DRAMA
Disusun Oleh :
SMAN 6 BEKASI
TA. 2021/2022
Batu menangis
2. Naskah
Alkisah hiduplah seorang janda tua bersama anak gadisnya yang bernama Laras, dewi,
dan Ana di sebuah desa terpencil Kalimantan barat. Mereka tinggal di sebuah gubuk di ujung
desa, sejak ayah laras meninggal, mereka hidup sebatang kara. Maka dari itu ibupun rela
bekerja di sawah untuk menghidupi mereka sedangkan laras adalah gadis yang manja.
Ajeng: “Laras, bangunlah nak, lihatlah ayam sudah berkokok, apakah kamu tidak malu dengan
ayam?”
Karina: “ ibu, aku kan sudah besar, biarlah aku hidup seenaknya”.
Shahwah: “kakak, janganlah membantah perintah ibu!!”.
Karina: “kamu ini masih kecil aja udah blagu!, awas kakak mau mandi dulu!”
Shahwah: “kakak mau mandi aja laporan”
Karina: “dududu wahhh.. ternyata aku adalah orang tercantik di kampong ini.” (sambil menatap
kacanya)
Shahwah:”ih..kakak pedenya over dehh”.
Karina: “banyak omong kamu dek, emang iya kakak paling cantik di kampung ini!”
Shahwah: “oh seperti itu..lalu??”
Karina: “ah, blagu kamu dek!, eh ana menurut kamu kakak cantik tidak?” (sambil mendekati ana
yang sedang menyapu)
Fitri: “ iya kak, kakak emang cantik, tetapi lebih cantik jika mau membantu ibu, pasti lebih
cantik”. (duduk dan berhenti menyapu)
Karina: “apa maksudmu? (melotot) katakan sekali lagi!!!(menjambak)
Fitri:” aduhhh…kaak..sakit, maafin ana kak”
Shahwah:” makanya nggak usah urusan sama kakak”
Karina:” hahaha..ayo wi, kita pergi saja”
Kemudian laras meninggalkan ana adiknya, dan kembali mengagumi kecantikanya. Padahal dia
anak tertua, tetapi tidak mau membantu ibunya.
Karina:”bu alat-alat kecantikan ku sudah habis, ibu harus segera membelikan yang baru
Fitri dan Shahwah:” kak, ibu saja baru pulang, seharusnya kakak menghargai ibu sedikit .”
Ajeng:” laras, ibu masih lelah, besok saja pasti ibu belikan”
Karina:”tidakk mau!!! Aku ingin sekarang”
Fitri: “kakak! Ibu kan capek”
Ajeng:” sudah sudah, taka apa-apa dewi, ana biar ibu beli, tapi laras, tapi ibu tidak tahu alat
kecantikan apa yang dimaksud kamu harus ikut ya”
Karina:”ya…aku mau ikut kepasar, tapi dengan satu syarat kalian harus berjalan dibelakangku.”
Shahwah:” maksud kakak??”
Karina:”iya, kalian harus berjalan dibelakangku, malu la aku berjalan dengan kalian !”
Shahwah: “lo kenapa harus malu? Bukankah kita ini saudara kandung?”
Karina:”kalian ngaca dong!!, lihat saja wajah kalian yang tak terurus dan pakaian kalian yang
sangat kotor, apalagi ibu yang sudah keriput, jelek, kotor, aku malu ibu.”
Walaupun sedih tapi sang ibu pun menuruti permintaan anaknya, setelah itu berangkatlah ke
pasar, laras yang berjalan didepan dan ibu dan kedua adiknya dibelakang membawa keranjang.
Laras bertemu dengan temanya yang tinggal satu kampong denganya
Laksana disambar petir ibu mendengar ucaoan putrinya, tapi dia hanya terdiam sambil
menahan rasa sedih, setelah itu mereka melanjutkan perjalananya.
Nasywa: “ayo neng…buahnya, buahnya!!”
Karina:”oh terimakasih”
Nasywa: “ silakan neng, dipilih buahnya, dijamin manis kaya yang beli”
Karina:”ah bisa aja haha”
Nasywa:” pasti neng haha”
Karina:”ini uangnya bang”
Nasywa:”terimakasih neng semoga neng tambah cantiiikkk”
Karina:”ayo pembantu-pembantuku, sekarang giliran ke tempat kosmetik”
Ajeng:(diam sejenak)
Shahwah:”ibu kenapa?”
Sang ibu tetap saja tidak mau menjawab pertanyaan anaknya, ternyata ia sedang berdoa pada
tuhan, agar menghukum anaknya yang durhaka itu, berikan ia hukuman yang setimpal padanya,
laras melihat mulut ibunya yang komat kamit sambil menadahkan kedua tangaya.
Karina:”hei!!!! Ibu sedang apa? “(sambil membentak dan menoleh pada ibu)
Doa sang ibu:” ya tuhan, ampunilah hambamu yang lemah ini, hamba sudah tidak sanggup lagi
menghadapi sikap anak hamba yang durhaka ini, berilah hukuman yang setimpal padanya.
Beberapa saat kemudian, tiba-tiba langit menjadi mendung, petir menyambar-nyambar, dan
suara Guntur bergemuruh memakan telinga, hujan deraspun tuurun pelan-pelan, kaki laras
berubah menjadi batu, laraspun panik.
Karina:”ibu…ibu…apa yang terjadi dengan kakikubu??!!, aduh, kerass sekali bu..maafkan laras
bu. Laras janji tidak akan mengulangi perbuatan laras lagiii ,..”
Seketika tubuh laras berubar menjadi batu, dan kedua matanya terus mengeluarkan air,
sehingga di sebut BATU MENANGIS.
3. Dokumentasi Kegiatan