Anda di halaman 1dari 49

PENGARUH DZIKIR TERHADAP KESEHATAN

JASMANI DAN ROHANI

KARYA TULIS ILMIAH


Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan tingkat Mu’allimin

Oleh
Muhamad Fauzi Miftah
NIS 131232050062170248

PROGRAM ILMU PENGETAHUAN ISLAM


PESANTREN PERSATUAN ISLAM TAROGONG
KABUPATEN GARUT
2019
Daftar Riwayat Hidup

Muhamad Fauzi Miftah

Lahir di Garut, 28 Agustus 2002. Jenjang pendidikan, Paud kenanga (2007-

2008) SDN Muara Sanding IV (2008-2014) MTS Pesantren Persatuan Islam

Tarogong PPI 76 (2014-2017) dan sekarang sedang mengenyam pendidikan di MA

Persatuan Islam Tarogong PPI 76 sebagai kelas 12.

Lahir dari perut ibu Siti Rohani yang bekerja sebagai tukang jahit dan

Bapak Beni Suhendar yang bekerja Sebagai buruh. Anak kedua dari tiga saudara,

mempunyai satu kakak laki-laki yang bernama Gisa Derima dan satu adik yang

bernama Anisa Rahma Septiani.

Tinggal bersama kedua orang tua dikampung perbatasan, antara kota dan

lembur. Asing didengar, menarik untuk berlayar. Kampung Burung Bao, Desa

Muara Sanding, Kec. Garut Kota, Kab. Garut. Lebih jelasnya Rt 03/Rw 05.

v
MOTTO

‫سبُلَنَا‬ ََ ‫َوالَّ ِذ‬


ُ َ‫ينَ ٰج َهدُوافِينَاَلَهنَ ِديَنَّ ُهم‬
"Dan orang-orang yang berjihad (bersungguh-
sungguh) untuk (mencari ridho) kami, pasti kami akan
tunjukkan kepada mereka jalan-jalan kami.
(QS. Al-Ankabut {29} : 69)

vi
Kata Pengantar

Segala puji bagi Allah, yang dengan berdzikir menyebut dan mengingat

nama, sifat, dan perbuatan-Nya, hati menjadi tenang. Shalawat serta salam semoga

tercurah limpahkan kepada Rasulullah shalallahu alaihi wasallam, juga kepada

keluarga, para sahabat, dan semua orang yang mengikutinya sampai hari kiamat.

Alhamdulillah berkat kekuasaan-Nya penulis dapat menyelesaikan karya

tulis ilmiah ini dengan judul "PENGARUH DZIKIR TERHADAP

KESEHATAN JASMANI DAN ROHANI" sebagai memenuhi salah satu syarat

kelulusan tingkat Mu'allimin.

Penulis sangat menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih banyak

kesalahan dan kekurangan. Hal itu datang dari penulis sendiri dan kebenaran dan

kelebihan dalam karya tulis ilmiah ini, maka hal itu mutlak datang dari Allah

subhanahu wa ta'ala. Penulis berharap semoga dengan segala kesalahan dan

kekurangan ini bisa menjadi pelajaran bagi kita semua umumnya, khususnya bagi

penulis sendiri agar menjadi lebih baik dimasa yang akan datang. Penulis pun

mengharapkan dan menunggu adanya kritik dan saran yang berasal dari pembaca.

Selama proses penulisan karya tulis ilmiah ini, penulis memperoleh bantuan, baik

moril maupun materil, dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis haturkan terimakasih

sebesar-besarnya kepada :

1. Mamah Ani dan Bapa Enung selaku orang tua penulis yang senantiasa

mendoakan dengan diam-diam, mendukung, memberi motivasi, dan sangat

banyak membantu dalam penulisan karya tulis ilmiah ini.

vii
2. Ust M. Iqbal Santoso selaku Mudirul'am Pesantren Persis Tarogong 76

yang telah memberikan inspirasi kepada seluruh untuk lebih giat dalam

belajar.

3. Ust Aan Adam selaku Mudir Mua'llimin yang baru naik jabatan dari

kurikulum menjadi Mudir yang memang selalu memberikan dukungan

kepada para santri.

4. Ust Dede Supriadi selaku pembimbing yang senantiasa meluangkan

waktunya untuk membimbing dalam penulisan karya tulis ilmiah ini.

5. Usth Linda Imaniar selaku biro yang memdorong para santri agar dapat

menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

6. Ust Dadang Ernawan selaku wali kelas yang senantiasa memperhatikan

para anak-anaknya dalam penulisan karya tulis ilmiah ini.

7. Asatidz dan asatidzah di Mu'allimin yang banyak memberikan saran dan

memberikan semangat dalam penulisan karya tulis ilmiah ini.

8. Perpustakaan yang senantiasa terbuka untuk penulis jungkir balik datang

kesana, khususnya Ust Labib

9. Barudak XII IAI 1 yang senantiasa kompak kemanapun angin membawa

kita, yang sudah menjadi dulur yang tidak terukur.

10. Barudak angkatan 35 RG yang pada sibuk menulis karya tulis ilmiah ini,

semoga lelah yang menjadi lillah.

Penulis tidak dapat menyebutkan secara rinci semua yang hadir dalam penulisan

karya tulis ilmiah ini. Namun, penulis sangat haturkan terimakasih sebesar-

viii
besarnya yang mungkin tanpa ada kalian penulis tidak dapat menyelesaikan karya

tulis ilmiah ini.

Garut, 5 Oktober 2019

Muhamad Fauzi Miftah

ix
DAFTAR ISI

Halaman judul ................................................................................. i

Halaman Pernyataan ....................................................................... ii

Halaman Persetujuan ...................................................................... iii

Halaman Pengesahan ....................................................................... iv

Daftar Riwayat Hidup ..................................................................... v

Motto ................................................................................................ vi

Kata Pengantar ................................................................................ vii

Daftar Isi .......................................................................................... x

BAB I PENDAHULUAN ................................................................. 1

1.1 Latar Belakang Masalah ...................................................... 1

1.2 Perumusan Masalah ............................................................. 3

1.3 Tujuan Penulisan ................................................................. 3

1.4 Metode dan Teknik Penulisan .............................................. 3

1.5 Sistematika Penulisan .......................................................... 4

BAB II LANDASAN TEORETIS ................................................... 5

2.1 Pengertian Dzikir ............................................................... 5

2.2 Macam-macam Dzikir ........................................................ 8

2.3 Lafadz-lafadz Dzikir dan Maknanya................................... 9

2.4 Keutamaan Dzikir .............................................................. 17

2.5 Pengertian Kesehatan Jasmani dan Rohani ......................... 19

BAB III PEMBAHASAN................................................................. 22

x
3.1 Peranan Dzikir Terhadap Kesehatan Jasmani ..................... 24

3.2 Peranan Dzikir Terhadap Kesehatan Rohani ....................... 27

BAB IV PENUTUP .......................................................................... 32

4.1 Simpulan............................................................................ 32

4.2 Saran.................................................................................. 33

Daftar Pustaka ................................................................................. 35

Lampiran

xi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Istilah hati dalam bahasa Arab disebut qalbun. Qalbun ini memiliki dua

arti. Pertama, qalbun adalah sepotong daging yang lembek dan lembut yang

berada di sebelah rongga kiri dada, dibagian dalamnya terdapat rongga tempat

darah mengalir dan fungsi qalbun juga untuk memompa darah keseluruhan tubuh.

Kedua, qalbun suatu rahasia yang halus (lathifah) yang bersifat rabbaniyyah dan

ruhaniyah. Qalbun ini ialah hakikat manusia yang bisa merasakan kegelisahan,

kegembiraan dan perasaan lainnya. Rasulullah mengatakan bahwasanya qalbun

adalah "penentu arah" sehat atau sakitnya seseorang.

Rasulullah bersabda,

‫د ُك هل ل ه‬
‫ه ُوذإ إ ذ‬
َ‫ذا‬ ‫س ه‬ ‫ح ُاَل ل ذ‬
‫ج ذ‬ ‫صل ه ذ‬
‫ت ُ ذ‬ ‫صل ه ذ‬
‫ح ل‬ ‫ة ُإ إ ذ‬
‫ذاَ ُ ذ‬ ‫ضغذ ة‬
‫م ل‬
‫د ُ ه‬
‫س إ‬ ‫ن ُإفيِ ُاَل ل ذ‬
‫ج ذ‬ ‫أذ ذ‬
‫ل ُوذإ إ ن‬

‫قل ل ه‬
‫ب‬ ‫يِ ُاَل ل ذ‬ ‫ه ُأ ذ ذ‬
‫ل ُوذه إ ذ‬ ‫د ُك هل ل ه‬
‫س ه‬ ‫د ُاَل ل ذ‬
‫ج ذ‬ ‫ت ُفذ ذ‬
‫س ذ‬ ‫فذ ذ‬
‫سد ذ ل‬

Artinya : “Ingatlah, bahwa di dalam jasad itu ada segumpal daging. Jika ia baik
(sehat), maka baik (sehat) pula seluruh jasad. Jika ia rusak (sakit), maka rusak
(sakit) pula seluruh jasad. Ketahuilah bahwa ia adalah hati (jantung).”(HR.
Bukhari dan Muslim)

Rasulullah dalam hadits diatas mengatakan kata tubuh dengan kalimat (

‫ )الجسد‬karena dalam al-jasad ada aliran darah dan jantung (‫ )القلب‬sebagai organ

yang mengalirkan darah keseluruh al-jasad. Dengan demikian, hadits diatas

1
2

menjelaskan bahwa hati yang sehat akan berpengaruh terhadap kesehatan jasmani

dan rohani. Sebagaimana pengertian hati (qalbun) diatas yang memiliki dua

pengertian, jasmani dan rohani (fisik dan non-fisik).

Sebuah penelitian membuktikan bahwa jiwa (hati) yang tenang dapat

meningkatkan ketahanan tubuh imunologik, mengurangi risiko terkena penyakit

jantung, dan meningkatkan harapan hidup. Sebaliknya, jiwa yang merintih,

gelisah, dan penuh kemunafikan, bukannya kedamaian yang didapat, melainkan

kegersangan. Jika kondisi seperti ini terus-menerus dibiarkan, pemilik jiwa bisa

terserang infeksi dan kanker. (Pahlevi, dkk.2008,hlm.122)

Dengan begitu, kita harus mengetahui bagaimana cara hati (qalbun) kita

sehat. Agama islam telah memberikan cara untuk mengatasi masalah ini, yaitu

dengan senantiasa tiasa berdzikir kepada Allah subhanahu wa ta'ala, sebagaimana

firman-Nya.

‫ذ‬
‫ه ُۗ ُأذل ُب إذ إك لرإ‬
‫ر ُٱلل ن إ‬
‫ن ُقههلوب هههم ُب إذ إك ل إ‬ ‫مهنواَوذت ذط ل ذ‬
‫مئ إ ل‬ ‫ن ُذءاَ ذ‬ ‫ٱل ن إ‬
‫ذي ذ‬

‫قهلو ه‬
‫ب‬ ‫ن ُٱل ل ه‬ ‫ه ُت ذط ل ذ‬
‫مئ إ ل‬ ‫ٱ لل ن إ‬

Artinya : “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram
dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati
menjadi tenteram.” ( Q.S Ar-Ra’d {13} : 28 )

Salah satu cara agar hati kita sehat adalah dengan senantiasa berdzikir

kepada Allah. Akan tetapi, dalam benak kita masih bertanya-tanya apa yang

membuat dzikir berpengaruh terhadap kesehatan. Hanya dengan mengingat Allah,


3

kita akan terhindar dari penyakit. Bagaimana proses dzikir membuat jasmani dan

rohani kita sehat.

Setelah membaca uraian diatas, maka penulis pun tertarik untuk

membahas permasalahan tersebut dengan menuangkan dalam karya tulis ilmiah

dengan berjudul “PENGARUH DZIKIR TERHADAP KESEHATAN

JASMANI DAN ROHANI

1.2 Perumusan masalah

Dalam penulisan karya ilmiah ini penulis merumuskan permasalahan yang

akan dibahas agar pembahasan sesuai dengan judul yang dituangkan, sebagai

berikut :

1. Apa pengertian dzikir ?

2. Apa pengaruh dzikir terhadap kesehatan jasmani dan rohani ?

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan karya ilmiah ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pengertian dzikir.

2. Untuk mengetahui pengaruh dzikir terhadap kesehatan jasmani dan rohani.

1.4 Metode dan Teknik Penulisan

Dalam menyusun karya ilmiah ini, penulis menggunakan metode-metode

deskriftif, yaitu penggambaran dengan kata kata secara jelas dan terperinci.

Dalam menyusun karya ilmiah ini, penulis menggunakan teknik

bibliografi atau telaah pustaka yaitu metode yang berdasarkan pengumpulan buku
4

buku yang berkenaan dengan judul atau masalah yang akan dibahas penulis dan

nantinya menjadi pegangan serta sumber.

1.5 Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan dan menguraikan dalam masalah ini, maka penulis

menggunakan sistematika penulisan sebagai berikut :

BAB I : Pendahuluan yang meliputi : Latar belakang masalah, rumusan

masalah, tujuan masalah, metode dan teknik penulisan, dan

sistematika penulisan

BAB II : Landasan Teoretis yang meliputi : Pengertian dzikir, macam

macam dzikir, lafadz-lafadz dzikir, keutamaan dzikir dan

pengertian kesehatan jasmani dan rohani

BAB III : Pembahasan yang meliputi : Pengaruh dzikir terhadap kesehatan

jasmani dan rohani

BAB IV : Penutup yang meliputi : Simpulan dan saran


BAB II
LANDASAN TEORETIS

2.1 Pengertian Dzikir

Dzikir secara bahasa berasal dari kata dzakara-yadzkuru-dzikran, yang

berarti dalam bahasa Arab lebih banyak diartikan mengingat dan menyebut. Akan

tetapi, dalam Al-Qur’an kata yang tersusun dari huruf dzal-kaf-ra ini terulang

sebanyak 115 kali dan memiliki makna yang berbeda-beda, diantaranya sebagai

berikut :

1. Sebagai nama lain Al-Qur’an

‫الذ ْكحر حوإِ اَّن لحهُ حَلحافِظُون‬


ِ ‫إِ اَّن حَنن نحازلْنا‬
‫ُْ ح‬

Artinya:“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan


sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya” (QS. Al-Hijr {15} : 9)

2. Sebagai peringatan

ِ ِ ِ ِ ‫حن ِِبلْغحي‬ ِ ِ ِ
ْ ‫ب ۖ فحبحش ْرهُ ِبح ْغفحرةٍ حوأ‬
‫حج ٍر حك ِري‬ ْ ‫ٍإِاَّنحا تُْنذ ُر حم ِن اتابح حع الذ ْكحر حو حخش حي الار ْ َٰح ح‬

Artinya:“Sesungguhnya kamu hanya memberi peringatan kepada orang-


orang yang mau mengikuti peringatan dan yang takut kepada Tuhan Yang
Maha Pemurah walaupun dia tidak melihatnya. Maka berilah mereka
kabar gembira dengan ampunan dan pahala yang mulia.” (QS. Yasin {36}
: 11)

3. Sebagai wahyu

‫اب أ ِحشر‬ ِ ِِ ِ ِ
ٌ ‫أحأُلْق حي الذ ْك ُر حعلحْيه م ْن بحْيننحا بح ْل ُه حو حك اذ‬

5
6

Artinya:“Apakah wahyu itu diturunkan kepadanya di antara kita?


Sebenarnya dia adalah seorang yang amat pendusta lagi sombong” ( QS. Al-
Qomar {54} : 25)

4. Sebagai pengajaran

ِِ
ْ ‫حوحما تح ْسأح ُُلُْم حعلحْيه م ْن أ‬
‫حجر‬ ٍ ‫َإِ ْن ُه حو إِاَّل ِذ ْكٌر لِلْ حعالح ِمني‬

Artinya:“Dan kamu sekali-kali tidak meminta upah kepada mereka (terhadap


seruanmu ini), itu tidak lain hanyalah pengajaran bagi semesta alam.” ( QS.
Yusuf {12} : 104)

5. Sholat jum’at

ِ‫ص حَل ِة ِمن ي وِم ا ْْلمع ِة فحاسعوا إِ ح ََٰل ِذ ْك ِر ا‬


‫اَّلل حوذح ُروا الْبح ْي حع ۚ َٰذحلِ ُك ْم‬ ‫ي لِل ا‬ ِ ِ ِ‫ا‬
ْ ‫ْ حْ ُُ ح ْ ح‬ ‫ين حآمنُوا إذحا نُود ح‬
‫حَي أحيُّ حها الذ ح‬

‫حخ ٌْْي لح ُك ْم إِ ْن ُكْن تُ ْم تح ْعلح ُمون‬


‫ح‬

Artinya:“Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan


shalat Jum'at, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan
tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu
mengetahui.” (QS. Al-Jumu’ah {62} : 9)

Menurut Abdul Qodir Isa, kata dzikir dalam Al-Qur’an merupakan Kata

musytarak ( memiliki makna ganda atau aneka arti ). Artinya bisa ilmu, sholat, Al-

Qur’an, peringatan, keagungan, wahyu, pengajaran dan ingat kepada Allah. Kata ini

pada umumnya dipakai untuk arti “ingat” kepada Allah. Inilah arti kata dzikir secara

hakiki. (Pahlevi, dkk.2008,hlm.7)


7

Sedangkan, menurut istilah dan kalangan jumhur ulama, dzikir itu ialah segala

proses komunikasi seorang hamba dengan sang Khaliq untuk senantiasa ingat dan

tunduk kepada-Nya dengan cara melantunkan tasbih, tahmid, tahlil, takbir,

memanjatkan do’a, membaca Al-Qur’an dan kalimat pujian yang lain kepada Allah

Subhana wa ta'ala. Baik sendiri maupun berjamaah, dengan nyaring dan keras, atau

dengan perlahan-lahan. (Sanusi,2014,hlm.24)

Berbeda dengan para ulama yang berkecimpung dalam olah bathin alias

pelaku tasawuf, dzikir memiliki dua pengertian : sempit dan luas.

Dzikir dalam arti sempit adalah dzikir yang dilakukan dengan lisan dan lidah

saja. Dzikir dengan lisan adalah menyebut-nyebut Allah atau apa yang berkaitan

dengan-Nya, seperti mengucapkan tasbih, tahmid, tahlil, takbir, hauqallah, dan lain-

lain. Bisa juga pengucapan lidah disertai dengan kehadiran hati, yakni membaca

kalimat-kalimat tersebut disertai dengan kehadiran hati tentang kebesaran Allah yang

dilukiskan oleh kandungan makna kata yang disebut-sebut itu. Dzikir dengan lisan

semata adalah peringkat dzikir terendah atau masih dalam taraf elementer.

Sedangkan dzikir dalam arti luas adalah kesadaran tentang kehadiran Allah

dimana dan kapan saja, serta kesadaran akan kebersamaan-Nya dengan makhluk;

kebersamaan-Nya dalam arti pengetahuan-Nya terhadap apa pun di alam raya ini

serta bantuan dan pembelaan-Nya terhadap hamba-hamba-Nya yang taat. Dzikir

dalam peringkat inilah yang menjadi pendorong utama melaksanakan tuntunan-Nya

dan menjauhi larangan-Nya, bahkan hidup Bersama-Nya. (Pahlevi,dkk.2008,hlm.8-9)


8

2.2 Macam-macam Dzikir

Istilah yang mengungkapkan macam-macm dzikir sangat banyak sekali.

Namun, penulis akan membahas dengan dibatasi pada model dzikir jahr dan dzikir

khafi serta dzikir af'al (perbuatan), sebagai berikut :

2.2.1 Dzikir jahr ( suara keras )

Dzikir jahr adalah dzikir yang dilakukan dengan suara keras. Dzikir ini

disebut pula dzikir lisan, yaitu dzikir dengan mengucapkan tasbih, tahmid, tahlil,

takbir dan menyebut nama Allah dan sifat-sifat-Nya. Dzikir jahr atau dzikir yang

dilakukan dengan lisan akan membimbing hati untuk senantiasa ingat kepada Allah

Subhanahu wa ta'ala

2.2.2 Dzikir khafi ( rahasia )

Dzikir khafi adalah dzikir samar atau dzikir rahasia atau juga dzikir dalam

hati. Orang yang melakukan dzikir khafi akan merasakan kehadiran Allah. Jika

hendak melakukan tindakan, dia yakin dalam hatinya bahwasanya Allah selalu

bersamanya. Dzikir khafi pula sering disebut dzikir ihsan, karena orang yang

melakukan dzikir ini hatinya sadar dan merasa selalu dilihat dan diawasi oleh Allah

subhanahu wa ta'ala. Jika sudah mencapai tahapan semacam ini, akan timbul akibat

yang besar bagi kita. Hati kita akan selalu bersih, perbuatan kita akan menjadi ibadah,

dan kita akan memperoleh nilai tambah dalam hidup, yaitu mendapatkan ridho Allah

subhanahu wa ta'ala.
9

2.2.3 Dzikir af'al (perbuatan)

Dzikir af'al adalah pengamalan dari dzikir jahr dan dzikir khafi. Dia lebih

bersifat aktif dan sosial, yaitu aktif dalam amalan kehidupan sehari-hari, seperti

menyantuni anak yatim atau orang miskin, menginfakkan harta untuk kepentingan

sosial, membatu dana atau modal perbaikan jalan umum, perbaikan tempat ibadah,

dan apa saja yang berguna bagi agama serta bangsa dan negara.

Manfaat dzikir ini pun terlihat dari dzikir yang sebelumnya, jika dzikir jahr

dan dzikir khafi lebih bersifat individual, maka dzikir af'al lebih bersifat sosial.

2.3 Lafadz-lafadz Dzikir dan Maknanya

Bentuk-bentuk dzikir yang dimaksud adalah dzikir dalam pengertian sempit,

yaitu kalimat-kalimat singkat yang dianjurkan oleh Rasulullah agar senantiasa

membasahi lisan kita, seperti subhanallah, Alhamdulillah, la ilaaha illa Allah,

Allahuakbar, astagfirullah al-azhim, hasbiyallah wa ni'mal wakil, la haula wa la

quwwata illa billah, dan sholawat. Berikut penulis memaparkan bentuk-bentuk dzikir

tersebut disertai maknanya.

2.3.1 Tasbih

‫بحا حن هللا‬
‫ُس ح‬

“Maha suci Allah”


10

Tasbih berarti menyucikan. Maksudnya menyucikan Allah dari segala

kekurangan dan mensifati-Nya dengan segala kesempurnaan yang sesuai dengan

Dzat-Nya. Dengan mengucapkan subhanallah, kita mengakui bahwa Allah maha suci

dari segala sesuatu yang buruk dan mengakui tidak ada sifat, perbuatan atau

ketetapan-Nya yang tidak adil, baik terhadap makhluk lain maupun kita sebagai

manusia yang mengucapkannya. (Pahlevi, dkk.2008,hlm.61)

Dengan begitu, mengucapakan subhanallah berarti kita telah menyucikan,

membersihkan, dan menjauhkan Allah subhanahu wa ta'ala dari hal-hal yang buruk.

Hal ini bukan berarti Allah dekat dengan hal-hal yang buruk. Akan tetapi, Allah

sempurna dan amat jauh dari hal-hal yang buruk.

Maksud mensucikan adalah membersihkan pikiran kita dari berprasangka

buruk yang membuat kita beranggapan Allah tidak menolong hambanya atau jauh

dengan hambanya. Hal ini adalah contoh orang yang didalam jiwanya terganggu, dia

tidak pernah menyucikan Allah subhanahu wa ta'ala.

2.3.2 Tahmid

‫مد ََِّٰلل‬
ُ ‫احَلح‬

“Segala puji hanya milik Allah”


11

Pada dasarnya tahmid adalah mengembalikan seluruh pujian kepada Allah

subhanahu wa ta'ala. Pujian apapun yang terucap dan menggambarkan alam ini,

semuanya hanyalah milik Allah subhanahu wa ta'ala. (Sanusi,2014,hlm.107)

Didalam Kalimat tahmid, kita diajarkan untuk senantiasa memuji Allah. Sebagai

bentuk rasa syukur kita terhadap segala nikmat dan berkah yang telah kita dapatkan

selama hidup. Sebab, syukur itu sendiri adalah pengakuan terhadap anugrah Allah

dan penampakannya dalam kenyataan. Syukur yang dilakukan dengan hati akan

melahirkan syukur dengan lisan lewat pengucapan kalimat tahmid atau

Alhamdulillah, setelah itu akan melahirkan pula syukur dengan anggota badan lewat

perbuatan yang menggambarkan rasa syukur kita kepada Allah subhanahu wa ta'ala.

Oleh sebab itu, tidak akan ada kesombongan yang menghampiri kita dan

tidak akan pernah ada prasangka buruk terhadap Allah. Karena, kita akan menyadari

bahwa semuanya itu hanyalah milik Allah subhanahu wa ta'ala. Jika kesadaran ini

telah ada, maka ketika cobaan atau pun musibah datang menimpa kita, kita akan tetap

berprasangka baik dan bersyukur kepada Allah dengan mengucapkan Alhamdulillah.

2.3.3 Tahlil

‫حَّلاِلحهح اِاَّل هللا‬

“Tiada tuhan selain Allah”


12

Kalimat tahlil ialah kalimat tauhid. Kalimat ini terdiri atas dua bagian, yaitu

an-nafyu (peniadaan) dan al-itsbaat (penetapan) yang merupakan hakikat dari kalimat

tahlil atau laa ilaaha illa Allah.

An-nafyu adalah meniadakan segala sesuatu yang disembah selain Allah. Baik

itu malaikat, nabi, Rasul, orang shalih, batu, pohon, orang yang sudah wafat, dan

makhluk-makhluk Allah yang lainnya. Sedangkan, al-istbaat adalah kita menetapkan

bahwasanya hanyalah Allah satu-satunya yang berhak disembah sebenar-benarnya

sesembahan. Kita serahkan segala aktivitas ibadah kita hanyalah kepada Allah

subhanahu wa ta'ala dan tidak menyekutukan-Nya dengan apapun walaupun sedikit.

(Sanusi,2014,hlm.119)

Kalimat tauhid ini bisa juga berfungsi untuk memperbaharui iman kita. Sebab

iman itu bisa usang dan ruksak sebagaimana baju yang kita pakai. Satu-satunya cara

untuk memperbaharui iman kita adalah dengan mengucapkan laa ilaaha illa Allah.

Hanyalah berdzikir kepada Allah iman kita menjadi baru kembali. (Pahlevi,

dkk.2008,hlm.74)

2.3.4 Takbir

‫كب‬
‫هللاُ اح ح‬

"Allah Maha besar"


13

Takbir adalah mengagungkan Allah dengan berbagai bentuk, seperti dengan

bentuk ucapan, perbuatan, dan sikap bathin. Takbir dengan ucapan adalah

mengucapkan Allahuakbar. Takbir dengan sikap bathin adalah meyakini bahwa dia

Maha Esa, kepada-Nya tunduk segala makhluk, dan kepada-Nya kembali keputusan

segala sesuatu. Sedangkan takbir dengan perbuatan adalah perwujudan makna-makna

yang dikandung takbir dengan sikap bathin tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

(Pahlevi, dkk.2008,hlm.77)

Ketika kita mengucapkan takbir, maka pada hakikatnya kita harus

menyesuaikan sikap lahir kita dengan makna yang kita ucapakan. Dengan begitu,

setiap langkah kita berada dalam kerangka makna kalimat tersebut. ini pada

gilirannya akan melahirkan rasa memiliki serta kesediaan mempertahankan hakikat

yang diucapkan, disamping tertanam kesadaran akan kecil dan remehnya segala

sesuatu selain-Nya, betapa pun kita dinamai besar, dan pada saat itu kita akan mampu

menghadapi segala sesuatu yang menjadi tantangan bagi kita karena kita telah

menggantungkan jiwa dan raga kita kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Maka kita

tidak akan mencari pertolongan kepada siapapun kecuali hanyalah kepada Allah. Dan

akan menjalankan segala perintah-Nya serta menjauhi larangan-Nya. Hal ini terjadi

akibat ada rasa takut dan butuh ataupun kagum kepada-Nya.

2.3.5 Istighfar

‫الع ِظيم‬ ِ
‫ِأَ ْستح ْغف ُرهللاح ح‬
14

“Aku memohon ampunan Allah yang maha agung”

Istighfar kata turunan dari ghafara, yang arti asalnya menutupi. Istighfar

berarti memohon ampun kepada Allah yang Maha pengampun. Dia lah yang satu-

satunya bisa mengampuni, karena Dia memiliki sifat ghafir, ghaffar, dan ghafur,

yang menjadi nama dalam asmaul husna. Semua sifat tersebut milik Allah subhanahu

wa ta'ala, yang terambil dari kata ghafara yang berarti mengampuni.

(Sanusi,2014,hlm.120)

Maka, setiap kali kita mengucapkan astagfirullahal 'azhim, berarti kita

meminta ampun kepada Allah yang Maha pengampun, mohon dimaafkan setiap

kesalahan kita, ditutupi aib-aib kita, seperti arti kata dasar ghafara.

Semakin sering kita meminta ampun kepada Allah dengan mengucapkan

astagfirullahal 'azhim maka semakin bersih diri kita dari dosa, kesalahan dan

semakin ditutupnya aib-aib kita oleh Allah subhanahu wa ta'ala. Oleh karena itu,

Allah sangat menyukai hamba-hamba-Nya yang terus beristighfar. Karena tidak

satupun manusia dimuka bumi ini yang lepas dari dosa dan kesalahan, maka istghfar

adalah kebutuhan kita bahkan kewajiban agar kita diampuni dari dosa dan kesalahan

serta ditutupi aib kita oleh Allah subhanahu wa ta'ala.

2.3.6 Hauqallah

‫ول حوحَّل قُ اوحة إِاَّل ِبِهلل‬


‫حَّل حح ح‬
15

"Tiada daya dan tiada kemampuan kecuali dengan (bantuan) Allah"

Kalimat hauqallah ini meniadakan dua hal. Pertama, meniadakan haul atau

daya untuk mendatang sesuatu atau kemaslahatan dan hal-hal yang baik. Kedua,

meniadakan quwwah atau kemampuan untuk menghalangi atau menghilangkan hal-

hal yang tidak berkenan dalam hati. Dua hal tersebut ditiadakan atau dinafikan karena

bersumber dari Allah. Dengan begitu, kalimat ini adalah bentuk pengakuan atas

lemahnya manusia. Manusia sama sekali tidak mempunyai kemampuan dan kekuatan

kecuali atas anugerah dari Allah subhanahu wa ta'ala. (Pahlevi, dkk.2008,hlm.84)

Maka, manusia itu akan mempunyai sifat rendah diri dan tidak sombong,

karena semuanya itu atas kekuatan dari Allah dan akan dikembalikan pula kepada

Allah. Bukan berarti manusia itu harus menunggu ketetepan dari Allah. Akan tetapi,

setelah kita berusaha semaksimal mungkin, barulah kita serahkan kepada Allah,

bertawakal.

Mungkin, banyak dari kita tidak mengetahui bahwasanya kalimat hauqallah

ini adalah obat dari 99 macam penyakit dan obat untuk penyakit yang paling ringan

adalah penyakit kegelisahan. Rasulullah bersabda :

"Laa haula wa la quwwata illa billah adalah obat dari 99 penyakit. Yang teringan

adalah penyakit kegelisahan" (HR. Ibnu Abi ad-Dunya)

2.3.7 Ihtisab
16

‫الوكِيل‬
‫عم ح‬
ِ
‫ححسبُنحا هللا حو ن ح‬

"Cukuplah Allah sebagai penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik pelindung"

Kalimat dzikir ini sering disebut dengan ihtisab. Maksudnya adalah hanya

Allah penjamin segala kebutuhan kita, dan Dia-lah sebaik-baiknya penolong dan

sebaik-baik penjamin urusan kita. (Pahlevi, dkk.2008,hlm.89)

Ketika kita didzolimi oleh orang lain, hendaklah mengucapkan kalimat ihtisab

ini. Seperti Nabi Ibrahim yang dilemparkan ke dalam kobaran api, beliau ketika itu

mengucapkan kalimat ihtisab ini maka dengan seketika pula api itu menjadi dingin.

Dengan demikian, ketika kita mengucapkan kalimat ini akan terhindar dari

segala sesuatu yang menimpa kita dan akan merasakan bahwa Allah dekat dengan

kita. Allah satu-satunya yang akan menolong kita dimana kita sedang tertimpa

sesuatu yang tidak berkenan dalam hati. Hati kita pun akan senantiasa berprasangka

baik kepada-Nya.

2.3.8 Sholawat

‫حي ٌد حَِمي ٌد اللا ُه ام‬


ِ‫اك ح‬ ِ ِ ‫آل ُُم ام ٍد حكما صلايت علحى إِب ر ِاهيم وعلحى‬ ٍ
‫آل إِبْ حراه حيم إِن ح‬ ‫ص ِل حعلحى ُُمح امد حو حعلحى ِ ح ح ح ْ ح ح ْ ح ح ح ح‬
‫اللا ُه ام ح‬

‫حي ٌد حَِميد‬
ِ‫اك ح‬ ِ ِ ‫آل ُُم ام ٍد حكما ِبرْكت علحى إِب ر ِاهيم وعلحى‬ ٍ
‫آل إِبْ حراه حيم إِن ح‬ ‫ٌ حِب ِرْك حعلحى ُُمح امد حو حعلحى ِ ح ح ح ح ح ح ْ ح ح ح ح‬

“Ya, Allah. Berilah (yakni, tambahkanlah) shalawat (sanjungan) kepada


Muhammad dan kepada keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau telah memberi
17

shalawat kepada Ibrahim dan kepada keluarga Ibrahim, sesungguhnya Engkau Maha
Terpuji (lagi) Maha Mulia. Ya, Allah. Berilah berkah (tambahan kebaikan) kepada
Muhammad dan kepada keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau telah memberi
berkah kepada Ibrahim dan kepada keluarga Ibrahim, sesungguhnya Engkau Maha
Terpuji (lagi) Maha Mulia.”

Sholawat kepada Nabi Muhammad adalah untuk mengingat-ingat

keistimewaan dan jasa beliau. Kalau bukan karena jasa dari beliau, kita tidak akan

pernah sama sekali merasakan manisnya nikmat iman dan Islam.

Allah dan para malaikat pun bershalawat kepada Nabi. Akan tetapi,

pengertian shalawat Allah dan malaikat tentu saja berbeda dengan sholawat orang-

orang yang beriman. Shalawat dari Allah artinya limpahan Rahmat, anugerah dan

keridhaan. Shalawat dari para malaikat artinya permohonan ampunan dan doa.

Sedangkan, shalawat dari orang-orang yang beriman artinya penghormatan dan doa

agar Allah menambah kemuliaan dan kehormatan bagi Nabi Muhammad shalallahu

alaihi wasallam.

2.4 Keutamaan Dzikir

Banyak sekali keutamaan berdzikir baik orang yang berdzikir maupun dzikir

itu sendiri. Disini penulis hanya akan memaparkan beberapa keutamaan orang yang

berdzikir maupun dzikir itu sendiri. Sebagai berikut :

1. Orang yang berdzikir akan kuat hati dan badannya, merasakan manisnya iman

dan keceriaan serta mendatangkan cinta Allah yang Maha pengasih.


18

2. Membuahkan mahabbah (kecintaan kepada Allah) karena dzikir merupakan

pintu mahabbah, syiarnya yang paling agung dan jalannya yang paling luhur.

3. Membuahkan kedekatan dengan Allah. Karena ukuran dekatnya seorang

hamba dengan Allah dilihat dari ukuran dzikirnya. Sebaliknya, ukuran

jauhnya seorang hamba dengan Allah dilihat dari kelalaiannya.

4. Menghapus kesalahan-kesalahan. Karena dzikir merupakan kebaikan

teragung. Kebaikan-kebaikan itu akan menghapuskan kesalahan-kesalahan.

5. Mendatangkan anugerah Allah bagi orang yang berdzikir dengan anugerah

yang paling utama dari apa yang diminta para orang-orang yang berdoa.

6. Membuahkan keselamatan dari sikap lalai yang merupakan penyebab

sengsaranya seorang hamba didunia maupun akhirat.

7. Memberikan keberuntungan bagi ahli dzikir karena para malaikat akan

memohon ampunan baginya sebagaimana memohon ampunan bagi orang-

orang yang bertaubat.

8. Menumbuhkan perasaan adanya pengawasan Allah pada diri orang yang

melakukannya hingga mengantarkannya pada pintu ihsan.

9. Allah memberikan hikmah atau kebijaksanaan kepada orang yang senantiasa

berdzikir dalam memutuskan suatu perkara.

10. Dzikir adalah obat dari matinya hati, sengsaranya hati, berkaratnya hati dan

perkara yang menyatukan hati.


19

2.5 Pengertian Kesehatan Jasmani dan Rohani

Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang

memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Pengertian

serupa dirumuskan oleh World Health Organization (WHO) tahun 1948 yang

menyatakan bahwa kesehatan adalah sebagai "suatu keadaan fisik, mental, dan sosial

kesejahteraan dan bukan hanya ketiadaan penyakit atau kelemahan."

Pada tahun 1986, WHO, dalam piagam Ottawa untuk promosi kesehatan,

mengatakan bahwa pengertian kesehatan adalah "sumber daya bagi kehidupan sehari-

hari, bukan tujuan hidup kesehatan adalah konsep positif menekankan sumber daya

sosial dan pribadi, serta kemampuan fisik.

Menurut UU No. 23 tahun 1992 "kesehatan adalah keadaan sejahtera dari

badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara

sosial dan ekonomis.

Dari definisi diatas jelas terlihat bahwa kesehatan bukanlah semata-mata

keadaan bebas dari penyakit, cacat atau kelemahan. Maka dapat disimpulkan bahwa

hidup sehat atau kesehatan itu sehat dari jasmani, sosial dan rohani.

Kesehatan berdasarkan sifatnya terbagi dua, kesehatan jasmani dan kesehatan

rohani, sebagai berikut :


20

2.5.1 Kesehatan jasmani

Kesehatan jasmani adalah kesehatan fisik manusia atau makhluk hidup yang

Koordinasi organ-organ tubuhnya dalam keadaan stabil dan normal.

Orang yang tidak terserang penyakit atau terjadi kelainan pada tubuhnya

berdasarkan pemeriksaan fisik, laboratories, dan radiologis. (Pahlevi,dkk.2008.hlm

115)

Jadi, kesehatan jasmani itu adalah keadaan fisik yang sehat total, koordinasi

organ-organ tubuh yang baik, serta mempunyai kemampuan untuk melakukan

kegiatan sehari-hari, baik kegiatan yang menguras tenaga atau berat maupun kegiatan

yang ringan.

2.5.2 Kesehatan rohani

Kesehatan Rohani merupakan kesehatan jiwa manusia atau makhluk hidup

yang memiliki akal dan pikiran, apabila seorang tersebut memiliki koordinasi pikiran

dan hati yang tenang sekaligus nyaman pada saat itu.

Sedangkan kesehatan rohani menurut Zakiyah Darajat adalah terwujudnya

kesesuaian yang sungguh-sungguh antara fungsi-fungsi kejiwaan serta terciptanya

penyesuaian diri antara manusia dan dirinya sendiri, juga lingkungannya,

berlandaskan keimanan dan ketaqwaan serta bertujuan untuk mencapai hidup yang

bermakna dan bahagia dunia dan akhirat. (Pahlevi, dkk.2008 : 115)


21

Maka dengan itu, dapat dipahami bahwa orang yang sehat mentalnya adalah

terwujudnya keharmonisan dalam fungsi jiwa serta tercapainya kemampuan untuk

mengahadapi permasalahan sehari-hari, sehingga merasakan kebahagiaan dan

kepuasan dalam dirinya. Seseorang dikatakan memiliki mental yang sehat, apabila dia

terhindar dari gejala penyakit jiwa dan memanfaatkan potensi yang dimilikinya untuk

menyelaraskan fungsi jiwa dalam dirinya.


BAB III
PEMBAHASAN

Islam adalah agama yang sempurna, agama yang universal. Tidak ada

sesuatu pun di muka bumi ini yang tidak diatur oleh Islam melainkan Islam telah

mengatur secara rinci segala sesuatunya. Dari yang sesuatu yang kecil sampai

yang terbesar. Salah satunya ialah kesehatan, baik kesehatan jasmani maupun

rohani. Di dalam Islam kesehatan itu sangat dijunjung tinggi, sebab tubuh yang

sehat akan mempermudah untuk beribadah. Sebaliknya, tubuh kita sakit akan

mempersulit untuk beribadah.

Sudah tidak asing lagi ditelinga kita bahwa menjaga atau mencegah

kesehatan itu lebih baik daripada pengobatan atau penyembuhan. Sesuai prinsip

agama ‫ ِال ِو قَايَةُ َخ ٌري ِم َن العِالَج‬yang artinya "pencegahan lebih baik dari pada

pengobatan". Kebiasaan manusia adalah tidak memerhatikan dirinya sendiri

ketika jasmani dan rohaninya dalam keadaan baik-baik saja atau dengan kata lain

sehat jasmani dan rohani. Mereka lupa, bahwasanya penyakit itu bisa datang

kapan saja. Apalagi dirinya tidak dijaga atau tidak diperhatikan dengan

melakukan pencegahan agar penyakit itu tidak menghampiri dirinya.

Salah satu cara untuk menjaga atau mencegah jasmani dan rohani kita

adalah dengan senantiasa berdzikir kepada Allah. Dzikir yang senantiasa

diucapkan atau dilakukan, dengan kata lain dzikir yang banyak.

‫اَّللَ ِذ ْكًرا َكثِ ًريا‬


َّ ‫ين َآمنُوا اذْ ُك ُروا‬ ِ َّ
َ ‫ََي أَيُّ َها الذ‬

22
23

Artinya :"wahai orang-orang yang beriman! Ingatlah kepada Allah, dengan


mengingat (nama-Nya) sebanyak-banyaknya." (QS Al-Ahzab {33} :41)

Imam Mujahid mengatakan, "seseorang belum dapat dikategorikan sebagai

banyak mengingat Allah hingga dia mengingat Allah dalam keadaan berdiri,

duduk, dan berbaring."

..…‫ودا َو َعلَ ٰى ُجنُوِبِِ ْم‬ ِ َّ ‫الَّ ِذين ي ْذ ُكرو َن‬


ً ‫اَّللَ قيَ ًاما َوقُ ُع‬ ُ ََ

Artinya :"(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah dalam keadaan berdiri,


duduk, atau dalam keadaan berbaring……." (QS Ali 'Imran {3} : 191)

Ibnu shalah ditanya tentang batasan yang dengannya seseorang termasuk

golongan orang yang banyak mengingat Allah. Dia pu berkata : "jika secara rutin

dia mengamalkan dzikir-dzikir utama yang telah ditetapkan (dalam syariat) pagi

dan petang serta pada waktu-waktu dan keadaan-keadaan yang berbeda siang dan

malam, maka dia termasuk orang yang banyak mengingat Allah."

Apabila kita hanya mengamalkan hanya sedikit, maka tidak ada

manfaatnya tidak ada pengaruhnya bagi kesehatan jasmani dan rohani kita.

Sebagaimana Allah mengecam orang-orang munafik dimana mereka tidak

mengingat Allah kecuali hanya sedikit.

ٰ َ ‫الص َالةِ قَ ُاموا ُك َس‬


َّ ‫اَّللَ َو ُه َو َخ ِادعُ ُه ْم َوإِذَا قَ ُاموا إِ ََل‬
َّ ‫ني ُُيَ ِادعُو َن‬ ِِ
‫َّاس َوََل‬
َ ‫اَل يَُراءُو َن الن‬ َ ‫إِ َّن الْ ُمنَافق‬

‫اَّللَ إََِّل قَلِ ًيال‬


َّ ‫يَ ْذ ُك ُرو َن‬
24

Artinya :"sesungguhnya orang-orang munafik itu hendak menipu Allah, tetapi


Allah-lah yang menipu mereka. Apabila mereka berdiri untuk shalat mereka
lakukan dengan malas. Mereka bermaksud riya' (ingin dipuji) dihadapan
manusia. Dan mereka tidak mengingat Allah kecuali hanya sedikit sekali." (QS
An-Nisa {4} : 142)

Rasulullah sebagai suri tauladan bagi kita sangatlah perhatian terhadap

dzikir dan memperbanyaknya. Dari Ummul Mukminin Aisyah Radhiallahu Anha,

bahwa dia berkata :"Rasulullah shalallahu alaihi wassallam mengingat Allah

pada setiap saat." (HR. Muslim)

Karena seluruh amal itu disyariatkan tidak lain hanya untuk mengingat

Allah, seperti sholat, puasa, membaca Al-Qur'an dan amal sholih lainnya

disyariatkan hanya untuk dzikir kepada Allah dan menjadi bagian daripada dzikir

itu sendiri.

Dengan demikian, dzikir yang berpengaruh terhadap kesehatan jasmani

dan rohani adalah dzikir yang berdasarkan pengertian diatas. Berikut penulis akan

membahas pengaruh dzikir terhadap kesehatan jasmani dan rohani

3.1 Pengaruh Dzikir Terhadap Kesehatan Jasmani

Tuntunan Islam terhadap kesehatan jasmani sangatlah banyak sekali,

sebagaimana dalil berikut.

ِ ِ
َ َ‫ا َّن ِِلَ َسد َك َعل‬
‫يك َحقَّا‬

Artinya: "sesungguhnya badanmu mempunyai hak atas dirimu".(HR.Bukhari)


25

Hadits tersebut mengandung teguran. Hal ini disampaikan oleh Rasulullah

saat beberapa orang sahabatnya melampaui batas dalam beribadah dan

menghiraukan kesehatan jasmani mereka. Namun, hal ini bertentangan dengan

ungkapan "ketika rohani kita sehat maka jasmani kita akan sehat pula" bukan kah

ibadah itu untuk membuat jiwa kita sehat ? Maksudnya, kesehatan jasmani itu

dipengaruhi oleh kesehatan rohani. Begitupun sebaliknya, kesehatan rohani

dipengaruhi oleh kesehatan jasmani kita. Keduanya saling berkaitan. Ketika

jasmani kita sehat, maka akan kita bisa untuk melaksanakan beribadah dan

beribadah ialah untuk menjadikan rohani kita sehat. Rohani kita sehat maka

jasmani kita pula akan sehat, dengan jasmani yang sehat kita akan menjadikan

pula rohani sehat.

Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam dalam kesehariannya

sangatlah memerhatikan kesehatan sehingga beliau rentan dari sakit dan dirinya

selalu prima. Salahsatunya beliau senantiasa dzikir kepada Allah dan

memperbanyaknya, karena dzikir kepada Allah akan menumbuhkan energi yang

sangat luar biasa. Sebab, dengan dzikir, hati menjadi tenang dan tentram. Dalam

dunia kedokteran ada satu teori yang mengatakan psiko-neuro-endokrin-

imonologi. Artinya, hati atau jiwa yang tenang, sabar, pemaaf, dan sifat positif

lainnya akan mempengaruhi kelenjar. Kelenjar akan mengeluarkan hormon yang

merupakan hormon sehat. Karenanya, tubuh menjadi kebal dari segala penyakit.

(Pahlevi, dkk.2008,hlm.133)

Sama halnya dengan yang dikatakan oleh dr. Dadang Hawari dzikir

mempunyai unsur terapi psikoreligius, memberikan harapan dan percaya diri serta
26

kepasrahan kepada Allah. Unsur psikoreligius ini dalam kaitannya dengan cabang

ilmu "psiko-neuro-endokrinologi" memperkuat serta mengembalikan imunitas

atau kekebalan tubuh. Kekuatan spiritual ini (dzikir), melalui sistem saraf yang

diteruskan ke kelenjar hormon, memulihkan keseimbangan hormonal, imunitas

tubuh pulih sehingga pertumbuhan sel-sel radikal (kanker) terhambat, terhenti

bahkan bisa hilang kembali menjadi sel yang normal. (Dadang,1997,hlm.52)

Menurut ilmu medis, dalam otak manusia terdapat zat kimiawi yang secara

otomatis keluar ketika seseorang berdzikir. Zat itu bernama endhorpin. Zat ini

mempunyai fungsi menenangkan otak, sebagaimana morfin yang bisa

menenangkan otak. Bedanya, morfin berasal dari luar tubuh, sementara endhorpin

berasal dari dalam tubuh. (Pahlevi, dkk.2008,hlm.47)

Dalam ibadah sholat yang disyariatkan untuk berdzikir kepada Allah

banyak sekali pengaruh terhadap kesehatan jasmani salah satunya ialah untuk

mengistirahatkan berbagai jaringan dan sistem metabolisme tubuh dari kelelahan

dan kepenatan, sekaligus menjaga kestabilan fungsi tubuh, serta menjadi media

istirahat yang paling tepat untuk menjaga kesehatan. (Jamal,2015,hlm.182)

Dan puasa juga memberikan pengaruh terhadap kesehatan jasmani.

Dengan berpuasa tubuh kita akan sehat pula. Menurut Benyamin, seorang

profesor di Universitas Moskow, mengatakan," seandainya kita perhatikan secara

seksama sistem metabolisme tubuh manusia, kita akan mendapati bahwa pada

waktu-waktu tertentu, tubuh akan menolak makanan. Seakan-akan tubuh itu

mewajibkan puasa atas dirinya sendiri pada waktu tertentu sehingga terwujud
27

keseimbangan dalam semua sistem metabolisme tubuh yang dapat menahan

serangan dari luar." ( Jamal,2015,hlm.288)

Maksudnya, dengan berpuasa tubuh kita akan seimbang dengan yang apa

yang tadi disebutkan, akan ada saatnya tubuh kita tidak menerima makanan. Apa

yang terjadi saat tubuh kita menolak makanan tapi kita terus memberi makanan ?

Hal itu seseutu yang salah yang akan menjadikan metabolisme tubuh kita tidak

seimbang dengan kata lain sakit.

Kesimpulannya, dengan dzikir tubuh kita akan seimbang, kebal, tenang

dan tubuh tidak lelah. Dzikir sangat berpengaruh terhadap kesehatan jasmani kita.

Dengan dzikir kita akan terhindar dari berbagai penyakit, seperti darah tinggi,

jantung, rasa nyeri, kanker, dan banyak sekali penyakit yang sembuh ataupun

terjaga (tercegah) . Dzikir kepada Allah sangat berpengaruh terhadap kesehatan

jasmani.

3.2 Pengaruh Dzikir Terhadap Kesehatan Rohani

Setelah kita membahas pengaruh dzikir terhadap kesehatan jasmani.

Sekarang, kita akan membahas pengaruh dzikir terhadap kesehatan rohani.

Tuntunan Islam untuk menjaga kesehatan sangatlah lengkap, salah satunya

kesehatan rohani. Kesehatan rohani itu titik intinya dihati (qolbun), karena rohani

itu bersifat non-fisik. Dalam hal ini, Islam sangatlah menuntun agar kita

mempunyai hati (qalbun) yang sehat . Telah disebutkan pada bab sebelumnya,

bahwasanya hati (qalbun) adalah alat untuk penentukan arah, sehat atau sakitnya
28

seseorang. Hati ini pula sebagai inti dari tubuh kita. Sesuai sabda Rasulullah

shalallahu alaihi wassalam :

‫ أََلَ َوِه َى‬. ُ‫ت فَ َس َد ا ِْلَ َس ُد ُكلُّه‬


ْ ‫ َوإِذَا فَ َس َد‬، ُ‫صلُ َح ا ِْلَ َس ُد ُكلُّه‬
َ ‫ت‬ ْ ‫أََلَ َوإِ َّن ِِف ا ِْلَ َس ِد ُم‬
َ ‫ضغَةً إِذَا‬
ْ ‫صلُ َح‬

‫ُالْ َقلْب‬

Artinya: “Ingatlah bahwa di dalam jasad itu ada segumpal daging. Jika ia baik,
maka baik pula seluruh jasad. Jika ia rusak, maka rusak pula seluruh jasad.
Ketahuilah bahwa ia adalah hati (jantung)” (HR. Bukhari dan Muslim)

Penyakit hati itu sangat beragam, diantaranya; kufur, munafik, sombong,

iri, khawatir, sedih, gelisah, galau, merana, dan lainnya. Salah satu cara agar

penyakit hati itu terobati adalah dengan senantiasa berdzikir kepada Allah atau

memperbanyak mengingat Allah. Karena dzikir sangatlah berpengaruh terhadap

kesehatan rohani.

Dengan berdzikir kepada Allah, pengertian dzikir yang sebelumnya.

Seperti, dzikir pagi dan sore, sesudah sholat fardhu dan amal sholih lainnya.

Dengan memperbanyak berdzikir yang sesuai dengan syariat, maka hati kita akan

bahagia tidak diliputi rasa khawatir, tidak berduka melainkan akan suka.

‫اَّللَ َكثِ ًريا لَ َعلَّ ُك ْم تُ ْفلِ ُحو َن‬


َّ ‫واذْ ُك ُروا‬.…
َ
Artinya :".....Dan berdzikirlah kalian kepada Allah sebanyak-banyaknya, agar
kalian beruntung (bahagia)" (QS Al-Jumuah {62} : 10)

Berdasarkan ayat diatas, Allah memerintahkan kita agar selalu berdzikir

sebanyak-banyaknya dan jangan sampai ketika kehidupan kita didunia


29

melemahkan untuk mengingat akhirat. Berdzikirlah dari mana kamu berada dan

kapan saja dengan lisan serta menghadirkan hati agar kamu bahagia dan jauh dari

sifat buruk.

Seseorang yang senantiasa berdzikir akan diliputi kebahagiaan, hatinya

akan baik (sehat). Semua penyakit hati akan sembuh dengan berdzikir kepada

Allah. Orang yang berdzikir akan senantiasa dekat dengan Allah, dan Allah pun

akan senantiasa bersamanya. Dzikir sangat berperan terhadap kesehatan rohani

yang dapat menyembuhkan penyakit-penyakitnya. Kesehatan rohani sangat

berperan terhadap kesehatan jasmani.

Allah subhanahu wa ta'ala berfirman mengenai penyakit hati, dalam Al-

Qur'an dikatakan penyakit hati itu dengan kalimat fii quluubihim maradhu.

ِ ‫اَّلل مرضا وََلم ع َذاب أَلِيم ِِبا َكانُوا يك‬ ِِ


‫ْذبُون‬ َ ٌ ‫ِِف قُلُوِب ْم َمَر‬
َ ٌ ٌ َ ُْ َ ً َ َ َُّ ‫ض فَ َز َاد ُه ُم‬

Artinya :"dalam hati mereka ada penyakit, lalu Allah menambah penyakit itu, dan
mereka mendapat adzab yang pedih, karena mereka berdusta." (QS Al-Baqarah
{2} : 10)

Hati yang sakit menurut ayat diatas adalah orang-orang munafik yang

dalam hatinya ada penyakit, seperti membenci Nabi dan iri hati yang

menyebabkan ketidakseimbangan jiwa atau merusaknya kesehatan rohani. Orang

munafik itu mereka mengingat Allah tidak hanya sedikit. Berbeda dengan orang

beriman, mereka senantiasa berdzikir kepada Allah subhanahu wa ta'ala.

Makanya, orang munafik itu atau sifat munafik itu adalah salah satu penyakit hati,
30

yang mana penyakit yang dapat berkembanga menjadi iri, dendam, dan sifat

buruk lainnya melekat pada diri orang munafik.

Orang beriman dalam kesehariannya senantiasa berdzikir kepada Allah.

Oleh sebab itu, mereka jauh dari kemunafikan dan sifat buruk lainnya. Hati

mereka selalu cenderung kepada Allah dan merasa tentram ketika mengingat-Nya.

Apabila keraguan akan wujud-Nya menghampiri mereka, maka tampaklah tanda-

tanda kekuasaan Allah dan mereka ridho Allah sebagai pelindung dan penolong.

hasbunallah wa ni'mal wakil. Hati mereka pula me jadi tenang dan hilanglah

kegelisahan kerena takut kepada-Nya dan Dia melimpahkan cahaya iman ke

dalam hati mereka yang melenyapkan kegelisahan dan kesedihan.

Dzikir menjadi satu-satunya obat penenang hati. Ketika anda gelisah,

cobalah anda berupaya mengingat sang Khaliq yang menciptakan anda dan

menyadari bahwa semua kejadian adalah kehendak-Nya. Tanpa kehendak-Nya

semua tidak akan pernah ada, tidak akan pernah terjadi. Problematika yang anda

hadapi terjadi karena kehendak-Nya, tidak muncul begitu saja. Percayalah, hanya

Dia yang mampu memberikan solusi atas permasalahan yang tengah anda hadapi.

(Zainal Abidin,dkk.2009,hlm.59)

Para ahli medis menegaskan bahwa kesehatan jasmani sangat dipengaruhi


oleh kesehatan rohani. Kesehatan dan keselamatan rohani sangat penting
bagi terwujudnya kesehatan jasmani dan keselamatannya. Tidak ada
seorang pun yang memungkiri adanya hubungan antara kesehatan rohani
dan kesehatan jasmani. Jika rohani seseorang terserang penyakit atau
cacat, itu akan memengaruhi kesehatan jasmaninya. Para ahli psikologi
menetapkan adanya hubungan yang sangat erat antara kondisi rohani dan
kesehatan jasmani. Pikiran, perasaan dan kondisi bathin memengaruhi
kondisi tubuh dan seluruh organnya. Banyak penyakit tubuh yang
disebabkan oleh kondisi kerohanian yang tidak sehat. Dengan demikian,
31

kesehatan rohani merupakan faktor yang sangat menentukan kesehatan


seseorang. (Jamal,2015,hlm.39)
BAB IV
PENUTUP

4.1 Simpulan

Setelah penulis memaparkan hal-hal yang dibahas sebelumnya. Perlu

kiranya penulis dalam hal ini memaparkan pula kesimpulan dari pembahasan-

pembahasan sebelumnya, sebagai berikut :

4.1.1 Dzikir memiliki dua pengertian: 1). Dzikir dalam arti sempit adalah

dzikir yang dilakukan dengan mengucapkan kalimat-kalimat yang

baik dengan lisan serta menghadirkan hati didalamnya. 2). Dzikir

dalam arti luas adalah kesadaran tentang adanya Allah dimana dan

kapan saja. Dengan yakin bahwa Allah mengawasi kita dan kita takut

kepada-Nya.

4.1.2 Dzikir memiliki pengaruh terhadap kesehatan jasmani dan rohani: 1).

Pengaruh dzikir terhadap kesehatan jasmani adalah tubuh akan

menjadi kebal akan serangan penyakit karena dengan berdzikir akan

keluar hormon sehat dan hormon kita seimbang, akan menenangkan

otak karena dengan berdzikir akan keluar zat yang bernama

endhorpin, mengistirahatkan jaringan dan sistem metabolisme tubuh

dan menjaga metabolisme tubuh agar tetap seimbang. 2). Pengaruh

dzikir terhadap kesehatan rohani adalah dapat membuahkan

ketenangan hati dan kebahagiaan senantiasa meliputi kita yang akan

menjadikan tubuh kita terhindar dari penyakit hati. Dan terhindar pula

32
33

dari penyakit tubuh. Karena rohani kita sehat akan sehat pula jasmani

kita.

4.2 Saran

Setelah kita membahas dan mengulas peranan dzikir terhadap kesehatan

jasmani dan rohani. Sebagai penutup dari karya tulis ilmiah ini, penulis meminta

saran dan menyarankan kepada pembaca :

4.2.1 Kepada pembaca umumnya dan khususnya kepada penulis sendiri

setelah beresnya karya tulis ilmiah ini, agar senantiasa berdzikir

kepada Allah. Karena dengan hal itu kita akan sehat jasmani dan

rohaninya.

4.2.2 Kepada lingkungan sekolah agar lebih meningkatkan program-

program dzikir, seperti merutinkan dzikir pagi dan petang, membaca

Al-Qur’an, sholat dhuha dan program yang senantiasa ingat kepada

Allah. Karena dengan hal itu para santri akan sehat jasmani dan

rohaninya.

4.2.3 Kepada masyarakat atau lingkungan masyarakat hendaklah

membuat kegiatan yang sangat bermanfaat ini, yaitu membiasakan

untuk dzikir pagi dan petang, sholat dhuha, sholat berjamaah, dan

kegiatan-kegiatan yang lebih meningkatkan masyarakat mengingat

Allah. Karena dengan hal itu masyarakat akan sehat jasmani dan

rohaninya.
34

Yang paling penting dengan dzikir kepada Allah subhanahu wa ta'ala ialah

menjadikan kita manusia yang beriman dan bertaqwa kepada-Nya. Tiada lagi

tempat untuk kembali dimuki bumi ini melainkan kepada Allah subhanahu wa

ta'ala. Semoga Allah menganugerahkan kepada kita kebaikan yang terus-menerus

dan tetap, yaitu Istiqomah. Segala kekurangan dan kesalahan dalam penulisan

karya tulis ilmiah ini berasal dari diri penulis pribadi dan kebenaran serta

kelebihannya mutlak berasal dari Allah yang Al-Haq. wallahu a'lam.


35

Daftar Pustaka

Harahap, Khairul Amru & Dalimunthe, Reza Pahlevi. (2008). Dahsyatnya Doa &

Dzikir.Jakarta Selatan: QultumMedia

M, Sanusi. (2014). Dzikir Itu Ajib. Jogjakarta: DIVA press

Zainal, Abidin & Fathurrohman, Imam. (2009). Bimbingan spiritual 5 +

Menyembuhkan Penyakit & Menenangkan Jiwa. Jakarta Selatan: Hikmah

Hawari, Dadang. (1997). Doa dan Dzikir Sebagai Pelengkap Terapi Medis. Jakarta:

Dana Bhakti Prima

Ubaid, Alya' Ali. (2007). Harumkan Jiwa dengan Zikrullah. Cikarang: Duha

Khazanah

Elzaky, Jamal. (2015). Buku Pintar Mukjizat Kesehatan Ibadah. jakarta: Zaman

Katsir, ibnu.(2012). Tafsir Ibnu Katsir. Jakarta: Pustaka Iman Syafi’i

Shihab, M.Quraish.(2012). Tafsir Al-Misbah. Ciputat: Lentera Hati

An-Nawawi, Iman.(2011). Syarah Shahih Muslim. Jakarta: Pustaka Azzam

Al- Maragi, Ahmad Mustafa.(2010). Tafsir Al-Maragi. Semarang: PT. Karya Toha

Putra

Psikologi, belajar. (2012,16 Januari). Pengertian Kesehatan. [Online]. Diakses dari

https://belajarpsikologi.com/pengertian-kesehatan/
36

Delya, Dewi. (2017). Pengertian Kesehatan Jasmani dan Rohani. [Online]. Diakses

dari http://dewidelya.blogspot.com/2017/02/pengertian-kesehatan-

jasmani-dan-rohani.html

Mustaqfirin, ZA. (2014). Pengertian Sehat Jasmani dan Rohani. [Online]. Diakses

dari http://mtsfalahulhuda.blogspot.com/2014/03/pengertian-sehat-

jasmani-dan-rohani.html

Anda mungkin juga menyukai