Evaluasi sistem surveilans kesehatan masyarakat sangat penting untuk memastikan bahwa sistem tersebut efektif, efisien, dan berkelanjutan. Ada beberapa elemen kunci yang perlu dipertimbangkan saat mengevaluasi sistem surveilans mencakup kualitas data, ketepatan waktu, kelengkapan, keterwakilan, dan kegunaannya. Pada babN ini, akan membahas masing-masing elemen ini secara lebih rinci dan menjelaskan kemampuan elemen tersebut dapa digunakan untuk mengevaluasi sistem surveilans kesehatan masyarakat. Pelaksanaan evaluasi sistem surveilans harus memenuhi standar yang ditetapkan guna memperoleh data yang valid serta rujukan untuk pertimbangan lebih lanjut (Groseclose & Buckeridge, 2017; Ng’etich et al., 2021) Evaluasi adalah penilaian berkala terhadap relevansi, efektivitas dan dampak kegiatan sesuai dengan tujuan sistem surveilans dan respon (WHO, 2006). Sistem surveilans yang baik memerlukan evaluasi secara berkala. Evaluasi tersebut bertujuan untuk memastikan seberapa baik sistem surveilans berjalan sesuai fungsi dan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya (Center for Disease Control and Prevention (CDC), 2006) (M’ikanatha et al., 2013). Selain itu, evaluasi sistem surveilans berguna untuk menunjukkan pentingnya masalah kesehatan yang dipantau secara efektif dan efisien melalui sistem surveilans (Amiruddin, 2013). Pemantauan dan evaluasi adalah kunci untuk membangun dan memelihara sistem surveilans dan respons yang efektif dan efisien (WHO, 2006). Evaluasi sistem surveilans yang digunakan untuk mengetahui pelaksanaan sistem surveilans akan memberikan gambaran mengenai hal-hal apa yang dibutuhkan sistem surveilans agar pelaksanaannya menjadi lebih baik, serta menghasilkan rekomendasi untuk memperbaiki kualitas, efisiensi, dan juga pemanfaatan (Robert R. German et al., 2001) Kegunaan sistem surveilans dapat dievaluasi melalui umpan balik dari profesional kesehatan masyarakat dan pemangku kepentingan lainnya yang menggunakan informasi yang disediakan oleh sistem tersebut. 2. JENIS EVALUASI SISTEM SURVEILANS 1. Surveilans Individu: Pemantauan individu terpapar penyakit serius. Contohnya, karantina membatasi gerak untuk kendalikan penyebaran. 2. Surveilans Penyakit: Memantau distribusi dan insidensi penyakit. Program vertikal seperti surveilans tuberkulosis atau malaria, sering kurang terpelihara. 3. Surveilans Sindromik: Fokus pada gejala dan tanda sebelum konfirmasi diagnosis. CDC melakukan surveilans sindromik di AS untuk flu-like illnesses, efektif dalam situasi krisis. 4. Surveilans Berbasis Laboratorium: Deteksi dan monitor penyakit infeksi, contohnya salmonellosis. Laboratorium sentral memungkinkan deteksi outbreak lebih cepat. 5. Surveilans Terpadu: Integrasi kegiatan surveilans dalam satu wilayah sebagai pelayanan publik bersama. Menggunakan struktur, proses, dan personalia yang sama, memperhatikan kebutuhan khusus penyakit. 6. Surveilans Kesehatan Masyarakat Global: Perdagangan dan perjalanan internasional mempermudah transmisi penyakit lintas negara. Pandemi menuntut jejaring global yang melibatkan praktisi kesehatan, peneliti, dan pemerintah untuk mengatasi kebutuhan surveilans global. 3. INDIKATOR SISTEM SURVEILANS Menurut Kemenkes (2013) indikator adalah sesuatu yang dapat memberikan petunjuk tentang suatu keadaan, baik pada individu maupun masyarakat, khususnya yang berkaitan dengan surveilans gizi. Seperti dikemukan oleh WHO (2013), dikutip dari Zulfianto (2016) dalam Ilmu Gizi, Teoris dan Aplikasi, saat pemilihan indikator Anda harus SMART, yang berarti saat memilih indikator Anda harus Spesific, Measurable, Achievable, Relevant dan Time bound. Artinya indikator tersebut harus benar-benar dapat mengidentifikasi masalah yang dimaksud, dapat diukur atau diamati, dapat dilaksanakan termasuk pembiayaannya, relevan dengan masalah yang diamati, dan dapat memberikan indikasi secara tepat waktu. Kemenkes (2013) telah menetapkan beberapa syarat suatu data atau variabel dapat dijadikan indikator. Syarat- syaratnya adalah sebagai berikut: 1. Mudah diukur baik secara kuantitatif, maupun kualitatif. 2. Dapat menggambarkan masalah dengan jelas. 3. Akurat dan relevan dengan masalah yang ingin diukur. 4. Bersifat sensitif sehingga dapat memberikan indikasi terjadinya perubahan setiap saat. 5. Tepat waktu sesuai dengan tujuan pengamatan. Menurut Kemenkes (2014), indikator surveilans dapat pula dikelompokkan menjadi 4 kategori, yaitu input, proses, output dan outcome. Berikut ini diberikan kutipan beberapa contoh data sebagai indikator input, proses, output dan outcome, khususnya terkait program gizi masyarakat. 1. Indikator input Berikut ini adalah beberapa contoh dari indikator input yang akan menjadi input untuk pengelolaan program: a. Jumlah tenaga gizi di Puskesmas. b. Jumlah dan jenis formulir pencatatan dan pelaporan. c. Jumlah timbangan berat badan dan alat ukur tinggi badan, pita lingkar lengan atas, Buku KIA/KMS yang ada. d. Jumlah dana yang tersedia untuk pelaksanaan program. e. Jumlah distribusi dan persediaan vitamin A, tablet tambah darah, MPASI balita dan ibu hamil, taburia. 2. Indikator proses Berikut ini adalah beberapa contoh indikator proses untuk pelaksanaan program: a. Frekuensi kegiatan pelatihan. b. Frekuensi kegiatan analisis data, pelaporan dan diseminasi informasi. c. Frekuensi kegiatan pemantauan garam beriodium. d. Frekuensi kegiatan pemantauan pertumbuhan anak balita di posyandu. e. Frekuensi kegiatan edukasi gizi. e. Frekuensi kegiatan konseling ASI dan MP-ASI. f. Frekuensi kegiatan distribusi vitamin A. 3. Indikator output Berikut ini adalah beberapa indikator output dari pelaksanaan kegiatan, yaitu adanya: a. Cakupan distribusi kapsul vitamin A, cakupan distribusi tablet tambah darah. b. Persentase D/S, K/S, N/D, BGM/D, 2 T. b. Cakupan pemberian MP-ASI. c. Jumlah Puskesmas yang memiliki konselor ASI. d. Jumlah kader posyandu yang telah dilatih. 4. Indikator outcome Di bawah ini adalah beberapa indikator outcome yang dalam jangka panjang dapat dilihat sebagai berikut: a. Prevalensi gizi kurang. b. Prevalensi balita pendek. c. Prevalensi balita kurus. d. Prevalensi anemia pada ibu hamil. e. Prevalesi Kekurangan Vi 4. LANGKAH EVALUASI SITEM SURVEILANS
Langkah evaluasi sistem surveilans kesehatan masyarakat
sebagian besar berpedoman pada atribut sistem surveilans sebagai dasar keseragaman, ketepatan dan objektivitas hasil yang diperoleh di lapangan. Data hasil kegiatan surveilans kesehatan dapat digunakan untuk tindakan kesehatan masyarakat segera, perencanaan dan evaluasi program, dan merumuskan hipotesis penelitian. Pelaksanaan evaluasi sistem surveilans kesehatan masyarakat dilakukan dengan enam tahapan yang diuraikan sebagai berikut (CDC, 2013; Groseclose et al., 2010) 1. Melibatkan Pemangku Kepentingan dalam Evaluasi Pemangku kepentingan dapat memberikan masukan untuk memastikan bahwa evaluasi sistem surveilans kesehatan masyarakat menjawab pertanyaan yang tepat dan menilai atribut terkait dan bahwa temuannya dapat diterima dan berguna. Dalam konteks itu, pemangku kepentingan didefinisikan sebagai orang atau organisasi yang menggunakan data untuk mempromosikan gaya hidup sehat dan pencegahan serta pengendalian penyakit, cedera, atau paparan yang merugikan masyarakat. Pemangku kepentingan yang tertarik untuk menentukan pertanyaan yang akan dijawab oleh evaluasi sistem surveilans dan selanjutnya menggunakan temuan tersebut adalah praktisi kesehatan masyarakat; penyedia layanan kesehatan; penyedia dan pengguna data; perwakilan masyarakat yang terkena dampak; pemerintah di tingkat lokal, negara bagian, dan federal 2. Mendeskripsikan Sistem Surveilans yang akan dievaluasi Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan untuk menjelaskan pentingnya kesehatan masyarakat dari peristiwa yang berhubungan dengan kesehatan di bawah pengawasan; menjelaskan tujuan dan pengoperasian sistem dan menjelaskan sumber daya yang digunakan untuk mengoperasikan sistem. Untuk membangun deskripsi sistem yang seimbang dan andal, berbagai sumber informasi diperlukan. Deskripsi sistem dapat diperbaiki dengan berkonsultasi dengan berbagai orang yang terlibat dengan sistem dan dengan memeriksa deskripsi sistem yang dilaporkan melalui observasi langsung. Parameter untuk mengukur pentingnya peristiwa yang berhubungan dengan kesehatan masyarakat dan karena sistem pengawasan kesehatan masyarakat untuk melaksanakan pemantauan mencakup indeks frekuensi; dan ukuran ringkasan status kesehatan populasi; perbedaan atau ketidaksetaraan yang terkait dengan peristiwa yang berhubungan dengan kesehatan; biaya yang terkait dengan acara terkait kesehatan; komponen yang dapat dicegah; perjalanan klinis potensial dengan tidak adanya intervensi atau kepentingan umumndan penyebaran data (misalnya, waktu kerja yang dihabiskan per tahun operasi). (3) Sumber daya lain: Tentukan biaya sumber daya lain, termasuk perjalanan, pelatihan, perbekalan, komputer dan peralatan lainnya, serta layanan terkait. Pendekatan untuk menilai sumber daya ini hanya mencakup personal dan sumber daya material yang diperlukan untuk operasi surveilans dan tidak memasukkan definisi biaya yang lebih luas yang mungkin dipertimbangkan dalam evaluasi yang lebih komprehensif. Penilaian sumber daya operasional sistem tidak boleh dilakukan secara terpisah dari program yang bergantung pada sistem surveilans kesehatan. 3. Memfokuskan Desain Evaluasi Arah dan proses evaluasi harus difokuskan untuk memastikan bahwa waktu dan sumber daya digunakan seefisien mungkin. Memfokuskan desain evaluasi untuk sistem surveilans kesehatan masyarakat melibatkan penentuan tujuan khusus dari evaluasi; mengidentifikasi pemangku kepentingan yang akan menerima temuan dan rekomendasi evaluasi; mempertimbangkan pekerjaan yang akan dilakukan dengan informasi yang dihasilkan dari evaluasi; menentukan pertanyaan yang akan dijawab oleh evaluasi; dan menentukan standar untuk menilai kinerja sistem. Kinerja sistem surveilans kesehatan masyarakat menetapkan capaian yang harus dicapai agar dianggap berhasil dalam memenuhi tujuannya 4. Mengumpulkan Bukti Valid Mengenai Kinerja Sistem Pengawasan Bukti kinerja sistem harus dipandang kredibel. Ada banyak sumber bukti potensial meng prosesenai kinerja banyak sumber bukti potensial mengenai kinerja sistem, termasuk konsultasi dengan dokter, ahli epidemiologi, ahli statistik, ilmuwan perilaku, praktisi kesehatan masyarakat, direktur laboratorium, manajer program, penyedia data, dan pengguna data. Kegiatan pengumpulan bukti mempertimbangkan tingkat kegunaan dengan menggambarkan tindakan yang akan diambil sebagai hasil analisis dan interpretasi data dari sistem surveilans kesehatan masyarakat. Pengumpulan bukti dilakukan dengan mengidentifikasi setiap komponen yang mencakup kesederhanaan, fleksibilitas, kualitas data, penerimaan, sensitivitas, nilai prediktif positif, keterwakilan, ketepatan waktu, stabilitas. Sistem pemantauan kesehatan masyarakat bermanfaat jika membantu dalam pencegahan dan pengelolaan kejadian kesehatan yang merugikan. Meninjau tujuan sistem harus menjadi langkah pertama dalam mengevaluasi kemanjuran sistem surveilans kesehatan masyarakat, yang juga harus mempertimbangkan pengaruh sistem pada keputusan tentang program dan kebijakan pengendalian penyakit. Sistem surveilans dianggap membantu jika memenuhi setidaknya satu dari banyaknya atribut. 5. Membenarkan dan Menyatakan Kesimpulan, dan Membuat Rekomendasi Kesimpulan dari evaluasi dapat dibenarkan melalui analisis, sintesis, interpretasi, dan penilaian yang tepat dari bukti yang dikumpulkan mengenai kinerja sistem surveilans kesehatan masyarakat. Keberadaan pemangku kepentingan harus mampu memberikan interpretasi, validitas data temuan dan pengumpulan data yang valid dalam proses evaluasi kesehatan masyarakat yang dilakukan. Kesimpulan yang dibentuk harus mempu memberikan jawaban dari pertanyaan yang diajukan serta menjawab permasalahan di masyarakat. Rekomendasi harus membahas modifikasi dan/atau kelanjutan dari sistem surveilans kesehatan masyarakat. Sebelum merekomendasikan modifikasi pada sistem, evaluasi harus mempertimbangkan saling ketergantungan biaya sistem dan atribut yang dievaluasi. Memperkuat satu atribut sistem dapat berdampak buruk pada atribut lain dengan prioritas lebih tinggi. Pemangku kepentingan dalam evaluasi harus mempertimbangkan kesehatan masyarakat yang relevan dengan konsekuensi lain. 6. Memastikan Penggunaan Temuan Evaluasi dan Berbagi Pengetahuan Penggunaan temuan evaluasi sistem surveilans kesehatan masyarakat sangat penting untuk digunakan sebagai pedoman dan bahan pembelajaran dan peningkatan pengetahuan berkaitan dengan masalah. Pengetahuan dan pembelajaran diperoleh saat desain evaluasi surveilans difokuskan secara detail berdasarkan masalah, pemangku kepentingan yang memberikan komentar serta keputusan yang mungkin memengaruhi pengumpulan bukti yang kredibel terkait kinerja sistem. Selama pelaksanaan evaluasi perlu mempertimbangkan temuan potensial yang dapat mempengaruhi keputusan yang dibuat tentang sistem surveilans. Ketika kesimpulan dari evaluasi dan rekomendasi disusun maka diperlukan tindak lanjut untuk mengingatkan pengguna yang dituju terkait penggunaan yang direncanakan dan untuk mencegah pengetahuan yang dipetik. Strategi untuk mengkomunikasikan temuan dari evaluasi dan rekomendasi harus disesuaikan dengan audiens yang relevan, termasuk orang yang menyediakan data yang digunakan untuk evaluasi. Dalam komunitas kesehatan masyarakat untuk mengkomunikasikan. Daftar pustaka
Dio Lavarino & Wiyli Yustanti. (2016). No 主観的健康感を中心とした在宅高齢者における
健康関連指標に関する共分散構造分析 Title. Revista CENIC. Ciencias Biológicas, 152(3), 28. Saputra, R., Alamsyah, A., & Devita, Y. (2021). Pemantauan Surveilans Program Malaria Dalam Mempertahankan Sertifikasi Eliminasi Di Kabupaten Rokan Hulu. Al-Tamimi Kesmas: Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat (Journal of Public Health Sciences), 9(2), 131–150. https://doi.org/10.35328/kesmas.v9i2.1514