Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH KEPERAWATAN KRITIS

“ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN KASUS SYOK SEPSIS”

Dosen: Herry Wibowo., Ns., M.Kep

Disusun Oleh:
KELOMPOK 8

An-Nisa Kamilah Humaira 1910913120001


Aqil Andika Pratiwi 1910913120009
Khofifah Erga Salsabila 1910913120002
Mas Ardhea Pramesti Regita 1910913320028
Muhammad Muzakir 1910913210022
Novadiani Karisma Maharani 1910913120005
Nur Tias Setianingsih 1910913220001
Sandra Barbara Magdalena 1910913120011
Zahratul Zannah 1910913120012
Zahtan Abi Rabdi Hamka 1910913110016

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2022
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas makalah pada mata kuliah Keperawatan Kritis. Adapun
makalah kami yang berjudul “Asuhan Keperawatan Dengan Kasus Syok Sepsis”
ini telah kami usahakan semaksimal mungkin.
Dalam penyusunan makalah ini, kami ucapkan terimakasih kepada Ners
Herry Wibowo., Ns., M.Kep yang telah memberikan bimbingan sehingga makalah
ini dapat diselesaikan dengan baik dan tidak lupa menyampaikan banyak
terimakasih kepada teman-teman kelompok yang telah berpartisipasi dan
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa ada
kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa maupun segi lainnya. Oleh Karena
itu dengan lapang dada dan tangan terbuka kami membuka selebar-lebarnya bagi
pembaca yang ingin memberi saran dan kritik kepada kami sehingga kami dapat
memperbaiki makalah kelompok kami. Penyusun mengharapkan semoga dari
makalah kami ini dapat diambil hikmah dan manfaatnya sehingga dapat
memberikan inpirasi terhadap pembaca.

Banjarbaru, 28 September 2022

Kelompok 8
DAFTAR ISI

“ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN KASUS SYOK SEPSIS”............................ 1


KATA PENGANTAR ....................................................................................................... 2
DAFTAR ISI...................................................................................................................... 3
BAB I .................................................................................................................................. 4
PENDAHULUAN ............................................................................................................. 4
1.1 Latar Belakang .......................................................................................................... 4
1.2 Tujuan ....................................................................................................................... 5
BAB II ................................................................................................................................ 6
PEMBAHASAN ................................................................................................................ 6
2.1 Definisi Syok Sepsis ................................................................................................. 6
2.2 Etiologi Syok Sepsis ................................................................................................. 7
2.3 Menisfestasi Klinis Syok Sepsis .............................................................................. 7
2.4 Klasifikasi Syok Sepsis ............................................................................................. 8
2.5 Patofisiologi Syok Sepsis .......................................................................................... 9
2.6 Pemeriksaan Penunjang Syok Sepsis ........................................................................ 9
2.7 Penatalaksanaan Syok Sepsis .................................................................................. 10
BAB III............................................................................................................................. 12
PATHWAY...................................................................................................................... 12
BAB IV ............................................................................................................................. 13
ASUHAN KEPERWATAN............................................................................................ 13
4.1 Kasus ....................................................................................................................... 13
4.2 Pengkajian ............................................................................................................... 15
4.3 Analisis Data ........................................................................................................... 16
4.4 Diagnosa Keperawatan ........................................................................................... 18
4.5 Rencana Keperawatan ............................................................................................. 18
4.6 Implementasi Keperawatan ..................................................................................... 21
4.7 Evaluasi Keperawatan ............................................................................................. 23
BAB V .............................................................................................................................. 24
PENUTUP........................................................................................................................ 24
5.1 Kesimpulan ............................................................................................................. 24
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 25
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Istilah sepsis berasal dari kata Yunani "sepo" yang berarti membusuk
dan pertama kali ditulis dalam sebuah puisi oleh Homer (abad ke-18 SM).
Kemudian, pada tahun 1914, Hugo Schottmuller secara resmi mendefinisikan
"sepsis" sebagai penyakit yang disebabkan oleh masuknya bakteri ke dalam
aliran darah. Disisi lain, istilah seperti septicaemica, sepsis, keracunan darah,
dan bakteremia sering digunakan dan saling tumpang tindih. Oleh karena itu,
standar diperlukan untuk istilah tersebut, dan pada tahun 1991, American
College of Chest Physicians (ACCP) dan Society for Critical Care Medicine
(SCCM) menerbitkan konsensus tentang sindrom Systemic Inflammatory
Response Syndrome (SIRS), sepsis, dan sepsis berat. Sindrom ini merupakan
kelanjutan dari peradangan yang memburuk, dari SIRS menjadi sepsis, sepsis
berat, dan syok septik (Irvan, 2018; Ardiani, T dkk., 2022).
Syok septik adalah suatu keadaan akibat tekanan darah turun sampai
tingkat yang membahayakan nyawa seseorang. Kondisi ini terjadi sebagai
akibat dari sepsis, disertai adanya infeksi (sumber infeksi syok septik muncul
karena adanya racun yang dihasilkan oleh bakteri tertentu) dan akibat
sitokinesis (zat yang dibuat oleh sistem kekebalan untuk melawan suatu infeksi
(Zuliani, Z., dkk., 2022).
Pada awal 2016, definisi baru tentang sepsis dan syok septik
berkembang sangat pesat. Sepsis saat ini didefinisikan sebagai keadaan sepsis
dimana abnormalitas sirkulasi dan selular/metabolik yang terjadi dapat
menyebabkan kematian secara signifikan. Dokumen konsensus
menggambarkan bahwa disfungsi organ sebagai peningkatan skor Total
Sequential Organ Failure Assessment (SOFA) yang meningkat dua poin
karena infeksi (Gul, F., 2017; Ardiani, T dkk., 2022). The Sepsis Occurrence
in Acutely Ill Patients (SOAP) melaporkan penyebab dari sepsis adalah bakteri
Gram positif dan Gram negatif. Staphylococcus aureus(Gram positif) dan
spesies Pseudomonas dan Escherichia coli (Gram negatif) menjadi organisme
yang paling sering diidentifikasi (Ardiani, T dkk., 2022).
Syok septik, ini masih merupakan salah satu penyebab kematian di
Intensive Care Unit (ICU) secara global (20%) (Wicaksono dkk., 2022). Racun
yang dilepaskan oleh bakteri dapat menyebabkan kerusakan jaringan dan
gangguan peredaran darah. Endotoksin basil Gram negative dapat
menyebabkan vasodilatasi kapiler dan terbukanya hubungan pintas arteriovena
perifer. Selain itu terjadi peningkatan permeabilitas kapiler. Peningkatan
kapasitas vaskuler karena vasodilatasi perifer menyebabkan terjadinya
hipovolemia relatif, sedangkan peningkatan permeabilitas kapiler
menyebabkan kehilangan cairan intravaskuler ke intertisial yang terlihat
sebagai edema. Pada syok septik hipoksia, sel yang terjadi tidak disebabkan
penurunan perfusi jaringan melainkan karena ketidakmampuan sel untuk
menggunakan oksigen karena toksin kuman (Zuliani, Z., dkk., 2022)

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari penyususnan makalah ini, yaitu:
1. Mengetahui definisi syok sepsis
2. Mengetahui etiologi syok sepsis
3. Mengetahui manifestasi klinis syok sepsis
4. Mengetahui klasifikasi syok sepsis
5. Mengetahui patofisiologi syok sepsis
6. Mengetahui pemeriksaan penunjang pada pasien dengan syok sepsis
7. Mengetahui penatalaksanaan pada pasien dengan syok sepsis
8. Mengetahui pathway (WOC) syok sepsis
9. Mengetahui dan memahami asuhan keperawatan pada pasien dengan syok
sepsis
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Syok Sepsis


Sepsis didefinisikan sebagai SIRS yang disertai infeksi yang terbukti atau
dicurigai. Sepsis berat adalah sepsis yang disertai dengan satu atau lebih tanda
disfungsi organ, seperti menurunnya fungsi ginjal, hipoksemia, dan perubahan
status mental. Syok septik merupakan sepsis dengan perfusi abnormal dan
hipotensi (tekanan darah sistolik <90 mmHg atau menurun >40 mmHg di
bawah tekanan darah dasar (baseline) pasien tersebut atau tekanan arteri rata-
rata <70 mmHg) selama sekurang-kurangnya 1 jam meskipun telah dilakukan
resusitasi cairan yang adekuat,atau sepsis yang membutuhkan vasopresor untuk
mempertahankan agar tekanan darah sistolik tetap ≥90 mmHg atau tekanan
arteri rata-rata ≥70 mmHg.
Pada tahun 2001, konferensi definisi sepsis internasional
diselenggarakan oleh SCCM, the European Society of Intensive Care Medicine
(ESICM), the American College of Chest Physicians (ACCP), theAmerican
Thoracic Society (ATS), dan the Surgical Infection Society (SIS). Konferensi
ini masih tetap menggunakan definisi di atas, selain itu mengembangkan
konsep sistem penderajatan untuk sepsis berdasarkan empat karakteristik
terpisah yang disebut PIRO. Huruf P mewakili predisposisi, mengindikasikan
faktor-faktor yang memengaruhi pasien terhadap terjadinya sepsis meliputi
faktor genetik, lingkungan, dan kondisi komorbid. Huruf I mewakili infeksi,
termasuk lokasi infeksi, sumber infeksi, dan jenis organisme. Huruf R
mewakili respon terhadap adanya infeksi, termasuk timbulnya SIRS. Huruf O
mewakili disfungsi organ, termasuk kegagalan sistem organ seperti sistem
koagulasi.5
Definisi baru untuk sepsis dan syok septik telah direkomendasikan oleh
SCCM/ESICM dalam konsensus internasional ke-3 (Sepsis-3) pada tahun
2016. Sepsis didefinisikan sebagai disfungsi organ yang mengancam jiwa,
disebabkan oleh ketidakmampuan respon pejamu terhadap infeksi. Syok septik
merupakan bagian dari sepsis dengan disfungsi peredaran darah dan
selular/metabolik yang mendasari, dikaitkan dengan peningkatan risiko
kematian. Pasien syok septik dapat diidentifikasi secara klinis yaitu sepsis
dengan disertai hipotensi menetap yang membutuhkan vasopresor untuk
mempertahankan agar tekanan arteri rata-rata ≥65 mmHg dan konsentrasi
laktat darah >2 mmol/L (>18 mg/dL) meskipun telah dilakukan resusitasi
cairan yang adekuat. Risiko mortalitas pasien yang dirawat menjadi >40%.

2.2 Etiologi Syok Sepsis


Masuknya mikroba ke aliran darah bukan merupakan sesuatu yang
mendasar terhadap timbulnya sepsis berat, karena infeksi lokal dengan
penyebab bakteri yang menghasilkan produk patogen seperti eksotoksin, juga
dapat memicu respon inflamasi sistemik sehingga menimbulkan disfungsi
organ di tempat lain dan hipotensi. Kultur darah yang positif hanya ditemukan
pada sekitar 20-40% kasus sepsis berat dan persentasenya meningkat seiring
tingkat keparahan dari sepsis, yaitu mencapai 40-70% pada pasien dengan syok
septik. Bakteri Gram negatif atau positif mencakup sekitar 70% isolat, dan
sisanya ialah jamur atau campuran mikroorganisme. Pada pasien dengan kultur
darah negatif, agen penyebab sering ditegakkan berdasarkan kultur atau
pemeriksaan mikroskopik dari bahan yang berasal dari fokus infeksi.
Sepsis berat terjadi sebagai akibat dari infeksi yang didapat dari
komunitas dan nosokomial. Pneumonia ialah penyebab paling umum,
mencapai setengah dari semua kasus, diikuti oleh infeksi intraabdominal dan
infeksi saluran kemih. Staphylococcus aureus dan Streptococcus pneumoniae
ialah bakteri Gram positif paling sering, sedangkan Escherichia coli, Klebsiella
spp, dan Pseudomonas aerugi-nosa predominan di antara bakteri Gram negatif.

2.3 Menisfestasi Klinis Syok Sepsis


Pada tahun 1991, American College of Chest Physicians and Society of
Critical Care Medicine mengadakan konferensi untuk mendapatkan pengertian
yang seragam tentang sepsis dan gejalanya, berdasarkan gejala klinis umum
seperti perubahan suhu tubuh, takikardia, takipnea, dan abnormalitas sel darah
putih.
Septikaemia atau sepsis (keracunan pada darah) adalah kondisi klinis
akut dan serius yang muncul sebagai akibat adanya mikroorganisme patogen
atau toksinnya dalam aliran darah. Sepsis dapat disebabkan oleh infeksi bakteri
Gram negatif 70% (Pseudomonas aeruginosa, Klebsiella, Enterobacter, E.
Colli, Proteus, Neisseria), infeksi bakteri Gram positif 20-40%
(Staphyllococcus aureus, Streptococcus, Pneumococcus), infeksi jamur dan
virus 2-3% (dengue haemorrhagic fever, herpes viruses), protozoa (malaria
falciparum).

2.4 Klasifikasi Syok Sepsis

Kriteria Gejala

SIRS Temperatur > 38°C atau 36°


CHR > 90 per menit
RR > 20 per menit atau
PaCO2 < 4,27 kPa
Leukosit > 12.000/mm3 atau < 4000/mm3
Neutofil imatur > 10%
Sepsis SIRS dengan suspek infeksi
Sepsis Berat & SBP < 90mmHg atau MAP < 70 mmHg minimal selama 1 jam
Septic Syok walaupun telah dilakukan resusitasi adekuat atau vasopresor.
Output urin < 0,5 ml/kg/jam untuk 1 jam walaupun telah
diberikan resusitasi yang adekuat PaO2/FiO2 < 250 pada adanya
kelainan organ atau kelainan system yang lain atau < 200 jika
hanya paru yang mengalamidisfungsi. Penghitungan platelet <
80000/mm3 atau turun sebanyak 50% dari harga awal selama 3
hari Asidosis metabolic pH < 7,30 atau defisit basa > 5,0
mmol/LLevel laktat > 1,5 kali dari normal.
MOOD Kerusakan lebih dari satu organ yang menyebabkan
ketidakmampuan untuk mengatur homeostasis tanpa intervensi.
2.5 Patofisiologi Syok Sepsis
Endotoksin yang dilepaskan oleh mikroba akan menyebabakan
proses inflamasi yang melobatkan berbagai mediataor inflamasi, yaitu
sitokin, neutrophil, komplemen, NO, dan berbagai mediator lainnya.
Proses inflamasi pada sepsis merupakan proses homeostasis dimana
terjadi keseimnamgam antara inflamasi antiinflamasi. Bila proses
inflamasi melebihi kemampuan homeostasis, maka terjadi proses
inflamasi yang maladaftif, sehingga terjadi berbagai proses inflamasi
yang deskruktif, kemudian menimbulkan gangguan pada tingkat seluler
pada berbagai organ.
Terjadi disfungsi endotel, vasodilatasi akibat pengaruh NO
yang menyebabkan maldistribusi volume darah sehingga terjadi
hipoperfusi jaringan dan syok. Pengaruh mediator yang menyebabakan
disfungsi miokard sehingga terjadi penurunana curah jantung. Lanjutan
proses inflamasi menyebabakan gangguan perfusi berbagai organ yang
dkeenal sebagai disfungsi /gagal organ multiple (MODS/MOF). Proses
MOF merupakan kerusakan pada tingkat seluler ( termasuk disfungsi
endotel), gangguan perfusi jaringan, iskemia raperfusi, dan
mikrotrumbos. Berbagai factor lain yang diperkirakan turut berperan
adalah terdapatnya factor humoral dalam sirkulasi ( myocardial
depressant substance),malnutrisi kalori protein, translokasi toksin
bekteri, gangguan pada eritrosit, dan efek samping dari terapi yang
diberikan.

2.6 Pemeriksaan Penunjang Syok Sepsis


1. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik diperlukan untuk mencari lokasi dan penyebab infeksi
dan inflamasi yang terjadi, misalnya pada dugaan infeksi pelvis, dilakukan
pemeriksaan rectum, pelvis, dan genital.
2. Pemeriksaan Laboratorium
Hitung darah lengkap, dengan hitung deferensial, urinalisis,
gambaran koagulasi, urea darah, nitrogen, kreatini, elektrolit, uji
fungsi hati, kadar asam laktat, gas darah arteri, elektrokardium, dan
rontgen dada. Biarkan darah, sputum, urin, dan tempat lain yang
terinfeksi harus dilakukan.
Temuan awal lain: leukositosis dengan shift kiri,
trombositopenia, hiperbilirubinemia, dan proteinuria. Dapat
terjadi leukopenia, adanya hiperventilasi menimbulkan alkalosis
respiratorik. Penderita diabetes dapatmengalami hiperglekemia,
lipida serum meningkat.
Selanjutnya, trombositopenia memburuk disertai
perpanjangan waktu thrombin, penurunan fibrinogen, dan
keberadaan D-dimer yang menunjukkan DIC. Azotemia dan
hiperbilirubenemia lebih dominan. Aminotranferase meningkat,
bila otot pernapasan lelah, terjadi akumulasi laktat serum, asidosis
metabolic terjadi setelah alkalosis respiratorik. Hiperglikemia
diabetek dapat menimbulkan ketoasidosis yang memperburuk
hipotensi.

2.7 Penatalaksanaan Syok Sepsis


Penatalaksanaan sepsis berdasarkan kemampuan untuk mengatasi
infeksi dan mempertahankan homeostasis. Pengelolaan tersebut meliputi :
1. Pengobatan penyakit dasar
2. Pemberantasan sumber infeksi
3. Pemberian antibiotika
4. Support respirasi
5. Sirkulasi
6. Hemodinamik dan pemberian cairan
Tingkat kesembuhan syok sepsis tergantung pada keberhasilan dalam
mengatasi infeksi dasar, mempertahankan sirkulasi dan
hemodinamika/perfusi jaringan agar mendapatkan oksigenasi yang cukup.
Beberapa penatalaksanaan syok sepsis adalah (Guntur H. A. 2018):
a. Terapi Cairan
Pada pasien sepsis terjadi kekurangan cairan intravascular relatif sampai
berat terutama pada syok sepsis. Pada awalnya tubuh mempertahankan
perfusi organ vital terutama otak dan ginjal dengan mengadakan
vasokontriksi pembuluh darah viseral dan mengurangi aliran darah ke
kulit. Jika upaya mempertahankan perfusi organ gagal, tekanan arteri
sentral akan menurun. Untuk maka itu :
1. Cairan resusitasi segera diberikan dengan cairan yang ada
2. Cairan keloid lebih dianjurkan pada resusitasi awal karena memiliki
efek hemodinamika segera.
3. Infus cairan selanjutnya dapata memakai koloid atau kristoloid
b. Pemberian Antibiotik
Pemberian antibiotik pada keadaan syok sepsis pada prinsipnya sudah
berlaku pemberian antibiotic kombinasi rasional sesuai dengan hasil
kultur dan uji sensitivitas
c. Terapi Suportif
Terapi suportif merupakan terapi pendukung yang penting dalam
perbaikan kondisi sepsis. Salah satunya pemberian imononutrisi
kumpulan beberapa nutrient sepsifik seperti arginin, glutamin, nukleotida
dan asam lemak omega 3.
BAB III
PATHWAY

Infeksi Bakteri

Bakteri gram (-): Bakteri gram, (+):


saluran empede, saluran infeksi kulit, saluran
respirasi, luka terbuka
gastrointestinum
seperti luka bakar

Disfungsi dan
kerusakan endotel dan
disfungsi organ
multipel

Sepsis

Infeksi jaringan Perubahan ambilan dan Endotoksi Disfungsi endotel


subkutan selulitis penyerapan O2
terganggu

Gangguan sirkulasi Masuk aliran darah


darah ke otak Fase Dilatasi
(sirkulasi darah arteri)
Suplai O2 terganggu

Mukus berlebih Perubahan biokimia Volume darah menurun


Sesak dan imun

Tidak mampu batuk


Hambatan
karena terpasang ETT Resiko Syok
pertukaran gas Kompensasi tubuh

Ketidakefektifan
bersihan jalan nafas
Panas, Takikardi

Resiko defisit volume Panas kehilangan cairan


cairan dalam keringat yang
berlebih
BAB IV
ASUHAN KEPERWATAN

4.1 Kasus
Pasien perempuan usia 56 tahun dirujuk dari RSUD Achmad Darwis
Suliki dengan keluhan utama sesak napas meningkat sejak 7 hari sebelum
masuk rumah sakit. Pasien berobat ke RSUD Achmad Darwis Suliki dan
dirawat selama 11 hari. Pasien telah dilakukan pemeriksaan swab polymerase
chain reaction (PCR) pada tanggal 18 Januari 2021 dengan hasil (+) CT 23 dan
pasien dirujuk ke RSUP dr. M. Djamil karena mengalami desaturasi. Pasien
mengalami sesak napas yang meningkat sejak 7 hari yang lalu, sesak napas
tidak menciut. Batuk meningkat sejak 5 hari sebelum masuk rumah sakit. Batuk
berdahak, warna putih encer, bersifat hilang timbul. Batuk darah tidak ada.
Demam sejak 5 hari sebelum masuk rumah sakit.
Demam tidak tinggi dan tidak menggigil, bersifat hilang timbul. Saat ini
demam tidak ada. Nyeri tenggorokan tidak ada. Ageusia tidak ada, anosmia
tidak ada. Mual ada, muntah tidak ada. Penurunan nafsu makan tidak ada.
Hasil Pemeriksaan Laboratorium Parameter Hasil Hb 13,0 g/dl Leukosit
8.180/mm3 Trombosit 179.000/mm3 Hematokrit 38% Diff count 0/1/80/12/7*
GDS 180 mg/dl Ureum 8 mg/dl Kreatinin 0,5 mg/dl Natrium 139 Mmol/L
Kalium 3,1 Mmol/L Clorida 105 Mmol/L Total Protein 6,4 g/dl* Albumin 3,0
g/dl* Globulin 3,4 g/dl* Bilirubin total 0,5 mg/dl Bilirubin direk 0,3 mg/dl
Bilirubin Indirek 0,2 mg/dl SGOT 22 u/dl SGPT 14 u/dl PT 10,2 detik APTT
18,3 detik D-dimer 1860 ng/mL* Feritin 560 ng/mL* IL-6 23 pg/Ml*
Procalsitonin 0,14 ng/Ml* pH 7,494* pCO2 37,5 pO2 65* HCO3 29 mmol/L*
BE 5,9 mmol/L* SpO2 94,4* PaO2/fiO2 108,3 mmHg*
*nilai laboratorium yang tidak normal
Pasien tidak pernah menderita tuberkulosis sebelumnya. Pasien memiliki
riwayat Diabetes Mellitus (DM) yang tidak terkontrol dan telah mendapat
terapi insulin. Riwayat hipertensi dan keganasan tidak ada. Keluarga tidak ada
yang memiliki riwayat tuberkulosis, DM, dan hipertensi. Pasien adalah ibu
rumah tangga dan tidak memiliki kebiasaan merokok. Pemeriksaan fisik
didapatkan kesadaran compos mentis, tekanan darah 130/70 mmHg, nadi 100
x/menit, nafas 31x/ menit, suhu 36,70 C, saturasi 95% terpasang oksigen non-
rebreathing mask 10 liter per menit. Pemeriksaan fisik paru pada inspeksi
didapatkan dada kanan simetris dengan dada kiri (statis) dan pergerakan dada
kanan simetris dengan dada kiri (dinamis). Pemeriksaan foto toraks pasien pada
awal datang ke RS dengan kesan pneumonia bilateral (Gambar 1). Pasien juga
dilakukan pemeriksaan laboratorium dan hasilnya terlampir pada Tabel 1.
Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang,
pasien didiagnosis dengan COVID-19 terkonfirmasi klinis kritis dengan ARDS
berat + Hiperkoagulopati + DM tipe 2 terkontrol insulin. Pasien mendapatkan
terapi diet makan lunak diet diabetes melitus (ML DD) 1700 kkal. Terapi
oksigen high flow nasal cannula (HFNC) flow 60 dan FiO2 90%, IVFD NaCl
0,9% 8 jam/kolf, Drip Remdesivir 1 x 200 mg dalam 200 cc Nacl 0,9% habis
dalam 4 jam hari pertama. Drip Remdesivir 1 x 100 mg dalam 200 cc NaCl 0,9
% habis dalam 4 jam untuk hari ke 2 sampai hari ke 5 Drip vitamin C 1 x 600
mg dalam 200 cc NaCl 0,9% habis dalam 4 jam, Drip Resfar 1 x 5000 mg
dalam 200 cc NaCl 0,9% habis dalam 4 jam, injeksi Dexametason 1 x 6 mg,
Vitamin D 1 x 1000mg, Zinc 2 x 20 mg, Paracetamol 3 x 500 mg. Terapi untuk
Diabetes Melitus diberikan injeksi ovorapid 3 x 8 unit, injeksi Levemir 1 x 15
IU. Diet ML DD 1700 kkal. Penatalaksanaan hiperkoagulopati diberikan
Heparin 1 x 5000 IU .
4.2 Pengkajian
1. Identitas Pasien
Nama : Ny. -
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 56 Tahun
2. Keluhan Utama
Sesak napas meningkat sejak 7 hari sebelum masuk rumah sakit.
3. Alasan Masuk Rs
Sesak napas meningkat sejak 7 hari sebelum masuk rumah sakit, sesak
napas tidak menciut. Batuk meningkat sejak 5 hari sebelum masuk
rumah sakit. Batuk berdahak, warna putih encer, bersifat hilang
timbul. Batuk darah tidak ada. Demam sejak 5 hari sebelum masuk
rumah sakit.
4. Riwayat Alergi : -
5. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien merasa adanya mual, pasien didiagnosis dengan COVID-19
terkonfirmasi klinis kritis dengan ARDS berat + Hiperkoagulopati + DM
tipe 2 terkontrol insulin.
6. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien memiliki riwayat Diabetes Mellitus (DM) yang tidak terkontrol
dan telah mendapat terapi insulin.
7. Riwayat Penyakit Keluarga: Tidak ada
8. Pengkajian Fisik
PENGKAJIAN PRIMER
1) Airway
Terdapat secret di jalan napas pasien dengan warna putih bertekstur
encer.
2) Breathing
- RR : 31 x/menit
- Saturasi 95%
- Pemeriksaan fisik paru pada inspeksi didapatkan dada kanan
simetris dengan dada kiri (statis)
- Pergerakan dada kanan simetris dengan dada kiri (dinamis).
3) Circulation
- Tekanan darah 130/70 mmHg
- Nadi 100 x/menit
- Suhu : 36,70C

PENGKAJIAN SEKUNDER
- Breath : RR : 31 x/menit
- Blood : TD: 140/80 mmHg, Hb 13,0 g/dl , Leukosit 8.180/mm3 ,
Trombosit 179.000/mm3 , Hematokrit 38%, GDS 180 mg/dl, Ureum 8
mg/dl, Kreatinin 0,5 mg/dl, Natrium 139 Mmol/L, Kalium 3,1 Mmol/L,
Klorida 105 Mmol/L, Protein 6,4 g/dl, Albumin 3,0 g/dl, Globulin 3,4
g/dl, Bilirubin total 0,5 mg/dl, Bilirubin direk 0,3 mg/dl, Bilirubin
Indirek 0,2 mg/dl, SGOT 22 u/dl, SGPT 14 u/dl, PT 10,2 detik, APTT
18,3 detik, D-dimer 1860 ng/mL, Feritin 560 ng/mL, IL-6 23 pg/Ml,
Procalsitonin 0,14 ng/Ml, pH 7,494, pCO2 37,5, pO2 65, HCO3 29
mmol/L, BE 5,9 mmol/L, SpO2 94,4, dan PaO2/fiO2 108,3 mmHg.
- Brain : tidak terkaji
- Bladder : tidak terkaji
- Bowel : tidak ada di kasus
- Bone : tidak ada di kasus
9. Pengakajian Pskiologi : tidak terkaji
10. Pengkajian Sosial : tidak terkaji
11. Pengkajian Spiritual : tidak terkaji
12. Pengkajian Budaya : tidak terkaji

4.3 Analisis Data

NO Analisis Data Etiologi Masalah


1. DO : Hasil pemeriksaan ● Adanya jalan Hambatan Pertukaran
pasien dinyatakan ARDS nafas bantuan Gas (00030)
berat
● Infeksi
DS : Batuk yang tidak efektif
Pasien mengalami sesak
napas yang meningkat sejak
7 hari yang lalu

DO
2 : Adanya jalan napas ● Adanya sekresi Ketidakefektifan
2. bantuan berupa oksigen non- ● Batuk berdahak Bersihan Jalan Napas
rebreathing mask 10 liter per (00031)
menit
Pemeriksaan foto toraks
pasien pada awal datang ke
RS dengan kesan pneumonia
bilateral
DS : Batuk berdahak
berwarna putih encer bersifat
hilang timbul
3. DO : Hasil pemeriksaan ● Sepsis Risiko
pasien memiliki Ketidakseimbangan
hiperkoagulopati dan Volume Cairan (00025)
penyakit Diabetes Mellitus
tipe 2
Hasil pemeriksaan pasien
dinyatakan ARDS berat
DS : -

4. DO :Adanya jalan napas ● Sepsis Risiko Syok (00205)


bantuan berupa oksigen non- ● Infeksi
rebreathing mask 10 liter per
menit
Pemeriksaan foto toraks
pasien pada awal datang ke
RS dengan kesan pneumonia
bilateral
Hasil pemeriksaan
penunjang menunjukkan D-
dimer 1860 ng/mL, Feritin
560 ng/mL, IL-6 23 pg/Ml*,
Procalsitonin 0,14
ng/Ml, pH 7,494, pCO2
37,5 pO2 65, HCO3 29
mmol/L, BE 5,9 mmol/L,
SpO2 94,4, PaO2/fiO2 108,3
mmHg.
DS : Pasien mengalami
sesak napas yang meningkat
sejak 7 hari yang lalu

4.4 Diagnosa Keperawatan

1. Hambatan pertukaran gas (00030)


2. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas (00031)
3. Risiko ketidakseimbangan cairan (00025)
4. Risiko syok (00205)

4.5 Rencana Keperawatan

No Diagnosis NOC NIC


Keperawatan

1 Hambatan Status Pernafasan : Manajemen Jalan Nafas


Pertukaran Gas Pertukaran Gas (0402) (3140) :
(00030) 1. Posisikan pasien
Setelah dilakukan tindakan untuk
keperawatan diharapkan memaksimalkan
masalah klien dapat ventilasi
teratasi dengan kriteria 2. Buang sekret
hasil : dengan memotivasi
pasien untuk
1. Saturasi oksigen melakukan batuk
dari deviasi cukup atau menyedot
berat (2) menjadi lendir
tidak ada deviasi 3. Monitor status
(5). pernafasan dan
2. Hasil rontgen dada oksigen
dari deviasi cukup
berat (2) menjadi Terapi Oksigen (3320) :
tidak ada deviasi 1. Monitor aliran
(5). oksigen
3. Keseimbangan 2. Monitor posisi alat
ventilasi dan oksigen
perfusi dari deviasi 3. Monitor efektivitas
cukup berat (2) terapi oksigen
menjadi tidak ada
deviasi (5). Monitor Pernafasan
(3350) :
Monitor kecepatan,
irama, kedalaman
dan kesulitan
bernafas
Monitor pola nafas
Monitor saturasi
oksigen
Monitor
kemampuan batuk
efektif klien

2 Ketidakefektifan Status Pernafasan: Manajemen Ventilasi


Bersihan Jalan Kepatenan Jalan Nafas Mekanik: Invasif (3300) :
Napas (00031) (0410) : 1. Monitor apakah
terdapat gagal
Setelah dilakukan tindakan nafas
keperawatan diharapkan 2. Monitor aktivitas
masalah klien dapat yang meningkatkan
teratasi dengan kriteria konsumsi oksigen.
hasil : 3. Monitor faktor-
1. Frekuensi faktor yang
pernafasan dari meningkatkan kerja
deviasi berat (1) pernafasan pasien
menjadi tidak ada 4. Monitor gejala-
deviasi (5). gejala yang
2. Irama pernafasan mengindikasikan
dari deviasi berat pengingkatan kerja
(1) menjadi tidak pernafasan
ada deviasi (5). 5. Monitor banyaknya
3. Kemampuan untuk sekret pulmonal
mengeluarkan
sekret dari deviasi
sedang (3) menjadi
tidak ada deviasi
(5).
4. Batuk dari berat (2)
menjadi tidak ada
(5)

3 Risiko Keseimbangan Cairan Manajemen Cairan


Ketidakseimbangan (0601) (4120) :
Volume Cairan 1. Timbang BB setiap
(00025) Setelah dilakukan tindakan hari dan monitor
keperawatan diharapkan status pasien
masalah klien dapat 2. Monitor TTV
teratasi dengan kriteria pasien
hasil :

Tekanan darah dari sedikit


terganggu (4) menjadi
tidak tergangganggu (5)

4 Risiko Syok Keparahan Syok: Sepsis Pencegahan Syok (4260) :


(00205) (0421) : 1. Monitor terhadap
adanya respon
Setelah dilakukan tindakan kompensasi awal
keperawatan diharapkan syok
masalah klien dapat 2. Monitor terhadap
teratasi dengan kriteria adanya tanda-tanda
hasil : respon sindroma
1. Sesak nafas dari inflamasi sistemik
berat (1) menjadi 3. Monitor terhadap
tidak ada (5). adanya tanda awal
2. Meningkatkanya dari penurunan
laju nafas dari berat fungsi jantung
(1) menjadi tidak 4. Monitor
ada (5). kemungkinan
3. Meningkatkanya penyebab
kedalaman nafas kehilangan cairan
dari berat (1) 5. Monitor status
menjadi tidak ada sirkulasi
(5). 6. Monitor terhadap
4. Pernafasan dangkal adanya tanda
dari berat (1) ketidakadekuatan
menjadi tidak ada perfusi oksigen ke
(5). jaringan
5. Mual dari sedang 7. Monitor BB,
(3) menjadi tidak masukan dan
ada (5). keluarannya
8. Berikan dan
pertahankan
kepatenan jalan
nafas
9. Monitor gula darah
dan berikan insulin
10. Anjurkan pasien
mengenali tanda-
tanda syok
11. Anjurkankan
pasien mengenali
faktor-faktor syok

4.6 Implementasi Keperawatan

No Diagnosis Keperawatan Implementasi


1 Hambatan Pertukaran Gas 1. Posisikan pasien dengan posisi semi
(00030) fowler untuk memaksimalkan vetilasi
2. Mengajarkan batuk efektif
3. Monitor status pernafasan dan oksigen
4. Monitor kecepatan, irama, kedalaman dan
kesulitan bernafas
2 Ketidakefektifan Bersihan 1. Monitor aktivitas yang meningkatkan
Jalan Napas (00031) konsumsi oksigen.
2. Monitor faktor-faktor yang meningkatkan
kerja pernafasan pasien
3. Monitor gejala-gejala yang
mengindikasikan pengingkatan kerja
pernafasan
4. Monitor banyaknya sekret pulmonal
3 Risiko Ketidakseimbangan 1. Timbang BB pasien setiap hari dan
Volume Cairan (00025) monitor status Kesehatan pasien
2. Monitor TTV pasien
4 Risiko Syok (00205) 1. Monitor tanda-tanda respon sindroma
inflamasi sistemik
2. Monitor terhadap adanya tanda awal dari
penurunan fungsi jantung
3. Monitor kemungkinan penyebab
kehilangan cairan
4. Monitor status sirkulasi
5. Monitor terhadap adanya tanda
ketidakadekuatan perfusi oksigen ke
jaringan
6. Monitor BB, masukan dan keluarannya
7. Mempertahankan kepatenan jalan nafas
8. Monitor gula darah dan berikan insulin
9. Memberitahukan pasien mengenai tanda-
tanda syok
10. Memberitahukan pasien mengenai foktor-
faktor yang dapat menyebabkan syok
4.7 Evaluasi Keperawatan

No Diagnosis Keperawatan Evaluasi


1 Hambatan Pertukaran Gas S : Pasien mengatakan sesaknya berkurang
(00030) O:
1. Saturasi oksigen lebih baik dari
sebelumnya
2. Keseimbangan ventilasi dan perfusi
lebih baik dari sebelumnya
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
2 Ketidakefektifan Bersihan S : Pasien mengatakan dan merasakan tidak
Jalan Napas (00031) ada sekret di jalan nafas
O:
1. Frekuensi pernafasan baik
2. Irama pernafasan baik
3. Tidak ada sekret di jalan nafas
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan Intervensi
3 Risiko Ketidakseimbangan S : Pasien mengatakan merasa lebih nyaman
Volume Cairan (00025) O:
1. TTV normal
2. Berat badan normal
A : Masalah teratasi sebagain
P : Lanjutkan Intervensi
4 Risiko Syok (00205) S : Pasien mengatakan sesak dan mualnya
berkurang
O:
1. Saturasi oksigen menjadi lebih baik
2. Mual pasien berkurang
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Sepsis didefinisikan sebagai disfungsi organ yang mengancam jiwa,


disebabkan oleh ketidakmampuan respon pejamu terhadap infeksi. Syok septik
merupakan bagian dari sepsis dengan disfungsi peredaran darah dan
selular/metabolik yang mendasari, dikaitkan dengan peningkatan risiko
kematian. Sepsis disebabkan oleh infeksi bakteri Gram negatif 70%, infeksi
bakteri Gram positif 20-40%, infeksi jamur dan virus 2-3%, dan protozoa
(malaria falciparum). Gejala klinis umum syok sepsis seperti perubahan suhu
tubuh, takikardia, takipnea, dan abnormalitas sel darah putih.
Syok sepsis dapat menimbulkan masalah hambatan pertukaran gas,
ketidakefektifan bersihan jalan nafas, risiko ketidakseimbangan cairan, dan
risiko syok. Tingkat kesembuhan syok sepsis tergantung pada keberhasilan
dalam mengatasi infeksi dasar, mempertahankan sirkulasi dan
hemodinamika/perfusi jaringan agar mendapatkan oksigenasi yang cukup.
Beberapa penatalaksanaan syok sepsis adalah terapi cairan, pemberian
antibiotic, dan terapi suportif dalam bentuk pemberian imononutrisi.
DAFTAR PUSTAKA

Ardiani, T., Mangarengi, Y., Mulyadi, F. E., Sommeng, F., & Kusuma, S. I. (2022).
Literature Review Uji Sensitivitas Antibiotik Terhadap Bakteri Penyebab
Penyakit Sepsis. Fakumi Medical Journal: Jurnal Mahasiswa
Kedokteran, 2(4), 266-274.

Chen K dan Pohan H.T. 2007. Penatalaksanaan Syok Septik dalam. Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi IV . Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit
Dalam FKUI (1879).

Guntur H. A. 2018. SIRS, Sepsis dan Syok Septik (Imunologi, Diagnosis dan
Penatalaksanaan. UPT Penerbitan dan Percetakan UNS (UNS Press). h. 1-35.

Guyton, Arthur C. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedoteran. Jakarta: EGC.

Hermawan AG. 2007. SIRS dan Sepsis (Imonologi, Diagnosis, Penatalaksanaan).


Solo, Universitas Sebelas Maret, 2007 2. Roeslani RD, 2013.

Irvan, I., Febyan, F., & Suparto, S. (2018). Sepsis Dan Tata Laksana Berdasar
Guideline Terbaru. JAI (Jurnal Anestesiologi Indonesia), 10(1), 62-73.

S. Diana, et al. 2018. Mekanisme Kompleks Sepsis dan Syok Septik. Jurnal
Biomedik (JBM), Volume 10, Nomor 3, hlm. 143-151.

Umroh, A. (2020). Management of Septic Shock. Jurnal Penelitian Perawat


Profesional, 2(4), 361-370.

Wicaksono, A., Adisasmita, A. C., & Harijanto, E. (2022). Frekuensi dan


Mortalitas Pasien Sepsis dan Syok Septik di ICU Rumah Sakit Swasta Tipe B,
di Tangerang Selatan. Jurnal Epidemiologi Kesehatan Indonesia, 6(1).

Zuliani, Z., dkk., (2022). Keperawatan Kritis Ed. 1. Penerbit: Yayasan Kita
Menulis.

Anda mungkin juga menyukai