Anda di halaman 1dari 15

Laporan Praktikum

Penerapan Teknologi Pascapanen pada Tanaman Padi

DISUSUN OLEH

Nama : Neng Firda Wurandani


NIM : J0417231051
Kelompok : 2 (dua)
Tanggal praktikum : 18 Agustus 2023

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI DAN PENGEMBANGAN


MASYARAKAT PERTANIAN

SEKOLAH VOKASI

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

TAHUN PELAJARAN 2023/2024


Praktikum 1.

PENDAHULUAN

Mengoptimalkan Hasil Pertanian Setelah Panen

Teknologi pascapanen telah mengubah cara kita memandang proses pertanian.


Dulu, perhatian utama terfokus pada budidaya tanaman, tetapi sekarang teknologi
memberikan solusi canggih untuk mengelola hasil panen dengan lebih efektif. Ini
bukan hanya tentang meningkatkan produktivitas, tetapi juga tentang menciptakan
sistem pertanian yang berkelanjutan dan adaptif.

Dunia pertanian telah mengalami transformasi besar berkat perkembangan


teknologi pascapanen. Setelah panen dilakukan, tantangan tidak hanya berfokus
pada produksi tetapi juga pada bagaimana mengelola hasil panen dengan efisien,
menjaga kualitas, dan mengurangi limbah. Teknologi telah membawa solusi
inovatif untuk persoalan-persoalan ini.

POKOK BAHASAN

Perlakuan pada Pascapanen

Mejio (2008) menjelaskan, pascapanen adalah serangkaian kegiatan yang meliputi


pemanenan, pengolahan, sampai dengan hasil siap dikonsumsi. Penanganan
pascapanen bertujuan untuk menekan kehilangan hasil, meningkatkan kualitas,
daya simpan, daya guna komoditas pertanian, memperluas kesempatan kerja, dan
meningkatkan nilai tambah. Berkaitan dengan hal tersebut maka kegiatan
pascapanen padi meliputi (1) pemanenan, (2) perontokan, (3) perawatan atau
pengeringan, (4) pengangkutan, (5) penggilingan, (6) penyimpanan, (7)
standardisasi mutu, (8) pengolahan, dan (9) penanganan limbah.

1
a. Alat dan Mesin Pemanen Padi

Proses pemanenan merupakan tahapan kegiatan yang dimulai dari pemotongan


padi hingga perontokan gabah menjadi beras. Pemanenen padi dilakukan oleh
petani dengan cara memotong padi menggunakan alat/mesin pertanian pemotong
padi kemudian berlangsung dengan proses perontokan padi menggunakan mesin
power thresher. Penggunaan mesin power thresher ini memberikan pengaruh
terhadap hasil gabah saat perontokan yang akan menentukan kehilangan hasil
yang diperoleh. Tanaman padi yang akan dipanen tidak boleh basah untuk
mencegah kemacetan di dalam sistem perontokan (Iswari, 2012).

Pemanenan padi harus menggunakan alat dan mesin yang memenuhi persyaratan
teknis, kesehatan, ekonomis dan ergonomis. Alat dan mesin yang digunakan
untuk memanen padi harus sesuai dengan jenis varietas padi yang akan dipanen.
Pada saat ini, alat dan mesin untuk memanen padi telah berkembang mengikuti
berkembangnya varietas baru yang dihasilkan. Alat pemanen padi telah
berkembang dari ani-ani menjadi sabit biasa kemudian menjadi sabit bergerigi
dengan bahan baja yang sangat tajam dan terakhir telah diintroduksikan reaper,
stripper dan combine harvester. Berikut ini adalah cara-cara pemanen padi dengan
sabit biasa/bergerigi, reaper dan stripper.

1. Cara Pemanen Padi dengan Sabit

Sabit merupakan alat panen manual untuk memotong padi secara cepat. Sabit
terdiri 2 jenis yaitu sabit biasa dan sabit bergerigi. Sabit biasa/ bergerigi pada
umumnya digunakan untuk memotong padi varietas unggul baru yang berpostur
pendek seperti IR-64 dan Cisadane. Penggunaan sabit bergerigi sangat dianjurkan
karena dapat menekan kehilangan hasil sebesar 3 %. Spesifikasi sabit bergerigi
yaitu:

2
- Gagang terbuat dari kayu bulat diameter ±2 cm dan panjang 15 cm.
- Mata pisau terbuat dari baja keras yang satu sisinya bergerigi antara 12 -
16 gerigi sepanjang 1 inci.

Pemotongan padi dengan sabit dapat dilakukan dengan cara potong atas, potong
tengah dan potong bawah tergantung cara perontokan. Pemotongan dengan cara
potong bawah dilakukan bila perontokan dengan cara dibanting/digebot atau
menggunakan pedal thresher. Pemotongan dengan cara potong atas atau tengah
dilakukan bila perontokan menggunakan power thresher. Berikut ini cara panen
padi dengan sabit biasa/bergerigi:

- Pegang rumpun padi yang akan dipotong dengan tangan kiri, kira-kira 1/3
bagian tinggi tanaman.
- Tempatkan mata sabit pada bagian batang bawah atau tengah atau atas
tanaman (tergantung cara perontokan) dan tarik pisau tersebut dengan
tangan kanan hingga jerami terputus.

2. Cara Pemanenan Padi dengan Reaper

Reaper merupakan mesin pemanen untuk memotong padi sangat cepat. Prinsip
kerjanya mirip dengan cara kerja orang panen menggunakan sabit. Mesin ini
sewaktu bergerak maju akan menerjang dan memotong tegakan tanaman dan
menjatuhkan atau merobohkan tanaman tersebut ke arah samping mesin reaper
dan ada pula yang mengikat tanaman yang terpotong menjadi seperti berbentuk
sapu lidi ukuran besar. Pada saat ini terdapat 3 jenis tipe mesin reaper yaitu
reaper 3 row, reaper 4 row dan reaper 5 row.

Bagian komponen mesin reaper adalah sebagai berikut:

- Kerangka utama terdiri dari pegangan kemudi yang terbuat dari pipa baja
dengan diameter ± 32 mm, dilengkapi dengan tuas kopling, tuas pengatur
kecepatan, tuas kopling pisau pemotong yang merupakan kawat baja.
- Unit transmisi tenaga merupakan rangkaian gigi transmisi yang terbuat
dari baja keras dengan jumlah gigi dan diameter bermacam-macam sesuai
dengan tenaga dan kecepatan putar yang diinginkan.

3
- Unit pisau pemotong terletak dalam rangka pisau pemotong yang terbuat
dari pipa besi, besi strip, besi lembaran yang ukurannya bermacam-
macam.

Berikut ini cara pengoperasian mesin reaper:

- Sebelum mengoperasikan mesin reaper, terlebih dahulu potong/panen padi


dengan sabit pada ke 4 sudut petakan sawah dengan ukuran ± 2 m x 2 m
sebagai tempat berputarnya mesin reaper.
- Sebelum mesin dihidupkan, arahkan mesin pada tanaman padi yang akan
dipanen. Pemanenan dimulai dari sisi sebelah kanan petakan.
- Pemotongan dilakukan sekaligus untuk 2 atau 4 baris tanaman dan hasil
potongan padi akan terlempar tertumpuk di sebelah kanan mesin tersebut.
- Pemanenan dilakukan dengan cara berkeliling dan selesai di tengah
petakan.

3. Cara Pemanenan padi dengan Reaper Binder

Reaper binder merupakan jenis mesin reaper untuk memotong padi dengan cepat
dan mengikat tanaman yang terpotong menjadi seperti berbentuk sapu lidi ukuran
besar.

Berikut ini cara pengoprasian mesin Reaper Binder :

- Sebelum mengoperasikan mesin reaper, terlebih dahulu potong/panen padi


dengan sabit pada ke 4 sudut petakan sawah dengan ukuran ± 2 m x 2 m
sebagai tempat berputarnya mesin stripper.
- Sebelum mesin dihidupkan, arahkan mesin pada tanaman padi yang akan
dipanen. Pemanenan dimulai dari sisi sebelah kanan petakan.

4
- Pemotongan dilakukan sekaligus untuk 1 atau 2 baris tanaman sekaligus
dan akan terlempar ke sisi kanan alat, sebelum terlempar, batang jerami
yang sudah terpotong diikat dengan tali pengikat melalui mekanisme
pengikat pada mesin tersebut.
- Pemanenan dilakukan dengan cara berkeliling dan selesai di tengah
petakan.

b. Alat dan Mesin Perontokan

Perontokan padi merupakan salah satu tahapan pascapanen yang memberikan


kontribusi cukup besar terhadap kehilangan hasil secara keseluruhan. Perontokan
perlu segera dilakukan setelah padi dipanen, tidak ditumpuk terlebih dahulu.
Penundaan perontokan akan meningkatkan butir kuning/rusak dan beras patah
serta menurunkan rendemen giling (Setyono, 2010).

Power thresher merupakan alat perontok yang menggunakan sumber tenaga


penggerak mesin. Kelebihan mesin perontok ini dibandingkan dengan alat
perontok lainnya adalah kapasitas kerja lebih besar dan efisiensi kerja lebih tinggi.
Penggunaan power thresher dalam perontokan dapat menekan kehilangan hasil
padi sekitar 3 %.

Berikut ini cara perontokan padi dengan power thresher :

- Pemotongan tangkai pendek disarankan untuk merontok dengan mesin


perontok tipe "throw in" dimana semua bagian yang akan dirontok masuk
ke dalam ruang perontok.
- Pemotongan tangkai panjang disarankan untuk merontok secara manual
dengan alat atau mesin yang mempunyai tipe "Hold on" dimana tangki
jerami dipeganghanya bagian ujung padi yang ada butirannya ditekankan
kepada alat perontok.

5
- Setelah mesin dihidupkan, atur putaran silinder perontok sesuai dengan
yang diinginkan untuk merontok padi.
- Putaran silinder perontok akan mengisap jerami padi yang dimasukkan
dari pintu pemasukkan.
- Jerami akan berputar-putar di dalam ruang perontok, tergesek terpukul dan
terbawa oleh gigi perontok dan sirip pembawa menuju pintu pengeluaran
jerami.
- Butiran padi yang rontok dari jerami akan jatuh melalui saringan perontok,
sedang jerami akan terdorong oleh plat pendorong ke pintu pengeluaran
jerami.
- Butiran padi, potongan jerami dan kotoran yang lolos dari saringan
perontok akan jatuh ke ayakan dengan bergoyang dan juga terhembus oleh
kipas angin.
- Butiran hampa atau benda-benda ringan lainnya akan tertiup terbuang
melalui pintu pengeluaran kotoran ringan.
- Benda yang lebih besar dari butiran padi akan terpisah melalui ayakan
yang berlubang, sedangkan butir padi akan jatuh dan tertampung pada
pintu pengeluaran padi bernas.

c. Alat dan Mesin Pengeringan

Pengeringan adalah proses pemindahan atau pengeluaran kandungan air dari


bahan hingga mencapai kandungan tertentu dimana perkembangan
mikroorganisme dan enzim yang menyebabkan pembusukan terhambat atau
terhenti, sehingga bahan dapat disimpan lebih lama. Cara pengeringan padi yang
banyak dilakukan oleh para petani yaitu menjemur padi dibawah sinar matahari.
Penjemuran sangat tergantung pada cuaca dan gabah hasil panen yang tidak dapat
dikeringkan dengan segera, akan mengakibatkan gabah menjadi rusak, busuk,
berjamur, berubah warna. Hal ini banyak terjadi pada saat panen raya yang

6
bertepatan jatuhnya pada saat musim penghujan (Ridhuan, 2011). Perbaikan
pengeringan gabah juga dapat diupayakan dengan cara mengatur ketebalan gabah
pada saat penjemuran (Thahir et al. 1995).

Pengeringan Padi dengan Pengering Buatan

1. Flat Bed Dryer

Dryer dilakukan dengan cara sebagai berikut:

- Padi yang akan dikeringkan di tempatkan pada kotak pengering.


- Api dari sumber panas akan dihembuskan ke bagian/ ruangan bawah dari
kotak pegering oleh blower yang digerakkan motor penggerak. Padi yang
akan dikeringkan di tempatkan pada kotak pengering.
- Udara panas naik ke ruang atau kotak pengering yang berisi padi melalui
sekat yang berlubang.
- Udara panas akan menurunkan kadar air padi.

2. Continuous Flow Dryer

Continuous Flow Dryer merupakan mesin pengering dengan bagian komponen


mesin yeng terdiri dari kotak pengering, komponen pemanas seperti kompor,
kipas / blower, motor penggerak, dan screw conveyor discharge. Ruangan plenum
terletak di bagian tengah butiran padi yang akan dikeringkan. Tingi kotak
pengering 35 m. Bagian ini terbuat dari plat baja lembaran dan tebalnya 2-3 mm.

Pengeringan dengan continuous flow dryer dilakukan dengan cara sebagai berikut:

- Cara kerja sama dengan drier lainnya, namun padi yang akan dikeringkan
diaduk posisinya oleh screw conveyor.

7
- Alat ini terdiri dari kotak pengering vertikal, pemanas dan dilengkapi
dengan screw conveyor dischange.
- Gabah yang akan dikeringkan dimasukan pada bagian atas kotak
pengering. Udara pemanas dihembuskan pada salah satu sisi kotak
pengering dan keluar lewat sisi yang lain.
- Pada saat pengeringan gabah terus turun ke bawah dan dikeluarkan pada
bagian bawah "Screw Conveyor Dischange" yang terletak pada bagian
bawah kotak pengering. Besarnya kecepatan keluarnya gabah dapat diatur.

d. Pengangkutan

Pengangkutan adalah kegiatan memindahkan gabah setelah panen dari sawah ke


rumah atau ke unit penggilingan padi untuk dikeringkan atau memindahkan beras
dari penggilingan ke gudang atau ke pasar. Tingkat kehilangan hasil dalam
tahapan pengangkutan cukup rendah, berkisar antara 0,5-1,5%. Artinya, pemilik
gabah sangat berhati-hati dalam pengangkutan gabah (Dinas Pertanian Provinsi
Bali 2006; Dinas Pertanian Provinsi Jawa Tengah 2006; Dinas Pertanian Provinsi
Kalimantan Selatan 2006; Dinas Pertanian Provinsi Lampung 2006).

e. Penggilingan

Penggilingan padi merupakan proses pelepasan sekam dari beras. Karakteristik


fisik padi sangat perlu diketahui karena proses penggilingan padi sebenarnya

8
mengolah bentuk fisik dari butiran padi menjadi beras putih. Butiran padi yang
memiliki bagian-bagian yang tidak dapat dimakan, sehingga perlu dipisahkan.
Selama proses penggilingan, bagian-bagian tersebut dilepaskan satu demi satu
sampai akhirnya didapatkan beras yang dapat dikonsumsi yang disebut dengan
beras sosoh atau beras putih. Beras sosoh merupakan hasil utama proses 11
penggilingan padi. Beras sosoh adalah gabungan beras kepala dan beras patah
besar. Beras patah kecil atau menir sering disebut sebagai hasil samping karena
tidak dapat dikonsumsi sebagai nasi seperti halnya beras kepala dan beras patah
besar. Jadi, hasil samping proses penggilingan padi berupa sekam, bekatul, dan
menir (Ritonga et al, 2008).

Proses penggilingan gabah dilakukan dengan cara sebagai berikut:

- Hidupkan mesin
- Masukkan gabah yang akan dikupas ke dalam hoper melalui bagian atas
kemudian masuk diantara kedua rol karet.
- Atur renggang rol.
- Hasil pengupasan berkisar 90% beras pecah kulit dan 10% gabah,
tergantung perbedaan kecepatan putaran rol. Sekam yang terkupas
terpecah menjadi 2 dan utuh. Beras pecah kulit yang dihasilkan tidak
banyak yang retak sehingga bila disosoh akan memperoleh persentase
beras kepala yang relatif tinggi

9
f. Penyimpanan

Beras yang sudah digiling dapat langsung dipasarkan. Namun, karena umumnya
beras tidak langsung dapat dipasarkan seluruhnya maka perlu ada 10 tempat
penyimpanan, dalam gudang penyimpanan dapat saja beras diserang oleh hama
bubuk. Biasanya hama bubuk ini menyerang beras yang tidak kering benar saat
pengeringan. Hama bubuk tidak menyukai beras yang kering karena keras. Hama
lebih menyukai tempat lembab sehingga ruangan gudang harus tetap kering dan di
lengkapi dengan ventilasi udara (Satriani, 2016).

Cara penyimpanan gabah/beras dapat dilakukan dengan (1) sistem curah, yaitu
gabah yang sudah kering dicurahkan pada suatu tempat yang dianggap aman dari
gangguan hama maupun cuaca, dan (2) cara penyimpanan menggunakan
kemasan/wadah seperti karung plastik, karung goni, dan lain-lain.

1. Penyimpanan Gabah dengan Sistem Curah

Penyimpanan gabah dengan sistem curah dapat dilakukan dengan menggunakan


silo. Silo merupakan tempat menyimpan gabah/beras dengan kapasitas yang
sangat besar. Penyimpanan gabah/beras dengan silo dilakukan dengan cara
sebagai berkut :

- Gabah yang disimpan dialirkan melalui bagian atas silo dengan


menggunakan elevator, dan dicurahkan ke dalam silo.
- Ke dalam tumpukan gabah tersebut dialirkan udara panas yang dihasilkan
oleh kompor pemanas dan kipas yang terletak di bagian bawah silo.
- Kondisi gabah dipertahankan dengan mengatur suhu udara panas dan
aerasi.

2. Penyimpanan Gabah dengan Kemasan/Wadah

- Karung harus dapat melindungi produk dari kerusakan dalam


pengangkutan dan atau penyimpanan. b. Karung tidak boleh
mengakibatkan kerusakan atau pencemaran oleh bahan kemasan dan tidak
membawa OPT.
- Karung harus kuat, dapat menahan beban tumpukan dan melindungi fisik
dan tahan terhadap goncangan serta dapat mempertahankan keseragaman.

10
- Karung harus diberi label berupa tulisan yang dapat menjelaskan tentang
produk yang dikemas.

Standarisasi Mutu

Standarisasi mutu hasil gabah dan beras mengacu pada Standar Nasional
Indonesia (SNI) atau persyaratan mutu minimal yang ditetapkan sesuai
permintaan pasar.

1. Standar Mutu Gabah

Standar mutu gabah meliputi kualitatif dan persyaratan kuantitatif.

a. Persyaratan kualitatif
- Bebas hama dan penyakit.
- Bebas bau busuk, asam atau bau-bau lainnya.
- Bebas dari bahan kimia seperti sisa-sisa pupuk, insektisida,
fungisida dan bahan kimia lainnya.
- Gabah tidak boleh panas.
b. Persyaratan kuantitatif mutu gabah sesuai SNI.

Sumber: Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Riau

11
2. Persyaratan Mutu Beras

Sesuai dengan SNI, persyaratan mutu beras mencakup:

a. Persyaratan kualitatif
- Bebas hama dan penyakit.
- Bebas bau busuk, asam atau bau-bau lainnya.
- Bebas dari bekatul.
- Bebas dari tanda-tanda adanya bahan kimia yang membahayakan
b. Persyaratan kuantitatif mutu beras giling sesuai SNI 01-6128-1999

12
KESIMPULAN

Penerapan teknologi pascapanen dalam pertanian memberikan manfaat besar.


Dengan teknologi ini, petani bisa lebih cepat dan efisien dalam mengumpulkan
hasil pertanian serta mengurangi kerugian. Produk pertanian seperti buah dan
sayuran juga bisa lebih tahan lama dan tetap segar. Ini membantu petani
mendapatkan lebih banyak mendapatkan pemasukan dari hasil panen mereka.
Selain itu, lingkungan juga terjaga karena limbah pertanian bisa dikelola dengan
lebih baik. Meskipun ada beberapa kesulitan, seperti biaya peralatan dan
pelatihan, teknologi ini memiliki potensi besar untuk membantu petani dan
lingkungan. Juga penanganan pascapanen padi mempunyai peranan yang penting
dalam usaha menekan kehilangan hasil dan meningkatkan mutu gabah/beras.

13
DAFTAR PUSTAKA

Setyono, Agus. "Perbaikan teknologi pascapanen dalam upaya menekan

kehilangan hasil padi." Pengembangan inovasi pertanian 3.3 (2010): 212-


226.

Setyono, A. (2010). Perbaikan teknologi pascapanen dalam upaya menekan

kehilangan hasil padi. Pengembangan inovasi pertanian, 3(3), 212-226.

Nugraha, Sigit. "Inovasi teknologi pascapanen untuk mengurangi susut hasil dan

mempertahankan mutu gabah/beras di tingkat petani." Buletin Teknologi


Pascananen Pertanian Vol 8 (2012): 1.

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2013, Pengelolaan Tanaman

Terpadu (PTT) Padi Sawah IrigasiKementerian Pertanian, Jakarta

BPS Provinsi Riau. 2012. Riau Dalam Angka 2012. BPS Provinsi Riau,

Pekanbaru.

Dinas THP Prov. Riau. 2013Kajian Susut Hasil Saat Panen Dan

PerontokanBidang Pengolahan Dan Pemasaran Hasil, Dinas Tanaman


Pangan Dan Hortikultura Provinsi Riau, Pekanbaru.

Khairani Caya dan Slamet Mamiek, 1999, Paca Panen Padi, Balai Pengkajian

Teknologi Pertanian. Depatemen Pertanian, Biromaru Sulawesi Tengah.

Peraturan Menteri Pertanian No 44/Permentan/OT. 140/2009 Tentang Pedoman

Penanganan Pascapanen Hasil Pertanian Tanaman yang Baik (Good


Handling Practices).

Setyono Agus. Perbaikan Teknologi Pasca Panen Dalam upaya Menekan

Kehilangan Hasil PadiBalai Besar Penelitian Tanaman Padi, Subang.

14

Anda mungkin juga menyukai