Anda di halaman 1dari 12

SATUAN ACARA PENYULUHAN

A. LATAR BELAKANG

HIV/AIDS adalah salah satu masalah kesehatan terbesar di seluruh dunia yaitu masih tingginya perpindahan infeksi, angka
kesakitan, serta angka kematian. HIV (Human Immunodeficiency Virus) merupakan virus golongan Rubonucleat Acid
(RNA) yang spesifik menyerang sistem kekebalan tubuh/imunitas manusia, khususnya sel CD-4 atau sering disebut sel T.
Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan penyebab penyakit Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) dengan
cara menyerang sel darah putih sehingga dapat merusak sistem kekebalan tubuh manusia. Kasus HIV/AIDS merupakan
fenomena gunung es, dengan jumlah orang yang dilaporkan jauh lebih sedikit dibandingkan dengan yang sebenarnya
(Purwaningsih,2010). banyaknya kasus HIV di Indonesia pada tahun 2013 sebesar 29.037 jiwa, ini cenderung
meningkat jika dibandingkan pada tahun 2012 yaitu 21,511 jiwa. Berdasarkan jenis pekerjaan dari tahun 1987 sampai
dengan bulan September 2014 ibu rumah tangga menempati urutan paling atas dengan jumlah 6.539 jiwa penderita (Ditjen
PP & PL, Kemenkes RI 2014). Penularan pada ibu rumah tangga dibandingkan dengan wanita pekerja seksual (WPS)
cenderung meningkat sejak tahun 2003 sampai tahun 2013. Ibu rumah tangga lebih berisiko menderita HIV/AIDS dibanding
penjaja seks karena disebabkan oleh suami pengidap HIV dan menularkan pada istrinya melalui hubungan seks tanpa
kondom (Sophian, 2013).

Berdasarkan Keputusan Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat RI No. 9 tahun 1994, yaitu salah satu sasaran
komunikasi informasi dan edukasi (KIE) penanggulangan HIV/AIDS dan cara pemberian KIE pada kelompok berisiko
tinggi. Informasi mengenai HIV/AIDS melalui media komunikasi tersebut dapat meningkatkan pengetahuan ibu rumah
tangga yang berisiko tinggi menderita HIV/AIDS dan pengetahuan yang diterima diharapkan mampu merubah sikap dan
perilaku seks untuk mencegah HIV/ AIDS (Juliastika, 2012).

Di Indonesia, sejak tahun 1999 telah terjadi peningkatan jumlah ODHA pada kelompok orang berperilaku risiko tinggi
tertular HIV yaitu para penjaja seks komersial dan penyalah-guna NAPZA suntikan dibeberapa provinsi seperti DKI
Jakarta,Riau, Bali, Jawa Barat dan Jawa Timur sehingga provinsi tersebut tergolong sebagai daerah dengan tingkat
epidemi terkonsentrasi (concentrated level of epidemic). Tanah Papua sudah memasuki tingkat epidemi meluas
(generalized epidemic). Hasil estimasi tahun 2009, di Indonesia terdapat 186.000 orang dengan HIV positif. Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia telah menetapkan sebanyak 278 rumah sakit rujukan Odha (Surat Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 780/MENKES/SK/IV/2011 tentang Penetapan Lanjutan Rumah Sakit Rujukan
Bagi Orang dengan HIV yang tersebar di hampir semua provinsi di Indonesia. Dari Laporan Situasi Perkembangan HIV
& AIDS di Indonesia sampai dengan September 2011 tercatat jumlah Odha yang mendapatkan terapi ARV sebanyak
22.843 dari 33 provinsi dan 300 kab/kota, dengan rasio laki-laki dan perempuan 3 : 1, dan persentase tertinggi pada
kelompok usia 20-29 tahun. Program penanggulangan AIDS di Indonesia mempunyai 4 pilar, yang semuanya menuju
pada paradigma Zero new infection, Zero AIDS-related death dan Zero Discrimination.

Berdasarkan penelitian sebelumnya dengan intervensi memberikan sosialisasi mengenai pengetahua, sikap, serta
pencegahan HIV/AIDS pada ibu rumah tangga di Kabupaten Tanah Bumbu didapatkan hasil responden yang memiliki
tingkat pengetahuan tentang HI/AIDS rendah yaitu 20 responden (50%) dan tingkat pengetahuan tentang HI/AIDS tinggi
yaitu 20 responden (50%). Dimana Sebagian besar responden memiliki sikap kategori baik yaitu 37 responden (92.5%)
dan upaya pencegahan HIV/AIDS rendah yaitu 26 responden (65%). Dalam penelitian diketahui ada hubungan yang bermakna
antara pengetahuan umum tentang HIV/AIDS pada ibu rumah tangga yang memiliki suami pekerja sopir antar kota dengan
upaya pencegahan HIV/AIDS di Kabupaten Tanah Bumbu (Octavianty et al., 2015).
Masalah mengenai HIV/AIDS pada ibu rumah tangga melatarbelakangi kami untuk melakukan penyuluhan mengenai
HIV pada Ibu rumah tangga agar informasi tersebut dapat meningkatkan pengetahuan ibu rumah tangga di kota semarang
khususnya kecamatan Tembalang mengenai pencegahan penularan serta perawatan HIV/AIDS di rumah.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti penyuluhan selama 30 menit peserta mampu mengetahui dan memahami tentang
HIV/AIDS pada Ibu rumah tangga.

2. Tujuan Khusus
Setelah diberikan penyuluhan, peserta dapat:
1) Mengetahui pengertian HIV/AIDS
2) Mengetahui tanda dan gejala HIV/AIDS
3) Mengetahui cara penularan dan pencegahan HIV/AIDS
4) Mengetahui cara perawatan ODHA di rumah

B. WAKTU
Kegiatan Penyluhan ini akan dilaksanakan pada:
Hari : Minggu
Tanggal : 17 januari 2022
D.TEMPAT
Puskesmas sukarame
E.SASARAN
Ibu rumah tangga yang sudah terinfeksi HIV/AIDS maupun yang tidak terinfeksi
F.METODE
Ceramah dan diskusi
G. MEDIA
Leaflet
H.KEGIATAN PENYULUHAN

Tahap Waktu Kegiatan Perawat Kegiatan Klien Metode Media

Pendahuluan 5 menit 1. Menjawab Ceramah - dan


1. Memberi salam salam

2. Memperkenalkan diri

3. Menjelaskan tujuan 2. Mendengarkan dan Tanya Jawab


penyuluhan dan pokok
memperhatikan
materi yang akan
3. Menjawab
disampaikan
pertanyaan
4. Menggali pengetahuan
pasien tentang HIV
Mendengarkan dan
Menjelaskan materi: memperhatikan
Penyajian 15 Ceramah dan
1. Pengertian HIV/AIDS
menit Tanya Jawab Leaflet
2. Tanda dan gejala
HIV/AIDS

3. Cara penularan dan


pencegahan HIV/AIDS

4. Cara perawatan
ODHA di rumah

Penutup 10 1. Penegasan materi 1. Mengajukan Tanya Jawab


menit
2. Memberikan kesempatan kepada pertanyaan
peserta untuk 2. Menjawab
bertanya pertanyaan yang

3. Meminta peserta untuk diberikan oleh


penyuluh
menjelaskan kembali materi yang telah
disampaikan dengan singkat 3. Membalas salam

menggunakan bahasa
peserta sendiri
4. Memberikan pertanyaan
kepada peserta tentang

materi yang telah

disampaikan
5. Menutupacara dan
mengucapkan salam

I. PEMBAGIAN TUGAS

1. Penanggung jawab
Mengkoordinir persiapan dan pelaksanaan penyuluhan

2. Presentator
a Menyampaikan penyuluhan pada peserta
b Menjawab pertanyaan peserta
c Menyimpulkan materi penyuluhan

3. Moderator
a Membuka acara
b Memperkenalkan diri dan anggota kelompok serta preceptor
c Menyampaikan tujuan
d Menutup acara

4. Fasilitator
a Memotivasi peserta agar berperan aktif
Membuat absensi penyuluhan

5. Observer
a Mengawasi proses pelaksanaan kegiatan dari awal sampai akhir
b Membuat laporan penyuluhan yang telah dilaksanakan

6. Dokumentasi
a Mendokumentasikan hasil kegiatan yang telah dilaksanakan

J. EVALUASI

1. Evaluasi struktur : peserta menerima mahasiswa dengan baik

2. Evaluasi proses : Peserta :


Peserta penyuluhan bersedia ditempat sesuai dengan kontrak waktu yang ditentukan
Peserta antusias untuk bertanya tentang hal-hal yang tidak diketahuinya
Peserta menjawab semua pertanyaan yang telah diberikan

Mahasiswa :
Dapat memfasilitasi jalannya penyuluhan
Dapat menjalankan perananya sesuai dengan tugas

3. Evaluasi Hasil :

Kegiatan penyuluhan berjalan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan


Peserta mampu memahami tentang pendidikan kesehatan yang telah dijelaskan.

K. SUMBER
Andy.2011. HIV/AIDSPadaIbuHamil. http://ilmu-pasti-pengungkap-

kebenaran.blogspot.com/2011/11/hivaids-pada-ibu-hamil.html

Juliastika, et al. 2012. Hubungan pengetahuan tentang HIV/AIDS dengan sikap dan tindakan penggunaan kondom pria
pada wanita pekerja seks di Kota Manado. Ejournal Universitas Sam Ratulangi Manado; 1 (1) 15 - 20.

Kementrian Kesehatan RI. (2015). Pedoman Pelaksanaan Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak bagi
Tenaga Kesehatan.

Komisi Penanggulangan AIDS Kabupaten Jember. 2015. Mengenal & Menanggulangi HIV & AIDS Infeksi Menular
Seksual dan Narkoba. Jember: Komisi Penanggulangan AIDS Kabupaten Jember.

Octavianty, L., Rahayu, A., Rosadi, D., & Rahman, F. (2015). Pengetahuan, Sikap Dan Pencegahan Hiv/Aids Pada
Ibu Rumah Tangga. Jurnal Kesehatan Masyarakat, ll(1), 53. https://doi.org/10.15294/kemas.v11i1.3464

Purwaningsih S. 2010. Perkembangan HIV dan AIDS di Indonesia. Jurnal Kependudukan Indonesia; 3 (2): 11 - 16.

Sophian A. 2013. Determinan penggunaan pelayanan voluntary counseling and testing (VCT) oleh ibu rumah tangga
berisiko tinggi HIV positif di Kabupaten Biak Numfor Papua. Karya Tulis Ilmiah: Jayapura
L. LAMPIRAN MATERI
1. Definisi HIV/ AIDS
Human Immunodeficiency Virus atau HIV adalah virus yang menyerang sel darah putih di dalam tubuh (limfosit) yang
mengakibatkan turunnya kekebalan tubuh manusia. Orang yang dalam darahnya terdapat virus HIV dapat tampak sehat
dan belum tentu membutuhkan pengobatan. Meskipun demikian,orang tersebut dapat menularkan virusnya kepada orang
lain bila melakukan hubungan seks berisiko dan berbagi penggunaan alat suntik dengan orang lain(KPAD Kab. Jember,
2015).

Acquired Immune Deficiency Syndrome atau AIDS adalah sekumpulan gejala penyakit yang timbul karena kekebalan
tubuh yang menurun yang disebabkan oleh infeksi HIV. Akibat menurunnya kekebalan tubuh pada seseorang maka orang
tersebut sangat mudah terkena penyakit seperti TBC, kandidiasis, berbagai radang pada kulit, paru, saluran penernaan, otak
dan kanker.(KPAD Kab. Jember, 2015).

Virus HIV menyerang sel putih dan menjadikannya tempat berkembang biaknya Virus. Sel darah putih sangat
diperlukan untuk sistem kekebalan tubuh. Tanpa kekebalan tubuh maka ketika tubuh kita diserang penyakit, Tubuh kita
lemah dan tidak mampu melawan penyakit yang datang dan akibatnya kita dapat meninggal dunia meski terkena influenza
atau pilek biasa. Saat tubuh manusia terserang virus HIV maka tidaklah langsung menyebabkan atau menderita penyakit AIDS,
melainkan diperlukan waktu yang cukup lama bahkan bertahun-tahun bagi virus HIV untuk menyebabkan AIDS atau HIV
positif yang mematikan (Andy 2011).

2. Tanda dan Gejala


Gejala penularan HIV/AIDS terjadi beberapa hari atau beberapa minggu setelah terinfeksi HIV, gejala-gejala ini hanya
berlangsung beberapa hari atau beberapa minggu saja, lalu hilang dengan sendirinya. Seseorang mungkin akan menjadi
sakit dengan gejala-gejala seperti flu, yaitu:

1. Demam
2. Rasa lemah dan lesu
3. Sendi-sendi terasa nyeri
4. Batuk
5. Nyeri tenggorokan

Gejala selanjutnya adalah memasuki tahap dimana sudah mulai timbul gejala- gejala yang mirip dengan gejala-gejala
penyakit lain, gejala-gejala diatas ini memang tidak khas, karena dapat juga terjadi pada penyakit-penyakit lain. Namun gejala-
gejala ini menunjukkan sudah adanya kerusakan pada system kekebalan tubuh yaitu:

1. Demam berkepanjangan
2. Penurunan berat badan (lebih dari 10 % dalam waktu 3 hari)
3. Kelemahan tubuh yang mengganggu/menurunkan aktifitas fisik sehari-hari
4. Pembangkakan kelenjar di leher, lipat paha, dan ketiak
5. Diare atau mencret terus menerus tanpa sebab yang jelas
6. Batuk dan sesak nafas lebih dari 1 bulan secara terus menerus
7. Kulit gatal dan bercak-bercak merah kebiruan
Gejala penurunan kekebalan tubuh ditandai dengan mudahnya diserang penyakit lain, dan disebut infeksi oportunitis.
Maksudnya adalah penyakit yang disebabkan baik

oleh virus lain, bakteri, jamur, atau parasit (yang bisa juga hidup dalam tubuh kita), yang bila system kekebalan tubuh baik
kuman ini dapat dikendalikan oleh tubuh. Pada
tahap ini pengidap HIV telah berkembang menjadi penderita AIDS. Pada umumnya penderita AIDS akan meninggal dunia
sekitar 2 tahun setelah gejala AIDS ini muncul. Gejala AIDS yang timbul adalah :
1. Radang paru
2. Radang saluran pencernaan
3. Radang karena jamur di mulut dan kerongkongan
4. Kanker kulit
5. TBC
6. Gangguan susunan saraf / neurologis.

3. Cara Penularan Dan Peniefakan


HIV dapat ditularkan melalaui beberapa cara yaitu sebagau berikut :
1) Hubungan seksual dengan pengidap HIV/AIDS
Hubungan seksual secara vaginal, anal, dan oral dengan penderita HIV tanpa perlindungan bisa menularkan
HIV. Selama hubungan seksual berlangsung, air mani, cairan vagina, dan darah dapat mengenai selaput lendir
vagina, penis, dubur, atau mulut sehingga HIV yang terdapat dalam cairan tersebut masuk ke aliran darah
(PELKESI,1995). Selama berhubungan juga bisa terjadi lesi mikro pada dinding vagina, dubur, dan mulut
yang bisa menjadi jalan HIV untuk masuk ke aliran darah pasangan seksual (Syaiful, 2000).

2) Ibu pada bayinya


Penularan HIV dari ibu pada saat kehamilan (in utero). Berdasarkan laporan CDC Amerika, prevalensi HIV
dari ibu ke bayi adalah 0,01% sampai 0,7%. Bila ibu baru terinfeksi HIV dan belum ada gejala AIDS,
kemungkinan bayi terinfeksi sebanyak 20% sampai 35%, sedangkan kalau gejala AIDS sudah jelas pada ibu
kemungkinannya mencapai 50% (PELKESI, 1995). Penularan juga terjadi selama proses persalinan melalui
transfuse fetomaternal atau kontak antara kulit atau membrane mukosa bayi dengan darah atau sekresi
maternal saat melahirkan (Lily V, 2004).

3) Darah dan produk darah yang tercemar HIV/AIDS


Sangat cepat menularkan HIV karena virus langsung masuk ke pembuluh darah dan menyebar ke seluruh
tubuh.
4) Pemakaian alat kesehatan yang tidak steril
Alat pemeriksaan kandungan seperti speculum,tenakulum, dan alat-alat lain yang darah cairan vagina atau air
mani yang terinfeksi HIV,dan langsung di gunakan untuk orang lain yang tidak terinfeksi bisa menularkan
HIV (PELKESI,1995).

5) Alat-alat untuk menoleh kulit


Alat tajam dan runcing seperti jarum,pisau,silet,menyunat seseorang, membuat tato,memotong rambut,dan
sebagainya bisa menularkan HIV sebab alat tersebut mungkin di pakai tampa disterilkan terlebih dahulu.

6) Menggunakan jarum suntik secara bergantian


Jarum suntik yang di gunakan di fasilitas kesehatan,maupun yang di gunakan oleh parah pengguna narkoba
(injecting drug user-IDU) sangat berpotensi menularkan HIV. Selain jarum suntik, pada para pemakai IDU
secara bersama-sama juga mengguna tempat penyampur, pengaduk,dan gelas pengoplos obat,sehingga
berpotensi tinggi untuk menularkan HIV.

Selain itu terdapat beberapa cara atau upaya untuk mencegah terjadinya penularan HIV/AIDS yang dikenal
dengan prinsip ABCDE, yaitu sebagai berikut :

1) A ’ Abstinence
Abstinence merupakan suatu upaya untuk tidak melakukan hubungan seksual, terutama bagi seseorang yang
belum menikah.

2) B - Be Faithful
Be Faithful merupakan suatu upaya untuk tidak berganti-ganti pasangan atau dengan kata lain menunjukkan
sikap saling setia kepada pasangannya.

3) C ’ Condom
Melakukan hubungan seksual yang aman yaitu dengan menggunakan alat pelindung atau kondom.

4) D - Don't Share Syringe / Don't Inject


Jangan memakai jarum suntik atau alat yang menembus kulit secara bergantian dengan orang lain, terutama di
kalangan pemakai narkoba.
5) E - Saνe Equipment
Hindari pemakaian alat / bahan tidak steril.

4. Pengobatan HIV / AIDS

1) Obat-obatan Antiretroviral
Obat-obatan Antiretroviral (ARV) adalah beberapa obat yang digunakan untuk mengobati infeksi HIV. Obat-
obatan ini tidak membunuh virus, tapi memperlambat pertumbuhan virus. HIV bisa mudah beradaptasi dan kebal
terhadap satu golongan ARV. Oleh karena itu, kombinasi golongan ARV akan diberikan pada penderita.
Beberapa golongan ARV adalah:

1. NNRTI (Non-nucleoside reνerse transcriptase inhibitors). Jenis ARV ini akan bekerja dengan
menghilangkan protein yang dibutuhkan virus HIV untuk menggandakan diri.

2. NRTI (Nucleoside reνerse transcriptase inhibitors). Golongan ARV ini menghambat perkembangan HIV
di dalam sel tubuh.

3. Protease inhibitors. ARV jenis ini akan menghilangkan protease, jenis protein yang juga dibutuhkan HIV
untuk memperbanyak diri.

4. Entry inhibitors. ARV jenis ini akan menghalangi HIV untuk memasuki sel-sel CD4.

5. Integrase inhibitors. Jenis ARV ini akan menghilangkan integrase, protein yang digunakan HIV untuk
memasukkan materi genetik ke dalam sel-sel CD4.

5. Perawatan Kompherensif Berkesinambungan


Perawatan kompherensif melibatkan suatu jejaring kerja diantaranya sumber daya yang ada dalam rangka
memberikan pelayanan dan perawatan holistik, kompherensif dan dukungan yang luas bagi ODHA dan keluarganya.
Sebelum diputuskan untuk memberikan perawatan kompherensif perlu ditimbangkan beberapa hal antara lain sumber
daya yang memadai yaitu dukungan dana, bahan dan alat, sumber daya manusia baik dari pihak pemerintah atau
masyarakat. Komponen perawatan kompherensif meliputi :

1. Konseling dan tes HIV sukarela (Voluntary counseling and Testing / VCT) adalah pelayanan dan
perawatan, tempat mereka (ODHA) datang untuk bertanya, belajar, menerima status HIV/AIDS seseorang
dengan privasi yang terjaga.

2. Tatalaksana klinis kasus infeksi simtomatik dengan diagnosa dini yang memadai, pengobatan yang
rasional, maupun pemulangan yang terencana.

3. Asuhan keperawatan yang mampu memberikan kenyamanan pasien dan hegienis, mampu mengendalikan infeksi
dengan baik, melatih dan mendidik keluarga tentang perawatan di rumah dan pencegahan penularan.

4. Promosi gizi yang baik, dukungan psikologis dan emosional, dukungan spritual, dan konseling.

5. Melakukan kontrol secara rutin dan meminum obat secara teratur agar HIV tidak resisten terhadap obat.
6. Menguranginya dan menyingkirkan stigma, membangun sikap positif dari masyarakat terhadap ODHA dan
keluarganya, termasuk para petugas kesehatan.

7. Dukungan sosial atau rujukan kepada pelayanan sosial untuk mengatasi permasalahan tempat tinggal,
pekerjaan, bantuan hukum, dan mencegah diskriminasi. (Depkes RI,2010)

6. Perawatan HIV di Rumah

1) Penularan HIV
a Melalui seks vagina, anal atau mulut tanpa kondom dengan seseorang yang terinfeksi HIV

b Melalui penggunaan jarum suntik atau semprit bergantian dengan orang yang terinfeksi HIV

c Dari ibu ke bayinya sebelum bayi dilahirkan, selama kelahiran atau melalui pemberian ASI.

d Petugas kesehatan seperti perawat, beresiko tertular HIV jika mereka tertusuk jarum yang mengandung
darah yang tercemar HIV atau terpercik darah yang tercemar HIV pada mata, hidung, mulut atau pada luka
atau radang yang terbuka.

e Hanya sedikit orang yang tinggal serumah dengan ODHA atau orang yang merawat ODHA pernah
terinfeksi. Infeksi mungkin terjadi melalui pemakaian pisau cukur bergantian, menyentuh darah ODHA
pada luka atau radang yang terbuka, atau cara lain yang berhubungan dengan darah ODHA.

2) Bagaimana HIV tidak ditularkan:


a Kita tidak akan terinfeksi HIV dari udara, makanan, air, gigitan serangga, hewan, piring, pisau, garpu,
sendok, Kloset/WC, cium pipi, bersalaman atau lainnya yang tidak melibatkan darah, air mani, cairan
vagina, atau ASI.

b Kita tidak akan terinfeksi HIV dari kotoran, cairan hidung, air liur, keringat, air mata, air seni atau muntah
kecuali cairan ini bercampur darah. Kita dapat membantu ODHA dengan makan, mengganti pakaian bahkan
memandikannya tanpa resiko terinfeksi, asal kita dapat melindungi diri kita misalnya pakai sarung tangan
sekali pakai jika harus membersihkan atau menolong ODHA yang sedang diare. Cucilah tangan dengan teliti
setelah melepaskan sarung tangan.

3) Mencegah Penularan HIV di rumah


a Mencuci tangan
b Sarung tangan, gaun, dan masker
c Cuci piring yang digunakan penderita dengan air panas bersabun
d Penderita AIDS tidak memerlukan kamar mandi dan dapur yang terpisah kecuali bila penderita mengalami
inkontinen atau diare atau luka herpes.
e Bila darah, urin atau cairan tubuh lainnya tumpah, bersihkanlah segera dengan air sabun panas dan
desinfektan.

f Cuci semua pakaian penderita secara terpisah.Gunakan sarung tangan saat mengurus pakaian kotor, cuci dalam
air panas dan deterjen enzimatik

g Letakkan sarung tangan, tampon, bantalan linen-saver, tisu, dan barang lain dalam plastik bersegel
sebelum dibuang

h Buang jarum injeksi yang telah digunakan ke dalam plastik tahan tusuk atau kaleng metal dan disegel.
Jangan mematahkan jarum.

i Jangan berbagi barang seperti sikat gigi, pencukur, atau barang lainnya yang bisa mengandung darah
yang terkontaminasi.
4) Menghindari ODHA terkena infeksi lainnya
a Cuci tangan sebelum : memasak, makan, menyuapi makanan dan memberi obat
b Cuci tangan setelah : memakai kertas tissu toilet, mengganti popok/pakaian dalam
c Gunakan air bersih (matang) untuk makan/minum terutama untuk anak-anak
d Cucilah seprei/handuk/baju dengan sabun dan air
e Simpanlah makanan dalam tempat tertutup sehingga tidak tercemar oleh kotoran/lalat
f Bila ada anggota keluarga yang sakit, cucilah gelas sebelum digunakan orang lain
g Jangan meludah disembarang tempat
h Cucilah dengan air bersih buah-buahan dan sayuran segar yang langsung dimakan tanpa dimasak

i Membuang sampah pada tempatnya, kelola dengan benar (ditimbun/dibakar).

5) Membantu ODHA merasa nyaman di rumah:


a Menghormati kemandirian dan kebebasan pribadinya.
b Membiarkan dia mengatur segala sesuatu yang dia bisa.
c Mintalah izin untuk masuk ke ruangannya, atau untuk duduk bersamanya, dan sebagainya. Perkataan
“Boleh saya bantu?” membiarkan dia tetap bisa memegang kendali.

d Menanyakan apa yang dapat kita lakukan untuk membuatnya nyaman. Banyak orang merasa malu untuk
meminta bantuan, khususnya bantuan seperti memakai kakus,

e mandi, bercukur, makan, dan berpakaian.


f Menjaga rumah tetap bersih dan kelihatan bercahaya dan menyenangkan.
g Menempatkan kamar ODHA dekat kamar mandi.
h Menyediakan serbet kertas (tisu), handuk, keranjang sampah, selimut tambahan dan benda-benda lain yang
mungkin diperlukan dekat ODHA, sehingga dia dapat menjangkaunya sendiri dari tempat tidur atau kursi.

Anda mungkin juga menyukai