Anda di halaman 1dari 23

STRUKTUR BAJA II

BAB II
ANALISIS PEMILIHAN PENAMPANG BALOK DAN
KOLOM BAJA

Suatu struktur/ konstruksi baja terdiri dari elemen kolom dan balok. Di mana
tiap elemen memiliki kapasitas pikul beban yang tergantung pada panjang bentang
serta beban yang dikenakan pada elemen tersebut.
Semakin panjang suatu elemen tekan, apabila beban yang bekerja relatif kecil,
elemen tersebut masih dapat mempertahankan bentuk linearnya (kondisi awal). Tapi
bila beban ditambah hingga taraf tertentu, elemen tersebut sudah tidak stabil. Hal
inilah yang disebut dengan fenomena tekuk (buckling).
Tekuk merupakan suatu ragam kegagalan yang diakibatkan oleh
ketidakstabilan suatu elemen struktur yang dipengaruhi oleh aksi beban. Fenomena
tekuk ini tergolong pada tekuk lateral (lateral buckling). Sedangkan fenomena tekuk
yang hanya terjadi pada badan (web) atau sayap (flanges) saja disebut tekuk local
(local buckling).
Fenomena tekuk sangat berkaitan dengan kekakuan elemen struktur. Suatu
elemen struktur yang mempunyai kekakuan yang relatif kecil, lebih mudah
mengalami tekuk dibanding elemen struktur yang kekakuannya besar. Atau dengan
kata lain dapat dituliskan semakin panjang suatu elemen struktur, kekakuannya
semakin kecil, sehingga kemungkinan terjadinya masalah tekuk masih
dimungkinkan.

OVA THOIFURROHMAN (30202000151) 25


STRUKTUR BAJA II

2.1 Hubungan Antara Penampang Baja Dengan Rasio Tegangan


Dari Struktur portal baja yang ada, maka setelah dilakukan pemilihan
penampang melalui metode trial and error yang didapatkan hasil sebagai
berikut:
2.1.1 Penggunaan Profil HWF 300X300 Untuk Kolom Serta IWF
200x200 Untuk Balok
a. Local Buckling
BJ 37  Fy = 240 Mpa = 2400 kg/cm2
Fu = 370 Mpa = 3700 kg/cm2
E = 200000 Mpa = 2000000 kg/cm2

 Profil HWF 250 X 250 X 9 X 14

Gambar 2.1 Profil HWF 250X250

H = 250 mm A = 81,10 cm2


B = 250 mm w = 72 kg/m
tf = 14 mm Ix = 10578 cm4
tw = 9 mm Iy = 3647 cm4
r = 16 mm

Klasifikasi
 Profil bagian sayap
𝑏 𝑥 0,5 250 𝑥 0,5
=
𝑡𝑓 14

= 8,93 mm

OVA THOIFURROHMAN (30202000151) 26


STRUKTUR BAJA II

𝐸
λp = 0,38 x √
𝑓𝑦

2 𝑥 106
= 0,38 x √
2400

= 10,97

𝐸
λr =1x√
𝑓𝑦

2 𝑥 106
=√
2400

= 28,87

𝑏 𝑥 0,5
Cek  = < λp
𝑡𝑓

= 8,93 < 10,97 …… (Sayap kompak)

 Profil bagian Badan


(ℎ−2𝑡𝑓) (250 − 2𝑥14)
=
𝑡𝑤 9
= 24,67 mm

𝐸
λp = 3,76 x √
𝑓𝑦

2 𝑥 106
= 3,76 x √
2400

= 108,54

𝐸
λr = 5,7 x √
𝑓𝑦

6
2 𝑥 10
= 5,7𝑥√ 2400

= 164,54

OVA THOIFURROHMAN (30202000151) 27


STRUKTUR BAJA II

(ℎ−2𝑡𝑓)
Cek  = 𝑡𝑤 < λp

= 24,67 < 108,54 ....... (Badan kompak)

 Profil IWF 300 X 150 X 6,5 X 9

Gambar 2.2 Profil IWF 300 X 150

H = 300 mm A = 41,10 cm2


B = 150 mm w = 37 kg/m
tf = 9 mm Ix = 6932 cm4
tw = 6,5 mm Iy = 506 cm4
r = 13 mm

Klasifikasi
 Profil bagian sayap
𝑏 𝑥 0,5 150 𝑥 0,5
=
𝑡𝑓 9

= 8,3 mm

𝐸
λp = 0,38 x √
𝑓𝑦

2 𝑥 106
= 0,38 x √
2400

= 10,97

OVA THOIFURROHMAN (30202000151) 28


STRUKTUR BAJA II

𝐸
λr =1x√
𝑓𝑦

2 𝑥 106
=√
2400

= 28,87

𝑏 𝑥 0,5
Cek  = < λp
𝑡𝑓

= 8,3 < 10,97 …… (Sayap kompak)

 Profil bagian Badan


(ℎ−2𝑡𝑓) (300−2𝑥9)
=
𝑡𝑤 6,5
= 43,38 mm

𝐸
λp = 3,76 x √
𝑓𝑦

2 𝑥 106
= 3,76 x √
2400

= 108,54

𝐸
λr = 5,7 x √
𝑓𝑦

6
2 𝑥 10
= 5,7𝑥√ 2400

= 164,54

(ℎ−2𝑡𝑓)
Cek  = < λp
𝑡𝑤

= 43,38 < 108,54 ….. (Badan kompak)


Dari perhitungan tersebut menunjukan profil yang digunakan
merupakan profil yang kompak, sehingga tidak terjadi masalah tekuk
local (local buckling).

OVA THOIFURROHMAN (30202000151) 29


STRUKTUR BAJA II

b. Lateral Buckling
Tinggi Kolom = 4,4 m = 440 cm
Panjang Balok = 4,9 m = 490 cm

 Profil HWF 250 X 250 X 9 X 14

Gambar 2.3 Profil HWF 250X250

H = 250 mm A = 81,10 cm2


B = 250 mm w = 72 kg/m
tf = 14 mm Ix = 10578 cm4
tw = 9 mm Iy = 3647 cm4
r = 16 mm

KETENTUAN Diasumsikan ujung batang jepit


 Nilai ke = 0,65
 Panjang Bentang (L) = 4,4 m
= 440 cm
 Panjang efektif (Le) = ke x L
= 0,65 x 440
= 286 cm
 Radius girasi (r)
o Terhadap sumbu x
𝐼𝑥
rx =√
𝐴

10578
=√
81,10

= 11,42 cm

OVA THOIFURROHMAN (30202000151) 30


STRUKTUR BAJA II

o Terhadap sumbu y
𝐼𝑦
ry =√
𝐴

3647
=√
81,10

= 6,705 cm

rx > ry ; karena Ix > Iy, maka tekuk akan terjadi pada


sumbu y

Gambar 2.4 Sket Tekuk pada Profil Baja HWF 300x300

 Kelangsingan Kritis
1
𝜆𝑐 =
𝑘𝑒 𝑋 𝐿
× × √𝐹𝑦
𝑟 𝜋 𝐸

=
286 × 1 × √2400
16 𝜋 2.106

= 0,19

OVA THOIFURROHMAN (30202000151) 31


STRUKTUR BAJA II

Syarat koefisien tekuk (ω)


λc ≤ 0,25 ω =1
0,25 < λc < 1,2 ω = 1,43 / (1,6 – 1,67λc)
λc ≥ 1,2 ω = 1,25λc²

Karena λc = 0,19 maka koefisien tekuknya yaitu λc ≤ 0,25 maka ω = 1

- Tegangan kritis tekuk


𝐹𝑦 2400
Fcr = 
𝜔 𝑥 𝜆𝑐 1 X 0,19

= 12631,57 kg/cm2

- Gaya nominal (Pn)


Pn = Fcr × Ag
= 12631,57 x 81,10
= 1024420,32 kg
= 1024,42 ton

- Kapasitas Desain
Ø x Pn = 0,9 × 1024,42
= 921,978 ton

OVA THOIFURROHMAN (30202000151) 32


STRUKTUR BAJA II

 Profil IWF 300 X 150 X 6,5 X 9

Gambar 2.5 Profil IWF 300X150

H = 300 mm A = 41,10 cm2


B = 150 mm w = 37 kg/m
tf = 9 mm Ix = 6932 cm4
tw = 6,5 mm Iy = 506 cm4
r = 13 mm

KETENTUAN Diasumsikan ujung batang jepit


 Nilai ke = 0,65
 Panjang balok (L) = 4,9 m
= 490 cm
 Panjang efektif (Le) = ke x L
= 0,65 x 490
= 318,5 cm
 Radius girasi (r)
 Terhadap sumbu x
𝐼𝑥
rx =√
𝐴

6932
=√
41,10

= 12,98 cm

OVA THOIFURROHMAN (30202000151) 33


STRUKTUR BAJA II

 Terhadap sumbu y
𝐼𝑦
ry =√
𝐴

506
=√
41,10

= 3,5 cm

rx > ry ; karena Ix > Iy, maka tekuk akan terjadi pada


sumbu y

Gambar 2.6 Sket Tekuk pada Profil Baja IWF 300x150

 Kelangsingan Kritis
1
𝜆𝑐 =
𝑘𝑒 𝑋 𝐿
× × √𝐹𝑦
𝑟 𝜋 𝐸

318,5× 1 × √2400
=
13 𝜋 2.106

= 0,27

Syarat koefisien tekuk (ω)


λc ≤ 0,25 ω =1
0,25 < λc < 1,2 ω = 1,43 / (1,6 – 1,67λc)
λc ≥ 1,2 ω = 1,25λc²

Karena λc = 0,27 maka koefisien tekuknya yaitu 0,25 < λc < 1,2 maka ω = 1,24

OVA THOIFURROHMAN (30202000151) 34


STRUKTUR BAJA II

- Tegangan kritis tekuk


𝐹𝑦 2400
Fcr = 
𝜔 𝑥 𝜆𝑐 1,24 X 0,27

OVA THOIFURROHMAN (30202000151) 35


STRUKTUR BAJA II

= 7168,45 kg/cm2

- Gaya nominal (Pn)


Pn = Fcr × Ag
= 7168,45 x 41,10
= 294623,29 kg
= 294,62 ton

- Kapasitas Desain
Ø x Pn = 0,9 × 294,62
= 265,158 ton

Berdasarkan hasil Perhitungan menggunakan program SAP 2000


didapatkan hasil sebagai berikut :

Gambar 2.7 Hasil Perhitungan dengan Program SAP 2000

Bila ditunjukan dalam tabel, maka hasil analisanya adalah sebagai


berikut :

OVA THOIFURROHMAN (30202000151) 36


STRUKTUR BAJA II

Tabel 2.1 Run Profil HWF 300X300 ( Dimensi Kolom) dan


IWF 300X150 (Dimensi Balok)
AMAN

BALOK KOLOM

No. Nilai No. Nilai No. Nilai No. Nilai


Batang Batang Batang Batang
1 0.55 28 0.05 40 0.65 58 0.60
2 0.65 29 0.04 41 0.63 59 0.52
3 0.53 30 0.04 42 0.59 60 0.52
4 0.66 31 0.04 43 0.54 61 0.55
5 0.53 32 0.05 44 0.68 62 0.52
6 0.62 33 0.04 45 0.58 63 0.55
7 0.18 34 0.66 46 0.57 64 0.59
8 0.14 35 0.67 47 0.54 65 0.72
9 0.35 36 0.63 48 0.57 66 0.71
10 0.27 37 0.35 49 0.55
11 0.18 38 0.27 50 0.69
12 0.14 39 0.18 51 0.70
15 0.07 67 0.13 52 0.58
19 0.09 68 0.55 53 0.78
20 0.02 69 0.53 54 0.64
24 0.03 70 0.53 55 0.67
25 0.07 71 0.18 56 0.70
27 0.09 72 0.13 57 0.59
Berdasarkan perhitungan di atas dengan menggunakan program SAP2000
hasil rancangan yang Aman. Sehingga dimensi profil yang dipilih sudah cukup
untuk menahan semua beban yang bekerja pada konstruksi tersebut. Hal ini dapat
dilihat pada nilai rasio tegangan untuk tiap elemen batang yang berada pada rentang
0,00 – 0,99.

OVA THOIFURROHMAN (30202000151) 37


STRUKTUR BAJA II

 Bidang Momen (M) [DEAD]

Gambar 2.8 Bidang Momen (Dead)

 Bidang Lintang (D) [DEAD]

Gambar 2.9 Bidang Lintang (Dead)

OVA THOIFURROHMAN (30202000151) 38


STRUKTUR BAJA II

 Bidang Normal (N) [DEAD]

Gambar 2.10 Bidang Normal

 Bidang Momen (M) [LIVE]

Gambar 2.11 Bidang Momen

OVA THOIFURROHMAN (30202000151) 39


STRUKTUR BAJA II

 Bidang Lintang (D) [LIVE]

Gambar 2.12 Bidang Lintang

 Bidang Normal (N) [LIVE]

Gambar 2.13 Bidang Normal

OVA THOIFURROHMAN (30202000151) 40


STRUKTUR BAJA II

2.2 P-Delta Effect


2.2.1 Teori Tentang P-Delta Effect
P-Delta effect adalah efek yang terjadi akibat geometri dari batang
struktur, di mana geometri batang struktur relatif besar perbedaannya antara
cross section dgn berat sendirinya (langsing) contohnya kolom baja, kabel,
dsb.
Hal tersebut dapat ibaratkan sebagai suatu benda yang memiliki
penampang yang lebih tipis tetapi panjang. Kemudian diberi suatu beban
tekan yang tingkatkan sampai pada taraf tertentu, maka, batang akan
mengalami lengkung. Sedangkan pada batang yang relatif solid, lengkung
yang terjadi tidak terlalu terlihat.

Gambar 2.14 Penampang yang Menahan Beban Tekan

Pada gambar berikut, diilustrasikan Wi adalah berat lantai tingkat ke-


I (berat dari penampang profil/berat mati/dead load), zi adalah ketinggian
lantai tingkat ke-i, sedangkan n adalah nomor lantai tingkat paling atas, dan
F adalah gaya lateral yang bekerja pada konstruksi.

Gambar 2.15 Konstruksi yang Menahan Beban

OVA THOIFURROHMAN (30202000151) 41


STRUKTUR BAJA II

Perpindahan simpul/joint (joint displacement) akibat pusat massa


inilah yang disebut sebagai P-delta.
Tipe umum pemikiran ini disebabkan oleh perubahan geometri
kekakuan suatu struktur. Di mana kekakuan geomatri (geometri stiffness)
tidak tergantung pada modulus elastisitas baja (E), momen inersia (I), tetapi
tergantung pada beban yang dikenakan padanya, serta panjang bentang.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa P-Delta effect merupakan
penjumlahan antara matriks kekakuan elastic dan matriks kekakuan
geometri.
Efek P-delta dapat dihitung melalui dua cara, yaitu secara manual
atau menggunakan program komputer. Pada program SAP2000 yang kita
pakai untuk analisa, ada berbagai cara untuk memperhitungkan adanya P-
Delta Effect.
Untuk perhitungan P–delta melalui menggunakan analisa linear,
momen yang telah didapat harus dikalikan dengan faktor pembesaran
moment untuk Load case DL + Load case Lateral. Sedangkan pada analisa
non linear, hasil momen yang didapat sudah diperhitungkan faktor
ampifikasinya, sehingga tidak perlu dikalikan lagi.

OVA THOIFURROHMAN (30202000151) 42


STRUKTUR BAJA II

2.2.2 Langkah – Langkah Perhitungan P-Delta Effect Menggunakan


Program Sap 2000
Langkah-langkah perhitungan P-Delta Effect pada program
SAP2000 adalah sebagai berikut
 Klik/Pilih Menu Define  Load Cases

Gambar 2.16 Menu Define

 Pada Kotak Define Load Cases  Klik Add New Load Case untuk
menambahkan Case Pembebanan yang baru

Gambar 2.17 Kotak Define Load Cases

OVA THOIFURROHMAN (30202000151) 43


STRUKTUR BAJA II

 Pada Kotak Load Case Data, ganti Load Case Name (NLSTATIC) –
Load Case Type (Static)  Load Applied (tambahkan beban yang
akan dikombinasikan)

Gambar 2.18 Penginputan beban NLSTATIC

 Ganti Analysis Type menjadi Non Linear  Geometric Nonlineabity


Parameter pilih P-Delta  OK

Gambar 2.19 Penginputan Beban NLSTATIC

OVA THOIFURROHMAN (30202000151) 44


STRUKTUR BAJA II

 Load Cases yang diinput akan ditampilkan pada kotak Define Load
Cases

Gambar 2.20 Penginputan beban NLSTATIC

 Klik Run Analysis

Gambar 2.21 Run Analysis

OVA THOIFURROHMAN (30202000151) 45


STRUKTUR BAJA II

 Hasil Perhitungan P-Delta Effect menggunakan SAP2000


 Deformasi NLSTATIC

Gambar 2.22 Deformasi NLSTATIC

 Bidang Momen NLSTATIC

Gambar 2.23 Bidang Momen NLSTATIC

OVA THOIFURROHMAN (30202000151) 46


STRUKTUR BAJA II

 Bidang Lintang NLSTATIC

Gambar 2.24 Bidang Lintang NLSTATIC

 Bidang Normal NLSTATIC

Gambar 2.25 Bidang Normal NLSTATIC

OVA THOIFURROHMAN (30202000151) 47

Anda mungkin juga menyukai