Anda di halaman 1dari 28

4.

1
ANTI PENDIFERENSIALAN

Kita sudah mengetahui tentang operasi balikan. Penambahan dan pengurangan


merupakan operasi-operasi balikan; perkalian dan pembagian merupakan pula operasi-operasi
balikan; demikian pula pemangkatan dan penarikan akar. Di dalam bagian ini kita uraikan
operasi balikan dari pendiferensialan yang disebut anti pendiferensialan.

4.1.1 DEFINISI
Suatu fungsi f disebut sebuah anti turunan dari suatu fungsi f pada suatu selang I jika
untuk setiap nilai x di dalam f berlaku F ' ( x )=f ( x ).

► ILUSTRASI 1 Jika F didefinisikan oleh


3 2
F ( x )=4 x + x +5
maka F ' ( x )=12 x 2 +2 x . Jadi jika f merupakan fungsi yang didefinisikan oleh
2
f ( x )=12 x + 2 x
kita katakana bahwa f merupakan turunan dari F dan bahwa F adalah suatu anti turunan dari
f . Jika G sebuah fungsi yang didefinisikan oleh
G ( x ) =4 x 3 + x 2−17
maka G juga suatu anti turunan dari f , sebab G ' ( x )=12 x 2+ 2 x . Jelaslah, setiap fungsi yang
bentuknya diberikan oleh 4 x3 + x 2 +C , dengan C sebarang konstanta, merupakan anti turunan
dari f .
Pada umumnya, jika suatu fungsi F merupakan anti turunan dari suatu fungsi f pada
suatu selang I , dan jika G didefinisikan oleh
G ( x ) =F ( x )+ C
dengan C suatu konstanta sebarang, maka
'
G ( x )=F ( x )
¿ f (x)
dan G juga merupakan anti turunan dari f pada selang I .
Akan kita buktikan bahwa jika F merupakan suatu anti turunan yang khusus dari f
pada suatu selang I , maka setiap anti turunan dari f berbentuk F ( x ) +C , dengan C Suatu
konstanta sebarang. Mula-mula, diperlukan suatu teorema pendahuluan.
4.1.2 TEOREMA
Jika f dan g dua buah fungsi sedemikian sehingga f ' ( x )=g' ( x ) untuk semua x di dalam
selang I , maka ada suatu konstanta K sedemikian sehingga
f ( x )=g ( x ) + K untuk semua x di dalam I (1)

BUKTI Misalkan h merupakan fungsi yang didefinisikan pada I oleh


h ( x )=f ( x )−g ( x )
sedemikian sehingga untuk semua x di dalam I , kita peroleh
h' ( x ) =f ' ( x )−g' ( x )
Tetapi, menurut hipotesa, f ' ( x )=g' ( x ) untuk semua x di dalam I . Karena itu
h' ( x ) =0 untuk semua x di dalam I
Jadi dengan menerapkan teorema 3.3.3 pada h , maka terdapat konstanta K sedemikian
sehingga
h ( x )=K untuk semua x di dalam I
Denga mengganti h ( x ) oleh f ( x )−g ( x ) kita dapatkan
f ( x )=g ( x ) + K untuk semua x di dalam I
dan terbuktilah terorema ini.

Teorema berikut merupakan akibat langsung dari Teorema 4.1.2.


4.1.3 TEOREMA
Jika F adalah anti turunan khusus dari f pada suatu selang I , maka setiap anti
turunan dari f pada I diberikan oleh
F ( x ) +C (2)
dengan C sebarag konstanta, dan semua anti turunan dari f pada I dapat diperoleh
dari (2) dengan memberikan nilai tertentu pada C .

BUKTI Misalkan G menyatakan suatu anti turunan dari f pada I , maka


G ( x ) =f ( x ) untuk semua x di dalam I (3)
Dimana F merupakan suatu anti turunan khusus dari f pada I ,
'
F ( x )=f ( x ) untuk semua x di dalam I (4)
Dari (3) dan (4) berlakulah
G ( x ) =F' ( x ) untuk semua x di dalam I
Karena itu, menurut Teorema 4.1.2 terdapat konstanta K sedemikian sehingga
G ( x ) =F ( x )+K untuk semua x di dalam I
Karena G menyatakan sebarang anti turunan dari f pada I , maka semua anti turunan dari f
dapat diperoleh dari F ( x ) +C , dengan C sebarang konstanta. Jadi terbuktilah teorema tersebut.

Anti pendiferensianlan adalah cara untuk mendapatkan himpunan semua anti


turunan dari suatu fungsi yang diberikan. Lambang ∫ menyatakan operasi anti
pendiferensialan, dan kita tuliskan

∫ f ( x ) dx=F ( x ) +C (5)
di mana
'
F ( x )=f ( x )
dan
d ( F ( x ) )=f ( x ) dx (6)
Lambang mengenalkan ketentuan untuk menuliskan diferensial dari suatu fungsi sebuah
simbol anti pendeferensialan. Keuntungan penggunaan diferensial dengan cara ini akan jelas
manfaatnya jika kita menghitung anti turunan dengan mengubah peubah pada Bagian 4.2.
Dari (5) dan (6) kita dapat menuliskan

∫ d ( F ( x ) ) =F ( x )+C (7)
Persamaan ini akan digunakan untuk mencari bentuk-bentuk anti pendiferensialan di dalam
bagian berikut ini. Persamaan (7) menyatakan bahwa bila kita gunakan anti pendefansialan
untuk diferensial suatu fungsi, kita peroleh fungsi itu sendiri ditambah sebarang konstanta.
Dengan demikian, symbol ∫ integral untuk anti pendefiensial dapat kita artikan sebagai
operasi yang merupakan balikan dari operasi yang dinyatakan oleh d untuk menghitung
diferensial.
Jika { F ( x ) +C } merupakan himpunan dari semua fungsi yang diferensialnya berbentuk
f ( x ) dx , ini juga merupakan himpunan semua fungsi yang turunannya adalah f ( x ). Karena itu
anti pendiferensialan di pandang sebagai operasi pencarian himpunan semua fungsi yang
mempunyai satu turunan yang diberikan.
Karena anti pendiferensialan merupakan baik balikan dari pendiferensialan,, teorema-
teorema anti pendiferensialan dapat diperoleh dari teorema-teorema pendiferensialan. Jadi
teorema-teorema berikut dapat dibuktikan teorema pendefiransi adalah yang berkaitan.

4.1.4 TEOREMA
∫ dx=x+C

4.1.5 TEOREMA

∫ a f ( x ) dx=a∫ f ( x ) dx
dengan a suatu konstanta.
Teorema 4.1.5 menyatakan bahwa untuk mencari suatu anti turunan dari sebuah
konstanta kali sebuah fungsi, mula-mula carilah suatu anti turunan dari fungsi itu dan
kemudian hasilnya dikalikan oleh konstanta.

4.1.6 TEOREMA
Jika f 1 dan f 2 didefinisikan pada selang yang sama, maka

∫ [ f 1 ( x ) + f 2 ( x ) ] dx=∫ f 1 ( x ) dx+ ¿∫ f 2 ( x ) dx ¿
Teorema 4.1.6 menyatakan bahwa untuk mencari anti turunan dari jumlah dua buah
fungsi, carilah anti turunan dari masing-masing fungsi secara terpisah dan kemudian hasilnya
dijumlahkan; dapatlah di mengerti bahwa kedua fungsi itu terdefinisi pada selang yang sama.
Teorema 4.1.6 dapat diperluas ke setiap jumlah berhingga fungsi. Gabungan Teorema 4.1.6
dan Teorema 4.1.5 memberikan teorema berikut.

4.1.7 TEOREMA
Jika f 1 , f 2 , f 3 , … , f n didefinisikan pada selang yang sama, maka

∫ [ c1 f 1 ( x )+ c 2 f 2 ( x ) +…+ cn f n ( x ) ] dx
¿ c 1∫ f 1 ( x ) dx +¿ c 2∫ f 2 ( x ) dx+ ¿ …+c n∫ f n ( x ) dx ¿ ¿
dengan c 1 , c2 , … , c n merupakan konstanta-konstanta

4.1.8 TEOREMA
Jika n bilangan rasional
n+1
x
∫ x dx= n+1
n
+ C n ≠−1

BUKTI

( )
n
x n+ 1 ( n+1 ) x
Dx =
n+1 n+ 1
n
¿x
2 3
∫ x 2 dx= x3 +C ∫ x 3 dx= x4 +C
1
∫ x 2 dx=∫ x−2 dx ∫ √3 x dx=∫ x 1/3 dx
−2+1 x 1 /3 +1
x ¿ +C
¿ +C 1
−2+ 1 +1
2
4/ 3
−1 x
x ¿ +C
¿ +C 4
−1
2
1 1 4 /3
¿− + C ¿ x +C
x 4
Ilustrasi berikut ini menunjukkan Teorema 4.1.4 sampai 4.1.8 digunakan pada anti turunan.

► ILUSTRASI 3

∫ ( 3 x +5 ) dx=∫ 3 x dx +∫ 5 dx (menurut Teorema 4.1.6)

¿ 3∫ x dx +5 ∫ dx (menurut Teorema 4.1.5)

¿3 ( x2
2 )
+C 1 +5 ( x +C2 ) (menurut Teorema 4.1.8 dan 4.1.4)

3 2
¿ x +5 x + ( 3 C 1+5 C 2 )
2
Karena 3 C1 +5 C 2 merupakan sebarang konstanta, hal ini dapat dinyatakan oleh C ; jadi
hasilnya dapat ditulis sebagai berikut
3 2
x + 5 x +C
2
jawab ini dapat diperiksa dengan mencari turunanny.

Dx ( 32 x +5 x+ C )=3 x +5
2

CONTOH 1
Hitung ∫ ( 5 x 4 −8 x 3+ 9 x 2−2 x +7 ) dx ,
PENYELESAIAN

∫ ( 5 x 4 −8 x 3+ 9 x 2−2 x +7 ) dx ,
¿ 5∫ x dx−8∫ x dx +9 ∫ x dx−2∫ x dx+ 7∫ dx
4 3 2
x5 x4 x3 x2
¿ 5 . −8 . +9 . −2 . +7 x+ C
5 4 3 2
¿ x 5−2 x 4 +3 x3 −x2 +7 x +C

CONTOH 2

Hitung ∫ √ x ( x + 1x ) dx .
PENYELESAIAN

∫ √ x ( x + 1x ) dx=∫ x 1 /2 ( x+ x−1 ) dx
¿ ∫ ( x 3/ 2+ x−1/ 2) dx
3 /2 −1 /2
x x
¿ + +C
3 1
2 2
2 3/ 2
¿ x +2 x−1 /2 +C
3

CONTOH 3
2
Hitung ∫ 5 tt 4/+7
3
dt .

PENYELESAIAN
2 2
∫ 5 tt 4/+7
3
t 1
dt=5∫ 4 /3 dt +7 ∫ 4 /3 dt
t t
¿ 5∫ t dt + 7∫ t
2 /3 −4 /3
dt

( )( )
5/ 3 −1/ 3
t t
¿5 +7 +C
5 −1
3 3

¿5 ( 35 t )+ 7(−3 t
5 /3 −1 /3
) +C

21
¿ 3 t 5 /3 − 1 /3
+C
t
Teorema-teorema untuk anti turunan dari fungsi-fungsi sinus dan cosinus langsung
berdasarkan pada pendiferensialan masing-masing fungsi itu

4.1.9 TEOREMA
∫ sin x dx=−cos x +C
BUKTI
D x (−cos x )=−(−sin x )
¿ sin x

4.1.10 TEOREMA

∫ cos x dx=sin x +C
BUKTI
D x ( sin x )=cos x
Teorema-teorema berikut merupakan akibat dari teorema-teorema untuk turunan dari
fungsi-fungsi tangens, cotangens, secans, dan cosecans. Buktinya juga dilakukan dengan
langsung mencari turunan kiri kanan dari persamaan-persamaan itu.

4.1.11 TEOREMA

∫ sec2 x dx=tan x +C

4.1.12 TEOREMA

∫ csc 2 x dx=−cot x +C

4.1.13 TEOREMA

∫ sec x tan x dx=sec x +C

4.1.14 TEOREMA

∫ csc x cot x dx=−csc x +C

CONTOH 4
Hitung ∫ ( 3 sec x tan x−5 csc2 x ) dx .
PENYELESAIAN
Kita gunakan Teorema 4.1.13 dan 4.1.12.

∫ ( 3 sec x tan x−5 csc2 x ) dx=3∫ sec x tan x dx−5 ∫ csc 2 x dx


¿ 3 sec x−5 (−cot x ) +C
¿ 3 sec x +5 cot x +C
Dalam menghitung anti turunan yang meliputi fungsi-fungsi trigonometri, identitas
trigonometri seringkali digunakan. Delapan identitas pokok berikut ini sangat penting.
sin x csc x=1 cos x sec x=1 tan x cot x=1
sin x cos x
tan x= cot x=¿ ¿
cos x sin x
2 2 2 2 2 2
sin x+ cos x=1 tan x +1=sec x cot x+ 1=scs x

CONTOH 5
2
Hitung ∫ 2 cot x−3
sin x
sin x
dx

PENYELESAIAN
2 cot x−3 sin2 x
∫ sin x
dx
2
1 sin x
¿ 2∫ . cot x dx−3∫ dx
sin x sin x
¿ 2∫ csc x cot c dx−3∫ sin x dx
¿ 2 (−csc x ) −3 (−cos x )+ C (dari Teorema 4.1.14 dan 4.1.9)
¿−2 csc x +3 cos x +C

CONTOH 6
Hitung ∫ ( tan2 x+ cot 2 x +4 ) dx .
PENYELESAIAN

∫ ( tan2 x+ cot2 x +4 ) dx
¿ ∫ [ ( sec 2 x−1 ) + ( csc 2 x−1 )+ 4 ] dx

¿ ∫ sec x dx+∫ csc x dx+2 ∫ dx


2 2

¿ tan x−cot x +2 x+C (dari Teorema 4.1.11 dan 4.1.12)

Seringkali dalam terapan yang meliputi anti pendiferensialan kita diminta untuk
mencari suatu anti turunan yang memenuhi syarat-syarat tertentu yang disebut dengan syarat
awal bila syarat itu muncul pada satu titik dan disebut syarat batas bila syarat itu muncul
dy
pada dua titik. Sebagai contoh, jika sebuah persamaan yang memuat dengan syarat awal
dx
y= y1 , bila x=x 1 diberikan, maka sesudah memperoleh himpunan dari semua anti turunan,
jika x dan y diganti oleh x 1dan y 1, suatu nilai khusus dari konstanta sebarang C dapat
ditentukan. Dengan nilai C ini diperoleh dari suatu anti turunan khusus.

► ILUSTRASI 4 Misalkan kita ingin mencari anti turunan khusus yang memenuhi
persamaan
dy
=2 x (8)
dx
dan y=6 bila x=2 merupakan syarat awalnya. Dari (8),
y=∫ 2 x dx
2
y=x +C (9)
Kita subtitusikan 2 untuk x dan 6 untuk y ke dalam (9), kita peroleh
6=4 +C
C=2
Jika nilai C ini disubtitusikan ke (9) kita peroleh
2
y=x +2
yang merupakan anti turunan khusus yang diminta.

CONTOH 7
Carilah persamaan sebuah kurva yang melalui titik (3 , 7) dan kepentingan garis
singgung pada kurva tersebut di setiap titik (x , y ) sama dengan 4 x−5.
PENYELESAIAN
Karena kemiringan garis singgung pada kurva di setiap titik (x , y ) adalah nilai
turunan fungsi pada titik itu kita dapatkan
dy
=4 x −5
dx
y=∫ ( 4 x−5 ) dx

( )
2
x
y=4 −5 x +C
2
2
y=2 x −5 x+ C
Persamaan (10) menyatakan kurva serumpun. Karena kita ingin menentukan kurva
khusus yang serumpun melalui titik (3 , 7), kita subtitusikan 3 untuk x dan 7 untuk y
ke (10) dan diperoleh
7=2 ( 9 )−5 ( 3 ) +C
7=18−15+C
C=4
dengan mengganti C oleh 4 dalam (10) kita peroleh persamaan yang diminta, yang
berbentuk
y=2 x 2−5 x+ 4

CONTOH 8
Seorang kolektor benda-benda seni membeli sebuah lukisan oleh seorang seniman seharga
$1000, yang alatnya sekarang bertambah terhadap waktu sesuai dengan rumus
dV 3 /2
=5 t +10 t+ 50
dt
dengan V adalah nilai dollar yang diharapkan dari sebuah lukisan sesudah t tahun pembelian.
Jika rumus ini berlaku untuk 6 tahun kemudian, berapa nilai harapan dari lukisan itu empat
tahun dari sekarang?
PENYELESAIAN
Dari persamaan yang diberikan
V =∫ ( 5t +10 t+50 ) dt
3 /2

( ) ()
t 5 /2 t2
¿5. +10 +50 t+C
5 2
2
5 /2 2
¿ 2 t +5 t +50 t +C
Karena V =1000 bila t=0 , kita peroleh C=1000. Jadi
5/ 2 2
V =2t + 5 t +50 t+1000
Dengan memisalkan V 4 sebagai nilai V bila t=4 kita dapatkan
V 4 =2( 4)5/ 2+ 5(4 )2+50(4)+1000
¿ 64+ 80+200+1000
¿ 1344
Jadi, 4 tahun dari sekarang nilai harapan dari lukisan itu adalah $1344.
4.2
BEBERAPA TEKNIK ANTI PENDIFERENSIALAN

Banyak anti turunan yang tidak dapat dicari secara langsung dengan menerapkan
teorema-teorema dari Bagian 4.1. Karena itu perlu mempelajari teknik-teknik tertentu yang
dapat digunakan untuk menghitung anti turunan semacam itu. Di dalam bagian ini kita
bicarakan teknik-teknik yang memerlukan aturan rantai untuk anti pendiferensialan dan
yang memuat suatu perubahan dari perubah.

1 10
► ILUSTRASI 1 Untuk mendiferensialkan ( 1+ x 2 ) kita terapkan aturan rantai untuk
10
pendefansialan dan kita peroleh

Dx
[ 1
10
10
] 9
( 1+ x 2 ) =( 1+ x 2 ) ( 2 x )
9
Andaikan kita ingin mengganti pendiferensialan ( 1+ x 2 ) ( 2 x ), maka kita harus menghitung

∫ ( 1+ x 2 )
9
( 2 x dx ) (1)
Untuk memberi acuan pada cara yang dapat digunakan dalam masalah seperti itu, ambillah
g ( x )=1+ x 2 g' ( x ) dx=2 x dx (2)
kemudian (1) dapat ditulis sebagai

∫ [ g ( x ) ] [ g' ( x ) dx ]
9
(3)
dari Teorema 4.1.8,
1
∫ u 9 du= 10 u10 +C (4)

terlihat bahwa (3) berbentuk sama dengan ruas kiri dari (4). Jadi
1
∫ [ g ( x ) ] [ g' ( x ) dx ]= 10 u 10+C
9

dan dengan g ( x ) dan g' ( x ) dx seperti yang diberikan dalam (2) kita dapatkan
1
∫ ( 1+ x 2 )
9 10
( 2 x ) dx= ( 1+ x 2 ) + C (5)
10
Dasar kebenaran dari cara yang digunakan untuk memperoleh (5) diberikan oleh
teorema berikut, yang analog dengan aturan rantai untuk pendiferensialan dan disebut aturan
rantai untuk anti pendiferensialan.

4.2.1 TEOREMA Aturan Rantai untuk Anti pendefansialan


Misalkan g suatu fungsi yang dapat didiferensialkan, dan misalkan daerah nilai …
adalah suatu selang I . Andaikan bahwa f sebuah fungsi yang didefinisikan pada I …
bahwa F merupakan anti turunan dari f pada I , maka

∫ f ( g ( x ) ) [ g' ( x ) dx ]=F ( g ( x ) ) +C (6)

BUKTI Menurut hipotesa,


F ( g ( x ) )=f ( g ( x ) ) (7)
Menurut aturan rantai untuk pendiferensialan
D x [ F ( g ( x ) ) ]=F ' ( g ( x ) ) [ g ' ( x ) ] (8)
Dengan mendistribusikan (7) ke dalam (8)
D x [ F ( g ( x ) ) ]=F ' ( g ( x ) ) [ g ' ( x ) ] (9)
Dari (9) diperolehlah

∫ f ( g ( x ) ) [ g' ( x ) dx ]=F ( g ( x ) ) +C
yang ingin kita buktikan.
Sebagai suatu hal khusus dari Teorema 4.2.1, dari Teorema 4.1.8, kita mempunyai
perumusan rumus pangkat untuk anti turunan, yang kita utarakan sekarang.

4.2.2 TEOREMA
Jika g suatu fungsi yang dapat dideferensialkan, dan n sebuah bilangan rasional,
n +1
[ g ( x )]
∫ [ g ( x ) ] [ g ( x ) dx ]= n+1
n '
+C n≠−1 (10)

CONTOH 1
Cari ∫ √ 3 x+ 4 dx.
PENYELESAIAN
Untuk menerapkan Teorema 4.2.2 mula-mula kita tulis

∫ √3 x+ 4 dx=∫ ( 3 x + 4 )1 /2 dx
Kita perhatikan bahwa jika
'
g ( x )=3 x+ 4 maka g ( x ) dx=3 dx (11)
Karena itu kita perlu factor 3 untuk menyertai dx adar menghasilakan g' ( x ) dx . Jadi kita tulis
1
∫ ( 3 x +4 )1/ 2 dx=∫ ( 3 x + 4 )1 /2 3 ( 3 dx )
1
¿
3
∫ ( 3 x+ 4 )1 /2 ( 3 dx )

Jadi dari Teorema 4.2.2, dengan g ( x ) dan g' ( x ) dx diberikan dalam (11), kita dapatkan
3 /2
1 1 (3 x +4 )
3
∫ ( 3 x+ 4 )1/2 ( 3 dx )= .
3 3
+C
2
2 3/ 2
¿ ( 3 x+ 4 ) + C
9

CONTOH 2
Cari ∫ x 2 ( 5+2 x 3 ) dx .
8

PENYELESAIAN
Perhatikan bahwa jika
3 ' 2
g ( x )=5+2 x maka g ( x ) dx=6 x dx (12)
Karena

∫ x 2 ( 5+2 x 3 ) dx=∫ ( 5+ 2 x 3 ) ( x 2 dx )
8 8

kita perlu faktor 6 untuk menyertai x 2 dx agar menghasilkan g' ( x ) dx . Karena itu kita
1
∫ x 2 ( 5+2 x 3 ) dx= 6 ∫ ( 5+2 x 3 ) ( 6 x 2 dx )
8 8
tulis

Dengan menggunakan Teorema 4.2.2 dengan g ( x ) dan g' ( x ) dx diberikan dalam (12)
kita peroleh
9
1 ( 5+ 2 x )
3
1 3 8
6
∫ 5+ 2 x 6 x dx = 6 . 9 + C
( ) ( 2
)

1 9
¿ ( 5+ 2 x 3 ) +C
34
Persamaan (6) yang memberikan aturan rantai untuk anti pendefansialan adalah

∫ f ( g ( x ) ) [ g' ( x ) dx ]=F ( g ( x ) ) +C
Dengan F adalah anti turunan dari f . Jika dalam rumus ini f adalah fungsi cosinus,
maka F adalah fungsi sinus, jadi

∫ cos ( g ( x ) ) [ g' ( x ) dx ]=sin ( g ( x ) ) +C (13)


Kita gunakan rumus ini dalam contoh berikut.

COMTOH 3
Cari ∫ x cos x dx .
2
PENYELESAIAN
Jika
g ( x )=x 2 maka g' ( x ) dx=2 x dx (14)
Karena

∫ x cos x 2 dx =∫ ( cos x 2 ) ( x dx )
Kita perlu faktor 2 untuk menyertai x dx agar didapatkan g' ( x ) dx . Jadi kita tulis
1
∫ x cos x 2 dx = 2 ∫ ( cos x 2) ( 2 x dx )
Rincian penyelesaian dari Contoh-contoh 1, 2, dan 3 dapat disingkat dengan tidak
menyatakan g ( x ) dan g' ( x ) dx secara khusus. Penyelesaian dari Contoh 1 menjadi sebagai
berikut :
1
∫ √3 x+ 4 dx= 3 ∫ ( 3 x + 4 )1 /2 ( 3 dx )
3/ 2
1 ( 3 x +4 )
¿ . +C
3 3
2
3 3/ 2
¿ ( 3 x+ 4 ) + C
9
Penyelesaian dari Contoh 2 dapat ditulis seperti
1
∫ x 2 ( 5+2 x 3 ) dx= 6 ∫ ( 5+2 x 3 ) ( 6 x 2 dx )
8 8

9
1 ( 5+2 x )
3
¿ . +C
6 9
1 9
¿ ( 5+ 2 x 3 ) +C
34
dan penyelesaian dari Contoh 3 dapat disingkat seperti
1
∫ x cos x 2 dx = 2 ∫ ( cos x 2) ( 2 x dx )
1 2
¿ sin x +C
2

CONTOH 4
2
4 x dx
Cari ∫ 4
.
( 1−8 x 3 )
PENYELESAIAN
Karena d ( 1−8 x 3 )=−24 x 2 dx , kita tulis
4 x 2 dx
∫ =4 ∫ ( 1−8 x ) ( x dx )
3 2 −4
3 4
( 1−8 x )

¿4 ( −124 )∫ (1−8 x ) 3 −4
(−24 x 2 dx )
3 −3
1 ( 1−8 x )
¿− . +C
6 −3
1
¿ 3
+C
18 ( 1−8 x 3 )
Setiap contoh di atas dapat diperiksa dengan mencari turunan dari jawab-jawabannya.

► ILUSTRASI 2 Dalam Contoh 2 kita mempunyai


1
∫ x 2 ( 5+2 x 3 ) dx= 54 ( 5+2 x3 ) +C
8 9

Pemeriksaan dengan pendiferensialan memberikan

Dx
[ 1
54
9

54]
( 5+2 x 3 ) = 1 . 9 ( 5+2 x 3 ) ( 6 x2 )
8

8
¿ x 2 ( 5+ 2 x 3 )
Kadang-kadang dimungkinkan untuk menghitung suatu anti turunan sesudah
mengubah perubahnya, seperti ditunjukkan dalam contoh berikut.

CONTOH 5
Cari ∫ x √1+ x dx .
2

PENYELESAIAN
Ambil
u=1+ x du=dx x=u−1
Kita dapatkan

∫ x 2 √1+ x dx=∫ ( u−1 )2 u1 /2 du


¿ ∫ ( u2−2u+1 ) u du
1 /2

¿ ∫ u du−2∫ u du+∫ u du
5 /2 3 /2 1 /2

7/ 2 5 /2 3 /2
u u u
¿ −2. + +C
7 5 3
2 2 2
2 4 2
¿ ( 1+ x )7/ 2− ( 1+ x )5/ 2+ ( 1+ x )3 /2 +C
7 5 3

► ILUSTRASI 3 Suatu cara lain untuk penyelesaian dari Contoh 5 ialah mengambil
v=√ 1+ x v 2=1+ x
x=v −1
2
dx=2 v dv
Perhitungannya menjadi sebagai berikut

∫ x 2 √1+ x dx=∫ ( v 2−1 ) . v . ( 2 v dv )


2

¿ 2∫ v 6 dv−4∫ v 4 dv+2 ∫ v 2 dv
2 7 4 5 2 3
¿ v − v + v +C
7 5 3
2 4 2
¿ ( 1+ x )7/ 2− ( 1+ x )5/ 2+ ( 1+ x )3 /2 +C
7 5 3
Pemeriksaan dengan pendiferensialan memberikan

Dx
[ 2
7
4 2
( 1+ x )7 /2− ( 1+ x )5/ 2+ ( 1+ x )3 /2
5 3 ]
¿ ( 1+ x )5/ 2−2 (1+ x )3 /2 + ( 1+ x )1/ 2
¿ ( 1+ x )
1/ 2
[ ( 1+ x )2−2 (1+ x ) +1 ]
¿ ( 1+ x )
1/ 2
[ 1+2 x + x 2−2−2 x +1 ]
¿x
2
√ 1+ x

CONTOH 6
sin √ x
Cari ∫ dx
√x
PENYELESAIAN
Ambil
1
u=√ x du= dx
2√ x
Karena itu

∫ √ √x
sin x
=2 ∫ sin √ x
( 2 1√ x dx)
¿ 2∫ sinu du
¿−2 cos u+C
¿−2 cos √ x +C
CONTOH 7
Cari ∫ sin x √1−cos x dx .
PENYELESAIAN
Ambil
u=1−cos x du=sin x dx
Jadi

∫ sin x √1−cos x dx=∫ u1/ 2 du


2 3 /2
¿ u +C
3
2 3 /2
¿ ( 1−cos x ) +C
3

CONTOH 8
Carilah ∫ tan x sec2 x dx dengan dua cara: (a) Ambil u=tan x ; (b) Ambil v=sec x . (c)
Jelaskan perbedaan yang tampak antara jawab dalam (a) dan (b).
PENYELESAIAN
a) Jika
u=tan x maka du=sec 2 x dx
Kita dapatkan

∫ tan x sec2 x dx=∫ u du


u2
¿ +C
2
1 2
¿ tan x+ C
2
b) Jika
v=sec x maka du=sec x tan x dx
Jadi

∫ tan x sec2 x dx=∫ sec x ( sec x tan x dx )


¿ ∫ v dv

v2
¿ +C
2
1
¿ sec 2 x+ C
2
1 2 1 2
c) Karena sec 2 x=1+ tan 2 x , fungsi-fungsi yang ditentukan oleh tan x dan sec x hanya
2 2
berbeda dalam konstanta; jadi masing-masing menyatakan anti turunan dari tan x sec 2 x .
Selanjutnya kita dapat menulis
1 1
sec 2 x+ C= ( tan 2 x+1 ) +C
2 2
1 2 1
¿ tan x+ +C
2 2
1 2 1
¿ tan x+ K dengan K = +C
2 2

Suatu luka menyembuh sedemikian rupa sehingga t hari sejak hari Senin lebar luka itu
berkurang dengan kecepatam −3 ( t+ 2 )−2 cm2 tiap hari. Jika pada hari Selasa lebar luka itu
2 cm2, (a) berapa lebar luka pada hari Senin, dan (b) berapa lebar yang diharapkan pada hari
Jumat jika luka itu menyembuh secara kontinu pada kecepatan yang sama?
PENYELESAIAN
Ambil A cm 2 sebagai lebar luka sejak hari Senin. Maka
dA
=−3 (t +2 )−2
dt
A=−3∫ ( t+2 )−2 dt
Karena d ( t+2 ) =dt kita dapatkan
( t+ 2 )−1
A=−3 . +C
−1
3
A= +C (15)
t +2
Karena pada hari Selasa lebar luka adalah 2 cm2, kita ketahui bahwa A=2 bila t =1. Dengan
mensubstitusikan nilai-nilai ini dalam (15) kita peroleh
2=1+C
C=1
Karena itu dari (15),
3
A= +1
t +2
a) Pada hari Senin, t=0 . Ambil A0 sebagai nilai dari A bila t=0 . Dari (16),
3
A0 = +1
2
5
¿
2
Jadi pada hari Senin lebar luka adalah 2,5 cm 2.
b) Pada hari Jumat, t=4. Ambil A 4 sebagai nilai A bila t=4. Dari (16),
3
A 4= +1
6
3
¿
2
Jadi pada hari Jumat lebar luka yang diharapkan adalah 1,5 cm 2.
4.3
PERSAMAAN DIFERENSIAL DAN GERAK LURUS

Sebuah persamaan yang memuat turunan-turunan disebut persamaan diferensial.


Beberapa persamaan yang sederhana adalah
dy
=2 x (1)
dx
2
dy 2 x
= (2)
dx 3 y 3
d2 y
=4 x+ 3 (3)
dx 2
Orde dari suatu persamaan diferensial ialah orde tertinggi dari turunan yang ada di
dalam persamaan itu. Karena itu (1) dan (2) merupakan persamaan diferensial orde satu dan
(3) merupakan persamaan diferensial orde dua. Jenis persamaan diferensial yang paling
sederhana ialah persamaan diferensial yang berbentuk
dy
=f ( x ) (4)
dx
dan (1) merupakan contoh khusus. Jika (4) dituliskan dalam diferensial, kita peroleh
dy =f ( x ) dx (5)
Jenis lain dari persamaan diferensial orde satu antara lain berbentuk
dy g ( x )
= (6)
dx h ( y )
Persamaan (2) merupakan contoh khusus dari jenis ini. Jika (6) dituliskan dalam bentuk
diferensial kita dapatkan
h ( y ) dy=g ( x ) dx (7)
Di dalam kedua persamaan (5) dan (7), ruas kiri hanya memuat peubah y dan ruas kanan
hanya memuat peubah x . Jika kedua perubah itu dipisah, dan kita katakan bahwa persamaan
ini adalah persamaan diferensial dengan perubah terpisah.
Perhatikan persamaan (5), yaitu
dy =f ( x ) dx
Untuk memecahkan persamaan ini kita harus mendapatkan semua fungsi G dengan y=G ( x )
memenuhi persamaan tersebut. Jadi jika F merupakan anti turunan dari f , semua fungsi G
didefinisikan sebagai G ( x ) =F ( x )+ C , dengan C sebarang konstanta. Ini berarti, jika
d ( G ( x ) ) =d ( F ( x )) + C
¿ f ( x ) dx
maka yang disebut penyelesaian lengkap dari (5) ialah
y=F ( x ) +C
Persamaan (8) menyatakan fungsi serumpun yang tergantung pada sebarang konstanta
C . Ini disebut satu parameter serumpun. Grafik fungsi-fungsi ini membentuk kurva serumpun
di bidang datar, dan melalui setiap titik khusus ( x 1 , y 1 ) terdapat satu kurva dari kurva
serumpun tersebut.

► ILUSTRASI 1 Andaikan kita ingin mencari penyelesaian lengkap dari persamaan


diferensial
dy
=2 x
dx
Kita pisahkan perubahnya dengan menuliskan persamaan itu dalam diferensial seperti
dy =2 x dx
Kita anti diferensialkan kedua ruas di atas dan diperoleh

∫ dy=∫ 2 x dx
2
y +C 1=x +C 2
Karena C 2−C1 merupakan sebarang konstanta jika C 2 dan C 1 sebarang, kita dapat mengganti
C 2−C1 oleh C , dengan demikian diperoleh
2
y=x +C
yang merupakan penyelesaian lengkap dari persamaan diferensial (9).
Persamaan (10) menyatakan fungsi parameter serumpun. Gambar 4.3.1 menunjukkan
sketsa dari grafik fungsi-fungsi dengan nilai C=−4 , C=−1 ,C=0 , dan C=2.

GAMBAR 1

Sekarang kita perhatikan (7), yang berbentuk


h ( y ) dy=g ( x ) dx
Jika kita anti diferensialkan kedua ruas dari persamaan itu, kita tulis

∫ h ( y ) dy=∫ g ( x ) dx
Jika H adalah suatu anti turunan dari h , dan G adalah anti turunan dari g, penyelesaian
lengkap dari (7) diberikan oleh
H ( y )=G ( x ) +C
CONTOH 1
Carilah penyelesaian lengkap dari persamaan diferensial
dy 2 x 2
=
dx 3 y 3
PENYELESAIAN
Jika persamaan yang diketahui ditulis dengan diferensial, kita dapatkan
3 2
3 y dy=2 x dx
dan perubahnya terpisah. Kita anti diferensialkan kedua ruas persamaan itu dan diperoleh

∫ 3 y 3 dy=∫ 2 x 2 dx
4 3
3 y 2x C
= +
4 3 12
(11)
4 3
9 y =8 x +C
yang merupakan penyelesaian lengkap.
Dalam (11) sebarang konstanta ditulis sebagai C /12 , jika kedua ruas dikalikan dengan
12 maka sebarang konstanta itu menjadi C .

Dalam ilustrasi berikut kita tunjukkan bagaimana memperoleh penyelesaian khusus


dari suatu persamaan diferensial orde satu bila diketahui syarat awalnya.

► ILUSTRASI 2 Untuk mencari penyelesaian khusus dari persamaan diferensial (9)


yang memenuhi syarat awal y=6 bila x=2, kita substitusikan nilai-nilai ini ke dalam (10)
dan C dipecahkan, jadi 6=4 +C , atau C=2. Dengan mengsubstitusikan nilai C ini ke dalam
(10) kita peroleh
2
y=x +2
yang merupakan penyelesaian khusus yang diminta.
Persamaan (3) merupakan sebuah contoh dari suatu jenis khusus dari persamaan
diferensial orde dua
d2 y
=f ( x ) (12)
dx 2
Untuk menyelesaikan (12) perlu dua pendiferensialan berturut-turut, dan munculnya dua
sebarang konstanta. Penyelesaian lengkap dari (12) menyatakan fungsi dua parameter
serumpun, dan grafik fungsi-fungsi itu membentuk kurva serumpun di bidang datar. Contoh
berikut menunjukkan cara untuk memperoleh penyelesaian lengkap dari suatu persamaan
diferensial jenis ini.

CONTOH 2
Carilah penyelesaian lengkap dari persamaan diferensial
d2 y
=4 x+ 3
dx 2
PENYELESAIAN
Karena
d 2 y d dy
dx
2
=
dx dx ( )
' dy
Jika dengan mengambil y = , kita dapat menuliskan persamaan yang diketahui sebagai
dx
dy '
=4 x +3
dx
Jadi kita dapatkan, dengan diferensial
dy ' =( 4 x+ 3 ) dx
Dengan meng-anti diferensialkan, kita peroleh

∫ dy ' =∫ ( 4 x +3 ) dx
' 2
y =2 x +3 x +C1
' dy
Karena y = , ini kita substitusikan ke dalam persamaan di atas dan diperoleh
dx
dy
=2 x 2 +3 x+ C1
dx
dy =( 2 x2 +3 x +C1 ) dx

∫ dy=∫ (2 x 2+3 x +C 1) dx
2 3 3 2
y= x + x + C1 x+C 2
3 2
yang merupakan penyelesaian lengkap.

CONTOH 3
Carilah penyelesaian khusus dari persamaan diferensial dari Contoh 2 yang memenuhi y=2
dan y ' =−3 , bila x=1 .
PENYELESAIAN
' 2
Karena y =2 x +3 x +C1 , kita subtitusikan −3 untuk y ' dan 1 untuk x , dan diperoleh
−3=2+3+C1 , atau C 1=−8. Dengan mensubstitusikan nilai C 1 ini ke dalam penyelesaian
lengkap, didapat
2 3 3 2
y= x + x −8 x +C2
3 2
Karena y=2 bila x=1, kita subtitusikan nilai-nilai ini ke dalam persamaan di atas dan
2 3 3 2 47
diperoleh 2= x + x −8 x +C2 , maka C 2= . Jadi, penyelesaian khusus yang dicari
3 2 6
berbentuk
2 3 3 2 47
y= x + x −8 x +
3 2 6
Di dalam bagian 2.5 dan 2.11 kita belajar bahwa jika s=f ( t ) menyatakan persamaan
gerak dari sebuah partikel sepanjang garis lurus, kecepatan dan percepatan partikel dapat
ditentukan dari persamaan
ds dv
v= a=
dt dt
Karena itu, jika kita mempunyai v atau a sebagai fungsi dari t , juga dengan beberapa syarat
batas, kita dapat menentukan persamaan gerak dengan menyelesaikan persamaan diferensial
itu. Cara ini digambarkan dalam contoh berikut.

CONTOH 4
Sebuah partikel bergerak pada suatu garis lurus; s kaki menyatakan jarak tempuh partikel dari
pusat pada saat t detik, v kaki/det adalah kecepatan partikel pada t detik, dan a kaki/det2
adalah percepatan partikel pada t detik. Jika
a=2 t−1
dan v=3 dan s=4 bila t =1, nyatakan v dan s sebagai fungsi dari t .
PENYELESAIAN
dv
Karena a= , kita dapatkan persamaan diferensial
dt
dv
=2t−1
dt
dv =( 2t−1 ) dt

∫ dv=∫ ( 2t−1 ) dt
2
v=t −t+C 1 (13)
Dengan mensubstitusikan v=3 dan t=1 ke dalam (13) didapat
3=1−1+C 1
C 1=3
Dengan mensubtitusikan nilai C 1 ini ke dalam (13) didapat
2
V =t −t +3 (14)
yang menyatakan v sebagai fungsi dari t .
ds
Sekarang, ambil v= dalam (14) kita dapatkan
dt
ds 2
=t −t +3
dt
d s=( t −t +3 ) dt
2

∫ ds=∫ ( t2−t+3 ) dt
1 1
s= t 3− t 2 +3 t+C 2 (15)
3 2
Kita subtitusikan s=4 dan t=1 ke dalam (15) dan memperoleh
1 1
4= − +3+ C2
3 2
7
C 2=
6
7
Karena itu, dengan mengganti C 2 dengan di dalam (15) kita telah mengungkapkan s
6
sebagai suatu fungsi dari t , ialah
1 3 1 2 7
s= t − t +3 t+
3 2 6

CONTOH 5
Sebuah partikel bergerak sepanjang suatu garis lurus demikian sehingga jika v cm/det adalah
kecepatan partikel pada t detik, maka
v=cos 2 πt
dengan arah positif ke arah kanan dari titik pusat. Jika titik awal gerak partikel berada 5 cm di
1
sebelah kanan dari titik pusat, carilah kedudukan partikel itu detik kemudian.
3
PENYELESAIAN
Ambil s cm sebagai jarak berarah dari partikel dari titik pusat pada t det.
ds
Karena v= ,
dt
ds
=cos 2 πt
dt
ds=cos 2 πt dt

∫ ds=∫ cos 2 πt dt
1
2π ∫
s= cos 2 πt ( 2 π dt )

1
s= sin 2 πt+ C

Karena s=5 bila t=0 ,
1
5= sin 0+C

C=5
Jadi persamaan gerak itu berbentuk
1
s= sin 2 πt+ 5

1
Ambil s=s bila t= , maka
3
1 2
s= sin π + 5
2π 3
1 √3
¿ +5
2π 2
≈ 5,14
1
Jadi partikel itu berada 5.14 cm di sebelah kanan titik pusat setelah det dari awal
3
gerakannya. Jika sebuah benda bergerak bebas pada suatu garis vertikal dan ditarik ke arah
bumi oleh suatu gaya partisi, percepatan karena gravitasi, dinyatakan oleh g kaki/det2,
berubah-ubah menurut perubahan jarak antara benda dan pusat bumi. Tetapi, untuk
perubahan jarak yang kecil, percepatan karena gravitasi itu hampir konstan, dan suatu nilai
hampiran dari g, jika benda berada di dekat permukaan laut, adalah 32.

CONTOH 6
Sebuah batu dilemparkan vertikal ke atas dari tanah dengan kecepatan awal 128 kaki/det. Jika
gerak ini hanya dipengaruhi oleh gaya gravitasi, carilah (a) waktu yang diperlukan oleh batu
untuk mencapai tanah, (b) kecepatan batu pada waktu batu mencapai tanah, dan (c) berapa
ketinggian yang dicapai batu.
PENYELESAIAN
Gerak batu itu digambarkan dalam Gambar 4.3.2. Arah positif ialah arah ke atas.
Andaikan t detik adalah waktu yang diperlukan sejak batu dilemparkan, s kaki adalah
jarak antara batu dan tanah pada t det, v kaki/det adalah kecepatan batu padat det, dan |v|
kaki/det adalah laju dari batu pada t det.
Bila batu mencapai tanah, s=0. Ambil t dan v sebagai nilai-nilai khusus dari t dan v
bila s=0 dan t ≠ 0 . Batu akan berada pada titik tertinggi bila kecepatannya nol. Ambil s
sebagai nilai khusus dari s bila v=0.
Tabel 4.3.1 menunjukkan syarat-syarat batas.

GAMBAR 2

Karena percepatan hanya disebabkan oleh gaya gravitasi, yang berarah ke bawah,
dv
percepatan itu mempunyai nilai konstan −32 kaki/det2. Karena merupakan percepatan,
dt
maka kita dapatkan
dv
=−3 2
dt
dv =−32 dt

∫ dv=−32∫ dt
v=−32 t+C 1
Karena v=128 bila t=0 , kita substitusikan nilai-nilai ini ke dalam persamaan di atas dan
diperoleh C 1=128. Jadi
v=−32 t+12 8
ds
Karena v= ,
dt
ds
=−32t +128
dt
ds=(−32 t+ 128 ) dt

∫ ds=∫ (−32t +128 ) dt


s=−16 t 2 +128+C 2
Karena s=0 bila t=0 , maka C 2=0, dan substitusi 0 untuk C 2 ke dalam persamaan di atas
menghasilkan
s=−16 t 2 +128 t
(a) Ke dalam (17) kita substitusikan t untuk t dan 0 untuk s dan diperolehlah
0=−16 t ( t−8 )
dari persamaan terakhir ini diperoleh t=0 atau t=8 . Tetapi, nilai 0 terjadi pada waktu
batu dilemparkan; jadi waktu yang diperlukan oleh batu untuk mencapai tanah adalah 8
det.
(b) Untuk memperoleh v kita gunakan (16) dan subtitusikan 8 untuk t dan v untuk v agar
memperoleh
v=−32 ( 8 ) +12 8
¿−128
Jadi |v|=128 ; ini berarti batu mencapai tanah dengan laju 128 kaki/det.
(c) Untuk mencari s mula-mula kita dari t bila v=0. Dari (16), t=4 bila v=0. Kita
substitusikan ke dalam (17) 4 untuk t dan s untuk s dan diperoleh
s=−16 ( 16 ) +128 ( 4 )
¿ 25 6
Jadi batu mencapai ketinggian 256 kaki.

Anda mungkin juga menyukai