Anda di halaman 1dari 72

Edisi 1

Media komunikasi energi baru, terbarukan, energi bersih dan efisiensi energi

Kembangkan
Energi Lestari
Wujudkan
Energi
Berkeadilan

Ir. Maritje Hutapea: PJB UP Paiton, SEG, Utamakan Keselamatan


Srikandi Inovasi Maksimalkan Pekerja dan Pengelolaan
Energi Hijau Indonesia Efisiensi Pembangkit Lingkungan
editorial

D
ominasi energi fosil selama ini telah menempatkan energi baru PENANGGUNG JAWAB :
terbarukan (EBT) hanya sebagai sumber energi alternatif. Tak ayal, Sekretaris Direktorat Jenderal EBTKE
sumber energi hijau ini pun tak tergali secara optimal, bahkan,
pengembangannya terbilang lamban. Hal ini terefleksi dari porsi
REDAKTUR
EBT dalam bauran energi nasional yang—hingga saat ini—baru mencapai
6% dari keseluruhan energi nasional. Kepala Bagian Hukum

Namun, di bawah Pemerintahan Presiden Joko Widodo, paradigma energi


PENYUNTING/EDITOR
ini pun diubah 180 derajat. Kini, penyediaan energi difokuskan pada
pengembangan EBT, yang dikuatkan melalui Kebijakan Energi Nasional Kepala Sub Bagian Informasi Hukum
sesuai dengan PP No. 79 Tahun 2014. Disamping itu, pemanfaatan EBT tak Kepala Sub Bagian Penyusunan Perundang-Undangan
lagi menjadi alternatif, melainkan sebagai prioritas dalam pengembangan Kepala Sub Bagian Pertimbangan Hukum
energi nasional. Rakhma Wardani Sambodo
Pengembangan EBT ini, bahkan, sudah menjadi komitmen Pemerintah
Indonesia di kancah internasional yang dideklarasikan dalam Konferensi DESAIN GRAFIS
Tingkat Tinggi Perubahan Iklim (Conference of Parties – COP) ke-21 di Marinagita R. D. Sitanggang
Paris pada 2015 lalu. Komitmen tersebut diwujudkan melalui target EBT Anis Fitriani
dalam bauran energi primer nasional sebesar 23% serta target peningkatan
Yayad Hidayat
kapasitas pembangkit listrik berbasis EBT sebesar 45 GW pada 2025
mendatang. Jaffar Soddik

Untuk mencapai target tersebut, sejak tiga tahun terakhir, 2015—2017,


SEKRETARIAT
sejumlah kebijakan dan program di bidang energi baru terbarukan dan
konservasi energi telah digulirkan Kementerian ESDM melalui Ditjen EBTKE. Ayu Fitriana Y. Isman
Ditjen EBTKE secara masif mengembangkan dan mengelola potensi sumber- Unsaini Sabrina T.
sumber EBT serta membangun infrastruktur EBT. Aulia Rizky Pratama
Achmad Alfian Fahmi
Pengembangan dan pembangunan diprioritaskan terutama bagi daerah
terpencil, terpelosok, dan terluar yang belum terjangkau akses energi Dini Puspasari
listrik. Dengan demikian, pengembangan EBT di sini tak hanya ditujukan Ivan Ferdiansyah Agustinus
untuk pemanfaatan potensi EBT secara optimal. Melainkan, lebih dari itu, Ledi Anindya
pengembangan EBT merupakan langkah Pemerintah dalam mewujudkan Indra Nugraha
kemandirian energi serta energi yang berkeadilan bagi seluruh rakyat
Sigit Agusriyanto
Indonesia.
Alfred Maston

3
Daftar Isi

8
Target & Capaian Ditjen EBTKE:
Kembangkan Energi Lestari
Wujudkan Energi
Beranda Berkeadilan
6 Infografis

14 Inovasi dan Teknologi

16 Investasi

EBT merupakan
energi yang
berkelanjutan
(renewable)
dan ramah
lingkungan

4
Konservasi ,
Lestarikan Energi melalui
Diversifikasi dan Efisiensi Energi

38
06

20 Program Utama

54
46 Program Lainnya

50 Profil

60 Opini
Agenda
62 Cakrawala

64 Tips

68 Inspirasi

5
Infografis

Capaian
Subsektor EBTKE
KAPASITAS TERPASANG KAPASITAS TERPASANG
PLT PANAS BUMI (MW) PLT BIOENERGI (MW)

1.404,5 898,5

1.438,5 1.767,1

1.643,5 1.787,9

1.808,5 *) 1.812,7 *)
1,858.5 2,093

Tambahan kapasitas terpasang tahun Pembangkit Listrik Tenaga


2017 dari PLTP Ulubelu #4 (55 MW) dan Bioenergi sebagian besar
PLTP Sarulla #2 (110 MW) merupakan PLT off-grid

KAPASITAS TERPASANG BAHAN BAKAR NABATI (BBN)


PLTS & PLTM/MH (MW) (Juta KL)

122,7 3,32
160,4 1,62
247,4 3,65
259,8 *) 3,23
371,7 **) 4,6 ****)
291,7 ***) 4,2 **)

*) Capaian Semester I 2017 • Kebijakan mandatory campuran BBN ke BBM


**) Target Perjanjian Kinerja sebesar 20% (B20) sejak tahun 2016
***) Target RKP • Tantangan pengembangan BBN: Rendahnya harga
****) Target RKP dan KSP minyak dunia, menyebabkan selisih harga BBN &
BBM tinggi
• Subsidi BBN telah berjalan

Ket:
2014 2016
2015 2017

6
INFOGRAFIS

PENURUNAN EMISI CO2


Juta Ton CO2

23,38

29,64

31,60
PENERIMAAN NEGARA INVESTASI
Triliun Rupiah 33,9 Triliun Rupiah

0,75 8,63

0,88 13,96

0,93 21,25

0,53 11,74 *)

0,65 21,6
(Sep 2017) (Sep 2017)

Sumber penerimaan: iuran tetap • Target 23% bauran energi primer EBT Untuk meningatkan investasi, dilakukan
eksplorasi, iuran tetap produksi, royalti pada tahun 2025 pemberian Kemudahan dan/atau
produksi, bonus produksi panas bumi • Pengelolaan sampah untuk energi listrik insentif fiskal
• Penerapan konservasi energi di sektor
industri, bangunan gedung dan rumah
tangga

7
Beranda

Target & Capaian Ditjen EBTKE:


Kembangkan Energi Lestari
Wujudkan Energi
Berkeadilan
Pengembangan Energi Baru Terbarukan (EBT) dan upaya konservasi energi telah menjadi
prioritas Pemerintah dalam memenuhi kebutuhan energi nasional. Kebijakan, langkah,
dan strategi pun dirumuskan untuk mencapai target 23% porsi EBT dalam bauran energi
nasional di 2025 mendatang. Melalui Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan
Konservasi Energi (Ditjen EBTKE) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM)
langkah dan strategi tersebut direalisasikan demi terwujudnya energi yang berkeadilan.

8
Beranda

Pengembangan EBT
juga sebagai solusi
dalam penyediaan
energi di daerah-daerah
yang belum terjangkau
oleh aliran listrik
konvensional serta
meningkatkan rasio

Sumber: Ditjen EBTKE


elektrifikasi.

Potensi dan Tantangan Tantangan terberat lainnya adalah adanya keterbatasan dana,
Cadangan energi fosil yang kian menipis menghadirkan tantangan baik untuk penelitian, pengembangan, maupun investasi
baru bagi sektor energi. Pasalnya, di tengah pertumbuhan ekonomi dalam pemanfaatan EBT. Memang, untuk mengembangkan
dan penduduk yang begitu pesat, ketersediaan energi yang dan memanfaatkan EBT ini dibutuhkan investasi yang sangat
memadai dan mampu memenuhi kebutuhan menjadi suatu hal besar. Selain itu, pengembangan EBT juga kerap dihadapkan
yang sangat penting. Karenanya, Pemerintah telah menguatkan pada proses perizinan serta ketersediaan lahan.
komitmennya untuk mengembangkan sumber energi yang akan
segera mengambil alih peran energi fosil, yakni Energi Baru dan Misalnya saja, sumber energi hidro yang sebagian besar
Terbarukan (EBT) atau renewable energy. potensinya berada di kawasan hutan konservasi sehingga
diperlukan koordinasi dengan pihak kehutanan dalam
Sumber-sumber EBT yang melimpah di negeri ini menyimpan perencanaannya. Meskipun, setiap pengelolaan pembangkit
potensi yang sangat besar. Karenanya, Pemerintah pun selalu diiringi dengan upaya untuk menjaga catchment area
mendorong pemanfaatan EBT, bukan lagi sebagai sumber energi melalui pelestarian hutan guna menjaga ketersediaan air.
alternatif, melainkan sebagai sumber energi utama. Potensi EBT Hal serupa juga dialami pada pemanfaatan energi panas
Indonesia diperkirakan mencapai lebih dari 443 GW. bumi. Area prospek pengembangan panas bumi ini umumnya
berada di kawasan hutan lindung ataupun konservasi dan
Potensi tersebut terdiri dari beragam jenis energi alam, seperti perkebunan.
energi hidro sebesar 75 GW, energi panas bumi sebesar 29 GW,
energi matahari sebesar 207 GW, serta energi angin dengan Untuk dapat menjawab tantangan demi tantangan yang
kecepatan 4—6 m/detik sebesar 60,6 GW. Kemudian, potensi dihadapi dalam pengembangan dan pemanfaatan EBT,
EBT juga berasal dari bioenergi yang besarannya melebihi 102 diperlukan dukungan dari berbagai pihak, termasuk
GW serta energi samudra yang mencapai 17,9 GW. Pemerintah Daerah. Dirjen EBTKE Kementerian ESDM, Rida
Mulyana, menyebutkan bahwa Pemda berperan sangat
Di sisi lain, pengembangan EBT juga dihadapkan pada sejumlah penting dalam pengembangan EBT di Indonesia, seperti
tantangan besar. Di antaranya, harga yang belum kompetitif dalam penyediaan lahan.
jika dibandingkan dengan energi fosil; penguasaan teknologi
masih rendah sehingga berdampak pada tingginya nilai impor; Di sisi lain, komitmen pengembangan EBT juga harus diiringi
kemampuan dan jumlah SDM ahli EBT masih terbatas; serta dengan konsistensi Pemerintah sehingga terwujud energi
infrastruktur yang belum memadai. yang berkeadilan untuk kesejahteraan rakyat, iklim usaha,
dan pertumbuhan ekonomi. Energi berkeadilan menuju
Sebagai contoh, pemanfaatan energi surya di Indonesia kedaulatan dan kemandirian energi tersebut diejawantahkan
membutuhkan investasi yang sangat mahal karena industri melalui peningkatan rasio elektrifikasi; pemerataan dan
dalam negeri belum mampu memproduksi sel surya seperti keterjangkauan energi; keberlanjutan sumber dan pasokan
negara maju lainnya. Untuk itu, hingga saat ini, Indonesia masih energi; peningkatan iklim investasi yang mendorong
harus mengimpor sel surya. pertumbuhan; serta reformasi birokrasi.

9
Beranda
Target & Sasaran Strategis pembangunan PLTA, pengaturan harga jual listrik, dan
Kebijakan pengembangan EBTKE yang diatur dalam Rencana penyediaan lahan. Selain itu, juga penyederhanaan regulasi
Strategis 2015—2019 dilaksanakan melalui peningkatan dan dokumen persyaratan perizinan pembangunan PLTA.
kapasitas terpasang EBT dan penerapan konservasi energi
dalam mewujudkan perilaku hemat energi. Kebijakan Selama kurun waktu 5 tahun, Ditjen EBTKE telah menetapkan
pengembangan EBTKE tersebut mengarah pada peningkatan tujuan yang ingin dicapai di 2019 mendatang. Adapun tujuan
peranan EBT dalam bauran energi; peningkatan aksesibilitas; yang ingin dicapai adalah (1) terjaminnya penyediaan energi
peningkatan efisiensi dalam penggunaan energi; serta dan bahan baku domestik, (2) terwujudnya optimalisasi
pemanfaatan potensi sumber daya air untuk PLTA. penerimaan negara dari sektor ESDM, dalam hal ini subsektor
EBTKE, serta (3) terwujudnya peningkatan investasi sektor
Pada peningkatan peranan EBT dalam bauran energi, strategi ESDM (EBTKE).
yang telah ditetapkan, antara lain penetapan insentif dan harga
yang tepat untuk mendorong investasi; pemanfaatan aneka Setiap tujuan tersebut memiliki sasaran dan target yang harus
EBT dan bioenergi untuk pembangkit listrik; serta pemanfaatan dicapai melalui strategi yang tepat sehingga mampu menjawab
bahan bakar nabati (BBN). Peningkatan aksesibilitas melalui setiap tantangan yang dihadapi. Pada tujuan pertama, sasaran
pemanfaatan energi surya atau EBT lainnya memungkinkan yang ingin dicapai adalah peningkatan diversifikasi energi
tersedianya listrik bagi pulau-pulau atau desa-desa terpencil. melalui peningkatan kapasitas terpasang pembangkit listrik
EBT dan produksi biofuel.
Kemudian, yang juga menjadi perhatian utama dalam kebijakan
tersebut adalah peningkatan efisiensi konsumsi energi. Strategi Hingga 2019 mendatang, kapasitas listrik terpasang dari
yang disiapkan, antara lain menggalakkan kampanye hemat pembangkit EBT ditargetkan sebesar 16.996,2 MW. Jumlah
energi, mengembangkan insentif dan mekanisme pendanaan tersebut berasal dari Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi
untuk pembiayaan upaya efisiensi energi, serta meningkatkan (PLTP) sebesar 3.194,5 MW, PLT Bioenergi sebesar 2.871,8 MW,
kemampuan teknis manajer dan auditor energi. Strategi PLTA dan PLTMH sebesar 10.621,7 MW, PLTS (surya) sebesar 260,3
berikutnya adalah mengembangkan penggunaan sistem dan MW, PLT Bayu/Hibrid sebesar 47 MW, dan PLT Arus Laut sebesar
teknologi hemat energi di sektor industri serta optimalisasi 1 MW. Sedangkan produksi biofuel, ditargetkan sebesar 7,21 juta
instrumen kebijakan konservasi energi. kilo liter (KL). Target produksi tersebut berasal dari biodiesel
sebesar 7,02 juta KL dan bioetanol sebesar 0,19 juta KL.
Sementara itu, dalam pemanfaatan potensi sumber daya
air untuk PLTA, strategi yang dijalankan adalah percepatan Seiring dengan peningkatan kapasitas listrik terpasang,
pembangunan PLTA dengan memberikan insentif berupa diharapkan dapat mendorong peningkatan rasio elektrifikasi.
dispensasi terkait pemanfaatan kawasan hutan untuk Di semester I tahun 2017, rasio elektrifikasi tercatat sebesar

Sumber: Ditjen EBTKE

10
Beranda

Sumber: Ditjen EBTKE

Kapasitas terpasang dari PLTS dan PLTM/PLTMH juga


Guna mendorong dan meningkatkan menunjukkan adanya kenaikan. Dari kapasitas terpasang
iklim investasi di bidang EBTKE, sebesar 247,4 MW di 2016 menjadi 259,8 MW. Di akhir 2017
Pemerintah pun telah menetapkan sejumlah nanti, kenaikan kapasitas terpasang diharapkan dapat terus
kebijakan dan mengeluarkan instrumen-instrumen terjadi sehingga dapat memenuhi target RKP sebesar 291,7 MW.
yang diperlukan. Hal serupa juga terjadi di subsektor bioenergi. Keberadaan PLT
Bioenergi yang sebagian besar adalah PLT off-grid, memberikan
kontribusi sebesar 1.812,7 MW.
92,80% atau telah melampaui target yang ditetapkan di tahun
ini, yaitu sebesar 92,75%. Untuk itu, Menteri ESDM pun telah Pemerintah akan terus menggenjot produksi bioenergi yang
mengesahkan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik dibutuhkan sebagai energi primer bagi PLT Bioenergi sehingga
(RUPTL) 2017—2026 yang menargetkan bauran EBT dari 19,6% mampu memenuhi target kapasitas terpasang PLT Bioenergi
menjadi 22,5% pada tahun 2025. yang ditetapkan di 2017, yaitu sebesar 2.093 MW. Dengan realisasi
kapasitas listrik terpasang dari subsektor-subsektor EBTKE
Kemudian, untuk mewujudkan optimalisasi penerimaan tersebut, diharapkan dapat mendorong pertumbuhan rasio
negara dari EBTKE—dalam hal ini subsektor Panas Bumi, elektrifikasi sehingga mencapai target 97,35% di 2019 mendatang.
diperlukan penyempurnaan terhadap kebijakaan penerimaan
negara yang ada. Dengan demikian, pemanfaatan panas bumi Di sisi lain, pengembangan EBT untuk subsektor bioenergi
bisa memberikan kontribusi positif bagi penerimaan negara masih membutuhkan perhatian lebih besar. Khususnya, untuk
sebagai Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP). Bahan Bakar Nabati (BBN), yang produksinya masih cukup jauh
dari target produksi 2017 sebesar 4,6 juta KL. Hingga Oktober
Dari sisi investasi, pada 2019 direncanakan investasi dari 2017, produksi BBN tercatat sebesar 1,67 juta KL.
subsektor EBTKE dapat mencapai 3,707 miliar dolar AS. Target
investasi tersebut ditetapkan berasal dari panas bumi sebesar Rendahnya harga minyak dunia merupakan salah satu faktor
1,3 miliar dolar AS, bioenergi sebesar 0,4 miliar dolar AS, aneka yang menjadi tantangan dalam pengembangan BBN karena hal
EBT sebesar 2 miliar dolar AS, serta konservasi energi sebesar tersebut menyebabkan selisih harga BBN dan BBM yang cukup
0,007 miliar dolar AS. Guna mendorong dan meningkatkan iklim tinggi. Namun, dengan adanya kebijakan mandatori campuran
investasi di bidang EBTKE, Pemerintah pun telah menetapkan BBN ke BBM sebesar 20% (B20) sejak 2016 lalu, Ditjen EBTKE
sejumlah kebijakan dan mengeluarkan instrumen-instrumen optimis dapat mengejar target di penghujung 2017 nanti.
yang diperlukan. Ditambah lagi, subsidi BBN yang telah berjalan diharapkan
dapat mendorong pertumbuhan produksi BBN.
Capaian
Hingga Oktober 2017, sejumlah capaian berhasil dipenuhi Salah satu capaian positif lainnya dari pemanfaatan EBT
Ditjen EBTKE. Di antaranya, kapasitas listrik terpasang yang adalah pengurangan emisi karbon (CO2). Emisi karbon—
menunjukkan tren kenaikan untuk setiap subsektor. Subsektor yang salah satunya dihasilkan dari penggunaan energi fosil—
panas bumi berkontribusi sebesar 1.808,5 MW dari target sebesar ini menunjukkan tren penurunan yang ditandai dari semakin
1.858,5 MW di akhir 2017. Peningkatan kapasitas terpasang besarnya jumlah emisi yang berhasil direduksi dari tahun ke
tersebut mendapatkan pasokan tambahan dari PLTP Ulubelu 4 tahun. Pada 2015 dan 2016, Pemerintah berhasil mereduksi
sebesar 55 MW dan PLTP Sarulla 2 sebesar 110 MW. emisi karbon masing-masing sebesar 29,64 juta ton CO2 dan
31,60 juta ton CO2 dari pemanfaatan EBT.

11
Beranda
Sementara, sampai dengan Oktober 2017, penurunan emisi Hal tersebut diatur pula dalam Permen ESDM No. 35/2014.
karbon mencapai 33 juta ton CO2 dari target 33,6 juta ton Sedangkan, sebanyak 3 perizinan dan 7 non-perizinan terkait
CO2 (2017). Dampak positif terhadap lingkungan ini juga EBTKE masih ditangani oleh Kementerian ESDM, yang diatur
didorong oleh sejumlah kebijakan ataupun program yang dalam Permen ESDM No. 12/2016.
digulirkan Pemerintah. Di antaranya, target 23% bauran
energi primer EBT di 2025; pengelolaan sampah untuk Dari sisi regulasi, Pemerintah juga telah merevisi beberapa
energi listrik; serta penerapan konservasi di sektor industri, regulasi terkait EBT dan ketenagalistrikan. Di antaranya,
bangunan gedung, dan rumah tangga. Permen ESDM No. 12/2017 tentang Pemanfaatan Sumber
Energi Terbarukan untuk Penyediaan Tenaga Listrik yang
Pemanfatan EBT, dalam hal ini subsektor panas bumi, telah disempurnakan dengan Permen ESDM No. 50/2017. Dalam
memberikan kontribusi bagi Penerimaan Negara Bukan Pajak Permen ini, memuat aturan tentang harga jual listrik EBT, yakni
(PNBP). Sumber penerimaan subsektor ini berasal dari iuran mekanisme harga yang lebih adil bagi kedua pihak (investor
tetap eksplorasi, iuran tetap produksi, royalti produksi, serta dan PLN).
bonus produksi panas bumi. Realisasi PNBP dari subsektor
ini pun mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. PNBP Adanya kebijakan baru tersebut mampu mendorong para
tercatat sebesar Rp 750 miliar (2014), Rp 880 miliar (2015), pengusaha untuk berinvestasi di sektor EBT sehingga sektor
Rp 930 miliar (2016), dan Rp 530 miliar per September energi ini pun semakin bergeliat. Hingga September 2017,
2017. PNBP dari subsektor panas bumi direncanakan bisa sebanyak 60 kontrak Power Purchase Agreement (PPA)
mencapai target sebesar Rp 650 miliar di akhir 2017. pembangkit EBT antara PT PLN (Persero) dengan Independent
Power Producer (IPP) telah ditandatangani. Kontrak tersebut
Memikat Investor mencakup pengembangan listrik EBT dengan total kapasitas
Seperti sudah disebutkan sebelumnya, bahwa 7.023 MW yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia.
pengembangan EBT ini memerlukan investasi yang sangat
besar. Namun sayangnya, kebutuhan tersebut belum diiringi Upaya Pemerintah untuk menciptakan iklim investasi yang
dengan minat investor yang besar pula terhadap subsektor menarik bagi investor ini diharapkan dapat mendorong
EBT. Karenanya, guna menumbuhkan minat investor di tercapainya target investasi di bidang EBTKE sebesar 1,56 miliar
subsektor EBTKE, Pemerintah telah mengembangkan dolar AS atau lebih dari Rp 21 triliun di 2017. Berdasarkan data
sejumlah terobosan. Mulai dari penyederhanaan regulasi Ditjen EBTKE, hingga September 2017, investasi di bidang
dan perizinan untuk memberikan kemudahan, membuat EBTKE telah mencapai Rp 11,74 triliun.
aturan di tingkat hulu, mendorong pendanaan yang murah,
pemberian insentif fiskal, hingga mengatur harga jual beli Konservasi Energi
dan membuat mekanisme harga yang lebih adil. Tak hanya menjadikan pengembangan EBT sebagai prioritas,
Pemerintah pun secara konsisten melaksanakan konservasi
Dalam hal perizinan, sebanyak 10 perizinan terkait EBTKE energi. Kebijakan Konservasi Energi ini merupakan upaya
dan Ketenagalistrikan telah dialihkan kepada PTSP BKPM. terpadu dan sistematis guna melestarikan sumber daya energi

Sumber: Ditjen EBTKE

12
Beranda

Sumber: Ditjen EBTKE

dan meningkatkan efisiensi pemanfaatan energi. Kebijakan Konservasi energi juga dilaksanakan dengan upaya
konservasi energi ini pun diterjemahkan oleh Ditjen EBTKE ke penghematan energi yang diwujudkan dalam Program
dalam sejumlah program, antara lain penerapan Manajemen “Potong 10%. Program yang melibatkan berbagai pihak—
Energi, Manajer Energi, dan Auditor Energi; pengadaan mulai dari Pemerintah, industri, organisasi masyarakat, hingga
Penerangan Jalan Umum (PJU) Hemat Energi, serta pembagian masyarakat (individu)—ini bertujuan untuk meningkatkan
Lampu Tenaga Surya Hemat Energi (LTSHE). kesadaran dan tanggung jawab dalam memanfaatkan energi
secara efisien.

Pengembangan EBT yang Termasuk dalam Program “Potong 10%, Ditjen EBTKE melalui
Direktorat Konservasi Energi juga membangun Penerangan
secara masif dan nyata dilakukan Jalan Umum (PJU) dengan lampu hemat energi di berbagai
Pemerintah tidak hanya dimaksudkan untuk kota di Indonesia. Sistem PJU yang menggunakan lampu
menggantikan energi fosil yang mahal dan polutif. berbasis LED ini dilengkapi teknologi yang memungkinkannya
untuk memberi kendali penuh terhadap lampu jalan, mulai
dari monitoring kondisi lampu jalan secara real time hingga
Hingga Oktober 2017, Ditjen EBTKE telah memiliki 51 Manajer mengendalikan pemakaian dayanya.
Energi dan 42 Auditor Energi. Manajer dan Auditor Energi ini
bertugas untuk mengidentifikasi titik-titik pemborosan energi Pembangunan sistem PJU ini merupakan pembangunan
yang terjadi pada satu sistem pemanfaatan energi. Selain itu, juga infrastruktur EBTKE yang telah dialokasikan dalam APBN
merencanakan, menganalisis, dan merekomendasikan langkah- 2014—2017. Dengan alokasi APBN tersebut, dibangun PJU di
langkah untuk meningkatkan efisiensi energi. Untuk menghadirkan 15.086 titik di seluruh Indonesia.
Manajer dan Auditor Energi yang kompeten, Direktorat Konservasi
Energi Ditjen EBTKE pun secara rutin menyelenggarakan capacity Kampanye konservasi energi melalui penghematan energi juga
building bagi Manajer dan Auditor Energi, baik dari sektor industri, dilaksanakan melalui Program Lampu Tenaga Surya Hemat
pemerintahan, kementerian/lembaga, maupun masyarakat. Energi (LTSHE). Program ini sekaligus sebagai upaya menerangi
daerah-daerah yang belum terjangkau akses listrik, khususnya
Sesuai dengan Inpres 13 tahun 2011 tentang Penghematan daerah terisolasi, terpencil, dan terluar di wilayah Indonesia.
Energi dan Air, gedung-gedung pemerintahan pun diwajibkan
untuk menerapkan penghematan energi dan air serta Tahun ini, Program LTSHE ditargetkan bagi 80.332 rumah di
melaporkannya. Dari 35 instansi yang ada, terdapat 123 gedung 5 provinsi, yaitu Riau, Nusa Tenggara Barat, Maluku Papua,
yang sudah menerapkannya. Sedangkan untuk sektor industri/ dan Papua Barat. Target sasaran program akan ditambahkan
swasta, tercatat baru 25 perusahaan yang telah comply dalam di 2018 mendatang, menjadi 175.782 rumah di 15 provinsi di
menerapkan efisiensi energi dan air. Tanah Air.

13
Inovasi dan
teknologi

Tingkatkan Pelayanan Listrik EBT,


EBTKE Kembangkan Aplikasi
“Sinergi Desa”
Upaya pemerintah untuk mengembangkan Energi Baru Terbarukan (EBT) tidak hanya
sebatas menggali potensi EBT dan membangun pembangkit listrik EBT. Melainkan,
juga memelihara pembangkit EBT sehingga mampu memberikan layanan terbaik
bagi masyarakat. Dalam hal ini, menjamin ketersediaan pasokan listrik dari listrik EBT.
Upaya itu pun diwujudkan Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi
Energi (Ditjen EBTKE) dengan menghadirkan sebuah karya inovatif, yaitu Aplikasi Sistem
Informasi Energi Desa atau Sinergi Desa.

Sinergi Aplikasi Namun, di sisi lain, keberadaan PLTS yang tersebar


Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) merupakan salah menghadirkan tantangan tersendiri. Khususnya, dalam
satu jenis pembangkit EBT yang telah dibangun Ditjen hal monitoring dan manajemen aset pembangkit hingga
EBTKE. Untuk menjamin pemerataan ketersediaan energi evaluasi dan perawatan pembangkit yang tidak optimal. Hal
listrik, PLTS ini pun dibangun di berbagai lokasi yang tersebar tersebut, tentu saja, berdampak pada kualitas pelayanan
di wilayah Indonesia. ketenagalistrikan bagi masyarakat.

14
Inovasi dan
teknologi
Selain lokasi, tantangan tersebut juga diakibatkan terbatasnya Sinergi Desa juga telah menerbitkan 7 artikel melalui aplikasi
sumber daya, baik manusia, anggaran, maupun waktu, yang smartphone serta telah mengirimkan hampir 17.000 pesan
dibutuhkan untuk memantau PLTS. Keterbatasan dari sisi singkat kepada seluruh anggota Sinergi Desa.
sumber daya manusia (SDM), salah satunya, disebabkan tingkat
pemahaman operator pembangkit yang berbeda dengan Terlepas dari keunggulan dan perkembangannya, Sinergi
standarisasi sistem yang beraneka ragam. Desa merupakan solusi tepat dalam upaya pemantauan,
pemeliharaan, dan perawatan PLTS. Sinergi Desa telah
Sementara itu, PLTS yang telah dibangun belum didukung oleh membantu operator pembangkit untuk memahami masalah
layanan purnajual yang memadai karena lemahnya pengawasan yang mereka hadapi dan mencari solusinya. Sebagai contoh,
dan pelaksanaan layanan purnajual. Terutama, layanan dari sisi kasus penggantian sekering di Aceh, penegakan aturan tarif
perawatan pembangkit listrik terbangun. Kemudian, partisipasi di Nusa Tenggara Timur (NTT), serta penyediaan data untuk
Pemerintah Daerah yang masih rendah semakin menambah penelusuran kasus pencurian alat di Sulawesi Tenggara.
problematika dalam pemeliharaan dan perawatan PLTS.
Dengan demikian, kehadiran Sinergi Desa memungkinkan
Sebagai solusinya, Ditjen EBTKE mengembangkan inovasi Sinergi dibuatnya laporan berkala terkait kondisi PLTS maupun
Desa. Sinergi Desa di sini merujuk pada dua hal. Pertama, Sistem EBT secara umum. Laporan ini akan menjadi masukan bagi
Informasi Energi Desa dan yang kedua merujuk pada aplikasi perencanaan dan pelaksanaan kegiatan berikutnya serta
hasil sinergi dua aplikasi, yaitu Sistem Akuisisi Data dan Aplikasi perumusan kebijakan oleh Ditjen EBTKE dan para pemangku
Monitoring dan Sharing Informasi tentang PLTS. kepentingan.

Keunggulan Kolaborasi
Sebagai Sistem Informasi Desa, aplikasi ini mampu memberikan Selama pengembangan Sinergi Desa, Ditjen EBTKE
informasi dengan tepat dan cepat kepada pihak manajemen dihadapkan pada sejumlah tantangan. Di antaranya, belum
Sumber: Ditjen EBTKE

aset. Adapun informasi yang diberikan terkait dengan potensi banyaknya sarana pelayanan publik yang memanfaatkan
energi surya di daerah, energi listrik yang dihasilkan PLTS, teknologi informasi, terutama di bidang energi perdesaan, di
serta potensi kegagalan operasional sistem PLTS. Selain itu, awal masa pengembangannya.
informasinya juga mencakup perbandingan produksi listrik PLTS
di beberapa lokasi serta laporan harian, mingguan, bulanan, Tantangan demi tantangan tersebut, ternyata, memberikan
hingga tahunan seputar kondisi PLTS yang disampaikan secara nilai-nilai pembelajaran yang konstruktif. Misalnya saja,
online. adanya kesadaran bahwa inovasi tidak dilakukan sendiri.
Inovasi yang efektif merupakan hasil kolaborasi antarpihak
Dari sisi aplikasi, Sinergi Desa telah dibekali sejumlah konten yang memiliki komitmen yang sama dan tinggi dalam
berupa Sistem Komunikasi Mesin ke Mesin dan Sistem Informasi melayani demi kemajuan bersama.
dan Komunikasi dua arah. Pada sistem komunikasi mesin ke
mesin, kontennya berupa sistem e-Proposal dan Sistem Akuisisi Kolaborasi dalam berinovasi demi perbaikan pelayanan
Data yang terdiri dari sistem pengajuan proposal online serta juga harus ditempatkan di atas kepentingan pribadi atau
Sistem Pengukuran dan Sistem Monitoring Pembangkit EBT. kelompok. Setiap keluhan dan masukan yang diterima dari
warga menjadi pembelajaran tersendiri bagi anggota untuk
Adapun fungsi dari Sistem Pengukuran Pembangkit EBT adalah mendengarkan dengan seksama dan memahami situasi
untuk mengukur energi yang dihasilkan oleh pembangkit dan yang dialami warga. Komunikasi dengan warga itu pun
mengukur suhu perangkat keras pada pembangkit. Selain itu, menumbuhkan empati dan kepedulian terhadap kearifan
sistem ini juga untuk mereduksi emisi karbondioksida serta lokal.
mengukur energi yang dikeluarkan maupun digunakan dari
pembangkit. Sedangkan Sistem Monitoring Pembangkit EBT, Ke depannya, pelaksanaan Sinergi Desa diharapkan dapat
berfungsi untuk memonitor kondisi perangkat yang berada menumbuhkan peran aktif dari para praktisi dan akademisi
di lokasi pembangkit, baik perangkat lunak, perangkat keras, melalui wadah-wadah komunitas EBT. Di sisi lain, koordinasi
maupun modul. Sistem ini dibuat dalam bentuk tabel pesan. antarkementerian/lembaga dan pemerintah daerah juga
harus diperkuat. Dengan begitu, setiap hasil monitoring/
Pada konten berupa Sistem Informasi dan Komunikasi dua arah, evaluasi yang diperoleh bisa segera ditindaklanjuti dan
digunakan aplikasi ponsel berbasis web dan Android. Sistem dibuatkan database, yang kelak dapat dikembangkan
ini memungkinkan warga untuk bertanya dan mendapatkan sebagai Knowledge Management System.
jawaban dari para ahli, termasuk tentang cara pengoperasian
PLTS maupun pembangkit EBT lainnya. Ke depan, Sinergi Desa akan terus dikembangkan dan tidak
menutup kemungkinan untuk direplikasi oleh berbagai
Hingga saat ini, Sinergi Desa telah digunakan oleh 811 pengguna instansi yang telah membangun infrastruktur pembangkit
dan telah melayani 187 pertanyaan dengan 244 tanggapan dari listrik. Bukan hanya PLTS, melainkan juga pembangkit EBT
anggota komunitas. Sejak Oktober 2014 hingga Januari 2016, lainnya atau, bahkan pembangkit non-EBT.

15
INvestasi

Kebijakan dan Terobosan Pemerintah,


Gairahkan
Investasi EBT
Potensi Energi Baru Terbarukan (EBT) Indonesia yang mencapai lebih dari 800 GW,
menghadirkan peluang investasi EBT yang cukup besar. Sayangnya, hingga saat ini,
potensi tersebut baru dimanfaatkan sekitar 1,9%-nya saja. Untuk mendorong peningkatan
pemanfaatan EBT, Pemerintah pun membuka pintu bagi para investor untuk turut berperan
dalam pengembangan EBT di Tanah Air. Sejumlah kebijakan pun dicanangkan Pemerintah
guna memberikan kemudahan dalam berinvestasi sekaligus menciptakan iklim investasi yang
kondusif.

Sumber: Ditjen EBTKE

16
Investasi

Regulasi
Salah satu tantangan terberat dalam peningkatan porsi Di subsektor bioenergi, pengembangannya telah diatur
EBT dalam bauran energi primer adalah tingginya investasi dalam Permen ESDM No. 26/2016 dan Permen No. 12/2015
yang dibutuhkan untuk pengembangan jenis energi hijau tentang Perubahan Ketiga atas Permen ESDM No. 32/2008
ini. Untuk setiap megawatt-nya, rata-rata investasi yang tentang Penyediaan, Pemanfaatan, dan Tata Niaga Bahan
dibutuhkan adalah sebesar 2 juta—5 juta dolar AS. Bahkan, Bakar Nabati (Biofuel) sebagai Bahan Bakar Lain. Untuk
perkiraan Badan Energi Internasional (IEA) pada 2014 lalu menggalakkan upaya konservasi energi, telah diterbitkan
menunjukkan upaya pengurangan kadar karbon secara pula Permen ESDM No. 14/2012 tentang Manajemen
global melalui pengembangan energi listrik yang bersumber Energi, Permen ESDM No. 13/2012 tentang Penghematan
dari EBT, membutuhkan investasi sekitar 20 triliun dolar AS Pemakaian Tenaga Listrik, serta Permen ESDM No. 14/2016
hingga tahun 2035 mendatang. tentang Penyelenggaraan Usaha Jasa Konservasi Energi.

Karenanya, Pemerintah terus berupaya untuk menggandeng Skema Investasi


para investor dalam pengembangan EBT. Khususnya, dalam Dengan adanya sejumlah regulasi tersebut, elemen/
pembangunan infrastruktur energi yang difokuskan untuk badan usaha swasta dapat melakukan investasi di bidang
meningkatkan rasio elektrifikasi di wilayah timur Indonesia EBT sesuai dengan aturan dan ketetapan yang berlaku.
berdasarkan prinsip energi berkeadilan sehingga tercapai Investasi di bidang EBTKE ini dapat dilakukan melalui
Indonesia yang mandiri energi. Skema IPP (Independent Power Producer), Skema APBN,
Skema DAK (Dana Alokasi Khusus), Skema KPDBU (Kerja
Untuk itu, Pemerintah melalui Ditjen EBTKE Kementerian ESDM sama Pemerintah Daerah & Badan Usaha), serta Skema
menerbitkan regulasi yang menjadi landasan pembangunan Elektrifikasi Perdesaan.
dan investasi di bidang EBTKE. Pengembangan EBTKE ini
Pada Skema IPP, harga beli dan mekanisme pembelian
listrik IPP dari berbagai jenis komoditi EBT telah diatur
dalam Permen ESDM No. 50/2017. PT PLN (Persero) sebagai
BUMN akan membeli listrik produksi IPP. Harga beli ini
Pemerintah terus berupaya untuk merujuk pada Biaya Pokok Produksi (BPP) listrik lokal yang
menggandeng para investor dalam dikeluarkan oleh PLN dan ditetapkan Menteri ESDM.
pengembangan EBT. Khususnya, dalam
Jika BPP Pembangkitan di sistem ketenagalistrikan setempat
pembangunan infrastruktur energi di atas rata-rata BPP Pembangkitan Nasional, harga
yang difokuskan untuk meningkatkan pembelian maksimal 85% dari BPP Pembangkitan setempat.
rasio elektrifikasi di wilayah timur Harga ini diberlakukan untuk PLTS, PLTB, PLT Biomassa, PLT
Indonesia berdasarkan prinsip Biogas, dan PLTA laut. Sedangkan untuk PLTSa, PLTP, dan
PLTA, jika BPP Pembangkitan di sistem setempat di atas rata-
energi berkeadilan sehingga tercapai
rata pembangkitan nasional, harga pembelian maksimal
Indonesia yang mandiri energi. 100% dari BPP Pembangkitan setempat.

Sementara, jika BPP pembangkitan setempat lebih


rendah atau sama dengan rata-rata BPP Pembangkitan
telah diatur dalam, antara lain, Peraturan Pemerintah (PP) Nasional, harga pembelian tenaga listrik berdasarkan
No. 79/2014 tentang Kebijakan Energi Nasional; Peraturan kesepakatan. Mekanisme harga tersebut merupakan
Presiden (Perpres) No.22/2017 tentang Rencana Umum salah satu upaya Pemerintah untuk mendorong investasi
Energi Nasional (RUEN); serta Permen ESDM No. 50/2017 di wilayah Indonesia timur. Mekanisme ini membuat
tentang Pemanfaatan Sumber Energi Terbarukan untuk investasi di wilayah timur lebih menguntungkan.
penyediaan tenaga listrik.
Perjanjian jual beli listrik antara PLN dan IPP ini dikuatkan
Pada Permen ESDM No. 50/2017 tersebut, Pemerintah melalui penandatanganan Perjanjian Jual Beli Listrik
menetapkan mekanisme harga jual listrik EBT yang lebih (PJBL). PJBL mencakup pengaturan terhadap beberapa
adil bagi investor maupun PT. PLN (Persero). Selain regulasi aspek komersial untuk berbagai jenis pembangkit EBT,
tersebut, Pemerintah juga telah menyediakan payung hukum antara lain PJBL dapat berlaku hingga 30 tahun. Aspek
bagi pemanfaatan sumber-sumber EBT. Di antaranya, UU komersial juga meliputi bentuk transaksi, yaitu delivery
No. 21/2014, PP No. 9/2012, PP No. 28/2016, PP No. 7/2017, or pay dan take or pay. Delivery or pay adalah kondisi IPP
Permen ESDM No. 11/2009, serta Permen ESDM No. 37/2017, yang tidak dapat menyanggupi distribusi listrik sesuai
yang menjadi landasan dalam pemanfaatan dan pengelolaan kapasitas yang disepakati karena kesalahan IPP sehingga
energi panas bumi. IPP akan dikenakan pinalti.

17
Investasi
Sedangkan take or pay, adalah kondisi PLN yang tidak Pada Skema KPDBU, pemerintah daerah dan badan usaha
sanggup menyerap listrik sesuai kapasitas yang disepakati bekerja sama dalam menyediakan infrastruktur untuk
dalam PJBL karena kesalahan PLN sehingga PLN harus kepentingan umum, melalui pembentukan Badan Usaha
membayar pinalti kepada IPP selama periode tertentu. Pelaksana KPDBU. Dalam kerja sama ini, kepala daerah
Besaran pinalti ditetapkan secara proporsional sesuai atau BUMD menjadi Penanggung Jawab Proyek Kerja sama
komponen investasi. Aspek komersial berikutnya adalah (PJPK).
kesepakatan terkait Komponen E, yaitu komponen biaya
transmisi dari pembangkit sampai ke gardu induk PLN. Selain kelima skema investasi di atas, pemerintah
juga membuka kesempatan bagi badan usaha untuk
Dalam Skema APBN, pemanfaatan EBTKE meliputi kegiatan menyediakan listrik dan infrastruktur kelistrikan skala
fisik berupa pembangunan, pengadaan, dan pemasangan kecil sampai dengan 50 MW di daerah perdesaan belum
instalasi penyediaan tenaga listrik dari EBT, instalasi berkembang, terpencil, perbatasan, dan pulau kecil
penyediaan bahan bakar non tenaga listrik bioenergi, serta berpenduduk. Adapun sumber EBT yang boleh dikelola
peralatan efisiensi energi. Kegiatan tersebut juga mencakup adalah gas metana batubara, panas bumi, angin, bioenergi,
revitalisasi/rehabilitasi instalasi pemanfaatan EBT dan simar matahari, aliran/terjunan air, nuklir, batubara
konservasi energi. Pada skema ini, Ditjen EBTKE bertanggung tercairkan, dan batubara tergaskan.
jawab atas pengelolaan anggaran dari APBN sebagai modal
pembangunan di tingkat daerah. Capaian
Dalam kurun waktu 2014—2017, pengembangan sektor
Dalam Skema DAK, pemerintah daerah berwenang atas EBTKE melalui pendanaan APBN telah berhasil membangun
pengelolaan DAK untuk membangun pembangkit listrik sejumlah infrastruktur EBTKE di seluruh wilayah Indonesia.
EBT berskala kecil. Keberadaan pembangkit listrik ini Dengan total anggaran lebih dari Rp3 triliun, telah dibangun
dapat meningkatkan rasio elektrifikasi dan mempercepat pembangkit EBT sebanyak 471 unit dengan kapasitas total
pembangunan ekonomi—khususnya di daerah terpencil. terpasang 38.988 KW, biogas komunal sebanyak 823 unit
Adapun target utama dari DAK adalah (1) Pembangunan EBT dengan kapasitas total 5.232 m3, serta sarpras BBN sebanyak
dan (2) Listrik Perdesaan (Lisdes). 15 unit dengan kapasitas 5.900 KL. Selain itu, telah terbangun
pula Penerangan Jalan Umum (PJU) di 15.086 titik, Lampu
Pembangunan EBT terdiri dari penyediaan listrik dari PLTMH Tenaga Surya Hemat Energi (LTSHE) sebanyak 80.332 unit,
off grid sebesar 1,5 MW, penyediaan listrik dari PLTS Terpusat serta berhasil melistriki dan menerangi 147.193 KK.
dan/atau tersebar dengan total kapasitas sebesar 2,1 MWp,
produksi biogas sebesar 2.000 m3 per hari, serta revitalisasi Adapun nilai investasi di bidang EBTKE hingga September 2017
PLTS dan PLTMH off grid. Sementara, melalui Lisdes, adalah sebesar Rp11,74 triliun dari target 2017 sebesar Rp21,06
dilaksanakan pembangunan jaringan dan sambungan listrik triliun. Secara umum, investasi di bidang EBTKE ini mengalami
rumah tangga dengan target 195.000 rumah tangga serta peningkatan sejak tahun 2104 lalu. Pada 2014, nilai investasi
jaringan listrik tegangan rendah sepanjang 140 km untuk tercatat sebesar Rp8,63 triliun dan melonjak cukup signifikan
mendistribusikan listrik kepada target rumah tangga. menjadi Rp13,96 triliun (2015) dan Rp21,25 triliun (2016).

Sumber: Ditjen EBTKE

18
investasi
Adanya investasi, tentunya, memberikan dampak positif PTSP BKPM. Sedangkan, sebanyak 3 perizinan dan 7 non-
terhadap penerimaan negara. Penerimaan Negara Bukan perizinan terkait EBTKE masih ditangani oleh Kementerian
Pajak (PNBP) dari sektor EBTKE mengalami peningkatan ESDM. Dari sisi regulasi, Pemerintah juga telah merevisi
dari tahun ke tahun. Pada 2014, penerimaan negara tercatat beberapa regulasi terkait EBT dan ketenagalistrikan.
sebesar Rp750 miliar dan meningkat hingga mencapai
Rp880 miliar pada 2015 dan Rp930 miliar pada 2016. Hingga Adapun regulasi tersebut adalah Permen ESDM No.
September 2017, sektor EBTKE berkontribusi sebesar Rp530 10/2017 tentang Pokok-pokok dalam Perjanjian Jual Beli
miliar terhadap PNBP. Penerimaan tersebut bersumber dari Tenaga Listrik yang disempurnakan menjadi Permen
iuran tetap eksplorasi, iuran tetap produksi, royalti produksi, ESDM No. 49/2017. Permen ini mengatur tentang, salah
dan bonus produksi panas bumi. satunya, PJBTL untuk semua jenis pembangkit, termasuk
pembangkit EBT (PLTP, PLTA, PLT Biomassa).
Kebijakan baru terkait mekanisme harga pembelian tenaga
listrik telah mendorong pengusaha untuk berinvestasi di Kemudian, Permen ESDM No. 12/2017 tentang Pemanfaatan
sektor EBT. Hingga September 2017, sebanyak 60 kontrak Sumber Energi Terbarukan untuk Penyediaan Tenaga
Power Purchase Agreement (PPA) pembangkit EBT antara PT Listrik yang disempurnakan dengan Permen ESDM No.
PLN (Persero) dengan Independent Power Producer (IPP) telah 50/2017. Dalam Permen ini, memuat aturan tentang harga
ditandatangani. Kontrak tersebut mencakup pengembangan jual listrik EBT, yakni mekanisme harga yang lebih adil bagi
listrik EBT dengan total kapasitas 7.023 MW yang tersebar di kedua pihak (investor dan PLN).
seluruh wilayah Indonesia.

Sumber: Ditjen EBTKE

Untuk insentif pengusahaan EBT, Pemerintah memberikan


Kontrak IPP PLT EBT yang sudah PPA tersebut mengalami fasilitas pajak penghasilan yang diatur dalam Peraturan
tren kenaikan dibandingkn tahun-tahun sebelumnya. Tahun Pemerintah No. 18 Tahun 2015 dan Peraturan Menteri Keuangan
2014, sebanyak 15 kontrak telah PPA. Meskipun sempat No. 89/PMK.010/2015. Para investor juga akan diberikan
mengalami penurunan di tahun 2015 menjadi 14 kontrak, pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), dibebaskan dari
pada 2016 terjadi kenaikan jumlah kontrak PPA menjadi 16 pungutan bea masuk, serta dibebaskan dari pengenaan pajak
kontrak. pertambahan nilai.

Penyederhanaan Perizinan Disamping itu, Ditjen EBTKE telah menyediakan sejumlah


Untuk menarik minat investor, Pemerintah memberikan layanan online. Di antaranya, SKT Jasa Konservasi, layanan
kemudahan dan/atau insentif fiskal yang bisa meringankan BBN, ESDM One Map Indonesia, Sistem Informasi Tenaga Kerja
biaya. Di antaranya, dengan memberikan keringanan pajak Asing (SITA), Database Biomassa, Pelaporan Online Manajemen
untuk beberapa komponen tambang; insentif pendanaan, Energi, dan Pelaporan Online Penghematan Energi dan Air.
seperti Dana Alokasi Khusus (DAK) untuk daerah
terpencil; serta mengalokasikan dana murah dari APBN Upaya Pemerintah untuk menciptakan iklim investasi yang
yang disalurkan melalui perusahaan pembiayaan milik menarik bagi investor ini diharapkan dapat mendorong
Pemerintah (PT Sarana Multi Infrastruktur). tercapainya target investasi pada 2017. Namu, yang terpenting
adalah, bahwa langkah dan strategi yang diambil Pemerintah
Dalam hal perizinan, Pemerintah juga melakukan mampu mendorong pemerataan penyediaan energi listrik
penyederhanaan perizinan. sebanyak 10 perizinan terkait yang terjangkau hingga ke pelosok negeri. Dengan demikian,
EBTKE dan Ketenagalistrikan telah dialihkan kepada terwujud kedaulatan energi yang berkeadilan.

19
Program
utama

Sumber: Ditjen EBTKE


Pengembangan Panas Bumi 2017,
Prioritaskan Wilayah
Indonesia Timur
Letak Indonesia yang berada di rangkaian cincin api (ring of fire) membuat negeri ini
menyimpan potensi sumber daya panas bumi yang sangat besar, yaitu mencapai 11 GW,
dengan total cadangan lebih dari 17 GW. Karenanya, panas bumi menjadi salah satu
andalan EBT di Indonesia yang akan memberikan kontribusi terhadap target EBT 23% dalam
bauran energi primer nasional di 2025 mendatang. Untuk itu, Direktorat Jenderal Energi
Baru Terbarukan (Ditjen EBTKE) melalui Direktorat Panas Bumi telah menyusun rencana
dan strategi pengembangan panas bumi berdasarkan Kebijakan Energi Nasional (KEN) dan
Rencana Umum Energi Nasional (RUEN).

20
Program utama

Sustainable
Panas bumi merupakan salah satu jenis energi baru Program prioritas berikutnya terkait dengan tantangan
terbarukan (EBT) dengan beberapa kelebihan. Di antaranya, yang dihadapi dalam pengembangan panas bumi, yakni
panas bumi menghasilkan emisi gas rumah kaca hanya 1,5% besarnya investasi awal yang dibutuhkan. Misalnya saja,
dari emisi yang dihasilkan batubara. Pengembangan panas investasi untuk pembiayaan pengeboran panas bumi. Untuk
bumi ini dalam rangka memanfaatkannya, baik sebagai itu, Pemerintah Indonesia bekerja sama dengan World Bank
sumber energi primer bagi pembangkit listrik maupun untuk menyediakan dana hibah melalui pendanaan Geothermal
kegiatan di bidang lainnya, seperti agrobisnis, industri, dan Energi Upstream Development Project (GEUDP).
pariwisata.
Dana hibah tersebut terdiri dari Clean Technology Fund (CTF)
Pengembangan panas bumi untuk Pembangkit dan Global Environment Facility (GEF) untuk melakukan
Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) dapat menjadikan pengeboran eksplorasi panas bumi oleh Pemerintah
pembangkitnya sustainable dan dapat beroperasi hingga (government drilling). Proyek pendanaan ini melibatkan
40 tahun, bahkan lebih. Terbukti, Sumur Panas Bumi KMJ-3 Kementerian ESDM—Direktorat Panas Bumi dan Pusat
yang dibor pada tahun 1926 oleh kolonial Belanda, hingga Sumber Daya Mineral, Batubara, dan Panas bumi Badan
saat ini masih dapat menghasilkan uap kering dengan suhu Geologi (PSDMBP) serta Kementerian Keuangan—Direktorat
140oC dan tekanan 2,5 atm (Geomagz, 2014). Pengelolaan Risiko Keuangan Negara dan PT Sarana Multi
Infrastruktur (SMI).
Dibandingkan EBT lainnya, pengembangan energi panas
bumi mempunyai karakteristik yang cukup menarik. Proyek pendanaan untuk pengeboran eksplorasi ini
Pertama, pengembangan energi panas bumi harus didahului bertujuan untuk mengurangi risiko pengusahaan panas
oleh survei geologi yang komprehensif dan tahapan bumi. Dengan berkurangnya risiko tersebut diharapkan
eksplorasi untuk membuktikan ketersediaan sumber akan dapat mendorong pengembangan panas bumi oleh
daya panas bumi. Kedua, pengembangan panas bumi pengembang swasta atau BUMN. Proyek pendanaan ini akan
juga memerlukan dana investasi yang cukup besar untuk berfokus pada Wilayah Indonesia Bagian Timur dengan tidak
melakukan survei lapangan, pengeboran sumur eksplorasi, menutup kemungkinan untuk Indonesia Bagian Barat.
hingga proses konstruksi PLTP sendiri.
Tahun ini, Pemerintah juga memfokuskan pengembangan
Program Prioritas panas bumi di wilayah Indonesia timur karena rasio
Dalam pengembangan panas bumi di Indonesia, Direktorat elektrifikasinya lebih rendah dibandingkan wilayah
Panas Bumi menerapkan beberapa program utama. Tak Indonesia barat. Wilayah ini menyimpan total cadangan
hanya itu, Direktorat Panas Bumi juga melakukan berbagai panas bumi sebesar 3.362 MW dengan kapasitas terpasang
terobosan untuk mengatasi tantangan-tantangan yang sebesar 132,5 MW. Sedangkan berdasarkan hasil survei
terjadi dalam pengembangan panas bumi. pendahuluan, baik berupa survei lingkungan maupun sosial,

Pada subsektor panas bumi, terdapat 4 program prioritas


yang telah ditetapkan adalah (1) Penugasan kepada BUMN,
(2) Pengeboran eksplorasi oleh Pemerintah dan Geothermal
Fund, (3) Penugasan survei pendahuluan dan eksplorasi,
serta (4) Pelelangan WKP Indonesia Timur.

Penugasan kepada BUMN atau BLU untuk mengembangkan


Wilayah Kerja Panasbumi (WKP) telah diatur dalam UU
Panas Bumi. Di tahun 2017, Pemerintah telah menugaskan
pengembangan 3 WKP kepada PT PLN (Persero), yaitu WKP
Atadei di Nusa Tenggara Timur, Songa Wayaua di Maluku
Utara, dan Tangkuban Perahu di Jawa Barat.

Kemudian, penugasan juga diberikan kepada PT Geo Dipa


Energi (Persero) untuk mengembangkan 2 WKP, yaitu WKP
Sumber: Ditjen EBTKE

Candi Umbul Telomoyo, Jawa Tengah dan Arjuno Welirang,


Jawa Timur. Selain itu, Pemerintah juga akan menugaskan
PLN untuk mengembangkan 5 WKP lainnya, yaitu WKP
Oka Ille Ange dan Gunung Sirung di Nusa Tenggara Timur,
Kepahiang di Bengkulu, Bora Pulu di Sulawesi Tengah, dan
Gunung Endut di Banten.

21
Program
utama

tercatat lima are greenfield panas bumi potensial untuk Di sisi lain, pengembangan subsektor panas bumi juga
dilakukan pengeboran eksplorasi, seperti yang ditampilkan menjadi salah satu unsur penerimaan negara (PNBP) dari
tabel berikut. sektor ESDM. Dalam Renstra Ditjen EBTKE 2015—2019,
subsektor panas bumi ditargetkan berkontribusi sebesar
Kapasitas terpasang Rp780 miliar. Hingga September 2017, penerimaan dari
Sesuai dengan Peraturan Presiden No. 22 tahun 2017 subsektor ini sebesar Rp 530 miliar dari target Rp 650 miliar
tentang Rencana Umum Energi Nasional (RUEN), kapasitas yang harus dicapai di akhir 2017. Penerimaan tersebut
pembangkit listrik EBT dalam target penyediaan EBT sebagai berasal dari iuran tetap eksplorasi, iuran tetap produksi,
energi primer pada 2025 adalah sebesar 45 GW. Dari total royalti produksi, serta bonus produksi panas bumi.
kapasitas tersebut, kontribusi PLTP ditargetkan sebesar 7,2
GW. Dari sisi investasi, pada 2019 mendatang, subsektor panas
bumi direncanakan dapat mencapai investasi sebesar 1.300
Berdasarkan roadmap di atas, sejak tahun 2014 hingga dolar AS. Untuk membuka peluang investasi, Pemerintah
Oktober 2017, kapasitas terpasang PLTP telah meningkat telah menetapkan 70 WKP yang terdiri dari 10 WKP telah
sebesar 405 MW, dari 1.403,5 MW (2014) menjadi 1.808,5 berproduksi secara komersial, 29 WKP dalam tahap
MW pada oktober 2017. Sampai dengan akhir tahun 2017, eksplorasi/eksploitasi, 1 WKP dalam proses penerbita IPB,
kapasitas terpasang ditargetkan sebesar 1.838,5 MW. dan 30 WKP dalam persiapan lelang dan penugasan.

Peningkatan kapasitas tersebut menempatkan Indonesia


sebagai pengguna panas bumi terbesar ke-3 di dunia.
Adapun penambahan kapasitas terpasang di tahun 2017,
berasal dari PLTP Ulubelu Unit 4 sebesar 55 MW, PLTP Sarula
Unit 2 sebesar 110 MW, dan—akan segera terealisasi sebesar
30 MW dari PLTP Karaha Unit 1.

22
Program
utama

Flores Geothermal Island saat ini, lokasi ini masih dalam proses survei oleh Direktorat
Dalam upaya mengembangkan panas bumi di wilayah Panas Bumi Ditjen EBTKE Kementerian ESDM.
Indonesia timur, Pemerintah juga mencanangkan Flores
sebagai Pulau Panas Bumi atau Flores Geothermal Island, Rencana program yang kedua, yakni Direct Use untuk lokasi
yang telah diatur dalam Keputusan Menteri ESDM No. 2268 Mataloko, Kabupaten Ngada. Survei lapangan pun tengah
K/30/MEM/2017. dilakukan oleh Direktorat Panas Bumi bersama Badan
Geologi Kementerian ESDM dan BPPT. Selanjutnya, pada
Pencanangan tersebut didasarkan pada fakta bahwa Flores rencana program ketiga, Pemerintah akan melaksanakan
menyimpan potensi panas bumi yang melimpah dan dinilai pengeboran (government drilling) di dua lokasi, yaitu Wae
mampu memenuhi kebutuhan listriknya sendiri dari panas Sano, Kabupaten Manggarai Barat dan Nage, Kabupaten
bumi. Di Flores, terdapat 17 lokasi potensi panas bumi Ngada.
dengan sumber daya sebesar 402,5 Mwe dan total cadangan
sebesar 527 MWe. Wae Sano telah ditetapkan sebagai lokasi pertama
pengeboran sumur eksplorasi panas bumi. Sementara, Nage
Dalam pengembangan Pulau Panas Bumi ini, Pemerintah masih dalam proses survei oleh Badan Geologi Kementerian
telah menetapkan tiga rencana program. Pertama, Feasibility ESDM. Ke depannya, apabila program Flores Geothermal
Study & Pilot Project Microbinary yang direncanakan akan Island ini dapat dijalankan secara layak, program serupa
dilaksanakan di Mangeruda, Kabupaten Ngada. Hingga akan diterapkan pada pulau-pulau lainnya di Indonesia.

Sumber: Ditjen EBTKE

23
Program
utama

Sumber: Ditjen EBTKE


Energi Surya dan Energi Laut,
Potensi Energi
Masa Depan
Indonesia memiliki potensi energi surya yang besar dengan iradiasi matahari rata-rata
sebesar 4,8 Wh/m2. Potensi besar tersebut dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan
Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS). Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan
dan Konservasi Energi (Ditjen EBTKE) Kementerian ESDM melalui Direktorat Aneka EBT
memanfaatkan potensi tersebut dan menjadikannya sebagai solusi untuk menerangi
daerah-daerah yang belum terjangkau jaringan listrik.

24
Program utama

PLTS Terapung menjadi terbesar di dunia. Proyek ini merupakan salah satu
Potensi pemanfaataan energi surya di Indonesia sangat langkah Pemerintah dalam mengakselerasi pengembangan
luas. Energi surya dapat digunakan untuk melistriki EBT sekaligus memperkuat kerja sama Indonesia-PEA.
daerah-daerah terpencil dan terisolasi yang tidak memiliki
sumber daya energi lainnya atau beban yang terlalu Archandra mengharapkan PLTS terapung ini dapat
tersebar sehingga tidak akan ekonomis bila menggunakan menghasilkan tarif listik di bawah Biaya Pokok Penyediaan
pembangkit listrik lainnya. Energi surya ini juga dapat (BPP) setempat, yakni untuk Jawa Barat di bawah 6,5 sen
digunakan untuk penerangan rumah dan jalan, menjadi catu dolar AS per KWh. “Apabila tarifnya di atas BPP, akan sulit
daya sistem telekomunikasi, catu daya rambu-rambu lalu untuk dijalankannya,” ujarnya.
lintas, serta pompa air.
Wamen ESDM menambahkan bahwa Pemerintah sangat
Untuk dapat memanfaatkan potensi energi surya tersebut, terbuka kepada para investor dalam pengembangan EBT di
diperlukan PLTS yang berfungsi mentransformasikan Indonesia. “Kami menawarkan dengan bisnis yang sehat,
energi surya menjadi energi listrik. Pada PLTS, energi surya tentu saja dengan tarif yang lebih rendah dari BPP,” terang
yang dipancarkan diubah menjadi energi listrik dengan Wamen.
menggunakan panel surya/solar cell. Salah satu proyek PLTS
yang sedang dikembangkan Direktorat Aneka EBT saat ini Sebagai pilot project pengembangan energi surya di
adalah PLTS Terapung. PLTS yang dikembangkan berupa Indonesia, PLTS terapung ini diharapkan dapat menjadi
Floating Photovoltaic Solar Power Plant. PLTS berkapasitas bahan riset, referensi, ataupun penelitian untuk
200 MW ini berlokasi di Waduk Cirata yang dikelola PT mengembangkan teknologi serupa di daerah-daerah lain.
Pembangkitan Jawa Bali (PJB), yang merupakan anak
perusahaan PT PLN (Persero). Gerakan Atap Surya
Hingga saat ini pemanfataan PLTS secara nasional tahun
PLTS terapung adalah sebuah model PLTS terpusat yang 2017 baru mencapai 80 MWp. Tantangan terbesar dalam
diletakkan terapung di atas air, seperti danau, waduk, mencapai target bauran energi nasional ini adalah
termasuk laut. PLTS terpusat adalah sistem PLTS yang minimnya investasi Independent Power Producer (IPP)
dipasang di suatu tempat yang listriknya didistribusikan akibat kurang menariknya investasi karena beberapa
untuk sekelompok masyarakat di daerah tersebut. persoalan keekonomian. Persoalan tersebut, antara lain
dukungan finansial, termasuk bunga bank yang terlalu
Keuntungan PLTS terapung, antara lain tidak membutuhkan tinggi, tantangan dalam akuisisi lahan, maupun persoalan
lahan/daratan yang, umumnya, memiliki harga lebih tinggi. teknis, seperti terbatasnya ketersediaan jaringan
PLTS terapung juga dapat mengurangi terjadinya penguapan interkoneksi.
air serta menghambat pertumbuhan gulma, seperti enceng
gondok. Penguapan air yang terjadi akan tertahan oleh Di tahun 2019 mendatang, pemanfaatan PLTS ditargetkan
modul Photovoltaic (PV) sehingga menciptakan sebuah mencapai 5000 MWp dan 6400 MWp pada 2025. Karena
sistem pendinginan. Sel PV ini mampu meningkatkan itu, diperlukan sebuah gerakan secara nasional yang
efisiensi listrik. mengajak masyarakat terlibat secara aktif untuk
menggunakan PLTS. Maka, Pemerintah pun menginisiasi
Pada akhir September 2017 lalu, proyek PLTS terapung di Gerakan Nasional Sejuta Surya Atap Menuju Gigawatt
Waduk Cirata telah menyelesaikan tahap feasibility study dan Fotovoltaik di Indonesia yang dideklarasikan pada 13
grid interconnection study. Sedangkan, penandatanganan September 2017 lalu.
project development agreement antara PT PJB dan MASDAR
telah dilaksanakan pada 28 November 2017 lalu. Dasar pemikiran diusulkannya gerakan ini adalah
terdapat 30 juta pelanggan rumah tangga di Pulau Jawa.
Penandatanganan disaksikan langsung oleh Wakil Menteri Dari jumlah pelanggan tersebut, sepertiganya adalah
Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Archandra Tahar rumah tangga menengah ke atas atau sebesar 10 juta
bersama Duta Besar Persatuan Emirat Arab (PEA) untuk rumah. Jika 10 juta rumah memasang PLTS kapasitas
Indonesia, Mohamed Abdulla Mohammed Bin Mutleq 4 KW saja di atapnya masing-masing, total kapasitas
Alghafli. Penandatanganan ini merupakan tindak lanjut terpasang mencapai 4000 MWp.
dari MoU antara PT PJB dan MASDAR tanggal 16 Juli 2017
lalu terkait kerja sama pengembangan proyek-proyek PLTS atap ini dapat menjadi pilar dalam upaya mencapai
pembangkit EBT skala besar di Indonesia target 5000 MWp. Terutama, jika didorong dengan
kebijakan dan rangsangan yang tepat. Misalnya saja,
Archandra Tahar mengapresiasi proyek pembangkit Floating melalui skema pendanaan yang menarik dan insentif
Photovoltaic Solar Power Plant pertama di Indonesia ini. PLTS untuk makin membuka pasar tanpa perlu tergantung
terapung ini tidak hanya terbesar di Indonesia, tetapi juga pada anggaran pemerintah.

25
Program
utama

Energi Laut paling tinggi dibandingkan selat lainnya, yaitu 3,4 meter/
Potensi energi hijau lainnya yang belum banyak diketahui detik.
masyarakat umum dan belum banyak dikembangkan
adalah potensi energi laut dan samudra. Secara teoritis, Potensi yang dimiliki perairan Indonesia tersebut merupakan
Indonesia menyimpan potensi energi laut lebih dari 280 GW. potensi energi pasang surut (tidal power). secara umum,
Sementara secara teknis, potensi energi laut tercatat lebih potensi energi laut dibedakan atas 3 jenis, yaitu energi
dari 71 GW dan potensi praktisnya sekitar 17 GW. pasang surut (tidal power), energi gelombang laut (wave
energy), dan energi panas laut (ocean thermal energy). Energi
Potensi energi laut ini tersimpan di beberapa perairan selat pasang surut adalah energi yang dihasilkan dari pergerakan
di Indonesia. Potensi terbesar berada di Selat Sunda, Selat air laut akibat perbedaan pasang surut.
Alas, dan Selat Riau. Di Selat Sunda, potensi praktis tercatat
sebesar 2,2 GW dengan kecepatan arus maksimum 2,63 Guna mengembangkan potensi energi laut tersebut,
meter/detik dan luasan daerah potensial sebesar 21 km2. Pemerintah menjajaki kerja sama dengan sejumlah investor
Selat Alas menyimpan potensi praktis lebih besar lagi, yaitu luar negeri. Dalam sebuah keterangan persnya, Direktur
sekitar 6,5 GW dengan kecepatan arus maksimum sebesar Aneka EBT Ditjen EBTKE Kementerian ESDM, Maritje
2,9 meter/detik dan luasan daerah potensial sebesar 60 km2. Hutapea, menyebutkan bahwa Pemerintah tengah menjajaki
kerja sama investasi dengan Austria, Prancis, Belanda, dan
Sementara, Selat Riau memiliki potensi energi laut sebesar Inggris yang diawali dengan feasibility study (FS).
6 GW dengan kecepatan arus maksimum 1,39 meter/detik.
Pada Selat Larantuka, tersimpan pula potensi energi laut. Dijelaskannya, prinsip kerja teknologi yang mengonversi
Meskipun potensi kapasitas energinya tidak terlalu besar, energi laut menjadi energi listrik adalah mengakumulasi
Selat Larantuka memiliki arus dengan kecepatan maksimum energi arus/gelombang laut untuk memutar turbin

26
Program
utama

generator. Karenanya, pemilihan lokasi secara topografi Pemerintah Indonesia dan Prancis telah menandatangani
sangat berpengaruh pada akumulasi energi. Perjanjian Kerja Sama Proyek Energi Arus Pasang Surut pada
Maret 2016 lalu.
Penjajakan kerja sama luar negeri juga dilaksanakan dengan
mengunjungi perusahaan-perusahaan pengembang Dengan Inggris, Pemerintah Indonesia juga telah
energi arus laut di luar negeri. Salah satu perusahaan yang menandatangani MOU terkait berbagai bentuk kerja sama
dikunjungi adalah Naval Energies di Cherbourg, Prancis. maritim. Di antaranya, kerja sama untuk mendirikan South
Perusahaan ini mengembangkan energi laut dengan East Asia Marine Energy Centre (SEAMEC) sebagai pusat
menggunakan teknologi turbin sederhana. penelitian dan pengembangan energi laut di Indonesia.
Sementara itu, Pemerintah Indonesia dan Austria telah
Teknologi OpenHydro Open-Centre Turbine ini hanya sepakat untuk berkolaborasi dalam kegiatan pra-feasibility
memiliki satu bagian yang bergerak menggunakan air study (FS).
laut sebagai pelumas. Dengan teknologi ini, biaya operasi
dan pemeliharaan lebih rendah dibandingkan dengan Pada 22 April 2016, Pemerintah Indonesia juga telah
menggunakan teknologi propeller. Turbin berdiameter 16 menandatangani perjanjian kerja sama dengan Belanda
meter dengan kecepatan arus sebesar 2—5 meter/detik untuk pembangunan jembatan (yang akan dilaksanakan
dapat menghasilkan listrik sebesar 2 MW. oleh Kementerian PUPR) serta pembangkit listrik turbin arus
laut di Laut Flores. Pembangunan turbin arus laut sedang
Kerja Sama dalam proses pra-FS. Pembangkit listrik dengan turbin arus
Terkait kerja sama dengan 4 negara dalam pengembangan laut ini direncanakan akan memiliki kapasitas sebesar 25
energi laut, Pemerintah Indonesia telah mencapai sejumlah MW. Kapasitas tersebut akan ditingkatkan secara bertahap
kesepakatan dengan negara-negara tersebut. Di antaranya, hingga mencapai 80 MW pada 2020 mendatang.

Sumber: Ditjen EBTKE

27
Program
utama

Sumber: Ditjen EBTKE


Gali Potensi Energi Bayu,
Pemerintah
Bangun PLTB
Terbesar di Indonesia
Konsumsi listrik di Indonesia setiap tahunnya terus meningkat sejalan dengan peningkatan
pertumbuhan ekonomi nasional. Konsumsi listrik Indonesia yang begitu besar akan
menjadi tantangan tersendiri jika dalam penyediaannya tidak sejalan dengan kebutuhan.
Untuk mengatasi pemenuhan kebutuhan listrik tersebut, diperlukan sebuah sumber
energi baru yang mampu memenuhi kebutuhan listrik nasional secara berkelanjutan.
Salah satu sumber energi yang bisa menjadi alternatif adalah energi angin atau bayu.

28
Program utama

Potensi energi fosil, dibutuhkan turbin angin yang banyak. Dari sisi
Angin atau bayu merupakan sumber energi yang tak ada perawatan dan pemeliharaan, turbin angin memerlukan
habisnya dan dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi biaya cukup tinggi.
primer pada pembangkit listrik. Pembangkit Listrik Tenaga
Bayu (PLTB) adalah pembangkit listrik yang menggunakan PLTB Terbesar
angin sebagai sumber energi untuk menghasilkan energi Salah satu program yang tengah dijalankan pemerintah
listrik. dalam upaya mencukupi kebutuhan listrik adalah program
percepatan pembangunan pembangkit listrik 35.000 MW.
Pembangkit ini dapat mengonversikan energi angin Pemerintah menargetkan seluruh proyek 35.000 MW dapat
menjadi energi listrik dengan menggunakan turbin angin terkontrak dan listriknya dapat segera dimanfaatkan oleh
atau kincir angin. Sistem pembangkitan listrik tenaga angin masyarakat. Termasuk dalam program 35.000 MW tersebut
ini tengah berkembang cukup pesat. Perkembangannya adalah proyek PLTB Sidrap di Sulawesi Selatan. PLTB
didorong oleh sifat energi angin yang bersih, aman, serta dengan kapasitas 75 MW ini merupakan PLTB dengan skala
ramah lingkungan. besar yang pertama di Indonesia.

Sebagai negara kepulauan yang 2/3 wilayahnya lautan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Ignasius
dengan garis pantai terpanjang di dunia, yaitu sekitar Jonan, mengatakan bahwa PLTB Sidrap merupakan
80.791,42 km, Indonesia memiliki potensi energi angin yang yang pembangkit angin pertama di Indonesia yang
sangat besar dan potensial untuk pengembangan PLTB. akan beroperasi secara komersial. Pembangkit ramah
Seperti diketahui, Indonesia menyimpan potensi energi lingkungan ini terdiri dari 30 turbin kincir angin dengan
angin mencapai 60.647 MW. Keberadaan PLTB dengan kapasitas masing-masing sebesar 2,5 MW.
turbin angin skala kecil mempunyai peranan penting,
terutama bagi daerah-daerah yang belum terjangkau oleh Model turbin yang digunakan berasal dari Gamesa Iolica
jaringan listrik. Corporation terletak pada menara baja setinggi 80 meter
dengan panjang baling-baling 57 meter. Proyek dengan
Pemanfaatan energi bayu untuk pembangkit listrik ini investasi sekitar 150 juta dolar AS ini ditargetkan beroperasi
memiliki sejumlah keunggulan, antara lain energi bayu secara komersial (Commercial Operation Date – COD)
bersifat terbarukan dan tidak akan pernah habis, potensial pada Desember 2017. Penandatanganan Power Purchase
untuk dikembangkan dalam skala kecil maupun besar, Agreement (PPA) dengan UPC Renewables dan PT Binatek
serta tidak menimbulkan pencemaran/emisi terhadap Energi Terbarukan telah dilakukan pada 19 Agustus 2015
lingkungan yang menyebabkan hujan asam atau gas lalu.
rumah kaca.
Jonan mengatakan, beroperasinya PLTB Sidrap akan
Energi bayu pun dapat dikembangkan bersama dengan menjadikan Indonesia sebagai salah satu dari sedikit
energi surya sehingga menyediakan suplai listrik yang
stabil dan andal. Dari sisi lokasi/area, PLTB membutuhkan
luasan yang relatif lebih kecil dibandingkan jenis
pembangkit lainnya. Area tersebut digunakan untuk
meletakkan turbin angin sehingga di sekitar turbin masih
dapat digunakan untuk keperluan lainnya, seperti untuk
pertanian.

Di sisi lain, tidak dapat dipungkiri, bahwa pemanfaatan


energi bayu juga memiliki sejumlah kekurangan.
Kekurangan ini harus dapat menjadi perhatian sehingga
pengembangan energi bayu benar-benar dapat
memberikan manfaat bagi masyarakat. Di antaranya,
energi bayu memerlukan storage selama peak time untuk
menampung energi, jika akan digunakan untuk keperluan
di luar peak time.
Sumber: Ditjen EBTKE

Umumnya, PLTB dibangun di tempat yang jauh dari sumber


beban sehingga memerlukan transmisi dengan biaya yang
tinggi. Efisiensi rata-rata dari turbin angin pun sangat kecil
dibandingkan dengan pembangkit energi fosil. Untuk
menghasilkan impact yang sama dengan pembangkit

29
Program
utama

negara di Asia yang mempunyai pembangkit bertenaga akan mendukung pencapaian target 23% EBT dalam
angin. “Di Asia, ada Jepang, Cina, Korea, setelah itu kita,” bauran energi Indonesia di tahun 2025 dan membantu
ungkapnya. pengurangan emisi sebesar 29% di tahun 2030.

Selain PLTB Sidrap, Ditjen EBTKE melalui Direktorat Aneka


EBT juga membangun PLTB di Jeneponto, Sulawesi Skema Pengembangan
Selatan. Penandatanganan PPA untuk PLTB Jeneponto Dalam pengembangan PLTB, Pemerintah akan menerapkan
telah berlangsung pada 19 Agustus 2016 lalu dengan PT skema feed in tariff atau negosiasi dengan PLN. Dalam
Energy Bayu Jeneponto. Pembangkit berkapasitas 65 MW Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PLN
ini ditargetkan beroperasi secara komersial (COD) pada Juli tahun 2017—2026, disebutkan bahwa saat ini regulasi
2018 mendatang. tersebut masih dalam tahap finalisasi.

Meskipun tak sebesar PLTB Sidrap dan PLTB Jeneponto, Pemanfaatan energi bayu sebagai energi listrik ini telah
Ditjen EBTKE juga akan membangun PLTB Hambapraing diatur dalam Permen ESDM No. 50 Tahun 2017 tentang
di Sumba Timur dengan kapasitas 1 MW. Hingga saat ini, Pemanfaatan Sumber Energi Terbarukan untuk Penyediaan
pembangkit yang akan dibangun dan dikelola PT Hywind Tenaga Listrik. Permen tersebut juga mengatur tentang
Energy Solution ini masih dalam proses pengadaan oleh PT pembelian tenaga listrik dari pembangkit listrik yang
PLN (Persero). memanfaatkan sumber energi terbarukan, termasuk PLTB,
yang hanya dilakukan melalui mekanisme pemilihan
Hingga 2025 mendatang, Pemerintah menargetkan langsung.
pengembangan potensi PLTB sebesar 2.500 MW. Potensi
energi bayu ini telah teridentifikasi di beberapa lokasi, Begitu pula dengan formula harga pembelian tenaga listrik
terutama di wilayah Jawa, Sulawesi Selatan, Nusa dari pembangkit EBT telah diatur dalam Permen tersebut.
Tenggara, dan Maluku. Dengan potensi yang ada tersebut, Hal ini terkait dengan BPP Pembangkitan di sistem
beberapa pengembang telah mengusulkan pembangunan ketenagalistrikan setempat sama atau di bawah rata-
PLTB di beberapa lokasi—selain Jeneponto, seperti
Sukabumi (Jawa Barat), Banten, dan Bantul (DI Yogyakarta).

Rida Mulyana mengungkapkan, potensi energi angin yang


dimiliki Indonesia cukup lumayan, tetapi pemanfaatannya
belum maksimal. Pengembangan PLTB tentunya

30
Program
utama

rata BPP Pembangkitan nasional. Selain itu, juga diatur sistem menerima masuknya unit PLTB. PLTB merupakan
mengenai persetujuan harga, di mana semua pembelian pembangkit dengan sumber energi intermittent serta
tenaga listrik dari pembangkit listrik yang memanfaatkan menghasilkan energi listrik dalam jumlah yang fluktuatif.
sumber energi terbarukan wajib mendapatkan persetujuan Dalam pengoperasiannya pun dibutuhkan pembangkit
dari Menteri ESDM dengan menggunakan pola kerja sama cadangan sebagai pembangkit pendukung untuk
Build, Own, Operate, and Transfer (BOOT), kecuali PLTSa. mengantisipasi ketika terjadi penurunan kecepatan angin
di bawah batasan desain turbin. Karena itu, pada setiap
Dalam mengembangkan PLTB, Indonesia masih harus daerah dengan karakter sistem berbeda, dibutuhkan
banyak belajar dengan Denmark. Sebagaimana diketahui, kajian yang berbeda untuk menilai kelayakan proyek PLTB,
Denmark adalah negara yang berhasil mengembangkan terutama skala besar.
PLTB. Sekitar 40% energi listrik yang dihasilkan negara ini
berasal dari energi bayu. Bahkan, saat ini Denmark sudah
mengoperasikan PLTB di tengah laut (offshore).

Perkembangan teknologi telah berdampak positif terhadap


biaya produksi listrik dari PLTB yang semakin murah. Saat
ini, di Denmark, energi listrik dari PLTB telah mencapai
sekitar 6 sen dolar AS per kWh. Harga yang rendah ini bisa
dicapai berkat rendahnya risiko investasi di Denmark, yang
sekaligus juga mendorong turunnya bunga pinjaman untuk
investasi.

Di sisi lain, satu hal yang perlu dicermati dalam masuknya


PLTB ke sistem ketenagalistrikan adalah stabilitas

Sumber: Ditjen EBTKE

31
Program
utama

Sumber: Ditjen EBTKE


Mandatori BBN,
Dorong Pengembangan
Biofuel
Cadangan energi fosil yang semakin menipis mendorong Pemerintah untuk melakukan
berbagai upaya guna mencari sumber energi alternatif. Biofuel, salah satunya. Pengembangan
jenis bioenergi ini diyakini akan mampu mengurangi ketergantungan terhadap konsumsi
bahan bakar fosil. Bahkan, dalam target 23% EBT atau 45 GW listrik EBT di 2025 mendatang,
kontribusi bioenergi ditargetkan sebesar 5,5 GW dengan produksi biofuel sebesar 13,8 juta
kilo liter (KL).

32
Program utama

Energi Organik
Bicara tentang biofuel atau yang kerap pula disebut dengan Tak hanya regulasi, pengembangan bioenergi juga harus
istilah Bahan Bakar Nabati (BBN), tak terlepas dari berbagai didukung komitmen Pemerintah yang diterjemahkan
aspek tentang bioenergi. Bioenergi didefinisikan sebagai ke dalam beragam upaya dan langkah yang telah
energi yang dihasilkan dari bahan organik atau biomassa, diambil Pemerintah. Misalnya saja, dengan mendorong
seperti limbah kayu, jerami, hasil pertanian, hingga limbah pengembangan sisi hulu untuk menjamin ketersediaan
kotoran ternak. pasokan bahan baku bioenergi. Salah satunya caranya
adalah berkoordinasi dengan Kementerian Pertanian untuk
Pengembangan bioenergi di Indonesia itu sendiri menyusun peraturan dan kebijakan di sisi hulu.
merupakan upaya pemanfaatan bioenergi yang didasarkan
pada tiga aspek, yaitu ketahanan energi, pengembangan Dari aspek teknis, Pemerintah telah menyiapkan uji jalan
ekonomi, dan pelestarian lingkungan. Pemanfaatan B-30, memperbarui spesifikasi standar proses produksi
bioenergi dapat mengurangi penggunaan energi fosil dan bioenergi, mengurangi atau—bahkan membebaskan pajak
ketergantungan pada impor BBM, menjamin keberlanjutan untuk teknologi energi terbarukan, serta mengintegrasikan
sumber energi, serta sebagai langkah diversifikasi energi sistem untuk mengoptimalkan pemanfaatan produk
yang akan mewujudkan ketahanan energi nasional. samping dan limbah bioenergi. Regulasi pun harus diperluas
cakupannya sehingga tak hanya mengatur pemanfaatan
Dari aspek ekonomi, pemanfaatannya dapat berdampak bioenergi cair, tetapi juga jenis lainnya. Begitupun dengan
pada neraca perdagangan karena berkurangnya impor target dan ekspansi mandatori, yang akan diperluas ke jenis
BBM, penciptaan industri lokal, peningkatan nilai tambah bioenergi lainnya.
produk, peningkatan investasi dalam negeri, penciptaan
lapangan kerja dan pengembangan usaha. Sedangkan, Realisasi
dilihat dari aspek lingkungan, penggunaan bioenergi dapat Dari potensi PLT Bioenergi sebesar 32,6 GW, bioenergi
mengurangi emisi gas rumah kaca dan polusi, meningkatkan ditargetkan akan menyumbang sebesar 5,5 GW dari target
sanitasi lingkungan karena adanya pengelolaan limbah, total kapasitas terpasang listrik EBT di 2025 mendatang,
serta meningkatkan kualitas udara dan kesehatan dan yaitu sebesar 5,5 GW. Sampai dengan Oktober 2017, realisasi
kesejahteraan masyarakat. kapasitas terpasang dari PLT Bioenergi adalah sebesar 1,81
GW atau sekitar 0,4% dari target yang ditetapkan. Sebagian
Bioenergi ini dapat dikonversikan ke dalam sumber energi besar PLT Bioenergi adalah pembangkit listrik off grid.
nabati dalam bentuk cair, gas, padat, maupun listrik.
Bioenergi dalam bentuk cair (biofuel) atau yang diistilahkan Sedangkan untuk BBN, Indonesia menyimpan potensi
sebagai Bahan Bakar Nabati (BBN), misalnya saja biodiesel, sebesar 200 ribu bph. Hingga Oktober 2017, realisasi
bioetanol, bioavtur, biokerosin, dan minyak bakar. Bioenergi produksi BBN adalah sebesar 1,67 juta KL dari target RKP
dalam bentuk gas adalah biogas, sedangkan bioenergi sebesar 4,6 juta KL pada 2017. Pengembangan biofuel
dalam bentuk padatan berupa briket/pellet.

Program
Guna mengembangkan bioenergi di Indonesia, Ditjen
EBTKE telah menetapkan sejumlah program prioritas
untuk subsektor bioenergi. Program tersebut terdiri dari (1)
Mandatori BBN B-20 (80% solar, 20% biodiesel), (2) Biogas
Nasional, (3) Pengembangan Bioenergi Berbasis Hutan, (4)
Sumba Iconic Island, serta (5) Biomassa untuk Listrik.

Program-program tersebut disusun berdasarkan UU


No. 30 tahun 2007 tentang Energi, yang menjadi payung
hukum dalam pemanfaatan Energi Baru Terbarukan (EBT).
Kemudian, secara khusus, Pemerintah juga menerbitkan
peraturan yang menjadi amanat dalam pemanfaatan BBN.

Di antaranya, Permen ESDM No. 32 tahun 2008 tentang


Sumber: Ditjen EBTKE

Penyediaan, Pemanfaatan, dan Tata niaga BBN (Biofuel)


sebagai Bahan Bakar Lain. Langkah percepatan dan
peningkatan mandatori BBN juga telah diamanatkan dalam
Permen ESDM No. 25 tahun 2013, Permen ESDM No. 20
Tahun 2014, dan Permen ESDM No. 12 Tahun 2015.

33
Program
utama

diproyeksikan sebesar 15,6 juta KL pada 2025. BBN atau (B15) di tahun 2015. Kemudian, pada 2016, Pemerintah
biofuel ini terdiri dari biodiesel, bioetanol, dan biooil mengimplementasikan B20 dengan kandungan biodiesel
(biokerosin, minyak bakar, dan bioavtur). sebesar 20%.

Biodiesel merupakan minyak nabati yang berasal dari Target pemanfaatan biodiesel ditargetkan mencapai 30%
berbagai tanaman, seperti minyak kelapa sawit (Crude pada 2020 mendatang (B30). Seiring dengan peningkatan
Palm Oil-CPO), minyak kelapa, minyak jarak pagar, mandatori biodiesel, penyerapan produksi CPO untuk
dan minyak kemiri sunan. Penggunaan biodiesel telah biodiesel pun semakin besar. Dengan target mandatori
diamanatkan Pemerintah melalui Kebijakan Mandatori B30 di tahun 2020, diproyeksikan dapat menyerap 26%
Biodiesel sejak tahun 2009. produksi CPO nasional. Hal ini, tentu saja, mendorong
pertumbuhan industri biodiesel.
Melalui kebijakan tersebut, Pemerintah berupaya untuk
mengurangi ketergantungan pada energi fosil dengan Hingga September 2017, produksi biodiesel nasional
menetapkan penggunaan BBN (biofuel) yang merupakan tercatat sebesar 2,49 juta KL dengan sebagian besar
campuran solar dan biodiesel. Kebijakan Mandatori untuk penggunaan dalam negeri, yaitu lebih dari
BBN juga bertujuan untuk mendorong pertumbuhan 1,8 juta KL. Sedangkan, kapasitas terpasang industri
industri BBN dalam negeri yang akan berdampak pada biodiesel tercatat lebih dari 12 juta KL yang tersebar di
peningkatan ekonomi negara. Disamping itu, kebijakan 4 pulau, yaitu Sumatra (7,3 juta KL), Jawa (2,9 juta KL),
ini pun diharapkan mampu mengurangi emisi Gas Kalimantan (1,2 juta KL), dan Sulawesi (0,475 juta KL).
Rumah Kaca (GRK) akibat pembakaran energi fosil dan, Kapasitas tersebut diproduksi oleh produsen biodiesel
tentunya, mengurangi impor BBM. yang aktif berproduksi, sekitar 26 badan usaha BBN.
Adapun nilai investasinya mencapai lebih dari 1,2 miliar
Dalam mandatori tersebut, kandungan biodiesel dolar AS.
dalam BBN ini telah mengalami peningkatan sejak
pertama kali digulirkan pada 2009 sebesar 2,5—7,5% HIP
(B2,5—B7,5). Pada 2013, kandungan biodiesel Selain biodiesel, biofuel potensial lainnya adalah
ditingkatkan menjadi 10% (B10), lalu menjadi 15% bioetanol. Bioetanol terbuat dari tanaman yang

34
Program
utama

mengandung pati/gula, seperti tebu/molasses, singkong, Terkait dengan harga, harga BBN mengalami penurunan
sagu, sorgum, nipah, aren, dan ligno selulosa. Potensi pada November 2017 dibandingkan bulan sebelumnya.
bahan baku etanol yang dimiliki Indonesia tercatat Harga Indeks Pasar (HIP) bioetanol ditetapkan menjadi
sebesar 1,5 juta ton tetes tebu per tahun (3,1 juta BOE) Rp10.074 per liter dari harga sebelumnya Rp10.168 per
dan 14 juta ton singkong per tahun (14,8 juta BOE). liter (Oktober 2017). Harga tersebut dipengaruhi oleh
Bioetanol ini dapat dikembangkan sebagai pengganti rata-rata tetes tebu Kharisma Pemasaran Bersama (KPB)
bensin. periode Juli—Oktober 2017 senilai Rp1.625 per kilogram.

Pengembangan pemanfaatan kewajiban (mandatori) Hal serupa juga terjadi pada HIP biodiesel. HIP biodiesel
bioetanol ditetapkan sebesar 2% untuk PSO dan 5% mengalami penurunan Rp28 per liter, menjadi Rp8.490
untuk non-PSO. Namun, dalam pengembangannya, per liter pada November 2017. Harga tersebut ditambah
tak luput dari sejumlah tantangan besar yang harus dengan besaran biaya angkut yang sesuai dengan
dihadapi. Di antaranya, masih kecilnya suplai bioetanol ketentuan dalam Keputusan Menteri ESDM No. 2026
sehingga, di tahap awal, Pemerintah mendorong K/12/MEM/2017. Padahal, pada Oktober 2017, HIP
implementasi mandatori bioetanol hanya pada bensin biodiesel mengalami kenaikan dari bulan sebelumnya,
oktan minimal 90 dengan prioritas wilayah Jakarta, yakni dari Rp7.000 per liter (September 2017) menjadi
Surabaya, dan Bandung. Rp8.518 per liter.

Tantangan berikutnya terkait dengan ketersediaan Berdasarkan data Ditjen EBTKE, penurunan yang terjadi
fasilitas penyimpanan bersama (comingle system). pada November 2017 ini dipengaruhi oleh harga rata-
Sesuai peraturan cukai, harus disediakan penyimpanan rata minyak kelapa sawit (CPO) Khasrisma Pemasaran
tersendiri untuk bioetanol. Kemudian, tingginya Bersama (KPB) periode Agustus—September 2017. Di
disparitas harga bioetanol dengan bensin menjadi mana, harganya mengalami penurunan dari Rp8.462
tantangan utama dalam pengembangan bioetanol. menjadi Rp8.411 per kilogram. Setiap bulannya, HIP BBN
Untuk itu, subsidi bioetanol dinilai dapat menjadi solusi ini ditetapkan oleh Ditjen EBTKE dan dilakukan evaluasi,
yang mampu mendorong pengembangan bioetanol. setidaknya, setiap enam bulan sekali.
Sumber: Ditjen EBTKE

35
Program
utama

Sumber: Ditjen EBTKE


Biogas,
Potensi Energi Limbah Organik
Salah satu potensi bioenergi yang menjadi prioritas Pemerintah untuk dikembangkan dan dimanfaatkan
adalah biogas. Melalui pemanfaatan biogas, Indonesia dapat mempertahankan keberlanjutan sumber
energi primer sekaligus sebagai upaya penyediaan energi bersih bagi masyarakat.

Potensi Limbah digunakan untuk memasak ataupun untuk penerangan.


Biogas adalah gas yang dihasilkan dari aktivitas anaerobik Kemudian, dapat dimanfaatkan pula sebagai bahan bakar
atau fermentasi materi-materi organik. Materi organik kendaraan ataupun energi primer pada PLT Biogas untuk
tersebut dapat berupa limbah domestik (rumah tangga), menghasilkan listrik. Sedangkan hasil sampingan dari proses
seperti kotoran manusia; limbah ternak, seperti kotoran sapi, biogas, dapat dimanfaatkan untuk pupuk organik maupun
kambing, kuda, unggas, dan babi; serta limbah industri, seperti pakan ternak.
limbah cair industri kelapa sawit, limbah cair tahu, dan limbah
padat tapioka. Limbah pertanian pun dapat menjadi bahan Pemanfaatan biogas ini memiliki keunggulan dibandingkan
baku biogas, seperti jerami padi, begitupun dengan tanaman energi fosil atau, bahkan jenis energi terbarukan lainnya.
air, seperti eceng gondok dan rumput laut. Sebagai energi bersih, biogas tidak melepaskan emisi
karbon. Sebaliknya, pengembangan biogas justru mampu
Biogas dapat dimanfaatkan untuk berbagai kebutuhan mengonversikan aneka limbah penghasil emisi karbon
masyarakat. Misalnya saja, untuk kebutuhan rumah tangga, menjadi sumber energi yang bermanfaat dan “bersih”.

36
Program utama

Indonesia memiliki potensi biogas yang sangat besar, terutama Selain menyediakan sumber energi baru bagi kebutuhan
dilihat dari potensi bahan baku yang berasal dari limbah ponpes dan mengurangi biaya kebutuhan energi—seperti
ternak. Limbah ternak itu berasal dari populasi ternak dengan listrik dan LPG untuk memasak, Biogas Komunal tak
komposisi lebih dari 15 juta ekor sapi potong, 18 juta ekor ubahnya sistem pengolahan limbah kotoran manusia.
kambing, 16 juta ekor domba, 1,3 juta ekor kerbau, dan 8 juta Dengan adanya sistem pengolahan limbah tersebut,
ekor babi (data Ditjen Peternakan Kementerian Pertanian, 2015). limbah kotoran manusia tidak akan lagi mencemari air
tanah dan juga akan mengurangi pencemaran udara
Program & Realisasi akibat gas metan.
Melihat potensi biogas tersebut, Ditjen EBTKE telah menetapkan
tiga program pengembangan biogas berdasarkan sumber Sistem Biogas Komunal ini terdiri dari 50 unit toilet, 2 unit
pendanaannya. Pertama, Program Biogas non-Komersial yang digester, dan 1 unit IPAL. Sistem ini membutuhkan minimal
merupakan bentuk investasi Pemerintah melalui pendanaan APBN. 500 santri yang akan memasok limbah kotoran sebagai
bahan baku biogas. Sepanjang tahun 2015 hingga 2016,
Kedua, Program Biogas semi-Komersial yang merupakan hasil telah terbangun Biogas Komunal di 15 ponpes di sejumlah
kerja sama Kementerian ESDM dengan berbagai instansi/ provinsi melalui dana APBN.
lembaga masyarakat, baik dalam maupun luar negeri. Ketiga,
Program Biogas Komersial yang dikembangkan dengan PLT Biogas
investasi dari sektor sawasta. Misalnya saja, pengembangan Guna mendorong percepatan pengembangan biogas
biogas untuk pembangkit listrik. untuk energi listrik, Ditjen EBTKE juga membangun PLT
Biogas berbasis limbah cair kelapa sawit atau Palm Oil
Selain itu, Ditjen EBTKE melalui Direktorat Bioenergi juga Mill Effluent (POME). PLT Biogas pertama telah diresmikan
memiliki sejumlah program pengembangan dan pemanfaatan Direktur Jenderal (Dirjen) EBTKE, Rida Mulyana, pada 2016
biogas untuk masyarakat. Di antaranya, Program Tungku lalu. PLT Biogas dengan kapasitas terpasang 2 MW ini
Sehat Hemat Energi (TSHE) yang telah disosialisasikan sejak berlokasi di Ukui, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau.
2012 lalu. Dengan pembiayaan APBN, penyebaran TSHE
dilaksanakan hingga tahun 2015. Ditjen EBTKE menargetkan pembangunan 20 unit PLT
Biogas hingga 2025 mendatang. Pembangunan PLT
Selain pembiayaan APBN, program ini juga dilaksanakan Biogas ini merupakan upaya pemanfaatan potensi limbah
dengan pendanaan yang berasal dari hibah World Bank dan pertanian yang tersebar di seluruh provinsi di Indonesia.
Kementerian Keuangan melalui Pilot Project Program Clean
Stove Initiative (CSI). Progam yang digulirkan sejak 2014 lalu Dalam hal ini, PLT Biogas di Ukui memanfaatkan limbah
ini dilaksanakan di 3 provinsi sebagai pilot project, yaitu Jawa kelapa sawit karena Provinsi Riau memiliki 2,2 juta ha kebun
Tengah, DI Yogyakarta, dan Nusa Tenggara Timur. Di akhir kelapa sawit yang berpotensi menghasilkan 6,5 juta ton
program, total capaian TSHE meliputi 13.951 unit tungku yang minyak sawit dengan 16,25 juta m3 limbah cair setiap tahun.
tersebar melalui dana APBN. Sedangkan, sebanyak 7.174 unit Pengolahan limbah cair tersebut berpotensi menghasilkan
tungku telah terjual dari hasil Pilot Project CSI. kapasitas listrik sebesar 90 MW dan mampu mengurangi
emisi sebesar 568 ribu ton CO2 per tahun. (data BPS, 2013)
Program berikutnya adalah BIRU atau Biogas Rumah. Biru
dilaksanakan sejak 2011 dengan Dana Alokasi Khusus (DAK). PLT Biogas berbasis limbah cair kelapa sawit ini memiliki
Di tahun 2012, program ini dilaksanakan dengan pembiayaan keunggulan. Di antaranya, dapat beroperasi 24 jam; dapat
APBN. Kemudian, Program BIRU juga dilaksanakan Kementerian beroperasi secara stabil dan dapat diandalkan karena
ESDM bekerja sama dengan Pemerintah Belanda melalui Hivos. tidak dipengaruhi faktor cuaca, ramah lingkungan; dan
menghasilkan listrik yang relatif murah dibandingkan
Dalam kurun Oktober 2009 hingga September 2017, sebanyak dengan teknologi listrik berbasis BBM (genset diesel/PLTD).
21.423 unit reaktor biogas telah terbangun di 10 provinsi melalui
kerja sama Hivos. Sementara dari pembiayaan APBN, telah Dalam sebuah keterangan pers yang dilansir situs Ditjen
terbangun 10.433 unit biogas yang tersebar di Indonesia. Melalui EBTKE, Rida menegaskan bahwa upaya pemanfaatan
BIRU, akses biogas telah menjangkau 18.725 lokasi di Indonesia. limbah cair kelapa sawit menjadi energi adalah bentuk
optimalisasi waste to energy. Hal tersebut merupakan
Sejak 2015 lalu, Direktorat Bioenergi melaksanakan Program salah satu kontribusi Indonesia dalam menurunkan emisi
Biogas Komunal dengan memanfaatkan limbah/kotoran Gas Rumah Kaca (GRK) dunia sebesar 29% pada 2030
manusia di pondok pesantren (Ponpes) di Indonesia. Biogas mendatang. Ke depannya, pada 2018, Pemerintah akan
yang dihasilkan digunakan untuk penerangan dan bahan mewajibkan perusahaan untuk memanfaatkan limbah
bakar memasak. Pembangunan Biogas Komunal ini didasari yang dihasilkannya. Dengan demikian, pemanfaatan EBT
atas pertimbangan, banyaknya jumlah santri di ponpes yang diharapkan akan semakin luas dan berkembang pesat.
dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku biogas.

37
Program
utama

Sumber: Istimewa
Konservasi
Lestarikan Energi melalui
,
Diversifikasi dan Efisiensi Energi

Pemerintah melakukan beragam upaya untuk mengejawantahkan energi berkeadilan melalui


pemerataan pasokan listrik, khususnya di daerah tertinggal, terisolasi, dan terluar (3T). Upaya
tersebut, salah satunya, diwujudkan dengan pencanangan Program Lampu Tenaga Surya Hemat
Energi (LTSHE) di 2017. Disamping sebagai upaya menerangi wilayah 3T, Program LTSHE sekaligus
menjadi langkah diversifikasi energi melalui pemanfaatan energi surya.

38
Program utama

Perspektif (94 juta SBM atau 13%), transportasi (260 juta SBM atau
Tujuan utama (goals) dari konservasi energi adalah 36%), dan industri (229 SBM atau 31%).
pembangunan nasional yang berkelanjutan, ketahanan
energi nasional, dan Penurunan Emisi Gas Rumah Dari program konservasi energi, yang ditargetkan pada
Kaca (GRK). Perspektif global yang digunakan dalam tahun 2025 adalah terjadinya penurunan intensitas energi
konservasi energi di Indonesia adalah IEA’s Energy sebesar 1% per tahun. Kemudian, tercapainya elastisitas
Technology Perspectives 2010, yaitu pengembangan energi kurang dari 1 dan penurunan konsumsi energi
advanced energy technology untuk mengatasi tantangan sebesar 17% dari Business as Usual (BaU). Pasalnya, BaU
global energi bersih, perubahan iklim, dan pembangunan pada 2025 diperkirakan sebesar 2.205 juta SBM, tetapi
berkelanjutan. ditargetkan harus turun 17% atau 384 juta SBM, menjadi
1.821 juta SBM.
Pendorong konservasi energi adalah pertumbuhan
ekonomi dan daya saing, ketahanan energi, dan Intensitas energi tersebut dipengaruhi oleh konsumsi
perubahan iklim. Pertumbuhan ekonomi dan daya saing energi yang ditandai oleh rasio elektrifikasi, efisiensi energi
memengaruhi konservasi energi dalam hal menurunnya dan perilaku konsumsi, serta Produk Domestik Bruto
intensitas energi, meningkatnya daya saing industri, (PDB) yang dilihat dari tingkat inflasi, nilai tukar Rupiah,
menurunnya biaya produksi, dan membuat biaya energi dan jumlah ekspor/impor dalam setahun. Pada 2015,
lebih terjangkau. intensitas energi primer adalah 381 SBM/miliar Rupiah,
dan intensitas energi final adalah 240 SBM/miliar Rupiah.
Konservasi energi perlu dilakukan bukan karena negara
tengah mengalami kesulitan untuk menyediakan Diversifikasi Energi
energi secara murah. Melainkan, lebih karena secara Program utama konservasi energi terbagi atas Diversifikasi
fundamental, hal ini akan membuat pola konsumsi energi Energi dan Efisiensi Energi. Diversifikasi energi merupakan
nasional menjadi lebih sehat. konservasi energi melalui diversifikasi energi ke arah
pemanfaatan EBT secara maksimal dan efisiensi biaya.
Untuk meraih ketahanan energi nasional memang Hal ini berhubungan dengan sumber daya energi yang
diperlukan konservasi energi sejak saat ini. Yang dapat juga adalah supply side, yang terdiri atas diversifikasi
dilakukan antara lain adalah menurunkan impor energi, energi, pemanfaatan energi terbarukan, pemanfaatan
memaksimalkan energi untuk kebutuhan domestik dan energi baru, penerapan teknologi EE, efisiensi energi di
mengurangi jumlah ekspornya, meningkatkan reliabilitas, pembangkit, efisiensi energi pada sistem transmisi atau
mengontrol pertumbuhan permintaan energi, serta distribusi, serta efisiensi energi di kilang.
mendorong diversifikasi energi dengan memaksimalkan EBT.

Sementara, pengaruh perubahan iklim terhadap


berjalannya konservasi energi, yaitu adanya upaya
mitigasi dan adaptasi global. Kemudian, adanya
kewajiban untuk memenuhi kebijakan internasional
berdasarkan Konvensi Kerangka Kerja PBB tentang
Perubahan Iklim UNFCCC.

Kebijakan Energi Nasional


Bauran suplai energi primer pada 2015, yakni minyak
bumi (47%), batubara (27%), gas (21%), dan EBT (5%).
Untuk itu, kebijakan energi nasional menargetkan
perubahan pada bauran tersebut di 2025, yaitu menjadi
batubara (30%), minyak bumi (25%), EBT (23%), dan gas
(22%). Dalam hal ini, penggunaan EBT harus ditingkatkan
sebanyak 18% dalam waktu 10 tahun sejak 2015 lalu.
Sumber: Ditjen EBTKE

Sedangkan, bauran konsumsi energi final per sektor pada


2015 adalah sebagai berikut: komersial (37 juta Setara
Barel Minyak/SBM atau 5%), rumah tangga (111 juta SBM
atau 15%), lainnya—pertanian, konstruksi, pertambangan

39
Program
utama

Gasifikasi batubara dapat diterapkan pada sektor


pembangkit, industri, dan transportasi. Jika menggunakan
teknologi gasifikasi batu bara, keuntungan yang akan
bisa diperoleh adalah meningkatnya produktivitas dan
efisiensi, ramah lingkungan, dan menurunnya biaya
energi. Sampai 2019, pengaplikasian gasifikasi batu
bara diperkirakan mencapai lebih kurang 140.000 MWth
Syngas pada bidang kimia, 58.000 MWth Syngas di bahan
bakar minyak (BBM), 20.000 MWth Syngas di kelistrikan,
dan 85.000 MWth Syngas pada bahan bakar gas (BBG).

Program kedua, yakni penggunaan Mix Dimethyl Eter


(DME). DME dapat dikelola sebagai campuran atau
substitusi Liquid Petroleum Gas (LPG), serta sebagai BBM
yang dijadikan campuran solar. Sifat fisik DME adalah
tidak berwarna dan tidak berbau, namun ini mudah
terbakar (flammable) dan mudah meledak (explosive).
Sedangkan, sifat kimia DME yaitu tidak menghasilkan SOx
dan NOx, serta menghasilkan CO yang sangat rendah.

Dalam menggunakan DME, keuntungan yang akan dapat


dirasakan adalah fasilitas penyimpanan dan pengisian
Sumber: Istimewa

LPG itu sudah kompatibel untuk DME-LPG, lalu sifat


DME yang tidak korosif. Sebaliknya, tantangan dalam
penggunaan DME yakni aksesorisnya, seperti selang,
regulator, dan o-ring, tidak cocok untuk DME 20%-100%,
serta masih diperlukan modifikasi pada fasilitas transport
untuk DME 20%-100%.

Sedangkan, efisiensi energi, yaitu assessment, penerapan, DME dapat dibuat dengan bahan baku gas bumi. Dari 1
dan sosialisasi efisiensi energi pada sektor industri, mmscfd gas bumi, dapat menghasilkan DME sebanyak 18
transportasi, komersial, dan rumah tangga. Hal tersebut ton/hari dan harga keekonomiannya adalah 479,42 dolar
berkaitan dengan pemanfaatan energi yang juga adalah AS/ton. Untuk batubara, setiap 1 ton batubara mampu
demand side, yang terdiri atas efisiensi energi di sektor menghasilkan 0,6 ton DME dengan harga keekonomian
pengguna akhir (industri, gedung, rumah tangga, dan sebesar 310,87 dolar AS/ton. Sedangkan untuk biomassa,
transportasi), standar dan labelisasi efisiensi energi setiap 1 ton biomassa dapat menghasilkan DME sebanyak
pada peralatan pemanfaatan energi, manajemen energi 0,043 ton dengan harga keekonomian senilai 217,97 dolar
di industri/building, transportasi massa/umum, dan AS/ton.
pemanfaatan EBT (diversifikasi).
Selanjutnya, diversifikasi energi juga dilakukan dengan
Dalam diversifikasi energi, Ditjen EBTKE memiliki cara mengolah biomassa menjadi bioethanol sebagai
beberapa program. Pertama, Gasifikasi Batubara dengan pengganti BBM konvensional. Potensi biomassa, terutama
Program “Batubara Tergaskan”. Ini merupakan proses pada tandan kosong sawit, sangat melimpah, yakni
konversi batubara menjadi bahan bakar gas yang dikenal mencapai 24 juta ton per tahunnya. Namun, bioethanol
sebagai Syngas (synthesis gas) dengan menggunakan yang sedang dikembangkan saat ini berbahan baku dari
teknologi gasifikasi batu bara. Syngas yang dihasilkan tebu (molasses). Tantangan pengembangan bioethanol
dimanfaatkan sebagai bahan baku (pengganti gas alam dari tebu adalah harganya yang tinggi. Selain itu, tebu
pada industri pupuk) dan juga sebagai bahan bakar juga masih digunakan di industri pangan sebagai bahan
(pengganti bahan bakar solar pada industri keramik). penyedap rasa.
Kemudian, syngas juga digunakan sebagai bahan
bakar pada PLTU existing (mengganti batubara kualitas Efisiensi Energi
menengah dan tinggi dengan batubara kualitas rendah Untuk Program Efisiensi Energi, dilaksanakan kegiatan
atau dengan biomassa). terpadu untuk mengendalikan konsumsi energi, yakni
manajemen energi. Penerapan manajemen energi

40
Program
utama

bertujuan agar tercapai pemanfaatan energi yang efektif Berdasarkan data dari Ditjen EBTKE 2016, sebanyak 244
dan efisien untuk menghasilkan keluaran yang maksimal perusahaan teridentifikasi sebagai pengguna energi,
melalui tindakan teknis secara terstruktur dan ekonomis. dengan 115 perusahaan di antaranya sudah lapor dan 129
Hal tersebut guna meminimalisasi pemanfaatan perusahaan belum lapor. Untuk Manajer Energi, terdapat
energi, termasuk energi untuk proses produksi, serta 308 manajer energi dengan pembagian, yaitu industri
meminimalisasi konsumsi bahan baku dan bahan (96%), bangunan/gedung (4%), internal perusahaan
pendukung. (94%), dan konsultan eksternal (6%). Sementara,
auditor energi berjumlah 232 orang dengan pembagian,
Kewajiban manajemen energi adalah: (1) Menunjuk yaitu industri (96%), bangunan/gedung (4%), internal
Manajer Energi; (2) Menyusun Program Konservasi perusahaan (77%), dan konsultan eksternal (23%).
Energi untuk jangka pendek, menengah dan panjang;
(3) Melaksanakan Audit Energi secara berkala, yaitu Kedua, mengadakan Investment Grade Audit (IGA), yang
1 kali dalam 3 tahun; (4) Melaksanakan rekomendasi merupakan proses identifikasi potensi penghematan
hasil Audit Energi, yang terdiri atas rekomendasi tanpa energi melalui pelaksanaan Energy Efficiency Measures
investasi, investasi rendah, menengah, dan tinggi; serta dan penerapan teknologi hemat energi. Dari hasil IGA
(5) Melaporkan pelaksanaan manajemen energi. itu, misalkan pada industri tekstil, biaya investasi yang
diperlukan adalah Rp173,54 miliar, meski begitu potensi
penghematan energinya sebesar 37,77 GWh atau setara
Rp51,72 miliar.

41
Program
utama

Memfasilitasi Usaha Jasa Konservasi Energi (ESCO) objek tersebut terdiri dari 325 bangunan dan 517 industri.
merupakan langkah ketiga dalam efisiensi energi. Sebagai contoh pada 2015, ada 10 bangunan yang turut
ESCO adalah kegiatan perencanaan, pelaksanaan, serta, dan potensi penghematan yang ditargetkan adalah
pengoperasian dan pemeliharaan, serta pengukuran dan 4,1 GWh, Rp4,8 miliar, dan 3,4 Kilotonne CO2. Sementara,
verifikasi di bidang konservasi energi. ESCO terdaftar capaian penghematannya adalah 0,055 GWh, Rp0,074
sampai 2016 adalah PT Energy Management Indonesia miliar, dan 0,045 Kilotonne CO2.
(Persero), PT Superintending Company of Indonesia
(Persero), PT Fokus Indo Lighting, PT Tracon Industri, dan Keenam, menciptakan Sistem Monitoring Energi (SME)
PT Tigapena Sigma Energy. yang dapat diakses melalui website SME Kementerian
ESDM dan aplikasi mobile. SME mulai dipasang di 2015
Cara keempat adalah merumuskan Standar Efisien pada 2 gedung Kementerian ESDM, yaitu Ditjen EBTKE
Energi pada bangunan. Terdapat empat Standar dan Ditjen Ketenagalistrikan. Kemudian pada 2016,
Nasional Indonesia (SNI) mengenai bangunan/gedung sudah dipasang pada 3 gedung Kementerian ESDM, yakni
hijau, yakni SNI: 6196:2011 (Prosedur Audit Energi pada Inspektorat Jenderal, Ditjen Minerba, dan Ditjen Migas.
Selubung Bangunan), SNI: 6197:2011 (Konservasi Energi Sementara, pada 2017 direncanakan terpasang pada 7
pada Sistem Pencahayaan), SNI: 6389-2011 (Konservasi gedung Kementerian SDM, yaitu Sekretariat Jenderal,
Energi pada Selubung Bangunan), dan SNI: 6390-2011 BPSDM Gatot Subroto, Kawasan Cipulir, Kawasan Ciracas,
(Konservasi Energi pada Sistem Tata Udara). Keempat SNI Pusdiklat Tekmira Bandung, serta Puslitbang Tekmira,
tersebut diadopsi pada Peraturan Gubernur DKI Jakarta Kawasan Cepu. Di tahun ini juga, dilakukan integrasi SME
No. 38 Tahun 2012 tentang Bangunan Gedung Hijau dan Kementerian ESDM.
Peraturan Menteri (Permen) PUPR No. 02/PRT/M/2015
tentang Bangunan Gedung Hijau. Gerakan Hemat Energi
Kemudian, program ketujuh adalah diadakannya
Kelima, mengadakan Program Kemitraan Konservasi Program “Green Chiller” bekerja sama dengan GIZ.
Energi. Dalam periode 2011—2016, ada 842 objek yang Program tersebut untuk mempromosikan refrigeran
ikut serta dalam program kemitraan tersebut. Jumlah hidrokarbon yang efisien dan ramah lingkungan. Target
Sumber: Istimewa

42
Program
utama

utamanya adalah bangunan gedung/kantor,


industri pengolahan makanan, supermarket,
hotel, serta industri farmasi dan kimia.

Kedelapan, dilakukan labelisasi


pada peralatan pemanfaat energi.
Misalnya saja, lampu hemat
energi dan air conditioner (AC).
Label yang dibubuhkan pada
peralatan pemanfaat tenaga
listrik untuk keperluan
rumah tangga dan
sejenisnya, menandakan
bahwa produk peralatan
tersebut telah memenuhi
syarat hemat energi. Lalu,
yang tak kalah penting,
adalah efisiensi energi yang dilakukan pada gedung Bentuk kegiatan efisiensi energi lainnya adalah dengan
pemerintahan, baik pusat maupun daerah, serta jalan-jalan menggalakkan Gerakan Hemat Energi “Potong 10%” yang
raya umum di setiap daerah. sudah dimulai sejak 2015 lalu. Pada 2015, ada 11 provinsi
di nusantara yang memiliki konsumsi energi tertinggi,
Berdasarkan Instruksi Presiden No. 13 Tahun 2011 yaitu (1) Banten, (2) Jawa Barat, (3) DKI Jakarta, (4) Jawa
tentang Penghematan Energi dan Air, terdapat kewajiban Timur, (5) Jawa Tengah, (6) Sumatera Utara, (7) Sumatera
gedung pemerintah untuk menyampaikan pelaporan Selatan, (8) Sulawesi Selatan, (9) Bali, (10) Riau, dan (11)
penghematan energi dan air. Menurut data yang dihimpun Lampung. Persentase konsumsi 11 provinsi itu mencapai
oleh Ditjen EBTKE (2016), yang sudah melaporkan ada 35 91% konsumsi energi nasional.
instansi dengan 123 gedung, terdiri atas 11 Pemerintah
Provinsi (31%) dan 24 Kementerian/Lembaga (69%). Jadi, kegiatan “Potong 10%” di 11 provinsi tersebut pada
Instansi yang paling banyak melaporkan, dari pemerintah 2015 berhasil menghemat 22,714 GWh. Penghematan
pusat adalah BPKP (35 Gedung) dan pemerintah daerah tersebut setara dengan menghemat pembangunan 3,2
adalah Jawa Tengah (48 Gedung). GW PLTU baru senilai Rp43,2 triliun, melistriki seluruh
desa “Program Indonesia Terang” sebanyak 2.527.469
Hingga saat ini, mereka berhasil mencatatkan KK (sekitar 9.970.286 jiwa), serta meningkatkan rasio
penghematan sebesar 21,6 GWh/tahun, 17.776 ton CO2/ elektrifikasi hingga 100%.
tahun, dan Rp28 miliar/tahun. Langkah yang mereka
terapkan, antara lain mengganti lampu yang biasa Dengan “Potong 10%”, menurut data Ditjen EBTKE
digunakan dengan lampu hemat energi, mengatur suhu (Oktober 2017), potensi penghematan energi dapat
ruangan menjadi 25 derajat Celcius, mengatur jam operasi dirasakan pada antara lain empat sektor, yaitu sektor
peralatan (termasuk lift), memasang alat monitor untuk Komersial (menghemat 10%-30% atau setara 36 juta
pemakaian listrik dan air, serta mengampanyekan hemat SBM), Transportasi (menghemat 15%-35% atau sekira
energi dan air—misalnya melalui spanduk dan stiker. 260 juta SBM), Industri (menghemat 10%-30% atau setara
229 juta SBM), dan Rumah Tangga (menghemat 15%-30%
Sementara, untuk penerangan jalan raya (Penerangan atau sekira 110 juta SBM).
Jalan Umum - PJU), dipasang lampu bertenaga surya
ataupun LED yang, tentunya lebih hemat energi. Ini juga Selain itu, telah dilakukan juga lomba hemat energi
merupakan salah satu bagian dari program “Menerangi dan sosialisasi konservasi energi ke sekolah-sekolah
Indonesia”. Menurut data Ditjen EBTKE (2016), telah dan perguruan tinggi di beberapa daerah di Indonesia.
terpasang sebanyak 5.675 lampu PJU bertenaga surya Sesuai UU No. 30 tahun 2007 tentang Energi, konservasi
dan 7.978 Retrofit (penggantian lampu dan armatur), energi nasional menjadi tanggung jawab pemerintah,
sehingga totalnya berjumlah 13.653 unit. Dengan begitu, pemerintah daerah, pengusaha, dan seluruh lapisan
penghematan energi yang berhasil dibukukan, yakni 6,05 masyarakat. Karenanya, semua pihak harus terlibat
GWh/tahun dan emisi berhasil diturunkan sebesar 4,97 dalam konservasi energi guna menjaga kelestarian energi
juta ton CO2/tahun. dan ketersediaan energi untuk jangka waktu lama.

43
Program
utama

Sumber: Ditjen EBTKE


LTSHE
Menerangi hingga ke
Pelosok Negeri
Pemerintah melakukan beragam upaya untuk mengejawantahkan energi berkeadilan melalui
pemerataan pasokan listrik, khususnya di daerah tertinggal, terisolasi, dan terluar (3T). Upaya
tersebut, salah satunya, diwujudkan dengan pencanangan Program Lampu Tenaga Surya Hemat
Energi (LTSHE) di 2017. Disamping sebagai upaya menerangi wilayah 3T, Program LTSHE sekaligus
menjadi langkah diversifikasi energi melalui pemanfaatan energi surya.

44
Program utama

Percepatan Penyediaan Listrik Sosialisasi dimaksudkan agar Pemda bisa memahami


Saat ini, terdapat 2.500 desa dari 82.190 desa di Indonesia mekanisme pengadaan, pendistribusian dan pemasangan,
yang belum bisa menikmati terangnya lampu listrik. Dari penyerahan aset, serta pembinaan dan pengawasan
2.500 desa tersebut, terdapat 256.114 rumah yang masih pelaksanaan program. Disamping itu, Pemda juga
gelap gulita. Karenanya, Pemerintah pun mencanangkan diharapkan dapat menyampaikan usulan rincian lokasi
LTSHE dengan tujuan utama untuk menerangi desa-desa di pendistribusian serta nama calon penerima LTSHE.
Indonesia yang belum tersentuh oleh akses listrik.
Di antara usulan yang diterima oleh Ditjen EBTKE datang
Program ini pun telah disahkan oleh Presiden Joko Widodo dari Pemprov Papua Barat. Berdasarkan usulan tersebut,
melalui penandatanganan Peraturan Presiden (Perpres) tercatat sekitar 83 desa di 7 kabupaten yang sama sekali
No. 47 tahun 2017 tentang Penyediaan Lampu Tenaga belum tersentuh akses listrik. Kemudian, dari data
Surya Hemat Energi (LTSHE) bagi Masyarakat yang belum yang disampaikan Wakil Bupati Kabupaten Jayawijaya,
Mendapatkan Akses Listrik. Berdasarkan Perpres tersebut, diketahui bahwa Kabupaten Jayawijaya memiliki 40 distrik
pelaksanaan Program LTSHE diamanahkan kepada (kecamatan) yang terdiri dari 328 desa dengan 70%-nya
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). masih gelap gulita. Sementara, Dinas ESDM Provinsi Papua
menyampaikan data bahwa terdapat 2.839 (52,39%) desa
Disamping itu, penerbitan Perpres tersebut juga didasari dari 5.419 desa yang belum teraliri listrik.
pada pertimbangan akan urgensi percepatan penyediaan
akses listrik bagi masyarakat melalui lampu tenaga surya Dengan demikian, koordinasi antara Pemerintah dan Pemda
hemat energi. Maka, Program LTSHE ini pun sekaligus sangat dibutuhkan, terutama terkait dengan penyediaan
menjadi langkah percepatan dan pembangunan wilayah data calon penerima LTSHE dan sosialisasi kepada calon
dalam jangka pendek. Khususnya, wilayah 3T dengan penerima LTSHE. Selain itu, sinergi Pemerintah dan Pemda
kondisi penduduk yang tersebar dan pola distribusi juga sangat diperlukan dalam pengawasan pelaksanaan
permukiman yang sulit dijangkau oleh jaringan listrik PLN. pendistribusian, pemasangan, serta pemeliharaan LTSHE.

Penerangan bagi 2.500 desa tersebut akan dilaksanakan Selain menggandeng Pemda, Pemerintah juga melaksanakan
dalam jangka waktu 2 tahun (2017—2018). Di 2017, Program pengadaan Badan Usaha yang bertanggung jawab atas
LTSHE ditargetkan dapat menerangi 80.332 rumah yang kelancaran pelaksanaan pengadaan, pendistribusian,
tersebar di 5 provinsi. Kelima provinsi tersebut adalah pemasangan, dan pemeliharaan LTSHE. Badan usaha ini
Papua Barat sebanyak 83 desa atau 70.847 penerima; Papua haruslah memenuhi persyaratan yang ditetapkan sesuai
sebanyak 610 desa atau 6.408 penerima; Maluku sebanyak Perpres. Di antaranya, memiliki sarana dan fasilitas produksi
23 desa atau 2.807 penerima; Nusa Tenggara Barat (NTB); LTSHE di dalam negeri, memiliki produk LTSHE yang telah
dan Riau. digunakan di dalam dan luar negeri, menyediakan layanan
purnajual setidaknya 3 tahun, serta menjamin ketersediaan
Dari kelima provinsi tersebut, daerah yanng menjadi suku cadang LTSHE.
sasaran program adalah Buru Selatan, Buru, Maluku Tengah,
Seram Bagian Timur, dan Kepulauan Aru di Maluku. Lalu,
di Provinsi Papua Barat, adalah Tambrauw, Teluk Bintuni,
Fakfak, Manokwari, Peg. Arfak, Manokwari Selatan, dan
Teluk Wondama.

Di Papua, daerah sasaran program terdiri dari Nabire,


Mamberamo Raya, Sarmi, Tolikara, Lanny Jaya, Asmat,
Jaya Wijaya, Yalimo, dan Pegunungan Bintang. Untuk NTB,
daerah yang menjadi target program adalah Lombok Barat,
Lombok Utara, Lombok Timur, Sumbawa, Dompu, dan
Bima. Sedangkan di Riau, Program LTSHE akan dilaksanakan
di Kepulauan Meranti.

Pada 2018, program ini ditargetkan dapat melistriki 175.782


rumah yang tersebar di 15 provinsi. Pengadaan LTSHE di
2017 menggunakan dana yang dialokasikan dari APBN,
yang nilainya mencapai Rp332,8 miliar.

Kerja Sama
Sumber: Ditjen EBTKE

Dalam program ini, Direktorat Jenderal (Ditjen) EBTKE


Kementerian ESDM diamanahkan untuk memberikan sarana
pra-elektrifikasi bagi masyarakat yang berada di desa-desa
yang belum terjangkau listrik melalui pemasangan LTSHE.
Untuk itu, Ditjen EBTKE pun menggandeng Pemerintah
Daerah (Pemda) dan melakukan sosialisasi.

45
Program
utama

Kendati ada Badan Usaha yang menjamin dan menyediakan Panel surya (solar cell) merupakan komponen terpenting
layanan purnajual LTSHE, setiap penerima LTSHE memiliki dari LTSHE. Komponen elektronika inilah yang mengubah
kewajiban untuk memelihara dan merawat LTSHE sehingga energi surya menjadi energi listrik arus searah (DC).
LTSHE dapat digunakan untuk jangka waktu yang cukup Setiap satu panel surya hanya dapat menghasilkan energi
lama, minimal 3 tahun. Selain itu, penerima LTSHE juga listrik yang sangat kecil. Karena itu, beberapa panel surya
dilarang memperjualbelikan dan/atau memindahtangankan harus digabungkan menjadi modul sehingga mampu
kepada pihak lain. Dengan demikian, penyediaan LTSHE menghasilkan energi listrik sebesar 130 Watt.
diharapkan dapat memberikan manfaat sesuai dengan
tujuan yang ditetapkan. Adapun prinsip kerja dari LTSHE ini adalah energi surya
yang ditangkap oleh panel surya diubah menjadi energi
Komponen LTSHE listrik oleh hub kapasitor. Lalu, energi listrik yang dihasilkan
Setiap kepala keluarga yang tercatat sebagai penerima tersebut disimpan di dalam baterai. Energi listrik dalam
LTSHE akan mendapatkan paket LTSHE yang terdiri dari baterai inilah yang digunakan untuk menyalakan lampu.
panel surya berkapasitas 20 watt peak, 4 buah lampu LED,
baterai, dan 1 buah pengisi daya (charger). Setiap lampunya Komponen berikutnya adalah lampu LED, yaitu lampu
berharga Rp3 juta hingga Rp3,5 juta dengan layanan dengan teknologi ultra efisien Light Emiting Diode. Lampu
purnajual selama tiga tahun. berdaya 3 Watt ini memiliki keterangan cahaya setara
dengan lampu pijar 25 Watt. Namun, lampu LED jauh lebih

46
Program
utama

efisien dibanding lampu pijar. Lampu ini dapat menyala


sangat terang selama 6 jam, menyala redup selama 12 jam,
dan menyala sangat redup hingga 60 jam.

Daya tahan hingga 60 jam tersebut dikarenakan penggunaan


baterai litium sebagai kapasitor. Kemudian, komponen
lainnya adalah chip management energy yang berfungsi
sebagai inverter yang mengolah energi masuk, energi
simpanan, dan energi keluaran.

Dengan dukungan penuh dari Pemda dan masyarakat,


Program LTSHE diharapkan bisa memberi manfaat bagi
masyarakat dalam jangka waktu yang lama. Terutama, bagi
anak-anak, agar mereka dapat belajar lebih baik di malam
hari karena diterangi oleh cahaya lampu. Pada akhirnya,
kehadiran energi listrik di daerah 3T dapat mendorong
pertumbuhan ekonomi daerah tersebut.

Sumber: Ditjen EBTKE

47
Program
Lainnya

LINTAS EBTKE,
Inovasi Layanan Informasi
Energi Bersih
Untuk semakin memperkenalkan manfaat energi baru dan terbarukan (EBT) di
Indonesia, pada 25 April 2016, Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan
Konservasi Energi (Ditjen EBTKE) Kementerian ESDM meluncurkan Layanan Informasi
dan Investasi Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (LINTAS EBTKE).
Layanan Informasi Terpusat bimbingan teknis, dan cara menghemat energi. Investor
LINTAS merupakan inovasi layanan hasil kerja sama pun dapat berkonsultasi tentang peluang investasi
antara Pemerintah Indonesia dan Denmark. Layanan dan perizinan; serta membantu penciptaan kantor
ini dikembangkan untuk mendukung pencapaian target percontohan hemat energi.
energi bersih nasional melalui penyediaan informasi,
fasilitasi investasi, serta peningkatan kerja sama di “LINTAS EBTKE akan menjadi antarmuka (interface)
bidang energi bersih. Sementara, tujuannya adalah yang efisien antara Ditjen EBTKE sebagai lumbung data
untuk membantu pembangunan rendah karbon di dan informasi energi baru, terbarukan dan konservasi
Indonesia dan mencapai target nasional, yaitu 23% energi dengan masyarakat umum sebagai penerima
porsi EBT di 2025, serta penurunan intensitas energi 1% manfaat akhir dari seluruh kegiatan,” jelas Direktur
per tahun. Jenderal EBTKE, Rida Mulyana, yang meresmikan
LINTAS EBTKE bersama dengan Duta Besar Denmark
LINTAS EBTKE dapat dianggap sebagai pintu gerbang untuk Indonesia, Casper Klynge.
energi bersih di Indonesia. Melalui layanan ini, investor
dan publik dapat memperoleh informasi umum soal LINTAS mengumpulkan dan menyebarkan data yang
EBTKE. Di antarnya, tentang peta sumber energi, tersedia dari semua sumber informasi, dan terbuka
teknologi terkini, kebijakan yang berlaku, proses bisnis, untuk setiap hal yang berhubungan dengan investasi.

48
Program lainnya

Jadi, ini merupakan pusat layanan satu pintu untuk dapat mengakses informasi yang dibutuhkan secara
informasi energi bersih dan fasilitas bagi semua pemangku langsung atau diarahkan kepada pihak yang kompeten.
kepentingan. Dengan mereka mempunyai kantor tersendiri,
ini memungkinkan masyarakat untuk berkunjung dan Produk & Aktivitas LINTAS
berkonsultasi tatap muka dengan staf yang kompeten di Tidak hanya menyediakan layanan informasi bagi investor
sana. dan masyarakat, LINTAS juga merupakan unit yang sangat
diperlukan dan bermanfaat bagi seluruh Ditjen EBTKE. Hal
Klynge menambahkan, Indonesia mempunyai target ini dikarenakan LINTAS EBTKE melaksanakan kegiatan yang
pemenuhan EBT yang ambisius. Kunci untuk mencapai ini meliputi (1) Menyajikan informasi berkualitas beserta alat
adalah tersedianya informasi terkait peraturan, peluang dalam bidang energi bersih, (2) Memfasilitasi konsultasi
bisnis, dan teknologi yang dapat diakses dengan mudah dan interaksi antara investor dan unit berkepentingan,
di seluruh penjuru Indonesia. Kemudahan yang diberikan (3) Memperluas jaringan dan kerja sama dengan pihak
melalui layanan ini, pada akhirnya, memungkinkan setiap lain dalam lingkup EBTKE, (4) Mendukung energi bersih di
orang untuk dapat menikmati pasokan energi yang murah, Indonesia, dan (4) Memberikan pelayanan publik terpadu.
andal, dan berkelanjutan.
Untuk proyek-proyek investasi potensial LINTAS, LINTAS
Sumber: Ditjen EBTKE

Klynge juga menyebutkan bahwa Denmar merupakan mitra membagi informasi secara dua arah kepada para calon
erat Indonesia dalam mempromosikan penerapan energi investor. Selain itu, mereka mengumpulkan informasi dari
bersih dengan cara berbagi teknologi dan pengalaman para calon pengembang yang sedang on progress untuk

Sumber: Ditjen EBTKE

dalam pengembangan EBT. “Jadi, melalui Program mendapatkan masukan untuk meningkatkan kualitas
Dukungan Lingkungan dan kerja sama antar Kementerian, informasi tentang best practices berinvestasi, khususnya
kami membantu Indonesia menemukan solusi teknologi dalam bidang EBT, di Indonesia.
yang inovatif dalam menghadapi tantangan energi dan
lingkungan,” ujarnya. Buku Panduan dan Peluang Investasi EBTKE juga telah
disusun LINTAS. Tujuannya adalah untuk mempermudah
Disamping bekerja sama dengan Pemerintah Denmark, penyebaran informasi kepada para calon investor dan
LINTAS EBTKE juga bekerja sama dengan lembaga maupun masyarakat umum. Untuk mempermudah jangkauan
inisiatif lainnya, seperti Center of Excellence, Dewan Energi kepada calon investor luar negeri, pada November 2016,
Nasional (DEN), PLN, serta asosiasi lainnya, seperti METI kedua buku ini sudah diterbitkan dalam dua versi, Bahasa
dan MASKEII. Dengan adanya layanan informasi terpusat Indonesia dan Bahasa Inggris.
ini, para pemangku kepentingan di sektor energi bersih

49
Program
lainnya

Alur konsultasi investasi pada LINTAS EBTKE dapat dilihat Hasil survei secara detail dapat dilihat dari diagram-diagram
pada bagan di bawah ini: berikut ini.

Alur Konsultasi Analisis Kepuasan


Pengunjung
Penerimaan Pengunjung
pengunjung di diantarkan ke ruang Komunikasi
resepsionis konsultasi

Konsultasi Kemampuan
menjawab
Prosedur, panduan, pertanyaan
dan peluang
Konsultasi dua arah
Real time data update

Pemberian informasi

Pengumpulan
informasi
Hambatan,
pengalaman, dan
strategi Efisiensi
Penguasaan
materi penyampaian

Kesediaan Membantu
Kritik dan Saran

Suasana kantor
Selain itu, aktivitas yang juga dilakukan LINTAS EBTKE, yaitu:
• Mengembangkan Direktori Energi Bersih – Green Pages.
• Menyusun kisah sukses EBTKE.
• Membuat publikasi terkait EBTKE (flyer, brosur, poster,
videografis).
• Mengelola perpustakaan online dan perpustakaan terbuka
di kantor LINTAS.
• Mengembangkan database EBTKE.
• Mengelola akun media sosial Facebook (FB) LINTAS EBTKE.
• Mengembangkan dan mengelola website LINTAS EBTKE.
Sarana Kantor Prasarana Kantor
• Berpartisipasi acara pameran sebagai salah satu penerang
(Contoh: Indo EBTKE Connex).
LINTAS juga mengadakan “Energy Sharing Session”, yang Ket:
biasanya terdiri atas seminar dan Focus Group Discussion Tidak Puas Puas
(FGD) untuk kalangan akademisi serta khalayak umum. Cukup Sangat Puas
Sepanjang tahun 2016, telah diadakan dua sesi, yaitu (1)
Manajemen Energi (Pengenalan SNI atau ISO 50001) dan (2)
Teknologi, Best Practices, dan Implementasi Mobil Listrik.
Fitur Hemat Energi
Pengunjung LINTAS EBTKE Sebagai “clearing house”, kantor LINTAS EBTKE juga tak lupa
Total pengunjung di LINTAS EBTKE per 10 November 2017 adalah untuk menerapkan desain yang hemat energi dan ramah
210 orang. Rekapitulasinya dapat dilihat pada tabel di bawah ini. lingkungan. Desain hemat energi dan ramah lingkungan
tersebut harus memenuhi beberapa fitur berikut.
Survei kepuasan pengunjung juga telah dilakukan untuk • Fitur Optimasi Sinar Matahari
mengetahui tingkat kepuasan pengunjung terhadap Pencahayaan alami adalah sumber pencahayaan yang berasal
pelayanan dari LINTAS EBTKE. Nilai rata-rata kepuasan dari sinar matahari. Sinar alami mempunyai banyak keuntungan,
pengunjung adalah Sangat Puas (67%), Puas (27%), Cukup selain menghemat energi listrik juga dapat membunuh kuman.
Puas (5%), dan Tidak Puas (0%). Untuk mendapatkan pencahayaan alami pada suatu ruang,

50
Program
lainnya

Buku Panduan dan Peluang


Investasi EBTKE juga telah disusun
LINTAS. Tujuannya adalah untuk
mempermudah penyebaran
informasi kepada para calon investor
dan masyarakat umum.

diperlukan jendela-jendela yang besar ataupun dinding kaca 2. Memasang tirai horizontal dengan permukaan reflektif
sekurang-kurangnya 1/6 daripada luas lantai. untuk mencegah terlalu banyaknya sinar matahari yang
Pencahayaan alami dalam sebuah bangunan akan mengurangi masuk ke ruangan.
penggunaan cahaya buatan sehingga dapat menghemat 3. Penggunaan Lampu LED dengan pengontrol cahaya atau
konsumsi energi dan mengurangi tingkat polusi. Tujuan dimmer dan zoing. Selain itu, juga dilengkapi sensor yang
digunakannya pencahayaan alami, yaitu untuk menghasilkan akan mematikan lampu secara otomatis saat jumlah
cahaya berkualitas yang efisien, serta meminimalkan silau dan cahaya alami di dalam ruangan sudah cukup.
berlebihnya rasio tingkat terang. Selain itu, cahaya alami dalam 4. Menerapkan kombinasi lampu ruangan dengan lampu
sebuah bangunan juga dapat memberikan suasana yang lebih meja kerja untuk mendapatkan luminasi yang lebih baik
menyenangkan dan membawa efek positif lainnya dalam sesuai standar SNI, yaitu 350 Lux.
psikologi manusia.
• Penggunaan Double Glass • Fitur Penggunaan Material
Ruangan didesain sedemikian rupa menggunakan kaca dengan Penggunaan cat dinding yang ramah lingkungan, yaitu
teknologi “double glass”. Keuntungan dari teknologi ini adalah yang bersifat rendah Volatile Organic Compound (VOC)
mengurangi panas radiasi matahari yang masuk ke dalam atau cat rendah zat beracun agar tidak merusak kesehatan
ruangan dengan menjebak radiasi panas di dalam kaca double dan lingkungan hidup. Cat ini menggantikan wallpaper
glass tersebut, sehingga beban pendingin ruangan akan lebih yang menghasilkan emisi karbon lebih tinggi dalam proses
ringan. Double glass ini juga menggunakan isolasi sehingga pembuatannya. Selain itu, pemilihan desain furnitur yang
noise dari luar tidak bisa masuk ke dalam ruangan. terbuat dari material ramah lingkungan dan bersifat ‘ringan’
• Teknik Pantulan Cahaya dengan warna-warna cerah menciptakan suasana terbuka,
Reflective glass atau pantulan cahaya dalam suatu ruangan serta membiaskan cahaya alami.
diperlukan untuk mengefisienkan penggunaan cahaya buatan
atau lampu. Sistem ini bekerja dengan
memantulkan cahaya yang jatuh ke
dalam reflektor atau dinding horizontal
di luar jendela untuk menambah
cahaya bias pada ruangan tanpa
menambah beban thermal, sehingga
suhu ruangan tidak menjadi panas.
• Fitur Pencahayaan
Efisiensi energi dalam pencahayaan
diterapkan melalui optimalisasi sistem
tata cahaya, seperti:
1. Menaikkan ketinggian langit-langit
ruangan, mengorganisasi ruangan
Sumber: Ditjen EBTKE

dan partisi, serta menggunakan


pintu dan jendela kaca yang
bening untuk mengoptimalkan
cahaya alami.

51
profil

Ir. Maritje Hutapea:


Srikandi
Energi Hijau
Indonesia
Maritje Hutapea adalah sosok penting bagi
pengembangan dan pemanfaatan energi baru
terbarukan dan konservasi energi di Indonesia.
Perannya dalam membidani program-program
Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi
(EBTKE) tak diragukan lagi. Maritje secara aktif
menggiatkan berbagai kebijakan dan program
terkait EBTKE.
Sepak Terjang
Saat menjabat Direktur Bioenergi, Maritje menerapkan
sejumlah program Bioenergi. Salah satu fokusnya adalah
pemanfaatan Bahan Bakar Nabati (BBN) sebagai campuran
bahan bakar di sektor transportasi, industri pertambangan,
dan pembangkit listrik. Jejak lainnya adalah program
pengembangan dan pemanfaatan limbah yang diolah
menjadi sumber energi. Berkat upayanya, masyarakat
pun mulai peduli dengan potensi limbah peternakan yang
dijadikan biogas. Begitu pula dengan pemanfaatan limbah
pertanian/perkebunan dan sampah kota sebagai Pulau
Ikonis Energi Terbarukan. 

Berbagai program kebijakan efisiensi energi di sektor industri,


komersial, rumah tangga, dan transportasi juga tak luput dari
perhatian wanita kelahiran 6 Desember 1957 ini. Tak hanya
terkait kebijakan, beragam program yang berhubungan
dengan peningkatan kesadaran pengguna energi; penerapan
standar dan label sejumlah peralatan elektronik; dan
peningkatan kapasitas SDM pun gencar dilaksanakan.

Masih teringat hingga kini, langkah Maritje dalam mendorong


gerakan masyarakat agar menerapkan gaya hidup hemat energi.
Salah satunya dengan memilih lampu hemat energi berlabel
bintang. “Semakin banyak tanda bintangnya, berarti semakin
hemat energi lampu yang digunakan,” ujarnya kala itu.

52
Profil

Di era kepemimpinan Maritje, program kemitraan konservasi


energi dengan memberikan audit energi gratis menjadi
fokus penting Maritje lainnya. Disamping itu, Maritje juga
melaksanakan pengembangan standar kompetensi bagi
manajer serta auditor energi Tak heran bila pada 2015,
hasil audit energi industri dan bangunan melonjak drastis
dibanding 2012.

Jika pada periode 2003—2012 hasil audit energi hanya


806 bangunan dan industri, maka pada 2015 menjadi
1.264 bangunan dan industri. Sungguh suatu prestasi yang
membanggakan. Di kancah internasional, Maritje juga
membuka banyak kerja sama bilateral dan kerja sama lainnya
dengan  negara-negara asing. 
Melalui APBN, APBD, dan DAK, pembangunan infrastruktur
Terobosan PLTS Rooftop energi dilaksanakan bagi perdesaan. Dengan prioritas,
Keandalan Maritje dalam menjalankan kebijakan dan berupa pembangunan pembangkit listrik sesuai potensi
penerapan program, sekali lagi diuji pada 2015. Di medio energi terbarukan setempat. Selain itu, dilakukan juga
Mei 2015, Maritje dilantik menjadi Direktur Aneka Energi penguatan kapasitas SDM melalui edukasi dan pelatihan di
Terbarukan. Sebagai langkah awal, di tahun 2015, Maritje giat bidang energi terbarukan.
mengembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS).
Selain PLTS “tradisional”, dikembangkan pula PLTS rooftop di Rekam jejak Maritje terukir sebagai sebuah karya bakti di
gedung hingga perumahan di perkotaan. bidang energi terbarukan. Semangat dan kerja kerasnya
menorehkan sebuah prestasi besar yang mampu mendorong
“Agar ekonomis, kita manfaatkan atap bangunan sebagai pengembangan EBT dan upaya konservasi energi di Indonesia.
PLTS. Apakah itu atap rumah atau bangunan, termasuk
gedung pemerintah dan bandar udara. Pengembangan
program ini khususnya bagi wilayah Indonesia Timur,” ujar
Maritje.

Pada tahap awal, pembangunan PLTS rooftop diterapkan


pada gedung-gedung pemerintahan. Selanjutnya, akan
tersambung dengan jaringan listrik PLN. Dengan upaya
itu, diharapkan banyak investor yang akan berminat untuk
mengembangkan PLTS rooftop di Indonesia. Selain langkah di
atas, dilakukan pula penyusunan regulasi dan kebijakan PLT
Aneka EBT untuk mempercepat pencapaian bauran energi
primer nasional.

53 Sumber: Ditjen EBTKE


profil

SEG, Utamakan
Keselamatan Pekerja
dan Pengelolaan Lingkungan
Dalam Penghargaan Subroto 2017, tiga perusahaan yang berada di bawah PT Star Energy atau Star
Energi Group (SEG) berhasil meraih penghargaan untuk empat kategori sekaligus. Keberhasilan tersebut
menunjukkan komitmen SEG dalam mengelola aspek lingkungan, keselamatan kerja, dan manajemen
energi di seluruh kegiatan operasinya.
Komitmen Pengelolaan Lingkungan diperuntukkan untuk Provinsi Jawa Barat (Jabar). Perusahaan
Penghargaan Subroto yang berhasil diraih SEG merupakan ini memiliki tiga anak usaha yang menjalankan bisnis utamanya
buah dari kerja keras dan terpadu dari semua fungsi dan elemen di bidang EBT, khususnya pengembangan panas bumi.
di perusahaan. Adapun ketiga anak usah yang berhasil meraih
Penghargaan Subroto adalah PT Star Energy Geothermal Sebut saja, PT Star Energy Geothermal (Wayang Windu)
Salak memperoleh gelar Juara Umum Aditama untuk kategori yang mengelola fasilitas panas bumi dengan total kapasitas
Pengelolaan Lingkungan dan Keselamatan. pembangkitan 227 MW di daerah Pengalengan. Lalu, PT Star
Energy Geothermal Salak yang mengelola salah satu lapangan
Sementara itu, PT Star Energy Geothermal Wayang Windu panas bumi terbesar di dunia yang berada di Sukabumi.
mendapatkan penghargaan Aditama untuk kategori Lindungan Sedangkan, oleh PT Star Energy Geothermal Darajat II
Lingkungan Panas Bumi dan K3 Panas Bumi pada bidang bertanggung jawab atas pengelolaan fasilitas panas bumi di
Pengelolaan Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lindungan Garut.
Lingkungan (K3LL). Perusahaan ini juga meraih predikat Juara
bidang Efisiensi Energi Nasional (EEN) untuk kategori Inovasi Khusus Pada 1 April 2017, SEG menuju milestone yang baru dalam
pada seluruh industri. Sedangkan, PT Star Energy Geothermal pengembangan energi panas bumi di Indonesia dengan
Darajat II mendapatkan nominasi dalam bidang keselamatan. mengakuisisi PT Chevron Geothermal Salak. Transaksi ini adalah
langkah penting bagi SEG untuk menjadi operator panas bumi
Selain Penghargaan Subroto, perusahaan ini juga telah terbesar di dunia serta untuk meraih visinya menjadi operator
mendapatkan berbagai penghargaan lainnya dari Pemerintah panas bumi atas 1.200 MW di 2028.
Indonesia, seperti PROPER Emas dan Hijau dari Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan. SEG meyakini bahwa Sejak beroperasi secara komersial pada Februari 1994 sampai
menjaga lingkungan yang bersih, aman, dan sehat dapat Desember 2016, SEG telah membangkitkan produksi (bersih)
berjalan seiring dengan upaya memenuhi kebutuhan energi. listrik dengan total 56,3 TWhr, dengan rencana produksi
bersih tahunan untuk 2018 adalah sebesar 2,9 TWhr. Dengan
Dalam semua kegiatan usahanya, SEG selalu menempatkan kapasitas yang sudah diinstal saat ini, SEG diprediksi akan
keselamatan dan kesehatan pekerja, serta pengelolaan mempertahankan dan meraih produksi (bersih) kumulatif dari
lingkungan sebagai prioritas tertinggi. Hal itu seiring dengan 2018—2040 adalah sebesar 69,4 TWhr.
upaya SEG untuk terus mengembangkan potensi panas bumi
sehingga dapat menjadi yang terdepan dalam penyediaan EBT Selain program yang dijalankan untuk memajukan bisnisnya,
untuk masyarakat Indonesia. SEG juga secara konsisten melaksanakan program-program
pemberdayaan masyarakat melalui Corporate Social
Sekilas tentang SEG Responsibility (CSR). Program CSR bertujuan untuk mendukung
SEG merupakan salah satu perusahaan produsen energi program pemerintah dengan fokus pada pendidikan formal dan
panas bumi terbesar di Indonesia. SEG bekerja sama dengan informal, pemberdayaan ekonomi masyarakat, peningkatan
dua BUMN, PT Pertamina (Persero) dan PT PLN (Persero), kesehatan lingkungan, serta pembangunan dan perbaikan
dalam mengelola energi panas bumi menjadi listrik yang infrastruktur sosial dan umum.
Sumber: Ditjen EBTKE

54
profil

PJB UP Paiton,
Inovasi Maksimalkan
Efisiensi Pembangkit
Saat ini, penting bagi sebuah perusahaan untuk memiliki kantor yang ramah lingkungan dan hemat energi.
Hal ini pun dilaksanakan PT Pembangkitan Jawa Bali (PJB) sebagai salah satu upaya efisiensi energi pada
gedung-gedung kantornya. Upaya PJB tersebut mendapatkan apresiasi dari Kementerian ESDM, yakni
Penghargaan Subroto 2017 untuk bidang Efisiensi Energi Nasional (EEN) yang diberikan kepada tiga unit PJB.

Proper penghargaan “PROPER Biru” (2011—2013) dan “PROPER Hijau”


Penghargaan Efisiensi Energi Nasional (PEEN) 2017 terbagi atas (2014—2016).
beberapa kategori, di antaranya kategori Bangunan Gedung Hemat
Energi, kategori Manajemen Energi pada Industri dan Bangunan Ide Kreatif
Gedung, serta kategori Penghematan Energi di Instansi Pemerintah. PJB UP Paiton juga telah menerapkan Sistem Manajemen Energi ISO
Raihan tiga penghargaan untuk unit-unit PT PJB, termasuk dalam 50001:2011 secara berkesinambungan sejak 2014 lalu. Implementasi
kategori Manajemen Energi pada Industri dan Bangunan Gedung. ISO 50001:2011 sangat membantu perusahaan dalam mengelola aset
energi, mengevaluasi dan memprioritaskan penggunaan teknologi
Adapun ketiga unit PJB yang meraih penghargaan adalah PT PJB hemat energi, serta efisien dalam seluruh rantai suplai.
UBJOM Tanjung Awar-Awar meraih Juara I untuk Sub Kategori Inovasi
Khusus Bidang Industri; PT PJB UP Paiton mendapatkan Juara II untuk Penerapan Manajemen Energi di PJB UP Paiton sudah cukup baik,
Sub Kategori Industri Besar; dan PT PJB UP Cirata menjadi Juara 2 yang ditunjukkan dalam hierarki struktur organisasi perusahaan.
untuk Sub Kategori Gedung Besar. Dalam struktur perusahaan, Manajemen Energi berada di bawah
Departemen Operasi sehingga Manajer Operasi sekaligus bertindak
Salah satu yang cukup menarik perhatian adalah upaya penghematan sebagai Manajer Energi. Tim manajemen energinya juga terdiri dari
energi yang telah dilaksanakan PJB Paiton melalui peningkatan berbagai bidang sehingga menumbuhkan rasa tanggung jawab dan
efisiensi pembangkit. Pembangkit listrik tenaga uap berkapasitas 2 x peduli terhadap kegiatan penghematan energi.
400 MW ini menggunakan batubara dan minyak sebagai energi primer
dengan pemakaian energi rata-rata per tahunnya adalah sebesar Disamping itu, dengan adanya Peraturan Pemerintah (PP) No.
10,501 GJ/Kwh. 10 Tahun 2009 yang mewajibkan perusahaan untuk melakukan
konservasi energi melalui manajemen energi, PJB UP Paiton juga telah
Namun, sejumlah langkah efisiensi yang dijalankan PJB Paiton membuat beberapa kegiatan yang fokus dalam manajemen energi.
telah berhasil meningkatkan efisiensi energi dari tahun ke tahun. Melalui Program “Ide Kreatif” yang dilaksanakan setiap tahun, PJB UP
Efisiensi pembangkit ini dilihat dari Net Plant Heat Rate (NPHR), Paiton melibatkan seluruh karyawannya dalam kegiatan manajemen
yaitu pemakaian bahan bakar yang digunakan untuk menghasilkan energi. Program ini menjaring ide dari para karyawan untuk membuat
1 Kwh listrik. Semakin kecil nilai NPHR, semakin tinggi efisiensi inovasi penghematan energi di lingkungan perseroan.
pembangkitnya sehingga pemakaian energi pun semakin efisien.
Dari “Ide Kreatif” tersebut, muncullah sebuah inovasi orisinal berjudul
Dalam lima tahun terakhir, NPHR PJB UP Paiton turun dari 2818,76 “Re-Engineering Deaerator untuk Plant Reability Improvement”.
Kcal/Kwh menjadi 2646,77 Kcal/Kwh atau menurun sebesar 6,1 % Inovasi yang belum pernah ada sebelumnya ini dikembangkan oleh
atau setara Rp672 miliar. Kegiatan penghematan energi memang dua karyawan PJB UP Paiton, Ton Sejati Utomo dan Wisnu Cahya K.
terus meningkat dari tahun ke tahun, dengan pemakaian energi yang Inovasi ini berhasil menjadi Juara I pada Lomba Karya Inovasi Tingkat
turun dan rasio hasil efisiensi energi dengan pemakaian energi terus Regional 2016 pada bidang pembangkitan di lingkungan PT PLN
meningkat dari 0,4% pada 2012 menjadi 19,42% pada 2016. (Persero).

Untuk monitoring kegiatan penghematan energi, PJB UP Paiton Hasil inovasi itu digunakan sebagai teknologi baru untuk
menggunakan EnPI yang berupa heat rate dan plant efficiency. Dengan mengembangkan pembangkit. Teknologi ini telah mampu
adanya inovasi dan program efisiensi, bisa dilakukan penghematan mengurangi konsumsi pemakaian bahan bakar HSD saat start up unit
energi sebesar 1,98 GJ/Kwh atau sebesar 19,42 % pada 2016, yang pembangkit sebesar 360 KL atau setara pemakaian energi sebesar
berdampak pada pengurangan emisi gas buang hasil pembakaran 11.102,5 GJ. Sedangkan, nilai yang dapat dihemat dengan mencegah
di boiler. Hal itu dibuktikan dengan keberhasilannya memperoleh kehilangan jam produksi akibat shutdown dan pemakaian bahan
bakar HSD untuk start up adalah sebesar Rp16,1 Miliar.
Sumber: Ditjen EBTKE

55
Agenda

Kampanye “Potong 10%”:


Hemat Energi Menuju
Energi Berkeadilan
S
ejak 2012 lalu, Pemerintah setara dengan 12,1 Terra Watt (TWh) pada sebesar 205,68 GWh (Rp 301,74 miliar); dan
telah menerapkan program tahun 2015. Makassar sebesar 261,35 GWh (Rp 383,39
“Potong 10%” sebagai gerakan miliar).
konservasi energi melalui Direktur Jenderal (Dirjen) EBTKE
penghematan pemakaian Kementerian ESDM, Rida Mulyana Kampanye “Potong 10%” tersebut
energi listrik. Gerakan ini melibatkan menjelaskan bahwa besarnya penggunaan diwujudkan dalam beragam kegiatan,
berbagai unsur, mulai dari Pemerintah, tersebut berdampak terhadap penundaan seperti funbike dan funwalk. Kegiatan ini
pelaku bisnis, organisasi, hingga pembangunan pembangkit listrik sebesar 2 diikuti oleh Lembaga Masyarakat (LSM),
masyarakat, agar senantiasa melakukan GW atau setara dengan Rp 18,4 triliun. blogger, jurnalis, asosiasi, lembaga, BUMN,
penghematan energi 10%. komunitas, akademisi, serta masyarakat
Dengan adanya kegiatan kampanye umum. Dengan gerakan penghematan ini,
Untuk menyosialisasikan gerakan hemat tersebut, ketiga wilayah berhasil melakukan diharapkan dapat mendorong pemerataan
energi ke seluruh masyarakat, pada penghematan energi dalam waktu satu penyediaan energi listrik ke seluruh wilayah
tahun 2017, Ditjen EBTKE melaksanakan tahun sebesar 679,65 GWh setara dengan Indonesia sehingga tercapai energi yang
Kampanye “Potong 10%” di tiga kota besar Rp 997,04 miliar. Besaran penghematan berkeadilan.
di Indonesia, yaitu Denpasar, Makassar, tersebut terdiri dari Bali sebesar 212,62
dan Balikpapan. Pemilihan ketiga kota GWh (Rp 311,91 miliar); Balikpapan
ini didasarkan pada informasi data total
konsumsi energi listrik di tiga wilayah
tersebut mencapai 12.080,94 GWh atau

KE
n EBT
e r: Ditje
Sumb

56
agenda

24 Perusahaan Raih
Penghargaan
Subroto 2017
Dalam rangka pemerataan penyediaan energi listrik, Pemerintah melalui Direktorat Jenderal Energi
Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (Ditjen EBTKE) Kementerian ESDM menerapkan Program
Lampu Tenaga Surya Hemat Energi (LTSHE). Program ini sekaligus menjadi upaya Pemerintah
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) untuk pertama kalinya menggelar ajang
Penghargaan Subroto 2017. Penghargaan tersebut dilakukan dalam rangka memperingati Hari
Pertambangan dan Energi ke-72. Perhelatan tersebut secara resmi dibuka oleh Menteri ESDM,
Ignasius Jonan, di XXI Ballroom, Djakarta Theater, Jakarta Pusat, Rabu (28/9).

I
stilah ‘Subroto’ yang disematkan Kemudian, untuk 16 pemenang pada Lumut Balai yang mendapatka penghargaan
dalam penghargaan merupakan kategori Manajemen Energi pada Industri dan Pengelolaan Bidang Lindungan Lingkunga
wujud apresiasi kepada Menteri Bangunan adalah PT Graha Niaga Tata Utama, pada Proyek Geothermal.
Pertambangan dan Energi periode Gedung IGD RSUP Cipto Mangunkusumo,
1978—1988, Prof. Dr. Subroto, M. A. Gedung Balai Besar Teknologi Konversi Energi Tak sampai di situ, penghargaan pewarta
Beliau adalah seorang tokoh yang turut (B2TKE) BPPT, PT Cheil Jedang Pasuruan, energi pun diraih oleh Gholib (Juara 1 Foto
memajukan sektor energi Indonesia Terminal BBM Rewulu Pertamina HO, serta Umum), Muhammad Mubarak Aziz (Juara 1
sekaligus sosok pimpinan teladan. Star Energy Geothermal. Foto Instagram), dan Arif Koes Hernawan pada
kategori Karya Tulis Jurnalistik. Lalu, untuk bidang
Sebelumnya, ada beberapa penghargaan Selanjutnya, terdapat 9 pemenang keselamatan minyak dan gas bumi diberikan
yang pernah dilaksanakan, namun dari kategori penghematan energi kepada Petro China International Jabung, Ltd.
dilakukan secara terpisah. Adapun di pemerintahan, antara lain adalah
beberapa ppenghargaan yang pernah Kementeriaan Kelautan dan Perikanan, Inovasi perusahaan pun turut diberikan
dihelat antara lain adalah Penghargaan serta Pemda Provinsi Jawa Tengah. penghargaan karena telah memberikan
Efisiensi Energi Nasional (PEEN), sumbangsih berupa ide dan pemikiran
Penghargaan Pengelolaan Bidang Sedangkan, untuk kategori K3LL Panas guna pengembangan energi. Penghargaan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja, serta Bumi berhasil diraih oleh 24 perusahaan, tersebut diberikan kepada Harianto untuk
Lindungan Lingkungan (K3LL) Panas antara lain adalah Star Energy Geothermal kategori perorangan. Sedangkan, untuk
Bumi, Penghargaan Wartawan Energi, Salak, Ltd yang berhasil meraih kategori kelompok masyarakat diraih
Penghargaan Keselamatan Migas dan Aditama dengan nilai tertinggi dalam oleh Yayasan Lengis Hijau. Untuk industri
Penghargaan Energi (PE). Penghargaan Pengelolaan Bidang K3 diraih PT Great Giant Pineaple, serta untuk
untuk Area Geothermal, serta penghargaan kategori Pemda diberikan kepada Dinas
Terhitung dari penghargaan PEEN yang Pengelolaan Bidang Lindungan Lingkungan ESDM Provinsi Bangka Belitung. 
dilaksanakan terdapat 34 perusahaan yang pada Area Geothermal.
menerima penghargaan yang terdiri dari 9 Penghargaan ini akan terus dilakukan setiap
pemenang dengan kategori Gedung Hemat Selanjutnya, PT Supreme Energy Muara tahunnya. Seperti yang dikatakan oleh Jonan,
Energi antara lain adalah Sinarmasland, Laboh sebagai peraih Aditama dengan nilai “Penghargaan tersebut rencananya akan
Gedung Plaza Summarecon Agung, Gedung tertinggi pada penghargaan Pengelolaan menjadi ajang tahunan tiap memperingati Hari
Mina Bahari IV KKP, serta Kantor Dusaspun Bidang K3 pada Proyek Geothermal dan PT Pertambangan dan Energi. “Penghargaan dimulai
Gunung Putri. Pertamina Geothermal Energy untuk Proyek tahun ini dan akan diadakan terus,” jelasnya.

57
agenda

Workshop EBT,
Sosialisasi Penggunaan EBTKE
di Kalangan Mahasiswa
G
una memberikan informasi dan pemahaman di Indonesia. Penggunaan EBT termasuk dalam target
tentang pemanfaatan Energi Baru Terbarukan Pemerintah Indonesia pada bauran energi.
(EBT) dan konservasi energi, Direktorat Jenderal 2. Mengajak para pemuda civitas akademika untuk
Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi berpartisipasi secara aktif dalam menyebarluaskan
(Ditjen EBTKE) melakukan sosialisasi seputar informasi, serta menerapkan penggunaan EBT.
EBTKE kepada masyarakat, termasuk di kalangan mahasiswa 3. Berbagi pengalaman dengan Fasiliator Program Patriot
dan kalangan akademis secara umum. Sosialisasi digelar Energi mengenai Pemberdayaan Masyarakat dalam
melalui kegiatan Workshop EBT bertajuk “Pemberdayaan Pengelolaan Pembangkit Tenaga Listrik (PLT) EBT di
Mahasiswa untuk Mendukung Penerapan dan Pemanfaatan Pedesaan.
Energi Terbarukan di Pedesaan”.
Tak hanya berbagi dan memperoleh informasi seputar EBT,
Workshop tersebut dilakukan di beberapa perguruan tinggi, mahasiswa diharapkan dapat turut mengembangkan energi
yaitu Universitas Riau (7—8 September 2017); Universitas terbarukan sekaligus melahirkan tenaga kerja yang profesional
Andalas (6—7 Oktober 2017); Universitas Syiah Kuala (17— dan kompeten. Selain itu, juga dapat mendampingi
18 Oktober 2017); dan Politeknik Negeri Ambon (14—15 masyarakat pedesaan yang telah memiliki PLT EBT yang
November 2017). Penyampaian informasi melalui workshop didapatkan dari bantuan, swadaya atau APBN/APBD.
tersebut diharapkan dapat diteruskan oleh mahasiswa/
kalangan akademis lainnya kepada masyarakat. Dari sisi organisasi, dapat memfasilitasi pembentukan dan
penguatan organisasi pengelolaan PLT EBT di pedesaan serta
Penyelenggaraan Workshop EBT di kalangan mahasiswa ini dapat membantu pembentukan ekonomi produktif setelah
dilatarbelakangi oleh beberapa tujuan berikut. adanya PLT EBT.
1. Dapat menyebarluaskan informasi penggunaan EBT

58
agenda

GGTC 2017,
Kembangkan
Kualitas SDM

Sumber: Ditjen EBTKE


Panas Bumi
DirektoratJenderalEnergiBaruTerbarukandanKonservasiEnergi(DitjenEBTKE)melaksanakansosialisasi
tentang panas bumi melalui kegiatan Geothermal Goes To Campus (GGTC) yang diselenggarakan di
UPN ‘Veteran’ Yogyakarta, 27 April 2017. Kegiatan yang bertemakan “Link and Matching Education to
Industry” tersebut menghadirkan beberapa narasumber terpilih dari PT Pertamina Geothermal Energy,
PT Halliburton Logging Services Indonesia, serta Star Energy Geothermal Ltd.

D
alam upaya pengembangan panas bumi sebagai memberikan pemahaman lebih mendalam tentang subsektor
sumber energi primer, Pemerintah menargetkan panas bumi. Yunus menambahkan bahwa penyelenggaraan
pemanfaatan panas bumi sebesar 7.241,5 MW. GGTC dari tahun 2012—2016 menjadi tahap awareness. Di
Untuk mewujudkan target tersebut, Pemerintah sini, peran Pemerintah lebih dominan jika dibandingkan
membutuhkan SDM yang memiliki keahlian dan dengan badan usaha atau perguruan tinggi dalam
kompetensi yang mumpuni sesuai bidangnya, seperti ahli geologi, menumbuhkan awareness terhadap subsektor panas bumi.
ahli geokimia, ahli geofisika, ahli reservoir, dan ahli pengeboran.
“Sedangkan, untuk tahun 2017 hingga 2019 mendatang,
Dari kuantitas, jumlah SDM ahli di bidang ini pun masih belum merupakan tahap link and match. Di tahap akhir, 2019—
mencukupi untuk memenuhi kebutuhan industri panas bumi. 2025 menjadi tahap build competence human resource.
Direktur Panas Bumi Ditjen EBTKE, Yunus Saefulhak dalam Tahapan tersebut ditentukan sesuai dengan roadmap SDM
sambutan kegiatan GGTC memaparkan bahwa berdasarkan Geothermal yang disusun hingga 2025,” jelas Yunus.
Geothermal Human Resources Development Program, Indonesia
akan memerlukan sebanyak 1.300 hingga 2.200 geothermal Dengan diselenggarakannya GGTC, Pemerintah ingin
engineers hingga tahun 2020. Sementara, hingga 2025 mendatang, menjadikan Indonesia sebagai centre of excellence in
dibutuhkan sebanyak 500—800 tenaga ahli dari berbagai bidang, geothermal development. Untuk itu, Pemerintah juga
antara lain engineer, scientist, teknisi, pelatih, serta pengajar. menggandeng sejumlah negara, seperti Selandia Baru,
Islandia, dan Belanda, dalam rangka menjalin kerja sama
Dalam upaya memenuhi kebutuhan SDM tersebut, Direktorat pendidikan dan pelatihan geothermal.
Panas Bumi Ditjen EBTKE menyelenggarakan GGTC guna

59
agenda

Terapkan Program LTSHE,


Pemerintah Optimalkan
Sosialisasi
Dalam rangka pemerataan penyediaan energi listrik, Pemerintah melalui Direktorat Jenderal Energi
Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (Ditjen EBTKE) Kementerian ESDM menerapkan Program
Lampu Tenaga Surya Hemat Energi (LTSHE). Program ini sekaligus menjadi upaya Pemerintah
dalam mengembangkan energi terbarukan serta konservasi energi melalui penghematan energi.

Sosialisasi, Distribusi, dan penyediaan LTSHE TA 2017 di Manokwari,


Pemasangan Papua Barat. Pada 2018 mendatang, pelaksanaan
Program LTSHE ditujukan bagi 2.500 desa program ditargetkan untuk
atau 256.114 rumah yang masih belum Kemudian, pada Agustus 2017, sosialisasi menyelesaikan sisanya, yaitu 175.782
memiliki fasilitas penerangan, seperti di telah dilaksanakan di Ambon, Maluku rumah yang tersebar di 15 kabupaten.
kawasan perbatasan, terisolasi, daerah (10 Agustus 2017) dan di Lombok, Dengan adanya penyediaan LTSHE,
tertinggal, atau jauh dari jangkauan Nusa Tenggara Barat (24 Agustus 2017). diharapkan dapat memberikan akses
listrik PLN. Program tersebut ditargetkan Pelaksanaan distribusi dan pemasangan listrik bagi masyarakat di daerah
berlangsung selama 2017 hingga 2018. LTSHE akan dilaksanakan pada 18 pelosok, terpencil, dan terisolasi. Dengan
November 2017 di Desa Sori Tatanga, demikian, pemerataan energi berkeadilan
Di antara kegiatan utama dalam program Kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Barat. di Indonesia dapat terwujud dan dapat
tersebut adalah sosialisasi, distribusi, dan menerangi seluruh pelosok Nusantara.
pemasangan LTSHE. Hal tersebut telah Progres
diatur dalam Peraturan Presiden No.47 Pembagian LTSHE disesuaikan dengan
Tahun 2017 tentang Penyediaan LTSHE jumlah penerima yang telah ditetapkan
bagi masyarakat yang belum mendapati Ditjen EBTKE melalui Surat Keputusan
penerangan listrik serta Permen ESDM No. Penetapan Wilayah Pendistribusian dan
33 Tahun 2017. Pemasangan LTSHE. Adapun progres
pelaksanaan program hingga Oktober
Sepanjang tahun 2017, telah 2017 adalah telah dilaksanakannya
dilaksanakan sosialisasi di beberapa penyuluhan dan instalasi LTSHE yang
lokasi. Pada 25 Juli 2017 lalu, telah tersebar di 80.332 rumah.
dilaksanakan sosialisasi rencana
pelaksanaan
Sumber: Ditjen EBTKE

60
agenda

Sumber: Ditjen EBTKE

Pemerintah Resmikan
Infrastruktur EBTKE
di Tiga Desa
Dalam upaya pemerataan energi listrik ke seluruh pelosok Indonesia, Kementerian Energi dan
Sumber Daya Mineral (ESDM) membangun sejumlah infrastruktur kelistrikan di sepanjang tahun
2017, terutama di wilayah yang belum terjangkau listrik. Di antara lokasi yang menjadi sasaran
pembangunan adalah Kabupaten Keerom (Papua), Kabupaten Bima (Nusa Tenggara Barat – NTB),
dan Kabupaten Bulungan (Kalimantan Utara).
Tiga Lokasi
Di awal 2017, Pemerintah melalui Pada April 2017, penyediaan listrik dan Kemudian, juga dibangun dua unit PLTS
Direktorat Jenderal Energi Baru pembangunan infrastruktur dilaksanakan Terpusat dengan kapasitas masing-
Terbarukan Konservasi Energi (Ditjen di NTB. Tepatnya, di Desa Kawindai Toi, masing, 15 kWp dan 30 kWp. PLTS
EBTKE) Kementerian ESDM telah Kecamatan Tambora, Kabupaten Bima. tersebut bekerja dengan sistem off-grid
membangun infrastruktur kelistrikan Infrastruktur berupa Pembangkit Listrik dan mulai beroperasi pada November
berupa Pembangkit Listrik Tenaga Surya Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) berkapasitas 2016. PLTS tersebut mampu memenuhi
Terpusat (PLTST) di Keerom. Selain 100 KW tersebut telah diresmikan Dirjen kebutuhan listrik dari 197 rumah dan
membangun PLTST berkapasitas 145 KW, EBTKE bersama dengan Anggota Komisi fasilitas umum.
Ditjen EBTKE juga membangun fasilitas VII DPR RI, Kurtubi. Dalam kesempatan
Penerangan Jalan Umum (PJU) Tenaga tersebut, mereka pun meninjau PLTS Rida menjelaskan bahwa masih banyak
Surya atau kerap disebut dengan PJU Terpusat Bandara Bima serta melakukan desa yang belum terlistriki. Karenanya, ia
Cerdas. serah terima PJU Cerdas di Kabupaten berharap agar warga desa dapat menjaga
Sumbawa. PLTS yang telah dibangun dengan baik
Menurut Direktur Jenderal (Dirjen) EBTKE, sehingga dapat memberikan manfaat
Rida Mulyana, pembangunan PLTS dan Selanjutnya, peresmian infrastruktur berkelanjutan bagi masyarakat Dusun
PJU Cerdas merupakan salah satu upaya EBTKE juga dilaksanakan di Dusun Siandau.
Pemerintah untuk memberikan dan Siandau, Desa Liagu, Kabupaten
mempercepat akses listrik bagi daerah Bulungan, Kalimantan Utara. Infrastruktur
terluar dan perbatasan. Pembangunan tersebut masih merupakan bagian dari
PLTS dan PJU tersebut menggunakan program pengembangan EBTKE dalam
dana yang berasal dari APBN melalui APBN Tahun Anggaran 2016. Di lokasi ini,
Dana Alokasi Khusus (DAK) Kementerian dibangun sejumlah infrastruktur EBTKE,
ESDM. seperti PLTMH, PJU, serta Retrovit.

61
Opini

Energi Baru Terbarukan:


Revolusi dan
Evolusi
Aretha Aprilia, PhD - Lead - Community Renewable Energy di CDM Smith Jakarta, 
dan Doktor Energy Science dari Kyoto University, Jepang. aretha.a@gmail.com

Indonesia kini baru mencapai hampir 97% rasio elektrifikasi desa, dengan lebih dari 2.500
desa belum terkoneksi listrik pada tahun 2014. Sementara, rencana PT PLN (Persero) hanya
melistriki 504 desa hingga tahun 2019 (BPS, 2015). Tak ayal, lebih dari 2.000 desa masih belum
akan teraliri listrik pada tahun 2019. Hal ini menjadi sebuah tantangan sekaligus menciptakan
prospek ke depan.

Tantangan EBT terpencil di seluruh Indonesia. Tak lama setelahnya, Permen


Dewasa ini, berbagai upaya pengembangan energi baru ESDM No. 12 tahun 2017 tentang Energi Baru dan Terbarukan
terbarukan gencar dilaksanakan. Para pengembang (EBT) ditetapkan untuk menetapkan patokan harga
menciptakan solusi mikrogrid yang tak terkoneksi dengan maksimum untuk tarif listrik dari EBT.
jaringan PLN. Berdasarkan statistik terakhir yang diterbitkan
oleh International Renewable Energy Agency (IRENA) Pembatasan tarif listrik dari EBT antara lain berdampak pada
berjudul “Rethinking Energy 2017”, pembangkit listrik profitabilitas dan keberlanjutan dari bisnis penyediaan EBT.
dengan EBT di Indonesia pada tahun 2014 adalah sebesar Beberapa pihak pemerintah berpendapat bahwa insentif
33.750 GWh. Angka ini kecil apabila dibandingkan dengan tidak perlu disediakan dan selanjutnya menyarankan agar
bangkitan EBT di Cina sebesar 1.253.230 GWh, India sebesar Indonesia mengurangi tingginya biaya di sektor EBT untuk
185.569 GWh, dan hanya sekitar separuh dari bangkitan EBT mendorong pengembangan lebih lanjut terutama di daerah-
di Vietnam sebesar 66.489 GWh. daerah terpencil.

Sementara itu, Renewable Capacity Statistics IRENA tahun Namun terlepas dari pendapat ini, kenyataannya Indonesia
2017 menunjukkan bahwa penyebaran perangkat tenaga adalah negara kepulauan dengan banyak pulau-pulau
surya kecil telah berkembang sangat pesat sejak tahun 2014. terpencil yang tidak mudah diakses. Tantangan penetrasi
Saat ini, diperkirakan pada skala global, sebanyak 60 juta EBT di desa-desa terpencil, antara lain terkait tingginya
rumah tangga atau sekitar 300 juta orang di daerah terpencil biaya peralatan dan mobilisasi personel ke lokasi terpencil
telah dilayani oleh listrik dari EBT secara off-grid. Perlu tersebut. Kemudian, tantangan lainnya adalah biaya
dicatat, bahwa sekitar 25% dari 1,2 miliar orang diperkirakan operasional dan pemeliharaan yang tinggi, biaya personel,
masih belum memiliki koneksi listrik on-grid. penggantian baterai (untuk teknologi tenaga surya), dan
major overhauls setiap sekitar 5 tahun sekali. Karenanya,
Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (Permen rencana bisnis yang tepat dan layak perlu disusun terlebih
ESDM) No. 38 tahun 2016 dirancang untuk membantu dahulu untuk memastikan keberlanjutan bisnis EBT off-grid
memperlancar pembangunan kelistrikan di desa-desa tersebut.

62
Opini

Belajar dari Kegagalan


Tak sedikit proyek EBT berbasis masyarakat
sebelumnya yang gagal karena dana yang tidak mencukupi
untuk menutup biaya operasional dan pemeliharaan
fasilitas pembangkit listrik tersebut. Karena itu, masyarakat
selayaknya perlu dikondisikan untuk memiliki rasa
kepemilikan terhadap fasilitas pembangkit listrik tersebut dulu, beserta pembangunan investasi pelabuhan, jalan,
melalui kepemilikan saham atau bentuk kontribusi lainnya. dan jembatan terkait.
Terlepas dari niat mulia proyek EBT berbasis masyarakat,
bisnis adalah bisnis dan harus menguntungkan, terutama Hal ini juga selaras dengan rekomendasi pada laporan
bila sektor swasta dilibatkan. IRENA, yaitu semakin tinggi teknologi dan risiko pembiayaan
EBT, berarti makin banyaknya dukungan publik yang
Pembatasan tarif listrik berbasis EBT yang diatur oleh diperlukan terhadap pembangunannya. Kondisi ini absah
Permen ESDM No. 12 tahun 2017 adalah tindakan top-down terutama di negara-negara berkembang, yang biasanya,
yang sepertinya kurang memerhatikan perspektif upaya melaksanakan pembangunan pembangkit EBT dengan
bottom-up. Di antaranya, pertimbangan terkait kemauan memanfaatkan pinjaman kolektif yang melibatkan banyak
(dan kemampuan) masyarakat untuk membayar tagihan bank pembangunan (development banks).
listrik, rencana bisnis yang memperhitungkan biaya yang
harus dikeluarkan, serta proyeksi pendapatan. Pemanfaatan Selain poin-poin di atas, insentif yang tepat juga perlu
listrik selayaknya tidak hanya untuk konsumsi saja, disiapkan untuk meningkatkan gairah investor di sektor EBT.
melainkan juga untuk memproduksi barang dan jasa yang Jika hal tersebut tidak terlaksana, bisnis dari penyediaan
sekiranya dapat meningkatkan taraf ekonomi masyarakat di EBT kemungkinan tidak akan dapat bertahan karena
perdesaan. besarnya nilai modal yang harus dikeluarkan untuk
membangun, memobilisasi, dan menopang keberlanjutan
Terkait wacana untuk mengelektrifikasi lebih dari 2.000 pembangkit listrik tersebut.
desa yang belum terkoneksi listrik PLN, pemerintah dapat
berperan dengan penyediaan investasi sebagai berikut. Selaras dengan pernyataan Ralph Nader bahwa pergeseran
dari pemanfaatan energi fosil ke EBT masih belum cukup,
Pemerintah pusat dan provinsi seyogianya mendukung dikarenakan sektor industri bukan pemilik utama dari
proyek yang memudahkan akses untuk memobilisasi matahari, angin, maupun sungai. Peralihan dari energi
peralatan dan personel untuk pengembangan EBT. Dalam fosil ke EBT merupakan suatu hal yang bisa kita capai di
hal ini, penyediaan infrastruktur jalan, laut, dan udara masa depan. Asalkan, semua pemangku kepentingan
berperan sangat penting. Pemerintah perlu membentuk memiliki kesamaan tekad yang kuat untuk mencapai
tim koordinasi antar-kementerian untuk memperbaiki tujuan ini. Revolusi EBT pun sudah mulai terjadi, maka
komunikasi antar instansi serta membuat daftar urutan kini kita pun harus melangkah maju menuju evolusi untuk
prioritas desa-desa yang akan dialiri listrik dari EBT terlebih pengembangan lebih lanjut dan penerapan yang lebih luas.

63
Cakrawala

Cemerlangnya
Energi
Terbarukan
di Amerika Latin

Sumber: Istimewa
Jumlah investasi energi terbarukan yang masuk ke wilayah Amerika Selatan atau lebih dikenal sebagai
Amerika Latin telah tumbuh signifikan, khususnya pada tenaga air (hydropower). Hal ini diketahui
berdasarkan laporan berjudul “Renewable Energy Market Analysis: Latin America”, yang dikeluarkan
International Renewable Energy Agency (IRENA) pada 2016. Laporan tersebut menggarisbawahi
kemajuan negara-negara Amerika Latin dalam penggunaan energi terbarukan untuk memenuhi
kebutuhan energi nasionalnya.
Pertumbuhan Produksi dan Investasi Henning Wuester, mengatakan bahwa peningkatan investasi pada
Menurut IRENA, pada 2014, wilayah Amerika Latin bidang energi terbarukan di Amerika Latin salah satunya terlihat
memproduksi 53% dari kebutuhan listriknya melalui sumber pada makin meningkatnya jumlah orang yang dipekerjakan di
energi terbarukan. Jumlah produksi tersebut cukup besar jika bidang itu. Tercatat, jumlahnya mendekati 2 juta pekerja di tahun
dibandingkan dengan rata-rata dunia yang hanya sebesar 22%. 2016. Disamping itu, juga terlihat dari bertambahnya pabrikan
Tenaga air mendominasi kapasitas campuran (mix) energi lokal yang menciptakan energi terbarukan. “Keuntungan dalam
terbarukan di Amerika Latin. Namun, dominasi ini sudah mulai sosial-ekonominya mulai terasa,” katanya.
menurun dari 95% pada awal 2000-an menjadi 83% di 2016.
Penyebabnya adalah pertumbuhan pesat dari subsektor energi Adanya pengurangan biaya yang cukup tinggi, ditambah dengan
terbarukan lainnya, seperti tenaga angin dan surya. teknologi energi terbarukan yang semakin mature, dan juga
konsolidasi kebijakan energi terbarukan yang terjadi di salah satu
Antara 2006 sampai 2015, kapasitas energi terbarukan selain wilayah di dunia yang mempunyai sumber energi terbarukan
tenaga air meningkat sampai tiga kalinya, yaitu dari 10 Gigawatt terbaik ini sudah mendorong akselerasi penggunaannya di
(GW) menjadi 36 GW. Dari kapasitas tersebut, investor lebih semua sektor ekonominya. Dengan mempromosikan energi
memilih menginvestasikan uangnya untuk tenaga angin dan terbarukan, Amerika Latin pun membantu pengendalian emisi
surya. Pertumbuhan terbesar ada di subsektor bioenergi, angin karbon secara global.
tepi pantai, dan juga solar PV yang memperlihatkan kenaikan
signifikan di Chili, Meksiko, Peru, dan Uruguay. Untuk negara-negara yang memiliki subsektor tenaga air yang
kuat, investasi pada sektor energi terbarukan yang lainnya juga
Subsektor tenaga angin, secara khusus, telah menunjukkan menjanjikan nilai tambah dari sisi iklim, teknis dan ekonomis,
pertumbuhan yang signifikan. Lebih dari 2,7 GW dihasilkan oleh serta keandalan sistem energi yang lebih hebat lagi. “Jika
Brasil di 2015, tiga kali lebih besar daripada hasil di 2013. Dalam dikembangkan lagi, sinergi tersebut dapat memperbaiki kinerja
laporan tersebut, disebutkan pula negara-negara Amerika Latin ekonomis dan keandalan sistem energi, serta memberikan
dengan investasi tertinggi di sektor energi terbarukan, yaitu kesempatan bagi pemain yang masih baru untuk masuk ke pasar
Brasil, Chili, Meksiko, dan Uruguay. (energi terbarukan),” ungkap Wuester.

Peningkatan Sosial-Ekonomi Berdasarkan analisis dalam laporan tersebut, keuntungan dari


Direktur Pengetahuan, Kebijakan, dan Pusat Finansial IRENA, keamanan energi yang diasosiasikan dengan energi terbarukan

64
cakrawala
dapat mengurangi kerugian akibat volatilitas harga dan risiko
kekurangan suplai energi. Meski begitu, agar tercipta lingkungan
yang menjamin pertumbuhan energi terbarukan, kebijakan yang
tepat juga harus diciptakan. Di wilayah Amerika Latin sendiri, Tenaga surya dan angin memiliki potensi besar di seluruh
sudah ada 300 kebijakan untuk meningkatkan penggunaan benua Amerika tersebut. Namun, keunikan karakteristiknya
energi terbarukan. membutuhkan penyesuaian dalam metodologi dan proses
perencanaannya. “Membuat kebijakan sektor energi secara tepat
Institusi finansial nasional juga memiliki peranan yang sangat itu penting dalam mengamankan investasi yang dibutuhkan untuk
penting dalam mendukung investasi energi terbarukan di Amerika merealisasikan potensi tersebut,” papar Gielen.
Latin. Dengan sedikitnya, terdapay 14 negara di Amerika Latin yang
sudah membangun sarana pembiayaan dari publik untuk energi Hasil dari workshop tersebut berupa laporan yang berisi
terbarukan dan beberapa lainnya memperkenalkan mekanisme perencanaan energi nasional dari masing-masing negara.
lindung nilai mata uang atau menjamin risiko investasi. Laporan itu dapat dijadikan sebagai panduan untuk pembuat
atau perencana kebijakan, sebab sudah ada pandangan atas isu-
Laporan IRENA sebelumnya yang berjudul “Renewable Energy isu penting di jangka panjang dalam bidang energi terbarukan.
Benefits: Measuring the Economics” menyatakan bahwa Selain itu, dapat juga digunakan praktisi nasional sebagai dasar
peningkatan penyebaran energi terbarukan dapat meningkatkan dalam pemodelan energi terbarukan.
Produk Domestik Bruto (PDB) negara-negara, seperti Brasil dan
Meksiko, sebesar 1% di 2030. Namun, dengan catatan, hanya Pasar Atraktif
terjadi jika target energi terbarukan didukung oleh kebijakan Argentina sedang berada dalam jalurnya untuk menjadi pasar
yang kuat dan berada pada jalur yang benar. energi terbarukan paling atraktif di Amerika Selatan. Hal ini
dilatarbelakangi rencana Argentina untuk memenuhi 20% dari
Integrasi Energi Terbarukan kebutuhan energi dalam negerinya melalui energi terbarukan
Pada Agustus 2017, para pembuat kebijakan di bidang energi pada 2025 mendatang. Hal ini seperti yang disebutkan dalam
serta perwakilan senior dari negara-negara Amerika Latin laporan “Get in while You can: The Time for Argentine Renewables
bertemu dalam sebuah forum workshop yang diselenggarakan is Now”.
IRENA. Workshop yang diselenggarakan atas kerja sama dengan
Kementerian Energi dan Pertambangan Argentina tersebut Laporan itu menggarisbawahi kombinasi antara kebijakan
bertujuan untuk mengidentifikasi langkah-langkah yang Pemerintah Argentina yang lebih market-friendly dan turunnya
diperlukan guna persiapan pengintegrasian energi terbarukan harga energi terbarukan yang berkontribusi terhadap keatraktifan
yang semakin meningkat, seperti tenaga surya dan angin. negara itu untuk para investor di bidang clean energy. Bahkan,
negara ini telah mendeklarasikan 2017 sebagai “Tahun Energi
Workshop ini juga memfasilitasi dialog antara IRENA dan Terbarukan”, untuk semakin meningkatkan lagi kesadaran
perwakilan dari negara-negara tersebut, membahas mengenai warga negaranya tentang betapa pentingnya sumber energi
best practice di regional dan internasional dalam hal berkelanjutan tersebut.
merencanakan dan membentuk variabel energi terbarukan.
Workshop yang berlangsung di Buenos Aires, Argentina, tersebut Sampai akhir tahun ini, Argentina menargetkan kenaikan
dihadiri oleh banyak negara Amerika Latin, seperti Argentina, penggunaan energi terbarukan sebesar 8%. Untuk mencapai
Bolivia, Brasil, Chili, Kolombia, Ekuador, Meksiko, Paraguay, Peru, target tersebut, Argentina akan mengadakan lelang proyek
dan Uruguay. energi terbarukan dalam beberapa tahun ke depan. Hingga 2025,
kapasitas energi terbarukan yang dilelang ditargetkan mencapai
“Amerika Selatan mempunyai pasar energi terbarukan yang 10 GW. Sementara, pada Oktober 2016, pemerintahnya telah
dinamis. Sebagian besar negara di wilayah ini juga menjadikan meluncurkan proyek 1,1 GW mix energi terbarukan, seperti
peningkatan kontribusi energi terbarukan dalam energy mix di masa tenaga angin, bioenergi, dan air, melalui lelang kompetitif—
depan sebagai prioritas utama dalam pembuatan kebijakan,” tutur termasuk 400 MW kapasitas tenaga surya.
Dolf Gielen, Direktur Pusat Inovasi dan Teknologi IRENA. (Dari berbagai sumber)

65
TIPS

Budayakan
Hemat Energi
di Rumah Tangga
Kebutuhan energi terus meningkat seiring dengan pertumbuhan penduduk dan pembangunan.
Dalam satu dekade terakhir, pertumbuhan konsumsi energi ini meningkat rata-rata sebesar
7% per tahun. Kondisi tersebut mendorong Pemerintah untuk terus menggalakkan upaya
penghematan energi. Sebagai masyarakat pengguna energi, kita pun harus mendukung upaya
Pemerintah dengan cara menggunakan energi secara lebih bijak dan rasional.

Efisien dan Rasional Maka, sebagai pengguna energi, kita harus menjadikan
Penghematan energi merupakan sebuah upaya konservasi perilaku hemat energi sebagai bagian dari budaya dan gaya
energi, yaitu memanfaatkan energi secara efisien dan rasional hidup sehari-hari. Dengan begitu, akan tumbuh kepedulian,
tanpa mengurangi penggunaan energi yang memang benar- kesadaran, dan tanggung jawab untuk memanfaatkan energi
benar dibutuhkan. Dengan kata lain, menghemat energi secara efisien. Lantaran, menghemat 1 KWH jauh lebih murah
adalah menggunakan energi secara optimal sesuai kebutuhan dan lebih mudah dibandingkan memproduksi 1 KWH.
sehingga tidak mengurangi produktivitas, keselamatan, dan
kenyamanan. Lalu, bagaimana cara kita berhemat energi?
Kita bisa memulainya dari lingkungan terkecil yang berada di
Lebih dari itu, upaya konservasi dengan berhemat energi juga sekitar, yaitu rumah tangga. Tentunya, dengan terlebih dahulu
mengajarkan tentang kontribusi, berbagi, dan keadilan. Dengan menanamkan kesadaran dan kepedulian untuk berhemat
berhemat energi, kita telah berkontribusi dalam menyediakan energi. Tak bisa dipungkiri, dalam aktivitas sehari-hari, kita
akses energi bagi saudara-saudara kita yang berada di pelosok membutuhkan berbagai peralatan untuk memudahkan.
negeri ini sehingga dapat terwujud energi yang berkeadilan. Kebanyakan dari peralatan itu pun menggunakan energi listrik
untuk mengoperasikannya. Mulai dari lampu, televisi, mesin
Dari sebuah studi, diperoleh potensi penghematan terbesar cuci, pendingin ruangan (AC), kulkas, setrika, , kipas angin,
yang bisa dilakukan, yaitu pada sektor pengguna energi hingga ponsel pun membutuhkan listrik untuk pengisi dayanya.
terbesar. Adapun pengguna energi terbesar adalah industri
(44,2%), transportasi (40,6%), dan rumah tangga (11,4%). Pada Penghematan energi bisa dimulai dari cara kita menggunakan
ketiga sektor pengguna energi terbesar ini, bisa dilakukan peralatan elektronik tersebut. Misalnya saja, mesin cuci.
penghematan mulai dari 10—40%. Sebaiknya, pergunakan mesin cuci ketika cucian sudah banyak
dan gunakan mesin cuci sesuai kapasitasnya. Kapasitas

66
tips

yang berlebihan akan menghambat kerja mesin sehingga Pemakaian lampu juga bisa dikurangi dengan merancang
dibutuhkan energi lebih besar. rumah yang hemat energi. Di antaranya, merencanakan
pencahayaan dan ventilasi yang baik sehingga dapat
Sebaliknya, jika kapasitas terlalu sedikit, menjadi tidak efisien mengurangi pemakaian lampu dan AC ataupun kipas angin.
karena daya listrik yang digunakan sama. Jika memungkinkan, Gunakan cat warna terang/cerah untuk interior rumah karena
kurangi penggunaan pengering. Sebagai gantinya, kita bisa warna cerah tidak menyerap cahaya lampu.
lakukan pengeringan secara alami dengan menjemur pakaian
di bawah panas matahari. Pemilihan bahan dan bentuk atap rumah juga bisa berperan
dalam penghematan energi. Sebaiknya, dipilih bahan/bentuk
Kemudian, untuk pendingin ruangan, aturlah suhunya sesuai atap yang dapat menahan panas pada siang hari dan menahan
kebutuhan, sekitar 24—27 derajat Celcius. Semakin kecil dingin pada malam hari.
suhunya, semakin besar konsumsi listriknya. Gunakanlah
kapasitas AC sesuai dengan volume ruangan. Pastikan pintu Manajemen Energi
dan jendela dalam keadaan tertutup saat AC menyala serta Selain melakukan penghematan, kita juga bisa menerapkan
gunakan pengatur waktu (timer) untuk mengatur pemakaian manajemen energi di rumah. Hal ini bisa dimulai dengan
AC. Yang terpenting, matikanlah AC bila ruangan tidak mencatat detil penggunaan peralatan elektronik di rumah.
digunakan. Pencatatan mencakup kebutuhan energi (konsumsi daya) dari
setiap peralatan elektronik, waktu operasi, dan kondisi operasi.
Untuk kulkas, pastikan pintu kulkas selalu tertutup rapat dan
janganlah terlalu sering membuka pintu kulkas karena bisa Sebaiknya, kita mengetahui kondisi operasi dari setiap
menyebabkan suhu di dalam kulkas meningkat. Isilah kulkas peralatan yang ada di rumah, terutama untuk alat elektronik
secukupnya dan tidak memasukkan bahan-bahan yang masih listrik dinamis. Misalnya saja, AC, penanak nasi, dan pemanas
panas ke dalam kulkas. Bahan panas menyebabkan kulkas air yang konsumsi dayanya berubah berdasarkan kondisi/
memerlukan energi lebih besar untuk mendinginkannya. kinerja operasinya. AC membutuhkan daya yang berbeda saat
pertama kali dinyalakan dengan ketika sudah lama menyala.
Letak kulkas juga bisa berpengaruh terhadap besar kecilnya Begitu pula penanak nasi, mengonsumsi jumlah daya yang
konsumsi energi listrik. Sebaiknya, letakkan kulkas jauh dari berbeda saat berada pada mode heating dan mode keep in
sumber-sumber panas, seperti kompor ataupun paparan sinar warm.
matahari. Jangan letakkan kulkas terlalu rapat ke dinding
sehingga tersedia cukup ruang untuk pendinginan kondensor. Kemudian, kita juga perlu untuk melakukan evaluasi
pemakaian listrik dan mengetahui sektor yang mengonsumsi
Tak hanya bijak dalam menggunakan peralatan elektronik, daya cukup besar. Dari hasil evaluasi tersebut, kita bisa
penghematan energi juga bisa diterapkan pada pencahayaan melakukan beberapa rekomendasi. Di antaranya, dengan
rumah. Misalnya, dengan memilih lampu hemat energi dan menetapkan prioritas, seperti menyalakan lampu yang
mengurangi pemakaian lampu pijar. Lampu juga harus bisa menerangi 2 ruangan sekaligus; meminimalkan waktu
dibersihkan secara berkala. Biasakan, untuk mematikan lampu penggunaan dengan mengatur waktu (timer), seperti AC dan
bila ruangan tidak digunakan. televisi; serta mengganti peralatan elektronik yang mengusung
teknologi “hemat energi”.

67
Inspirasi

Berguru pada
Negeri
Terhijau
di Dataran Eropa

Tahun 2014 lalu, Kopenhagen dinobatkan PBB sebagai Kota Terhijau dan Terbersih di Eropa (The
European Green Capital 2014). Penobatan ini tentunya bukanlah tanpa alasan. Kopenhagen merupakan
wajah Denmark, negara yang sukses melepaskan diri dari ketergantungan terhadap energi fosil melalui
kebijakan energinya. Kebijakan energi yang berubah haluan 180 derajat itu pun menjadi tonggak
Revolusi Energi dan Pembangunan di Denmark.

68
Inspirasi

Sumber: Istimewa
Tak ayal, kebijakan ini pun telah mampu mengubah
struktur energi di Denmark dalam kurun waktu 30 tahun
terakhir. Perubahan struktur energi tersebut ditandai
dengan tergantikannya minyak bumi dan batu bara oleh
sumber energi terbarukan dan gas alam. Tidak hanya
berubah, konsumsi energi Denmark—bahkan dalam 30
tahun terakhir—tidak mengalami pertumbuhan. Dimana,
Denmark berhasil mempertahankan tingkat konsumsi
energi di tahun 2010 setara dengan tingkat konsumsi
energi di tahun 1980.
Krisis Energi
Semua berawal dari krisis energi yang melanda dataran Sementara, ekonomi Negeri “Little Mermaid” ini terus
Eropa pada era 1970-an. Denmark, yang kala itu berada bertumbuh sebesar 70%. Dengan demikian, Denmark
dalam masa kejayaan sebagai negara industri perkapalan tidak hanya sukses mengendalikan konsumsi energi dalam
dan industri berat, tanpa ragu mengubah kebijakannya energinya. Akan tetapi, juga telah berhasil menggugurkan
secara drastis demi melepaskan diri dari krisis energi. “mitos” bahwa konsumsi energi akan selalu meningkat
Kebijakan baru yang mendukung pemanfaatan energi seiring dengan pertumbuhan ekonomi. Keberhasilan
terbarukan tersebut merupakan salah satu langkah Denmark tersebut tercatat dalam laporan Lean Energy
Denmark dalam memantapkan komitmennya untuk Cluster yang berjudul “Less Energy—More Growth,
efisiensi energi dan tidak lagi bergantung pada energi fosil. Prosperity Through Efficiency”.

Kebijakan tersebut berlanjut dengan upaya pengetatan Kebijakan “Hijau”


konsumsi energi di Denmark. Kemudian, semakin Keberhasilan Denmark dalam mengatasi krisis energi tak
dikuatkan dengan adanya kebijakan pengenaan pajak terlepas dari prinsip yang telah mendarahdaging, baik
energi, penghematan energi pada bangunan, serta dalam tubuh Pemerintahan maupun masyarakatnya, yaitu
pemberian subsidi untuk program efisien energi. bahwa energi yang paling murah adalah energi yang tidak
pernah digunakan. Karena itu, efisiensi energi pun menjadi
Kebijakan energi terbarukan dan efisiensi energi ini target bersama yang harus dicapai.
diterapkan secara konsisten dan dalam jangka panjang
oleh Pemerintah Denmark. Kemandirian dan efisiensi Dalam kebijakan “Energy Strategy 2050” yang dicanangkan
energi digalakkan Pemerintah Denmark sebagai sebuah pada 2011 lalu, Denmark menargetkan akan menjadi
isu yang bukan sebatas pada bahan pencitraan ataupun negara dengan intensitas karbon yang rendah dan pasokan
slogan. Melainkan, juga sebagai agenda politik sekaligus energi yang stabil pada 2025 mendatang. Kebijakan ini pun
komitmen bersama Pemerintah dan masyarakat. didukung oleh sejumlah kebijakan lainnya yang ditetapkan

69
Inspirasi

Pemerintah Denmark, seperti kebijakan pengenaan pajak bangunan di Denmark, khususnya bangunan-bangunan
energi yang sangat tinggi, kebijakan tentang penghematan baru, harus memiliki sertifikat “bangunan/rumah hijau”
energi pada bangunan, serta kebijakan tentang pemberian yang diterbitkan oleh Danish Energy Authority. Bangunan
subsidi untuk program efisiensi. bersertifikat hijau bernilai lebih tinggi dibandingkan
bangunan-bangunan yang tidak mengusung kaidah hemat
Pemerintah juga menerapkan prinsip “stick and carrot” energi. Meskipun lebih mahal, biaya operasional bangunan
(hukuman dan ganjaran) terkait penggunaan energi. Dalam hijau jauh lebih rendah.
prinsip tersebut, pemerintah mengenakan biaya yang
tinggi kepada masyarakat yang boros energi. Sebaliknya, Bahkan, Denmark telah berencana untuk memasang
masyarakat yang telah berhemat energi dengan 60 ribu m2 panel surya di setiap bangunan yang ada.
menggunakan energi secara efisien akan mendapatkan Denmark juga menargetkan peningkatan lahan hijau
insentif. melalui pembangunan 14 taman kecil yang terbuka
untuk umum (pocket parks) dan penanaman 3000 pohon.
Pajak yang tinggi juga dikenakan untuk kendaraan Kebijakan “hijau” berhasil pula diwujudkan dalam sistem
bermotor sehingga mendorong masyarakat untuk beralih pengelolaan sampah kota. Di Kopenhagen, misalnya,
kepada jenis kendaraan yang hemat energi dan ramah angka daur ulang sampah sangat tinggi sehingga mampu
lingkungan, yaitu sepeda. Ditambah lagi, biaya parkir mengurangi sampah-sampah yang masuk ke tempat
kendaraan yang lumayan tinggi, 6 Euro per jam, semakin pembakaran sampah dan laut secara signifikan.
mendorong masyarakat untuk bersepeda. Hingga saat
ini, 35% masyarakat Denmark telah bersepeda. Jumlah Industri “Angin”
masyarakat bersepeda ditargetkan mencapai 50% pada Kebijakan hijau Denmark yang memberikan pengaruh
tahun 2015. cukup besar adalah pengembangan energi terbarukan dan
industri teknologi ramah lingkungan. Berdasarkan laporan
Kemudian, penghematan energi pada bangunan hasil penelitian yang berjudul “Cleantech The Gloden Egg
diterapkan melalui “kode etik” bangunan. Semua of Danish Economy”, di Denmark telah beroperasi lebih
Sumber: Istimewa

70
Inspirasi

Sumber: Istimewa
memanfaatkan energi angin sebagai sumber energi
alternatif utama dalam negeri.

Kondisi geografis dan iklim Denmark telah menyediakan


energi angin yang sangat menguntungkan. Maka, energi
angin ini pun dimanfaatkan untuk menggerakkan turbin-
turbin angin yang terpancang pada Taman Angin, baik
yang berada di daratan maupun lepas pantai. Taman Angin
di Denmark tersebut tak ubahnya pembangkit listrik yang
mampu menghasilkan listrik bagi Denmark. Di tahun 2009,
19,40% kebutuhan listrik Denmark berasal dari energi
angin.

Saat ini, Denmark telah memiliki Taman Angin berkapasitas


400 MW yang berada di lepas pantai dekat Pulau
Anholt. Denmark juga mengembangkan Taman Angin
berkapasitas 600 MW, bekerja sama dengan Pemerintah
Swedia dan Jerman. Taman Angin ini menghasilkan listrik
untuk memenuhi kebutuhan listrik ketiga negara. Sejak
tahun 2009, Denmark telah memiliki 5.100 turbin angin
dan menjadikan Denmark sebagai negara yang memiliki
Taman Angin Terbesar di Dunia. Menurut Danish Wind
Industry Associatian, Industri Taman Angin telah memasok
30,08% listrik Denmark di tahun 2012.
dari 1.200 perusahaan teknologi ramah lingkungan, yang
seperlimanya bergerak di sektor efisiensi energi. Keberhasilan Denmark dalam menerapkan kebijakan
energi hijau ini telah menjadi cetak biru bagi negara-
Salah satu industri teknologi ramah lingkungan yang negara Uni Eropa. Sebagai negara yang memiliki potensi
berkembang sangat pesat adalah industri turbin angin. besar akan energi terbarukan, Indonesia diharapkan dapat
Bahkan, industri turbin angin Denmark telah menguasai pula “berguru” pada Denmark. Khususnya, dalam upaya
30% pangsa pasar turbin angin di dunia. Perkembangan efisiensi energi untuk mewujudkan negeri yang hijau dan,
industri ini didorong oleh keberhasilan Denmark dalam tentu saja, tidak bergantung pada energi fosil.

71
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan
dan Konservasi Energi

www.ebtke.esdm.go.id

Lintas EBTKE

@djebtke

@djebtke

Ditjen EBTKE

Anda mungkin juga menyukai