Anda di halaman 1dari 64

PERAN DAN FUNGSI PERAWAT SERTA FUNGSI ADVOKASI PERAWAT

BERDASARKAN KASUS GANGGUAN SISTEM ENDOKRIN PADA KLIEN


DEWASA: HIPOPARATIROID

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Keperawatan Dewasa Sistem
Endokrin, Pencernaan, Perkemihan, Imunologi, dan Reproduksi

Dosen: Noor Diani, S.Kep., Ns., M.Kep, Sp.Kep, MB.

Disusun Oleh:
Kelompok 1

Aditya Restu Prayoga 2110913210001


Aji Aryat Rahmatullah 2110913210020
Anna Jamiatul Jannah 1910913320029
Deka Trie Arlina 2110913120010
Fitriati Noor 2110913120001
Norwaqi'ah 2110913120011
Nur Pathiati 2110913220005
Siti Habibah 2110913120017
Siti Hizratul Raudah 2110913120004

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2023
LEMBAR PENGESAHAN

Dosen Pengampu : Noor Diani, S.Kep., Ns,. M.Kep, Sp.Kep. MB.

Nama : Aditya Restu Prayoga 2110913210001


Aji Aryat Rahmatullah 2110913210020
Anna Jamiatul Jannah 1910913320029
Deka Trie Arlina 2110913120010
Fitriati Noor 2110913120001
Norwaqi'ah 2110913120011
Nur Pathiati 2110913220005
Siti Habibah 2110913120017
Siti Hizratul Raudah 2110913120004

Banjarbaru, 26 Mei 2023

Noor Diani, S.Kep., Ns,. M.Kep, Sp.Kep. MB.

ii
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah seminar mata kuliah Keperawatan Dewasa Sistem Endokrin,
Pencernaan, Perkemihan, Imunologi, dan Reproduksi. Adapun makalah studi kasus
tentang “PERAN DAN FUNGSI PERAWAT SERTA FUNGSI ADVOKASI
PERAWAT BERDASARKAN KASUS GANGGUAN SISTEM ENDOKRIN PADA
KLIEN DEWASA: HIPOPARATIROID” ini telah kami usahakan semaksimal
mungkin dan tentunya dengan bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar
pembuatan makalah ini. Untuk itu kami tidak lupa menyampaikan banyak
terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan
makalah ini. Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa
ada kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa maupun segi lainnya. Oleh Karena
itu kami ucapkan dengan lapang dada dan tangan terbuka kami membuka selebar-
lebarnya bagi pembaca yang ingin memberi saran dan kritik kepada kami.

iii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................................ ii


KATA PENGANTAR ................................................................................................ iii
DAFTAR ISI............................................................................................................... iv
BAB I: PENDAHULUAN .......................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................................. 1
C. Tujuan Penulisan ................................................................................................ 1
D. Manfaat Penulisan .............................................................................................. 2
BAB II: TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................... 1
BAB III: KASUS ......................................................................................................... 9
A. Pengkajian Keperawatan Medikal Bedah ........................................................ 10
B. Analisis Data .................................................................................................... 21
C. Prioritas Masalah ............................................................................................. 22
D. Intervensi Keperawatan.................................................................................... 23
E. Implementasi Keperawatan .............................................................................. 26
F. Evaluasi Keperawatan ...................................................................................... 27
BAB IV: PERAN DAN FUNGSI PERAWAT........................................................ 29
A. Peran Perawat Sesuai dengan Kasus dan Intervensi Sebelumnya ................... 29
B. Fungsi Perawat Sesuai dengan Kasus dan Intervensi Sebelumnya ................. 37
BAB V: PENUTUP ................................................................................................... 40
A. Kesimpulan ...................................................................................................... 40
B. Saran ................................................................................................................ 40
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 42
Lampiran .................................................................................................................... 43

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kelenjar paratiroid adalah suatu organ dalam sistem endokrin yang berfungsi
mensekresi parathormon (PTH), senyawa tersebut membantu memelihara
keseimbangan dari kalsium dan phosphorus dalam tubuh. Oleh karena itu
hormone paratiroid penting sekali dalam pengaturan kadar kalsium dalam tubuh
seseorang.
Kekurangan hormone paratiroid dalam tubuh seseorang akan mengakibatkan
kekurangan kadar kalsium dan peningkatan fosfor dalam tubuh. Penderita dengan
kekurangan hormone paratiroid dinamakan hipoparatiroid. Hipoparatiroid akan
menyebabkan hipokalsemia. Dan banyak gejala klinis yang muncul akibat
hipokalsemia ini diantaranya bisa menyebabkan iritabilitas neuromuscular yang
berupa tetanus (hipertonis otot yang menyeluruh).
Prevalensi penyakit hipoparatiroid di Indonesia masih jarang ditemukan. Kira-
kira 100 kasus dalam setahun yang dapat diketahui, sedangkan di Negara maju
seperti amerika serikat penderita penyakit hipoparatiroid lebih banyak ditemukan,
kurang lebih 1000 kasus dalam setahun. Oleh karena itu penting untuk
mengetahui tentang hipoparatiroid ini.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis merumuskan masalah dalam
Laporan Analisis ini adalah “Bagaimana Menganalisis Asuhan Keperawatan pada
klien dengan Hipoparatiroid.

C. Tujuan Penulisan
1) Tujuan Umum

1
Penulis mampu mendeskripsikan analisis mengenai asuhan keperawatan
secara komprehensif dari pengkajian sampai dengan evaluasi pada pasien
dengan gangguan kelenjar paratiroid (Hipoparatiroid).
2) Tujuan Khusus
a) Mampu mendeskripsikan dan menganalisis pengkajian pada pasien
dengan diagnosis gangguan kelenjar paratiroid (Hipoparatiroid).
b) Mampu mendeskripsikan dan menganalisis diagnosa keperawatan pada
pasien dengan gangguan kelenjar paratiroid (Hipoparatiroid).
c) Mampu mendeskripsikan dan menganalisis rencana keperawatan pada
pasien dengan gangguan kelenjar paratiroid (Hipoparatiroid)
d) Mampu mendeskripsikan dan menganalisis implementasi keperawatan
pada pasien dengan melakukan evaluasi keperawatan pada pasien dengan
gangguan kelenjar paratiroid (Hipoparatiroid).

D. Manfaat Penulisan
1. Manfaat bagi penulis yaitu dapat memberikan deskripsi serta analisisnya
tentang asuhan keperawatan kepada klien dengan diagnosa gangguan kelenjar
paratiroid (Hipoparatiroid)
2. Bagi Institusi yaitu dapat mengevaluasi tingkat kemampuan mahasiswa dan
sebagai cara untuk mengevaluasi materi yang sudah diberikan kepada
mahasiswa

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
KONSEP PENYAKIT HIPOPARATIROID
MENIFESTASI KLINIS
DEFENISI HIPOPARATIROID

Hipoparatiroid adalah hipofungsi kelenjar paratiroid a. Kesemutan di tangan, jari, dan sekitar mulut)
sehingga tidak dapat mensekresi hormon paratiroid b. Kram otot parah dari seluruh tubuh
dalam jumlah yang cukup. Hipoparatiroidisme adalah c. Kejang-kejang
kondisi dimana tubuh tidak membuat cukup hormon d. Tetanus/tetanic aequivalent (Konvulsi-konvulsi
paratiroid atau parathyroid hormone. PATOFISIOLOGI yang tonis atau klonis, Stridor laryngeal (spasme)
yang bisa menyebabkan kematian, Parestesia/
ETIOLOGI a. Metabolisme kalsium dan fosfat, yakni kesemutan, Disfagia dan disartria, Kelumpuhan
kalsium serum menurun (bisa sampai 5 otot-otot dan Aritmia jantung
a. Kekurangan sekresi hormon paratiroid (PTH) (> mgr%) dan fosfat serum meninggi (bisa
99% dari semua kasus) sampai 9,5-12,5 mgr%).
b. Ketidakmampuan untuk membuat bentuk aktif dari PENATALAKSANAAN
b. Post operasi disebabkan tidak adekuat
hormon paratiroid. produksi hormon paratiroid karena a. Pada kondisi akut : Kalsium glukonas intravena,
c. Ketidakmampuan ginjal & tulang untuk merespon pengangkatan kelenjar paratiroid pada saat 1-2 ampul (90-180 elemental calcium) dilarutkan
hormon paratiroid yang diproduksi oleh kelenjar operasi. dalam 50-100 mL larutan dextrose 5% dalam 10
paratiroid normal. c. Pseudohipoparatiroidisme timbul gejala dan menit
tanda hipoparatiroidisme tetapi kadar PTH b. Pada kondisi kronik : Preparat kalsium vitamin D
KLASIFIKASI HIPOPARATIROID dalam darah normal atau meningkat. per oral.
a. Hipoparatiroid Neonatal, terjadi pada bayi yang KOMPLIKASI PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
dilahirkan oleh ibu yang sedang menderita
Tetany, pertumbuhan terhambat, cacat gigi, dan
hiperparatiroid a. Erb’s sign
perkembangan mental lambat, akibat Vitamin
b. Simple Idiopatik Hipoparatiroid, dapat ditemukan b. Chvostek’s sign
D berlebihan hypercalcemia (kalsium darah
pada anak-anak atau orang dewasa akibat pengaruh c. Trousseau’s sign
tinggi) dan mengganggu fungsi ginjal, anemia
autoimun d. Peroneal sign
pernisiosa, penyakit Addison's , katarak
c. Hipoparatiroid Pascabedah 1
pembangunan dan parkinson.
Pathway

Tiroiditis Penyakit Graves (antibody Nodul tiroid


reseptor TSH merangsang toksik
aktivitas tiroid)

Sekresi hormon tiroid


yang berkurang

Hipoparatiroid

Hipermetabolisme Aktivitas simpatik Gerakan kelopak


meningkat berlebihan mata relatif lambat
terhadap bola mata

Penurun Ketididakseim Perubahan Infiltrasi


an BB bangan energi konduksi limfosit sel
dengan listrik jantung mast ke orbital
kebutuhan dan otot-otot
tubuh
Beban kerja
jantung menurun
Eksoftalmus
Perubahan
nutrisi
kurang dari Resiko kerusakan
kebutuhan Aritmia,
takikardi integritas jaringan
tubuh

Kelelahan
Resiko
Kurang penurunan
informasi curah jantung

Kurang
pengetahuan

4
Asuhan Keperawatan
Pengkajian Diagnosa Keperawatan
1. Riwayat Penyakit Dahulu: Pernah 1. Ketidakefektifan pola nafas
melakukan operasi pembedahan pada leher (00032)
2. Riwayat Penyakit Sekarang: Tn. X sering 2. Ketidakseimbangan nutrisi:
mengalami kejang 1 bulan terakhir. kurang dari kebutuhan
3. Pemeriksaan Fisik tubuh (00002)
- B1 (Sistem Pernafasan): Sulit napas 3. Intoleransi aktivitas
(Bronkospasme/spasme laring), suara (000092)
napas stridor. 4. Risiko Cidera (00035)
- B2 (Sistem Kardiovaskuler): Hipotensi
90/80 mmHg
- B3 (Sistem Persyarafan): Sakit Kepala
- B4 (Sistem Perkemihan):
hiperfosfatemia 6,0 mg/dl
- B5 (Sistem Pencernaan): Sulit menelan,
disfagia
- B6(Sistem Integumen dan
Muskuloskeletal): Kejang otot di muka,
tangan dan kaki, Tanda Chvosteks atau
Trousseaus, kulit kering atau bersisik,
rambut jarang-jarang, kaku pada
ekstremitas.
4. Pemeriksaan Penunjang:
- Laboratorium : kalsium dalam serum
rendah yaitu -5 mg/dL (normalnya 8.5–
10.5 mg/dl). Kadar fosfat dalam darah),
kadar fosfat 6.0 mg/dL (normalnya 2.5-
4.5 mg/dL).

5
Ketidakefektifan Ketidakseimbangan nutrisi: Intoleransi Risiko Cidera
pola nafas kurang dari kebutuhan aktivitas (000092) (00035)
(00032) tubuh (00002)

NOC (Status NOC (Nafsu makan 1014) NOC (Toleransi NOC (Kontrol
Pernafasan 0415) terhadap aktivitas kejang sendiri
• Hasrat/keinginan untuk 0005) 1630)
• Frekuensi makan di tingkatkan dari • Menggambarkan
Pernafasan di skala 2 (banyak terganggu) • Frekuensi faktor-faktor
tingkatkan dari menjadi skala 5(Tidak pernafasan ketika yang memicu
skala 2 (Deviasi terganggu) beraktivitas dari kejang dari skala
yang cukup • Energi untuk makan di skala 2 (banyak 4 (banyak
berat dari tingkatkan dari skala 2 terganggu) menunjukkan) ke
kisaran normal) (banyak terganggu) menjadi skala 5 skala 2 (jarang
menjadi skala 5 menjadi skala 5 (Tidak (Tidak menunjukkan
(Tidak ada terganggu) terganggu) • Mencegah faktor
deviasi dari • Intake nutrsi di tingkatkan • Kemudahan risiko/pemicu
kisaran normal) dari skala 2 (banyak dalam melakukan kejang dari skala
• Suara auskultasi terganggu) menjadi skala 5 aktivitas hidup 4 (banyak
nafas di (Tidak terganggu) harian (Activities menunjukkan) ke
tingkatkan dari of daily skala 2 (jarang
skala 2 (Deviasi NOC (Pengetahuan : Diet living/ADL) menunjukkan
yang cukup yang sehat 1854) • Mendapatkan
berat dari perhatian medis
kisaran normal) • Intake cairan yang sesuai NOC (Perawatan dengan cepat
menjadi skala 5 dengan kebutuhan diri : Aktivitas jikan frekunsi
(Tidak ada metabolik di tingkatkan sehari-hari 0300) kejang meningkat
deviasi dari dari skala 2 (pengetahuan • Menggunakan
kisaran normal) terbatas) menjadi skala 4 • Aktivitas Makan teknik
• Kepatenan jalan (pengetahuan banyak) di tingkatkan di mengurangi
nafas di • Intake nutrisi yan sesuai tingkatkan dari stress yang
tingkatkan dari dengan kebutuhan individu skala 2 (banyak efektif untuk
skala 2 Deviasi di tingkatkan dari skala 2 terganggu) mengurangi
yang cukup (pengetahuan terbatas) menjadi skala 5 kativitas kejang
berat dari menjadi skala 4 (tidak terganggu) • Mempertahankan
kisaran normal) (pengetahuan banyak) • Aktivitas sikap yang positif
menjadi skala 4 berpakaian di pada gangguan
(Deviasi ringan tingkatkan dari kejang
dari kisaran NOC (Status nutrisi: skala 2 (banyak • Menjalankan
normal) Asupan makanan/cairan terganggu) tindakan yang
1008) menjadi skala 5 man di
NIC (Manajemen • Asupan makanan secara (tidak terganggu) lingkungan yang
jalan nafas 3140) oral di tingkatkan dari • Aktivitas mandi aman
skala 2 (sedikit adekuat) di tingkatkan dari

6
• Buka jalan nafas menjadi skala 3 (cukup skala 2 (banyak NIC (Manajemen
dengan teknikadekuat) terganggu) Kejang 2680)
• Asupan makan secara tube
chin lift atau jaw menjadi skala 5 • Pertahankn jalan
trusht ,
feeding di tingkatkan dari (tidak terganggu) nafas
sebagaimana skala 2 (sedikit adekuat) • Aktivitas berjalan • Balikkan badan
mestinya menjadi skala 4 (sebagian di tingkatkan dari pasien ke satu sisi
• Posiskan pasien besar adekuat) skala 2 (banyak • Pandu gerakan
untuk • Asupan cairan secara oral terganggu) klien untuk
memaksimalkan di tingkatkan dari skala 2 menjadi skala 5 mencegah
ventilasi (sedikit adekuat) menjadi (tidak terganggu) terjadinya cidera
• Identifikasi skala 3 (cukup adekuat) • Aktivitas • Monitor arah
kebutuhan aktual • Asupan cairan intravena di memposisikan kepala dan mata
\/potensial pasien tingkatkan dari skala 2 diri di tingkatkan selama kejang
untuk (sedikit adekuat) menajdi dari skala 2 • Longgarkan
memsukkan alat skala 4 (sebagian besar (banyak pakaian
membuka jalan adekuat) terganggu) • Tetap di sisi klien
nafas menjadi skala 5 selama klien
• Masukkan alat NOC (Status Nutrisi : (tidak terganggu) mengalami kejang
nasopharyngeal Asupan Nutrisi 1009) • Pasang IV line
airway (NPA)• Asupan Kalori di NIC (Bantuan dengan benar
orophylaryngeal tingkatkan dari skala 2 perawatan diri • Berikan oksigen
(OPA), (sedikit adekuat) menajdi 1800) dengan benar
sebagaimana skala 4 (sebagian besar • Monitor • Monitor status
mestinya adekuat) kemampuan neurologis
• Lakukan • Asupan kalsium di perawatan diri • Monitor tanda-
fisioterapi dad, tingkatkan dari skala 2 secara mandiri
tanda vital
sebagaimana (sedikit adekuat) menajdi • Monitor • Catat lama dan
mestinya skala 4 (sebagian besar kebutuhab pasien karakteristik
• Buang sekretadekuat) terkait dengan kejang
dengan alat-alat
• Berikan obat anti
memootivasi NIC (Manjamen gangguan kebersihan diri,
kejang dengan
pasien makan 1030)
untuk alat bantu untuk
benar
melakukan • Kolaborasi dengan tim berpakaian,
batuk/menyedot kesehatan lain untuk berdandan,
NIC (Pencegahan
lendir mengembangkan rencana eliminasi dan
Kejang 2690)
• Motivasi pasien perawatan dengan makan
• Sedikan tempat
untuk bernafas melibatkan klien dan • Berikan bantuan tidur yang rendah
pelan, berputar, orang-orang terdekatnya sampai pasien
dan tepat
dan batuk dengan tepat mampu
• Monitor
• Dorong klien untuk melakukan
pengelolaan obat
NIC (Terapi mendiskusikan makanan perawatan diri
mandiri • Monitor
oksigen 3320) yang di sukai bersama ahli
kepatuhan dalam
• Pertahankan gizi
mengonsumsi
kepatenan jalan • Monitor intake/asupan pengobatan anti

7
nafas cairan cairan secara tepat kejang
• Siapkan • Monitor asupan kalori • Instriksi pasien
peralatan makanan harian mengenal
oksigen dan pengobatan dan
berikan melalui NIC (Manjamen Nutrisi efek samping
sistem humidifer 1100) • Instruksikan
• Berikan oksigen • Tentukan jumlah kalori keluarga atau SO
tambahan seperti dan jenis nutrisi yang di mengenai
yang di butuhkan untuk memenuhi pertolongan
perintahkan persyaratan gizi pertama pada
• Monitor aliran • Brikan pilihan makanan kejang
oksigen sambil menawarkan • Singkirkan objek
• Monitor bimbingan makanan potenisal yang
efektivitas terapi terhadap pilihan makanan membahayakan
oksigen yang lebih sehat, jika di yang ada di
(misalnya, perlukan lingkungan
tekanan • Gunakan
oksimetri ABGs) NIC (Terapi menelan 1860) penghalang
dengan tepat • Kolaborasi dengan anggota tempapt tidur yang
tim kesehatan yang lain lunak dan jaga
(misalnya terapis penghalang tempat
okupasional, ahli patologi tidur tetap di
wicara, ahli diet) untuk naikkan
menyediakan rencana • Instruksikan
terapi yang berkelanjutan pasien untuk
bagi pasien memanggil jika di
• Sediakan/gunakan alat rasa tanda akan
bantu sesuai kebutuhan terjadinya kejang
• Hindari pengginaan
sedotan untuk minum
• Bantu pasien duduk untuk
tegak (sebisa mungkin 90
derajat) untuk
makan/latihan makan
• Instruksikan pasien untuk
membuka dan menutup
mulut terkait dengan
persiapan memanipulasi
makanan
• Sediakan permen tusuk/loli
untuk do hisap pasien
dengan tujuan untuk
memperkuat kekuatan
lidah, jika di perlukan

8
BAB III
KASUS

Tn. X usia 58 tahun datang ke rumah sakit pada tangggal 9 Mei 2012 dengan keluhan
sering mengalami kejang 1 bulan terakhir. Saat pengukuran TTV didapatkan TD:
90/80 mmHg, suhu: 370C, nadi: 88x/menit, RR: 20x/menit dan suara nafas stridor.
Hasil uji laboratorium menunjukan kalsium 3-5 mg/dL (normalnya 8.5–10.5 mg/dl),
kadar fosfat 6.0 mg/dL (normalnya 2.5-4.5 mg/dL). Keluarga pasien mengatakan
bahwa saat di rumah pasien sering mengeluh sakit kepala, sulit nafas saat kejang,
kejang/kekakuan dirasakan pada muka, terkadang pada tangan dan kaki, dan akhir-
akhir ini pasien tidak mau makan dikarenakan susah menelan. Rambut pasien terlihat
tumbuh jarang dan kulit kering / bersisik. Terdapat Tanda Chvosteks atau Trousseaus
positif pada pasien. Pasien mengatakan pernah mengalami operasi bedah leher 2
bulan yang lalu. Riwayat Penyakit Dahulu: Pernah melakukan operasi pembedahan
pada leher. Riwayat Penyakit Sekarang: Tn. X sering mengalami kejang 1 bulan
terakhir.
Pemeriksaan Fisik:
• B1 (Sistem Pernafasan): Sulit napas (Bronkospasme/spasme laring), suara napas
stridor.
• B2 (Sistem Kardiovaskuler): Hipotensi 90/80 mmHg
• B3 (Sistem Persyarafan): Sakit Kepala
• B4 (Sistem Perkemihan): hiperfosfatemia 6,0 mg/dl
• B5 (Sistem Pencernaan): Sulit menelan, disfagia
• B6(Sistem Integumen dan Muskuloskeletal): Kejang otot di muka, tangan dan
kaki, Tanda Chvosteks atau Trousseaus, kulit kering atau bersisik, rambut jarang-
jarang, kaku pada ekstremitas.
Pemeriksaan Penunjang:
• Laboratorium: kalsium dalam serum rendah yaitu -5 mg/dL (normalnya 8.5-10.5
mg/dl). Kadar fosfat dalam darah), kadar fosfat 6.0 mg/dL (normalnya 2.5-4.5
mg/dL).

9
A. Pengkajian Keperawatan Medikal Bedah
Nama Mahasiswa :
NIM :
Kelompok :
Tanggal Praktik/Minggu ke :
Tempat Praktik :
Tanggal/ jam pengkajian :
Tanggal/ jam MRS :
Identitas Pasien
Nama : Tn.X
Umur : 58 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : -
Pendidikan :
Terakhir -
Suku : -
Agama : -
Status :
Perkawinan -
Pekerjaan : -
No. Rekam :
Medik -
Diagnosis : Hipoparatiroid
Keadaan Umum: 1. Tanda-tanda distres: -
2. Penampilan dihubungkan dengan usia: Baik
3. Ekspresi wajah. bicara, mood: Kekakuan dirasakan pada muka
4. Berpakaian dan kebersihan umum: Baik
5. Tinggi badan, berat badan, gaya jalan: -

10
Keluhan Utama: Keluhan utama yang dirasakan oleh Tn. X adalah sering mengalami
kejang 1 bulan terakhir.
1. Pola Persepsi Kesehatan dan Penanganan Kesehatan
Alasan masuk rumah sakit: Karena sering mengalami kejang
a) Riwayat penyakit sekarang: Kejang 1 bulan terakhir
b) Riwayat penyakit dahulu: riwayat penyakit dahulu pernah melakukan operasi
pembedahan pada leher
c) Riwayat penyakit keluarga: -
Riwayat medik dan sosial Riwayat pengobatan
 Kecelakaan: --  Sebelumnya: -
 Dirawat: -  Saat ini:
 Operasi: Pernah operasi pada  Persepsi klien tentang kesehatan: -
leher
 Alergi: Tidak terkaji
 Penyakit: -
 Lain-lain: -
Diagnosis Keperawatan: Pola Napas Tidak Efektif
2. Pola Nutrisi – Metabolik
Intake nutrisi sebelum sakit Intake nutrisi saat sakit
 Makanan  Makanan

 Minuman  Minuman

 Nafsu makan  Nafsu makan: Sulit menelan dan tidak bisa


makan
 Muntah  Muntah: Tidak terkaji

 Keluhan/ masalah yang  Keluhan/ masalah yang memengaruhi


memengaruhi asupan nutrisi: asupan nutrisi: Sulit menelan
 Keadaan kulit, rambut dan kuku: Rambut jarang tumbuh dan kulit kering/bersisik
BB: TB: Suhu: 37 °C

11
IMT: =

 Kelembaban kulit: Kering


Warna kulit: -
Turgor: -
 Kondisi kulit: Kering
 Kuku: -
 Rambut dan kepala: rambut jarang tumbuh
 Kelenjar tiroid: -
 JVP: -
 Kaku kuduk: -
 Mukosa bibir: -
 Kebersihan mulut: -
 Gigi: -
 Penggunaan NGT: -
 Terapi intravena / parenteral: -
 Lain-lain
Diagnosis Keperawatan: Nutrisi kurang dari kebutuhan
3. Pola Eliminasi
 Tanggal defekasi terakhir:
 Frekuensi defekasi: -
Konsistensi: -
Warna: tidak terkaji
 Masalah defekasi: tidak ada
 Penggunaan alat bantu (laksatif/ pispot): tidak ada
 Bising usus: tidak terkaji
 Struktur abdomen: -
 I: -
 A: -

12
 Pe: -
 Pa: -
 Distensi: -
 Nyeri tekan: -
 Lain-lain: -
 Frekuensi berkemih: -
Jumlah: tidak terkaji
Warna: -
 Penggunaan alat bantu berkemih: -
 Keluhan /masalah berkemih: -
 Sakit pinggang: -
 Palpasi ginjal: -
 Perkusi ginjal: -
 Kondisi blast: -
 Lain-lain
Diagnosis Keperawatan: -

13
4. Pola Aktivitas - Latihan
Kemampuan perawatan diri:
SMRS MRS
Aktivitas
0 1 2 3 4 0 1 2 3 4
Mandi 0
Berpakaian/ berdan dan 0
Eliminasi/ toileting 0
Makan 0
Mobilitas di tempat
0
tidur
Berpindah 0
Berjalan 0
Naik tangga 0
Berbelanja 0
Memasak 0
Pemeliharaan rumah 0
Skor:
0 = mandiri
1 = alat bantu 3 = dibantu orang lain & alat
2 = dibantu orang lain 4 = tergantung/ tidak mampu
Kebersihan diri:
Di rumah
 Mandi : -  /hr
 Gosok gigi : -  /hr
 Keramas : -  /mgg
 Potong kuku : -  /mgg
Di rumah sakit
 Mandi : -  /hr
 Gosok gigi : -/hr

14
 Keramas : -/mgg
 Potong kuku : -/mgg
Pernapasan
 Frekuensi napas: 20x/ menit
Irama: -
 SpO2: -
 Bunyi napas: Nafas Stridor
 Riwayat merokok: -
 Riwayat asma/ bronchitis/ emfisema: tidak ada
 Riwayat penyakit paru dalam keluarga: tidak ada
 Batuk: tidak ada
 Penggunaan otot bantu napas: -
 Suara napas tambahan: -
 Adanya sputum: -
 Lain-lain: Pemeriksaan dada (Pernafasan)
 I: -
 P: -
 P: -
 A: -
Sirkulasi
 Frekuensi nadi: 88x/ menit
Irama: -
TD: 90/80 mmHg
 Pemeriksaan dada (Jantung)
 I: -
 P: -
 P: -
 A: -
 Nyeri dada: -

15
 Capillary refill: < 3 detik
 Edema: -
 Palpitasi: -
 Suhu ekstrimitas: -
 Riwayat penyakit jantung dalam keluarga: ada

Mobilitas
 Pola latihan yang biasa dilakukan: -
 Aktivitas di waktu luang: Banyak, setelah pulang kerja
 Sejak sakit: -
 Rentang gerak: -
 Skala kekuatan otot: -

 Keseimbangan dan cara jalan: -


Bentuk tulang belakang: -
 Genggaman tangan/ refleks: -
 Penggunaan tongkat/ walker/ prostese: -
 Persendian: -
Nyeri: -
Edema: -
Kekakuan: -
Deformitas: -
 Lain-lain: -
Diagnosis Keperawatan: Risiko Cedera + Intoleransi Aktivitas

16
5. Pola Istirahat dan Tidur
 Waktu tidur
Sebelum sakit: -
Saat sakit: Susah tidur
 Keluhan yang mempengaruhi tidur: -
 Keluhan letih: -
 Lingkaran gelap di mata: -
 Penggunaan hipnotik/ sedasi: -
 Lain-lain
Diagnosis Keperawatan: -

6. Pola Kognitif – Persepsi


 Fungsi penglihatan: -
 Posisi bola mata: -
 Gerakan mata: -
 Konjungtiva anemis: Ada
 Kornea: -
 Sklera ikterik: (/)
 Pupil: -
 Pemakaian alat bantu penglihatan: tidak ada
 Fungsi pendengaran: -
 Struktur luar telinga: -
 Cairan dari telinga: -
 Perasaan penuh dalam telinga: tidak ada
 Tinitus: -
 Penggunaan alat bantu dengar: tidak ada
 Fungsi penciuman: Normal
 Kondisi hidung: Normal
 Cairan dari hidung: Tidak ada

17
 Keluhan nyeri: -
 Vertigo: -
 Pusing: -
 Tingkat kesadaran: - GCS: E4 V5 M6
 Kemampuan mengambil keputusan: -
 Lain-lain
 Pengkajian nyeri: -
O: -
P: -
Q: -
R: -
S: -
T: -
Diagnosis Keperawatan: -
7. Pola Persepsi Diri – Konsep Diri
 Persepsi klien tentang penyakitnya:
 Harapan setelah dirawat: -
 Persepsi klien tentang diri: klien merasa puas terhadap diri sendiri
 Ekspresi afek/emosi: -
 Isyarat non verbal perubahan harga diri: -
 Lain-lain
Diagnosis Keperawatan: -
8. Pola Seksualitas – Reproduksi
 Dampak sakit terhadap seksualitas: Tidak ada
 Riwayat haid: -
 Pemeriksaan payudara sendiri: -
 Keluhan mengenai keturunan: -
 Tindakan pengendalian kelahiran: -
 Riwayat penyakit hubungan seksual: -

18
 Keluhan gatal-gatal: -
 Lain-lain
Diagnosis Keperawatan: -
9. Pola Koping – Toleransi Stres
 Cara pengambilan keputusan klien: -
 Stresor dalam 1 tahun terakhir: -
 Koping yang biasa digunakan: -
 Pengobatan untuk mengatasi stress: -
 Kecemasan: -
 Sistem pendukung: -
 Perilaku yang ditunjukkan klien: -
 Lain-lain
Diagnosis Keperawatan: -
10. Pola Peran – Hubungan
 Peran dalam keluarga: sebagai seorang suami
 Hubungan dengan orang terdekat: Baik
 Interaksi dengan pasien lain: -
 Cara berkomunikasi: -
 Efek perubahan peran: -
 Perilaku selama dirawat: -
 Bahasa yang digunakan sehari-hari: -
 Lain-lain
Diagnosis Keperawatan: -
11. Pola Nilai – Kepercayaan
 Persepsi klien tentang agama: Baik
 Kegiatan keagamaan: -
 Sikap terhadap nilai: Baik
 Bantuan spiritual: -

19
 Lain-lain
Diagnosis Keperawatan: -

20
B. Analisis Data
Nama Klien : Tn.X
Umur : 58 Tahun
Ruangan/ Kamar :-
No. RM :-
No Data Etiologi Masalah
1.  Data Subjektif: “Klien mengeluh beberapa Pola napas Pola Napas
kali sulit bernafas saat terjadi kejang” tidak efektif Tidak efektif
 Data Objektif: Bronkospasme/spasme (00032)
laring, suara napas tridor. Hipotensi 90/80
mmHg
2.  Data Subjektif: “Klien mengeluh sulit Intake nutrisi Nutrisi kurang
menelan, tidak bisa makan” kurang dari kebutuhan
 Data Objektif: Sulit menelan, disfagia (00002)
3.  Data Subjektif: “Pasien mengeluh kaku Intoleransi Intoleransi
pada tangan dan kaki” Aktivitas aktivitas
 Data Objektif: kaku pada ekstremitas (00092)
4.  Data subjektif: “Klien mengeluh kejang di Risiko Cedera Risiko Cedera
otot tangan dan kaki” (00035)
 Data objektif: Kejang otot dimuka tangan
dan kaki, Tanda Chvosteks atau
Trousseaus

21
C. Prioritas Masalah
Nama Klien : Tn. X
Umur : 58 Tahum
Ruangan/ Kamar :-
No. RM :-
Tanggal Paraf
No. Masalah Keperawatan (Nama
Ditemukan Teratasi
Perawat)
1 Pola Napas Tidak Efektif (00032) Perawat
2 Nutrisi kurang dari kebutuhan (00002) X
3 Intoleransi aktivitas (00092)
4 Risiko Cedera (00035)

22
D. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan (NOC) Intervensi (NIC)
Keperawatan
1. Pola Napas Setelah dilakukan Monitor Tanda-Tanda Vital
Tidak Efektif tindakan keperawatan (6680):
(00032) selama 1x24 jam, 1. Monitor tekanan darah, nadi,
diharapkan: suhu, dan status pernapasan
Status Sirkulasi (0401) dengan tepat.
1. Menunjuk 2. Monitor pola pernapasan
kan tanda-tanda abnormal (misalnya, Cheyne-
vital (tekanan Stokes, Kussmaul, Biot,
darah, nadi, apneustic, ataksia, dan
pernapasan) dari bernafas berlebihan).
skala 3 menjadi 3. Identifikasi kemungkinan
skala 5 penyebab perubahan tanda-
tanda vital.
2. Nutrisi kurang Setelah dilakukan Monitor Nutrisi (1160):
dari kebutuhan tindakan keperawatan 1. Monitor adanya mual dan
(00002) selama 1x24 jam, muntah.
diharapkan: 2. Identifikasi perubahan nafsu
Status Nutrisi (1004) makan dan aktivitas akhir-
1. Peningkatan fungsi akhir ini.
pengecapan dan 3. Lakukan evaluasi
menelan dari skala 3 (kemampuan) menelan
menjadi skala 5. (misalnya, fungsi motorik
wajah, mulut, otot-otot lidah,
reflek menelan, dan reflek
gag).
3. Intoleransi Setelah dilakukan Terapi Aktivitas (4310):

23
aktivitas (00092) tindakan keperawatan 1. Berkolaborasi dengan (ahli)
selama 1x24 jam, terapis fisik, okupasi dan
diharapkan: terapis rekreasional dalam
Toleransi Terhadap perencanaan dan pemantauan
Aktivitas (0005) program aktivitas, jika
1. Kemampuan dalam memang diperlukan.
melakukan aktivitas 2. Pertimbangkan komitmen klien
sehari-hari (ADLs) untuk meningkatkan frekuensi
secara mandiri dari dan jarak aktivitas.
skala 3 menjadi skala 3. Bantu klien untuk tetap fokus
5 pada kekuatan (yang
2. Kemampuan dimilikinya) dibandingkan
berpindah: dengan dengan kelemahan (yang
atau tanpa bantuan alat dimilikinya).
dari skala 3 menjadi 4. Bantu klien untuk
skala 5 mengidentifikasi aktivitas yang
diinginkan.
5. Bantu klien menjadwalkan
waktu-waktu yang spesifik
terkait dengan aktivitas harian.
6. Berikan kesempatan keluarga
untuk terlibat dalam aktivitas,
dengan cara yang tepat.
7. Bantu klien untuk
meningkatkan motivasi diri
dan penguatan.
8. Bantu klien dan keluarga
memantau perkembangan klien
terhadap pencapaian tujuan
(yang diharapkan).

24
4. Risiko Cedera Setelah dilakukan Pencegahan Jatuh (6490):
(00035) tindakan keperawatan 1. Identifikasi perilaku dan faktor
selama 1x24 jam, yang mempengaruhi risiko
diharapkan: jatuh.
Kontrol Risiko (1902) 2. Identifikasi karakteristik dari
1. Mampu lingkungan yang mungkin
mengembangkan meningkatkan potensi jatuh
strategi yang efektif (misalnya, lantai licin dan
dalam mengontrol tangga terbuka).
risiko dari skala 3 3. Ajarkan pasien bagaimana jika
menjadi skala 5. jatuh, untuk meminimalkan
2. Mampu menyesuaikan cidera.
strategi kontrol risiko 4. Berikan tanda atau
dari skala 3 menjadi mengingatkan pasien agar
skala 5. meminta bantuan saat keluar
dari tempat tidur dengan tepat.
5. Monitor kemampuan untuk
berpindah dari tempat tidur ke
kursi dan sebaliknya.

25
E. Implementasi Keperawatan
No. Diagnosa Implementasi
Keperawatan
1. Pola Napas Tidak 1. Memberikan posisi semi flowler,
Efektif (00032) 2. Memberikan O2,
3. Mengobservasi vital sign,
4. Memonitor pola pernapasan,
5. Mengedukasi paisen dengan cara mengatasi sesak
nafas dengan teknik relaksasi nafas dalam,
6. Menganjurkan pasien untuk istirahat yang cukup.
2. Nutrisi kurang 1. Monitor adanya penurunan berat badan
dari kebutuhan 2. Monitor tipe dan jumlah yang biasa dilakukan,
(00002) 3. Monitor turgor kulit,
4. Monitor mual dan muntah,
5. Monitor kadar albumin, total protein, Hb, dan
kadar hematokrit,
6. Kaji makanan kesukaan,
7. Monitor kalori dan intake nutrisi.
3. Intoleransi 1. Memonitor keadaan umum dan tanda-tanda vital,
aktivitas (00092) 2. Menganjurkan pasien untuk melakukan aktivitas
fisik sesuai kemampuan pasien,
3. Melatih pasien dengan gerakan pasif dan aktif,
4. Memberikan terapi pengobatan sesuai advice
dokter.
4. Risiko Cedera 1. Mengidentifikasikan faktor risiko cedera
(00035) 2. Memonitor status fisik,
3. Menganjurkan pasien mengurangi aktivitas yang
menimbulkan cedera.

26
F. Evaluasi Keperawatan
No. Diagnosa Evaluasi
Keperawatan
1. Pola Napas Tidak S: Pasien mengatakan sudah tidak sulit bernapas
Efektif (00032) O: Tanda vital pasien relatif stabil dengan, SpO2
(saturasi oksigen) 98- 100% (Normal)
tekanan darah 120/80 mmHg (Normal)
frekuensi nadi 100x/menit (Normal)
RR 20x/menit (Normal)
A: Masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan
2. Nutrisi kurang dari S: Pasien mengatakan proses menelan sudah cukup
kebutuhan (00002) baik.
O: Kadar normal albumin sebanyak 3,8 – 5,1 gr/dl
(normal),
total protein 6-8.3 g/dL (normal),
Hb 13-17 gram/dL (normal),
kadar hematokrit 38,8–50% (normal)
A: Masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan
3. Intoleransi aktivitas S: Pasien mengatakan sudah bisa melakukan
(00092) aktivitas dengan cukup baik.
O: Tanda vital pasien relatif stabil dengan, SpO2
(saturasi oksigen) 98- 100% (Normal)
tekanan darah 120/80 mmHg (Normal)
frekuensi nadi 100x/menit (Normal)
RR 20x/menit (Normal)
A: Masalah teratasi

27
P: Intervensi dihentikan
4. Risiko Cedera S: -
(00035) O: -
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan

28
BAB IV
PERAN DAN FUNGSI PERAWAT

Saat ini perawat memiliki peran yang lebih luas dengan penekanan pada
peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit, juga memandang klien secara
komprehensif. Peran dapat dimaknai sebagai seperangkat perilaku yang diharapkan
oleh individu sesuai dengan status sosialnya. Peran yang dijalankan oleh seorang
perawat haruslah sesuai dengan lingkup wewenang seorang perawat. pemberian
pelayanan agar bisa memberikan kepuasan pasien yang dapat dinilai dari kemampuan
perawat dalam hal responsiveness (cepat tanggap), reliability (pelayanan tepat
waktu), assurance (sikap dalam memberikan pelayanan), emphaty (kepedulian dan
perhatian dalam memberikan pelayanan) dan tangible (mutu jasa pelayanan) dari
perawat ke pasien.
Selain peran, perawat juga memiliki fungsi, diantaranya fungsi independen,
fungsi dependen dan fungsi interdependen. Dengan tanggung jawab fungsi dan peran
tersebut kehadiran perawat diharapkan mampu meningkatkan status kesehatan klien.
Selain itu, dalam perannya sebagai pemberi asuhan keperawatan, perawat
memberikan perawatan dengan memperhatikan keadaan kebutuhan dasar manusia
yang dibutuhkan melalui pemberian pelayanan keperawatan dengan menggunakan
proses keperawatan sehingga dapat ditentukan diagnosis keperawatan agar bisa
direncanakan dan dilaksanakan tindakan yang tepat dan sesuai dengan tingkat
kebutuhan dasar manusia, kemudian dapat dievaluasi tingkat perkembangannya.

A. Peran Perawat Sesuai dengan Kasus dan Intervensi Sebelumnya


1. Pemberi Asuhan Keperawatan (Care Giver)
Peran utama perawat adalah memberikan pelayanan keperawatan,
sebagai perawat, pemberian pelayanan keperawatan dapat dilakukan dengan
memenuhi kebutuhan asah, asih dan asuh. Contoh pemberian asuhan
keperawatan meliputi tindakan yang membantu klien secara fisik maupun
psikologis sambil tetap memelihara martabat klien. Tindakan keperawatan

29
yang dibutuhkan dapat berupa asuhan total, asuhan parsial bagi pasien dengan
tingkat ketergantungan sebagian dan perawatan suportif-edukatif untuk
membantu klien mencapai kemungkinan tingkat kesehatan dan kesejahteraan
tertinggi. Perencanaan keperawatan yang efektif pada pasien yang dirawat
haruslah berdasarkan pada identifikasi kebutuhan pasien dan keluarga.
Penerapan dalam kasus :
a) Perawat memonitor tekanan darah, nadi, suhu, dan status pernapasan
dengan tepat.
b) Perawat memonitor pola pernapasan abnormal.
c) Perawat memonitor kemampuan untuk berpindah dari tempat tidur ke
kursi dan sebaliknya.
d) Perawat mengobservasi adanya kemungkinan penyebab perubahan tanda-
tanda vital.
e) Perawat mengobservasi adanya perubahan nafsu makan dan aktivitas
akhir-akhir ini.

2. Advokat Pasien (Client Advocate)


Advokat adalah penasihat atau pembela. Dalam konteks ini, perawat
menginterpretasikan berbagai informasi dari pemberi pelayanan dalam
pengambilan persetujuan atas tindakan keperawatan yang akan diberikan
kepada pasien. Hal ini dilakukan dalam rangka untuk melindungi dan
mempertahankan hak pasien. Peran advokat pasien memiliki tiga komponen
utama, yaitu sebagai pelindung, mediator, dan pelaku tindakan atas nama
pasien.
• Sebagai pelindung, peran yang dilakukan perawat memiliki tujuan utama
yaitu untuk membantu pasien dalam membuat keputusan. Peran perawat
dalam hal ini ditekankan untuk menyerahkan segala keputusan tentang
perawatan yang akan dijalankan oleh pasien kepada pasien itu sendiri,
sesuai dengan nilai-nilai yang dianut pasien. Tindakan perawat yang
termasuk di dalamnya yaitu perawat memberikan alternatif pilihan kepada

30
pasien saat akan mengambil keputusan tentang terapi yang akan diambil,
menyediakan format persetujuan tindakan penjelasan atas pemulangan
dini pasien dari perawatan, serta memutuskan dokter yang akan
merawatnya.
• Sebagai mediator, peran yang dilakukan perawat memiliki tujuan untuk
menjembatani komunikasi antara pasien dengan tim kesehatan lain di
rumah sakit. Tindakan perawat yang termasuk di dalamnya yaitu perawat
menemani pasien saat kunjungan dokter, menentukan menu diet bersama
ahli gizi, dan juga memberikan penjelasan kepada pasien mengenai
pengobatan yang diterimanya.
• Sebagai pelaksana tindakan, peran yang dilakukan perawat memiliki
tujuan utama untuk melaksanakan asuhan keperawatan sesuai dengan
yang dibutuhkan pasien. Tindakan perawat yang termasuk didalamnya
yaitu dengan memberikan lingkungan yang sesuai dengan kondisi pasien,
melindungi pasien dari tindakan yang dapat merugikan pasien, dan
memenuhi semua kebutuhan pasien selama dalam perawatan.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pelaksanaan Advokasi. Faktor yang
mempengaruhi pelaksanaannya terdiri dari 2 faktor yaitu:
a. Faktor penghambat
- Kepemimpinan dokter
- Terbatasnya jumlah tenaga perawat
b. Faktor pendukung
- Kondisi pasien
- Dukungan instansi rumah sakit
Hal-hal yang bisa diadvokasi oleh perawat ada beberapa poin yaitu:
1) Anticipatory guidance (panduan antisipatif)
- Primary prevention (pencegahan primer)
- Membantu klien kemungkinan mengalami kesulitan
- Mengantisipasi keluarga dalam menangani masalah
- Masalah keterbatasan dan penyakit kronik

31
2) Role Modeling Perawat menjadi role mode dengan berperilaku yang
benar: berbicara, senyum, penanganan pasien secara profesional
3) Educational information
- Pembelajaran dan pemberian informasi
- Membantu memilih dan menentukan pilihan terhadap informasi yang
diberikan.
- Membantu klien mengumpulkan informasi dan belajar terhadap
perilaku promosi kesehatan
4) Ongoing support (berkelanjutan dukungan)
- Memberikan bantuan pada klien dalam membuat keputusan yang
beralasan.
- Perawat sebagai patner dalam menyelesaikan masalah kebutuhan
kesehatan
5) Collaboration and Referral (kolaborasi dan referal)
- Masalah kesehatan bersifat multidimensi melibatkan multidisiplin.
- Perawat memberikan penjelasan terhadap masalah yang melibatkan
tenaga kesehatan lain.
- Pendekatan interdisiplin pada semua anggota tim kesehatan.
Penerapan dalam kasus :
a) Mendorong keluarga dan pasien untuk membantu dalam mengembangkan
rencana keperawatan, termasuk hal yang diharapkan dan pelaksanaan
rencana perawatan
b) Membantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan
untuk memilih aktivitas konsisten yang sesuai dengan kemampuan fisik,
psikologi, dan sosial.
c) Membantu klien untuk membuat jadwal latihan di waktu luang dan
aktivitas yang disukai klien.
d) Membantu klien untuk tetap fokus pada kekuatan yang dimilikinya
dibandingkan dengan kelemahan yang dimilikinya.
e) Membantu klien untuk meningkatkan motivasi diri dan penguatan.

32
f) Membantu klien dan keluarga memantau perkembangan klien terhadap
pencapaian tujuan yang diharapkan.

3. Pendidik (Educator)
Pembelajaran merupakan dasar dari Health Education yang
berhubungan dengan semua tahap kesehatan dan tingkat pencegahan. Perawat
harus mampu memberikan pendidikan kesehatan pada pasien dan keluarga
dalam hal pencegahan penyakit, pemulihan dari penyakit, menyusun program
Health Education serta, memberikan informasi yang tepat tentang kesehatan.
Penerapan dalam kasus :
a) Perawat membantu pasien untuk mengidentifikasi perilaku dan faktor
yang mempengaruhi risiko jatuh.
b) Perawat membantu pasien untuk mengidentifikasi karakteristik dari
lingkungan yang mungkin meningkatkan potensi jatuh (misalnya, lantai
licin dan tangga terbuka).
c) Perawat mengajarkan pasien bagaimana jika jatuh, untuk meminimalkan
cidera.
d) Perawat memberikan informasi kepada keluarga mengenai penyebab dari
kondisi anggota keluarganya.

4. Koordinator (Coordinator)
Peran selanjutnya adalah koordinator. Koordinator berarti
mengarahkan, merencanakan serta mengorganisasi pelayanan kesehatan dari
tim kesehatan sehingga dapat memberikan solusi tentang kebutuhan klien
terhadap pelayanan kesehatan yang akan didapatkan.
Penerapan dalam kasus :
a) Perawat berkolaborasi dengan ahli terapis fisik, okupasi dan terapis
rekreasional dalam perencanaan dan pemantauan program aktivitas, jika
memang diperlukan.

33
5. Kolaborator (Collaborator)
Kolaborator adalah peran perawat yang dilakukan ketika perawat
bekerja dengan para petugas kesehatan lainnya seperti dokter, fisioterapis, ahli
gizi, dan lain sebagainya untuk mengidentifikasi keperawatan yang diperlukan
kepada pasien. Hal ini ditujukan supaya tindakan keperawatan kepada pasien
bisa lebih terarah dan tepat.
Penerapan dalam kasus :
a) Perawat berkolaborasi dengan ahli terapis fisik, okupasi dan terapis
rekreasional dalam perencanaan dan pemantauan program aktivitas, jika
memang diperlukan.

6. Konsultan (Conselor)
Konsultan adalah peran perawat yang memberikan konsultasi terkait
masalah atau tindakan keperawatan yang sesuai kepada klien. Peran ini
dilakukan biasanya atas permintaan pasien dan bertujuan untuk mendapatkan
keperawatan yang tepat.
Penerapan dalam kasus :
a) Perawat membangun hubungan terapeutik dengan keluarga.
b) Menyediakan informasi mengenai perawatan sesuai dengan kebutuhan
keluarga.
c) Membantu keluarga untuk mengidentifikasi masalah dalam keluarga.
d) Tidak memaksakan keluarga untuk mengambil keputusan.

7. Peneliti (Researcher)
Selain bertugas dalam ruang lingkup melayani pasien, perawat juga
berperan untuk mengadakan perencanaan, bekerja sama, dengan orang lain
dalam melakukan penelitian yang sesuai dengan metode pemberian pelayanan
keperawatan.
Penerapan dalam kasus :
a) Perawat mengidentifikasi stressor situasional lainnya untuk keluarga.

34
Advokasi adalah merupakan suatu usaha sistematik dan terorganisir untuk
mempengaruhi dan mendesakkan perubahan, dengan memberikan dukungan dan
pembelaan terhadap kaum lemah (miskin, terbelakang, dan tertindas) atau terhadap
mereka yang menjadi korban sebuah kebijakan dan ketidakadilan. Istilah advokasi
sangat lekat dengan profesi hukum. Menurut Bahasa Belanda, advocaat atau
advocateur berarti pengacara atau pembela. Karenanya tidak heran jika advokasi
sering diartikan sebagai ‘kegiatan pembelaan kasus atau perkara di pengadilan.
Advokasi merupakan suatu usaha yang sistematis dan terorganisir untuk
mempengaruhi dan mendesakkan terjadinya perubahan kebijakan yang berpihak
kemasyarakat secara bertahap maju. Oleh karena itu advokasi lebih merupakan usaha
perubahan sosial melalui semua saluran dan alat demokrasi, proses-proses politik dan
legislasi yang terdapat dalam sistem demokrasi yang berlaku di suatu negara.
Advokasi merupakan kegiatan yang meletakkan korban kebijakan sebagai subjek
utama, sehingga kepentingan rakyat harus menjadi agenda pokok dan penentu arah
dari kegiatan. Hal-hal inilah yang mendasari lahirnya advokasi keadilan sosial yang
kegiatan utamanya adalah memperjuangkan terciptanya keadilan sosial melalui
perubahan-perubahan kebijakan public. Advokasi tindak hanya untuk mereka yang
kurang mampu melindungi diri sendiri, tetapi juga ditujukan kepada pasien yang
membutuhkan advokasi dalam hal penyediaan data yang dibutuhkan dalam
mengambil keputusan tentang pengobatan dan proses terapi.
Peran perawat sebagai advokat, perawat diharapkan mampu untuk bertanggung
jawab dalam membantu pasien dan keluarga menginterpretasikan informasi dari
berbagai pemberi pelayanan yang diperlukan untuk mengambil persetujuan atas
tindakan keperawatan yang diberikan kepadanya serta mempertahankan dan
melindungi hak-hak pasien. Hal ini harus dilakukan, karena pasien yang sakit dan
dirawat di rumah sakit akan berinteraksi dengan banyak petugas kesehatan. Perawat
adalah anggota tim kesehatan yang paling lama kontak dengan pasien sehingga
diharapkan perawat harus mampu membela hak-hak pasien. Sebagai advokat,
perawat juga harus bertanggung jawab untuk melindungi hak pasien dan melindungi
dari adanya penyimpangan. Peran perawat sebagai advokat juga sebagai pendukung

35
pasien dalam proses pembuatan keputusan, dengan cara memastikan informasi yang
diberikan pada keluarga dan pasien dipahami, berguna dalam pengambilan
keputusan, memberikan berbagai alternatif pilihan disertai penjelasan keuntungan dan
kerugian dari setiap keputusan, dan menerima semua keputusan pasien. Perawat
memberikan pilihan untuk keluarga membuat keputusan terbaik untuk keselamatan
pasien sehingga keluarga dapat memikirkan alternatif pengobatan untuk pasien. Peran
advokasi perawat dalam pemberian asuhan keperawatan dilakukan untuk
menghindari terjadinya kesalahan pemberian asuhan keperawatan. Hal ini juga
mencegah terjadinya melpraktik yang akibatnya merugikan pasien bahkan kematian
pasien.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi peran advokasi perawat yaitu umur,
jenis kelamin, tingkat pendidikan dan lama kerja perawat, pengetahuan, sikap
perawat, perilaku perawat dan kondisi organisasi. Karakteristik perawat meliputi
umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan lama bekerja. Aspek pengetahuan juga
menjadi modal perawat agar dapat menjalankan perannya sebagai advokator pasien.
Perawat harus mempunyai pengetahuan yang cukup terkait konsep advokasi pasien,
pengetahuan komunikasi, dan edukasi yang efektif kepada pasien. Sikap perawat
disini lebih menekankan pada aspek moralitas sebagai seorang perawat. Sikap
perawat yang diperlukan dalam advokasi pasien adalah kesadaran (awareness), peduli
(caring), belas kasih (compassion). Perawat harus memiliki sikap kesadaran
(awereness) sehingga menjadi lebih sensitif dan sadar akan kebutuhan pasien yang
tidak dapat diekspresikan oleh pasien itu sendiri. Sikap peduli (caring) dalam
hubungan perawat dan pasien dapat dilihat dari perhatian perawat terhadap kebutuhan
pasien. Sikap belas kasih (compassion) adalah respon yang baik terhadap penderitaan
orang lain dan kecenderungan untuk membantu. Dalam hubungan perawat-pasien
sikap belas kasih akan meningkatkan kepedulian kepada pasien.
Selain sikap perawat, perilaku perawat juga merupakan salah satu fakotr yang
mempengaruhi peran advokasi perawat. Perilaku perawat mencerminkan 3 dimensi
advokasi pasien, yaitu menjaga otonomi pasien, bertindak atas nama pasien, dan
memperjuangkan keadilan sosial bagi perawatan pasien. Faktor selanjutnya yang

36
mempengaruhi peran advokasi perawat adalah kondisi organisasi. Berjalan atau
tidaknya peran advokasi pasien tidak hanya ditentukan oleh perawat itu sendiri.
Namun juga dipengaruhi oleh kebijakan organisasi. Perawat memerlukan lingkungan
yang kondusif untuk menjalankan peran advokasi. Dukungan dari rekan kerja dan
penerimaan multi disiplin terhadap konsep advokasi, mengurangi rasa takut pada diri
perawat untuk menjalankan peran advokasi. Sehingga umpan balik negatif dari
pasien, sejawat atau dokter serta ketakutan akan dampak yang tidak baik terhadap
karir dan pekerjaan tidak menghambat perawat dalam menjalankan peran advokasi.

B. Fungsi Perawat Sesuai dengan Kasus dan Intervensi Sebelumnya


Definisi fungsi itu sendiri adalah suatu pekerjaan yang dilakukan sesuai
dengan perannya.Fungsi dapat berubah disesuaikan dengan keadaan yang ada.
Dalam menjalankan perannya, perawat akan melaksanakan berbagai fungsi
diantaranya:
1. Fungsi Independen
Merupakan fungsi mandiri dan tidak tergantung pada orang lain,
dimana perawat dalam melaksanakan tugasnya dilakukan secara sendiri
dengan keputusan sendiri dalam melakukan tindakan dalam rangka memenuhi
kebutuhan dasar manusia seperti pemenuhan kebutuhan fisiologis
(pemenuhan kebutuhan oksigenasi, pemenuhan kebutuhan cairan dan
elektrolit, pemenuhan kebutuhan nutrisi, pemenuhan kebutuhan aktivitas dan
lain-lain), pemenuhan kebutuhan dan kenyamanan, pemenuhan kebutuhan
cinta mencintai, pemenuhan kebutuhan harga diri dan aktualisasi diri.
Tindakan ini bersifat mandiri akan tetapi berdasarkan pada ilmu keperawatan.
Perawat bertanggung jawab penuh atas apa yang dilakukan dan akibat yang
terjadi setelahnya.
Penerapan dalam kasus :
a) Perawat melakukan monitoring kepada pasien.
b) Perawat membantu pasien untuk mengidentifikasi aktivitas yang
diinginkan.

37
c) Perawat membantu pasien dalam pembuatan jadwal aktivitas latihan di
waktu luang.
d) Perawat membangun hubungan terapeutik dengan pasien dan keluarga
e) Perawat memberikan edukasi kepada keluarga mengenai tindakan untuk
mencegah atau meminimalkan gejala

2. Fungsi Dependen
Fungsi kedua adalah dependen. Fungsi ini berarti bahwa perawat
membantu dokter dalam memberikan pelayanan pengobatan dan tindakan
khusus yang menjadi wewenang dokter. Fungsi ini biasanya berupa
pemasangan infus, pemberian obat, dan menyuntik. Namun, bedanya dengan
fungsi independen, fungsi perawat yang kedua ini masih menjadi tanggung
jawab dokter.
Penerapan dalam kasus :
-

3. Fungsi Interdependen
Fungsi ketiga seorang perawat adalah interdependen. Fungsi perawat
ini berarti bahwa perawat menjalankan pekerjaannya berdasar pada kerja
sama dengan tim perawat atau tim kesehatan. Perawat tidak hanya
menjalankan tugasnya sendiri akan tetapi juga bekerja sama dengan petugas
kesehatan lain untuk menindak dan memberikan pelayanan kesehatan kepada
klien yang membutuhkan. Keadaan ini tidak dapat diatasi dengan tim perawat
saja melainkan juga dari dokter ataupun lainnya, seperti dokter dalam
memberikan tindakan pengobatan bekerjasama dengan perawat dalam
pemantauan reaksi onat yang telah diberikan. Peranan perawat sangat
menunjukkan sikap kepemimpinan dan bertanggung jawab untuk memelihara
dan mengelola asuhan keperawatan serta mengembangkan diri dalam
meningkatkan mutu dan jangkauan pelayanan keperawatan.
Penerapan dalam kasus :

38
a) Perawat berkolaborasi dengan ahli terapis fisik, okupasi dan terapis
rekreasional dalam perencanaan dan pemantauan program aktivitas, jika
memang diperlukan.

39
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Seorang perawat memiliki peran dan fungsi dalam melaksanakan asuhan
keperawatan. Seperti pada kasus gangguan sistem endokrin, seorang laki-laki
berusia 58 tahun yang mengalami hipoparatiroid. Perawat berperan dalam
memberikan asuhan pada klien dan edukasi, informasi, serta arahan dalam
mengambil keputusan terbaik untuk klien sendiri. Selain itu, perawat juga
melakukan koordinator dan kolaborator dengan tenaga kesehatan lain
menyangkut kesembuhan dan keselamatan klien. Peran lainnya perawat juga
sebagai konsultan klien terkait masalah atau tindakan keperawatan yang sesuai
kepada klien yang biasanya dilakukan atas permintaan pasien dan bertujuan untuk
mendapatkan keperawatan yang tepat. Selain itu, peran perawat sebagai peneliti
diharapkan mampu berperan untuk mengadakan perencanaan, bekerja sama,
dengan orang lain dalam melakukan penelitian yang sesuai dengan metode
pemberian pelayanan keperawatan.
Dalam menjalankan fungsinya perawat melakukan tindakan yang disesuaikan
dengan perannya. Seperti pada kasus ini perawat memiliki 3 fungsi, yaitu fungsi
perawat independen saat melakukan pemeriksaan fisik pada klien, monitoring
keadaan pasien, dan memberikan edukasi kepada keluarga mengenai tindakan
untuk mencegah dan meminimalkan gejala. Fungsi perawat dependen saat
melakukan pemberian obat berdasarkan advice dokter. Fungsi perawat
interdependen saat melakukan tindakan dengan kolaborasi bersama tenaga
kesehatan yaitu dengan ahli terapis fisik, okupasi dan terapis rekreasional dalam
perencanaan dan pemantauan program aktivitas pasien.

B. Saran
Diharapkan sebagai mahasiswa keperawatan dapat memahami dan
mengamalkan mengenai peran dan fungsi perawat pada kasus tersebut agar

40
mahasiswa mengenali tugas dan tindakannya terhadap pasien, serta peran dan
fungsi perawat dalam pengobatan untuk kasus tersebut. Sehingga saat mahasiswa
menemui kasus yang hampir sama saat di lapangan nanti sudah memiliki
gambaran dalam tindakan yang dilakukan. Merawat pasien dengan hipoparatiroid
memerlukan perhatian medis yang tepat dan pengobatan yang cepat.

41
DAFTAR PUSTAKA

Bali, S. W. M. (2022). PERAN, TUGAS DAN FUNGSI PERAWAT DALAM


PELAYANAN KESEHATAN. Konsep Dan Aplikasi Sukses Menghadapi
Objective Structured Clinical Examination (OSCE), 49.
Ginting, D. S. (2020). Peran perawat sebagai edukator dalam pengimplementasian
discharge planning untuk proses asuhan keperawatan.
Silitonga, T. R. (2020). Peran Dan Fungsi Perawat Di Lingkungan Keluarga Dan
Masyarakat.

42
Lampiran

43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60

Anda mungkin juga menyukai