Anda di halaman 1dari 28

4.

1
ANTI PENDIFERENSIALAN

Kita sudah mengetahui tentang operasi balikan. Penambahan dan pengurangan


merupakan operasi-operasi balikan; perkalian dan pembagian merupakan pula operasi-operasi
balikan; demikian pula pemangkatan dan penarikan akar. Di dalam bagian ini kita uraikan
operasi balikan dari pendiferensialan yang disebut anti pendiferensialan.

4.1.1 DEFINISI
Suatu fungsi 𝑓 disebut sebuah anti turunan dari suatu fungsi 𝑓 pada suatu selang 𝐼 jika untuk
setiap 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑥 di dalam 𝑓 berlaku 𝐹 ′ (𝑥) = 𝑓(𝑥).

► ILUSTRASI 1 Jika 𝐹 didefinisikan oleh


𝐹(𝑥) = 4𝑥 3 + 𝑥 2 + 5
maka 𝐹 ′ (𝑥) = 12𝑥 2 + 2𝑥. Jadi jika 𝑓 merupakan fungsi yang didefinisikan oleh
𝑓(𝑥) = 12𝑥 2 + 2𝑥
kita katakana bahwa 𝑓 merupakan turunan dari 𝐹 dan bahwa 𝐹 adalah suatu anti turunan dari
𝑓. Jika 𝐺 sebuah fungsi yang didefinisikan oleh
𝐺(𝑥) = 4𝑥 3 + 𝑥 2 − 17
maka 𝐺 juga suatu anti turunan dari 𝑓, sebab 𝐺 ′ (𝑥) = 12𝑥 2 + 2𝑥. Jelaslah, setiap fungsi yang
bentuknya diberikan oleh 4𝑥 3 + 𝑥 2 + 𝐶, dengan 𝐶 sebarang konstanta, merupakan anti
turunan dari 𝑓.
Pada umumnya, jika suatu fungsi 𝐹 merupakan anti turunan dari suatu fungsi 𝑓 pada
suatu selang 𝐼, dan jika 𝐺 didefinisikan oleh
𝐺(𝑥) = 𝐹(𝑥) + 𝐶
dengan 𝐶 suatu konstanta sebarang, maka
𝐺 ′ (𝑥) = 𝐹(𝑥)
= 𝑓(𝑥)
dan 𝐺 juga merupakan anti turunan dari 𝑓 pada selang 𝐼.
Akan kita buktikan bahwa jika 𝐹 merupakan suatu anti turunan yang khusus dari 𝑓 pada
suatu selang 𝐼, maka setiap anti turunan dari 𝑓 berbentuk 𝐹(𝑥) + 𝐶, dengan 𝐶 Suatu konstanta
sebarang. Mula-mula, diperlukan suatu teorema pendahuluan.
4.1.2 TEOREMA
Jika 𝒇 dan 𝒈 dua buah fungsi sedemikian sehingga 𝒇′ (𝒙) = 𝒈′ (𝒙) untuk semua 𝒙 di dalam
selang 𝑰, maka ada suatu konstanta 𝑲 sedemikian sehingga
𝒇(𝒙) = 𝒈(𝒙) + 𝑲 untuk semua 𝒙 di dalam 𝑰 (1)

BUKTI Misalkan ℎ merupakan fungsi yang didefinisikan pada 𝐼 oleh


ℎ(𝑥) = 𝑓(𝑥) − 𝑔(𝑥)
sedemikian sehingga untuk semua 𝑥 di dalam 𝐼, kita peroleh
ℎ′ (𝑥) = 𝑓 ′ (𝑥) − 𝑔′ (𝑥)
Tetapi, menurut hipotesa, 𝑓 ′ (𝑥) = 𝑔′ (𝑥) untuk semua 𝑥 di dalam 𝐼. Karena itu
ℎ′ (𝑥) = 0 untuk semua 𝑥 di dalam 𝐼
Jadi dengan menerapkan teorema 3.3.3 pada ℎ, maka terdapat konstanta 𝐾 sedemikian
sehingga
ℎ(𝑥) = 𝐾 untuk semua 𝑥 di dalam 𝐼
Denga mengganti ℎ(𝑥) oleh 𝑓(𝑥) − 𝑔(𝑥) kita dapatkan
𝑓(𝑥) = 𝑔(𝑥) + 𝐾 untuk semua 𝑥 di dalam 𝐼
dan terbuktilah terorema ini.

Teorema berikut merupakan akibat langsung dari Teorema 4.1.2.


4.1.3 TEOREMA
Jika 𝑭 adalah anti turunan khusus dari 𝒇 pada suatu selang 𝑰, maka setiap anti turunan dari
𝒇 pada 𝑰 diberikan oleh
𝑭(𝒙) + 𝑪 (2)
dengan 𝑪 sebarag konstanta, dan semua anti turunan dari 𝒇 pada 𝑰 dapat diperoleh dari (2)
dengan memberikan nilai tertentu pada 𝑪.

BUKTI Misalkan 𝐺 menyatakan suatu anti turunan dari 𝑓 pada 𝐼, maka


𝐺(𝑥) = 𝑓(𝑥) untuk semua 𝑥 di dalam 𝐼 (3)
Dimana 𝐹 merupakan suatu anti turunan khusus dari 𝑓 pada 𝐼,
𝐹 ′ (𝑥) = 𝑓(𝑥) untuk semua 𝑥 di dalam 𝐼 (4)
Dari (3) dan (4) berlakulah
𝐺(𝑥) = 𝐹 ′ (𝑥) untuk semua 𝑥 di dalam 𝐼
Karena itu, menurut Teorema 4.1.2 terdapat konstanta 𝐾 sedemikian sehingga
𝐺(𝑥) = 𝐹(𝑥) + 𝐾 untuk semua 𝑥 di dalam 𝐼
Karena 𝐺 menyatakan sebarang anti turunan dari 𝑓 pada 𝐼, maka semua anti turunan dari 𝑓
dapat diperoleh dari 𝐹(𝑥) + 𝐶, dengan C sebarang konstanta. Jadi terbuktilah teorema tersebut.

Anti pendiferensianlan adalah cara untuk mendapatkan himpunan semua anti turunan
dari suatu fungsi yang diberikan. Lambang ∫ menyatakan operasi anti pendiferensialan, dan
kita tuliskan
∫ 𝑓(𝑥)𝑑𝑥 = 𝐹(𝑥) + 𝐶 (5)
di mana
𝐹 ′ (𝑥) = 𝑓(𝑥)
dan
𝑑(𝐹(𝑥)) = 𝑓(𝑥) 𝑑𝑥 (6)
Lambang mengenalkan ketentuan untuk menuliskan diferensial dari suatu fungsi sebuah
simbol anti pendeferensialan. Keuntungan penggunaan diferensial dengan cara ini akan jelas
manfaatnya jika kita menghitung anti turunan dengan mengubah peubah pada Bagian 4.2. Dari
(5) dan (6) kita dapat menuliskan

∫ 𝑑(𝐹(𝑥)) = 𝐹(𝑥) + 𝐶 (7)

Persamaan ini akan digunakan untuk mencari bentuk-bentuk anti pendiferensialan di dalam
bagian berikut ini. Persamaan (7) menyatakan bahwa bila kita gunakan anti pendefansialan
untuk diferensial suatu fungsi, kita peroleh fungsi itu sendiri ditambah sebarang konstanta.
Dengan demikian, symbol ∫ integral untuk anti pendefiensial dapat kita artikan sebagai operasi
yang merupakan balikan dari operasi yang dinyatakan oleh d untuk menghitung diferensial.
Jika {𝐹(𝑥) + 𝐶} merupakan himpunan dari semua fungsi yang diferensialnya berbentuk
𝑓(𝑥) 𝑑𝑥, ini juga merupakan himpunan semua fungsi yang turunannya adalah 𝑓(𝑥). Karena
itu anti pendiferensialan di pandang sebagai operasi pencarian himpunan semua fungsi yang
mempunyai satu turunan yang diberikan.
Karena anti pendiferensialan merupakan baik balikan dari pendiferensialan,, teorema-
teorema anti pendiferensialan dapat diperoleh dari teorema-teorema pendiferensialan. Jadi
teorema-teorema berikut dapat dibuktikan teorema pendefiransi adalah yang berkaitan.

4.1.4 TEOREMA
∫ 𝒅𝒙 = 𝒙 + 𝑪

4.1.5 TEOREMA

∫ 𝒂 𝒇(𝒙) 𝒅𝒙 = 𝒂 ∫ 𝒇(𝒙) 𝒅𝒙

dengan 𝒂 suatu konstanta.


Teorema 4.1.5 menyatakan bahwa untuk mencari suatu anti turunan dari sebuah
konstanta kali sebuah fungsi, mula-mula carilah suatu anti turunan dari fungsi itu dan kemudian
hasilnya dikalikan oleh konstanta.

4.1.6 TEOREMA
Jika 𝒇𝟏 dan 𝒇𝟐 didefinisikan pada selang yang sama, maka

∫[𝒇𝟏 (𝒙) + 𝒇𝟐 (𝒙)] 𝒅𝒙 = ∫ 𝒇𝟏 (𝒙) 𝒅𝒙 + ∫ 𝒇𝟐 (𝒙) 𝒅𝒙

Teorema 4.1.6 menyatakan bahwa untuk mencari anti turunan dari jumlah dua buah
fungsi, carilah anti turunan dari masing-masing fungsi secara terpisah dan kemudian hasilnya
dijumlahkan; dapatlah di mengerti bahwa kedua fungsi itu terdefinisi pada selang yang sama.
Teorema 4.1.6 dapat diperluas ke setiap jumlah berhingga fungsi. Gabungan Teorema 4.1.6
dan Teorema 4.1.5 memberikan teorema berikut.

4.1.7 TEOREMA
Jika 𝒇𝟏 , 𝒇𝟐 , 𝒇𝟑 , … , 𝒇𝒏 didefinisikan pada selang yang sama, maka

∫[𝒄𝟏 𝒇𝟏 (𝒙) + 𝒄𝟐 𝒇𝟐 (𝒙) + ⋯ + 𝒄𝒏 𝒇𝒏 (𝒙)] 𝒅𝒙

= 𝒄𝟏 ∫ 𝒇𝟏 (𝒙) 𝒅𝒙 + 𝒄𝟐 ∫ 𝒇𝟐 (𝒙) 𝒅𝒙 + … + 𝒄𝒏 ∫ 𝒇𝒏 (𝒙) 𝒅𝒙

dengan 𝒄𝟏 , 𝒄𝟐 , … , 𝒄𝒏 merupakan konstanta-konstanta

4.1.8 TEOREMA
Jika 𝒏 bilangan rasional
𝒙𝒏+𝟏
∫ 𝒙𝒏 𝒅𝒙 = +𝑪 𝒏 ≠ −𝟏
𝒏+𝟏
BUKTI
𝑥 𝑛+1 (𝑛 + 1)𝑥 𝑛
𝐷𝑥 ( )=
𝑛+1 𝑛+1
= 𝑥𝑛
𝑥2 𝑥3
∫ 𝑥 2 𝑑𝑥 = 3
+𝐶 ∫ 𝑥 3 𝑑𝑥 = 4
+𝐶
1 3
∫ 𝑥 2 𝑑𝑥 = ∫ 𝑥 −2 𝑑𝑥 ∫ √𝑥 𝑑𝑥 = ∫ 𝑥 1⁄3 𝑑𝑥
𝑥 −2+1 𝑥 1⁄3+1
= +𝐶 = 1 +𝐶
−2+1 +1
2

𝑥 −1 𝑥 4⁄3
= +𝐶 = 4 +𝐶
−1
2

1 1
= −𝑥 +𝐶 = 4 𝑥 4⁄3 + 𝐶

Ilustrasi berikut ini menunjukkan Teorema 4.1.4 sampai 4.1.8 digunakan pada anti turunan.

► ILUSTRASI 3
∫(3𝑥 + 5)𝑑𝑥 = ∫ 3𝑥 𝑑𝑥 + ∫ 5 𝑑𝑥 (menurut Teorema 4.1.6)
= 3 ∫ 𝑥 𝑑𝑥 + 5 ∫ 𝑑𝑥 (menurut Teorema 4.1.5)
𝑥2
= 3 ( 2 + 𝐶1 ) + 5(𝑥 + 𝐶2 ) (menurut Teorema 4.1.8 dan 4.1.4)
3
= 2 𝑥 2 + 5𝑥 + (3𝐶1 + 5𝐶2 )

Karena 3𝐶1 + 5𝐶2 merupakan sebarang konstanta, hal ini dapat dinyatakan oleh 𝐶; jadi
hasilnya dapat ditulis sebagai berikut
3
𝑥 2 + 5𝑥 + 𝐶
2

jawab ini dapat diperiksa dengan mencari turunanny.


3
𝐷𝑥 (2 𝑥 2 + 5𝑥 + 𝐶) = 3𝑥 + 5

CONTOH 1
Hitung ∫(5𝑥 4 − 8𝑥 3 + 9𝑥 2 − 2𝑥 + 7)𝑑𝑥,
PENYELESAIAN
∫(5𝑥 4 − 8𝑥 3 + 9𝑥 2 − 2𝑥 + 7)𝑑𝑥,
= 5 ∫ 𝑥 4 𝑑𝑥 − 8 ∫ 𝑥 3 𝑑𝑥 + 9 ∫ 𝑥 2 𝑑𝑥 − 2 ∫ 𝑥 𝑑𝑥 + 7 ∫ 𝑑𝑥
𝑥5 𝑥4 𝑥3 𝑥2
=5. −8. +9. −2. + 7𝑥 + 𝐶
5 4 3 2

= 𝑥 5 − 2𝑥 4 + 3𝑥 3 − 𝑥 2 + 7𝑥 + 𝐶
CONTOH 2
1
Hitung ∫ √𝑥 (𝑥 + 𝑥) 𝑑𝑥.

PENYELESAIAN
1
∫ √𝑥 (𝑥 + ) 𝑑𝑥 = ∫ 𝑥 1⁄2 (𝑥 + 𝑥 −1 ) 𝑑𝑥
𝑥

= ∫(𝑥 3⁄2 + 𝑥 −1⁄2 ) 𝑑𝑥

𝑥 3⁄2 𝑥 −1⁄2
= + +𝐶
3 1
2 2
2
= 𝑥 3⁄2 + 2𝑥 −1⁄2 + 𝐶
3

CONTOH 3
5𝑡 2 +7
Hitung ∫ 𝑑𝑡.
𝑡 4⁄3

PENYELESAIAN
5𝑡 2 + 7 𝑡2 1
∫ 4⁄3
𝑑𝑡 = 5 ∫ 4⁄ 3
𝑑𝑡 + 7 ∫ 4⁄3 𝑑𝑡
𝑡 𝑡 𝑡

= 5 ∫ 𝑡 2⁄3 𝑑𝑡 + 7 ∫ 𝑡 −4⁄3 𝑑𝑡

𝑡 5⁄3 𝑡 −1⁄3
= 5( ) + 7( )+𝐶
5 1
−3
3
3
= 5 ( 𝑡 5⁄3 ) + 7(−3𝑡 −1⁄3 ) + 𝐶
5
21
= 3𝑡 5⁄3 − 1⁄3 + 𝐶
𝑡
Teorema-teorema untuk anti turunan dari fungsi-fungsi sinus dan cosinus langsung
berdasarkan pada pendiferensialan masing-masing fungsi itu

4.1.9 TEOREMA

∫ 𝐬𝐢𝐧 𝒙 𝒅𝒙 = − 𝐜𝐨𝐬 𝒙 + 𝑪

BUKTI
𝐷𝑥 (− cos 𝑥) = −(− sin 𝑥)
= sin 𝑥

4.1.10 TEOREMA

∫ 𝐜𝐨𝐬 𝒙 𝒅𝒙 = 𝐬𝐢𝐧 𝒙 + 𝑪

BUKTI
𝐷𝑥 (sin 𝑥) = cos 𝑥
Teorema-teorema berikut merupakan akibat dari teorema-teorema untuk turunan dari
fungsi-fungsi tangens, cotangens, secans, dan cosecans. Buktinya juga dilakukan dengan
langsung mencari turunan kiri kanan dari persamaan-persamaan itu.

4.1.11 TEOREMA

∫ 𝐬𝐞𝐜 𝟐 𝒙 𝒅𝒙 = 𝐭𝐚𝐧 𝒙 + 𝑪

4.1.12 TEOREMA

∫ 𝐜𝐬𝐜 𝟐 𝒙 𝒅𝒙 = − 𝐜𝐨𝐭 𝒙 + 𝑪

4.1.13 TEOREMA

∫ 𝐬𝐞𝐜 𝒙 𝐭𝐚𝐧 𝒙 𝒅𝒙 = 𝐬𝐞𝐜 𝒙 + 𝑪

4.1.14 TEOREMA

∫ 𝒄𝒔𝒄 𝒙 𝒄𝒐𝒕 𝒙 𝒅𝒙 = −𝒄𝒔𝒄 𝒙 + 𝑪

CONTOH 4
Hitung ∫(3 sec 𝑥 tan 𝑥 − 5 csc 2 𝑥)𝑑𝑥.
PENYELESAIAN
Kita gunakan Teorema 4.1.13 dan 4.1.12.

∫(3 sec 𝑥 tan 𝑥 − 5 csc 2 𝑥)𝑑𝑥 = 3 ∫ sec 𝑥 tan 𝑥 𝑑𝑥 − 5 ∫ csc 2 𝑥 𝑑𝑥

= 3 sec 𝑥 − 5(− cot 𝑥) + 𝐶


= 3 sec 𝑥 + 5 cot 𝑥 + 𝐶
Dalam menghitung anti turunan yang meliputi fungsi-fungsi trigonometri, identitas
trigonometri seringkali digunakan. Delapan identitas pokok berikut ini sangat penting.
sin 𝑥 csc 𝑥 = 1 cos 𝑥 sec 𝑥 = 1 tan 𝑥 cot 𝑥 = 1
sin 𝑥 cos 𝑥
tan 𝑥 = cos 𝑥 cot 𝑥 = sin 𝑥

sin2 𝑥 + cos 2 𝑥 = 1 tan2 𝑥 + 1 = sec 2 𝑥 cot 2 𝑥 + 1 = 𝑠𝑐𝑠 2 𝑥

CONTOH 5
𝟐 𝐜𝐨𝐭 𝒙−𝟑 𝐬𝐢𝐧𝟐 𝒙
Hitung ∫ 𝒅𝒙
𝐬𝐢𝐧 𝒙

PENYELESAIAN
𝟐 𝐜𝐨𝐭 𝒙 − 𝟑 𝐬𝐢𝐧𝟐 𝒙
∫ 𝒅𝒙
𝐬𝐢𝐧 𝒙
𝟏 𝐬𝐢𝐧𝟐 𝒙
= 𝟐∫ . 𝐜𝐨𝐭 𝒙 𝒅𝒙 − 𝟑 ∫ 𝒅𝒙
𝐬𝐢𝐧 𝒙 𝐬𝐢𝐧 𝒙

= 𝟐 ∫ 𝐜𝐬𝐜 𝒙 𝐜𝐨𝐭 𝒄 𝒅𝒙 − 𝟑 ∫ 𝐬𝐢𝐧 𝒙 𝒅𝒙

= 𝟐(− 𝐜𝐬𝐜 𝒙) − 𝟑(− 𝐜𝐨𝐬 𝒙) + 𝑪 (dari Teorema 4.1.14 dan 4.1.9)


= −𝟐 𝐜𝐬𝐜 𝒙 + 𝟑 𝐜𝐨𝐬 𝒙 + 𝑪

CONTOH 6
Hitung ∫(tan2 𝑥 + cot 2 𝑥 + 4)𝑑𝑥.
PENYELESAIAN

∫(tan2 𝑥 + cot 2 𝑥 + 4)𝑑𝑥

= ∫[(sec 2 𝑥 − 1) + (csc 2 𝑥 − 1) + 4] 𝑑𝑥

= ∫ sec 2 𝑥 𝑑𝑥 + ∫ csc 2 𝑥 𝑑𝑥 + 2 ∫ 𝑑𝑥

= tan 𝑥 − cot 𝑥 + 2𝑥 + 𝐶 (dari Teorema 4.1.11 dan 4.1.12)

Seringkali dalam terapan yang meliputi anti pendiferensialan kita diminta untuk
mencari suatu anti turunan yang memenuhi syarat-syarat tertentu yang disebut dengan syarat
awal bila syarat itu muncul pada satu titik dan disebut syarat batas bila syarat itu muncul pada
𝑑𝑦
dua titik. Sebagai contoh, jika sebuah persamaan yang memuat 𝑑𝑥 dengan syarat awal 𝑦 = 𝑦1 ,

bila 𝑥 = 𝑥1 diberikan, maka sesudah memperoleh himpunan dari semua anti turunan, jika 𝑥
dan 𝑦 diganti oleh 𝑥1 dan 𝑦1 , suatu nilai khusus dari konstanta sebarang 𝐶 dapat ditentukan.
Dengan nilai 𝐶 ini diperoleh dari suatu anti turunan khusus.

► ILUSTRASI 4 Misalkan kita ingin mencari anti turunan khusus yang memenuhi
persamaan
𝑑𝑦
= 2𝑥 (8)
𝑑𝑥

dan 𝑦 = 6 bila 𝑥 = 2 merupakan syarat awalnya. Dari (8),


𝑦 = ∫ 2𝑥 𝑑𝑥
𝑦 = 𝑥2 + 𝐶 (9)
Kita subtitusikan 2 untuk 𝑥 dan 6 untuk 𝑦 ke dalam (9), kita peroleh
6= 4+𝐶
𝐶=2
Jika nilai 𝐶 ini disubtitusikan ke (9) kita peroleh
𝑦 = 𝑥2 + 2
yang merupakan anti turunan khusus yang diminta.

CONTOH 7
Carilah persamaan sebuah kurva yang melalui titik (𝟑, 𝟕) dan kepentingan garis singgung
pada kurva tersebut di setiap titik (𝒙, 𝒚) sama dengan 𝟒𝒙 − 𝟓.
PENYELESAIAN
Karena kemiringan garis singgung pada kurva di setiap titik (𝒙, 𝒚) adalah nilai turunan
fungsi pada titik itu kita dapatkan
𝒅𝒚
= 𝟒𝒙 − 𝟓
𝒅𝒙

𝒚 = ∫(𝟒𝒙 − 𝟓)𝒅𝒙

𝒙𝟐
𝒚 = 𝟒 ( ) − 𝟓𝒙 + 𝑪
𝟐
𝒚 = 𝟐𝒙𝟐 − 𝟓𝒙 + 𝑪
Persamaan (10) menyatakan kurva serumpun. Karena kita ingin menentukan kurva khusus
yang serumpun melalui titik (𝟑, 𝟕), kita subtitusikan 3 untuk 𝒙 dan 7 untuk 𝒚 ke (10) dan
diperoleh
𝟕 = 𝟐(𝟗) − 𝟓(𝟑) + 𝑪
𝟕 = 𝟏𝟖 − 𝟏𝟓 + 𝑪
𝑪=𝟒
dengan mengganti 𝑪 oleh 4 dalam (10) kita peroleh persamaan yang diminta, yang berbentuk
𝒚 = 𝟐𝒙𝟐 − 𝟓𝒙 + 𝟒

CONTOH 8
Seorang kolektor benda-benda seni membeli sebuah lukisan oleh seorang seniman seharga
$1000, yang alatnya sekarang bertambah terhadap waktu sesuai dengan rumus
𝑑𝑉
= 5𝑡 3⁄2 + 10𝑡 + 50
𝑑𝑡
dengan 𝑉 adalah nilai dollar yang diharapkan dari sebuah lukisan sesudah 𝑡 tahun pembelian.
Jika rumus ini berlaku untuk 6 tahun kemudian, berapa nilai harapan dari lukisan itu empat
tahun dari sekarang?
PENYELESAIAN
Dari persamaan yang diberikan

𝑉 = ∫(5𝑡 3⁄2 + 10𝑡 + 50) 𝑑𝑡

𝑡 5⁄2 𝑡2
= 5 .( ) + 10 ( ) + 50𝑡 + 𝐶
5 2
2
= 2𝑡 5⁄2 + 5𝑡 2 + 50𝑡 + 𝐶
Karena 𝑉 = 1000 bila 𝑡 = 0, kita peroleh 𝐶 = 1000. Jadi
𝑉 = 2𝑡 5⁄2 + 5𝑡 2 + 50𝑡 + 1000
Dengan memisalkan 𝑉4 sebagai nilai 𝑉 bila 𝑡 = 4 kita dapatkan
𝑉4 = 2(4)5⁄2 + 5(4)2 + 50(4) + 1000
= 64 + 80 + 200 + 1000
= 1344
Jadi, 4 tahun dari sekarang nilai harapan dari lukisan itu adalah $1344.
4.2
BEBERAPA TEKNIK ANTI PENDIFERENSIALAN

Banyak anti turunan yang tidak dapat dicari secara langsung dengan menerapkan
teorema-teorema dari Bagian 4.1. Karena itu perlu mempelajari teknik-teknik tertentu yang
dapat digunakan untuk menghitung anti turunan semacam itu. Di dalam bagian ini kita
bicarakan teknik-teknik yang memerlukan aturan rantai untuk anti pendiferensialan dan yang
memuat suatu perubahan dari perubah.

1
► ILUSTRASI 1 Untuk mendiferensialkan (1 + 𝑥 2 )10 kita terapkan aturan rantai
10

untuk pendefansialan dan kita peroleh


1
𝐷𝑥 [10 (1 + 𝑥 2 )10 ] = (1 + 𝑥 2 )9 (2𝑥)

Andaikan kita ingin mengganti pendiferensialan (1 + 𝑥 2 )9 (2𝑥), maka kita harus menghitung
∫(1 + 𝑥 2 )9 (2𝑥 𝑑𝑥) (1)
Untuk memberi acuan pada cara yang dapat digunakan dalam masalah seperti itu, ambillah
𝑔(𝑥) = 1 + 𝑥 2 𝑔′ (𝑥)𝑑𝑥 = 2𝑥 𝑑𝑥 (2)
kemudian (1) dapat ditulis sebagai
∫[𝑔(𝑥)]9 [𝑔′ (𝑥)𝑑𝑥] (3)
dari Teorema 4.1.8,
1
∫ 𝑢9 𝑑𝑢 = 10 𝑢10 + 𝐶 (4)

terlihat bahwa (3) berbentuk sama dengan ruas kiri dari (4). Jadi
1
∫[𝑔(𝑥)]9 [𝑔′ (𝑥)𝑑𝑥] = 10 𝑢10 + 𝐶
dan dengan 𝑔(𝑥) dan 𝑔′ (𝑥) 𝑑𝑥 seperti yang diberikan dalam (2) kita dapatkan
1
∫(1 + 𝑥 2 )9 (2𝑥) 𝑑𝑥 = 10 (1 + 𝑥 2 )10 + 𝐶 (5)

Dasar kebenaran dari cara yang digunakan untuk memperoleh (5) diberikan oleh
teorema berikut, yang analog dengan aturan rantai untuk pendiferensialan dan disebut aturan
rantai untuk anti pendiferensialan.

4.2.1 TEOREMA Aturan Rantai untuk Anti pendefansialan


Misalkan 𝒈 suatu fungsi yang dapat didiferensialkan, dan misalkan daerah nilai … adalah
suatu selang 𝑰. Andaikan bahwa 𝒇 sebuah fungsi yang didefinisikan pada 𝑰 … bahwa 𝑭
merupakan anti turunan dari 𝒇 pada 𝑰, maka
∫ 𝒇(𝒈(𝒙)) [𝒈′ (𝒙)𝒅𝒙] = 𝑭(𝒈(𝒙)) + 𝑪 (6)

BUKTI Menurut hipotesa,


𝐹(𝑔(𝑥)) = 𝑓(𝑔(𝑥)) (7)
Menurut aturan rantai untuk pendiferensialan
𝐷𝑥 [𝐹(𝑔(𝑥))] = 𝐹 ′ (𝑔(𝑥))[𝑔′ (𝑥)] (8)
Dengan mendistribusikan (7) ke dalam (8)
𝐷𝑥 [𝐹(𝑔(𝑥))] = 𝐹 ′ (𝑔(𝑥))[𝑔′ (𝑥)] (9)
Dari (9) diperolehlah
∫ 𝑓(𝑔(𝑥)) [𝑔′ (𝑥)𝑑𝑥] = 𝐹(𝑔(𝑥)) + 𝐶
yang ingin kita buktikan.
Sebagai suatu hal khusus dari Teorema 4.2.1, dari Teorema 4.1.8, kita mempunyai
perumusan rumus pangkat untuk anti turunan, yang kita utarakan sekarang.

4.2.2 TEOREMA
Jika 𝒈 suatu fungsi yang dapat dideferensialkan, dan 𝒏 sebuah bilangan rasional,
[𝒈(𝒙)]𝒏+𝟏
∫[𝒈(𝒙)]𝒏 [𝒈′ (𝒙)𝒅𝒙] = 𝒏+𝟏
+𝑪 𝒏 ≠ −𝟏 (10)

CONTOH 1
Cari ∫ √3𝑥 + 4 𝑑𝑥.
PENYELESAIAN
Untuk menerapkan Teorema 4.2.2 mula-mula kita tulis
∫ √3𝑥 + 4 𝑑𝑥 = ∫(3𝑥 + 4)1⁄2 𝑑𝑥
Kita perhatikan bahwa jika
𝑔(𝑥) = 3𝑥 + 4 maka 𝑔′ (𝑥) 𝑑𝑥 = 3 𝑑𝑥 (11)
Karena itu kita perlu factor 3 untuk menyertai 𝑑𝑥 adar menghasilakan 𝑔′ (𝑥) 𝑑𝑥. Jadi kita tulis
1
∫(3𝑥 + 4)1⁄2 𝑑𝑥 = ∫(3𝑥 + 4)1⁄2 (3 𝑑𝑥)
3
1
= ∫(3𝑥 + 4)1⁄2 (3 𝑑𝑥)
3
Jadi dari Teorema 4.2.2, dengan 𝑔(𝑥) dan 𝑔′ (𝑥) 𝑑𝑥 diberikan dalam (11), kita dapatkan
1 1 (3𝑥 + 4)3⁄2
∫(3𝑥 + 4)1⁄2 (3 𝑑𝑥) = . +𝐶
3 3 3
2
2
= (3𝑥 + 4)3⁄2 + 𝐶
9

CONTOH 2
Cari ∫ 𝒙𝟐 (𝟓 + 𝟐𝒙𝟑 )𝟖 𝒅𝒙.
PENYELESAIAN
Perhatikan bahwa jika
𝒈(𝒙) = 𝟓 + 𝟐𝒙𝟑 maka 𝒈′ (𝒙) 𝒅𝒙 = 𝟔𝒙𝟐 𝒅𝒙 (12)
Karena
∫ 𝒙𝟐 (𝟓 + 𝟐𝒙𝟑 )𝟖 𝒅𝒙 = ∫(𝟓 + 𝟐𝒙𝟑 )𝟖 (𝒙𝟐 𝒅𝒙)
kita perlu faktor 6 untuk menyertai 𝒙𝟐 𝒅𝒙 agar menghasilkan 𝒈′ (𝒙) 𝒅𝒙. Karena itu kita tulis
𝟏
∫ 𝒙𝟐 (𝟓 + 𝟐𝒙𝟑 )𝟖 𝒅𝒙 = 𝟔 ∫(𝟓 + 𝟐𝒙𝟑 )𝟖 (𝟔𝒙𝟐 𝒅𝒙)

Dengan menggunakan Teorema 4.2.2 dengan 𝒈(𝒙) dan 𝒈′ (𝒙) 𝒅𝒙 diberikan dalam (12) kita
peroleh
𝟏 𝟑 )𝟖 (𝟔𝒙𝟐
𝟏 (𝟓 + 𝟐𝒙𝟑 )𝟗
∫(𝟓 + 𝟐𝒙 𝒅𝒙) = . +𝑪
𝟔 𝟔 𝟗
𝟏
= (𝟓 + 𝟐𝒙𝟑 )𝟗 + 𝑪
𝟑𝟒
Persamaan (6) yang memberikan aturan rantai untuk anti pendefansialan adalah
∫ 𝒇(𝒈(𝒙)) [𝒈′ (𝒙)𝒅𝒙] = 𝑭(𝒈(𝒙)) + 𝑪
Dengan 𝑭 adalah anti turunan dari 𝒇. Jika dalam rumus ini 𝒇 adalah fungsi cosinus, maka 𝑭
adalah fungsi sinus, jadi
∫ 𝐜𝐨𝐬(𝒈(𝒙)) [𝒈′ (𝒙)𝒅𝒙] = 𝐬𝐢𝐧(𝒈(𝒙)) + 𝑪 (13)
Kita gunakan rumus ini dalam contoh berikut.

COMTOH 3
Cari ∫ 𝑥 cos 𝑥 2 𝑑𝑥 .
PENYELESAIAN
Jika
𝑔(𝑥) = 𝑥 2 maka 𝑔′ (𝑥) 𝑑𝑥 = 2𝑥 𝑑𝑥 (14)
Karena
∫ 𝑥 cos 𝑥 2 𝑑𝑥 = ∫(cos 𝑥 2 )(𝑥 𝑑𝑥)
Kita perlu faktor 2 untuk menyertai 𝑥 𝑑𝑥 agar didapatkan 𝑔′ (𝑥) 𝑑𝑥. Jadi kita tulis
1
∫ 𝑥 cos 𝑥 2 𝑑𝑥 = 2 ∫(cos 𝑥 2 )(2𝑥 𝑑𝑥)
Rincian penyelesaian dari Contoh-contoh 1, 2, dan 3 dapat disingkat dengan tidak
menyatakan 𝑔(𝑥) dan 𝑔′ (𝑥) 𝑑𝑥 secara khusus. Penyelesaian dari Contoh 1 menjadi sebagai
berikut :
1
∫ √3𝑥 + 4 𝑑𝑥 = ∫(3𝑥 + 4)1⁄2 (3 𝑑𝑥)
3
1 (3𝑥 + 4)3⁄2
= . +𝐶
3 3
2
3
= (3𝑥 + 4)3⁄2 + 𝐶
9
Penyelesaian dari Contoh 2 dapat ditulis seperti
1
∫ 𝑥 2 (5 + 2𝑥 3 )8 𝑑𝑥 = ∫(5 + 2𝑥 3 )8 (6𝑥 2 𝑑𝑥)
6
1 (5 + 2𝑥 3 )9
= . +𝐶
6 9
1
= (5 + 2𝑥 3 )9 + 𝐶
34
dan penyelesaian dari Contoh 3 dapat disingkat seperti
1
∫ 𝑥 cos 𝑥 2 𝑑𝑥 = ∫(cos 𝑥 2 )(2𝑥 𝑑𝑥)
2
1
= sin 𝑥 2 + 𝐶
2

CONTOH 4
𝟒𝒙𝟐 𝒅𝒙
Cari ∫ 𝟒 .
(𝟏−𝟖𝒙𝟑 )

PENYELESAIAN
Karena 𝒅(𝟏 − 𝟖𝒙𝟑 ) = −𝟐𝟒𝒙𝟐 𝒅𝒙, kita tulis
𝟒𝒙𝟐 𝒅𝒙
∫ = 𝟒 ∫(𝟏 − 𝟖𝒙𝟑 )−𝟒 (𝒙𝟐 𝒅𝒙)
(𝟏 − 𝟖𝒙𝟑 )𝟒
𝟏
= 𝟒 (− ) ∫(𝟏 − 𝟖𝒙𝟑 )−𝟒 (−𝟐𝟒𝒙𝟐 𝒅𝒙)
𝟐𝟒
𝟏 (𝟏 − 𝟖𝒙𝟑 )−𝟑
=− . +𝑪
𝟔 −𝟑
𝟏
= +𝑪
𝟏𝟖(𝟏 − 𝟖𝒙𝟑 )𝟑
Setiap contoh di atas dapat diperiksa dengan mencari turunan dari jawab-jawabannya.

► ILUSTRASI 2 Dalam Contoh 2 kita mempunyai


𝟏
∫ 𝒙𝟐 (𝟓 + 𝟐𝒙𝟑 )𝟖 𝒅𝒙 = (𝟓 + 𝟐𝒙𝟑 )𝟗 + 𝑪
𝟓𝟒
Pemeriksaan dengan pendiferensialan memberikan
𝟏 𝟏
𝑫𝒙 [ (𝟓 + 𝟐𝒙𝟑 )𝟗 ] = . 𝟗(𝟓 + 𝟐𝒙𝟑 )𝟖 (𝟔𝒙𝟐 )
𝟓𝟒 𝟓𝟒
= 𝒙𝟐 (𝟓 + 𝟐𝒙𝟑 )𝟖
Kadang-kadang dimungkinkan untuk menghitung suatu anti turunan sesudah
mengubah perubahnya, seperti ditunjukkan dalam contoh berikut.

CONTOH 5
Cari ∫ 𝑥 2 √1 + 𝑥 𝑑𝑥.
PENYELESAIAN
Ambil
𝑢 =1+𝑥 𝑑𝑢 = 𝑑𝑥 𝑥 =𝑢−1
Kita dapatkan

∫ 𝑥 2 √1 + 𝑥 𝑑𝑥 = ∫(𝑢 − 1)2 𝑢1⁄2 𝑑𝑢

= ∫(𝑢2 − 2𝑢 + 1)𝑢1⁄2 𝑑𝑢

= ∫ 𝑢5⁄2 𝑑𝑢 − 2 ∫ 𝑢3⁄2 𝑑𝑢 + ∫ 𝑢1⁄2 𝑑𝑢

𝑢7⁄2 𝑢5⁄2 𝑢3⁄2


= −2. + +𝐶
7 5 3
2 2 2
2 4 2
= (1 + 𝑥)7⁄2 − (1 + 𝑥)5⁄2 + (1 + 𝑥)3⁄2 + 𝐶
7 5 3

► ILUSTRASI 3 Suatu cara lain untuk penyelesaian dari Contoh 5 ialah mengambil
𝑣 = √1 + 𝑥 𝑣2 = 1 + 𝑥
𝑥 = 𝑣2 − 1 𝑑𝑥 = 2𝑣 𝑑𝑣
Perhitungannya menjadi sebagai berikut

∫ 𝑥 2 √1 + 𝑥 𝑑𝑥 = ∫(𝑣 2 − 1)2 . 𝑣 . (2𝑣 𝑑𝑣)

= 2 ∫ 𝑣 6 𝑑𝑣 − 4 ∫ 𝑣 4 𝑑𝑣 + 2 ∫ 𝑣 2 𝑑𝑣

2 7 4 5 2 3
= 𝑣 − 𝑣 + 𝑣 +𝐶
7 5 3
2 4 2
= (1 + 𝑥)7⁄2 − (1 + 𝑥)5⁄2 + (1 + 𝑥)3⁄2 + 𝐶
7 5 3
Pemeriksaan dengan pendiferensialan memberikan
2 4 2
𝐷𝑥 [ (1 + 𝑥)7⁄2 − (1 + 𝑥)5⁄2 + (1 + 𝑥)3⁄2 ]
7 5 3
= (1 + 𝑥)5⁄2 − 2(1 + 𝑥)3⁄2 + (1 + 𝑥)1⁄2
= (1 + 𝑥)1⁄2 [(1 + 𝑥)2 − 2(1 + 𝑥) + 1]
= (1 + 𝑥)1⁄2 [1 + 2𝑥 + 𝑥 2 − 2 − 2𝑥 + 1]
= 𝑥 2 √1 + 𝑥

CONTOH 6
sin √𝑥
Cari ∫ 𝑑𝑥
√𝑥

PENYELESAIAN
Ambil
1
𝑢 = √𝑥 𝑑𝑢 = 2 𝑑𝑥
√𝑥

Karena itu
sin √𝑥 1
∫ = 2 ∫ sin √𝑥 ( 𝑑𝑥)
√𝑥 2√𝑥

= 2 ∫ sin 𝑢 𝑑𝑢

= −2 cos 𝑢 + 𝐶
= −2 cos √𝑥 + 𝐶

CONTOH 7
Cari ∫ 𝐬𝐢𝐧 𝒙 √𝟏 − 𝐜𝐨𝐬 𝒙 𝒅𝒙.
PENYELESAIAN
Ambil
𝒖 = 𝟏 − 𝐜𝐨𝐬 𝒙 𝒅𝒖 = 𝐬𝐢𝐧 𝒙 𝒅𝒙
Jadi

∫ 𝐬𝐢𝐧 𝒙 √𝟏 − 𝐜𝐨𝐬 𝒙 𝒅𝒙 = ∫ 𝒖𝟏⁄𝟐 𝒅𝒖

𝟐 𝟑⁄𝟐
= 𝒖 +𝑪
𝟑
𝟐
= (𝟏 − 𝐜𝐨𝐬 𝒙)𝟑⁄𝟐 + 𝑪
𝟑

CONTOH 8
Carilah ∫ tan 𝑥 sec 2 𝑥 𝑑𝑥 dengan dua cara: (a) Ambil 𝑢 = tan 𝑥; (b) Ambil 𝑣 = sec 𝑥. (c)
Jelaskan perbedaan yang tampak antara jawab dalam (a) dan (b).
PENYELESAIAN
a) Jika
𝑢 = tan 𝑥 maka 𝑑𝑢 = sec 2 𝑥 𝑑𝑥
Kita dapatkan

∫ tan 𝑥 sec 2 𝑥 𝑑𝑥 = ∫ 𝑢 𝑑𝑢

𝑢2
= +𝐶
2
1
= tan2 𝑥 + 𝐶
2
b) Jika
𝑣 = sec 𝑥 maka 𝑑𝑢 = sec 𝑥 tan 𝑥 𝑑𝑥
Jadi

∫ tan 𝑥 sec 2 𝑥 𝑑𝑥 = ∫ sec 𝑥(sec 𝑥 tan 𝑥 𝑑𝑥)

= ∫ 𝑣 𝑑𝑣

𝑣2
= +𝐶
2
1
= sec 2 𝑥 + 𝐶
2
1 1
c) Karena sec 2 𝑥 = 1 + tan2 𝑥, fungsi-fungsi yang ditentukan oleh tan2 𝑥 dan sec 2 𝑥
2 2

hanya berbeda dalam konstanta; jadi masing-masing menyatakan anti turunan dari
tan 𝑥 sec 2 𝑥. Selanjutnya kita dapat menulis
1 1
sec 2 𝑥 + 𝐶 = (tan2 𝑥 + 1) + 𝐶
2 2
1 1
= tan2 𝑥 + + 𝐶
2 2
1 1
= tan2 𝑥 + 𝐾 dengan 𝐾 = + 𝐶
2 2

Suatu luka menyembuh sedemikian rupa sehingga 𝑡 hari sejak hari Senin lebar luka itu
berkurang dengan kecepatam −3(𝑡 + 2)−2 cm2 tiap hari. Jika pada hari Selasa lebar luka itu
2 cm2 , (a) berapa lebar luka pada hari Senin, dan (b) berapa lebar yang diharapkan pada hari
Jumat jika luka itu menyembuh secara kontinu pada kecepatan yang sama?
PENYELESAIAN
Ambil 𝐴 cm2 sebagai lebar luka sejak hari Senin. Maka
𝑑𝐴
= −3(𝑡 + 2)−2
𝑑𝑡

𝐴 = −3 ∫(𝑡 + 2)−2 𝑑𝑡

Karena 𝑑(𝑡 + 2) = 𝑑𝑡 kita dapatkan


(𝑡 + 2)−1
𝐴 = −3 . +𝐶
−1
3
𝐴 = 𝑡+2 + 𝐶 (15)

Karena pada hari Selasa lebar luka adalah 2 cm2 , kita ketahui bahwa 𝐴 = 2 bila 𝑡 = 1. Dengan
mensubstitusikan nilai-nilai ini dalam (15) kita peroleh
2= 1+𝐶
𝐶=1
Karena itu dari (15),
3
𝐴= +1
𝑡+2
a) Pada hari Senin, 𝑡 = 0. Ambil 𝐴0 sebagai nilai dari 𝐴 bila 𝑡 = 0. Dari (16),
3
𝐴0 = +1
2
5
=
2
Jadi pada hari Senin lebar luka adalah 2,5 cm2 .
b) Pada hari Jumat, 𝑡 = 4. Ambil 𝐴4 sebagai nilai 𝐴 bila 𝑡 = 4. Dari (16),
3
𝐴4 = +1
6
3
=
2
Jadi pada hari Jumat lebar luka yang diharapkan adalah 1,5 cm2 .
4.3
PERSAMAAN DIFERENSIAL DAN GERAK LURUS

Sebuah persamaan yang memuat turunan-turunan disebut persamaan diferensial.


Beberapa persamaan yang sederhana adalah
𝑑𝑦
= 2𝑥 (1)
𝑑𝑥
𝑑𝑦 2𝑥 2
= 3𝑦 3 (2)
𝑑𝑥

𝑑2 𝑦
= 4𝑥 + 3 (3)
𝑑𝑥 2

Orde dari suatu persamaan diferensial ialah orde tertinggi dari turunan yang ada di
dalam persamaan itu. Karena itu (1) dan (2) merupakan persamaan diferensial orde satu dan
(3) merupakan persamaan diferensial orde dua. Jenis persamaan diferensial yang paling
sederhana ialah persamaan diferensial yang berbentuk
𝑑𝑦
= 𝑓(𝑥) (4)
𝑑𝑥

dan (1) merupakan contoh khusus. Jika (4) dituliskan dalam diferensial, kita peroleh
𝑑𝑦 = 𝑓(𝑥) 𝑑𝑥 (5)
Jenis lain dari persamaan diferensial orde satu antara lain berbentuk
𝑑𝑦 𝑔(𝑥)
= ℎ(𝑦) (6)
𝑑𝑥

Persamaan (2) merupakan contoh khusus dari jenis ini. Jika (6) dituliskan dalam bentuk
diferensial kita dapatkan
ℎ(𝑦) 𝑑𝑦 = 𝑔(𝑥) 𝑑𝑥 (7)
Di dalam kedua persamaan (5) dan (7), ruas kiri hanya memuat peubah 𝑦 dan ruas kanan hanya
memuat peubah 𝑥. Jika kedua perubah itu dipisah, dan kita katakan bahwa persamaan ini adalah
persamaan diferensial dengan perubah terpisah.
Perhatikan persamaan (5), yaitu
𝑑𝑦 = 𝑓(𝑥) 𝑑𝑥
Untuk memecahkan persamaan ini kita harus mendapatkan semua fungsi 𝐺 dengan 𝑦 = 𝐺(𝑥)
memenuhi persamaan tersebut. Jadi jika 𝐹 merupakan anti turunan dari 𝑓, semua fungsi 𝐺
didefinisikan sebagai 𝐺(𝑥) = 𝐹(𝑥) + 𝐶, dengan 𝐶 sebarang konstanta. Ini berarti, jika
𝑑(𝐺(𝑥)) = 𝑑(𝐹(𝑥)) + 𝐶
= 𝑓(𝑥) 𝑑𝑥
maka yang disebut penyelesaian lengkap dari (5) ialah
𝑦 = 𝐹(𝑥) + 𝐶
Persamaan (8) menyatakan fungsi serumpun yang tergantung pada sebarang konstanta
𝐶. Ini disebut satu parameter serumpun. Grafik fungsi-fungsi ini membentuk kurva serumpun
di bidang datar, dan melalui setiap titik khusus (𝑥1 , 𝑦1 ) terdapat satu kurva dari kurva serumpun
tersebut.

► ILUSTRASI 1 Andaikan kita ingin mencari penyelesaian lengkap dari persamaan


diferensial
𝑑𝑦
= 2𝑥
𝑑𝑥
Kita pisahkan perubahnya dengan menuliskan persamaan itu dalam diferensial seperti
𝑑𝑦 = 2𝑥 𝑑𝑥
Kita anti diferensialkan kedua ruas di atas dan diperoleh

∫ 𝑑𝑦 = ∫ 2𝑥 𝑑𝑥

𝑦 + 𝐶1 = 𝑥 2 + 𝐶2
Karena 𝐶2 − 𝐶1 merupakan sebarang konstanta jika 𝐶2 dan 𝐶1 sebarang, kita dapat mengganti
𝐶2 − 𝐶1 oleh 𝐶, dengan demikian diperoleh
𝑦 = 𝑥2 + 𝐶
yang merupakan penyelesaian lengkap dari persamaan diferensial (9).
Persamaan (10) menyatakan fungsi parameter serumpun. Gambar 4.3.1 menunjukkan
sketsa dari grafik fungsi-fungsi dengan nilai 𝐶 = −4, 𝐶 = −1, 𝐶 = 0, dan 𝐶 = 2.

GAMBAR 1

Sekarang kita perhatikan (7), yang berbentuk


ℎ(𝑦)𝑑𝑦 = 𝑔(𝑥)𝑑𝑥
Jika kita anti diferensialkan kedua ruas dari persamaan itu, kita tulis

∫ ℎ(𝑦)𝑑𝑦 = ∫ 𝑔(𝑥)𝑑𝑥

Jika 𝐻 adalah suatu anti turunan dari ℎ, dan 𝐺 adalah anti turunan dari 𝑔, penyelesaian lengkap
dari (7) diberikan oleh
𝐻(𝑦) = 𝐺(𝑥) + 𝐶
CONTOH 1
Carilah penyelesaian lengkap dari persamaan diferensial
𝑑𝑦 2𝑥 2
=
𝑑𝑥 3𝑦 3
PENYELESAIAN
Jika persamaan yang diketahui ditulis dengan diferensial, kita dapatkan
3𝑦 3 𝑑𝑦 = 2𝑥 2 𝑑𝑥
dan perubahnya terpisah. Kita anti diferensialkan kedua ruas persamaan itu dan diperoleh
∫ 3𝑦 3 𝑑𝑦 = ∫ 2𝑥 2 𝑑𝑥
3𝑦 4 2𝑥 3 𝐶
= + 12 (11)
4 3

9𝑦 4 = 8𝑥 3 + 𝐶
yang merupakan penyelesaian lengkap.
Dalam (11) sebarang konstanta ditulis sebagai 𝐶/12, jika kedua ruas dikalikan dengan
12 maka sebarang konstanta itu menjadi 𝐶.

Dalam ilustrasi berikut kita tunjukkan bagaimana memperoleh penyelesaian khusus


dari suatu persamaan diferensial orde satu bila diketahui syarat awalnya.

► ILUSTRASI 2 Untuk mencari penyelesaian khusus dari persamaan diferensial (9) yang
memenuhi syarat awal 𝑦 = 6 bila 𝑥 = 2, kita substitusikan nilai-nilai ini ke dalam (10) dan 𝐶
dipecahkan, jadi 6 = 4 + 𝐶, atau 𝐶 = 2. Dengan mengsubstitusikan nilai 𝐶 ini ke dalam (10)
kita peroleh
𝑦 = 𝑥2 + 2
yang merupakan penyelesaian khusus yang diminta.
Persamaan (3) merupakan sebuah contoh dari suatu jenis khusus dari persamaan
diferensial orde dua
𝑑2 𝑦
= 𝑓(𝑥) (12)
𝑑𝑥 2

Untuk menyelesaikan (12) perlu dua pendiferensialan berturut-turut, dan munculnya dua
sebarang konstanta. Penyelesaian lengkap dari (12) menyatakan fungsi dua parameter
serumpun, dan grafik fungsi-fungsi itu membentuk kurva serumpun di bidang datar. Contoh
berikut menunjukkan cara untuk memperoleh penyelesaian lengkap dari suatu persamaan
diferensial jenis ini.
CONTOH 2
Carilah penyelesaian lengkap dari persamaan diferensial
𝑑2𝑦
= 4𝑥 + 3
𝑑𝑥 2
PENYELESAIAN
Karena
𝑑2𝑦 𝑑 𝑑𝑦
2
= ( )
𝑑𝑥 𝑑𝑥 𝑑𝑥
𝑑𝑦
Jika dengan mengambil 𝑦 ′ = 𝑑𝑥 , kita dapat menuliskan persamaan yang diketahui sebagai
𝑑𝑦 ′
= 4𝑥 + 3
𝑑𝑥
Jadi kita dapatkan, dengan diferensial
𝑑𝑦 ′ = (4𝑥 + 3)𝑑𝑥
Dengan meng-anti diferensialkan, kita peroleh

∫ 𝑑𝑦 ′ = ∫(4𝑥 + 3)𝑑𝑥

𝑦 ′ = 2𝑥 2 + 3𝑥 + 𝐶1
𝑑𝑦
Karena 𝑦 ′ = 𝑑𝑥 , ini kita substitusikan ke dalam persamaan di atas dan diperoleh
𝑑𝑦
= 2𝑥 2 + 3𝑥 + 𝐶1
𝑑𝑥
𝑑𝑦 = (2𝑥 2 + 3𝑥 + 𝐶1 ) 𝑑𝑥

∫ 𝑑𝑦 = ∫(2𝑥 2 + 3𝑥 + 𝐶1 ) 𝑑𝑥

2 3 3 2
𝑦= 𝑥 + 𝑥 + 𝐶1 𝑥 + 𝐶2
3 2
yang merupakan penyelesaian lengkap.

CONTOH 3
Carilah penyelesaian khusus dari persamaan diferensial dari Contoh 2 yang memenuhi 𝑦 = 2
dan 𝑦 ′ = −3, bila 𝑥 = 1.
PENYELESAIAN
Karena 𝑦 ′ = 2𝑥 2 + 3𝑥 + 𝐶1 , kita subtitusikan −3 untuk 𝑦 ′ dan 1 untuk 𝑥, dan diperoleh −3 =
2 + 3 + 𝐶1 , atau 𝐶1 = −8. Dengan mensubstitusikan nilai 𝐶1 ini ke dalam penyelesaian
lengkap, didapat
2 3 3 2
𝑦= 𝑥 + 𝑥 − 8𝑥 + 𝐶2
3 2
Karena 𝑦 = 2 bila 𝑥 = 1, kita subtitusikan nilai-nilai ini ke dalam persamaan di atas dan
2 3 47
diperoleh 2 = 3 𝑥 3 + 2 𝑥 2 − 8𝑥 + 𝐶2 , maka 𝐶2 = . Jadi, penyelesaian khusus yang dicari
6

berbentuk
2 3 3 2 47
𝑦= 𝑥 + 𝑥 − 8𝑥 +
3 2 6
Di dalam bagian 2.5 dan 2.11 kita belajar bahwa jika 𝑠 = 𝑓(𝑡) menyatakan persamaan
gerak dari sebuah partikel sepanjang garis lurus, kecepatan dan percepatan partikel dapat
ditentukan dari persamaan
𝑑𝑠 𝑑𝑣
𝑣 = 𝑑𝑡 𝑎= 𝑑𝑡

Karena itu, jika kita mempunyai 𝑣 atau 𝑎 sebagai fungsi dari 𝑡, juga dengan beberapa syarat
batas, kita dapat menentukan persamaan gerak dengan menyelesaikan persamaan diferensial
itu. Cara ini digambarkan dalam contoh berikut.

CONTOH 4
Sebuah partikel bergerak pada suatu garis lurus; 𝑠 kaki menyatakan jarak tempuh partikel dari
pusat pada saat 𝑡 detik, 𝑣 kaki/det adalah kecepatan partikel pada 𝑡 detik, dan 𝑎 kaki/det2 adalah
percepatan partikel pada 𝑡 detik. Jika
𝑎 = 2𝑡 − 1
dan 𝑣 = 3 dan 𝑠 = 4 bila 𝑡 = 1, nyatakan 𝑣 dan 𝑠 sebagai fungsi dari 𝑡.
PENYELESAIAN
𝑑𝑣
Karena 𝑎 = , kita dapatkan persamaan diferensial
𝑑𝑡

𝑑𝑣
= 2𝑡 − 1
𝑑𝑡
𝑑𝑣 = (2𝑡 − 1)𝑑𝑡

∫ 𝑑𝑣 = ∫(2𝑡 − 1)𝑑𝑡

𝑣 = 𝑡 2 − 𝑡 + 𝐶1 (13)
Dengan mensubstitusikan 𝑣 = 3 dan 𝑡 = 1 ke dalam (13) didapat
3 = 1 − 1 + 𝐶1
𝐶1 = 3
Dengan mensubtitusikan nilai 𝐶1 ini ke dalam (13) didapat
𝑉 = 𝑡2 − 𝑡 + 3 (14)
yang menyatakan 𝑣 sebagai fungsi dari 𝑡.
𝑑𝑠
Sekarang, ambil 𝑣 = 𝑑𝑡 dalam (14) kita dapatkan
𝑑𝑠
= 𝑡2 − 𝑡 + 3
𝑑𝑡
𝑑𝑠 = (𝑡 2 − 𝑡 + 3) 𝑑𝑡

∫ 𝑑𝑠 = ∫(𝑡 2 − 𝑡 + 3) 𝑑𝑡
1 1
𝑠 = 3 𝑡 3 − 2 𝑡 2 + 3𝑡 + 𝐶2 (15)

Kita subtitusikan 𝑠 = 4 dan 𝑡 = 1 ke dalam (15) dan memperoleh


1 1
4= − + 3 + 𝐶2
3 2
7
𝐶2 =
6
7
Karena itu, dengan mengganti 𝐶2 dengan 6 di dalam (15) kita telah mengungkapkan 𝑠 sebagai

suatu fungsi dari 𝑡, ialah


1 1 7
𝑠 = 3 𝑡 3 − 2 𝑡 2 + 3𝑡 + 6

CONTOH 5
Sebuah partikel bergerak sepanjang suatu garis lurus demikian sehingga jika 𝑣 cm/det adalah
kecepatan partikel pada 𝑡 detik, maka
𝑣 = cos 2𝜋𝑡
dengan arah positif ke arah kanan dari titik pusat. Jika titik awal gerak partikel berada 5 cm di
1
sebelah kanan dari titik pusat, carilah kedudukan partikel itu 3 detik kemudian.

PENYELESAIAN
Ambil 𝑠 cm sebagai jarak berarah dari partikel dari titik pusat pada 𝑡 det.
𝑑𝑠
Karena 𝑣 = ,
𝑑𝑡

𝑑𝑠
= cos 2𝜋𝑡
𝑑𝑡
𝑑𝑠 = cos 2𝜋𝑡 𝑑𝑡

∫ 𝑑𝑠 = ∫ cos 2𝜋𝑡 𝑑𝑡

1
𝑠= ∫ cos 2𝜋𝑡 (2𝜋 𝑑𝑡)
2𝜋
1
𝑠= sin 2𝜋𝑡 + 𝐶
2𝜋
Karena 𝑠 = 5 bila 𝑡 = 0,
1
5= sin 0 + 𝐶
2𝜋
𝐶=5
Jadi persamaan gerak itu berbentuk
1
𝑠= sin 2𝜋𝑡 + 5
2𝜋
1
Ambil 𝑠 = 𝑠̅ bila 𝑡 = 3, maka
1 2
𝑠̅ = sin 𝜋 + 5
2𝜋 3
1 √3
= +5
2𝜋 2
≈ 5,14
1
Jadi partikel itu berada 5.14 cm di sebelah kanan titik pusat setelah 3 det dari awal gerakannya.

Jika sebuah benda bergerak bebas pada suatu garis vertikal dan ditarik ke arah bumi
oleh suatu gaya partisi, percepatan karena gravitasi, dinyatakan oleh 𝑔 kaki/det2, berubah-ubah
menurut perubahan jarak antara benda dan pusat bumi. Tetapi, untuk perubahan jarak yang
kecil, percepatan karena gravitasi itu hampir konstan, dan suatu nilai hampiran dari 𝑔, jika
benda berada di dekat permukaan laut, adalah 32.

CONTOH 6
Sebuah batu dilemparkan vertikal ke atas dari tanah dengan kecepatan awal 128 kaki/det. Jika
gerak ini hanya dipengaruhi oleh gaya gravitasi, carilah (a) waktu yang diperlukan oleh batu
untuk mencapai tanah, (b) kecepatan batu pada waktu batu mencapai tanah, dan (c) berapa
ketinggian yang dicapai batu.
PENYELESAIAN
Gerak batu itu digambarkan dalam Gambar 4.3.2. Arah positif ialah arah ke atas.
Andaikan 𝑡 detik adalah waktu yang diperlukan sejak batu dilemparkan, 𝑠 kaki adalah
jarak antara batu dan tanah pada 𝑡 det, 𝑣 kaki/det adalah kecepatan batu pada 𝑡 det, dan |𝑣|
kaki/det adalah laju dari batu pada 𝑡 det.
Bila batu mencapai tanah, 𝑠 = 0. Ambil 𝑡̅ dan 𝑣̅ sebagai nilai-nilai khusus dari 𝑡 dan
𝑣 bila 𝑠 = 0 dan 𝑡 ≠ 0. Batu akan berada pada titik tertinggi bila kecepatannya nol. Ambil 𝑠̅
sebagai nilai khusus dari 𝑠 bila 𝑣 = 0.
Tabel 4.3.1 menunjukkan syarat-syarat batas.

GAMBAR 2

Karena percepatan hanya disebabkan oleh gaya gravitasi, yang berarah ke bawah,
𝑑𝑣
percepatan itu mempunyai nilai konstan −32 kaki/det2. Karena merupakan percepatan,
𝑑𝑡

maka kita dapatkan


𝑑𝑣
= −32
𝑑𝑡
𝑑𝑣 = −32 𝑑𝑡

∫ 𝑑𝑣 = −32 ∫ 𝑑𝑡

𝑣 = −32𝑡 + 𝐶1
Karena 𝑣 = 128 bila 𝑡 = 0, kita substitusikan nilai-nilai ini ke dalam persamaan di atas dan
diperoleh 𝐶1 = 128. Jadi
𝑣 = −32𝑡 + 128
𝑑𝑠
Karena 𝑣 = 𝑑𝑡 ,
𝑑𝑠
= −32𝑡 + 128
𝑑𝑡
𝑑𝑠 = (−32𝑡 + 128) 𝑑𝑡

∫ 𝑑𝑠 = ∫(−32𝑡 + 128) 𝑑𝑡

𝑠 = −16𝑡 2 + 128 + 𝐶2
Karena 𝑠 = 0 bila 𝑡 = 0, maka 𝐶2 = 0, dan substitusi 0 untuk 𝐶2 ke dalam persamaan di atas
menghasilkan
𝑠 = −16𝑡 2 + 128𝑡
(a) Ke dalam (17) kita substitusikan 𝑡̅ untuk 𝑡 dan 0 untuk 𝑠 dan diperolehlah
0 = −16𝑡̅(𝑡̅ − 8)
dari persamaan terakhir ini diperoleh 𝑡̅ = 0 atau 𝑡̅ = 8. Tetapi, nilai 0 terjadi pada waktu
batu dilemparkan; jadi waktu yang diperlukan oleh batu untuk mencapai tanah adalah 8 det.
(b) Untuk memperoleh 𝑣̅ kita gunakan (16) dan subtitusikan 8 untuk 𝑡 dan 𝑣̅ untuk 𝑣 agar
memperoleh
𝑣̅ = −32(8) + 128
= −128
Jadi |𝑣̅ | = 128; ini berarti batu mencapai tanah dengan laju 128 kaki/det.
(c) Untuk mencari 𝑠̅ mula-mula kita dari 𝑡 bila 𝑣 = 0. Dari (16), 𝑡 = 4 bila 𝑣 = 0. Kita
substitusikan ke dalam (17) 4 untuk 𝑡 dan 𝑠̅ untuk 𝑠 dan diperoleh
𝑠̅ = −16(16) + 128(4)
= 256
Jadi batu mencapai ketinggian 256 kaki.

Anda mungkin juga menyukai