Anda di halaman 1dari 170

MANAJEMEN PENGELOLAAN KEUANGAN

DALAM MEWUJUDKAN PONDOK PESANTREN MANDIRI


(STUDI KASUS DI PONDOK PESANTREN CENDEKIA
DARUL LUTVIYAH MURNI NW AIKMEL LOMBOK TIMUR)

Oleh:

ZAYYINUN MUNIRAH
NIM : 170403056

Tesis ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk mendapat


gelar Magister Manajemen Pendidikan Islam

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM
2020
MANAJEMEN PENGELOLAAN KEUANGAN
DALAM MEWUJUDKAN PONDOK PESANTREN MANDIRI
(STUDI KASUS DI PONDOK PESANTREN CENDEKIA
DARUL LUTVIYAH MURNI NW AIKMEL LOMBOK TIMUR)

Pembimbing:
Dr. H. MAIMUN, M.Pd
Dr. MOH. IWAN FITRIANI, M.Pd

Oleh:
ZAYYINUN MUNIRAH
NIM : 170403056

Tesis ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk mendapat


gelar Magister Manajemen Pendidikan Islam

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM
2020
UPT. TIPD UIN Mataram
Plagiarism Checker Certificate

NO: TIPD/01/PLGX/0267/2020
Sertifikat ini diberikan kepada :
ZAYYINUN MUNIRAH (170403056)
Dengan Judul Tesis :

“Manajemen Pengelolaan Keuangan dalam Mewujudkan Pondok Pesantren Mandiri (Studi Kasus di Pondok Pesantren
Cendekia Darul Lutviyah Murni NW Aikmel Lombok Timur)”

Tesis Tersebut telah Melakukan Uji Cek Plagiasi Menggunakan Aplikasi Turnitin
Similarity Found: 7%
Submission Date : 23-Jun-2020 07:03AM (UTC+0530)
Submission ID : 1348325165

PTIPDPLGX0267
MANAJEMEN PENGELOLAAN KEUANGAN
DALAM MEWUJUDKAN PONDOK PESANTREN MANDIRI
(STUDI KASUS DI PONDOK PESANTREN CENDEKIA
DARUL LUTVIYAH MURNI NW AIKMEL LOMBOK TIMUR)

Oleh:

ZAYYINUN MUNIRAH
NIM : 170403056

ABSTRAK

Masalah keuangan selalu menjadi kendala dalam pengelolaan pondok


pesantren. Untuk menanggulangi masalah tersebut, dibutuhkan pengelolaan
keuangan yang baik agar mampu menjadi pesantren mandiri secara ekonomi
sehingga terbentuklah pesantren yang bermutu serta memiliki lulusan yang
berkualitas.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan
manajemen pengelolaan keuangan, implikasi manajemen pengelolaan keuangan
dan tantangan manajemen pengelolaan keuangan di pondok pesantren
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, pengumpulan data
menggunakan teknik wawancara mendalam, observasi dan dokumentasi. Teknik
analisis data menggunakan pengumpulan data, penyajian data, reduksi data dan
pengambilan kesimpulan. Pengecekan keabsahan data menggunakan credibility,
transferability, dependability, dan confirmability.
Dari hasil analisis data dapat diperoleh temuan-temuan sebagai berikut: (1)
Manajemen pengelolaan keuangan meliputi (a) perencanaan, dilakukan setiap
tahun dengan melibatkan pengurus pesantren, dewan guru, komite sekolah dan
perwakilan dari wali santri, (b) pengorganisasian, dilakukan dengan merancang
program dan menunjuk SDM yang kompeten di bidangnya, (c) pelaksanaan,
dilakukan dengan menentukan sumber pendapatan dan pengalokasian dana. (d)
pengawasan, dilakukan dengan mewajibkan setiap lembaga yang berada di bawah
yayasan membuat laporan pertanggungjawaban keuangan. (2) implikasi
manajemen pengelolaan keuangan yaitu kesejahteraan rohaniah dan material bagi
guru, meningkatnya fasilitas pesantren, dan tingginya minat santri untuk
melanjutkan pendidikan di pondok pesantren Cendekia (3) Tantangan manajemen
pengelolaan keuangan diantaranya: perkembangan teknologi informasi,
berkembangnya usaha masyarakat, banyak didirikannya pondok pesantren, dan
terjadinya persaingan antar pondok pesantren

Kata Kunci : Manajemen Keuangan, Pondok Pesantren, Mandiri

vi
MOTTO

َ ُ َ ٌۢ َ َ َّ َّ َ َّ ۟ ُ َّ َ َ ْ َ َّ َ َّ ٌ ْ َ ْ ُ َ ْ َ َ َّ ۟ ُ َّ ۟ ُ َ َ َ َّ َ ُّ َ َٰٓ َ
‫ٱَّلل خ ِب ٌي ِب َما ت ْع َملون‬ ‫ي أيها ٱل ِذين ءامنوا ٱتقوا ٱَّلل ولتنظر نفس ما قدمت ِلغ ٍد ۖ وٱتقوا ٱَّلل ۚ ِإن‬

“ Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah


setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (Akhirat),
dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan.”1

(Al Hasyr [59]: 18)

1
Yayasan Penyelenggara Penerjemah Al-Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Solo: PT.
Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2015), 545.

viii
Tesis dipersembahkan kepada:

1. Bapak dan Ibunda serta kedua mertua


2. Suami tercinta (Lalu Asriadi Azhar, M.Pd.I) dan putriku tersayang (Baiq
Aminatul Ulya)
3. Semua keluarga dan guru-guruku
4. Teman-teman seperjuangan

ix
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah. Segala puji hanya bagi Allah, Tuhan sekalian alam.


Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada baginda Nabi Muhammad
SAW, juga kepada keluarga, sahabat, dan semua pengikutnya. Aamiin.
Penulisan tesis ini merupakan tugas akhir untuk memenuhi sebagian
persyaratan dalam memperoleh gelar Magister Pendidikan Program Studi
Manajemen Pemdidikan Islam pada Program Pascasarjana Universitas Islam
Negeri Mataram. Tesis ini berisikan tentang aplikasi fungsi-fungsi manajemen
dalam pengelolaan keuangan yang berimplikasi pada kemandirian secara ekonomi
khususnya di pondok pesantren Cendekia Darul Lutviyah Murni NW Lombok
Timur. Dalam penyusunan tesis ini peneliti mendapat bantuan dan dukungan dari
berbagai pihak.. Oleh karena itu, disampaikan ucapan terimakasih yang dalam dan
pengargaan yang tinggi terutama kepada Yth.:
1. Dr. H. Maimun, S.Ag, M.Pd selaku pembimbing I sekaligus sebagai
dewan penguji;
2. Dr. Moh. Iwan Fitriani, M.Pd selaku pembimbing II sekaligus sebagai
dewan penguji serta ketua Program Studi Manajemen Pendidikan Islam
Pascasarjana Universitas Islam Negeri Mataram;
3. Dr. H. Adi Fadli, M.Ag selaku ketua penguji sekaligus sekertaris Program
Studi Pascasarjana Universitas Islam Negeri Mataram;
4. Dr. Faizah, MA selaku penguji utama sekaligus sebagai Wakil Rektor 2
Universitas Islam Negeri Mataram;
5. Prof. Dr. Suprapto, M.Ag selaku direktur Pascasarjana Universitas Islam
Negeri Mataram;
6. Prof. Dr. H. Mutawali, M.Ag selaku Rektor Universitas Islam Negeri
Mataram;
7. Pimpinan yayasan pondok pesantren Cendekia Darul Lutviyah Murni NW
Lombok Timur beserta seluruh ustadz/ ustazah, staf dan para santri.

x
8. Pihak-pihak lain yang tidak mungkin disebutkan namanya satu persatu
dalam kesempatan ini.
Mudah-mudahan amal baik Bapak/Ibu/Saudara tercatat di sisi Allah SWT
sebagai amal jariyah dan mendapatkan ganjaran yang berlipat ganda. Peneliti
menyadari bahwa penulisan tesis ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu,
masukan yang konstruktif diterima dengan tangan terbuka. Semoga tesis ini
bermanfaat. Terima kasih.

Mataram, 29 Juni 2020


Peneliti

Zayyinun Munirah

xi
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB LATIN

Penulisan trensliterasi Arab-Latin dalam Tesis ini menggunakan


pedoman transliterasi Library of Congress Romanization of Arabic yang dapat
diuraikan sebagai berikut:

A. Konsonan
Konsonan
Transliterasi
Akhir Tengah Awal Tunggal
‫ـا‬ ‫ا‬ Tidak dilambangkan
‫ـب‬ ‫ـبـ‬ ‫بـ‬ ‫ب‬ b
‫ـت‬ ‫ـتـ‬ ‫تـ‬ ‫ت‬ t
‫ـث‬ ‫ـثـ‬ ‫ثـ‬ ‫ث‬ th
‫ـج‬ ‫ـجـ‬ ‫جـ‬ ‫ج‬ j
‫ـح‬ ‫ـحـ‬ ‫حـ‬ ‫ح‬ h
‫ـخ‬ ‫ـخـ‬ ‫خـ‬ ‫خ‬ kh
‫ـد‬ ‫د‬ d
‫ـذ‬ ‫ذ‬ dh
‫ـر‬ ‫ر‬ r
‫ـز‬ ‫ز‬ z
‫ـس‬ ‫ـسـ‬ ‫سـ‬ ‫س‬ s
‫ـش‬ ‫ـشـ‬ ‫شـ‬ ‫ش‬ sh
‫ـص‬ ‫ـصـ‬ ‫صـ‬ ‫ص‬ s
‫ـض‬ ‫ـضـ‬ ‫ضـ‬ ‫ض‬ d
‫ـط‬ ‫ـطـ‬ ‫طـ‬ ‫ط‬ t
‫ـظ‬ ‫ـظـ‬ ‫ظـ‬ ‫ظ‬ z
‫ـع‬ ‫ـعـ‬ ‫عـ‬ ‫ع‬ ‘
‫ـغ‬ ‫ـغـ‬ ‫غـ‬ ‫غ‬ gh
‫ـف‬ ‫ـفـ‬ ‫فـ‬ ‫ف‬ f
‫ـق‬ ‫ـقـ‬ ‫قـ‬ ‫ق‬ q
‫ـك‬ ‫ـكـ‬ ‫كـ‬ ‫ك‬ k
‫ـل‬ ‫ـلـ‬ ‫لـ‬ ‫ل‬ i
‫ـم‬ ‫ـمـ‬ ‫مـ‬ ‫م‬ m
‫ـن‬ ‫ـنـ‬ ‫نـ‬ ‫ن‬ n
‫ ـة‬،‫ـه‬ ‫ـهـ‬ ‫هـ‬ ‫ه‬،‫ة‬ h
‫ـو‬ w
‫ـي‬ ‫ـيـ‬ ‫يـ‬ ‫ي‬ y

B. Vocal dan Diftong

xii
َ = a ‫َا‬ = ā ‫َي‬ = I

َ = u ‫َى‬ = á ‫َو‬ = aw
َ = i ‫َو‬ = u ‫َي‬ = ay

xiii
DAFTAR ISI

KOVER LUAR……………………………………………………………
LEMBAR LOGO…..……………………………………………………..
KOVER DALAM…………………………………………………………
PERSETUJUAN PEMBIMBING............................................................. ii
PENGESAHAN PENGUJI..……………………………………………. iii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA…..……………………………... iv
LEMBAR PENGECEKAN PLAGIARISME………………………...... v
ABSTRAK………………………………………………………………... vi
MOTTO…………………………………………………………………... viii
PERSEMBAHAN………………………………………………………… ix
KATA PENGANTAR……………………………………………………. x
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB LATIN..................................... xii
DAFTAR ISI……………………………………………………………… xiii
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………... xvi
DAFTAR TABEL....................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………... xviii

BAB I PENDAHULUAN………………………………………….. 1
A. Latar Belakang Masalah………………………………... 1
B. Identifikasi, Batasan dan Rumusan Masalah…………… 8
C. Tujuan Penelitian….……………………………………. 10
D. Signifikansi dan Manfaat Penelitian…………………… 10
E. Penelitian Terdahulu yang Relevan…………………….. 12
F. Kerangka Teori…………………………………………. 15
1. Manajemen Keuangan .............................………..... 15
2. Pondok Pesantren Mandiri........…………………… 30
3. Implikasi Manajemen Keuangan terhadap
Kemandirian Pondok Pesantren…………................ 31
G. Metode Penelitian………………………………………. 38

xiii
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian…………………… 38
2. Data dan Sumber Data…………………………….. 39
3. Metode Pengumpulan Data………………………... 40
4. Teknik Analisis Data………………………………. 42
5. Pengecekan Keabsahan Data………………………. 47
H. Sistematika Pembahasan………………………….......... 52

BAB II PAPARAN DATA DAN TEMUAN……………………… 54


A. Deskripsi Umum Lokasi Penelitian…………………….. 54
B. Manajemen Keuangan Pondok Pesantren Cendekia
Darul Lutviyah Murni NW Aikmel Lombok
Timur................................................................................ 57
C. Implikasi Manajemen Keuangan bagi Kemandirian
Pesantren di Pondok Pesantren Cendekia Darul
Lutviyah Murni NW Aikmel Lombok Timur.................. 85
D. Tantangan Manajemen Keuangan di Pondok Pesantren
Cendekia Darul Lutviyah Murni NW Aikmel Lombok
Timur................................................................................ 95

BAB III PEMBAHASAN…………………………………………… 105


A. Manajemen Keuangan di Pondok Pesantren Cendekia
Darul Lutviyah Murni NW Aikmel Lombok
Timur................................................................................ 105
B. Implikasi Manajemen Keuangan bagi Kemandirian
Pesantren di Pondok Pesantren Cendekia Darul
Lutviyah Murni NW Aikmel Lombok Timur.................. 111
C. Tantangan Manajemen Keuangan di Pondok Pesantren
Cendekia Darul Lutviyah Murni NW Aikmel Lombok
Timur.................................................... 121

BAB VI PENUTUP…………………………………………….......... 128


A. Kesimpulan……………………………………………... 128

xiv
B. Saran……………………………………………………. 131

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

xv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Analisis Data Model Milles dan Huberman

Gambar 2 Triangulasi Teknik Pengumpulan Data

Gambar 3 Triangulasi Sumber Data

xvii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Analisis Data Model Milles dan Huberman

xviii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Kartu Konsultasi Proposal Pembimbing I

Lampiran 2 : Kartu Konsultasi Proposal Pembimbing II

Lampiran 3 : Kartu Konsultasi Tesis Pembimbing I

Lampiran 4 : Kartu Konsultasi Tesis Pembimbing II

Lampiran 5 : Pedoman Wawancara

Lampiran 6 : Surat Izin Penelitian ke KESBANGPOL DAGRI

Lampiran 7 : Surat Izin Penelitian ke Pondok Pesantren Cendekia Darul

Lutviyah Murni NW Lombok Timur

Lampiran 8 : Surat Bukti Cek Plagiasi proposal Penelitian

Lampiran 9 : Surat Bukti Cek Plagiasi Tesis

Lampiran 10 : Dokumentasi Pondok Pesantren Cendekia Darul Lutviyah

Murni NW Lombok Timur.

xix
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan hal mutlak yang dibutuhkan oleh manusia

untuk membentuk negara maju dan mampu bersaing dalam dunia global.

Pendidikan di Indonesia diselenggarakan dalam rangka mencerdaskan

bangsa. Secara umum, pendidikan dibedakan menjadi dua bagian yaitu

pendidikan formal dan informal. Pendidikan formal merupakan “jalur

pendidikan terstruktur dan berjenjang terdiri dari pendidikan dasar,

menengah, dan tinggi”. 1 Sedangkan pendidikan informal merupakan “jalur

pendidikan keluarga dan lingkungan”. 2 Untuk mewujudkan tujuan pendidikan

nasional maka dibentuklah sebuah lembaga pendidikan yang

mengintegrasikan antara pendidikan formal dan nonformal yang disebut

dengan pondok pesantren.

Pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam yang

mengajarkan ilmu-ilmu keislaman dipimpin oleh seorang kyai sebagai

pemangku atau pemilik pondok pesantren dibantu oleh ustaz atau guru yang

mengajarkan ilmu-ilmu keislaman kepada santri, melalui metode dan teknik

yang khas. 3 Pondok pesantren merupakan salah satu lembaga pendidikan

tertua di Indonesia. Sebagai lembaga tertua, pesantren memiliki kontribusi

1
Rulam Ahmadi, Pengantar Pendidikan, Asas dan Filsafat Pendidikan (Yogyakarta:Ar-
Ruzz Media, 2016), 81.
2
Ahmadi, Pengantar Pendidikan, 81.
3
A. Halim, Manajemen Pesantren Cet. 2 (Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2009), 247.

1
2

dalam mewarnai perjalanan sejarah bangsa ini. Kontribusi ini tidak hanya

berkaitan dengan aspek pendidikan semata, tetapi juga berkaitan dengan


4
bidang-bidang lain dalam skala yang lebih luas. Keberadaan pondok

pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam tertua di indonesia telah tumbuh

dan berkembang sejak masa penyiaran Islam dan telah banyak berperan

dalam kehidupan masyarakat.5

Namun demikian eksistensi pesantren sebagai lembaga pendidikan

mendapat tantangan dan rintangan. Perlu disadari bahwa UU No. 20 tahun

2003 tidak mungkin dapat mengatur semua kegiatan pendidikan yang terjadi

di lapangan. Undang-undang pendidikan nasional hanya mampu memberikan

arah dan memberikan prinsip-prinsip dasar untuk menuju arah tersebut, serta

mengatur prosedurnya secara umum. Realitas pelaksanaan pendidikan di

lapangan akan banyak ditentukan oleh petugas yang berada di barisan paling

depan, yaitu guru, kepala sekolah, dan tenaga-tenaga kependidikan lainnya.

Pendidikan kita saat ini sedang dihadapkan pada empat masalah besar, yaitu

masalah mutu, pemerataan, motivasi, dan keterbatasan sumber daya dan

sumber dana pendidikan.6

Berdasarkan atas PMA (Peraturan Menteri Agama) nomor 13 tahun

2014 tentang pendidikan keagamaan Islam dan PMA nomor 18 tahun 2014

tentang satuan muadalah pada pondok pesantren. Berasarkan data sementara,

4
Efendi Nur. Manajemen Perubahan Di Pondok Pesantren (Yogyakarta: Penerbit Teras,
2014).
5
Fathul Aminudin Aziz. Manajemen Pesantren “Paradigma Baru Mengembangkan
Pesantren (Yogyakarta: Mitra Media, 2014), 2.
6
Yeti Hartati dan Mumuh Muhsin. Manajemen Sumber Daya Pendidikan (Bandung:
Pustaka Setia, 2014), 7.
3

jumlah lembaga ini secara keseluruhan berjumlah 112 lembaga dengan

jumlah ustad sebanyak 2240 dan santri sebanyak 49.913 jiwa. Mengacu pada

implmentasi anggaran tahun 2015, diperoleh bahwa data dari APBN untuk

anggaran pendidikan sebesar 20%. Atau senilai 408,09 T, namun anggaran

tersebut merupakan anggaran untuk lembaga pendidikan formal. Ini

berimplikasi pada sarana dan prasarana dan juga tenaga pengajar yang

mengajar di layanan pendidikan jalur non formal, seperti kyai dan ustad pada

pondok pesantren, sehingga para ustad ini tidak mendapatkan alokasi

anggaran tunjangan fungsional. 7

Persoalan minimnya anggaran pendidikan Islam juga dipengaruhi oleh

regulasi dan rezim APK (Angka Partisipasi Kasar) yang menjadi

pengalokasian anggaran yang tidak berpihak pada layanan pendidikan Islam.

Disisi lain, pola anggaran yang dikoordinasikan melalui bappenas,

kementrian keuangan, dan lembaga-lembaga lainnya yang merujuk pada APK

pendidikan berimplikasi pada minimnya anggaran untuk pendidikan Islam,

terutama untuk layanan pendidikan pada jalur nonformal seperti pondok

pesantren. Dalam penyelenggaraan pondok pesantrem ada beberapa faktor

yang berperan dalam sistem penyelenggaraan pondok pesantren yaitu,

organisasi sebagai faktor sarana, administrasi sebagai faktor karsa dan

manajemen sebagai faktor upaya.

7
http://www.nu.or.id/post/read/75392/mengapa-anggaran-untuk-lembaga-
pendidikanislam-rendah
4

Manajemen merupakan sebuah proses yang khas terdiri dari

perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan serta evaluasi

yang dilakukan pihak pengelola organisasi untuk mencapai tujuan bersama

dengan memberdayakan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya. 8

Manajemen Pendidikan memiliki beberapa subtansi, yaitu menejemen

kurikulum, manajemen kesiswaan, menajemen sarana dan prasarana,

menejemen hubungan masyarakat, manajemen personalia, dan menejemen

keuangan.9

Keuangan dan pembiayaan merupakan salah satu sumber daya yang

secara langsung menunjang efektifitas dan efisiensi pengelolaan pendidikan.

Keuangan dan pembiayaan penyelenggaraan pendidikan merupakan potensi

yang sangat menentukan dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam

kajian manajemen pendidikan. Komponen keuangan dan pembiayaan pada

suatu sekolah maupun pesantren merupakan komponen produksi yang

menentukan terlaksananya kegiatan proses belajar mengajar di sekolah

ataupun pesantren bersama dengan komponen-komponen yang lain. Dengan

kata lain setiap kegiatan yang dilakukan sekolah maupun pesantren

memerlukan biaya, baik disadari maupun tidak disadari. Komponen keuangan

dan pembiayaan ini perlu dikelola sebaik-baiknya. Agar dana-dana yang ada

dapat dimanfaatkan secara optimal untuk menunjang tercapainya tujuan

pendidikan.

8
Mulyono. Manajemen Administrasi & Organisasi Pendidikan (Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media, 2014).
9
Sri Minarti. Manajemen Sekolah Mengelola Lembaga Pendidikan Secara Mandiri
(Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2011).
5

Pengelolaan keuangan merupakan salah satu unsur yang penting

dalam sebuah lembaga pendidikan atau dalam hal ini pondok pesantren agar

menjadi lembaga pendidikan yang mandiri. Hal ini sebagaimana diungkapkan

oleh Mujamil Qomar dalam Saihudin bahwa ada dua hal yang menyebabkan

besarnya perhatian terhadap keuangan. Pertama, keuangan sebagai kunci

penentu keberlangsungan dan kemajuan dalam sebuah lembaga pendidikan.

Sehingga program-program pembaruan atau pengembangan pendidikan akan

mengalami kegagalan ketika tidak didukung oleh keuangan yang memadai.

Kedua, lazimnya keuangan sulit didapatkan dalam jumlah yang besar

khususnya bagi lembaga-lembaga pendidikan swasta yang baru berdiri. 10

Ada beragam sumber dana yang dimiliki oleh suatu pondok pesantren,

baik dari pemerintah maupun pihak lain. Ketika dana tersebut mengalir

masuk, maka harus dipersiapkan sistem pengelolaan keuangan yang

profesional sehingga bisa terkelola dengan baik serta mewujudkan

kemandirian bagi pondok pesantren. Kenyataan di lapangan hingga saat ini,

masalah keuangan pesantren selalu menjadi kendala dalam melakukan

aktivitas pesantren, baik itu berkaitan dengan anggaran, akutansi, penataan

administrasi, pengalokasian serta kebutuhan pengembangan pondok

pesantren dalam proses aktivitas kesehariannya. Tidak sedikit pondok

pesantren memiliki sumberdaya baik manusia maupun alamnya yang tidak

tertata dengan rapi serta proses pendidikan pesantren berjalan lambat karena

kesalahan dalam penataan menejemen atau pengelolaan keuangannya.

10
Saihudin, Manajemen Institusi Pendidikan (Ponorogo: Uwais Inspirasi Indonesia,
2018), 2.
6

Berbeda dengan hal tersebut, pondok pesantren Cendekia mengalami

perkembangan yang cukup pesat ditengah usianya yang masih sangat muda,

ciri pesatnya perkembangan tersebut bisa dilihat dari jumlah siswa yang terus

meningkat setiap tahun serta banyaknya usaha yang dikelola oleh pondok

pesantren berupa koperasi pondok pesantren (kopontren), siaran radio,

peternakan ayam, budi daya ikan air tawar, konveksi, penyewaan terop dan

penyewaan alat transportasi. 11 Hal ini tentu bukan sesuatu yang kebetulan,

akan tetapi melalui manajemen yang diterapkan oleh pihak pondok pesantren.

Manajemen yang dimaksud adalah manajemen pengelolaan keuangan, yaitu

manajemen yang berkaitan dengan segala kebutuhan finansial pondok

pesantren yang diharapkan berimplikasi pada komponen proses berupa

kesejahteraan guru, kelengkapan sarana prasarana pembelajaran dan penataan

lingkungan yang baik serta implikasi hasil pembelajaran yang berupa prestasi

akademik dan non-akademik santri dan keberterimaan santri di mata stake

holder pondok pesantren Cendekia.

Oleh sebab itu, penelitian ini dilakukan di pondok pesantren Cendekia

Darul Lutviyah Murni NW Aikmel Lombok Timur dengan alasan empirik

berikut,

Pertama, berdasarkan hasil observasi yang dilakukan, pondok

pesantren Cendekia merupakan salah satu pondok pesantren yang

perkembangannya cukup pesat, hal ini terlihat dari kemampuan pesantren

dalam menarik perhatian para santri dari luar daerah untuk bisa menuntut

11
Observasi awal, dilakukan pada tanggal 21 September 2018.
7

ilmu. Pondok pesantren Cendekia juga merupakan salah satu pondok

pesantren yang berbeda dan khas, hadir dengan mengusung konsep alam

dalam pembelajarannya. Pembelajaran yang dilakukan tidak sebatas transfer

ilmu pengetahuan, membaca dan menulis akan tetapi lingkungan pondok

pesantren di desain menjadi lembaga pendidikan yang dapat dijadikan tempat

berwisata dan berwirausaha 12 . Hal tersebut menunjukkan bahwa pondok

pesantren tidak lagi hanya dipahami sebagai lembaga pendidikan yang hanya

mengajarkan agama tapi mengajarkan berbagai bidang sesuai dengan

kebutuhan dan perkembangan yang terjadi.

Kedua, berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan kepala

pondok pesantren mengungkapkan bahwa pondok pesantren Cendekia di

usianya yang masih sangat muda sudah mampu menoreh berbagai prestasi

baik dalam lingkup lokal maupun nasional. Lebih lanjut beliau

mengungkapkan bahwa pondok pesantren Cendekia secara finansial mampu

membiayai operasionalnya tanpa bergantung sepenuhnya terhadap

pemerintah. Hal ini didukung dengan adanya berbagai usaha yang dikelola

oleh pondok pesantren serta membangun kerjasama dengan berbagai instansi

yang dapat mendukung perkembangan pondok pesantren baik swasta

ataupuan lembaga pemerintahan. 13 Kemampuan pondok pesantren dalam

mengelola keuangan serta pengembangan usaha di lingkungan pondok

pesantren harus terus dikembangkan sehingga pondok pesantren tidak lagi

12
Observasi awal, dilakukan pada tanggal 21 September 2018.
13
Saefuddin, Wawancara, 21 September 2018, pukul 09.00-10.10.
8

menggantungkan diri kepada pemerintah atau santri dalam membiayai

oprasionalnya.

Melihat berbagai keunggulan serta ke khasan dari pondok pesantren

Cendekia sebagaimana disebutkan sebelumnya, maka peneliti merasa hal

tersebut menarik untuk dikaji lebih dalam dengan judul “Manajemen

pengelolaan keuangan dalam mewujudkan pondok pesantren mandiri (studi

kasus di pondok pesantren Cendekia Darul Lutviyah Murni NW Aikmel

Lombok Timur)”.

B. Identifikasi, Batasan, dan Rumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, muncul beberapa permaslahan

yang dapat di rangkum dalam identifikasi masalah sebagai berikut,

a. Pondok Pesantren sering dipahami sebagai tempat belajar secara

sempit yaitu tempat membaca, diskusi, mengerjakan tugas dan transfer

ilmu di mana siswa tinggal di dalamnya secara langsung padahal

idealnya, Pondok pesantren harus memiliki konsep yang lebih luas

yaitu tempat tinggal siswa, tempat sekolah atau belajar, berwirausaha,

berwisata dan lain sebagainya.

b. Pembiayaan operasional dan kelengkapan sarana prasarana pondok

pesantren seringkali bergantung pada pemerintah dan pengeluaran

santri, padahal seharusnya pondok pesantren mempu mengelola


9

keuangnnya dengan baik sehingga menciptakan kemandirian secara

finansial (ekonomi).

c. Pondok pesantren dipahami sebagai lembaga yang hanya memberikan

pemahaman agama kepada santrinya, padahal pendidikan di podok

pesantren bisa dikembangkan dalam berbagai bidang sesuai dengan

perkembangan yang terjadi.

d. Pondok pesantren seringkali membatasi diri sehingga kerjasama yang

dilakukan sangat terbatas, padahal seharusnya pondok pesantren bisa

membuka diri untuk terus melakukan kerjasama membangun jaringan

dengan berbagai instansi yang dapat membantu dalam pengembangan

pesantren.

2. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka

peneliti hanya memfokuskan kajian pada manajemen pengelolaan

keuangan dan implikasinya terhadap kemandirian pesantren serta

tantangan pengelolaan keuangan di pondok pesantren Cendekia Darul

Lutviyah Murni NW Aikmel Lombok Timur.

3. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan batasan masalah di atas, maka yang

menjadi rumusan masalahnya yaitu,

a. Bagaimana manajemen pengelolaan keuangan di pondok pesantren

Cendekia Darul Lutviyah Murni NW Aikmel Lombok Timur?


10

b. Bagaimana implikasi manajemen pengelolaan keuangan bagi

kemandirian pesantren di pondok pesantren Cendekia Darul Lutviyah

Murni NW Aikmel Lombok Timur?

c. Bagaimana tantangan manajemen pengelolaan keuangan di pondok

pesantren Cendekia Darul Lutviyah Murni NW Aikmel Lombok

Timur?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan manajemen pengelolaan

keuangan di pondok pesantren Cendekia Darul Lutviyah Murni NW

Aikmel Lombok Timur.

2. Untuk menganalisis dan mendeskripsikan implikasi manajemen

pengelolaan keuangan bagi kemandirian pesantren di pondok pesantren

Cendekia Darul Lutviyah Murni NW Aikmel Lombok Timur.

3. Untuk menganalisis dan mendeskripsikan tantangan manajemen

pengelolaan keuangan di pondok pesantren Cendekia Darul Lutviyah

Murni NW Aikmel Lombok Timur.

D. Signifikansi dan Manfaat Penelitian

Penelitian ini nantinya diharapkan dapat memberikan manfaat

sebagai berikut:

1. Manfaat secara teoritik, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan

kontribusi keilmuan di UIN Mataram, khususnya program Pascasarjana


11

Magister Manajemen Pendidikan Islam yang mana salah satu konsen dari

program studi ini adalah memberikan perhatian khusus pada lembaga

pendidikan pondok pesantren.

2. Manfaat secara Praktis

a. Bagi pondok pesantren, hasil penelitian ini bisa menjadi salah satu

sarana promosi bagi pondok pesantren dalam mengembangkan dan

mempertahankan eksistensinya di tengah-tengah masyarakat.

b. Bagi peneliti, hasil penelitian ini bisa menjadi tambahan wawasan

mengenai bagaimana manajemen pengelolaan keuangan pondok

pesantren yang baik sehingga outputnya mengarah pada kemandirian

pondok pesantren.

c. Bagi masyarakat, hasil penelitian ini bisa menjadi salah satu

pertimbangan untuk memilih pondok pesantren sebagai lembaga

pendidikan yang tepat untuk mendidik anak-anak mereka di masa

depan.

d. Bagi pondok pesantren lain, hasil penelitian ini nantinya diharapkan

dapat menjadi Roll Model atau cerminan dan bahan masukan bagi

para pengelola pondok pesantren untuk meningkatkan kinerja

keuangan pondok pesantren sehingga ke depan bisa terwujud pondok

pesantren mandiri.
12

E. Penelitian Terdahulu yang Relevan

Penelitian terdahulu penting dipaparkan dalam sebuah karya ilmiah

untuk mengetahui di mana letak orisinalitas penelitian yang akan dilakukan

dengan penelitian yang sudah ada sebelumnya. Penelitian tentang manajemen

pengelolaan keuangan pondok pesantren bukanlah penelitian yang baru,

melainkan sebuah permasalahan yang pernah diteliti sebelumnya oleh banyak

peneliti. Sejauh penelusuran yang telah dilakukan, ditemukan beberapa karya

berupa hasil penelitian dalam bentuk tesis dan artikel dalam jurnal online.

Berikut beberapa kajian sebelumnya yang dimaksud, antara lain:

1. Tesis yang ditulis oleh Mugni dengan judul: “Manajemen Pondok

Pesantren dalam Mengoptimalkan Dana Masyarakat (Studi Kasus di

Pondok Pesantren Syaikh Zainuddin Nahdlatul Wathan Anjani Lombok

Timur)”.14 Dalam penelitiannya Mugni mengungkapkan bahwa dari hasil

analisis data dapat diperoleh temuan-temuan sebagai berikut (1)

perencanaan pengumpulan dan pemanfaatan dana dilakukan sejak awal

pendirian pesantren, terus direncana setiap tahun, sumber dana ada tiga,

yakni masyarakat, santri, dan pemerintah/ donatur. Dana diperoleh melalui

pengajian, peringatan ulang tahun, pemungutan dana dari santri dan

proposal. Dana yang berasal dari masyarakat dan pemerintah untuk

membebaskan tanah dan membangun gedung dan dana dari santri untuk

biaya operasional kegiatan di pondok pesantren. Perencanaan dilakukan

oleh pengurus pondok pesantren bersama komite sekolah/majelis


14
Mugni, “Manajemen Pondok Pesantren dalam Mengoptimalkan dana Masyarakat
(Studi Kasus di Pondok Pesantren Syaikh Zainuddin Nahdlatul Wathan Anjani Lombok Timur”
(Tesis, Universitas Negeri Surabaya, 2003).
13

madrasah, orang tua santri, pimpinan lembaga pendidikan, dan pengurus

Nahdlatul Wathan, (2) pengorganisasian dilakukan dengan membentuk

pengajian, panitia ulang tahun, petugas keuangan tim penyusun proposal,

dan panitia pembangunan, (3) pengarahan dilakukan oleh dewan Kiyai

dengan memberikan motivasi berdasarkan nilai-nilai agama, (4)

pengawasan dilakukan oleh pengurus pondok pesantren secara langsung

dan tidak langung (5) akuntabilitas dilakukan dalam bentuk pengumuman

oleh pengurus pondok pesantren.

2. Tesis yang ditulis oleh Suhadi, dengan judul: “Manajemen Pembiayaan

Pendidikan pada Pondok Pesantren An Nur Wanarejan Utara Kabupaten

Pemalang”. 15 Dalam penelitiannya Suhadi mengungkapkan bahwa, (1)

dalam proses penganggaran pembiayaan pendidikan pondok pesantren An

Nur melibatkan pengasuh, pengurus, dewan asatid (pengajar) serta

bendahara pondok pesantren dan dilaksanakan pada awal bulan syawal.

Dalam melakukan musyawarah peserta menyusun perencanaan anggaran

kemudian meminta persetujuan kepada pengasuh pondok pesantren, (2)

dalam proses pembukuan pembiayaan pendidikan pondok pesantren An

Nur, masing-masing ketua kelas melaporkan kepada bendahara terkait

pengeluaran dan pemasukan. Proses ini dilakukan pada akhir bulan.

Setelah pembukuan selesai, maka akan disahkan oleh pengasuh, kepala

serta bendahara pondok, (3) evaluasi pembiayaan pendidikan tidak

terjadwal secara pasti dalam 1 bulan, (4) faktor-faktor pendukung yang

15
Suhadi, “Manajemen Pembiayaan Pendidikan pada Pondok Pesantren An Nur
Wanarejan Utara Kabupaten Pemalang, (Tesis, Universitas Negeri Semarang, 2015).
14

ada di antaranya, pembayaran spp santri, kerja sama dengan donatur dan

pemerintah, sedangkan faktor yang menghambat berkenaan dengan

pencairan dana dan keterlambatan pembayaran spp oleh santri.

3. Artikel yang ditulis oleh Miftahol Arifin dengan judul, “Manajemen


16
Keuangan Pondok Pesantren”. Dalam penelitiannya Miftahol

mengungkapkan bahwa ada tiga faktor yang berperan dalam sistem

penyelenggaraan pondok pesantren yaitu, manajemen sebagai faktor

upaya, organisasi sebagai faktor sarana, serta administrasi sebagai faktor

karsa. Lebih lanjut Miftahol mengungkapkan bahwa manajemen keuangan

menjadi salah satu faktor upaya dalam pondok pesantren, di mana

manajemen keuangan pondok pesantren yang dimaksud merupakan

kegiatan untuk mencapai tujuan yang telah disusun dengan cara

mengembangkan serta mengelola berbagai potensi baik itu berupa sumber

daya dan sumber dana yang ada di pondok pesantren secara efektif dan

efisien. Kegiatan ini dimulai dengan perencanaan, pengorganisasian,

pelaksanaan sampai dengan pengawasan.

Berdasarkan hasil kajian dari empat penelitian terdahulu yang

telah dipaparkan, obyek penelitian yang akan peneliti lakukan memiliki

obyek yang berbeda. Kajian penelitian yang dilakukan oleh Mugni

mengenai manajemen pondok pesantren dan optimalisasi dana masyarakat

di mana Mugni memaparkan manajemen pondok pesantren secara umum.

Sedangkan Suhadi hanya terfokus pada satu obyek kajian yaitu

16
Miftahol Arifin dengan judul, “Manajemen Keuangan Pondok Pesantren”,
http://ejournal.kopertais4.or.id/madura/index.php/fikrotuna/article/download/2745/2022/.
15

manajemen pembiayaan pendidikan. Hal ini sama dengan penelitian yang

dilakukan oleh Miftahol Arifin yang hanya terfokus pada satu obyek

kajian secara umum yaitu manajemen keuangan pondok pesantren.

Adapun fokus yang dikaji dalam penelitian ini yaitu tentang

bagaimana manajemen pengelolaan keuangan dan implikasinya terhadap

kemandirian pondok pesantren serta tantangan manajemen pengelolaan

keuangan yang ada di pondok pesantren Cendekia Darul Lutviyah Murni

NW Aikmel Lombok Timur. Perbedaan kajian yang dilakukan terletak

pada penggunakan obyek, fokus penelitian, teori yang digunakan serta

lokasi penelitian dari masing-masing penelitian terdahulu yang telah

dipaparkan.

F. Kerangka Teori

1. Manajemen Keuangan

Handoko menegaskan bahwa manajemen dibutuhkan untuk

semua tipe kegiatan yang diorganisir dan dalam semua tipe organisasi.

Dalam praktik manajemen dibutuhkan di mana saja orang bekerja

bersama (organisasi) untuk mencapai tujuan bersama. Dengan demikian

manajemen memasuki semua fase dan lini sebuah organisasi dan bersifat

esensial untuk mencapai suatu koordinasi bagi orang-orang yang bersatu

guna mencapai suatu tujuan bersama.17

17
Andoko, T Hani. Manajemen Edisi 2 (Yogyakarta: BPFE, 2000), 3.
16

Kriteria keberhasilan dapat dilihat dari dua konsep yakni efesiensi

dan efektifitas. Efensiensi adalah kemampuan untuk menghasilkan suatu

pekerjaan dengan benar. Ini merupakan konsep matematika atau

merupakan perhitungan rasio antara keluaran (out put) dan masukan

(input). Seorang manejer dikatakan efesiensi bila ia mampu mencapai

keluaran yang lebih tinggi (hasil produktivitas, performa/kinerja)

dibandingkan masukan-masukan (tenaga kerja, bahan, uang, mesin dan

waktu) yang digunakan. Sedangkan efektivitas merupakan kemampuan

untuk memilih tujuan yang tepat serta peralatan yang tepat untuk

mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Peter Drucher dalam Handoko

menegaskan bahwa “efektivitas adalah melakukan pekerjaan yang benar

(doing the rigth things). Sedangkan efesiensi adalah melakukan

pekerjaan dengan benar (doing things right)”.18

Sementara itu, Mary Parker Folleft dalam Handoko

mendefinisikan manajemen sebagai “seni dalam menyelesaikan

pekerjaan melalui orang lain”. 19 Definisi ini berarti bahwa manajer

mencapai tujuan-tujuan organisasi melalui pengaturan orang lain untuk

melaksanakan berbagai tugas yang mungkin diperlukan atau berarti

dengan tidak melakukan tugas-tugas itu sendiri. Sedangkan Stoner dalam

Handoko mendefinisikan manjemen sebagai “proses perencanaan,

pengorganisasian, pengawasan dan pengarahan-pengarahan usaha-usaha

18
Andoko. Manajemen Edisi 2,7.
19
Andoko. Manajemen Edisi 2, 8.
17

para anggota oraganisasi lainnya untuk mencapai tujuan organisasi yang

telah ditetapkan”. 20

Dari definisi di atas bahwa Stoner telah menggunakan kata proses

bukan seni. Mengartikan manajemen sebagai seni mengandung arti

bahwa hal itu adalah kemampuan atau keterampilan khusus bahwa

mereka harus melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu yang saling

berkaitan untuk mencapai tujuan-tujuan yang mereka inginkan. Proses

tersebut terdiri dari kegiatan manajemen yaitu perencanaan,

pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan.

Dari uraian di atas dapat dinyatakan bahwa pondok pesantren

sebagai suatu organisasi juga memerlukan manajemen untuk tetap eksis

lebih-lebih dalam era globalisasi sekarang ini. Bila dikaji eksistensi

pondok pesantren dalam sejarah pendidikan di Indonesia maka akan

sampai kepada penemuan sejarah bahwa pondok pesantren adalah salah

satu bentuk kebuadayaan asli bangsa Indonesia atau “Indigenous

cultural” karena lembaga pendidikan dengan pola kyai, murid, dan

asrama telah dikenal dalam kisah dan cerita rakyat Indonesia. 21

a. Pengertian Manajemen Keuangan

Manajemen (pengelolaan) keuangan (financial

management) merupakan “keseluruhan aktivitas yang berhubungan

dengan usaha untuk mendapatkan dana menggunakan atau

20
Andoko. Manajemen Edisi 2, 8.
21
M. Dawan Raharjo. Pesantren dan Pembaharuan (Jakarta: LP3ES, 1988), 5.
18

mengalokasikan dana tersebut”. 22


Upaya tersebut bisa berupa

pengembangan usaha pesantren, keputusan untuk berinvestasi, dan

pengelolaan keuangan lainnya yang dilakukan secara syar’i dalam

Islam.

Sedangkan Sulistyorini mengungkapkan bahwa

“pengelolaan keuangan merupakan proses mengatur keuangan

dengan menggerakkan tenaga orang lain. Kegiatan ini dapat dimulai

dengan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan sampai dengan

pengawasan”.23

Kompri juga memberikan definisi pengelolaan keuangan

sebagai:

Suatu proses pengaturan aktivitas atau kegiatan keuangan


pada pondok pesantren dan lembaga pendidikan yang
berada di dalamnya, termasuk di dalamnya kegiatan
planning, analisis dan pengendalian terhadap kegiatan
keuangan yang biasanya dilakukan oleh ketua pengurus dan
bendahara, dan atau kepala madrasah bersama bendahara
madrasah pada sektor lembaga pendidikan formal yang ada
di bawah naungan institusi pondok pesantren. 24

Pengelolaan keuangan secara sederhana dapat diartikan

sebagai proses mengatur keuangan dengan menggerakkan tenaga

orang lain, dengan mempertimbangkan aspek efektivitas dan

efisiensi yang berkaitan dengan perolehan, pendanaan, dan

pengelolaan aktiva dengan tujuan menyeluruh yang dimulai dari

22
Bambang Riyanto, Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan (Yogyakarta: BPFE
Yogyakarta, 2001), 4.
23
Sulistiyorini, Manajemen Pendidikan Islam: Konsep, Strategi dan Aplikasi
(Yogyakarta: Teras, 2009), 130.
24
Miftahol Arifin, “Manajemen Keuangan PondokPesantren”
http://ejournal.kopertais4.or.id/madura/index.php/fikrotuna/article/download/2745/2022/.
19

perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, sampai dengan

pengawasan. 25

Dari beberapa pemaparan di atas, maka dapat dipahami

bahwa manajemen (pengelolaan) keuangan adalah rangkaian

aktivitas mengatur keuangan mulai dari perencanaan,

pengorganisasian, pelaksanaan, serta pengawasan dengan

mempertimbangkan aspek efektifitas dan efisiensi yang berkaitan

dengan perolehan, pendanaan, pengelolaan aktiva.

Dalam lembaga pendidikan, seperti dalam pondok

pesantren, pengelolaan keuangan berfungsi sebagai kegiatan

mendapatkan serta mengelola anggaran dan belanja pendidikan agar

tujuan bisa tercapai dengan efektif dan efisien. Kegiatan ini dimulai

dengan merencanakan biaya, usaha untuk mendapatkan dana yang

mendukung rencana itu, penggunaan serta pengawasan penggunaan

anggaran tersebut.

b. Fungsi Manajemen Keuangan

1) Perencanaan (Planning)

Perencanaan merupakan proses memikirkan dan

menetapkan kegiatan-kegiatan atau program-program yang

dilakukan pada masa yang akan datang untuk mencapai tujuan

tertentu. Dalam membuat suatu perencanaan seorang manajer

membutuhkan berbagai sumber bahan untuk menentukan

25
Sri Minarti, Manajemen Sekolah(Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), 213.
20

rencana kegiatan yang dilakukan, karena seorang manajer harus

menetapkan apa yang ingin dicapai, bagaimana mencapainya,

berapa lama waktu yang diperlukan untuk mencapai tujuan

tersebut, berapa personal yang diperlukan dan berapa banyak

biayanya.

Untuk mengefektifkan penyusunan perencanaan

keuangan pondok pesantren, maka yang bertanggung jawab

sebagai pelaksana adalah ketua pengurus pondok pesantren. Jika

lembaga pendidikan formal berada di bawah pondok pesantren

adalah kepala madrasah, maka ketua pengurus pondok pesantren

dan kepala madrasah harus mampu mengembangkan sejumlah

dimensi pengembangan administratif.

2) Pengorganisasian (Organizing)

Menempatkan fungsi pengorganisasian setelah fungsi

perencanaan merupakan hal logis karena pengorganisasian

menjembatani kegiatan perencanaan dan pelaksanaannya. Oleh

sebab itu, tidak mengherankan apabila beberapa ahli manajemen

menempatkan fungsi pengorganisasian setelah fungsi

perencanaan. Suatu rencana yang tersusun dengan matang dan

ditetapkan berdasarkan perhitungan tertentu, tentu tidak dengan

sendirinya mendekatkan organisasi pada tujuan yang dicapai.

Untuk merealisasikan rencana ke arah tujuan yang ditetapkan

memerlukan pengaturan yang tidak saja menyangkut wadah di


21

mana kegiatan itu dilaksanakan namun juga aturan main (roles

of the games) yang harus ditaati. Dengan kata lain, musatahil

suatu rencana dapat mencapai tujuan tanpa pengorganisasian,

tanpa adanya pengorganisasian para pelaksanaan tidak memiliki

pedoman kerja yang jelas dan tegas sehingga pemborosan dan

tumpang tindih akan mewarnai pelaksanaan rencana yang

berdampak pada kegagalan dalam mencapai tujuan. Seorang ahli

manajemen George R Terry sebagaimana dikutip oleh Sagala

mengemukakan bahwa,

Pengorganisasian merupakan tindakan mengusahakan


hubungan-hubungan kelakuan yang efektif antara
orang-orang, sehingga mereka dapat bekerjasama
secara efisien dan memperoleh kepuasan pribadi dalam
melaksanakan tugas-tugas tertentu dalam kondisi
lingkungan tertentu guna mencapai tujuan atau sasaran
tertentu.26

Dari uraian di atas maka dapat dipahami bahwa

pengorganisasian merupakan penentuan, pengelompokan dan

penyusunan berbagai macam kegiatan yang diperlukan untuk

mencapai tujuan, penempatan (staf) pada kegiatan-kegiatan

tersebut, penyediaan faktor-faktor fisik yang cocok bagi

lingkungan atau keperluan kerja dan penunjukan hubungan

wewenang yang didelegasikan terhadap setiap orang yang

berhubungan dangan pelaksanaan setiap kegiatan yang

diharapkan.

26
Saiful Sagala, Manajemen Strategik dalam Peningkatan Mutu Pendidikan (Bandung:
Alfabeta, 2002), 59.
22

3) Penggerakan (Actuating)

Penggerakan pada dasarnya merupakan fungsi

manajemen yang kompleks dan memiliki ruang lingkup yang

cukup luas serta berhubungan erat dengan sumber daya manusia.

Usaha-usaha penggerakan sangat penting karena perencanaan

dan pengorganisasian bersifat vital tetapi tidak akan ada output

kongkrit yang dihasilkan tanpa adanya aktivitas yang

diusahakan dan diorganisasikan dalam tindakan actuating atau

usaha yang menimbulkan action. Sehingga banyak para ahli

yang berpendapat bahwa penggerakan merupakan fungsi yang

terpenting dalam manajemen.27

4) Pengawasan (controlling)

Menurut Kompri, pengawasan atau pengendalian

merupakan “proses untuk memastikan bahwa aktivitas

sebenarnya sesuai dengan aktivitas yang direncanakan”. 28

Manajer harus yakin bahwa tindakan yang dilakukan oleh

anggota organisasi benar-benar menggerakkan organisasi ke

arah sasaran yang telah dirumuskan sebelumnya.

Pengendalian atau pengawasan berfungsi untuk melihat

apakah segala kegiatan yang dilaksanakan telah sesuai dengan

rencana yang digariskan atau tidak. Di samping itu, merupakan

27
Hasibun, S.P. Manajemen Dasar Pengertian dan Masalah. (Bandung: CV.Haji
Masagung, 1984), 123.
28
Kompri, Manajemen dan Kepemimpinan Pondok Pesantren (Jakarta: Prenadamedia
Group,2018), 64.
23

hal yang penting pula untuk rencana kerja yang akan datang

karena pengawasan merupakan suatu kegiatan yang perlu

dilakukan oleh setiap pelaksanaan terutama yang memegang

jabatan pimpinan. Tanpa adanya pengawasan pimpinan tidak

dapat melihat adanya penyimpangan serta tidak akan dapat

menyusun rencana kerja yang lebih baik sebagai hasil dari

pengalaman yang lalu.

c. Langkah-Langkah Manajemen Keuangan

Manajemen keuangan memiliki empat tahapan penting

yaitu tahapan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan

pengawasan. Keempat tahapan ini penting dilakukan agar keuangan

menjadi sehat, dinamis, akuntabel serta berdampak pada

kemandirian secara finansial atau ekonomi. Keempat tahapan

tersebut diantaranya sebagai berikut,

1) Penganggaran (budgeting)

Penganggaran atau sering juga dikenal dengan istilah

budgeting merupakan kegiatan penyusunan anggaran rencana

operasional yang dinyatakan secara kuantitatif dalam bentuk

satuan uang yang digunakan sebagai pedoman dalam

pelaksanaan kegiatan-kegiatan lembaga dalam kurun


29
waktutertentu. Untuk penyusunan anggaran secara umum

dalam sebuah lembaga pendidikan dalam hal ini pondok

29
Nanang Fatah, Ekonomi dan Pembiayaan Pendidikan (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2000), 47.
24

pesantren perlu dikembangkan dalam format yang meliputi

sumber pendapatan dan pengeluaran untuk kegiatan belajar

mengajar, pengadaan dan pemeliharaan sarana prasarana, bahan-

bahan dan alat pelajaran, honorium dan kesejahteraan pendidik

dan tenaga kependidikan. Kegiatan ini sebagaimana

diungkapkan oleh Mulyana meliputi empat tahapan kegiatan

pokok prosedur penganggaran keuangan, yaitu sebagai berikut:

a) Perencanaan anggaran, merupakan kegiatan

mengidentifikasi tujuan, menentukan prioritas,

menjabarkan tujuan ke dalam operasional yang terukur,

adanya analisis yang terarah dalam pencapaian tujuan,

serta membuat rekomendasi alternatif untuk mencapai

sasaran.

b) Persiapan anggaran, yaitu menyesuaikan anggaran yang

sudah ada dengan berbagai bentuk kegiatan pondok

pesantren, baik itu pendistribusian, program pembelajaran

yang akan dicanangkan serta adanya investasi

kelengkapan peralatan dan bahan-bahan yang tersedia.

c) Pengelolaan pelaksana anggaran, yaitu adanya pembukuan

yang jelas dan teratur, pembelanjaan dan transasksi yang

sesuai dengan ketentuan yang ada. Perhitungan yang jelas

dan terencana, pengawasan dan prosedur kerja sesuai

dengan ketentuan yang berlaku, membuat laporan


25

keuangan sebagai bentuk pertanggungjawaban keuangan

terhadap lembaga. Hal ini merupakan prosedur yang harus

diterapkan dalam pelaksana anggaran.

d) Menilai pelaksanaan anggaran, dari semua anggaran yang

telah dibuat dan diaplikasikan, perlu adanya evaluasi

sebagai rekomendasi untuk perbaikan manajemen dan

anggaran yang akan datang.30

Untuk penganggaran minimal ada dua format yang

harus dibuat. Pertama, membuat RKA (Rencana Kegiatan

Anggaran) atau dalam lembaga pondok pesantren disebut

sebagai RKAPP (Rencana Kegiatan Anggaran Pondok

Pesantren), dan RAPB (Rencana Anggaran Penerimaan dan

Belanja) atau RAPBPP (Rencana Anggaran Penerimaan dan

Belanja Pondok Pesantren). Analisis penyusunan RKA dan

RAPB memerlukan analisis masa lalu dan lingkungan ekstern

yang mencakup kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman. 31

2) Pengorganisasian

Pengorganisasian merupakan penataan tugas ke dalam

unit yang dapat dikelola dan penetapan hubungan formal antara

orang-orang yang diserahi tugas. Pengorganisasian mencakup

30
Mulyana, Menjadi Kepala Sekolah Profesional (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2003),
199.
31
Arifin, “Manajemen Keuangan”
http://ejournal.kopertais4.or.id/madura/index.php/fikrotuna/article/download/2745/2022/.
26

dua aspek. 32 Pertama, pembagian kerja dan pembagian beban

kerja kepada individu atau kelompok, misalnya dengan

membentuk departemen, cabang-cabang, unit-unit dan

sebagainya. Kedua, penentuan jenis komunikasi, kekuasaan dan

wewenang di antara individu atau kelompok yang menangani

beban kerja yang telah dibagikan dan menjamin koordinasi dari

kegiatan mereka yang berhubungan dengan sasaran yang telah

ditetapkan. Pengorganisasian sama halnya dengan merancang

dan mengembangkan organisasi yang dapat melaksanakan

berbagai program yang direncanakan dengan baik. Proses ini

meliputi:

a) Penyediaan berbagai fasilitas, perlengkapan dan tenaga

kerja yang diperlukan dalam menyusun kerangka kerja yang

efisien melalui proses penetapan kerja.

b) Mengelompokkan berbagai komponen kerja ke dalam

struktur organisasi secara teratur.

c) Membentuk struktur wewenang serta mekanisme

koordinasi.

d) Merumuskan dan menentukan metode dan prosedur yang

tepat.

32
Iwa Sukiswa,Dasar-Dasar Manajemen Pendidikan (Bandung:Tarsito, 1986), 30.
27

e) Memilih, mengadakan latihan dan pendidikan kepada

tenaga kerja serta mencari sumber-sumber lain yang

diperlukan.33

3) Pelaksanaan

Pelaksanaan merupakan bahasa yang digunakan untuk


34
menggambarkan kegiatan ekonomi. Menurut Mulyasa

pelaksanaan keuangan secara umum dapat dikelompokan ke

dalam dua kegiatan, yaitu penerimaan dan pengeluaran. 35

a) Penerimaan atau pemasukan

Penerimaan atau pemasukan pondok pesantren dari

berbagai sumber perlu dibukukan berdasarkan prosedur

pengelolaan yang benar dengan ketentuan yang telah

disepakati, baik berupa konsep teoritis maupun peraturan

pemerintah. Misalnya penerimaan berupa dana dari SPP

santri yang di catatat dalam buku penerimaan SPP serta

bukti penerimaan berupa buku kartu SPP santri yang

dipegang oleh masing-masing santri. Keduanya itu

dilengkapi dengan buku administrasi penyetoran dan

penerimaan SPP santri. Selain itu jika pondok pesantren

yang memiliki donator tetap maka perlu disediakan buku

penerimaan donasi.

33
Iwa,Dasar-Dasar Manajeme, 16.
34
Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia. Manajemen
Pendidikan (Bandung: Alfabeta, 2009), 265.
35
E. Mulyasa. Manajemen Berbasis Sekolah (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), 201.
28

b) Pengeluaran

Alokasi dari dana pendapatan pondok pesantren

harus diatur secermat mungkin. Menurut Nanang Fatah,

secara umum ada beberapa klasifikasi pengeluaran yang

dipakai di lembaga-lembaga pendidikan, di antaranya dana

pembangunan dan dana rutin. Dana pembangunan

digunakan untuk membangun dan membenahi sarana fisik

lembaga dan pengalokasiannya disesuaikan dengan

kebutuhan dan jumlah guru serta peserta didik yang ada. 36

Sedangkan dana rutin digunakan untuk biaya operasional

satu tahun anggaran, meliputi pelaksanaan kegiatan belajar

mengajar, pembayaran honorium guru dan personil,

pemeliharaan serta perawatan sarana prasarana lembaga

pendidikan.

Adapun hal-hal yang perlu dipersiapkan oleh

bendaharawan pondok pesantren di antaranya, buku utama

yang berupa buku kas umum. Buku kas umum berisi

gambaran penerimaan dan pengeluaran dana pondok

pesantren. Buku kas ini dilengkapi dengan dokumen berupa

bukti kas baik itu kwitansi, faktur, nota, ataupun catatan

administrasi lainnya. Salah satu bukti kas yang berupa

catatan administrasi yaitu buku honorarium dan intensif

36
Fatah, Ekonomi dan Pembiayaan, 26.
29

para guru dan staf. Buku persekot atau uang muka, daftar

potongan-potongan, daftar honorium, buku tabungan, buku

iuran atau kontribusi santri serta buku catatan untuk

pengeluaran-pengeluaran yang tidak terduga.37

4) Pengawasan

Menurut Nanang Fattah secara sederhana proses

pengawasan terdiri dari tiga kegiatan, yaitu memantau

(monitoring), menilai dan melaporkan. 38 Proses evaluasi ini

bertujuan agar kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan

pengelolaan keuangan berjalan secara efektif dan efisien dan

tidak terjadi penyimpangan dalam prosesnya. Ada beberapa

jenis penilaian atau evaluasi (auditing) di antaranya:

a) Audit laporan keuangan, bertujuan untuk menentukan

apakah laporan keuangan secara keseluruhan telah disajikan

sesuai dengan kriteria tertentu atau tidak.

b) Audit operasional, merupakan penelaahan prosedur dan

metode operasi untuk menilai efisiensi dan efektifitas

sebuah organisasi atau lembaga. Umumnya, pada saat audit

operasional selesai dilakukan, auditor akan memberikan

sejumlah saran untuk memperbaiki jalannya operasi sebuah

lembaga dalam hal ini pondok pesantren.

37
Sulton Masyhud, Manajemen Pondok Pesantren (Jakarta: Diva Pustaka, 2003), 190.
38
Fatah, Ekonomi dan Pembiayaan, 66.
30

c) Audit ketaatan, audit ketaatan bertujuan

mempertimbangkan apakah auditi (klien) telah mengikuti

prosedur atau aturan tertentu yang telah ditetapkan pihak

yang memiliki otoritas lebih tinggi.

Agar bisa menerapkan manajemen pengelolaan keuangan

dengan baik disarankan untuk merekrut tenaga bagian keuangan

dan akuntansi yang kompeten dan membemtuk komite atau

nama lain yang berfungsi sebagai pengawas perwakilan dari

pemangku kepentingan. Serta melakukan pemisahan secara

tegas antara aset lembaga dengan aset pribadi pengelola. 39

2. Pondok Pesantren Mandiri

a. Pengertian Pondok Pesantren Mandiri

Dalam kamus Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa arti

kemandirian adalah “hal atau keadaan yang dapat berdiri sendiri

tanpa bergantung pada orang lain”.40 Kemandirian berawal dari kata

mandiri yang mendapat awalan-ke dan akhiran–an. Sedangkan

pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam tertua di Indonesia,

dan menjadi tempat belajar bagi para santri (pelajar). Dalam

pesantren terdapat beberapa komponen diantaranya adalah Kyai,

39
Suharjono, Pengelolaan Keuangan Pondok Pesantren,” JEET - Journal of Education,
Entreprener and Training Vol. 1 No 1 (2018),1. Di akses 02 Januari 2019, http://e-
jeet.org/index.php/jeet/article/view/7.
40
Badan Pengembangan dan Pembinaan BahasaKementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesi, KBBI Daring. Di akses pada tanggal 22 November 2018.
https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/kemandirian.
31

santri, pondok atau asrama, masjid dan kitab kuning yang merupakan

bagian tidak terpisahkan sebab menjadi sumber rujukan dan

keilmuan dalam menggali ilmu agama Islam. 41 Sejak lahir, ciri khas

yang melekat pada pesantren adalah kemandirian yang kuat dan

tidak terpengaruh oleh kepentingan eksternal pesantren.

Berdasarkan uraian diatas maka dapat dipahami bahwa,

pondok pesantren mandiri merupakan lembaga pendidikan Islam

yang menjadi tempat belajar bagi para santri yang secara finansial

atau ekonomi mampu melaksanakan segala bentuk program yang

ada di dalamnya tanpa menggantungkan biaya operasional hanya

pada pemerintah dan jamaahnya.

b. Karakteristik Pondok Pesantren Mandiri

Menurut Priambodo sebagaimana yang dikutip oleh Siti

Djazimah mengungkapkan bahwa kemandirian ekonomi memiliki

karakteristik atau ukuran-ukuran tertentu, diantaranya:

1) Memiliki usaha yang dikelola secara ekonomi. Artinya usaha

atau pekerjaan itu berorientasi pada keuntungan.

2) Memiliki rasa percaya diri dalam melakukan aktivitas ekonomi,

seperti usaha dagang, wirausaha dalam bentuk home industri,

pengelolaan perusahaan dan lain sebagainya.

41
HA. Mukti Ali, Pondok Pesantren dalam Sistem Pendidikan Nasional; dalam
PembangunanPendidikan dalam Pendidikan Nasional (Surabaya: IAIN Sunan Ampel, 1986), 73-
74.
32

3) Adanya kegiatan ekonomi yang ditekuni dalam jangka panjang

sehingga memungkinkan mempunyai kekuatan untuk maju dan

berkembang.

4) Memiliki sikap berani untuk mengambil resiko, misalnya berani

meminjam uang sebagai modal usaha dengan perhitungan

rasional dan realistis, berani mengambil keputusan bersifat

bisnis untuk memprediksi peluang-peluang yang ada.42

3. Implikasi Manajemen Keuangan terhadap Kemandirian Pondok

Pesantren

Manajemen keuangan yang berorientasi pada kemandirian

sebuah organisasi atau lembaga dalam hal ini pondok pesantren tentu akan

memiliki implikasi atau pengaruh bagi semua elemen yang berada di

dalamnya, sebagaimana diungkapkan Ainur Rifqi bahwa implikasi

manajemen pengelolaan keuangan bagi pondok pesantren dapat dibagi

menjadi tiga jenis berdasarkan sifatnya yaitu implikasi bagi kesejahteraan

guru, santri dan sarana prasarana yang berada di lingkungan pondok

pesantren.43

42
Siti Djazimah, “Potensi Ekonomi Pesantren”, Penelitian Agama Vol.13 (2004): 427,
diakses 16 Desember 2018, http://www.google.com/url?sa=t&source-
web&rct=j&url=http://digilib.uinsby.ac.id/20681/2/Bab%25201.
43
Ainur Rifqi dan Mustiningsih, “Strategi Peningkatan dan Pemanfaatan Sumber
Pembiayaan Mandiri di Pondok Pesantren,” Manajemen Pendidikan vol 24 no. 24 (September
2014): 328, diakses 06 Februari 2019, http://ap.fip.um.ac.id/wp-content/uploads/2015/05/volume-
24-no.-463-66.
33

a. Implikasi bagi Kesejahteraan Guru

Manajemen pengelolaan keuangan yang baik akan berdampak

terhadap kesejahteraan guru baik seacara material maupun rohaniah.

Kesejahteraan secara material dalam arti bahwa guru dapat tercukupi

secara finansial baik untuk diri sendiri maupun untuk keluarga,

sedangkan secara rohaniah artinya bahwa guru memiliki kepuasan

secara batiniah karena secara duniawi kebutuhannya sudah terpenuhi.

Hal ini sebagaimana yang diungkapkan oleh Suparlan bahwa ada dua

macam kesejahteraan jika dilihat dari bentuknya, yaitu

1) Kesejahteraan material

Tingkat pendapatan atau penghasilan guru merupakan

salah satu faktor penting dan penentu produktivitas. Hal ini

berarti bahwa apabila penghasilan yang diterima guru dalam

jumlah kecil maka dimungkinkan produktivitas pendidikan di

sekolah menjadi rendah. Sebaliknya apabila pendapatan atau

penghasilan yang diterima guru dalam jumlah yang memadai

menurut ukuran kebutuhan, maka produktivitas pendidikan di

sekolah akan tinggi. Atas dasar itu, sudah menjadi tanggung jawab

para kepala atau manajer pendidikan secara kritis memperhatikan

nasib guru dengan meningkatkan kesejahteraannya.

2) Kesejahteraan Rohani

Setiap orang pada dasarnya ingin hidupnya nyaman dan

tentram. Begitu juga seorang guru menginginkan rasa nyaman dan


34

tentram pada hidupnya dan dalam melaksanakan tugas, baik

lahir maupun batin. Ketentraman batin dalam hal ini tidak

merasakan adanya tekanan, baik dari teman se-profesi atau dari

pihak pengelola yayasan yang dapat mengganggu dalam

melaksanakan tugasnya. Sedangkan aman lahiriah artinya aman

dari gangguan dan ancaman di tempat bekerja.

Adapun kesejahteraan diperoleh melalui beberapa faktor yaitu

sebagai berikut:

a) Sarana dan prasarana kerja yang cukup

b) Imbalan (gaji) yang memenuhi standar hidup

c) Suasana kerja yang kondusif, aman dan nyaman

d) Sistem kerja yang adil dan terbuka, penuh kebersamaan 44

Melihat beberapa faktor di atas, maka imbalan (gaji) yang

mencukupi merupakan salah satu faktor yang tidak bisa dipisahkan

untuk mewujudkan kesejahteraan guru yang dapat menjamin masa

depan diri dan keluarganya.

b. Implikasi terhadap Sarana Prasarana

Manajemen pengelolaan keuangan yang baik tentunya akan

berdampak pada sarana prasarana lembaga pendidikan, dengan

keuangan yang lebih banyak maka madrasah atau pondok pesantren

akan dapat menjangkau berbagai bentuk sarana pembelajaran yang

dapat menunjang pencapaian tujuan pembelajaran dan berbagai

44
Suparlan, Menjadi Guru Efektif (Yogyakarta: Hikayat, cetakan I, 2005), 153-154.
35

aktivitas lainnya. Pengadaan sarana prasarana harus dilakukan sesuai

dengan perkembangan global yang terjadi sebagaimana yang

diungkapkan oleh M. Syarif Hidayat bahwa sarana dan prasarana

pendidikan perlu dirancang dan direncanakan sesuai dengan kebutuhan

dengan memperhatikan beberapa hal di antaranya:

1) Perkembangan satuan pendidikan, aturan pendidikan yang sudah

berkembang akan berbeda kebutuhannya bila dibandingkan

dengan satuan pendidikan yang belum berkembang.

2) Sarana atau perlengkapan pendidikan yang sudah tidak dapat

difungsikan perlu diganti atau dihapuskan.

3) Mempersiapkan sarana yang akan digunakan pada tahun ajaran

yang akan datang.45

Pengelolaan keuangan yang baik akan memberikan kemudahan

bagi pondok pesantren dalam melengkapi sarana prasarana yang

meliputi berbagai aspek. Ada beberapa bagian sarana prasarana yang

harus dikembangkan dalam sebuah instansi pendidikan yaitu sebagai

berikut:

a) Sarana fisik sekolah yang meliputi:

(1) Bangunan sekolah, yang terdiri dari ruang kelas, guru,

kepala sekolah, tata usaha, dan ruang-ruang lain yang

dibutuhkan.

45
M. Syarif Hidayat, Administrasi, Supervisi dan Ketenagaan PLB (Dirjen Dikti
Depdikbud,1996), 86.
36

(2) Perabotan sekolah, meliputi kursi, meja belajar, meja kerja,

papan tulis, dan sebagainya.

(3) Sarana tata usaha pendidikan, meliputi buku induk siswa,

rapor, alat tulis, dan alat-alat kantor lainnya.

b) Media pendidikan yang meliputi:

(1) Perangkat keras, yaitu berupa segala jenis alat penampilan

elektronik untuk menyampaikan pesan-pesan dalam kegiatan

pembelajaran, meliputi: OHP, tape recorder, televisi,

komputer, dan lain sebagainya.

(2) Perangkat lunak, berupa segala jenis atau materi pengajaran

yang disampaikan melalui alat penampil dalam kegiatan

pembelajaran.

c) Alat peraga yang meliputi:

(1) Alat yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran sebagai

sarana penjelas dan memvisualisasikan konsep, ide ataupun

pengertian tertentu yang terdiri dari gambar anatomi, kerangka

badan, diagram, globe, peta, dan lain sebagainya.

(2) Alat praktik berupa alat yang berfungsi sebagai sarana untuk

berlatih mencapai keterampilan tertentu.

d) Perbukuan sekolah yang meliputi berbagi macam buku yang

digunakan dalam proses pembelajaran46.

46
Dirjen Dikdasmen Depdikbud, Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan di Sekolah
(Jakarta: Depdikbud, 1997), 134-136.
37

Berbagai sarana dan prasarana di atas dapat terpenuhi apabila

sebuah lembaga pendidikan memiliki manajemen atau pengelolaan

keuangan yang baik, sehingga tidak hanya mengandalkan bantuan dari

pihak luar akan tetapi madrasah atau pondok pesantren mampu untuk

mengembangkan keuangannya dengan baik dan dipergunakan untuk

pengembangan madrasah atau pondok pesantren secara mandiri.

c. Implikasi terhadap siswa atau santri

Manajemen pengelolaan keuangan yang baik dalam

mewujudkan pondok pesantren mandiri juga akan berdampak pada

siswa atau santri dari aspek pembiayaan yang dikeluarkan.

Berhubungan dengan biaya yang harus dikeluarkan untuk

memenuhi kebutuhan pendidikan, terdapat beberapa pengertian

dasar atau konsep dasar tentang pengeluaran biaya, yaitu,

1) Biaya langsung (direct cost) dan biaya tidak langsung (indirect

cost). Biaya langsung merupakan segala bentuk pengeluaran yang

secara langsung menunjang terselenggaranya pendidikan.

Sedangkan biaya tidak langsung merupakan pengeluaran yang

secara tidak langsung menunjang proses pendidikan tetapi

memungkinkan membantu menyukseskan proses pendidikan

yang terjadi di sekolah, misalnya biaya hidup siswa, biaya

transportasi ke sekolah, biaya jajan dan biaya kesehatan. 47

47
Anwar, Biaya Pendidikan dan Metode Penetapan Biaya Pendidikan, (Mimbar
Pendidikan, No. 1 Tahun X, 28-33; Gaffar, M.F.), 56-60.
38

2) Biaya pribadi dan sosial. Biaya pribadi merupakan biaya

pendidikan yang dikeluarkan oleh masing-masing individu atau

masyarakat untuk mendapatkan pendidikan. Sedangkan biaya

sosial atau dikenal juga dengan istilah public cost merupakan biaya

yang didanai melalui pajak dan dihimpun oleh pemerintah

kemudian digunakan untuk membiayai pendidikan.48

3) Biaya tetap (fixed cost) dan biaya variabel (variable cost).

Biaya tetap merupakan biaya yang dikeluarkan untuk pengadaan

barang-barang modal seperti gedung sekolah, peralatan sekolah,

sewa tahunan, dan gaji kepala sekolah. Adapun biaya tidak tetap

merupakan biaya yang dikeluarkan untuk membiayai peralatan

operasional ruang kelas, seperti buku pelajaran, gaji guru/pendidik

dan non guru/tenaga kependidikan.49

Dalam poin kedua di atas menjelaskan tentang biaya pribadi

yang biasanya dikenakan kepada seseorang untuk mendapatkan

pendidikan, maka dalam sebuah pondok pesantren yang dimaksudkan

di sini adalah santri, maka apabila pondok pesantren memiliki keuangan

yang baik tentunya biaya pribadi akan menurun, karena biaya pribadi

akan sangat bergantung pada kemampuan pondok pesantren dalam

membiayai segala komponen pendidikan.

48
Jones, Thomas. Introduction to School Finance: Technique and School Policy (New
York: McMillan Publishing Co.1985),5.
49
Lembaga Administrasi Negara, Penyusunan Laporan AKIP Modul 5 (Jakarta: Lembaga
Administrasi Negara dan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan, 2000),12.
39

G. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

a. Pendekatan Penelitian

Pendekatan merupakan upaya yang dilakukan untuk mencapai

target yang sudah ditentukan dalam tujuan penelitian. Adapun

pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan studi

kasus. Pendekatan studi kasus merupakan serangkaian kegiatan ilmiah

yang dilakukan secara intensif, terperinci serta mendalam tentang

program, peristiwa, dan aktivitas, baik perorangan, sekelompok orang,

lembaga, atau organisasi untuk memperoleh pengetahuan yang

mendalam tentang suatu peristiwa. Peristiwa atau sering disebut sebagai

kasus merupakan sesuatu yang aktual (real-life events) atau yang

sedang berlangsung, bukan sesuatu yang sudah lewat.50 Pendekatan ini

bertujuan untuk menggali informasi yang bisa dipelajari atau di tarik

dari sebuah kasus baik itu dari kasus tunggal atau jamak. 51 Studi kasus

lebih menekankan pada aspek subyektif dari prilaku orang. 52

b. Jenis Penelitian

Penelitan ini menggunakan jenis penelitian kualitatif, yaitu

penelitian yang bertujuan untuk memahami fenomena tentang perilaku,

persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain secara menyeluruh, dengan

mendeskripsikannya ke dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada

50
Mujia Raharjo, Studi Kasus dalam Penelitian Kualitatif Konsep dan Prosedurnya
(Ringkasan, UIN Maulana Malik Ibrahim, 2017), 3.
51
Raharjo, Studi Kasus, 13.
52
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Rosda Karya, 2005),
14.
40

konteks khusus yang alamiah dengan memanfaatkan berbagai metode

alamiah. 53

2. Data dan Sumber Data

Ada dua jenis data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu data

primer dan data skunder. Data primer merupakan data yang diperoleh

langsung dari informan di lapangan sesuai dengan permasalahan yang

dibahas dalam penelitian ini. 54 Data primer dapat diperoleh melalui

wawancara informan yang terkait dengan manajemen pengelolaan

keuangan, implikasinya bagi kemandirian pondok pesantren serta

tantangan yang dihadapi dalam manajemen pengelolaan keuangan yaitu

pimpinan pondok pesantren, kepala pondok, bendahara serta bagian unit

usaha, Santri dan Wali santri. Sedangkan data skunder merupakan

informasi yang diperoleh tidak secara langsung dari narasumber, tetapi

dari pihak ke tiga. 55 Data skunder dapat diperoleh melalui observasi,

dokumentasi serta berbagai literatur dan hasil penelitian yang tentunya

terkait dengan tema besar dalam penelitian ini.

3. Metode Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data, peneliti menggunakan beberapa metode

yang saling mendukung dan melengkapi. Metode pengumpulan data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

53
Moleong, Metodologi Penelitian, 6.
54
Etta Mamang Sangadji dan Sopiah, Metodologi Penelitian: Pendekatan Praktis dalam
Penelitian (Yogyakarta: Andi Offset, 2010), 170.
55
Eko Sugiarto, Menyusun Proposal Penelitian Kualitatif Sekripsi dan Tesis (Yogyakarta:
Suaka Media, 2015), 87.
41

a. Observasi

Observasi merupakan pengamatan dan pencatatan dengan

sistemis atas fenomena-fenomena yang diteliti. 56 Metode observasi

yang digunakan dalam penelitian ini adalah overt dan covert

observation. Metode observasi ini peneliti gunakan untuk mendapatkan

data secara langsung dari lapangan agar hasil yang diperoleh lebih

akurat dan objektif.

Peneliti menggunakan metode ini untuk mengamati secara

langsung di lapangan hal-hal yang berkaitan dengan rapat perencanaan

keuangan, penyusunan rencana anggaran dan pembiayaan, rapat

evaluasi dan perencanaan tahunan, pengelompokan unit usaha dan

penunjukan pengelola masing-masing unit, sarana prasarana yang ada,

serta mengamati berbagai kegiatan santri.

b. Wawancara

Wawancara merupakan “percakapan dengan maksud tertentu.

Percakapan ini dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara

(interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara

(interview) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu”. 57 Dalam

penelitian ini, jenis wawancara yang digunakan adalah wawancara

bebas terpimpin. Wawancara bebas terpimpin merupakan wawancara

yang dilakukan dengan menggabungkan antara wawancara terpimpin

56
Sutrisno Hadi, Metodologi Research Jilid 2 (Yogyakarta: Andi Offsed, 2004), 136.
57
Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, 186.
42

58
dengan wawancara tak terpimpin. Artinya meskipun wawancara

dilakukan secara bebas namun masih dikendalikan oleh daftar

pertanyaan yang telah disiapkan sebelumnya, sehingga wawancara

menjadi lebih fleksibel, luwes dan tidak kaku. Sedangkan data yang

ingin dicari melalui metode wawancara berupa manajemen pengelolaan

keuangan pondok pesantren mulai dari pengumpulan dana,

perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan atau pengalokasian dana

serta pengawasan keuangan yang berimplikasi pada kemandirian

pondok pesantren secara finansial serta tantangan manajemen

pengelolaan keuangan dalam mewujudkan pondok pesantren mandiri.

Adapun pihak yang diwawancarai dalam hal ini adalah mudirul am,

kepala pondok, bendahara pondok, santri dan wali santri di pondok

pesantren Cendekia Darul Lutviyah Murni NW Lombok Timur.

c. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan “data mengenai hal-hal atau variabel

berupa catatan, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat,

lenggar, agenda dan lain sebagainya”. 59


Metode dokumentasi ini

digunakan untuk mendapatkan data yang terkait dengan fokus

penelitian seperti arsip surat, foto-foto serta laporan yang mengandung

petunjuk tentang manajemen keuangan dan implikasinya terhadap

kemandirian pondok pesantren serta tantangan manajemen pengelolaan

58
Rifa’I Abubakar, Metodologi Penelitian (Yogyakarta: LPPM Staims, 2006), 42.
59
Arikunto, Prosedur Penelitian, 274.
43

keuangan bagi kemandirian pesantren di pondok pesantren Cendekia

Darul Lutviyah Murni Aikmel Lombok Timur.

4. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data merupakan analisis terhadap data yang berhasil

dikumpulkan oleh peneliti melalui perangkat metodologi

tertentu.60Langkah penting dalam menganalisis data yaitu memverifikasi

data yang telah terkumpul dengan memeriksa kembali secara teliti

relevansinya dengan yang diteliti. Analisis data penelitian kualitatif

dilakukan sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan dan setelah di

lapangan, namun dalam penelitian ini analisis data peneliti lebih

difokuskan selama proses di lapangan bersama pengumpulan data. Peneliti

melakukan tahapan analisis data interaktif Milles and Huberman

sebagaimana yang tergambar dari diagram berikut ini:

Pengumpulan
Data Penyajian
Data

Reduksi
Data
Penarikan Kesimpulan
/ Verifikasi

Gambar 1
Analisis Data Model Milles dan Huberman61

60
Burhan Bungin, Metologi Penelitian Kualitatif Aktualisasi Metodologis ke Arah Ragam
Varian Kontemporer (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), 196.
61
Choirul Saleh, Pengembangan Kompetensi Sumber Daya Aparatur (Malang: UB Press,
2013), 147.
44

Proses tahapan analisis data dilakukan secara berkesinambungan

dan simultan, baik pada saat proses pengumpulan data sedang berlangsung

maupun pada saat proses pengumpulan data dinyatakan lengkap untuk

sementara sampai dengan dilakukannya tahapan awal aktivitas analisis

dilakukan. Adapun langkah-langkah yang dilakukan oleh peneliti yaitu

melakukan pengumpulan data dengan cara mengaplikasikan metode

pengumpulan data awal di lapangan sampai dengan dilaksanakannya tahap

penyusunan kesimpulan atau verifikasi data sebagaimana yang

digambarkan pada diagram di atas, secara lebih rinci dapat dilihat pada

uraian berikut ini:

a. Antisipasi Pengumpulan Data di Lapangan

Sebelum melakukan pengumpulan data di lapangan, peneliti

terlebih dulu melakukan antisipasi tempat-tempat data bisa diperoleh,

sekaligus menyusun dan merancang metode yang dapat digunakan

untuk melakukan penggalian data. Dengan kata lain tahap ini

merupakan tahap persiapan awal yang harus dilakukan untuk

merencanakan tindakan mengumpulkan data-data yang dibutuhkan oleh

peneliti. Oleh sebab itu, sebelum aktivitas pengumpulan data dilakukan,

peneliti menyusun berbagai persiapan yang digunakan untuk

mengantisipasi berbagai jenis data dan sumber data yang dikumpulkan.


45

b. Pengumpulan Data (Data Collection)

Tahap ini merupakan tahap pengumpulan data di lapangan untuk

memperoleh berbagai data yang direncanakan. Akan tetapi tidak

menutup kemungkinan untuk menambah sumber dan jenis data baru

apabila berbagai data yang direncanakan dirasakan masih kurang. Pada

tahap ini peneliti mulai melakukan aktivitas reduksi data lapangan yang

sudah berhasil dikumpulkan selama melakukan aktivitas pengumpulan

data di pondok pesantren Cendekia Darul Lutviyh Murni NW Lombok

Timur, baik pengumpulan data sekunder berupa data-data dokumentasi

maupun data primer yang didapatkan melalui berbagai jenis kegiatan

observasi maupun kegiatan wawancara.

c. Reduksi Data (Data Reduction)

Dalam melakukan reduksi data, langkah yang dilakukan yaitu

mengumpulkan data di pesantren Cendekia dengan teknik-teknik yang

disebutkan di atas, peneliti selanjutnya memilah dan memilih keseuaian

data yang dikumpulkan dengan fokus penelitian yang ditentukan.

Dalam tahap ini, urgensi data tidak dilihat dari banyaknya data, tetapi

sejauh mana data tersebut mampu menjawab rumusan masalah yang

telah peneliti tentukan. Di samping itu pada saat yang sama, secara

simultan peneliti melakukan penyajian data sementara terhadap data

yang telah dikumpulkan. Langkah ini merupakan aktivitas akhir dari

reduksi data dan sekaligus merupakan langkah awal dalam penyajian

data.
46

d. Penyajian Data (Data Display)

Ketika aktivitas penyajian data sedang berlangsung, peneliti

berusaha untuk memahami dan mengkaji kembali pada tahapan

sebelumnya untuk melakukan sinkronisasi terhadap apa yang ada pada

reduksi data, serta meninjau kembali sekumpulan data yang pernah

diperoleh melalui pengumpulan data. Tujuan dilakukannya langkah

mundur (setback step) yaitu untuk menelaah kembali apakah

sekumpulan data yang dihimpun melalui kegiatan pengumpulan data

maupun reduksi data masih mengalami kekurangan atau tidak. Pada

saat diketahui masih terdapat kekurangan, maka peneliti akan kembali

melakukan aktivitas pengumpulan data dan reduksi data.

e. Penarikan Kesimpulan (Conclusion Drawing/ Verification)

Aktivitas ini secara simultan dimulai bersamaan dengan tahap

penyajian data dan reduksi data sedang berlangsung, namun

pematangannya baru dilakukan saat penyajian data dianggap cukup

untuk sementara waktu. Sama halnya dengan aktivitas-aktivitas

sebelumnya, ketika dalam proses penyusunan penarikan kesimpulan

ternyata tidak didukung secara valid oleh data yang telah tersaji dan

data yang telah direduksi, maka peneliti akan mengulangi aktivitas

reduksi data maupun penyajian data yang sebelumnya telah dihentikan

untuk sementara waktu. Aktivitas analisis data tersebut selalu dilakukan

secara berulang-ulang hingga hasil analisisnya benar-benar memperoleh

kesimpulan atau verifikasi yang benar-benar valid.


47

Setelah peneliti melakukan penggalian data secara lengkap,

melakukan data display secara sistematis serta melakukan analisis

dengan prosedur yang benar dan tuntas, maka validitas hasil penelitian

dapat dipertanggungjawabkan. Dalam kondisi ini Milles and Huberman

sebagaimana yang dikutip oleh Choirul Saleh mengatakan bahwa

“apabila peneliti mampu menggali dan menyajikan data secara lengkap

maka bisa membawa dampak pada hasil analisis yang benar-benar

akurat”.62

5. Pengecekan Keabsahan Data

Dalam pelaksanaan sebuah penelitian, peneliti selalu

berkepentingan terhadap terciptanya penelitian yang valid, akurat dan

reliabel serta benar-benar dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

Berkaitan dengan hal tersebut maka diperlukan pengecekan terhadap absah

atau tidaknya temuan yang dihasilkan dari penelitian. Licoln & Guba

sebagaimana dikutip oleh Choirul Saleh mengemukakan ada empat kriteria

yang harus ditempuh untuk melakukan pemeriksaan terhadap keabsahan

data dalam penelitian kualitatif, keempat kriteria tersebut antara lain:

a. Derajat Kepercayaan (Credibility)

Credibility merupakan tingkat kepercayaan data yang diperoleh

di lapangan atau dunia penelitian. Untuk melakukan pemeriksaan

terhadap kredibilitas data yang diperoleh di lapangan, peneliti

62
Saleh, Pengembangan Kompetensi, 149.
48

menempuh beberapa langkah antisipatif sehingga dapat mengumpulkan

data yang kredibel melalui beberapa langkah berikut:

1) Perpanjangan waktu penelitian (prolonged engagement), dengan

maksud untuk melakukan interaksi dengan subyek penelitian dalam

kurun waktu yang relatif lama dengan harapan memperoleh

kualitas data yang benar-benar akurat tentang obyek penelitian

yang dikaji. Dalam hal ini peneliti membangun pola interaksi yang

familiar dengan beberapa informan kunci yang terdiri dari mudir,

kepala pondok, bendahara pondok, santri dan wali santri pondok

pesantren Cendekia Darul Lutviyah Murni NW Lombok Timur.

Melalui informan kunci inilah berbagai data wawancara dan

beberapa dokumen penting yang berkaitan dengan obyek kajian

bisa didapatkan.

2) Meningkatkan ketekunan pengamatan (persistent observation),

yaitu melakukan observasi secara terus-menerus agar dapat

menangkap peristiwa yang berjalan secara konsisten sehingga

dapat mempermudah dalam membuat sebuah pemahaman atau

kesimpulan tentang obyek atau sasaran penelitian.

3) Tanya jawab teman sejawat (peer debriefing), merupakan hasil

kajian didiskusikan dengan pihak lain yang mempunyai

pengetahuan tentang pokok penelitian dan metode yang dipakai

sehingga dapat memberikan masukan yang konstruktif dalam

mempertajam analisis. Dengan memanfaatkan aktivitas ini maka


49

keabsahan hasil penelitian yang telah dilakukan benar-benar dapat

dipertanggungjawabkan. Ada tiga aktivitas peer debriefing yang

dilakukan selama proses pengumpulan data sampai dengan proses

penyajian data dan analisis data, yaitu:

a) Diskusi informal dengan beberapa informan kunci terkait

dengan data skunder dan data primer yang diperoleh selama di

lapangan.

b) Diskusi informal dengan beberapa rekan sejawat untuk

membahas berbagai temuan di lapangan serta membahas

tentang relevansi teori yang bisa digunakan sebagai alat analisis

data temuan.

c) Diskusi intensif dengan dosen pembimbing untuk mendapatkan

saran, masukan, arahan dan bimbingan terkait dengan proses

penyajian data, analisis dan interpretasi data sampai dengan

penarikan kesimpulan. Diskusi dan proses bimbingan dilakukan

secara priodik dan berkesinambungan sehingga peneliti mampu

memahami, menjelaskan dan menganalisis berbagai fenomena

yang berhasil ditangkap sesuai dengan saran, masukan, arahan

dan bimbingan yang diberikan oleh dosen pembimbing.

4) Triangulasi

Triangulasi bertujuan untuk menegecek kebenaran data

dan membandingkan dengan data yang diperoleh dari sumber lain

pada berbagai tahap penelitian di lapangan, pada waktu yang


50

berbeda, dan sering pula menggunakan metode yang berlainan.

Teknik pengecekan keabsahan data dengan cara triangulasi juga

dapat diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber

dengan berbagai cara dan waktu.63 Peneliti melakukan pengecekan

dengan menggunakan triangulasi sumber data dan triangulasi

teknik pengumpulan data dengan tujuan memperoleh data yang

valid dan dapat dipertanggung jawabkan. Pengecekan dengan

metode pengumpulan data diperoleh dari metode observasi,

wawancara dan dokumentasi yang dibandingkan hasilnya. 64

Wawancara Observasi

Dokumentasi

Gambar 2

Triangulasi Teknik Pengumpulan Data65

Sedangkan triangulasi dengan sumber data dilakukan

dengan pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data

dengan metode yang sama. Dalam hal ini peneliti mengecek derajat

kepercayaan sumber dengan metode wawancara terhadap informan

yang berbeda-beda.

63
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, R & D (Bandung: Alfabeta, 2012),
273-274.
64
Saleh, Pengembangan Kompetensi, 149.
65
Sugiyono, Metode Penelitian, 273.
51

Pengurus Pondok Mudirul ‘Am

Santri dan Wali Santri

Gambar 3

Triangulasi Sumber Data66

Adapun yang menjadi informan dalam triangulasi ini yaitu

mudir, kepala pondok, bendahara pondok, santri, wali santri dan

berbagai informan lain sesuai dengan permasalahan yang

ditemukan dilapangan.

b. Derajat Keteralihan (Transferability)

Keteralihan dalam penelitian kualitatif dapat dicapai dengan

cara thick description (uraian rinci). Peneliti menggali data sampai

tahap kejenuhan data yaitu apa yang dikatakan oleh informan tetap

sama dari jawaban-jawaban sebelumnya. Untuk kepentingan ini peneliti

berusaha melaporkan hasil penelitian di pondok pesantren Cendekia

Darul Lutviyah Murni NW Lombok Timur secara rinci yang

mengungkap secara khusus segala sesuatu yang diperlukan oleh

pembaca agar temuan-temuan yang diperoleh dapat dipahami oleh

pembaca.

66
Sugiyono, Metode Penelitian, 274.
52

c. Derajat Ketergantungan (Dependability)

Aktivitas ini digunakan untuk mengetahui apakah penelitian ini

bermutu dari segi proses atau tidak. Di samping itu untuk menjaga

kehati-hatian terjadinya kemungkinan kesalahan dalam konseptualisasi

rencana penelitian, pengumpulan data, interpretasi temuan, dan

pelaporan hasil penelitian sehingga semuanya dapat

dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Untuk itu dibutuhkan dependent

auditor sebagai konsultan ahli dalam penelitian ini. Sebagai dependent

auditor dalam penelitian ini adalah para promotor dan para penguji

seminar yaitu Dr. H. Maimun, S.Ag, M.Pd (promotor I), Dr. Moh. Iwan

Fitriani, M.Pd (promotor II), Dr. H. Adi Fadli, M.Ag (penguji), Dr.

Fathurrahman Muhtar, M.Ag (penguji).

d. Derajat Kepastian (Confirmability)

Confirmability merupakan aktivitas pengecekan keabsahan data

dengan melakukan pemeriksaan data atau melakukan konfirmasi

terhadap informasi yang diperoleh dari beberapa informan untuk

dibandingkan dengan informasi yang berasal dari informan lainnya.

Tujuan dari aktivitas ini untuk menemukan data yang benar-benar

akurat serta dapat dipercaya sehingga dapat meningkatkan keabsahan

data yang diperoleh di lapangan.


53

H. Sistematika Pembahasan

Pembahasan suatu permasalahan hendaknya didasari pada kerangka

berfikir yang jelas dan teratur, penelitian ini disusun ke dalam empat bab

sebagai acuan dalam berfikir secara sistematis, adapun rancangan sistematika

penulisan tesis ini adalah sebagai berikut:

Bab I pendahuluan yang merupakan gambaran umum isi penelitian

yang terdiri dari (a) latar belakang masalah. (b) identifikasi, batasan dan

rumusan masalah. (c) tujuan penelitian. (d) signifikansi dan manfaat

penelitian. (e) penelitian terdahulu yang relevan (f) metotologi penelitian

yang berisi pendekatan dan jenis penelitian, data dan sumber data penelitian,

metode pengumpulan data, teknik analisis data dan pengecekan kebsahan

data. (g) kerangka teori yang berisi tinjauan tentang manajemen pengelolaan

keuangan, pondok pesantren mandiri dan implikasi manajemen pengelolaan

keuangan bagi kemandirian pondok pesantren. (h) sistematika pembahasan.

Bab II paparan data dan temuan penelitian terdiri dari, (a) deskripsi

umum lokasi penelitian, (b) paparan data, (c) temuan penelitian.

Bab III pembahasan yang berisi, pemaduan antara hasil penelitian dan

teori tentang manajemen pengelolaan keuangan, implikasinya terhadap

kemandirian pondok pesantren serta hambatan manajemen pengelolaan

keuangan dalam mewujudkan pondok pesantren mandiri di pondok pesantren

Cendekia Darul Lutviyah Murni NW Lombok Timur.

Bab IV penutup yang terdiri dari, (a) kesimpulan dan (b) saran.
54

BAB II

PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

A. Deskripsi Umum Lokasi Penelitian

1. Sekilas tentang Pondok Pesantren Cendekia Darul Lutviyah Murni

NW Aikmel Lombok Timur

Pondok Pesantren Cendekia Darul Lutviyah Murni NW

berlokasi di Dusun Aiklomak Desa Toya kecamatan Aikmel Lombok

Timur sekitar 800 meter dari Kantor Desa Toya. Pondok Pesantren ini

didirikan pada tanggal 17 Sya’ban 1434 H bertepatan dengan 26 Juni

2013 dengan tokoh utama pendiri yaitu Dr. H. M. Mugni, Sn., M.Pd.,

M.Kom. Nama pondok pesantren Cendekia Darul Lutviyah Murni ini

diambil dari 3 kata yaitu (1) Cendekia, (2) Lutviyah, dan (3) Murni.

Cendekia merupakan visi pondok pesantren ini yaitu cerdas, ekonomis,

nasional, demokratis, kreatif, indah dan amanah. Lutviyah merupakan

gabungan dari nama kedua putri beliau yaitu Siti Nurlaeli Lutviyani

Murni dan Siti Olega Adawiyah Murni. Sedangkan kata Murni adalah

gabungan dari nama beliau (Mugni) dan Istri (Herni Widiyanti). Dalam

bahasa Arab, Lutviyah berasal dari kata latif yang artinya halus, lembut,

damai. Sedangkan Darul artinya kampung atau desa. Jadi, Darul

Lutviyah artinya kampung yang damai. Sehingga diharapkan seluruh

warga pondok pesantren menjadi orang-orang yang berhati halus dan

bersikap lembut. Di tahun tersebut telah dibebaskan lahan seluas 10.000

54
55

M2 dan mulai dilakukan pembangunan pada komplek tersebut sejak 18

Agustus 2013. Pondok pesantren juga memiliki lahan sekitar 30.000 M2

sekitar 1 km dari lokasi bangunan pondok ke arah barat.67

Lingkungan pondok pesantren Cendekia dikelilingi oleh

persawahan, hutan, dan ladang. Di tempat tersebut terdapat 7 (tujuh)

mata air yang merupakan hulu sungai Bembek yang melintasi kecamatan

Aikmel, Wanasaba, dan Pringgabaya dengan hilir pantai Kedalpag desa

Pohgading kecamatan Pringgabaya. Bangunan gedung pondok pesantren

Cendekia didesain di atas kolam untuk memanfaatkan potesi 7 (tujuh)

mata air yang melimpah dan potensi lokal yang dihasilkan oleh para

perajin Lombok Timur. Bangunan tersebut menggunakan pagar bambu

yang dihasilkan oleh masyarakat Wanasaba dan Sekarteja Lombok

Timur. Sedangkan atapnya dari genteng yang dihasilkan oleh para

pengerajin di Dusun Kalitemu Kecamatan Terara. Bangunan ruang kelas

di atas kolam didesain menjadi bangunan serba guna. Artinya dapat

digunakan untuk berbagai kegiatan, seperti ruang belajar, sholat,

pengajian, rapat dan lain sebagainya. Para santri belajar dengan duduk

bersila dan menggunakan meja. Saat ruang tersebut digunakan untuk

kegiatan lain maka meja belajar dipindah ke pinggir ruangan.

Sedangkan bangunan yang digunakan untuk para pengasuh

memanfaatkan bangunan asli masyarakat Sasak, yakni lumbung asli yang

masih ada dan jumlahnya sangat langka. Sampai saat ini telah berdiri 10

67
Dokumentasi, Selayang Pandang Pondok Pesantren Darul Lutviyah Murni (DLM) NW,
11-12
56

buah lumbung asli masyarakat Sasak. Lumbung tersebut terdiri atas dua

lantai, yakni lantai satu untuk para santri mengaji/belajar/beristirahat.

Sedangkan lantai dua sebagai kamar-kamar pengasuh. Untuk

menghadapi ujian akhir satuan pendidikan maka selama satu tahun para

santri akan mengikuti pendidikan formal dengan pendekatan moderen,

yakni berbangku dan bermeja. Sedangkan saat kelas satu dan kelas dua

tetap akan duduk bersila dan bermeja.

Sampai saat ini sudah berdiri, satu unit kantor, 3 unit ruang

belajar, 2 unit asrama semi parmanen, 2 unit kamar mandi/WC , satu unit

dapur umum, 10 unit lumbung. Bangunan-banguna ini sudah 100 % jadi.

Sedangkan yang dalam proses pembangunan, yakni satu unit ruangan

koperasi/klinik, 1 unit asrama putri di atas kolam, satu unit masjid

ukuran 23 x 27 M2, satu buah studio radio, “Radio Darul Lutviyah

(RDL)-Suara Edukasi dan Silaturrahmi” yang dipancarkan dari

gelombang 92.0 FM. RDL telah mengudara sejak tanggal 10 Februari

2015. Pondok pesantren Cendekia DLM NW juga sudah mulai merintis

berbagai usaha di antaranya, budidaya ikan, peternakan ayam, radio

siaran, dan koperasi, konveksi, penyewaan terop dan penyewaan alat

transportasi. 68

68
Dokumentasi, Selayang Pandang Pondok Pesantren Darul Lutviyah Murni (DLM)
NW, 22 -23
57

B. Manajemen Keuangan Pondok Pesantren Cendekia Darul Lutviyah

Murni NW Aikmel Lombok Timur

Pengelolaan pondok pesantran Cendekia Darul Lutviyah Murni NW

Aikmel Lombok Timur cukup baik, hal ini dapat dilihat dari kemampuan

pengelolaannya di berbagai komponen pengembangan pondok pesantren baik

itu dari aspek sarana prasarana, kompetensi siswa dan kuantitas santri yang

terus bertambah dari tahun ketahun. pondok pesantren ini juga memiliki

sumber pendapatan, usaha dan bisnis yang dikembangkan sebagai sumber

penghasilan dan dijadikan penunjang dalam pembiayaan pengelolaan pondok

pesantren. Berjalannya manajemen pengelolaan pesantren yang baik tidak

terlepas dari beberapa kegiatan.

Sesuai dengan hasil pengamatan peneliti, pondok pesantran

Cendekia Darul Lutviyah Murni NW Aikmel mengelola 3 lembaga formal

yaitu Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), Madrasah Aliyah (MA) dan

Sekolah Menengah Pertama (SMP). Di samping itu pondok pesantren ini juga

mengelola lembaga kepesantrenan berupa Madrasah Diniyah Takmiliyah


69
Wustho (MDTW) . Selain mengelola lembaga pendidikan, Pondok

Pesantren Cendekia juga mengelola lembaga-lembaga lain yang dapat

mendukung perkembangan lembaga pondok pesantren ke depannya, adapun

lembaga-lembaga tersebut adalah Koperasi Pondok Pesantren, Lembaga


70
Kesejahteraan Sosial Anak, Lembaga Kesejahteraan Sosial , untuk

69
Observasi, Pengurus Pondok Pesantren Cendekia Darul Lutviyah Murni NW, 3
Februari 2020.
70
Saefudin Zuhri, Wawancara Pengurus Pondok Pesantren Cendekia Darul Lutviyah
Murni NW, 3 Februari 2020.
58

kelancaran semua kegiatan dalam lembaga-lembaga yang telah dibangun di

bawah naungan pondok pesnantren Cendekia, maka setiap kegiatan tersebut

tidak terlepas dari hal-hal sebagai berikut:

1. Perencanaan

Pondok pesantren merupakan wadah untuk bergotong royong,

sebuah lembaga yang digunakan sebagai tempat mengekspresikan ajaran

Islam, untuk mempertahankan eksistensi pondok pesantren sebagai

sebuah lemabaga yang Islami dan berperan penting dalam membangun

masa depan anak bangsa, maka di dalamnya tidak akan terlepas dari

perencanaan-perencanaan dalam segala bidang, termasuk dalam hal

penganggaran atau pendanaan.

Perencanaan keuangan atau penganggaran di pondok pesantren

Cendekia dilaksanakan setiap tahunnya dengan melibatkan semua

pengurus, guru dan pengasuh serta perwakilan dari wali santri untuk

membahas anggaran yang dibutuhkan dan akan dialokasikan ke mana

anggaran yang dimiliki selama satu tahun. Sebagaimana yang

disampaikan oleh Hambali bahwa,

Perencanaan dilakukan setiap tahun dengan menghadirkan semua


pengurus pesantren, dewan guru, komite sekolah, dan
perwakilandari wali santri untuk bersama-sama membahas
sumber anggaran dan rencana penggunaan anggaran pada tiap
tahun yang bersangkutan. kegiatan rapat tahunan ini merupakan
kegiatan mengevaluasi kembali kegiatan rencana jangka panjang
yang telah disusun dalam lima tahunan.71

71
Hambali, Wawancara Pengurus pondok pesantren Cendekia Darul Lutviyah NW, 17
Desember 2012.
59

Perencanaan keuangan dan pembangunan dilakukan tiap 1

tahun, kegiatan ini dirangkaikan dengan evaluasi keuangan selama 1

tahun yang telah berjalan, kegiatan perencanaan dilakukan dengan

menganalisis sumber-sumber pendapatan pondok pesantren dan rencana

penggunaannya dalam pengembangan dan pembangunan pondok

pesantren, sebagaimana yang dikatakan oleh Mugni,

Kegiatan perencanaan merupakan rangkaian kegiatan tahunan


yang dilakukan secara bersamaan dengan evaluasi tahunan
pondok pesantren, perencanaan kita lakukan dengan melibatkan
guru, komite sekolah dan perwakilan wali santri. Perencanaan
yang dilakukan itu meliputi analisis sumber-sumber pendapatan
pondok pesantren baik dari internal dan eksternal, penggunaan
anggaran operasional pembelajaran baik di sekolah ataupun di
pondok, pemeliharaan dan pengembangan sumber usaha pondok
pesantren dan sarana prasarana. 72.

Keterlibatan wali santri dalam perencanaan yang diwakilkan

kepada beberapa orang yang dianggap memiliki kemampuan untuk

berkomunikasi dengan wali santri lainnya dilakukan sebagai wujud

keterbukaan pondok pesantren terhadap wali santri, karena setiap hasil

perencanaan yang dilakukan akan diinformasikan oleh pengurus yayasan

ataupun perwakilan wali santri dalam grup whatsapp yang telah dibuat

sebagai media silaturrahmi para wali snatri, sebagaimana yang dikatakan

oleh Ahmad Muhsan salah seorang wali santri,

Keterlibatan kami sebagai wali santri dalam perencanaan


pengembangan pondok pesantren adalah sebagai perwakilan dari
kami yang bisa menyampaikan di grup whatsApp silaturrahim
wali santri, biasanya yang dibahas adalah jumlah iuran bulanan

72
Mugni, Wawancara Pimpinan Pondok Pesantren Cendekia Darul Lutviyah NW, 1
November 2019.
60

santri, pengembangan pusat usaha pesantren, dan peraturan-


peraturan santri yang harus diketahui oleh wali santri73.

Hal yang serupa juga disampaikan oleh Hamzan selaku komite

sekolah bahwa “komite sekolah tetap dilibatkan dalam perencanaan yang

dilakukan setiap tahunnya untuk mendukung pelasksanaan setiap

kegiatan yang telah direncanakan dengan mengkomunikasikan bersama

wali-wali santri atau tokoh-tokoh agama dan masyarakat yang terlibat di

dalamnya”74.

Kegiatan perencanaan yang dilakukan pondok pesantren dengan

melibatkan pengurus, dewan guru, perwakilan wali santri dan komite

sekolah sudah berjalan sejak lama, hal ini bisa dilihat dari dokumentasi

daftar hadir kegiatan perencanaan yang pernah dilakukan serta poin-poin

pokok yang dibahas dalam perencanaan. Berdasarkan daftar hadir

notulensi kegiatan perencanaan pengelolaan keuangan pondok pesantren

maka adapun orang yang dilibatkan adalah “Pengurus pondok pesantren,

dewan guru, perwakilan wali santri dan Komite Sekolah”. 75

Dalam perencanaan, tentunya yang paling bertanggungjawab

adalah pimpinan pondok pesantren yang bertugas untuk mengumpulkan

berbagai informasi dari semua unsur yang dikaji dan dikembangkan

sebagai acuan dalam menyusun sebuah perencanaan ke depan.

Perencanaan dilakukan dengan mencari informasi dari pemangku

73
Ahmad Muhsan, Wawancara Wali Santri Pondok Pesantren Cendekia Darul Lutviyah
NW, 13 November 2019.
74
Hamzan, Wawancara Komite Sekoloah Pondok Pesantren Cendekia Darul Lutviyah
NW, 20 November 2019.
75
Dokumentasi Daftar Hadir Kegiatan Evaluasi dan Perencanaan Pengembangan
Pondok Pesantren Cendekia Darul Lutviyah NW, 1 November 2019.
61

kebijakan dalam hal ini adalah pemerintah daerah, dinas kelautan, DPR,

dinas pendidikan, dinas sosial, dinas koperasi, dinas peternakan dan

perikanan, dinas perindustrian dan lain sebagainya. Sebagaimana yang

dikatakan oleh Mugni sebagai berikut,

Perencanaan pengembangan pesantren kami lakukan dengan


menelusuri program-program dari pemerintah daerah dan masing-
masing dinas baik di daerah ataupun pusat untuk mengetahui
berbagai program di masing-masing instansi tersebut, sehingga
kami bisa menjalin kerjasama untuk menjalankan program
tersebut di lingkungan pondok pesantren. Hal ini kami lakukan
untuk mempermudah sumber pendanaan terhadap program-
program yang kami rencanakan di pondok pesantren Cendekia
Darul Lutviyah Murni. 76

Kerjasama yang dibangun oleh pondok pesantren dengan

berbagai dinas pemerintah berdampak pada kelembagaan yang dibuat di

bawah naungan pesantren, maka selain mengembangkan lembaga

pendidikan, pesantren juga membentuk beberapa lembaga lain sebagai

wadah untuk menjalankan program pemerintah dan dinas-dinas yang

bersangkutan. Adapun lembaga-lembaga yang dibentuk adalah Lembaga

Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA), Lembaga Kesejahteraan Sosial

(LKS), Koperasi Pondok Pesantren (KONPOTREN), Radio siaran Darul

Lutviyah (RDL). 77 Melalui lembaga-lembaga yang dibuat di bawah

naungan pondok pesantren inilah disusun berbagai kegiatan kemudian

menyelaraskannya dengan kegiatan dinas-dinas terkait. Berdasarkan hasil

76
Mugni, Wawancara Pimpinan Pondok Pesantren Cendekia Darul Lutviyah NW, 1
November 2019.
77
Dokumentasi, Selayang Pandang Pondok Pesantren Darul Lutviyah Murni (DLM) NW,
23 -24.
62

Observasi kegiatan rapat tahunan pondok pesantren Cendekia peneliti

menemukan hal-hal sebagai berikut,

Rapat evaluasi dan perencanaan pondok pesantren Cendekia


Darul Lutviyah diikuti oleh 35 peserta, dari pengasuh pondok
pesantren Cendekia, Guru SMK, Guru SMP, Guru MA, Staf
Administrasi pondok pesantren, pegelola usaha pondok pesantren,
wali santri dan Komite Sekolah pondok pesantren cendekia,
kegiatan dilaksanakan dengan pembukaan, laporan
pertanggungjawaban masing-masing unit dan lembaga serta
dilanjutkan dengan sesi tanya jawab. Setelah evaluasi selesai
dilanjutkan dengan perencanaan di mana setiap unit dan usaha
menyampaikan rancangan kegiatan dan anggaran yang
dibutuhkan.78

Kegiatan evaluasi dan perencanaan khususnya tentang

perencanaan keuangan dilaksanakan setiap tahun untuk terus berbenah

dan memperbaiki hal-hal yang menjadi kendala setiap tahunnya.

2. Pengorganisasian

Beberapa ahli manajemen menempatkan fungsi

pengorganisasian setelah fungsi perencanaan. Suatu rencana yang

tersusun secara matang dan ditetapkan berdasarkan perhitungan tertentu,

tentunya tidak dengan sendirinya mendekatkan organisasi pada tujuan

yang hendak dicapai. Untuk mewujudkan suatu rencana ke arah tujuan

yang hendak dicapai diperlukan pengaturan yang tidak saja menyangkut

wadah di mana kegiatan itu dilaksanakan tetapi juga aturan main (roles of

the games) yang harus ditaati setiap orang untuk mencapai tujuan

organisasi. Pengorganisasian merupakan penentuan, pengelompokan dan

penyusunan berbagai macam kegiatan yang diperlukan untuk mencapai

78
Observasi, Rapat Evaluasi dan Perencanaan Pondok Pesantren Cendekia Darul
Lutviyah Murni NW Aikmel, 3 Juli 2019.
63

tujuan, penempatan (staf) pada kegiatan-kegiatan tersebut, penyediaan

faktor-faktor fisik yang cocok bagi lingkungan atau keperluan kerja dan

penunjukan hubungan wewenang yang didelegasikan terhadap setiap

orang yang berhubungan dangan pelaksanaan setiap kegiatan yang

diharapkan.

Secara umum pengembangan pondok pesantren dilakukan

dengan mengelompokkan berbagai program ke dalam beberapa kelompok

yang menjadi rujukan dalam setiap kegiatan sebagaimana yang tercantum

dalam buku selayang pandang pondok pensantren Cendekia Darul

Lutviyah Murni NW Aikmel Lombok Timur bahawa program yang

menjadi kegiatan pondok pesantren adalah sebagai berikut,

a. Melengkapi sarana prasarana


b. Meningkatkan kualitas pengasuh dan dewan guru
c. Meningkatkan kuantitas dan kualitas santri
d. Mendirikan sekolah formal dan lembaga-lembaga pendukung
pondok pesantren
e. Meningkatkan kualitas pembinaan santri
f. Menyertakan santri pada berbagai perlombaan dan
pertandingan
g. Melaksanakan peringatan-peringatan hari besar Islam
h. Melaksanakan praktik pengabdian santri (PPS)
i. Mengusahakan santri bisa masuk diperguruan tinggi negeri dan
meraih beasiswa
j. Mendirikan Perguruan Tinggi, minimal dalam bentuk
POLITEKNIK.79

Selaian program-program tersebut, sebagai wujud pengembangan

program di atas, pondok pesantren Cendekia juga mengembangkan

berbagai program atau kegiatan khusus dalam bidang pengembangan

79
Dokumentasi, Selayang Pandang Pondok Pesantren Cendekia Darul Lutviyah Murni
NW, 21.
64

usaha sebagai pusat bisnis untuk meningkatkan pendapatan pesantren

agar mempermudah menjalankan setiap program yang telah disusun.

Adapun bentuk usaha-usaha tersebut sebagaiamna yang disampaikan

oleh Saefuddin Zuhri yaitu “membuat koperasi pondok pesantren

(KONPOTREN), budidaya ikan, peternakan ayam, penyewaan terop,

klinik kesehatan, konveksi, pertanian, Radio dan lain sebagainya. 80

Berbagai sumber usaha yang dikembangkan sebagaimana

tercantum di atas dikelola oleh pengurus yayasan dan dewan guru yang

dianggap memiliki kemampuan dalam setiap usaha yang dikembangkan,

kemampuan yang dimiliki oleh masing-masing pengelola tidak saja

dilihat dari kualifikasi pendidikannya tetapi melihat kemampuan yang

dimiliki oleh guru atau pengurus yayasan.

Pengorganisasian dilakukan dengan mengelompokkan sumber

pendapatan pondok pesantren baik dari iuran santri ataupun dari hasil

pengembangan usaha pesantren, kemudian gaji guru/ustad, rencana

pembangunan dan kelengkapan sarana prasarana serta biaya operasional

sekolah dan pondok pesantren. Sebagaimana yang disampaikan oleh

Pimpinan pondok pesantren Darul Lutviyah Murni NW Aikmel, sebagai

berikut:

Pengorganisasian kami lakukan dengan melakukan hal-hal


sebagai berikut (1) menganalisis dan mengelompokkan sumber-
sumber pendapatan pokok pondok pesantren seperti iuran santri,
Bantuan Operasional Sekolah, hasil pengembangan usaha pondok
pesantren. (2) menganalisis dan mengelompokkan bentuk dan

80
Saefuddin Zuhri, Wawancara Pengurus Pondok Pesantren Cendekia Darul Lutviyah
Murni NW , 12 Januari 2020.
65

jenis kegiatan pondok pesantren serta anggaran yang dibutuhkan


seperti biaya operasional sekolah dan pondok pesantren, gaji
guru, peringatan hari besar Islam, pelatihan bagi guru atau ustad
dan lain sebagainya, (3) menganalisis dan mengelompokkan
kebutuhan dan keberadaan sarana prasarana serta anggaran yang
dibutuhkan sehingga kita bisa mengelompokkan sarana prasarana
yang mana yang akan diselesaikan dalam waktu cepat dengan
anggaran yang dimiliki. 81

Selain pengorganisasian terhadap sumber pendapatan, dan

kegiatan serta sarana prasarana sebagaimana dijelaskan di atas,

pengorganisasian juga dilakukan dengan mengelompokkan orang-orang

yang memiliki kemampuan dalam pengelolaan keuangan agar

pendapatan pondok pesantren bisa berkembang dan dapat digunakan

dalam memajukan pondok pesantren. Saefuddin Zuhri menjelaskan

sebagai berikut,

Pengorganisasian dilakukan dengan mengelompokkan sumber


pendapatan, kegiatan-kegiatan serta sarana prasarana pendukung
kegiatan-kegiatan tersebut, di samping itu, dilakukan pemilihan
orang-orang yang kompeten yang akan diberikan tanggungjawab
untuk mengelola masing-masing unit usaha pondok pesantren
seperti koperasi, budidaya ikan, penyewaan mobil, konveksi dan
radio. Hal ini dilakukan untuk memudahkan pengelolaan usaha
pondok pesantren, begitu juga halnya dalam melakukan
pengeluaran, ditunjuk orang-orang yang memiliki kemampuan
dalam mengelola pengeluaran keuangan dengan baik agar mampu
mengeluarkan uang seefisien mungkin dengan hasil yang sangat
maksimal dalam setiap kegiatan.82

Pengelompokan atau pengorganisasian sebagaiamana dijelaskan

di atas merupakan rangkaian kegiatan yang tidak terlepas dari kegiatan

perencanaan di mana di dalam perencanaan ini langsung dilakukan

81
Mugni, Wawancara Pimpinan Pondok Pesantren Cendekia Darul Lutviyah Murni NW
, Ahad, 12 Januari 2020.
82
Saefuddin Zuhri, Wawancara Kepala Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Cendekia
Darul Lutviyah Murni NW , 12 Januari 2020.
66

pengelompokan-pengelompokan terhadap kegiatan dan sumber anggaran

sebagaimana yang dikatakan oleh Hamzan,

Dalam kegiatan perencanaan kami secara tidak langsung


melakukan pengorganisaian dengan mengelompokkan atau
memilah segala hal yang berkenaan dengan pengelolaan pondok
pesantren seperti sumber-sumber pendapatan baik internal dan
eksternal, kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan, dan sarana
prasarana yng dibutuhkan untuk menunjang seluruh kegiatan
pondok pesantren serta memilih orang-orang yang kompeten
dalam mengelola semua bidang tersebut.83

Berdasarkan hasil observasi, peneliti menemukan bahwa beberapa

kegiatan atau program yang dikembangkan dalam bidang usaha oleh

pondok pesantren Cendekia Darul Lutviyah Murni NW adalah sebagai

berikut:

a. Koperasi, koperasi dibangun di lingkungan pondok


pesantren dengan mengelola jual beli dan simpan pinjam
untuk memenuhi kebutuhan santri dan masyarakat sekitar.
b. Budidaya ikan, budidaya ikan dilakukan dengan membuat
beberapa kolam di bawah asrama, tempat tinggal pengasuh,
ruang kelas belajar, lumbung tempat mengaji, yang total
jumlah kolam nya ada 6 kolam.
c. Peternakan ayam, dilakukan dengan membuat kandang
ayam di lingkungan pondok pesantren dan dikelola oleh
santri.
d. Penyewaan terop, pondok pesantren menyiapkan terop yang
disewakan kepada masyarakat dengan tarif sangat rendah.
e. Penyewaan transportasi berupa BUS, Ambulan, mobil,
pondok pesantren menyiapkan alat transportasi tersebut dan
disewakan kepada masyarakat.
f. Konveksi, pondok pesantren menyiapakan mesin jahit
pakaian yang dikelola langsung oleh santri.
g. Radio, penyiaran Radio dilakukan setiap hari oleh santri,
dibawah pengawasan ketua radio.84

83
Hamzan, Wawancara Komite Sekoloah Pondok Pesantren Cendekia Darul Lutviyah
NW, 20 November 2019.
84
Observasi, Pondok Pesantren Cendekia Darul Lutviyah Murni NW, 19 Januari 2020.
67

Dari berbagai data di atas dapat dipahami bahwa sistem

pengorganisasian pondok pesantren Cendekia Darul Lutviyah Murni NW

Aikmel Lombok Timur dilakukan dengan menegelompokkan sumber

pendapatan, kegiatan pesantren dan sarana prasarana atau kebutuhan

yang dibutuhkan dalam mewujudkan kegiatan-kegiatan tersebut.

3. Pelaksanaan

Pelaksanaan keuangan secara umum dapat dikelompokkan ke

dalam dua kegiatan, yaitu penerimaan dan pengeluaran. Secara umum

sumber pendapatan dan pengeluaran pondok pesantren sudah tergambar

dalam perencanaan dan pengorganisasian sebagaimana telah dijelaskan di

atas, akan tetapi dalam bagian pelaksanaan ini dijelaskan lebih detail

bagaimana pondok pesantren memperoleh pendapatan dari unit-unit

usaha yang dikelola. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam ulasan

berikut ini:

1) Penerimaan atau sumber pendapatan

Sumber pendapatan atau penerimaan keuangan pondok

pesantren Cendekia tidak terlepas dari sumber pendapatan internal

dan eksternal, di mana sumber pendapatan diperoleh melalui wali

satri dan pemerintah serta hasil dari pengembangan sumber-sumber

usaha yang ada di lingkungan pondok pesantren. Adapun sumber-

sumber pendapatan pondok pesantren sebagaimana yang

dimaksudkan di atas adalah “usaha pondok pesantren, koperasi, SPP

siswa, biaya makan santri, Biaya awal tahun santri, dan Dana
68

Bantuan Operasional Siswa (BOS)” 85 . Untuk lebih jelasnya dapat

dipahami sebagai berikut:

a) Usaha pondok pesantren

Usaha pondok pesantren merupakan usaha yang menjadi

salah satu sumber pendapatan pondok pesantren yang terus

menerus dikembangkan untuk memperoleh pedapatan yang

lebih besar sehingga dapat membantu untuk memberikan

anggaran terhadap pelaksanaan kegiatan-kegiatan pondok

pesantren. Adapun unit-unit usaha yang dikembangkan adalah

sebagai berikut:

(1) Budidaya Ikan

Budidaya ikan dilakukan dengan membuat kolam

ikan sebanyak 6 kolam yakni untuk perindukan,

pembibitan dan penggemukan. Kolam ikan dibangun di

bawah ruang kelas belajar, di bawah tempat tinggal ustaz

dan mudabbir serta di bawah asrama putri 86 . Bangunan

pondok pesantren sengaja di desain dengan konsep yang

unik di mana kelas belajar, tempat tinggal ustad dan

asrama putri dibangun di atas kolam sehingga secara

bersamaan proses belajar mengajar berjalan dengan baik

dan nyaman serta dapat meningkatkan pendapatan pondok

pesantren. Budidaya ikan diberikan tanggungjawab kepada

85
Ridwan Muntaha, Wawancara Pengurus Pondok Pesantren Cendekia Darul Lutviyah
Murni NW, Ahad, 19 Januari 2020.
86
Observasi, Pondok Pesantren Cendekia Darul Lutviyah Murni NW, 19 Januari 2020.
69

salah seorang guru, akan tetapi untuk kegiatan

pemeliharaan sehari-hari dikoordinir oleh santri.

Sebagaimana diungkapkan oleh Hambali, selaku ketua

pengelola bidang usaha,

Pengelolaan budidaya ikan diberikan


tanggungjawab kepada Zulkipli, salah seorang
guru di SMK jurusan perikanan, sedangkan
sebagai pelaksana dalam pengelolaan budidaya
ikan mulai dari pembibitan, pemberian pakan,
dan penggemukan, serta pemasaran dilakukan
oleh santri di bawah bimbingan
penanggungjawab yang telah ditunjuk.87

Hasil panen ikan dipasarkan dan dijadikan

konsumsi bagi santri dan tamu-tamu tertentu. Adapun

masa panen ikan dilakukan setiap tiga bulan, di mana

pemasaran ikan dipasarkan di masyarakat sekitar dan

pengepul ikan yang melakukan pengiriman ke luar daerah.

Adapun hasil panen ikan dalam setiap tiga bulan rata-rata

sekitar Rp 9.000.000 (sembilan juta rupiah). Sebagaimana

yang dikatakan oleh Zulkipli,

Masa panen budidaya ikan dilakukan tiap tiga


bulan, penjualan kami lakukan kepada
masyarakat setempat dan pengepul ikan yang
melakukan pengiriman keluar daerah. Adapun
rata-rata hasil panen ikan sejumlah sembilan juta
rupiah (RP. 9 000.000). Terkadang kami
memiliki keuntungan yang cukup besar, karena
bibit ikan kami dapatkan dari kementrian
Kelautan. 88

87
Hambali, Wawancara Pengurus Pondok Pesantren Cendekia Darul Lutviyah Murni
NW, 19 Januari 2020.
88
Hambali, Wawancara Pengurus Pondok Pesantren Cendekia Darul Lutviyah Murni
NW, 19 Januari 2020.
70

Hasil pengolaan budidaya ikan sangat bergantung

pada tingkat kesuburan dan berat ikan hasil panen,

sehingga hasil panen bisa saja berubah tapi tidak terlalu

jauh dari hasil sebagaimana dijelaskan di atas. Selain

untuk dijual hasil budidaya ikan juga sering dijadikan

sebagai menu makanan santri dan diberikan kepada tamu-

tamu tertentu sebagaimana dikatakan oleh Zulkipli

Setelah ikan mencapai masa panen, ikan kami


pasarkan ke beberapa pasar terdekat dan
pengempul yang mengirim keluar daerah, dan
disamping itu ikan hasil panen juga dijadikan
menu makan santri dan diberikan kepada tamu-
tamu tertentu yang datang ke pesantren.89

(2) Peternakan Ayam Kampung

Peternakan ayam kampung merupakan usaha

yang dikembangkan pondok pesantren untuk dikonsumsi

oleh santri, dan tamu pada waktu-waktu tertentu, ayam

diperoleh dari masing-masing santri baru dan santri yang

lulus dari pondok pesantren, setiap santri diminta untuk

membawa satu ekor ayam yang kemudian diternak sampai

batas waktu tertentu. Hasil peternakan ayam kampung

biasanya tidak dijual, tapi dijadikan sebagai konsumsi

santri dan disajikan kepada tamu-tamu pondok pesantren

89
Zulkipli, Wawancara Pengurus Pondok Pesantren Cendekia Darul Lutviyah Murni
NW, 19 Januari 2020.
71

dalam kegiatan-kegiatan tertentu. Saefuddin Zuhdi

menjelaskan sebagai berikut,

Setiap santri baru dan yang lulus diwajibkan


membawa ayam kampung satu ekor, ayam
tersebut diternak dan dijadikan konsumsi pada
acara-acara tertentu yang disajikan untuk tamu-
tamu kehormatan baik tamu pemerintahan
ataupun dari pengurus besar Nadlatul Wathan
yang datang berkunjung ke pondok pesantren,
selain disajikan untuk tamu, ayam juga dijadikan
sebagai konsumsi santri.90

Kandang ayam kampung dibuat dalam satu

lokasi, peternakan ayam langsung dipertanggungjawabkan

oleh santri dan dikontrol oleh penanggungjawab,

sebagaimana hasil observasi peneliti “setiap santri baru

dan yang lulus diwajibkan mengeluarkan ayam kampung,

ayam kampung dipelihara oleh santri dan dijadikan

kosumsi dalam acara perayaan hari besar Islam dan acara-

acara pesantren lainnya serta dijadikan konsumsi santri”. 91

Peternakan ayam kampung bukan sebagai sumber

pendapatan uang pondok pesantren, tapi sebagai konsumsi

santri dan para tamu undangan pada acara-acara tertentu.

(3) Penyewaan Terop

Pondok pesantren memiliki 10 buah terop yang

didapatkan dari dinas sosial, terop disewakan kepada

masyarakat dengan tarif Rp 75.000/terop. Tarif ini berlaku


90
Saefuddin Zuhri, Wawancara Pengurus Pondok Pesantren Cendekia Darul Lutviyah
Murni NW , 12 Januari 2020.
91
Observasi, Pondok Pesantren Cendekia Darul Lutviyah Murni NW, 19 Januari 2020.
72

dengan ketentuan terop diambil dan dipasang sendiri oleh

penyewa, dan apabila pengantaran dan pemasangan

dilakukan pihak pondok pesantren maka tarif sewaktu-

waktu bisa berubah. Adapun hasil pendapatan dari

penyewaan terop tidak menentu karena penyewaan terop

bersifat musiman dengan tarif yang cukup rendah, hal ini

dijelaskan oleh pengurus pondok pesantren sebagai

berikut,

Pondok pesantren memiliki 10 buah terop yang


merupakan bantuan dari dinas sosial, terop pada
awalnya digunakan pada acara-acara tertentu agar
tidak menyewa keluar, dan untuk menambahkan
pendapatan pondok pesantren, terop kami
sewakan ke masyarakat, untuk tarip penyewaan
kami masih bersifat kekeluargaan, jika terop
dibawa dan dipasang sendiri tarifnya hanya Rp
75.000/ Terop, sedang jika terop dibawa dan
dipasang oleh santri tarifnya Rp 100.000/terop.92

Besi Terop ditempatkan di lingkungan pondok

pesantren, tepatnya di samping masjid berdekatan dengan

studio Radio pondok pesantren, sedangkan untuk atapnya

ditaruh di dalam gudang yang telah disiapkan. Adapun

jumlah terop sebanyak 10 buah. 93 Hasil penyewaan terop

tentu sangat berpariasi tergantung dari jumlah penyewaan

setiap bulannya.

92
Saefuddin Zuhri, Wawancara Pengurus Pondok Pesantren Cendekia Darul Lutviyah
Murni NW , 12 Januari 2020.
93
Observasi, Pondok Pesantren Cendekia Darul Lutviyah Murni NW, 19 Januari 2020.
73

(4) Penyiaran Radio

Penyiaran radio dilakukan setiap hari, pendapatan

pondok pesantren melalui radio diperoleh dari sponsor

berupa penyewaan iklan, di mana setiap iklan dikenakan

tarif sebesar Rp 5.000/bulan, dalam setiap bulannya tidak

kurang dari lima iklan, sebagaimana dijelaskan oleh

Saefuddin Zurhri sebagai berikut,

Penyiaran radio pondok pesantren dilakukan


setiap hari, adapun sebagai penyiar adalah santri
yang dianggap memiliki kemampuan dan
bergantian dengan alumni pondok pesantren yang
pernah menjadi penyiar sebelumnya dan
mengabdi di pondok, adapun pendapatan dari
radio adalah dari penyewaan iklan, tarip iklan
perbulan adalah Rp 5.000, dalam setiap bulannya
iklan Radio mendapatkan minimal 5 iklan dan
tidak pernah kurang, sehingga penghasilannya
sangat relatif tergantung jumlah iklan yang
didapatkan. 94

Studio radio pondok pesantren terletak di depan

mimbar masjid pondok pesantren, studio terdiri dari dua

kamar, satu khusus untuk penyiaran radio dan satu khusus

untuk barang-barang perlengkapan penyiaran. penyiar

radio berasal dari santri sebagai tempat pengembangan

diri. 95. Di samping penyewaan yang diperoleh radio juga

dijadikan seabagai media dakwah Islamiyah agar bisa

didengarkan oleh banyak orang.

94
Saefuddin Zuhri, Wawancara Pengurus Pondok Pesantren Cendekia Darul Lutviyah
Murni NW , 12 Januari 2020.
95
Observasi, Pondok Pesantren Cendekia Darul Lutviyah Murni NW, 19 Januari 2020.
74

(5) Penyewaan Transportasi

Pondok pesantren Cendekia memiliki 1 unit bus,

1 unit mobil kijang inova dan 1 unit mobil ambulan, hasil

penyewaan transportasi tidak menentu tergantung jumlah

penyewaan dalam setiap bulannya. Penyewaan

transportasi disewakan dengan standar pembayaran yang

cukup rendah dibandingkan dengan penyewaan pada

umumnya. Sebagaimana dijelaskan oleh Saefuddin Zuhri

sebagai berikut,

Salah satu sumber pendapatan pondok pesantren


adalah penyewaan transportasi, kami memiliki 3
unit mobil, mobil kijang 1 unit, bus satu unit dan
mobil ambulan satu unit yang disewakan kepada
masyarakat, adapun tarif penyewaan tidak
menentu, cukup rendah karena kami
mengedepankan sikap kekeluargaan.96

Mobil, bus dan ambulan di parkir di halaman

pondok pesantren, sehingga jika ada yang ingin menyewa

transportasi, bisa langsung melihat kondisi mobil dan

langsung menemui penanggungjawab. Selain untuk

penyewaan, transpotasi juga digunakan untuk mendukung

kegiatan-kegiatan santri yang berada di luar sekolah dan

penjemputan tamu.

96
Saefuddin Zuhri, Wawancara Pengurus Pondok Pesantren Cendekia Darul Lutviyah
Murni NW, 12 Januari 2020.
75

b) Koperasi

Koperasi pondok pesantren (Konpotren) mengelola

simpan pinjam, pengembangan unit usaha, dan pengadaan

barang serba ada untuk memenuhi kebutuhan santri, ATK

madrasah dan pondok pesantren. Adapun penghasilan dari

koperasi rata-rata satu juta rupiah setiap hari. Penghasilannya

bisa bertambah dan berkurang tergantung dari banyak dan

sedikitnya kegiatan transaksi yang dilaksanakan pihak koperasi,

sebagaimana dijelaskan oleh Saifuddin Zuhri sebagai berikut,

Koperasi pondok pesatren merupakan sumber utama


pendapatan pondok pesantren, karena tingginya modal di
koperasi akan berpengaruh kepada modal usaha unit
yang lain, dimana modal usaha unit yang lain dibiayai
oleh koperasi, koperasi mengelola simpan pinjam,
pengembangan unit usaha, dan pengadaan barang serba
ada untuk memenuhi kebutuhan santri, ATK madrasah
dan pondok pesantren, adapun total pendapatan koperasi
rata-rata Rp 1.000.000 per hari. 97

Koperasi pondok pesantren terletak di tengah lingkungan

pondok pesantren tepatnya di antara asrama putri dan rumah

sederhana atau berugak tempat tinggal para

mudabbir/mudabbiroh dan ustad, bangunan koperasi dibuat

dengan bangunan sederhana minimalis, rumah sederhana yang

terbuat dari anyaman bambu dan pagar, koperasi terdiri dari dua

kamar yang digunakan untuk penyimpanan barang dan tempat

97
Saefuddin Zuhri, Wawancara Pengurus Pondok Pesantren Cendekia Darul Lutviyah
Murni NW, 12 Januari 2020.
76

penjualan barang. 98 Pelayanan koperasi tentunya tidak hanya

untuk lingkungan pondok pesantren tapi tetap dibuka untuk

masyarakat luas.

c) Biaya Awal Tahun Santri, SPP Siswa, dan Biaya Makan Santri

Setiap santri dikenakan beberapa jenis pembayaran

selama berada di pondok pesantren, pembayaran dilakukan

dalam jenjang waktu yang beragam sebagaimana yang tertuang

dalam brosur pendaftaran santri baru yaitu sebagai berikut,

Adapun jenis pembayaran santri adalah biaya awal tahun


santri merupakan biaya yang dikeluarkan santri setiap
tahunnya adapun jumlah pembayarannya sebesar Rp
3.500.000 dengan rincian sebagai berikut (1) seragam
pondok Rp 500.000, (2) biaya makan santri selama 1
bulan Rp 400.000, (3) SPP pondok selama 1 bulan Rp
100.000, (4) biaya asrama selama 1 tahun Rp 1.000.000,
(5) uang bangunan Rp 1.500.000. dan Pada tahun ke-2
santri mengeluarkan biaya Praktik Pengabdian Santri
(PPS) sebesar Rp 500.000.99

Setiap tahun ajaran baru, santri baru dan lama

diwajibkan untuk melakukan daftar ulang dengan jumlah iuran

yang berbeda karena ada beberapa pembayaran yang diwajibkan

hanya untuk santri baru seperti biaya pembangunan dan

seragam, sebagaimana dijelaskan oleh Saefuddin Zuhri Sebagai

berikut,

Setiap tahun ajaran baru, santri diwajibkan untuk


melakukan daftar ulang, hal ini dilakukan untuk
mendisiplinkan siswa dalam mengeluarkan iuran pondok
pesantren. Saat ini santri baru dikenakan biaya daftar
98
Observasi, Pondok Pesantren Cendekia Darul Lutviyah Murni NW, 19 Januari 2020
99
Dokumentasi, Brosur Penerimaan Santri Baru Pondok Pesantren Cendekia Darul
Lutviyah Murni NW, 4 Januari 2020.
77

ulang sebesar Rp 3.500.000 (Tiga juta lima ratus ribu


rupiah) dan santri lama sebesar Rp 1.500.000, (Satu juta
limaratus ribu rupiah). Biaya daftar ulang merupakan
pembayaran biaya makan santri selama 1 bulan Rp
400.000, (3) SPP pondok selama 1 bulan Rp 100.000, (4)
biaya asrama selama 1 tahun Rp 1.000.000, dan husus
untuk santri baru, iuran tersebut juga merupakan biaya
seragam Rp 500.000 dan biaya pembangunan Rp
1.500.000100.

Berkaitan dengan sumber pendapatan sebagaimana

dijelaskan di atas, komite sekolah juga menjalaskan sumber-

sumber pendapatan pokok pondok pesantren yang diketahuinya

sebagaimana dijelaskan oleh Hamzan sebagai berikut “Sumber

pendapatan pondok pesantren adalah pembayaran awal tahun

santri berjumlah Rp 3.500.000, SPP Rp 100.000, biaya makan

santri Rp 400.000 dan biaya pengabdian santri sejumlah Rp

500.000”.101 Hal yang sama juga disampaikan oleh wali santri

bahwa “Setiap santri dikenakan biaya awal tahun sejumlah

3.500.000, SPP pondok sebesar Rp 100.000, biaya makan Rp

400.000 dan uang pengabdian sebesar Rp 500.000”. 102


.

Pendapatan pondok pesantren tentunya bervariasi setiap

tahunnya, hal ini bergantung pada jumlah santri dan keuntungan

yang diperoleh dari pengembangan usaha pondok pesantren

yang dikelola.

100
Saefuddin Zuhri, Wawancara Pengurus Pondok Pesantren Cendekia Darul Lutviyah
Murni NW, 12 Januari 2020.
101
Hamzan, Wawancara Komite Sekolah Pondok Pesantren Cendekia Darul Lutviyah
NW, 20 November 2019.
102
Ahmad Muhsan, Wawancara Wali Santri Pondok Pesantren Cendekia Darul Lutviyah
NW, 13 November 2019.
78

Pembayaran bisa dilakukan setiap hari pada bendahara

pondok pesantren di sekretariat pondok pesantren, pembayaran

dilakukan ditempat yang terpisah anatara laki-laki dan

perempuan sehingga tidak terjadi percampuran antara santri

laki-laki dan perempuan. 103 Khusus untuk pembayaran uang

makan santri, pengelola yayasan memberikan keringanan bagi

santri yatim piatu dan tidak mempu yaitu dengan menggantikan

uang makan tersebut dengan mengeluarkan kayu bakar. Hal ini

juga dijelaskan oleh Saefudin Zuhri sebagai berikut,

Bagi santri yatim piatu dan yang dianggap kurang


mampu, pembayaran uang makan santri digantikan
dengan mengeluarkan kayu bakar, hal ini kami lakukan
mengingat kebutuhan tukang dapur yang membutuhkan
kayu setiap hari dengan jumlah yang cukup banyak serta
mengingat banyaknya santri dari pinggir kawasan taman
nasional Rinjani. 104

Pembayaran iuran santri secara umum masih minim

dibandingkan dengan fasilitas yang diperoleh serta

pembangunan pondok pesantren yang terus ditingkatkan.

d) Dana Bantuan Operasional Siswa (BOS)

Dana Bantuan Operasional Siswa (BOS) merupakan

anggaran yang diberikan pemerintah kepada sekolah atau

madrasah yang memiliki izin operasional. Program ini bertujuan

untuk membebaskan biaya pendidikan bagi siswa tidak mampu

dan meringankan bagi yang lain agar mereka memperoleh


103
Observasi, Pondok Pesantren Cendekia Darul Lutviyah Murni NW, 19 Januari 2020.
104
Saefuddin Zuhri, Wawancara Pengurus Pondok Pesantren Cendekia Darul Lutviyah
Murni NW, 12 Januari 2020.
79

layanan pendidikan yang bermutu dalam rangka penuntasan

wajib belajar 9 tahun. Saefudin Zuhri menjelaskan sebagai

berikut,

Jumlah penerimaan dana BOS tergantung dari jumlah


siswa, untuk siswa SMK dan MA terhitung 1,5 juta
pertahun untuk setiap siswa, sedangkan siswa SMP
mendapatkan 1 juta pertahun untuk setiap siswa,
sehingga jumlah dana BOS yang diperoleh yaitu jumlah
siswa dikalikan dengan jumlah penerimaan siswa selama
satu tahun. Adapun jumlah siswa SMK 50 orang, SMP
200 orang dan MA 82 orang.105

Untuk lebih jelasnya peneliti melakukan dokumentasi

terhadap pembukuan keuangan pondok pesantren yang secara

tertulis menjelaskan jumlah siswa dan anggaran yang diberikan

kepada siswa sebagaimana kutipan berikut ini,

Siswa Madrasah Aliyah berjumlah 82 orang siswa x 1,5


juta/tahun, SMK 50 orang siswa x 1,5 juta/ tahun dan
SMP 200 orang x 1 juta/tahun, sehingga total dana bos
yang diterima setiap tahunnya adalah sebagai berikut: (1)
Madrasah Aliyah (MA) = Rp 123 000.000 (2) Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK) =Rp 75 000.000(3) Sekolah
Menengah Pertama (SMP) = Rp 200.000.000106

Dana BOS di atas merupakan jumlah bantuan yang

diterima selama tahun ajaran 2020. Adapun jumlah dana BOS

pada tahun-tahun sebelumnya menyesuaikan dengan jumlah

santri pada tiap tahunnya.

105
Saefuddin Zuhri, Wawancara Pengurus Pondok Pesantren Cendekia Darul Lutviyah
Murni NW, 12 Januari 2020.
106
Dokumentasi, Pembukuam Keuangan Pondok Pesantren Cendekia Darul Lutviyah
Murni NW, 19 Januari 2020.
80

Adapun jumlah keseluruhan dari penerimaan keuangan

pondok pesantren Cendekia selama satu tahun dapat dilihat pada

tabel berikut,

Tabel 2.1

Data penerimaan keuangan pondok pesantren Cendekia Darul


Lutviyah Murni NW Aik Mel tahun 2019107

No Penerimaan Jumlah
1 Usaha pondok Rp 450.000.000
2 Koperasi Rp 360.000.000
3 Iuran santri Rp 3.150.000.000
4 Amal Jamaah Rp 600.000.000
5 Kementrian Rp 300.000.000
6 Pemerintah Kabupaten Rp 400.000.000
7 Pemerintah Provinsi Rp 200.000.000
8 Dewan Rp 500.000.000
9 Dana Bos Rp. 398.000.000
TOTAL Rp 6.358.700.000

2) Pengeluaran

Sebagai sebuah lembaga pendidikan yang terus berbenah dari

berbagai aspek, baik sarana prasarana, program pesantren,

pendidikan di sekolah dan kegiatan-kegiatan lainnya yang menjadi

pendukung dalam mencetak santri yang memiliki kompetensi tinggi

serta memiliki skill dalam ilmu umum dan ilmu agama sebagai bekal

107
Dokumentasi, Pembukuam Keuangan Pondok Pesantren Cendekia Darul Lutviyah
Murni NW, 14 Agustus 2020
81

untuk kembali kepada masyarakat. Adapun jenis pengeluaran

keuangan pondok pesantren adalah sebagai berikut,

a) Gaji guru/ ustad dan tenaga kependidikan


b) Biaya operasional sekolah dan pondok pesantren
c) Biaya pembebasan lahan pondok pesantren
d) Biaya Pengembangan dan perawatan sarana dan prasarana
pesantren
e) Biaya pengembangan usaha pesantren
f) Biaya makan santri
g) Biaya peringatan hari besar Islam
h) Biaya pengutusan santri untuk mengikuti kegiatan-
kegiatan olimpiade dan lomba
i) Biaya kegiatan peningkatan kualitas SDM
j) Cendekia Saince Compation (CSC)
k) Pengayaan santri berprestasi
l) Biaya sosialisasi penerimaan santri baru.108

Adapun anggaran yang wajib dikeluarkan dalam setiap

bulannya adalah gaji guru, biaya makan santri, biaya operasional

pendidikan, sedangkan kegiatan yang lain dianggarkan berdasarkan

hasil analisis dengan melihat kebutuhan yang mendesak untuk

dianggarkan.

Pengeluaran di lingkungan sekolah tentunya tidak terlepas

dari biaya operasional sekolah, gaji guru, pengayaan siswa,

pengembangan sarana dan prasarana sekolah sebagaimana dikatakan

oleh bendahara sekolah ”Secara umum bentuk pengeluaran di

sekolah meliputi biaya operasional sekolah, gaji guru, pengadaan

108
Saefudin Zuhri, Wawancara Pengurus Pondok Pesantren Cendekia Darul Lutviyah
NW, 3 Januari 2020.
82

dan pemeliharaan sarana prasarana, pembelian buku paket dan LKS,

pengayaan bagi siswa yang akan mengikuti lomba”.109

Komite sekolah juga menjelaskan sebagai berikut,

Secara umum yang tiang ketahui pengeluaran di pondok


pesantren adalah biaya pembangunan gedung madrasah,
biaya makan santri, biaya asrama santri, gaji guru, biaya
pengembangan usaha, perayaan hari besar Islam, pengajian
rutin, dan biaya tak terduga lainnya seperti adanya tamu-tamu
kehormatan baik dari pengurus besar Nahdatul Wathan
ataupun tamu-tamu pemerintahan.110

Dari hasil analisis beberapa sumber data di atas, dapat

dipahami bahwa beberapa jenis pengeluaran pondok pesantren

Cendekia Drul Lutviyah Murni secara umum adalah sebagai berikut:

(1) Pengeluaran pondok pesantren berupa biaya operasional

kegiatan pesantren, gaji ustazah dan mudabbir, biaya

pembangunan gedung, kegiatan perayaan hari besar Islam dan

kegitan lainnya yang dikoordinir oleh pesantren.

(2) Pengeluaran dalam unit usaha, yakni pembiayaan modal dalam

bidang usaha seperti koperasi, budidaya ikan, penyewaan

transportasi dan radio, serta kegiatan lainnya yang berkenaan

dengan pengembangan unit usaha pondok pesantren.

(3) Pengeluaran sekolah, merupakan semua pengeluaran yang

berkenaan dengan sekolah seperti biaya operasional sekolah,

gaji guru, pembelian buku paket, pengayaan siswa berprestasi

109
Sitti Nurlaely Adawiyah Murni, Wawancara Bendahara MA Cendekia Pondok
Pesantren Cendekia Darul Lutviyah NW, 3 Januari 2020.
110
Hamzan, Wawancara Komite Sekolah Pondok Pesantren Cendekia Darul Lutviyah
NW, 20 November 2019.
83

serta kegiatan lainnya yang berkaitan dengan program-program

sekolah.

4. Pengawasan

Untuk mengawal dan mengukur keberhasilan pondok pesantren

Cendekia Darul Lutviyah Murni NW, maka dilakukan pengawasan dari

pengurus yayasan sebagai bentuk kontroling atas setiap kegiatan yang

dilakukan sebagaimana dijelaskan oleh pimpinan pondok pesantren

Cendekia sebagai berikut, .

Adapun bentuk pengawasan yang dilakukan adalah memantau


setiap kegiatan yang merupakan program pondok pesantren,
menyusun laporan kegiatan yang menggunakan anggaran dari
pondok pesantren, termasuk laporan penggunaan dana BOS
ataupun bantuan dari luar, laporan tahunan yang dibuat dari
masing-masing unit/ lembaga untuk melaporkan hasil kegiatan
dan anggaran yang telah digunakan selama satu tahun, dan
melakukan evaluasi tahunan dengan menghadirkan seluruh unit
atau lembaga yang berada di bawah naungan pesantren.111

Kegiatan tersebut rutin dilakukan setiap tahun sebagai acuan

untuk menyusun program dan perencanaan penganggaran untuk tahun-

tahun berikutnya, sehingga program yang disusun benar-benar

menyentuh permasalahan yang ada di lingkuangan pesantren dan

masyarakat sekitar. Sistem pengawasan tersebut juga dijelaskan oleh

kepala Madrasah Aliyah sebagai berikut,

Kegiatan pengawasan dilakukan dengan mewajibkan setiap


lembaga yang berada di bawah naungan yayasan baik itu pondok
pesantren, sekolah dan unit-unit usaha yang telah dikembangkan,
melaporkan keuangan dengan berbagai penggunaan anggaran
yang telah digunakan selama satu tahun. kami laporkan dalam

111
Mugni, Wawancara Pimpinan Pondok Pesantren Cendekia Darul Lutviyah NW, 3
Januari 2020.
84

bentuk laporan kegiatan atau penggunaan dana serta capaian yang


telah dicapai selama satu tahun.112

Hal yang sama juga dijelaskan oleh komite sekolah sebagai

perwakilan dari wali santri mengatakan bahwa,

Keterlibatan komite sekolah dan wali santri dalam pengawasan


keuangan sangat terbatas, karena kami tidak bisa memantau setiap
saat, akan tetapi keterlibatan kami dalam pengawasan adalah
dalam hal pembangunan dan kegiatan-kegiatan pondok pesantren,
serta memantau laporan tahunan yang dilaporkan di depan
pengurus, guru dan wali santri dalam kegiatan evaluasi
tahunan. 113

Kegiatan pengawasan dibuktikan dengan laporan keuangan dari

masing-masing lembaga dan unit yang ada di bawah naungan pondok

pesantren, bentuk laporan bervariasi tergantung dari kegiatan yang

dilaporkan, laporan kegiatan ditulis dengan latar belakang, tujuan,

capaian dan sasaran, dan target. Sedangkan pembangunan gedung

dilaporkan dengan catatan pengeluaran dibuktikan dengan kwitasni

pembayaran, begitu juga dengan sekolah, laporan pembelanjaannya

dibuktikan dengan kwitansi atau tanda penerimaan sesuai dengan bentuk

kegiatan yang telah dilakukan.114

Dengan dilakukannya pengawasan dan evaluasi sebagaimana

dijelaskan diatas, maka setiap lembaga dan unit usaha akan lebih berhati-

hati dalam penggunaan keuangan, sehingga dapat memperoleh hasil yang

efektif denagn anggaran yang sangat efesien.

112
Saefudin Zuhri, Wawancara Pengurus Pondok Pesantren Cendekia Darul Lutviyah
NW, 3 Januari 2020.
113
Hamzan, Wawancara Komite Sekolah pondok pesantren Cendekia Darul Lutviyah
NW, 20 November 2019.
114
Dokumentasi, Laporan Tahunan Pondok Pesantren Cendekia Darul Lutviyah NW, 28
November 2019.
85

C. Implikasi Manajemen Keuangan bagi Kemandirian Pondok Pesantren

Cendekia Darul Lutviyah Murni NW Aikmel Lombok Timur

Manajemen pengelolaan keuangan yang berorientasi pada

kemandirian sebuah organisasi atau lembaga dalam hal ini pondok pesantren

tentu akan memiliki implikasi atau pengaruh bagi semua elemen yang berada

di dalamnya, baik itu bagi kesejahteraan guru, santri dan sarana prasarana

yang berada di lingkungan pondok pesantren, untuk lebih jelasnya dapat

dipahami sebagai berikut:

1. Implikasi Manajemen Keuangan bagi Kesejahteraan Guru

Pengelolaan keuangan yang baik akan berdampak pada sumber

keuangan pondok pesantren, banyaknya sumber pendapatan pesantren

akan berdampak pada anggaran yang dimiliki oleh suatu lembaga. begitu

juga halnya di Pondok Pesantren Cendekia Darul Lutviyah Murni NW

Aikmel, pengelolaan keuangan yang memberikan sumber pendapatan

pondok pesantren yang cukup tinggi berdampak pada kesejahteraan guru.

Kesejahteraan guru mencakup 2 macam yaitu kesejahteraa materi dan

rohani. Sejahtera secara material yaitu terpenuhinya kebutuhan keluarga

dalam kehidupan sehari-hari dan sejahtera secara rohaniyah yakni adanya

keamanan dan kenyamanan yang didukung oleh sarana dan prasarana

pesantren sehingga dewan guru memperoleh kenyamanan dalam

melaksanakan tugasnya.
86

a) Kesejahteraan Material

Sistem penggajian terhadap guru di lingkungan pondok

pesantren Cendekia Darul Lutviyah cukup baik, gaji guru sebesar Rp

15.000/ jam pelajaran, pondok pesantren juga memberikan tunjangan

setiap bulannya berdasarkan penyesuaian masa kerja, semakin lama

guru mengajar maka semakin tinggi tunjangannya, tunjangan kinerja

ditingkatkan dalam 2 tahun sekali, sebagaimana dijelaskan oleh

pimpinan pondok pesanren Cendekia sebagai berikut,

Sistem penggajian guru dilakukan setiap bulannya dengan


gaji pokok Rp.15.000 (Lima belas ribu rupiah) untuk per jam
mata pelajaran, di samping gaji pokok, guru juga diberikan
tunjangan kinerja sesuai dengan jumlah masa kerja bagi guru
tetap yayasan dengan jumlah yang berpariasi sesuai dengan
masa kerja dengan nominal Rp.15.000 (lima belas ribu)
dalam masa kerja 2 tahun, jumlah ini terus meningkat dalam
jangka waktu 2 tahun.115

Penggajian guru sebagaimana dijelaskan di atas tidak hanya

bersumber dari dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS),

melainkan adanya suntikan dana dari anggaran yayasan pondok

pesantren, hal ini disebabkan karena penggunaan dana BOS sudah

ditentukan persenan yang boleh digunakan untuk penggajian guru,

sebagaimana dijelaskan oleh kepala madrasah yaitu senagai berikut,

Jumlah gaji guru yang kami berikan adalah Rp 15.000/jam


mata pelajaran, ini adalah gaji pokok yang diperoleh guru
dari dana bantuan biaya opraasional sekolah (BOS), di
samping itu yayasan juga memberikan tunjangan masa kerja
sejumlah Rp 15.000 untuk masa kerja 2 tahun, jumlah
tunjangan masa kerja terus bertambah sejumlah Rp 15.000

115
Mugni, Wawancara Pimpinan Pondok Pesantren Cendekia Darul Lutviyah NW, 3
Januari 2020.
87

dalam tiap dua tahun, sehingga secara umum jumlah gaji


guru sangat variatif sesuai dengan jumlah jam mengajar dan
masa kerjan guru di pondok pesantren.116

Penjelasan tentang jumlah gaji guru juga dipaparkan oleh

Ridwan Muntaha salah seorang guru di pondok pesantren Cendekia

Darul Lutviyah sebagai berikut,

Gaji guru yang diberikan tergantung dari jumlah jam kami


mengajar, adapun jumlah nominal gaji kami perjamnya
adalah Rp 15.000, ditambah dengan tunjangan penyesuaian
masa kerja sejumlah Rp 15.000 dan terus ditingkatkan Rp.
15.000 dalam setiap 2 tahun, sehingga semakin lama masa
pengabdian kami, maka gaji guru akan terus mengalami
peningkatan. Cukup atau tidaknya jumlah gaji yang diberikan
tentunya tergantung pada bagaimana kami menggunakannya,
untuk yang bisa mengatur keuangan jumlah gaji tersebut pasti
sudah cukup ditambah dengan penghasilan lainnya.117

Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa jumlah gaji pokok

guru sama secara keseluruhan, tapi setiap guru memiliki tunjangan

yang berbeda sesuai dengan penyesuaian masa kerja dan tunjangan

jabatan bagi dewan guru yang memiliki jabatan strategis.

Adapun jumlah gaji guru maksimal Rp 5.000.000 per bulan

termasuk di dalamnya gaji pokok, sertifikasi, tunjangan masa kerja

dan tunjangan jabatan sebagaimana di ungkapkan oleh kepala

pondok pesantren Cendekia sebagai berikut,

Maksimal gaji guru atau pengasuh itu sekitar Rp 5.000.000


termasuk gaji pokok di lembaga formal, sertifikasi sesuai
golongan, berbagai tunjangan yang di dapatkan dari pondok
seperti tunjangan masa kerja, dan tunjangan jabatan bila guru

116
Saefudin Zuhri, Wawancara Kepala Madrasah Alyah di Pondok Pesantren Cendekia
Darul Lutviyah NW, 3 Januari 2020.
117
Ridwan Muntaha, Wawancara Guru Pondok Pesantren Cendekia Darul Lutviyah
Murni NW, 03 Januari 2019.
88

tersebut memiliki jabatan tertentu di lembaga formal atau


pondok.118

b) Kesejahteraan Rohani

Setiap orang pada dasarnya ingin sekali hidupnya

nyaman dan tentram, begitu juga seorang guru tentunya

menginginkan rasa nyaman dan tentram pada hidupnya dan dalam

melaksanakan tugas, baik lahir maupun batin. Ketentraman batin

dalam hal ini tidak merasakan adanya tekanan, baik dari teman

seprofesi atau dari pihak pengelola yayasan yang dapat mengganggu

dalam melaksanakan tugasnya. Sedangkan aman lahiriah artinya

yaitu aman dari gangguan dan ancaman di tempat bekerja.

Kesejahteraan rohani pada umumnya sudah diperoleh oleh kalangan

guru, lingkungan pesantren yang nyaman dan asri serta jauh dari

kerumunan masyarakat banyak menjadi pendukung kenyamann di

pesantren sebagaimana yang dikatakan oleh salah seorang dewan

guru,

Kami selalu mengedepankan kebersamaan dan semangat


perjuangan serta keterbukaan yang menimbulkan
kenyamanan untuk kami berada di madrasah, meskipun
gedung sekolah kami tidak seperti yang lainnya tapi kami
dapat memperoleh keamanan dan kenyamanan di dalam
proses belajar mengajar, tata bangunan pondok pesantren
juga membuat kami betah berlama-lama di pondok
pesatren.119

118
Saefudin Zuhri, Wawancara Kepala Pondok di Pondok Pesantren Cendekia Darul
Lutviyah NW, 14 Agustus 2020.
119
Harmoni, Wawancara Guru Pondok Pesantren Cendekia Darul Lutviyah Murni NW,
08 Januari 2020.
89

Kenyamanan juga diperoleh karena pondok pesantren

Cendekia berada pada tempat yang sangat sejuk, dekat dengan mata

air dan area persawahan serta jauh dari keramaian masyarakat, hal

ini juga menjadi pendukung untuk memperoleh kenyamanan di

samping fasilitas yang memadai dan rekan kerja yang bersahabat dan

sistem kepemimpinan yang terbuka. Berdasarkan hasil observasi

peneliti melihat secara langsung keadaan pondok pesantren yang

aman dan nyaman,

Lokasi pondok pesantren terletak pada pinggir hutan yang


lokasinya sangat sejuk dikelilingi aliran air yang sangat
jernih, hamparan sawah dan pepohonan serta kolam yang
berisikan ikan di area pesantren dan berugak/ tempat duduk
yang berada di atas kolam-kolam tersebut secara otomatis
memberikan daya tarik tersendiri untuk menciptakan
kedamaian, dan kenyamanan di lingkungan pesantren.
Ditambah dengan adab santri yang sangat santun serta tutur
katanya yang sangat sopan juga memberikan kenyamanan di
lingkungan pesantren.

Kenyamanan rohani didapatkan bukan semata-mata berupa

fasilitas pondok pesantren yang serba modern, melainkan situasi dan

kondisi pondok pesantren yang nyaman serta fasilitas yang memadai,

kenyamanan rohani juga diperoleh dengan banyak-banyak

melakukan kajian keislaman yang dapat menentramkan batin

manusia sebagaimana dikatakan oleh Ridwan Muntaha sebagai

berikut,

Dari sisi gedung dan fasilitas yang lain serta kondisi dan
penataan lingkungan pondok pesantren, kami sudah
mendapatkan kenyamanan tapi menurut saya hal yang paling
penting untuk menjaga kenyamanan itu adalah meningkatkan
kegiatan-kegiatan kajian keagamaan untuk terus memupuk
90

keimanan kita supaya tetap memperoleh ketenangan dalam


hidup, dan ini yang kami lakukan dengan membuat kajian-
kajian khusus antara ustazd yang satu dengan ustazd yang
lain. 120

Dari hasil pengamatan, peneliti juga melihat aktivitas guru

selama berada di lingkungan pondok pesantren, yaitu sebagai

berikut,

Kegiatan sehari-hari dewan guru dan pengasuh pondok


pesantren menunjukkan keamanan dan kenyamanan mereka
di lingkuangn pondok pesantren, sistem kekeluargaan yang
dibangun terlihat dari keakraban dan canda tawa yang
dilakukan dari setiap dewan guru yang datang ke pesantren,
fasilitas yang disediakan juga sangat mereka nikmati. sebagai
selingan dalam bekerja dan mengajar para guru beristirahat
sambil menikmati kopi dengan berdiskusi dan bercanda di
rumah sederhana/ berugak yang telah disediakan di atas
kolam ikan.121

Dari hasil paparan data di atas, dapat dipahami bahwa

kesejahteraan rohani dapat diperoleh dari dua faktor yaitu eksternal

dan internal, faktor eksternal berupa lingkungan yang nyaman,

gedung yang memadai serta hubungan antar keluarga besar pondok

pesantren yang harmonis, sedangkan faktor eksternal diperoleh dari

kejiwaan seseorang yang mana ketenangan dapat diperoleh dengan

zikir serta kajian-kajian keagamaan yang dapat mendekatkan diri

kepada Sang Maha Pencipta.

2. Implikasi Manajemen Pengelolaan Keuangan bagi Santri

Pengelolaan keuangan yang baik sebagaimana dijelaskan di atas

akan berdampak pada kesejahteraan guru, kesejahteraan guru akan


120
Ridwan Muntaha, Wawancara Guru Pondok Pesantren Cendekia Darul Lutviyah
Murni NW, 03 Januari 2019.
121
Observasi, Pondok Pesantren Cendekia Darul Lutviyah Murni NW, 03 Januari 2019.
91

berdampak pada kualitas pembelajaran, dan kualitas pembelajaran akan

berdampak pada lulusan, kualitas pendidikan yang baik juga didukung

dengan sarana dan prasarana pesantren. Lulusan yang baik akan

berdampak pada kepercayaan masyarakat atau stekholders untuk

memberikan pendidikan pada anaknya-anaknuya di pesantren. Kualitas

santri salah satunya dapat dilihat dari banyaknya santri yang memperoleh

juara dalam olimpiade yang diadakan di tingkat Kecamatan, Kabupaten

ataupun Provinsi. Di sampinng itu, selain berpengaruh pada kualitas santri,

pengelolaan keuangan yang baik juga berpengaruh pada kuantitas santri,

meskipun pondok pesantren ini berada di pinggir hutan dan jauh dari

keramaian tapi jumlah santri terus meningkat dari tahun ke tahun.

Sebagaimana yang dikatakan oleh Siti Nurlaely,

Sistem pengelolaan keuangan yang baik di pondok pesantren


memberikan kesejahteraan dan kenyamanan pada guru serta
didukung dengan lingkungan pembelajaran yang nyaman dan
aman sehingga memberikan semangat yang tinggi bagi santri
untuk terus belajar sehingga banyak santri kami menjadi juara
dalam olimpiade-olimpiade tingkat santri baik dalam pelajaran
agama dan umum. Hal ini juga berdampak pada peminat santri
untuk nyantri di pesantren kami di mana setiap tahunnya ada
peningkatan yang sangat signifikan.122

Melalui pengengelolaan keuangan yang baik, pondok pesantren

juga akan memberikan fasilitas yang baik kepada santri sehingga santri

akan memiliki kepuasan tersendiri untuk belajar berbagai hal dengan

fasilitas yang memadai di lingkungan pondok pesantren, sebagaimana

122
Siti Nurlaely, Wawancara Guru Pondok Pesantren Cendekia Darul Lutviyah Murni
NW, 9 Januari 2020.
92

yang dikatakan oleh Muhammad Alwan salah seorang santri pondok

pesantren Cendekia Darul Lutviyah Murni NW Aikmel sebagai berikut,

Pondok pesantren menyiapkan berbagai fasilitas yang membuat


kami termotivasi untuk belajar di antaranya ruang belajar untuk
kami sekolah, radio untuk kami belajar menjadi penyiar dan
pengelolaan radio, kolam ikan untuk kami belajar budidaya
ikan, peternakan ayam untuk kami belajar beternak ayam,
konveksi untuk kami belajar mendesain dan menjahit, dan
fasilitas lainnya yang kami gunakan untuk belajar.123

Adanya santri-santri yang berprestasi akan meningkatkan

kepercayaan stakeholders sehingga orang tua juga tidak sedikit yang

mengarahkan anaknya untuk melanjutkan pendidikan di lingkungan

pesantren Cendekia Darul Lutviya Murni NW Aikmel, sebagaimana

disampaikan oleh kepala madrsah sebagai berikut,

Dari hasil pengelolaan keuangan yang baik dapat mempengaruhi


berbagai aspek pengembangan pendidikan termasuk santri,
santri secara langsung dapat menikmati dan memanfaatkan
seluruh fasilitas yang disediakan oleh pondok pesantren,
sehingga hal ini juga mempengaruhi prestasi siswa, banyaknya
fasilitas yang disediakan juga dapat mempengaruhi jumlah siswa
yang mendaftar setiap tahunnya, di mana terus terjadi
peningkatan dari sejak didirikannya pondok pesantren.124

Dari hasil paparan data di atas dapat dipahami bahwa implikasi

manajemen pengelolaan keuangan yang baik terhadap siswa atau santri

adalah munculnya santri-santri berprestasi baik di bidang pendidikan

maupun di bidang usaha atau pengembangan skill santri, selanjutnya

adalah meningkatnya peminat siswa atau santri ataupun peminat orang tua

123
Muhammad Alwan, Wawancara Santri Pondok Pesantren Cendekia Darul Lutviyah
Murni NW, 17 Januari 2020.
124
Saefudin Zuhri, Wawancara Kepala Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Cendekia
Darul Lutviyah Murni NW, 3 Januari 2020.
93

dalam menyekolahkan anak mereka di pondok pesantren Cendekia Murni

NW Aikmel.

3. Implikasi Manajemen Keuangan bagi Sarana dan Prasarana

Pengelolaan keuangan yang baik akan memberikan kemudahan

bagi sekolah/madrasah dalam melengkapi sarana prasaranana yang

meliputi berbagai aspek. Dari hasil pengembangan usaha dan sumber-

sumber dana lainnya pondok pesantren Cendekia terus mengembangkan

fasilitas pondok pesantren, di antaranya peluasan tanah pesantren,

pembangunan tempat tinggal bagi Mudabbir, pembangunan gedung

serbaguna, pembangunan laboratorium, pembangunan ruang kelas,

pembuatan kolam, dan pembangunan masjid. Berdasarkan hasil observasi

ditemukan berbagai fasilitas yang merupakan pengembangan pondok

pensatren sejak 5 tahun terakhir yaitu sebagai berikut,

Peluasan lahan pondok pesantren dari 1.000 m2 (satu hektar)


ditambah dengan lahan tanah seluas 3.500 m2 (3,5 Hektar)
sehingga total lahan pondok pesantren adalah 4.500 m2 (4,5
hektar), pengadaan Radio pesantren, rumah sederhana/ berugak
untuk ustazd dan mudabbir, pembangunan masjid, pembangunan
gedung serbaguna, pengadaan ruang belajar, pengadaan terop,
pengadaan mobil/bus, pengadaan laboraturium, tata busana/
konveksi, laboraturium komputer, penanggulan mata air dan
pengadaan kolam ikan.125

Pembangunan semua fasilitas di atas tentunya tidak murni hanya

dari hasil pengembangan usaha pesantren melainkan adanya bantuan-

bantuan dari pihak lain. pembangunan sarana prasarana pondok pesantren

125
Observasi, Sarana Prasarana Pondok Pesantren Cendekia Darul Lutviyah Murni NW,
19 Januari 2020.
94

dilakukan secara bertahap sesuai dengan tingkat kebutuhan pondok

pesantren, sebagaimana yang dijelaskan oleh Saefuddin Zuhri yaitu,

Pembangunan sarana prasarana pondok pesantren dilakukan


secara bertahap sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan
anggaran yang dimiliki, ada beberapa komponen sarana prasarana
yang kami lengkapi yaitu (1) berkaitan dengan kebutuhan pondok
pondok pesantren yaitu berupa perluasan tanah, pembangunan
masjid, pengadaan rumah sederhana/ berugak, dan pembuatan
tanggul mata air serta membuat saluran air ke seluruh area
pondok pesantren, (2) berkaitan dengan kebutuhan sekolah, yaitu
pembangunan gedung sekolah/ruang kelas, pembangunan gedung
serbaguna, pembangunan laboratorium, (3) berikatan dengan
pusat usaha pondok pesantren, yaitu koperasi serbaguna, radio
dakwah, kolam ikan, kandang ayam, terop, transportasi dan
berbagai fasilitas lainnya yang menunjang kegiatan pondok
pesantren.126

Seumber pembiayaan pembangunan sarana prasarana pondok

pesantren tentunya tidak mutlak dari hasil pengembangan usaha pondok

pesantren, melainkan dengan keterlibatan lembaga-lembaga tertentu yang

telah membangun kerjasama ataupun lembaga-lembaga pemerintahan

yang ikut andil dalam pengembangan pendidikan di pondok pesantren,

sebagaimana dijelaskan oleh Mugni sebagai berikut,

Sumber pembiayaan pengembangan pondok pesantren berasal


dari hasil pengembangan usaha pondok pesantren yang dibantu
dengan sumbangan-sumbangan dari luar baik dari donatur
maupun bantuan pemerintah serta bantuan dari wali santri.
pembangunan dan pengadaan sarana prasrana kami lakukan
secara bertahap agar setiap sumbangan yang masuk dan hasil
usaha yang ada bisa kami tempatkan langsung pada
pengembangan sarana prasarana pondok pesantren.127

126
Saefudin Zuhri, Wawancara Pengurus Pondok Pesantren Cendekia Darul Lutviyah
Murni NW, 19 Januari 2020.
127
Mugni, Wawancara Pimpinan Pondok Pesantren Cendekia Darul Lutviyah NW, 3
Januari 2020.
95

Dari hasil paparan data di atas dipahami bahwa pembangunan,

pengadaan, pengembangan sarana dan prasarana pondok pesantren baik

untuk kebutuhan pondok pesantren, operasional sekolah serta usaha

pondok pesantren sehingga semua sistem atau lembaga bisa berjalan

dengan baik disebabkan karena adanya manajemen pengelolaan keuangan

yang baik.

Dengan demikian, pondok pesantren Cendekia Darul Lutviyah

Murni NW Lombok Timur bisa dikatakan sebagai pondok pesantren

mandiri secara ekonomi dilihat dari ciri-ciri berikut,

a. Pondok pesantren Cendekia memiliki usaha yang dikelola secara

ekonomi dan berorientasi pada keuntungan.

b. Jenis usaha yang dikelola Pondok pesantren Cendekia adalah

koperasi, budidaya ikan, peternakan ayam, penyewaan terop,

konveksi, penyewaan alat transportasi dan radio siaran.

c. Pondok pesantren Cendekia mengelola usaha yang berorientasi

jangka panjang sehingga mempunyai kekuatan untuk maju dan

berkembang.

D. Tantangan Manajemen Keuangan di Pondok Pesantren Cendekia

Darul Lutviyah Murni NW Aikmel Lombok Timur

Manajemen pengelolaan keuangan pondok pesantren tidak lepas

dari berbagai masalah atau tantangan dalam pengelolaannya. Tantangan

pengelolaan keuangan pondok pesantren adalah kurangnya sumber daya


96

manusia yang memiliki kemampuan dalam pengelolaan keuangan terlebih

saat ini kemampuan manajerial keuangan harus diintegrasikan dengan ilmu

Information Technologi (IT), sehingga pimpinan yayasan dapat mengontrol

setiap kegaiatan dan keuangan pondok pesantren melalui digital, tentunya

hal ini akan membantu terwujudnya keuangan yang lebih transparan dan

lebih efektif. Perkembangan usaha pondok pesantren, sosialisasi keberadaan

pondok pesantren seharusnya sudah berbasis IT, menciptakan sistem

pemasaran berbasis digital atau digital marketing, pengembangan radio,

sehingga kita bisa melakukan jual beli dan berbagai kegiatan lainnya

berbasis digital, hal ini disampaikan oleh pimpinan pondok pesantren

Cendekia sebagai berikut,

Tantangan pondok pesantren Cendekia Darul Lutviyah Murni


NW Aikmel adalah perkembangan Teknologi Informasi yang
semakin pesat, penggunaan digital dalam pengembangan pondok
pesantren baik dalam pembelajaran, pengembangan usaha
ataupun dalam manajemen pengelolaan keuangan pesantren
mutlak dibutuhkan mengingat persaingan yang semakin ketat dan
perkembangan teknologi yang semakin pesat, ke depan
pemasaran dan pengelolaan keuangan dalam setiap unit usaha
harus menggunakan Digital Marketing, dan pengelolaan
keuangan sekolah juga harus berbasis digital sehingga lebih
mudah untuk dikontrol dan penggunaan anggaran lebih
transparan, tapi hal ini belum bisa terpenuhi karena kurangnya
kemampuan SDM kami dalam membuat ataupun menggunakan
digital tersebut.128

128
Mugni, Wawancara Pimpinan Pondok Pesantren Cendekia Darul Lutviyah NW, 3
Januari 2020.
97

Saefuddin Zuhri juga menjelaskan tantangan pengelolaan

keuangan pondok pesantren Cendekia yaitu sebagai berikut,

Tantangan manajemen pengelolaan keuangan pondok pesantren


saat ini banyak bermunculan usaha-usaha masyarakat yang sama
dengan usaha yang dikembangkan di pondok pesantren, seperti
budidaya ikan, penyewaan terop, penyiaran radio, dan penyewaan
transportasi, hal ini tentunya menjadi persaingan yang baru dalam
pengembangan usaha pondok pesantren, begitu juga dengan
sistem pemasaran yang sekarang lebih banyak berbasis digital,
maka ke depan usaha pondok pesantren juga harus mampu
menggunakan digital marketing sehingga promosi dan transaksi
jual beli bisa dilakukan secara online, tetapi pengelolaan usaha
pondok pesantren harus dikelola oleh orang-orang yang
memahami digital.129

Sistem pengelolaan pondok pesantren sudah seharusnya

mengikuti perkembangan teknologi informasi, baik dari sistem

pembelajaran, pengelolaan usaha pondok pesantren, ataupun pengelolaan

keuangan agar mempermudah pimpinan untuk melakukan pengawasan dan

mengontrol setiap kegiatan di lingkungan pondok pesantren.

Tantangan pondok pesantren selanjutnya adalah banyaknya

pondok pesantren bermunculan yang hampir ada di setiap kecamatan,

ditambah dengan munculnya madrasah/sekolah baru yang hanya mengelola

sekolah dan tidak berbentuk pondok pesantren. hal ini tentunya menjadi

pilihan baru bagi calon santri sehingga memungkinkan untuk mereka masuk

ke pondok pesantren atau sekolah yang lebih dekat dari rumah mereka

ataupun yang lebih bermutu dan berkualitas, hal ini tentunya akan

mempengaruhi jumlah santri dan akan berdampak pada sumber pendapatan

129
Saefudin Zuhri, Wawancara Pengurus Pondok Pesantren Cendekia Darul Lutviyah
Murni NW, 19 Januari 2020.
98

pondok pesantren. Sebagaimana dijelaskan oleh Ridwan Muntaha sebagai

berikut,

Tantangan pondok pesantren ke depannya adalah banyak sekolah


dan pondok pesantren yang terus bermunculan hampir di setiap
Desa sehingga memberikan pilihan baru bagi calon santri
mungkin karena faktor kedekatan dari tempat tinggal ataupun
dikarenakan kualitas sekolah atau pondok pesantren yang lebih
berkualitas. Jumlah sekolah/ madrasah atau pondok pesantren
tidak menutup kemungkinan akan terus bertambah seiring dengan
banyaknya SDM yang memungkinkan untuk membangun di desa
masing-masing. 130

Terjadinya persaingan di pondok pesantren bukan saja terjadi

karena didirikannya sekolah/madrasah ataupun pondok pesantren baru

melainkan terjadinya persaingan mutu dan kualitas antar pondok pesantren

yang telah lama berdiri, tidak sedikit calon santri memilih untuk

melanjutkan pendidikan di sekolah-sekolah negeri karena beranggapan

bahwa sekolah negeri kualitasnya lebih menjamin dan sarana prasarananya

lebih lengkap serta guru-gurunya lebih profesional. Oleh karena itu pondok

pesantren sangat perlu untuk berbenah diri dari berbagai aspek, baik dari

manajemen pengelolaan, kualitas sumber daya manusia, pengelolaan

keuangan dan mutu pendidikan yang dikembangkan sehingga kehadiran

pondok pesantren mampu bersaing dengan sekolah dan pondok pesantren

lainnya.

Dari paparan data di atas, peneliti dapat mengklasifikasikan

tantangan manajemen pengelolaan keuangan di pondok pesantren Cendekia

Darul Lutfiyah Murni Aikmel yaitu sebagai berikut,

130
Ridwan Muntaha, Wawancara Guru Pondok Pesantren Cendekia Darul Lutviyah
Murni NW, 03 Januari 2019.
99

1. Perkembangan teknologi informasi yang makin pesat menuntut seluruh

sumber daya manusia yang perofesional dalam bidang IT, karena

pengelolaan pondok pesantren dan segala lembaga dan unit usaha ke

depan harus dikelola berbasis digital.

2. Banyaknya bermunculan usaha masyarakat yang sama dengan unit

usaha yang telah dikembangkan oleh pondok pesantren, sehingga

terjadinya persaingan pasar dalam pemasaran hasil usaha.

3. Banyak didirikan sekolah negeri, madrasah dan pondok pesantren di

kalangan masyarakat, sehingga terjadinya persaingan dan perebutan

calon santri baru.

4. Terjadinya persaingan mutu dan kualitas dari sekolah, madrasah dan

pondok pesantren yang telah lama berdiri.

Tantangan yang dihadapi pondok pesantren Cendekia Daru

Lutviyah Murni NW Aikmel sebagaimana dipaparkan di atas tentunya

merupakan tantangan yang harus dihadapi oleh seluruh lembaga pendidikan

khususnya pondok pesantren, jika hal ini tidak dipersiapkan maka besar

kemungkinan pondok pesantren yang dikembangkan bisa tersisih dalam

kompetisi yang dihadapi bersama anatara lembaga pendidikan dan pondok

pesantren yang ada. Perkembangan teknologi informasi yang merupakan

salah satu tantangan pengelolaan pondok pesantren harus ditangani secara

serius, penggunaan teknologi dalam sistem pengelolaan pondok pesantren

tentunya akan mempermudah pengasuh pondok pesantren dalam

mengontrol perkembangan yang terjadi baik dalam sistem pembelajaran,


100

pengelolaan anggaran serta dalam kegiatan sehari-hari, oleh karena itu

untuk menghadapi era digital ini perlu dilakukan pelatihan-pelatihan

penggunaan teknologi informasi agar seluruh sumber daya manusia yang

dimiliki memiliki kemampuan dalam menggunakan dan memanfaatkan

teknologi dalam segala bidang, baik proses pembelajaran, pengelolaan

laboratorium, pengembangan usaha ataupun dalam mengontrol setiap

kegiatan dan anggaran dari setiap unit dan lembaga yang ada di pondok

pesantren Cendekia, sebagaimana yang telah disampaikan oleh pimpinan

pondok pesantren Cendekia, sebagai berikut,

Untuk menanggulangi tantangan pengelolaan pondok pesantren


dalam bidang IT, maka ke depan kita harus memiliki SDM yang
profesional dalam bidang tersebut, di samping itu kita akan
memberikan pelatihan kepada segenap guru dan pengasuh pondok
pesantren agar memiliki kemampuan dalam bidang IT yang dapat
digunakan dalam meningkatkan kualitas pekerjaan masing-
masing, ke depan pengelolaan pondok pesantren bisa berbasis
digital untuk memudahkan pengawasan terhadap setiap kegiatan
dan anggaran yang digunakan sehingga terwujudlah pengelolaan
yang efektif dan efesien, selain untuk kepentingan pengelolaan
pondok pesantren, kemampuan IT juga diharapkan mampu untuk
ditularkan kepada santri sehingga keluar dari pesantren mereka
juga memiliki pengetahuan tentang IT.131

Jika semua SDM sudah dibekali dengan kemampun IT, maka

semua sistem bisa dilaksanakan dengan sistem IT, pengelolaan, pemasaran,

penyewaan bisa dilakukan berbasis digital, pembelajaran bisa dilakukan

dengan pembelajaran berbasis digital, perencanaan, penganggaran dan

laporan pertanggungjawaban juga bisa dilakukan berbasis digital. Selain

untuk kepentingan pengelolaan pondok pesantren, tidak kalah penting

131
Mugni, Wawancara Pimpinan Pondok Pesantren Cendekia Darul Lutviyah NW, 3
Januari 2020.
101

adalah menanamkan kemampuan IT terhadap santri, sehingga apapun

bidang yang digelutinya setelah selesai mereka dapat menggunakan ilmu IT

yang telah mereka dapatkan.

Tantangan pengelolaan keuangan pondok pesantren berikutnya

adalah banyaknya usaha masyarakat yang sama dengan usaha yang

dikembangkan di pondok pesantren seperti budidaya ikan, penyewaan terop,

koperasi, penyewaan transportasi, hal ini tentunya menyebabkan terjadinya

persaingan dalam pemasaran atau penawaran jasa, oleh karena itu untuk

menanggulangi hal itu maka sangat penting untuk mengkaji sistem

pemasaran yang selama ini digunakan. selain sistem pemasaran pondok

pesantren juga harus meningkatkan kualitas usaha serta sistem layanan yang

diberikan, di mana masyarakat diberikan kepuasan dalam kualitas dan

kenyamanan menggunakan jasa yang diberikan ataupun membeli barang

yang diperjual belikan, sebagaimana disampaikan oleh Saefudin Zuhri

sebagai berikut,

Untuk mengatasi tantangan pondok pesantren dalam pengelolaan


keuangan berupa munculnya usaha-usaha yang sama antara usaha
yang dikembangkan pondok pesantren dan usaha yang
dikembangkan di masyarakat maka sistem pengelolaan usaha
pondok pesantren juga harus ditingkatkan, mulai dari sistem
pengelolaan, kualitas barang yang dijual belikan, kualitas barang
yang disewakan serta pelayanan yang diberikan kepada pembeli
dan pengguna jasa dan barang, jika hal ini bisa dilakukan dengan
baik, meskipun terjadi kompetisi dan persaingan dengan usaha–
usaha yang ada di masyarakat, pasti masyarakat akan tetap
mencari untuk membeli ataupun menyewa barang yang dikelola
pondok pesantren.132

132
Saefudin Zuhri, Wawancara Pengurus Pondok Pesantren Cendekia Darul Lutviyah
Murni NW, 19 Januari 2020.
102

Pengelolaan yang baik terhadap unit usaha pondok pesantren

tentunya akan mempengaruhi pendapatan yang diperoleh, jika pendapatan

pondok pesantren menurun maka ini akan berdampak pada sistem

pengelolaan pondok pesantren yang dapat menyebabkan menurunnya

kualitas santri dikarenakan sedikitnya anggaran yang dimiliki untuk biaya

operasional serta pengadaan pasilitas pendidikan di pesantren dan sekolah.

Tantangan berikutnya yang dihadapi pondok pesantren Cendekia

adalah banyak berdirinya sekolah negeri, madrasah dan pondok pesantren,

hampir di seluruh desa terdapat lembaga pendidikan baik negeri ataupun

swasta, bahkan di setiap kecamatan terdapat madrasah dan pondok

pesantren, hal ini merupakan tantangan yang akan terus berkembang ke

depan, oleh sebab itu terjadilah kompetisi untuk menarik minat siswa atau

santri agar melanjutkan pendidikan di pondok pesantren yang dikelola.

Tantangan seperti ini tentunya dapat diantisipasi dengan meningkatkan

kualitas dan mutu pondok pesantren, mengadakan pelatihan-pelatihan,

seminar, FGD, worksop dan kegiatan-kegiatan lainnya yang dapat

meningkatkan kualitas guru dan santri. Melengkapi sarana prasarana

pendidikan, laboratorium dan fasilitas lainnya yang dapat menunjang

krativitas santri sebagaimana yang dijelaskan oleh Ridwan Muntaha sebagai

berikut,

Salah satu tantangan pengelolaan keuangan pondok pesantren


adalah banyak berdirinya sekolah, madrasah dan pondok
pesantren, jika pondok pesantren tidak mampu berkompetisi maka
calon santri pasti akan memilih lembaga yang dianggap
berkualitas, oleh karena itu untuk menghadapi tantangan tersebut
perlu diadakan kegiatan-kegiatan yang dapat meningkatkan
103

kualitas guru, seperti FGD, seminar worksop dan pelatihan,


meningkatkan fasilitas sekolah dan pondok pesantren, serta
pengadaan tempat pengembangan kreativitas santri, baik dalam
bidang usaha ataupun skill lainnya sehingga lulusan kita mampu
bersaing secara global dengan keilmuan dan skill atau kreativitas
yang dimiliki selama berada di pondok pesantren133

Selain banyak berdiri lemabaga pendidikan baik sekolah,

madrasah dan pondok pesantren, yang menjadi tantangan pondok pesantren

adalah peningkatan kualitas lembaga pendidikan yang sudah lama berdiri,

baik itu sekolah, madrasah ataupun pondok pesantren, sehingga tidak sedikit

calon siswa dan wali siswa mengarahkan anak-anaknya untuk melanjutkan

pendidikan di lemabaga-lembaga pendidikan yang dianggap bermutu dan

berkualitas, sebagaimana telah dijelaskan oleh Saefudin Zuhri sebagai

berikut,

Tantangan pengelolaan keuangan pondok pesantren, bukan saja


masalah berdirinya sekolah-sekolah baru, tetapi yang perlu
dikawatirkan juga adalah meningkatnya kualitas dan mutu
sekolah, madrasah pondok pesatren yang sudah lama berdiri.
untuk menanggulangi tantangan tersebut kita harus menyiapkan
kualitas pendidikan yang lebih baik, di antaranya meningkatkan
kemampun guru dalam mengajar dan menggunakan teknologi,
meningkatkan fasilitas belajar serta melengkapi sarana pendidikan
yang dapat meningkatkan kreativitas santri serta yang paling
penting adalah kemampuan dalam mencetak alumni yang
berakhlak baik.134

Pondok pesantren yang sudah lama berdiri tentunya memiliki

kemugkinan yang lebih besar dalam peningkatan kualitas dan kuantitasnya

sehingga kemampuan mencetak alumni dengan kualitas baik cukup tinggi,

133
Ridwan Muntaha, Wawancara Guru Pondok Pesantren Cendekia Darul Lutviyah
Murni NW 03 Januari 2019.
134
Saefudin Zuhri, Wawancara Pengurus Pondok Pesantren Cendekia Darul Lutviyah
Murni NW, 19 Januari 2020.
104

selain mencetak alumni yang memiliki kemampuan intelegensi ataupun

memiliki kreativitas yang tinggi maka yang paling penting untuk dibangun

adalah akhlakul karimah mereka, sehingga memiliki lulusan yang cerdas

dan berbudi pekerti yang baik.

Dari paparan data di atas, dapat diklasipikasikan beberapa solusi

yang perlu dilakukan untuk menghadapi berbagai tantangan yang

bermunculan sebagaimana dijelaskan di atas, yaitu sebagai berikut:

a. Meningkatkan kemampuan guru dan santri dalam bidang teknologi

informasi melalui pelatihan, worksop dan kegiatan lainnya.

b. Meningkatkan kualitas usaha dan mutu layanan melalui sistem

pengelolaan usaha berbasis digital serta memberikan pelayanan yang

aman, nyaman dan cepat.

c. Meningkatkan kualitas manajemen pengelolaan pondok pesantren

secara menyeluruh agar kepercayaan stakeholder tetap terjaga terhadap

keberadaan pondok pesantren.

d. Meningktkan kualitas pendidikan melalui peningkatan kemampuan

guru dalam mengajar, melengkapi fasilitas pembelajharan serta

mengembangkan sarana prasarana sekolah dan pondok pesantren.


105

BAB III

PEMBAHASAN

A. Manajemen Keuangan Pondok Pesantren Cendekia Darul Lutviyah

Murni NW Aikmel Lombok Timur

Berbagai keunikan lokal yang dikembangkan serta kemajuan

yang pesat sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya tidak terlepas dari

pengelolaan keuangan yang baik dan transparan melalui perencanaan,

pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan yang baik, sebagimana

yang dikungkapkan oleh Sri Minarti bahwa pengelolaan keuangan

merupakan proses mengatur keuangan dengan menggerakkan orang lain,

dengan mempertimbangkan aspek efektivitas dan efisiensi yang berkaitan

dengan perolehan, pendanaan, dan pengelolaan aktiva dengan tujuan

menyeluruh yang dimulai dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan,

sampai dengan pengawasan.

Manajemen kuangan di pondok pesantren Cendekia Darul

Lutviyah Murni NW secara umum telah melaksanakan berbagai komponen

pengelolaan keuangan sebagaimana disebutkan di atas, untuk lebih jelasnya

dapat dilihat dalam paparan berikut,

105
106

1. Perencanaan

Perencanaan merupakan proses memikirkan dan menetapkan

kegiatan-kegiatan atau program-program yang akan dilakukan pada

masa yang akan datang untuk mencapai tujuan tertentu. 135 Sesuai

dengan pengertian perencanaan di atas, pondok pesantran Cendekia

Darul Lutviyah Murni NW Aikmel tidak terlepas dari perencanaan

tentang sumber pendapatan, pengelolaan dan pemanfaatan dana yang

dimilikinya. Perencanaan anggaran atau pendanaan di pondok pesantren

Cendekia dilaksanakan setiap tahun dengan melibatkan semua

pengurus, guru dan pengasuh serta perwakilan dari wali santri utuk

membahas anggaran yang dibutuhkan dan akan dialokasikan ke mana

anggaran yang dimiliki selama satu tahun, untuk mempermudah akses

keluar, rencana anggaran pengembangan pesantren sering kali

didiskusikan dan disampaikan kepada pihak pemerintah dan orang-

orang yang dianggap memiliki potensi untuk membantu mewujudkan

pengembangan pesantren.

2. Pengorganisasian

Pengorganisasian merupakan tindakan mengusahakan

hubungan-hubungan kelakuan yang efektif antara orang-orang,

sehingga mereka dapat bekerjasama secara efisien dan memperoleh

kepuasan pribadi dalam melaksanakan tugas-tugas tertentu dalam

kondisi lingkungan tertentu guna mencapai tujuan atau sasaran

135
Hasibun, S.P. Manajemen Dasar Pengertian dan Masalah, 123.
107

136
tertentu”. Secara umum pengorganisasian pondok pesantren

dilakukan dengan mengelompokkan berbagai program ke dalam

beberapa kelompok yang menjadi rujukan dalam setiap kegiatan

sebagaimana yang tercantum dalam buku selayang pandang pondok

pensantren Cendekia Darul Lutfiyah Murni NW Aikmel Lombok Timur

bahwa program yang menjadi kegiatan pondok pesantren adalah

melengkapi sarana prasarana, meningkatkan kualitas pengasuh dan

dewan guru, meningkatkan kuantitas dan kualitas santri, mendirikan

sekolah formal dan lembaga-lembaga pendukung pondok pesantren,

meningkatkan kualitas pembinaan santri, menyertakan santri pada

berbagai perlombaan dan pertandingan, melaksanakan peringatan-

peringatan hari besar Islam, melaksanakan praktik pengabdian santri

(PPS), dan mengusahakan santri bisa masuk di perguruan tinggi negeri

dan meraih beasiswa, dan mendirikan perguruan tinggi, minimal dalam

bentuk Politeknik. Dalam rangka meningkatkan pendapatan pesantren

untuk mempermudah menjalankan setiap program yang telah disusun,

dibentuklah usaha-usaha tersebut berupa Koperasi Pondok Pesantren

(KONPOTREN), budidaya ikan, peternakan ayam, pertanian,

penyewaan terop, penyewaan transportasi, konveksi, radio dan lain

sebagainya.

136
Saiful Sagala, Manajemen Strategik dalam Peningkatan Mutu (Bandung: Alfabeta,
2002), 59.
108

Setelah melakukan pengorganisasian terhadap program yang

telah dipilih sesuai kesepakatan, maka berikutnya dipilih orang yang

memiliki kompetensi/kemampuan sebagai penanggungjawab kegiatan

tersebut.

3. Pelaksanaan

Pelaksanaan merupakan bahasa yang digunakan untuk

menggambarkan kegiatan ekonomi. 137 Menurut Mulyasa pelaksanaan

keuangan secara umum dapat dikelompokan ke dalam dua kegiatan,

yaitu penerimaan dan pengeluaran. 138

Dilihat dari aspek pendapatannnya, pondok pesantren

Cendekia Darul Lutviyah Murni NW memiliki sumber penghasilan

yang cukup banyak sebagaiamana telah dipaparkan pada temuan data,

hal ini menunjukkan bahwa kreativitas pengelolaan pesantren ini cukup

baik, sehingga tidak hanya berpangku tangan dan bergantung pada

orang lain. Transparansi pendapatan pesantren dari berbagai sumber

pendapatannya dilakukan dengan penyusunan laporan keuangan dari

masing-masing unit yang disampaikan kepada mudir pesantren.

Demikian juga halnya dengan pengeluaran, sekecil apapun pengeluaran

yang dilakukan dari unit manapun dicatat dan dilaporkan kepada Mudir

dan dinas-dinas tertentu yang membutuhkan laporan tersebut.

137
Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia. Manajemen
Pendidikan (Bandung: Alfabeta, 2009), 265.
138
E. Mulyasa. Manajemen Berbasis Sekolah (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), 201.
109

Salah satu permasalahan yang sering muncul dalam

pelaksanaan pengelolaan keuangan ini adalah seringnya mengeluarkan

anggaran tak terduga, di mana mudir membangun sesuatu yang tidak

ada dalam perencanaan sehingga salah satu caranya adalah dengan

meminjamkan anggaran lain dan diganti di belakang hari, hal ini

menyebabkan sering terjadinya kekurangan anggaran pada unit-unit

tertentu yang telah ditentukan anggarannya. Ini menunjukkan bahwa

konsistensi sebuah perencanaan kurang efektif dan hal ini sewaktu-

waktu menjadi sebuah masalah di tengah, seharusnya anggaran yang

yang telah direncanakan dijalankan dan apabila ada sisa maka bisa

digunakan untuk hal-hal yang lain. Sebagaimana menurut Nanang Fatah

bahwa ada beberapa klasifikasi pengeluaran yang dipakai di lembaga

pendidikan, di antaranya dana pembangunan dan dana rutin. Dana

pembangunan digunakan untuk membangun dan membenahi sarana

fisik lembaga dan pengalokasiannya disesuaikan dengan kebutuhan

dan jumlah guru serta peserta didik yang ada di sebuah lembaga. 139

Dari pernyataan di atas dapat dipahami bahwa penggunaan

anggaran rutin seharusnya lebih diutamakan seperti biaya operasional

dan tunjangan guru, jika pembangunan-pembangunan yang belum

direncanakan didahulukan maka anggaran rutin bisa jadi tidak jalan

sesuai dengan rencana.

139
Fatah, Ekonomi dan Pembiayaan, 26.
110

4. Pengawasan

Menurut Nanang Fattah secara sederhana proses pengawasan

terdiri dari tiga kegiatan, yaitu memantau (monitoring), menilai dan

melaporkan. 140 Proses evaluasi ini bertujuan agar kegiatan-kegiatan

yang berkaitan dengan pengelolaan keuangan berjalan secara efektif

dan efisien dan tidak terjadi penyimpangan dalam prosesnya.

Pengawasan keuangan di lingkungan pondok pesantren

Cendekia Darul Lutviyah Murni NW sudah terlaksana dengan baik,

semua belanja dan pengeluaran keuangan harus dibuktikan dengan

kwitansi. Ada beberapa bentuk pengawasan yang dikembangkan yaitu

sebagai berikut:

a. Setiap pengeluaran dan belanja barang ataupun jasa harus

dibuktikan dengan kwitansi.

b. Setiap unit diwajibkan untuk membuat laporan bulanan yang

diserahkan kepada mudir setiap tahun.

c. Anggaran BOS dilaporkan setiap kali pencairan kepada Dinas

Pendidikan.

d. Audit keuangan yang dilakukan oleh Dinas Pendidikan dalam

jangka waktu tertentu.

e. Audit keuangan berkaitan dengan efektifitas dan efesiensi setiap

kegiatan dan usaha yang dilaksanakan dan dikembangkan di

lingkungan pondok pesantren.

140
Fatah, Ekonomi dan Pembiayaan, 66.
111

Dari pemaparan di atas dapat dipahami bahwa pengawasan

dilakukan secara internal dan eksternal. Pengawasan internal

merupakan pengawasan yang dilakukan oleh pengurus yayasan, dimana

setiap unit melaporkan setiap kegiatan atau pembangunan serta

penggunaan anggaran lainnnya kepada mudir pondok pesantren.

Sedangan pengawasan eksternal merupakan pengawasan yang

dilakukan oleh Dinas Pendidikan atau Kementrian Agama untuk terus

memantau setiap kegiatan pengembangan keagamaan di lingkungan

pesantren. Sehingga pesantren harus membuat laporan sesuai dengan

tuntutan dinas-dinas terkait dengan penggunaan anggaran yang telah

diterima.

B. Implikasi Manajemen Keuangan bagi Kemandirian Pondok Pesantren

Cendekia Darul Lutviyah Murni NW Aiksmel Lombok Timur

Manajemen pengelolaan keuangan yang berorientasi pada

kemandirian sebuah organisasi atau lembaga dalam hal ini pondok pesantren

tentu akan memiliki implikasi atau pengaruh bagi semua elemen yang

berada di dalamnya, baik itu bagi kesejahteraan guru, santri dan peningkatan

sarana prasarana yang berada di lingkungan pondok pesantren, sebagaimana

yang terjadi pada pondok pesanatren Cendekia Darul Lutviyah Murni NW,

sistem pengelolaan keuangannya yang baik dapat berimplikasi pada guru,

siswa dan sarana prasarana sebagaimana yang tercantum dalam penjelasan

sebagai berikut,
112

a. Implikasi terhadap Guru

Pengelolaan keuangan yang baik akan berdampak terhadap

kesejahteraan guru baik seacara material maupun rohaniah.

Kesejahteraan secara material dalam arti bahwa guru dapat tercukupi

secara finansial baik untuk diri sendiri maupun untuk keluarganya,

sedangkan secara rohaniah artinya bahwa guru memiliki kepuasan

secara batiniah karena secara duniawi kebutuhannya sudah terpenuhi,

mengacu pada data yang telah diperoleh bahwa dampak pengelolaan

keuangan terhadap kesejahteraan guru secara materi cukup terpenuhi

karena gaji dan tunjangan guru cukup tinggi dibandingkan dengan

sekolah-sekolah lainnya sehingga gaji atau tunjangan yang diberikan

oleh yayasan dapat mencukupi kebutuhan sehari-hari. Kesejahteraan

guru tidak hanya diukur dari aspek materil melainkan harus melihat

aspek kemanan dan kenyaman guru selama mereka berada di

lingkungan pesantren. Dari hasil paparan data sebagimana telah

dipaparkan di bagian sebelumnya bahwa secara umum guru telah

memperoleh kemanan dan kenyamanan yang didukung dengan

ligkungan pesantren yang aman dan bangunan lingkungan pesantren

yang menggunakan bangunan-bangunan tradisional yang di bawahnya


113

terdapat kolam-kolam ikan yang dapat menambah ketentraman

batiniyah para guru, di samping itu kenyamann juga diperoleh dari

hubungan emosional yang dibangun antar guru dan pengurus serta

seluruh keluarga besar pondok pesantren. Kedua hal tersebut tentunya

menjadi hal yang sangat penting bagi guru untuk mendapatkan

kesejahteraan secara materi dan batiniyah, sebagaimana yang dikatakan

oleh Suparlan yaitu sebagai berikut:

Ditinjau dari bentuknya, kesejahteran ada dua macam, yaitu:

1) Kesejahteraan material

Tingkat pendapatan atau penghasilan guru merupakan

salah satu faktor penting dan penentu produktivitas. Hal ini

berarti apabila penghasilan yang diterima guru dalam jumlah

kecil maka dimungkinkan produktivitas pendidikan di sekolah

rendah. Sebaliknya apabila pendapatan atau penghasilan yang

diterima guru dalam jumlah yang memadai menurut ukuran

kebutuhan, maka produktivitas pendidikan di sekolah akan tinggi.

Atas dasar itu, sudah menjadi tanggung jawab para kepala atau

manajer pendidikan, secara kritis memperhatikan nasib guru

dengan meningkatkan kesejahteraan.


114

2) Kesejahteraan Rohani

Setiap orang pada dasarnya ingin sekali hidupnya

nyaman dan tentram, Begitu juga seorang guru tentunya

menginginkan rasa yang nyaman dan tentram pada hidupnya dan

dalam melaksanakan tugas, baik lahir maupun batin.

Ketentraman batin dalam hal ini tidak merasakan adanya tekanan,

baik dari teman seprofesi atau dari fihak pengelola yayasan

yang dapat mengganggu dalam melaksanakan tugasnya.

Sedangkan aman lahiriah artinya yaitu aman dari gangguan

dan ancaman di tempat bekerja.141

Kesejahteraan materi dan rohani sebagaimana dijelaskan

di atas tentunya tidak bisa didapatkan oleh semua orang,

kesejahteraan tersebut juga akan bergantung pada faktor internal

dan eksternal yang harus diperoleh oleh seorang guru. Adapun

faktor-faktor yang dimaksud adalah sebagai berikut:

a) Sarana dan prasarana kerja yang cukup

b) Imbalan (gaji) yang memenuhi standar hidup

c) Suasana kerja yang kondusif, aman dan nyaman

d) Sistem kerja yang adil dan terbuka, penuh kebersamaan142

141
Suparlan, Menjadi Guru Efektif (Yogyakarta : Hikayat, cetakan I, 2005), 153-153.
142
Suparlan, Menjadi Guru Efektif (Yogyakarta : Hikayat, cetakan I, 2005), 154.
115

Melihat beberapa faktor di atas, maka imbalan (gaji) yang

mencukupi merupakan salah satu faktor yang tidak bisa dipisahkan

untuk mewujudkan kesejahteraan guru yang dapat menjamin masa

depan diri dan keluarganya.

b. Implikasi terhadap sarana prasarana

Peningkatan sarana dan prasarana di lingkungan pondok

pesantren Cendekia Darul Lutviyah Murni NW cukup baik, pondok

pesantren yang dibangun pada tahun 2013 ini telah memiliki 3.000 m2

lahan tanah, masjid 2 lantai, gedung serbaguna 2 lantai, pembangunan

ruang kelas, pembangunan laboratorium, konveksi, pengadaan

transportasi, pengadaan terop, perbaikan mata air, pengadaan radio,

pengadaan berugak, pengadaan lab komputer dan berbagai fasilitas

lainnya yang dapat menunjang keberlangsungan belajar mengajar dan

pengembangan pesantren. Pengadaan sarana prasarana harus dilakukan

sesuai dengan perkembangan global yang terjadi sebagaimana yang

diungkapkan oleh M.Syarif Hidayat bahwa sarana pendidikan perlu

dirancang, direncanakan sesuai dengan kebutuhan dengan

memperhatikan beberapa hal-hal sebagai berikut:


116

1) Perkembangan satuan pendidikan, satuan pendidikan yang

berkembang akan berbeda kebutuhannya apabila dibandingkan

dengan satuan pendidikan yang belum berkembang.

2) Sarana atau perlengkapan pendidikan yang sudah tidak dapat

difungsikan atau sebab lain perlu diganti atau dihapuskan.

3) Untuk persediaan sarana yang akan digunakan pada tahun ajaran

yang akan datang143.

Pengelolaan keuangan yang baik akan memberikan

kemudahan bagi pondok pesantren dalam melengkapi sarana prasarana

yang meliputi berbagai aspek. Ada beberapa bagian sarana prasarana

yang harus dikembangkan dalam sebuah instansi pendidikan yaitu

sebagai berikut:

a) Sarana fisik sekolah meliputi;

(1) Bangunan sekolah, yang terdiri dari ruang kelas, ruang

guru, ruang kepala sekolah, ruang tata usaha, dan lain-lain

(2) Perabot sekolah, meliputi: kursi, meja belajar, meja kerja,

papan tulis, dan lain-lain

(3) Sarana tata usaha pendidikan, misal: buku induk siswa, buku

rapor, alat tulis, dan alat-alat kantor lainnya.

143
M. Syarif Hidayat, Administrasi, Supervisi dan Ketenagaan PLB (Dirjen Dikti
Depdikbud,1996), 86.
117

b) Media pendidikan meliputi:

(1) perangkat keras atau hardware, yaitu segala jenis alat

penampilan elektronik untuk menyampaikan pesan-pesan

dalam kegiatan pembelajaran, meliputi: OHP, tape

recorder, televisi, komputer, dan lain sebagainya

(2) perangkat lunak atau software, yaitu segala jenis atau

materi pengajaran yang disampaikan melalui alat penampil

dalam kegiatan pembelajaran.

c) Alat peraga meliputi:

(1) alat peraga yang dipergunakan dalam kegiatan pembelajaran

sebagai sarana penjelas dan memvisualisasikan konsep,

ide atau pengertian tertentu yang terdiri dari: gambar-gambar

anatomi, rangka badan, diagram, globe, peta, dan lain

sebagainya

(2) alat praktik yaitu alat yang berfungsi sebagai sarana untuk

berlatih mencapai ketrampilan tertentu.

(3) Perbukuan sekolah meliputi macam-macam buku yang

dipergunakan dalam proses pembelajaran144.

Berbagai sarana prasarana di atas bisa terpenuhi apabila

sebuah lembaga pendidikan memiliki manajemen pengelolaan

keuangan yang baik, sehingga tidak hanya mengandalkan bantuan dari

144
Dirjen Dikdasmen Depdikbud, Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan di Sekolah,
(Jakarta: Depdikbud, 1997), 134-136.
118

pihak luar akan tetapi pondok pesantren mampu mengembangkan

keuangannya dengan baik dan dipergunakan untuk pengembangan

pondok pesantren secara mandiri.

c. Implikasi terhadap siswa

Pengelolaan keuangan yang baik akan menciptakan sebuah

lingkungan yang baik. Setiap orang berharap dapat memperoleh

pendidikan yang baik dengan sistem pembayaran yang rendah,

terwujudnya pendidikan yang berkualitas dengan biaya pendidikan

yang cukup rendah tidak akan pernah bisa tercapai kecuali lembaga

pendidikan tersebut mampu mengelola keuangan dengan baik sehingga

keuangannya bisa berkembang.

Pengelolaan keuangan yang baik dalam mewujudkan

pesantren yang mandiri juga akan berdampak pada siswa dari aspek

pembiayaan yang dikeluarkan oleh siswa. Berhubungan dengan biaya

yang harus dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan pendidikan,

terdapat beberapa pengertian dasar atau konsep dasar tentang

pengeluaran biaya yaitu,

1) Biaya langsung (direct cost) dan biaya tidak langsung (indirect

cost). Biaya langsung merupakan pengeluaran yang secara


119

langsung menunjang penyelenggaraan pendidikan. Sedangkan

biaya tidak langsung merupakan pengeluaran yang tidak secara

langsung menunjang proses pendidikan tetapi memungkinkan

membantu menyukseskan proses pendidikan yang terjadi di

sekolah, misalnya biaya hidup siswa, biaya transportasi ke

sekolah, biaya jajan, biaya kesehatan.145

2) Biaya pribadi (private cost) dan biaya sosial (social cost).

Biaya pribadi merupakan biaya pendidikan yang harus

dikeluarkan oleh masing-masing individu atau masyarakat untuk

mendapatkan pendidikan. Sedangkan biaya sosial atau dikenal juga

dengan (public cost) merupakan biaya-biaya yang didanai melalui

pajak yang dihimpun oleh pemerintah kemudian digunakan

untuk membiayai pendidikan. 146

3) Biaya tetap (fixed cost) dan biaya variabel (variable cost).

Biaya tetap merupakan biaya yang dikeluarkan untuk

pengadaan barang-barang modal seperti gedung sekolah,

peralatan sekolah, sewa tahunan, dan gaji kepala sekolah.

Adapun biaya tidak tetap merupakan biaya yang dikeluarkan

untuk membiayai peralatan operasional ruang kelas, seperti buku

pelajaran, gaji guru/pendidik dan nonguru/tenaga kependidikan. 147

145
Anwar, Biaya Pendidikan dan Metode Penetapan Biaya Pendidikan, (Mimbar
Pendidikan, No. 1 Tahun X, 28-33; Gaffar, M.F.), 56-60.
146
Jones, Thomas. Introduction to School Finance: Technique and School Policy,(New
York: McMillan Publishing Co.1985), 5.
147
Lembaga Administrasi Negara, Penyusunan Laporan AKIP. Modul 5,(Jakarta:
Lembaga Administrasi Negara dan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan, 2000), 12.
120

Dalam poin kedua di atas mejelaskan tentang biaya pribadi yang

biasanya dikenakan kepada seseorang untuk mendapatkan pendidikan,

maka dalam sebuah pondok pesantren yang dimaksudkan di sini adalah

santri, apabila pondok pesantren memiliki keuangan yang baik tentunya

biaya pribadi akan menurun, karena biaya pribadi akan sangat

bergantung pada kemampuan pondok pesantren dalam membiayai

segala komponen pendidikan. Tinggi dan rendahnya biaya pendidikan

pada lembaga pendidikan tidak serta merta diukur dari besaran nominal

uang yang dikeluarkan santri, tapi harus dibandingkan dengan jumlah

fasilitas serta sarana dan prasarana yang di dapatkan.

Pondok pesantren Cendekia Darul Lutviyah Murni dapat

dikatakan sebagai pondok pesantren yang mandiri secara ekonomi,

meskipun biaya oprasional dan pembangunan sekolah dan pondok

pesantren tidak murni dari hasil usaha pondok pesantren tetapi usaha

yang dikembangkan sangat berperan dalam membantu pembiayaan dan

oprasional sekolah dan pondok pesantren. Kemandirian ekonomi

pondok pesantren Cendekia Darul Lutfiyah Murni dapat dilihat dari unit

usaha ekonomi yang telah dikembangkan yang merupakan unit usaha

jangka panjang yang dapat memberikan kontribusi yang besar terhadap


121

kemajuan pondok pesantren. Jenis usaha yang di maksudkan adalah

koprasi pondok pesantren, budidaya ikan, konveksi, penyewaan terop,

penyewaan transportasi dan penyiaran radio. Berbagai usaha di atas

merupakan usaha jangka panjang yang dapat terus dimaksimalakan dan

dikembangkan menjadi unit usaha yang lebih berkembang di masa yang

akan datang. Kemandirian pondok pesantren sebagaimana di jelaskan di

atas juga telah di jelaskan oleh Siti Djazimah bawa karaktristik pondok

pesantren yang mandiri adalah sebagi berikut:

a) Memiliki usaha yang dikelola secara ekonomi. Artinya usaha atau

pekerjaan itu berorientasi pada keuntungan.

b) Memiliki rasa percaya diri dalam melakukan aktivitas ekonomi,

seperti usaha dagang, wirausaha dalam bentuk home industri,

pengelolaan perusahaan dan lain sebagainya.

c) Adanya kegiatan ekonomi yang ditekuni dalam jangka panjang

sehingga memungkinkan mempunyai kekuatan untuk maju dan

berkembang.

d) Memiliki sikap berani untuk mengambil resiko, misalnya berani

meminjam uang sebagai modal usaha dengan perhitungan rasional


122

dan realistis, berani mengambil keputusan bersifat bisnis untuk

memprediksi peluang-peluang yang ada. 148

C. Tantangan Manajemen Keuangan di Pondok Pesantren Cendekia

Darul Lutviyah Murni NW Aikmel Lombok Timur

Pengembangan pondok pesantren secara umum memang tidak

terlepas dari berbagai tantangan dalam mengembangkan pondok pesanten,

baik tantangan secara internal maupun eksternal. tantangan eksternal yang

dimaksudkan dalam hal ini adalah kendala dari luar seperti banyaknya

berdiri lembaga-lembaga pendidikan dan pondok pesantren, begitu juga

dalam bidang usaha, telah banyak berdiri usaha-usaha yang sama di tengah

masyarakat dengan usaha yang dikembangkan di pondok pesantren.

Perkembangan yang terus terjadi tersebut tentunya menjadi pilihan baru

bagi stakeholders, bahkan tidak sedikit saat ini sekolah-sekolah umum

dianggap lebih menjamin pekerjaan untuk anak-anak mereka, adanya

persaingan antar pondok pesantren baik dari segi kualitas dan kuantitas

santri yang dapat menyebabkan santri untuk memilih pondok pesantren lain.

Sedangkan tantangan internal yang dihadapi adalah rendahnya sumberdaya

manusia yang mumpuni untuk menangani pengelolaan keuangan terlebih

dalam kemampuan IT, karena sebagian besar keuangan dikelola oleh

keluarga pimpinan pesantren terlepas dari kemampuan yang dimiliki,

Siti Djazimah, “Potensi Ekonomi Pesantren”, Penelitian Agama Vol.13 (2004): 427,
148

diakses 16 Desember 2018, http://www.google.com/url?sa=t&source-


web&rct=j&url=http://digilib.uinsby.ac.id/20681/2/Bab%25201.
123

pelaporan keuangan juga sering menjadi masalah karena lembaga yang ada

di bawahnya tidak transparan dalam melakukan laporan keuangan.

Sistem pengelolaan kuangan di pondok pesantren Cendekia

secara umum sudah baik, karena beberapa komponen dalam manajemen

keuangan telah dilaksanakan mulai dari perencanaan, pengorganisasian,

pelaksanaan dan pengawasan, akan tetapi dalam pengelolaan keuangannya

pondok pesantren Cendekia memiliki beberapa tantangan yaitu

berkembangnya sistem IT dalam segala aspek kehidupan yang

mengharuskan pondok pesantren untuk terus berbenah agar sistem

pengelolaan yang dibangun berbasis IT serta memberikan pemahaman yang

mendalam bagi guru dan siswa untuk memahami dan menggunakan IT

dalam kehidupan sehari-hari. Meningkatkan kualitas pondok pesantren baik

dari segi manajemen pengelolaan, proses pembelajaran, fasilitas

pembelajaran dan sarana prasarana lainnya yang dapat menunjang mutu

pondok pesantren. Peningkatan kemampuan IT bagi pengelola pondok

pesantren diharapkan mampu menciptakan pengelolaan keuangan berbasis

digital, sehingga pimpinan yayasan dapat mengontrol secara keseluruhan

tanpa harus berada di sekolah setiap saat, sebagaimana yang diungkapkan

oleh Miftahol Arifin dalam penelitiannya ada beberapa masalah yang sering

muncul di pondok pesantren yaitu “Manajemen keuangan pondok pesantren

tidak terlepas dari beberapa masalah di antaranya lemahnya sumberdaya

pengurus, minimnya dana operasional, penyalahgunaan keuangan,

membebankan biaya kepada santri, pelaporan keuangan yang penuh


124

manipulasi dan spekulasi, dan pembelanjaan keuangan yang tidak tepat

guna, serta berbagai permasalahan lainnya”. 149

Masalah di atas tentunya dapat diselesaikan dengan pengelolaan

keuangan yang baik dan transparan. Pengelolaan keuangan yang baik

diharapkan dapat meminimalisir efesiensi penggunaan anggaran, di mana

pondok pesantren memiliki pendapatan yang cukup tinggi dan digunakan

seefesien mungkin untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan. Jika

pondok pesantren telah memiliki sumber pendapatan yang banyak dengan

pengelolaan keuangan yang baik serta penggunaan anggaran yang efesien,

maka tentunya dengan anggaran yang diperoleh pasti dapat melakukan

banyak hal baik dalam mengaggarkan biaya operasional sekolah dan

pesantren maupun dalam pengembangan sarana prasarana.

Persaiangan antar lembaga pendidikan baik dengan berdirinya

sekolah-sekolah baru ataupun sekolah-sekolah lama sudah tidak bisa

dipungkiri, hal ini adalah hal yang lumrah terjadi seiring dengan banyaknya

sumber daya manusia mendorong didirikannya sekolah, madrasah ataupun

pondok pesantren pada daerah-daerah yang sebelumnya tidak terdapat

jenjang sekolah yang lebih tinggi di daerah mereka. Banyaknya sekolah,

madrasah yang bermunculan tidak lagi menjadi masalah besar saat ini

terkecuali mereka mampu untuk berkompetisi memberikan sistem

pendidikan yang berkualitas, karena saat ini masyarakat sudah cerdas, tidak

sedikit dari peserta didik melanjutkan pendidikannya di tempat yang jauh

149
Miftahol Arifin, Manajemen Kuangan Pesantren, STIT Al-Karimiyyah Sumenep , 12.
125

dan terpencil dan meninggalkan sekolah-sekolah terdekat karena mereka

memiliki keyakinan bahwa sekolah yang mereka pilih adalah sekolah yang

dapat medidik mereka menuju apa yang diinginkan. oleh karena itu,

sekolah, madrasah dan pondok pesantren harus mempu memberikan

pelayann pendidikan yang baik, bermutu dan berkualitas. Mutu pendidikan

tentunya tidak bisa dilihat dari satu sudut melainkan dari segala aspek

pengelolaan pendidikan, mulai dari kualitas guru atau pendidik, sarana

prasarana, peroses pembelajaran, media pembelajaran, laboratorium,

kurikulum, dan mutu lulusan, komponen pendidikan tersebut harus

ditingkatkan kualitasnya untuk memperoleh pondok pesantren yang bermutu

dan berkualitas. Menurut Arief Fourkon rendahnya mutu pendidikan

dimungkinkan terjadi karena hal hal sebagai berikut,

Kepemimpinan pengurus yayasan, kepala sekolah masih


memprihatinkan, kurikulum yang kurang efektif, relevan dan
luwes, peroses belajar mengajar yang belum merangsang dan
mendorong siswa pada keberhasilan dan etos kerja yang baik,
lingkungan belajar yang belum mendukung peroses belajar yang
baik, input siswa yang masih rendah dan tidak diadakan
pengayaan, kurangnya dana operasional sekolah.150

Setiap lemabaga, sekolah dan madrasah harus mampu

mementukan arah atau mutu lembaganya sendiri, sehingga lembaga mampu

mengevaluasi dan mampu melakukan pengawasan sendiri untuk

mendapatkan mutu yang diinginkan. Menurut Sallis sebuah sistem

pejaminan mutu pendidikan harus mencakup hal-hal sebagai berikut:

1. Pengembangan lembaga/institusi atau rencana strategis

150
NurZazin, Gerakan Menata Mutu Pendidikan, Teori & Aplikasi (Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media, 2011), 70-71.
126

2. Kebijakan mutu
3. Tanggungjawab manajemen
4. Organisasi mutu
5. Pemasaran dan publisitas
6. Penyelidikan dan pengakuan
7. Induksi
8. Penyediaan kurikulum
9. Bimbingan dan penyuluhan
10. Manajemen pembelajaran
11. Rancangan kurikulum
12. Rekrutmen, pelatihan dan pengembangan
13. Pengawasan dan evaluasi. 151

Komponen sebagaimana di atas harus diperhatikan, dikaji dan

direncanakan serta dijalankan dengan semaksimal mungkin agar tercipta

lembaga pendidikan pondok pesantren yang bermutu dan berkualitas.

Persaingan yang terjadi antar sektor bisnis atau usaha yang dikembangkan

di pondok pesantren dan usaha yang dikembangkan di masyarakat tentunya

merupakan sesutu yang tidak perlu ditakuti melainkan membangun sebuah

kompetisi atau persaingan yang baik, sehingga usaha-usaha yang telah

dijalankan pondok pesantren tetap berjalan dengan baik. Untuk

menanggulangi tantangan tersebut maka usaha-usaha yang dikembangkan di

pondok pesantren harus berbenah diri dengan memperbaiki manajemen

pengelolaan usaha yang dikembangkan, mulai dari rencana startegis

pengembangan, pengelolaan dan pemasaran yang akan dilakukan. Untuk

membangun persaingan yang baik maka tidak perlu saling mengucilkan atau

saling merendahakan dan menjatuhkan antara usaha yang satu dengan usaha

yang lain, tapi yang paling penting adalah memperbaiki kualitas diri dan

membangun persaingan yang baik, untuk melakukan persiangan dalam

151
Nurzazin. Gerakan Menata Mutu Pendidikan, 86.
127

berwirausaha maka ada beberapa komponen yang harus diperhatikan yaitu

“Product (Produk barang dan jasa), Price (Harga), Place (tempat),

Promotion (Promosi)”152 dalam manajemen strategis yang baru Mintzberg

mengemukakan 5P yaitu, Perencanaan (Plan), Pola (Patern), Posisi

(Position), perspektif (Perspektive) dan Permainan atau taktik (Play).153

Komponen di atas harus menjadi proritas dalam membenahi dan

memperbaiki sistem pengelolaan usaha yang dikembangkan, sehingga

sebanyak apapun usaha baru yang bermunculan di masyarakat usaha yang

dikembangkan di pondok pesantren mampu bersaing secara sehat dengan

mengepankan kualitas, mutu dan pelayanan yang baik kepada masyarakat.

152
Suryana, Kewirausahaan, Kiat dan Proses Menuju Sukses (Jakarta: Saelmba Empat,
2014), 249.
153
Suryana, Kewirausahaan, Kiat dan Proses Menuju Sukses, 249.
128

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil perolehan data dan pembahasan di atas, maka dapat

ditarik sebuah kesimpulan dari penelitian ini, yaitu sebagai berikut:

1. Manajemen keuangan di pondok pesantren Cendekia Darul Lutviyah

Murni NW Aikmel Lombok Timur meliputi hal-hal sebagai berikut:

a. Perencanaan, dilakukan setiap tahun dengan melibatkan semua

pengurus pesantren, dewan guru, komite sekolah, dan perwakilan dari

wali santri untuk mengevaluasi capaian kinerja selama satu tahun dan

merencanakan program pesantren untuk tahun berikutnya. Kegiatan

perencanaan tersebut dilakukan dengan menganalisis sumber-sumber

pendapatan pondok pesantren dan rencana penggunaannya dalam

pengembangan dan pembangunan pondok pesantren. Selain itu,

perencanaan seringkali dilakukan dengan mencari berbagai informasi

dari pemangku kebijakan dalam hal ini adalah pemerintah daerah,

dinas kelautan, DPR, dinas pendidikan, dinas sosial, dinas koperasi,

dinas peternakan dan perikanan, dinas perindustrian dan lain

sebagainya untuk mengetahui program-program yang dimiliki oleh

berbagai instansi tersebut sehingga pondok pesantren bisa menjalin

kerjasama yang saling menguntungkan.

128
129

b. Pengorganisasian, dilakukan dengan pengelompokan jenis program

yang direncanakan dan jenis usaha yang dikembangkan di lingkungan

pondok pesantren kemudian dipilih orang-orang yang memiliki

kompetensi/kemampuan sebagai penanggungjawab masing-masing

kegiatan tersebut. Pemberian mandat berupa tanggung jawab tersebut

langsung dilakukan oleh pimpinan yayasan dengan menimbang

kemampuan dan pengalaman yang dimiliki.

c. Pelaksanaan, dilakukan dengan mengimplementasikan atau

melaksanakan segala sesuatu yng telah direncanakan

d. Pengawasan, dilakukan dengan mewajibkan setiap unit mencatat atau

melaporkan segala kegiatan dan anggaran yang telah digunakan

kepada ketua yayasan dan instansi yang membutuhkan.

2. Implikasi manajemen keuangan bagi kemandirian pesantren di pondok

pesantren Cendekia Darul Lutviyah Murni NW Aikmel Lombok Timur

a. Implikasi terhadap Guru, Guru mendapatkan kesejahteraan secara

materil berupa kecukupan tunjangan untuk biaya hidup sehari-hari dan

kesejahteraan rohani berupa kemanan dan kenyamanan di dalam

menjalankan aktivitas sehari-hari di lingkungan pondok pesantren

b. Implikasi terhadap sarana prasarana, fasilitas pondok pesantren terus

mengalami peningkatan setiap tahunnya berupa sumber usaha, gedung

madrasah, masjid, laboratorium dan fasilitas-fasilitas lainnya.


130

c. Implikasi terhadap siswa. Meningkatnya peminat santri untuk sekolah

di pesantren karena siswa mengeluarkan biaya yang cukup murah

dibandingkan dengan fasilitas yang diperoleh.

3. Tantangan manajemen keuangan di pondok pesantren Cendekia Darul

Lutviyah Murni NW Aikmel Lombok Timur

a. Tantangan

1) Perkembangan teknologi informasi yang makin pesat menuntut

seluruh sumber daya manusia untuk profesional dalam bidang IT.

2) Banyak bermunculan usaha masyarakat yang sama dengan unit

usaha yang telah dikembangkan oleh pondok pesantren.

3) Banyak didirikan sekolah negeri, madrasah dan pondok pesantren di

kalangan masyarakat.

4) Terjadinya persaingan mutu dan kualitas dari sekolah, madrasah

dan pondok pesantren yang telah lama berdiri.

b. Solusi

1) Meningkatkan kemampuan guru dan santri dalam bidang teknologi

informasi melalui pelatihan, worksop dan kegiatan lainnya.

2) Meningkatkan kualitas usaha dan mutu layanan melalui sistem

pengelolaan usaha berbasis digital serta memberikan pelayanan

yang aman, nyaman dan cepat.

3) Meningkatkan kualitas manajemen pengelolaan pondok pesantren

secara menyeluruh agar kepercayaan stakeholder tetap terjaga

terhadap keberadaan pondok pesantren.


131

4) Meningkatkan kualitas pendidikan melalui peningkatan

kemampuan guru dalam mengajar, melengkapi fasilitas

pembelajaran serta mengembangkan sarana prasarana sekolah dan

pondok pesantren.

Pondok pesantren Cendekia Darul Lutviyah Murni NW Aikmel

merupakan pondok pesantren yang mandiri karena memiliki usaha yang

dikelola secara ekonomi yang berorientasi pada keuntungan, mengelola usaha

jangka panjang dan mempunyai peluang untuk maju dan berkembang. Serta

memiliki keberanian untuk mengambil resiko

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian tentang manajemen pengelolaan

keuangan dalam mewujudkan pondok pesantren mandiri (studi kasus di

pondok pesantren Cendekia Darul Lutviyah Murni NW Aikmel Lombok

Timur), maka peneliti dapat memberikan beberapa saran terkait manajemen

pengelolaan keuangan pondok pesantren, yaitu sebagai berikut:

1. Membangun manajemen pengelolaan keuangan pondok pesnatren

berbasis Digital

2. Dengan adanya 7 mata air yang terdapat di pondok pesantren Cendekia

sebagai salah satu keunikannya, maka itu bisa dijadikan peluang emas

usaha dengan membuat air kemasan.

3. Memaksimalkan pemanfaatan aset yang dimiliki.


132

4. Meingkatkan kualitas barang dan jasa serta kualitas pelayanan yang

diberikan kepada masyarakat.

5. Membuat dan menetapkan format baku laporan setiap lembaga dan unit

usaha kepada yayasan.

6. Membuat Lembaga Penjaminan Mutu Pondok Pesanteren (LPMPP)


DAFTAR PUSTAKA

Abubakar, Rifa’i. 2006. Metodologi Penelitian. Yogyakarta: LPPM Staims.

Ahmadi, Rulam. 2016. Pengantar Pendidikan, Asas dan Filsafat Pendidikan.


Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Ali, A. Mukti. 1987. Beberapa Persoalan Agama Dewasa Ini. Jakarta: Rajawali.

Ali, HA.Mukti.Pondok Pesantren dalam Sistem Pendidikan Nasional; dalam


PembangunanPendidikan dalam Pendidikan Nasional(Surabaya: IAIN
Sunan Ampel, 1986
Arifin, Miftahol. “Manajemen Keuangan Pondok Pesantren”
http://ejournal.kopertais4.or.id/madura/index.php/fikrotuna/article/downl
oad/2745/2022/.

Broto, B. Suryo.2010. Manajemen Pendidikan di Sekolah Cet. Ke 2. Jakarta: PT


Rineka Cipta.

Burhan Bungin.2007. Metologi Penelitian Kualitatif Aktualisasi Metodologis ke


Arab Ragam Varian Kontemporer. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Dhofir, Zamakhstari. 1994, Tradisi Pesantrn. Jakarta: Lembaga Penelitian


Pendidikan dan Pengembangan Ekonomi dan Sosial.

Djazimah, Siti “Potensi Ekonomi Pesantren”, Penelitian Agama Vol.13 (2004):


427, diakses 16 Desember 2018.
http://www.google.com/url?sa=t&sourceweb&rct=j&url=http://digilib.ui
nsby.ac.id/20681/2/Bab%25201.

Fahmi, Irham. 2018. Pengantar Manajemen Keuangan (Teori dan Soal Jawab).
Bandung: Alfabeta.

Hadi, Sutrisno. 2004. Metodologi Research Jilid 2. Yogyakarta: Andi Offsed.


Halim, A. 2009.Manajemen Pesantren Cet. 2. Yogyakarta: Pustaka Pesantren.
Handoko, T. Hani. 2000. Manajemen Edisi 2. Yogyakarta: BPFE.

Kamus Besar Bahasa Indonesia, dalam https://kbbi.site/, diakses pada 16


Desember 2018.

Karel A. Stenbrink.1986. Pesantren, Madrasah, Sekolah: Pendidikan Islam dalam


Kurun Modern. Jakarta: LP3ES.
Kompri. 2018. Manajemen Kepemimpinan Pondok Pesantren. Jakarta:
Prenadamedia Group.

Masyhud, Sulton, dkk. 2005. Manajemen Pondok Pesantren. Jakarta: Diva


Pustaka.

Muchlis Solichin, Mohammad “Kemandirian Pesantren di Era Reformasi”


Nuansa,Vol. 9 No. 1 (Januari – Juni 2012): 207-208, diakses 15
Desember2018.http://moraref.kemenag.go.id/document/article/97406410
605875156/download/.

Mulyasa, E. 2006.Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Nanan Syaodih Sukmadinata. 2011. Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: PT


Remaja Rosdakarya.

Noor, Juliansyah. 2012. Metodologi Penelitian Cet. Ke 2. Jakarta: Kencana


Prenada Media Group.

NurZazin, 2011,Gerakan Menata Mutu Pendidikan, Teori & Aplikasi,


Jogjakarta:Ar-Ruzz Media
Riyanto, Bambang. 2001. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan Edisi.
Yogyakarta: BPFE Yogyakarta.

S.P, Hasibun.1984. Manajemen Dasar Pengertian dan Masalah.Bandung: CV


Haji Masagung.

Sagala, Saiful.2002. Manajemen Strategik dalam Peningkatan Mutu Pendidikan.


Bandung: Alfabeta.

Saleh, Choirul, dkk. 2013. Peengembangan Kompetensi Sumber Daya Aparatur.


Malang: UB Press.

Soebahar, Abd. Halim.2013. Modernisasi Pesantren Studi Transformasi


Kepemimpinan Kiai dan Sistem Pendidikan Pesantren. Yogyakarta:
LKIS.

Sugiarto, Eko. 2015. Menyusun Proposal Penelitian Kualitatif Sekripsi dan Tesis.
Yogyakarta: Suaka Media.

Sugiyono. 2010. MetodePenelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif


dan R&D Cet. Ke 10. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,


Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sulistiyorini. 2009. Manajemen Pendidikan Islam: Konsep, Strategi dan Aplikasi.


Yogyakarta: Teras.
Suryana, 2014Kewirausahaan, Kiat dan Proses Menuju
SuksesJakarta:Saelmba Empat
Toha, Chabib. 2003. Teknik Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Usman, Husaeni. 2009. Manajemen, Teori, Praktik dan Riset Pendidikan Edisi 3.
Jakarta: Bumi Aksara.
LAMPIRAN - LAMPIRAN
PEDOMAN WAWANCARA

RUMUSAN
INDIKATOR DISKRIPTOR PERTANYAAN
NO MASALAH

1. Kapan perencanaan keuangan dilakukan?

2. Apakah pondok pesantren Cendekia memiliki RKAPP


dan RABPP?
1. Memiliki RKAPP

3. Apa saja cakupan dalam Rencana Kegiatan dan


Anggaran Pondok Pesantren (RKAPP)?
Pengelolaan
1 Penganggaran (budgeting)
keuangan
4. Bagaimana menentukan jenis kegiatan dan jumlah
anggaran dalam RKAPP?

5. Bagaimana menentukan jumlah anggaran dalam RABPP?

2. Memiliki RABPP
6. Apa saja cakupan dalam Rencana Anggaran dan Belanja
Pondok Pesantren (RABPP)?

1
1. Menyediakan fasilitas, perlengkapan dan 7. Apakah pondok pesantren menyediakan fasilitas,
tenaga kerja perlengkapan dan tenaga yang memadai?

8. Apakah pondok pesantren membentuk tim pengelolaan


keuangan pondok pesantren?

2. Membuat struktur organisasi secara teratur.


9. Siapa saja yang dilibatkan di dalamnya?

10. Bagaimana proses perekrutannya?

3. Membentuk struktur wewenang dan 11. Apakah Podok Pesantren sudah membetuk struktur,
Pengorganisasian mekanisme koordinasi. wewenang dan mekanisme koordinasi?

12. Apakah Pondok Pesantren Cendekia juga merumuskan


serta menentukan metode dan prosedur
4. Merumuskan dan menentukan metode dan pengorganisasian?
prosedur. 13. Bagaimana Pondok Pesantren Cendekia merumuskan
serta menentukan metode dan prosedur
pengorganisasian?

14. Apakah pondok pesantren memberikan pelatihan kepada


5. Memilih, mengadakan latihan dan semua anggotanya?
pendidikan kepada tenaga kerja serta mencari
sumber-sumber lainnya yang diperlukan
15. Apa saja bentuk pelatihannya?

2
16. Darimana saja penerimaan atau pemasukan keuangan
pondok pesantren Cendekia?

17. Apakah santri diberikan bukti penyetoran SPP berupa


buku kartu SPP yang di pegang oleh masing-masing
santri?

18. Apakah pondok pesantren Cendekia memiliki buku


1. Penerimaan atau pemasukan
administrasi penyetoran dan penerimaan SPP santri?

19. Apakah pondok pesantren Cendekia memiliki buku-


Pelaksanaan buku administrasi keuangan lainnya? seperti buku
tpenerimaan donasi, buku kas Umum dll

20. Bagimana prosedur pengelokasian keuangan di pondok


pesantren?

21. Pos pengeluaran apa saja yang dibiayai oleh pondok


pesantren?
2. Pengeluaran
- Dana pembangunan
22. Apa saja kendala atau hambatan dalam pengalokasian
- Dana rutin (oprasional)
dana di pondok pesantren Cendekia?

23. Apakah ada pengawasan yang dilakukan terkait dengan


pengelolaan dana pondok?
Pengawasan 1. Memantau
24. Kapan dilaksanakan pengawasan tersebut?

25. Siapa pihak yang melakukan pengawasan terhadap

3
pengelolaan keuangan pondok?

26. Komponen apa saja yang di nilai dalam pengawasan


2. Menilai
pengelolaan keuangan?

27. Apakah ada evaluasi tentang pengelolaan keuangan


pondok? Jika ada kapan?

3. Melaporkan 28. Kemana keuangan pondok pesantren di laporkan?

29. Kapan keuangan pondok pesantren dilaporkan?

1. Sarana dan prasarana kerja yang cukup. 30. Apakah sarana prasarana yang ada sudah mencukupi?
2. Imbalan/ gaji yang memenuhi standar hidup. 31. Berapa jumlah honor guru/ ustadz/h selama satu bulan?
Kesejahteraan Guru/
Ustadz/h 3. Suasana kerja yang kondusif, aman dan 32. Apakah suasana kerja sudah kondusif, aman dan
nyaman. nyaman?
Implikasi 33. Apakah sistem kerja yang sudah diterapkan selama ini
4. Sistem kerja yang adil dan terbuka.
Pengelolaan sudah adil dan terbuka?
Keuangan bagi 34. Berapa jumlah iuran (SPP) Santri selama satu bulan?
2 Santri 1. Iuran (SPP) santri rendah
Kemandirian 35. Apakah ada iuran selain SPP yang di bebankan terhadap
Pondok santri?
pesantren 36. Apakah sarana fisik sekolah sudah mencukupi dan
1. Sarana fisik sekolah
sesuai dengan standar?
37. Apakah media pembelajaran yang dimiliki sudah
Sarana Prasarana 2. Media pendidikan
memadai?
3. Alat praga 38. Apakah ada alat praga yang disediakan?
5. Pembukuan 39. Apakah pembukuan yang dibuat sudah sesuai standar?

4
40. Bagaimana tantangan manajemen pengelolaan
Tantangan 1. Tantangan keuangan di pondok pesantren cendekia darul lutviyah
Manajemen murni NW Lombok Timur?
Pengelolaan
3
Keuangan bagi
41. Apa saja solusi yang dilakukan untuk mengatasi
kemandirian
tantangan manajemen pengelolaan keuangan di pondok
pesantren 2. Solusi
pesantren cendekia darul lutviyah murni NW Lombok
Timur?

5
UPT. TIPD UIN Mataram
Plagiarism Checker Certificate

NO: TIPD/01/PLGX/0267/2020
Sertifikat ini diberikan kepada :
ZAYYINUN MUNIRAH (170403056)
Dengan Judul Tesis :

“Manajemen Pengelolaan Keuangan dalam Mewujudkan Pondok Pesantren Mandiri (Studi Kasus di Pondok Pesantren
Cendekia Darul Lutviyah Murni NW Aikmel Lombok Timur)”

Tesis Tersebut telah Melakukan Uji Cek Plagiasi Menggunakan Aplikasi Turnitin
Similarity Found: 7%
Submission Date : 23-Jun-2020 07:03AM (UTC+0530)
Submission ID : 1348325165

PTIPDPLGX0267
Pendiri pondok pesantren Cendekia Penasehat pondok pesantren
Darul Lutviyah Murni NW Lombok Cendekia Darul Lutviyah Murni NW
Timur Lombok Timur

Tampak depan pondok pesantren Usaha Konveksi pondok pesantren


Cendekia Darul Lutviyah Murni NW Cendekia Darul Lutviyah Murni NW
Lombok Timur Lombok Timur

Salah satu hasil karya santri di Studio RDL pondok pesantren


pondok pesantren Cendekia Darul Cendekia Darul Lutviyah Murni NW
Lutviyah Murni NW Lombok Timur Lombok Timur
Ambulance pondok pesantren Terop pondok pesantren Cendekia
Cendekia Darul Lutviyah Murni NW Darul Lutviyah Murni NW Lombok
Lombok Timur Timur

Kolam budidaya ikan sekaligus Kolam Perindukan ikan sekaligus


lokasi asrama putri pondok Tempat Penerimaan Tamu di
pesantren Cendekia Darul Lutviyah pondok pesantren Cendekia Darul
Murni NW Lombok Timur Lutviyah Murni NW Lombok Timur

Salah satu Lumbung tempat para Kolam pembibitan ikan di pondok


Ustadz atau pengasuh tinggal di pesantren Cendekia Darul Lutviyah
pondok pesantren Cendekia Darul Murni NW Lombok Timur
Lutviyah Murni NW Lombok Timur
Salah satu ruang belajar Santri yang Koperasi Pondok Pesantren
berada di atas kolam ikan Cendekia Darul Lutviyah Murni NW
Lombok Timur

Kandang peternakan ayam di Masjid Pondok Pesantren Cendekia


Pondok Pesantren Cendekia Darul Darul Lutviyah Murni NW Lombok
Lutviyah Murni NW Lombok Timur Timur

Salah satu dari 7 lokasi mata air Bendungan yang berada di Pondok
yang berada di Pondok Pesantren Pesantren Cendekia Darul Lutviyah
Cendekia Darul Lutviyah Murni NW Murni NW Lombok Timur
Lombok Timur
Dapur di Pondok Pesantren Beberapa piala penghargaan Santri
Cendekia Darul Lutviyah Murni NW dari tingkat Lokal sampai Nasional
Lombok Timur di Pondok Pesantren Cendekia Darul
Lutviyah Murni NW Lombok Timur

Tampak depan sekertariat Pondok Motivasi penguat untuk para santri


Pesantren Cendekia Darul Lutviyah dari pimpinan Yayasan Pondok
Murni NW Lombok Timur Pesantren Cendekia Darul Lutviyah
Murni NW Lombok Timur
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. Identitas diri
Nama : Zayyinun Munirah
Tempat/ Tanggal Lahir : Masbagik, 22 September 1992
Alamat Rumah : Dasan Paok Desa Jurit Baru Kec. Pringgasela Kab.
Lombok Timur.
Nama Ayah : H. Madlul Khairi
Nama Ibu : Nurul Aini
Nama Suami : Lalu Asriadi, M.Pd.I
Nama Anak : Baiq Aminatul Ulya

B. Riwayat Pendidikan
1. Pendidikan Formal
a. SDN 3 Masbagik Timur, Tahun 2006
b. SMPN 3 Masbagik Timur, Tahun 2009
c. MA AL Khair Masbagik, Tahun 2012
d. IAIN Mataram, Tahun 2016
2. Pendidikan Nonformal
a. TPQ AL Khair Masbagik
b. Diniah Islamiyah PP AL Khair

C. Riwayat Pekerjaan
a. Tenaga pendidik di PP Al Khair, Tahun 2013-2015
b. Tenaga Non Kependidikan (Bendahara) di MA Al Khair Masbagik,
Tahun 2013 - Sekarang
c. Bendahara Yayasan PP Al Khair 2015 - Sekarang
D. Pengalaman Organisasi
a. Anggota Humas OSIS SMPN 3 Masbagik Timur, Tahun 2008-2009
b. Wakil Ketua OSIS MA Al Khair Masbagik, Tahun 2013-2014
E. Karya ilmiah
a. Buku dengan judul “Diskursus Manajemen Pendidikan Islam
Kontemporer (Paradigma Al Qur’an dan Al Hadits)”
b. Skripsi dengan judul, “Hubungan Kompetensi Profesional Guru dengan
Minat Belajar Siswa Kelas XI Pada Mata Pelajaran Ekonomi Pokok
Bahasan Akuntansi di MA Al Khair Ambung Masbagik Lombok Timur
Tahun Pelajaran 2015-2016”.
c. Tesis dengan judul, “Manajemen Pengelolaan Keuangan dalam
Mewujudkan Pondok Pesantren Mandiri (Studi Kasus di Pondok
Pesantren Cendekia Darul Lutviyah Murni NW Aikmel Lombok Timur)

Anda mungkin juga menyukai