Anda di halaman 1dari 14

Dosen Pembimbing : Ns. Evi Lusiana, S.Kep., M.

Kep

SISTEM SENSORI PERSEPSI


ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. M DENGAN DIAGNOSA
KEPERAWATAN OTITIS MEDIA KRONIK

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 4

NIA SARTIKA 17.01.052 NUR FAJRIANI 17.01.053


NURHADANI 17.01.054 SALMAWATI 17.01.064
ISMAIL DAHLAN 17.01.063 REZKI PARADILLA 17.01.061
REZKI FADLIA ZAINAL 17.01.062 RAHMATUL UMMAH 17.01.060
MUSTAKIN 17.01.059 MUH. AGUNG B 17.01.058
PUTRI NUR HUSNAH 17.01.057

PROGRAM S1 KEPERAWATAN KONVERSI


STIKES PANAKKUKANG MAKASSAR
2017-2018
KASUS IV
Tn. M datang di poliklinik dengan kleuhan keluar cairan dari telinga kanan sejak 4 bulan
yang lalu. Pada mulanya telinga kanan pasien kemasukan air setelah berenang lalu
pasien berobat ke poliklinik dan diberi obat tetes telinga. Setelah diteteskan obat,
telinga kanannya keluar darah dan cairan, mulai keluar sampai sekarang. Menurut
pasien cairan yang keluar dari telinga kanan berwarna putih kental dan semakin lama
semakin berbau. Pasien juga merasa telinga kanannya gatal-gatal dan sering di korek-
korek. Pasien sudah berobat kedokter tetapi keluhan tidak mereda. Pasien juga
mengeluh pendengarannya di sebelah kanan dirasakan menurun sejak beberapa hari
yang lalu

Pertanyaan

1. Identifikasi istilah asing pada kasus diatas ?


Jawab : tidak terdapat istilah asing pada kasus tersebut
2. Klarifikasi istilah asing tersebut ?
Jawab : tidak terdapat istilah asing
3. Tentukan core problem/ masalah utama pada kasus diatas
Jawab : otitis media kronik
4. Sebutkan diagnosa banding pada kasus diatas ?
Jawab : perindokritis, otitis media eksternal, dan barotitis media
KONSEP MEDIS

OTITIS MEDIA KRONIK

A. DEFINISI
Otitis media adalah suatu peradangan telinga tengah, otitis media dapat
terjadi akibat infeksi bakteri, biasanya oleh bakteri strecoccus, pneumonia,
haemophilus influenza, atau staphylococcus aureus. (Elizabeth J. Crowin. 2002 :
220)
Otitis media kronik adalah kondisi yang berhubungan dengan patologi
jaringan irreversible dan biasanya disebabkan karena episode berulang otitis
media akut. (Brunner and Suddarth, 202 :2052)
Otitis media superatif kronik (OMSK) adalah infeksi kronik telinga tengah
dengan perforasi membrane tympani dan keluarnya secret dari telinga tengah
secara terus menerus atau hilang timbul. Secret mungkin encer atau kental,
bening, atau nanah yag biasanya disertai dengan gangguan pendengaran.
(Mansjoer, Arief, 2001 : 82)

B. ETIOLOGI
1. OMSK merupakan kelanjutan otitis media akut (OMA)
2. Beberapa factor penyebab adalah terapi yang lambat
3. Terapi tidak adekuat virulensi kuman tinggi
4. Daya tahan tubuh rendah
5. Kebersihan buruk
6. Bila kurang dari 2 bulan disebut subakut
7. Perforasi membrane timpani
8. Kuman gram positif aerob
9. Infeksi kronis dari kuman gram negative dan anaerob. (Arsyad soepardi, Efiati.
2001)
C. MANIFESTASI KLINIS
Tanda- tanda klinis OMSK :
1. Adanya abses atau fistel retroaurikular
2. Jaringan granulasi atau polip di liang telinga yang berasal dari kavum timpani
3. Pus yang selalu aktif atau berbau busuk (aroma kolesteatom)
4. Foto rontgen mastoid adanya gambaran kolesteatom

Gejala klinis OMSK :

1. Telinga berair (Otorrhoe)


Secret bersifat purulent atau mukoid tergantung stadium peradangan
a. Pada OMSK tipe jinak :
1) Cairan yang keluar mukopus tidak berabu busuk
2) Reaksi iritasi mukosa telinga tengah oleh perforasi membrane tympani
dan infeksi
3) Keluarnya secret biasanya hilang timbul
4) Pada OMSK stadium inaktif tidak ada secret telinga
b. Pada OMSK tipe ganas :
1) Mukoid dan secret telinga tengah berkurang atau hilang
2) Rusaknya lapisan mukosa yang luas
3) Secret bercampur darah
4) Jaringan granulasi dan polip telinga
5) Adanya kolesteatom yang mendasari
6) Bila secret encer berair tanpa nyeri kemungkinan tuberculosis
2. Gangguan pendengaran
a. Tuli konduktif dapat pula bersifat campuran
b. Perforasi membrane timpani serta keutuhan dan mobilitas system
pengantaran suara ke telinga tengah
c. OMSK tipe maligna biasanya pada tuli konduktif berat
3. Otalgia
a. Nyeri akibat terbendungnya drainase pus
b. Nyeri berarti adanya komplikasi
c. Hambatan pengaliran secret
d. Terpaparnya durameter atau dinding sinus lateralis
e. Pembentukan abses otak
f. Nyeri merupakan tanda berkembang komplikasi OMSK (petrositis,
subperiosteal abses atau thrombosis sinus lateralis)
4. Vertigo
a. Fistel labirin akibat erosi dinding labirin oleh kolesteatom
b. Perubahan tekanan udara yang mendadak
c. Perforasi membrane timpani yang akan menyebabkan labirin lebih mudah
terangsang oleh perbedaan suhu
d. Penyebaran infeksi ke dalam labirin (keluhan vertigo)
e. Komplikasi serebelum (keluhan labirin)

D. PATOFISIOLOGI

Dua jenis OMSK yang Benigna dan Maligna. Berdasarkan secret yang keluar dari
kavum tympani secara aktif dan tenang.

1. OMSK Benigna atau tipe mukosa adalah :


a. Peradangan terbatas pada mukosa saja
b. Tidak mengenai tulang
c. Perporasi terletak di sentral
d. Jarang menimbulkan komplikasi berbahaya, dan
e. Tidak terdapat kolesteatom
2. OMSK tipe maligna disertai dengan :
a. Kolesteatom
b. Perporasi terletak marginal subtotal atau diatik
c. Dapat menimbulkan komplikasi yang berbahaya (fatal)

(Arsyad soepardi, Efiati. 2001)


Skema Patofisiologi OMSK

Otitis media akut

Masuknya bakteri

Tuba eustacia

Perporasi membrane tympani

Infeksi (2 bulan)

Pembentukan kolesteatom

Peralisis nervus fasialis

Kehilangan pendegaran kondusif

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Otoscope untuk melakukan auskultasi pada bagian telinga luar
2. Timpanogram untuk mengukur kesesuaian dan kekakuan membrane
tympani
3. Kultur dan uji sensitifitas : dilakukan bila timpanosensitesis (aspirasi jarum
dan telinga tengah melalui membrane timpani)
F. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Stadium Oklusi
Pada stadium ini pengobtan terutama bertujuan untuk membuka kembali tuba
eustachius, sehingga tekanan negative di telinga tengah hilang. Untuk ini
diberikan obat tetes hidung, HCl efedrin 0,5% dalam larutan (<12 tahun) atau
HCl efedrin 1% dalam larutan fisiologis (untuk anak yang berumur diatas 12
tahun dan pada orang dewasa). Disamping itu sumber infeksi harus diobati.
Antibiotika diberikan apabila penyebab infeksi adalah kuman, bukan oleh
virus atau alergi.
2. Stadium Presupurasi
Pada stadium ini antibiotika, obat tetes hidung dan analgetika perlu
diberikan. Bila membrane timpani sudah terlihat hiperemis difus, sebaiknya
dilakukan miringotomi. Antibiotika yang dianjurkan dalah dari golongan
penisilin atau ampisilin. Pemberian antibiotika dianjrkan minimal selama 7
hari. Bila pasien alergi terhadap penisilin, maka diberikan eritromisin. Pada
anak, ampisislin diberikan dengan dosis 50-100 mg/BB/hari, dibagi dalam 4
dosis, atau eritromisin 40 mg/BB/hari.
3. Stadium Supurasi/ Perforasi
Disamping diberikan antibiotika, idealnya harus disertai dengan miringotomi,
bila membrane timpani masih utuh. Dengan miringotomi gejal klinis lebih
cepaat hilang dan rupture dapat di hindari. Pada stadium ini bila terjadi
perforasi sering terlihat adanya secret berupa purulent dan kadang terlihat
keluarnya secret secara berdenyut (pulsasi). Pengobatan yang diberikan
adalah obat cuci telinga H2O2 selama 3-5 hari serta antibiotika yang adekuat.
Biasanya secret akan hilang dan perforasi dapat menutup kembali dalam
waktu 7-10 hari.
4. Stadium Resolusi
Jika terjadi resolusi maka membrane timpani berangsur normal kembali,
secret tidak ada lagi dan perforasi membrane timpani menutup. Tetapi bila
tidak terjadi resolusi akan tampak secret mengalir di liang telinga luar melalui
perforasi membrane timpani. Keadaan ini dapat disebabkan karena
berlanjutnya edema mukosa telinga tengah. Pada keadaan demikian
antibiotika dapat dianjurkan sampai 3 minggu. Bila 3 minggu setelah
pengobatan secret masih tetap banyak, kemungkinan telah terjadi mastoiditis.
Bila OMA berlanjut dengan keluarnya secret dari telinga tengah lebih dari 3
minggu, maka keadaan ini disebut otitis media supuratif subakut. Bila
perforasi menetap dan secret masih tetap keluar lebih dari satu setengah
bulan atau dua bulan maka keadaan ini disebut dengan otitis supuratif kronik
(OMSK).

G. KOMPLIKASI
1. Paralysis nervus fasialis
2. Fistula labirin
3. Labirinitis
4. Labirinitis supuratif
5. Petrositis
6. Trombroplebitis sinus lateral
7. Abses ekstradular
8. Abses subdural
9. Meningitis
10. Abses otak dan hidrosefalus otitis
DAMPAK KDM DARI OTITIS MEDIA

Perubahan tekana udara Gangguan tube eustachius


tiba-tiba (alergi, infeksi,
sumbatan) - Secret
- Tampo Pencegahan invasi kuman Kuman masuk ke telinga
- Tumor terganggu tengah

Terjadi erosi pada kanalis Peradangan Tekanan udara negative di


semisirkularis telinga tengah

Resiko cedera Efusi

Tindakan mastoidektomi Meningkatkan produksi cairan serosa Retraksi membrane


timpani

Nyeri akut Akumulasi cairan serosa


Ansietas
Resiko infeksi

Rupture membrane Hantaran udara yang


timpani karena desakan diterima menurun

Resiko infeksi
Secret keluar dan berbau
Gangguna persepsi sensori
tidak enak (otorrhoe)

Pengobatan tidak tuntas/


episode berulang
Gangguan citra tubuh

Kurangnya informasi Infeksi berlanjut dpt


sampai ke telinga dalam

Defisiensi pengetahuan
Terjadi erosi pada kanalis
semisirkularis
KONSEP KEPERAWATAN

OTITIS MEDIA KRONIK

A. PENGKAJIAN
Riwayat kesehatan meliputi :
1. Gambaran lengkap masalah telinga, termasuk infeksi, otalgia, otorea,
kehiloangan pendengaran
2. Data dikumpulkan melalui durasi dan intensitas otore, kehilangan
pendengaran, otalgia.
3. Penyebab dan penaganan masalah sebelumnya
4. Informasi perlu diperoleh mengenai masalah kesehatan lain dan semua
obat dan riwayat keluarga tentang penyakit telinga
5. Pengkajian fisik meliputi observasi adanya aritema, edema, otorea, lesi,
dan bau cairan yang keluar. Hasil audiogram harus dikaji.

(Suddart, Brunner. 2002)

B. Diagnose Keperawatan
1. Nyeri Kronis berhubungan dengan adanya inflamasi pada telinga
2. Ansietas berhubungan dengan penyakit yang diderita.
3. Risiko Infeksi berhubungan dengan kurang pengetahuan untuk menghindari
pemajanan patogen
C. Intervensi Keperawatan

No. Diagnosa NOC NIC


1. Domain 12 (Kenyamanan) Setelah melakukan tindakan 3 x Terapi Relaksasi :
Kelas 1 (kenyamanan fisik) 24 jam maka Nyeri berkurang 1. Gambarkan
Kode 00133 dengan indikator : rasionalisasi dan
Halaman 471 1. Nyeri tidak ada respon manfaat relaksasi serta
Diagnosa : psikologis tambahan jenis relaksasi yang
Nyeri Kronis berhubungan dengan 2. Mampu mengontrol nyeri tersedia (misalnya,
adanya inflamasi pada telinga 3. Tingkat nyeri (normal 0-10) bernafas dengan ritme,
relaksasi rahang dan
relaksasi otot progresif)
2. Ciptakan lingkungan
yang tenang dan tanpa
distraksi dengan lampu
yang redup dan suhu
lingkungan yang
nyaman, jika
memungkinkan
3. Dorong klien untuk
mengambil posisi yang
nyaman dengan
pakaian longgar dan
mata tertutup.
4. Dapatkan perilaku yang
menunjukkan
terjadinya relaksasi,
misalnya bernafas
dalam, menguap,
pernafasan perut, atau
bayangan yang
menenangkan
5. Tunjukkan dan
praktikkan teknik
relaksasi pada klien
6. Dorong klien untuk
mengulang praktik
teknik relaksasi, jika
memungkinkan
7. Berikan informasi
tertulis mengenai
persiapan dan
keterlibatan di dalam
teknik relaksasi
8. Dorong control sendiri
ketika relaksasi
dilakukan
9. Gunakan relaksasi
sebagai strategi
tambahan dengan
(penggunaan) obat-
obatan nyeri atau
sejalan dengan terapi
lainnya dengan tepat.
10. Evaluasi dan
dokumentasikan
respon terhadap
terapi relaksasi.

2. Domain 9 (koping/ toleransi stres) Setelah melakukan tindakan 3 x Pengurangan kecemasan :


Kelas 2 (respon koping) 24 jam maka pasien sudah tidak 1. Gunakan pendekatan
Kode : 00146 cemas dengan indikator : yang tenang dan
Halaman : 343 1. Tingkat kecemasan meyakinkan
Diagnose : 2. Tingkat rasa takut 2. Nyatakan dengan jelas
Ansietas berhubungan dengan 3. Tanda-tanda vital normal (TD : harapan terhadap
penyakit yang diderita. 120/80 mmHg) perilaku klien
3. Berikan informasi
factual terkait
diagnosis, perawatan
dan prognosis
4. Berada di sisi kliebn
untuk meningkatkan
rasa aman dan
mengurangi ketakutan
5. Dorong keluarga untuk
mendampingi klien
dengan cara yang tepat
6. Berikan objek yang
menunjukkan perasaan
aman
7. Lakukan usapan pada
punggung/leher
dengan cara yang tepat
8. Dorong aktivitas yang
tidak kompetitif secara
tepat
9. Dengarkan klien
10. Puji/kuatkan perilaku
yang baik secara tepat
11. Dorong verbalisasi
perasaan, persepsi dan
ketakutan
12. Identifikasi pada saat
terjadi perubahan
tingkat kecemasan
13. Berikan aktivitas
pengganti yang
bertujuan untuk
mengurangi tekanan
14. Bantu klien
mengidentifikasi situasi
yang memicu
kecemasan
15. Instruksikan klien untuk
menggunakan teknik
relaksasi
16. Atur penggunaan obat-
obatan untuk
mengurangi kecemasan
secara tepat
17. Kaji untuk tanda verbal
dan non verbal
kecemasan.
3. Domain 11 Setelah melakukan tindakan 3 x Kontrol Infeksi
(Keamaan/Perlindungan) 24 jam maka pasien sudah sudah 1. Bersihkan lingkungan
Kelas 1 (Infeksi) tahu penyakitnya dengan dengan baik setelah
Kode : 0004 indikator : digunakan untuk setiap
Halaman : 343 1. Tidak ada keparahan pasien
Diagnose : cedera fisik. 2. Ganti peralatan
Risiko Infeksi berhubungan dengan 2. Kontrol risiko : Tidak ada perawatan per pasien
kurang pengetahuan untuk risiko infeksi. sesuai protocol institusi
menghindari pemajanan patogen 3. Kontrol risiko 3. Batasi jumlah
pengunjung
4. Ajarkan cuci tangan
bagi tenaga kesehatan
5. Anjurkan pasien
mengenai teknik
mencuci tangan
dengan tepat
6. Gunakan sabun
antimikroba untuk cuci
tangan yang sesuai
7. Cuci tangan sebelum
dan sesudah kegiatan
perawatan pasien
8. Lakukan tindakan-
tindakan pencegahan
yang bersifat universal
9. Pakai sarung tangan
sebagaimana
dianjurkan oleh
kebijakan pencegahan
universal
10. Pakai pakaian ganti
atau jubah saat
menangani bahan-
bahan yang infeksius
11. Pakai sarung tangan
steril yang tepat
DAFTAR PUSTAKA

Heather, T. Herdman., Kamitsuru Shigemi. (2015). Diagnosis Keperawatan Definisi &


Klasifikasi (Nanda) Edisi 10 . Jakarta : EGC

Hetharia Rospa, Mulyani Sri. Asuhan Keperawatan THT (Telinga Hidung


Tenggorokan). (2011). Jakarta : TIM

M, Gloria Buleckhock., K, Howard Butcher., dkk.(2016). Nursing Interventions


Classification (NIC) Edisi ke enam. Philadelphia : Elseiver Inc

Moorhead Sue., Jhonson Marion., dkk.(2016). Nursing Outcomes Classification


(NOC) Edisi ke lima. Philadelphia : Elseiver Inc

Nurarif Amin Huda, Kusuma Hardhi. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis dan Nanda NIC-NOC Cetakan 1. (2015). Jogjakarta :
Mediaction

Anda mungkin juga menyukai