Salin-LAPORAN PRAKTIK SURVEILANS
Salin-LAPORAN PRAKTIK SURVEILANS
DOSEN PENGAJAR:
Natalia P. Adimuntja, SKM, M.Kes
DISUSUN OLEH:
Kelompok : 4 (Empat)
Peminatan : Epidemiologi/Semester VI
Anggota :
Penulis
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.....................................................................................................................
Daftar Isi..............................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................
1.1 Latar Belakang...............................................................................................................
1.2 Tujuan............................................................................................................................
1.2.1 Tujuan Umum..........................................................................................................
1.2.2 Tujuan Khusus.........................................................................................................
1.3 Manfaat..........................................................................................................................
1.3.1 Manfaat Bagi Mahasiswa........................................................................................
1.3.2 Manfaat Bagi Institusi.............................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Definisi Penyakit Malaria
2.1.2 Surveilans Malaria
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
3.2 Waktu dan Lokasi
3.2.1 Waktu
3.2.2 Lokasi
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
3.3.2 Sampel
3.4 Variabel Penelitian
3.5 Definisi Operasional
3.6 Jenis dan Sumber Data
3.6.1 Jenis Data
3.6.2 Sumber Data
3.7 Teknik Pengumpulan Data
3.8 Teknik Pengolahan Data
3.9 Teknik Analisis Data
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Geografis
4.2 Hasil dan Pembahasan
BAB V
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
ii
Daftar Pustaka
Lampiran
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Malaria merupakan penyakit yang mengancam jiwa yang disebabkan oleh parasit
Protozoa genus Plasmodium dan ditularkan pada manusia oleh gigitan nyamuk Anopheles
species betina yang bertindak sebagai vektor malaria. Nyamuk ini terutama menggigit
manusia pada malam hari mulai senja (dusk) sampai fajar (dawn) (NRW.setiyani,2014).
Menurut laporan Malaria Dunia terbaru, ada 241 juta kasus malaria pada tahun 2020
dibandingkan dengan 227 juta kasus pada tahun 2019. Perkiraan jumlah kematian akibat
malaria mencapai 627.000 pada tahun 2020 – meningkat 69.000 kematian dibandingkan
tahun sebelumnya. Wilayah Afrika WHO terus menanggung beban malaria global yang
sangat tinggi. Pada tahun 2020, Wilayah ini menjadi rumah bagi 95% dari semua kasus
malaria dan 96% kematian. Anak-anak di bawah usia 5 tahun menyumbang sekitar 80% dari
semua kematian akibat malaria di wilayah tersebut.Four African countries accounted for just
over half of all malaria deaths worldwide: Nigeria (31.9%), the Democratic Republic of the
Congo (13.2%), United Republic of Tanzania (4.1%) and Mozambique (3.8%)
(WHO,2022).
Malaria adalah penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan di beberapa
wilayah Indonesia, terutama pada kawasan timur Indonesia. Jumlah kasus malaria di
Indonesia pada tahun 2021 sebesar 304.607 kasus, jumlah ini menurun jika dibandingkan
jumlah kasus pada tahun 2009, yaitu sebesar 418.439 (kemenkesRI, 2022). Pada peta
persebaran endemis malaria per kabupaten/kota, menunjukkan Provinsi Papua , Papua Barat
dan NTT dan hanya satu provinsi diluar wilayah timur yaitu Kalimantan Timur (Kabupaten
Penajem Paser Utara) yang wilayahnya masih tinggi endemis malaria
(dinkeskotajayapura,2022).
Berdasarkan data tahun 2021, Provinsi Papua merupakan penyumbang kasus malaria
terbanyak di Indonesia. Sebanyak 81% kasus malaria berasal dari Provinsi Papua yaitu
sebanyak 9.999 dari 22 kasus. Jika dilihat kasus per kabupaten di Provinsi Papua, maka
dapat dilihat 80% kasus tersebar di 9 kabupaten/kota yaitu Kota Jayapura, Kabupaten
Jayapura, Kabupaten Keerom, Kabupaten Mimika, Kabupaten Sarmi, Kabupaten
Mamberamo Raya, Kabupaten Asmat, Kabupaten Boven Digoel, dan Kabupaten Kepulauan
1
Yapen. Jika dipilah lagi sebanyak 70% kasus malaria di Provinsi Papua berasal dari Kota
Jayapura, Kabupaten Jayapura, Kabupaten Keerom dan Kabupaten Mimika. (Dinkes
Jayapura, 2022)
Malaria merupakan penyakit serius dan mengancam jiwa. Jika tidak tertangani bisa
menyebabkan komplikasi organ, gagal ginjal, kejang dan kematian. Penyakit ini umum
dijumpai di negara beriklim tropis dan subtropis dengan angka kematian pun cukup tinggi.
Walau berisiko fatal dan memicu kematian, tetapi dapat mengatasi malaria dengan
mengendalikan faktor risikonya. Bentuk peran serta masyarakat juga merupakan salah satu
upaya pencegahan permasalahan kesehatan yang paling efektif, karena untuk mencapai
masyarakat yang sehat, peran masyarakat dapat membantu menunjang tercapainya status
derajat kesehatan yang optimal.
Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh pengetahuan atau penemuan baru.
Sebagai pembuktian atau pengujian tentang kebenaran dari pengetahuan yang sudah ada.
Serta Sebagai acuan pengembangan pengetahuan tentang penyakit malaria.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui pelaksanaan sistem surveilans malaria dan gambaran
epidemiologi malaria di Puskesmas Kotaraja Tahun 2021-2022
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui sistem pelaksanaan surveilans malaria di Puskesmas
Kotaraja.
b. Untuk mengetahui gambaran distribusi penyakit malaria berdasarkan orang per
kelurahan di Puskesmas Kotaraja 2021-2022
c. Untuk mengetahui gambaran distribusi penyakit malaria berdasarkan jenis
kelamin di Puskesmas Kotaraja tahun 2021-2022
d. Untuk mengetahui gambaran distribusi penyakit malaria berdasarkan jenis
plasmodium di Puskesmas Kotaraja tahun 2021-2022
e. Untuk mengetahui gambaran distribusi penyakit malaria berdasarkan tempat
di Puskesmas Kotaraja tahun 2021-2022
f. Untuk mengetahui gambaran distribusi penyakit malaria berdasarkan waktu di
Puskesmas Kotaraja tahun 2021-2022
2
1.3 Manfaat
1.3.1 Mahasiswa bagi Mahasiswa
Sebagai bentuk penambahan pengetahuan tentang malaria, khususnya
pengetahuan tentang pelaksanaan sistem surveilans malaria yang ada di Puskesmas
Kotaraja.
1.3.2 Manfaat bagi Institusi
Sebagai bahan masukan dalam meningkatkan pelaksanaan sistem surveilans
bagi petugas surveilans di Puskesmas Kotaraja agar petugas lebih mampu
melaksanakan sistem surveilans malaria dengan baik.
3
BAB II
TINJAUAN TEORI
4
tinggal diendemik malaria dan 56,3 juta penduduk diantaranya tinggal
diendemi malaria sedang sampai tinggi dengan 15 juta kasus malaria klinis.
2) Epidemiologi Malaria
Komponen epidemiologi malaria terdiri dari (1) agent malaria adalah
parasit Plasmodium spp, (2) host malaria, ada dua jenis yaitu manusia sebagai
host intermediate atau sementara karena tidak terjadi pembiakan seksual dan
nyamuk sebagai host definitive atau tetap karena terjadi pembiakan seksual
dan lingkungan yaitu yang berpengaruh terhadap kehidupan manusia dan
nyamuk vektor malaria. Parasit malaria adalahPlasmodium spp. Yaitu
binatang bersel satu (protozoa) yang termasuk genus Plasmodia, famili
Plasmodiidae dari ordo Coccidiidae. Dalam tubuh manusia, untuk
kelangsungan hidupnya Plasmodium memakan sel darah merah (SDM)
tempat ia hidup sehingga induksemangnya (penderita) mengalami anemia
dan gangguan lainnya.
Berdasarkan data tren kasus positif malaria dan jumlah penderita
malaria (Annual Parasite Incidence/API), ternyata kabupaten/kota endemis
tinggi malaria masih terkonsentrasi di kawasan timur Indonesia sebagai
berikut. Provinsi Papua Provinsi Papua Barat Provinsi Nusa Tenggara Timur
Sementara, hanya ada satu provinsi di luar wilayah timur yang masih
memiliki kabupaten endemis tinggi yaitu Provinsi Kalimantan Timur,
tepatnya di Kabupaten Penajaman Paser Utara. Data itu juga mencatat bahwa
keseluruhan kasus malaria tahun 2019 di Indonesia sebanyak 250.644. Kasus
tertinggi yaitu sekitar 86 persen terjadi di Provinsi Papua sebanyak 216.380
kasus. Selanjutnya, disusul dengan Provinsi Nusa Tenggara Timur sebanyak
12.909 kasus dan Provinsi Papua Barat sebanyak 7.079 kasus. Untuk
diketahui, API meruppakan jumlah kasus positif malaria per 1.000 penduduk
dalam satu tahun
5
3) Etiologi dan Patogenesis Malaria
Penyakit malaria disebabkan oleh Protozoa genus Plasmodium.
Terdapat empat spesies yang menyerang manusia yaitu :
a. Plasmodium falciparum (Welch, 1897) menyebabkan malaria falciparum
atau malaria tertiana maligna/malaria, tropika/malaria pernisiosa.
b. Plasmodium vivax (Labbe, 1899) menyebabkan malaria vivax atau malaria
tertiana benigna.
c. Plasmodium ovale (Stephens, 1922) menyebabkan malaria ovale atau
malaria tertiana benigna ovale
d. Plasmodium malariae (Grassi dan Feletti, 1890) menyebabkan malaria
malariae atau malaria kuartana.
Dari empat spesies Plasmodium diatas, manusia juga bisa terinfeksi oleh
Plasmodium knowlesi, yang merupakan plasmodium zoonosis yang sumber
infeksinya adalah kera.
6
terjadi karena manusia itu sudah terinfeksi malaria dan menularkannya pada
bayi maupun orang lain melalui transfusi darah ataupun jarum suntik. Dengan
kata lain, penularan yang terjadi secara langsung dari vektornya sedangkan
penularan non alamiah ditularkan melalui perantara.
Penyakit malaria dapat ditularkan dengan dua cara, yaitu cara alamiah,
contohnya melaluiu gigitan nyamuk dan non alamiah, misalnya tranfusi
darah maupun malaria dari ibu ke bayinya. Sedangkan menurut Garcia dan
Bruckner (1996) terdapat beberapa penyebab yang mengakibatkan terjadinya
infeksi Plasmodium.
a. Gigitan nyamuk Anopheles betina yang terinfeksi
b. Transfusi darah dari donor penderita
c. Penggunaan jarum suntik yang terkontaminasi
d. Infeksi impor
e. Infeksi kongenital
5) Gejala Malaria
Gejala penyakit malaria dipengaruhi oleh daya pertahanan tubuh
penderita. Waktu terjadinyainfeksi pertama kali hingga timbulnya penyakit
disebut sebagai masa inkubasi, sedangkan waktu antara terjadinya infeksi
hingga ditemukannya parasit malaria didalam darah disebut periode prapaten.
Keluhan yang biasanya muncul sebelum gejala demam adalah gejala
prodromal, seperti sakit kepala, lesu, nyeri tulang (arthralgia), anoreksia
(hilang nafsu makan), perut tidak enak, diare ringan dan kadang merasa
dingin dipungung Keluhan utama yang khas pada malaria disebut “trias
malaria” yang terdiri dari 3 stadium yaitu :
a. Stadium Menggigil
Pasien merasa kedinginan yang dingin sekali, sehingga menggigil.
Nadi cepat tapi lemah, bibir dan jari-jari tangan biru, kulit kering dan
pucat. Biasanya pada anak didapatkan kejang. Stadium ini berlangsung 15
menit sampai 1 jam.
7
b. Stadium Puncak Demam
Pasien yang semula merasakan kedinginan berubah menjadi
panassekali. Suhu tubuh naik hingga 41o C sehingga menyebabkan pasien
kehausan. Muka kemerahan, kulit kering dan panas seperti terbakar, sakit
kepala makin hebat, mual dan muntah, nadi berdenyut keras. Stadium ini
berlangsung 2 sampai 6 jam
c. Stadium Berkeringat
Pasien berkeringat banyak sampai basah, suhu turun drastis
bahkan mencapai dibawah ambang normal. Penderita biasanya dapat tidur
nyenyak dan saat bangun merasa lemah tapi sehat. Stadium ini
berlangsung 2 sampai 4 jam. Pemeriksaan fisik yang ditemukan lainnya
yang merupakan gejala khas malaria adalah adanya splenomegali,
hepatomegali dan anemia.
6) Manifestasi Klinis Malaria
Malaria serebral tentu ditandai oleh manifestasi neuropsikiatrik.
Manifestasi neuropsikiatrik malaria serebral umumnya diklasifikasikan
menjadi tiga kelompok utama, yaitu:
a. Gambaran neuropsikiatrik yang menonjol pada fase akut seperti
psikosis, ataksia serebelar, bangkitan, gangguan ekstrapiramidal, dan
lain-lain.
b. Sekuele malaria serebral seperti hemiparesis, paresis nervus-nervus
kranial, sindrom medula spinalis, gangguan serebelar, dan psikosis.
c. Sindrom neurologis pascamalaria seperti ataksia serebelar, psikosis,
dan tremor. Kita akan membahas beberapa manifestasi klinis tersebut
dalam beberapa bagian dari tulisan ini. Dalam bagian ini, kita akan
membahas manifestasi klinis di fase akut.
8
atau secara induksi (misalnya transfuse darah yang mengandung stadium
aseksual).
7) Diagnosis
Diagnosis malaria serebral secara umum dibuat jika ditemukan
penurunan kesadaran atau bangkitan pada pasien malaria (terutama
falsiparum). Namun demikian, perlu diingat bahwa pada daerah-daerah
endemik dengan angka hiperparasitemia asimtomatik yang tinggi, harus
dipertimbangkan juga penurunan kesadaran atau bangkitan karena sebab yang
lain. Terutama pada pasien-pasien yang datang dengan penurunan kesadaran
atau bangkitan tanpa episode demam-menggigil-berkeringat. Selain itu, perlu
diingat bahwa penyebab gangguan otak dapat terjadi akibat berbagai hal.
Sebagai contoh, demam tinggi saja sudah dapat menyebabkan penurunan
kesadaran dan bangkitan, terutama pada anak-anak. Hipoglikemia, cedera
ginjal, gangguan hepar, sepsis, dan syok juga dapat menyebabkan
penurunanan kesadaran.
8) Pengobatan
Pengobatan yang diberikan adalah pengobatan radikal malaria dengan
membunuh semua stadium parasit yang ada di dalam tubuh manusia. Adapun
tujuan pengobatan radikal untuk mendapat kesembuhan kilinis dan
parasitologik serta memutuskan rantai penularan. Semua obat anti malaria
tidak boleh diberikan dalam keadaan perut kosong karena bersifatiritasi
lambung, oleh sebab itu penderita harus makan terlebih dahulu setiap akan
minum obat anti malaria.
9) Pencegahan
Pencegahan ditujukan untuk orang yang tinggal di daerah endemis
maupun yang ingin pergi ke daerah endemis:
a. Pengendalian Vektor
1. Bisa menggunakan larvasida untuk memberantas jentik-jentik.
9
atau picaridin 7%.
b. Proteksi Personal (Personal Protection)
Adalah suatu tindakan yang dapat melindungi orang
terhadapinfeksi, seperti :
1. Menghindari gigitan nyamuk pada waktu puncak nyamuk mengisap
(petang dan matahari terbenam).
2. Penggunaan jalabed (kelambu) yang direndam insektisida
sebelumnya,kawat nyamuk, penolak serangga.
3. Memakai baju yang cocok dan tertutup.
4. Penggunaanobat-obat profilaksis jika ingin bepergian ke daerah
endemis
2.1.2 Surveilans Malaria
1) Definisi Surveilans Malaria
Surveilans malaria dapat diartikan sebagai kegiatan yang terus-
menerus, teratur dan sistematis dalam pengumpulan, pengolahan, analisis dan
interpretasi data malaria untuk menghasilkan informasi yang akurat yang
dapat disebarluaskan dan digunakan sebagai dasar untuk melaksanakan
tindakan penanggulangan yang cepat dan tepat disesuaikan dengan kondisi
setempat. (Departeman Kesehatan, 2007)
2) Tujuan Surveilans Malaria
Tujuan surveilans malaria antara lain:
a. Melakukan pengamatan dini (SKD) malaria di Puskesmas dan unit
Pelayanan Kesehatan lainnya dalam rangka mencegah KLB malaria.
b. Menghasilkan informasi yang cepat dan akurat.
c. Penanggulangan KLB malaria secara dini.
d. Mendapatkan trend penyakit malaria dari waktu ke waktu.
e. Mendapatakan gambaran distribusi penyakit malaria menurut orang,
tempat dan waktu. (Menkes, 2007)
10
3) Manfaat Surveilans Malaria
Manfaat surveilans malaria yaitu :
a. Melakukan pengamatan dini yaitu sistem kewaspadaan dini (SKD)
malaria di Puskesmas dan unit pelayanan kesehatan lainnya dalam rangka
mencegah terjadinya kejadian luar biasa (KLB) malaria.
b. Dapat menjelaskan pola penyakit malaria yang sedang berlangsung yang
dapat dikaitkan dengan tindakan-tindakan atau intervensi kesehatan
masyarakat.
c. Dapat mempelajari riwayat alamiah dan epidemiologi penyakit malaria,
khususnya untuk mendeteksi adanya KLB atau wabah.
d. Memberikan informasi dan data dasar untuk memproyeksikan kebutuhan
pelayanan kesehatan dimasa mendatang.
e. Dapat membantu pelaksanaan dan daya guna program pengendalian
khusus dengan membandingkan besarnya masalah kejadian penyakit
malaria sebelum dan sesudah pelaksanaan program.
4) Komponen Surveilans
a. Pengumpulan atau pencatatan kejadian (data) yang dapat dipercaya.
b. Pengolahan dan penyajian data.
c. Analisis dan interpretasi data untuk keperluan kegiatan.
d. Diseminasi informasi atau penyebarluasan informasi.
e. Adanya umpan balik atau feed back dari Dinas Kesehatan maupun dari
puskesmas.
5) Atribut Surveilans
a. Kesederhanaan (Simplicity)
Kesederhanaan mencakup dalam struktur dan kemudahan
pengoperasian sistem surveilans tersebut. Sistem surveilans sebaikanya
dirancang sesederhana mungkin, namun masih dapat mencapai tujuan
yang diharapkan.
b. Keluwesan (Flexibility)
Sistem surveilans yang fleksibel dapat menyesuaikan diri dengan
11
perubahan informasi yang dibutuhkan, atau situasi pelaksanaan surveilans
tanpa disertai peningkatan yang berarti akan kebutuhan biaya, tenaga dan
waktu. Semakin sederhana suatu sistem surveilans semakin fleksibel
untuk diterapkan pada penyakit atau masalah kesehatan lain dengan hanya
memerlukan sedikit perubahan.
c. Dapat Diterima (Acceptability)
Yang dimaksud dapat diterima yaitu menggambarkan kemauan
seseorang atau suatu organisasi untuk berpartisipasi dalam melaksanakan
sistem surveilans. Hal ini dapat dinilai dari berapa persen sumber data
yang menyerahkan laporannya, apakah laporannya lengkap (52 minggu)
dan tepat waktu. Tingkat penerimaan dikatakan tinggi bila persentase
sumber data yang melapor 80%, dengan kelengkapan laporan 100 % dan
ketepatan waktu laporan 80%.
d. Sensistivitas (Sensitivity)
Sensitivitas yaitu kemampuan mendeteksi adanya wabah dan
berapa proporsi kasus penyakit yang dapat dideteksi.
e. Keterwakilan (Representative)
Keterwakilan yaitu yang dapat menggambarkan secara akurat
kejadian penyakit yang diamati dan distribusinya dalam masyarakat
menurut variabel epidemiologi yaitu orang (siapa yang terkena), tempat
(dimana) dan waktu (kapan).
f. Ketepatan Waktu (Timeliness)
Ketepatan waktu yaitu yang menggambarkan kecepatan atau
kelambatan sistem surveilans, yang dapat dinilai dari dapat tidaknya
dilakukan upaya penanggulangan/pencegahan kejadian atau penyakit
secara tepat.
g. Nilai Prediksi Positif atau NPP (Positive Predictive Value)
Nilai prediksi positif yaitu proporsi populasi yang diidentifikasi
sebagai kasus oleh sistem surveilans dan kenyataannya memang benar-
benar kasus. Nilai ini sangat penting karena menggambarkan sensitivitas
dan spesifisitas dari definisi kasus. Nilai yang rendah berarti kasus yang
12
diidentifikasi sebenarnya bukan merupakan kasus, sehingga terjadi
kesalahan dalam mengidentifikasi adanya wabah
6) Kegiatan Surveilans Malaria
a. Surveilans periode kewaspadaan sebelum kejadian luar biasa (KLB) atau
surveilans periode peringatan dini (PPD) adalah suatu kegiatan untuk
memantau secara teratur perkembangan penyakit malaria di suatu wilayah
dan mengambil tindakan pendahuluan untuk mencegah timbulnya KLB.
b. Surveilans periode KLB adalah kegiatan yang dilakukan dalam periode
dimana kasus malaria menunjukan proporsi kenaikan dua kali atau lebih
dari biasanya/sebelumnya dan terjadi peningkatan yang bermakna baik
penderita malaria klinis maupun penderita positif atau dijumpai keadaan
penderita plasmodium faliciparum dominan atau ada kasus bayi positif
baik disertai ada kematian karena diduga malaria dan adanya keresahan
masyarakat karena malaria.
c. Surveilans paska KLB adalah kegiatan sama seperti pada periode
peringata dini. Monitoring dilakukan dengan cara pengamatan rutin atau
melakukan survei secara periodik pada lokasi KLB (MFS atau MS) juga
melakukan survei vektor lingkungan.
1. Pengumpulan Data
Jenis data kasus malaria yang dikumpulkan di setiap jenjang baik
di tingkat Puskesmas, Kabupaten, Propinsi dan Pusat merupakan data
situasi malaria yang secara umum dapat dibagi menjadi beberapa periode,
yaitu periode peringatan dini dan penanggulangan KLB. Data yang
dikumpulkan adalah data kasus, data upaya pemberantasan vektor, data
vektor, data logistik, data demografi dan data lingkungan.
2. Pengolahan dan Analisa Data
Pengolahan dan analisa data dilakukan dengan cara memindahkan
data dari formulir yang satu ke formulir yang lain. Pengolahan data
tersebut dapat dilakukan dengan cara menjumlahkan, mengurangi,
13
mengendalikan dan membagi sesuai dengan kebutuhan “Pedoman
Pengumpulan, Pengolahan dan Penyajian Data” yang telah ditetapkan dan
berlaku bagi setiap tingkat atau jenjang unit organisasi. Pengolahan data
dalam rangka pemberantasan malaria mencakup beberapa hal, antara lain
kasus malaria positif atau malaria klinis, data daerah malaria, dan lain-
lain.
3. Pelaporan Data
a. Data awal diperoleh dari Puskesmas Pembantu, bidan dan kader.
b. Data dari ketiga elemen tersebut diperoleh oleh puskesmas.
c. Kemudian data dari puskesmas dan rumah sakit dilaporkan kepada
Dinas Kesehatan Provinsi bersama data dari rumah sakit di wilayah
kerja Dinas Kesehatan Provinsi dan Balai Labkesda Provinsi.
d. Dari Dinas Kesehatan Provinsi kemudian dilaporkan ke Ditjen
PPM&PLP Subdit Malaria.
4. Tindak Lanjut
Bila terjadi kecenderungan peningkatan penderita malaria,
dilakukan upaya penanggulangan seperti Mass Fever Survey (MFS),
pengamatan vektor, pemberantasan vektor, dan lain-lain.
5. Jejaring
a. Tingkat Kabupaten: Puskesmas, Rumah Sakit, Laboratorium,
Kesehatan Lingkungan, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM/NGO),
Bappeda, DPRD, SLPV dan DEST.
b. Tingkat Propinsi: Rumah Sakit, Labkesda, Kesehatan Lingkungan,
Dinas Kab/Kota, DPRD, Bappeda, Univer.
14
BAB III
METODE PENELITIAN
15
Untuk data sekunder yang telah diperoleh dari instasi atau dunia industri disajikan
kedalam bentuk instrumen penelitian yang telah teruji, kemudian diolah dengan
menggunakan teknik uji statistik tertentu. Data sekunder yang digunakan adalah
dokumentasi data berupa data profil Puskesmas Kotaraja tahun 2021 hingga 2022.
3.2 Waktu dan Lokasi
3.2.1 Waktu
Praktik ini dimulai dengan pembuatan surat izin, pengumpulan data,
pengolahan data dan penyusunan hasil penelitian, dimulai dari 06 April 2023
sampai dengan 11 Mei 2023.
3.2.2 Lokasi
Puskesmas Kotaraja berlokasi di Jalan Raya Abepura Kotaraja, RT 01 /
RW 01, Kelurahan Wahno, Distrik Abepura, Kota Jayapura, Provinsi Papua.
Dengan memiliki luas wilayah ± 382 km². Secara umum Puskesmas Kotaraja
bertanggung jawab atas 3 Kelurahan yaitu Kelurahan Wahno, Kelurahan Vim dan
Kelurahan Wai Mhorock, dengan batas-batas sebagai berikut :
1. Sebelah Utara berbatasan : Kelurahan Entrop Distrik Japsel
2. Sebelah Timur berbatasan : Teluk Youtefa
3. Sebelah Selatan berbatasan : Kelurahan Kota Baru–Yobe
4. Sebelah Barat berbatasan : Kelurahan Yabansai Distrik Heram
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Menurut Corper dkk dalam Sugiyono populasi adalah keseluruhan element
yang akan dijadikan wilayah generalisasi. Element populasi adalah keseluruhan
subyek yang akan diukur, yang merupakan unit yang diteliti. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh penderita malaria yang pernah memeriksakan diri ke
Puskesmas Kotaraja dari tahun 2021-2022 yang berjumlah 2.691 penderita.
3.3.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut (Sugiyono, 2019). Teknik pengambilan sampel yang digunakan
yaitu sampling jenuh. Sampling jenuh adalah teknik penentenuan sampel bila
semua anggota populasi dijadikan sebagai sampel (Sugiyono, 2016).
16
3.4 Variabel Praktik
Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau
kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya, misalnya umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan,
pengetahuan, status perkawinan dan sebagainya. (Sugiyono, 2019)
Variabel dalam penelitian ini yaitu umur, jenis kelamin, jenis plasmodium, kelurahan
dan komponen utama surveilans pada penyakit malaria di wilayah kerja Puskesmas Kotaraja
tahun 2021-2022.
3.5 Definisi Operasional
Definisi operasional variabel bermanfaat untuk membatasi ruang lingkup atau
pengertian variabel-variabel yang diamati atau diteliti, selain itu juga bermanfaat untuk
mengarahkan pada pengukuran atau pengamatan. Dalam penelitian ini definisi operasional
dan skala pengukurannya dapat dilihat sebagai berikut :
No Variabel Definisi
4 Jenis Kelamin Jenis kelamin adalah ciri biologis seseorang yang diperoleh
sejak lahir
17
parasit yang termasuk ke dalam filum apicomplexa dan yang
membawa parasit ini adalah nyamuk Anopheles.
19
3.8 Teknik Pengolahan Data
Teknik pengolahan data merupakan proses mengartikan data-data lapangan sesuai
dengan tujuan, rancangan, dan sifat penelitian. Data yang telah dikumpulkan perlu dipecah-
pecahkan dalam kelompok-kelompok, diadakan kategorisasi, dilakukan manipulasi serta
diperas sedemikian rupa sehingga data tersebut mempunyai makna untuk menjawab masalah
dan bermanfaat untuk menguji hipotesa atau pertanyaan penelitian.
3.8.1 Editing
Editing merupakan kegiatan untuk melakukan pengecekan isian pertanyaan.
a. Lengkap: semua pertanyaan sudah terjawab semuanya.
b. Jelas: jawaban pertanyaan apakah sudah cukup jelas
c. Relevan: jawaban yang diberikan apakah relevan dengan pertanyaan
d. Konsisten: apakah antara beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan isi
jawabannya konsisten atau tidak.
3.8.2 Processing
Setelah semua data didapatkan maka selanjutnya adalah memproses data agar
data yang sudah didapatkan dapat dianalisis. Pada praktik ini pemrosesan data
dilakukan dengan cara meng-entry atau memasukkan data ke dalam diagram batang
maupun diagram garis yang ada pada Microsoft Word.
3.8.3 Celaning
Cleaning atau pembersihan data merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang
sudah di-entry apakah terdapat kesalahan atau tidak.
3.9 Teknik Analisis Data
3.9.1 Teknik Analisis Univariat
Teknik analisis yang kami gunakan pada praktik ini adalah analisis deskriptif
atau univariat. Analisis univariat adalah analisis yang digunakan untuk
menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang
telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan
yang berlaku untuk umum atau generalisasi. Analisis univariat biasa juga disebut
analisis deskriptif atau statistik deskriptif yang bertujuan menggambarkan
kondisi fenomena yang dikaji. (Sugiyono, 2016)
20
BAB IV
PEMBAHASAN
1. Kelurahan Wahno
2. Kelurahan Vim
3. Kelurahan Wai Mhorock
Penduduk di wilayah kerja Puskesmas Kotaraja tahun 2022 berjumlah 37.057
jiwa. Adapun jumlah penduduk perkelurahan yaitu kelurahan Wahno berjumlah 9.699
jiwa, kelurahan Vim berjumlah 16.102 jiwa, dan kelurahan Wai Mhorock berjumlah
11.256 jiwa.
Penduduk di wilayah kerja Puskesmas Kotaraja sebagian besar beragama Kristen.
Warga non Kristen umumnya adalah kaum pendatang dari luar kota ataupun luar
provinsi. Di tengah perbedaan suku, agama dan budaya, aktifitas sosial dan peribadatan
penduduk berjalan baik.
Mata pencaharian penduduk beraneka ragam, mulai dari buruh, pedagang,
wiraswasta, pegawai swasta, ASN, TNI, Polri, tukang ojek, supir taksi. Pekerjaan sebagai
buruh umumnya adalah buruh industri rumah tangga dan buruh pabrik yang terdapat di
kelurahan Waimhorock. Aktifitas perekonomian dalam lingkungan kelas menengah ke
bawah juga berjalan sangat dinamis.
Dengan banyaknya sarana pendidikan di wilayah kerja Puskesmas Kotaraja juga
berpengaruh terhadap perilaku masyarakat terutama remaja seperti masalah kesehatan
reproduksi dan narkoba.
21
4.2 Hasil dan Pembahasan
4.2.1 Gambaran Distribusi Penyakit Malaria di Puskesmas Kotaraja
1) Distribusi malaria berdasarkan orang
a. Umur
22
Distribusi Kasus Malaria Berdasarkan Usia di Puskesmas Ko-
taraja Tahun 2021-2022
1200 1136
1000
869
800
Jumlah Kasus
600 2021
2022
400
23
b. Jenis Kelamin
24
Distribusi Kasus Malaria Berdasarkan Jenis Kelamin di
Puskesmas Kotaraja Tahun 2021-2022
1000 907
900
800 704
700
588
Jumlah Kasus
600
500 467 2021
400 2022
300
200
100
0
Laki-Laki Perempuan
Jenis Kelamin
25
c. Jenis Plasmodium
200
150
100
50
0
Wahno Vim Wai Mhorock Luar Wilayah
250
200
150
100
50
0
Wahno Vim Wai Mhorock Luar Wilayah
400
2021
2022
300
200
100 27 53 32 36
0
PF PV PM MIX
Jenis Plasmodium
26
Distribusi malaria berdasarkan jenis Plasmodium menunjukan
bahwa penyebab malaria terbanyak di Puskesmas Kotaraja adalah
Plasmodium vivax sebanyak 574 kasus pada tahun 2021 dan Plasmodium
falciparum sebanyak 725 kasus pada tahun 2022. Serupa dengan penelitian
yang dilakukan oleh Fadilah Mutmainah (2021), bahwa Plasmodium yang
menyebabkan malaria di Papua dari Tahun 2010-2018 yaitu Plasmodium
falciparum dan Plasmodium vivax. Papua merupakan salah satu yang
termasuk endemi tinggi Nyamuk Anopheles sehingga banyak parasit
malaria yang berkembang biak seperti Plasmodium falciparum yang banyak
dijumpai di wilayah beriklim tropis.
2) Distribusi malaria berdasarkan tempat
27
Distribusi Kasus Malaria Berdasarakan Kelurahan di
Wilayah Kerja Puskesmas Kotaraja Tahun 2021-2022
700
588
600
507
500 456
Jumlah Kasus
400 365 2021
300 2022
191 224 202
200 158
100
0
Wahno Vim Wai Mhorock Luar Wilayah
Kelurahan
28
Distribusi Kasus Malaria Berdasarkan Bulan di Puskesmas
Kotaraja Tahun 2021
250
220
193
200
146 149
Jumlah Kasus 150
105 Bulan
100 85
55 64
54
50 37 40
22
0
ri ri et ril ei ni li s r
Ju stu be obe be be
r r r
nua rua ar Ap M Ju u m t m m
Ja Feb M
Ag epte Ok ove ese
S N D
Bulan
96 99 102
100 80 71
50
0
i i t l ei ni li s r r r r
uar uar are pri M Ju Ju stu be obe be be
n r M A u em kt m em
Ja Feb g
A ept e
O ov Des
S N
29
Distribusi Kasus Malaria Berdasarkan Tahun
di Puskesmas Kotaraja Tahun 2021-2022
1,600 1,521
1,400
1,170
1,200
1,000
Jumlah Kasus
800 Tahun
600
400
200
0
2021 2022
Tahun
Pada tahun 2021 didapatkan kasus malaria tertinggi pada bulan April
yaitu sebanyak 220 kasus dan terendah pada bulan Desember yaitu sebanyak 22
kasus. Sedangkan pada tahun 2022 kasus malaria tertinggi pada bulan Mei yaitu
sebanyak 202 kasus dan terendah pada bulan Desember sebanyak 71 kasus.
Angka kejadian malaria berdasarkan tahun 2021-2022 paling tinggi pada
tahun 2022 yaitu sebanyak 1.521 kasus. Hal ini berarti kasus malaria di
Puskesmas Kotaraja mengalami peningkatan kasus dari tahun 2021-2022.
30
4.3 Sistem Pelaksanaan Surveilans Malaria
1) Pengumpulan/Pencatatan Data
Data epidemiologi dapat berasal dari berbagai sumber tergantung tujuan yang
ingin dicapai. Data yang dikumpulkan dapat berupa data primer dan data sekunder.
Sumber data yang didapatkan dalam pelaksanaan surveilans epidemiologi terdapat
beberapa jenis data yang perlu dikumpulkan agar dapat memberikan informasi
epidemiologi suatu penyakit dengan lengkap jenis data dapat bersumber dari
pustu/polindes, tes laboratorium, dan pelaksanaan surveilans epidemiologi (Depkes
RI, 1994)
Dari hasil wawancara kami bersama petugas surveilans diketahui bahwa
pengumpulan dan pencatatan kejadian (data) malaria didapatkan dari posbindu dan
tes laboratorium di puskesmas. Petugas surveilans juga melakukan tugasnya dengan
baik yaitu dengan selalu rutin melaporkan laporan W1 maupun W2 tepat waktu dan
rutin melakukan sosialisasi kepada masyarakat. Dari hasil wawancara petugas
surveilans melakukan pelaporan tiap minggu pada hari senin dan paling lambat di hari
Selasa jam 12 siang.
Jenis data yang rutin dilaporkan terdiri dari data seperti jenis parasit, data
penderita, dan data pengobatan. Sedangkan data status penularan, data vektor, data
curah hujan data data lingkungan tidak ada. Hal ini sama seperti data yang kami
dapatkan di dalam Profil Puskesmas Kotaraja yang mana data malaria yang sering
dilaporkan adalah data pasien berdasarkan umur, berdasarkan jenis
parasit/plasmodium, berdasarkan jenis kelamin, berdasarkan tempat dan berdasarkan
waktu.
2) Pengolahan Data
Dari hasil wawancara diketahui bahwa setelah data dikumpulkan, data
kemudian diolah ke dalam laporan mingguan/W2, laporan bulanan/W1, laporan
persemerter, dan laporan tahunan. Untuk laporan mingguan/W2 petugas surveilans
mengirim pesan/sms (EWARS) ke Dinas Kota Jayapura dan data tersebut juga mereka
tetap rekap ke dalam laporan W2 manual untuk dijadikan sebagai arsip puskesmas.
Dari hasil wawancara dan penelusuran dokumen, diperoleh informasi bahwa
dalam penyajian data puskesmas lebih banyak menggunakan penyajian data dalam
31
bentuk tabel dan grafik.
3) Analisis dan Interpretasi Data
Dari hasil wawancara dan penelusuran dokumen diperoleh bahwa analisis data
yang digunakan masih sederhana seperti tahun-tahun sebelumnya yakni secara
deskriptif terhadap data kuantitatif yang ada dan tidak dilakukan analisis tingkat
lanjut yang disertai dengan interpretasi secara detail. Analisis data hingga penyajian
yang digunakan puskemas hanya dalam bentuk tabel dan grafik.
Dalam hasil wawancara didapatkan bahwa bentuk penyebaran informasi yang
paling banyak dilakukan Puskesmas adalah bentuk laporan, bentuk loka karya,
penyuluhan, media massa seperti poster, leaflet, dan sebagainya, serta dalam bentuk
profil Puskesmas. Adapun penyuluhan biasanya dilakukan bersamaan dengan
penyuluhan promosi kesehatan lainnya baik di Posyandu, Posbindu dan Posyandu
Lansia. Semua petugas dalam hal ini bekerja sama secara terpadu sehingga kegiatan
yang dilaksanakan berjalan dengan baik.
Penyebarluasan informasi sangat penting dilakukan mengingat bahwa Papua
merupakan wilayah endemis malaria. Penyebarluasan informasi juga penting sebagai
media layanan informasi kepada masyarakat guna meningkatkan pengetahuan
masyarakat serta diharapkan dapat meningkatkan peran masyarakat dan
meningkatkan peran lembaga sosial masyarakat untuk ikut membantu dalam
pelaksanaan sistem surveilans malaria sehingga dapat menurunkan angka kesakitan
malaria hingga eliminasi malaria pada tahun 2030 dapat tercapai.
4) Diseminasi atau Penyebarluasan Informasi
Dalam hasil wawancara didapatkan bahwa bentuk penyebaran informasi yang
paling banyak dilakukan Puskesmas adalah bentuk laporan, bentuk loka karya,
penyuluhan, media massa seperti poster, leaflet, dan sebagainya, serta dalam bentuk
profil Puskesmas. Adapun penyuluhan biasanya dilakukan bersamaan dengan
penyuluhan promosi kesehatan lainnya baik di Posyandu, Posbindu dan Posyandu
Lansia. Semua petugas dalam hal ini bekerja sama secara terpadu sehingga kegiatan
yang dilaksanakan berjalan dengan baik.
Penyebarluasan informasi sangat penting dilakukan mengingat bahwa Papua
merupakan wilayah endemis malaria. Penyebarluasan informasi juga penting sebagai
32
media layanan informasi kepada masyarakat guna meningkatkan pengetahuan
masyarakat serta diharapkan dapat meningkatkan peran masyarakat dan
meningkatkan peran lembaga sosial masyarakat untuk ikut membantu dalam
pelaksanaan sistem surveilans malaria sehingga dapat menurunkan angka kesakitan
malaria hingga eliminasi malaria pada tahun 2030 dapat tercapai.
5) Umpan Balik
Umpan balik atau feed back harus dilakukan secara rutin dan teratur (Depkes
RI, 1994). Dalam hasil wawancara yang kami lakukan, bentuk umpan balik atau feed
back yang diperoleh dari Dinas Kesehatan dalam bentuk turun lapangan. Misalnya
jika terdapat KLB, petugas di puskesmas bersama Dinas Kesehatan mengadakan
pertemuan dan turun lapangan guna menindaklanjuti permasalahan tersebut.
Umpan balik cukup memberikan informasi secara teratur dalam rangka
antisipasi deteksi dini KLB mengingat penyakit malaria sering menimbulkan KLB.
Umpan balik ini juga berperan sebagai motivator bagi para petugas surveilans malaria
dalam melaksanakan kegiatan surveilans epidemiologi malaria di Puskesmas
Kotaraja.
33
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Sistem surveilans malaria di Puskesmas Kotaraja Kota Jayapura tahun 2021-2022
secara keseluruhan dapat disimpulkan sudah berjalan dengan baik. Hal ini dapat
dilihat dari kelengkapan data salah satunya jenis kelamin yang dari tahun sebelumnya
tidak ada, pada tahun 2021-2022 data tersebut sudah tersedia. Namun masih terdapat
kekurangan dalam pengolahan, penyajian data, analisis serta interpretasinya yang
masih sederhana.
2. Jumlah distribusi kasus malaria berdasarkan orang perkelurahan di Puskesmas
Kotaraja tahun 2021-2022 menunjukan bahwa golongan usia >15 tahun yang paling
banyak terkena malaria. Pada tahun 2021, kasus malaria paling banyak terjadi pada
golongan usia >15 tahun di kelurahan Wahno sedangkan pada tahun 2022 kasus
malaria paling banyak terjadi pada golongan usia >15 tahun di kelurahan Vim.
3. Jumlah distribusi kasus malaria berdasarkan jenis kelamin di Puskesmas Kotaraja
tahun 2021-2022 menunjukkan bahwa jenis kelamin laki-laki paling banyak terkena
malaria dibandingkan perempuan.
4. Jumlah distribusi kasus malaria berdasarkan jenis plasmodium di Puskesmas Kotaraja
tahun 2021-2022 menunjukkan bahwa jenis plasmodium penyebab malaria paling
banyak yaitu Plasmodium falciparum dan Plasmodium vivax dan wilayah yang paling
banyak kedua jenis plasmodium tersebut yaitu Kelurahan Wahno dan Kelurahan Vim.
5. Jumlah distribusi kasus malaria berdasarkan tempat di Puskesmas Kotaraja pada
tahun 2021 paling tinggi berada di Kelurahan Wahno yaitu sebanyak 456 kasus dan
pada tahun 2022 paling tinggi di Kelurahan Vim yaitu sebanyak 588 kasus.
Sedangkan kejadian malaria paling rendah berada di Luar Wilayah yaitu sebanyak
158 kasus pada tahun 2021 dan 202 kasus pada tahun 2022.
6. Jumlah distribusi kasus malaria berdasarkan waktu di Puskesmas Kotaraja tahun
2021-2022 menunjukkan bahwa kejadian malaria dari tahun 2021-2022 paling tinggi
terjadi pada tahun 2022 yaitu sebanyak 1.521 kasus. Hal ini berarti kasus malaria di
34
Puskesmas Kotaraja mengalami peningkatan dari tahun 2021-2022.
5.2 Saran
1. Sebagai mahasiswa kesehatan masyarakat khususnya dalam bidang epidemiologi
perlu meningkatkan pengetahuan khususnya mengenai pelaksanaan sistem surveilans
yang baik dan benar. Sehingga pada saat turun lapangan dapat diterapkan guna
menyelesaikan tugas dan permasalahan dengan baik.
2. Sebagai instansi kesehatan, Puskesmas Kotaraja diharapkan terus meningkatkan
sistem surveilansnya agar semakin baik serta perlu diadakannya pelatihan terhadap
para petugas surveilans guna mengembangkan kemampuan dan pengetahuan untuk
melaksanakan sistem surveilans dengan baik dan benar.
35
Daftar Pustaka
Vbshdvbsdv
Bfbf
Bngnymnymn
Ntynty
36