasa kekuatan­
nya sudah dipulihkan. Tetapi ternyata kebijaksanaan Yahya
ini tidak mendapat dukungan semestinya dari segolongan
orang Arab di Andalus. la didesas-desuskan sebagai orang
yang sangat fanatik kepada sukunya yang berasal dari Yaman.
Meskipun ;a memerintah daerah Andalus selama 2 tahun
6 bulan, tetapi tidak pemah 1nelancarkan gerakan-gerakan
militer ke wilayah Perancis.

Penguasa yang sewenang-wenang Dipecat oleh Hisyam


Pada tahun 107 H, Bisyr bin Shafwan melancarkan lagi
gerakan 1:niliter ke Pulau Sisilia. Sepulangnya dari Sisilia,
Bisyr terserang penyak.it tumor di tenggorokannya, sehingga
meninggal. Sesaat sebetum meninggal ia menunjuk Nughasy
bin Qurt al-Kalbi sebagai penggantinya. Tetapi temyata
Khalifah Hisyam tidak dapat menyetujuinya. Nughasy
diperhentikan dan diangkatlah Ubaidah bin 'Abdur-Rallman
as-Silmi al-Qaisi (tahun 110 H/.728M) sebagai penguasa di
Afrika Utara. Dahulu Ubaidah seorang panglima pasukan
berkuda Mu'awiyah ketika berperang melawan 'Ali bin

300
Abi TI1alib di Shiffein.
Setibanya di Qairuan Ubai<lah ken1bali n1cngiriinkan
pasukan ke Sisilia di bawah kon1ando Al-�tustanir bin al­
l lajjab. Malanglah Mustanir. Di tengah laut angin ribut
bertiup <lengan kencangnya, sehingga perahu-perahu yang
1nengangku t pasukan terpen'tal ke pantai Tripolitania dan s e ­
bagian pasukannya 11u1ti ditelan on1bak. Ketidaksanggupan
AJ-Mustanir n1enghadapi kesukaran itu sangat 1nen1bangkit­
kan kc1narahan Ubaidah. la n1emerintahkan penguasa b a ­
wahannya di Tripolitania, Yazid bin Musli1n al-Kindi, supaya
mengirin1kan ken1bali A l M
- ustanir ke Qairuan sebagai tahan­
an yang han1s dibelcnggu. Setibanya di Qain1an AI-Mustanir
dijatuhi huku1nan ca1nbuk lalu dijebloskan ke dala1n penja­
ra. Ubaidah berbuat lebih jauh lagi. Sen1ua pejabat penting
yang dahulu diangkat 8isyr dipecat, dikenakan huku,nan
denda dan dianiaya tanpa alasan. Di antara 1nereka terdapat
seorang yang dihormati orang banyak, cerdas dan baik
tutur-katanya, ialah Abul-KJ1attar al-Husam bin Dhirar
al-Kalbi. la pen1ah diangkat oleh Bisyr sebagai penguasa
bawahannya di beberapa daerah Afrika Utara. Setelah dipe­
cat dan dianiaya oleh Ubaidah, ia segara 1nengirim surat
kepada KJ1alifah Hisya1n, 1nelaporkan apa yang telah dialami­
nya sendiri dan semua tindakan yang dilakukan Ubaidah.
Sebagai tanggapan terhadap laporan Abul-Khattar itu pada
bulan Syawwal tahun 114H/732M, Ubaidah diperhentikan
oleh Khalifah. Ubaidah berkuasa di Afrika Utara selama 4
tahun 6 bulan.

Empat kali Pergantian Penguasa dalam Waktu Empat setengah Tahun

Selan1a empat setengah tahun Ubaidah 1nenjadi penguasa


Afrika Utara, Maroko dan Andalus, telah empat kali meng­
ganti penguasa Andalus secara berturut-turut. Mereka itu
ialah 'Utsman bin Abi Tis'ah, Hudzaifah bin al-Akhwasy,
Haitsam bin Ubaid dan Muha1n1nad bin 'Abdullah al-Asyja'i.
Masa jabatan 'Ustman tidak lebih dari satu tahun ( 11 OH),

301
Haitsam bin Ubaid tiba di Andalus pada tahun 111 H/729M.
Ja berasal dari Syam, seorang yang keras kepala, kikir dan
gemar bennusuhan, sehingga para pemuka aga1na yang ter­
diri dari orang Arab dan Berber di Andalus menjadi amat
kecewa. Mereka berusaha menentangnya, tetapi sebelum
sempat bertindak mereka dijebloskan ke dala1n penjara oleh
Haitsam. Sebagian dari mereka mati di dalam penjara.
Terdapat beberapa sumber sejarah yang mengatakan
Haitsam selama berkuasa di Andalus pernah sekali rne!an­
carkan gerakan operasi pemulihan keamanan di Manosa.
Masa jabatannya hanya dua tahun lebih sedikit. la 1nening­
gal dunia di Andalus dalam kedudukannya sebagai penguasa
pada bulan Muharram tahun l 13H/731M.
Muhainmad bin •Abdullah al-Asyja'i adalah penguasa
Andalus yang diangkat Ubaidah berdasarkan pencalonan
yang diajukan sendiri oleh penduduk Muslimin Andalus.
'Abdullal1 seorang yang baik budi-pekertinya dan selama me­
megang kekuasaan selalu bertindak sebagai imam pada
shalat-shalat jama'al1.
Perlu dicatat b ahwa sebelum terjadinya pertentangan­
pertentangan golongan dan kabilah, kaum Musti1nin Andalus
bila mencalonkan seorang pemimpin, pertama-tama bukan
berdasarkan pertimbangan-pertimbangan politik. melainkan
hanya untuk bertindak sebagai iman1, melaksanakan hukum­
huku1n yang ditetapkan agan1a Islam dan sebagainya.
Tentang Hudzaifall bin al-Akhwasy, tidak banyak kebi­
jaksanaannya yang menonjol, sehingga tidak diketengahkan
dalam sumber-sumber sejarah.
Masalah lain lagi yang perlu dikemukakan ialah, ballwa
sebelum Ubaidah dipecat Khalifah l lisyam bin 'Abdul Malik,
ia merasa tidak puas terhadap kebijaksanaan Muhammad
bin •Abdullah al-Asyja•i di Andalus. 'Abdullah lalu diper­
hentikan Ubaidah dan sebagai gantinya diangkat untuk
kedua kalinya 'Abdur-Rah·man al-Ghafiqi sebagai penguasa
Andalus. Sebagaimana pernah disebutkan, ia bekas koman�
dan pasukan Muslimin yang berhasil Jolos bersama anak

302
buahnya dari serangan pasukan Euds di ·roulouse. la mulai
bekerja sebagai penguasa AnJalus paJa bulan Shafar tahun
I l 21f/750f\.l.

Gerakan Militer Kedun ke Seberang Pegunungnn Pirenia


Pada tahun I I 5 M. 'Abdur-l{alunan 1nengerahkan lagi
pasukan di bawah • ko111ando 'Utsman bin Abi Tis'ah ke
seberang pegunungun Pirenia di Perancis. 'Utsman sekaligus
diangkat pula sebagai gubemur 1niliter di Jaerah perbatasan
dengan Pcrancis. la 1neneriina perintah d:ui 'Abdur-Rahman
supaya terus-111enerus mengganggu n1usuh dengan serangan­
serangan kecil dan terpencar, s:unpai dutangnya induk pasuk­
an di garis pertahanan. 1·ugas yang dipikulkan kepada 'Uts­
n1an bukan untuk 111e1nbuka serangan-serangan frontal,
,nelainkan sekeuar penjajagan.
·rentang diri 'Utstnan selarnu berada di daerah perbatasan,
surnber-su1nber sejarah yang ditulis oleh orang-orang Barat
1nengetengahkan suatu cerita yang tan1pak dibuat-buat
sebagai berikut:
Konon dalatn satu serangan yang dilakukan olehnya ter­
hadap Perancis, 'Uts1nan mena,van seorang gadis Euds yang
sangat cantik. Lama-kela1naan ·uts1nan mencintainya lalu
,nenikahinya. Berbagai buku yang ditulis orang-orang Barat
1nenyebu t na,na gadis itu berbeda-beda: Nomeranisa, Mynin
dan La,npagee. Demikian pula nama 'Utsman. Banyak
buku n1enyebutnya Monosa, juga disebut Monoza. Ada buku
yang 1nengatakan 'Uts,nan itu orang Berber Muslim, tetapi
buku lain lagi 1nengatakan Monoza orang Arab t.tuslim.
Diceritakan lebih jauh, setelah 'Utsman tinggal bersama
isterinya, tidak lag· 1ne1npedulikan tugas-tugasnya. Ia selalu
didan1pingi ipamya, seorang Euds, yang senantiasa mengan­
ca1n 'Utsman apabila 'Utsn1an berani menggerakkan lagi
pasukannya menyerang Perancis. Cerita itu menambahkan,
bahwa setelah mendengar hal itu, 'Abdur-Rah,nan al-Ghafiqi
segera n1engirimkan utusan istin1ewa dengan tugas men1bu-

303
nuh 'Uts,nan lalu dibunuhlah ia. Tetapi buku lain mengata­
kan bahwa 'Utsn1an tidak 1nati dibunuh utusan 'Abdur-Rah­
man, tetapi mati terbunuh di dalan1 salah satu pertempuran.
Semua cerita itu tidak 1nempunyai dasar kebenaran sama
sekali. Tetapi walaupun demikian cerita itu sendiri menun­
jukkan 'Abdur-Rahman al-Ghafiqi tidak melupakan tugas
yang dipikulkan kepada ·Uts1nan, yaitu perintah untuk 1nela­
kukan penjajagan terhadap kekuatan lawan dan mengada­
kan persiapan sebelum dilancarkannya serangan umu1n
oleh pasukan Musli1nin. Yang benar ialah bahwa 'Utsman
1nati terbunuh ketika ia sedang 1nemimpin serangan-serangan
penjajagan terhadap kekuatan pasukan Euds.

Pertempuran "lstana Pahlawan" di Poitiers (Oktober 732M/I 14H)

Pertempuran "Istana Pahlawan" adalah sebutan para pe1n ·


nulis sejarah Arab untuk melukiskan perte1npuran besar
antara pasukan Muslimin Arab dan Berber ,nelawan pasukan
Perancis di Poitiers dan sekitarnya. Pukulan-pukulan yang
diderita pasukan Muslimin demikian hebatnya, dilancarkan
oleh pasukan Perancis di bawah pimpinan Charles Martel.
Demikian menentukannya pukulan itu, sehingga sejak peris­
tiwa itu pasukan Muslimin tidak dapat lagi n1elanjutkan
gerakan-gerakannya ke daerah Eropa lainnya.
Sumber-su1nber sejarah baik yang ditulis oleh orang-orang
Barat maupun oleh orang-orang Timur, tennasuk para penulis
Arab sendiri, se1nua 1nengetengahkan terjadinya suatu per­
tempuran yang sangat dahsyat dan n1engerikan. Sudah tentu
para penulis sejarah me,npunyai pandangannya masing-ma­
sing. Tetapi secara faktual sumbemya sama.
Dalatn pertempuran yang dahsyat itu terlibat langsung
'Abdur-Rahman AI-Ghafiqi sebagai panglima tertinggi pasuk­
an Muslimin di Andalus. Pada akhir tahun 732M, 'Abdur­
Rahman berangkat memimpin pasukan besar untuk melin­
tasi pegunungan Pirenia dan memasuki wilayah Perancis.
...
304
·retapi kali ini ia tidak dapat 1nenen1puh jalan yang dahulu
pernah diternpuh oleh pasukan-pasukan Sainah dan Anbah,
yaitu jalan yang din1ulai dari Barcelona ke Geronna lalu
berputar di sekitar ujung tin1ur gugusan bukit-bukit pegu­
nungan Pirenia, untuk kernudian ,nenuju ke Narbonne dan
daerah-<laerah se.kitar kota ini di bagian-bagian barat dan
ti111ur. 'Abdur-rah,nan tidak 1nenen1puh jalan tersebut,
karena ia ,nengetahui bahwa pasukan Perancis banyak sekali
yang dipusatkan di le,nbah Sungai Rhone.
·Ab<lur-l{ah1nan 1nenen1puh jalan baru yang n1e1notong
ke arah barat. la n1ene1npuh jalan lewat Saragossa lalu ber­
belok ke tirnur 1nelalui Toledo n1enuju kota Pamplona,
di daerah Navarra. la tiba di Pa1nplona pada pem1ulaan
1nusiln panas tahun itu juga. Di Pan1plona 'Abdur-Rahn1an
n1ulai 1nengatur pasukan-pasukannya untuk setiap saat
siap siaga 1nenghadapi pcrte1npuran. Dari Pa1nplona ia ber­
san1a pasukannya berangkat 1nelintasi pegunungan Pirenia
n1elalui dataran tinggi sebelah barat, 1nenyeberangi Selat
Ronsnaless n1enuju ke Bordeaux. Dalam perjalanan ke
Bordeaux, pasukan Perancis (Euds) berusaha n1emancing
peperangan terbuka, tetapi akhirnya 1nereka dapat dihancur­
kan di dataran sen1pit len1bah Dordonne yang terletak di
antara dua ,nuara Sungai Dordonne dan Sungai Varonne yang
berte1nu di sebuah teluk.
Selesai n1enghancurkan pancingan-pancingan Euds, 'Ab­
dur-Rahn1an dan pasukannya langsurig 1nenuju ke arah
Bordeaux dekat rnuara Sungai Garonne. Kota Bordeaux
dapat direbut tanpa banyak 1nen1akan korban. Lalu ia ,ne­
lanjutkan perjalanan ke utara melintasi kota Poitiers terus
ke kota Tours, 237 km sebelah selatan kota Paris. Kota
Tours n1erupakan kota pusat keaga,naan di daerah Galia.
Pena1naan 'Tours' bagi orang Arab masih n1engandung
makna dan kedudukannya semula. Karena perkataan 'tours'
berarti '1nenara-menara' rnaksudnya ialah pe,nbuatan menara­
n1enara tinggi di benteng-benteng dan gereja-gereja yang
dari dala1nnya selalu dibunyikan Ionceng.

305
Setelah pasukan Euds dihancurkan pasukan 'Abdur-Rah­
man di lembah Sungai Dordonne, mereka tidak bisa berbuat
lain, kecuaJi harus meminta bantuan dari bangsanya sendiri,
yaitu Charles yang ketika itu n1enjadi penguasa di Perancis,
walaupun antara Euds dan Charles ketika itu terdapat perti­
kaian. Dua golongan dari satu bangsa itu kemudian bersatu
1nenghadapi n1usuh bersan1a, orang Arab. Baik golongan
Charles, maupun Euds keduanya sependapat bahwa lebih
baik orang Perancis menghabiskan harta bendanya untuk
1nembiayai peperangan daripada disita orang Arab. Lebih­
lebih. karena Charles sangat khawatir negerinya akan jatuh,
1nengingat telah banyaknya kota yang direbut orang Arab,
seperti Narbonne, Pamplona, Bordeaux, Carcassonne dan
lain-lain serta banyak pula penduduknya yang mau bekerja
sama dengan orang Arab.

Pertempuran Dahsyat di Poitiers dan Sekitarnya


Charles menerima baik permintaan Euds untuk mengada­
kan kerjasama menghadapi orang Arab. Dalan1 hal ini C:har­
les n1empunyai perhitungan, bahwa di san1ping orang Arab
yang memang harus dilawan dan diusir dari Perancis, ia pun
memandang, kelernahan Euds merupakan suatu peluang
yang baik untuk ke1nudian, setelah peperangan selesai,
mengambil alih kekuasaan atas daerah-daerah Eudsa. Fakta
sejarah ternyata membenarkan perhitungan Charles.
Di satu pihak 1nemang Charles sangat khawatir kalau­
kalau orang Arab yang sudah 1nendekati daerahnya akan
melancarkan serangan-serangan, tetapi di pihak lain ia harus
pula mene1npatkan orang-orang Euds pada posisi terjepit
dalam peperangan 1nelawan orang Arab, sehingga pada waktu
peperangan selesai orang-orang Euds tidak mungkin dapat
memulihkan kembali kekuatannya. Politik merangkul sarnbil
1nernukul inilah yang dijalankan Charles terhadap Euds.
Sedangkan terhadap Arab, Charles berpegang pada suatu
garis politik yang jelas dan tegas, 1nenghancurkan Arab dan

306
n1engusirnya dari Eropa.
Charles segera 1netnobilisasi kekuatan tempumya dari
pelbagai penjuru. antara lain dari penduduk sekitar Sungai
Elbe, Rhein dan lain-lain. Se,nua kekuatan itu dikerahkan
ke Tours untuk langsung dihadapkan kepada pasukan Mus­
limin. Ketika itu pasukan Muslin1in telah 1nelewati kota
Poitiers dan 1nenuju ke utara, sehingga kesatuan-kesatuan
yang berada di d�pan sudah sangat dekat dengan Tours.
Di sinilah awal pertarungan antara pasukan 'Abdur-Rahman
dan pasukan Perancis. Di Tours pasukan Musli,nin terpukul
1nundur sa1npai ke kota Poitiers di sebelah selatan. Di Poiti­
crs pasukan 'Abdur-Ralunan bennaksud menahan serangan
pasukan Perancis yang 1ne1nbeludak dan sangat gencar.
Tcntang letak perten1puran "lstana Pahlawan" itu, Rei­
naud mengen1ukakan: Orang-orang Arab 1nenegaskan, bahwa
,nedan te,npur tersebut terletak di dala.tn kota Tours sendiri,
tetapi kata orang-orang Perancis ,nedan ten1pur itu di dalam
kota Poitiers.
Tetapi perbedaan itu pada hakikatnya mendekati persa­
maan. Karena kenyataannya perte1npuran dahsyat itu me-
1nang di1nulai di l'ours san1pai pasukan Muslirnin terpukul
,nundur ke kota Poitiers. Dan di Poitierslah kemudian terjadi
perten1puran-pertempuran yang lebih hebat lagi dan bersi­
fat 111enentukan. Letaknya yang tepat ialah di sebuah daerah
dua puluh kilometer jauhnya dari kota Poitiers di sebelah
ti1nur-laut, yaitu daerah yang sa1npai sekarang dikenal
dengan nama 1'·1usee de Bataille. dekat sebuah jalan yang
ujungnya berada di antara Poitiers dan Chartres. Adapun
na1na "Istana Pahlawan" bukan dia,nbil dari nan1a ternpat.
Tetapi ada penulis Muslin1in yang 111enulis dalan1 majalah
Al-ft111slin1un mengatakan pen1ah berkunjung ke Fosse de
Roi (Par1t Raja) yang terletak di antara kota Bers dan kota
Poitiers. Ia n1engatakan, bahwa di sana belum lama berselang
telah dite1nukan beberapa bilah pedang buatan Arab dari
penggalian. Latu ia berkesin1pulan, bahwa 'Abdur-Rahman
al-Ghafiqi gugur di sekitar ten1pat itu.

307
Jalannya Pertempuran "lstana Pahlawan"
Pertempuran-pertempuran "Istana Pahl awan" berlangsung
selama beberapa hari. Dari hari ke hari jalannya pertempuran
tidak menunjukkan keunggulan pihak Arab, bahkan makin
lama bertempur tnakin asor. Hal ini disebabkan kesalahan
sikap dan perhitungan ·Abdur-Rahtnan sebagai panglima.
Ia terlalu berlebihan menilai kesanggupan pasukannya dalam
menahan serangan-serangan Perancis. la tidak memperhi­
tungkan, bahwa pasukan Perancis jauh lebih besar jumlah­
nya . dibandingkan dengan pasukannya sendiri. Sedangkan
Charles sambil memimpin pertempuran ia terus-menerus
mengerahkan bala bantuan pasukan cadangan, sehingga
kekuatan pasukannya terus-menerus bertambah. Sebaliknya
'Abdur-Rahman, karena terlampau yakin akan kesanggup­
an pasukannya, ia tidak memandang perlu mendatangkan
bala bantuan dari belakang.
Kesalahan lain yang dilakukan oleh 'Abdur-Rahman ialah
terlampau mengandalkan kekuatan pasukan berkuda, sebagai
kekuatan pokok, sedangkan pasukan-pasukan infantrinya
ditempatkan pada posisi-posisi yang kedua dan tidak teratur
rapi sesuai dengan siasat musuh. la tidak mengira, bahwa
pasukan-pasukan Perancis yang terus-menerus bertambah
banyak, mengepung pasukan Muslimin dari empat jurusan,
kepungan yang merupakan tembok baja. Setiap barisan de­
pan Perancis habis dapat segera diganti oleh pasukan yang
telah siap siaga di belakangnya. Oleh karena itu makin
lama pasukan 'Abdur-Rahman bertempur, 1nakin habis te­
naganya, makin terjepit rapat dan makin berkurang jumlah­
nya, karena yang gugur tidak segera diganti dan yang lelah
tidak se1npat beristirahat.
Dalam posisi yang serba rulit, 'Abdur-Rahman berpikir
untuk mundur. Tetapi gerakan mundurnya harus dikamufla­
sekan dengan gerakan lain yang dapat n1emperdaya musuh.
Lalu ia membagi sisa-sisa pasukannya menjadi dua bagian.
Sebagian diijinkan rnenerobos kepungan musuh dan 1nenin g ­
galkan medan tempur, sedangkan ia sendiri akan tetap be-
308
rada di tengah-tengah bagian lainnya untuk berpura-pura
.nenyusun pertahanan baru yang lebih kuat, agar tampak
seolah-olah pasukan tvl usli1nin sedang bersiap-siap mengha­
dapi perte,npuran yang lebih besar lagi. Temyata ,nuslihat
'Abdur-Rah,nan berhasil 1nengelabui Perancis. Perancis 1ne­
ngurangi serangan-serangan gencarnya dan sibuk ,nemper­
siapkan kekuatan baru yang lebih besar lagi.
Tetapi ,nalang bagi 'Abdur-Ralunan. la sendiri gugur
pada saat ,nengatur gerak tipu-muslihat. Gugurnya 'Abdur­
Rahman sangat n1enggoncangkan semangat pasukan yang
tinggal bersa,nanya. Ken1udian ,nereka dengan caranya
n1asing-n1asing lari 1neninggalkan n1edan tempur untuk 1ne­
nyela111atkan diri tanpa pi1npinan. llal ini segera diketahui
pasukan Perancis dan mereka cepat-cepat n1engulangi serang­
an-serangan gencamya terhadap pasukan Muslimin yang
sedang kalang-kabut. Tanpa ampun lagi sebagian besar
pasukan Muslimin di1nusnahkan.
Beberapa penulis Perancis mengetengahkan, bahwa peris­
tiwa yang 111enentukan kekalahan pasukan Muslimin di
Perancis itu, terjadi pada hari Sabtu terakhir bulan Oktober
tahun 732�1, yakni antara tanggal 25-30. Tetapi agak berlain­
an dengan tanggal yang disebut oleh para penulis Arab,
yaitu antara bulan Ra,nadan dan Syawwal tahun 114H/
732M. (Akhir Ra,nadan sampai pern1ulaan Syawwal).

Akibat-akibat Logis Kekalahan Pasukan Muslimin


lbnu '1-Katsir, seorang sejarahwan Arab yang terkenal,
•nengatakan bahwa 'Abdur-Ralunan gugur bersa1na semua
pasukan yang dipin1pinnya. Tetapi sejarahwan �tuslin1in
lainnya 1nenge1nukakan, bahwa sangat banyak ju1nlah pasuk­
an Musli1nin yang gugur sebagai pahlawan dalam perte1npur·
an tersebut. Mereka yang selan1at berhasil meloloskan diri
ke Narbonne 1nelalui jalan yang tidak dilalui ketika 1nere­
ka berangkat.
Setelah pasukan Musli,nin dikalahkan di Poitiers, Charles

309
tidak meneruskan gerakan pengejarannya, karena ia khawatir
kalau-kalau mundumya pasukan fv[usli,nin itu hanya 1nus­
lihat untuk bergabung dengan induk pasukannya yang ber·
ada di dalam persembunyian. Charles berpendapat bahwa
paling tidak, negerinya sekarang telah terbebas dari ancam·
an serangan pasukan Muslimin, ,valau untuk sementara.
Kecuali itu Charles masih menghadapi musuh lain di bagian
utara negerinya yang sedang mengincar wilayah kekuasa·
a�nya. Kalau ia meneruskan pengejaran ke selatan, n1usuh­
inusuhnya dari utara akan mempergunakan kesempatan
untuk rnencaplok sebagian wilayahnya.
Kembalilah Charles ke daerahnya semula dengan mendapat
sambutan luar biasa hangatnya dari berbagai kalangan. la
1nendapat gelar "Martel" (palu) sebagai gelar keperwiraan dan
kejantanan. Gelar ini terkenal sekali di dala1n sejarah, sehing­
ga nama Charles selalu disebut lengkap dengan Charles
Martel.
Adapun pasukan Musli1nin, walaupun sudah terpukul
di Tours .dan Poitiers, tidak terus mundur sampai ke Anda­
lus. Gallia, Narbona dan daerah-daerah sekitamya masih
tetap dikuasai kaum Muslin1in dan dipertahankan. Suatu
hal tidak diragukan, dengan terpukulnya pasukan Muslimin
dalam perte1npuran "lstana Pahlawan", terhentilah sudah
usaha-usaha untuk memasuki wilayah Perancis lebih jauh lagi.
Dalam melukiskan sifat-sifat pertempuran "Istana Pah­
lawan'', para penulis Eropa tampak berlebih-lebihan. Edward
Gibbon misalnya, mengatakan: "Dengan cepat sekali berita
gembira tersebar di dunia Katholik. Para Rahib di Italia,
1nemastikan, bahwa 350.000 atau 375.000 orang Musli1nin
telah menundukkan kepalanya di bawah palu godam Char­
les Martel. Sedangkan orang-orang Nasrani dalam perte1npur­
an di Tours yang di�mbelih tidak lebih dari 150 orang saja."
Lalu Edward Gibbon merasa kecewa karena pemuka-pemu­
ka agamanya tidak mengangkat Charles Martel sebagai
orang suci, padahal ia telah menyelamatkan agama Nasrani.
Gibbon lebih jauh mengatakan, bahwa ,nereka - para pe·

310
1nuka agamanya - berhutang kepada Charles Martel dalam
menikn1ati kehidupan hari ini yang dicapai berkat ujung
pedangnya."
Kecuali itu di Perancis juga terdapat sebuah buku sekolah,
di mana dua orang pengarangnya mengemukakan: "Apakah
jadinya dunia ini jika orang Arab menang atas kita? Kita
·· orang Perancis tentu akan menjadi Muslin1in seperti
orang Aljazair dan Maroko."
Selain tulisan-tulisan yang bernada keaga.tnaan, juga
para penulis Perancis banyak berbicara tentang 1notivasi-
111otivasi yang mendorong orang Arab sa1npai 1nelintasi
pegunungan Pirenia. Katanya, benda-benda berharga yang
ada di dalam gereja-gereja Perancislal1 yang menjadi sebab
pokok masuknya orang Arab ke Perancis. Dr. Philip K.
Hitti di dalam bukunya yang berjudul History of the Arabs
atau TIie International Who's Who, mengatakan: "Yang
mendorong Hur (bin 'Abdur-Rah1nan ats-Tsaqafi) mengada­
kan pertualangan ialah keinginan hendak menguasai benda­
benda berharga yang banyak terdapat di dalam biara-biara
dan gereja di Gallia ... 'Abdur-Rahman al-Ghafiqi lalu maju.
la 1nelintasi barisan bukit pegunungan Pirenia ke,nudian
1neran1pas Bordeaux dengan kekerasan dan membakar ge­
reja-gereja yang ada. Setelah membakar gereja Basilika yang
berada di luar tembok keliling Poitiers, ia berangkat ke utara
sampai tiba di sekitar kota Tours ... Dan tidaklah diragukan,
bahwa barang-barang indah dan benda-benda berharga yang
banyak terdapat di sana, merupakan salah satu dorongan
yang menggerakkan para penakluk Arab."
Sebagai reaksi dan jawaban terhadap kesimpulan Philip
K.1-litti tersebut, Dr. 'Umar Farroukh, mahaguru sejarah
dan filsafat pada Universitas Damaskus, dalam bukunya
yang berjudul Al-Js/ar11 ,va'l-'Arab mengatakan antara lain
sebagai berikut: ,.Mengenai cerita tentang gereja-gereja
yang hancur pada jarnan yang sedang kita bicarakan sebagai
sejarah, terutama di Perancis, seharusnya dilihat atas dasar
fakta-fakta sejarah seperti di bawah ini:

.311
a) Bah wa sejun1lah gereja dan biara yang terletak di luar
kota Tours masa itu pada hakikatnya sekaligus berfungsi
sebagai benteng dan tempat perlindungan bagi pasukan
Perancis, yang dari belakangnya mereka melancarkan
serangan terhadap pasukan Arab.

b) Suku-suku Berber Germania pada jaman itu masih meme­


luk agama berhala. Peperangan selalu terjadi antara mereka
dengan 1nusuh-musuhnya yang terdiri dari orang-orang
Perancis · dan lain-lain. Suku-suku Berber Gennania ketika
itu masih mengembara di bagian Barat Eropa. Mereka
menghancurkan apa saja yang mereka jumpai, termasuk
gereJa.

c) Charles Martel sendiri, apabila menyerang daerah-daerah


lawannya atau saingannya, tidak segan-segan menghan­
curkan gereja-gereja, padahal ia sendiri pemeluk agama
Nasrani.

d) Sejarahwan-sejarahwan Eropa jam an dulu semuanya terdiri


dari rahib-rahib dan padri-padri. Oleh karena itu tidak bisa
lain, mereka pasti 1nenghitamkan orang Arab dan me­
nuduh orang Arablah yang menghancurkan gereja-gereja
dan biara-biara. Semuanya itu untuk mendapatkan du­
kungan dari pendapat umum kaum Nasrani.

e) Sejarahwan-sejarahwan Perancis bahkan banyak yang me­


ngatakan, bahwa pemah terjadi orang Arab menyerang se­
buah biara yang di dalamnya terdapat 500 orang rahib. Se­
muanya disembelih oleh orang Arab. Ini tampak suatu hal
yang sangat dibuat-buat.

Pergantian Pejabat Teras di Afrika Utara dan Andalus


Ketika Ubaidah bin 'Abdi.Jr-Rahman, penguasa wilayah
Afrika Utara dan Andalus, menerima berita tentang peris­
tiwa pertempuran "Istana Pahlawan" dan gugurnya 'Ab-

312
dur-Rahman al-Ghafiqi, ia mengangkat 'Abdul-Malik oin
Qathn bin Nufeil bin 'Abdullah al-Fihri (bulan Ramadan
114H) sebagai penguasa Andalus. 'Abdul-Malik bin Qathn
adalah seorang 9ari Kabilah Qureisy berasal Madinah. Oleh
karena identitasnya itu ia tidak disenangi oleh kepala dinasti
Bani U1nayyal1 di Damaskus. Ditan1bah lagi karena 'Abdul­
Malik orang yang buruk perangai dan sangat sewenang-we­
nang dalam mengen1udikan pemerintahan. Masa pemerintah­
annya tidak berlangsung lama, hanya dua tahun.
Pada pennulaan tahun 11 SH/733M, 'Ubaidah kembali
ke Damaskus dan 111enyampaikan laporan-laporan kepada
Khalifah 1-lisywn bin 'Abdul-tvtalik. Sesaat sebelum berang­
kat ia mengangkat 'Uqbah bin Qudda1nah an-Nujaibi sebagai
wakilnya di Afrika Utara. Setibanya di Damaskus 'Ubaidal1
menyan1paikan permohonan berhenti dari jabatannya.
Pem1ohonan itu diterima Khalifah. Lalu K.halifal1 mengang­
kat Ubaidillah, penguasa di Mesir, menggantikan Ubaidah
di Afrika Utara. Ubaidillah pernah menjadi harnba sal1aya
ke1nudian dimerdekakan oleh Bani Salul. Ia seorang kepala
pemerintahan yang cerdas dan penguasa yang tangkas. la
juga sastrawan dan ahli pidato sekaligus. Ia menguasai seja­
rah perkembangan bangsa Arab dari masa ke masa, banyak
hafal syair-syair jaman pra-Islam dan kuat sekali ingatannya
tentang berbagai peristiwa dan kejadian yang dialami bang­
sanya. Sebelum diangkat sebagai penguasa di Mesir, ia se­
orang penulis. Tidak lama kemudian ia dipindahkan ke Qa­
iruan sebagai penguasa Afrika Utara, Maroko dan Andalus.
Sebelum meninggalkan Mesir ia menunjuk anaknya sendiri,
Qasim, sebagai wakilnya di Mesir.
Ubaidillah tiba di Qairuan pada tahun 116H/734M. Setiba­
nya di Qairuan ia segera membebaskan Al-Mustanir, yang
dulu dijebloskan ke dalam penjara oleh Ubaidah karena ti­
dak mampu menanggulangi angin ribut di lautan, sehingga
mengakibatkan banyak korban pasukannya, ketika berang­
kat hendak melaksanakan tugas menyerang Sisilia. Al-Musta­
nir kemudian diangkat sebagai penguasa di Tunis. Anak

313
A l -Mustanir sendiri, Isma'il, diangkat pula sebagai penguasa
di Maroko dan Tanjah, menjadi bawahan Ubaidillah, dengan
didampingi ·u1nar bin 'Abdullah al-Muradi. Pada tahun
116H/734M, Ubaidillah metnperhentikan 'Abdul-Malik bin
Qathn dari jabatannya sebagai penguasa Andalus dan meng­
gantinya dengan 'Uqbah bin AI-Hajjaj.

Uqbah bin al-Hajjaj di Andalus.


Banyak sumber sejarah mengatakan, bahwa Ubaidillah
memperhentikan 'Abdul-Malik bin Qath bukan karena do­
rongan balas dendam atau karena alasan Iainnya yang tidak
sehat, 1nelainkan semata-mata hanya karena ingin rnenggem­
birakan 'Uqbah bin al-Hajjaj dengan suatu kekuasaan atas
sebuah daerah. Konon ,nemang tidak ada alasan sama sekali
bagi Ubaidillah untuk memperhentikan 'Abdul-Malik bin
Qathn dari kedudukannya sebagai penguasa Andalus. Yang
pasti ialah karena Ubaidillah sangat besar simpatinya kepada
'Uqbah bin al-Hajjaj. Ia sangat honnat kepadanya sampai
mendahulukan kepentingan 'Uqbah daripada kepentingan
anaknya sendiri. Dalam banyak hal, pendapat-pendapat
dan nasil1at-nasihat 'Uqbah diterima dan dilaksanakan Ubai­
dillah.
'Uqbah bin al-Hajjaj sendiri memang terkenal sebagai
orang yang berkelakuan baik, besar kasih sayangnya kepada
sesama n1anusia dan memerintah dengan adil. Pada masa
pemerintahannya di Andalus, Narbonne, Pamplona dan
daerah Elbe jatuh ke tangan kaum Muslimin Arab, kemudi­
an di kota-kota tersebut banyak ditempatkan kau1n Mus­
limin Arab dan Berber. Bahkan setelah itu Gallicia juga ja­
tuh ke tangan kau1n Muslirnin, sehingga di daerah Gallicia
tidak ada sebuah tempat pun yang tidak dikuasai pemerin­
tahan Muslimin. Hanya daerah-daerah pegunungan batu saja
yang dibiarkan, karena tidak ada penghuninya. Ia seorang
yang keras dan berani terhadap musuh-musuhnya, tetapi
juga sekaligus mempunyai sifat gemar menolong dan me-

314
1naafkan orang lain. Ia ,nemperlakukan ,nusuh yang ditawan
dengan baik sekali. Kepada 1nereka diberikan kelonggaran
untuk berpikir dan meneri1na agama Isla1n, sehingga dengan
kesadaran sendiri n1treka dapat memal1a1ni betapa salah
dan kclirunya 1nanusia yang 1nenjadi penyen1bah berhala
atau 111enjadi penye1nbah sesa1na 1nanusia. Lebih dari seribu
orang yang 1nen1asuki agama Islam di tangan 'Uqbah bin
al-1-lajjaj.

Kemajuan-kemajuan yang Dicapai 'Ubaidillah di Afrika Utara


Di bawah pe1nerintahan 'Ubaidillah, Afrika Utara dan
Maroko ,nencapai ke1najuan. Ia membangun sebuah 1nasjid
besar. Zaitunah, di Tunis, dan n1enjadikan kota Tunis sebagai
ten1pat untuk industri marititn. Kecuali itu Ubaidillah juga
1nengiri1n pasukan-pasukan kearnanan ke beberapa daerah
Maroko sa,npai ke dekat perbatasan Sudan. Pasukan-pasukan
keamanan itu berada di bawah Ko1nando 'Uqbah bin Nati',
bekas penguasa Afrika Utara. Pada 1nasa pemerintahan 'U­
baidillah, pulau Sisilia untuk kedua kalinya dimasuki pa­
sukan-pasukan Muslirnin sarnpai ke ibukotanya, Syracusa,
dan kepada penduduknya yang tidak bersedia ,nemeluk
aga1na Isla1n dikenakan wajib jizyalz.

Krisis Politik di Afrikn Utara, Maroko dan Andalus serta


Pemberontakan di Maroko
Telah dike111ukakan, pemerintahan Tanjah dipercayakan
'Ubaidillah kepada 'Umar bin 'Abdullah al-Muradi. Tetapi
sebenamya Al-Muradi bukan penguasa. Ia hanya sekedar
pegawai tinggi saja. Kebijaksanaan Al-Muradi di Tanjah ter­
nyata a1nat buruk. Ia berlebih-lebihan dala1n melaksanakan
penetapan dan pe,nungutan jizyah yang semestinya hanya
terhadap orang-orang Yahudi dan Nasrani saja. Terhadap
orang Berber yang telah me111eluk aga1na Islam, A l M
- uradi
1nemaksakan pembayaran jizyah sebesar 1/5 dari jumlal1 yang

315
biasanya diwajibkan kepada orang Yahudi dan Nasrani.
Di samping itu juga Al-Muradi memberlakukan peraturan
pajak yang telah dihapuskan terhadap semua penduduk,
yaitu peraturan-peraturan yang dahulu ditetapkan oleh para
penguasa Byzantium. 1-Ianya namanya saja diubah, tetapi
hakikatnya sama saja. Disebabkan kebijaksanaannya itulah
ia dituduh kaum Muslimin setempat dengan tuduhan-tuduhan
yang dulu pemah dituduhkan kepada AJ-Hajjaj bin Yusuf,
menteri perbendaharaan dinasti Bani Umayyah, yang mem­
bebankan pajak kepada semua kaum MusJimin bukan-Arab.
11ndakan AJ-Muradi yang sangat menyimpang itu kemudi­
an menjalar dan ditiru para penguasa di Maroko dan di dae­
rah-daerah kecil Jainnya. Penyimpangan itu rupanya didorong
oleh pe1nasukan dan pendapatan negara yang tidak lagi dapat
mencukupi keperluan belanja pemerintahan dinasti Bani U­
mayyah yang mempunyai wilayah demikian luasnya. Penyim­
pangan AJ-Muradi itu akhimya menjadi salah satu faktor bagi
timbulnya pemberontakan-pemberontakan yang dilancarkan
oleh penduduk. Faktor lainnya lagi ialah keleluasaan orang­
orang Sekte Khawarij golongan Shufriyyah dan lbadhiyyah
dalam menggerakkan mesin propagandanya. Orang-orang Ber­
ber sendiri makin hari makin menyadari perlunya membebas­
kan diri dari politik pilih kasih rasial yang dilakukan AI­
Mwadi. Perasaan jengkel dan tidak puas yang semakin me­
muncak di kalangan kaum Muslimin dan bukan-Musli1nin,
akhirnya mendorong mereka untuk bersatu dan berontak
terhadap pegawai-pegawai Ubadillah. Sedikitnya jumlah
pasukan Arab yang berada di Maroko, juga merupakan fak­
tor lain Jagi, karena pada masa itu sebagian besar sedang
bertugas di Pulau Sisilia.
Pemberontakan meletus di bawah pimpinan MaisaraJ1
al-Mudhini. Orang ini terkenal dengan panggilan "Khufeir'',
seorang Arab dari anak kabilah Mudhfirah yang berinduk
pada kabilah Al-Bitar. Kebetulan ia sendiri ketika itu ketua
kabilahnya. Ia bersama kabilahnya dan orang-orang lain
yang menjadi pendukungnya, menerima baik ajaran-ajaran

316
yang dipropagandakan Khawarij, lalu bersepakatlah me­
letuskan pemberontakan.
Pertama-ta1na 1nereka 1nenyerbu Tanjah dan berhasil
1ne1nbunuh Al-Muradi. Ke1nudian ,nereka n1engangkat
'Abdul-A 'la bin J arbaj al-Afriqi (orang berdarah Ru1nawi
dan bekas ha111ba sahaya orang Arab) sebagai penguasa di
Tanjah. Selesai di Tanjah mereka langsung menuju ke Sous,
dekat perbatasan Sudan. D i sana ,nereka membunuh lsma'il
bin Ubaidillah al-Habhab. yang dulu oleh ayahnya sendiri
diangkat sebagai penguasa bawahan di daerah tersebut.
Sclesai pe1nberontakan, Maisarah mengangkat dirinya sebagai
'A111in1/-ft.J11kn1ini11 • untuk 1nenandingi Amin1l-Mukminin
atau Khalifah yang ada di Damaskus. la mewajibkan kepada
semua pengikutnya men1pergunakan sebutan tersebut.
Seluruh Maroko dilanda bencana dan sejak peristiwa itu
kcpatuhan kepada khalifah di Damaskus tidak pernah pulih
seperti sebelumnya. Untuk 1nenanggulangi pe1nberontakan
Maisarah, Ubaidillah 1nen1erintahkan ko111andan pasukan
yang bertugas di Sisilia supaya segera ken1bali ke Maroko
bersa,na pasukannya. Tetapi ternyata Ubaidillah tidak sabar
1nenunggu kedatangan pasukan dari Sisilia. la menugaskan
Khalid bin Abi .1-labib membawa pasukan yang cukup besar
guna 1ne1nerangi Maisarah. Sebelum Khalid berangkat, tiba­
lah pasukan dari Sisilia dan kemudian digabungkan menjadi
satu.
Pasukan gabungan itu kemudian 1nenuju ke arah Syalif
dekat Tehert, di Aljazair. Pasukan yang datang dari
Sisilia di bawah pimpinan liabib berhenti di sebelah titnur
sebuah sungai, sedangkan pasukan yang dipin1pin Khalid
n1enyeberangi sungai dan mengejar pasukan Maisarah ke
arah barat. Pasukan yang mengejar dan pasukan yang di­
kejar akhirnya berhadap-hadapan di daerah dekat Tanjah.
Di sana terjadilah pertarungan antara sesruna kau,n Musli-
1nin. Pasukan Maisarah berhasil dipukul mundur dan bersa­
n1a sekelompok pengikutnya n1elarikan diri. Tetapi 1nalang
baginya, kelo,npok yang diajaknya lari ternyata berbalik

317
haluan dan di tengah perjalanan mengangkat senjata terh a ­
dap lvtaisarah sendiri. Akhimya ia dibunuh oleh pengikutnya.
Peristiwa Maisarah ini mengingatkan kita pada peristiwa
yang dialami 'Ali bin Abi Thalib,. yang diperangi dan rnati
terbunuh oleh pengikutnya sendiri, yakni kaum Khawarij
.
JUga.
Setela11 pengikut Maisarah -- Khawarij - membunuh p e ­
mimpinnya sendiri, mereka mengangkat Khalid bin Ha­
mid az-Zinati sebagai pemimpinnya. Mereka menyerang
kembali pasukan-pasukan yang dikirirnkan oleh Ubaidillah
di daerah Syalif. Dalan1 perte,npuran itu seluruh pasukan
Ubaidillah di bawah komando Khalid bin Abi Habib dihabis­
kan oleh pasukan Khawarij. Pertempuran ini dalam sejarah
di.kenal dengan nama Ghazwatul-Asyraf (pertempuran orang­
orang terhonnat), karena pasukan Khalid terdiri dari koman­
dan-komandan pengawal, prajurit-prajurit berkuda pilihan
dan prajurit-prajurit yang 1nengenakan baju besi.

Pemberontakan Menjalar ke Andalus


Sejak terjadinya pemberontakan Maisarah, seluruh Maroko
praktis tidak tunduk lagi kepada kekuasaan Ubaidillah bin
Habhab. Maroko terlepas dari kekuasaannya dan berarti
juga terlepas dari kekuasaan dinasti Bani Umayyah di Damas­
kus. Berita-berita tentang pemberontakan yang berhasil di
Mar(?kO dengan cepat sampai ke Andalus. Penduduk Mus­
limin yang terdiri dari orang-orang Berber berontak terhadap
penguasanya, 'Uqbah bin al-Hajjaj. Pemberontakan ini dipi,n­
pin 'Abdul-Malik bin Qathn, bekas penguasa Andalus yang di­
perhentikan oleh Ubaidillah. 'Uqbah bin al-Hajjaj diguling­
kan dan 'Abdul-Malik bin Qathn, atas persetujuan pengikut­
pengikutnya diangkat sebagai penguasa Andalus. Peristiwa
ini terjadi pada bulan Shafar 123H/741M.
Tentang nasib 'Uqbah terdapat berbagai catatan sejarah.
Ada yang mengatakan setelah ia digulingkan dibunuh oleh
'Abdul-Malik bin Qathn. Sebagian lagi mengatakan, 'Uqbah

318
diusir keluar dari Andalus. Tetapi ada pula yang mengatakan
'Uqbah 1nenyerahkan kekuasaan kepada 'Abdul-l\,1alik bin
Qathn Jalu bergabung dengan pasukan-pasukan Musli1nin
yang sedang 111enghadapi Perancis sa1npai gugur. Konon
ia gugur di Carcassone. Sebagian sumber lagi mengatakan,
ia gugur bersaina pasukan 'Abdur-Ralunan al-Ghafiqi di
Tours.

Krisis Politik di Afrika Utara Meningkat


Terjadinya petnberontakan di Maroko dan peristiwa
penggulingan kekuasaan di Andalus. 1nendorong banyak
daerah semakin berani 1nenentang pejabat-pejabat pe1nerin-
. tahan. Penguasa-penguasa daerah yang diangkat pemerintah
pusat Damaskus 1nakin kehilangan wibawa. Setelah pembe­
rontakan di Maroko dan Andalus, keberanian n1enentang
pe1nerintah n1eluas san1pai ke pusat pe1nerintahan di Afrika
Utara sendiri, yaitu di Qairuan. Ubaidillah bin Habhab di­
la,van penduduk dan pejabat-pejabat bawahannya. Ia dilucuti
kekuasaannya dan dicopot dari kedudukannya sebagai wakil
penguasa dinasti Bani U1nayyah di Afrika Utara.
Se,nua kejadian di Maroko, Andalus dan Qairuan me1n­
buat Khalifah Hisya1n bin 'Abdul-l\llalik di Damaskus sangat
gusar. Ia segera n1engirin1 utusan kepada Ubaidillah untuk
n1enyarnpaikan perintah supaya segera ke1nbali ke Da1naskus
menghadap khalifah. Ubaidillah 1neninggalkan Afrika Utara
pada tahun l 23H/74 l M.
Untuk 1nenu1npas pe1nberontakan-pen1berontakan yang
semakin berani dan n1eluas, Khalifah Hisyam 1nengangkat
Kultsu1n bin lyadh al-Qusyairi sebagai pengganti Ubaidillah.
Kultsu,n berangkat ke Afrika Utara disertai pasukan pendu­
kung dinasti Bani Umayyah yang terdiri dari orang-orang
Syam, berkekuatan 12.000 orang. Kecuali itu Khalifah Hi­
syain juga 1nemerintahkan para penguasa daerah yang terletak
di antara Syam dan Qairuan, supaya keluar dari daerahnya
masing-n1asing dan membawa serta pasukan yang ada di

319
daerahnya untuk bergabung dengan pasukan Kultsum. Atas
perintah· �halifah tersebut keluarlah penguasa-penguasa
Mesir, Burga dan Tripolitania Barat, masing-masing dengan
pasukannya. Jumlah pasukan seluruhnya menjadi 30.000
orang, tidak tennasuk sejumlah lainnya yang tidak akan
ikut dalam peperangan. Kekuatan sebesar itu tiba di Qaint­
an pada bulan Ramadhan 123H/741M.
Sesaat sebelum Kultsum bin lyadh meninggalkan Damas­
kus, Khali(ah berpesan kepada komandan pasukan, apabila
Kultsum gugur supaya diganti oleh kemenakannya, Balaj
bin Bisyr al-Qusyairi, dan apabila Balaj gugur supaya digan­
tikan oleh Tsa'labah bin Salamah al-Judzami.
Pasukan sebesar 30.000 orang tersebut terdiri dari 10.000
orang dari Syam dan 20.000 orang AJab yang berasal dari
bermacam-macam daerah. Sekitar 7000 pasukan berkuda
tlitempatkan di barisan terdepan.
Kultsum sebagai orang yang agak lanjut usia bersikap
lebih hati-hati dan bijaksana daripada Balaj dan yang lain­
lainnya. Pada saat hampir mendekati kota Qairuan, ia 1neme­
rintahkan pasukannya supaya tidak tergesa-gesa memasuki
kota. Menurut Kultsum, agar tidak segera terjadi bentrokan
se,tjata dengan orang-orang yang baru saja merebut kekuasa­
an di kota tersebut, sebaiknya se1nua anggota pasukan me­
nahan diri dengan sabar. Kultsu1n hendak berusaha supaya
orang-orang yang sedang berkuasa di Qairuan jangan sa1npai
lebih bersikap bennusuhan terhadap kekuasaan dinasti Bani
Umayyal1 di Dan1askus. Kecuali itu Kultsum juga berusaha
agar orang-orang Qairuan yang kini sedang melawan orang­
orang Khawarij, dapat ditarik kepada pihaknya atau seku­
rang-kurangnya supaya mereka tidak memusuhi pil1aknya.
Tetapi ket,ijaksanaan Kultsum tidak ditaati oleh Balaj.
Begitu ia tiba dekat Qairuan ia berteriak-teriak 1ne1naki­
maki penduduk yang dianggapnya 1nenjadi pendukung pere­
butan kekuasaan. la banyak sekali menghamburkan perkata­
an yang sangat menyakiti hati, sehingga pasukan-pasukan
dari Sya1n sendiri merasa tidak senang melihat tindak-tanduk

320
Balaj. Anggota-anggota pasukan yang berdarah kebangsaan
Mesir, akhirnya dengan terang-terangan cenderung berpihak
kepada penduduk Qairuan. Mereka 1neninggalkan barisan
dan ke1nudian bergabung dengan pasukan penguasa Qairuan.
Penguasa baru di Qairuan n1engirim sepucuk surat kepada
Iiabib bin Abi Ubaidah, salah seorang pejabat Afrika Utara
yang ketika itu sedang -111enghadapi pemberontakan orang
Berber Tehnasan (Aljazair), n1e1nberitahukan tentang adanya
sikap yang berlainan antara Kultsum dan Balaj. t-.Iengingat
sikap Kultsum yang bijaksana dan 1nengingat pula gerakan•
gerakan Muslimin Berber di Tehnasan harus ditanggulangi,
akhirnya baik orang Qairuan, 1naupun orang berasal Mesir
tersebut tadi, semuanya 1nenahan diri dan tidak jadi n1e­
ngangkat senjata n1elawan pasukan yang dibawa Kultsurn.
Dalam peristiwa ini ternyata kebijaksanaan Kultsum merupa­
kan faktor penting bagi terhindarnya bentrokan senjata
secara besar-besaran.
Tetapi sayang. Kultsum bukan seorang panglima yang
cakap n1en1perhitungkan atau 1nenilai kekuatannya sendiri
dan kekuatan lawan. Belun1 lagi pasukannya sembuh dari
perselisihan·perselisihan politik, ia sudah tergesa -gesa hendak
menghadapi gerakan Musli1nin Berber yang berada di bawah
pengaruh Khawarij. Ia dan Balaj sependapat, 1nungkin atas
prakarsa Balaj, bahwa kaum Muslitnin Berber itulah yang
mengakibatkan banyaknya pasukan Muslitnin tewas dalam
peperangan antar-saudara. Ken1u<lian ia bersama Balaj dan
Habib bin Abi Ubaidah, di lembah Syalif bersepakat untuk
me1nbawa pasukan ke Sebou. Mendengar kedatangan pasukan
Kultsum di Sebou, kauni Khawarij Berber di ba\vah pi1npin­
an Khalid bin l·lan1id a z Z
- inani datang pula ke sana untuk
1nenghadapi pasukan Kultsu,n. Pertempuran terjadi antara
pasukan Muslimin Arab dan pasukan Muslimin Berber. D a ­
la,n peperangan ini pasukan Muslimin Arab terpukul hebat
sekali. Kultsu1n dan Habib beserta sejun1lah tokoh terkemuka
lainnya berguguran seorang de1ni seorang, sedangkan sisa­
sisa pasukannya n1elarikan diri. Sisa-sisa pasukan yang n1elari-

321
kan diri. yang terdiri dari orang-orang berasal daerah Syam,
bersama Balaj bersembunyi di dataran tinggi Sebta. Sedang­
kan sisa-sisa pasukan yang terdiri dari orang Mesir dan Afrika
Utara semuanya bergabung dengan pasukan induk di Qairuan.
Malang bagi Balaj dan pasukannya, karena ia menyingkir
ke Sebta. Ia tidak mengetahui, bahwa penduduk Sebta
semuanya adalah Muslimin Berber pendukung Khalid az­
Zinani. Kini Balaj dan pasukannya berada di tengah·tengah
1nusuhnya dan di daerah yang tidak dikenal keadaan politik
dan geografinya. Mereka terjepit dan tidak dapat berkutik
di tempat persembunyian. Tiada makanan lagi yang dapat
dimakan, sehingga mereka terpaksa harus memotong kuda
tunggang mereka sendiri untuk dimakan. Balaj tidak kurang
akal. Ia mengirirnkan seorang utusan secara diam-diam
ke Andalus minta kepada ·Abdul-Malik bin Qathn, pengu­
asa Andalus, supaya mengirimkan sejumlah makanan kepa­
danya. Permintaan ini tidak mendapat sambutan sam.a sek.ali
dari 'Abdul-Malik bin Qathn.
'Abdul-Malik bin Qathn bersikap demikian karena ia
ditakut-takuti oleh 'Abdur-Rahman bin Habib, salah seorang
bekas komandan pasukan Kultsum yang bergabung dengan
penguasa di Qairuan setelah kekalahan Kultsun1 di Sebou.
Di samping itu memang sebelumnya pemah terjadi perteng•
karan antara 'Abdur-Rah1nan bin j-Jabib dengan Balaj. akibat
sikap BaJaj yang dahulu banyak 1nenyakiti hati orang-orang
Afrika Utara. Keadaan Balaj yang sangat terjepit di Sebta
diketahui oleh 'Abdur-Rahman dan diketahui pula perininta­
an Balaj yang diajukan kepada ·Abdul-Malik bin \Jathn.
'Abdur-Rahman cepat-cepat 1nengirim surat kepada 'Abdul­
Mali.k bin Qathn, antara lain dikatakan: "Orang-orang Syam
itu minta kepada Tuan supaya Tuan n1engiri1nkan perahu­
perahu kepa�a mereka. Tetapi nanti apabila 1nereka tiba di
hadapan Tuan, Tuan akan menjadi tidak aman.''
'Abdul-MaJik bin Qathn percaya kepada 'Abdur-Rahman,
oleh karena itu ia tidak menghiraukan pennintaan Balaj.
Namun penderitaan Balaj dan kawan-kawannya di Sebta

322
didengar oleh beberapa orang Arab terke1nuka di An(Jalus.
·rerlepas dari perti111bangan-perti1nbangan politik mereka
:nerasa belas kasihan kepada Balaj dan kawan-kawannya.
Rasa perike,nanusiaan 1nengetuk hati Ziyad bin 'Utnar al­
Lakh1ni. Se�ara dian1-<liai11 dikirin1kannyalah <lua buah pera­
hu penuh dengan bah an 111 aka nan kepada Balaj. Perbuatan Z i ­
yad ini ke1nudian <liketahui 'Abdul-Malik bin Qath lalu Zi­
yad dijatuhi huku1nan cainbuk 700 kali. Setelah 1nenjala­
ni hukurnan. Ziyad dituduh 'Abdul-Malik me1npersiapkan
pe,nberontakan untuk menggulingkan pen1erintahannya.
Berdasarkan tuduha.n yang berat ini Ziyad dijatuhi huku1nan
siksa sa111pai 111ati, 1nayatnya ke1nudian disalib. Se1nua tu­
duhan itu sepenuhnya datang <lari ·Abdul-Malik bin Qathn
sendiri dan huku1nan yang dijatuhkan san1a sekali tidak me­
ngindahkan kaidah-kaidah hukum Islrun. Ini tidak 1nenghe­
rankan, karena pracontoh painrih politik dan kekuasaan yang
n1erobek-robek kaidah huku1n lslan1 telah di1nulai sejak men­
diang Mu'awiyah 1nerebut kekuasaan dari tangan Khalifah
'Ali bin Abi Thalib r.a.

Balaj Masuk ke Andalus


Kemenangan-ke1nenangan Musli1nin Berber di Afrika
Utara dan Maroko ,nendorong Musli1nin Berber di Andalus
1nenjadi lebih berani menentang kekuasaan orang Arab. Per­
tiinbangan keagan1aan pada 1nasa itu telah dikesan1pingkan
dan kini satu-satunya perti1nbangan tinggallah yang bersifat
politik se1nata-n1ata. Pein beron.takan-pe1n berontakan di Af ri­
ka Utara 1nengingatkan orang-orang Berber Muslimin di An­
dalus akan n1asa lainpau 1nereka yang terlupakan sekian la-
111anya, yaitu masa-1nasa 1nasuknya orang Arab ke Afrika
Utara dan Maroko, yang antara lain 1nengakibatkan tersing­
kirnya 1nereka sebagai suatu bangsa dari kekuasaan politik
atas tanah airnya sentliri.
Musli1nin Berber di Andalus bertekad bangkit n1emulai
perlawanan terhadap kekuasaan Muslimin Arab. Dalain ge-

323
rakan pennulaan mereka berhasil menewaskan banyak pasuk­
an �1usli1nin Arab di Andalus. Makin hari gerakan ,nereka
1nakin rnantap dan berta111bah kuat.
' Pasukan 'Abdul-Malik
bin Qathn di Galicia diserbu. Banyak di antara ,nereka yang
terbunuh dalan1 perte1npuran, sedangkan sisa-sisanya diusir
dari daerah tersebut. 'Abdul-�falik bin Qathn ce1nas dan
gelisah, takut kalau-kalau ia dan kaum Muslirnin Arab di
Andalus akan n1engalami nasib serupa dengan rekan-rekannya
di Afrika Utara dan Maroko, seperti Kultsum dan lyadh.
Lebih t�kut lagi ketika 'Abdul-Malik mengetahui, bahwa
:\iuslimin Berber yang berontak itu hendak menuju ke
Kordoba. 'Abdul-�talik menemukan akal. la berpura-pura
1nenunjukkan sikap bersahabat kepada Balaj dan pasukannya
yang 1nendarat di Andalus. Sebenarnya 'Abdul-Malik sendiri
sudah merasa takut kepada Balaj, karena sikapnya terhadap
Balaj di 1nasa lalu. 'Abdul-Malik n1enghilnbau Balaj dan pa­
sukanI}.ya. Balaj diijinkan tinggal di Andalus sela1na setahun
dengan sarat ia wajib patuh dan bersedia membantu 'Abdul­
Malik dengan suatu perjanjian, bahwa setelah lampau n1asa
setahun, Balaj dan pasukannya harus dikembalikan 'Abul­
Malik ke sebuah pantai di Afrika Utara yang tidak dikuasai
oleh Muslimin Berber Khawarij. Kedua belal1 pihak se­
pakat. Sebagai tanggungan untuk ditepatinya perjanjian,
'Abdul-Malik mengambil beberapa orang dari pasukan 3alaj
dan Balaj mengambil dua orang anak 'Abdul-Malik untuk
ditempatkan di tengah-tengah pasukannya.
Pada bulan Dzulhijjah tahun l23I-I/74IM, Balaj dan pa­
sukannya memasuki Andalus. Oleh 'Abdul-Malik bin Qathn,
Balaj dan pasukannya ditempatkan di pantai Algeciras.
Mereka dalam keadaan lapar dan berpakaian con1pang-cam­
ping. Dengan kemampuannya masing-masing penduduk
Andalus memberikan bantuan dan sokongannya.
Pada masa itu bagian terbesar Muslimin Berber bermukim
di bagian barat dan u tara Andalus. Pertama-ta,na 'Abdul­
Malik bersama Balaj keluar dengan pasukannya menuju ke
Sidonia, di mana Muslimin Berber berada di bawah pimpinan

324
seorang dari suku Zinana. Terjadilah adu kekuatan senjata
antara l\,lusli111in Berber dan �luslimin Arab. di Lugo, pada
akhir tahun l2411/741M. Di sana �iuslimin Berber dapat
dikalahkan. Lalu 'Abdul-�talik bersan1a Balaj menuju ke
utara, Kordoba. Di Kordoba Musli1nin Berber juga berhasil
ditundukkan. Ke1nudian kedua orang tersebut beserta p a ­
sukannya 1nenuju ke Toledo. Di sekitar kota ini kaum Musli­
min Berber telah 1nulai ntelakukan pengepungan dan me1nbu­
at garis-garis pertahanan. Pasukan kedua belah pihak ke1nudi­
an berpapasan di le 1nbah Sungai Tago. Dalam perten1puran
ini kau 1n �1uslintin Berber juga dapatdikalahkan lagi, beribu­
ribu orang di antaranya terbunuh. Seterusnya daeral1 detni
daerah dan te1npat de1ni ten1pat dijelajahi pasukan-pasukan
Musli1nin Arab dalant gerakan menu1npas pe1nberontakan
kau1n Musli1nin Berber. Sisa kaum pemberontak �luslimin
Berber yang terakhir dapat ditemukan di daerah-daerah
ujung utara se1nenanjung Andalus.

Pemberontaknn Kaum Khawarij Shufriyyah di Afrika Utara


Se1nua yang terjadi di Afrika Utara, Maroko dan Andalus
diketahui oleh Khalifah 1-Iisyam bin 'Abdul-Malik di Da1nas­
kus. Untuk 1nencoba 1nengatasi kegentingan politik di Afrika
Utara dan Maroko, Khalifah n1engangkat penguasa Mesir,
Handhalah bin Shafwan, sebagai penguasa Afrika Utara dan
Maroko. llandhalah berangkat ke Qain1an dengan mernbawa
pasukan sangat besar ju1nlahnya, konon san1pai 30.000
orang. Khalifah sendiri, setelah 1nengetahui kehancuran
pasukan Kultsu1n, n1enambah pasukan tersebut dengan
20.000 orang lagi, yang sengaja diberangkatkan dari Syam
(Damask us).
Baru saja l·landhalah mulai bekerja di Qairuan, kaum
Musli1nin Khawarij Shufriyyah di bawah pimpinan 'Ukasyah
bin Ayyub al-Ghirazi, melancarkan pemberontakan. Bersa-
111a 'Ukasyah ada lagi seorang pemin1pin Khawarij, 'Abdul­
Wahid bin Yazid al-Hawari. Kedua pemirnpin pe1nberontak

325
tersebut merupakan perpaduan dua kubu Muslimin Berber
Khawarij yang berada di sekitar Sungai Zab.
Ketika mendengar kedatangan l·landhaJah dan pasukan­
nya, bergeraklah pasukan Muslimin Berber untuk siap 1neng·
hadapi mereka. 'Ukasyah n1enempuh jalan sebelah selatan
dan ·Abdul-\Vahid menempuh jalan pegunungan di sebelah
utara. Gerakan Khawarij Berber ini diketahui 1-Iandhalah.
Ia lalu 1nengambil siasat untuk berusaha 1ne1natahkan lawan.
Handhalah dan pasukannya tidak rnenunggu sainpai mereka
masuk ke Qairuan. Dihadangnya lebih dulu 1nusuhnya
yang akan datang dari arah selatan, di luar kota Qairuan.
Perten,puran terjadi. pasukan Berber di bawah pitnpinan
'Ukasyah berhasil dipatahkan dan 'Ukasyah sendiri tertang­
kap hidup-hidup, tetapi ke1nudian dibunuh. Bersamaan de­
ngan kejadian itu sebagian pasukan l·landhalah juga ditugas­
kan menghadang musuh yang akan datang dari arah utara
di bawah pimpinan 'Abdul-Wahid. Kedua belah pihak ber­
tempur di daerah Ishnam. Pertempuran di sini sangat sengit,
tetapi berakhir juga dengan terpukuJnya pasukan Berber.
Pasukan 'Abdul-Wahid dapat dihancurkan dan ia sendiri
1nati terbunuh dalam pertempuran. Peristiwa ini terjadi
pada tahun 124H/742M. Kemenangan Handhalah segera
dilaporkan kepada Khalifah Hisyam di Da1naskus yang ketika
itu sedang menderita sakit keras menantikan ajal.

Balaj Melawan Abdul -Malik bin Qathn dan Merebut Kekuasaannya


Bersama dan dengan bantuan Balaj beserta pasukannya
yang terdiri dari orang-orang Syam, sekarang 'Abdul-Malik
bin Qathn telah berhasil sepenuhnya 1nen1ada1nkan petnbe-
rontakan Muslimin Berber di Andalus. Sambil menunggu
waktu yang telah ·ditentukan dalam perjanjian, yakni tentang
keluamya BaJaj dan pa:,ukannya dari Andalus, •Abdul­
Malik bin Qathn menyediakan sebuah tempat khusus yang
letaknya agak jauh dari Kordoba, agak terpencil dari kota•
kota lainnya, agar Balaj dan pasukannya tidak mudah ber-

326
gaul dengan kaun, Muslin1in Arab lainnya.
l)i kalangan penduduk Andalus, Balaj dan pasukannya
menjadi buah bibir dan mereka dijuluki "Kaum Syam".
untuk membedakan mereka dari penduduk Arab lainnya
yang sudah la1na tinggal di Andalus, yang lazin1 disebut
"Anak Negeri". yaitu mereka yang datang ke Andalus bersa­
ma Tilariq bin Ziyad aan t\tusa bin Nuseir.
SetelaJ1 lampau setahun sebagaimana yang telaJ1 disetujui
bersa1na antara Abdul-l\1alik dan Balaj dalam perjanjian,
'Abdul-Malik memanggil Balaj dan mengatakan, bahwa mere­
k3 harus segera meninggalkan Andalus sebagaimana yang
telah 1nereka sepakati bersaina. Tetapi Balaj saat itu bukan
lagi Balaj ketika baru mendarat di Andalus. la dan pasukan­
nya telah 1nerasa pulih kcmbali kekuatannya, bahkan lebih
kuat lagi se111angat dan tekadnya dan lebilt erat lagi persatu­
an di kalangan anggota-anggota pasukannya. Lebih-lebih
karena Balaj dan pasukannya sekarang sudah memperoleh
nama baik di kalangan penduduk Muslitnin Arab, karena
berhasil dala1n me1nberikan bantuan kepada 'Abdul-Malik
menunlpas pen1berontakan Muslitnin Berber. Menghadapi
'Abdul-Malik saat itu Balaj tidak lagi harus membungkukkan
diri. Dengan berbagai alasan dan secara halus Balaj menolak
perintah 'Abdul-Malik bin Qathn. Bahkan Balaj berani me­
ngungkit-ungkit sikap apa yang dulu pernah diambil 'Abdul­
Malik, ketika Balaj dan pasukannya terjepit dalam persem­
bunyiannya di Sebta. Digugat pula tindakan 'Abdul-Malik
yang dulu telah n1enganiaya-, menyiksa dan membunuh
orang yang menolong Balaj dengan dua buab perahu penuh
berisi bahan makanan.
Tetapi 'Abdul-Malik tetap mendesak supaya Balaj dan
pasukannya segera 1neninggalkan Andalus dan tidak bersedia
1nemperpanjang ijin tinggal bagi "Kaum Syam" tersebut.
Atas desakan 'Abdul-Malik yang semakin keras, Balaj 1nenja­
wab, "Kalau begitu, baiklah kan1i diangkut saja dulu ke
Elvira, lalu dari sana ke Tadmir". 'Abdul-Malik_ menyahut,
''Kanti tidak 1nempunyai perahu-perahu untuk mengangkut

327
kalian. kecuali yang n1enuju ke Algeciras." Mendengar
itu Balaj dengan tegas berkata, "Kalau begitu kalian hendak
mengembalikan karni ke tengah orang-orang Berber, supaya
1nereka meinbunuh kami di daerah mereka!" Dalaj tidak
dapat menerima alasan 'Abdul-�lalik dan menolak mening­
galkan Andalus dengan cara yang ditunjukkan 'Abdul-l\1alik
bin Qathn.
Perdebatan berlangsung sernakin panas dan berlarut-la­
rut serta berubah menjadi pertengkaran. Pasukan Balaj
yang ikut n1enyaksikan pertengkaran itu tidak lagi dapat
menahan diri. Demikian pula pasukan pengawal 'Abdul­
Malik bin Qathn. Pertengkaran mulut berkembang menjadi
adu senjata antara kedua belah pihak. Pasukan pengawal
'Abdul-Malik temyata tidak sanggup menangkis serangan
pasukan Balaj dan 'Abdul-Malik sendiri akhimya rnelarikan
diri. Kemudian "Kaum Syam" mengumumkan, bahwa
'Abdul-Malik sudah bukan lagi penguasa Andalus 1nereka
laJu mengangkat Balaj sebagai penguasa Andalus mengganti­
kan 'Abdul-Malik bin Qathn.
Dengan diiring pasukannya, Balaj bin Bisyr men1asuki
istana Kordoba pada hari Rabu bulan Dzulqaidah I 24H/
742M. Balaj menjadi penguasa Andalus. Sebagain1ana Khali­
fah liisyam dulu pemah berpesan, bahwa apabila disebabkan
oleh suatu hat. Kultsum meninggal dunia atau mati terbunuh
dalam pertempuran, maka Balajlah yang ditunjuk un tuk
mcnggantikannya sebagai penguasa Afrika Utara, Maroko
dan Andalus. Berdasarkan pesan Khalifah tersebut, yang
memang belum pemah dicabut, Balaj dengan sah menduduki
jabatan sebagai penguasa Andalus.

'Abdul-Malik bin Qathn Disalib


Dari tempat persembunyiannya 'Abdul-Malik bin Qathn
berusaha mengorganisir perlawanan terhadap Balaj bin Bi­
syr. Ada suatu sumber sejarah yang mengatakan, bahwa

328
pemah terjadi bentrokan senjata sampai l 2 kali. Tetapi
makin hari 'Abdul-Malik makin habis kekuatannya, lalu
menghentikan perlawanan dan bersembunyi di salah sebuah
tempat, tidak jauh dari Kordoba.
Seperti dulu pemah dikemukakan. pada waktu 'Abdul­
Malik 1nengadakan perjanjian dengan Balaj, 'Abdul-Malik
mengambil beberapa- orang dari anggota-anggota pasukan
BaJaj sebagai jaminan atau sandera. Orang-orang Syam yang
dijadikan sandera itu oleh 'Abdul-Malik ditempatkan di
sebuah pulau kecil, di nlana orang sukar sekali mendapatkan
air minum. Pulau tersebut ketika itu bernama Umm Hakim.
Salah seorang di antara 1nereka meninggal dunia akibat
kekeringan. Orang ini berasal dari keluarga Bani Ghassan
yang datang dari Damaskus. Sahabat-sahabat Balaj pada suatu
ketika datang menghadap dan menanyakan kepadanya serta
1nenuntut supaya 'Abdul-Malik diserahkan kepada mereka
untuk dibunuh oleh keluarga Bani Ghassan sebagai balas
dendam. Balaj berdiam diri sejenak, lalu mengambil kepu­
tusan tidak hendak menyerahkan 'Abdul-Malik kepada orang
lain. Tetapi pada hari-hari berikutnya, pasukan Balaj yang
berasal dari Ya1nan 1nenyampaikan ul tin1atum kepadanya
dengan n1enyatakan: "Apabila Tuan tidak mau menyerahkan
'Abdul-Malik kepada kan1i, katni tidak mau lagi taat kepada
Tuan". Bahkan bersan1aan dengan itu Balaj dituduh fa­
natik kepada kabilah Mudhar, yaitu kabilah asal Balaj dan
'Abdul-Malik.
Mcndengar ultimatu1n itu Balaj 1nenjadi khawatir kalau­
kalau akan terjadi perpecahan di kalangan kekuatannya
sendiri. Akhirnya ia n1engeluarkan perintah penangkapan
'Abdul-Malik. Setelah ditangkap, 'Abdul-Malik segera di­
serahkan kepada rnereka yang 1nenuntut.
'Abdul-Malik adalah seorang yang telah lanjut usia. la
sudah berumur 90 tahun. Ketika para pengikut Balaj meli­
hat 'Abdul-Malik segera saja mereka naik pitam dan berte­
riak, "Hai, engkau lolos dari ujung pedang kami dalam per­
tempuran Hurrah (hari pertengkaran antara Balaj dan Abdul-

329
�lalik). Kami sekarang menuntut baJas atas perbuatanmu
yang ,nengakibatkan ka1ni san1pai terpaksa makan daging
anjing dan kulit kuda. Bukankah engkau juga yang chilu
bendak 1nengusir kami dari sini agar kami dibunuh oleh
orang-orang Berber?"
Sehabis diurnpat dan dicaci-maki, 'Abdul-Malik lalu di­
bunuh dan mayatnya disalib. 'Abdul-1\falik mernctik buah
hasil tana,nannya sendiri, yaitu setelah ia dahulu mentbu­
nuh dan n1enyalib Ziyad bin 'U1nar al-Lakhnti, hanya karena
Ziyad 1nenolong Balaj dan pasukannya di Scbta dengan dua
buah perahu berisi bahan ,nakanan.

Dua Orang Anak 'Abdul-Malik !'ttenunlut Balas


Ketika melihat ayahnya dibunuh secara aniaya oleh Ba­
laj dan pengikut-pengikutnya. dua orang anak 'Abdul-Malik,
bemama U,nayyah dan Qathn, segcra meloloskan diri dari
Kordoba. Seorang mcnuju ke Merida, sedangkan yang lain­
nya 1nenuju ke Sarago.;sa. Dari kedua daerah tersebut kedua­
duanya 1nengerahkan pasukan bersenjata sebanyak·banyak
nya untuk menuntut balas kepada Balaj atas pembunuhan
ayah mereka itu. 'Abdur-Rahman bin Habib bin Abi Ubai­
dah bin 'Uqbah bin Nati' al-Fihri, orang yang scjak di Qairuan
dulu selalu bertengkar dengan Balaj, ikut serta bergabung
dengan gerakan kedua anak 'Abdul-Malik bin Qathn. Pengu­
asa daerah Narbona. 'Abdur•Rah1nan bin Alqamah al-Lakhmi
ikut juga bergabung. Sudah tentu masing-masing 1nen1bawa
pasukan bersenjata. Kurang lebih 100.000 orang bersenjata
berhasil diker.thkan oleh kedua anak 'Abdul-1\-lalik bin Qathn.
DaJam jurnlah yang sebesar itu terdapat banyak sekali Mus­
limin Berber, yang dalam pemberontakan dulu mereka di­
kalahkan 'Abdul-Malik dengan bantuan BaJaj. Mereka itu
semuanya ikut bergabung bukan karcna setia kcpada 'Abdul­
Malik atau kepada kedua orang anaknya, n1elainkan hanya
untuk 1nempergunakan peluang sambil n1engail di air keruh.
Orang-orang dari pasukan Balaj bcrasal keturunan Fihri pun

330
ikut bergabung. karena 'Abdul-Malik adalah keturunan Fihri.
Se1nuanya itu 1nenunjukkan dengan jelas, bahwa gerakan
1nenuntut balas terhadap Balaj terdiri dari 1nacam-maca1n
anasir. Anasir yang muak ntenyaksikan pembunuhan keji
yang pen1ah dilakukan oleh 'Abdul-�talik. Dahulu Balaj
pernah 1nen1peroleh dukungan politik melawan · Abdul­
Malik. tetapi sekarang peJ!duduk 1nendukung dua orang
anak 'Abdul-Malik, karena Balaj n1elakukan perbuatan yang
sama seperti yang dilakukan 'Abdul-Malik. Massa Muslimin
Arab dan Berber pada waktu itu belun1 1ne1npunyai kesadar­
an politik, sehingga 1nudal1 sekali diperalat oleh beberapa
orang penguasa.
Ke<lua anak 'Abdul-Malik bin Qathn dengan 100.000
orang pengikut bersenjata ,nasuk ke Kordoba untuk menun­
tut balas. 1\-tenghadapi gerakan tersebut Balaj keluar dengan
1ne1nbawa pasukan berkekuatan 20.000 orang. Terjadilah
sesan1a Musli1nin Arab berbaku hanta1n dengan senjata.
Perang saudara berkecamuk di sebelah utara Kordoba, di
sebuah daerah yang berna,na Acua Bortora, pada bulan Juni
742M/Syawwal 124H. Balaj 1nujur, karena pasukannya ter­
nyata dapat me1nenangkan peperangan dan berhasil ,neram­
pas banyak senjata la\\•an yang jauh lebih besar. Tetapi Balaj
sendiri terkena anak panaJ1 yang dilepaskan dari busur
'Ab�ur-Ralunan bin Alqamah. Beberapa hari setelah itu
Balaj n1eninggal dunia. tviasa kekuasaan Balaj di Andalus
tidak lama, hanya setahun lebih sedikit.

Fanatisme Golongan dan Peperangan Antar-Muslimin Arab

Sesuai dengan pesan Khalifah Hisya1n dahulu, apabila


Kultsurn meninggal supaya diganti Balaj, dan apabila Ba­
laj 1neninggal supaya diganti Tsa'labah bin Sala1nah al-Judza­
nu, maka sepeninggal Balaj bin Bisyr, kekuasaan di Andalus
jatuh ke tangan Tsa'labal1. Tsa'labah mendapat dukungan
penu)\ dari Muslimin Arab yang berasal dari Syam. Tetapi
keturunan Fihri yang dulu menjadi pendukung 'Abdul-Malik

331
bin Qathn dan ''Anak-anak Negeri ·• yang berasal dari Maroko,
tidak 1ne1nberikan dukungan kepada Tsa'labah.
Pada masa a,val kekuasaannya Tsa'labal1 bertindak terus­
menerus menunjukkan keadilan dan lurus; sehingga keada­
an berangsur-angsur 1nenjadi tenang. Tetapi Tsa"Jabah ke-
1nudian setapak demi setapak makin meluncur ke arah fa­
natis1ne kedaerahan. Makin lama ia makin cenderung ber­
pihak kepada orang-orang yang berasal dari Ya1nan. Keada•
an yang baru saja menjadi tenang mulai goncang kembali.
Kau,n Musli1nin. Berber yang bermukim di Merida mulai
n1elancarkan pemberontakan. Kali ini berhasil ditumpas
dan lebih dari l 000 orang Berber ditawan. Tiba giliran
"Anak·anak Negeri'' (AI-Baladiyyun) yang terdiri dari orang
Arab dan Berber 1nenunjukkan setiakawan kepada 1nereka
yang dikalahkan dan ditawan.
Tsa'labah yang ketika itu sedang berada di Merida, tiba­
tiba dikepung oleh beribu-ribu orang bersenjata yang datang
dari berbagai jurusan. Mereka semuanya hendak 1nenuntut
balas. Tsa'labah dengan jumlah pasukannya yang tidak se­
berapa banyak dijepit sedemikian rupa, sehingga terpaksa
harus menunggu bala bantuan dari Kordoba. Atas perminta­
annya, datanglah bala bantuan itu untuk menyelamatkan
Tsa'labah dan pasukan yang 1nenyertainya. Tetapi imbangan
kekuatan antara pasukan Tsa'labah dengan pasukan yang
mengepun.gnya, jauh lebih kuat pasukan yang sedang menge­
pung Tsa'labah. Pengepungan lebilt diketatkan, tetapi 'Anak­
anak Negeri" yang sedang mengepung itu menjadi puas diri
dan merasa seolah-olah tidak terkalahkan. Tibalah hari
'ldul-Adha tahun I 24H/742M. Mereka yang mengepung
Tsa'labah sibuk dengan persiapan ibadah. r-.-tereka sen1ua
yakin bahwa Tsa'labah dan pengikutnya, bagaimanapun juga,
tak dapat berkutik. Tetapi Tsa'labah seorang yang cerdik.
Pada saat 1nusuhnya sedang beribadah shalat 'ldul-Adha,
secara tiba-tiba Tsa'labah melancarkan serangan terhadap
mereka. Sudah tentu mereka menjadi kalang kabut dan
beribu-ribu orang jumlahnya mati di ujung pedang pasukan

332
·rsa'labah. Mereka yang tidak sernpat lari dan 1nenyerah
ditawan bersama seluruh anak-istrinya. dijadikan ha,nba sa­
haya. Baru saat itu terjadi anggota-anggota keluarga pasukan
l\.lusli,nin yang kalah ikut dita,van dan dijadikan han,ba sa­
haya oleh pasukan f\1uslitnin yang ,nenang. Tsa'labah dan
pasukannya ken1udian ke,nbali ke Kordoba. Dala,n perja­
lanan pulang Tsa'labah rnelelang ha1nba-hu1nba sahayu yang
dibawanya dengan caru anel'l sekali. I la1nba-ha1nba sahaya
itu dilelang bukan untuk ,nendapatkan. uang atau harga
yang tinggi, rnelainkan sebaliknya justru untuk ,nendapat
harga yang puling rendah. Di antara _para han1ba sahaya itu
terdapat seorang berna1na 'Ali bin Hashin dan Harits bin
Asad, salah seorang dari Bani Juhainah. kedua-duanya berasal
dari iYladinah. Juru lelang berteriak 1nenawarkan dua orang
ha1nba-sahaya itu dengan harga beberapa dinar suja seorang­
nya. la toh 1nasih berteriak saja ,nenanyakan, "Siapa yang
bcrani lebih rendah lagi?" Akhimya yang seorang ditukar
dengan seekor anak kan1bing dun seorang lagi ditukar dengan
seekor anjing. Maksud pelelangan itu 1ne1nang disengaja un­
tuk sekedar penghinaan belaka. Sisa ha1n ba sahaya yang
tidak laku terjual, pada hari Jumat bulan Rajab tahun 12SH/
743M akan diakhiri hidupnya dengan pedang, tetapi pelak­
sanaannya menunggu saat yang tepat.
"Anak-anak Negeri" dan orang-orang Syam di Andalus
yang tersentuh hati nuraninya dan 1nuak menyaksikan tin­
dakan Tsa'labah, mengutus orang berangkat ke Afrika Utara
secara diam-dia1n untuk mengadukan semuanya itu kepada
penguasa tertinggi di Qairuan. Mereka minta supaya diang­
kat penguasa yang bani untuk Andalus. Penguasa Qairuan,
llandhalah, memenuhi permintaan tersebut dan diangkatlah
Abul-Khitar Husarn bin Ohirar a l Kalbi.
- Abul-Khitar tiba
di Andalus tepat pada saat Tsa'labal1 sedang men1persiapkan
pelaksanaan hukuman 1nati tawanan. Abul-Khitar n1elarang­
nya dan memerintahkan supaya semua tawanan dibebaskan.
SetelaJ1 bebas para tawanan tersebut dikenal dalam sejarah
dengan nama 'Askarul- 'Afiyah ("Pasukan Selamat").

333
Sejak itulah Abul-Khitar mengetahui dengan jelas ten­
tang kejahatan politik yang dilakukan Tsa'labah dan kelom­
pok pendukungnya yang terdiri dari orang�rang Syam.
Untuk tidak selalu mengeruhkan keadaan, 1nereka diangkut
dengan beberapa buah perahu ke Afrika Utara. Dari Afrika
Utara Tsa'labah kembali ke Damaskus. la tiba di Damaskus
pada saat Khalifah Hisyam bin 'Abdul-Malik telah mening­
gal dunia dan diganti Marwan bin Muhammad, yaitu Khali­
fah terakhir dinasti Bani Umayyah. Tsa'labah berkuasa di
Andalus hanya selama IO bulan.
'Abdur-Rahman bin· Habib bin Abi Ubaidah bin 'Uqbah
bin Nafi', dahulu hampir bersarnaan waktunya dengan
Balaj tiba di Andalus. Dua orang ini bersahabat dari Da1nas­
kus, tetapi ke1nudian selalu bertikai sejak di Qairuan sarnpai
ke Andalus. Pada waktu pe1nerintah Tsa'labah sedang gon­
cang, ia mempunyai parnrih menggantikan kedudukan
Tsa'labah, menjadi penguasa di Andalus. Untuk itulah ia
senantiasa giat menarik orang-orang yang berasal dari Syam
guna dijadikan kekuatan pendukungnya. Abul-Khitar menge­
tahui apa yang sedang dilakukan oleh 'Abdur-Rahman dan
memahami benar peranannya dalarn menimbulkan berbagai
kekacauan politik di Andalus. Oleh karena itu Abul-Khitar
mengambil tindakan kebijaksanaan, mengembalikan Abdur­
Rahman bin Habib bersama orang-orang Syam pengikutnya
ke Afrika Utara. 'Abdur-Rahman bin Habib beserta rombong­
an tiba di Tunis pada bulan Jumadil-Awwal 126H/744M.

Pengelompokan Orang-orang Syam di Andalus


Pada masa itu hampir semua orang Arab yang berasal
dari daerah Syam bermukim di Kordoba dan sekitarnya.
Hal ini membawa akibat kehidupari ekonotni menjadi berti­
tik berat di daerah tersebut, lebih-lebih mengingat keduduk­
annya sebagai ibukota. Terpusatnya pemukiman orang-orang
Syam di Kordoba dan sekitamya sangat mempengaruhi
pikiran Abul-Khitar sebagai seorang penguasa yang tidak

334
berasal dari Syam la sangat khawatir, berdasarkan pengalam­
an yang sudah-sudah. tentang kemungkinan yang akan
thnbul dari sangat dekatnya pe1nukiman orang-orang Syam
dengan ibukota dan pemerintahan pusat Andalus. Dikhaw a ­
tirkan hal itu lan1bat-laun akan 1nenjadi sumber ketidak­
tcnteraman yang dapat 1nenggoyahkan kedudukan pen1e­
rintah. Bertolak dari kekha,vatiran tersebut, Abul-Khitar
1nengan1bil kebijaksanaan baru untuk memisah-misahkan
orang-orang Syam yang banyak jumlahnya itu menjadi bebe­
rapa kelornpok kecil dan pemukimannya dipusatkan di
beberapa kota yang cukup berjauhan. Gagasan tersebut
konon berasal dari nasihat-nasihat yang didapatnya dari
Ardact, salah seorang ipar Yulianus.
Kebijaksanaan untuk n1e1nencarkan kelompok-kelompok
orang Syam dilaksanakan sebagai berikut:

a) Orang-orang Sya1n yang berasal dari Damaskus, pemukim­


annya ditentukan di kota Elvira dan pemukiman ini
diberi nan1a "Damaskus."

b) Yang berasal dari l!in1sh, pemukimannya ditentukan di


kota Evilla, clan pen1ukiinan ini diberi nama "Himsh".

c) Yang berasal dari Qinsirein, pemukimannya ditentukan di


daerah Jaen, dan pemukin1an ini diberi nama "Qinsirein".
d) Yang berasal dari Yordania ditentukan pe1nukilnannya
di daerah Ragio (Rayya), dekat Archidone dan �talaga.
Pe1nukiman ini dibcri na1na "Yordania''.
e) Yang berasal dari Palestina pe1nukimannya ditentukan di
Sidonia, di provinsi Jirez, dan daerah ini diberi nama
Palestina.
0 Yang berasal dari Mesir (jumlah yang terbanyak) pemukim­
annya ditentukan di dua tempat, yaitu di Beja (Andalus
Barat Daya) dan Tadrnir (Andalus Tenggara).

335
Di daerah-daerah pemukiinan baru bagi orang Syan1
tersebut, Abul-Khitar menyediakan tanah garapan bekas
1nilik orang Sepanyol yang n1enentang pen1erintahan Arab,
,nenolak agan1a Islam dan tidak tnau mempergunakan bahasa
Arab. Kepada orang Sya,n yang akan menjadi penghuni
tempat-tempat pe,nukiman tersebut, diberikan sejun1lah
binatang ternak sesuai dengan keperluan tnereka n1asing­
:nas1ng.
Dengan kebijaksanaan itu Abul-Khitar telah menen1pat­
kan orang Syam seolah-olah di daerah-daerah pemusatan
1niliter, sebab mereka diwajibkan me1nenuhi panggilan s e ­
tiap saat diperlukan untuk menghadapi suatu peperangan.
Peraturan semacam itu sangat terkenal dan lazim dilakukan
oleh pemerintahan Byzantium dan Gern1ania pada umum­
nya. Ketika daerah-daerah Syria dikuasai Byzantiu1n, penga­
turan se1naca1n itu juga pernah dilakukan, walau tidak
berjalan sepenuhnya.

Abul-Khitar Fanatik Kepada Golongannya


Sebelum Abul-Khitar diangkat sebagai penguasa Andalus,
ia telah dikenal sebagai orang Arab murni yang fanatik
kepada kabilahnya, bahkan kadang-kadang tampak berlebih­
an. Tetapi setelah n1enjadi penguasa di Andalus, untuk bebe­
rapa waktu lamanya ia dapat mengendalikan fanatismenya. la
;nenjalankan kebijaksanaan politik yang lurus dan baik, adil
dan patut dipuji. Dala1n menghadapi dan menanggulangi pel­
bagai masalah yang menjadi kesukaran penduduk, ia dapat
bekerjasama dengan golongan-golongan atau kabilah-kabilah
lain.
Sangat disayangkan perubahan dirinya yang sudal1 n1enjadi
baik itu ke1nudian sedikit demi sedikit terjangkiti kembali
penyakit fanatismenya. Ia tidak hanya menjadi fanatik lagi
kepada kabilahnya saja, bal1kan lebih dari itu, ia berkem­
bang menjadi seorang yang bersifat kedaerahan. Baginya,
Yaman harus dipandang sebagai daerah yang berada di atas

336
semua daerah Arab lainnya.
('ara bcrpikir Abul-Khitar yang se1nakin n1enjadi buruk
itu, ditan1bah lagi dengan politik pe1nisah-1nisahan orang­
orang Sya1n di Andalus, disadari 1naksud dan tujuannya oleh
Shu1neil bin I latitn. Shu1neil seorang ko1nandan pasukan
yang berasal dari Qinsirein. Dengan berani Shu1neil menolak
untuk dipin<lahkan bersama pasukan <lan pengikut-pe­
ngikutnya ke Jaen, walaupun Jaen hanya 100 kn1 saja jauh­
nya dari Kordoba. Agaknya Shun1cil 1nengetahui, bahwa
dukungan penduduk An<lalus kepada Abul-Khitar sudah
menipis, karena Abdul-Khitar telah n1eninggalkan kebijaksa­
naannya yang baik. Me1nang saat itu penduduk sudah tidak
bersiinpati lagi kepada Abul-Khitar.
Shun1eil seorang dari Kufah, Iraq. Kakeknya, orang yang
langsung terlibat dalan1 pe1nbunuhan kejan1 terhadap liusein
bin 'Ali bin Abi Thalib di Karbala. Kakek Shumeil itu bema-
1na Sya1nir. la n1ati dibunuh Al-Mukhtar bin 'Abdullah
ats-Tsaqafi dan te1npat tinggalnya dihancurkan. Sehabis
peristiwa ini, anak-anak Sya1nir keluar meninggalkan Kufah
dan 1nerantau ke daerah Irak Utara. Dari sini 1nereka pergi
ke Qinsirein. Ketika Khalifah I·lisyarn bin 'Abdul-Malik 1ne­
nugaskan Kultsu1n bin 'lyadh untuk meinbawa pasukan ke
Afrika Utara, Shu1neil berada di tengal1-tengah pasukan
Kultsum. Bahkan Shumeil ketika itu berada di barisan depan
di bawah kon1ando Balaj, sa1npai terjepit di Sebta dan ke­
n1udian 1nasuk ke Andalus. Sepeninggal Balaj, dengan 1nodal
keberanian dan kecerdikannya, Shun1eil berhasil n1enjadi
pe1nimpin orang Syan, di Andalus. la seorang buta huruf,
tetapi me1npunyai otak cair dan cerdas serta pandai
1nenga1nbil kebijaksanaan-kebijaksanaan pada saat di­
perlukan. la mampu 1nenal1an diri terhadap ejekan, sabar
1nenerin1a penghinaan, tetapi di san1ping se1nua itu ia tetap
n1e1nperhitungkan datangnya saat yang baik untuk mengam­
bil tindakan pe1nbalasan.
Abul-Khitar sendiri sebenamya sudah 1ne1npunyai perasa­
an khawatir dan takut terhadap pengaruh Shumeil yang di-

337
lihatnya 1nakin hari 1nakin meluas di kalangan orang Syan1.
Abul-Khitar ingin sekali menyingkirkan Shu1neil dari Kordo­
ba dengan berbagai cara yang bisa ditempuh, baik lang­
sung, 1naupun tidak Jangsung. Ia memanggil beberapa
orang yang sangat setia kepadanya dan diperintahkannya
untuk dengan cara apa pun mengejek dan 1ne1nperolok-olok
Shumeil. l\.1enurut perhitungan Abul-Khitar, dengan ejekan
orang banyak, Shu1neil akan merasa tidak kerasan tinggal di
Kordoba dan akan menjauhkan diri dari Abul-Khitar demi
kehor1natan dan harga dirinya. Tetapi temyata muslihat
Abul-Khitar ini salah sa,na sekali, tidak bisa diterapkan
terhadap orang seperti Shumeil.
Pada suatu hari pernah terjadi, atas panggilan Abul-Khitar,
Shumeil ,nasuk ke istana Kordoba. Di dalan1 istana Abul­
Khitar dikawal beberapa orang prajurit. Abul-Khitar ,nemberi
isyarat kepada salah seorang pegawainya, seorang hamba
sahaya, supaya ,nemaki-maki Shumeil dan 1ne1nperolok-olok
nya. Bahkan di antara beberapa orang pegawai istana ada
yang 1nenepuk kepala Shumeil, hingga . serban yang dipakai­
nya rrienjadi miring. Menghadapi perlakuan yang se1nacain
itu sudah tentu Shumeil marah dala,n hatinya. Ketika ia hen­
dak keluar meninggalkan istana, ada seorang pegawai yang
berkata kepada Shumeil: "Hai Abul-Jousy, luruskan <lulu
serban1nu itu !" Dengan tenang dan penuh arti Shu,neil n1en­
jawab, ·'Saya punya banyak te1nan. Biarlah mereka nanti
yang akan 1nelun1skannya."

Pemberontakan Shumeil dan Perang Antar-Golongan


Yang dimaksud dengan perang antar-golongan di sini ialah
persengketaan antara orang-orang yang berasal dari suku atau
kabilah Qeis dengan orang-orang yang berasal <lari Yaman.
Jadi singkatnya, antara Qeis dengan Ya1nan. Dengan perkata­
an lain, antara orang yang berpihak kepada orang Arab asal
<laerah Utara (Syam) dengan orang yang berpihak kepada
orang Arab yang berasal dari · daerah Selatan (Yaman).

338
Persengketaan itu sepenuhnya bersifat politik, rnemperebut­
kan kekuasaan di Andalus.
Persengketaan itu bertambah tajam sejak peristiwa di11ina­
nya Shumeil oleh Abul-Khitar di istana Kordoba. Sehabis
peristiwa itu Shumeil 1nengumpulkan orang-orang terkemuka
dari kalangannya (Qeis). Kepada mereka Shu1neil memberi­
tahukan tentang perlakuan buruk yang dialaminya ketika
ia menghadap Abul-Khitar. t.-laka oran�rang yang berkum­
pul berkatalah dengan serentak, "Kami semua bersama Tuan.
Bagaimana sebaiknya kita berbuat, terserah Tuan".
Tetapi walaupun Shumeil mendapat dukungan bulat dari
kalangannya, ia ,nasih belum yakin, bahwa dengan kalangan­
nya saja aJcan 1nencapai sesuatu dalam perjuangan 1nengha­
dapi Abul-Khitar. Karena Shu1neil menyadari, bahwa diban­
ding dengan ju,nlah orang Yaman yang ada di Andalus,jum­
lah orang-orang Qeis (Syam) masih terlampau sedikit.
Untuk rnemperkuat barisan dan menambah kekuatan,
Shu1neil dengan cermat rnengadakan pendekatan-pendekat­
an keoada orang-orang Yaman yang berasal dari kabilah
Lakhmi dan Judzain. Pemimpin-pemimpin kedua kabilah
tersebut diajaknya bersama-sama menghadapi Abul-Khitar,
dengan janji salah seorang di antaranya akan diajukan sebagai
penguasa Andalus secara resmi. Sedangkan di belakangnya
Shumeil sendiri yang akan menjadi tulang punggungnya.
Semuanya sepakat, tetapi Shumeil masih harus menambah
lagi kekuatannya. la 1nengirimkan utusan kepada Tsawabah
bin Salamah, bekas penguasa Sevilla yang diperhentikan oleh
Abul-Khitar pada saat ia baru saja me1negang kekuasaan
atas Andalus. Tsawabal1 memang sedang sakit hati terhadap
Abul-Khitar, wataupun ia sendiri orang yang berasal dari
Yaman. Tsawabah pemimpin dan kepala kabitah Bani Judzam
dan pernah menjadi komandan pasukan yang berasal dari
Palestina. Tsawabah inilah yang oleh Shumeit akan dijadi­
kan penguasa Andalus menggantikan Abul-Khitar. Tsawa•
bah setuju dan siap bergabung dengan Shumeil bersama
semua pengikutnya, yang terdiri dari orang-orang Palestina,

339
orang-orang dari kabilah Judzam dan dari kabilah Lakhrni.
Kecuali itu masih banyak lagi kalangan yang tidak puas
terhadap Abul-KJ1itar yang ikut bergabung ke dalam pasuk­
an Shumeil, walaupun mereka itu berasal dari Yaman.
Pad a bulan Rajab tahun 127H/745M, Shumeil dan Tsawa­
bah bersama pasukannya keluar untuk menyerbu Abul­
Khitar. Sebelum mereka sampai di Kordoba, Abul-Khitar
dan pasukannya sudah siap menghadang mereka di luar kota.
Ternyata pasukan Abul-Khitar tidak sebanyak pasukan Shu-
1neil-Tsawabah.
Di lembah Lago, daerah sekitar Sungai Sidonia, pasukan
kedua belah pihak berhadap-hadapan. Pasukan depan Shume­
il dipimpin Tsawabah sendiri. Di tengah pertempuran berlang­
sung, pasukan Shumeil berteriak-teriak, "Hai, orang-orang
Yaman! mengapakah kalian mernerangi kami? Lihatlah,
bukankah kami sudah mengangkat pemimpin kalian men­
jadi penguasa kami." (Yang dimaksud ialah Tsawabah).
Setelah pasukan Abul-Khitar melihat Tswabah nlemimpin
pasukan lawan, banyak yang menjadi bingung dan pecahlah
barisan mereka. Sebagian terus setia dan tetap berperang
1nembela Abul-Khitar, sedangkan sebagian -lagi berpihak
kepada pasukan Tsawabah. Abul-Khitar sendiri lari mening­
galkan gelanggang menuju Beja, tetapi di tengah jalan ia ber­
hasil ditangkap. Abul-Khitar memimpin pemerintahan di
Andalus selama kurang-lebih empat tahun.
Mendengar Abul-Khitar lari, salah seorang anak 'Abdul­
Malik bin ...)athn, Umayyah, atas nama Tsawabah mengum­
mumkan dipecatnya Abul-Khitar dari kekuasaan di Andalus
dan sebagai penggantinya, Tsawabah dinyatakan resmi men­
jadi penguasa Andalus. Tsawabah bersama pasukannya kem­
bali ke Kordoba sambil membawa Abul-Khitar sebagai ta­
wanan. Setibanya di Kordoba, Abul-Khitar dimaksukkan
ke dalam penjara.

340
Abdur-Rahmon bin Habib Memoksakon Kekuasaannya di Afrika Utara

Setelah meninggalkan Andalus, 'Abdur-Rahman bin


Habib, cucu 'Uqbah bin Nati', di Maroko ia menghimpun
orang banyak dan me1nbentuk suatu kekuatan yang dimpim­
pinnya sendiri. Mendengar ha! itu Handhalah bin Shafwan,
penguasa Afrika Utara yang sekaligus juga penguasa Maroko
dan Andalus, minta kepada Abdur-Rahman supaya mematuhi
pe1nerintahannya. Karena merasa kuat 'Abdur-Rahman me­
nolak permintaan Handhalllh bahkan ia berani menuntut
supaya Handhalah pergi meninggalkan Qairuan. Untuk ini
Handhalah diberi waktu 3 hari untuk berkemas-kemas.
Handatah bin Safwan sangat patuh kepada agama, tekun
beribadat dan sangat saleh. Lebih 1nenguta1nakan kepen­
tingan agama daripada kepentingan politik. la sangat tidak
1nenyukai pertun1pahan darah. la berpegang teguh pada ke­
tentuan, bahwa peperangan hanya boleh dilakukan untuk
1nembela agama Islam terhadap serangan orang-orang kafir
atau kaum KJ1awarij. Dengan pendirian tersebut Handhalah
secara sukarela meninggalkan Qairuan, kembali ke Damaskus
pada bulan Jumadil-Awwal 127 H/745 M.
Bulan berikutnya masuklah 'Abdur-Rahman bin Habib
ke Qairuan bersama para pendukungnya, lalu mengangkat
dirinya sebagai penguasa Afrika Utara, Maroko dan Andalus.
Tidak lama kemudian ia dikokohkan oleh Khalifah Marwan
bin Muhammad di Damaskus, berdasarkan laporan yang di­
srunpaikan sendiri oleh 'Abdur-Rahman, yang antara lain
meminta supaya khalifah mengokohkan kedudukannya.
Dengan adanya pengakuan dari Khalifah, maka 'Abdur-Rah-
1nan bin Habib secara resmi dan sah menjadi penguasa di
Afrika Utara, Maroko dan Andalus. Kemudian atas per­
mintaan orang-orang di Andalus ia mengokohkan kedudukan
Tsawabah sebagai penguasa Andalus, yaitu setelah ku­
rang-lebih setahun lamanya Tsawabah menjalankan pemerin­
tahan di Andalus. Tetapi pada hahikatnya kekuasaan di
Andalus tidak berada di tangan Tsawabh, melainkan di ta-

341
ngan Shumeil, sesuai dengan kesepakatan di masa perjuangan
menentang Abul-Khitar.

Kaum Khawarij di Maroko Berontak Kembali


Pada masa pemerintahan 'Abdur-Rahman bin Habib,
Maroko bergolak menjadi panas kem bali. Di sana kaum Kha­
warij Shufriyyah dan Ibadhiyyah melancarkan pemberon·
takan-pemberontakan. Muslimin Berber Khawarij di bawah
pimpinan Tsabit Shanhaji mengangkat senjata menentang
pemerintah dan berhasil merebut daerah Beja. Sedangkan
'Urwah bin Walid ash-Shufri dengan kekerasan senjata ber­
hasil pula menguasai Tunis. Demikian pula Ibn ltaf al-Azdi
bersama orang-orang Arab yang bennukim di daerah-daerah
dekat pantai ikut menambah banyaknya jumlah pembe­
rontakan. Di daerah-daerah pegunungan Muslimin Berber
juga tidak ditinggal diam Di sana-sini banyak meletus pem­
berontakan menentang pemerintahan 'Abdur-Rahman bin
.1-Iabib di Afrika Utara.
Tetapi yang paling banyak menghabiskan tenaga dan p i ­
kiran 'Abdur-Rahman bin Habib ialah pe1nberontakan yang
dilancarkan oleh 'Abdul-Jabar bin Qeis a lMuradi
- dan Harits
bin Talyad al-Hadhrami. Kedua-duanya merupakan tokoh
Muslimin Khawarij di Tripolitania. Tapi pasukan yang dikirim
oleh 'Abdur-Rahman bin Habib untuk menindas pemberon­
takan yang dilancarkan kedua tokoh itu selalu hanya kernbali
narnanya saja. Pemberontakan tersebut akhirnya berhasil
merebut daerah Tripolitania dan sekitarnya. Kedua tokoh itu
kemudian bersama-sama memegang pemerintahan atas kaum
Muslimin Berber suku Zinanah. Tetapi ternyata mereka ti­
dak dapat bertahan lama, karena keduanya berselisih, ben­
trok dan berbaku hantam.
Sepeninggal kedua tokoh tersebut, kaum Khawarij me·
ngangkat Isma'il bin Ziyad an-Naffusi. Untuk beberapa waktu
lamanya ia menjadi orang besar di daerahnya. 'Abdur-Rah·
man bin Habib sudah tidak sabar lagi. Ia keluar dengan

342
pasukan yang dipimpinnya sendiri untuk menumpas keku­
asaan Is1na'il di Tripolintania dan sekitamya. Peperangan
terjadi di daerah Tabes. Isma'il dikalahkan dan tidak seorang
pun dari pasukannya yang diberi kesempatan hidup oleh
"Abdur-Rahman bin Habib. Dengan ditumpasnya pembe­
rontakan di Tripolitania. pemberontakan-pemberontakan
Khawarij di daerc1h-daerah lain 1nudal1 dipadamkan. Untuk
sementara waktu Afrika Utara dan Maroko kembali men­
jadi tenang.

Abul-Khitar Lolos dari Penjara di Andalus


Abul-Khitar tidak lama meringkuk dalam penjara Tsa­
wabah yang terletak dalam kornpleks istana Kordoba. Ang­
gota keluarga Bani Qudha'ah (kelompok orang-orang Yaman)
menyusun kekuatan dan mengangkat pernimpinnya sendiri.
'Abdur-Rahman bin Nu'enn al-Kalbi. lbnu Nu'eim mem­
bentuk pasukan berkuda terdiri dari 40 orang dan pasukan
infantri 200 orang, dengan tujuan hendak mengadakan se­
rangan mendadak terhadap istana Kordoba. lstana diserang
dan penjara dijebol. Abul-Khitar dilarikan pasukan berku­
da ke Nidia, di Andalus Barat. Peristiwa ini terjadi tahun
128 H/746 M. Di Nidia Abul-Khitar tidak duduk tennenung.
la menyusun kekuatan dan n1e1nbentuk pasukan yang cukup
besar ju1nlahnya dan kebanyakan terdiri dari orang Yaman.
Pasukan ini hendak digerakkan untuk menggulingkan keku­
asaan Tsawabah di Kordoba.
Mendengar rencana pemberontakan itu, keluarlah Tsa­
wabah dengan pasukan Qeisnya (orang-orang Syam). Pada
waktu kedua belah pihak berhadap-hadapan, seperti dahulu
pernah dilakukan, orang-orang Qeis berteriak, "Mengapakah
kalian memerangi kami? Bukanlah katni sudah mengangkat
pemilnpin kalian menjadi pemimpin kami?" (yang dimaksud
ialah Tsawabah). Mendengar teriakan itu pasukan Abul­
Khitar menjadi bingung, kemudian pecahlah barisan mereka.
Lebih sepatuh pasukan Abul-Khitar berbalik haluan dan ber-

343
pihak kepada pasukan Tsawabah. Untuk kedua kalinya Abul­
Khitar dikalahkan dengan muslihat seperti itu dan dua s e ­
joli Tsawabah-Shumeil tetap menjadi penguasa Andalus,
dalam bentuknya seperti semula, yaitu Tsawabah sebagai
pelaksana resmi dan Shumeil sebagai perencana politik dan
kebijaksanaan yang berada di belakangnya.
Tidak lama setelah terjadinya peristiwa itu, wafatlah T s a ­
wabah secara tiba-tiba, setelah ia memerintah sebagai boneka
Shumeil selama kurang-lebih dua tahun. Pada saat itu keada­
an di banyak daerah sedang mulai menjadi gawat. Di Afrika
Utara dan Maroko selalu terjadi kegoncangan-kegoncangan
politik sebagai- akibat pemberontakan-pemberontakan yang
dilancarkan oleh Muslimin Berber dan Khawarij. Di pusat
kekuasaan dinasti 'Umayyah, Damaskus, sudah mulai panik
:nenghadapi ka.tnpanye kaum 'Abbasiyyah, yang semakin
lama semakin menggoyahkan istana. Di Andalus sendiri
tidak henti-hentinya pertarungan adu kekuatan antara orang­
orang yang berasal Yainan dengan yang berasal Syam (Qeis)
di samping pertarungan antara sesama orang Yaman sendiri.
Semuanya memperebutkan kekuasaan, baik di Damaskus,
di Afrika Utara, Maroko maupun di Andalus. Hati dan p i ­
kiran orang-orang Muslimin, baik yang berkebangsaan Arab
maupun yang bukan Arab tidak terpadu lagi seperti pada ja­
man Nabi Muhammad s.a.w. masih hidup. Kepentingan
duniawi telah menempatkan diri di dalam benak oknum­
oknum yang memperebutkan kepentingan pribadi, keluarga
dan golongan. Mereka terlepas dari tali tempat mereka ber­
gan tung dan dari batu tempat mereka berpijak. Oknum­
oknum yang memperebutkan kekuasaan itu sadar atau tidak
telah sepenuhnya mengikuti jejak Mu'awiyah bin Abi Sufyan.
Penyakit-penyakit jaman jahiliyyah tampak berjangkit kem­
bali.

Pemerintahan Bergilir Antar-Golongan di Andalus


Sepeninggal Tsawabah, pada mulanya orang-orang Yaman
menghendaki kembalinya Abul-Khitar sebagai penguasa

344
Andalus. Tetapi ha! ini ditentang keras oleh Shumeil, yang
dalam ha! ini mendapat dukungan kuat dari keluarga Bani­
Mudhar. Kejadian itu merupakan petunjuk tentang n1ulai
tidak adanya lagi kebulatan pikiran di kalangan orang Yaman.
Dari pihak Abul-Khitar, sudah tentu ia sendiri ingin me-
1negang kekuasaan ke111bali di Andalus, dengan alasan ia
mempunyai hak untuk itu. la meninggalkan kekuasaan,
karena tidak dapat menghadapi lawan-lawan politiknya,
yang dengan kekerasan senjata telah menggulingkannya.
Di tengah pertengkaran antara sesama orang Yarnan itu
muncullah dua orang saingan, yaitu Yahya bin liarits dan
'Alnr bin Tsawabah. Dua orang yang sama-sama berasal dari
Kabilah Judhan1 ini masing-masing berkeinginan dapat men­
jadi penguasa Andalus. Salah seorang di antaranya, Yahya
bin 1-larits mengatakan, "Lebih adil kalau saya yang me­
megang kekuasaan dan pemerintahan, karena golongan saya
lebih besar jumlal1nya dibanding dengan golongan ka­
lian." Perdebatan dan perselisihan berlangsung berlarut ­
laru t tak menentu ujung-pangkalnya, sehingga selama ku­
rang-lebih empat bulan sejak meninggalnya Tsawabah,
Andalus dalam keadaan tanpa penguasa dan pe1nerintah.
Selama itu kaum Muslirnin Andalus hanya mengetengahkan
'Abdur-Rahman bin Katsir al-Lakhmi sebagai orang yang
diberi kepercayaan untuk menegakkan hukum-hukum
agama saja.
Dengan kecerdikan, kebijaksanaan dan sekaligus tipu
muslihat politiknya, Shumeil mengusulkan supaya peme­
gang kekuasaan di Andalus digilir secara bergantian. Setahun
dipegang tokoh Qeis (Syam) dan setal1un berikutnya di­
pegang tokoh Yaman. Usu! Shu1neil yang kelihatan adil
itu disetujui bulat oleh wakil-wakil penduduk Muslimin
Andalus. Tinggal lagi sekarang menetapkan siapakah yang
akan me1negang kekuasaan selama tahun pertarna, pihak
Qeis ataukah pihak Yaman.
Kali ini Shumeil muncul ken1bali dengan peranannya.
Ia 1nengusulkan supaya pemegang kekuasaan dalam tahun

345
pertama, seorang dari kabilah Qureisy, tidak pandang apakah
ia berasal Qeis atau Yaman. Shumeil memang benar-benar
cerdik. Ia tahu benar pada masa itu kabilah Qureisy masih
dipandang tinggi martabatnya. Suatu kabilah yang dianggap
paling berbobot dibanding dengan kabilah-kabilah lain­
nya, karena khalifah pada masa-masa lalu hingga sekarang
semuanya terdiri dari orang-orang Qureisy. Para penakluk
Andalus juga orang-orang Qureisy, apalagi karena Islam sen­
diri lahir di tengah-tengah orang Qureisy. Usul itu kemudian
dapat diterima lagi dengan bulat oleh semua pihak,• dan An-
dalus dapat di_selamatkan dari perebutan kekuasaan dengan
jalan kekerasan senjata.
Shumeil lalu menyebut kongkrit nama seorang Qureisy
sebagai calon, yaitu Yusuf bin 'Abdur-Rahman al-Fihri.
Caton ini pun akhirnya disetujui penuh oleh semua pihak
dan ia akan diangkat serta diakui sebagai pemegang keku­
asaan di Andalus selama setahun. Pribadi Yusuf dapat diteri­
ma karena:

a) Ia berasal dari keturunan 'Uqbah bin Nafi', penakluk


Afrika Utara dan pendiri kota Qairuan.

b) Ia lebih memenuhi syarat-syarat usia daripada orang-orang


Qureisy lainnya yang dicalonkan.

c) Selru;ia terjadinya pergolakan-pergolakan politik di Anda­


lus, Yusuf tidak terlibat dan bersama orang-orang lain
yang tekun beragama mengajarkan serta menyebarluaskan
agama Islam di kalangan penduduk pedesaan Evira. Ditam­
bah lagi ia dikenal sebagai orang saleh yang tidak mempu­
nyai cacat.

d) Ia bersikap netral dan selalu menghindarkan diri dari


usaha-usaha perebutan kekuasa�n di Andalus.

346
Tetapi ketika Shumeil mengajukan Yusuf sebagai calon
ia bukan tidak mempunyai kepentingan tertentu. Shumeil
tahu benar bahwa:

l) Yusuf seorang dari Qeis, seperti halnya Shumeil sendiri.

2) Ayah Yusuf, 'Abdur-Rahman bin Habib, pemah menghen­


daki kekuasaan atas Andalus, tetapi disingkirkan oleh
'Abul-Khitar ke Afrika Utara.
Menurut perhitungan Shumeil, setidak-tidaknya peristi­
wa yang pemah dialami oleh ayahnya pasti meninggalkan
pengaruh dalam pikiran anaknya. Paling sedikit Yusuf
tentu 1nempunyai perasaan tidak senang terhadap Abul­
Khitar, walaupun selama ini tidak pemah ditampakkannya.
Inilah yang oleh Shumeil hendak dimanfaatkan. Perasaan
pribadi Yusuf dipandang oleh Shumeil akan dapat mendo­
rong Yusuf untuk tetap berada di samping Shumeil dalam
menghadapi Abul-Khitar.

3) Yusuf seorang yang berperasaan halus dan lemah-lembut.


lni men1ungkinkan Shumeil dengan mudah mengemudi­
kannya dari belakang, seperti yang pemah dilakukannya
tcrhadap Tsawaball.
Deng�n demikian nantinya Yusuflah yang memegang k e ­
kuasaan secara reS1ni, tetapi pada hakikatnya Shumeil sen­
dirilal1 yang berkuasa.

4) Yang menyebabkan Shumeil dapat dengan mudah menja­


lankan muslihat politiknya, ialah karena ia tidak menon­
jolkan diri sebagai orang yang ingin berkuasa. Oleh karena
itu ia dapat dipercaya dan didukung semua golongan.

5) Shumeil merasa tidak sulit menghadapi dua orang saingan


yang lain, yaitu 'Amr bin Tsawabah dan Yahya bin Harits.
Kedua orang itu akan mudah diyakinkan bahwa kekuasa­
an di Andalus tidaklah patut diwarisi secara turun-temu-
run. Dibujuknyalah 'Amr supaya meninggalkan tuntutan­
nya. Karena kata Shumeil, kalau sampai 'Amr memegang
kekuasaan menggantikan ayahnya, pasti akan terjadi
pergolakan, terutama dari kalangan orang Qeis. Orang
Qeis akan mudah sekali menuduh orang Yaman rnemaksa
kan kekuasaan di Andalus dan mengubah Andalus menjadi
semacam wilayah dinasti baru. Tentang saingan lainnya
lagi, Yahya bin Harits, akan dapat diselesaikan Shumeil
dengan lebih 1nudah. Ia menjamin, Yusuf nanti akan m e ­
ngangkat Yahya sebagai penguasa daerah Regio/Rayya,
di mana ia akan banyak mendapatkan rejeki. Hal ini di­
terirna Yahya dengan gembira.

Dengan demikian Shu,neil berhasil meniadakan saingan­


saingan yang menandingi calonnya sendiri, Yusuf al-Fihri,
tanpa mengakibatkan hal-hal yang akan menimbulkan per­
golakan baru. Suatu kecerdikan yang patut dinilai pada
masa itu.

Perang Antar-Golongan Berkobar Kembali


Baru saja keadaan menjadi agak reda di bawah pemerin­
tahan Yusuf, Shumeil memberi isyarat kepadanya supaya
ia mengikuti garis politik Qeis untuk menyingkirkan orang­
orang Yaman dari jabatan-jabatan pemerintahan. Yusuf
yang kekuatannya hanya bersandar sepenuhnya kepada
Shumeil, tidak bisa berbuat lain, kecuali menyetujui keingin­
an Shumeil. Atas isyarat Shumeil, Yusuf memperhentikan
'
Yahya dari jabatan sebagai penguasa daerah Regio. Tentu
saja Yahya menjadi gusar, lalu menghubungi dan mengajak
Abul-Khitar untuk 1nen1ulai pemberontakan melawan Yusuf.
Orang-orang Yaman di banyak daerah pada umumnya
berpihak kepada Yahya, terutama mereka yang berasal
dari kabilah 1-Jimyar, Lakhmi dan Judham. Se.muanya ber­
sepakat mengangkat Yahya sebagai pemimpin pemberontak­
an. Mereka tidak mengangkat Abul-Khitar, mungkin karena
selama ini ia selalu gaga) dalam memimpin pemberontakan.
Tidak ada pilihan lain bagi Abul-Khitar, kecuali harus ikut
bersan,a pasukan yang sedang dipersiapkan Yahya untuk
memulai pemberontakan.
Ada se111entara orang Yaman yang berasal dari kabilah
Mudhar dan Rabi'ah berpihak kepada Shumeil dan Yusuf
al-Fihri.
Se,nentara itu habislah sudah masa satu tahun peme­
rintahan Yusuf sebagaimana yang dulu telah disetujui bersa­
ma oleh kedua belah pil1ak, Qeis dan Yaman. Maka tiba
gilirannya bagi orang-orang Yaman untuk memegang kekua­
saan pemerintahan. Yusuf sendiri menampakkan sikap re­
Ia melepaskan kekuasaan dari tangannya. Kecuali itu juga
karena Yusuf tidak bersedia memikul risiko terlalu besar,
berupa bencana perang, permusuhan dan dendam yang tak
ada henti-hentinya. Tetapi Shumeil berpendirian lain. Ia
tidak rela Yusuf melepaskan kekuasaan segala-galanya. Yu­
suf didesak supaya menindas gerakan-gerakan dan pe1nberon­
takan yang setiap saat akan dilancarkan oleh orang Yaman.
Yusuf 1nenolak. Shumeil kemudian tampil sendiri untuk
1nerni1npin pasukan dalam peperangan menghadapi orang
Yaman. Yusufhanya ikut di belakang Shumeil.
Pad a permulaan tahun l 30 If/747 M, pasukan Shumeil
berhadap-hadapan dengan pasukan Yahya dan Abul-Khitar.
Saat itu pertempuran berlangsung lebih hebat dibandingkan
dengan yang sudah-sudah. Seorang penulis sejarah, Ibn
'Udzriy, melukiskan: "Belutn pemal1 terjadi peperangan
antara sesama Muslimin di Andalus yang sehebat ini. Dari
semua peperangan antara kaum Muslimin Arab hanya Waqi
'atul-Ja,nu/ · dan 'Shiffein' sajalal1 yang lebih dahsyat dari
peperangan ini."
Peperangan antara orang Qeis dan orang Yaman tersebut
berakhir dengan kemenangan pasukan Shumeil. Pasukan Ya­
man mundur dan meninggalkan korban yang sangat besar.
Abul-Khitar dan Yahya melarikan diri, tetapi di tengah per­
jalanan berhasil ditangkap dan ditawan. Kedua orang ini

349
kemudian dibunuh sebelum tawanan-tawanan lainnya.
Baru saja Shumeil menyelesaikan pembunuhan terhadap
70 orang tawanan, datanglah kepadanya seorang rekan,
Qasim Abu 'Atha bin iiamad al-Muraji, minta kepada Shu­
meil, supaya 1nenyarungkan pedangnya dan menghentikan
pembunuhan. Shumeil menolak permintaan rekannya. Te­
tapi setelah rekannya mengancam, bahwa kalau Shumeil
meneruskan pembunuhan, ia (Qasim) akan menggerakkan
orang Yaman lainnya supaya berontak, Shumeil berhenti
melaksanakan pembunuhan dan meninggalkan tawanan­
tawanan yang masih hidup.

Andalus Dilanda Kekeringan


Dari tal1un 13 I H sampai 136 H/748 M - 753 M, musim
kemarau panjang menyerang Andalus berturut-turut. Musim
kering sedemikian hebatnya menyerang negeri itu, sehingga
kaum Muslimin Andalus banyak sekali yang meninggalkan
daerah-daerah pemukimannya di tengah dan utara, berbon­
dong-bondong menuju ke selatan. Bahkan sebagian dari
mereka banyak yang menyeberangi Selat Jabal Thariq me­
nuju ke Tanjah, Asillah dan pedesaan-pedesaan Berber lain­
nya. Tidak hanya di Andalus saja yang sulit me1nperoleh
bahan keperluan sehari-hari, melainkan juga di Maroko dan
Afrika Utara. Harga-harga sedemikian tingginya melonjak,
tidak dapat terjangkau lagi oleh kebanyakan penduduk.
Wabah penyakit meraja -lela dan banyak sekali jumlah pen­
duduk Andalus yang mati.
Tetapi orang-orang Sepanyol tidak mampu 1nemperguna­
kan peluang 'yang baik itu untuk merebut kembali negeri
mereka dan juga tidak sanggup mengambil kembali daerah­
daerah yang ditinggalkan oleh orang Arab. ltu disebabkan
mereka sendiri tidak luput dari penderitaan hidup akibat
serangan musim kemarau yang sangat melemahkan semangat
dan daya juang mereka.

350
Hubungan antara Shumeil dan Yusuf 1tetak

Sejak kernenangan Shumeil do.lam peperangan melawan


Abul-Khitar dan Yahya di Secunda, kedudukan Shurneil
menjadi sangat bertan1bah kuat, wibawanya sernakin besar
dan luas serta semakin banyak pula orang yang 1nenggantung­
kan harapan kepada Shu1neil dan kemimpinannya. Banyak se­
kali orang yang telah 1nengakui ketangkasannya dalan1 meng­
hadapi berbagai masalah. I-Jal ini menhnbulkan kekhawatiran
dala1n hati Yusuf al-Fihri, lebih-lebih karena Yusuf sendiri
inerasa bahwa kekuasaannya di Andalus tidak lain hanyalah
hasil usaha Shu1neil dan kebijaksanaan politiknya yang di­
tekankan kepadanya, yaitu ketika Shumeil 1nelanggar janji
kepada orang Yarnan untuk 1nengatur kekuasaan secara ber­
gilir tiap setahun. Yusuf al-Fihri sebagai orang yang halus
tabiat dan pembawaannya, sangat takut menghadapi suatu
kemungkinan yang akan diperbuat Shumeil terhadap diri­
nya. Sifat-sifat Shumeil yang keras dan pikirannya yang
cerdik meyakinkan Yusuf akan kemungkinan terjadinya hal­
hal yang buruk di ken1udian hari.
Yusuf al-Fihri ingin sekali n1enjauhkan Shumeil dari sam­
pingnya. Tetapi ia tidak mene1nukan jalan lain, kecuali
1nemberikan jabatan kekuasaan tertentu kepadanya. Diang­
katlah Shumeil sebagai penguasa daerah Saragossa. Dengan
demikian Shumeil akan berada di tempat yang agak jauh
dari Kordoba. Sebagai orang yang cerdik, cerdas dan biasa
1nelakukan muslihat politik, Shumeil memahami sepenuhnya
apa maksud pengangkatan dirinya sebagai penguasa daerah.
Meskipun begitu Shumeil menunjukkan ketaatan dan be­
rangkatlah ia ke Saragossa. Sampai di Saragossa Shumeil
1nenjumpai penduduk sedang ditimpa bencana kelaparan.
Untuk sementara Shumeil 1nelepaskan kefanatikan golongan
yang selama ini 1nemenuhi benaknya. Ia bekerja keras me·
nanggulangi kesukaran-kesukaran hidup penduduk, tidak
membeda-bedakan apakah orang Qeis ataukah Yaman. De­
ngan demikian ia makin banyak lagi merebut hati penduduk

35 I
setempat. Tahun-tahun kemarau panjang mulai reda dan ti­
dak lama lagi akan lewat. Shumeil mulai berpikir lagi ten­
tang rencana apa yang sebaiknya.

Dinasti Bani Umayyah Runtuh


Di Damaskus, dinasti Bani Umayyah yang ditegakkan Mu -
'awiyah bin Abi Sufyan kurang lebih 89 tahun yang lalu seba­
gai hasil perebutan kekuasaan dari tangan Khalifah 'Ali bin
Abi Thalib, runtuh ditelan badai perebutan kekuasaan yang
dilancarkan oleh gerakan 'Abbasiyyah. 'Abul-Abbas diumum­
kan di Iraq seb�gai Khalifah pada tanggal 12 Rabi'ul-Akhir
132 H, atau tanggal 28 Nopember 749 M. Selama 89 tahun
sanak keluarga Mu'awiyah bin Abi Sufyan menikmati kehi·
dupan sebagai raja-raja dan bangsawan-bangsawan Arab,
yang belum pernah terjadi sebelumnya. Selama 89 tahun
sanak keluarga Mu'awiyah dan anak cucunya merasa aman,
tenteram, berkuasa dan dapat berbuat apa saja sekehendak­
nya sebagai raja-raja yang menyandang gelar "Khalifah"
dan "Amirul-Mu'minin".
Saat itu Mu'awiyah (kalau masih hidup) bersama semua
keluarga dan anak-cucunya harus meninggalkan istana Damas­
kus, sebagai buronan ujung pedang kaum 'Abbasiyyah.
Anggota keluarga istana yang sempat lari, berusaha menye­
lamatkan diri. Tetapi yang karena panik tidak sempat lari,
terpaksa menyerahkan leher kepada orang-orang 'Abbasiy­
yah untuk menebus perbuatan kakek-kekeknya (Mu'awi­
yah dan anak-anaknya ) yang dahulu telah mencincang
anak-cucu 'Ali bin Abi Thalib r.a. dan pendukung-pendu­
kungnya. Mahaadillah Allah dengan segala kehendak-Nya.
Keruntuhan dinasti Bani Umayyah di Damaskus, sudah
tentu besar �kali akibatnya bagi Afrika Utara, Maroko dan
Andalus. Dengan sendirinya daerah-daerah itu akan mengha­
dapi masalah nasib beberapa orang anggota keluarga istana
yang lari dari Damaskus untuk mencari perlindungan. Mereka
tidak mungkin lari ke timur, karena pasukan 'Abbasiyyah

352
datang dari daerah-daerah timur. Satu-satunya tempat bagi
orang-orang pelarian istana itu ialah di daerah-daerah Barat.
Walaupun demikian orang�rang 'Abbasiyyah tidak membiar­
kan mereka lari begitu saja. �tereka dikejar dan ternyata
banyak yang harus mati di ujung pedang, tennasuk di antara­
nya Marwan bin Mul1ammad sendiri, Khalifal1 terakhir di­
nasti U1nayyah, yang tertangkap dan dibunuh di Mesir.
Mujurlal1 bagi orang yang masih dapat lolos dari penge­
jaran 'Abbasiyyah. Mereka ini dua orang anak \Valid bin Ya­
zid, 'Ashi dan Musa, 'Abdur-Rahman bin Mu'awiyah bin
Hisyam bin 'Abdul-Malik, anak 'Abdur-Rallman sendiri yang
bema1na Sulaiman, pelayan •Abdur-Rahman yang bernama
Badr, pelayan saudara perempuan 'Abdur-Rahman (Ummul­
Asbagh) yang bernama Salim Abu Suja'. Salim inilah orang
yang paling dipercaya oleh rombongan pelarian itu untuk
berusaha memperoleh perlindungan guna menyelamatkan
nasib mereka.
Sudah tentu se1nua pelarian dinasti Umayyall itu tidak
se1npat lagi 1nemikirkan atau me1nimpikan siapa di antara
1nereka yang akan meajadi raja kembali. !vtereka lari hanya
karena takut mati mendengar gemerincingnya pedang 'Abba­
siyyah yang datang dari daerah titnur.
Pada umumnya orang yang mengharapkan celakanya
dinasti Bani U1nayyah yang melarikan diri itu tidak terlepas
dari fanatisme golongan atau sekurang-kurangnya hanya ka­
rena hendak bekerjasan1a dengan kekuasaan baru. Tetapi
bagi rombongan pelarian itu masih ada harapan untuk dapat
selamat. Mereka masih mempunyai ruang gerak yang agak
leluasa di Afrika Utara dan Andalus, meskipun ada ke1nung­
kinan lain yang dapat n1en1bahayakan diri mereka. Kalau h a ­
nya sekadar untuk menyelamatkan diri saja, barangkali tidak
akan banyak 1nenemukan kesukaran.
Setelah mereka sampai di Afrika Utara dan merasa aman,
dan setelah menyaksikan sendiri berkecan1uknya perteng­
karan-per tengkaran di Afrika Utara dan Andalus, mereka
lalu ber pikir hendak mempergunakan peluang untuk n1eraih

353
kembali kekuasaan yang telah hilang. Tapi niat rahasianya
bocor dan lambat-laun menjadi rahasia umum.
Ketika penguasa Afrika Utara, Maroko dan Andalus,
'Abdur-Rahman bin Habib, mendengar niat itu, ia segera
keluar dengan membawa sejumlah pasukan untuk mencegat
rombongan pelarian di tengah jalan. Tokoh rombongan yang
paling terkemuka ialah 'Abdur-Rahman bin Mu'awiyah bin
Hisyam bin 'Abdul-Malik, mendengar bahwa rombongannya
akan dicegat 'Abdur-Rahman bin Habib, segera mengubah
arah perjalanan dan berbelok ke selatan, lalu berbelok k e m ­
bali ke arah tiJl:lur, dan akhirnya tibalah mereka di Tripoli­
tania. Mereka berhenti sementara di tengah-tengah kaum
Muslimin Berber suku Naghzawa. Semua merahasiakan
indentitasnya masing-masing, bahkan ibu 'Abdur-Rahman
bin Mu'awiyah sendiri diperkenalkan sebagai seorang hamba
sahaya wanita yang bernama Rah. Dari sana 'Abdur-Rahman
bin Mu'awiyah pergi meneruskan perjalanan ke arah barat.
Anehnya, walaupun banyak orang Berber suku Naghzawa
melihat 'Abdur-Rahman pergi meninggalkan rombongan,
mereka sama sekali tidak menaruh perhatian pada gerak­
geriknya yang tampak bingung dan ketakutan.

Pemberontakan terhadap Ymuf al-Fihri di Andalus


Lama sudah Yusuf al-Fihri berkuasa di Andalus. Keku­
asaan yang pada mulanya seolah-olah dipaksakan oleh Shu­
meil kepadanya. Orang-orang Yaman mulai bangkit kembali
hanya karena merasa tidak senang diperintah oleh orang yang
berasal Qeis (Syam).
Di timur-laut daerah Narbonne, 'Abdur-Rahman bin Alga­
mah al-Lakhmi mulai melancarkan perlawanan bersenjata,
tetapi Yusu� dapat dengan mudah 1nemadamkannya, lalu
lbnu Alqamah sendiri dijatuhi hukuman mati. Kota Tago
mencatat pula terjadinya pemberontakan yang dipin1pin
'Urwah. Yusuf berhasil menumpasnya.
Pe1nberontakan yang paling mencemaskan Yusuf ialah

354
yang dilancarkan oleh orang-orang Qeis. Pertatna, karena
mereka itu dari golongan Yusuf sendiri. Kedua, karena me­
reka n1e1npunyai hubungan dengan Khalifah 'Abbasiyyah
kedua Abu Ja'far al-Manshur. Ketika propaganda dan kan1pa­
nye orang-orang 'Abbasiyyah tidak 1nenghasilkan buah apa
pun di negeri Andalus, se1nua orang yang bem1usuhan dengan
Shumeil dan Yusuf al-Fihri mempersatukan diri di sekeli­
ling 'Abdur-Ralunan bin Mu'awiyah bin I-iasyrun bin •Abdul­
Malik, lalu pelarian dinasti Ufllayyah ini dimasukkan mereka
ke Andalus.
Pada tahun 136 H, untuk n1enaikkan 'Abdur-Rahman bin
Mu'awiyah ke atas singgasana kekuasaan, 1-Iabbab bin Rawwa­
hal1 az-Zuhri tnelancarkan pe1nberontakan dan mengepung
Shu1neil di Saragossa selan1a 7 bulan. Pada tahun itu juga
Trunin1 bin Ma'bad, juga dari Bani Zuhrah seperti Habbab,
melancarkan pemberontakan. Tetapi pen1berontakannya
yang sampai dua kali itu tidak berhasil menggoncangkan
Shu1neil dan tidak pula 1nenggoyahkan kekuasaan Yusuf
al-Fihri.
Pada tal1un I37H/755M keadaan 1nenjadi berubah.
Seorang pen1uda dari keluarga terhormat di Kordoba dan
,nerupakan salah seorang terke1nuka dari Bani Mudhar,
'An1ir bin 'Amr bin Wahbab al-'Abdari, muncul dengan kam­
panye yang bertujuan mengerahkan dukungan massa kepada
Khalifah 'Abbasiyyah di timur. Kampanye ini disam­
but hangat oleh orang-orang Yainan, Berber dll. Dengan para
pengikut bersenjata 'Amr berangkat menuju ke Saragossa.
Di sini ia mempersatukan aksi-aksinya dengan Tamim bin
Ma'bad. Kedua-duanya berkampanye secara terang-terangan
n1endukung Khalifah 'Abbasiyyah. Pengepungan terhadap
Shumeil diperkeras oleh kedua orang tokoh trsebut.

Pemberontakan Orang-orang Sep anyol di Gallicla


Telah dikemukakan ballwa kedudukan orang Arab di
lembah Sungai Duera - Gallicia -, belum pemah dapat

355
bertahan lama, apalagi berakar. Untuk pertama kalinya se­
orang penguasa Arab diusir orang Sepanyol justru terjadi
di Gallicia, yaitu pada masa hidupnya Pelayo, yang oleh
lbn Khaldun disebut dengan na,na kiasan "Anak Navilla''.
Pelayo meninggal dan kemudian digantikan anaknya yang
bemama Vavilla -· penamaan yang diberikan Ibnu Khaldun.
Vavilla menggantikan ayahnya sebagai raja kecil bagi orang
Sepanyol di Gallicia selama 2 tahun (73 7-739 M/ 119-121 Ii).
la tidak banyak diketahui peranannya dalam sejarah. Sehabis
masa kekuasaan Vavilla, orang Sepanyol di daerah tersebut
mengangkat Alphonso ·- orang Arab menyebutnya Adfon­
son bin Bitra -; Menurut tulisan orang Barat, Alphonso I
berkuasa selama 18 tahun (739-757 M/ I 2 I -139 H).
Pada tahun 133H/750M penduduk Gallicia bangkit
mengangkat senjata terhadap kaum Muslirnin. Yusuf al­
Fihri ragu-ragu mengirimkan pasukan ke Gallicia. Padahal
kaum Muslimin di daerah itu dalam keadaan lemah. Dala1n
usaha bela diri terdapat beberapa orang Muslimin 1nati ter·
bunuh. Yang tidak tahan tekanan pergi 1neninggalkan Galli­
cia menuju ke selatan. Sedangkan Muslimin yang lemah
imam dan tidak mampu membayar pajak kepada kekuasa­
an Sepanyol dan tidak berani pula merantau ke daerah
lain, terpaksa memeluk agama Nasrani. Akhirnya pada ta­
hun 136 H/753 M, Muslimin di Duera hanya tinggal sedikit
dan dalam keadaan sangat lemah.

.,bdur-Rahman bin Mu'awiyah Bertekad Masuk AndaJus


Pada tahun 137 H/755 M, tokoh terkemuka rombongan
dinasti Mu'awiyal1 (Bani Umayyah) yang sedang melarikan di·
ri dari Damaskus, Abdur-Rahman bin Mu'awiyyal1, masih da­
lam perjalanan disertai pelayanannya, Badr. Adapun pelayan
ibunya, Salim Abu Suja', telah 1neninggalkan rombongan dan
kembali ke daerah timur, akibat perselisihan dengan 'Abdur­
Rahman.
Penguasa Afrika Utara di Qairuan, 'Abdur-Rah1nan bin

356
Habib, masih tetap giat mengejar-ngejar 'Abdur-Rah,nan bin
Mu'awiyah dan berseru kepada semua penduduk supaya
menyerahkan pelarian itu kepadanya. Secara dia1n-dia1n dari
tempat persembunyiannya, 'Abdur-Rahman bin Mu'awiyah
memerintahkan pelayannya berangkat ke Andalus untuk
rnenyrunpaikan sepucuk surat kepada para pendukungnya
di negeri itu, khususnya mereka yang dahulu pernah men­
jadi hamba keluarganya ketika ia n1asih berkuasa di Damas­
kus. Dalan1 suratnya itu 'Abd.ur-Ralunan bin l'vtu·awiyah 111e­
ngemukakan keluh-kesah atas perlakuan yang dialaminya dari
pihak 'Abbasiyyal1, dan tentang pengejaran yang selama ini
masih dilakukan oleh 'Abdur-Rahman bin Habib. Ia minta
kepada para pendukungnya di Andalus supaya n1enyediakan
ten1pat baginya di tengah-tengah rnereka, agar ia 1nerasa a­
man. 'Abdur-Rahman bin Mu 'awiyah tidak terang-terangan
menyebut ,nasalah kekuasaan atau kerajaannya, tetapi se­
cara samar-samar surat tersebut mengandung isyarat ke arah
itu.
Pihak yang merteri1na surat tersebut ken1udian ,nemper­
bincangkan pennintaan 'Abdur-Rahman bin Mu'awiyah
dengan tokoh mereka, Abul-llajjaj Yusuf bin Bukht. Semua­
nya sepakat untuk tidak membocorkan isi surat itu sebelum
f.)irundingkan lebih dulu dengan Shumeil bin I-latim di Sara­
gossa.
Ketika itu pengepungan terhadap Shumeil yang dilakukan
'Amir dan Tamim sedang ketat-ketatnya. Shumeil hamprr
tidak dapat berkutiR:, sehingga hampir putus asa dan hendak
menyerah. la mencoba meminta pertolongan kepada Yusuf
al-Fihri, tetapi tidak mendapat perhatian karena Yusuf
tidak menyukai Shumeil dan ia 1nerasa lebil1 senang kalau
Shumeil tewas, agar bebas dari ganguan Shumeil. Yusuf
al-Fihri hanya menjawab bahwa rakyat dewasa ini sedang
menghadapi bencana kelaparan, dan tidak punya pasukan
yang dapat dikirim ke Saragossa.
Setelah Shumeil tidak 1nen1peroleh pertolongan dari
Yusuf sedang pengepungan n1akin menjadi ketat, ia segera

357
mengirin1 surat secara dia1n-diam kepada bekas pasukan­
pasukannya yang bennukim di "Qinsirein" (Jaen) dan
di "Damaskus" (Evira) serta Granada. Kepada mereka
Shumeil 1nenulis panjang-Jebar minta pertolongan. Mereka
semua mufakat n1enolong Shumeil dan segera berangkat
ke Saragossa dengan senjata lengkap.
Di antara mereka terdapat seorang tokoh militer yang
berpengalaman bernama Abu 'Utsman Ubaidillah bin 'Uts­
,nan, bekas hamba sahaya yang dimerdekakan oleh Bani
Umayyah, dan 'Abdullah bin Khalid bin Abban bin Aslatn,
bekas hamba sahaya yang dimerdekakan oleh 'Utsn1an bin
'Affan r.a. serta Ubeidillah bin 'Ali, kepaJa suku Bani Kilab
yang menggantikan Shumeil.
Pertama-tarna mereka hendak n1enolong Shumeil, di
samping itu hendak berunding dengan Shumeil tentang surat
yang mereka terima dari 'Abdur-Rahman bin Mu'awiyah
dari Afrika Utara melalui pelayannya, Badr. Untuk keperlu­
an tersebut mereka mengangkat Sulai1nan bin Syihab, seorang
tokoh terkemuka dari Bani Ka'ab, la juga seorang ahli si­
asat perang yang berpengalaman, yang oleh Abul-Khitar
dimukimkan di "Damaskus" (Evira). Bersama 1nereka ikut
pula pelayan 'Abdur-Rahman bin Mu'awiyah, Bdr, yang
datang ke Andalus atas perintah tuannya untuk menya1npai­
kan surat kepada alamat yang sudah ditentukan.
Ketika 'Amir bin 'Amr dan Tamim bin Ma'bad mendengar
berita tentang akan datangnya pasukan-pasukan dari luar Sa­
ragossa untuk menolong Shumeil, mercka takut dan segera
melepaskan pengepungan, meninggalkan Saragossa.

Sikap Shumeil terhadap 'Abdur-Rahman bin Mu•awiyah


Shumeil sekarang telah bebas dari kesulitan. Pasukan­
pasukan yang datang ke Saragossa untuk menolongnya dite­
rin1a dengan baik. Mereka dengan ge1nbira m�nyan1paikan
berita tentang maksud kedatangan ·'Abdur-Rah,nan bin Mu -
'awiyah ke Andalus, sebagairnana yang telah direncanakan.

358
Shu1neil n1engadakan pertemuan khusus untuk merundingkan
rencana kedatangan 'Abdur-Rahman bin Mu'awiyah ke
Andalus, sebagaimana yang telah direncanakan. Pada perte­
muan ini, Badr, utusan 'Abdur-Rahman bin Mu'awiyah, me­
nyerap.kan sepucuk surat yang dibawanya dari Afrika Utara
dan yang dibubuhi cap cincin 'Abdur-Rahman. Bersamaan de­
ngan itu diserahkan pula cincin 1neterai, untuk dipergunakan
dalain gerakan kampanye mencari dukungan bagi 'Abdur­
Rahman bin Mu'awiyah.
Semua keterangan yang diberikan Badr didengar baik­
baik oleh Shun1eil. la berpikir sejenak kemudian menyata­
kan kesanggupannya untuk !nemberikan dukungan dan ban­
tuan kepada 'Abdur-Rahman bin Mu'awiyah. Bahkan Shu­
meil mengusulkan agar 'Abdur-Rahman bin Mu'awiyah ber­
sedia menikahi putrinya yang bernama Umm Musa. Adapun
Umn1 Musa seorang janda 1nuda, bekas istri Qathn bin 'Ab­
dul-Malik bin Qathn. Maksud Shumeil hendak menjadikan
'Abdur-Rahman bin Mu'awiyah sebagai menantu, untuk l e ­
bih mempertegas hubungan resmi kekeluargaan. Tetapi
setelah ia 1nempertimbangkannya lebih jauh lagi, ia mengu­
bah pendiriannya. la takut kalau-kalau nanti dituduh oleh
orang-orang Yaman sebagai tokoh yang berpihak sepenuhnya
kepada Bani Umayyah (orang-orang Qeis). Namun baik Shu­
meil maupun hadirin pada pertemuan itu bersepakat untuk
tidak membocorkan segala sesuatunya.

Badr Kembali ke Afrika Utara Menghadap 'Abdur-Rahman


Karena tidak adanya bukti tentang ketegasan dari pihak
Shumeil dan orang-orang Bani Rabi'ah serta Bani Mudhar,
para pendukung 'Abdur-Rahman lainnya 1nenjadi ragu-ragu.
Mereka cenderung untuk mencari dukungan dari golongan
orang Yaman. Orang Yaman temyata mempunyai hasrat
dan minat besar dalam ha! ini, dengan perhitungan keduduk­
an n1ereka di kemudian hari akan menjadi kuat di Andalus.
Menurut hemat n1ereka bekerjasama dengan 'Abdur-Rahman

359
bin Mu'-awiyah, akan menjadikan mereka kuat dan setelah
kuat ,nereka dapat mengambil tindakan pembalasan terhadap
orang Qeis (Syam).
Badr pulang kembali ke Afrika Utara menghadap tuannya,
'Abdur-Rahman bin Mu'awiyah, dengan 1nenyerahkan uang
500 dinar yang diperoleh dari bantuan pendukung 'Abdur­
Rahman bin Mu'awiyah di Andalus, dan disertai sebelas
orang pengiring pada awal tahun 137 H/754 M. Di antara
kesebelas orang itu ialah Abu GhaJib Tammam bin Alqamah
ats-Tsaqafi dan Syakir. Mereka semua ingin mendengar
sendiri segala sesuatu yang akan dilaporkan Badr kepada
tuannya, menambah yang kurang dan meniadakan yang
lebih.

Pertolongan Yusuf A lFihri


- kepada Shumeil Terlambat
Semua yang terjadi di Andalus tentang kegiatan golongan
pendukung 'Abdur-Rahman bin Mu'awiyah yang meningkat,
tidak banyak diketahui oleh Yusuf al-Fihri. Ia masih terpaku
pada pemikiran kesalahan sikap dan politiknya dalam meng­
hadapi Shumeil. Disadarinya bahwa apabila ia tidak segera
mengambil langkah-langkah mengoreksi kekeliruannya, aki­
batnya akan besar di kemudian hari. Lebih-lebih setelah
banyak terjadi kegoncangan politik di berbagai daerah. la
merasa benar-benar memerlukan Shumeil.
Bertolak dari pemikiran seperti itu, pada bulan Dzulqai­
dah tahun 127 H/Mei 755 M, Yusuf al-Fihri berniat ,ne­
ngumpulkan sejumlah pasukan untuk menolong Shumeil
di Saragossa. la mengajak berunding Abu 'Utsman bin Ubai­
dillah dan 'Abdullah bin Khalid. Yusuf tidak tahu bahwa
k,edua tokoh yang diajak berunding itu sudah menjadi pen­
dukung 'Abdur-Rahman bin Mu'awiyah. Yusuf minta kepada
1nereka supaya mempersiapkan pasukan untuk menolong
Shumeil.
Kedua tokoh tersebut tidak dapat memenuhi permintaan
Yusuf, dengan alasan bahwa sebagian besar pengikut mereka

360
sudah berangkat ke Saragossa untuk n1enolong Shumeil.
sedangkan yang sebagian lagi tidak dapat menghadapi pepe­
rangan, karena mereka tidak tahan dingin. Kendati den1ikian,
kedua tokoh itu 1ne1nberikan janji kepada Yusuf, bahwa
1nereka akan berusaha sekuat 1nungkin n1engerahkan sejum­
lah pasukan yang kiranya 1nasih dapat dikerahkan dan akan
1nenyusulkan pasukan itu kepada Yusuf di Toledo.
Keluarlah Yusuf a l F - ihri 1neningga1kan Kordoba membawa
seju1nlah pasukan yang dikerahkan sendiri ke Jaen untuk
kemudian langsung menuji1 ke Saragossa. Tetapi baru saja ia
sa1npai di ·roledo, tiba-tiba diketahuinya Shu1neil sudah bera­
da di kota tersebut dan tidak lagi n1e1nerlukan pertolongan
Yusuf a l I- -'ihri. Pada saat itu di Gallicia dan Besyktis sedang
terjadi pe1nberontakan yang digerakkan oleh orang-orang
Sepanyol. Dari Toledo Yusuf al-Fihri 1nemerintahkan dua
kesatuan bersenjata untuk ntenindas pemberontakan yang
terjadi di kedua daerah tersebut. Yusuf sendiri n1emimpin
pasukan lainnya untuk menindas pen1berontakan yang d i ­
gerakkan Tamiln bin Ma'bad dan 'An1ir bin 'A1nr, yang baru
saja mengepung Shumeil di Saragosa. Yusuf berhasil menang­
gulangi pe1nberontakan ini dan kedua orang tokohnya
dapat ditangkap dan ditawan. Kemudian Yusuf al-Fihri
kembali ke Kordoba bersama Shumeil.

'Abdur-Rahman bin Mu'awiyah Masuk Andalus


Dengan bantuan pendukung-pendukungnya di Andalus,
pada bulan Rabi'ul-Awwal tahun 138 H/755 M 'Abdur­
Rahman bin Mu'awiyah bin Hisya1n bin 'Abdul-Malik men­
darat di pantai Almunecar, Andalus. la dijemput oleh 'Abdul­
lah bin Khalid dan Abu 'Utsman Ubaidillah bin 'Utsman.
Oleh kedua orang tersebut 'Abdur-Ralunan segera dibawa
ke Tours dan ditempatkan di rumah Abul-Hajjaj Yusuf
bin Bukht. la mendapat kunjungan dari banyak orang, ter­
utama mereka yang berasal dari keluarga Bani Umayyah
Orang-orang dari Sevilla juga tidak ketinggalan mengunjungi

361
'Abdur-Rahman dan 1nenyatakan dukungan serta kesetiaan
kepadanya. Demikian pula banyak rombongan lain yang
datang dari berbagai daerah. Orang-orang yang berasal dari
Syam yang dahulu dimukimkan oleh Abul-Khitar terpencar­
pencar di berbagai daerah beramai-ramai menghadap 'Abdur­
Rahman. Semuanya siap 1nengikuti perintah anak keturunan
raja-raja dinasti Bani Umayyah yang telah runtuh itu.
Semua itu terjadi pada waktu Yusuf al-Fihri dan Shumeil
sedang dalam perjalanan menuju Kordoba san1bil n1e1nbawa
dua orang tawanan, Ta1nim dan 'Amir. Di tengah perjalan­
an Yusuf dan Shumeil menerima laporan, bahwa komandan
yang memimpin pasukan untuk 1nenindas pemberontakan
di Gallicia, Sulaitnan bin Syihab, telah gugur dalam pertem­
puran dan pasukannya dikalahkan kaum pemberontak
Sepanyol. Sulaiman bin Syihab adalah komandan pasukan
yang rnasih diragukan kesetiannya kepada Yusuf. Oleh karena
itu Yusuf tidak seberapa terkejut dan tidak siap memberikan
bantuan kepada pasukan yang kalah di Gallicia. Dalam ke­
adaan seperti itu Yusuf menerima isyarat dari Shumeil su­
paya dua orang tawanan yang dibawanya dibunuh, maka
dibunuhlah 'famim dan 'Amir.
Tidak berapa lama kemudian Yusuf menerima laporan
lagi dari Kordoba, pusat pemerintahan yang sedang ditinggal­
kan, yang menyatakan bahwa 'Abdur-Rahman bin Mu'awi­
yah telah mendarat dan masuk ke Andalus, lalu menyerang
Kordoba untuk berusaha merebut kekuasaan. Wakil Yusuf
yang ditinggalkan di Kordoba tidak mampu mengatasi
keadaan dan pasukannya dikalahkan oleh pasukan 'Abdur­
Rahn1an bin Mu'awiyah.
Berita yang menggemparkan itu cepat sekali tersiar di
kalangan pasukan Yusuf. Mereka bingung dan banyak yang
meninggalkan barisan Jalu bergabung dengan pasukan 'Abdur­
Rahman bin Mu 'awiyah di Kordoba. Shumeil cepat melihat
gelagat. la yakin bahwa Yusuf tidak akan sanggup meng ha­
dapi 'Abdur-Rahman. Oleh karena itu Shumeil minta kepada
Yusuf supaya mengambil sikap lunak dan lemah-lembut

362
terhadap 'Abdur-Rah1nan sebagai 1nuslihat politik. Shumeil
mengernukakan alasan, antara lain, bahwa 'Abdur-Rahman
,nasih sangat 1nuda usianya dan belum lama menikn1ati
kekuasaan.
Atas nasihat dan pennintaan Shumeil itu Yusuf n1engi­
rimkan utusan kepada 'Abdur-Rah1nan bin Mu'awiyah di
Kordoba, me1nbawa sejumlah hadiah yang berharga, terdiri
dari uang sejumlah besar sekali dan berbagai jenis pakaian
yang serba indah. Sepucuk surat yang dikiri1nkan kepada
'Abdur-Rahman berbunyi sebagai berikut:
"Ka1ni mendengar, bahwa Tuan telah mendarat dengan
selamat di pantai Almunecar dan sekarang Tuansudah berada
di tengah-tengah orang banyak. Syukurlah bahwa Tuan telah
selamat dari kaum perarnpok, penipu dan orang-orang yang
tipis in1a1nnya (yang diinaksud ialah kaum 'Abbasiyyah).
Sekarang kami 1nenawarkan kepada Tuan, jika sekiranya
Tuan 1nenghendaki, harta benda dan kehormatan. Bagi Tu­
an kami inilah orang-orang yang terbaik dibandingkan de­
ngan orang lain, dari siapa l'uan memerlukan perlindungan.
Kami akan menjaga kearnanan Tuan dan akan menempatkan
Tuan di mana saja Tuan kehendaki. Kami tidak akan me­
ngijinkan anak paman kami yang sekarang sedang menjadi
penguasa di Afrika Utara (yang dimaksud ialah 'Abdur-Rah­
man bin Habib) atau orang lain mengusik ketenteraman
Tuan."
Selain itu Yusuf al-Fihri juga menawarkan kepada 'Abdur­
Rahman bin Mu'awiyah, jika ia 1nenyetujui, untuk menika­
hi putrinya. Juga 'Abdur-Rahman diminta memilih tempat
tinggal yang dianggapnya baik, di Granada, Evira atau Regio.
Bahkan kepada 'Abdur-Rahman ditawarkan pula untuk
menjadi penguasa daerah tersebut.
Tetapi ternyata 'Abdur-Rahman hanya menerima hadiah­
hadiahnya saja. la menolak dipungut sebagai menantu dan
tidak bersedia menetap di sebuah tempat.

363
Perang antara 'Abdur-Rahman dan Yusuf

Tampaknya, dari sikap Yusuf yang demikian ra1nah 'Ab­


dur-Rahman mengambil kesi1npulan, bahwa posisi Yusuf
lemah sekali. 'Abdur-Rahman yang sejak semula berniat
1ne1nulihkan kembali kekuasaan dinasti Bani U1nayyah -
walaupun sulit untuk diterima - sekarang lebih terang-t e ­
rangan dala1n menghimpun dukungan dari berbagai golong­
an penduduk Andalus. Banyak sudah kaum Muslimin Anda­
lus yang berhimpun di sekitarnya. Selama kurang-lebih.
6 bulan niereka mempercayakan segala urusan kepada pe­
mimpin yang baru datang ini. Kampanye untuk 1nenaikkan
'Abdur-Rahman ke singgasana kekuasaan di Andalus semakin
digalakkan. 'Abdur-Rahman sendiri selalu berkeliling ke pel­
bagai kota dan berseru kepada semua orang untuk mendu­
kung usahanya.
Setelah semuanya siap dan kepastian harus berperang
telah diambil, 'Abdur-Rahman mengerahkan semua pengikut
dan pendukungnya ke sebuah tempat yang tidak jauh letak­
nya dari ibu-kota, Kordoba, sebelah selatan Sungai Guadal·
quivir, desa Colomera, termasuk daerah Tacina yang admi­
nistratif berada di bawah pemerintahan daerah Sevilla. Peris­
tiwa ini terjadi pada hari Senin tanggan 6 bulan Dzulhijjah
tahun 139 H/756 M. Yusuf al-Fihri dan Shumeil beserta
pasukan-pasukannya tiba di Almodovar, daerah Megara,
dekat Kordoba tanggal I Dzulhijjah tahun itu juga. 'Abdur­
Rahman bin Mu'awiyah yang telah siap siaga menghadapi
peperangan segera menuju ke Megara. Maka pasukan kedua
belah pihak berhadap-hadapan, hanya dipisahkan oleh
sebuah sungai yang sedang banjir, sehingga tidak ada pihak
yang dapat segera menerkam lawannya. Masing-masing hanya
berteriak saling mengumpat dan menantang.
Pada hari Kamis tanggal 9 Dzulhijjah, hari Arafat, sehari
sebelum ldul Adha, air sungai tampak surut. 'Abdur-J{ahman
dan pasukannya segera menyeberang ke tepi utara, tempat
pasukan Yusuf berada. Pada saat itu Yusuf menawarkan

364
perjanjian perda,naian, tetapi ditolak oleh 'Abdur-Rahman
setelah lebih dulu ditawarkan kepada pasukannya. Ketika
itu se,nua pasukan 'Abur-Rahman, terutama orang-orang
Bani Urnayyah dan Yaman, bulat menolak perjanjian per­
damaian dengan Yusuf. Mereka hanya menghendaki Yusuf
menyerah.
Hari berikutnya, yakni hari ldul · Adha, berkobarlah pe­
rang saudara antara se�a1na Muslhnin. Sebelum tengah hari
pasukan Yusuf al-Fihri telah banyak yang mati terbunuh,
kemudian Yusuf beserta pasukannya terpukul mundur
lari ke Merida, sedangkan Shumeil bersama sebagian pasukan
lainnya mundur ke Yodar. 'Abdur-Rahman berusaha menge­
jar Yusuf dari belakang, tetapi selalu ketinggalan. Yusuf
cepat-cepat rnenuju ke Kordoba, lalu mengajak semua pengi­
kutnya pergi hijrah ke Evira sambil membawa harta benda
yang ada di istana. Di Evira Yusuf bertemu kembali dengan
Shumeil.

'Abdur-Rahman bin Mu'awiyah Masulc lstana Konloba


Masih pada hari ldul-Adha itu juga 'Abdur-Rahman bin
Mu 'a wiy ah berhasil menguasai ibu-kota, Kordoba. la masuk
ke istana dan dinobatkan oleh pendukung-pendukungnya
sebagai penguasa Andalus. Pada hari-hari berikutnya, Yusuf
dan Shumeil berada di Evira. Kedua orang ini bersarna pa­
sukannya yang terdiri dari orang Qeis, menyusun garis per­
tahanan di Granada. Hal ini didengar oleh 'Abdur-Rahman
bin Mu 'awiyah. Segera ia mengerahkan pasukan dan dimpin­
nya sendiri ke Evira untuk rnenghancurkan kekuatan Yusuf
dan Shumeil. Sebelum meninggalkan istana, 'Abdur-Rahman
mengangkat Abu 'Utsman U baidillah bin 'Utsman sebagai
wakil yang ditinggalkan di Kordoba.
Gerakan 'Abdur-Rahman ini diketahui Yusuf dan Shumeil.
Yusuf segera memerintahkan anaknya, Abu Zaid 'Abdur­
Rahman, supaya berangkat dengan sejumlah pasukan untuk
mengepung Kordoba sampai menyerah. Abu Zaid berangkat,

365
Kordoba dikepung, pasukan Kordoba dikalahkan dan Abu
Zaid menduduki istana. \1/akil 'Abdur-Ral1man bin Mu'awi­
yah, Abu 'Uts1nan, tertangkap lalu ditaw_an dan dikirimkan
kepada ayahnya di Granada.
Tampaknya 'Abdur-Rahman bin Mu'awiyah tidak ambil
pusing terhadap apa yang terjadi di Kordoba. Ia meneruskan
perjalanan san1pai ke sebuah desa bemama Annila, tempat
yang sangat baik keadaan tanahnya untuk dijadikan pe1nu­
kiman. Desa -Anni Ila dekat sekali dengan Evira dan di tempat
itulah 'Abdur-Rahman berhenti, dalam keadaan serba sulit.
Terus maju berarti berperang terus-menerus, tetapi mundur
kembali ke Kordoba pun berarti harus berperang. Kekuasa­
annya sebagai 'an1irul 1nuk111inin yang baru diniktnatinya
beberapa hari sekarang telah diobrak-abrik.
Tetapi 'Abdur-Rahman tetap mujur, karena ia menghadapi
lawan yang dipimpin oleh orang seperti Yusuf al-Fihri, se­
orang yang tidak haus kekuasaan, peramah, lemah-lembut
dan tekun beragama. Walaupun ia dalam posisi yang kuat,
namun ia tidak ingin melihat lebih banyak lagi darah ter­
tumpah. la menginginkan rakyat Andalus dapat hidup da­
lam suasana tenteram dan agama Islam dapat diajarkan di
kalangan penduduk lebih leluasa lagi tanpa adanya bentrok­
an-bentrokan politik dan perang saudara.
Kali ini Shumeil mengikuti kehendak Yusuf al-Fihri.
Diadakanlah pertukaran utusan dan surat-menyurat dengan
'Abdur-Rahman bin Mu'awiyah. Yusuf dan Shumeil menya­
takan kepada 'Abdur-Rahman, bahwa pihaknya bersedia
menyerahkan kekuasaan dengan syarat, bahwa harta benda,
tempat tinggal dan keamanan semua orang harus dijamin
dan dilindungi agar seluruh penduduk hidup dalam keadaan
tenang dan tenteram. Tentu saja hal itu diterima dengan baik
oleh 'Abdur-Rahman. Ditulislal1 kemudian perjanjian perda­
maian pada tahun 140 H/756 M yang memuat ketentuan­
ketentuan antara lain sebagai berikut:

366
a) Masing-n1asing pihak harus 1ne1nbebaskan semua tawan­
an perang.

b) Yusuf al-Fihri dijamin dan dilindungi te1npat tinggalnya


di dalam kota Kordoba. Sedang Shumeil diberi tempat
tinggal di Rabad. sebelah selatan Kordoba.

c) Sebagai jaminan, bahwa Yusuf tidak akan mengadakan


pemberontakan, dua orang anak Yusuf, 'Abdur-Rahman
dan Muhammad, akan dite1npatkan di istana Kordoba
dengan mendapat perlakuan baik, sa,npai keadaan 1nenjadi
tenang ken1bali. Apabila segala sesuatunya telah 1nenjadi
bail<, dua orang ,inak Yusuf segera akan dike1nbalikan
kepada ayahnya.

Dalam perkembangan selanjutnya ternyata kedua belah


pihak n1enepati perjanjian. Setelah segala sesuatunya menjadi
baik dan keadaan menjadi tenteram, kedua orang anak Yu­
suf dikembalikan, kea1nanan dan keselamatan keluarga Yu­
suf dijamin dan akhirnya Yusuf sendiri diangkat sebagai
salah seorang komandan pasukan 'Abdur-Rahman bin Mu'­
'awiyah.

Kampanye ·Abbasiyyah di Afrilca Utara dan Akibat-akibatnya


Di bagian timur dunia Arab saat itu telah berdiri negara
'Abbasiyyah dengan kekuasaan dinasti keluarga Bani 'Abbas.
Menghadapi kenyataan tersebut penguasa Afrika Utara,
'Abdur-Rahman bin llabib, aktif mengadakan kampanye
untuk memperoleh pendukung bagi dinasti 'Abbasiyyah yang
baru saja berdiri di atas reruntuhan puing-puing dinasti Bani
Umayyah di Damaskus.
Kalau pada ,nasa dinasti Bani Umayyah para penguasa se­
lalu mengenakan pakaian resn1i berwama putih, maka sesuai
dengan ketentuan resmi yang baru, para penguasa 'Abbasiy­
yah selalu mengenakan pakaian berwama hitam. Demiki-

367
an juga halnya dengan "Abdur-Raltman bin Habib di Afrika
Utara.
'Abdur-Rahman bin Habib tidak banyak membuang waktu
dan cepat-cepat menyatakan taat setia kepada Khalifah
'Abbasiyyah, As-Saffah, seorang Khalifah pertama negara
'Abbasiyyah. Tentu saja dengan pemyataan itu ia bennaksud
memperoleh penghargaan dari penguasa negara yang baru
agar tidak kehilangan kedudukannya di Afrika Utara. Dari
Khalifah As-Saffah 'Abdur-Rahman bin Habib memperoleh
pengakuan dan sekaligus dikukuhkan kedudukannya sebagai
penguasa 'Abbasiyyah di Afrika Utara. Tetapi kemudian
setelah Khalifah As-Saffah mangkat dan digantikan Khali­
fah yang kedua, Abu Ja'far AI-Manshur, 'Abdur-Rahman
bin Habib membangkang dan menggerakkan aksi-aksi memi­
sahkan diri. Alasan satu-satunya yang dikemukakan ialah
hanya karena AI-Manshur memerintahkan kepadanya supaya
menyetorkan hasil penarikan jizyah kepada pemerintah
pusat di Baghdad.
Hanya karena perintah itu sajalah 'Abdur-Rahman bin
Habib kemudian menyatakan pemisahan Afrika Utara dan
Maroko dari pemerintah pusat di Bagdad dan berdiri sendiri
sebagai negara merdeka. Sejak itulah Afrika Utara dan Ma­
roko terpisah dari Andalus dan terpisah pula dari dunia
Arab lainnya.
Sejak kedatangan 'Abdur-Rahman bin Mu'awiyah di
Afrika Utara, 'Abdur-Rahman bin Habib rnulai merasa takut
akan kehllangan kedudukannya. Kemudian setelah 'Abdur­
Rahman bin Mu'awiyah meninggalkan Afrika Utara dan m a ­
suk ke Andalus, 'Abdur-Rahman bin Habib pun masih di­
hinggapi rasa takut akan orang-orang dari Bani Umayyah
lainnya yang tinggal di dalam daerah kekuasaannya. Untuk
mengamankan kekuasaannya ia menempuh jalan yang paling
mudah, tetapi paling tercela, yaitu dua orang anak Walid
bin Yazid - mendiang bekas khaJifah Bani Umayyah -,
yaitu 'Ashi dan Musa, dibunuh. 'Ashi dan Musa adalah ang­
gota rombongan keluarga istana Damaskus yang melarikan

368
diri dan tetap tinggal di Qairuan, tidak 1nengikuti 'Abdur­
Rah,nan bin Mu'awiyah ke Andalus.
l'indakan kejam terhadap kedua anak Yazid tersebut ter­
nyata mempunyai akibat yang cukup gawat. Seorang anak
pcre1npuan pa,nan ·Ashi dan t-.1usa merencanakan tindakan
menuntut balas. la istri Ilyas bin Habib. llyas yang selama ini
tidak diberi kedudukan apa pun oleh kakaknya - llyas bin
Habib adalah adik kandung 'Abdur-Ral1n1an bin Habib -,
n1erasa benci dan iri hati terhadap kakaknya. Sejak lama ia
ingin 1nenjatuhkan kakaknya dan menggantikan kedudukan ­
nya sebagai penguasa Afrika Utara. Pamrih llyas inilah yang
di1nanfaatkan baik-baik oleh istrinya. Ilyas didorong terus-
1nenerus oleh istrinya supaya bekerjasama dengan adiknya,
'Abdul-Warits, 1ne1npersiapkan dan n1enggerakkan makar
politik untuk menjatuhkan kakaknya.
Kegiatan llyas dan 'Abdul-Warits lama-kelamaan dapat
diketahui oleh kakaknya. Tetapi karena masih agak samar,
'Abdur-Rahman bin Habib 1nasih menen1puh kebijaksanaan
lain dalam usahanya menga1nankan diri dan kekuasaannya.
Kedua orang adiknya itu dijauhkan dari Qairuan. Ilyas di­
angkat sebagai penguasa daerah Tunis 1nenggantikan saudara­
nya yang lain lagi, Umran. Ketika Dyas hendak berangkat
ke Tunis, 'Abdur-Rahman bin Habib jatuh sakit. Peluang ini
dipergunakan Byas untuk berpura-pura 1nenjenguk kakaknya
lebih dulu sebelum meninggalkan Qairuan. Ia masuk ke dalan1
rumah kedirunan kakaknya lalu 1nembunuhnya dengan s e ­
bilah pisau. Habis membunuh kakaknya sendiri, llyas se­
gera 1nen1aksakan kekuasaannya atas Afrika Utara dan Ma­
roko. Peristiwa ini terjadi pada tallun I 37 H/754 M.
Setelalt mendengar ayahnya n1ati dibunuh oleh pamannya,
anak 'Abdur-Rahman bin Habib yang bema1na Habib bin
'Abdur-Rahman, 1nengajak pamannya yang lain, U1nran,
yang ketika itu kedua-duanya sedang berada di Tunis, untuk
inengerahkan pengikut-pengikutnya berangkat ke Qairuan
guna menuntut balas, menyerbu llyas. Tetapi sesampainya
di Qairuan, peperangan tidak jadi berkobar, karena adanya

369
persetujuan antara Jlyas dan Habib bin 'Abdur-Rahman
tentang pembagian kedudukan dan kekuasaan:

a) Umran bin Habib memperoleh kembaJi kekuasaannya


di Tunis, Santura dan Jazirah, terletak di bagian timur­
laut negeri Tunis.

b) Habib bin 'Abdur-Rahman memperoleh kekuasaan atas


daerah Qafsa, Qustella dan Negzawa, yaitu bagian selatan
negeri Tunis.

c) Semua daerah Afrika Utara dan Maroko, kecuali yang


berada di bawah kekuasaan Umran dan Habib, menjadi
daerah kekuasaan llyas.

Ketika menerima persetujuan tersebut ternyata llyas


tidak jujur. Ia masih menyimpan dendam kesumat terhadap
Habib dan Umran. Ketika Habib dan Umran hendak mening­
galkan Qairuan menuju ke daerah kekuasaan masing-masing,
llyas berpura-pura ikut mengantarkan mereka. Di tengah
perjalanan Habib dan Umran dibekuk secara tiba-tiba dan
keduanya ditawan. Untuk menggantikan Umran sebagai
penguasa Tunis dan sekitamya, di tengah perjalanan juga
llyas mengangkat Muhammad bin Mughirah, orang yang te­
lah dipersiapkan set>elumnya. Sedangkan daerah-daerah
yang dalam persetujuan diserahkan kepada Habib, diambil­
nya kembali dan disatukan dengan daerah-daerah kekuasa­
annya sendiri.
llyas kembali ke Qairuan membawa dua orang tahanan
(abang dan kemanakannya sendiri). Kedua orang itu dijeb­
loskan ke dalam penjara di Tabraka, dekat Qairuan. Penga­
wasan terhadap kedua orang tawanan itu dipercayakan
llyas kepada pegawainya di Tabraka, Sulaiman bin Ziyad.
Untuk memperkokoh kedudukannya sekarang Ilyas cepat­
cepat menyampaikan pemyataan ·setia dan patuh kepada
Khalifslh Abu Ja'far al-Manshur di Bagdad. Suatu tindakan

370
politik yang bertentangan sekali dengan kebijaksanaan
'Abdur-Rahman bin Habib almarhum, yaitu yang telah me­
misahkan Afrika Utara dan Maroko dari kekuasaan peme­
rintah pusat di Baghdad.
Setelah hal itu didengar para pendukung 'Abdur-Rahman
bin Habib, mereka pada suatu malam bergerak serentak
dan mendobrak rumah kediaman pegawai llyas di Tabraka,
Sulaiman bin Ziyad, lalu ·menangkapnya. Penjara Tabraka
didobrak pula, Habib dan Umran dilarikan dari penjara
dan dibawa ke daerah pedalaman.
Mengetahui kejadian di Tabraka, llyas tnembawa pasuk­
an meninggalkan Qairuan untuk mengejar Habib. Tetapi
Habib dan para pengikutnya memutar haluan masuk ke
Qairuan kembali dari arah lain. Sementara itu llyas bersama
pasukannya terus menuju ke daerah pedalaman, yang di du­
ga menjadi tempat persembunyian Habib. Sampai di peda­
laman temyata Habib tidak ada di sana. Ilyas kembali ke
Qairuan, tetapi Qairuan telah berada di tangan Habib. Ter­
jadilah bentrokan senjata antara llyas dan Habib beserta
pengiku t masing-masing. Malang bagi llyas, ia jatuh tersung­
kur di ujung pedang kemanakannya sendiri, Habib. Peristi­
wa ini terjadi pada tahun 138 H/755 M.
Pemyataan setia yang belum dikirim mendiang llyas ke­
pada khalifah di Baghdad, dibatalkan lagi oleh Habib sesuai
dengan garis politik ayahnya. Hal-hal seperti itu sudah biasa
karena kekuasaan yang ada bersifat perorangan dan atas
dasar kekuatan pengikut semata-mata. Sikap seorang pengu­
asa dapat menghitam-putihkan negara dan pemerintahan
menurut kemauannya. Konsekuensinya sudal1 pasti mengan­
dung banyak risiko. Namun peradaban manusia pada jaman
itu di semua negeri di dunia, belum menyadari betapa besar­
nya arti nyawa manusia dan kemanusiaan. Tampaknya ting­
kat perjuangan untuk diakui dan dilaksanakannya moral
agama sebagai suluh kehidupan politik dan sosial, masih me­
merlukan proses sejarah yang panjang.

371
Khawarij lbadhiyyah Naik Penaung Kekuasaan di Afrika Utara clan
Maroko

Setelah llyas mati 'Abdul Warits saudara llyas selain Um­


ran, bersama para pendukung llyas lari ke tengah-tengah
kaum Muslimin Berber di pedalaman untuk minta perlindung­
an. Muslimin Berber ini terdiri dari suku-suku yang berasal
dari suku-induk Warfajuma yang bennukim di dataran
tinggi Naghza, dikepalai oleh seorang tukang nujum yang
mengaku dirinya sebagai "nabi", bemama 'Ashim bin Jamil.
Sebagai penguasa Afrika Utara, Habib minta kepada
'Ashim bin Jamil supaya tidak memberikan perlindungan
bagi 'Abdul-Warits dan pengikutnya. Habib minta supaya
diberitahu te.mpat persembunyiannya, agar segera dapat
dihancurkan. Permintaan Habib temyata ditolak 'Ashim
bin Jamil dan semua orang Berber yang menjadi pengikut­
nya. Dalam peperangan melawan orang-orang Berber ini,
pasukan Habib menderita kekalahan besar sekali, lalu mun­
dur.
'Ashim saat itu menjadi sanjungan bagian terbesar Mus­
limin Berber dari Negzawa. Di antara para penyanjung dan
pendukungnya, terdapat tokoh-tokoh Berber Muslimin yang
beraliran Khawarij 'lbadhiyyah, yaitu 'Abdul-Malik bin Abil­
Ja'ad al-Warfajumi dan Yazid bin Sakum al-Walhasi. Mereka
berseru kepada penduduk supaya memberikan dukungan
kepada dinasti 'Abbasiyyah. Pada masa itu Maroko telah
menyatakan patuh dan setia kepada khalifah di Baghdad.
Kebijaksanaan politik ini merupakan kebalikan politik
Habib yang diwarisi dari ayahnya.
Kemudian 'Ashirn bin Jamil bersama saudaranya, Muq­
ram, dan semua pengilcut dari �ku-suku Warfajuma, berge­
rak menuju ke Qairuan. Qairuan berhasil diduduki dan di­
kuasainya setelah Habib dan pasukannya lari ke pegunungan
Oras. Untuk dapat mengejar Habib, 'Ashirn mengangkat se­
orang wakil penguasa Afrika dan ·Maroko, 'Abdul-Malik bin
Abil Ja'ad, seorang tokoh Khawarij 'lbadhiyyah. 'Ashim

372
dengan sejumlah pasukannya meninggalkan Qairuan menuju
ke pegunungan Oras. Di pegunungan ini terjadilah pertem­
puran-pertempuran besar dan berakhir dengan kekalahan
pasukan 'Ashim. ·Ashim 1nati terbunuh dalam peperangan
1nelawan Habib.
Berangkatlah Habib menuju Qairuan hendak merebut
kembali kekuasaan yang baru saja terlepas dari tangan­
nya. Tetapi di Qairuan l_cekuasaan telah berada di tangan
'Abdul-Malik bin Abil-Ja'ad. Terjadilah peperangan sekali
lagi. Dalam peperangan ini pasukan Habib menderita keka­
lahan; Habib sendiri mati terbunuh (bulan Muharam 140 H/
757 M).
Sejak berkuasanya 'Abdul-Malik bin Abil-Ja'ad gerakan
dan ajaran Khawarij 'lbadhiyyah berkembang luas di Afrika
Utara dan Maroko. Akhirnya mereka berhasil mendirikan
negara Rustamiyah di Tehert, yang merdeka dan terpisah
sama sekali dari dunia Arab lainnya.

5. Masyarakat Andalus dalam Periode Penaklukan


Orang Arab masuk ke Andalus dalam keadaan pen­
duduk negeri itu terdiri dari orang Goth, Rumawi, Italia
dan Yahudi. Orang Goth merupakan golongan yang berkuasa.
Mereka mempunyai raja-raja bangsawan-bangsawan dan tuan
tuan tanah besar. Pada masa itu kebanyakan dari mereka
memeluk agama Nasrani madzhab Katholik. Ada pula yang
menganu t madzhab Arius, walaupun tidak banyak jumlah­
nya. Di Andalus ketika itu juga masih terdapat sisa-sisa orang
Vandal dan Swabia. Golongan-golongan kecil ini, seperti
halnya orang Goth, berasal dari suku-suku Germania. Se­
muanya beragama Nasrani. Sebagian bennadzhab Katholik,
sebagian bermadzhab Arius.
Semua golongan penduduk tersebut bennukim di kota­
kota besar dan penting, seperti 'Toledo, Sevilla, Merida dan
Kordoba. Orang Rumawi yang merupakan peninggalan ja­
man kekuasaan Byzantium di Andalus, banyak di antaranya

373
yang bennukim di daerah-daerah pantai timur dan tengga­
ra Semenanjung Iberia. Tetapi sebagian lagi bennukim di
kota-kota.
Adapun mayoritas penduduk terdiri dari orang Sepanyol
yang tentu berasal dari campuran berbagai bangsa dan ras,
sebagaimana yang lazim diakibatkan oleh gelombang pem­
bauran manusia. Unsur ras Katalan di kalangan orang-orang
Sepanyol itu merupakan unsur yang dominan. Oleh karena
itu mereka pada galibnya disebut orang Iberia. Nama ini
diambil dari nama Sungai Ebro, yang kemudian juga m e n ­
jadi asal nama bagi seluruh Semenanjung Iberia atau lbaria.
Mereka itu kebanyakan terdiri dari kaum petani dan pekerja
tangan; dan merupakan golongan mayoritas yang selalu
menjadi sasaran para penguasa dan antek-anteknya.
Lain sekali halnya dengan orang Yahudi. Mereka adalah
orang perantauan di Iberia. Sama keadaannya seperti orang
Yahudi di mana saja di dunia. Mereka tidak mempunyai
hubungan ras dengan penduduk setempat. Persamaan agama
pun tidak pula. Meskipun begitu kehidupan ekonomi berada
di tangan mereka. Mereka memberikan pinjaman dalam jum­
lah besar kepada kalangan para penguasa, khususnya kepada
bangsawan-bangsawan dan tuan-tuan tanah feodal. Mereka
melakukan praktek pemerasan terhadap golongan yang le­
mah, terutama rakyat kecil. Pada umumnya mereka bekerja
sebagai pelepas uang riba dan mengusahakan perdagangan
budak.

A. GOLONGAN-GOLONGAN PENDUDUK ANDALUS


Pada masa Andalus masih di bawah pemerintahan Arab,
keadaan penduduknya sangat berlainan. Lebih-lebih karena
para pendatang Arab yang menaklukkan Andalus terdiri dari
berbagai kabilah dan berasal dari berbagai daerah Arab.
Mereka datang dengan membawa serta sisa-sisa • penyakit
sosial pra-Islam (jahi/iyyah) yang belum lenyap sama sekali
dari alam pikirannya, walaupun agama Islam yang mereka

374
peluk telah mewajibkan penghapusannya dari kehidupan
masyarakat Muslimin. Di antara penyakit-penyakit tersebut
yang paling parah yaitu keluargaisme, sekuisme, kabilahisme,
daerahisme dan fanatisrne yang keterlaluan kepada semuanya
itu. Karenanya, kedatangan orang-orang Arab ke negeri itu
menambaJ1 lebih terbagi-baginya penduduk Andalus di bi­
dang keagamaan, jenis bangsa dan susunan masyarakat.
Pokok-pokok masalah ini dapat diketengahkan sebagai
berikut:

Orang Muslimin di Andalus .


Komposisi pasukan Muslimin yang datang menaklukkan
Andalus, mayoritas terdiri dari orang Berber yang telah
memeluk agama Islam sejak kedatangan orang Arab di
Afrika Utara. Orang Arab yang merupakan minoritas dalam
pasukan Muslimin tersebut pada umumnya memegang
komando. Setelah Islam menjadi ciri kehidupan segala
bidang di Andalus, bahasa Arab menjadi bahasa pergaulan
sehari-hari. HaJ ini sangat lazim terjadi di 1nana saja orang
Arab masuk ke sebual1 negeri pada jaman itu. Peradaban
Islam yang diajarkan orang Arab cepat sekali tersebar di
kalangan pemeluk agama Islam. Tidak itu saja, bahkan pe­
ngaruh-pengaruhnya tampak sekali di kalangan mereka yang
masih berpegang teguh pada agama nenek-moyangnya m a ­
sing-masing. Orang Muslimin sudah tentu merupakan pihak
yang berkuasa di dalam negara yang baru itu. Mereka adalah
orang Muslimin yang datang ke Andalus sebagai penakluk,
baik yang berkebangsaan Arab, maupun yang berkebangsaan
Berber. Tidaklah mengherankan apabila di antara kaum Mus­
limin itu sendiri ada yang memeluk agama Islam karena
didorong oleh keyakinan dan iman yang lurus, ada yang
didorong untuk mencapai kepentingan-kepentingan terten­
tu, ada yang hanya sekedar untuk memperoieh nama baik
atau riya, ada yang hendak n1engejar keuntungan politik, eko­
nomi dan sebagainya. Mereka itu semuanya di Andalus dis­
sebut "Orang-orang Andalus."

375
Orang Arab di Andalus
Orang Arab di Andalus terbagi menjadi dua golongan be­
sar, dan saling bermusuhan, yaitu orang Qeis yang berasal
dari daerah Syam (Syria, Yordania, Libanon dan Palestina)
dan orang-orang yang berasal dari daerah-daerah Yaman.
Dari kedua golongan tersebut, ada sebagian yang diberi
nama "Ahlul-balad", artinya "orang-orang negeri ' atau
"anak-anak negeri".
Yang disebut "Ahlul balad" ialah orang Arab lama, atau
mereka yang datang pada gelombang-gelombang pertama
penaklukan bersama Thariq bin Ziyad dan Musa bin Nuseir.
Tetapi dalam prakteknya orang Berber yang ilcut serta pada
gelombang-gelombang ini, juga memperoleh nama "Ahlul­
balad ". Juga disebut "Ahlul-balad", orang Syam yang datang
bersama Balaj bin Bisyr, karena sebelum mereka tiba di
Andalus telah berdiam di daerah-daerah Syam, Himsh,
Damaskus, Yordania dan Palestina.
Kebanyakan orang Arab bennukim di daerah-daerah
dekat pantai timur dan tenggara Andalus, karena iklimnya
agak mendekati iklim negeri asal mereka, yaitu agak hangat.
Sebagian kecil saja yang bermukim di daerah sebelah utara
dan selatan.
Jumlah orang Qeis lebih kecil dibandingkan dengan jumlah
orang Yaman. Tetapi meskipun demilcian, martabat dan ke­
kuasaan ada pada mereka. Mereka hampir selalu menang
dalam perang me lawan orang Yaman.

Onng Bab.er Andalus-

Setelah penaklukan di Afrika Utara dan Maroko tuntas,


hampir semua penduduknya (Berber) merneluk agama Islam.
Di kalangan mereka terdapat dua golongan besar, yaitu go­
longan Butr dan golongan Brens. Masing-masing sangat fa­
natik kepada golongan sendiri. Keadaannya hampir sama de­
ngan golongan Qeis dan Yaman di kalangan bangsa Arab.
Di Andalus, kadang-kadang mereka berpihak kepada go•

376
longan Yaman dan ikut serta dalam peperangan melawan
golongan Qeis. Tetapi di antara sesama orang Berber di
Andalus tidak pemah terjadi peperangan.
Orang Berber kebanyakan memilih daerah pemuldman di
dataran-dataran tinggi dan pegunungan Andalus, yang banyak
terdapat di daerah-daerali pedalaman (tengah) dan Andalus
bagian barat. Daerah-daerah itu dianggap lebih sesuai dengan
kebiasaan mereka pada waktu masih berada di negerinya
sendiri, yaitu yang pada umumnya di daerah pegunungan
Atlas.

Orang Peranakan
Di bagian timur dunia Islam, sebutan "peranakan" atau
"n1uwalladun" biasanya berlaku bagi orang-orang yang lahir
dari ibu-bapak yang berlainan asal kebangsaannya. Pada j�­
man itu di Andalus sebutan "peranakan" atau "muwalladun"
mempunyai arti lain, ialah keturunan orang Sepanyol atau
pribumi yang memeluk agama Islam. Sedangkan orang-orang
tua mereka yang memeluk agama Islam pada waktu berlang­
sungnya penaklukan,dikenal dengan sebutan "Musalamah"
atau kadang-kadang "Musalamin' •. Sebutan itu mempunyai
arti "orang-orang yang diperJakukan baik-baik". Dari situ
tampak, bahwa pasukan-pasukan Arab yang datang menak­
lukkan Andalus, memperlakukan dengan baik penduduk
pribumi yang memeluk agama Islam. Jadi jelasnya ialah
bahwa sebutan "peranakan" atau "Muwalladun" dikenakan
kepada orang-orang yang dilahirkan oleh keluarga "Musa­
Jamin".

OnnJNurani
Pada masa itu sebutan orang "Nasrani" dikenakan oleh
orang· Arab di Andalus kepada orang-orang yang bennukim
di daerah-daerah yang tidak tennasuk wilayah kekuasaan
Muslimin, dan orang-orang yang tadinya berada di bawah

377
pemerintahan Muslimin tetapi kemudian menyatakan keluar
atau berontak. Sebutan "Nasrani" tidak membeda-bedakan
asal ras atau kebangsaan mereka, apakah mereka itu orang
Goth, Rumawi, Perancis atau Eropa lainnya , melainkan
hanya didasarkan atas keumuman mereka yang hampir rata­
rata memeluk agama Nasrani.
Mereka juga disebut orang"'Ajam", karena bahasa yang
mereka pergunakan sehari-hari bukan bahasa Arab. Memang
sudah menjadi istilah dalam bahasa Arab, bahwa bahasa yang
bukan Arab disebut '"Ajam ", dan orang yang tidak memper­
gunakan bahasa Arab dengan sendirinya disebut orang
'"Ajam ".
Di samping sebutan "Nasrani" dan "'Ajam ", orang-orang
yang keluar atau tidak termasuk pemerintahan Muslimin di
Andalus disebut juga '"Aluj", yang berarti "kafir bukan-A­
rab". Daerah pemukimannya dinyatakan oleh pemerintah
Muslimin di Andalus sebagai ''Darol-Harb" artinya "daerah
perang". Dengan pemyataan status itu orang Muslimin Arab
selalu menganggap dirinya dalam keadaan perang dengan
mereka, apakah perang itu benar-benar terjadi atau tidak.
Daerah yang memisal1kan pemukiman mereka dari pemukim­
an kaum Muslimin Andalus oleh orang Arab ketika itu
disebut "Tsughur" yang artinya "daerah perbatasan mu­
suh". Daerah-daerah "Tsughur" dibagi menjadi tiga bagian:
Di sebelah timur-laut Semenanjung Iberia dinamakan daerah
"perbatasan tinggi", a tau "perbatasan jauh" dan kadang­
kadang juga disebut "perbatasan utara". Daerah perbatasan
yang terletak di tengah-tengah Andalus disebut "perbatasan
tengah". Sedangkan daerah perbatasan di bagian barat-daya
Andalus disebut daerah "perbatasan dekat".

Orang Dzimmi
Dzimmi berasal dari kata dzimmah, artinya "tanggungan".
Orang "dzimmi" sebagai istilah khusus, berarti orang
Nasrani atau Yahudi yang bersedia hidup di bawah pemerin-

378
tahan Muslimin dengan syarat-syarat tertentu mereka di­
lindungi, ditanggung dan dijamin keselamatannya, keluarga
dan harta miliknya. Mereka juga mendapat kelonggaran
melakukan ibadat menurut agamanya masing-masing. Sebut­
an Dzini,niyyun ("orang-orang Dzimmi") atau Ahludz­
dzitn,nah, berlaku tidak hanya di Andalus, melainkan juga
di daerah-daerah berpemerintahan Muslimin Arab lainnya.
Di Andalus, orang Dzi1n1rii kada�·kadang disebut Al-Mu -
'ahadun, artinya "orang-orang yang terikat perjanjian." Pena­
maan ini dilekatkan karena ketika penaklukan, pemimpin-pe­
mimpinnya mengadakan perjanjian tertentu dengan pemim­
pin pasukan Muslimin Arab. Selain orang Nasrani dan Yahudi
(biasanya disebu t Alz!ul-kitab) tidak bisa diperoleh status Ah­
ludz-dzhnmah. Para penyembah berhala tidak me1nperoleh
ten1pat di dalam Islam. Orang Nasrani dan Yal1udi yang hi­
dup di daerah-daerah kekuasaan Muslimin Arab di Andalus,
jika tidak mengerti bahasa Arab, disebut orang 'Aja,n Anda­
/us. Mereka yang diam di daerah-daerah Muslimin Arab di Af­
rika Utara dan Maroko, jika tidak mengerti bahasa Arab dise­
but "orang itjani A[rika". Tetapi jika mereka mengerti baha­
sa Arab dan berbicara sehari-hari dengan bahasa Arab,
disebut Musta'rabun artinya orang-orang yang dianggap
sebagai orang-orang Arab.

Orang Yahudi
Orang Yahudi pada umurnnya mempunyai status yang
sama dengan orang Nasrani, hanya di antara mereka banyak
yang memperoleh kedudukan lebih baik setelah penak­
lukan Andalus selesai. Hal itu disebabkan besamya bantuan
yang mereka berikan pada masa-masa penaklukan berlang­
sung. Orang Muslimin Arab tidak mengejar-ngejar mereka dan
tidak pula mengambil harta miliknya tanpa hak. Sikap p a ­
sukan Muslimin Arab terhadap mereka merupakan kebalik­
an sikap penguasa-penguasa Goth sebelumnya.
Orang Yahudi bermukim di kota-kota besar Andalus
seperti kebiasaan yang mereka lakukan di negeri mana saja.

379
Orang Kafir

Di Andalus sampai masa itu masih terdapat orang-orang


kafir yang menyembah berhala. Mereka tidak dapat menik­
mati hak-hak yang dinikmati oleh orang-orang Ahlul-ki­
tab, yakni Nasrani dan Yahudi.

B. KEHIDUPAN POLITIK DAN PEMERINTAHAN


Masa Andalus masih dikuasai oleh komandan-komandan
pasukan penakluk Arab, merupakan masa yang penuh dengan
· pertentangan antara berbagai golongan di kalangan mereka.
Oleh karena itu tidal< ada laju pembangunan apa pun yang
dapat dicatat sejarah sebagai suatu pembangunan negeri
yang dapat dibanggakan. Ketika itu, Andalus secara resmi
merupakan bagian wilayah imperium Arab Bani Umayyah.
Tetapi jauhnya jarak yang memisahkan Andalus dari Damas­
kus, dan lemahnya kekuasaan dinasti Bani Umayyah sejak di­
mulainya gerakan penaklukan, rnenjadi sebab kekuasaan Bani
Umayyah di Andalus hanya sekadar nama saja. Jarang sekali
penguasa Andalus langsung datang dari Damaskus. Keba­
nyakan hanya datang atau diangkat oleh penguasa-penguasa
di Afrika Utara yang diangkat oleh Damaskus. Bahkan ka­
dang-kadang penduduk Muslimin Andalus menunjuk sendiri
orang-orang untuk dijadikan penguasa mereka. Tidak jarang
pula seseorang yang mempunyai banyak pengikut dapat me­
maksakan kekuasaan pribadinya atas Andalus.
Pada masa tersebut sejarah tidak pemah mengenal adanya
pemerintahan di Andalus seperti yang dikenal pada jaman
modem atau seperti yang terdapat di Damaskus, atau seperti
yang pernah terjadi pada jaman Khalifah 'Umar bin'J-Khattab
r.a. Yaitu sµatu pemerintahan yang sekurang-kurangnya
sanggup menggorganisir angkatan perang yang teratur, me­
laksanakan administrasi pemerintahan, keuangan dan pen­
catatan kekayaan negara.
Yang menjadi kenyataan di Andalus pada masa kekuasa­
an komandan-komandan militer Arab ialah adanya pemerin-

380
tahan militer Arab yang sangat tidak tertib dan dipaksakan
melalui jalan kekerasan. Seorang penguasa Andalus, sekali­
gus merangkap sebagai kepala__ pemerintahan, memegang
komando tertinggi atas pasukan bersenjata yang tidak tera­
tur dan tanpa disiplin, di samping ia pula yang memegang
kekuasaan kehakiman.
Seseorang penguasa mengangkat sendiri pegawai-pegawai
yang menjadi aparatnya di daerah-daerah dan kota-kota,
yang semuanya itu h�nya harus bertanggung jawab kepada
pemegang kekuasaan sendiri. Apabila seorang penguasa untuk
suatu keperluan meninggalkan ibu-kota, ia sendirilah yang
menunjuk wakil yang ditinggalkan. Biasanya pegawai atau
aparat pemerintah atau wakil yang ditunjuk, semuanya ter­
diri dari anggota keluarga sendiri atau handai-tolan dari
golongannya.
Orang Nasrani di Andalus yang telah menjadi Ahludz­
dzimrnah, dibiarkan oleh orang Arab mempunyai kemer­
dekaan politik yang luas. Mereka dibiarkan mempunyai
badan-badan peradilannya sendiri dan dibiarkan mengatur
administrasi pemerintahan setempat yang dikhususkan bagi
golongan mereka. Keuskupan dan badan-badan keagamaan
Nasrani dibiarkan berlangsung terus di kota-kota besar.
Badan-badan tersebut �iberi kebebasan untuk memperguna­
kan bahasa-yang tidak dipahami orang Arab. Semuanya itu
sudah fentu mempermudah terbentuknya pemerintahan
Nasrani di beberapa tempat yang tidak termasuk wilayah
kekuasaan Muslimin Arab.
Pada masa itu, seorang pemegang kekuasaan di kalangan
ummat Nasrani di Andalus (kekuasaan setempat) disebut
Comizos, Comes; atau Conde. Mereka mempunyai badan­
badan peradilan khusus yang mempergunakan perundang­
undangan dan hukum-hukum Goth untuk menyelesaikan
berbagai masalah dan kasus yang terjadi di kalangan mereka.
Hakim-hakim mereka oleh orang Arab disebut: hakim Nasra­
ni atau hakim 'ajam.
Dengan adanya sistem pemerintahan di Andalus seperti

381
di atas, kedaulatan pemerintahan Muslimin Arab makin
hari makin merosot dan makin lemah. Ditarnbah lagi dengan
peranan yang dimainkan orang Yahudi, yang pada umumnya
memperoleh kebebasan lebih besar dibanding dengan orang
Nasrani.

C. KEHJDUPAN KEAGAMAAN
Orang-orang Muslimin Andalus pada masa kekuasaan
para penakluk menganut madzhab Sala/ dan ahlul-hadits.
Mereka mengikuti jejak para sahabat Nabi s.a.w. tanpa pe­
rubahan apa pun dan tidak terikat sama sekali oleh madzhab­
madzhab fiqh yang ketika itu memang belum ada. Masalah
ketakwaan atau kepatuhan kepada perintah-perintah agarna
dan larangan-larangannya, merupakan masalah yang menjadi
tanggung jawab semua Muslimin, baik di Andalus, di Afrika
Utara maupun di Maroko. Hal ini merata di kalangan Mus­
limin Arab yang memeluk agama Islam lebih dini, dan kalang­
an orang Berber serta orang Sepanyol yang memeluk agama
Islam agak kemudian.
Pada umumnya, jiwa, semangat dan daya juang mereka
untuk menyebar-luaskan agarna Islam sangat mantap dan
kuat. Namun harus diakui masih adanya pamrih atau ke­
pentingan pribadi dan_golongan yang menyelinap di kalangan
sementara oknurn Muslimin Arab, yang pengaruh dan akibat­
akibatnya sangat mengombang-ambingkan pikiran massa
kaum Muslimin yang masih rendah tingkat kesadaran politik­
nya. Di samping itu ada pula sekelompok orang Sepanyol
yang memeluk agama Islam hanya sekedar untuk menarik
keuntungan tertentu. Misalnya mereka yang bennukim di
Gallicia, setelah memeluk agama Islam mereka kemudian
berbalik haluan, kembali kepada agama mereka semula,
pada saat terjadinya serangan dari pihak kawan-kawannya
yang lama terhadap kekuasaan Muslimin. Mereka tidak mam­
pu dan tidak mempunyai tekad untuk dengan teguh memper­
tahankan keyakinannya yang baru.

382
Tentang terjadinya pelanggaran-pelanggaran atau kemaksi­
atan, tidak terdapat kejadian yang menonjol dicatat oleh
sejarah, kecuali yang di.kemukakan oleh penulis buku Akh­
bar Majniu 'ah (Kumpulan Berita), yang menyatakan, bahwa
Shumeil bin 1-latim tidak dapat menahan diri apabila sudah
menjumpai minun1an keras di liadapannya.
Madzhab-madzhab Khawarij Ibadhiyyah, Shufrlyyah dan
Azariqah 1nemang tersebar 1uas di Afrlka Utara dan Maroko,
tetapi tidak sampai dapat melintasi laut ke Andalus.
Adapun kehidupan agama Nasrani di Andalus pada masa
itu, sebagaimana telah dikemukakan, para pemeluknya mem­
punyai organisasi keagamaan khusus yang dipimpin oleh
pemuka-pe,nuka agama mereka, yang bukan orang-orang
Ahludz-dzilnniah. Mereka mempunyai keuskupan agung
di tiga kota penting: Toledo, Sevilla dan Merida, yang secara
hierarki rnemin1pin keuskupan-keuskupan biasa di delapan
belas kota dan daerah. Biara-biara selama itu tetap banyak
terdapat di mana-mana. Di sektor Kordoba saja terdapat
lebih dari Hrna belas biara.
Di mana orang Muslimin bennukim, di situ mereka mem­
bangun masjid-masjid, tetapi adakalanya mereka tidak men­
dirikan bangunan baru, cukup hanya dengan mengubah
bekas gereja-gereja mertjadi masjid. Mengubah gereja men­
jadi masjid dilakukan apabila di daerah itu semua pen­
<luduknya sudah memeluk agama Islam. Jika penduduk
setempat belum semuanya memeluk agama Islam, diadakan
pembagian tentang mana gereja yang akan diubah menjadi
masjid dan mana yang tetap sebagai gereja untuk para pe-
1neluk agama Nasrani. Adapun gereja-gereja yang pada masa
penaklukan dijadikan tempat-tempat pertahanan untuk
menyerang pasukan Muslimin, oleh orang-orang Arab dihan­
curkan. Tetapi acapkali setelah masa penaklukan selesai,
orang Arab mengijinkan orang Nasrani Ahludz-dzim,nah
untuk 1nembangun gereja-gereja baru.

383
D- KEHIDUPAN SOSIAL

Kehidupan sosial di Andalus, Afrika Utara dan Maroko


mencakup dua unsur sekaligus, yaitu unsur kota dan unsur
pengembara. Hanya saja unsur pengembara yang ada di dae­
rah-daerah Islam bagian Barat berbeda sekali dengan unsur
pengembara yang ada di bagian Timur. Unsur pengembara di
Timur pada dasamya masih bersifat pemeliharaan dan peng­
gembalaan temak, seperti unta, kambing dan kuda. Unsur
pengembara di bagian Barat telah mempunyai ketrampilan
bercocok tanam. Mereka kadang-kadang pindah dari sebuah
tempat ke tempat lain untuk mendapatkan tanah garapan
yang subur, sudah tentu sambil betemak. Di Andalus jaman
pengembaraan sudah lewat. Di negeri ini pada masa itu sudah
tidak dikenal lagi cara hidup mengembara, meskipun orang
Arab selama masa penaklukan menempuh cara hidup pe­
ngembaraan, baik dalam hal sistem kekuasaan mereka yang
bercorak sukuisme, golonganisme, maupun dalam kebiasaan
suka balas dendam dan sebagainya.
Di Andalus, Afrika Utara dan Maroko orang Nasrani dan
Yahudi (Ahludz-dzimmah) menempati pemukiman-pemu­
kirnan khusus di dalam kota. Mereka tidak diharuskan rne­
makai pakaian khusus Ahludz-dztmmah. seperti yang berlaku
bagi rekan-rekannya yang berada di daerah-daerah Timur.
Orang-orang peranakan atau Muwalladun, sebagian besar
bekerja sebagai penggarap tanah, pengrajin dan sebagainya.
Mereka mempunyai hak yang sama seperti yang diperoleh
kaum Muslimin lainnya, karena mayoritas mereka beragama
Islam. Bahkan jumlah kaum Muslimin di kalangan mereka
jauh lebih banyak dibandingkan dengan jumlah kaum Mus•
limin Arab dan Berber dijadikan satu. Mereka mempunyai
kedudukan dan martabat tinggi dalam kehidupan sosial.
Namun diakui banyak kelompok di kalangan merek3: yang
tidak jujur dalam memeluk agama Islam.
Assimilasi atau perkawinan campuran antara bennacam
jenis bangsa banyalc terjadi di Andalus pada masa itu. Pada

384
umumnya perkawinan antara pria Arab dengan wanita Ber­
ber, peranakan dan Nasrani. Tetapi tidak tarnpak kebalikan­
nya. Hampir tidak terdapat wanita Arab yang kawin dengan
pria Berber atau peranakan. Hal itu dapat dipahami, karena
jumlal1 wanita Arab sangat sedikit dan hampir tidak ada arti­
nya sama sekali dibanding dengan jumlah pria yang ada,
baik pria bangsa Arab maupun bangsa lain.
Orang-orang peranakan biasanya mempunyai nama-nama
yang diambil dari nama-nama Arab dan mensilsilahkan
keturunannya seperti yang biasa dilakukan orang Muslimin
lainnya di Timur. Dalam pembicaraan sehari-hari mereka
mempergunakan bahasa Arab, meniru kebiasaan dan adat­
istiadat orang Arab serta mengenakan pakaian yang biasa
dipakai oleh orang Arab. Semua itu merupakan petunjuk
yang membedakan antara mereka yang beragarna Islam dan
yang tidak. Tetapi kadang-kadang ada juga orang Musttf
rabun yang berbuat seperti itu.

38S
-.

Bab VII
KEBANGKITAN MUSLIMIN BUKAN -ARAB

1. Kebangunan Muslimin Berber di Afrika Utara


Sejarah Muslimin Arab pada jaman abad-abad pertengahan
hampir sama dengan sejarah bangsa Rumawi dan Persia pada
masa itu, yaitu penuh dengan peperangan. Hal ini sepintas
lalu agak mengherankan, lebih-lebih kalau dilihat dengan ka­
camata jaman modern. Walaupun harus diakui, bahwa pada
jarnan modem pun masih terdapat banyak bangsa yang be­
lum sanggup menghindarkan diri dari peperangan dengan
bangsa lain, baJ1kan peperangan di antara sesama bangsa
sendiri. Apa pun corak dan sifat peperangan pada jaman
modem, hakikat dan alasannya tetap sama dengan peperang­
an pada jaman pertengahan, yaitu memperebutkan kekuasa­
an dan pengaruh, khususnya di bidang politik dan ekonomi.
Apa pun cara dan senjata yang dipergunakan dalan1 peperang­
an pada jaman modern, hakikatnya tetap sama dengan pe­
perangan yang terjadi pada jaman abad-abad pertengahan,
yaitu mengadu kekuatan dan saling membunuh. Yang agak
berbeda ialah, kalau pada jaman pertengahan etika dan moral
politik ditentukan oleh orang orang yang berkuasa dan kuat,
0

pada jaman modem hal itu ditentukan oleh kaidah-kaidah

386
agama dan pendapat umum kemanusiaan. ltu pun pada ja­
man modem 1nasih diliputi tanda tanya, apakah semua bang­
sa di dunia dapat mematuhinya!
Menurut kenyataannya, sa,npai akhit: abad ke-20 masih
terdapat beberapa bangsa yang tanpa menghiraukan etika
dan n1oral politik, merebut dan menguasai wilayal1 bangsa
lain melalui jalan kekerasan atau peperangan. Hanya karena
sangat kuat berakarnya pengaruh agama dan pendapat umum
kemanusisan, pamrih ingin menguasai bangsa lain kini dilaku­
kan melalui cara-<:ara yang pura•pura "sopan". seperti penyu­
supan ideologi. politik, ekonomi dan kebudayaan.
Sudah barang tentu di dalam suatu peperangan, pihak­
pihak yang terlibat selalu menyatakan dirinya sebagai pihak
yang benar, dengan berbagai alasan dan argumentasi. Tetapi
adakah dua kebenaran yang berlawanan satu sama lain sekali­
gus pada waktu yang sama? Tentu tidakl Pada setiap pepe­
rangan tentu ada pihak yang berdiri di atas kebenaran dan
ada yang berdiri di atas kebathilan atau kesalahan. Bahkan
terbuka pula kemungkinan kedua belah fihak sanla-sama ber­
diri di atas kebatilan atau kesalahan. Tetapi selama penilai­
an kebenaran dan kebathilan penetapannya diserahkan men­
tah-mentah kepada manusia sampai kapan pun tak akan me·
nentu ujung--pangkalnya. llanya Alla11 yang Maha Esa sajalall,
lewat hukum-hukum agamaNya, yang dapat memastikan ma­
na yang hak dan mana yang bathil. Bagian terbesar ummat
1nanusia mengakui hal itu, tetapi antara pengakuan dan per­
buatan masih terdapat jarak pemisah yang agakjauh. Namun
akhirnya Allah jualah yang Mahamengetahui bagaimana kelak
jalannya sejarah kehidupan makhlukNya yang bernama
manusia.
Barangkali tidaklah terlampau keliru kalau dikatakan,
bal1wa manusia pada jaman abad-abad pertengahan, jauh le­
bih sederhana cara berpikimya dibanding dengan manusia pa­
da jaman modern. Apa yang dipikirkan oleh manusia dahulu,
itulah yang dikatakannya. Apa yang diinginkan, itulah yang
dilakukannya. Apa yang dikehendaki, itulah yang harus

387
dicapainya. Keterus-terangan dan sifat terbuka, menjadi si­
fat utama dan dibanggakan sebagai kejantanan, tidak peduli
apa yang akan dihadapinya sebagai risiko. Membungkus
niat dan pikiran dengan bertanam tebu di bibir, sedikit di­
lakukan orang, bahkan hal itu dipandang sebagai sifat penge­
cut.
Begitulah orang Rumawi, begitulah orang Persia dan be­
gitu pulalah orang Arab. Dengan jalan apakah orang Rurnawi
menancapkan kekuasaan dan menyebarkan agama yang
mereka yakini kebenarannya di kalangan bangsa-bangsa
lain? Dengan jalan apakah Persia mengejar pamrih penakluk­
annya I terhadap bangsa-bangsa lain di sekitamya? Pada
jaman abad-abad pertengahan n1e1nang orang Rumawi dan
Persia berhak untuk berbuat den1ikian karena rnereka kuat.
Kalau pada jaman itu hak-hak seperti itu boleh ditniliki oleh
orang Rumawi dan Persia, mengapakah bangsa lain, tennasuk
bangsa Arab, tidak boleh memiliki hak itu kalau memang
mempunyai kekuatan?
Sementara itu kaum orientalis di Barat dengan nada sinis
menulis, bahwa agama Islam disebar-luaskan oleh orang
Arab melaJui ge1nerincingnya pedang, tetapi mengapakah n1e­
reka hanya menyebut Islam dan orang Arab saja, tidak me­
nyebut orang Rumawi dan agatna yang mereka sebar-luaskan?
Lagi pula mereka, sebagian kaum orientalis Barat itu, tidak
mengusik-usik bagain1ana sikap orang Rumawi terhadap
orang Arab dan agama Islam. Mereka rnenyebut-nyebut masa­
lah pembunuhan dan paksaan yang dilakukan oleh orang
Arab. Tetapi mengapakaJ1 mereka tidak menguraikan masalah
pencukilan mata, pemenggalan kepala, pencabutan lidah, pe­
nyaliban dan pengucilan kejam yang dilakukan oleh orang
Rumawi terhadap orang yang tidak sepaham dengan keyakin­
an mereka? Kaum orientalis itu menyebut-nyebut masalah
perbudakan dan penggiringan tawanan perang yang dijadikan
hamba sahaya oleh orang Arab sehabis memenangkan suatu
peperangan. Tetapi mengapakah mereka tidak menyebut­
nyebut Rumawi sebagai gudang budak yang paling besar dan

388
paling pengap di dunia pada jaman itu? Mereka 1nengolok­
olok para penguasa dinasti Bani Un1ayyah dan 'Abbasiyyah
yang hidup banyak berfoya-foya dengan 1nenggambarkan
adanya beratus-ratus haren1 di kcdua istana itu. Tetapi n1e­
ngapakah mereka tidak 1nenyebut-nyebut kemesuman-ke­
mesun1an dan skandal-skandal seks yang dilakukan para
bangsawan dan raja·raja Rumawi di istana n1ereka?
Kalau kaun1 orientalis Barat yang bersangkutan hendak
berlaku adil dalan1 melancarkan kritik terhadap segi-segi
negatif yang berlaku pada jaman itu, bukankah lebih baik
kalau mereka mengarahkan kritiknya kepada semua pihak
yang terlibat dan tidak hanya kepada pihak Muslimin Arab
saja?
Mcskipun terclapat persa,naan ciri umun1 antara cara-cara
perluasan wilayah yang dilakukan oleh Rumawi dan Persia
di satu pihak, dengan cara-cara perluasan wilayah yang di­
lakukan oleh orang Arab di pihak lain, namun di sana terda­
pat pula perbedaan pada ciri·ciri khususnya. Ciri-ciri khusus
itu ialah: Pertama, bahwa orang Arab dalam melakukan
perluasan wilayah tidak merenggut kedaulatan negeri-negeri
merdeka, kecuali yang bersikap bennusuhan terhadap orang
Arab. seperti Persia dan Ru1nawi (Byzantium). Sedangkan
Rumawi dengan kekuatannya yang luar biasa mengarahkan
penaklukan terl1adap negeri mana saja yang diinginkannya,
dari benua Eropa sampai ke benua Asia. Orang Arab ber­
perang untuk mengusir kekuasaan Rumawi dari negeri-negeri
taklukannya dan ke1nudian n1enempatkan negeri bekas
jajaban Rumawi di bawah pemerintahan Muslimin kalau
penduduk negeri itu mau memeluk againa Islam tanpa
melalui peperangan lebih dulu. lni merupakan suatu keten­
tuan yang wajib dipatuhi oleh orang Arab secara mutlak.
Tetapi apabila telah terjadi peperangan dan penduduknya
banyak yang menolak agama Islam, barulah negeri itu ditem­
patkan di bawah pemerintahan Arab. Kedua, dorongan
utama bagi orang Arab dalam peperangan mengusir orang
Rumawi dan Persia dari daerah-daerah taklukannya, ialah

389
penyebar-luasan agama Islam. Segi-segi politik dan ekonomi
sudah tentu merupakan kaitan yang tak mungkin dapat di­
hindari. Ketiga, orang Arab atas perintah agamanya, tidak
memungut pajak apa pun dari setiap orang penduduk negeri
taklukan yang sudah memeluk agarna Islam. Jadi seandainya
negeri-negeri yang terlepas dari tangan Rumawi dan Persia,
dengan serentak penduduknya memeluk agama Islam, orang
Arab tidak memperoleh apa pun dari daerah itu. Berbeda
halnya dengan orang Rumawi dan Persia yang memungut
bermaca�-macam pajak dari penduduk negeri-negeri yang
ditaklukkan, tidak pandang apakah penduduk itu memeluk
agama yang dipeluk oleh orang -Rumawi dan Persia atau
tidak.
Tentang mengapa orang Arab melanjutkan terus peperang­
annya sampai Byzantium dan Persia jatuh, itu bukan suatu
hal yang tidak logis. Sekali peperangan dinyatakan oleh
kedua belah pihak, sudah tentu harus diselesaikan sampai
tuntas, kecuali kalau Rumawi atau Persia menghendaki
perdamaian dan bersedia menerima syarat-syarat yang diten­
tukan.
Sebagai bukti dapatlah dikemukakan sebagian isi surat
yang dibuat oleh Panglima Khalid bin'l-Walid atas nama
Khalifah Abubakar r.a. di Madinah, dan disampaikan kepada
penguasa Byzantium di Syria sebelum dimulainya peperang­
an: "Peluklah agama Islam, kalian pasti akan selamat. Bila
tidak, baiklah kalian membayar jizyah kepada kami. BiJa
tidak dua-duanya, janganlah kalian menyesali siapa pun
kecuali diri kalian sendiri. Kami telah siap datang kemari
(Syria) bersama sejumlah orang yang mencintai mati seperti
mereka mencintai hidup."
Apa hendak dikata Jagi. Rumawi dan Persia ternyata me­
mang sudah harus menuruti gerak jarum sejarah. Mereka
lebih menyukai pilihan yang ketiga!
Semua yang diketengahkan tadi barangkali ada manfaat­
nya bagi para peminat sejarah, agar penilaian yang dilaku­
kan terhadap suatu peristiwa sejarah, tidak mempergunakan

390
kacamata yang tidak sesuai dengan ja1nan terjadinya peris­
tiwa itu. De,nikian pula halnya dalam memandang kebang­
kitan bangsa Berber di Afrika Utara pada permulaan abad
ke-11 M.

Sebutan ''Berber" berasal dari kata "Barbar" sebutan


yang lazitn dipergun-akan oleh orang Rumawi bagi orang­
orang atau bangsa-bangsa yang bukan-Rumawi. Tetapi dalam
perke1nbangan selanjutnya, sebutan itu menjadi umum dan
hanya berlaku bagi orang-orang atau bangsa-bangsa yang
bennukim di Afrika Utara.
Bangsa-bangsa Berber di Afrika Utara pada abad ke-5 M
banyak disebut-sebut kalangan gereja. Gereja dipandang
orang Berber ketika itu sebagai musuh bebuyutan.
Sikap bangsa Berber yang demikian itu sebenamya di­
gerakkan oleh para penguasa imperium Rumawi, yang pada
masa itu sedang menghadapi perselisihan tajam dengan para
penguasa gereja. Para penguasa imperium Rumawi sudah
biasa melakukan hal-hal seperti itu terhadap gereja dan us­
kup-uskup yang dianggap membangkang terhadap kemau­
an istana. Penguasa-penguasa Rumawi bisa bersikap baik
kepada gereja dan para uskup selama mereka bersedia tun­
duk kepada apa saja yang menjadi kehendak istana Kons­
tantinopel. Banyak terjadi peristiwa sejarah dalarn kehi­
dupan imperium itu, di mana para penguasanya berusa­
ha memperalat gereja dan uskup-uskup untuk mencapai
kepentingan politik dan ekonomi. Gereja dan uskup-uskup
yang tidak bersedia tunduk kepada kemauan Konstantino­
pel, selalu dimusuhi dan mereka harus bersedia dibuang,
disiksa dan dianiaya.
Demikianlah nasib gereja di Afrika Utara, yang ketika itu
dianggap oleh istana Konstantinopel berani melakukan pem­
bangkangan. Melalui penguasa setempat, digerakkan rasa
pennusuhan terhadap gereja di kalangan penduduk bangsa
Berber.

391
Berbeda halnya dengan keadaan dan sikap bangsa-bangsa
Berber pada pennulaan abad ke-11 M. Yaitu bangsa Berber
yang sudah harnpir tiga setengah abad lamanya me1neluk
agama Islam. Pada jaman itu kaum Muslim in Berber melaku­
kan serentetan pemberontakan terhadap para penguasa Arab
setempat, yang telah terkeping-keping dalam berbagai aliran
sekte agama dan terpecah belah tenggelam di dalam pamrih
duniawi. Bangsa-bangsa Berber pada abad itu berontak
terhadap para penguasa Arab dengan tujuan dan tekad
hend�k menciptakan kesatuan politik dan kesatuan agama
di Afrika Utara.
Selarna abad tersebut di Afrika Utara berlangsung gerakan
kebangkitan Berber. Yang terpenting dan arnat besar peran­
annya dalam sejarah, ialah kaum Murabithin dan kaum Mu­
wahhidin. Kedua-duanya berasal dari daerah Maroko dan
sekitamya. Gerakan mereka itu sekaligus juga merupakan
reaksi dari pihak aliran Ah/us-Sunnah terhadap serangan­
serangan bulan sabit yang dilancarkan oleh seorang Khalifah
beraliran Syi'ah di Kairo ke daera.li-daerah bagian barat
Afrika Utara. Ini di satu pihak. Di lain pihak gerakan mereka
sekaligus juga merupakan persiapan menghadapi Jajunya
serangan-serangan pasukan salib terhadap kekuasaan Musli•
min Arab di Andalus.
Di Timur, orang Saljuk - orang Turki Islam berasal dari
Asia Tengah -, juga sedang gencar melakukan serangan-se­
rangan terhadap penguasa dan aliran Syi'ah di Iran. Gerakan
orang Saljuk ini berarti pula suatu reaksi dari pihak aliran
Ahlus-Sunnah terhadap kekuasaan dan aliran Syi'ah.
Oleh karena itu, baik gerakan bangsa Berber di Afrika U­
tara, maupun gerakan orang Saljuk di Asia Tengah, kedua­
duanya dapat disebut sebagai suatu gerakan untuk memumi­
kan kembali agama Islam dari ajaran-ajaran Syi'ah yang
pada masa itu penuh dengan ketakhayulan dan bid 'ah.

392
Kaum Murabithin

Kaum Murabithin secara khusus 1nengorganisir pasukan­


pasukan bersenjata yang terdiri dari orang Berber suku Lum­
tuna, yaitu salah satu anak-suku dari suku Berber yang ter­
besar di daerah Shanhaja, yang sangat dikenal peranannya
di kalangan suku-suku Be�ber. Suku Lumtuna bersal dari
dataran selatan Maroko, tidak jauh dari Sungai Niger. Me­
reka mengarungi gurun Sahara sampai ke dekat Tripoli Ba­
rat, lalu memerangi orang Sudan. Pada masa itu Kerajaan­
kerajaan kecil di daerah-daerah Sudan mempunyai hubungan
baik dengan para penguasa di daerah-daeral1 Afrika Utara.
Agama Nasrani ketika itu sudah masuk ke beberapa daerah
Sudan, seperti daerah Singha,va dan Nubi. Di luar kedua
daerah ini penduduk Sudan masih men1eluk ani1nisn1e da.n
banyak yang rnenyembah berhala.
Pada abad :.:e-11 M, di Sudan Barat telah berdiri sebuah
kerajaan, Ghana, yang kedudukannya berada di daerah
perbatasan a.ntara Sudan dan Sahara Besar. Para pangeran
dan para bangsawan kerajaan Ghana kemudian rnernperluas
wilayah kekuasaannya sampai meliputi bagian terbesar suku­
suku Berber yang bermukim di daer.ah-daerah padang pasir,
termasuk suku Berber Lum tuna.
Pada suatu ketika salah seorang kepala suku Lumtuna
menginginkan adanya seorang ulama di tengah-tengah warga
sukunya, yang sanggup dengan baik memberikan pengaja r ­
an agama Islam melalui keterangan-keterangan dan uraian
yang jelas. Tanpa mengenal jerih payah ia mencari tenaga
pengajar ke Qairuan, tetapi kembali tanpa basil. Di kemudian
hari ia berhasil mendapatkannya di Maroko, yaitu seorang
ulama yang bernama Ben Yassin. Orang ini lalu mengumpul­
kan sebagian suku Lumtuna dan bertempat tinggal bersama
1nereka di daerah Senegal, yang terletak dekat Rabat. Daerah
tempat tinggalnya dikenal dengan nama Dir Harbi. Sebutan
Murabithin atau Murabithun berasal dari narna Rabat atau
Ribat, yang sampai sekarang masih dipergunakan sebagai

393
nama ibukota Maroko. dengan perubahan sedikit, dari
Ribat menjadi Rabat. Dari kata Ribat itu juga berasal sebut­
an Marabot, yang mempunyai hubungan arti dengan nama
sebuah biara yang didirikan oleh pasukan Nasrani pada jan1an
perang salib. Nama asli biara itu oleh orang Arab disebut
f-"ursanul-Haika/.
Ben Yassin minta kepada para pengikutnya suatu kesetia­
an yang sepenuh-penuhnya dan di kalangan mereka berlaku
persamaan dalam arti yang seluas-luasnya. Tujuannya seder­
hana sekali, ialah menghidupkan kembali ajaran Islam yang
semurni-murninya dengan madzhab fiqh Maliki di kalangan
kaum Muslimin Maroko.
Pada tahun I 042 M ia mulai menyebar-luaskan agama
Islam di kalangan orang Berber gurun Sahara dan orang Negro
Tikror. Ketika itu di kalangan mereka sedang tumbuh dengan
kuatnya keinginan untuk melepaskan diri dari cengkeraman
Kerajaan Ghana yang rnasih menjadi penyembah berhala.
Keinginan itu mendapat sambutan baik dari Ben Yassin.
Atas sainbutan positif itu secara sukarela mereka dengan
serentak memeluk agama Islam. Mereka merasa menemu­
kan kekuatan baru yang sanggup menampung cita-citanya.
Sebaliknya agama Islam pun menemukan tenaga-tenaga baru
yang masih segar untuk memperkuat perjuangan mengikis
penyembahan berhala.
Setelah sarana-sarana fisik dan mental cukup memadai,
Ben Yassin me1nbentuk pasukan Muslimin, lalu ditnulailah
serangan-serangan terhadap Kerajaan Ghana, setelah terbukti,
bahwa kerajaan itu tidak bersedia melepaskan cengkeraman­
nya terhadap orang Negro Tikror dan menolak da'wah Is­
lam, bahkan menentangnya.
Kerajaan Ghana jatuh pada tahun 1067 M; dan denganja­
tuhnya Ghana ke tangan kaum Muslimin Berber, terbukalah
pintu bagi agama Islam untuk rnasuk ke Sudan dan daerah­
daerah Hitam lainnya. Sejak itu Islam berkembang pesat hing­
ga menjadi agama yang besar di Afrika Hitarn, dan setelah
mengalami kemacetan sebentar, pada abad ke-18 sampai ·abad

394
ke- l 9 di Afrika l·lita1n lslan1 1nencapai puncaknya.
Tidak Ja111a setelah itu kaum Muslimin Berber yang terdiri
dari suku Lun1tuna dan suku Sanhaja bergerak n1enuju ke
dataran tinggi �tarakesy. Di sana 1nereka berpapasan dengan
bekas n1usuh lan1anya, yaitu orang Berber suku Zinana. Sebe­
lu1n n1engalahkan bekas n1usuhnya itu, mereka telah berhasil
1nenduduki daerah Saljamasa.
Ben Yassin sendiri gugur dalam peperangan untuk rnenye­
-
bar-luaskan agan1a Isla,n. Ia meninggalkan seorang anak l e ­
laki yang cukup 1ne1niliki kesanggupan, bernan1a lbnu Tasyi­
fin. lalah yang mendirikan kota l\1arakesy lalu menjadi­
kannya sebagai pusat kekuasaannya. Dari kota ini ia bersama
pasukannya berhasil 1nenguasai seluruh Maroko sepenuhnya,
yang sebelurnnya banyak dikuasai oleh orang Berber Herati­
ka.
Pada kese1npatan lain lbnu Tasyifin bersama sejumlah pa­
sukan menuju ke arah ti1nur. Pada tahun 1082 M, ia berhasil
1nengu asai sen1ua daerah yang n1embentang dari Maroko sam­
pai ke Aljazair. Sarnpai di sini berhentilah peluasan wilayah­
nya. Di mana-,nana ia banyak mendirikan masjid.
Dari gerakan kau1n Murabithin tersebut tampak jelas ada­
nya pemikiran politik di kalangan mereka untuk dengan tegas
membela agama Islam. Suatu pemikiran yang nantiny a akan
1nempunyai pengaruh dalam gerakan perlawanan menghadapi
Perang Salib yang dilancarkan aleh orang Nasrani Eropa.
Pada masa itu perang salib sudah memasuki babak permulaan­
nya di Andalus, yang sedikit atau banyak telal1 melibatkan
orang Muslim.in Berber di Afrika Utara.
Pemikiran me1n bela agama Islam dari serangan kaum Salib
1nendorong kesadaran lbnu Tasyifin untuk dengan sepenuh
hati menyambut baik seruan penguasa-penguasa Muslimin
Arab di Andalus yang meminta bantuan kepadanya. Namun
sangat disayangkan para penguasa di Andalus sendiri tidak
henti-hentinya merobek-robek persatuan dengan petualangan­
petualangan dan saling bunuh di antara mereka. Andalus
sudah dalarn keadaan terkeping-keping menjadi kesultan-

39S
an-kesultanan kecil dan kesatuan politiknya tiada lagi. Ma­
sing-masing kesultanan menghadapi serangan kaum Salib
dengan caranya sendiri-sendiri, terpisah satu sama lain,
bahkan kadang-kadang sambil menghadapi serangan pasukan
Salib, masih sempat memukul kekuatan Muslimin lainnya
yang sama-sama sedang menghadapi musuh yang itu juga.
Tetapi para penguasa di Andalus masih mujur. Keadaan
terpecah belah seperti itu ternyata masih tertolong oleh ke­
adaan, di mana raja-raja Nasrani di Eropa belun1 mampu
melancarkan serangan untuk maju terus.
Kekuatan pasukan lbnu Tasyifin di Andalus terbukti
berhasil melumpuhkan gerakan pasukan-pasukan Salib dalam
empat kali pertempuran. Tennasuk di antaranya pasukan
Salib yang berada di bawah komando Richard Lionheart.
Setelah empat kali bertempur, peperangan itu usai dengan
kemenangan pasukan lbnu Tasyifin di daerah Zagrajes.
Ibnu Tasyifin sangat kesal dan cemas melihat perpecahan
yang terjadi di kalangan para penguasa Arab di Andalus,
yang selalu mendatangkan kerugian besar yang harus dideri­
ta oleh kaum Muslimin seluruhnya. Perasaan itu akhimya
mendorong lbnu Tasyifin untuk mengarnbil tindakan tegas
guna mempersatukan kembali keutuhan kaum Muslimin,
dengan jalan me1natal1kan sama sekali semua kekuatan Arab
yang terkeping-keping itu, dan membangunnya kembali
dengan kekuatan tangannya sendiri. Suatu pukulan yang
benar-benar mematikan dilakukan Ibnu Tasyifin terhadap
perpecahan di Andalus, sehingga pada akhir hidupnya kesatu­
an politik berhasil diciptakan kembali di Andalus di bawah
pimpinannya sendiri. la wafat setelah Andalus dipersatukan
dengan sebagian besar daerah-daerah Afrika Utara (Maroko
dan Aljazair).
Sepeninggal Ibnu Tasyifin, negara Andalus yang besar itu,
sedikit demi sedikit mengalami kemerosotan, terutama di
bidang ilmu dan kebudayaan.
Putra Ibnu Tasyfm yang dilahirkan di Andalus dari seorang
ibu beragama Nasrani, menggantikan ayahnya. Tetapi ia se-

396
orang yang berhati dingin dan hanya tcrpelajar saja. Beberapa
tahun selan1a n1e1negang kekuasaan. ia hanya dapat 1nembawa
sedikit kemajuan bagi daerah-daerah di Afrika Utara.

Kaurn Muwahhidin
Kekuasaan kaurn ft-lurabithin di Andalus dan Afrika Utara
bagian barat hanya berlangsung selan1a seabad kurang sedikit.
Beber-apa tahun Setelah lbnu Tasyifin 1neninggal dunia, bin­
tang kaurn Murabithin 1nulai pudar akibat pi1npinan yang
tidak cakap. Pada ,nasa kekuasaan berada di tangan anaknya,
1nuncull ah seorang Berber dari suku Qasn1uda yang b1:nnu­
kim di dataran tinggi Atlas, daerah Maroko. la bemaina Ben
Tun1art (lbnu Tun1art). Na1na ini berlogat Berber, sebagai
panggilan narua kecil "Umar'' yang berasal dari na1na Arab.
Dibandingkan dengan Ibnu Tasyifin, Ben Tumart 1nempu­
nyai kesanggupan yang lebih besar. la seorang ulama yang
cukup besar dan n1empunyai pengetahuan lebih luas dari­
pada lbnu Tasyifin. la muncul dalam gelanggang sejarah pada
masa orang Syi'ah Fati1niyyin sedang ,ne1ancarkan petualang­
an di Afrika Utara bagian timur, di b3:wah pimpinan 'Abdul­
lah, seorang yang menamakan dirinya hnam Mahdi.
Ben Tumart sangat tidak menyetujui ajaran-ajaran agama
yang dilaksanakan oleh lbnu Tasyifin. Yang sangat tidak di­
setujuinya ialah keketatan lbnu Tasyifin dalam melaksanakan
madzhab fiqh Imam Malik dan pengajaran-pengajaran ca.bang
syari'at yang berdasarkan uraian-uraian para ulama. Teruta•
ma, yang sama sekali tidak dapat diterima oleh Ben Tuma.rt,
soal-soal yang berkaitan dengan pemahaman tentang iman,
yang oleh lbnu Tasyifin hanya diambil begitu saja dari ru­
mus-rumus Al-Quran, hadits dan ilmu fiqh. Pendek kata,
Ben Tumart berpendapat bahwa sumber-sumber ajaran agama
harus dipahami sedalam-dalamnya. Kecuali itu Ben Tumart
juga tidak dapat menerima kalau Al-Quran hanya difahami
secara harfiah, seperti yang diajarkan oleh kaum Murabitin,.
Menurut Ben Tumart kaum Murabithin tidak mengimani


397
keesaan Tuhan semurni-murninya.
Adapun yang menjadi dasar utama ajaran Ben Tumart
ialah iman yang semutlak-mutlaknya kepada keesaan Allah
s.w .t. Dari dasar u tama ajarannya itulah para pengikut
Ben Tu1nart disebut kaurn l'v!.uwahhidin atau Muwahhidun,
yang berarti "orang-orang yang mengimani keesaan Allah"
secara mutlak. Menurut tuduhan-tuduhan kaum Muwahhi·
din, kaum Murabithun melekatkan sifat-sifat manusiawi
kepada Dzat Allah dan memandang Al-Quran sebagai 1nakh­
Iuk (ciptaan Allah) yang telah ada sebelum segala-galanya
yang berupa alam semesta. Kaum Murabithun dituduh se­
bagai orang yang 1nenyerupakan Dzat Allah s.w .t. dengan
lain-Nya. Oleh karena itu kaum Murabithu11 dicap sebagai
orang yang menyekutukan Allah (Musyrikun). Karena kaum
/vfurabithun itu orang-orang rnusyrik, maka menurut 3en
Tumart dan para pengikutnya, harus dipandang sama dengan
kaum Nasrani.
Ben Tumart seolah-olah sama dengan Luther, yang mening­
galkan bahasa Latin dan menggunakan bahasa Jerman dalam
menyebarkan ajaran-ajaran agama kepada orang-orang sekitar­
nya. Demikianlah pula Ben Tumart yang hidup jauh sebelum
Luther. Ia meninggalkan bahasa Arab dan dalam pengajaran­
pengajaran agama Islam selalu mempergunakan bahasa
Berber. Dengan demikian orang Berber dapat lebih baik me­
mahami ajaran agama Islam. Dalam hal ini ia betul-betul
berhasil baik.
Dengan pendirian demikian ia pergi meninggalkan Afrika
Utara menuju ke dunia Islam di bagian timur, akhimya sam­
pailah ia ke Baghdad. Di kota ini ia · banyak mempelajari
filsafat imam Al-Ghazali di samping terus memperdalam
pengetahuannya tentang agama Islam. Kemudian ia kembali
ke Afrika Utara sambil mempawa ilmu-ilmu agama yang
diperolehnya dari Baghdad. Ia bertekad hendak mengadakan
perombakan-perombakan dan perbaikan-perbaikan di bidang
pengajaran agama Islam dan merasa sanggup menghadapi
ajaran-ajaran kaum Murabithun yang bennadzhab fiqh

398
Maliki.
Belu,n se1npat 1ne1nperoleh banyak pengikut, ia diusir
oleh para penguasa il1urabith1111 dari sebuah te,npat ke
tempat lain; dari daerah Bouqi, dari Telrnasan dan dari
ia
Marakesy. Ken1udian berse1nbunyi dan berlindung kepada
salah satu suku Berber yang bennukim di dataran tinggi
Atlas. Dari daerah persembunyiannya itu ia senantiasa 1ne­
lakukan pengamatan atas kedudukan pusat pemerintahan
A-1urabithu11 di Marakesy. DaJarn pada itu ia terus-menerus
mengajarkan ihnu-ilrnu agan1anya kepada warga suku Berber
yang memberikan perlindungan, yaitu suku Qasmuda. Mujur
sekali, karena ia cepat memperoleh sambutan yang sangat
1nemadai dari kepala-kepala suku di sana. Setelah merasa ber­
pengaruh besar, sainbil mengaku dirinya sebagai Imam
Mahdi, ia berseru kepada semua pengikutnya untuk me­
lancarkan perjuangan. De111ikianlah asal mula berdirinya ke­
kuasaan kaum ll111}vahhid11n di Afrika Utara pada tahun
1121 M.
Dengan pengakuannya sebagai linarn Mahdi, Ben Tumart
tidak menghentikan pennusuhannya terhadap kaum JJ1ura­
bithun. sebaliknya bahkan lebih gencar lagi memusuhi me­
reka. Ia bukan hanya 1nemusuhi para pengikut madzhab
Maliki yang dikatakannya sangat sen1pit itu, melainkan juga
terhadap kaun1 Muslimin lainnya yang tidak menjadi pengi­
kut ajarannya.
Setelah Ben Tumart berhasil menguasai beberapa daerah
di Afrika Utara, ia segera 1nengeluarkan larangan kepada alim
ulama yang mengajarkan ilmu-iln1u agruna yang tidak sesuai
dengan ajarannya sendiri. Penafsiran-penafsiran atas Al•
Quran tidak boleh dilakukan oleh siapa pun kecuali olehnya
sendiri dalam kedudukannya sebagai Imam Mahdi. Praktek
ini n1enyerupai praktek kaum Syi'ah.
Tetapi rupanya Ben Tumart bukan orang lapangan. Ia
memperoleh seorang pembantu yang amat setia dan cukup
memiliki kemampuan 1nenghadapi pekerjaan yang keras
dan sukar. Orang ini bernama 'Abdul-Mu'min. Kalau dahulu

399

Nabi Muhammad s.a.w. mempunyai seorang sahabat ber­
nama 'Umar bin'l-Khattab, maka Ben Tumart menemukan
'Abdul-Mu'min.
Sebagai tindakan pendahuluan Ben Tumart dan 'Abdul­
Mu'min menyerukan kepada sernua penduduk dataran
tinggi Atlas supaya menolak pembayaran pajak kepada pe­
merintah Murabithin. · Ke1nudian ia rne1nimpin serangan-se­
rangan terhadap pegawai penarik pajak dan pasukan yang
mengawalnya. Gerakan itu, walaupun sering n1engakibatkan
bentrokan senjata, tidak menghasilkan sesuatu yang berarti
bagi ·Ben Tumart. Ia keburu meninggal dunia. Tidak lama se­
peninggal Ben Tumart, Abdul-Mu 'min meninggalkan dataran
tinggi Atlas bersama para pengikutnya. Sambil menyusun
kekuatan terus-menerus, selama beberapa tahun ia melawan
pemerintahan Murabithin.
Setelah beberapa kali melawan pasukan Murabithin.
'Abdul-Mu'1nin dan pasukannya berhasil secara berturut­
turut menduduki Telrnasan, Fez dan Marakesy tahun 1147
M. Pada saat-saat ia baru mulai mencapai sukses, Afrika
Utara sedang dilanda peperangan besar-kecil antara sesama
kaum Muslimin Berber, di mana orang-orang Arab tidak Jagi
menonjol peranannya. Di samping kaum Muslimin Andalus
bangkit melawan kekuasaan Murabithin, perang saudara ber·
kobar di Afrika Utara antara pengikut 1-Iimad di Bougia de­
ngan pengikut Zair di Qairuan. Kecuali itu orang Nonnandia
di Sisilia juga sedang 1nelancarkan serangan-serangan gencar
terhadap orang Zair. Semuanya itu sangat menguntungkan
'Abdul-Mu'min untuk bisa meraih kemenangan demi keme­
nangan. Banyak daerah yang dapat direbut dan dikuasainya
di sepanjang daratan Afrika Utara, mulai dari Atlantik sam­
pai ke Tripoli Barat.
Dengan berdirinya kekuasaan kaum Muwahhidin, maka
untuk pertama kalinya daerah Afrika berada di bawah satu
pimpinan dan satu. pemerintahan de facto. maupun de jure.
Wilayah tersebut kemudian dibagi-bagi menjadi beberapa
propinsi di bawah kekuasaan para penguasa setempat dan

400
sekaligus pula ditetapkan batas daerahnya masing-masing
dengan n1e1nasukkan tanah-tanah kosong yang belu1n pemaJ1
dikenal sebelun1nya, ke dalam wilayall pe1nerintahan A1uwah·
hidin.
Beberapa waktu sebelu1n wafat, 'Abdul-Mu•1nin menyata·
kan diri sebagai khalifah pada tahun 1168 M, sehingga de­
ngan demikian pada rnasa itu terdapat tiga orang khalifall
bagi kaum Muslirnin. Seorang di Marakesy, seorang di Kairo
dan seorang lagi di Baghdad.
Para sahabat 'Abdul-Mu'min berpegang kepada prinsip
keadilan dalam n1enentukan siapa-siapa dari anak-cucu
keluarga 'Abdul-Mu'min yang akan menduduki istana ke­
khalifahan fl,fu1vahhidi11. Para khalifah /vluwahhidin sejak
rneninggalnya 'Abdul-Mu '1nin sampai tallun 1269 M. hanya
sa1npai tahun 1236 M saja yang dapat n1engatur sistem keku­
asaan berdasarkan cara-cara yang diwariskan 'Abdul-Mu'min,
yaitu dala1n bentuk kekhalifahan. Setelah tahun 1236 M s i s ­
tern kekuasaan Muwahhidin berubah menjadi kerajaan.
Mereka banyak rnendirikan monumen-monumen untuk
1nenghonnati kaum cendekiawan dan filosof Arab di Anda­
lus, seperti Ibnu Rusyd (Averros), lbnu Bajah dan Ibnu
TI1ufeil. Tetapi penghom1atan yang mereka berikan kepada
para filosof itu disertai 1naksud untuk mendapat tambahan
dukungan bagi ajaran tentang "Imam Mahdi" yang pemah
dicanangkan oleh Ben Tumart kepada dirinya sendiri, namun
mereka tidak berhasil. Ketidak-berhasilannya rnelahirkan
pandangan bahwa adanya para ftlosof itu tidak mengun­
tungkan kekuasaan 1nereka, sehingga salah seorang di antara­
nya, yakni lbnu Rusyd, pemah dikucilkan. Kejadian ini
merupakan faktor yang menyebabkan makin melemahnya
kekuasaan kaum Muwahhidin, di samping faktor terjadinya
peperangan seru yang terpaksa harus mereka hadapi meta­
wan serangan-serangan yang dilancarkan oleh dua orang to­
koh besar dari sisa-sisa kekuatan kaum Murabithin. Ke­
goncangan politik yang hebat sekali di Andalus juga meru­
pakan faktor tambal1an bagi melemahnya kekuasaan kaum

401
1"1uwahhidin.
Kemenangan kaum Muwahhidin di Arcos setelah peperang­
an melawan serangan pasukan salib, beberapa tahun kemudi­
an menjadi hilang artinya, disebabkan ·terjadinya tragedi
Las Navas yang sangat menggoyahkan kekuasaan mereka.
Sungguh tragis sekali, kekuasaan yang telah demikian besar­
nya itu, akhirnya dipukul oleh kekuatan-kekuatan yang da­
tang dari dua jurusan: dari Andalus dan dari dalam Afrika
Utara sendiri. Itulah faktor yang mempercepat keruntuhan
dinasti Muwahhidin. Di Afrika sendiri banyak propinsi yang
1nemisahkan diri dari kekuasaan pusat dan mendirikan ke·
rajaan-kerajaan kecil setempat. Di istana, keluarga dinasti
Muwahhidin saling berebut mahkota. Akhimya kaum Muwa­
hhidin kehilangan segala-galanya dan terpaksa menyerah­
kan kekuasaannya kepada kerajaan-kerajaan kecil setempat.

Pengepingan Afrika Utara


Pada masa-masa berikutnya, dari sisa-sisa dinasti Muwahlzi­
din yang pernah besar itu, muncullah tiga kekuasaan dinasti
baru, yaitu Hafshiyyun (orang-orang Hafsh) di Tunis, pengi­
kut-pengikut keluarga 'Abdul-Wahid di Telmasan dan kaum
1Wariniyyun di Fez. Dengan munculnya tiga dinasti baru itu,
sejarah memperbaharui dirinya menghadapi masa-masa yang
akan datang. Tetapi sesungguhnya ketiga dinasti tersebut,
tidak kurang dan tidak lebih hanya menampung kerajaan­
kerajaan kecil yang telah ada di Afrika Utara sejak abad
ke-9, yaitu kerajaan-kerajaan Rustamiyyun, Aghalibah dan
ldrisiyyun.
Adapun keadaan di Andalus, pasukan-pasukan Salib yang
telah berhasil baik dalam memanf aatkan perpecahan-per­
pecahan di kalangan kaum Muslimin, mencapai kemajuan­
kemajuan yang amat pesat. Keki.Jasaan Islam praktis hanya
tinggal satu kerajaan kecil saja di Granada, yaitu kerajaan
Nashiriyyun. Kerajaan inilah yang membangun istana A/­
Hamra (Alhambra) yang merupakan puncak keindahan

402
arsitektur Islam d1 Andalus. Kerajaan Nashiriyyun dapat
bertahan sampai tahun 1492 M, berkat kebijaksanaan politik
para penguasa, yang senantiasa menjaga keseimbangan dalam
menghadapi peperangan yang terus-menerus antara pasukan
Nasrani dan kaum Mariniyyun.
Pada tahun 1492 M, penguasa Muslimin Arab terakhir
dapat diusir dari tanah Andalu� oleh Ferdinand dan Isabella,
yaitu tahun yang sedang menantikan Christoffer Columbus,
yang beberapa bulan lagi akan mengibarkan benderanya di
atas tanah "dunia baru" bernama Amerika. Ferdinand dan
Isabella tentu saja menyatakan, Columbus pahlawan bangsa­
nya. Namun kenyataan sejarah membuktikan, bahwa Co­
lumbus dilahirkan, dibesarkan dan dibekali ilmu pengetahu­
an oleh masyarakat Islam di Andalus.
Ketika itu Kerajaan Mariniyyun di Afrika Utara, relatif
lebih kuat daripada kerajaan lainnya di daerah tersebut.
Politik dasar yang dilaksanakan oleh kerajaan itu ialah, di
satu pihak mempertahankan Andalus yang sedang direbut
oleh kekuatan Nasrani dan di pihak lain menjalankan per­
luasan wilayah ke bagian timur Afrika Utara. Tetapi dalarn
perjuangan kembar itu mereka kehabisan tenaga.
Mulai akhir abad ke-14 sampai abad ke-16 M, ketiga ke­
rajaan tersebut selalu saling berebut unggul dan wilayah.
Kerajaan Mariniyyun terdesak dan akhirnya pada pertengah­
an abad ke-14 M wilayahnya sangat menyempit dan kembali
kepada perbatasan-perbatasannya semula: Maroko. Tetapi
apa hendak dikata lagi, segala sesuatunya telah terlambat.
Orang-orang Portugis telah mulai menginjakkan kakinya
di Maroko. Bumi berputar, hari-hari bergilir, proses sejarah
berJangsung tanpa mempedulikan keinginan siapa pun, kecu­
ali kehendak Yang Maha Kuasa, yang mengetahui, bahwa
hamba-hamba-Nya

yang dahw.i saleh dan cukup tangguh
unannya, telah berubah mertjadi saling bunuh memperebut
kan warisan duniawi.
Pasukan-pasukan Mariniyyun berusaha mempertahankan
Maroko, tetapi daerah ini telah berada di dalam cengkeraman

403
orang Portugis. Mereka mundur kembali ke timur, te·
tapi di tengah jalan mereka berpikir, bahwa di timur ter­
dapat kerajaan-kerajaan kecil saingannya yang pasti akan
memukul mereka habis-habisan. Tiada jalan maju, tiada
pula jalan mundu,r. Narnun taut masih selalu terbuka dan
aman. Ke sanalah mereka pergi.
Di sepanjang pantai Afrika Utara, mereka mengorganisir
diri untuk secara berkelompok-kelompok meneruskan per­
lawanan terhadap orang Sepanyol dan Portugis, yang bukan
hanya telah menguasai Andalus, metainkan juga telah mengu­
asai Maroko. -Mereka itulah yang oteh sementara penulis
Barat dan kaum orientalis disebut "bajak-bajak taut" yang
selalu mengancam keamanan pantai-pantai Afrika Utara.
Sebutan orang-orang Barat itu tidak mengherankan. Adakah
orang yang tidak menjelek-jelekkan atau menghitamkan
lawannya?
Proses sejarah lebih lanjut menunjukkan, bahwa dunia
Muslimin pada abad ke-16 M terpaksa harus menghadapi se­
rangan balasan dan sergapan besar-besaran yang dilancarkan
pihak Nasrani Eropa, baik dalam bentuk peperangan, mau­
pun dalam bentuk karnpanye keagamaan.
Semua kejadian sejarah itu betul-betul meyaldnkan, bah­
wa agama pada masa itu sungguh-sungguh masih kuat sekali
1nenguasai alam pi.kiran manusia di mana-mana, di samping
1nasalah-masalah politik dan kekuasaan yang tampaknya akan
berlangsung terus sepanjang masa. Orang Arab dan orang
Berber, apa pun bentuk kekuasaan politik atau corak aliran
dan sektenya masing-masing, semuanya adalah pemancang
tonggak-tonggak kebasaran agama Islam. Demikian pula
halnya kaum Murabithin, kaum Muwahhidln dan kaum Ma­
rlniyyin, wataupun yang tersebut belakangan ini kurang man­
tap imannya, karena sangat mengangung-agungkan "orang­
orang keramat" dan menghayati ilmu-ilmu tashawwuf yang
tidak sesuai dengan prinsip-prinsip agama Islam. Namun ba­
gaimanapun juga unsur kesadaran keagamaan yang ada pada
1nereka semua, temyata sanggup memainkan peranan besar

404-
sekali pada hari-hari berikutnya dalam perjuangan melumpuh­
kan serangan-serangan pasukan Salib yang menyerbu Af rika
Utara dari Eropa pada abad ke-16 M.

2. Reaksi Muslimin Turki di Asia


Pada jaman abad-abad pertengahan yang sedang kita bica­
rakan, penduduk Asia Tengah tiada putus-putusnya silih ber­
ganti berada di bawal1 kekuasaan dua kekuatan besar, Iran
dan Cina. Suatu ketika sebagian penduduk dikuasai kekuatan
Cina, pada ketika yang lain kembali ke dalam kekuasaan Iran.
Proses penguasaan penduduk secara silih berganti dan terus­
menerus itu sepenuhnya terga.ntung pada hasil adu kekuatan
antara dua kekuatan besar tersebut. Tetapi sejak abad ke-8
sampai ke-10 M, negeri Cina yang besar itu menjadi terpecah­
belal1 akibat meletusnya pemberontakan-pemberontakan dan
persengketaan-persengketaan di dalan1 negeri. Baru pada wak­
tu berdirinya dinasti Sung - pertengahan kedua abad ke-10
M, - tampak adanya kepulihan dan kebangunan kembali.
Suku-suku pengembara di Asia Tengah yang mencari
padang rumput di sela-sela dataran tandus dan yang selalu
berpindah-pindah ke tempat yang lebih subur, terdorong
pikirannya untuk melancarkan serangan dan serbuan ke barat
guna menduduki daerah-daerah subur. Mereka berpikir de­
mikian karena penyerbuan ke arah timur akan banyak menim­
bulkan kesukaran menghadapi negeri Cina di bawah keku�sa­
an dinasti Sung yang sudah kuat. Penyerbuan ke arah barat
diperhitungkan tidak akan banyak mengakibatkan kesukar­
an, karena khalifah di Baghdad telah lemah sekali.
Wilayah kekuasaan khalifah di Baghdad telah semakin
menyempit di bagian timumya, sama halnya dengan keada­
an wilayahnya di bagian barat. Semua itu disebabkan ge­
rakan-gerakan pemisahan diri yang dilancarkan para penguasa
setempat, di daerah mana mereka dulu diangkat oleh khali­
fah sebagai pemegang kekuasaan. Gerakan-gerakan pemisah­
an diri itu menghasilkan terbentuknya kesultanan-kesultanan

405
dan kerajaan-kerajaan kecil, yang masing-masing berdiri
sendiri, terpisah satu sama lain.
Daerah Armenia dan Arab (Hijaz) memisahkan diri dari
Baghdad, sehingga khalifah saat itu praktis menguasai wilayah
Iraq saja. lni pun sebenarnya sudah bukan khalifah lagi
yang berkuasa, melainkan orang-orang Muslimin Buweih
(Persia) itulah yang praktis telah menggantikan kedudukan
khalifah. Khalifah ketika itu ditempatkan di bawah perlin­
dungan mereka sebagai menteri-menteri besar keturunan
Persia, yang menguasai Baghdad turun-temurun. Dan di
antara orang Buweih yang berkuasa itu terdapat para pengi­
kut aliran Syi'ah. Khalifah, atau lebih tepatnya sebut saja
seorang raja yang tidak berdaya dan hanya sebagai boneka,
secara teori tetap dinyatakan oleh orang Buweih sebagai
sumber kekuasaan, meskipun pada hakikatnya kekuasaan
itu ada di tangan mereka sendiri. Di samping khalifah di
Bagh.dad yang telah lumpuh itu, di Andalus terdapat khali­
fah Arab yang masih berfungsi dan agak mantap. Seorang
khalifah lag1 di Kairo, seorang Turki Hertoc, yang sudah la­
ma muncul. Dalam keadaan seperti itu khalifah di Baghdad
masih harus menghadapi rongrongan dari para pangeran dan
bangsawan yang semuanya menuntut diangkat menjadi
sultan-sultan dan raja-raja kecil.
Pada abad ke-10 M, Mahmud Ghaznawi, penguasa Afgha­
nistan dan sebagian India, menuntut kepada Baghdad supaya
dirinya dinobatkan secara resmi sebagai raja setempat. Tun­
tutan ini dikabulkan. Pada pertengahan abad ke-11 M pendi­
ri dinasti Murabithin di Afrika Utara menuntut gelar Amirul·
Mu 'minin dan oleh khalifah Baghdad dikabulkan. Gelar ter­
sebut sudah tentu membawa konsekuensi harus diakui se­
bagai pihak yang mempunyai kedudukan sama dengan khali­
fah di Baghdad. Pada tahun 1174 M, Shalahuddin al­
Ayyubi, seorang Turki Saljuk, penguasa yang tak tersaingi
atas wilayah-wilayah Mesir dan Syria, menuntut pula kepada
khalifah Baghdad, supaya dirinya diangkat sebagai raja atau
sultan. Masih banyak lagi tuntutan seperti itu yang diajukan

406
kepada seorang raja boneka di Baghdad, yang ketika itu
sedang 1nenjadi "Khalifah" terakhir dinasti 'Abbasiyyah.
Sejak abad ke-11 M dari Asia Tengah datang tiga serangan
besar terhadap jantung dunia Islam: Serangan orang Turki
Saljuk, serangan orang Mogol dan serangan Timur Lenk,
Timbul • pertanyaan: Adakah pengaruh timbal-balik antara
dunia Islam dan pihak-pihak penyerang?

Orang Turki Saljuk


Pad a abas ke-10 M bangsa Turki yang berasal dari Asia,
terbagi menjadi tiga golongan pokok: Uighur, Kirluk dan
Ghiz. Suku-suku Kirluk berada di daerah Turkestan Timur.
Suku-suku Ghiz menempati daerah-daerah perbatasan trans­
Oksania (Ma wara an-Nahr). Akhir abad ke-10 suku-suku
Kirluk memeluk agama Islam, kemudian mereka bertebaran
di Sirdariya. Dari sini mereka mendesak suku-suku Ghiz
ke barat dan ke selatan. Karena desakan orang Kirluk, ma.lea
orang Ghiz tercerai-berai. Sebagian berbondong-bondong
menuju ke daerah Rusia dan terus memasuki daerah-daerah
Yunani. Di Yunani mereka dimusnahkan penduduk setem­
pat. Sebagian Jagi, dan ini merupakan bagian terbesar, me­
masuki daerah kekuasaan 'Abbasiyyah, dan oleh para bangsa­
wan Saljuk yang telah mendapat kepercayaan dari pihak
Khalifah diterima dengan baik, dan banyak yang diangkat
sebagai komandan pasukan Muslimin. Mereka semuanya me­
meluk agama Islam dan tidak lama setelah itu mereka ber­
kelana lagi ke Trans-Osksania.
Tahun I 03 5 M orang Tu.rki keturunan Saljuk (yang menu­
runkan para bangsawan Saljuk dan menguasai istana Bagh­
dad) memasuki daerah Khurasan, yang ketika itu para pengu­
asanya terdiri dari orang-orang keturunan Ghazna (Afghanis­
tan). Orang Saljuk sangat tidak menyukai mereka, dan akhir­
nya mereka diserbu sehingga Khurasan jatuh ke tangan orang
Saljuk, setelah melalui peperangan selama lima tahun.
Peristiwa tersebut mempunyai kelanjutan yang sangat

407
jauh. Karena setelah mereka berhasil memperoleh kekuatan,
dari Khurasan mereka meneruskan serangan-serangannya
sampai ke Iran, sehingga Iran pun akhimya jatuh ke tangan
mereka. Mereka lalu melanjutkan serangan-serangan Iagi
ke daerah-daerah sekitamya sampai terbukalah pintu terakhir
bagi jatuhnya negeri-negeri Persia Islam ke dalam kekuasa­
annya. Sepuluh tahun kemudian setelah menguasai negeri­
negeri Persia Islam, mereka lalu mengarahkan perang sucinya
ke negeri-negeri Nasrani dan berhasil merebut Anatolia serta
menguasai Armenia. Pada tahun I 055 M, pasukan Saljuk
di bawah pimpinan Tughrul masuk ke Baghdad dan mengikis
habis kekuasaan menteri-menteri Buweih yang berdaral1
Persia, yang pada masa itu secara turun-temurun telah me­
nguasai pemerintahan 'Abbasiyyah. Komandan Saljuk itu,
Tughrul, kemudian diakui oleh Khalifah Baghdad sebagai
raja dan menikah dengan putrinya. Peristiwa ini merupakan
canang sejarah tentang akan berdirinya dinasti Ottoman di
kemudian hari.
Tughrul diakui sebagai raja dan dipungut menantu oleh
Khalifah, sudah tentu dengan perhitungan dan pertimbangan.
Pertama, Tughrul dan semua pasukannya adalah orang
Muslimin. Kedua, Tughrul memang memiliki kekuasaan
fisik-materiil yang tak mungkin lagi dapat dihadapi khalifah
dengan kekerasan. Ketiga, mungkin Tughrul dipandang se­
bagai orang yang membebaskan Khalifah dari cengkerarnan
menteri-menteri Buweih. Keempat, dengan pengakuan
Tughrul sebagai raja dan dipungutnya sebagai menantu,
maka Khalifah akan terjamin tetap berada di atas kedudukan­
nya, walaupun sekedar sebagai lambang saja.
Tughrul yang telah menjadi sangat kuat itu tidak menyia­
nyiakan kedudukannya. Ia sudah menjadi raja dan panglima
tertinggi semua pasukan negeri-negeri yang dikalahkan. Ia
merencanakan suatu peperangan besar untuk merebut daerah­
daerah kekuasaan Byzantium yang selama itu belum pemah
dijamah oleh kaum Muslimin. Pada masa itu imperium
Rumawi (Byzantium) masih terus-menerus di ·;ongrong ke-

408
kacauan dan kegoncangan-kegoncangan dalaJn negeri, berupa
pertikaian antam1azdhab agama Nasrani serta pembangkang­
an panglima-pangJima dan penguasa-penguasa setempat. Be­
lum lagi adanya intrik yang selalu menggaduhkan suasana
di dalam istana, dalam usaha masing-masing untuk mempere­
butkan mahkota Byzantium.
Tughrul tidak membuang-buang peluang dan segeralah
ia melancarlcan serangan yang berlipat ganda besamya ter­
hadap Byzantium. Kekuatan besar sekali dikerahkan dalam
peperangan yang berl(lngsung selama kurang-lebih 10 taltun,
dan akhimya pada tahun 1071 M, Raja Byzantium Diogenes
melarikan diri. Dengan demikian jatuhlah Asia Kecil ke ta­
ngan Tughrul.
Bersamaan dengan jatuhnya Asia Kecil ke tangan Tugh­
rul, pasukan-pasukannya yang lain menyerbu ke Syria dan
Palestina. Di kedua daerah ini pasukan-pasukannya berhadap­
an dengan kekuatan pasukan Fathimiyyin. Di sanalah perti­
kaian antara aliran Syi•aI1 (Fathimiyyin} dengan aliran
Alzlus-Sunnah (Saljuk) memasuki babak baru lagi. Sebelum
itu, orang Saljuk telah memukul keras kekuatan Syi•ah di
Khurasan sanipai Baghdad (menteri-menteri Buweih dan pe­
ngaruh-pengaruhnya).
Raja-raja Fathimiyyin di Kairo tidak banyak berdaya
menghadapi serangan-serangan Saljuk. Sama halnya seperti
Khalifalt di Baghdad, Khalifalt Fathimiyyin di Kairo pun
ketika itu sedang menjadi permainan belaka di tangan para
kornandan pasukan bayaran yang banyak terdiri dari orang
Negro, Berber dan Turki. Akhimya Kerajaan Fathimiyyin
di Kairo tumbang yang berarti pula runtuhnya kekuatan
Syi'ah di Mesir dan Palestina. Masuklah orang Saljuk raja­
raja sebagai tuan yang menang perang. Benda-benda berhar­
ga yang selarna itu dikumpulkan raja-raja Fathimiyyin, se­
karang semuanya pindah ke tangan orang Saljuk. Pada saat
ba ru saja menguasai Mesir dan Palestina, orang Saljuk men­
jumpai seorang panglima Fathimiyyin keturunan Armenia,
yang ·mencoba berusalta menarik orang Saljuk yang ada di

409
Syria dan Palestina untuk berontak terhadap pimpinan me­
reka. Tetapi usaha itu sia-sia belaka. Pasukan-pasukan Saljuk
rnenguasai Yerusalem tahun 1070 M.
Gerakan pasukan Muslimin Saljuk yang amat pesat itu
sangat menggetarkan Eropa, terutama Perancis. Karena keta­
kutannya terhadap gerakan Saljuk itu, dengan alasan untuk
menyelamatkan tempat-tempat suci di Yersusalem, orang
Eropa merencanakan Perang Salib terhadap kaum Muslimin,
tahun I 080 M.
Sebagai hasil perlawanan terhadap kekuasaan Syi'ah dan
Nasrani sekaligus, sekarang kaum Saljuk - yang semuanya
tennasuk dalam mazhab Ahlus-Sunnah - telah meletakkan
dasar yang kokoh untuk mewujudkan kesatuan politik di
Asia dan sekaligus pula menciptakan kesatuan agama dengan
menghancurkan kekuatan dan pengaruh Syi'ah serta melum­
puhkan organisasi-organisasi rahasianya, seperti gerombolan
Hasyasyin di Syria dan sebagainya.
Muslimin Saljuk dengen kemenangan-kemenangannya
yang cepat sekali maju lagi selangkah, mengorganisir angkatan
perang dan administrasi pemerintahan yang lebih baik dan
lebih tertib daripada masa-masa sebelum kekuasaan mereka.
Pengaturan pemerintahan didasarkan atas prinsip pembagian
kekuasaan kepada tiga orang raja (kolegial di antara tiga
orang pangeran yang memegang kekuasaan bersama).
Pada masa itu muncul seorang menteri besar yang cakap
bernama Nizhamul-Mulk at-Tusi. la keturunan Persia. Keca­
kapannya dalam mengatur pemerintahan dan kemampuan­
nya mematahkan setiap rongrongan terhadap negara, dapat
dijadikan ukuran untuk menilai kemampuan menteri-menteri
lainnya di Baghdad. Menteri besar ini meninggalkan sebuah
karya tulis berupa buku berjudul Pembahasan tentang Pe­
merintahan. Dalam buku ini kita dapat mengetahui bagai­
mana cara-cara memerintah yang dilakukan Nizhamul-Mulk
padajamannya.
Raja Syah, raja yang paling besar kekuasaannya dibanding
dengan dua orang Raja Saljuk yang lainnya, banyak di-

410
perkirakan berdarah Persia. Tetapi sebenamya darah Turki­
nya lebih kuat daripada campuran darah Persianya.
Valam kenyataannya pada masa itu terdapat dua macam
masyarakat bangsa Turki pemeluk agama Islam. Yang perta­
ma, masyarakat Turki yang bennukim di daerah•daerah
Turkestan. Mereka ini mempunyai sifat yang agak halus dan
,berhati Junak. Mereka banyak menerima pengaruh Cina.
Kedua, masyarakat bangsa Turki yang mendiami daerah­
daerah Asia Barat. Mereka ini telah banyak mengalami peru­
bahan dari sifat-sifat aslinya, akibat kemajuan Byzantium.
Tetapi yang terakhir inilah yang mempunyai pengaruh besar
di kalangan semua bangsa Turki. Narnun betapa pun besarnya
pengaruh non-Turki yang ada pada mereka semua, tidak
sampai dapat menghilangkan sifat main kuasa yang sudah
mendarahdaging di dalam tubuh bangsa itu. Tentang hal ini
Nizhamul-Mulk sendiri mengungkapkan di dalam bukunya:
"Raja wajib menangani sendiri semua persoalan yang ada
kaitannya dengan agama dan kewajiban-kewajiban yang di­
haruskan oleh agama." Tetapi karena agama Islam mengajar­
kan prinsip demokrasi, tak bisa lain seorang raja yang benar­
benar menghayati agama Islam, pasti terkena keharusan
menjalankan prinsip tersebut. Hal ini juga digambarkan oleh
Nizhamul-Mulk dalam bukunya sebagai berilcut ''Tak boleh
tidak, raja wajib mengadakan pertemuan dengan para alim
ulama syari'at, sekali atau dua kali seminggu."
Sesudah Raja Syah mangkat pada tahun 1092 M, saudara­
saudara dan anak-anaknya membagi-bagi kekuasaan yang
tadinya memusat di tangan raja. Yang seorang menjadi raja
di tanah Persia, yang lain 1nenjadi raja di Syria dan seorang
lagi mertjadi raja di Anatolia. Tetapi akibat dari pemecahan
kekuasaan dan tidak adanya persatuan di antara ketiga
raja tersebut, maka terciptalah kesempatan baik bagi penyer­
buan pasukan-pasukan Salib yang datang dari' Eropa. Dengan
serangan-serangan yang hebat, pasukan-pasukan Sahl> berhasil
merobohkan kerajaan-kerajaan kecil tersebut satu demi
satu. Pertama di Asia Kecil, kemudian di Syria. Kedua•dua-

411
nya dikalahkan pasukan Salib dalam dua kali peperangan
di Dourilla pada tahun 1097 M. Tinggallah kerajaan Saljuk
yang berada di tanah Persia. Tetapi yang masih tinggal ini
pun mengoyak-ngoyak tubuhnya dengan perebutan mahkota
di antara sesama penghuni istana.
Serangan kaum Salib dari Eropa itu merupakan pukulan
yang sangat keras terl1adap kedaulatan dan kekuasaan- raja­
raja Saljuk. Kerajaan yang semula besar itu tefah menjadi
kepingan-kepingan di tanah Persia, yang tidak lebih dari
kesul tanan-kesultanan belaka {abad ke-12 M). Kejadian se­
jarah ini · menyerupai peristiwa-peristiwa yang dialami kera­
jaan orang Arab di Andalus seabad sebelumnya. Pemecahan
kekuasaan yang akhimya melahirkan kesultanan-kesultanan
yang berdiri sendiri-sendiri, pasti sangat merusak dan melum­
puhkan kekuasaan pusat. Hal itu pula yang pernah melahir­
kan kerajaan-kerajaan kecil di tanah Persia, seperti Keraja­
an Shufriyyah, Samaniyyah dan lain-lain. Kesultanan-kesul­
tanan Saljuk itulah yang kemudian dalam sejarah melahirkan
gelar-gelar kebangsawanan seperti "A tabek" (A ta = · bapak,
bek = tuan) dan lain-lain. Pada mulanya gelar itu diberikan
kepada orang-orang yang bekerja memberikan pe11didikan
kepada anak-anak para bangsawan.
Proses pengepingan kerajaan Saljuk yang besar itu berakhir
dengan lahirnya dinasti-dinasti kecil yang terpencar-pencar
di Syria, Mesopotamia, Armenia dan Persia. Tentu saja ha!
itu merupakan makanan yang sangat lunak bagi setiap ke­
kuasaan yang datang dari luar pagar.
Pada awal abad ke-12 M itu muncul suatu kelompok bang­
sa Turki yang berasal dari Turkestan. Sanjar, anak ketiga
Raja Syah almarhum, seorang ahli dalam ilmu peperangan
dan sangat terpelajar, terdesak oleh lawan-lawannya hingga
ia terpaksa meninggal.kan tanah Persia bagian timur, yakni
suatu daerah yang dahulu pernah dipertahankan oleh Raja
.Sassan dan Raja Sarnan, yang keduanya ini mencenninkan
permusuhan lama sejak dahulu kala, yaitu pennusuhan terus­
menerus antara Persia Iran dan Persia Turan. Tetapi seka-

412
rang yang 1nempertahankan daerah itu bukan orang Persia
lagi. Di daerah itu orang Saljuk sedang mel)ghadapi musuh
dari rasnya sendiri, ialah kelompok Kora Kitai yang berasal
dari bagian utara negeri Cina. Mereka itu banyak bennukim
di Turkestan Timur, sedangkan kelompok Ghiz banyak ber­
mukin1 di daerah Kirghiz. Di sana orang Saljuk juga sedang
menghadapi n1usuh yang terdiri dari bangsawan-bangsawan
Khwaraz.mi dari Khiva. Yang tersebut belakangan ini ketu-
runan seorang han1ba sahaya milik Raja Syah dulu, yang
kemudian karena jasa-jasanya dibebaskan dan diangkat se­
bagai penguasa Khiva, kemudian bergelar bangsawan.
Sanjar, orang terakhir dari dinasti Saljuk yang dahulunya
besar itu, selama kurang-lebih 30 tahun mati-matian melawan
serangan Kora l(jtai dan orang Khwarazmi. Ia meninggal du­
nia tahun 1157 M. Ia tidak sanggup menahan serangan mu­
suh-musuhnya dan tak berasil mencegah terbaginya daerah
Trans-Oksania.
Pada akhir a bad ke-12, orang Khwarazmi berhasil mengam­
bil alih kekuasaan Saljuk di Persia, yang ketika itu sedang
dilanda berbagai pemberontakan. Lima tahun kemudian
orang-orang Khwarazmi menguasai Otrar, ibukota orang
Kora Kitai, setelah lebih dulu melumpuhkan perlawanan
penduduknya. Lalu tiba giliran Ghazna; ibukota dinasti
Ghour, yang sedang menggantikan kedudukan raja Mahmud
Ghaznawi melalui suatu peperangan.Orang Khwarazmi sudah
menjadi bertambah luas daerah kekuasaannya, yaitu dengan
jatuhnya Afghanistan dan sebagian Hindustan.
Orang-orang Khwarazmi memeluk agama Islam sekte
Syi'ah. Mereka mendirikan sebuah kerajaan baru, yaitu kera­
jaan Syah Khwarazmi. Muslimin Syi'ah Khwarazmi.berhasil
menciptakan kesatuan politik kembali di bagian barat Asia,
yang tadinya terpecah-pecah menjadi kepingan-kepingan
di tangan para Atabek (Saljuk). Ini di satu pihak. Di pihak
lain para bangsawan Syah Khwarazmi ternyata tidak mampu
menciptakan kesatuan agama. Sebabnya ialah karena mereka
dengan begitu saja menjadikan Islam Syi'ah sebagai agama

413
resmi untuk menggantikan Islam Sunni yang dianut para
penguasa Saljuk sebelumnya. Sangat masuk aka! jika cara
dernikian tidak membawa penyatuan, bahkan mempertajarn
perpecahan yang telah ada ( 1228 M).
Setelah merasa kuat sekali, para bangsawan Syah Khwa­
razmi mulai merencanakan penyerbuan ke Baghdad yang
ketika itu masih di tangan khalifah 'Abbasiy'yah berdarah
Saljuk. Tetapi rencana tersebut tidak dapat terlaksana karena
terjadinya serbuan pasukan Mogol.
Sebelum itu (tahun 1171 ), Khalifah Fathimiyyin di Mesir
dalam keadaan parah dan sangat merosot akibat pertentang­
an-pertentangan yang terjadi antara para menterinya dan
akibat perlawanannya yang semakin lemah menghadapi
serangan-serangan pasukan Salib yang datang dari Eropa.
Melihat hal itu, Shalahuddin al-Ayyubi, seorang dari Kur­
distan dan anak salah seorang perwira Atabek (Saljuk),
mempergunakan peluang dengan sebaik-baiknya. Dengan
pasukan yang dibentuknya ia berhasil menggulingkan Khali­
fah Fathimiyyin di' Mesir (Syi'ah) dan cepat-cepat menying­
kirkan kekuatan Syi•ah serta menggantinya dengan madzhab
Sunni di Mesir.
Dalam perkembangannya lebih lanjut kekuasaan Shala­
huddin yang secara resmi berdasarkan madzhab Sunni,
menjadi Iebih Iuas Iagi wilayahnya sampai ke lembah Sungai
al-Furat , yaitu setelah ia berhasil 1nengakhiri sama sekali
kesultanan-kesultanan Atabek di mana-mana. Demikianlah
Shalahuddin dan para pendukungnya telah berhasil mencabut
kekuasaan Saljuk yang terkeping-keping dan Ien1ah. Mereka
berhasil membawakan diri sebagai pelaku-pelaku sejarah
Muslimin Ahlus-Sunnah, setelah menyingkirkan kekuasaan
Syi'ah Fathmiiyyin dari Mesir, Syria dan Palestina untuk
seJama-Iarnanya.
Di bawah kekuasaan Shalahuddin al-Ayyubi, Syria dijadi­
kan titik berat perlawanan terhadap penyerbu-penyerbu
salib dari Eropah. Pukulan-pukulan yang dilancarkan oleh
Shalahuddin (Saladin, menurut sebutan Barat) terhadap pen-

414
dukung•pendukung pasukan Salib yang datang dari Eropa,
benar-benar sangat mematikan, kalau saja pemimpin-pemim­
pin sesudahnya tidak ricuh berebut pengaruh, kekuasaan
dan adu unggul.
PerSc.usihan-perselisihan di kalangan kaum Ayyubiyyun
(penguasa-penguasa pefierus Shalahuddin), sama seperti
perselisihan-perseHsihan yang terjadi antara para pengu­
asa Saljuk, terbukti hanya menciptakan peluang baik bagi
musuh-musuhnya. Perlawanan terhadap kaum Salib menjadi
kendur ; dan tenaga yang ada menjadi sangat berkurang.
Akhirnya orang Ayyubi di Mesir terpaksa bekerjasama atau
bersekutu dengan orang Khwarazmi dalam perjuangan bersa­
ma melawan kaum penyerbu dari Eropa. Ini sa1na halnya
seperti para penguasa di Andalus dahulu ketika meminta
bantuan kaum Murabithin dalam n1enghadapi pasukan
Nasrani Eropa.
Seperti dahulu kaum Atabek memanfaatkan kesempatan
keadaan le1nahnya tuan-tuan mereka untuk dapat naik ke
panggung kekuasaan, maka bekas-bekas harnba sahaya milik
orang Ayyubi pada pertengahan abad ke-13 M memancal­
kan kaki di atas bahu orang Ayyubi bekas tuannya.
Dari kejadian:-kejadian seperti itu dapatlah disaksikan
bahwa banyak kerajaan dan kekuasaan Muslimin jatuh ber­
turut-turut sebagai akibat serangan penyakit yang sama,
yaitu penyakit ambisi pasukan pengawal istana. Bekas hamba
sahaya milik orang Ayyubi itu akhimya berhasil mengganti­
kan kekuasaan tuannya di Mesir dan sekarang n1ereka menja­
di raja dan bangsawan yang berkuasa. Dalam sejarah mereka
disebut kaum Ma111alik (1na1nalik adalah jainak dari 111a111/uk,
yang berarti ha,nba sahaya).
Tetapi apa hendak dikata? Sejarah 1nenghendaki demikian
dan sudah tentu berpangkal pada kehendak Ilahi jua. Apa
yang terjadi tentu mengandung hikmat bagi siapa yaI1g mau
berpikir. Temyata memang benar demikian. Kekuasaan
kaum Mamalik itulah yang di kemudian hari memegang
saham terbesar dalam perjuangan menyelamatkan agama

415
Islam dan menyelamatkan Eropa dari serbuan pasukan
Mogol.

Serbuan Pasukan Mogol


Rahasia peristiwa-peristiwa sejarah kadang-kadang memang
agak sukar dipahami. Manusia yang sama asal-�sulnya, sama
ras dan kebangsaannya, sama kebudayaannya dan sama
pula agama yang dipeluknya, banyak sekali terjadi gaet­
menggaet dan gontok-menggontok, saling berebut unggul
dan kekuasaan serta saling berperang. Demikian pula manusia
yang berkebangsaan Arab, Persia, Turki, tidak terkecuali.
Mereka jatuh bangun silih berganti dan adakalanya tersung­
kur tak dapat bangun kembali. Kejayaan yang pemah diraih
bisa lenyap dan kekuasaan yang pernah dipegang bisa lepas.
Semuanya rrienginginkan kekekalan dan tidak satu pun yang
ingin roboh. Nyawa dan harta dipertaruhkan untuk itu,
tetapi kekuatan apa yang dapat meniadakan kehendak Ilahi?
Manusia boleh datang dan pergi, penguasa duniawi boleh
berganti setiap hari, tetapi kebenaran Allah tetap dan akan
senantiasa tegak di muka bumi sesuai dengan kehendakNya.
Demikian jugalah kehidupan orang Turki, yang dahulu
pernah menggagahi dunia Islam, kemudian tidak lagi. Semua
kejayaan masa lampau sudah lepas semuanya dari genggaman.
Hanya satu yang tidak lepas, tidak lekang karena panas dan
tidak lapuk karena hujan, yaitu agama yang mereka peluk
dan mereka yakini, Islam. Sampai sekarang pun mereka te­
tap Muslimin. Mereka yang berasal dari Asia Kecil sekarang
sudah tidak lagi menjadi pelaku utama dalam sejarah. Ummat
Islam tidak akan melupakan jasanya. Adapun kekurangan
dan kelemahannya, biarlah mereka perbaiki sendiri. Begitu
pula bangsa Arab dan bangsa Persia.
Tiba giliran bangsa . Mogol. Walaupun agak jauh, orang
!vfogol masih termasuk dalam ·satu ras dengan orang Turki.
Pada masa pertengahan abad ke-13 M, rata-rata orang Mogol
belum mengenal agama Islam, tidak pula.mempunyai agama

416
sendiri yang bersifat nasional. Mereka masih memeluk "aga­
rna" kuno sekali, yaitu penye,nbahan benda-benda alam dan
ruh-ruh, Syamanisme. Pemimpin besar atau "khan agung"
1nereka ketika itu beman1a Goyuk, tidak mempunyai rasa
pennusuhan apa pun terhadap orang Nasrani. Konon di
antara keluarganya sendiri terdapat seorang pemeluk agama
Nasrani dan dua orang di antara menteri-menterinya juga
beragama Nasrani sekte Nestorian. Namun semuanya itu
rnasih diragukan.
Dalam sejarah, orang Mogol sering juga disebut orang Tar­
tar. Nama Tartar yang sangat tua itu lazim dipakai untuk
menyebut Mogol. Tetapi tampaknya banyak ahli sejarah yang
rnenghubungkan sebutan Mogol dengan nama suatu keraja­
an kecil di Mongolia pada abad ke-12 M, yang Iuas wilayah­
nya mencakup sebagian Asia Tengah yang didirikan sejak
jaman Jengis Khan.
Sebutan Tartar selartjutnya dipertahankan di bagian barat
wilayah kekuasaan Kerajaan Mogol, seperti di kerajaan kecil
Hodor, 1nisaJnya. Yaitu suatu kerajaan yang didirikan oleh
orang Mogol sejak periode pertama jarnan pertengahan,
yang rnenggabungkan bagian selatan Siberia dan bagian se­
latan Rusia ke dalam kekuasaannya. Kerajaan tersebut
berakhir pada abad ke-15 M.
Di kemudian hari orang Eropa menggunakan sebutan Tar­
tar bagi semua bangsa Tartar kecuali Osmanli (Utsmaniyah).
Tetapi Tartar sebagai nama bangsa, dimaksudkan bagi orang
Tartar yang bennukim di daerah-daerah Volga, Semenartjung
Krim dan sebagian daerah Siberia.
Jengis Khan sendiri, pendiri Kerajaan Mogol, lahir dari
suatu keluaraa terhonnat, pada pertengahan abad ke-12 M
di daerah yang sekarang disebut Transbabikaly. la dipanggil
ayahnya Timusyin. Masih dalan1 usia kanak-kanak telah
menjadi yatim ditinggal mati ayahnya dalam keadaan mis-­
kin dan hidup terlantar. Ia mencapai prestasinya tanpa modal
apa pun� Sejak dilahirkan sampai berusia lima puluh tahun ia
tidak 'berperan sesuatu apa dalam kehidupan masyarakat

417
Mogol. Baru setelah mencapai umur selanjut itu ia mulai
memimpin suatu kelompok pengembara yang hidupnya ter­
gantung pada hasil perburuan dan peperangan.
Kesempatan itu oleh Timusyin diperguna.kan sebaik-baik­
nya untuk m.emperku�t kedudukart dinasti Yuan di negeri
Cina, dalam menumpas gerakan bangsawan Cina di daerah­
daerah yang semakin besar kekuasaannya sebagai akibat ke­
lemahan dinasti itu dalam mengendalikan pemerintahan.
Campur tangan Timusyin inilah yang kemudian menempat­
kan dirinya sebagai orang yang terkenal. Pada masa itu Mo­
ngolia sendiri sedang menjadi bulan-bulanan para bangsawan­
nya yang sedang berca.kar-ca.karan berebut rejeki dan keku­
asaan. Timusyin mengetahui hal itu dan ia pandai memanfaat­
kan situasi di dalam negerinya. Beberapa tahun ia berjuang
mematahkan gera.kan para bangsawan negerinya yang ber­
baku hantam dan akhirnya ia berhasil mengubah keadaan,
sehingga berbalik menjadi menguntungkan piha.knya. Hasil
yang diraihnya itu dimantapkan dengan baik melalui penan­
capan kekuasaan dan pengaruhnya di kalangan suku-suku
yang berdiam di separuh wilayah Mongolia bagian timur
( 1207 M), dan ini merupakan salah satu tongga.k sejarah
Mongolia yang amat penting artinya.
Sejak memegang kekuasaan, Timusyin mempunyai banyak
sahabat Muslimin, yang pada waktu itu menjadi pedagali�­
pedagang perantara antara orang Mongol dan orang Khwa­
razmi. Mereka itu mempunyai saham dalam membentuk
pikiran-pikiran Timusyin, yaitu menjamin keamanan lalu­
lintas perdagangan besar antara negeri Cina dan negeri-negeri
sebelah barat. Jalan lalu-lintas ini disebut "Jalan Sutera".
Tiga tahun kemudian seluruh Mongolia menga.kui kekuasa­
an Timusyin', yang ketika itu sudah menama.kan dirinya
Jengis Khan. Nama ini merupa.kan nama simbolik, yang me­
nurut orang Cina berarti "Putera Langit". Untuk mengatur
pemerintahan yang dirasanya semakin penting, Jengis Khan
meletakkan undang-undang dasar bagi kerajaannya, undang­
undang dasar yang mengandung prinsip "tangan besi'' dan

418
disiplin keras yang harus ditaati bala tentara Mongolia.
Kemenangan-kemenangan yang dicapai dalam penyerbuannya
ke mana-mana adalah berkat prinsip "tangan besi" dan disiplin
keras. Di san1ping itu, undang-undang dasar tersebut berhasil pula
menghimpun banyak suku yang bertebaran menjadi satu bangsa.

Serangan-serangan pertama yang dilancarkan Jengis Khan


ditujukan ke arah negeri Cina. Tetapi pada tahun 1209 M ia
n1emalingkan pandangannya ke barat. Ia dapat memanfaatkao
peperangan yang sedang berkobar antara pasukan-pasukan Kora
Kitai dengan pasukan-pasukan Khwarazmi. Jengis Khan akhimya
dapat memaksa para bangsawan Uighur dan Kirluk di Asia Tengah
untuk tunduk dan 1nengakui kekuasaannya. Tetapi pada tahun 1216
M terjadi lagi permusuhan antara kedua belah pihak.

Jengis Khan melanjutkan penyerbuan seraya menundukkan


suku bangsa apa saja yang berani membantu lawannya. Kemudian
pasukan-pasukan Jengis Khan 1nenuju ke negeri-negeri yang sangat
jauh letak:nya, ke Kirghiz. Di negeri ini pasukan Jengis Khan
menghadapi perlawanan berat dari pasukan-pasukan Khawarazmi.
Pasukan Jengis Khan kewalahan dan meninggalkan negeri itu tanpa
mencapai kemenangan apa pun. Tetapi setelah kejadian tersebut
menyusul lagi peristiwa sengketa yang berselubung kepentingan
ekonon1i.

Pada tahun 1218 M, Raja Khwarazmi menyalakan kembali


api yang sudah padam. la mengirimkan sepucuk surat kepada
Jengis Khan supaya kepadanya dikirim kafilah dagang yang besar
dengan alasan untuk memulihkan kembali hubungan-hubungan
perdagangan antara dua kerajaan. Jengis Khan menerima baik
permintaan tersebut dan dikirimkannya lah kafilah besar me1nbawa
berbagai jenis barang dagangan. Hampir semua peserta kafilah

419
terdiri dari orang-orang Islam. Setibanya rombongan kafilah
Mongolia di negeri Khwarazmi, secara tiba-tiba semua anggota
kafilah dibunuh oleh pasukan Khwarazmi, sedangkan raja sendiri
menolak untuk mengadakan penyelesaian masalah tersebut
dengan jalan berunding. Sebagai reaksi terhadap sikap kaum
Khwarazmi itu, Jengis Khan melancarkan serangan hebat sekali
terhadap negeri Islam itu dengan pasukan berkekuatan 200.000
orang yang dipirnpinnya sendiri. Jumlah pasukan Jengis Khan itu
agak lebih besar sedikit dibanding dengan pasukan Khwarazrni
yang mempertahankan negerinya. Dalam hal disiplin, organisasi
dan pi1npinan, pasukan Jengis Khan jauh lebih baik. Pasukan
Khwarazmi berhasil dipatahkan dan Jengis Khan masuk dengan
mendapat sambutan hangat dari penduduk, karena dipandang
sebagai pembebas. Kejadiannya hampir sama dengan peristiwa
yang pemah terjadi di Turkestan, yaitu ketika penduduk yang
beragama·Nasrani menya1nbut hangat masuknya pasukan-pasukan
Arab yang dipandang nya sebagai pembebas, karena sudah
terlarnpau berat 1nerasakan tekanan dari penguasa-penguasa Turki.
Lebih-lebib karena penduduk Khwarazmi mengetahui, bahwa
justru raja mereka sendirilah yang 1nemang berbuat salah. Mereka
mengerti bahwa kafilah Mongolia datang atas permintaan Raja
Khwarazmi sendiri. Penduduk pun mengetahui, bahwa kafilah itu
terdiri dari kaum Muslimin, seagama dengan orang Khwarazmi.
Penduduk tidak dapat membenarkan sikap Raja Khwarazmi yang
sudah berbuat salah masih bersikap congkak menolak perundingan
untuk menyelesaikan masalah pembunuhan massal yang keji itu.

Kirghiz, yang ketika itu di bawah kekuasaan kerajaan Islam


Khwarazmi (dari ras Turki) sebagian besar penduduknya masih
memeluk aga1na Nasrani madzhab Nestorian. Dengan kedatangan
pasukan Jengis Khan mereka berpindah agama memeluk agama
Budha dan menyerahkan dirinya di bawah asuhan orang Mogol.

420
Bagi mereka agama Budha dirasakan sebagai agama yang sangat
longgar, oleh karenanya sangat menyenangkan.

Pada waktu menghadapi serangan pasukan Mongol, Kerajaan


Khwarazmi sebenamya sedang berada di puncak kejayaannya.
Kerajaan ini meliputi daerah-daerah Trans-Oksania yang direbutnya
dahulu dari Kora Kitai dan Afghanistan juga telah direbutnya dari
Kerajaan Ghaznawi. Demikian pula kerajaan-kerajaan kecil di
tanah Persia yang dahulu didirikan oleh Sanjar, anak ketiga Syah,
Raja Saljuk yang diangkat oleh Khalifah Baghdad.

Serangan kedua pasukan Jengis Khan terhadap Khwarazmi


memang benar-benar mematikan. Pasukan Khwarazmi hanya
dapat bertahan beberapa bulan saja. Sedang Raja Khwarazmi
sendiri akhimya mati dalam keadaan menyedihkan ketika ia sedang
melarikan diri dikejar pasukan Jengis Khan.

Khalifah di Baghdad oleh Jengis Khan rupanya ditempatkan di


luar perhitungan. Baghdad yang ketika itu sudah menjadi kerajaan
kecil, tidak mempunyai kekuatan apa pun untuk menghadapi
pasukan Jengis Khan. Tanpa susah payah Jengis Khan me1nasuki
Baghdad dan mengobrak-abrik serta menghancurkan segala yang
ada.

Serbuan-serbuan pasukan Mongol itu ke1nudian diteruskan


di bawah pimpinan dua orang panglima. Mereka menuju ke
bagian utara tanah Persia_, lalu menyergap Georgia di Kaukasus.
Dua orang panglima Jengis Khan itu kemudian 1nenghimpun
suku-suku bangsa Turki di daerah Eropa. Bersamaan dengan itu
pasukan-pasukan Mogol juga berhasil merebut dan menduduki
negeri-negeri Bakhtiari (Bacterian) dan Afghanistan sekaligus.
Pengejaran dan pembunuhan dilakukan di mana-mana terhadap

421
penduduk setempat dengan cara-cara yang sangat mengerikan.
Mereka menghancurkan semua yang dijumpainya, tidak pandang
betapa besar atau kecil nilainya. Kota Khurasan betul-betul
diratakan dengan tanah oleb salah seorang anak Jengis Khan yang
bertugas memimpin sebuah pasukan. Alhasil, apa saja yang ada di
hadapannya harus n1embungkuk. Hal ini dilukiskan oleh seorang
penulis sejarah dengan kata-kata: "Aleksander Baru menjelajah
Asia dalam sifatnya yang setengah buas".

Perlu juga dicatat, bahwa Jengis Khan sebelum meninggal


dunia pada tahun 1227 M mengerahkan pasukannya untuk
menumpas habis gerombolan-gerombolan perampok dan penodong
yang terdiri dari orang-orang Cina, yang selama itu terus menerus
mengganggu rombongan-rombongan kafilah dan menghambat lalu
lintas perdagangan.

Peperangan-peperangan yang dilakukan Jengis Khan motif


dan tujuannya sangat berlainan dengan peperangan-peperangan
sebelutnnya. Kalau kau1n Musli1nin Arab, Persia dan Turki
berperang untuk menegakkan agama atau memperebutkan
kebenaran, para pendiri imperium Mogol itu (suatu imperium yang
paling I uas wilayahnya sepanjang sejarah) berperang se1nata-1nata
hanya untuk mengejar perluasan wilayah dan menghancurkan
semua yang ada di negeri-negeri taklukannya. Tujuan untuk
1nenyatukan Asia dan mengakhiri perang agama, hendak dicapai
dengan jalan,membunuh berjut a -juta manusia dan menhancurkan
nilai-nilai moril dan ,nateriil yang ada. Sejarah mengakui, bahwa
kesanggupan bala tentara Mongol memang luar biasa dan seolah­
olah hanya terdapat di dalam dongeng. Keganasan, kebuasan,
kekejaman yang dilakukan pasukan Mongol sukar sekali dilukiskan
dengan kata-kata.

422
Sesaat sebelum meninggal, Jengis Khan 1nengangkat anaknya
yang ketiga, Ogotai, sebagai penggantinya. Jengis Khan mempunyai
empat orang anak. Anak yang bungsu meneri1na kekuasaan atas
daerah Mongolia Titnur, yaitu daerah warisan raja-raja Mongol
sebelumnya. Anak sulungnya menerima kekuasaan atas daerah­
daerah yang terluas, yaitu yang kemudian menjadi Kerajaan Hodor,
yang berwilayah mulai dari Ukraina sampai ke Ural. Anak yang
kedua menerima kekuasaan atas Turkestan Timur dan Turkestan
Barat yang dahulu merupakan negeri orang Turki, tetapi kemudian
tergabung menjadi satu negeri yang dikuasai oleh kaum Muslimin.

Pengaruh Cina sangat kuat di dalam Kerajaan Ogotai. Ini


berkat adanya seorang menteri besar keturunan Cina di dalam
pemerintahan. Ogotai berkuasa atas separuh negeri Cina, empat
perli1na negeri Rusia dan Iran. Di dalam Kerajaan Ogotai terdapat
beberapa anasir keagamaan dan yang terpenting ialah Islam dan
Nasrani madzhab Nestorian. Dua unsur aga1na tersebut masing­
masing berusaha n1enanamkan pengaruhnya.

Orang Nastorian menginginkan agar kerajaan yang besar


itu bersekutu dengan kaum Salib untuk mematahkan Isla1n.
Sedang orang Islam menginginkan supaya Kerajaan Mogol
ini menghidupkan kembali persatuan kaum Muslimin tanpa
1nenunggu-nunggu waktu terlampau la1na.
Keinginan dua anasir tersebut di kemudian hari menjadi
kenyataan dalam bentuk lain. Keinginan orang Nestorian terlaksana
pada saat-saat terjadinya Perang Salib di Mesir, sedangkan
keinginan orang Islam terlaksana pada jaman Timur Lenk dan
Ottoman.

Di samping dua macam keinginan tersebut, masih terdapat


beberapa orang dari anasir tadi yang berhasil mendorong khan

423
agung. Ogotai, untuk melancarkan gerakan perluasan wilayah ke
seluruh negeri Cina, dengan cara-cara yang tidak dirasakan oleh
Ogotai sebagai suatu tekanan. Sementara itu ada orang-orang
lain lagi yang ternyata berhasil mendorong khan agung, untuk
melancarkan gerakan tentaranya ke beberapa daerah tanah Persia.
Gerakan pasukan Ogotai ke tanah Persia itu membangkitkan
seorang Turki beragama Islam, Jalaluddin Mankuberti, salah
seorang anak raja Khwarazmi yang terakhir. Jalaluddin berhasil
membangkitkan semangat kebangsaan Persia di kalangan
penduduk. Sayang sekali ia menjalankan suatu strategi dan taktik
yang sangat keliru. Tetapi bagaimanapun juga keberanian dan
sen1angatnya patut dipuji. Pertamatama ia menyembunyikan diri
di India. Setelah ia melihat bahwa orang Mogol sedang memerangi
negeri Cina, ia mulai melancarkan serangan-serangan dan
terjun dala1n pertempuran-pertempuran 1nelawan Mogol. Tetapi
bersamaan dengan itu, sekaligus juga ia menyerang se1nua negeri
tetangganya. Kekuasaan khalifah di Baghdad, kekuasaan orang
Ayyubiyyun dan kekuasaan orang Saljuk di Anatolia, semuanya
dimusuhi. Padahal ia bersama pengikutnya hanya rnerupakan
satu pihak yang berdiri sendirian dan sedang berpezang melawan
Mogol. Akibatnya, pada waktu Jalaluddin wafat tahun 1231 M,
habislah segala-galanya.

Bagaikan singa yang hendak menerka1n mangsanya, seperti


yang pernah dilakukan ayahnya, pasukan Mogol tidak dapat lagi
mengendalikan diri. Tanah Persia seluruhnya dilanda, dataran
tinggi Mesopotamia dijelajah dan dihancurkan, Gruzia (Georgia)
diobrak-abrik dan Anatolia diinjak-injak. Sernuanya bertekuk lutut
di hadapan orang Mogol. Selanjutnya pintu untuk melandaEropa
mulai didobrak. Rusia di gempur, Polandia digulung dan Hongaria
ditelikung sampai akhirnya orang Mogol menampakkan giginya
di depan Wiena (Austria).

424
Tetapi kemudian dengan wafatnya Ogotai seluruh benua
Eropa selamat dari kebiadaban Mogol. Peradaban Barat terpaksa
harus 1nemperhitungkan kekuatan Mogol. Paus Innocent k e -IV
memberi ijin kepada perguruan tinggi Paris untuk mengajarkan
dua bahasa asing, yaitu Arab dan Tartar. Di samping itu Paus juga
n1engirimkan utusan-utusannya ke istana Karakorum di Mongolia,
sehingga seorang rahib Fransiskan bisa ikut menyaksikan upacara
penobatan Raj a Mogol, Goyuk.

Sampai Goyuk meninggal dunia, ia tidak berhasil memantapkan


kekuasaan atas wilayah imperiumnya yang sangat Juas itu.
Sepeninggal Goyuk, permaisurinya yang beragama Nasrani, putra
raja terakhirKoraKitai, dikejutkan oleh penyerahan mahkota kepada
anak bungsu J engis Khan, Mongo. Mongo adalah Raja Mogol yang
pertama kali menerima ajaran-ajaran pemikiran rasional (1251
M). Di istananya berkumpul para cendekiawan Persia, pe1nuka­
pemuka agama Nasrani (Nestodan), Budha, Tao dan Islam. Kepada
seorang padri Fransiskan, Robert, ia mengatakan: "Semua agama
itu ibaratjari -jari di saru tangan". Padri tersebut dikirim oleh uskup
Louis, seorang uskup yang menentang persekutuan ,nelawan kaum
Muslimin ketika berkobarnya Perang Salib.

Dalrun perempat kedua abad k e -13 M, pemerintahan Muslimin


di tru1ah Persia masih menghadapi keadaan yang selalu goncang
dan kacau. Gerombolan Hasyasyin di Syria dan daerah-daerah
sekitarnya masih terus melancarkan teror gelap di mana-n1ana.
Penguasa-penguasa Saljuk tidak berhasil menghancurkan gerakan
kaum penyamun yang bercorak politik itu. Bangsawan-bangsawan
Syria terus-menerus melakukan tindakan yang mengakibatkan
lumpubnya hubungan-hubungan dagang. Dalam keadaan seperti
itu muncullah Hulagu Khru1.

425
Hulagu adalah saudara kandung Raja Mogol yang berkuasa
ketika itu. Ia pemeluk agama Budha, anak seorang ibu beragama
Nasrani dan ia beristerikan seorang wanita Nasrani juga. Hulagu
bersama bala tentaranya yang terdiri dari orang Turki Asia Tengah
dan kebanyakan beraga1na Nasrani (Nestorian) bergerak menuju
ke daerah Persia yang selalu dalam keadaan kacau. Pada masa
itu, baik gerombolan Hasyasyin maupun musuhnya, penguasa­
penguasa Saljuk di Baghdad, mengambil sikap yang sama, yaitu,
mencegah penyatuan Asia di bawah kekuasaan Mogol.
Pertama-tama Hulagu memukul Hasyasyin. Ketika itu
gero1nbolan ini telah menjelma menjadi suatu kekuatan politik
berbentuk kesultanan dan me1npunyai daerah kekuasaan yang
cukup luas. Benteng-benteng Hasyasyin dihancurkan seluruhnya
dan semua pemimpinnya habis dibunuh tahun 1257 M. Tahun
berikutnya Hulagu menyerang Baghdad dan mendudukinya
tanpa banyak kesukaran. Nasib kaum Muslimin 1nenjadi sangat
menyedihkan. Dalam keadaan orang-orang Nasrani di Baghdad
mendapat perlindungan dari Hulagu dan pasukan-pasukannya,
Khalifah bersama selun1h keluarganya dibunuh dengan cara yang
sangat mengerikan. Sejak saat itu kaum Musli1nin di Baghdad
dala1n melakukan kegiatan-kegiatan agamanya menempuh
caranya sendiri-sendiri tanpa pimpinan lagi seperti waktu-waktu
sebelumnya. Kehidupan Islam oleh Hulagu hanya dianggap sebagai
tradisi atau adat-istiadat belaka.
Pada masa itujuga Kubilai Khan, saudara kandung Raja Mogol,
Mongo, selesai menguasai seluruh negeri Cina. Sementara itu Raja
Mongo sendiri meninggal dunia. Sepeninggalnya, imperium Mogol
yang sangat luas wilayahnya itu dibagi-bagi me n j a d i
empat keraj aan besar. lmperium Cina Mogol dikepalai oleh seorang
raja besar. Ke-khan-an Keibitsyak (Rusia Mogol) dikepalai oleh
seorang khan (pangeran). Keikhan-an Turkestan (Asia Tengah) dan
ke-kban-an Persia Mogol, masing-masing dikepalai oleh seorang

426
khan. Tiga negara ke-khanan tersebut belakangan itu merupakan
negara-negara yang n1empunyai kekuasaan otonom, tetapi tetap
berada di bawah naungan imperium Mogol yang terbesar, yakni
imperium Cina Mogol. Sejak itu titik berat pandangan imperium
Cina Mogol terarah ke Timur Jauh.
OrangMogol di Persia, disebabkan persentuhan dan pergaulan
sehari-hari dengan orang Muslimin Persia, makin lama makin
banyak yang memeluk agama Islam dan menjadi orang-orang yang
berperasaan halus dan berperangai baik.
Kubilai Khan sendiri sebagai raja besar imperium CinaMogol
dan boleb dibilang telah "mencinakan" diri, mengangkat banyak
sekali Muslimin Iran menjadi pegawainya. Dari kejadian ini
menjadi terbaurlah bahasa Cina dengan bahasa Persia. Sebelum
itu memang sudah sejak lama bahasaPersia menjadi bahasa resmi
pada jaman kekuasaan orang Turki di India dan Asia Tengah.
Bahasa itu tetap dipergunakan oleh orang Turki sampai ja1nan
munculnya orang Turki Ottoman, yang kemudian menggantinya
dengan bahasa mereka sendiri.
Tibalah j aman yang sangat manis bagi orang Nasrani diPersia
dan Armenia, yang ketika itu sedang menjadi sandaran politik
orang Mogol di sana. Politik minoritas yang dilaksanakan oleh
Hulagu dan para panglimanya, akhirnya mendorong Hulagu dan
pasukannya memerangi akhir kekuasaan Muslimin di Ti1nur, yakni
Kerajaan Mamalik di Kairo, yang daerah kekuasaannya meliputi
Mesir, Palestina dan Syria.
Pada tahun 1259 M, Dan1askus dan Aleppo diduduki pasukan
Mogol di bawah komando seorang panglima beragama Nasrani.
Dengan demikian, pasukan Salib dari Eropa yang telah lebih dulu
menyerang Syria, sekarang tinggal bergabung saja menjadi satu
dan bekerjasama dengan pasukan Mogol untuk mengikis habis
kekuasaan Muslitnin di daerah-daerah tersebut. Tetapi dalam
kerjasama n1enghadapi kaum Muslimin itu, pasukan Salib cemas

427
hati melihat kekuatan pasukan Mogol. Janganjangan akhin1ya
akan ditelan sendiri oleh pasukan Mogol. Kaum Salib menjadi
ragu. Keraguannya itu sangat menguntungkan para penguasa
Mamalik di Kairo, karena mereka men1peroleh waktu yang cukup
untuk menyiapkan diri dan menyusun kekuatan guna menghadapi
pasukan Mogol. Hal itu memang ternyata benar terjadi.
Pada tahun beri kutnya, pasukan Man1al i k di Mesir berhasi1
menghancurkan pasukan Mogol dan memaksa mereka kembali
ke timur sampai ke belakang Sungai Furat. Kekalahan pasukan
Mogol yang pertama kalinya itu, nasibnya hampir sama dengan
kekalahan pasukan Arab di Andalus ketika dipukul mundur oleh
Charles Martel di sekitarPoitiers (Perancis Selatan). Kemunduran
yang tidak me1npunyai harapan untuk 1nelangkah maju ke1nbali.
Dengan pukulan-pukulan yang dilancarkan oleh pasukan Mamalik
itu, gerakan perluasan wilayah Mogol terhenti sama sekali.
Kemenangan pasukan Mamalik tersebut temyata 1nembawa akibat
yang luas jangkauannya. Para Khan (Pangeran) Mogol yang
berkuasa di Rusia Selatan dan Turkestan memeluk agama Islam.

Perlawanan terhadap Kekuatan Mogol

Pyperus, seorang raja Islam Ma1nalik di Mesir yang paling


terkemuka, terbukti tidak hanya berhasil memukul dan mematahkan
serangan-serangan Mogol, tetapi ia pun berhasil melen1ahkan
kekuatan khan-khan di Armenia, mengendurkan serangan-serangan
pasukan Salib dari Eropa dan melemahkan gerakan-gerakan
lsmailiyah ( gerombolan ekstrim Syi' ah lsmailiyyah) di Syria.
Ketika itu ia menemukan salah seorang keluarga dinasti
'Abbasiyyah yang masih hidup dan berhasil meloloskan diri
dari pembantaian Mogol di Baghdad. Setelah diteliti kebenaran
identitasnya dan ternyata benar bahwa ia keluarga dinasti

428
'Abbasiyyah terakhir yang mati dibunuh pasukan Mogol, mengingat
pula pendidikannya yang tinggi dan mempunyai kecakapan­
kecakapan khusus, Pyperus mengakuinya dan mengangkatnya
sebagai pelindung keamanan istananya. Kecuali itu ia diangkat pula
sebagai pejabat tinggi yang n1en1punyai wewenang menetapkan
sah atau tidaknya suatu peraturan sebelum dikeluarkan, ditinjau
dari sudut pandangan dan ajaran-ajaran Islam madzhab Sunni.
Peristiwa lain lagi terjadi pada masa kekuasaan Pyperus
(pertengahan abad ke-13 M), ialah runtuhnya kekuasaan Saljuk
di Anatolia (daerah kekuasaan kaum Sunni terakhir) akibat
serangan-serangan Mogol. Sisa-sisa keruntuhannya menjelma
sebagai kesultanan-kesultanan kecil di beberapa daerah sekitar
Anatolia yang ketika itu tidak dijamah oleh pasukan Mogol. Sejarah
1nencatat, salah satu di antara kesultanan-kesultanan kecil tersebut
kemudian memainkan peranan besar dalam perjalanan sejarah
dunia, yaitu lahirnya imperium Ottoman yang sangat kuat dan jaya.
Kesultanan yang akan melahirkan imperium Otto1nan itu ialah
Kesultanan yang didi1ikan oleh suku Turkj yang melarikan diri
ketika menghadapi serangan-serangan Mogol. Mereka itulah yang
kemudian menghancurkan imperium Byzantium untuk selama­
la1nanya dan merekalah yang merebut ibukotanya, Konstantinope!.
Yang kecil dan baru, tumbuh menjadi besar dan kuat . Yang besar
dan la1na, jadi lemah, pudar dan akhirnya runtuh. Itulah hukum
sejarah yang tak terelakkan, kecuali apabila Tuhan ,nenghendaki
lain.
Orang-orang suku Turki tersebut memang benar-benar berasal
dari keturunan Saljuk. Mereka akan kembali tampil di atas
panggung sejarah sebagai pahlawan-pahlwan Islam Suni dan
akan melekatkan gelar Khalifah kepada pemimpinnya dalan1 abad
ke-18 M. Di sekitar abad k e -14 M mereka berbondong-bondong,
pria dan wanita, 1neninggalkan pemukirnannya di dataran tinggi
Anatolia menuju ke daerah pesisir laut Marmara, dengan bekal

429
ketahanan fisik dan mental yang luar biasa hebatnya. Semua
anggota rombongan memiliki kesadaran disiplin yang sangat ketat,
seperti yang pernah dimiliki oleh pasukan-pasukan Mogol. zenar­
Denar mereka itu seperti milisia suku yang sangat cocok untuk
menghadapi masa depan yang berat.
Dengan segala kemampuan dan kekuatan yang ada mereka
kemudian menduduki daerah-daerah pantai Laut Hitam sampai ke
Teluk Azmir dan menyeberangi selat-selat yang ada di sekitamya.
Orang-orang Eropa yang pada dasarnya memang tak bisa lain
harus berpihak k.epada Byzantium, menyebut gerakan orang-orang
Muslimin Turki itu dengan kali1nat: "Serbuan Mogol yang barn,
mulai kembali."
Seperti pernah disinggung, Isla1n memetik buah dari banyaknya
orang Mogol di Persia yang memeluk agama Islam. Hulagu Khan
sebagai seorang Raja Mogol yang beragama Buddha, sangat tidak
senang melihat keadaan tersebut. Apalagi setelah melihat khan­
khan lainnya yang berada di daerah Rusia Selatan dan Turkestan
juga memeluk agama Islam. Hulagu segera merencanakan serangan
untuk 111emerangi putra pamannya sendiri, yaitu seorang khan
yang berkuasa di Turkestan. Kini perang saudara meletus antara
sesama bangsa Mogol, bahkan antara sesama warga imperium,
hanya karena perbedaan aga1na dan keyakinan pandangan hidup.
Peperangan kali ini seolah-olah berwarna peperangan antara Islam
dan Buddha. Tetapi sebena1nya bukanlah itu yang menjadi masalah.
Agak jauh sebelum Hulagu Khan memerangi putra pamannya
sendiri yang berkuasa di Turkestan, kekuasaan Mogol di Persia
telah terpecah-pecah menjadi beberapa kekuasaan kecil-kecil
dan terpisah-pisah, masing-masing dikepalai oleh bangsawan­
bangsawan Mogol setempat. Kekuasaan kecil-kecil itu ada yang
bercorak Mogol dan ada pula yang lebih banyak berwarna Persia.
Ada yang menganut madzhab Sunni dan ada pula yang menjadi
penganut madzhab Syi'ah. Kecuali itu di beberapa daerah lainnya,

430
terj adi bentrokan-bentrokan bersenjata, akibat pertentangan
golongan, suku dan lain sebagainya. Dengan demikian kesatuan
Asia yang dahulu untuk sementara dapat dicapai oleh Mogol, India
juga ternyata tidak sanggup mencegah berdirinya kesultanan kecil­
kecil di beberapa daerah kekuasaannya. Ketika itu yang menjadi
Sultan Delhi ialah keturunan bangsawan yang dahulu pernah
mengabdi kepada kekuasaan Ghor dan kemudian mendirikan
kerajaan pertama di Afghanistan.
Di daerah Persia Timur dan di Trans-Oksania seorang cucu
Timur Lenk sedang memegang kekuasaan sebagai bangsawan besar
bersama keluarganya yang berasal keturunan kakeknya, Timur
Lenk. Mereka menguasai daerah-daerah Hurat dan Samarkand.
Anak dan cucu Timur Lenk yang menguasai dua daerah tersebut
memberikan perlindungan dan kese1npatan yang baik kepada para
ahli pikir dan ahli huku1n. Sesuai dengan tradisi nenek moyang
Mogol, para cerdik pandai itu menaruh perhatian besar kepada
masalah keselamatan dan kedamaian serta pemeliharaan keamanan
di sepanjang jalan lalu-lintas perdagangan. Tetapi semuanya itu
tidak tahan lama dan akan segera lenyap dari kenyataan sejarah.
Na1nun kesempatan yang baik itu, walaupun hanya dalam waktu
singkat, 1ne1npunyai arti penting bagi kemajuan pelayaran orang
Portugis.
Adapun daerah-daerah Persia dan Mesopotamia yang telah
memalingkan muka dari para penguasa Timur Lenk, menjadi ajang
perang saudara yang baru lagi dan berlangsung terus-1nenerus
selama masa pertengahan kedua abad ke- 15 M. Perang-perang
saudara ini merupakan bentuk persaingan antara suku-suku
Turkman, yang ketika itu lazim disebut: "Pertarungan antara domba
hitam dan domba putih."

431
Pembentukan Tiga Negara Besar Baru di Asia

Sebagai pelengkap catatan sejarah, baiklah kiranya kalau


pembicaraan dilanjutkan serba sedikit sampai mencakup Jaman
Baru. Yang di1naksud dengan Jaman Baru ialah ja1nan setelah
berakhimya Abad Pertengahan, yaitu yang ditandai dengan tonggak
sejarah jatuhnya Byzantium dan ibukotanya, Konstantinopel, ke
tangan kau1n Muslimin Turki Ottoman pada tahun 1453 M.

Sepeninggal Timur Lenk, orang-orang Ottoman 1nuncul di Asia


Kecil dengan kekuasaan besar dan kuat. Mereka itu, sebagaimana
yang sudah dikemukakan, adalah keturunan Turki Saljuk, yang
pemah melarikan diri dari peperangan melawan serbuan pasukan
Mogol, lalu bermukim di dataran tinggi Anatolia.

Pada tahun 1453 M, orang Ottoman di bawah pimpinan Sultan


Muhammad II, dengan gemilang berhasil menaklukkan Byzantium
untuk selama-Iamanya dan merebut ibukotanya, Konstantinopel.
Pang!ima-panglima Byzantium, antara lain Homad dari Bulgaria
dan Aleksander Bek dari Albania, mencoba bertahan rnenanggulangi
serangan-serangan Ottoman, tetapi tidak menghasilkan suatu apa,
kecuali mena1nbah lebih banyaknya lagi korban yang mereka derita.
Jatuhnya Konstantinopel ke tangan Ottoman sama dengan jatuhnya
Baghdad ke tangan Mogol Bedanya ialah, jika Mogol masuk ke
Baghdad dengan keganasan yang luar biasa dan ,nenghancurkan
apa saja yang ada di depan mereka, maka Ottoman masuk ke
Konstantinopel sebagai pemenang perang biasa dan 1nengubah
segala sifat k e -Nasranian yang ada menjadi sifat k e -Islaman. Itulah
yang dilukiskan oleh beberapa penulis Barat sebagai tindakan
pemusuhan. Tentang besarnya korban yangjatuh, pasti terjadi dan
diderita kedua belah pihak, sebagai akibat dua kekuatan besar yang
saling berhadapan. Dengan jatuhnya Byzantium dan ibukotanya,

432
maka pintu terbuka lebar bagi orang Ottoman untuk 1nasuk k e
daerah-daerah Balkan. Karena kekuatan pertahanan Byzantium
yang selama itu diandalkan dan dibangga-banggakan orang Eropa,
telah kehilangan segala-galanya. Dengan tidak banyak kesukaran
orang Otton1an memasuki pulau-pulau sekitar Laut Egia dan
menggabungkannya ke dalam wilayah kekuasannya. Lalu mereka
1nulai mengayunkan kaki ke daerah Italia, Otranto, pada tahum
1480. Dengan demikian wilayah kekuasaan Otto,nan mencakup
separuh Asia Kecil, Semenanjung Balkan, pulau-pulau sekitar Laut
Egia dan sebagian kecil Italia.

Mulai permulaan abad ke- 16 M, Imperium Ottoman berada


di puncak kejayaannya. Penguasa Ottoman pada masa itu Sultan
Salim II. la mengarahkan pandangannya ke daerahdaerah timur,
karena Persia yang tidak pemah mantap saat itu mulai dikuasai
orang-orang Shafawi. Hal itu sangat mencemaskan para penguasa
Ottoman yang ketika itu sedang berusaha terus meningkatkan
kejayaan negerinya. Orang Shafawi berasal dari daerah-daerah
yang berdekatan dengan Laut Kaspia. Mereka itu keturunan orang­
orang yang sangat dipandang saleh dan suci oleh penduduk. Konon
orang-orang suci itu keturunan Al-' Alawi, imam ke-VII kau1n
Syi'ah. Kalau benar demikian, mereka mempunyai darah Arab
asli. Cucu-cucunya menjadi penganut madzhab Syi'ah. 'Naiknya
orang Shafawi ke atas panggung kekuasaan, sama prosesnya
seperti naiknya orang 'Abbasiyyah ke singgasana kekhalifahan.
Pada permulaan abad ke-15 M, pemimpin-pemimpin Shafawi
mulai membentuk organisasi keagamaan dan penyebaran tenaga­
tenaga pengajar tidak hanya di sekitar daerah Persia saja, tetapi
juga sampai ke daerah-daerah Asia kecil. Di depan pandangan
dan penilaian orang Eropa, orang Shafawi itu dianggap sebagai
"orang-orang suci Persia yang sangat berbobot ', walaupun di
sa1nping kesuciannya, diakui bahwa mereka itu mengarah pula

433
kepada suatu kekuasaan politik.

Pada tahun 1490 M, Isma'il, penguasa daerah Persia, masih


kanak-kanak, menyaksikan sendiri ayah dan saudaranya gugur
dalam suatu pertempuran yang sedang berkobar melawan orang­
orang Turkmenia. Sejak itu ia banyak belajar dari pengala1nan
hidupnya dan pengalaman-pengalan1an orang lain, sampai ia
menjadi dewasa dan matang. Dal am usia dewasa ia mengumpulkan
se,nua pengikutnya dan mengajak mereka untuk selalu bersiap
diri menghadapi dua belas bangsawan (pangeran) Persia, yang
ketika itu sedang ramai berebut kekuasaan. Pada kesempatan inilah
lsma'il bersan1a-sama pengikutnya dan dengan senjata lengkap
menyerang bangsawan-bangsawan Persia dan berhasil menghabisi
mereka seorang demi seorang. Pada tahun 1501 M, Isma'il berhasil
sepenuhnya mengambil alih kekuasaan atas daerah Persia, lalu
menyatakan diri sebagai "Syahid " (sama maksudnya dengan
kedudukan khalifah) untuk seluruh tanah Persia dan menetapkan
madzhab Syi'ah sebagai madzhab resmi yang berlaku di negerinya.

Demikianlah, sehingga dari kejadian itu, dalam abad itu juga


muncul suatu kekuasaan ba1u lagi yang cukup besar, untuk menjadi
saingan orang Otto1nan yang sedangjaya. Dari kemenangan Isma'ii
di Persia, para penganut madzhab Syi 'ah di AsiaKecil memperoleh
angin segar. Setapak demi setapak madzhab ini mendapatkan
pengikut semakin banyak.

Sudah barang tentu hal ini sangat tidak menyenangkan


orang Ottoman yang sejak lama berjuang membersihkan agama
Islan1 dari ketakhayyulan dan bid'ah, dengan jalan menegakkan
1nadzhab Sunni. Akhirnya timbullah berbagai macam sengketa
dan peperangan mel etus antara orang Shafawi dan orang Ottoman,
sebab kedua-duanya ditunjang oleh kekuatan politik dan kekuasaan.

434
Dalam peperangan ini orang Ottoman berhasil melumpuhkan
pasukan-pasukan berkuda Persia (Shafawi) yang sangat terkenal
kelincahannya. Tetapi Sultan Salim dengan keunggulan pasukan­
pasukan nya itu memandang enteng kekuatan Persia. Peperangan
yang sebenarnya dapat diselesaikannya sampai tuntas, ditinggalkan
begitu saja, hanya karena ia percaya benar bahwa Persia telah tidak
berdaya lagi. Sultan Salim lalu mengalihkan perhatiannya ke Mesir
dan ber1naksud menaklukkannya.

Sebelum wafat Sultan Salim sudah berhasil meraih warisan


sejarah dan warisan moril dari khalifah-khalifah zaman akhir
'Abbasiyyah, yang dahulu telah n1engangkat nenek moyang
Ottoman sebagai raja-raj a dan bangsawan, seperti Tughrul (Saljuk)
dan lain-lain.

Pada saat Mesir han1pir jatuh ke tangan Ottoman, Sultan Salim


mengumumkan penggunaan sebutan Kha) ifah bagi dirinya dan bagi
kepala-kepala dinasti Ottoman yang akan datang, pengakuan yang
diberikan oleh sisa-sisa dinasti 'Abbasiyyah kepada Sultan Salim
sebagai Khalifah, menjadi desas-desus politik yang sangat kuat,
sehingga seolah-olah dinasti Ottoman dianggap sebagai penerus
dinasti 'Abbasiyyah di Baghdad yang telah tiada lagi.

Dalam pada itu orang Shafawi di Persia ternyata dapat


mengatasi kekalahannya dalam peperangan yang lalu melawan
Ottoman. Mereka bangkit kembali, sama seperti bangkitnya orang
Ottoman setelah kekalahannya dalam peperangan melawan Timur
Lenk dahulu. Kekuasaan Shafawi di Persia yang telah bangkit
kembali itu ternyata dapat bertahan lebih dari setengah abad dalam
bentuk kerajaan. Sela1na masa itu orang-orang Shafawi dapat
dengan baik memelihara kesatuan politik dan kesatuan agama
di dalam negerinya. Bahkan ada yang mengatakan, bahwa Raja

435
Shafawi yang kedua, yang terus-menerus memegang kekuasaan
selama masa itu, n1e1upakan satu-satunya Raja Islam yang paling
lama memegang pemerintahan, setelah Raja Fathimiyyin, AI­
Mustanshir, di Mesir.

Tetapi selama itu permusuhan antara Shafawi dan Ottoman


ten1s berlangsung. Sengketa-sengketa politik dan keagamaan
selalu terjadi antara kedua belah pihak. Hal itu sudah pasti
menguntungkan kekuatan-kekuatan di Eropa, sehingga duta besar
Austria, di Konstantinopel, Boschbeck, mengatakan dalam buku
catatannya: "Persialah yang menghindarkan negeri ka1ni dari
keruntuhan. Peperangan yang dilancarkan mereka terhadap Turki
(Ottoman) memberikan kepada kami waktu untuk beristirahat."

Raja Sulaiman adalah seorang Raja Ottoman yang paling


terkemuka, yang pemah mengepung kota Wiena dan merupakan
sekutu bagi Raja Perancis ketika itu.

Dalam jaman keemasannya, In1perium Ottoman mempunyai


wilayah sangat luas, yang membentang dari Danau sampai ke
le1nbah Sungai Nil di Mesir dan dari lembah Sungai Furat sampai
ke Gibraltar. Di Afrika Utara armada Ottoman sanggup menahan
pasukan-pasukan Nasrani Spanyol yang menyerang lewat lautan
dan sanggup pula 1nempertahankan semua wilayah kekuasaannya.
Tetapi seperti biasanya, ada sementara penulis Barat yang
menamakan armada laut Otto1nan di Afrika Utara itu sebagai
~"bajak taut". Itu wajar saja, karena penulis Barat itu termasuk
orang Eropa yang pada n1asa itu i ngin sekali mematahkan kekuatan
Muslimin melalui gerakan-gerakan Perang Salib.
Di Afrika Utara, hanya Maroko sajalah yang pada jaman
kejayaan Ottoman dapat mempertahankan kedaulatannya. Ini
berkat kuatnya gerakan-gerakan nasional Berber dan berkat

436
kehidupan keagamaan yang mantap.

Walaupun Imperium Ottoman tidak sama sekali meninggalkan


kewajiban menyebar-luaskan agama Islam di daerah-daerah yang
dikuasainya, tetapi titik berat kekuasaannya lebih diletakkan
pada tujuan-tujuan mengejar kepentingan duniawi. Ini terbukti
dari kenyataan, bahwa perkembangan politik kekuasaannya jauh
lebih pesat dan mantap daripada perkembangannya di bidang
keagamaan.

Sebagaimana tercatat dalam sejarah, Jmperium Ottoman pada


ja1nan raja-raja setelah Raja Sulaiman, tanpa dirasakan mulai
kehilangan day a serangnya. Kemampuan mengatur pemerintahan
di negeri-negeri taklukannya semakin merosot, kekusutan
administrasi negara meningkat, percekcokan di kalangan para
menterinya semakin berlarut-larut, kehidupan berfoya-foya di
dalam istana semakin me1nuncak dan semakin banyak pasukan
bayarannya yang berani membangkang. Semuanya itu me1upakan
sebab-sebab intern terpokok yang membuat lmperium Ottoman
berta1nbah kehilangan bobotnya. Hal itu diketahui betul oleh para
penguasa Shafawi di Persia dan mereka berusaha memanfaatkan
kesempatan yang baik itu untuk lebih me1npertajam lagi politik
permusuhannya terhadap Ottoman.

Syah 'Abbas, seorang raj a kaum Shafawi di Persia yang cukup


lama berkuasa dan paling terkemuka di kalangan dinastinya,
dengan bantuan pelatih-pelatih Eropa mempersiapkan bala tentara
yang cukup besar kekuatannya. Setelah segala sesuatunya siap,
secara mendadak mereka melancarkan serangan terhadap Uzbek.
Tetapi bersamaan waktunya pula Shafawi menyerang Ottoman
dan Portugal. Tidak hanya itu, sekaligus juga mereka melancarkan
gerakan-gerakan militer untuk memulihkan kembali daerah barat

437
Persia ke dalam pangkuan kekuasaannya. Tidak ketinggalan kota
suci kaun1 Syi'ah, Karbala dan Najaf diserangnya pula. Kecuali
itu Raja 'Abbas memberikan perlindungan bagi orang Annenia
yang diusir dari negerinya oleh kekuasaan Ottoman. Dari orang
Armenia itu Persia memperoleh kemajuan pesat di lapangan
perdagangan. Pada jaman kekuasaan Raja Syah 'Abbas, seluruh
negeri Persia tercakup di dalam wilayah kekuasaannya. Ia juga
mempunyai hubungan-hubungan politik dan ekonon1i dengan
negeri-negeri Eropa.

Pada tahun-tahun perta1na abad ke-17 M, negeri Persia


rnemainkan peranan besar dalam percaturan politik internasional.
Tetapi pada abad berikutnya, Persia mengalami serangan serentak
dari pihak Turki dan Afghanistan, yang sama-sama bermadzhab
Sunni. Kali ini pun Persia dapat diselamatkan oleh seorang
petualang, Nadir Syah, yang sangat cakap dan tangkas. Ia berniat,
sebagai langkah pertama, menempatkan madzhab Syi'ah sejajar
dan berdampingan dengan ,nadzhab Sunni yang empat (Maliki,
Hanafi, Syafi'i dan Hambali), baru kemudian meresmikan
berlakunya madzhab Sunni di Persia. Kecuali itu ia mempunyai
tujuan yang lebih jauh lagi yaitu hendak menciptakan "agama"
baru, yang dasar-dasarnya dicoba hendak diambil dari Islam.
Agama baru yang dipikirkannya itu ialah "Babisme" (Muncul
dalam abad ke-19 M).
Pada abad itu juga muncul lagi suatu kerajaan baru di Asia
Barat. Ismail pernah memancangkan tiang kekuasaan Shafawi di
Persia. Sekarang ada bangsawan lain lagi, Baber, yang hendak
menciptakan kesatuan politik dan agama di India. Baber seorang
keturunan Timur Lenk dari pihak ayahnya dan keturunan Jengis
Khan dari pihak ibunya. Ia mewarisi kesultanan Ferana, di Asia
Tengah, tetapi tidak dapat bertahan lama di sana. Lalu ia berkelana
di pegunungan Hindukusy, kemudian setapak demi setapak dapat

438
menguasai sebuah kota kecil. Dari sanalah ia merencanakan
penaklukan India.
Saat itu terulang kembali sejarah yang pemah terjadi, yaitu
ketika orang Ghazna dan Ghor dari Afghanistan menyerbu ke India.
Dalam buku catatan yang ditinggalkannya, Baber menceritakan
bagaimana ia mengarungi pertempuranpertempuran sengit
dengan semangat kejantanannya. Ia meraih kemenangan, tetapi
tidak sanggup bertahan lama, kemudian meninggal dunia dalam
usia 50 tahun (1530 M). Baber dengan kecepatan kilat berhasil
menciptakan kerajaan Mogol yang besar. Suatu kecepatan yang
belu1n pernah terjadi pada abad itu. Kerajaan yang didirikannya
itu kemudian merosot sejak akhir tahun-tahun abad ke-17 M. Pada
abad berikutnya persaingan-persaingan yang terjadi antaraAfghan,
Mehrat, Perancis dan Inggris, n1enjadikan Kerajaan Mogol itu
tidak lebih dari nama belaka dan jatuh di bawah perwalian Inggris.
Pada tahun 1857 M, yakni enam abad kurang setahun sejak
jatuhnya dinasti 'Abbasiyyah, terjadilah peristiwa seorang
pangeran terakhir dinasti Mogol itu 1nengakhiri hari-hari hidupnya
di dala1n pembuangan lnggris.
Dapatlah sudah diketahui, bahwa kedudukan-kedudukan
unggul di dalam sejarah Asia diduduki oleb dua kekuatan besar,
yaitu kekuatan Mogol dan Turki. Masing-masing sebenarnya
berasal dari ras yang sama, yaitu Toran. Mogol merupakan Turan
Timur, sedangkan Turki adalah Turan Barat.
Dalam kurun pertama kekuasaan Mogol, mereka berusaha
keras untuk mewujudkan kesatuan politik dan ekonomi yang
kokoh di Asia di bawah suatu pemerintahan bersifat rnonarki
dan meniadakan sistem kekhalifahan. Sedangkan dalam kurun
kedua, kekuatan Mogol mengarah ke Timur Jauh dan orang
Turki menempati kedudukan mereka di Asia bagian timur serta
1nenjadikan diri sebagai pelindung Islam madzhab Sunni. Di
tengah-tengah antara dua peranan orang Mogol dan Turki,

439
terdapat peranan Persia. Betapa pun silih bergantinya generasi
dan percampuran darah, Persia menyaksikan terus berlangsungnya
proses kedewasaan Indo-Eropa.
Oleh karena itu bolehlah dikatakan, bahwa Islam secara tetap
mene1npati kedudukannya di Asia berkat peranan tiga negeri besar
tersebut. Adapun peranan orang Arab di Asia, hanya terbatas dalam
masa-masa permulaan dan pertumbuhan Islam.

Dalam kaitannya dengan n1asalah tersebut, tidak boleh


diremehkan adanya kemajuan-kemajuan yang dicapai orang
Islam di negeri-negeri lain, yang sedikit banyaknya, tan pa melalui
celah-celab peperangan antar bangsa dan negara. Dapat disaksikan
masuknya Islam ke Madagaskar (Malagasi), negeri-negeri Asia
Tenggara dan negeri Cina, semuanya 1nelalui hubungan-hubungan
perdagangan dan tukar-menukar kunjungan. Islam tersebar luas
di Pulau Jawa melalui Sumatra dan kemudian ke Maiuku pada
permulaan abad ke-16 M, selanjutnya masuk ke Kalimantan, dan
pada abad berikutnya barulah rnasuk ke Sulawesi.
Di negeri Cina waJaupun jumlah kaum Muslimin sangat sedikit
dibanding dengan jumlah penduduknya (pada pertengahan abad
k e -20 M, kl. 6 juta orang), tetapi sedikit atau banyak, lambat-laun
mempunyai pengaruh yang terus bertambah, karena mereka dabulu
banyak dikerahkan untuk kedudukan-kedudukan penting, terutama
di daerah Turkestan (Sing Kiang). Mereka selalu memainkan
peranan yang cukup penting dalarn kehidupan negeri Cina di kala
itu.
Pada abad ke-11 M, Islam masuk ke daerah-daerah IndoCina
melalui kaurn nelayan Arab. Kemudian tersebar ke Siam (Muang
Thai) pada abad ke-14 M. Kemudian ke Kamboja pada abad ke-
16M.
Di Benua Afrika (Hi tam) tersebarnya agama Isla1n di kalangan
penduduk agak lamban. Di Ethiopia baru tersebar luas dala1n abad

440
ke-12 M. Di Sudan bagian barat, Islam dimasukkan oleh orang­
orang Berber, yang kemudian disusul dengan berdirinya kerajaan­
kerajaan Muslimin setelah In1perium Ghana jatuh. Mulai abad
ke-16 M, penyebaran Islam di Afrika agak mengalami kemacetan.
Baru pada abad k e 1- 8 M mulai bergerak kembali, sehingga banyak
daerah Afrika lainnya yang memeluk agama Islam.

441
Bab VIII
AGAMA-AGAMA TUA DI PERSIA
DAN BID'AH KEAGAMAAN BARU

Beberapa abad sebelum kelahiran Islam, di Persia terdapat


agama-agama tua. Ada sementara orang berpendapat, bahwa
nama "agama" untuk itu sebenarnya kurang tepat, karena
lebih banyak bersifat ftlsafat daripada sifat-sifatnya sebagai
agama. Tetapi terlepas dari isi dan ajaran-ajarannya, baiklaJ1
disebut saja "agama" dalam pengertian menurut sebutan u­
mum.
Kecuali animisme dan penyembahan berhala yang lazim
diwariskan oleh jaman purbakala di mana-mana, pada abad­
abad pertengahan di Persia terdapat tiga macam agama yang
laflir secara berturut-turut. Agama-agama itu ialah: Zarathus­
tra (Zoroaster), Mazdak dan Mani-isme. Pada yang terakhir
ini sengaja ditambaflkan kata "isme" di belakang namanya,
untuk sekedar menunjukkan sifatnya yang tidak asli, me­
lainkan sebagai hasil pemaduan yang dilakukan orang, antara
beberapa ajaran agama yang telah ada sebelumnya.
Zarathustra
Nama agama Zarathustra diambil dari nama orang yang
membawakannya ke tengah-tengah kehidupan masyarakat

442
Persia, ialah Zarathusta.
Tentang Zarathust, hingga sekarang masih belum jelas
identitasnya di kalangan para ahli sejarah. Beberapa ahli
mengatakan bahwa Zarathust hidup pada jaman 600 tahun
sebelum Masehi. Tetapi ada lagi yang n1engatakan. 6000
tahun sebclu1n Masehi. Agaknya yang tersebut belakangan
itu terlampau berlebih-lebihan dalam 1nenunjukkan ketua­
an usia agama Zarathustra.
Selain kedua pendap.at itu, Jackson di dalam bukunya
Kehidupan Zarathastra. 1nengatakan: "Zarathust adalah
1nanusia sejarah dan bukan manusia dongeng. la berasal dari
suku bangsa Media yang bennuki,n di bagian barat laut t a ­
nah Persia, dan meninggal dunia tahun 583 SM dalatn usia
77 tahun. Zarathust berte1npat tinggal diAzerbaizyan.Ajaran­
ajarannya 1nulai mendapat sukses di daerah Palash, ke1nudi­
an tersebar luas ke seluruh tanah Persia, teruta1na setelah
Bistabs, seorang Raja Persia, memeluk agama Zarathustra."
Pokok-pokok ajaran Zarathustra antara lain yang terpen­
ting ialah:
Bahwa alam sen1esta ini merupakan hukum-hukum dan
peraturan-peraturan yang tertentu dan selalu berlangsung
menurut ketentuan·ketentuan yang tetap. liukum dan pera­
turan yang menjadi inti alan1 se1nesta itu me1npunyai ben­
tuk-bentuk yang nyata dan tidak berubah•ubah. Di dalam
kehidupan alam semesta terdapat pertentanga n -pertentangan
yang beraneka ragam, seperti antara terang dan gelap, subur
dan tandus, dan seterusnya. Pertentangan-pertentangan itu
semuanya digerakkan oleh berbagai ruh. Sernua ruh yang
baik berhimpun menjadi satu, dan itulah tuhan kebaikan,
yang bernaina Alzura Mazda. De1nikian pula halnya ruh-ruh
yang jahat, semuanya berhilnpun menjadi satu dan ini adalah
tuhan kejahatan, yang bemaina Dn,j Ahrbnan.
Jadi pada dasarnya Zarathustra mengajarkan adanya dua
tuhan, yang satu san1a lain selalu bertentangan. Barangkali
tidak terlalu salah kalau dikatakan menyerupai ajaran ketu-

443
hanan yang ada pada agama Hindu, di mana terdapat dua
dewa pokok, yaitu Wisnu dan Syiwa, yang peranannya ham­
pir sama dengan peranan dua tuhan yang ada pada ajaran
Zarathustra. Manakah yang menerima pengaruh dari yang
lain rasanya sukar untuk dipastikan. Tetapi rnengingat usia
agama Hindu yang jauh lebih tua, barangkali dapatlah diang­
gap bahwa Zarathustralah yang menerima pengaruh dari
agama Hindu. Lebih-lebih bila diingat bahwa letak geogra­
fis antara Persia dan India sangat berdekatan dan sejak jaman
purbakala �edua bangsa itu telah mempunyai pertalian ras,
khususnya di bagian utara India. Jadi wajarlah kalau terjadi
hubungan-hubungan kebudayaan antara kedua bangsa terse­
but.
Agama Zarathustra mempunyai kitab suci bemama Avesta.
Kadang-kadang disebut Abesta dan sering juga disebut
Estak. Kitab suci itu memuat 21 bagian dan masing-masing
bagian terdiri dari 100 helai kertas. Kitab Avesta ditulis da­
lam bahasa Persia kuno yang sekarang sudah tidak lagi di­
.'pahami orang. Sebagian kecil isinya pernah diterjemah­
kan ke dalam bahasa Persia baru. Terjemahan yang sedikit
itulah yang dibaca para pengikutnya pada waktu melaku­
kan peribadatan. Adapun isinya antara lain mengisahkan
asa1 mula terjadinya alam semesta dan akan berakhimya
di kemudian hari.
Menurut Zarathustra alam ..c.tnesta ini mempunyai atau
muncul dari dua asal, sumber atau tuhan. Asal kebajikan
bersumber pada tuhan Mazda dan asal kejahatan bersu1nber
pada tuhan Ahrinzan. Tuhan Mazdalalz yang menciptakan
segala yang baik dan bennanfaat. Sedangkan tuhan Ahrilnan
menciptakan segala yang buruk dan tidak bern1anfaat
atau berbahaya.
Dalam hal adanya dua tuhan yang sating berlawanan itu,
manusia berkedudukan menjadi obyek pertentangan tersebut.
Manusia adalah ciptaan tuhan Mazda dan diciptakan mempu­
nyai kemerdekaan kehendak serta memilih. Oleh karena
itu manusia boleh saja memilih atau tunduk kepada kekuat-

444
an-kekuatan jahat. Na1nun kalau manusia itu 1ne1neluk agama
secara benar dan tulus hati serta berbuat baik dan sanggup
membersihkan diri - jiwa dan badannya -, berarti ia telah
berhasil 1nengalahkan ruh jahat; yakni menolak dan 1nenga­
lahkan tuhan Ahri111a11 dan me1nbela atau berpihak kepada
ruh yang benar, tuhan Mazda. Jika den1ikian, manusia akan
1ne1nperoleh pahala, dan kalau tidak, ia akan n1emperoleh
siksa.
Aga1na Zarathustra -n,engajarkan, baJ1wa pekerjaan yang
paling utama dan paling mulia ialah bercocok tanam dan
beternak. Zarathustra menganjurkan para pengikutnya un­
tuk betul-betul rajin bekerja, sehingga untuk kepentingan ini,
berpuasa tidak diperbolehkan.
Air. udara, api dan tanah harus dipandang sebagai benda­
benda suci. Oleh karenanya wajib dijaga jangan sampai di­
kotori atau terkena barang najis. Dalam manifestasinya, api­
lah yang dipandang paling suci. Oleh karena itu api dijadi­
kan lrunbang kesucian agama Zarathustra dan dinyalakan
dala1n tiap kese1npatan upacara agama.
Zarathustra mengharan1kan orang membuang kotoran najis
ke air n1engalir. Diharamkan juga n,engubur orang mati
atau binatang rnati di dala1n tanah. Menurut Zarathustra,
manusia mempunyai dua alam kehidupan. Kehidupan dunia
dan kehidupan setelah mati. Perbuatan-perbuatan yang baik
tercatat dan perbuatan-perbuatan yang buruk merupakan
beban u tang. Zarathustra mengajarkan, bahwa tiga hari
setelal1 orang meninggal dunia, ruhnya akan terus melayang­
layang di atas jisunnya. Oleh karenanya tiga hari setelah se­
seorang meninggal dunia, harus diadakan upacara-upacara
untuk me1nberikan tempat pengganti bagi ruh yang sudah
meninggalkan jisiinnya.
Agama Zarathustra juga 1nengajarkan tentang akan adanya
perhitungan kelak, dan akan adanya suatu jalan yang dilalui
oleh seseorang setelah meninggal dunia, sebelum ia bertemu
dengan tuhan Mazda atau tuhan Ahrilnan.
Di kalangan para penganut agama Zarathustra tersebar

445
cerita-cerita antara lain: Bahwa tugas kenabian semula tu­
run kepada Jamzid. salah seorang Raja Persia jaman purba­
kala, tetapi ia tidak sanggup memikulnya. Kemudian tugas
itu dipikul oleh Zarathust. Tuhan berbicara dengan Zarathust
dan kepadanya diturunkan "wahyu".
Pada hari "kiamat" yang akan segera tiba, tuhan Mazda
akan mengumpulkan segenap kekuatannya untuk menghan­
curkan tuhan Ahrin1an, lalu mele1nparkan tuhan Ahrilnan
itu bersama para pengjkutnya ke dalam neraka.
Sekarang timbullah pertanyaan, apakah Zarathustra itu
merupakan aga1na yang mengajarkan ,nonotheisn1e ataukah
po/ytheis,ne. Haug n1enulis: "Dari sudut ketuhanannya, Za­
rathustra adalah agama yang menunggalkan Tuhan. Tetapi
dari sudut filsafatnya agama itu menggandakan Tuhan."
Mungkin I·Iaug berpendapat, bahwa Zarathustra tetap 1ne­
mandang Mazda sebagai tuhan satu-satunya dan yang
paling kuat. Sedangkan Ahrbnan kekuatannya berada di
bawah kekuatan Mazda. Mazda 1nenghancurkan Ahrilnan
dan melemparkannya ke neraka, sedangkan Ahrin1an tidak
dapat ·1nenghancurkan Mazda. Jadi rnonotheis,ne-nya Zara­
thustra dipusatkan kepada keunggulan Mazda. Sedangkan
po/ytheis,ne-nya, karena Zarathustra meyakini bahwa dua
tuhan itu sama-sama berkuasa sebelum hari "kiamat". De,ni­
kianlah kurang-lebih dasar kesimpulan Haug.
Agama Zarathustra menguasai penduduk Persia dan dae­
rah-daerah seldtamya pada jaman Achaemenian, yaitu se­
belum penyerbuan I11;kandar Agung dari Yunani pada tahun
331 SM. Kemudian mengalami kemunduran beberapa waktu
larnanya. Agama ini Ialu bangun kembali pada jaman kekuasa­
an raja-raja Sassan (Sassanid), yaitu sejak tahun 226 SM,
dan berakhir pada jaman masuknya Islam ke Persia. Bagjan
terbesar penduduk Persia lalu memeluk agama Islam dan
hanya sebagian kecil saja dari mereka yang bertahan ,ne,ne­
luk agama Zarathustra serta banyak pula yang berhijrah.
Ada yang bennukim di pulau-pulau sekitar Teluk Persia dan
ada pula yang ke India. Sampai kini di Bombay masih terda-
446
pat suatu kelompok agama yang bemama Parsis. dan mere­
ka itulah ketun1nan para pengungsi Persia yang masih berta-­
han rnemeluk agan1a Zarathustra. Di Persia sendiri juga masih
terdapat pemeluk agama tua.itu. Mereka kurang-lebih berjum­
lah 8500 orang saja.

Mozdak
Pada tahun 487 M, di Persia 1nuncul seorang bernama
Mazdak. Nama agama yang dibawakannya berasal dari nan1a­
nya sendiri. Sebenarnya agama .tvlazdak lebih berbau gerakan
politik daripada agama. Atau barangkali lebil1 tepat disebut
sebagai gerakan politik yang berselubung aga1na.
Mazdak mengajarkan, bahwa pertentangan dan pertikai­
an serta pe1nbunuhan di kalangan u1n1nat manusia, hakikat­
nya bersun1ber pada perebutan harta benda dan wanita. S e ­
n1ua keburukan yang terjadi di dalain masyarakat berpangkal
padanya, yang hanya dapat ditiadakan dari kehidupan
1nasyarakat, kalau kedua penyebabnya dapat diselesaikan
dengan adil. Untuk itu, rnenurut ajaran Mazdak, kepada se­
tiap orang harus diberi hak yang sama 1nelalui jalan n1eng­
hapuskan hak pe1nilikan atas harta benda, padang rurnput,
tanah ladang, dan lain•lain. Hak milik perorangan dipandang
sebagai perintang perdan1aian dan keselarnatan.
Atas dasar itu, Mazdak mengajarkan pemilikan bersama
atas harta benda dan padang rumput serta tanah pertanian.
Setiap orang boleh n1empergunakan harta benda apa saja
untuk hajat keperluannya dan setiap orang boleh mengada­
kan hubungan kelarnin dengan siapa saja n1enurut kesuka­
relaannya 1nasing-1nasing.
Di sa1nping masalah sosial dan ekono1ni seperti tersebut,
Mazdak mengajarkan pula: Kesederhanaan hidup, perbuatan
baik, 1nembersihkan diri secara jasmaniah dan ruhaniah.
Mazdak n1engharamkan pe1notongan hewan, karena hewan
harus dihargai dan dikasihani.
Tarnpak sepintas lalu, bahwa ajaran-ajaran aga1nanya sama

447
sekali tidak sepadan dengan ajaran-ajaran politik, sosial dan
ekonorninya, yang menuju ke aral1 perombakan masyarakat
secara ekstrim dan radikal. Dari sini tampak jelas, bahwa
ajaran keagamaannya tidak lebih daripada sebuah perisai
saja bagi tujuan-tujuan politiknya.
Dalam hubungan itu Noldeke 1nenyimpulkan dalam t u ­
lisannya: "Bahwa yang membedakan Mazdak dari ajaran
sosialisme 1nodem ialah ajaran-ajaran keagamaannya."
Agama Mazdak tidak berusia lama, berakhir pada tahun
523 M, se�elah pihak Kerajaan Persia melakukan tindakan­
tindakan untuk menghabisi sama sekali ajaran agama tersebut
sebelum tersebar luas di kalangan penduduk.
Ajaran Mazdak sedikit-banyak ada juga pengaruhnya di
kalangan sementara kaum Muslimin Arab pada masa dahulu,
yaitu padajaman setelah wafatnya Nabi s.a.w.
Dokter Ahmad An1in di dalain bukunya yang berjudul
Fajrul-Jslam mengatakan, bahwa Abu Dzar a lGhifari,
- yang
terkenal sebagai salah seorang Muslim yang kuat takwanya
kepada Allah dan Rasul-Nya, sahabat terkemuka dan seorang
zahid (sangat saleh) dan yang di kemudian hari sangat di­
honnati dan dicintai sebagai seorang Sufi, sepeninggal Nabi
s.a.w. pada jaman Khalifah 'Uts man bin 'Affan r.a. pemah
secara tidak sadar terperosok ke dalam pengaruh ajaran eko­
non1i Mazdak. la pemah berkeliling<li pusat-pusat perdagang­
an di kota Damaskus dan mengajurkan kepada kaum Musli­
min untuk menegakkan prinsip persamaan dalam hal pemili­
an atas harta benda. Ia menganjurkan hal yang seden1ikian itu
karena keresahannya 1nenyaksikan kaum Muslimin yang su­
dah banyak memperebutkan kemewahan hidup.
Setelah menyadari kekeliruannya, Abu Dzar mengatakan,
bahwa ia mengambil pemikiran itu dari Ibnu Sauda. Nama
ini adalah nama panggilan bagi 'Abdullah bin Saba, seorang
Yahudi dari kota Shan'a (Yaman), yang menampakkan diri
sebagai Muslim pada jamanKhalifah 'Utsman bin 'Affan r.a,
'Abdullah bin Saba terkenal sebagai seorang Yahudi mu­
naflk, yang sering diketahui selalu berusaha merusak agama

448
Islam melalui orang-orang Islam sendiri. la berkali-kali di­
usir dari kota yang satu ke kota lainnya. la diusir dari Madi­
nah, ke,nudian dari Bashrah, lalu dari Kufah, dari Sya1n dan
dari Mesir, karena di 1nana-mana selalu 1nenyebar-nyebarkan
apa saja yang bem1aksud men1sak Islam dari dalan1.
Abu Ozar aJ-Ghifari, ketika itu dengan itikad baik mengira,
bahwa anjurannya itu sesuai dengan kesucian dan kebaikan
yang dianjurkan oleh agama Islam dan pada masa itu ia be­
lum 1nengetahui betul siapa sesungguhnya Ibnu Sauda dan
apa yang menjadi tujuannya.

Mani-isme
Walaupun agama ini selalu mendapat tekanan-tekanan
yang berat dari pihak para penguasa Persia, tetapi tampak
agak tangguh dan dapat bertahan sela1na heberapa waktu.
Walaupun ju1nlah penganutnya tidak besar, tetapi Mani-isme
bertebaran juga di beberapa negeri Asia dan Eropa.
Ajaran Mani-is1ne men1pakru1 persenyawaan antara Nasrani
dan Zarathstra. Wellhausen mengatakan: "Agama tersebut
lebih bersifat Zarathustra yang dinasranikan daripada Nasrani
yang dizarathustrakan."
Di antara ajaran-ajarannya yang terpenting ialah: Manusia
diharamkan berkeluarga (kawin atau nikah) tennasuk hu­
bungan-hubungan kelamin di luar perkawinan. Menurut
Mani-is1ne, n1anusia di dunia ini lebih cepat 111usnah lebih
baik. Seluruh manusia dipermukaan bumi ini dianggap se­
bagai makhluk yang membuat kerusakan alam se,nesta dan
hukum-hukumnya. Selama masih terdapat n1anusia hidup,
selama itu pula alam semesta ini akan dikotori oleh dosa­
dosa yang harus ditanggung oleh semua manusia tanpa
kecuali.
Mani-isme mengajarkan kehidupan yang saleh, suci dan taat
kepada agama. Againa itu mewajibkan pengikut-pengikutnya
menjalani puasa selanta 7 hari tiap bulan dan sela1na hidup.
Pada waktu beribadat, orang harus menghadapkan pandangan

449
matanya ke arah matahari, setelah lebih dulu membasuh ke­
dua kakinya dengan air. Lalu ia harus berdiri dan bersujud
sebanyak 12 kali. Pemeluk-pemeluk Mani-isme dilarang 111e­
motong hewan dan tidak diperbolehkan pula memakan da­
gingnya.
Mani-isme 1nengakui kenabian Isa a.s. dan menurut penga­
kuan Mani (nama orang yang mengajarkan Mani-isrne) ia
adalah orang yang dijanjikan Tuhan kepada Nabi Isa.
Hurmuz, salah seorang Raja Persia, adalah pe1neluk agama
Manus,ne, tetapi kemudian ia dibunuh oleh anaknya sendiri,
Bahran. Dengan terjadinya peristiwa itu, sahabat-sahabat
seagama dengan Hurmuz lari meninggalkan Persia.
Pada mulanya Mani-isme berkedudukan di kota Babi1,
tetapi kemudian pindah ke Samarkand. Mani-isme agak men­
dapat sambutan bail< di Perancis Selatan. Konon Santo
Agustinus sendiri pada mulanya pemeluk Maniisn1e, sebelu1n
menjadi pemeluk agama Nasrani.
Salah satu ajaran Mani-isme yang dibahas oleh para ahli
kalam Islam ialah masalah kembalinya manusia kepada
Allah s.w.t. Apakah kelak manusia di hadapan Penciptanya
itu bersama jasadnya ataukah hanya ruhnya saja. Pembahasan
mengenai masalah ini menjadi berlarut-larut sehingga menga­
kibatkan timbulnya golongan-golongan yang saling berlainan
pendapat.
Di Persia, Mani-isme tidak dapat bernafas dan berkembang,
karena ajarannya tentang lebih cepat tnanusia musnah dari
muka bu1ni lebih baik, sangat mengancam kesentosaan
Kerajaan Persia dan sangat bertentangan dengan se1nangat
kebangsaan Persia. Persia yang kuat dan penduduknya yang
pada zaman itu masih gemar berperang untuk mencapai
keunggulan negeri dan bangsanya sangat tidak mungkin
dapat n1enerima prinsip ajaran tersebut.
Maniisme muncul untuk pertama kalinya pada tahun
216 M dan kehabisan pemeluknya pada tahun 1300 M.
Barangkali saja yang dapat 1nembuat aga1na kecil itu
menjadi agak tangguh bertahan hidup, ialah keputus-asaan

450
kelornpok-kelorn pok manusia dalam menghadapi perbuat a n ­
perbuatan jahat dan dosa-dosa yang dilakukan oleh manusia
lainnya di mana-mana. Daripada sulit mencari dan mengusa­
hakan perbaikan, apa salahnya kalau semua 1nanusia lebih
baik rnati saja? l\lungkin demikian itulah jalan pikiran orang
yang n1e1nba,vakan "aga111a·• Maniisn1e.

Pembauran agama di India


-
Sultan Akbar raja ketiga dari dinasti yang didirikan oleh
Baber. Ia ,nemegang kekuasaan di istananya pada pertengah­
an abad ke-16 M. Pikiran yang 1nenguasai dirinya, dan inilah
yang 1nenjadi kekhususan istimewanya, ialah memandang
tidak sen1estinya seluruh ajaran Isla1n dan aga,na-agama
lainnya, h"arus dipegang teguh dan dilaksanakan menurut
ketentuan-ketentuan yang telal1 dihan1skan oleh agru11a-aga-
1na itu.
Se,nula ia didiclik dan dibesarkan dalam aga1na Isla1n madz­
hab Sunni. Tetapi di kemudian hari ia memandang bal1wa
aliran atau ,nadzhab Syi'al1 lebih baik bagi dirinya dan diang­
gapnya lebih sesuai dengan selera keagan1aan yang
ada di negerinya. Pada jaman kekuasaannya ia men1erintal1-
kan penggantian bahasa resmi kerajaannya, Persia, dengan
bahasa Arab (bahasa Arab besar sekali pengaruhnya di da­
lam bahasa Hindi sejak jan1an itu).
Kemudian setelah beberapa 1ama ia menjadi penganut
Syi'ah, ia berbelok lagi dari Syi'al1 ke Tasawwuf (Sufisrne).
Ia 1nencapai ke1najuan besar dalam n1en1pelajari filsafat
Sufisme, sehingga akhirnya ia 1nenjadi seorang sufi sepenuh­
nya. Terdorong oleh filsafat Sufisme dan kefanatikannya
yang mendalarn kepada filsafat yang dipelajarinya, ia tnenjadi
se111akin jauh menyimpang dari ajaran Isla1n yang sebenar­
nya. Ia menghalalkan minun1an keras dan menghalalkan da­
ging babi bagi kaum Muslirnin India. Kecuali itu ia pun me­
ngingkari keabadian siksa bagi orang yang berbuat kejahatan
besar. la berpendapat dan percaya, bahwa siksa neraka tidak

451
abadi karena orang yang bersangkutan akan menebus kesalah­
annya melalu i re-inkarnasi. Sudah tentu ajaran re-inkarnasi
itu diambilnya dari agama Hindu. Ini dapat dipastikan,
karena ia sendiri memang dibesarkan di tengah-tengah ,nasya­
rakat Hindu. Lagi pula ia me1nang mempunyai hubungan
persahabatan yang erat sekali dengan pen1uka-pemuka aga,na
Hindu penganut faham re-inkamasi.
Sultan Akbar kemudian bertindak lebih jauh lagi. Pada
tahun 1593 M, ia mengizinkan orang-orang Hindu yang telal1
1nemeluk agama Islam untuk kembali kepada agamanya
semula _apabila mereka menghendaki. Tindakannya itu ber­
dasarkan dua alasan. Pertama, kepentingan politik, menga­
mankan kekuasaannya dari oposisi orang-orang Hindu di
negerinya yang sedang dicemaskan oleh berita-berita tentang
merosotnya pengarnh agama Hindu di negeri-negeri tetangga
India akibat masuknya Islam ke daerah-daerah tersebut,
seperti Madagaskar, Malaka, Sumatera, Jawa ·dll. Kedua,
ialah kehendak atau niat membaurkan, me1npersenyawakan
dan mencampur-adukkan ajaran berbagai agama menjadi
suatu ajaran "againa" baru, dengan tujuan untuk mengakhiri
sengketa-sengketa yang sering terjadi di antara para pemeluk
agarna yang berbeda-beda. Pikiran Sultan Akbar ini di ke1nu­
dian hari memperoleh orang yang bersemangat 1nelaksana­
kannya.
Sultan Akbar tidak melihat sesuatu yang paling penting
di dalam ajaran semua agama, kecuali satu hal, yaitu: Perasa­
an mengenal dan ingat kepada Tuhan. 1'entang ajaran-ajaran
lainnya yang ada pada masing-masing agama dan yang berbe­
da-beda, apalagi yang bersifat peribadatan, semuanya itu
oleh Sultan Akbar dianggap sebagai masalal1 yang no1nor
dua (tidak penting). Walaupun ia masih 1nengaku dirinya
sebagai Muslim, pikiran dan perasaannya sudah sangat cende­
rnng kepada pembauran agama antara Islam, Hindu, Budha
dan Nasrani. Ia kerap kali 1ninta kepada pemuka-pemuka
agama Hindu, Budha dan Nasrani untuk mengadakan cera­
mah-ceramah, kendatipun ia tahu, bal1wa akan terjadi per-

452
bedaan dan perselisihan prinsip antara yang satu dengan yang
Jainnya. ltu ti<lak tnengherankan. karena Sultan Akba·r hanya
ingin rnenernukan celah-celah di antara perbedaan itu untuk
1naksud pc1nbauran ajaran yang sedang diusahakan. Alhasil,
Sultan Akbar n1en1impikan adanya agan1a bani yang dapat
1nencakup ajaran-ajaran yang ada pada se1nua agama. Yang
sarna dan 1nirip hendak diambil, sedangkan yang bertentang­
an dan berbeda hendak dicarikan pemaduan dan pendekatan­
nya. Yang tidak nn1ngkin lagi diperoleh penyesuaiannya, di­
tinggalkan. Akhimya intisari yang dapat dipcras dari semua
ajaran againa yang ada, bagi Sultan Akbar, hanya tinggal satu
saja, yaitu: Perasaan mengenal dan ingat kepada Tuhan. Ia
1nengingkari adanya wahyu-wahyu Ilahi yang diturunkan
kepada para Nabi, dan peribadatan tidak harus dijalankan.
Penan1pakan "ihnu aga1na" yang ada pada Sultan Akbar
ialah menjadikan n1atahari di langit dan api di butni sebagai
suatu larnbang. La1nbang ini sudah tentu diarnbil dari lam­
bang-la1nbang Mani-is1ne dan Zarathustra. yang pernal1 terda­
pat di Persia dan banyak pengaruhnya di kalangan pemikiran
filsafat Hinduisme.
Sultan Akbar dengan "kreasi agarna"-nya itu tidak mem­
peroleh banyak pengikut dan tidak pula merupakan pukulan
yang berarti bagi kehidupan sen1ua agarna yang di-"peras"­
nya, bail< d i dalain maupun d i luar India. Tetapi seabad ke­
mudian, yaitu pada jaman kekuasaan Aurangzeb, terjadi reak­
si yang hebat dari pihak kaum Muslimin Sunni di India, s e -·
hingga 1nenin1bulkan rnasalah politil< yang sangat gawat.
Salah seorang orientalis Barat, Henri Masse, mena,nakan
pembauran agan1a yang dilakukan oleh Sultan Akbar itu,
sebagai suatu madzhab baru berupa pecahan lain lagi dari
aga111a Islam. Kesimpulan yang diambil oleh orientalis terse­
but pasti tidak didasarkan pada sudut pandangan keagarna­
an. Karena bila orang mempelajari ajaran Sultan Akbar dari
sudut pandangan keagamaan, apakah Islam, Nasrani, Hindu,
Budha dll, tidak mungkin dapat dikatakan, bahwa ajaran
Sultan Akbar itu sebagai madzhab salah satu aga1na tersebut.

453
Apa yang ada pada pemikiran Sultan Akbar· telah terlam­
pau jauh menyimpang dari semua agama, terutama Islam.
Yang masih tinggal dalarn pemikirannya hanya pengakuan
adanya Tuhan saja. Selain itu tidak ada lagi. Kalau hendak di­
katakan masih ada reruntuk lainnya yang tinggal, tidak lebih
dari ajaran-ajaran moral belaka. Kalau yang disebut agama itu
hanya semata-mata masalah moral, itu sudah bukan agama
lagi, 1nelainkan hanya sekedar filsafat atau kebudayaan saja.
Oleh karena itu pemikiran keagrunaan yang ada pada Sultan
Akbar sama sekali tidak dapat disebut sebagai madzhab salah
satu aga1na.
India yang terbelakang dibanding dengan Persia dan
Byzantium, memang bisa menjadi tanah subur bagi pandang­
an-pandangan ftlsafat Sultan Akbar. Karena bagaimana pun
janggalnya pemikiran keagamaan Sultan Akbar, masih dapat
disebut lebih maju dibandingkan dengan pemikiran filsafat
yang membagi-bagi manusia ke dalam kasta-kasta. Yang ter­
penting bagi masyarakat India ketika itu ialah terlepasnya
mereka dari belenggu pengkastaan manusia oleh manusia,
yang selama berabad-abad mengungkung mereka dengan ber­
bagai macam pilih kasih sosial. J adi tidak mengejutkan kalau
pemikiran Sultan Akbar, walaupun dalam batas yang tidak
terlalu besar, mendapat dukungan dari penduduk India di
daerahnya, khususnya kasta Sudra dan Paria yang paling
menderita penistaan, penghinaan dan penindasan.
Sultan akbar, walaupun sebenan1ya bukan seorang Musli1n
lagi, tetapi ia tetap bertahan untuk terus disebut sebagai
Muslim. Ia tahu benar, bahwa Islam masuk ke India cepat
sekali mendapat sambutan dari penduduk lapisan bawah,
karena Islam' membawa dan menegakkan prinsip-prinsip
persamaan, kemerdekaan dan persaudaraan. Di dalam Islam
tidak terdapat kekuasaan ruhani yang harus dipegang oleh
seseorang seperti yang ada di dalam ajaran agama yang lain.
Di dalam Islam tidak diperbolehkan adanya kasta-kasta
sosial. Semua manusia bersaudara.
Prinsip-prinsip ajaran Islam yang sangat menarik penduduk

454
India itulah, yang jika dilepaskan oleh Sultan Akbar dengan
cara tidak lagi menamakan dirinya sebagai seorang Muslim,
pasti akan n1enggoyahkan sendi-sendi kekuasaan dan keraja­
annya. Jadi kalau ia sampai membaurkan agama yang berbe­
da-beda menjadi satu ajaran. tujuan u tamanya tidak terpi­
sahkan dari n1aksud-n1aksud politik yang hendak dicapai.
Demikian pula kegigihannya untuk tetap 1nena1nakan dirinya
sebagai Muslirn. Suatu "kejenialan" tersendiri bagi Sultan
India berdarah �1ogol itu!
Sebagai pengetahuan, pen1ikiran Sultan Akbar 1nen1ang
perlu dipelajari dan diselusuri jejaknya, untuk dapat diketa­
hu i latar-belakang yang sebenarnya. Tetapi kalau pe1nikiran­
nya itu disebut sebagai suatu "agama", tentu akan n1erupa­
kan preseden yang sangat buruk.
Oleh karena itu Ignaz Goldziher mengatakan: "India,
dengan hin1punan gejala keagamaannya yang dihiasi ber­
bagai wama dan yang banyak tersebar di sana, bagi seorang
yang sedang melakukan penelaahan, n1erupakan sekolah
ilmu-ilmu keagamaan yang saling berdekatan. Itulah kenya­
taan yang ada di sana."

Ahmadiyyah
Perbauran berbagai ajaran agama yang banyak mengun­
dang perselisihan dan pertentang-.tn di India, tidak lama ke­
mudian setelah jaman Sultan Akbar, muncul pula di Punjab
suatu ajaran lain lagi, yaitu Ahmadiyyah.
Mirza Ghulam Ahmad Qadiyani adalah orang yang mencip­
takan ajaran-ajaran yang mengambil namanya sendiri sebagai
nama ajarannya. Ghulam Al1mad, yang meninggal dunia
pada tahun 1908 M, pada masa hidupnya giat sekali melaku­
kan propaganda dan ''da'wah". Pada umu1nnya ia melaku­
kan propaganda dengan mempergunakan bahasa Inggris.
Tidak hanya terbatas di negeri India saja, tetapi juga sampai
ke Eropa dan Asia.
Ia berpendapat, bahwa wafatnya Isa al-Masi11 tidak men­
dapatkan penegasan secara pasti di dalam Al-Quran (IV: 156).

455
Tetapi AI-Quran di bagian lain (III : 5 5) rnemastikan wafat­
nya Isa al-Masih. Ayat-ayat AI-Quran tersebut oleh Ghulam
Al1mad dimanfaatkan untuk rnengemukakan suatu "fatwa"
yang menyatakan, bahwa kematian Isa at-Masih hanya pada
lahirnya saja. Menurut Ghulam Ahmad, Isa al-Masih keluar
dari kuburnya dan segera berangkat pergi menuju ke India
untuk melakukan pekabaran Injil. Kernudian Isa al-Masih
wafat di India. Di manakah maka1n Isa Al-Masih di India?
Ghulam Ahmad tegas-tegas memastikan: di Srinagar.
Kecenden1ngannya kepada ajaran pembauran agama-aga­
ma, yang rupanya diwarisi dari pemikiran Sultan Akbar,
mengilharrii Ghulam Ahmad tentang pemikiran ke-Mahdian
(Pikiran tentang akan datangnya Ima1n Mahdi di akhir
jainan - yang berasal dari pikiran sekte Syi'ah) secara khas.
Ia menyatukan ajaran Nasrani tentang akan kernbalinya
Isa al-Masih ke bumi dengan ajaran Syi'ah Mahdiyyah tentang
akan datangnya hnam Mahdi pada akhir jaman, di dalarn
'ciptaan' ajarannya. Bahkan ia sendiri mengaku sebagai
penjelmaan (inkarnasi) kedua-duanya sekaligus. Sudah ten­
tu prinsip inkarnasinya itu diambil dari Hinduisme. Jadi
seolah-olah Ghula1n Ahmad men1pakan personifikasi dari
ajaran tiga agama: Nasrani, Islam Syi'ah dan Hinduisme.
Seperti halnya dengan Sultan Akbar, yang menarik perhati­
an ialah ketetapan mengaku dirinya sebagai seorang Muslin1
dan menan1akan ajarannya tetap sebagai ajaran Islar11.
la mengatakan, bahwa missi ke-Mahdian itu adalah suatu
missi kedamaian yang sempuma. Adapun masalah perjuangan
untuk memenangkan ajaran keagamaan, harus ditegakkan
atas dasar perjuangan pikiran yang semurni-murninya. Rupa­
rupanya Ghulam Ahmad melihat dari sejarah, bahwa penye­
baran agama-agarna di masa silam selalu didukung oleh ke­
kuatan-kekua�n potitik dan kekuasaan. Kiranya inilah yang
tidak dikehendaki Ghulam Ahmad. Selanjutnya ia berseru
kepada semua orang Islam, fiindu dan Nasrani, untuk menya­
tukan pikiran keagamaan di dalam iman yang tunggal.
Ajaran-ajaran Ghulam Ahmad dan dasar-dasarnya terhin1-

456
pun di dala1n scl>uah buku yang diterbitkan pada tahun
1880M.

Aliran Wahhabi
Gejolak aliran \Vahhabi 111en1pakan reaksi yang sangat
radikal terhadap ajaran-ajaran pembauran agan1a, seperti
yang dilakukan oleh S_ultan Akbar, Ghulam Ahmad, Syi'ah
dan lain-lain, yang semakin Jama se1nakin jauh menyi.Jnpang
dari prinsip-prinsip pokok ajaran lslrun. Ragan1-raga.in, adat
istiadat dan tradisi-tradisi yang aneka warna dipulaskan oleh
se1nentara orang dan golongan kepada Islan1. hingga kadang­
kadang Isla1n sendiri seakan-akan tidak ta1npak lagi wama
aslinya. Ayat-ayat AJ-Quran banyak ditafsirkan seenaknya
oleh se1nentara orang dan golongan untuk dicocok-cocokkan
sesuai dengan tujuan yang diinginkan, sehingga kaum Musli­
n1in awa1n n1enjadi \)ingung, sedangkan ajaran-ajaran lslan1
menjadi kabur. l·fal-hal semacan1 itulah yang dengan keras
dan tegas diperangi oleh gerakan Wahhabi. Gerakan \Vahhabi
inenghendaki kembalinya kau1n Muslimin kepada ajaran aga­
ma lslan1 yang se1numi-1numinya. sebagai sediakala.
Gerakan Wahhabi laJ1ir pada abad ke-18 M, di tanah
Arab. Orang-orang Wahhabi (pendukung-pendukung Ibnu
'Abdul-Wahhab) bagaimanapun juga 1nempunyai saham
yang besar dala.111 men1persatukan kembali kaum Musli..lnin
di dala1n satu keyakinan tauhid yang selurus-lurusnya,
sebagai suatu prinsip yang paling pokok di dalarn agama
lsla1n.
Madzhab Wahhabi ditegakkan atas dasar ayat-ayat Al­
Quran dan Sunnah Rasul s.a.w. tanpa penta'wilan atau
penafsiran apa pun juga, tidak dibu1nbu-bumbui dan tidak
dihias-hiasi.
Orang-orang Wahhabi melihat kehidupan kaum Muslimin
di 1nana-mana, tennasuk di tanah Arab sendiri, yang dala1n
menghayati agama dan n1elakukan peribadatan, disadari
atau tidak, telah terperosok ke dalam perbuatan syirk

457
(menyekutukan Allah), suatu dosa besar yang tak ada ampun­
nya. Yang sangat menyedihkan orang-orang Wahhabi, ialah
mengapa orang-orang Islam Sunni, yang se1nestinya harus
bertindak, membiarkan semuanya itu sampai berlarut-larut.
Adapun kaum Syi'ah, bagi kaum Wahhabi sudah tidak
dipersoalkan lagi, karena mereka itu telah secara terang­
terangan mengubah ajaran-ajaran Islam sede1nikian jauhnya.
Tetapi justru kaum Sunni yang semestinya menjadi penga­
wal kemurnian Islam tidak berbuat sesuatu apa, bahkan
seolah-olah merestui pelanggaran-pelanggaran terhadap tauhict.
Seperti misalnya pemujaan kepada orang-orang yang diang­
gap keramat dan suci, wali-wali, kuburan-kuburan tertentu,
meminta-minta syafa'at kepada orang lain sesaina manusia,
kepercayaan kepada jimat-jimat, senjata-senjata ampuh,
bintang-bintang, nujuman-nujuman dan sebagainya.
Orang-orang Wahhabi tidak memperkenankan seseorang
Muslim memberikan penghonnatan kepada sesama manusia
secara berlebihan, seperti membungkuk-bungkuk, menye1n­
bah-nyembah dan lain-lain. Bahkan bersujud di hadapan
kuburan Nabi pun tidak dapat dibenarkan. Demikian juga
berputar-putar di sekitar kuburan Nabi dengan itikad scolah­
olah menunjukkan takwa. Orang-orang Wahhabi juga tidak
1nemperbolehkan orang Muslim menciu,n hajar aswad (batu
hitam) yang ada pada Ka'bah. Mereka sangat keras menen­
tang segala macrun ketakhayulan dan melarang orang mengu­
capkan stJJnpah selain menyebut "Demi Allah" (Walla hi).
Kecuali itu kaum Wahhabi keras sekali menentang minuman
keras, tembakau, musik, tari-tarian dan semua macam per-
1nainan atau hiburan yang dapat melengahkan orang dari
kewajiban agamanya. Dalrun beberapa hal keketatannya,
mereka itu a<la persamaannya dengan orang-orang Khawarij.
Madzhab Wahhabi mengambil nama dari nama pendiri­
nya, yaitu Muhammad lbnu 'Abdul-Wahhab, yang rneninggal
dunia pada tahun 1878 M. Madzhab ini sama sekali bukan
tumbuh dari salah satu cabang · sekte Khawarij seperti yang
tampak sepintas lalu. Ia sebenarnya berasal dari madzhab

458
hnain lianbal (llanbali), sckurang-kurangnya dalam bentuk
permulaannya. yaitu suatu n1adzhab yang hendak menegak­
kan ajaran Islam sesuai dengan sifat-sifat aslinya, tetapi
kurang 1nencapai hasil. Madzhab Iianbali lahir pada pem1ula­
an abad ke-14 1\1, ditegakkan oleh seorang ulama besar
bernama lbnu ·raimiyyah, yang oleh penguasa negara pada
jamannya dilukiskan sebagai seorang besar. la ,vafat dalam
penjara dan dalarn kcadaan telungkup di atas Kitab Suci
AI-Quran yang habis dibacanya.
Pada abad ke-18 �l. lbnu 'Abdul-Wahhab berdasarkan
madzhab lianbali mendirikan suatu "madzhab" baru, yang
oleh un1un1 dikenal dengan nama madzhab \Vahhabi. Madz­
hab ini didirikan olehnya se1nata-1nata sebagai suatu reaksi ·
ylllg radikal terhadap pemujaan wali-wali dan orang-orang
keramat yang pada masa itu sedang n1enjadi tradisi kaum
MusliJnin di negerinya dan di banyak tempat lainnya. Sebut­
an "Wahhabi" sebenarnya bukan berasal dari para pengikut
Muhamn1ad lbnu 'Abdul-\Vahhab sendiri, 1nelainkan nan1a
ejekan yang berasal dari lawan-lawannya. Para pengikut
gerakan Wahhabi menamakan gerakan mereka ''Al-tvluwah­
hidun". Tapi gerakan mereka tidak ada hubungannya saina
sekali dengan kaun1 Muwahhidun yang pemah berkuasa di
Afrika Utara sekitar abad ke-12 M.
Pada tahun 1740 M, untuk memperkuat kedudukan kaum
Wahhabi dan n1e1nperkokoh serta menunjang pelaksanaan
ajaran-ajaran ,nadzhabnya, lbnu 'Abdul-Wahhab 1nengadakan
persekutuan dan kerjasarna dengan lbnu Sa'ud. Dalam hal
itu tercapailal1 suatu kesepakatan, bahwa lbnu 'Abdul-Wah­
hab bertugas n1emimpin masalah kegiatan keagamaan dan
Ibnu Sa'ud memegang pimpinan organisasi dan kegiatan
fisik lainnya. Setelah segala sesuatunya siap, kedua pemhn­
pin ini 1nendirikan suatu pemerintahan sendiri di Najd
(daerah Arab Saudi), tetapi tidak dapat bertahan lama, k a ­
rena mendapat pukulan keras dari kekuatan Ottoman, yang
ketika itu sedang menjadi penguasa selurul1 wilayah Timur
Tengah.

459
Pada tahun 1802 M. kaurn Wahhabi rnengobrak-abrik sisa­
sisa kaum Syi'ah yang ada di negerinya dan pada tahun
1806 M dengan jalan kekerasan mereka 1nenyerang dan m e ­
nguasai kota tvlakkah. Semua ternpat yang ketika itu diper­
gunakan untuk 1nelak.ukan ibadat, yang 1nenurut penilaian­
nya terca1npur dengan kesyirikan, tidak peduli apak.ah itu
berupa masjid. rnirnbar ataupun apa saja, sernuanya dihan­
curkan. Ka'bah san1a sekali tidak dijamah oleh rnereka. Dari
Makkah 1nereka n1enyerang Madinah. sampai ha1npir saja
rnakarn Nabi hendak diobrak-abrik, karena ketika itu banyak
disujudi orang dari 1nana-rnana. Lalu rnereka 1nelanjutkan
penyerbuan-penyerbuan sampai ke Syria dan Iraq. Gerakan
bersenjata yang arnat gencar itu pernah mengakibatkan ter­
hentinya ibadah haji untuk waktu sementara.
Pada rnasa itu Muha1n1nad 'Ali Pasya sedang rnenjadi
penguasa Otto1nan di daerah Mesir. Muha1nmad 'Ali dahulu­
nya adalah seorang pangli1na Ottornan yang rnenundukkan
Kerajaan Mamalik di Mesir dan sekaligus 1nerupakan lawan
yang tangguh bagi Napoleon Bonaparte di Paris. Imperiutn
Ottoman di Konstantinopel sudah tentu tidak dapat mern­
biarkan wilayah kekuasaannya dilanda serangan-serangan
Wahhabi. Segera dikirimkan perintah kepada Muhammad
'Ali Pasya, supaya bertindak cepat 1nenumpas habis kau1n
Wahhabi. Tujuh tahun lamanya Muhammad 'Ali baru berhasil
1nelumpuhkan gerakan Wahhabi (1818 M).
· Tetapi sukses Muham1nad 'Ali tidak berarti men1atikan
sama sekali gerakan dan pikiran-pikiran Wahhabi. Karena
temyata tidak lama kemudian, gerakan Wahhabi muncul
kembali dalam sejarah dan dalam bentuk yang lebih kuat
lagi, sehingga berupa suatu negara.
Tidak lama setelah kebangkitan kembali gerakan Wahhabi
dalam bentuk yang lebih teratur dan lebih kuat, ada seorang
berasal dari India bemama Ahmad Barilli, giat pula menye­
barkan ajaran-ajaran yang sama ·dengan yang diajarkan oleh
orang-orang Wahhabi, di daerah-daerah yang masih banyak
dicekam oleh ketakhayyulan dan pemujaan kepada wali-wali

460
serta orang-orang kcra1nat, versi baru dari tradisi Hinduisme
yang 1nasih banyak pengaruhnya, seperti · India sendiri,
di Sornali dan lain-lain.
_Pada saat itu gerakan Wahhabi sudah mer., ...,H kuat ke1n­
bali, bahkan lebih terorganisasi dengan baik. Tindakan-tin­
dakan politik dan kekuatan bersenjatanya telah tidak lagi
clapat dipatahkan oleh penguasa Ottoman, bahkan 1nakin
hari 1nakin dapat 1neraih kemenangan demi ke1nenangan.
baik dala1n bidang politik maupun dalam bidang pengajaran
keaga1naan. Saat itu praktis sudah menguasai dan mendapat
sitnpati penduduk di sebagian besar Semenanjung Arabia.
beberapa daerah Iraq dan Somali. Kekuatan Wahhabi lebih
kokoh lagi setelah 'Abdul-'Aziz Al-Sa'ud (dari keluarga Sa'ud
yang dahulu bersekutu dan bekerjasama dengan lbnu 'Abdul­
Wahhab), berhasil 1nengusir pangeran Syarif Husein dari Hi­
jaz dan 1nendirikan negara baru yang merdeka - Saudi
Arabia -· pada ta11un I 924 M.
Adapun Syarif l-Jusein ialah seorang bangsawan Arab, yang
oleh Inggris diberi kepercayaan dan direstui untuk memerin­
tah negeri Hijaz, setelah daerah Arab ini diambil dari tangan
dinasti Ottoman yang kalah dalam Perang Dunia ke-I. Syarif
Husein ken1udian diberi ''perlindungan" oleh lnggris dan
dua orang anaknya masing-masing diangkat sebagai raja­
raja Arab di Iraq dan Yordania. Yang berada di Yordania
itulah yang menurunkan Raja 1--Iusein sekarang dan yang di
Iraq telah dihabisi riwayatnya oleh revolusi Juli 1958 diba­
wah pimpinan 'Abdul-Karim Kasim
Babisme dan Baha'i
Sebagaimana yang dikemukakan, madzhab Wlthhabi se­
penuhnya · berasal dari negeri Arab sendiri dan gerakannya
1nenuju ke arah pe1nurnian Islam sebagaimana mestinya se­
perti pada jaman permulaannya. Walaupun di sana-sini ter­
dapat tindakan-tindakannya yang agak ekstrim, namun ekses­
ekses yang negatif itu dapat disingkirkan setelah madzhab
itu n1eraih kemenangan yang pasti di Arab Saudi.

461
Tentang Babisme dan Baha'i yang merupakan saudara
kembar (Baha'i berasal dari Babisme), ke dua-duanya tumbuh
dan berasal kelahiran tanah Persia serta di-"cipta'!kan pula
oleh orang-orang Persia yang tadinya beragama Isla,n. Dua
aliran tersebut, - kalau boleh disebut aliran, karena sebe­
narnya 1nerupakan "aga1na" buatan bani sejenis karya Sultan
Akbar di India - pada mulanya menghendaki perluasan
Islam. Kalau 1nadzhab Wahhabi beroperasi di dalatn negeri
Arab sendiri, "agama" Bal1a'i bisa cepat tersebar ke bebera­
pa negeri Asia dan Eropa, berkat orang-orang intelek Persia
(Iran) yang banyak bepergian ke negeri-negeri tersebut dan
menjajakannya di kalangan-kalangan terbatas.
"Agama" Baha'i sama sekali bukan suatu pecahan dan
bukan pula suatu 1nadzhab dari agama Islam, melainkan be­
tul-betul merupakan "agama" baru buatan orang Persia dari
bahan rakitan berbagai ajaran agama yang telah ada, dika·Nin­
kawinkan lalu diberi rumus-rumus baru yang serba indah
dan menarik hati setiap orang yang menghendaki perdamai­
an abadi di permukaan bumi. Memang benar, manusia mana­
kah yang tidak merindukan perdamaian, ketenteraman,
ketenangan, kerukunan dan sebagainya di dalam kehidupan
duniawi ini? Karena si pembuat "agama" baru itu tadinya
beragama Islam, maka mengesankan seolah-olah "agama"
Baha'i itu salah satu madzhab di dala1n agama Islam.
Sudah sejak kelahirannya Babisme (induk semang Baha'i)
dikejar-kejar oleh penguasa Persia. Pemerintah Persia berusa­
ha sekuat-kuatnya untuk mengakhiri kehidupan agama yang
dibuat-buat itu.
Sebagaimana pernah dibentangkan di bagian terdahulu,
pemikiran tentang Imam Mahdi, mendapatkan tempat isti­
mewa di kalangan kaum Syi'ah, terutama Syi'ah Mahdiyyah.
Da.ri pemikiran itulah Mirza 'Ali Muhammad, pendiri "aga­
ma" Babisme bertitik tolak. la dilahirkan di Syiraz pada ta­
hun 1819 M. Pada suatu kesempatan "naik haji" ke Karbala
(makarn llusein bin 'Ali bin Abi Thalib) sebagai tempat
suci yang paling tinggi martabatnya bagi kaum Syi'ah, ia me-

462
ngadakan hubungan dengan salah seorang terke1nuka dari
salah satu kelompok Syi'ah Syeikhiyyah guna mengadakan
kerjasama dan persekutuan. Kelompok Syeikhiyyah adalah
salah satu dari sekian banyak kelo1npok Syi'ah, yang me1npu­
nyai cara peribadatan tersendiri kepada iinam yang dalan1 ke­
adaan kh11/J ah (terse1nbunyi, tidak terlihat).
1

Sekembalinya dari Karbala, l\.1irza 'Ali l\.1uha1nmad 1nenye­


barka11 ajaran-ajarannya dalam berbagai kese1npatan. Tetapi
bersa1naan dengan itu ia selalu 1nenyerang aklerus-aklerus res­
mi (bangsa\van-bangsawan Persia yang berkuasa) di negerinya.
Tindakan itu akibat pengaruh yang diteri1nanya dari
kelon1pok Syeikhiyyah. Ajaran-ajaran yang disebarkan­
nya, menurut pengakuannya sendiri, berasal dari ajaran-ajaran
"Ruhi Leily", ialah salal1 seorang yang dipandang suci oleh
segolongan kaum Syi'ah (taJ1un 1844 M = tahun l :?.00 H,
yaitu tepat I 000 tahun sejak "hilang"-nya hnan1 Syi'ah
yang ke-12 secara "rahasia"). Orang-orang Syi'ah mengi1nani,
bahwa in)am yang tak kelihatan (khufyah) itu akan kernbali
pada akhir jaman dan akan 1nenyebarkan keadilan dan kebe­
naran di 1nuka bu1ni.
Kemudian Mirza 'Ali Muhammad mengumumkan dirinya
sebagai seorang bab yang berarti "pintu" untuk mengetahui
segala rahasia ketuhanan. Gelar bab terse but bukanlah
gelar baru. Orang-orang Syi'ah lsma'iliyyal1 yang tergabung
dalam kelompok Druz dan kelompok Nashiriyyah di Syria,
daJ1ulu pernah juga 1nen)berikan gelar bab kepada anak-anak
buah mereka yang sudah 1nencapai tingkat kedudukan ter­
tentu dalam ilmu-ilmu rahasia yang mereka ajarkan.
Dalam menyebarkan ajarannya, sang bab tersebut tidak
pernah ketinggalan 1nena1nbahkan uraian-uraian berupa
lambang dari pengertian ayat-ayat Al-Quran, seperti yang
biasanya diperbuat oleh orang-orang Syi'ah Isma'iliyyah.
Dengan cara itu bab ke1nudian dapat 1nenghin1pun banyak
orang yang merasa berat menjalankan peribadatan menurut
ketentuan yang ditetapkan oleh Syari'at dan yang lazim dipa­
tuhi sepenuhnya oleh kaum Muslimin Sunni. Kecuali itu

463
banyak lagi orang-orang Persia yang sejak sen1ula ingin me1n­
bebaskan diri dari kekangan-kekangan feodaJisn1e. n1engi­
nginkan kebebasan, persamaan dan persaudaraan, tertarik
oleh bab dan ajaran-ajaran lambang yang dapat membuka
"segala rahasia kehidupan". Mereka semua yang sedang n1e­
rindukan datangnya "Ratu Adil" (hnam Mahdi), terpikat
oleh gerakan bab. Makin lama "agama" yang digerakkan
oleh bab tersebut makin tenar. Hal inilah yang kemudian
menyebabkan bab dimasukkan ke dalam penjara oleh pengu­
asa Persia. Tetapi sebelum ia masuk penjara, ia sempat lebih
dulu menarik seorang aklerus masuk ke dalam organisasi
dan memeluk ajarannya.
Untuk menyelamatkan bab, aklerus tersebut datang ke
Syiria, guna menghimbau bab supaya bersedia ,neninggalkan
ajaran-ajarannya dan berhenti dari kegiatan propagandanya.
Salah seorang pembantu bab yang paling setia dan paling
militan, ialah seorang wanita muda bernruna Zerin Taj. Ka­
dang-kadang ia disebut Kirzu Stifan. Sehari-harinya ia d i ­
panggil dengan nan1a Qurratu 'ain. Ia seorang \Vanita ,nuda
yang cerdas lagi lincah dan tangkas. Sifat-sifatnya itu sangat
1nen1adai kecantikan wajahnya. Dalatn kelon1pok hab ia ber­
tugas di bidang gerakan wanita Persia. Kegiatannya yang luar
biasa gesit dan tangkas, mendorong pemerintah Persia untuk
segera 1nenga1nbil tindakan keras terhadap dirinya. la ke1nu­
dian 1nenjadi salah seorang pengikut bab yang gugur di tiang
gantungan dan mayatnya dibakar habis. Ia menjadi pahlawan
yang diagungkan di kalangan pengikut-pengikut bab. Sebelu,n
tertangkap, ia bersama rekan-rekan seilmu dan segurunya
sempat mengadakan perlawanan bersenjata yang cukup meng­
gemparkan di daerah Mazenderan.
Menghadapi pukulan-pukulan pihak penguasa Persia,
gerakan bab mulai menampakkan sifat-sifat politiknya.
Bab ditangkap oleh penguasa untuk mencegah timbulnya
ballaya yang mengancam kekuasaan bangsawan Persia,
Ialu dijatuhi hukuman mati dengan ditembak. Konon saat
pelaksanaan hukuman mati itu, tidak sebutir peluru pun

464
yang niengenai dirinya dan sen1uanya n1eleset dan hanya
1nengenai tali pengikat badan, sehingga putus. Di Persia pada
ja1nan itu tenlapat kebiasaan apabila hukutnan 1nati dilak­
sanakan terl1adap seorang beraga1na lslan1. dipilihkan regu
te1nbak dari kalangan pasukan yang beraga1na Nasrani, dan
sebaliknya.
Tali pengikat badan bab lepas semuanya, menurut cerita.
Apa jadinya kalau ia segera lari dan nienyatukan diri ke
tengah-tengah penonton yang banyak jumlahnya itu. Tetapi
entah karena sudah kehilangan tenaga, entah karena hendak
1nemohon a1npun, ia merangkak n1endekati regu penembak.
Pada saat itu ia segera dipenggal lehernya (tahun 1850 M),
karena para penguasa ta1npak agak yakin, bahwa Bab tidak
terten1bus pelun1 atau kebal.
l'etapi dengan dilaksanakan tindakan kekerasan seperti
itu. para pengikut bab tidak 1nenjadi jera. Tak lama setelah
itu, tiga orang pengikut bab yang sangat fanatik. tlalam suatu
-
kese,npatan berhasil 1nenyergap dan melukai syah (raja).
Sebagai hukuman atas tindakannya yang berani itu, mereka
dijatuhi huku1nan mati.
Bab dengan ajaran-ajarannya me1nang betul-betul memba-·
hayakan kekuasaan kaum bangsawan Persia dan agama Islam
(Syi'ah hna1niyyah) yang 1nenjadi aga1na resmi negeri itu.
Ajaran bab pada hakikatnya bukan sekedar hendak mero1n­
bak aga1na lslain untuk di jadikan agan1a baru, melainkan ju­
ga sekaligus ajaran politik yang bertujuan 1ne1nbekali gerak­
an pengubahan sosial.
Bab sudah 1nengganti Al-Quran yang sebenamya dengan
"Al-Quran" yang dikarangnya sendiri sambil mengatakan
kepada para pengikutnya, bahwa "Quran"-nya itu merupa­
kan wahyu yang langsung diterima sendiri dari Allah. "Qur­
an" buatan bab menetapkan, bahwa di dunia ini tidak ada
yang tidak suci. Bagi bab dan penganut ajarannya sen1uanya
suci dan halal. Konsekuensi ajaran ini ialah tidak ada sesuatu
yang fidak boleh dilakukan oleh penganutnya. Menurut
ajaran bab, yang disebu t kesucian itu pada asasnya ialah me-

465
nerima apa yang ada. Apa saja yang ada boleh di1nanfaatkan.
Karena, 1nenurut mereka kalau Tuhan 1nelarang sesuatu
tentu tidak akan ,nengadakan sesuatu itu bagi manusia.
Tentang ajarannya yang ,nenyangkut ,nasalah sosial.
antara lain ialah: Meniadakan ken,ungkinan untuk 1nelaku­
kan perceraian dalam hu bungan suaini-istri, kernerdekaan
penuh bagi wanita, dan 1nenganjurkan pena1nbahan jurnlah
anak kepada semua keluarga. Setiap orang harus dapat
mengatur hidupnya sesuai dengan jiwa dan hukurn-hukun1
dan bukannya sesuai dengan huruf dan bunyi ajaran tersebut.
Kecuali itu, semua ajarannya dicernakan dan dibentuk
dalarn susunan· rumu s r- umus serta angka-angka yang biasa­
nya dilakukan oleh kalangan Syi'ah Isma'iliyyah. Menurut
ajaran bab, Allah menciptakan alam se1nesta ini dengan si­
fat-sifatnya yang tujuh. Oleh karena itu angka tujuh atau
huruf yang diberi 1nakna tujuh, dipandang sangat kera,nat.
Sama halnya dengan angka 19 yang wajib dipandang suci,
karena angka 19 n1ene1npati nilai hitungan yang ada pada hu­
ruf perkataan "wahid" atau "Allahu Wahid" (Allah Masa Esa).
Sepeninggal bab, salah seorang n1uridnya, Mirza Yal1ya,
atau biasa dipanggil dengan nama Subhul-Azal, mengambil
alih pimpinan atas kelompok itu. la bersarna para pengikut­
nya yang setia mencari perlindungan ke Baghdad. Tetapi
penguasa Ottoman di Baghdad menetapkan supaya 111ereka
berternpat tinggal di ibukota i1nperiu1n, Konstantinopel.
.uari sana mereka pindall ke Adrena.
Selama masa perantauannya itu di kalangan mereka ter­
jadi perselisihan dan perpecahan ( 1863 M). Saudaranya se­
ayall bernama Mirza Husein, atau biasa dipanggil dengan
nama Baha'ullall, menyatakan dirinya sebagai pe1niinpin
tersendiri bagi orang-orang yang berada di luar kelompok
Mirza Yahya. Perkembangan kelompok Mirza 1-fusein ini
menyerupai perkembangan kelompok Syi'all Isma'iliyyah.
Balla'ullall lalu menyatakan dirinya_ sebagai seorang yang per­
nah diwasiati oleh bab untuk meneruskan ajaran·ajarannya.
Subhul-Azal meninggal dunia pada tahun 1912 M. Per-

466
ke,nbangan kelo,npoknya temyata mengala1ni kepudaran.
Pengikut-pengikutnya pada urnumnya tetap setia kepada
ajaran-ajaran "bab ... tetapi .sedikit demi sedikit mereka b a ­
nyak yang· 1nenyembunyikan diri. Sedangkan para pengikut
Baha'ullah (kau1n Baha'i) terus-menerus melancarkan pro­
paganda, tidak hanya di Persia melainkan juga di negeri­
negeri lain.
Ajaran Babis1ne dibandingkan dengan ajaran-ajaran Syi'ah,
dapat dikatakan suatu langkah 1naju ke arah kebebasan ke­
agamaan. Babis1ne oleh para pe1neluknya masih tetap diang­
gap sebagai bagian dari madzhab-madzhab yang ada di da­
lam kalangan kau1n Musli1nin. Kalau unsur-unsur yang
1nenu1nbuhkan Syi'ah terdiri dari campuran bangsa, yakni
Arab dan Persia, 1naka unsur yang n1elahirkan ajaran Babis­
me adalah sepenuhnya bersifat ke-Persi-an (Iran) yang sen1ur-
• •
n1-1nurn1nya.
Lain halnya dengan ajaran Baha'ullah. Ajaran ini (Baha'i)
cenderung ke arah pembentukan '_'agan1a'' baru yang bersi­
fat internasional dala1n arti 1nudah dipahami dan diterima
oleh seluruh u1nat 1nanusia di 1nuka bu,ni. Bertolak dari
pemikiran tersebut Baha'ullah pernah n1erencanakan t e r ­
ciptanya satu bahasa untuk seluruh u,nat n1anusia di dunia.
Ia berusaha keras untuk 1nenenggela1nkan agama-aga1na lain
yang telah ada, antra lain 1nelalui jalan: Menyatukan semua
ajaran againa yang bisa dipersatukan di dalam ''agama" baru­
nya, Baha'i. Untuk kepentingan perdamaian dan saling pe­
ngertian, sentua pen1eluk agama apa saja boleh meninggal­
kan keyakinan dan upacara-upacara peribadatannya yang
dianggap berlebihan. Ajaran Baha'i mengatakan, bahwa ada­
nya Nabi yang seorang tidak 1neniadakan adanya Nabi yang
terdahulu, karena sernua Nabi menyampaikan prinsip-prin­
sip ajaran yang sama. Dengan sif at dan 1nanifestasinya ma­
sing-1nasing, para Nabi merupakan unsur penghubung antara
manusia dengan Dzat yang Maha Tinggi, yang tidak dapat
dipahami oleh 1nanusia kecuali melalui sifat-sifat-Nya. Mas­
alah yang paling rnenjadi inti agama ialah cinta kasih, sebab

467
cinta kasih itu merupakan syarat yang tak boleh tidak, harus
ada untuk mencapai kemajuan. Oleh karena itu cinta kasih
sekaligus juga berarti undang-undang dan hukum alam.
Tentang masalah yang berkaitan dengan laku peribadatan.
agama Baha'i tidak 1nenetapkan bentuk tertentu. Karena
menurut Baha'i, agama tidak harus ,nenarnpakkan diri
di dalam upacara-upacara melainkan wajib dihayati dengan
perbuatan-perbuatan kongkrit antara sesama manusia.
,
Jadi di dalam "agama , Baha'i tidak ada ketentuan peribadat­
an sama sekali.
Tentang ajaran _kemasyarakatannya, Baha'i memandang,
bahwa semua manusia, pria dan wanita, harus mempunyai
hak yang sama. Peperangan harus lenyap dari kehidupan
dan semua perselisihan harus diselesaikan melalui jalan damai
dan mengindahkan hukum.
Secara umum dapatlah dikatakan, bahwa Baha'i lebih
banyak bersifat ajaran 1noral daripada ajaran agan1a. Suatu
ajaran moral yang agak cenderung kepada Sufisme.
Anak Baha'ullah, 'Abbas Effendi, yang meneruskan ke­
pemimpinan ayahnya atas "agama" Baha'i, dibanding dengan
ayahnya lebih banyak mengemukakan pikiran-pikiran, baik
yang aneh-aneh maupun yang dapat diterima nalar.

Alirao Modero
Untuk sekadar menambah catatan sejarah, baiklah kira­
nya serba singkat dan serba sedikit dikemukakan di sini
beberapa kemajuan pemikiran kalangan kaum Muslimin di
berbagai negeri.
Kaum Muslimin jaman modern, banyak sudah yang menge­
rahkan pemikirannya untuk kemajuan agama Islam. Para
cendekiawan dan alim-ulama di mana-mana banyak mengada­
kan studi, pembahasan dan pertukaran pikiran secara bebas,
mengenai berbagai masalah dan cabang ilmu yang tertuang
dari ajaran-ajaran agarna Islam. Berkat jerih payah dan
pemikiran mereka, kaum Muslimin di mana-mana telah

468
banyak yang berani 1nenanggalkan kekolotan dan keterbe­
lakangan serta mencarnpakkan ketakhayulan yang bukan­
bukan, yang dalam jangka waktu panjang telah 1nenurunkan
bobot dan 1ne1nerosotkan martabat agama Islam di n1ata
pihak-pihak yang tidak menyukainya.
Di India, 1nisalnya, Ahmad Khan Bahadur (wafat tahun
1898 M) • telah la1na n1endirikan Perguruan Tinggi Aligarh.
Karya tulisnya yang berupa tafsir dan uraian-uraian sekitar
ayat-ayat Al-Quran dalam bentuk yang serasional 1nungkin,
telah diterbitkan dan tersebar 1uas ke seuluruh dunia Islam.
Murid Bahadur semuanya bulat sepakat, bahwa agama Is­
lam harus dengan berani dihadapkan oleh kaum Muslimin
kepada tuntutan-tuntutan ke1najuan ilmu pengetal1uan mo.:
dern. Untuk itu kaurn Muslimin sendirilah yang pertama­
tama harus sanggup 1nenjabarkan ilmu pengetahuan yang
ada di <lalam ajaran agama lslan1. Sangatlah memalukan
kalau kau1n Muslimin hanya dapat mengatakan, bal1wa Al­
Quran itu sumber segala ilmu, tetapi mereka sendiri tidak
1ne1nahami apa yang mereka katakan.
Di Mesir, Muhammad 'Abduh (wafat ta11un 1905 M)
bekerja sama dengan Jamaluddin al-Afghani (wafat tahun
1898 M) mendirikan madzhab Salaf (kaum Muslimin jaman
generasi Nabi s.a.w.). Dengan gigih Muha1nmad 'Abduh me­
merangi pengaruh-pengaruh negatif yang banyak didatangkan
orang dari Eropa. Dengan berpegang teguh pada asas-asas
ajaran Al-Quran dan Sunnah Nabi s.a.w ., ia membuang j�uh­
jauh tradisi merugikan yang dipertahankan terus oleh ke­
sempitan, kekolotan dan keterbelakangan, sehingga sangat
merusak nama baik agama Islam dan kaum Muslimin. Ia
berseru kepada semua penganut madzhab yang empat (Mali­
ki, Hanafi, Syafi'i, Hanbali) dan sernua golongan di kalang­
an kaun1 Muslimin, supaya bersatu kembali. la telah meletak­
kan suatu uraian tafsir mengenai ayat-ayat AI-Quran, melalui
cara dan metode yang sesuai dengan jaman dan pikiran
1nodern, tanpa meninggalkan pokok-pokok uraian yang
pernah diletakkan oleh kaum Muslimin generasi Salaf. Semua

469
uraiannya diarahkan kepada pembentukan argumentasi
yang logis dan rasional, filosotis dan ihniah, untuk 1nembe­
rikan bukti, bahwa Islam adalah agama yang betul-betul
mencenninkan kekuatan llahi dan agama yang betul-betul
berada di dalam keridhaan Allah s.w.t. Muhammad 'Abduh
berusaha sekuat tenaga untuk menemukan persesuaian an­
tara Islam dan ilmu pengetahuan.
Dalam kenyataannya memang umat Islam dewasa ini ti­
dak ragu-ragu menempatkan segala hasil ilmu pengetahuan
modern bagi kepentingan ajara n a- jarannya. Pada tahun
1935 M, untuk pertama kalinya khutbah Jum'at disiarkan
melalui radio. Demikian pula pembacaan ayat-ayat Al-Quran.
Dua tahun kemudian, yakni pada tahun 193 7, di Mesir juga,
pengeras-pengeras suara dipergunakan untuk pembacaan
Al-Quran di sekolah-sekolah dan tempat-tempat pendidikan
modern. Sejak masa itu pula dilakukan penterjemahan Kitab
Suci Al-Quran ke dalam berbagai bahasa Eropa. Langkah­
langkah maju ini kemudian diikuti oleh kaum Muslimin
di berbagai negeri, dengan menterjemahkan Al-Quran ke d a ­
lam bahasanya masing-masing tanpa meninggalkan keharus­
an mencantumkan teks aslinya dalam bahasa Arab sebagai
sarana penguji benar tidaknya terje1nahan.
Di Turki sejak jaman Kemal Ataturk, Al-Quran dengan hu­
ruf Arab Turki telah ditinggalkan dan hurufnya diganti
dengan huruf Latin, dengan kaidah-kaidah atau patokan­
patokan cara penulisan khusus, agar tidak menyimpang dari
lafadz-lafadz yang sebenamya. Tindakan lebih jauh lagi
yang diambil Ataturk ialal1 menggantikan hukum-hukum
Islam tradisional dengan hukum modem yang intinya diambil
dari Swis. Seperti yang dilakukan oleh Mesir yang menggan­
tikan hukum-hukum Islam tradisional dengan hukum-hukum
modern yang intinya diambil dari Perancis. Bersa1naan de­
ngan itu pengaruh kebudayaan Barat banyak diterima di Tur­
ki - dan di mana-mana - seperti )(ebebasan bagi kaum wani­
ta, dengan segala konsekuensinya seperti penanggalan cadar,
belajar bersama anak-anak lelaki di sekolah, berolah raga, b e -

470
kcrja dan lain-lain sebagainya. Tidak ketinggalan pula undang­
undang perkawinan diubah. Di ·rurki, sejak diundangkan ke­
bebasan seseorang untuk n1elakukan ibadat n1enurut keyakin­
an againanya 1nasing-1nasing, praktis telah terjadi pe1nisahan
aga1na dari negara. Demikian pula halnya di Iran dan di be­
berapa negeri Arab sendiri. Tidak diragukan lagi, bahwa ke­
majuan berpikir 1nanusia modem den1ikian hebatnya bertiup
ke mana-mana dan men1asuki semua celah kehidupan. Tetapi
itu sama sekali tidak berarti akan bisa menumbangkan atau
1nenghentikan gerak laju agama Islam. Namun patut disayang­
kan akibat pengaruh kebudayaan Barat yang sedemikian
hebatnya, sejak kehidupan agama dipisahkan samasekali dari
kehidupan negara, se1nakin tipislah wama keislaman Turki.
Bahkan dalam perkembangan selanjutnya, Turki sebagai
negara se1nakin jauh dari solidaritas Muslimin sedunia. Itu
merupakan kenyataan masa kini, tetapi siapa yang dapat
menjamin bahwa di masa datang rakyat Turki yang mayoritas
Muslimin Ahlus-Sunnah tidak akan memutar kembali jaru m
sejarah mereka yang pemah jaya, seperti yang dilakukan oleh
kaum Musli1nin Syi•ah di Iran pada akhir dasawarsa ketujuh
abad ke-20 M.
Perguruan Tinggi Al-Azhar di Kairo, umpamanya, secara
terus-menerus 1nengirimkan 1nissi ke banyak negeri. Beratus­
ratus n1ahasiswa Islam dari berbagai penjuru dunia, kembali
ke negerinya masing-masing setelah 1nenamatkan pendidikan
tinggi Islam di Perguruan tersebut. Di India, kendatipun
ada reaksi-reaksi dari Hinduisme, tetapi sekolah-sekolah
Islam 1nakin hari makin bertambah banyak jumlahnya.
Kelompok-kelo1npok studi di kalangan pelajar dan mahasiswa
Islam semal<ln banyak bertebaran di India, sama halnya
dengan yang terjadi di Afrika Hitam.
Di beberapa negeri, termasuk negeri-negeri Arab, sekalipun
1nasih banyak orang yang hendak tetap bertahan pada keko­
lotannya, namun setapak demi setapak telah banyak perubah­
an dan kemajuan, tanpa mengabaikan sendi-sendi agama
Islam.

471
Negeri Yaman, sebagai negeri Arab yang paling setia ke­
pada tradisi-tradisi masa lampau, serta Arab Sa'udi yang
dahulu sangat terikat pada sumber-sumber keketatannya,
semuanya itu sekarang sudah banyak menyambut dan mene­
rima baik hasil-hasil perkembangan dan kemajuan ilmu pe­
ngetahuan modem. Demikian pula keadaannya di Afgl1anis­
tan, Pakistan dan negeri-negeri lain. Tetapi bagaimanapun
juga kemajuan yang akan dicapai oleh negeri-negeri itu se­
mu anya tidak meninggalkan atau mengabaikan Islam sebagai
agama yang men1beri kekuatan dan tenaga kepada kehidup­
an masyarakatnya masing-masing.
Barangkali tidaklah keliru kalau dikatakan, bahwa Mesir,
Syria dan Iraq, dalam hal meraih kebudayaan modern,
menempati kedudukan tengah, yaitu antara pihak yang ber­
tahan pad a kekolotan dan pihak yang terlampau jauh melon­
cat seperti Turki. Di negeri-negeri Arab terse but, Islam di­
nyatakan sebagai agama negara dan bukan sebaliknya. Tata­
kehidupan orang-seorang senantiasa mendapat jaminan hu­
kum agama, walaupun ada kalanya harus menghadapi tekan­
an dari sementara orang yang berpikir modern. Dengan per­
nyataan seperti itu, negeri-negeri tersebut tidak menutup
pintu untuk dapat menerima beberapa segi yang baik dari
tata kehidupan politik, sosial, ekonomi dan kebudayaan yang
datang dari Eropa.
Di Iran, negara yang secara resmi menempatkan Islam
Syi'ah Imamiyyah sebagai agama negara, telah sejak pennula­
an abad ke-20 M menerima beberapa pembaruan yang datang
dari Eropa, sekalipun masih terbatas di kalangan tertentu
saja dan belum merata di kalangan semua penduduk. Se­
langkah demi selangkah, sekarang Iran sedang berusaha maju
mengejar ketinggalan, tanpa harus mengorbankan sendi-sen­
di ajaran agarna yang dianut dengan setia oleh penduduk­
nya.
Beberapa negeri tersebut, sedikit atau banyak, keadaan
dan corak masyarakatnya, wama politik, sosial, ekonorni
dan kebudayaannya, dapat dijadikan alat pengukur kemaju-

472
an Islam dan kau,n Musli1nin pada jainan moderen sekarang
ini. Rasanya ada petunjuk yang tidak 1neragukan, bahwa lam­
bat-laun pada masa-1nasa yang akan datang pen1ikiran ten­
tang kehidupan aga,na Islam akan banyak diwamai oleh cara
berpikir 1nodern, kemajuan ilmu dan tekno\ogi yang terus
meningkat.
Islam sebagai aga1na akan tetap hidup di pennukaan bumi,
dengan sifat para pendukung yang berbeda sekali dengan
sifat para pendukung lsla1n pada jan1an abad-a bad pertengah­
an.

473
MUHAMMAD TOHIR

Dilahirkan tanggal 17 Agustus


1924 di Tega!, Ja�•a Tengah.
Sebelum perang ia n1emperoleh
pendidikan pada H.I.S.
tvluhan1n1adiyah, ke1nudian
pada Perguruan lslan1. Melalui
aAv.
kursus-kursus ia n1en1perdala111
pelajaran bahasa Arab. Pada
zaman Jepang sempat pula
memperoleh pendidikan Nippon
Go Gakyo.
Kemudian penyusun buku
ini n1en1perdalan1 pengetahuan agan1a dan sejarah lslan1.
Sen1entara ltu pernah pula bekerja sebagai guru di sekolah­
sekolah s,vasta; dan juga pernah bekerja sebagai pegawai pada
perusahaan-perusahaan S\vasta.
Sudah banyak tulisan-tulisan berbahasa Arab yang
diterjernahkannya ke dalam bahasa Indonesia. Di sarnping
menterjemahkan ia pun suka menyadur atau menyusun
kembali tulisan-tulisan dari bahasa Arab sehingga n1enjadi
buku berbahasa Indonesia. Buku yang telah disusunnya
antara lain Palestina yang diterbitkan oleh Aln1a'arif pada
tahun 1980.

SEJARAH ISLAJ\1 DARI A1VDALUS SAMPAI INDUS yang


disusun dengan cermat dan cukup lengkap, menguraikan
sejarah sosial-politik masyarakat Muslin1in pada abad
pertengahan. Dengan me1nbaca buku ini kita akan
111en1peroleh gan1baran terikhtisar tentang pergolakan­
pergolakan un1111at lslan1 selan1a itu yang terjadi di ka1,vasan
dari Andalus san1pai Indus.

Anda mungkin juga menyukai