PENDAHULUAN
1
2
I. 2 Tujuan
TINJAUAN PUSTAKA
3
4
Istilah galenika di ambil dari nama seorang tabib Yunani yaitu Claudius
Galenos (GALEN) yang membuat sediaan obat-obatan yang berasal dari
tumbuhan dan hewan, sehingga timbulah ilmu obat-obatan yang disebut ilmu
galenika.
Jadi Ilmu Galenika adalah ilmu yang mempelajari tentang pembuatan sediaan
(preparat) obat dengan cara sederhana dan dibuat dari alam (tumbuhan dan
hewan).
5
6
Tingtur (Tinctura)
Adalah sediaan cair yang dibuat dengan cara maserasi atau perkolasi
simplisia nabati atau hewani atau dengan cara melarutkan senyawa kimia dalam
pelarut yang tertera pada masing – masing monografi. Kecuali dinyatakan lain,
tingtur dibuat menggunakan 20% zat berkhasiat dan 10 % untuk zat berkhasiat
keras.
Jika dalam monografi tertera penetapan kadar, setelah diperoleh 80 bagian
perkolat, tetapkan kadarnya. Atur kadar hingga memenuhi syarat, jika perlu
encerkan dengan cairan penyari secukupnya.
Penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya, di tempat
sejuk.
Sediaan tingtur harus jernih, untuk bahan dasar yang mengandung harsa
digunakan cairan penyari etanol 90% dan pada umumnya cairan penyari adalah
etanol 70%.
Tingtur yang mengandung harsa / damar adalah Mira Tinctura, Asaefoetida
Tinctura, Capsici Tinctura, Tingtur Menyan.
Pembagian Tinctur:
1. Menurut Cara Pembuatan
A. Tingtur Asli
Adalah tingtur yang dibuat secara maserasi atau perkolasi.
Contoh :
Tingtur yang dibuat secara maserasi
1. Opii Tinctura FI III
2. Valerianae Tinctura FI III
3. Capsici Tinctura FI II
4. Myrrhae Tinctura FI II
5. Opii Aromatica Tinctura FI III
6. Polygalae Tinctura Ext.
FI1974
8
Ekstrak (Extracta)
Adalah sediaan kering, kental, atau cair dibuat dengan menyari simplisia
nabati atau hewani menurut cara yang cocok diluar pengaruh cahaya matahari
langsung. Ekstrak kering harus mudah digerus menjadi serbuk.
Cairan penyari yang dipakai adalah air, eter dan campuran etanol dan air.
Cara Pembuatan
Penyarian :
Penyarian simplisia dengan air dilakukan dengan cara maserasi, perkolasi atau
penyeduhan dengan air mendidih.
Penyarian dengan campuran etanol dan air dilakukan dengan cara maserasi atau
perkolasi.
Penyarian dengan eter dilakukan dengan cara perkolasi.
1. Maserasi
Lakukan maserasi menurut cara yang tertera pada tingtur, suling atau uapkan
maserat pada tekanan rendah pada suhu tidak leih dari 50 0C hingga konsistensi
yang dikehendaki.
2. Perkolasi
Lakukan perkolasi menurut cara yang tertera pada tinctura. Setelah perkolator
ditutup dan dibiarkan selama 24 jam biarkan cairan menetes, tuangi massa dengan
cairan penyari hingga jika 500 mg perkolat yang keluar terakhir diuapkan tidak
meninggalkan sisa. Perkolat disuling atau diuapkan dengan tekanan rendah pada
suhu tidak lebih dari 50 0C hingga konsistensi yang dikehendaki
Pada pembuatan ekstrak cair 0,8 bagian perkolat pertama dipisahkan, perkolat
selanjutnya diuapkan hingga 0,2 bagian campur dengan perkolat pertama.
Pembuatan ekstrak cair dengan penyari etanol dapat juga dilakukan dengan
cara reperkolasi tanpa menggunakan panas.
Ekstrak yang diperoleh dengan penyari air hangatkan segera pada suhu kurang
lebih 90 0C, enapkan, serkai. Uapkan serkaian pada takanan rendah pada suhu
10
tidak lebih dari 50 0C hingga bobotnya sama dengan bobot simplisia yang
digunakan.
Enapkan di tempat sejuk selama 24 jam, serkai, uapkan pada tekanan rendah
pada suhu tidak lebih dari 50 0C hingga konsentrasi yang dikehendaki.
Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya
Untuk ekstrak kering dan kental perkolat disuling atau diupkan dengan
tekanan rendah pada suhu tidak lebih dari 50 0C hingga konsistensi yang
dikehendaki.
Contoh – Contoh Ekstrak
1. Ekstrak Belladonae
Cara pembuatan : perkolasi 100 bagian serbuk belladon (85/100) dengan
campuran etanol encer dan larutan dalam air asam asetat 2% v/v volume sama
sehingga alkaloida tersari sempurna yang diperiksa dengan cara sebagai berikut :
Kocok kuat-kuat campuran 3 ml eter, 5 tetes amonia encer dan 2 ml perkolat.
Uapkan 2 ml lapisan eter, larutkan sisa dalam 1 tetes H2SO4 encer, kemudian
tambahkan 5 tetes air dan 1 tetes larutan kalium tetraiodida hidrargyrat (II) tidak
terjadi kekeruhan. Suling etanol dengan perkolat, biarkan di tempat sejuk selama
24 jam. Tambahkan talk, saring, cuci sisa dengan 100 bagian air. Uapkan filtrat
menurut cara yang tertera pada extracta hingga diperoleh ekstrak kental. Ekstrak
ini berkadar 1,3% alkaloida.
Penyimpanan : Ekstrak belladon dapat disimpan dalam persediaan dalam bentuk
serbuk kering yang dibuat sebagai berikut :
Gerus 1 bagian ekstrak dengan 2 bagian pati beras atau laktosa, keringkan pada
suhu tidak lebih dari 30 0C, tambahkan sejumlah pati beras atau laktosa hingga
tepat 3 bagian. Sisa dalam wadah berisi zat pengering.
2. Ekstrak Hiosiami (Hyosyami Extractum)
Cara pembuatan : sama dengan cara pembuatan Belladonae Extractum yang
dibuat dari serbuk hiosiamin
Ekstrak hiosiami kental disimpan dalam persediaan dalam bentuk serbuk yang
dibuat sebagai berikut :
11
Gerus 1 bagian ekstrak dengan 2 bagian pati atau laktosa keringkan pada suhu
tidak lebih dari 80 0C, tambahkan sejumlah pati atau laktosa kering hingga tapat 3
bagian. Simpan dalam wadah berisi zat pengering.
3. Ekstrak Akar Manis (Glycyrrhizae Succus Extractum)
Cara pembuatan : penyarian dilakukan dengan air mendidih kemudian diuapkan
hingga kering.
Infus (Infusa)
Adalah sediaan cair yang dibuat dengan menyari simplisia nabati dengan air pada
suhu 90 0C selama 15 menit.
Cara Pembuatan
Campur simplisia dengan derajat halus yang cocok dalam panci dengan air
secukupnya, panaskan di atas tangas air selama 15 menit terhitung mulai suhu
mencapai 90 0C sambil sekali-sekali di aduk. Serkai selagi panas melalui kain
flanel, tambahkan air panas secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume
infus yang dikehendaki.
1. Jumlah Simplisia
Kecuali dinyatakan lain, infus yang mengandung bukan bahan berkhasiat
keras di buat dengan menggunakan 10 % simplisia.
12
Kecuali untuk simplisia seperti yang tertera di bawah ini, untuk membuat
100 bagian infus, digunakan sejumlah simplisia seperti tersebut di bawah ini :
Kulit kina 6 bagian
Daun digitalis 0,5 bagian
Akar ipeka 0,5 bagian
Daun kumis kucing 0,5 bagian
Sekale kornutum 3 bagian
Daun sena 4 bagian
Temulawak 4 bagian
Cara Menyerkai
Pada umumnya infus di serkai selagi panas, kecuali infus simplisia yang
mengandung minyak atsiri, diserkai setelah dingin. Infus daun sena, infus asam
jawa dan infus simplisia lain yang mengandung lendir tidak boleh diperas.
Untuk decocta Condurango diserkai dingin, karena zat berkhasiatnya larut dalam
keadaan panas, akan mengendap dalam keadaan dingin.
Infus daun sena harus diserkai setelah dingin karena infus daun sena mengandung
zat yang dapat menyebabkan sakit perut yang larut dalam air panas, tetapi tidak
larut dalam air dingin.
Untuk asam jawa sebelum dibuat infus di buang bijinya dan diremas dengan air
hingga massa seperti bubur.
Untuk buah adas manis dan buah adas harus dipecah dahulu.
Bila sediaan tidak disebutkan derajat kehalusannya, hendaknya diambil derajat
kehalusan suatu bahan dasar yang keketalannya sama / sediaan galenik dengan
bahan yang sama.
13
Cara pembuatan :
1. larutkan minyak atsiri sejumlah yang tertera dalam masing-masing monografi
dalam 60 ml etanol 95%.
2. tambahkan air sedikit demi sedikit sampai volume 100 ml sambil dikocok kuat-
kuat.
3. tambahkan 500 mg talc, kocok, diamkan, saring.
4. encerkan 1 bagian filtrat dengan 39 bagian air.
Etanol disini berguna untuk menambah kelarutan minyak atsiri dalam air.
Talc berguna untuk membantu terdistribusinya minyak dalam air dan
menyempurnakan pengendapan kotoran sehingga aqua aromatik yang dihasilkan
jernih.
Selain cara melarutkan seperti yang tertera dalam FI II, buku lain juga
mencantumkan aqua aromatik adalah hasil samping dari pembuatan olea volatilia
secara penyulingan sesudah diambil minyak atsirinya.
Aqua aromatik yang diperoleh sebagai hasil samping pembuatan minyak
atsiri secara destilasi dapat dicegah pembusukannya dengan cara mendidihkan
dalam wadah tertutup rapat yang tidak terisi penuh di atas penangas air selama 1
jam.
Pemerian aqua aromatika : cairan jernih, atau agak keruh, bau dan rasa tidak
boleh menyimpang dari bau dan rasa minyak atsiri asal.
Syarat untuk resep : jika air aromatik keruh, kocok kuat-kuat sebelum
digunakan.
14
2. kecuali dinyatakan lain harus larut dalam segala perbandingan dalam CHCl3, Eter
dan Eter minyak tanah.
3. Harus memenuhi syarat-syarat minyak mineral, minyak harsa dan minyak-minyak
asing lainnya, senyawa belerang dan logam berat.
Warna coklat, hijau ataupun biru, disebabkan adanya zat-zat asing dalam
minyak atsiri tersebut. Misalnya : Minyak kayu putih (Oleum Cajuputi) yang
murni tidak berwarna. Warna hijau yang ada seperti yang terlihat diperdagangan
karena adanya : klorophyl dan spora-spora Cu (tembaga). Warna kuning atau
kuning coklat terjadi karena adanya penguraian.
Pemerian :
Cairan jernih
Bau seperti bau bagian tanaman asal.
Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat, terisi penuh, terlindung dari cahaya
dan ditempat sejuk.
Identifikasi :
1. teteskan 1 tetes minyak di atas air, permukaan air tidak keruh.
2. pada sepotong kertas teteskan 1 tetes minyak yang diperoleh dengan cara
penyulingan uap tidak terjadi noda transparan.
3. kocok sejumlah minyak dengan larutan NaCl jenuh volume sama, biarkan
memisah, volume air tidak boleh bertambah.
17
diangkat, diganti dengan yang segar sampai beberapa kali, sampai lemak itu
benar-benar jenuh dengan minyak atsiri. Biasanya lemak itu dapat digunakan
untuk 30 kali.
Kemudian lapisan lemak dikerok, dilarutkan dalam alkohol absolut,
minyak atsiri akan larut, sedangkan lemaknya tidak larut, sehingga lemaknya
dapat dipisahkan dari minyak atsiri. Minyak atsiri yang ada dalam alkohol
disuling secara vacum (dengan alat evaporator vacum ). Alkohol yang digunakan
bukan alkohol fortior sebab waktu diuapkan, uap air akan membawa minyak
atsiri.
Cara ini dapat digunakan untuk bahan bakal dengan kandungan minyak
atsiri yang rendah dan tidak tahan pemanasan.
Sirup (Sirupi)
Adalah sediaan cair berupa larutan yang mengandung sakarosa. Kadar
sakarosa (C12 H22 O11) tidak kurang dari 64% dan tidak lebih dari 66%.
Cara pembuatan sirup :
Buat cairan untuk sirup, panaskan, tambahkan gula, jika perlu didihkan hingga
larut. Tambahkan air mendidih secukupnya hingga diperoleh bobot yang
dikehendaki, buang busa yang terjadi, serkai.
Cairan untuk sirup, kedalam mana gulanya akan dilarutkan dapat dibuat dari :
1. Aqua destilata : untuk sirupus simplex.
2. Hasil-hasil penarikan dari bahan dasar :
a. Maserat misalnya sirupus Rhei
b. Perkolat misalnya sirupus Cinnamomi
20
pada pembuatan sirup dari simplisia yang mengandung glikosida antrakinon di
tambahkan Na2CO3 sejumlah 10% bobot simplisia
Kecuali dinyatakan lain, pada pembuatan sirup simplisia untuk persediaan
ditambahkan metil paraben 0,25 % b/v atau pengawet lain yang cocok.
Kadar gula dalam sirup pada suhu kamar maksimum 66 % sakarosa, bila lebih
tinggi akan terjadi pengkristalan, tetapi bila lebih rendah dari 62 % sirup akan
membusuk.
Bj sirup kira-kira 1,3
Pada penyimpanan dapat terjadi inversi dari sakarosa ( pecah menjadi glukosa
dan fruktosa ) dan bila sirup yang bereaksi asam inversi dapat terjadi lebih cepat.
Pemanasan sebaiknya dihindari karena pemanasan akan menyebabkan terjadinya
gula invert.
Gula invert adalah gula yang terjadi karena penguraian sakarosa yang memutar
bidang polarisasi kekiri.
Gula invert tidak dikehendaki dalam sirup karena lebih encer sehingga mudah
berjamur dan berwarna tua ( terbentuk karamel ), tetapi mencegah terjadinya
oksidasi dari bahan obat.
Pada sirup yang mengandung sakarosa 62 % atau lebih, sirup tidak dapat
ditumbuhi jamur, meskipun jamur tidak mati.
Bila kadar sakarosa turun karena inversi, maka jamur dapat tumbuh. Bila dalam
resep, sirup diencerkan dengan air dapat pula ditumbuhi jamur.
Untuk mencegah sirup tidak menjadi busuk, dapat ditambahkan bahan pengawet
misalnya nipagin.
21
Maka untuk kestabilan sirup, FI III juga menuliskan tentang panambahan metil
paraben 0,25% atau pengawet lain yang cocok.
Extractio adalah cara menarik satu atau lebih zat-zat dari bahan asal yang
umumnya zat berkhasiat tersebut tertarik dalam keadaan (khasiatnya) tidak
berubah.
Istilah extractio hanya dipergunakan untuk penarikan zat-zat dari bahan asal
dengan menggunakan cairan penarik/ pelarut. Cairan penarik yang dipergunakan
disebut menstrum, ampasnya disebut marc atau faeces. Cairan yang dipisahkan
disebut Macerate Liquid, Colatura, Solution, Perkolat.
Umumnya extractio dikerjakan untuk simplisia yang mengandung zat berkhasiat
atau zat-zat lain untuk keperluan tertentu.. Zat-zat berkhasiat tersebut antara lain
alkaloida, glukosida, damar, olea, resina, minyak atsiri, lemak. Disamping itu
terdapat juga jenis-jenis gula, zat pati, zat lendir, albumin, protein, pectin, selulosa
yang pada umumnya mempunyai daya larut dalam cairan pelarut tertentu dimana
sifat-sifat kelarutan ini dimanfaatkan dalam extractio.
Tujuan utama extractio adalah :untuk mendapatkan zat-zat berkhasiat
pengobatan sebanyak mungkin dari zat-zat yang tidak berfaedah, supaya lebih
mudah digunakan dari pada simplisia asal. Begitu juga penyimpanan dan tujuan
pengobatannya terjamin sebab pada umumnya simplisia terdapat dalam keadaan
tercampur yang memerlukan cara-cara penarikan dan cairan-cairan penarik
tertentu yang nantinya akan menghasilkan sediaan galenik sesuai dengan
pengolahannya.
Suhu penarikan juga sangat mempengaruhi hasil penarikan, suhu penarikan
untuk :
Maserasi : 15 – 25 0C
Digerasi : 35 – 45 0C
Infundasi : 90 – 98 0C
Memasak : suhu mendidih
23
Jadi kesimpulan dalam extractio ini adalah memilih salah satu cara
penarikan yang tepat dengan cairan yang pantas dan memisahkan ampas dengan
hasil penarikan yang akan menghasilkan sebuah preparat galenik yang
dikehendaki.
Simplisia yang dipergunakan umumnya sudah dikeringkan, kadang-
kadang juga yang segar. Untuk kemudahan simplisia yang kering ini dilembabkan
terlebih dahulu / di maserer dalam batas waktu tertentu. Disamping itu simplisia
ini ditentukan derajat halusnya untuk memperbesar atau memperluas
permukaannya, sehingga menyebabkan proses difusi dari zat-zat berkhasiat lebih
cepat dari pada melalui dinding-dinding sel yang utuh (proses osmose).
24
3. Perkolasi
Cara-cara perkolasi :
1. perkolasi biasa
2. perkolasi bertingkat, reperkolasi, fractional percolation
3. perkolasi dengan tekanan, pressure percolation
4. perkolasi persambungan, continous extraction, memakai alat soxhlet.
A. Perkolasi Biasa
Simplisia yang telah ditentukan derajat halusnya direndam dengan cairan
penyari, masukkan kedalam perkolator dan diperkolasi sampai didapat perkolat
tertentu. Untuk pembuatan tingtur disari sampai diperoleh bagian tertentu, untuk
ekstrak cair disari sampai tersari sempurna. Perkolasi umumnya digunakan untuk
pengambilan sari zat-zat yang berkhasiat keras.
Cara Kerjanya :
Isi perkolator pertama–tama dilembabkan, dan ditarik seperti cara memperkoler
biasa, tetapi perkolatnya ditentukan dalam beberapa bagian dan jumlah volume
tertentu, misalnya : 200 cc, 300 cc, 300 cc, 300 cc, 300 cc, 300 cc bagian yang
pertama perkolat A (200 cc) adalah sebagian sediaan yang diminta dan perkolat
selanjutnya disebut susulan pertama.
Perkolator kedua dilembabkan simplisianya dengan perkolat A (susulan
pertama), akan diperoleh perkolat-perkolat dalam jumlah-jumlah dan volume
tertentu, dengan catatan perkolat ini nantinya terdapat 300 cc, 200 cc, 200 cc, 200
cc, 200 cc, 200 cc, bagian pertama perkolat (300 cc) adalah sebagian dari sediaan.
Perkolator ketiga diolah seperti kedua, dengan perkolator B bagian kedua 200
cc dan seterusnya sampai terdapat nantinya sebanyak 500 cc, terlihat disini bahwa
perkolat A bagian pertama, lebih kecil volumenya dari perkolat B bagian pertama,
tetapi sebaliknya perkolat A bagian-bagian berikutnya lebih besar volumenya dari
perkolat-perkolat B.
26
Hasilnya ialah:
- perkolat A pertama 200 cc
- perkolat B pertama 300 cc jumlah 1000 cc
- perkolat C pertama 500 cc
Keuntungan pertama pada reperkolasi ialah preparat yang terdapat dalam bentuk
pekat dan berarti penghematan menstrum. Tetapi reperkolasi ini tidak dapat
dipergunakan untuk ekstraksi sampai habis. Secara resmi reperkolasi
dipergunakan hanya untuk pembuatan ekstrak-ekstrak cair yang simplisianya
mengandung zat berkhasiat yang tidak tahan atau rusak oleh pemanasan.
PENUTUP
IV. 1 Kesimpulan
Ilmu Galenika adalah : Ilmu yang mempelajari tentang pembuatan sediaan
(preparat) obat dengan cara sederhana dan dibuat dari alam (tumbuhan dan
hewan).
Bentuk-bentuk sediaan galenik :
1. Hasil Penarikan : Extracta, Tinctura, Decocta / Infusa
2. Hasil Penyulingan/ pemerasan : Aqua aromatika, olea velatilia (minyak
menguap), olea pinguia (minyak lemak)
3. Syrup.
cara-cara penarikan simplisia
1. maserasi
2. digerasi
3. perkolasi
IV. 2 Saran
Hendaknya dalam membuat sediaan galenik kita bekerja secara serius dan hati-
hati.
27
DAFTAR PUSTAKA
28