Anda di halaman 1dari 283

LAPORAN AKHIR KEGIATAN

PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA


PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN
MENENGAH DI KABUPATEN TULANG BAWANG

KERJASAMA

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH


PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KABUPATEN TULANG BAWANG

DENGAN

LEMBAGA PENELITIAN DAN


PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG
2020
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH
DI KABUPATEN TULANG BAWANG

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN Hal


A Latar Belakang 1
B Maksud dan Tujuan 12
C Ruang Lingkup 13
D Sasaran 14
E Lokasi Pekerjaan 15
F Metode Penelitian 15
G Sistematika Penulisan 16

BAB II KAJIAN PUSTAKA 17


A Tantangan Usaha Mikro Kecil Dan Menengah Di 17
Era Pasar Bebas
B Peran Pemerintah dalam Pembangunan UMKM 21
C Konsep Pertumbuhan Ekonomi 31
D Peran Koperasi dalam Penguatan Daya Saing 44
UMKM
E Kajian Teoritis Koperasi 46
F Revitalisasi Koperasi 74
G Konsep UMKM 78

BAB III POTENSI WILAYAH 91


A Gambaran Umum Tulang Bawang 91
B Pertumbuhan Penduduk 93
C Korelasi Bonus Demografi dengan Pertumbuhan 96
Ekonomi
D Potensi Sektor Pertanian dan Perkebunan 97
Tanaman Pangan
E Potensi Perikanan 100

i
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH
DI KABUPATEN TULANG BAWANG

F Potensi Sektor Perkebunan 101


G Potensi Sektor Peternakan 104
H Produksi Daging dan Telur 106

BAB IV PERENCANAAN PENGEMBANGAN USAHA 109


MIKRO KECIL DAN MENENGAH DI
KABUPATEN TULANG BAWANG
A Visidan Misi Kabupaten Tulang Bawang. 109
B Identifikasipotensi (profil dan sebaran) UMKM
di Kabupaten Tulang Bawang. 116
C Rumusan isu strategis, permasalahan, dan
strategi merancang mengelola dalam rangka
penguatan UMKM di Kabupaten Tulang
Bawang 147
D Permodelan Hasil Rumusan Perencanaan,
Koordinasi dan Pengembangan UMKM Dalam
Upaya Digitalisasi Produk UMKM sebagai
Solusi Bertahan Di Era Pandemi 204

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


254

ii
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH
DI KABUPATEN TULANG BAWANG

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Data Pasien Terinfeksi Covid 19 Terbesar di 1


Dunia
Tabel 2 Sebaran Sektor UMKM Di Kabupaten Tulang 7
Bawang Tahun 2016.
Tabel 3 Jumlah tenaga Kerja Yang Diserap Sektor 7
UMKM Tahun 2016
Tabel 4 Dampak Covid 19 ke UMKM 12
Tabel 5 Sebaran Jumlah Koperasi di Pulau Sumatera 74
Berdasarkan Provini Tahun 2013.
Tabel 6 Sebaran jumlah Koperasi Di Provinsi Lampung 75
Berdasarkan Status Keaktifan Per
Kabupaten/Kota, Tahun 2013.
Tabel 7 Karakteristik UMKM dan Usaha Besar 86
Tabel 8 Kriteria UMKM dan Usaha Besar Berdasarkan 89
Aset dan Omset
Tabel 9 Luas Wilayah Menurut Kecamatan di 92
Kabupaten Tulang Bawang
Tabel 10 Jumlah Penduduk dan Laju Pertumbuhan 93
Penduduk Menurut Kecamatan Di Kabupaten
Tulang Bawang
Tabel 11 Penduduk Kabupaten Tulang Bawang 95
menurut Kelompok Umur Tahun 2015-2017
Tabel 12 Jumlah Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas 97
Menurut Jenis Kegiatan Selama Seminggu
yang Lalu di Kabupaten Tulang Bawang, 2017
Tabel 13 Luas Panen dan Produksi Tanaman Padi di 99
Kabupaten Tulang Bawang Tahun 2017

iii
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH
DI KABUPATEN TULANG BAWANG

Tabel 14 Poduksi Tanaman Jagung, Ubi Kayu dan Ubi 100


Jalar Menurut Kecamatan di Kabupaten
Tulang Bawang, 2017.
Tabel 15 Produksi Ikan Menurut Sumbernya di 101
Kabupaten Tulang Bawang, 2016.
Tabel 16 Potensi Kelautan dan Perikanan di Kabupaten 101
Tulang Bawang Tahun 2016
Tabel 17 Produksi Tanaman Perkebunan Rakyat 102
Menurut Jenis Tanaman di Kabupaten Tulang
Bawang, 2017.
Tabel 18 Potensi Produksi Kelapa Sawit Menurut 102
Kecamatan di Kabupaten Tulang Bawang,
2017
Tabel 19 Potensi Produksi Karet Menurut Kecamatan di 103
Kabupaten Tulang Bawang, 2017.
Tabel 20 Populasi Ternak Besar dan Kecil Menurut 105
Kecamatan di Kabupaten Tulang Bawang
Tahun 2017
Tabel 21 Populasi Ternak Unggas Menurut Kecamatan 105
di Kabupaten Tulang Bawang Tahun 2017.
Tabel 22 Produksi Daging (kg) Menurut Kecamatan di 107
Kabupaten Tulang Bawang Tahun 2017
Tabel 23 Produksi Telur (kg) Menurut Kecamatan di 108
Kabupaten Tulang Bawang, 2017.
Tabel 24 Rumusan Sasaran dan Indikator 111
Tabel 25 Strategi dan Arah Kebijakan Pencapaian Misi 113
III
Tabel 26 Distribusi UKM Berdasarkan Jenis Usaha dan 126
Kecamatan

iv
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH
DI KABUPATEN TULANG BAWANG

Tabel 27 Komoditas Unggulan Per Kecamatan Kab. 157


Tulang Bawang Tahun 2013
Tabel 28 Data Pasar Kab. Tulang Bawang Tahun 2013 158
Tabel 29 Jumlah Koperasi Per Kecamatan di Kabupaten 160
Tulang Bawang Tahun 2013
Tabel 30 Analisis SWOT Kecamatan Menggala Timur 161
Tabel 31 Analisis SWOT Kecamatan Menggala 165
Tabel 32 Analisis SWOT Kecamatan Gedung Aji 168
Tabel 33 Analisis SWOT Kecamatan Dente Teladas 171
Tabel 34 Analisis SWOT Kecamatan Banjar Margo 175
Tabel 35 Analisis SWOT Kecamatan Banjar Baru 178
Tabel 36 Analisis SWOT Kecamatan Banjar Agung 182
Tabel 37 Perkembangan penduduk Kabupaten Tulang 191
Bawang 2012-2017
Tabel 38 Perkembangan Angka Partisipasi Sekolah 192
(APS) Tahun 2013-2016.
Tabel 39 Kandungan Unsur Hara Makro Pada Kotoran 223
Padat Sapi
Tabel 40 Komposisi Ikan Segar per 100 gram Bahan 230

v
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH
DI KABUPATEN TULANG BAWANG

DAFTAR DIAGRAM

Diagram 1 Daftar Nama Usaha Mikro, Kecil, Menengah 116


Kecamatan Menggala Kabupaten Tulang Bawang.
Diagram 2 Daftar Nama Usaha Mikro, Kecil, Menengah 117
Kecamatan Menggala Timur Kabupaten Tulang
Bawang.
Diagram 3 Daftar Nama Usaha Mikro, Kecil, Menengah 117
Kecamatan Banjar Baru Kabupaten Tulang Bawang.
Diagram 4 Daftar Nama Usaha Mikro, Kecil, Menengah 118
Kecamatan Banjar Agung Kabupaten Tulang
Bawang.
Diagram 5 Daftar Nama Usaha Mikro, Kecil, Menengah 118
Kecamatan Banjar Margo Kabupaten Tulang
Bawang.
Diagram 6 Daftar Nama Usaha Mikro, Kecil, Menengah 119
Kecamatan Meraksa Aji Kabupaten Tulang Bawang.
Diagram 7 Daftar Nama Usaha Mikro, Kecil, Menengah 119
Kecamatan Gedung Aji Kabupaten Tulang Bawang.
Diagram 8 Daftar Nama Usaha Mikro, Kecil, Menengah 120
Kecamatan Penawar Aji Kabupaten Tulang Bawang.
Diagram 9 Daftar Nama Usaha Mikro, Kecil, Menengah 120
Kecamatan Penawar Tama Kabupaten Tulang
Bawang.
Diagram 10 Daftar Nama Usaha Mikro, Kecil, Menengah 121
Kecamatan Rawa jitu Kabupaten Tulang Bawang.
Diagram 11 Daftar Nama Usaha Mikro, Kecil, Menengah 121
Kecamatan Rawa Pitu Kabupaten Tulang Bawang.

vi
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH
DI KABUPATEN TULANG BAWANG

Diagram 12 Daftar Nama Usaha Mikro, Kecil, Menengah 122


Kecamatan Gedung Aji Baru Kabupaten Tulang
Bawang.
Diagram 13 Daftar Nama Usaha Mikro, Kecil, Menengah 122
Kecamatan Rawajitu Selatan Kabupaten Tulang
Bawang.
Diagram 14 Daftar Nama Usaha Mikro, Kecil, 123
MenengahKecamatanGedung
MenengKabupatenTulangBawang.
Diagram 15 Daftar Nama Usaha Mikro, Kecil, Menengah 123
Kecamatan Dan te Teladas Kabupaten Tulang
Bawang.
Diagram 16 Rekapitulasi Jumlah sektor usaha, tenaga kerja dan 125
omset per Tahun Periode Januari s/d Agustus 2016

vii
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH
DI KABUPATEN TULANG BAWANG

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Peta Wilayah Kabupaten Tulang Bawang. 147


Gambar 2 SME Share Of employment, Export And Contribution 207
To GDP
Gambar 3 e-Commerce Market Development in Indonesia 209
Gambar 4 Indonesia Digital Consumer Opportunity 210
Gambar 5 SWOT Strategic Analysis 226
Gambar 6 Strategi Pengembangan Kampung Digital 217
Gambar 7 Review Road Map Kampung UMKM Digital 220
Gambar 8 Program Penta Helic 220
Gambar 9 Sarana Kampung UMKM Digital 221
Gambar 10 Kurikulum Pelatihan 221
Gambar 11 DiagramPemanfaatan Kotoran Sapi Untuk Biogas 224
Gambar 12 Desain Alat Pencacah G5-700-PPKS Produksi PPKS 227
Gambar 13 Hasil Cacahan Mesin Pencacah G5-700-PPKS 228
Gambar 14 Hasil Fermentasi Cacahan 228
Gambar 15 Proses Sederhana Silase Pelepah Sawit 229
Gambar 16 Pembuatan Ikan Asap 231
Gambar 17 Tahapan Akhir Pembuatan Ikan Asap 232
Gambar 18 Diagram Alur Pembuatan Ikan Asap 233
Gambar 19 Produk Ikan Asap Dalam Kemasan 233
Gambar 20 Produk Sosis Ikan Siap Saji 235
Gambar 21 Produk Nugget Ikan 235
Gambar 22 Produk Abon Ikan 239
Gambar 23 Produk Bakso Ikan Kemasan 240
Gambar 24 Aneka Produk Kerupuk Ikan 242
Gambar 25 Produk Salai Ikan Kemasan 244
Gambar 26 Alat-Alat Pengolah Keripik Pisang 247
Gambar 27 Bagan Alur Pembuatan Keripik 247

viii
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH
DI KABUPATEN TULANG BAWANG

ix
Kata Pengantar
KETUA LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN
KEPADA MASYARAKAT UNIVERSITAS LAMPUNG

Pelaksanaan kegiatan Kajian Pengembangan Pasar Digital Dalam


Upaya Pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah Di Kabupaten
Tulang Bawang memiliki maksud dan tujuan untuk melakukan
identifikasi potensi (profil dan sebaran) UMKM di Kabupaten Tulang
Bawang, merumuskan isu strategis, permasalahan, dan strategi
merancang mengelola dalam rangka penguatan UMKM di Kabupaten
Tulang Bawang dan menghasilkan rumusan perencanaan, koordinasi
dan pengembangan UMKM dalam upaya digitalisasi produk UMKM
sebagai sulusi bertahan di era pandemi.

Kegiatan ini dilaksanakan dengan menggunakan tenaga ahli dari


Universitas Lampung yang memiliki kemampuan dan pengalaman di
bidang hukum, managemen, ekononomi pembangunan, ilmu computer
dan sosiologi yang terkait dengan kegiatan Kajian Pengembangan Pasar
Digital Dalam Upaya Pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah Di
Kabupaten Tulang Bawang

Kami mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Kabupaten


Tulang Bawang yang telah mempercayakan kepada kami untuk
bekerjasama dalam melakukan kegiatan ini. Tak lupa pula kami
ucapkan terima kasih kepada pihak Badan Perencanaan Pembangunan
Daerah Penelitian dan Pengembangan (BAPPEDALITBANG) Kabupaten
Tulang Bawang, Dinas Pertanian, Organisasi Perangkat Daerah (OPD)
dan masyarakat yang terlibat dalam kegiatan ini.

Kami menyadari bahwa hasil penyusunan ini masih terdapat


banyak kekeliruan, untuk itu ucapan terima kasih kami haturkan yang
setinggi-tinggi kepada semua pihak yang telah memberi masukan untuk
perbaikan kegiatan ini.

Ketua Lembaga Penelitian Dan Pengabdian


Kepada Masyarakat Universitas Lampung

Dr. Ir. Lusmeilia Afriani, D.E.A.


NIP. 196505101993032008
SAMBUTAN
KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH
PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KABUPATEN TULANG BAWANG

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Penelitian dan


Pengembangan (BAPPEDALITBANG) Kabupaten Tulang Bawang
sebagaimana fungsi dan tugas pokoknya berusaha menyiapkan data
yang akurat dan terpercaya untuk menyusun perencanaan pembangunan
yang tepat dan terarah. Salah satu komponen perencanaan daerah yang
mendapat perhatian Pemerintah Kabupaten Tulang Bawang adalah Kajian
Pengembangan Pasar Digital Dalam Upaya Pengembangan Usaha Mikro
Kecil dan Menengah Di Kabupaten Tulang Bawang.
Hasil pelaksanaan kegiatan ini diharapkan dapat menjadi acuan
bagi semua pihak yang memiliki kepentingan terkait dengan kagiatan
Kajian Pengembangan Pasar Digital Dalam Upaya Pengembangan Usaha
Mikro Kecil dan Menengah Di Kabupaten Tulang Bawang yang bertujuan
untuk melakukan identifikasi potensi (profil dan sebaran) UMKM di
Kabupaten Tulang Bawang, merumuskan isu strategis, permasalahan,
dan strategi merancang mengelola dalam rangka penguatan UMKM di
Kabupaten Tulang Bawang dan menghasilkan rumusan perencanaan,
koordinasi dan pengembangan UMKM dalam upaya digitalisasi produk
UMKM sebagai sulusi bertahan di era pandemi.
Terima kasih kami ucapkan kepada pihak Universitas Lampung
khususnya Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat yang
telah membantu dalam pelaksanaan kegiatan ini. Semoga bentuk-bentuk
kerjasama seperti ini dapat terus ditingkatkan dimasa yang akan datang.

Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah


Penelitian dan Pengembangan
Kabupaten Tulang Bawang

Dicky Soerachman, S.E.


NIP. 197308111999021001
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH
DI KABUPATEN TULANG BAWANG

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

COVID-19 telah menjadi masalah global dunia termasuk di


Indonesia. Sampai dengan tanggal 30 Mei 2020, pasien terinfeksi
COVID-19 seluruh negara mencapai 6 juta lebih dengan angka
kematian per 1 juta penduduk sebesar 47 orang.1 Tabel 1
menyajikan data pasien terinfeksi COVID-19 terbesar di dunia dan
Indonesia. Apabila dilihat berdasarkan data tersebut, Indonesia
menempati posisi ke-32 dunia untuk total kasus pasien terinfeksi
COVID-19.
Tabel 1. Data Pasien Terinfeksi Covid 19 Terbesar di Dunia
No. Negara Total Meninggal Jumlah Kematian/
Kasus Penduduk 1 Juta
Penduduk
Dunia 6.023.032 366.372 7.794.798.739 47

1. Amerika 1.792.822 104.523 330.827.597 316


Serikat
2. Brasil 446.200 27.923 212.422.152 131
3. Rusia 387.623 4.374 145.928996 30
4. Spanyol 285.644 27.121 46.753.197 580
5. Inggris 271.222 38.161 67.853.964 562
6. Italia 232.248 33.229 60.469.504 550
7. Perancis 186.835 28.714 65.260.761 440
8. Jerman 183.019 8.594 83.760.156 103
9. India 173.491 4.980 1.378.752.175 4
10. Turki 162.120 4.489 84.254.857 53
32 Indonesia 25.216 1.520 273.255.522 9

Sumber: BNPB (2020) dan Wordometer (2020).

1 Wordometer, 2020, Covid-19 Coronavirus Cases. Retrieved from


https://www.worldometers.info/coronavirus/, diakses pada tanggal 10 Oktober
2020 pukul 21.30 WIB.
1
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH
DI KABUPATEN TULANG BAWANG

Pandemi COVID-19 memberikan implikasi ekonomi, sosial, dan


politik hampir di seluruh negara, termasuk di Indonesia2 dan3. The
World Trade Organisation (WTO) memperkirakan bahwa volume
perdagangan dunia secara global kemungkinan akan menurun
sekitar 32% pada tahun 2020 selama masa COVID-19.4
Pembatasan aktivitas masyarakat sebagai upaya penanganan
pandemi COVID-19 telah menimbulkan kerugian ekonomi yang
signifikan secara nasional.5 Sektor yang terkena dampak selama
pandemi COVID-19 adalah transportasi, pariwisata, perdagangan,
kesehatan dan sektor lainnya, tetapi sektor ekonomi yang paling
terpengaruh oleh COVID-19 adalah sektor rumah tangga.6
Sedangkan menurut OECD7 dan Febrantara,8 sektor usaha yang
mendapatkan dampak signifikan adalah pariwisata dan
transportasi.
Dampak ekonomi akibat pandemi COVID-19 juga dirasakan
sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Hal ini karena
UMKM menempati posisi yang strategis dalam perekonomian secara
umum. Di ASEAN, UMKM menghasilkan lapangan kerja antara 50%
sampai dengan 95%, dan berkontribusi antara 30% sampai dengan

2 Susilawati, S., Falefi, R., & Purwoko, A. (2020). Impact of COVID-19’s

Pandemic on the Economy of Indonesia. Budapest International Research and


Critics Institute (BIRCI-Journal): Humanities and Social Sciences, 3(2), 1147-1156.
3 Pakpahan, A. K., 2020, COVID-19 dan Implikasi Bagi Usaha Mikro, Kecil,

dan Menengah. Jurnal Ilmiah Hubungan Internasional, 59-64.


4 Islam, A, 2020, Configuring a Quadruple Helix Innovation Model (QHIM)

based blueprint for Malaysian SMEs to survive the crises happening by Covid-19.
Emerald Open Res, 2.
5 Hadiwardoyo, W., 2020, Kerugian Ekonomi Nasional Akibat Pandemi Covid-

19. Jurnal of Business and Enterpreneurship, Vol. 2 No. 2 April 2020.


doi:10.24853/baskara.2.2.83-92.
6 Susilawati, et.al, Op.Cit.
7 OECD, 2020, SME Policy Responses: Tackling Coronavirus (Covid-19)

Contributing to A Global Effort. Retrieved from https://oecd.dam-


broadcast.com/pm_7379_119_119680-di6h3qgi4x.pdf.
8 Febrantara, D, 2020, Bagaimana Penanganan UKM di Berbagai Negara Saat

Ada Pandemi Covid-19? DDTC Fiscal Research. Retrieved from


https://drive.google.com/drive/folders/1MY31IOC3gWq-
EgzNkuJzqJnB9PV6qA2D.
2
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH
DI KABUPATEN TULANG BAWANG

50% terhadap GDP.9 Indonesia sendiri, UMKM merupakan salah


satu sektor strategis dalam perekonomian nasional yang dapat
dilihat dari penyerapan tenaga kerja.10 Usaha kecil termasuk yang
paling terpukul oleh krisis COVID-19, banyak yang menutup usaha
sementara waktu, dan lebih jauh lagi menghadapi kendala arus
kas.11
OECD12 sendiri menyebutkan bahwa UMKM saat ini berada
dalam pusat krisis ekonomi akibat pandemi COVID-19, bahkan
dengan kondisi lebih parah dari krisis keuangan 2008. Krisis akibat
pandemi akan berpengaruh pada UMKM dengan risiko serius
dimana lebih dari 50% UMKM tidak akan bertahan beberapa bulan
ke depan. Ambruknya UMKM secara luas dapat berdampak kuat
pada nasional ekonomi dan prospek pertumbuhan global, pada
persepsi dan harapan, dan bahkan pada sektor keuangan,
mengingat 60-70% lapangan kerja di negara OECD diperankan oleh
UMKM dan terlebih dari itu terdapat tekanan oleh portofolio yang
tidak memiliki kinerja. Kemunduran situasi keuangan UMKM dapat
memiliki efek sistemik pada sektor perbankan secara keseluruhan.
Menurut Febrantara13 dan OECD,14 dampak pandemi COVID-19
kepada UMKM dapat dilihat dari sisi penawaran dan sisi
permintaan. Dari penawaran, dengan adanya pandemi Covid-19,
banyak UMKM mengalami kekurangan tenaga kerja. Hal tersebut
terjadi karena alasan menjaga kesehatan pekerja dan adanya
pemberlakuan pembatasan sosial (social distancing). Kedua sebab

9 Islam, A., Loc Cit.


10 Abidin, M., 2015, Kebijakan Fiskal dan Peningkatan Peran Ekonomi UMKM.
Retrieved from https://www.kemenkeu.go.id/publikasi/artikel-dan-
opini/kebijakan-fiskal-dan-peningkatan-peran-ekonomi-umkm/.
11 Baker, T., & Judge, K. (2020). How to Help Small Businesses Survive COVID-

19. Columbia Law and Economics Working Paper(620). Retrieved from


http://dx.doi.org/10.2139/ssrn.3571460.
12 OECD., Loc Cit.
13 Febrantara., Loc. Cit.
14 OECD., Loc Cit.

3
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH
DI KABUPATEN TULANG BAWANG

tersebut berujung pada keengganan masyarakat untuk bekerja


sementara waktu pandemi masih ada COVID-19. Pada sisi
permintaan, berkurangnya permintaan akan barang dan jasa
berdampak pada UKM tidak dapat berfungsi optimal yang berujung
pada berkurangnya likuiditas perusahaan. Hal ini menyebabkan
masyarakat kehilangan pendapatan, karena UKM tidak
berkemampuan membayar hak upah pekerja. Pada kondisi
terburuk, pemutusan hubungan kerja terjadi secara sepihak.
Lebih dari 106 negara telah mengenalkan atau mengadopsi
program perlindungan sosial serta intervensi pasar tenaga kerja
sebagai respons atas COVID-19.15 Umumnya setiap negara
melakukan bauran kebijakan untuk tetap menjaga agar sektor
UMKM telah dapat bertahan selama pandemi dan setelah pandemi
COVID-19.
Kabupaten Tulang Bawang sebagai salah satu kabupaten di
Provinsi Lampung yang memiliki dinamika perubahan, peluang dan
tantangan yang cukup besar di masa datang. Seiring dengan
banyaknya program nasional yang ada di kawasan ini, misalnya
Jalan Tol Trans Sumatera dan lain sebagainya. Dengan adanya
jalan tol di Provinsi Lampung, tentunya akan membuat laju roda
ekonomi masyarakat kian meningkat, mengingat cepatnya proses
keluar masuk pendistribusian barang dan akses kendaraan yang
cepat. Maka dari itu, wajar jika banyak masyarakat di Kabupaten
Tulangbawang, yang telah menanti dibukanya Jalan Tol Trans
Sumatera (JTTS) Terbanggi Besar-Pematang Panggang-Kayu Agung

15 Gentilini, U., Almenfi, M., Orton, I., & Dale, P. (2020). Social protection and

jobs responses to COVID-19: a real-time review of country measures. Live


Document. World Bank, Washington, DC. http://www. ugogentilini. net/wp-
content/uploads/2020/03/global-review-of-social-protection-responsesto-COVID-
19-2. pdf. Retrieved from
http://documents.worldbank.org/curated/en/377151587420790624/pdf/Socia
l-Protection-and-Jobs-Responses-to-COVID-19-A-Real-Time-Review-of-Country-
Measures-April-3-2020.pdf.
4
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH
DI KABUPATEN TULANG BAWANG

secara resmi, mengingat Kabupaten Tulang Bawang merupakan


salah satu wilayah yang dilintasi program gagasan Presiden Jokowi
tersebut. Jalur bebas hambatan ini, dipastikan mampu
memperlancar aktivitas masyarakat, baik bagi kalangan pekerja
yang sehari-harinya menggunakan jalan itu untuk usaha, ataupun
bagi para PNS Kabupaten Tulang Bawang yang dari luar Kota
dipastikan tidak akan terlambat untuk ikut apel pagi. Selain itu,
dengan adanya jalan tol, masyarakat yang ingin berpergian ataupun
berlibur ke Kota Bandar Lampung maupun sebaliknya akan lebih
cepat dan tidak memakan waktu lama lagi. Bahkan, dengan adanya
pintu exit Gerbang Tol Menggala di Kabupaten Tulang Bawang,
akan mampu membuka akses wisata sejarah, seperti Kota Tua
Menggala dengan berbagai jajanan dan oleh-olehnya yang khas,
maupun berwisata sejarah ke Kampung Pagar Dewa Tulang Bawang
Barat, dimana letak cerita dan banyak ditemukan bukti sejarah
Kerajaan Tulang Bawang16. Dinamika tersebut memerlukan
sentuhan program dan kebijakan agar masyarakat serta daerah
menerima manfaat dari perubahan yang terjadi.
Pada banyak kasus di tempat lain, sering masyarakat setempat
lebih banyak menjadi penonton ataupun malahan menjadi korban
dari perubahan yang terjadi di wilayahnya. Oleh sebab itu agar
masyarakat lebih siap dalam menghadapi perubahan tersebut,
maka upaya yang nyata adalah meningkatkan kesiapan Koperasi
dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (KUMKM) agar memiliki daya
saing dan daya adaptasi dengan perubahan dan banjirnya pelaku
usaha baru sering dengan masuknya arus investasi ke Kabupaten
Tulang Bawang.

16 http://www.seputartuba.com/2019/09/09/masyarakat-tulangbawang-
nantikan-dibukanya-gerbang-tol-menggala/ diakses pada tanggal 10 Oktober
2020 pukul 11.00.
5
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH
DI KABUPATEN TULANG BAWANG

Untuk dapat membangun UMKM yang memiliki kemampuan


dan daya saing kedepan memerlukan sentuhan kebijakan dari
pemerintah, khususnya Pemerintah Kabupaten Tulang Bawang.
Dan kehadiran koperasi harus diposisikan sebagai solusi dalam
meningkatkan daya saing UMKM. Untuk itu hadirnya kebijakan
yang tepat sasaran, maka program dan kegiatan pembinaan yang
dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Tulang Bawang harus
didasarkan kepada data Koperasi dan UMKM yang memiliki
validitas yang tinggi, sehingga program dan kegiatan dalam rangka
perkuatan Koperasi dan UMKM dapat disusun dan diselenggarakan
sesuai dengan kondisi dan kebutuhan dari Koperasi dan UMKM itu
serta dapat diselaraskan dengan tuntutan kebutuhan dalam
menangkap peluang dan tantangan yang pasti akan terjadi di
Kabupaten Tulang Bawang.
Data yang kuat seyogyanya diikuti dengan perumusan program
kegiatan dalam rangka perkuatan kemampuan dan daya saing,
yang dilakukan secara holistik dengan menitikberatkan kepada
potensi sumber daya alam, kemampuan sumber daya manusia dan
kelembagaan serta dengan spesifikasi kewilayahan sesuai dengan
potensi sumber daya sosial. Dengan pendekatan tidak hanya secara
sektoral tapi komprehensif, holistik, dan berkesinambungan dari
serluruhpotensi yang terkait dengan fungsi dan peran kelembagaan
yang ada di Kabupaten Tulang Bawang.
Upaya penggalangan ekonomi lokal (SDM), alam/agrobisnis dan
sumber daya pemasaran (captive market) dalam menghadapi
tantangan ekonomi ke depan semakin penting dan strategis, hal
tersebut diantaranya dapat diwujudkan dengan mendorong upaya
penguatan kapasitas jejaring kelembagaan dan usaha serta sumber
daya ekonomi Koperasi dan UMKM sebagai soko guru
perekonomian. Koperasi merupakan bangun usaha yang tepat
dalam mewadahi dan menggalang sumber daya usaha dan produksi
6
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH
DI KABUPATEN TULANG BAWANG

usaha rakyat berbasis sumber daya lokal/daerah dan berbasis


pedesaan.
Kabupaten Tulang Bawang yang mayoritas daerahnya
merupakan wilayah pertanian dan perkebunan memiliki sektor
UMKM yang didominasi oleh sektor perdagangan. Sektor
perdagangan kebutuhan pokok mendominasi jenis UMKM yang ada,
berupa warung yang sifatnya rumahan dengan omset masih
dibawah Rp.50 juta setiap bulannya.
Tabel 2. Sebaran Sektor UMKM DI Kabupaten Tulang Bawang
Tahun 2016
Jumlah Sektor
No Sektor Usaha
Mikro Kecil Menengah
1. Jasa 457 46 -
2. Perdagangan 1.935 190 1
3. Industri Makan 20 1 -
4. Industri Lainnya 9 - -
5. UMKM Unggulan - - -
Tulang Bawang 2.511 237 1
Sumber: Dinas Koperasi dan UMKM Tulang Bawang Tahun 2020.

Dilihat dari jenis sektor UMKM yang ada di Kabupaten Tulang


Bawang, UMKM yang memiliki satu karakteristik yang menjadi ciri
khas sehingga menjadi satu unggulan belum terlihat. Untuk UMKM
yang tersebar pun masih didominasi oleh usaha mikro. Usaha kecil
dan menengah sangat sedikit jika dibandingkan dengan usaha
mikro sehingga pertumbuhan dan perkembangan UMKM hanya ada
pada usaha mikro saja.
Tabel 3. Jumlah Tenaga Kerja Yang Diserap Sektor UMKM Tahun 2016
Jumlah Tenaga Kerja
No Kecamatan
Mikro Kecil Menengah
1. Banjar Agung 358 46 0
2. Banjar Margo 102 121 0
3. Gedung Aji 411 13 0
4. Penawar Aji 873 24 0
5. Meraksa Aji 85 10 0
6. Menggala 728 37 6
7. Penawar Tama 154 42 28
8. Rawajitu Selatan 89 36 0
9. Gedung Meneng 179 5 0
10. Rawajitu Timur 38 29 0
7
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH
DI KABUPATEN TULANG BAWANG

11. Rawa Pitu 223 29 0


12. Gedung Aji Baru 43 25 0
13. Dente Teladas 139 37 0
14. Banjar Baru 378 121 0
15. Menggala Timur 293 112 0
Tulang Bawang 4.093 687 34
Sumber: Dinas Koperasi dan UMKM Tulang Bawang Tahun 2020.

Sektor UMKM yang menjadi salah satu sektor penyerap tenaga


kerja untuk mengurangi tingkat pengangguran di Kabupaten
Tulang Bawang hanya mampu menyerap sedikit tenaga kerja.
Sektor usaha Mikro mampu menyerap tenaga kerja mencapai 4.093
tenaga kerja sedangkan sektor usaha Menengah bahkan hanya
dapat menyerap 34 tenaga kerja saja.
Tingkat angkatan kerja yang ada di Tulang Bawang pada Tahun
2017 saja sekitar 213.000 orang, jika dipersentasekan maka sektor
UMKM hanya menyerap 1,87 % dari angkatan kerja yang ada. Ini
menjadi satu pekerjaan rumah bagi pemerintah daerah agar UMKM
bisa menciptakan lapangan pekerjaan dan menyerap tenaga kerja
untuk menekan angka pengangguran di daerah.17
Sektor UMKM di Tulang Bawang juga sebetulnya belum mampu
menjual brand dan produk lokal sebagai ciri khas daerah. Hal
tersebut dapat terlihat dari sektor perdagangan yang jenis
komoditinya masih didominasi oleh produk yang seragam yaitu
kebutuhan pokok masyarakat. Komoditas Batik Sulam Maduaro,
Batik Naseha, Ikan Asin/Asap, telor asin kepala udang keripik,
manisan, dan juga beberapa kerajinan tangan yang sudah ikut
dalam ajang pameran di tingkat provinsi maupun nasional
diharapkanmampu menjadi daya jual bagi sektor UMKM yang
ada.18

17 https://tulangbawangkab.bps.go.id/publication/download.html, diakses
pada taggal 10 Oktober 2020, pukul 21.00.
18 https://radartuba.com/2019/04/28/dinas-koperasi-dan-ukm-pamerkan-

produk-unggulan-ciri-khas-tulang-bawang/, diakses pada tanggal 12 Oktober


2020 pukul 10.00.
8
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH
DI KABUPATEN TULANG BAWANG

Kondisi wilayah yang sangat strategis merupakan keuntungan


geografis bagi Kabupaten Tulang Bawang dalam pengembangan
pembangunan ekonomi daerah. Pembangunan ekonomi daerah
akan berkembang secara optimal seiring dengan berkembangnya
dunia usaha. Saat ini perkembangan dunia usaha begitu pesat
terutama pada level Usaha Mikro Kecil Dan Menengah (UMKM) yang
diikuti dengan semakin berkembangnya permintaan pasar
(customer needs). Hal ini menyebabkan meningkatnya harapan
akan mutu produk atau jasa yang dihasilkan. Dampaknya pihak
produsen dituntut lebih dalam hal penyebaran produksi yang cepat
kepada pelanggan maupun kebutuhan para pelanggan yang selalu
berubah-ubah. Tuntutan tersebut pada akhirnya mengharuskan
produsen untuk selalu dapat konsisten dalam memuaskan para
pelanggan sehingga menciptakan sebuah kondisi persaingan atas
produk-produk yang dihasilkan.
Proses penciptaan produk yang memiliki daya saing, tentunya
bukanlah hal yang mudah. Diperlukan ketekunan, keuletan, dan
daya juang yang tinggi dalam peningkatan produktivitas agar
mampu bersaing dan bertahan di pasar. Gairah persaingan produk
di pasar, mendorong terciptanya pengembangan dunia usaha di
berbagai sektor utamanya adalah UMKM.
Pengembangan UMKM umumnya akan menyesuaikan dengan
kondisi faktor produksi di wilayah dimana usaha tersebut
berkembang. Faktor yang paling dominan adalah ketersediaan
Sumber Daya Alam sebagai bahan baku atas produk atau komoditi
yang dihasilkan. Selain sumber daya alam, faktor kecukupan modal
merupakan hal yang sangat vital dalam pengembangan UMKM.
Keterbatasan modal menjadi faktor penghambat utama khususnya
di daerah.
Kabupaten Tulang Bawang sebetulnya memiliki potensi UMKM
yang sangat menjanjikan yang bergerak di bidang jasa, fesyen,
9
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH
DI KABUPATEN TULANG BAWANG

pertanian, maupun kuliner. Beberapa jenis usaha yang ada di


Kabupaten Tulang Bawang bahkan sudah terlibat dalam ajang
pameran di tingkat provinsi maupun nasional. Komoditas tersebut
diantaranya adalah Batik Sulam Maduaro, Batik Naseha, Ikan
Asin/Asap, dan Telor Asin Kepala Udang. Produk atau komoditas
tersebut mampu bersaing dengan produk sejenis yang dihasilkan
oleh daerah lain baik di Provinsi Lampung maupun di luar Provinsi
Lampung. Terkait dengan pengembangan usaha, Pemerintah
Daerah Kabupaten Tulang Bawang melalui Dinas Koperasi Usaha
Kecil Menengah Kabupaten Tulang Bawang melaksanakan program
kegiatan pemberdayaan UKM yang dilaksanakan melalui
pendampingan baik pada aspek produksi seperti packaging dan
labeling maupun pemasaran produk. Mengingat pentingnya
pengembangan Usaha Mikro Kecil Menengah di Kabupaten Tulang
Bawang sebagai ujung tombakpemberdayaan ekonomi kerakyatan,
maka dirasakan perlu adanya sebuah kajian pengembangan Usaha
Mikro Kecil Menengah di Kabupaten Tulang Bawang.
Dengan perkembangan lingkungan usaha global yang bergerak
dan berkembang sangat cepat dengan tingkat persaingan tinggi,
maka pengembangan dan pembentukan UMKM berdaya saing tinggi
mutlak untuk dilakukan. Salah satu faktor yang mempengaruhi
daya saing UMKM adalah daya inovasi dan kemampuan teknologi.
UMKM memiliki keterbatasan antara lain dalam ukuran unit usaha,
orientasi pasar, inovasi, pengembangan kapasitas modal, teknologi
produksi, dan pemasaran produk.
Selain itu, keterbatasan pengetahuan sumber daya manusia,
modal dan teknologi merupakan salah satu penyebab utama tidak
berkembangnya sektor UMKM karena memiliki daya saing yang
rendah terhadap produk yang dihasilkan. Sehingga sangat sedikit
pelaku usaha mikro yang berani mengambil sktor usaha yang
berbeda, inovatif dan kreatif. Pelaku usaha mikro dan kecil lebih
10
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH
DI KABUPATEN TULANG BAWANG

cenderung masuk sektor usaha yang seragam seperti warung


sembako, warung makan, bengkel dan beberapa jenis usaha yang
banyak dibuka sejenis oleh pelaku usaha lainnya.
Pandemi Covid-2019 membawa berbagai dampak pada
perekonomian seperti terjadi kesusahan dalam mencari lapangan
pekerjaan, susah untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari,
tidak mempunyai penghasilan dalam memenuhi kebutuhan untuk
sehari-hari dan juga banyak kesusahan yang di terima dari semua
sektor perekonomian dalam semua bidang juga merasakan dampak
dari Covid-19.19
Sampai dengan 17 April 2020, sebanyak 37.000 pelaku UMKM
melaporkan diri kepada Kementerian Koperasi dan UKM terdampak
pandemi COVID-19.20 Menurut rilis data tersebut, kesulitan yang
dialami oleh UMKM selama pandemi itu terbagi dalam empat
masalah. Pertama, terdapat penurunan penjualan karena
berkurangnya aktifitas masyarakat di luar luar sebagai konsumen.
Kedua, kesulitan permodalan karena perputaran modal yang sulit
sehubungan tingkat penjulan yang menurun. Ketiga, adanya
hambatan distribusi produk karena adanya pembatasan
pergerakan penyaluran produk di wilayah-wilayah tertentu.
Keempat, adanya kesulitan bahan baku karena sebagai UMKM
menggantungkan ketersediaan bahan baku dari sektor industri
lain. Tabel 2 memperlihatkan bahwa dari keempat persoalan
tersebut, dampak penurunan penjualan menjadi persoalan terbesar
yang dirasakan oleh pelaku UMKM. Dampak pandemi terhadap
UKM diyakini dapat lebih besar, karena tingginya tingkat

19 Hanoatubun, S., 2020, Dampak Covid–19 Terhadap Prekonomian


Indonesia, EduPsyCouns: Journal of Education, Psychology and Counseling, 2 (1),
146-153.
20 Setiawan, 2020b, sebanyak 37.000 UMKM Terdampak Virus Corona.

Retrieved from
https://money.kompas.com/read/2020/04/17/051200426/sebanyak-37.000-
umkm-terdampak-virus-corona.
11
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH
DI KABUPATEN TULANG BAWANG

kerentanan dan minimnya ketahanan akibat keterbatasan sumber


daya manusia, supplier, dan opsi dalam merombak model bisnis.21
Tabel 4. Dampak Covid 19 ke UMKM
Dampak Persentase (%)
Penurunan Penjualan 56.0
Kesulitan Permodalan 22.0
Hambatan Distribusi Produk 15.0
Kesulitan Bahan Baku 4.0
Sumber: Kemenkop-UKM Tahun 2020.
Atas dasar tersebut, peneliti ini bertujuan untuk
mendeskripsikan kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten Tulang
Bawang dalam upaya menyelamatkan UMKM di Kabupaten Tulang
Bawang dari dampak pandemi COVID-19. Salah satu upaya
menyelamatkan sektor UMKM di Kabupaten Tulang Bawang adalah
melalui digitlisasi UMKM. Selain itu, penelitian dimaksudkan untuk
memberikan gambaran mengenai strategi apa yang dapat ditempuh
sebagai pelengkap kebijakan tersebut. Kegiatan tersebut dilakukan
dengan menyusun kajian “Pengembangan Pasar Digital Dalam
Upaya Pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah di
Kabupaten Tulang Bawang”.

B. Maksud dan Tujuan


Kegiatan program Penelitian di Bidang Ekonomi Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah Penelitian dan Pengembangan
Kabupaten Tulang Bawang adalah dalam rangka optimalisasi
produktivitas dunia usaha khususnya UMKM yang ada di
Kabupaten Tulang Bawang dalam upaya menyelamatkan UMKM
dari dampak pandemic COVID 19. Adapun tujuan penyusunan
kajian Pengembangan Pasar Digital Dalam Upaya Pengembangan

21 Febrantara., Loc Cit.


12
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH
DI KABUPATEN TULANG BAWANG

Usaha Mikro Kecil dan Menengah di Kabupaten Tulang Bawang


adalah:
1. Mengidentifikasi potensi (profil dan sebaran) UMKM di
Kabupaten Tulang Bawang;
2. Menghasilkan rumusan isu strategis, permasalahan, dan
strategi merancang mengelola dalam rangka penguatan UMKM
di Kabupaten Tulang Bawang;
3. Menghasilkan rumusan perencanaan, koordinasi dan
pengembangan UMKM dalam upaya digitalisasi produk UMKM
sebagai sulusi bertahan di era pandemi.

C. Ruang Lingkup
Pekerjaan jasa konsultansi kajian Pengembangan Pasar Digital
Dalam Upaya Pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah di
Kabupaten Tulang Bawang dilakukan dengan tahapan:
1. Identifikasi, dengan tahapan penetapan kriteria UMKM,
pengumpulan data UMKM, rekaputilasi kendala atau hambatan
yang dihadapi oleh UMKM, serta rekapitulasi kebutuhan dalam
penataan pengelolaan dan penguatan UMKM dari seluruh aspek.
2. Analisis, kajian pustaka berdasarkan berbagai teori penguatan
UMKM disertai dengan success story UMKM di wilayah lain di
Indonesia, menganalisis metode yang cocok untuk diterapkan,
dan mengembangkan analisis lanjutan dengan metode SWOT.
3. Merumuskan perencanaan, koordinasi dan pengembangan
UMKM dalam upaya digitalisasi produk UMKM sebagai solusi
bertahan di era pandemic COVID 19 dengan mendorong
berkembangnya kawasan-kawasan ekonomi produktif dengan
mengoptimalkan faktor-faktor kunci pengembangan kawasan
yang berdaya saing dengan tetap menekankan kepada inisiatif
dan partisipasi masyarakat lokal yang kreatif dan produktif,
peningkatan SDM lokal, pemanfaatan sumber daya ekonomi,
13
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH
DI KABUPATEN TULANG BAWANG

sosial, tekhnoogi dan kelembagaan lokal, serta penciptaan


lapangan pekerjaan bagi penduduk dan masyarakat di
Kabupaten Tulang Bawang.

D. Sasaran
Sasaran Pengembangan Pasar Digital Dalam Upaya
Pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah di Kabupaten
Tulang Bawang adalah untuk meningkatkan daya saing produk
UMKM melalui digitalisasi produk UMKM, sehingga diharapkan
akan dapat menggerakkan aktivitas ekonomi masyarakat di era
pandemi COVID 19. Selain itu, penelitian ini dimaksudkan untuk
memberikan gambaran mengenai strategi apa yang dapat ditempuh
sebagai pelengkap kebijakan tersebut. Secara sederhana siklus
perekonomian tergambar sebagai berikut :

PRODUSEN KONSUMEN
(DUNIA USAHA) (MASYARAKAT)

DAYA SAING PRODUK


MENINGKAT

PEMERINTAH DAERAH
Melakukan intervensi : PERMINTAAN
SUPPLY PRODUK
Kebijakan/Program/Kegiatan PRODUK NAIK
NAIK
- Manajerial (Klastering,
Penguatan Kelembagaan,
Pendampingan, Penguatan SUPPLY TENAGA
SDM) PERMINTAAN
KERJA NAIK
- Permodalan (Penguatan TENAGA KERJA NAIK
permodalan)
- Kemitraan (Perluasan
jaringan pasar) PERMINTAAN SUPPLY BAHAN
BAHAN BAKU NAIK BAKU NAIK

PRODUKTIVITAS
MENINGKAT

TINGKAT KEMISKINAN PENGANGGURAN DAYA BELI


TURUN TURUN MENINGKAT

14
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH
DI KABUPATEN TULANG BAWANG

E. Lokasi Pekerjaan
Pekerjaan jasa konsultansi Pengembangan Pasar Digital Dalam
Upaya Pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah di
Kabupaten Tulang Bawang dilaksanakan di wilayah Kabupaten
Tulang Bawang. Pengambilan data akan dilakukan di 15 Kecamatan
yang ada di Kabupaten Tulang Bawang untuk mendapatkan potensi
(profil dan sebaran) UMKM di Kabupaten Tulang Bawang untuk
mengahasilkan rumusan perencanaan, koordinasi dan
pengembangan UMKM dalam upaya digitalisasi produk UMKM
sebagai solusi bertahan di era pandemi.

F. Metode Penelitian
Dalam kegiatan ini metode yang digunakan adalah analisa SWOT
untuk melihat peluang pengembangan UMKM di Kabupaten Tulang
Bawang. Analisis SWOT terhadap lingkungan internal-eksternal
dilakukan dengan menggunakan matriks Internal Factor Evaluation
(IFE) dan matriks External FactorEvaluation (EFE). Dengan
menggabungkan kedua matriks tersebut yang membentukMatriks
Internal-Eksternal (IE).
Analisis SWOT (Stengths, Weaknesses, Opportunities and
Threats) merupakan alat analisis untuk mengevaluasi keseluruhan
kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman perusahaan dalam
merumuskan strategi perusahaan.22 Penggunaan analisis SWOT
dalam penelitian ini, dengan demikian, dimaksudkan untuk
mengevaluasi keseluruhan kekuatan, kelemahan, peluang dan
ancaman ketika sebuah klaster UMKM ingin membangun sinergi
dengan UMKM lain yang terkait.
Matrik SWOT menghasilkan 4 alternatif strategi, yaitu:

22 PhilipKotler, 2005, “Manajemen Pemasaran”, Alih Bahasa Benyamin Molan.


Edisi 11. Jilid 1. PT. Indeks Kelompok Gramedia. Jakarta, hlm. 3.
15
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH
DI KABUPATEN TULANG BAWANG

1. Strategi SO (Strenght-Opportunity) adalah strategi yang


menggunakan kekuatan internal untuk meraih peluang-peluang
yang ada diluar perusahaan.
2. Strategi ST (Strenght-Threat) adalah strategi dalam
menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk mengatasi
ancaman.
3. Strategi WO (Weakness-Opportunity) merupakan strategi yang
diterapkanberdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan
cara meminimalkankelemahan.
4. Strategi WT (Weakness-Threat) merupakan strategi yang
didasar-kan padausaha meminimalkan kelemahan yang ada dan
menghindari ancaman.

G. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:


BAB Pertama adalah Pendahuluan. BAB ini berisi latar belakang
mengenai UMKM di Kabupaten Tulang Bawang dilanjutkan dengan
perumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian dan
sistematika penulisan.
Bab kedua adalah Tinjauan Pustaka. Bab ini berisi tentang teori-
teori yang digunakan dalam penelitian mengenai Pengembangan
Pasar Digital Dalam Upaya Pengembangan Usaha Mikro Kecil dan
Menengah di Kabupaten Tulang Bawang.
Bab ketiga adalah Gambaran Umum Wilayah. Bab ini berisi
tentang potensi-potensi yang dimiliki oleh Kabupaten Tulang
Bawang yang berkaitan dengan penguatan UMKM.
Bab keempat adalah Pengembangan Pasar Digital Dalam Upaya
Pengembagan Usaha Mikro Kecil dan Menengah di Kabupaten
Tulang Bawang. Bab ini berisi analisa dan rumusan strategi

16
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH
DI KABUPATEN TULANG BAWANG

pembangunan UMKM di Kabupaten Tulang Bawang melalui


dilitalisasi produk.
Bab kelima adalah Simpulan. Bab ini berisi simpulan dan
rekomendasi strategi pengembangan pasar digital dalam upaya
pengembangan usaha mikro kecil dan menengah di Kabupaten
Tulang Bawang untuk mengahasilkan rumusan perencanaan,
koordinasi dan pengembangan UMKM dalam upaya digitalisasi
produk UMKM sebagai solusi bertahan di era pandemi..

17
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH
DI KABUPATEN TULANG BAWANG

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Tantangan Usaha Mikro Kecil Dan Menengah Di Era Pasar


Bebas
Dalam era globalisasi perekonomian dunia dan era perdagangan
bebas seperti saat ini, Usaha Mikro, Kecil Menengah (UMKM) di
Indonesia diharapkan dapat menjadi salah satu pemain penting.
UMKM diharapkan sebagai pencipta pasar di dalam maupun di luar
negeri dan sebagai salah satu sumber penting bagi surplus neraca
perdagangan dan jasa atau neraca pembayaran.Untuk
melaksanakan peranan tersebut, UKM Indonesia harus membenahi
diri, yakni meningkatkan daya saing globalnya. Namun, di sisi lain
ditemukan kenyataan bahwa banyak UMKM yang mengalami
masalah di berbagai aspek usaha yang memperberat daya saing di
tahun mendatang seiring dengan mulai diberlakukannya Pasar
Bebas ASEAN.
ASEAN Economic Community (AEC) adalah salah satu dari 3
pilar konsep ASEAN Integration yang telah disetujui bersama oleh
kepala negara dari 10 negara anggota ASEAN dalam pertemuan di
Bali Tahun 2003, kemudian dikukuhkan lewat Declaration of
ASEAN Concord II atau yang dikenal dengan BALI Concord II. Konsep
utama dari AEC adalah menciptakan ASEAN sebagai sebuah pasar
tunggal dan kesatuan basis produksi dimana terjadi free flow atas
barang, jasa, faktor produksi, investasi dan modal serta
penghapusan tarif bagi perdagangan antar negara ASEAN yang
kemudian diharapkan dapat mengurangi kemiskinan dan
kesenjangan ekonomi di antara negara-negara anggotanya
melalui sejumlah kerjasama yang saling menguntungkan. Pasar
tunggal dan basis produksi diharapkan membuat ASEAN lebih
dinamis dan produkif dan menjadikan segmen yang lebih kuat dari
18
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH
DI KABUPATEN TULANG BAWANG

rantai pasokan global, melalui terwujudnya AEC posisi tawar


ASEAN di perekonomian global menjadi lebih kuat dan berdaya
saing.
Selanjutnya yang bisa dipetik dari kesepakatan itu adalah
diperolehnya kesempatan berbagai peluang usaha dan peluang
kerja lintas negara antar negara ASEAN. Hambatan birokrasi dan
tarif menyebabkan mobilitas barang dan jasa akan semakin mudah,
cepat dan murah, dengan demikian aktivitas ekonomi antar
masyarakat menjadi kian terbuka dan saling menguntungkan.
Hal itu dimungkinkan, karena pembentukan komunitas tersebut
berimplikasi untuk terciptanya pasar tunggal dan basis produksi
akibat bebas dan menyatunya aliran barang dan jasa di satu pihak,
dan aliran investasi, modal dan tenaga kerja terampil di lain pihak.
Ini berarti pembentukan komunitas tersebut dapat memacu dan
memicu daya saing komoditas barang dan jasa serta kualitas
Sumber Daya Manusia (SDM) negara antar negara ASEAN. Ini
mengandung makna pula, berpotensi mendorong barang dan jasa
dari suatu negara untuk memasuki pasar dunia karena sokongan
berbagai kemudahan yang tentunya akan diperoleh dari negara
tetangga.
AEC diberlakukan pada tanggal 31 Desember 2015, dimana
dalam pelaksanaannya tentu akan memberikan konsekuensi bagi
masyarakat ekonomi Indonesia, mengingat persaingan semakin
terbuka dan tajam. Harus diakui, bahwa disamping peluang, AEC
inipun meninggalkan berbagai persoalan. Potensi, Hambatan, dan
tantangan yang akan dihadapi oleh masyarakat Indonesia
berkenaan dengan pelaksanaan AEC ini, antara lain:
a) Mind-set masyarakat, khususnya pelaku usaha Indonesia yang
belum seluruhnya mampu melihat AEC 2015 sebagai peluang.
Menurut Journal of Current Southeast Asian Affairs (Guido Benny

19
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH
DI KABUPATEN TULANG BAWANG

dan Kamarulnizam Abdullah-2011), kesadaran dan pemahaman


masyarakat mengenai ASEAN masih sangat terbatas.
b) Global Competitive Index oleh World Economic Forum
menempatkan Indonesia pada urutan ke 50, di bawah sebagian
negara ASEAN (Singapura, Brunei, Malaysia, Thailand).
c) Lemahnya Infrastruktur, khususnya bidang transportasi dan
energi menyebabkan biaya ekonomi tinggi, utamanya sektor
produksi dan bagi pasar, pelaku usaha yang inward-looking;
d) Besarnya pasar domestik mendorong pelaku usaha untuk
memprioritaskan memenuhi kebutuhan pasar domestik saja;
e) Birokrasi yang ada, belum efisien dan belum sepenuhnya
berpihak pada pebisnis. Disamping itu, sinkronisasi program dan
kebijakan pemerintah (pusat dengan daerah) masih memerlukan
koordinasi lebih baik lagi.
Bila hal di atas dibiarkan, akan mengganggu keberlangsungan
kehidupan ekonomi masyarakat pelaku UMKM khususnya di era
AEC nanti. Hal itu bisa dilihat bagaimana dampak ACFTA yang
telah berjalan sejak Tahun 2010 itu, dalam satu tahun saja, ACFTA
mampu menganggu produksi kita yang turun sekitar 25-50%,
total penjualan juga turun 10-25%, keuntungan pun turun 10-25%,
demikian pula serapan tenaga kerja turun 10-25%23. Tidak kurang
dari 360 jenis produk kita rontok dari saat mulai diberlakukannya
ACFTA Tahun 2010.
Hasilnya pertumbuhan ekonomi tinggi namun tidak diikuti oleh
bergeraknya sektor riil, ini menyebabkan melebarnya kesenjangan
antar kelompok pendapatan. Tugas selanjutnya, adalah bagaimana
tantangan dan hambatan itu menjadi peluang, dengan

23 https://kemenperin.go.id/artikel/42/Perkembangan-Pelaksanaan-
Perdagangan-ACFTA-Tahun-2010--Di-Sektor-Industri., diakses pada tannggal 1
September 2019 pulul 10.30.
20
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH
DI KABUPATEN TULANG BAWANG

mengoptimalkan kekuatan yang dimiliki, kekuatan dalam konteks


itu, antara lain:
a) Jumlah penduduk 237 juta jiwa, merupakan 40% dari total
penduduk di Asia Tenggara, angka yang besar untuk munculnya
pasar yang prosfektif;
b) Kelas menengah (middle class) Indonesia yang terus meningkat,
dari hanya sebesar 37,7% pada 2003, menjadi 56,6% pada 2010
atau mencapai 134 juta jiwa (Bank Dunia),
c) Total PDB Indonesia terbesar di ASEAN dan ke-16 di dunia
(satu-satunya anggota ASEAN yang menjadi anggota G20).

B. Peran Pemerintah Dalam Pembangunan UMKM


Keterlibatan pemerintah telah menjadi fenomena umum dalam
pembangunan ekonomiterutama pada negara-negaraberkembang.
Keterlibatan yang akhirnya berciri intervensi yang melebihi
kapasitas ternyata telah mendorong terjadinya distorsi ekonomi.
Karena kecenderungan tersebut di ikuti oleh moralitas yang lemah
dari pelaku-pelaku ekonomi yang telah berubah menjadi rezim
ekonomi yang serakah dan tidak efisien. Oleh sebab itu, paradigma
baru seyogyanya memposisikan intervensi pemerintah sebagai
faktor pendorong efisiensi perekonomian bilamana proses
pengalokasian sumberdaya, dalam beberapa hal, tidak mungkin
diserahkan kepada mekanisme pasar. Dengan demikian, peran
pemerintah dapat dilihat sebagai komplemen dari mekanisme
pasar. Dan untuk menuju peran yang lebih efektif, maka perlu
dukungan kerangka hukum (regulatory framework) dan institusi
hukum yang adil.
Peran ideal pemerintah, seperti yang dimaksud di atas, sudah
sejak lama digariskan dalam ekonomi klasik, demikian pula secara
imperatif konstitusi telah mengaturnya. Oleh sebab itu, masalah
krusial yang harus dibenahi adalah komitmen yang lebih tegas
21
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH
DI KABUPATEN TULANG BAWANG

dari pelaku-pelaku ekonomi terhadap hal tersebut. Rendahnya


komitmen memiliki kecenderungan linier dengan kearifan moralitas
untuk mengarahkan perilaku pelaku-pelaku ekonomi khususnya di
tingkat mikro ekonomi.
Krisis ekonomi besar dalam dua dekade terakhir ini, yakni
Tahun 2007 yang lalu, kemudian disusul krisis ekonomi 2008,
membuktikan bahwa ekonomi nasional rentan terhadap dinamika
global. Dari pengalaman dua krisis itu, terbukti Usaha Mikro, Kecil,
Menengah (UMKM) muncul sebagai penyelamat ekonomi nasional.
UMKM mampu menyerap tidak kurang 85% dari tenaga kerja
Indonesia. Penyerapan tenaga kerja sampai saat ini masih bisa
diandalkan, demikian pula kontribusinya terhadap pembentukan
Produk Domestik Bruto (PDB) juga tinggi. Namun bila dibiarkan
begitu saja tanpa kebijakan yang memadai maka lambat laun
kekuatannya akan melemah, dan konsumen akan beralih pada
produk impor.
Ketergantungan pada produksi impor, selain mematikan industri
nasional dan menciptakan pengangguran, juga mengurangi daya
beli masyarakat. Daya beli yang menurunakan menyebabkan
masalah pada ratusan juta perut anak bangsa harus diisi, jutaan
anak balita membutuhkan asupan bergizi, generasi muda
membutuhkan pendidikan yang bermutu, dan teknologi yang
semakin sulit diikuti. Ada tiga langkah strategis yang harus diambil,
antara lain:
a) Pertama, jadikan UMKM sebagai basis pertahanan ekonomi
rakyat. Fasilitasi tumbuhnya kelembagaan yang sehat,
perbanyak manusia yang kompeten untuk mengelolanya,
tumbuhkan mental kemandirian usaha, buat kebijakan afirmasi
yang ikhlas dan istiqomah bagi UMKM, tumbuhkan daya hidup
pasar tradisional, buat jaringan informasi dan basis data yang
bisa diakses oleh kelompok ini dengan baik. Dalam konteks
22
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH
DI KABUPATEN TULANG BAWANG

masyarakat madani, peran asosiasi seperti Dewan Koperasi


Indonesia (DEKOPIN) dan Kamar Dagang dan Industri (KADIN)
dalam proses penguatan ini menjadi penting. Namun sebagai
agen penguatan asosiasi ini pun harus sehat duluan.Untuk itu
membutuhkan revitalisasi dan reorientasi, serta penyatuan
pandangan diantara pelaku organisasi, dalam melihat
permasalahan ini dengan jernih, cepat dan akurat.
b) Kedua, Kini saat tepat untuk menggelorakan kemandirian
ekonomi. Kampanye “cintailah produksi dalam negeri” yang
digagas Prof. Ginandjar Kartasasmita tatkala menjadi Menmud
Produksi Dalam Negeri di pertengahan Tahun 80-an harus
kembali digelorakan. Jangan biarkan fundamen ekonomi
disimpan di luar negeri. Pejabat harus memberi contoh untuk
itu, misal tatkala menjamu tamu misalkan suguhkan ubi
cilembu, awug dari beras Cianjur, buah arumanis
Indramayu, buah-buahan seperti buah naga dari kampung
Wiratama Tulang Bawang, udang Bratasena, telur asin
Menggala, telur tembakang Menggala Timur, dan makanan khas
Lampung seperti seruit dan sejenisnya. Buang kebiasaan berfikir
pragmatis yang keliru, misal memberi bantuan kepada
masyarakat kena musibah dengan mie instant, karena mudah
dalam memasak, padahal untuk jangka panjang mengikat pola
konsumsi masyarakat kepada gandum. Di Papua sekarang lebih
susah menemukan pepeda yang merupakan makanan khas
Papua secara turun temurun, ketimbang mie instant, yang
pohon gandumnya pun mereka tidak pernah lihat. Kemandirian
adalah masalah mind set, ada yang bisa digarap dalam jangka
pendek namun ada juga berdimensi jangka panjang. Untuk
jangka pendek, kelompok elit harus memberi contoh dalam pola
kehidupan dan kebijakan, sebagaimana dikemukakan di atas,

23
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH
DI KABUPATEN TULANG BAWANG

namun jangka panjang harus dilalui melalui mekanisme


pendidikan yang lebih baik.
c) Ketiga, membangun dengan sungguh-sungguh ekonomi
pedesaan. Ini akan membuat sistem dimana nilai tambah
ekonomi lebih banyak jatuh di pedesaan. Petani miskin, nelayan
sengsara bukan lagi berita, dan seyogyanya bukan lagi semata
hanya jadi bahan pidato, harus menjadi asumsi yang harus
diperbaiki secepatnya. Di era krisis, rakyat setidak-tidaknya
harus makan cukup dengan asupan gizi yang baik. Dan desa
adalah tempat yang tepat untuk memulainya. Harus diakui
bahwa saat ini redistribution of income untuk pedesaan dengan
angka signifikan hanya dilakukan dalam tiga kegiatan, yakni
masa mudik, kiriman TKI, dan money politic saat
pilkada/pemilu. Ketiga-tiganya absurd dan menyesakkan.
Sementara setiap hari iming-iming hadiah motor dan sejenisnya
selalu mereka lihat di Kantor Cabang Pembantu (KCP) atau bank
unit, merangsang mereka untuk menaruh uang recehannya
kembali masuk ke perbankan guna membiayai ekonomi
perkotaan (back wash effect). Jadi dengan demikian investasi,
dan nilai tambah tidak pernah jatuh di desa.
Apa yang dilakukan oleh administasi pembangunan untuk
merealisasikan ketiga langkah strategis itu, agar program
pemberdayaan berjalan dengan baik. Ada tiga hal penting yang
harus dilakukan, yakni:
a) Revitalisasi Komitmen Pemberdayaan;
Pertama. Lahirnya konsep pemberdayaan sebagai antitesa
terhadap model pembangunan yang kurang memihak pada rakyat
mayoritas. Konsep ini dibangun dari kerangka logik sebagai berikut:
1) bahwa proses pemusatan kekuasaan terbangun dari
pemusatan kekuasaan faktor produksi;

24
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH
DI KABUPATEN TULANG BAWANG

2) pemusatan kekuasaan faktor produksi akan melahirkan


masyarakat pekerja dan masyarakat pengusaha pinggiran;
3) kekuasaan akan membangun bangunan atas atau sistem
pengetahuan, sistem politik, sistem hukum dan sistem
ideologi yang manipulatif untuk memperkuat legitimasi; dan
4) pelaksanaan sistem pengetahuan, sistem politik, sistem
hukum dan ideologi secara sistematik akan menciptakan dua
kelompok masyarakat, yaitu masyarakat berdaya dan
masyarakat tunadaya.24
Akhirnya yang terjadi ialah dikotomi, yaitu masyarakat yang
berkuasa dan manusia yang dikuasai. Untuk membebaskan situasi
menguasai dan dikuasai, maka harus dilakukan pembebasan
melalui proses pemberdayaan bagi yang lemah (empowerment of the
powerless).
Pemberdayaan diartikan sebagai suatu proses dan suatu
mekanisme dimana individu, organisasi dan masyarakatnya
menjadi ahli bagi masalah yang mereka hadapi. Teori
pemberdayaan menyatakan bahwa konsep pemberdayaan berlaku
tidak hanya bagi individu sebagai kelompok, organisasi dan
masyarakat, namun juga bagi individu itu sendiri. Di tingkat
individu, pemberdayaan merupakan pengembangan psikologis yang
menggabungkan persepsi kendali personal, pendekatan proaktif
pada kehidupan dan pengetahuan kritis akan lingkungan
sosiopolitis. Pada tingkat organisasi, pemberdayaan mencakup
proses dan struktur yang meningkatkan keahlian para anggotanya
untuk mempengaruhi perubahan di tingkat masyarakat.25 Di
tingkat masyarakat, pemberdayaan berarti tindakan kolektif untuk

24 A.M.W. Panarka dan Vidyandika Moeljarto, 1996, Pemberdayaan


(Empowerment), Penyunting: Onny S. Prijono dan A.M.W. Pranarka,
Pemberdayaan Konsep, Kebijakan dan Implementasi, CSIS, Jakarta,hal.43.
25 Zimmerman, M. A., 1995, Psychological Empowerment: Issues and

Illustrations, American Journal of Community Psychology, 23, 581-599.


25
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH
DI KABUPATEN TULANG BAWANG

meningkatkan kualitas hidup suatu masyarakat dan hubungan


antara organisasi masyarakat. Di tingkat masyarakat,
pemberdayaan berarti tindakan kolektif untuk meningkatkan
kualitas hidup suatu masyarakat dan hubungan antara organisasi
masyarakat.26
Menurut Prijono dan Pranarka,27 dalam konsep pemberdayaan,
manusia adalah subyek dari dirinya sendiri. Menurut
Sumodiningrat,28 pemberdayaan masyarakat merupakan upaya
untuk memandirikan masyarakat lewat perwujudan potensi
kemampuan yang mereka miliki. Mubyarto29 menekankan bahwa
terkait erat dengan pemberdayaan ekonomi rakyat, dalam
konteks ini diperlukan langkah-langkah lebih positif, selain dari
hanya menciptakan iklim dan suasana yang kondusif. Perkuatan
ini meliputi langkah-langkah nyata, dan menyangkut
penyediaan berbagai masukan (input), serta pembukaan akses
kepada berbagai peluang (opportunities) yang akan membuat
masyarakat menjadi makin berdaya.30
Dengan demikian, pemberdayaan bukan hanya meliputi
penguatan individu anggota masyarakat, tetapi juga pranata-
pranatanya. Menanamkan nilai-nilai budaya modern seperti kerja
keras, hemat, keterbukaan, kebertanggungjawaban dan lain-lain

26 Perkins dan Zimmerman, 1995 Psychological Empowerment: Issues and

Illustrations, American Journal of Community Psychology, 23, 581-599 dalam


Randy R. Wrihatnolo, 2007, Manajemen Pemberdayaan Sebuah Pengantar Dan
Panduan Untuk Pemberdayaan Masyarakat, Alex Media Computindo,Jakarta, hal.
105.
27 A.M.W. Panarka dan Vidyandika Moeljarto, 1996, Pemberdayaan
(Empowerment), Penyunting : Onny S. Prijono dan A.M.W. Pranarka,
Pemberdayaan Konsep, Kebijakan dan Implementasi, CSIS, Jakarta,hal 49.
28 Gunawan Sumodiningrat, 1999, Pemberdayan Masyarakat dan Jaring

Pengaman Sosial, PT.Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, hlm. 17.


29 Mubyarto, 1998, Reformasi Sistem Ekonomi: Dari Kapitalisme menuju

Ekonomi Kerakyatan, PT. Aditya Media, Yogyakarta,hlm.9.


30 Ginanjar Kartasasmita, 1997, Pemberdayaan Masyarakat: Konsep
Pembangunan Yang Berakar Pada Masyarakat, Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta, hal 12.
26
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH
DI KABUPATEN TULANG BAWANG

yang merupakan bagian pokok dari upaya pemberdayaan itu


sendiri. Pemahaman selama ini yang menekankan pemberdayaan
sebagai kebijakan charity seyogyanya harus diubah. Pemberdayaan
harus mengandung makna penguatan internal, melalui program
padat karya dan penguatan sektor riil di tingkat masyarakat.
Pemberdayaan seyogyanya harus diwujudkan dalam empat bentuk
kebijakan publik, yakni penyediaan infrastruktur, perluasan akses
peningkatan mutu sumberdaya manusia, peningkatan akses
masyarakat kepada sumber pembiayaan usaha, serta regulasi yang
berpihak (affirmative policy).
Dikeluarkannya Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2008
tentang Lembaga Penjaminan yang dijabarkan secara lebih
operasional melalui Peraturan Menteri Keuangan Nomor 222 Tahun
2008 tentang Perusahaan Penjaminan Kredit dan Perusahaan
Ulang Penjaminan Kredit, merupakan momentum penting untuk
memperkuat pembiayaan sektor riil, khususnya UMKM dan
Koperasi. Peningkatan akses dunia usaha terutama kalangan
UMKMK pada sumber pembiayaan, dalam konteks pemberdayaan,
salah satunya dapat dilakukan melalui peningkatan peran dari
lembaga penjaminan kredit.
Peningkatan akses pembiayaan dunia usaha terhadap sumber
pembiayaan merupakan salah satu kebijakan pemerintah yang
amat penting dalam upaya untuk meningkatkan kemampuan
pendanaan dan memperlancar kegiatan dunia usaha. Yang pada
akhirnya dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi, penyediaan
lapangan kerja, stabilitas politik baik secara nasional maupun
regional di tingkat provinsi, kabupaten/kota. Dengan kata lain,
semakin banyaknya lembaga penjaminan kredit di tingkat daerah
akan memiliki multiplier effect yang tinggi pada
pembangunan.Kondisi ini sudah dibuktikan di beberapa negara
yang telah maju seperti Jepang,Korea Selatan,
27
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH
DI KABUPATEN TULANG BAWANG

Kanada,Australia,termasuk negara-negara ASEAN lainnya seperti


Thailand, Malaysia dan Singapura.

b) Akselerasi Reformasi Birokrasi


Pelayanan birokrasi sejauh ini diduga menjadi penyebab
rendahnya daya saing produk nasional, baik di pasar dalam negeri
maupun di luar negeri. Rendahnya mutu layanan bukan semata
masalah kompetensi, tapi lebih komplek dari itu, yakni kapasitas,
budaya kerja, maupun ketercukupan petugas. Pentingnya
akselerasi reformasi birokrasi, dalam konteks pemberdayaan
masyarakat, adalah untuk mempercepat peningkatan kapasitas
(capacity building). Saat ini, kapasitas kelembagaan daerah terkait
dengan pelaksanaan otonomi ini menunjukkan bahwa sebagian
besar daerah memiliki kapasitas yang relatif masih rendah.31 Begitu
juga, dari hasil penelitian Balitbang Depadagri dengan Fisipol UGM
menunjukkan bahwa rata-rata kapasitas pemerintah daerah
dalam menjalankan urusan rumah tangganya hanya 44.66
persen.32
Pengembangan kapasitas pada prinsipnya dinamis karena
organisasi publik menghadapi kondisi-kondisi baru yang tidak
menentu di masa depan. Pengembangan kapasitas lebih dari
sekedar pelatihan atau pengembangan sumber daya manusia. Tapi
merubah dan menyempurnakan rancangan sistem dan susunan
kelembagaan, mereformasi prosedur dan mekanisme kerja,
merumuskan suatu kebijakan-kebijakan baru, semua elemen-
elemen ini dapat merupakan bagian dari suatu strategi
pengembangan kapasitas.Ketercukupan petugas merupakan

31 Public Administration, National Development Strategies and Multiethnicity.

JKAP, Vol. 2 No. 2.


32 Enhancing Good Governance Capacity in the Local Government, 2000,

Training materials, Indonesian Ministry of Home Affairs.


28
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH
DI KABUPATEN TULANG BAWANG

masalah tersendiri dalam peningkatan mutu layanan birokrasi.


Donald Rowat33 menyampaikan dalam penelitiannya bahwa di
negara berkembang, proporsi jumlah pegawai tertinggi dalam
memberikan pelayanan pada penduduk yaitu 6.4 orang pegawai
untuk melayani 100 penduduk, sedangkan yang terendah 2,6 orang
pegawai untuk melayani 100 penduduk. Indonesia sendiri saat ini
masih masuk dalam katagori rendah.Dengan asumsi, bahwa
teknologi informasi belum optimal, maka jumlah ini jelas masih
sangat kurang.

c) Iklim Usaha Melalui Kebijakan Fiskal Yang Berpihak


Penciptaan iklim usaha melalui kebijakan fiskal. Desentralisasi
fiskal merupakan tantangan bagi pemerintah daerah untuk
menjalankan tata kelola yang mampu menciptakan daya ungkit
terhadap PAD, melalui berbagai program pemberdayaan
masyarakat.Penciptaan iklim usaha yang sehat merupakan
prakondisi untuk tumbuhnya pemberdayaan masyarakat melalui
pengembangan UMKM yang sehat. Lingkungan yang dapat
dibentuk menentukan besarnya biaya transaksi (transaction cost).
Semakin rendah biaya transaksi, berarti iklim usaha semakin
kondusif dan sebaliknya bila biaya transaksi meningkat/semakin
tinggi. Ada tiga hubungan antara desentralisasi fiskal dengan iklim
usaha dan pembangunan sektor-sektor ekonomi,34 yakni :
1) Bila desentralisasi fiskal diimplementasikan dalam bentuk
penambahan jenis pajak daerah dan retribusi daerah tanpa ada
peningkatan efektivitas pengeluaran sehingga mengakibatkan

33 Donald Rowad, 1990, Comparing Bureaucracies in Developed and

Developing Countries: A Statistical Analysis, International Review of Adminstratie


Sciences (SAGE), London, Newbury Park and New Delhi, Vol.56, 211-236.
34 Acu Viarta, 2009, Penguatan program PemberdayaanMasyarakat Melalui

Akselerasi Reformasi Birokrasi Dalam Mengahadapi Tantangan Pasar Bebas


ACFTA, Orasi Ilmiah: Disampaikan pada Wisuda Sarjana SSIP Widya Puri Mandiri
Sukabumi, 01 Mei 2010.
29
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH
DI KABUPATEN TULANG BAWANG

kenaikan biaya transaksi, maka iklim usaha akan memburuk


atau semakin tidak kondusif. Akibatnya kemampuan
masyarakat untuk membiayai dan menyelenggarakan
pendidikan semakin rendah. Ketergantungan penyelenggaraan
pendidikan oleh pemerintah akan semakin tinggi.
2) Jika desentralisasi fiskal lebih ditekankan dalam bentuk
peningkatan efektivitas pengeluaran (dana dialokasikan
berdasarkan prioritas kebutuhan daerah) daripada penambahan
jenis pajak dan retribusi sehingga biaya transaksi menurun,
maka iklim usaha membaik atau semakin kondusif. Dalam
kondisi seperti ini kemampuan masyarakat untuk ikut
berkontribusi dalam pembangunan ekonomi (bisnis) dan
penyelenggaraannya semakin besar.
3) Iklim usaha yang semakin kondusif akan memberi pengaruh
positif terhadap perekonomian daerah, dalam bentuk:
a) percepatan pertumbuhan ekonomi daerah,
b) penurunan tingkat pengangguran,
c) peningkatan upah tenaga kerja,
d) pengentasan kemiskinan, dan
e) peningkatan pendapatan asli daerah (PAD).
Hal semacam ini dimungkinkan karena kegiatan bisnis semakin
semarak sejalan dengan penurunan biaya transaksi. Pada
kelanjutannya, kondisi yang mungkin dibutuhkan, adalah:
1) Respon pemerintah daerah mengakibatkan kenaikan biaya
transaksi/iklim usaha semakin tidak kondusif sehingga banyak
pengusaha daerah kehilangan kesempatan untuk meraih
manfaat dari globalisasi perdagangan dan investasi. Pada situasi
ini masyarakat akan semakin lemah kemampuannya ikut dalam
pembiayaan penyelenggaraan pembangunan.
2) Respon pemerintah daerah menghasilkan penurunan biaya
transaksi/iklim usaha menjadi semakin kondusif, maka dapat
30
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH
DI KABUPATEN TULANG BAWANG

diharapkan semakin banyaknya pengusaha daerah yang


berpeluang/mendapat kesempatan meraih manfaat dari
globalisasi perdagangan dan investasi. Hal ini akan memberikan
implikasi positif terhadap kapasitas dan kemampuan
masyarakat untuk membiayai pengembangan sektor-sektor
ekonomi.

C. Konsep Pertumbuhan Ekonomi


1. Pengertian Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi merupakan upaya peningkatan
kapasitas produksi untuk mencapai penambahan output, yang
diukur menggunakan Produk Domestik Bruto (PDB) maupun Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB) dalam suatu wilayah.35
Pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan output per
kapita dalam jangka panjang. Tekanannya pada tiga aspek yaitu:
proses, output perkapita dan jangka panjang. Dari sini dapat
melihat aspek dinamis dari suatu perekonomian, yaitu melihat
bagaimana suatu perekonomian berkembang atau berubah dari
waktu ke waktu. Tekanannya pada perubahan atau perkembangan
itu sendiri.36
Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan peningkatan output
agregat atau pendapatan riil. Kedua peningkatan tersebut biasanya
di hitung perkapita atauselama jangka waktu yang cukup panjang
sebagai akibat peningkatan penggunaan input. Pertumbuhan
ekonomi merupakan suatu proses perubahan kondisi
perekonomian suatu negara yang berkesinambungan menuju

35Ismayanti, 2010, Pengantar Pariwisata, PT Grafindo, Jakarta, hal. 4.


36 Rahardjo Adisasmita, 2013, Teori-Teori Pembangunan Ekonomi,
Pertumbuhan Ekonomi dan Pertumbuhan Wilayah: Cetakan Pertama, Graha Ilmu,
Yogyakarta, hal. 1.
31
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH
DI KABUPATEN TULANG BAWANG

keadaaan yang lebih baik selama periode tertentu37. Dari aspek


dinamis melihat bagaimana suatu perekonomian berkembang atau
berubah dari waktu ke waktu.
Pertumbuhan ekonomi (Economic Growth) adalah perkembangan
kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa
yang diproduksikan dalam masyarakat bertambah dan
kemakmuran masyarakat meningkat. Masalah pertumbuhan
ekonomi dapat dipandang sebagai masalah makro ekonomi dalam
jangka panjang. Untuk meningkatkan pembangunan nasional,
maka harus didukung dengan pembangunan daerah yang
dilaksanakan secara tepat. Laju pertumbuhan ekonomi daerah
biasanya digunakan untuk menilai seberapa jauh keberhasilan
pembangunan daerah dalam periode waktu tertentu. Pertumbuhan
ekonomi daerah tersebut dapat ditunjukkan oleh kenaikan Gross
Domestic Product (GDP) atau Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB). Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses
dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumber-
sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan
antara pemerintah daerah dan swasta untuk menciptakan lapangan
kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi dalam
wilayah tersebut.38 Proses tersebut mencakup pembentukan
institusi-institusi baru, pembangunan industri-industri alternatif,
perbaikan kapasitas tenaga kerja yang ada untuk menghasilkan
produk dan jasa yang lebih baik.
Menurut Todaro dan Smith pertumbuhan ekonomi merupakan
suatu proses peningkatan kapasitas produktif dalam suatu
perekonomian secara terus-menerus atau berkesinambungan

37 Robinson Tarigan, 2005, Ekonomi Regional, PT. Bumi Aksara, Jakarta, hlm.
46.
Amri Amir, Analisis Pertumbuhan Ekonomi, Investasi, dan Inflasi di
38

Indonesia, Jurnal Kajian Ekonomi,Vol. 1, No. 02 Januari 2013, hlm. 15.


32
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH
DI KABUPATEN TULANG BAWANG

sepanjang waktu sehingga menghasilkan tingkat pendapatan dan


output nasional yang semakin lama semakin besar. Dimana ada
empat faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi
suatu masyarakat (negara) yaitu:39
a) Akumulasi Modal
Akumulasi modal akan terjadi jika ada bagian dari pendapatan
pada masa sekarang yang ditabung dan kemudian diinvestasikan
untuk dapat memperbesar output pada masa yang akan datang.
Pabrik-pabrik, mesin-mesin, peralatan-peralatan, dan barang-
barang baru akan meningkatkan stok modal (capital stock) fisik
suatu negara (yaitu jumlah riil bersih dari semua barang-barang
modal produktif secara fisik) sehingga pada gilirannya akan
memungkinkan negara tersebut untuk mencapai tingkat output
yang lebih besar.40
b) Pertumbuhan Penduduk
Pertumbuhan penduduk dan hal-hal yang berhubungan dengan
kenaikan jumlah angkatan kerja secara tradisional dianggap
sebagai faktor yang positif dalam merangsang pertumbuhan
ekonomi. Hal tersebut berarti: semakin banyak jumlah angkatan
kerja berarti semakin banyak pasokan tenaga kerja, dan semakin
banyak jumlah penduduk akan meningkatkan potensi pasar
domestik.41
c) Kemajuan Teknologi
Menurut para ekonom, kemajuan teknologi merupakan faktor
yang paling penting bagi pertumbuhan ekonomi. Dalam bentuknya
yang paling sederhana, kemajuan teknologi disebabkan oleh adanya
cara-cara baru atau mungkin cara-cara lama yang diperbaiki dalam

39 Lincolin Arsyad, 2015, Ekonomi Pembangunan Edisi 5, Penerbit: UPP STIM

YKPN, Yogyakarta, hlm. 270.


40 Ibid., hlm. 270.
41 Ibid., hlm. 271.

33
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH
DI KABUPATEN TULANG BAWANG

melakukan pekerjaan-pekerjaan tradisional, seperti cara menanam


padi, membuat pakaian, atau membangun rumah. Ada tiga macam
klasifikasi mengenai kemajuan teknologi yaitu: kemajuan teknologi
yang bersifat netral, kemajuan teknologi yang besifat menghambat
tenaga kerja, kemajuan teknologi yang bersifat menghambat
modal.42
Simon Kuznets dalam kuliahnya pada Peringatan Nobel
mendefinisikan pertumbuhan ekonomi sebagai “kenaikan jangka
panjang dalam kemampuan suatu negara untuk menyediakan
semakin banyak jenis barang-barang ekonomi kepada
penduduknya” kemampuan ini tumbuh sesuai dengan kemajuan
teknologi, dan penyesuaian kelembagaan dan idiologis yang
diperlukannya. Definisi ini memiliki 3 komponen: pertama,
pertumbuhan ekomoni suatu bangsa terlihat dari meningkatnya
secara terus menerus persediaan barang; kedua, teknologi maju
merupakan faktor dalam pertumbuhan ekonomi yang menentukan
derajat pertumbuhan kemampuan dalam penyediaan aneka macam
barang kepada penduduk; ketiga, penggunaan teknologi secara
luas dan efisien memerlukan adanya penyesuaian di
bidangkelembagaan dan idielogi sehingga inovasi yang dihasilkan
oleh ilmu pengetahuan ummat manusia dapat dimanfaatkan secara
tepat. Teknologi modern misalnya, tidak cocok dengan corak desa,
pola keluarga besar, usaha keluarga, dan buta huruf.43
Pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari perkembangan
suatu perekonomian. Pengukuran akan kemajuan sebuah
perekonomian memerlukan alat ukur yang tepat, berupa alat
pengukur pertumbuhan ekonomi antara lain yaitu Produk
Domestik Bruto (PDB) atau di tingkat regional disebut dengan

42Ibid., hlm. 275.


43 M.L. Jhingan, penerjemah D. Guritno, 2014, “Ekonomi Pembangunan dan
Perencanaan”, Rajawali Press, Jakarta, hal. 57.
34
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH
DI KABUPATEN TULANG BAWANG

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yaitu “jumlah barang atau


jasa yangdihasilkan oleh suatu perekonomian dalam jangka waktu
satu tahun dan dinyatakan dalam harga pasar”.
Menurut ekonom klasik, pertumbuhan ekonomi secara klasik
dipengaruhi oleh dua faktor utama yakni pertumbuhan output total
dan pertumbuhan penduduk. Pertumbuhan ekonomi sangat
dipengaruhi oleh produktivitas sektor-sektor dalam menggunakan
faktor-faktor produksinya. Kenyataan seperti ini menyisakan
pertanyaan, mengapa pertumbuhan ekonomi yang terus meningkat
dari tahun ke tahun tidak diikuti oleh penurunan angka
pengangguran, atau pengangguran justru meningkat setiap
tahunnya. Padahal secara teori pertumbuhan ekonomi menurut
pandangan para ekonom Klasik yang antara lain Adam Smith, David
Ricardo, Thomas Robert Malthus dan John Stuart Mill, maupun
ekonom Neo-Klasik antara lain Robert Solow dan Trevor Swan, pada
dasarnya ada empat faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
ekonomi, yaitu:
a) jumlah penduduk;
b) jumlah stok barang modal;
c) luas tanah dan kekayaan alam;
d) dan tingkat teknologi yang digunakan.44
Salah satu unsur yang penting dan menjadi faktor positif dalam
mendorong pertumbuhan ekonomi adalah pertumbuhan penduduk
dan tenaga kerja. Jumlah tenaga kerja yang lebih besar berarti akan
menambah jumlah tenaga produktif, sedangkan pertumbuhan
penduduk yang lebih besar akan meningkatkan luasnya pasar
domestik. Namun kenyataan yang terjadi pertumbuhan penduduk
yang sangat cepat juga akan memberikan efek negatif terhadap
perkembangan ekonomi, sehingga diperlukan sistem perekonomian

44 Sadono, Sukirno, 1985, Ekonomi Pembangunan, Proses, Masalah dan Dasar


Kebijaksanaan, Penerbit: LPFE UI, hal. 273.
35
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH
DI KABUPATEN TULANG BAWANG

yang mampu untuk menyerap dan secara produktif mempekerjakan


tambahan tenaga tersebut.45
Teori pertumbuhan baru memberikan kerangka teoritis untuk
menganalisis pertumbuhan yang bersifat endogen. Pertumbuhan
ekonomi merupakan hasil dari dalam sistem ekonomi. Kemajuan
teknologi merupakan hal yang endogen, pertumbuhan merupakan
bagian dari keputusan pelaku-pelaku ekonomi untuk berinvestasi
dalam pengetahuan. Peran modal lebih besar dari hanya sekedar
bagian dari pendapatan apabila modal yang tumbuh bukan hanya
modal fisik saja tapi menyangkut modal manusia.
Laju pertumbuhan penduduk dan hal-hal yang berhubungan
dengan kenaikan jumlah angkatan kerja (labour force) secara
tradisional telah dianggap sebagai faktor yang positif dalam
merangsang pertumbuhan ekonomi. Kebenaran hubungan yang
positif tersebut tergantung pada kemampuan sistem ekonomi untuk
menyerap dan mempekerjakan tambahan pekerja secara produktif.
Teori neoklasik menyatakan bahwa tenaga kerja merupakan salah
satu faktor yang menjelaskan tinggi rendahnya pertumbuhan
ekonomi. Teori Solow (Neo Klasik) juga menyatakan bahwa laju
pertumbuhan angkatan kerja berpengaruh positif dan signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi, yang disebabkan melalui semakin
banyaknya angkatan kerja yang bekerjamaka kemampuan untuk
menghasilkan output semakin tinggi. Dengan banyaknya output
yang mampu dihasilkan, maka akan mendorong tingkat penawaran
agregat sehingga akan mendorong pertumbuhan ekonomi.46
Istilah pertumbuhan bisa saja diartikan berbeda oleh satu orang
dengan orang lain, daerah yang satu dengan daerah lain, negara

45 Michael, Todaro, 2000, Pembangunan Ekonomi Di Dunia Ketiga, Ghalia

Indonesia,Jakarta, hal. 322.


46 Yesi Hendriani Supartoyo, Jen Tatuh Recky H. E. Sendouw, The Economic

Growth and the RegionalCharacteristics: The Case of Indonesia.


36
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH
DI KABUPATEN TULANG BAWANG

satu dengan negara lain. Penting bagi kita untuk dapat memiliki
definisi yang sama dalam mengartikan pertumbuhan. Secara
tradisional pertumbuhan memiliki peningkatan terus menerus pada
Gross Domestic Product atau Produk Domestik Bruto suatu
negara47. Untuk daerah, makna pertumbuhan yang tradisonal
difokuskan pada peningkatan Produk Domestik Regional Bruto
suatu provinsi, kabupaten atau kota.Terdapat tiga komponen pokok
dalam definisi pertumbuhan ekonomi tersebut tersebut, yaitu:
1) Kenaikan output secara berkesinambungan adalah manifestasi
dari pertumbuhan ekonomi sedangkan kemampuan
menyediakan berbagai jenis barang merupakan tanda
kematangan ekonomi (economic maturity) pada negara
bersangkutan.
2) Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
berkesinambungan dimana pemerintah berperan dalam
investasi bidang pendidikan.
3) Mewujudkan potensi pertumbuhan yang terkandung dalam
kemajuan teknologi dilakukan penyesuaian kelembagaan, sikap,
dan ideologi. Sehingga secara sosial dan ekonomi terjadi
pertumbuhan yang seiring.

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi


Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan
ekonomi, diantaranya seperti di bawah ini:
a) Faktor Sumber Daya Manusia (SDM)
Sumber daya manusia adalah suatu faktor yang penting karena
dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Karena SDM
merupakan faktor yang penting dalam proses pembangunan, cepat
atau lambatnya proses dari pembangunan sangat tergantung pada

47 Dumairy, 1996, Perekonomian Indonesia, Erlangga, Jakarta, hal. 45.


37
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH
DI KABUPATEN TULANG BAWANG

sumber daya manusianya yang selaku sebagai subjek


pembangunan yang mempunyai kompetensi yang baik dan cukup
memadai untuk melaksanakan proses dari pembangunan tersebut.
Peningkatan GNP per kapita yang begitu hebat rupanya
berkaitan erat dengan pengembangan faktor manusia sebagaimana
terlihat dalam efisiensi atau produktivitas yang melonjak
dikalangan tenaga buruh. Inilah yang oleh para ahli ekonomi
modern disebut pembentukan modal insani, yaitu, “Proses
peningkatan ilmu pengetahuan, keterampilan dan kemampuan
seluruh penduduk yang bersangkutan.” Proses ini mencakup
kesehatan, pendidikan dan pelayanan sosial pada umumnya.
Perkiraan Dension mengungkapkan bahwa pengeluaran untuk
pendidikan di Amerika Serikat antara 1929-1957 telah
menyumbang 23% terhadap output nasional bruto mereka.
Menurut Solomon Fabricant, kenaikan seluruh produk nasional
Amerika Serikat melalui kenaikan modal fisik antara 1889-1957 itu
menyamai jumlah kenaikan yang tercapai melalui peningkatan
produktivitas buruh.
Sehingga, “persyaratan yang paling penting bagi laju
pertumbuhan industri ialah manusia. Manusia yang bersedia
menyambut baik tantangan perubahan ekonomi dan menerima
kesempatan yang ada di dalamnya. Manusia, diatas segalanya,
yang berdedikasi terhadap pembangunan ekonomi negerinya, dan
terhadap kejujuran, kewibawaan, pengetahuan, dan prestasi kerja.”

b) Faktor Sumber Daya Alam (SDA)


Faktor utama yang mempengaruhi perkembangan suatu
perekonomian adalah sumber alam atau tanah. “Tanah” sebagai
mana dipergunakan dalam ilmu ekonomi mencakup sumber alam
seperti kesuburan tanah, letak dan susunannya, kekayaan hutan,
mineral, iklim, sumber air, sumberlautan dan sebagainya. Dalam
38
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH
DI KABUPATEN TULANG BAWANG

dan bagi pertumbuhan ekonomi, tersedianya sumber alam secara


melimpah merupakan hal yang penting. Suatu negara yang
kekurangan sumber alam tidak akan membangun dengan cepat.
Sebagai mana dinyatakan oleh Lewis, “Dengan hal-hal lain yang
sama, orang dapat mempergunakan dengan lebih baik kekayaan
alamnya dibandingkan apabila mereka tidak memilikinya.”48
SDA atau sumber daya alam merupakan faktor yang tidak kalah
pentingnya dalam pembangunan atau pertumbuhan ekonomi,
karena umumnya negara yang sedang dalam tahap perkembangan
sangat bergantung pada sumber daya alam dalam pembangunan
negaranya. Akan tetapi jika bergantung pada sumber daya alam
saja tidak akan menjamin kesuksesan dalam proses pembangunan
atau pertumbuhan ekonomi, jika tidak di dukung dengan
kemampuan SDM (Sumber daya manusia) dalam mengelola SDA
(sumber daya alam) yang ada. Sumber daya alam misalnya seperti:
kesuburan tanah, kekayaan akan mineral, kekayaan tambang, hasil
alam, laut dan lain sebagainya.
Seringkali dikatakan bahwa pembangunan ekonomi dapat
terjadi meskipun negara bersangkutan kekurangan sumber alam.
Sebagaimana dikemukakan Lewis, “Suatu negara yang dianggap
miskin sumber alam saat ini mungkin dapat dianggap sangat kaya
dikemudian hari, tidak saja lantaran diketemukannya sumber-
sumber yang tersembunyi, tetapi juga karena penggunaan sumber
yang telah diketahui dengan cara baru.” Jepang adalah negara
seperti itu. Jepang yangkekurangan dalam sumber alam tetapi
karena ia berhasil menemukan penggunaan baru sumber-
sumbernya yang terbatas, maka jadilah ia salah satu negara
termaju di dunia. Dengan mengimpor bahan mentah dan bahan
tambang tertentu dari negara lain, Jepang berhasil mengatasi

48 Ibid.,hlm 67.
39
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH
DI KABUPATEN TULANG BAWANG

kekurangan sumber alamnya melalui teknologi tinggi, penelitian


baru, dan ilmu pengetahuan tinggi. Begitu pula Inggris,
berkembang kendati tanpa minyak bumi dan logam non belerang.49
Jadi dalam pertumbuhan ekonomi, kekayaan alam yang
melimpah saja belum cukup. Yang terpenting adalah
pemanfaatannya secara tepat dengan teknologi yang baik sehingga
efisiensi dipertinggi dan sumber dapat dipergunakan dalam jangka
waktu lebih lama.50

c) Faktor Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)


Perkembangan ilmu pengetahuan semakin kesini semakin pesat
khususnya di bidang teknologi, hal tersebut dapat mempengaruhi
pembangunan atau pertumbuhan ekonomi suatu negara, misalnya
penggantian dalam menproduksi barang yang asalnya
menggunakan tenaga manusia sekarang sudah banyak yang
menggunakan mesin yang canggih dan modern yang tentunya akan
lebih efesien dan lebih cepat dalam menghasilkan produk, yang
pada akhirnya akan mempercepat pertumbuhan ekonomi dan
pembangunan.
Perubahan teknologi dianggap sebagai faktor paling penting di
dalam proses pertumbuhan ekonomi. Perubahan itu berkaitan
dengan perubahan di dalam metode produksi yang merupakan hasil
pembaharuan atau hasil dari teknik penelitian baru. Perubahan
pada teknologi telah menaikan produktivitas buruh model dan
faktor produksi yang lain. Kuznets mencatat lima pola penting
pertumbuhan teknologi di dalam pertumbuhan ekonomi modern.
Kelima pola tersebut adalah: penemuan ilmiah atau
penyempurnaan pengetahuan teknik; invensi; inovasi;
penyempurnaan, dan penyebarluasan penemuan yang biasanya

49Ibid., hal. 68.


50Ibid., hal. 69.
40
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH
DI KABUPATEN TULANG BAWANG

diikuti dengan penyempurnaan. Seperti Sechumpeter, dia


menganggap inovasi (pembaharuan) sebagai faktor teknologi yang
paling penting dalam pertumbuhan ekonomi. Menurut Kuznets
inovasi terdiri dari dua macam : pertama, penurunan biaya yang
tidak menghasilan perubahan apapun pada kualitas produk;
kedua, pembaharuan yang menciptakan produk baru dan
menciptakan permintaan baru akan produk tersebut. Yang kedua
ini merupakan perubahan yang menciptakan permintaan51.

d) Faktor Budaya
Faktor yang penting lainnya yaitu faktor budaya, faktor ini akan
memberikan dampak terhadap pertumbuhan ekonomi karena
memiliki fungsi sebagai pendorong proses pembangunan misalnya
seperti kerja keras, bersikap jujur, sopan, dan lain-lain. Akan tetapi
faktor ini bias juga menghambat proses pembangunan atau
pertumbuhan ekonomi misalnya seperti sikap egois, anarkis, dan
sebagainya.
Faktor sosial dan budaya juga mempengaruhi pertumbuhan
ekonomi. Pendidikan dan kebudayaan Barat membawa ke arah
penalaran (reasoning) dan skeptisisme. Yang menanamkan
semangat kembara yang menghasilkan berbagai penemuan baru
dan akhirnya memunculkan kelas pedagang baru. Kekuatan faktor
ini mengahsilkan perubahan pandangan, harapan, struktur, dan
niali-niali sosial. Orang dibiasakan menabung dan berinvestasi,
menikmati resiko untuk memperoleh laba. Mereka mengembangkan
apa yang oleh Lewis disebut, “hasrat untuk berhemat,” dalam rangka
memaksimumkan output berdasarkan input tertentu. Alhasil,
seperti negara-negara Eropa, yang mengalami revolusi industri di
abad ke-18 dan 19. Penduduk berimigrasi ke daerah perkotaan.

51Ibid., hlm. 72.


41
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH
DI KABUPATEN TULANG BAWANG

Kebutuhan baru menjamur. Akibatnya, sektor industri meluas lebih


jauh. Kebebasan agama dan ekonomi kian mendorong perubahan
pandang dan nialai sosial unit keluarga terpisah menggantikan
sistem keluarga bersama; ini sangat membantu pertumbuhan
ekonomi modern.52

e) Sumber Daya Modal


Dan faktor yang terakhir adalah sumber daya modal, faktor ini
sangatlah dibutuhkan manusia dalam mengelola Sumber Daya
Alam (SDA) dan meningkatkan kualitas dari Ilmu Pengetahuan Dan
Teknologi (IPTEK). Sumber daya modal ini misalnya berupa barang
yang penting untuk perkembangan serta kelancaran dalam
pembangunan ekomomi, sebab barang modal ini juga bisa
meningkatkan dan memperbaiki produksi. Modal berarti persediaan
faktor produksi yang secara fisik dapat diproduksi. Apabila stok
modal naik dalam batas waktu tertentu, hal ini disebut akumulasi
modal atau pembentukan modal.
Dalam ungkapan Profesor Nurkse, “Makna pembentukan modal
adalah, masyarakat tidak melakukan keseluruhan kegiatannya saat
ini sekedar untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumsi
yang mendesak, tetapi mengarahkan sebagian daripadanya untuk
pembuatan barang modal, alat-alat dan perlengkapan, mesin dan
fasilitas pengangkutan, pabrik dan peralatannya.” Dalam arti ini
pembentukan modal merupakan investasi dalam bentuk barang-
barang modal yang dapat menaikan stok modal, output nasional
dan pendapatan nasional. Jadi, pembentukan modal merupakan
kunci utama menuju pembangunan ekonomi.53

52Ibid., hlm. 74.


53Ibid., hlm. 69.
42
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH
DI KABUPATEN TULANG BAWANG

f) Organisasi
Organisasi merupakan bagian penting dari proses pertumbuhan.
Organisasi berkaitan dengan penggunaan faktor produksi di dalam
kegiatan ekonomi. Organisasi bersifat melengkapi (komplemen)
modal, buruh dan membantu meningkatkan produktifitasnya.
Dalam petumbuhan ekonomi modern, para wiraswastawan tampil
sebagai organisator dan pengambil resiko diantara ketidakpastian.
Wiraswastawan bukanlah manusia dengan kemampuan biasa. Ia
memiliki kemampuan khusus untuk bekerja dibandingkan orang
lain. Menurut Schumpeter, seorang wiraswastawan tidak perlu
seorang kapitalis. Fungsi utamanya ialah melakukan pembaharuan
(inovasi). Revolusi industri di Inggris merupakan jasa para
wiraswastawan ini, begitu juga pertumbuhan ekononomi Amerika
Serikat pada abad ke-19 dan pertengahan abad ke-20 merupakan
jasa penyempurnaan kualitas manajemen.54 Jadi disamping
perusahaan swasta, pengertian organisasi mencakup pemerintah,
bank dan lembaga-lembaga Internasional yang ikut terlibat di
dalam memajukan ekonomi negara maju dan negara sedang
berkembang.55

g) Pembagian kerja dan skala produksi


Spesialisasi dan pembagian kerja menimbulkan peningkatan
produktivitas. Keduanya membawa kearah ekonomi produksi skala
besar yang selanjutnya membantu perkembangan industri. Hal ini
menurunkan laju pertumbuhan ekonomi. Adam Smith
menekankan arti penting pembagian kerja bagi perkembangan
ekonomi. Pembagian kerja menghasilkan perbaikan kemampuan
produksi buruh. Setiap buruh menjadi lebih efisien daripada
sebelumnya. Ia menghemat waktu. Ia mampu menemukan mesin

54 Ibid., hlm. 70.


55 Ibid., hlm. 71.
43
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH
DI KABUPATEN TULANG BAWANG

baru dan berbagai proses baru dalam berproduksi. Akhirnya,


produksi meningkatkan berbagai hal. Akan tetapi, pembagian kerja
tergantung pada luas pasar. Luas pasar, sebaliknya, tergantung
pada kemajuan ekonomi, yaitu seberapa jauh perkembangan
permintaan, tingkat produksi pada umumnya, sarana transportasi,
dan sebagainya. Jika skala produksi luas, spesialisasi dan
pembagian kerja akan meluas pula. Alhasil, jika produksi naik, laju
pertumbuhan ekonomi akan melesat. Ekonomi eksternal keuangan
semakin banyak tersedia dan manfaat dari investasi-minimal
berkembang biak. Yang dimaksud dengan investasi minimal adalah
sumber tenaga angkutan, dan sebagainya, yang penggunaannya
membawa kearah kemajuan industri. Dengan cara ini produksi
meningkat dan pertumbuhan ekonomi kian melaju.56

D. Peran Koperasi dalam Penguatan Daya Saing UMKM


Koperasi merupakan usaha bersama dalam membangun nilai
ekonomi baru dari bisnis anggota. UMKM bila dibiarkan memasuki
pasar dengan ciri persaingan bebas akan mengalami banyak
kesulitan sebagai dampak lemahnya daya saing. Kelemahan daya
saing UMKM tidak semata karena masalah internal pelaku UMKM
itu sendiri, misalnya lemahnya pembiayaan, atau kemampuan
sumberdaya manusia yang terbatas. Namun juga sebagai akibat
dari masalah-masalah eksternal yang tidak mungkin diatasi tanpa
intervensi pihak lain. Misalnya, mahalnya suku bunga pinjaman,
buruknya infrastruktur yang menciptakan biaya ekonomi tinggi,
dan tinggi serta rumitnya biaya boriokrasi. Ketiga masalah ini
sangat mengganggu jalannya usaha para pelaku di tingkatan
UMKM.

56Ibid., hlm. 73.


44
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH
DI KABUPATEN TULANG BAWANG

Suku bunga yang mereka harus bayar dari bank pelaksana,


misalnya untuk KUR saja, lebih mahal sekitar 10-12 persen dari
pelaku usaha setingkat di Malaysia, Thailand, apalagi di Singapura.
Perbedaan itu semakin jauh manakala UMKM harus memperoleh
sumber pembiayaannya dari para rentenir, karena keterbatasan
mereka untuk melakukan transaksi dengan pihak perbankan.
Demikian pula biaya yang harus dikeluarkan untuk operasional
usaha sebagai dampak dari buruknya infrastruktur. Berdasarkan
kajian KADIN,57 pelaku usaha di Indonesia dibebani 17 persen lebih
besar dari pesaingnya di negara-negara ASEAN lainnya akibat
buruknya infrastuktur jalan, listrik, pelabuhandan lain
sebagainya. Hal yang paling parah, adalah birokrasi yang
membebani biaya usaha dan efisiensi waktu yang digunakan.
Berdasarkan hasil survey tentang hambatan usaha, Indonesia
berada pada peringkat terburuk untuk hal itu.Dan berdasarkan
hasil survey itu pula, penghambat utama dunia usaha nasional
ternyata bukan pemasaran, permodalan atau yang lainnya, namun
justru adalah masalah perijinan.
Bergabungnya UMKM dalam koperasi bisa mengurangi
resiko beban-beban itu, karena dengan usaha berkelompok dapat
menyebabkan terbentuknya skala biaya yang berbeda dan lebih
efisien. Esensi usaha berkelompok juga menciptakan pasar
bersama, dan bisa menghindari kompetisi vertikal yang sangat
merugikan UMKM. Koperasi bisa menjadi kekuatan aggregation di
pasar yang sangat menguntungkan para anggotanya.Karena
perusahaan koperasi bisa menjual dalam jumlah yang besar dan
bisa melakukan negosiasi atas produksi anggota secara kolektif.
Contoh yang sangat jelasadalah bagaimana koperasi peternak sapi

57https://ekonomi.kompas.com/read/2013/03/26/23115559/Infrastruktur

.Indonesia.Peringkat.78 diakses pada tanggal 17 Oktober 2020.


45
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH
DI KABUPATEN TULANG BAWANG

di berbagai negara mampu menguasai pasar susu dan menjadi


bisnis besar karena menguasai dari hulu ke hilir dengan baik.

E. Kajian Teoritis Koperasi

1. Ideologi dan Sejarah

Koperasi tradisional atau Hanel58menyebutnya dengan “Koperasi


Historis”, berkembang di Eropa di akhir abad 18 sampai 19.
Pertumbuhannya berdasarkan naluri solidaritas kelompok atau
suku bangsa tertentu. Dengan menggunakan pendekatan
pengelolaan sederhana, namun berhasil menanamkan prinsip
pemanfaatan bersama atas sumberdaya produksi yang tersedia.
Akan tetapi dalam perkembangan masyarakat memiliki
karakteristik dinamis. Dinamika dan ciri kompetitif ternyata kurang
terwadahi dalam Koperasi tradisional.
Koperasi tidak dapat tumbuh dalam “kerangka dan suasana”
tradisional seperti masa lalu. Persaingan telah menuntut
tersedianya rancangan strategi-strategi dan kiat-kiat tertentu agar
dapat eksis dan turut terlibat dalam kancah persaingan yang
semakin ketat.Untuk itu diperlukan pengetahuan yang cukup
tentang faktor-faktor atau variabel-variabel yang terkait dengan
keberhasilan dan kegagalan koperasi. Strategi-strategi alternatif
ini membutuhkan hipotesis-hipotesis, teori-teori, dalil-dalil serta
informasi lain yang teruji secara baik. Sumber utama pengetahuan
yang perlu digunakan dalam membangun sebuah institusi adalah
pengetahuan“teoritikal” yang dapat menerangkan berbagai realitas
empirikal.

58AlfredHanel, 1985, Organisasi Koperasi : Pokok-pokok Pikiran Mengenai


Organisasi Koperasi dan Kebijakan Pengembangannya di Negara-negara
Berkembang, Penerbit Universitas Padjadjaran, Bandung,hal 2.

46
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH
DI KABUPATEN TULANG BAWANG

Reformasi dan reaktualisasi pemikiran tentang koperasi terletak


pada nilai instrumental yang operasional. Secara normatif
perubahan itu hampir tidak mengusik eksistensi koperasi sebagai
institusi penghimpun kekuatan mandiri.Hal itu dapat ditelaah pada
batasan koperasi dari berbagai aliran yang ada. Para pakar dan
peneliti serta ketentuan perundang-undangan nasional telah
menggariskan batasan berdasarkan pada cara pandang dan
kepentingan yang dihadapi, namun makna dasar koperasi tidak
banyak berubah.
Pendapat mengenai definisi koperasi dikemukakan oleh para
pendukung pendekatan esensialis, institusional, maupun
nominalis.59 Pendekatan esensialis, memandang koperasi atas
dasar suatu daftar prinsip yang membedakan koperasi dengan
organisasi lainnya. Prinsip-prinsip ini di satu pihak memuat
sejumlah nilai, norma, serta tujuan nyata yang tidak harus sama
ditemukan pada semua koperasi. Dari pendekatan esensialis ini,
International Cooperative Alliance (ICA) telah merumuskan
pengertian koperasi atas dasar enam prinsip pokok,60 antara lain:
a) Voluntary membership without restrictions as to race, political
views,and religious beliefs;
b) Democratic Control;
c) Limited interest or no interest on shares of stock; Earnings to
belong to members, and method of distribution to be decided by
them;
d) Education of members, advisors, employees, and the public at
large;
e) Cooperation among cooperatives on local, national, and

59Ibid., hlm. 27
60Martin Abraham Abrahamsen, 1976, Cooperative Business Enterprise,
hlm.3.
47
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH
DI KABUPATEN TULANG BAWANG

international levels.
Pendekatan institusional, dalam mendefinisikan koperasi
berangkat dari kriteria formal (legal). Menurut pendekatan ini:
“Semua organisasi disebut koperasi jika secara hukum dinyatakan
sebagai koperasi, jika dapat diawasi secara teratur dan jika dapat
mengikutiprinsip-prinsip koperasi”.61 Pendekatan nominalis,
dengan pelopornya para ahli ekonomi koperasi dari Universitas
Philipps Marburg, merumuskan pengertian koperasi atas dasar
sifat khusus dari struktur dasar tipe sosial ekonominya.
Menurut pendekatan nominalis, koperasi dipandang sebagai
organisasi yang memiliki empat unsur utama,62 yaitu:
a) Individual are united in a group byat least one common
interest or goal (COOPERATIVE GROUP);
b) The individual members of the cooperative group intend to pursue
through joint actions and mutual support, among other, the goal of
improving their economic and social situation (SELFHELP OF THE
COOPERATIVE GROUP);
c) The use as an instrument for that purpose a jointly owned and
maintained enterprise (COOPERATIVE ENTERPRISE);
d) The cooperative enterprise is charged with the perfomance of the
(formal) goal or task to promote the members of the cooperative
group through offering them directly such goods and services,
which the members need for their individual economics-i.e. their
houshold (CHARGE OR PRINCIPLE OF MEMBER PROMOTION).
Penjelasan itu memberikan petunjuk bahwa dalam organisasi
koperasi melekat secara utuh lima unsur, yaitu:

Hans HMunkner, 1985, Cooperative Principles and Cooperative Law, Bonn


61

Germany: Frederic Ebert Stiftung, hlm. 18.


62
Loc Cit., AlfredHanelhlm.29.

48
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH
DI KABUPATEN TULANG BAWANG

a) anggota-anggota perseorangan;
b) kelompok koperasi, yang secara sadar bertekad melakukan
usaha bersama dan saling membantu demi perbaikan kondisi
ekonomi dan sosial mereka, melalui;
c) perusahaan koperasi, yang didirikan secara permanen dimiliki
dan dibina secara bersama sehingga tercipta suatu;
d) hubungan pemilikan antara kelompok koperasi dan perusahaan
koperasi yang mengarahkan adanya promosi anggota atau
hubungan usaha yang saling menunjang antara kegiatan
ekonomi anggota individu dengan perusahaan koperasi.
Berkaitan dengan keempat unsur tersebut, Hanel63 menjelaskan
bahwa: ”Thus, cooperative are also characterized to be autonomous
business organizations, which are owned by the members and
charged with the promotion of their members in their role as
customers of the cooperative enterprise”.
Dalam organisasi koperasi terdapat prinsip atau norma identitas
ganda, anggota di samping sebagai pemilik sah, juga adalah pemilik
atau pelanggan jasa yang diusahakan oleh koperasi. Di samping itu,
dalam organisasi koperasi terdapat dua perusahaan (double nature),
yaitu perusahaan, atau kegiatan ekonomi, anggota secara individu
dan perusahaan koperasi yang dimiliki anggota secara bersama-
sama. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa
koperasi dilihat dari substansinya adalah suatu
sistemsosialekonomi, hubungan dengan lingkungannya bersifat
terbuka, cara kerjanya adalah suatu sistem yang berorientasi pada
tujuan, dan pemanfaatan sumber dayanya adalah suatu organisasi
ekonomi yang unsurnya mencakup: anggota-anggota
perseorangan, perusahaan atau kegiatan ekonomi anggota secara

63Ibid., Hanel., hlm.30.

49
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH
DI KABUPATEN TULANG BAWANG

individu, kelompok koperasi, perusahaan koperasi, dan hubungan


pemilikan serta hubungan usaha atau pelayanan perusahaan
koperasi kepada para anggotanya.
Dari penjelasan di atas memberikan gambaran bahwa
koperasi memiliki ciri-ciri yang khas sebagai sebuah organisasi.
Koperasi lahir dengan memiliki tiga unsur pokok yakni:
a) kerjasama dua puluh orang atau lebih;
b) tujuan yang akan dicapai;
c) kegiatan yang dikoordinir secara sadar.
Peran anggota merupakan indikator penting dalam
mendefinisikan koperasi secara universal dengan tidak dibatasi
oleh visi politis maupun kondisi sosial ekonomi kelompok
masyarakat di mana koperasi itu hidup. Kedua peran tersebut
menjadi kriteria identitas (identity criterion) bagi koperasi. Peran
atau identitas ganda (dual identity) koperasi menunjukkan bahwa
yang melakukan kerjasama (cooperation) adalah manusia atau
anggotanya. Baik pada saat mengelola maupun pada saat
memanfaatkan hasil usaha koperasi. Peran unik dari anggota inilah
yang dijadikan acuan dalam mengenali sistem koperasi di berbagai
negara. Roy64 dalam definisinya memasukan peran anggota dalam
usaha koperasi adalah, “a business voluntarily organized, operating
at cost, which is owned, capitalized and controleed by member-
-- patrons as ussers, sharing risk and benefits proportional to their
participation”.
Demikian pula, pendapat Packel, sebagaimana dikutip
Abrahamsen65 yang menyatakan koperasi adalah: “a democratic
association of persons organized to furnish themselves an economic

64 Roy J. Lewicki, Bargaining and Negotiation, Exchange: The Organizational


Behavior, Teaching Journal, Vol. 6, 2: pp. 33-42., First Published February 1, 1981,
hlm. 6.
65 Abrahamsen, A. Martin. 1976, Cooperative Business Enterprise, Mc. Graw-

Hill, New York, hlm. 5.


50
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH
DI KABUPATEN TULANG BAWANG

service under a plant that eliminates entrepreneur profit and that


provides for subtantial equality in ownership and control”.
Hal implisit dinyatakan oleh Munkner66, Ropke67dan Chukwu68.
Walaupun bentuk implementasi peran anggota menurut beberapa
ahli koperasi cenderung mengalami perubahan. Seperti
dikemukakan oleh Herman (1995,66) setelah mengkaji artikel-
artikel, “Trends in Cooperative Theory” (Wilson), “Homo
Oeconomicus and Homo Cooperatives in Cooperative Research”
(Weisel), “Basic Cooperatives Values” (Laurikari), maupun
“Cooperative Today” (Book), menyimpulkan bahwa belakangan ini
telah terjadi perubahan peran anggota seiring dengan tersisihnya
demokrasi oleh ekonomi.
Perubahan peran sentral dari anggota ke manajemen tidaklah
mengubah pentingnya prinsip ganda anggota dalam organisasi.
Karena pada dasarnya perubahan itu terletak pada tataran
instrumental bukan pada tataran substansi.Mengenai hal itu dapat
dikaji pendapat Dulfer69 mengenai perubahan struktur koperasi
secara radikal. Dikatakan bahwa perubahan struktur koperasi
akan mengikuti pola hirarkis:
a. Koperasi tradisional;
b. Koperasi berorentasi pasar; dan
c. Koperasi yang terintegrasi secara vertikal dan horizontal.
Setiap tingkat memiliki konsekuensi implementasi manajemen
yang berbeda. Lebih khusus perbedaan tersebut terletak pada

66 Munkner. Hans, 1985, Toward Adjusted Patterns of Cooperatives in


Developing Countries, Bonn, Germany.
67 Ropke, Jochen, 1989, The Economic Theory of Cooperative Enterprise in

Developing Country, With Special Reference of Indonesia, Marburg West Germany:


Consult for Self Help Promotion.
68 Chukwu. S.C., 1990, “Economics of The Co-operative Business Enterprise”,

Marburg.
69 Dulfer, Eberhard, 1994, Evaluation of Cooperative Organizations,
dalamInternational Handbook of Cooperative Organizations. Vandenhoeck &
Ruprecht, Cottingen.
51
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH
DI KABUPATEN TULANG BAWANG

posisi anggota dalam pengelolaan organisasi.


Pada kasus Indonesia, koperasi sebagai badan usaha yang
dimiliki dan dimanfaatkan oleh anggota, di tegaskan dalam
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992. Batasan koperasi dalam
perundangan ini memiliki makna yang lebih tegas dan
jelasdibanding batasan lama, dalam Undang-Undang No.12 tahun
1967, yang memungkinkan terciptanya pemikiran ganda tentang
koperasi. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 mengakomodasi
perubahan tataran instrumental seperti dengan diaturnya
“pengelola” atau manajer dalam pengelolaan organisasi dan usaha
koperasi.
Koperasi seperti badan usaha lainnya memiliki keleluasaan
gerak dalam menjalankan usaha selama tidak menyalahi
ketentuan perundang-undangan dan ideologi normatif yang ada.
Usaha merupakan proses rasional yang akhirnya bermuara pada
penciptaan keuntungan (profit), akumulasi keuntungan tersebut
digunakan untuk melayani kebutuhan anggota. Dengan demikian,
usaha koperasi dapat dilaksanakan selama memperhatikan dua hal
pokok, yakni:
1) Usaha yang dijalankan selaras dengan kebutuhan anggota dan
sejauh mungkin mengandung unsur pemberdayaan
(empowering) bagi usaha anggota;
2) Keuntungan usaha dialokasikan untuk anggota selaras dengan
jasa yang diberikan anggota pada usaha koperasi.
Perhatian terhadap kesejahteraan masyarakat selain anggota
sesuai dengan tujuan koperasi Indonesia, seperti tertuang dalam
pasal 3 Bab II Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992, yakni
memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan
masyarakat pada umumnya serta ikut membangun tatanan
ekonomi nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang
maju, adil, dan makmur yang berlandaskan Pancasila dan Undang-
52
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH
DI KABUPATEN TULANG BAWANG

Undang Dasar 1945.

2. Organisasi dan Managemen


Pelaksanaan organisasi dan manajemen koperasi didasari oleh
prinsip koperasi, prinsip tersebut berisi:
a) keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka;
b) pengelolaan dilakukan secara demokratis;
c) pembagian sisa hasil usaha (SHU) dilakukan secara
adil sebanding dengan besarnya jasa usaha masing-
masing anggota;
d) pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal;
e) kemandirian.
Di samping prinsip yang mengikat intern organisasi, koperasi
memiliki prinsip lain yang berkaitan dengan ekstern organisasi
yakni:
a) pendidikan perkoperasian;
b) kerjasama antar koperasi.
Pembahasan di atas menunjukkan koperasi dapat dilihat
sebagai unit usaha (dimensi mikro) dan sistem ekonomi (dimensi
makro). Dalam dimensi mikro, koperasi memiliki kewajiban dan hak
yang sama dengan pelaku ekonomi lainnya. Dalam dimensi makro,
koperasi adalah faham atau idielogi yang harus menjadi panutan
bagi pelaku ekonomi nasional.
Pemahaman tentang kedua hal itu dapat menghindarkan diri
dari pemikiran yang keliru terhadap konsep “Koperasi sebagai soko
guru ekonomi”. Dimensi mikro mengandung konsekuensi, koperasi
sebagai organisasi ekonomi yang memiliki keharusan menangani
usaha berdasarkan prinsip efisiensi, efektivitas dan
produktivitas.Hanya dengan itu koperasi tetap hidup dan mampu
mengembangkan diri melalui akumulasi kekayaan (assets) sebagai
prasyarat untuk memberikan pelayanan lebih baik bagi anggota.
53
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH
DI KABUPATEN TULANG BAWANG

Khususnya dalam pemanfaatan faktor-faktor produksi yang


persediannya terbatas. Dalam konteks ini koperasi memiliki
berbagai kesamaan dengan badan usaha lainnya. Selaras dengan
tujuan koperasi, maka prinsip efisiensi dan efektivitas untuk
mewujudkan produktivitas yang tinggi harus dipadukan dengan
optimasi pelayanan kepada usaha dan kesejahteraan anggota.
Sistem ekonomi yang bernuansa kemanfaatan bersama atau
kerakyatan. Koperasi sebagai sistem sosial merupakan gerakan
yang tumbuh berdasarkan kepentingan bersama.Ini mengandung
makna dinamika koperasi harus selaras dengan tujuan yang telah
ditetapkan bersama. Semangat kolegial perlu dipelihara melalui
penerapan musyawarah dalam pengambilan keputusan. Dalam
konteks itu, koperasi merupakan organisasi swadaya (self-helf
organization) akan tetapi tidak seperti halnya organisasi swadaya
lainnya, koperasi memiliki karakteristik yang berbeda.70
Mengkaji koperasi sebagai badan usaha dan organisasi swadaya
adalah untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang posisi
manusia dalam konstelasi sistem koperasi. Koperasi menempatkan
faktor “manusia” sebagai elemen penting dalam sistem
keorganisasian. Manusia anggota merupakan sentral
pengembangan yang berposisi penting dalam proses peningkatan
kesejahteraan.
Tugas manajemen koperasi adalah menghimpun,
mengkoordinasi dan mengembangkan potensi yang ada pada
anggota, sehingga potensi tersebut menjadi kekuatan untuk
meningkatkan taraf hidup anggota sendiri melalui proses “nilai
tambah”. Hal itu dapat dilakukan bila sumberdaya yang ada dapat
dikelola secara efisien dan penuh kreasi (inovatif) serta diimbangi

70Alfred Hanel, 1985, Basic Aspect of Cooperative Organization and Policies for

Their Promotion in Developing Countries, Bandung, Kerjasama antara Universitas


Padjadjaran dan Marbug University., hlm. 36.
54
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH
DI KABUPATEN TULANG BAWANG

oleh kemampuan kepemimpinan yang tangguh.Manajemen


koperasi memiliki tugas membangkitkan potensi dan motif yang
tersedia yaitu dengan cara memahami kondisi objektif dari anggota
sebagaimana layaknya manusia lainnya. Pihak manajemen
dituntut untuk selalu berpikir selangkah lebih maju dalam memberi
manfaat dibanding pesaing hanya dengan itu anggota atau calon
anggota tergerak untuk memilih koperasi sebagai alternatif yang
lebih rasional dalam melakukan transaksi ekonominya.
Rumusan manfaat bagi setiap orang akan berbeda hal itu
tergantung kepada pandangan hidup terhadap nilai manfaat itu
sendiri. Motif berkoperasi bagi sementara orang adalah untuk
memperoleh nilai tambah ekonomis seperti, meningkatnya
penghasilan atau menambah kekayaan (asset) usaha. Tetapi bagi
sebagian orang menjadi anggota koperasi bukan karena adanya
dorongan materi atau alasan finansial akan tetapi semata-mata
untuk kepuasan batin saja atau alasan ideal lainnya.
Untuk menjaga momentum pertumbuhan usaha maupun
perkembangan koperasi pada umumnya pihak manajemen perlu
mengupayakan agar koperasi tetap menjadi alternatif yang
menguntungkan, dalam arti lain manajemen koperasi harus
mampumempertahankan manfaat (benefit) koperasi lebih besar dari
manfaat yang disediakan oleh non-koperasi. Atau koperasi harus
selalu mengembangkan keunggulan kompetitif dan komparatif
dalam sistem manajemen yang dikembangkannya.
Perangkat organisasi koperasi sebagaimana diatur dalam pasal
21 Undang-Undang Perkoperasian Nomor 25 Tahun 1992 terdiri
atas:
a) rapat anggota;
b) pengurus; dan
c) pengawas.
Ketiganya dalam organisasi koperasi memiliki tugas
55
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH
DI KABUPATEN TULANG BAWANG

mengembangkan kerjasama sehingga membentuk suatu kesatuan


sistem pengelolaan. Untuk menuju ke arah itu diperlukan
komitmen unsur-unsur tersebut terhadap sistem kerja yang
telah disepakati bersama. Rapat anggota merupakan kolektivitas
suara anggota yang merupakan pemilik organisasi dan juga
merupakan pemegang kekuasaan tertinggi. Ide-ide dan kebijakan
dasar dihasilkan dalam forum ini.
Anggaran dasar dan anggaran rumah tangga, anggaran
pendapatan dan anggaran belanja, pokok-pokok program dan
ketentuan-ketentuan dasar dibuat berdasarkan musyawarah
anggota, yang selanjutnya dilaksanakan oleh pengurus atau
manajer dan pengawas. Secara sistematis Roy71 menunjuk
kekuasaan dan tanggung-jawab anggota.
Sehubungan dengan beratnya kewajiban yang harus diemban
anggota, maka sistem penerimaan keanggotaan selayaknya
menggunakan standar minimal kualifikasi. Standar minimal
kualifikasi tersebut berhubungan dengan tingkat minimal
pemahaman calon anggota terhadap hak, tanggung jawab dan
kewajiban selaku anggota. Dengan demikian memungkinkan
anggota memiliki pengetahuan yang relatif sama mengenai
organisasi dan tujuan yang hendak dicapai. Penetapan standar
minimal kualifikasi tidak bertentangan dengan prinsip
“keanggotaan terbuka” karena pada dasarnya memungkinkan
setiap orang untuk menjadi anggota, akan tetapi sebelum
pendaftaran dilakukan setiap anggota perlu memiliki wawasan
minimal sebagai anggota. Untuk keperluan itulah diperlukan
pendidikan dasar bagi calon anggota. Standar minimal
kualifikasitersebut menyangkut pemahaman dan ketertautan diri

71 Roy J. Lewicki, Bargaining and Negotiation, Exchange: The Organizational

Behavior, Teaching Journal, Vol. 6, 2: pp. 33-42., First Published February 1, 1981,
hlm. 426.
56
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH
DI KABUPATEN TULANG BAWANG

terhadap isi anggaran dasar dan anggaran rumah tangga serta


ketentuan lain dalam organisasi.
Pengurus adalah orang-orang yang dipercaya oleh
rapat anggota untuk menjalankan tugas dan wewenang dalam
menjalankan roda organisasi dan usaha. Sehubungan dengan hal
itu, maka pengurus wajib melaksanakan harapan dan amanah
anggota yang disampaikan dalam forum rapat anggota.Pengurus
perlu menjabarkan kehendak anggota dalam program kerja yang
lebih teknis. Pasal 30 dalam perundang-undangan yang sama
telah menetapkan tugas pengurus adalah:
a) Mengelola koperasi dan usahanya;
b) Mengajukan rancangan rencana kerja serta rancangan rencana
anggaran pendapatan dan belanja koperasi;
c) Menyelenggarakan rapat anggota;
d) Mengajukan laporan keuangan dan pertanggungjawaban
pelaksanaan tugas;
e) Memelihara daftar buku anggota pengurus.
Selain tugas seperti di atas pengurus pun memiliki kewenangan
untuk:
a) Mewakili koperasi di dalam dan di luar pengadilan;
b) Memutuskan penerimaan dan penolakan anggota baru serta
pemberhentian anggota sesuai dengan ketentuan dalam
anggaran dasar;
c) Melakukan tindakan dan upaya bagi kepentingan dan
kemanfaatan koperasi sesuai dengan tanggungjawabnya dan
keputusan rapat anggota.
Untuk terlaksananya tugas tersebut, pengurus dibantu oleh
pengelola dan karyawan lainnya. Mengenai kehadiran pengelola
telah diatur dalam pasal 32, yang berisi ketentuan sebagai berikut:
a) Pengurus koperasi dapat mengangkat pengelola dan diberi
wewenang dan kuasa untuk mengelola usaha;
57
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH
DI KABUPATEN TULANG BAWANG

b) Dalam hal pengurus koperasi bermaksud untuk mengangkat


pengelola, maka rencana pengangkatan tersebut diajukan
kepada rapat anggota untuk mendapat persetujuan;
c) Pengelola bertanggungjawab kepada pengurus;
d) Pengelolaan usaha oleh pengelola tidak mengurangi
tanggungjawab pengurus sebagaimana ditentukan dalam
ketentuan pasal 31.
e) Pengangkatan pengelola dan karyawan kopersi didasarkan pada
tingkat kebutuhan dan tuntutan yang dihadapi oleh masing-
masing koperasi.
Pada umumnya pengangkatan sering disebabkan karena
alasan-alasan:
a) Organisasi semakin besar dan kompleks;
b) Biasanya pemilihan pengurus karena alasan “personality”,
bukan berdasarkan keahlian;
c) Masa kerja pengurus terbatas;
d) Mengurus koperasi ditempatkan sebagai kerja sambilan;
e) Sulit memisahkan antara kepentingan, sebagai anggota yang
menjalankan usaha pribadi dengan kepentingan sebagai
pengurus yang harus mengelola perusahaan koperasi, atau
f) Kurang memiliki waktu dan keahlian.

Pengelola perlu memiliki berbagai kompetensi dan sikap tertentu


untuk menjalankan fungsinya. Diantaranya adalah sikap terbuka
terhadap hal-hal atau suatu penemuan-penemuan baru (inovasi)
yang mendukung jalannya tugas keorganisasian dan usaha.
Malahan lebih dari pada itu harus terangsang untuk mencari
terobosan-terobosan baru yang belum ditemukan oleh pesaing.
Sikap yang terlalu toleran terhadap cara-cara lama sampai batas
tertentu akan sangat membahayakan terhadap eksistensi dan daya
hidup koperasi. Hal yang harus disadari oleh pengelola hasrat
58
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH
DI KABUPATEN TULANG BAWANG

anggota maupun konsumen bukan anggota selalu dalam keadaan


dinamis, walau arah dinamika itu tidak selalu berjalan ke muka,
tetapi mungkin akan kembali ke semula. Dengan demikian esensi
inovasi dapat diklasifikasi dengan:
a) Menerima dan menerapkan cara atau teknologi yang sama sekali
baru;
b) Memodifikasi cara atau teknologi lama sehingga terkesan baru;
c) Menerapkan suatu cara baru dari tekhnologi lama.
Sikap lain yang harus dimiliki pengelola hubungannya dengan
usaha adalah kemampuan dalam menghimpun modal. Menarik
modal, baik dari dalam maupun luar, bukanlah pekerjaan ringan
mengingat hal itu sangat berhubungan dengan kepercayaan pihak
anggota maupun pihak non anggota terhadap koperasi.
Memposisikan usaha yang dijalankan sebagai sarana investasi
rasional merupakan tanggungjawab pengelola. Kepemimpinan
merupakan kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang
pengelola.
Data empiris menyatakan sikap ini masih tergolong rendah di
kalangan pengelola terutama Koperasi Unit Desa (KUD). Tanpa
sikap ini, pengelola tidak lebih dari karyawan biasa yang
menggantungkan hidup dari koperasi. Terakhir adalah kemampuan
manajerial yang berhubungan dengan kebersediaan dan
ketersediaan pengelola untuk melaksanakan fungsi manajemen
secara proporsional dan profesional sehingga apa yang dikerjakan
merupakan hasil kerja yang terurut dan terukur.
Pengawas atau badan pemeriksa adalah orang-orang yang
diangkat oleh forum rapat anggota untuk mengerjakan tugas
pengawasan kepada pengurus. Tiga hal penting yang diawasi dari
pengurus oleh pengawas, yakni:
a) Keorganisasian;
b) Keusahaan;
59
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH
DI KABUPATEN TULANG BAWANG

c) Keuangan.
Tugas pengawas dalam manajemen koperasi memiliki posisi
strategis, mengingat secara tidak langsung, posisinya dapat
menjadi pengaman dari ketidakjujuran, ketidaktepatan pengelolaan
atau ketidakprofesionalan pengurus. Oleh sebab itu menjadi
pengawas harus memiliki persyaratan kemampuan (kompetensi),
yaitu:
a) Kompetensi pribadi;
b) Kompentensi profesional.
Kompetensi pribadi menyangkut, kharisma atau kewibawaan,
kejujuran dan kepemimpinan. Kompetensi pertama ini sangat
ditentukan oleh personaliti yang dimiliki oleh seorang pengawas.
Kompetensi ini dapat terbentuk secara alamiah tetapi juga dapat
non-alamiah, misalnya karena status sosial ekonomi yang dimiliki.
Kompetensi profesional menyangkut kemampuan teknis,
seperti: akuntansi, manajerial, menilai kelayakan usaha dan lain
sebagainya. Kompetensi terbentuk karena pengalaman dan
pendidikan. Idealnya seorang pengawas memiliki dua kompetensi
itu sekaligus, tetapi pengalaman empiris membuktikan sangat sulit
mendapatkan pengawas dari kalangan anggota dengan kualifikasi
demikian.
Beberapa kasus ketidakberfungsian pengawas dalam
manajemen koperasi, menjadi awal dari kekisruhan dan
kemunduran koperasi secara umum. Ketidakberfungsian
tersebut sering disebabkan antara lain:
a) Kurangnya motivasi dan rasa tanggung jawab;
b) Tidak memahami lapangan tugas dan wewenang yang dimiliki;
c) Pada beberapa kasus kurangnya perhatian rapat anggota
terhadap hasil temuan pengawas. Karena pengawas dianggap
bukanlah representasi dari Rapat Anggota Tahunan sebagai
pemegang kekuasaan tertinggi dalam koperasi.
60
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH
DI KABUPATEN TULANG BAWANG

3. Ukuran Keberhasilan

Para ahli koperasi masih belum terlihat kesepakatan pendapat


mengenai bagaimana dan apa yang menjadi ukuran efektivitas
koperasi yang setepatnya. Hal itu sebagaimana diungkapkan
Blumle72 yakni:
“Finally let us see what co-operative science has to say, for
it has been widely debating the problem of success. In current
discussion about the promotional task this problem is linked up
with the co---operative system of objectives and member
participation. But there will be disappointment in the results of this
research for anybody who approaches with hopes and analysis of
the diverse attempts to make the promotional maxims operational,
and to measurement co-operative succes.”

Oleh sebab itu sampai saat ini mengukur efektivitas koperasi


tidaklah sesederhana mengukur efektivitas organisasi atau badan
usaha lain bukan koperasi. Efektivitas organisasi koperasi tidak
saja semata berkenaan dengan aspek ekonomi melainkan juga akan
berkenaan dengan aspek sosialnya. Akan tetapi sebagai
konsekuensi logis dari kondisi koperasi yang selalu dalam keadaan
bersaing dengan organisasi lain untuk mendapatkan sumberdaya
maka merumuskan keberhasilan merupakan hal yang penting.
Keunggulan merupakan syarat utama untuk terlibat dalam
persaingan itu. Keunggulan yang harus dimiliki senantiasa memuat
dimensi koperasi sebagai unit usaha maupun gerakan swadaya.
Ketangguhan dalam dimensi gerakan swadaya sangat ditentukan
oleh tingkat keperduliaan anggota dalam fungsinya sebagai pemilik
untuk turut dalam proses pengembangan Koperasi. Partisipasi
anggota merupakan indikator dalam konteks, sementara dilihat
dari fungsi “badan usaha” ketangguhan koperasi diukur oleh

72 Dulfer E & Hamm W, 1985, Cooperatives, In The Clash Between Member

Participation, Organizational Development and Bureaucratic Tendencies, Quiller


Press London.
61
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH
DI KABUPATEN TULANG BAWANG

kemampuannya dalam mengembangkan dan menguasai pasar.Hal


ini sangat ditentukan oleh kemampuan koperasi dalam meraih
lebih besar potensi yang dimiliki pasar ketimbang para pesaing.
Koperasi harus mampu memberi alternatif rasional bagi
pelanggannya (anggota) melalui berbagai kebijakan insentif usaha
maupun perbaikan dalam teknis pelayanan pelanggan. Rumusan
sederhana mengenai penjelasan di atas adalah, “Koperasi berhasil
bila mampu mengembangkan usaha yang dapat memberi manfaat
sebesar-besarnya bagi anggota, dengan mengoptimalkan
keterlibatan potensi anggota di dalam proses dan hasil usaha”.
Sehubungan dengan itu Ropke73 berpendapat perlunya uji
partisipasi (Participation-test) dan uji pasar (Market-test)
untuk mengukur keberhasilan koperasi. Kedua indicator
keberhasilan bermuara pada semakin baiknya tingkat
kesejahteraan relatif anggota koperasi. Hal itu juga dikemukakan
oleh Hanel74 yakni, “Advantages of cooperation and, thus, produce
sufficient promotional potential for the benefit of the members”.

4. Definisi Koperasi
Menurut Undang-Undang Nomor 25 tahun 1992 tentang pokok-
pokok perkoperasian, organisasi koperasi mempunyai ciri-ciri yang
nampak, yaitu:75
a) Bahwa koperasi Indonesia adalah kumpulan orang-orang dan
bukan kumpulan modal. Pengaruh dan penggunaan modal
dalam koperasi Indonesia tidak boleh mengurangi makna dan

73 JochenRopke, 1995, Manajemen Strategis Untuk Koperasi Dan Organisasi


Swadaya, UPT Penerbitan IKOPIN,Bandung, hlm. 37.
74 Alfred Hanel, 1989, Pokok-Pokok Pikiran Mengenai Organisasi Koperasi dan

Kebijaksanaan Pembangunan di Negara Berkembang, Penerbit UNPAD, Bandung,


hlm. 76.
75 Undang-Undang Koperasi Nomor 25 Tahun 1992 Tentang Pokok-Pokok

Perkoperasian, CV. Sinar Grafika, Jakarta, 1993, hlm.12.

62
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH
DI KABUPATEN TULANG BAWANG

tidak boleh mengaburkan pengertian koperasi Indonesia sebagai


perkumpulan modal. Ini berarti bahwa koperasi Indonesia harus
benar-benar mengabdikan kepada perkumpulan dan bukan
kepada kebendaan.
b) Bahwa koperasi Indonesia bekerjasama, bergotong royong
berdasarkan persamaan derajat, hak dan kewajiban yang berarti
koperasi adalah dan seharusnya merupakan wadah demokrasi
ekonomi dan sosial. Karena dasar demokrasi ini maka harus
dijamin benar-benar bahwa koperasi adalah milik para anggota
sendiri dan pada dasarnya harus diatur serta disusun sesuai
dengankeinginan para anggota yang berarti bahwa hak tertinggi
dalam koperasi terletakpada rapat anggota.
c) Bahwa segala kegiatan koperasi Indonesia berdasarkan atas
kesadaran paraanggota. Dalam koperasi tidak boleh dilakukan
paksaan, ancaman, intimidasi dan campur tangan dari pihak
lain yang tidak ada sangkut-pautnya dengan soal-soal interen
koperasi.
d) Bahwa tujuan koperasi Indonesia harus benar-benar merupakan
kepentinganbersama dari para anggotanya dan tujuan itu
dicapai berdasarkan karya dan jasa yang disumbangkan para
anggota sesuai dengan besar kecilnya karya dan jasanyaharus
dicerminkan pula dalam hal pembagian pendapatan dalam
koperasi.

Kerjasama dalam masyarakat telah nampak wujudnya dalam


suatu jaringan sistem yang lebih kompleks. Bentuk-bentuk ikatan
persekutuan hidup telah berkembang dan menjadi lebih beragam.
Kini kerja sama disamping memenuhi kebutuhan menjaga
kelangsungan hidup dan rasa aman, juga untuk memperoleh kasih
sayang dan persahabatan seperti dalam keluarga dan paguyuban,
juga telah digunakan untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang
63
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH
DI KABUPATEN TULANG BAWANG

diinginkan, seperti Nampak pada bentuk-bentuk organisasi yang


resmi.76
Kerjasama dalam lapangan ekonomi bagi masyarakat sudah
sangat berkembang. Apalagi masa sekarang ini, bahkan ada yang
sudah menjadi masyarakat modern. Perkembangan tersebut bukan
saja ragam kegiatannya, tetapi jangkauan lingkupnya yang cukup
luas. Kerjasama terjalin dalam sistem pembagian kerja yang rumit
pada setiap lapangan kegiatan ekonomi, seperti pertanian, industri,
perdagangan dan lain-lain. Disamping jaringan antar lapangan
ekonomi, antar kelompok, antar organisasi, antar daerah, bahkan
dalam lingkup internasional. Secaraekonomis, umat manusia
dipelosok bumi itu saling membutuhkan, saling bergantungsatu
sama lain.77
Manusia, disamping naluri untuk bekerjasama, juga
menyandang naluri lainnya.78 Umpamanya saja naluri untuk
bersaing yang mewarnai kehidupan sosial politik, olah raga dan
ekonomi. Harus diakui, kemajuan dunia yang amat pesat,
antaralain karena semangat untuk bersaing, berlomba untuk
mencapai prestasi dankemajuan setinggi-tingginya. Semangat
persaingan ini, disamping hasil-hasil yang positif dan bermanfaat,
juga memiliki akibat samping yang merugikan atau bahkan
mencemaskan seluruh umat manusia. Umpamanya saja dalam
perlombaan nuklir, atau dalam lapangan ekonomi persaingan
bebas akan mematikan yang lemah. Dalam tata kehidupan ekonomi

76 Parjimin Nurjain, dkk, Buku Materi Pokok Perkoperasian, ADNE


4330/2SKS/Modul 1-3, Karunika, Jakarta, Universitas Terbuka, 1986:12.
77 Sebab manusia makhluk ZOON POLITICON artinya manusia pada

dasarnya selalu ingin bergaul dan berkumpul dengan sesama manusia lainnya
(Kansil, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum di Indonesia, Balai Pustaka,
Jakarta, 1989, hlm. 29).
78 Yaitu Keinginan untuk menjadi satu dengan manusia lain disekelilingnya

dan keinginan untuk menjadi satu dengan suasana alam sekelilingnya. (Soerjono
Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, Grafindo Persada, Jakarta, 1995, hlm. 124-
125).
64
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH
DI KABUPATEN TULANG BAWANG

yang semata-mata yang dilandasi oleh semangat persaingan,maka


sebagian rakyat kecil yang lemah seperti petani, nelayan, pedagang
kecil, pengrajin dan lain-lain. Akan tertinggal dari arus kemajuan
karena tidak memilikikemampuan untuk bersaing dengan golongan
lain yang lebih kuat.
Guna mencapai tujuan luhur seperti tercantum dalam Pancasila
dan Undang-Undang Dasar 1945, yaitu mewujudkan kemakmuran
bagi seluruh rakyat Indonesia,maka tata kehidupan ekonomi harus
dikembangkan atas dasar semangat kerja samadan kekeluargaan.
Golongan masyarakat lemah di desa dan di kota yang
merupakansebagian besar rakyat Indonesia perlu diajak,
diikutsertakan serta aktif dan diberikankesempatan yang lebih luas
untuk membangun dirinya melalui koperasi.79

5. Perkembangan Koperasi di Indonesia


Di Indonesia koperasi telah lebih dikenal dari setengah abad
yang lalu. Keberadaan koperasi di Indonesia sejak lahir sampai
sekarang mengalami pasang surut terutama pada masa penjajahan.
Koperasi tumbuh sekitar awal abad ke-19 merupakan hasil usaha
yang spontan dari orang-orang yang mempunyai kemampuan
terbatas. Dengan modal kebersamaan dan percaya diri koperasi
makin berkembang, walaupun tidak sedikit halangan dan rintangan
yang dihadapi. Berkat keuletan dan kesabaran serta motivasi untuk
senantiasa berkembang, akhirnya koperasi mampu menjadi bagian
yang integral dari perekonomian nasional, baik sebagai badan
usaha maupun gerakan ekonomi rakyat.
Perkembangan koperasi selanjutnya di bagi dalam beberapa
periode, yaitu:

79 Ninik Widiyanti, dkk, Koperasi dan Perekonomian Indonesia, Bina Aksara,

Jakarta, 1989, hlm. 1.

65
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH
DI KABUPATEN TULANG BAWANG

1) Perkembangan Koperasi Periode 1896-1908


Periode 1896-1908 negara Indonesia masih dalam cengkraman
penjajah Belanda dan gerakan koperasi Indonesia belum dapat
berkembang dengan baik. Pada tahun 1896 merupakan langkah
awal dari gerakan koperasi diIndonesia untuk berdiri yang
dipelopori oleh Patih R. Aria Wiriaatmaja di Purwokerto. Bupati
Purwokerto saat itu adalah E. Sieburgh mendukung gerakan
koperasi ini. Kegiatan yang pertama kali dilakukan adalah
mendirikan sebuah bank bantuan dan tabungan dengan tujuan
membantu para pegawai negeri yang jatuh ke tangan lintah darat.
Pada tahun 1889, asisten residen E. Sieburgh diganti oleh De
Wolf Van Westerrode, asisten yang baru ini berkeinginan
melanjutkan cita-cita E. Sieburgh yang mendukung gerakan
koperasi yang didirikan R. Aria Wiriaatmaja. Bantuannya
diwujudkan dengan merubah bank yang didirikan R. Aria
Wiriaatmaja menjadi Poerwokertosche Hulp, Spaar en
Landbourweredierbank (bank untuk bantuan, tabungan, dan kredit
pertanian Purwokerto) yang cara kerjanya meniru koperasi
Raiffeisen dan SchultzeDelithch. Bantuan yang lain berupa 250
buah lumbung desa sebagai tempat untuk meminjamkan padi
kepada rakyat, yang modalnya diambil dari zakat. Lumbung
tersebut dikelola oleh kepala desa, juru tulis desa, dan Penghulu
kampong. Gerakan koperasi yang didirikan R. Aria Wiriaatmaja ini
berjalan dan berkembang dengan baik sampai lahirnya Budi Utomo
tahun 1908.
2) Perkembangan Koperasi Periode 1908- 1927
Antara tahun 1908 dan 1913 Budi Utomo dan Serikat Dagang
Islam,menggerakkan koperasi-koperasi rumah tangga dan koperasi
toko kemudian menjadi koperasi konsumsi, selanjutnya koperasi
batik. Pada tahun 1915 pemerintah Hindia Belanda mengetahui
adanya bahaya dari perkumpulan koperasi ini, terutama sendi
66
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH
DI KABUPATEN TULANG BAWANG

dasar demokrasi dan sendi persamaan hak dari koperasi sudah


dikenal oleh rakyat. Dari keadaan ini pemerintah Hindia Belanda
mengeluarkan peraturan koperasi Nomor 431 tahun 1915 yang
isinya merupakan cara kerja koperasi, tetapi sebenarnya bersifat
lebih membatasi gerak koperasi. Isinya sebagai berikut:
a) Anggaran dasarnya harus ditulis dalam bahasa Belanda,
disahkan oleh notaries dan diumumkan oleh Berita Negara
(dalam bahasa belanda) dan surat kabar Indonesia;
b) Biayanya tinggi;
c) Badan Hukum Eropa.
Setelah peraturan tersebut berjalan lebih kurang 5 tahun,
pemerintah Hindia Belanda menyadari bahwa koperasi merupakan
alat untuk memperbaiki perekonomian rakyat, maka pada tahun
1920 dibentukpanitia/komisi koperasi. Dari hasil kerja panitia ini
tersusun peraturankoperasi tahun 1972, lembaran Negara Nomor
91 yang berlaku bagi rakyatIndonesia dengan syarat yang lebih
mudah dari peraturan Nomor 431 tahun 1915.
3) Perkembangan koperasi Periode 1927-1942
Peraturan koperasi tahun 1927 lembaran Negara Nomor 91,
merupakan Undang-undang koperasi yang pertama kali di
Indonesia yang mewajibkan pemerintah untuk membina rakyat
Indonesia kearah berkoperasi dengan jalan memberikan bimbingan
dan penerangan.
Walaupun peraturan Nomor 91 tahun 1972 lebih mudah dan
murah, gerakan koperasi belum dapat berkembang dengan baik.
Pada tahun 1934, Departemen Dalam Negeri merencanakan
pembubaran urusan koperasi. Sejak tahun 1929 urusan koperasi
berdiri sendiri dengan nama Jawatan Koperasi dan Perdagangan
Dalam Negeri. Tahun 1936 Jawatan Koperasi menganjurkan
didirikannya pusat-pusat koperasi di seluruh Indonesia. Pada
tahun 1940 koperasi memperluas kegiatannya dengan
67
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH
DI KABUPATEN TULANG BAWANG

menempatkan pegawai di daerah-daerah.


4) Perkembangan Koperasi Periode 1942-1945
Sampai dengan akhir tahun 1939 jumlah koperasi telah
mencapai 1712 dan yang terdaftar 172 dengan jumlah anggota
14.134 orang. Namun padatahun 1942 Jepang mendarat di
Indonesia. Badan-badan yang demokratis diubah menjadi alat-alat
distribusi barang oleh tentara pendudukan yang disebut Kumiai.
Akhirnya koperasi tidak mengalami kemajuan, kumiai sangat
merugikan dan menghancurkan perekonomian rakyat, sehingga
rakyat tidak percaya lagi kepada koperasi.
5) Perkembangan Koperasi Periode 1945-1960
Pada tahun 1945 bersamaan dengan kemerdekaan Indonesia
koperasibangkit kembali dengan semangat baru; “melaksanakan
Undang-Undang Dasar 1945 pasal 33 ayat 1. Dengan keyakinan
bahwa bentuk koperasi adalah organisasi yang sesuai dengan
perekonomian secara kekeluargaan itu, maka pada tanggal 12 juli
1947 di Tasikmalaya (Jawa Barat) gerakan koperasi seluruh
Indonesia mengadakan kongresnya yang pertama dalam alam
Indonesia merdeka.
Kongres koperasi Indonesia pada tahun 1953 dalam salah satu
keputusannya telah menetapkan dan mengangkat Dr. Mohammad
Hatta sebagai Bapak Koperasi Indonesia. Pada tahun 1958 mulai
berlaku Undang-Undang Koperasi Nomor 79 Tahun1958. Undang-
undang ini yang pertama dibentuk, dengan berlandaskan UUD 45
pasal 33 ayat 1. Sejak berlakunya Undang-Undang ini koperasi
berkembang pesat di seluruh Indonesia.
6) Perkembangan Koperasi Periode 1960-1965
Pada tanggal 25-28 Mei 1960 diselenggarakan musyawarah kerja
koperasi di Jakarta untuk merumuskan pola perkoperasian yang
sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 60 tahun 1959 dan
sebagai politik pemerintah di bidang Perkoperasian.
68
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH
DI KABUPATEN TULANG BAWANG

Pada tahun 1960 dikeluarkan Intruksi Presiden No. 2 tahun


1960, sebagai usaha untuk meningkatkan perkembangan koperasi.
Berlandaskan Inpres No. Tahun 1960 dibentuk Badan Penggerak
Koperasi (Bapenkop), yang anggotanya terdiri dari petugas-petugas
pemerintah. Pada bulan April 1961 diadakan Seminar Nasional
Koperasi Pertama (MUNNASKOP I) di Surabaya untuk merumuskan
pola perkoperasian secara nasional. Dewan Koperasi Indonesia
(Dekopin) yang telah berdiri sejak tahun 1953 dibubarkan dan
diganti dengan Kesatuan Organisasi Koperasi (KOKSI). Bulan
Agustus 1965 diadakan Musyawarah Nasional Koperasi Kedua
(MUNASKOP II) di Jakarta.
7) Perkembangan Koperasi Periode 1966 sampai sekarang
Koperasi pada masa orde lama mengalami keadaan yang tidak
menggembirakan sampai dengan tertumpasnya pemberontakan
PKI. Setelah Jendral Soeharto memegang kekuasaan sejak 11 Maret
1965, keadaan koperasi mulai diadakan perubahan-perubahan
usaha mengembalikan koperasi sesuai dengan fungsinya, antara
lain:
a) Menghidupkan kembali dasar-dasar demokrasi;
b) Menegakkan pengertian swadaya pada koperasi yang
memerlukankebebasan untuk bergerak dan pembinaan
pemerintah lebih bersifat Tut Wuri Handayani.
c) Menyusun kebijaksanaan-kebijaksanaan yang bersifat motivasi
d) Menyiapkan Undang-undang koperasi yang baru untuk
menggantikanUndang-undang Nomor 14 tahun 1965.
Sampai dengan tahun 1966 di Indonesia terdapat 73.406
perkumpulan Koperasi dengan anggota 11.775.930. Dengan
berlakunya Undang-undang Nomor 12 Tahun 1967, tentang pokok-
pokok perkoperasian dan berubahnya pola kebijaksanan ekonomi,
koperasi mengalami rasionalisasi yang drastis.

69
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH
DI KABUPATEN TULANG BAWANG

Sedangkan koperasi-koperasi yang tidak menyesuaikan dengan


Undang-undang tersebut mengalami kehancuran, sehingga sampai
dengan tahun 1968 jumlah koperasi hanya 14.749 dengan jumlah
anggota 3.540.671 orang. Pada Tahun 1973, ditetapkan Inpres
Nomor 4 tahun 1973 memperkuat kedudukankoperasi sebagai
perusahaan, khususnya koperasi di daerah yang potensinya
sebagian besar berasal dari sektor pertanian. Dalam Inpres No. 4
tahun 1973 ditentukan bahwa kegiatan dalam wilayah unit desa
dapat dilaksanakan KUDantara lain:
a) Penyaluran sarana produksi untuk kepentingan par apetani
dalammeningkatkan produksi.
b) Mengolah dan memasarkan hasil usaha para petani.
Pola pembinaan yang dilakukan pemerintah terhadap koperasi
adalah sebagai berikut:
a) Pola pembinaan umum, yaitu pembinaan yang
mengutamakanbimbingan, pengawasan, organisasi dan
manajemen;
b) Pola pembinaan Badan Usaha Unit Desa (BUUD)/Koperasi Unit
Desa (KUD) yang mengutamakan pembinaan koperasi yang
dikaitkan langsung dengan pembangunan pedesaan.
Pembinaan koperasi oleh pemerintah semakin dimantapkan
sampai dengan berlakunya Inpres No. 4 Tahun 1984 yang
memberikan kepercayaan kepada warga desa untuk membentuk
KUD oleh warga desa suatu desa atau kelompok desa yang disebut
unit desa yang merupakan kesatuan ekonomi masyarakat kecil.
Kedudukan perkoperasian dalam pembangunan perekonomian
semakin dipercaya sampai berlakunya Undang-undang
perkoperasian Nomor 25 Tahun 1992, sebagai penyempurna
Undang-undang Nomor 12 Tahun 1967. Pembangunan koperasi
Indonesia juga termasuk yang dicanangkan dalam tahapan-
tahapan pembangunan 5 (lima) tahun yang pola umumnya
70
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH
DI KABUPATEN TULANG BAWANG

tercantum dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN). Sampai


sekarang koperasi terus berkembang pesat, kurang lebih 4.700
koperasi telah berkembang dari berskala kecil, berskala menengah,
sampai berskala besar.

6. Perbedaan Koperasi dengan Badan Usaha Non Koperasi


Di dalam masyarakat terdapat berbagai macam organisasi
kegiatan ekonomi, baik yang dijelaskan pemerintah maupun
swasta, melalui badan kooperasi maupun badan usaha non
koperasi. Diantara badan usaha non koperasi adalah: Firma,
Persekutuan Komanditer, PT, BUMN, Manufacturing, Trading
Company, Coporation, Cartel, Trust, dan corcorn. Badan tersebut
berbeda dengan koperasi, letak perbedaannya dapat dilihat dari
beberapa aspek, yaitu:
a) Aspek Kelembagaan
Perbedaan koperasi dengan badan usaha non koperasi dilihat
dari aspek kelembagaan.
1) Dilihat dari segi keanggotaan
Koperasi : Yang dapat menjadi anggota koperasi adalah
setiap warga Negara Indonesia yang mampu
melakukan tindakan hukum dan mempunyai
kepentingan yang serta dalam menentukan
kebijaksanaan usaha didasarkan pada satu
suara.
Non koperasi: tidak setiap orang bebas menjadi anggota tetapi
terbatas pada pemilik modal yang
memasukkan modalnya dalam usaha yang
dijalankan. Sehingga kegiatan dilakukan
berdasarkan kebijakan pemilik modal.
2) Dilihat dari rapat anggota
Koperasi : satu anggota satu suara dan tidak dapat
71
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH
DI KABUPATEN TULANG BAWANG

diwakilkan pada orang lain


Non koperasi : hak suara dalam rapat, seseorang memegang
saham dapat mempunyai lebih dari satu
suara tergantung pada jumlah saham yang
dimiliknya.
3) Dilihat dari kepengurusan Direksi
Koperasi : pengurus dipilih dan oleh anggota koperasi
Non koperasi : direksi adalah pemimpin badan usaha yang
dipilih oleh rapat umum, pemilik badan
usaha (boleh dipilih oleh bukan pemilik).
4) Dilihat dari Dewan Komisaris
Koperasi : pengawas dipilih oleh dan pengurus anggota
koperasi
Non koperasi : Dewan komisaris adalah perwakilan dari
pemilik badan usaha, anggotanya pemegang
saham yang bertugas mengawasi tindakan
direksi danjalannya badan usaha.
5) Dilihat dari manajemennya
Koperasi : berdasarkan prinsip demokrasi
Non koperasi : berdasarkan atas saham yang dimiliki, satu
saham saut suara.Pemberian suara dengan
proxy dibolehkan.
6) Dilihat dari pendidikan
Koperasi : menyelenggarakan pendidikan bagi seluruh
anggotanya
Non koperasi : pendidikan hanya ada apabila dianggap
menguntungkan secara material bagi badan
usaha.

b) Aspek Usaha
Perbedaan aspek usahanya yaitu:
72
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH
DI KABUPATEN TULANG BAWANG

1) Tujuan
Koperasi : tidak semata-mata mencari keuntungan,
melainkan mencari perbaikan hidup dan
kesejahteraan anggotanya.
Non koperasi : tujuan mencari laba yang setinggi-tingginya.
2) Modal
Koperasi : modal adalah sebagai alat. Keuntungan yang
diperoleh dibagi kepada anggotanya menurut
jasa masing-masing.
Non koperasi : modal adalah primer, orang adalah skunder.
Jumlah modal menentukan besarnya hak
suara dan keuntungan dibagi menurut besar
kecilnya modal.
3) Badan Hukum
Koperasi : Tunduk pada ketentuan Undang-Undang
Nomor 25 Tahun 1992 Tentang perkoperasian
Non koperasi : Tunduk pada Kitab Undang-Undang Hukum
Dagang (KUHD) dan pendaftaraannya pada
Pengadilan Negeri tempat didirikan.
4) Aspek Keuntungan
Koperasi : pada dasarnya koperasi tidak mementingkan
keuntungan karena tujuan utamanya adalah
memajukan kesejahteraan anggota dan
masyarakat. Bukan berarti keuntungan tidak
penting, kerena keuntungan adalah salah satu
saranauntuk mencapai tujuan tersebut. Dalam
koperasi keuntungan lebih dikenaldengan sisa
hasil usaha merupakan pendapatan koperasi
yang diperoleh dalamsatu tahun bukan
dikurangi dengan biaya penyusutan dan

73
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH
DI KABUPATEN TULANG BAWANG

kewajiban lainnyatermasuk pajak dan tahun


buku yang bersangkutan.
Non koperasi : badan usaha non koperasi merupakan
konsentrasi-konsentrasi modal, dan maju
mundurnya badan usaha sangat bergantung
pada modal tersebut, sehingga tujuan
utamanyaadalah mengejar keuntungan yang
sebesar-besarnya. Keuntungan yang
diperolehdibagikan sebanding dengan modal
yang dimasukkan ke dalam perusahaan.

F. Revitalisasi Koperasi
Revitalisasi koperasi yang dimulai dengan perubahan mindset
koperasi perlu diteruskan dan dikembangkan, dengan tetap
mempertahankan jati diri koperasi sebagai lembaga ekonomi
masyarakat yang bisa tumbuh pada berbagai skala dan kegiatan
ekonomi.Provinsi Lampung di masa lalu sempat menjadi salah satu
representasi koperasi nasional, sehingga banyak event atau simbol
serta pilar Koperasi dicanangkan di Provinsi Lampung. Walau ada
sebuah keprihatinan tersendiri saat melihat koperasi yang maju
seperti Kospin Jasa di Pekalongan, Koperasi Guru di Jakarta dan
lain sebagainya. Tidak ada satu pun koperasi yang disebut itu
berasal dari Provinsi Lampung terlebih lagi dari Kabupaten Tulang
Bawang.
Tabel 5. Sebaran Jumlah Koperasi di Pulau Sumatera
Berdasarkan Provinsi Tahun 2013.
No. Provinsi Jumlah Koperasi (Unit)
1. Sumatera Utara 10.802
2. Nangroe Aceh Darussalam 7.099
3. Sumatera Selatan 5.122
4. Riau 4.865
5. Lampung 3.727
6. Sumatera Barat 3.619
74
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH
DI KABUPATEN TULANG BAWANG

7. Jambi 3.289
8. Bengkulu 1.860
9. Kepulauan Riau 1.850
10. Bangka Belitung 929
Sumber : Dinas Koperasi da UKM Provinsi Lampung, 2014 (Data Diolah)
Tabel 6. Sebaran jumlah Koperasi Di Provinsi Lampung Berdasarkan
Status Keaktifan Per Kabupaten/Kota, Tahun 2013.
No. Kabupaten/Kota Aktif Pasif Jumlah
1. Kota Bandar Lampung 471 202 672
2. Kabupaten Lampung Tengah 261 268 529
3. Kabupaten Lampung Timur 202 201 402
4. Kabupaten Lampung Utara 296 106 402
5. Kabupaten Lampung Selatan 142 220 362
6. Kabupaten Tanggamus 168 72 240
7. Kabupaten Way Kanan 127 79 206
8. Kota Metro 106 62 168
9. Kabupaten Lampung Barat 120 47 167
10. Kabupaten Pringsewu 80 71 151
11. Kabupaten Pesawaran 74 65 139
12. Kabupaten Tulang Bawang 109 13 122
13. Provinsi 50 57 107
14. Kabupaten Mesuji 43 43 58
15. Kabupaten Tulang Bawang Barat 0 0 0
Jumlah 2.249 1.478 3.727
(60.3%) (39.7%) (100%)
Sumber : Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Lampung Tahun 2014 (Data Diolah).

Jumlah koperasi di Provinsi Lampung untuk tahun 2018


sebanyak 2.476 unit dan yang memiliki sertifikasi NIK sebanyak
543 koperasi. Sedangkan tahun 2019 sebanyak 2.016 unit yang
aktif kemudian ada 637 koperasi yang memiliki sertifikasi NIK.
Selanjutnya, untuk jumlah UMKM tahun 2018 sebanyak 168.938
UMKM yang terdiri dari kuliner 355 orang, fashion 81 orang,
pendidikan 356 orang, otomotif 3.329 orang, agrobisnis 301 orang,
teknologi 6 594 orang, lain-lainnya 157.922 orang. Sedangkan
tahun 2019 sebanyak 168.384 UMKM terdiri dari kuliner 355 orang,
fashion 81 orang, pendiddikan 356 orang, otomotif 3.329
orang, agribisnis 301 orang, teknologi 6.594 orang, lain-lainya
157.922 orang. Kemudian untuk penyaluran KUR di Provinsi
Lampung tahun 2018, sebanyak 147.595 Debitur sedangkan tahun
2019 sebanyak 139.930 Debitur (per Oktober). Penyaluran KUR

75
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH
DI KABUPATEN TULANG BAWANG

terdiri dari dua penyaluran yakni penyaluran program ultra mikra


dan penyaluran dana LPDB-KUMKM.80
Revitalisiasi koperasi perlu komitmen semua pihak. Kunci
pentingnya adalah perkuatan gerakan koperasi sebagai elemen
internal yang strategis.Fungsi Dewan Koperasi Indonesia
(DEKOPIN)adalah melakukan advokasi, edukasi dan fasilitasi patut
diakui saat ini belumlah berjalan optimal, namun penting dalam
skema riviatlisasi ini. Normatifnya lembaga ini digerakan oleh
potensi anggota seperti halnya dengan Kamar Dagang dan Industri
(KADIN) atau organisasi sejenis, namun bila faktanya justru
anggota Dewan Koperasi Indonesia (DEKOPIN) yang menjadi
sasaran revitalisasi, maka menyerahkan daya hidup organisasi
kepada anggota sungguhlah tidak bijaksana.
Revitalisasi koperasi nasional dibutuhkan karena melihat
kecenderungan perkembangan koperasi di berbagai negara yang
mencengangkan. Tahun 2012 oleh Majelis Umum Perserikatan
Bangsa-Bangsa (PBB) resmi ditetapkan sebagai Tahun Koperasi
Internasional. Banyak orang bertanya-tanya, bagaimana mungkin
koperasi yang jalannya tersaruk-saruk dengan diwarnai berita yang
tidak mengenakan, bisa menjadi perhatian dunia. Ditengah banyak
dilansir kegagalan koperasi, baik dalam pidato para pejabat sampai
praktik rentenir, penipuan, dan premanisme berkedok koperasi.
Ternyata koperasi mampu menyediakan sekitar 100 juta
lapangan kerja di seluruh dunia. Dan koperasi memberikan
kontribusi dalampembangunan ekonomi, terutama dalam
pembangunan pertanian di seluruh dunia, sekitar 50% hasil
pertanian global dipasarkan melalui koperasi. ICA
(International Cooperative Alliance) dalam Laporan Global 300

80 https://altumnews.com/2020/01/14/dr-agus-nompitu-berikut-peta-
koperasi-dan-umkm-di-lampung/, diakses pada tanggal 20 Oktober 2020 pukul
21.30 WIB.

76
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH
DI KABUPATEN TULANG BAWANG

Tahun 2011, yang mengumumkan bahwa 300 terbesar koperasi di


dunia mampu menciptakan pendapatan kolektif sebesar $ 1.6
triliun, yang berarti sebanding dengan Produk Domestik Bruto
(PDB) ekonomi kesembilan terbesar di dunia. Perancis adalah
negara dengan kontribusi koperasi terbesar yakni 28%, disusul USA
sebesar 16%.
Perusahaan koperasi pun menggeliat menjadi raksasa ekonomi
dunia, sebut saja Credit Agricole Group (koperasi di Perancis yang
bergerak di simpan pinjam) penghasilan satu tahun sekitar 103.5
triliun rupiah. Masih di Perancis, Groupe Caisse D’Epargne yang
mencapai 58.50 Triliun Rupiah. Atau Zen-Noh (National Federation
of Agricultural Co-operatives) Jepang sebesar 56.99 Triliun rupiah.
Ketiga koperasi itu menurut International Cooperative Alliance (ICA)
merupakan koperasi terbesar dari 300 koperasi global. Demikian
pula pada daftar 300 koperasi di negara berkembang, koperasi
nasional pun tidak ada. Sementara Malaysia, Thailand, Philipina,
dan Singapura masuk kedalamnya.
Koperasi nyata memberikan bukti kontribusi dalam
menurunkan angka kemiskinan, penciptaan lapangan kerja dan
integrasi sosial. Pantas bila Sekjen PBB, Ban Ki-Moon, menyatakan
bahwa “Cooperatives are a reminder to the international
community that it is possible to pursue both economic viability and
social responsibility”. Dimasa mendatang peran koperasi
diperkirakan akan terus berkembang. Setelah disepakati
pentingnya revitalisasi koperasi. Melalui proses yang panjang sejak
Tahun 1992, melalui Kongres International Cooperative Alliance
(ICA) di Tokyo sampai Tahun 1995 melalui Kongres Koperasi di
Manchester Inggris dan melahirkan suatu landasan baru yang
dinamakan International Cooperative Identity Statement (ICIS).
Kesepakatan itu mengakhiri perdebatan, apakah koperasi lembaga
bisnis atau lembaga quasi-sosial.
77
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH
DI KABUPATEN TULANG BAWANG

Ditengah masih berkecamuknya berbagai diskusi yang kurang


penting untuk langkah percepatan yang dimaksud. Banyak
koperasi yang terus menata diri dan mengembangkan usahanya.
Memang bukan sesuatu nyaman bila, diantara 186.987 koperasi
yang ada, dengan anggota sebanyak 31 juta orang, tidak ada satu
pun yang masuk pada 300 koperasi negara berkembang sekalipun.
Maka sejak Tahun 2009 Dewan Koperasi Indonesia (DEKOPIN)
berusaha menginventarisir koperasi besar, ditemukan 20 koperasi
yang dimaksud. Terbesar Koperasi Nusantara (DKI) dengan aset 1.2
triliun rupiah, hampir sama dengan yang dimiliki Kospin Jasa (Jawa
Tengah). Sebaran 20 koperasi dimaksud DKI adalah sebanyak 7
koperasi, Kalimantan Barat 6 Koperasi, Jawa Tengah dan Banten
masing-masing 2 koperasi, serta Jawa Timur, Kalimantan Tengah
dan Sulawesi Selatan satu koperasi (Sumer PIP), dari Lampung
tidak ada yang masuk kedalam daftar itu.

G. Konsep UMKM
1. Pengertian Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)
Di Indonesia, definisi Usaha Mikro Kecil dan Menengah diatur
dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008
tentang Usaha Mikro Kecil dan Menegah. Berdasarkan ketentuan
Pasal 1 dari Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha
Mikro Kecil dan Menegah, dinyatakan bahwa “Usaha mikro adalah
usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha
perorangan yang memiliki kriteria usaha mikro sebagaimana diatur
dalam UU tersebut. Usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif
yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau
badan usaha yang buka merupakan anak perusahan atau bukan
anak cabang yang dimiliki, dikuasai atau menjadi bagian, baik
langsung maupun tidak langsung, dari usaha menengah atau usaha

78
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH
DI KABUPATEN TULANG BAWANG

besar yang memenuhi kriteria usaha kecil sebagaimana dimaksud


dalam Undang-Undang tersebut”.
Sedangkan usaha mikro adalah “usaha ekonomi produktif yang
berdiri sendiri yang dilakukan oleh perorangan atau badan usaha
yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang
perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik
langsung maupun tidak langsung, dari usaha mikro, usah kecil atau
usaha besar yangmemenuhi kriteria usaha mikro sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang tersebut”.
Di dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha
Mikro Kecil dan Menegah, kriteria yang digunakan untuk
mendefinisikan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)seperti yang
tercantum dalam Pasal 6 adalah “nilai kekayaan bersih atau nilai
aset tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, atau hasil
penjualan tahunan”. Dengan kriteria sebagai berikut:
a) Usaha mikro adalah unit usaha yang memiliki aset paling
banyak Rp.50 juta tidak termasuk tanah dan bangunan tempat
usaha dengan hasil penjualan tahunan paling besar Rp.300 juta.
b) Usaha kecil dengan nilai aset lebih dari Rp. 50 juta sampai
dengan paling banyak Rp.500 juta tidak termasuk tanah dan
bangunan tempat usaha memiliki hasil penjualan tahunan lebih
dari Rp.300 juta hingga maksimum Rp.2.500.000, dan.
c) Usaha menengah adalah perusahaan dengan milai kekayaan
bersih lebih dari Rp.500 juta hingga paling banyak Rp.100 milyar
hasil penjualan tahunan di atasRp.2.5 milyar sampai paling
tinggi Rp.50 milyar.
Selain menggunakan nilai moneter sebagai kriteria, sejumlah
lembaga pemerintahan seperti Departemen Perindustrian dan
Badan Pusat Statistik (BPS), selama ini juga menggunakan jumlah
pekerja sebagai ukuran untuk membedakan skala usaha antara
usaha mikro,usaha kecil, usaha menengah dan usaha besar.
79
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH
DI KABUPATEN TULANG BAWANG

Misalnya menurut Badan Pusat Statistik (BPS), usaha mikro adalah


unit usaha dengan jumlah pekerja tetap hingga 4 orang, usaha kecil
antara 5 sampai 19 pekerja, dan usaha menengah dari 20 sampai
dengan 99 orang. Perusahaan-perusahaan dengan jumlah pekerja
di atas 99 orang masuk dalam kategori usaha besar.
Pada tahun 2018 terdapat 64.194.057 UMKM yang ada di
Indonesia (atau sekitar 99 persen dari total unit usaha) dan sektor
UMKM juga telah mempekerjakan 116.978.631 tenaga kerja atau
sekitar 97 persen dari total tenaga kerja di sektor ekonomi.81 Pada
tahun 2018, UMKM menyumbang PDB atas dasar harga berlaku
sebesar 61.07% secara nasional. Grafik 1 menyajikan
perkembangan UMKM di Indonesia sejak tahun 2010 sampai
dengan 2018. UMKM di Indonesia mengalami kenaikan dari tahun
ke tahun.82

Grafik 1. Perkembangan UMKM di Indonesia Tahun 2010-2018.

81 Kemenkop-UKM., 2018, Perkembangan Data Usaha Mikro, Kecil,


Menengah (UMKM) dan Usaha Besar (UB). Retrieved from
http://www.depkop.go.id/uploads/laporan/1580223129_PERKEMBANGAN%20
DATA%20USAHA%20MIKRO,%20KECIL,%20MENENGAH%20(UMKM)%20DAN%
20USAHA%20BESAR%20(UB)%20TAHUN%202017%20-%202018.pdf, diakses
18 Oktober 2020 pukul 10.00 WIB.
82 Databoks. (2020). Pemerintah Beri Stimulus, Berapa Jumlah UMKM di

Indonesia? Retrieved from


https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2020/04/08/pemerintah-beri-
stimulus-berapa-jumlah-umkm-di-indonesia#, diakses 18 Oktober 2020 pukul
10.00 WIB.
80
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH
DI KABUPATEN TULANG BAWANG

Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)


sangat penting dan strategis dalam mengantisipasi perekonomian
kedepan terutama dalam memperkuat struktur perekonomian
nasional. Adanya krisis perekonomian nasional seperti sekarang ini
sangat mempengaruhi stabilitas nasional, ekonomi dan politik yang
imbasnya berdampak pada kegiatan-kegiatan usaha besar yang
semakin terpuruk, sementara UMKM serta koperasi relatif masih
dapat mempertahankan kegiatan usahanya.
Secara umum, tujuan atau sasaran yang ingin dicapai adalah
terwujudnya Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) yang
tangguh dan mandiri yang memiliki daya saing tinggi dan berperan
utama dalam produksi dan distribusi kebutuhan pokok, bahan
baku, serta dalam permodalan untuk menghadapi persaingan
bebas.
UMKM adalah unit usaha produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha di semua sektor
ekonomi. Pada prinsipnya, pembedaan antara Usaha Mikro (UMI),
Usaha Kecil (UK), Usaha Menengah (UM), dan Usaha Besar (UB)
umumnya didasarkan pada nilai aset awal (tidak termasuk tanah
dan bangunan), omset rata-rata per tahun, atau jumlah pekerja
tetap. Namun definisi UMKM berdasarkan tiga alat ukur ini berbeda
menurut negara. Karena itu, memang sulit membandingkan
pentingnya atau peran UMKM antar negara.83

2. Kriteria UMKM
Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 UMKM
memiliki kriteria sebagai berikut:
1) Usaha Mikro, yaitu usaha produktif milik`orang perorangan atau
badan usaha milik perorangan yang memenuhi kriteria yakni:

83Tulus Tambunan, Usaha Mikro Kecil dan Menengah di Indonesia: Isu-Isu


Penting, Penerbit LP3ES, Jakarta, hlm. 11.
81
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH
DI KABUPATEN TULANG BAWANG

a) Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 50.000.000 (lima


puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan
tempat usaha,
b) Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp
300.000.000 (tiga ratus juta rupiah).
2) Usaha Kecil, yaitu usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri
yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang
bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang
perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau menjadi bagian baik
langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau
usaha besar yang memenuhi kriteria yakni:
a) Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,00 (lima
puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak
Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk
tanah dan bangunan tempat usaha; atau
b) Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari
Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan
paling banyak Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus
juta rupiah).
3) Usaha Menengah, yaitu usaha ekonomi produktif yang berdiri
sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan
usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang
perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik
langsung maupun tidak langsung dengan usaha kecil atau
usaha besar yang memenuhi kriteria:
a) Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp500.000.000,00 (lima
ratus juta`rupiah) sampai dengan paling banyak
Rp10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk
tanah dan bangunan tempat usaha; atau
b) Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari
Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah)
82
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH
DI KABUPATEN TULANG BAWANG

sampai dengan paling banyak Rp50.000.000.000,00 (lima


puluh milyar rupiah).
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) memberikan definisi
UMKM berdasarkan kuantitas tenaga kerja. Usaha kecil merupakan
usaha yang memiliki jumlah tenaga kerja 5 orang samapai dengan
19 orang, sedangkan usaha menengah merupakan usaha yang
memiliki jumlah tenaga kerja 20 orang sampai dengan 99 orang.
Menurut Kementrian Keuangan, berdasarkan Keputusan Menteri
KeuanganNomor 316/KMK 016/1994 tanggal 27 Juni 1994 bahwa
Usaha Kecil sebagai perorangan/badan usaha yang telah
melakukan kegiatan /usaha yang mempunyai penjualan/omset per
tahun setinggi-tingginya Rp. 600.000.000 atau asset (aktiva)
setinggi-tingginya Rp.600.000.000 (diluar tanah dan bangunan
yang ditempati). Contohnya Firma, CV, PT, dan Koperasi yakni
dalam bentuk badan usaha. Sedangkan contoh dalam bentuk
perorangan antara lain pengrajin industri rumah tangga, peternak,
nelayan, pedagang barang dan jasa dan yang lainnya84.

3. Klasifikasi UMKM
Dalam perspektif perkembangannya, Usaha Mikro Kecil dan
Menengah (UMKM) merupakan kelompok usaha yang memiliki
jumlah paling besar.Selain itu kelompok ini terbukti tahan terhadap
berbagai macam goncangan krisi ekonomi.Maka sudah menjadi
keharusan penguatan kelompok Usaha Mikro Kecil dan Menengah
yang melibatkan banyak kelompok. Berikut ini adalah klasifikasi
Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)85:

84
https://www.scribd.com/doc/314834468/Pengertian-UMKM., diakses
pada tanggal 10 Oktober 2019 pukul 20.00.
85
Ade Resalawati, Pengaruh Perkembangan Usaha Kecil Menengah Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi Pada Sektor UKM Indonesia, Skripsi: Fakultas Ekonomi
dan Bisnis, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011, hlm. 31.
83
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH
DI KABUPATEN TULANG BAWANG

1) Livelhood Activities, merupakan Usaha Mikro Kecil dan


Menengah (UMKM) yang digunakan sebagai kesempatan kerja
untuk mencari nafkah, yang labih umum biasa disebut sektor
informal. Contohnya pedagang kaki lima.
2) Micro Enterprise, merupakan Usaha Mikro Kecil dan Menengah
(UMKM) yang memiliki sifat pengrajin tetapi belum memiliki sifat
kewirausahaan.
3) Small Dynamic Enterprise, merupakan Usaha Mikro Kecil dan
Menengah (UMKM) yang telah memiliki jiwa kewirausahaan dan
mampu menerima pekerjaan subkontrak dan ekspor.
4) Fast Moving Enterprise, merupakan Usaha Mikro Kecil dan
Menengah (UMKM) yang telah memiliki jiwa kewirausahaan dan
akan melakukan transformasi menjadi usaha besar (UB).

4. Karakteristik Usaha Mikro


Usaha kecil di Indonesia mempunyai potensi yang besar untuk
dikembangkan karena pasar yang luas, bahan baku yang mudah
didapat serta sumber daya manusia yang besar merupakan variabel
pendukung perkembangan dari usaha kecil tersebut akan tetapi
perlu dicermati beberapa hal seiring perkembangan usaha kecil
rumahan seperti: perkembangan usaha harus diikuti dengan
pengelolaan manajemen yang baik, perencanaan yang baik akan
meminimalkan kegagalan, penguasaan ilmu pengetahuaan akan
menunjang keberlanjutan usaha tersebut, mengelola sistem
produksi yang efisien dan efektif, serta melakukan terobosan dan
inovasi yang menjadikan pembeda dari pesaing merupakan langkah
menuju keberhasilan dalam mengelola usaha tersebut.

84
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH
DI KABUPATEN TULANG BAWANG

Dalam buku Pandji Anoraga diterangkan bahwa secara umum,


sektor usaha memiliki karakteristik sebagai berikut86:
a. Sistem pembukuan yang relatif administrasi pembukuan
sederhana dan cenderung tidak mengikuti kaidah admistrasi
pembukuan standar. Kadangkala pembukuan tidak di up to
date sehingga sulit untuk menilai kerja usahanya.
b. Margin usaha yang cenderung tipis mengingat persaingan
yang sangat tinggi.
c. Modal terbatas.
d. Pengalaman menejerial dalam mengelola perusahaan masih
sangat terbatas.
e. Skala ekonomi yang terlalu kecil sehingga sulit
mengharapkan untuk mampu menekan biaya mencapai titik
efisieni jangka panjang.
f. Kemampuan pemasaran dan negosiasi serta diversifikasi
pasar sangat terbatas.
g. Kemampuan untuk sumber dana dari pasar modal terendah,
mengingat keterbatasan salam sistem administrasinya.
Untuk mendapatkan dana dipasar modal, sebuah
perusahaan harus mengikuti sistem administrasi standar dan
harus transparan.
Karakteristik yang dimiliki oleh usaha mikro menyiratkan
adanya kelemahan-kelemahan yang sifatnya potensial terhadap
timbulnya masalah. Hal ini menyebabkan berbagai masalah
internal terutama yang berkaitan dengan pendanaan yang
tampaknya sulit untuk mendapatkan solusi yang jelas87.
Dalam perspektif usaha, UMKM diklasifikasikan dalam empat
kelompok, yaitu:

86
Pandji Anoraga, 2010, Ekonomi Islam Kajian Makro dan Mikro, PT. Dwi
Chandra Wacana,Yogyakarta, hlm. 32.
87
Ibid., hlm 33
85
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH
DI KABUPATEN TULANG BAWANG

1) UMKM sektor informal, contohnya pedagang kaki lima.


2) UMKM Mikro adalah para UMKM dengan kemampuan sifat
pengrajin qqnamun kurang memiliki jiwa kewirausahaan
untuk mengembangkan usahanya.
3) Usaha Kecil Dinamis adalah kelompok UMKM yang mampu
berwirausaha dengan menjalin kerjasama (menerima
pekerjaan sub kontrak) dan ekspor.
4) Fast Moving Enterpriseadalah UMKM yang mempunyai
kewirausahaan yang cakap dan telah siap bertransformasi
menjadi usaha besar.

Tabel 7. Karakteristik UMKM dan Usaha Besar


Ukuran Usaha Karakteristik

Usaha Mikro  Jenis barang/komoditi tidak selalu


tetap; sewaktu-waktu dapat
berganti.
 Tempat usahanya tidak selalu
menetap; sewaktu-waktu dapat
pindah tempat.
 Belum melakukan administrasi
keuangan yang sederhana
sekalipun.
 Tidak memisahkan keuangan
keluarga dengan keuangan usaha.
 Sumber daya manusia (pengusaha)
belum memiliki jiwa wirausaha
yang memadai.
 Tingkat pendidikan rata-rata relatif
sangat rendah.
 Umumnya belum akses kepada
perbankan, namun sebagian sudah

86
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH
DI KABUPATEN TULANG BAWANG

akses ke lembaga keuangan non


bank.
 Umumnya tidak memiliki izin
usaha atau persyaratan legalitas
lainnya termasuk NPWP.
 Contoh: Usaha perdagangan
seperti kaki lima serta pedagang di
pasar.
Usaha Kecil  Jenis barang/komoditi yang
diusahakan umumnya sudah tetap
tidak gampang berubah.
 Lokasi/tempat usaha umumnya
sudah menetap tidak berpindah-
pindah.
 Pada umumnya sudah melakukan
administrasi keuangan walau
masih sederhana.
 Keuangan perusahaan sudah
mulai dipisahkan dengan
keuangan keluarga.
 Sudah membuat neraca usaha.
 Sudah memiliki izin usaha dan
persyaratan legalitas lainnya
termasuk NPWP.
 Sumberdaya manusia (pengusaha)
memiliki pengalaman dalam
berwira usaha.
 Sebagian sudah akses ke
perbankan dalam keperluan modal.

87
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH
DI KABUPATEN TULANG BAWANG

 Sebagian besar belum dapat


membuat manajemen usaha
dengan baik seperti business
planning.
 Contoh: Pedagang di pasar grosir
(agen) dan pedagang pengumpul
lainnya.
Usaha Menengah  Memiliki manajemen dan
organisasi yang lebih baik, dengan
pembagian tugas yang jelas antara
lain, bagian keuangan, bagian
pemasaran dan bagian produksi.
 Telah melakukan manajemen
keuangan dengan menerapkan
sistem akuntansi dengan teratur
sehingga memudahkan untuk
auditing dan penilaian atau
pemeriksaan termasuk oleh
perbankan.
 Telah melakukan aturan atau
pengelolaan dan organisasi
perburuhan.
 Sudah memiliki persyaratan
legalitas antara lain izin tetangga.
 Sudah memiliki akses kepada
sumber-sumber pendanaan
perbankan.
 Pada umumnya telah memiliki
sumber daya manusia yang terlatih
dan terdidik.

88
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH
DI KABUPATEN TULANG BAWANG

 Contoh: Usaha pertambangan batu


gunung untuk kontruksi dan
marmer buatan.
Usaha Besar  Usaha ekonomi produktif yang
dilakukan oleh badan usaha
dengan jumlah kekayaan bersih
atau hasil penjualan tahunan lebih
besar dari Usaha Menengah, yang
meliputi usaha nasional milik
negara atau swasta, usaha
patungan, dan usaha asing yang
melakukan kegiatan ekonomi di
Indonesia.

Tabel 8. Kriteria UMKM dan Usaha Besar Berdasarkan Aset dan Omset
Ukuran Usaha Kriteria
Aset Omset
Usaha Mikro Maksimal Rp.50 juta Maksimal Rp.300 juta
Usaha Kecil  Rp. 50 juta-Rp500 juta  Rp.300 juta-Rp.2.5 Miliar
Usaha  Rp.500 juta-10 miliar  Rp. 2.5 miliar-Rp.50 Miliar
Menengah
Usaha Besar  Rp. 10 miliar  Rp.50miliar

Selain itu, berdasarkan aspek komoditas yang dihasilkan,


UMKM juga memiliki karakteristik tersendiri antara lain:
1) Kualitasnya belum standar. Karena sebagian besar UMKM
belum memiliki kemampuan teknologi yang memadai. Produk
yang dihasilkan biasanya dalam bentuk handmade sehingga
standar kualitasnya beragam.
2) Desain produknya terbatas. Hal ini dipicu keterbatasan
pengetahuan dan pengalaman mengenai produk. Mayoritas
UMKM bekerja berdasarkan pesanan, belum banyak yang berani
mencoba berkreasi desain baru.

89
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH
DI KABUPATEN TULANG BAWANG

3) Jenis produknya terbatas. Biasanya UMKM hanya memproduksi


beberapa jenis produk saja. Apabila ada permintaan model baru,
UMKM sulit untuk memenuhinya. Kalaupun menerima,
membutuhkan waktu yang lama.
4) Kapasitas dan daftar harga produknya terbatas. Dengan
kesulitan qqmenetapkan kapasitas produk dan harga membuat
konsumen kesulitan.
5) Bahan baku kurang terstandar. Karena bahan bakunya
diperoleh dari qqberbagai sumber yang berbeda.
6) Kontinuitas produk tidak terjamin dan kurang sempurna.
Karena produksi belum teratur maka biasanya produk-produk
yang dihasilkan sering apa adanya.

90
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH
DI KABUPATEN TULANG BAWANG

BAB III
POTENSI WILAYAH

A. Gambaran Umum Tulang Bawang


Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang dibentuk
pada tanggal 20 Maret 1997, wilayah Kabupaten Tulang Bawang
pada saat itu memiliki wilayah terluas dengan Ibu Kota Menggala,
22% dari wilayah Provinsi Lampung masuk dalam wilayah
Kabupaten Tulang Bawang. Kabupaten Tulang Bawang secara
administrasi berbatasan dengan:
a) Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Mesuji.
b) Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Lampung
Tengah.
c) Sebelah timur berbatasan dengan laut jawa.
d) Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Tulang Bawang
Barat.
Secara tofografi Kabupaten Tulang Bawang terbagi dalam 4
wilayah tofografi, yaitu:
a) Daerah dataran yang merupakan daerah terluas, dimanfaatkan
untuk daerah pertanian dan cadangan pengembangan
transmigrasi.
b) Daerah rawa terdapat disepanjang Pantai Timur dengan
ketinggian 0-1 m yang merupakan daerah rawa pasang surut.
c) Daerah river basin, terdapat 2 river basin yang utama yaitu river
basin Tulang Bawang dan river basin sungai-sungai kecil
lainnya. Pada area river basin sungai Tulang Bawang dengan
anak-anak sungainya membentuk pola aliran sungai “dendritic”
yang umumnya merupakan sungai-sungai di Lampung. Daerah
ini memiliki luas 10.150Km2 dengan panjang 753 Km dan
digunakan untuk pengembangan tambak udang.

91
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH
DI KABUPATEN TULANG BAWANG

d) Daerah aluvial yang meliputi pantai sebelah timur merupakan


bagian hilir dari sungai-sungai besar yaitu Tulang Bawang dan
Mesuji.
Berdasarkan data geologi, terdapat beberapa jenis
bahantambang di Kabupaten Tulang Bawang, diantaranya:
1) Minyak bumi yang terdapat pada lapisan Palembang yang
terakumulasi sebagai lanjutan endapan minyak bumi di sekitar
daerah Menggala.
2) Batubara muda yang terdapat diwilayah hulu way Tulang
Bawang.
3) Pasir kuarsa yang terdapat di sekitar Menggala.
Disamping sektor pertambangan, sektor perkebunan dan
perikanan menjadi salah satu penyokong perekonomian di
Kabupaten Tulang Bawang. Sektor perkebunan di Kabupaten
Tulang Bawang sebagian dikelola oleh perusahaan swasta dan
sebagian oleh perorangan atau masyarakat. Komoditas utama
adalah ubi kayu, karet, kelapa sawit dan beberapa tanaman keras
lainnya.
Sedangkan untuk perikanan sebagain besar dikelola oleh
perusahaan atau swasta, sedangkan yang dikelola oleh perorangan
hanya sebagaian kecilnya. Keseluruhan itu tersebar di 15
kecamatan di Kabupaten Tulang Bawang. Wilayah administratifnya
terbagi menjadi 15 kecamatan, dimana ibu kota kabupaten dan
pusat pemerintahan adalah Menggala. Kecamatan menggala
merupakan daerah terluas dengan luas 344 Km².
Tabel 9. Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kabupaten Tulang
Bawang
No Kecamatan Luas (km²) Persentase
1. Banjar Agung 230,88 6,66
2. Banjar Margo 132,95 3,84
3. Gedung Aji 114,47 3,30
4. Penawar Aji 104,45 3,01
5. Meraksa Aji 94,71 2,27
6. Menggala 344,00 9,92
92
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH
DI KABUPATEN TULANG BAWANG

7. Penawar Tama 210,53 6,07


8. Rawajitu Selatan 123,94 3,58
9. Gedung Meneng 657,07 18,96
10. Rawajitu Timur 176,65 5,10
11. Rawa Pitu 169,18 4,88
12. Gedung Aji Baru 95,36 2,75
13. Dente Teladas 685,65 19,78
14. Banjar Baru 132,95 3,84
15. Menggala Timur 193,53 5,58
Tulang Bawang 3.466,32 100,00
Sumber: Tulang Bawang Dalam Angka Tahun 2020.

B. Pertumbuhan Penduduk
Penduduk Kabupaten Tulang Bawang berdasarkan proyeksi
penduduk tahun 2017 sebanyak 440.511 jiwa yang terdiri atas
227.921 jiwa penduduk laki-laki dan 212.590 jiwa penduduk
perempuan. Proyeksi jumlah penduduk tahun 2017, penduduk
Tulang Bawang mengalami laju pertumbuhan dari tahun 2010
sebesar 0,01464, sedangkan dari tahun 2016 sebesar 0.01238.
Tabel 10. Jumlah Penduduk dan Laju Pertumbuhan Penduduk Menurut
Kecamatan Di Kabupaten Tulang Bawang
Laju Pertumbuhan
Jumlah Penduduk
No Kecamatan Penduduk
2010 s.d 2016 s.d
2010 2016 2017
2017 2017
1. Banjar Agung 35.349 40.436 40.936 0.02119 0.01239
2. Banjar Margo 36.614 41.468 41.981 0.01973 0.01238
3. Gedung Aji 12.023 14.705 14.886 0.03099 0.01237
4. Penawar Aji 16.988 19.020 19.255 0.01806 0.01237
5. Meraksa Aji 12.894 15.124 15.315 0.02488 0.01238
6. Menggala 41.109 49.767 50.384 0.02949 0.01239
7. Penawar Tama 25.791 29.164 29.526 0.01951 0.01239
8. Rawajitu Selatan 30.756 33.142 33.552 0.01251 0.01237
9. Gedung Meneng 37.024 40.609 41.111 0.01507 0.01238
10. Rawajitu Timur 28.854 17.009 17.219 0.07109 0.01235
11. Rawa Pitu 15.883 20.554 20.808 0.03934 0.01236
12. Gedung Aji Baru 20.730 22.750 23.032 0.01515 0.01237
13. Dente Teladas 59.066 62.719 63.495 0.01038 0.01238
14. Banjar Baru 13.012 14.632 14.813 0.01869 0.01238
15. Menggala Timur 11.813 14.025 14.198 0.02662 0.01238

93
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH
DI KABUPATEN TULANG BAWANG

Tulang Bawang 397.906 435.125 440.511 0.01464 0.01238


Sumber: Tulang Bawang Dalam Angka Tahun 2019

Kepadatan penduduk di Kabupaten Tulang Bawang tahun 2017


mencapai 127.08 jiwa/km2. Kepadatan Penduduk di 15 kecamatan
cukup beragam dengan kepadatan penduduk tertinggi terletak di
Kecamatan Banjar Baru dengan kepadatan sebesar 477.59
jiwa/km2 dan terendah di Kecamatan Dente Teladas sebesar 33.59
jiwa/km2.
Bonus demografi yang sangat berhubungan erat dengan
penduduk usia produktif dan akan menjadi keuntungan yang besar
bagi pemerintah jika dapat memanfaatkannya, namun tidaklah
semudah itu dalam kenyataannya. Proses baik yang dilakukan
pemerintah maupun penduduk usia produktif itu sendiri untuk
meraih kesuksesan dalam bonus demografi sangat banyak dan
rumit. Pemerintah harus membuat penduduk usia produktif yang
masih dalam katagori umur bersekolah, mau untuk mengikuti
program wajib belajar yang disediakan oleh pemerintah. Kesadaran
masyarakat untuk mengikuti program pemerintah itu sangat
diperlukan, apalagi untuk kelompok masyarakat yang kurang
menyadari akan pentingnya program wajib belajar.
Penduduk usia produktif dianggap sebagai bagan dari penduduk
yang ikut andil dalam kegiatan ketenagakerjaan yang sedang
berjalan. Mereka dianggap sudah mampu dalam proses
ketenagakerjaan dan mempunyai beban untuk menanggung hidup
penduduk yang masuk dalam katagori penduduk belum produktif
dan non produktif. Penduduk usia produktif saat ini tidak hanya di
dominasi oleh masyarakat dengan rentang usia diatas 20 tahun
yang sudah selesai menepuh pendidikannya. Saat ini, remaja usia
muda yang masih bersekolahpun sudah banyak yang memiliki

94
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH
DI KABUPATEN TULANG BAWANG

usahanya sendiri. Di beberapa kota kejadian seperti ini sudah biasa


terlihat.
Tabel 11. Penduduk Kabupaten Tulang Bawang menurut Kelompok
Umur Tahun 2015-2017.
No Kelompok Umur 2015 2016 2017
1. 0-4 46.814 46.387 45.939
2. 5-9 44.214 45.181 45.875
3. 10-14 38.867 39.290 39.859
4. 15-19 37.183 37.308 37.388
5. 20-24 39.351 39.416 39.554
6. 25-29 37.155 37.196 37.226
7. 30-34 36.690 36.842 36.931
8. 35-39 37.864 38.067 38.272
9. 40-44 31.521 32.389 33.135
10. 45-49 22.934 23.648 24.366
11. 50-54 17.700 18.296 18.889
12. 55-59 13.880 14.606 15.294
13. 60-64 9.988 10.618 11.298
14. 65-69 6.201 6.528 6.902
15. 70-74 4.223 4.303 4.401
16. 75+ 4.930 5.050 5.182
Tulang Bawang 425.515 435.125 435.125
Sumber: Tulang Bawang Dalam Angka Tahun 2020.

Bonus demografi adalah masa dimana angka beban


ketergantungan antara penduduk usi produktif dengan penduduk
usia tidak produktif paling rendah. Jadi setiap penduduk usia kerja
menaggung sedikit penduduk usia tidak produktif.88Bonus
demografi ini akan menguntugkan pemerintah jika dapat
memanfaatkan dan memfasilitasinya dengan baik. Namun, akan
menjadi masalah serius jka pemerintah tidak mempersiapkan
masyarakatnya menghadapi bonus demografi yang sebenarnya
akan sangat menguntungkan. Penduduk usia produktif diharapkan
mampu ikut berperan dengan baik menghadapi bonus demografi
yang akan membantu meringankan beban hidup seseorang.
Bonus demografi yang muncul melalui transisi demografi
tersebut jelas pada awalnya berasal dari keberhasilan sebuah

Yayak Karyana, 2015, Mobilitas Penduduk dan Bonus Demografi, Penerbit:


88

Unpad Press, Bandung, hlm. 87.


95
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH
DI KABUPATEN TULANG BAWANG

Negara dalam mengendalikan jumlah penduduk, seperti dengan


keberhasilanya menurunkan tingkat fertilitas dan meningkatkan
kualitas kesehatan melalui program KB telah menjadi awal
munculnya bonus demografi tersebut. Kesempatan baik yang telah
ada ini tentu tidak boleh berhenti hanya menjadi sebuah wacana,
tetapi perlu dilakukan kerja ekstra sehingga kesempatan untuk
mendapatkan manfaat dari kondisi ini benar-benar dapat diraih
dan dicapai, yaitu terwujudnya kesejahteran dan kemakmuran
masyarakat.89

C. Korelasi Bonus Demografi dengan Pertumbuhan Ekonomi


Perbincangan mengenai korelasi antara pertambahan penduduk
dengan pertumbuhan ekonomi telah menjadi sumber perdebatan
panjang di kalangan ahli ekonomi kependudukan. Hal ini karena
terdapat berbagai macam variancara pandang dalam melihat dua
permasalahan tersebut. Beberapa di antaranya melihat dari ukuran
(size) penduduk, pendapatan (income), ketimpangan (inequality),
maupun kondisi perekonomian nasional, hingga pada stuktur
penduduk (population structure) berikut angka natalitas, fertilitas,
maupun mortalitasnya.90 Dalam hal ini, terdapat tiga tesis penting
untuk melihat korelasi pertambahan penduduk dengan naiknya
pertumbuhan ekonomi, yakni menolak (restrict), mendukung
(promote), dan netral (independent).91 Ketiga indikasi tersebut
setidaknya merupakan konklusi dari penelitian di berbagai negara
lainnya yang kemudian akan dicoba dalam kasus Indonesia.

89 Toeti PrahasAdhitama, 2012, Memaknai Bonus Demografi, Media


Indonesia, Semarang, hlm. 9.
90 Ronald Lee, 2003, The Demographic Transition: Three Centuries of

Fundamental Change, Journal of Economic Perspectives 17(4): 167- 190.


91 Bloom, David; David Canning and Jaypee Sevilla, 2003, The Demographic

Dividend: A New Perspective on the Economic Consequences of Pop, hlm 45.


96
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH
DI KABUPATEN TULANG BAWANG

Tingkat penduduk produktif saat ini sangat berpengaruh


terhadap pembangunan ekonomi khususnya di daerah. Di
Kabupaten Tulang Bawang saja saat ini tingkat angkatan kerja
cukup tinggi yaitu sebesar 213.256 orang. Tingkat penduduk
produktif juga harus dibarengi dengan kualitas SDM sehingga dapat
mengimbangi era industrialisasi dan era digitalisasi. Jika tidak
tidak demikian maka yang akan terjadi adalah tingginya angka
pengangguran.
Jumlah angka pengangguran di Kabupaten Tulang Bawang
berdasarkan data BPS tahun 2017 sebesar 7.391 orang. Ini akan
berdampak pada pelambatan pembangunan ekonomi karena
tingkkat pengangguran akan membebani pertumbuhan ekonomi
daerah. Besarnya angka konsumsi tanpa dimbangi produktivitas
dan ditambah ketergantungan yang tinggi terhadap subsidi negara
melemahkan potensi bonus demografi. Seharusnya yang terjadi
dalam hal bonus demografi adalah kelas menengah yang mandiri
dan memiliki usaha produktivitassehingga mampu memacu
ekonomi negara.
Tabel 12. Jumlah Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas Menurut Jenis
Kegiatan Selama Seminggu yang Lalu di Kabupaten Tulang
Bawang, 2017.
Kegiatan Utama Jumlah
Angkatan Kerja 213.246
Bekerja 205.855
Pengangguran Terbuka 7.391
Bukan Angkatan Kerja 96.619
Sekolah 18.431
Mengurus Rumah Tangga 70.977
Lainnya 7.211
Jumlah 309.865
Sumber: Tulang Bawang Dalam Angka Tahun 2020.

D. Potensi Sektor Pertanian dan Perkebunan Tanaman Pangan


Agribisnis dikenalkan kepada petani masih dalam corak
komoditas pada semua lini tanpa melihat kendala daya serap modal
untuk suatu kegiatan. Meskipun patut dicatat bahwa
97
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH
DI KABUPATEN TULANG BAWANG

perkembangan pemikiran konsep agribisnis di Indonesia sudah


tidak seperti yang dipikirkan oleh para penggagasnya seperti
Goldberg92 dan lain-lain yang merujuk pada korporasi pertanian93.
Di Indonesia bahkan pendekatan agribisnis juga dapat dikaitkan
dengan strategi pengembangan pertanian petani kecil, walaupun
penuh keterbatasan. Sebagai contoh mustahil agribisnis tanaman
padi mampu meningkatkan intensitas penggunaan modal seperti
tanaman hortikultura, peternakan dan usaha tanaman pertanian
lainya. Sehingga konsep agribisnis komoditas untuk petani
mengandung bahaya jika tidak diperkenalkan juga limitasinya.
Penggunaan konsep pendalaman modal atau pendalaman capital
bagi pertanian skala kecil memang ruang baru yang patut
dipikirkan bagi memperbesar skala bisnis mereka.
Tanaman pangan komoditas padi merupakan salah satu yang
paling banyak ditanam di Kabuaten Tulang Bawang. Daerah
penghasil padi terbesar adalah Kecamatan Dente Teladas yang
produksinya mencapai 110.056.40 Ton dan daerah paling sedikit
produksi padinya adalah Kecamatan Banjar Agung dengan
produksi sebesar 51.17 Ton. Tingkat produksi padi tersebut
didukung oleh luasnya lahan pertanian daerah tersebut baik lahan
pertanian darat maupun sawah.
Pada beberapa kecamatan luas lahan pertanian mulai berkurang
oleh alih fungsi lahan oleh masyarakat menjadi pemukiman
maupun lahan perkebunan. Hal tesebut menyebabkan penurunan
produksi padi per wilayah sehingga mempengaruhi ketahanan
pangan daerahnya. Untuk produksi padi ladang, di Kabupaten
Tulang Bawang hanya ada tiga daerah yang memiliki lahan yaitu

92 Ray AllanGoldberg, 1968, Agribusiness Coordination: A Systems Approach


To The Wheat, Soybean, And Florida Orange Economics, Division of Research,
Harvard University, Boston.,hlm 3.
93 Geronimo.M.Collado, 1978, Agribusiness Framework For Developing

Agricultural Economies, Paper Seminar Agribisnis IPB, 23 April 1978.


98
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH
DI KABUPATEN TULANG BAWANG

Kecamatan Banjar Agung, Kecamatan Gedung Meneng dan


Kecamatan Menggala Timur. Selain daerah tersebut tidak ada lahan
darat yang digunakan untuk memproduksi tanaman pangan
komoditas padi. Lahan darat lebih banyak dialokasikan menjadi
areal perkebunan oleh masyarakat baik tanaman keras maupun
palawija.
Tabel 13. Luas Panen dan Produksi Tanaman Padi di Kabupaten Tulang
Bawang Tahun 2017.
Padi Sawah Padi Ladang
No Kecamatan Produksi Panen Produksi
Panen (Ha)
(Ton) (Ha) (Ton)
1. Banjar Agung 10 51,17 11 51,7
2. Banjar Margo 137 701,03 - -
3. Gedung Aji 2.448 12.526,42 - -
4. Penawar Aji 568 2.906,46 - -
5. Meraksa Aji 292 1.494,16 - -
6. Menggala 243 1.243,43 - -
7. Penawar Tama 415 2.123,56 - -
8. Rawajitu Selatan 18.196 93.168,93 - -
9. Gedung Meneng 12.471 63.814,11 43 202,1
10. Rawajitu Timur 1.830 9.364,11 - -
11. Rawa Pitu 16.387 83.852,28 - -
12. Gedung Aji Baru 2.369 12.122,17 - -
13. Dente Teladas 21.508 110.056,40 - -
14. Banjar Baru 442 2.261,71 - -
15. Menggala Timur 1.679 8.591,44 1 4,7
Total 78.995 404.277,40 55 258,5
Sumber: Tulang Bawang Dalam Angka Tahun 2020.

Kabupaten Tulang Bawang merupakan salah satu wilayah


lumbung produksi ubi kayu di Propinsi Lampung. Produksi ubi
kayu paling tinggi ada di Kecamatan Gedung Meneng dengan
tingkat produksi mencapai 151.996 Ton, sedangkan daerah yang
paling sedikit produksinya adalah Kecamatan Rawa Jitu Timur
dengan hasil produksi tidak ada sama sekali. Untuk komoditas
jagung, wilayah terbanyak produksinya adalah Kecamatan Dente
Teladas hingga 14.543.2 Ton dan daerah yang tidak menghasilkan
jagung adalah Kecamatan Rawa Pitu. Ubi kayu sendiri
dipergunakan sebagai bahan baku utama industry tapioka.

99
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH
DI KABUPATEN TULANG BAWANG

Tabel 14. Poduksi Tanaman Jagung, Ubi Kayu dan Ubi Jalar Menurut
Kecamatan di Kabupaten Tulang Bawang, 2017.
Jagung Ubi Kayu Ubi Jalar
No Kecamatan
(Ton) (Ton) (Ton)
1. Banjar Agung 2.214,8 49.846,6 20
2. Banjar Margo 1.651,3 23.739,2 90
3. Gedung Aji 245,0 63.373,6 125
4. Penawar Aji 63,7 2.190,4 20
5. Meraksa Aji 200,9 1.450,4 35
6. Menggala 2.347,1 41.410,4 60
7. Penawar Tama 181,3 4.025,6 10
8. Rawajitu Selatan 343,0 118,4 -
9. Gedung Meneng 12.6 151.996,0 165
10. Rawajitu Timur 637,0 - -
11. Rawa Pitu - 1.243,2 -
12. Gedung Aji Baru 284,2 4.144,0 25
13. Dente Teladas 14.543,2 112.036,0 415
14. Banjar Baru 2.004,1 18.944,0 10
15. Menggala Timur 3.248,7 67.872,8 20
Tulang Bawang 40.037,9 542.390,4 995
Sumber: Tulang Bawang Dalam Angka Tahun 2020.
Selain komoditas ubi kayu dan jagung, di Kabupaten Tulang
Bawang juga hampir semua kecamatan memproduksi ubi jalar
namun tidak terlalu tinggi hasilnya. Kecamatan Dente Teladas
merupakan daerah paling banyak memproduksi ubi jalar yaitu
mencapai 415 Ton, daerah yang tidak memproduksi ubi jalar sama
sekali yaitu Kecamatan Rawa Jitu Selatan, Kecamatan Rawajitu
Timur dan Kecamatan Rawa Pitu.

E. Potensi Perikanan
Sektor perikanan Kabupaten Tulang Bawang dilihat dari
produksinya lebih besar hasil tangkapan daripada budi daya.
Perikanan tangkap berdasarkan data BPS tahun 2019 produksinya
mencapai 19.079,2 ton pada tahun 2016. Sedangkan perikanan
budidaya yang paling besar adalah dari hasil tambak yang
mencapai 29.357 ton pada tahun 2016. Komoditas yang paling
banyak dihasilkan dari sektor perikanan tangkap adalah jenis

100
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH
DI KABUPATEN TULANG BAWANG

rajungan yang mencapai 30.761 ton dan udang yang mencapai


27.601 ton.
Tabel 15 Produksi Ikan Menurut Sumbernya di Kabupaten Tulang
Bawang, 2016.
Penangkapan/ Produksi
No Sumber
Pemeliharaan (Ha) (Ton)
1. Perikanan Laut 498.240 19.079,20
2. Perairan Darat 27.741,86 29.357
3. Tambak 27.717,36 28.106
4. Kolam 21,94 232,20
5. Sungai 2,56 1.018,8
525.981,86 48.436,2
Sumber: Tulang Bawang Dalam Angka Tahun 2019.

Tabel 16. Potensi Kelautan dan Perikanan di Kabupaten Tulang Bawang


Tahun 2016.
Luas Lahan Jumlah Petak
No Lokasi Potensi
Budidaya Tambak
Banjar Agung
1. - -
Lele Sangkuriang
Penawar Tama
2 - -
Gurame
Rawjitu Timur
3 6.524,74 16.909
Udang Vanamei
Dente Teladas
4 2.000 4.000
Udang Vanamei
Menggala Timur
5 - -
Lele & Patin
Sumber: Tulang Bawang Dalam Angka Tahun 2019.

F. Potensi Sektor Perkebunan


Sektor perkebunan merupakan salah satu penyokong
perekonomian terbesar di Kabupaten Tulang Bawang. Sektor
perkebunan adalah salah satu penyedia bahan baku industri
seperti industri pengolahan karet, tepung dan beberapa industri
lainnya di Kabupaten Tulang Bawang. Komoditas perkebunan
terbesar adalah Karet, Kelapa Sawit dan Kelapa. Perkebunan Kelapa
Sawit sebagain dikelola oleh perorangan dan sebagian lagi dikelola
oleh perusahaan.

101
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH
DI KABUPATEN TULANG BAWANG

Bentuk produksi perkebunan adalah; karet kering (karet), daun


kering (teh dan tembakau), biji kering (kopi dan coklat), kulit kering
(kayu manis dan kina), serat kering (rami), bunga kering (cengkeh),
refined sugar (tebu dari perkebunan besar), gula mangkok (tebu dari
perkebunan rakyat), ekivalen kopra (kopra), biji dan bunga (pala)
serta minyak daun (sereh).
Tabel 17. Produksi Tanaman Perkebunan Rakyat Menurut Jenis
Tanaman di Kabupaten Tulang Bawang, 2017.
Kelapa
No Kecamatan Karet Kopi Kelapa
Sawit
1. Banjar Agung 225 5.205 - 36
2. Banjar Margo 976 8.100 - 94
3. Gedung Aji 945 1.614 12 32
4. Penawar Aji 904 1.005 15 53
5. Meraksa Aji 262 1.194 - 52
6. Menggala 191 340 - 59
7. Penawar Tama 4.434 1.811 - 212
8. Rawajitu Selatan 240 22 3 24
9. Gedung Meneng 1.127 924 28 31
10. Rawajitu Timur - - - -
11. Rawa Pitu 2.340 1.515 - -
12. Gedung Aji Baru 1.781 739 17 18
13. Dente Teladas 1.888 3.151 32 29
14. Banjar Baru 1.443 4.507 - 35
15. Menggala Timur 2.136 2.300 - 28
Tulang Bawang 18.892 32.427 107 703
Sumber: Tulang Bawang Dalam Angka Tahun 2019.

Perkebunan karet dan kelapa sawit tersebar hampir diseluruh


kecamatan di Kabupaten Tulang Bawang. Kelapa sawit dan karet
merupakan salah satu jenis tanaman yang paling mudah untuk
dirawat sehingga masyarakat banyak menanam tanaman tersebut.
Disamping itu, proses panennya juga tidak memakan biaya tinggi.
Tabel 18. Potensi Produksi Kelapa Sawit Menurut Kecamatan di
Kabupaten Tulang Bawang, 2017.
Belum Tidak
No Kecamatan Menghasilkan
Menghasilkan Penghasilkan
1. Banjar Agung - 255 -
2. Banjar Margo 118 858 -
102
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH
DI KABUPATEN TULANG BAWANG

3. Gedung Aji 200 745 -


4. Penawar Aji 200 704 -
5. Meraksa Aji - 262 -
6. Menggala 96 95 -
7. Penawar Tama - 4.434 -
8. Rawajitu Selatan 25 215 -
9. Gedung Meneng 90 1.037 -
10. Rawajitu Timur - - -
11. Rawa Pitu 192 2.148 -
12. Gedung Aji Baru - 1.781 -
13. Dente Teladas 588 1.300 -
14. Banjar Baru - 1.443 -
15. Menggala Timur 406 1.674 -
Tulang Bawang 1.915 16.951 0
Sumber: Tulang Bawang Dalam Angka Tahun 2019.

Potensi perkebunan kelapa sawit masih cukup besar di


Kabupaten Tulang Bawang, ada sekitar 1.915 Ha kebun kelapa
sawit yang masih belum menghasilkan. Potensi tersebut dapat terus
meningkat seiring pertumbuhan perkebunan kelapa sawit di
Kabupaten Tulang Bawang. Selain potensi kelapa sawit perkebunan
karet juga masih memiliki potensi produksi yang cukup tinggi. dari
data BPS tahun 2017, ada seluas 8.029 Ha perkebunan karet yang
masih belum produksi. Jika dilihat maka potensi kenaikannya
mencapai 30% dari luas perkebunan karet yang ada yaitu sekitar
24.438 Ha.
Tabel 19. Potensi Produksi Karet Menurut Kecamatan di Kabupaten
Tulang Bawang, 2017.
Belum Tidak
No Kecamatan Menghasilkan
Menghasilkan Penghasilkan
1. Banjar Agung 20 5.185 -
2. Banjar Margo 2.815 5.285 -
3. Gedung Aji 600 1.014 -
4. Penawar Aji 522 483 -
5. Meraksa Aji 22 1.172 -
6. Menggala 148 192 -
7. Penawar Tama 255 1.556 -
8. Rawajitu Selatan - 22 -
9. Gedung Meneng 155 809 -
10. Rawajitu Timur - - -
103
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH
DI KABUPATEN TULANG BAWANG

11. Rawa Pitu 467 1.048 -


12. Gedung Aji Baru - 739 -
13. Dente Teladas 2.224 927 -
14. Banjar Baru 719 3.788 -
15. Menggala Timur 82 2.218 -
Tulang Bawang 8.029 24.438 -
Sumber: Tulang Bawang Dalam Angka Tahun 2019.

G. Potensi Sektor Peternakan


Pemenuhan kebutuhan daging di Kabupaten Tulang Bawang
berasal dari produksi peternakan daerah. Jenis ternak yang paling
tinggi populasinya adalah sapi, kerbau, kambing dan babi. Ternak
yang menjadi salah satu ciri Kabupaten Tulang Bawang adalah
kerbau, karena sistem peternakan yang diterapkan oleh peternak
menjadi salah satu ciri masyarakat di tulang Bawang.
Peternakan sapi sendiri populasinya mencapai 18.580 ekor yang
tersebar di hampir seluruh kecamatan, kecamatan yang paling
tinggi populasinya adalah Kecamatan Penawar Aji yang encapai
4.004 ekor. Populasi kerbau sendiri di Kabupaten Tulang Bawang
hanya tinggal 4.248 ekor dengan populasi terbanyak berada di
Kecamatan Menggala. Hal itu sejalan dengan kondisi Menggala yang
masih memiliki daerah rawa yang luas dan disaat musim
penghujan, rawa menjadi tempat melepas liar kerbau-kerbau milik
masyarakat untuk mencari makan.
Ternak kambing memiliki populasi paling tinggi diantara ternak
penghasil daging yang lainnya. Populasi kambing di Kabupaten
Tulang Bawang mencapai 37.441 ekor dengan tingkat populasi
paling tinggi ada di Kecamatan Rawa Pitu sebesar 5.182 ekor.
Sedangkan populasi paling sedikit berada di Kecamatan Rawajitu
Selatan sebesar 934 ekor. Ternak penghasil daging lainnya yang ada
di Kabupaten Tulang Bawang adalah ternak babi dan domba.
Populasi babi mencapai 683 ekor dan domba mencapai 539 ekor.

104
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH
DI KABUPATEN TULANG BAWANG

Populasi babi paling besar berada di Kecamatan Banjar Agung


sebesar 301 ekor yang mayoritas penduduknya adalah pendatang.
Tabel 20. Populasi Ternak Besar dan Kecil Menurut Kecamatan di
Kabupaten Tulang Bawang Tahun 2017.
No Kecamatan Sapi Kerbau Kambing Babi
1. Banjar Agung 595 41 3.016 301
2. Banjar Margo 3.627 49 4.231 47
3. Gedung Aji 1.861 117 1.552 -
4. Penawar Aji 4.004 - 1.075 -
5. Meraksa Aji 1.806 44 1.805 -
6. Menggala 549 2.498 2.437 31
7. Penawar Tama 1.165 - 1.851 139
8. Rawajitu 77 - 934 -
Selatan
9. Gedung Meneng 595975 49 2.303 -
10. Rawajitu Timur - - 2.011 -
11. Rawa Pitu 653 - 5.182 -
12. Gedung Aji Baru 671 - 3.591 25
13. Dente Teladas 284 53 3.119 -
14. Banjar Baru 1.304 - 2.331 53
15. Menggala Timur 1.009 1.397 2.003 87
Tulang Bawang 18.580 4.248 37.441 683
Sumber: Tulang Bawang Dalam Angka Tahun 2019.

Selain dari ternak, potensi daging di Kabupaten Tulang Bawang


berasal dari unggas jenis ayam, bebeik dan itik. Populasi ayam
pedaging paling tinggi ada di Kecamatan Banjar Margo sebesar
519.200 ekor sedangkan beberapa Kecamatan tidak memiliki
populasi ayam pedaging. Jenis ayam buras di Kabupaten Tulang
Bawang populasinya mencapai 411.341 ekor, populasi tertinggi
Kecamatan Menggala 279.500 ekor sedangkan paling sedikit berada
di Kecamatan Rawa Pitu.
Tabel 21. Populasi Ternak Unggas Menurut Kecamatan di Kabupaten
Tulang Bawang Tahun 2017.
Ayam Ras
No Kecamatan Ayam Buras Bebek/Itik
Pedaging
1. Banjar Agung 323.500 5.929 853
2. Banjar Margo 519.200 5.844 341
3. Gedung Aji - 6.759 22
4. Penawar Aji - 21.354 -
5. Meraksa Aji - 6.256 733
105
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH
DI KABUPATEN TULANG BAWANG

6. Menggala 5.918 279.500 -


7. Penawar Tama - 5.836 1.385
8. Rawajitu Selatan - 6.538 1.048
9. Gedung Meneng - 13.995 -
10. Rawajitu Timur - 11.871 -
11. Rawa Pitu 1.223 4.972 571
12. Gedung Aji Baru - 11.285 265
13. Dente Teladas - 12.159 43.133
14. Banjar Baru 338.300 12.795 -
15. Menggala Timur 296.500 6.464 -
Tulang Bawang 1.457.641 411.557 48.351
Sumber: Tulang Bawang Dalam Angka Tahun 2019.

Sektor peternakan menyumbang pembangunan ekonomi daerah


karena perputaran dari hasil penjualan daging tersebut cukup
tinggi. Peningkatan populasi ternak jenis unggas masih memiliki
potensi yang cukup tinggi jika dimaksimalkan agar hasilnya lebih
meningkat. Komoditas dari hasil daging tersebut merupakan jenis
barang yang banyak diperjualbelikan oleh pengusaha sektor
UMKM. Tingkat permintaan daging cukup tinggi saat-saat tertentu
yaitu menjelang lebaran atau menjelang tahun baru. Fluktuasi
harga daging juga mempengaruhi produksi daging baik daging
ternak besar, ternak kecil dan unggas.

H. Produksi Daging dan Telur


Telur dan daging merupakan salah satu sumber protein tinggi
bagi masyarakat, sehingga pemenuhan kebutuhan daging dan telur
dijaga stabilitas harga dan stock yang beredar di pasar. Kebutuhan
telur dan daging menjadi salah satu prioritas oleh pemerintah
daerah Provinsi Lampung, sehingga sangat dijaga ketersediaannya.
Untuk pemenuhan kebutuhan tersebut disupplay dari daerah lain
seperti dari Kabupaten Lampung Tengah, Lampung Timur maupun
daerah lain di Propinsi Lampung.
Produksi telur sendiri banyak yang berasal dari hasil peternakan
ayam petelur lokal yang dikelola oleh perorangan yang sebagian
106
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH
DI KABUPATEN TULANG BAWANG

dikelola dengan sistem plasma. Sumber daging terbesar adalah


ayam ras dan sapi. Dari ayam ras produksi daging mencapai
632.880 Kg sedangkan dari ternak sapi produksi daging mencapai
866.023 Kg. Produksi daging paling sedikit berasal dari ternak babi
yang hanya dikonsumsi oleh masyarakat non muslim sebesar
55.350 Kg dan ternak kerbau yang produksi dagingnya hanya
mencapai 55.776 Kg pada tahun 2017.
Tabel 22. Produksi Daging (kg) Menurut Kecamatan di Kabupaten
Tulang Bawang Tahun 2017.
Babi Ayam Ayam Bebek/
No Kecamatan Sapi Kerbau Kambing
Ras Buras Itik
1. Banjar 125.666 - 20.780 8.450 48.134 8.816 27.300
Agung
2. Banjar 108.568 - 16.320 8.200 50.064 8.827 16.717
Margo
3. Gedung Aji 33.818 5.880 6.940 4.950 42.114 7.952 717
4. Penawar Aji 32.089 3.360 6.510 3.900 55.925 6.685 2.633
5. Meraksa Aji 61.488 6.384 6.540 3.050 35.909 7.558 1.673
6. Menggala 26.901 29.904 5.900 4.550 38.966 7.454 7.264
7. Penawar 104.337 - 5.270 - 49.825 9.719 11.139
Tama
8. Rawajitu 40.544 - 13.140 - 38.994 7.215 8.849
Selatan
9. Gedung 92.424 5.544 6.770 4.350 44.563 8.897 633
Meneng
10. Rawajitu 27.862 - 9.620 - 36.245 7.194 -
Timur
11. Rawa Pitu 58.221 - 6.680 - 39.531 6.780 610
12. Gedung Aji 67.637 336 5.860 3.850 38.260 6.825 5.954
Baru
13. Dente 48.806 4.368 10.570 3.150 36.572 6.508 12.151
Teladas
14. Banjar 20.368 - 6.890 7.300 42.678 7.744 11.156
Baru
15. Menggala 17.294 - 4.280 3.600 35.100 8.002 2.873
Timur
Tulang Bawang 866.023 55.776 132.070 55.350 632.880 116.176 107.711
Sumber: Tulang Bawang Dalam Angka Tahun 2019.

Produksi telur tertinggi berasal dari ayam ras yang produksinya


mencapai 686.519 butir. Produksi telor tertinggi adalah dari
Kecamatan Gedung Aji Baru sebesar 514.167, produksi telur di
Kabupaten Tulang Bawang hanya ada di 3 kecamatan saja.

107
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH
DI KABUPATEN TULANG BAWANG

Produksi telur yang lain berasal dari ayam ras, itik dan bebek yang
produksinya hampir merata di seluruh kecamatan dengan produksi
yang kecil.
Tabel 23. Produksi Telur (kg) Menurut Kecamatan di Kabupaten Tulang
Bawang, 2017.

No Kecamatan Ayam Ras Ayam Buras Bebek/Itik

1. Banjar Agung 30.722 9.041 5.560


2. Banjar Margo - 5.307 2.074
3. Gedung Aji - 6.134 157
4. Penawar Aji - 39.456 -
5. Meraksa Aji - 10.813 26
6. Menggala - 8.057 -
7. Penawar Tama - 8.636 6.437
8. Rawajitu Selatan - 11.779 7.345
9. Gedung Meneng - 33.171 -
10. Rawajitu Timur - 23.145 -
11. Rawa Pitu - 8.768 4.982
12. Gedung Aji Baru 514.167 20.917 2.427
13. Dente Teladas - 16.611 199.970
14. Banjar Baru 141.630 4.317 3.987
15. Menggala Timur - 10.329 -
Tulang Bawang 686.519 216.481 232.965

108
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH
DI KABUPATEN TULANG BAWANG

BAB IV
PERENCANAAN PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL
DAN MENENGAH DI KABUPATEN TULANG BAWANG

A. Visi dan Misi Kabupaten Tulang Bawang


1. Visi Kabupaten Tulang Bawang
Pembangunan Kabupaten Tulang Bawang yang akan
diwujudkan pada Tahun 2018-2023 mempunyai dasar hukum
berupa Peraturan Daerah Kabupaten Tulang Bawang Nomor 4
Tahun 2018 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah Kabupaten Tulang Bawang Tahun 2017-2022. Dimana
indikator capaian kinerja terhadap tercapainya Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Tulang
Bawang Tahun 2017 – 2022 adalah untuk mewujudkan:
adalah:
“Terwujudnya Tulang Bawang yang Aman, Berkualitas dan Sejahtera”

Adapun kata kunci dalam Visi Kabupaten Tulang Bawang 2018-


2023 tersebut adalah sebagai berikut :
 Aman Pembangunan yang dilakukan secara
bersama-sama oleh seluruh komponen
masyarakat dengan situasi dan kondisi
sosial, ekonomi, budaya yang nyaman,
tertib, rukun, tentram, dan berkeadilan
serta menjungjung tinggi supremasi hukum,
demokrasi, toleransi antar umat beragama,
antar golongan, dan antar suku untuk
mencapai kesejahteraan bersama secara
menyeluruh dan merata.

 Berkualitas Suatu kondisi masyarakat yang mempunyai


kemajuan ekonomi, pendapatan,
pendidikan, dan kesehatan, serta aspek
kebutuhan jasmani dan rohani lainnya, yang
dilatarbelakangi kekentalan religi serta

109
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH
DI KABUPATEN TULANG BAWANG

moralitas masyarakat yang tinggi dan


menjunjung nilai-nilai kearifan lokal dengan
didukung oleh sarana dan prasarana yang
berkualitas, sehingga mampu bersaing dan
memiliki keunggulan melalui pembangunan
kreatif dan terbarukan.

 Sejahtera Suatu kondisi di masyarakat yang


mempunyai tingkat kehidupan yang baik,
dengan meningkatnya pendapatan per
kapita dan daya beli masyarakat.

2. Misi Kabupaten Tulang Bawang Dan Sasaran Ketercapaian


Misi merupakan gambaran kegiatan yang akan dilakukan dalam
rangka pencapaian suatu visi, yang selanjutnya dijadikan sebagai
suatu pedoman dalam penyusunan strategi yang dirumuskan
dalam arah kebijakan dan program prioritas dalam mengalokasikan
sumber daya daerah. Maka untuk mewujudkan Visi Kabupaten
Tulang Bawang 2018-2023 tersebut, Misi yang akan dilakukan
adalah :
I. Meningkatkan Kualitas Kerukunan, Ketentraman, Keagamaan
dan Kebudayaan Masyarakat.
II. Meningkatkan Akses dan Kualitas Pelayanan Pendidikan,
Kesehatan dan Infrastruktur Wilayah.
III. Meningkatkan Perekonomian Masyarakat untuk Mengurangi
Angka Pengangguran dan Kemiskinan.
IV. Meningkatkan Penyelenggaraan Tata Kelola Pemerintahan
Berkualitas, Bersih dan Transparan untuk Meningkatkan Daya
Saing Daerah, Sinergisitas Wilayah dan Berkembangnya
Kampung Sejahtera dan Mandiri.
V. Meningkatkan Pengelolaan Sumber Daya Alam yang Berkualitas
dan Berkelanjutan.

110
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH
DI KABUPATEN TULANG BAWANG

3. Tujuan Dan Sasaran


Beberapa tujuan dan sasaran yang ingin dicapai dengan adanya
visi dan misi bagi pembangunan Kabupaten Tulang Bawang pada
periode 2018-2023 adalah sebagai berikut:
Tabel 24 : Rumusan Sasaran dan Indikator

No. Misi Tujuan Sasaran Indikator Target


1. Meningkatkan Mewujudkan Meningkatnya a. Produksi dan
Perekonomian peningkatan pertumbuhan dan produktivitas
Masyarakat aktivitas kualitas pertanian
meningkat,
untuk ekonomi perekonomian
ketersediaan
Mengurangi masyarakat, daerah yang pangan meningkat,
Angka dunia usaha, tangguh dan serta kesejahteraan
Pengangguran investasi serta berdayasaing petani, nelayan dan
dan Kemiskinan pemanfaatan sesuai potensi dan peternak
potensi sumber daya meningkat.
unggulan unggulan daerah b. Pertumbuhan
industri kecil,
daerah secara secara
menengah, rumah
optimal untuk berkesinambungan tangga, dan
kesejahteraan industri skala besar
masyarakat meningkat.
yang ditandai c. Kemampuan
dengan pengelolaan dan
berkurangnya kapasitas SDM
UMKM dan
angka
Koperasi
pengangguran meningkat, serta
dan tumbuhnya UMKM
kemiskinan. dan Koperasi
menjadi badan
usaha yang
mandiri dan sehat
serta mampu
berperan dalam
kehidupan
ekonomi
masyarakat.
d. Kelancaran
distribusi barang
dan jasa dari dan
keluar daerah
meningkat.
e. Pertumbuhan
Investasi daerah
meningkat serta
kualitas iklim
dunia usaha yang
lebih sehat dan
kondusif.

111
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH
DI KABUPATEN TULANG BAWANG

No. Misi Tujuan Sasaran Indikator Target


f. Pertumbuhan
kunjungan wisata
daerah meningkat.

Strategi dan Arah kebijakan merupakan pedoman untuk


pencapaian tujuan dan sasaran selama periode RPJMD (lima
tahun), serta memandu dan menjelaskan pelaksanaan strategi
selama periode perencanaan. Strategi dan Arah kebijakan RPJMD
Kabupaten Tulang Bawang 2018-2023 ditampilkan dalam uraian
per misi sebagai berikut:
MISI III:

“Meningkatkan Perekonomian Masyarakat untuk


Mengurangi Angka Pengangguran dan Kemiskinan”.

Pembangunan di Kabupaten Tulang Bawang ditekankan pada


kemampuan potensi sumber daya alam dan dan kemampuan SDM
yang dimiliki suatu wilayah, dimana sebagian besar penduduknya
bergerak di sektor pertanian, dan memberikan kontribusinya yang
cukup nyata terhadap pertumbuhan PDRB dan aktivitas
perekonomi di Tulang Bawang. Dengan demikian, maka
pembangunan di Tulang Bawang masih bertumpu bertumpu pada
sektor pertanian. Namun dalam pengembangannya ke depan
dilakukan dengan pendekatan Agribisnis, sehingga tidak parsial
dan pragmatis serta hanya terbatas pada meningkatkan produksi
hasil pertanian, melainkan juga terhadap peningkatan nilai tambah
dan keuntungan.
Pada sisi yang lain, pembangunan pertanian dengan pendekatan
agribisnis diharapkan dapat mampu memperkuat perekonomian
daerah dan ekonomi kerakyatan yang dilaksanakan oleh Koperasi,
Usaha Kecil dan Menengah (KUKM) serta didukung oleh Dunia
Usaha dan Sistem Perdagangan dan Industri yang tangguh.
112
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH
DI KABUPATEN TULANG BAWANG

Sehingga upaya mengentaskan kemiskinan dapat terjuwud.


Dalamrangka mewujudkan misi III tersebut dilaksanakan melalui
strategi dan arah kebijakan sebagai berikut:
Tabel 25. Strategi dan Arah Kebijakan Pencapaian Misi III

Strategi Arah Kebijakan Umum


Meningkatkan sistem pengelolaan Penyediaan sarana dan prasarana
agribisnis dan ketahanan pangan agribisnis
daerah
Peningkatan pembinaan sistem budidaya
Peningkatan pembinaan pasca panen dan
pengolahan hasil
Peningkatan pembinaan sistem
pemasaran hasil dan pola kemitraan
Peningkatan kualitas SDM, perkuatan
kelembagaan dan permodalan petani
Peningkatan ketahanan pangan daerah
Meningkatan aktivitas usaha Peningkatan dan pengembangan industri
ekonomi produktif yang dilakukan kecil menengah dan industri rumah
masyarakat maupun dunia usaha. tangga
Peningkatan dan pengembangan koperasi
Peningkatan pembinaan koperasi
Peningkatan pembinaan industri kecil
menengah dan industri rumah tangga
Peningkatan pembinaan dan pengawasan
teknis produksi usaha industri
Peningkatan dan pengembangan sistem
distribusi perdagangan dan jasa
Pembinaan usaha perdagangan, pasar
daerah dan kampung, pusat-pusat
perdagangan dan jasa serta pelayanan
sistem informasi pasar
Peningkatan dan pengembangan ekonomi
kerakyatan
Peningkatan investasi daerah dan iklim
usaha yang kondusif
Pengembangan kemitraan dengan dunia
usaha
Mengembangkan Kepariwisataan Pengembangan pemasaran dan promosi
Daerah pariwisata
Pengembangan destinasi pariwisata
Pengembangan kemitraan dengan dunia
usaha dalam bidang kepariwisataan

113
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH
DI KABUPATEN TULANG BAWANG

Strategi dan Arah kebijakan merupakan pedoman untuk


pencapaian tujuan dan sasaran selama periode RPJMD (lima
tahun), serta memandu dan menjelaskan pelaksanaan strategi
selama periode perencanaan. Strategi dan Arah kebijakan RPJMD
Kabupaten Tulang Bawang 2018-2023 terkait Kebijakan
Pencapaian Misi III, yaitu Meningkatkan Perekonomian Masyarakat
untuk Mengurangi Angka Pengangguran dan Kemiskinan
ditampilkan dalam uraian sebagaimana dijelaskan berikut ini:
1) Meningkatkan sistem pengelolaan agribisnis dan ketahanan
pangan daerah.
Pembangunan pertanian mengalami berbagai perubahan
akibat adanya globalisasi yaitu:
a) semakin terbukanya pasar dan meningkatnya persaingan;
b) meningkatnya tuntutan kebijakan pertanian yang
berlandaskan mekanisme pasar (market oriented policy),
dan semakin berperannya selera konsumen (demand
driven) dalam menentukan aktivitas di sektor pertanian.
Sektor pertanian di Tulang Bawang masih memiliki potensi
untuk ditingkatkan apabila berhasil menangani kendala-
kendala seperti produktivitas, efisiensi usaha, konversi lahan
pertanian, keterbatasan sarana dan prasarana pertanian,
serta terbatasnya kredit dan infrastruktur pertanian.
2) Meningkatkan aktivitas usaha ekonomi produktif yang
dilakukan masyarakat maupun dunia usaha.
Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat di Tulang Bawang ke
Depan akan dilakukan melalui Kebijakan penguatan dan
pengembangan sistem ekonomi kerakyatan seperti pada
kegiatan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) serta
koperasi yang memiliki potensi besar dalam meningkatkan
taraf hidup di Kabupaten Tulang Bawang. Selain juga

114
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH
DI KABUPATEN TULANG BAWANG

berusaha menciptakan iklim yang kondusif bagi peningkatan


investasi oleh Dunia Usaha.
Struktur perekonomian daerah harus diperkuat dan
mendudukan sektor industri sebagai motor penggerak yang
didukung dengan sistem perdagangan, kepariwisataan, serta
jasa. Posisi Tulang Bawang yang strategis dan ketersediaan
sumber daya yang melimpah harus dimanfaatkan seoptimal
mungkin, melalui pengembangan sektor perdagangan dan
jasa. Ketersediaan Sentra Perdagangan dan Jasa, serta
potensi wisata yang tertata dengan baik dan layak akan
mampu memberikan multiflier efek bagi perkembangan
aktivitas perekonomian, peningkatan penerimaan daerah,
dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.
3) Mengembangan Kepariwisataan Daerah
Pengembangan pariwisata dan kebudayaan mempunyai arti
yang sangat penting dan strategis, karena sektor ini
merupakan salah satu sektor yang nantinya diharapkan
mampu mendukung perkembangan pembangunan daerah
dengan cara usaha ekonomi daerah multisektor, serta
pemberdayaan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat,
bahwa sektor ini telah mampu meningkatkan kesejahteraan
masyarakat, memperluas lapangan pekerjaan dan
memberikan kontribusi yang besar bagi pendapatan daerah.
Dalam melaksanakan fungsi dan peranannya dalam
pengembangan pariwisata di daerah, pemerintah daerah
harus melakukan berbagai upaya dalam pengembangan
pariwisata melalui:
a) pengembangan sarana dan prasarana pariwisata yang
terbagi ke dalam tiga bagian penting yaitu : sarana pokok
(hotel, vila, restoran); sarana pelengkap (wisata budaya,
wisata alam, wisata religi); sarana penunjang (pasar seni,
115
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH
DI KABUPATEN TULANG BAWANG

kuliner, oleh-oleh dan cindera mata kerajinan khas


daerah).
b) Pengembangan pariwisata memiliki tiga fungsi yaitu:
menggalakkan ekonomi, memelihara kepribadian bangsa
dan kelestarian fungsi dan mutu lingkungan hidup,
memupuk rasa cinta tanah air dan bangsa.

B. Identifikasi potensi (profil dan sebaran) UMKM di Kabupaten


Tulang Bawang;
1) Daftar Nama Usaha Mikro, Kecil, Menengah Kecamatan
Menggala Kabupaten Tulang Bawang.

DAFTAR NAMA USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH


KABUPATEN TULANG BAWANG
KECAMATAN MENGGALA
TAHUN 2020
300

250

200
Axis Title

150

100

50

0
Mikro Kecil Menengah
Jumlah Sektor
1 Sektor Jasa 256 5
2 Sektor Perdagangan 97 0
3 Sektor Industri Makanan
4 Sektor Industri Lainya
5 UMKM Unggulan

116
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH
DI KABUPATEN TULANG BAWANG

2) Daftar Nama Usaha Mikro, Kecil, Menengah Kecamatan


Menggala Timur Kabupaten Tulang Bawang.
DAFTAR NAMA USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH
KABUPATEN TULANG BAWANG
KECAMATAN MENGGALA TIMUR
TAHUN 2020
160
140
120
100
Axis Title

80
60
40
20
0
Mikro Kecil Menengah
1 Sektor Jasa 19 11
2 Sektor Perdagangan 139 11
3 Sektor Industri Makanan
4 Sektor Industri Lainya
5 UMKM Unggulan

3) Daftar Nama Usaha Mikro, Kecil, Menengah Kecamatan


Banjar Baru Kabupaten Tulang Bawang.

DAFTAR NAMA USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH


KABUPATEN TULANG BAWANG
KECAMATAN BANJAR BARU
TAHUN 2020
250
200
150
Axis Title

100
50
0
Sektor
Sektor Sektor UMKM
Sektor Industri
Perdaga Industri Unggula
Jasa Makana
ngan Lainya n
n
1 2 3 4 5
Sektor Usaha
Jumlah Sektor Mikro 21 231
Jumlah Sektor Kecil 9 50
Jumlah Sektor Menengah

117
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH
DI KABUPATEN TULANG BAWANG

4) Daftar Nama Usaha Mikro, Kecil, Menengah Kecamatan


Banjar Agung Kabupaten Tulang Bawang.

DAFTAR NAMA USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH


KABUPATEN TULANG BAWANG
KECAMATAN BANJAR AGUNG
TAHUN 2020
180
160
140
120
100
Axis Title

80
60
40
20
0
Sektor
Sektor Sektor UMKM
Sektor Industri
Perdaga Industri Unggula
Jasa Makana
ngan Lainya n
n
1 2 3 4 5
Sektor Usaha
Jumlah Sektor Mikro 12 163 17 1
Jumlah Sektor Kecil 2 21 1
Jumlah Sektor Menengah

5) Daftar Nama Usaha Mikro, Kecil, Menengah Kecamatan


Banjar Margo Kabupaten Tulang Bawang.
DAFTAR NAMA USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH
KABUPATEN TULANG BAWANG
KECAMATAN BANJAR MARGO
TAHUN 2020
25
20
15
Axis Title

10
5
0
Sektor Sektor Sektor
UMKM
Sektor Jasa Perdaganga Industri Industri
Unggulan
n Makanan Lainya
1 2 3 4 5
Sektor Usaha
Jumlah Sektor Mikro 4 23 4
Jumlah Sektor Kecil 6 5
Jumlah Sektor Menengah

118
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH
DI KABUPATEN TULANG BAWANG

6) Daftar Nama Usaha Mikro, Kecil, Menengah Kecamatan


Meraksa Aji Kabupaten Tulang Bawang.

DAFTAR NAMA USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH


KABUPATEN TULANG BAWANG
KECAMATAN MERAKSA AJI
TAHUN 2020
70
60
50
40
Axis Title

30
20
10
0
Sektor Sektor Sektor
UMKM
Sektor Jasa Perdaganga Industri Industri
Unggulan
n Makanan Lainya
1 2 3 4 5
Sektor Usaha
Jumlah Sektor Mikro 2 64
Jumlah Sektor Kecil 0 4
Jumlah Sektor Menengah

7) Daftar Nama Usaha Mikro, Kecil, Menengah Kecamatan


Gedung Aji Kabupaten Tulang Bawang.

DAFTAR NAMA USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH


KABUPATEN TULANG BAWANG
KECAMATAN GEDUNG AJI
TAHUN 2020
250
200
150
Axis Title

100
50
0
Sektor Sektor Sektor
UMKM
Sektor Jasa Perdaganga Industri Industri
Unggulan
n Makanan Lainya
1 2 3 4 5
Sektor Usaha
Jumlah Sektor Mikro 19 205
Jumlah Sektor Kecil 0 5
Jumlah Sektor Menengah

119
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH
DI KABUPATEN TULANG BAWANG

8) Daftar Nama Usaha Mikro, Kecil, Menengah Kecamatan


Penawar Aji Kabupaten Tulang Bawang.

DAFTAR NAMA USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH


KABUPATEN TULANG BAWANG
KECAMATAN PENAWAR AJI
TAHUN 2020
500
450
400
350
300
Axis Title

250
200
150
100
50
0
Sektor Sektor Sektor
Sektor UMKM
Perdagan Industri Industri
Jasa Unggulan
gan Makanan Lainya
1 2 3 4 5
Sektor Usaha
Jumlah Sektor Mikro 78 476
Jumlah Sektor Kecil 3 34
Jumlah Sektor Menengah

9) Daftar Nama Usaha Mikro, Kecil, Menengah Kecamatan


Penawar Tama Kabupaten Tulang Bawang.
DAFTAR NAMA USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH
KABUPATEN TULANG BAWANG
KECAMATAN PENAWAR TAMA
TAHUN 2020
120
100
80
Axis Title

60
40
20
0
Sektor Sektor Sektor
Sektor UMKM
Perdagan Industri Industri
Jasa Unggulan
gan Makanan Lainya
1 2 3 4 5
Sektor Usaha
Jumlah Sektor Mikro 12 103
Jumlah Sektor Kecil 3 7
Jumlah Sektor Menengah 1

120
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH
DI KABUPATEN TULANG BAWANG

10) Daftar Nama Usaha Mikro, Kecil, Menengah Kecamatan


Rawajitu Kabupaten Tulang Bawang.
DAFTAR NAMA USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH
KABUPATEN TULANG BAWANG
KECAMATAN RAWA JITU TIMUR
TAHUN 2020
25
20
15
Axis Title

10
5
0
Sektor Sektor Sektor
Sektor UMKM
Perdagan Industri Industri
Jasa Unggulan
gan Makanan Lainya
1 2 3 4 5
Sektor Usaha
Jumlah Sektor Mikro 3 23
Jumlah Sektor Kecil 15
Jumlah Sektor Menengah

11) Daftar Nama Usaha Mikro, Kecil, Menengah Kecamatan


Rawa Pitu Kabupaten Tulang Bawang.
DAFTAR NAMA USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH
KABUPATEN TULANG BAWANG
KECAMATAN RAWA PITU
TAHUN 2020
160
140
120
100
Axis Title

80
60
40
20
0
Sektor Sektor Sektor
UMKM
Sektor Jasa Perdaganga Industri Industri
Unggulan
n Makanan Lainya
1 2 3 4 5
Sektor Usaha
Jumlah Sektor Mikro 12 147 3
Jumlah Sektor Kecil 1 0 0
Jumlah Sektor Menengah

121
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH
DI KABUPATEN TULANG BAWANG

12) Daftar Nama Usaha Mikro, Kecil, Menengah Kecamatan


Gedung Aji Baru Kabupaten Tulang Bawang.
DAFTAR NAMA USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH
KABUPATEN TULANG BAWANG
KECAMATAN GEDUNG AJI BARUTAHUN 2020
25
20
15
Axis Title

10
5
0
Sektor Sektor Sektor
Sektor UMKM
Perdagan Industri Industri
Jasa Unggulan
gan Makanan Lainya
1 2 3 4 5
Sektor Usaha
Jumlah Sektor Mikro 4 22
Jumlah Sektor Kecil 0 14
Jumlah Sektor Menengah

13) Daftar Nama Usaha Mikro, Kecil, Menengah Kecamatan


Rawajitu Selatan Kabupaten Tulang Bawang.
DAFTAR NAMA USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH
KABUPATEN TULANG BAWANG
KECAMATAN RAWA JITU SELATAN
TAHUN 2020
40
35
30
25
Axis Title

20
15
10
5
0
Sektor Sektor Sektor
Sektor UMKM
Perdagan Industri Industri
Jasa Unggulan
gan Makanan Lainya
1 2 3 4 5
Sektor Usaha
Jumlah Sektor Mikro 3 36 4
Jumlah Sektor Kecil 2
Jumlah Sektor Menengah

122
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH
DI KABUPATEN TULANG BAWANG

14) Daftar Nama Usaha Mikro, Kecil, Menengah Kecamatan


Gedung Meneng Kabupaten Tulang Bawang.
DAFTAR NAMA USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH
KABUPATEN TULANG BAWANG
KECAMATAN GEDUNG MENENG
TAHUN 2020
120
100
80
Axis Title

60
40
20
0
Sektor Sektor Sektor
Sektor UMKM
Perdagan Industri Industri
Jasa Unggulan
gan Makanan Lainya
1 2 3 4 5
Sektor Usaha
Jumlah Sektor Mikro 6 109
Jumlah Sektor Kecil 2 5
Jumlah Sektor Menengah

15) Daftar Nama Usaha Mikro, Kecil, Menengah Kecamatan


Dante Teladas Kabupaten Tulang Bawang.
DAFTAR NAMA USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH
KABUPATEN TULANG BAWANG
KECAMATAN DENTE TELADAS
TAHUN 2020
120
100
80
Axis Title

60
40
20
0
Mikro Kecil Menengah
Jumlah Sektor
1 Sektor Jasa 6 2
2 Sektor Perdagangan 97 19
3 Sektor Industri Makanan
4 Sektor Industri Lainya
5 UMKM Unggulan

123
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH
DI KABUPATEN TULANG BAWANG

Sedangkan jumlah sektor usaha, tenaga kerja dan omset per


tahun periode januari sampai dengan bulan Desember Tahun 2020
dapat disajikan dalam daftar bagan sebagai berikut:

124
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH
DI KABUPATEN TULANG BAWANG

REKAPITULASI
JUMLAH SEKTOR USAHA, TENAGA KERJA dan Omset Per tahun
PERIODE JANUARI S/D AGUSTUS 2020
1000
900
800
700
600
Axis Title

500
400
300
200
100
0
Rawaji Gedun
Mengg Penaw Gedun Rawaji Dente
Mengg Banjar Banjar Banjar Merak Gedun Penaw tu Rawa g
ala ar g Aji tu Telada
ala Baru Agung Margo sa Aji g Aji ar Aji Selata Pitu Menen
Timur Tama Baru Timur s
n g
Jumlah Tenaga Kerja Mikro 728 293 378 358 102 85 411 873 154 43 38 89 223 179 139
Jumlah Tenaga Kerja Kecil 37 112 121 46 121 10 13 24 42 25 29 36 29 5 37
Jumlah Tenaga Kerja Menengah 6 0 0 0 0 0 0 0 28 0 0 0 0 0 0
Jumlah Tenaga Kerja Menengah 1
Jumlah Sektor Usaha Mikro 336 158 250 194 31 66 224 553 112 26 26 43 152 118 103
Jumlah Sektor Usaha Kecil 21 22 61 23 11 4 5 12 13 14 15 2 11 4 21
Jumlah Sektor Usaha Menengah 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0

125
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH
DI KABUPATEN TULANG BAWANG

Tabel. 26

Distribusi UKM Berdasarkan Jenis Usaha dan Kecamatan

ALAT HIBURAN
AYAM APOTIK ALAT BIRO AGEN BAJAK
NO KECAMATAN AHLI GIGI DAN JASA
POTONG OBAT BANGUNAN JASA ARENG SAWAH
ANGKUTAN

1 KECAMATAN MENGGALA 2
2 KECAMATAN MENGGALA TIMUR
3 KECAMATAN BANJAR BARU 1 1 1
4 KECAMATAN BANJAR AGUNG
5 KECAMATAN BANJAR MARGO 2 1
6 KECAMATAN MERAKSA AJI 1
7 KECAMATAN GEDUNG AJI 1 3
8 KECAMATAN PENAWAR AJI 2
9 KECAMATAN PENAWAR TAMA
10 KECAMATAN RAWA JITU TIMUR
11 KECAMATAN RAWA PITU 1 1
12 KECAMATAN GEDUNG AJI BARU
13 KECAMATAN RAWA JITU SELATAN 1 1
14 KECAMATAN GEDUNG MENENG
15 KECAMATAN DENTE TELADAS

126
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH
DI KABUPATEN TULANG BAWANG

Distribusi UKM Berdasarkan Jenis Usaha dan Kecamatan

BAKSO & BIRO BATA


INDUSTRI RUMAH BENGKE BAJA
NO KECAMATAN MIE PERJALAN BENGKEL TANAH
BIO GAS SAKIT L LAS RINGAN
AYAM AN LIAT
1 KECAMATAN MENGGALA 1 2
2 KECAMATAN MENGGALA TIMUR 9
3 KECAMATAN BANJAR BARU 2 9 2
4 KECAMATAN BANJAR AGUNG 3
5 KECAMATAN BANJAR MARGO 1 1 1 1
6 KECAMATAN MERAKSA AJI
7 KECAMATAN GEDUNG AJI 1 1
8 KECAMATAN PENAWAR AJI 2 8 6
9 KECAMATAN PENAWAR TAMA 2 1
10 KECAMATAN RAWA JITU TIMUR
11 KECAMATAN RAWA PITU 3
12 KECAMATAN GEDUNG AJI BARU
13 KECAMATAN RAWA JITU SELATAN
14 KECAMATAN GEDUNG MENENG
15 KECAMATAN DENTE TELADAS 1 1

127
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH
DI KABUPATEN TULANG BAWANG

Distribusi UKM Berdasarkan Jenis Usaha dan Kecamatan


BENGKE
BENGKE
BENGKEL BENGKEL BENGKEL BENGKEL L BORDI
NO KECAMATAN BELANTEX L
/ TRALIS BATA SEPEDA MOTOR OTOMOT RAN
SEPEDA
IF
1 KECAMATAN MENGGALA 1 1 3 1 1 1
2 KECAMATAN MENGGALA TIMUR
3 KECAMATAN BANJAR BARU 7 1
4 KECAMATAN BANJAR AGUNG 4
5 KECAMATAN BANJAR MARGO
6 KECAMATAN MERAKSA AJI 1
7 KECAMATAN GEDUNG AJI 1 1 8
8 KECAMATAN PENAWAR AJI 20 3
9 KECAMATAN PENAWAR TAMA 4
10 KECAMATAN RAWA JITU TIMUR
11 KECAMATAN RAWA PITU
12 KECAMATAN GEDUNG AJI BARU 1
13 KECAMATAN RAWA JITU SELATAN 1
14 KECAMATAN GEDUNG MENENG 3
15 KECAMATAN DENTE TELADAS 2

128
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH
DI KABUPATEN TULANG BAWANG

Distribusi UKM Berdasarkan Jenis Usaha dan Kecamatan


COUNTE COUNTE COUNT
BUDIDAY BUDIDAYA CETAK R PULSA R& ER &
NO KECAMATAN COUNTER COUNTER HP
A IKAN LELE BATA & WARUN PERIK
WARNET G ANAN
1 KECAMATAN MENGGALA 1 1 1 1 6 1 1 1
2 KECAMATAN MENGGALA TIMUR 3 2
3 KECAMATAN BANJAR BARU 7 4
4 KECAMATAN BANJAR AGUNG 1
5 KECAMATAN BANJAR MARGO
6 KECAMATAN MERAKSA AJI 2
7 KECAMATAN GEDUNG AJI 1 4
8 KECAMATAN PENAWAR AJI 9 5
9 KECAMATAN PENAWAR TAMA
10 KECAMATAN RAWA JITU TIMUR 2
11 KECAMATAN RAWA PITU 1 1
12 KECAMATAN GEDUNG AJI BARU
13 KECAMATAN RAWA JITU SELATAN
14 KECAMATAN GEDUNG MENENG 2
15 KECAMATAN DENTE TELADAS 2

129
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH
DI KABUPATEN TULANG BAWANG

Distribusi UKM Berdasarkan Jenis Usaha dan Kecamatan


DAGANG DAGAN
PERUMA DAGANG DAGANG JAMU DAGANG G
NO KECAMATAN DAGANG DAGANG IKAN
HAN ASESORIS SAYUR KELILIN KECIL KELILI
G NG
1 KECAMATAN MENGGALA 23 1 3 1 2 1
2 KECAMATAN MENGGALA TIMUR 1
3 KECAMATAN BANJAR BARU 12
4 KECAMATAN BANJAR AGUNG 2
5 KECAMATAN BANJAR MARGO 2 2
6 KECAMATAN MERAKSA AJI 2
7 KECAMATAN GEDUNG AJI 1 1 2
8 KECAMATAN PENAWAR AJI 25 5
9 KECAMATAN PENAWAR TAMA 12
10 KECAMATAN RAWA JITU TIMUR
11 KECAMATAN RAWA PITU 7 1
12 KECAMATAN GEDUNG AJI BARU
13 KECAMATAN RAWA JITU SELATAN 1
14 KECAMATAN GEDUNG MENENG 1 1
15 KECAMATAN DENTE TELADAS 5

130
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH
DI KABUPATEN TULANG BAWANG

Distribusi UKM Berdasarkan Jenis Usaha dan Kecamatan


PENYAL
DAGANG INDUS
DAGANG FOTOGRAFE GORENGAN UR INDUST
NO KECAMATAN KREDITA FOTOCOPY TRI
SEMBAKO R DAN KREDOK AYAM RI KUE
N BATA
BOILER
1 KECAMATAN MENGGALA 1 2 2 2 51
2 KECAMATAN MENGGALA TIMUR 2
3 KECAMATAN BANJAR BARU 3 1
4 KECAMATAN BANJAR AGUNG 1 1
5 KECAMATAN BANJAR MARGO
6 KECAMATAN MERAKSA AJI 1 1
7 KECAMATAN GEDUNG AJI 1 2 1
8 KECAMATAN PENAWAR AJI 1 3 2 1 15
9 KECAMATAN PENAWAR TAMA
10 KECAMATAN RAWA JITU TIMUR
11 KECAMATAN RAWA PITU
12 KECAMATAN GEDUNG AJI BARU 1
13 KECAMATAN RAWA JITU SELATAN
14 KECAMATAN GEDUNG MENENG
15 KECAMATAN DENTE TELADAS

131
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH
DI KABUPATEN TULANG BAWANG

Distribusi UKM Berdasarkan Jenis Usaha dan Kecamatan


JUAL
JUAL
PENJUAL BELI
PENJUAL TRANSPOR JASA SERVICE DEALER BELI
NO KECAMATAN GORENGA JAMU MOTO
PREMIUM TASI MOTOR MOBIL MOBIL
N R
BEKAS
BEKAS
1 KECAMATAN MENGGALA
2 KECAMATAN MENGGALA TIMUR 1
3 KECAMATAN BANJAR BARU 1 1 6 1
4 KECAMATAN BANJAR AGUNG 2 1
5 KECAMATAN BANJAR MARGO 1 1 2 1
6 KECAMATAN MERAKSA AJI
7 KECAMATAN GEDUNG AJI
8 KECAMATAN PENAWAR AJI 1 1 1 2
9 KECAMATAN PENAWAR TAMA
10 KECAMATAN RAWA JITU TIMUR
11 KECAMATAN RAWA PITU
12 KECAMATAN GEDUNG AJI BARU
13 KECAMATAN RAWA JITU SELATAN
14 KECAMATAN GEDUNG MENENG
15 KECAMATAN DENTE TELADAS

132
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH
DI KABUPATEN TULANG BAWANG

Distribusi UKM Berdasarkan Jenis Usaha dan Kecamatan


JUAL JUAL
JUAL JUAL JUAL
JUAL JUAL PAKAN BELI BELI
NO KECAMATAN BELI AYAM JUAL KASET BELI
KERAMIK BURUNG BARANG GETAH
IKAN POTONG BERAS
BEKAS KARET
1 KECAMATAN MENGGALA 2
2 KECAMATAN MENGGALA TIMUR 5
3 KECAMATAN BANJAR BARU 1 1 1
4 KECAMATAN BANJAR AGUNG 1 1 1 1 1
5 KECAMATAN BANJAR MARGO 1 1
6 KECAMATAN MERAKSA AJI 1
7 KECAMATAN GEDUNG AJI 1 4 1
8 KECAMATAN PENAWAR AJI 5 1 1
9 KECAMATAN PENAWAR TAMA
10 KECAMATAN RAWA JITU TIMUR
11 KECAMATAN RAWA PITU 1
12 KECAMATAN GEDUNG AJI BARU 3
13 KECAMATAN RAWA JITU SELATAN 4 1 1
14 KECAMATAN GEDUNG MENENG
15 KECAMATAN DENTE TELADAS 11

133
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH
DI KABUPATEN TULANG BAWANG

Distribusi UKM Berdasarkan Jenis Usaha dan Kecamatan

JUAL JUAL BELI


JUAL BELI JUAL BELI JUAL ES JUAL ES JUAL
NO KECAMATAN BELI LELES JUAL PUPUK
KAYU SAWIT KRIM DEGAN BUAH
KARET SINGKONG
1 KECAMATAN MENGGALA 4 1
2 KECAMATAN MENGGALA TIMUR 3 2 4 2
3 KECAMATAN BANJAR BARU 1 1
4 KECAMATAN BANJAR AGUNG 2 2 1
5 KECAMATAN BANJAR MARGO 1
6 KECAMATAN MERAKSA AJI 1
7 KECAMATAN GEDUNG AJI 2
8 KECAMATAN PENAWAR AJI 5 2
9 KECAMATAN PENAWAR TAMA
10 KECAMATAN RAWA JITU TIMUR
11 KECAMATAN RAWA PITU 1
12 KECAMATAN GEDUNG AJI BARU
13 KECAMATAN RAWA JITU SELATAN 2
14 KECAMATAN GEDUNG MENENG 1 1
15 KECAMATAN DENTE TELADAS

134
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH
DI KABUPATEN TULANG BAWANG

Distribusi UKM Berdasarkan Jenis Usaha dan Kecamatan


JUAL KERA
JUALAN KERAJI
PULSA & JUALAN KELONT MBA
NO KECAMATAN JUALAN JAMU KANTIN NAN
RENTAL SEMBAKO ONGAN IKAN
KELILING TANGAN
PS LELE
1 KECAMATAN MENGGALA 1 1 1 1 2 1 1 2
2 KECAMATAN MENGGALA TIMUR
3 KECAMATAN BANJAR BARU 7 2
4 KECAMATAN BANJAR AGUNG 1 1
5 KECAMATAN BANJAR MARGO 1
6 KECAMATAN MERAKSA AJI 1
7 KECAMATAN GEDUNG AJI 1 1
8 KECAMATAN PENAWAR AJI 26 3
9 KECAMATAN PENAWAR TAMA 13
10 KECAMATAN RAWA JITU TIMUR
11 KECAMATAN RAWA PITU 2
12 KECAMATAN GEDUNG AJI BARU
13 KECAMATAN RAWA JITU SELATAN 1 1
14 KECAMATAN GEDUNG MENENG
15 KECAMATAN DENTE TELADAS 3

135
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH
DI KABUPATEN TULANG BAWANG

Distribusi UKM Berdasarkan Jenis Usaha dan Kecamatan

KIOS LAPAK
KREDIT LAS LAS LISTRIK LAS BENGKEL LAPAK PANDE
NO KECAMATAN RANGSU SINGKO
BARANG POLDING TRALIS MOTOR KARET BESI
M NG
1 KECAMATAN MENGGALA 1 1 2
2 KECAMATAN MENGGALA TIMUR 4 3
3 KECAMATAN BANJAR BARU 1 1 1 1 11
4 KECAMATAN BANJAR AGUNG 1 4
5 KECAMATAN BANJAR MARGO
6 KECAMATAN MERAKSA AJI 1
7 KECAMATAN GEDUNG AJI 5 1
8 KECAMATAN PENAWAR AJI 2 1 5 1
9 KECAMATAN PENAWAR TAMA 1 2
10 KECAMATAN RAWA JITU TIMUR
11 KECAMATAN RAWA PITU 1
12 KECAMATAN GEDUNG AJI BARU
13 KECAMATAN RAWA JITU SELATAN
14 KECAMATAN GEDUNG MENENG 1
15 KECAMATAN DENTE TELADAS

136
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH
DI KABUPATEN TULANG BAWANG

Distribusi UKM Berdasarkan Jenis Usaha dan Kecamatan


MENJUA
PANGKA
NGAMPAS NGAMPRAS L PERTA
NO KECAMATAN LOUNDRY MEUBEL MEUBLER S
BBM BERAS MAKANA NIAN
RAMBUT
N
1 KECAMATAN MENGGALA 1 1 1 1
2 KECAMATAN MENGGALA TIMUR 9 2 3
3 KECAMATAN BANJAR BARU 4 1 3 1
4 KECAMATAN BANJAR AGUNG 1
5 KECAMATAN BANJAR MARGO 1 1 2
6 KECAMATAN MERAKSA AJI 2
7 KECAMATAN GEDUNG AJI 3 2 1
8 KECAMATAN PENAWAR AJI 27 4 1 1
9 KECAMATAN PENAWAR TAMA 7
10 KECAMATAN RAWA JITU TIMUR 2
11 KECAMATAN RAWA PITU 2 2
12 KECAMATAN GEDUNG AJI BARU 3
13 KECAMATAN RAWA JITU SELATAN 12
14 KECAMATAN GEDUNG MENENG 2 2 1
15 KECAMATAN DENTE TELADAS 3 1

137
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH
DI KABUPATEN TULANG BAWANG

Distribusi UKM Berdasarkan Jenis Usaha dan Kecamatan

PENGU
PEMIJA
PENGRAJI PENGGI MPULA
PERCETA H&
NO KECAMATAN N POT PENJAHIT PEDAGANG PATRI LING N
KAN PEMBES
BUNGA PADI GETAH
ARAN
KARET
1 KECAMATAN MENGGALA 15 1
2 KECAMATAN MENGGALA TIMUR 4 2 3 6
3 KECAMATAN BANJAR BARU 1 5 2 3
4 KECAMATAN BANJAR AGUNG 1 1 3
5 KECAMATAN BANJAR MARGO
6 KECAMATAN MERAKSA AJI 7
7 KECAMATAN GEDUNG AJI 5
8 KECAMATAN PENAWAR AJI 10 47 1 4
9 KECAMATAN PENAWAR TAMA 4
10 KECAMATAN RAWA JITU TIMUR 3
11 KECAMATAN RAWA PITU 68 1
12 KECAMATAN GEDUNG AJI BARU 3
13 KECAMATAN RAWA JITU SELATAN 4 4
14 KECAMATAN GEDUNG MENENG 1 7 1
15 KECAMATAN DENTE TELADAS 2 2 2

138
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH
DI KABUPATEN TULANG BAWANG

Distribusi UKM Berdasarkan Jenis Usaha dan Kecamatan


PRODU
PRODUKSI
PENAMBA PENAMBAN PERDAGAN PRODUKSI LAPAK PRODUK KSI
NO KECAMATAN JAMUR
NG PASIR G KARET GAN TAHU TAHU SI ROTI MANIS
TIRAM
AN
1 KECAMATAN MENGGALA 1 1 1
2 KECAMATAN MENGGALA TIMUR
3 KECAMATAN BANJAR BARU 4 1 3
4 KECAMATAN BANJAR AGUNG 4 7
5 KECAMATAN BANJAR MARGO
6 KECAMATAN MERAKSA AJI
7 KECAMATAN GEDUNG AJI 2
8 KECAMATAN PENAWAR AJI 4 1 2
9 KECAMATAN PENAWAR TAMA
10 KECAMATAN RAWA JITU TIMUR
11 KECAMATAN RAWA PITU 2
12 KECAMATAN GEDUNG AJI BARU 2
13 KECAMATAN RAWA JITU SELATAN
14 KECAMATAN GEDUNG MENENG
15 KECAMATAN DENTE TELADAS 2

139
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH
DI KABUPATEN TULANG BAWANG

Distribusi UKM Berdasarkan Jenis Usaha dan Kecamatan


PROTO
PRODUKS PRODUK PRODUK K
I PRODUKSI PRODUKSI PRODUKSI PRODUKSI SI SI BATA JAGUN
NO KECAMATAN
KELANTI TEMPE KEDELAI KERUPUK BATAKO GENTEN TANAH G/SIN
NG G LIAT GKON
G
1 KECAMATAN MENGGALA 1 1
2 KECAMATAN MENGGALA TIMUR 2 6 3
3 KECAMATAN BANJAR BARU 3 2
4 KECAMATAN BANJAR AGUNG 5 1
5 KECAMATAN BANJAR MARGO
6 KECAMATAN MERAKSA AJI 2
7 KECAMATAN GEDUNG AJI 4
8 KECAMATAN PENAWAR AJI 2 4 4 16
9 KECAMATAN PENAWAR TAMA 5
10 KECAMATAN RAWA JITU TIMUR 1
11 KECAMATAN RAWA PITU 3
12 KECAMATAN GEDUNG AJI BARU 1 1
13 KECAMATAN RAWA JITU SELATAN
14 KECAMATAN GEDUNG MENENG 1
15 KECAMATAN DENTE TELADAS 4

140
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH
DI KABUPATEN TULANG BAWANG

Distribusi UKM Berdasarkan Jenis Usaha dan Kecamatan

RIAS
PRODUKSI PRODUKSI RONGSO RUMAH KONTR
NO KECAMATAN PENGANT RENTAL RENTAL PS
KERIPIK BAMBU KAN MAKAN AKTOR
IN
1 KECAMATAN MENGGALA 1 1 3
2 KECAMATAN MENGGALA TIMUR 5 2
3 KECAMATAN BANJAR BARU 2 2 1
4 KECAMATAN BANJAR AGUNG 1
5 KECAMATAN BANJAR MARGO 1 1 2
6 KECAMATAN MERAKSA AJI 1 1
7 KECAMATAN GEDUNG AJI 2 1
8 KECAMATAN PENAWAR AJI 1 1 1 1 4 2
9 KECAMATAN PENAWAR TAMA 3 1
10 KECAMATAN RAWA JITU TIMUR
11 KECAMATAN RAWA PITU 1 1
12 KECAMATAN GEDUNG AJI BARU
13 KECAMATAN RAWA JITU SELATAN 1
14 KECAMATAN GEDUNG MENENG 1
15 KECAMATAN DENTE TELADAS 1

141
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH
DI KABUPATEN TULANG BAWANG

Distribusi UKM Berdasarkan Jenis Usaha dan Kecamatan


SERVI
SEWA
SEWA ELEKTR CE
NO KECAMATAN SAPI SALON SEMBAKO SOUND SPARE PART
TARUP ONIK ELEKT
SYSTEM
RONIK
1 KECAMATAN MENGGALA 1 2
2 KECAMATAN MENGGALA TIMUR 2 3
3 KECAMATAN BANJAR BARU 2 1 10 2 1
4 KECAMATAN BANJAR AGUNG 2 1 1
5 KECAMATAN BANJAR MARGO 1 1
6 KECAMATAN MERAKSA AJI
7 KECAMATAN GEDUNG AJI 3 1 1
8 KECAMATAN PENAWAR AJI 1 2 1 1 1 6
9 KECAMATAN PENAWAR TAMA 1 12 1
10 KECAMATAN RAWA JITU TIMUR 1
11 KECAMATAN RAWA PITU 1 1
12 KECAMATAN GEDUNG AJI BARU 1
13 KECAMATAN RAWA JITU SELATAN 1
14 KECAMATAN GEDUNG MENENG 2 33
15 KECAMATAN DENTE TELADAS 1 3

142
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH
DI KABUPATEN TULANG BAWANG

Distribusi UKM Berdasarkan Jenis Usaha dan Kecamatan

SULAN STEAM
SIMPAN TIMBANGA TIMBANGAN TAMBAL PETER
NO KECAMATAN USUS TAMBAK IKAN MOTOR
PINJAM N KARET SINGKONG BAN NAK
AYAM & MOBIL
1 KECAMATAN MENGGALA 1 1 4
2 KECAMATAN MENGGALA TIMUR 2
3 KECAMATAN BANJAR BARU 1 1 4
4 KECAMATAN BANJAR AGUNG 1 1
5 KECAMATAN BANJAR MARGO 1
6 KECAMATAN MERAKSA AJI 1
7 KECAMATAN GEDUNG AJI
8 KECAMATAN PENAWAR AJI 2
9 KECAMATAN PENAWAR TAMA 1
10 KECAMATAN RAWA JITU TIMUR 3
11 KECAMATAN RAWA PITU
12 KECAMATAN GEDUNG AJI BARU
13 KECAMATAN RAWA JITU SELATAN
14 KECAMATAN GEDUNG MENENG
15 KECAMATAN DENTE TELADAS 1 1

143
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH
DI KABUPATEN TULANG BAWANG

Distribusi UKM Berdasarkan Jenis Usaha dan Kecamatan


TERNAK KOPI
AYAM TERNAK BUBUK JUAL BELI TERNAK TOBONG WARU
NO KECAMATAN TOKO
BANGKO BURUNG DUA KAMBING KAMBING BATA NG
K SAUDARA
1 KECAMATAN MENGGALA 1 3 1 33 23 120
2 KECAMATAN MENGGALA TIMUR 18 53
3 KECAMATAN BANJAR BARU 33 117
4 KECAMATAN BANJAR AGUNG 19 131
5 KECAMATAN BANJAR MARGO 4 1
6 KECAMATAN MERAKSA AJI 9 34
7 KECAMATAN GEDUNG AJI 1 1 1 22 128
8 KECAMATAN PENAWAR AJI 1 34 180
9 KECAMATAN PENAWAR TAMA 1 1 11 39
10 KECAMATAN RAWA JITU TIMUR 2 23 2
11 KECAMATAN RAWA PITU 15 40
12 KECAMATAN GEDUNG AJI BARU 10 10
13 KECAMATAN RAWA JITU SELATAN 8
14 KECAMATAN GEDUNG MENENG 7 52
15 KECAMATAN DENTE TELADAS 1 56 17

144
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH
DI KABUPATEN TULANG BAWANG

Distribusi UKM Berdasarkan Jenis Usaha dan Kecamatan

VULKANI JASA JASA


ISI ULANG JASA JASA
NO KECAMATAN SIR BAN CATERING KONVEKSI PENJUA SUMUR
GALON PENGETIKAN LAMPU
LUAR L SARI BOR
1 KECAMATAN MENGGALA
2 KECAMATAN MENGGALA TIMUR 2 2
3 KECAMATAN BANJAR BARU 1
4 KECAMATAN BANJAR AGUNG 3 1
5 KECAMATAN BANJAR MARGO 1 2
6 KECAMATAN MERAKSA AJI 1
7 KECAMATAN GEDUNG AJI
8 KECAMATAN PENAWAR AJI 5 1 1 1
9 KECAMATAN PENAWAR TAMA
10 KECAMATAN RAWA JITU TIMUR 1
11 KECAMATAN RAWA PITU 2
12 KECAMATAN GEDUNG AJI BARU
13 KECAMATAN RAWA JITU SELATAN
14 KECAMATAN GEDUNG MENENG 1
15 KECAMATAN DENTE TELADAS 1

145
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH
DI KABUPATEN TULANG BAWANG

Distribusi UKM Berdasarkan Jenis Usaha dan Kecamatan


JASA
KOPERASI MESIN
SERKEL/ PANGLONG JUAL ALAT JUAL ALAT JUMLAH
NO KECAMATAN SIMPAN SEDOT
PANGLON KAYU TANI TERNAK USAHA
PINJAM PASIR
G
1 KECAMATAN MENGGALA 356
2 KECAMATAN MENGGALA TIMUR 2 2 2 2 178
3 KECAMATAN BANJAR BARU 1 301
4 KECAMATAN BANJAR AGUNG 1 217
5 KECAMATAN BANJAR MARGO 3 42
6 KECAMATAN MERAKSA AJI 70
7 KECAMATAN GEDUNG AJI 7 229
8 KECAMATAN PENAWAR AJI 4 2 545
9 KECAMATAN PENAWAR TAMA 4 126
10 KECAMATAN RAWA JITU TIMUR 1 41
11 KECAMATAN RAWA PITU 2 2 163
12 KECAMATAN GEDUNG AJI BARU 4 40
13 KECAMATAN RAWA JITU SELATAN 1 45
14 KECAMATAN GEDUNG MENENG 1 122
15 KECAMATAN DENTE TELADAS 123

146
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH DI
KABUPATEN TULANG BAWANG

Gambar 1. Peta Wilayah Kabupaten Tulang Bawang.

C. Rumusan isu strategis, permasalahan, dan strategi


merancang mengelola dalam rangka penguatan UMKM di
Kabupaten Tulang Bawang
1. Isu Strategis
a. Telaahan Renstra Kementerian/Lembaga
Telaahan terhadap Rencana Strategis Kementrian Koperasi dan
UKM ditujukan untuk melakukan sinergitas dan sinkronisasi antar
level nasional, provinsi dan kabupaten. Untuk itu program program
pembangunan pusat dan daerah perlu disinergiskan.
Visi dan misi Kementrian Koperasi dan UKM pada Tahun 2015-
2019 diarahkan untuk mendukung pencapaian visi Presiden
Terpilih periode 2014 – 2019 sebagaimana tertuang dalam RPJMN
2015 – 2019, yaitu:

147
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH DI
KABUPATEN TULANG BAWANG

“TERWUJUDNYA INDONESIA YANG BERDAULAT, MANDIRI


DAN BERKEPRIBADIAN BERLANDASKAN GOTONG ROYONG”

Pencapaian visi Presiden tersebut oleh Kementrian Koperasi dan


UKM akan difokuskan untuk mendukung pelaksanaan misi
pembangunan nasional, yaitu mewujudkan bangsa yang berdaya
saing. Berdasarkan visi misi tersebut ditetapkan tujuan
Kementerian Koperasi dan UKM, yaitu:
“Mewujudkan Koperasi dan UKM yang berdaya saing dan
berkontribusi pada peningkatan perekonomian nasional dan
kesejahteraan rakyat berlandaskan semangat
kewirausahaan, kemandirian, koperasi dan keterpaduan.”

Dalam rangka pencapaian tujuan tersebut, ditetapkan Sasaran


Jangka Menengah Renstra Kementerian Koperasi dan UKM Tahun
2015-2019 adalah sebagai berikut:
1) Peningkatan jumlah dan peran koperasi dan UMKM dalam
perekonomiannasional serta Peningkatan pemberdayaan
Koperasi dan UMKM;
2) Peningkatan daya saing produk Usaha Kecil dan Menengah;
3) Pengembangan kemitraan UKM serta Peningkatan produksi
danpemasaran produk Usaha Kecil dan Menengah;
4) Penyediaan akses pembiayaan KUKM; dan
5) Pengembangan wirausaha koperasi dan Usaha Kecil Menengah
sertaPerbaikan iklim usaha yang lebih berpihak pada KUKM.

Pencapaian tujuan dan sasaran strategis Kementrian Koperasi


dan UKMTahun 2015- 2019 dilakukan melalui upaya-upaya, antara
lain:
1) Peningkatan kompetensi UMKM dalam kewirausahaan dan
inovasi, teknikproduksi dan pengelolaan usaha, serta
pemasaran di dalam dan luarnegeri.
148
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH DI
KABUPATEN TULANG BAWANG

2) Peningkatan kemandirian koperasi melalui penguatan jati


dirinya.
3) Peningkatan jangkauan, skema dan layanan sistem pendukung
koperasidan UMKM terkait diklat, pembiayaan, pendampingan
usaha, layananteknologi dan informasi intermediasi pasar dan
kemitraan.
4) Penguatan koperasi dalam pemanfaatan sumber daya lokal di
berbagaisektor perekonomian dan lapisan sosial dan ekonomi
masyarakat.
5) Penguatan kaderisasi koperasi terutama di kalangan generasi
muda dan kelompok produktif lainnya.
6) Peningkatan iklim usaha yang kondusif melalui penetapan dan
perbaikanperaturan dan kebijakan, kemudahan perizinan serta
peningkatankesempatan, kepastian perlindungan usaha.
7) Peningkatan keterpaduan kebijakan lintas instansi pusat dan
daerah yang didukung peran dan partisipasi pemangku
kepentingan lainnya.
Koperasi dan UKM perlu terus ditumbuhkembangkan untuk
menopang roda perekonomian daerah khususnya dan
perekonomian nasional pada umumnya. Ditinjau dari telaahan
Renstra K/L dan Renstra Dinas Koperasi danUKM Provinsi
Lampung dapat dirumuskan faktor-faktor pendorong pelayanan
Dinas Koperasi dan UKM antara lain:
1) Terjalinnya koordinasi dengan Pemerintah Daerah Provinsi
Lampung danKementerian Kementerian Koperasi dan UKM
dalam rangka pemberdayaandan pengembangan koperasi dan
UMKM.
2) Komitmen Pemerintah untuk menciptakan iklim usaha yang
kondusifmelalui penetapan dan perbaikan peraturan dan
kebijakan kemudahan perizinan serta peningkatan kesempatan,
kepastian perlindungan usaha,meningkatkan kompetensi dan
149
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH DI
KABUPATEN TULANG BAWANG

kemandirian koperasi dan UMKM sertameningkatkan


jangkauan, skema dan layanan sistem pendukung koperasidan
UMKM.
3) Pendekatan pembangunan Kementerian Koperasi dan UKM yang
ditujukankepada pelaku ekonomi, khususnya koperasi dan
UMKM selaras denganupaya pembangunan koperasi dan UMKM
di Kabupaten Tulang Bawang.
4) Program-program Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah
Provinsi Lampung yang selaras dengan program/kegiatan Dinas
Koperasi UKM Kabupaten Tulang Bawang memberi peluang
sinergisitas pembangunan bidang koperasi dan UMKM yang
lebih optimal.
Faktor-faktor penghambat pelayanan Dinas Koperasi dan UKM
ditinjau dari telaahan Renstra K/L dan Renstra Dinas Koperasi,
Usaha Kecil dan Menengah Provinsi Lampung tersebut antara lain:
1) Keterbatasan koordinasi lintas sektor yang masih harus
ditingkatkan sebagai prasyarat keberhasilan dan kelanjutan
program kegiatan yang terpadu.
2) Belum optimalnya pelaksanaan otonomi daerah yang ditandai
dengan tumpang tindihnya beberapa kebijakan antar daerah
serta antar daerah dan pusat maupun ego sektoral, sehingga
mengakibatkan beberapa program sektor koperasi dan UMKM
kurang berjalan secara optimal.
Telaahan Renstra Kementerian Perindustrian Tahun 2014 - 2019
Visi Pembangunan Industri tahun 2015-2019 adalah: “Indonesia
Menjadi Negara Industri yang Berdaya Saing dengan Struktur
Industri yang Kuat Berbasiskan Sumber Daya Alam dan
Berkeadilan”.
Untuk mewujudkan visi tersebut di atas, diperlukan tindakan
nyata dalam bentuk 4 (empat) misi sesuai dengan tugas dan fungsi
Kementerian Perindustrian sebagai berikut:
150
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH DI
KABUPATEN TULANG BAWANG

1) Memperkuat dan memperdalam struktur Industri nasional


untuk mewujudkan industri nasional yang mandiri, berdaya
saing, maju, dan berwawasan lingkungan;
2) Meningkatkan nilai tambah di dalam negeri melalui
pengelolaan sumber daya industri yang berkelanjutan dengan
meningkatkan penguasaan teknologi dan inovasi;
3) Membuka kesempatan berusaha dan perluasan kesempatan
kerja;
4) Pemerataan pembangunan Industri ke seluruh wilayah
Indonesia guna memperkuat dan memperkukuh ketahanan
nasional.

b. Telaahan Rencana Tata Ruang Wilayah dan Kajian


Lingkungan Hidup Strategis
Rencana Tata Ruang Wilayah merupakan produk perencanaan
ruang yangdigunakan sebagai pedoman pelaksanaan kegiatan yang
berkaitan dengan ruang, sehingga segala bentuk perencanaan
pembangunan harus mengacu pada rencana tata ruang yang
berlaku. Rencana Tata Ruang Wilayah diharapkan menjadi
pedoman bagi semua pemangku kepentingan dalam pelaksanaan
pembangunan di berbagai sektor/bidang serta mengakomodasikan
pembagian peran dengan kabupaten/kota dan bersifat saling
melengkapi serta selaras dengan RPJMD, RPJPD dan rencana
pembangunan lainnya. Sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Tulang Bawang 2012-2032, tujuan penataan ruang
Kabupaten adalah untuk mewujudkan tata ruang wilayah
Kabupaten yang aman, sejahtera, mandiri dan berketahanan
pangan berbasis agribisnis dengan memperhatikan pemerataan
pembangunan wilayah yang berkelanjutan dan berwawasan
lingkungan. Kebijakan penataan ruang meliputi:

151
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH DI
KABUPATEN TULANG BAWANG

1) Pengembangan produk unggulan pertanian untuk


menunjangpengembangan agribisnis;
2) Peningkatan peran dan fungsi perkotaan secara berhirarki;
3) Peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan
prasarana wilayahyang terpadu dan merata;
4) Pemeliharaan terhadap kawasan lindung untuk menjaga
kelestarian fungsi lingkungan hidup dan kegiatan di dalamnya;
dan peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan
keamanan Negara.

c. Penentuan Isu-isu Strategis


Berdasarkan identifikasi permasalahan yang terjadi di Dinas
Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Kabupaten Tulang Bawang,
maka ditentukan isu-isus trategis sebagai berikut:
1) Sesuai dengan tugas pokok dan fungsi Dinas Koperasi dan
Usaha Kecil Menengah berperan sebagai koordinator perumusan
kebijakan danpelaksanaan kebijakan pemberdayaan Koperasi,
UKM dan Perindustrian sinergi dengan Kebijakan Pemerintah
Kabupaten Tulang Bawang, gunameningkatkan perekonomian
masyarakat untuk mengurangi angka pengangguran dan
kemiskinan.
2) Komitmen Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten Tulang Bawang
untuk menegakan birokrasi yang efisien dan efektif serta
akuntable secara umum. Disamping itu, dukungan politik,
masyarakat, pemerintah daerah dan lembaga dalam
mensinergikan sumber daya.
3) Adanya penyediaan permodalan bagi Usaha Mikro (Kredit Usaha
Rakyat (KUR), Dana bergulir, Coorporate Social Responsibility
(CSR), Mitra Kerja, dll).
4) Penyelenggaraan Promosi Produk Usaha Mikro Kecil dan
Menengah (UMKM) dan Industri Kecil Menengah (IKM).
152
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH DI
KABUPATEN TULANG BAWANG

Untuk mewujudkan Visi Dinas Koperasi dan Usaha Kecil


Menengah Kabupaten Tulang Bawang “Terwujudnya Koperasi,
Usaha Kecil Menengah dan Industri Yang Mandiri, Sehat,
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi dengan Nilai-Nilai
Kearifan Lokal Sebagai Penggerak Ekonomi Masyarakat”,
maka dilaksanakan dengan misi:
1) Meningkatkan Kualitas dan Kinerja Aparatur Dinas Koperasi dan
Usaha Kecil Menengah;
2) Meningkatkan Daya Saing Koperasi dan UMKM melalui
Peningkatan Permodalan, Kesehatan, Pemasaran, Manajemen
dan Mutu Produk;
3) Meningkatkan Daya Dukung Pertumbuhan struktur ekonomi
melalui sektor industri dan menyelenggarakan kemitraan
industri Rumah Tangga kecil, menengah dan Pengembangan
Sentra-Sentra Industri untuk mendorong perekonomian
masyarakat.
Tujuan yang akan dicapai dalam upaya Mewujudkan Koperasi,
Usaha Kecil Menengah dan Industri Yang Mandiri, Sehat,
Tangguh dan Berdaya Saing Tinggi dengan Nilai-Nilai
Kearifan Lokal Sebagai Penggerak Ekonomi Masyarakat”
adalah:
1) Meningkatan Kinerja Aparatur dalam hal pelayanan, disiplin,
tata tertib administrasi, pemenuhan kebutuhan sarana dan
prasarana penunjang.
2) Meningkatkan kualitas pengolaan koperasi, UKM dan sebagai
pusat promosi dan informasi produk-produk unggulan.
3) Mewujudkan sentra-sentra industri potensial dan meningkatnya
unit usaha IKM yang produktif dengan produk IKM berbasis
inovasi.
Untuk mencapai tujuan Mewujudkan Koperasi, Usaha Kecil
Menengah dan Industri Yang Mandiri, Sehat, Tangguh dan
153
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH DI
KABUPATEN TULANG BAWANG

Berdaya Saing Tinggi dengan Nilai-Nilai Kearifan Lokal


Sebagai Penggerak Ekonomi Masyarakat”, ditetapkan sasaran
sebagai berikut:
1) Meningkatnya pelayanan administrasi perkantoran Dinas;
2) Meningkatnya Sarana dan Prasarana Penunjang Kinerja
Aparatur;
3) Meningkatnya Disiplin Pegawai;
4) Meningkatnya SDM Pegawai;
5) Meningkatnya Jumlah Koperasi Aktif;
6) Meningkatnya SDM Pengelola Koperasi dan Pelaku Usaha
Mikro;
7) Meningkatnya Promosi/Pemasaran Produk Koperasi dan
Usaha Mikro;
8) Meningkatnya pelaku usaha mikro yang mendapat fasilitasi
permodalan;
9) Meningkatnya Jumlah Industri Kecil dan Menengah;
10) Meningkatnya Sarana Penunjang Sentra Industri.

2. Pemasalahan Penguatan Usaha Mikro Kecil dan Menengah di


Kabupaten Tulang Bawang
Berikut disajikan Identifikasi permasalahan berdasarkan tugas
pokok dan fungsi pada Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah
Kabupaten Tulang Bawang.
A. Permasalahan Sekretariat
a) Kurangnya koordinasi penyusunan rencana program dan
kegiatan belum sesuai harapan.
b) Kurangnya tingkat disiplin pegawai Dinas.
c) Kurangnya peralatan kantor pendukung kinerja pegawai.
d) Kurang mendukungnya jumlah kendaraan untuk
operasional Dinas.
e) Kurang tertatanya laporan keuangan dan kinerja Dinas.
154
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH DI
KABUPATEN TULANG BAWANG

f) Kurang akuratnya data statistik dibidang koperasi dan UKM


serta Industri.
B. Permasalahan Bidang Kelembagaan dan Pengawasan
Koperasi
a) Masih lemahnya kualitas SDM pengurus koperasi dalam
mengelola administrasi koperasi.
b) Mayoritas Koperasi di Kabupaten Tulang Bawang berstatus
tidak sehat.
c) Masih banyak koperasi yang belum melaksanakan Rapat
Anggota Tahunan (RAT).
C. Permasalahan Bidang Pengembangan dan Pemberdayaan
Koperasi dan Usaha Mikro
a) Pemasaran produk UKM masih sebatas pada pasar lokal.
b) Banyak UKM yang masih belum dapat mengakses
permodalan dari Lembaga Keuangan.
c) Pengolahan produk UKM mayoritas masih menggunakan alat
sederhana.
d) Kurangnya kesadaran pelaku usaha untuk memberikan
informasi, data dan laporan perkembangan usahanya.
e) Belum optimalnya jaringan kerjasama antara pelaku usaha
dengan pelaku usaha lainnya dalam rangka peningkatan
desain produk.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi dalam rangka
penguatan Usaha Mikro Kecil dan Menengah di Kabupaten Tulang
Bawang adalah:
A. Faktor Internal
a) Kurang pemahaman pengelola koperasi tentang kriteria
penilaian kesehatan koperasi;
b) Kurangnya pemahaman pengelola koperasi tentang
pentingnya pelaksanaan Rapat Anggota Tahunan (RAT);

155
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH DI
KABUPATEN TULANG BAWANG

c) Kurangnya pemahaman pengelola koperasi tentang


administrasi koperasi;
d) Keterbatasan modal Usaha Mikro Kecil dan Menengah untuk
mempromosikan produknya;
e) Keterbatasan modal UKM untuk menggunakan alat-alat
modern;
f) Kurangnya pemahaman akan pentingnya pemanfaatan
teknologi informasi;
g) Mayoritas UKM belum memiliki dokumen perizinan dan
sistem administrasiyang baik.
B. Faktor Eksternal
a) Kurangnya pembinaan dan minimnya SDM pembina dan
pengawas koperasidibanding jumlah koperasi yang ada di
Kabupaten Tulang Bawang.
b) Keterbatasan modal membuat UKM dan IKM tidak dapat
memperluasjaringan pemasarannya.
c) Keterbatasan modal membuat UKM dan IKM tidak dapat
menggunakan alat-alat modern untuk meningkatkan
kapasitas dan kualitas produknya.
d) Kurangnya sosialisasi dan keterbatasan sarana dan
prasarana untukmenunjang pemanfaatan teknologi infomasi.
e) Belum tersedianya Data Koperasi, Usaha Mikro dan Industri
yang Akurat.
C. Permasalahan Pelayanan Organisasi Perangkat Daerah
a) Kurangnya sosialiasi tentang aturan penilaian kesehatan
koperasi.
b) Pengelola koperasi belum memahami secara jelas tentang
peraturanperundang-undangan koperasi.
c) Mayoritas koperasi belum mengelola administrasi usaha
sesuai denganperaturan perundang-undangan koperasi.
d) Jangkauan pemasaran produk UKM dan IKM masih terbatas.
156
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH DI
KABUPATEN TULANG BAWANG

e) UKM dan IKM belum memanfaatkan alat-alat modern untuk


mengolah produknya.
f) UKM dan IKM belum memanfaatkan teknologi informasi
mengolah produknya.
g) Kurangnya sosialiasi tentang aturan mengakses permodalan
dari lembagaKeuangan.

3. Strategi merancang dan mengelola dalam rangka penguatan


Usaha Mikro Kecil dan Menengah di Kabupaten Tulang
Bawang
1) Komoditas Dari Potensi Unggulan Kabupaten Tulang Bawang
Pembangunan sektor usaha koperasi dan Usaha Kecil Mikro dan
Menegah yang ada di Kabupaten Tulang Bawang oleh satuan kerja
Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Kabupaten Tulang
Bawangdituangkan dalam satu misi guna membangun ekonomi
yang kuat dari hilir dan hulu. Dalam upaya pembangunan ekomoni
di Tulang Bawang, Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Kabupaten
Tulang Bawang telah mampu menyokong pertumbungan sektor
usaha dengan memunculkan beberapa produk unggulan yang
dimiliki oleh sektor usaha mikro, kecil dan kreatif. Produk-produk
unggulan tersebut telah memberi satu ciri untuk sektor usaha
mikro, kecil dan kreatif di Kabupaten Tulang Bawang.
Tabel. 27 Komoditas Unggulan Per Kecamatan Kabupaten Tulang Bawang
Tahun 2013

No Kecamatan Komoditas Unggulan


1 Banjar Agung Keripik Singkong, Maduaro
2 Menggala Ikan Asin, Ikan Asap
3 Gedung Meneng Terasi, Ikan Asin
4 Dente Teladas Terasi, Ikan Asin
5 Banjar Baru Makanan Ringan Olahan Dari Singkong
6 Banjar Margo Kerajinan Bambu
7 Rawa Jitu Timur Keripik Singkong
8 Rawa Jitu Selatan Gula Batok
9 Penawar Tama Keripik dan Kelanting
10 Gedung Aji Baru Olahan Tahu Bola
11 Menggala Timur Ikan Asin
157
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH DI
KABUPATEN TULANG BAWANG

12 Meraksa Aji Kerajinan Tangan Dari Bambu, Terakota,


Anyaman Tikar
13 Gedung Aji Tahu dan Tempe
14 Rawa Pitu Sulaman Tapis
15 Penawar Aji Genteng, Terakota
Sumber: Buku Profil Diskoperindak Tulang Bawang Tahun 2013.

Sebagai penampung dan wilayah pemasaran produk yang


dihasilkan oleh pengusaha maka perlu pasar. Melalui
pengembangan dan pertumbuhan pasar-pasar lokal di Kabupaten
Tulang Bawang maka tingkat penyerapan dari produk yang
dihasilkan oleh pengusaha akan memiliki jaringan. Di Kabupaten
Tulang Bawang jumlah pasar yang ada kurang lebih 59 unit pasar.
Berikut merupakan data pasar Kabupaten Tulang Bawang Tahun
2013:
Tabel. 28. Data Pasar Kab. Tulang Bawang Tahun 2013
No Jenis Data Volume Satuan
1 Jumlah Pasar 59 Unit
2 Jumlah Kampung/Desa yang 89 Kam/Desa
tidak memiliki pasar
3 Jumlah Pasar Permanen 4 Unit
4 Jumlah Pasar Semi 38 Unit
Permanen
5 Jumlah Pasar Tanpa 17 Unit
Bangunan
6 Jumlah Pasar Yang Rusak 30 Unit
7 Jumlah Pasar Yang 2 Unit
Mendapat Bantuan DAK
Sumber: Buku Profil Diskoperindag Kab. Tulang Bawang Tahun 2013.

Sehingga diharapkan produk unggulan Kabupaten Tulang


Bawang minimal dapat diserap oleh masyarakat di wilayah
Kabupaten Tulang Bawang. Selain itu, diharapkan melalui pameran
yang diikuti oleh Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah
Kabupaten Tulang Bawangdapat memperluas pangsa pasar produk
unggulan Kabupaten Tulang Bawang. Selain itu, pemasaran
modern melalui tekhnologi informasi dengan memanfaatkan
jaringan internet juga memperluas pangsa pasar produk unggulan
Kabupaten Tulang Bawang.

158
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH DI
KABUPATEN TULANG BAWANG

Selain itu dengan menjamurnya waralaba supermarket mini di


seluruh Indonesia seperti Alfamart, Indomart, Chamart tentunya
menjadi peluang tersendiri bagi industri unggulan Kabupaten
Tulang Bawang, tentunya dengan meningkatkan mutu produk yang
dihasilkan, dimana dengan produk makanan diharapkan dapat
diproduksi sesuai dengan Standart Nasional Indonesia (SNI).

2) Identifikasi Kelemahan, Kekuatan, Ancaman dan Peluang


Usaha Mikro Kecil dan Menengah di Kabupaten Tulang
Bawang
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah merupakan kegiatan usaha
yang mampu memperluas lapangan kerja dan memberikan
pelayanan ekonomi secara luas kepada masyarakat, dan dapat
berperan dalam proses pemerataan dan peningkatan pendapatan
masyarakat, mendorong pertumbuhan ekonomi, dan berperan
dalam mewujudkan stabilitas nasional.
Selain itu, Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah adalah salah satu
pilar utama ekonomi nasional yang harus memperoleh kesempatan
utama, dukungan, perlindungan dan pengembangan seluas-
luasnya sebagai wujud keberpihakan yang tegas kepada kelompok
usaha ekonomi rakyat, tanpa mengabaikan peranan Usaha Besar
dan Badan Usaha Milik Negara.
Meskipun Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah telah
menunjukkan peranannya dalam perekonomian nasional, namun
masih menghadapi berbagai hambatan dan kendala, baik yang
bersifat internal maupun eksternal, dalam hal produksi dan
pengolahan, pemasaran, sumber daya manusia, desain dan
teknologi, permodalan, serta iklim usaha. Di Kabupaten Tulang
Bawang tersebar koperasi yang mendukung Usaha Kecil Mikro dan
Menengah yang ada, koperasi tersebut tersebar hampir diseluruh
kecamatan yang ada di Kabupaten Tulang Bawang. Diharapkan
159
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH DI
KABUPATEN TULANG BAWANG

degan terbentuknya koperasi yang didirikan oleh kelompok Usaha


Mikro Kecil dan Menengah akan mempermudah pembinaan, akses
dana dan pemasaran terhadap produk UMKM.
Tabel. 29 Jumlah Koperasi Per Kecamatan di Kabupaten Tulang Bawang
Tahun 2013
No Kecamatan Jumlah Unit Jumlah Anggota
1 Rawa Jitu Selatan 14 1.085
2 Rawa Jitu Timur 5 9.996
3 Rawa Pitu 5 566
4 Banjar Agung 26 962
5 Banjar Baru 9 2.278
6 Banjar Margo 11 725
7 Menggala 32 2.628
8 Menggala Timur 2 217
9 Penawar Tama 6 18.012
10 Gedung Aji Baru 3 249
11 Gedung Meneng 7 2.375
12 Dente Teladas 20 6.831
13 Gedung Aji 4 50
14 Meraksa Aji 4 100
15 Penawar Aji 7 3.941
Sumber: Buku Profil Diskoperindag Kabupaten Tulang Bawang 2013.

Kabupaten Tulang Bawang memiliki sektor usaha kecil


menengah yang paling dominan. Sektor usaha kecil menengah
menjadi penggerak roda perekonomian yang utama di Kabupaten
Tulang Bawang yang segmen pasarnya adalah masyarakat
menengah kebawah dengan komoditi yang dijual adalah kebutuhan
rumah tangga. Sedangkan industri besar di Kabupaten Tulang
Bawang didominasi oleh sektor pertanian, diantaranya perkebunan
tebu, sawit, singkong, karet dan beberapa komoditas perkebunan
yang lain.
Dari beberapa kecamatan yang ada di Tulang Bawang dapat
dilihat beberapa kekuatan, kelemahan dan peluang yang dimiliki
oleh sektor usaha yang ada disana. Yang pertama adalah
Kecamatan Menggala Timur, kecamatan ini sektor usaha yang
paling dominan adalah jenis usaha manisan, toko kelontongan,
warung makan, lapak karet, budi daya ikan dan pembibitan ikan,

160
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH DI
KABUPATEN TULANG BAWANG

jual ikan dan pengasinan ikan, serta usaha panganan seperti


warung bakso dan mie.
Dilihat dari omset usaha yang ada di Kecamtan Menggala Timur
rentangnya antara Rp.1.800.000-Rp.84.000.000 dengan aneka
ragam jenis usaha yang ada. Dari kategori jumlah tenaga kerja,
masing-masing usaha yang ada jumlah tenaga kerjannya antara 1-
5 orang per unit usaha. Dari segmen usaha yang ada, semua jenis
usaha yang ada adalah usaha mikro. Berikut ini merupakan analisa
terhadap segmen usaha yang ada dibeberapa kecamatan di
Kabupaten Tulang Bawang.
Tabel. 30. Analisis SWOT Kecamatan Menggala Timur
KEKUATAN (S) KELEMAHAN (W)
Kekuatan usaha mikro di Kelemahan usaha mikro di
daerah ini sebagai acuan daerah ini terletak pada
terletak pada barang kualitas barang yang
yang merupakan ditawarkan tidak cukup
kebutuhan pokok, dan baik dan tidak tahan lama.
masyarakat dimudahkan Harga bahan baku yang
karena jarak yang tidak stabil dan jenis
dtempuh untuk mencari barang yang ditawarkan
kebutuhan pokoknya itu pun tidak bervariatif.
lebih efisien bila Kurangnya sarana dan
dibandingkan dengan prasarana serta
jarak tempuh untuk ke kemampuan Sumber Daya
pasar tradisional. Manusia (SDM) yang
Dengan harga yang minim, serta tempat
relatif murah sehingga penjualan yang kurang
dapat dijangkau oleh strategis membuat usaha
semua kalangan, serta pada skala mikro ini tidak
ketersediaan SDA dapat mengembangkan
(Sumber Daya Alam) usahanya ke tingkatan
yang cukup untuk skala usaha yang lebih
memenuhi permintaan tinggi.
masyarakat yang cukup
tinggi di daerah tersebut.
Adanya pangsa pasar
tersendiri menjadikan
usaha skala mikro
menjanjikan keuntungan
yang menjadi faktor
mengapa masyarakat
yakin untuk membuka
usaha skala mikro ini.

161
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH DI
KABUPATEN TULANG BAWANG

PELUANG (O) S-O W-O


Peluang usaha skala Membangun sarana dan Pelatihan untuk
mikro di daerah ini prasarana untuk meningkatkan Sumber
terletak pada adanya memudahkan jalur Daya Manusia dan Mutu
barang atau jasa distribusi barang. Produk.
yang ditawarkan oleh
beberapa usaha
dapat menjadi Membuat sentra Membuat kawasan
alternatif bagi penjualan produk penyangga untuk
masyarakat untuk masyarakat yang dikelola mengurangi
memenuhi langsung oleh ketergantungan atas
kebutuhannya akan Pemerintah Daerah barang tertentu.
suatu barang atau setempat.
jasa. Selain itu
ketersediaan bahan Meningkatkan
utama atau bahan Menjadikan kecamatan kemampuan mengelolah
pendukung dari ini sebagai sentra barang setengah jadi
suatu barang yang penjualan oleh-oleh menjadi barang jadi
memang hanya ada karena posisinya yang dengan nilai ekonomi yang
di kecamatan ini strategis yakni lebih baik.
menjadikan beberapa berdampingan dengan
barang atau jasa Provinsi lain (Sumatera
yang ditawarkan oleh Selatan).
usaha mikro tersebut
menjadi suatu ciri
khas dari kecamatan
ini. Hal yang menjadi
peluang bagi usaha
mikro ini yaitu
karena dalam
beberapa usaha,
kemasan dari barang
yang dijual masih
dapat dijual kembali
sehingga nilai
ekonomi menjadi
lebih tinggi.

ANCAMAN (T) S-T W-T


Ancaman usaha Mempermudah akses Pelatihan usaha dengan
skala mikro pada bantuan modal. fokus pada skala usaha
Kecamatan Menggala mikro serta adanya
Timur, Kabupaten dukungan dari Pemerintah
Tulang Bawang, dengan bantuan
terletak pada pemasaran yang fokus
banyaknya pesaing pada produk unggulan.
baik dalam skala
industri sejenis Tidak memberikan izin Menumbuhkan icon
ataupun yang lebih kepada pengusaha retail produk unggulan yang
besar dengan untuk masuk ke digalakan oleh mitra usaha
berbagai penawaran Kecamatan ini, karena kecil yang inovatif.
varian produk yang dikhawatirkan
lebih baik dan mematikan Usaha Mikro

162
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH DI
KABUPATEN TULANG BAWANG

kualitas yang lebih Kecil dan Menengah


tinggi pada barang (UMKM).
sejenis. Selain itu Memperketat Perizinan
keterbatasan dana untuk usaha hulu ke
yang dimiliki oleh hilir.
pelaku usaha tidak
dapat mendukung
pelaku usaha untuk
mengembangkan
usahanya lebih baik
lagi.

Berdasarkan analisa SWOT di Kecamatan Menggala Timur,


terdapat beberapa kelemahan yang terdapat pada sektor usaha
mikro. Kelemahan usaha mikro di daerah ini terletak pada kualitas
barang yang ditawarkan tidak cukup baik dan tidak tahan lama, hal
ini juga tergantung dengan jenis usahanya yaitu kebutuhan pokok
masyarakat seperti sembako dan kebutuhan rumah tengga lainnya.
Harga bahan baku dan produk yang stabil serta jenis barang yang
ditawarkan pun tidak bervariatif.
Kurangnya sarana dan prasarana serta kemampuan Sumber
Daya Manusia (SDM) yang minim, serta tempat penjualan yang
kurang strategis membuat usaha pada skala mikro ini tidak dapat
mengembangkan sekalanya ke tingkatan skala usaha yang lebih
tinggi. Disamping itu ada beberapa ancaman yang menyebabkan
hambatan untuk pengembangan usaha di kecamatan ini. Ancaman
usaha skala mikro pada Kecamatan Menggala Timur terletak pada
banyaknya pesaing baik dalam skala industri sejenis ataupun yang
lebih besar dengan berbagai penawaran varian produk yang lebih
baik dan kualitas yang lebih tinggi pada barang sejenis. Daya saing
ini merupakan salah satu faktor yang memiliki pengaruh terhadap
perkembangan usaha mikro maupun usaha skala yang lebih besar.
Ada dua alasan mengapa daya saing usaha khususnya usaha
skala mikro itu penting. Pertama, untuk menyadarkan bahwa

163
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH DI
KABUPATEN TULANG BAWANG

keunggulan kompetitif suatu perusahaan tidak sepenuhnya


tergantung pada masing-masing internal. Kedua, ada dua tipe
keunggulan kompetitif yang harus dikenali, yaitu keunggulan
kompetitif statis dan keunggulan kompetitif dinamis.
Selain itu keterbatasan dana yang dimiliki oleh pelaku usaha
tidak dapat mendukung pelaku usaha untuk mengembangkan
usahanya lebih baik lagi. Faktor modal merupakan faktor umum
yang dihadapi oleh setiap pengusaha dalam menjalankan usaha.
Permodalan akan sangat berpengaruh dalam mengembangkan
usaha atau untuk memulai satu usaha.
Peluang usaha skala mikro di Kecamatan Menggala Timur
terletak pada adanya barang atau jasa yang ditawarkan oleh
beberapa usaha dapat menjadi alternatif bagi masyarakat untuk
memenuhi kebutuhannya akan suatu barang atau jasa. Selain itu
ketersediaan bahan utama atau bahan pendukung dari suatu
barang yang memang hanya ada di kecamatan ini menjadikan
beberapa barang atau jasa yang ditawarkan oleh usaha mikro
tersebut menjadi suatu ciri khas dari kecamatan ini. Hal tersebut
dapat dimanfaatkan untuk menciptakan peluang bagi usaha mikro
yang ada. Salah satu yang menjadi peluang untuk beberapa usaha
yaitu kemasan dari barang yang dijual masih dapat dijual kembali
sehingga nilai ekonomi menjadi lebih tinggi. Dengan adanya badan
hukum Koperasi tentunya akan mempermudah bagi UMKM untuk
menegosisikan barang kemasan dari barang yang dijual masih
dapat dijual kembali.

164
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH DI
KABUPATEN TULANG BAWANG

Tabel. 31 Analisis SWOT Kecamatan Menggala


KEKUATAN (S) KELEMAHAN (W)
Kekuatan di daerah ini Kelemahan di daerah ini
sebagai acuan dan sebagai acuan adalah
pertimbangan adalah secara umum usaha
akses jalan yang baik di yang telah ada
Kecamatan Menggala cenderung kurang
memudahkan berkembang karena
pendistribusian pasokan untuk mengembangkan
bahan baku yang suatu usaha dibutuhkan
diperlukan oleh para modal yang cukup besar
pelaku usaha guna contohnya pedagang
menjalankan usahanya. ransum, pedagang
Sektor yang mendominasi makanan, toko seluler,
daerah tersebut adalah dan pedagang sembako.
perdagangan. Mulai Hal ini menjadi
pedagang ransum, toko kelemahan bagi pelaku
seluluer, dan pedagang . Di usaha di kecamatan ini.
Kecamatan ini banyak Kenudian kelemahan
usaha yang dapat dimulai lainnya adalah lokasi
dengan modal yang relatif usaha yang kurang
kecil. strategis juga turut
menjadi kelemahan di
kecamatan ini.
PELUANG (O) S-O W-O
Peluang didaerah ini Pangsa pasar masih Membentuk sektor
sebagai acuan terbuka untuk segala jenis usaha yang dibutuhkan
adalahbanyaknya usaha namun ada salah pangsa pasar sehingga
peternakan yang ada satu produk yang kebutuhan akan produk
di kecamatan ini dijadikan ciri khas dari tersebut terpenuhi.
menjadika peluang Kecamatan Menggala
usaha yang Membuat sentra usaha
menjanjikan bagi Menggalakan usaha di secara terpusat dengan
pedagang ransum. bidang perdagangan adanya penawaran
Tetapi secara umum ransum ternak karena ataupun promosi secara
produk yang dapat dijadikan produk besar-besaran, sehingga
ditawarkan oleh unggulan di Kecamatan produk tersebut dapat
pelaku usaha di Menggala dan dapat dikenal oleh masyarakat.
kecamatan ini adalah mencukupi kabupaten
produk yang memang lainnya.
sangat dibutuhkan
guna menunjang
kebutuhan sehari-
hari masyarakat di
sekitar, seperti pulsa
dan makanan. Selain
ini itu, jaringan yang
luas yang telah dibuat
oleh para pelaku
usaha menjadikan
peluang untuk
meraup keuntungan
yang lebih besar.

165
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH DI
KABUPATEN TULANG BAWANG

ANCAMAN (T) S-T W-T


Ancaman di daerah Mempertahankan dan Memberikan ruang
ini sebagai acuan meningkatkan ilkim usaha usaha bagi pelaku usaha
adalahbeberapa yang kondusif sehingga mikro dan menengah
produk yang dijual dapat mempertahankan sehingga para pelaku
oleh pelaku usaha di harga yang bersaing usaha dan konsumen
kecamatan ini tidak dengan para kompetitor. merasa
tahan lama, sehingga nyaman,sehingga dapat
resiko kerugian memicu pertumbuhan
sangat besar. ekonomi.
Ancaman lain bagi
pelaku usaha adalah
masalah keamanan
yang masih perlu
segera ditingkatkan
guna kenyamanan
para pelaku usaha
sehingga menunjang
peningkatan kegiatan
ekonomi di
kecamatan ini. Selain
itu, mulai munculnya
para pelaku usaha
sejenis yang dapat
menjual produk
dengan harga murah
dapat menjadi
ancaman bagi para
pelaku usaha di
kecamatan ini.

Kecamatan Menggala merupakan ibu kota Kabupaten Tulang


Bawang yang merupakan pusat pemerintahan. Di Kecamatan
Menggala, sektor usaha didominasi oleh usaha penjualan ransum
atau pakan ternak. Usaha penjualan ransum di Kecamatan
Menggala ada sekitar 34 pengusaha berdasarkan data
DiskopUMKM Kabupaten Tulang Bawang tahun 2016. Dari segi
omset, jenis usaha mikro yang ada di Kecamatan Menggala berada
antara Rp.3.600.000-Rp.72.000.000. Jumlah tenaga kerja yang
dimiliki oleh masing-masing usaha di kecamatan ini antara 1-6
orang pekerja.
Kekuatan usaha yang ada di daerah ini sebagai acuan dan
pertimbangan yaitu akses jalan yang baik sehingga memudahkan

166
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH DI
KABUPATEN TULANG BAWANG

pendistribusian pasokan bahan baku yang diperlukan oleh para


pelaku usaha guna menjalankan usahanya. Selain pedagang
ransum sektor lain yang juga banyak ditemui adalah toko seluluer
dan pedagang manisan atau gerabatan. Dari jenis usaha yang ada,
modal yang dibutuhkan untuk usaha tersebut tergolong kecil
karena mereka tidak membutuhkan bahan baku mentah untuk
diolah menjadi produk jadi tetapi mereka menjual produk jadi yang
didistribusi oleh agen besar.
Kelemahan di daerah ini sebagai acuan adalah secara umum
usaha yang telah ada cenderung kurang berkembang karena untuk
mengembangkan suatu usaha dibutuhkan modal lebih dari jenis
usaha lainnya yaitu usaha seperti toko seluler. Faktor modal
menjadi salah satu yang paling berpengaru untuk usaha-usaha
seperti toko seluler atau elektronik, hal ini menjadi kelemahan bagi
pelaku usaha di kecamatan ini. Kemudian kelemahan lainnya
adalah lokasi usaha yang kurang strategis juga turut menjadi
kelemahan di kecamatan ini. Walaupun Kecamatan Menggala
menjadi pusat pemerintahan tetapi pusat pertumbuhan penduduk
yang padat tidak merata di wilayah ini sehingga tingkat
perkembangan usahanya akan melamban jika dibanding daerah
lain seperti Kecamatan Banjar Margo atau Banjar Agung.
Ancaman bagi sektor usaha yang ada di daerah ini adalah
beberapa produk yang dijual oleh pelaku usaha di kecamatan ini
tidak tahan lama, sehingga resiko kerugian sangat besar. Ancaman
lain bagi pelaku usaha adalah masalah keamanan yang masih
perlu segera ditingkatkan guna kenyamanan para pelaku usaha
sehingga menunjang peningkatan kegiatan ekonomi di kecamatan
ini. Selain itu, mulai munculnya para pelaku usaha sejenis yang
dapat menjual produk dengan harga murah dapat menjadi
ancaman bagi para pelaku usaha di kecamatan ini.

167
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH DI
KABUPATEN TULANG BAWANG

Yang menjadi peluang bagi sektor usaha yang ada di kecamatan


ini adalah banyaknya peternakan sehingga menjadikan peluang
usaha yang menjanjikan bagi pedagang ransum. Tetapi secara
umum produk yang ditawarkan oleh pelaku usaha di kecamatan ini
adalah produk yang memang sangat dibutuhkan guna menunjang
kebutuhan sehari-hari masyarakat setempat selain penjualan
ransum, seperti pulsa dan makanan. Selain ini itu, jaringan yang
luas yang telah dibuat oleh para pelaku usaha menjadikan peluang
untuk meraup keuntungan yang lebih besar.
Hal tersebut dapat menjadi penunjang untuk perkembangan
dunia usaha yang ada di Kecamatan Menggala agar peluang yang
ada bisa dimanfaatkan. Pengembangan usaha yang ada nantinya
dapat menunjang sektor usaha pendukung agar sektor usaha hulu
dan hilir dapat terintegrasi guna pembangunan sektor usaha
sebagai sarana penunjang peningkatan kesejahtraan masyarakat
Kecamatan Menggala.
Tabel. 32. Analisis SWOT Kecamatan Gedung Aji
KEKUATAN (S) KELEMAHAN (W)
Kekuatan didaerah ini Kelemahan di daerah ini
sebagai acuan dan sebagai acuan adalah
pertimbangan adalah minimnya SDM manusia
Akses jalan yang lancar yang terampil dalam
untuk tiap-tiap desa tiap-tiap bidang
sehingga memudahakan terutama yang
pendistribusi barang- bersentuhan langsung
barang dan kebutuhan dengan teknologi, seperti
pokok, secara usaha kecil montir motor. Untuk
dan mikro, daerah usaha pembuatan
tersebut sudah memiliki makanan setengah jadi
bahan baku melimpah memiliki kelemahan
seperti usaha pebuatan yaitu bahan baku yang
batu bata, tempe dan cepat busuk, begitu juga
tahu. Sektot yang dengan barang yang
didominasi didaerah dijual. Untuk pengusaha
tersebut adalah makanan-makanan kecil
perdagangan. cenderung barang yang
Perdagangan menjadi dijual bersifat homogen
kunci perputaran rupiah dan tidak bervariatif
didearah tersebut, serta masih kurang
banyak nya pedagang higenis. Alat-alat
yang membangun penunjang usaha yang
usahanya dengan modal bersifat fasilitas dan

168
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH DI
KABUPATEN TULANG BAWANG

yang kecil. Secara pelayanan jasa masih


keuangan dan modal kurang. Pembuatan
daerah tersebut sucah kerajinan belum
cukup mandiri menggunakn tehknik
yang modern.

PELUANG (O) S-O W-O


Peluang didaerah ini Peningkatan jalur Melakukan pelatihan
sebagai acuan adalah distribusi barang dan dan meningkatkan jiwa
masyarakat yang cuku meningkatkan akses wirausaha,
konsumtif untuk permodalan dengan meningkatkan
barang yang baru adanya bantuan KUR penguasaan IPTEK
ditawarkan menjadi (Kredit Usaha Rakyat). masyarakat melalui
target market yang pelatihan dan
cukup relevan, bimbingan,
permukiman yang mempercepat /
ramai dan jarak antar meningkatkan jalur
permukiman ramai distribusi.
sangat dekat. Jaringan
kerjasama antara
swasta dan pemda
terjalin harmonis guna
meningkatkan kualitas
daerah tersebut. Untuk
tiap sektor usaha
masih memiliki pesaing
yang relatif sedikit,
sehingga ini menjadi
peluang bagi
pengembangan usaha,
dan barang dan jasa
yang ditawarkan
menyentuh langsung
terhadap kebutuhan
pokok masyarkat
ANCAMAN (T) S-T W-T
Ancaman didaerah ini Adanya alternatif bidang Menciptakan iklim
sebagai acuan adalah usaha lain sehingga usaha yang kondusif
timbulnya pesaing yang persaingan tidak hanya dengan cara
mampu memberi harga terfokus pada satu mengedepankan UMKM
lebih murah di sektor bidang usaha saja. sehingga menghindari
bidang usaha monopoli usaha yang
penjualan barang hanya dilakukan satu
maupun jasa. Adanya pelaku usaha saja.
perhitungan Break
Event Poin (Balik
Modal) yang belum bisa

169
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH DI
KABUPATEN TULANG BAWANG

tercapai dalam wajktu


yang seharusnya
akibat dari berubahnya
minat pembeli dan
pelanggan dan
kurangnya modal
untuk setiap
pengembangan usaha
menjadi ancaman bila
muncul pesaing yang
memiliki modal sangat
besar.

Kelemahan di daerah ini sebagai acuan adalah minimnya


SDM manusia yang terampil dalam tiap-tiap bidang terutama yang
bersentuhan langsung dengan teknologi, seperti montir motor.
Untuk usaha pembuatan makanan setengah jadi memiliki
kelemahan yaitu bahan baku yang cepat busuk, begitu juga dengan
barang yang dijual. Untuk pengusaha makanan-makanan kecil
cenderung barang yang dijual bersifat homogen dan tidak
bervariatif serta masih kurang higenis. Alat-alat penunjang usaha
yang bersifat fasilitas dan pelayanan jasa masih kurang. Pembuatan
kerajinan belum menggunakn tehknik yang modern.
Kekuatan didaerah ini sebagai acuan dan pertimbangan adalah
Akses jalan yang lancar untuk tiap-tiap desa sehingga
memudahakan pendistribusi barang-barang dan kebutuhan pokok,
secara usaha kecil dan mikro, daerah tersebut sudah memiliki
bahan baku melimpah seperti usaha pebuatan batu bata, tempe
dan tahu. Sektot yang didominasi didaerah tersebut adalah
perdagangan. Perdagangan menjadi kunci perputaran rupiah
didearah tersebut, banyak nya pedagang yang membangun
usahanya dengan modal yang kecil. Secara keuangan dan modal
daerah tersebut sucah cukup mandiri
Ancaman didaerah ini sebagai acuan adalah timbulnya pesaing
yang mampu memberi harga lebih murah di sektor bidang usaha
penjualan barang maupun jasa. Adanya perhitungan Break Event

170
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH DI
KABUPATEN TULANG BAWANG

Poin (Balik Modal) yang belum bisa tercapai dalam wajktu yang
seharusnya akibat dari berubahnya minat pembeli dan pelanggan
dan kurangnya modal untuk setiap pengembangan usaha menjadi
ancaman bila muncul pesaing yang memiliki modal sangat besar.
Peluang didaerah ini sebagai acuan adalah masyarakat yang
cuku konsumtif untuk barang yang baru ditawarkan menjadi target
market yang cukup relevan, permukiman yang ramai dan jarak
antar permukiman ramai sangat dekat. Jaringan kerjasama antara
swasta dan pemda terjalin harmonis guna meningkatkan kualitas
daerah tersebut. Untuk tiap sektor usaha masih memiliki pesaing
yang relatif sedikit, sehingga ini menjadi peluang bagi
pengembangan usaha, dan barang dan jasa yang ditawarkan
menyentuh langsung terhadap kebutuhan pokok masyarakat.
Tabel. 33. Analisis SWOT Kecamatan Dente Teladas
KEKUATAN (S) KELEMAHAN (W)
Kekuatan didaerah ini Kelemahan didaerah ini adalah
sebagai acuan dan kurangnya bantuan dana
pertimbangan adalah dalam bentuk pinjaman guna
modal yang dibutuhkan untuk perluasan usaha.
masih relatif kecil karena Ketersediaan barang yang
masih menggunakan dijual relatif sedikit sehingga
tenaga kerja dalam harga yang ditawarkan juga
rumah tangga, bahan relatif mahal terhadap
baku melimpah untuk kesedian barang yang
usaha yang memerlukan ditawarkan,fasilitas umum
bahan baku seperti penunjang usaha masih
usaha tahu, kerupuk kurang lengkap, dari segi
dan tempe serta bahan informasi dan telekomunikasi,
bangunan seperti batu internet belum menjadi media
bata. Untuk peyambung untuk informasi
menjalankan usaha daerah setempat.
tanpa perluasan usaha Keterampilan tenaga kerja juga
secara modal masih kurang dari sgei
masyarakat di pemahaman alat dan teknologi
kecamatan tersebut yang tepat guna.Perluasan
sudah mandiri dan usaha juga masih sering
didukung dengan asas terkendali dalam hal
kekeluargaan dari segi ketersediaan tempat.
pelayanan dan
pemenuhan kebutuhan
dilayani dengan ramah.
Dan masyarakat yang
heterogen juga
merupakan peluang
pengembangan daerah
dan peningkatan
ekonomi.
PELUANG (O) S-O W-O
171
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH DI
KABUPATEN TULANG BAWANG

Peluang didaerah ini Bidang usaha yang Perluasan akses modal usaha
untuk usaha dalam dilakukan bersifat melalui program kredit usaha
makanan kecil memiliki heterogen sehingga rakyat,dimana dengan
peluang yaitu tiap-tiap produk unggulan kurang program tersebut debitur
usaha yang memiliki dapat dikembangkan hanya diminta untuk
bidang yang sama tetap secara optimal. Untuk itu membayar bunga pinjaman
menjalin komunikasi dilakukan saja selama 2 tahun tanpa
sehingga tidak adanya pendampingan usaha membayar angsuran pokok.
ketimpangan melalui peningkatan
pasar,memiliki jaringan ekonomi masyarakat
yang erat terhadap melalui difersifikasi
pemasok dan produk perikanan dan
pendistribusi barang, peningkatan mutu
daerah tersebut produk olahan
termasuk daerah padat perikanan.
industri-industri kecil,
dan merupakan peluang
dalam pengembangan
usaha dibidang
pemenuhan kebutuhan
pokok bagi semua warga
dan pekerja, serta
transportasi umum
pengangkut barang
tersedia untuk
mengantar barang ke
desa-desa yang
termasuk pelosok.
Barang hasil industri
kecil juga banyak di jual
diluar kecamatan
tersebut bahkan diluar
Kabupaten Menggala.

ANCAMAN (T) S-T W-T


Ancaman didaerah ini Adanya pelatihan dan Berpotensi menimbulkan
adalah, jarak tempuh pendampingan usaha kredit macet karena debitur
antar kampung yang sehingga masyarakat tidak diwajibkan membayar
cukup jauh, jadi kondisi tidak tergantung pada agunan dan tidak adanya
jalan raya menjadi satu sumber produk jaminan barang yang
ancaman, selain itu saja, melainkan mulai diagunkan.
untuk semua jenis diberdayakan potensi
usaha mengalami perikanan budidaya
persaingan dari segi sehingga ketergantungan
harga barang dan terhadap iklim dan cuaca
pelayanan jasa, serta dapat diminimalisir.
sedikitnya kepastian dari
segi keamanan untuk
melakukan usaha dalam
bidang penyimpanan
barang. Kondisi alam
dan musim masih
menjadi patokan untuk
beberapa usaha.
Ancaman yang lain yang
bisa dijadikan acuan
adalah kredit macet yang
dilakukan pelanggan
dengan alasan
menunggu penjualan
hasil panen.

172
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH DI
KABUPATEN TULANG BAWANG

Kecamatan Dente Teladas mayoritas jenis usaha yang ada


adalah warung sembako, bengkel, mebel dan warung makan.
Dilihat dari nilai aset yang dimiliki oleh pengusaha di Kecamatan
Dente Teladas berada antara Rp.500.000-Rp.500.000.000 yang
masuk dalam sekala usaha mikro. Untuk omset usaha yang dimiliki
oleh unit-unit usaha yang ada berada antara Rp.2.000.000-
Rp.250.000.000 per tahunnya. Jumlah tenaga kerja yang dimiliki
masing-masing unit usaha berada antara 1-6 orang dan
kebanyakan paling banyak jumlah pekerjanya adalah 1-2 orang
pekerja.
Sektor usaha di daerah ini berdasarkan analisa SWOT yang
dilakukan adalah kurangnya bantuan dana dalam bentuk pinjaman
guna untuk perluasan usaha. Ini merupakan kelemhan bagi hampir
semua sektor usaha yang ada dismua daerah. Jenis komoditi
barang yang dijual relatif sedikit dan ketersediaan prodaknya yang
juga tidak banyak menyebabkan harga yang ditawarkan juga relatif
mahal.
Fasilitas umum penunjang usaha masih kurang lengkap, dari
segi informasi dan telekomunikasi, internet belum menjadi media
peyambung untuk informasi. Disamping itu, keterampilan tenaga
kerja juga masih menjadi salah satu faktor penghambat dalm
pengembangan usaha yang ada di Kecamatan Dente Teladas.
Dengan tingkat pendidikan yang lulusan SMA dengan lulusan
perguruan tinggi akan berbeda kwalitas yang dimiliki serta
pemahaman terhadap aspek atau suatu keahlian yang dapat
dikembangkan untuk mendukung pengembangan usaha yang ada
di Kecamatan Dente Teladas.
Yang menjadi kekuatan sektor usaha di daerah ini adalah
jumlah kebutuhan modal masih relatif kecil karena masih
menggunakan tenaga kerja dalam rumah tangga, bahan baku
melimpah untuk usaha yang memerlukan bahan baku seperti
173
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH DI
KABUPATEN TULANG BAWANG

usaha tahu, kerupuk dan tempe serta bahan bangunan seperti batu
bata. Untuk menjalankan usaha tanpa perluasan usaha secara
modal masyarakat di kecamatan tersebut sudah mandiri dan
didukung dengan asas kekeluargaan dari segi pelayanan dan
pemenuhan kebutuhan dilayani dengan ramah. Dan masyarakat
yang heterogen juga merupakan peluang pengembangan daerah
dan peningkatan ekonomi.
Berdasarkan analisa SWOT yang dilakukan, yang menjadi
ancaman bagi usaha didaerah ini adalah tingkat keamanan yang
masih rendah sehingga menghambat jalur distribusi barang yang
ada. Ini dikarenakan jarak tempuh antar kampung yang cukup jauh
sehingga kondisi keamanan jalan menjadi ancaman, selain itu
untuk semua jenis usaha mengalami persaingan dari segi harga
barang dan pelayanan jasa.
Kondisi alam dan musim masih menjadi patokan untuk
beberapa usaha. Selain itu, sistem pembayaran yang dilakukan oleh
konsumen dengan sistem kredit menjadikan satu hambatan dalam
pengembangan usaha dan dapat memberi pengaruh besar terhadap
kelangsungan usaha yang ada di Kecamatan Dente Teladas. Karena
dengan sistem kredit maka akan mempengaruhi jumlah barang
masuk dan keluar, jika proses pembayaran oleh konsumen
terlambat maka produsen atau pengusaha akan sulit untuk
membeli persediaan barang kembali. Hal ini dapat saja terjadi
karena kebanyakan konsumennya adalah petani/pekebun yang
penghasilannya berdasarkan hasil dari pertanian/perkebunan
seperti karet dan kelapa sawit yang memiliki masa panen. atau
produski.
Dari segi peluang, usaha yang ada di Kecamatan Dente Teladas
yaitu tiap-tiap usaha yang memiliki bidang yang sama tetap
menjalin komunikasi sehingga tidak adanya ketimpangan harga
pasar. Pengusaha yang memiliki jaringan terhadap pemasok dan
174
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH DI
KABUPATEN TULANG BAWANG

pendistribusi barang, daerah tersebut termasuk daerah padat


industri-industri kecil, dan merupakan peluang dalam
pengembangan usaha dibidang pemenuhan kebutuhan pokok bagi
semua warga dan pekerja, serta transportasi umum pengangkut
barang tersedia untuk mengantar barang ke desa-desa yang
termasuk pelosok menjadi salah satu modal untuk sektor usaha
yang ada di Kecamatan Dente Teladas. Barang hasil industri kecil
juga banyak di jual diluar kecamatan tersebut bahkan diluar
Kabupaten Menggala.
Tabel. 34. Analisis SWOT Kecamatan Banjar Margo
KEKUATAN (S) KELEMAHAN (W)
Kekuatan di daerah ini Kelemahan di daerah ini
sebagai acuan dan sebagai acuan adalah
pertimbangan usaha, karena letaknya yang
pada sektor jasa adalah cukup jauh dari wilayah
akses jalan antar desa perkotaan membuat
cukup jauh dan jalan yang kelengkapan barang
dilalui cukup berbatu dan jualan kurang begitu
rusak sehingga memang diperhatikan, seringkali
sangat dibutuhkan jasa barang yang
angkutan yang fleksibel diperjualbelikan
dalam setiap aktivitas mengalami masa
yang dilakukan dan kadaluarsa karena
dengan banyaknya tingkat minat masyarakat
kendaraan bermotor di terhadap suatu barang
wilayah tersebut tentunya tertentu yang rendah dan
sangat prospektif dengan mahalnya barang tersebut
adanya sektor jasa bagi kalangan masyarakat
bengkel kendaraan pedesaan.
bermotor. Di bidang usaha
produksi dengan
munculnya barang-
barang yang variatif dapat
memajukan sektor unit
usahanya, mulai dari
produksi kerajinan
maupun makanan khas
daerah setempat.

PELUANG (O) S-O W-O

Peluang di daerah ini Menciptakan produk Memperbaiki sarana


sebagai acuan yakni unggulan yang dapat perhubungan khusunya
pada sektor jasa sangat dijadikan icon produk dari jalur transportasi dan
dibutuhkan kendaraan kecamatan Banjar Margo menambah sarana
yang bisa selalu fleksibel transportasi yang
mengatur perjalanan terjangkau
pulang dan pergi
mengangkut barang yang

175
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH DI
KABUPATEN TULANG BAWANG

akan diperdagangkan di
desa. Akses dan rute
perjalanan yang cukup
menantang juga menjadi
poin tersendiri dalam
sektor jasa yakni adanya
bengkel karena para
pemilik kendaraan baik
pribadi maupun
angkutan umum pasti
sangat perlu
memerhatikan kondisi
kendaraannya.

ANCAMAN (T) S-T W-T


Ancaman di daerah ini Menggalakan UMKM yang Memberikan pelatihan
sebagai acuan yakni berbasis usaha rumah berbasis keterampilan
Jenis usaha yang hampir tangga seperti kerajinan produk kerajinan kepada
sejenis dalam satu anyaman. masyarakat setempat
wilayah membuat sehingga mutu produk
persaingan usaha makin yang dihasilkan akan
tinggi dan terlalu lebih baik.
tingginya tingkat
ketergantungan
masyarakat terhadap
barang-barang dari luar
daerah.

Kecamatan Banjar Margo merupakan salah satu daerah yang


penduduknya heterogen, sektor usaha yang berkembang di wilayah
ini hampir merata seperti pabrik tempe, pabrik tahu, usaha jasa,
toko peralatan rumah tangga, bengkel, rumah makan dan manisan.
Omset yang diperoleh sektor usaha yang ada berjumlah antara
Rp.2.000.00-Rp.200.000.000 dengan jumlah pekerja antara 1-25
orang pekerja. Rata-rata omset untuk masing-masing usaha berada
pada level Rp.20.000.000-Rp.50.000.000 dengan rata-rata jumlah
tenaga kerja berada pada jumlah 4-6 orang. Para pengusaha yang
membuka usaha di Kecamatan Banjar Margo sekitar 40% persen
sudah memiliki izin usaha.
Sektor usaha yang ada di Kecamatan Banjar Margo memilki
kelemahan, letaknya yang cukup jauh dari wilayah perkotaan
membuat kelengkapan barang jualan kurang begitu diperhatikan,
seringkali barang yang diperjualbelikan mengalami masa
176
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH DI
KABUPATEN TULANG BAWANG

kadaluarsa karena tingkat minat masyarakat terhadap suatu


barang tertentu yang rendah dan mahalnya barang tersebut bagi
kalangan masyarakat pedesaan.
Dari faktor kekuatannya, sektor usaha yang ada diwilayah ini
adalah sektor jasa pengangkutan barang atau transportasi yang
mudah walaupun akses jalan antar desa cukup jauh dan jalan yang
dilalui cukup berbatu dan rusak. Setiap aktivitas yang dilakukan
oleh para pengusaha sangat ditunjang oleh faktor transportasi dan
dengan banyaknya kendaraan bermotor di wilayah tersebut
tentunya sangat prospektif dengan adanya sektor jasa bengkel
kendaraan bermotor. Di bidang usaha produksi dengan munculnya
barang-barang yang variatif dapat memajukan sektor unit
usahanya, mulai dari produksi kerajinan maupun makanan khas
daerah setempat.
Sebagai ancaman bagi sektor usaha di Kecamatan Banjar Margo
adalah jenis usaha yang hampir sejenis dalam satu wilayah
membuat persaingan usaha makin tinggi dan terlalu tingginya
tingkat ketergantungan masyarakat terhadap barang-barang dari
luar daerah. Disamping itu pertumbuhan minimart yang terus
tumbuh hampir disetiap daerah menyebabkan pertumbuhan dunia
usaha khususnya sektor usaha kebutuhan rumah tangga menjadi
sulit untuk memiliki daya saing. Hadirnya minimart menjadi satu
momok bagi usaha masyarakat yang ada karena tak mampu
bersaing.
Yang menjadi peluang bagi sektor usaha di daerah ini pengaruh
jasa angkutan yang sangat dibutuhkan oleh para pengusaha dalam
menjalankan usaha mereka. Akses dan rute perjalanan yang cukup
menantang juga menjadi poin tersendiri dalam sektor jasa yakni
adanya bengkel karena para pemilik kendaraan baik pribadi
maupun angkutan umum pasti sangat perlu memerhatikan kondisi
kendaraannya.
177
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH DI
KABUPATEN TULANG BAWANG

Selain itu, hasil pertanian dan perkebunan yang termasuk tinggi


dapat memicu pertumbuhan usaha yang lain dan menjadi satu
daya tarik masuknya penduduk pendatang yang mampu memberi
pengaruh baik terhadap perkembangan suatu wilayah. Sehingga
menyimpan suatu kesempatan untuk mengembangkan suatu
produk yang ada di wilayah tersebut, yang diharapkan menjadi
produk unggulan di wilayah Kecamatan Kabupaten Banjar Margo.
Sehingga dengan masuknya penduduk pendatang, diharapkan
kompetisi di wilayah tersebut akan meningkat, sehingga produk
yang dihasilkan meningkat dan berkualitas.
Tabel. 35. Analisis SWOT Kecamatan Banjar Baru

KEKUATAN (S) KELEMAHAN (W)

Usaha skala mikro di Usaha skala mikro di


kecamatan ini terletak kecamatan banjar baru
pada harga yang terletak pada proses
terjangkau untuk semua produksi yang cukup
kalangan. Di kecamatan memakan waktu lama
ini menawarkan bahan- karena masih
bahan pokok yang menjadi menggunakan
kebutuhan masyarakat peralatan tradisional.
sehingga peminatnya akan Selain itu barang yang
selalu ada. Produk yang ditawarkan tidak
dijual juga bervariatif bersifat tahan lama dan
sehingga konsumen akan bagi beberapa jenis
lebih tertarik untuk usaha, bahan bakunya
memilihnya. Banyak hal masih sulit didapatkan
yang menjadi faktor dari dan harganya yang
tertariknya masyarakat relatif mahal. Sumber
untuk membuka usaha di daya manusia yang
keacamatan ini, yaitu kurang disertai dengan
adanya ketersediaan minimnya akan
bahan baku yang pengetahuan terhadap
melimpah di daerah perkembangan IPTEK
setempat dan dalam membuat kualitas
proses pembuatannya barang yang dihasilkan
tidak terlalu sulit. pada sektor usaha
Keuntungan besar yang mikro tidak sebaik
akan didapatkan dari kualitas industri besar.
penjualan barang juga
menjadi hal yang
menggiurkan bagi penjual.
Konsumen juga
diuntungkan dengan
hadirnya usaha mikro ini,
salah satunya efisiensi
178
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH DI
KABUPATEN TULANG BAWANG

waktu dan tenaga. Usaha


mikro ini juga dapat
mempekerjakan
masyarakat setempat
dalam proses produksi,
dengan kata lain sector
usaha ini dapat
mengurangi angka
pengangguran di
kecamatan tersebut.

PELUANG (O) S-O W-O


Peluang di daerah ini Pengembangaan ekonomi Peningkatan
sebagai acuan adalah masyarakat melalui penguasaan IPTEK
karena masih sedikit pelatihan dan masyarakat terkait
produk sejenis yang pendampingan untuk dengan pengolahan
ditawarkan di mengembangkan produk produk unggulan dan
kecamatan tersebut. lanjutan dengan produk produk lanjutan.
Selain itu permintaan yang telah dihasilkan.
masyarakat yang
cukup tinggi pada
barang yang dihasilkan
di sektor mikro.
Kabupaten Tulang
Bawang juga
merupakan tempat
yang subur bagi
beberapa jenis usaha
sektor mikro di
kecamatan Banjar
Baru dan menjadi
suatu keunggulan
karena telah memiliki
pangsa pasar
tersendiri.
ANCAMAN (T) S-T W-T
Ancaman di daerah ini Adanya spesialisasi usaha Menerapkan produksi
sebagai acuan adalah sehingga tidak usaha yang ramah
ketika terjadi limbah menyebabkan lingkungan sehingga
hasil produksi barang pengelompokan pelaku tidak mencemari
yang dihasilkan dapat usaha di satu bidang lingkungan sekitar dan
mencemari usaha saja. dapat diolah atau
lingkungan,. Harga digunakan kembali.
bahan baku yang
fluktuatif dapat
mempengaruhi harga
jual barang jadi yang
akan ditawarkan ke
konsumen, banyaknya
kompetitor yang
bergerak pada bidang
usaha yang sejenis dan
kualitas Sumber Daya
Alam yang tidak
179
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH DI
KABUPATEN TULANG BAWANG

memadai serta
penawaran dari
industri besar yang
lebih menjanjikan

Kecamatan Banjar Baru memiliki jenis usaha yang dominan di


sektor jasa bengkel motor, warung sembako, lapak karet dan bidang
jasa lainnya. Kisaran oset usaha yang ada di wilayah ini adalah
antara Rp.3.600.000-Rp.120.000.000 per tahunnya dengan jumlah
tenaga kerja antara 1-8 orang pekerja. Jumlah rta-rata pekerja
adlahpada rentang 1 & 2 dan rata-rata omset berada rentang
Rp.30.000.000 per tahun.
Jenis komoditi yang ditawarkan adalah produk kebutuhan
rumah tangga yang bersifat tidak tahan lama dan bagi beberapa
jenis usaha, bahan bakunya masih sulit didapatkan dan harganya
yang relatif mahal. Selain komoditi kebutuhan rumah tangga,
produk yang banyak ditawarkan adalah produk jasa seperti jasa
bengkel motor yang ada di Kecamatan Banjar Baru. Sumber daya
manusia yang kurang disertai dengan minimnya akan pengetahuan
terhadap perkembangan IPTEK membuat kualitas barang yang
dihasilkan pada sektor usaha mikro tidak sebaik kualitas industri
besar.
Usaha skala mikro di kecamatan ini terletak pada harga yang
terjangkau untuk semua kalangan. Di kecamatan ini menawarkan
bahan-bahan pokok yang menjadi kebutuhan masyarakat sehingga
peminatnya akan selalu ada. Produk yang dijual juga bervariatif
sehingga konsumen akan lebih tertarik untuk memilihnya. Banyak
hal yang menjadi faktor dari tertariknya masyarakat untuk
membuka usaha di keacamatan ini, yaitu adanya ketersediaan
bahan baku yang melimpah di daerah setempat dan dalam proses
pembuatannya tidak terlalu sulit.

180
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH DI
KABUPATEN TULANG BAWANG

Keuntungan besar yang akan didapatkan dari penjualan barang


juga menjadi hal yang menggiurkan bagi penjual. Konsumen juga
diuntungkan dengan hadirnya usaha mikro ini, salah satunya
efisiensi waktu dan tenaga. Usaha mikro ini juga dapat
mempekerjakan masyarakat setempat dalam proses produksi,
dengan kata lain sector usaha ini dapat mengurangi angka
pengangguran di kecamatan tersebut.
Ancaman di daerah ini sebagai acuan adalah ketika terjadi
limbah hasil produksi barang yang dihasilkan dapat mencemari
lingkungan,. Harga bahan baku yang fluktuatif dapat
mempengaruhi harga jual barang jadi yang akan ditawarkan ke
konsumen, banyaknya kompetitor yang bergerak pada bidang
usaha yang sejenis dan kualitas Sumber Daya Alam yang tidak
memadai serta penawaran dari industri besar yang lebih
menjanjikan.
Disamping itu, hadirnya minimart juga menjadi ancaman
kelangsungan untuk usaha-usaha yang menawarkan komoditi
kebutuhan rumah tangga. Karena minimart-minimart yang muncul
menawarkan harga yang lebih menarik dan dengan jenis barang
yang lebih beragam serta suasana belanja yang lebih nyaman.
Peluang di daerah ini sebagai acuan adalah karena masih sedikit
produk sejenis yang ditawarkan di kecamatan tersebut. Selain itu
permintaan masyarakat yang cukup tinggi pada barang yang
dihasilkan di sektor mikro.
Kabupaten Tulang Bawang juga merupakan tempat yang subur
bagi beberapa jenis usaha sektor mikro di kecamatan Banjar Baru
dan menjadi suatu keunggulan karena telah memiliki pangsa pasar
tersendiri. Pemasarannya lebih mudah karena produk yang
dipasarkan sebagian besar adalah kebutuhan rumah tangga dan
produk pertanian.

181
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH DI
KABUPATEN TULANG BAWANG

Tabel 36. Analisis SWOT Kecamatan Banjar Agung


KEKUATAN (S) KELEMAHAN (W)
Kekuatan di daerah ini Kelemahan di daerah ini
sebagai acuan dan adalah kurang perhatiannya
pertimbangan yakni produsen terhadap bahan baku
dengan kondisi yang berkualitas ini
masyarakat berekonomi disebabkan oleh keterbatasan
menengah ke bawah
dan semakin naiknya harga
dan membutuhkan
bahan baku seperti kedelai dan
suplai bahan
kebutuhan pokok yang prosesnya yang masih
murah dan terjangkau mengandalkan cara dan
maka produksi peralatan tradisional.
makanan yg murah
namun bergizi seperti
tempe, tahu, oncom, dll
menjadi kekuatan
tersendiri untuk
mengembangkan usaha
ini. Usaha ini juga
dapat mempekerjakan
masyarakat setempat
dalam proses produksi,
dengan kata lain dapat
mengurangi angka
pengangguran di
kecamatan tersebut.
PELUANG (O) S-O W-O
Peluang di daerah ini Peningkatan Pemerintah setempat
adalah produk yang penguasaan IPTEK bekerjasama dengan pihak
diproduksi dan masyarakat terkait pribadi atau swasta
ditawarkan sudah dengan pengolahan penghasil bahan baku
dikenal luas oleh produk unggulan dan seperti kedelai untuk dapat
masyarakat sejak produk lanjutan. selalu menjamin
dahulu seperti tahu, ketersediaan bahan baku
tempe, oncom, dll., tersebut dan memberikan
sehingga tidak modal untuk
diperlukan pengembangan usaha
pengenalan produk sehingga pengusaha
ke masyarakat setempat dapat lebih
(promosi). produktif, efektif dan
efisien.
ANCAMAN (T) S-T W-T
Ancaman di daerah Pengembangan Mensosialisasikan
ini adalah ada ekonomi masyarakat masyarakat agar
beberapa jenis usaha melalui pelatihan dan termotivasi dan sadar
yang menghasilkan pendampingan untuk bertani kedelai sehingga
limbah sehingga mengembangkan tidak mengimpor dari
dapat mencemari produk lanjutan dengan daerah lain. Menerapkan
lingkungan. Harga produk yang telah produksi usaha yang
bahan baku untuk dihasilkan. ramah lingkungan
produksi yang sehingga tidak mencemari
fluktuatif dapat lingkungan sekitar dan
mengancam proses dapat diolah atau
produksi. Persaingan digunakan kembali.
182
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH DI
KABUPATEN TULANG BAWANG

usaha karena
memiliki usaha yang
sejenis dan tingkat
kriminalitas yang
cukup tinggi juga
menjadikan ancaman
tersendiri di daerah
ini.

Di Kecamatan Banjar Agung sektor usaha yang banyak atau


mendominasi adalah usaha jasa, warung sembako, pabrik tempe,
lapak karet dan sektor perdagangan lainnya. Sektor jasa yang
paling banyak adalah jasa bengkel, jasa jahit dan salon. Dilihat dari
omset usaha untuk unit-unit usaha yang ada dikecamatan ini
berada pada rentang Rp.2.000.000-Rp.300.000.000 per tahun
dengan rata-rata jumlah tenaga kerja antara 1-17 orang pekerja.
Yang menjadi kelemahan sektor usaha di daerah ini adalah
kurangnya perhatian produsen terhadap bahan baku yang
berkualitas. Ini disebabkan oleh keterbatasan dan semakin
naiknya harga bahan baku seperti kedelai dan prosesnya yang
masih mengandalkan cara dan peralatan tradisional. Disamping
itu, keterbasan modal menjadi salah satu penghambat dalam
pengembangan sektor usaha, karena kekurangan modal sehingga
sulit untuk melakukan pengembangan usaha menjadi lebih
berdaya saing dengan usaha yang sejenis di kecamatan ini.
Dengan dominasi usaha yang berada pada sektor jasa maka
tingkat kebutuhan tenaga kerja berkwalitas menjadi salah satu
faktor yang dapat mendukung perkembangan usaha tapi
ketersediaan tenaga kerja dengan lulusan yang lebih baik seperti
lulusan perguruan tinggi masih menjadi satu kelemahan bagi
sektor usaha yang ada karena mereka harus mencari tenaga kerja
dengan kwalitas yang baik dari luar kota.

183
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH DI
KABUPATEN TULANG BAWANG

Dari sisi kekuatan, sektor usaha di Kecamatan Banjar Agung


yaitu dengan kondisi masyarakat berekonomi menengah ke bawah
dengan tingkat heterogen yang tinggi jika dibandingkan dengan
daerah lainnya di tulang Bawang. Dengan begitu maka tingkat
kebutuhan terhadap komoditi pokok rumah tangga dengan harga
yang murah menjadi satu faktor penunjang untuk tumbuhnya
sektor usaha mikro. Komoditi rumah tangga yang dimaksud seperti
produksi makanan yg murah namun bergizi seperti tempe, tahu,
oncom, dll. Usaha ini juga dapat mempekerjakan masyarakat
setempat dalam proses produksi, dengan kata lain dapat
mengurangi angka pengangguran di kecamatan tersebut.
Ancaman di daerah ini adalah ada beberapa jenis usaha yang
menghasilkan limbah sehingga dapat mencemari lingkungan. Harga
bahan baku untuk produksi yang fluktuatif dapat mengancam
proses produksi. Persaingan usaha karena memiliki usaha yang
sejenis dan tingkat kriminalitas yang cukup tinggi juga menjadikan
ancaman tersendiri di daerah ini.
Peluang di daerah ini adalah produk yang diproduksi dan
ditawarkan sudah dikenal luas oleh masyarakat sejak dahulu
seperti tahu, tempe, oncom, dll., sehingga tidak diperlukan
pengenalan produk ke masyarakat (promosi).
Berdasarkan analisa SWOT beberapa kecamatan di atas dapat
dilihat bahwa perkembangan sektor usaha yang paling dominan
adalah sektor jasa dan kebutuhan rumah tangga. Jika melihat
potensi yang dimiliki oleh Kabupaten Tulang Bawang maka sektor
usaha yang berkembang belum memanfaatkan ketersediaan
sumber daya yang melimpah di Kabupaten Tulang Bawang.
Usaha sektor jasa, usaha ini kebanyakan menyentuh pada jasa
bengkel, salon, penjahit dan angkutan. Sektor ini tidak langsung
bersentuhan dengan ketersediaan sumber daya yang ada. Jenis
usaha jasa bengkel lebih kepada service kendaraan bermotor, jenis
184
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH DI
KABUPATEN TULANG BAWANG

usaha salon akan lebih kepada tata rias dan penampilan sedangkan
penjahit lebih kepada kebutuhan papan yaitu pakaian. Hanya jasa
angkutan yang bisa berkaitan langsung dengan sumber daya alam
untuk aspek transfortasi arus barang.
Permasalahan yang dihadapi dari beberapa sektor usaha yang
ada di Kabupaten Tulang Bawang adalah disparitas harga barang
atau produk yang dijual serta kebutuhan modal. Disparitas harga
ini dapat terjadi karena perbedaan daya saing antar satu usaha
dengan usha yang lain dengan produk yang sejenis dan dengan
kekuatan modal yang berbeda.
Disparitas harga dapat mengurangi efektivitas pemasaran
produk yang pada gilirannya akan mengakibatkan berkurangnya
volume penjualan dan kontribusi laba usaha. Hal ini tentu
mengancam kelangsungan hidup masing-masing UKM itu sendiri.
Situasi seperti ini dapat dijumpai misalnya pada produk konveksi
dan bordir. Langkah mudah yang bisa diambil adalah dengan
mempekerjakan sumber daya manusia dari luar daerah yang
bersedia bekerja dengan upah tertentu atau dengan mengajak ibu
rumah tangga yang memiliki cukup waktu untuk ikut bekerja paruh
waktu sebagai pekerjaan sambilan.
Untuk menghindari perang harga ini, dapat diupayakan untuk
melakukan "kolusi harga" di antara sentra-sentra UKM yang
menghasilkan produk yang sejenis. Penentuan harga secara khusus
untuk produk yang sejenis ini dilakukan berdasarkan
pertimbangan biaya produksi, mutu produk, dan permintaan
pembeli. Dengan kata lain, masingmasing sentra UKM yang
menghasilkan produk sejenis saling bertemu untuk secara
bersama-sama mendesain harga secara fleksibel dengan maksud
untuk menghindari perang harga.
Untuk menghindari permasalahan tersebut maka perlu
dilakukan pengembangan sektor usaha Usaha Kecil Mikro dan
185
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH DI
KABUPATEN TULANG BAWANG

Menengah. Menurut Tiktik Sartika dan Soejoedono94, strategi


pengembangan Usaha Kecil Mikro dan Menengah antara lain
adalah:
a) Kemitraan Usaha
Kemitraan adalah hubungan kerja sama usaha di antara
berbagai pihak yang sinergis, bersifat sukarela, dan berdasarkan
prinsip saling membutuhkan, sating mendukung, dan sating
menguntungkan dengan disertai pembinaan dan pengembangan
Usaha Kecil Mikro dan Menengah oleh usaha besar. Salah satu
bentuk kemitraan usaha yang melibatkan Usaha Kecil Mikro dan
Mengah dan usaha besar adalah producton linkage. Usaha Kecil
Mikro dan Mengah sebagai pemasok bahan baku dan bahan
penolong dalam rangka mengurangi ketergantungan impor, di mana
saat ini harga produk impor cenderung sangat tinggi karena
depresiasi rupiah.
b) Permodalan Usaha Kecil Mikro dan Menengah (UKM)
Pada umumnya permodalan Usaha Kecil Mikro dan Mengah
sangat lemah, baik ditinjau dari mobilisasi modal awal (start-up
capital) dan akses ke modal kerja jangka panjang untuk investasi.
Untuk memobilisasi modal awal perlu dipadukan tiga aspek yaitu
bantuan keuangan, bantuan teknis, dan program penjaminan,
sedangkan untuk meningkatkan akses permodalan perlu
pengoptimalan peranan bank dan lembaga keuangan mikro untuk
Usaha Kecil Mikro dan Menengah.
Sementara itu daya serap Usaha Kecil Mikro dan Menengah
terhadap kredit perbankan juga masih sangat rendah. Lebih dari 80
persen kredit perbankan terkonsentrasi ke segmen koorporat,
sedangkan porsi kredit untuk Usaha Kecil Mikro dan Menengah

94
Tiktik Sartika Partomo dan Abd. Rachman Doejoedono, 2002, Ekonomi Skala
Kecil/Menengah dan Koperasi, Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta,hlm.27.
186
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH DI
KABUPATEN TULANG BAWANG

hanya berkisar antara 15-21 % dari total kredit perbankan95. Untuk


mengoptimalkan jangkauan pemberian kredit kepada UKM telah
dikembangkan skim redit dengan Program Kemitraan Terpadu,
misalnya Program Kemitraan BUMN dan Bina Lingkungan (PKBL),
Program Kemitraan dengan BPR, Koperasi dan Asosiasi, serta kredit
program.
c) Modal Ventura
Pada umumnya Usaha Kecil Mikro dan Menengah kurang paham
atau tidak menyukai prosedur atau persyaratan yang diwajibkan
oleh lembaga perbankan, sebaliknya lembaga perbakan
kadangkadang juga memberikan persepsi inferior mengenai potensi
Usaha Kecil Mikro dan Menengah. Hal ini menimbulkan terjadinya
distorsi dalam pembiayaan Usaha Kecil Mikro dan Menengah. Oleh
karena itu, modalventura dapat dijadikan sebagai alternatif sumber
pembiayaan Usaha Kecil dan Menengah. Menurut Keputusan
Presiden Nomor 61 Tahun 1998, Perusahaan Modal Ventura adalah
badan usaha yang melakukan usaha pengembangan dalam bentuk
penyertaan modal ke dalam suatu perusahaan yang menerima
bantuan pembiayaan untuk jangka waktu tertentu.
Pembiyaan dengan modal ventura ini berbeda dengan bank yang
memberikan pembiayaan dalam bentuk pinjaman atau kredit.
Usaha modal ventura memberikan pembiayaan dengan cara ikut
melakukan penyertaan modal langsung ke dalam perusahaan yang
dibiayai. Perusahaan yang dibiayai disebut perusahaan pasangan
usaha (investee company), sedangkan pemodal yang membiayai
disebut perusahaan pemodal (invesment company atau venture
capitalist).

95
Rilis Bank Indonesia, Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia, Mei 2004
187
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH DI
KABUPATEN TULANG BAWANG

3) Beberapa Permasalahan Dasar Sektor UMKM di Kabupaten


Tulang Bawang

Sektor usaha mikro, kecil dan menengah menjadi satu pondasi


utama perekonomian daerah maupun nasional. Pembangunan
sektor UMKM menjadi penting untuk mewujudkan peran
perekonomian daerah menjadi lebih maju. Permasalahan-
permasalahan yang dihadapi oleh sektor UMKM yang telah
dipaparkan berdasarkan analisa SWOT diatas menjadi satu
perhatian khusus dalam pembangunan serta pengembangan usaha
di daerah karena begitu kompleks.
Masalah yang kompleks dapat di artikan bahwa kriteria dari
suatu masalah yang begitu banyak (multikriteria), struktur masalah
yang belum jelas, ketidakpastian pendapat dari pengambil
keputusan, pengambil keputusan lebih dari satu orang, serta
ketidakakuratan data yang tersedia. Analytic Hierarchy Process
(AHP) dapat menyelesaikan masalah multikriteria yang kompleks
menjadi suatu hirarki. Mensintesis berbagai pertimbangan untuk
menetapkan variabel yang mana yang memiliki prioritas paling
tinggi dan bertindak untuk mempengaruhi hasil pada situasi
tersebut
Untuk beberapa industri dalam sekala kecil dan rumahan,
permasalahan bahan baku dan harga yang tinggi menjadi
permasalahan kedua setelah kendala modal. Tingkat harga bahan
baku dapat mempengaruhi nilai produksi dari industri-industri
kecil maupun rumahan sehingga berdampak pada pendapatan
pengusaha. Detelah permasalahan harga, permasalahan
homogenitas sektor usaha pada suatu daerah menjadi
permasalahan selanjutnya. Persamaan sektor usaha akan
menjadikan peluang usaha untuk maju menjadi lebih kesil karena
tingkat persaingannya semakin tinggi.

188
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH DI
KABUPATEN TULANG BAWANG

Jalur distribusi yang terkait dengan transportasi dan akomodasi


menjadi permasalahan yang serius dalam pembangunan usaha di
daerah. Jalur transportasi yang buruk menyebabkan biaya
produksi meningkat sehingga menambah modal pengusaha.
Dengan rusaknya jalur distribusi maka akomodasi yang tersedia
juga terbatas sehingga akses untuk menyalurkan produk usaha
menjadi terhambat. Karena dengan jarak tempuh antar daerah
menjadikan proses distribusi semakin lama.
Beberapa permasalahan tersebut menjadi sangat penting dalam
pengambilan strategi pengembangan dunia usaha di daerah.
Dengan pertimbangan dan memperhatikan variabel-variabel yang
ada maka permasalaha yang komplekas akan menjadi satu peluang
dengan pemecahan Analytic Hierarchy Process (AHP). Sekala
prioritas tertinggi adalah mengenai permasalahan modal yang dapat
dipecahkan melalui kemitraan maupun pengembangan koprasi di
daerah. Sedangkan untuk permasalahan transportasi dan
akomodasi maka sudah menjadi peran pemerintah untuk
membangunnya.

4) Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Dunia Usaha di


Kabupaten Tulang Bawang
1) Faktor Internal Pembangunan Ekonomi Daerah

Pengembangan ekonomi daerah di Kabupaten Tulang Bawang


perlu memperhatikan potensi dan peluang yang tersedia secara
terintegrasi dan sinergis. Namun demikian, mengingat persebaran
penduduk yang tidak merata dan terpencar, diperlukan strategi
khusus untuk membangun perekonomian daerah tertinggal.
Kondisi yang demikian menjadi tidak efisien dalam memberikan
pelayanan terhadap masyarakat, baik dari aspek pendidikan
reguler, puskesmas reguler, pasar, dan yang lainnya.

189
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH DI
KABUPATEN TULANG BAWANG

Anggapan masyarakat daerah yang jauh dari pusat


pertumbuhan kota dan industrialisasi atau daerah-daerah
tertinggal, bahwa pendidikan masih terlalu mahal dan tidak
memberikan manfaat sebanding dengan sumberdaya yang
dikeluarkan. Dampaknya masyarakat daerah tertinggal memiliki
angka partisipasi pendidikan rendah dan buta aksara cukup tinggi,
dan pendidikan yang tersedia saat ini belum dapat dijangkau
penduduk miskin di daerah tertinggal.
Posisi geografis Kabupaten Tulang Bawang yang terletak pada
10509’ sampai 10555’ Bujur Timur dan 408’ sampai 0441
Lintang Selatan menempatkan Kabupaten Tulang Bawang menjadi
wilayah penghubung dengan Kabupaten antar Provinsi. Kabupaten
Tulang Bawang menghubungkan beberapa wilayah dan menjadi
jalur suplay kebutuhan ekonomi antara Sumatera Selatan dengan
beberapa kota/kabupaten di Provinsi Lampung maupun jalur
Sumatera.
Kondisi topografi Kabupaten Tulang Bawang yang bervariasi
(dataran tinggi, dataran rendah, dan daerah dengan wilayah rawa,
danau dan perairan yang luas) menjadikannya sebagai wilayah yang
potensial di sektor Perikanan, Pertanian dan Perkebunan. Itu dapat
dilihat dari produksi ketiga sektor tersebut yang mendominasi
pendapatan penduduk di Kabupaten Tulang Bawang. Sektor
Pertanian, Perkebunan dan Perikanan merupakan bidang yang
paling banyak menyerap tenaga kerja dan menyumbang
pendapatan bagi pendapatan daerah.
Secara tofografi Kabupaten Tulang Bawang dapat dibagi dalam 4
wilayah tofografi, yaitu:
a. Daerah dataran yang merupakan daerah terluas, dimanfaatkan
untuk daerah pertanian dan cadangan pengembangan
transmigrasi.

190
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH DI
KABUPATEN TULANG BAWANG

b. Daerah rawa terdapat disepanjang Pantai Timur dengan


ketinggian 0-1 m yang merupakan daerah rawa pasang surut.
c. Daerah river basin, terdapat 2 river basin yang utama yaitu river
basin Tulang Bawang dan river basin sungai-sungai kecil
lainnya. Pada area river basin sungai Tulang Bawang dengan
anak-anak sungainya membentuk pola aliran sungai “dendritic”
yang umumnya merupakan sungai-sungai di Lampung. Daerah
ini memiliki luas 10.150Km2 dengan panjang 753 Km dan
digunakan untuk pengembangan tambak udang.
d. Daerah aluvial yang meliputi pantai sebelah timur merupakan
bagian hilir dari sungai-sungai besar yaitu Tulang Bawang dan
Mesuji.
Disamping itu kualitas dan kuantitas Sumber Daya Manusia di
Kabupaten Tulang Bawang juga berpengaruh besar terhadap
kondisi potensi usaha yang ada dimasing-masing sektor.
Berdasarkan data BPS tahun 2018, jumlah penduduk Kabupaten
Tulang Bawang adalah sebagai berikut:
Tabel 37. Perkembangan penduduk Kabupaten Tulang Bawang 2012-2017
Jiwa

2012 2013 2014 2015 2016* 2017**


Laki-Laki 213,474 216,468 219,504 222,380 225,227 227,921
Perempuan 197,251 201,314 204,206 207,135 209,898 212,590
Jumlah 410,725 417,782 423,710 429,515 435,125 440,511

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Tulang Bawang

191
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH DI
KABUPATEN TULANG BAWANG

Dilihat dari persebaran penduduk dan pemukimannya


masyarakat tersebar dibeberapa wilayah seperti di Dente Teladas,
Banjar Margo, Banjar Agung dan Menggala. Wilayah tersebut paling
tinggi populasi penduduknya dibanding wilayah lain yang masih
sedikit penduduknya karena jauh dari pusat pembangunan daerah
serta akses jalan atau transportasi penghubung antar wilayah.
Tingkat pendidikan yang mendominasi ketersediaan sumber
daya manusia yang ada di Kabupaten Tulang Bawang mayoritas
masih lulusan SLTA dan Diploma. Jika dilihat dari jumlah pencari
kerja berdasarkan data BPS tahun 2018 lulusan SLTP masih
mendominasi dibandingkan dengan lulusan perguruan tinggi. Hal
ini akan mempengaruhi pertumbuhan dunia usaha karena
ketersediaan sumber daya manusia dengan kualitas lulusan SLTP
dengan lulusan perguruan tinggi akan lebih memperlambat
pertumbuhan dunia usaha di Kabupaten tulang Bawang.
Perkembangan Angka Partisipasi Sekolah (APS) tahun 2013-
2016 dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 38. Perkembangan Angka Partisipasi Sekolah (APS) Tahun 2013-2016
Tahun
No Kelompok Umur
2013 2014 2015 2016
1. 7 – 12 Tahun 99,03 99,03 99,03 99,03
2. 13 – 15 Tahun 82,55 90,00 90,79 90,99

3. 16 – 18 Tahun 57,07 56,69 56,74 64,37


Sumber : Dinas Pendidikan Kab. Tulang Bawang 2019.
Untuk fasilitas pendidikan sendiri di Kabupaten Tulang Bawang
telah tersedia sarana pendidikan mulai dari Pendidikan Dasar
hingga Perguruan Tinggi. Universitas Megopak yang merupakan
universitas satu-satunya di Kabupaten Tulang Bawang yang berada
di Menggala adalah salah satu fator yang mampu meningkatkan
kwalitas sumber daya manusia sesuai dengan kebutuhan dunia
usaha dan peluang usaha yang ada di Kabupaten Tulang Bawang.

192
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH DI
KABUPATEN TULANG BAWANG

Dismaping itu, perguruan perguruan tinggi swasta juga telah mulai


hadir sebagai penyokong dunia pendidikan di Tulang Bawang. Itu
merupakan salah satu faktor penentu untuk pembangunan daerah
khususnya menciptakan peluang-peluang usaha inovatif melalui
lulusan yang diciptakan oleh perguruan tinggi yang ada di
Kabupaten Tulang Bawang.
Ketersediaan infrastruktur dasar sebagai penyokong
pembangunan daerah sebagai perangsang pembangunan dunia
usaha adalah hal penting disamping sumber daya yang dimiliki oleh
suatu daerah. Ketersediaan infrastruktur dasar dapat merangsang
iklim investasi daerah guna merangsang perkembangan dunia
usaha di Kabupaten Tulang Bawang. Pembangunan infrastruktur
merupakan pengungkit/lokomotif kemajuan suatu wilayah,
sehingga harus diarahkan pada pendekatan berbasis wilayah dan
keberpihakan. Ketersediaan infrastruktur selain berfungsi untuk
kemajuan sosial, ekonomi juga mempunyai akses dalam
memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa.
Kabupaten Tulang Bawang sebagai daerah pertanian,
perkebunan dan perikanan menjadi satu modal penting demi
menyediakan sumber daya alam sebagai bahan komoditi untuk
dunia usaha seperti pengolahan hasil perkebunan maupun
pertanian. Ketersediaan sumber daya alam tersebut akan menarik
investor dalam berinvestasi dan dengan dukungan sarana dan
prasarana perekonomian seperti pasar dan kawasan ekonomi
lainnya maka pertumbuhan dunia usaha di Kabupaten Tulang
Bawang akan dapat dirangsang pertumbuhannya. Dengan melihat
pertumbuhan dunia usaha disektor pengolahan hasil perkebunan
dan pertanian yang sudah mulai dibangun di Kabupaten Tulang
Bawang menunjukan bahwa pertumbuhan dunia usaha sudah
menunjukan perkembangan yang menjanjikan bagi pengembangan
dunia usaha.
193
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH DI
KABUPATEN TULANG BAWANG

Salah satu faktor lain sebagai pendukung perkembangan dunia


usaha adalah etos kerja, keuletan, dan jiwa kewirausahaan
masyarakat di sektor perekonomian mikro. Hal tersebut berbanding
lurus dengan kwalitas sumber daya manusia yang tersedia di
Kabupaten tulang Bawang dengan ketersediaan fasilitas dan
prasarana pendidikan yang dibangun oleh pemerintah daerah.
Dengan lulusan yang lebih tinggi seperti lulusan perguruan tinggi
maka etos, keuletan dan jiwa kewirausahan yang dibangun akan
lebih baik dari yang ada sekarang sehingga dapat menjadi peluang
bagi pembangunan dan pengembangan dunia usaha untuk
kedepannya.
Faktor lain yang mempengaruhi adalah kapasitas dan kinerja
kelembagaan, Potensi Sumber Daya Alam, tingkat partisipasi
masyarakat, adanya kewenangan dalam menyusun peraturan
perundangan untuk mengoptimalkan potensi daerah, potensi
pariwisata, pemerataan hasil-hasil pembangunan daerah, upaya
mensosialisasikan potensi daerah kepada pihak luar
(swasta/investor), penentuan skala prioritas pembangunan, sistem
birokrasi, Pendapatan Asli Daerah dan Struktur APBD.

2) Faktor Eksternal Pembangunan Ekonomi Daerah

Faktor yang mempengaruhi dari luar adalah beberapa kebijakan


berupa produk perundang-undangan seperti undang-undang
tentang otonomi daerah dan perimbangan keuangan pusat dan
daerah, Undang-undang Pajak dan Retribusi baru Nomor 28 Tahun
2009, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang UMKM.
Di Kabupaten Tulang Bawang sendiri memiliki aturan untuk
retribusi izin usaha yang diatur dalam Peraturan Daerah Nomor 8
Tahun 2004 tentang retribusi izin usaha dan pendaftaran kegiatan
industri dan perdagangan di dalam wilayah Kabupaten Tulang
194
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH DI
KABUPATEN TULANG BAWANG

Bawang. Dalam Perda tersebut diatur tentang perizinan untuk


pengurusan izin usaha dan retribusi yang harus dibayar oleh
pengusaha untuk membukausaha baru atau kepengurusan
perpanjangan izin usaha. Prinsip dan sasaran dalam penetapan
struktur dan besarnya tarif retribusi didasarkan pada tujuan untuk
menutupi sebagian atau semua dengan biaya penyelenggaraan
pelayanan yang dilaksanakan.
Globalisasi, pasar bebas dan keterbukaan ekonomi dunia,
kondisi sosial politik di tingkat nasional, kondisi sosial politik
Tingkat nasional dan lokal di Kabupaten Tulang Bawang, berbagai
program pemerintah pusat, dukungan pemerintah pusat dalam
bentuk transfer, penegakan hukum dan reformasi birokrasi yang
sedang digalakkan oleh pemerintah pusat, kemajuan tehnologi,
berbagai kemajuan pembangunan yang dimiliki oleh daerah-
daerah, investasi swasta di lingkungan Kabupaten Tulang Bawang
dan kerjasama dengan daerah-daerah seputar Kabupaten Tulang
Bawang.
Peran pemerintah pusat dalam pembangunan daerah adalah
salah satu hal penting dalam pembangunan Kabupaten Tulang
Bawang. Karena Pemerintah Pusat memiliki kebijakan-kebijakan
tertentu dalam pembangunan dan pengembangan satu wilayah
sesuai dengan road map pembangunan nasional.

3) Strategi Merancang Mengelola Dalam Rangka Penguatan


UMKM Di Kabupaten Tulang Bawang
1. Membangun Klaster UMKM
Untuk menciptakan skala ekonomi yang menguntungkan pelaku
Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), serta untuk
memudahkan pembinaan yang dilakukan, sebaiknya upaya
menggerakan sektor riil dilakukan dengan melalui pola klaster.
Fasilitasi dapat membantu meningkatkan pasokan, memperbaiki
195
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH DI
KABUPATEN TULANG BAWANG

jalur distribusi serta mendukung penciptaan iklim usaha yang


kondusif. Melalui pendekatan klaster yang merupakan upaya untuk
mengelompokkan industri inti yang saling berhubungan, baik
industri pendukung dan terkait, jasa penunjang, infrastruktur
ekonomi, penelitian, pelatihan, pendidikan, infrastruktur informasi,
teknologi, sumber daya alam, serta lembaga terkait, diharapkan
perusahaan atau industri terkait akan memperoleh manfaat sinergi
dan efisiensi yang tinggi dibandingkan jika bekerja sendiri.
Dalam perspektif ekonomi, Marshal96 menyatakan bahwa
kluster atau sentra industri mampu meningkatkan daya saing
usaha UMKM, karena:
a. Berkumpulnya tenaga kerja dengan spesifikasi khusus yang
relevan dengan kebutuhan industry;
b. tersedianya bahan baku dan fasilitas pendukung industri, serta
c. penyebaran inovasi.
Tetapi walaupun kluster mampu menghasilkan efek aglomerasi
berupa eksternalitas ekonomi bagi pelaku UMKM, namun manfaat
tersebut tidak memadai untuk merespon tantangan persaingan
yang kompetitif.
Oleh sebab itu,diperlukan adanya usaha bersama yang secara
aktif, untuk melakukan (deliberative joint action) untuk
meningkatkan daya saing kolektif. Aksi bersama dalam kluster
dapat dilakukan secara vertikal maupun horizontal antar pelaku
baik secara bilateral atau dilakukan secara bersama dalam bentuk
asosiasi (multilateral) sebagaimana disarankan97. Aksi bersama
secara vertikal merupakan aksi bersama yang dilakukan antara
produsen dengan pemasok/konsumen, sedangkan kerjasama
horizontal adalah kolaborasi dengan sesama produsen, dan itulah

96
A. Marshall,”Principles of Economics”, LondonMcMilan, 1920.
97
Hubert Schmitz and Khalid Nadvi, Clustering and Industrialization:
Introduction,World DevelopmentJurnal, 1999, vol. 27, issue 9, 1503-1514.
196
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH DI
KABUPATEN TULANG BAWANG

cikal bakal lahirnya koperasi.


Pola klaster juga bukan hanya pada kegiatan industri tapi juga
pada perdagangan sebagaimana dikembangkan di Kulon Progo
dengan Sentra Kulakan Warung Keluarga. Yang membuka jejaring
warung-warung kecil di desa-desa dan industri RT, dimana pemilik
warung kecil adalah keluargamiskin.
Tulang Bawang berpotensi mengembangkan pola klaster ini.
Beberapa contoh produk yang menjadi unggulan di Kabupaten
Tulang Bawang anatara lain adalah :
a. Kain Maduaro dan Melati Kuncup
Kain Maduaro dan Melati Kuncup merupakan salah satu
warisan Adi Luhung budaya bangsa pada abad 18 yang patut
dilestarikan, dimana kedua kain ini merupakan jenis kain sulam
dari Lampung berupa selendang yang biasa dijadikan sebagai
penutup kepala serta digunakan sebagai bahan pakaian atau
pakian upacara adat masyarakat Menggala. Dari kain Maduaro dan
Melati Kuncup yang berbentuk selendang dapat dijadikan sebagai
bahan produk jilbab, pakaian maupun hiasan rumah.
Pengembangan terhadap produk Kain Maduaro dan Melati Kuncup
ini terdapat di Kecamatan Menggala dan Banjar Agung.
b. Ikan Asap dan Ikan Asin
Sektor perikanan merupakan salah satu sektor yang paling
memiliki potensi besar di Kabupaten Tulang Bawang. Baik sektor
perikanan rawa, budidaya, sungai maupun laut yang sama-sama
memiliki potensi yang cukup tinggi. Upaya pengembangan dan
peningkatan produktifitas olahan ikan di Kabupaten Tulang
Bawang telah diupayakan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan serta
instansi lain yang terkait melalui pendampingan, sosialisasi,
penguatan dukungan financial serta regulasi sektor perikanan.
Upaya tersebut ingin memnculkan produk-produk unggulan
yang mampu bersaing dengan produk-produk olehan perikanan
197
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH DI
KABUPATEN TULANG BAWANG

dari daerah lain baik tingkat lokal maupun nasional. Beberapa


produk yang menjadi unggulan yaitu Ikan Asap, Ikan Asin, Terasi,
Kerupuk Ikan dan lainnya. Ikan asap, ikan asin dan terasi dapat
dengan sangat mudah ditemui di Pasar Tradisional yang ada di
Kabupaten Tulang Bawang atau di sentra hasil olahan ikan yang
ada di Menggala. Diharapkan, komoditas unggulan Kabupaten
Tulang Bawang berupa ikan asap, ikan asin, terasi, kerupuk ikan
dan lainnya dapat dikembangkan menjadi produk yang mempunyai
nilai ekonomis lebih tinggi dan dikemas dengan cara yang baik,
sehingga menarik minat pembeli dan berdaya saing nasional.
c. Sale Pisang
Sale pisang merupakan makanan hasil olahan dari buah pisang
yang diarsir tipis kemudian dijemur. Tujuan penjemuran adalah
untuk mengurangi kadar air buah pisang, sehingga pisang sale
lebih tahan lama. Sale pisang merupakan produk kreatif dari sektor
usaha kecil yang dapat memberika nilai tambah terhadap buah
pisang.
Buah pisang yang biasanya dimakan setelah matang ataupun
diolah menjadi panganan seperti gorengan yang memiliki
kandungan minyak yang tinggi kini dapat diolah menjadi makanan
yang lebih rendah lemak karena diproses melalu pengeringan dan
pengasapan sehingga nilai gizinya lebih terjaga tanpa melalui
penggorengan. Sifat-sifat penting yang sangat menentukan mutu
sale pisang adalah warna, rasa, bau, kekenyalan, dan ketahanan
simpan. Adapun pengembangan terhadap produk sale pisang
dengan mengembangkan pola klaster dapat dilakukan di
Kecamatan Banjar Agung, Banjar Margo, Banjar Baru, Menggala
Timur dan Kota Menggala dengan mempertimbangkan pasokan
bahan baku, dan jarak untuk lokasi pemasaran produk. Dengan
adanya rest area tol trans Sumatera, diharapkan keripik pisang bisa
menjadi oleh-oleh andalan dari Kabupaten Tulang Bawang.
198
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH DI
KABUPATEN TULANG BAWANG

d. Kain Tapis
Kain Tapis merupakan salah satu jenis kerajinan tradisional
masyarakat Lampung dalam kehidupannya, baik terhadap
lingkungannya maupun Sang Pencipta Alam Semesta. Karena itu,
munculnya kain Tapi ini ditempuh melalui tahap-tahap waktu yang
mengarah kepada kesempurnaan teknik tenunnya, maupun cara-
cara memberikan ragam hias yang sesuai dengan perkembangan
kebudayaan masyarakat. Kain Tapis biasanya berupa sarung yang
biasa dikenakan pada acara adat seperti acara resepsi pernikahaan
dan acara tradisional lainnya. Adapunpengembangan terhadap
produk kain tapis dengan mengembangkan pola klaster dapat
dilakukan di Kota Menggala
e. Telur Asin Rasa Udang
Telur merupakan salah satu hasil ternak yang mempunyai
kandungan gizi yang sangat besar. Dari sebutir telur diperoleh gizi
yang cukup sempurna dan mudah dicerna oleh tubuh. Sebenarnya
telur merupakan salah satu bahan pangan yang mudah rusak.
Untuk mengatasi hal tersebut banyak orang yang mencoba
mengawetkan telur agar dapat bertahan lama, tidak busuk, tidak
merubah warna dan tidak merubah nilai gizi. Hadirnya inovasi
pengolahan telur agar memiliki nilai tambah lebih melalui
pengawetan telur menjadi telur asin merupakan salah satu bentuk
penguatan unit usaha kecil yang dimiliki oleh masyarakat. Adapun
sentra telur asin rasa udang daat dipusatkan di Desa Bratasena,
Kecamatan Dente Teladas, Kabupaten Tulang Bawang
Strategi aggregasi seperti ini dibutuhkan untuk meningkatkan
daya saing UMKM. Ekspor arang sangat menjanjikan, namun saat
ini yang untung pengusaha, bukan para petani. Karena pohon
sudah di sewa untuk dipelihara sampai berbuah. Ini terjadi
dibeberapa daerah dengan hasil pertanian yang berbeda. Aggregasi
bisa dilakukan oleh koperasi, koperasi merupakan wujud nyata dari
199
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH DI
KABUPATEN TULANG BAWANG

sistem demokrasi ekonomi yang dicita-citakan yang akan


membawa rakyat Indonesia kearah pintu gerbang kemandirian.
Hal ini juga sebagaimana tertuang dalam pasal 33 UUD 1945
yang asli beserta penjelasannya serta ide Trisakti yang diadopsi
dalam program Nawacita. Kekuatan koperasi terletak pada upaya
membangun karsa sebagai pokok perjuangan meraih kemakmuran,
dan menolong diri sendiri merupakan prinsip dasar dalam
menegakkan kemandirian ekonomi.

2. Dukungan pemasaran
Pemasaran merupakan faktor penting dalam mengembangkan
UMKM, pemerintah perlu lebih proaktif dalam mendukung kegiatan
pemasaran UMKM. Ada tiga hal yang direkomendasikan, yakni
dukungan:
a. penggunaan e-commerce;
b. mensinergikan pasar tradisional dan pasar modern, dan;
c. memperoleh sertifikasi halal dan HaKI.
Pertama,kebutuhan e-commerce di kalangan UMKM sudah
sangat tinggi, konsep yang bisa menggambarkan proses jual beli
barang pada internet atau proses jual beli atau pertukaran produk,
jasa, dan informasi melalui jaringan informasi termasukinternet.
Pertumbuhan pesat pangsa pasar e-commerce di Indonesia
memang sudah tidak bisa diragukan lagi. Data Statista 2019
menunjukkan pengguna internet di Indonesia pada 2018 sebanyak
95,2 juta, tumbuh 13,3% dari 2017 yang sebanyak 84 juta
pengguna. Pada tahun selanjutnya pengguna internet di Indonesia
akan semakin meningkat dengan rata-rata pertumbuhan sebesar
10,2% pada periode 2018-2023. Pada 2019 jumlah pengguna
internet di Indonesia diproyeksikan tumbuh 12,6% dibandingkan

200
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH DI
KABUPATEN TULANG BAWANG

2018, yaitu menjadi 107,2 juta pengguna.98 Pasar e-commerce


menjadi tambang emas yang sangat menggoda bagi sebagian orang
yang bisa melihat potensi ke depannya. Dalam laporan yang dirilis
Google dan Temasek ini, salah satu sektor dengan nilai transaksi
terbesar adalah e-commerce. Indonesia diprediksi berada di
peringkat teratas dalam beberapa tahun ke depan di sektor ini.
Nilainya diperkirakan mencapai US$ 21 miliar pada tahun ini dan
berkali lipat menjadi US$ 82 miliar pada 202599.Pemerintah daerah
bisa ikut memfasilitasi berkembangnya budaya teknologi infromasi
minimal dengan menyediakan fasilitas promosi produk unggulan
UMKM Kabupaten Tulang Bawang.
Kedua, mensinergikan pasar tradisional dengan pasar modern.
Pasar tradisional dan peritel modern sebenarnya mempunyai peran
yang sama penting dalam perekonomian. Keduanya berperan
menjaga agar proses distribusi barang dan jasa dalam
perekonomian berjalan lancar. Sinergi keduanya sangat diperlukan
demi kepentingan pengembangan UMKM. Arnold dan
Luthra100mengidentifikasi beberapa nilai strategis dari ritel modern
yang harus dipertahankan. Namun, pasar tradisional juga penting
dalam perluasan kesempatan kerja. Ada beberapa kiat sinergi yang
bisa dilakukan, antara lain:
a. Pola kerjasama dengan Yayasan Danamon Peduli (YDP) yang
melakukan program peremajaan pasar tradisional di Pasar
Sindangkasih, Majalengka, Jawa Barat perlu dijadikanmodel.

98 https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2019/09/09/berapa-
pengguna-internet-di-indonesia, diakses pada tanggal 12 Oktober 2019 pukul
10.00 WIB.
99 https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2019/10/10/nilai-
transaksi-digital-perdagangan-elektronik-indonesia-terbesar-di-asia-tenggara,
diakses pada tanggal 12 Oktober 2019 pukul 10.00 WIB.
100 Stephen J. Arnold, Monika Narang Luthra, Market Entry Effects of Large

Format Retailers: A Stakeholder Analysis, International Journal of Retail &


Distribution Management 28(4/5):139-154, May 2000.

201
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH DI
KABUPATEN TULANG BAWANG

b. Pembagian segmen yang jelas antara keduanya dan peran


pemerintah dalam melakukan kontrol.
c. Membangun kemitraan sehingga Pedagang pasar tradisional
mendapat manfaat harga terendah atas pembelian barang
dagangan dari Indogrosir. Kemudian pedagang di pasar
tradisional bisa mendapat fasilitas kredit dalam pembelian
barang dagangan, dan mendapat bantuan serta bimbingan
teknis lainnya.
d. Zoning layanan yang ketat yang dipandu oleh regulasi. Sehingga
ada pembagianwilayah pemasaran diantara keduanya.
Ketiga, konsumen kini sudah mulai selektif dalam
memanfaatkan produk UMKM khususnya berkenaan dengan
kehalalan produk makanan kuliner. Tapi bagi pelaku UMKM biaya
untuk pengurusan sertifikasi itu terasa mahal dan sulit. Demikian
pula bantuan untuk memperoleh HaKI perlu ditingkatkan.

3. Pembinaan Wirausaha Baru


Pembangunan kreativitas merupakan faktor penting untuk
mengembangkan usaha UMKM. Sehingga masyarakat pelaku
usaha harus didorong untuk mengikuti pelatihan yang mengarah
pada pembentukan kreativitas. Bisa dilakukan dengan tiga cara,
yakni:
a. Pemaganganwirausaha pemula;
b. Inkubator bisnis, dan
c. Optimalisasi Kopsis/Kopma.
Ketiganya membutuhkan komunikasi yang efektif dengan
berbagai pihak misalnya Kamar Dagang dan Industri (KADIN),
Dewan Koperasi Indonesia (DEKOPINDA), Perguruan Tinggi, dan
sekolahan serta pesantren. Untuk itu perlu dibuat grand design
untuk pembinaan ini, yang diturunkan dalam kurikulum yang
relavan. Upaya ini bagi Kabupaten Tulang Bawang sangat penting,
202
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH DI
KABUPATEN TULANG BAWANG

karena generasi mudanya tengah menyaksikan perubahan


peradaban yang cukup drastis dalam pemilihan mata pencaharian
dan penghidupan. Jadi bukan hanya persoalan teknis namun juga
masalah perubahan mindset.
UMKM yang merupakan mayoritas pelaku ekonomi nasional
dengan kemampuan serap angkatan kerja yang luar biasa, serta
memberikan kontribusi yang besar bagi PDRB ternyata dibiarkan
bekerja sendiri di pasar barang dan jasa, tanpa perlindungan dan
pengaturan yang memadai. Kebijakan affirmative di bidang
permodalan, perizinan usaha, pemasaran, perpajakan,
infrastruktur hampir tidak ada; sehingga UMKM menjadi sub
ordinasi dari sistem perekonomian liberal yang hanya mengisi
relung-relung pasar yang sempit yang disisakan oleh para pemodal
kuat sebagi bentuk charitydan hubungan bisnis yang kurang
sepadan. Padahal di sisi lain, koperasi yang berpotensi menawarkan
sinergisme antar pelaku UMKM dibiarkan hanya mengais
urusan-urusan kegiatan program pemerintah yang kurang sejalan
dengan jati diri koperasi sebagai organisasi swadaya (self-helf
organization).
Peraturan daerah yang dibentuk diharapkan dapat
melengkapi perundang-undangan yang sudah ada dalam
pengaturan kesejahteraan masyarakat melalui penguatan daya
saing UMKM melalui koperasi. Peraturan daerah yang lahir
diharapkan dapat mendorong lahirnya sistem informasi produk
unggulan daerah sebagai bagian dari teknik pemasaran, jaringan
usaha antar pelaku, penyiapan sumberdaya manusia UMKM yang
terencana, dan konektivitas usaha UMKM, serta pembiasaan
penggunaan hasil riset bagi Pembina UMKM. Beberapa hal yang
perlu dipertimbangkan untuk bisa disusun Peraturan Daerah atau
Peraturan Bupati guna memperkuat posisi Koperasi dan UMKM,
antara lain:
203
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH DI
KABUPATEN TULANG BAWANG

a. Penguatan Koperasi dalam upaya meningkatkan daya saing


UMKM
b. Penyertaan Modal Pemerintah Daerah kepada Koperasi Kredit
Unggulan.
c. Dukungan Pemasaran terpadu bagi UMKM
d. Pedoman Pengelolaan Dana Penguatan Modal KUMKM
e. Uraian Tugas pada Unsur Organisasi Terendah Dinas Koperasi
dan UMKM
f. Pemberdayaan Koperasi dan UMKM dalam Klaster
g. Penyelenggaraan Koordinasi dan Pengendalian Pemberdayaan
Koperasi dan UMKM dalam klaster
h. Pembentukan Tim Fasilitasi Pengembangan Usaha Kecil
Menengah
i. Pembentukan Tim Pengembangan Inkubator Bisnis,
j. Pembentukan Wirausaha Baru dan Penguatan Koperasi Siswa
(Kopsis) dan Koerasi Mahasiswa (Kopma)
k. Pembentukan Kelompok Kerja Kegiatan Sertifikasi Halal,
HakI, dan Hak Atas Tanah dalam Pemberdayaan UMKM.
l. Perlindungan dan Pemberdayaan Pasar Tradisional serta
Pengaturan Ijin Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern.
m. Pemasyarakatan Penggunaan Produk Daerah.

D. Permodelan Hasil Rumusan Perencanaan, Koordinasi dan


Pengembangan UMKM Dalam Upaya Digitalisasi Produk
UMKM Sebagai Solusi Bertahan Di Era Pandemi
Pemerintah telah berupaya meningkatkan akses dan transfer
teknologi untuk mengembangkan pelaku UKM inovatif yang antara
lain dengan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (TIK)
sehingga diharapkan akan mampu bersaing dengan pelaku UKM
asing. Saat ini, pemasaran produk dan pelayanan perusahaan
merupakan proses yang interaktif akibat penggunaan teknologi
204
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH DI
KABUPATEN TULANG BAWANG

informasi. Perusahaan tidak hanya menyediakan katalog produk


dan promosi di situs-nya, namun situs perusahaan sudah
digunakan sebagai sarana untuk berdialog, berdiskusi, dan
berkonsultasi dengan konsumen secara online, menampilkan
buletin boards, membuat kuesioner elektronik, mailing list, dan
koordinasi melalui surat elektronik.101
Pelaku bisnis di Indonesia semakin menyadari kekuatan internet
dan perangkat digital dalam peningkatan kinerja usahanya.102
Situs, media sosial, dan aplikasi mobile messaging merupakan
media yang sangat penting bagi pelaku UKM dalam berinteraksi
dengan konsumen.103 Sebanyak 38% pemilik dan manager bisnis
menyatakan bahwa situs merupakan hal yang sangat penting bagi
mereka untuk berinteraksi dengan konsumen, sedangkan 32% dan
23% memilih media sosial dan aplikasi mobile messaging dalam
berinteraksi dengan konsumen. Lebih lanjut Delloite
menyampaikan hasil risetnya terhadap 437 UKM yang tersebar di
kota Medan, Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya dan Makasar
yang menunjukan beberapa keuntungan penggunaan teknologi
digital bagi UKM di Indonesia adalah: kenaikan pendapatan hingga
80%, satu setengah kali lebih mungkin untuk meningkatkan
kesempatan kerja, 17 kali lebih mungkin untuk menjadi lebih
inovatif dan UKM lebih kompetitif secara internasional.104
Demikian pula hasil riset di tahun 2016 terhadap 60 UKM yang
berlokasi di Sentra Industri SKOCI Bandung dan Batik Trusmi

101 Rustono, 2013, Pemanfaatan Teknologi Informasi Dan Pengaruhnya


Terhadap Kinerja Usaha Kelompok Bisnis Entrepreneur [Online]. Tersedia pada :
http://admisibisnis.blogspot.com/2013/12/pemanfaatan-teknologi-informasi-
dan.html.
102 Delloite. 2015. UKM Pemicu kemajuan Indonesia : Instrumen pertumbuhan

bangsa [Online]. Tersedia pada:


http://www2.deloitte.com/content/dam/Deloitte/id/Documents/finance/id-
fas-sme-powering-indonesia-success-report-bahasa-noexp.pdf.
103 Ibid.
104 Ibid.

205
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH DI
KABUPATEN TULANG BAWANG

Cirebon bahwa digitalisasi memberikan pengaruh terhadap


peningkatan kinerja UKM berupa: Akses ke pelanggan baru di
Dalam Negeri 30.67%, Peningkatan penjualan dan pendapatan
26.67%, Kemudahan transaksi dengan pelanggan dan pemasok
20,33%, Biaya periklanan yang lebih murah 14.78% dan Akses
market baru di Luar Negeri 7.56%. 105

Indonesia merupakan negara yang memiliki pelaku industri


UKM paling banyak, hal ini disebabkan oleh tingginya usia
produktif di Indonesia yang tidak berbanding lurus dengan
ketersediaan jumlah lapangan pekerjaan (menurut Ketua Dewan
Pertimbangan Kadin DKI, Dhaniswara K Harjono),106 mendorong
orang Indonesia berlomba-lomba menciptakan terobosan untuk
meningkatkan daya saing demi memajukan perekonomian masing-
masing. Tidak heran semakin banyak bermunculan pelaku usaha
sektor industri Usaha Kecil Menengah. Pemberdayaan usaha mikro,
kecil dan menengah (UMKM) di berbagai daerah akan menjadi
solusi jitu guna mengatasi kelesuan yang sedang melanda kondisi
perekonomian nasional saat ini. Hal tersebut menunjukkan bahwa
UKM atau UMKM memiliki pengaruh yang besar terhadap
perekonomian Indonesia.
Dalam rancangan kebijakan Masterplan Percepatan dan
Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI), Pemerintah
Indonesia berkomitmen untuk mengubah Indonesia menjadi negara
berpendapatan menengah pada tahun 2025. Untuk mencapai hal
tersebut Indonesia membutuhkan setidaknya pertumbuhan

105 Development Strategy Of Digital Start Up To Confront The Era Of Free


Market, Jurnal Manajemen Indonesia, Vol.16-No.2 April 2016.
106 merdeka.com, 2014, Jumlah UMKM Indonesia 57.9 juta, terbanyak

dibanding negara lain [Online]. Tersedia pada:


http://www.merdeka.com/uang/jumlah-umkm-indonesia-579-juta-terbanyak-
dibanding-negara-lain.html.
206
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH DI
KABUPATEN TULANG BAWANG

ekonomi 7 % per tahun, 2 % diatas rata-rata pertumbuhan ekonomi


selama ini.
Dapat menjadi pelajaran bagi kita bahwa pada saat krisis
ekonomi melanda di Indonesia tahun 1997 lalu, dimana banyak
perusahaan-perusahaan besar yang mengalami kerugian, kelesuan
dan bahkan berhenti aktifitas usahanya. Namun Usaha Kecil dan
Menengah terbutki lebih tangguh dalam menghadapi krisis ekonomi
tersebut dan mampu menyelamatkan perekonomian Indonesia
pada saat dilanda kiris, sehingga sektor Usaha Kecil dan Menengah
sangat diharapkan untuk mampu meningkatkan pertumbuhan
ekonomi.
Menurut data dari Asian Development Bank (ADB) Institute
tahun 2015, Indonesia merupakan negara yang memiliki kontribusi
terbanyak dari SME / UKM terhadap PDB 57.8%, penyerapan
tenaga kerja 97.2 %, serta total ekspor 15.8 % sebagaimana terlihat
sebagai berikut:
Gambar 2. SME Share Of Employment, Export And Contribution To GDP.

Dengan 57 juta lebih UKM yang ada di Indonesia, tentu akan


memberikan dampak yang signifikan terhadap pertumbuhan
ekonomi di Indonesia. Sejalan dengan program pemerintah dalam
memajukan UKM, PT. TELKOM kini sedang menggalakan program
Pembangunan Kampung UKM Digital. Yaitu kampung dimana
pemanfaatan teknologi informasi secara komprehensif dan integratif
207
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH DI
KABUPATEN TULANG BAWANG

untuk mendukung proses bisnis yang berjalan di Sentra UKM atau


UKM yang terpusat di suatu lokasi tertentu dalam rangka
mewujudkan jutaan UKM yang maju, mandiri, dan modern.
Inisiasi kampung UKM Digital merupakan wujud bakti Telkom
untuk membantu UKM Indonesia dalam rangka meningkatkan
pertumbuhan ekonomi Indonesia, modernisasi dan peningkatan
kompetensi serta daya saing UKM melalui ICT. Implementasi dari
Kampung UKM Digital ini ditandai dengan beberapa parameter
diantaranya:
1) Tersedianya jaringan infrastruktur telekomunikasi baik berupa
jaringan fixed, wirelles maupun satelit yang menjangkau seluruh
wilayah kampung UKM.
2) Adanya wadah komunitas/ Tenaga Wira IT dan sarana pelatihan
berupa Broadband Learning Center.
3) Dilakukan pemanfaatan solusi dan layanan Teknologi Infomasi
di dalam lingkungan Kampung UKM.
Ratusan Kampung UKM Digital dibeberapa kota di Indonesia
telah diresmikan, namun dalam pengelolaannya selama ini masih
dijumpai beberapa kendala sehingga diperlukan strategi untuk
pengembangan Kampung UKM Digital kedepan.
Dengan adanya jalan tol yang melintasi Kabupaten Tulang
Bawang tentunya akan membuka peluang bagi peningkatan
ekonomi masyarakat Kabupaten Tulang Bawang107. Salah satu
sektor yang berpotensi untuk meningkatkan pendapatan
masyarakat adalah melalui UMKM. Sehingga dengan upaya
digitalisasi produk UMKM diharapkan dapat menjadi solusi bagi
UMKM di Kabupaten Tulang Bawang untuk bertahan di era
pandemi Covid 19 yang memberikan pukulan yang luar biasa bagi
sektor perdagangan tidak terkecuali sektor UMKM.

107 https://www.teknikarea.com/tujuan-dan-manfaat-jalan-tol/, diakses


pada tanggal 18 Oktober 2020 pukul 01.00 WIB.
208
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH DI
KABUPATEN TULANG BAWANG

1. Strategic Situational Analityc


Pergeseran perilaku masyarakat Indonesia dalam menggunakan
teknologi digital mendorong pertumbuhan e-commerce di Indonesia
sebagaimana terlihat sebagai berikut:
Gambar 3. e-Commerce MarketDevelopment in Indonesia.

Sumber: Spire Research

Dengan melihat populasi yang besar 259 juta, merupakan suatu


peluang besar bagi UKM untuk memasarkan produknya, dari 326
juta pengguna mobile phone dan lebih dari 88 juta pengguna
internet, serta lebih dari 79 juta pengguna facebook akan semakin
membuka peluang dan memudahkan UKM dalam melakukan
promosi dan mengembangkan usaha melalui media digital.108 Di
Indonesia, rata-rata orang menghabiskan waktu untuk

108 Partner, D, 2016, Indonesia Digital Consumer Opportunity [Online].


Tersedia pada: https://cdn-ds.kilatstorage.com/wp-
content/uploads/2016/08/wearesocial-1.png.
209
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH DI
KABUPATEN TULANG BAWANG

menggunakan internet adalah 4.42 jam/ hari (desktop) dan 3.33


jam/hari melalui mobile phone serta untuk menggunakan social
media rata-rata 2,51jam/hari dan menonton televisi 2.22
jam/hari,109 ini menandakan bahwa menggunakan internet dan
social media sudah menjadi behaviour di Indonesia.
Pertumbuhan pengguna internet, mobile user, dan pengguna
social media, mendorong pergeseran perilaku belanja konsumen
digital Indonesia menuju online shopping. Tren penjualan malalui
internet semakin naik, dengan demikian tampaknya, perilaku
konsumen Indonesia mulai terbiasa dengan belanja online. Tren
belanja online di Indonesia akan semakin cerah di masa mendatang.
E-commerce, Advertising, dan Financial Services merupakan tiga
pendorong utama pertumbuhan digital consumer di Indonesia.
Market size consumer digital Indonesia tahun 2020 diperkirakan
mencapai Rp 170 Trilyun. Barang elektronik termasuk gadget dan
fashion merupakan produk online yang paling banyak dibeli oleh
konsumen digital Indonesia, salah satu faktor yang menjadi
pertimbangan utama bagi konsumen digital saat melakukan online
shopping adalah faktor keamanan.
Gambar 4. Indonesia Digital Consumer Opportunity

Sumber: Delta Partners,8 Juni 2016.

109 We Are Social, 2016, Penggunaan Internet di indonesia [Online]. Tersedia


pada : http://wearesocial.com/uk/special-reports/digital-in-2016.
210
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH DI
KABUPATEN TULANG BAWANG

Biaya promosi secara tradisional (offline) lebih mahal


dibandingkan biaya promosi yang harus dikeluarkan melalui media
digital. Beberapa macam media promosi tradisional, yaitu print
media (koran, majalah, brosur), broadcast media, direct mail, dan
telemarketing. Sementara itu promosi secara digital dapat
dilakukan melalui website, social networking, video marketing, dan
digital advertising.
Para UKM di Indonesia tingkat keterlibatan secara digital dapat
dikategorikan/ dikelompokkan kedalam 4 kategori sebagai berikut:
1) Bisnis offline; yaitu bisnis yang tidak memiliki akses terhadap
broadband, tidak memiliki komputer atau smartphone dan tidak
memiliki website serta tidak memiliki kehadiran secara online.
2) Bisnis online dasar; yaitu bisnis yang memiliki akses
broadband/ terhubung ke internet secara sederhana dan alat
digital seperti komputer dan smartphone. Namun, bisnis tersebut
tidak terlibat dalam media sosial (kecuali email) dan tidak
memiliki kemampuan e-commerce untuk pemesanan atau
pembayaran.
3) Bisnis online menengah; bisnis yang memiliki konektivitas
digital dan juga secara aktif terlibat dalam media sosial atau
dengan mengintegrasikan situs mereka dengan media sosial, live
chat atau ulasan konsumen. Bisnis ini belum memiliki
kapabilitas e-commerce sepenuhnya.
4) Bisnis online lanjutan; yaitu bisnis yang memiliki konektivitas,
integrasi jejaring sosial dan kapabilitas e-commerce. Secara
definitif, semua bisnis online lanjutan telah memiliki fasilitas
pemesanan dan pembayaran secara online.
Berdasarkan hasil survey di lapangan, UMKM di Kabupaten
Tulang Bawang didominasi oleh bisnis offline. Sehingga dengan
prototokl kesehatan yang meminimalisir interaksi sosial,

211
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH DI
KABUPATEN TULANG BAWANG

menjadikan sektor UMKM di Tulang Bawang mengalami penurunan


omset yang sangat drastis.
2. Hasil dan Pembahasan Terkait Digitalisasi UMKM
Hasil indepth interview dengan beberapa UKM, diberbagai jenis
usaha bahwa secara garis besar kesulitan dari para UKM dapat
dikelompokan menjadi 3 bagian yaitu:
1) UKM mengalami kesulitan mengakses internet karena
terbatasnya ketersediaan infrastruktrur ICT.
2) UKM mengalami kendala dalam proses produksi:
a) Kesulitan mendapatkan bahan baku karena hanya memiliki
daftar supplier yang terbatas.
b) Kesulitan mendapatkan tenaga kerja yang terampil.
c) Kesulitan melakukan pengelolaan inventory.
3) UKM belum dapat menjangkau pasar yang lebih luas:
a) Promosi masih dilakukan secara offline sehingga biaya yang
dikeluarkan sangat tinggi dan tidak tepat sasaran.
b) Informasi tentang produk UKM terbatas sehingga konsumen
tidak mengetahui produk yang dijual UKM.
c) Belum memiliki komunitas sehingga sulit untuk
mengembangkan usaha.
Disamping hasil desk research, survey dan wawancara
dilapangan terhadap pelaku usaha (UKM) diperoleh voice of
customer sebagai berikut:
Voice of Customer UKM Digital:
1) UKM memiliki keterbatasan pengetahuan tentang internet dan
pemasaran online.
2) Untuk kelancaran dan pengembangan usahanya, para UKM
meminta diberikan pelatihan dan pendampingan hingga mereka
dapat secara mandiri menggunakan teknologi ICT, termasuk
penyedian sarana dan prasarana. Hal ini dikarenakan
keterbatasan knowledge dari para UKM.
212
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH DI
KABUPATEN TULANG BAWANG

3) Mayoritas UKM belum mendapatkan dana pinjaman sehingga


harus menggunakan modal sendiri (80%), sedangkan 20% telah
mendapatkan tambahan modal pinjaman.
4) Awareness UKM terhadap produk e-commerce masih rendah
(31,67%)

Voice of customer UKM Offline:


1) UKM masih menjalankan usahanya secara offline dengan
membuka toko sebagai outlet penjualan dan menggunakan
komunikasi melalui telepon dan SMS.
2) Selama ini menggunakan modal kerja sendiri karena kesulitan
dalam mengajukan pinjaman ke bank yang mensyaratkan
anggunan.
3) Berharap order pesanan dari pelanggan eksisting dan calon
pelanggan lain yg mengetahuinya baik pada saat datang ke
outlet/ toko maupun rekomendasi dari pelanggan lainnya
termasuk juga order dari rekan sekerja.
4) Para UKM enggan untuk menggunakan media internet karena
keterbatasan pengetahuan dan tidak/ belum memiliki sarana
yang dibutuhkan baik komputer maupun smartphone.
5) Para UKM merasakan bahwa penjualan/ order pesanan sangat
dipengaruhi oleh kondisi lingkungan/ musim seperti Pilkada/
tahun ajaran baru, persaingan dan maraknya penjualan online
sehingga omzet penjualan mengalami naik turun.

Berdasarkan pemaparan faktor-faktor eksternal dan internal


diatas, maka dapat diidentifikasi opportunities, threats, strengths,
dan weaknesses sebagai berikut:
1) Opportunities:
a) Pertumbuhan pengguna internet, mobile user, dan pengguna
social media, mendorong pergeseran perilaku belanja
213
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH DI
KABUPATEN TULANG BAWANG

konsumen digital Indonesia menuju online shopping dan


mendorong pertumbuhan e-commerce di Indonesia.
b) E-commerce, Advertising, dan Financial Services merupakan
tiga pendorong utama pertumbuhan digital consumer di
Indonesia dengan market size yang terus meningkat.
c) Biaya promosi secara tradisional (offline) lebih mahal
dibandingkan biaya promosi yang harus dikeluarkan melalui
media digital.
d) Pemerintah Indonesia telah memiliki berbagai kebijakan yang
dapat membantu pengembangan UKM, khususnya dalam
mendorong pertumbuhan Gross Domestic Poduct (GDP) dan
peningkatan Ekspor.
e) Meski belum siap, pasar bebas ASEAN (MEA) merupakan
peluang bagi UKM untuk memperluas pasar regional.
f) Hasil survei menunjukkan bahwa adopsi teknologi digital
terbukti dapat meningkatkan kinerja UKM, antara lain pada
penigkatan Akses ke pelanggan baru di Dalam Negeri,
Peningkatan Penjualan dan Akses market baru di Luar
Negeri.
2) Threats:
a) Keamanan bertransaksi merupakan salah satu hal yang
menjadi pertimbangan utama bagi konsumen digital
Indonesia saat melakukan online shopping.
b) Market e-commerce Indonesia diperebutkan oleh banyak
pemain dan belum ada yang tampak dominan. Lazada,
Tokopedia, dan Elevenia untuk sementara menguasai market
share e-commerce Indonesia.
c) Terdapat tiga permasalahan utama UKM, yaitu keterbatasan
infrastruktur, banyaknya kendala dalam proses produksi
(kesulitan mendapatkan bahan baku, mendapatkan tenaga

214
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH DI
KABUPATEN TULANG BAWANG

kerja, dan sistem inventori) dan aksesibilitas pasar yang


masih kecil.
d) Hasil survei di Kampung UKM Digital Kabupaten Tulang
Bawang menunjukkan bahwa:
 UKM memiliki keterbatasan pengetahuan tentang internet
dan pemasaran online, sedangkan tingkat awareness
terhadap produk e-Commerce masih rendah (31.67%).
 Ketersediaan akses internet masih sangat terbatas.
 Mayoritas UKM tidak memperoleh dana pinjaman
sehingga sulit mengembangkan usahanya karena
pemodalan terbatas.
3) Strengths:
a) Program Kampung UKM Digital dapat mendukung dan
mendorong pertumbuhan adopsi UKM terhadap teknologi
digital.
b) Telah banyak layanan e-commerce bagi UKM, antara lain
Lazada.com, Jarvis-Store.com Bukalapak.com dan
Blanja.com dimana beberapa e-commerce ini telah dilengkapi
dengan layanan payment solution sehingga memudahkan
UKM dalam melakukan transaksi.
c) Selain layanan e-commerce, ada juga solusi yang dapat
mendukung UKM dalam mengembangkan bisnisnya. Solusi
ini terdiri dari penyediaan infrastruktur ICT dan konsultasi
bisnis bagi UKM (Starbox, Smartbisnis, MangoSTAR).
d) Pemerintah melalui PT. Telkom telah memiliki layanan
bantuan modal melalui Smart Funding.
e) Telkom memiliki solusi untuk membantu proses produksi
melalui Aplikasi Supply Chain Management.
4) Weaknesses:
a) Program Kampung UKM Digital belum berjalan maksimal
sesuai dengan yang telah direncanakan, baik dalam
215
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH DI
KABUPATEN TULANG BAWANG

penyediaan sarana dan prasarana maupun dalam kerjasama


dengan pihak lain dalam konsep PentaHelix.
b) Program pelatihan dan pendampingan UKM belum berjalan
secara baik meski telah disusun kurikulum pelatihan bagi
UKM.
c) Jumlah tiang wifi di Kabuaten Tulang Bawang masih sangat
sedikit dan sebagian besar jaringan internet belum tersebar
merata di 15 Kecamatan yang ada di Kabupaten Tulang
Bawang, sehingga jaringan internet yang kuat dan stabil
relatif sulit didapat secara merata.
d) Jumlah Akses Point Wifi.ID, sebagai alternatif pengganti yang
terpasang di Kampung UKM Digital masih perlu diperbanyak.
Sehingga dapat dipetakan strategi dari masing-masing
sebagaimana terlihat sebagai berikut:
Gambar 5 SWOT Strategic Analysis

Agar strategi yang akan disusun mudah untuk


diimplementasikan maka dihubungkan dengan tingkat kepentingan
dan urgentcynya dapat dilihat pada gambar berikut:

216
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH DI
KABUPATEN TULANG BAWANG

Gambar 6. Strategi Pengembagan Kampunng Digital

Sehingga strategi yang dapat disusun dalam pengembangan


Kampung UKM Digital dan UKM Personal adalah sebagai berikut:
1) Jangka Pendek (dalam kurun waktu < 6 bulan)
a) Menyediakan infrastruktur berupa pemasangan/
penambahan Akses Point Wifi.ID, menyiapkan jaringan
3G/4G dan menyiapkan layanan MangoSTAR (satelite)
sebagai solusi akses internet bagi Kampung UKM yang berada
di wilayah yang belum terjangkau layanan kabel, fiber
maupun mobile.
b) Menyelenggarakan Pelatihan selain materi teknis tentang ICT
dan Produk ecommerce juga materi tentang wawasan bisnis
untuk menumbuhkan jiwa enterpreneurship dimana
kurikulum disesuaikan dengan tingkat UKM dalam adopsi
ICT.

217
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH DI
KABUPATEN TULANG BAWANG

c) Menyelenggarakan Pelatihan mengenai aspek hukum


telematika, terutama ketentuan hukum yang mengatur
tentang e-commerce dan akibat hukumnya.
2) Jangka Menengah (6 bulan – 1 tahun)
a) Mendorong penggunaan ecommerce antara lain dengan
menyediakan layanan managed service operational ecommerce
bagi UKM yang tidak mampu mengelola bisnis onlinenya
sendiri.
b) Melakukan pendampingan oleh tenaga Wira IT untuk
memastikan UKM dapat mengimplementasikan e-commerce
sendiri.
c) Menciptakan kemudahan transaksi bagi pelanggan &
pemasok dengan mempercepat implementasi solusi Supply
Chain Management (SCM) yang dilengkapi dengan solusi
pembayaran yang lengkap serta terintegrasi dengan layanan
jasa pengiriman barang offline maupun online.
d) Menyediakan sarana promosi yang lebih murah yang
terintegrasi dengan media sosial.
e) Mendukung kelancaran proses produksi dengan
mengembangkan marketplace pemasok untuk
mempermudah UKM dalam mendapatkan bahan baku,
mendorong menggunakan aplikasi online rekrutmen tenaga
kerja dan memanfaatkan layanan inventory management
system.
3) Jangka Panjang (di atas 1 tahun)
a) Meningkatkan akses market ke Luar Negeri, bekerjasama
dengan pemerintah dalam menciptakan regulasi yang
memudahkan UKM dalam melakukan export produknya,
memfasilitasi UKM yang memiliki produk berkualitas dan
peluang pasar di luar negeri dalam penyelenggaraan event/
pameran internasional dengan menyediakan boot bagi UKM
218
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH DI
KABUPATEN TULANG BAWANG

dan meningkatkan Search Engine Optimization (SEO) bagi


produk-produk di marketplace/ toko online agar selalu
berada di peringkat atas dalam mesin pencari.
b) Menyediakan bantuan modal kerja dengan mempercepat
implementasi Smart Funding dan melakukan pembinaan
kepada para UKM.
c) Memfasilitasi pelaku UMKM dengan konsumen dari wilayah
lain, baik dengan memfasilitasi kerjasama dengan
supermarket-supermarket, ataupun kerjasama antar
Pemerintah Daerah, ataupun kerjasama dengan Perusahaan
Daerah Pasar (PD Pasar) dari Provinsi ataupun
Kabupaten/Kota yang lain. Dimana dengan adanya jalan tol
trans sumatera dapat dipergunakan sebagai salah satu upaya
mengurangi waktu tempuh perjalanan.
4) Selain hal diatas diperlukan strategi pengembangan UKM
Personal sesuai dengan tingkat keterlibatan secara digital sbb:
a) Bisnis offline; memberikan edukasi dan menyediakan
connectivity.
b) Bisnis online dasar; memberikan edukasi dan pendampingan
tentang online marketing dan e-commerce.
c) Bisnis online menengah; menyediakan broadband access
internet dan content.
d) Bisnis online lanjutan; menyediakan broadband access
internet dengan service level guarante, content dan data
analitik.
Beberapa program yang diperlukan untuk mendukung
keberhasilan Kampung UKM Digital adalah sebagai berikut:
1) Review Road Map Kampung UKM Digital; diperlukan beberapa
perbaikan terutama dalam penyediaan infrastruktur dan
pelaksanaan pelatihan sebagaimana dapa dilihat sebagai
berikut:
219
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH DI
KABUPATEN TULANG BAWANG

Gambar 7. Review Road Map Kampung UMKM Digital.

2) Melakukan kerjasama dengan beberapa institusi (program Penta


Helix “ABCGM”) agar dapat secara cepat membuahkan hasil
yang diharapakan yaitu dengan Akademi, Pelaku Bisnis,
Community, Goverment dan Media seperti terlihat pada gambar
berikut:
Gambar 8. Program Penta Helix.

3) Dukungan terhadap sarana yang diperlukan untuk kelancaran


dalam pelaksanaan berupa Penyediaan Wifi Corner, Broadband
Learning Access, Penyediaan Layanan ICT, Pelatihan dan

220
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH DI
KABUPATEN TULANG BAWANG

pendampingan serta Bantuan Modal Usaha sebagaimana terlihat


pada gambar sebagai berikut:
Gambar 9. Sarana Kampung UMKM Digital.

4) Kurikulum pelatihan agar para UKM dapat menjankan usahanya


dengan maksimal dan dapat berjalan dengan lancar maka perlu
diberikan pelatihan yang disesuaikan dengan tingkatannya
terbagi dalam Basic, Intermediate dan Advance. Berdasarkan
data primer, UMKM di Kabupaten Tulang Bawag didominasi
pada tingkatan Basic, sehingga diperlukan upaya ekstra untuk
mengupgrade kemampuan.
Gambar 10. Kurikulum Pelatihan

221
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH DI
KABUPATEN TULANG BAWANG

3. Upaya Diversivikasi Produk Dalam Upaya Meningkatkan Nilai


Tambah Ekonomis Produk
a. Produk Kelapa Sawit
1) Hasil Olahan TBS (Tandan Buah Segar)
Tandan buah segar yang diolah tidak hanya menghasilkan
minyak sawit dan minyak inti sawit saja, tetapi ada beberapa hasil
ikutan dari limbah yang masih dapat dimanfaatkan. Misalnya hasil
olahan Tandan Buah Segar yang dapat dipergunakan untuk
makanan ternak dan sebagai pupuk.110
a) Sebagai Pupuk
Menurut Mangoensoekarjo dan Semangun111, bahwa limbah
pabrik adalah produk sampingan yang dihasilkan pabrik CPO
(Crude Palm Oil) dan PKO (Palm Kernel Oil) dari proses pengolahan
Tandan Buah Segar (TBS). Terdapat dua macam limbah pabrik
yaitu limbah padat dan limbah cair. Limbah padat adalah tandan
kosong, fiber. cangkang , sampah loading ramp, dan solid decanter.
Sementara limbah cair adalah limbah cair dari kolam limbah. Kedua
jenis limbah pabrik tersebut dapat diaplikasikan ke tanaman
dengan tujuan adalah:
1) Dari sisi pabrik adalah untuk mengurangi biaya pengolahan
limbah.
2) Dari sisi kebun adalah untuk mengganti sebagian atau seluruh
hara yang biasanya diberikan melalui pupuk anorganik dengan
tujuan menghemat biaya pemupukan, mendaur-ulang limbah
pabrik ke kebun dengan tujuan menghindari pencemaran
lingkungan, memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologis serta
menambah bahan organik di dalam tanah sehingga
perkembangan akar dapat meningkat.

110
Mangoensoekarjo, S. dan H. Semangun, 2005, Manajemen Agribisnis
Kelapa Sawit, Gajah Mada University Press, Yogyakarta,hlm 605.
111
Ibid., hlm 607.
222
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH DI
KABUPATEN TULANG BAWANG

b) Sebagai Bahan Bakar dan Energi


Cangkang tempurung kelapa sawit dan tandan kosong dapat
dimanfaatkan sebagai bahan bakar. Pemanfaatan tempurung
sebagai bahan bakar dapat langsung digunakan atau dibuat
arang.112.
Pemanfaatan limbah organik kotoran padat dan cair dari
ternak sapi untuk pupuk organik dan energi adalah konsep
mutualisme dari integrasi sawit, sapi dan energi yang akan
didiseminasi pada perkebunan-perkebunan kelapa sawit. Konsep
ini diharapkan dapat lebih mendekatkan perkebunan kelapa sawit
dengan ternak sapi. Limbah organik kotoran sapi yang dihasilkan
dapat mencapai 15-25 kg (berat basah) per hari untuk rerata bobot
sapi 350 kg. Sedangkan kotoran cairnya dapat mencapai 10-11 liter
per hari. Hasil pengujian kandungan unsur hara kotoran padat dan
cair di Laboratorium Pupuk, Pusat Penelitian Kelapa Sawit
menunjukkan kandungan nitrogen yang cukup tinggi.
Tabel 39. Kandungan unsur hara makro pada kotoran padat sapi
Kandungan nutrisi Besaran Satuan
Nitrogen 1,01 %
P2O5 larutan dalam asam mineral 0,13 %
K2O 0,33 %
MgO 0,20 %
Ph 7,18
Zn 0,90 %
Kadar air 69,02 %

Tingginya kandungan unsur hara yang terdapat dalam


kotoran padat dan cair ternak sapi ini, maka limbah organik
kotoran ternak sapi ini sangat baik digunakan menjadi pupuk
organik di perkebunan kelapa sawit. Hasil penelitian pengomposan
kotoran sapi, baik cair dan padat dengan fiber kelapa sawit minggu
selama 12 minggu menghasilkan rasio C/N sebesar 15,14-16,52.
Sedangkan kandungan hara mineral fosfor berkisar 1,39-1,77%,

112
Ibid., hlm 609.
223
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH DI
KABUPATEN TULANG BAWANG

hara mineral kalium berkisar 1,22-1,36%, hara mineral kalsium


berkisar 0,55-0,76% dan hara mineral magnesium berkisar 0,41-
0,60%113.
Penelitian pemanfaatan limbah organik ternak sapi di
beberapa kebun percobaan yang ada di Indonesia pada pembibitan
utama dan tanaman menghasilkan berumur 5 tahun (TM 5)
menunjukkan perbedaan yang nyata secara visual dibandingkan
tanaman yang tidak diaplikasikan limbah organik sapi. Warna daun
pada aplikasi lebih hijau dan mengkilap dan pertumbuhan tanaman
lebih jagur.

Gambar 11. Diagram Pemanfaatan Kotoran Sapi untuk Biogas

Penggunaan limbah organik ternak sapi juga dapat


dimanfaatkan sebagai sumber energi. Pemanfaatan kotoran sapi
dari 40 ekor (rerata berat badan 350 – 400 kg) menggunakan reaktor
pembangkit biogas (digester) ukuran diameter 6,4 m dan kedalaman
4,4 m dengan volume sekitar 60 m3. Setiap ekor sapi mengeluarkan
kotoran sebanyak 25 kg/hari dan 1 kg kotoran sapi akan
menghasilkan sekitar 0,04 m3 biogas, maka 40 ekor sapi yang
mengeluarkan kotoran sebanyak 1.000 kg dapat menghasilkan

WARTA PPKS Volume 17 Nomor 1, Februari 2012, Integrasi Sawit, Sapi, dan
113

Energi:Dukungan Penelitian Pusat Penelitian Kelapa Sawit untuk Berkepanjangan,


hlm 13.
224
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH DI
KABUPATEN TULANG BAWANG

biogas sekitar 40 m3 biogas atau setara dengan 24,6 liter minyak


tanah/hari.
c) Tempurung Buah Sawit Untuk Arang Aktif
Tempurung kelapa sawit merupakan salah satu limbah
pengolahan minyak kelapa sawit yang cukup besar yaitu mencapai
60 % dari produksi minyak. Tempurung buah kelapa sawit dapat
dimanfaatkan sebagai arang aktif. Arang aktif dimanfaatkan oleh
berbagai macam industri antara lain industri minyak, karet, gula,
dan farmasi. Selama ini diperkebunan, tempurung kelapa sawit
digunakan hanya sebagai bahan bakar pembangkit tenaga uap dan
bahan pengeras jalan114.
d) Batang dan Tandan Sawit Untuk Pulp Kertas
Kebutuhan pulp kertas di Indonesia sampai saat ini masih
dipenuhi dari import. Padahal potensi untuk menghasilkan pulp di
dalam negeri cukup besar. Salah satu alternatif adalah dengan
memanfaatkan batang dan tandan kosong kelapa sawit untuk
digunakan sebagai bahan pulp kertas dan papan serat. Di Indonesia
sudah mulai banyak industri kertas memanfaatkan limbah kelapa
sawit tersebut sebagai alternatif bahan baku. Proses pembuatan
pulp kertas dapat dilakukan dengan dua cara yaitu proses dengan
NaOH dan proses dengan sulfat (sulfat tissue). Berbagai hasil
penelitian menunjukkan bahwa pengolahan dengan sulfat tissue
memenuhi Standart Industri Indonesia115.
e) Batang Kelapa Sawit Untuk Perabot dan Papan Partikel
Batang kelapa sawit yang sudah tua dapat dibuat sebagai
bahan perabot rumah tangga seperti mebel, furniture atau sebagai
papan partikel. Setiap batang kelapa sawit dapat diperoleh kayu
sebanyak 0,34 m3. Sifat-sifat yang dimiliki kayu kelapa sawit tidak

114
Yan Fauzi, dkk, 2004, ”Budidaya Kelapa Sawit Pemanfaatan Hasil dan
Limbah Analisis Usaha dan Pemasaran”, Penebar Swadaya, Jakarta, hlm 65.
115
Ibid., hlm 72.
225
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH DI
KABUPATEN TULANG BAWANG

berbeda jauh dengan kayu-kayu yang biasa digunakan untuk


perabot rumah tangga sehingga berpeluang untuk dimanfaatkan
secara luas.116
f) Batang Dan Pelepah Sawit Untuk Pakan Ternak
Batang dan pelepah dapat dimanfaatkan sebagai pakan
ternak. Pada prinsipnya terdapat 3 cara pengolahan batang kelapa
sawit untuk dijadikan pakan ternak yaitu pengolahan menjadi
silase, perlakuan NaOH dan pengolahan dengan menggunakan uap.
Untuk pelepah sawit, pengolahan yang paling efisien adalah dengan
membuat silase. Pengalaman peternak sapi di Malaysia pada usaha
penggemukan sapi dengan skala 1.500 ekor, menggunakan
komposisi makanan campuran dengan perbandingan 50 % pelepah
kelapa sawit dan 50 % konsentrat117.
Dari berbagai alternatif pakan asal industri kelapa sawit
tersebut, pelepah terbukti merupakan sumber pakan hijauan yang
dapat menggantikan ketergantungan pada rumput. Hasil riset
formulasi pakan lengkap yang dilakukan Pusat Penelitian Kelapa
Sawit, pemberian 55,70% cacahan pelepah segar dalam ransum
berhasil memberikan pertambahan bobot 1 kg/hari pada sapi lokal
dan 1,2 kg/hari pada sapi Brahman Cross.
Begitupun, tidak seperti pelepah yang tersedia melimpah
sepanjang waktu; sediaan bungkil sangat tergantung pada
keberadaan pabrik pengolahan inti yang relatif minim di Indonesia.
Kesulitan pada pengadaan bungkil akan dialami oleh peternak kecil
karena industrinya yang relatif minim dan tataniaganya yang relatif
tertutup.
Untuk mendukung pemanfaatan pakan berbasis pelepah
kelapa sawit, Pusat Penelitian Kelapa Sawit telah merancang alat
pencacah pelepah G5 – 700 – PPKS. Alat pencacah generasi kelima

116
Ibid.,hlm 78.
117 Ibid., hlm 85.
226
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH DI
KABUPATEN TULANG BAWANG

ini sanggup mencacah 700 kg pelepah per jam dengan ukuran


cacahan tidak lebih dari 0,5 cm. Feeding trial pada ternak sapi
mengindikasi bahwa produk cacahan yang dihasilkan dapat
diterima oleh ternak bahkan hingga proporsi 70% cacahan pelepah
dalam ransum dengan pertambahan berat 1,2 kg/hari. Keunggulan
mesin pencacah ini adalah mampu mencacah pelepah utuh mulai
dari pangkal pelepah sampai ujung pelepah, bahkan berdiameter 20
cm.
Pelepah yang akan dicacah juga tidak memerlukan
perlakuan awal seperti pengeringan atau membuang duri pelepah.
Untuk mendukung pemanfaatan pakan berbasis pelepah kelapa
sawit, Pusat Penelitian Kelapa Sawit telah merancang alat pencacah
pelepah G5 – 700 – PPKS. Alat pencacah generasi kelima ini sanggup
mencacah 700 kg pelepah per jam dengan ukuran cacahan tidak
lebih dari 0,5 cm.
Feeding trial pada ternak sapi mengindikasi bahwa produk
cacahan yang dihasilkan dapat diterima oleh ternak bahkan hingga
proporsi 70% cacahan pelepah dalam ransum dengan pertambahan
berat 1,2 kg/hari. Keunggulan mesin pencacah ini adalah mampu
mencacah pelepah utuh mulai dari pangkal pelepah sampai ujung
pelepah, bahkan berdiameter 20 cm. Pelepah yang akan dicacah
juga tidak memerlukan perlakuan awal seperti pengeringan atau
membuang duri pelepah.

Gambar 12. Disain alat pencacah G5-700-PPKS produksi PPKS


227
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH DI
KABUPATEN TULANG BAWANG

Gambar 13. Hasil cacahan mesin pencacah G5-700-PPKS

Saat ini, Pusat Penelitian Kelapa Sawit telah berhasil


mengembangkan formula pakan untuk pembiakan dan
penggemukan sapi. Pakan lengkap berbasis kelapa sawit untuk
penggemukan dan pembiakan sapi hanya dibedakan komposisi
penggunaan hijauan pelepah kelapa sawit dan bungkil sawit. Untuk
pola penggemukan, penggunaan pelepah sawit mencapai 55 – 70%,
sedangkan bungkil sawit mencapai 25 – 30%. Pola pembiakan,
komposisi pelepah kelapa sawit yang digunakan adalah 55–65%
dan komposisi bungkil sawit sebesar 10– 15%. Bahan pakan lain
yang digunakan adalah molases, dedak padi, garam, urea dan
mineral. Hasil pengujian kandungan nutrisi yang dilakukan di
Laboratorium Balai Penelitian dan Pengembangan Ternak Ciawi,
nilai nutrisi pakan dengan komposisi diatas adalah protein kasar
15,28%; lemak kasar 4,44% dan bahan kering 89,72%.

Gambar 14. Hasil fermentasi cacahan

228
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH DI
KABUPATEN TULANG BAWANG

Pengembangan pengawetan bahan pakan juga telah


dikembangkan untuk memudahkan penyiapan pakan. Pengawetan
dilakukan dengan proses fermentasi yaitu proses silase. Teknik
silase ini sangat sederhana, hanya membuat tumpukan cacahan
pelepah dan silase bergantian pada ketebalan tertentu. Lamanya
silase adalah 30 hari, dan dapat digunakan sebagai bahan pakan
mulai hari ke-5. Tempat silase dapat menggunakan terpal, karung
bekas wadah pupuk atau bak khusus untuk silase.

Gambar 15. Proses sederhana silase pelepah kelapa sawit.

b. Produk Olahan Perikanan


Ikan merupakan salah satu sumber protein hewani yang banyak
dikonsumsi masyarakat, mudah didapat, dan harganya murah.
Namun ikan cepat mengalami proses pembusukan. Oleh sebab itu
pengawetan ikan perlu diketahui semua lapisan masyarakat.
Pengawetan ikan secara tradisional bertujuan untuk mengurangi
kadar air dalam tubuh ikan, sehingga tidak memberikan
kesempatan bagi bakteri untuk berkembang biak. Untuk
mendapatkan hasil awetan yang bermutu tinggi diperlukan
perlakukan yang baik selama proses pengawetan sepertimenjaga
kebersihan bahan dan alat yang digunakan, menggunakan ikan
yang masih segar, serta garam yang bersih. Ada bermacam-macam
pengawetan ikan, antara lain dengan cara: penggaraman,

229
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH DI
KABUPATEN TULANG BAWANG

pengeringan, pemindangan, perasapan, peragian, dan pendinginan


ikan.
Tabel 40. Komposisi Ikan Segar per 100 Gram Bahan
No Komponen Kadar (%)
1. Kandungan air 76,00
2. Protein 17,00
3. Lemak 4,50
4. Mineral dan vitamin 2,52-4,50

Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa ikan mempunyai nilai


protein tinggi, dan kandungan lemaknya rendah sehingga banyak
memberikan manfaat kesehatan bagi tubuh manusia. Manfaat
makan ikan sudah banyak diketahui orang, seperti di negara
Jepang dan Taiwan ikan merupakan makanan utama dalam lauk
sehari-hari yang memberikan efek awet muda dan harapan hidup
lebih tinggi dari negara lainnya. Selain itu, produk ikan juga baik
bagi perkembangan kecerdasan otak, khususnya bagi anak-anak.
Penggolahan ikan dengan berbagai cara dan rasa menyebabkan
orang mengkonsumsi ikan lebih banyak.
1) Ikan Asap
Ikan asap adalah hasil pengawetan ikan secara tradisional yang
pengerjaannya merupakan gabungan dari penggaraman
(perendaman dalam air garam) dan pengasapan sehingga
memberikan rasa khas.
Berbagai cara penggasapan tergantung kepada faktor-faktor
berikut :
a. Jenis ikan yang diasap;
b. Besar kecilnya ikan yang diasap.
Cara Pembuatan
 Siangi ikan, cuci, dan kelompokkan menurut ukuran;
 Masukkan garam ke dalam ½ liter air dan didihkan,
kemudian dinginkan;

230
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH DI
KABUPATEN TULANG BAWANG

 Rendam ikan selama  15-20 menit, tiriskan, dan angin-


anginkan sampai permukaan kering;
 Ikat satu persatu kemudian :
 gantungkan dalam ruang pengasapan, dengan jarak
masing-masing  1 cm atau;
 gantung dengan ekor ke bawah dan kepala menghadap ke
atas dengan menggunakan kaitan kawat, atau
 susun satu persatu di atas anyaman bambu, kemudian
disusun dalam lemari pengasapan secara berlapis-lapis.
Antara masing-masing lapisan diberi jarak kira-kira sama
dengan rata-rata panjang ikan. Agar pengasapan merata
ikan harus dibolak-balik.

(a) (b)

Gambar 16. Pembuatan Ikan Asap (a) tradisional (b) modern

 Siapkan bahan bakar berupa arang dan potong-potong kayu

di bawah ruang pengasap, kemudian bakar;

 Bubuhkan serbuk gergaji sedikit demi sedikit sampai timbul

asap :

231
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH DI
KABUPATEN TULANG BAWANG

 Panas diatur pada suhu 700 ~ 8000C. selama 2-3 jam

(harus dijaga agar panas merata dan ikan tidak sampai

hangus);

 Panas diatur pada suhu 300 ~ 4000C selama 4 jam terus

menerus.

 Hasil pengasapan ditandai dengan bau harum yang

khas dari ikan asap;

 Keluarkan ikan asap dari lemari pengasapan lalu

bungkus atau kemas dalam kantong plastik.

Gambar 17. Tahapan Akhir Pembuatan Ikan Asap


Ciri-ciri khas ikan asap yang baik adalah :

a. Rupa dan warna: produk harus licin, mengkilat, dan


berwarna coklat emas muda;
b. Bau dan rasa: produk memberikan bau atau aroma yang
khas ikan asap (bau asap yang sedap dan merangsang
selera);
c. berair.

232
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH DI
KABUPATEN TULANG BAWANG

Dengan cara pengasapan pada suhu 700 ~ 8000C, ikan tahan


lama disimpan sampai 1 bulan, dibandingkan dengan
pengasapan pada suhu 200 ~ 300C (kurang dari 1 bulan)
panas dibandingkan dengan pengasapan pada suhu 700 ~
8000C.

Gambar 18. Diagram Alur Pembuatan Ikan Asap

Gambar 19. Produk Ikan Asap dalam Kemasan

233
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH DI
KABUPATEN TULANG BAWANG

2) Sosis Ikan
Sosis adalah salah satu produk olahan dari bahan hewani.
Secara umum sosis diartikan sebagai makanan yang dibuat dari
daging yang telah dicincang, dihaluskan, dan diberi bumbu-bumbu,
dimasukkan dalam pembungkus berbentuk bulat panjang yang
berupa usus hewan atau pembungkus buatan, baik dengan atau
tanpa dimasak maupun dengan atau tanpa diasap. Pembuatan
sosis ikan di Indonesia belum banyak dikenal oleh masyarakat.
Padahal, kandungan proteinnya yang tinggi merupakan salah satu
alternatif produk pangan yang dapat digunakan sebagai sumber
protein yang mudah dikonsumsi (cepat saji).
Berikut adalah cara pembuatan sosis ikan :
a. Bersihkan ikan darisisik,tulang dan bagian lain yang tidak
berguna kemudian haluskan daging ikan dengan
menggunakan gilingan mesin.Haluskan bawangmerah,
bawang putih, dan jahe.
b. Masukkan daging ikan tersebut ke dalam mixer (sambil di-
mixer).Jika tidak ada mixer dapat dihaluskan dengan
ditumbuk.
c. Masukkan perlahan-lahan minyak goreng,tepung tapioka,
gula halus, garam halus,merica halus, dan adonan di atas
yang telah dihaluskan.
d. Adonan di-mixer atau diuleni hingga merata
e. Masukkan adonan tersebut ke dalam cassing
denganmenggunakan staffer, kemudian ikat dengan benang
panjang (sesuai yang diinginkan).
f. Sosis yang telah matang digunting ikatan benangnya,
dikeluarkan dari plastiknya kemudian dikemas dan
ditempatkan dalam mesin pendingin.

234
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH DI
KABUPATEN TULANG BAWANG

Gambar 20: Produk Sosis Ikan Siap Saji

3) Nugget Ikan (Fish Nugget)


Produk nugget menjadi salah satu makanan yang digemari
karena kepraktisannya, kemudahannya memasak, serta rasanya
yang enak. Selama ini hanya dikenal nugget daging sapi, ayam
maupun udang. Ternyata hasil produksi perikanan dapat
digunakan sebagai bahan pembuatan nugget. Jenis ikan air laut
maupun ikan air tawar dapat digunakan sebagai bahan bakunya.
Produk nugget merupakan salah satu produk fast food (cepat
saji) yang memanfaatkan daging ikan dengan kualitas rendah atau
potongan olahan seperti fillet (daging ikan tanpa duri). Selama ini
bahan baku yang digunakan dalam pembuatan nugget ikan adalah
tetelan (limbah pembekuan) tuna, lemuru, kakap dan beberapa
komuditas ikan air tawar seperti lele, patin dan ikan mas. Bahan-
bahan yang digunakan dalam pembuatan nugget ikan antara lain :
daging ikan, tepung tapioka, bawang putih, merica, garam, roti,
susu panas, kuning telur, dan tepung panir.
Metode Pembuatan nugget ikan tergolong sederhana, cara
pembuatan nugget ikan yaitu menggunakan ikan segaryang telah
dicuci bersih, kemudian diambil dagingnya dan dihaluskan. Daging
yang telah halus halus dicampur dengan bumbu halus kemudian
diaduk rata. Setelah itu, ditambahkan tepung tapioka ditambah
kuning telur pada adonan roti yang telah direndam pada susu
panas dan diuleni hingga merata sambil terus diaduk. Adonan roti
235
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH DI
KABUPATEN TULANG BAWANG

dan susu yang telah merata kemudian dimasukkan ke dalam


plastik, dan dikukus selama 45 menit setelah itu didinginkan.
Setelah dingin dipotong sesuai selera lalu potongan nugget
dicelupkan pada putih telur dan ditaburi tepung panir untuk
kemudian di hingga matang.

Gambar 21. Produk Nugget Ikan.

Untuk memperpanjang daya awet, nugget ikan dapat disimpan


pada suhu rendah di lemari es. Sebelum disimpan, nugget ikan
sebaiknya diasap terlebih dahulu. Apabila akan disajikan, terlebih
dahulu nugget ikan digoreng dengan margarine/mentega (3 – 5
menit). Sebagai pelengkapnya dapat pula diberi sambal dan saus
tomat.
4) Abon Ikan
Abon ikan adalah jenis makanan awetan yang terbuat dari ikan
yang diberi bumbu, diolah dengan cara perebusan dan
penggorengan. Produk yang dihasilkan mempunyai bentuk lembut,
rasa enak, bau khas, dan mempunyai daya awet yang relatif lama.
Abon merupakan salah satu produk olahan yang sudah dikenal oleh
orang banyak dan umumnya abon diolah dari daging sapi. Oleh
sebab itu, abon sapi lebih dikenal oleh masyarakat luas. Pengolahan
abon hanya merupakan pengeringan bahan baku yang telah

236
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH DI
KABUPATEN TULANG BAWANG

ditambahkan bumbu-bumbu untuk meningkatkan cita rasa dan


memperpanjang masa simpan.
Jenis ikan yang digunakan sebagai bahan baku abon belum
selektif, bahkan hampir semua jenis ikan dapat dijadikan abon.
Namun demikian, akan lebih baik bila dipilih jenis ikan yang
mempunyai serat yang kasar dan tidak mengandung banyak duri.
a. Hal yang pertama dilakukan adalah pencucian ikan. Pencucian
ini dilakukan untuk menghilangkan lumut ataupun kotoran
yang terdapat pada ikan. Selain itu juga untuk mengurangi
mikroba yang ada pada ikan. Selanjutnya ikan disiangi dengan
cara membersihkan sisik, membuang bagian kepala, isi perut,
maupun sirip ikan agar tidak mempengaruhi kualitas abon.
Kemudian ikan dipotong menjadi bagian yang lebih kecil dan
dicuci dengan air bersih yang mengalir untuk menghilangkan
darah, lendir dan kotoran.
b. Daging yang telah disiangi kemudian direbus atau dikukus
selama ± 60 menit. Tujuan dari perebusan ini agar daging ikan
menjadi lunak dan mudah dihancurkan. Setelah matang ikan
ditiriskan dan didinginkan bertujuan agar air rebusannya cepat
hilang. Setelah itu daging ikan dicabik-cabik dengan garpu
sehingga menjadi serat-serat halus. Daging ikan yang dicabik-
cabik memberikan tekstur pada abon ikan yang dibuat.
Pencabikan daging ikan ini sebaiknya dilakukan pada saat
daging ikan masih dalam keadaan panas.
c. Tahap selanjutnya adalah pembuatan bumbu. Sebenarnya
bumbu abon dapat disesuaikan dengan selera masing-masing,
apakah abon yang akan dibuat akan mengandung rasa pedas,
manis atau asin. Komposisi bumbu yang digunakan pada
praktikum ini adalah bawang merah 15 butir sebagai penyedap
dan pengawet. Bawang putih 10 butir sebagai penyedap,
antioksidan. Untuk memberi aroma digunakan daun salam
237
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH DI
KABUPATEN TULANG BAWANG

sebanyak 4 lembar. Gula merah 250 gram untuk memberikan


warna coklat pada abon. Sedangkan gula putih 100 gram sebagai
pemberi rasa manis pada abon. Asam jawa digunakan untuk
menciptakan rasa asam sehingga tercipta rasa yang khas pada
abon. Bumbu yang lain adalah lengkuas yang berfungsi sebagai
pelunak daging dan pemberi rasa, serai 2 batang sebagai
pemberi aroma.
d. Semua bumbu tersebut dihaluskan dengan cobek. Selanjutnya
bumbu tersebut ditumis sampai tercium bau harum. Tujuan
ditumis adalah agar bumbu yang dihancurkan tadi bisa cepat
masak dan memberi rasa atau aroma yang enak pada abon.
Setelah itu dimasukkan santan kental untuk memberikan rasa
gurih pada abon. Komposisi dari bumbu-bumbu tersebut
menjadikan abon mempunyai aroma yang khas. Selanjutnya
bumbu tersebut ditunggu sampai mendidih sambil diaduk
hingga santan tinggal setengah.
e. Serat daging dimasukkan sedikit demi sedikit ke dalam tumisan
bumbu. Hal ini dilakukan agar bumbu bisa meresap pada serat
daging ikan. Sambil menuggu abon matang, maka dilakukan
pengadukan agar tidak gosong. Tanda abon yang sudah matang
adalah jika teksturnya benar-benar kering dan berwarna coklat.
Setelah semua proses selesai, abon didinginkan dan siap
disajikan.

238
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH DI
KABUPATEN TULANG BAWANG

Gambar 22. Produk Abon Ikan

5) Bakso Ikan
Pembuatan bakso ikan selain harus pandai dalam mengolahnya
juga lebih ribet karena harus menyisihkan tulang-tulang lunak
yang terdapat pada ikannya.
Ikan yang biasanya dipilih sebagai bahan baku utama dalam
bakso ikan adalah ikan tenggiri namun demikian bisa diganti
dengan ikan lain sebagai bahan baku utam pembuatan bakso ikan.
Hal pertama yang harus dilakukan dalam pembuatan bakso ikan
adalah memisahkan daging ikan dengan tulangnya,kemudian
menghaluskannya dengan menggunakan mesin giling untuk daging
ikan atau bisa juga pakai blender. Setelah halus lalu ditambahkan
air es dan garam juga ditambah bumbu lain (rempah-rempah
lainnya) sampai menjadi adonan yang kental dan mudah dibentuk.
Sedikit – sedikit tambahkan tepung kanji supaya adonan lebih
mengikat dan lebih kental. Penambahan tepung kanji secukupnya
dari berat daging ikan, agar cita rasa daging ikanya tetap terasa
kuat.

239
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH DI
KABUPATEN TULANG BAWANG

Untuk membentuk adonan bakso terlihat bulat anda bisa


menggunakan 2 sendok teh atau sendok makan. Dengan cara ini
pembuatan bakso terlihat lebih higienis. Pencetakan bakso dapat
juga menggunakan alat pencetak maupun dengan tangan
(tradisional) seperti pencetakan bakso pada umumnya. Perebusan
bakso biasanya berlangsung 10 – 15 menit.sampai terlihat bakso
mengapung dipermukaan air dan ulangi proses-proses
pembentukan bakso sampai seluruh adonan habis.
Proses terakhir yakni pengemasan dimana bakso yang telah
dingin dikemas dalam kantong plastik dan ditutup rapat dengan
menggunakan sealer (alat penutup plastik). Bakso siap untuk
disimpan.

Gambar 23. Produk Bakso Ikan Kemasan

6) Kerupuk Ikan
Kerupuk merupakan salah satu produk makanan yang bisa
menggunakan bahan baku dari ikan. Ikan adalah produk yang
mudah ditemui di Kecamatan Banjar Agung. Saat ini mulai banyak
kerupuk ikan yang mulai dipasarkan. Perbandingan antara daging
ikan dan tepung tapioka dalam pengolahan kerupuk ini adalah 1:4.
Berikut adalah teknik pembuatan kerupuk ikan:
240
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH DI
KABUPATEN TULANG BAWANG

a. Pembuatan tajin
Ambil tepung sebanyak 10% dari jumlah tepung kemudian
larutkan dalam air dingin hingga larut dalam air (jumlah air yang
digunakan sesuai dengan jumlah tepung yang akan dilarutkan).
Selanjutnya ditambahkan air panas (air yang akan mendidih)
sebanyak 1-2 kali dari jumlah air dingin yang digunakan dan aduk
dengan cepat sampai larutan tepung menjedal menyerupai lem yang
berwarna putih bersih, kental dan warnanya putih tidak bening.
b. Pelumatan daging
Daging ikan dilumatkan dengan menggunakan alat pelumat
daging (glinder) atau dilumatkan secara manual dengan cara
dicincan menggunakan pisau.
c. Pembuatan bubur ikan
Daging ikan yang sudah lumat kemudian ditambahkan 2,5%
garam, 0,5 gula, 0,7% vetsin, 0,1 soda kue dari total tepung dan
ikan yang digunakan.
d. Pembuatan adonan
Campurkan tajin ke dalam bubur ikan dan diaduk dengan
menggunakan tangan sambil diremas-remas, kemudian tambahkan
tepung tapioca sedikit demi sedikit serta diaduk sampai homogeny.
Penambahan tepung dilakukan sampai adonan bila dipegang tidak
lengket ditangan. Kemudian adonan dicetak dengan cara digulung-
gulung enggan menggunakan tangan atau menggunakan alat
pencetak kerupuk hingga membentuk bulatan panjang.
e. Pengukusan
Pengukusan dilakukan dengan cara disusun pada kunci
pengukusan yang berisi air yang sudah mendidih. Pengukusan
dilakukan selama 30 menit atau sampai matang. Kerupuk dianggap
matang bila adonan yang dikukus ditusuk dengan lidi tidak lengket.
Kerupuk kemudian didinginkan pada suhu ruang selama 1 malam.

241
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH DI
KABUPATEN TULANG BAWANG

Hal ini dimaksudkan agar kerupuk menjadi keras dan


memudahkan dalam proses pemotongan.
f. Pemotongan dan Pengeringan
Kerupuk yang sudah kering dipotong-potong setebal 0,2-0,3 mm.
Selanjutnya dilakukan pengeringan dengan penjemuran dibawah
sinar matahari dengan menggunakan para-para dari bamboo
sampai kering. Penjemuran dilakukan untuk menghilangkan kadar
air pad kerupuk agar pada saat digoreng menjadi reyah. Lama
pengeringan kira-kira 1 sampai 2 hari.
g. Penggorengan
Setelah kerupuk kering, kemudian dilakukan penggorengan
dengan pemanasan pada suhu 200 C sampai kerupuk
mengembang.
h. Pengemasan
Kerupuk dikemas sesuai kebutuhan, dalam bentuk mentah
maupun matang.

Gambar 24. Aneka Produk Kerupuk Ikan

242
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH DI
KABUPATEN TULANG BAWANG

7) Salai
Salai ikan merupakan salah satu produk diversifikasi dari
olahan ikan. Berikut adalah cara pembuatan salai ikan :
a. Mula-mula ikan disaingi dan dibersihkan, kemudian dibelah
( butterfly );
b. Kemudian ikan direndam dalam larutan perendam selama
15-30 menit dengan perbandingan volume dan berat ikan =
1,5:1.;
c. Setelah perendaman, ikan ditiriskan dalam wadah plastic
yang berlubang sampai air tidak menetes lagi.
d. Setelah ditiriskan, kemudian ikan dimasukkan kedalam oven
pengasapan yang telah dipanasi terlebih dahulu dengan
menggunakan sabut dan batok kelapa sebgai bahan
bakarnya. Ikan disusun dengan cara digantungkan dalam
posisi terbalik atau kelapa dibawah.
e. Setelah selesai pengasapan, ikan asap yang telah matang
dikemas dalam plastik dengan dilengkapi sambal kemasan,
setelah itu plastik ditutup dengan sealer.
f. Produk yang siap dipasarkan, sebaiknya disimpan pada
ruangan dengan sirkulasi udara yang baik dan dari serangga
dan binatang pengerat.

243
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH DI
KABUPATEN TULANG BAWANG

Gambar 25. Produk Salai Ikan Kemasan

c. Produk Olahan Pisang

1) Pembuatan Kripik Pisang Dengan Penggorengan Vacuum


Frying
Penggorengan vacuum merupakan cara pengolahan yang tepat
untuk menghasilkan kripik buah pisang dengan mutu tinggi. Cara
menggoreng dengan menggunakan penggoreng vacuum (hampa
udara), akan menghasilkan kripik dengan warna dan aroma buah
asli serta rasa lebih renyah dan nilai gizi tidak banyak berubah.
Kerenyahan tersebut diperolehkarena proses penurunan kadar air
dalam buah terjadi secara berangsur-angsur dengan suhu
penggorengan yang rendah.
Pisang yang biasa digunakan untuk pembuatan keripik
menggunakan vacuum frying adalah pisang dengan tingkat
kematangan penuh > 80%. Cara menggoreng dengan menggunakan
penggorengan vakum sebagai berikut :

244
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH DI
KABUPATEN TULANG BAWANG

a) Isi bak air sampai ejector tercelup sedalam ± 3 cm dan


usahakan temperatur air bersuhu < 270C selama
penggorengan berlangsung;
b) Isi tabung penggorengan dengan minyak goreng hingga
setengah volume;
c) Atur kedudukan jarum penyetel suhu pada 85oC – 95oC,
kemudian hubungkan steker boks pengendali suhu dengan
sumber listrik. d. Masukkan bahan irisan pisang ke dalam
keranjang penggoreng;
d) Nyalakan kompor elpiji untuk memanaskan minyak sampai
suhu 900 C dan usahakan suhu konstan selama
penggorengan;
e) Tutup tabung penggorengan;
f) Nyalakan pompa air;
g) Tunggu sampai tekanan di dalam tabung mencapai minimal
-76 cmHg, pastikan tidak ada yang bocor;
h) Putar keranjang penggorengan dengan menggunakan tuas
setengah putaran (1800);
i) Biarkan proses penggorengan berlangsung sampai kaca
indikator sudah tidak ada lagi uap air/embun dan suara
gemersik sudah hilang. Selama penggorengan berlangsung
usahakan sesering mungkin mengaduk dengan memeutar
tuas berkali-kali;
j) Kembalikan posisi keranjang penggorengan di atas minyak
penggorengan;
k) Biarkan selama 5 menit agar minyak yang ada di dalam
bahan dan keranjang tertiriskan;
l) Buang tekanan dengan membuka katup pembuang tekanan
dan tekan tombol off untuk mematikan mesin vakum;
m) Buka tutup tabung penggoreng dan tutup keranjang
penggorengan;
245
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH DI
KABUPATEN TULANG BAWANG

n) Ambil hasil penggorengan dan langsung dimasukkan


kedalam mesin spinner dan hidupkan mesin spinner selama
2-3 menit.;
o) Hentikan mesin spinner, aduk keripik pisang, lalu;
p) nyalakan lagi selama 1 menit;
q) Keluarkan kripik dari mesin spinner dan didinginkan.
Contoh cara pemakaian minyak goreng yang ekonomis:
a) Minyak baru ditambah 120 ppm TBHQ (120 mg/kg minyak)
b) Panaskan, goreng sampai matang;
c) Agar minyak selalu baik, tambahkan 30 mg per kg minyak
setiap jam. Jika awal pakai 5 kg minyak, tambahkan 150 mg
TBHQ;
d) Selesai menggoreng, api dimatikan, tambahkan 30 ppm/kg
TBHQ (150 mg)
Saran : jika minyak bekas akan dipakai lagi, maka diperlukan
penambahan minyak baru dengan perbandingan minyak
bekas : minyak baru 1 : 1 (jika intesitas pemakaian dalam
satu hari lebih dari 3 (tiga) kali (sering) atau 3 : 1 (jika
intesitas pemakaiannya kurang dari 3 (tiga) kali.

2) Pengemasan Dan Pelabelan


a. Pengemasan
Proses pengemasan bertujuan untuk meningkatkan daya
simpan produk. Bahan pengemas yang umum digunakan untuk
kripik pisang adalah plastik polipropilen dengan ketebalan minimal
0,8 mm atau aluminium foil. Pengemasan produk yang berupa
kripik sebaiknya menggunakan mesin pengemas vakum (vacuum
sealer). Ruang pengepakan usahakan mempunyai kelembaban
udara (RH) yang rendah mengingat sifat keripik vakum ini
higroskopisitasnya tinggi misalnya dilakukan dalam ruang ber-AC.

246
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH DI
KABUPATEN TULANG BAWANG

Setelah produk dikemas, dilakukan pemeriksaan terhadap


penutupan kantong plastik.
b. Pelabelan
Pelabelan makanan harus mengikuti ketentuan Peraturan
Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan.
Pemberian label bertujuan untuk memberi informasi tentang
produk dan pemberi penampilan yang menarik. Informasi terdiri
dari nama produk, daftar bahan yang digunakan, berat bersih,
nama produsen, tanggal, bulan, dan tahun kadaluwarsa, nomor
registrasi, serta label Halal. Aalat yang digunakan sebagai berikut:

Gambar 26. Alat-alat Pengolah kripik

3) Pengolahan Yang Baik


Prosedur yang baik terlihat pada bagan alir berikut:

247
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH DI
KABUPATEN TULANG BAWANG

Gambar 27. Bagan alir pembuatan kripik

4) Keamanan Produk Olahan


Keamanan pangan produk olahan dipengaruhi oleh keamanan:
1. Bahan baku
Bahan baku dalam pembuatan kripik adalah pisang mentah.
Pisang yang dipilih adalah pisang yang sudah tua tipis dan
dibentuk sesuai dengan selera konsumen. Syarat Mutu Pisang
Kepok Kuning Segar dapat mengacu pada ketentuan SNI 01 -
4481-1998.
2. Air Bersih
Air dalam pembuatan kripik pisang digunakan untuk
mencuci pisang. Air yang digunakan harus memenuhi
persyaratan air minum dan air bersih sesuai standard
Permenkes RI No.6/MENKES/PERK/IX/90 Air tersebut tidak
berwarna, tidak berasa, tidak berbau dan tidak mengandung zat
yang membahayakan.

248
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH DI
KABUPATEN TULANG BAWANG

3. Minyak goreng
Minyak goreng yang digunakan adalah minyak kelapa atau
minyak kelapa sawit yang bermutu baik (jernih dan tidak tengik),
sesuai SNI 01 – 3741 – 2002. Penggunaan minyak goreng dengan
kualitas rendah akan menghasilkan kripik yang tidak tahan
lama (cepat tengik).
4. Larutan Natrium Bisulfit (Na2SO3)
Larutan Natrium Bisulfit 0,3% - 0,5% digunakan untuk
merendam pisang agar tidak terjadi perubahan warna menjadi
coklat. Di perdesaan larutan ini dapat diganti dengan potongan-
potongan daun sirih.
5. Bahan baku tambahan
Dalam pembuatan kripik pisang dapat ditambahkan bahan
tambahan pangan (BTP). Adapun yang menjadi tujuan
penambahan bahan tambahan pangan ini adalah untuk
memperbaiki tekstur, rasa, dan penampakan kualitas keripik
pisang. Penggunaan bahan-bahan tersebut baik jenis maupun
jumlahnya harus memenuhi persyaratan yang
direkomendasikan. Sedangkan persyaratan bahan tambahan
pangan sendiri mengacu pada ketentuan SNI 01-0222-1995.
Adapun bahan tambahan makanan dalam pembuatan kripik
adalah :
a. Gula pasir. Fungsi gula dalam pembuatan kripik pisang
adalah untuk memberikan rasa manis. Gula pasir dibuat
sirup terlebih dahulu dengan perbandingan 1 kg gula pasir
dilarutkan dalam 5 gelas air. Gula yang digunakan harus
bermutu baik, yaitu kering, tidak bau apek atau masam,
tidak Nampak adanya ampas atau bahan asing dan berwarna
putih. Standar gula kristal putih (SNI 01-3140-2001).

249
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH DI
KABUPATEN TULANG BAWANG

b. Garam dapur. Fungsi garam dapur adalah untuk memberi


rasa asin. Garam yang digunakan adalah garam beryodium
(SNI 01 – 3556 – 2000).

4. Tahapan pendirian Usaha Mikro Kecil dan Menengah di


Kabupaten Tulang Bawang
a. Memaksimalkan Kelompok Tani untuk mempermudah
melakukan pendidikan dan pelatihan diversivikasi produk.
b. Memaksimalkan Koperasi sebagai Badan Hukum untuk
mendapatkan akses dana ataupun pembinaan dari Dinas
Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Kabupaten Tulang Bawang.
Dengan adanya Peraturan Daerah Provinsi Lampung Nomor 3
Tahun 2016 Tentang Perlindungan Dan Pemberdayaan Usaha
Mikro, Kecil Dan Menengah menjadikan dasar hukum bagi
warga masyarakat untuk mendapatkan perlindungan dan
pemberdayaan bagi usaha mikro, kecil dan menengah yang
sedaang dirintis. Selain itu, status Koperasi sebagai badan
hukum tentunya mempemudah akses untuk mendapatkan
pendanaan baik dari Pemerintah, Lembaga Keuangan Perbankan
Maupun Lembaga Keuangan Non Bank.
c. Strategi Pemasaran
Pengembangan e-commerce merupakan strategi yang dapat
membantu memasarkan produknya keluar negeri dengan biaya
yang murah. Sebelum itu, memperkecil kesenjangan digital perlu
dilakukan dan sekaligus pembangunan infrastruktur internet.
Pemerintah Kabupaten Tulang Bawang diharapkan mampu
memberi sarana bagi pengusaha lokal untuk meminimalisir
biaya produksi tinggi dan memberi pembelajaran digital dalam
pemasaran produk mereka. Pemerintah Kabupaten Tulang
Bawang diharapkan dapat memberi sarana pemasaran

250
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH DI
KABUPATEN TULANG BAWANG

disamping melalui pameran-pameran hasil produk pertanian,


pangan dan lain-lain.
d. Membangun Kemitraan
Pembangunan daerah sebagian besar tergantung pada
kemitraan antara pemerintah, pelaku bisnis dan lembaga non
pemerintah. Kemitraan ini memfasilitasi koordinasi dan kerja
sama. Pasangan lokal darisektor swasta dapat membantu
mengekspolitasi kesempatan daerah dalam mengembangkan
kebijakan dan strategi yang sesuai dengan kebutuhan setempat.
Kunci utama dari kemitraan ini adalah mekanisme untuk
mengatur dan mengkoordinir secara benar sumber daya dan
upaya-upaya yang berbeda dari para pelaku yang berbeda.
Perencanaan dan implementasinya dilaksanakan sesuai dengan
kemampuan dan kekuatan masing-masing. Selama dalam
proses ini penting untuk diperhatikan, yakni membentuk
jejaring kerjasama dan mengembangkan rasa saling percaya.
Karena keterbatasan institusionalisasi, kemitraan untuk
pembangunan daerah kerap kurang berjalan dengan stabil. Oleh
karena itu pemerintah daerah harus memimpin di depan dalam
membangun mekanisme yang lebih stabil dan formal untuk
membantu memberikan kemitraan sebagai basis pelembagaan
dan kemampuan merancang dan menerapkan rencana
pengembangan.
Konsep kemitaan untuk pembangunan daerah dekat
hubungannya dengan tanggung jawab sosial perusahaan
(corporate social responsibility). Sejalan dengan filosofi
Coorporate Social Responsibility (CSR), perusahaan ingin
mendedikasikan dirinya untuk membangun kemitraan lokal,
memperkuat kapasitas lokal, perlindungan lingkungan dan
berkontribusi dana untuk pembangunan daerah.

251
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH DI
KABUPATEN TULANG BAWANG

Pentingnya Coorporate Social Responsibility (CSR) diantara para


pebisnis menjadi prasyarat penting untuk melibatkan para
pebisnis dalam kemitraan untuk pengembangan daerah.
Membangun kesadaran ini merupakan bidang yang perlu
menjadi perhatian pemerintah daerah. Selain melalui CSR ada
beberapa jenis-jenis kemitraan yang dapat dikembangkan dalam
rangka pemberdayaan agribisnis skala usaha kecil, yaitu :
 Pola Inti Plasma. Pola inti plasma adalah pola hubungan
kemitraan usaha antara kelompok mitra usaha sebagai
plasma dengan perusahaan inti yang bermitra. Misalnya, Pola
PIR, dimana perusahaan inti menyediakan sarana produksi,
bimbingan teknis dan manajemen, menampung, mengolah
dan memasarkan hasil rpoduksi, sedangkan mitra usaha
plasma melakukan budidaya sesuai dengan standar
operasional prosedur yang disepakati, sehingga hasil
produksi yang didapat dapat memenuhi baik kuantitas
maupun kualitas yang diharapkan.
 Pola Sub Kontrak. Pola sub kontrak merupakan pola
hubungan kemitraan usaha antara perusahaan mitra usaha
dengan kelompok mitra usaha yang memperoduksi barang
yang diperlukan oleh perusahaan sebagai bagian dari
komponen produksinya. Ciri khas bentuk sub kontrak ini
adalah membuat kontrak bersama yang mencantumkan
volume, harga dan waktu penyerahan.
 Pola Dagang Umum. Pola dagang umum merupakan pola
hubungan kemitraan usaha yang memasarkan hasil dengan
kelompok usaha yang mensuplai kebutuhan perusahaan
mitra. Contohnya adalah kemitraan antara produsen
sayuran/buah-buahan dengan toko swalayan. Keuntungan
pola ini adalah adanya jaminan harga atas produk yang
dihasilkan dan kualitas sesuai dengan yang telah ditentukan
252
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH DI
KABUPATEN TULANG BAWANG

atau disepakati. Kelemahannya adalah memerlukan mosal


kuta serta pengusaha kecil sering lebih dirugikan.
 Pola Keagenan. Pola keagenan merupakan salah satu bentuk
hubungan kemitraan dimana usaha kecil di beri hak khusus
untuk memasarkan barang dan jasa dari usaha menengah
atas usaha besar sebagai mitranya.
 Pola Waralaba. Pola waralaba merupakan pola hubungan
kemitraan antara kelompok usaha mitra usaha dengan
perusahaan mitra usaha yang memberikan hal lisensi, merek
dagang, saluran distribusi perusahaannya kepada kelompok
mitra usaha sebagai penerima waralaba yang disertai dengan
bantuan bimbingan manajemen. Perusahaan mitra usaha
sebagai pemilik waralaba bertanggunjawab terhadap sistem
operasi, pelatihan, program pemasaran, merek dagang, dan
hal-hal lainnya kepada mitra usahanya, sedangkan mitra
usaha pedagang usaha waralaba hanya mengikuti pola yang
telah ditetapkan oleh pemilik waralaba serta memberikan
royalti dan biaya lainnya terkait dengan kegiatan usaha
tersebut.

253
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH DI
KABUPATEN TULANG BAWANG

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
1. Adapun potensi (profil dan sebaran) UMKM di Kabupaten Tulang
Bawang adalah
a) Daftar Nama Usaha Mikro, Kecil, Menengh Kecamatan
Menggala Kabupaten Tulang Bawang.

DAFTAR NAMA USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH


KABUPATEN TULANG BAWANG
KECAMATAN MENGGALA
TAHUN 2020
300

250

200
Axis Title

150

100

50

0
Mikro Kecil Menengah
Jumlah Sektor
1 Sektor Jasa 256 5
2 Sektor Perdagangan 97 0
3 Sektor Industri Makanan
4 Sektor Industri Lainya
5 UMKM Unggulan

254
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH DI
KABUPATEN TULANG BAWANG

b) Daftar Nama Usaha Mikro, Kecil, Menengah Kecamatan


Menggala Timur Kabupaten Tulang Bawang.
DAFTAR NAMA USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH
KABUPATEN TULANG BAWANG
KECAMATAN MENGGALA TIMUR
TAHUN 2020
160
140
120
100
Axis Title

80
60
40
20
0
Mikro Kecil Menengah
1 Sektor Jasa 19 11
2 Sektor Perdagangan 139 11
3 Sektor Industri Makanan
4 Sektor Industri Lainya
5 UMKM Unggulan

c) Daftar Nama Usaha Mikro, Kecil, Menengah Kecamatan


Banjar Baru Kabupaten Tulang Bawang.

DAFTAR NAMA USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH


KABUPATEN TULANG BAWANG
KECAMATAN BANJAR BARU
TAHUN 2020
250
200
150
Axis Title

100
50
0
Sektor
Sektor Sektor UMKM
Sektor Industri
Perdaga Industri Unggula
Jasa Makana
ngan Lainya n
n
1 2 3 4 5
Sektor Usaha
Jumlah Sektor Mikro 21 231
Jumlah Sektor Kecil 9 50
Jumlah Sektor Menengah

255
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH DI
KABUPATEN TULANG BAWANG

d) Daftar Nama Usaha Mikro, Kecil, Menengah Kecamatan


Banjar Agung Kabupaten Tulang Bawang.

DAFTAR NAMA USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH


KABUPATEN TULANG BAWANG
KECAMATAN BANJAR AGUNG
TAHUN 2020
180
160
140
120
100
Axis Title

80
60
40
20
0
Sektor
Sektor Sektor UMKM
Sektor Industri
Perdaga Industri Unggula
Jasa Makana
ngan Lainya n
n
1 2 3 4 5
Sektor Usaha
Jumlah Sektor Mikro 12 163 17 1
Jumlah Sektor Kecil 2 21 1
Jumlah Sektor Menengah

e) Daftar Nama Usaha Mikro, Kecil, Menengah Kecamatan


Banjar Margo Kabupaten Tulang Bawang.
DAFTAR NAMA USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH
KABUPATEN TULANG BAWANG
KECAMATAN BANJAR MARGO
TAHUN 2020
25
20
15
Axis Title

10
5
0
Sektor Sektor Sektor
UMKM
Sektor Jasa Perdaganga Industri Industri
Unggulan
n Makanan Lainya
1 2 3 4 5
Sektor Usaha
Jumlah Sektor Mikro 4 23 4
Jumlah Sektor Kecil 6 5
Jumlah Sektor Menengah

256
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH DI
KABUPATEN TULANG BAWANG

f) Daftar Nama Usaha Mikro, Kecil, Menengah Kecamatan


Meraksa Aji Kabupaten Tulang Bawang.

DAFTAR NAMA USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH


KABUPATEN TULANG BAWANG
KECAMATAN MERAKSA AJI
TAHUN 2020
70
60
50
40
Axis Title

30
20
10
0
Sektor Sektor Sektor
UMKM
Sektor Jasa Perdaganga Industri Industri
Unggulan
n Makanan Lainya
1 2 3 4 5
Sektor Usaha
Jumlah Sektor Mikro 2 64
Jumlah Sektor Kecil 0 4
Jumlah Sektor Menengah

g) Daftar Nama Usaha Mikro, Kecil, Menengah Kecamatan


Gedung Aji Kabupaten Tulang Bawang.

DAFTAR NAMA USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH


KABUPATEN TULANG BAWANG
KECAMATAN GEDUNG AJI
TAHUN 2020
250
200
150
Axis Title

100
50
0
Sektor Sektor Sektor
UMKM
Sektor Jasa Perdaganga Industri Industri
Unggulan
n Makanan Lainya
1 2 3 4 5
Sektor Usaha
Jumlah Sektor Mikro 19 205
Jumlah Sektor Kecil 0 5
Jumlah Sektor Menengah

257
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH DI
KABUPATEN TULANG BAWANG

h) Daftar Nama Usaha Mikro, Kecil, Menengah Kecamatan


Penawar Aji Kabupaten Tulang Bawang.

DAFTAR NAMA USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH


KABUPATEN TULANG BAWANG
KECAMATAN PENAWAR AJI
TAHUN 2020
500
450
400
350
300
Axis Title

250
200
150
100
50
0
Sektor Sektor Sektor
Sektor UMKM
Perdagan Industri Industri
Jasa Unggulan
gan Makanan Lainya
1 2 3 4 5
Sektor Usaha
Jumlah Sektor Mikro 78 476
Jumlah Sektor Kecil 3 34
Jumlah Sektor Menengah

i) Daftar Nama Usaha Mikro, Kecil, Menengah Kecamatan


Penawar Tama Kabupaten Tulang Bawang.
DAFTAR NAMA USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH
KABUPATEN TULANG BAWANG
KECAMATAN PENAWAR TAMA
TAHUN 2020
120
100
80
Axis Title

60
40
20
0
Sektor Sektor Sektor
Sektor UMKM
Perdagan Industri Industri
Jasa Unggulan
gan Makanan Lainya
1 2 3 4 5
Sektor Usaha
Jumlah Sektor Mikro 12 103
Jumlah Sektor Kecil 3 7
Jumlah Sektor Menengah 1

258
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH DI
KABUPATEN TULANG BAWANG

j) Daftar Nama Usaha Mikro, Kecil, Menengah Kecamatan


Rawajitu Kabupaten Tulang Bawang.
DAFTAR NAMA USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH
KABUPATEN TULANG BAWANG
KECAMATAN RAWA JITU TIMUR
TAHUN 2020
25
20
15
Axis Title

10
5
0
Sektor Sektor Sektor
Sektor UMKM
Perdagan Industri Industri
Jasa Unggulan
gan Makanan Lainya
1 2 3 4 5
Sektor Usaha
Jumlah Sektor Mikro 3 23
Jumlah Sektor Kecil 15
Jumlah Sektor Menengah

k) Daftar Nama Usaha Mikro, Kecil, Menengah Kecamatan


Rawa Pitu Kabupaten Tulang Bawang.
DAFTAR NAMA USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH
KABUPATEN TULANG BAWANG
KECAMATAN RAWA PITU
TAHUN 2020
160
140
120
100
Axis Title

80
60
40
20
0
Sektor Sektor Sektor
UMKM
Sektor Jasa Perdaganga Industri Industri
Unggulan
n Makanan Lainya
1 2 3 4 5
Sektor Usaha
Jumlah Sektor Mikro 12 147 3
Jumlah Sektor Kecil 1 0 0
Jumlah Sektor Menengah

259
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH DI
KABUPATEN TULANG BAWANG

l) Daftar Nama Usaha Mikro, Kecil, Menengah Kecamatan


Gedung Aji Baru Kabupaten Tulang Bawang.
DAFTAR NAMA USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH
KABUPATEN TULANG BAWANG
KECAMATAN GEDUNG AJI BARUTAHUN 2020
25
20
15
Axis Title

10
5
0
Sektor Sektor Sektor
Sektor UMKM
Perdagan Industri Industri
Jasa Unggulan
gan Makanan Lainya
1 2 3 4 5
Sektor Usaha
Jumlah Sektor Mikro 4 22
Jumlah Sektor Kecil 0 14
Jumlah Sektor Menengah

m) Daftar Nama Usaha Mikro, Kecil, Menengah Kecamatan


Rawajitu Selatan Kabupaten Tulang Bawang.
DAFTAR NAMA USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH
KABUPATEN TULANG BAWANG
KECAMATAN RAWA JITU SELATAN
TAHUN 2020
40
35
30
25
Axis Title

20
15
10
5
0
Sektor Sektor Sektor
Sektor UMKM
Perdagan Industri Industri
Jasa Unggulan
gan Makanan Lainya
1 2 3 4 5
Sektor Usaha
Jumlah Sektor Mikro 3 36 4
Jumlah Sektor Kecil 2
Jumlah Sektor Menengah

260
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH DI
KABUPATEN TULANG BAWANG

n) Daftar Nama Usaha Mikro, Kecil, Menengah Kecamatan


Gedung Meneng Kabupaten Tulang Bawang.
DAFTAR NAMA USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH
KABUPATEN TULANG BAWANG
KECAMATAN GEDUNG MENENG
TAHUN 2020
120
100
80
Axis Title

60
40
20
0
Sektor Sektor Sektor
Sektor UMKM
Perdagan Industri Industri
Jasa Unggulan
gan Makanan Lainya
1 2 3 4 5
Sektor Usaha
Jumlah Sektor Mikro 6 109
Jumlah Sektor Kecil 2 5
Jumlah Sektor Menengah

o) Daftar Nama Usaha Mikro, Kecil, Menengah Kecamatan


Dante Teladas Kabupaten Tulang Bawang.
DAFTAR NAMA USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH
KABUPATEN TULANG BAWANG
KECAMATAN DENTE TELADAS
TAHUN 2020
120
100
80
Axis Title

60
40
20
0
Mikro Kecil Menengah
Jumlah Sektor
1 Sektor Jasa 6 2
2 Sektor Perdagangan 97 19
3 Sektor Industri Makanan
4 Sektor Industri Lainya
5 UMKM Unggulan

261
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH DI
KABUPATEN TULANG BAWANG

2. Menghasilkan rumusan isu strategis, permasalahan, dan


strategi merancang mengelola dalam rangka penguatan UMKM
di Kabupaten Tulang Bawang.
Berdasarkan identifikasi permasalahan yang terjadi di
Pemerintah Kabupaten Tulang Bawang, maka ditentukan isu-isus
trategis sebagai berikut:
a) Sesuai dengan tugas pokok dan fungsi Dinas Koperasi dan
Usaha Kecil Menengah berperan sebagai koordinator perumusan
kebijakan danpelaksanaan kebijakan pemberdayaan Koperasi,
UKM dan Perindustrian sinergi dengan Kebijakan Pemerintah
Kabupaten Tulang Bawang, guna meningkatkan perekonomian
masyarakat untuk mengurangi angka pengangguran dan
kemiskinan.
b) Komitmen Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten Tulang Bawang
untuk menegakan birokrasi yang efisien dan efektif serta
akuntable secara umum. Disamping itu, dukungan politik,
masyarakat, pemerintah daerah dan lembaga dalam
mensinergikan sumber daya.
c) Adanya penyediaan permodalan bagi Usaha Mikro (Kredit Usaha
Rakyat (KUR), Dana bergulir, Coorporate Social Responsibility
(CSR), Mitra Kerja, dll).
d) Penyelenggaraan Promosi Produk Usaha Mikro Kecil dan
Menengah (UMKM) dan Industri Kecil Menengah (IKM).
Sedangkan Pemasalahan Penguatan Usaha Mikro Kecil dan
Menengah di Kabupaten Tulang Bawang adalah
1) Permasalahan Sekretariat
a) Kurangnya koordinasi penyusunan rencana program dan
kegiatan belum sesuai harapan.
b) Kurangnya tingkat disiplin pegawai Dinas.
c) Kurangnya peralatan kantor pendukung kinerja pegawai.
262
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH DI
KABUPATEN TULANG BAWANG

d) Kurang mendukungnya jumlah kendaraan untuk operasional


Dinas.
e) Kurang tertatanya laporan keuangan dan kinerja Dinas.
f) Kurang akuratnya data statistik dibidang koperasi dan UKM
serta Industri.
2) Permasalahan Bidang Kelembagaan dan Pengawasan Koperasi
a) Masih lemahnya kualitas SDM pengurus koperasi dalam
mengelola administrasi koperasi.
b) Mayoritas Koperasi di Kabupaten Tulang Bawang berstatus
tidak sehat.
c) Masih banyak koperasi yang belum melaksanakan Rapat
Anggota Tahunan (RAT).
3) Permasalahan Bidang Pengembangan dan Pemberdayaan
Koperasi dan Usaha Mikro
a) Pemasaran produk UKM masih sebatas pada pasar lokal.
b) Banyak UKM yang masih belum dapat mengakses
permodalan dari Lembaga Keuangan.
c) Pengolahan produk UKM mayoritas masih menggunakan alat
sederhana.
d) Kurangnya kesadaran pelaku usaha untuk memberikan
informasi, data dan laporan perkembangan usahanya.
e) Belum optimalnya jaringan kerjasama antara pelaku usaha
dengan pelaku usaha lainnya dalam rangka peningkatan
desain produk.
Sedangkan strategi Merancang Mengelola Dalam Rangka
Penguatan UMKM Di Kabupaten Tulang Bawang
1) Membangun Klaster UMKM
2) Dukungan pemasaran
Pemasaran merupakan faktor penting dalam mengembangkan
UMKM, pemerintah perlu lebih proaktif dalam mendukung

263
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH DI
KABUPATEN TULANG BAWANG

kegiatan pemasaran UMKM. Ada tiga hal yang


direkomendasikan, yakni dukungan:
a) penggunaan e-commerce;
b) mensinergikan pasar tradisional dan pasar modern, dan;
c) memperoleh sertifikasi halal dan HaKI.
3) Pembinaan Wirausaha Baru
Pembangunan kreativitas merupakan faktor penting untuk
mengembangkan usaha UMKM. Sehingga masyarakat pelaku
usaha harus didorong untuk mengikuti pelatihan yang
mengarah pada pembentukan kreativitas. Bisa dilakukan
dengan tiga cara, yakni:
a) Pemagangan wirausaha pemula;
b) Inkubator bisnis, dan
c) Optimalisasi Kopsis/Kopma.

3. Rumusan Perencanaan, Koordinasi dan Pengembangan UMKM


dalam upaya digitalisasi Produk UMKM sebagai Solusi Bertahan
di era pandemic COVID 19. Permodelan hasil rumusan strategi
Rancang Bangun, tata kelola penguatan UMKM pada salah satu
Kecamatan di Kabupaten Tulang Bawang adalah bahwa adopsi
teknologi digital terbukti dapat meningkatkan kinerja UKM,
terutama pada Peningkatan Akses ke pelanggan baru di Dalam
Negeri dan Peningkatan Penjualan. Kesulitan para UKM dalam
mengakses internet karena terbatasnya ketersediaan
infrastruktur ICT, dapat disolusikan dengan memperbanyak
Akses Point (AP) Wifi.ID di setiap Kampung UKM Digital,
menyiapkan jaringan 3G/4G sebagai alternatif akses broadband
internet bagi UKM yang membutuhkan akses internet cepat, dan
menyiapkan layanan MangoSTAR sebagai solusi akses internet
bagi Kampung UKM yang berada di wilayah yang belum
terjangkau layanan kabel, fiber maupun mobile.
264
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH DI
KABUPATEN TULANG BAWANG

Kesulitan para UKM yang berkaitan dengan proses produksi


dapat tersolusi dengan mempercepat implementasi solusi Supply
Chain Management (SCM) yang dapat memberikan kemudahan
bagi UKM dalam mendapatkan bahan baku dari pemasok,
mendorong UKM untuk menggunakan aplikasi online rekrutmen
tenaga kerja, dan menyediakan management inventory system
untuk mempermudah pengelolaan barang. Kesulitan UKM
dalam memperluas jangkauan pasar dapat tersolusikan dengan
mendorong UKM untuk mengadopsi teknologi digital melalui
penyediaan solusi managed service operational layanan
ecommerce dan mempercepat pengembangan advertising agar
UKM memperoleh sarana promosi melalui sosial media
marketing yang efektif dan efisien.

B. SARAN
Agar Program dan Strategi Pengembangan Kampung UKM Digital
dapat berjalan sebagaimana yang diharapkan maka diperlukan
kesungguhan dari berbagai pihak baik dilingkungan internal
Pemeritah Kabupaten Tulang Bawang untuk bekerjasama dengan
provider penyedia jaringan akses internet, content, Pemerintah
Kabupaten Tulang Bawag sebagai pemangku kebijakan yang antara
lain dalam hal perijinan, kemudahan export produk UKM maupun
Akademisi dalam implementasinya.

265
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH DI
KABUPATEN TULANG BAWANG

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, M., 2015, Kebijakan Fiskal dan Peningkatan Peran


Ekonomi UMKM. Retrieved from
https://www.kemenkeu.go.id/publikasi/artikel-dan-
opini/kebijakan-fiskal-dan-peningkatan-peran-ekonomi-umkm/.

A. Marshall,”Principles of Economics”, LondonMcMilan, 1920.

A.M.W. Panarka dan Vidyandika Moeljarto, 1996,


Pemberdayaan (Empowerment), Penyunting : Onny S. Prijono dan
A.M.W. Pranarka, Pemberdayaan Konsep, Kebijakan dan
Implementasi, CSIS, Jakarta.

Abrahamsen, A. Martin. 1976, Cooperative Business Enterprise,


Mc. Graw-Hill, New York.

Acu Viarta, 2009, Penguatan program


PemberdayaanMasyarakat Melalui Akselerasi Reformasi Birokrasi
Dalam Mengahadapi Tantangan Pasar Bebas ACFTA, Orasi Ilmiah:
Disampaikan pada Wisuda SarjanaSSIP Widya Puri Mandiri
Sukabumi, 01 Mei 2010.

Alfred Hanel, 1985, Basic Aspect of Cooperative Organization


and Policies for Their Promotion in Developing Countries, Bandung,
Kerjasama antara Universitas Padjadjaran dan Marbug University.

Alfred Hanel, 1989, Pokok-Pokok Pikiran Mengenai Organisasi


Koperasi dan Kebijaksanaan Pembangunan di Negara Berkembang,
Penerbit UNPAD, Bandung.

Amri Amir, Analisis Pertumbuhan Ekonomi, Investasi, dan


Inflasi di Indonesia, Jurnal Kajian Ekonomi,Vol. 1, No. 02 Januari
2013.

Baker, T., & Judge, K. (2020). How to Help Small Businesses


Survive COVID-19. Columbia Law and Economics Working
Paper(620). Retrieved from
http://dx.doi.org/10.2139/ssrn.3571460.

Buku Profil Diskoperindag Kab. Tulang Bawang Tahun 2013.

Chukwu. S.C., 1990, “Economics of The Co-operative Business


Enterprise”, Marburg.

266
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH DI
KABUPATEN TULANG BAWANG

Donald Rowad, 1990, Comparing Bureaucracies in Developed


and Developing Countries: A Statistical Analysis, International
Review of Adminstratie Sciences (SAGE), London, Newbury Park and
New Delhi, Vol.56, 211-236.

Dulfer E & Hamm W, 1985, Cooperatives, In The Clash Between


Member Participation, Organizational Development and Bureaucratic
Tendencies, Quiller Press London.
Dulfer, Eberhard, 1994, Evaluation of Cooperative
Organizations, dalamInternational Handbook of Cooperative
Organizations. Vandenhoeck & Ruprecht, Cottingen.

Dumairy, 1996, Perekonomian Indonesia, Erlangga, Jakarta.

Enhancing Good Governance Capacity in the Local Government,


2000, Training materials, Indonesian Ministry of Home Affairs.

Febrantara, D, 2020, Bagaimana Penanganan UKM di Berbagai


Negara Saat Ada Pandemi Covid-19? DDTC Fiscal Research.
Retrieved from
https://drive.google.com/drive/folders/1MY31IOC3gWq-
EgzNkuJzqJnB9PV6qA2D

Geronimo.M.Collado, 1978, Agribusiness Framework For


Developing Agricultural Economies, Paper Seminar Agribisnis IPB, 23
April 1978.

Gentilini, U., Almenfi, M., Orton, I., & Dale, P. (2020). Social
protection and jobs responses to COVID-19: a real-time review of
country measures. Live Document. World Bank, Washington, DC.
http://www. ugogentilini. net/wp-
content/uploads/2020/03/global-review-of-social-protection-
responsesto-COVID-19-2. pdf. Retrieved from
http://documents.worldbank.org/curated/en/3771515874207906
24/pdf/Social-Protection-and-Jobs-Responses-to-COVID-19-A-
Real-Time-Review-of-Country-Measures-April-3-2020.pdf

Ginanjar Kartasasmita, 1997, Pemberdayaan Masyarakat:


Konsep Pembangunan Yang Berakar Pada Masyarakat, Universitas
Gadjah Mada, Yogyakarta.

Gunawan Sumodiningrat, 1999, Pemberdayan Masyarakat dan


Jaring Pengaman Sosial, PT.Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

267
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH DI
KABUPATEN TULANG BAWANG

Hadiwardoyo, W., 2020, Kerugian Ekonomi Nasional Akibat


Pandemi Covid-19. Jurnal of Business and Enterpreneurship, Vol. 2
No. 2 April 2020. doi:10.24853/baskara.2.2.83-92.

Hans HMunkner, 1985, Cooperative Principles and Cooperative


Law, Bonn Germany: Frederic Ebert Stiftung, hlm. 18.

Hubert Schmitz and Khalid Nadvi, Clustering and


Industrialization: Introduction,World DevelopmentJurnal, 1999, vol.
27, issue 9, 1503-1514.

Islam, A, 2020, Configuring a Quadruple Helix Innovation


Model (QHIM) based blueprint for Malaysian SMEs to survive the
crises happening by Covid-19. Emerald Open Res, 2.

Ismayanti, 2010, Pengantar Pariwisata, PT Grafindo,Jakarta.

JochenRopke, 1995, Manajemen Strategis Untuk Koperasi Dan


Organisasi Swadaya, UPT Penerbitan IKOPIN,Bandung.

Kansil, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum di Indonesia,


Balai Pustaka, Jakarta, 1989.

Lincolin Arsyad, 2015, Ekonomi Pembangunan Edisi 5,


Penerbit: UPP STIM YKPN, Yogyakarta.

M.L. Jhingan, penerjemah D. Guritno, 2014, “Ekonomi


Pembangunan dan Perencanaan”, Rajawali Press, Jakarta.

Mangoensoekarjo, S. dan H. Semangun, 2005, Manajemen


Agribisnis Kelapa Sawit, Gajah Mada University Press, Yogyakarta.

Martin Abraham Abrahamsen, 1976, Cooperative Business


Enterprise.

Michael, Todaro, 2000, Pembangunan Ekonomi Di Dunia Ketiga,


Ghalia Indonesia,Jakarta, hal. 322.

Mubyarto, 1998, Reformasi Sistem Ekonomi: Dari Kapitalisme


menuju Ekonomi Kerakyatan, PT. Aditya Media, Yogyakarta.

Munkner. Hans, 1985, Toward Adjusted Patterns of


Cooperatives in Developing Countries, Bonn, Germany.

Ninik Widiyanti, dkk, Koperasi dan Perekonomian Indonesia,


Bina Aksara, Jakarta, 1989.
268
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH DI
KABUPATEN TULANG BAWANG

OECD, 2020, SME Policy Responses: Tackling Coronavirus


(Covid-19) Contributing to A Global Effort. Retrieved from
https://oecd.dam-broadcast.com/pm_7379_119_119680-
di6h3qgi4x.pdf.

Pakpahan, A. K., 2020, COVID-19 dan Implikasi Bagi Usaha


Mikro, Kecil, dan Menengah. Jurnal Ilmiah Hubungan Internasional.

Parjimin Nurjain, dkk, Buku Materi Pokok Perkoperasian, ADNE


4330/2SKS/Modul 1-3, Karunika, Jakarta, Universitas Terbuka,
1986:12.

Perkins dan Zimmerman, 1995 Psychological Empowerment:


Issues and Illustrations, American Journal of Community
Psychology, 23, 581-599 dalam Randy R. Wrihatnolo, 2007,
Manajemen Pemberdayaan Sebuah Pengantar Dan Panduan Untuk
Pemberdayaan Masyarakat, Alex Media Computindo,Jakarta.

PhilipKotler, 2005, “Manajemen Pemasaran”, Alih Bahasa


Benyamin Molan. Edisi 11. Jilid 1. PT. Indeks Kelompok Gramedia.
Jakarta.

Public Administration, National Development Strategies and


Multiethnicity. JKAP, Vol. 2 No. 2.

Rahardjo Adisasmita, 2013, Teori-Teori Pembangunan Ekonomi,


Pertumbuhan Ekonomi dan Pertumbuhan Wilayah: Cetakan Pertama,
Graha Ilmu, Yogyakarta.

Ray AllanGoldberg, 1968, Agribusiness Coordination: A Systems


Approach To The Wheat, Soybean, And Florida Orange Economics,
Division of Research, Harvard University, Boston.

Rilis Bank Indonesia, Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia,


Mei 2004.

Robinson Tarigan, 2005, Ekonomi Regional, P.T. Bumi Aksara,


Jakarta.

Ropke, Jochen, 1989, The Economic Theory of Cooperative


Enterprise in Developing Country, With Special Reference of
Indonesia, Marburg West Germany: Consult for Self Help Promotion.

269
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH DI
KABUPATEN TULANG BAWANG

Roy J. Lewicki, Bargaining and Negotiation, Exchange: The


Organizational Behavior, Teaching Journal, Vol. 6, 2: pp. 33-42., First
Published February 1, 1981.

Roy J. Lewicki, Bargaining and Negotiation, Exchange: The


Organizational Behavior, Teaching Journal, Vol. 6, 2: pp. 33-42., First
Published February 1, 1981.

Sadono, Sukirno, 1985, Ekonomi Pembangunan, Proses,


Masalah dan Dasar Kebijaksanaan, Penerbit: LPFE UI.

Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, Grafindo


Persada, Jakarta, 1995.

Stephen J. Arnold, Monika Narang Luthra, Market Entry Effects


of Large Format Retailers: A Stakeholder Analysis, International
Journal of Retail & Distribution Management 28(4/5):139-154, May
2000.

Susilawati, S., Falefi, R., & Purwoko, A. (2020). Impact of


COVID-19’s Pandemic on the Economy of Indonesia. Budapest
International Research and Critics Institute (BIRCI-Journal):
Humanities and Social Sciences, 3(2), 1147-1156.

Tiktik Sartika Partomo dan Abd. Rachman Doejoedono, 2002,


Ekonomi Skala Kecil/Menengah dan Koperasi, Penerbit Ghalia
Indonesia, Jakarta.

Tulang Bawang Dalam Angka Tahun 2019

Undang-Undang Koperasi Nomor 25 Tahun 1992 Tentang Pokok-


Pokok Perkoperasian, CV. Sinar Grafika, Jakarta, 1993.
Yayak Karyana, 2015, Mobilitas Penduduk dan Bonus
Demografi, Penerbit: Unpad Press, Bandung.

Yesi Hendriani Supartoyo, Jen Tatuh Recky H. E. Sendouw, The


Economic Growth and the RegionalCharacteristics: The Case of
Indonesia.

Zimmerman, M. A., 1995, Psychological Empowerment: Issues


and Illustrations, American Journal of Community Psychology, 23,
581-599.

https://radartuba.com/2019/04/28/dinas-koperasi-dan-
ukm-pamerkan-produk-unggulan-ciri-khas-tulang-bawang/

270
PENGEMBANGAN PASAR DIGITAL DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH DI
KABUPATEN TULANG BAWANG

https://emenperin.go.id/artikel/42/Perkembangan-
Pelaksanaan-Perdagangan-ACFTA-Tahun-2010--Di-Sektor-Industri

https://ekonomi.kompas.com/read/2013/03/26/23115559/I
nfrastruktur.Indonesia.Peringkat.78

https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2019/09/09/b
erapa-pengguna-internet-di-indonesia

https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2019/10/10/ni
lai-transaksi-digital-perdagangan-elektronik-indonesia-terbesar-di-
asia-tenggara

https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-
2760762/indef-sby-punya-6-keberhasilan-tapi-ada-10-kegagalan,
diakses

http://www.seputartuba.com/2019/09/09/masyarakat-
tulangbawang-nantikan-dibukanya-gerbang-tol-menggala/

https://tulangbawangkab.bps.go.id/publication/download.ht
ml,

wordometer, 2020, Covid-19 Coronavirus Cases. Retrieved


from https://www.worldometers.info/coronavirus/

271

Anda mungkin juga menyukai