Anda di halaman 1dari 9

Analisis Letak Geografis Sarana Kesehatan Formal dan Informal

 Tujuan : Untuk mengetahui pandangan masyarakat tentang keberadaan


sarana kesehatan formal dan informal, akses jalan menuju fasilitas
kesehatan, ketersediaan alat transportasi umum, serta ongkos transport
untuk menjangkau fasilitas kesehatan.
 Teknik yang digunakan : Pemetaan
 Jenis alat bantu : Peta letak fasilitas kesehatan formal dan
informal didalam Desa serta data tentang
topografi dan geografi desa
 Jenis Informasi yang dikumpulkan :
- Jenis sarana kesehatan formal yang ada di desa : Pustu, Posyandu,
Posmaldes, Polindes, Klinik
- Jenis sarana kesehatan informal yang ada di desa
- Pelayanan yang diberikan oleh setiap sarana kesehatan tersebut.
- Jarak dari tempat tinggal penduduk menuju sarana pelayanan kesehatan
- Kondisi jalan ke setiap sarana tersebut
- Alat transportasi umum yang tersedia untuk mencapai sarana tersebut
- Ongkos untuk mencapai sarana tersebut.
 Peserta diskusi : Kelompok masyarakat dewasa ( laki-laki dan perempuan),
termasuk ibu hamil dan suami bumil, ibu menyusui dan suami busui, kader
posyandu, dukun, remaja (laki-laki dan perempuan).
 Tugas Tim Fasilitasi Desa Siaga :
 Mengajak sekelompok masyarakat desa/kelurahan untuk mendiskusi-kan
jenis sarana kesehatan formal dan informal yang diketahui. Mintalah
peserta untuk menggambarkan letak sarana-sarana tersebut sesuai
dengan lokasi tempat tinggal peserta diskusi . Lalu, diskusikan pelayanan
yang diberikan oleh setiap fasilitas tersebut yang diketahui oleh peserta
diskusi.
 Mengajak peserta untuk mendiskusikan jarak geografis sarana-sarana
tersebut dari lokasi mereka dan kondisi jalan menuju fasilitas tersebut.
 Mengajak peserta untuk mendiskusikan ketersediaan alat transportasi
umum untuk menjangkau tempat-tempat pelayanan kesehatan tersebut
serta ongkos/biaya untuk menjangkau tempat-tempat tersebut.
 Menanyakan kepada peserta, apakah ada masalah dalam menjangkau
tempat tersebut (misalnya pada malam hari) dan jika ada bagaimana cara
mengatasinya.
 Menanyakan apa yang dirasakan peserta setelah mendiskusikan akses
transportasi ke fasilitas kesehatan.
 Mengajak perserta untuk menganalisis letak geografis sarana kesehatan
formal dan informal termasuk akses tersebut. Pada analisis ini gunakan
informasi-informasi dan data-data tentang sarana kesehatan yang telah
dikumpulkan sebelumnya.
 Tulislah kesimpulan hasil diskusi sebagai bahan untuk merumuskan profil
kesehatan ibu dan bayi.
 Jangan lupa mencantumkan : nama peserta diskusi , jenis kelamin dan
umur peserta dan nama fasilitator.
 Jangan lupa mencantumkan: tanggal dan lokasi diskusi.

 Hasil yang diharapkan


Tim Fasilitasi Desa dan peserta memahami keberadaan sarana kesehatan yang
ada di desa serta memikirkan pendayagunaan sarana kesehatan yang ada di
desa untuk kepentingan peningkatan kesehatan ibu dan bayi serta penanganan
kondisi gawat darurat. Juga, ada pemahaman bersama untuk saling membantu
warga yang kesulitan mengakses fasilitas kesehatan karena jarak dan
ketidakmampuan menjangkau sarana, karena alasan waktu maupun ketiadaan
dana untuk membayar jasa transportasi.

6. Analisis Pelayanan Fasilitas Kesehatan

 Tujuan

Mengetahui ketersediaan layanan fasilitas formal dan informal mencakup jenis


pelayanan yang tersedia dan kualitasnya, akses masyarakat terhadap pelayanan
tersebut, ongkos/biaya untuk mendapatkan pelayanan tersebut.
 Teknik yang digunakan : Pemetaan
 Jenis alat bantu : Peta fasilitas kesehatan formal dan informal
 Jenis informasi yang dikumpulkan :
- Jenis pelayanan kesehatan formal yang diketahui warga desa.
- Jenis pelayanan kesehatan tradisional yang diketahui warga desa.
- Pendapat kelompok diskusi tentang kualitas pelayanan yang diberikan oleh
masing-masing sarana pelayanan kesehatan.
- Pendapat kelompok diskusi tentang kesempatan/akses masyarakat ke
sarana pelayanan tersebut.
- Pendapat masyarakat tentang tingkat kepuasan terhadap pelayanan dari
fasilitas tersebut.
 Peserta diskusi : Laki-laki, perempuan, ibu hamil dan suaminya, ibu
menyusui, kader posyandu, dukun, toga/toma atau tokoh berpengaruh.
 Tugas Tim Fasilitasi Desa Siaga :
 Mengundang sekelompok masyarakat desa, perempuan dan laki-laki
dewasa (ibu hamil dan suaminya, ibu menyusui, kader posyandu, dukun,
toga/toma atau tokoh berpengaruh) untuk mendiskusikan tentang kondisi
fasilitas kesehatan yang ada di desa/kelurahan baik formal maupun
bukan formal.
 Menjelaskan tujuan diskusi dan media serta alat yang akan digunakan.
 Meminta peserta untuk menggambarkan masyarakat dalam simbol
”lingkaran besar - garis tengah 10 cm ”.
 Meminta peserta untuk menuliskan nama-nama fasilitas kesehatan formal
dan informal yang ada didalam desa dan diluar desa yang dimanfaatkan
oleh masyarakat dan letakkan jauh atau dekat dengan lingkaran
masyarakat sesuai dengan letak geografisnya.
 Mengajak peserta untuk mendiskusikan jenis pelayanan yang tersedia
dari setiap pelayanan tersebut. Tuliskan atau gambarkan setiap fasilitas
yang telah disebutkan tadi.
 Mengajak peserta untuk mendiskusikan kualitas pelayanan yang tersedia
dari setiap pelayanan.
 Mengajakpesertauntuk mendiskusikan biaya/ ongkos untuk mendapat-
kan pelayanan.
 Mengajak peserta untuk mendiskusikan akses masyarakat, perempuan
dan laki-laki untuk mendapatkan pelayanan disetiap pelayanan kesehatan
tersebut. Diskusikan juga tentang kepuasan masyarakat terhadap
layanan fasilitas pelayanan tersebut.
 Menanyakan apa yang dirasakan oleh peserta setelah mendiskusikan
fasilitas pelayanan kesehatan tersebut dan tanyakan apakah ada
masalah atau yang perlu ditingkatkan dari fasilitas tersebut dalam hal
pemanfaatannya.
 Membuat kesimpulan atau penekanan hasil diskusi,serta menuliskan-nya
dalam lembar diskusi, sebagai bahan untuk merumuskan profil
kesehatan ibu dan bayi .
 Jangan lupa mencantumkan; nama, jenis kelamin dan umur peserta
diskusi, serta tanggal dan lokasi diskusi.

 Hasil yang diharapkan.


Tim Fasilitasi Desa dan peserta diskusi memahami alasan masyarakat tidak
menggunakan fasilitas kesehatan formal, serta membangun pemahaman
bersama agar menggunakan sarana formal yang memadai sesuai kebutuhan ibu
hamil, ibu nifas, bayi dan balita. Masyarakat juga mengkaji antara biaya yang
dikeluarkan dengan manfaat yang diperoleh dalam menggunakan fasilitas
kesehatan formal. Namun perlu penekanan pula bahwa sarana informal masih
bisa dipakai dalam batas-batas tertentu, sehingga tidak ada kesan dari
masyarakat bahwa sarana informal yang selama ini telah dipakai oleh
masyarakat tidak berguna sama sekali.
Perilaku Makan Ibu Hamil/ Ibu Nifas serta Perilaku Tabu.

 Tujuan : Untuk mengetahui pandangan masyarakat tentang hal-hal yang


dianggap tabu pada makanan serta perilaku lain , berikut dampaknya
terhadap kondisi kesehatan ibu dan bayi.

 Teknik yang digunakan: Wawancara dan diskusi kelompok terfokus


 Jenis alat bantu : Daftar pertanyaan, Diagram Kalender Kehamilan
 Jenis informasi yang dikumpulkan :
- Jenis-jenis makanan yang dikonsumsi selama hamil dan masa nifas
- Kapan/pada usia kehamilan berapa makanan tersebut dikonsumsi
- Ada/tidak keistimewaan-keistimewaan yang diperoleh ibu hamil/bersalin
( Jika ada sebutkan )
- Pantangan makanan saat hamil dan nifas
- Kepercayaan yang diyakini tidak baik saat hamil/nifas.
 Peserta diskusi: Sekelompok ibu-ibu hamil dan menyusui dengan suami-
suami mereka dan sekelompok wanita usia subur, dukun, kader kesehatan
 Tugas Tim Fasilitasi Desa Siaga :

 Mengajak / mengundang sekelompok ibu hamil dan ibu menyusui diskusi


tentang topik ini.
 Menjelaskan tujuan diskusi yaitu untuk membahas perilaku makan
masyarakat saat hamil dan masa nifas serta perilaku tabu saat hamil dan
bersalin.
 Mengajak mereka berbincang-bincang tentang: makanan yang dianjurkan
dan dilarang saat hamil dan menyusui. Visualisasikan informasi tersebut
dengan menggambarkan kolom usia kehamilan dan masa nifas, kolom
makanan yang dimakan dan kolom tabu.
 Mengajak mereka berdiskusi mengapa dianjurkan dan mengapa dilarang.
 Mengajak mereka berbincang-binacang tentang apa yang tabu saat hamil
dan masa nifas, mengapa? Catat infomasi yang diberikan. Tanyakan
pula, adakah keistimewaan-keistimewaan yang diperoleh perempuan
pada masa hamil dan nifas.
 Mengajak peserta berdiskusi tentang penyakit yang sering diderita ibu
saat hamil dan masa nifas (pusing, pucat-anemia) dan mengaitkan
dengan makanan yang dianjurkan dan yang tabu. Makanan yang
dianjurkan akan membantu mengatasi keluhan-keluhan sakit pada saat
hamil dan nifas, sedangkan makanan tabu ada yang berpengaruh
terhadap kondisi gizi ibu hamil dan nifas. Lalu tanyakan apakah ada yang
harus dirubah/diperbaiki dari kondisi yang telah didiskusikan tersebut.
 Menulis rangkuman hasil diskusi sebagai bahan penyusunan profil.
 Jangan lupa mencantumkan: nama, jenis kelamin dan umur peserta,
serta tanggal dan lokasi diskusi.

 Hasil yang diharapkan.

Tim Fasilitasi Desa dan masyarakat menyadari bahwa tabu makanan tertentu
pada ibu hamil dan ibu nifas menjadi penghambat upaya meningkatkan
kondisi kesehatan. Para tokoh kunci yang ada di desa menyadari bahwa
upaya pemberian pemahaman terhadap pentingnya makanan bergizi bagi ibu
hamil, ibu nifas, dan ibu menyusui perlu dilakukan secara berkelanjutan dan
menjadi tradisi baru di masyarakat. Selain perilaku tabu yang menghambat
pelayanan kesehatan perlu disadari oleh masyarakat. Misalnya : Adanya
tabu bagi ibu nifas untukm keluar rumah sebelum 40 hari termasuk untuk
memeriksakan kesehatan ibu dan bayinya.

11. Analisis Perilaku Pemberian Makanan dan Penanggulangan Penyakit


Pada Bayi

 Tujuan
Mengetahui perilaku keluarga dalam menyediakan makanan bayi secara
tepat waktu dan tepat komposisi gizi, serta menghadapi penyakit pada bayi
sehingga bisa mengajak para ibu berpikir untuk memperbaiki gizi bayi dan
balita.
 Teknik yang digunakan : Diskusi Kelompok terfokus
 Jenis Alat bantu : Kalender pemberian makanan untuk bayi
dan penyakit pada bayi
 Jenis Informasi yang dikumpulkan :
- Jenis makanan yang diberikan sesuai dengan perkembangan umur
menurut kebiasaan yang dilakukan oleh ibu-ibu di desa.
- Hal-hal yang dipercayai oleh masyarakat tentang jenis makanan yang tidak
boleh diberikan pada usia-usia tersebut.
- Jenis penyakit pada bayi
 Peserta Diskusi: Sekelompok ibu-ibu hamil dan menyusui beserta suami-
suami mereka, laki-laki atau perempuan dewasa pengasuh bayi/balita.
 Tugas Tim Fasilitasi Desa Siaga :
 Mengundang sekelompok ibu-ibu hamil dan menyusui beserta suami-
suami mereka untuk berdiskusi tentang topik ini.
 Menjelaskan tujuan diskusi yaitu untuk mengkaji perilaku pemberian
makanan pada bayi dan penyakit pada bayi. Jelaskan pula media dan
alat yang akan digunakan dalam diskusi.
 Mengajak mereka berdiskusi tentang kebiasaan pemberian makanan
pada bayi sejak umur nol bulan hingga usia 12 bulan dan penyakit-
penyakit yang biasa dideritanya.
 Meminta peserta menggambarkan garis horizontal yang dibagi kedalam
batas-batas bulan dan tuliskan informasi tentang makanan bayi diatas
garis dan informasi tentang penyakit bayi dibawah garis horizontal.
 Mengajak peserta untuk memperhatikan apakah ada hubungan antara
makanan yang diberikan dengan penyakit yang diderita oleh bayi.
Diskusikan hal-hal yang muncul dari jawaban peserta.
 Menambahakan informasi tentang pemberian ASI Eksklusif dan
pemberian makanan tambahan tepat waktu.
 Menuliskan rangkuman hasil diskusi
 Jangan lupa mencantumkan: nama, jenis kelamin dan umur peserta serta
tanggal dan lokasi diskusi.

 Hasil yang Diharapkan.


Tim Fasilitasi Desa dan peserta diskusi mengetahui kelemahan mereka dalam
mengatur makanan bayi serta muncul kesadaran untuk mengoptimalkan
penerapan ASI eksklusif serta pemberian makanan tambahan pada waktu yang
tepat setelah bayi umur 6 bulan. Juga terjadi proses berbagi pengalaman tentang
pola asuh dan pola makan bayi , yang bisa mendukung perubahan perilaku
masyarakat dalam penyediaan makanan bagi bayi.
Analisis Kegiatan serta Beban Kerja Perempuan dan Laki-laki

 Tujuan
mengetahui pandangan mereka tentang pembagian dan beban kerja
perempuan dan laki-laki dalam rumah tangga.
 Teknik yang digunakan : Diskusi Kelompok Terfokus.
 Jenis Alat Bantu : Diagram Jadwal sehari perempuan dan laki2

 Informasi yang dikumpulkan :


- Apa yang dikerjakan laki-laki dan perempuan.
- Dimana pekerjaan tersebut dilakukan.
- Kapan pekerjaan/kegiatan dilakukan.
- Beban kerja laki-laki dan perempuan.
 Peserta diskusi: kelompok pasangan perempuan dan laki-laki dewasa.

 Tugas Tim Fasilitasi Desa Siaga :

 Mengajak / mengundang sekelompok masyarakat dewasa laki-laki dan


perempuan.
 Menjelaskan tujuan diskusi dan media serta alat yang digunakan.
 Meminta peserta diskusi untuk menyebutkan apa saja yang dilakukan
oleh perempuan sejak matahari terbit hingga terbit lagi, juga untuk laki-
laki.
 Mengajak peserta diskusi untuk mendiskusikan perbandingan antara
aktifitas perempuan dan aktifitas laki-laki. Ajukan pertanyaan-pertanyaan:
siapa ( laki-laki atau perempuan ) yang kegiatannya lebih banyak? Siapa
yang waktu istirahatnya lebih banyak? Apa akibatnya terhadap kesehatan
perempuan? Apakah hal tersebut dianggap masalah? Bagaimana cara
mengatasinya?
 Tanyakan kepada peserta apa yang dirasakan setelah mendiskusikan
topik tersebut dan adakah yang bisa dirubah/diperbaiki dari pembagian
tugas laki-laki dan perempuan.
 Apabila terjadi perdebatan antara kelompok laki-laki dan perempuan,
upayakan untuk mengembangkan dialog serta saling memahami
keberadaan masing-masing.
 Merangkum hasil diskusi dengan menekankan pada upaya memperbaiki
peran masing-masing khususnya dalam mendukung tumbuh kembang
anak sejak masih janin hingga tumbuh menjadi dewasa. Tulislah hasilm
diskusi pada lembar diskusi sebagai bahan penyusunan profil kesehatan
ibu dan bayi/anak.
 Jangan lupa mencantumkan: nama, jenis kelamin dan umur peserta,
serta tanggal dan lokasi diskusi.

 Hasil yang diharapkan.

Tim Fasilitasi Desa Siaga dan peserta diskusi memahami bahwa sering terjadi
dimana tugas perempuan untuk menyusui dan mengasuh bayi/ anak tidak
diperhitungkan sebagai tugas istimewa perempuan. Akibatnya sering terjadi peran
asuh bayi dan anak dilakukan sebagai sambilan oleh kaum perempuan. Melalui
diskusi ini mereka menyadari perlunya perubahan kebiasaan di masyarakat untuk
memberikan perhatian pada pola asuh bayi/anak. Serta ada perubahan pola pikir
bahwa mengasuh bayi/anak juga bisa dilakukan oleh laki-laki

Analisis Kelembagaan Desa


 Tujuan
Mengetahui keberadaan lembaga-lembaga di tingkat desa yang berpotensi
sebagai wadah pengorganisasian masyarakat dalam mengatasi masalah
kesehatan khususnya ibu dan anak/bayi serta kegawatdaruratan di tingkat
desa.
 Teknik yang digunakan : Sumbang saran dan Diskusi Kelompok

 Jenis alat bantu : Diagram Venn serta daftar lembaga desa yang
telah dikumpulkan sebelumnya seperti diuraikan pada bab II butir 2.3.6.
 Jenis informasi yang dikaji:
- Nama-nama lembaga yang ada di tingkat desa, seperti : PKK, Karang
Taruna, Kelompok Doa, Polindes, Posyandu, Kelompok Tani.
- Peran lembaga dalam memberikan layanan kepada masyarakat secara
umum, dan secara khusus pada aspek kesehatan.
- Pandangan masyarakat tentang lembaga-lembaga mana yang dapat
berperan untuk bekerjasama dalam mengatasi masalah kesehatan ibu dan
bayi di tingkat desa.
- Pandangan masyarakat tentang tingkat kedekatan lembaga dengan
masyarakat.
 Peserta diskusi : Aparat desa / kelurahan, kepala dusun, anggota
masyarakat.
 Tugas Tim Fasilitasi Desa Siaga :
 Mengajak sekelompok penduduk, laki-laki dan perempuan, tua-muda,
aparat desa, dan tokoh-tokoh masyarakat untuk mendiskusikan topik ini.
 Menjelaskan tujuan diskusi yaitu untuk mengetahui lembaga, formal dan
informal, yang ada dan dikenal masyarakat, serta manfaatnya bagi
masyarakat.
 Menjelaskan media yang akan digunakan:
a. Lingkaran besar-sedang-kecil untuk menggambarkan manfaat setiap
lembaga.
b. Letak jarak lingkaran lembaga dengan lingkaran masyarakat
menunjukkan tingkat kedekatan lembaga dengan masyarakat secara
informal.
 Mulailah dengan menanyakan lembaga-lembaga yang ada dan dikenal
oleh masyarakat. Mintalah peserta mendaftar nama-nama lembaga yang
disebutkan oleh peserta diskusi dan lembaga-lembaga yang terkait
dengan sektor kesehatan. Cocokan dengan daftar lembaga yang telah
diperoleh sebelumnya pada saat pengumpulan data sekunder.
 Mintalah peserta membuat lingkaran besar ( diameter 15 cm) yang
menggambarkan masyarakat.
 Mengajak masyarakat mendiskusikan besar kecilnya manfaat setiap
lembaga, kemudian menuliskannya pada lingkaran lingkaran kertas
berukuran besar ( diameter 10 cm ) -sedang ( diameter 7 cm ) dan kecil
( Diameter 3 cm ). Kemudian meletakkan lingkaran-lingkaran tersebut
jauh dekat dengan lingkaran masyarakat.
 Menanyakan kepada mereka mengapa meletakkan lingkaran besar kecil
dengan jarak jauh atau dekat..Lalu ajak peserta berdiskusi tentang
mengapa besar manfaat dan mengapa dekat ke masyarakat, demikian
halnya mengapa kecil dan jauh dengan masyarakat.
 Menanyakan kepada peserta, apa yang dirasakan peserta setelah
melakukan diskusi, serta catatlah semua informasi yang didiskusikan.
 Jangan lupa mencantumkan: nama, jenis kelamin dan umur peserta serta
tanggal dan lokasi diskusi.

 Hasil yang diharapkan


Tim Fasilitasi Desa Siaga dan peserta diskusi diharapkan bisa menentukan
lembaga-lembaga yang dekat dengan masyarakat, serta memutuskan untuk
memanfaatkan lembaga tersebut sebagai wadah untuk melakukan
penyadaran masyarakat terhadap kesehatan serta memobilisasi peran serta
masyarakat dalam meningkatkan kondisi kesehatan ibu dan bayi beserta
persalinan secara aman di fasilitas kesehatan.
Bila mana lembaga kesehatan formal yang ada di desa dinilai kurang dekat
dengan masyarakat, maka peserta diskusi diajak merumuskan cara-cara
untuk mendekatkan lembaga tersebut dengan masyarakat

Anda mungkin juga menyukai