DISUSUN OLEH
SEKOLAH VOKASI
PENDAHULUAN
POKOK BAHASAN
1
a. Alat dan Mesin Pemanen Padi
Pemanenan padi harus menggunakan alat dan mesin yang memenuhi persyaratan
teknis, kesehatan, ekonomis dan ergonomis. Alat dan mesin yang digunakan
untuk memanen padi harus sesuai dengan jenis varietas padi yang akan dipanen.
Pada saat ini, alat dan mesin untuk memanen padi telah berkembang mengikuti
berkembangnya varietas baru yang dihasilkan. Alat pemanen padi telah
berkembang dari ani-ani menjadi sabit biasa kemudian menjadi sabit bergerigi
dengan bahan baja yang sangat tajam dan terakhir telah diintroduksikan reaper,
stripper dan combine harvester. Berikut ini adalah cara-cara pemanen padi dengan
sabit biasa/bergerigi, reaper dan stripper.
Sabit merupakan alat panen manual untuk memotong padi secara cepat. Sabit
terdiri 2 jenis yaitu sabit biasa dan sabit bergerigi. Sabit biasa/ bergerigi pada
umumnya digunakan untuk memotong padi varietas unggul baru yang berpostur
pendek seperti IR-64 dan Cisadane. Penggunaan sabit bergerigi sangat dianjurkan
karena dapat menekan kehilangan hasil sebesar 3 %. Spesifikasi sabit bergerigi
yaitu:
2
- Gagang terbuat dari kayu bulat diameter ±2 cm dan panjang 15 cm.
- Mata pisau terbuat dari baja keras yang satu sisinya bergerigi antara 12 -
16 gerigi sepanjang 1 inci.
Pemotongan padi dengan sabit dapat dilakukan dengan cara potong atas, potong
tengah dan potong bawah tergantung cara perontokan. Pemotongan dengan cara
potong bawah dilakukan bila perontokan dengan cara dibanting/digebot atau
menggunakan pedal thresher. Pemotongan dengan cara potong atas atau tengah
dilakukan bila perontokan menggunakan power thresher. Berikut ini cara panen
padi dengan sabit biasa/bergerigi:
- Pegang rumpun padi yang akan dipotong dengan tangan kiri, kira-kira 1/3
bagian tinggi tanaman.
- Tempatkan mata sabit pada bagian batang bawah atau tengah atau atas
tanaman (tergantung cara perontokan) dan tarik pisau tersebut dengan
tangan kanan hingga jerami terputus.
Reaper merupakan mesin pemanen untuk memotong padi sangat cepat. Prinsip
kerjanya mirip dengan cara kerja orang panen menggunakan sabit. Mesin ini
sewaktu bergerak maju akan menerjang dan memotong tegakan tanaman dan
menjatuhkan atau merobohkan tanaman tersebut ke arah samping mesin reaper
dan ada pula yang mengikat tanaman yang terpotong menjadi seperti berbentuk
sapu lidi ukuran besar. Pada saat ini terdapat 3 jenis tipe mesin reaper yaitu
reaper 3 row, reaper 4 row dan reaper 5 row.
- Kerangka utama terdiri dari pegangan kemudi yang terbuat dari pipa baja
dengan diameter ± 32 mm, dilengkapi dengan tuas kopling, tuas pengatur
kecepatan, tuas kopling pisau pemotong yang merupakan kawat baja.
- Unit transmisi tenaga merupakan rangkaian gigi transmisi yang terbuat
dari baja keras dengan jumlah gigi dan diameter bermacam-macam sesuai
dengan tenaga dan kecepatan putar yang diinginkan.
3
- Unit pisau pemotong terletak dalam rangka pisau pemotong yang terbuat
dari pipa besi, besi strip, besi lembaran yang ukurannya bermacam-
macam.
Reaper binder merupakan jenis mesin reaper untuk memotong padi dengan cepat
dan mengikat tanaman yang terpotong menjadi seperti berbentuk sapu lidi ukuran
besar.
4
- Pemotongan dilakukan sekaligus untuk 1 atau 2 baris tanaman sekaligus
dan akan terlempar ke sisi kanan alat, sebelum terlempar, batang jerami
yang sudah terpotong diikat dengan tali pengikat melalui mekanisme
pengikat pada mesin tersebut.
- Pemanenan dilakukan dengan cara berkeliling dan selesai di tengah
petakan.
5
- Setelah mesin dihidupkan, atur putaran silinder perontok sesuai dengan
yang diinginkan untuk merontok padi.
- Putaran silinder perontok akan mengisap jerami padi yang dimasukkan
dari pintu pemasukkan.
- Jerami akan berputar-putar di dalam ruang perontok, tergesek terpukul dan
terbawa oleh gigi perontok dan sirip pembawa menuju pintu pengeluaran
jerami.
- Butiran padi yang rontok dari jerami akan jatuh melalui saringan perontok,
sedang jerami akan terdorong oleh plat pendorong ke pintu pengeluaran
jerami.
- Butiran padi, potongan jerami dan kotoran yang lolos dari saringan
perontok akan jatuh ke ayakan dengan bergoyang dan juga terhembus oleh
kipas angin.
- Butiran hampa atau benda-benda ringan lainnya akan tertiup terbuang
melalui pintu pengeluaran kotoran ringan.
- Benda yang lebih besar dari butiran padi akan terpisah melalui ayakan
yang berlubang, sedangkan butir padi akan jatuh dan tertampung pada
pintu pengeluaran padi bernas.
6
bertepatan jatuhnya pada saat musim penghujan (Ridhuan, 2011). Perbaikan
pengeringan gabah juga dapat diupayakan dengan cara mengatur ketebalan gabah
pada saat penjemuran (Thahir et al. 1995).
Pengeringan dengan continuous flow dryer dilakukan dengan cara sebagai berikut:
- Cara kerja sama dengan drier lainnya, namun padi yang akan dikeringkan
diaduk posisinya oleh screw conveyor.
7
- Alat ini terdiri dari kotak pengering vertikal, pemanas dan dilengkapi
dengan screw conveyor dischange.
- Gabah yang akan dikeringkan dimasukan pada bagian atas kotak
pengering. Udara pemanas dihembuskan pada salah satu sisi kotak
pengering dan keluar lewat sisi yang lain.
- Pada saat pengeringan gabah terus turun ke bawah dan dikeluarkan pada
bagian bawah "Screw Conveyor Dischange" yang terletak pada bagian
bawah kotak pengering. Besarnya kecepatan keluarnya gabah dapat diatur.
d. Pengangkutan
e. Penggilingan
8
mengolah bentuk fisik dari butiran padi menjadi beras putih. Butiran padi yang
memiliki bagian-bagian yang tidak dapat dimakan, sehingga perlu dipisahkan.
Selama proses penggilingan, bagian-bagian tersebut dilepaskan satu demi satu
sampai akhirnya didapatkan beras yang dapat dikonsumsi yang disebut dengan
beras sosoh atau beras putih. Beras sosoh merupakan hasil utama proses 11
penggilingan padi. Beras sosoh adalah gabungan beras kepala dan beras patah
besar. Beras patah kecil atau menir sering disebut sebagai hasil samping karena
tidak dapat dikonsumsi sebagai nasi seperti halnya beras kepala dan beras patah
besar. Jadi, hasil samping proses penggilingan padi berupa sekam, bekatul, dan
menir (Ritonga et al, 2008).
- Hidupkan mesin
- Masukkan gabah yang akan dikupas ke dalam hoper melalui bagian atas
kemudian masuk diantara kedua rol karet.
- Atur renggang rol.
- Hasil pengupasan berkisar 90% beras pecah kulit dan 10% gabah,
tergantung perbedaan kecepatan putaran rol. Sekam yang terkupas
terpecah menjadi 2 dan utuh. Beras pecah kulit yang dihasilkan tidak
banyak yang retak sehingga bila disosoh akan memperoleh persentase
beras kepala yang relatif tinggi
9
f. Penyimpanan
Beras yang sudah digiling dapat langsung dipasarkan. Namun, karena umumnya
beras tidak langsung dapat dipasarkan seluruhnya maka perlu ada 10 tempat
penyimpanan, dalam gudang penyimpanan dapat saja beras diserang oleh hama
bubuk. Biasanya hama bubuk ini menyerang beras yang tidak kering benar saat
pengeringan. Hama bubuk tidak menyukai beras yang kering karena keras. Hama
lebih menyukai tempat lembab sehingga ruangan gudang harus tetap kering dan di
lengkapi dengan ventilasi udara (Satriani, 2016).
Cara penyimpanan gabah/beras dapat dilakukan dengan (1) sistem curah, yaitu
gabah yang sudah kering dicurahkan pada suatu tempat yang dianggap aman dari
gangguan hama maupun cuaca, dan (2) cara penyimpanan menggunakan
kemasan/wadah seperti karung plastik, karung goni, dan lain-lain.
10
- Karung harus diberi label berupa tulisan yang dapat menjelaskan tentang
produk yang dikemas.
Standarisasi Mutu
Standarisasi mutu hasil gabah dan beras mengacu pada Standar Nasional
Indonesia (SNI) atau persyaratan mutu minimal yang ditetapkan sesuai
permintaan pasar.
a. Persyaratan kualitatif
- Bebas hama dan penyakit.
- Bebas bau busuk, asam atau bau-bau lainnya.
- Bebas dari bahan kimia seperti sisa-sisa pupuk, insektisida,
fungisida dan bahan kimia lainnya.
- Gabah tidak boleh panas.
b. Persyaratan kuantitatif mutu gabah sesuai SNI.
11
2. Persyaratan Mutu Beras
a. Persyaratan kualitatif
- Bebas hama dan penyakit.
- Bebas bau busuk, asam atau bau-bau lainnya.
- Bebas dari bekatul.
- Bebas dari tanda-tanda adanya bahan kimia yang membahayakan
b. Persyaratan kuantitatif mutu beras giling sesuai SNI 01-6128-1999
12
KESIMPULAN
13
DAFTAR PUSTAKA
Nugraha, Sigit. "Inovasi teknologi pascapanen untuk mengurangi susut hasil dan
BPS Provinsi Riau. 2012. Riau Dalam Angka 2012. BPS Provinsi Riau,
Pekanbaru.
Dinas THP Prov. Riau. 2013Kajian Susut Hasil Saat Panen Dan
Khairani Caya dan Slamet Mamiek, 1999, Paca Panen Padi, Balai Pengkajian
14