1.Pengertian Suatu cara yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan pemberian PMT Bumil
KEK
2.Tujuan Sebagai acuan untuk pemberian PMT Bumil KEK
1.Pengertian Suatu cara yang digunakan untuk meningkatkan pemahaman dan pengetahuan
masyrakat tentang ASI Eklusif
2.Tujuan Sebagai acuan untuk meningkatkan pemahaman tentang pemberian ASI Eklusif
1.Pengertian Suatu cara yang digunakan untuk meningkatkan pemahaman dan pengetahuan
masyarakat tentang keluarga sadar gizi (KADARZI)
2.Tujuan Sebagai acuan untuk Meningkatkan pengetahuan dan pemahanman tentang
keluarga sadar gizi (KADARZI)
1.Pengertian Suatu cara yang digunakan untuk meningkatkan pemahaman dan pengetahuan
masyarakat tentang Kelompok Penndukung ASI
2.Tujuan Sebagai acuan untuk Meningkatkan pemahaman dan penggetahuan masyarakat
1.Pengertian Suatu cara yang digunakan untuk meningkatkan pemahaman dan pengetahuan
masyarakat tentang Keluarga Sadar Gizi
2.Tujuan Sebagai acuan untuk Meningkatkan pemahaman dan penggetahuan masyarakat
tentang Kadarzi
1.Pengertian Suatu cara yang digunakan untuk meningkatkan Status gizi balita di Posyandu
2.Tujuan Untuk meningkatkan status gizi balita di Posyandu
1.Pengertian Suatu cara yang digunakan untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan
berat badan balita
2.Tujuan Sebagai acuan untuk menggetahui status gizi balita
1.Pengertian Suatu cara yang digunakan untuk meningkatkan status gizi buruk
2.Tujuan Sebagai acuan untuk Meningkatkan pemahaman dan penggetahuan masyarakat
1.Pengertian Suatu cara yang digunakan untuk meningkatkan Pemahaman dan pengetahuan
masyarakat tentang pemberian makanan pada bayi dan anak
2.Tujuan Untuk meningkatkan Pemahaman dan pengetahuan masyarakat tentang pemberian
makanan pada bayi dan anak
b. Pelaksanaan
1. Catat pada formulir bentuk garam (halus/kasar), merek garam, nomor
pendaftaran (SIUP) dan tempat membeli garam yang dibawa murid
2. Ambil ½ sdt garam yang akan diuji
3. Teteskan larutan iodoum tes 2-3 tetes pada garam tersebut
4. Amati perubahan warna yang terjadi
Bila tidak ada perubahan warna berarti garam tidak mengandung
iodium (0 ppm)
Bila berwarna ungu tua berarti garam mengandung iodium sesuai
persyaratan (30 ppm)
Bila berwarna ungu pucat berarti garam mengandung iodium
kurang dari 30 ppm
5. Catat hasil pemeriksaan garam pada format yang tersedia.
7.Unit Terkait SD/MI
8.Dokumen terkait Ceklis
MANAJEMEN LAKTASI
No. Dokumen : /PKM.L/I/2017
Terbitan : 01
No. Revisi : 0
SOP Tgl. Terbit : 02 Januari 2017
Halaman : 1/1
NUR CITRA QUR’ANI,SKM
PUSKESMAS KOTARAJA
NIP. 19800626 200212 2 001
1.Pengertian Langkah –langkah yang dilakukan untuk menstimulasi kondisi puting susu menjadi
efektif selama prosesmenyusui
2.Tujuan Puting susu menjadi normal (timbul)
BULAN PENIMBANGAN
No. Dokumen : /SOP/PKMA/2015
No. Revisi : 0
Halaman : 1/1
Pengertian Jumlah bayi 6-11 bulan ditambah jumlah bayi 12-59 bulan yang mendapat
1. 1 (satu) kapsul vitamin A pada periode 6 (enam) bulan yang diberikan
setiap Februari dan Agustus.
2. Tujuan - Sebagai acuan dalam pendistribusian kapsul vitamin A pada sasaran
- Untuk mencegah dan mengatasi Xeropthalmia pada bayi dan balita
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Aikmel No:445/K.002/0901/PKM/I/2005
tentang Standar Pelayan Public Puskesmas Aikmel
4. Referensi - Petunjuk Pelaksanaan Survailans Gizi, Kemenkes RI, Direktorat Jendral
Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta 2013
5. Prosedur / - Kegiatan ini dilaksanakan oleh Nutrisionis/TPG Puskesmas atau Kader
Langkah-langkah Terlatih
A. Persiapan
1. Registarsi sasaran (bayi 6-11 bulan dan 12-59 bulan) berdasarkan
hasil penimbangan bulan lalu
2. Bayi 6-11 bulan mendapat kapsul vitamin A biru (100.000 IU) dan
Balita 12-59 bulan mendapat kapsul vitamin A merah (200.000 IU)
3. Hitung kebutuhan kapsul vitamin A Biru dan Merah
4. Alokasikan ke masing-masing posyandu
5. Administarsi (surat pemberitahuan kepada Desa/TP-PKK tentang
pelaksanaan ditribusi kapsul vitamin A)
6. Informasikan pelaksanaan distribusi kapsul vitamin A bersamaan
dengan pelayanan posyandu pada hari H-1.
B. Pelaksanaan (saat hari posyandu)
1. Siapkan data sasaran penerima kapsul vitamin A (Register
khusus/SIP) pada meja 3 (pencatatan)
2. Timbang balita sebelum mendapat kapsul vitamin A
3. Contreng bayi dan balita yang dapat vitamin A pada register/Sip,
catat juga pada KMS
4. Bila balita tidak datang ke posyandu lakukan sweeping.
1. Pengertian Proses atau cara untuk menentukan Panjang Badan (PB) pada balita yang
belum dapat berdiri (<2 tahun) dengan menggunakan alat pengukur berupa
leghtboard dengan tingkat ketelitian 0,1 cm
2. Tujuan Sebagai acuan dalam pegukuran panjang badan pada pada balita yang belum
dapat berdiri.
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Aikmel No:445/K.002/0901/PKM/I/2005 tentang
Standar Pelayan Public Puskesmas Aikmel
4. Referensi - Pedoman Pengukuran dan Pemeriksaan, Riskesdas 2007, Badan Penelitian
dan Pengembangan Kesehtan. Depkes RI, Jakarta. 2007
- Buku Penilaian Status Gizi, Supariase dkk. Penerbit Buku Kedokteran
EGC. Jakarta 2002.
5. Prosedur / 1. Letakkan pengukur panjang badan pada meja atau tempat yang rata
Langkah-langkah (lantai)
2. Letakkan alat ukur dengan posisi panel kepala disebelah kiri dan panel
penggeser disebelah kanan pengukur
3. Tarik geser bagian panel yang dapat digeser sampai diperkirakan cukup
panjang untuk menarik bayi/anak
4. Baringkan bayi/anak dengan posisi terlentang diantara kedua siku dan
kepala bayi/anak menempel pada bagian panel yang tidak dapat digeser
5. Rapatkan kedua kaki dan tekan lutut bayi/anak sampai lurus dan
menempel pada meja/tempat menaruh alat ukur. Tekan telapak kaki
bayi/anak sampai membentuk siku, kemudian geser bagian panel yang
dapat digeser sampai persis menempel pada telapak kaki bayi/anak
6. Bacalah panjang badan bayi/anak pada skala yang tertera.
7. Bayi/anak dikeluarkan.
6. Unit Terkait TP-PKK
PENGUKURAN TINGGI BADAN
No. Dokumen : /SOP/PKMA/2015
No. Revisi : 0
SOP Tgl. Terbit : 5 Januari 2015
Halaman : 1/1
NUR CITRA QUR’ANI,SKM
PUSKESMAS KOTARAJA
NIP. 19800626 200212 2 001
1. Pengertian Proses atau cara untuk menentukan Tinggi Badan (TB) pada balita yang
sudah dapat berdiri (>2 tahun) dan orang dewasa dengan menggunakan alat
pengukur berupa microtoice dengan tingkat ketelitian 0,1 cm
2. Tujuan Sebagai acuan dalam penerapan langkah-langkah pengukuran tinggi badan
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Aikmel No:445/K.002/0901/PKM/I/2005 tentang
Standar Pelayan Public Puskesmas Aikmel
4. Referensi - Pedoman Pengukuran dan Pemeriksaan, Riskesdas 2007, Badan Penelitian
dan Pengembangan Kesehtan. Depkes RI, Jakarta. 2007
- Buku Penilaian Status Gizi, Supariase dkk. Penerbit Buku Kedokteran
EGC. Jakarta 2002.
5. Prosedur / A. Persiapan (Cara Memasang Microtoice)
Langkah-langkah 1. Gantungkan bandul benang untuk membantu memasang microtoice di
dinding agar tegak lurus
2. Letakkan alat pengukur di lantai yang datar tidak jauh dari bandul
tersebut dan menempel pada dinding. Dinding jangan ada lekukan
atau tonjolan (rata)
3. Tarik papan penggeser tegak lurus ke atas, sejajar dengan benang
berbandul yang tergantung dan tarik sampai angka nol (0). Kemudian
dipaku atau direkat dengan lakban pada bagian atas microtoice
4. Untuk menghindari terjadi perubahan posisi pita, beri lagi perekat
pada poisi sekitar 10 cm dari bagian atas Microtoice.
B. Prosedur Pengukuran Tinggi Badan
1. Minta responden melepaskan alas kaki (sandal/sepatu), topi (penutup
kepala)
2. Pastikan alat geser berada diposisi atas
3. Responden diminta berdiri tegak persis dibawah alat geser
4. Posisi kepala dan bahu bagian belakang, lengan, pantat dan tumit
menempel pada dinding tempat microtoice di pasang
5. Pandangan lurus ke depan dan tangan dalam posisi tergantung bebas
6. Gerakkan alat geser sampai menyentuh bagian atas kepala responden.
Pastikan alat geser berada tepat di tengah kepala responden. Dalam
keadaan ini belakang alat geser harus tetap menempel pada bagian
dinding.
7. Baca angka tinggi badan pada jendela baca ke arah angka yang lebih
besar (ke bawah). Pembacaan dilakukan tepat di depan angka (skala)
pada garis merah sejajar dengan mata petugas.
8. Apabila pengukur lebih rendah dari yang diukur, pengukur harus
berdiri di atas bangku agar hasil pembacanya benar
9. Pencatatan dilkukan dengan ketelitian sampai satu angka dibelakang
koma 0,1 cm)
6. Unit Terkait -
PENIMBANGAN BERAT BADAN
BALITA (DACIN)
No. Dokumen : /SOP/PKMA/2015
No. Revisi : 0
SOP Tgl. Terbit : 5 Januari 2015
Halaman : 1/1
NUR CITRA QUR’ANI,SKM
PUSKESMAS KOTARAJA
NIP. 19800626 200212 2 001
1. Pengertian Proses atau cara untuk menentukan Berat Badan (BB) balita 0-59 bulan
dengan menggunakan alat timbang berupa dacin dengan kapasitas 25 kg
dengan tingkat ketelitian 0,1 kg.
2. Tujuan Sebagai acuan dalam penerapan langkah-langkah penimbangan berat badan
pada balita.
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Aikmel No:445/K.002/0901/PKM/I/2005 tentang
Standar Pelayan Public Puskesmas Aikmel
4. Referensi - Buku Penilaian Status Gizi, Supariase dkk. Penerbit Buku Kedokteran
EGC. Jakarta 2002.
- Buku Panduan Kader Posyandu Menuju Keluarga Sadar Gizi, Kemenkes
RI. Jakarta 2013
5. Prosedur / A.Persiapan Dacin
Langkah-langkah 1. Gantungkan dacin pada tempat yang kokoh
2. Atur posisi angka pada batang dacin sejajar dengan mata
penimbang
3. Letakkan bandul geser pada angka nol (0) jika ujung kedua paku
timbang tidak dalam posisi lurus, maka timbangan perlu ditera
atau diganti dengan yang baru.
4. Pastikan bandul geser berada pada angka nol(0)
5. Pasang sarung timbang pada dacin
6. Seimbangkan dacin dengan memberi kantung plastik berisikan
pasir/batu diujung batang dacin, sampai kedua jarum di atas tegak
lurus.
B.Menimbang Balita
1. Masukkan balita ke dalam sarung timbang dengan pakaian
seminimal mungkin dan geser bandul sampai jarum tegak lurus
2. Baca BB dengan melihat angka diujung bandul geser
3. Catat hasil penimbangan dengan benar pada kertas/buku bantu
dalam kg dan ons.
4. Kembalikan bandul ke angka nol dan keluarkan balita dari sarung
timbang.
6. Unit Terkait PKK Desa.
KELAS GIZI
Halaman : 1/1
NUR CITRA QUR’ANI,SKM
PUSKESMAS KOTARAJA
NIP. 19800626 200212 2 001
6. Unit Terkait Poli Rawat Jalan, Rawat Inap, Laboratorium dan KIA
TATA LAKSANA/PENANGANAN
BALITA GIZI BURUK
RAWAT INAP
No. Dokumen : /SOP/PKMA/2015
No. Revisi : 0
SOP Tgl. Terbit : 5 Januari 2015
Halaman : 1/1
NUR CITRA QUR’ANI,SKM
PUSKESMAS KOTARAJA
NIP. 19800626 200212 2 001
1. Pengertian Prosedur atau mekanisme pengobatan dan pelayaanan kepada balita gizi
buruk (indeks BB/TB nilai Z-score <-3SD dan atau tanda klinis) dengan
komplikasi yang dirawat inap di fasilitas pelayanan kesehatan melalui 4 fase
(stabilisasi, transisi, rehabilitasi dan tindak lanjut)
2. Tujuan - Sebagai acuan dalam tata laksana gizi buruk
- Membantu memulihkan kondisi balita gizi buruk (status gizi dan
komplikasi penyakit)
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Aikmel No:445/K.002/0901/PKM/I/2005 tentang
Standar Pelayan Public Puskesmas Aikmel
4. Referensi Buku Bagan Tata Laksana Gizi BurukBuku I dan Petunjuk Teknis
Tatalaksana Anak Gizi Buruk Buku II, Direktorat Jendral Bina Gizi dan
Kesehatan Ibu dan Anak, Jakarta. 2011)
Pedoman Pelayanan anak Gizi Buruk, Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia. Direktorat Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak, Jakarta 2011
Buku Petunjuk Pelaksanaan Surveilans, Direktorat Jendral Bina Gizi dan
Kesehatan Ibu dan Anak, Jakarta. 2013)
5. Prosedur / 1. Mencegah dan mengatasi hipoglikemia
Langkah-langkah Segera berikan 50 ml glukosa/larutan gula pasir 10 % oral
2. Mencegah dan mengatasi hipotermi
Pertahankan dan pulihkan suhu tubuh anak agar tidak hipotermi (36-
37°C)
3. Mencegah dan mengatasi dehidrasi
4. Memperbaiki gangguan keseimbangan
5. Mengobati infeksi
6. Memperbaiki kekurangan zat gizi mikro
7. Memberikan makanan untuk stabilisasi dan transisi
8. Memberikan makanan untuk tumbuh kejar
9. Memberikan stimulasi untuk tumbuh kembang
10.Mempersiapkan untuk tindak lanjut di rumah
6. Unit Terkait Rawat inap, Laboratorium
VERIFIKASI BALITA BGM/PENEMUAN
(PENAPISAN)
KASUS GIZI BURUK
No. Dokumen : /SOP/PKMA/2015
No. Revisi : 0
SOP Tgl. Terbit :
Halaman : 1/1
NUR CITRA QUR’ANI,SKM
PUSKESMAS KOTARAJA
NIP. 19800626 200212 2 001
1. Pengertian Suatu cara untuk mengetahui risiko Kekurangan Energi Kronis (KEK) pada
wanita usia subur (WUS) 15-45 tahun, dengan ambang batas LILA 23.5cm
2. Tujuan - Sebagai acuan dalam mengukur LILA pada WUS
- Untuk mengetahui risiko Kekurangan Energi Kronis (KEK) pada wanita
usia subur (WUS)
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Aikmel No:445/K.002/0901/PKM/I/2005 tentang
Standar Pelayan Public Puskesmas Aikmel
4. Referensi - Buku Penilaian Status Gizi, Supariase dkk. Penerbit Buku Kedokteran
EGC. Jakarta 2002.
- Buku Panduan Kader Posyandu Menuju Keluarga Sadar Gizi, Kemenkes
RI. Jakarta 2013
5. Prosedur / - Kegiatan pengukuran dapat dilakukan oleh Nutrisionis, TPG dan Bidan
Langkah-langkah - Langkah-langkah :
A.Persiapan
1. Pastikan pita LILA tidak kusut, tidak terlipat-lipat atau tidak sobek
2. Jika lengan responden >33 cm, gunakan meteran kain
3. Respon diminta berdiri dengan tetapi rileks, tidak memegang apapun
serta otot lengan tidak tegang
4. Baju dan lengan kiri disingsingkan keatas sampai pangkal bahu
terlihat atau lengan bagian atas tidak tertutup
B.Pengukuran
1. Tentukan posisi pangkal bahu
2. Tentukan posisi ujung siku dengan cara siku dilipat dengan
telapak tangan ke arah perut
3. Tentukan titik tengah antara pangkal bahu dan ujung siku dengan
menggunakan pita LILA atau meteran dan beri tanda dengan
pulpen/spidol. Bila menggunakan pita LILA perhatikan titik
nolnya.
4. Lingkarkan pita LILA sesuai tanda pulpen di sekeliling lengan
responden sesuai tanda (dipertengahan antara pangkal bahu dan
siku)
5. Masukkan ujung pita di lubang yang ada pada pita LILA
6. Pita ditarik dengan perlahan, jangan terlalu ketat atau longgar
7. Baca angka yang ditunjukkan oleh tanda panah pada pita LILA
(kearah angka yang lebih besar)
1. Pengertian Makanan bergizi yang diperuntukkan bagi balita usia 6-59 bulan sebagai
makanan tambahan untuk pemulihan gizi bagi penderita gizi buruk rawat
jalan (tanpa komplikasi atau pasca rawat inap) atau gizi kurang selama masa
pemulihan (±3-6 bulan)
2. Tujuan - Sebagai acuan dalam pemberian paket PMT agi balita gizi buruk/kurang
tanpa komplikasi
- Meningkatkan status gizi buruk menjadi kurang atau normal
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Aikmel No:445/K.002/0901/PKM/I/2005 tentang
Standar Pelayan Public Puskesmas Aikmel
4. Referensi - Pedoman Pelayanan anak Gizi Buruk, Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia. Direktorat Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak, Jakarta
2011
- Buku Bagan Tata Laksana Gizi Buruk I dan II, Direktorat Jendral Bina
Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak, Jakarta. 2011)
5. Prosedur / Kegiatan ini dilaksanakan oleh Nutrisionis
Langkah-langkah PMT-Pemulihan dapat berupa F100, makanan gizi siap saji dan makanan
lokal
Bila menggunakan F100 (kering) dapat diberikan setiap minggu, bila
menggunakan bahan lokal dapat diberikan setiap 10 hari
PMT-Pemulihan rawat jalan diberikan kepada :
- Balita Gizi Buruk tanpa komplikasi
- Balita Gizi Buruk dengan komplikasi pasca rawat inap
- Balita Gizi kurang
Langkah-langkah
1. Rekap sasaran berdasarkan hasil verifikasi/penapisan balita gizi buruk
yaitu balita gizi buruk tanpa komplikasi, balita gizi kurang dan balita gizi
buruk pasca rawat inap
2. Menyusun perencanaan kebutuhan anggaran biaya untuk
PMT-Pemulihan
3. Mengajukan perencanaan kebutuhan ke kepala Puskesmas
4. Pengadaan bahan PMT
5. Pengemasan/Packing bahan PMT
6. Distribusi paket PMT ke sasaran dan monitoring perkembangan berat
badan
6 Unit Terkait Kader posyandu