Anda di halaman 1dari 310

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

RINGKASAN EKSEKUTIF
Laporan Kinerja
KEMENTERIAN
ESDM2017

#EnergiBerkeadilan
a
#EnergiBerkeadilan

b
RINGKASAN EKSEKUTIF

Laporan Kinerja
Kementerian
ESDM 2017
KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER
c DAYA MINERAL
KATA PENGANTAR

d
RINGKASAN EKSEKUTIF
MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
REPUBLIK INDONESIA

P
uji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa, karena atas berkat dan karunia-Nya Kementerian
Energi dan Sumber Daya Mineral dapat menyusun Laporan
Kinerja Kementerian ESDM Tahun 2017, yang merupakan tahun
ketiga pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN) 2015-2019 dan Rencana Strategis Kementerian
ESDM 2015-2019.

Laporan Kinerja Kementerian ESDM Tahun 2017 merupakan


wujud pertanggungjawaban atas capaian kinerja dalam
pelaksanaan tugas dan fungsi Kementerian ESDM untuk mencapai tujuan dan sasaran selama
tahun anggaran 2017, dan merupakan cermin komitmen serta tekad Kementerian ESDM dalam
melaksanakan Nawacita khususnya yang terkait dengan sektor energi dan sumber daya mineral.
Di dalamnya terdapat perbandingan capaian kinerja tahun 2017 terhadap target kinerja yang
telah ditetapkan dalam bentuk Perjanjian Kinerja (PK) pada awal tahun 2017. Laporan Kinerja
Kementerian ESDM disusun dalam rangka memenuhi ketentuan pada Peraturan Presiden
Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) dan
Peraturan Menteri PAN dan RB Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja,
Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah.

Selain itu, Laporan Kinerja Kementerian ESDM ini juga dimaksudkan sebagai sarana untuk
menyampaikan pertanggungjawaban kinerja kepada masyarakat dan seluruh pemangku
kepentingan (stakeholders), serta merupakan sumber informasi untuk perbaikan dan
peningkatan kinerja secara berkelanjutan yang merupakan wujud nyata pelaksanaan prinsip
transparansi dan akuntabilitas kinerja organisasi dalam penyelengaraan pemerintahan yang
baik.

Kinerja Kementerian ESDM Tahun 2017 merupakan pelaksanaan program Kementerian ESDM
tahun 2017 untuk mewujudkan Energi Berkeadilan melalui penerapan subsidi energi yang
lebih adil dan tepat sasaran, percepatan BBM satu harga, penurunan harga gas untuk industri
tertentu, efiesiensi biaya operasi dan meningkatkan iklim investasi, produksi migas, peningkatan

i
kontribusi untuk daerah, pembangunan pembangkit 35.000 MW, percepatan listrik pedesaan,
pengendalian produksi batubara dan pemenuhan kebutuhan batubara dalam negeri, perbaikan
bauran energi nasional, dan pemanfaatan energi baru dan terbarukan (EBT).

Akhir kata, semoga Laporan Kinerja ini dapat berperan sebagai umpan balik bagi kegiatan
di tahun berikutnya sekaligus sebagai media dan sumber informasi yang bermanfaat bagi
pelaksanaan pemerintahan yang baik di Kementerian ESDM.

Jakarta, Februari 2018


Menteri Energi Dan Sumber Daya Mineral,

Ignasius Jonan

ii
RINGKASAN EKSEKUTIF

RINGKASAN
EKSEKUTIF
iii ESDM 2017
Laporan Kinerja Kementerian
RINGKASAN EKSEKUTIF

RINGKASAN EKSEKUTIF
Sektor ESDM merupakan sektor yang strategis dan masih tetap menjadi andalan
dalam mendukung pembangunan dan perekonomian nasional, baik melalui sisi fiskal,
Sektor ESDM merupakan sektor yang strategis dan masih tetap menjadi andalan dalam
moneter maupun sektor riil. Dari sisi fiskal, sektor ESDM berkontribusi kepada penerimaan
mendukung pembangunan dan perekonomian nasional, baik melalui sisi fiskal, moneter maupun sektor
negara (revenue) dan upaya pengendalian subsidi agar lebih tepat sasaran. Sedangkan dari sisi
riil. Dari sisi fiskal, sektor ESDM berkontribusi kepada penerimaan negara (revenue) dan upaya
moneter, komoditas
pengendalian subsidiESDM yangtepat
agar lebih bersifat administered
sasaran. Sedangkan price berperan
dari sisi terhadap
moneter, pengendalian
komoditas ESDM yang
inflasi. Untuk
bersifat sektor price
administered riil, secara timbal
berperan balik,
terhadap sektor ESDM
pengendalian inflasi.turut
Untukmenciptakan efisiensi
sektor riil, secara biaya
timbal balik,
produksi dan turut
sektor ESDM meningkatkan
menciptakan investasi di Indonesia.
efisiensi biaya produksi danSelain itu sektor
meningkatkan ESDM
investasi juga memiliki
di Indonesia. Selain
peranan penting,
itu sektor yaitu
ESDM juga sebagai
memiliki penjamin
peranan sumber
penting, pasokan
yaitu sebagai energisumber
penjamin dengan hargaenergi
pasokan energi yang
dengan
terjangkau, pendorong
harga energi aktifitas
yang terjangkau, ekonomi
pendorong danekonomi
aktifitas peningkatan nilai tambah
dan peningkatan sumbersumber
nilai tambah daya daya
alam
energi
alam dan mineral.
energi dan mineral.
Berdasarkan Peraturan Presiden nomor 68 tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata
Berdasarkan Peraturan Presiden nomor 68 tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kerja Kementerian ESDM, Kementerian ESDM mempunyai tugas menyelenggarakan urusan
Kementerian ESDM, Kementerian ESDM mempunyai tugas menyelenggarakan urusan pemerintahan di
pemerintahan di bidang energi dan sumber daya mineral untuk membantu Presiden dalam
bidang energi dan sumber daya mineral untuk membantu Presiden dalam menyelenggarakan
menyelenggarakan pemerintahan negara. Dalam pengejawantahan Nawacita, Kementerian
pemerintahan negara. Dalam pengejawantahan Nawacita, Kementerian ESDM aktif melaksanakan
ESDM aktif melaksanakan reformasi tata kelola energi yang diwujudkan melalui 3 (tiga) kelompok
reformasi tata kelola energi yang diwujudkan melalui 3 (tiga) kelompok penataan, yaitu penataan sistem
penataan, yaitu penataan sistem fiskal yang lebih kondusif, penyederhanaan perizinan dan
fiskal yang lebih kondusif, penyederhanaan perizinan dan administrasi, serta perbaikan iklim investasi
administrasi, serta perbaikan iklim investasi dan tata kelola energi.
dan tata kelola energi.

Gambar
Gambar1.Reformasi Tata Kelola
1.Reformasi Tata Kelola

iv
Penataan sistem fiskal yang berkeadilan harus menempatkan upaya maksimal
dalam menjaga kepentingan nasional dengan tetap mempertimbangkan investasi. Sementara

RINGKASAN EKSEKUTIF
itu, penyederhanaan administrasi dan perizinan dilaksanakan melalui deregulasi maupun
debirokratisasi. Selanjutnya, untuk perbaikan iklim investasi dan tata kelola energi dilaksanakan
melalui prinsip efisiensi dan efektifitas untuk mewujudkan tata kelola pemerintahan yang
baik dan energi yang berkeadilan. Dalam pelaksanaan penyederhanaan perizinan, di tahun
2017, Kementerian ESDM telah melimpahkan 63 ijin ke Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP)
yang dikelola oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) sehingga di akhir tahun 2017
Kementerian ESDM hanya memiliki 15 perizinan dengan rincian enam izin di sub sektor minyak
dan gas bumi (migas), enam izin di sub sektor mineral dan batubara (minerba), dan tiga izin
sub sektor Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE). Sementara untuk subsektor
ketenagalistrikan, Kementerian ESDM hanya mengatur tiga sertifikasi dan mengeluarkan
dua rekomendasi. Semua perizinan tersebut semakin dipermudah melalui penerapan sistem
dalam jaringan atau daring (online). Sedangkan dalam hal perbaikan iklim investasi dan tata
kelola energi, Pemerintah juga telah mengupayakan langkah efiesiensi biaya operasi dan
meningkatkan iklim investasi migas melalui skema Production Scheme Contract (PSC) Gross
Split dan revisi Peraturan Pemerintah (PP)Nomor 79 Tahun 2010 terkait Cost Recovery maupun
pengaturan perpajakan untuk PSC Gross Split.
Terkait hal tersebut di atas, penyusunan Laporan Kinerja Kementerian ESDM
dimaksudkan sebagai sarana untuk menyampaikan pertanggungjawaban kinerja kepada
masyarakat dan para pemangku kepentingan (stakeholders) serta merupakan sumber informasi
untuk perbaikan dan peningkatan kinerja secara berkelanjutan atas pencapaian pelaksanaan
Nawacita sektor energi dan sumber daya mineral. Kinerja Kementerian ESDM secara umum
direpresentasikan dari capaian indikator kinerja sektor ESDM yang mencakup antara lain:
pengelolaan sumber daya energi dan mineral, penerimaan negara dari sektor ESDM, investasi,
penyediaan dan pendistribusian bahan bakar hingga listrik sebagai layanan untuk masyarakat,
dan pembangunan daerah. Selain itu, capaian kinerja Kementerian ESDM juga dapat terlihat
dari kegiatan atau capaian-capaian pembangunan, seperti pembangunan infrastruktur sektor
ESDM, penandatangangan izin usaha dan kontrak kerja sama sektor ESDM dengan Badan
Usaha, penyelesaian permasalahan, dan prestasi-prestasi kinerja strategis lainnya.
Pada tahun 2017, telah dilaksanakan berbagai upaya dalam rangka pelaksanaan
kebijakan ESDM. Tujuan dan sasaran strategis dari berbagai kegiatan Kementerian ESDM selama
kurun waktu tersebut diuraikan sebagai berikut:
1. Tujuan Strategis I Kementerian ESDM adalah “Terjaminnya Penyediaan Energi dan Bahan
Baku Domestik”. Tujuan I didukung dengan 6 (enam) sasaran strategis dengan 14 (empat
belas) indikator yaitu:
a. Mengoptimalkan kapasitas penyediaan energi fosil yang terdiri dari 3 (tiga) indikator
kinerja;

v
b. Meningkatkan alokasi energi domestik yang terdiri 2 (dua) indikator kinerja;
c. Meningkatkan akses dan infrastruktur energi yang terdiri dari 3 (tiga) indikator kinerja;
d. Meningkatkan diversifikasi energi yang terdiri dari 2 (dua) indikator kinerja;
e. Meningkatkan efisiensi energi dan pengurangan emisi yang terdiri dari 2 (dua) indikator
kinerja, dan
f. Meningkatkan produksi mineral dan peningkatan nilai tambah yang terdiri dari 2 (dua)
indikator kinerja.
Dari 14 (empat belas) indikator kinerja dalam Tujuan Strategis I, sebanyak 71% sub indikator
telah sesuai dengan target, yaitu; antara lain rasio elektrifikasi, pemenuhan gas bumi dalam
negeri, intensitas energi, produksi timah dan lain-lain. Sekitar 29% sub indikator capaiannya
kurang dari 80% sebagai konsekunsi dari realisasi pertumbuhan ekonomi dan harga minyak
yang lebih rendah dari asumsi. Sub indikator tersebut antara lain penandatanganan Kontrak
Kerja Sama (KKS) Minyak dan Gas Bumi (Migas), penambahan kapasitas pembangkit,
penambahan penyaluran tenaga listrik, kapasitas Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS),
produksi biofuel dan produksi tembaga.
2. Tujuan Strategis II Kementerian ESDM adalah “Terwujudnya Optimalisasi Penerimaan Negara
dari Sektor ESDM”. Tujuan II didukung oleh satu sasaran strategis yaitu: Mengoptimalkan
Penerimaan Negara dari Sektor ESDM yang terdiri dari 4 (empat) indikator kinerja.
Semua target indikator dalam Tujuan Strategis II dapat dicapai bahkan melampaui target
seperti di sub sektor migas sebesar 117%, mineral dan batu bara (minerba) 125%, dan EBTKE
139%. Hal ini disebabkan oleh perbaikan tata kelola di sektor ESDM dan meningkatnya
harga komoditas sumber daya alam di pasar internasional.
3. Tujuan Strategis III Kementerian ESDM adalah “Terwujudnya Subsidi Energi yang Lebih Tepat
Sasaran dan Harga yang Kompetitif”. Tujuan III didukung dengan satu sasaran strategis yaitu:
Mewujudkan Subsidi Energi yang Lebih Tepat Sasaran yang terdiri dari 2 (dua) indikator
kinerja.
Untuk target volume subsidi BBM dan Liquefied Petroleum Gas (LPG), keduanya tidak
melampaui volume yang ditetapkan (mencapai target). Namun untuk target nilai subsidi
listrik sedikit lebih besar dari yang ditetapkan. Hal ini disebabkan perubahan harga minyak
Indonesia (Indonesia Crude Price-ICP), nilai tukar dan inflasi yang memengaruhi biaya pokok
produksi listrik.
4. Tujuan Strategis IV Kementerian ESDM adalah “Terwujudnya Peningkatan Investasi Sektor
ESDM”. Tujuan IV didukung dengan satu sasaran strategis yaitu: Meningkatnya Investasi
Sektor ESDM yang terdiri dari 4 (empat) indikator kinerja.
Realisasi nilai investasi di seluruh sektor ESDM belum memenuhi target yang ditetapkan.
Hal ini disebabkan perubahan rencana bisnis investor terkait perkembangan perekonomian
global yang melambat.
5. Tujuan Strategis V Kementerian ESDM adalah “Terwujudnya Manajemen dan Sumber

vi
Daya Manusia (SDM) yang profesional serta Peningkatan Kapasitas Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi (Iptek) dan Pelayanan Bidang Geologi”. Tujuan V didukung dengan 3 (tiga) sasaran

RINGKASAN EKSEKUTIF
strategis dengan 11 (sebelas) indikator yaitu:
a. Mewujudkan manajemen dan SDM yang profesional yang terdiri dari 6 (enam) indikator;
b. Meningkatkan kapasitas Iptek yang terdiri dari 2 (dua) indikator;
c. Meningkatkan kualitas informasi dan pelayanan bidang geologi yang terdiri dari 3 (tiga)
indikator.
Terdapat 10
Terdapat 10(sepuluh)
(sepuluh)indikator yang mencapai
indikator target (capaian
yang mencapai targetlebih dari 80%),
(capaian sedangkan
lebih 1 (satu)
dari 80%), indikator
sedangkan
1kinerja
(satu)yang belum memenuhi target yaitu jumlah satuan kerja (satker) yang memperoleh Wilayah Bebas
indikator kinerja yang belum memenuhi target yaitu jumlah satuan kerja (satker)
Korupsi (WBK)/Wilayah Birokrasi Bersih Melayani (WBBM).
yang memperoleh Wilayah Bebas Korupsi (WBK)/Wilayah Birokrasi Bersih Melayani (WBBM).

Realisasi Capaian Kinerja Tahun 2017


Realisasi Capaian Kinerja Tahun 2017
Secaraumum
Secara umum capaian
capaian kinerja
kinerja Kementerian
Kementerian ESDM ESDM 87,11 %.87,11
sebesar sebesar Sesuai%. Sesuai
dengan dengan
Perjanjian
Kinerja Kementerian
Perjanjian ESDM TahunESDM
Kinerja Kementerian 2017 maupun APBN-P
Tahun 2017 2017, terdapat
maupun APBN-P562017,
targetterdapat
indikator 56
dantarget
sub
indikatordan
indikator kinerja
subyang harus dicapai
indikator kinerjadiyang
tahunharus
2017. dicapai
Berikut ini
di adalah
tahuntabel persentase
2017. capaian
Berikut ini seluruh
adalah tabel
indikator kinerja
persentase capaianKementerian ESDM.
seluruh indikator kinerja Kementerian ESDM.

Tabel 1. Data Capaian Kinerja Kementerian ESDM Tahun 2017


Tabel 1. Data Capaian Kinerja Kementerian ESDM Tahun 2017

60%
60% ke
100% ke atas 80% - 100% -
bawah
80%
28 12 4 12

Capaian
CapaianKinerja 100%Ke
Kinerja 100% KeAtas
Atas
Terdapat2828capaian
Terdapat capaian kinerja
kinerja dalamdalam Tahunyang
Tahun 2017 2017 yang capaiannya
capaiannya di atas 100%.di Beberapa
atas 100%.
di
antaranyadiadalah
Beberapa : (1) Penerimaan
antaranya negara
adalah : (1) sub sektor EBTKE
Penerimaan negara(139%), (2) Jumlah
sub sektor EBTKEproduksi mineral
(139%), yaitu
(2) Jumlah
timah (137%),
produksi (3)yaitu
mineral Penerimaan negara sub
timah (137%), (3)sektor minerba negara
Penerimaan (125%), sub
dan sektor
(4) Penerimaan
minerbasub sektor dan
(125%), migas(4)
(117%).
Penerimaan sub sektor migas (117%).

Capaian Kinerja 80% - 100%


Capaian Kinerja 80% - 100%
Terdapat1212
Terdapat capaian
capaian kinerja
kinerja dalam
dalam TahunTahun 2017
2017 yang yang capaiannya
capaiannya antara 80%antara
- 100%.80% - 100%.
Beberapa di
antaranyadiadalah
Beberapa : (1) Lifting
antaranya adalahgas (99%),
: (1) (2)gas
Lifting Lifting minyak
(99%), (98,5%),
(2) Lifting dan (3)
minyak Kapasitas
(98,5%), danPLT
(3)Bioenergi
Kapasitas
(98%).
PLT Bioenergi (98%).

Capaian Kinerja 60%-80%


Capaian Kinerja 60%-80%
Terdapat4 4capaian
Terdapat capaian kinerja
kinerja dalamdalam
Tahun Tahun 2017
2017 yang yang capaiannya
capaiannya antara
antara 60%-80%. 60%-80%.
Beberapa di
Beberapa
antaranyadiadalah
antaranya adalahtembaga
: (1) Produksi : (1) Produksi
(79%), tembaga (79%),
(2) Produksi (2)(77%),
biofuel Produksi biofuel
dan (3) (77%),
Investasi dan (3)
sub sektor
EBTKE (60%).
Investasi sub sektor EBTKE (60%).

Capaian Kinerja 60% Ke Bawah

Terdapat 12 capaian kinerja dalam Tahun


vii 2017 yang capaiannya di bawah 60%. Beberapa di
antaranya adalah : (1) Investasi sub sektor ketenagalistrikan (47%), (2) Kapasitas PLTS (43,5%), (3)
Investasi sub sektor migas (38%), dan (4) Penambahan kapasitas pembangkit (31%).
Capaian Kinerja 60% Ke Bawah
Terdapat 12 capaian kinerja dalam Tahun 2017 yang capaiannya di bawah 60%.
Beberapa di antaranya adalah : (1) Investasi sub sektor ketenagalistrikan (47%), (2) Kapasitas
PLTS (43,5%), (3) Investasi sub sektor migas (38%), dan (4) Penambahan kapasitas pembangkit
(31%).

Capaian Strategis Kementerian ESDM Tahun 2017


Sepanjang tahun 2017 terdapat beberapa capaian strategis yang telah direalisasikan
oleh Kementerian ESDM dalam mewujudkan pembangunan sektor ESDM yang berkeadilan,
antara lain:
1. Membangun 57 lembaga penyalur BBM Satu Harga di wilayah 3 T (terdepan, terluar,
tertinggal) dan di daerah yang selama ini belum terlayani;
2. Menambah 63.551 sambungan rumah (SR) di dalam program Jaringan Gas sehingga secara
akumulasi mencapai 383.065 SR atau melampaui target yang ditetapkan sebesar 376.914
SR;
3. Menyempurnakan beberapa regulasi migas, yaitu:
- Menurunkan harga gas untuk industri tertentu;
- Mendorong pembangunan kilang minyak oleh pihak swasta;
- Meningkatkan kontribusi usaha untuk daerah melalui skema Participating Interest (PI)
10 %;
- Melakukan efisiensi biaya operasi dan meningkatkan iklim investasi migas dengan
menggunakan skema PSC Gross Split, revisi PP Nomor 79 Tahun 2010 terkait Cost
Recovery, dan Sistem Pajak Gross Split.
4. Memasang converter kit LPG untuk nelayan sebanyak 17.081 unit di 28 kabupaten/kota;
5. Menambah kapasitas pembangkit listrik sehingga total kapasitas terpasang pembangkit
listrik nasional tahun 2017 menjadi sebesar 60.491 Mega Watt (MW);
6. Mendorong percepatan elektrifikasi perdesaan melalui implementasi Peraturan Menteri
(Permen) ESDM Nomor 38 Tahun 2017 dan pembangunan listrik perdesaan maupun
pembagian Lampu Tenaga Surya Hemat Energi (LTSHE) melalui pendanaan APBN dan APLN.
Pada tahun 2017 total sebanyak 114 desa terpencil/terisolasi (15.796 Kepala Keluarga-KK)
dilistriki dengan pembangkit listrik tenaga EBT.
7. Alokasi gas domestik mencapai 61% dengan mengutamakan pemanfaatan gas untuk
pembangkit listrik dan industri.
8. Kapasitas terpasang PLT EBT mencapai 3.943 MW;
9. Penandatanganan kontrak jual beli listrik (Power Purchase Agreement-PPA) EBT dengan IPP
sebanyak 70 PPA;
10. Menyelesaikan verifikasi izin usaha pertambangan (IUP) menjadi berstatus Clean and Clear
(CnC) sebanyak 6.565 IUP, dan pelaksanaan forum Kordinasi dan Supervisi antara KPK dan

viii
Kementerian ESDM menghasilkan pencabutan 2.595 IUP pada periode 2015-2017;
11. Menyederhanakan perizinan sektor ESDM sehingga hanya 15 perizinan yang masih

RINGKASAN EKSEKUTIF
dilakukan oleh Kementerian ESDM;
12. Menerima penghargaan dalam ajang kompetisi Inovasi Pelayanan Publik untuk
Multiplatform Application for Geoharzard Mitigation and Assessment(MAGMA) Indonesia
yaitu sebuah aplikasi untuk perangkat komunikasi berbasis Android untuk meningkatkan
mitigas kebencanaan geologi di Indonesia.
13. Rasio Elektrifikasi mencapai 95,35% dari target awal 92,75 %;
14. Memonitor kelancaran program 35 GW, dengan kemajuan menurut fase :
- COD/komisioning : 1.358 MW.
- Konstruksi : 17.096 MW
- PPA (belum konstruksi) : 12.724 MW
- Pengadaan : 2.894 MW
- Perencanaan : 1.788 MW
15. Pendistribusian Lampu Tenaga Surya Hemat Energi (LTSHE) sebanyak 79.564 unit kepada
masyarakat yang tidak mendapatkan listrik di Provinsi Maluku, NTB, Riau, Papua, dan Papua
Barat.
16. Penambahan Pipa Gas sepanjang 484 KM dari ruas Belawan-KIM-KEK, Ruas Payo Selincah
dan Ruas WJB Batam menjadi 10.671 KM.
17. Terdapat 5 dari 10 Blok Migas Konvensional dengan skema gross split diminati investor;
18. Pada tanggal 27 Agustus 2017 perundingan Pemerintah dengan Freeport mencapai
kesepakatan dengan 4 syarat yang diusulkan KESDM (termasuk divestasi saham 51%).
Untuk divestasi, akan ditindaklanjuti oleh Menteri BUMN dan Menteri Keuangan;

Realisasi Anggaran Pada Tahun 2017


Alokasi anggaran APBN-P 2017 adalah sebesar Rp. 6.572,4 Miliar dimana komposisi
terbesar sebanyak 41% digunakan untuk anggaran publik fisik. Total penyerapan anggaran
mencapai 84,04% (apabila tanpa memperhitungkan nilai blokir permanen dan anggaran yang
tidak dapat dilaksanakan). Namun apabila memperhitungkan blokir permanen dan anggaran
yang tidak dapat dilaksanakan maka tingkat penyerapan mencapai 74,80% dari pagu APBN-P
atau sebesar Rp. 4.917,7 Miliar. Persentase penyerapan anggaran terbesar dicapai oleh unit
Sekretariat Jenderal DEN yaitu sebesar 91,97 % atau sebesar Rp.58,8 Miliar Akan tetapi jika
dihitung menurut jumlah anggarannya, penyerapan tertinggi diraih oleh unit Ditjen Minyak dan
Gas Bumi sebesar Rp. 1.323,3 Miliar, disusul oleh Ditjen EBTKE sebesar Rp. 867,2 Miliar. Sebagian
besar anggaran kedua unit ini merupakan anggaran untuk belanja infrastruktur (publik fisik)
yang membutuhkan dana yang sangat besar, sehingga walaupun persentase penyerapannya
relatif kecil, akan tetapi jumlah anggaran yang terealisasi sangat besar. Sedangkan anggaran yg
tidak terserap sebesar Rp. 1.656,9 Miliar atau sebesar 25,20 %.

ix
Monitoring Capaian Kinerja
Saat ini sudah terdapat kemajuan yang sangat signifikan dalam pengelolaan Sistem
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) di Kementerian ESDM, antara lain:
1. Komitmen dan partisipasi aktif Pimpinan Kementerian ESDM dari tingkat Menteri sampai
level Eselon IV dalam mengimplementasikan SAKIP. Menteri ESDM dan seluruh jajaran
eselon I sangat aktif dalam penetapan kinerja yang harus dicapai pada tahun 2017, serta
telah menetapkan langkah-langkah dalam mengawal setiap capaian target yang harus
dicapai. Setiap minggu rutin dilakukan Rapat Pimpinan dan satu bulan sekali dilakukan
Rapat Pimpinan Diperluas dengan seluruh Pejabat Pimpinan Tinggi Madaya dan Pratama;
2. Monitoring dan evaluasi yang dilakukan secara terus menerus, baik monitoring mingguan,
bulanan, triwulanan, semesteran, dan tahunan diselaraskan dengan target kinerja yang
harus disampaikan kepada Bappenas maupun Kantor Staf Kepresidenan;
3. Keterlibatan aktif Tim APIP Inspektorat Jenderal dalam proses reviu setiap Perjanjian Kinerja
maupun Laporan Kinerja, serta pendampingan terus menerus dari Inspektorat Jenderal
dalam setiap perencanaan dan penyusunan program dan anggaran, pelaksanaan, maupun
dalam monitoring dan pengawasan;
4. Internalisasi mengenai SAKIP Kementerian ESDM yang secara masif dilaksanakan untuk
memberikan pemahaman mengenai pentingnya akuntabilitas kinerja dalam setiap
tingkatan organisasi di lingkungan Kementerian ESDM;
5. Proses penyempurnaan Indikator Kinerja Utama Kementerian ESDM dan Unit Eselon
I di lingkungan Kementerian ESDM terus berjalan untuk mendapatkan IKU yang lebih
representatif.
6. Telah dimulainya implementasi Rekam Kinerja Harian (RKH) di Kementerian ESDM yang
menjadi jembatan antara pengelolaan kinerja organisasi dengan kinerja individu yang
updating data capaiannya telah dilakukan dengan sistem kinerja harian dan diselaraskan
dengan Sasaran Kinerja Pegawai (SKP) dan IKU masing-masing Unit;
7. Implementasi e-kinerja Kementerian ESDM yang saat ini telah mencapai level Kementerian
dan Eselon I dan untuk perkembangan aplikasi tersebut, saat ini sedang dikembangkan
untuk dapat mencapai level eselon II.

x
RINGKASAN EKSEKUTIF

Daftar Isi
Tabel & Gambar
xi ESDM 2017
Laporan Kinerja Kementerian
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI xii
DAFTAR TABEL xiv
DAFTAR GAMBAR xviii

BAB I 2
PENDAHULUAN 2
1.1 Latar Belakang 2
1.2 Maksud dan Tujuan 6
1.3 Tugas dan Fungsi Kementerian ESDM 6
1.4 Struktur Organisasi 7
1.5 Sumber Daya Manusia Kementerian ESDM 2017 9
1.6 Sistematika Penyajian Laporan 9

BAB II 12
PERENCANAAN KINERJA 12
2.1 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 12
2.1.1 Visi dan Misi 13
2.1.2 Strategi Pembangunan Nasional 14
2.1.3 Sasaran Kedaulatan Energi Pada RPJMN 2015-2019 14
2.2 Rencana Strategis Kementerian ESDM 15
2.2.1 Tujuan Strategis 16
2.3 Sasaran Strategis 18
2.4 Indikator Kinerja Berdasarkan Perjanjian Kinerja 19
2.5 Perjanjian Kinerja Kementerian ESDM Tahun 2017 32

BAB III 36
AKUNTABILITAS KINERJA 36
3.1 Tujuan I : Terjaminnya Penyediaan Energi dan Bahan Baku Domestik 36
3.1.1 Sasaran Strategis I: Mengoptimalkan Kapasitas Penyediaan Energi Fosil 38
3.1.2 Sasaran Strategis II: Meningkatkan Alokasi Energi Domestik 53
3.1.3 Sasaran Strategis III: Menyediakan Akses dan Infrastruktur Energi
Tabel 26. Sasaran Strategis III 58
3.1.4 Sasaran Strategis IV: Meningkatkan Diversifikasi Energi
Tabel 39. Sasaran Strategis IV 58
3.1.5 Sasaran Strategis V: Meningkatkan Efisiensi Pemakaian Energi dan

xii
Pengurangan Emisi 91
Tabel 52. Sasaran Strategis V 91

EKSEKUTIF
3.1.6 Sasaran Strategis VI: Meningkatkan Produksi Mineral dan Peningkatan

ISI
Nilai Tambah 92

DAFTAR
RINGKASAN
3.2 Tujuan II: Terwujudnya Optimalisasi Penerimaan Negara Dari Sektor ESDM 98
Sasaran Strategis VII: Mengoptimalkan Penerimaan Negara Dari Sektor ESDM 98
3.3 Tujuan III: Terwujudnya Subsidi Energi Yang Lebih Tepat Sasaran dan Harga Yang
Kompetitif 105
Sasaran Strategis VIII: Mewujudkan Subsidi Energi Yang Lebih Tepat Sasaran 105
3.4 Tujuan IV: Terwujudnya Peningkatan Investasi Sektor ESDM 108
Sasaran Strategis IX: Meningkatkan Investasi Sektor ESDM 108
3.5 Tujuan V: Terwujudnya Manajemen dan SDM Yang Profesional Serta Peningkatan
Kapasitas IPTEK dan Pelayanan Bidang Geologi 119
3.5.1 Sasaran Strategis X: Mewujudkan Manajemen dan SDM yang Profesional 120
3.5.2 Sasaran Strategis XI: Meningkatkan Kapasitas IPTEK 130
3.5.3 Sasaran Strategis XII: Meningkatkan Kehandalan Informasi Kegeologian 132
3.6 Capaian Kinerja Kementerian ESDM Tahun 2017 160
3.7 Realisasi Anggaran Kementerian ESDM 163

BAB IV 166

LAMPIRAN 173
Lampiran I Rincian Rekomendasi Wilayah Kerja 174
Lampiran II Pembangunan PLTS Tahun 2017 196
Lampiran III Program Konservasi Energi 201
Lampiran IV Daftar Pembangkit EBT Yang Telah PPA di Tahun 2017 211
Lampiran V Jenis Kegiatan Pilot Plant/Prototipe/Demo Plant atau Rancangan/
Rancang Bangun/Formula yang Berhasil Direalisasikan 216
Lampiran VI Jumlah Paten dan Hasil Litbang yang Berhasil Diimplementasikan 231
Lampiran VII Daftar Lokasi Sumur Bor yang Berhasil Dibangun pada Tahun 2017 239
Lampiran VIII Perjanjian Kinerja Kementerian ESDM tahun 2017 248
Lampiran IX Peraturan menteri ESDM Nomor 22 Tahun 2015 253

xiii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Data Capaian Kinerja Kementerian ESDM Tahun 2017 vii


Tabel 2. Tujuan, Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja Kementerian
ESDM 2015 - 2019 18
Tabel 3. Sasaran 1 : Mengoptimalkan Kapasitas Penyediaan Energi Fosil 20
Tabel 4. Sasaran 2: Meningkatkan Alokasi Energi Domestik 20
Tabel 5. Sasaran 3: Menyediakan Akses dan Infrastruktur Energi 23
Tabel 6. Sasaran 4 : Meningkatkan Diversifikasi Energi 24
Tabel 7. Sasaran 5: Meningkatkan Efisiensi Pemakaian Energi dan
Pengurangan Emisi 25
Tabel 8. Sasaran 6: Meningkatkan Produksi Mineral dan Peningkatan
Nilai Tambah 26
Tabel 9. Sasaran 7: Mengoptimalkan Penerimaan Negara dari Sektor ESDM 27
Tabel 10. Sasaran 8: Mewujudkan Subsidi Energi yang Lebih Tepat Sasaran 28
Tabel 11. Sasaran 9: Meningkatkan Investasi Sektor ESDM 28
Tabel 12. Sasaran 10: Mewujudkan Manajemen dan SDM Yang Profesional 30
Tabel 13. Sasaran 11: Meningkatkan Kapasitas IPTEK 30
Tabel 14. Sasaran 12: Meningkatkan Kualitas Informasi dan Pelayanan
Bidang Geologi 31
Tabel 15. Perjanjian Kinerja Kementerian ESDM Tahun 2017 32
Tabel 16. Tujuan I: Terjaminnya Penyediaan Energi dan Bahan Baku Domestik 36
Tabel 17. Sasaran Strategis I 38
Tabel 18. Rincian Rencana dan Realisasi Jumlah Produksi Batubara Tahun 2017 40
Tabel 19. Penawaran Wilayah Kerja Migas Non Konvensional Tahun 2017 41
Tabel 20. Jadwal Penawaran Wilayah Kerja Migas Non Konvensional Tahun 2017 43
Tabel 21. Revisi Jadwal Lelang Reguler dan Penawaran Langsung Wilayah Kerja Migas
Non Konvensional 51
Tabel 22. Hasil Lelang Reguler dan Penawaran Langsung 51
Tabel 23. Sasaran Strategis II 53
Tabel 24. Perkembangan DMO Batubara Tahun 2015-2017 (dalam Juta Ton) 55
Tabel 25. Rincian Realisasi Konsumsi Batubara DMO End User 2016 dan 2017 57
Tabel 26. Sasaran Strategis III 59
Tabel 27. Kuota dan Realisasi Jenis BBM Tertentu 59
Tabel 28. Kuota dan Realisasi Volume LPG Bersubsidi Tahun 2017 62
Tabel 29. Realisasi Pelaksanaan Konversi BBM ke BBG 64

xiv
Tabel 30. Rincian Realisasi Ruas Pipa Transmisi 68
Tabel 31. Rasio Elektrifikasi dan Penambahan Rumah Tangga Berlistrik 70

DAFTAR EKSEKUTIF
Tabel 32. Rasio Elektrifikasi 71

TABEL
Tabel 33. Realisasi Rasio Elektifikasi Tiap Provinsi Tahun 2017 71

RINGKASAN
Tabel 34. Rasio Desa Berlistrik 73
Tabel 35. Penambahan Kapasitas Pembangkit Tenaga Listrik 75
Tabel 36. Realisasi Transmisi Tahun 2017 77
Tabel 37. Perbandingan Penambahan Penyaluran Tenaga Listrik 77
Tabel 38. Realisasi Indikator Pangsa Energi Primer BBM Untuk Pembangkit Listrik 78
Tabel 39. Sasaran Strategis IV 82
Tabel 40. Realisasi Kapasitas Terpasang PLTP Tahun 2017 83
Tabel 41. Realisasi Kapasitas Terpasang PLT Bioenergi 83
Tabel 42. Kapasitas Terpasang PLT Bioenergi Off Grid Swakelola 83
Tabel 43. Tambahan Kapasitas Terpasang PLTMH Tahun 2017 84
Tabel 44. Pembangunan PLTMH Tahun 2017 Dengan APBN 84
Tabel 45. Pembangunan PLTMH Tahun 2017 Dengan DAK 84
Tabel 46. Pembangunan PLTMH Tahun 2017 Oleh IPP 85
Tabel 47. Total Kapasitas Terpasang Pembangkit PLTM/MH s.d. Tahun 2017 86
Tabel 48. Realisasi Kapasitas Terpasang PLTS 86
Tabel 49. Total Kapasitas Terpasang Pembangkit PLTS s.d. Tahun 2017 87
Tabel 50. Kapasitas PLTB s.d. Tahun 2017 88
Tabel 51. Realisasi Produksi Biofuel 88
Tabel 52. Sasaran Strategis V 91
Tabel 53. Rincian Realisasi Intensitas Energi 91
Tabel 54. Rincian Penurunan Emisi CO2 92
Tabel 55. Sasaran VI 92
Tabel 57. Realisasi Produksi Mineral Tahun 2017 (Ton) 93
Tabel 58. Perkembangan Produksi Mineral Tahun 2015-2017 (Ton) 93
Tabel 59. Realisasi Pengolahan dan Pemurnian Tahun 2017 96
Tabel 60. Perkembangan Pengolahan dan Pemurnian 2015-2017 96
Tabel 61. Target dan Realisasi Indikator Kinerja Sasaran Strategis VII 98
Tabel 62. Rincian Penerimaan Negara Subsektor Migas 99
Tabel 63. Rencana dan Realisasi PNBP Minerba Tahun 2017 100
Tabel 64. Perkembangan Realisasi PNBP Tahun 2015-2017 100
Tabel 65. Rumusan perhitungan PNBP Minerba 100
Tabel 66. Rincian Penerimaan Negara Subsektor EBTKE 102
Tabel 67. Penerimaan Negara Lainnya 102
Tabel 68. Rincian Iuran Badan Usaha Tahun 2017 103

xv
Tabel 69. Jumlah PNBP Jasa Diklat T.A. 2017 104
Tabel 70. Perbandingan Realisasi Penerimaan Jasa Diklat 104
Tabel 71. Sasaran Strategis VIII 105
Tabel 72. Sasaran Strategis IX 108
Tabel 73. Realisasi Investasi Subsektor Migas 108
Tabel 74. Investasi Subsektor Minerba 113
Tabel 75. Realisasi Nilai Investasi Tahun 2015-2017 114
Tabel 76. Perkembangan Nilai Investasi Minerba Tahun 2015-2017 114
Tabel 77. Tabel Realisasi Investasi Sub Sektor EBTKE Tahun 2017 116
Tabel 78. Rincian Realisasi Investasi Subsektor EBTKE 116
Tabel 79. Matriks Nilai Investasi Pembangunan PLTMH dan PLTS 2017 118
Tabel 80. Rincian Investasi Konservasi Energi 118
Tabel 81. Tabel Tujuan Strategis V 119
Tabel 82. Target dan Realisasi Pembinaan Pengelolaan Pegawai 122
Tabel 83. Persyaratan WBK dan WBBM 125
Tabel 84. Diklat Berbasis Kompetensi Tahun 2017 127
Tabel 85. Realisasi Capaian Persentase Diklat Berbasis Kompetensi 128
Tabel 86. Responden Survei 128
Tabel 87. Kriteria Penilaian Indeks Berdasarkan Permenpan KEP/25/M.PAN/2/2004 129
Tabel 88. Indeks Kepuasan Pengguna Layanan Diklat 129
Tabel 89. Rincian Realisasi Indeks Kepuasan Pengguna Layanan Diklat 130
Tabel 90. Sasaran Strategis XI 130
Tabel 91. Sasaran Strategis XII 132
Tabel 92. Perbandingan Capaian Indikator dan Target Pada Renstra Kementerian
ESDM 2015-2019 133
Tabel 93. Realisasi Pemboran Air Tanah 134
Tabel 94. Wilayah Prospek Sumber Daya Geologi 138
Tabel 95. Perkembangan status potensi energi panas bumi tahun 2013 – 2017
(dalam MWe) 140
Tabel 96. Potensi Panas Bumi Indonesia Tahun 2017 140
Tabel 97. Sumberdaya dan Cadangan Batubara Indonesia Tahun 2017 143
Tabel 98. Tabel. Sumberdaya Gambut Indonesia Tahun 2017 145
Tabel 99. Rekapitulasi Keluran/Output Rekomendasi Keprospekan Mineral Logam
Tahun 2017 146
Tabel 100. Peta Kawasan Rawan Bencana Geologi 151
Tabel 101. Pemetaan Kawasan Rawan Bencana (KRB) Gunung Api Tahun 2017 151
Tabel 102. Peta Kawasan Rawan Bencana (KRB) Gempabumi Tahun 2017 154
Tabel 103. Peta Kawasan Rawan Bencana (KRB) Tsunami 156

xvi
Tabel 104. Peta Zona Kerentanan Gerakan Tanah Tahun 2017 158
Tabel 105. Realisasi dan Capaian Kinerja Kementerian ESDM Tahun 2017 160

DAFTAR EKSEKUTIF
Tabel 106. Realisasi Anggaran (dalam Milyar Rp.) 163

TABEL
Tabel 107. Data Capaian Kinerja Kementerian ESDM Tahun 2017 166

RINGKASAN
Tabel 108. Volumetric Gas In Place Dari Ketiga Area Prospek di MNK Kutai 178
Tabel 109. Volumetric Wilayah Kerja Migas Sahul 181
Tabel 110. Data Analisis TOC dan Pyrolysis Obi-Bacan 182
Tabel 111. Data Analisis Pada Wilayah Kerja Migas Aru-Tanumbar 183
Tabel 112. Rekomendasi Wilayah Kerja Panas Bumi 188
Tabel 113. Usulan Wilayah Izin Usaha Pertambangan (WIUP) Batubara 191
Tabel 114. Wilayah Usaha Pertambangan (WIUP) Mineral 193
Tabel 115. Hasil Potensi Penghematan Energi Tahun 2017 201
Tabel 116. Perusahaan yang mendapatkan izin Label Tanda Hemat Energi
(Lampu Swaballast) 204
Tabel 117. Laboratorium Uji Lampu Swabalast 205
Tabel 118. Perusahaan yang mendapatkan izin Label Tanda Hemat Energi (AC) 205
Tabel 119. Daftar Pemenang PEEN 2017 209
Tabel 120. Daftar Pemenang AEA 2017 210
Tabel 121. Karakteristik Sumur 222
Tabel 122. Karakteristik Sumur 235
Tabel 123. Lokasi Penyediaan Air Tanah Melalui Sumur Bor 239

xvii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Reformasi Tata Kelola iv


Gambar 2. Sasaran Pengelolaan Energi #EnergiBerkeadilan 2
Gambar 3. Struktur Organisasi Kementerian ESDM 8
Gambar 4. Diagram Jumlah Pegawai Negeri Sipil di Kementerian ESDM Tahun 2017 9
Gambar 5. Tema dalam RPJMN 2005-2025 13
Gambar 6. Sasaran Kedaulatan Energi pada RPJMN 15
Gambar 7. Skema Penyelesaian Tantangan 16
Gambar 8. Realisasi Lifting Minyak Bumi 39
Gambar 9. Realisasi Lifting Gas Bumi 2012-2017 40
Gambar 10. Penawaran WK Migas Konvensional Tahun 2017 47
Gambar 11. Grafik Perkembangan Signature Bonus 47
Gambar 12. Penandatanganan KKS Baru 2013-2017 48
Gambar 13. Grafik Perkembangan Penawaran dan Penandatanganan 49
Gambar 14. Peta Penawaran Langsung Wilayah Kerja Migas Non Konvensional 2017 50
Gambar 15. Grafik Realisasi Persentase Pemanfaatan Gas Bumi Indonesia 54
Gambar 16. Realisasi Penyaluran Gas Tahun 2017 54
Gambar 17. Kunjungan ke PLTU Gorontalo 56
Gambar 18. Kunjungan ke PLTU Jeneponto 56
Gambar 19. Grafik Target dan Realisasi Jenis BBM Tertentu 60
Gambar 20. Sebaran Lokasi Kilang BBM 61
Gambar 21. Grafik Target pada APBNP 62
Gambar 22. Peta Kapasitas Kilang LPG Indonesia Tahun 2017 65
Gambar 23. Kapasitas kilang LPG tahun 2013 – 2017 66
Gambar 24. Peta Lokasi Pembangunan Kilang FSRT Banten 67
Gambar 25. Peta Rasio Elektrifikasi Nasional tahun 2017 71
Gambar 26. Kapasitas Terpasang Pembangkit Listrik Tahun 2011-2017 77
Gambar 27. Penjualan Tenaga Listrik dalam Perhitungan Susut Jaringan
Tenaga Listrik 78
Gambar 28. Roadmap dan Realisasi Penurunan Susut Jaringan 79
Gambar 29. Perkembangan dan Target Energi Primer (unaudited) 81
Gambar 30. Fasilitas Pengolahan dan Pemurnian PT Sumber Baja Prima 96
Gambar 31. Fasilitas Pengolahan dan Pemurnian PT Surya Saga Utama 97
Gambar 32. Fasilitas Pengolahan dan Pemurnian PT COR Industri Indonesia 97
Gambar 33. Fasilitas Pengolahan dan Pemurnian PT Virtu Dragon 97

xviii
Gambar 34. Fasilitas Pengolahan dan Pemunian PT Sebuku Iron Lateritic Ores 98
Gambar 35. Grafik Perkembangan Realisasi Subsidi 2010-2017 106

EKSEKUTIF
Gambar 36. Grafik Perkembangan Subsidi Listrik Tahun 2012-2017 107

DAFTAR GAMBIR
Gambar 37. Mekanisme Pengaduan Subsidi Listrik Tepat Sasaran 108

RINGKASAN
Gambar 38. Grafik Realisasi Investasi Migas Tahun 2010 – 2017 109
Gambar 39. Grafik Realisasi Investasi Hulu Migas Tahun 2010 – 2017 110
Gambar 40. Grafik Realisasi Investasi Hilir Migas Tahun 2010 – 2017 110
Gambar 41. Investasi Sub Sektor Ketenagalistrikan Tahun 2010-2017 111
Gambar 42. Perkembangan Pembangunan Program Ketenagalistrikan 35.000 MW
(Status Desember 2017) 112
Gambar 43. Rincian Realisasi Investasi Sub Sektor Minerba Tahun 2017 113
Gambar 44. Diagram Alur Monev dan Pelaporan 125
Gambar 45. Perbandingan Capaian Diklat Berbasis Kompetensi BPSDM ESDM 127
Gambar 46. Perbandingan Capaian Indeks Kepuasan Pengguna Layanan
BPSDM ESDM 129
Gambar 47. Capaian Penyediaan air bersih melalui pengeboran air tanah
pada tahun 2017 135
Gambar 48. Peta Lokasi Sebaran Sumur Bor Sebanyak 237 Lokasi 136
Gambar 49. Pemanfaatan Sumur Bor Dalam di Desa Huta Ginjang, Kecamatan
Muara, Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara 136
Gambar 50. Pemanfaatan Air Sumur Bor Dalam di Desa Curah Tatal, Kecamatan
Arjasa, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur 136
Gambar 51. Peresmian Sumur Bor di Magelang oleh Kepala Pusat Air Tanah dan
Geologi Tata Lingkungan 137
Gambar 52. Peresmian dan pemanfaatan sumur bor oleh Menteri ESDM di
Bukit Tinggi, Sumatera Barat 137
Gambar 53. Pemanfaatan Sumur Bor Dalam di Desa Ranca Gede, Kecamatan
Gunung Kaler, Kabupaten Tanggerang, Banten 138
Gambar 54. Perbandingan Status sumber daya dan cadangan energi Panas Bumi
2013 – 2017 141
Gambar 55. Program Prioritas Nasional Pada RPJMN 2015-2019 150 141
Gambar 56. Daerah prospek Nage, Kab. Ngada potensi 28 MWe dan Lokop, Kab.
Aceh Timur potensi 29 MWe Kelas Cadangan Mungkin 142
Gambar 57. Perkembangan Sumber Daya dan Cadangan Batubara 2013-2017 144
Gambar 58. Sumber daya tambang dalam batubara tahun 2013 – 2017 144
Gambar 59. Grafik perubahan nilai sumber daya GMB Tahun 2016 – 2017. 145
Gambar 60. Pemutakhiran Sumber Daya dan Cadangan serta lokasi Bijih Timah
Tahun 2016-2017 147

xix
Gambar 61. Pemutakhiran Sumber Daya dan Cadangan serta lokasi Logam Emas
Tahun 2016 – 2017 147
Gambar 62. Pemutakhiran SUmber Daya Cadangan serta Lokasi Bijih Emas
Tahun 2016-2017 147
Gambar 63. Pemutakhiran Sumber Daya dan Cadangan serta lokasi Bijih Emas
Tahun 2016 – 2017 148
Gambar 64. Pemutakhiran Sumber Daya dan Cadangan serta lokasi Bijih Tembaga
Tahun 2016 – 2017 148
Gambar 65. Pemutakhiran Sumber Daya dan Cadangan serta lokasi Bijih Nikel
Tahun 2016 – 2017 148
Gambar 66. Pemutakhiran Sumber Daya dan Cadangan serta lokasi Bijih Besi
Tahun 2016 – 2017 149
Gambar 67. Diagram Penambahan Sumber Daya Mineral Bukan Logam
Tahun 2017 149
Gambar 68. Statistik komoditi lempung, marmer dan granit 150
Gambar 69. Statistik komoditi pasir kuarsa dan felspar tahun 2012 – 2017 150
Gambar 70. Statistik komoditi Batugamping tahun 2012 – 2017 150
Gambar 71. Peta Zona Kawasan Rawan Bencana G.Awu, Sulawesi Utara 152
Gambar 72. Peta Zona Kawasan Rawan Bencana G. Sibayak, Sumatera Utara 152
Gambar 73. Peta Zona Kawasan Rawan Bencana G. Batukolok,Sulawesi Utara. 153
Gambar 74. Peta Kawasan Rawan Bencana (KRB) Gempabumi Papua Barat 154
Gambar 75. Peta Kawasan Rawan Bencana (KRB) Gempabumi Kalimantan Selatan 155
Gambar 76. Peta Kawasan Rawan Bencana (KRB) Tsunami Bali Selatan 156
Gambar 77. Peta Kawasan Rawan Bencana (KRB) Tsunami Pantai Lombok 157
Gambar 78. Peta Zona Kerentanan Gerakan Tanah Wilayah Sulawesi Tenggara 158
Gambar 79. Peta Zona Kerentanan Gerakan Tanah Provinsi Kalimantan Utara 159
Gambar 80. Lokasi Rekomendasi WK Migas Tahun 2017 177
Gambar 81. Lokasi Akuisisi Seismik 2D Tahun 2017 177
Gambar 82. Identifikasi Lead dan Prospect di Wilayah Buru 179
Gambar 83. Lead dan Prospect Wamena 180
Gambar 84. Speculative Resources for Gas Aru-Tanimbar 184
Gambar 85. Hasil Analisis Potensi Batuan Induk di Area Seram 185
Gambar 86. Analisis Potensi Batuan Induk Biak-Numfor 186
Gambar 87. Tinjauan Kepala Badan Geologi di pelabuhan Ambon 7 April 2017 187
Gambar 88. Contoh Final Stack Akuisisi Seismik 2D Arafura Selatan,
Buru dan Selaru 187
Gambar 89. Peta Usulan Wilayah Kerja Panas Bumi Waesano 189
Gambar 90. Peta Usulan Wilayah Kerja Panas Bumi Sumami 189

xx
Gambar 91. Peta Usulan Wilayah Kerja Panas Bumi Cubadak-Panti-Simisuh 189
Gambar 92. Peta Rekomendasi Wilayah Kerja CBM di Daerah Pelalawan 190

EKSEKUTIF
Gambar 93. Peta Lokasi Usulan WIUP Batubara Provinsi Sumatera Selatan

DAFTAR GAMBIR
Tahun 2017 192

RINGKASAN
Gambar 94. Peta Lokasi Usulan WIUP Batubara di Provinsi Sulawesi Barat,
Tahun 2017 192
Gambar 95. Peta Rekomendasi Wilayah Ijin Usaha Pertambangan (WIUP) Sumber
Daya Mineral Logam Indonesia, Tahun 2017 195
Gambar 96. Up Scaling Rumen di Lapangan Tanjung II Kalimantan Selatan 216
Gambar 97. Proses Pembuatan Formula 217
Gambar 98. Unit pengolahan tanah tercemar minyak dan oil off-spec 218
Gambar 99. Lay-Out 3 Dimensi 219
Gambar 100. Desain Kilang Skala Kecil 219
Gambar 101. Desain Rancang Bangun Tabung ANG 220
Gambar 102. Sketsa Sumur UCG 221
Gambar 103. Sumur Injeksi dan Produksi UCG 221
Gambar 104. Penyulutan kayu bakar pada reaktor gasifikasi fixed bed 223
Gambar 105. DED gasifikasi batubara untuk tungku fluidized bed kapasitas 600 kW 224
Gambar 106. Simulasi Pembakaran Siklon Non Slagging 224
Gambar 107. Pembuatan Purwarupa Pembakar Siklon Non Slagging 225
Gambar 108. Plant Layout Pembuatan Gadolinium Oksida 225
Gambar 109. Pilot plant gadolonium oksida dari LTJ hidroksida
kapasitas 10 kg/proses 226
Gambar 110. Rancang Bangun Turbin Axial PLTMH 226
Gambar 111. Digester Biogas pada Kelompok Peternak Sapi “KARYA TUNGGAL”. 227
Gambar 112. Pilot Plant Smart Grid in Micro Grid di Universitas Udayana, Bali 228
Gambar 113. Pilot Plant Smart System PLTS di Kantor Gubernur Bali 228
Gambar 114. Skema Rangkaian Lengkap Perangkat Keras Sistem Akuisisi 229
Gambar 115. Hasil perakitan seluruh komponen Sistem Akuisisi 230
Gambar 116. Rancangan dan Instalasi Kompartemen Tabung CNG Tipe 4
pada Atap Kendaraan 233
Gambar 117. Formulir Usulan Paten Perancangan Kompartemen Tabung CNG
Tipe 4 dan Sertifikat Paten Tabung CNG 233
Gambar 118. Formulir Usulan Paten Formula Perkembangbiakan Bibit Mikroba
Rumen Dengan Metode UpScale Untuk Peningkatan Produksi GMB 233
Gambar 119. Lokasi Blok CBM Tanjung II dan Sumur Yang Diinjeksi Rumen 234
Gambar 120. Pelaksanaan Uji Coba Produksi Serta Produk Biodiesel yang Dihasilkan 236
Gambar 121. Pengamatan Saat Operasi Uji Coba Produksi 237

xxi
xxii
PENDAHULUAN

PENDAHULUAN 1
1 ESDM 2017
Laporan Kinerja Kementerian
BAB I
BAB I PENDAHULUAN
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


1.1 Latar Belakang

Gambar
Gambar 2. Sasaran
2. Sasaran Pengelolaan
Pengelolaan Energi#EnergiBerkeadilan
Energi #EnergiBerkeadilan

Kementerian ESDM mempunyai tugas membantu Presiden dalam menyelenggarakan


Kementerian ESDM mempunyai tugas membantu Presiden dalam
sebagian urusan pemerintahan di bidang energi dan sumber daya mineral, termasuk juga dalam
menyelenggarakan sebagian urusan pemerintahan di bidang energi dan sumber
pencapaian visi dan misi Nawacita yang terkait sektor ESDM dan juga beberapa hal terkait dengan
daya mineral, termasuk juga dalam pencapaian visi dan misi Nawacita yang terkait
kedaulatan energi untuk bangsa. Kementerian ESDM memiliki kewajiban untuk mewujudkan “Energi
sektor ESDM dan juga beberapa hal terkait dengan kedaulatan energi untuk bangsa.
Berkeadilan Untuk Kesejahteraan Rakyat, Iklim Usaha dan Pertumbuhan Ekonomi” demi terciptanya
Kementerian ESDM memiliki kewajiban untuk mewujudkan “Energi Berkeadilan
kedaulatan dan kemandirian energi. Dalam langkah mewujudkan Energi Berkeadilan, Kementerian
Untuk Kesejahteraan Rakyat, Iklim Usaha dan Pertumbuhan Ekonomi” demi terciptanya
ESDM memilliki 5 (lima) pilar yang harus dilaksanakan, yaitu:
kedaulatan dan kemandirian energi. Dalam langkah mewujudkan Energi Berkeadilan,
1. Rasio Elektrifikasi,
Kementerian ESDM memilliki 5 (lima) pilar yang harus dilaksanakan, yaitu:
Rasio Elektrifikasi merupakan indikator tingkat aksesibilitas masyarakat terhadap energi
listrik. Rasio elektrifikasi didefinisikan sebagai perbandingan antara jumlah rumah tangga
1. Rasio Elektrifikasi,
berlistrik dibagi dengan jumlah rumah tangga seluruhnya. Untuk meningkatkan rasio
Rasio Elektrifikasi merupakan indikator tingkat aksesibilitas masyarakat terhadap
elektrifikasi dilakukan beberapa hal, antara lain :
energi listrik. Rasio elektrifikasi didefinisikan sebagai perbandingan antara jumlah
a. Peningkatan kapasitas listrik (35.000 MW);
rumah tangga berlistrik dibagi dengan jumlah rumah tangga seluruhnya. Untuk
meningkatkan rasio elektrifikasi dilakukan beberapa hal, antara lain :
a. Peningkatan kapasitas listrik (35.000 MW);

2
b. Listrik Pedesaan (LISA);
c. Melistriki 2.519 desa;
d. Penetapan tarif listrik EBT yang dikaitkan dengan BPP setempat.Peningkatan
kapasitas listrik diantaranya dilakukan melalui program 35.000 MW, yang
dimaksudkan agar kapasitas pembangkit nasional cukup untuk peningkatan
keandalan sistem dan melakukan ekspansi dalam rangka melistriki daerah-
daerah yang belum berlistrik melalui jaringan PLN (selain itu, peningkatan
kapasitas terpasang pembangkit dimaksudkan juga untuk meningkatkan
kehandalan sistem tenaga listrik setempat).

Untuk mempercepat peningkatan rasio elektrifikasi, Pemerintah juga telah

PENDAHULUAN
memprogramkan Listrik Perdesaan dan Melistriki 2.519 desa yang saat ini belum
terlistriki sama sekali. Untuk mendukung program ini, Pemerintah c.q. Kementerian
ESDM telah menerbitkan regulasi yaitu Permen ESDM Nomor 38 Tahun 2016 tentang
Percepatan Elektrifikasi di Perdesaan Belum Berkembang, Terpencil, Perbatasan dan
Pulau Kecil Berpenduduk Melalui Pelaksanaan Usaha Penyediaan Tenaga Listrik
Untuk Skala Kecil. Selain itu dalam rangka mempercepat pemanfaatan EBT untuk
tenaga listrik, Pemerintah telah menerbitkan Permen ESDM Nomor 12 Tahun 2017
yang telah direvisi dengan Permen ESDM No.43 Tahun 2017 dan terakhir diatur
kembali dengan Permen ESDM Nomor 50 Tahun 2017 tentang Pemanfaatan Sumber
Energi Terbarukan Untuk Penyediaan Tenaga Listrik.

Dengan peningkatan Rasio Elektrifikasi diharapkan kesejahteraan


masyarakat dapat ditingkatkan, menciptakan aktifitas ekonomi yang mendorong
pertumbuhan ekonomi serta menumbuhkan iklim investasi.

2. Pemerataan dan Keterjangkauan


Untuk menciptakan pemerataan dan keterjangkauan dalam mewujudkan energi
yang berkeadilan, Pemerintah melakukan beberapa program, antara lain:
a. Subsidi tepat sasaran;
b. BBM Satu Harga;
c. Pembangunan Jaringan Gas;
d. Pembagian Konverter Kit LPG untuk nelayan;
e. Mewajibkan Pemasangan 1 Nozel SPBG di setiap SPBU.

Subsidi energi setiap tahun terus direformulasi menuju subsidi tepat


sasaran dan diberikan hanya kepada masyarakat yang tidak mampu (miskin dan
rentan miskin). Alokasi anggaran subsidi yang dapat dihemat selanjutkan dialihkan
untuk pembangunan yang lebih berkeadilan antara lain pendidikan, kesehatan dan
pembangunan infrastruktur untuk peningkatan aksesibilitas energi.

3
Sebagai negara kepulauan, Indonesia memiliki tantangan dalam
menyediakan infrastruktur energi secara merata. Ketimpangan ini tercermin
dari akses energi masyarakat yang di beberapa wilayah masih belum memadai
mengakibatkan harga energi yang tinggi, seperti harga BBM di wilayah 3T (terluar,
terdepan, tertinggal) yang mencapai sekitar Rp. 7.000 sampai dengan Rp. 150.000
per liter atau jauh lebih tinggi dari harga BBM yang ditetapkan Pemerintah yaitu Rp.
6.450 (Premium) dan Rp. 5.150 (Solar). Untuk itu, Kementerian ESDM berkomitmen
untuk mengembangkan infrastruktur energi agar harga BBM dapat seragam
di seluruh wilayah Indonesia. Selain itu, Kementerian ESDM juga berkomitmen
membangun jaringan gas kota, membagikan converter kit LPG bagi nelayan,
perluasan peningkatan rasio elektrifikasi untuk memastikan bahwa energi dapat
diakses secara merata dengan harga terjangkau oleh masyarakat demi mewujudkan
energi berkeadilan.

3. Keberlanjutan
Dalam rangka mendorong energi yang berkelanjutan dengan harga yang
terjangkau oleh masyarakat, Pemerintah melaksanakan program, antara lain :
a. Peningkatan pemanfaatan EBT;
b. Menetapkan pokok-pokok PPA yang memberikan resiko yang lebih berimbang;
c. Pembangunan pembangkit listrik mulut tambang;
d. Pembangunan pembangkit listrik mulut sumur gas.

Keberagaman dan melimpahnya potensi EBT yang terdapat di Indonesia


merupakan modal penting untuk mewujudkan pengelolaan sumber daya alam
(SDA) nasional yang berkelanjutan. Oleh karena itu, Kementerian ESDM berupaya
mengoptimalkan pemanfaatan potensi EBT untuk mencapai sasaran-sasaran
pembangunan nasional. Salah satu regulasi yang mengatur pemanfaatan EBT
adalah Permen ESDM Nomor 50 Tahun 2017 tentang Pemanfaatan EBT untuk Tenaga
Listrik dan Permen ESDM Nomor 38 Tahun 2016.

Selain itu, untuk mendukung upaya energi yang keberlanjutan dan


terjangkau oleh masyarakat, Pemerintah telah melakukan perbaikan pokok-pokok
perjanjian jual beli tenaga listrik (PPA) serta mendorong pembangunan pembangkit
listrik dengan mengedepankan kearifan lokal dan sumber daya energi yang ada di
daerah yang bersangkutan seperti mulut tambang dan mulut sumur gas, PLTA, PLTP,
PLTMH, PLTS, PLTB, dan PLTSa sehingga dapat membantu efisiensi biaya penyaluran
energinya.

4. Investasi dan Pertumbuhan


Dalam rangka menciptakan iklim investasi dan pertumbuhan ekonomi

4
nasional, Pemerintah melaksanakan beberapa program, antara lain:
a. Hilirisasi minerba untuk peningkatan nilai tambah;
b. Memperbaiki skema Participating Interest (PI) 10% dari kontrak migas;
c. Memberi kesempatan pembangunan kilang minyak swasta dengan sekaligus
memberikan izin niaganya;
d. Harga gas industri yang lebih terjangkau;
e. Penerapan PSC Gross Split untuk menggantikan PSC Cost Recovery;
f. Pengaturan tambahan untuk pengembalian sunk cost – PSC.

Program-progam tersebut merupakan beberapa respon atas permasalahan


strategis yang berkembang. Kementerian ESDM memberikan perhatian khusus

PENDAHULUAN
untuk memberikan solusi atas permasalahan-permasalahan tersebut. Hal ini dapat
dilihat dengan penetapan kebijakan dan regulasi terkait hilirisasi minerba terutama
dalam hal penciptaaan nilai tambah melalui pembangunan fasilitas pengolahan dan
pemurnian, pemberian PI 10% dari kontrak migas kepada daerah tanpa membebani
investasi daerah, mendorong pembangunan kilang minyak swasta, penetapan
harga gas untuk industri tertentu, penerapan PSC Gross Split dan pengembalian sunk
cost PSC.

5. Reformasi Birokrasi
Pelaksanaan reformasi birokrasi, antara lain dilakukan melalui:
a. Penyederhanaan perizinan;
b. Online System;
c. Good Governance.

Kementerian ESDM terus berupaya dalam memberikan pelayanan yang


baik, ringkas dan cepat terhadap masyarakat. Beberapa cara yang dilakukan adalah
melakukan penyederhanaan perizinan sektor ESDM, pembenahan tata kelola sektor
ESDM dan pemberlakuan online system seperti e-lelang WK Migas, Minerba One Map
Indonesia (MOMI), ESDM One Map Indonesia, dan lain-lain. Pembenahan dalam hal
pelayanan terhadap masyarakat tersebut akan terus dilakukan untuk membantu
masyarakat dalam mengakses pelayanan yang diberikan oleh Kementerian ESDM.

Kelima instrumen dan program kegiatan di dalamnya yang tersebut di atas


dilakukan untuk mewujudkan Energi Berkeadilan demi terciptanya Kedaulatan dan
Kemandirian Energi dan kenyamanan investasi di sektor ESDM. Melalui program
tersebut Kementerian ESDM berusaha menghadirkan kembali peran Pemerintah
dalam memberikan akses energi yang berkeadilan dan merata terhadap masyarakat
yang kesulitan mendapatkan akses energi tersebut. Pembenahan dalam tata kelola
sektor ESDM terus dilakukan untuk membenahi regulasi dan kebijakan sektor ESDM

5
untuk menciptakan iklim usaha yang sehat dan kompetitif. Pemanfaatan sumber
daya mineral harus dilakukan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat.

1.2 Maksud dan Tujuan


Laporan Kinerja Kementerian ESDM Tahun 2017 merupakan wujud
pertanggungjawaban atas capaian kinerja dalam pelaksanaan tugas dan fungsi
Kementerian ESDM selama tahun anggaran 2017 untuk mencapai tujuan dan sasaran
yang telah ditetapkan. Laporan Kinerja Kementerian ESDM disusun dalam rangka
memenuhi ketentuan pada Perpres Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) dan Permen PAN dan RB Nomor 53 Tahun 2014
tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah.
Laporan Kinerja Kementerian ESDM tahun 2017 ini juga merupakan wujud
nyata pelaksanaan prinsip transparansi dan akuntabilitas kinerja organisasi dalam
penyelengaraan pemerintahan yang baik. Hasil evaluasi dari Laporan Kinerja ini
diharapkan dapat digunakan sebagai masukan dan umpan balik untuk perbaikan dalam
penyusunan dan pelaksanaan kebijakan pada tahun berikutnya.

1.3 Tugas dan Fungsi Kementerian ESDM


Berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 68 Tahun 2015
tentang Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Kementerian ESDM mempunyai
tugas menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang energi dan sumber daya
mineral untuk membantu Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan negara.
Dalam melaksanakan tugas tersebut, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
menyelenggarakan fungsi:
1. Perumusan dan penetapan kebijakan di bidang pembinaan, pengendalian, dan
pengawasan minyak dan gas bumi, ketenagalistrikan, mineral dan batubara, energi
baru, energi terbarukan, konservasi energi, dan geologi;
2. Pelaksanaan kebijakan di bidang pembinaan, pengendalian, dan pengawasan
minyak dan gas bumi, ketenagalistrikan, mineral dan batubara, energi baru,
energi baru, energi terbarukan, konservasi energi, dan geologi serta pengelolaan
Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) sektor energi dan sumber daya mineral
sesuai dengan peraturan perundang-undangan;
3. Pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan kebijakan di
bidang pembinaan, pengendalian, dan pengawasan minyak dan gas bumi,
ketenagalistrikan, mineral dan batubara, energi baru, energi terbarukan, konservasi
energi, dan geologi;
4. Pelaksanaan penelitian dan pengembangan di bidang energi dan sumber daya
mineral;
5. Pelaksanaan pengembangan sumber daya manusia di bidang energi dan sumber

6
daya mineral;
6. Pelaksanaan dukungan yang bersifat substantif kepada seluruh unsur organisasi di
lingkungan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral;
7. Pembinaan dan pemberian dukungan administrasi di lingkungan Kementerian
Energi dan Sumber Daya Mineral;
8. Pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral; dan
9. Pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian Energi dan Sumber
Daya Mineral.

1.4 Struktur Organisasi

PENDAHULUAN
Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 105 tahun 2016 tentang Perubahan
atas Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 68 Tahun 2015 tentang Kementerian
Energi dan Sumber Daya Mineral, Menteri ESDM dibantu oleh Wakil Menteri ESDM dalam
memimpin penyelenggaraan urusan Kementerian. Kementerian ESDM terdiri atas:
1. Sekretariat Jenderal;
2. Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi;
3. Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan;
4. Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara;
5. Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi;
6. Inspektorat Jenderal;
7. Badan Geologi;
8. Badan Penelitian dan Pengembangan Energi dan Sumber Daya Mineral;
9. Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Energi dan Sumber Daya Mineral;
10. Staf Ahli Bidang Perencanaan Strategis;
11. Staf Ahli Bidang Investasi dan Pengembangan Infrastruktur;
12. Staf Ahli Bidang Ekonomi Sumber Daya Alam; dan
13. Staf Ahli Bidang Lingkungan Hidup dan Tata Ruang.

Selain susunan organisasi tersebut, di lingkungan Kementerian ESDM juga


terdapat organisasi yang diatur di luar Presiden Republik Indonesia Nomor 68 Tahun
2015 tentang Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, yaitu:
1. Sekretariat Jenderal Dewan Energi Nasional (Setjen DEN); dan
2. Badan Pengatur Hilir Migas (BPH Migas).

Struktur organisasi Kementerian ESDM sesuai Peraturan Menteri Energi


dan Sumber Daya Mineral Nomor 13 Tahun 2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral adalah seperti Gambar 3.

7
Gambar 3. Struktur Organisasi Kementerian ESDM

Gambar 3. Struktur Organisasi Kementerian ESDM

8
1.5 Sumber Daya Manusia Kementerian ESDM 2017
1.5 Sumber Daya Manusia Kementerian ESDM 2017
Kementerian ESDM pada tahun 2017 memiliki jumlah Pegawai Negeri Sipil
(PNS)Kementerian
sebanyak 6.740
ESDM pegawai.
pada tahunKekuatan PNSjumlah
2017 memiliki Kementerian ESDMSipil
Pegawai Negeri berdasarkan jumlah
(PNS) sebanyak
pegawai
6.740 per Kekuatan
pegawai. Eselon I, pendidikan, usia dan
PNS Kementerian ESDMgolongan adalah
berdasarkan sebagaimana
jumlah pegawai perdigambarkan
Eselon I,
pendidikan, usia dandigolongan
dalam gambar bawah adalah
ini. sebagaimana digambarkan dalam gambar di bawah ini.

PENDAHULUAN
Gambar 4. Diagram Jumlah Pegawai Negeri Sipil di Kementerian ESDM Tahun 2017
Gambar 4. Diagram Jumlah Pegawai Negeri Sipil di Kementerian ESDM Tahun 2017

1.6 Sistematika Penyajian Laporan


Penyajian Laporan Kinerja Kementerian ESDM mengacu pada Permen PAN dan RB Nomor 53
1.6 Sistematika Penyajian Laporan
Tahun 2015 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja
Penyajian Laporan Kinerja Kementerian ESDM mengacu pada Permen PAN dan RB
Instansi Pemerintah. Laporan Kinerja Kementerian ESDM berisikan empat bab utama yang terdiri
Nomor 53 Tahun 2015 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja dan Tata Cara Reviu
dari: (1) Pendahuluan; (2) Perencanaan Kinerja; (3) Akuntabilitas Kinerja; dan (4) Penutup.
Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah. Laporan Kinerja Kementerian ESDM berisikan
empat
Bab bab utama
I Pendahuluan yang terdiri dari: (1) Pendahuluan; (2) Perencanaan Kinerja; (3)
Akuntabilitas
Pada Kinerja;
bab ini disajikan dan (4)
penjelasan Penutup.
umum mengenai Nawacita terkait sektor ESDM, Tugas, Fungsi, dan
Struktur Organisasi Kementerian ESDM, dengan penekanan kepada aspek strategis organisasi dan
Bab I Pendahuluan
tantangan yang sedang dihadapi serta Kekuatan Pegawai Kementerian ESDM.
Pada bab ini disajikan penjelasan umum mengenai Nawacita terkait sektor ESDM, Tugas,
Bab II Perencanaan
Fungsi, KinerjaOrganisasi
dan Struktur Kementerian ESDM, dengan penekanan kepada aspek
strategis
Bab organisasi
II merupakan dandaritantangan
penjabaran yang
rencana kinerja sedang
yang dihadapi
harus dicapai serta
selama tahunKekuatan Pegawai
2017 yang dapat
Kementerian ESDM.
9
Bab II Perencanaan Kinerja
Bab II merupakan penjabaran dari rencana kinerja yang harus dicapai selama tahun 2017

9
yang dapat dilihat dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)
2015-2019, Rencana Strategis (Renstra) Kementerian ESDM 2015-2019, dan Perjanjian
Kinerja (PK) Kementerian ESDM Tahun 2017 serta penjelasan atas seluruh indikator
kinerja.

Bab III Akuntabilitas Kinerja


Bab III merupakan inti dari Laporan Kinerja Kementerian ESDM, dimana di dalamnya
terdapat penjelasan mengenai capaian-capaian kinerja organisasi Kementerian ESDM
sesuai dengan Tujuan dan Sasaran pada Renstra Kementerian ESDM 2015-2019,
Indikator Kinerja Utama Kementerian ESDM serta Perjanjian Kinerja Kementerian ESDM
tahun 2017 maupun akuntabilitas dalam pengelolaan anggaran. Selain itu, pada bab ini
juga dijelaskan mengenai success story pelaksanaan program dan kegiatan Kementerian
ESDM berikut dengan berbagai tantangan dan hambatan yang dihadapi serta solusi
penyelesaiannya.

Bab IV Penutup
Pada bab ini diuraikan mengenai kesimpulan umum atas capaian kinerja organisasi serta
langkah-langkah perbaikan di masa yang akan datang demi terwujudnya perbaikan
kinerja

10
PERENCANAAN KERJA

PErencanaan
Kerja 2
11 ESDM 2017
Laporan Kinerja Kementerian
BAB II PERENCANAAN KINERJA

Sebagai landasan operasional dari RPJMN 2015-2019, Kementerian ESDM menetapkan


Rencana Strategis (Renstra) Kementerian ESDM tahun 2015-2019 yang telah disinergikan
dengan RPJMN 2015-2019. Renstra Kementerian ESDM antara lain berisi mengenai:
1. Kondisi Umum (mapping), mencakup capaian kinerja tahun 2010-2014 termasuk potensi
dan tantangan;
2. Tujuan dan Sasaran, merupakan cerminan dari visi RPJMN yang mencakup sasaran
kuantitatif (indikator kinerja) yang harus dicapai pada tahun 2019; dan
3. Strategi, merupakan cara atau alat untuk mencapai tujuan dan sasaran serta menjawab
tantangan yang ada. Strategi mencakup kegiatan yang dibiayai APBN dan non-APBN serta
kebijakan yang sifatnya implementatif.

Dalam sistem instansi Pemerintah, perencanaan strategis (Renstra) merupakan


langkah awal yang harus dilakukan oleh instansi pemerintah agar mampu menjawab tuntutan
dan perubahan lingkungan strategis. Dengan pendekatan Renstra yang jelas dan sinergis,
instansi pemerintah dapat menyelaraskan visi dan misinya dengan potensi, peluang, dan
kendala yang dihadapi dalam upaya peningkatan akuntabilitas kinerjanya.

2.1 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019


Sebagaimana Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) Tahun 2005-2025, terdapat 4 (empat)
tahap pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 5
tahunan. Masing-masing periode RPJMN tersebut memiliki tema atau skala prioritas
yang berbeda-beda. Tema RPJMN tahun 2015-2019 atau RPJMN ke-3, adalah:
“Memantapkan pembangunan secara menyeluruh dengan menekankan pembangunan
keunggulan kompetitif perekonomian yang berbasis Sumber Daya Alam (SDA) yang
tersedia, Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, serta kemampuan Iptek”. Dalam
rangka mewujudkan tema tersebut, maka RPJMN tahun 2015-2019 telah ditetapkan
melalui Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 pada tanggal 8 Januari 2015.

12
Gambar 5. Tema dalam RPJMN 2005-2025

PERENCANAAN KERJA
2.1.1 Visi dan Misi
Dengan mempertimbangkan masalah pokok bangsa, tantangan
pembangunan yang dihadapi dan capaian pembangunan selama ini, maka Visi
Pembangunan Nasional untuk tahun 2015-2019 adalah:

“TERWUJUDNYA INDONESIA YANG BERDAULAT, MANDIRI DAN BERKEPRIBADIAN


BERLANDASKAN GOTONG ROYONG”

Upaya untuk mewujudkan Visi ini adalah melalui 7 Misi Pembangunan, yaitu:
1. Mewujudkan keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan wilayah,
menopang kemandirian ekonomi dengan mengamankan sumber daya maritim,
dan mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai negara kepulauan;
2. Mewujudkan masyarakat maju, berkeseimbangan, dan demokratis berlandaskan
negara hukum;
3. Mewujudkan politik luar negeri bebas-aktif dan memperkuat jati diri sebagai negara
maritim;
4. Mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju dan sejahtera;
5. Mewujudkan bangsa yang berdaya saing;
6. Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri, maju, kuat, dan
berbasiskan kepentingan nasional; dan
7. Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan.

13
2.1.2 Strategi Pembangunan Nasional
Secara umum dalam Strategi Pembangunan Nasional digariskan hal-hal sebagai berikut
:
1. Norma Pembangunan yang diterapkan dalam RPJMN 2015-2019 adalah sebagai
berikut:
a. Membangun untuk meningkatkan kualitas hidup manusia dan masyarakat.
b. Upaya dalam penigkatan kesejahteraan, kemakmuran, dan produktivitas tidak
boleh menciptakan ketimpangan yang makin melebar yang dapat merusak
keseimbangan pembangunan.
c. Aktivitas pembangunan tidak boleh merusak atau menurunkan daya dukung
lingkungan dan menggangu keseimbangan ekosistem.
2. Tiga dimensi pembangunan :
a. Dimensi pembangunan manusia dan masyarakat, yaitu pembangunan dilakukan
untuk meningkatkan kualitas manusia dan masyarakat yang menghasilkan
manusia Indonesia yang unggul dengan meningkatkan kecerdasan otak dan
kesehatan fisik.
b. Dimensi pembangunan sektor unggulan dengan Kementerian ESDM dalam
prioritas kedaulatan energi dan ketenagalistrikan yang dilakukan dengan
memanfaatkan sebesar-besarnya sumber daya energi (gas, batu-bara, dan
tenaga air) dalam negeri.
c. Dimensi pemerataan dan kewilayahan dengan Kementerian ESDM dalam
melakukan pembangunan dari wiilayah perbatasan seperti pembangunan
pembangkit listrik pada daerah perbatasan dan pulau-pulau terdepan.
3. Kondisi sosial, politik, hukum, dan keamanan yang stabil diperlukan sebagai syarat
pembangunan yang berkualitas.
4. Hasil pembangunan yang dapat segera dilihat hasilnya melalui pembangunan yang
dilakukan dalam proses yang terus menerus dan output yang cepat untuk dijadikan
contoh dan acuan dalam arah pembangunan yang sedang berjalan.

2.1.3 Sasaran Kedaulatan Energi Pada RPJMN 2015-2019


Dalam RPJMN Tahun 2015-2019, KESDM utamanya terkait dengan Sasaran
Pembangunan Sektor Unggulan, yang didalamnya terdapat sasaran Kedaulatan Energi,
sebagaimana dapat terlihat pada tabel dibawah ini. Sasaran Kedaulatan Energi tersebut
merupakan Key Performance Indicator (KPI) KESDM dalam skala nasional.

No. Indikator Satuan 2014 2019

1. Produksi
- Minyak Bumi ribu bpd 789 700
- Gas Bumi ribu boepd 1.221 1.295
- Batubara Juta Ton 435 400

14
No. Indikator Satuan 2014 2019

2. Penggunaan Dalam Negeri


- Gas Bumi % 53 64
- Batubara % 17 60
3. Listrik
- Kapasitas Pembangkit GW 53,5 86,6**
- Rasio Elektrifikasi % 84,35 97
4. Infrastruktur Energi
- Kilang Minyak unit 1*
- FSRU/Regasification unit/LNG Terminal unit 7*
- Pipa Gas km 11.960 18.322
- SPBG unit 40 118*
1,1 jt
- Jaringan gas kota SR 188 ribu SR SR*
5. Intensitas Energi Primer SBM/miliar
487 463,2
(Penurunan 1%/tahun) Rp

6. Elastisitas Energi - 1,3

Gambar 6. Sasaran Kedaulatan Energi pada RPJMN

Indikator kinerja dalam RPJMN yang terkait dengan sektor energi dan sumber
daya mineral antara lain produksi migas dan batubara; penggunaan gas bumi dan

PERENCANAAN KERJA
batubara dalam negeri; kapasitas pembangkit listrik dan rasio elektrifikasi; pembangunan
kilang minyak, Floating Storage Regasification Unit (FSRU), pipa gas, Stasiun Pengisian
Bahan Bakar Gas (SPBG), dan jaringan gas kota; intensitas energi primer; serta elastisitas
energi. Indikator kinerja dalam RPJMN dimasukkan dalam Indikator Kinerja Utama (IKU)
Kementerian ESDM.

2.2 Rencana Strategis Kementerian ESDM


Dalam RPJMN Tahun 2015-2019, Kementerian ESDM utamanya terkait dengan
Sasaran Pembangunan Sektor Unggulan, yang didalamnya terdapat sasaran
Kedaulatan Energi, sebagaimana dapat terlihat pada tabel di bawah ini. Sasaran
Kedaulatan Energi tersebut merupakan Indikator Kinerja Utama (IKU) Kementerian
ESDM dalam skala nasional. Renstra Kementerian ESDM Tahun 2015-2019 merupakan
sasaran pembangunan nasional bidang energi yang telah dijabarkan secara rinci
mencakup Tujuan, Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja yang menjadi lingkup tugas
dan tanggung jawab Kementerian ESDM.

Secara umum target kinerja tahun 2017 merupakan gambaran dari target yang
telah ditetapkan dalam Renstra Kementerian ESDM tahun 2015-2019 yang dituangkan
menjadi indikator kinerja utama Kementerian ESDM. Adapun penyesuaian target yang
tercantum dalam Perjanjian Kinerja disebabkan oleh adanya perubahan Asumsi Makro
APBN, kebijakan nasional maupun adanya amanat peraturan perundang-undangan
terkait yang mengalami penyesuaian.

15
Kinerja disebabkan oleh adanya perubahan Asumsi Makro APBN, kebijakan nasional maupun
adanya amanat peraturan perundang-undangan terkait yang mengalami penyesuaian.

2.2.1 Tujuan Strategis


2.2.1 Tujuan Strategis

Gambar 7. Skema Penyelesaian Tantangan


Gambar 7. Skema Penyelesaian Tantangan
Tujuan strategis merupakan suatu kondisi yang ingin diwujudkan pada 5 tahun ke depan
sesuai dengan tugas dan strategis
Tujuan fungsi Kementerian
merupakanESDM. Masing-masing
suatu tujuaningin
kondisi yang memiliki sasaran danpada
diwujudkan 5
indikator
tahunkinerja yang harus
ke depan dicapai
sesuai melaluitugas
dengan strategi
danyang tepat,Kementerian
fungsi serta juga harusESDM.
dapat menjawab
Masing-masing
tantangan yang ada. Uraian terhadap makna masing-masing tujuan untuk periode Renstra
tujuan memiliki sasaran dan indikator kinerja yang harus dicapai melalui strategi yang
Kementerian ESDM tahun 2015-2019, sebagai berikut:
tepat, serta juga harus dapat menjawab tantangan yang ada. Uraian terhadap makna
masing-masing
a) Tujuan tujuan
1: Terjaminnya untuk periode
Peningkatan Renstra
Penyediaan EnergiKementerian ESDM
dan Bahan Baku tahun
Domestik 2015-2019,
sebagai
Dariberikut:
5 tujuan di dalam Renstra Kementerian ESDM Tahun 2015-2019, Tujuan-1 ini
a) Tujuan
merupakan 1:utama
tujuan Terjaminnya Peningkatan
dan mencerminkan tanggungPenyediaan Energi
jawab Kementerian dan
ESDM, sertaBahan
sangat Baku
pentingDomestik
karena berdampak langsung terhadap perekonomian dan pembangunan nasional.
Dari
Upaya peningkatan 5 tujuan
penyediaan di dan
energi dalam Renstra
bahan Kementerian
baku domestik meliputi 3ESDM Tahun
sisi yaitu: 2015-2019,
1. SisiTujuan-1
penyediaanini merupakan
(supply), tujuanpotensi
berkaitan dengan utamasumber
dan daya
mencerminkan
alam; tanggung jawab
Kementerian
Potensi ESDM,
sumber daya serta sangat
alam, merupakan penting
anugerah karena berdampak
bagi Indonesia. langsung
Indonesia sangat terhadap
kaya akan
perekonomian
keanekaragaman dan pembangunan
potensi nasional.
energi dan sumber Upaya Minyak
daya mineral. peningkatan penyediaan
bumi, yang menjadi energi
danpunggung
tulang bahan baku
energidomestik
Indonesia meliputi
sejak lebih3dari
sisi 100
yaitu:
tahun yang lalu, saat ini cadangannya
1. menipis.
mulai Sisi penyediaan
Di sisi lain, (supply), berkaitan
potensi sumber energidengan potensi
lainnya seperti sumber
gas daya
bumi, coal bedalam;
methane,
Potensi
shale gas, sumber
batubara, panas daya alam,
bumi dan merupakan
energi anugerah
terbarukan bagi sangat
lainnya, masih Indonesia. Indonesia
memadai.
sangat kaya akan keanekaragaman potensi energi dan sumber daya mineral.
Minyak bumi, yang menjadi tulang punggung energi Indonesia sejak lebih dari
100 tahun yang lalu, saat ini cadangannya mulai menipis. Di sisi lain, potensi
sumber energi lainnya seperti gas bumi, coal bed methane, shale gas, batubara,
panas bumi dan energi terbarukan lainnya, masih sangat memadai. Eksploitasi

16
sumber daya energi EBT, fosil dan sumber daya alam mineral terus dilakukan
untuk meningkatkan sumber pasokan energi dan bahan baku nasional sehingga
dapat mendorong pertumbuhan perekonomian, meningkatkan nilai tambah,
menambah penerimaan negara, menciptakan lapangan kerja dan mendukung
pengembangan wilayah.
2. Aksesibilitas (accessibility), berkaitan dengan infrastruktur;
Infrastruktur energi dan mineral merupakan sarana pemrosesan dan
pendistribusian bahan baku maupun produk energi final dan listrik, sehingga
sumber daya alam Indonesia dapat dimanfaatkan secara efektif dan efisien
dengan harga terjangkau untuk menggerakkan kehidupan masyarakat dan
perekonomian nasional. Sebagai negara kepulauan, lokasi sumber energi
terletak jauh dari konsumen dan pusat pertumbuhan. Infrastruktur energi dan
mineral Indonesia harus dikembangkan secara masif sehingga potensi sumber
daya dapat diolah dan dimanfaatkan secara maksimal di dalam negeri sehingga
kebutuhan energi dalam negeri terpenuhi secara lancar dan merata.
3. Sisi pemanfaatan (demand), berkaitan dengan pola (behavior) konsumen energi.
Pola konsumsi energi dan pemilihan teknologi pemanfaatan energi merupakan
perilaku konsumen dalam menggunakan jenis energi. Target dari kebijakan

PERENCANAAN KERJA
pada sisi demand adalah agar masyarakat menggunakan energi secara bijak
dan efisien serta beralih ke energi yang ramah lingkungan dan melakukan
konservasi energi.
b) Tujuan 2: Terwujudnya optimalisasi penerimaan negara dari sektor ESDM
Pengelolaan sumber daya energi dan mineral tidak semata-mata untuk
menghasilkan penerimaan negara sektor ESDM yang setiap tahunnya mencapai
ratusan Triliun dan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap total
penerimaan negara bagi Pemerintah Pusat tetapi juga menjadi sumber pendapatan
Pemerintah Daerah dalam bentuk Dana Bagi Hasil (DBH). Terjadinya tekanan harga
komoditas energi saat ini menjadi tantangan dalam pengelolaan SDA ESDM dengan
optimalisasi kemanfaatannya untuk dapat digunakan lebih banyak di dalam negeri
sebagai pendorong perekonomian.
c) Tujuan 3: Terwujudnya subsidi energi yang lebih tepat sasaran dan harga yang
kompetitif
Subsidi energi yang terdiri dari BBM, LPG dan listrik masih diterapkan dalam
rangka memberikan harga yang terjangkau sesuai dengan daya beli masyarakat
dan stabilitas sektor riil. Kebijakan subsidi energi tepat sasaran ditargetkan kepada
konsumen rumah tangga miskin dan rentan miskin. Besaran subsidinya mulai akan
berkurang secara bertahap dengan tetap memperhatikan perlindungan kepada
masyarakat tidak mampu. Kebijakan subsidi dilakukan dengan cara penajaman
kategori konsumen penerima subsidi serta penyusunan pola penetapan subsidi
menjadi subsidi tetap. Untuk pelaksanaan ke depan, saat ini sedang dalam proses

17
pengintegrasian subsidi energi dalam sistem Kartu Keluarga Sejahtera.
d) Tujuan 4: Terwujudnya peningkatan investasi sektor ESDM
Pengelolaan sumber daya energi dan mineral dengan mengutamakan
Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) untuk pertumbuhan ekonomi dan
kesejahteraan rakyat, melalui penciptaan tata kelola yang baik untuk memberikan
Pengelolaan sumber daya energi dan mineral dengan mengutamakan Tingkat
iklim investasi yang kondusif.
Kandungan Dalam Negeri (TKDN) untuk pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan rakyat,
e) Tujuan 5: Terwujudnya manajemen dan SDM yang profesional serta
melalui penciptaan tata kelola yang baik untuk memberikan iklim investasi yang kondusif.
peningkatan kapasitas IPTEK dan pelayanan kegeologian
Peningkatanmanajemen
e) Tujuan 5: Terwujudnya ilmu pengetahuan dan profesional
dan SDM yang teknologi serta
untukpeningkatan
mendukung
pengelolaan
kapasitas ESDM
IPTEK dan dan penyediaan
pelayanan energi
kegeologian yang dapat dijangkau oleh masyarakat,
ketahanan energi nasional serta pelayanan bidang geologi yaitu peningkatkan
Peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk mendukung pengelolaan ESDM dan
database potensi dan mitigasi bencana bidang geologi serta penyediaan air bersih.
penyediaan energi yang dapat dijangkau oleh masyarakat, ketahanan energi nasional serta
Laporan
pelayanan keuangan
bidang geologiKementerian
yaitu peningkatkan yang prudent
ESDMdatabase potensidengan targetbencana
dan mitigasi opini hasil Wajar
bidang
Tanpa
geologi Pengecualian
serta penyediaan (WTP).
air bersih. Laporan keuangan Kementerian ESDM yang prudent
dengan target opini hasil Wajar Tanpa Pengecualian (WTP).
2.3 Sasaran Strategis
2.3 Sasaran Strategis
Sasaran yang ingin dicapai Kementerian ESDM setiap tahunnya, ditetapkan
berdasarkan tujuan
Sasaran yang yang
ingin ingin
dicapai dicapai selama
Kementerian ESDM 5 tahun.
setiap Di dalam
tahunnya, Renstraberdasarkan
ditetapkan Kementerian
ESDM
tujuan Tahun
yang 2015-2019,
ingin dicapai selamasasaran pembangunan
5 tahun. Di nasional bidang
dalam Renstra Kementerian energi,
ESDM Tahun dijabarkan
2015-2019,
secarapembangunan
sasaran rinci, yang nasional
mencakup Tujuan,
bidang energi, Sasaran
dijabarkanStrategis danyang
secara rinci, Indikator Kinerja
mencakup yang
Tujuan,
menjadi
Sasaran lingkupdan
Strategis tugas dan tanggung
Indikator jawab
Kinerja yang Kementerian
menjadi lingkup ESDM, sebagai
tugas dan berikut.
tanggung jawab
Kementerian ESDM, sebagai berikut.

Tabel 2. Tujuan,
Tabel 2. Sasaran Strategis
Tujuan, Sasaran dan dan
Strategis Indikator Kinerja
Indikator Kementerian
Kinerja Kementerian ESDM
ESDM 2015-2019
2015-2019

INDIKATOR
TUJUAN SASARAN STRATEGIS
KINERJA
1. Terjaminnya penyediaan 1. Mengoptimalkan kapasitas penyediaan energi 3
energi dan bahan baku fosil
domestik 2. Meningkatkan alokasi energi domestik 2
3. Meningkatkan akses dan infrastruktur energi 3
4. Meningkatkan diversifikasi energi 2
5. Meningkatkan efisiensi energi & pengurangan 2
emisi
6. Meningkatkan produksi mineral & PNT 2
2. Terwujudnya Optimalisasi 7. Mengoptimalkan penerimaan negara dari 1
penerimaan negara dari sektor ESDM
sektor ESDM
3. Terwujudnya subsidi energi 8. Mewujudkan subsidi energi yang lebih tepat 1
yang lebih tepat sasaran dan sasaran
harga yang kompetitif
4. Terwujudnya peningkatan 9. Meningkatkan investasi sektor ESDM 1
investasi sektor ESDM
5. Terwujudnya manajemen & 10. Mewujudkan manajemen dan SDM yang 6
SDM yang profesional serta profesional
peningkatan kapasitas iptek 11. Meningkatkan kapasitas iptek 3
dan pelayanan bidang 12. Meningkatkan kualitas infromasi dan 3
geologi pelayanan bidang geologi
TOTAL 12 29

2.4 Indikator Kinerja Berdasarkan Perjanjian Kinerja


A. Mengoptimalkan Kapasitas Penyediaan18
Energi Fosil
2.4 Indikator Kinerja Berdasarkan Perjanjian Kinerja
A. Mengoptimalkan Kapasitas Penyediaan Energi Fosil
Untuk mencapai sasaran strategis 1, yaitu mengoptimalkan kapasitas
penyediaan energi fosil, terdapat beberapa indikator kinerja utama sebagai tolak
ukur pencapaian sasaran strategis tersebut. Indikator Kinerja sasaran strategis
1, antara lain produksi dan lifting minyak bumi dan gas bumi, produksi batubara,
penandatanganan KKS Migas, dan rekomendasi Wilayah Kerja.
Sasaran strategis ini terdiri dari indikator kinerja sebagai berikut:
1. Produksi/Lifting Energi fosil, yang terdiri dari:
a. Produksi minyak bumi. Produksi minyak bumi tahun 2017 ditargetkan
sebesar 750 MBOPD, namun target produksi minyak bumi pada Perjanjian
Kinerja tahun 2017 lebih tinggi, yaitu 815 MBOPD. Produksi minyak bumi
dilakukan pengendalian laju penurunannya hingga mencapai 750 MBOPD
pada tahun 2019.
a. Lifting gas bumi tahun hingga tahun 2019 diperkirakan relatif stabil pada
kisaran 1.150-1.300 MBOEPD. Tahun 2017 lifting gas bumi direncanakan
sebesar 1.150 MBOEPD. Diharapkan pada tahun 2019 lifting gas bumi dapat
meningkat menjadi 1.250 MBOEPD

PERENCANAAN KERJA
b. Produksi batubara batubara tahun 2017 direncanakan sebesar 413 juta
ton. Dalam rangka konservasi dengan upaya peningkatan Domestic Market
Obigation (DMO) secara signifikan dan penurunan ekspor, maka dilakukan
pengendalian produksi batubara sehingga produksi tahun 2019 menjadi
sebesar 400 juta ton.
2. Penandatanganan Kontrak Kerja Sama (KKS) Migas. Penandatanganan KKS
Migas selama 5 tahun kedepan direncanakan minimal sebanyak 40 KKS atau
8 KKS per tahun, yang dapat terdiri dari 6 KKS migas konvensional per tahun
dan 2 KKS Migas non-konvensional per tahun. Untuk tahun 2017 direncanakan
sebanyak 6 KKS migas yang akan ditandatangani, terdiri dari 4 konvensional dan
2 non konvensional.
3. Rekomendasi Wilayah Kerja, dilakukan oleh Badan Geologi melalui kegiatan
survei geologi dalam rangka mendukung penetapan Wilayah Pengusahaan
Migas, CBM, Panas Bumi, Batubara dan Mineral melalui pendanaan dari APBN,
yaitu migas melalui survei umum, minerba melalui penyelidikan umum, dan
panas bumi melalui survei pendahuluan. Untuk tahun 2017 direncanakan
sebanyak 43 rekomendasi wilayah kerja.

19
Tabel 3. Sasaran 1 : Mengoptimalkan Kapasitas Penyediaan Energi Fosil
Tabel 3. Sasaran 1 : Mengoptimalkan Kapasitas Penyediaan Energi Fosil

SASARAN-1 : Mengoptimalkan kapasitas penyediaan energi fosil

Target
No Indikator Kinerja Satuan
2015 2016 2017 2018 2019
Produksi/lifting
1
energi fosil 6.934 6.799 6.650 6.719 6.750 Ribu BOEPD
Lifting minyak
a. 825 815 850 Ribu BOPD
bumi 820 750
Lifting gas
b
bumi 1.221 1.150 1.150 1.235 1.300 Ribu BOPD

6.838 6.440 6.440 6.916 7.280 MMSCFD


c. Produksi
batubara 4.888 4.819 4.750 4.669 4.600 Ribu BOPD

425 419 413 406 400 Juta Ton


Penandatanganan
2 8 8 8 Kontrak
KKS Migas 8 8
Rekomendasi
3 39 41 41 Wilayah
Wilayah Kerja 39 40

B. Meningkatkan Alokasi Energi Domestik


B. Meningkatkan Alokasi Energi Domestik
Untuk Untuk mencapai
mencapai sasaran 2,strategis
sasaran strategis 2, yaitu meningkatkan
yaitu meningkatkan alokasi energi alokasi energi
domestik,
domestik,
terdapat terdapat
beberapa beberapa
indikator indikator
kinerja utama kinerja
sebagai tolakutama sebagai tolak
ukur pencapaian ukurstrategis
sasaran pencapaian
sasaran
tersebut. strategis
Indikator Kinerja tersebut. Indikator
sasaran strategis Kinerja
2, antara sasaran strategis
lain pemanfaatan 2, antara
gas bumi dalam negeri, lain
dan pemenuhan batubara
pemanfaatan domestik.
gas bumi dalam negeri, dan pemenuhan batubara domestik.
Sasaran
Sasaran strategis
strategis ini dari
ini terdiri terdiri dari indikator
indikator kinerja
kinerja sebagai sebagai berikut:
berikut:
1. Pemanfaatan gas bumi dalam negeri, untuk tahun 2017 ditargetkan
1. Pemanfaatan gas bumi dalam negeri, untuk tahun 2017 ditargetkan porsi pemanfaatan gas
porsi pemanfaatan gas domestik sebesar 62% dan meningkat menjadi 64%
domestik sebesar 62% dan meningkat menjadi 64% pada tahun 2019. Target DMO gas bumi
pada tahun 2019. Target DMO gas bumi didukung dengan meningkatnya
didukung dengan meningkatnya pembangunan infrastruktur gas nasional seperti FSRU, LNG
pembangunan infrastruktur gas nasional seperti FSRU, LNG receiving terminal,
receiving terminal, dan pipa transmisi.
dan pipa transmisi.
2. Pemenuhan
2. Pemenuhan batubara
batubara domestikdomestik atau Domestic
atau Domestic Market Obligation
Market Obligation (DMO)
(DMO) tahun 2017tahun
2017 direncanakan
direncanakan sebesar
sebesar 121 juta ton. 121 juta ton.
Kebijakan Kebijakan
batubara kedepanbatubara kedepan adalah
adalah meningkatkan
meningkatkan
pemanfaatan pemanfaatan
domestik hingga 60% dan domestik hingga
pengendalian 60%
produksi dan pengendalian
batubara. produksi
Saat ini pembangkit
listrik batubara. Saat ini
dan sektor industri pembangkit
merupakan listrik
konsumen dan dalam
terbesar sektorbatubara
industri merupakan
di dalam negeri. konsumen
terbesar dalam batubara di dalam negeri.

Tabel 4. Sasaran 2: Meningkatkan Alokasi Energi Domestik

SASARAN-2 : Meningkatkan Alokasi Energi Domestik

Target
No Indikator Kinerja Satuan
2015 2016 2017 2018 2019
Pemanfaatan Gas
4
Bumi Dalam Negeri
a. Dalam Negeri 59 61 62 63 64 %

20
SASARAN-2 : Meningkatkan Alokasi Energi Domestik

Target
No Indikator Kinerja Satuan
2015 2016 2017 2018 2019
b Ekspor 41 39 38 37 36 %
Pemenuhan
5 Batubara Dalam
Negeri
a. Dalam Negeri 24 26 29 32 60 %
102 111 121 131 240 Juta Ton
b. Ekspor 76 74 71 68 40 %
323 308 292 275 160 Juta Ton

C. Menyediakan Akses dan Infrastruktur Energi


Untuk mencapai sasaran strategis 3, yaitu menyediakan akses dan
infrastruktur energi, terdapat beberapa indikator kinerja utama sebagai tolak ukur
pencapaian sasaran strategis tersebut. Indikator Kinerja sasaran strategis 3, antara
lain akses dan infrastruktur BBM, akses dan infrastruktur gas bumi, serta akses dan
infrastruktur ketenagalistrikan.
Sasaran strategis ini terdiri dari indikator kinerja sebagai berikut:
1. Akses dan Infrastruktur BBM, yang terdiri dari:

PERENCANAAN KERJA
a. Volume BBM bersubsidi tahun 2017 direncanakan sebesar 17,9 juta KL
namun sesuai Perjanjian Kinerja tahun 2017 disesuaikan menjadi 16,61
juta KL sesuai UU APBN. Dalam perjalanannya kebijakan harga dan volume
BBM bersubsidi dapat berubah sesuai keputusan Pemerintah setelah
mempertimbangkan kondisi dan situasi ekonomi Indonesia.
b. Kapasitas kilang BBM tahun 2017 direncanakan sama dengan tahun
sebelumnya sebesar 1.167 ribu BPD, namun sesuai Perjanjian Kinerja tahun
2017 disesuaikan menjadi 1.169 ribu BPD, dengan jumlah kilang yang ada
sebanyak 7 kilang Pertamina (1.047 ribu BPD) dan 3 kilang non-Pertamina
yaitu kilang PPSDM Cepu (3,8 ribu BPD), Kilang Tuban/TPPI (100 ribu BPD),
dan Kilang TWU (6 ribu BPD) serta Kilang TWU II (10 ribu BPD) yang baru
beroperasi tahun 2014.
2. Akses dan infrastruktur gas bumi, yang terdiri dari:
a. Volume LPG bersubsidi, tahun 2017 direncanakan sebesar 6,48 Juta MT,
namun sesuai Perjanjian Kinerja tahun 2017 disesuaikan menjadi 7,09 Juta MT.
b. Pembangunan jaringan gas kota (Jargas), tahun 2017 direncanakan
sebanyak 46 lokasi namun sesuai Perjanjian Kinerja tahun 2017 disesuaikan
menjadi 9 lokasi. Untuk memperlancar pembangunan jargas khususnya yang
melalui pendanaan APBN, maka pembangunan diupayakan agar dilakukan
melalui penugasan kepada BUMN yang selanjutnya dapat bertindak sebagai
operator.

21
c. Pembangunan infrastruktur SPBG, tahun 2017 direncanakan sebanyak
25 lokasi namun sesuai Perjanjian Kinerja tahun 2017 disesuaikan menjadi 1
lokasi. Rencana penyediaan gas untuk SPBG juga didukung dengan alokasi
gas sekitar 40-58 MMSCFD per tahun.
d. Kapasitas kilang LPG, tahun 2017 direncanakan sebesar 4,64 MT namun
sesuai Perjanjian Kinerja tahun 2017 disesuaikan menjadi 4,7 juta MT.
Diharapkan pada tahun 2019 kapasitas kilang LPG ditingkatkan menjadi
4,68 juta MT dengan hasil produksi sebesar 2,43 juta MT.
e. Pembangunan FSRU, Regasification Unit dan LNG Terminal, tahun 2017
direncanakan sebanyak 1 unit. Dalam 4 tahun kedepan direncanakan
sebanyak 7 unit yaitu Receiving Terminal gas Arun, LNG Donggi-Senoro, LNG
South Sulawesi, Receiving Terminal Banten, FSRU Jawa Tengah, LNG Tangguh
Train-3 dan LNG Masela.
f. Pipa transmisi dan/atau wilayah jaringan distribusi gas bumi, tahun
2017 direncanakan sepanjang 15.364 km namun sesuai Perjanjian Kinerja
tahun 2017 disesuaikan menjadi 12.597 km. Merupakan salah satu
infrastruktur penting untuk menyalurkan gas bumi dalam negeri sehingga
porsi pemanfaatan gas domestik semakin meningkat.
3. Akses dan infrastruktur ketenagalistrikan, yang terdiri dari:
a. Rasio elektrifikasi, tahun 2017 direncanakan sebesar 93% namun sesuai
Perjanjian Kinerja tahun 2017 disesuaikan menjadi 92,75%. Beberapa
kegiatan yang diperlukan dalam rangka mendorong rasio elektrifikasi
pada tahun 2015-2019, antara lain akan dilistrikinya 2519 desa yang belum
memiliki akses listrik, penambahan kapasitas pembangkit listrik dan
penambahan penyaluran tenaga listrik.
b. Infrastruktur ketenagalistrikan
• Penambahan kapasitas pembangkit listrik, tahun 2017 direncanakan
sebesar 6.389 MW namun sesuai Perjanjian Kinerja tahun 2017
disesuaikan menjadi 2.693 MW. Rencana penyelesaian proyek dengan
total kapasitas 42,9 GW sampai tahun 2019, terdiri dari 35,5 GW proyek
baru dan 7,4 GW proyek yang sudah berjalan. Diharapkan kapasitas
terpasang pembangkit pada tahun 2019 meningkat menjadi 95 GW.
• Penambahan penyaluran tenaga listrik, tahun 2017 direncanakan
sebesar 10.986 kms namun sesuai Perjanjian Kinerja tahun 2017
disesuaikan menjadi 15.377 kms. Diharapkan rencana pembangunan
sekitar 46 ribu kms sampai tahun 2019 dapat tercapai.
c. Pangsa energi primer BBM untuk pembangkit listrik, tahun 2017
direncanakan sebesar 4,66%. Porsi BBM dalam bauran energi pembangkit
terus diturunkan menurun menjadi sekitar 2,04% pada tahun 2019 seiring
dengan ditingkatkannya porsi batubara melalui PLTU dan energi baru dan

22
terbarukan melalui PLTP, PLT Bioenergi, PLTA, PLTMH, PLTS, dan PLTBayu.

Tabel 5. Sasaran 3: Menyediakan Akses dan Infrastruktur Energi


Tabel 5. Sasaran 3: Menyediakan Akses dan Infrastruktur Energi

SASARAN-3 : Menyediakan Akses dan Infrastruktur Energi

Target
No Indikator Kinerja Satuan
2015 2016 2017 2018 2019
6 Akses & Infrastruktur BBM
a. Volume BBM bersubsidi 17,9 17,9 17,9 17,9 17,9 Juta KL
Ribu
b Kapasitas Kilang BBM 1.167
1.167 1.167 1.167 1.467 BPD
Akses & Infrastruktur Gas
7
Bumi
a. Volume LPG bersubsidi 5,77 6,11 6,48 6,87 7,28 Juta MT
Pembangunan Jaringan
b. 31 35 46 50 48 Lokasi
Gas Kota
Pembangunan
c. 26 30 25 22 15 Lokasi
Infrastruktur SPBG
Kapasitas Terpasang
d. 4,60 4,62 4,64 4,66 4,68 Juta MT
Kilang LPG
Pembangunan
e. FSRU/Regasification 1 2 1 1 2 Unit
unit/LNG Terminal
Panjang Pipa
f. Transmisi/Jaringan 13.105 15.330 15.364 15.646 18.322 Km

PERENCANAAN KERJA
Distribusi Gas Bumi
Akses & Infrastruktur
8 Ketenagalistrikan
a. Rasio Elektrifikasi 87 90 93 95 97 %
Infrastruktur
b.
Ketenagalistrikan
- Penambahan Kapasitas
3.782 4.212 6.389 9.237 19.319 MW
Pembangkit
- Penambahan
Penyaluran Tenaga 11.805 10.721 10.986 7.759 5.417 Kms
Listrik
Pangsa Energi Primer
c. BBM untuk Pembangkit 8,85 6,97 4,66 2,08 2,04 %
Listrik

D. Meningkatkan Diversifikasi Energi


Untuk
D. Meningkatkan mencapaiEnergi
Diversifikasi sasaran strategis 4, yaitu meningkatkan diversifikasi
energi, terdapat beberapa indikator kinerja utama sebagai tolak ukur pencapaian
Untuk mencapai sasaran strategis 4, yaitu meningkatkan diversifikasi energi, terdapat
sasaran strategis tersebut. Indikator Kinerja sasaran strategis 4, antara lain kapasitas
beberapa indikator kinerja utama sebagai tolak ukur pencapaian sasaran strategis tersebut.
terpasang pembangkit listrik EBT, dan produksi biofuel.
Indikator Kinerja sasaran strategis 4, antara lain kapasitas terpasang pembangkit listrik EBT,
Sasaran strategis ini terdiri dari indikator kinerja sebagai berikut:
dan produksi biofuel.
1. Kapasitas terpasang pembangkit EBT, tahun 2017 direncanakan sebesar
Sasaran strategis ini terdiri dari indikator kinerja sebagai berikut:
13.998 MW namun sesuai Perjanjian Kinerja tahun 2017 disesuaikan menjadi
3.863,83
1. Kapasitas MW. Kapasitas
terpasang pembangkit
pembangkit EBT, tahun EBT
2017 tercatat cukup
direncanakan besar,
sebesar danMW
13.998 masih bisa
namun
sesuai
untukPerjanjian Kinerja tahun
dikembangkan 2017 disesuaikan menjadi 3.863,83 MW. Kapasitas pembangkit
kembali.
EBT
a. tercatat cukup besar,
Pembangkit dan masih
Listrik bisa untuk
Tenaga dikembangkan
Panas kembali.
Bumi (PLTP), tahun 2017 direncanakan

23
sebesar 1.976 MW namun sesuai Perjanjian Kinerja tahun 2017 disesuaikan
menjadi 1.858,5 MW. Penyelesaian PP dan Permen turunan UU No. 21/2014
tentang Panas Bumi merupakan salah satu kunci untuk meningkatkan
investasi dan kepastian usaha pengembangan panas bumi.
b. Pembangkit Listrik Tenaga (PLT) Bioenergi, tahun 2017 direncanakan
sebesar 2.292 MW namun sesuai Perjanjian Kinerja tahun 2017 disesuaikan
a. Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP), tahun 2017 direncanakan sebesar 1.976
menjadi 1.881 MW, yang terdiri dari PLT biogas, biomass dan sampah kota
MW namun sesuai Perjanjian Kinerja tahun 2017 disesuaikan menjadi 1.858,5 MW.
Pembangunan
Penyelesaian PLT turunan
PP dan Permen Bioenergi selama
UU No. 2 tentang
21/2014 tahunPanas
ke depan melalui salah
Bumi merupakan pendanaan
APBN
satu kunci sebesar
untuk 18,6 MW
meningkatkan dandan
investasi swasta sebesar
kepastian 1.112,8 MW.panas bumi.
usaha pengembangan
c. PLTA dan
b. Pembangkit ListrikPLTMH, tahun
Tenaga (PLT) 2017 tahun
Bioenergi, direncanakan sebesar
2017 direncanakan 9.592
sebesar MW
2.292 MW namun
sesuai
namun Perjanjian
sesuai Perjanjian Kinerja
Kinerja tahun
tahun 2017 2017 menjadi
disesuaikan disesuaikan menjadi
1.881 MW, 112,55
yang terdiri dari MW.
Pembangunan
PLT biogas, PLTA kota
biomass dan sampah danPembangunan
PLTMH menggunakan anggaran
PLT Bioenergi selama 2 tahun keAPBN,
depan Dana
Alokasi
melalui Khusus
pendanaan APBN (DAK), danMW
sebesar 18,6 swasta.
dan swasta sebesar 1.112,8 MW.

d. PLTS,
c. PLTA tahuntahun
dan PLTMH, 20172017
direncanakan
direncanakansebesar 118,6MW
sebesar 9.592 MW namun
namun sesuaisesuai Perjanjian
Perjanjian
Kinerja
Kinerja tahun tahun 2017 disesuaikan
2017 disesuaikan menjadi
menjadi 112,55 11,78 MW.PLTA
MW. Pembangunan Direncanakan
dan PLTMH pada
menggunakan anggaran
tahun 2019 APBN, Dana
memiliki Alokasi Khusus
kapasitas (DAK), dan
terpasang swasta.260,3 MW.
sebesar
e. PLT
d. PLTS, Bayu/Hybrid,
tahun tahun
2017 direncanakan 2017
sebesar direncanakan
118,6 sebesar
MW namun sesuai 19,8Kinerja
Perjanjian MW namun
tahun pada
2017Perjanjian Kinerja11,78
disesuaikan menjadi tahunMW.2017 tidak ada
Direncanakan padatarget pembangunan
tahun 2019 PLT
memiliki kapasitas Bayu/
terpasang sebesar
Hybrid. 260,3pengembangan
Peran MW. PLT Bayu/Hybrid oleh swasta perlu didukung
oleh Peraturan
e. PLT Bayu/Hybrid, tahunMenteri ESDM yang
2017 direncanakan mengatur
sebesar mengenai
19,8 MW namun kegiatan
pada Perjanjian usaha dan
Kinerja
tahunharga
2017 pembelian tenaga
tidak ada target listrik dari
pembangunan PLT PLT Bayu. Peran pengembangan PLT
Bayu/Hybrid.

2. Bayu/Hybrid oleh swasta


Produksi Biofuel, perlu 2017
tahun didukung oleh Peraturan
direncanakan Menteri 6,71
sebesar ESDMjuta
yang
KLmengatur
namun sesuai
mengenai kegiatan usaha dan harga pembelian tenaga listrik dari PLT Bayu.
Perjanjian Kinerja tahun 2017 disesuaikan menjadi 4,2 juta KL sebagai campuran
2. Produksi
bahan Biofuel,
bakar tahun 2017 direncanakan
minyak sebesar 6,71 juta KL
(BBM). Pemanfaatan namun sesuai
biofuel Perjanjian
sebagai Kinerja
campuran BBM
tahun 2017 disesuaikan
semakin meningkatmenjadi 4,2 jutaadanya
dengan KL sebagai campuran
Permen ESDMbahan bakar
No. minyak sebagaimana
32/2008 (BBM).
Pemanfaatan biofuel sebagai campuran BBM semakin meningkat dengan adanya Permen ESDM No.
telah diubah melalui Permen ESDM No. 20/2014.
32/2008 sebagaimana telah diubah melalui Permen ESDM No. 20/2014.

Tabel Tabel 6. Sasaran


6. Sasaran 4 : Meningkatkan
4 : Meningkatkan Diversifikasi Energi
Diversifikasi Energi

SASARAN-4 : Meningkatkan Diversifikasi Energi

Target
No Indikator Kinerja Satuan
2015 2016 2017 2018 2019
9 Kapasitas Terpasang
Pembangkit Listrik 11.755 13.137 13.998 15.461 16.996 MW
EBT
a. PLTP 1.439 1.713 1.976 2.610 3.195 MW
b. PLT Bioenergi 1.892 2.069 2.292 2.559 2.872 MW
c. PLTA & PLTMH 8.342 9.252 9.592 10.082 10.622 MW
d. PLTS 76,9 92,1 118,6 180,0 260,3 MW
e. PLT Bayu/Hybrid 5,8 11,5 19,8 30,8 47,0 MW
f. PLT Arus laut - - - - 1 MW
10 Produksi Biofuel 4,07 6,48 6,71 6,96 7,21 Juta KL

24
E. Meningkatkan Efisiensi Pemakaian Energi dan Pengurangan Emisi.
E. Meningkatkan Efisiensi Pemakaian Energi dan Pengurangan Emisi.
Untuk mencapai sasaran strategis 5, yaitu meningkatkan efisiensi
Untuk mencapai sasaran strategis 5, yaitu meningkatkan efisiensi pemakaian energi
pemakaian energi dan pengurangan emis, terdapat beberapa indikator kinerja
dan pengurangan emis, terdapat beberapa indikator kinerja utama sebagai tolak ukur
utama sebagai tolak ukur pencapaian sasaran strategis tersebut. Indikator Kinerja
pencapaian sasaran strategis tersebut. Indikator Kinerja sasaran strategis 5, antara lain
sasaran strategis 5, antara lain intensitas energi dan penurunan emisi CO2.
intensitas energi dan penurunan emisi CO2.
Sasaran strategis ini terdiri dari indikator kinerja sebagai berikut:
Sasaran strategis ini terdiri dari indikator kinerja sebagai berikut:
1. Intensitas energi, tahun 2017 direncanakan sebesar 472,6 BOE/Miliar Rp. namun
sesuai Perjanjian
1. Intensitas Kinerja
energi, tahun 2017 tahun 2017 disesuaikan
direncanakan sebesar 472,6 menjadi 434
BOE/Miliar Rp.BOE/Miliar Rp.
namun sesuai
SemakinKinerja
Perjanjian rendah angka
tahun 2017intensitas
disesuaikanenergi,
menjadisemakin tinggiRp.
434 BOE/Miliar produktivitas ekonomi
Semakin rendah angka
intensitas energi, semakin
dari penggunaan tinggi produktivitas
energi di sebuah ekonomi
negara.dari penggunaan
Untuk tahunenergi
2019didiproyeksikan
sebuah negara.
Untuk tahun 2019
menurun diproyeksikan
menjadi menurun menjadi
463,2 BOE/Miliar Rp.. 463,2 BOE/Miliar Rp..
2. Emisi
2. EmisiCO2CO2
tahun tahun 2017 direncanakan
2017 direncanakan sebesar
sebesar 20,6 juta 20,6sesuai
Ton namun jutaPerjanjian
Ton namun Kinerja sesuai
tahun
Perjanjian
2017 Kinerja
disesuaikan tahun
menjadi 2017
33,6 juta Ton.disesuaikan menjadi
Upaya yang dilakukan 33,6
adalah juta Ton.energi
diversifikasi Upayadariyang
fosil
dilakukan
fuel ke energiadalah diversifikasi
terbarukan energi
dan melakukan dari fosil
konservasi fuel Diharapkan
energi. ke energi pada
terbarukan dan
tahun 2019
penurunan
melakukanemisikonservasi
GRK mencapai 28,48 juta
energi. ton.
Diharapkan pada tahun 2019 penurunan emisi
GRK mencapai 28,48 juta ton.

Tabel 7. Sasaran 5: Meningkatkan Efisiensi Pemakaian Energi dan Pengurangan Emisi


Tabel 7. Sasaran 5: Meningkatkan Efisiensi Pemakaian Energi dan Pengurangan Emisi

PERENCANAAN KERJA
SASARAN-7 : Meningkatkan Efisiensi Pemakaian Energi dan Pengurangan Emisi

Indikator Target
No Satuan
Kinerja 2015 2016 2017 2018 2019
Intensitas
11 472,6 467,8 463,2 BOE/miliar Rp
Energi 482,2 477,3
Penurunan
12 20,60 23,57 28,48 Juta Ton
Emisi CO2 14,71 16,79

F. Meningkatkan Produksi Mineral dan Peningkatan Nilai Tambah


F. Meningkatkan
UntukProduksi Mineral
mencapai dan Peningkatan
sasaran strategis Nilai Tambah
6, yaitu meningkatkan produksi
mineralUntuk
dan peningkatan nilai strategis
mencapai sasaran tambah, 6,terdapat beberapa indikator
yaitu meningkatkan produksikinerja
mineralutama
dan
sebagai tolak
peningkatan ukur
nilai pencapaian
tambah, terdapatsasaran strategis
beberapa tersebut.
indikator Indikator
kinerja utama Kinerja
sebagai sasaran
tolak ukur
strategis 6, sasaran
pencapaian antara lain produksi
strategis mineral
tersebut. dan pembangunan
Indikator Kinerja sasaranfasilitas pengolahan
strategis dan
6, antara lain
pemurnian
produksi dalam
mineral dan negeri.
pembangunan fasilitas pengolahan dan pemurnian dalam negeri.

Sasaranstrategis
Sasaran strategis
ini ini terdiri
terdiri daridari indikator
indikator kinerja
kinerja sebagaisebagai
berikut: berikut:
1. Produksi mineral Kebijakan pelarangan ekspor bijih mineral menyebabkan
1. Produksi mineral Kebijakan pelarangan ekspor bijih mineral menyebabkan terjadinya penurunan
terjadinya penurunan produksi mineral karena perusahaan pertambangan
produksi mineral karena perusahaan pertambangan mineral yang belum dapat memenuhi
mineral yang belum dapat memenuhi kewajiban untuk mengolah dan
kewajiban untuk mengolah dan memurnikan mineral di dalam negeri menghentikan produksi.
memurnikan mineral di dalam negeri menghentikan produksi. Untuk tahun
Untuk tahun 2017 produksi mineral yang direncanakan pada Perjanjian Kinerja sebanyak:
a.2017
Emasproduksi mineral
: 75 yangTon
direncanakan pada Perjanjian Kinerja sebanyak:
a. Emas : 75 Ton
b. Perak : 231 Ton
c. Tembaga : 310.000 Ton

25
b. Perak : 231 Ton
c. d. Timah
Tembaga : 310.000 : Ton
50.000 Ton
d. e. Nikelmatte : 50.000 : Ton
Timah 80.000 Ton
e. f. Feronikel : 80.000 : Ton
Nikelmatte 651.000 Ton
f. Feronikel : 651.000 Ton
2. Pembangunan fasilitas pengolahan dan pemurnian mineral dalam
negeri (Pengolahan
2. Pembangunan dan Pemurnian),
fasilitas pengolahan tahun
dan pemurnian 2017dalam
mineral direncanakan sebanyak
negeri (Pengolahan dan 6
unit namun
Pemurnian), tahunsesuai Perjanjian sebanyak
2017 direncanakan Kinerja tahun 2017 sesuai
6 unit namun disesuaikan menjadi
Perjanjian 4 unit.
Kinerja tahun
2017 disesuaikan
Amanat menjadi 4 untuk
UU Minerba unit. Amanat UU Minerba
peningkatan untuk
nilai peningkatan
tambah nilaimelalui
mineral tambah mineral
kegiatan
melalui kegiatan pengolahan
pengolahan dan pemurnian
dan pemurnian mineralmineral di dalam
di dalam negeri
negeri yangdipertegas
yang dipertegas dalam
dalamPPPP
No.23/2010 (yang(yang
No.23/2010 telah beberapa kali diubahkali
telah beberapa terakhir dengan
diubah PP No.1/2017)
terakhir dengantentang Kegiatan
PP No.1/2017)
Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara dan Permen ESDM No.5/2017 tentang Peningkatan
tentang Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara dan Permen
Nilai Tambah Mineral Melalui Kegiatan Pengolahan dan Pemurnian di Dalam Negeri.
ESDM No.5/2017 tentang Peningkatan Nilai Tambah Mineral Melalui Kegiatan
Pengolahan dan Pemurnian di Dalam Negeri.

Tabel8.
Tabel 8. Sasaran
Sasaran 6:6:Meningkatkan
Meningkatkan Produksi
Produksi Mineral
Mineral dan Peningkatan
dan Peningkatan Nilai Tambah
Nilai Tambah

SASARAN-6 : Meningkatkan Produksi Mineral dan Peningkatan Nilai Tambah

Target
No Indikator Kinerja Satuan
2015 2016 2017 2018 2019

13 Produksi Mineral

a. Emas 75 75 75 75 75 Ton
b. Perak 231 231 231 231 231 Ton
c. Timah 70.000 70.000 70.000 70.000 70.000 Ton
d. Tembaga 310.000 310.000 310.000 710.000 710.000 Ton
e. Ferronikel 543.000 543.000 543.000 543.000 543.000 Ton
f. Nickel matte 81.000 81.000 81.000 81.000 81.000 Ton
14 Pembangunan
Fasilitas
Pengolahan dan 12 9 6 2 1 Unit
Pemurnian Dalam
Negeri

G. Mengoptimalkan Penerimaan Negara dari Sektor ESDM


Untuk
G. Mengoptimalkan mencapai
Penerimaan sasaran
Negara strategis
dari Sektor ESDM 7, yaitu mengoptimalkan
penerimaan negara dari sektor ESDM, terdapat beberapa indikator kinerja
Untuk mencapai sasaran strategis 7, yaitu mengoptimalkan penerimaan negara dari
utama sebagai tolak ukur pencapaian sasaran strategis tersebut. Indikator
sektor ESDM, terdapat beberapa indikator kinerja utama sebagai tolak ukur pencapaian sasaran
Kinerja sasaran strategis 7 adalah penerimaan negara sektor ESDM. Tahun
strategis tersebut. Indikator Kinerja sasaran strategis 7 adalah penerimaan negara sektor ESDM.
2017 direncanakan sebesar Rp. 388,39 Triliun namun sesuai Perjanjian
Tahun 2017 direncanakan sebesar Rp. 388,39 Triliun namun sesuai Perjanjian Kinerja tahun 2017
Kinerja tahun 2017 disesuaikan menjadi Rp. 139,52 Triliun. Kontribusi
disesuaikan menjadi Rp. 139,52 Triliun. Kontribusi terbesar yaitu dari penerimaan migas, selebihnya
terbesar yaitu dari penerimaan migas, selebihnya minerba dan panas bumi
serta penerimaan lainnya seperti penerimaan Litbang ESDM, Diklat ESDM
dan iuran Badan Usaha kegiatan usaha BBM dan gas melalui pipa. Adapun
rencana penerimaan negara sektor ESDM tahun 2017 sesuai perjanjian

26
minerba dan panas bumi serta penerimaan lainnya seperti penerimaan Litbang ESDM, Diklat ESDM
dan iuran Badan Usaha kegiatan usaha BBM dan gas melalui pipa. Adapun rencana penerimaan negara
sektor ESDMsebagai
kinerja tahun 2017berikut:
sesuai perjanjian kinerja sebagai berikut:

a. a. Penerimaan
Penerimaan
Migas:Migas: Rp.Triliun;
Rp. 105,45 105,45 Triliun;
b. b. Penerimaan
Penerimaan Mineral
Mineral dan Batubara:
dan Batubara: Rp. 32,4Triliun;
Rp. 32,4Triliun;
c. c. Penerimaan EBTKE:
Penerimaan Rp. 0,65
EBTKE: Triliun;
Rp. 0,65 Triliun;
d. d.
Penerimaan lainnya:
Penerimaan Rp. 1,02Rp.
lainnya: Triliun;
1,02 Triliun;

Tabel 9. Sasaran 7: Mengoptimalkan Penerimaan Negara dari Sektor ESDM


Tabel 9. Sasaran 7: Mengoptimalkan Penerimaan Negara dari Sektor ESDM

SASARAN-7 : Mengoptimalkan Penerimaan Negara dari Sektor ESDM

Target
No Indikator Kinerja Satuan
2015 2016 2017 2018 2019
Penerimaan Negara
1 382,82 388,39 393,58 480,15
Sektor ESDM 349,48
Minyak dan Gas
a. 202,47 205,90 209,33 293,79
Bumi 139,38
Mineral & Triliun
b. 178,80 180,80 182,40 184,40 Rp
Batubara 208,80
c. Panas Bumi 0,63 0,67 0,73 0,78
0,58
d. Lainnya 0,91 1,02 1,12 1,17
0,72

PERENCANAAN KERJA
H. Mewujudkan Subsidi Energi yang Lebih Tepat Sasaran
Untuk mencapai
H. Mewujudkan Subsidisasaran strategis
Energi yang8,Lebih
yaitu Tepat
mewujudkan subsidi energi yang lebih tepat
Sasaran
sasaran, terdapat beberapa indikator kinerja utama sebagai tolak ukur pencapaian sasaran
Untuk mencapai sasaran strategis 8, yaitu mewujudkan subsidi energi
strategis tersebut. Indikator Kinerja sasaran strategis 8 adalah subsidi energi (BBM dan LPG;
yang lebih tepat sasaran, terdapat beberapa indikator kinerja utama sebagai tolak
dan listrik).
ukur pencapaian sasaran strategis tersebut. Indikator Kinerja sasaran strategis 8
adalahSasaran
subsidistrategis ini memiliki
energi (BBM indikator
dan LPG; kinerja yaitu subsidi energi. Pada umumnya,
dan listrik).
realisasi subsidi energi biasanya
Sasaran strategismeningkat dari target,
ini memiliki sementara
indikator belanjayaitu
kinerja negara lainnya energi.
subsidi lebih rendah
Pada
dari target, terutama
umumnya, belanja
realisasi Kementerian/Lembaga.
subsidi Anggaran tersebut
energi biasanya meningkat lebih sementara
dari target, bermanfaat apabila
belanja
belanja subsidi energi sejak 2015 berkurang dan telah dialihkan untuk membiayai pembangunan
negara lainnya lebih rendah dari target, terutama belanja Kementerian/Lembaga.
infrastrastruktur serta pendidikan dan kesehatan gratis. Tahun 2017 direncanakan sebesar Rp. 139,57
Anggaran tersebut lebih bermanfaat apabila belanja subsidi energi sejak 2015
Triliun namun sesuai Perjanjian Kinerja tahun 2017 disesuaikan menjadi Rp. 78,67 Triliun, yang terdiri
berkurang dan telah dialihkan untuk membiayai pembangunan infrastrastruktur
dari:
serta pendidikan dan kesehatan gratis. Tahun 2017 direncanakan sebesar Rp. 139,57
a.Triliun
Subsidi BBM dan
namun LPG,Perjanjian
sesuai tahun 2017Kinerja
direncanakan
tahun sebesar Rp. 64,67 Triliun
2017 disesuaikan namun
menjadi Rp.sesuai
78,67
Perjanjian
Triliun, yangKinerja tahun
terdiri 2017 disesuaikan menjadi Rp. 30,12 Triliun sesuai APBN, dan diupayakan
dari:
a. untuk dijaga pada level tersebut pada tahun 2019. Hal yang dapat meningkatkan subsidi BBM dan
Subsidi BBM dan LPG, tahun 2017 direncanakan sebesar Rp. 64,67 Triliun namun
LPG adalah kenaikan konsumsi yang merupakan cerminan dari tumbuhnya perekonomian,
sesuai Perjanjian Kinerja tahun 2017 disesuaikan menjadi Rp. 30,12 Triliun sesuai
melemahnya kurs Rp. dan faktor harga minyak internasional.
APBN, dan diupayakan untuk dijaga pada level tersebut pada tahun 2019. Hal
yang dapat meningkatkan subsidi BBM dan LPG adalah kenaikan konsumsi yang
merupakan cerminan dari tumbuhnya perekonomian, melemahnya kurs Rp. dan
faktor harga minyak internasional.

27
b. Subsidi listrik, tahun 2017 direncanakan sebesar Rp. 74,90 Triliun namun sesuai
Perjanjian Kinerja tahun 2017 disesuaikan menjadi Rp. 48,56 Triliun sesuai APBN.
b. Subsidi listrik, tahun 2017 direncanakan sebesar Rp. 74,90 Triliun namun sesuai Perjanjian
Pada tahun 2019 subsidi listrik diperkirakan akan menurun lebih rendah dari
Kinerja tahun 2017 disesuaikan menjadi Rp. 48,56 Triliun sesuai APBN. Pada tahun 2019 subsidi
Renstra yang ditetapkan sebesar Rp. 89,41 Triliun. Penurunan subsidi listrik
listrik diperkirakan akan menurun lebih rendah dari Renstra yang ditetapkan sebesar Rp. 89,41
dilakukan dengan penyesuaian tarif tenaga listrik untuk golongan tertentu,
Triliun. Penurunan subsidi listrik dilakukan dengan penyesuaian tarif tenaga listrik untuk golongan
perbaikan energy mix pembangkit, pengurangan susut jaringan, dan mekanisme
tertentu, perbaikan energy mix pembangkit, pengurangan susut jaringan, dan mekanisme komisi PT
komisi PT PLN (Persero) yang lebih terukur.
PLN (Persero) yang lebih terukur.

Tabel
Tabel 10.10. Sasaran
Sasaran 8:8:Mewujudkan
Mewujudkan Subsidi
Subsidi Energi
Energiyang
yangLebih Tepat
Lebih Sasaran
Tepat Sasaran

SASARAN-8 : Mewujudkan Subsidi Energi yang Lebih Tepat Sasaran

Indikator Target
No Satuan
Kinerja 2015 2016 2017 2018 2019

1 Subsidi Energi 134,43 139,57 145,27 154,08


130,82
BBM dan Triliun
a. 64,67 64,67 Rp
LPG 64,67 64,67 64,67
b. Listrik 74,90 80,60
66,15 69,76 89,41

I. Meningkatkan Investasi
I. Meningkatkan Sektor ESDM
Investasi Sektor ESDM
Untuk mencapai
Untuk mencapai sasaran strategis
sasaran strategis 9, yaitu meningkatkan
9, yaitu meningkatkan investasi
investasi sektor ESDM,sektor
ESDM,
terdapat terdapat
beberapa beberapa
indikator kinerjaindikator kinerja
utama sebagai utama
tolak ukur sebagai tolak
pencapaian ukurstrategis
sasaran pencapaian
sasaran
tersebut. strategis
Indikator tersebut.
Kinerja Indikator
sasaran strategisKinerja sasaran
7 adalah strategis
investasi sektor7 ESDM.
adalahTahun
investasi
2017sektor
ESDM. Tahun
direncanakan sebesar 2017 direncanakan
57,9 Miliar US$ namunsebesar 57,9 Miliar
sesuai Perjanjian US$tahun
Kinerja namun sesuai
2017 Perjanjian
disesuaikan
Kinerja
menjadi tahun
50,4 Miliar 2017
US$. disesuaikan
Adapun menjadi
rencana investasi 50,4
sektor Miliar
ESDM tahunUS$.
2017Adapun rencana
sesuai perjanjian investasi
kinerja
sebagai berikut:
sektor ESDM tahun 2017 sesuai perjanjian kinerja sebagai berikut:
a. Investasi
a. Investasi Migas:
Migas: 22,2 Miliar22,2
US$; Miliar US$;
b. Investasi
b. Investasi ketenagalistrikan:
ketenagalistrikan: 19,4 Miliar US$
19,4 Miliar US$
c. Investasi
c. Investasi Mineral
Mineral dan dan6,9
Batubara: Batubara:
Miliar US$;6,9 Miliar US$;
d. Investasi
d. Investasi EBTKE:
EBTKE: 1,9 Miliar1,9 Miliar US$);
US$);

Tabel 11.11.
Tabel Sasaran 9:9:Meningkatkan
Sasaran Meningkatkan Investasi Sektor
Investasi Sektor ESDM
ESDM

SASARAN-9 : Meningkatkan Investasi Sektor ESDM


SASARAN-9 : Meningkatkan Investasi Sektor ESDM
Target
No Indikator Kinerja Satuan
2015 2016 2017 2018 2019

1 Investasi Sektor ESDM


45,5 51,4 57,9 61,0 57,3

a. Minyak dan Gas Bumi 23,7 25,2 26,8 28,4 29,9 Triliun
Triliun
Rp
b. Ketenagalistrikan Rp
11,2 16,4 20,4 19,6 15,9
c. Mineral & Batubara
6,1 6,5 6,9 7,3 7,8
d. EBTKE
4,5 3,3 3,9 5,8 3,7

28
J. Mewujudkan Manajemen dan SDM yang Profesional
Untuk mencapai sasaran strategis 10, yaitu mewujudkan manajemen dan
SDM yang profesional, terdapat beberapa indikator kinerja utama sebagai tolak ukur
pencapaian sasaran strategis tersebut. Indikator Kinerja sasaran strategis 10, antara
lain opini BPK atas laporan keuangan KESDM, persentase pembinaan pengelolaan
pegawai, hasil evaluasi akuntabilitas kinerja instansi pemerintah, jumlah satuan
kerja yang telah memperoleh WBK/WBBM, persentase penyelenggaraan diklat
berbasis kompetensi, dan indeks kepuasan penggunaan layanan diklat.
Sasaran strategis ini terdiri dari indikator kinerja sebagai berikut:
1. Laporan Keuangan Kementerian ESDM yang diaudit oleh Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK) ditargetkan mendapatkan opini hasil Wajar Tanpa Pengecualian
(WTP) sampai tahun 2019 dan seterusnya.
2. Persentase pembinaan pengelolaan pegawai pada tahun 2017 ditargetkan
sebesar 95% dan meningkat menjadi 97% pada tahun 2019. Peningkatan
kualitas pegawai perlu terus ditingkatkan dengan pembinaan dan pendidikan
yang lebih profesional, tersistem dan memiliki Indikator Kinerja Utama (IKU)
yang lebih jelas.
3. Hasil evaluasi Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP), saat ini

PERENCANAAN KERJA
hingga tahun 2018 ditargetkan mendapat predikat B. Pada tahun 2018 dan
2019 target AKIP Kementerian ESDM ditingkatkan menjadi A seiring dengan
telah selesainya program reformasi birokrasi Kementerian ESDM. Tahun 2017
ditargetkan nilai AKIP Kementerian ESDM adalah BB.
4. Wilayah Bebas Korupsi (WBK) merupakan salah satu ukuran suatu unit di
Kementerian/Lembaga bebas dari korupsi. Tahun 2017 ditargetkan 2 unit
mendapatkan predikat WBK dan pada tahun 2019 ditargetkan menjadi 3
unit. Hal ini berdasarkan target level IACM KESDM level 3 (APIP sudah mampu
menilai efisiensi, efektifitas ekonomis terhadap suatu kegiatan serta mampu
memberikan konsultasi pada tata kelola manajemen resiko dan pengendalian
internal).
5. Diklat berbasis kompetensi, tahun 2017 direncanakan sebesar 57% namun
sesuai Perjanjian Kinerja tahun 2017 disesuaikan menjadi 86%.
6. Indeks kepuasan penggunaan layanan diklat, tahun 2017 direncanakan
sebesar 20 namun sesuai Perjanjian Kinerja tahun 2017 disesuaikan menjadi 3,12
skala 5.

29
Tabel 12. Sasaran 10: Mewujudkan Manajemen dan SDM Yang Profesional

SASARAN-10 : Mewujudkan Manajemen dan SDM yang Profesional

Target
No Indikator
Tabel Kinerja 10: Mewujudkan Manajemen dan SDM Yang Profesional Satuan
12. Sasaran
2015 2016 2017 2018 2019
SASARAN-10
Opini BPK:atas
Mewujudkan Manajemen dan SDM yang Profesional
Laporan Keuangan
1 WTP WTP WTP WTP WTP Predikat
ESDM
Persentase Pembinaan Target
2No Indikator Kinerja 95 95 96 96 97 Satuan
%
Pengelolaan Pegawai 2015 2016 2017 2018 2019
Hasil Evaluasi Akuntabilitas
Opini BPK atas Laporan Keuangan
3 1 Kinerja
ESDM Instansi Pemerintah
WTPB WTPB WTPB WTPA WTP Predikat
A Predikat
(AKIP)
Persentase Pembinaan
2 Jumlah Unit Utama yang 95 95 96 96 97 %
4 Pengelolaan Pegawai 1 2 2 3 3 Unit
Memperoleh Predikat WBK
Hasil Evaluasi Akuntabilitas
3 Kinerja Instansi Pemerintah B B B A A Predikat
Persentase
(AKIP) Penyelenggaraan
5 50 52 57 62 65 %
Diklat Berbasis Kompetensi
Jumlah Unit Utama yang
4 Indeks Kepuasan Pengguna 1 2 2 3 3 Unit
6 Memperoleh Predikat WBK 19 20 20 20 20 Indeks
Layanan Diklat
Persentase Penyelenggaraan
5 50 52 57 62 65 %
Diklat Berbasis Kompetensi
Indeks Kepuasan Pengguna
6 19 20 20 20 20 Indeks
Layanan Diklat
K. Meningkatkan Kapasitas IPTEK
Untuk mencapai sasaran strategis 11, yaitu meningkatkan kapasitas IPTEK,
terdapat beberapa indikator kinerja utama sebagai tolak ukur pencapaian sasaran
K. Meningkatkan Kapasitas IPTEK
strategis tersebut. Indikator Kinerja sasaran strategis 11, antara lain jumlah pilot
Untuk mencapai sasaran
plant/prototype/demo strategis
plant atau 11, yaitu meningkatkanbangun/formula;
rancangan/rancang kapasitas IPTEK, terdapat
dan jumlah
beberapa indikator kinerja utama sebagai tolak ukur pencapaian sasaran strategis tersebut.
paten dan hasil Litbang yang terimplementasikan.
Indikator Kinerja sasaran strategis 11, antara lain jumlah pilot plant/prototype/demo plant
Sasaran strategis ini terdiri dari indikator kinerja sebagai berikut:
atau rancangan/rancang bangun/formula; dan jumlah paten dan hasil Litbang yang
1. Jumlah pilot plant/prototype/demo plant atau rancangan/rancang bangun/
terimplementasikan.
formula, tahun 2017 direncanakan sebesar 31 buah namun sesuai Perjanjian
Sasaran strategis
Kinerja ini terdiri
tahun dari indikator
2017 kinerja
disesuaikan sebagai berikut:
menjadi 16 buah (target disesuaikan dengan
perkembangan
1. Jumlah dinamika kebutuhan
pilot plant/prototype/demo masyarakat).
plant atau rancangan/rancang bangun/formula, tahun
2. Jumlah
2017 paten
direncanakan dan
sebesar 31 hasil Litbang
buah namun sesuaiyang terimplementasikan,
Perjanjian tahun 2017
Kinerja tahun 2017 disesuaikan
ditargetkan
menjadi sebanyak
16 buah (target 18dengan
disesuaikan buah,perkembangan
namun sesuai Perjanjian
dinamika kebutuhanKinerja tahun
masyarakat). 2017
disesuaikan
2. Jumlah menjadi
paten dan hasil 5 buah.
Litbang yang terimplementasikan, tahun 2017 ditargetkan sebanyak
18 buah, namun sesuai Perjanjian Kinerja tahun 2017 disesuaikan menjadi 5 buah.
Tabel 13. Sasaran 11: Meningkatkan Kapasitas IPTEK
Tabel 13. Sasaran 11: Meningkatkan Kapasitas IPTEK

SASARAN-11 : Meningkatkan Kapasitas IPTEK

Target
No Indikator Kinerja Satuan
2015 2016 2017 2018 2019
Jumlah Pilot
Plant/Prototype/Demo Plant
7 30 31 31 31 Buah
atau Rancangan/Rancang 30
Bangun/Formula

30
SASARAN-11 : Meningkatkan Kapasitas IPTEK

Target
No Indikator
SASARAN-11 Kinerja Kapasitas IPTEK
: Meningkatkan Satuan
2015 2016 2017 2018 2019
Jumlah Pilot
Target
No Plant/Prototype/Demo
Indikator KinerjaPlant Satuan
8 atau Rancangan/Rancang 2015 2016
33 2017
33 2018
34 2019
34 Buah
17
Jumlah Pilot
Bangun/Formula yang
Plant/Prototype/Demo Plant
Terimplementasikan
8 atau Rancangan/Rancang 33 33 34 34 Buah
Jumlah Paten yang 17
9 Bangun/Formula yang 14 18 22 28 Buah
Terimplementasikan 9
Terimplementasikan
Jumlah Paten yang
9 14 18 22 28 Buah
Terimplementasikan 9
L. Meningkatkan Kualitas Informasi dan Pelayanan Bidang Geologi
L. MeningkatkanUntuk
Kualitasmencapai sasaran
Informasi dan strategis
Pelayanan 12,Geologi
Bidang yaitu meningkatkan kualitas
informasi dan pelayanan bidang geologi, terdapat beberapa indikator kinerja utama
Untuk mencapai sasaran strategis 12, yaitu meningkatkan kualitas informasi dan
L. Meningkatkan
sebagai Kualitas
tolak Informasi dan
ukur pencapaian Pelayanan
sasaran Bidang
strategis Geologi Indikator Kinerja sasaran
tersebut.
pelayanan bidang geologi, terdapat beberapa indikator kinerja utama sebagai tolak ukur
strategis
Untuk
pencapaian 12,
sasaranantara
mencapai lain
strategis penyediaan
sasaran strategis
tersebut. air
12,bersih
Indikator yaitu melalui pengeboran
meningkatkan
Kinerja sasaran kualitas
strategis air
12, tanah;lain
informasi
antara wilayah
dan
prospek
pelayanan
penyediaan air sumber
bidang dayaterdapat
bersihgeologi,
melalui panas bumi, batubara,
beberapa
pengeboran CBM
indikator
air tanah; wilayah dan utama
kinerja
prospek mineral, danpanas
sumbersebagai
daya peta kawasan
tolakbumi,
ukur
rawan
pencapaian
batubara, bencana
CBMsasaran geologi.
strategis
dan mineral, tersebut.
dan peta Indikator
kawasan Kinerja geologi.
rawan bencana sasaran strategis 12, antara lain
Sasaranair
penyediaan strategis ini terdiri
bersih melalui dari indikator
pengeboran kinerja
air tanah; sebagai
wilayah prospekberikut:
Sasaran strategis ini terdiri dari indikator kinerja sebagai berikut:
sumber daya panas bumi,

PERENCANAAN KERJA
1. Penyediaan
batubara, air bersih
CBM dan mineral, melalui
dan peta kawasanpengeboran
rawan bencanaair tanah, tahun 2017 ditargetkan
geologi.
1. Penyediaan air bersih melalui pengeboran air tanah, tahun 2017 ditargetkan sebanyak 100
sebanyak 100 titik, namun sesuai Perjanjian Kinerja
Sasaran strategis ini terdiri dari indikator kinerja sebagai berikut: tahun 2017 disesuaikan
titik, namun sesuai Perjanjian Kinerja tahun 2017 disesuaikan menjadi 250 titik.
menjadi 250 titik.
1. Penyediaan air bersih melalui pengeboran air tanah, tahun 2017 ditargetkan sebanyak 100
2. Wilayah prospekprospek
2. Wilayah sumber sumber
daya panas bumi,
daya batubara,
panas bumi,CBM dan mineral,
batubara, CBMtahun
dan 2017
mineral,
titik, namun sesuai Perjanjian Kinerja tahun 2017 disesuaikan menjadi 250 titik.
ditargetkan sebanyak 63 rekomendasi, namun sesuai Perjanjian Kinerja tahun 2017 disesuaikan
tahun 2017 ditargetkan sebanyak 63 rekomendasi, namun sesuai Perjanjian
2. menjadi
Wilayah prospek sumber daya panas bumi, batubara, CBM dan mineral, tahun 2017
57 rekomendasi.
Kinerja tahun 2017 disesuaikan menjadi 57 rekomendasi.
ditargetkan sebanyak 63 rekomendasi, namun sesuai Perjanjian Kinerja tahun 2017 disesuaikan
3. kawasan
3. Peta Peta kawasan rawangeologi,
rawan bencana bencana
tahungeologi, tahunsebanyak
2017 ditargetkan 2017 ditargetkan sebanyak
37 peta, namun sesuai 37
menjadi 57 rekomendasi.
Perjanjian
peta,Kinerja
namun tahun 2017 disesuaikan
sesuai Perjanjianmenjadi 33tahun
Kinerja peta. 2017 disesuaikan menjadi 33 peta.
3. Peta kawasan rawan bencana geologi, tahun 2017 ditargetkan sebanyak 37 peta, namun sesuai
Tabel 14. Sasaran 12: Meningkatkan Kualitas Informasi dan Pelayanan Bidang Geologi
Perjanjian Kinerja tahun 2017 disesuaikan menjadi 33 peta.
SASARAN-12 : Meningkatkan Kualitas Informasi dan Pelayanan Bidang Geologi
Tabel 14. Sasaran 12: Meningkatkan Kualitas Informasi dan Pelayanan Bidang Geologi
Tabel 14. Sasaran 12: Meningkatkan Kualitas Informasi dan Pelayanan Bidang Geologi
Target
No
SASARAN-12Indikator Kinerja Kualitas Informasi dan Pelayanan Bidang Geologi Satuan
: Meningkatkan
2015 2016 2017 2018 2019
Penyediaan Air Bersih melalui Target
No
10 Indikator Kinerja 100 100 100 100 100 Satuan
Titik
Pengeboran Air Tanah
2015 2016 2017 2018 2019
Penyediaan Air Bersih melalui
10 Wilayah Prospek Sumber Daya
11 100
62 100
63 100
63 100
63 100 Rekomendasi
64 Titik
Pengeboran
Panas Air Tanah
Bumi, CBM dan Mineral

Wilayah Prospek Sumber Daya


11 Peta kawasan Rawan bencana
12 62
37 63
37 63
37 63
30 64
30 Rekomendasi
Peta
Panas Bumi, CBM dan Mineral
Geologi

Peta kawasan Rawan bencana


12 37 37 37 30 30 Peta
Geologi

31
2.5 Perjanjian Kinerja Kementerian ESDM Tahun 2017
Perjanjian Kinerja disusun setiap tahun dengan mengacu pada RKP sebagai
rencana operasional. Perjanjian kinerja berisikan target capaian kinerja yang harus
dicapai dalam satu tahun pelaksanaan. Target kinerja ini mempresentasikan nilai
kuantitatif yang dilekatkan pada setiap indikator kinerja, baik pada tingkat sasaran
stratejik maupun tingkat kegiatan, dan merupakan benchmark bagi proses pengukuran
keberhasilan organisasi yang dilakukan setiap akhir periode pelaksanaan. Secara
ringkas, gambaran keterkaitan sasaran, indikator kinerja, dan target Kementerian
ESDM dalam tahun 2017 adalah sebagai berikut: Secara ringkas, gambaran keterkaitan
sasaran, indikator kinerja, dan target Kementerian ESDM dalam tahun 2016 adalah
sebagai berikut:

Tabel 15. Perjanjian Kinerja Kementerian ESDM Tahun 2017

SARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET

Mengoptimalkan 1. Produksi/lifting energi fosil


kapasitas penyediaan a. Lifting minyak bumi 815 MBOPD
energi fosil b. Lifting gas bumi 1.150 MBOEPD
c. Produksi batubara 413 Juta ton

2. Penandatanganan KKS Migas 6 WK (4 konvensional,


2 non konvensional)

3. Rekomendasi wilayah kerja 33 Rekomendasi

Meningkatkan alokasi 1. Pemenuhan gas bumi dalam negeri 62 %


energi domestik
2. Pemenuhan batubara dalam negeri 121 Juta Ton

Menyediakan akses dan 1. Akses dan Infrastruktur BBM:


infrastruktur energi
a. Volume BBM bersubsidi 16,61 Juta KL

b. Kapasitas kilang BBM 1.169 Ribu BPD

2. Akses dan Infrastruktur gas bumi:

a. Volume LPG bersubsidi 7,09 Juta MT

b. Pembangunan jaringan gas kota 9 Lokasi

c. Pembangunan infrastruktur SPBG 1 SPBG

d. Kapasitas terpasang kilang LPG 4,7 Juta MT

e. Pembangunan FSRU/Regasification unit/ 1 Unit


LNG Terminal

f. Ruas pipa transmisi dan/atau jaringan 12.597 Km


distribusi gas bumi

32
3. Akses dan Infrastruktur ketenagalistrikan

a. Rasio elektrifikasi 92,75 %


SARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET
b. Infrastruktur ketenagalistrikan
Mengoptimalkan 3.Produksi/lifting
1. Akses dan Infrastruktur ketenagalistrikan
energi fosil
- Penambahan kapasitas pembangkit 2.693 MW
kapasitas penyediaan a. Lifting minyak bumi 815 MBOPD
a. Rasio elektrifikasi 92,75 %
energi fosil - Penambahan
b. Lifting gas bumipenyaluran tenaga listrik 15.377
1.150 Kms
MBOEPD
b. Infrastruktur
c. Susut
Produksi ketenagalistrikan
batubara 413 Juta
c. jaringan (losses) 8,55ton
%
- Penambahan kapasitas pembangkit 2.693 MW
2. d.
Penandatanganan KKS Migas
Pangsa energi primer BBM untuk 6 WK (4 konvensional,
4,66 %
- Penambahan
pembangkit penyaluran
tenaga listrik tenaga listrik 2 non konvensional)
15.377 Kms

c. Susut jaringan
3. Rekomendasi (losses)
wilayah kerja 8,55 %
33 Rekomendasi
d. Pangsa energi primer BBM untuk 4,66 %
Meningkatkan alokasi 1. Pemenuhan gas bumi dalam negeri 62 %
SARAN STRATEGIS pembangkit tenaga listrik
INDIKATOR KINERJA TARGET
energi domestik
2. Pemenuhan batubara dalam negeri 121 Juta Ton
Meningkatkan 1. Kapasitas terpasang pembangkit EBT:
Menyediakan akses dan
diversifikasi energi 1. Akses dan Infrastruktur BBM:
a. PLTP 1.858,5 MW
infrastruktur energi
SARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET
a. Volume BBM bersubsidi 16,61 Juta KL
b. PLT Bioenergi 1.881 MW
Meningkatkan 1. b. Kapasitas kilang BBMpembangkit EBT:
terpasang 1.169 Ribu BPD
c. PLTA dan PLTMH 112,5 MW
diversifikasi energi
a. PLTP 1.858,5 MW
2. Aksesd. PLTS
dan Infrastruktur gas bumi: 11,8 MW
b. PLT Bioenergi 1.881 MW
e. PLT Bayu
a. Volume LPG bersubsidi 7,09 0,0
JutaMWMT
c. PLTA dan PLTMH 112,5 MW

PERENCANAAN KERJA
b. Pembangunan jaringan gas kota 9 Lokasi
2. Produksi
d. PLTS biofuel 4,2 Juta
11,8 MWKl
c. Pembangunan infrastruktur SPBG 1 SPBG
Meningkatkan efisiensi 1. Intensitas Energi
e. PLT Bayu 434 BOE/Miliar
0,0 MWRp.
pemakaian energi dan d. Kapasitas terpasang kilang LPG 4,7 Juta MT
2. Penurunan emisi CO2 33,6 Juta Ton
pengurangan emisi 2. e. Pembangunan
Produksi biofuelFSRU/Regasification unit/ 1 Unit
4,2 Juta Kl
LNG Terminal
Meningkatkan
Meningkatkan produksi
efisiensi 1.Intensitas
1. Produksi mineral:
Energi 434 BOE/Miliar Rp.
mineral danenergi dan
pemakaian f. Ruas pipa transmisi dan/atau jaringan 12.597 Km
a. Emas 75 Ton
peningkatan 2. Penurunan
distribusiemisi CO2
gas bumi 33,6 Juta Ton
pengurangannilai
emisi
tambah b. Perak 231 Ton
Meningkatkan produksi 1. Produksi mineral:
c. Tembaga 310.000 Ton
mineral dan
a. Emas 75 Ton
peningkatan nilai d. Timah 50.000 Ton
tambah b. Perak 231 Ton
e. Nikelmatte 80.000 Ton
c. Tembaga 310.000 Ton
f. Feronikel 651.000 Ton
d. Timah 50.000 Ton
2. Pembangunan
e. Nikelmatte fasilitas pengolahan dan 4 Unit
80.000 Ton
pemurnian dalam negeri
f. Feronikel 651.000 Ton
Mengoptimalkan Penerimaan negara sektor ESDM:
penerimaan negara dari 2. Pembangunan fasilitas pengolahan dan 4 Unit
pemurnian dalam negeri
sektor ESDM a. Penerimaan Migas 105,45 Triliun Rp.
Mengoptimalkan Penerimaan
b. negara
Penerimaan sektor
Mineral ESDM:
dan Batubara 32,40 Triliun Rp.
penerimaan negara dari
c. Penerimaan EBTKE 0,65 Triliun Rp.

d. Penerimaan lainnya 1,02 Triliun Rp.

Mewujudkan subsidi Subsidi Energi


energi yang lebih tepat
a. Subsidi BBM dan LPG 30,12 Triliun Rp.
sasaran
b. Subsidi Listrik 33 48,56 Triliun Rp.

Meningkatkan investasi Investasi Sektor ESDM


sektor ESDM a. Penerimaan Migas 105,45 Triliun Rp.

b. Penerimaan Mineral dan Batubara 32,40 Triliun Rp.

c. Penerimaan EBTKE 0,65 Triliun Rp.

SARAN STRATEGIS d. PenerimaanINDIKATOR


lainnya KINERJA 1,02 Triliun Rp.
TARGET

Mewujudkan subsidi
Mengoptimalkan Subsidi Energi
1. Produksi/lifting energi fosil
energi yang
kapasitas lebih tepat
penyediaan a. Lifting minyak bumi
a. Subsidi BBM dan LPG 30,12815 MBOPD
Triliun Rp.
sasaranfosil
energi b. Lifting gas bumi 1.150 MBOEPD
b. Subsidi Listrik
c. Produksi batubara 48,56413
Triliun Rp.
Juta ton

Meningkatkan investasi 2. Penandatanganan


Investasi Sektor ESDMKKS Migas 6 WK (4 konvensional,
sektor ESDM a. Minyak dan Gas Bumi 2 non22,2
konvensional)
Miliar US$
b. Ketenagalistrikan 19,4 Miliar US$
3. Rekomendasi wilayah kerja 33 Rekomendasi
c. Mineral dan Batubara 6,9 Miliar US$
Meningkatkan alokasi d.1.EBTKE
Pemenuhan gas bumi dalam negeri 1,9 Miliar62
US$
%
energi domestik
Mewujudkan 2. Pemenuhan
1. batubara
Opini BPK atas dalam
laporan negeriKementerian
keuangan 121 JutaWTP
Ton
manajemen dan
Menyediakan SDMdan
akses ESDM
1. Akses dan Infrastruktur BBM:
yang profesional
infrastruktur energi 2. a.Presentase
Volume BBMpembinaan pengelolaan pegawai
bersubsidi 95%
16,61 Juta KL

3. b.Hasil
Kapasitas kilang
Evaluasi BBM
Akuntabilitas Kinerja Instansi 1.169 Ribu BPD
BB
Pemerintah
2. Akses dan Infrastruktur gas bumi:
4. Jumlah Satuan Kerja (Satker) yang telah 2/0 Satker
a.memperoleh
Volume LPG WBK/WBBM
bersubsidi 7,09 Juta MT

b. Pembangunan jaringan gas kota 9 Lokasi


5. Presentase penyelenggaraan Diklat berbasis 86 %
c.kompetensi
Pembangunan infrastruktur SPBG 1 SPBG

6. d.Indeks
Kapasitas terpasang
kepuasan kilang LPG
penggunaan layanan Diklat 4,7 Juta3,12
MT

e. Pembangunan FSRU/Regasification unit/ 1 Unit


Meningkatkan kapasitas 1. Jumlah Pilot Plant/Prototype/Demo Plant atau 16 Buah
LNG Terminal
IPTEK Rancangan/ Rancangan Bangun/Formula
f. Ruas pipa transmisi dan/atau jaringan 12.597 Km
distribusi gas bumi
2. Jumlah paten dan hasil litbang yang 5 Buah
terimplementasikan

Meningkatkan 1. Penyediaan air bersih melalui pengeboran air 250 Titik


kehandalan informasi tanah
kegeologian
2. Wilayah prospek sumber daya geologi 57 Rekomendasi

3. Peta kawasan bencana geologi 33 Peta

34
AKUNTABILITAS KERJA

Akuntabilitas
KInerja 3
35 ESDM 2017
Laporan Kinerja Kementerian
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
BAB
BABIII
III

AKUNTABILITAS
AKUNTABILITASKINERJA
KINERJA
3.1 Tujuan I : Terjaminnya Penyediaan Energi dan Bahan Baku Domestik
3.1 TujuanI ITujuan
3.1 Tujuan StrategisPenyediaan
: :Terjaminnya
Terjaminnya IPenyediaan
Kementerian ESDMdan
Energi
Energi adalah “Terjaminnya
danBahan
Bahan Baku Penyediaan Energi
BakuDomestik
Domestik
dan Bahan Baku Domestik”. Tujuan I didukung dengan 6 (enam) sasaran strategis dengan
14 (empat belas) indikator yaitu:
Tujuan
TujuanStrategis
StrategisI IKementerian
KementerianESDM
ESDMadalah
adalah“Terjaminnya
“TerjaminnyaPenyediaan
PenyediaanEnergi
Energidan
danBahan
BahanBaku
Baku
a. Mengoptimalkan kapasitas penyediaan energi fosil yang terdiri dari 3 (tiga)
Domestik”.
Domestik”.Tujuan
TujuanI didukung
I didukungdengan
dengan66(enam)
(enam)sasaran
sasaranstrategis
strategisdengan
dengan14
14(empat
(empatbelas)
belas)indikator
indikatoryaitu:
yaitu:
indikator kinerja;
a.a. Mengoptimalkan
Mengoptimalkankapasitas
kapasitaspenyediaan
penyediaanenergi
energifosil
fosilyang
yangterdiri
terdiridari
dari33(tiga)
(tiga)indikator
indikatorkinerja;
kinerja;
b. Meningkatkan alokasi energi domestik yang terdiri 2 (dua) indikator kinerja;
b.c.
b. Meningkatkan
Meningkatkan
Meningkatkanalokasi
alokasienergi domestik
energidan
akses domestikyang
yangterdiri
terdiri2energi
infrastruktur 2(dua)
(dua)indikator
indikatorkinerja;
kinerja;dari
yang terdiri 3 (tiga) indikator
kinerja; akses
c.c. Meningkatkan
Meningkatkan aksesdan
daninfrastruktur
infrastrukturenergi
energiyang
yangterdiri
terdiridari
dari33(tiga)
(tiga)indikator
indikatorkinerja;
kinerja;
d. Meningkatkan diversifikasi energi yang teridiri dari 2 (dua) indikator kinerja;
d.d. Meningkatkan
Meningkatkandiversifikasi
diversifikasienergi
energiyang
yangteridiri
teridiridari
dari22(dua)
(dua)indikator
indikatorkinerja;
kinerja;
e. Meningkatkan efisiensi energi dan pengurangan emisi yang terdiri dari 2 (dua)
e.e. Meningkatkan
Meningkatkanefisiensi
efisiensienergi
energidan
danpengurangan
penguranganemisi
emisiyang
yangterdiri
terdiridari
dari22(dua)
(dua)indikator
indikatorkinerja;
kinerja;
indikator kinerja;
f.f. Meningkatkan
f. Meningkatkan
Meningkatkan produksi
produksi
produksimineralmineral
mineraldan dan peningkatan
danpeningkatan
peningkatannilai
nilaitambah nilai
tambahyang tambah
yangterdiri
terdiridariyang
dari terdiri
22(dua)
(dua) dari 2
indikator
indikator
kinerja.
kinerja.
(dua) indikator kinerja.

Tabel
Tabel16.
16.
Tabel Tujuan
16. TujuanI:I:
Tujuan I:Terjaminnya
Terjaminnya
Terjaminnya Penyediaan
Penyediaan
Penyediaan Energi
Energi
Energi dan
dan Bahan Bahan
danBaku
Bahan Baku
BakuDomestik
Domestik Domestik

Tujuan
TujuanI I: Terjaminnya
: TerjaminnyaPenyediaan
PenyediaanEnergi
Energidan
danBahan
BahanBaku
BakuDomestik
Domestik

SasaranStrategis
Sasaran Strategis IndikatorKinerja
Indikator Kinerja Target
Target Realisasi
Realisasi

Mengoptimalkan 1.1. Produksi


Mengoptimalkan Produksi//lifting
liftingenergi
energifosil
fosil
kapasitas
kapasitas a.a. Lifting
Liftingminyak
minyakbumi
bumi 815MBOPD
815 MBOPD 804MBOPD
804 MBOPD
penyediaanenergi
penyediaan energi
b.b. Lifting
Liftinggas
gasbumi
bumi 1.150MBOEPD
1.150 MBOEPD 1.140MBOEPD
1.140 MBOEPD
fosil
fosil
c.c. Produksi
Produksibatubara
batubara 413Juta
413 JutaTon
Ton 461Juta
461 JutaTon
Ton
2.2. Penandatanganan
PenandatangananKKS
KKSMigas
Migas 66WK
WK 00WK
WK
3.3. Rekomendasi
Rekomendasiwilayah
wilayahkerja
kerja 33Rekomendasi
33 Rekomendasi 34Rekomendasi
34 Rekomendasi

eningkatkan
eningkatkan 1.1. Pemenuhan
PemenuhanGas
GasBumi
BumiDalam
DalamNegeri
Negeri 62%%
62 60,6%
60,6 %
alokasienergi
alokasi energi
domestik
domestik
121Juta
121 JutaTon
Ton 97,03Juta
97,03 JutaTon
Ton
2.2. Pemenuhan
PemenuhanBatubara
BatubaraDalam
DalamNegeri
Negeri

Menyediakan
Menyediakan 1.1. Akses
Aksesdan
daninfrastruktur
infrastrukturBBM
BBM
aksesdan
akses dan a.a. Volume
VolumeBBM
BBMbersubsidi
bersubsidi 16,61Juta
16,61 JutaKL
KL 14,95 Juta
14,95 JutaKL
KL
infrastruktur
infrastruktur b.b. Kapasitas
Kapasitaskilang
kilangBBM
BBM 1.169Ribu
1.169 RibuBCPD
BCPD 1.169Ribu
1.169 Ribu
energi
energi BCPD
BCPD
2.2. Akses
Aksesdan
daninfrastruktur
infrastrukturgas
gasbumi
bumi
a.a. Volume
VolumeLPG
LPGbersubsidi
bersubsidi 7,09Juta
7,09 JutaMT
MT
b.b. Pembangunan
Pembangunanjaringan
jaringangas
gaskota
kota 6,305Juta
6,305 JutaMT
MT

36
Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi

c. Pembangunan infrastruktur 9 Lokasi


SPBG 10 Lokasi
d. Kapasitas terpasang kilang LPG 1 SPBG
2 SPBG
e. Pembangunan FSRU/
4,7 Juta MT
Regasification unit / LNG 4,740 Juta MT
Terminal 1 Unit
f. Ruas pipa transmisi dan/atau 0 Unit
jaringan distribusi gas bumi 12.597 Km
10.670,55 Km
3. Akses dan infrastruktur
ketenagalistrikan
a. Rasio elektrifikasi 92,75 %
b. Infrastrukturketenagalistrikan: 95,35 %
• Penambahan kapasitas
2.693 MW
pembangkit 1.063,18 MW
• Penambahan penyaluran
Tenaga Listrik 15.377 Kms
c. Susut jaringan (losses) 9,6 % 4.495 Kms
d. Pangsa energi primer BBM 9,6 %
untuk pembangkit tenaga listrik 4,66 %
5,81 %
Meningkatkan 1. Kapasitas terpasang pembangkit
diversifikasi EBT:
energi a. PLTP 1.858,5 MW 1.808,5 MW
b. PLT Bioenergi 1.881 MW 1.840,7 MW
c. PLTA dan PLTMH 112,55 MW 43,77 MW
d. PLTS 11,78 MW 5,12 MW
e. PLT Bayu 0 MW 0 MW
2. Produksi biofuel 4,20 Juta KL 3,41 Juta KL

AKUNTABILITAS KERJA
Meningkatkan
1. Intesitas Energi 434 BOE/Miliar 434 BOE/Miliar
efisiensi
pemakaian energi
dan pengurangan
2. Penurunan Emisi C02 33,6 Juta Ton 33,95 Juta Ton
emisi

Meningkatkan 1. Produksi mineral:


produksi mineral a. Emas
75 Ton 82 Ton
dan peningkatan b. Perak
231 Ton 259 Ton
nilai tambah c. Tembaga
d. Timah 310.000 Ton 245.368 Ton
e. Nikelmatte 50.000 Ton 68.702 Ton
f. Produk Olahan Nikel 80.000 Ton 78.006 Ton
(Feronikel) 651.000 Ton 598.125 Ton

2. Pembangunan fasilitas pengolahan 4 Unit 5 Unit


dan pemurnian dalam negeri

37
3.1.1
3.1.1 Sasaran Strategis
Sasaran I: I:Mengoptimalkan
Strategis MengoptimalkanKapasitas
KapasitasPenyediaan
Penyediaan Energi Fosil
Fosil
Sasaran 1 optimalisasi kapasitas penyediaan energi fosil dibagi menjadi tiga
Sasaran 1 optimalisasi kapasitas penyediaan energi fosil dibagi menjadi tiga indikator
indikator kinerja, yaitu indikator kinerja atas lifting energi fosil, jumlah penandatanganan
kinerja, yaitu indikator kinerja atas lifting energi fosil, jumlah penandatanganan KKS migas, dan
KKS migas, dan rekomendasi wilayah kerja yang merupakan gabungan antara wilayah
rekomendasi wilayah kerja yang merupakan gabungan antara wilayah kerja konvensional dan
kerja konvensional dan wilayah kerja non-konvensional.
wilayah kerja non-konvensional.

Tabel 17. Sasaran Strategis I


Tabel 17. Sasaran Strategis I

Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi

Mengoptimalkan 1. Produksi / lifting energi fosil


kapasitas a. Lifting minyak bumi 815 MBOPD 803 MBOPD
penyediaan b. Lifting gas bumi 1.150 MBOEPD 1.140 MBOEPD
energi fosil c. Produksi batubara 413 Juta Ton 461,11 Juta Ton
b) Penandatanganan KKS Migas 6 WK 0 Kontrak
c) Rekomendasi wilayah kerja 33 Rekomendasi 34 Rekomendasi

1. Produksi/lifting energi fosil


1. Produksi/lifting energi fosil
A. A. Lifting
Lifting Minyak
Minyak Bumi Bumi dan
dan Gas Gas Bumi
Bumi
- Lifting
- Lifting Minyak
Minyak Bumi Bumi
Target lifting minyak bumi sesuai Perjanjian Kinerja Ditjen Migas tahun 2017
adalah sebesar
Target lifting815 MBOPD.
minyak bumiTarget
sesuaidimaksud
Perjanjian berbeda dengan
Kinerja Ditjen target
Migas yang
tahun sebelumnya
2017 adalah
dicantumkan
sebesar dalam
815 MBOPD. Rencana
Target Strategis
dimaksud berbedaDitjen
denganMigas
target 2015-2019 sebesar
yang sebelumnya 750 MBOPD
dicantumkan
dalam Rencana Strategis
dikarenakan angka Ditjen
APBNMigas
20172015-2019 sebesar 750
yang dijadikan MBOPDpenentuan
referensi dikarenakan target
angka APBN
PK 2017
2017 yang dijadikan
berdasarkan hasilreferensi
evaluasipenentuan target
SKK Migas PK 2017Work
terhadap berdasarkan
Programhasil
andevaluasi
BudgetSKK Migasyang
(WPnB)
terhadap Work Program and Budget (WPnB) yang diusulkan oleh KKKS dimana telah
diusulkan oleh KKKS dimana telah memperhitungkan beberapa rencana pengembangan
memperhitungkan beberapa rencana pengembangan lapangan.
lapangan.
Persentase pencapaian lifting minyak bumi pada tahun 2017 apabila
Persentase pencapaian lifting minyak bumi pada tahun 2017 apabila dibandingkan dengan
dibandingkan dengan persentase pencapaian lifting minyak bumi nasional tahun 2012-
persentase pencapaian lifting minyak bumi nasional tahun 2012-2016 masih di atas rata-rata. Hal
ini 2016 masih selama
dikarenakan di ataslima
rata-rata. Hal ini rata-rata
tahun terakhir, dikarenakan selama
pencapaian lima tahun
indikator kinerjaterakhir, rata-rata
lifting minyak
pencapaian
bumi indikator kinerja lifting minyak bumi mencapai 97%.
mencapai 97%.
Berdasarkan data yang ada, rata-rata penurunan lifting minyak bumi selama
tahun 2012-2017 mencapai angka 1.35%. Namun demikian, perlu diperhatikan bahwa
meskipun pada tahun 2016 terjadi peningkatan realisasi lifting minyak bumi sebesar
6,42% dibandingkan pada tahun 2015 akibat adanya pengembangan lapangan baru
Banyu Urip, namun pada tahun 2017 realisasi lifting minyak bumi kembali mengalami
penurunan sebesar 3,14% dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Hal ini mengingat
kondisi sepanjang tahun 2016 hingga awal tahun 2017 terjadi penurunan tajam
harga minyak yang secara signifikan memengaruhi keekonomian berbagai program
pengembangan hulu migas. Akibatnya, KKKS harus melakukan perhitungan ulang dan
merevisi program pengembangan dengan menunda aktivitas/program kegiatan yang

38
Gambar 8. Realisasi
Gambar LiftingLifting
8. Realisasi Minyak Bumi Bumi
Minyak

tidak ekonomis dan melanjutkan program yang masih bagus keekonomiannya serta
melakukan efisiensi besar-besaran.
Berdasarkan data yang ada, rata-rata penurunan lifting minyak bumi selama tahun 2012-2017
- Lifting Gas Bumi
mencapai angka 1.35%. Namun demikian, perlu diperhatikan bahwa meskipun pada tahun 2016 terjadi
peningkatan Pencapaian liftingbumi
realisasi lifting minyak gas bumi
sebesar dari
6,42% tahun 2012-2017
dibandingkan cenderung
pada tahun 2015 akibat adanyafluktuatif
dengan rerata
pengembangan pencapaian
lapangan baru Banyu mencapai 98.4%
Urip, namun pada tahunselama tahun
2017 realisasi 2017.
lifting Dibandingkan
minyak bumi kembali target
mengalami penurunan sebesar 3,14% dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Hal ini mengingat kondisi
Perjanjian Kinerja Ditjen Migas Tahun 2017, realisasi lifting Indonesia mencapai 99.1%
sepanjang tahun 2016 hingga awal tahun 2017 terjadi penurunan tajam harga minyak yang secara
dari target yang ditetapkan dan sedikit berada di atas rata-rata pencapaian realisasi
signifikan memengaruhi keekonomian berbagai program pengembangan hulu migas. Akibatnya, KKKS
liftingmelakukan
harus gas tahunperhitungan
2012-2017.ulang dan merevisi program pengembangan dengan menunda
Adapun
aktivitas/program kendala
kegiatan yang ekonomis
yang tidak dialami dan
dalam meningkatkan
melanjutkan optmalisasi
program yang lifting
masih bagus gas
keekonomiannya
selama tahunserta melakukan
2017 lebih efisiensi besar-besaran.
dikarenakan penyerapan oleh PT PLN yang belum optimal

AKUNTABILITAS KERJA
serta Lifting
-
kendala operasional seperti slugging air yang teRp.roduksi dari sumur yang terjadi
Gas Bumi
di dalam sub-sea pipeline serta kebocoran aliran minyak/gas.
Pencapaian lifting gas bumi dari tahun 2012-2017 cenderung fluktuatif dengan rerata pencapaian
Dalam
mencapai 98.4% pelaksanaan
selama optimalisasi
tahun 2017. Dibandingkan targetmigas diKinerja
Perjanjian masaDitjen
depan,
Migas diperlukan
Tahun 2017, upaya-
upaya lifting
realisasi untuk mencapai
Indonesia target
mencapai yang
99.1% ditetapkan.
dari target Secara
yang ditetapkan dankeseluruhan, selama
sedikit berada di atas lima
rata-rata tahun
pencapaian
terakhir, realisasi lifting gastotal
lifting migas tahunyang
2012-2017.
mencapai lebih dari 2000 MBOEPD hanya terjadi pada
tahun 2012, 2013, 2014, dan 2016. Sedangkan pada tahun 2015 dan 2017, jumlah total
lifting migas masih belum mencapai 2000 MBOEPD mengingat faktor teknis di lapangan
masih merupakan kendala utama yang mengganggu pencapaian realisasi lifting migas
nasional di tahun 2017 atas target yang telah ditetapkan.
Selanjutnya, diperlukan juga upaya ekstra untuk mencegah agar penurunan
lifting minyak dan gas bumi tidak melebihi batas sehingga tidak sesuai dengan rencana
jangka menengah yang telah ditetapkan dalam Rencana Strategis Ditjen Migas 2015-
2019. Selama tahun 2015-2016, realisasi lifting minyak bumi masih berada dibawah
target Renstra 2015-2019. Pada tahun 2017 realisasi lifting telah melebihi target Renstra

39
2015-2019 untuk tahun yang sama. Namun demikian, meskipun pada tahun 2017
realisasi lifting berhasil melebih target jangka menengah, tidak berarti bahwa upaya
lebih tidak diperlukan untuk menjaga realisasi agar tetap berada di atas target jangka
menengah.

Gambar
Gambar 9. Realisasi
9. Realisasi LiftingGas
Lifting GasBumi
Bumi2012-2017
2012-2017

Adapun
Adapun upaya-upaya
upaya-upaya yang akanyang akan
dilakukan dilakukanESDM
Kementerian Kementerian ESDM dalam
di masa mendatang di masa
Adapun kendala yang dialami dalam meningkatkan optmalisasi lifting gas selama tahun 2017
meningkatkan
mendatangoptimalisasi lifting migas antara
dalam meningkatkan lain adalah:
optimalisasi lifting migas antara lain adalah:
lebih dikarenakan penyerapan oleh PT PLN yang belum optimal serta kendala operasional seperti
- - slugging
Mendorong
Mendorongair yang percepatan
percepatan kegiatan
teRp.roduksi kegiatan
eksplorasi
dari sumur yang dan eksplorasi
penyelesaian
terjadi di proyek
dalam sub-sea dan penyelesaian
pengembangan
pipeline lapangan.
serta kebocoran proyek
aliran
pengembangan lapangan.
minyak/gas.
- Melakukan pemeliharaan untuk meningkatkan kehandalan fasilitas produksi untuk
- meminimalkan
Melakukan pemeliharaan
Dalam pelaksanaan untuk
optimalisasi
uplanned shutdown. migasmeningkatkan kehandalan
di masa depan, diperlukan fasilitas
upaya-upaya produksi
untuk mencapaiuntuk
meminimalkan
target uplanned
yang ditetapkan. Secara shutdown.
keseluruhan, selama lima tahun terakhir, lifting migas total yang mencapai
- Mendorong KKKS untuk menambah investasi dalam kegiatan eksploitasi seperti pemboran dan
- lebihMendorong
dari 2000 MBOEPD
KKKShanya terjadi
untuk pada tahun 2012,
menambah 2013, 2014,
investasi dalamdan kegiatan
2016. Sedangkan pada tahun
eksploitasi seperti
workover.
2015 dan 2017, jumlah total lifting migas masih belum mencapai 2000 MBOEPD mengingat faktor teknis
pemboran dan workover.
di lapangan masih merupakan kendala utama yang mengganggu pencapaian realisasi lifting migas
- - Melakukan optimalisasi
Melakukan stok minyak
optimalisasi stok untuk
minyakdilifting.
untuk dilifting.
nasional di tahun 2017 atas target yang telah ditetapkan.
- - Mempercepat
Mempercepat penyelesaian
penyelesaian masalah masalah
non teknisnon teknislahan,
(perizinan, (perizinan,
dll). lahan, dll).
Selanjutnya, diperlukan juga upaya ekstra untuk mencegah agar penurunan lifting minyak dan
B. Produksi Batubara
gas bumi tidak melebihi batas sehingga tidak sesuai dengan rencana jangka menengah yang telah
B. ditetapkan Sampai
Produksi dalam akhirStrategis
Rencana
Batubara tahunDitjen
2017, realisasi
Migas produksi
2015-2019. Selama batubara mencapai
tahun 2015-2016, sebesar
realisasi lifting 461
Juta Ton
minyak atau
bumi 111,7
masih %. dibawah
berada Pada tabel
targetdiRenstra
bawah ini akanPada
2015-2019. dijelaskan perkembangan
tahun 2017 capaian
realisasi lifting telah
Sampai akhir tahun 2017, realisasi produksi batubara mencapai sebesar 461 Juta Ton
indikator jumlah
melebihi target produksi
Renstra batubara
2015-2019 dari
untuk tahun tahun
yang 2015-2017
sama. Namun danmeskipun
demikian, rician produksi batubara
pada tahun 2017
atau 111,7 %. Pada tabel di bawah ini akan dijelaskan perkembangan capaian indikator jumlah
realisasi lifting berhasil melebih target jangka menengah, tidak berarti bahwa upaya lebih tidak
pada tahun 2017.
produksi batubara
diperlukan untuk dari tahun
menjaga 2015-2017
realisasi danberada
agar tetap riciandiproduksi batubara
atas target pada tahun 2017.
jangka menengah.

Tabel 18.18.
Tabel Perkembangan
PerkembanganProduksi
Produksi Batubara Tahun2015-2017
Batubara Tahun 2015-2017 (dalam
(dalam jutajuta
ton)ton)

Tahun 2015 Tahun 2016 Tahun 2017

Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi


425 461 419 456 413 461

40 Desember 2017 sebesar 111,7%. Rincian


Realisasi produksi batubara sampai dengan
rencana maupun realisasi produksi Batubara Tahun 2017 dikategorikan berdasarkan bentuk
Realisasi produksi batubara sampai dengan Desember 2017 sebesar 111,7%.
Rincian rencana maupun realisasi produksi Batubara Tahun 2017 dikategorikan
berdasarkan bentuk Badan Usaha seperti PKP2B, IUP BUMN, IUP PMA dan IUP Daerah
sebagaimana terlampir.

Tabel 19. Rincian Produksi Batubara Tahun 2017

Realisasi
No Nama Perusahaan
(Juta Ton)
PKP2B
1 Adaro Indonesia 48,17
2 Antang Gunung Meratus 7,58
3 Arutmin Indonesia 26,23
4 Asmin Bara Bronang 4,62
5 Asmin Bara Jaan -
6 Asmin Koalindo Tuhup 1,94
7 Astaka Dodol -
8 Bahari Cakrawala Sebuku -
9 Bangun Banua Persada Kalimantan 0,21

10 Banjar Intan Mandiri -


11 Baramarta, PD 1,35
12 Baramutiara Prima 0,93
13 Bara Sentosa Lestari 0,21
14 Batu Alam Selaras -
15 Baturona Adimulya 1,18
16 Berau Coal 28,07
17 Bharinto Ekatama 2,27

AKUNTABILITAS KERJA
18 Borneo Indobara 14,1
19 Dharma Puspita Mining -
20 Ekasatya Yanatama -
21 Firman Ketaun Perkasa 1,4
22 Gunung Bayan Pratama Coal 0,19
23 Indexim Coalindo 4,56
24 Indominco Mandiri 14,23
25 Insani Bara Perkasa 1,93
26 Interex Sacra Raya -
27 Jorong Barutama Grestone 0,85
28 Kadya Caraka Mulia 0,16
29 Kalimantan Energi Lestari 1,81
30 Kaltim Prima Coal 56,03
31 Kartika Selabumi Mining -

41
Realisasi
No Nama Perusahaan
(Juta Ton)
32 Karya Bumi Baratama 0,34
33 Kendilo Coal Indonesia -
34 Kideco Jaya Agung 32,01
35 Lahai Coal 0,92
36 Lanna Harita Indonesia 3,54
37 Mahakam Sumber Jaya 4,12
38 Manditi Intiperkasa 3,83
39 Mantimin Coal Mining -
40 Marunda Graha Mineral 0,77
41 Multi Harapan Utama 3,31
42 Multi Tambang Jaya Utama 0,79
43 Pendopo Energi Batubara -
44 Perkasa Inakakerta 0,99
45 Pesona Khatulistiwa Nusantara 2,08

46 Santan Batubara -
47 Singlurus Pratama 1,4
48 Sumber Kurnia Buana -
49 Suprabari Mapanindo Mineral 0,42

50 Tambang Damai 1,31


51 Tanito Harum 0,95
52 Tanjung Alam Jaya 0,07
53 Teguh Sinar Abadi 1,16
54 Trubaindo Coal Mining 4,96
55 Wahana Baratama Mining 1,04
TOTAL PKP2B 282,04
IUP BUMN (PTBA)
1 Bukit Asam 22,42
TOTAL IUP BUMN 22,42
IUP PMA
1 Bara Alam Utama 2,37
2 Bangun Energi Indonesia 0,42
3 Bina Insan Sukses Mandiri 3
4 Duta Alam Sumatera 0,25
5 Ganda Alam Makmur 3,69
6 Gerbang Daya Mandiri -
7 Kaltim Jaya Mineral -
8 Karya Putra Borneo -

42
Realisasi
No Nama Perusahaan
(Juta Ton)
9 Laskar Semesta Alam 2,14
10 Manambang Muara Enim 1,02
11 Mega Prima Persada 2,02
12 Minemex Indonesia 1,02
13 Paramitha Cipta Sarana -
14 Semesta Centramas 0,93
15 Tri Tunggal Pitriati -
TOTAL IUP PMA 16,87

Tabel 20. Jumlah IUP (Per Provinsi)

IUP – IUP (Per Provinsi)


1 Prov. Kalimantan Selatan 53,81
2 Prov. Kalimantan Tengah 8,5
3 Prov. Kalimantan Timur 50,4
4 Prov. Kalimantan Utara 0,83
5 Prov. Aceh 0,62
6 Prov. Sumatera Selatan 16,31
7 Prov. Sumatera Barat 0,32
8 Prov. Jambi IUP – IUP (Per Provinsi) 5,27
6 Prov. Sumatera Selatan 16,31
9 Prov. Bengkulu 3,17
7 Prov. Sumatera Barat 0,32
10 Prov. Riau
8 Prov. Jambi 5,27
0,55
TOTAL
9 IUP
Prov. DAERAH
Bengkulu 3,17139,78
10 Prov. Riau 0,55
TOTAL PRODUKSI 461,12
TOTAL IUP DAERAH 139,78
TOTAL PRODUKSI 461,12
Penentuan Perjanjian Kinerja Tahun 2017 disusun berdasarkan data rencana
dan realisasi produksi Batubara yang diperoleh dari laporan RKAB dan laporan bulanan AKUNTABILITAS KERJA
Penentuan Perjanjian
produksi Batubara Kinerja Tahun 2017oleh
yang disampaikan disusunmasing-masing
berdasarkan data rencana dan realisasi kepada
Perusahaan
produksi Batubara yang diperoleh dari laporan RKAB dan laporan bulanan produksi Batubara yang
Kementerian ESDM dan Dinas ESDM Provinsi. Berikut adalah rincian rencana dan realisasi
disampaikan oleh masing-masing Perusahaan kepada Kementerian ESDM dan Dinas ESDM
jumlahProvinsi.
produksi Batubara
Berikut tahun
adalah rincian 2017
rencana untuk
dan PKP2B,
realisasi IUP BUMN,
jumlah produksi IUPtahun
Batubara PMA dan
2017 IUP Daerah
untuk
dapat dilihat pada
PKP2B, IUP tabel
BUMN, di bawah
IUP PMA ini. dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
dan IUP Daerah

Tabel
Tabel 18. 18. Rincian
Rincian Rencana
Rencana dan dan Realisasi
Realisasi Jumlah
Jumlah Produksi
Produksi BatubaraTahun
Batubara Tahun2017
2017

Uraian Produksi Batubara Target PK 2017 Realisasi 2017

PKP2B 297,31 282,04


IUP BUMN 23,20 22,42
IUP PMA 18,70 16,87
IUP Daerah 73,79 139,78
TOTAL 413 461,12 *)

*) Prognosa realisasi 2017 update Jan-Des 2017

Beberapa program yang menunjang pencapaian kinerja produksi batubara, antara lain
melalui pelaksanaan evaluasi RKAP yang diusulkan perusahaan secara lebih mendalam serta
43
pelaksanaan pembinaan kepada Pemerintah Daerah dan pelaksana Badan Usaha pemegang IUP.

a) Pelaksanaan evaluasi Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB) 2017.


Beberapa program yang menunjang pencapaian kinerja produksi batubara,
antara lain melalui pelaksanaan evaluasi RKAP yang diusulkan perusahaan secara lebih
mendalam serta pelaksanaan pembinaan kepada Pemerintah Daerah dan pelaksana
Badan Usaha pemegang IUP.
a) Pelaksanaan evaluasi Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB) 2017.
Kegiatan ini merupakan kegiatan rutin yang dilakukan untuk mengevaluasi
kinerja Perusahaan pada tahun sebelumnya. Aspek yang dievaluasi dalam kegiatan
ini salah satunya adalah Produksi, untuk Pemerintah pusat kewenangannya ada
pada PKP2B, IUP BUMN dan IUP Operasi Produksi (OP) dalam rangka penanaman
modal asing (IUP PMA).
Kegiatan ini meliputi evaluasi terhadap dokumen RKAB 2017 yang
disampaikan oleh perusahaan, rapat pembahasan dengan perusahaan, evaluasi
terhadap perbaikan dokumen RKAB 2017, penyusunan draft persetujuan RKAB dan
pengajuan draft persetujuan untuk ditandatangani oleh Direktur Jenderal Mineral
dan Batubara.
Dokumen persetujuan RKAB 2017 ini yang akan dijadikan acuan bagi
perusahaan untuk melaksanakan kegiatan selama tahun 2017. Pada dokumen
RKAB tersebut juga dijabarkan target produksi Batubara untuk masing-masing
perusahaan setiap bulan dan harus dilaporkan kepada Ditjen Minerba dalam bentuk
laporan kegiatan bulanan perusahaan.
b) Pelaksanaan Kegiatan Pembinaan Pertambangan Batubara kepada Pemerintah
Daerah dan Izin Usaha Pertambangan (IUP).
Pelaksanaan Kegiatan Pembinaan Pertambangan Batubara kepada
Pemerintah Daerah dan Izin Usaha Pertambangan (IUP) dilakukan antara Direktorat
Pembinaan Pengusahaan Batubara dengan Dinas Pertambangan dan Energi
Provinsi yang bertujuan untuk mengumpulkan dan memverifikasi data produksi dan
penjualan batubara perusahaan-perusahaan pemegang Izin Usaha Pertambangan
(IUP) tahap Operasi Produksi yang menjadi kewenangan pemerintah daerah.
Pelaksanaan Kegiatan Pembinaan Pertambangan Batubara kepada Pemerintah
Daerah dan Izin Usaha Pertambangan (IUP) dilakukan pada setiap semester.

2. Penandatanganan KKS Migas


Jumlah penandatanganan KKS Migas merupakan salah satu indikator kinerja
dalam sasaran optimalisasi penyediaan energi fosil, penandatangananan KKS Migas
baik Konvensional maupun Non Konvensional diharapkan dapat mengoptimalkan
penyediaan energi fosil. Pada tahun 2017, target penandatanganan KKS migas
mencapai 6 WK dengan rincian 4 WK konvensional dan 2 WK non-konvensional. Target
penandatanganan ini ditentukan berdasarkan perhitungan yang mempertimbangkan
harga minyak dunia, keterbatasan area yang mengandung potensi hidrokarbon, serta
kondisi dimana area yang belum optimal dieksplorasi berada di daerah frontier dan laut

44
dalam. Terkait dengan hal dimaksud, maka target dalam Perjanjian Kinerja berbeda
dengan target Renstra 2015-2019 mengingat penetapan target Renstra dilakukan pada
saat harga minyak dunia masih tinggi.
A. Penandatanganan WK Migas Konvensional
Kegiatan usaha hulu migas nasional tidak terlepas dari kerangka regulasi
pengaturan kepemilikan dan penguasaan negara atas sumber daya alam migas,
khususnya mengenai pelaksanaan penyiapan, penetapan dan penawaran Wilayah
Kerja Minyak dan Gas Bumi di Indonesia. Dalam penyiapan wilayah kerja KESDM
mendasarkan pada aspek teknis, ekonomis, tingkat resiko, efisiensi dan berazaskan
keterbukaan, keadilan, akuntabilitas dan persaingan usaha yang wajar.
Kementerian ESDM menyiapkan wilayah kerja yang akan ditawarkan
kepada Badan Usaha (BU) dalam hal ini BUMN/BUMD/BU Swasta atau Bentuk Usaha
Tetap (BU/BUT), yang berasal dari wilayah terbuka. Wilayah terbuka adalah bagian
dari wilayah hukum pertambangan Indonesia yang belum ditetapkan sebagai
wilayah kerja. Dalam hal ini, Wilayah terbuka  diantaranya  dapat berasal dari:
• Wilayah yang belum ditetapkan sebagai wilayah kerja
• Bagian wilayah kerja yang disisihkan berdasarkan Kontrak Kerja Sama;
• Wilayah Kerja yang berakhir Kontrak Kerja Samanya
• Bagian wilayah Kerja yang belum pernah dikembangkan dan/atau sedang atau
pernah diproduksi yang disisihkan atas usul Kontraktor
• Bagian wilayah Kerja yang belum pernah dikembangkan dan/atau sedang atau
pernah diproduksi yang disisihkan berdasarkan permintaan Menteri
Penawaran Wilayah Kerja dapat dilaksanakan melalui 2 (dua) mekanisme,
yang  pertama  Lelang Reguler  dan  kedua  Lelang Penawaran Langsung  melalui
Studi Bersama.
Pada umumnya, setiap tahunnya Kementerian ESDM menyelenggarakan

AKUNTABILITAS KERJA
Petroleum Bidding Round yang dijadwalkan secara periodik, idealnya di dalam satu
tahun, ditawarkan 2 (dua) kali putaran lelang Wilayah Kerja Baru baik melalui lelang
Reguler (durasi 4 bulan) maupun lelang Wilayah Kerja Penawaran Langsung (durasi
1,5 bulan) hal ini dimaksudkan dalam rangka antara lain:
− Menjamin keberlangsungan kegiatan eksplorasi yang berkesinambungan dalam
usaha penemuan cadangan baru
− Penyiapan wilayah-wilayah kerja baru secara berkesinambungan untuk
mendukung investasi bidang hulu.
Dalam rangka mencapai target, Kementerian ESDM senantiasa
memperbarui prosedur kerja, meningkatkan efisiensi dan efektivitas penggunaan
anggaran dan sumber daya manusia, menyusun regulasi yang dapat menarik minat
investasi serta berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait lainnya. Khusus untuk
peningkatan akuntabilitas dan efektivitas kegiatan penawaran WK Migas, sejak
tahun 2016 telah dimulai penerapan Penawaran WK Migas melalui elektronik yaitu

45
e-lelang yang saat ini diterapkan mulai dari Pengumuman s.d. Forum Klarifikasi.
Selain itu, Ditjen Migas juga telah menyiapkan aplikasi Sistem Informasi Studi
Bersama yang diharapkan dapat meningkatkan mutu pelayanan Studi Bersama.
Sistem ini rencananya akan diterapkan pada tahun 2018. Terkait dengan regulasi,
saat ini Ditjen Migas telah menyiapkan konsep revisi Permen ESDM Nomor 35 Tahun
2008 tentang Tata Cara Penetapan dan Penawaran WK Migas dan revisi Permen
ESDM Nomor 28 Tahun 2006 tentang Pedoman dan Tata Cara Pelaksanaan Survei
Umum dalam Kegiatan Usaha Hulu Migas.
Pada tahun 2017, Pemerintah hanya melaksanakan 1 (satu) kali Petroleum
Bidding Round dengan jumlah penawaran sebanyak 10 (sepuluh) WK migas
konvensional yang terdiri dari 3 (tiga) wilayah kerja yang ditawarkan melalui lelang
reguler dan 7 (tujuh) wilayah kerja yang ditawarkan melalui penawaran langsung. WK
migas yang ditawarkan melalui lelang reguler tahun 2017 dimaksud adalah:
1) Blok Tongkol, Lepas Pantai Utara Provinsi Kepulauan Riau;
2) Blok East Tanimbar, Lepas Pantai Tenggara Kep. Tanimbar Provinsi Maluku;
3) Blok Mamberamo, Lepas Pantai Utara dan Daratan Provinsi Papua;

Sedangkan WK migas yang ditawarkan melalui penawaran langsung


tahun 2017 adalah:
1) Blok Andaman I, Lepas Pantai Utara Provinsi NAD;
2) Blok Andaman II, Lepas Pantai Utara Provinsi NAD;
3) Blok South Tuna, Lepas Pantai Utara Provinsi Kepulauan Riau;
4) Blok Merak-Lampung, Lepas Pantai Utara dan Daratan Provinsi Banten dan Lepas
Pantai Tenggara Provinsi Lampung;
5) Blok Pekawai, Lepas Pantai Selatan dan Daratan Provinsi Kalimantan Timur;
6) Blok West Yamdena, Lepas Pantai Selatan dan Daratan Kep. Tanimbar Provinsi
Maluku;
7) Blok Kasuri III, Daratan Provinsi Papua Barat.

Penawaran WK Migas Konvensional Tahun 2017 merupakan penawaran WK


dengan penerapan skema PSC Gross Split pertama kali sebagaimana diatur dalam
Peraturan Menteri ESDM Nomor 52 Tahun 2017 mengenai perubahan atas Permen 8
Tahun 2017 tentang PSC Gross Split. Seluruh WK memiliki bagi hasil (base split) yang
sama yaitu 57:43 untuk minyak bumi dan 52:48 untuk gas bumi. Split tersebut dapat
disesuaikan terhadap komponen variabel yang ditentukan pada saat pengembangan
lapangan serta disesuaikan terhadap komponen progresif yang ditentukan pada masa
produksi. Melalui penerapan skema PSC Gross Split diharapkan dapat mendorong
kegiatan Eksplorasi dan Produksi lebih efektif dan cepat, mendorong para kontraktor
Migas dan Industri Penunjang Migas untuk lebih efisien, mendorong proses bisnis KKKS
dan SKK Migas menjadi lebih sederhana dan akuntabel, dan mendorong KKKS untuk

46
4) Blok Merak-Lampung, Lepas Pantai Utara dan Daratan Provinsi Banten dan Lepas Pantai
Tenggara Provinsi Lampung;
5) Blok Pekawai, Lepas Pantai Selatan dan Daratan Provinsi Kalimantan Timur;
6) Blok West Yamdena, Lepas Pantai Selatan dan Daratan Kep. Tanimbar Provinsi Maluku;
7) Blok Kasuri III, Daratan Provinsi Papua Barat.

mengelola biaya operasi dan investasinya dengan berpijak kepada sistem keuangan
korporasi bukan sistem keuangan negara.

penerapan skema PSC Gross Split pertama kali sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri ESDM
Nomor 52 Tahun 2017 mengenai perubahan atas Permen 8 Tahun 2017 tentang PSC Gross Split.
Seluruh WK memiliki bagi hasil (base split) yang sama yaitu 57:43 untuk minyak bumi dan 52:48
untuk gas bumi. Split tersebut dapat disesuaikan terhadap komponen variabel yang ditentukan
pada saat pengembangan lapangan serta disesuaikan terhadap komponen progresif yang
ditentukan pada masa produksi. Melalui penerapan skema PSC Gross Split diharapkan dapat
mendorong kegiatan Eksplorasi dan Produksi lebih efektif dan cepat, mendorong para kontraktor
Migas dan Industri Penunjang Migas untuk lebih efisien, mendorong proses bisnis KKKS dan SKK
Migas menjadi lebih sederhana dan akuntabel, dan mendorong KKKS untuk mengelola biaya
operasi dan investasinya dengan berpijak kepada sistem keuangan korporasi bukan sistem
keuangan negara.

Dikarenakan Permen ESDM Nomor 52 Tahun 2017 terbit pada saat Penawaran WK telah
diumumkan, Pemerintah memberikan waktu tambahan kepada calon peserta lelang untuk
Gambar 10. Penawaran WK Migas Konvensional Tahun 2017
mempelajari konsep PSC Gross Split dan menyampaikan dokumen partisipasi sampai dengan 29
Gambar 10. Penawaran WK Migas Konvensional Tahun 2017
Desember 2017. Evaluasi terhadap dokumen penawaran yang masuk akan dilaksanakan setelah
tanggal 29 Dikarenakan
Desember 2017. Hasil penawaran
Permen wilayah kerja 2017
migasterbit
konvensional tahun 2017
Penawaran WK Migas ESDM Nomor
Konvensional 52 Tahun
Tahun 2017 merupakan pada saat
penawaranPenawaran
WK dengan
rencananya akan diumumkan pada bulan Mei 2018 sehingga tidak terdapat penandatanganan KKS
WK telah diumumkan, Pemerintah memberikan waktu tambahan kepada calon peserta
dari Penawaran WK Migas Konvensional Tahun 2017.
lelang untuk mempelajari konsep PSC Gross Split dan menyampaikan dokumen

AKUNTABILITAS KERJA

Gambar 11. Grafik Perkembangan Signature Bonus


Gambar 11. Grafik Perkembangan Signature Bonus

47
partisipasi sampai dengan 29 Desember 2017. Evaluasi terhadap dokumen penawaran
yang masuk akan dilaksanakan setelah tanggal 29 Desember 2017. Hasil penawaran
wilayah kerja migas konvensional tahun 2017 rencananya akan diumumkan pada bulan
Mei 2018 sehingga tidak terdapat penandatanganan KKS dari Penawaran WK Migas
Konvensional Tahun 2017.
Pencapaian realisasi penandatanganan KKS migas konvensional tidak mencapai
target capaiannya sebagaimana tercantum dalam Renstra Ditjen Migas 2015-2019 yaitu
Pencapaian realisasi penandatanganan KKS migas konvensional tidak mencapai target
6 atau terealisasi sebesar 0%. Faktor eksternal yang dimaksud adalah turunnya harga
capaiannya sebagaimana tercantum dalam Renstra Ditjen Migas 2015-2019 yaitu 6 atau terealisasi
minyak mentah dunia yang ikut memengaruhi keputusan investor untuk berpartisipasi
sebesar 0%. Faktor eksternal yang dimaksud adalah turunnya harga minyak mentah dunia yang
pada Penawaran WK Migas Konvensional. Hal ini tercermin pada beberapa pelaksana
ikut memengaruhi keputusan investor untuk berpartisipasi pada Penawaran WK Migas
Studi Bersama
Konvensional. Halyang mengajukan
ini tercermin pada permohonan penundaan
beberapa pelaksana lelang wilayah
Studi Bersama yang telah
yang mengajukan
dilakukan Studi
permohonan Bersama.
penundaan lelangFaktor
wilayahinternal yang
yang telah dimaksud
dilakukan Studiadalah peraturan
Bersama. perpajakan
Faktor internal yang
di bidangadalah
dimaksud hulu peraturan
migas dan faktor terms
perpajakan & conditions
di bidang yang
hulu migas dan dinilai kurang
faktor terms menarik. yang
& conditions Untuk
itu, Pemerintah
dinilai telahUntuk
kurang menarik. merevisi PP 79 Tahun
itu, Pemerintah telah2010 melalui
merevisi PP 79PP Nomor
Tahun 27melalui
2010 TahunPP2017 agar
Nomor
sistem
27 Tahunperpajakan sektor
2017 agar sistem hulu migas
perpajakan menjadi
sektor lebih
hulu migas menarik
menjadi lebihbagi investor.
menarik bagi investor.
Walaupun tidak ada yang sampai penetapan KKKS dari 10 WK yang ditawarkan,
Walaupun tidak ada yang sampai penetapan KKKS dari 10 WK yang ditawarkan, terdapat 5
terdapat 5 WK yang diminati. Hal ini sudah menunjukkan perbaikan daya tarik skema
WK yang diminati. Hal ini sudah menunjukkan perbaikan daya tarik skema PSC Gross Split serta
PSC Gross Split serta investasi hulu migas secara umum. Perkembangan kinerja lelang
investasi hulu migas secara umum. Perkembangan kinerja lelang WK migas dapat dilihat pada
WK migas dapat dilihat pada gambar di bawah.
gambar di bawah.

LELANG BLOK MIGAS KONVENSIONAL


18

13 14
10
8 8
5 0 5
0

2013 2014 2015 2016 2017

Ditawarkan Diminati

Gambar
Gambar 12.12. Penandatanganan
Penandatanganan KKSKKS
BaruBaru 2013-2017
2013-2017

B. Penandatanganan
B. Penandatanganan KKS Migas
KKS Migas Non Konvensional
Non Konvensional (MNK) (MNK)
Sesuai
Sesuai dengan
dengan Perjanjian
Perjanjian Kinerja
Kinerja (PK) (PK) ESDM
Kementerian Kementerian ESDM
Tahun 2017, Tahun ESDM
Kementerian 2017,
Kementerian
diharapkan ESDM
dapat diharapkanpenyediaan
mengoptimalkan dapat mengoptimalkan penyediaan
energi fosil dengan energi
indikator kinerja fosil dengan
meliputi lifting
indikator
Migas, kinerja
jumlah meliputi lifting
penandatanganan Migas,
WK Migas baik jumlah penandatanganan
Konvensional WK Migasserta
maupun Non Konvensional baik
Konvensional
cadangan Migas. maupun Non Konvensional serta cadangan Migas.

48
Gambar 13. Grafik Perkembangan Penawaran dan Penandatanganan
Gambar 13. Grafik Perkembangan Penawaran dan Penandatanganan
Gambar 13. Grafik Perkembangan Penawaran
Wilayah Kerjadan Penandatanganan
Migas Wilayah Kerja Migas Non Konvensional
Non Konvensional
Wilayah Kerja Migas Non Konvensional

Untuk Penawaran Wilayah Kerja Migas Non Konvensional (WK MNK) pada
tahunUntuk
2017,Penawaran
ditawarkan Wilayah KerjaKerja
2 Wilayah Migas Non Non
Migas Konvensional (WK MNK)
Konvensional (Shale pada tahun 2017,
Hydrocarbon)
Untuk
ditawarkan Penawaran
2 Wilayah Wilayah
Kerja Kerja Migas Non Konvensional (WK MNK) pada tahun
Kerja2 2017,
dan 1 Wilayah Kerja GasMigas
MetanaNonBatubara
Konvensional
(GMB)(Shale Hydrocarbon)
melalui Penawaran dan 1 Wilayahserta
Langsung Gas
ditawarkan
Metana 2Batubara
Wilayah(GMB)
Kerja melalui
Migas Non Konvensional
Penawaran (Shale
Langsung Hydrocarbon)
serta 2 Wilayah dan
Kerja 1 Metana
Gas WilayahBatubara
Kerja Gas
Wilayah Kerja Gas Metana Batubara melalui Lelang Reguler, rincian penawaran tersebut
Metana Batubara
melalui Lelang(GMB)
terangkum melalui
Reguler,
di tabelrincianPenawaran
penawaran
di bawah ini: Langsung
tersebut serta 2 Wilayah
terangkum di tabel diKerja
bawah Gas
ini:Metana Batubara
melalui Lelang Reguler, rincian penawaran tersebut terangkum di tabel di bawah ini:
Tabel 19. Penawaran Wilayah Kerja Migas Non Konvensional Tahun 2017
Tabel 19. Penawaran Wilayah Kerja Migas Non Konvensional Tahun 2017
Tabel 19. Penawaran Wilayah Kerja Migas Non Konvensional Tahun 2017
No. Wilayah Kerja Provinsi AKUNTABILITAS KERJA
No. 1. MNKKerja
Wilayah Jambi I Jambi
Provinsi
2. MNK Jambi II Jambi
1. 3. MNK
GMB WestJambi I
Air Komering Jambi
Sumatera Selatan
2. 4. MNK Jambi II
GMB Bungamas Jambi
Sumatera Selatan
3. 5. GMB West GMB
Air Komering
Raja Sumatera
Sumatera Selatan
Selatan
4. GMB Bungamas Sumatera Selatan
5. GMB Raja Sumatera Selatan

49
Gambar 14. Peta Penawaran Langsung Wilayah Kerja Migas Non Konvensional 2017
Gambar 14. Peta Penawaran Langsung Wilayah Kerja Migas Non Konvensional 2017
Gambar 14. Peta Penawaran Langsung Wilayah Kerja Migas Non Konvensional 2017
Penawaran WK Migas Non Konvensional tersebut diumumkan pada hari
Penawaran WK Migas Non Konvensional tersebut diumumkan pada hari terakhir acara 41st
Penawaran
terakhir WK Migas
acara 41st Non Konvensional
Indonesian Petroleum tersebut diumumkan
Association pada hari
Convention terakhir acara
& Exhibition 41st 19
tanggal
Indonesian Petroleum Association Convention & Exhibition tanggal 19 Mei 2017 di Jakarta Convention
Indonesian Petroleum Association Convention & Exhibition tanggal 19 Mei 2017 di Jakarta Convention
Mei 2017 di Jakarta Convention Center dengan jadwal lelang sebagai berikut :
Center dengan jadwal lelang sebagai berikut :
Center dengan jadwal lelang sebagai berikut :
Tabel 20. Jadwal Penawaran Wilayah Kerja Migas Non Konvensional Tahun 2017
TabelTabel
20. Jadwal Penawaran
20. Jadwal PenawaranWilayah Kerja
Wilayah Kerja Migas
Migas NonNon Konvensional
Konvensional Tahun 2017
Tahun 2017

Penawaran Langsung Lelang Reguler


Penawaran Langsung Lelang Reguler
Akses Dokumen Lelang 29 Mei– 7 Juli 2017 29 Mei– 20 Sept 2017
Akses Dokumen Lelang 29 Mei– 7 Juli 2017 29 Mei– 20 Sept 2017
Forum Klarifikasi 29 Mei– 12 Juli 2017 29 Mei– 25 Sept 2017
Forum Klarifikasi 29 Mei– 12 Juli 2017 29 Mei– 25 Sept 2017
Pemasukan Dokumen
Pemasukan Dokumen 29 Mei– 12 Juli 2017 29 Mei– 25 Sept 2017
Partisipasi 29 Mei– 12 Juli 2017 29 Mei– 25 Sept 2017
Partisipasi

Dalam 5 (lima) tahun terakhir, untuk penawaran wilayah kerja cenderung


Dalam 5 (lima) tahun terakhir, untuk penawaran wilayah kerja cenderung konstan, namun
Dalamnamun
konstan, 5 (lima) tahun
untukterakhir, untuk penawaranKontrak
penandatanganan wilayah kerja
Kerjacenderung
Sama konstan, namunNon
WK Migas
untuk penandatanganan Kontrak Kerja Sama WK Migas Non Konvensinal cenderung menurun. Hal
untuk penandatanganan
Konvensinal Kontrak
cenderung Kerja Sama
menurun. HalWK Migas Non
tersebut Konvensinal
salah cenderung
satunya adalah menurun. Hal
dikarenakan oleh
tersebut salah satunya adalah dikarenakan oleh turunnya harga minyak bumi dunia sejak 2012.
tersebut salah satunya adalah dikarenakan oleh turunnya harga minyak bumi dunia sejak 2012.
turunnya harga minyak bumi dunia sejak 2012. Selain itu, dari faktor teknis, Migas Non
Selain itu, dari faktor teknis, Migas Non Konvensional Indonesia belum terbukti dapat
Selain itu, dari faktor teknis, Migas Non Konvensional Indonesia belum terbukti dapat
Konvensional Indonesia belum terbukti dapat diproduksikan secara ekonomis.
diproduksikan secara ekonomis.
diproduksikan secara ekonomis.
Kegiatan penunjang program penandatanganan WK Migas Non Konvensional
yang telah dilakukan oleh Kementerian ESDM, adalah sebagai berikut:
a) MESDM menawarkan langsung ke para investor
Dalam rangka Mensukseskan Penawaran Wilayah Kerja tersebut, Menteri Energi dan

50
Kegiatan penunjang program penandatanganan WK Migas Non Konvensional yang telah
dilakukan oleh Kementerian ESDM, adalah sebagai berikut:
Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan, Jumat 7 Juli 2017 di Kantor Kementerian
a) MESDM menawarkan langsung ke para investor
ESDM telah melakukan pertemuan langsung dengan para Chief Executive Officer
Dalam rangka Mensukseskan Penawaran Wilayah Kerja tersebut, Menteri Energi dan Sumber
(CEO)
Daya Kontraktor Kontrak
Mineral (ESDM) Ignasius Kerja Sama7 Juli
Jonan, Jumat (KKKS)
2017 migas
di Kantoruntuk mempromosikan
Kementerian ESDM telah 15
Wilayah Kerja
melakukan (WK) Migas
pertemuan yang
langsung dilelang
dengan di Executive
para Chief tahun 2017.
Officer Acara yang digelar
(CEO) Kontraktor bertajuk
Kontrak
Kerja Sama
Breakfast (KKKS) migas
Meeting with untuk mempromosikan
Minister 15 Wilayah
of Energy and MineralKerja (WK) Migaswith
Resources yang a
dilelang di
discussion on
tahun 2017. Acara yang digelar bertajuk Breakfast Meeting with Minister of Energy and Mineral
Indonesia Petroleum Bidding Round 2017.
Resources with a discussion on Indonesia Petroleum Bidding Round 2017.
Pada sesi diskusi yang berlangsung dalam suasana penuh keterbukaan, pertanyaan
Pada sesi diskusi yang berlangsung dalam suasana penuh keterbukaan, pertanyaan yang
yang mengemuka,
mengemuka, antara
antara lain laindengan
berkaitan berkaitan dengan
daya tarik skemadaya
Gross tarik
Split yang akanGross
skema Split yang
diterapkan
akan
padaditerapkan pada
WK migas yang WK migas
ditawarkan yang
tersebut. ditawarkan
Menjawab tersebut.
pertanyaan Menjawab
tersebut, Menteri pertanyaan
menegaskan
tersebut, Menteri
bahwa proses lelangmenegaskan bahwa
WK migas kali ini proses
dirancang lelang
agar tetap WK dimigas
menarik tengah kali iniharga
lesunya dirancang
minyak
agar tetap menarik di tengah lesunya harga minyak
b) Memperpanjang waktu penawaran WK Migas Non Konvensional
b) Memperpanjang waktu penawaran WK Migas Non Konvensional
Selain hal tersebut, untuk meningkatkan keberhasilan dalam penawaran wilayah
Selain hal tersebut, untuk meningkatkan keberhasilan dalam penawaran wilayah kerja tahun
kerja
ini, tahun ini, Pemerintah
Pemerintah telah memperpanjang
telah memperpanjang jadwal
jadwal lelang Wilayah lelang
Kerja sesuaiWilayah Kerja sesuai
Surat Direktur
Surat Direktur
Jenderal MinyakJenderal Minyak
dan Gas Bumi dan Gas Bumi No.
No. 9204/13/DJM.E/2017 9204/13/DJM.E/2017
tanggal 18 September 2017 dan tanggal
Surat 18
Nomor 12000/13/DJM.E/2017
September 2017 dan Surattanggal
Nomor24 November 2017 dengan jadwal sebagai
12000/13/DJM.E/2017 tanggalberikut
24 :November
2017 dengan jadwal sebagai berikut :
Tabel 21. Revisi Jadwal Lelang Reguler dan Penawaran Langsung Wilayah Kerja Migas Non

Tabel 21.
Konvensional
Revisi Jadwal Lelang Reguler dan Penawaran Langsung Wilayah Kerja Migas Non Konvensional

Penawaran Langsung Lelang Reguler

Akses Dokumen Lelang 29 Mei – 22 Desember 2017 29 Mei – 22 Desember 2017

Forum Klarifikasi 29 Mei – 22 Desember 2017 29 Mei – 22 Desember 2017

Pemasukan Dokumen 29 Mei – 29 Desember 2017 29 Mei – 29 Desember 2017


Partisipasi

AKUNTABILITAS KERJA
Penambahan Jadwal tersebut bertujuan untuk memberikan waktu yang cukup bagi calon peserta
lelang WilayahPenambahan Jadwal
Kerja Migas Tahun tersebut
2017 untuk bertujuan
mempelajari untuk
konsep memberikan
PSC Gross waktu
Split terkait dengan yang
cukup bagi
Perubahan calon
Permen peserta
ESDM No. 08 lelang Wilayah
tahun 2017 yaitu Kerja Migas
Peraturan Tahun
Menteri No.2017 untuk
52 tahun mempelajari
2017 serta
Regulasi terkait Peraturan Pemerintah tentang Perlakuan Perpajakan Pada Kegiatan Hulu Migas
dengan Menggunakan Gross Split.22.
Tabel Hasil lelang
Hasil dapat
Tabel
Lelang dilihat
22.
Reguler danpada tabel diLangsung
Penawaran bawah.
Hasil Lelang Reguler dan Penawaran Langsung Wilayah Kerja Migas Non Konvensional
Wilayah Kerja Migas Non Konvensional

No Blok Pembeli Dokumen Lelang Keterangan

1 MNK Jambi I PT. Pertamina (Persero) Tidak mengembalikan dokumen


partisipasi dan mengajukan
permohonan penundaan masa
2 MNK Jambi II PT. Pertamina (Persero) lelang untuk melakukan riset
potensi

3 GMB West Air Tidak terdapat BU/BUT yang


-
Komering mengakses Bid Document

4 GMB Raja -

5 GMB Bungamas -

Dari hasil tersebut diatas, Beberapa penyebab dari ketidakberhasilan penawaran Wilayah Kerja Migas
Non Konvensional, antara lain: 51
1. Kondisi Pasar yang kurang mendukung dikarenakan harga minyak yang belum membaik
2. Belum terbuktinya migas non konvensional di Indonesia dapat diusahakan secara ekonomis
konsep PSC Gross Split terkait dengan Perubahan Permen ESDM No. 08 tahun
2017 yaitu Peraturan Menteri No. 52 tahun 2017 serta Regulasi terkait Peraturan
Pemerintah tentang Perlakuan Perpajakan Pada Kegiatan Hulu Migas dengan
Menggunakan Gross Split. Hasil lelang dapat dilihat pada tabel 22.
Dari hasil tersebut diatas, Beberapa penyebab dari ketidakberhasilan
penawaran Wilayah Kerja Migas Non Konvensional, antara lain:
1. Kondisi Pasar yang kurang mendukung dikarenakan harga minyak yang belum
membaik
2. Belum terbuktinya migas non konvensional di Indonesia dapat diusahakan
secara ekonomis

3. Rekomendasi Wilayah Kerja


Pada tahun 2017, terdapat realisasi sebanyak 34 usulan WK/WIUP dari target
33 usulan WK/WIUP. Tercapainya target sebanyak 34 rekomendasi wilayah kerja pada
tahun 2017 merupakan komitmen Kementerian ESDM sesuai dengan Sasaran Strategis
Pertama yaitu “Mengotimalkan kapasitas penyediaan energi fosil”. Rincian realisasi
capaian kinerja sasaran tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. 9 usulan rekomendasi WK Migas
b. 3 usulan rekomendasi WK Panas Bumi
c. 1 usulan rekomendasi WKP CBM
d. 10 usulan rekomendasi WIUP Batubara
e. 11 usulan rekomendasi WIUP Mineral
Berdasarkan capaian kinerja Rekomendasi Wilayah Kerja diatas, target
indikator kinerja sasaran tercapai 102% atau sebanyak 34 usulan WK/WIUP dari target
33 usulan WK/WIUP. Kegiatan rekomendasi wilayah kerja ini dianggarkan sebesar Rp.
101.821.174.000,- dan terealisasi sebesar Rp. 97.270.140.630,- atau 95.53%. Hal ini
disebabkan nilai kontrak lebih rendah dari nilai pagu akibat pelelangan yang semakin
kompetitif. Sedangkan apabila dibandingkan dengan capaian kinerja tahun 2016
sebesar 33 rekomendasi WK, capaian tahun 2017 lebih tinggi sebanyak 1 rekomendasi
WK. Sedangkan apabila dibandingkan dengan target Renstra pada tahun 2017
ditargetkan menghasilkan sebanyak 40 rekomendasi WK, capaian kinerja tahun 2017
masih di bawah target pada Renstra tersebut.
Pada tahun 2017, ada 2 usulan rekomendasi WK migas tahun 2016 yang berhasil
ditawarkan melalui lelang reguler pada bulan Juli 2017, yaitu WK migas Mamberamo
dan WK migas East Tanimbar. Data rekomendasi WK migas tahun 2016 lainnya yaitu
di Lapangan Sulawesi Tengah (WK migas Tomori dan Morowali) dimanfaatkan umtuk
joint study dengan Pertamina EP yang ditandai dengan penandatanganan MoU
pada September 2017. Sedangkan Papua, Wamena, Sahul dan Arafura direncanakan
dimanfaatkan untuk joint study di Blok Papeda dengan K3S lainnya.
Ada 3 WK panas Bumi telah ditindaklanjuti oleh Dirjen EBTKE diajukan ke

52
Tengah (WK migas Tomori dan Morowali) dimanfaatkan umtuk joint study dengan Pertamina EP
yang ditandai dengan penandatanganan MoU pada September 2017. Sedangkan Papua, Wamena,
Sahul dan Arafura direncanakan dimanfaatkan untuk joint study di Blok Papeda dengan K3S
lainnya.

Ada 3 WK panas Bumi telah ditindaklanjuti oleh Dirjen EBTKE diajukan ke Menteri ESDM
Menteri
dan ESDM
ditetapkan danWilayah
sebagai ditetapkan sebagai
Kerja Panas Wilayah
Bumi Kerja
sebanyak Panas
2 WKP, yakniBumi
: WKP sebanyak 2 WKP,
Gunung Sirung,
yakni : WKP Gunung
Pantar-Kabupaten Sirung,
Alor, Provinsi NusaPantar-Kabupaten Alor,ESDM
Tenggara Timur Kepmen Provinsi Nusa
No. 7440 Tenggara Timur
K/30/MEM/2016
Kepmen
dan ESDM No.Kabupaten
WKP Wapsalit, 7440 K/30/MEM/2016
Buru, Provinsidan WKP melalui
Maluku Wapsalit, Kabupaten
Kepmen ESDM Buru, Provinsi
No. 8084
Maluku melaluiKedua
K/30/MEM/2016. Kepmen ESDM No.
WKP tersebut pada8084 K/30/MEM/2016.
awal tahun Kedua
2017 oleh Dirjen WKP
EBTKE tersebut
dilakukan pada
lelang
awal
WKP tahun
untuk 2017 oleh
ditawarkan Dirjen
kepada EBTKE
investor dilakukan
pengusahaan lelang
Panas BumiWKP
untukuntuk ditawarkan
percepatan kepada
pemanfaatan
Panas Bumi.pengusahaan
investor Data rekomendasi wilayah
Panas Bumikerja untukpercepatan
untuk Panas Bumi pemanfaatan
dan CBM stake holder
Panaspengguna
Bumi. Data
data adalah EBTKE
rekomendasi sedangkan
wilayah kerjauntuk
untukrekomendasi
Panas BumiWIUP
danMineral dan Batubara
CBM stake stake holderdata
holder pengguna
pengguna data adalah
adalah EBTKE Minerba.untuk
sedangkan Data-data tersebut digunakan
rekomendasi untuk kebutuhan
WIUP Mineral lelangstake
dan Batubara WK dan
holder
WIUP dimaksud.
pengguna data adalah Minerba. Data-data tersebut digunakan untuk kebutuhan lelang
WK dan WIUPdari
Kinerja dimaksud.
setiap wilayah kerja yang direkomendasikan secara lengkap terdapat pada
Lampiran I. Kinerja dari setiap wilayah kerja yang direkomendasikan secara lengkap
terdapat pada Lampiran I.
3.1.2 Sasaran Strategis II: Meningkatkan Alokasi Energi Domestik
3.1.2 Sasaran Strategis II: Meningkatkan Alokasi Energi Domestik
Sasaran strategis II “Meningkatkan alokasi energi domestik” dibagi menjadi dua indikator
kinerja, yaituSasaran
indikator strategis II “Meningkatkan
kinerja pemenuhan alokasi
gas bumi dalam energi
negeri, domestik”batubara
dan pemenuhan dibagi dalam
menjadi
dua indikator
negeri. kinerja, yaitu indikator kinerja pemenuhan gas bumi dalam negeri, dan
pemenuhan batubara dalam negeri.

Tabel 23. Sasaran Strategis II


Tabel 23. Sasaran Strategis II

Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi

Meningkatkan alokasi 1. Pemenuhan Gas Bumi Dalam Negeri 62 % 61 %


energi domestik
2. Pemenuhan Batubara Dalam Negeri 121 Juta Ton 97,03 Juta Ton

1. Pemenuhan Gas Bumi Dalam Negeri


1. Pemenuhan Gas Bumi Dalam Negeri

AKUNTABILITAS KERJA
Peningkatan pemanfaatan gas bumi untuk kebutuhan domestik telah dicanangkan oleh
Peningkatan pemanfaatan gas bumi untuk kebutuhan domestik telah
Pemerintah melalui beberapa peraturan perundangan. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor
79dicanangkan oleh Kebijakan
tahun 2014 tentang Pemerintah melalui
Energi beberapa
Nasional, peraturan
selain energi perundangan.
terbarukan, Berdasarkan
gas bumi juga menjadi
Peraturan
salah Pemerintah
satu sumber Nomor
energi yang 79 tahun
diharapkan dapat2014 tentang
memiliki Kebijakan
proporsi Energi
yang lebih besarNasional, selain
di masa yang
energi
akan terbarukan,
datang. gas
Selanjutnya, bumi juga
Peraturan menjadi
Pemerintah salah79satu
Nomor sumber
tahun energiKebijakan
2014 tentang yang diharapkan
Energi
dapat memiliki proporsi yang lebih besar di masa yang akan datang. Selanjutnya,
Peraturan Pemerintah Nomor 79 tahun 2014 tentang Kebijakan Energi Nasional
mengamanatkan bahwa “energi tidak lagi berperan sebagai komoditi untuk sumber
penerimaaan APBN tetapi menjadi sumber daya pembangunan nasional”. Peraturan
ini menegaskan komitmen Pemerintah untuk mengupayakan agar sumber daya energi
nasional dimanfaatkan sebagai bahan baku pembangunan industri nasional.
Sehubungan dengan adanya shifting paradigm dimana gas bumi ditujukan
sebagai modal pembangunan untuk memberi nilai tambah kepada perekonomian
nasional. Sebagai upaya memperkuat pasokan energi dalam negeri maka alokasi gas
untuk domestik diprioritaskan daripada ekspor. Pada Rencana Strategis 2015-2019,

53
sebagai bahan baku pembangunan industri nasional.

Sehubungan dengan adanya shifting paradigm dimana gas bumi ditujukan sebagai modal
pembangunan untuk memberi nilai tambah kepada perekonomian nasional. Sebagai upaya
memperkuat pasokan energi dalam negeri maka alokasi gas untuk domestik diprioritaskan
daripada ekspor. Pada Rencana Strategis 2015-2019, target alokasi domestik meningkat setiap
target sedangkan
tahunnya alokasi domestik meningkat
target alokasi setiap
ekspor gas tahunnya
ditargetkan sedangkan
menurun target alokasi ekspor gas
setiap tahunnya.
ditargetkan menurun setiap tahunnya.

Gambar 15. Grafik Realisasi Persentase Pemanfaatan Gas Bumi Indonesia


Gambar 15. Grafik Realisasi Persentase Pemanfaatan Gas Bumi Indonesia

Dalam pelaksanaannya, Pemerintah kembali menetapkan prioritas alokasi


Dalam pelaksanaannya, Pemerintah kembali menetapkan prioritas alokasi gas bumi untuk
gas bumi untuk kebutuhan domestik. Pasal 5 Peraturan Menteri ESDM nomor 06 tahun
kebutuhan domestik. Pasal 5 Peraturan Menteri ESDM nomor 06 tahun 2016 menjelaskan bahwa
2016 menjelaskan bahwa alokasi pemenuhan kebutuhan energi domestik dilakukan
alokasi pemenuhan kebutuhan energi domestik dilakukan berdasarkan urutan prioritas yang
berdasarkan urutan prioritas yang terdiri dari:
terdiri dari:
1) Pemanfaatan untuk program Pemerintah seperti Penyediaan Gas Bumi untuk
1) Pemanfaatan untuk program Pemerintah seperti Penyediaan Gas Bumi untuk Transportasi,
Transportasi, Jaringan Gas Bumi untuk Rumah Tangga, Rumah Tangga, dan
Jaringan Gas Bumi untuk Rumah Tangga, Rumah Tangga, dan Pelanggan Kecil;
Pelanggan
2) Peningkatan Kecil;Minyak dan Gas Bumi Nasional;
Produksi
3) Industri pupuk;
4) Industri berbasis gas bumi;
5) Penyediaan gas bumi untuk tenaga listrik;
6) Industri yang ber bahan bakar gas bumi.

Gambar 16. Realisasi Penyaluran Gas Tahun 2017


Gambar 16. Realisasi Penyaluran Gas Tahun 2017

54
Sektor industri merupakan pengguna terbesar gas domestik Indonesia selama tahun 2017,
2) Peningkatan Produksi Minyak dan Gas Bumi Nasional;
3) Industri pupuk;
4) Industri berbasis gas bumi;
5) Penyediaan gas bumi untuk tenaga listrik;
6) Industri yang ber bahan bakar gas bumi.
Sektor industri merupakan pengguna terbesar gas domestik Indonesia selama
tahun 2017, kemudian disusul oleh kelistrikan dan pupuk. Untuk ketiga sektor tersebut,
rata-rata realisasi penyerapan lebih rendah bila dibandingkan dengan komitmen pada
Gas Sales Agreement (GSA). Perlambatan ekonomi terutama sektor retail merupakan
salah satu penyebab menurunnya aktifitas sebagian besar industri. Pada sektor
kelistrikan, sistem merit order pada penggunaan energi primer yang mana penggunaan
gas pada turbin gas merupakan opsi terakhir pada penyeimbang beban, menyebabkan
penyerapan gas sulit mencapai nilai maksimum sesuai dengan GSA.
Untuk tahun-tahun mendatang penggunaan gas dalam negeri akan terus
meningkat seiring dengan kebijakan peraturan batas harga jual gas untuk pembangkit
listrik dan dorongan penggunaan pembangkit listik gas di dekat mulut sumur (Permen
ESDM No.45/2017).

2. 2. Pemenuhan Batubara
Pemenuhan BatubaraDalam Negeri
Dalam Negeri
Sampai
Sampaiakhir tahuntahun
akhir 2017, realisasi
2017, Domestic
realisasi Market Obligation
Domestic Market(DMO) sebanyak(DMO)
Obligation 97,03
Juta Ton atau
sebanyak 80,19%
97,03 Jutadari
Tontarget
atauawal sebesar
80,19% 121target
dari Juta Ton.
awalRealisasi
sebesar DMO untuk
121 tahun
Juta Ton.2017 tidak
Realisasi
mencapai target.
DMO untuk tahun 2017 tidak mencapai target.
Tabel 24. Perkembangan DMO Batubara Tahun 2015-2017 (dalam Juta Ton)
Tabel 24. Perkembangan DMO Batubara Tahun 2015-2017 (dalam Juta Ton)

Tahun 2015 Tahun 2016 Tahun 2017

Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi

102 85,9 86 90,5 121 97,03 AKUNTABILITAS KERJA

Sesuai dengan
Sesuai Keputusan
dengan Menteri
Keputusan ESDMESDM
Menteri Nomor 2183 K/30/MEM/2017
Nomor tanggaltanggal
2183 K/30/MEM/2017 5 Juni
2017 tentang penetapan kebutuhan dan presentase minimal penjualan batubara untuk
5 Juni 2017 tentang penetapan kebutuhan dan presentase minimal penjualan batubara
kepentingan dalam negeri tahun 2017 sebagai acuan dalam pengawasan atau pelaksanaan
untuk kepentingan dalam negeri tahun 2017 sebagai acuan dalam pengawasan atau
pengutamaan pemasokan kebutuhan batubara untuk kepentingan dalam negeri oleh badan usaha
pelaksanaan pengutamaan pemasokan kebutuhan batubara untuk kepentingan dalam
pertambangan batubara. Alokasi pasokan dalam negeri yang dapat dikomitmenkan untuk PLTU,
negeri oleh badan usaha pertambangan batubara. Alokasi pasokan dalam negeri yang
industri metalurgi, pupuk, semen, tekstil, kertas dan briket minimal sebesar 107 juta ton.
dapat dikomitmenkan untuk PLTU, industri metalurgi, pupuk, semen, tekstil, kertas dan
briket minimal sebesar 107 juta ton.
Pada
Pada tahun
tahun 20172017 Kementerian
Kementerian ESDM melakukan
ESDM melakukan beberapa
beberapa kegiatan kegiatan untuk
yang menunjang yang
pelaksanaan untuk
menunjang DMO batubara yaitu DMO
pelaksanaan Evaluasi Pelaksanaan
batubara Pemenuhan
yaitu Evaluasi Batubara Dalam
Pelaksanaan Negeri.
Pemenuhan
Kegiatan tersebut
Batubara Dalammeliputi
Negeri.evaluasi dan inventarisasi
Kegiatan data realisasi
tersebut meliputi pasokan
evaluasi danbatubara dari produsen
inventarisasi data
dan realisasi
realisasi pemakaian
pasokan batubara
batubara dari
dari end user domestik
produsen serta kunjungan
dan realisasi ke lapangan/pengawasan
pemakaian batubara dari end
baik ke produsen batubara dan end user domestik. Sampai saat ini kegiatan Evaluasi Pelaksanaan
Pemenuhan Batubara Dalam Negeri masih berjalan, untuk pengawasan ke end user domestik telah
55
dilakukan kunjungan ke PLTU Gorontalo dan PLTU Jeneponto. Rencana ke depan, untuk
pengawasan ke end user domestik akan dilakukan ke perusahaan end user domestik lainnya seperti
Pada tahun 2017 Kementerian ESDM melakukan beberapa kegiatan yang menunjang untuk
pelaksanaan DMO batubara yaitu Evaluasi Pelaksanaan Pemenuhan Batubara Dalam Negeri.
Kegiatan tersebut meliputi evaluasi dan inventarisasi data realisasi pasokan batubara dari produsen
dan realisasi pemakaian batubara dari end user domestik serta kunjungan ke lapangan/pengawasan
user domestik serta kunjungan ke lapangan/pengawasan baik ke produsen batubara
baik ke produsen batubara dan end user domestik. Sampai saat ini kegiatan Evaluasi Pelaksanaan
dan end user domestik. Sampai saat ini kegiatan Evaluasi Pelaksanaan Pemenuhan
Pemenuhan Batubara Dalam Negeri masih berjalan, untuk pengawasan ke end user domestik telah
Batubara
dilakukan Dalam Negeri
kunjungan ke masih berjalan, untuk
PLTU Gorontalo pengawasan
dan PLTU end userkedomestik
Jeneponto.keRencana telah
depan, untuk
dilakukan
pengawasankunjungan
ke end user ke PLTU Gorontalo
domestik danke
akan dilakukan PLTU Jeneponto.
perusahaan Rencana
end user ke lainnya
domestik depan,seperti
untuk
pengawasan ke endpulp
pabrik semen, pupuk, user
dandomestik
kertas. akan dilakukan ke perusahaan end user domestik
lainnya seperti pabrik semen, pupuk, pulp dan kertas.

Gambar 17. Kunjungan ke PLTU Gorontalo


Gambar 17. Kunjungan ke PLTU Gorontalo

Gambar
Gambar18.18.
Kunjungan ke PLTU
Kunjungan Jeneponto
ke PLTU Jeneponto

Upaya perbaikan yang dilakukan untuk mendukung dan meningkatkan pemenuhan


batubara Upaya perbaikan
dalam negeri yang
pada waktu dilakukan
mendatang adalahuntuk
sebagai mendukung
berikut : dan meningkatkan
pemenuhan batubara dalam negeri pada waktu mendatang adalah sebagai berikut :
1) Meningkatkan pengawasan terhadap kepatuhan perusahaan dalam pelaksanaan kegiatan
1) Meningkatkan pengawasan terhadap kepatuhan perusahaan dalam pelaksanaan
produksi batubara.
kegiatan produksi
Pemerintah batubara.
melakukan pengawasan kepada produsen batubara untuk melaksanakan kewajiban
Pemerintah melakukan
pemenuhan batubara pengawasan
melalui pengawasan kepada
ke lapangan produsen
dan evaluasi batubara
laporan triwulan untuk
penjualan
melaksanakan kewajiban
batubara untuk dalam negeri. pemenuhan batubara melalui pengawasan ke lapangan
2) dan evaluasi
Produsen laporan
batubara triwulan
memenuhi penjualan
kewajiban batubara
memasok untuk
batubara dalam
untuk negeri.
pengguna batubara dalam
2) Produsen
negeri sesuaibatubara memenuhi
dengan Keputusan kewajiban
Menteri memasok batubara untuk pengguna
yang telah ditetapkan.
Produsen batubara
batubara wajib melaksanakan
dalam negeri Keputusan
sesuai dengan Menteri
Keputusan tentangyang
Menteri penetapan
telahkebutuhan dan
ditetapkan.
presentase minimal penjualan batubara untuk kepentingan dalam negeri tahun 2017
Produsen batubara wajib melaksanakan Keputusan Menteri tentang penetapan
3) End user domestik membeli batubara dari produsen yang memiliki legalitas hukum yang jelas.
kebutuhan dan presentase minimal penjualan batubara untuk kepentingan dalam
Melakukan pengawasan kepada end user domestik batubara untuk melakukan kesepakatan jual
negeri tahun 2017
beli batubara dengan produsen batubara yang memiliki legalitas hukum sehingga dapat dijamin
3) End user domestik membeli batubara dari produsen yang memiliki legalitas hukum
pasokan batubara dalam negeri.
yang jelas.
4) Kebutuhan batubara yang diperlukan oleh industri dalam Negeri menggunakan kontrak
Melakukan pengawasan kepada end user domestik batubara untuk melakukan
penjualan yang sudah contracted, sehingga tidak ada revisi kenaikan/penurunan kebutuhan
dalam Negeri.
56batubara untuk dalam negeri di awal tahun antara
Memastikan adanya kesepakatan pemenuhan
produsen batubara dan pemakai batubara dalam negeri dalam bentuk kontrak jual beli,
sehingga memberikan jaminan bagi produsen dan pemakai batubara dalam negeri.
kesepakatan jual beli batubara dengan produsen batubara yang memiliki legalitas
hukum sehingga dapat dijamin pasokan batubara dalam negeri.
4) Kebutuhan batubara yang diperlukan oleh industri dalam Negeri menggunakan
kontrak penjualan yang sudah contracted, sehingga tidak ada revisi kenaikan/
penurunan kebutuhan dalam Negeri.
Memastikan adanya kesepakatan pemenuhan batubara untuk dalam negeri di awal
tahun antara produsen batubara dan pemakai batubara dalam negeri dalam bentuk
kontrak jual beli, sehingga memberikan jaminan bagi produsen dan pemakai
batubara dalam negeri.
5) Meningkatkan koordinasi dengan pemakai batubara dalam negeri antara lain PLN,
Perusahaan Semen, Perusahaan Tekstil, Perusahaan Pulp, Kertas dan Metalurgi.
Melakukan koordinasi dengan pemakai batubara untuk mengetahui kebutuhan
pemakai batubara setiap tahun dan mempertemukan antara produsen batubara
dan pengguna batubara sehingga dapat diketahui kebutuhan batubara domestik.
6) Melakukan Revisi Peraturan Menteri ESDM No 34 Tahun 2009 tentang Pengutamaan
Pemasokan Kebutuhan Mineral dan Batubara untuk Kepentingan Dalam Negeri,
dimana rencananya PKP2B/IUP OP yang wajib memasok batubara ke Dalam Negeri
yaitu PKP2B/IUP OP terpilih yang memiliki spesifikasi Batubara yang sesuai dengan
kebutuhan batubara PLTU jadi tidak semua PKP2B/IUP OP memasok batubara ke
dalam Negeri.
OP terpilih yang memiliki spesifikasi Batubara yang sesuai dengan kebutuhan batubara PLTU
jadi tidak semua PKP2B/IUP OP memasok batubara ke dalam Negeri.
Tabel
Tabel 25. 25. Rincian
Rincian Realisasi
Realisasi Konsumsi Batubara
Konsumsi Batubara DMO
DMOEndEnd
UserUser
20162016
dan 2017
dan 2017
Rincian Rencana 2016 Rencana 2017
Realisasi 2016 Realisasi
No Konsumen *) (Kepmen DMO
(Juta Ton) 2017 **)
Pemakai DMO (Juta Ton) 2017)
1 PLTU 70,8 75,4 88,27 83

AKUNTABILITAS KERJA
2 Metalurgi 0,39 0,39 0,82 0,3
3 Pupuk 1,31 1,31 1,42 1
4 Semen 10,54 10,54 13,85 12
5 Tekstil 2,2 2,2 2,59 0,5
6 Kertas 0,65 0,65 0,93 0,2
7 Briket 0,03 0,03 0,03 0,03
TOTAL 85,95 90,5 107,9 97,03
*) Rencana DMO Tahun 2016 tidak diatur dalam Permen, angka berdasarkan PK Ditjen Minerba ke MESDM
**) Rencana DMO Tahun 2017 berdasarkan Kepmen ESDM no. 2183 tanggal 5 Juni 2017, realisasi merupakan prognosa
Desember 2017

Upaya perbaikan yang dilakukan untuk mendukung dan meningkatkan pemenuhan


Upaya
batubara dalam perbaikan
negeri yang
pada waktu dilakukan
mendatang adalah untuk mendukung
sebagai berikut : dan meningkatkan
pemenuhan batubara
1) Meningkatkan dalamterhadap
pengawasan negeri pada waktu perusahaan
kepatuhan mendatangdalam
adalah sebagai berikut
pelaksanaan :
kegiatan
1) produksi
Meningkatkan
batubara.pengawasan terhadap kepatuhan perusahaan dalam pelaksanaan
kegiatan produksi
Pemerintah melakukanbatubara.
pengawasan kepada produsen batubara untuk melaksanakan kewajiban
pemenuhan batubara melalui pengawasan ke lapangan dan evaluasi laporan triwulan penjualan
batubara untuk dalam negeri. 57
2) Pembuatan surat teguran kepada produsen batubara yang tidak memenuhi batubara untuk
pengguna batubara dalam negeri.
Pemerintah melakukan pengawasan kepada produsen batubara untuk
melaksanakan kewajiban pemenuhan batubara melalui pengawasan ke lapangan
dan evaluasi laporan triwulan penjualan batubara untuk dalam negeri.
2) Pembuatan surat teguran kepada produsen batubara yang tidak memenuhi
batubara untuk pengguna batubara dalam negeri.
Surat teguran diberikan untuk meningkatkan kepatuhan produsen batubara dalam
memenuhi kebutuhan batubara untuk dalam negeri.
3) End user domestik membeli batubara dari produsen yang memiliki legalitas hukum
yang jelas.
Melakukan pengawasan kepada end user domestik batubara untuk melakukan
kesepakatan jual beli batubara dengan produsen batubara yang memiliki legalitas
hukum sehingga dapat dijamin pasokan batubara dalam negeri.
4) Kebutuhan batubara yang diperlukan oleh industri dalam Negeri menggunakan
kontrak penjualan yang sudah contracted, sehingga tidak ada revisi kenaikan/
penurunan kebutuhan dalam Negeri.
Memastikan adanya kesepakatan pemenuhan batubara untuk dalam negeri di
awal tahun antara produsen batubara dan pemakai batubara dalam negeri dalam
bentuk kontrak jual beli, sehingga memberikan jaminan bagi produsen dan
pemakaibatubara dalam negeri.
5) Meningkatkan koordinasi dengan pemakai batubara dalam negeri antara lain PLN,
Perusahaan Semen, Perusahaan Tekstil, Perusahaan Pulp, Kertas dan Metalurgi.
Melakukan koordinasi dengan pemakai batubara untuk mengetahui kebutuhan
pemakai batubara setiap tahun dan mempertemukan antara produsen batubara
dan pengguna batubara sehingga dapat diketahui kebutuhan batubara domestik.

3.1.3 Sasaran Strategis III: Menyediakan Akses dan Infrastruktur Energi

1. Akses dan Infrastruktur BBM

A. Volume BBM Bersubsidi


Target/kuota subsidi BBM yang ditetapkan dalam Perjanjian Kinerja 2017
ditetapkan berdasarkan kesepakatan antara Pemerintah dengan DPR. Adapun angka
kuota yang diusulkan Pemerintah dimaksud dihitung berdasarkan realisasi tahun
sebelumnya dengan mempertimbangkan pertumbuhan ekonomi serta kebijakan
pemerintah di tahun berikutnya. Terkait dengan hal ini, Pemerintah berharap
subsidi BBM yang diberikan kepada rakyat tepat sasaran. Mengingat bahwa dalam
pelaksanaannya capaian realisasi subsidi BBM dikatakan baik apabila realisasi BBM
berada di bawah target yang ditetapkan dan tidak ada kelangkaan dalam distribusinya,
maka perhitungan capaian kinerja subsidi BBM menggunakan perhitungan minimize
dimana semakin rendah pencapaian dari target maka kinerja semakin baik.

58
batubara setiap tahun dan mempertemukan antara produsen batubara dan pengguna batubara
sehingga dapat diketahui kebutuhan batubara domestik.

3.1.3 Sasaran Strategis III: Menyediakan Akses dan Infrastruktur Energi

Tabel 26. 26.


Tabel Sasaran Strategis
Sasaran IIIIII
Strategis

Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi

Menyediakan akses 1. Akses dan infrastruktur BBM


dan infrastruktur a. Volume BBM bersubsidi 16,61 Juta KL 14,95 Juta KL
energi b. Kapasitas kilang BBM 1.169 Ribu BCPD 1.169 Ribu BCPD

2. Akses dan infrastruktur gas bumi


a. Volume LPG bersubsidi 7,09 Juta MT 6,31Juta MT
b. Pembangunan jaringan gas kota 9 Lokasi 10 Lokasi
c. Pembangunan infrastruktur
1 SPBG 2 SPBG
SPBG
d. Kapasitas terpasang kilang LPG 4,7 Juta MT 4,7 Juta MT
e. Pembangunan FSRU/
Regasification unit / LNG 1 Unit 0 Unit
Terminal
f. Ruas pipa transmisi dan/atau
12.597 Km 10.671 Km
jaringan distribusi gas bumi
3. Akses dan infrastruktur
ketenagalistrikan 95,35 %
92,75 %
a. Rasio elektrifikasi
b. Infrastruktur ketenagalistrikan:
2.693 MW 1.063 MW
• Penambahan kapasitas
pembangkit
• Penambahan penyaluran 15.377 Kms 4.495 Kms
Tenaga Listrik 9,6 %
8,55 %
c. Susut jaringan (losses)
d. Pangsa energi primer BBM untuk 4,66 % 5,81 %
apabila realisasi BBM berada dipembangkit
bawah target
tenaga yang
listrik ditetapkan dan tidak ada kelangkaan dalam
distribusinya, maka perhitungan capaian kinerja subsidi BBM menggunakan perhitungan minimize
dimana
1. semakin
Aksesrendah pencapaian
Realisasi
dan dari target
penyaluran
Infrastruktur BBM BBMmaka kinerjadari
diperoleh semakin
data baik.
Badan Usaha penugasan. Pada
tahun 2017, penugasan penyaluran
A. Volume BBM Bersubsidi
Realisasi penyaluran BBM diperoleh dariBBM
datadiberikan kepada
Badan Usaha PT. Pertamina
penugasan. dan2017,
Pada tahun PT. AKR.
Selanjutnya, data realisasi
Target/kuota subsidi dimaksud diverifikasi
BBM yang ditetapkan olehPerjanjian
dalam BPH Migas. Adapun
Kinerja realisasi subsidi
2017 ditetapkan
penugasan penyaluran BBM diberikan kepada PT. Pertamina dan PT. AKR. Selanjutnya, data
berdasarkan kesepakatan antara Pemerintah dengan DPR. Adapun angka kuota yang diusulkan
BBM dapat terlihat pada tabel sebagai berikut:
realisasi dimaksud diverifikasi oleh BPH Migas. Adapun realisasi subsidi BBM dapat terlihat pada
Pemerintah dimaksud dihitung berdasarkan realisasi tahun sebelumnya dengan
tabel sebagai berikut:
mempertimbangkan pertumbuhan ekonomi serta kebijakan pemerintah di tahun berikutnya.

AKUNTABILITAS KERJA
Terkait dengan hal ini, Pemerintah berharap subsidi BBM yang diberikan kepada rakyat tepat
Tabel 27.Tabel
Kuota dan Realisasi
27. Kuota Jenis
dan Realisasi JenisBBM Tertentu
BBM Tertentu
sasaran. Mengingat bahwa dalam pelaksanaannya capaian realisasi subsidi BBM dikatakan baik
TARGET
REALISASI
NO JENIS BBM TERTENTU (Juta KL)
(Juta KL)
APBNP 2017
1. Minyak Tanah 0,61 0,53

2. Minyak Solar (Gasoil) 15,5 14,42


TOTAL 16,11 14,95

Untuk mewujudkan subsidi BBM


Untuk mewujudkan dan LPG
subsidi BBM yang
dan lebih tepat lebih
LPG yang sasaran dansasaran
tepat dengandan
pertimbangan perkembangan
dengan kebutuhan
pertimbangan nasional atas
perkembangan BBM, Presiden
kebutuhan Joko Widodo
nasional padaPresiden
atas BBM, tanggal 31Joko
DesemberWidodo
2014 pada
menandatangani Perpres Nomor
tanggal 31 Desember 191 Tahun 2014Perpres
2014 menandatangani tentang Penyediaan,
Nomor 191 Tahun
2014 tentang
Pendistribusian Penyediaan,
dan Harga Jual EceranPendistribusian
BBM. Jenis BBMdan
yangHarga
diaturJual Eceran
dalam BBM.
Perpres iniJenis BBM
terdiri yang
dari
jenis BBMdiatur dalam
tertentu, Perpres
jenis ini terdiri
BBM khusus dari jenis
penugasan danBBM
jenistertentu,
BBM umum.jenisBerikut
BBM khusus penugasan
tabel realisasi jenisdan
BBM tertentu terhadap kuota dari tahun 2011-2017:

59
TOTAL 16,11 14,95

Untuk mewujudkan subsidi BBM dan LPG yang lebih tepat sasaran dan dengan
pertimbangan perkembangan kebutuhan nasional atas BBM, Presiden Joko Widodo pada tanggal 31
Desember 2014 menandatangani Perpres Nomor 191 Tahun 2014 tentang Penyediaan,
Pendistribusian
jenis BBM umum. dan Berikut
Harga Jualtabel
Eceranrealisasi
BBM. Jenis BBMBBM
jenis yang tertentu
diatur dalam Perpres ini
terhadap terdiri
kuota daritahun
dari
jenis BBM tertentu, jenis BBM khusus penugasan dan jenis BBM umum. Berikut tabel realisasi jenis
2011-2017:
BBM tertentu terhadap kuota dari tahun 2011-2017:

Gambar19.
Gambar 19.Grafik
Grafik Target
Target dan
danRealisasi
RealisasiVolume Jenis
Volume BBMBBM
Jenis Tertentu
Tertentu

Dari grafik tersebut terlihat bahwa realisasi jenis BBM tertentu sejak tahun
2015 lebih rendah dibandingkan kuota yang ditetapkan APBN/APBNP. Pemerintah terus
berupaya untuk melakukan reformasi kebijakan subsidi dimana subsidi BBM dikurangi
untuk dialihkan untuk sektor pendidikan, kesehatan dan pembangunan infrastruktur.
Upaya-upaya yang dilakukan oleh Kementerian ESDM untuk mengurangi volume BBM
tertentu, antara lain:
1) Konversi Minyak Tanah ke LPG Tabung 3 Kg
2) Konversi BBM ke BBG
3) Pembangunan Jaringan Gas Kota
4) Pemberlakukan Peraturan Presiden Nomor 191 Tahun 2014 tentang Penyediaan,
Pendistribusian, dan Harga Jual Eceran Bahan Bakar Minyak, perubahan menjadi :
a. Subsidi harga bensin premium RON 88 dihapus;
b. Minyak Solar (Gas oil) diberikan subsidi tetap Rp. 500/liter;
c. Harga minyak tanah (kerosine) sebesar Rp. 2500/liter dengan besaran subsidi
berfluktuasi seperti yang berlaku sebelumnya
B. Kapasitas Kilang BBM
Kapasitas total kilang minyak yang beroperasi di Indonesia pada akhir tahun
2017 adalah sebesar 1.169 Ribu BPD yang terdiri atas:
1) Kilang PT Pertamina (Persero) dengan total kapasitas 1047,3 Ribu BPD
- RU-II Dumai / Sungai Pakning : 177 Ribu BPD
- RU-III Plaju / S. Gerong : 127,3 Ribu BPD

60
- RU-IV Cilacap : 348 Ribu BPD
- RU-V Balikpapan : 260 Ribu BPD
- RU-VI Balongan : 125 Ribu BPD
- RU-VII Kasim : 10 Ribu BPD
2) Kilang PP SDM Migas Cepu dengan kapasitas 3,8 Ribu BPD
3) Kilang PT Trans Pacific Petrochemical Indotama (TPPI) dengan kapasitas 100 Ribu
BPD
4) Kilang PT Tri Wahana Universal (TWU) Train 1 dengan kapasitas 6 Ribu BPD, dan Train
2 dengan kapasitas 12 Ribu BPD.
Pemerintah Indonesia berencana untuk menambah kapasitas kilang BBM dan
telah menyusun kebijakan dalam hal perkembangan kilang minyak di Indonesia, antara
lain:
• • Kepmen
PerpresESDM
Nomor 146807Tahun
Nomor 2015 tentang
K/12/MEM/2016 tentangPelaksanaan Pembangunan
Penugasan kepada PT Pertaminadan
Pengembangan
(Persero) Kilang Minyak
dalam Pembangunan dalam Negeri.
dan Pengoperasian Kilang Minyak di Tuban, Provinsi Jawa

• Timur
Kepmen ESDM Nomor 807 K/12/MEM/2016 tentang Penugasan kepada PT
• Kepmen ESDM
Pertamina Nomor 7935
(Persero) K/10/MEM/2016
dalam Pembangunan tentang Penugasan kepada
dan Pengoperasian PT Pertamina
Kilang Minyak di
(Persero) dalam Pembangunan dan Pengoperasian Kilang Minyak di kota Bontang, Provinsi
Tuban, Provinsi Jawa Timur
Kalimantan Timur
• Kepmen ESDM Nomor 7935 K/10/MEM/2016 tentang Penugasan kepada PT
• Kepmen ESDM Nomor 1001 K/12/MEM/2016 tentang Penugasan kepada PT Pertamina
Pertamina (Persero) dalam Pembangunan dan Pengoperasian Kilang Minyak di
(Persero) dalam Pengembangan dan Pengoperasian Kilang Minyak di kota Balikpapan,
kota Bontang, Provinsi Kalimantan Timur
Provinsi Kalimantan Timur
• Kepmen ESDM Nomor 1001 K/12/MEM/2016 tentang Penugasan kepada PT
• Kepmen ESDM Nomor 1000 K/12/MEM/2016 tentang Penugasan kepada PT Pertamina
Pertamina
(Persero) (Persero)
dalam dalam Pengembangan
Pengembangan dan Pengoperasiandan Pengoperasian
Kilang Kilang Minyak
Minyak di Kabupaten Cilacap, di
kota Balikpapan,
Provinsi Jawa Timur Provinsi Kalimantan Timur

AKUNTABILITAS KERJA

Gambar 20. Sebaran Lokasi Kilang BBM


Gambar 20. Sebaran Lokasi Kilang BBM

61
2. Akses dan Infrastruktur Gas Bumi
A. Volume LPG Bersubsidi
• Kepmen ESDM Nomor 1000 K/12/MEM/2016 tentang Penugasan kepada PT
Pertamina (Persero) dalam Pengembangan dan Pengoperasian Kilang Minyak di
Kabupaten Cilacap, Provinsi Jawa Timur
2. Akses dan Infrastruktur Gas Bumi
A. Volume LPG Bersubsidi
Perkembangan volume realisasi LPG Tabung 3 Kg dari tahun 2011-2017 terus
meningkat seiring dengan pertumbuhan konsumsi LPG 3 Kg dan perluasan pembagian
paket konversi minyak tanah ke LPG serta program LPG untuk nelayan kecil.

Gambar 21. Grafik Target


Gambar 21. pada APBNP
Grafik dan Realisasi
Target Volume
pada APBNP LPG Bersubsidi
dan Realisasi Tahun
Volume LPG 2011-2017
Bersubsidi Tahun 2011-2017

Gambar 21. Grafik Target pada APBNP


dan Realisasi Volume LPG Bersubsidi Tahun 2011-2017
Kondisi yang menyebabkan penambahan volume
Kondisi yang menyebabkan penambahan volumesubsidi LPGLPG
subsidi 3 Kg3 Kg
semakin meningkat
semakin meningkat
setiap tahunnya, antara lain adalah:
setiap tahunnya, antara lain adalah:
1) Peningkatan pertambahan
Kondisi yang penduduk penambahan volume subsidi LPG 3 Kg semakin meningkat
menyebabkan
1) Peningkatan pertambahan penduduk
2) Peningkatan Pertumbuhan ekonomi
setiap tahunnya, antara lain adalah:
2) Peningkatan Pertumbuhan ekonomi
3) Peningkatan kesadaran
1) Peningkatan masyarakat dalam menggunakan LPG 3 kg
pertambahan
3) Peningkatan kesadaranpenduduk
masyarakat dalam menggunakan LPG 3 kg
4) Peningkatan jumlah usaha mikroekonomi
2) Peningkatan Pertumbuhan
4) Peningkatan jumlah usaha mikro
5) Perubahan budayakesadaran
3) Peningkatan masyarakat dalam rangka
masyarakat penggunaan
dalam energi
menggunakan LPGbersih
3 kg dan ramah lingkungan.
5) Perubahan budaya masyarakat dalam rangka penggunaan energi bersih dan ramah
6) Konversi Minyak Tanah ke LPG untuk
4) Peningkatan jumlah usaha mikro Rumah Tangga dan Usaha Mikro
lingkungan.
7) Konversi BBM kebudaya
LPG untuk Nelayandalam
Kecil rangka penggunaan energi bersih dan ramah lingkungan.
5) Perubahan masyarakat
6) Konversi Minyak Tanah ke LPG untuk Rumah Tangga dan Usaha Mikro
6) Konversi Minyak Tanah ke LPG untuk Rumah Tangga dan Usaha Mikro
7) Konversi BBM ke LPG untuk Nelayan Kecil
7) Konversi BBMKuota
Tabel 28. ke LPG untuk
dan Nelayan
Realisasi Kecil LPG Bersubsidi Tahun 2017
Volume

JENIS KUOTA (juta MT) REALISASI (juta MT) PERSENTASE


TabelTabel 28. Kuota
28. Kuota dandan RealisasiVolume
Realisasi Volume LPG
LPGBersubsidi
BersubsidiTahun 2017 2017
Tahun
LPG Tabung 3 Kg 7,09 6,31 89%
JENIS KUOTA (juta MT) REALISASI (juta MT) PERSENTASE

LPG Tabung 3 Kg 7,09 6,31 89%


Setelah dilakukan peningkatan pengawasan terhadap potensi penyalahgunaan, realisasi
volume LPG 3 Kg pada tahun 2017 menjadi lebih kecil (sebesar 89% dari kuota). Dalam Penyediaan
dan Pendistribusian
Setelah LPG Tabungpeningkatan
dilakukan 3 Kg, Badanpengawasan
Usaha Penugasan (Pertamina)
terhadap telah melaksanakan
potensi penyalahgunaan, realisasi
62
sistem Monitoring LPG 3 Kg (SIMOL3K) untuk memonitor pendistribusian LPG hingga
volume LPG 3 Kg pada tahun 2017 menjadi lebih kecil (sebesar 89% dari kuota). ke tingkat
Dalam Penyediaan
Sub Penyalur (Pangkalan).LPG
dan Pendistribusian Dengan SIMOL3K
Tabung tersebut
3 Kg, Badan pendistribusian
Usaha LPG dapat terpantau
Penugasan (Pertamina) secara
telah melaksanakan
Setelah dilakukan peningkatan pengawasan terhadap potensi
penyalahgunaan, realisasi volume LPG 3 Kg pada tahun 2017 menjadi lebih kecil (sebesar
89% dari kuota). Dalam Penyediaan dan Pendistribusian LPG Tabung 3 Kg, Badan Usaha
Penugasan (Pertamina) telah melaksanakan sistem Monitoring LPG 3 Kg (SIMOL3K)
untuk memonitor pendistribusian LPG hingga ke tingkat Sub Penyalur (Pangkalan).
Dengan SIMOL3K tersebut pendistribusian LPG dapat terpantau secara on-line untuk
meminimalisir penyalahgunaan LPG Tabung 3 Kg.
B. Pembangunan Jaringan Gas Kota
Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 yang mengamanatkan
penyelenggaraan kegiatan usaha minyak dan gas bumi harus menjamin efisiensi dan
efektifitas tersedianya minyak dan gas bumi, baik sebagai sumber energi maupun
sebagai bahan baku untuk kebutuhan dalam negeri, serta Peraturan Pemerintah Nomor
79 Tahun 2014 tentang Kebijakan Energi Nasional, maka dilakukan langkah-langkah
strategis untuk memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap ketersediaan Bahan Bakar
Minyak dan Bahan Bakar Gas melalui pembangunan sarana dan prasarana minyak dan
gas bumi.
Dalam rangka mendukung program tersebut, Pemerintah c.q. Kementerian
ESDM pada TA 2017 melakukan upaya yaitu dengan melaksanakan kegiatan
pembangunan infrastruktur jaringan gas bumi untuk rumah tangga. Berdasarkan hasil
evaluasi meliputi keberadaan jaringan gas eksisting dan sumber gasnya, pada tahun
2017 ini dibangun Jaringan Gas Bumi untuk Rumah Tangga di 10 lokasi, yaitu: Kab. Musi
Banyuasin (6.031 SR), Kab. Muara Enim (4.785 SR), Kab. PALI (5.375 SR), Kota Pekanbaru
(3.270 SR), Kota Bandar Lampung (10.321 SR), Kota Bontang (8.000 SR), Kab. Mojokerto
(5.101 SR), Kota Mojokerto (5.000 SR), Kota Samarinda (4.500 SR) dan Rusun PUPR
Kemayoran (7.426 SR).
Adapun progress pelaksanaan sampai dengan akhir tahun anggaran 2017

AKUNTABILITAS KERJA
adalaha sebagaimana tabel dibawah.
Terdapat beberapa kendala selama pelaksanaan pembangunan jaringan gas
bumi untuk rumah tangga antara lain:
a) Kendala Perizinan
Pusat :
1. Persinggungan dengan utilitas instasi lain :
2. Jalan Nasional (crossing dan sejajar) à Kementerian PUPR – BBPJN
3. Jalan Tol (crossing dan sejajar) à Kementerian PUPR – BPJT
4. Sungai (crossing dan sejajar) à Kementerian PUPR - BBWS
5. Jalur KAI (crossing dan sejajar) à Kementerian Perhubungan - Ditjen KA dan PT
KAI)
6. Hutan à Kementerin LHK
Daerah :
1. UKL/UPL à Dinas Lingkungan Prov./Kota/Kab.

63
2. Penggunaan
c) Kendala Teknis Jalan Provinsi/Kab./Kota (crossing dan sejajar) à Dinas PU
1.3. Pada
Penggunaan Taman
pengadaan dengan à PTSP
proses Prov./Kota/Kab.
pelelangan umum, Memungkinkan masih terdapat resiko
4. mendapatkan
Penggunaan Fasilitas
penyedia jasa Umum & Sosial
yang kurang à Walikota/Bupati
qualified sesuai kebutuhan.
b) 2.Kendala Sosial Gas Meter yang terhambat dikarenakan peralatan kalibrasi yang masih
Proses kalibarasi
Gangguan dari kelompok masyarakat tertentu dan pungutan liar
terbatas di Indonesia.
c) Kendala Teknis
1. Pada pengadaan dengan proses pelelangan umum, Memungkinkan masih
C. Pembangunan Infrastruktur SPBG
terdapat resiko mendapatkan penyedia jasa yang kurang qualified sesuai
Pada akhir tahun 2017, Kementerian ESDM masih belum dapat melaksanakan rencana
kebutuhan.
untuk melanjutkan pembangunan SPBG yang dinyatakan putus kontrak pada tahun anggaran 2015.
2. Proses kalibarasi Gas Meter yang terhambat dikarenakan peralatan kalibrasi
Rencana pembangunan kembali SPBG dimaksud membutuhkan serangkaian review yang
yang masih terbatas di Indonesia.
melibatkan berbagai pihak yang membutuhkan waktu cukup panjang, maka waktu tersisa untuk
C. Pembangunan Infrastruktur SPBG
melaksanakan pembangunan infrastruktur tidak mencukupi. Pembangunan SPBG tersebut
Pada akhir tahun 2017, Kementerian ESDM masih belum dapat melaksanakan
dilanjutkan dengan dana Pertamina.
rencana untuk melanjutkan pembangunan SPBG yang dinyatakan putus kontrak pada
Selain itu, pada tahun 2017 telah dilakukan komisioning 2 (dua) SPBG yang dibangun PT
tahun anggaran 2015. Rencana pembangunan kembali SPBG dimaksud membutuhkan
PGN di Serang dan Cilegon. Pemerintah tetap menjaga komitmennya dalam meningkatkan
serangkaian review yang melibatkan berbagai pihak yang membutuhkan waktu cukup
penggunaan gas bumi dan melaksanakan konversi BBM ke bahan bakar gas di sektor transportasi
panjang, maka waktu tersisa untuk melaksanakan pembangunan infrastruktur tidak
melalui kegiatan pendistribusian konverter kit. Pada tahun 2017, Kementerian ESDM telah
mencukupi. Pembangunan SPBG tersebut dilanjutkan dengan dana Pertamina.
mendistribusikan konverter kit untuk kendaraan pada lokasi: Palembang, Prabumulih, Depok,
Selain itu, pada tahun 2017 telah dilakukan komisioning 2 (dua) SPBG yang
Subang, Balikpapan, Cirebon, Indramayu, Jakarta, Bogor, Bandar Lampung, Batam, Surabaya,
dibangun PT PGN di Serang dan Cilegon. Pemerintah tetap menjaga komitmennya
Gresik, Sidoarjo, Subang, Sukabumi, Purwakarta, Cilegon, Bandung. Dipilihnya daerah-daerah
dalam meningkatkan
tersebut penggunaan
karena di daerah tersebut telahgas bumi dan
terdapat melaksanakan
fasilitas konversi
Stasiun Pengisian BBM
Bahan ke bahan
Bakar Gas
bakar gas
(SPBG) di sektor
eksisting yang transportasi
telah dibangunmelalui kegiatan pendistribusian
oleh Pemerintah konverter
maupun BUMN/swasta. kit. Pada
Pelaksanaan
tahun 2017,
Konversi Kementerian
BBM ke ESDM telah
BBG untuk Kendaraan mendistribusikan
TA 2017 konverter
sebagaimana tabel kit
dibawah ini. untuk kendaraan

Tabel 29. Realisasi Pelaksanaan Konversi BBM ke BBG


Tabel 29. Realisasi Pelaksanaan Konversi BBM ke BBG

Program/Kegiatan/ Nilai Kontrak Rp. Realisasi 2017


Output
Lokasi (Miliar) FISIK(%) KEU(%)
KONKIT KENDARAAN 97,5
1 Paket 1 (Palembang, 1.500 30,9 100 100
Prabumulih, Depok, Paket
Subang)
2 Paket 2 (Balikpapan, 1.500 28,8 100 100
Cirebon, Indramayu, Paket
Jakarta)
Program/Kegiatan/ Nilai Kontrak Rp. Realisasi 2017
3 Paket 3 (Jakarta, Bogor, Output
1.000 19,1 100 100
Lokasi (Miliar) FISIK(%) KEU(%)
Lampung, Batam) Paket
KONKIT KENDARAAN 97,5
4 Paket 4 (Surabaya, 1.000 18,7 100 100
Gresik, Sukabumi, Paket
Purwakarta, Cilegon,
Bandung)

Terdapat beberapa kendala selama pelaksanaan konversi BBM ke BBG, kendala tersebut
64
antara lain
1) Kendaraan umum (taksi) di beberapa kota yang sebelumnya bersedia untuk dipasang konkit,
pada lokasi: Palembang, Prabumulih, Depok, Subang, Balikpapan, Cirebon, Indramayu,
Jakarta, Bogor, Bandar Lampung, Batam, Surabaya, Gresik, Sidoarjo, Subang, Sukabumi,
Purwakarta, Cilegon, Bandung. Dipilihnya daerah-daerah tersebut karena di daerah
tersebut telah terdapat fasilitas Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas (SPBG) eksisting yang
telah dibangun oleh Pemerintah maupun BUMN/swasta. Pelaksanaan Konversi BBM ke
BBG untuk Kendaraan TA 2017 sebagaimana tabel 29.
Terdapat beberapa kendala selama pelaksanaan konversi BBM ke BBG, kendala
tersebut antara lain
1) Kendaraan umum (taksi) di beberapa kota yang sebelumnya bersedia untuk
dipasang konkit, berubah menjadi membatalkan pemasangan konkit tersebut
2) Kendaraan dinas yang masuk list beberapa tidak memenuhi kriteria utk dipasang
3) Perbedaan HS Code Konverter kit antara Bea Cukai dan Kemnperin, yang berakibat
pada tertahannya peralatan converter kit di Pelabuhan masuk ke zona merah
D. Kapasitas Terpasang Kilang LPG
Kapasitas kilang LPG skema hulu dan hilir tahun 2017 adalah sebesar 4,74
MMTPA, angka ini tidak mengalami perubahan dari tahun 2016. Namun demikian
dari kapasitas sebesar 4,74 MMTPA yang beroperasi hanya sebesar 3,84 MMTPA. Hal
ini disebabkan karena ada beberapa kilang skema hulu dan skema hilir yang tidak
beroperasi pada tahun 2017. Sementara itu Badan Usaha yang telah memiliki Izin Usaha
Sementara Pengolahan Gas Bumi yaitu PT. Bumi Jambi Energi pada tahun 2017 masih
dalam tahap konstruksi.

AKUNTABILITAS KERJA

Gambar 22. Peta


Gambar Kapasitas
22. Peta KapasitasKilang LPGIndonesia
Kilang LPG Indonesia Tahun
Tahun 2017 2017

65 tahun 2013 sampai tahun 2017 dapat dilihat pada


Perbandingan kapasitas kilang LPG dari
gambar di bawah.
Gambar 22. Peta Kapasitas Kilang LPG Indonesia Tahun 2017

Perbandingan kapasitas kilang LPG dari tahun 2013 sampai tahun 2017 dapat dilihat pada
gambar di bawah.
Perbandingan kapasitas kilang LPG dari tahun 2013 sampai tahun 2017 dapat
dilihat pada gambar di bawah.

Gambar
Gambar 23. 23. Kapasitas
Kapasitas kilangkilang
LPG LPG tahun
tahun 2013––2017
2013 2017

E. Pembangunan FSRU/Regasification Unit/LNG Terminal


Saat ini terdapat beberapa LNG Terminal dan Regasification Unit di Indonesia
antara lain di Arun, Badak, Tangguh dan Benoa. Pembangunan FSRU/Regasification
Unit/LNG Terminal saat ini masih terus dilaksanakan untuk meningkatkan kapasitas
penyimpanan LNG dan pendistribusian gas dalam negeri. Pembangunan fasilitas
FSRU (Floating Storage Regasification Unit) Banten oleh PT Energi Dian Kemala
merupakan salah satu program/kegiatan prioritas yang dipantau oleh Kantor Staf
Kepresidenan (KSP) dan tercantum dalam Lampiran Peraturan Presiden RI Nomor 22
Tahun 2017 tentang Rencana Umum Energi Nasional guna mendukung kemandirian
energi Nasional. FSRU Banten yang sedang dibangun oleh PT Energi Dian Kemala telah
diinisiasi semenjak tahun 2011 dan direncanakan akan beroperasi pada tahun 2015,
namun karena terkendala beberapa faktor teknis dan non-teknis maka jadwal onstream
belum terealisasikan di tahun 2017.
Fasilitas FSRU Banten terdiri dari kapal yang berfungsi sebagai tempat
penyimpanan LNG dan terminal LNG di darat yang berfungsi sebagai fasilitas regasifikasi.
Progress pembangunan hingga Akhir 2017, adalah 54,01 %.
Pelaksanaan fasilitasi yang diselenggarakan oleh KESDM terkait pembangunan
FSRU antara lain adalah:
1) Pada Tanggal 23 Mei 2017 dilaksanakan rapat koordinasi dengan PT Energi Dian
Kemala dalam rangka monitoring pencapaian program prioritas pantauan KSP
Tahun 2017 dengan hasil antara lain sebagai berikut:

66
Tahun 2017 tentang Rencana Umum Energi Nasional guna mendukung kemandirian energi
Nasional. FSRU Banten yang sedang dibangun oleh PT Energi Dian Kemala telah diinisiasi semenjak
tahun 2011 dan direncanakan akan beroperasi pada tahun 2015, namun karena terkendala
beberapa faktor teknis dan non-teknis maka jadwal onstream belum terealisasikan di tahun 2017.

Gambar 24. Peta Lokasi Pembangunan Kilang FSRU Banten


Gambar 24. Peta Lokasi Pembangunan Kilang FSRU Banten

a. Fasilitas
PekerjaanFSRUterhenti pada dari
Banten terdiri pengurugan
kapal yangdan pemadatan
berfungsi lahan dikarenakan
sebagai tempat belum
penyimpanan LNG
selesainya
dan terminal LNG di proses persetujuan
darat yang pembiayaan
berfungsi sebagai fasilitasoleh perbankan
regasifikasi. Progress pembangunan
hinggab. Akhir
PT 2017, adalah
Energi Dian54,01 %. tetap melakukan pekerjaan dengan pembiayaan sendiri,
Kemala
meliputi: Jasa Konsultansi, Survei dan pengurusan perizinan.
Pelaksanaan fasilitasi yang diselenggarakan oleh KESDM terkait pembangunan FSRU
c. Kegiatan Pembangunan dapat diselesaikan pada Oktober 2018 jika pembiayaan
antara lain adalah:
dari perbankan disetujui.
d. Tanggal
1) Pada Kendala utama
23 Mei 2017PT Energi Dian
dilaksanakan rapat Kemala
koordinasidalam
denganpembangunan FSRUdalam
PT Energi Dian Kemala adalah
rangkamasalah finansial
monitoring pencapaian program prioritas pantauan KSP Tahun 2017 dengan hasil
2) antara
Padalain
Tanggal
sebagai16 Agustus 2017 telah dilakukan kunjungan lapangan ke lokasi FSRU
berikut:
a. milik PT Energi
Pekerjaan Dian
terhenti Kemala
pada dalamdan
pengurugan rangka monitoring
pemadatan dan evaluasi
lahan dikarenakan pembangunan
belum selesainya
FSRU,
prosesdengan hasilpembiayaan
persetujuan antara lain sebagai
oleh berikut:
perbankan
b. a.
PT Fasilitas yang
Energi Dian akantetap
Kemala dibangun:
melakukan pekerjaan dengan pembiayaan sendiri, meliputi:
Jasa- Konsultansi, Survei dan
1 unit Floating pengurusan
Storage perizinan.
Unit (FSU) dengan kapasitas 129.000 m3

AKUNTABILITAS KERJA
- Terminal LNG dengan 2 unit Regasifikasi kapasitas 4000 Mton/hari
- Jetty
b. Terminal LNG yang akan dibangun berlokasi di Kawasan Industrial Estate, Cilegon
– Banten seluas 31.000 m3 dengan status lahan sewa dari PT Krakatau Daya Listrik
selama tiga puluh tahun sejak tanggal 24 Januari 2012
c. Pemebelian Fsu telah dilakukan pembelian dimana saat ini posisi FSU sedang dry
docking di Batam
d. Kondisi terminal LNG telah selesai tahap pematangan lahan dan belum dilakukan
pembangunan fasilitas lanjutan dikarenakan alasan finansial
e. Pembangunan direncanakan dimulai Januari 2018 jika pembiayaan perbankan
disetujui.
3) Pada tanggal 25 September 2017 telah dilaksanakan pertemuan antara Ditjen
Migas, PT Energi Dian Kemala dan pihak perbankan (PT Bank CIMB Niaga, PT Sarana
Multi Infrastruktur (Persero), PT BRI (Persero), PT Shinhan Bank Indonesia) untuk

67
membahas kepastian pembiayaan pembangunan FSRU oleh PT Energi Dian Kemala.
Pihak Perbankan menyampaikan bahwa masih terdapat beberapa hal yang masih
menjadi evaluasi terkait persetujuan pembiayaan, antara lain : kondisi supply dan
demand gas bumi di Indonesia, harga gas bumi di pengguna akhir dan keapstian
keberlangsungan proyek.
F. Ruas Pipa Transmisi dan/atau wilayah jaringan distribusi gas bumi
Target akumulasi pembangunan panjang pipa tahun 2017 sesuai dengan PK
Kementerian ESDM adalah sepanjang 12.597 km dengan realisasi sebesar 10.670,55
km atau 84,7% dari target. Pembangunan pipa tidak memenuhi target karena terdapat
badan usaha yang membatalkan atau menunda pembangunan pipa sebagai akibat dari
calon konsumen yang beralih menggunakan bahan pengganti gas dengan harga yang
lebih murah.
Realisasi akumulasi panjang pipa yang sedang dibangun dan terpasang adalah
sebesar 10.670,55KM, terdiri dari pipa transmisi sebesar 4.980,78 KM dan pipa jaringan
distribusi sebesar 5.689,77 KM (akumulasi panjang pipa sampai dengan 31 Desember
2016 sebesar 10.186,98 KM). Penambahan panjang pipa selama tahun 2017 adalah
sebesar 483,57 KM dengan rincian sebagai berikut :
Tabel 30. Rincian Realisasi Ruas Pipa Transmisi
Tabel 30. Rincian Realisasi Ruas Pipa Transmisi

Panjang
No Badan Usaha
(KM)
1 PT. Energasindo Heksa Karya 14,86
2 PT. Mitra Energi Buana 0,07
3 PT. Krakatau Daya Listrik 1,21
4 PT. Pelangi Cakrawala Losarang 0,28
5 PT. PGN (Persero) Tbk 274,11
6 PT. Pertagas Niaga 0,8
7 PT. Igasutama 1,5
8 PT. Surya Energi Parahita 13,93
9 PT. Dharma Pratama Sejati 18
10 PT. Malamoi Olom Wobok 5,83
11 PT. Petrogas Jatim Utama 19,5
Data Pantauan KSP
12 Penambahan Panjang Pipa Dalam Pembangunan sd 31 124,64
Desember 2017

13 Selisih Antara Rencana dan Realisasi Pembangunan Pipa (Pipa 10,44


ORF Semaredan Pipa Muara Karang Muara Bekasi)

TOTAL 483,57

UntukUntuk
infrastruktur pipapipa
infrastruktur transmisi
transmisidan
dandistribusi Gas Bumi
distribusi Gas Bumiyang
yangdipantau
dipantau
oleholeh
Kementerian ESDM
Kementerian melalui
ESDM monitoring
melalui lapangan
monitoring dan pelaporan
lapangan Badan Badan
dan pelaporan Usaha, Usaha,
ruas pipa distribusi
ruas pipa
Muara Bekasi Muara
distribusi – Muara Karang
Bekasi telah selesai
– Muara Karangdibangun. Adapun
telah selesai infrastruktur
dibangun. Adapunpipainfrastruktur
transmisi dan
distribusi Gas Bumidan
pipa transmisi yangdistribusi
sedang dalam pembangunan
Gas Bumi dandalam
yang sedang dipantau BPH Migas melalui
pembangunan monitoring
dan dipantau
lapangan dan pelaporan Badan Usaha adalah sebagai berikut :

68
a. GRESIK - SEMARANG (PT Pertagas)
BPH Migas melalui monitoring lapangan dan pelaporan Badan Usaha adalah sebagai
berikut :
a. GRESIK - SEMARANG (PT Pertagas)
Progress pipa tertanam 170 km dari 272.65 km (62.5%). Progres EPC + pipa:
77.68%. Kendala yang dihadapi pembebasan lahan sebesar 26 km untuk wilayah
timur, terdapat crossing pipa dengan badan usaha lain (Barata, BBWS, SPP, dan PT
KAI, serta terdapat isu sosial di Banjarsari.
b. MUARA BEKASI - MUARA KARANG (PT PGN)
PT PGN telah menyelesaikan pembangunan fisik pipa distribusi gas bumi
Muara Bekasi – Muara Karang pada November 2017. Realisasi panjang pipa terpasang
adalah sepanjang 42,324 km. Pipa yang terbangun tersebut tidak mencapai Muara
Karang sebagaimana yang direncanakan, melainkan hanya sampai Pejagalan. Pipa
tersebut difungsikan untuk memperkuat jaringan distribusi gas bumi di wilayah
Jakarta dan sekitarnya sehingga meningkatkan pemanfaatan gas bumi dalam
negeri dan mendukung program pemerintah dalam konversi BBM ke BBG.
c. ORF Semare (Jawa Timur)
- Progres EPC + pipa : 85% dengan panjang pipa tertanam 7.8 km dari 7.8 km
(100%).
- Hydro Test pada pipa utama telah dilaksanakan pada 28 November 2017.
- On Progre ss install spool pipe dan future connection, target gas in 9 Desember
2017.
- Kendala : Keterlambatan penyelesaian installasi spool pipa dan pipe support
sehingga menyebabkan keterlambatan jadwal tie in Semare dan Pier.
d. DURI – DUMAI
- Transmisi (Konsorsium Pertagas dan PGN)
 Rencana pembangunan ruas Duri-Dumai sepanjang 67 km.

AKUNTABILITAS KERJA
 Telah dilaksanakan groundbreaking jalur transmisi pada tanggal 13
November 2017.
 Kick Off Meeting telah dilaksanakan pada 27 November 2017.
 Pipa free issue telah dilakukan inspeksi sejumlah 3566 batang dari total 5149
batang pipa.
- Distribusi Dumai (PGN)
 Progress fisik pipa distribusi terpasang ± 45 km dari total rencana
pembangunan sepanjang 56 km.
 Terdapat deviasi antara target yang ditetapkan dalam matriks KSP dengan
realisasi dikarenakan beberapa PO yang belum dapat direlease dan material
yg belum on site, namun progress di lapangan masih on schedule sehingga
target penyelesaian pada kuartal II tahun 2018 masih optimis dapat tercapai.
e. WNTS-Pemping (PT PGN)
- Rencanapembangunan ruas WNTS-Pemping sepanjang 6 km.

69
- Dalam penyusunan FEED
- Amdal terkontrak 5 Mei 2017 dan progress penyelesaian saat ini 59,4% dan
dalam tahap menunggu hasil siding KA (Notulen siding)
- Menunggu konfirmasi PLN terkait penggunaan Pembangkit listrik untuk
kebutuhan pasar di Batam dan sekitarnya tahun 2018.
f. Gresik-PKG (Looping) (PT PGN)
Pekerjaan di lapangan dilaksanakan mulai tanggal 27 Agustus 2017 setelah
mendapatkan ijin dari Pemkab Gresik berdasarkan Rapat Koordinasi Pekerjaan
Penanaman Pipa Gas Bumi Ruas Manyar – Sembayat oleh Perusahaan Gas Negara
tanggal 3 Agustus 2017, dimana progress konstruksi fisik dan pipeline per Triwulan
III 2017 adalah
g. Grissik-Pusri (PTsebesar 80% (terbangun 9,3 Km dari rencana 11,5 KM).
Pertagas)
g. Grissik-Pusri (PT Pertagas)
- - Progres
Progres
EPC +EPC
pipa+: pipa : 55,91%.
55,91%. Dengan Dengan progres
progres pipa pipa
tertanam tertanam
49.39 km dari49.39 km
176 km dari 176
(28%).
- Pipakm
telah dikirim 12,250 jts dari 14,868 jts
(28%).
- Pipa telah dikirim 12,250 jts dari 14,868 jts

3. Akses dan Infrastruktur Ketenagalistrikan


3. Akses dan Infrastruktur Ketenagalistrikan
A. Rasio Elektrifikasi
A. Rasio Elektrifikasi
Untuk mengukur tingkat ketersediaan tenaga listrik bagi masyarakat terutama akses
Untuk mengukur tingkat ketersediaan tenaga listrik bagi masyarakat terutama
rumah tangga terhadap tenaga listrik adalah dengan menggunakan rasio elektrifikasi. Rasio
akses rumah tangga terhadap tenaga listrik adalah dengan menggunakan rasio elektrifikasi.
elektrifikasi didapatkan dengan cara membandingan antara jumlah rumah tangga yang sudah
Rasio elektrifikasi
menikmati didapatkan
tenaga listrik dengan
baik melalui cara membandingan
sambungan antara
PLN maupun listrik dari jumlah rumah
sumber yang laintangga
(non
yang sudahjumlah
PLN) dengan menikmati
rumah tenaga listrik baikpada
tangga keseluruhan melalui
suatusambungan
daerah. PLN maupun listrik dari
sumberPada
yangtahun
lain (non PLN) dengan jumlah rumah tangga keseluruhan pada suatu daerah.
2016, rasio elektrifikasi Indonesia sudah mencapai 91,16% dengan jumlah
Pada
rumah tangga tahun
yang sudah2016, rasio tenaga
menikmati elektrifikasi
listrik Indonesia sudah mencapai
sebanyak 60.612.009 91,16%
rumah tangga, dengan
sedangkan
jumlah rumah
pada tahun tangga
2017, yang sudahIndonesia
rasio elektrifikasi menikmati tenaga
sudah listrik95,35%
mencapai sebanyak 60.612.009
dengan rumah
jumlah rumah
tangga, sedangkan
tangga yang pada tahun
sudah menikmati 2017,
tenaga rasiosebanyak
listrik elektrifikasi Indonesia
64.105.549 sudah
rumah mencapai
tangga, 95,35%
yang artinya
dengan jumlah rumah
terjadi peningkatan tangga yang
rasio elektrifikasi sudah 4,19%
mencapai menikmati
dengantenaga listrik jumlah
penambahan sebanyak 64.105.549
rumah tangga
rumah tangga,
yang sudah yang artinya
menikmati terjadisebanyak
tenaga listrik peningkatan rasiorumah
3.493.540 elektrifikasi
tangga. mencapai 4,19%
Penambahan yang dengan
sangat
penambahan jumlah rumah
signifikan ini dikarenakan tangga yang
terlaksananya sudahprogram
beberapa menikmati tenagaseperti
kelistrikan listrik sebanyak 3.493.540
Program Indonesia
Terang,tangga.
rumah ProgramPenambahan
Gebyar Kemerdekaan dan Program
yang sangat Gemerlap
signifikan Lebaran pada
ini dikarenakan Tahun 2017.
terlaksananya Untuk
beberapa
lebih jelasnya
program keberhasilan
kelistrikan dalam
seperti peningkatan
Program rasio Terang,
Indonesia elektrifikasi, dapat Gebyar
Program dilihat pada tabel di bawah
Kemerdekaan dan
ini.
Program Gemerlap Lebaran pada Tahun 2017. Untuk lebih jelasnya keberhasilan dalam
peningkatan rasio elektrifikasi, dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 31. Rasio Elektrifikasi dan Penambahan Rumah Tangga Berlistrik
Tabel 31. Rasio Elektrifikasi dan Penambahan Rumah Tangga Berlistrik

Sasaran 2013 2014 2015 2016 2017


Rasio
80,51 84,35 88,30 91,16 95,35
Elektrifikasi
Penambahan
Rumah Tangga 3.458.997 2.852.807 3.293.979 2.628.961 3.493.540
Berlistrik

Tabel 32. Rasio Elektrifikasi


70

Indikator
Sasaran Strategis Satuan Target Realisasi Capaian
Kinerja
80,51 84,35 88,30 91,16 95,35
Elektrifikasi
Penambahan
Rumah Tangga 3.458.997 2.852.807 3.293.979 2.628.961 3.493.540
Berlistrik

Tabel 32. Rasio Elektrifikasi


Tabel 32. Rasio Elektrifikasi

Indikator
Sasaran Strategis Satuan Target Realisasi Capaian
Kinerja
Menyediakan Rasio %
akses dan Elektrifikasi
infrastruktur 92,75 95,35 102,80%
ketenagalistrikan

Hingga Hingga akhir2017


akhir tahun tahun 2017
dari 34dari 34 provinsi
provinsi di Indonesia,sudah
di Indonesia,sudah tidak adatidak ada di
provinsi provinsi
di Indonesia
Indonesia yangrasio
yang memiliki memiliki rasio elektrifikasi
elektrifikasi di bawah 50%didan
bawah 50%
masih dan masih
terdapat terdapat
2 provinsi 2 provinsi
yang rasio
yang rasiomasih
elektrifikasinya elektrifikasinya
di bawah 70%,masih
yaitudiProvinsi
bawahNusa
70%,Tenggara
yaitu Provinsi Nusa dan
Timur (NTT) Tenggara
Papua. Timur
(NTT)persebaran
Gambaran dan Papua. Gambaran
Rasio persebaran
elektrifikasi Rasio elektrifikasi
di seluruh Provinsi di seluruh
Indonesia dapat Provinsi
digambarkan Indonesia
sebagai
dapat digambarkan sebagai berikut:
berikut:

Gambar 25. Peta Rasio Elektrifikasi Nasional tahun 2017


Gambar 25. Peta Rasio Elektrifikasi Nasional tahun 2017

Secara keseluruhan bahwa realisasi rasio elektrifikasi pada tahun 2017 berjalan dengan AKUNTABILITAS KERJA
Secara keseluruhan bahwa realisasi rasio elektrifikasi pada tahun 2017 berjalan
baik karena terjadi peningkatan rasio elektrifikasi dibandingkan tahun 2016, baik secara nasional
dengan baik karena terjadi peningkatan rasio elektrifikasi dibandingkan tahun 2016, baik
ataupun secara umum di tiap – tiap provinsi di Indonesia. Peningkatan Rasio Elektrifikasi tersebut
secara nasional ataupun secara umum di tiap – tiap provinsi di Indonesia. Peningkatan
disebabkan meningkatnya penyambungan listrik kepada masyarakat oleh PT. PLN (Persero)
Rasio Elektrifikasi tersebut disebabkan meningkatnya penyambungan listrik kepada
dimana selama periode tahun 2017 PT. PLN (Persero) telah menyambung 62.543.434 rumah
masyarakat oleh PT. PLN (Persero) dimana selama periode tahun 2017 PT. PLN (Persero)
tangga.
telah menyambung 62.543.434 rumah tangga.
Tabel 33. Realisasi Rasio Elektifikasi Tiap Provinsi Tahun 2017

Tabel 33. Realisasi Rasio ElektifikasiJumlah RT Tahun 2017Jumlah RT


Tiap Provinsi
NO Provinsi Jumlah RT RE (%)
Berlistrik PLN Berlistrik Non PLN
Jumlah RT
1 BALI 1.117.500 Jumlah RT
1.081.694 3.585 97,12%
NO Provinsi Jumlah RT Berlistrik RE (%)
Berlistrik PLN
2 JAWA TIMUR 10.914.722 9.995.842 Non PLN49.420 92,03%
1 BALI 1.117.500 1.081.694 3.585 97,12%
3 JAWA TENGAH 9.258.892 8.908.551 8.088 96,30%
2 JAWA TIMUR 10.914.722 9.995.842 49.420 92,03%
4 DI YOGYAKARTA 1.140.061 1.038.589 136.051 99,99%

5 JAWA BARAT 12.641.474 12.895.604 112.385 99,99%

6 BANTEN 3.145.90271 3.332.500 1.206 99,99%

7 DKI JAKARTA 2.630.053 2.728.500 124 99,99%


Jumlah RT
Jumlah RT
NO Provinsi Jumlah RT Berlistrik RE (%)
Berlistrik PLN
Non PLN
3 JAWA TENGAH 9.258.892 8.908.551 8.088 96,30%

4 DI YOGYAKARTA 1.140.061 1.038.589 136.051 99,99%

5 JAWA BARAT 12.641.474 12.895.604 112.385 99,99%

6 BANTEN 3.145.902 3.332.500 1.206 99,99%

7 DKI JAKARTA 2.630.053 2.728.500 124 99,99%

8 ACEH 1.235.595 1.200.091 6.831 97,68%

9 SUMATERA UTARA 3.316.767 3.243.901 69.473 99,90%

10 RIAU 1.585.214 1.337.551 172.383 95,25%

11 KEPULAUAN RIAU 548.079 411.524 10.317 76,97%

12 SUMATERA BARAT 1.267.024 1.117.858 11.636 89,15%

13 KEPULAUAN BANGKA BELITUNG 366.897 390.145 62 99,99%

14 SUMATERA SELATAN 2.016.341 1.726.253 55.783 88,38%

15 JAMBI 878.750 767.001 56.231 93,68%

16 BENGKULU 483.575 459.708 6.897 96,49%

17 LAMPUNG 2.125.538 1.857.637 97.061 91,96%

18 KALIMANTAN BARAT 1.147.093 943.007 88.586 89,93%

19 KALIMANTAN TIMUR 907.853 832.580 82.573 99,99%

20 KALIMANTAN UTARA 144.338 114.408 7.966 84,78%

21 KALIMANTAN SELATAN 1.113.459 1.017.787 7.928 92,12%

22 KALIMANTAN TENGAH 668.026 478.303 61.606 80,82%

23 MALUKU 363.479 289.402 28.245 87,39%

24 MALUKU UTARA 251.938 201.941 40.138 96,09%

25 SULAWESI SELATAN 1.975.068 1.886.925 70.670 99,12%

26 SULAWESI TENGGARA 591.455 441.137 41.160 81,54%

27 SULAWESI BARAT 295.778 208.366 73.445 95,28%

28 SULAWESI UTARA 631.026 587.894 Jumlah RT


8.786 94,56%
Jumlah RT
NO Provinsi Jumlah RT Berlistrik RE (%)
Berlistrik PLN
29 SULAWESI TENGAH 706.262 555.956 Non4.190
PLN 79,31%
30 GORONTALO 271.674 233.393 1.762 86,56%

31 PAPUA 759.349 334.904 131.513 61,42%

32 PAPUA BARAT 203.422 173.236 21.432 95,70%

33 NUSA TENGGARA TIMUR 1.149.413 615.132 72.829

34 NUSA TENGGARA BARAT 1.376.556 1.136.114 21.753 84,11%

NASIONAL 67.228.573 62.543.434 1.562.115 95,35%

72
Rasio Desa Berlistrik
Guna mendukung pembangunan ketenagalistrikan dan bantuan bagi
masyarakat tidak mampu serta menjaga kelangsungan upaya perluasan akses pelayanan
listrik pada wilayah yang belum terjangkau listrik, mendorong pembangunan/
pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan, maka Pemerintah
menjalankan program listrik perdesaan, yang merupakan kebijakan dalam bidang
ketenagalistrikan untuk perluasan akses listrik pada wilayah yang belum terjangkau
jaringan distribusi tenaga listrik di perdesaan. Ada 3 (tiga) pendekatan yang dilakukan
untuk memperluas aksesibilitas listrik untuk masyarakat, yaitu:
1. Perluasan Jaringan (Grid Ekspansion);
2. Mini grid/off grid atau Distributed Generation; dan
3. Solar home system atau individual system menggunakan LTSHE.
Perluasan Jaringan (Grid Eskpansion) dilaksanakan dengan cara menambah
infrastruktur ketenagalistrikan (pembangkit, transmisi, dan distribusi tenaga listrik).
Mini grid/off grid atau Distributed Generation dilaksanakan apabila masyarakat tinggal
bersama pada suatu wilayah atau daerah namun jauh dari instalasi listrik PLN. Sehingga
pengembangan Minigrid off grid atau lebih dikenal dengan sebutan distributed
generation dimungkinkan untuk dilakukan baik oleh PLN, BUMD, swasta atau koperasi.
Solar home system atau individual system dilaksanakan apabila masyarakat tinggal
pada suatu wilayah atau daerah secara terpencar atau tersebar sehingga menyulitkan
untuk perluasan jaringan listrik PLN. Pendekatan yang dilakukan adalah dengan cara
memberikan Solar Home System (SHS), satu SHS untuk satu rumah.
Selain dengan rasio elektrifikasi, untuk mengukur tingkat ketersediaan tenaga
listrik terutama dalam sebuah desa adalah dengan menggunakan rasio desa berlistrik.
Rasio desa berlistrik didapatkan dengan cara membandingkan antara jumlah desa yang
sudah menikmati tenaga listrik dengan jumlah total desa. Upaya percepatan melistriki

AKUNTABILITAS KERJA
desa sampai dengan tahun 2019 sebanyak 2.519 desa sedang dilakukan pemerintah
saat ini. Tabel di bawah menunjukkan rekapitulasi rasio desa berlistrik tahun 2017 pada
setiap provinsi di Indonesia.

Tabel 34. Rasio Desa Berlistrik

JUMLAH DESA DESA BERLISTRIK RASIO DESA


NO. PROVINSI
DESA BERLISTRIK PLN NON PLN BERLISTRIK
1. ACEH 6.512 6.438 74 100,00%
2. SUMATERA UTARA
6.104 5.574 529 99,98%
(SUMUT)
3 SUMATERA BARAT
1.145 1.101 44 100,00%
(SUMBAR)
4 RIAU 1.835 1.302 533 100,00%
5 KEPULAUAN RIAU
415 294 121 100,00%
(KEPRI)

73
JUMLAH DESA DESA BERLISTRIK RASIO DESA
NO. PROVINSI
DESA BERLISTRIK PLN NON PLN BERLISTRIK
6 SUMATERA
3.237 2.886 351 100,00%
SELATAN (SUMSEL)
7 JAMBI 1.551 1.342 209 100,00%
8 BENGKULU 1.532 1.480 52 100,00%
9 BANGKA BELITUNG
381 377 4 100,00%
(BABEL)
10 LAMPUNG 2.632 2.402 230 100,00%
11 DKI JAKARTA 267 267 0 100,00%
12 BANTEN 1.551 1.550 0 99,94%
13 JAWA BARAT
5.962 5.960 2 100,00%
(JABAR)
14 JAWA TENGAH
8.578 8.566 12 100,00%
(JATENG)
15 DI. YOGYAKARTA
438 438 0 100,00%
(DIY)
16 JAWA TIMUR
8.502 8.457 45 100,00%
(JATIM)
17 BALI 716 716 0 100,00%
18 NUSA TENGGARA
1.141 1.117 24 100,00%
BARAT (NTB)
19 NUSA TENGGARA
3.270 2.624 628 99,45%
TIMUR (NTT)
20 KALIMANTAR
2.109 1.383 716 99,53%
BARAT (KALBAR)
21 KALIMANTAN
TENGAH 1.569 839 730 100,00%
(KALTENG)
22 KALIMANTAN
2.008 1.909 99 100,00%
SELATAN (KALSEL)
23 KALIMANTAN
1.026 647 379 100,00%
TIMUR (KALTIM)
24 KALIMANTAN
479 186 293 100,00%
UTARA (KALTARA)
25 SULAWESI UTARA
1.836 1.789 47 100,00%
(SULUT)
26 SULAWESI TENGAH
1.986 1.602 384 100,00%
(SULTENG)
27 SULAWESI
3.030 2.778 251 99,97%
SELATAN (SULSEL)
28 SULAWESI
TENGGARA 2.272 1.792 475 99,78%
(SULTRA)
29 SULAWESI BARAT JUMLAH DESA DESA BERLISTRIK RASIO DESA
NO. PROVINSI 648 404 244 100,00%
(SULBAR) DESA BERLISTRIK PLN NON PLN BERLISTRIK
30 GORONTALO 736 690 46 100,00%
31 MALUKU 1.088 659 422 99,36%
32 MALUKU UTARA
1.196 786 410 100,00%
(MALUT)
33 PAPUA BARAT
1.567 453 862 83,92%
(PABAR)
34 PAPUA 4.871 841 1934 56,97%
NASIONAL 82.190 69.649 10.150 97,09%

74
B. Infrastruktur Ketenagalistrikan
1. Penambahan Kapasitas Pembangkit Tenaga Listrik
Pada tahun 2017, kapasitas pembangkit tenaga listrik mengalami
penambahan sebesar 1.063,18 MW, dengan lokasi tersebar di berbagai wilayah
Indonesia. Penambahan kapasitas pembangkit tenaga listrik ini diperoleh dari
pelaksanaan pembangunan pembangkit tenaga listrik oleh PLN, Sewa yang
dilakukan oleh PLN, dan Independent Power Producer(IPP). Tabel di bawah.
memperlihatkan rincian penambahan kapasitas pembangkit tenaga listrik pada
tahun 2017, yang sudah sinkron dan Commercial Operation Date(COD).

Tabel 35. Penambahan Kapasitas Pembangkit Tenaga Listrik

KAPASITAS
JENIS
NO NAMA PROYEK PROVINSI REALISASI
PEMBANGKIT
(MW)

1 Batu Anam SUMATERA UTARA 1,4

2 Sidomulyo SUMATERA UTARA 1,4


PLTBg
3 Blankahan SUMATERA UTARA 0,8

4 Gunung Pelawan BANGKA BELITUNG 1,2

5 PLTBM Gunung Batin Baru LAMPUNG 5

6 Mobile PP Kaltim #1 KALIMANTAN TIMUR 9,8


PLTG/MG
7 Mobile PP Sultra (Kendari) SULAWESI TENGGARA 58,7

AKUNTABILITAS KERJA
8 Kalipelus JAWA TENGAH 0,5
9 Semawung DI YOGYAKARTA 0,6
10 Danawarih JAWA TENGAH 0,6

11 Padang Guci BENGKULU 6

12 Parmonangan SUMATERA UTARA 9

13 Cikopo-2 JAWA BARAT 7,4


PLTM
14 Pongbatik SULAWESI SELATAN 3

15 Logawa Baseh JAWA TENGAH 3

16 Cibalapulang JAWA BARAT 9


17 Muara BALI 1,4

18 Lubuk Sao II SUMATERA BARAT 2,6

75
KAPASITAS
JENIS
NO NAMA PROYEK PROVINSI REALISASI
PEMBANGKIT
(MW)
19 Karai-7 SUMATERA UTARA 6,7

20 Lebak Tundun BANTEN 8

21 Sangir Hulu SUMATERA BARAT 10

22 MPP Ternate #1 #2 #3 MALUKU UTARA 30

23 MPP Nabire PAPUA 23,5

24 PLTMG MPP Jayapura PAPUA 58,7

25 Karimun Jawa JAWA TENGAH 4

26 MVPP Kupang NTT 60


27 MVPP Sewa Ambon MALUKU 60
28 MVPP Sewa Sumut SUMATERA UTARA 240

29 Ulubelu #4 (FTP2) LAMPUNG 55


PLTP
30 Sarulla I (FTP2) #2 SUMATERA UTARA 110

31 PLTS Sumba Timur NTT 1

32 Jeneponto 2 #1 SULAWESI SELATAN 135

33 Kupang NTT 15
PLTU
34 Kupang NTT 15

35 Punagaya (FTP2) SULAWESI SELATAN 110

TOTAL 1.063,18

Dilihat dari target tambahan kapasitas pembangkit pada tahun 2017


sebesar 2.693 MW, realisasi pembangkit (sinkron s.d operasi) mencapai 835,35
MW atau 31%. Tidak tercapainya target 100% ini antara lain dikarenakan beberapa
proyek yang mengalami kerusakan peralatan sehingga mengalami kemunduran
penyelesaian pekerjaan.
Sampai dengan tahun 2017, total kapasitas terpasang pembangkit
tenaga listrik di Indonesia adalah sebesar 60.491,65 MW dengan rincian yang dapat
dilihat pada Tabel di bawah dan pada Gambar berikut dapat dilihat total kapasitas
pembangkit tenaga listrik di Indonesia dari tahun 2011 sampai dengan 2017.

76
sehingga mengalami kemunduran penyelesaian pekerjaan.

Sampai dengan tahun 2017, total kapasitas terpasang pembangkit tenaga listrik di
Indonesia adalah sebesar 60.491,65 MW dengan rincian yang dapat dilihat pada Tabel di bawah
dan pada Gambar berikut dapat dilihat total kapasitas pembangkit tenaga listrik di Indonesia dari
tahun 2011 sampai dengan 2017.

Grafik Total Kapasitas Pembangkit Tenaga Listrik di Indonesia dari


Total Kapasitas Pembangkit Tenaga
Tahun 2011 sampai dengan Tahun 2017 (MW)

70.000 59.656 60.786


53.585 55.528
60.000 47.854 50.990
50.000 42.457
40.000
Listrik (MW)

30.000
20.000
10.000
0
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Tahun

Gambar 26. Kapasitas Terpasang Pembangkit Listrik Tahun 2011-2017


Gambar 26. Kapasitas Terpasang Pembangkit Listrik Tahun 2011-2017

2. Penambahan Penyaluran Tenaga Listrik


2. Penambahan Penyaluran
Pada tahun Tenaga
2017, Listrik
jumlah pembangunan jaringan transmisi melalui
Pada tahun
pendanaan 2017, PLN
Anggaran jumlah pembangunan
(APLN) jaringan transmisi
dan eks-Anggaran melalui dan
Pendapatan pendanaan
Belanja
Anggaran PLN (APLN)
Negara (eks-APBN) dan eks-Anggaran
ditargetkan Pendapatan
sebesar 15.377 dan Belanja
kms. Realisasi Negara (eks-APBN)
pembangunan jaringan
ditargetkan sebesar 15.377 kms. Realisasi pembangunan jaringan transmisi di Tahun 2017,
transmisi di Tahun 2017, sampai dengan Desember 2017 adalah 4.495 km. Rincian
sampai dengan Desember 2017 adalah 4.495 km. Rincian realisasi capaian penambahan
realisasi capaian penambahan penyaluran tenaga listrik terhadap target Tahun 2017
penyaluran tenaga listrik terhadap target Tahun 2017 dapat dilihat pada Tabel berikut.
dapat dilihat pada Tabel berikut.
Tabel 36. Realisasi Transmisi Tahun 2017
Tabel 36. Realisasi Transmisi Tahun 2017
Tabel 36. Realisasi Transmisi Tahun 2017
PANJANG
NO. WILAYAH TRANSMISI
TRANSMISI
PANJANG(KM)
NO. WILAYAH TRANSMISI
1 SUMATERA TRANSMISI (KM)
2.586,70
1
2 SUMATERA
JAWA BAGIAN BARAT 2.586,70
62,1
2 (JBB)
JAWA BAGIAN BARAT 62,1

AKUNTABILITAS KERJA
3 (JBB) BAGIAN TENGAH
JAWA 315,9
3 (JBT)
JAWA BAGIAN TENGAH 315,9
4 (JBT) BAGIAN TIMUR,
JAWA 528,1
4 BALI
JAWADAN NUSA
BAGIAN TIMUR, 528,1
TENGGARA (JTBN)
BALI DAN NUSA
5 TENGGARA (JTBN)
KALIMANTAN (KAL) 850,7
5
6 KALIMANTAN
SULAWESI (KAL)
(SUL) 850,7
138,2
6
7 SULAWESIDAN
MALUKU (SUL)
PAPUA 138,2
13,4
7 (MALPA)
MALUKU DAN PAPUA 13,4
(MALPA)
TOTAL 4.495
TOTAL 4.495

Tabel 37. Perbandingan Penambahan Penyaluran Tenaga Listrik


TabelTabel 37. Perbandingan
37. Perbandingan Penambahan Penyaluran
Penambahan Penyaluran Tenaga Listrik
Tenaga Listrik

Indikator Satuan 2016 2017


Indikator Satuan 2016 2017
Penambahan
Penyaluran
Penambahan Tenaga KMS 2.116 3.240,5
Listrik
Penyaluran Tenaga KMS 2.116 3.240,5
Listrik

Pada tabel diatas dapat terlihat kenaikan penambahan Penyaluran Tenaga Listrik pada
Pada tabel diatas dapat terlihat77
kenaikan penambahan Penyaluran Tenaga Listrik pada
tahun 2017 sebesar 4.495 kms jika dibandingkan penambahan Penyaluran Tenaga Listrik pada
tahun 2017 sebesar 4.495 kms jika dibandingkan penambahan Penyaluran Tenaga Listrik pada
tahun 2016 terjadi kenaikan 2 kali. Tidak tercapainya target penambahan penyaluran tenaga
tahun 2016 terjadi kenaikan 2 kali. Tidak tercapainya target penambahan penyaluran tenaga
Pada tabel diatas dapat terlihat kenaikan penambahan Penyaluran Tenaga
Listrik pada tahun 2017 sebesar 4.495 kms jika dibandingkan penambahan Penyaluran
Tenaga Listrik pada tahun 2016 terjadi kenaikan 2 kali. Tidak tercapainya target
penambahan penyaluran tenaga listrik, antara lain dikarenakan beberapa proyek
jaringan transmisi tenaga listrik masih menghadapi permasalahan pembebasan lahan
dan area Right of Way(ROW) dengan masyarakat.

C. Persentase Susut Jaringan Tenaga Listrik


Realisasi Susut Jaringan Tenaga Listrik sampai dengan akhir triwulan IV Tahun
2017, ditetapkan sebesar 9,6% dari target sebesar 9,6%. Terdapat perubahan target di
Tahun 2017 yang semula sebesar 8,55% menjadi 9,60% dikarenakan adanya perubahan
perhitungan susut jaringan tenaga listrik berdasarkan dengan adanya perubahan
perhitungan dimana Energi Minimum tak lagi dipergunakan, target susut menjadi 9,60%.
Perubahan target ini terdapat di dalam Peraturan Direktur Jenderal Ketenagalistrikan
Nomor 2785/20/DJL.1/2017. Di dalam peraturan Dirjen tersebut, disebutkan bahwa:
a. Peningkatan Efisiensi Pengusahaan Tenaga Listrik antara lain berupa Penurunan
Susut Jaringan Tenaga Listrik;
b. Susut Jaringan Tenaga Listrik merupakan selisih energi (kWh) antara energi yang
diterima di sisi penyaluran dengan energi yang terjual ke pelanggan setelah
dikurangi dengan energi yang digunakan untuk keperluan sendiri di penyaluran
b. Susut Jaringan Tenaga Listrik merupakan selisih energi (kWh) antara energi yang diterima di
dan pendistribusian energi listrik;
sisi penyaluran dengan energi yang terjual ke pelanggan setelah dikurangi dengan energi yang
c. Energi yang terjual ke pelanggan merupakan energi terjual tanpa tambahan kWh
digunakan untuk keperluan sendiri di penyaluran dan pendistribusian energi listrik;
c. Energiyang
yang timbul akibat
terjual ke perhitungan
pelanggan rekening
merupakan minimum
energi terjual tanpapelanggan;
tambahan kWh yang timbul
d.
akibatRekening minimum
perhitungan pelanggan
rekening minimum merupakan minimal pembayaran rekening tagihan
pelanggan;
listrikminimum
d. Rekening pelanggan apabilamerupakan
pelanggan penggunaan listriknya
minimal dibawah
pembayaran jam nyala
rekening sebagaimana
tagihan listrik
diaturapabila
pelanggan dalampenggunaan
Peraturan listriknya
terkait tarif tenaga
dibawah jamlistrik
nyalayang disediakan
sebagaimana oleh
diatur PT.
dalam PLN
(Persero);
Peraturan terkait tarif tenaga listrik yang disediakan oleh PT. PLN (Persero);

Gambar 27.
Gambar 27. Penjualan
Penjualan Tenaga
Tenaga Listrik Listrik
dalam dalamSusut
Perhitungan Perhitungan SusutListrik
Jaringan Tenaga Jaringan Tenaga
Pola Lama Listrik
VS Pola Baru

Pola Lama VS Pola Baru

Dalam rangka upaya untuk menurunkan78


susut jaringan, maka Roadmap dan Realisasi
Penetapan susut jaringan adalah sebagai berikut :
Gambar 27. Penjualan Tenaga Listrik dalam Perhitungan Susut Jaringan Tenaga Listrik

Pola Lama VS Pola Baru

Dalam
Dalam rangka
rangka upaya
upaya untuk
untuk menurunkan
menurunkan susut jaringan,
susut jaringan, maka Roadmap
maka Roadmap dan
dan Realisasi
Realisasi
PenetapanPenetapan susut
susut jaringan jaringan
adalah sebagaiadalah
berikutsebagai
: berikut :

Gambar 28.
Gambar 28.Roadmap
Roadmapdan Realisasi
dan Penurunan
Realisasi Susut Jaringan
Penurunan Susut Jaringan

Upaya-upaya yang telah dilakukan Kementerian ESDM untuk penurunan susut


jaringan adalah sebagai berikut :
1. Meningkatkan kualitas jaringan distribusi;
2. Penambahan trafo distribusi sisipan baru;
3. Meningkatkan penertiban pemakaian listrik, termasuk Penerangan Jalan Umum dan
menurunkan praktek penggunaan listrik ilegal; dan
4. Mendorong penggunaan listrik prabayar.

D. Pangsa Energi Primer untuk Pembangkit Tenaga Listrik


Pembangkitan tenaga listrik merupakan faktor terpenting yang memengaruhi
biaya pokok penyediaan tenaga listrik, khususnya konsumsi BBM untuk pembangkit

AKUNTABILITAS KERJA
tenaga listrik masih memberikan efek signifikan dalam biaya penyediaan tenaga listrik,
padahal Indonesia memiliki beragam jenis sumber daya energi yang lebih efisien dan
dapat dimanfaatkan sebagai pengganti BBM. Pemerintah secara berkesinambungan
berupaya untuk memperbaiki energi mix pembangkitan tenaga listrik dengan
mendorong pembangunan pembangkit listrik berbasis EBT untuk menekan secara
maksimal penggunaan BBM dalam pembangkitan tenaga listrik1.
Pangsa energi primer BBM untuk pembangkit tenaga listrik pada tahun 2017
diperkirakan sebesar 5,81% dari target sebesar 4,66%. Angka presentase ini merupakan
porsi produksi listrik yang dibangkitkan dari pembangkit berbahan bakar BBM (+BBN)
terhadap total produksi listrik, yaitu 14.787,52 GWh dibagi dengan 254.487,66 GWh.

1
Untuk capaian bauran energi sampai dengan akhir tahun 2017, masih merupakan prognosa yang mengacu pada
Laporan Realisasi Pertumbuhan Penjualan Listrik, Volume Penjualan dan Bauran Energi Triwulan II Tahun 2017 PT. PLN
(Perero), dimana sesuai Peraturan Menteri Keuangan Nomor 170 / PMK.02 / 2013 Pasal 6 bahwa laporan realisasi tersebut
disampaikan secara triwulanan dan paling lambat 45 (empat puluh lima) hari setelah triwulan yang bersangkutan berakhir.

79
sebesar 5,81% dari target sebesar 4,66%. Angka presentase ini merupakan porsi produksi listrik
yang dibangkitkan dari pembangkit berbahan bakar BBM (+BBN) terhadap total produksi listrik,
yaitu 14.787,52 GWh dibagi dengan 254.487,66 GWh.
Adapun rincian prognosa pemakaian energi primer tahun 2017 adalah BBM (termasuk
Adapun
BBN) sebesar 3,60 rincian
juta KL prognosa
(14.787,52 GWh),pemakaian energi
gas sebesar primer
506.929 BBTUtahun 2017 adalah
(63.152,75 GWh), batu
BBM (termasuk BBN) sebesar 3,60 juta KL (14.787,52 GWh), gas sebesar 506.929 BBTU
bara sebesar 52,5 juta ton (145.624,39 GWh), air sebesar 17.957,76 GWh, panas bumi, dan energi
(63.152,75 GWh), batu bara sebesar 52,5 juta ton (145.624,39 GWh), air sebesar 17.957,76
terbarukan lainnya sebesar 12.965,24 GWh.
GWh, panas bumi, dan energi terbarukan lainnya sebesar 12.965,24 GWh.
Pencapaian keberhasilan dari sasaran ini dilihat dari indikator kinerja yang disertai target
Pencapaian keberhasilan dari sasaran ini dilihat dari indikator kinerja yang
dan realisasi sebagaimana tercantum dalam tabel beriskut:
disertai target dan realisasi sebagaimana tercantum dalam tabel beriskut:
Tabel 38. Realisasi Indikator Pangsa Energi Primer BBM Untuk Pembangkit Listrik
Tabel 38. Realisasi Indikator Pangsa Energi Primer BBM Untuk Pembangkit Listrik

INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI

Pangsa Energi Primer BBM


untuk Pembangkit Tenaga 4,66% 5,81%
Listrik

Capaian dari indikator kinerja Pangsa Energi Primer BBM untuk Pembangkit
Tenaga Listrik yaitu
1 1. bauran
Untuk capaian BBM energi sampai dengan akhir tahun 2017, masih merupakan prognosa yang
mengacu pada Laporan Realisasi
Realisasi Pertumbuhan
dari pangsa Penjualan
energi primer Listrik,
untuk Volume tenaga
pembangkit Penjualan dandari
listrik Bauran
BBM Energi
Triwulan II Tahunditambah
2017 PT. PLN (Perero),
dengan BBN adalahdimana
sebesarsesuai
5,81%.Peraturan Menteri Keuangan Nomor 170 /
PMK.02 / 2013 Pasal 6 bahwa laporan realisasi tersebut disampaikan secara triwulanan dan paling
2. Non BBM
lambat 45 (empat puluh lima) hari setelah triwulan yang bersangkutan berakhir.
Realisasi dari pangsa energi primer untuk pembangkit tenaga listrik dari Non BBM
adalah sebagai berikut :
• Gas 24,82%
• Batubara 57,22%
• Hydro 7,06%
• Panas Bumi dan EBT lainnya 5,09%

80
Realisasi dari pangsa energi primer untuk pembangkit tenaga listrik dari Non BBM adalah
sebagai berikut :
• Gas 24,82%
• Batubara 57,22%
• Hydro 7,06%
• Panas Bumi dan EBT lainnya 5,09%
Perkembangan dan Target Energi Primer Pembangkit Listrik Tahun 2009-2016 dapat
Perkembangan dan Target Energi Primer Pembangkit Listrik Tahun 2009-2016 dapat digambarkan
digambarkan sebagai berikut :
sebagai berikut :

Gambar 29. Perkembangan dan Target Energi Primer (unaudited)

Gambar 29. Perkembangan dan Target Energi Primer (unaudited)

Pencapaian
Pencapaian target
target pengurangan
pengurangan pangsapangsa
energi energi
primerprimer BBM untuk
BBM untuk pembangkit
pembangkit tenaga
listrik
tenagapada tahun
listrik 2017,
pada melalui:
tahun 2017, melalui:
1.1. Dominasi Pembangkit
Dominasi ListrikListrik
Pembangkit TenagaTenaga
Uap (PLTU)
UapBatubara
(PLTU) memiliki
Batubaraprosi dalam pembangkitan
memiliki prosi dalam

AKUNTABILITAS KERJA
tenaga listrik lebih dari
pembangkitan 57,22%;
tenaga listrik lebih dari 57,22%;
2. Porsi Energi Baru Terbarukan (EBT) dalam pembangkitan tenaga listrik hanya
berkisar sekitar 12,15% dimana penyumbang terbesar porsi EBT masih berasal dari
Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA);
3. Porsi gas dalam pembangkitan tenaga listrik hanya sekitar 24,82% atau mengalami
penurunan apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya, dikarenakan tidak
maksimalnya penyerapan gas PLTMG Bangkanai, adanya gangguan transportasi gas
ruas pipa untuk pembangkit di Belawan dan Arun, adanya gangguan kompresor
PLTGU Sengkang dan tidak optimalnya penyerapan gas JOB Jambi Merang di Pusat
Listrik Payo Selincah;
4. Porsi pemakaian BBM (+BBN) melampaui target yang telah ditetapkan, yaitu 5,81%
dari yang ditargetkan sebesar 4,66% akibat pemakaian gas yang belum mencapai
target;

81
apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya, dikarenakan tidak maksimalnya penyerapan
gas PLTMG Bangkanai, adanya gangguan transportasi gas ruas pipa untuk pembangkit di
Belawan dan Arun, adanya gangguan kompresor PLTGU Sengkang dan tidak optimalnya
penyerapan gas JOB Jambi Merang di Pusat Listrik Payo Selincah;
4. Porsi pemakaian BBM (+BBN) melampaui target yang telah ditetapkan, yaitu 5,81% dari yang
ditargetkan sebesar 4,66% akibat pemakaian gas yang belum mencapai target;
3.1.4 Sasaran Strategis IV: Meningkatkan Diversifikasi Energi
3.1.4 Sasaran Strategis IV: Meningkatkan Diversifikasi Energi
Tabel
Tabel 39.39. SasaranStrategis
Sasaran Strategis IVIV

Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi

Meningkatkan 1. Kapasitas terpasang pembangkit EBT:


diversifikasi a. PLTP 1.858,50 MW 1.808,50 MW
energi b. PLT Bioenergi 1.881 MW 1.840,7 MW
c. PLTA dan PLTMH 112,55 MW 43,77 MW
d. PLTS 11,78 MW 5,12 MW
e. PLT Bayu 0 MW 0 MW

2. Produksi biofuel 4,20 Juta KL 3,41 Juta KL

1. Kapasitas Terpasang Pembangkit EBT


1. Kapasitas Terpasang Pembangkit EBT
Sebagai
Sebagai upayaupaya
untuk untuk terus meningkatkan
terus meningkatkan pengembangan
pengembangan danbioenergi
dan pemanfaatan pemanfaatan
dan
bioenergi danPemerintah
keberlanjutannya keberlanjutannya Pemerintah
mendorong setiap investor mendorong setiap
untuk berinvestasi investor
di bidang untuk
bioenergi
berinvestasi
melalui di bidang
kebijakan bioenergi
dan regulasi melalui
Peraturan kebijakan
Menteri dan regulasi
ESDM Nomor 50 TahunPeraturan Menteri
2017 sebagai ESDM
pengganti
Nomor 50
Peraturan Tahun
Menteri 2017
ESDM sebagai
Nomor pengganti
12 Tahun Peraturan
2017 tentang Menteri
Pemanfaatan ESDMEnergi
Sumber Nomor 12 Tahun
Terbarukan
2017Penyediaan
Untuk tentang Pemanfaatan
Tenaga Listrik.Sumber Energi
Sampai saat Terbarukan
ini tercatat telah Untuk Penyediaan
beroperasi/ Tenaga
COD sebanyak 33 Listrik.
PLT
SampaiPLTBg
(PLTBm, saat ini
dantercatat telah total
PLTSa) dengan beroperasi/
kapasitasCOD
183.4sebanyak 33diPLT
MW. Khusus (PLTBm,
Tahun PLTBg 3dan
2017 terdapat
PLT Berbasis
PLTSa) Bioenergi
dengan yang mulai
total kapasitas beroperasi/
183.4 COD di
MW. Khusus dan 3 Badan
Tahun 2017Usaha BBN3 yang
terdapat telah
PLT Berbasis
memperoleh Izin Usaha
Bioenergi yang mulaiNiaga dengan COD
beroperasi/ total investasi sebesar
dan 3 Badan 0.749BBN
Usaha Miliar US$telah
yang (akumulasi nilai
memperoleh
investasi dari tahun sebelumnya) atau 0.204 Miliar US$ (nilai investasi dalam satu tahun).
Izin Usaha Niaga dengan total investasi sebesar 0.749 Miliar US$ (akumulasi nilai
investasi dari tahun sebelumnya) atau 0.204 Miliar US$ (nilai investasi dalam satu tahun).

A. Kapasitas Terpasang PLT Panas Bumi


A. Kapasitas Terpasang PLT Panas Bumi
Terdapat perbedaan kapasitas terpasang pada rencana strategis dan target indikator
Terdapat perbedaan kapasitas terpasang pada rencana strategis dan target
kinerja Direktorat Panas Bumi. Pada renstra target kapasitas terpasang yaitu 1.976,0 MW,
indikator kinerja Direktorat Panas Bumi. Pada renstra target kapasitas terpasang yaitu
1.976,0 MW, sedangkan pada target indikator kinerja Direktorat Panas Bumi yaitu 1.858,5
MW. Hal ini disebabkan karena terdapat tantangan dalam Pengembangan beberapa
PLTP seperti perizinan dalam kawasan hutan, bencana alam, pendanaan, dan isu sosial
yang mengkibatkan mundurnya COD beberapa PLTP yang telah dievaluasi dalam
rapat rekonsiliasi target road map panas bumi dengan seluruh pengembang panas
bumi sehingga target dalam indikator kinerja disesuaikan dengan kondisi yang ada.
Mundurnya target COD beberapa PLTP tersebut berpengaruh terhadap target kapasitas
terpasang yang ditetapkan.
Target Kapasitas Terpasang PLTP tahun 2017 adalah sebesar 1.858,5 MW,
dan realisasi sampai Triwulan IV sebesar 1.808,5 MW atau capaian 97,31%. Tambahan
kapasitas terpasang diperoleh dari:

82
dengan
target kondisiterpasang
kapasitas yang ada. yang
Mundurnya target COD beberapa PLTP tersebut berpengaruh terhadap
ditetapkan.
target kapasitas terpasang yang ditetapkan.
Target Kapasitas Terpasang PLTP tahun 2017 adalah sebesar 1.858,5 MW, dan realisasi
Target Kapasitas
sampai Triwulan Terpasang
IV sebesar 1.808,5 PLTP tahuncapaian
MW atau 2017 adalah sebesar
97,31%. 1.858,5kapasitas
Tambahan MW, dan terpasang
realisasi
sampai Triwulan
diperoleh dari: IV sebesar 1.808,5 MW atau capaian 97,31%. Tambahan kapasitas terpasang
diperoleh dari:
• PLTP Ulubelu
• PLTP Unit 4 (55 MW)
Ulubelu Unit yang
4 (55telah
MW)COD yangpada
telah25COD
Aprilpada
2017;25 April 2017;
• PLTP Ulubelu Unit 4 (55 MW) yang telah COD pada 25 April 2017;
• PLTP Sarulla
• PLTPUnitSarulla
2 (110Unit
MW)2yang(110 telah
MW)COD yangpada
telah2 Oktober
COD pada 2017;
2 Oktober 2017;
• PLTP Sarulla Unit 2 (110 MW) yang telah COD pada 2 Oktober 2017;
Adapun capaian
Adapun capaian realisasi kapasitas terpasang2017
realisasi kapasitas terpasang PLTP tahun PLTPtercantum pada
tahun 2017 tabel
tercantum
Adapun capaian realisasi kapasitas terpasang PLTP tahun 2017 tercantum pada tabel
berikut. pada tabel berikut.
berikut.
Tabel 40. Realisasi Kapasitas
Tabel 40. Realisasi Terpasang
Kapasitas Terpasang PLTP Tahun
PLTP Tahun 20172017
Tabel 40. Realisasi Kapasitas Terpasang PLTP Tahun 2017
Indikator Satuan Target Realisasi Capaian
Indikator Satuan Target Realisasi Capaian
Kapasitas terpasang
Kapasitas terpasang MW 1.858,5 1.808,5 97,31%
PLTP MW 1.858,5 1.808,5 97,31%
PLTP

B. Kapasitas Terpasang PLT Bioenergi


B. Kapasitas Terpasang PLT Bioenergi
B. Kapasitas Terpasang PLTPembangkit
Program Bioenergi Listrik Tenaga Bioenergi merupakan program untuk
meningkatkan
Program pemanfaatan
Pembangkit bioenergi
Listrik Tenaga untuk
Bioenergi listrik baikprogram
merupakan melaluiuntuk
distribusi jaringan PLN
meningkatkan
Program Pembangkit Listrik Tenaga Bioenergi merupakan program untuk meningkatkan
(on grid) maupun selain jaringan PLN (off grid) serta memanfaatkan limbah
pemanfaatan bioenergi untuk listrik baik melalui distribusi jaringan PLN (on grid) maupun selain industri
pemanfaatan bioenergi untuk listrik baik melalui distribusi jaringan PLN (on grid) maupun selain
pertanian
jaringan PLN / perkebunan
(off grid) misalnya limbah
serta memanfaatkan limbah industri
padat dan cair pabrik
pertanian kelapa sawit,
/ perkebunan limbah
misalnya
jaringan PLN (off grid) serta memanfaatkan limbah industri pertanian / perkebunan misalnya
limbah industri tapioka dan sampah kota yang bermanfaat untuk penyediaan listrik sekaligus
limbahpadat
padat dan
dan cair
cair pabrik
pabrik kelapa
kelapa sawit,
sawit, limbah industri tapioka
limbah industri tapioka dan
dan sampah
sampah kota
kotayang
yang
bermanfaat peningkatan kebersihan sekaligus
lingkungan. Di tahunkebersihan
2017 target Kapasitas Terpasang
2017PLT
bermanfaatuntuk
untukpenyediaan
penyediaanlistrik
listrik sekaligus peningkatan lingkungan.
peningkatan kebersihan lingkungan. Ditahun
Di tahun2017
target
Bioenergi sebesar 1881 MW dengan realisasi sebesar 1840.7 MW, capaian sebesar
targetKapasitas
KapasitasTerpasang
TerpasangPLT
PLTBioenergi
Bioenergi sebesar
sebesar 1881 MW dengan
1881 MW dengan realisasi
realisasisebesar
sebesar1840.7
1840.7MW,
MW,
97.85%.
capaian
capaiansebesar
sebesar97.85%.
97.85%.

Tabel
Tabel41. Realisasi
41.Tabel Kapasitas
41. Realisasi
Realisasi Terpasang
Kapasitas
Kapasitas PLTBioenergi
Terpasang PLT
Terpasang PLT Bioenergi
Bioenergi

Indikator
IndikatorKinerja
Kinerja Satuan
Satuan Target Realisasi
Realisasi Capaian(%)
Capaian (%)

Kapasitas
Kapasitasterpasang
terpasang
PLT
PLTBioenergi
Bioenergi MW
MW 1.881 1.840,7
1.840,7 97,85
97,85

Tabel
Tabel 42.42. KapasitasTerpasang
Kapasitas Terpasang PLT
PLTBioenergi Off Grid
Bioenergi OffSwakelola
Grid Swakelola AKUNTABILITAS KERJA

Wilayah Sumber Biomassa Kapasitas Off-Grid (MW)

Sumatera Industri sawit 10

Kalimantan Industri sawit 7

TOTAL 17

C. Kapasitas Terpasang PLTA (PLTMH)


Target tambahan kapasitas terpasang PLTM/MH pada tahun 2017 adalah 112,55 MW yang
berasal dari anggaran
C. Kapasitas APBN, Dana
Terpasang Alokasi
PLTA Khusus (DAK), dan Independent Power Producer(IPP),
(PLTMH)
realisasi yang dicapai pada tahun 2017 ialah sebesar 43,77 MW atau capaian sebesar 38,88 % dari
Target tambahan kapasitas terpasang PLTM/MH pada tahun 2017 adalah
target yang ditetapkan.
112,55 MW yang berasal dari anggaran APBN, Dana Alokasi Khusus (DAK), dan
Realisasi Power
Independent tersebut didapat dari 0,209
Producer(IPP), MW pembangunan
realisasi yang dicapaiPLTMH
pada melalui APBN ialah
tahun 2017 Direktorat
sebesar
Jenderal EBTKE, 0,11 MW pembangunan PLTMH melalui Dana Alokasi Khusus, 43,45 MW
43,77 MW atau capaian sebesar 38,88 % dari target yang ditetapkan.
pembangunan PLTMH melalui dana IPP.

83
Tabel 43. Tambahan Kapasitas Terpasang PLTMH Tahun 2017
Targetdari
berasal tambahan kapasitas
anggaran APBN,terpasang PLTM/MH
Dana Alokasi Khususpada tahun
(DAK), 2017
dan adalah 112,55
Independent PowerMW yang
Producer(IPP),
berasalrealisasi
dari anggaran APBN,pada
yang dicapai Dana Alokasi
tahun 2017Khusus (DAK), 43,77
ialah sebesar dan Independent Power sebesar
MW atau capaian Producer(IPP),
38,88 % dari
realisasi yangyang
target dicapai pada tahun 2017 ialah sebesar 43,77 MW atau capaian sebesar 38,88 % dari
ditetapkan.
target yang ditetapkan.
Realisasi tersebut didapat dari 0,209 MW pembangunan PLTMH melalui APBN Direktorat
RealisasiEBTKE,
Jenderal tersebut0,11
didapat
MWdari 0,209 MW pembangunan
pembangunan PLTMH
PLTMH melalui Danamelalui
AlokasiAPBN Direktorat
Khusus, 43,45 MW
Jenderal EBTKE,Realisasi
pembangunan0,11 MW
PLTMH pembangunan
melalui
tersebut dana IPP.PLTMH
didapat melalui
dari 0,209 MW Dana Alokasi Khusus,
pembangunan PLTMH 43,45 MW APBN
melalui
pembangunan PLTMH
Direktorat melalui
Jenderal dana 0,11
EBTKE, IPP. MW pembangunan PLTMH melalui Dana Alokasi Khusus,

43,45 MW pembangunan PLTMH melalui


Tabel 43. Tambahan dana
Kapasitas IPP.
Terpasang PLTMH Tahun 2017
Tabel 43. Tambahan
Tabel Kapasitas
43. Tambahan Terpasang
Kapasitas Terpasang PLTMH Tahun
PLTMH Tahun 2017
2017
Indikator Kinerja Satuan Target Realisasi Capaian (%)
Indikator Kinerja Satuan Target Realisasi Capaian (%)
Tambahan
Kapasitas MW 112,55 43,77 38,88
Tambahan
Terpasang
Kapasitas PLTMH MW 112,55 43,77 38,88
Terpasang PLTMH

Tabel44.
Tabel 44.Pembangunan
Pembangunan PLTMH
PLTMH TahunTahun 2017 APBN
2017 Dengan Dengan APBN
Tabel 44. Pembangunan PLTMH Tahun 2017 Dengan APBN
KAP. JUMLAH
NO PROPINSI KABUPATEN KECAMATAN DESA
SAMBUNGAN
KAP. (MW)JUMLAH
NO PROPINSI KABUPATEN KECAMATAN DESA
(MW) SAMBUNGAN
1 Sulawesi Selatan Sinjai Sinjai Borong Batu Belerang 0,035 75
1 Sulawesi Selatan Sinjai Sinjai Borong Batu Belerang 0,035 75
2 Sumatera Barat Solok Tigo Lurah Nagari Grabak 0,050 163
2 Sumatera Barat Solok Tigo Lurah Data 0,050
Nagari Grabak 163
3 Sumatera barat Pasaman Mapat Tunggul Data
Muaro Sungai 0,041 179
3 Sumatera barat Pasaman Selatan Muaro Sungai
Mapat Tunggul Lolo 0,041 179
4 Sumatera Utara Toba Samosir SelatanNassau LoloRau Timur 0,048 80
4 Sumatera Utara Toba Samosir Nassau Rau Timur 0,048 80
5 Sumatera Utara Toba Samosir Silaen Natolutali 0,035 50
5 Sumatera Utara Toba Samosir Silaen Natolutali 0,035 50
TOTAL 0,209 547
TOTAL 0,209 547
Tabel 45. Pembangunan PLTMH Tahun 2017 Dengan DAK
Tabel 45. Pembangunan PLTMH Tahun 2017 Dengan DAK

KAP. JUMLAH
NO PROPINSI KABUPATEN KECAMATAN DESA
(MW) SAMBUNGAN

1 Kalimantan KAB. SEKADAU Belitang Hulu Merbang 0,0 114,00


Barat

2 Sulawesi KAB. KOLAKA TIMUR Uluiwoi Uete 0,04 110,00


Tenggara

3 Sulawesi KAB. KOLAKA TIMUR Tinondo Tutuwi 0,03 120,00


Tenggara

TOTAL 0,1 344,00

Tabel 46. Pembangunan PLTMH Tahun 2017 Oleh IPP

KAP. JUMLAH
NO PROVINSI KABUPATEN KECAMATAN DESA
(MW) SAMBUNGAN

1 Jawa Barat Cianjur Takokak Waringinsari 9,00 INTERKONEKSI


KE PLN
2 DIY Yogyakarta Kulon Progo Kalibawang Banjar Harjo 0,60 INTERKONEKSI
KE PLN
3 Jawa Barat Garut Pamulihan Cikopo 7,40 INTERKONEKSI
KE PLN
84
4 NTT Ngada Jerebuu dan Tiworewu 1 0,40 INTERKONEKSI
Golewa Barat dan Bea Pawe KE PLN
3 Sulawesi KAB. KOLAKA TIMUR Tinondo Tutuwi 0,03 120,00
Tenggara

TOTAL 0,1 344,00

Tabel 46. Pembangunan PLTMH Tahun 2017 Oleh IPP


Tabel 46. Pembangunan PLTMH Tahun 2017 Oleh IPP

KAP. JUMLAH
NO PROVINSI KABUPATEN KECAMATAN DESA
(MW) SAMBUNGAN

1 Jawa Barat Cianjur Takokak Waringinsari 9,00 INTERKONEKSI


KE PLN
2 DIY Yogyakarta Kulon Progo Kalibawang Banjar Harjo 0,60 INTERKONEKSI
KE PLN
3 Jawa Barat Garut Pamulihan Cikopo 7,40 INTERKONEKSI
KE PLN
4 NTT Ngada Jerebuu dan Tiworewu 1 0,40 INTERKONEKSI
Golewa Barat dan Bea Pawe KE PLN
5 Jawa Tengah Banyumas Sungai Baseh 3,00 INTERKONEKSI
Logawa,Desa KE PLN
Baseh,Kecamatan
Kedung banteng
6 Jawa Tengah Tegal Balapulang Danawarih 0,60 INTERKONEKSI
KE PLN
7 Bengkulu Kaur Padang Guci Hulu Bungin 6,00 INTERKONEKSI
Tambun KE PLN
8 Sumatera Barat Agam Palupuh Jorong Bateh 4,00 INTERKONEKSI
Sariak KE PLN
9 Sulawesi Selatan Tana Toraja Bittuang Buttu Limbong 3,00 INTERKONEKSI
KE PLN
10 Sumatera Utara Tapanuli Utara Parmonangan Manalu Dolok 9,00 INTERKONEKSI
KE PLN
11 Jawa Tengah Banjarnegara Purwonegoro Kalipelus 0,45 INTERKONEKSI
KE PLN
TOTAL 43,45

Target pembangunan PLTM/MH di Tahun Anggaran 2017 tidak dapat tercapai

AKUNTABILITAS KERJA
dikarenakan beberapa hal :
• Pembangunan PLTMH dengan menggunakan dana APBN mengalami kendala antara
lain ada kendala cuaca di lokasi, sehingga pengiriman material terhambat. Untuk
pembangunan PLTMH di tahun 2017 terdapat 1 (satu) kegiatan pembangunan
PLTMH yang menjadi kegiatan luncuran ke tahun 2018 (PMK 243), yaitu
Pembangunan PLTMH di Provinsi Sumatera Utara I (Kab. Tapanuli Selatan, Kec. Dolok
Sianipar) dengan kapasitas 0,04 MW dengan rencana jumlah sambungan sebanyak
142 sambungan.
• Pembangunan PLTMH dengan menggunakan Dana Alokasi Khusus mengalami
kendala yang menyebabkan banyak pembangkit yang tidak dibangun diantaranya :
a. Tahapan perencanaan Dinas Provinsi kurang baik dikarenakan banyak Studi
Kelayakan Usulan pembangkit2 yang disampaikan ke KESDM merupakan studi
kelayakan tahun lama yang belum diverifikasi kembali jadi apabila usulan
tersebut diakomodir dan ada perubahan sehingga tidak dapat dibangun.

85
di tahun 2017 terdapat 1 (satu) kegiatan pembangunan PLTMH yang menjadi kegiatan luncuran
ke tahun 2018 (PMK 243), yaitu Pembangunan PLTMH di Provinsi Sumatera Utara I (Kab.
Tapanuli Selatan, Kec. Dolok Sianipar) dengan kapasitas 0,04 MW dengan rencana jumlah
sambungan sebanyak 142 sambungan.
• Pembangunan PLTMH dengan menggunakan Dana Alokasi Khusus mengalami kendala yang
menyebabkan banyak pembangkit yang tidak dibangun diantaranya :
b. Kekeliruan penempatan kode akun (rekening) DPA beberapa Provinsi penerima
a. Tahapan perencanaan Dinas Provinsi kurang baik dikarenakan banyak Studi Kelayakan
DAK ESKpembangkit2
Usulan yang awalnya barang yang
yang disampaikan akan diserah
ke KESDM terimakan
merupakan kepada
studi kelayakan tahunmasyarakat
lama
seharusnya berada pada
yang belum diverifikasi jenis
kembali barang
jadi apabila jasatersebut
usulan namundiakomodir
tercantum
dan pada jenis belanja
ada perubahan
modal.
sehingga tidak dapat dibangun.
b. Kekeliruan penempatan kode akun (rekening) DPA beberapa Provinsi penerima DAK ESK
c. Akibat dari kekeliruan kode akun (rekening) DPA sehingga proses Pengadaan
yang awalnya barang yang akan diserah terimakan kepada masyarakat seharusnya berada
ataupun LELANG pekerjaan mundur dari perencanaan awal sehingga proses
pada jenis barang jasa namun tercantum pada jenis belanja modal.
selesai lelang atau penandatanganan kontrak tidak sesuai dengan waktu
c. Akibat dari kekeliruan kode akun (rekening) DPA sehingga proses Pengadaan ataupun
penyaluran dana mundur
LELANG pekerjaan triwulan yang
dari sudah ditetapkan
perencanaan awal sehinggaoleh Kementerian
proses selesai lelang Keuangan
atau
tidak dapat tercapai
penandatanganan menyebabkan
kontrak penyaluran
tidak sesuai dengan danadana
waktu penyaluran hasiltriwulan
lelangyang
tersebut
sudah tidak
ditetapkan
dapat oleh Kementerian Keuangan tidak dapat tercapai menyebabkan penyaluran dana
dicairkan.
hasil lelang tersebut tidak dapat dicairkan.
d. Terhambatnya proses pembanguna dikarenakan factor Cuaca dimana cuaca
d. Terhambatnya proses pembanguna dikarenakan factor Cuaca dimana cuaca akhir tahun di
akhir tahun di Indonesia sudah memasuki musim penghujan sehingga
Indonesia sudah memasuki musim penghujan sehingga proses pengiriman atau transportasi
proses pengiriman
barang terhambat, atau pekerjaan
dan proses transportasi barangikut
pembangunan terhambat,
terhambat. dan proses pekerjaan
pembangunan ikut terhambat.
Total
Totalcapaian kapasitas
capaian kapasitas pembangkit
pembangkit PLTM/MHPLTM/MH sampai
sampai dengan dengan
tahun 2017 tahun 2017
adalah sebagai
adalah sebagai
berikut : berikut :
Tabel 47. Total Kapasitas Terpasang Pembangkit PLTM/MH s.d. Tahun 2017
Tabel 47. Total Kapasitas Terpasang Pembangkit PLTM/MH s.d. Tahun 2017

Total Kapasitas
Kapasitas Terpasang s.d. Tambahan Kapasitas
Nama Pembangkit Terpasang s.d.
Tahun 2016 Terpasang di Tahun 2017
Tahun 2017

PLTM/MH 162,36 MW 43,77 MW 206,13 MW

D. Kapasitas Terpasang PLT Surya


Target tambahan pembangunan kapasitas terpasang PLTS pada tahun 2017 adalah 11,78
D. Kapasitas Terpasang PLT Surya
MWp, realisasi yang dicapai pada tahun 2017 ialah sebesar 5,12MWp atau capaian sebesar 43,46%
Target tambahan pembangunan kapasitas terpasang PLTS pada tahun 2017
dari target yang ditetapkan.
adalah 11,78 MWp, realisasi yang dicapai pada tahun 2017 ialah sebesar 5,12MWp atau
Realisasi
capaiantersebut didapat dari
sebesar 43,46% daritarget
3,22 MWp pembangunan PLTS melalui APBN Direktorat
yang ditetapkan.
Jenderal EBTKE, 0,901 MWp
Realisasi pembangunan
tersebut PLTS
didapat dari 3,22melalui Dana Alokasi PLTS
MWp pembangunan Khusus, 1 MWp
melalui APBN
Direktorat
pembangunan PLTMH Jenderal
melaluiEBTKE, 0,901Rincian
dana IPP. MWp pembangunan PLTS melalui
PLTS yang dibangun melaluiDana
APBNAlokasi
KESDM Khusus,
atau
1 MWp pembangunan
DAK ESK terdapat PLTMH melalui dana IPP. Rincian PLTS yang dibangun melalui
pada Lampiran II.
APBN KESDM atau DAK ESK terdapat pada Lampiran II.

Tabel 48. Realisasi Kapasitas


Tabel 48. Realisasi Terpasang
Kapasitas PLTS
Terpasang PLTS

Indikator Kinerja Satuan Target Realisasi Capaian (%)


Tambahan Kapasitas
MW 11,78 5,12 43,46
Terpasang PLTS

Target pembangunan PLTS di Tahun


Target pembangunan PLTSAnggaran
di Tahun2017 tidak dapat
Anggaran 2017 tercapai dikarenakan
tidak dapat tercapai
dikarenakan
beberapa hal : beberapa hal :
• Sebagian anggaran untuk pembangunan PLTS alokasi anggaran yang berasal dari
• Sebagian anggaran untuk pembangunan PLTS alokasi anggaran yang berasal dari dana APBN
(Pembangunan fisik DJEBTKE) dialihkan untuk 86
kegiatan prioritas nasional berupa penyediaan
Lampu Tenaga Surya Hemat Energi (LTSHE) bagi masyarakat yang belum mendapatkan akses
dana APBN (Pembangunan fisik DJEBTKE) dialihkan untuk kegiatan prioritas nasional
berupa penyediaan Lampu Tenaga Surya Hemat Energi (LTSHE) bagi masyarakat
yang belum mendapatkan akses listrik.
• Pembangunan PLTS dengan menggunakan dana APBN mengalami kendala antara
lain ada kendala cuaca di lokasi, sehingga pengiriman material terhambat. Untuk
pembangunan PLTS di tahun 2017 terdapat 4 (empat) kegiatan pembangunan PLTS
yang menjadi kegiatan luncuran ke tahun 2018 (PMK 243), yaitu Pembangunan PLTS
di Provinsi Sumbar, Riau, dan Gorontalo (PLTS Desa Nagari Air Bangis, PLTS Desa
Lubuk Ulang Aling Selatan, PLTS Desa Bencah Umbai, dan PLTS Desa Tulabolo Timur)
dengan total kapasitas 0,15 MW dengan rencana total jumlah sambungan sebanyak
455 sambungan.
• Pembangunan PLTS dengan menggunakan Dana Alokasi Khusus mengalami
kendala yang menyebabkan banyak pembangkit yang tidak dibangun diantaranya :
a. Tahapan perencanaan Dinas Provinsi kurang baik dikarenakan banyak Studi
Kelayakan Usulan pembangkit2 yang disampaikan ke KESDM merupakan studi
kelayakan tahun lama yang belum diverifikasi kembali jadi apabila usulan
tersebut diakomodir dan ada perubahan sehingga tidak dapat dibangun.
b. Kekeliruan penempatan kode akun (rekening) DPA beberapa Provinsi penerima
DAK ESK yangawalnya barang yang akan diserah terimakan kepada masyarakat
seharusnya berada pada jenis barang jasa namun tercantum pada jenis belanja
modal.
c. Akibat dari kekeliruan kode akun (rekening) DPA sehingga proses Pengadaan
ataupun LELANG pekerjaan mundur dari perencanaan awal sehingga proses
c. Akibat dari kekeliruan kode akun (rekening) DPA sehingga proses Pengadaan ataupun
selesai lelang atau penandatanganan kontrak tidak sesuai dengan waktu
LELANG pekerjaan mundur dari perencanaan awal sehingga proses selesai lelang atau
penyaluran dana triwulan yang sudah ditetapkan oleh Kementerian Keuangan
penandatanganan kontrak tidak sesuai dengan waktu penyaluran dana triwulan yang sudah
tidak dapat tercapai menyebabkan penyaluran dana hasil lelang tersebut tidak
ditetapkan oleh Kementerian Keuangan tidak dapat tercapai menyebabkan penyaluran dana
AKUNTABILITAS KERJA
dapat dicairkan.
hasil lelang tersebut tidak dapat dicairkan.
d. d. Terhambatnya
Terhambatnya prosesproses pembanguna
pembanguna dikarenakan
dikarenakan factor Cuacafactor
dimanaCuaca dimana
cuaca akhir tahuncuaca
di
akhir sudah
Indonesia tahunmemasuki
di Indonesia sudah memasuki
musim penghujan musim
sehingga proses penghujan
pengiriman sehingga
atau transportasi
proses
barang pengiriman
terhambat, ataupekerjaan
dan proses transportasi barang ikut
pembangunan terhambat,
terhambat.dan proses pekerjaan
pembangunan ikut terhambat.
Total
Total capaian
capaian kapasitas
kapasitas pembangkit
pembangkit PLTS sampai
PLTS sampai dengan dengan tahun
tahun 2017 2017
adalah adalah
sebagai
sebagai
berikut : berikut :

Tabel 49. Total Kapasitas Terpasang Pembangkit PLTS s.d. Tahun 2017
Tabel 49. Total Kapasitas Terpasang Pembangkit PLTS s.d. Tahun 2017

Kapasitas Total Kapasitas


Nama Tambahan Kapasitas
Terpasang Tahun Terpasang s.d. Tahun
Pembangkit Terpasang di Tahun 2017
s.d. 2016 2017

PLTS 85 MW 5,12 MW 90,12 MW

87
E. Kapasitas Terpasang PLT Bayu
E. Kapasitas Terpasang PLT Bayu
Rencana jumlah kapasitas terpasang PLTB dengan mengacu pada dokumen
Renstra Kementerian ESDM ialah sebesar 19,8 MW di tahun 2017, namun tidak dapat
terealisasikan pada tahun 2017. Sampai dengan akhir tahun 2017 jumlah kapasitas
terpasang PLTB adalah sebesar 1,12 MW. Pada tahun 2017, belum ada Pembangkit Listrik
Tenaga Bayu (PLTB) yang mencapai Commercial Operation Date. Target peningkatan
kapasitas terpasang PLTB dalam waktu dekat adalah sebesar 135 MW pada tahun 2018,
yang dibangun oleh Independent Power Producer (IPP). Kedua PLTB tersebut berlokasi
di Kabupaten Sidrap (75 MW) dan Kabupaten Jeneponto (60 MW), saat ini keduanya
sedang dalam progress penyelesaian pembangunan. Progres pembangunan PLTB di
Kabupaten Sidrap pada Bulan Desember 2017 sudah mencapai 90%, sedangkan progres
pembangunan PLTB di Kabupaten Jeneponto baru mencapai 50%.

Tabel 50. Kapasitas PLTB s.d. Tahun 2017


KAPASITAS
CABANG/SUB NAMA Tahun JUMLAH
NO PROVINSI PEMILIK TERPASANG
UNIT PEMBANGKIT KAPASITAS COD UNIT
CABANG/SUB NAMA (MW) Tahun JUMLAH
NO PROVINSI PEMILIK TERPASANG
UNIT PEMBANGKIT COD UNIT
(MW)
2 NTT SEK. TIMOR PLN NEMBERALA 0,09 2011 1
1 SULUT CAB. TAHUNA PLN MALAMENGGU 0,08 2011 1
3 BALI AJ Bali Timur PLN PLT BAYU 0,26 2011 3
2 NTT SEK. TIMOR PLN NEMBERALA 0,09 2011 1
CAB.
4 KALBAR IPP PT DRM A - 2011 1
3 BALI PONTIANAK
AJ Bali Timur PLN PLT BAYU 0,26 2011 3

CAB.
45 BALI
KALBAR AJ Bali Timur IPP
IPP PLTPTBAYU
DRM A 0,5 -2014
2011 6 1
PONTIANAK
6 SULSEL IPP BARUBASA 0,2 2011
5 BALI AJ Bali Timur IPP PLT BAYU 0,5 2014 6
TOTAL 1,12
6 SULSEL IPP BARUBASA 0,2 2011

TOTAL 1,12
2. Produksi Biofuel

2. Produksi Biofuel
Target produksi Biofuel di tahun 2017 adalah sebesar 4,20 Juta KL, produksi Biofuel di
Target produksi Biofuel di tahun 2017 adalah sebesar 4,20 Juta KL, produksi
tahun 2017 adalah sebesar 3,41 Juta KL 2 atau capaian sebesar 81,19% dari target di tahun 2017.
Biofuel dibiofuel
Produksi tahunIndonesia
2017 adalah
yang sebesar
dominan3,41 Jutabiodiesel,
berupa KL atau untuk
capaian
2
sebesar
biofuel 81,19%
lainnya dari
belum
target di tahun 2017. Produksi biofuel Indonesia yang dominan berupa biodiesel, untuk
berkembang.
biofuel lainnya belum berkembang.
Tabel 51. Realisasi Produksi Biofuel
Tabel 51. Realisasi Produksi Biofuel

Indikator Target 2017 Realisasi 2017 Target Renstra Realisasi 2016

Produksi Biofuel 4,20 Juta KL 3,41 Juta KL 6,71 Juta KL 3,58 Juta KL

2
Realisasi produksiHingga Tahun
Biofuel di tahun2017, mekanisme
2017 baru pengadaan
bisa didapat Biodiesel
di bulan Februari dalam
2018, kerangka
sedangkan nilai pembiayaan Oleh
realisasi per November
2017 (data per 8 Januari
Badan 2018)Dana
Pengelola adalahPerkebunan
sebesar 3,131Kelapa
Juta KL.Sawit telah berjalan cukup baik selama 5 periode,

namun demikian produksi Biodiesel Tahun 2017 mengalami penurunan dibandingkan Tahun 2016
dan belum dapat mencapai target produksi Biofuel
88 Tahun 2017 sebesar 4,20 Juta KL karena
kendala sebagai berikut:
Hingga Tahun 2017, mekanisme pengadaan Biodiesel dalam kerangka
pembiayaan Oleh Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit telah berjalan cukup
baik selama 5 periode, namun demikian produksi Biodiesel Tahun 2017 mengalami
penurunan dibandingkan Tahun 2016 dan belum dapat mencapai target produksi
Biofuel Tahun 2017 sebesar 4,20 Juta KL karena kendala sebagai berikut:
1. Sektor PSO dan pembangkit listrik sebagai penyerap utama produksi Biodiesel
mengalami penurunan alokasi yang dikarenakan beberapa hal yaitu:
a. Hilangnya sistem konsinyasi Biosolar pada end depot untuk mengantisipasi
penyaluran yang tidak sesuai dan mempertimbangkan ketersediaan sarana dan
fasilitas PT Pertamina (tersalur ke Biosolar Non PSO) sejak proses pengadaan
tahap IV (Mei – Oktober 2017);
b. Keterlambatan proses pengadaan Biodiesel untuk sektor PSO dan pembangkit
listrik tahap IV.
2. Penyerapan Biodiesel pada sektor Non PSO belum optimal yang disebabkan oleh
beberapa hal sebagai berikut:
a. Belum membaiknya harga Solar dunia dan belum adanya mekanisme insentif
untuk mendorong kinerja sektor Non PSO. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun
2016 memberikan kesempatan sektor Non PSO dapat diberikan insentif Dana
Perkebunan (Pasal 19 ayat 1), namun sektor yang dapat pendanaan harus
ditetapkan terlebih dahulu oleh Komite Pengarah dengan mempertimbangkan
kecukupan dana.
b. Masih terdapat resistensi dari pengguna akhirdimana masih terdapat permintaan
pasokan minyak solar murni (B0) dari konsumen akhir sehubungan isu teknis
terkait operasional maupun maintenance penggunaan B20 yaitu untuk PT Kereta
Api Indonesia, Alutsista TNI dan Mobile Power Plant (MPP) PT PLN. Selain itu juga
adanya klaim warranty OEM yang belum mempersyaratkan penggunaan B20

AKUNTABILITAS KERJA
terutama pada jenis heavy duty engine.
3. Penurunan kondisi pasar ekspor Biodiesel karena adanya isu anti dumping.

Upaya yang dilakukan :


1. Pada pertengahan tahun 2017, Kementerian ESDM bersama stakeholder terkait
telah melakukan kajian teknis penggunaan B20 pada komponen dan sistem
bahan bakar pada Lokomotif dan Genset di lingkungan PT. KAI (Persero) yang akan
ditindaklanjuti dengan Rail Test yang akan dilakukan selama 6 bulan mulai Januari
2018. Saat ini, dalam penyiapan sarpras untuk Rail Test tersebut;
2. Kementerian ESDM bersama stakeholder terkait telah menyusun pedoman umum
penanganan dan penyimpanan B20 dan ditindaklanjuti dengan penyusunan
petunjuk teknis khusus sektor tambang yang bekerja sama dengan BPPT;
3. Kementerian ESDM telah melakukan sosialisasi pemanfaatan B20 dan koordinasi
terkait rencana kajian teknis pemanfaatan B20 pada alutsista TNI;

89
4. Kementerian ESDM bersama dengan Lemigas telah melakukan kajian pemanfaatan
Biodiesel 30% (B30) dan green diesel sebagai campuran bahan bakar minyak dan
pengaruhnya terhadap komponen saluran bahan bakar mesin diesel sebagai
kajian awal pemanfaatan B30 dalam persiapan implementasi B30 pada tahun 2020
sesuai amanat Permen ESDM No 32 Tahun 2008 sebagaimana diubah terakhir kali
dengan Permen ESDM No 12 Tahun 2015, serta telah mengadakan forum diskusi
pemanfaatan B30 dengan melibatkan stakeholder terkait dan OEM yang telah
melakukan pengujian B30;
5. Kementerian ESDM telah melaksanakan uji korelasi laboratorium bahan bakar
nabati dalam upaya membantu laboratorium produsen BBN untuk meningkatkan
kinerja laboratorium dalam menguji kualitas biodiesel yang diproduksi (quality
control) dan untuk membuktikan secara obyektif terhadap unjuk kerja laboratorium-
laboratorium penguji BBN khususnya untuk biodiesel (B100);
6. Meningkatkan pengawasan dan koordinasi secara rutin dengan pihak-pihak terkait
terutama PT Petamina (Persero) dan PT AKR Coporindo Tbk agar proses penyaluran
Biodiesel untuk sektor PSO dan pembangkit dapat berjalan lancar, tepat waktu serta
untuk mencegah terjadinya kekosongan stok Biodiesel di TBBM;
7. Dalam rangka meningkatkan pengawasan penyaluran Bahan Bakar Nabati jenis
Biodiesel, kami telah mengundang pihak-pihak terkait untuk membahas pengenaan
sanksi/denda kepada BU BBM yang melaksanakan pengadaan BBN jenis Biodiesel
dalam kerangka pembiayaan BPDPKS yang tidak melakukan pencampuran BBN
dalam BBM;
8. Pada sektor pertambangan, telah dilakukan koordinasi dengan stakeholder industri
Tambang (perusahaan tambang, Original Equipment Manufacture/OEM, Ditjen
Mineral dan Batubara serta asosiasi terkait). Saat ini terdapat sekitar 23% dari Kontrak
Karya dan 20% dari Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B)
yang telah menggunakan biodiesel untuk alat beratnya dengan rata-rata blending
10% (B10). Untuk penerapan B20 masih menunggu hasil kajian yang sedang
dilakukan beberapa OEM, dan akan dikoordinasikan oleh Kementerian ESDM;
9. Berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait untuk memberikan data, informasi dan
klarifikasi terkait isu anti dumping.

90
hasil kajian yang sedang dilakukan beberapa OEM, dan akan dikoordinasikan oleh Kementerian
ESDM;
9. Berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait untuk memberikan data, informasi dan klarifikasi
terkait isu anti dumping.

3.1.5
3.1.5 Sasaran
SasaranStrategis V: Meningkatkan
Strategis EfisiensiEfisiensi
V: Meningkatkan Pemakaian Energi dan Pengurangan
Pemakaian Energi dan
Emisi Pengurangan Emisi

Tabel
Tabel 52.52. Sasaran
Sasaran Strategis
Strategis V V

Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi

Meningkatkan 1. Intensitas energi 434 BOE/Miliar Rp. 434 BOE/milliar Rp.


efisiensi pemakaian
energi dan
pengurangan emisi 2. Penurunan emisi CO2 33,6 Juta Ton 33,95 Juta Ton

1. 1. Intensitas Energi
Intensitas Energi
Intensitas energi adalah jumlah konsumsi energi untuk menghasilkan
Intensitas energi adalah jumlah konsumsi energi untuk menghasilkan setiap satuan
setiap
Produk satuan
DomestikProduk Domestik
Bruto (PDB). Bruto
Semakin (PDB).
rendah Semakin
angka intensitasrendah angkabarrel
energi dalam intensitas energi
oil equivalent
dalam barrel
(BOE) per oilPDB,
satuan equivalent (BOE)produktif
maka semakin per satuan PDB, maka
dan efisien semakin
penggunaan produktif
energi di sebuahdan efisien
negara.
penggunaan energi di sebuah negara.
Target
Target penurunan
penurunan intensitas
intensitas energi energi tahun
tahun 2017 2017
adalah adalah Tercapainya
Tercapainya efisiensi
efisiensi pemakaian
pemakaian
energi primerenergi primer
dari 437 dari 437Rp.BOE/Miliar
BOE/Miliar Rp.2016
pada tahun padamenjadi
tahun 434
2016BOE/Miliar
menjadi 434
Rp., BOE/
dan
Miliar Rp.,sebesar
terealisasi dan terealisasi
434 BOE/sebesar
Miliar Rp.434
atauBOE/ Miliar
capaian Rp. atau capaian tercapai.
tercapai.

Tabel 53. Rincian Realisasi Intensitas Energi


Tabel 53. Rincian Realisasi Intensitas Energi

Indikator Target 2017 Realisasi 2017 Target Renstra Realisasi 2016


Intensitas 434 BOE/Miliar Rp. 434 BOE/Miliar Rp. 472,6 BOE/Miliar Rp. 438 BOE/Miliar Rp.

Energi

Penurunan intensitas ini didukung oleh berbagai kegiatan konservasi energi yang
dilakukan secara berkelanjutan oleh Direktorat Jenderal EBTKE, antara lain:
Penurunan intensitas ini didukung oleh berbagai kegiatan konservasi energi

AKUNTABILITAS KERJA
1. Audit Energi
yang dilakukan secara berkelanjutan oleh Direktorat Jenderal EBTKE, antara lain:
2. Investment Grade Audit (IGA)
1. Audit Energi
3. Manajer Energi dan Auditor Energi
2. Investment Grade Audit (IGA)
4. Labelisasi Hemat Energi
3. Manajer Energi dan Auditor Energi
5. Pengawasan Labelisasi Tanda Hemat Energi
6.4. Pelaksanaan
LabelisasiPeningkatan
Hemat Energi
Kapasitas di Bidang Konservasi Energi
7.5. Penyiapan
Pengawasan Labelisasi Tanda
dan Penyebarluasan Hemat
Informasi danEnergi
Sosialisasi Konservasi Energi
8.6. Kegiatan
Pelaksanaan Peningkatan
Penghargaan Kapasitas
Efisiensi Energi di Bidang
Nasional (PEEN)Konservasi Energi
2017 (Subroto Awards)
7. Penyiapan dan Penyebarluasan Informasi dan Sosialisasi Konservasi Energi
8. Kegiatan Penghargaan
Secara rinci Efisiensikonservasi
berbagai program Energi Nasional (PEEN) di
energi tersebut 2017
atas(Subroto
dijelaskanAwards)
lebih lanjut
Secara
pada Lampiran III. rinci berbagai program konservasi energi tersebut di atas dijelaskan
lebih lanjut pada Lampiran III.
2. Penurunan Emisi CO2
2. Penurunan Emisi CO2
Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca merupakan dokumen rencana
Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca merupakan dokumen
kerja untuk pelaksanaan berbagai kegiatan yang secara langsung dan tidak langsung menurunkan
rencana kerja untuk pelaksanaan berbagai kegiatan yang secara langsung dan tidak
emisi gas rumah kaca sesuai dengan target pembangunan nasional yang dituangkan dalam
Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 61 Tahun 2011 Tentang Rencana Aksi Nasional Penurunan
91 merupakan pedoman perencanaan, pelaksanaan,
Emisi Gas Rumah Kaca (RAN-GRK) yang
monitoring, dan evaluasi penurunan emisi Gas Rumah Kaca. Dalam Perpres Nomor 61 Tahun 2011
langsung menurunkan emisi gas rumah kaca sesuai dengan target pembangunan
nasional yang dituangkan dalam Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 61 Tahun 2011
Tentang Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (RAN-GRK) yang
merupakan pedoman perencanaan, pelaksanaan, monitoring, dan evaluasi penurunan
emisi Gas Rumah Kaca. Dalam Perpres Nomor 61 Tahun 2011 ini terdapat penjabaran
target dan strategi penurunan emisi gas rumah kaca pada lima sektor utama yang
meliputi pertanian; kehutanan dan lahan gambut; energi dan transportasi; industri; dan
pengelolaan limbah.
Direktorat Konservasi Energi terus mengupayakan kegiatan-kegiatan yang
mendukung implementasi penurunan emisi gas rumah kaca untuk memenuhi komitmen
pemerintah RI dalam menurunkan emisi gas rumah kaca sebesar 26% dengan usaha
sendiri atau mencapai 41% dengan bantuan internasional pada tahun 2020, dimana
target RAN GRK sampai dengan 2020 adalah 30 Juta Ton CO2.
Hingga saat ini Pencapaian Penurunan Emisi di sektor energi pada tahun 2017
mencapai sebesar 33,95 Juta Ton CO2 atau mencapai 101,05% dari target yang ditetapkan.
Perhitungan ini berdasarkan metodologi Measurement, Reporting and Verification
(MRV) yang dikeluarkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, dimana
Tabellag
perhitungan data tersebut 54.satu tahun.
Rincian Penurunan Emisi CO2
Tabel 54. Rincian Penurunan Emisi CO2
Tabel 54. Rincian Penurunan Emisi CO2
Indikator Target 2017 Realisasi 2017 Target Renstra Realisasi 2016
Indikator Target 2017 Realisasi 2017 Target Renstra Realisasi 2016
Penurunan 33,6 Juta Ton 33,95 Juta Ton 20,60 Juta Ton 31,6 Juta Ton
Penurunan 33,6 Juta Ton 33,95 Juta Ton 20,60 Juta Ton 31,6 Juta Ton
Emisi CO2
Emisi CO2

3.1.6 Sasaran Strategis VI: Meningkatkan Produksi Mineral dan Peningkatan Nilai
3.1.6 Sasaran Strategis VI: Meningkatkan Produksi Mineral dan Peningkatan Nilai
Tambah
3.1.6 Sasaran
Tambah Strategis VI: Meningkatkan Produksi Mineral dan Peningkatan Nilai
Tambah
Tabel 55. Sasaran VI
Tabel 55. Sasaran VI
Tabel 55. Sasaran VI

Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi


Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi
Meningkatkan 1. Produksi Mineral:
Meningkatkan 1. Produksi Mineral:
produksi mineral  Emas 75 Ton 82 Ton
produksi mineral  Emas 75 Ton 82 Ton
dan peningkatan  Perak 231 Ton 259 Ton
dan peningkatan  Perak 231 Ton 259 Ton
nilai tambah  Tembaga 310.000 Ton 245.368 Ton
nilai tambah  Tembaga 310.000 Ton 245.368 Ton
 Timah 50.000 Ton 68.702 Ton
 Timah 50.000 Ton 68.702 Ton
 Nikelmatte 80.000 Ton 78.006 Ton
 Nikelmatte 80.000 Ton 78.006 Ton
 Produk Olahan Nikel (Feronikel) 651.000 Ton 598.125 Ton
 Produk Olahan Nikel (Feronikel) 651.000 Ton 598.125 Ton
2. Pembangunan Fasilitas Pengolahan 4 Unit 5 Unit
2. Pembangunan Fasilitas Pengolahan 4 Unit 5 Unit
dan Pemurnian dalam Negeri
dan Pemurnian dalam Negeri

92
Sasaran strategis “Meningkatkan produksi mineral dan peningkatan nilai tambah”,
Sasaran strategis “Meningkatkan produksi mineral dan peningkatan nilai tambah”,
capaian realisasinya didukung oleh 7 (tujuh) indikator kinerja yaitu jumlah produksi beberapa
capaian realisasinya didukung oleh 7 (tujuh) indikator kinerja yaitu jumlah produksi beberapa
Sasaran strategis “Meningkatkan produksi mineral dan peningkatan nilai
tambah”, capaian realisasinya didukung oleh 7 (tujuh) indikator kinerja yaitu jumlah
produksi beberapa mineral utama antara lain jumlah produksi mineral emas, perak,
tembaga, timah, produk olahan nikel (Feronikel) dan nikel matte serta Pembangunan
Fasilitas Pengolahan dan Pemurnian dalam Negeri (Pengolahan dan Pemurnian).
Indikator kinerja sasaran beserta target, realisasi dan capaiannya diuraikan dalam
tabel di atas.
Sampai dengan akhir Tahun 2017, realisasi produksi per jenis produk mineral:
emas 82 ton, perak 259 ton, tembaga 245.368 ton, timah 68.702 ton, nikel matte 78.006
ton, produk olahan nikel 598.125 ton. Realisasi pembangunan fasilitas pengolahan
dan pemurnian di tahun 2017 sebanyak 5 unit dari total target yang ditetapkan yaitu
sebanyak 4 unit.
Upaya
1) Melakukan perbaikan
perhitungan ke yang
target depan untuk mencapai
disesuaikan produksi
dengan kondisi mineral
pertambangan sesuai
mineral target
yang

yangada;
direncanakan antara lain:
1) Melakukan
2) Melakukan perhitungan
pembinaan target yang disesuaikan
dan pengawasan dengandan
produksi kondisi pertambangan
penjualan mineral
baik dalam yang
bentuk
1) Melakukan
ada;
perhitungan target yang disesuaikan dengan kondisi pertambangan
administratif maupun pengawasan langsung ke lapangan agar sesuai dengan persetujuan RKAB.
2)mineral yang
Melakukan ada;
pembinaan dan pengawasan produksi dan penjualan baik dalam bentuk
1. 2) Produksi
Melakukan
Mineral
administratifpembinaan dan pengawasan
maupun pengawasan produksi
langsung ke lapangan agardan penjualan
sesuai baik dalam
dengan persetujuan bentuk
RKAB.
administratif maupun pengawasan langsung ke lapangan agar sesuai dengan
1. Berikut
Produksi ini adalah realisasi produksi produk mineral per triwulan dan perkembangannya
Mineral
persetujuan RKAB.
pada tahun 2015-2017.
1. ProduksiBerikut
Mineralini adalah realisasi produksi produk mineral per triwulan dan perkembangannya
Berikut
pada tahun ini
Tabeladalah
2015-2017. realisasi
56. Realisasi produksi
Produksi produk
Mineral Tahun mineral
2017 (Ton) per triwulan dan
perkembangannya pada tahun 2015-2017.
Tabel 56. Realisasi Produksi Mineral Tahun 2017 (Ton)
Komoditas Triwulan I Triwulan II Triwulan III Triwulan IV
Tabel 56. Realisasi Produksi Mineral Tahun 2017 (Ton)
Tembaga 42.036 110.318 189.189 245.368
Komoditas Triwulan I Triwulan II Triwulan III Triwulan IV
Emas 17 41 71 82
Tembaga 42.036 110.318 189.189 245.368
Perak 64 144 224 259

AKUNTABILITAS KERJA
Emas 17 41 71 82
Timah 17.910 35.765 55.603 68.702
Perak 64 144 224 259
Produk Olahan Nikel 106.164 144.687 358.616 598.125
Timah 17.910 35.765 55.603 68.702
Nikel Matte 17.480 37.918 58.404 78.006
Produk Olahan Nikel 106.164 144.687 358.616 598.125
Nikel Matte 17.480 37.918 58.404 78.006
Tabel 57. Perkembangan Produksi Mineral Tahun 2015-2017 (Ton)
Tabel 57. Perkembangan Produksi Mineral Tahun 2015-2017 (Ton)

Tabel 57. Perkembangan Produksi Mineral Tahun 2015-2017 (Ton)


Tahun 2015 Tahun 2016 Tahun 2017
Komoditas
Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi
Tahun 2015 Tahun 2016 Tahun 2017
Komoditas
Tembaga 310.000 200.603 310.000 246.155 310.000 245.368
Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi
Emas 105 85,51 75 91 75 82
Tembaga 310.000 200.603 310.000 246.155 310.000 245.368
Perak 302 269,49 231 322 231 259
Emas 105 85,51 75 91 75 82
Timah 70.000 70.310 50.000 62.877 50.000 68.702
Perak 302 269,49 231 322 231 259
PON 1.100.000 358.057 651.000 860.114 651.000 598.125
Timah 70.000 70.310 50.000 62.877 50.000 68.702
Nikel Matte 81.000 82.440 80.000 78.748 80.000 78.006
PON 1.100.000 358.057 651.000 860.114 651.000 598.125
Nikel Matte 81.000 82.440 80.000 78.748 80.000 78.006
A. Produksi Tembaga 93
Capaian produksi tembaga sampai dengan Desember tahun 2017 telah terealisasi
A. sebesar
Produksi Tembaga
245.368 ton atau 79% dari target tahun 2017 sebesar 310.000 ton. Produksi tembaga
A. Produksi Tembaga
Capaian produksi tembaga sampai dengan Desember tahun 2017 telah
terealisasi sebesar 245.368 ton atau 79% dari target tahun 2017 sebesar 310.000
ton. Produksi tembaga belum tercapai karena terkendala penghentian operasi PT
Smelting akibat adanya permasalahan industri dengan karyawan selama 2 bulan (19
Januari 2017 – 30 Februari 2017).
B. Produksi Emas
Capaian produksi emas sampai dengan tahun 2017 telah terealisasi sebesar
82 ton atau 109% dari target tahun 2017 sebesar 75 ton. Apabila dibandingkan
antara realisasi produksi emas tahun 2016 sebesar 91 ton, maka capaian pada tahun
2017 menurun sebesar 9 ton atau 9,9% dari realisasi tahun 2016. Sedangkan jika
dibandingkan dengan target produksi emas tahun 2017 pada renstra KESDM 2015-
2019 sebesar 75 ton, realisasi produksi emas tahun 2017 meningkat 7 ton atau 9% di
atas target yang telah ditentukan.
C. Produksi Perak
Capaian produksi perak sampai dengan tahun 2017 telah terealisasi sebesar
259 ton atau 112% dari target tahun 2017 sebesar 231 ton. Apabila dibandingkan
antara realisasi produksi perak tahun 2016 sebesar 322 ton, maka capaian pada
tahun 2017 menurun sebesar 63 ton atau 19% dari realisasi tahun 2016. Sedangkan
jika dibandingkan dengan target produksi perak tahun 2017 pada renstra KESDM
2015-2019 sebesar 231 ton, realisasi produksi perak tahun 2017 meningkat 28 ton
atau 12% di atas target yang telah ditentukan.
D. Produksi Timah
Capaian produksi timah sampai dengan tahun 2017 telah terealisasi
sebesar 68.702 ton atau 137% dari target tahun 2017 sebesar 50.000 ton. Apabila
dibandingkan antara realisasi produksi timah tahun 2016 sebesar 62.877 ton, maka
capaian pada tahun 2017 meningkat sebesar 5.825 ton atau 9% dari realisasi tahun
2016. Sedangkan jika dibandingkan dengan target produksi timah tahun 2017 pada
renstra KESDM 2015-2019 sebesar 50.000 ton, realisasi produksi perak tahun 2017
meningkat 18.702 ton atau 37% di atas target yang telah ditentukan.
E. Produksi Produk Olahan Nikel (Feronikel, dll)
Produk olahan nikel berasal dari 2 jenis komoditas yaitu Ferronikel (FeNi)
dan Nikel Pig Iron (NPI). Capaian produksi produk olahan nikel sampai dengan
tahun 2017 telah terealisasi sebesar 598.125 ton atau 92% dari target tahun 2017
sebesar 651.000 ton. Produk olahan nikel menurun akibat menurunnya tingkat
produksi NPI. Tingkat keekonomian dalam mengoperasikan peleburan nikel dengan
menggunakan teknologi Blast Furnace (menghasilkan NPI) selain harga nikel sangat
dipengaruhi oleh harga bahan baku salah satunya adalah kokas yang memiliki porsi
40 % dari total biaya produksi. Penyebab utama tidak beroperasinya pengolahan
dan pemurnian yang menggunakan teknologi Blast Furnace adalah meningkatnya

94
harga kokas dari rata-rata 100 US$/ton pada tahun 2015 menjadi 200-300 US$/ton
sejak akhir tahun 2016. Hal tersebut yang 9mengakibatkan terhentinya kegiatan
produksi PT Cahaya Modern Metal Industri, sedangkan PT Indoferro sejak awal
tidak di desain untuk memurnikan bijih nikel sehingga tingkat keekonomiannya
akan berbeda dengan desain awal dimana PT Indoferro semula didesain untuk
memurnikan bijih besi.
F. Produksi Nikel Matte
Capaian produksi nikel matte sampai dengan tahun 2017 telah terealisasi
sebesar 78.006 Ton atau 98% dari target tahun 2017 sebesar 80.000 ton. Produksi
Nikel matte PT Vale tidak tercapai karena terkendala pembukaan blok baru akibat
permasalahan lahan dengan warga sekitar. Selain itu pada tahun 2017 PT Vale
melakukan maintenance (shutdown sementara) terhadap fasilitas pengolahan dan
pemurniannya.

2. Pembangunan Fasilitas Pengolahan dan Pemurnian dalam Negeri


Pembangunan fasilitas pengolahan dan pemurnian (pengolahan dan
pemurnian) di dalam negeri dilaksanakan sebagai upaya untuk peningkatan nilai
tambah mineral sebagaimana amanat UU No. 004/2009 Tentang Pertambangan Mineral
dan Batubara. Peningkatan nilai tambah dilakukan untuk menciptakan multiplier effect
ekonomi daerah dan nasional serta meningkatkan penerimaan negara.
Dalam melaksanakan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan
kewajiban hilirisasi pengelolaan mineral, Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara
melakukan proses pengawasan pembangunan pengolahan dan pemurnian yang
meliputi:
1) Kegiatan monitoring terhadap dokumen laporan kemajuan pembangunan fasilitas
pengolahan dan pemurnian.

AKUNTABILITAS KERJA
2) Kegiatan peninjauan pelaksanaan pembangunan fasilitas pengolahan dan
pemurnian ke lapangan bersama para pakar terkait seperti Verifikator Independen,
Puslitbang Tekmira, LIPI, BPPT, Itjen dan pihak terkait lainnya.
3) Mendukung pengolahan dan pemurnian untuk mendapat dukungan fiskal berupa
tax allowance.

95
1) Kegiatan monitoring terhadap dokumen laporan kemajuan pembangunan fasilitas pengolahan
dan pemurnian.
2) Kegiatan peninjauan pelaksanaan pembangunan fasilitas pengolahan dan pemurnian ke
lapangan bersama para pakar terkait seperti Verifikator Independen, Puslitbang Tekmira, LIPI,
BPPT, Itjen dan pihak terkait lainnya.
3) Mendukung pengolahan dan pemurnian untuk mendapat dukungan fiskal berupa tax allowance.
Berikut ini adalah tabel realisasi fasilitas pengolahan dan pemurnian mineral
Berikut ini adalah tabel realisasi fasilitas pengolahan dan pemurnian mineral dalam negeri
dalam negeri per triwulan dan perkembangan fasilitas pengolahan dan pemurnian
per triwulan dan perkembangan fasilitas pengolahan dan pemurnian mineral dalam negeri pada
mineral dalam negeri pada tahun 2015-2017.
tahun 2015-2017.

Tabel
Tabel 58.58. Realisasi
Realisasi Pengolahan
Pengolahan dan Pemurnian
dan Pemurnian Tahun 2017Tahun 2017

PENGOLAHAN
DAN TARGET REALISASI
PEMURNIAN
Triwulan I 1 Unit 1 Unit
PT Sumber Baja Prima
Triwulan II -- 1 Unit
PT Surya Saga Utama (Tahap 1)
Triwulan III 1 Unit 1 Unit
PT COR Industri Indonesia
Triwulan IV 2 Unit 2 Unit
1. PT Virtue Dragon
2. PT Sebuku Iron Lateritic Ores (Carry over 2016)
TOTAL 4 Unit 5 Unit

Tabel 59. Perkembangan Pengolahan dan Pemurnian 2015-2017


Tabel 59.
Tabel 59.Perkembangan Pengolahan
Perkembangan Pengolahan dan Pemurnian
dan Pemurnian 2015-2017 2015-2017

Tahun 2015 Tahun 2016 Tahun 2017


Tahun 2015 Tahun 2016 Tahun 2017
Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi

Target
12 UnitRealisasi
5 Unit Target
4 Unit Realisasi
2 Unit Target
4 Unit Realisasi
5 Unit
Berikut adalah 4 unit pengolahan dan pemurnian yang telah dibangun selama tahun 2017
12 Unit 5 Unit 4 Unit 2 Unit 4 Unit 5 Unit
dengan rincian sebagai berikut:
BerikutBerikut
adalah adalah 4 unit pengolahan
4 unit pengolahan dan pemurnian
dan pemurnian yang
yang telah telah dibangun
dibangun selama
selama tahun 2017
1) PT Sumber Baja Prima – Sukabumi, Jawa Barat (Pig Iron)
tahun
dengan 2017
rincian dengan
sebagai rincian sebagai berikut:
berikut:
2) PT Surya Saga Utama – Bombana, Sulawesi Tenggara (FeNi Luppen)
1)
1) PT3) PT SumberPrima
Sumber Baja Prima – Sukabumi, Jawa(Pig
Barat (Pig Iron)
PT CORBaja – Sukabumi,
Industri Indonesia JawaUtara,
– Morowali Barat Iron)
Sulawesi Tengah (NPI)
2) PT Surya Saga Utama – Bombana, Sulawesi Tenggara (FeNi Luppen)
2) PT4)
Surya Saga Dragon–
PT Virtue Utama –Konawe,
Bombana, Sulawesi
Sulawesi Tenggara
Tenggara (FeNi) (FeNi Luppen)
3) PT COR Industri Indonesia – Morowali Utara, Sulawesi Tengah (NPI)
3) PT COR Industri Indonesia – Morowali Utara, Sulawesi Tengah (NPI)
4) PT Virtue Dragon– Konawe, Sulawesi Tenggara (FeNi)
4) PT Virtue Dragon– Konawe, Sulawesi Tenggara (FeNi)

Gambar 30. Fasilitas Pengolahan dan Pemurnian PT Sumber Baja Prima

Gambar 30. Fasilitas Pengolahan dan Pemurnian PT Sumber Baja Prima


Gambar 30. Fasilitas Pengolahan dan Pemurnian PT Sumber Baja Prima

96
Gambar 30. Fasilitas Pengolahan dan Pemurnian PT Sumber Baja Prima

Gambar 31. Fasilitas Pengolahan dan Pemurnian PT Surya Saga Utama


Gambar 31. Fasilitas Pengolahan dan Pemurnian PT Surya Saga Utam

Gambar 31. Fasilitas Pengolahan dan Pemurnian PT Surya Saga Utama

Gambar 32. Fasilitas Pengolahan dan Pemurnian PT COR Industri Indonesia

Gambar dan
Gambar 32. Fasilitas Pengolahan 32. Pemurnian
Fasilitas PT
Pengolahan
COR Industri dan
AKUNTABILITAS KERJA
Pemurnian PT COR Industri Indon
Indonesia
Gambar 32. Fasilitas Pengolahan dan Pemurnian PT COR Industri Indonesia

Gambar 32. Fasilitas Pengolahan dan Pemurnian PT COR Industri Indonesia

Gambar 33. Fasilitas Pengolahan dan Pemurnian PT Virtu Dragon


Gambar 33. Fasilitas Pengolahan dan Pemurnian PT Virtu Dragon
Gambar 33. Fasilitas Pengolahan dan Pemurnian PT Virtu Dragon

97

Gambar 33. Fasilitas Pengolahan dan Pemurnian PT Virtu Dragon


1 unit pengolahan dan pemurnian yang tertunda pembangunannya pada tahun 2016, telah
selesai pembangunannya pada tahun 2017 yaitu milik PT Sebuku Iron Lateritic Ores di Kotabaru,
Kalimantan Selatan.
1 unit pengolahan dan pemurnian yang tertunda pembangunannya pada tahun 2016, telah
selesai pembangunannya pada tahun 2017 yaitu milik PT Sebuku Iron Lateritic Ores di Kotabaru,
Kalimantan Selatan.

Gambar 34. Fasilitas Pengolahan dan Pemunian PT Sebuku Iron Lateritic Ores

Gambar 34. Fasilitas Pengolahan dan Pemunian PT Sebuku Iron Lateritic Ores
1 unit pengolahan dan pemurnian yang tertunda pembangunannya pada
tahun 2016, telah selesai pembangunannya pada tahun 2017 yaitu milik PT Sebuku Iron
3.2 Tujuan II: Terwujudnya Optimalisasi Penerimaan Negara Dari Sektor ESDM
Gambar 34. Fasilitas Pengolahan dan Pemunian
Lateritic Ores di Kotabaru, Kalimantan Selatan.PT Sebuku Iron Lateritic Ores
Tujuan strategis II Kementerian ESDM adalah “Terwujudnya Optimalisasi Penerimaan Negara

3.23.2 dari
Tujuan
Sektor
Tujuan ESDM”. Tujuan II didukung
II: Terwujudnya
II: Terwujudnya
oleh satu
Optimalisasi
Optimalisasi
sasaran strategis
Penerimaan
Penerimaan Negara yaitu Mengoptimalkan
NegaraDari Sektor
Dari ESDM
Sektor ESDM
Penerimaan
Negara dari Sektor ESDMstrategis
Tujuan yang terdiri dari empat indikator,
II Kementerian ESDM yaitu: (1) Penerimaan
adalah “Terwujudnya Migas; (2) Penerimaan
Optimalisasi
Tujuan strategis II Kementerian ESDM adalah “Terwujudnya Optimalisasi Penerimaan Negara
Mineral dan Batubara; (3) Penerimaan EBTKE; dan (4) Penerimaan lainnya. Secara lebih
Penerimaan Negara dari Sektor ESDM”. Tujuan II didukung oleh satu sasaran strategis rinci, capaian dari
dari Sektor ESDM”. Tujuan II didukung oleh satu sasaran strategis yaitu Mengoptimalkan Penerimaan
setiapyaitu Mengoptimalkan
sasaran Penerimaan
strategis berikut dengan Negara
capaian dari
indikator Sektor ESDM
kinerjanya yang terdiri
dapat dilihat sebagaidari empat
berikut:
Negara dari Sektor ESDM yang terdiri dari empat indikator, yaitu: (1) Penerimaan Migas; (2) Penerimaan
indikator, yaitu: (1) Penerimaan Migas; (2) Penerimaan Mineral dan Batubara; (3)
Mineral
Sasarandan Batubara;
Strategis (3)Mengoptimalkan
VII: Penerimaan EBTKE; dan (4) Penerimaan
Penerimaan Negaralainnya. SecaraESDM
Dari Sektor lebih rinci, capaian dari
Penerimaan EBTKE; dan (4) Penerimaan lainnya. Secara lebih rinci, capaian dari setiap
setiap sasaran strategis berikut dengan capaian indikator kinerjanya dapat dilihat sebagai berikut:
sasaran strategis berikut dengan capaian indikator kinerjanya dapat dilihat sebagai
berikut:
Sasaran Tabel VII:
Strategis 60. Target dan Realisasi
Mengoptimalkan Indikator Negara
Penerimaan KinerjaDari
Sasaran Strategis
Sektor ESDM VII
Sasaran Strategis VII: Mengoptimalkan Penerimaan Negara Dari Sektor ESDM

Tujuan II : Terwujudnya Optimalisasi Penerimaan Negara dari Sektor ESDM


Tabel 60. Target dan Realisasi Indikator Kinerja Sasaran Strategis VII
Tabel 60. Target dan Realisasi Indikator Kinerja Sasaran Strategis VII

SasaranIIStrategis
Tujuan Indikator Penerimaan
: Terwujudnya Optimalisasi Kinerja NegaraTarget ABPN-P
dari Sektor ESDM Realisasi

Mengoptimalkan Penerimaan Negara Sektor ESDM:


Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target ABPN-P Realisasi
Penerimaan a. Penerimaan Migas (PNBP dan Rp. 118,40 Triliun Rp. 138,01 Triliun
Negara dari PPH)
Mengoptimalkan Penerimaan Negara Sektor ESDM:
Sektor ESDM b. Penerimaan Mineral dan Rp. 32,40 Triliun Rp. 40,60 Triliun
Penerimaan a. Penerimaan Migas (PNBP dan Rp. 118,40 Triliun Rp. 138,01 Triliun
Batubara Rp. 0,65 Triliun Rp. 0,93 Triliun
Negara dari PPH)
c. Penerimaan EBTKE Rp. 1,02 Triliun Rp. 1,33 Triliun
Sektor ESDM b. Penerimaan Mineral dan Rp. 32,40 Triliun Rp. 40,60 Triliun
d. Penerimaan lainnya
Batubara Rp. 0,65 Triliun Rp. 0,93 Triliun
c. Penerimaan EBTKE Rp. 1,02 Triliun Rp. 1,33 Triliun
d. Penerimaan lainnya

98
1. Penerimaan Negara Sub Sektor Migas
Jumlah penerimaan negara sub sektor migas diperoleh dari hasil penjumlahan penerimaa
pajak penghasilan, penerimaan bukan pajak dan penerimaan lainnya dari minyak bumi. Penerimaan paj
1. Penerimaan Negara Sub Sektor Migas
penghasilan migas merupakan kewajiban
Jumlah penerimaan pajak
negara penghasilan
sub sektor yang disetorkan
migas diperoleh oleh Kontraktor Kontr
dari hasil penjumlahan
Kerja Samapenerimaaan
(KKKS) kepada
pajakpemerintah
penghasilan,sesuai denganbukan
penerimaan ketentuan
pajak peraturan perpajakan
dan penerimaan lainnyayang berlak
penerimaandari minyak
bukan bumi.
pajak Penerimaan
migas pajakbagian
merupakan penghasilan
negaramigas
yang merupakan kewajiban pajak
diperoleh berdasarkan persentase ba
penghasilan yang disetorkan oleh Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) kepada
hasil migas antara Pemerintah dan kontraktor, sedangkan penerimaan lainnya dari minyak bu
pemerintah sesuai dengan ketentuan peraturan perpajakan yang berlaku, penerimaan
merupakanbukan
penerimaan bersih
pajak migas dari Domestic
merupakan Marketyang
bagian negara Obligation (DMO)
diperoleh dan Bonus
berdasarkan Production KKK
persentase
Besaran realisasi penerimaan
bagi hasil migas antaranegara subsektor
Pemerintah migas dipengaruhi
dan kontraktor, oleh realisasi
sedangkan penerimaan lifting
lainnya dari migas, har
minyak
minyak mentah bumi merupakan
Indonesia (ICP), costpenerimaan
recovery danbersih dari Domestic
nilai tukar Marketterhadap
Rupiah (kurs) ObligationUS$.
(DMO)
dan Bonus Production KKKS. Besaran realisasi penerimaan negara subsektor migas
dipengaruhi oleh realisasi lifting migas, harga minyak mentah Indonesia (ICP), cost
Pada tahun
recovery dan2017, realisasi
nilai tukar penerimaan
Rupiah subUS$.
(kurs) terhadap sektor migas mencapai Rp. 138,01 Triliun. I
menjadikan pencapaian indikator
Pada tahun kinerjapenerimaan
2017, realisasi penerimaan
sub negara sub mencapai
sektor migas sector migas mencapai 117
Rp. 138,01

dari targetTriliun.
APBNP Ini menjadikan pencapaian
yang ditetapkan indikator
sebesar Rp.kinerja
118,4penerimaan
Triliun. negara sub sector
Di tahun 2017,migas
jumlah realisa
mencapai 117% dari target APBNP yang ditetapkan sebesar Rp. 118,4 Triliun. Di tahun
penerimaan negara sub sektor migas paling banyak diperoleh dari Penerimaan Negara Bukan Paj
2017, jumlah realisasi penerimaan negara sub sektor migas paling banyak diperoleh dari
(PNBP) SDA dengan total
Penerimaan realisasi
Negara Bukan sebanyak Rp.SDA
Pajak (PNBP) 82,5 Miliar.total realisasi sebanyak Rp. 82,5
dengan
Miliar.
Tabel 61. Rincian Penerimaan Negara Subsektor Migas
Tabel 61. Rincian Penerimaan Negara Subsektor Migas

Uraian Realisasi

Penerimaan Pajak Penghasilan Rp. 49,45 Triliun


PNBP SDA Migas Rp. 82,51 Triliun
PNBP Lainnya Rp. 6,05 Triliun

AKUNTABILITAS KERJA
TOTAL PENERIMAAN MIGAS Rp. 138,01 Triliun

Meskipun pencapaian indikator penerimaan negara tahun 2017 telah


melebihi target yang telah ditetapkan dalam APBN 2017, namun demikian pencapaian
Meskipun pencapaian indikator penerimaan negara tahun 2017 telah melebihi target ya
penerimaan negara tahun 2017 masih berada di bawah target rencana jangka menengah
telah ditetapkan dalam
yang telah APBN dalam
ditetapkan 2017,Renstra
namunDitjen
demikian
Migas pencapaian
2015-2019. Halpenerimaan negara
ini dikarenakan rata- tahun 20
masih berada di bawah
rata harga target
minyak rencana
mentah jangka
dunia di tahun menengah yangpenurunan
2015 mengalami telah ditetapkan dalam Renst
yang cukup
signifikan
Ditjen Migas dibandingkan
2015-2019. harga minyak rata-rata
Hal ini dikarenakan di tahun harga
2014 ketika
minyakRenstra Ditjen
mentah Migas
dunia di tahun 20
dimaksud disusun. Akibatnya, prognosa penerimaan negara 2015-2019 yang disusun
mengalami penurunan yang cukup signifikan dibandingkan harga minyak di tahun 2014 keti
pada tahun 2014 masih tinggi mengingat perhitungan menggunakan harga minyak
Renstra Ditjen
duniaMigas dimaksud
sebelum disusun. Akibatnya, prognosa penerimaan negara 2015-2019 ya
tahun 2015.
2. pada
disusun Penerimaan Negara
tahun 2014 Sub tinggi
masih Sektor mengingat
Mineral danperhitungan
Batubara menggunakan harga minyak dun
Sampai dengan akhir Tahun 2017, realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak
sebelum tahun 2015.
(PNBP) sebesar Rp. 40,6 Triliun atau 125% dari target awal tahun 2017 sebesar Rp. 32,4

99
2. Penerimaan Negara Sub Sektor Mineral dan Batubara
Sampai dengan akhir Tahun 2017, realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) sebes
Triliun. Berikut ini adalah tabel realisasi PNBP per triwulan dan perkembangan PNBP
pada tahun 2015-2017.

Tabel 62. Rencana dan Realisasi PNBP Minerba Tahun 2017


Tabel
Tabel 62. Rencana
Rencana dan
dan Realisasi
Realisasi PNBPPNBP Minerba
Minerba Tahun 2017
Tahun 2017

Rencana 2017 Rencana 2017


Uraian Rencana 2017 Rencana 2017 Realisasi 2017
Uraian APBN APBN-P Realisasi 2017
APBN APBN-P
a) SDA Mineral Batubara Rp. 17,73 Triliun Rp. 17,85 Triliun Rp. 23,76 Triliun
a) SDA Mineral Batubara Rp. 17,73 Triliun Rp. 17,85 Triliun Rp. 23,76 Triliun
Pendapatan Iuran Tetap Rp. 1,45 Triliun Rp. 1,45 Triliun Rp. 0,51 Triliun
Pendapatan Iuran Tetap Rp. 1,45 Triliun Rp. 1,45 Triliun Rp. 0,51 Triliun
Pendapatan Royalti Rp. 16,28 Triliun Rp. 16,40 Triliun Rp. 23,25 Triliun
Pendapatan Royalti Rp. 16,28 Triliun Rp. 16,40 Triliun Rp. 23,25 Triliun
b) PNBP Lainnya
b) PNBP Lainnya
Penjualan Hasil Tambang Rp. 14,74 Triliun Rp. 14,85 Triliun Rp. 16,86 Triliun
Penjualan Hasil Tambang Rp. 14,74 Triliun Rp. 14,85 Triliun Rp. 16,86 Triliun
TOTAL PENERIMAAN MINERBA Rp. 32,4 Triliun Rp. 32,7 Triliun Rp. 40,6 Triliun
TOTAL PENERIMAAN MINERBA Rp. 32,4 Triliun Rp. 32,7 Triliun Rp. 40,6 Triliun

Tabel 63. Perkembangan Realisasi PNBP Tahun 2015-2017


Tabel 63. Perkembangan Realisasi PNBP Tahun 2015-2017
Tabel 63. Perkembangan Realisasi PNBP Tahun 2015-2017
Tahun 2015 Tahun 2016 Tahun 2017
Tahun 2015 Tahun 2016 Tahun 2017
Uraian (Rp. Triliun) (Rp. Triliun) (Rp. Triliun)
Uraian (Rp. Triliun) (Rp. Triliun) (Rp. Triliun)
Rencana Realisasi Rencana Realisasi Rencana Realisasi
Rencana Realisasi Rencana Realisasi Rencana Realisasi
a) SDA Mineral Batubara 30,55 17,68 16,53 15,52 17,73 23,76
a) SDA Mineral Batubara 30,55 17,68 16,53 15,52 17,73 23,76
Pendapatan Iuran Tetap 2,07 0,94 1,47 0,40 1,45 0,51
Pendapatan Iuran Tetap 2,07 0,94 1,47 0,40 1,45 0,51
Pendapatan Royalti 28,48 16,73 15,06 15,12 16,28 23,25
Pendapatan Royalti 28,48 16,73 15,06 15,12 16,28 23,25
b) PNBP Lainnya
b) PNBP Lainnya
Penjualan Hasil Tambang 21,65 11,94 13,56 11,68 14,74 16,86
Penjualan Hasil Tambang 21,65 11,94 13,56 11,68 14,74 16,86
TOTAL PENERIMAAN 52,21 29,63 30,10 27,21 32,47 40,62
TOTAL PENERIMAAN
MINERBA 52,21 29,63 30,10 27,21 32,47 40,62
MINERBA

Penerimaan Negara
TabelBukan
64. Pajak (PNBP)
Rumusan Mineral PNBP
perhitungan dan Batubara berasal dari 2 jenis
Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Mineral dan Minerba
Batubara berasal dari 2 jenis
Tabel 64. Rumusan perhitungan PNBP Minerba
penerimaan yaitu SDA Minerba dan PNBP Lainnya. Penerimaan SDA Minerba berasal dari
penerimaan yaitu SDA Minerba dan PNBP Lainnya. Penerimaan SDA Minerba berasal dari
pendapatan iuran tetap (landrent/deadrent) dan pendapatan royalti, sedangkan jenis PNBP lainnya
pendapatan
Jenis PNBP iuran tetap (landrent/deadrent)
Bentuk dan pendapatan royalti, sedangkan jenis PNBP lainnya
berasal dari penjualan hasil tambang. Bentuk usaha dari Rumus Perhitungan
Penerimaan SDA Minerba yaitu
berasal dari
SDA Minerba penjualan hasil
Usaha tambang. Bentuk usaha dari Penerimaan SDA Minerba yaitu
pengusahaan IUP, KK dan PKP2B, sedangkan penjualan hasil tambang hanya bersumber dari
pengusahaan IUP, KK dan PKP2B, sedangkan penjualan hasil tambang hanya bersumber dari
Iuran Tetap
pengusahaan PKP2B.
IUP Luas wilayah x Tarif PP No 9/2012
(Landrent / PKP2B.
pengusahaan
Deadrent) KK &PKP2B Luas wilayah x Tarif sesuai kontrak

(US$ 0,08 s.d. 4,00 sesuai tahapan)

Iuran Eksploitasi IUP Tonase x Harga Jual x Tarif PP No 9/2012


(Royalti)
KK Tonase x Harga Jual x Tarif PP No 9/2012

PKP2B Tonase x Harga Jual x 13,5% (sesuai kontrak)

Dalam upaya pencapaian target PNBP Minerba, terdapat beberapa hambatan yang
berpotensi menurunkan PNBP yaitu antara lain: 100
1) Peningkatan DMO;
Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Mineral dan Batubara berasal dari
2 jenis penerimaan yaitu SDA Minerba dan PNBP Lainnya. Penerimaan SDA Minerba
berasal dari pendapatan iuran tetap (landrent/deadrent) dan pendapatan royalti,
sedangkan jenis PNBP lainnya berasal dari penjualan hasil tambang. Bentuk usaha dari
Penerimaan SDA Minerba yaitu pengusahaan IUP, KK dan PKP2B, sedangkan penjualan
hasil tambang hanya bersumber dari pengusahaan PKP2B.
Dalam upaya pencapaian target PNBP Minerba, terdapat beberapa hambatan
yang berpotensi menurunkan PNBP yaitu antara lain:
1) Peningkatan DMO;
2) Beberapa permasalahan perusahaan;
3) Future Tax PKP2B Generasi I.
Adapun upaya-upaya yang dilakukan Kementerian ESDM dalam pencapaian target
PNBP adalah sebagai berikut:
1) Peningkatan kerjasama dengan instansi terkait (Pemda, KPK, BPKP, BPK, Kemendag
dan Kemenkeu):
a. Audit Kewajiban PNBP SDA PertambanganUmum (Tim OPN-BPKP dan BPK RI);
b. Kerjasama informasi data ekspor Mineral dan Batubara dengan Kemendag,
Kemenhub dan Ditjen Bea dan Cukai Kemenkeu;
c. Meminta Pemerintah Daerah untuk melaksanakan fungsi pengawasan dan
pembinaan.
2) Kewajiban PNBP dibayar di depan sebelum melakukan pengapalan;
3) Mempercepat proses amandemen Kontrak Karya (KK) dan Perjanjian Karya
Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B);
4) Pemberian sanksi berupa penghentian pengapalan dan pencabutan izin bagi
perusahaan yang masih mempunyai tunggakan kewajiban PNBP;
5) Menjaga keberlanjutan usaha pertambangan Minerba, khususnya untuk komoditi

AKUNTABILITAS KERJA
batubara dengan menerapkan tarif royalty sesuai dengan PP No. 9/2012;
6) Intensifikasi pelaksanaan kepatuhan wajib bayar untuk membayar kewajibannya;
7) Bimbingan teknis kepada pengusahaan Minerba dan pemerintah daerah terkait tata
cara pembayaran PNBP secara online (SIMPONI).

101
3. Penerimaan Negara Sub Sektor EBTKE
Target Jumlah PNBP dari sub sektor EBTKE adalah Rp. 0,65 Triliun dan realisasi sebesar
3. 3. Penerimaan
Penerimaan
NegaraNegara Sub EBTKE
Sub Sektor Sektor EBTKE
Rp. 0,933 Triliun atau capaian kinerja 139%. terpenuhinya target realisasi PNBP pada tahun 2017
Target PNBP
Target Jumlah Jumlah PNBP
dari sub dari subEBTKE
sektor sektoradalah
EBTKE Rp.
adalah
0,65Rp. 0,65 dan
Triliun Triliun dan realisasi
realisasi sebesar
dipengaruhi oleh jadwal COD PLTP Ulubelu Unit 4 yang lebih cepat dari bulan Juni 2017 menjadi
sebesar
Rp. 0,933 Rp.atau
Triliun 0,933 Triliunkinerja
capaian atau capaian kinerja 139%.target
139%. terpenuhinya terpenuhinya targetpada
realisasi PNBP realisasi
tahunPNBP
2017
April 2017. Hal lain yang berkontribusi dalam realisasi PNBP adalah adanya penundaan program
pada tahun 2017 dipengaruhi oleh jadwal COD PLTP Ulubelu Unit 4 yang
dipengaruhi oleh jadwal COD PLTP Ulubelu Unit 4 yang lebih cepat dari bulan Juni 2017 menjadi lebih cepat
pengeboran di JOC Wayang Windu sehingga mengurangi biaya OPEX.
dari bulan
April 2017. Juni
Hal lain 2017
yang menjadi April
berkontribusi dalam 2017. Hal lain
realisasi PNBPyang berkontribusi
adalah dalam realisasi
adanya penundaan program
PNBP adalah adanya penundaan
TabelWindu
pengeboran di JOC Wayang 65. Rincian program
Penerimaan
sehingga pengeboran
mengurangi Negara di JOC Wayang
Subsektor EBTKE
biaya OPEX. Windu sehingga
mengurangi biaya OPEX.
Tabel 65. Rincian Penerimaan Negara Subsektor EBTKE
Indikator Tabel 65. Rincian
Target PK 2017
Penerimaan Realisasi
Negara Subsektor 2017
EBTKE Target Renstra
Penerimaan Negara
Indikator Target
Rp.PK 2017
0,65 Triliun Realisasi 2017
Rp. 0,93 Triliun Target
Rp. Renstra
0,67 Triliun
Subsektor EBTKE
Penerimaan Negara
Rp. 0,65 Triliun Rp. 0,93 Triliun Rp. 0,67 Triliun
Subsektor EBTKE

4. Penerimaan Lainnya
4. Penerimaan Lainnya
Penerimaan negara di sektor penerimaan lainnya (di luar migas, minerba dan EBTKE)
4. Penerimaan LainnyaPenerimaan negara di sektor penerimaan lainnya (di luar migas, minerba dan
ditargetkan sebesar Rp. 1,02 Triliun. Realisasinya sebesar Rp. 1,33 Triliun, terdiri Iuran Badan Usaha,
EBTKE)
Penerimaan negarasebesar
ditargetkan di sektorRp. penerimaan
1,02 Triliun. lainnya
Realisasinya sebesar
(di luar migas,Rp.minerba
1,33 Triliun, terdiri
dan EBTKE)
kegiatan usaha pengangkutan BBM dan distribusi gas melalui pipa sebesar Rp. 1,16 Triliun, pendapatan
Iuransebesar
ditargetkan Badan Usaha,
Rp. 1,02kegiatan usaha pengangkutan
Triliun. Realisasinya sebesar Rp. BBM dan distribusi
1,33 Triliun, gas melalui
terdiri Iuran pipa
Badan Usaha,
jasa pengembangan SDM dan jasa pendidikan sebesar Rp. 0,09 Triliun, dan pendapatan jasa litbang
sebesar Rp. 1,16 Triliun, pendapatan jasa pengembangan SDM dan jasa pendidikan
kegiatan usaha pengangkutan BBM dan distribusi gas melalui pipa sebesar Rp. 1,16 Triliun, pendapatan
(jasa teknologi) sebesar 0,08 Triliun.
sebesar Rp. 0,09
jasa pengembangan SDMTriliun, danpendidikan
dan jasa pendapatan jasa litbang
sebesar (jasa
Rp. 0,09 teknologi)
Triliun, sebesar 0,08
dan pendapatan jasaTriliun.
litbang
Tabel 66. Penerimaan Negara Lainnya
(jasa teknologi) sebesar 0,08 Triliun.
Tabel 66. Penerimaan Negara Lainnya
Tabel 66. Penerimaan Negara Lainnya
Penerimaan negara Jumlah Penerimaan

Iuran Badan Usaha kegiatan usaha pengangkutan


Penerimaan negara Rp. 1,16 Triliun
Jumlah Penerimaan
BBM dan distribusi gas melalui pipa
Iuran Badan Usaha
Pendapatan jasakegiatan usaha pengangkutan
pengembangan SDM dan jasa Rp.Rp.
1,16 Triliun
0,09 Triliun
BBM dan distribusi gas melalui pipa
pendidikan
Pendapatan jasa
Pendapatan pengembangan
jasa SDM dan jasa
litbang (jasa teknologi) Rp.Rp. 0,08
0,09 Triliun
Triliun
pendidikan
Total Rp. 1,33 Triliun
Pendapatan jasa litbang (jasa teknologi) Rp. 0,08 Triliun
Total Rp. 1,33 Triliun
a. Iuran
a. Iuran BadanBadan Usaha kegiatan
Usaha kegiatan usaha pengangkutan
usaha pengangkutan BBMgas
BBM dan distribusi dan distribusi
melalui pipa gas
melalui
Targetpipa
Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) BPH Migas adalah sebesar Rp. 900 Miliar
a. Iuran Badan Usaha kegiatan usaha pengangkutan BBM dan distribusi gas melalui pipa
Targetper
realisasi penerimaan Penerimaan
31 Desember Negara BukanRp.
2017 sebesar Pajak (PNBP)
1.157,5 BPH
Miliar Migas
atau adalah
sebesar sebesar
128,61%. Jumlah
Target
Rp. 900 Penerimaan
Miliar Negara
realisasi Bukan
penerimaan Pajak
per (PNBP)
31 BPH
Desember Migas
2017 adalah
sebesarsebesar
Rp. Rp. 900
1.157,5 Miliar
Miliar
Iuran dari Badan Usaha yang disetorkan ke Kas Negara sama dengan jumlah penarikan iuran dari
realisasiatau
penerimaan
sebesarper 31 Desember
128,61%. Jumlah2017
Iuransebesar Rp. 1.157,5
dari Badan UsahaMiliar
yangatau sebesar 128,61%.
disetorkan Jumlah
ke Kas Negara
Badan Usaha. Realisasi penerimaan iuran Badan Usaha BBM untuk tahun 2017 adalah Rp. 863,19
Iuran dari Badan Usaha yang disetorkan ke Kas Negara sama dengan
sama dengan jumlah penarikan iuran dari Badan Usaha. Realisasi penerimaanjumlah penarikan iuran dari
Miliar dari rencana penerimaan iuran sebesar Rp. 664,75 Miliar atau meningkat 129,85 %. Sedangkan
Badan Usaha. RealisasiUsaha
iuran Badan penerimaan iuran Badan
BBM untuk tahun Usaha
2017 BBM
adalahuntuk
Rp. tahun
863,19 2017 adalah
Miliar dariRp. 863,19
rencana
realisasi penerimaan iuran Badan Usaha Gas Bumi untuk tahun 2017 adalah Rp. 294,33 Miliar dari
penerimaan
Miliar dari iuran sebesar
rencana penerimaan iuran Rp. 664,75
sebesar Miliar Miliar
Rp. 664,75 atau meningkat
atau meningkat 129,85 %. %.
129,85 Sedangkan
Sedangkan
rencana penerimaan iuran sebesar Rp. 235,25 Miliar atau meningkat 125,11%. BPH Migas telah
realisasirealisasi penerimaan
penerimaan iuran Badan iuran Badan
Usaha Usahauntuk
Gas Bumi Gas tahun
Bumi2017
untuk tahun
adalah Rp.2017
294,33adalah
Miliar Rp.
dari
melaksanakan tugas dan fungsinya dengan baik yaitu mengatur dan mengawasi setiap iuran yang
rencana294,33 Miliar dari
penerimaan iuranrencana
sebesarpenerimaan iuran sebesar
Rp. 235,25 Miliar Rp. 235,25
atau meningkat Miliar atau
125,11%. BPHmeningkat
Migas telah
diberikan oleh Badan Usaha sehingga realisasi penerimaan iuran yang masuk di tahun 2017
melaksanakan tugas dan fungsinya dengan baik yaitu mengatur dan mengawasi setiap iuranyaitu
125,11%. BPH Migas telah melaksanakan tugas dan fungsinya dengan baik yang
diberikan oleh Badan Usaha sehingga realisasi penerimaan iuran yang masuk di tahun 2017
102
mengatur dan mengawasi setiap iuran yang diberikan oleh Badan Usaha sehingga
realisasi penerimaan iuran yang masuk di tahun 2017 seluruhnya telah disetorkan ke
seluruhnya telah disetorkan ke Kas Negara. Penerimaan dari iuran badan usaha merupakan
Kas Negara. Penerimaan dari iuran badan usaha merupakan penyumbang terbesar
penyumbang terbesar pada indikator penerimaan negara lainnya, yaitu sebesar 86,9%.
pada indikator penerimaan negara lainnya, yaitu sebesar 86,9%.
Tabel 67. Rincian Iuran Badan Usaha Tahun 2017
Tabel 67. Rincian Iuran Badan Usaha Tahun 2017

Rencana Realisasi

BBM Rp. 64,75 Miliar Rp. 863,19 Miliar


Gas Bumi Rp. 235,25 Miliar Rp. 294,33 Miliar

Total Rp. 900,00 Miliar Rp. 1.157, 52 Miliar

b. Pendapatan Jasa Litbang (Jasa Teknologi)


b. Pendapatan Jasa Litbang (Jasa Teknologi)
Pada
Pada tahun
tahun 2017, 2017, Penerimaan
Penerimaan Negara
Negara sektor sektor
ESDM: ESDM:Lainnya
Penerimaan Penerimaan Lainnya
yang berasal dari
yang berasal
BLU dan dari BLU
Penerimaan dan
Negara Penerimaan
Bukan Negara
Pajak (PNBP) Bukan Pajak
Jasa Teknologi (PNBP)
ditargetkan Jasa Rp.
sebesar Teknologi
115,58
ditargetkan sebesar
Miliar. Target ini Rp.target
melebihi 115,58
padaMiliar.
Renstra,Target ini97melebihi
yaitu Rp. target
Miliar. Hal padaadanya
ini karena Renstra, yaitu
kebijakan
Pemerintah
Rp. dan Hal
97 Miliar. Kementerian
ini karenaESDM mendorong
adanya Badan
kebijakan Layanan Umum
Pemerintah (BLU) untuk ESDM
dan Kementerian lebih
meningkatkan pelayanan
mendorong kepada publik,
Badan Layanan Umum yaitu melalui
(BLU) penyediaan produk
untuk lebih dan jasanya kepada
meningkatkan industri
pelayanan
dan masyarakat.
kepada publik, yaitu melalui penyediaan produk dan jasanya kepada industri dan
Dari target tersebut berhasil direalisasikan sebesar Rp. 80,89 Miliar atau hanya tercapai
masyarakat.
sebesar 70%. Rincian capaian tersebut berasal dari BLU dan jasa lainnya dari bidang minyak dan gas
Dari target tersebut berhasil direalisasikan sebesar Rp. 80,89 Miliar atau
bumi sebesar Rp. 75,21 Miliar dari nilai kontrak Rp. 108,6 Miliar yang hingga akhir tahun 2017 masih
hanya tercapai sebesar 70%. Rincian capaian tersebut berasal dari BLU dan jasa
tertagih Rp. 33,40 Miliar, PNBP dari bidang mineral dan batubara Rp. 4,49 Miliar, dan PNBP dari jasa
lainnya dari bidang minyak dan gas bumi sebesar Rp. 75,21 Miliar dari nilai kontrak
survei geologi kelautan, jasa pekerjaan, pengelolaan perbankan dan dana khusus lainnya sebesar Rp.
Rp. 108,6 Miliar yang hingga akhir tahun 2017 masih tertagih Rp. 33,40 Miliar, PNBP
1,20 Miliar.
dari bidang mineral dan batubara Rp. 4,49 Miliar, dan PNBP dari jasa survei geologi
Beberapa hal yang menyebabkan realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Jasa
kelautan, jasa pekerjaan, pengelolaan perbankan dan dana khusus lainnya sebesar
Teknologi tidak tercapai adalah sebagai berikut:
Rp. 1,20 terbatas
a. Masih Miliar. untuk mengikuti tender, antara lain karena ketentuan PMK Tarif sehingga harga jual

AKUNTABILITAS KERJA
Beberapa
tidak bersaing hal
untuk yang menyebabkan
mengikuti realisasimasih
tender dan pelanggan Penerimaan Negara
banyak yang Bukan
meminta Pajak
Jaminan
(PNBP) Jasa Teknologi
Penawaran tidakdalam
dan Pelaksanaan tercapai adalah sebagai berikut:
tender;
a. Masih
b. Masih terbatas
banyak untuk
kontrak mengikuti tender,
yang menggunakan antara
kontrak sistem lain karena
Swakelola Tipe 2;ketentuan PMK Tarif
sehingga
c. Belum harga pengalaman
mempunyai jual tidak bersaing
dalam haluntuk mengikuti
kerja sama tender
KSO atau dan pelanggan
konsorsium masih
dan aturan-aturan
banyak yang; meminta Jaminan Penawaran dan Pelaksanaan dalam tender;
pendukungnya
b. Masih banyak
d. Terlambat memulaikontrak yang
pekerjaan menggunakan
karena kontrak
terkendala kesiapan sistem
alat, tenaga Swakelola
kerja dan biaya; Tipe 2;
e. Proses
c. Belum pembuatan invoice
mempunyai terlambat karena
pengalaman data/dokumen
dalam pendukung
hal kerja sama yang disyaratkan
KSO atau konsorsium sangat
dan
minim;
aturan-aturan pendukungnya ;
f. Macetnya mitra/pelanggan untuk membayar tagihan;
d. Terlambat memulai pekerjaan karena terkendala kesiapan alat, tenaga kerja dan
g. Implementasi aplikasi terintegrasi belum berjalan secara maksimal;
biaya;
h. Penurunan harga batubara sehingga penerimaan jumlah sampel dari perusahaan menurun, meski
e. Proses pembuatan invoice terlambat karena data/dokumen pendukung yang
jumlah sampel meningkat namun dengan adanya kebijakan pola pembayaran 50%, penerimaan
disyaratkan sangat minim;
tidak bertambah.
f. Macetnya mitra/pelanggan untuk membayar tagihan;
g. Implementasi aplikasi terintegrasi belum berjalan secara maksimal;

103
h. Penurunan harga batubara sehingga penerimaan jumlah sampel dari perusahaan
menurun, meski jumlah sampel meningkat namun dengan adanya kebijakan
pola pembayaran 50%, penerimaan tidak bertambah.

c. Pendapatan Jasa Pengembangan SDM dan Jasa Pendidikan


c. Pendapatan Jasa Pengembangan
Kontribusi SDM BPSDM
penerimaan dan JasaESDM
Pendidikan
untuk APBN melalui jasa diklat dan
dikjar
c. Pendapatandiharapkan
Kontribusi terus meningkat
penerimaan
Jasa PengembanganBPSDM setiap
SDMESDM
dan tahunnya.
untuk
Jasa Disamping
APBN melalui
Pendidikan dari
jasa diklat kegiatan
dan diklat
dikjar diharapkan
terusdan dikjar, setiap
meningkat
KontribusiBPSDM ESDM
tahunnya.
penerimaan juga ESDM
BPSDM telahdari
Disamping berkontribusi
kegiatan
untuk terhadap
APBNdiklat danjasa
melalui pendapatan
dikjar, BPSDM
diklat negara
ESDMdiharapkan
dan dikjar juga telah
terusmelalui
berkontribusi
meningkatoptimalisasi
terhadap penggunaan
pendapatan
setiap tahunnya. Disamping dan
dari pemanfaatan
negara melalui optimalisasi
kegiatan sarana
diklatpenggunaan
dan dan
dikjar, danprasarana yang
pemanfaatan
BPSDM ESDM jugasarana
telah
dan dimiliki satuan
prasarana
berkontribusi terhadapkerja
yang dimiliki di lingkungan
satuan
pendapatan BPSDM
kerja dimelalui
negara lingkungan ESDM.
BPSDMCapaian
optimalisasi PNBP
ESDM. Capaian
penggunaan jasa
danPNBP diklat dan
jasa diklat
pemanfaatan dan
sarana
dikjar
dikjar BPSDMBPSDM
dan prasarana yang ESDM
ESDM pada
pada tahun
dimiliki tahun
2017
satuan 2017
sebesar
kerja sebesar
Rp. 92,47Rp.
di lingkungan 92,47
Miliar
BPSDM Miliar
terhadap
ESDM. terhadap
target
Capaian PNBPtarget
PNBPtahun PNBP
anggaran
jasa diklat dan
2017 tahun
dikjar BPSDM
anggaran
sebesar ESDM
2017
Rp. 83,89 sebesar
Miliar.
pada tahun
Rp.
Tidak
2017
83,89
adanya
sebesar
Miliar.
Rp.target
Tidak
PNBPadanya
92,47 Miliar
target
tahun 2017
terhadap
PNBP
pada
target
tahun
PPDSM
PNBP
2017
Aparatur
tahun anggaran
pada PPDSM Aparatur
dikarenakan, dikarenakan, diklat yang ada di dalam PPSDM Aparatur hanya
2017 sebesardiklat
Rp. yang
83,89ada di dalam
Miliar. PPSDM
Tidak Aparatur
adanya target hanya
PNBPdiperuntukkan bagi
tahun 2017 pada PNS di lingkungan
PPDSM Aparatur
diperuntukkan
Kementerian ESDM danbagi
tidakPNS di lingkungan
dipungut Kementerian
biaya. Realisasi ESDM dan tidak dipungutdari
dikarenakan, diklat yang ada di dalam PPSDM Aparaturanggaran PPSDM Aparatur
hanya diperuntukkan bagisaat
PNSinidididapat
lingkungan
biaya. RealisasiBMN,
pemindahtanganan anggaran PPSDM Aparatur
pendapatan saat ini didapat dari pemindahtanganan
Kementerian ESDM dan tidak dipungut sewa
biaya. tanah dan
Realisasi bangunan,
anggaran pendapatan
PPSDM Aparaturtahun anggaran
saat ini didapatyang
dari
lalu
BMN, pendapatan sewa tanah dan bangunan, pendapatan tahun anggaran yang
atas belanja barang, belanja pegawaisewa
dan belanja modal.
pemindahtanganan BMN, pendapatan tanah dan bangunan, pendapatan tahun anggaran yang
lalu atas belanja barang, belanja pegawai dan belanja modal.
lalu atas belanja barang, belanja
Tabel pegawai danPNBP
68. Jumlah belanjaJasa
modal.
Diklat T.A. 2017
Tabel 68. Jumlah PNBP Jasa Diklat T.A. 2017
Tabel 68. Jumlah PNBP Jasa Diklat T.A. 2017 PNBP
Target Capaian PNBP
No. Satuan Kerja T.A. 2017 T.A. 2017
Target
(MiliarPNBP
Rp.) Capaian
(Miliar PNBP
Rp.)
No. Satuan Kerja T.A. 2017 T.A. 2017
1. Sekretariat BPSDM ESDM (Miliar Rp.) 0,90
(Miliar Rp.)
0,80
1. Sekretariat
PPSDM BPSDM ESDM
KEBTKE 0,90
1,57
2. 0,80
0,34
2. PPSDM KEBTKEdan Gas Bumi
PPSDM Minyak 1,57
42,49
3. 0,34
45,02
3. PPSDM
PPSDM Minyak
Geologi,dan Gas Bumi
Mineral dan Batubara 45,02 42,49
8,40
4. 7,22
4. PPSDM
PPSDM Geologi,
AparaturMineral dan Batubara 7,22- 8,40
0,48
5.
5. PPSDM Aparatur 0,48
6. STEM Akamigas 31,13- 38,07

6. STEM Akamigas 31,13 38,07


7. Balai Diklat Tambang Bawah Tanah 0,11 0,56
7. Balai Diklat Tambang
TOTAL Bawah Tanah 0,11 0,56
83,89 92,47
TOTAL 83,89 92,47

Tabel 69. Perbandingan Realisasi Penerimaan Jasa Diklat


Tabel 69. Perbandingan Realisasi Penerimaan Jasa Diklat
Tabel 69. Perbandingan Realisasi Penerimaan Jasa Diklat
Indikator Target 2017 Realisasi 2017

PenerimaanIndikator
Negara jasa diklat Target
Rp 83,892017
Miliar Realisasi
Rp 92,472017
Miliar
Penerimaan Negara jasa diklat Rp 83,89 Miliar Rp 92,47 Miliar

3.3 Tujuan III: Terwujudnya Subsidi Energi Yang Lebih Tepat Sasaran dan Harga Yang
104
3.3 Kompetitif
Tujuan III: Terwujudnya Subsidi Energi Yang Lebih Tepat Sasaran dan Harga Yang
Kompetitif
Tujuan strategis III Kementerian ESDM adalah “Terwujudnya Subsidi Energi yang Lebih Tepat
3.3 Tujuan III: Terwujudnya Subsidi Energi Yang Lebih Tepat Sasaran dan Harga Yang
Kompetitif
Tujuan strategis III Kementerian ESDM adalah “Terwujudnya Subsidi Energi
yang Lebih Tepat Sasaran dan Harga yang Kompetitif”. Tujuan III didukung dengan satu
sasaran strategis yaitu Mewujudkan Subsidi Energi yang Lebih Tepat Sasaran yang terdiri
dari dua indikator: (1) Subsidi BBM dan LPG; (2) Subsidi Listrik. Secara lebih rinci, capaian
dari setiap sasaran strategis berikut dengan capaian indikator kinerjanya dapat dilihat
Subsidi Listrik. Secara lebih rinci, capaian dari setiap sasaran strategis berikut dengan capaian indikator
sebagai berikut:
kinerjanya dapat dilihat sebagai berikut:

Sasaran
Sasaran Strategis
Strategis VIII: Mewujudkan
VIII: Mewujudkan Subsidi Subsidi Energi
Energi Yang Yang
Lebih Lebih
Tepat Tepat Sasaran
Sasaran

Tabel70.
Tabel 70.Sasaran
Sasaran Strategis
StrategisVIIIVIII

Tujuan III : Terwujudnya Subsidi Energi yang Lebih Tepat Sasaran dan Harga yang Kompetitif

Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi

Mewujudkan Subsidi Subsidi Energi:


Energi yang Lebih a. Subsidi BBM dan Rp. 50,18 Triliun Rp. 47,05 Triliun
Tepat Sasaran LPG (termasuk carry over)
b. Subsidi Listrik
Rp. 48,56 Triliun Rp. 47,82 Triliun

1. Subsidi BBM dan LPG


1. Subsidi BBM
Untuk dan LPGsubsidi BBM dan LPG yang lebih tepat sasaran dan dengan pertimbangan
mewujudkan
perkembanganUntuk mewujudkan
kebutuhan nasional atas subsidi BBM Joko
BBM, Presiden danWidodo
LPG yang lebih 31
pada tanggal tepat sasaran
Desember 2014 dan
dengan pertimbangan
menandatangani Perpres Nomorperkembangan kebutuhan
191 Tahun 2014 tentang nasional
Penyediaan, atas BBM,danPresiden
Pendistribusian Harga JualJoko
Widodo
Eceran BBM. pada tanggal
Jenis BBM 31 Desember
yang diatur 2014
dalam Perpres ini menandatangani
terdiri dari jenis BBMPerpres Nomor
tertentu, jenis BBM191 Tahun
khusus

AKUNTABILITAS KERJA
2014 tentang
penugasan dan jenisPenyediaan,
BBM umum. Pendistribusian dan Harga Jual Eceran BBM. Jenis BBM yang
diaturSedangkan
dalam Perpres ini terdiri
Realisasi subsidi dari
BBM jenis
danBBM
LPGtertentu, jenis BBM
Tahun 2017 khusus
sebesar penugasan
Rp.47,05 Triliun dan
jenis BBMTerdiri
(unaudited). umum. dari Rp. 38,75 Triliun untuk LPG dan Rp. 8,30 Triliun untuk BBM.
Sedangkan Realisasi subsidi BBM dan LPG Tahun 2017 sebesar Rp.47,05 Triliun
(unaudited). Terdiri dari Rp. 38,75 Triliun untuk LPG dan Rp. 8,30 Triliun untuk BBM.
Seperti terlihat pada grafik diatas, Pembayaran subsidi LPG Tabung 3 Kg tahun
2017 adalah sebesar Rp. 38,75 Triliun (unaudited), sedangkan pagu APBNP 2017 sebesar
Rp. 39,95 Triliun. Besarnya pembayaran subsidi tersebut disebabkan karena volume
penggunaan LPG Tabung 3 Kg meningkat, yaitu sebesar 6.305.422 MTon (unaudited),
melebihi volume APBNP sebesar 6.199.000 M Ton dan adanya kenaikan harga indeks
LPG (CP Aramco).
Pembayaran subsidi BBM JBT tahun 2017 adalah sebesar Rp. 8,30 Triliun
(unaudited) terdiri atas subsidi Minyak Tanah sebesar Rp. 1,72 Triliun dan subsidi Minyak
Solar sebesar Rp. 6,58 Triliun, sedangkan pagu APBNP 2017 sebesar Rp. 10,24 Triliun

105
Gambar 35. Grafik Perkembangan Realisasi Subsidi 2010-2017
Gambar 35. Grafik Perkembangan Realisasi Subsidi 2010-2017

(subsidi Minyak Tanah sebesar Rp. 2,49 Triliun dan subsidi Minyak Solar sebesar Rp. 7.75
Seperti terlihat pada grafik diatas, Pembayaran subsidi LPG Tabung 3 Kg tahun 2017
Triliun.
adalah Volume
sebesar Rp. BBM
38,75JBT APBNP
Triliun 2017 sebesar
(unaudited), 16.110.000
sedangkan KL terdiri
pagu APBNP atas Minyak
2017 sebesar Tanah
Rp. 39,95
sebesar
Triliun. 610.000
Besarnya KL dan subsidi
pembayaran subsidi Minyak
tersebut Solar sebesar
disebabkan 15.500.000
karena KL. Total Realisasi
volume penggunaan LPG
penggunaan
Tabung BBM JBTyaitu
3 Kg meningkat, sebesar 15.018.931
sebesar KL (unaudited)
6.305.422 MTon (unaudited),terdiri atas
melebihi Minyak
volume Tanah
APBNP
sebesar
sebesar 527.253
6.199.000 KL dan
M Ton subsidikenaikan
dan adanya Minyakharga
Solarindeks
sebesar
LPG 14.491.679
(CP Aramco).KL. Sehingga realisasi
Volume BBM JBT lebih
Pembayaran subsidirendah daritahun
BBM JBT volume
2017APBNP.
adalah sebesar Rp. 8,30 Triliun (unaudited)
KESDMMinyak
terdiri atas subsidi hanyaTanah
melakukan
sebesarverifikasi terhadap
Rp. 1,72 Triliun dan volume BBM dan
subsidi Minyak pendistribusian
Solar sebesar Rp.
6,58
LPGTriliun,
Tabung sedangkan pagudilakukan
3 Kg yang APBNP 2017
PT.sebesar Rp. 10,24
Pertamina Triliun dan
(Persero) (subsidi Minyak Tanah
selanjutnya hasilsebesar
verifikasi
Rp. 2,49 Triliun
tersebut dan subsidi Minyak
disampaikan kepadaSolar sebesar Rp. 7.75
Kementerian Triliun. Volume
Keuangan dalamBBM JBT APBNP
rangka 2017
pembayaran
sebesar 16.110.000
subsidinya. KL terdiriadanya
Dikarenakan atas Minyak Tanah
faktor sebesar
di luar 610.000
kendali KESDMKL dan subsidi
yaitu hargaMinyak
minyakSolar
dunia
sebesar 15.500.000 KL. Total Realisasi penggunaan BBM JBT sebesar 15.018.931 KL (unaudited)
maka indikator besaran nilai Rp. subsidi diharapkan untuk tidak dijadikan indikator
terdiri atas Minyak Tanah sebesar 527.253 KL dan subsidi Minyak Solar sebesar 14.491.679 KL.
kinerja KESDM.
Sehingga realisasi Volume BBM JBT lebih rendah dari volume APBNP.
2. Subsidi Listrik
KESDM hanya melakukan verifikasi terhadap volume BBM dan pendistribusian LPG
Subsidi Listrik adalah selisih kurang antara tarif tenaga listrik rata-rata (Rp./kWh)
Tabung 3 Kg yang dilakukan PT. Pertamina (Persero) dan selanjutnya hasil verifikasi tersebut
dari masing-masing Golongan Tarif dikurangi dengan BPP (Rp./kWh) pada tegangan di
disampaikan kepada Kementerian Keuangan dalam rangka pembayaran subsidinya. Dikarenakan
masing-masing Golongan Tarif ditambah marjin (% tertentu dari BPP) dikalikan volume
adanya faktor di luar kendali KESDM yaitu harga minyak dunia maka indikator besaran nilai Rp.
penjualan (kWh) untuk setiap Golongan Tarif.
subsidi diharapkan untuk tidak dijadikan indikator kinerja KESDM.
Capaian subsidi listrik tahun 2017 sebesar Rp. 47,82 Triliun dari target awal di
Perjanjian Kinerja sebesar Rp. 48,56 Triliun. Penurunan sebesar Rp. 0,74 Triliun tersebut

106
Subsidi Listrik adalah selisih kurang antara tarif tenaga listrik rata-rata (Rp./kWh) dari
masing-masing Golongan Tarif dikurangi dengan BPP (Rp./kWh) pada tegangan di masing-masing
Golongan Tarif ditambah marjin (% tertentu dari BPP) dikalikan volume penjualan (kWh) untuk
setiap Golongan Tarif.

Gambar 36. Grafik Perkembangan Subsidi Listrik Tahun 2012-2017


Gambar 36. Grafik Perkembangan Subsidi Listrik Tahun 2012-2017

dikarenakan sampai akhir tahun terjadi penyesuaian pada tarif penjualan tenaga listrik
Capaian
dan BPP subsidiper
(Rp./kWh) listrik tahun 2017
tegangan sebesar Rp. 47,82
di masing-masing Triliuntarif.
golongan dari target awal di Perjanjian
Kinerja sebesar Rp. 48,56subsidi
Penurunan Triliun. listrik
Penurunan
dapatsebesar Rp. 0,74
dilakukan Triliun
dengan tersebut dikarenakan
penyesuaian sampai
tarif tenaga
listrik
akhir untuk
tahun golongan
terjadi tertentu,pada
penyesuaian perbaikan energi mixtenaga
tarif penjualan pembangkit, pengurangan
listrik dan losses, per
BPP (Rp./kWh)
dan mekanisme
tegangan pemberian
di masing-masing marjin
golongan PT PLN (Persero) yang lebih terukur.
tarif.
Sesuai dengan Peraturan Menteri ESDM Nomor 28 Tahun 2016 tentang Tarif
Penurunan subsidi listrik dapat dilakukan dengan penyesuaian tarif tenaga listrik untuk
Tenaga Listrik yang Disediakan oleh PT PLN (Persero), bahwa terhadap rumah tangga
golongan tertentu, perbaikan energi mix pembangkit, pengurangan losses, dan mekanisme
mampu 900 VA, mulai 1 Januari 2017 tarifnya disesuaikan menuju tarif keekonomian
pemberian marjin PT PLN (Persero) yang lebih terukur.
secara bertahap setiap dua bulan, sedangkan rumah tangga miskin dan tidak mampu
Sesuai
dengan dayadengan
450 VAPeraturan Menteri
dan 900 VA ESDM
tarifnya tetapNomor 28 Tahunsubsidi
dan diberikan 2016 tentang Tarif Tenaga
listrik. Kemudian

AKUNTABILITAS KERJA
Listrik
telahyang
terbitDisediakan oleh PT
juga Peraturan PLN (Persero),
Menteri bahwa2016
nomor 29 Tahun terhadap rumah
tentang tangga mampu
Mekanisme 900 VA,
pemberian
mulai 1 Januari
subsidi 2017 tarifnya
tarif tenaga disesuaikan
listrik untuk rumah menuju
tangga.tarif
Keduakeekonomian secara
Permen ESDM bertahap
diatas setiap dua
dikeluarkan
dengan
bulan, tujuanrumah
sedangkan untuktangga
melaksanakan kebijakan
miskin dan subsidi
tidak mampu listrikdaya
dengan tepat sasaran
450 VA danpada rumah
900 VA tarifnya
tangga
tetap dengan daya
dan diberikan 900listrik.
subsidi VA. Kemudian telah terbit juga Peraturan Menteri nomor 29 Tahun
2016 tentangKemajuan
Mekanismedari kebijakan
pemberian subsidi
subsidi listrik listrik
tarif tenaga tepat untuk
sasaran pada
rumah rumah
tangga. tangga
Kedua Permen
dengan
ESDM daya
diatas 900 VA selain
dikeluarkan telah
dengan diatur
tujuan dalam
untuk Permen ESDM
melaksanakan yaitu Telah
kebijakan subsididilakukan
listrik tepat
penyesuaian
sasaran tariftangga
pada rumah tenaga listrik daya
dengan tahap pertama
900 VA. (Jan-Feb 2017) terhadap rumah tangga
mampu daya 900 VA.
Sedangkan sosialisasi yang telah dilakukan di tahun 2017 yaitu:
1. Penayangan kembali Iklan Layanan Masyarakat (ILM) Subsidi Listrik Tepat Sasaran;
2. Sosialisasi dengan Pemda di beberapa daerah, seperti: Medan, Balikpapan, Surabaya,
Bandung, Palembang;
3. Sosialisasi kepada Media/Forum Redaktur di Medan, Balikpapan, Surabaya, Bandung,
dan Palembang.

107
1. Penayangan kembali Iklan Layanan Masyarakat (ILM) Subsidi Listrik Tepat Sasaran;
2. Sosialisasi dengan Pemda di beberapa daerah, seperti: Medan, Balikpapan, Surabaya, Bandung,
Palembang;
3. Sosialisasi kepada Media/Forum Redaktur di Medan, Balikpapan, Surabaya, Bandung, dan
Palembang.

Gambar 37. Mekanisme


Gambar 37. Mekanisme Pengaduan
Pengaduan Subsidi
Subsidi Listrik
Listrik Tepat Tepat Sasaran
Sasaran

3.4 Tujuan IV: Terwujudnya


3.4 Tujuan Peningkatan
IV: Terwujudnya Peningkatan Investasi Sektor
Investasi Sektor ESDM
ESDM
Tujuan strategis
Tujuan strategis IV Kementerian
IV Kementerian ESDM
ESDM adalah adalah Peningkatan
“Terwujudnya “Terwujudnya Peningkatan
Investasi Sektor
ESDM”.Sektor
Investasi Tujuan IV didukung
ESDM”. dengan satu
Tujuan sasaran strategis
IV didukung yaitu Meningkatnya
dengan satu sasaranInvestasi Sektor
strategis yaitu
ESDM yang terdiri dari empat indikator: (1) Investasi Minyak dan Gas Bumi; (2) Investasi
Meningkatnya Investasi Sektor ESDM yang terdiri dari empat indikator: (1) Investasi
Ketenagalistrikan; (3) Investasi Mineral dan Batubara; (4) Investasi EBTKE. Secara lebih rinci,
Minyak dan Gas Bumi; (2) Investasi Ketenagalistrikan; (3) Investasi Mineral dan Batubara;
capaian dari setiap sasaran strategis berikut dengan capaian indikator kinerjanya dapat dilihat
(4) Investasi EBTKE. Secara lebih rinci, capaian dari setiap sasaran strategis berikut
sebagai berikut:
dengan capaian
Sasaran indikator
Strategis kinerjanya
IX: Meningkatkan dapat
Investasi dilihat
Sektor sebagai berikut:
ESDM

Sasaran Strategis IX: Meningkatkan Investasi


Tabel 71. Sektor
Sasaran ESDM
Strategis IX
Sasaran Strategis IX: Meningkatkan Investasi Sektor ESDM
Tabel 71. Sasaran Strategis IX
Tujuan IV : Terwujudnya Peningkatan
Tabel Investasi Sektor
71. Sasaran ESDMIX
Strategis

Tujuan IV : Terwujudnya
Sasaran Strategis Peningkatan Investasi
Indikator Sektor ESDM
Kinerja Target Realisasi

Sasaran Strategis
Meningkatkan Indikator
Investasi SektorKinerja
ESDM: Target Realisasi

Investasi Sektor ESDM 1. Minyak dan Gas Bumi 22,2 Miliar US$ 10,18 Miliar US$
Meningkatkan Investasi Sektor ESDM:
2. Ketenagalistrikan 19,4 Miliar US$ 9,07 Miliar US$
Investasi Sektor ESDM 1. Minyak dan Gas Bumi 22,2 Miliar US$ 10,18 Miliar US$
3. Mineral dan Batubara 6,9 Miliar US$ 6,14 Miliar US$
2. Ketenagalistrikan 19,4 Miliar US$ 9,07 Miliar US$
4. EBTKE 1,89 Miliar US$ 1,96 Miliar US$
3. Mineral dan Batubara 6,9 Miliar US$ 6,14 Miliar US$
4. EBTKE 1,89 Miliar US$ 1,96 Miliar US$
1. Investasi Sub Sektor Minyak dan Gas Bumi
1. Investasi Sub Sektor Minyak dan Gas Bumi
1. Investasi Sub Sektor Minyak dan Gas Bumi
Tabel 72. Realisasi Investasi Subsektor Migas
Tabel 72. Realisasi Investasi Subsektor Migas
Tabel 72. Realisasi Investasi Subsektor Migas Persentase
Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi
Capaian
Optimalnya Persentase
Sasaran Strategis Indikator Kinerja
Jumlah Realisasi Target Realisasi
Investasi Sektor Capaian
Investasi 22,2 Miliar US$ 10,2 Miliar US$ 45,86 %
ESDM dalam
Optimalnya Subsektor Migas
Jumlah Realisasi
Penerimaan Negara
Investasi Sektor
Investasi 22,2 Miliar US$ 10,2 Miliar US$ 45,86 %
ESDM dalam
Subsektor Migas
Penerimaan Negara
Nilai realisasi investasi hulu migas diperoleh dari nilai belanja (expenditure) yang
108nilai belanja KKKS produksi dan non-produksi.
direkapitulasi oleh SKK Migas yang terdiri dari
Nilai realisasi investasi hulu migas diperoleh dari nilai belanja (expenditure) yang
Belanja kegiatan non-produksi antara lain termasuk belanja untuk kegiatan seismik, studi GnG,
direkapitulasi oleh SKK Migas yang terdiri dari nilai belanja KKKS produksi dan non-produksi.
pemboran fase eksplorasi, pre-development cost, dan UKL-UPL. Untuk kegiatan produksi termasuk
Nilai realisasi investasi hulu migas diperoleh dari nilai belanja (expenditure)
yang direkapitulasi oleh SKK Migas yang terdiri dari nilai belanja KKKS produksi dan non-
produksi. Belanja kegiatan non-produksi antara lain termasuk belanja untuk kegiatan
seismik, studi GnG, pemboran fase eksplorasi, pre-development cost, dan UKL-UPL. Untuk
kegiatan produksi termasuk kegiatan eksplorasi, development, dan kegiatan produksi.
Nilai realisasi hilir migas diperoleh dari hasil rekapitulasi realisasi investasi
berbasis izin usaha hilir migas. Rekapitulasi ini dilakukan oleh Ditjen Migas. Sehubungan
dengan Peraturan Menter ESDM nomor 29 Tahun 2017 tentang perijinan pada kegiatan
usaha hilir migas dan Surat Keputusan Ijin Usaha, masing-masing BU hilir migas memiliki
kewajiban untuk menyampaikan laporan terkait progres pembangunan infrastruktur
hilir migas, dimana salah satu item yang dilaporkan adalah realisasi investasi hilir migas.
Hasil rekapitulasi dimaksud kemudian menjadi angka realisasi investasi hilir migas.
Adapun realisasi investasi migas dapat terlihat pada diagram berikut:

Gambar 38. Grafik Realisasi Investasi Migas Tahun 2010 – 2017

AKUNTABILITAS KERJA
Gambar 38. Grafik Realisasi Investasi Migas Tahun 2010 – 2017

Realisasi investasi minyak dan gas bumi di tahun 2017 sebesar 10.177 Juta US$
Realisasi
berasal dari sektorinvestasi minyak9.331
hulu sebesar dan gas bumi
Juta US$diyang
tahundidapat
2017 sebesar 10.177 KKKS
dari belanja Juta US$ berasal
Produksi
dari
dan sektor
KKKS Nonhulu sebesar dan
Produksi 9.331846
JutaJuta
US$US$
yangyang
didapat dari belanja
diperoleh dariKKKS Produksi
sektor hilir. dan KKKS Non
ProduksiKenaikan/penurunan
dan 846 Juta US$ yang diperoleh dari sektor
nilai investasi hilir.
migas disebabkan dari berbagai faktor
antara lain kondisi investasi hulu
Kenaikan/penurunan dan hilirmigas
nilai investasi migas. Jika dilihat
disebabkan daripada tahun
berbagai 2010
faktor – 2013,
antara lain
terjadi
kondisikenaikan harga
investasi hulu dan minyak dunia
hilir migas. kemudian
Jika dilihat dilanjutkan
pada tahun sepanjang
2010 – 2013, tahun 2015
terjadi kenaikan harga
terjadi
minyakpenurunan signifikan
dunia kemudian harga sepanjang
dilanjutkan minyak mentah yang
tahun 2015 akhirnya
terjadi sampai
penurunan menyentuh
signifikan harga
minyak
level mentahsebesar
terendah yang akhirnya sampai menyentuh
27 US$/barrel di Januarilevel terendah sebesar 27 US$/barrel di Januari
2016.
2016. Di sektor hilir realisasi investasi pada tahun 2017 didominasi oleh investasi di
bidang penyimpanan dan pengolahan migas. Di sektor penyimpanan migas, terdapat
pembangunan terminal penyimpanan BBM PT. Oiltanking Karimun dengan kapasitas
sebesar 681.500 KL dan nilai investasi yang mencapai 251 Juta US$. Sementara di sektor
pengolahan migas, terdapat pembangunan pengolahan gas PT. South Sulawesi LNG

109
dari sektor hulu sebesar 9.331 Juta US$ yang didapat dari belanja KKKS Produksi dan KKKS Non
Produksi dan 846 Juta US$ yang diperoleh dari sektor hilir.

Kenaikan/penurunan nilai investasi migas disebabkan dari berbagai faktor antara lain
kondisi investasi hulu dan hilir migas. Jika dilihat pada tahun 2010 – 2013, terjadi kenaikan harga
minyak dunia kemudian dilanjutkan sepanjang tahun 2015 terjadi penurunan signifikan harga
minyak mentah yang akhirnya sampai menyentuh level terendah sebesar 27 US$/barrel di Januari
dengan nilai investasi sebesar 317 Juta US$ berdasarkan laporan Izin Usaha Sementara
2016.
per September 2016.

Di sektor hilir realisasi investasi pada tahun 2017 didominasi oleh investasi di bidang
penyimpanan dan pengolahan migas. Di sektor penyimpanan migas, terdapat pembangunan
terminal penyimpanan BBM PT. Oiltanking Karimun dengan kapasitas sebesar 681.500 KL dan nilai
investasi yang mencapai 251 Juta US$. Sementara di sektor pengolahan migas, terdapat
pembangunan pengolahan gas PT. South Sulawesi LNG dengan nilai investasi sebesar 317 Juta US$
berdasarkan laporan Izin Usaha Sementara per September 2016.
Gambar 39. Grafik Realisasi Investasi Hulu Migas Tahun 2010 – 2017

Gambar 39. Grafik Realisasi Investasi Hulu Migas Tahun 2010 – 2017

Gambar 40. Grafik Realisasi Investasi Hilir Migas Tahun 2010 – 2017
Gambar 40. Grafik Realisasi Investasi Hilir Migas Tahun 2010 – 2017

Pergerakan harga minyak bumi menjadi faktor penentu nilai realisasi investasi
Pergerakan harga minyak bumi menjadi faktor penentu nilai realisasi investasi sehingga ini
sehingga ini menjadi salah satu kendala yang dihadapi dalam meningkatkan investasi
menjadi salah satu kendala yang dihadapi dalam meningkatkan investasi sub sektor migas.
sub sektor migas.
Upaya
Upaya yang yangPemerintah
dilakukan dilakukandalam
Pemerintah dalam rangka
rangka meningkatkan meningkatkan
investasi investasi
sub sektor migas sub
sektor
antara lain migas antara lain adalah:
adalah:
• Transparansi
• Transparansi dan akses
dan kemudahan kemudahan aksesmigas
data investasi databaik
investasi
di hulumigas
maupunbaik
hilirdi; hulu maupun hilir ;
• Penyederhanaan
• Penyederhanaan perizinan danperizinan dan
keterbukaan keterbukaan informasi;
informasi;
• Kemudahan-kemudahan berupa insentif dari pemerintah melalui kebijakan fiskal dan memberi
opsi berupa gross split bagi investor. 110
• Kemudahan-kemudahan berupa insentif dari pemerintah melalui kebijakan fiskal dan
memberi opsi berupa gross split bagi investor.
2. 2. Investasi SubSektor
Investasi Sub Sektor Ketenagalistrikan
Ketenagalistrikan
Investasi
Investasi sub sub sektor
sektor ketenagalistrikan
ketenagalistrikan pada
pada tahun tahun
2015 2015
sebesar 8,06sebesar 8,06 pada
Miliar US$dan Miliar
US$dan pada
tahun 2017 tahun
menjadi 9,06 2017
Miliar menjadi 9,06 dari
US$atau 46,7% Miliar US$atau
target 46,7%
tahun 2017 dari19,4
sebesar target
Miliartahun
US$
dikarenakan
2017 beberapa
sebesar proyekUS$
19,4 Miliar IPP masih dalam proses
dikarenakan pengadaan
beberapa dan sebagian
proyek proyek
IPP masih yang sudah
dalam proses
tahap kontrakdan
pengadaan namun belum financial
sebagian proyekclose.
yang Selain
sudahitu, beberapa IPP masih
tahap kontrak belum belum
namun dapat dilakukan
financial
prosesSelain
close. penyerapan karena terdapat
itu, beberapa hambatan
IPP masih dalam dilakukan
belum dapat pembebasan lahanpenyerapan
proses (penetapan lokasi,
karena
tumpang tindih lahan dan penolakan warga).
terdapat hambatan dalam pembebasan lahan (penetapan lokasi, tumpang tindih lahan
Kemudahan perizinan dan ketersediaan lahan merupakan 2 faktor kunci yang harus
dan penolakan warga).
diselesaikan kedepan agar investasi sektor ketenagalistrikan semakin bergairah.
Kemudahan perizinan dan ketersediaan lahan merupakan 2 faktor kunci yang
harus diselesaikan kedepan agar investasi sektor ketenagalistrikan semakin bergairah.

Gambar 41. Investasi Sub Sektor Ketenagalistrikan Tahun 2010-2017

AKUNTABILITAS KERJA
Gambar 41. Investasi Sub Sektor Ketenagalistrikan Tahun 2010-2017

Investasi
Investasi merupakan
merupakan modal
modal dasar dasarperekonomian,
penggerak penggerakyangperekonomian, yang
mewujudkan kegiatan
mewujudkan
usaha di sektorkegiatan usaha di energi
ESDM. Penyediaan sektordan
ESDM. Penyediaan
mineral energi dan
serta penerimaan sektormineral serta
ESDM yang
penerimaan sektor ESDM
mendorong pertumbuhan yang mendorong
ekonomi pertumbuhan
dan kesejateraan ekonomi
rakyat, berawal dan kesejateraan
dari investasi. Investasi
rakyat, berawal mencakup
ketenagalistrikan dari investasi. Investasi
pembangunan ketenagalistrikan
pembangkitan, mencakup
transmisi, gardu pembangunan
induk, gardu distribusi
pembangkitan, transmisi,
dan jaringan distribusi gardu
serta usaha induk, ketenagalistrikan.
penunjang gardu distribusiPeran
danPemerintah
jaringan distribusi serta
dalam investasi
di sub sektor
usaha ketenagalistrikan
penunjang cukup besar.
ketenagalistrikan. LebihPemerintah
Peran dari Rp. 3 Triliun per tahun
dalam dialokasikan
investasi di sub APBN
sektor
untuk infrastruktur pembangkit
ketenagalistrikan listrik.
cukup besar. Lebih dari Rp. 3 Triliun per tahun dialokasikan APBN
untuk infrastruktur pembangkit listrik.
Realisasi investasi ketenagalistrikan tahun 2017 mencapai 9,065 Miliar US$
sementara target investasi pada tahun 2018 sebesar 24,88 Miliar US$ dengan asumsi
pembangkit dan direncanakan pada 2019 sekitar 16,83 Miliar US$ utamanya karena
pembangunan Program Ketenagalistrikan 35.000 MW. Perkembangan pembangunan
Program Ketenagalistrikan 35.000 MW dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

111
target investasi pada tahun 2018 sebesar 24,88 Miliar US$ dengan asumsi pembangkit dan
direncanakan pada 2019 sekitar 16,83 Miliar US$ utamanya karena pembangunan Program
Ketenagalistrikan 35.000 MW. Perkembangan pembangunan Program Ketenagalistrikan 35.000
MW dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

GambarProgram
Gambar 42. Perkembangan Pembangunan 42. Ketenagalistrikan 35.000 MW
Perkembangan Pembangunan Program Ketenagalistrikan 35.000 MW (Status Desember 2017)
(Status Desember 2017)

Berdasarkan Renstra Ditjen Ketenagalistrikan Tahun 2015–2019, target


Berdasarkan Renstra Ditjen Ketenagalistrikan Tahun 2015–2019, target investasi
investasi ketenagalistrikan tahun 2017 sebesar 19,40 Miliar US$ dan direncanakan pada
ketenagalistrikan tahun 2017 sebesar 19,40 Miliar US$ dan direncanakan pada 2019 sekitar 15,89
2019 sekitar 15,89 Miliar US$. Hal ini dikarenakan aspek pembangunan pembangkit
Miliar US$. Hal ini dikarenakan aspek pembangunan pembangkit tenaga listrik, yang memiliki
tenaga listrik, yang memiliki proporsi terbesar investasi sektor ketenagalistrikan
proporsi terbesar investasi sektor ketenagalistrikan terutama pada pembangunan Program
terutama pada pembangunan Program Ketenagalistrikan 35.000 MW, telah memasuki
Ketenagalistrikan 35.000 MW, telah memasuki tahap pembayaran disburstment terakhir dan
tahap pembayaran disburstment terakhir dan pembangkit telah sampai pada tahap
pembangkit telah sampai pada tahap Commercial Operation Date (COD).
Commercial Operation Date (COD).
Terdapat beberapa kebijakan sub sektor ketenagalistrikan yang akan dilakukan dalam
Terdapat beberapa kebijakan sub sektor ketenagalistrikan yang akan dilakukan
rangka mendongkrak investasi, antara lain :
dalam rangka mendongkrak investasi, antara lain :
a. Penyederhanan Perizinan;
a. Penyederhanan Perizinan;
b. Pendelegasian Kewenangan Perizinan Kepada BKPM (Badan Koordinasi Penanaman Modal)
b. Pendelegasian Kewenangan Perizinan Kepada BKPM (Badan Koordinasi Penanaman
dalam rangka Pelayanan Tepadu Satu Pintu (PTSP);
Modal) dalam rangka Pelayanan Tepadu Satu Pintu (PTSP);
c. Regulasi terkait Prosedur Pembelian Tenaga Listrik & Harga Patokan Pembelian Tenaga Listrik
c. Regulasi terkait Prosedur Pembelian Tenaga Listrik & Harga Patokan Pembelian
Oleh PT PLNTenaga
(Persero) sertaOleh
Listrik mekanisme
PT PLNPemilihan
(Persero)Langsung dan Penunjukan
serta mekanisme Langsung
Pemilihan dengan dan
Langsung
maksud antara lain :
Penunjukan Langsung dengan maksud antara lain :
- Mempercepat
- negosiasi harga
Mempercepat dengan adanya
negosiasi harga patokan;
harga dengan adanya harga patokan;
- Mempercepat
- prosedur persetujuan
Mempercepat harga antaraharga
prosedur persetujuan PLN antara
dan IPP (mempercepat
PLN waktu
dan IPP (mempercepat
negosiasi) yang selama
waktu ini memakan
negosiasi) yangwaktu lama
selama inidan berlarut-larut
memakan waktulebih
lamadari
dansetahun;
berlarut-larut
- Memberikanlebih
kepastian/keyakinan
dari setahun; bagi PLN dalam pelaksanaan pembelian tenaga listrik;
- Membangun
- iklim investasikepastian/keyakinan
Memberikan yang lebih kondusif. bagi PLN dalam pelaksanaan pembelian
tenaga listrik;
- Membangun iklim investasi yang lebih kondusif.
3. Investasi Subsektor Mineral dan Batubara 117
Realisasi dan Capaian Kinerja Kementerian ESDM Tahun 2017 Sampai dengan
akhir tahun 2017, realisasi investasi sub sektor Minerba sebesar 6.14 Miliar US$ atau
89 % dari target awal sebesar 6,90 Miliar US$. Investasi di sub sektor minerba berperan

112
3. Investasi Subsektor Mineral dan Batubara Realisasi dan Capaian Kinerja Kementerian ESDM
Tahun 2017

Tabel 73. Investasi


Tabel Subsektor
73. Investasi Minerba
Subsektor Minerba

Indikator Persentase
Sasaran Strategis Target Realisasi
Kinerja Capaian
Optimalnya Jumlah
Investasi Sektor Realisasi
ESDM dalam Investasi 6,90 Miliar US$ 6,14 Miliar US$ 89%
Penerimaan Subsektor
Negara Minerba

penting dalam
Sampai mendorong
dengan kegiatan
akhir tahun perekonomian
2017, realisasi investasi khususnya bagi masyarakat
sub sektor Minerba sebesar 6.14sekitar
tambang.
Miliar US$ atau Kegiatan investasi
89 % dari target awal pertambangan
sebesar 6,90 Miliarskala besar dapat
US$. Investasi di sub dipantau terutama
sektor minerba
berperan penting
kegiatan dalam yang
investasi mendorong kegiatan
dilakukan olehperekonomian khususnya
pemegang Kontrak bagi (KK),
Karya masyarakat
PKP2Bsekitar
dan BUMN.
tambang. Kegiatan investasi
Peran pelakupertambangan
usaha jasaskala besar dapat dipantau
pertambangan terutama
nasional haruskegiatan
didukunginvestasi
sehingga
yangkegiatan
dilakukan pertambangan
oleh pemegang Kontrak Karya
semakin (KK), PKP2Bmendukung
berdampak dan BUMN. ekonomi dan kesejahteraan
nasional
Peran secara
pelaku umum dan pertambangan
usaha jasa secara khususnasional
bagi ekonomi daerah dan
harus didukung masyarakat
sehingga kegiatansekitar
tambang.semakin berdampak mendukung ekonomi dan kesejahteraan nasional secara umum
pertambangan
Total
dan secara khusus bagirealisasi investasi
ekonomi daerah sub sektorsekitar
dan masyarakat Minerba tahun
tambang. 2016 tercapai 97,03%
dikarenakan meningkatnya
Total realisasi investasi subinvestasi kegiatan
sektor Minerba Izin2016
tahun Usaha Jasa Pertambangan
tercapai (IUJP) dan
97,03% dikarenakan
Surat Keterangan
meningkatnya investasi Terdaftar (SKT).
kegiatan Izin Usaha Jasa Pertambangan (IUJP) dan Surat Keterangan
Terdaftar (SKT).Apabila dibandingkan antara realisasi investasi sub sektor minerba dengan
target investasi sub sektor Minerba tahun 2017 pada Renstra Kementerian ESDM 2015-
Apabila
2019 dibandingkan
sebesar antara
6,90 Miliar US$,realisasi investasi sub
maka realisasi sektor mencapai
investasi minerba dengan
6.14target
Miliarinvestasi
US$ atau 89
sub sektor Minerba tahun 2017 pada Renstra Kementerian ESDM 2015-2019 sebesar 6,90 Miliar
% dari target Renstra. Peningkatan capaian investasi ini disebabkan oleh meningkatnya
US$, maka realisasi investasi mencapai 6.14 Miliar US$ atau 89 % dari target Renstra. Peningkatan
pembangunan fasilitas pengolahan dan pemurnian di dalam negeri, peningkatan
capaian investasi ini disebabkan oleh meningkatnya pembangunan fasilitas pengolahan dan
investasi perusahaan pertambangan mineral dan batubara karena kenaikan harga
pemurnian di dalam negeri, peningkatan investasi perusahaan pertambangan mineral dan
komoditas, peningkatan promosi mineral dan batubara dan peningkatan investasi
batubara karena kenaikan harga komoditas, peningkatan promosi mineral dan batubara dan
peningkatan investasi kegiatan Izin Usaha Jasa Pertambangan (IUJP) dan Surat Keterangan

AKUNTABILITAS KERJA
Terdaftar (SKT). Sedangkan jika dibandingkan antara realisasi capaian investasi sub sektor
minerba dibandingkan dengan realisasi investasi sub sektor minerba tahun 2016 sebesar 7,23
Miliar US$, maka realisasi investasi sub sector minerba tahun 2017 mencapai 7,59 Miliar US$ yang
meningkat sebesar 36 Juta US$ atau meningkat sebesar 4%. Di gambar berikut terdapat rincian
realisasi investasi minerba.

118

Gambar 43. Rincian Realisasi Investasi Sub Sektor Minerba Tahun 2017
Gambar 43. Rincian Realisasi Investasi Sub Sektor Minerba Tahun 2017

Adapun perkembangan realisasi investasi


113 sub sektor Minerba dalam 2 tahun terakhir
dapat dilihat pada tabel di bawah.
kegiatan Izin Usaha Jasa Pertambangan (IUJP) dan Surat Keterangan Terdaftar (SKT).
Sedangkan jika dibandingkan antara realisasi capaian investasi sub sektor minerba
dibandingkan dengan realisasi investasi sub sektor minerba tahun 2016 sebesar 7,23
Miliar US$, maka realisasi investasi sub sector minerba tahun 2017 mencapai 7,59 Miliar
Gambar 43. Rincian Realisasi Investasi Sub Sektor Minerba Tahun 2017
US$ yang meningkat sebesar 36 Juta US$ atau meningkat sebesar 4%. Di gambar berikut
terdapatAdapun
rincianperkembangan
realisasi investasi minerba.
realisasi investasi sub sektor Minerba dalam 2 tahun terakhir
Adapun perkembangan
dapat dilihat pada tabel di bawah. realisasi investasi sub sektor Minerba dalam 2 tahun
terakhir dapat dilihat pada tabel di bawah.

Tabel 74. Realisasi Nilai Investasi Tahun 2015-2017


Tabel 74. Realisasi Nilai Investasi Tahun 2015-2017

Uraian Target PK 2017 Realisasi 2017 *)

Perusahaan Juta US$ Rp. Triliun Juta US$ Rp. Triliun

KK 1.828 21,94 1.735,43 22,56


PKP2B 1.293 15,52 467,86 6,08
IUP BUMN 293 3,52 293,36 3,81
IUJP dan SKT 1.310 15,72 2.297,75 29,87
Pengolahan dan 2.175 26,10 1.343,63 17,47
pemurnian

TOTAL 6.909,00 82,80 6.138,03 79,79

Tabel 75. Perkembangan Nilai Investasi Minerba Tahun 2015-2017


Tabel 75. Perkembangan Nilai Investasi Minerba Tahun 2015-2017

Tahun 2015 Tahun 2016 Tahun 2017

Rencana Realisasi Rencana Realisasi Rencana Realisasi

Rp. 74 T Rp. 71,15 T Rp. 78,11 T Rp. 93,96 T Rp. 82 T Rp. 79,79 T

6.141 5.152,4 6.509 7.227,89 6.909 6.138,03


Juta US$ Juta US$ Juta US$ Juta US$ Juta US$ Juta US$
Kurs Kurs Kurs Kurs Kurs Kurs
Rp. 12.000,- Rp. 13.800,- Rp. 12.000,- Rp. 13.000,- Rp. 12.000,- Rp. 13.000,-

Dalam rangka lebih mengoptimalkan investasi Minerba kedepan maka


Dalam rangka lebih mengoptimalkan investasi Minerba kedepan maka dilakukan upaya-
dilakukan upaya-upaya sebagai berikut antara lain:
upaya sebagai berikut antara lain:
1) Berperan aktif dalam memberikan pembinaan kepada Pemerintah Daerah Provinsi
1) Berperan aktif dalam memberikan pembinaan kepada Pemerintah Daerah Provinsi agar lebih
agar lebih
maksimal maksimal
didalam didalam
mengelola mengelola
pertambangan pertambangan
Mineral Mineral
dan Batubara pada dan Batubara
masing-masing wilayah pada
masing-masing wilayah administrasinya;
administrasinya;
2) Mendukung
2) Mendukung peran
peran pelakupelaku usaha
usaha jasa jasa pertambangan
pertambangan nasional
nasional sehingga kegiatansehingga kegiatan
pertambangan
semakin berdampak semakin
pertambangan pada ekonomi dan kesejahteraan
berdampak pada nasional
ekonomisecara
danumum dan secara khusus
kesejahteraan nasional
bagi ekonomi daerah dan masyarakat sekitar tambang;
secara umum dan secara khusus bagi ekonomi daerah dan masyarakat sekitar
3) Pengembangan sistem secara online agar pencatatan dan pelaporan data investasi sub sektor
tambang;
Minerba lebih mudah. Selama ini pencatatan yang dilakukan hanya mencakup investasi dari
pemegang Kontrak Karya (KK), PKP2B, IUP BUMN, Pengolahan dan pemurnian, IUJP dan SKT
114 sistem online ini dapat meningkatkan nilai
Pusat. Diharapkan dengan adanya pengembangan
investasi terutama investasi yang berasal dari IUP yang dikeluarkan oleh Provinsi, karena
3) Pengembangan sistem secara online agar pencatatan dan pelaporan data
investasi sub sektor Minerba lebih mudah. Selama ini pencatatan yang dilakukan
hanya mencakup investasi dari pemegang Kontrak Karya (KK), PKP2B, IUP BUMN,
Pengolahan dan pemurnian, IUJP dan SKT Pusat. Diharapkan dengan adanya
pengembangan sistem online ini dapat meningkatkan nilai investasi terutama
investasi yang berasal dari IUP yang dikeluarkan oleh Provinsi, karena jumlah IUP
seluruh Indonesia mencapai ribuan.

Evaluasi Capaian
Asumsi kurs yang digunakan saat penetapan target PK yang mengacu pada
Renstra DJMB 2015-2019 adalah sebesar Rp. 12.000 per US$, sedangkan asumsi kurs
yang digunakan pada realisasi investasi 2017 sudah menggunakan kurs Rp. 13.000 per
US$.
Realisasi investasi sub sektor Minerba tahun 2017 sebesar 89 % masih belum
mencapai target yang diinginkan dikarenakan laporan perusahaan untuk triwulan III
dan IV tahun 2017 belum seluruhnya masuk ke Ditjen Minerba.
Penurunan harga komoditas batubara mengakibatkan perusahaan melakukan
efisiensi kegiatan investasi, karena proses renegosiasi PKP2B yang masih berlangsung,
sehingga perusahaan lebih memilih untuk melakukan investasi setelah ada kepastian
dari hasil renegosiasi PKP2B. Selain itu juga dipengaruhi oleh kebijakan negara Tiongkok
yang melakukan pembatasan impor terhadap batubara karena isu lingkungan.
Kementerian ESDM mengambil langkah untuk mempermudah investasi sub
sektor mineral dan batubara antara lain:
1) Penyederhanaan perijinan melalui sistem online;
2) Bekerjasama dengan KPK dalam koordinasi dan supervisi untuk mewujudkan
transparansi, tidak ada pungutan;

AKUNTABILITAS KERJA
3) Penataan wilayah agar tidak tumpang tindih;
4) Indonesia sudah berkomitmen akan transparan karena Indonesia salah satu anggota
dari EITI (Extractive Industries Transparency Initiatives);

4. Investasi Sub Sektor EBTKE


Berikut adalah rincian realisasi investasi pada subsektor EBTKE pada tahun 2017.
Sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan pengembangan Pembangkit
EBT melalui investasi swasta, Kementerian ESDM menerbitkan Permen ESDM Nomor
50 Tahun 2017 yang menggantikan Permen sebelumnya yaitu Permen ESDM Nomor
12 Tahun 2017. Dengan terbitnya Permen ESDM Nomor 50 Tahun 2017 sampai dengan
akhir Desember 2017 telah ditandatangani sebanyak 70 PPA (Power Purchase Agreement)
dengan total kapasitas 1.214,16 MW.
Sampai dengan akhir tahun 2017, realisasi investasi sub sektor EBTKE sebesar
US$ 1,96 Miliar atau 104 % dari target awal sebesar 1,89 Miliar US$. Capaian investasi di

115
(Extractive Industries Transparency Initiatives);

4. Investasi Sub Sektor EBTKE


Berikut adalah rincian realisasi investasi pada subsektor EBTKE pada tahun 2017.

TabelTabel
76. Tabel Realisasi
76. Tabel RealisasiInvestasi SubSektor
Investasi Sub Sektor EBTKE
EBTKE Tahun
Tahun 2017 2017

Indikator Kinerja Target Realisasi Capaian (%)

Investasi EBTKE 1,89 Miliar US$ 1,96 Miliar US$ 104

a. Panas Bumi 1,100 1,152 104,340

b. Bioenergi 0,595 0,749 125,800

c. Aneka Energi Baru 0,197 0,060 30,400


Terbarukan
d. Konservasi Energi 0,003 0,004 119,580

sub sektor EBTKE ini paling besar didapat dari sub sektor panas bumi, karena banyak
Sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan pengembangan Pembangkit EBT melalui
dilakukan pembangunan infrastruktur panas bumi.
investasi swasta, Kementerian ESDM menerbitkan
Tabel 77. Rincian Permen Subsektor
Realisasi Investasi ESDM Nomor 50 Tahun 2017 yang
EBTKE
menggantikan Permen sebelumnya yaitu Realisasi
Tabel 77. Rincian PermenInvestasi
ESDM Nomor 12 EBTKE
Subsektor Tahun 2017. Dengan terbitnya
Permen ESDM Nomor 50
Indikator Tahun
Target 2017 sampai
2017 dengan
Realisasi 2017akhirTarget
Desember 2017 telah
Renstra ditandatangani
Realisasi 2016
Investasi
sebanyak 70 PPA (Power Purchase Agreement) dengan total kapasitas 1.214,16 MW.
Subsektor 1,89 Miliar US$ 1,96 Miliar US$ 3,9 Miliar US$ 1,61 Miliar US$
EBTKE
Sampai dengan akhir tahun 2017, realisasi investasi sub sektor EBTKE sebesar US$ 1,96
Miliar atau 104 % dari target awal sebesar 1,89 Miliar US$. Capaian investasi di sub sektor EBTKE
ini palingAdapun
besar didapat
beberapadari sub yang
faktor sektor panas bumi, nilai
karena banyaksub dilakukan pembangunan
Adapun beberapa faktormemengaruhi
yang memengaruhi investasi sektor EBTKE
nilai investasi di tahun
sub sektor EBTKE
infrastruktur panas
2017, antara lain: bumi.
di tahun 2017, antara lain:
a. Banyaknya jumlah PLTP yang COD di tahun 2017;
a. Banyaknya jumlah PLTP yang COD di tahun 2017;
b. Belum tersedianya bahan baku, teknologi dan sumber pendanaan yang memadai untuk
b. Belum tersedianya bahan baku, teknologi dan sumber pendanaan yang memadai
pengembangan dan pemanfaatan bioenergi;
untuk pengembangan dan pemanfaatan bioenergi;
c. Peran aktif pemerintah dalam mengeluarkan regulasi dan kebijakan yang dapat mendorong
c. Peran aktif pemerintah dalam mengeluarkan regulasi dan kebijakan yang dapat
terbentuknya iklim investasi yang kondusif di sub sektor EBTKE.
mendorong terbentuknya iklim investasi yang kondusif di sub sektor EBTKE.
A. Panas Bumi
A. Panas Bumi
Target investasi pengembangan panas bumi tahun 2017 adalah sebesar
1,1 Target US$
Miliar investasi
ataupengembangan
setara Rp. panas bumi tahun
14 Triliun 2017
seperti adalah
yang sebesar 1,1pada
tercantum MiliarRenstra
US$
atau setara Rp.
KESDM. 14tersebut
Nilai Triliun seperti
telahyang tercantum
tercapai pada1,152
hingga Renstra KESDM.
Miliar US$Nilai
atautersebut
104,34telah
% dari
tercapai hingga
target. 1,152 Miliar
Beberapa US$ yang
aktivitas atau 104,34 % dari realisasi
menopang target. Beberapa aktivitas
investasi masihyang menopangoleh
didominasi
realisasi investasi masih didominasi oleh kegiatan pengeboran sumur dan engineering,
kegiatan pengeboran sumur dan engineering, procurement and construction (EPC).
procurement and construction (EPC).
Pada tahun 2017 kegiatan pengeboran dilaksanakan di 11 Wilayah Kerja
PanasPada
Bumi (WKP)
tahun 2017dengan
kegiatantotal sumur dilaksanakan
pengeboran mencapai 43diyang terdiriKerja
11 Wilayah dari Panas
WKP Ulubelu,
Bumi
(WKP) dengan (1
Lampung total sumur Lahendong,
sumur); mencapai 43 yang terdiriUtara
Sulawesi dari WKP Ulubelu, Lampung
(1 sumur); (1 sumur);
Sungai Penuh, Jambi
Lahendong, Sulawesi
(2 sumur); LumutUtara (1 Sumatera
Balai, sumur); Sungai Penuh,
Selatan (1Jambi (2 sumur);
sumur); Lumut
Hululais, Balai, Sumatera
Bengkulu (5 sumur);
Selatan (1 sumur); Hululais, Bengkulu (5 sumur); Sarulla, Sumatera Utara (7 sumur); Tulehu,
Sarulla, Sumatera Utara (7 sumur); Tulehu, Maluku (4 sumur); Sorik Marapi, Sumatera
Maluku (4 sumur); Sorik Marapi, Sumatera Utara (13 sumur); Muara Laboh, Sumatera Barat (6
Utara (13 sumur); Muara Laboh, Sumatera Barat (6 sumur); Sokoria, NTT (2 sumur);
sumur); Sokoria, NTT (2 sumur); dan Sabang, NAD (1 sumur). Sedangkan untuk kegiatan EPC
dan Sabang, NAD (1 sumur). Sedangkan untuk kegiatan EPC pada tahun 2017
pada tahun 2017 terdapat pada WKP Sarulla Unit 2, Sumatera Utara (110 MW); Sorik Marapi,
terdapat pada WKP Sarulla Unit 2, Sumatera Utara (110 MW); Sorik Marapi, Sumatera
Sumatera Utara (20 MW); Karaha Bodas, Jawa Barat (30 MW); dan Lumut Balai, Sumatera
Selatan (55 MW).
116

B. Bioenergi
Utara (20 MW); Karaha Bodas, Jawa Barat (30 MW); dan Lumut Balai, Sumatera
Selatan (55 MW).
B. Bioenergi
Target Investasi di bidang Bioenergi di tahun 2017 yaitu sebesar 0,595
Milliar US$, sedangkan capaian realisasi investasi di bidang Bioenergi di tahun 2017
yaitu sebesar 0,204 Milliar US$ atau sebesar 34,28% dari target.
Sebagai upaya untuk terus meningkatkan pengembangan dan
pemanfaatan bioenergi dan keberlanjutannya, Pemerintah mendorong setiap
investor untuk berinvestasi di bidang bioenergi melalui kebijakan dan regulasi yaitu
Peraturan Menteri ESDM Nomor 50 Tahun 2017 sebagai pengganti Peraturan Menteri
ESDM Nomor 12 Tahun 2017 tentang Pemanfaatan Sumber Energi Terbarukan Untuk
Penyediaan Tenaga Listrik. Sampai saat ini tercatat telah beroperasi/ COD sebanyak
33 PLT (PLTBm, PLTBg dan PLTSa) dengan total kapasitas 183.4 MW. Khusus di tahun
2017, terdapat 3 PLT Berbasis Bioenergi yang mulai beroperasi/ COD dan 3 Badan
Usaha BBN yang telah memperoleh Izin Usaha Niaga dengan total investasi sebesar
0,204 Miliar US$.
Ada beberapa tantangan yang dihadapi dan memengaruhi pengembangan
bioenergi khususnya terkait dengan investasi di bidang bioenergi. Tantangan
tersebut dibagi menjadi empat kelompok utama yaitu: ketersediaan bahan baku,
teknologi, kelembagaan pengelolaan dan sumber pendanaan. Ketersediaan bahan
baku menjadi syarat utama dalam melakukan investasi di bidang bioenergi, namun
terkadang sumber bahan baku berbasis bioenergi yang berasal dari sumber daya
hayati tidak dikhususkan untuk menjadi bioenergi atau merupakan hasil sampingan
dari suatu unit usaha (by product). Oleh karena itu, sumber bahan baku menentukan
keberlanjutan proyek pengembangan di bidang bioenergi.
Pengembangan teknologi bioenergi masih memerlukan dukungan

AKUNTABILITAS KERJA
pemerintah untuk dapat bersaing dengan teknologi energi konvensional yang
telah lama digunakan oleh masyarakat, baik dari sisi kehandalan maupun dari sisi
ekonomis. Hal tersebut dikarenakan masih sedikit penyedia teknologi di bidang
bioenergi sehingga pilihan investasi pada peralatan menjadi terbatas.
Kelembagaan pengelolaan yang baik khususnya terkait pengembangan
sampah kota menjadi energi, merupakan hal utama yang perlu diperhatikan.
Kelembagaan tersebut dimulai dari sisi hulu yaitu pengelolaan sampah sebagai bahan
baku energi hingga hilir yaitu pengelolaan pembangkit listrik berbasis sampah kota,
merupakan hal yang sangat berbeda dari sisi pekerjaan dan memerlukan keahlian
khusus pada setiap sektornya, sehingga kelembagaan pengelolaan yang terintegrasi
dan baik mutlak diperlukan untuk pengembangan energi berbasis sampah kota.
Sumber pendanaan khususnya yang berasal dari pinjaman, memerlukan jaminan
dari ketiga sektor diatas yang telah disebutkan sebelumnya dimana pihak
penyedia pendanaan memerlukan jaminan ketersediaan bahan baku, teknologi

117
dan pengelolaan yang baik dalam mengembangkan invetasi di bidang bioenergi.
Oleh karena itu, untuk mendorong pihak-pihak penyedia pendanaan pada tahap
awal diperlukan peran besar pemerintah dalam menciptakan iklim investasi yang
kondusif salah satunya melalui penetapan batas atas BPP untuk pembangkit listrik
berbasis bioenergi dan mandatori penggunaan BBN.
C. Aneka EBT
Target Investasi di bidang Aneka Energi Baru Terbarukan di tahun 2017
yaitu
0,19 sebesar
Milliar US$, 0,19 Milliarcapaian
sedangkan US$, sedangkan capaian
realisasi investasi realisasi
di bidang investasi
Aneka di bidang
Energi Baru Aneka
Terbarukan
diEnergi Baru yaitu
tahun 2017 Terbarukan di tahun
sebesar 0,06 Milliar2017 yaitu
US$ atau sebesar
sebesar 30,4 0,06 Milliar
% dari target.US$ ataurealisasi
Capaian sebesar
30,4 % dari
tersebut target. investasi
merupakan Capaian yang
realisasi tersebut
didapat dari merupakan investasi
investasi pihak swasta yang
yang didapat dari
melakukan
investasi pihak
pembangunan PLTSswasta yangRincian
dan PLTMH. melakukan pembangunan
nilai investasi PLTS dan
dari pembangunan PLTMH.berbasis
pembangkit Rincian
nilaidapat
EBT investasi
dilihatdari
padapembangunan
tabel berikut. pembangkit berbasis EBT dapat dilihat pada tabel
berikut.
Tabel 78. Matriks Nilai Investasi Pembangunan PLTMH dan PLTS 2017
Tabel 78. Matriks Nilai Investasi Pembangunan PLTMH dan PLTS 2017

Kapasitas Nilai Investasi


Jenis Nilai Investasi (Rp.)
(MW) (Milliar U$D)
PLTMH 43,45 789.894.013.896,00 0,059

PLTS 1,00 27.788.421.500,00 0,002

Total 52,17 817.682.435.396,00 0,061

D. Konservasi Energi
D. Konservasi Energi
Investasi konservasi energi ditargetkan mencapai 3 juta US$ pada tahun 2017
atau Investasi
setara dengan Rp.energi
konservasi 40,2 ditargetkan
Miliar (kurs dollar APBN
mencapai 2017
3 juta US$ sebesar
pada Rp.13.400/US$).
tahun 2017 atau setara
Pencapaian
dengan Rp. 40,2yang
Miliardidapat pada
(kurs dollar akhir
APBN tahun
2017 2017
sebesar dengan perhitungan
Rp.13.400/US$). Pencapaian yang diambil
yang didapat
dari akhir
pada mitratahun
Direktorat Konservasi
2017 dengan Energiyang
perhitungan yaitu IGA, dari
diambil PEEN, danDirektorat
mitra ESCO didapatkan sebesar
Konservasi Energi
Rp. 48.071.176.500
yaitu ataudidapatkan
IGA, PEEN, dan ESCO sebesar 3,58 JutaRp.
sebesar US$. Hasil investasi
48.071.176.500 atauyang didapat
sebesar 3,58 mencapai
Juta US$.
120%investasi
Hasil dari target. Rincianmencapai
yang didapat realisasi120%
investasi Konservasi
dari target. Energi
Rincian terdapat
realisasi pada
investasi tabel di
Konservasi
Energi
bawah terdapat
ini pada tabel di bawah ini

Tabel
Tabel79.
79.Rincian Investasi
Rincian Konservasi
Investasi EnergiEnergi
Konservasi

NamaNama Deskripsi
Deskripsi (Jenis
(Jenis Kegiatan NilaiNilai
Kegiatan Investasi
Investasi
No No Sektor
Instansi/Perusahaan Sektor Efisiensi Energi)
Instansi/Perusahaan Efisiensi Energi) (Rp.)(Rp.)
1 1 PemdaPemda
KotaKota Makassar Pemerintah
Makassar Pemerintah Penggantian
Penggantian PJU PJU Konvensional
Konvensional 4.499.322.500
denganPJU
dengan PJU LED
LED- Kota
- Makassar
Kota 4.499.322.500
2 PT Enertec Bangunan Makassar
Penggantian Chiller termasuk
2 PT Enertec Bangunan
Gedung Penggantian Chiller system,
air conditioning termasuk2 unit
16.000.000.000
Gedung air Chiller
conditioning system,
kapasitas 350 2TR,
unit
Piping
16.000.000.000
Chiller kapasitas
Instalation, 350Pump
AHU, TR, Piping
3 Mall Ratu Indah Bangunan Instalation,
PerbaikanAHU, Pump
dan pemberian
3 Mall Ratu Indah Bangunan
Gedung Perbaikan danDome,
isolator pada pemberian
jaringan AC, 2.500.000.000
Gedung isolator pada Dome,Lighting
dan penggantian jaringan 2.500.000.000
4 RSUP Dr Kariadi Bangunan AC, Penggantian
dan penggantian
lampuLighting
TL menjadi
4 RSUP Dr Kariadi Bangunan
Gedung Penggantian
LED lampu TL menjadi 945.100.000
Gedung LED 945.100.000
5 RSUPN Dr Cipto Bangunan Penggantian lampu TL menjadi
Mangunkusumo Gedung LED 857.400.000

6 PT. Phapros Industri -Penggantian Chiller 03 dan


Chiller 04 dengan Green Chiller
118 2.670.800.000
Hidrocarbon 2x70 TR
-Penggantian Lampu TL T8
516.956.000
36W ke LED 18W
Nama Deskripsi (Jenis Kegiatan Nilai Investasi
No Sektor
Instansi/Perusahaan Efisiensi Energi) (Rp.)
5 RSUPN Dr Cipto Bangunan Penggantian lampu TL menjadi
Mangunkusumo Gedung LED 857.400.000

6 PT. Phapros Industri -Penggantian Chiller 03 dan


Chiller 04 dengan Green Chiller 2.670.800.000
Hidrocarbon 2x70 TR
-Penggantian Lampu TL T8
516.956.000
36W ke LED 18W
7 PT Pertamina ONWJ Industri Zulu Project ($734.180)
(Offshore Nort West 9.911.430.000
Java)
8 PT Dan Liris Industri 56 unit inverter RY4 diganti 16
unit RX 300 3.108.590.300

717 lampu LED 18 W 164.102.700


LFO vs Coal 36.225.000
Pemindahan trafo 2500 KVA
Unit Spinning I. 33.000.000

Penggantian kabel BC LVTC 1 x


25 mm. 8.250.000

Penggantian inverter mesin


Ring Frame (22 KW). Rata-rata 1.320.000.000
saving 7 - 13%
9 Pemda Kota Banda Pemerintah Pemasangan Meterisasi serta
Aceh Retrofit pada 11 Gampong 5.500.000.000

Jumlah 48.071.176.500

3.5 Tujuan V: Terwujudnya Manajemen dan SDM Yang Profesional Serta Peningkatan
Kapasitas IPTEK dan Pelayanan Bidang Geologi
Tujuan strategis V Kementerian ESDM adalah “Terwujudnya Manajemen dan
SDM Yang Profesional Serta Peningkatan kapasitas IPTEK dan Pelayanan Bidang Geologi”.
Tujuan V didukung dengan tiga sasaran strategis yaitu Mewujudkan manajemen dan

Tabel 80. Tabel Tujuan Strategis V AKUNTABILITAS KERJA

Tujuan V : Terwujudnya Manajemen & SDM yang Profesional Serta Peningkatan Kapasitas Iptek dan
Pelayanan Bidang Geologi

Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi

Meningkatkan 16 Buah 15 Buah


1. Jumlah Pilot Plant/Prototype/Demo Plant
Kapasitas Iptek
atau Rancangan/ Rancangan
Bangun/Formula
5 Buah 5 Buah
2. Jumlah paten dan hasil litbang yang
terimplementasikan
Meningkatkan 250 Titik 237 Titik
1. Penyediaan air bersih melalui
Kualitas Informasi
pengeboran air tanah
dan Pelayanan di
57 Rekomendasi
Bidang Geologi 2. Wilayah prospek sumber daya geologi 57 Rekomendasi
33 Peta
3. Peta kawasan bencana geologi 33 Peta

119
Tujuan V : Terwujudnya Manajemen & SDM yang Profesional Serta Peningkatan Kapasitas Iptek dan
Pelayanan Bidang Geologi

Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi

Mewujudkan WTP WTP


1. Opini BPK atas Laporan Keuangan
Manajemen dan
Kementerian ESDM
SDM yang
2. Persentase Pembinaan Pengelolaan
Profesional 95 % 98,7 %
Pegawai
3. Hasil Evaluasi Akuntabilitas Kinerja BB -
Instansi Pemerintah
4. Jumlah Satuan Kerja (Satker) yang Telah 2/0 Satker 0/0 Satker
Memperoleh WBK/WBBM
5. Persentase Penyelenggaraan Diklat 86 % 82 %
Berbasis Kompetensi
6. Indeks Kepuasan Penggunaan Layanan
3,12 3,30
Diklat

SDM yang profesional, meningkatkan kapasitas IPTEK dan Meningkatkan kehandalan


informasi kegeologian. Secara lebih rinci, capaian dari setiap sasaran strategis berikut
dengan capaian indikator kinerjanya dapat dilihat pada Tabel diatas.

3.5.1 Sasaran Strategis X: Mewujudkan Manajemen dan SDM yang Profesional

1. Opini BPK Atas Laporan Keuangan Kementerian ESDM


Opini BPK-RI atas Laporan Keuangan Kementerian ESDM Tahun Anggaran 2016
adalah Wajar Tanpa Pengecualian (WTP). Kementerian ESDM berhasil meraih Opini WTP
dari BPK-RI atas Laporan Keuangan Kementerian ESDM Tahun Anggaran 2016 karena
BPK-RI meyakini bahwa Kementerian ESDM dapat memberikan dokumen sumber yang
memadai dan akuntabel.
Untuk Opini BPK-RI atas Laporan Keuangan KESDM Tahun anggaran 2017 masih
dalam proses dan baru akan terbit Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) pada bulan Mei
2018. Target Opini BPK-RI atas Laporan Keuangan Kementerian ESDM Tahun Anggaran
2017 diharapkan Kementerian ESDM dapat meraih kembali prestasi tertinggi Opini BPK-
RI yaitu WTP. Untuk mencapai kembali target Opini WTP tersebut, akan dilakukan upaya-
upaya sebagai berikut:
• Membentuk Tim Koordinasi Peningkatan Akuntabilitas Pengelolaan PNBP Bidang
Mineral dan Batubara;
• Untuk memberikan kepastian dan keyakinan yang memadai atas nilai piutang yang
tercatat dan menghindari perbedaan nilai piutang dengan wajib bayar (perusahaan),
akan dilakukan rekonsiliasi dan konfirmasi langsung ke perusahaan tambang serta
Piutang PNBP tersebut telah dilakukan reviu oleh tim pemeriksa internal;
• Untuk mengantisipasi temuan berulang yang dapat muncul dalam proses audit,
telah dilakukan pembahasan dengan Unit-Unit di lingkungan Kementerian
ESDM tentang draft temuan BPK-RI atas Laporan Keuangan KESDM TA 2016 dan

120
dilanjutkan dengan evaluasi dan penyusunan rencana aksi LHP BPK-RI atas Laporan
Keuangan. Temuan-temuan tersebut dilakukan pemantauan secara berkelanjutan
oleh Inspektorat Jenderal yang dibantu oleh Biro Keuangan c.q Bagian APK dengan
meneruskan rekomendasi BPK-RI kepada semua unit di lingkungan Kementerian
ESDM sesuai dengan temuannya;
• Untuk mewujudkan budaya pengendalian intern (internal control culture) dalam
rangka menciptakan pengendalian intern yang handal agar tercapai keyakinan
yang memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efisien dan
efektif, kehandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan
terhadap peraturan perundang-undangan di lingkungan Kementerian, sedang
dilakukan pembahasan dan penyusunan pedoman tentang Sistem Pengendalian
Intern Pemerintah (SPIP) tingkat Kementerian ESDM.
• Akan dilaksanakan pembinaan terkait Sistem Akuntansi Instansi Berbasis Akrual
(SAIBA) melalui Sosialisasi SAIBA. Sasaran dari Sosialisasi ini adalah seluruh perwakilan
penyusun laporan keuangan dari masing-masing satuan kerja (satker). Sosialisasi ini
dilaksanakan dalam rangka memperbarui pengetahuan dan pemahaman penyusun
laporan keuangan tentang SAIBA yang terbaru, sehingga mampu menyusun
Laporan Keuangan yang akurat dan akuntabel;
• Memberikan pendampingan terkait proses akuntansi dan pelaporan keuangan
secara berkelanjutan kepada seluruh satker di lingkungan Kementerian ESDM
terkait penyusunan laporan keuangan.

2. Persentase Pembinaan Pengelolaan Pegawai


Sumber daya manusia yang handal, profesional, dan berdaya saing tinggi
memerlukan pengelolaan mulai dari formasi, rekrutmen, penempatan, rotasi dan
mutasi, kepangkatan, pengembangan karir, pendidikan dan pelatihan, sampai pada

AKUNTABILITAS KERJA
proses pemensiunan. Sekretariat Jenderal selaku unit yang menangani urusan sumber
daya manusia Kementerian ESDM, selama tahun 2017 telah melaksanakan seluruh
kegiatan sesuai rencana yang telah disusun. Dalam beberapa kegiatan, realisasi yang
telah dicapai selama tahun 2017 bahkan melebihi target yang telah direncanakan
sebelumnya yaitu sebesar 95%, sehingga secara umum kinerja yang dicapai sesuai
dengan target keberhasilan yang diharapkan.
Berikut ini beberapa kinerja di bidang pembinaan pengelolaan pegawai yang
telah dicapai selama tahun 2017:
a. PNS yang dikembangkan kompetensinya sebanyak 1.504 orang baik melalui
penyertaan diklat, tugas belajar, dan knowledge sharing;
b. PNS yang diproses pembinaan kepangkatan, pemensiunan dan pembinaan PNS
sebanyak 1.659 orang;
c. PNS yang diproses pembinaan jabatan struktural dan fungsional sebanyak 915

121
selama tahun 2017:
a. PNS yang dikembangkan kompetensinya sebanyak 1.504 orang baik melalui penyertaan diklat,
tugas belajar, dan knowledge sharing;
b. PNS yang diproses pembinaan kepangkatan, pemensiunan dan pembinaan PNS sebanyak 1.659
orang;
orang;
c. PNS yang diproses pembinaan jabatan struktural dan fungsional sebanyak 915 orang;
d.d. Pelaksanaan
Pelaksanaan pembinaan
pembinaan disiplin, tanda
disiplin, pemberian pemberian tanda serta
jasa/kehormatan, jasa/kehormatan, serta
pelayanan poliklinik
pelayanan
pegawai poliklinik
sebanyak pegawai sebanyak 6.408 orang;
6.408 orang;
e.e. Jumlah dokumen
Jumlah pegawai
dokumen yang dikelola
pegawai dalam Sistem
yang dikelola Informasi
dalam SistemKepegawaian dan Tata Naskahdan
Informasi Kepegawaian
Pegawai sejumlah
Tata Naskah 6.746 Dokumen
Pegawai Pegawai.
sejumlah 6.746 Dokumen Pegawai.
f.f. Jumlah formasi
Jumlah pegawai
formasi yang direncanakan
pegawai mencapai mencapai
yang direncanakan 60 orang. 60 orang.
Secara keseluruhan, pada tabel berikut ini adalah pencapaian kinerja di bidang pembinaan
Secara keseluruhan, pada tabel berikut ini adalah pencapaian kinerja di bidang
dan pengelolaan pegawai.
pembinaan dan pengelolaan pegawai.
Tabel 81. Target dan Realisasi Pembinaan Pengelolaan Pegawai
Tabel 81. Target dan Realisasi Pembinaan Pengelolaan Pegawai

Indikator
Sub Indikator Kinerja Target Capaian Persentase
Kinerja

Persentase Jumlah PNS yang


1.212 orang 1.504 orang 100
pembinaan dikembangkan Kompetensinya
pengelolaan
Jumlah pembinaan
pegawai 1.010 1.659
Kepangkatan, Pemindahan, dan 100
pegawai pegawai
Pemberhentian Pegawai

Jumlah Pembinaan Jabatan


850 Orang 915 orang 100
Strukturan dan Fungsional

Jumlah pembinaan disiplin dan


6.000 orang 6.408 orang 100
penilaian kinerja pegawai

Jumlah dokumen yang


dihasilkan dalam Pengelolaan 5.960 orang 6.746 orang 100
Sistem Informasi Kepegawaian

Jumlah formasi pegawai yang


65 orang 60 orang 92,3
direncanakan

TOTAL 98,71

Dengan melihat tabel di atas dapat disimpulkan bahwa realisasi indikator


Dengan
Persentase melihat tabel
Pembinaan dandi Pengelolaan
atas dapat disimpulkan
Pegawai bahwa realisasi
mencapai indikator
realisasi Persentase
sebesar 98,71%.
Dalam rangka upaya perbaikan ke depan Kementerian ESDM telah menyelenggarakan
survei secara online dalam penyediaan layanan kepegawaian seperti:
• Layanan Perencanaan dan Pengembangan Karir;
• Layanan Pembinaan Kepangkatan, Pemindahan, dan Pemberhentian Pegawai;
• Layanan Pembinaan Jabatan Struktural dan Fungsional ;
• Jumlah PNS yang diproses pembinaan disiplin dan penilaian kinerja pegawai;
• Layanan Pengelolaan Sistem Informasi Kepegawaian.

Survei online ini akan dilakukan setiap 3 bulan sekali sehingga dapat dilakukan
perbaikan pelayanan kepegawaian secara bertahap, dan akan dilakukan sinkronisasi
aplikasi RKH (Rekam Kinerja Harian) dengan Sistem Penyusunan SKP.

122
3. Hasil Evaluasi (AKIP) Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
Sesuai dengan Peraturan Menteri PAN dan RB No 53 tahun 2014 tentang
Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan
Kinerja Instansi Pemerintah, pada tahun 2017 Kementerian ESDM melakukan beberapa
rangkaian kegiatan konsinyering dalam penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah untuk dilaporkan kepada Kementerian PAN dan RB. Kegiatan-
kegiatan tersebut adalah:
a. Sosialisasi penyusunan Laporan Kinerja Kementerian ESDM yang bertempat di
Bandung pada 27 s.d. 29 Januari 2017 dengan kegiatan antara lain adalah:
- Pengumpulan bahan Laporan Kinerja Kementerian ESDM oleh masing-masing
unit eselon I berdasarkan PK Kementerian ESDM
- Sosialisasi penyusunan Laporan Kinerja Kementerian ESDM
b. Penyusunan Laporan Kinerja oleh Biro Perencanaan;
c. Finalisasi penyusunan Laporan Kinerja Kementerian dengan melakukan beberapa
kegiatan antara lain adalah:
- Penyempurnaan rancangan Laporan Kinerja dengan melengkapi data yang
belum lengkap dari perwakilan masing-masing unit eselon I;
- Pembahasan hal-hal yang masih perlu disampaikan dalam Laporan Kinerja
Kementerian ESDM.
Hasil penilaian AKIP Kementerian ESDM Tahun 2016 sampai saat ini belum
diumumkan secara resmi oleh Kementerian PAN dan RB. Pada proses reviu dan koordinasi
dengan Kementerian PAN dan RB, Lembar Kerja Evaluasi AKIP yang disampaikan oleh
Kementerian PAN dan RB menyarankan agar Kementerian ESDM menyederhanakan
Indikator Kinerja Utama (IKU) karena dirasa terlalu banyak dan ada beberapa IKU yang
cara pengukurannya tidak relevan dengan IKU tersebut.
Diharapkan perolehan nilai Laporan Kinerja Kementerian ESDM sesuai dengan

AKUNTABILITAS KERJA
target yang telah ditetapkan di Perjanjian Kinerja Kementerian ESDM mengingat
tingginya perhatian dari pimpinan dalam mengimplementasikan manajemen
kinerja di lingkungan Kementerian ESDM. Untuk meningkatkan nilai menjadi seperti
yang ditargetkan pada tahun 2018 menjadi nilai A, telah dimulai dengan semakin
tingginya komitmen dan keterlibatan pimpinan pada seluruh tingkatan untuk
untuk mengimplementasikan SAKIP di Kementerian ESDM. Selain itu juga dilakukan
proses percepatan dan perbaikan di berbagai lini yang terkait dengan perencanaan,
pengelolaan, pengukuran, dan evaluasi dan monitoring kinerja seluruh satuan organisasi
di lingkungan Kementerian ESDM.

4. Jumlah Satuan Kerja (Satker) Yang Telah Memperoleh WBK/WBBM


Salah satu sasaran strategis dari Kementerian ESDM adalah mewujudkan
manajemen dan sumber daya manusia yang professional. Salah satu indikator yang
digunakan untuk mengukur sasaran tersebut adalah Jumlah Satuan Kerja yang telah

123
memperoleh Wilayah Bebas Korupsi/Wilayah Birokrasi Bersih Melayani. Dalam salah
satu Komponen hasil untuk menilai suatu unit dapat dikatakan berhasil meraih predikat
tersebut berupa terwujudnya pemerintahan yang bersih dan bebas dari KKN serta
terwujudnya peningkatan kualitas pelayanan publik kepada masyarakat. Hal tesebut
menjadi sebuah latar belakang bagi Kementerian ESDM untuk menggunakan indikator
tersebut sebagai pengukur sasaran mewujudkan wilayah bebas korupsi di lingkungan
Kementerian Energi Dan Sumber Daya Mineral.
Reformasi birokrasi merupakan salah satu langkah awal untuk melakukan
penataan terhadap sistem penyelenggaraan pemerintahan yang baik, efektif dan
efisien, sehingga dapat melayani masyarakat secara cepat, tepat, dan profesional. Dalam
perjalanannya, banyak kendala yang dihadapi, diantaranya adalah penyalahgunaan
wewenang, praktek KKN, dan lemahnya pengawasan. Sejalan dengan hal tersebut,
Pemerintah telah menerbitkan Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 Tentang Grand
Design Reformasi Birokrasi yang mengatur tentang pelaksanaan program reformasi
birokrasi.
Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 menargetkan tercapainya tiga
sasaran hasil utama yaitu peningkatan kapasitas dan akuntabilitas organisasi, pemerintah
yang bersih dan bebas KKN, serta peningkatan pelayanan publik. Dalam rangka
mengakselerasi pencapaian sasaran hasil tersebut, maka instansi pemerintah perlu
untuk membangun pilot project pelaksanaan reformasi birokrasi yang dapat menjadi
percontohan penerapan pada unit-unit kerja lainnya. Untuk itu, perlu secara konkret
dilaksanakan program reformasi birokrasi pada unit kerja melalui upaya pembangunan
Zona Integritas. Zona Integritas adalah sebutan atau predikat yang diberikan kepada
Kementerian/Lembaga yang pimpinan dan jajarannya mempunyai komitmen dalam
mewujudkan Wilayah Bebas Korupsi (WBK) dan Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani
(WBBM).
Dalam pelaksanaan monitoring dan evaluasi, Inspektorat Jenderal
menggunakan metodologi dengan berkoordinasi dengan unit terkait di Kementerian
ESDM yang terpilih berdasarkan hasil evaluasi tahun sebelumnya sebagai unit yang
akan diusulkan sebagai Wilayah Bebas dari Korupsi dan Wilayah Birokrasi Bersih Melayani
(WBK/WBBM).
Pada tahun 2015 ini Kementerian ESDM menargetkan 2 satket untuk
memperoleh wilayah bebas korupsi namun hasil penilaian tahun 2015 menunjukkan
tidak ada satupun satker yang memperoleh nilai di atas 75 atau memenuhi syarat untuk
diusulkan sebagai satker WBK/WBBM sehingga target ditahun 2015 tidak sesuai target.
Pada tahun 2016 ini Kementerian ESDM menargetkan 2 satket untuk
memperoleh wilayah bebas korupsi hal ini sejalan dengan Peraturan Menteri ESDM
Nomor 13 Tahun 2015 tentang Rencana Strategis Kementerian ESDM Tahun 2015-
2019, Wilayah Bebas Korupsi (WBK) dan Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani (WBBM)
merupakan salah satu Indikator Kinerja Kementerian.,

124
pemerintah yaitu memperoleh opini WTP untuk WBK dan Opini BPK “WTP” minimal 2 tahun
berturut-turut untuk WBBM. Di bawah ini dijelaskan persyaratan mengenai WBK dan WBBM.
Gambar 44. Diagram Alur Monev dan Pelaporan
Gambar 44. Diagram Alur Monev dan Pelaporan
Tabel 82. Persyaratan WBK dan WBBM
Tabel 82. Persyaratan WBK dan WBBM

Pada tahun 2015 ini Kementerian


SYARAT WBK ESDM menargetkan 2WBBM satket untuk memperoleh wilayah
bebas korupsi namun hasil penilaian tahun 2015 menunjukkan tidak ada satupun satker yang
Opini BPK “WTP” minimal 2 tahun
memperoleh nilai di atas 75Opini
atau BPK “WTP” syarat untuk diusulkan sebagai satker WBK/WBBM
memenuhi berturut-turut
Tingkat Instansi
sehingga target ditahun 2015 tidak sesuai target.
Pemerintah

AKUNTABILITAS KERJA
Pada tahun 2016 ini Kementerian ESDM Nilaimenargetkan
AKIP minimal2 “CC”
satket untuk memperoleh wilayah
bebas korupsi hal ini sejalan dengan Peraturan Menteri ESDM Nomor 13 Tahun 2015 tentang
Rencana Strategis Kementerian ESDM Tahun Setingkat Es. I s.dWilayah
2015-2019, Es. III Bebas Korupsi (WBK) dan

Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani


Peran (WBBM) merupakan
dan penyelenggaraan salah satu
fungsi pelayanan Indikator Kinerja
strategis
Kementerian., Melaksanakan program-program reformasi birokrasi
Tingkat Unit secara baikdi lingkungan KESDM terdapat 2 unit
HasilKerja
penilaian Zona Integritas menuju WBK/WBBM
yang memenuhi syarat untuk diajukan Mengelola sumber daya
ke Kementerian yang
PAN-RB cukupmemperoleh
karena besar nilai di atas 75
atau memenuhi syarat untuk diusulkan sebagai satker WBK/WBBM
Telah yaitu
sebelumnya Puslitbang Tekmira dan
mendapat
-
Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia KEBTKE. predikat WBK
Namun pengajuan WBK pada tahun ini terkendala dengan persyaratan tingkat instansi
Hasil penilaian Zona Integritas menuju WBK/WBBM di lingkungan KESDM
Oleh karena itu Kementerian ESDM tidak dapat mengajukan 2 unit yang telah memenuhi
terdapat 2 unit yang memenuhi syarat untuk diajukan ke Kementerian PAN-RB karena
syarat untuk memperoleh Wilayah Bebas Korupsi sehingga target Jumlah Satuan Kerja yang telah
memperoleh nilai Bebas
memperoleh Wilayah di atas 75 atau memenuhi
Korupsi/Wilayah Birokrasisyarat untuk diusulkan
Bersih Melayani sebagai
tidak berhasil dicapai.satker
WBK/WBBM yaitu 2017
Pada tahun Puslitbang Tekmira
Kementerian dan
ESDM Pusat
telah Pengembangan
mendapatkan Sumber
Opini BPK “WTP”.Daya Manusia
Didukung hal
KEBTKE.
tersebut didukung kegiatan monitoring dan evaluasi lanjutan penilaian WBK/WBBM menghasilkan
simulasi penilaian mandiri, terpilih 5 unit yang akan diusulkan untuk dilakukan penilaian oleh Tim
Penilai Internal, yaitu:
125
1) Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Ketenagalistrikan Energi Baru Terbarukan dan
Konservasi Energi
Namun pengajuan WBK pada tahun ini terkendala dengan persyaratan
tingkat instansi pemerintah yaitu memperoleh opini WTP untuk WBK dan Opini BPK
“WTP” minimal 2 tahun berturut-turut untuk WBBM. Di bawah ini dijelaskan persyaratan
mengenai WBK dan WBBM.
Oleh karena itu Kementerian ESDM tidak dapat mengajukan 2 unit yang telah
memenuhi syarat untuk memperoleh Wilayah Bebas Korupsi sehingga target Jumlah
Satuan Kerja yang telah memperoleh Wilayah Bebas Korupsi/Wilayah Birokrasi Bersih
Melayani tidak berhasil dicapai.

Pada tahun 2017 Kementerian ESDM telah mendapatkan Opini BPK “WTP”.
Didukung hal tersebut didukung kegiatan monitoring dan evaluasi lanjutan penilaian
WBK/WBBM menghasilkan simulasi penilaian mandiri, terpilih 5 unit yang akan
diusulkan untuk dilakukan penilaian oleh Tim Penilai Internal, yaitu:
1) Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Ketenagalistrikan Energi Baru
Terbarukan dan Konservasi Energi
2) Pusat Sumber Daya Air Tanah dan Geologi Tata Lingkungan
3) Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara
4) Direktorat Panas Bumi
5) Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Aparatur
Dari 5 satker di atas, Kementerian ESDM mengajukan 3 satker untuk dinilai
oleh Tim Penilai Nasional dari Kementerian PAN dan RB. Ketiga satker tersebut adalah:
1) Pusat Sumber Daya Air Tanah dan Geologi Tata Lingkungan;
2) PPSDM KEBTKE;
3) Puslitbang Tekmira.

5. Persentase Penyelenggaraan Diklat Berbasis Kompetensi


Ketiga satker tersebut telah dinilai oleh Tim Penilai Nasional Kementerian
PAN dan RB pada Agustus 2017, dan hasil dari evaluasi tersebut adalah Kementerian
ESDM belum memenuhi syarat untuk mendapatkan predikat WBK/WBBM.Kementerian
ESDM menyelenggarakan jenis diklat berbasis kompetensi, yaitu Diklat Teknis, Diklat
Fungsional, Diklat Kepemimpinan (Diklatpim), dan Diklat Masyarakat. Bidang diklat yang
diselenggarakan meliputi bidang minyak dan gas bumi (migas), mineral dan batubara
(minerba), ketenagalistrikan, energi baru, terbarukan dan konservasi energi (KEBTKE),
geologi, dan tambang bawah tanah (TBT). Kementerian ESDM telah menyelenggarakan
beberapa judul diklat yang telah memenuhi kriteria sebagai diklat berbasis kompetensi,
yaitu diklat yang telah memiliki kelengkapan seperti dokumen standar kompetensi
atau analisis kesenjangan kompetensi (training need analysis/TNA), standar kurikulum,
modul, pedoman penyelenggaraan, dokumen evaluasi penyelenggaraan, dan dokumen
evaluasi Widyaiswara. Dengan menggunakan kriteria tersebut maka gambaran diklat
berbasis kompetensi pada masing-masing bidang ESDM disajikan pada Tabel berikut.

126
memiliki kelengkapan seperti dokumen standar kompetensi atau analisis kesenjangan kompetensi
(training need analysis/TNA), standar kurikulum, modul, pedoman penyelenggaraan, dokumen
evaluasi penyelenggaraan, dan dokumen evaluasi Widyaiswara. Dengan menggunakan kriteria
tersebut maka gambaran diklat berbasis kompetensi pada masing-masing bidang ESDM disajikan
pada Tabel berikut.

Tabel 83. Diklat Berbasis Kompetensi Tahun 2017


Tabel 83. Diklat Berbasis Kompetensi Tahun 2017

Jumlah Judul
Jumlah Judul
Diklat Berbasis
Diklat yang Capaian
No. Bidang Diklat Kompetensi yang
diselenggarakan (%)
diselenggarakan
Tahun 2017
Tahun 2017
Ketenagalistrikan, Energi
1. Baru, Terbarukan dan 37 27 73%
Konservasi Energi
2. Minyak dan Gas Bumi 58 56 96,5%
Geologi,Mineral dan
3. 46 43 91,4%
Batubara
4. Aparatur 25 18 72%
5. Tambang Bawah Tanah 10 2 20%
Jumlah 176 146 82%

Gambar 45.
Perbandingan
Gambar 45. Capaian Diklat Berbasis
Perbandingan CapaianKompetensi BPSDM
Diklat Berbasis ESDM TahunBPSDM
Kompetensi 2015 s.d. Tahun 2017
ESDM
Tahun 2015 s.d. Tahun 2017

AKUNTABILITAS KERJA
Adapun jumlah judul diklat berbasis kompetensi yang diselenggarakan
selama Adapun
periodejumlah
tahunjudul diklat berbasis kompetensi yang diselenggarakan selama periode
2017 adalah sebanyak 146 jumlah judul diklat dari total 176
tahun 2017 adalah sebanyak 146 jumlah judul diklat dari total 176 judul diklat. Capaian persentase
judul diklat. Capaian persentase penyelenggaraan diklat berbasis kompetensi saat
penyelenggaraan diklat berbasis kompetensi saat ini masih di bawah target yang tertuang dalam
ini masih di bawah target yang tertuang dalam perjanjian kinerja 2017 yaitu 82%
perjanjian kinerja 2017 yaitu 82% dari target pada Perjanjian Kinerja 86%, hal ini disebabkan
dari target
adanya pada
efisiensi Perjanjian
anggaran Kinerja
sehingga 86%, hal
berpengaruh ini disebabkan
terhadap adanyadokumen
kegiatan penyusunan efisiensi anggaran
NSPK
sehingga berpengaruh
yang menjadi terhadap
kriteria suatu diklat kegiatanberbasis
yg dikategorikan penyusunan dokumen
kompetensi. NSPK
Ke depannya yang menjadi
diharapkan
kriteria suatu diklat
proses penyusunan yg dikategorikan
dokumen NSPK pada Badan berbasis kompetensi.
Pengembangan Ke depannya
SDM ESDM dapat diharapkan
terlaksana secara
menyeluruh
proses sehingga pada
penyusunan tahun anggaran
dokumen 2018 persentase
NSPK pada capaian penyelenggaraan
Badan Pengembangan diklat dapat
SDM ESDM
berbasis kompetensi diharapkan akan naik secara signifikan.
terlaksana secara menyeluruh sehingga pada tahun anggaran 2018 persentase capaian
Penyelenggaraan
penyelenggaraan diklat
diklat berdasarkan
berbasis bidang dandiharapkan
kompetensi peruntukan peserta
akan diklat
naik selama
secaraperiode
signifikan.
tahun 2017 disajikan pada Tabel 3.3 Diklat bidang minyak dan gas bumi; diklat bidang geologi,
Penyelenggaraan diklat berdasarkan bidang dan peruntukan peserta diklat
mineral dan batubara; dan diklat bidang ketenagalistrikan, energi baru, terbarukan dan konservasi
selama periode tahun 2017 disajikan pada Tabel 3.3 Diklat bidang minyak dan gas
energi, menyelenggarakan diklat untuk industri dan masyarakat serta untuk aparatur. Diklat yang
bumi; diklat
tercantum bidang
pada STEM geologi,
Akamigas mineral dan
merupakan batubara;
diklat dan
mandatori diklat
yang bidang oleh
dilaksanakan ketenagalistrikan,
PPSDM
energi
Migas baru, terbarukan
dan PPSDM Geologi, dan konservasi
Mineral energi,
dan Batubara menyelenggarakan
dengan diklat
menggunakan anggaran dariuntuk
STEM industri
Akamigas. Diklat tersebut adalah Diklat Inspektur Migas dan Diklat Penyegaran Inspektur
Tambang. Hal ini bertujuan untuk mengakomodir peningkatan kompetensi dari Inspektur Migas
127 dialihkan ke pusat (KESDM) pada Tahun 2017.
dan Inspektur Tambang daerah yang penugasannya
dan masyarakat serta untuk aparatur. Diklat yang tercantum pada STEM Akamigas
merupakan diklat mandatori yang dilaksanakan oleh PPSDM Migas dan PPSDM Geologi,
Mineral dan Batubara dengan menggunakan anggaran dari STEM Akamigas. Diklat
tersebut adalah Diklat Inspektur Migas dan Diklat Penyegaran Inspektur Tambang. Hal
ini bertujuan untuk mengakomodir peningkatan kompetensi dari Inspektur Migas dan
Inspektur Tambang daerah yang penugasannya dialihkan ke pusat (KESDM) pada Tahun
2017.
Tabel 84. Realisasi Capaian Persentase Diklat Berbasis Kompetensi
Tabel 84. Realisasi Capaian Persentase Diklat Berbasis Kompetensi

Indikator Target
Tabel 84. Realisasi 2017 Persentase
Capaian Realisasi 2017
Diklat BerbasisRealisasi 2016
Kompetensi
Penyelenggaran
DiklatIndikator
Berbasis 86%
Target 2017 82%
Realisasi 2017 Realisasi 57,85%
2016
Kompetensi
Penyelenggaran
Diklat Berbasis 86% 82% 57,85%
6. Indeks Kepuasan Penggunaan Layanan Diklat
Kompetensi
6. Indeks Kepuasan Penggunaan Layanan Diklat
Kualitas atau mutu layanan merupakan salah satu faktor yang sangat penting
Kualitas atau sebuah
dalam keberhasilan mutu layanan merupakan
organisasi dalamsalah satu faktor
mencapai tujuanyang
dansangat penting
sasaran dalam
strategisnya.
6. Indeks Kepuasan Penggunaan Layanan Diklat
keberhasilan sebuah organisasi dalam mencapai tujuan dan sasaran strategisnya. Mutu layanan
Mutu layanan sangat terkait dengan kepuasan pelanggan sehingga dapat didefinisikan
sangat terkait
Kualitasdengan kepuasan
atau mutu pelanggan
layanan sehingga
merupakan salahdapat
satu didefinisikan dengan penting
faktor yang sangat perbandingan
dalam
dengan perbandingan persepsi yang diterima pelanggan dengan layanan yang
persepsi yangsebuah
keberhasilan diterimaorganisasi
pelanggandalam
dengan layanan yang
mencapai dirasakan.
tujuan Kedua
dan sasaran faktor ini yang
strategisnya. Mutudigunakan
layanan
dirasakan. Kedua faktor ini yang digunakan oleh BPSDM ESDM untuk mengetahui
oleh BPSDM
sangat terkaitESDM untuk
dengan mengetahui
kepuasan tingkatsehingga
pelanggan kepuasandapat
pelanggan pengguna
didefinisikan jasa pengembangan
dengan perbandingan
tingkat kepuasan pelanggan pengguna jasa pengembangan SDM sektor ESDM melalui
SDM sektor
persepsi ESDM
yang melalui
diterima survey dengan
pelanggan kepuasan masyarakat.
layanan Aspek-aspek
yang dirasakan. yang
Kedua diukur
faktor mengacu
ini yang pada
digunakan
survey kepuasan masyarakat. Aspek-aspek yang diukur mengacu pada Keputusan
Keputusan
oleh BPSDMMenteri Negara
ESDM untuk Pendayagunaan
mengetahui Aparatur pelanggan
tingkat kepuasan Negara Nomor 25/KEP/M.PAN/2/2004
pengguna jasa pengembangan
Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 25/KEP/M.PAN/2/2004 tentang
tentang Pedoman
SDM sektor ESDM Penyusunan Indeks
melalui survey Kepuasan
kepuasan Masyarakat
masyarakat. Unit Pelayanan
Aspek-aspek Instansi
yang diukur Pemerintah,
mengacu pada
Pedoman
Keputusan
Penyusunan
dan Peraturan Menteri
Menteri
Indeks
Negara
Kepuasan
Pendayagunaan
Masyarakat
Aparatur
Pendayagunaan
Unit
Negara dan
Aparatur
Pelayanan
Reformasi
Negara
Instansi
NomorBirokrasi
Pemerintah,
Nomor 38 Tahun
25/KEP/M.PAN/2/2004
dan
2012Peraturan
tentang
tentang PedomanMenteri
Pedoman Pendayagunaan
Penilaian
Penyusunan Kinerja
Indeks Unit Aparatur
KepuasanPelayanan Negara
Unitdan
Publik.
Masyarakat Reformasi
Pelayanan Birokrasi
Instansi Nomor
Pemerintah,
38
danTahun 2012
Peraturan tentang
Menteri Pedoman Penilaian
Pendayagunaan Kinerjadan
Aparatur Negara Unit Pelayanan
Reformasi Publik.
Birokrasi Nomor 38 Tahun
Hasil
2012 Hasil
survey
tentang survey
Pedoman kepuasan
kepuasan
Penilaian masyarakat
masyarakat
Kinerja selama
Unit selama
periode
Pelayanan periode tahun
tahun 2017
Publik. di 2017 di lingkungan
lingkungan Badan
Badan Pengembangan
Pengembangan Sumber
Sumber Daya ManusiaDaya
ESDMManusia ESDM
secara umum secara
masuk dalamumum
kategori masuk dalam
“Sangat Baik”
kategori
dan telah
Hasil “Sangat
survey Baik”
melampaui
kepuasan dan
target telah
tahun 2017melampaui
masyarakat (3,12
selamaindeks)target tahun
yaitutahun
periode pada 2017
interval
2017 IKM
di (3,12 indeks)
3,30 (indeks)
lingkungan yaitu
atau
Badan
pada
nilai interval
konversi IKM
Pengembangan IKM 3,30
Sumber (indeks)
82,5%. atauESDM
Responden
Daya Manusia nilaisurvey
pada konversi
secara IKMmasuk
dimaksud
umum 82,5%. Responden
merupakan
dalam pengguna
kategori pada survey
jasa diklat
“Sangat Baik”
padatelah
dan Badan
dimaksud Pengelolatarget
melampaui
merupakan SDM ESDM.
tahun Rincian
pengguna 2017 respondennya
jasa(3,12 indeks)
diklat adalah
padayaitu
Badan sebagaimana
padaPengelola
interval IKMpada tabel
3,30ESDM.
SDM berikut.
(indeks) atau
Rincian
nilai konversi IKM
respondennya 82,5%.
adalah Tabelpada
Responden
sebagaimana 86. Responden
pada survey Survei merupakan pengguna jasa diklat
dimaksud
tabel berikut.
pada Badan Pengelola
No SDM ESDM. Rincian respondennyaResponden
Unit PPSDM adalah sebagaimana pada tabel berikut.
1 Tabel
PPSDM KEBTKE 86.86.
Tabel Responden SurveiSurvei824 Orang
Responden
2 PPSDM Migas 509 Orang
No Unit PPSDM Responden
3
1 PPSDM
PPSDM Geominerba
KEBTKE 380
824 Orang
Orang
4
2 PPSDM
PPSDM Aparatur
Migas 542
509 Orang
Orang
5
3 STEM
PPSDMAkamigas
Geominerba 763
380 Orang
Orang
6
4 Balai
PPSDM Diklat TBT
Aparatur 230
542 Orang
Orang
5 Total
STEM Akamigas 3.248
763Orang
Orang
6 Balai Diklat TBT 230 Orang
Total cerminan bagi BPSDM 3.248
Nilai kepuasan ini merupakan ESDM Orang
untuk terus melakukan upaya
perbaikan terus menerus dalam peningkatan kualitas layanan diklat dengan didukung oleh fasilitas
sarana dan prasarana,
Nilai kepuasandukungan SDM kediklatan
ini merupakan dan BPSDM
cerminan bagi kedikjaran,
ESDM perangkat diklat
untuk terus dan dikjar,
melakukan dan
upaya
128
aspek lainnya.
perbaikan terus menerus dalam peningkatan kualitas layanan diklat dengan didukung oleh fasilitas
sarana dan prasarana, dukungan SDM kediklatan dan kedikjaran, perangkat diklat dan dikjar, dan
Nilai kepuasan ini merupakan cerminan bagi BPSDM ESDM untuk terus
melakukan upaya perbaikan terus menerus dalam peningkatan kualitas layanan diklat
dengan didukung oleh fasilitas sarana dan prasarana, dukungan SDM kediklatan dan
Tabel 87. Kriteria Penilaian Indeks Berdasarkan Permenpan KEP/25/M.PAN/2/2004
kedikjaran, perangkat diklat dan dikjar, dan aspek lainnya.
Tabel 87. Kriteria Penilaian Indeks Berdasarkan Permenpan KEP/25/M.PAN/2/2004
NILAI
Tabel 87. NILAI Indeks Berdasarkan Permenpan
Kriteria Penilaian
NILAI INTERVAL
MUTU KEP/25/M.PAN/2/2004
KINERJA
INTERVAL PELAYAN UNIT
PERSEPSI KONVERSI
NILAI
IKM
NILAI IKM
AN
MUTU PELAYANAN
KINERJA
NILAI INTERVAL
1 INTERVAL
1,00 - 1,75 25 - 43,75 PELAYAN
D Tidak UNIT
baik
PERSEPSI KONVERSI
IKM AN PELAYANAN
2 1,76 - 2,50 IKM
43,76 - 62,50 C Kurang baik
1 3 2,51
1,00 - 3,25
- 1,75 62,51 - 81,25
25 - 43,75 BD Baik
Tidak baik
4 3,26 - 4,00 81,26 - 100,00 A Sangat baik
2 1,76 - 2,50 43,76 - 62,50 C Kurang baik
3 2,51 - 3,25 62,51 - 81,25 B Baik
4 3,26 - 4,00 81,26 - 100,00 A Sangat baik

Tabel 88. Indeks Kepuasan Pengguna Layanan Diklat


Tabel 88. Indeks Kepuasan Pengguna Layanan Diklat
Target Capaian
Satuan Tabel Nilai
88. Indeks Kepuasan PenggunaNilai
Layanan Diklat Kinerja
No. Indeks Indeks Mutu
Kerja Konversi Konversi Unit
Kepuasan Kepuasan Pelayanan
(%) (%) Pelayanan
PPSDM Target Capaian
1 3,4 85% 3,25 81,25% B Baik
KEBTKE
Satuan
No. PPSDM
Nilai Nilai Sangat
Kinerja
2 Kerja Indeks 3,2 80% Indeks
3,45 86% AMutu
Migas Konversi Konversi Unit
Kepuasan Kepuasan Pelayanan Baik
PPSDM (%) (%) Pelayanan
PPSDMGeologi,
1 3 Mineral 3,4
2,99 85%
75% 3,25
3,14 81,25%
78,50% B B Baik Baik
KEBTKE
dan
PPSDM Sangat
2 Batubara 3,2 80% 3,45 86% A
MigasPPSDM Baik
4
PPSDM 3 75% 3,04 75% B Baik
Aparatur
Geologi,
STEM Sangat
5 3,2 80% 3,68 92% A
3 Mineral
Akamigas 2,99 75% 3,14 78,50% B Baik Baik
dan
6 BDTBT 2,92 73% 3,26 81,50% A
Sangat
Batubara Baik
PPSDM Sangat
4 Total 3,11
3 77,75%
75% 3,3
3,04 82,50%
75% A B Baik Baik
Aparatur

AKUNTABILITAS KERJA
STEM Sangat
5 3,2 80% 3,68 92% A
Akamigas Baik
Sangat
6 BDTBT 2,92 73% 3,26 81,50% A
Baik
Sangat
Total 3,11 77,75% 3,3 82,50% A
Baik

Gambar 46.
Gambar 46. Capaian
Perbandingan Perbandingan Capaian
Indeks Kepuasan Indeks Kepuasan
Pengguna Pengguna
Layanan BPSDM Layanan
ESDM Tahun 2015 BPSDM
s.d. TahunESDM
2017
Tahun 2015 s.d. Tahun 2017

Tabel 89. Rincian Realisasi Indeks


129 Kepuasan Pengguna Layanan Diklat
Indikator Target 2017 Realisasi 2017 Realisasi 2016
Indeks Kepuasan
Gambar
Gambar 46.
46. Perbandingan
Perbandingan Capaian
Capaian Indeks
Indeks Kepuasan
Kepuasan Pengguna
Pengguna Layanan
Layanan BPSDM
BPSDM ESDM
ESDM
Tahun
Tahun 2015
2015 s.d.
s.d. Tahun
Tahun 2017
2017

Tabel
Tabel 89.
89. Rincian
Tabel Rincian Realisasi
89. Rincian Indeks
Realisasi Indeks
Realisasi Kepuasan
IndeksKepuasan
Kepuasan Pengguna
Pengguna Layanan
Layanan
Pengguna Diklat Diklat
Layanan Diklat
Indikator
Indikator Target
Target 2017
2017 Realisasi
Realisasi 2017
2017 Realisasi
Realisasi 2016
2016
Indeks
Indeks Kepuasan
Kepuasan
3,12
3,12 3,30
3,30 3,13
3,13
Pengguna Layanan
Pengguna Layanan Diklat
Diklat

3.5.2
3.5.2 Sasaran
Sasaran Strategis
Strategis XI: Meningkatkan
XI:XI:
Meningkatkan Kapasitas
Kapasitas IPTEK
IPTEK
3.5.2 Sasaran Strategis Meningkatkan Kapasitas IPTEK
Tabel
Tabel 90.
90. Sasaran
Sasaran Strategis
Strategis XI
XI
Tabel 90. Sasaran Strategis XI

Sasaran Strategis
Sasaran Strategis Indikator Kinerja
Indikator Kinerja Target
Target Realisasi
Realisasi

Meningkatkan
Meningkatkan 1)
1) Jumlah
Jumlah Pilot
Pilot Plant/Prototype/Demo
Plant/Prototype/Demo 16
16 Buah
Buah 15
15 Buah
Buah
Kapasitas Iptek
Kapasitas Iptek Plant
Plant atau
atau Rancangan/
Rancangan/ Rancangan
Rancangan
Bangun/Formula
Bangun/Formula
2)
2) Jumlah
Jumlah paten
paten dan
dan hasil
hasil litbang
litbang yang
yang 5
5 Buah
Buah Buah
Buah
terimplementasikan
terimplementasikan

1.
1. Jumlah
Jumlah Pilot Plant/Prototype/Demo
PilotPilot
Plant/Prototype/Demo Plant/
Plant/ atau
atau Rancangan/Rancang
Rancangan/Rancang Bangun/Formula
Bangun/Formula
1. Jumlah Plant/Prototype/Demo Plant/ atau Rancangan/Rancang Bangun/
Pada
Pada tahun 2017, Kementerian
tahun 2017, Kementerian ESDM
ESDM menargetkan
menargetkan pilot
pilot plant/prototipe/demo
plant/prototipe/demo plant
plant atau
atau
Formula
rancangan/rancang
rancangan/rancang bangun/formula
bangun/formula sebanyak
sebanyak 16 16 buah.
buah. Target tersebut
Target tersebut berbeda
berbeda jauh dengan
jauh dengan
Pada tahun 2017, Kementerian ESDM menargetkan pilot plant/prototipe/demo
target
target yang
yang telah
telah ditetapkan
ditetapkan pada
pada Renstra,
Renstra, yaitu
yaitu sebanyak
sebanyak 33
33 pilot
pilot plant/prototipe/demo
plant/prototipe/demo plant
plant atau
atau
plant atau rancangan/rancang bangun/formula sebanyak 16 buah. Target tersebut
rancangan/rancang
rancangan/rancang bangun/formula.
bangun/formula. Hal
Hal ini
ini karena
karena secara
secara keseluruhan
keseluruhan alokasi
alokasi anggaran
anggaran litbang
litbang
berbeda jauh dengan target yang telah ditetapkan pada Renstra, yaitu sebanyak
33 pilot plant/prototipe/demo plant atau rancangan/rancang bangun/formula. Hal ini
karena secara keseluruhan alokasi anggaran litbang pada tahun 2017 menurun drastis
dibandingkan dengan perkiraan alokasi anggaran pada Renstra yang tercantum sebesar
Rp. 1,18 Triliun. Alokasi anggaran litbang pada tahun 2017 hanya sebesar Rp. 555 Miliar.
Dari 16 buah target pilot plant/prototipe/demo plant atau rancangan/rancang bangun/
formula yang ditetapkan, berhasil direalisasikan sebanyak 15 (lima belas) pilot plant/
prototipe/demo plant atau rancangan/rancang bangun/formula, atau terealisasi sebesar
93,75%.
Penyebab tidak tercapainya target hingga 100% karena ada 2 (dua) rancangan/
rancang bangun yang tidak dapat dilaksanakan, yaitu Detail Engineering Design reaktor
gasifikasi fixed bed dan Rancang bangun Short Rotary Kiln. Pelaksanaan kegiatan Detail
Engineering Design reaktor gasifikasi fixed bed gagal dilaksanakan karena alokasi
anggaran yang telah ada digunakan untuk kegiatan kajian optimalisasi Gasifikasi Mini
(Gasmin) dengan judul “Kajian Pengukuran pasar dan analisis pemasaran gasmin
batubara pada industri kecil/menengah di Provinsi DIY”. Sedangkan pelaksanaan
kegiatan Rancang Bangun Short Rotary Kiln batal dilaksanakan karena mitra kerja sama
tidak sanggup untuk membuat rancang bangun sesuai spesifikasi yang diharapkan.

130
Meskipun terdapat 2 (dua) rancangan/rancang bangun yang tidak dapat
dilaksanakan, tetapi dari bidang geologi kelautan, dapat dihasilkan 1 (satu) rancang
bangun. Pada awal penetapan kinerja, dari bidang geologi kelautan tidak ditargetkan
untuk menghasilkan rancang bangun. Dengan adanya penambahan 1 (satu) rancang
bangun ini, maka target pilot plant/prototipe/demo plant atau rancangan/rancang
bangun/formula yang tidak dapat direalisasikan pada tahun 2017 sebanyak 1 (satu)
buah. Adapun 15 (lima belas) pilot plant/prototipe/demo plant atau rancangan/ rancang
bangun/formula yang berhasil direalisasikan, adalah sebagai berikut:
A. Bidang Minyak Bumi
1) Uji Coba Formula Cairan Rumen pada Sumur GMB Non-produktif untuk
Meningkatkan Produksi GMB
2) Formula Gemuk Litium Complex Berbahan Dasar Minyak Jarak
3) Unit Pengolahan Tanah Tercemar Minyak dan Oil Off-Spec Kapasitas 5 ton per batch
dan fasilitas Pendukungnya
4) Dokumen FEDD Kilang Minyak Mini di Pulau Seram
5) Desain Rancang Bangun dan Spesifikasi Teknis Tabung ANG dari Bahan Komposit
B. Bidang Mineral dan Batubara
1) Rancang Bangun Sumur Injeksi dan Sumur Produksi UCG
2) Rancang sensor pengendali proses pada reaktor gasifikasi fixed bed
3) Detail Engineering Design Tungku Fluidized Bed Kapasitas 600 kW
4) Rancangan pembakar siklon jenis non slagging untuk batubara kalori rendah
5) Pilot Plant Gd Oksida kapasitas 10 kg/hari
C. idang Ketenagalistrikan dan EBTKE
1) Rancang Bangun Turbin Axial PLTMH
2) Pengembangan Terpadu BBN Berbasis Tanaman Lokal Dengan Digester Biogas Di
Provinsi Di Yogyakarta

AKUNTABILITAS KERJA
3) Smart Grid in Micro Grid di Universitas Udayana, Bali
4) Smart System PLTS di Kawasan Perkantoran Gubernur Bali
D. Bidang Geologi Kelautan
1) Rancang Bangun Sistem Akuisisi Seismik Single Channel

Penjelasan teknis pencapain jumlah pilot plant/prototipe/demo plant sebagaimana terlmapir


dalam Lampiran V.

2. Jumlah Paten dan Hasil Litbang yang terimplementasikan


Pada tahun 2017, Kementerian ESDM menargetkan Paten dan Hasil Litbang
yang terimplementasikan sebanyak 5 buah. Target tersebut berbeda jauh dengan target
pada Renstra, yaitu sebanyak 51 buah. Hal ini disebabkan karena secara keseluruhan
alokasi anggaran litbang pada tahun 2017 menurun drastis dibandingkan dengan
perkiraan alokasi anggaran pada Renstra yang tercantum sebesar Rp. 1,18 Triliun.

131
Alokasi anggaran litbang pada tahun 2017 hanya sebesar Rp. 555 Miliar. Dengan adanya
pengurangan alokasi anggaran menyebabkan beberapa kegiatan litbang yang rencana
semula dapat menjadi sarana atau kegiatan implementasi paten dan hasil litbang, tidak
dapat dilaksanakan.
Pada tahun 2017, Paten dan Hasil Litbang yang terimplementasikan terealisasi
sebesar 100% atau sebanyak 5 buah. Rinciannya adalah, paten terimplementasikan
sebanyak 2 (dua) buah dari 2 (dua) buah yang ditargetkan atau tercapai 100%, dan hasil
litbang yang terimplementasikan berhasil direalisasikan sebanyak 3 (tiga) dari 3 (tiga)
yang ditargetkan, atau realisasinya sebesar 100% (penjelasan teknis terlampir dalam
Lampiran VI).

1) Jumlah Paten yang terimplementasikan Pada Bidang Minyak dan Gas Bumi
a. Kompartemen Tabung CNG Tipe 4 untuk Aplikasi Pada Kendaraan Bermotor Sistem
Bi-Fuel
b. Implementasi Formula Cairan Rumen pada Sumur GMB Non-produktif untuk
Meningkatkan Produksi GMB
2) Jumlah Hasil Litbang yang terimplementasikan
a. Bidang Minyak dan Gas Bumi
- Implementasi unit Biodiesel untuk Produksi Biodiesel sesuai Standar Spesifikasi
SNI
b. Bidang Ketenagalistrikan dan EBT
- Pemanfaatan Hasil Litbang Smart Grid in Micro Grid di Universitas Udayana, Bali
- nfaatan Hasil Litbang Smart System PLTS di Kawasan Perkantoran Gubernur Bali

3.5.3
3.5.3 Sasaran Strategis
Sasaran XII: XII:
Strategis Meningkatkan Kehandalan
Meningkatkan Informasi
Kehandalan Kegeologian
Informasi Kegeologian
Tabel 91. Sasaran Strategis XII
Tabel 91. Sasaran Strategis XII

Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi

Meningkatkan 1. Penyediaan air bersih 250 Titik 237 Titik


Kualitas Informasi melalui pengeboran air
dan Pelayanan di tanah
Bidang Geologi
2. Wilayah prospek sumber
57 Rekomendasi 57 Rekomendasi
daya geologi
3. Peta kawasan bencana 33 Peta 33 Peta
geologi

Pada tahun
Pada tahun 2015
2015 dan dan2016
tahun tahun 2016 terdapat
terdapat 3 capaian 3pada
capaian padadiindikator
indikator di dalam
dalam sasaran
sasaran
trategis trategis “Meningkatkan
“Meningkatkan kualitas informasikualitas informasi
dan pelayanan dan Geologi”,
di Bidang pelayanan di Bidangantara
perbandingan Geologi”,
perbandingan
capaian antara
dan target pada capaian
Renstra dan target pada
KEMENTERIAN ESDMRenstra KEMENTERIAN
2015-2019 dapat dilihat ESDM 2015-2019
pada tabel di
dapat dilihat pada tabel di bawah.
bawah.

Tabel 92. Perbandingan Capaian Indikator dan Target Pada Renstra Kementerian ESDM
132
2015-2019
Pada tahun 2015 dan tahun 2016 terdapat 3 capaian pada indikator di dalam sasaran
trategis “Meningkatkan kualitas informasi dan pelayanan di Bidang Geologi”, perbandingan antara
capaian dan target pada Renstra KEMENTERIAN ESDM 2015-2019 dapat dilihat pada tabel di
bawah.

Tabel 92. Perbandingan Capaian Indikator dan Target Pada Renstra Kementerian ESDM

2015-2019
Tabel 92. Perbandingan Capaian Indikator dan Target Pada Renstra Kementerian ESDM 2015-2019

2015 2016
Indikator Kinerja Satuan Target Capaian Target Capaian
Realisasi Realisasi
Renstra (%) Renstra (%)
Penyediaan Air
Bersih Melalui
TItik 100 105 105 100 197 197
Pengeboran Air
Tanah
Wilayah Prospek
Rekomendasi
Sumber Daya 62 63 101,6 63 52 82,5
/wilayah
Geologi

Peta Kawasan
Peta 30 30 100 16 13 81,25
Bencana Geologi

Upaya yang dapat dilakukan ke depannya untuk memperbaiki capaian


Upaya yang dapat dilakukan ke depannya untuk memperbaiki capaian kinerja pada
kinerja
sasaran pada sasaran
strategis strategis
di atas adalah di atasReviu
melakukan adalah melakukan
target Reviumempertimbangkan
Renstra dengan target Renstra dengan
mempertimbangkan
kebijakan kebijakan
penganggaran, dan melakukanpenganggaran, dan melakukan
perubahan pada jadwal perubahan
kegiatan pelaksanaan. pada jadwal
Sehingga
kegiatan
kan pelaksanaan.
dimajukan pelaksanaanyaSehingga
lebih awal. kan dimajukan pelaksanaanya lebih awal.
1. Penyediaan air bersih melalui pengeboran air tanah
Air bersih merupakan kebutuhan pokok kehidupan manusia sehari-hari. Tapi
tidak semua masyarakat memperoleh air bersih dengan mudah karena keterdapatan
sumber daya air di setiap tempat tidak sama. Keterdapatan air bersih tersebut sangat
dipengaruhi oleh faktor geologi dan iklim suatu daerah. Indonesia memiliki kondisi
geologi dan iklim yang memungkinkan banyak penduduk yang mengalami kesulitan
air bersih. Daerah sulit air bersih pada umumnya termasuk daerah tertinggal yang
sangat memerlukan bantuan penyediaan sarana air bersih. Pada beberapa dekade
terakhir ini, air tanah memiliki peranan yang semakin penting sebagai sumber air baku

AKUNTABILITAS KERJA
untuk berbagai keperluan air bersih guna menunjang kelangsungan pembangunan.
Air tanah telah terbukti memiliki nilai strategis sebagai sumber daya alam yang
dimanfaatkan untuk memenuhi hajat hidup sehari-hari masyarakat.
Bahkan tahun 2014 Unicef dan WHO memperkirakan, Indonesia adalah salah
satu dari 10 negara yang hampir dua pertiga dari populasi tidak mempunyai akses ke
sumber air minum. Kesepuluh negara tersebut adalah China (108 juta), India (99 juta),
Nigeria (63 juta), Ethiopia (43 juta), Indonesia (39 juta), Republik Demokratik Kongo (37
juta), Bangladesh (26 juta), Republik Tanzania (22 juta), Kenya (16 juta) dan Pakistan (16
juta).
Oleh karena itu, bantuan sarana air bersih melalui pengeboran air tanah
merupakan cara penyediaan air bersih yang akan tetap diminati, karena kelebihannya
mempunyai jangkauan pelayanan kepada masyarakat lebih dekat dan tingkat
kerentanan terhadap pencemaran airnya yang rendah dibanding dengan air
permukaan. Namun demikian, apabila kondisi air permukaan yang tersedia baik

133
Tanzania (22 juta), Kenya (16 juta) dan Pakistan (16 juta).

Oleh karena itu, bantuan sarana air bersih melalui pengeboran air tanah merupakan cara
penyediaan air bersih yang akan tetap diminati, karena kelebihannya mempunyai jangkauan
pelayanan kepada masyarakat lebih dekat dan tingkat kerentanan terhadap pencemaran airnya
yang rendah dibanding dengan air permukaan. Namun demikian, apabila kondisi air permukaan
dantersedia
yang banyakbaik
maka diprioritaskan
dan banyak penyediaan
maka diprioritaskan air bersih
penyediaan menggunakan
air bersih sumber
menggunakan sumber air
permukaan.
air permukaan.Salah
Salah satu
satu cara
cara untuk
untuk membantu masyarakat
membantu masyarakat dalam
dalam memenuhi
memenuhi kebutuhan
kebutuhan air
air bersih
bersih dapatdapat ditempuh
ditempuh dengandengan membuat
membuat sumur
sumur bor bor yang
dalam dalam yang dengan
diawali diawali kajian
dengan
hidrogeologi permukaanpermukaan
kajian hidrogeologi dan pendugaan
dangeolistrik
pendugaan (geofisika) di sekitar
geolistrik rencana
(geofisika) dilokasi titik
sekitar bor
rencana
terpilih. Kajian
lokasi titik borhidrogeologi dan geofisika
terpilih. Kajian ini harus
hidrogeologi dandilakukan
geofisikasecara cermat
ini harus dengan cara
dilakukan secara
mengevaluasi data pustaka
cermat dengan dan lapangan agar
cara mengevaluasi datapenentuan
pustakalokasi titik bor tersebut
dan lapangan dapat memenuhi
agar penentuan lokasi
harapan yang diinginkan.
titik bor tersebut dapat memenuhi harapan yang diinginkan.
Capaian
Capaian Kinerja
Kinerja Tersedianya
Tersedianya sarana
sarana air bersihair bersih
dari dari pemanfaatan
pemanfaatan air tanah bagiair tanah bagi
masyarakat
dimasyarakat
daerah tertinggal yang sulit
di daerah air:
tertinggal yang sulit air:
Tabel 93. Realisasi Pemboran Air Tanah
Tabel 93. Realisasi Pemboran Air Tanah

Indikator Kinerja Satuan Target Realisasi Capaian


Jumlah titik pemboran air tanah di
daerah sulit air (Sumur Produksi) Titik 250 237 94,8 %

Pengeboran air tanah dalam di daerah sulit air pada tahun 2017 ditetapkan targetnya 250
Pengeboran air tanah dalam di daerah sulit air pada tahun 2017 ditetapkan
lokasi sumur bor air tanah. Rincian realisasi kegiatan pemboran air tanah sebanyak 237
targetnya 250 lokasi sumur bor air tanah. Rincian realisasi kegiatan pemboran air tanah
sebanyak 237 titik/lokasi, dengan rincian lokasi kegiatan sebagai berikut:
1. Nanggrou Aceh Darusalam : 2 lokasi
2. Provinsi Bengkulu : 4 lokasi
3. Provinsi DI Yogyakarta : 3 lokasi
4. Provinsi Gorontalo : 5 lokasi
5. Provinsi Jambi : 7 lokasi
6. Provinsi Jawa Barat : 24 lokasi
7. Provinsi Jawa Tengah : 26 lokasi
8. Provinsi Jawa Timur : 53 lokasi
9. Provinsi Kalimantan Barat : 6 lokasi
10. Provinsi Kalimantan Selatan : 3 lokasi
11. Provinsi Kalimantan Tengah : 8 lokasi
12. Provinsi Kalimantan Timur : 5 lokasi
13. Provinsi Kalimantan Utara : 3 lokasi
14. Provinsi Lampung : 4 lokasi
15. Provinsi Maluku : 1 lokasi
16. Provinsi Nusa Tenggara Barat : 7 lokasi
17. Provinsi Nusa Tenggara Timur : 7 lokasi
18. Provinsi Papua : 7 lokasi
19. Provinsi Riau : 9 lokasi
20. Provinsi Sulawesi Barat : 4 lokasi
21. Provinsi Sulawesi Selatan : 15 lokasi
22. Provinsi Sulawesi Utara : 3 lokasi

134
23. Provinsi Sulawesi Tengah : 4 lokasi
24. Provinsi Sulawesi Tenggara : 4 lokasi
25. Provinsi Sumatera Barat : 9 lokasi
26. Provinsi Sumatera Selatan : 6 lokasi
27. Provinsi Sumatera Utara : 8 lokasi

Pencapaian kinerja hanya mencapai 94,80% disebabkan 13 lokasi gagal


mendapatkan air. Kegagalan 13 titik sumur dalam mendapatkan air tanah yang
disebabkan beberapa hal, di antaranya kondisi Geologi sekitar 38,46% (dengan rincian
7,69% kondisi batuan loss (Water loss), 23,08% kondisi ketidakadaan cebakan air, 7,69%
kondisi batuan keras), 30,77% ketidaksanggupan penyedia jasa (direkomendasikan
untuk dimasukan ke kontraktor daftar hitam), dan 30,77% terkendala masalah koordinasi
sehingga tidak mendapatkan lahan untuk dilakukan pemboran air tanah.
Sebagai bahan pertimbangan pada masa yang akan datang, seyogyanya
dilakukan penyelidikan yang lebih optimal serta koordinasi yang lebih intensif dengan
pemerintah
setempat. daerah
Rata-rata setempat.
debit Rata-rata pada
air yang dihasilkan debitkegiatan
air yangtahun
dihasilkan pada kegiatan
2017 sebanyak tahundan
1,52 l/detik
2017 rata-rata
jumlah sebanyakjiwa
1,52 pemanfaat
l/detik dandiperkirakan
jumlah rata-rata jiwa pemanfaat
sebanyak 775 jiwa diperkirakan sebanyak
per sumur bor, sehingga
775 jiwa per
meningkatkan sumur bor,
kemudahan sehinggasarana
penyediaan meningkatkan kemudahan
air bersih bagi penyediaan
masyarakat sarana
di daerah sulit air
air seperti
bersih
terinci bagi
pada masyarakat
tabel di berikut.
dan gambar daerah sulit air seperti terinci pada tabel dan gambar berikut.

AKUNTABILITAS KERJA

Gambar 47. Capaian Penyediaan air bersih melalui pengeboran air tanah pada tahun 2017
Gambar 47. Capaian Penyediaan air bersih melalui pengeboran air tanah pada tahun 2017

135
Gambar 47. Capaian Penyediaan air bersih melalui pengeboran air tanah pada tahun 2017

Gambar
Gambar 48. Peta
48. Peta Lokasi
Lokasi Sebaran Sumur
Sebaran Sumur Bor
BorSebanyak 237237
Sebanyak Lokasi
Lokasi

144
Gambar 49. Pemanfaatan Sumur Bor Dalam di Desa Huta Ginjang, Kecamatan Muara, Kabupaten

Tapanuli Utara, Sumatera Utara

Gambar 49. Pemanfaatan Sumur Bor Dalam di Desa


Gambar 49. Huta Ginjang, Kecamatan Muara, Kabupaten
Pemanfaatan Sumur Bor Dalam di Desa Huta Ginjang, Kecamatan Muara, Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara
Tapanuli Utara, Sumatera Utara

Gambar 50.
Pemanfaatan Air Sumur Bor Dalam di Desa Curah Tatal, Kecamatan Arjasa, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur
Gambar 50. Pemanfaatan Air Sumur Bor Dalam di Desa Curah Tatal, Kecamatan Arjasa,

Kabupaten Situbondo, Jawa Timur


136

Gambar 50. Pemanfaatan Air Sumur Bor Dalam di Desa Curah Tatal, Kecamatan Arjasa,
Gambar 51. Peresmian Sumur Bor di Magelang oleh Kepala Pusat Air Tanah dan Geologi

Tata Lingkungan
Gambar 51. Peresmian Sumur Bor di Magelang oleh Kepala Pusat Air Tanah dan Geologi Tata Lingkungan

Gambar 51. Peresmian Sumur Bor di Magelang oleh Kepala Pusat Air Tanah dan Geolog

Tata Lingkungan

AKUNTABILITAS KERJA

Gambar 52. Peresmian dan pemanfaatan sumur bor oleh Menteri ESDM di Bukit Tinggi, Sumatera Barat

Gambar 52. Peresmian dan pemanfaatan sumur bor oleh Menteri ESDM di Bukit Tinggi, Sumatera

137
Barat
Kegiatan eksplorasi sumur bor baru dimulai tahun 2005 hingga sekarang dan baru
Kegiatan1.611
mencapai sebanyak eksplorasi
sumursumur bor baru dimulai
bor. Sedangkan tahun 2005
permohonan hingga
bantuan sekarang
sumur bor didan barusulit
daerah
Kegiatan eksplorasi sumur bor baru dimulai tahun 2005 hingga sekarang
mencapai sebanyak 1.611 sumur bor. Sedangkan permohonan bantuan sumur bor
air hingga saat ini mencapai 7.500 pemohon. Contoh salah satu daerah yang mengalami di daerah sulit
dan baru mencapai sebanyak 1.611 sumur bor. Sedangkan permohonan bantuan
air hingga saat ini mencapai 7.500 pemohon. Contoh salah satu daerah yang mengalami
kekurangan airbor
sumur bersih yaitu sulit
di daerah DesaairRanca
hinggaGede,
saat Kecamatan Gunung
ini mencapai Kaler, Kabupaten
7.500 pemohon. Tangerang.
Contoh salah
kekurangan air bersih yaitu Desa Ranca Gede, Kecamatan Gunung Kaler, Kabupaten Tangerang.
Setelah satu
dilakukan
daerahpemboran, air yang
yang mengalami dihasilkan
kekurangan masihyaitu
air bersih terasa payau
Desa Rancabahkan cenderung asin.
Gede, Kecamatan
Setelah dilakukan pemboran, air yang dihasilkan masih terasa payau bahkan cenderung asin.
AkhirnyaGunung
tim melakukan inovasiTangerang.
Kaler, Kabupaten dengan menerapkan Teknologi
Setelah dilakukan ReverseairOsmosis
pemboran, (RO). Setelah
yang dihasilkan
Akhirnya tim melakukan inovasi dengan menerapkan Teknologi Reverse Osmosis (RO). Setelah
masih
diterapkan terasa payau
Teknologi bahkan
Reverse cenderung
Osmosis (RO), asin. Akhirnya
air yang tim melakukan
dihasilkan inovasi
berkualitas baikdengan
bahkan bisa
diterapkan Teknologi Reverse Osmosis (RO), air yang dihasilkan berkualitas baik bahkan bisa
menerapkan
langsung diminum. Teknologi Reverse Osmosis (RO). Setelah diterapkan Teknologi Reverse
langsung diminum.
Osmosis (RO), air yang dihasilkan berkualitas baik bahkan bisa langsung diminum.

Gambar 53. Pemanfaatan Sumur BorGambar Dalam 53.


di Desa Ranca Gede, Kecamatan Gunung Kaler,
Pemanfaatan Sumur Bor Dalam di Desa Ranca Gede, Kecamatan Gunung Kaler, Kabupaten Tanggerang, Banten
Gambar 53. Pemanfaatan SumurKabupaten
Bor DalamTanggerang, Banten
di Desa Ranca Gede, Kecamatan Gunung Kaler,
Kabupaten Tanggerang, Banten
II. Wilayah Prospek Sumber Daya Geologi
II. Wilayah Prospek Sumber
Target pada Daya Geologi
indikator wilayah prospek sumber daya geologi memiliki target
sebanyak 57pada
Target rekomendasi. Dari target tersebut pada tahun 2017 dapat dicapai realisasi
indikator wilayah
II. Wilayah Prospek Sumber Daya Geologi prospek sumber daya geologi memiliki target sebanyak 57
sebanyak 57Dari
rekomendasi. rekomendasi. Sehingga
target tersebut capaian
pada tahun kinerja
2017 rekomendasi
dapat dicapaiwilayah keprospekan
realisasi sebanyak 57
sumber daya
Target pada
rekomendasi. geologi
Sehingga (panas
indikator
capaian bumi,
wilayah batubara,
prospek
kinerja GMB,
sumber
rekomendasi bitumen
daya
wilayah padat,
geologi dansumber
mineral)
memiliki
keprospekan targettercapai
dayasebanyak
geologi 57
100%.
rekomendasi.
(panas Dari
bumi, targetGMB,
batubara, tersebut
bitumenpada
padat,tahun 2017 tercapai
dan mineral) dapat 100%.
dicapai realisasi sebanyak 57
rekomendasi. Sehingga capaian
Tabel kinerja
94. Wilayahrekomendasi wilayah
Prospek Sumber Daya keprospekan sumber daya geologi
Geologi
Tabel 94. Wilayah Prospek Sumber Daya Geologi
(panas bumi, batubara, GMB, bitumen padat, dan mineral) tercapai 100%.
Indikator Kinerja Satuan Target Realisasi
Tabel 94. Wilayah Prospek Sumber Daya Geologi
Wilayah Prospek Sumber Daya
Geologi:
Indikator Kinerja Satuan Target Realisasi
Jumlah Wilayah Prospek Sumber Rekomendasi/
Wilayah Prospek Sumber Daya 24 24
Daya Panas Bumi Wilayah
Geologi:
Jumlah Wilayah Prospek Sumber Rekomendasi/
Jumlah Wilayah
Daya Prospek
Batubara, Sumber
CBM, dan Bitumen Rekomendasi/ 13 13
Wilayah 24 24
Daya Padat
Panas Bumi Wilayah

Jumlah Wilayah Prospek Sumber Rekomendasi/


Daya Batubara, CBM, dan Bitumen 138 13 13
Padat Wilayah
Indikator Kinerja Satuan Target Realisasi

Jumlah Wilayah Prospek Sumber Rekomendasi/


20 20
Daya Mineral Wilayah

Jumlah 57 57

A. Rekomendasi Wilayah Prospek Sumber Daya Panas Bumi


Hasil penyelidikan dan eksplorasi sumber daya energi panas bumi tahun
2017 mencapai target sebesar 100 % atau sebanyak 24 rekomendasi dari target 24
rekomendasi wilayah keprospekan sumber daya dan cadangan panas bumi yang terdiri
dari:
- 8 wilayah
A. Rekomendasi Wilayah Prospek Sumber
keprospekan Daya
dengan Panas Bumiwilayah keprospekan baru daerah
rekomendasi
panas bumi dengan status sumberdaya spekulatif yaitu 2 wilayah di Seko dan Rampi,
Hasil penyelidikan
Kabupaten Luwudan eksplorasi
Utara, sumber
Sulawesi daya
Selatan, energi panas
1 wilayah bumi tahun 2017 mencapai
di Pencong-lompobatang, Kab
target sebesar
Gowa,100 % atau
Sulawesi sebanyak
Selatan, dan 524 rekomendasi
wilayah dari di
keprospekan target 24 rekomendasi
Kabupaten wilayah
Toli-toli, Sulawesi
keprospekan sumber daya dan cadangan panas bumi yang terdiri dari:
tengah
- 8- wilayah keprospekan
1 wilayah dengan rekomendasi
keprospekan wilayah keprospekan
dengan rekomendasi baru daerah
peningkatan panas data
kualitas bumi
dengan status sumberdaya
keprospekan spekulatif
panas bumi denganyaitustatus
2 wilayah di Seko
sumber dayadan Rampi, Kabupaten
spekulatif di daerah Luwu
Alue
Utara,Calong,
SulawesiKabupaten
Selatan, 1 wilayah di Pencong-lompobatang,
Pidie, Provinsi Aceh Kab Gowa, Sulawesi Selatan, dan 5
wilayah keprospekan
- 2 wilayah di Kabupaten
keprospekan Toli-toli,
dengan Sulawesi tengah
rekomendasi keprospekan baru status sumber
- 1 wilayah
daya keprospekan dengan
hipotetis hasil rekomendasi
kegiatan peningkatan
survey terpadu kualitas
geologi, datadan
geokimia keprospekan
geofisika panas
yaitu
bumi daerah
dengan Nage,
status Kabupaten
sumber dayaNgada,
spekulatif
NTTdidan
daerah Alue
Gimpu, Calong, Kabupaten
Kabupaten Pidie,Sulawesi
Sigi, Provinsi Provinsi
Aceh Tengah.
- 2- wilayah keprospekan
3 wilayah dengan rekomendasi
keprospekan keprospekanpeningkatan
dengan rekomendasi baru status sumber
status daya hipotetis
sumberdaya
hasil kegiatan
spekulatifsurvey terpadu
menjadi geologi, geokimia
sumberdaya danyaitu
hipotetik geofisika yaituPincurak,
daerah daerah Nage,
Kab Kabupaten
Pasaman,

AKUNTABILITAS KERJA
Ngada,Provinsi
NTT dan Sumatera Barat, daerah
Gimpu, Kabupaten Barru, Kab
Sigi, Provinsi Barru, Tengah.
Sulawesi Provinsi Sulawesi Selatan dan Gou
- Inelika,keprospekan
3 wilayah Kabupaten Ngada,
dengan Provinsi NTT. peningkatan status sumberdaya spekulatif
rekomendasi
- 2 wilayah
menjadi keprospekan
sumberdaya dengan
hipotetik yaitu rekomendasi
daerah peningkatan
Pincurak, Kab kualitas Sumatera
Pasaman, Provinsi data geosains
Barat,
keprospekan
daerah panas
Barru, Kab Barru, bumi yaitu
Provinsi daerah
Sulawesi Surian,
Selatan KabInelika,
dan Gou Solok dan Gn Sago,
Kabupaten KabProvinsi
Ngada, Tanah
NTT. Datar, Provinsi Sumatera Barat.
- 2- wilayah
5 wilayah keprospekan
keprospekan dengan rekomendasi
dengan rekomendasi peningkatanpeningkatan status sumberdaya
kualitas data geosains keprospekan
panashipotetik menjadi
bumi yaitu daerah cadangan
Surian, Kabmungkin
Solok danyaitu hasil Kab
Gn Sago, survey Magnetotelurik
Tanah dan
Datar, Provinsi TDEM
Sumatera
Barat.daerah Nage, Kab Ngada, NTT; Lokop, Kab Aceh Tamiang, Provinsi Aceh; Sipoholon,
- Ria-Ria,
5 wilayah Kab Tapanuli
keprospekan dengan Utara, Provinsi
rekomendasi Sumatera
peningkatan Utara;
status Songa –hipotetik
sumberdaya Wayaua, Kab
menjadi
Halmahera
cadangan mungkinSelatan, Provinsi
yaitu hasil surveyMaluku; dan Maritaing,
Magnetotelurik Kabdaerah
dan TDEM Alor, Nusa
Nage,Tenggara Timur;
Kab Ngada, NTT;
- 1 wilayah
Lokop, Kab Acehkeprospekan dengan
Tamiang, Provinsi rekomendasi
Aceh; Sipoholon,peningkatan
Ria-Ria, Kab kualitas
Tapanulidata cadangan
Utara, Provinsi
Mungkin
Sumatera Utara;di daerah
Songa Pantar, Kab
– Wayaua, KabHalmahera
Alor, Nusa Selatan,
Tenggara Timur.Maluku; dan Maritaing, Kab
Provinsi
- Nusa
Alor, 2 wilayah keprospekan
Tenggara Timur; dengan rekomendasi peningkatan data bawah permukaan
berupa data gradient thermal tercapai yang dihasilkan dari pengeboran landaian

139
- 1 wilayah keprospekan dengan rekomendasi peningkatan kualitas data cadangan Mungkin di
daerah Pantar, Kab Alor, Nusa Tenggara Timur.
- 1 wilayah keprospekan dengan rekomendasi peningkatan kualitas data cadangan Mungkin di
- 2 wilayah keprospekan dengan rekomendasi peningkatan data bawah permukaan berupa data
daerah Pantar, Kab Alor, Nusa Tenggara Timur.
suhu di
gradient daerah
thermal Panti,yang
tercapai Kabupaten
dihasilkanPasaman Provinsilandaian
dari pengeboran Sumatera Barat,
suhu dan Gunung
di daerah Panti,
- 2 wilayah keprospekan dengan rekomendasi peningkatan data bawah permukaan berupa data
Sirung, Pantar, Kabupaten Alor, Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Kabupaten Pasaman Provinsi Sumatera Barat, dan Gunung Sirung, Pantar, Kabupaten Alor,
gradient thermal tercapai yang dihasilkan dari pengeboran landaian suhu di daerah Panti,
ProvinsiPada tahun 2017
Nusa Tenggara Timur.terdapat penambahan 10 lokasi baru panas bumi hasil
Kabupaten Pasaman Provinsi Sumatera Barat, dan Gunung Sirung, Pantar, Kabupaten Alor,
penyelidikan panas bumi yaitu: Nage, Bajawa – Jerebuu, Kab. Ngada; Gimpu, Kulawi
Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Pada
Selatan, tahun
Kab. Sigi;2017
Tinigi,terdapat
Galang,penambahan 10Lorenz,
Kab. Tolitoli; lokasi baru panas
Baolan, bumi
Kab. hasil Malala,
Tolitoli; penyelidikan
Dondo,
panas 147
Kab. bumi yaitu:
Tolitoli; LuokNage, BajawaDondo,
Manipi, – Jerebuu,
Kab.Kab. Ngada;Lemba
Tolitoli; Gimpu, Harapan,
Kulawi Selatan,
Dampal
Pada tahun 2017 terdapat penambahan 10 lokasi baru panas bumi hasil penyelidikan
Kab. Selatan,
Sigi; Tinigi,
Kab.
Galang, Kab. Tolitoli;
Tolitoli; Lorenz, Baolan, Kab.Rampi,
Tolitoli; Kab.
Malala, Dondo,Utara;
Kab. Tolitoli; Luok Manipi, Dondo,
panas bumiSeko,
yaitu:Kab.
Nage,Luwu
BajawaUtara;
– Jerebuu, Kab. Ngada;Luwu
Gimpu, KulawiPencong-Lompo Battang,
Selatan, Kab. Sigi; Tinigi, 147
Kab. Tolitoli; Lemba Harapan, Dampal Selatan, Kab. Tolitoli; Seko, Kab. Luwu Utara; Rampi, Kab.
Biringbulu, Kab. Gowa.
Galang, Kab. Tolitoli; Lorenz, Baolan, Kab. Tolitoli; Malala, Dondo, Kab. Tolitoli; Luok Manipi, Dondo,
Luwu Utara; Pencong-Lompo Battang, Biringbulu, Kab. Gowa.
Kab. Tolitoli;Berdasarkan
Lemba Harapan, uraian capaian
Dampal kinerja
Selatan, keluaran
Kab. Tolitoli; (output)
Seko, Kab. Luwukegiatan penyelidikan
Utara; Rampi, Kab.
Berdasarkan uraian capaian kinerja keluaran (output) kegiatan penyelidikan dan
dan eksplorasi potensi sumber daya dan cadangan
Luwu Utara; Pencong-Lompo Battang, Biringbulu, Kab. Gowa. panas bumi di atas, maka hasil
eksplorasi potensi sumber daya dan cadangan panas bumi di atas, maka hasil (outcomes) kinerja
(outcomes) kinerjauraian
Berdasarkan kegiatan potensi
capaian panas
kinerja bumi hingga
keluaran (output) tahun 2017
kegiatan diperoleh dan
penyelidikan status
kegiatan potensi panas bumi hingga tahun 2017 diperoleh status penambahan sumber daya
penambahan
eksplorasi potensisumber
sumberdaya
daya spekulatif
dan cadangansebesar 21 Mwe,
panas bumi peningkatan
di atas, status sumber
maka hasil (outcomes) daya
kinerja
spekulatif sebesar 21 Mwe, peningkatan status sumber daya spekulatif menjadi sumber daya
spekulatif
kegiatan menjadi
potensi panassumber daya tahun
bumi hingga hipotetik
2017 51 Mwe, peningkatan
diperoleh status penambahanstatussumber
sumber daya
daya
hipotetik 51 Mwe, peningkatan status sumber daya hipotetik menjadi cadangan mungkin sebesar
spekulatif
hipotetik sebesar
menjadi 21 cadangan
Mwe, peningkatan
mungkin status sumber
sebesar daya
106 spekulatif
Mwe. menjadi sumber
Perkembangan sumber daya
daya
106 Mwe. Perkembangan sumber daya dan cadangan panas bumi 2013 – 2017 dapat dilihat pada
hipotetik 51
dandicadangan Mwe, peningkatan status sumber daya hipotetik menjadi cadangan mungkin sebesar
tabel bawah ini. panas bumi 2013 – 2017 dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
106 Mwe. Perkembangan sumber daya dan cadangan panas bumi 2013 – 2017 dapat dilihat pada
tabel di bawah ini.
Tabel 95.Tabel 95. Perkembangan
Perkembangan status potensi
status energi
potensi energipanas
panasbumi tahun2013
bumi tahun 2013 – 2017
– 2017 (dalam
(dalam MWe)MWe)

Tahun
Tabel Jumlah Spekulatif
95. Perkembangan Hipotesis
status potensi Mungkin
energi panas Terduga
bumi tahun 2013Terbukti Terpasang
– 2017 (dalam MWe)
Lokasi
Tahun
2013 Jumlah
312 Spekulatif
7377 Hipotesis
4973 Mungkin
13449 Terduga
823 Terbukti
2288 Terpasang
1341
Lokasi
2014 320 7326 5217 13413 823 2288 1401
2013 312 7377 4973 13449 823 2288 1341
2015 330 7054 4943 14435 823 2288 1438,5
2014 320 7326 5217 13413 823 2288 1401
2016 331 6596 4469 12046 2493 2967 1533,5
2015 330 7054 4943 14435 823 2288 1438,5
2017 342 6617 4456 11975 2493 2967 1808,5
2016 331 6596 4469 12046 2493 2967 1533,5
2017 Sumber342
daya energi6617 4456
panas bumi 11975potensi2493
menghasilkan 2967
panas bumi 1808,5
tahun 2017 dengan
Sumber daya energi panas bumi menghasilkan potensi panas bumi tahun
sumberdaya 11.073 Mwe dan cadangan 17.435 Mwe dengan jumlah lokasi panas bumi sebanyak
2017 dengan sumberdaya
Sumber daya 11.073
energi panas Mwe
bumi dan cadangan
menghasilkan 17.435
potensi panasMwe
bumidengan jumlah
tahun 2017 lokasi
dengan
342 lokasi seperi terlihat pada tabel sebagai berikut.
panas bumi
sumberdaya sebanyak
11.073 342cadangan
Mwe dan lokasi seperi terlihat
17.435 pada tabel
Mwe dengan jumlahsebagai berikut.
lokasi panas bumi sebanyak
Tabel
342 lokasi seperi terlihat 96.tabel
pada Potensi Panas
sebagai Bumi Indonesia Tahun 2017
berikut.

Tabel 96. Potensi Panas Bumi Indonesia


Energi (MWe) Tahun 2017
No Tabel 96. Potensi Panas Bumi Indonesia Tahun 2017
No Pulau Sumber Daya Cadangan Terpasang
Lokasi
Spekulatif Hipotetis Energi (MWe) Terduga Terbukti
Mungkin
No
No Pulau Sumber Daya Cadangan Terpasang
1 Sumatera Lokasi
98 2817 1917 5065 930 917 452
Spekulatif Hipotetis Mungkin Terduga Terbukti
2 Jawa 73 1410 1689 3949 1373 1865 1224
1 Sumatera 98 2817 1917 5065 930 917 452
3 Bali 6 70 22 122 110 30 0
2 Jawa 73 1410 1689 3949 1373 1865 1224
3 Bali 6 70 22 122 110 30 0
4 Nusa
28 225 395 901 0 15 12,5
Tenggara
5 Kalimantan 14 152 17 13 0 0 0
6 Sulawesi 87 1308 325 1248 80 140 120
7 Maluku 33 560 91 677 0 0 0
8 Papua 3 75 0 0 0 0 0
140
Total 342 6617 4456 11975 2493 2967 1808,5
Sumber daya energi panas bumi menghasilkan potensi panas bumi tahun 2017 dengan

4 Nusasumberdaya 11.073 Mwe dan cadangan 17.435 Mwe dengan jumlah lokasi panas bumi sebanyak
28 225 395 901 0 15 12,5
Tenggara
342 lokasi seperi terlihat pada tabel sebagai berikut.

5 Kalimantan 14 152 Panas Bumi


Tabel 96. Potensi 17 Indonesia13
Tahun 2017 0 0 0
4 Nusa
6 SulawesiTenggara 87 28 225
1308 395
325 901
1248 0 80 15 12,5
140 120
Energi (MWe)
5 Kalimantan No
7 Maluku
No Pulau 33 14 152 Daya 17
560
Sumber 91 13 677 0
Cadangan 0 0 00
Terpasang 0
Lokasi
6 Sulawesi 87 Spekulatif
1308 Hipotetis
325 Mungkin
1248 Terduga
80 Terbukti
140 120
8 Papua 3 75 0 0 0 0 0
7
1 Maluku
Sumatera 33
98 560
2817 91
1917 677
5065 0
930 0
917 0
452
Total
8 Jawa
Papua
342 3 661775 4456
0
11975
0 0
2493 0
2967 0 1808,5
2 73 1410 1689 3949 1373 1865 1224
3 Total
Bali 342
6 6617
70 4456
22 11975
122 2493
110 2967
30 1808,5
0
Perkembangan status potensi panas bumi dari tahun 2013-2017 terangkum pada grafik
Perkembangan status potensi panas bumi dari tahun 2013-2017 terangkum pada grafik
dibawah ini. Perkembangan status potensi panas bumi dari tahun 2013-2017 terangkum
dibawah ini.
pada grafik dibawah ini.

Gambar 54. Perbandingan Status sumber daya dan cadangan energi Panas Bumi 2013 –
Gambar 54. Perbandingan Status sumber daya dan cadangan energi Panas Bumi 2013 – 2017
2017
Dalam RPJMNStatus
Gambar 54. Perbandingan 2015 – sumber
2019 telahdaya
disebutkan bahwa salah
dan cadangan satu Sektor
energi PanasUnggulan
Bumi 2013 –
Dalam RPJMN 2015 – 2019 telah disebutkan bahwa salah satu Sektor Unggulan Dimensi
Dimensi Program Prioritas Nasional, yakni Kedaulatan Energi dan Ketenagalistrikan.
Program Prioritas Nasional, yakni Kedaulatan2017
Energi dan Ketenagalistrikan. Pada tahun 2015
Pada tahun 2015 pemerintah telah menetapkan Kebijakan Energi nasional (KEN) dengan
pemerintah telah menetapkan Kebijakan Energi nasional (KEN) dengan target percepatan
target percepatan pemanfaatan EBT 23% tahun 2025 dari 5 % pada tahun 2015. Program
pemanfaatan EBT 23% tahun 2025 dari 5 % pada tahun 2015. Program KEN tersebut juga
AKUNTABILITAS KERJA
Dalam RPJMN 2015 – 2019 telah disebutkan bahwa salah satu Sektor Unggulan Dimensi
merupakan tindaklanjut Pembangunan Program Pembangkit Listrik 35.000 MWe pada tahun 2019.
Program Prioritas Nasional, yakni Kedaulatan Energi dan Ketenagalistrikan. Pada tahun 2015
Selain itu pada tahun 2017 juga telah ditetapkan Peraturan Pemerintah No. 59 tahun 2017 tentang
pemerintah telah menetapkan
Pembangunan KebijakanDevelopment
Berkelanjutan (Sustainable Energi nasional
Goal (SDG),(KEN)
dimana dengan
salah satu target
kegiatan percepatan
pemanfaatan EBT
Prioritas 23%percepatan
nasional tahun 2025 dari 5Pembangkit
Pembangunan % pada listrik
tahunTenaga
2015. Program
panas KENOleh
Bumi (PLTP). tersebut juga
karena itu Kegiatan Survei dan Eksplorasi Panas Bumi yang menjadi salah satu Kegiatan Prioritas
merupakan tindaklanjut Pembangunan Program Pembangkit Listrik 35.000 MWe pada tahun 2019.
Nasional.
Selain itu pada tahun 2017 juga telah ditetapkan Peraturan Pemerintah No. 59 tahun 2017 tentang
Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goal (SDG), dimana salah satu kegiatan
Prioritas nasional percepatan Pembangunan Pembangkit listrik Tenaga panas Bumi (PLTP). Oleh
karena itu Kegiatan Survei dan Eksplorasi Panas Bumi yang menjadi salah satu Kegiatan Prioritas
Nasional.
(Sumber : Kementerian PPN/Bappenas, 2017)

Gambar 55. Program Prioritas Nasional Pada RPJMN 2015-2019


Gambar 55. Program Prioritas Nasional Pada RPJMN 2015-2019

Kegiatan survei dan eksplorasi panas bumi tahun 2016 dan tahun 2017 telah memberikan
141
manfaat atau benefit bagi percepatan pengembangan energi panas bumi di Indonesia, salah satunya
penambahan penetapan 2 WKP pada tahun 2017 sehingga jumlah WKP status akhir Desember
KEN tersebut juga merupakan tindaklanjut Pembangunan Program Pembangkit Listrik
35.000 MWe pada tahun 2019. Selain itu pada tahun 2017 juga telah ditetapkan Peraturan
Pemerintah No. 59 tahun 2017 tentang Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable
Development Goal (SDG), dimana salah satu kegiatan Prioritas nasional percepatan
Pembangunan Pembangkit listrik Tenaga panas Bumi (PLTP). Oleh karena itu Kegiatan
Survei dan Eksplorasi Panas Bumi yang menjadi salah satu Kegiatan Prioritas Nasional.
(Sumber : Kementerian PPN/Bappenas, 2017)
Kegiatan
Gambar survei dan eksplorasi
55. Program panas bumi
Prioritas Nasional Padatahun
RPJMN2016 dan tahun 2017 telah
2015-2019
memberikan manfaat atau benefit bagi percepatan pengembangan energi panas bumi
di Indonesia, salah satunya penambahan penetapan 2 WKP pada tahun 2017 sehingga
Kegiatan survei dan eksplorasi panas bumi tahun 2016 dan tahun 2017 telah memberikan
jumlah WKP status akhir Desember 2017 menjadi 72 WKP dan salah satunya telah
manfaat atau benefit bagi percepatan pengembangan energi panas bumi di Indonesia, salah satunya
ditetapkan WKP Waesano untuk Program Government Drilling, serta untuk rencana
penambahan penetapan 2 WKP pada tahun 2017 sehingga jumlah WKP status akhir Desember
pengusulan
2017 WKP
menjadi 72 tahun
WKP dan2018
salahdirekomendasikan, Kab Ngada,
satunya telah ditetapkan Provinsiuntuk
WKP Waesano NTT dan Lokop,
Program
Provinsi Aceh
Government yangserta
Drilling, merupakan hasil penyelidikan
untuk rencana magnetotelurik
pengusulan WKP tahun 2017. Salah
tahun 2018 direkomendasikan, Kabsatu
keprospekan
Ngada, yang
Provinsi NTT telah
dan ditetapkan
Lokop, menjadi
Provinsi Aceh WKP Panashasil
yang merupakan Bumi yaitu WKPmagnetotelurik
penyelidikan Waesano untuk
Program
tahun 2017. Government Drilling. Program
Salah satu keprospekan yang telahini merupakan
ditetapkan upaya
menjadi WKPmendukung Percepatan
Panas Bumi yaitu WKP
Pemanfaatan
Waesano untuk Panas
ProgramBumi dalam Rangka
Government Penyediaan
Drilling. Program Infrastruktur
ini merupakan Ketenagalistrikan.
upaya mendukung
Salah satu
Percepatan potensi yang
Pemanfaatan Panas layak dikembangkan,
Bumi dalam dan sudah
Rangka Penyediaan memasuki
Infrastruktur tahap rencana
Ketenagalistrikan.
pengusulan
Salah WKP
satu potensi yangtahun 2018 yang direkomendasikan,
layak dikembangkan, Kab Ngada,
dan sudah memasuki tahap Provinsi NTT
rencana pengusulan WKPdan
tahun 2018
Lokop, yang direkomendasikan,
Provinsi Kab Ngada,
Aceh yang merupakan Provinsi
hasil NTT danmagnetotelurik
penyelidikan Lokop, Provinsi Aceh
tahunyang
2017.
merupakan
Gambaran hasil penyelidikan
status WKP tahunmagnetotelurik
2017 dantahun 2017.
Model Gambaran
sistem panasstatus
BumiWKP tahun 2017
di daerah Nagedandan
Model
Lokopsistem panas
dapat Bumi dipada
disajikan daerahgambar
Nage dandiLokop
bawahdapat
ini disajikan pada gambar di bawah ini
PETA KOMPILASI GEOSAINS
9026000

DAERAH PANAS BUMI NAGE


KABUPATEN NGADA, NTT
9024000

0 1000 2000 3000 4000 meter

DATUM HORIZONTAL WGS 84


9022000

PROYEKSI PETA UTM ZONA 51 S

Keterangan :
9020000

Manifestasi Panas Bumi

Struktur Geologi

Hg Tinggi > 800 ppb


9018000

CO Tinggi > 2%
2

Anomali Bouguer Residual Tinggi


9016000

Anomali Densitas Rendah (<2,55 gr/cm3)

Zona Prospek AMT


(Tahanan Jenis 20-100 Ohm.m)
9014000

Zona Prospek MT
(Tahanan Jenis 20-100 Ohm.m)

Zona Prospek (Luas 7 km2)


9012000
9010000

272000 274000 276000 278000 280000 282000 284000

PETA KEPROSPEKAN
494000

DAERAH PANAS BUMI LOKOP


KAB. ACEH TIMUR, PROV. ACEH
492000

meter
0 1000 2000 3000
MTLK-05
Datum Horisontal WGS 84
Proyeksi Peta UTM Zona 47 N
MTLK-04
Keterangan:
490000

MTLK-11
MTLK-03 Titik Ukur MT
MTLK-10 MTLK-17
MTLK-02
Mata Air Panas
MTLK-09
MTLK-01
MTLK-16 MTLK-23
MTLK-08 Struktur Geologi
488000

MTLK-15
MTLK-22
MTLK-29
MTLK-07 MTLK-14
MTLK-21
MTLK-06 MTLK-28 MTLK-35 Anomali Hg > 250 ppb
MTLK-13 MTLK-20
MTLK-27 MTLK-34
Anomali CO2 > 1.5 %
MTLK-12
MTLK-19 MTLK-26
486000

Anomali FFD
MTLK-18
MTLK-33 MTLK-40
Anomali Tahanan Jenis
MTLK-25 MTLK-32 merendah < 60 ohm-m
MTLK-39
MTLK-45
MTLK-24 Anomali gaya berat
MTLK-31 rendah < -1 mgal
MTLK-38
MTLK-44
484000

MTLK-30
MTLK-37 Daerah Prospek = 6 km2
MTLK-43
MTLK-36
Peta indeks
MTLK-42 6 °
SABANG

MTLK-41
BANDA ACEH

Tg. Jambuair
Lhokseumawe
5 °
482000

ACEH JAYA

Takengon
ACEH TIMUR

Langsa
TJ. Tamiang

Meulaboh
4 °
GAYOLUES

MEDAN
Tapaktuan
ACEH TENGGARA

3 ° Kabanjahe

Tanjungbalai
Sidikalang

Tarutung

2 °

95 ° 96 ° 97 ° 98 ° 99 ° 100 °
480000

330000 332000 334000 336000 338000 340000 342000

Gambar 56. Daerah prospek Nage, Kab.Gambar 56.


Ngada potensi 28 MWe dan Lokop, Kab. Aceh Timur
Daerah prospek Nage, Kab. Ngada potensi 28 MWe dan Lokop, Kab. Aceh Timur potensi 29 MWe Kelas Cadangan Mungkin
potensi 29 MWe Kelas Cadangan Mungkin

142
B. Rekomendasi Wilayah Prospek Sumber Daya Batubara, GMB, dan Bitumen Padat
Capaian kinerja rekomendasi potensi sumber daya batubara dan GMB tahun 2017
B. Rekomendasi Wilayah Prospek Sumber Daya Batubara, GMB, dan Bitumen Padat
Capaian kinerja rekomendasi potensi sumber daya batubara dan GMB tahun
2017 terlaksana 13 rekomendasi wilayah (100 %) dari target 13 rekomendasi yang
mencakup 6 rekomendasi wilayah keprospekan penyelidikan prospeksi batubara dan 1
penyelidikan eksplorasi umum batubara, 3 rekomendasi wilayah keprospekan gambut,
1 rekomendasi wilayah keprospekan GMB dan 2 kegiatan survei seismik batubara.
Keluaran (output) rekomendasi wilayah keprospekan potensi batubara,
gambut, dan gas metana batubara tahun 2017 yaitu:
1. Capaian kinerja total sumber daya batubara hasil kegiatan prospeksi dan eksplorasi
umum tahun 2017 sebesar 47.480.637 ton.
2. Capaian kinerja total sumber daya tambang dalam batubara tahun 2017 sebesar
710.346.531 ton.
3. Capaian kinerja total sumber daya gambut tahun 2017 sebesar 1.248.171.714 ton
4. Capaian kinerja total sumber daya gas metana batubara sebesar 9.497.158.189 –
19.257.182.327 Scf.
Penambahan sumber daya batubara diatas menambah jumlah sumber
daya hipotetik batubara Indonesia tahun 2017, akan tetapi secara keseluruhan naik
dan turunnya jumlah sumber daya dan cadangan batubara sangat dipengaruhi oleh
kegiatan eksplorasi dan eksploitasi perusahaan pemegang Ijin Usaha Pertambangan
(IUP) Batubara. Outcome status sumberdaya dan cadangan batubara tahun 2017 yang
dapat dilihat pada tabel di bawah ini dan perkembangan sumber daya dan Cadangan
Batubara 2013 -2017 dapat dilihat pada gambar selanjutnya.

Tabel 97. Sumberdaya dan Cadangan Batubara Indonesia Tahun 2017


Tabel 97. Sumberdaya dan Cadangan Batubara Indonesia Tahun 2017

Sumberdaya (Juta Ton) Cadangan (Juta Ton)


No. Pulau Provinsi
Hipotetik Tereka Tertunjuk Terukur Total Terkira Terbukti Total
1 Banten 5,47 38,98 28,45 25,10 0,00 0,00 0,00

AKUNTABILITAS KERJA
98,00
2 JAWA Jawa Tengah 0,00 0,82 0,00 0,00 0,82 0,00 0,00 0,00
3 Jawa Timur 0,00 0,08 0,00 0,00 0,08 0,00 0,00 0,00
4 Aceh 0,00 423,65 163,70 662,93 1.250,28 95,30 321,38 416,68
5 Sumatera Utara 0,00 7,00 1,84 25,75 34,59 0,00 0,00 0,00
6 Riau 3,86 325,77 855,29 758,58 1.943,50 86,28 498,64 584,91
7 Sumatera Barat 21,09 510,09 135,35 180,90 847,44 6,54 67,00 73,54
SUMATERA
8 Jambi 138,75 1327,29 1039,93 1233,15 3739,11 664,70 479,47 1144,17
9 Bengkulu 0,00 79,78 132,95 80,22 292,96 9,74 84,56 94,30
10 Sumatera Selatan 3.322,74 12.801,94 13.050,17 13.338,60 42.513,44 5.535,12 3.418,31 8.953,44
11 Lampung 0,00 122,95 8,21 4,47 135,63 11,74 0,00 11,74
12 Kalimantan Barat 2,26 483,94 6,85 4,70 497,75 0,00 0,00 0,00
13 Kalimantan Tengah 22,54 4905,16 2456,75 2458,43 9842,88 935,25 1278,07 2213,32
14 KALIMANTAN Kalimantan Selatan 0,00 6.205,47 4.833,71 7.095,33 18.134,51 1.875,42 2.555,18 4.430,60
15 Kalimantan Timur 916,10 13324,71 13934,20 16388,84 44563,85 2823,18 5055,02 7878,20
16 Kalimantan Utara 25,79 867,59 672,44 1.167,50 2.733,32 501,48 538,66 1.040,15
17 Sulawesi Barat 8,13 15,13 0,78 0,16 24,20 0,00 0,00 0,00
18 Sulawesi Selatan 10,66 48,81 128,90 53,09 241,46 0,06 0,06 0,12
SULAWESI
Sulawesi Tenggara 0,64 0,00 0,00 0,00 0,64 0,00 0,00 0,00
19 Sulawesi Tengah 0,52 1,98 0,00 0,00 2,50 0,00 0,00 0,00
20 MALUKU Maluku Utara 8,22 0,00 0,00 0,00 8,22 0,00 0,00 0,00
21 Papua Barat 93,66 32,82 0,00 0,00 126,48 0,00 0,00 0,00
PAPUA
22 Papua 7,20 2,16 0,00 0,00 9,36 0,00 0,00 0,00
TOTAL INDONESIA 4.587,63 41.526,12 37.449,52 43.477,75 127.041,02 12.544,83 14.296,35 26.841,18

143
Sulawesi Tenggara 0,64 0,00 0,00 0,00 0,64 0,00 0,00 0,00
19 Sulawesi Tengah 0,52 1,98 0,00 0,00 2,50 0,00 0,00 0,00
20 MALUKU Maluku Utara 8,22 0,00 0,00 0,00 8,22 0,00 0,00 0,00
21 Papua Barat 93,66 32,82 0,00 0,00 126,48 0,00 0,00 0,00
PAPUA
22 Papua 7,20 2,16 0,00 0,00 9,36 0,00 0,00 0,00
TOTAL INDONESIA 4.587,63 41.526,12 37.449,52 43.477,75 127.041,02 12.544,83 14.296,35 26.841,18

Gambar 57. Perkembangan Sumber Daya dan Cadangan Batubara 2013-2017


Gambar 57. Perkembangan Sumber Daya dan Cadangan Batubara 2013-2017

Sumber daya Batubara untuk Tambang Dalam Tahun 2017 adalah sebesar 43,08 Miliar ton.
Turun sebesar 0,29 Miliar ton dari tahun 2016. Penurunan ini disebabkan adamya penghitungan
Sumber daya Batubara untuk Tambang Dalam Tahun 2017 adalah sebesar
ulang sumber daya batubara di daerah Ampah. Grafik perubahan nilai sumber daya batubara
43,08 Miliar ton. Turun sebesar 0,29 Miliar ton dari tahun 2016. Penurunan ini disebabkan
tambang dalam dapat dilihat berikut ini.
adamya penghitungan ulang sumber daya batubara di daerah Ampah. Grafik perubahan
nilai sumber daya batubara tambang dalam dapat dilihat berikut ini.

Gambar 58. Sumber


Gambar daya tambang
58. Sumber dalam
daya tambang batubara
dalam tahun
batubara tahun2013
2013 –– 2017
2017

Pada tahun 2017, tabel sumber daya GMB mengalami penambahan format. Sumber daya
Pada tahun 2017, tabel sumber daya GMB mengalami penambahan format.
GMB Indonesia pada tahun ini adalah sebesar 72,4876Tcf, terdiri dari 0,1508 Tcf hasil kegiatan
Sumber daya GMB Indonesia pada tahun ini adalah sebesar 72,4876Tcf, terdiri dari
PSDMBP dan 72,3368 Tcf merupakan data rekapitulasi sumber daya cadangan Wilayah Kerja GMB
0,1508 Tcf hasil kegiatan PSDMBP dan 72,3368 Tcf merupakan data rekapitulasi sumber
terbaru yang didapat dari SKK Minyak dan Gas Bumi.
daya cadangan Wilayah Kerja GMB terbaru yang didapat dari SKK Minyak dan Gas Bumi.
Sumber daya GMB hasil kegiatan PSDMBP memiliki nilai yang rendah karena pada proses
Sumber daya GMB hasil kegiatan PSDMBP memiliki nilai yang rendah karena
penghitungannya belum dilengkapi dengan data seismik sehingga coverage area-nya belum luas
pada proses penghitungannya belum dilengkapi dengan data seismik sehingga coverage
atau belum mencakup satu cekungan.
area-nya belum luas atau belum mencakup satu cekungan.
Gambaran capain kinerja penambahan gas metana batubara Tahun 2016 sampai 2017
disajikan pada gambar berikut ini.

144
terbaru yang didapat dari SKK Minyak dan Gas Bumi.
Sumber daya GMB hasil kegiatan PSDMBP memiliki nilai yang rendah karena pada proses
penghitungannya belum dilengkapi dengan data seismik sehingga coverage area-nya belum luas
atau belum mencakup satu cekungan.
Gambaran capain kinerja penambahan gas metana batubara Tahun 2016 sampai 2017
disajikan padaGambaran capain
gambar berikut ini. kinerja penambahan gas metana batubara Tahun 2016
sampai 2017 disajikan pada gambar berikut ini.

Gambar 59. Grafik


Gambar 59.perubahan nilai nilai
Grafik perubahan sumber daya
sumber GMB
daya GMBTahun 2016– 2017.
Tahun 2016 – 2017.

sebesar 10.323,20 juta ton gambut kering dengan nilai kalori berkisar dari 1405 – 5950
2017kal/gram.
Sumber daya Sumber daya Gambut berdasarkan hasil penyelidikan SDM/DIM/PSDG, hingga
Gambut berdasarkan hasil penyelidikan SDM/DIM/PSDG, hingga tahun
Sumber daya
tahun tersebut
2017 didapat
sebesar dari 65
10.323,20 lokasi,
juta tersebar kering
ton gambut di Pulau Sumatera
dengan nilaisebanyak 27 lokasi,
kalori berkisar dariPulau
Kalimantan
1405 – sebanyak 37 lokasi,
5950 kal/gram. dan Sulawesi
Sumber satu lokasi.
daya tersebut didapat dari 65 lokasi, tersebar di Pulau
Sumatera sebanyak 27 lokasi, Pulau Kalimantan sebanyak 37 lokasi, dan Sulawesi satu
lokasi. Tabel 98. Tabel. Sumberdaya Gambut Indonesia Tahun 2017
Tabel 98. Tabel. Sumberdaya Gambut Indonesia Tahun 2017
NILAI KALORI LUAS VOLUME SUMBERDAYA
NO PROVINSI SUMBER DATA KUALITAS UPDATE KETERANGAN
( kal / gr ) ( ha ) ( juta m3 ) ( juta ton )

1 Aceh 1545 - 5035 57.700 2.260,00 239,82 Des-11

2 Sumatera Utara 4455 - 5540 27.041 30.966,00 166,76 Des-11

AKUNTABILITAS KERJA
3 Riau 4395 - 5950 872.129 28.099,52 2.959,75 Des-17

4 Jambi 1405 - 5220 260.407 13.393,00 1.648,68 Des-11

5 Sumatera Selatan 3018 - 5540 281.557 12.962,20 1.094,61 Des-11

Sumatera 1.498.833,63 87.680,72 6.109,62

6 Kalimantan Barat 3210 - 5670 429.163 7.902,19 970,86 Des-17

7 Kalimantan Tengah 3395 - 5330 508.075 26.154,32 2.975,93 Des-17

8 Kalimantan Selatan 2362 - 5320 250.963 1.267,83 223,07 Des-11

9 Kalimantan Timur 3400 - 5480 16.579 442,37 42,48 Des-11

Kalimantan 1.204.780 35.766,71 4.212,33

10 Sulawesi Selatan 4680 - 5220 1.250 9,50 1,25 Des-11

Sulawesi 1.250 9,50 1,25

Sumberdaya Gambut Indonesia 2.704.863,17 123.456,93 10.323,20

C. Rekomendasi Wilayah Prospek Sumber Daya Mineral


C. RekomendasiCapaian
Wilayahkinerja
Prospekkeluaran
Sumberoutput
Daya rekomendasi
Mineral wilayah keprospekan sumber
daya mineral, terlaksana 20 rekomendasi atau 100% dari target yang telah ditetapkan.
Capaian kinerja keluaran output rekomendasi wilayah keprospekan sumber daya mineral,
Caaian Data wilayah prospek sumber daya mineral, antara lain:
terlaksana 20 rekomendasi atau 100% dari target yang telah ditetapkan. Caaian Data wilayah
prospek sumber daya mineral, antara lain:
145
Tabel 99. Rekapitulasi Keluran/Output Rekomendasi Keprospekan Mineral Logam Tahun 2017
Tabel 99. Rekapitulasi Keluran/Output Rekomendasi Keprospekan Mineral Logam Tahun 2017

Berdasarkan hasil penemuan sumber daya mineral logam tersebut dan pemutakhiran
Berdasarkan
neraca sumber hasiltitikpenemuan
daya, dari 1.453 lokasi pada sumber daya
tahun 2016 telahmineral logamsebanyak
dimutakhirkan tersebut
461dan
lokasi menjadi 1.658
pemutakhiran titik lokasi
neraca padadaya,
sumber tahun dari
2017, 1.453
sedangkan
titik jumlah
lokasi penambahan
pada tahunlokasi
2016baru
telah
sebanyak 212 lokasi.sebanyak
dimutakhirkan Hal ini merupakan outcome
461 lokasi dari hasil
menjadi 1.658inventarisasi data,
titik lokasi verifikasi
pada tahundata,
2017,
temuan baru dari
sedangkan hasil kegiatan
jumlah eksplorasi
penambahan perusahaan
lokasi maupun KESDM
baru sebanyak 212 dan perubahan
lokasi. Hal inistatus dari
merupakan
sumber daya menjadi cadangan. Beberapa komoditi yang mengalami perubahan jumlah sumber
outcome dari hasil inventarisasi data, verifikasi data, temuan baru dari hasil kegiatan
daya dan jumlah cadangan yang signifikan adalah timah, emas primer, dan tembaga. Perubahan
eksplorasi perusahaan maupun KESDM dan perubahan status dari sumber daya menjadi
pada timah terjadi, karena ada perubahan penentuan bijih dan logam. Berikut beberapa komoditas
cadangan. Beberapa komoditi yang mengalami perubahan jumlah sumber daya dan
yang memiliki kenaikan sumber daya dan cadangan cukup signifikan.
jumlah cadangan yang signifikan adalah timah, emas primer, dan tembaga. Perubahan
pada timah terjadi, karena ada perubahan penentuan bijih dan logam. Berikut beberapa
komoditas yang memiliki kenaikan sumber daya dan cadangan cukup signifikan.

146
Gambar 60. Pemutakhiran Sumber Daya dan Cadangan serta lokasi Bijih Timah Tahun 2016-2017
Gambar 60. Pemutakhiran Sumber Daya dan Cadangan serta lokasi Bijih Timah Tahun 2016-2017
Gambar 60.60.
Gambar Pemutakhiran
PemutakhiranSumber
SumberDaya
Dayadan
dan Cadangan sertalokasi
Cadangan serta lokasiBijih
BijihTimah
TimahTahun
Tahun 2016-2017
2016-2017

Gambar 61. Pemutakhiran Sumber Daya dan Cadangan serta lokasi Logam Emas Tahun 2016 –
Gambar 61. Pemutakhiran Sumber Daya dan Cadangan serta lokasi Logam Emas Tahun 2016 – 2017
Gambar
Gambar 61.61. PemutakhiranSumber
Pemutakhiran SumberDaya
Dayadan
dan Cadangan
Cadangan serta
sertalokasi
lokasiLogam
LogamEmas
EmasTahun 2016
Tahun – –
2016

AKUNTABILITAS KERJA
2017
2017
2017

Gambar 62. Pemutakhiran Sumber Daya dan Cadangan serta Lokasi Bijih Emas Tahun 2016-2017

Gambar 62. Pemutakhiran Sumber Daya dan Cadangan serta Lokasi Bijih Emas Tahun 2016-2017
Gambar 62. Pemutakhiran SumberSumber
Gambar 62. Pemutakhiran DayaDaya
dandan
Cadangan serta
Cadangan serta Lokasi
Lokasi Bijih
Bijih Emas Emas
Tahun Tahun 2016-2017
2016-2017

147
Gambar 63. Pemutakhiran Sumber Daya dan Cadangan serta lokasi Bijih Emas Tahun 2016 – 2017
Gambar 63.63.
Gambar Pemutakhiran
PemutakhiranSumber
Sumber Daya
Dayadandan
Cadangan
Cadanganserta lokasi
serta lokasiBijih Emas
Bijih Tahun
Emas Tahun2016 – 2017
2016 – 2017
Gambar 63. Pemutakhiran Sumber Daya dan Cadangan serta lokasi Bijih Emas Tahun 2016 – 2017

Gambar 64.64.
Gambar Pemutakhiran
Pemutakhiran Sumber
SumberDaya dandan
Daya Cadangan
Cadangan serta lokasi
serta Bijih
lokasi Tembaga
Bijih Tembaga
Gambar 64. Pemutakhiran Sumber Daya dan Cadangan serta lokasi Bijih Tembaga Tahun 2016 – 2017
Tahun
Tahun
2016 – 2017
2016 – 2017
Gambar 64. Pemutakhiran Sumber Daya dan Cadangan serta lokasi Bijih Tembaga Tahun
2016 – 2017

Gambar 65.65.
Gambar Pemutakhiran
Pemutakhiran Sumber
SumberDaya dandan
Daya Cadangan
Cadangan serta lokasi
serta Bijih
lokasi Nikel
Bijih Tahun
Nikel 2016
Tahun 2016
– 2017
– 2017
Gambar 65. Pemutakhiran Sumber Daya dan Cadangan serta lokasi Bijih Nikel Tahun 2016
Gambar 65. Pemutakhiran Sumber Daya dan Cadangan serta lokasi Bijih Nikel Tahun 2016 – 2017
– 2017

148
Gambar 66. Pemutakhiran Sumber Daya dan Cadangan serta lokasi Bijih Besi Tahun 2016 –
Gambar 66. Pemutakhiran Sumber Daya dan Cadangan serta lokasi Bijih Besi Tahun 2016 – 2017
Gambar 66. Pemutakhiran Sumber Daya dan2017 Cadangan serta lokasi Bijih Besi Tahun 2016 –

2017
TahunTahun
2017,2017,
terdapat penambahan
terdapat komoditas
penambahan baru pada
komoditas mineral
baru bukan logam
pada mineral dan
bukan batuan,
logam
yaitu giok/jade
dan batuan, dan kayu
yaitu terkesikan
giok/jade dandi Kabupaten
kayu Aceh Barat
terkesikan Daya dan kristal
Baratkuarsa di Kabupaten
Tahun 2017, terdapat penambahan komoditasdibaru
Kabupaten Aceh
pada mineral bukan Daya
logamdan
dankristal
batuan,
Maluku Tengah,
kuarsa di serta beberapa
Kabupaten Malukukomoditas
Tengah, yang termutakhirkan
serta beberapa data sumber
komoditas yang daya, berdasarkan
termutakhirkan
yaitu giok/jade dan kayu terkesikan di Kabupaten Aceh Barat Daya dan kristal kuarsa di Kabupaten
hasildata sumber
kegiatan yangdaya, berdasarkan
dilakukan hasil kegiatan yang dilakukan oleh KESDM.
oleh KESDM.
Maluku Tengah, serta beberapa komoditas yang termutakhirkan data sumber daya, berdasarkan
hasil kegiatan yang dilakukan oleh KESDM.

AKUNTABILITAS KERJA

Gambar 67. Diagram Penambahan Sumber Daya Mineral Bukan Logam Tahun 2017
Gambar 67. Diagram Penambahan Sumber Daya Mineral Bukan Logam Tahun 2017

Gambar 67. Diagram Penambahan Sumber Daya Mineral Bukan Logam Tahun 2017

149
Gambar 68. Statistik komoditi lempung, marmer dan granit

tahun 2012 – 2017

Gambar 68. Statistik


Gambar komoditi
68. Statistik lempung,lempung,
komoditi marmer dan granitdan
marmer tahun 2012 – 2017
granit

tahun 2012 – 2017

Gambar 69.
Gambar 69. Statistik
Statistik komoditi
komoditipasir
pasirkuarsa dandan
kuarsa felspar tahun
felspar 20122012
tahun – 2017
– 2017

Gambar 69. Statistik komoditi pasir kuarsa dan felspar tahun 2012 – 2017

Gambar 70. Statistik komoditi Batugamping tahun 2012 – 2017


Gambar 70. Statistik komoditi Batugamping tahun 2012 – 2017

III. Peta kawasan bencana geologi


150
Pada tahun 2017 di indikator Peta Kawasan Geologi ditargetkan sebanyak 33 Peta. DI akhir
tahun 2017 telah terealisasi sebanyak 33 peta sehingga realisasinya 100%. Pada tabel di bawah
Gambar 70. Statistik komoditi Batugamping tahun 2012 – 2017

III. Peta kawasan bencana geologi


III. Peta kawasan bencana geologi
Pada tahun 2017 di indikator Peta Kawasan Geologi ditargetkan sebanyak 33 Peta. DI akhir
Pada tahun 2017 di indikator Peta Kawasan Geologi ditargetkan sebanyak 33
tahun 2017 telah terealisasi sebanyak 33 peta sehingga realisasinya 100%. Pada tabel di bawah
Peta. DI akhir tahun 2017 telah terealisasi sebanyak 33 peta sehingga realisasinya 100%.
dijelaskan rincian capaian kinerja peta kawasan geologi tersebut.
Pada tabel di bawah dijelaskan rincian capaian kinerja peta kawasan geologi tersebut.
Tabel 100. Peta Kawasan Rawan Bencana Geologi
Tabel 100. Peta Kawasan Rawan Bencana Geologi

Capaian
Indikator Kinerja Target (Peta) Realisasi
(%)

Jumlah Peta Geologi gunungapi, kawasan


rawan bencana gunungapi, gempa bumi, dan 33 33 100
tsunami, dan zona kerentanan gerakan tanah

Peta Kawasan Rawan Bencana (KRB)


Gunungapi 12 12 100
Peta Kawasan Rawan Bencana (KRB)
Gempabumi 7 7 100
Peta Kawasan Rawan Bencana (KRB)
Tsunami 7 7 100
Peta Zona Kerentanan Gerakan Tanah 7 7 100

A. Peta KRB Gunungapi


A. Peta KRB Gunungapi
Pemetaan KRB Gunungapi dilakukan untuk memberikan gambaran tentang
Pemetaan KRB Gunungapi dilakukan untuk memberikan gambaran tentang batasan-
batasan-batasan daerah bahaya yang kemungkinan terdampak bila terjadi erupsi. Peta
batasan daerah bahaya yang kemungkinan terdampak bila terjadi erupsi. Peta KRB Gunungapi ini
KRB Gunungapi ini merupakan data dasar untuk penyelamatan serta mitigasi bencana
merupakan data dasar untuk penyelamatan serta mitigasi bencana letusan gunungapi, sebagai
letusan gunungapi, sebagai dukungan data bagi penetapan strategi pemantauan,
dukungan data bagi penetapan strategi pemantauan, juga sebagai dasar untuk tata ruang di daerah
juga sebagai dasar untuk tata ruang di daerah gunungapi serta jalur-jalur evakuasi dan
gunungapi serta jalur-jalur evakuasi dan lokasi relokasi sementara (evakuasi). Pada tabel berikut
lokasi relokasi sementara (evakuasi). Pada tabel berikut terinci Capaian Pemetaan KRB
terinci Capaian Pemetaan KRB Gunungapi tahun 2017
Gunungapi tahun 2017
Tabel 101. Pemetaan Kawasan Rawan Bencana (KRB) Gunung Api Tahun 2017
Tabel 101. Pemetaan Kawasan Rawan Bencana (KRB) Gunung Api Tahun 2017

AKUNTABILITAS KERJA
No Pemetaan Skala

1 Peta KRB G. Tangkoko, Sulawesi Utara 1 : 50.000

2 Peta KRB G. Talang, Sumatera Barat 1 : 50.000

3 Peta KRB G. Arjuno Welirang, Jawa Timur 1 : 50.000

4 Peta KRB G. Lumut Balai, Sumatera Selatan 1 : 50.000

5 Peta KRB G. Tempang, Sulawesi Utara 1 : 50.000

6 Peta KRB G. Ambang, Sulawesi Utara 1 : 50.000

7 Peta KRB G. Burni Geureudong, NAD 1 : 50.000

8 Peta KRB G. Papandayan, Jawa Barat 1 : 50.000

9 Peta KRB G. Sibayak, Sumatera Utara 1 : 50.000

10 Peta KRB G. Ndatu Api, NTT 1 : 50.000

11 Peta KRB G. Awu, Sulawesi Utara 1 : 50.000

12 Peta KRB G. Batukolok, Sulawesi Utara 1 : 50.000

151
9 Peta KRB G. Sibayak, Sumatera Utara 1 : 50.000

10 Peta KRB G. Ndatu Api, NTT 1 : 50.000

11 Peta KRB G. Awu, Sulawesi Utara 1 : 50.000

12 Peta KRB G. Batukolok, Sulawesi Utara 1 : 50.000

Gambar
Gambar71.
71.Peta ZonaKawasan
Peta Zona Kawasan Rawan
Rawan Bencana
Bencana G.Awu,G.Awu, Sulawesi
Sulawesi Utara Utara

Gambar
Gambar 72. Peta
72. Peta Zona Kawasan
Zona Kawasan Rawan BencanaBencana
Rawan G. Sibayak, Sumatera Utara Sumatera Utara
G. Sibayak,

152
Gambar 72. Peta Zona Kawasan Rawan Bencana G. Sibayak, Sumatera Utara

Gambar
Gambar 73. Peta
73. Peta ZonaZona Kawasan Rawan
Kawasan Rawan Bencana
BencanaG. Batukolok,Sulawesi Utara. Utara.
G. Batukolok,Sulawesi

Peta kawasan Rawan Bencana Gunungapi dapat diperoleh melalui website


www.vsi.esdm.go.id maupun permohonan langsung dan tidak dipungut biaya.Dalam
hal tersebut, perlu dilakukan pemutakhiran Peta kawasan Rawan Bencana Gunungapi
sehubungan dengan kejadian bencana geologi yang bersifat dinamis dan berkala.
Untuk sisa anggaran terjadi karenaadanya efisiensi akomodasi dan ticketing tim.
Hal lainnya yang perlu dilakukan adalah penerbitan Peta KRB Gunungapi

AKUNTABILITAS KERJA
yang sudah terverifikasi. Kemudian perlu untuk melakukan kegiatan revisi beberapa
peta geologi yang menjadi dasar pembuatan peta KRB, terutama gunungapi yang
aktif akhir-akhir ini. Oleh karena itu, KESDM perlu untuk melakukan kegiatan sosialisasi
peta KRB yang akan terbit dan sudah diverifikasi agar dapat meningkatkan kapasitas,
pengetahuan, pemahaman, dan kewaspadaan dalam masyarakat dan aparat setempat
berkaitan dengan mitigasi bencana geologi. Kementerian ESDM saat ini melakukan
peningkatan kesadaran akan perlunya peta bencana geologi dari masyarakat dan
pemerintah dan target dari PVMBG untuk menyelesaikan peta KRB Gunungapi per
provinsi di Seluruh indonesia.
B. Pemetaan Kawasan Rawan Bencana (KRB) Gempabumi
Pemetaan kawasan rawan bencana gempa bumi dilakukan di daerah yang
berpotensi terjadinya bencana jika terjadi gempa bumi sehingga dapat digunakan
untuk peningkatan kapasitas masyarakat yang tinggal didaerah rawan bencana. Peta
KRB Gempabumi ini merupakan data dasar untuk penyelamatan serta mitigasi bencana

153
B. Pemetaan Kawasan Rawan Bencana (KRB) Gempabumi
Pemetaan kawasan rawan bencana gempa bumi dilakukan di daerah yang berpotensi
terjadinya bencana jika terjadi gempa bumi sehingga dapat digunakan untuk peningkatan kapasitas
masyarakat yang tinggal didaerah rawan bencana. Peta KRB Gempabumi ini merupakan data dasar
untuk penyelamatan serta mitigasi bencana gempabumi, sebagai dukungan data untuk tata ruang
gempabumi, sebagai dukungan data untuk tata ruang di daerah gempabumi serta
di daerah gempabumi serta penentuan lokasi evakuasi.
penentuan lokasi evakuasi.
Berikut Capaian Pemetaan KRB Gempabumi tahun 2017:
Berikut Capaian Pemetaan KRB Gempabumi tahun 2017:
Tabel 102. Peta Kawasan Rawan Bencana (KRB) Gempabumi Tahun 2017
Tabel 102. Peta Kawasan Rawan Bencana (KRB) Gempabumi Tahun 2017

No Pemetaan Skala

1 Peta KRB Gempabumi Kalbar 1 : 50.000

2 Peta KRB Gempabumi Papua Barat 1 : 50.000

3 Peta KRB Gempabumi Kalteng 1 : 50.000

4 Peta KRB Gempabumi Kalsel 1 : 50.000

5 Peta KRB Gempabumi Kaltim 1 : 50.000

6 Peta KRB Gempabumi Kaltara 1 : 50.000

7 Peta KRB Gempabumi Papua 1 : 50.000

Gambar 74. Peta Kawasan Rawan Bencana (KRB) Gempabumi Papua Barat
Gambar 74. Peta Kawasan Rawan Bencana (KRB) Gempabumi Papua Barat

154
Gambar 74. Peta Kawasan Rawan Bencana (KRB) Gempabumi Papua Barat

Gambar 75. Peta Kawasan Rawan Bencana (KRB) Gempabumi Kalimantan Selatan
Gambar 75. Peta Kawasan Rawan Bencana (KRB) Gempabumi Kalimantan Selatan

Hasil kegiatan tim verifikasi/digitalisasi Peta KRB Gempabumi masih valid


untuk digunakan, dengan catatan bahwa masih terdapat gempabumi yang belum
teridentifikasi. Hal ini menjadi hal yang perlu diwaspadai ke depannya dikarenakan
patahan yang belum teridentifikasi ini bisa saja menyimpan potensi gempa yang

AKUNTABILITAS KERJA
lebih besar dan dapat menyebabkan bencana di masa depan. Dengan demikian, perlu
dilakukan pemutakhiran Peta KRB Gempabumi sehubungan dengan kejadian bencana
geologi yang bersifat dinamis dan berkala. Untuk sisa anggaran terjadi karena adanya
efisiensi akomodasi dan ticketing tim.
Kemudian, berdasarkan hasil pemeriksaan di lapangan dan analisis data
literatur dan Peta KRB Gempabumi di beberapa provinsi, salah satunya yang telah
dilakukan Kalimantan Barat. Di masa yang akan datang perlu dilakukan penyelidikan
identifikasi sumber gempabumi di daerah yang sudah diverifikasi, khususnya terkait
sumber gempabumi lokal dan gempabumi terkini yang terjadi di daerah tersebut
untuk memastikan seberapa besar ancaman dari patahan yang diduga ada di daerah
tersebut. Hasil penelitiannya dapat dijadikan landasan perlu atau tidaknya Peta KRB
Gempabumi Kalimantan Barat direvisi. KESDM juga perlu untuk melakukan kegiatan
sosialisasi, simulasi dan pelatihan bencana geologi, yaitu bencana gempabumi, karena
kegiatan tersebut akan dapat meningkatkan kapasitas, pengetahuan, pemahaman,

155
dan kewaspadaan dalam masyarakat dan aparat setempat berkaitan dengan mitigasi
bencana geologi.
C. Peta Kawasan Rawan Bencana (KRB) Tsunami
Tsunami merupakan peristiwa alam yang sangat ditakuti oleh masyarakat
khususnya yang tinggal berbatasan dengan pantai mengingat kejadian tsunami
banyak mengakibatkan korban jiwa dan kerugian harta benda. Pemetaan kawasan
rawan bencana tsunami dilakukan di daerah yang berpotensi terjadi tsunami, sehingga
dapat meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat yang tinggal didaerah rawan bencana
tsunami. Peta KRB tsunami ini merupakan data dasar untuk penyelamatan serta mitigasi
bencana tsunami, dan penentuan lokasi evakuasi, juga sebagai data dukung untuk tata
ruang di daerah tsunami. Berikut Capaian Pemetaan Kawasan Rawan Bencana Tsunami
tahun 2017:

Tabel 103. Peta Kawasan Rawan Bencana (KRB) Tsunami

No Pemetaan Skala
1 Peta KRB Tsunami Majene, Sulbar 1 : 50.000

2 Peta KRB TsunamiLombok 1 : 50.000

3 Peta KRB TsunamiPantaiTimur, Sulut 1 : 50.000

4 Peta KRB Tsunami Bali Selatan, Bali 1 : 50.000

5 Peta KRB TsunamiBanyuwangi 1 : 50.000


No Pemetaan Skala
6 Peta KRB TsunamiKulon Progo, DIY 1 : 50.000

7 7 Peta KRB TsunamiPurworejo, Jateng


Peta KRB TsunamiPurworejo, Jateng 1 : 50.000
1 : 50.000

Gambar
Gambar 76.76. PetaKawasan
Peta Kawasan Rawan
RawanBencana
Bencana(KRB) Tsunami
(KRB) Bali Selatan
Tsunami Bali Selatan

156
Gambar
Gambar 77.77. PetaKawasan
Peta Kawasan Rawan
RawanBencana (KRB)
Bencana Tsunami
(KRB) Pantai Lombok
Tsunami Pantai Lombok

Berdasarkan Hasil kegiatan tim Peta KRB Tsunami, peta KRB Tsunami yang ada
sekarang masih valid
Berdasarkan untuk
Hasil digunakan,
kegiatan dengan
tim Peta KRB catatan
Tsunami, peta bahwa masihyang
KRB Tsunami terdapat sumber
ada sekarang
gempabumi dan keadaan
masih valid untuk morfologi
digunakan, dan tata
dengan catatan gunamasih
bahwa lahanterdapat
yang semakin
sumber dinamis.
gempabumiDengan
dan
keadaan morfologi
demikian dan tataPeta
pemutakhiran gunaKRB
lahan yang semakin
Tsunami secaradinamis.
berkalaDengan demikian pemutakhiran
perlu dilakukan sehubungan
Peta KRB perubahan
dengan Tsunami secara berkalalahan
tataguna perlu dilakukan sehubungan
dan morfologi dengan
di sekitar perubahan
pantai tataguna
yang selalu lahan
berubah
dan morfologi
seiring dengandi sekitar pantai yang
pertumbuhan selalu berubah seiring
pembangunan dengan
di daerah pertumbuhan pembangunan di
pantai.
daerah pantai.
Berdasarkan hasil pemeriksaan di lapangan dan analisis data literatur dan
Peta KRB Tsunami dihasil
Berdasarkan beberapa daerah,
pemeriksaan di salah satudan
lapangan halanalisis
yang perlu
data dilakukan ke Peta
literatur dan depannya
KRB
adalah
Tsunamimelakukan
di beberapa pemetaan topografi
daerah, salah rinciperlu
satu hal yang sertadilakukan
mempelajari lebih lanjut
ke depannya adalahgempabumi
melakukan

AKUNTABILITAS KERJA
pemetaan
yang topografi rinci
menyebabkan serta mempelajari
tsunami lebih
yang terjadi lanjut
pada masagempabumi yang memastikan
silam, untuk menyebabkan seberapa
tsunami
yang terjadi
besar ancamanpada tsunami
masa silam, untuk
yang memastikan
dapat seberapa
dihasilkan besar ancaman
dari sumber tsunami
gempa bumi yang dapat
tersebut.
dihasilkan dari sumber gempa bumi tersebut.
Peta KRB Tsunami yang telah diperbarui kemudian disebarkan kepada
pemerintah daerah
Peta KRB yang
Tsunami yangbersangkutan
telah diperbarui sehingga dapat dijadikan
kemudian disebarkan sebagai daerah
kepada pemerintah rujukan
dalam pengelolaan
yang bersangkutan wilayahnya
sehingga yang berbasis
dapat dijadikan sebagai pada kebencanaan.
rujukan dalam pengelolaan wilayahnya yang
berbasis pada kebencanaan.
Kementerian ESDM juga perlu untuk melakukan kegiatan sosialisasi, simulasi
dan pelatihan bencana
Kementerian ESDMgeologi, yaituuntuk
juga perlu bencana tsunami,
melakukan karenasosialisasi,
kegiatan kegiatan tersebut akan
simulasi dan
dapat meningkatkan
pelatihan kapasitas,
bencana geologi, pengetahuan,
yaitu bencana tsunami,pemahaman, dan tersebut
karena kegiatan kewaspadaan dalam
akan dapat
masyarakat
meningkatkandan aparat pengetahuan,
kapasitas, setempat berkaitan dengan
pemahaman, dan mitigasi bencana
kewaspadaan dalamtsunami.
masyarakat dan
D. Peta
aparatZona Kerentanan
setempat Gerakan
berkaitan dengan Tanah
mitigasi bencana tsunami.
Peristiwa gerakan tanah atau tanah longsor yang terjadi dewasa ini tidak hanya
dipengaruhi oleh kondisi geologi tetapi juga karena alih guna lahan yang semakin
meluas di daerah rawan bencana gerakan tanah, banyaknya pemukiman yang apabila
terjadi bencana dapat menyebabkan kerugian baik berupa jatuhnya korrban jiwa

157
D. Peta Zona Kerentanan Gerakan Tanah
Peristiwa gerakan tanah atau tanah longsor yang terjadi dewasa ini tidak hanya
dipengaruhi oleh kondisi geologi tetapi juga karena alih guna lahan yang semakin meluas di daerah
rawan bencana gerakan tanah, banyaknya pemukiman yang apabila terjadi bencana dapat
maupun hartakerugian
menyebabkan benda. baik
Kondisi alam/geologi
berupa Indonesia
jatuhnya korrban jiwadengan
maupunfaktor-faktor
harta benda.penyebab
Kondisi
geologi, klimatologi
alam/geologi yang sangat
Indonesia dengan dominan
faktor-faktor menjadikan
penyebab beberapayang
geologi, klimatologi wilayah
sangat Indonesia
dominan
rawan akan
menjadikan bencana
beberapa alam
wilayah gerakan
Indonesia tanah.
rawan Pemetaan
akan bencana Zona Kerentanan
alam gerakan Gerakan
tanah. Pemetaan Zona
Tanah dilakukan
Kerentanan Gerakandi daerah
Tanah yang diberpotensi
dilakukan daerah yangterjadinya bencana bencana
berpotensi terjadinya gerakangerakan
tanah,tanah,
untuk
meningkatkan kesiapsiagaan
untuk meningkatkan kesiapsiagaanmasyarakat yangtinggal
masyarakat yang tinggal didaerah
didaerah rawan
rawan bencana.
bencana.
Capaian
Capaian kegiatan
kegiatan pemetaan
pemetaan zona kerentanan
zona kerentanan gerakan
gerakan tanah tanah
selama tahunselama tahun
2017, dapat
2017,
dilihat dapat dilihat
pada tabel pada tabel berikut:
berikut:

Tabel104.
Tabel 104. Peta
Peta Zona
ZonaKerentanan
KerentananGerakan TanahTanah
Gerakan Tahun 2017
Tahun 2017

No Pemetaan Skala
Peta Zona Kerentanan Gerakan Tanah Palu, Sulawesi 1: 50.000
1
Tengah
Peta Zona Kerentanan Gerakan Tanah Kendari, 1: 50.000
2
Sulawesi Tengah
Peta Zona Kerentanan Gerakan Tanah Kalimantan 1: 50.000
3
Timur
Peta Zona Kerentanan Gerakan Tanah Kalimantan 1: 50.000
4
Utara
Peta Zona Kerentanan Gerakan Tanah Kalimantan 1: 50.000
5
Selatan
Peta Zona Kerentanan Gerakan Tanah Kalimantan 1: 50.000
6
Tengah
Peta Zona Kerentanan Gerakan Tanah Kalimantan 1 : 50.000
7
Barat

Gambar
Gambar78.
78.Peta
PetaZona
ZonaKerentanan
KerentananGerakan
GerakanTanah Wilayah
Tanah Sulawesi
Wilayah Tenggara
Sulawesi Tenggara

158
Gambar 79. Peta Zona Kerentanan Gerakan Tanah Provinsi Kalimantan Utara
Gambar 79. Peta Zona Kerentanan Gerakan Tanah Provinsi Kalimantan Utara

Peta
Peta Zona
Zona Kerentanan
Kerentanan Gerakan
Gerakan Tanah Tanah dapat diperoleh
dapat diperoleh secara
secara gratis gratiswebsite
melalui melalui
website www.vsi.esdm.go.id
www.vsi.esdm.go.id maupun
maupun permohonan permohonan
langsung. Selanjutnya,langsung. Selanjutnya,
perlu dilakukan perlu
pemutakhiran
dilakukan
Peta pemutakhiran
kawasan PetaZona
Rawan Bencana kawasan RawanGerakan
Kerentanan Bencana Zonasehubungan
Tanah Kerentanan Gerakan
dengan Tanah
kejadian
sehubungan
bencana geologidengan kejadian
yang bersifat bencana
dinamis geologi
dan berkala. yang
Untuk sisa bersifat
anggaran dinamis dan adanya
terjadi karena berkala.
Untuk sisa
efisiensi anggaran
akomodasi terjadi tim.
dan ticketing karena
Selainadanya efisiensi
itu, diharapkan akomodasi
peran dan ticketing
aktif dari pemerintah tim.
daerah
Selainmemberikan
untuk itu, diharapkan peran
informasi aktif darigerakan
kebencanaan pemerintah
tanah daerah untuk memberikan
terkait pemutakhiran data. Bagiinformasi
KESDM
sendiri, kegiatangerakan
kebencanaan sosialisasi, simulasi
tanah danpemutakhiran
terkait pelatihan menghadapi bencana
data. Bagi gerakan
KESDM tanah,
sendiri, jelas
kegiatan

AKUNTABILITAS KERJA
sangat perlu dilakukan
sosialisasi, simulasi untuk mengedepankan
dan pelatihan langkah mitigasi
menghadapi bencanabencana gerakan
gerakan tanah. jelas
tanah, sangat
perlu dilakukan untuk mengedepankan langkah mitigasi bencana gerakan tanah.

159
3.6 Capaian Kinerja Kementerian ESDM Tahun 2017
Sepanjang tahun 2017 telah tercapai capaian sebanyak 56 indikator kinerja
sesuai dengan Perjanjian Kinerja Kementerian ESDM Tahun 2017 atau target APBN-P,
dengan persentase capaian kinerja sebesar 87,11 %. Adapun indikator kinerja beserta
relisasinya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 105. Realisasi dan Capaian Kinerja Kementerian ESDM Tahun 2017

SASARAN PERSENTASE
INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI
STRATEGIS KINERJA

Mengoptimalkan 1. Produksi/lifting energi fosil


kapasitas a. Lifting minyak bumi 815 MBOPD 803 MBOPD 98,53 %
penyediaan b. Lifting gas bumi 1.150 MBOEPD 1.140 MBOEPD 99,13 %
energi fosil
c. Produksi batubara 413 Juta ton 461,11 Juta ton 111,65 %

2. Penandatanganan KKS 6 WK 0 WK 0%
Migas

3. Rekomendasi wilayah kerja 33 Wilayah 34 Wilayah 102 %

Meningkatkan 1. Pemenuhan gas bumi 62 % 61 % 97,74 %


alokasi energi dalam negeri
domestik
2. Pemenuhan batubara dalam 121 Juta Ton 97,03 Juta Ton 80,19 %
negeri

Menyediakan 1. Akses dan Infrastruktur


akses dan BBM:
16,61 Juta KL 14,95 Juta KL 90 %
infrastruktur
a. Volume BBM bersubsidi
energi 1.169 Ribu BCPD 1.169 Ribu BCPD 100 %
b. Kapasitas kilang BBM

2. Akses dan Infrastruktur gas


bumi:

a. Volume LPG bersubsidi 7,09 Juta MT 6,30 Juta MT 88,92 %


a. Pembangunan jaringan 9 Lokasi 10 Lokasi 100,11 %
gas kota
b. Pembangunan 1 SPBG 2 SPBG 200 %
infrastruktur SPBG
c. Kapasitas terpasang 4,7 Juta MT 4,7 Juta MT 100 %
kilang LPG
d. Pembangunan 1 Unit 1 Unit 100 %
FSRU/Regasification
unit/ LNG Terminal
e. Panjang pipa 12.597 Km 10.670,55 Km 84,70 %
transmisi/jaringan
distribusi gas bumi

160
SASARAN PERSENTASE
INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI
STRATEGIS KINERJA

3. Akses dan Infrastruktur


ketenagalistrikan

a. Rasio elektrifikasi 92,75 % 95,35 % 102,8 %


b. Infrastruktur
ketenagalistrikan
2.693 MW 1.063,18 MW 39,4 %
- Penambahan kapasitas
pembangkit
15.377 Kms 4.495 Kms 29,23 %
- Penambahan
penyaluran tenaga 8,55 %/9,6% 9,6 % 100 %
listrik
4,66 % 5,81 % 124,67 %
c. Susut jaringan (losses)

d. Pangsa energi primer


BBM untuk pembangkit
tenaga listrik

Meningkatkan 1. Kapasitas terpasang


diversifikasi pembangkit EBT:
energi 1.858,5 MW 1.808,5 MW 97,31 %
a. PLTP

b. PLT Bioenergi 1.881 MW 1.840,7 MW 97,85 %

c. PLTA dan PLTMH 112,55 MW 43,77 MW 38,89 %

d. PLTS 11,78 MW 5,12 MW 43,46 %

e. PLT Bayu 0 MW 1,12 MW 0%

2. Produksi biofuel 4,20 Juta KL 3,41 Juta KL 81,19 %

Meningkatkan 1. Intensitas energi 434 BOE/Miliar 434BOE/Miliar 100 % AKUNTABILITAS KERJA


efisiensi Rp. Rp.
pemakaian
2. Penurunan emisi CO2 33,6 Juta Ton 33,9 Juta Ton 101,04 %
energi dan
pengurangan
emisi

Meningkatkan 1. Produksi mineral:


produksi
a. Emas 75 Ton 82 Ton 109 %
mineral dan
peningkatan b. Perak 231 Ton 259 Ton 112 %
nilai tambah c. Tembaga 310.000 Ton 245.368 Ton 79,41 %

d. Timah 50.000 Ton 68.702 Ton 137 %

e. Nikelmatte 80.000 Ton 78.006 Ton 98 %

f. Produk Olahan Nikel 651.000 Ton 598.125 Ton 92 %

161
SASARAN PERSENTASE
INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI
STRATEGIS KINERJA

(Feronikel)

2. Pembangunan fasilitas 4 Unit 5 Unit 125 %


pengolahan dan
pemurnian dalam negeri

Mengoptimalkan Penerimaan negara sektor


penerimaan ESDM: 105,45 Triliun 138,01 Triliun 130,87 %
negara dari Rp. Rp.
a. Penerimaan Migas (PBPN
sektor ESDM
dan PPh)
125,30 %
40,62 Triliun Rp.
32,4 Triliun Rp. 143,07 %
b. Penerimaan Mineral dan 0,93 Triliun Rp.
0,65 Triliun Rp. 130,39 %
Batubara
1,330 Triliun Rp.
1,02 Triliun Rp.
c. Penerimaan EBTKE

d. Penerimaan lainnya

Mewujudkan Subsidi Energi


subsidi energi
a. Subsidi BBM dan LPG Rp. 50,18 Triliun Rp. 47,05 Triliun 93,74 %
yang lebih tepat
(termasuk carry
sasaran
over)

b. Subsidi Listrik Rp. 48,56 Triliun Rp. 47,82 Triliun 98,47 %

Meningkatkan Investasi Sektor ESDM


investasi sektor a. Minyak dan Gas Bumi 22,2 Miliar US$ 8,39 Miliar US$ 37,84 %
ESDM b. Ketenagalistrikan 19,4 Miliar US$ 9,06 Miliar US$ 46,7 %
c. Mineral dan Batubara 6,9 Miliar US$ 6,1 Miliar US$ 97,3 %
d. EBTKE 1,89 Miliar US$ 1,95 Miliar US$ 103,7 %

Mewujudkan 1. Opini BPK atas laporan WTP - %


manajemen dan keuangan Kementerian
SDM yang ESDM
profesional
2. Presentase pembinaan 95 % 98,7 % 103,9%
pengelolaan pegawai

3. Hasil Evaluasi BB - %
Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah

4. Jumlah Satuan Kerja 2/0 Satker 0/0 Satker 0%


(Satker) yang telah
memperoleh WBK/WBBM

5. Presentase 86 % 82 % 89%

162
SASARAN PERSENTASE
INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI
STRATEGIS KINERJA

penyelenggaraan Diklat
berbasis kompetensi

6. Indeks kepuasan 3,12 3,3 105,76 %


penggunaan layanan Diklat

Meningkatkan 1. Jumlah Pilot 16 Buah 15 Buah 93,75 %


kapasitas IPTEK Plant/Prototype/Demo
Plant atau Rancangan/
Rancangan
Bangun/Formula

2. Jumlah paten dan hasil 5 Buah 5 Buah 100 %


litbang yang
terimplementasikan

Meningkatkan 1. Penyediaan air bersih 250/252 Titik 237 Titik 98,5 %


kehandalan melalui pengeboran air
informasi tanah
kegeologian
2. Wilayah prospek sumber 57 Rekomendasi 57 Rekomendasi 100 %
daya geologi

3. Peta kawasan bencana 33 Peta 33 Peta 100 %


geologi

3.7 Realisasi Anggaran Kementerian ESDM

AKUNTABILITAS KERJA
Tabel 106. Realisasi Anggaran (dalam Milyar Rp.)

PAGU APBN-P
PAGU
ESELON I YANG DAPAT REALISASI % REALISASI %
APBN-P
DILAKSANAKAN
Sekretariat Jenderal 406,56 369,07 91.51% 406,56 369,06 90,78%
Inspektorat Jenderal 76,69 72,79 86.32% 79,69 72,78 91,34%
Ditjen Migas 2.221,50 1.323,34 64.99% 2.221,50 1.323,33 59,57%
Ditjen
160,71 146,69 92.50% 160,71 146,69 91,27%
Ketenagalistrikan
Ditjen Minerba 322,79 299,94 90.00% 322,78 299,94 92,92%
Setjen DEN 63,91 58,78 93.20% 63,91 58,77 91,97%
Badan Litbang ESDM 555,5 495,28 90.60% 555,5 495,46 89,19%
Badan Pengembangan
513,06 468,06 92.26% 513,06 468,06 91,23%
SDM ESDM
Badan Geologi 784,07 663,1 92.25% 748,06 663,09 88,64%
BPH Migas 206,9 153,43 69.46% 206,9 153,42 74,16%
Ditjen EBTKE 1.295,90 867,24 84.60% 1.295,89 867,23 66,92%
JUMLAH 6.574,60 4.917,71 84,04% 6.574,59 4.917,89 74,80%

163
Alokasi anggaran APBN-P 2017 adalah sebesar Rp. 6.572,4 Miliar dimana
komposisi terbesar sebanyak 41% digunakan untuk anggaran publik fisik. Total
penyerapan anggaran mencapai 74,80%. Namun apabila anggaran yang diblokir
permanen dan yang tidak dapat dilaksanakan tidak dihitung sebagai total pagu
(pembagi), maka tingkat penyerapan mencapai 84,04% atau sebesar Rp. 4.917,7 Miliar.
Persentase penyerapan anggaran terbesar dicapai oleh unit Sekretariat Jenderal DEN.
Akan tetapi jika dihitung menurut jumlah anggarannya, penyerapan tertinggi diraih
oleh unit Ditjen Minyak dan Gas Bumi sebesar Rp. 1.323,3 Miliar, disusul oleh Ditjen
EBTKE sebesar Rp. 867,2 Miliar. Sebagian besar anggaran kedua unit ini merupakan
anggaran untuk belanja infrastruktur (publik fisik) yang membutuhkan dana yang
sangat besar, sehingga walaupun persentase penyerapannya relatif kecil, akan tetapi
jumlah anggaran yang terealisasi sangat besar.

164
Penutup
4
PENUTUP

165 ESDM 2017


Laporan Kinerja Kementerian
BAB IV PENUTUP

Berdasarkan Perjanjian Kinerja Kementerian ESDM tahun 2017, secara umum capaian
kinerja Kementerian ESDM tahun 2017 mencapai 87,11 % dari seluruh indikator kinerja. Dari
56 target indikator kinerja yang harus dicapai sesuai Perjanjian Kinerja Kementerian ESDM di
tahun 2017, terdapat 28 indikator kinerja yang capaiannya di atas 100%, 12 indikator kinerja
yang capaiannya antara 80%-100%, 4 indikator kinerja yang capaiannya antara 60%-80%, dan
12 indikator kinerja yang capaiannya di bawah 60%. Berikut ini adalah tabel persentase capaian
seluruh indikator kinerja Kementerian ESDM.

Tabel 107. Data Capaian Kinerja Kementerian ESDM Tahun 2017

60%
60% ke
100% ke atas 80% - 100% -
bawah
80%

28 12 4 12

Secara ringkas, data pencapaian kinerja Kementerian ESDM tahun 2017 adalah
sebagai berikut:
Capaian Kinerja 100% Ke Atas
Terdapat 28 capaian kinerja dalam Tahun 2017 yang capaiannya di atas 100%.
Beberapa di antaranya adalah : (1) Penerimaan negara sub sektor EBTKE (139%), (2) Jumlah
produksi mineral yaitu timah (137%), (3) Penerimaan negara sub sektor minerba (125%), dan (4)
Penerimaan sub sektor migas (117%).

Capaian Kinerja 80% - 100%


Terdapat 12 capaian kinerja dalam Tahun 2017 yang capaiannya antara 80% - 100%.
Beberapa di antaranya adalah : (1) Lifting gas (99%), (2) Lifting minyak (98,5%), dan (3) Kapasitas
PLT Bioenergi (98%).

Capaian Kinerja 60%-80%


Terdapat 4 capaian kinerja dalam Tahun 2017 yang capaiannya antara 60%-80%.
Beberapa di antaranya adalah : (1) Produksi tembaga (79%), (2) Produksi biofuel (77%), dan (3)
Investasi sub sektor EBTKE (60%).

Capaian Kinerja 60% Ke Bawah


Terdapat 12 capaian kinerja dalam Tahun 2017 yang capaiannya di bawah 60%.
Beberapa di antaranya adalah : (1) Investasi sub sektor ketenagalistrikan (47%), (2) Kapasitas

166
PLTS (43,5%), (3) Investasi sub sektor migas (38%), dan (4) Penambahan kapasitas pembangkit
(31%).

Capaian Strategis Kementerian ESDM Tahun 2017


Sepanjang tahun 2017 terdapat beberapa capaian strategis yang telah direalisasikan
oleh Kementerian ESDM dalam mewujudkan pembangunan bidang ESDM yang berkeadilan,
antara lain:
1. Membangun 57 lembaga penyalur BBM Satu Harga di wilayah 3 T (terdepan, terluar,
tertinggal) dan di daerah yang selama ini belum terlayani;
2. Menambah 63.551 sambungan rumah (SR) di dalam program Jaringan Gas sehingga
secara akumulasi mencapai 383.065 SR atau melampaui target yang ditetapkan sebesar
376.914 SR;
3. Menerbitkan beberapa penyempurnaan regulasi migas, yaitu:
- Menurunkan harga gas untuk industri tertentu;
- Mendorong pembangunan kilang minyak oleh pihak swasta;
- Meningkatkan kontribusi usaha untuk daerah melalui skema Participating Interest (PI)
10 %;
- Melakukan efisiensi biaya operasi dan meningkatkan iklim investasi migas dengan
menggunakan skema PSC Gross Split dan revisi PP Nomor 79 Tahun 2010 terkait Cost
Recovery.
4. Menurunkan harga gas untuk industri tertentu;
5. Mendorong pembangunan kilang minyak oleh pihak swasta;
6. Meningkatkan kontribusi usaha untuk daerah melalui skema Participating Interest (PI) 10
%;
7. Melakukan efisiensi biaya operasi dan meningkatkan iklim investasi migas dengan
menggunakan skema PSC Gross Split dan revisi PP Nomor 79 Tahun 2010 terkait Cost
Recovery.
8. Memasang converter kit LPG untuk nelayan sebanyak 17.081 unit di 28 kabupaten/kota;
9. Menambah kapasitas pembangkit listrik sehingga total kapasitas terpasang pembangkit
listrik nasional tahun 2017 menjadi sebesar 60.491 Mega Watt (MW);
10. Mendorong percepatan elektrifikasi perdesaan melalui implementasi Peraturan Menteri
(Permen) ESDM Nomor 38 Tahun 2016 dan pembangunan listrik perdesaan maupun
pembagian Lampu Tenaga Surya Hemat Energi (LTSHE) melalui pendanaan APBN dan
APLN. Pada tahun 2017 total sebanyak 114 desa terpencil/terisolasi (15.796 Kepala
Keluarga-KK) dilistriki dengan pembangkit listrik tenaga EBT.
PENUTUP

11. Alokasi gas domestik mencapai 61% dengan mengutamakan pemanfaatan gas untuk
pembangkit listrik dan industri.
12. Kapasitas terpasang PLT EBT mencapai 3.943 MW;
13. Penandatanganan kontrak jual beli listrik (Power Purchase Agreement-PPA) EBT dengan IPP
sebanyak 70 PPA;

167
14. Menyelesaikan verifikasi izin usaha pertambangan (IUP) menjadi berstatus Clean and Clear
(CnC) sebanyak 6.565 IUP, dan pelaksanaan forum Kordinasi dan Supervisi antara KPK dan
Kementerian ESDM menghasilkan pencabutan 2.595 IUP pada periode 2015-2017;
15. Menyederhanakan perizinan sektor ESDM sehingga hanya 15 perizinan yang masih
dilakukan oleh Kementerian ESDM;
16. Menerima penghargaan dalam ajang kompetisi Inovasi Pelayanan Publik untuk
Multiplatform Application for Geoharzard Mitigation and Assessment(MAGMA) Indonesia
yaitu sebuah aplikasi untuk perangkat komunikasi berbasis Android untuk meningkatkan
mitigas kebencanaan geologi di Indonesia.
17. Rasio Elektrifikasi mencapai 95,35% dari target awal 92,75 %;
18. Memonitor kelancaran program 35 GW, dengan kemajuan menurut fase :
- COD/komisioning : 1358 MW.
- Konstruksi : 17.096 MW
- PPA (belum konstruksi) : 12.724 MW
- Pengadaan : 2.894 MW
- Perencanaan : 1.788 MW
19. Pendistribusian Lampu Tenaga Surya Hemat Energi (LTSHE) sebanyak 79.564 unit kepada
masyarakat yang tidak mendapatkan listrik di Provinsi Maluku, NTB, Riau, Papua, dan
Papua Barat.
20. Penambahan Pipa Gas sepanjang 484 km dari ruas Belawan-KIM-KEK, Ruas Payo Selincah
dan Ruas WJB Batam sehingga total pipa gas menjadi 10.671 km.
21. Terdapat 5 dari 10 Blok Migas Konvensional dengan skema gross split diminati investor;
22. Pada tanggal 27 Agustus 2017 perundingan Pemerintah dengan Freeport mencapai
kesepakatan dengan 4 syarat yang diusulkan KESDM (termasuk divestasi). Untuk divestasi,
akan ditindaklanjuti oleh Menteri BUMN dan Menteri Keuangan;

Realisasi Anggaran Pada Tahun 2017


Alokasi anggaran APBN-P 2017 adalah sebesar Rp. 6.572,4 Miliar dimana komposisi
terbesar sebanyak 41% digunakan untuk anggaran publik fisik. Total penyerapan anggaran
mencapai 84,04% (apabila tanpa memperhitungkan nilai blokir permanen dan anggaran yang
tidak dapat dilaksanakan). Namun apabila memperhitungkan blokir permanen dan anggaran
yang tidak dapat dilaksanakan maka tingkat penyerapan mencapai 74,80% dari pagu APBN-P
atau sebesar Rp. 4.917,7 Miliar. Persentase penyerapan anggaran terbesar dicapai oleh unit
Sekretariat Jenderal DEN yaitu sebesar 91,97 % atau sebesar Rp. 58,8 Miliar Akan tetapi jika
dihitung menurut jumlah anggarannya, penyerapan tertinggi diraih oleh unit Ditjen Minyak dan
Gas Bumi sebesar Rp. 1.323,3 Miliar, disusul oleh Ditjen EBTKE sebesar Rp. 867,2 Miliar. Sebagian
besar anggaran kedua unit ini merupakan anggaran untuk belanja infrastruktur (publik fisik)
yang membutuhkan dana yang sangat besar, sehingga walaupun persentase penyerapannya
relatif kecil, akan tetapi jumlah anggaran yang terealisasi sangat besar. Sedangkan anggaran yg
tidak terserap sebesar Rp. 1.656,9 Miliar atau sebesar 25,20 %.

168
Monitoring Capaian Kinerja
Saat ini sudah terdapat kemajuan yang sangat signifikan dalam pengelolaan SAKIP di
Kementerian ESDM, antara lain:
1. Komitmen dan partisipasi aktif Pimpinan Kementerian ESDM dari tingkat Menteri sampai
level Eselon IV dalam mengimplementasikan SAKIP. Menteri ESDM dan seluruh jajaran
eselon I terlibat sangat aktif dalam penetapan kinerja yang harus dicapai pada tahun
2017, serta telah menetapkan langkah-langkah dalam mengawal setiap capaian target
yang harus dicapai;
2. Monitoring dan evaluasi yang dilakukan secara terus menerus, baik monitoring mingguan,
bulanan, triwulanan, semesteran, dan tahunan diselaraskan dengan target kinerja yang
harus disampaikan kepada Bappenas maupun Kantor Staf Kepresidenan;
3. Keterlibatan aktif Tim APIP Inspektorat Jenderal dalam proses reviu setiap laporan kinerja,
serta pendampingan terus menerus dari Inspektorat Jenderal dalam setiap perencanaan
dan penyusunan program dan anggaran, pelaksanaan, maupun dalam monitoring dan
pengawasan;
4. Internalisasi mengenai SAKIP Kementerian ESDM yang secara masif dilaksanakan untuk
memberikan pemahaman mengenai pentingnya akuntabilitas kinerja dalam setiap
tingkatan organisasi di lingkungan Kemenetrian ESDM;
5. Proses penyempurnaan Indikator Kinerja Utama Kementerian ESDM dan Unit Eselon
I di lingkungan Kementerian ESDM terus berjalan untuk mendapatkan IKU yang lebih
representatif.
6. Telah diimplementasikannya Rekam Kinerja Harian (RKH) di Kementerian ESDM yang
menjadi jembatan antara pengelolaan kinerja organisasi dengan kinerja individu yang
update data capaiannya telah dilakukan dengan sistem kinerja harian dan diselaraskan
dengan Sasaran Kinerja Pegawai (SKP) dan IKU masing-masing Unit;
7. Implementasi e-kinerja Kemenetrian ESDM yang saat ini masih terbatas pada monitoring
kinerja level Kementerian dan Eselon I, sedang dikembangkan untuk dapat mencapai
level eselon II dan eselon III.

Evaluasi dan Tindak Lanjut


Selain prestasi dan capaian yang telah diraih selama tahun 2017 tersebut, masih
terdapat kekurangan dalam beberapa hal terkait pengelolaan SAKIP Kementerian ESDM.
Sehubungan dengan hal tersebut, berikut ini adalah langkah-langkah ke depan yang harus
dilakukan oleh Kementerian ESDM dalam upaya memperbaiki kinerja dan implementasi SAKIP
secara keseluruhan:
PENUTUP

1. Terus meningkatkan komitmen dan partisipasi aktif Pimpinan Kementerian ESDM dari
tingkat Menteri sampai level Eselon IV dalam mengimplementasikan SAKIP, serta keterlibatan
seluruh PNS Kementerian ESDM dalam berjuang bersama mencapai tujuan organisasi;
2. Akan dilakukan integrasi antara e-kinerja Kemenetrian ESDM yang telah dikembangkan
sampai pada level eselon III dengan sistem Rekam Kinerja Harian (RKH) dan Sasaran Kerja

169
Pegawai (SKP), sehingga kinerja organisasi dan kinerja individu dapat diselaraskan untuk
mencapai tujuan organisasi;
3. Meningkatkan koordinasi dengan para pemangku kepentingan (stakeholders) di sektor
ESDM guna mewujudkan Visi ESDM, yaitu: ‘Terwujudnya ketahanan dan kemandirian energi
serta peningkatan nilai tambah energi dan mineral yang berwawasan lingkungan untuk
memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat’.
4. Meningkatkan komitmen unit-unit organisasi dalam penerapan manajemen berbasis
kinerja, khususnya dalam perencanaan kinerja maupun monitoring dan evaluasi capaian
kinerja.
5. Meneruskan langkah strategis untuk melaksanakan reformasi birokrasi dalam lingkungan
organisasi Kementerian ESDM sesuai dengan Grand Design Reformasi Birokrasi Nasional guna
mewujudkan birokrasi pemerintahan kelas dunia di lingkungan organisasi Kementerian
ESDM.
6. Memperhatikan dan mengantisipasi perubahan lingkungan strategis. Hal ini dilakukan salah
satunya dengan melaksanakan reviu Renstra dan IKU Kementerian ESDM secara berkala.
7. Dalam hal penyerapan anggaran, melakukan percepatan anggaran tahun 2018 dengan
melakukan penganggaran dan dilanjutkan pelelangan pada akhir tahun 2017.
8. Sedang dilakukan revisi pada Permen ESDM no 22 Tahun 2015 Tentang Indikator Kinerja
Utama (IKU) Kementerian ESDM, sehingga nantinya IKU yang telah direvisi dapat digunakan
pada penyusunan Renstra Kementarian ESDM Tahun 2020-2024
Dengan disusunnya Laporan Kinerja Kementerian ESDM tahun 2017 ini diharapkan
dapat menjadi bahan evaluasi untuk menjalankan pengelolaan kinerja sesuai dengan tugas
dan fungsi Kementerian ESDM di tahun-tahun mendatang. Laporan ini juga menjadi media
penyampaian informasi yang transparan dan akuntabel bagi seluruh pemangku kepentingan
di dalam sektor energi dan sumber daya mineral, sehingga Kementerian ESDM mendapatkan
umpan balik (feedback) dari para pemangku kepentingan mengenai pengelolaan kinerja
tersebut.

170
SUSUNAN REDAKSI

Pelindung : Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral


Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral

Penanggung Jawab :
1. Sekretaris Jenderal
2. Inspektur Jenderal
3. Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi
4. Direktur Jenderal Ketenagalistrikan
5. Direktur Jenderal Mineral dan Batubara
6. Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi
7. Kepala Badan Geologi
8. Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan ESDM
9. Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia ESDM
10. Sekretaris Jenderal Dewan Energi Nasional (Setjen DEN)
11. Kepala Badan Pengatur Hilir Migas (BPH Migas)

Pemimpin Redaksi : Kepala Biro Perencanaan

Tim Penyusun : 1. Totoh Abdul Fatah


2. Aang Darmawan
3. Chandra Tambunan
4. Frieski Maharta Wibawa Putra
5. Novan Akhiriyanto
6. Uning Wahyuni
7. Ervan Primanda
PENUTUP

171
172
LAMPIRAN
LAMPIRAN

173 ESDM 2017


Laporan Kinerja Kementerian
LAMPIRAN I

Pada tahun 2017, terdapat realisasi sebanyak 34 usulan WK/WIUP dari target
33 usulan WK/WIUP. Tercapainya target sebanyak 34 rekomendasi wilayah kerja pada
tahun 2017 merupakan komitmen Kementerian ESDM sesuai dengan Sasaran Strategis
Pertama yaitu “Mengotimalkan kapasitas penyediaan energi fosil”. Rincian realisasi
capaian kinerja sasaran tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. 9 usulan rekomendasi WK Migas
b. 3 usulan rekomendasi WK Panas Bumi
c. 1 usulan rekomendasi WKP CBM
d. 10 usulan rekomendasi WIUP Batubara
e. 11 usulan rekomendasi WIUP Mineral
Berdasarkan capaian kinerja Rekomendasi Wilayah Kerja diatas, target
indikator kinerja sasaran tercapai 102% atau sebanyak 34 usulan WK/WIUP dari target
33 usulan WK/WIUP. Kegiatan rekomendasi wilayah kerja ini dianggarkan sebesar Rp.
101.821.174.000,- dan terealisasi sebesar Rp. 97.270.140.630,- atau 95.53%. Hal ini
disebabkan nilai kontrak lebih rendah dari nilai pagu akibat pelelangan yang semakin
kompetitif. Sedangkan apabila dibandingkan dengan capaian kinerja tahun 2016
sebesar 33 rekomendasi WK, capaian tahun 2017 lebih tinggi sebanyak 1 rekomendasi
WK. Sedangkan apabila dibandingkan dengan target Renstra pada tahun 2017
ditargetkan menghasilkan sebanyak 40 rekomendasi WK, capaian kinerja tahun 2017
masih di bawah target pada Renstra tersebut.
Pada tahun 2017, ada 2 usulan rekomendasi WK migas tahun 2016 yang berhasil
ditawarkan melalui lelang reguler pada bulan Juli 2017, yaitu WK migas Mamberamo
dan WK migas East Tanimbar. Data rekomendasi WK migas tahun 2016 lainnya yaitu
di Lapangan Sulawesi Tengah (WK migas Tomori dan Morowali) dimanfaatkan umtuk
joint study dengan Pertamina EP yang ditandai dengan penandatanganan MoU
pada September 2017. Sedangkan Papua, Wamena, Sahul dan Arafura direncanakan
dimanfaatkan untuk joint study di Blok Papeda dengan K3S lainnya.
Ada 3 WK panas Bumi telah ditindaklanjuti oleh Dirjen EBTKE diajukan ke
Menteri ESDM dan ditetapkan sebagai Wilayah Kerja Panas Bumi sebanyak 2 WKP,
yakni : WKP Gunung Sirung, Pantar-Kabupaten Alor, Provinsi Nusa Tenggara Timur
Kepmen ESDM No. 7440 K/30/MEM/2016 dan WKP Wapsalit, Kabupaten Buru, Provinsi
Maluku melalui Kepmen ESDM No. 8084 K/30/MEM/2016. Kedua WKP tersebut pada
awal tahun 2017 oleh Dirjen EBTKE dilakukan lelang WKP untuk ditawarkan kepada
investor pengusahaan Panas Bumi untuk percepatan pemanfaatan Panas Bumi. Data
rekomendasi wilayah kerja untuk Panas Bumi dan CBM stake holder pengguna data

174
adalah EBTKE sedangkan untuk rekomendasi WIUP Mineral dan Batubara stake holder
pengguna data adalah Minerba. Data-data tersebut digunakan untuk kebutuhan lelang
WK dan WIUP dimaksud. Kinerja dari setiap wilayah kerja yang direkomendasikan secara
lengkap terdapat pada Lampiran I.

A. Capaian Kinerja Penyiapan Data Wilayah Kerja (WK) Migas


Kegiatan rekomendasi wilayah kerja minyak dan gas bumi (migas) ini
merupakan salahsatu strategi yang dilakukan KESDM dalam mengoptimalkan temuan
cadangan energi fosildi Indonesia.Produksi migasdan cadangan operasional saat ini
menunjukkan kecenderungan mengalami penurunan.Hal ini disebabkan karena usia
lapangan migas yang relatif tua dan serta kurang intensifnya kegiatan eksplorasi di
cekungan-cekungan frontier sehingga mengakibatkan minimnya penemuan cadangan
baru.
Menghadapi kondisi tersebut, KESDM telah fokus melakukan survei dan
penelitian migas untuk menambah data, mencari penemuan baru, dan mendorong
pengembangan eksplorasi khususnya di Kawasan Indonesia Timur sehingga diharapkan
dapat digunakan oleh pemilik Kontraktor Kontrak Kerja Sama (K3S) migas serta
meningkatkan ketertarikan investor pada lokasi-lokasi baru. Karakteristik kawasan
Indonesia Timur identik dengan konsep deep water, frontier area dimana dalam
pengusahaannya membutuhkan modal, teknologi dan resiko yang relatif lebih besar
daripada di daerah Barat, sementara ketersediaan data pada daerah timur masih relatif
terbatas.
Kegiatan survei dan penelitian tersebut antara lain mengumpulkan data dan
informasi geologi, geofisika dan geokimia, melakukan integrasi data, menyusun konsep
petroleum system, dan menentukan lead and prospect, yang selanjutnya digunakan
untuk menentukan wilayah yang memiliki keprospekan minyak dan gas bumi secara
ekonomis. Hasil dari survei dan penelitian yang telah dilakukan disusun menjadi
Rekomendasi Wilayah Kerja (WK) Migas yang selanjutnya diserahkan untuk dilelangkan.
Kegiatan penyusunan WK migas ini juga didukung oleh kegiatan akuisisi seismik 2D
Marin untuk penambahan data pada cekungan yang masih minim data.
Kegiatan rekomendasi WK migas tahun 2017 ditargetkan sebanyak 9
Rekomendasi WK migas dan terlaksana 100%. Kesembilan lokasi WK Migas tersebut
adalah Kutai (Migas Non Konvensional), Buru, Obi-Bacan, Seram Barat, Bintuni, Biak -
Numfor, Wamena, Aru-Tanimbar dan Sahul. Sedangkan kegiatan akuisisi seismik 2D
Marin dilaksanakan di 3 lokasi yaitu Buru, Selaru dan Arafura Selatan dengan panjang
LAMPIRAN

lintasan masing-masing yaitu 1.600 line km dan berhasil terlaksana 100%.Dibandingkan


tahun sebelumnya, kegiatan tahun 2017 lebih banyak menghasilkan data khususnya
pada kegiatan akuisisi seismik 2D.
Kendala yang dihadapi dalam penyusunan 9 rekomendasi WK Migas adalah
kurangnya personil pendukung untuk dapat menjalankan kegiatan secara optimal,

175
mengingat jarak tempuh yang jauh dan medan yang sulit di KTI dan perlu didukung
beberapa pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill), dan kemampuan (ability) yang
harus dikuasai oleh setiap personil pendukung menginterpretasi data–data seismik
dan sumuran, kemampuan untuk membuat basin modeling, serta pengetahuan untuk
menganalisis batuan sedimen dan material-material organik. Sehingga kedepannya
perlu diadakan kursus/pelatihan untuk meningkatkan knowledge, skill, dan ability dari
para personil pendukung agar dapat menghasilkan data-data dengan lebih baik.
Dengan potensi cekungan sedimen Indonesia yang dimiliki saat ini
yaitu sebanyak 128 cekungan, baru 40% wilayah tersebut yang telah dieksplorasi,
maka Indonesia masih mempunyai 60% potensi yang belum tersentuh dan dapat
dikembangkan untuk menjadi target WK migas. Data dari Ditjen Migas tahun 2017
menunjukkan, produksi minyak Indonesia saat ini sekitar 800.000 ribu barel per hari,
sedangkan rasio cadangan migas pengganti (Reserve Replacement Ratio/RRR) hanya
sekitar 60%. Hal ini berarti dari 1 juta barel minyak yang diproduksikan, tingkat
pengambilan penggantinya hanya sekitar 0.6 barel. Maka, kegiatan penyusunan
rekomendasi WK migas ini bertujuan untuk mengoptimalkan lokasi-lokasi WK migas
yang dilelangkan oleh Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi, sehingga diharapkan
terjadi peningkatan kegiatan eksplorasi di area-area yang memiliki potensi cadangan
migas baru khususnya di wilayah Kawasan Timur Indonesia. Ekplorasi juga disebut
sebagai kunci untuk masa depan industri hulu migas karena kegiatan yang dilakukan
adalah untuk menemukan cadangan baru menjadi harapan peningkatan produksi
migas di masa mendatang.
Menurut para pelaku kegiatan eksplorasi industri hulu migas, dengan
fokusnya kegiatan Kementerian ESDM yang dilakukan di Kawasan Timur Indonesia (KTI)
hal tersebut telah mendukung kegiatan mereka dalam penyiapan data, khususnya data
geologi dan geofisika di area tersebut mengingat ketersediaan data masih terbatas.
Enggannya para pelaku industri migas melakukan kegiatan eksplorasinya di KTI
disebabkan beberapa hal, antaralain area yang high risk, unidentified prospects of oil and
gas dan aksesibilitas yang sulit serta isu keamanan.
Keberhasilan capaian kegiatan penyusunan rekomendasi WK Migas tahun
2016 terlihat dari dipilihnya wilayah rekomendasi tersebut untuk dilelangkan melalui
lelang regular oleh Ditjen Migas pada tahun 2017 yaitu WK migas Mamberamo dan WK
migas East Tanimbar. Sedangkan data rekomendasi WK migas lainnya yaitu dijadikannya
joint study yang ditandai dengan penandatanganan MoU pada bulan September 2016
antara Pertamina EP dan Kementerian ESDMdi wilayah Lapangan Sulawesi Tengah
(WK migas Tomori dan Morowali). Sedangkan Papua, Wamena, Sahul dan Arafura juga
direncanakan akan dimanfaatkan untuk joint study di Blok Papeda dengan K3S lainnya
pada tahun 2018.

176
penandatanganan MoU pada bulan September 2016 antara Pertamina EP dan Kementerian ESD
wilayah Lapangan Sulawesi Tengah (WK migas Tomori dan Morowali). Sedangkan Papua, Wam
Sahul dan Arafura juga direncanakan akan dimanfaatkan untuk joint study di Blok Papeda dengan
lainnya pada tahun 2018.

Gambar 80. Lokasi Rekomendasi WK Migas Tahun 2017

Gambar 80. Lokasi Rekomendasi WK Migas Tahun 2017

LAMPIRAN

Gambar 81. Lokasi Akuisisi Seismik 2D Tahun 2017


Gambar 81. Lokasi Akuisisi Seismik 2D Tahun 2017

1. Rekomendasi Wilayah Kerja Migas Non


177Konvensional (MNK) Kutai

Secara administratif WK ini terletak di Kota Samarinda, Kota Balikpapan, Kota Sangatt
1. Rekomendasi Wilayah Kerja Migas Non Konvensional (MNK) Kutai
Secara administratif WK ini terletak di Kota Samarinda, Kota Balikpapan, Kota
Sangatta, Kabupaten Kutai Barat, Kabupaten Kutai Timur dan Kabupaten Mahakam Ulu
yang termasuk ke dalam Provinsi Kalimantan Timur. Dari hasil analisis geokimia yang
dilakukan dari sampel serpih permukaanyang ada di Cekungan Kutai memiliki nilai
TOC yang tinggi, dengan nilai TOC tertinggi adalah 18.84 wt% dan terendah 0.4 wt%.
Material organik yang berada di batuan induk ini memiliki kerogen bertipe III, dan II/III,
berpotensi menghasilkan hidrokarbon berupa gas dan gas atau minyak.
Area penelitian di Cekungan Kutai terbagi ke dalam 3 area/blok
penelitianberdasarkan data gaya berat yang menunjukkan adanya indikasi daerah
rendahan, yaitu Blok A berada pada Subcekungan Lower Kutai Basin, Blok B berada pada
Subcekungan Upper Kutai Basin bagian Utara, dan Blok C berada pada Subcekungan
Upper Kutai Basin bagian baratdaya.
Berdasarkan hasil analisis petrofisika dari ketiga blok tersebut , yaitu Blok
A memiliki potensi gas serpih pada interval umur Miosen Awal yang setara dengan
Berdasarkan hasil analisis petrofisika dari ketiga blok tersebut , yaitu Blok A memiliki potensi
Formasi
gas serpihPemaluan,
pada intervalBlok
umurBMiosen
memiliki
Awal potensi gasdengan
yang setara serpih padaPemaluan,
Formasi interval Blok
umur Oligosen
B memiliki
Akhir
potensiyang setara
gas serpih padadengan Formasi
interval umur Wahau,
Oligosen dan setara
Akhir yang Blok dengan
C memiliki potensi
Formasi gasBlok
Wahau, dan serpih
C
pada interval
memiliki potensiumur Eosen
gas serpih Tengah
pada interval yang setaraTengah
umur Eosen denganyangFormasi BatuFormasi
setara dengan Ayau. Total gas in
Batu Ayau.
place potensi
Total gas sumberdaya
in place dari gas
potensi sumberdaya serpih
dari di Cekungan
gas serpih Kutai
di Cekungan Kutaiadalah
adalah 46.79 TCF,dengan
46.79 TCF, dengan
perincian Blok
perincian Blok A memiliki
A memiliki GIP sebesar
GIP sebesar 16.87
16.87 TCF, TCF,
Blok Blok B memiliki
B memiliki GIP sebesarGIP
8.46sebesar
TCF, dan8.46
BlokTCF,
C
memiliki
dan BlokGIP sebesar 21.46
C memiliki GIPTCF.
sebesar 21.46 TCF.
Tindak
Tindak lanjut
lanjut selanjutnya
selanjutnya untukuntuk meningkatkan
meningkatkan tingkat kemungkinan
tingkat kemungkinan dari
dari data yang data
telah
yang
diolahtelah
adalahdiolah adalahpenambahan
perlu adanya perlu adanya
data penambahan data atau
atau analisis geomekanik analisis
dan geomekanik
microoseepage dan
sehingga
WK Migas MNK Kutai
microoseepage berpotensi
sehingga WKuntuk
Migasdikembangkan
MNK Kutai berpotensi untuk dikembangkan
Tabel 108. Volumetric Gas In Place Dari Ketiga Area Prospek di MNK Kutai
Tabel 108. Volumetric Gas In Place Dari Ketiga Area Prospek di MNK Kutai

1. Rekomendasi Wilayah Kerja Migas Buru


1. Rekomendasi Wilayah Kerja Migas Buru
Secara administratif terletak di daerah Pulau Buru, Provinsi Maluku. Hasil dari penelitian
Secara administratif terletak di daerah Pulau Buru, Provinsi Maluku. Hasil dari
lapangan dan bawah permukaan, petroleum system di Pulau Buru terdapat pada batuan berumur
penelitian lapangan dan bawah permukaan, petroleum system di Pulau Buru terdapat
Mesozoik. Petroleum system Mesozoik berkembang pada Formasi Ghegan sebagai source
rock.reservoir rock adalah batu gamping dari Formasi Ghena dan Formasi Kuma dan batupasi dari
178berupa napal dari Formasi Waeken da nsisipan
formasi Hotong yang berumur Miosen. seal rock
batulempung dari Formasi Hotong.
pada batuan berumur Mesozoik. Petroleum system Mesozoik berkembang pada Formasi
Ghegan sebagai source rock.reservoir rock adalah batu gamping dari Formasi Ghena dan
Formasi Kuma dan batupasi dari formasi Hotong yang berumur Miosen. seal rock berupa
napal dari Formasi Waeken da nsisipan batulempung dari Formasi Hotong.
Perangkap hidrokarbon, Berdasarkan pengamatan dari lapangan
menunjukkan bahwa pulau Buru kurang memiliki perangkap dengan ukuran yang
signifikan. Pulau ini pada dasarnya merupakan sebuah antiklin besar yang terbuka
pada bagian atas dan ditengah-tengah antiklin tersingkap batuan dasar (basement
rock) berupa batuan metamorf (metamorphic rock). Struktur pada sayap-sayap antiklin
berupa sesar normal, kecil kemungkinan untuk menjadi jebakan hidrokarbon. Namun
dari hasil interpretasi seismik di laut (offshore) terdapat beberapa jebakan hidrokarbon.
Perangkap hidrokarbon di wilayah laut Buru (offshore) terutama terdiri dari perangkap
struktur berupa rollover anticline dan pinchout
Lead and prospect, berhubungan dengan perangkap three way dip closure dan
four way dip
Lead clossure.
and prospect, Semua leaddengan
berhubungan disimpulkan
perangkapmemiliki risiko
three way dip tinggi
closure – sangat
dan four way dipberesiko
(high risk
clossure. – very
Semua high
lead risk) terutama
disimpulkan memiliki dikarenakan tidakberesiko
risiko tinggi – sangat ada sumur (well)
(high risk di daerah
– very high risk)ini maka
kualitas perangkap,tidak
terutama dikarenakan batuan induk,
ada sumur batuan
(well) reservoir,dan
di daerah kondisi
ini maka kualitas batuan
perangkap, dasar
batuan yang masih
induk,
batuan reservoir,dan
perdebatan berupakondisi batuanatau
oceanic dasarkontinen
yang masihmasih
perdebatan berupa oceanicProspek
dipertanyakan. atau kontinen
dari wilayah
masih dipertanyakan. Prospek dari wilayah laut (offshore) Buru berada pada interval Sedimen
laut (offshore) Buru berada pada interval Sedimen Mesozoikum setara Formasi Ghegan
Mesozoikum setara Formasi Ghegan yaitu OOIP dari P50 un-risked = 2057.49 MMBO dan risked =
yaitu OOIP dari P50 un-risked = 2057.49 MMBO dan risked = 118.54 MMBO (untuk kasus
118.54 MMBO (untuk kasus minyak) dan OGIP dari P50 un-risked = 2050.21 BSCF dan risked =
minyak) dan
118.13 BSCF OGIP
(untuk dari
kasus P50 un-risked = 2050.21 BSCF dan risked = 118.13 BSCF (untuk
gas).
kasus gas).

57
LAMPIRAN

Gambar 82. Identifikasi Lead dan Prospect di Wilayah Buru


Gambar 82. Identifikasi Lead dan Prospect di Wilayah Buru

2. Rekomendasi Wilayah Kerja Migas Wamena


179
Secara administratif terletak di Kabupaten Dogiyai, Kabupaten Deiyai dan Kabupaten
Paniai Propinsi Papua. Hasil dari penelitian lapangan, Batuan induk adalah dari Formasi Piniya
dan Formasi Modio. Formasi Piniya memiliki kemampuan yang cukup hingga sangat baik
2. Rekomendasi Wilayah Kerja Migas Wamena
Secara administratif terletak di Kabupaten Dogiyai, Kabupaten Deiyai dan
Kabupaten Paniai Propinsi Papua. Hasil dari penelitian lapangan, Batuan induk adalah
dari Formasi Piniya dan Formasi Modio. Formasi Piniya memiliki kemampuan yang
cukup hingga sangat baik sebagai batuan induk, dengan tipe kerogen II dan III dengan
kematangan pada tahap belum matang hingga terlalu matang. Formasi Modio memiliki
kemampuan sebagai batuan induk yang cukup hingga baik, dengan tipe kerogen II
dengan kematangan pada tahap belum matang hingga terlalu matang.Batuan reservoir,
adalah batugamping dari Kelompok New Guniea Limestone, dengan porositas 8,5%
- 12%, batuan klastika Formasi Piniya, dengan porositas 8% - 17%.Lead dan Prospect,
adalah dengan menggunakan interpretasi data Passive Seismic Tomography. Dari analisis
terhadap data Passive Seismic Tomography pada Formasi Modio, maka diketahui lead
dan Prospect, adalah dengan menggunakan interpretasi data Passive Seismic Tomography. Dari
and prospects untuk Daerah Wamena dan sekitarnya adalah terdapat 3 lead.
analisis terhadap data Passive Seismic Tomography pada Formasi Modio, maka diketahui lead
and prospects untuk Daerah Wamena dan sekitarnya adalah terdapat 3 lead.

Gambar 83. Lead dan Prospect Wamena


Gambar 83. Lead dan Prospect Wamena

3. Rekomendasi
3. Rekomendasi Wilayah
Wilayah KerjaSahul
Kerja Migas Migas Sahul
Secara
Secara administratif
administratif terletak
terletak di di Kabupaten
Kabupaten Nabire,
Nabire, Papua.
Papua. Hasildari
Hasil daripenelitian
penelitian
lapangan,
lapangan, BlokBlok Sahul
Sahul berada
berada padapada Cekungan
Cekungan Sahul
Sahul di di Propinsi
Propinsi Papua,
Papua, yang yang di
terletak terletak
selatandi
selatan Akimeugah,
Cekungan Cekungan Akimeugah, dansistem
dan merupakan merupakan sistem
Cekungan Cekungan
Foreland. Foreland.
Dari hasil Dari
integrasi hasil
semua
integrasi
data semua
yang ada, padadata yang
Sahul ada, pada
ini hanya Sahul
terdapat ini sistem
satu hanya terdapat
petroleumsatu sistem
yaitu Sistempetroleum
Petroleum yaitu
Pra
Sistem atau
Permian Petroleum
dalamPra Permian atau
terminologi dalam terminologi
di Australia di Australia
disebut sebagai sistem disebut sebagai
petroleum sistem
Larapintine.
petroleum
Cekungan Larapintine.
Sahul Cekungan
disusun oleh Sahul Neoproterozoic,
batuan berumur disusun oleh batuan
ditindihberumur Neoproterozoic,
langung batuan berumur
ditindih langung
Kenozoikum. batuan
Cekungan Sahul berumur Kenozoikum.
pernah terburialkan Cekungan
cukup Sahul
dalam dan pernahterangkatkan
kemudian terburialkan
cukup
cukup dalam
tinggi, dan kemudian
sehingga terangkatkan
tererosi sangat tebal. cukup tinggi, sehingga tererosi sangat tebal.
Batuan induk, adalah serpih Formasi Otomuna dengan nilai TOC 0.2-0.49%.
Batuan induk, adalah serpih Formasi Otomuna dengan nilai TOC 0.2-0.49%. Batuan
reservoir, adalah marine sandstone berumur Neoproterozoikum. Berdasarkan analisis
180
pemodelan cekungan diketahui bahwa jenela kematangan telah dimulai pada umur 590 ma
pada kedalaman 2000 m.Lead dan Prospect, berdasarkan analisis pemodelan cekungan
Batuan reservoir, adalah marine sandstone berumur Neoproterozoikum. Berdasarkan
analisis pemodelan cekungan diketahui bahwa jenela kematangan telah dimulai
pada umur 590 ma pada kedalaman 2000 m.Lead dan Prospect, berdasarkan analisis
pemodelan cekungan diketahui bahwa jenela kematangan telah dimulai pada umur 590
ma pada kedalaman 2000 m. Ditemukan setidaknya 7 lead pada blok Sahul, pada umur
Neoproterozoic. Dari hasil volumetric diketahui sumber daya P50 jika minyak adalah 2545
MMBO dan jika gas adalah 2536 BSCF. Masalah utama adalah pada preservasi akumulasi
migas karena adanya pengangkatan yang dimulai dari Devon Carbon,sehingga WK
migas Sahul berpotensi untuk dikembangkan.

Tabel 109. Volumetric Wilayah Kerja Migas Sahul


Tabel 109. Volumetric Wilayah Kerja Migas Sahul

4. Rekomendasi Wilayah Kerja Migas Obi-Bacan


4. Rekomendasi Wilayah Kerja Migas Obi-Bacan
Secara administratif terletak di Kabupaten Halmahera Selatan, Provinsi Maluku
Secara
Utara. administratif
Cekungan terletak
Obi memiliki di Kabupaten
sistem Halmahera
perminyakan Selatan,
Pra Tersier Provinsi
(berasal Maluku Utara.
dari mikro
kontinen
Cekungan ObiAustralia)
memiliki dan Tersier
sistem yang sebelumnya
perminyakan dianggap
Pra Tersier berpotensi
(berasal menghasilkan
dari mikro kontinen Australia)
hidrokarbon namun berdasarkan hasil analisis TOC, HI dan Tmax menunjukkan
dan Tersier yang sebelumnya dianggap berpotensi menghasilkan hidrokarbon tidak namun
dikategorikan prospek untuk dilakukan ekplorasi hidrokarbon lebih lanjut. Kandidat
berdasarkan hasil analisis TOC, HI dan Tmax menunjukkan tidak dikategorikan prospek untuk
potensial menjadi batuan pembawa gas yaitu F. Woi yang memiliki nilai TOC baik
dilakukan ekplorasi hidrokarbon lebih lanjut. Kandidat potensial menjadi batuan pembawa gas
namun tidak terindikasi matang, sedangkan kandidat potensial menjadi batuan waduk
yaituyaitu
F. Woi yang Woi
Formasi memiliki
bagiannilai TOCdan
tengah baikatas
namun
sertatidak terindikasi
Formasi matang,
Anggai. Lokasi sedangkan
potensi migas kandidat
potensial menjadi
cekungan Obi dibatuan
sekitar waduk yaitu Formasi
sungai Wayaloar, Woi berdasarkan
Obi Selatan bagian tengah dan atas
deposenter serta Formasi
anomali
gayaberat
Anggai. Lokasi residual.
potensi migas cekungan Obi di sekitar sungai Wayaloar, Obi Selatan berdasarkan
deposenter anomali perminyakan
Sistem Batuan induk, adalah Formasi Woi bagian bawah memiliki
gayaberat residual.
LAMPIRAN

potensi sebagai batuan sumber. Hasil analisis TOC umumnya dikategorikan sebagai
Sistem
buruk. Nilai perminyakan Batuan
HI (Hydrogen Index) induk, batuan
perconto adalah Formasi Woi kerogen
tersusun atas bagian bawah
denganmemiliki
tipe III. potensi
sebagai batuankualitas
Penentuan sumber. Hasilinduk
batuan analisis
jugaTOC
dapatumumnya dikategorikan
diketahui dari sebagai
pengeplotan buruk.
diagram HI vs Nilai HI
Tmax dan
(Hydrogen S2 vs
Index) TOC yang
perconto juga menunjukkan
batuan tersusun atastipe kerogen
kerogen penghasil
dengan tipe gas. Nilai Tmax kualitas
III. Penentuan
menunjukkan berada pada tingkat belum matang, matang dan overmature.Batuan
batuan induk juga dapat diketahui dari pengeplotan diagram HI vs Tmax dan S2 vs TOC yang
juga menunjukkan tipe kerogen penghasil gas. Nilai Tmax menunjukkan berada pada tingkat
181
belum matang, matang dan overmature.Batuan reservoir, adalah Formasi Woi bagian tengah
dan atas serta Formasi Anggai. Analisis porositas Formasi Woi memiliki nilai 26,67% - 22,12%
reservoir, adalah Formasi Woi bagian tengah dan atas serta Formasi Anggai. Analisis
porositas Formasi Woi memiliki nilai 26,67% - 22,12% Berdasarkan nilai uji porositas
potensi batuan waduk tersebut dikategorikan sebagai baik. Analisis porositas F. Anggai
berdasarkan nilai uji porositas dikategorikan sebagai baik.
Tabel 110. Data Analisis TOC dan Pyrolysis Obi-Bacan
Tabel 110. Data Analisis TOC dan Pyrolysis Obi-Bacan

Berdasarkan hasil analisis TOC, HI dan Tmax menunjukkan Cekungan Obi tidak
Berdasarkan
dikategorikan hasil dilakukan
prospek untuk analisis TOC, HI dan
ekplorasi Tmax menunjukkan
hidrokarbon Cekungan
lebih lanjut. Adapun Obi tidak
kandidat
dikategorikan prospek
potensial menjadi untuk dilakukan
batuan pembawa hidrokarbonekplorasi
yaitu F. Woihidrokarbon lebih
yang memiliki nilai TOClanjut. Adapun
baik, akan
kandidat potensial
tetapi tidak menjadi
terindikasi batuan pembawa
matang.Sehingga hidrokarbon
WK migas yaitu berpotensi
Obi-Bacan tidak F. Woi yang memiliki
untuk
dikembangkan.
nilai TOC baik, akan tetapi tidak terindikasi matang.Sehingga WK migas Obi-Bacan tidak
berpotensi untuk dikembangkan.
2. Rekomendasi Wilayah Kerja Migas Aru-Tanimbar
Kepulauan Tanimbar adalah bagian dari gugus pulau di Provinsi Maluku yang terletak
2. Rekomendasi Wilayah Kerja Migas Aru-Tanimbar
di bagian Selatan. Secara administratif terletak di Kabupaten Maluku Tenggara, Provinsi
Kepulauan Tanimbar adalah bagian dari gugus pulau di Provinsi Maluku yang
Maluku. Hasil dari penelitian lapangan, Batuan induk, adalah Formasi Selu (Formasi Kopai
terletak di bagian Selatan. Secara administratif terletak di Kabupaten Maluku Tenggara,
Ekuivalen) dan Formasi Bubuan (Formasi Piniya Ekuivalen). Berdasarkan data geokimia
Provinsi Maluku. Hasil dari penelitian lapangan, Batuan induk, adalah Formasi Selu
diperoleh nilai TOC dari Formasi Selu adalah 0.61 - 0.78; sedangkan nilai TOC dari Formasi
(Formasi Kopai Ekuivalen) dan Formasi Bubuan (Formasi Piniya Ekuivalen). Berdasarkan
Bubuan adalah 0.44 - 0.70. Berdasarkan data sekunder pada Sumur Barakan-1 nilai TOC
data geokimia
Formasi diperoleh nilai
Selu menunjukkan TOCtodari
nilai fair good,Formasi SeluDari
0-32 – 0.75. adalah 0.61 - 20.78;
Interpretasi sedangkan
lintasan seismik nilai
TOC
arahdari Formasi
Baratlaut Bubuanterdapat
- Tenggara, adalahkemungkinan
0.44 - 0.70.batuan
Berdasarkan data
induk dari sekunder
endapan pada Sumur
yang berumur
Barakan-1 nilai TOC Formasi Selu menunjukkan nilai fair to good, 0-32 – 0.75. Dari
Permian - Triassic.
Interpretasi 2 lintasan
Batuan seismik
reservoir, adalaharah Baratlaut
batupasir - Tenggara,
Formasi terdapat
Ungar (Formasi kemungkinan
Woniwogi batuan
ekuivalen).
induk dari batupasir
Porositas endapaniniyang berumur
berkisar antara 7Permian - Triassic. interpretasi petrografi, batupasir
- 18 %. Berdasarkan
ini dibagiBatuan
menjadi reservoir, adalah
tiga (3) yaitu; batupasir
quartz arenite Formasi Ungar
dan sublitharenite (Formasi Woniwogi
yang terendapkan pada
ekuivalen). Porositas
meander river, batupasir
quartz wacke ini berkisarpada
yang terendapkan antara 7 - 18Formasi
shoreface. %. Berdasarkan interpretasi
Ungar pada Sumur
Koba-1 tersusun
petrografi, oleh batupasir
batupasir ini dibagidengan perselingan
menjadi tiga (3)batulanau, dengan
yaitu; quartz porositas
arenite danyang dapat
sublitharenite
diabaikan (Koesoemadinata, 1980), kecuali pada interval 1.652,5 - 1.655,7 m yang porositasnya
yang terendapkan pada meander river, quartz wacke yang terendapkan pada shoreface.
mencapai 21%. Tebal Formasi Ungar pada Sumur Koba-1 mencapai 131,6 m. Pada Sumur

182
Formasi Ungar pada Sumur Koba-1 tersusun oleh batupasir dengan perselingan
batulanau, dengan porositas yang dapat diabaikan (Koesoemadinata, 1980), kecuali
pada interval 1.652,5 - 1.655,7 m yang porositasnya mencapai 21%. Tebal Formasi Ungar
pada Sumur
Barakan-1, Koba-1
formasi mencapai
ini disusun oleh131,6 m. Pada
batupasir danSumur Barakan-1,
batulempung formasi
dengan ini disusun
tebal 36,26 m.oleh
batupasir
Batupasir pada dan batulempung
sumur ini memiliki dengan
porositastebal
yang 36,26 m. antara
berkisar Batupasir padaTidak
4 - 16%. sumurditemukan
ini memiliki
porositas
adanya minyakyang berkisar
atau gas antara Ungar
pada Formasi 4 - 16%. Tidak sumur
di kedua ditemukan adanya minyak atau gas pada
pemboran.
Formasi Ungar di kedua sumur pemboran.
Batuan penutup, adalah serpih laut dalam dari serpih Bubuan yang ekuivalen dengan
Batuan penutup, adalah serpih laut dalam dari serpih Bubuan yang ekuivalen
Formasi Piniya. Penyebaran formasi ini cukup tebal dan luas, berkembang di daerah Australia
dengan Formasi Piniya. Penyebaran formasi ini cukup tebal dan luas, berkembang di
Northwest dan Papua bagian Selatan. Berdasarkan data sumur Koba-1, ketebalan dari Formasi
daerah Australia Northwest dan Papua bagian Selatan. Berdasarkan data sumur Koba-
Piniya mencapai sampai 1200 kaki.Perangkap hidrokarbon, adalah geologi Tanimbar umumnya
1, ketebalan dari Formasi Piniya mencapai sampai 1200 kaki.Perangkap hidrokarbon,
merupakan blok yang tersusun oleh struktur tilted fault yang terbentuk dari sesar dengan arah
adalah geologi Tanimbar umumnya merupakan blok yang tersusun oleh struktur tilted
Timurlaut - Baratdaya dan sesar dengan arah NNE-SSW. Dari hasil interpretasi seismik,
fault yang terbentuk dari sesar dengan arah Timurlaut - Baratdaya dan sesar dengan
pembentukan jebakan yang diamati pada area Tanimbar, dapat dibagi menjadi dua sistem
arah NNE-SSW. Dari hasil interpretasi seismik, pembentukan jebakan yang diamati pada
jebakan utama dibawah ini: Closures sesar normal pada batupasir Formasi Ungar (geometri
area Tanimbar, dapat dibagi menjadi dua sistem jebakan utama dibawah ini: Closures
struktur ini terdiri dari tilted fault, dengan sesar yang menunjukkan reaktivasi di Pliosen) dan
sesar normal pada batupasir Formasi Ungar (geometri struktur ini terdiri dari tilted fault,
Jebakan stratigrafi potensial yaitu pinch out dari batupasir Formasi Ungar sampai ke arah
dengan sesar yang menunjukkan reaktivasi di Pliosen) dan Jebakan stratigrafi potensial
tinggian dari Blok Tanimbar (berupa pinchout dari formasi berumur Jura ini sudah terbukti
yaitu pinch out dari batupasir Formasi Ungar sampai ke arah tinggian dari Blok Tanimbar
dengan lapangan gas Blok Tangguh di Cekungan Bintuni). Lead dan Prospect, dengan total
(berupa pinchout dari formasi berumur Jura ini sudah terbukti dengan lapangan gas Blok
speculative resources untuk play gas 315,43 BCF pada P95; 141,94 BCF pada P50; dan 63,87
Tangguh di Cekungan Bintuni). Lead dan Prospect, dengan total speculative resources
BCFpada P10.
untuk play gas 315,43 BCF pada P95; 141,94 BCF pada P50; dan 63,87 BCFpada P10.
Tabel 111. Data Analisis Pada Wilayah Kerja Migas Aru-Tanumbar
Tabel 111. Data Analisis Pada Wilayah Kerja Migas Aru-Tanumbar

LAMPIRAN

183
Gambar 84. Speculative Resources for Gas Aru-Tanimbar
Gambar 84. Speculative Resources for Gas Aru-Tanimbar

3. Rekomendasi Wilayah Kerja Migas Seram Barat


3. Rekomendasi Wilayah Kerja Migas Seram Barat
Seram secara administrasi termasuk Provinsi Maluku. Sebagian besar daerah
Seram secara administrasi termasuk Provinsi Maluku. Sebagian besar daerah penelitian
penelitian menempati Kabupaten Seram Timur, Kabupaten Maluku Tengah dan sebagian
menempati Kabupaten Seram Timur, Kabupaten Maluku Tengah dan sebagian kecil Kabupaten
kecil Kabupaten Seram Barat. Hasil dari penelitian lapangan, tersusun dari tujuh formasi
Seram Barat. Hasil dari penelitian lapangan, tersusun dari tujuh formasi utama yaitu Batuan
utama yaitu Batuan Metamorf, Formasi Kanikeh, Formasi Manusela, Formasi Saman-
Metamorf, Formasi Kanikeh, Formasi Manusela, Formasi Saman-Saman, Formasi Sawai, Anggota
Saman, Formasi Sawai, Anggota Kompleks Nief, Formasi Wahai dan Formasi Fufa.
Kompleks Nief, Formasi Wahai dan Formasi Fufa.
Sistem perminyakannya, Batuan induk berada pada Formasi Kanikeh dan
Sistem
Anggota perminyakannya,
Saman-saman FormasiBatuan induk
Manusela. berada
Formasi pada Formasi
Kanikeh Kanikeh Tmax
TOC 0,05-3,73%; dan Anggota
367-
518 oC (belum
Saman-saman matang-terlalu
Formasi Manusela. matang); Hidrogen
Formasi Kanikeh TOCIndeks (HI) antara
0,05-3,73%; Tmax7-15 (berpotensi
367-518 oC (belum
gas (gas prone).
matang-terlalu Anggota
matang); Saman-saman,
Hidrogen TOC
Indeks (HI) 0,08-0,92%;
antara Tmax 443-554
7-15 (berpotensi gas (gas oC (matang-
prone). Anggota
Saman-saman, TOCHidrogen
terlalu matang); IndexTmax
0,08-0,92%; (HI) 72 {berpotensi
443-554 gas (gas prone)}.
oC (matang-terlalu Analisis
matang); maceral
Hidrogen Index
menunjukkan
(HI) hasil detrovitrinit
72 {berpotensi (densinite)
gas (gas prone)}. 1,2%, Telo-inertinite
Analisis (fusinite) 0,2%,
maceral menunjukkan hasil pirit 0,1%
detrovitrinit
dan mineral
(densinite) lempung
1,2%, 98,5%. Hasil
Telo-inertinite analisis
(fusinite) inipirit
0,2%, dapat digunakan
0,1% dalam
dan mineral triplot 98,5%.
lempung distribusi
Hasil
tipe maceral,
analisis menghasilkan
ini dapat gas (gas
digunakan dalam prone;
triplot kerogen
distribusi tipetipe 3). menghasilkan gas (gas prone;
maceral,
Batuan
kerogen tipe 3). reservoir, adalah Formasi Kanikeh (batupasir) memiliki porositas yang
baik, over pressure menyebabkan permeable kurang baik serta mengurangi pori-
Batuan reservoir, adalah Formasi Kanikeh (batupasir) memiliki porositas yang baik,
pori. Formasi Manusela (batugamping) memiliki pori dari rongga-rongga batuan dan
over pressure menyebabkan permeable kurang baik serta mengurangi pori-pori. Formasi
rekahan-rekahan. Formasi Wahai (bagian atas; batupasir kerikilan-konglomeratan) dan
Manusela (batugamping) memiliki pori dari rongga-rongga batuan dan rekahan-rekahan.
Formasi Fufa (Konglomerat), berperan sebagai batuan sarang karena memiliki porositas
Formasi Wahai (bagian atas; batupasir kerikilan-konglomeratan) dan Formasi Fufa
dan permeabilitas yang cukup baik.
(Konglomerat), berperan sebagai batuan sarang karena memiliki porositas dan permeabilitas
Batuan penutup, adalah Formasi Wahai atau Kola dan sebagian Formasi Kanikeh
yang cukup baik.
berupa serpih dan terletak di atas Formasi Manusela merupakan batuan penutup yang

184
Gambar85.
Gambar 85.Hasil
Hasil Analisis
Analisis Potensi
PotensiBatuan
BatuanInduk di Area
Induk Seram
di Area Seram

Batuan penutup, adalah Formasi Wahai atau Kola dan sebagian Formasi Kanikeh
baik.Perangkap hidrokarbon, adalah struktur sesar anjak yang diikuti dengan pola
berupa serpih dan terletak di atas Formasi Manusela merupakan batuan penutup yang
perlipatan. Hal ini memberikan kemungkinan terperangkapnya hidrokarbon pada
baik.Perangkap hidrokarbon, adalah struktur sesar anjak yang diikuti dengan pola perlipatan.
bentuk-bentuk struktur tersebut, selain terdapatnya ketidakselarasan pada runtunan
Hal ini memberikan kemungkinan terperangkapnya hidrokarbon pada bentuk-bentuk struktur
batuan Mesozoik.
tersebut, Tipe perangkap
selain terdapatnya ini yangpada
ketidakselarasan berlaku padabatuan
runtunan Mesozoic play.Tipe
Mesozoik. Perangkap pada
perangkap
sistem
ini yangQuaternary
berlaku padaplay adalah
Mesozoic play.stratigrafi, yaitusistem
Perangkap pada minyak terperangkap
Quaternary pada
play adalah batupasir
stratigrafi,
yang
yaituwedging out dan batugamping.
minyak terperangkap pada batupasir yang wedging out dan batugamping.

4. Rekomendasi Wilayah Kerja Migas Biak-Numfor


4. Rekomendasi Wilayah Kerja Migas Biak-Numfor
Secara administratif terletak di Kabupaten Supiori dan Kabupaten Biak-Numfor,
Secara administratif terletak di Kabupaten Supiori dan Kabupaten Biak-Numfor,
Provinsi Papua. Penyusun formasi batuannya antaralain, Batuan Malihan Korido, Formasi
Provinsi Papua. Penyusun formasi batuannya antaralain, Batuan Malihan Korido, Formasi
Auwewa, Formasi Wainukendi, Formasi Wafordori, Formasi Napisendi, Formasi Korem,
Auwewa, Formasi Wainukendi, Formasi Wafordori, Formasi Napisendi, Formasi Korem,
Formasi Wardo, Formasi Mokmer, Endapan pantai.
Formasi Wardo, Formasi Mokmer, Endapan pantai.
Sistem Perminyakan, Batuan induk berupa napal dari Formasi Wainukendi
memilikiSistem Perminyakan,
nilai TOC Batuan induk berupa
0,90%, menunjukkan napal
organik dari Formasi
material Wainukendi
dari napal tersebutmemiliki
termasuk
nilai TOC 0,90%, menunjukkan organik material dari napal tersebut termasuk dalam kerogen
dalam kerogen tipe III (gas prone potential), dengan potensi hidrokarbon cukup baik.
tipe III (gas prone potential), dengan potensi hidrokarbon cukup baik. Hasil analisis geokimia
Hasil analisis geokimia organik dari serpih dan napal dari Formasi Wafordori dan
organik dari serpih dan napal dari Formasi Wafordori dan Napisendi menunjukkan nilai TOC
Napisendi menunjukkan nilai TOC berkisar antara 0,52 % - 1,38% , dari hasil plot diagram
berkisar antara 0,52 % - 1,38% , dari hasil plot diagram analisis untuk batuan induk
analisis untuk batuan induk menunjukkan organik material termasuk dalam kerogen
menunjukkan organik material termasuk dalam kerogen tipe III (gas prone potential), dengan
tipe III (gas prone potential), dengan potensi hidrokarbon cukup baik.
potensi hidrokarbon cukup baik.
LAMPIRAN

Batuan reservoir, adalah batugamping Napisendi umumnya berupa


Batuan reservoir, adalah batugamping Napisendi umumnya berupa batugamping
batugamping grainstone, unit batuan ini diendapkan pada lingkungan shallow water
grainstone, unit batuan ini diendapkan pada lingkungan shallow water carbonate environment,
carbonate environment, yaitu pada open shelf. Jenis porositas yang ditemui pada
batuan ini yaitu intergranular porosity, vuggy porosity dan channeled fracture. Hasil
analisis porositas batuan yang dilakukan menunjukkan hasil baik hingga sangat baik.

185
yaitu pada open shelf. Jenis porositas yang ditemui pada batuan ini yaitu intergranular porosity,
vuggy porosity dan channeled fracture. Hasil analisis porositas batuan yang dilakukan
menunjukkan hasil baik hingga sangat baik. Batugamping Wardo dan Batugamping Mokmer
Batugamping Wardo dan Batugamping Mokmer umumnya berupa batugamping
umumnya berupa batugamping packstone sampai rudstone dengan bersifat chalky. Unit batuan
packstone sampai rudstone dengan bersifat chalky. Unit batuan ini diendapkan pada
ini diendapkan pada lingkungan deep water carbonate environment, yaitu fasies slope to to
lingkungan
margin deep Hasil
reef facies. wateranalisis
carbonate environment,
porositas yaituhasil
menunjukkan fasies slope
yang to tobaik
sangat margin
yangreef
jugafacies.
Hasil analisis
diperkirakan dariporositas menunjukkan
porositas sekunder hasil
dari unit yang sangat
batugamping baik
tersebut. yangbatuan
Potensi juga reservoir
diperkirakan
dari
di porositas
Cekungan Biaksekunder
yaitu padadari unit batugamping
batugamping tersebut.
pada lingkungan Potensihingga
laut dangkal batuan
lautreservoir
dalam di
Cekungan
(slope). Hal iniBiak yaitu
dapat pada oleh
disebabkan batugamping
kemunculan pada lingkungan
porositas lautterbentuk
sekunder yang dangkalpada
hingga
saat laut
dalam (slope).
diagenesa. Hal ini dapat disebabkan oleh kemunculan porositas sekunder yang
terbentuk pada saat diagenesa.
Batuan penutup, adalah batulempung dan batulanau dari Formasi Wainukendi, Formasi
Wafordori, Batuan
Formasi penutup,
Napisendi,adalah
Formasibatulempung dan batulanau
Wardo, dan Formasi dari Formasi
Korem. Batuan Wainukendi,
ini disusun oleh
Formasi
lumpur Wafordori,
karbonat denganFormasi Napisendi,
matriks lumpur Formasi
karbonat Wardo,
bercampur dan Formasi
tak terpisahkan Korem.
dengan Batuan
mineral
ini disusun
lempung, olehsangat
sehingga lumpur
baik karbonat dengan
sebagai lapisan matriks
penutup. lumpur karbonat bercampur tak
terpisahkan dengan mineral lempung, sehingga sangat baik sebagai lapisan penutup.

Gambar 86.86.
Gambar Analisis
AnalisisPotensi
PotensiBatuan
Batuan Induk Biak-Numfor
Induk Biak-Numfor

5. Rekomendasi
5. Rekomendasi Wilayah
Wilayah Kerja
Kerja Migas Migas(Blok
Bintuni Bintuni (Blok Maybrat)
Maybrat)
Secara administratif terletak di bagian selatan Kepala Burung, Papua Barat dan
Secara administratif terletak di bagian selatan Kepala Burung, Papua Barat dan berada
berada di Kabupaten Maybrat, Provinsi Papua Barat. Hasil dari penelitian lapangan dan
di Kabupaten Maybrat, Provinsi Papua Barat. Hasil dari penelitian lapangan dan pengolahan
pengolahan data gayaberat, anomali gayaberat di daerah Maybrat ini berkisar antara
data gayaberat, anomali gayaberat di daerah Maybrat ini berkisar antara 40 mGal sampai 76
40 mGal sampai 76 mGal dan daerah yang berpotensi terdapat akumulasi hidrokarbon
mGal dan daerah yang berpotensi terdapat akumulasi hidrokarbon terletak pada bagian timur
terletak pada bagian timur di daerah Maybrat.
di daerah Maybrat.
Dari sembilan kegiatan rekomendasi WK migas, wilayah yang dinilai potensial
antaralain
DariWK Migas kegiatan
sembilan Non Konvensional
rekomendasi(MNK) Kutai, wilayah
WK migas, WK Migas Buru,
yang WK potensial
dinilai Migas Sahul,
WK MigasWK
antaralain Aru-Tanimbar, WK Migas (MNK)
Migas Non Konvensional Bintuni. Hal WK
Kutai, tersebut
Migas dinilai
Buru, WKdariMigas
kelengkapan
Sahul, WK data
Migas
yang Aru-Tanimbar, WK Migas Bintuni.
dimiliki dan perhitungan leadHal
andtersebut dinilai
prospect yang dari kelengkapan data yang dimiliki
baik.
dan perhitungan leadkegiatan
Khusus and prospect yang baik.
pengambilan dan pengumpulan serta pengolahan data
seismik 2D di Laut Arafura Bagian Selatan, Selaru, dan Buru, yang meliputi wilayah
Provinsi Papua, Provinsi Maluku, dan Provinsi Maluku Utara masing – masing sepanjang
1600 Km. Untuk kegiatan seismik 2D selanjutnya sosialisasi dan scouting lintasan
sebaiknya selesai dilaksanakan sebelum kick off meeting atau mobilisasi untuk
mengurangi kemungkinan adendum ketika proses akuisisi sudah dimulai. Diperlukan

186
seismik 2D selanjutnya
Khusussosialisasi dan scouting
kegiatan pengambilan lintasan sebaiknya
dan pengumpulan selesai
serta pengolahan dilaksanakan
data seismik 2D di sebelum
kick off meeting atauBagian
Laut Arafura mobilisasi untuk
Selatan, Selaru, danmengurangi kemungkinan
Buru, yang meliputi wilayah Provinsiadendum ketika proses
Papua, Provinsi
Maluku, dan Provinsi Maluku Utara masing – masing sepanjang 1600 Km. Untuk kegiatan
akuisisi sudah dimulai. Diperlukan penegasan dalam kontrak mengenai pembayaran ganti rug
seismik 2D selanjutnya sosialisasi dan scouting lintasan sebaiknya selesai dilaksanakan sebelum
kepada nelayan
kick apabila ada
off meeting rumpon
atau yang
mobilisasi disingkirkan
untuk dibebankan
mengurangi kemungkinan kepada
adendum penyedia
ketika proses jasa.
penegasan dalam kontrak mengenai pembayaran ganti rugi kepada nelayan apabila
akuisisi sudah dimulai. Diperlukan penegasan dalam kontrak mengenai pembayaran ganti rugi
ada kepada
rumpon yang disingkirkan dibebankan kepada penyedia jasa.
nelayan apabila ada rumpon yang disingkirkan dibebankan kepada penyedia jasa.

Gambar 87. Tinjauan Kepala Badan Geologi di pelabuhan Ambon 7 April 2017
Gambar 87. Tinjauan Kepala Badan Geologi di pelabuhan Ambon 7 April 2017
Gambar 87. Tinjauan Kepala Badan Geologi di pelabuhan Ambon 7 April 2017

LAMPIRAN

Gambar
Gambar 88.88. Contoh
Contoh Final
Final Stack
Stack Akuisisi
Akuisisi Seismik
Seismik 2D Arafura
2D Arafura Selatan,
Selatan, Buru
Buru dan dan Selaru
Selaru

B. Capaian Kinerja Penyiapan Data Wilayah Kerja (WK) Panas Bumi


187
Kegiatan rekomendasi wilayah kerja Panas Bumi ini merupakan upaya Kementerian
ESDMdalam menyukseskan kegiatan Prioritas Nasional pembanguan PLTP. Dalam RPJMN 2015-
B. Capaian Kinerja
Gambar Penyiapan
88. Contoh Data
Final Stack Wilayah
Akuisisi SeismikKerja (WK)
2D Arafura Panas
Selatan, Bumi
Buru dan Selaru

Kegiatan rekomendasi wilayah kerja Panas Bumi ini merupakan upaya


Kementerian
B. Capaian ESDMdalam
Kinerja Penyiapan menyukseskan
Data kegiatan
Wilayah Kerja (WK) Prioritas
Panas Bumi Nasional pembanguan PLTP.
Dalam RPJMN 2015-2019 disebutkan, salah satu Sektor Unggulan Dimensi Program
Kegiatan rekomendasi wilayah kerja Panas Bumi ini merupakan upaya Kementerian
Prioritas Nasional,
ESDMdalam yaknikegiatan
menyukseskan Kedaulatan Energi
Prioritas dan Ketenagalistrikan.
Nasional Pada 2015
pembanguan PLTP. Dalam RPJMNpemerintah
2015-
menetapkan
2019 disebutkan,Kebijakan
salah satuEnergi
Sektornasional
Unggulan(KEN) dengan
Dimensi target
Program percepatan
Prioritas pemanfaatan
Nasional, yakni
EBT 23%Energi
Kedaulatan tahundan
2025 dari 5% pada Pada
Ketenagalistrikan. tahun 2015.
2015 Programmenetapkan
pemerintah KEN tersebut juga merupakan
Kebijakan Energi
tindaklanjut
nasional Pembangunan
(KEN) dengan Program
target percepatan Pembangkit
pemanfaatan Listrik
EBT 23% 35.000
tahun 2025MWe pada
dari 5% 2019.
pada tahunSelain
itu Program
2015. pada tahun
KEN 2017 juga
tersebut jugatelah ditetapkan
merupakan Peraturan
tindaklanjut Pemerintah
Pembangunan No. Pembangkit
Program 59 tahun 2017
tentang
Listrik Pembangunan
35.000 Berkelanjutan
MWe pada 2019. (Sustainable
Selain itu pada Development
tahun 2017 Goal, SDGs),
juga telah ditetapkan yang salah
Peraturan
Pemerintah No. 59 prioritas
satu kegiatan tahun 2017nasionalnya
tentang Pembangunan BerkelanjutanPembangunan
berupa percepatan (Sustainable Development
Pembangkit
Goal, SDGs),
listrik yangpanas
Tenaga salah satu
Bumikegiatan
(PLTP). prioritas nasionalnya berupa percepatan Pembangunan
Pembangkit listrik Tenaga panas Bumi (PLTP).
Kegiatan rekomendasi wilayah kerja panas bumi tahun 2017 ditargetkan
3 (tiga) rekomendasi
Kegiatan danwilayah
rekomendasi terlaksana 100%. bumi
kerja panas Kinerja kegiatan
tahun rekomendasi
2017 ditargetkan wilayah
3 (tiga)
rekomendasi danBumi
kerja Panas terlaksana
pada100%.
tahunKinerja
2017kegiatan rekomendasi wilayah
tidak mendapatkan kerjayang
kendala Panasberarti,
Bumi pada
dimana
tahun 2017 tidaktercapai
realisasinya mendapatkan kendala yang berarti, dimana realisasinya tercapai 100%.
100%.
Tabel 112. Rekomendasi
Tabel Wilayah
112. Rekomendasi Kerja
Wilayah KerjaPanas Bumi
Panas Bumi

Data Cadangan
Usulan WK Panas Bumi Luas (Km2)
Geosain Terduga (MWe)

Waesano, Kabupaten Manggarai Barat, GL,GK,GF,


421 152
Provinsi NTT MT,LS

Sumani, Kabupaten Solok, Provinsi GL,GK,GF, MT,


150 52
Sumatera Barat LS

Cubadak-Panti-Simisuh, Kabupaten GL,GK,GF, MT,


155 103
Pasaman, Provinsi Sumatera Barat LS

188
Gambar 89. Peta Usulan Wilayah Kerja Panas Bumi Waesano
Gambar 89.89.
Gambar Peta Usulan
Peta UsulanWilayah
WilayahKerja
KerjaPanas
Panas Bumi Waesano
Bumi Waesano

Gambar
Gambar
Gambar 90. 90.
90. PetaPeta Usulan
Usulan
Usulan Wilayah
Wilayah
Wilayah Kerja
Kerja
Kerja Panas
Panas
Panas Bumi
Bumi
Bumi Sumami
Sumami
Sumami

LAMPIRAN

Gambar 91. Peta Usulan Wilayah Kerja Panas Bumi Cubadak-Panti-Simisuh


Gambar 91. Peta Usulan Wilayah Kerja Panas Bumi Cubadak-Panti-Simisuh

Pada tahun 2017 juga Ada 3 WK189


panas Bumi telah ditindaklanjuti oleh Dirjen EBTKE
diajukan ke Menteri ESDM dan ditetapkan sebagai Wilayah Kerja Panas Bumi sebanyak 2 WKP,
yakni: WKP Gunung Sirung, Pantar-Kabupaten Alor, Provinsi Nusa Tenggara Timur dan WKP
Pada tahun 2017 juga Ada 3 WK panas Bumi telah ditindaklanjuti oleh
Dirjen EBTKE diajukan ke Menteri ESDM dan ditetapkan sebagai Wilayah Kerja Panas
Bumi sebanyak 2 WKP, yakni: WKP Gunung Sirung, Pantar-Kabupaten Alor, Provinsi
Nusa Tenggara Timur dan WKP Wapsalit, Kabupaten Buru, Provinsi Maluku. Kedua
WKP tersebut pada awal tahun 2017 oleh Dirjen EBTKE dilakukan lelang WKP untuk
ditawarkan kepada investor pengusahaan Panas Bumi untuk percepatan pemanfaatan
Panas Bumi.
C. Rekomendasi Wilayah Kerja (WK) Coalbed Methane (CBM)
Capaian kinerja indikator ini berupa usulan rekomendasi 1 WK CBM yaitu, di
daerah Pelalawan, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau dengan luas daerah 1.177 Km2,
terdapat 10 seam batubara dengan ketebalan anatar 0,1 – 3,2 meter dengan nilai kalori
<6100 kcal/gw (merupakan batubara kalori sedang).

Gambar
Gambar92.
92.Peta
PetaRekomendasi
RekomendasiWilayah KerjaKerja
Wilayah CBMCBM
di Daerah Pelalawan
di Daerah Pelalawan

Wilayah prospek GMB di daerah Pelalawan terdapat formasi pembawa batubara yaitu
Formasi Petani berumur Miosen Tengah – Miosen Akhir. Ketebalan batubara hingga 3,2 meter,
dengan nilai kalori batubara sedang (< 6.100 kal/gr). Data dari Ditjen Migas memperlihatkan selain
Wilayah prospek GMB di daerah Pelalawan terdapat formasi pembawa
Formasi Petani dengan coal Zone A dan Zone B, terdapat 2 coal zone yang berada di Formasi Lakat
batubara yaitu Formasi Petani berumur Miosen Tengah – Miosen Akhir. Ketebalan
dan Formasi Tualang yang berumur Oligo-Miosen berada pada kedalaman > 670 meter. Kemiringan
batubara hingga 3,2 meter, dengan nilai kalori batubara sedang (< 6.100 kal/gr). Data
perlapisan memiliki arah baratlaut - tenggara, dengan kemiringan yang cukup landai ke arah
dari Ditjen Migas
timurlaut.Lapisan memperlihatkan
batubara semakin dalamselain
kearah Formasi Petani
daerah prospek, denganberkisar
kedalaman coal Zone dan Zone B,
antaraA100
terdapat 2 coal
– 700 meter zone yang
yang merupakan beradaideal
kedalaman di Formasi
GMB. Lakat dan Formasi Tualang yang berumur
Oligo-Miosen berada pada kedalaman > 670 meter. Kemiringan perlapisan memiliki
D.arah baratlaut
Rekomendasi - tenggara,
Wilayah dengan
Kerja (WK) kemiringan
Batubara yang cukup landai ke arah timurlaut.
Kegiatan penyelidikan wilayah kerja batubara tahun 2017 menyasar wilayah Provinsi
Lapisan batubara semakin dalam kearah daerah prospek, kedalaman berkisar antara
Sumatera Selatan, Sulawesi Barat dan Jambi. Penyelidikan di ketiga wilayah provinsi ini diharapkan
100 – 700 meter yang merupakan kedalaman ideal GMB.
menambah pembendaharaan neraca Sumber Daya Alam Batubara Indonesia secara umum dan juga
dapat memperkaya neraca potensi investasi secara khusus di Provinsi Sumatera Selatan dan
190 keluaran berupa usulan rekomendasi 10 WK
Sulawesi Barat. Capaian kinerja kegiatan ini diperoleh
batubara dengan rincian lokasi sebagai berikut:
D. Rekomendasi Wilayah Kerja (WK) Batubara
Kegiatan penyelidikan wilayah kerja batubara tahun 2017 menyasar wilayah
Provinsi Sumatera Selatan, Sulawesi Barat dan Jambi. Penyelidikan di ketiga wilayah
provinsi ini diharapkan menambah pembendaharaan neraca Sumber Daya Alam
Batubara Indonesia secara umum dan juga dapat memperkaya neraca potensi investasi
secara khusus di Provinsi Sumatera Selatan dan Sulawesi Barat. Capaian kinerja kegiatan
ini diperoleh keluaran berupa usulan rekomendasi 10 WK batubara dengan rincian
lokasi sebagai berikut:
Tabel 113. Usulan Wilayah Izin Usaha Pertambangan (WIUP) Batubara
Tabel 113. Usulan Wilayah Izin Usaha Pertambangan (WIUP) Batubara

Sumberdaya
No Usulan WIUP Luas (Ha)
(Juta Ton)

Blok Batanghari Leko, Kabupaten Musi


1 19.954 65,23
Banyuasin, Sumatera Selatan

Blok Batuputih, Kabupaten Ogan Komering Ulu,


2 2.359 19,87
Sumatera Selatan

Blok Bonehau, Kabupaten Mamuju, Provinsi


3 1.032 7,40
Sulawesi Barat

Blok Kalumpang, Kabupaten Mamuju, Provinsi


4 1.521 0,75
Sulawesi Barat

Blok Kungkilan, Kabupaten Ogan Komering Ulu,


5 1.373 5,27
Sumatera Selatan

Blok Pauh, Kabupaten Sarolangun, Provinsi


6 Jambi dan Kabupaten Musi Banyuasin dan Musi 5.963 32,86
Rawas, Provinsi Sumatera Selatan.

6,61
Blok Penyandingan, Kabupaten Ogan Komering
7 1.292
Ulu, Sumatera Selatan

Blok Rawas, Kabupaten Sarolangun, Provinsi


8 Jambi dan Kabupaten Musi Banyuasin dan Musi 17.779 174,06
Rawas, Provinsi Sumatera Selatan

Blok Tanjung Dalam, Kabupaten Musi Banyuasin,


9 8.064 15,92
Provinsi Sumatera Selatan

Blok Bungo, Kecamatan Rantau Pandan,


3.322 45,33
LAMPIRAN

10 Kabupaten Bungo, Provinsi Jambi

191
Gambar 93. Peta Lokasi Usulan WIUP Batubara Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2017
Gambar 93. Peta Lokasi Usulan WIUP Batubara Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2017

Gambar 93. Peta Lokasi Usulan WIUP Batubara Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2017

Gambar 94. Peta Lokasi Usulan WIUP Batubara di Provinsi Sulawesi Barat, Tahun 2017.

Gambar 94. Peta Lokasi Usulan WIUP Batubara di Provinsi Sulawesi Barat, Tahun 2017.
Gambar 94. Peta Lokasi Usulan WIUP Batubara di Provinsi Sulawesi Barat, Tahun 2017.

192
Daerah usulan WIUP batubara di Provinsi Sumatera Selatan merupakan lapisan
batubara dari Formasi Muaraenim berumur Miosen yang dapat dibedakan menjadi
empat anggota formasi (diurutkan berdasarkan umur tua – muda) yaitu, Muara Enim
1 (M1), Muara Enim 2 (M2), Muara Enim 3 (M3) dan Muara Enim 4 (M4). Batubara pada
Formasi Muaraenim merupakan batubara peringkat rendah hingga sedang, akan tetapi
ketebalan lapisan batubara dapat mencapai 24 meter.
Daerah usulan WIUP batubara di Provinsi Jambi, Kabupaten Bungo merupakan
Daerah usulan WIUP batubara di Provinsi Sumatera Selatan merupakan lapisan batubara
lapisan batubara
dari Formasi dari Formasi
Muaraenim Rantauikil
berumur Miosen berumur
yang dapat Miosen.
dibedakan menjadiBatubara dariformasi
empat anggota formasi ini
memiliki ketebalan
(diurutkan hingga
berdasarkan 8,5– meter,
umur tua dengan
muda) yaitu, Muara nilai
Enim 1kalori batubara
(M1), Muara Enim 24.700 – 6.300 kal/
(M2), Muara
Enim 3Daerah
gr (adb). (M3) danusulan
Muara Enim 4 (M4).
lainnya yangBatubara
beradapada
di Formasi Muaraenim
Kabupaten merupakan
Sarolangun batubaralapisan
memiliki
peringkat rendah hingga sedang, akan tetapi ketebalan lapisan batubara dapat mencapai 24 meter.
batubara dari Formasi Muaraenim dengan ketebalan hingga 12 meter, dengan nilai
Daerah usulan WIUP batubara di Provinsi Jambi, Kabupaten Bungo merupakan lapisan
kalori batubara berkisar 5.500 kal/gr (adb).
batubara dari Formasi Rantauikil berumur Miosen. Batubara dari formasi ini memiliki ketebalan
Daerah
hingga 8,5 meter, usulan WIUP
dengan nilai batubara
kalori di Provinsi
batubara 4.700 Sulawesi
– 6.300 kal/gr (adb).Barat
Daerahmerupakan
usulan lainnyalapisan
batubara daridiFormasi
yang berada KabupatenToraja berumur
Sarolangun memilikiEosen. Daerahdari
lapisan batubara Bonehau memilikidengan
Formasi Muaraenim empat blok
prospek dengan
ketebalan ketebalan
hingga 12 batubara
meter, dengan hingga
nilai kalori batubara3berkisar
meter.5.500
Batubara daerah ini merupakan
kal/gr (adb).
Daerah usulan WIUP batubara di Provinsi Sulawesi Barat merupakan lapisan batubara dari
batubara high volatile bituminous. Daerah Kalumpang memiliki lapisan batubara hingga
Formasi Toraja berumur Eosen. Daerah Bonehau memiliki empat blok prospek dengan ketebalan
4 meter dengan nilai kalori batubara hingga 7.600 kal/gr (adb). Daerah usulan WIUP
batubara hingga 3 meter. Batubara daerah ini merupakan batubara high volatile bituminous. Daerah
batubara Provinsi Sulawesi Barat merupakan batubara dari kalori tinggi sehingga
Kalumpang memiliki lapisan batubara hingga 4 meter dengan nilai kalori batubara hingga 7.600
menarik
kal/gr untuk dapatusulan
(adb). Daerah dikembangkan.
WIUP batubara Provinsi Sulawesi Barat merupakan batubara dari
kalori tinggi sehingga menarik untuk dapat dikembangkan.

E. Rekomendasi Wilayah Izin Usaha Pertambangan (WIUP) Mineral


E. Rekomendasi Wilayah Izin Usaha Pertambangan (WIUP) Mineral
Capaian Kinerja WIUP Mineral berupa 11 rekomendasi WIUP Mineral dari target
Capaian Kinerja WIUP Mineral berupa 11 rekomendasi WIUP Mineral dari target 10
10 rekomendasi. Adapun rincian realisasinya terlampir di tabel berikut.
rekomendasi. Adapun rincian realisasinya terlampir di tabel berikut.

Tabel 114.Wilayah
Tabel 114. WilayahUsaha
UsahaPertambangan
Pertambangan (WIUP)Mineral
(WIUP) Mineral

Nama Wilayah
Luas
No. Komoditas Keterangan
Blok Kabupaten Provinsi Daerah

Hasil analisis dari batuan


Lingga Mandailing Sumatera 2.208,30 menunjukkan kandungan
1 Emas
Bayu Natal Utara Ha unsur Au = 0,3 s.d 1,41
ppm

Hasil analisis dari batuan


Bahadopi Sulawesi 1.900,57 hasil pemboran
2 Morowali Nikel
Utara Tengah Ha menunjukkan kandungan
Ni tertinggi hingga 8,1%
LAMPIRAN

Hasil analisis dari batuan


hasil pemboran
Bahadopi Sulawesi 4.820,00
Morowali Nikel menunjukkan kandungan
3
Selatan Tengah Ha
Ni tertinggi hingga 3,8%

193
Nama Wilayah
Luas
No. Komoditas Keterangan
Blok Kabupaten Provinsi Daerah

Hasil analisis dari batuan


hasil pemboran
menunjukkan kandungan
Sulawesi 3.170,00 Ni tertinggi hingga 3,29%
4 Latao Kolaka Utara Nikel
Tenggara Ha dan dari pengambilan
conto tanah memiliki
kandungan Ni tertinggi
hingga 3,52%

Hasil analisis dari batuan


Sulawesi 5.900,00 hasil pemboran
5 Sua – Sua Kolaka Utara Nikel
Tenggara Ha menunjukkan kandungan
Ni tertinggi hingga 3,8%

Hasil analisis dari batuan


Konawe Sulawesi 1.680,00 hasil pemboran
6 Matarape Nikel
Utara Tenggara Ha menunjukkan kandungan
Ni tertinggi hingga 7,69%

Hasil analisis dari batuan


Sulawesi 1.199,64 hasil pemboran
7 Kolonodale Morowali Nikel
Tengah Ha menunjukkan kandungan
Ni tertinggi hingga 7,67%

Hasil analisis dari batuan


singkapan menunjukkan
Musi Rawas Sumatera 6.707,16
8 Ulu Rawas Bijih Besi kandungan Fe total rata -
Utara Selatan Ha
rata dari 27 conto sebesar
67,76%.

Kepulauan 311,279 TDH rata - rata timah


9 Blok 3 Lingga Timah
Riau Ha adalah 0,488kg/m3

Nilai kelas tertinggi untuk


senyawa ZrO2 berkisar
Kotawaringin Kalimantan 2.541,10
10 Sebabi Zirkon antara 57,9% - 60,3% dan
Timur Tengah Ha
kelas terendah berkisar
antara 35,6% - 38,0%

Nusa Tenggara Senyawa MgO berkisar


Blok 1 Lembata Dolomit 165,00 Ha
11 Timur antara 11,88% - 18,59%

194
Gambar 95.
Gambar 95. Peta Rekomendasi Wilayah Ijin Usaha Pertambangan (WIUP) Sumber Daya Mineral Logam
Peta Rekomendasi Wilayah Ijin Usaha Pertambangan (WIUP) Sumber Daya Mineral Logam Indonesia, Tahun 2017
Indonesia, Tahun 2017

Hasil evaluasi wilayah keprospekan yang dilakukan KESDM ini diharapkan


Hasil evaluasi wilayah keprospekan yang dilakukan KESDM ini diharapkan dapat dijadikan
dapat dijadikan sebagai WIUP/WIUPK untuk tahapan IUP eksplorasi yang akan dilelang
sebagai WIUP/WIUPK untuk tahapan IUP eksplorasi yang akan dilelang oleh pemerintah, sehingga
oleh pemerintah, sehingga dapat menarik investor datang di wilayah tersebut untuk
dapat menarik investor datang di wilayah tersebut untuk melakukan usaha pertambangan mineral.
melakukan usaha pertambangan mineral. Dilihat dari segi potensi masing-masing blok
Dilihat dari segi potensi masing-masing blok yang diusulkan, setiap blok memiliki potensi yang
yang diusulkan, setiap blok memiliki potensi yang sama untuk dikembangkan, sehingga
sama untuk dikembangkan, sehingga pemerintah daerah diharapkan agar memanfaatkan peluang
pemerintah daerah diharapkan agar memanfaatkan peluang ini dengan baik sehingga
ini dengan baik sehingga proses lelang dapat terlaksana sesuai koridor yang berlaku.
proses lelang dapat terlaksana sesuai koridor yang berlaku.

LAMPIRAN

195
LAMPIRAN II
LAMPIRAN II

PembangunanPLTS
Pembangunan PLTS Tahun
Tahun20172017

KAP. JUMLAH
NO PROVINSI KABUPATEN KECAMATAN DESA
(MWp) SAMBUNGAN

1 Sumatera Kep. Sipora Selatan Bosua 0,050 158


Barat Mentawai

2 Sumatera Kep. Siberut Barat Daya Katurai 0,050 130


Barat Mentawai

3 Sumatera Kep. Siberut Utara Malancan 0,100 246


Barat Mentawai

4 Sumatera Kep. Sikakap Matobe 0,100 303


Barat Mentawai

5 Sumatera Kep. Pagai Selatan Sinaka (Matobat) 0,030 86


Barat Mentawai

6 Sumatera Kep. Pagai Selatan Sinaka 0,050 143


Barat Mentawai (AbanBagaBubuget)

7 Kalimantan Hulu Sungai Batang Alai Timur DatarBatung RT 0,020 77


Selatan Tengah 02&03

8 Kalimantan Nunukan Sembakung Tepian 0,075 159


Utara

9 Kalimantan KutaiTimur Sangkulirang P. Minang 0,050 112


Timur

10 Kalimantan Berau BatuPutih Balikukup 0,100 334


Timur

11 Papua Fak - Fak Karas Maas 0,030 67


Barat

12 Papua Fak - Fak FakfakTimur Urat 0,030 58


Barat

13 Papua Fak - Fak Furwagi Rumbati 0,030 71


Barat

14 Papua Mimika Amar Kawar 0,020 66

15 Papua Raja Ampat Batanta Selatan Amdui 0,030 108


Barat

16 Papua Raja Ampat Waigeo Barat Mutus 0,050 95


Barat Daratan

17 Nusa Alor Mataru Mataru Selatan 0,050 133


Tenggara
Timur

196
KAP. JUMLAH
NO PROVINSI KABUPATEN KECAMATAN DESA
(MWp) SAMBUNGAN

18 Nusa Alor Alor Barat Daya Tribur 0,075 252


Tenggara
Timur

19 Nusa Alor Alor Barat Laut PulauBuaya (P. 0,100 287


Tenggara Buaya)
Timur

20 Nusa Manggarai Boleng Pontianak 0,150 316


Tenggara Barat (PulauLongos)
Timur

21 Sulawesi PangkajeneKe Liukang Mattiro Ujung (P. 0,050 136


Selatan pulauan Tupabbiring Kapoposang)

22 Sulawesi PangkajeneKe Liukang MattiroBaji (P. 0,050 105


Selatan pulauan Tupabbiring Utara Saugi)

23 Sulawesi PangkajeneKe Liukang MattiroWalie 0,100 270


Selatan pulauan Tupabbiring Utara (SamatelluLompo)

24 Sulawesi PangkajeneKe Liukang Kalmas Kalu-Kalukuang (P. 0,075 171


Selatan pulauan Kalukuang II)

25 Sulawesi PangkajeneKe Liukang Kalmas Kalu-Kalukuang (P. 0,075 286


Selatan pulauan Kalukuang III)

26 Sulawesi PangkajeneKe Liukang Tangaya Sabalana (P. 0,050 149


Selatan pulauan Sabalana)

27 Sulawesi PangkajeneKe Liukang Tangaya Sabalana (P. 0,075 258


Selatan pulauan Sanane)

28 Sulawesi KepulauanSel Bontosikuyu Polassi 0,100 338


Selatan ayar

29 Sulawesi KepulauanSel Pasimaranu BatuBingkung 0,150 402


Selatan ayar

30 Sulawesi KepulauanSel Pasimaranu Bonea 0,100 342


Selatan ayar

31 Sulawesi KepulauanSel Pasimaranu Sambali 0,100 388


Selatan ayar

32 Sulawesi KepulauanSel Takabonerate Latondu 0,075 232


Selatan ayar

33 Sulawesi KepulauanSel Takabonerate KhususPasitallu 0,075 160


Selatan ayar
LAMPIRAN

34 Sulawesi Muna Barat Maginti PasiPadangan 0,050 96


Tenggara

35 Sulawesi Muna Barat Tiworo Utara Santigi 0,030 81


Tenggara

197
KAP. JUMLAH
NO PROVINSI KABUPATEN KECAMATAN DESA
(MWp) SAMBUNGAN

36 Sulawesi Takalar Mappakasunggu Rewataya (Dusun 0,050 129


Selatan LantangPeo)

37 Sulawesi Takalar Mappakasunggu Mattirobaji 0,030 100


Selatan (Labbotallua)

38 Sulawesi KepulauanSel Pasimaranu Bonerate 0,150 439


Selatan ayar

39 Sulawesi PangkajeneKe LiukangTuppabiring MattiroWalie 0,030 68


Selatan pulauan Utara (PulauSamatelluBor
ong)

40 Sulawesi Buol Paleleh Lilito 0,030 79


Tengah

41 Sulawesi SiauTaguland SiauTimur Selatan Matole 0,075 141


Utara angBiaro

42 Sulawesi Ueesi KolakaTimur Puurau 0,015 48


Tenggara

43 Sulawesi Ueesi KolakaTimur Konawendepiha 0,015 40


Tenggara

44 Kalimantan Sanggau Jangkang Dusun Dasan 0,030 104


Barat

45 Kalimantan Sanggau Jangkang Dusun Emporas 0,015 40


Barat

46 Kalimantan Sanggau Jangkang Dusun MuaraTingan 0,020 52


Barat

47 Kalimantan Kubu Raya BatuAmpar MuaraTiga 0,075 230


Barat

48 Kalimantan Kubu Raya BatuAmpar SumberAgung 0,100 311


Barat

49 Kalimantan Kubu Raya BatuAmpar Sungai Kerawang 0,150 420


Barat

50 Kalimantan Sintang Ketungau Tengah Dusun Enteloi Hulu 0,030 115


Barat

51 Kalimantan Sintang Ketungau Tengah Dusun 0,030 80


Barat LubukKedang

52 Kalimantan Sintang Ketungau Hulu Sejawak 0,030 115


Barat

TOTAL 3,22 9.126

198
Tabel Pembangunan PLTS Tahun 2017 dengan DAK

KAP. JUMLAH
NO PROVINSI KABUPATEN KECAMATAN DESA
(MWp) SAMBUNGAN

1 Lampung PESAWARAN MargaPunduh PulauPahawang 0,02 56,00

2 Lampung PESAWARAN PunduhPidada Pagar Jaya 0,02 50,00

3 Lampung LAMPUNG LumbokSeminung HenniHarong 0,045 163,00


BARAT

4 Kepulauan BANGKA Payung Ranggung 0,006 30,00


Bangka- SELATAN
Belitung

5 Daerah KULON Kokap Kalirejo 0,005 50,00


Istimewa PROGO
Yogyakarta

6 Bali KARANGASEM Kubu Ban 0,01 20,00

7 Nusa DOMPU Pekat Pekat 0,003 30,00


Tenggara
Barat

8 Nusa DOMPU Pekat Doropeti 0,0038 38,00


Tenggara
Barat

9 Nusa LOMBOK Sembalun Sajang 0,0025 25,00


Tenggara TIMUR
Barat

10 Nusa LOMBOK Sembalun Sembalun Timba Gading 0,0025 25,00


Tenggara TIMUR
Barat

11 Nusa LOMBOK Bayan SambikElen 0,0032 32,00


Tenggara UTARA
Barat

12 Kalimantan SANGGAU Jangkang Selampung 0,02 92,00


Barat

13 Kalimantan SANGGAU Jangkang Selampung 0,015 50,00


Barat

14 Kalimantan KATINGAN Bukit Raya TumbangGaeidanRanganRondan 0,03 224,00


Tengah

15 Kalimantan KATINGAN Katingan Hulu TumbangMahop 0,03 197,00


Tengah

16 Kalimantan BARITO Karau Kuala Malitin 0,015 91,00


Tengah SELATAN

17 Kalimantan KATINGAN Katingan Kuala Sebangau Jaya 0,04 166,00


Tengah
LAMPIRAN

18 Kalimantan TABALONG Bintang Ara Panaan 0,015 85,00


Selatan

19 Sulawesi KONAWE Langgikima Sarimukti 0,025 90,00


Tenggara UTARA

199
KAP. JUMLAH
NO PROVINSI KABUPATEN KECAMATAN DESA
(MWp) SAMBUNGAN

20 Sulawesi WAKATOBI Kaledupa Sombano 0,025 130,00


Tenggara

21 Sulawesi MUNA BARAT TiworoKepulauan Katela 0,04 212,00


Tenggara

22 Sulawesi MUNA BARAT Tiworo Utara Santiri 0,09 458,00


Tenggara

23 Sulawesi MUNA BARAT Kulisusu Barat SoloyAgung 0,015 113,00


Tenggara

24 Sulawesi MUNA BARAT Maginti Kangkunawe 0,075 350,00


Tenggara

25 Sulawesi MUNA Tongkuno UPT Kota Muna 0,01 60,00


Tenggara

26 Sulawesi POLEWALI Allu DesaPuppuring 0,015 100,00


Barat MANDAR

27 Sulawesi MAMUJU Kalumpang Kondobulo 0,015 75,00


Barat

28 Sulawesi MAMASA Aralle DesaBaruru 0,015 60,00


Barat

29 Sulawesi MAMUJU Pasangkayu Pakawa 0,020 150,00


Barat UTARA

30 Maluku HALMAHERA Obi Selatan Desa Mano 0,15 487,00


Utara SELATAN

31 Maluku HALMAHERA Maba Utara DesaWasileo 0,05 190,00


Utara TIMUR

32 Maluku KEPULAUAN Mangoli Barat Waisum 0,02 74,00


Utara SULA

33 Maluku HALMAHERA Obi Selatan DesaLoleo 0,05 147,00


Utara SELATAN

TOTAL 0,901 4.120

Tabel Pembangunan PLTS Tahun 2017 Dengan IPP


Tabel Pembangunan PLTS Tahun 2017 Dengan IPP

KAP. JUMLAH
NO PROVINSI KABUPATEN KECAMATAN DESA
(MWp) SAMBUNGAN

1 NTT Sumba Timur Kanatang HumbaPraing 1 INTERKONEKSI


KE PLN

200
LAMPIRAN III

LAMPIRAN III
Program Konservasi Energi Program Konservasi Energi

1. Audit Energi
1. Audit Energi
a) Direktorat Konservasi Energi Pada Tahun 2017 telah melakukan Audit Energi di
a) Direktorat Konservasi Energi Pada Tahun 2017 telah melakukan Audit Energi di Bangunan
Bangunan Pemerintah sebanyak 10 Objek dengan hasil potensi total penghematan
Pemerintah sebanyak 10 Objek dengan hasil potensi total penghematan biaya energi sebesar
biaya energi sebesar Rp2.834.777.389 atau sebesar 2.566.606 kWh/tahun.
Rp2.834.777.389 atau sebesar 2.566.606 kWh/tahun.
b) Tahun 2016 ini telah dilaksanakan audit energi sebanyak 10 objek bangunan
b) Tahun 2016 ini telah dilaksanakan audit energi sebanyak 10 objek bangunan pemerintah
pemerintah dengan total rekomendasi potensi penghematan energi pertahun
dengan total rekomendasi potensi penghematan energi pertahun sebesar 3.201.329 kWh atau
sebesar 3.201.329 kWh atau setara 3.5 Miliar Rupiah.
setara 3.5 Miliar Rupiah.
c) Tahun 2015 ini telah dilaksanakan audit energi sebanyak 10 objek bangunan
c) Tahun 2015 ini telah dilaksanakan audit energi sebanyak 10 objek bangunan pemerintah
pemerintah dengan total rekomendasi potensi penghematan energi pertahun
dengan total rekomendasi potensi penghematan energi pertahun sebesar 4.109.533 kWh atau
sebesar 4.109.533 kWh atau setara 4.8 Miliar Rupiah.
setara 4.8 Miliar Rupiah.
d) Sedangkan pada tahun 2014 telah dilaksanakan audit energi sebanyak 300 objek
d) Sedangkan pada tahun 2014 telah dilaksanakan audit energi sebanyak 300 objek terdiri 180
terdiri 180 objek industri dan 120 objek bangunan dengan total rekomendasi
objek industri dan 120 objek bangunan dengan total rekomendasi potensi penghematan energi
potensi penghematan energi per tahun sebesar 515 GWh atau setara 390 Miliar
per tahun sebesar 515 GWh atau setara 390 Miliar
e) Dan tahun 2015, telah dilakukan monitoring terhadap hasil pelaksanaan rekomendasi
e) Dan tahun 2015, telah dilakukan monitoring terhadap hasil pelaksanaan rekomendasi audit di
audit di tahun 2014 sebanyak 300 objek dengan menghasilkan penghematan
tahun 2014 sebanyak 300 objek dengan menghasilkan penghematan energi pertahunan
energi pertahunan sebesar 71 GWh atau setara 34 Miliar Rupiah.
sebesar 71 GWh atau setara 34 Miliar Rupiah.
f ) Jumlah peserta audit energi dari tahun 2011 s.d 2017 sebanyak 842 objek terdiri 517
f) Jumlah peserta audit energi dari tahun 2011 s.d 2017 sebanyak 842 objek terdiri 517 objek
objek industri dan 325 objek bangunan.
industri dan 325 objek bangunan.

Tabel 115. Hasil Potensi Penghematan Energi Tahun 2017


Tabel 115. Hasil Potensi Penghematan Energi Tahun 2017
LAMPIRAN

201
2. 2.Investment
Investment Grade Audit (IGA)
Grade Audit (IGA)
IGA dilakukan sebagai bagian dari Kontrak Kinerja Penghematan Energi (Energi Saving
IGA dilakukan sebagai bagian dari Kontrak Kinerja Penghematan Energi (Energi Saving
Performance Contract - ESPC) untuk ESCO. Tahun 2017 telah dilakukan IGA dengan pola
Performance Contract - ESPC) untuk ESCO. Tahun 2017 telah dilakukan IGA dengan pola
kemitraan untuk 7 (tujuh) obyek yaitu:
kemitraan untuk 7 (tujuh) obyek yaitu:
- Kantor Gubernur DKI Jakarta
- Kantor Gubernur DKI Jakarta
- Kantor Kementerian Perindustrian – Jakarta
- Kantor Kementerian Perindustrian – Jakarta
- Gedung Rektorat UGM – DIY
- Gedung Rektorat UGM – DIY
- Gedung Graha Pena – Surabaya
- Gedung Graha Pena
- PT. Multistrada – Surabaya
– Bekasi
- PT.
- Multistrada – Bekasi
PT. Cheil Jeddang – Pasuruan
- PT.
- Cheil Jeddang – –Pasuruan
PT. Purabarutama Jawa Tengah
- PT. Purabarutama – Jawa Tengah
3. Manajer Energi dan Auditor Energi
3. Manajer EnergiEnergi
a. Manajer dan Auditor
adalah Energi
seseorang yang diberikan tugas dan tanggung jawab untuk
a. melakukan
Manajer manajemen
Energi adalah
energiseseorang yang
berdasarkan diberikandan
kompetensi tugas dan tanggung
Auditor jawab
Energi adalah
seseorang yang memilikimanajemen
untuk melakukan kualifikasi tertentu dalam
energi melakukan audit
berdasarkan energi .
kompetensi dan Auditor
b. Persyaratan untuk menjadi
Energi adalah Manajer
seseorang dan memiliki
yang Auditor Energi:
kualifikasi tertentu dalam melakukan
 audit
Syaratenergi .
untuk menjadi Manajer Energi yang berkompeten
• Pendidikan
b. Persyaratan untuk menjadi
Minimal Manajer
Diploma dan
III Teknik Auditor
atau MIPA Energi:

a. Syarat untuk menjadi Manajer Energi yang berkompeten


• Pendidikan Minimal Diploma III Teknik atau MIPA

202
• Masa kerja minimal 5 (lima) tahun untuk DIII, 3 (tiga) tahun untuk S1/S2/
S3
• Mempunyai Pengalaman kerja terkait di bidang pengelolaan energi
minimal 1(satu) tahun
• Peserta Asesmen Kompetensi/Asesi harus menyatakan dirinya kompeten
sebagai calon pemegang sertifikat kompetensi Manajer Energi
b. Syarat untuk menjadi Auditor Energi yang berkompeten
• Pendidikan Minimal Diploma III Teknik atau MIPA
• Masa kerja minimal 5 (lima) tahun untuk DIII, 3 (tiga) tahun untuk S1/S2/
S3
• Mempunyai Pengalaman melakukan audit energi minimal 1(satu) kali
dalam 3(tiga) tahun terakhir
• Peserta Asesmen Kompetensi/Asesi harus menyatakan dirinya kompeten,
sebagai calon pemegang sertifikat kompetensi Auditor Energi
c. Manajer Energi dan Auditor Energi diberikan sertifikasi oleh Lembaga Sertifikasi
Personil (LSP) Himpunan Ahli Konservasi Energi (HAKE) dengan Sistem Sertifikasi
dari Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) sebagai Lembaga Independen
yang bertanggung jawab menyelenggarakan Kompetensi Sertifikasi Kerja.
d. Pada Tahun 2017, HAKE telah melaksanakan menerbitkan sertifikasi kompetensi
manajer energi kepada 110 orang dan sertifikasi kompetensi auditor energi
kepada 121 orang;
e. Sampai dengan Oktober 2017, tercatat jumlah manajer energi yang bersertifikat
kompetensi sebanyak 417 orang dan jumlah auditor energi sebanyak 353 orang.

4. Labelisasi Hemat Energi


a. Saat ini Standar dan label hemat energi peralatan sudah diterapkan pada lampu
swabalast dan Piranti Pengkondisi Udara (AC) dengan terbitnya Peraturan
Menteri ESDM Nomor 18 tahun 2014 tentang Pembubuhan Label Tanda Hemat
Energi untuk Lampu Swabalast dan Permen 7 Tahun 2015 tentang Penerapan
Standard Kinerja Energi Minimum dan Pembubuhan Label Tanda Hemat Energi
untuk Piranti Pengkondisi Udara;
b. Standar untuk Piranti Pengkondisi Udara (AC) dilakukan revisi pada tahun 2017
dikarenakan untuk penyederhanaan perizinan;
c. Sejak dibelakukan hingga Desember 2017, jumlah perusahaan yang sudah
mendapatkan surat ijin untuk mencantumkan Label Tanda Hemat Energi untuk
LAMPIRAN

lampu swabalast adalah sebanyak 25 perusahaan, masing-masing 21 perusahaan


importir dan 4 perusahan produsen dalam negeri, dan total lampu swabalast,
yang sudah mencantumkan Label Tanda Hemat Energi tercatat sebanyak 479,5
juta unit, masing-masing lampu produksi dalam negeri sebanyak 37 juta unit
(7,82 %) dan lampu impor sebanyak 442,5 juta unit (92,18 %);

203
Tabel 116. Perusahaan
Tabel yangyang
116. Perusahaan mendapatkan
mendapatkanizin
izinLabel Tanda
Label Tanda Hemat
Hemat Energi
Energi (Lampu
(Lampu Swaballast)
Swaballast)

Jumlah Jumlah Importir/


No Nama Perusahaan
Merk Produk Produsen
1 PT. Panca Aditya Sejahtera 17 26,779,500 Produsen

2 PT. Panasonic Lighting Indonesia 1 8,053,440 Importir


3 PT. Lighting Solution 2 4,800,000 Produsen
4 PT. GE Lighting Indonesia 2 4,120,000 Importir
5 PT. Luxen Makmur Sejahtera 1 206,000 Importir
6 PT. Samudra Karya Mulia 2 255,200 Importir
7 PT. Tjipto Langgeng Abadi 1 328,400 Importir
8 PT. Solarindo Kencana Makmur 1 688,000 Importir
9 PT. Visalux Elektrindo 3 17,077,000 Importir
10 PT. Osram Indonesia 1 1,564,000 Importir
11 PT. Gunawan Elektrindo 10 46,065,000 Importir
12 PT. Renesola Clean Energi 1 2,271,000 Importir
13 PT. Shukaku Indonesia 2 417,600 Importir
14 PT. Honoris Industry 1 1,105,781 Produsen
15 PT. Sinko Prima Alloy 1 59,000 Produsen
16 PT. Sinergy Niagatama Indonesia 2 1,152,000 Importir
17 PT. Nordex Lighting Indonesia 1 175,000 Importir
18 PT. Hikari 4 4,800,000 Produsen
19 PT. Panasonic Gobel Eco Solutions 1 1,407,140 Importir
Manufacturing Indonesia
20 PT. Berkat Indo-Opple Gemilang 1 1,445,000 Importir
21 PT. Philips Indonesia 1 51,253,200 Importir
22 CV. Cahaya Nusantara Lestari 1 37,000 Importir
23 PT. Indonesia Ascendo Lighting 1 215,000 Importir

d. Jumlah Laboratorium Uji untuk lampu swabalast yang sudah terakreditasi ada 5 (lima) Lab
Uji, yaitu: P3TKEBTKE-KESDM, Balai Besar Bahan dan Barang Teknik (B4T) Kementerian
Perindustrian, Balai Besar Teknologi Energi (B2TE) BPPT, Balai Riset dan Standardisasi
Industri Kementerin Perindustrian dan PT. Sucofindo (Persero).

204
d. Jumlah Laboratorium Uji untuk lampu swabalast yang sudah terakreditasi ada
5 (lima) Lab Uji, yaitu: P3TKEBTKE-KESDM, Balai Besar Bahan dan Barang Teknik
(B4T) Kementerian Perindustrian, Balai Besar Teknologi Energi (B2TE) BPPT, Balai
Riset dan Standardisasi Industri Kementerin Perindustrian dan PT. Sucofindo
(Persero).Tabel 117. Laboratorium Uji Lampu Swabalast
Tabel 117. Laboratorium Uji Lampu Swabalast
Tabel 117. Laboratorium Uji Lampu Swabalast
Kapasitas
Waktu
Pengujian
Kapasitas Pengujian Biaya Pengujian
No. Laboratorium Uji Waktu (Rp/model)
Efikasi
Pengujian Biaya Pengujian
No. Laboratorium Uji (hari)
Pengujian
(lampu/bulan)
Efikasi (Rp/model)
(hari)
1 P3TKEBTKE - Jakarta (lampu/bulan)
300 14 9.600.000

2 1 B2TKE
P3TKEBTKE
- BPPT –-Serpong
Jakarta 300 14 1.250.0009.600.000
s.d.
500 10
1.500.000
2 B2TKE - BPPT – Serpong 1.250.000 s.d.
500 10
3 BARISTAND – Surabaya 800 7 1.500.000
560.000

4 3 PT. SUCOFINDO––Surabaya
BARISTAND Bekasi 2.280 800 7- 10 7 1.650.000
560.000
5 4 B4T
PT.- SUCOFINDO
Bandung – Bekasi 2.280 625.0001.650.000
s.d.
600 107- 10
900.000
5 B4T - Bandung 625.000 s.d.
600 10
900.000

e. e.
Sejak dibelakukan
Sejak hingga Desember
dibelakukan hingga 2017, jumlah2017,
Desember perusahaan yang perusahaan
jumlah sudah mendapatkan
yang sudah
surat ijin untuk mencantumkan Label Tanda Hemat Energi untuk AC adalah sebanyak 38
mendapatkan
e. Sejak dibelakukan surat
hinggaijin untuk mencantumkan
Desember Label Tanda
2017, jumlah perusahaan yangHemat Energi untuk
sudah mendapatkan
perusahaan, masing-masing 28 perusahaan importir dan 9 perusahan produsen dalam
AC adalah sebanyak 38 perusahaan, masing-masing 28 perusahaan importir 38
surat ijin untuk mencantumkan Label Tanda Hemat Energi untuk AC adalah sebanyak dan
negeri, 1 perusahaan importir sekaligus produsen.
9 perusahan
perusahaan, produsen dalam
masing-masing negeri, 1importir
28 perusahaan perusahaan
dan 9importir sekaligus
perusahan produsen.
produsen dalam
negeri, 1 perusahaan importir sekaligus produsen.
Tabel 118. Perusahaan yang mendapatkan izin Label Tanda Hemat Energi (AC)
Tabel 118. Perusahaan yang mendapatkan izin Label Tanda Hemat Energi (AC)

Tabel 118. Perusahaan yang mendapatkan izin Label


Produsen /
Tanda Hemat Energi (AC)
TAHUN
No PERUSAHAAN TOTAL
Importir 2016 2017
1 Samsung Produsen /
Importir 33,445 TAHUN
543,112 576,557
No PERUSAHAAN TOTAL
Importir 2016 2017
2 Daikin Importir
200,664 517,266 717,930
1 Airconditioning
Samsung Importir 33,445 543,112 576,557
3 Hartono Istana Produsen DN
2 Daikin Importir - - -
Teknologi 200,664 517,266 717,930
Airconditioning
4 LG Electronics IDN Produsen DN dan
3 Hartono Istana Produsen DN 27,896 43,170 71,066
Importir - - -
Teknologi
5 Mitsubishi Electric Importir
4 LG Electronics IDN Produsen DN dan 4,946 15,586 20,532
IDN 27,896 43,170 71,066
Importir
6 Panasonic Produsen DN
5 Mitsubishi Electric Importir - - -
Manufacturing IDN 4,946 15,586 20,532
IDN
7 Electrolux Importir 3,450 11,783 15,233
6 Panasonic Produsen DN
LAMPIRAN

8 Sharp Trading Importir 67,468 - 608,706 - 676,174 -


Manufacturing IDN
9 Panasonic Gobel Importir
7 Electrolux Importir 100,3233,450 118,184
11,783 218,50715,233
IDN
108 Sharp Trading
Panggung Electric Importir
Produsen DN 67,468 608,706 676,174
- - -
9 Citrabuana
Panasonic Gobel Importir
100,323 118,184 218,507
11 IDN
Gree Electric Importir 11,574 49,292 60,866
10 Panggung Electric Produsen DN
- - -
Citrabuana
11 Gree Electric 205
Importir 11,574 49,292 60,866
Produsen / TAHUN
No PERUSAHAAN TOTAL
Importir 2016 2017
Appliances IDN
12 Indopacific Importir
6,810 11,299 18,109
Nusantara
13 Midea Planet IDN Importir 9,845 226,330 -
14 Berca Carrier IDN Importir 1,180 16,069 17,249
15 Graha Berkat Importir
4,458 11,165 15,623
Trading
16 Daikin Applied Importir
- 4,314 4,314
Solution IDN
17 Sanken Argadwija Produsen DN - - -
18 Denpoo Mandiri Importir
3,372 17,173 20,545
IDN
19 Indotama Arta Importir
- - -
Makmur
20 Wira Kusuma Produsen DN
355 513 868
Sejahtera
21 Haier Sales Importir
14,226 52,364 66,590
Indonesia
22 Tridarma Kencana Produsen DN - - -
23 Wijaya Karya Importir
- - -
Industri Energi
24 Multi Guna Selaras Importir - 5,642 5,642
25 Berkat Andijaya Produsen DN
- - -
Elektrindo
26 Elbindo Pratama Importir
1,020 - 1,020
Raya
27 Trane IDN Importir - 500 500
28 Teco Multiguna Importir
- 1,430 1,430
Elektro
29 Changhong Meiling Importir
- 23,400 23,400
IDN
30 Gree Mutiara Importir
- 22,333 22,333
Permai
31 Arismandiri Produsen DN
- - -
Pratama
32 Ilthabi Mandiri Importir
- - -
Tehnik
33 Maspion Produsen DN - - -
34 Johnson Controls Importir
- - -
Indonesia
Produsen / TAHUN
No
35 PERUSAHAAN
Dongbu Daewoo Importir TOTAL
Importir 2016 - 2017 - -
Electronics
Indonesia
36 Skyworth Importir
- - -
Indonesia
37 Planet Electrindo Importir - - -
38 Sinar Rezekimas Importir
- - -
Makmur
TOTAL 491,032 2,299,631 2,554,488

f. Telah ditunjuk 4 (empat) Lembaga Sertifikasi Produk untuk Pengkondisi Udara yaitu PT.
206
Sucofindo (Persero), Balai Riset dan Standardisasi Industri, Balai Sertifikasi Industri, dan
TUV Rheiland untuk menerbitkan sertifikasi SKEM dan Label AC. Proses sertifikasi akan
merujuk pada Petunjuk Teknis Penerapan Permen 7 Tahun 2015;
f. Telah ditunjuk 4 (empat) Lembaga Sertifikasi Produk untuk Pengkondisi Udara
yaitu PT. Sucofindo (Persero), Balai Riset dan Standardisasi Industri, Balai
Sertifikasi Industri, dan TUV Rheiland untuk menerbitkan sertifikasi SKEM dan
Label AC. Proses sertifikasi akan merujuk pada Petunjuk Teknis Penerapan
Permen 7 Tahun 2015;
g. Selanjutnya saat ini juga sudah diajuakn ke Biro Hukum terkait Rancangan
Peraturan Menteri ESDM untuk labelisasi peralatan listrik rumah tangga lainnya
yaitu untuk kulkas dan penanak nasi. Sedangkan Rancangan Peraturan Menteri
ESDM untuk labelisasi lampu LED, mesin cuci, dan kipas angin sedangan
dipersiapan.

5. Pengawasan Labelisasi Tanda Hemat Energi


Pelaksanaan pengawasan label tanda hemat energi untuk lampu swabalast
telah dilakukan dengan pengambilan contoh lampu di 25 kota besar di Indonesia
sebanyak 2600 sempel yang terdiri 21 merek dan sudah dilakukan pengujian di
Lab uji yang terakreditasi dan hasilnya sesuai dengan nilai efikasi yang dinyatakan
didalam surat pernyataan kesesuaian pemasok dengan rincian sebagai berikut;
a. Tahun 2014 di 6 (enam) kota sebanyak 640 sampel
b. Tahun 2015 di 10 (sepuluh) kota sebanyak 1020 sampel
c. Tahun 2016 di 9 (sembilan) kota sebanyak 940 sampel

6. Pelaksanaan Peningkatan Kapasitas di Bidang Konservasi Energi


a. Telah dilaksanakan Bimbingan Teknis Penghematan Energi dan Air di 5 (lima)
kota (Palembang, Surabaya, Manado, Solo, dan Provinsi Riau). Adapun peserta
yang mengikuti kegiatan ini terdiri dari utusan dinas/SKPD tingkat Propinsi,
Universitas, Industri dan bangunan komersil;
b. Telah dilaksanakan Sosialisasi Konservasi Energi Goes to Campus di 6 (enam)
perguruan tinggi di Indonesia yaitu Universitas Diponegoro Semarang,
Universitas Lampung, Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya,
Universitas Brawijaya Malang, Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto,
dan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
c. Telah dilaksanakan Sosialisasi Konservasi Energi melalui kegiatan Lomba
Hemat Energi di SMA dan SMA yang dilaksanakan di 5 wilayah yang tersebar di
Jabodetabek, Bandung, Palembang, Surabaya, dan Denpasar.
d. Telah dilaksanakan Sosialisasi Konservasi Energi melalui kegiatan Lomba
LAMPIRAN

Hemat Energi di sekolah dasar yang dilaksanakan di 4 wilayah yang tersebar di


Medan, Makassar, Surabaya, dan Denpasar.

7. Penyiapan dan Penyebarluasan Informasi dan Sosialisasi Konservasi Energi


Pada tahun 2017 kegiatan penyiapan dan penyebarluasan informasi

207
dan sosialisasi konservasi energi dilaksanakan melalui beberapa kegiatan sebagai
berikut:
a. Pameran
- Pameran IEECCE (MASKEEI)
- Pameran Legian Beach Festival
b. Penyebarluasan informasi dan sosialisasi konservasi energi melalui media cetak
- Majalah Bobo
- GATRA
c. Penyebarluasan informasi dan sosialisasi konservasi energi melalui media massa
audio (radio)
- Radio di Jogjakarta, Surabaya, Malang, Denpasar, dan Purwokerto
d. Penyebarluasan informasi dan sosialisasi konservasi energi melalui media tv
nasional
- TV One
- METRO TV
- RCTI
e. Penyebarluasan informasi dan sosialisasi konservasi energi melalui media online
- Lightbox di website dengan traffic yang tinggi
- Lightbox mobile di web dengan traffic tinggi
- Banner di website dengan traffic yang tinggi
- Video di youtube
f. Penyebarluasan informasi dan sosialisasi konservasi energi melalui media
transportasi
- TV Garuda dan Macro Ad (TV dalam Commuterline)
g. Kampanye Hemat Energi Potong 10% di media cetak
- KOMPAS
- Republika
- Media Indonesia
- Investor Daily
- KONTAN
h. Kampanye Hemat Energi Potong 10% di Car Free Day Denpasar
i. Kampanye Hemat Energi Potong 10% di Car Free Day Balikpapan
j. Kampanye Hemat Energi Potong 10% di Car Free Day Makassar
k. Sosialisasi Konservasi Energi di Sosial Media (Twitter, Facebook, Instagram
l. Sosialisasi Penghargaan Bidang Konservasi Energi di Media melalui Video dan
Newsboost di Detikcom

8. Kegiatan Penghargaan Efisiensi Energi Nasional (PEEN) 2017 (Subroto Awards)


a. Pelaksanaan kegiatan ini bertujuan untuk memberikan penghargaan para
institusi pemerintah dan pemangku kepentingan di sektor industri dan

208
8. Kegiatan Penghargaan Efisiensi Energi Nasional (PEEN) 2017 (Subroto Awards)
a. bangunan
Pelaksanaan gedung
kegiatan atas
ini keberhasilan
bertujuan untuk memberikan
mereka penghargaan para
dalam menerapkan institusi
prinsip-prinsip
pemerintah dan pemangku kepentingan di sektor industri dan bangunan gedung atas
efisiensi dan konservasi energi di lingkungannya. Kegiatan PEEN ini menjadi
keberhasilan mereka dalam menerapkan prinsip-prinsip efisiensi dan konservasi energi di
tahap seleksi untuk mengikuti ASEAN Energi Award.
lingkungannya. Kegiatan PEEN ini menjadi tahap seleksi untuk mengikuti ASEAN Energi
b. Pemenang PEEN 2017
Award.
Dalam proses penjurian telah ditetapkan pemenang PEEN 2017 adalah sebagai
b. Pemenang PEEN 2017
berikut:
Dalam proses penjurian telah ditetapkan pemenang PEEN 2017 adalah sebagai berikut:

Tabel 119. Daftar Pemenang PEEN 2017


Tabel 119. Daftar Pemenang PEEN 2017

Kategori Sub Kategori Pemenang Instansi


Bangunan Gedung Gedung Baru Juara I GOP 9 (Sinarmasland), BSD City
Hemat Energi
Juara II Gedung Mina Bahari IV KKP
Gedung Retrofit Juara I Gedung Plaza Summarecon
Agung
Juara II Ayodya Resort Bali
Juara III Graha Merah Putih Telkom
Semarang
Gedung Hijau Besar Juara I Gedung Mina Bahari IV KKP
Juara II South Quarter PT Intiland
Juara III Gedung United Tractor Head
Office
Gedung Hijau Kecil Juara III Kantor Dusaspun Gunung Putri
Manajemen Energi manajemen energi Juara I PT Grahaniaga Tatautama
pada industri dan bangunan gedung
bangunan gedung besar Juara II Gedung II BPPT
Juara III Kementerian PU PR
manajemen energi Juara III Gedung IGD RSUP Cipto
bangunan gedung Mangunkusumo
kecil dan menengah

Inovasi Khusus pada Juara Gedung B2TKE BPPT


Gedung
Juara Gedung Perkantoran PT Pupuk
Kaltim
manajemen energi Juara I PT Cheil Jedang Pasuruan
industri besar
Juara II PT PJB UP Paiton
Juara III PT Indonesia Power
Manajemen Energi Juara I Terminal BBM Rewulu
Pada Industri Kecil (Pertamina HO)
dan Menengah
Kategori Sub Kategori Pemenang
Juara II Instansi
PT PJB UP PLTA Cirata
Juara III PT Phapros Tbk Semarang
Inovasi Khusus pada Juara Star Energi Geothermal
LAMPIRAN

industri (Wayang Windu) Ltd


Juara PT Pertamina Hulu Energi
Offshore North West Java (PT
PHE)
Juara PT Styrindo Mono Indonesia
Juara PT PJB UBJOM Tanjung Awar
Awar
Penghematan Energi Pemerintah Pusat Juara I Kementerian Kelautan dan
di Pemerintah Perikanan
209
Juara II Kementerian Kesehatan
Juara III Badan Pengkajian dan
Kategori
Kategori Sub Kategori
Sub Kategori Pemenang
Pemenang Instansi
Instansi
Award.
Juara III
Juara III PTPhapros
PT Phapros Tbk
Tbk Semarang
Semarang
b. Pemenang PEEN 2017
Inovasi Khusus
Inovasi Khusus pada
pada Juara
Juara Star
Star Energi
Energi Geothermal
Geothermal
Dalam proses penjurian telah ditetapkan pemenang PEEN
industri
industri 2017 adalah
(Wayang
(Wayang Windu)
Windu)sebagai
Ltd berikut:
Ltd
Juara
Juara PT Pertamina
PT Pertamina Hulu
Hulu Energi
Energi
Tabel 119. Daftar Pemenang PEEN 2017 North
Offshore
Offshore North West
West Java
Java (PT
(PT
PHE)
PHE)
Kategori Sub Kategori Juara
Pemenang
Juara PTStyrindo
PT StyrindoInstansi
Mono Indonesia
Mono Indonesia
Bangunan Gedung Gedung Baru Juara I
Juara PT PJB
GOPPJB
PT UBJOM Tanjung
Tanjung
9 (Sinarmasland),
UBJOM Awar
BSDAwar
City
Hemat Energi Awar
Awar
Juara II Gedung Mina Bahari IV KKP
Penghematan Energi
Penghematan Energi Pemerintah
Pemerintah Pusat
Pusat Juara II
Juara Kementerian Kelautan
Kementerian Kelautan dan dan
di Pemerintah
Pemerintah Gedung Retrofit Juara I Gedung Plaza Summarecon
Perikanan
di Perikanan
Agung
Juara IIII
Juara Kementerian Kesehatan
Kementerian Kesehatan
Juara II Ayodya Resort Bali
Juara III
Juara III Badan
Badan Pengkajian
Pengkajian dan
dan
Juara III Graha Merah
Penerapan Putih Telkom
Teknologi
Penerapan
Semarang Teknologi
Juara
Juara Kementerian Pekerjaan
Kementerian Pekerjaan Rumah
Rumah
Gedung Hijau Besar Juara I I
Harapan Gedung
dan Mina Bahari
Perumahan RakyatIV KKP
Harapan I dan Perumahan Rakyat
Juara II South Quarter PT Intiland
Juara
Juara BadanPusat
Badan Pusat Statistik
Statistik
Harapan
Juara III IIII
Harapan Gedung United Tractor Head
Office
Pemerintah Daerah
Pemerintah Daerah Juara II
Juara Pemerintah Daerah
Pemerintah Daerah Provinsi
Provinsi
Gedung Hijau Kecil Juara III Jawa
Kantor
Jawa Tengah
Dusaspun Gunung Putri
Tengah
Manajemen Energi Juara IIII
manajemen energi Juara I Pemerintah Daerah
PT GrahaniagaDaerah
Pemerintah Provinsi
Tatautama
Provinsi
pada industri dan bangunan gedung Jawa Timur
Jawa Timur
bangunan gedung besar Juara II Gedung II BPPT
Juara III
Juara III Pemerintah Daerah
Pemerintah Daerah Provinsi
Provinsi
Juara III Kementerian
DKI Jakarta PU PR
DKI Jakarta
manajemen energi Juara
Juara III Gedung IGDDaerah
Pemerintah RSUP Provinsi
Cipto
Juara Pemerintah Daerah Provinsi
bangunan gedung Harapan I Mangunkusumo
Kalimantan Selatan
Harapan I Kalimantan Selatan
kecil dan menengah

c. Pemenang
c.c. Pemenang
Pemenang ASEAN
ASEAN
ASEAN Energi
Energi
Energi AwardAward
Award 2016 2016
2016
Inovasi Khusus pada Juara Gedung B2TKE BPPT
Selain
Selain
Selain pelaksanaan
pelaksanaan
pelaksanaan
Gedung kegiatankegiatan
kegiatan Penghargaan
Penghargaan Penghargaan
Efisiensi Efisiensi
Efisiensi Energi
Energi NasionalEnergi
Nasional Nasional
Tahun 2017,
Tahun 2017,
Juara Gedung Perkantoran PT Pupuk
Tahun 2017,
Direktorat
Direktorat Direktorat
Konservasi
Konservasi Energi Konservasi
Energi juga ikut sertaEnergi
juga ikut serta juga
mengajukan
mengajukan ikut pemenang
para
Kaltimpara serta mengajukan
pemenang Penghargaan para
Penghargaan
Efisiensi
pemenang
Efisiensi Energi
Energi Nasional
Penghargaan
Nasional
manajemenTahun
Tahun 2017 yang
Efisiensi
2017
energi yang
Juara memenuhi
Energi
I Nasional
memenuhi kriteria
Tahun
PTkriteria
Cheil untuk
2017
untuk
Jedang mengikuti ASEAN
yang memenuhi
mengikuti
Pasuruan ASEAN
Energi Award
Energi Award Tahunindustri
Tahun 2017
2017besar
di FIlipina.
di FIlipina. Penganugerahan
Penganugerahan Pemenang
Pemenang ASEAN Energi Award
kriteria untuk mengikuti ASEAN JuaraEnergi
II Award Tahun 2017 diAward
PT PJB UP PaitonASEAN Energi FIlipina.
Tahun 2017
Tahun 2017 dilaksanakan
dilaksanakan didi Filipina
Filipina pada
pada tanggal
tanggal 22 Mei
Mei 2017,
2017, dengan
dengan pemenang
pemenang dari
dari
Penganugerahan Pemenang ASEAN JuaraEnergi
III Award TahunPower
PT Indonesia 2017 dilaksanakan di
Indonesia ::
Indonesia Manajemen
Filipina pada tanggal 2 MeiEnergi
2017, Juara
denganI Terminal dariBBM
pemenang IndonesiaRewulu
:
Pada Industri Kecil (Pertamina HO)
Tabel 120. Daftar Pemenang AEA 2017
dan Tabel 120. Daftar Pemenang AEA 2017
Menengah
Tabel 120. Daftar Pemenang
Juara II AEA 2017
PT PJB UP PLTA Cirata

Gedung/Industri
Gedung/Industri Kategori
Kategori Prestasi
Prestasi

Gedung Satelite
Gedung Satelite MCS
MCS of
of Palapa
Palapa Sub
Sub Kategori
Kategori Gedung
Gedung Kecil
Kecil dan
dan 1st runner-up
1st runner-up
Cibinong
Cibinong Menengah
Menengah

Gedung Gedung/Industri
Gedung Telkom
Telkom Regional VII
Regional VII KTI
KTI Sub KategoriKategori
Sub Kategori Gedung Kecil
Gedung Kecil dan
dan Prestasi
2nd
2nd runner-up
runner-up
Makassar Menengah

PT. Tirta Investama Klaten Sub Kategori Industri Kecil dan 2nd runner-up
Menengah

PT. Pertamina ONWJ Sub Kategori Industri Besar 1st runner-up

PT. Great Giant Pineaple Lampung Sub Kategori Industri Besar 2nd runner-up

My Republic Plaza (Green Office Sub Kategori Gedung Baru dan 1st runner-up
Park 6) Indonesia Eksisting

My Republic Plaza (Green Office Sub Kategori Gedung Hijau (Besar) 1st runner-up
Park 6) Indonesia

210
LAMPIRAN IV
LAMPIRAN IV

Daftar Pembangkit
Daftar Pembangkit EBT Yang
EBT Yang Telah
Telah PPA diPPA
Tahundi Tahun 2017
2017

Nama Kapasitas
No Pengembang Progres Target COD
Pembangkit (MW)
PPA 16 November 2017: 86
1. PT Supreme Energi Rantau PLTP Rantau 86 Persiapan FC 2020
Dedap Dedap
PPA Januari 2017: 3,5
2. PT Merauke Narada Energi PLTBm 3,5 Persiapan 2019
Merauke Konstruksi
PPA 19 Mei 2017: 2
3. PT Mitra Puding Mas PLTBg Mitra 2 COD 2017
Puding Mas
PPA 2 Agustus 2017: 36,83
4. PT Biomas Energi Abadi PLTBg Pagar 0,83 Konstruksi 2019
Merbau
5. PT Perkebunan Nusantara II PLTBg Kwala 1 Konstruksi 2018
(Persero) Sawit
6. PT Energi Karya Persada PLTBm 6 Persiapan 2018
Tempilang Konstruksi
7. PT Green Energi Spesialist PLTBg Aceh 3 Persiapan FC 2018
One Tamiang
(Geso)
8. PT Perkebunan Nusantara II PLTBg Ujung 3 Persiapan FC 2018
(Persero) Batu
9. PT Pasadena Biofuels PLTBm Aceh 10 Persiapan FC 2018
Mandiri Tamiang /
Langsa
10. PT Karya Energi Jambi PLTBm 3 Persiapan FC 2018
Mersam
11. PT Sentosa Jaya Purnama PLTBm 10 Persiapan FC 2018
LAMPIRAN

Sentosa Jaya
Purnama

PPA Januari 2017: 10

211
Nama Kapasitas
No Pengembang Progres Target COD
Pembangkit (MW)
12. PT Aek Sibundong Energi PLTM Aek 10 Konstruksi 2020
Sibundong
PPA 3 April 2017: 9
13. PT Dwi Jaya Makmur PLTM 9 Konstruksi 2019
Semendo
PPA 2 Agustus 2017: 220,78
14. PT Brantas Cakrawala PLTM Sako 1 6 Konstruksi 2018
Energi
15. PT Nusantara Hidro Utama PLTM Batang 7,50 Konstruksi 2019
toru 5
16. PT Prasetya Bajra Prima PLTM Endikat 8,01 Konstruksi 2019

17. PT Mega Hydro Energi PLTM 10 Konstruksi 2020


Tunggang
18. PT Citra Multi Energi PLTM Sion 10 Persiapan 2019
Konstruksi
19. PT Syailendra Utama Energi PLTM 8 Persiapan 2019
Simonggo Konstruksi
20. PT Optima Tirta Energi PLTM Tongar 6 Persiapan 2020
Konstruksi
21. PT Mega Energi Karyatama PLTM Rabi 4,50 Persiapan FC 2018
Jonggor
22. PT Thong Langkat Energi PLTM Batu 10 Persiapan FC 2018
Gajah
23. PT Alabama Energi PLTM Anggoci 9 Persiapan FC 2018

24. PT Gayo Lues Mentalu PLTM Nengar 1 Persiapan FC 2018


(Excess Power)
25. PT Infrastruktur Terbarukan PLTS Likupang, 15 Persiapan FC 2018
Lestari Minahasa
26. PT Infrastruktur Terbarukan PLTS Selong, 5 Persiapan FC 2018
Buana Lombok
27. PT Infrastruktur Terbarukan PLTS 5 Persiapan FC 2018
Adhiguna Pringgabaya,
Lombok
28. PT Infrastruktur Terbarukan PLTS Sengkol, 5 Persiapan FC 2018
Cemerlang Lombok

212
Nama Kapasitas
No Pengembang Progres Target COD
Pembangkit (MW)

29. PT Quantum Solar Gorontalo PLTS Isimu, 10 Persiapan FC 2018


Gorontalo
30. PT Karo Bumi Energi PLTM 10 Persiapan FC 2019
Kandibata 1
31. PT Sumatera Energi Lestari PLTM Ordi 10 Persiapan FC 2019
Hulu
32. PT Landasan Tata Laksana PLTM Sungai 3 Persiapan FC 2019
Energi Buaya
33. PT Raisan Energi Indonesia PLTM Aek 2 Persiapan FC 2019
Pungga
34. PT Senina Hidro Energi PLTM 10 Persiapan FC 2019
Kandibata 2
35. PT Klaai Dendan Lestari PLTM Klaai 2,60 Persiapan FC 2019

36. PT Pat Petulai energi PLTM Simpang 3,10 Persiapan FC 2019

37. PT Brantas Hidro Energi PLTM Padang 7 Persiapan FC 2019


Guci 2
38. PT Megaraja Setya Energi PLTM Curug 1,20 Persiapan FC 2019
Gangsa
39. PT Indonesia Power PLTM Cileunca 1 Persiapan FC 2019

40. PT Akasu Energi Utama PLTM Pareang 2,80 Persiapan FC 2019

41. PT Megah Energi Utama PLTM 4,4 Persiapan FC 2019


Cimandiri
(bendung PU)
42. PT Akasa Eko Energi PLTM Taman 1,17 Persiapan FC 2019
Asri
43. PT Delapan Menit Energi PLTS Kuta, 5 Persiapan FC 2019
Lombok
44. PT Bina Gondang Energi PLTM 10 Persiapan FC 2020
Parmonangan
2
45. PT Simalem Bumi Energi PLTM 10 Persiapan FC 2020
Kineppen
LAMPIRAN

46. PT Hensan Andalas Putra PLTM Tras 1,60 Persiapan FC 2020

47. PT Daya Gravita Energi PLTM 2,30 Persiapan FC 2020


Jayamukti

213
Nama Kapasitas
No Pengembang Progres Target COD
Pembangkit (MW)
48. PT Rawadasya Inti Energi PLTM 4 Persiapan FC 2020
Cisomang
49. PT Mega Energi Karyatama PLTM Babatan 4,90 Persiapan FC 2021

50. PT Pandu Lembang Jaya PLTM Bukit 0,70 Persiapan FC 2021


Sileh
51. PT Mega Energi Karyatama PLTM 4 Persiapan FC 2022
Karyanyata
PPA 8 September 2017: 291,40
52. PT Bangun Tirta Lestari PLTA Air Putih 21 Konstruksi 2019

53. PT Energi Sakti Sentosa PLTA Pakkat 18 Konstruksi 2019

54. PT Aek Sibundong Energi PLTM Aek 8 Persiapan FC 2019


Sibundong
55. PT Bukit Cahaya Powerindo PLTM Aek 7 Persiapan FC 2019
Situmandi
56. PT Gading Energi Prima PLTM Sigeaon 3 Persiapan FC 2019

57. PT Kunci Hidro Energi PLTM Kunci 0,90 Persiapan FC 2019


Putih
58. PT Energi Alam Sentosa PLTM Sisira 9,80 Persiapan FC 2019

59. PT Indah Alam Lestari PLTM Batang 10 Persiapan FC 2019


Energi Toru 4
60. PT Bayang Nyalo Hydro PLTM Bayang 6 Persiapan FC 2019
Nyalo
61. PT Tiga Oregon Putra PLTM Batu 7,70 Persiapan FC 2019
Brak
62. PT Amera Terrasys Energi PLTA Buttu 200 Persiapan FC 2022
Batu
PPA 16 November 2017: 554,65
63. PT Prima Trya Energi PLTM 4,20 Persiapan 2019
Cibanteng Konstruksi
64. PT Zhong Min Hydro PLTM Cikaso 3 9,90 Konstruksi 2019
Indonesia
65. PT Maji Biru Pusaka PLTM Tanjung 8 Konstruksi 2018
Tirta
66. KPRI Koperca PLTM Kincang 0,35 Konstruksi 2018
1

214
Nama Kapasitas
No Pengembang Progres Target COD
Pembangkit (MW)
67. PT Semarak Kita Bersama PLTM Bakal 5 Konstruksi 2020
Semarak
68. PT Bone Bolango Energi PLTM Bone 9,90 Konstruksi 2020
Bolango
69. PT Sumber Daya Investasi PLTM Koko 2,30 Konstruksi 2019
Babak
70. PT Poso Energi PLTA Poso 515 Konstruksi 2021
Peaker

Total 70 PPA 1.214,16

LAMPIRAN

215
Jenis Kegiatan pilot plant/prototipe/demo plant atau rancangan/ rancang
bangun/formula yang berhasil direalisasikan

E. Bidang Minyak Bumi


3) Uji Coba Formula Cairan Rumen pada Sumur GMB Non-produktif untuk Meningkatkan Produksi
GMB
LAMPIRAN V
Tujuan kegiatan ini adalah uji coba formula cairan rumen pada sumur CBM untuk
membantu industri CBM dalam peningkatan produksi gas metana.Produksi gas metana
batubara (GMB) dapat ditingkatkan dengan cara biologi, yaitu melalui bioaugmentasi batubara.
Aplikasinya dilakukan dengan cara memanfaatkan batubara segar atau batubara lapuk untuk
Jenis Kegiatan pilot plant/prototipe/demo plant atau rancangan/ rancang bangun/
diubah menjadi gas metana di dalam bioreaktor dengan memanfaatkan mikroba metanogen.
formula yang berhasil Kegiatan
direalisasikan
ini telah tercapai 100% dengan sudah dilakukan pengembangbiakan mikroba
cairan rumen dan sudah dilakukan penginjeksian cairan rumen kedalam sumur target. Lokasi
A. Bidang Minyak Bumi
pengembangbiakan/optimasi cairan rumen di laboratorium KPPP Eksploitasi dan KPPP Proses
1) Uji Coba Formula
PPPTMGB Cairan
”LEMIGAS”, Rumen
dan ujicoba pada diSumur
dilakukan Blok CBMGMB Non-produktif
Tanjung untukHasil
II Kalimantan Selatan.
Meningkatkan Produksi
ujicoba injeksi cairanGMB
rumen ke dalam sumur pada hari ke-7 menunjukkan komponen gas
Tujuan4 kegiatan ini adalah
metana (CH ) dalam %Volume =0,7905uji
dancoba formula
dalam %Massa cairan
=1,3740.rumen pada sumur
CBM untuk Tipikal
membantu industri
produksi GMBCBM
yangdalam
kecil peningkatan produksi
mendorong untuk gas metana.teknik
mengaplikasikan
Bioaugmentasi
Produksi gas metanapada sumur GMB
batubara untuk
(GMB) meningkatkan
dapat produksinya.
ditingkatkan Di dalam
dengan cara cairan
biologi, rumen
yaitu
mengandungkonsorsium
melalui mikroba
bioaugmentasi batubara. termasukdilakukan
Aplikasinya didalamnya mikroba
dengan metanogen
cara yang dapat
memanfaatkan
mendegradasi
batubara batubara
segar atau menjadi
batubara lapuk gas metana.
untuk Apabila
diubah potensi
menjadi cairan rumen
gas metana tersebut
di dalam
dimaksimalkan untuk memproduksikanGMB, maka akan sangat membantu untuk memenuhi
bioreaktor dengan memanfaatkan mikroba metanogen.
kebutuhan gas domestik. Selain itu, formulasi dari cairan rumen tersebut dapat menjadi nilai
Kegiatan ini telah tercapai 100% dengan sudah dilakukan
jual tersendiri.Potensi lain dari pemanfaatan mikroba pada cairan rumen dalam mendegradasi
pengembangbiakan mikroba cairan rumen dan sudah dilakukan penginjeksian
batubara, yaitu diprediksi dapat meningkatkan gas recovery dari sumur GMB yang tidak
cairan rumen kedalam sumur target. Lokasi pengembangbiakan/optimasi cairan
produktif.
rumen di laboratorium KPPP Eksploitasi dan KPPP Proses PPPTMGB ”LEMIGAS”, dan

Gambar 96. Up Scaling Rumen di Lapangan Tanjung II Kalimantan Selatan


Gambar 96. Up Scaling Rumen di Lapangan Tanjung II Kalimantan Selatan

4) Formula Gemuk Litium Complex Berbahan


216Dasar Minyak Jarak

Tujuan penelitian ini adalah memperbaiki karakteristik gemuk lumas berbahan dasar
ujicoba dilakukan di Blok CBM Tanjung II Kalimantan Selatan. Hasil ujicoba injeksi
cairan rumen ke dalam sumur pada hari ke-7 menunjukkan komponen gas metana
(CH4) dalam %Volume =0,7905 dan dalam %Massa =1,3740.
Tipikal produksi GMB yang kecil mendorong untuk mengaplikasikan
teknik Bioaugmentasi pada sumur GMB untuk meningkatkan produksinya. Di dalam
Gambar
cairan96. Up Scaling
rumen Rumen di Lapangan Tanjung
mengandungkonsorsium mikrobaIItermasuk
Kalimantan Selatan mikroba
didalamnya
metanogen yang dapat mendegradasi batubara menjadi gas metana. Apabila
potensi cairan rumen tersebut dimaksimalkan untuk memproduksikanGMB, maka
4) Formula Gemuk Litium Complex Berbahan Dasar Minyak Jarak
akan sangat membantu untuk memenuhi kebutuhan gas domestik. Selain itu,
formulasi dari cairan rumen tersebut dapat menjadi nilai jual tersendiri.Potensi lain
Tujuan penelitian ini adalah memperbaiki karakteristik gemuk lumas berbahan dasar
dari pemanfaatan mikroba pada cairan rumen dalam mendegradasi batubara, yaitu
minyak jarak dan untuk
diprediksi menambah
dapat nilai jual
meningkatkan gasminyak jarak,
recovery dari serta
sumurmeningkatkan TKDN
GMB yang tidak produk
produktif.
gemuk2)
lumas. Lokasi
Formula penelitian
Gemuk di laboratorium
Litium Pelumas
Complex Berbahan PPPTMGB
Dasar “LEMIGAS”.
Minyak Jarak
PenambahanTujuan
complexing agent ini
penelitian berupa asam
adalah azelat, asamkarakteristik
memperbaiki sebasat, dan gemuk
asam adipat
lumas
dalam formula gemukdasar
berbahan lumas berbahan
minyak dasar
jarak dan minyak jarak dapat meningkatkan
untuk menambah nilaijarak,
nilai jual minyak dropping
serta
point. Formula optimum diperoleh
meningkatkan pada gemuk
TKDN produk penambahan
lumas.sekitar
Lokasi20% complexing
penelitian agent asam
di laboratorium
Pelumas
dikarbosilat dalam PPPTMGB
thickener. “LEMIGAS”.
Complexing agent yang berasal dari turunan minyak jarak dapat
Penambahan
juga diaplikasikan pada complexing
gemuk lumas agent
berbahan dasarberupa
CMCO. asam azelat,
Tiap-tiap jenisasam sebasat,
complexing dan
agent
asam
memberikan adipat yang
pengaruh dalam formula
berbeda gemuk
pada lumas gemuk
karakteristik berbahan dasar
lumas minyak
berbahan jarak
dasar dapat
minyak
meningkatkan
jarak ataupun CMCO. Proses dropping point.
nilaipembuatan Formula
formula gemukoptimum
lumas didiperoleh
tampilkanpada penambahan
dalam Gambar 2.
sekitar
Pemanfaatan minyak complexing
20%jarak agent asam
dalam kegiatan dikarbosilat dalam
ini menghasilkan thickener.
peningkatan TKDN Complexing agent
produk hingga
mencapai > 95%.

LAMPIRAN

Gambar 97. Proses Pembuatan Formula


Gambar 97. Proses Pembuatan Formula

217
6) Unit Pengolahan Tanah Tercemar Minyak dan Oil Off-Spec Kapasitas 5 ton per batch dan fasilitas
Pendukungya
yang berasal dari turunan minyak jarak dapat juga diaplikasikan pada gemuk lumas
berbahan dasar CMCO. Tiap-tiap jenis complexing agent memberikan pengaruh
yang berbeda pada karakteristik gemuk lumas berbahan dasar minyak jarak ataupun
Gambar 97. Proses Pembuatan Formula
CMCO. Proses pembuatan formula gemuk lumas di tampilkan dalam Gambar 2.
Pemanfaatan minyak jarak dalam kegiatan ini menghasilkan peningkatan TKDN
6) Unit Pengolahan
produkTanah Tercemar
hingga Minyak
mencapai dan Oil Off-Spec Kapasitas 5 ton per batch dan fasilitas
> 95%.
3) Unit Pengolahan Tanah Tercemar Minyak dan Oil Off-Spec Kapasitas 5 ton per batch
Pendukungya
dan fasilitas
Tujuan Pendukungya
Penelitian ini adalah membuat unit pengolahan tanah tercemar minyak dan oil
Tujuan
off-spec dengan reaktor Penelitian
multiguna ini adalah
kapasitas membuat
5 ton. unit pengolahan
Lokasi pembuatan tanah“LEMIGAS”.
di PPPTMGB tercemar
minyak plant
Unit commercial dan oildengan
off-speckapasitas
dengan reaktor
reaktormultiguna
5 ton perkapasitas 5 ton.
siklus yang Lokasiatas
terdiri pembuatan
unit-unit
di PPPTMGB “LEMIGAS”. Unit commercial plant dengan kapasitas reaktor 5 ton per
seperti Reactor Unit, Separator Tank, Vacuum Tank, Waste Water Treatment Tank, Oil Recovery
siklus yang terdiri atas unit-unit seperti Reactor Unit, Separator Tank, Vacuum Tank,
Tank, Solid Treated Tank, Hot Water Tank, Genset, Office & Lab, Fuel Tank, Clean Water Tank,
Waste Water Treatment Tank, Oil Recovery Tank, Solid Treated Tank, Hot Water Tank,
Chemical Storage & Tool sudah siap digunakan untuk mengolah tanah terkontaminasi minyak
Genset, Office & Lab, Fuel Tank, Clean Water Tank, Chemical Storage & Tool sudah siap
dan oil Off-spec product di lingkungan LEMIGAS dengan mobile system (on site treatment) di
digunakan untuk mengolah tanah terkontaminasi minyak dan oil Off-spec product
gambar berikut.
di lingkungan LEMIGAS dengan mobile system (on site treatment) di gambar berikut.

Gambar 98. Unit pengolahan tanah tercemar minyak dan oil off-spec
Gambar 98. Unit pengolahan tanah tercemar minyak dan oil off-spec

4) Dokumen FEDD Kilang Minyak Mini di Pulau Seram


Tujuan kegiatan ini adalah mendapatkan desain teknis dan biaya
investasi kasar sebelum tahap Engineering Procurement Construction (EPC) untuk
pembuatan kilang mini di Pulau Seram. Lokasi penelitian di PPPTMGB ”LEMIGAS”.
Dalam pembuatan FEED kilang mini di Pulau Seram, langkah yang dilakukan

218
7) Dokumen FEDD Kilang Minyak Mini di Pulau Seram
Tujuan kegiatan ini adalah mendapatkan desain teknis dan biaya investasi kasar
sebelum tahap Engineering Procurement Construction (EPC) untuk pembuatan kilang mini di
Pulau Seram. Lokasi penelitian di PPPTMGB ”LEMIGAS”.Dalam pembuatan FEED kilang mini di
Pulauyaitu:
Seram,melakukan desain
langkah yang process/chemical,
dilakukan mechanical,
yaitu: melakukan civil engineering;
desain process/chemical, menyusun
mechanical,
dokumen HAZOP,
civil engineering; safety&
menyusun ergonomi;
dokumen membuat
HAZOP, safety& 2D&3D
ergonomi; preliminary
membuat 2D&3Dmodel; menyusun
preliminary
tata
model; letak peralatan
menyusun tata letak&peralatan
rancangan instalasi; instalasi;
& rancangan membuat Engineering
membuat Design
Engineering Package
Design
Development;
Package Development;menyusun daftar
menyusun daftar peralatan
peralatan utama,
utama, kemudian
kemudian menyusun
menyusun dokumen
dokumen FEED
pada FEED
gambar di bawah
pada ini. di bawah ini.
gambar

Gambar 99. Lay-Out 3 Dimensi


Gambar 99. Lay-Out 3 Dimensi

Off
gas

Tangki
Condenser ADU Nafta Nafta
Udara Air Power PPD Akumulator A/B Tanker
Instrumentasi Utilitas Generator Injection

Kero
A Stripper Sulfur Sulfur
D Kerosene
Recovery
Minyak CSEL

U
Minyak Impor

Unit
H2

Diesel
Stripper
Diesel HDS Tangki
Unit HSD
VDU A/B
Akumulator
Condenser Off
Vakum gas
Metering Tangki ADU
Umpan Blower
Pre Fired
A/B/C Liquid
Heater Heater
Hydrocarbon

V LVGO Truk
D
U
AGO Tangki
HVGO HVGO
VDU
Fire A/B Tanker
Closed Open Flare Fired
Drain System ATB Heater
Drain

VTB

Tangki
VTB
Tanker
A/B
LAMPIRAN

Gambar 100. Desain Kilang Skala Kecil


Gambar 100. Desain Kilang Skala Kecil

5)
8) Desain Rancang
Desain Rancang Bangun
Bangun dan dan Spesifikasi
Spesifikasi TeknisTeknis
TabungTabung
ANG dariANG dari
Bahan Bahan Komposit
Komposit
Tujuan
Tujuan kegiatan
kegiatan ini adalah
ini adalah mengembangkan
mengembangkan rancang
rancang bangun bangun
tabung tabung
ANG berbasis
ANG
bahanberbasis
komposit.bahan
Lokasikomposit. Lokasi
penelitian di penelitian
PPPTMGB di PPPTMGB
“LEMIGAS”. Terdapat“LEMIGAS”. Terdapat
peluang penggunaan
tabung ANG sebagai alternatif teknologi penyimpanan gas alam untuk rumah tangga karena
memiliki berat yang ringan (mengurangi
219 berat 49-63% dari berat tabung ANG baja) dan
memenuhi standar uji tegangan, uji kestabilan elastisitas, uji burst pressure, dan uji simulasi
distribusi tekanan sepanjang dinding tabung ANG. Dari variasi kombinasi material yang
peluang penggunaan tabung ANG sebagai alternatif teknologi penyimpanan gas
alam untuk rumah tangga karena memiliki berat yang ringan (mengurangi berat 49-
63% dari berat tabung ANG baja) dan memenuhi standar uji tegangan, uji kestabilan
elastisitas, uji burst pressure, dan uji simulasi distribusi tekanan sepanjang dinding
tabung ANG. Dari variasi kombinasi material yang dilakukan, maka prioritas material
yang dipilih adalah liner Aluminum alloy 6061 atau HDPE dengan komposit E-glass
fibers – epoxy matrix dilihat dari kekuatan dan aspek perkiraan biaya material.
Model dasar tabung ANG ini mengacu pada jenis tabung gas yang sudah
banyak diproduksi, yaitu tabung CNG. Berdasarkan ISO11439 (2000), terdapat 4 jenis
tabung gas CNG yang dapat dijadikan acuan. Pada perancangan ini, digunakan
dasar perancangan tabung CNG tipe 3. CNG tipe 3 merupakan tipe tabung CNG yang
dibuat dari dua lapis material yang berbeda. Lapisan dalam (liner) dapat dibuat dari
logam ringan atau polimer, sedangkan bagian luar diperkuat oleh lapisan komposit.
Asumsi yang digunakan dalam perancangan adalah material liner (bagian dalam
tabung) hanya berfungsi sebagai pemberi bentuk tabung, sedangkan komposit
yang berfungsi untuk menahan beban tekanan.

Gambar 101.
Gambar 101.Desain
Desain Rancang Bangun
Rancang Bangun Tabung
Tabung ANGANG

B. Bidang Mineral dan Batubara


F. Bidang Mineral dan Batubara
1) Rancang Bangun Sumur Injeksi dan Sumur Produksi UCG
6) Rancang Bangun Sumur Injeksi
Tujuan dan Sumur Produksi
perancangan adalahUCG
mengetahui kesesuaian batubara Indonesia
Tujuan perancangan teknologi
untuk penerapan adalah mengetahui kesesuaian batubara
reverse combustion Indonesia untuk
dan menyiapkan sarana dan
penerapan teknologipilot
prasarana reverse combustion
plant dan menyiapkan
UCG. UCG sarana dan prasarana
minimal membutuhkan pilot plant
dua buah sumur,UCG.
yaitu satu
UCG minimal membutuhkan dua buah sumur, yaitu satu buah sumur injeksi dan satu buah
buah sumur injeksi dan satu buah sumur produksi. Ke dua buah sumur tersebut
sumur produksi. Ke dua buah sumur tersebut harus terhubung oleh rongga agar produk
harus terhubung oleh rongga agar produk gasifikasi dapat ditransfer dan zona-zona
gasifikasi dapat ditransfer dan zona-zona gasifikasi, yaitu zona pengeringan, pirolisis, gasifikasi
gasifikasi, yaitu zona pengeringan, pirolisis, gasifikasi dan pembakaran terbentuk.
dan pembakaran terbentuk. Pada penelitian ini digunakan proses reverse combustion untuk
Pada penelitian ini digunakan proses reverse combustion untuk membuat rongga
membuat rongga antar sumur. Teknologi pengeboran horizontal akan diaplikasikan untuk
antar sumur. Teknologi pengeboran horizontal akan diaplikasikan untuk tahap
tahap komersial bila kapasitas produksi gas UCG sangat besar. Untuk melakukan metode reverse
combustion perlu dilakukan rancang bangun sumur injeksi dan produksi, karakterisasi sumur,
220
uji well linking dan uji coba gasifikasi. Air linkage test dilakukan untuk mengetahui apakah
lapisan batubara tersebut sesuai untuk metode reverse combustion.
komersial bila kapasitas produksi gas UCG sangat besar. Untuk melakukan metode
reverse combustion perlu dilakukan rancang bangun sumur injeksi dan produksi,
karakterisasi sumur, uji well linking dan uji coba gasifikasi. Air linkage test dilakukan
untuk mengetahui apakah lapisan batubara tersebut sesuai untuk metode reverse
combustion.
• Pembuatan Sumur Injeksi dan Sumur Produksi
valve atau safety valve
Sumur adalahadalah
injeksi valve yang
sumurakan membuka
tempat pada tekananpereaksi
diinjeksikannya tertentu (udara/
untuk
valve atau safety valve adalah valve yang akan membuka pada tekanan tertentu untuk
menjaga keamanan. Saluran air pendingin diinjeksikan ke pipa 1 inci untuk menurunkan
oksigen/uap air) dan sumur produksi adalah sumur tempat dikeluarkannya hasil
menjaga keamanan. Saluran air pendingin diinjeksikan ke pipa 1 inci untuk menurunkan
suhu gas. Jarak antar sumur injeksi dan produksi dapat ditentukan setelah ada uji
gasifikasi. Gambar 8 menampilkan sketsa sumur yang akan dikonstruksi. Pipa
suhu gas. Jarak antar sumur injeksi dan produksi dapat ditentukan setelah ada uji
permeabilitas berbagai lapisan dalam profil stratigrafi. Gambar 9 menampilkan foto sumur
selubung (casing) dengan diameter 9 5/8 inci dipasang sampai kedalaman 24
permeabilitas berbagai lapisan dalam profil stratigrafi. Gambar 9 menampilkan foto sumur
injeksi dan sumur produksi.
meter
injeksi dandan disemen
sumur produksi.ke dinding sumur yang berdiameter 12¼ inci. Pipa selubung

Gambar 102. Sketsa Sumur UCG


Gambar 102. Sketsa Sumur UCG
Gambar 102. Sketsa Sumur UCG
LAMPIRAN

Gambar 103. Sumur Injeksi dan Produksi UCG


Gambar103.
Gambar 103. Sumur
Sumur Injeksi
Injeksidandan
Produksi UCG UCG
Produksi

221
ini berfungsi melindungi akuifer terbuka dari kemungkinan kebocoran gas dan
polutan. Selanjutnya dilakukan pengeboran dengan diameter 9 7/8 inci sampai
menembus lapisan batubara, pemasangan pipa selubung 7 inci dan proses
penyemenan. Sumur dilengkapi dengan katup (valve), thermocouple dan saluran
air pendingin. Air di dalam sumur dikeluarkan melalui choke valve dengan
meniup udara tekan ke annulus valve. Choke/jepitan, merupakan valve yang
berfungsi sebagai penahan dan pengatur aliran produksi sumur, melalui lubang
(orifice) yang ada, sedangkan pressure relief valve atau safety valve adalah valve
yang akan membuka pada tekanan tertentu untuk menjaga keamanan. Saluran
air pendingin diinjeksikan ke pipa 1 inci untuk menurunkan suhu gas. Jarak
antar sumur injeksi dan produksi dapat ditentukan setelah ada uji permeabilitas
• berbagai lapisan
Karakterisasi Sumurdalam profil stratigrafi. Gambar 9 menampilkan foto sumur
injeksi dan sumur produksi.
Karakterisasi sumur dilakukan untuk mengetahui apakah ada kebocoran air ke
• dalam sumurSumur
Karakterisasi dan seberapa besar kebocoran tersebut. Tabel 2 menampilkan hasil
karakterisasi sumur. Padasumur
Karakterisasi sumur UCG 17 dilakukan
dilakukan pengurasan
untuk air selama
mengetahui 10 hariada
apakah dan
hasilnya muka
kebocoran airair
ketanah
dalamhanya naik dan
sumur menjadi 30,4 meter.
seberapa besarPada sumur UCGtersebut.
kebocoran 16 muka air naik
Tabel
2dengan kecepatan sekitar 100 cm/102 detik. Ada kemungkinan proses cementing pada UCG
menampilkan hasil karakterisasi sumur. Pada sumur UCG 17 dilakukan
16 tidak berlangsung dengan baik karena kenaikan muka air tanahnya jauh lebih cepat
pengurasan air selama 10 hari dan hasilnya muka air tanah hanya naik menjadi
dibandingkan dengan UCG 17.
30,4 meter. Pada sumur UCG 16 muka air naik dengan kecepatan sekitar
Tabel 121. Karakteristik Sumur
Tabel 121. Karakteristik Sumur

UCG 17 UCG 16

Tanggal 1 November 2017 Tanggal 11 November 2017

Waktu 10.00 Waktu 07.00

Proses Kompresi 7 Bar Proses Lot

MAT 70.4 m MAT 13 m

Tanggal 11 November 2017 Waktu 09.00

Waktu 08.30 Proses Kompresi 1 jam

Proses Lot MAT 68 m

MAT 30.4 m Kenaikan Air 1 10 cm / 3 dt

Kenaikan Air 2 50 cm / 40 dt

Kenaikan Air 3 100 cm / 85 dt

Kenaikan Air 4 100 cm / 78 dt

Kenaikan Air 5 100 cm / 102 dt

7) Rancang sensor pengendali proses pada 222


reaktor gasifikasi fixed bed

Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk melakukan pengembangan proses control pada
100 cm/102 detik. Ada kemungkinan proses cementing pada UCG 16 tidak
berlangsung dengan baik karena kenaikan muka air tanahnya jauh lebih cepat
dibandingkan dengan UCG 17.
2) Rancang sensor pengendali proses pada reaktor gasifikasi fixed bed
Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk melakukan pengembangan proses
control pada gasifier fixed bed. Proses pengembangan proses control pada gasifier
fixed bed dilakukan dengan melakukan modifikasi sistem monitoring layer gasifikasi,
pembuatan program HMI dan PLC untuk monitoring layer gasifikasi, instalasi kabel
dan sensor thermocouple dan peralatan pendukung ujicoba.
Startup proses gasifikasi batubara diawali dengan penyulutan kayu bakar. Setelah
Startup proses gasifikasi batubara diawali dengan penyulutan kayu bakar.
reaktor mulai stabil dan temperatur mencapai titik yang telah ditentukan, bahan baku batubara
Setelah reaktor mulai stabil dan temperatur mencapai titik yang telah ditentukan,
mulai diumpankan
bahan bakupada gasifier mulai
batubara sampaidiumpankan
gas hasil proses
padagasifikasi telah terbentuk
gasifier sampai gas hasildengan
proses baik
dan gas yang terbentuk
gasifikasi pada gasifier
telah terbentuk dialirkan
dengan baik pada
dan gas yangflare-1. Dari
terbentuk ujigasifier
pada coba dialirkan
optimalisasi
pengendalian flare-1.menggunakan
padaproses Dari uji coba optimalisasi pengendalian
sensor temperatur, sensorproses menggunakan
tersebut sensor
telah berfungsi dengan
baik, akantemperatur, sensor
tetapi masih harustersebut telahkalibrasi
dilakukan berfungsidan
dengan baik, akan
pendekatan tetapi
nilai masih
karena harus
penempatan
dilakukan kalibrasi dan pendekatan nilai karena penempatan sensor yang
sensor yang kurang masuk ke dalam reaktor. Perbaikan nilai temperatur dilakukan dengankurang
masuk ke dalam reaktor. Perbaikan nilai temperatur dilakukan dengan pendekatan
pendekatan nilai temperatur besi yang dimasukkan setiap 2 jam. Berdasarkan data hasil
nilai temperatur besi yang dimasukkan setiap 2 jam. Berdasarkan data hasil ujicoba,
ujicoba, setiap 1 derajat yang terdeteksi oleh sensor temperatur akan terbaca 5 derajat pada
setiap 1 derajat yang terdeteksi oleh sensor temperatur akan terbaca 5 derajat
tampilan HMI. Adapun penambahan program PLC pada setiap network adalah dengan
pada tampilan HMI. Adapun penambahan program PLC pada setiap network adalah
memasukan logic diagram
dengan MUXlogic
memasukan (Multiplexer)
diagram MUXsebagai faktor kali
(Multiplexer) sebagai faktor kali

Gambar 104. Penyulutan kayu bakar pada reaktor gasifikasi fixed bed
LAMPIRAN

Gambar 104. Penyulutan kayu bakar pada reaktor gasifikasi fixed bed
3) Detail Engineering Design Tungku Fluidized Bed Kapasitas 600 kW
TujuanTungku
8) Detail Engineering Design kegiatanFluidized
adalah diperoleh rancangan
Bed Kapasitas DED gasifikasi batubara untuk
600 kW
tungku fluidized bed kapasitas 600 kW. Tahapan process engineering pembuatan DED
dilakukan
Tujuan melalui
kegiatan diskusi
adalah dan supervisi
diperoleh di BPPT.
rancangan DEDAdagasifikasi
dua hal yang menjadi
batubara topik
untuk tungku
fluidized bed kapasitas 600 kW. Tahapan process engineering pembuatan DED dilakukan melalui
diskusi dan supervisi di BPPT. Ada dua223
hal yang menjadi topik diskusi, yaitu Process flow
diagram (PFD) dan Heat and Mass Balance (HMB). PFD merupakan diagram alir proses
diskusi, yaitu Process flow diagram (PFD) dan Heat and Mass Balance (HMB). PFD
merupakan diagram alir proses gasifikasi batubara menggunakan reaktor fluidized
bed. Peralatan utama pada PFD, yaitu blower udara, pengumpanan batubara, make
up pasir, pembuangan abu, siklon separator, wet scrubber, tar catcher, heat exchanger,
exhaust fan, gas buffering tank, desulfurized tank, dan gas engine.

Gambar 105. DED gasifikasi batubara untuk tungku fluidized bed kapasitas 600 kW
Gambar 105. DED gasifikasi batubara untuk tungku fluidized bed kapasitas 600 kW
Gambar 105. DED gasifikasi batubara untuk tungku fluidized bed kapasitas 600 kW
9) Rancangan pembakar siklon jenis non slagging untuk batubara kalori rendah
4) Rancangan pembakar siklon jenis non slagging untuk batubara kalori rendah
9) Rancangan pembakar siklon jenis non slagging untuk batubara kalori rendah
Tujuan
Tujuan kegiatan ini kegiatan ini adalah rancangan
adalah pembuatan pembuatan rancangan
pembakar pembakar
siklon siklon non
non slagging
slagging
menggunakan menggunakan
Tujuan kegiatan ini perangkat
perangkat lunak simulasi lunak
dan desain simulasi
untuk
adalah pembuatan dan desain
pembangkit
rancangan untuk
listrik
pembakar pembangkit
kapasitas
siklon
1 MW. listrik
non slagging
Pembuatankapasitas
menggunakan 1perangkat
desain awal MW. Pembuatan
dilakukan desain
di Puslitbang
lunak simulasi awal
desaindilakukan
danTekMIRA dengan
untuk di Puslitbang
berdasarkan
pembangkit TekMIRA
listrikhasil 1dengan
simulasi
kapasitas MW.
yang sudah dilakukan.
berdasarkan Berdasarkan
hasil simulasihasil
yang simulasi
sudah proses PLTU
dilakukan. 1 MW
Berdasarkandidapatkan
hasil untuk
simulasi
Pembuatan desain awal dilakukan di Puslitbang TekMIRA dengan berdasarkan hasil simulasi proses
membangkitkan
PLTU
yang 1listrik
sudah MW sesuai
dilakukan.kapasitas
didapatkan memerlukan
untuk
Berdasarkan 2.200 kg/jam
membangkitkan
hasil simulasi batubara
listrik
proses sesuai
PLTU 1 MWdengan nilai
kapasitas kalor
memerlukan
didapatkan untuk
GAR 4.700 kkal/kg.
2.200
membangkitkanSuhu
kg/jamlistrikpembakar
batubara siklon
sesuaidengan
kapasitas diatur
nilai kalor sehingga
memerlukan GAR 4.700
2.200 tidak melebihi
kkal/kg.
kg/jam Suhu
batubara ash fushion
pembakar
dengan siklon
nilai kalor
temperature
GAR (AFT)
diatur dari batubara
4.700sehingga
kkal/kg. Suhuyang
tidak digunakan,
melebihi
pembakar ash sehingga
fushion
siklon didapatkan
diaturtemperature suhu maksimal
(AFT)
sehingga tidak dinding
dari batubara
melebihi ash yang
fushion
pembakar siklon tidak
temperature
digunakan,(AFT)lebih darididapatkan
1000
dari batubara
sehingga oC. digunakan,
yang Untuk
suhuitu, diperlukan
sehingga
maksimal pengatur
didapatkan
dinding suhu suhu dinding
maksimal
pembakar dinding
siklon tidak
pembakar
pembakar siklon
siklon.dari
lebih 1000tidak
o lebih itu,
C. Untuk daridiperlukan
1000oC. Untuk itu, diperlukan
pengatur pengatur
suhu dinding suhu dinding
pembakar siklon.
pembakar siklon.

Gambar 106. Simulasi


Gambar Pembakaran Siklon
106. Simulasi SiklonNon
Non Slagging
Gambar 106. SimulasiPembakaran
Pembakaran Siklon Slagging
Non Slagging

224
Setelah disepakati desain yang akan difabrikasi maka dilakukan pembuatan pembakar
Setelah disepakati desain yang akan difabrikasi maka dilakukan
siklon non slagging yang memerlukan waktu sekitar 3-4 bulan. Hal ini karena merupakan
pembuatan pembakar siklon non slagging yang memerlukan waktu sekitar 3-4
purwarupa, sehingga tetap terdapat beberapa penyesuaian dalam pengerjaannya. Proses
bulan. Hal ini karena merupakan purwarupa, sehingga tetap terdapat beberapa
pembuatan yang dilakukandalam
penyesuaian di Plant 2 milik PT Aalborg
pengerjaannya. ProsesIndustri Indonesia
pembuatan telah selesai
yang dilakukan seperti
di Plant 2
ditunjukkan pada
milik Gambar berikut.
PT Aalborg IndustriKomisioning purwarupa
Indonesia telah pembakar
selesai seperti siklon pada
ditunjukkan non Gambar
slagging
kapasitas 2.200 kg/jamKomisioning
berikut. dan validasipurwarupa
model danpembakar
desain telah dilakukan.
siklon non slagging kapasitas 2.200 kg/
jam dan validasi model dan desain telah dilakukan.

Gambar 107.Gambar 107. Pembuatan


Pembuatan Purwarupa Pembakar
Purwarupa Siklon
Pembakar Siklon Non Slagging
Non Slagging

5) Pilot Plant Gd Oksida kapasitas 10 kg/hari


10) Pilot Plant Gd Oksida kapasitas 10 kg/hari
Tujuan penelitian adalah pembangunan pilot plant gadolonium
oksida dari LTJ hidroksida kapasitas 10 kg/proses. Saat ini peralatan pompa dan
Tujuanperpipaannya
penelitian adalah pembangunan
yang dihubungkan pilottangki-tangki
dengan plant gadolonium oksida
penampung daribaku
bahan LTJ
maupun 10
hidroksida kapasitas penampung
kg/proses.produk
Saatutama/produk
ini peralatansamping
pompasudahdan terpasang. Di lantai
perpipaannya yang
dua, peralatan sudah dipasang meliputi Mixer Settler lengkap
dihubungkan dengan tangki-tangki penampung bahan baku maupun penampung produk dengan pompa, panel
untuk membagi arus ke berbagai peralatan baik yang ada di lantai satu maupun
utama/produk samping sudah terpasang. Di lantai dua, peralatan sudah dipasang meliputi
di lantai dua. Alat lainnya yang sudah tersedia di lantai dua adalah pompa-pompa
Mixer Settler lengkap dengan pompa, panel untuk membagi arus ke berbagai peralatan baik
diafragma (tahan asam), pompa sentrifugal.
yang ada di lantai satu maupun di lantai dua. Alat lainnya yang sudah tersedia di lantai dua
adalah pompa-pompa diafragma (tahan asam), pompa sentrifugal.
LAMPIRAN

Gambar 108. Plant Layout Pembuatan Gadolinium Oksida

Gambar 108. Plant Layout Pembuatan Gadolinium Oksida


225
Gambar 108. Plant Layout Pembuatan Gadolinium Oksida

Gambar
Gambar 109. 109.
PilotPilot
plant gadolonium
plant gadoloniumoksida dariLTJLTJ
oksida dari hidroksida
hidroksida kapasitas
kapasitas 10 kg/proses
10 kg/proses

G.
C. Bidang
BidangKetenagalistrikan dan EBTKE
Ketenagalistrikan dan EBTKE
5)1) Rancang
Rancang Bangun
Bangun TurbinTurbin Axial PLTMH
Axial PLTMH
Tujuan dilakukannya rancang bangun ini adalah sebagai blue print
Tujuan dilakukannya rancang bangun ini adalah sebagai blue print turbin axial yang
turbin axial yang digunakan dalam PLTMH yang memanfaatkan aliran air dengan
digunakan dalam PLTMH yang memanfaatkan aliran air dengan head rendah. Aliran air sungai
headhead
dengan rendah. Aliran
3-5 meter air sungai
dialirkan melaluidengan head 3-5 meter
forebay, menggerakkan dialirkan
turbin, melalui
dan memutar forebay,
generator
menggerakkan
yang turbin,
menghasilkan arus listrikdan memutar
dengan generator
daya 500 VA denganyang menghasilkan
frekuensi arus listrik
50 Hz pada tegangan
dengan
220V. daya 500
Pemanfaatan VAinidengan
turbin frekuensi
akan mampu 50 Hzpemanfaatan
menginisiasi pada tegangan
turbin 220V. Pemanfaatan
axial secara massif
turbin
karena ini akaninimampu
rancangan menginisiasi
bebas ditiru dan mudah pemanfaatan turbin
diperbanyak secara axial secara massif karena
mandiri.
rancangan
Rancang bangunini turbin
bebas ditiru
axial dan mudah
PLTMH diperbanyakhasil
ini merupakan secara mandiri.
rancang bangun P3TKEBTKE
Rancang bangun turbin axial PLTMH ini merupakan
yang dilakukan bekerja sama dengan Pusat Penelitian Energi Baru Terbarukanhasil rancang bangun
- Institut
P3TKEBTKE yang dilakukan bekerja sama dengan Pusat Penelitian Energi Baru
Teknologi Bandung (P2EBT-ITB). Rancang bangun turbin ini diharapkan mampu menghasilkan
Terbarukan - Institut Teknologi Bandung (P2EBT-ITB). Rancang bangun turbin ini
daya sebesar 500 VA, dan rencananya akan diujicoba pada tahun 2018.
diharapkan mampu menghasilkan daya sebesar 500 VA, dan rencananya akan
diujicoba pada tahun 2018.

GambarGambar 110. Rancang Bangun Turbin Axial PLTMH


110. Rancang Bangun Turbin Axial PLTMH

2) Pengembangan Terpadu BBN Berbasis Tanaman Lokal Dengan Digester Biogas Di


6) Pengembangan Terpadu BBN Berbasis Tanaman Lokal Dengan Digester Biogas Di Provinsi Di
Provinsi Di Yogyakarta
Yogyakarta
Tujuan dibangunnya pilot plant ini adalah untuk mengintegrasikan hasil
samping
Tujuan pemanfaatan
dibangunnya pilot tanaman
plant ini sorgum
adalah manis
untuk menjadi bioetanol hasil
mengintegrasikan berupa biji
samping
pemanfaatan tanaman sorgum manis menjadi bioetanol berupa biji dan daun sorgum sebagai
226 sapi menjadi biogas. Biji buah dan daun
pakan ternak dan pemanfaatan limbah kotoran
tanaman sorgum yang tidak dimanfaatkan dalam pengolahan bioetanol dijadikan pakan ternak
dan daun sorgum sebagai pakan ternak dan pemanfaatan limbah kotoran sapi
menjadi biogas. Biji buah dan daun tanaman sorgum yang tidak dimanfaatkan
dalam pengolahan bioetanol dijadikan pakan ternak sapi. Sapi yang dipelihara
secara komunal menghasilkan kotoran sapi sebanyak 100 kg per hari dikumpulkan
menjadi slurry dan dimasukkan dalam digester berkapasitas 20 m3. Setelah 5-7 hari
terbentuklah biogas yang siap dimanfaatkan.
Pilot plant ini terletak di Dusun Nyamplung Kidul, Desa Balecatur,
Kecamatan Gamping, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Bahan
pendukung percontohan pengelolaan biogas sebagai Pusat Unggulan Energi
Bersih (PUEB) di Yogyakarta, yaitu 1 Set Gas Table Stove, Main Gas Pipe, Deselfurizer,
Generator Biogas, Biogas Pomp, Storage Bag, Box Panel, Pipa PVC D1/2, Clame Pipa
Kabel, Kabel Eterna, Pipa Pelindung Kabel, Cup Lampu Gantung, MCB Genset, MCB
PLN, Magnetic Switch, Lampu indikator Box Panel, Stop Kontak Out Bow-(Broco),
Sakelar Out Bow-(Sakelar On Off ) Tunggal/ Broco, Tiang Lampu, dan Lampu LED.
Pilot plant Biogas ini telah dimanfaatkan oleh 11 Keluarga anggota kelompok
kandang ”Karya Tunggal” untuk keperluan memasak, menghidupkan gas engine,
dan penerangan di malam hari.

Gambar 111. Digester Biogas pada Kelompok Peternak Sapi “KARYA TUNGGAL”.
Gambar 111. Digester Biogas pada Kelompok Peternak Sapi “KARYA TUNGGAL”.

3) Smart Grid in Micro Grid di Universitas Udayana, Bali


Pilot plant ini bertujuan sebagai percontohan kehandalan sistem grid
7) Smart Grid in Micro Grid di Universitas Udayana, Bali
connection. Smart System ini dapat mengintegrasikan berbagai sumber listrik seperti
PLT plant
Pilot Panasini
Bumi, PLTMH,
bertujuan PLT Sampah,
sebagai PLT Biomassa
percontohan ataupun
kehandalan sistem jaringan listrik PLN
grid connection. Smart
System inimenjadi sebuah sistem suplai
dapat mengintegrasikan energisumber
berbagai yang bisa dikontrol
listrik menyesuaikan
seperti kebutuhan
PLT Panas Bumi, PLTMH,
bagi sebuah gedung bangunan atau system demand energi.
PLT Sampah, PLT Biomassa ataupun jaringan listrik PLN menjadi sebuah sistem suplai energi
LAMPIRAN

Pilotmenyesuaikan
yang bisa dikontrol Plant Smart Grid in Micro Grid
kebutuhan bagi disebuah
Universitas
gedungUdayana,
bangunanBali ini
atauterdiri
system
atas subsistem Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Rooftop kapasitas 26,4
demand energi.
kWp, subsitem Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) dengan total kapasitas 5 kW
Pilot
PLTBPlant Smart
atau 10 Grid
x 500 W, in Micro Grid
subsistem VRLAdiBatteries
Universitas
denganUdayana, Bali192
kapasitas inikVAh,
terdiri
danatas
subsistemsubsistem
Pembangkit Listrik kapasitas
Generator Tenaga Surya (PLTS)
20 kVA. Rooftop kapasitas
Keunggulan teknologi 26,4 kWp, subsitem
ini adalah dapat
Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) dengan total kapasitas 5 kW PLTB atau 10 x 500 W,
subsistem VRLA Batteries dengan kapasitas
227 192 kVAh, dan subsistem Generator kapasitas 20
kVA. Keunggulan teknologi ini adalah dapat mengintegrasikan dan mengatur sumber suplai
mengintegrasikan dan mengatur sumber suplai listrik yang bisa menyesuaikan
secara otomatis dengan kebutuhan (demand listrik) di Fakultas Tenik Universitas
Udayana. Manfaat Pilot Plant Smart Grid in Micro Grid adalah mampu meningkatkan
efisiensi sistem hingga 38% dan menghemat pembayaran tagihan listrik hingga 215
juta rupiah per tahun.

4
Gambar 112. Pilot Plant Smart Grid in Micro Grid di Universitas Udayana, Bali
Gambar 112. Pilot Plant Smart Grid in Micro Grid di Universitas Udayana, Bali

8) Smart System PLTS di Kawasan Perkantoran Gubernur Bali

Tujuan dibangunnya pilot plant ini adalah sebagai unit percontohan kehandalan sistem
grid connection. Pilot Plant Smart System PLTS di Kantor Gubernur Bali ini terdiri atas subsistem
Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di atas lapangan tenis dengan kapasitas 258 kWp,
subsistem VRLA Batteries dengan kapasitas 224 kVAh, dan subsistem Generator kapasitas 275
kVA. Pilot Plant Smart SystemPLTS ini sudah dapat dimanfaatkan oleh Pemerintah Provinsi Bali
sebagai sarana untuk penelitian, pengujian, dan pensupport daya. Dengan adanya pemanfaatan
pilot plant ini di kantor Gubernur Bali ini, sampai dengan tanggal 31 Desember 2017 telah
tercapai penghematan pemakaian listrik di kantor Gubernur Bali sebesar 19.780 kWh per bulan,
atau Rp 32.528.605,- dengan harga jual listrik Rp 1.644,52/kWh.

Gambar 113. Pilot Plant Smart System PLTS di Kantor Gubernur Bali
Gambar 113. Pilot Plant Smart System PLTS di Kantor Gubernur Bali

H. Bidang Geologi Kelautan 228


4) Smart System PLTS di Kawasan Perkantoran Gubernur Bali
Tujuan dibangunnya pilot plant ini adalah sebagai unit percontohan
kehandalan sistem grid connection. Pilot Plant Smart System PLTS di Kantor Gubernur
Bali ini terdiri atas subsistem Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di atas lapangan
tenis dengan kapasitas 258 kWp, subsistem VRLA Batteries dengan kapasitas 224
kVAh, dan subsistem Generator kapasitas 275 kVA. Pilot Plant Smart SystemPLTS
ini sudah dapat dimanfaatkan oleh Pemerintah Provinsi Bali sebagai sarana untuk
penelitian, pengujian, dan pensupport daya. Dengan adanya pemanfaatan pilot
plant ini di kantor Gubernur Bali ini, sampai dengan tanggal 31 Desember 2017 telah
tercapai penghematan pemakaian listrik di kantor Gubernur Bali sebesar 19.780
kWh per bulan, atau Rp 32.528.605,- dengan harga jual listrik Rp 1.644,52/kWh.

D. Bidang Geologi Kelautan


Rancang Bangun Sistem Akuisisi Seismik Single Channel
Secara prinsip rancang bangun ini mempunyai cara kerja yang sebanding
dengan peralatan akuisisi seismik modern yang kini dipasarkan. Berdasarkan
pengalaman Puslitbang Geologi Kelautan, harga sistim akuisisi seismik tersebut cukup
mahal, antara US$ 12.000,- hingga US 60.000,-.Kegiatan rancang bangun ini bertujuan

B C
1
E

D
LAMPIRAN

B
2

Gambar 114. Skema Rangkaian Lengkap Perangkat Keras Sistem Akuisisi


Gambar 114. Skema Rangkaian Lengkap Perangkat Keras Sistem Akuisisi

229
1
E
untuk membuat perangkat lunak dan keras yang dapat mempermudah pelaksanaan
D akuisisi seismik dangkal single channel dengan biaya cukup murah. Rancang bangun
yang berhasil dibuat ini seharga Rp 40 juta. B
Pada kegiatan ini sistem akuisisi yang dibuat menggabungkan sistem
2
pemrosesan data lapangan, seperti: filtering dan TVG amplifying, serta graphic recording,
yang merupakan konfigurasi standar dalam kegiatan survei Puslitbang Geologi
Kelautan. Dalam pelaksanaannya, kegiatan dibagi menjadi dua bagian, yaitu: sub-
kegiatan Rancang Bangun Perangkat Keras dan Pengujian yang berupa desain dan
Gambar 114. Skema
perakitan Rangkaian
perangkat Lengkap
keras, dan Perangkat
sub-kegiatan Keras
Rancang Sistem
Bangun Akuisisi
Aplikasi Sistem Akuisisi
yang berupa penulisan perangkat lunak atau aplikasi komputer.

Gambar 115. Hasil perakitan seluruh komponen Sistem Akuisisi


Gambar 115. Hasil perakitan seluruh komponen Sistem Akuisisi

Berdasarkan pengujian laboratorium/bengkel dan kolam perangkat


keras maupun aplikasi sistem akuisisi telah dapat bekerja dengan baik. Walaupun
demikian, masih diperlukan pengujian lapangan dengan menggunakan perahu survei,
sebagaimana halnya ketika melaksanakan survei riil, agar rancang bangun ini dapat
disempurnakan sebelum diusulkan untuk dipatenkan dan dikomersialkan.

230
LAMPIRAN VI

Jumlah Paten dan Hasil Litbang Yang Berhasil Diimplementasikan

1) Jumlah Paten yang terimplementasikan Pada Bidang Minyak dan Gas Bumi
a. Kompartemen Tabung CNG Tipe 4 untuk Aplikasi Pada Kendaraan Bermotor Sistem
Bi-Fuel
Tujuan kegiatan adalah mengimplementasikan hasil rancangan tabung
CNG tipe 4 pada kendaraan bermotor. Lokasi penelitian di PPPTMGB “LEMIGAS”.
Sebagai informasi, tabung CNG sudah mendapatkan sertifikat paten dengan nomor
paten ID S0001127 tanggal 16 Januari 2012 dan pada saat ini tabung CNG sudah
dikembangkan hingga tipe 4 yang sudah diusulkan juga patennya dengan nomor
usulan P00201507358 pada tanggal 13 November 2015. Pada dasarnya tabung
CNG Tipe 4 bisa dipasang pada kendaraan berbahan bakar gas tanpa pelindung
khusus terutama jika dipasang di bagian dalam kendaraan. Namun untuk lebih
memenuhi unsur keselamatan dan kenyamanan,khususnya jika dipasang di
bagian bawah atau bagian atas kendaraan, tabung CNG tipe 4 sebaiknya ditaruh
dalam sebuah kompartemen khusus yang dirancang sesuai dengan keperluan.
Di samping pertimbangan unsur keamanan dan estitika, perancangan ini juga
mempertimbangkan unsur kemudahan dalam operasionalnya nanti. Pertimbangan
tersebut di antaranya adalah kemudahan akses pada saat pemeliharaan, inspeksi
periodik dan pembuangan cairan impuritis yang ada dalam tabung tanpa harus
membongkar seluruh struktur sistem konversi termasuk kompartemen tabung.
Untuk keperluan perancangan kompartemen tabung CNG Tipe 4 ini telah
dilakukan simulasi stress analysis menggunakan software ANSYS. Dari hasil simulasi
tersebut khususnya terhadap rancangan dan posisi kompartemen tabung pada
bagian atap kendaraan, secara umum menunjukkan hasil yang menyatakan bahwa
penempatan kompartemen tersebut cukup aman. Perancangan kompartemen
untuk tabung CNG Tipe 4 juga berguna untuk melindungi tabung CNG dari paparan
matahari, panas dari luar, bahan kimia dan kotoran yang ada di jalanan, guncangan
ataupun benturan langsung dengan benda lain dari luar pada saat operasionalnya di
lapangan yang dapat mengakibatkan potensi bahaya dengan tanpa mengganggu
LAMPIRAN

operasional kendaraan.
Kompartemen memuat setidaknya untuk dua (2) tabung CNG Tipe 4
dengan kapasitas maksimal masing-masing sekitar 30 liter water capacity yang
dipasang secara horizontal dengan beban maksimal sekitar 70 kg. Kompartemen
dibuat dengan konstruksi dari bahan yang ringan namun memiliki kekuatan yang

231
baik dan dilengkapi dengan konstruksi bracket, ruangan untuk sistem valve dan
pressure gauge, sistem perpipaan pembuanganya dan sistem perpipaan untuk
memasok bahan bakar gas ke ruang mesin tanpa mengganggu kemudahan
aksesibilitas termasuk saat pemeriksaan periodik tabung. Untuk melindungi tabung,
konstruksi kompartemen juga dilengkapi dengan pelindung benturan (impact
bar) pada
penempatan bagian
saluran depan
yang dansebagai
berfungsi belakang. Kompartemen
venting dilengkapi
tabung CNG dan dengan
menyalurkan penutup
gas ke mesin
yang dapat
kendaraan. Untukdibuka dan lubang
memperkuat strukturuntuk penempatan
atap kendaraan, saluran
konstruksi yang berfungsi
dilengkapi sebagai
dengan rangka
venting
untuk tabung
meletakkan CNG dan menyalurkan
kompartemen. Secara umumgas ke mesin tabung
penempatan kendaraan. Untuk
di atas memperkuat
atap kendaraan
struktur
cukup aman atap kendaraan,
dengan ketentuan konstruksi dilengkapi dengan
berat total kompartemen rangka80untuk
tidak melebihi meletakkan
kg dan untuk
kompartemen.
memperkuat Secara
struktur atap, umum penempatan
kompartemen tabung didengan
harus dilengkapi atas atap kendaraan
rangka cukup
yang kuat.
aman dengan
Kompartemen ketentuan
Tabung CNG Tipeberat total
4 yang kompartemen
sudah tidak
dibuat ini telah melebihi
diusulkan 80 dipatenkan
untuk kg dan untuk
dengan nomor usulan
memperkuat P00201700726
struktur tanggal 1 Februari
atap, kompartemen 2017.
harus dilengkapi dengan rangka yang
kuat. Kompartemen Tabung CNG Tipe 4 yang sudah dibuat ini telah diusulkan untuk
dipatenkan dengan nomor usulan P00201700726 tanggal 1 Februari 2017.

213

Gambar 116. Rancangan


Gambar dan Instalasi
116. Rancangan Kompartemen
dan Instalasi Tabung
Kompartemen Tabung CNG Tipe4 4pada
CNG Tipe pada Atap
Atap Kendaraan
Kendaraan

b. Implementasi Formula Cairan Rumen pada Sumur GMB Non-produktif untuk


Meningkatkan Produksi GMB
Tujuan kegiatan ini adalah implementasi formula cairan rumen pada
sumur GMB non produktif. Lokasi kegiatan di Blok CBM Tanjung II Kalimantan
Selatan (Gambar ....). Formula rumen sudah diusulkan patennya pada 18 September
2015 dengan nomor usulan P00201505855. Formula terus dikembangkan sesuai
dengan keadaan lapangan yang juga diusulkan patennya pada 22 Desember 2016
dengan nomor usulan P00201608925. Di dalam perkembangannya cairan rumen

232
dilakukan dalam waktu sesingkat mungkin untuk menjaga agar mikroba yang terkandung di
Gambar 117. Formulir Usulan Paten Perancangan
Gambar 117. Kompartemen Tabung CNG Tipe 4 dan
dalam cairanFormulir
rumen tetap
Usulan hidup,
Paten kurang
Perancangan lebih 10 sampai
Kompartemen dengan
Tabung CNG 15Sertifikat
Tipe 4 dan jam dengan laju CNG
Paten Tabung alir rendah.
Sertifikat Paten Tabung CNG

d. Implementasi Formula Cairan Rumen pada Sumur GMB Non-produktif untuk Meningkatkan
Produksi GMB
Tujuan kegiatan ini adalah implementasi formula cairan rumen pada sumur GMB non
produktif. Lokasi kegiatan di Blok CBM Tanjung II Kalimantan Selatan (Gambar ....). Formula
rumen sudah diusulkan patennya pada 18 September 2015 dengan nomor usulan
P00201505855. Formula terus dikembangkan sesuai dengan keadaan lapangan yang juga
diusulkan patennya pada 22 Desember 2016 dengan nomor usulan P00201608925. Di dalam
perkembangannya cairan rumen dapat dimanfaatkan untuk peningkatan gas metana batubara
(CBM) dengan cara biostimulasi dan bioaugmentasi dengan menggunakan kultur yang berasal
dari cairan rumen sapi. Namun demikian pemanfaatan mikroorganisme rumen untuk
biokonversi batubara menjadi gas metana baik in situ maupun ex situ membutuhkan cairan
rumen dalam jumlah yang sangat banyak. Oleh karena itu, pada penelitian ini dilakukan
produksi inokulum cairan rumen dengan metode peningkatan skala untuk mendapatkan cairan
rumen dalam jumlah besar dan tetap memiliki kemampuan menghasilkan gas metana.Sebelum
pelaksanaan implementasi cairan rumen di lapangan, dilakukan seleksi kondisi sumur yang
sesuai dengan kemampuan mikroba bertahan hidup, yaitu antara lain kedalaman dan ketebalan
lapisan seam batubara, stimulasi sumur, tekanan, suhu, pH dan salinitas air formasi. Injeksi
LAMPIRAN

Gambar 118.
Formulir Usulan Paten Formula Perkembangbiakan Bibit Mikroba Rumen Dengan Metode UpScale Untuk Pening-
katan Produksi GMB.
Gambar 118. Formulir Usulan Paten Formula Perkembangbiakan Bibit Mikroba
Rumen Dengan Metode UpScale Untuk Peningkatan Produksi GMB.
233
dapat dimanfaatkan untuk peningkatan gas metana batubara (CBM) dengan cara
biostimulasi dan bioaugmentasi dengan menggunakan kultur yang berasal dari
cairan rumen sapi. Namun demikian pemanfaatan mikroorganisme rumen untuk
biokonversi batubara menjadi gas metana baik in situ maupun ex situ membutuhkan
cairan rumen dalam jumlah yang sangat banyak. Oleh karena itu, pada penelitian ini
dilakukan produksi inokulum cairan rumen dengan metode peningkatan skala untuk
mendapatkan cairan rumen dalam jumlah besar dan tetap memiliki kemampuan
menghasilkan gas metana.Sebelum pelaksanaan implementasi cairan rumen di
lapangan, dilakukan seleksi kondisi sumur yang sesuai dengan kemampuan mikroba
bertahan hidup, yaitu antara lain kedalaman dan ketebalan lapisan seam batubara,
stimulasi sumur, tekanan, suhu, pH dan salinitas air formasi. Injeksi dilakukan dalam
waktu sesingkat mungkin untuk menjaga agar mikroba yang terkandung di dalam
cairan rumen tetap hidup, kurang lebih 10 sampai dengan 15 jam dengan laju alir
rendah.
Injeksi cairan rumen ke dalam sumur TJ-2-CBM P-4 di lakukan di Lapangan
PT. PHE MetanaTanjung II, Kalimantan Selatan dan status saat ini masih dalam tahap
monitoring. Sumur CBM ini terletak di Desa Walangkir, Kecamatan Tanta, Kabupaten
Tabalong, Tanjung- Kalimantan Selatan. Sumur CBM tersebut merupakan sumur
CBM non-produktif dengan komplesi “perforated cased hole” dan sudah tidak
memproduksi gas lagi (idle) sejak awal tahun 2016. Tabel 2 menampilkan data
karakteristik sumur CBM.

Gambar 119. Lokasi Blok CBM Tanjung II dan Sumur Yang Diinjeksi Rumen
Gambar 119. Lokasi Blok CBM Tanjung II dan Sumur Yang Diinjeksi Rumen

Tabel 122. Karakteristik


234 Sumur
Tabel 122. Karakteristik Sumur

Nama Sumur TJ-2-CBM-P4 Lokasi Ds. Walangkir, Kec. Tanta, Kab.


Tabalong, Tanjung- Kalimantan Selatan

Total Depth, m 542 Formasi Warukin Atas - Miocene

Kedalaman 391 – 404 Komplesi cased hole (perforated, 8 spf)


Seam, m

Dewatering PCP Kedalaman perforasi, m 385 – 398


Pump

Pump Setting 471.5 Stimulasi Fracturing


Depth, m

OD. Casing, in 7”@ 504 meter OD. Tubing, in 2.875” @ 474.5 m

Kedalaman 391 - 404 Perforated zone, m 385 - 398


Seam, m

Fluid Level 110 Vol. diatas FL, Liter 1798


(FL), m

Tinggi muka 288


air, m

Tekanan Pada 409.18 psi Vol. Air@ FL – bottom 4709


Zona perforasi (calculated) perfo zone, Liter
@ 110 m FL

Tekanan Pada 565.6 Vol. Permukaan – Bottom 6508


Zona perforasi Perfo zone, Liter
@ 0 - 398 m, psi

Produksi April – Des 2015 Total Produksi Air 574.64 bbl


Total Produksi Gas 60.84 MSCF
Prod Rata-2 Gas 0.23 MSCF

Kondisi sumur saat ini:

Pompa Tidak berfungsi Downhole Gauge Tidak berfungsi


Dewatering (pressure)

Produksi Air Tidak ada Produksi Gas Tidak ada

Permeability, 0.64 (sebelumFract) Populasi microba rumen Sudah memenuhi syarat di injeksikan
mD
>10 mD (setelahFract)

Volume Cairan 8.000 liter Volume air Formasi 10.000 liter


Rumen tersedia tersedia
LAMPIRAN

Injeksi Formula Cairan Rumen (FCR) dilakukan 2 (dua) tahap, yang mana
pada injeksi tahap-1 perendaman FCR di dalam sumur uji CBM selama 43 hari.
Kemudian dilanjutkan injeksi tahap-2 karena produksi gas tidak sesuai dengan
harapan. Hal ini dimungkinkan mikroba FCR mengalami pengenceran dan
memerlukan waktu untuk beradaptasi pada kondisi reservoir.

235
Setelah dilakukan injeksi tahap-2 Formulasi Cairan Rumen (FCR) ke dalam sumur uji
CBM maka dilkukan pengukuran sonolog. Namun ketika akan dilakukan pengukuran terjadi
kenaikan tekanan pada pressure gauge sebesar 9 psi. Kemudian dilakukan sampling gas dan
hasil analisis menunjukkan komposisi gas metana 14,5 % dari tubing sumur dan 15,6 % dari
anulus sumur. Setalah hari ke-8 tekanan mulai menunjukkan kenaikan dan tercatat pada hari
ke-11 sebesar 4 psi. Kemudian secara perlahan tekanan naik terus hingga saat ini hari ke-24
Setelah dilakukan injeksi Formula Cairan Rumen (FCR) tahap-1 ke dalam
menunjukkan 16 psi. Diperkirakan tekanan akan terus meningkat sampai batas waktu yang
sumur uji CBM maka dilakukan sampling cairan dari tabung sumur. Hasil analisis
belum diketahui sehingga perlu diadakan monitoring lebih lanjut sampai tahun 2018.
menunjukkan bahwa terdeteksi adanya aktivitas mikroba setelah 43 hari waktu
perendaman
4) Jumlah FCR diyang
Hasil Litbang dalam sumur. Jumlah mikroba cairan sumur CBM berkisar 1.07 x
terimplementasikan
c.107 hingga
Bidang 3.02dan
Minyak x 107
GasCFU/ml,
Bumi sedangkan total asetonotrof dan metilotrof berkisar
1.88 x 104 hingga
Implementasi 9.7
unit x 104 dan
Biodiesel 1.22
untuk x 104 hingga
Produksi 9.8sesuai
Biodiesel x 104Standar
CFU/ml. Nilai pH SNI
Spesifikasi cairan
sumur CBM sebesar
Tujuan 6.15ini- 7.21
kegiatan dan
adalah masih dalam
pemanfaatan kisaran
fasilitas yang
produksi mendukung
Pilot aktivitas
Plant Biodiesel Lemigas
metanogen. Kadar ammonia
dalam menghasilkan cairan
bahan bakar sumur
alternatif CBM
setara berkisar
solar 2.27 – 3.03
yang memenuhi mM. SNI.
spesifikasi Adanya
Lokasi
kegiatanmikroba
aktivitas di PPPTMGB “LEMIGAS”.
dari cairan sumurUjiCBM
cobadidukung
produksi biodiesel
dari hasiltelah
fotodilakukanmenggunakan
mikroba.
bahan baku RBDPO
Setelah dan memberikan
dilakukan hasil berupa
injeksi tahap-2 produkCairan
Formulasi biodiesel yang secara
Rumen umum
(FCR) ke telah
dalam
memenuhi
sumur standar
uji CBM makamutu biodiesel
dilkukan SNI 7182:2015.
pengukuran Kapasitas
sonolog. Namun maksimum yang dilakukan
ketika akan bisa dicapai
sebesar 4000 liter basis bahan baku RBDPO dalam sehari atau waktu operasi 12 jam. Capaian
pengukuran terjadi kenaikan tekanan pada pressure gauge sebesar 9 psi. Kemudian
ini masih di bawah kapasitas terpasang dari Pilot Plant Biodiesel Lemigas yakni sebesar 8000 -
dilakukan sampling gas dan hasil analisis menunjukkan komposisi gas metana
1000 liter basis bahan baku. Kemampuan untuk memproduksi dengan kapasitas lebih besar lagi
14,5 % dari tubing sumur dan 15,6 % dari anulus sumur. Setalah hari ke-8 tekanan
sangat dimungkinkan apabila sistem kerja operasi produksi dibuat dalam sistem shift sehingga
mulai menunjukkan kenaikan dan tercatat pada hari ke-11 sebesar 4 psi. Kemudian
operasi produksi dapat dilakukan dalam 24 jam. Hasil produksi biodiesel telah dujicobakan
secara perlahan tekanan naik terus hingga saat ini hari ke-24 menunjukkan 16
pada kendaraan dinas di PPPTMGB “LEMIGAS”.
psi. Diperkirakan tekanan akan terus meningkat sampai batas waktu yang belum
diketahui sehingga perlu diadakan monitoring lebih lanjut sampai tahun 2018.

Gambar 120. Pelaksanaan Uji Coba Produksi Serta Produk Biodiesel yang Dihasilkan
Gambar 120. Pelaksanaan Uji Coba Produksi Serta Produk Biodiesel yang Dihasilkan

236
2) Jumlah Hasil Litbang yang terimplementasikan
a. Bidang Minyak dan Gas Bumi
Implementasi unit Biodiesel untuk Produksi Biodiesel sesuai Standar
Spesifikasi SNI
Tujuan kegiatan ini adalah pemanfaatan fasilitas produksi Pilot Plant
Biodiesel Lemigas dalam menghasilkan bahan bakar alternatif setara solar yang
memenuhi spesifikasi SNI. Lokasi kegiatan di PPPTMGB “LEMIGAS”. Uji coba produksi
biodiesel telah dilakukanmenggunakan bahan baku RBDPO dan memberikan
hasil berupa produk biodiesel yang secara umum telah memenuhi standar mutu
biodiesel SNI 7182:2015. Kapasitas maksimum yang bisa dicapai sebesar 4000 liter
basis bahan baku RBDPO dalam sehari atau waktu operasi 12 jam. Capaian ini masih
di bawah kapasitas terpasang dari Pilot Plant Biodiesel Lemigas yakni sebesar 8000
-1000 liter basis bahan baku. Kemampuan untuk memproduksi dengan kapasitas
lebih besar lagi sangat dimungkinkan apabila sistem kerja operasi produksi dibuat
dalam sistem shift sehingga operasi produksi dapat dilakukan dalam 24 jam. Hasil
produksi biodiesel telah dujicobakan pada kendaraan dinas di PPPTMGB “LEMIGAS”
Gambar 120. Pelaksanaan Uji Coba Produksi Serta Produk Biodiesel yang Dihasilkan

LAMPIRAN

Gambar 121. Pengamatan Saat Operasi Uji Coba Produksi


Gambar 121. Pengamatan Saat Operasi Uji Coba Produksi

237
b. Bidang Ketenagalistrikan dan EBT
- Pemanfaatan Hasil Litbang Smart Grid in Micro Grid di Universitas Udayana, Bali
Pilot PlantSmart Grid in Micro Grid di Universitas Udayana, Bali sudah
terimplementasi dan dimanfaatkan oleh Universitas Udayana untuk penelitian,
pengujian, dan pensupport daya. Pemilihan Universitas Udayana dan Kantor
Gubernur Bali sebagai lokasi implementasi adalah karena Provinsi Bali pada
tahun 2015 terpilih sebagai sebagai salah satu pusat percontohan penerapan
energi bersih, khususnya bidang energi terbarukan. Smart System ini dapat
diintegrasikan dengan Jasa Pengelolaan PLT Panas Bumi, PLTMH, PLT Sampah,
PLT Biomassa ataupun jaringan listrik PLN. Smart System in Microgrid di
Universitas Udayana telah mampu meningkatkan efisiensi sistem hingga 38%
dan menghemat pembayaran tagihan listrik hingga 215 juta rupiah per tahun.
- Pemanfaatan Hasil Litbang Smart System PLTS di Kawasan Perkantoran Gubernur
Bali
Pilot Plant Smart System PLTS di Kantor Gubernur Bali sudah dapat
terimplementasi dan dimanfaatkan oleh Pemerintah Provinsi Bali untuk penelitian,
pengujian, dan pensupport daya. Manfaat kegiatan litbang Smartgrid in Microgrid
di kantor Gubernur Bali hingga tanggal 31 Desember 2017 telah tercapai
penghematan pemakaian listrik di kantor Gubernur Bali sebesa

238
LAMPIRAN VII
LAMPIRAN VII
Daftar Lokasi Sumur Bor Yang Berhasil Dibangun Pada tahun 2017
Daftar Lokasi Sumur Bor Yang Berhasil Dibangun Pada tahun 2017

Tabel 123. Lokasi Penyediaan Air Tanah Melalui Sumur Bor


Tabel 123. Lokasi Penyediaan Air Tanah Melalui Sumur Bor

Kabupaten Debit
No Provinsi Kecamatan Desa/Kel. Jiwa
/Kota (ltr/dtk)
1 NAD Pidie Jaya Meuredu Menasakh Lok 2 960
2 Jawa Timur Sumenep Batu Putih Batuputih Laok 1.79 860
3 Papua Jayapura Unurum Guay Garusa 1.2 576
4 Papua Keerom Arso Dukwia 1 480
5 Papua Mimika Wania Nawaripi Dalam 1.2 576
6 NAD Pidie Jaya Meuredu Rungkom 2.5 1200
7 Riau Siak Koto Gasib Buatan I 1 480
8 Riau Siak Sungai Apit Sungai Rawa 1.2 576
Sumatera Mandailing Lembah Sorik
9 Aek Marian Mg 1.5 720
Utara Natal Marapi
Sumatera Tapanuli
10 Sipirok Sibadoar 2.4 1152
Utara Selatan
11 Jambi Batanghari Batin XXIV Jangga Baru 1.4 672
12 Jambi Sarolangun Pelawan Pematang Kolim 1.6 768
Tanjung Tebing Tinggi
13 Jambi Tebing Tinggi 1.5 720
Jabung Barat (Kel.)

Tanjung Bukit
14 Jambi Mendahara Ulu 1.6 768
Jabung Timur Tempurung

Aburan Batang
15 Jambi Tebo Tebo Tengah 1.4 672
Tebo
Bengkulu
16 Bengkulu Pino Raya Pasar Pino 1 480
Selatan
Tanjung
17 Bengkulu Kaur Pelajaran 1 1 480
Kemuning
Semidang
18 Bengkulu Kaur Suka Merindu 2.1 1008
Gumay
Lampung Seputih
19 Lampung Sumber Agung 2 960
Tengah Mataram
20 Lampung Mesuji Tanjung Raya Trikarya Mulya 1.5 720

21 Lampung Metro (Kota) Metro Utara Karangrejo (Kel) 2.3 1104

22 Jawa Barat Bogor Ciampea Benteng 1.3 624


23 Jawa Barat Bogor Culeungsi Cileungsi Kidul 1.2 576
LAMPIRAN

24 Jawa Barat Bogor Tanjungsari Tanjungrasa 1.1 528


25 Jawa Barat Cirebon Kaliwedi Wargabinangun 2.5 1200
26 Jawa Barat Cirebon Pasaleman Tonjong 1.6 768
27 Jawa Barat Purwakarta Campaka Cijunti 1.9 912
28 Jawa Barat Purwakarta Sukatani Cianting 2.6 1248

239
Kabupaten Debit
No Provinsi Kecamatan Desa/Kel. Jiwa
/Kota (ltr/dtk)
Balubur
29 Jawa Barat Garut Dunguswiru 2 960
Limbangan

30 Jawa Barat Tasikmalaya Pagerageung Tanjungkerta 2 960

31 Jawa Barat Tasikmalaya Parungponteng Giri Kencana 1.5 720

32 Jawa Tengah Brebes Ketanggungan Dukuhturi 1.2 576

33 Jawa Tengah Cilacap Cimanggu Cimanggu 0.9 432

34 Jawa Tengah Cilacap Wanareja Madura 1 480

35 Jawa Tengah Pemalang Belik Belik 1 480

36 Jawa Tengah Banjarnegara Susukan Brengkok 1.1 528

37 Jawa Tengah Kebumen Padureso Merden 1.2 576

38 Jawa Tengah Magelang Borobudur Wringinputih 1 480

39 Jawa Tengah Purworejo Banyuurip Sumber Sari 0.8 384

40 Jawa Tengah Wonogiri Purwantoro Ploso 2.8 1344

41 Jawa Timur Magetan Kewedanan Ngantep 1.8 864


42 Jawa Timur Ngawi Bringin Bringin 1.8 864
43 Jawa Timur Ponorogo Pulung Pulung Merdiko 1.8 864

44 Jawa Timur Lamongan Karangbinangun Mayong 2 960

45 Jawa Timur Lamongan Ngimbang Durikedungjero 2 960


46 Jawa Timur Pamekasan Larangan Grujugan 2 960
47 Jawa Timur Sumenep Bluto Masaran 1.5 720
48 Jawa Timur Tuban Jatirogo Sugihan 1 480
49 Jawa Timur Jember Mumbulsari Karangkedawung 1 480
50 Jawa Timur Jember Mumbulsari Tamansari 1 480
51 Jawa Timur Jember Panti Suci 1.3 624
52 Jawa Timur Jember Silo Garahan 1.2 576
Kalimantan Mempawah
53 Mempawah Pasir 2.2 1056
Barat Hilir
Kalimantan
54 Mempawah Segedong Peniti Dalam I 2.4 1152
Barat
Kalimantan
55 Kapuas Kapuas Murung Danau Pantau 2.5 1200
Tengah
Kalimantan
56 Katingan Tasik Payawan Luwuk Kanan 1.2 576
Tengah
Sulawesi
57 Mamuju Kalukku Bebanga 1.5 720
Barat
Sulawesi
58 Mamuju Utara Tikke Raya Jengeng Raya 1.7 816
Barat

240
Kabupaten Debit
No Provinsi Kecamatan Desa/Kel. Jiwa
/Kota (ltr/dtk)
Sulawesi Polewali
59 Luyo Batu Pangadaalla 1.5 720
Barat Mandar
60 Bengkulu Muko-Muko Lubuk Pinang Lubuk Gedang 1.5 720

61 DI Yogyakarta Gunung Kidul Nglipar Kedung Keris 1.8 864

62 DI Yogyakarta Gunung Kidul Gedangsari Tegalrejo 1.6 768

63 DI Yogyakarta Gunung Kidul Semanu Pacarejo 1.5 720

Paguyaman
64 Gorontalo Boalemo Olibu 1 480
Pantai

65 Gorontalo Bone Bolango Tilongkabila Lonuo 2 960

66 Gorontalo Bone Bolango Tilongkabila Tunggulo 1.8 864

67 Gorontalo Gorontalo Tabongo Tabongo Timur 1.7 816


Renah
68 Jambi Merangin Marus Jaya 1.8 864
Pembarap

69 Jambi Muaro Jambi Sungai Gelam Gambut Jaya 1.9 912

70 Jawa Barat Bogor Kemang Pondok Udik 1,5 720


71 Jawa Barat Bogor Parung Iwul 1,4 672

72 Jawa Barat Bogor (Kota) Bogor Barat Margajaya 2,5 1450

73 Jawa Barat Cianjur Sukaluyu Sukamulya 2 960


74 Jawa Barat Cirebon Palimanan Cileukrak 1,5 720
Balubur
75 Jawa Barat Garut Ciwangi 1,8 864
Limbangan
76 Jawa Barat Sukabumi Nyalindung Nyalindung 1,8 864

77 Jawa Barat Tasikmalaya Cipatujah Padawaras 1,5 720

78 Jawa Tengah Batang Banyuputih Banyuputih 1,3 624

79 Jawa Tengah Cilacap Majenang Padangsari 2,3 1104

80 Jawa Tengah Demak Gajah Kedondong 2,4 1152

81 Jawa Tengah Jepara Bangsri Jerukwangi 1,6 768

82 Jawa Tengah Karang Anyar Jatiyoso Jatiyoso 2 960

83 Jawa Tengah Kudus Gebog Gondosari 1,4 672

84 Jawa Tengah Magelang Salaman Ngadirejo 1,8 864


LAMPIRAN

85 Jawa Tengah Magelang Salaman Sidosari 1,7 816

86 Jawa Tengah Pekalongan Kajen Ganda Arum 1,5 720

241
Kabupaten Debit
No Provinsi Kecamatan Desa/Kel. Jiwa
/Kota (ltr/dtk)

87 Jawa Tengah Pemalang Bantarbolang Wanarata 1,3 624

88 Jawa Tengah Sukoharjo Weru Karangmojo 1,5 720

89 Jawa Tengah Wonosobo Kaliwiro Selomanik 1,8 864

90 Jawa Timur Bangkalan Arosbaya Dlemer 1,4 672


91 Jawa Timur Bangkalan Kokop Dupok 1,7 816
92 Jawa Timur Bangkalan Kokop Mano'an 1,6 768
93 Jawa Timur Bangkalan Kokop Tramok 1,8 864
94 Jawa Timur Banyuwangi Tegaldlimo Kendalrejo 2 960
Balong
95 Jawa Timur Gresik Kedungpring 1,6 768
Panggang
96 Jawa Timur Gresik Menganti Laban 1,5 720
97 Jawa Timur Jember Tanggul Manggisan 2 960
98 Jawa Timur Jember Tempurejo Pondokrejo 1,7 816
99 Jawa Timur Lamongan Turi Tawangrejo 2 960
100 Jawa Timur Malang Pagak Sumberkerto 1,5 720
101 Jawa Timur Pamekasan Batu Marmar Pangereman 1,7 816
102 Jawa Timur Pamekasan Waru Waru Barat 1,6 768
103 Jawa Timur Pamekasan Pademawu Tanjung 1,8 864
104 Jawa Timur Pamekasan Palengaan Palengaan Daja 1,6 768
105 Jawa Timur Pamekasan Pasean Bindang 1,5 720
106 Jawa Timur Sampang Omben Rongdalem 2 960
107 Jawa Timur Sidoarjo Sidoarjo Lebo 1,9 912
108 Jawa Timur Situbondo Arjasa Curah Tatal 1,5 720
109 Jawa Timur Situbondo Arjasa Jatisari 1,3 624
110 Jawa Timur Tuban Merakurak Tahulu 1,1 528
111 Jawa Timur Tuban Montong Jetak 1 480
Kalimantan Sanaman Tumbang
112 Katingan 1 480
Tengah Mantikei Manggo
Kalimantan Kotawaringin
113 Parenggean Kabuau 1,5 720
Tengah Timur
Kalimantan Kotawaringin Sungai Ubar
114 Cempaga Hulu 1,6 768
Tengah Timur Mandiri
Kalimantan Palangkaraya Petuk Katimpun
115 Jekan Raya 1,6 768
Tengah (Kota) (Kel.)
Kalimantan
116 Seruyan Batu Ampar Sandul 2,5 1200
Tengah
Kalimantan Seruyan Hilir
117 Seruyan Sungai Bakau 2 960
Tengah Timur
Kalimantan Paser
118 Paser Seniung Jaya 1,8 864
Timur Belengkong
Kalimantan Penajam Paser
119 Penajam Nipah-Nipah 1,5 720
Timur Utara
Kalimantan Penajam Paser
120 Waru Api-Api 1,6 768
Timur Utara

242
Kabupaten Debit
No Provinsi Kecamatan Desa/Kel. Jiwa
/Kota (ltr/dtk)
Kalimantan Samarinda
121 Samarinda Ulu Air Hitam (Kel.) 1,4 672
Timur (Kota)
Lampung
122 Lampung Waway Karya Karang Anom 2 960
Timur
123 NTT Alor Teluk Mutiara Welai Timur 2,5 1200
124 NTT Ende Wewaria Welamosa 1,6 768
Manggarai
125 NTT Sano Nggoang Golo Leleng 0,7 336
Barat
Jayapura
126 Papua Jayapura Utara Tanjung Ria 1,6 768
(Kota)
127 Papua Mimika Mimika Baru Wanagon asri 0,8 384
Kwamki
128 Papua Mimika Landu Mekar 0,7 336
Narama
Pangkalan Pangkalan
129 Riau Pelalawan 1 480
Kerinci Kerinci Barat
130 Riau Kampar Tapung Bencah Kelubi 1,2 576
131 Riau Siak Sungai Apit Rawa Mekar Jaya 1,9 912
Sulawesi
132 Majene Banggae Timur Lembang Kel.) 1,4 672
Barat
Sulawesi
133 Jeneponto Bangkala Bontomanai 1,8 864
Selatan
Sulawesi Tonrokassi
134 Jeneponto Tamalatea 1,6 768
Selatan Timur
Sulawesi
135 Soppeng Lalabata Lapajung 2 960
Selatan
Sulawesi
136 Wajo Pammana Lapauke (1) 2 960
Selatan
Sulawesi
137 Wajo Pammana Lapauke (2) 2,2 1056
Selatan
Sulawesi
138 Wajo Tempe Pattirosompe 2,2 1056
Selatan
Sulawesi Parigi
139 Tinombo Dongkas 1,7 816
Tengah Moutong
Sulawesi
140 Sigi Dolo Barat Balaroa Pewunu 2,8 1344
Tengah
Sulawesi
141 Kolaka Polinggona Tanggeau 1,8 864
Tenggara
Sulawesi
142 Kolaka Timur Aere Aladadio 2 960
Tenggara
Sulawesi Konawe Palangga
143 Wawowonua 2,1 1008
Tenggara Selatan Selatan
Sumatera
144 Agam Baso Padang Tarok 2 960
Barat
Sumatera
145 Agam Palembayan Salareh Aia 1,8 864
Barat
LAMPIRAN

Sumatera Bukittinggi
146 Guguak Panjang Bukit Apit Puhun 1,9 912
Barat (Kota)

Sumatera Padang VII Koto (Sungai


147 Sungai Sariak 1,7 816
Barat Pariaman Sariak)

243
Kabupaten Debit
No Provinsi Kecamatan Desa/Kel. Jiwa
/Kota (ltr/dtk)
Sumatera
148 Pasaman Rao Tarung-Tarung 2,3 1104
Barat
Sumatera
149 Pasaman Barat Koto Balingka Parit 2 960
Barat
Sumatera
150 Sijunjung Lubuk Tarok Lubuk Tarok 2 960
Barat

Sumatera Penukal Abab


151 Penukal Simpang Babat 2 960
Selatan Lematang Ilir

Sumatera Penukal Abab


152 Penukal Spantan Jaya 2 960
Selatan Lematang Ilir

Sumatera Gunungsitoli Gunungsitoli


153 Olora 2,5 1200
Utara (Kota) Utara
Sumatera
154 Labuhan Batu Panai Hilir Sungai Baru 2 960
Utara
Sumatera
155 Pasaman Barat Koto Balingka Parit 2 960
Barat

156 Sumater Barat Sijunjung Lubuk Tarok Lubuk Tarok 2 960

Sumatera Penukal Abab


157 Penukal Simpang Babat 2 960
Selatan Lematang ilir

Sumatera Penukal Abab


158 Penukal Spantan Jaya 2 1200
Selatan Lematang Ilir

Sumatera Gunungsitoli Gunungsitoli


159 Olora 2,5 960
Utara (Kota) Utara
Sumatera
160 Labuhan Batu Panai Hilir Sungai Baru 2 768
Utara
Sumatera Sihapas
161 Padang Lawas Silenjeng 2,3 1104
Utara Barumun
Sumatera
162 Tapanuli Utara Muara Huta Ginjang 2,3 1104
Utara
163 Gorontalo Boalemo Botumoitu Hotamonu 1 480

164 Jawa Barat Bogor Gunung Sindur Cibadung 1,9 912

165 Jawa Barat Bogor Megamendung Sukamanah 0,9 432


166 Jawa Barat Bogor (kota) Bogor Timur Baranangsiang 1 480
167 Jawa Barat Cianjur Cibeber Cibaregbeg 0,8 384
168 Jawa Barat Sumedang Cisarua Cisarua 1 480

169 Jawa Tengah Klaten Kemalang Panggang 2 960

170 Jawa Tengah Klaten Kemalang Talun 2,5 1200

244
Kabupaten Debit
No Provinsi Kecamatan Desa/Kel. Jiwa
/Kota (ltr/dtk)

171 Jawa Tengah Magelang Candimulyo Tempursari 1 480

172 Jawa Tengah Magelang Salaman Paripurno 1 480

173 Jawa Tengah Wonosobo Kaliwiro Kemiriombo 2,2 1056

174 Jawa Timur Jember Silo Sempolan 1 480


175 Jawa Timur Lamongan Turi Kepudimener 2,2 1056
176 Jawa Timur Lumajang Klakah Sawaran Lor 2,5 1200
177 Jawa Timur Lumajang Randuangung Pejarakan 0,5 240
178 Jawa Timur Lumajang Kedungjajang Wonorejo 1 480
179 Jawa timur Malang Ampelgading Lebak Harjo 2,1 1008
180 Jawa Timur Malang Pagelaran Kanigoro 1,3 624
Sumbermanjing Sembermanjing
181 Jawa Timur Malang 1,2 576
Wetan Wetan
182 Jawa Timur Mojokerto Dlanggu Randugenegngan 1 480
183 Jawa Timur Nganjuk Pace Joho 1,6 768
184 Jawa Timur Pamekasan Batumarmar Lesong Daja 2 960
185 Jawa Timur Pamekasan Batumarmar Blaban 1 480
186 Jawa Timur Pamekasan Tlanakan Panglegur 1 480
187 Jawa Timur Sampang Bayuates Tlagah 1 480
188 Jawa Timur Sampang Ketapang Paopale Laok 1 480
189 Jawa Timur Sampang Omben Karang Gayam 1 480
190 Jawa Timur Sampang Sokobanah Bira Tengah 1 480
191 Jawa Timur Sampang Ketapang Bunten Barat 1 480
Kalimantan
192 Ketapang Sungai Laur Teluk Mutiara 2,2 1056
Barat
Kalimantan
193 Melawi Nanga Pinoh Tebing Karangan 2 960
Barat
Kalimantan
194 Sanggau Tayan Hulu Janjang 2 960
Barat
Kalimantan Singkawang Singkawang
195 Nyarungkop 1 480
Barat (kota) Timur
Kalimantan Banjarbaru Banjarbaru
196 (Mesjid Agung) 1,4 672
Selatan (Kota) Selatan
Kalimantan Banjarbaru (Ponpes Al Falah
197 Landasan Ulin 1 480
Selatan (Kota) Putera)
Kalimantan Banjarbaru (Pospes Darul
198 Liang Anggang 1 480
Selatan (Kota) Ilmi)
Kalimantan Kutai
199 Tengarong Baru (Kel.) 1 480
Timur Kertanegara
Kalimantan Tanjung Palas
200 Bulungan Batolaga Sanjau 1,6 768
Utara Timur
LAMPIRAN

Kalimantan Tanjung Palas


201 Bulungan Kelubir 1 480
Utara Utara
Kalimantan
202 Nunukan Sebuku Kekayap 1 480
Utara

245
Kabupaten Debit
No Provinsi Kecamatan Desa/Kel. Jiwa
/Kota (ltr/dtk)
Maluku
203 Maluku Saparua Timur Ihamahu 1 480
Tengah
204 NTB Dompu Maggalewa Kampasi Meci 1 480
205 NTB Dompu Manggalewa Lanci Jaya 1 480
Lombok
206 NTB Pujut Kuta 1 480
Tengah

207 NTB Lombok Timur Pringgabaya Anggaraksa 1 480

208 NTB Sumbawa Moyo Hulu Leseng 3 1440


209 NTB Sumbawa Moyo Hulu Pernek 2,5 1200
210 NTB Sumbawa Moyo Utara Penyaring 1 480
Sumbawa
211 NTB Jereweh Beru 1,9 912
Barat

212 NTT Kupang Amfoang Utara Naikliu 2 960

213 NTT Ende Wewaria Tinali 1 480


Sumba Barat
214 NTT Kodi Bangedo Umbu Ngedo 2.7 1264
Daya
Katikutana
215 NTT Sumba Tengah Desa Elu 2,2 1264
Selatan
Sambawofuar
216 Papua Biak Numfor Samofa 2 960
/Gaya Baru
217 Riau Bengkalis Rupat Utara Tanjung Medang 2,5 1200
Bandar Sei Loobuk Agung
218 Riau Pelawan 2,5 1200
Kijang (1)
Bandar Sei
219 Riau Pelawan LoobukAgung (2) 1,2 576
Kijang
220 Riau Pelawan Ukui Air Hitam 1 480
Sulawesi
221 Bantaeng Pajukukang Nipa Nipa 2 960
Selatan
Sulawesi
222 Bone Tonra Bulu-bulu 0,9 432
Selatan
Sulawesi
223 Bulukumba Bonto Bahari Benjala 1 480
Selatan
Sulawesi
224 Jeneponto Arungkeke Kampala 1 480
Selatan
Sulawesi
225 Jeneponto Bantoramba Batujala 2 960
Selatan
Sulawesi Mangara
226 Takalar Cikowang 1 480
Selatan Bombang

Sulawesi
227 Buol Bokat Poongan 1 480
Tengah

Sulawesi
228 Kolaka Utara Lasasua Ponggiha 1 480
Tenggara
229 Sumatera Agam Kamang Magek Kamang Mudiak 1 480

246
Kabupaten Debit
No Provinsi Kecamatan Desa/Kel. Jiwa
/Kota (ltr/dtk)
Barat
Sumatera Sawah Lunto
230 Silungkang Muaro Kalaban 1 480
Barat (Kota)
Sumatera
231 Musi Rawas Megang Sakti Rejosari 1 480
Selatan
Sumatera Musi Rawas
232 Karang Dapo Bina Karya 1 480
Selatan Utara
Sumatera Musi Rawas
233 Karang Dapo Sungai Bilang 1,8 854
Selatan Utara

Sumatera Penukal Abab


234 Abab Betung 2.09 967
Selatan Lematang Ilir

Sumatera
235 Nias Barat Lolofitu Moi Ambukha 1 480
Utara
Sumatera Tapanuli
236 Badiri Lopian 1 480
Utara Tengah

237 Riau Bengkalis Rupat Tanjung Medang 1 480

JUMLAH RATA-RATA PER SUMUR BOR 1,57 768

LAMPIRAN

247
LAMPIRAN VIII PERJANJIAN KINERJA KEMENTERIAN ESDM TAHUN 2017

248
249
LAMPIRAN
250
251
LAMPIRAN
252
PERMEN ESDM NO 22 TAHUN 2015
TENTANG INDIKATOR KINERJA UTAMA KEMENTERIAN ESDM LAMPIRAN IX

LAMPIRAN

253
254
255
LAMPIRAN
256
257
LAMPIRAN
258
259
LAMPIRAN
260
261
LAMPIRAN
262
263
LAMPIRAN
264
265
LAMPIRAN
266
267
LAMPIRAN
268
269
LAMPIRAN
270
271
LAMPIRAN
272
273
LAMPIRAN
274
275
LAMPIRAN
276
277
LAMPIRAN
278
279
LAMPIRAN
280
281
LAMPIRAN
282
#EnergiBerkeadilan

LAMPIRAN

283
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
Jl. Medan Merdeka Selatan No.18, Jakarta 10110
Email : bahan@esdm.go.id

284

Anda mungkin juga menyukai