Anda di halaman 1dari 20

ASUHAN KEPERAWATAN KRITIS PADA PASIEN DENGAN PPOK

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah

Keperawatan Kritis

Dosen Pengampu : Ns. Diah Tika Anggraeni.,


Anggr aeni., S.Kep., M.Kep

Disusun Oleh :

Miftahul Jannah 1610711048

Diana Febriyanti 1610711050

PROGRAM STUDI S.1 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAKARTA

2019
KATA PENGANTAR

Deng
Dengan
an me
mema
manj
njat
atka
kan
n pu
puji
ji sy
syuk
ukur
ur ke hadi
hadirat
rat Alla
Allah
h SW
SWT
T ya
yang
ng tela
telah
h
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga akhirnya penulis
dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.

Makalah yang berjudul Asuhan Keperawatan Kritis Pada Pasien Dengan


PPOK ini ditulis untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan
Kritis.

Pada kesempatan yang baik ini, izinkanlah penulis menyampaikan


rasa hormat dan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang dengan tulus
ikhl
ikhlas
as tela
telah
h me
memb
mber
erik
ikan
an ba
bant
ntua
uan
n dan
dan doro
dorong
ngan
an ke
kepa
pada
da pe
penu
nuli
liss da
dala
lam
m
menyelesaikan makalah ini dengan sebaik-baiknya.

Jakarta, 8 November 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar………..…………………………………………………..... ii

Daftar Isi……………….………………………………………………...... iii

BAB I Pendahuluan

A.Lat
A.Latar
ar Be
Bela
laka
kang
ng ……
…………
…………
…………
…………
…………
…………
……………
……………
……..
.... 1
B.Rumu
B.Rumusa
san
nmmas
asal
alah
ah ……
…………
…………
…………
…………
…………
…………
…………
…………
……..
.. 2
C.Tujua
C.Tujuan
nPPen
enel
elit
itia
ian
n…………
…………
…………
…………
…………
…………
…………
……………
…………
… 2

BAB II Pembahasan

A. De
Defi
fini
nisi
si PP
PPOK
OK ……
…………
…………
…………
…………
…………
…………
…………
…………
…………
…… 3

B. Kl
Klas
asif
ifik
ikas
asii PP
PPOK
OK…… …………
…………
…………
…………
…………
…………
…………
…………
……….
…. 3
C. Tanda dan gejal
gejalaa PPOK…
PPOK…………………
…………………………………
………………………...
……... 5
D. Kompl
Komplikasi
ikasi PPOK…
PPOK……………………
…………………………………
……………………………
…………… 5
E. patofi
patofisiolo
siologi
gi dari PPOK…
PPOK…………………
………………………………
…………………………
………… 6
F. Penata
Penatalakas
lakasanaan
anaan dari PPOK…
PPOK…………………
…………………………………
……………………
… 7
G. Asuhan kepera
keperawatan
watan kriti
kritiss pasien dengan PPOK
PPOK…………………
………………….. 10
BAB III Penutup
A. Simpu
Simpulan
lan ………………
………………………………
…………………………………
…………………………..
……….....
... 34

B. Saran …………………
…………………………………
…………………………………
………………………………
…………… 34

iii
BAB I

PENDAHULUAN

I. Latar Be
Belakang

Penyakit paru obstruksi kronik (PPOK) adalah penyakit paru kronik yang
dita
ditand
ndai
ai oleh
oleh ha
hamb
mbat
atan
an alir
aliran
an ud
udar
araa di sa
salu
lura
ran
n na
napa
pass ya
yang
ng be
bersi
rsifat
fat pr
prog
ogre
ressi
ssiff
nonre
nonrever
versib
sibel
el atau
atau reversi
reversible
ble parsial.
parsial. PPOK
PPOK terdiri
terdiri dari bronki
bronkitis
tis kronik
kronik dan
emfisema atau gabungan keduanya. Bronkitis kronik adalah kelainan saluran napas
yang ditandai oleh batuk kronik berdahak minimal 3 bulan dalam setahun, sekurang-
kurangnya dua tahun berturut-turut, tidak disebabkan penyakit lainnya. Emfisema
suatu
suatu kelain
kelainan
an anatom
anatomis
is paru
paru yang
yang ditand
ditandai
ai oleh
oleh peleba
pelebaran
ran rongga
rongga udara
udara distal
distal
bronkiolus terminal, disertai kerusakan dinding alveoli. Banyak penyakit dikaitkan
secara langsung dengan kebiasaan merokok, dan salah satu yang harus diwaspadai
ialah PPOK (Susanti, 2015).

PPOK adalah penyebab utama kematian terkait pernafasan dan merupakan


penyebab utama keempat kematian secara global . Sekitar 10% dari pasien dirawat di
rumah sakit dengan eksaserbasi akut dari COPD mati selama masuk rumah sakit.
Proporsi ini meningkat menjadi sekitar seperempat untuk pasien yang membutuhkan
ventilasi mekanis invasif. Data ini mendukung mengintegrasikan perawatan paliatif
ke dalam
dalam perawa
perawatan
tan rutin
rutin pasien
pasien didiag
didiagnos
nosis
is dengan
dengan COPD
COPD sedang
sedang hingga
hingga berat
berat
untuk meningkatkan kualitas hidup melalui pengurangan gejala emosional dan fisik,
menetapkan tujuan perawatan, dan koordinasi perawatan (Aslakson et al., 2017).

Penyak
Penyakit
it paru
paru paru
paru termasu
termasuk
k PPOK
PPOK merupa
merupakan
kan penyak
penyakit
it yang
yang membat
membatasi
asi
hidup
hidup dan tidak dapat disembuhkan.
disembuhkan. Penderita
Penderita penyakit
penyakit paru kronis
kronis memiliki
memiliki beban
gejala tinggi lebih tinggi daripada pasien dengan kanker dan penyakit kronis lainnya.
Batuk
Batuk adalah
adalah gejala
gejala yang
yang sering
sering dan mengga
menggangg
nggu
u pada
pada PPOK
PPOK dan diperlu
diperlukan
kan
protocol khusus untuk meredakan batuk. Akibatnya, perawatan untuk kondisi ini
harus mencakup perawatan paliatif dengan perbaikan gejala dan kualitas hidup, serta
memperlamb
memperlambat
at atau menghentik
menghentikan
an perkembang
perkembangan
an penyakit.
penyakit. Sementara,
Sementara, perawatan
perawatan
paliatif telah dipelajari dan diterapkan di antara pasien dengan kanker, itu juga telah
te lah
terbuk
terbukti
ti berman
bermanfaat
faat bagi
bagi pasien
pasien yang
yang mender
menderita
ita penyak
penyakit
it paru-p
paru-paru
aru,, terutam
terutamaa

penyakit paru obstruktif kronis (PPOK)


(PPOK) (Aslakson et al., 2017).

1
II. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Apa yang
yang dima
dimaksu
ksud
d deng
dengan
an PPOK
PPOK??
2. Apa
Apa saja
saja klas
klasif
ifik
ikasi
asi PPOK
PPOK??
3. Apa saja
saja tanda
tanda dan gejala
gejala PPOK
PPOK ?
4. Apa saja
saja kompl
komplika
ikasi
si akiba
akibatt PPOK
PPOK ?
5. Bagaim
Bagaimana
ana pato
patofisi
fisiolo
ologi
gi dari
dari PPOK
PPOK ?
6. Bagaim
Bagaimana
ana penat
penatala
alakas
kasanaa
anaan
n dari
dari PPOK?
PPOK?
7. Bagaimana
Bagaimana asuhan keperawatan
keperawatan kritis pasien dengan
dengan PPOK?
PPOK?

III. Tujuan Pe
Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas , maka tujuan penulisan makalah ini adalah
sebagai berikut :
1. Meng
Menget
etah
ahui
ui peneg
peneger
ertia
tian
n PPOK
PPOK
2. Meng
Menget
etah
ahui
ui klas
klasifi
ifika
kasi
si PPOK
PPOK
3. Menget
Mengetahu
ahuii tanda
tanda dan gejala
gejala PPOK
PPOK
4. Menget
Mengetahu
ahuii kompl
komplika
ikasi
si akiba
akibatt PPOK
PPOK
5. Menget
Mengetahu
ahuii patof
patofisi
isiolo
ologi
gi dari
dari PPOK
PPOK
6. Menget
Mengetahu
ahuii penatal
penatalaka
akasan
sanaan
aan dari
dari PPOK
PPOK
7. Mengetahui
Mengetahui asuhan keperawatan
keperawatan kritis
kritis pasien
pasien dengan
dengan PPOK

2
BAB II

PEMBAHASAN

I. Peng
Pengert
ertia
ian
n PPO
PPOK
K

Penyakit paru obstruksi kronik (PPOK) adalah penyakit paru kronik yang

ditandai oleh hambatan aliran udara di saluran napas yang bersifat progressif
nonreversib
nonreversibel
el atau reversible parsial.
parsial. PPOK terdiri
terdiri dari bronkitis
bronkitis kronik dan
emfisema atau gabungan keduanya. Bronkitis kronik adalah kelainan saluran
na
napa
pass ya
yang
ng dita
ditand
ndai
ai oleh
oleh ba
batu
tuk
k kr
kron
onik
ik be
berd
rdah
ahak
ak mini
minima
mall 3 bu
bula
lan
n da
dala
lam
m
setahun
setahun,, sekuran
sekurang-k
g-kura
urangn
ngnya
ya du
duaa tahun
tahun bertur
berturut-
ut-tur
turut,
ut, tidak
tidak diseba
disebabka
bkan
n
penyakit lainnya. Emfisema suatu kelainan anatomis paru yang ditandai oleh
pelebaran rongga udara distal bronkiolus terminal, disertai kerusakan dinding
alveoli. Banyak penyakit dikaitkan secara langsung dengan kebiasaan merokok,
dan salah satu yang harus diwaspadai ialah PPOK (Susanti, 2015).

Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) adalah keadaan penyakit yang


dita
ditand
ndai
ai ke
kete
terb
rbat
atasa
asan
n alir
aliran
an ud
udar
araa ya
yang
ng tida
tidak
k revers
reversib
ible
le sepen
sepenuh
uhny
nyaa .
keterb
keterbatas
atasan
an ali
aliran
ran udara
udara biasan
biasanya
ya progre
progresif
sif dan berkai
berkaitan
tan dengan
dengan respon
respon
inflam
inflamasi
asi abnorm
abnormal
al pada
pada paru
paru terhad
terhadap
ap partik
partikel
el atau
atau gas berbah
berbahaya
aya.. Ist
Istilah
ilah
PPOK
PPOK diguna
digunakan
kan pada
pada gabung
gabungan
an emfise
emfisema
ma dan bronch
bronchiti
itiss kronis
kronis (Patri
(Patricia
cia
Gonce Morton, Fontanie, Huddak, & Gallo, 2012).

Berdasa
Berdasarka
rkan
n beberap
beberapaa penger
pengertia
tian
n diatas,
diatas, dapat
dapat disism
disismpul
pulkan
kan bahwa
bahwa
Penyakit Paru Obstruksi
Obstruksi Kronis (PPOK) adalah penyaki parda organ pau-paru

manusia yang bersifat kronis dan gabungan bronchitis kronis serta emfisema.

II. Klasifikasi
Klasifikasi PPOK

No Stadium Karakteristik Terapi yang Direkomendasikan


.
SEMUA  Men
Mengh
ghin
ind
dar
arii fa
fact
cto
or yan
ang
g
beresiko
 Vaksinasi influenza
0 : Beresiko  Gejala Kronis (Batuk,  Meng
Mengh
hin
ind
dar
arii fa
fact
ctor
or ya
yan
ng
Sputum) beresiko
 Pajananan terhadap  Vaksinasi influenza

3
factor risiko
 Spirometri normal
I : PPOK ringan  FEV1/FVC < 70 %  Bron
Bronko
kodi
dila
lato
torr ke
kerj
rjaa sing
singka
katt

 FVC ≥ 80 % yang
yang bila diperlukan

diprediksi
 Dengan atau tanpa gejala
II : PPOK II A :  Tera
Terapi
pi te
tera
ratu
turr de
deng
ngan
an sa
satu
tu
sedang  FEV1/FVC < 70 % atau lebih bronkodilator

 50% ≤ FEV1< 80 % yang  Rehabilitasi


diprediksi  Inhala
Inhalasi
si glukok
glukokort
ortiko
ikoster
steroid
oid
 Dengan atau tanpa gejala jika terjadi gejala signifikan
dan respon fungsi paru

II B :  Tera
Terapi
pi te
tera
ratu
turr de
deng
ngan
an sa
satu
tu
 FEV1/FVC < 70 % atau lebih bronkodilator

 30% ≤ FEV1< 50 % yang  Rehabilitasi


diprediksi  Inhalasi
Inhalasi glukokort
glukokortikoste
ikosteroid
roid
 Dengan atau tanpa gejala jika terjadi gejala signifikan
dan respon
respon fungsi
fungsi paru
paru atau
atau
jika terjadi eksaserbasi
berulang
III : PPOK  FEV1/FVC < 70 %  Tera
Terapi
pi te
tera
ratu
turr de
deng
ngan
an sa
satu
tu
Berat  FEV1< 30 % yang atau lebih bronkodilator

diprediksi atau ada  Rehabilitasi


gagal napas atau gagal  Inhala
Inhalasi
si glukok
glukokort
ortiko
ikoster
steroid
oid
jantung kanan jika terjadi gejala signifikan
da
dan
n re
resp
spon
on fu
fung
ngsi
si pa
paru
ru at
atau
au
jika terjadi eksaserbasi
berulang
 Terapi komplikasi

 Terapi oksigen jangaka


Pan
Panja
jang
ng jik
jika te
terj
rjad
adii ga
gag
gal

4
napas
 Pertimbangkan terapi
pembedahan
Sumber : Patricia
Sumber Patricia Gonce
Gonce Morton
Morton et al. (2012) Keperawatan Kritis Pendekatan
Holistik Volume 1. 8th edn. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.

III.
III. Tand
anda dan Geja
Gejala
la
a. Penurunan
Penurunan kemampuan
kemampuan melakukan
melakukan aktivitas
aktivitas fisik atau pekerjaan yang cukup
cukup
berat dan keadaan ini terjadi Karena penurunan cadangan paru
b. Batuk produktif akibat stimulasi reflex batuk oleh mucus
mucus
c. Dispenea
Dispenea pada
pada aktivita
aktivitass fisik ringan
ringan
d. Infeksi
Infeksi saluran nafas yang
yang sering
sering terjadi
terjadi
e. Hipoksemia
Hipoksemia interm
intermiten
iten atau
atau kontinu
kontinu
f. Hasil tes
tes faal paru yang
yang menunju
menunjukkan
kkan kelaina
kelainan
n yang nyata
nyata
g. Deform
Deformita
itass toraks
toraks
IV. Komplikasi
a. Hipoksemia
Hipoksemia didefinisikan sebagai penurunan nialai Pa02 < 55 mmHg,
dengan nilai saturasi oksigen < 85%. Pada awalnya klien akan mengalmi
perubahan mood, penurunan konsentrasi, dan menjadi pelupa. Pada tahap
lajut akan timbul sianosis
b. Asidosis Respiratori
Rimbull akibat
Rimbu akibat dari peningkatan
peningkatan nilai PaCO2(hipe
PaCO2(hiperkapn
rkapnea).
ea). Tanda
Tanda yang
muncul antara lain nyeri kepala,fatigue,letargi,dizzines,dan takipnea.
c. Infeksi Respirator
Infeksi pernapasan akut disebabkan karena peningkatan produksi mukus
dan rangsangan otot polos bronkial serta edema mukosa. Terbatasnya aliran
udara akan menyebabkan peningkatan kerja napas dan timbulnya dispnea.

d. Gagal
Gagal Jantung
Jantung
Teruta
Terutama
ma kor pulmon
pulmonal
al (gagal
(gagal jantun
jantung
g kanan
kanan akibat
akibat penyak
penyakit
it paru),
paru),
harus diobservasi terutama pada klien dengan dispnea berat. Komplikasi ini

5
serin
sering
g ka
kali
li be
berh
rhub
ubun
unga
gan
n de
deng
ngan
an bron
bronki
kiti
tiss kr
kron
onis
is,, te
teta
tapi
pi kl
klie
ien
n de
deng
ngan
an
emfisema berat juga dapat mengalami masalah ini.
e. Kardiak Disritmia
Timbul karena hipoksemia, penyakit jantung lain, efek obat atau asidosis
respirator
f. Status Asmatikus
Merupakan komplikasi mayor yang berhubungan dengan asma bronkial.
Penyakit ini sangat berat, potensial mengancam kehidupan, dan sering kali
tidak berespons terhadap terapi yang biasa diberikan. Penggunan otot bantu
pernapasan dan distensi vena leher sering kali terlihat pada klien dengan
asma (Semeltzer, Bore, Hinkle, & Cheever, 2010)
V. Patofisio
siologi PPOK

Seiring perkembangan PPOK, perubahaan patofisologis berikut biasanya

terjadi secara berurutan : hipersekresi


terjadi hipersekresi mukus, disfungsi silia, keterbatasan
keterbatasan aliran
ud
udar
ara,
a, hipe
hiperi
rinf
nflam
lamasi
asi pupulm
lmon
onal
al,, ab
abno
norm
rmali
alita
tass pe
pert
rtuk
ukar
aran
an gagas,
s, hi
hipe
pert
rten
ensi
si
pulmonal, kor pulmonal. Jalan napas perifer menjai tempat utama obstruksi pada
paien PPOK. Perubahan struktural dinding jalan napas adalah penyebab
terpenting peningkatan tahanan jalan napas perifer. Perubahan inlamasi seperti
edema jalan napas dan hipersekresi mukus juga menyebabkan penyempitan jalan
napas perifer. Hipersekresi mukus disebabkan oleh stimulus pembesaran kelenjar
yang
yang menyek
menyekresi
resi mukus
mukus dan pening
peningkat
katan
an jumlah
jumlah sel go
goble
blett oleh
oleh mediat
mediator
or
inflam
inflamasi
asi sepert
sepertii leukot
leukotrien
rien,, protei
proteinas
nasee , dan neurop
neuropept
eptida
ida.. Sel epitel
epitel yang
yang

bersilia mengalami metaplasia skuamosa, yang menyebabkan gangguan


pembersihan mukosilia yang biasanya merupakan abnormalitas fisiologis yang
pertama kali terjadi pada PPOK. Abnormalitas ini dapat terjadi selama beberapa
tahun
tahun sebelum
sebelum abnorm
abnormalit
alitas
as lai
lain
n terjad
terjadi.
i. Keterb
Keterbata
atasan
san aliran
aliran udara
udara ekspir
ekspirasi
asi
adalah temuan penting pada PPOK. Ketika proses penyakit berkembang, volume
ekspirasi kuat dalam satu detik ( forced expiratory volume in 1 second, FEV1) dan
kapasitas vital kuat ( forced vital capacity, FVC) menurun ; hal ini berhubung
berhubungan
an
dengan peningkatan ketebalan dinding jalan naapas, penurunan rekoil elastis paru
. serin
sering
g ka
kali
li , tand
tandaa pe
perta
rtama
ma terj
terjad
adin
inya
ya ke
kete
terb
rbata
atasan
san al
alir
iran
an ud
udar
araa ad
adal
alah
ah

penurunan rasio FEV1 da


dan
n FVC.
FVC. Menu
Menuru
rutt Gl
Glob
obal
al In
Init
itia
iati
tive
ve fo
forr Chro
Chroni
nicc

6
Obstru
Obstructi
ctive
ve Lung
Lung Dieseas
Dieseasee (GOLD)
(GOLD) 2001,
2001, adanya
adanya FEV1 pascabronkodilator
kurang dari 80% dari nilai prediksi yang dikombinasi dengan rasio FEV 1 / FVC
kurang
kurang dari
dari 70% menega
menegaska
skan
n adanya
adanya keterb
keterbata
atasan
san aliran
aliran udara
udara yang
yang tidak
tidak
reversibel sepenuhnya . pada PPOK berat, udara terperangkap di paru selama
ekspirasi kuat, yang menyebabkan kapasitas individual fungsional ( Functional
residual capacity , FRC) tinggi secara abnormal. Peningkatan FRC menyebabkan
hiperinflasi pulmonal.

Pada
Pada PPOK
PPOK lebi
lebih
h lanj
lanjut
ut,, ob
obst
stru
ruks
ksii ja
jala
lan
n na
napa
pass pe
peri
rifer
fer,, de
destr
struk
uksi
si
parenkim, dan iregularitas vaskular pulmonal mengurangi kapasitas paru untuk
pertukaran gas sehingga menyebabkan hipoksemia dan hiperkapnia.
Ketidakseimbangan asio ventilasi-perfusi adalah kekuatan pendorong dibelakang
hipo
hipoks
ksem
emia
ia pa
pada
da pa
pasi
sien
en PPOK
PPOK,, tanp
tanpaa meme
memerh
rhat
atik
ikan
an stadi
stadium
um pe
peny
nyak
akit
it..
Hiperk
Hiperkapn
apnia
ia kronis
kronis biasan
biasanya
ya mengin
mengindik
dikasik
asikan
an disfun
disfungsi
gsi otot
otot inspir
inspirasi
asi dan

hipoentilasi
hipoentilasi alveolar.
alveolar. Ketika hipoksemia
hipoksemia dan hiperkapn
hiperkapnia
ia berkembang
berkembang lambat
pada PPOK, hipertensi pulmonal sering terjadi, yang menyebabkan hipertrofi
ventri
ventrikel
kel kanan
kanan , lebih
lebih dikena
dikenall sebaga
sebagaii korpul
korpulmo
monal
nal . gagal
gagal jantun
jantung
g kanan
kanan
menyeb
menyebabk
abkan
an stasis
stasis vena
vena lebih
lebih lanjut
lanjut dan trombo
trombosis
sis yang
yang dapat
dapat berpot
berpotens
ensii
menyeb
menyebabk
abkan
an emboli
embolisme
sme paru
paru dan lebih
lebih lanjut
lanjut mengga
menggangu
ngu sirkula
sirkulasi
si paru.
paru.
Terakhir, PPOK berkaitan dengan inflamasi sistemik dan disfungsi oto rangka
yang dapat
dapat menyebabkan
menyebabkan keterbatasan
keterbatasan kapasitas
kapasitas aktivitas fisik dan penurunan
penurunan
status kesehatan (Patricia Gonce Morton et al., 2012)

VI..
VI Pe
Pena
nata
tala
laks
ksan
anaa
aan
nPPPO
POK
K

Terdapat berbagai macam penatalaksanaan PPOK , mulai dari terapi non


farmakologis (seperti : aktivitas olahraga, konseling nutrisi dan penyuluhan) ,
terapi farmakologis (dengan menggunakan obat-obatan seperti : bronkodilator,
gluko
glukokor
korste
steroi
roid
d dan agens
agens farmako
farmakolog
logis
is lain) , terapi
terapi oksigen
oksigen dan terapi
terapi
pembedahan. Terapi non farmakologis kurang disarankan untuk pasien pasien
yang sudah mengalami penurunan kesadaran yang sudah sulit untuk beraktifitas
sepert
sepertii olahra
olahraga,
ga, untuk
untuk itu asuhan
asuhan keperaw
keperawata
atan
n kritis
kritis pasien
pasien dengan
dengan PPOK
PPOK

ce
cend
nder
erun
ung
g be
berfo
rfoku
kuss pa
pada
da terap
terapii farma
farmako
kolo
logi
gi,, te
terap
rapii ok
oksig
sigen
en da
dan
n te
tera
rapi
pi

7
pembedahan kecuali jika pasien tersebut sudah stabil dan dipindahkan ke ruang
perawatan mungkin saja terapi non-farmakologis bisa diterapkan.

VI. 1 Terapi Farmakologis


a. Bro
ron
nko
kodi
dila
lato
torr

Bronkodilator adalah bagian penting penatalaksanaan gejala pada pasien


PPOK dan diresepkan sesuai kebutuhan atau secara teratur untuk mencegah
atau mengurangi gejala . berikut terdapat table obat bronkodilator yang sering
digunakan :

Inhaler
Durasi
Dosis Nebulizer Oral
Obat Kerja
Terukur (mg) ± (mg)±
(Jam)
(µg)±
Agonis β2
 Fenoterol 100-200 0,5-2,0 - 4-6

Salbutamol 100-200 2,5-5,0 4 4-6
(albuterol±)
 Terbutaline 250-500 5,0-10 5 4-6
 Formeterol 12-24 - - 12
 Salmeterol 50-100 - - 12
Antikolinergik
 Ipratorium bromide 40-80 0,25-5,0 - 6-8
 Oksitropium
bromide 200 - - 7-9
Metilxantin
 Aminofilin (SR) - - 225- Bervariasi
 Teofilin (SR) 450 sampai 24
- - Bervariasi
100- sampai 24
400
Sumb
Sumber
er : Patr
Patric
icia
ia Go
Gonce Mor
Morto
ton
n et al
al.. (2
(20
012) Keperawatan Kritis
Pendekatan Holistik Volume 1. 8th edednn. Ja
Jaka
kart
rta:
a: Pen
ener
erb
bit Buku
Buku
Kedokteran EGC.

b. Kortikosteroid
Jika pemberian obat-obat bronkodilator tidak menunjukkan perbaikan,
maka
aka bisa
bisa dilan
ilanju
jutk
tkan
an deaga
eagan
n pen
eng
gob
obat
atan
an kor
orti
tiko
kost
ster
eroi
oid
d, 200 mg
hidrokortison secara oral atau dengan dosis 3-4 mg/KgBB intravena sebagai

8
dosis permulaan dan dapat diulang 2-4 jam secara parental sampai serangan
akut terkontrol,den
terkontrol,dengan
gan diikuti
diikuti pemberian
pemberian 30-60 mg prednison
prednison atau dengan
dengan
dosis
dosis 1-2 mg/KgB
mg/KgBB/h
B/hari
ari secara
secara oral
oral dalam
dalam dosis
dosis terbag
terbagi,
i, kemudi
kemudian
an do
dosis
sis
dikurangi secara bertahap
c. Beta
eta Agonis
Beta agonis ( β–adrenergic agents) merupakan pengobatan awal yang
diguna
digunakan
kan dalam
dalam penatal
penatalaks
aksana
anaan
an penyak
penyakit
it asma,
asma, dikaren
dikarenaka
akan
n obat
obat ini
berekrja dengan cara mendilatsikan otot polos ( vasedilator). Andrenerigic
agent
agent juga
juga mening
meningkat
katkan
kan perger
pergeraka
akan
n siliari
siliari , menuru
menurunka
nkan
n mediat
mediator
or kimia
kimia
anafilaksis,
anafilaksis, dan dapat meningkatan
meningkatan efek bronkodil
bronkodilatasi
atasi dari kortikoster
kortikosteroid.
oid.
Andr
Andren
ener
ergi
gicc yang
yang se
seri
ring
ng di
digu
guna
naka
kan
n an
anta
tara
ra la
lain
in ep
epin
inef
efri
rin,
n, al
albu
bute
tero
rol,
l,
metaproteren
metaproterenol,
ol, isoprotereno
isoproterenol,
l, isoetarin,
isoetarin, dan terbutalin.
terbutalin. Biasanya
Biasanya diberikan
diberikan
secara parenteral atau inhalasi. Jalan inhalasi merupakan salah satu pilihan
dikare
dikarenak
nakan
an dapat
dapat mempen
mempengar
garuhi
uhi secara
secara langsu
langsung
ng dan mempun
mempunyai
yai efek
samping yang lebih kecil. Intervensi dan rasional pada penyakit ini didasarkan
pada konsep Nursing Interventien Classification (NIC) dan Nursing Outcome
Classification (NOC).
d. Agen
Agenss farm
farmak
akol
olog
ogis
is lain
lain
Pasien
Pasien dengan
dengan sputum
sputum kental
kental dapat
dapat memper
memperole
oleh
h manfaat
manfaat dari
dari
mukolitik . inhalasi nitrogen monoksida, suatu vasodilator , dievaluasi pada
pasien PPOK dan hipoksemia yang terutama disebabkan ketidakseimbangan
ventilasi
ventilasi parfusi
parfusi dan pertukaran
pertukaran gas memburuk
memburuk yang berhubungan
berhubungan dengan
perubahan pengaturan hipoksik pada keseimbangan ventilasi perfusi.
VI. 2 Pember
Pemberian
ian oksig
oksigen
en
Oksig
Oksigen
en dial
dialirk
irkan
an mela
melalu
luii ka
kanu
null hi
hidu
dung
ng de
deng
ngan
an ke
kece
cepa
patan
tan 2-
2-4
4
liter/menit , menggunakan air (humidifier) untuk memberiakan pelembapan.
Obatt eksfek
Oba eksfektor
toran
an sepert
sepertii glisero
gliserolgu
lguaiak
aiakola
olatt juga
juga dapat
dapat diguna
digunakan
kan untuk
untuk
memperbaiki dehidrasi, oleh karena itu intake cairan per oral infus harus
cu
cuku
kup
p se
sesu
suai
ai de
deng
ngan
an pr
prin
insip
sip.. Terap
Terapii ok
oksig
sigen
en ad
adala
alah
h sa
salah
lah sa
satu
tu terap
terapii
nonfarm
nonfarmako
akolog
logii utama
utama untuk
untuk pasien
pasien yang
yang mengal
mengalami
ami PPOK
PPOK berat.
berat. Terpi
Terpi
ok
oksig
sigen
en dapat
dapat diberi
diberikan
kan sebagai
sebagai terapi
terapi kontin
kontinu
u jangka
jangka-pa
-panja
njang,
ng, selama
selama
olahraga,
olahraga, dan untuk
untuk mengurangi
mengurangi dyspnea akut. Tujan terapi oksigen
oksigen jangka-
jangka-

9
panjang adalah meningkatkan PaO 2 dasar pada saat istirahat
istirahat sampai minimal
60 mmHg
mmHg atau
atau meng
mengha
hasil
silka
kan
n satur
saturas
asii ok
oksi
sige
gen
n da
dala
lam
m da
daah
ah at
ater
erii (SaO
(SaO2)
minmal 90 % ; hal ini untuk mempertahankan fungsi organ vital dengan
memastikan distribusi oksigen yang adekuat. Terapi oksigen dimulai untuk
pasien yang mengalami PPOK berat (stadium 3) jika
jika :
 PaO2 berada pada aau dibawah 55 mmHg atau SaO 2 berada pada atau
dibawah 88% , dengan atau tanpa hiperkapnia.
 PaO2 antara 55 mmHg dan 60 mmHg atau SaO2 dibawah 90% , jika ada
tand
tanda-
a-ta
tand
ndaa hipe
hipert
rten
ensi
si pulm
pulmon
onal
al,, ga
gaga
gall ja
jant
ntun
ung
g ko
kong
nges
esti
tif,
f, at
atau
au
polisitemia.

Pemberian oksigen jangka-panjang (lebih dari 15 jam perhari) untuk pasien


yang mengalami gagal napas kronis terbukti meningkatkan harapan hidup.
Akan
Akan tetap
tetapi,
i, ke
kewa
wasp
spad
adaa
aan
n ha
haru
russ dilak
dilakuk
ukan
an da
dala
lam
m pe
pemb
mberi
erian
an ok
oksig
sigen
en

tambahan
tambahan untuk kelompok
kelompok pasien pilihan
pilihan ini . Peningkatan
Peningkatan PaO2 yang cepat
menyebabk
menyebabkan
an peningkatan
peningkatan PaCO2 , yang
yang menyeb
menyebabk
abkan
an pasien
pasien beresi
beresiko
ko
mengalami henti napas . banyak pasien yang mengalami penyakit pernapasan
kronik akan mendapatkan oksigen secara kontinu atau intermitten . ketika
pasien ini masuk ke rumah sakit atau kunjungan dilakukan di rumah mereka ,
perawat meniinjau kemanan oksigen. Perawat juga memverifikasi
pengetahuan pasien tentang dosis oksigen dan memeriksa kemampuan nya
un
untu
tuk
k memb
membaca
aca vo
volu
lume
me ca
cada
dang
ngan
an da
dala
lam
m ta
tank
nk at
atau
au ok
oksi
simi
mizo
zor.
r. Pa
Pasi
sien
en
diajar
diajarkan
kan (jika
(jika pasien
pasien dapat
dapat melaku
melakukan
kan hal ini)
ini) untuk
untuk memeri
memeriksa
ksa hasil
hasil

pembacaan oksimei nadi pada saat istirahat dan pada saat latihan . konseling
nnutris
nnutrisii diperl
diperluka
ukan
n untuk
untuk pasien
pasien yang
yang sangat
sangat sesak
sesak napas
napas untuk
untuk makan
makan
makanan padat (Patricia Gonce Morton et al., 2012)

VII. Asuhan Keperawatan Kritis


Kritis Pada Pasien dengan
dengan PPOK

a. Peng
Pengka
kaji
jian
an
1. Biodata
2. Riwa
Riwaya
yatt kese
keseha
hata
tan
n
 Keluhan utama


Riwayat kesehatan dahulu

10
 Riwayat kesehatan keluarga
3. Peng
Pengka
kaji
jian
an diag
diagno
nosti
sticc PPOK
PPOK
 Ches
Chestt X- Ray
Ray : dap
dapat
at menunj
menunjukk
ukkan
an hyperin
hyperinflat
flation
ion paru,
paru, flatten
flattened
ed
diafrag
diafragma,
ma, pening
peningkat
katan
an ruanga
ruangan
n udara
udara retrost
retrostern
ernal,
al, penuru
penurunan
nan tanda
tanda

va
vascu
scula
larr / bu
bullllae
ae ( emfi
emfisem
semaa ), pe
peni
ning
ngka
kata
tan
n suara
suara br
bron
onko
kova
vask
skul
ular
ar
( bronchitis ), normal ditemukan saat periode remisi ( asma ).
 Pemeri
Pemeriksa
ksaan
an fungsi
fungsi paru
paru : dil
dilaku
akukan
kan untuk
untuk menent
menentuka
ukan
n penyeb
penyebab
ab
disp
dispne
nea,
a, mene
menent
ntuk
ukan
an ab
abno
norm
rmali
alita
tass fu
fung
ngsi
si te
terse
rsebu
butt ap
apak
akah
ah ak
akib
ibat
at
obst
obstru
ruks
ksii atau
atau re
rest
stri
riks
ksi,
i, memp
memper
erki
kira
raka
kan
n ting
tingka
katt di
disf
sfun
ungs
gsi,
i, da
dan
n
mengevaluasi efek dari terapi, misalnya bronkodilator.
 Tota
Totall lu
lung
ng ca
capa
pacit
city
y (TLC
(TLC ) : mening
meningkat
kat pada
pada bronki
bronkitis
tis berat
berat dan
biasanya pada asma, namun menurun pada emfisema.
emfisema.
 Kapasitas inspirasi : menurun pada emfisema.


FEV1/FVC : rasio tekanan volume ekspirasi ( FEV ) terhadap tekanan
kapasitas vital ( FVC ) menurun pada bronkitis dan asma.
 Arteri
Arterial
al blood
blood gasses
gasses (ABGs)
(ABGs) : menunjukan
menunjukan prose penyakit
penyakit kronis,
kronis,
serin
sering
g ka
kali
li PaO
PaO2 me
menu
nuru
run
n da
dan
n Pa
PaCO
CO2 nor
normal
mal atau
atau mening
meningkat
katkan
kan
( bronkitis kronis dan emfisema ), terapi sering kali menurun pada asma,
Ph normal atau asidosis, alkalosis respiratori ringan sekunder terhadap
hiperventilasi ( emfisema sedang atau asma).
 Bronkogram : dapat
dapat menunj
menunjukk
ukkan
an dilatas
dilatasii dari
dari bronki
bronki saat inspir
inspirasi
asi,,
kolabs bronkial pada tekanan ekspirasi( emfisema ), pembesaran kelenjar

mucus( brokitis).
 Darah lengkap : terjadi peningkatan hemoglobin ( emfisema berat) dan
eosinophil (asma).
 Kimia darah : alpha 1-antitripsin kemungkinan kurang pada emfisema
perimer.
 Skutum kultur : untuk menentukan adanya infeksi dan mengidentifikasi
pathogen, sedangkan pemeriksaan sitologi digunakan untuk menentukan
penyakit keganasan/ elergi.
 Electrokard
Electrokardiogram
iogram (ECG) : diviasi
diviasi aksis
aksis kanan,
kanan, glomba
glombang
ng P tinggi
tinggi

( asma berat), atrial disritmia ( bronkitis), gelombang P pada leads


leadsII,
II, III,

11
dan AVF panjang, tinggi( pada bronkitis dan efisema) , dan aksis QRS
vertical (emfisema).
 Exercise ECG , stress test :membantu dalam mengkaji tingkat disfungsi
pernafasan, mengevaluasi keektifan obat bronkodilator, dan
merencanakan/ evaluasi program.
4. Pe
Peme
meri
riks
ksaa
aan
n fis
fisik
ik
a. Kead
adaaan Um
Umum
b. Tanda-tanda Vital
1) Tekan
ekanan
an Dar
Darah
ah
2) Herat Rate
3) Res
esp
pirasi
4) Suhu
c. Pemeriksaan Si
Sistem Tu
Tubuh

1) Sistem Perepsi sensori


sensori 6) Sistem Neurologis
2) Sistem
Sistem Pernapa
Pernapasan
san 7) Sistem Endokrin
3) Sistem Kardiovaskuler 8) Sistem Mu
Muskuloskeletal
4) Sistem Pencernaan 9) Sistem Integumen
5) Sistem Perkemihan

5. Data
Data Objek
Objektif
tif yang
yang Mungki
Mungkin
n Muncu
Muncull
a) Batuk
Batuk produk
produktif
tif/no
/nonpr
nprodu
oduktif
ktif
b) Respirasi terdengar kasar dan suara mengi (whe
wheezin
ezing)
g) pada kedua
fase respirasi semakin menonjol.
c) Dapat disertai
disertai batuk
batuk dengan
dengan sputum
sputum kental
kental yang
yang sulit
sulit di keluark
keluarka.
a.
d) Bernapas
Bernapas dengan
dengan menggun
menggunakan
akan otot-o
otot-otot
tot napas
napas tambahan.
tambahan.
e) Sianosis,
Sianosis, takikardi,
takikardi, gelisah,
gelisah, dan pulsus
pulsus paradoks
paradoksus.
us.
f) Fase
Fase eksp
ekspira
irasi
si memanj
memanjang
ang diserat
diseratai
ai wheezing( di apeks dan hilus )
g) Penuru
Penurunan
nan bera
beratt badan
badan secara
secara bermak
bermakna.
na.
6. Data
Data Subje
Subjekti
ktiff yang
yang Mung
Mungkin
kin Munc
Muncul
ul
Klien merasa sukar bernapas,sesak dan anoreksia
7. Data
Data Psikos
Psikososi
osial
al yang
yang Mungk
Mungkin
in Muncu
Muncull
a) Cemas,
Cemas, taku
takut,
t, dan
dan mudah
mudah tersi
tersing
nggun
gung.
g.

12
b) Kurangnya pengetahuan klien terhadap
terhadap situasi penyakitnnya
c) Data tambahan (Somantri, 2019)

13
b. Kriteria Hasil , Intervensi Keperawatan Kritis yang Mungkin Munc
Muncul
ul

Hasil Intervensi
Oksigenasi/Ventilasi  Kaji frekuensi pernafasan, upaya pernafasan dan suara nafas setiap 2-4 jam
Pasien memiliki gas darah arteri  Dapatkan gas darah arteri per intruksi atau sungkup wajah dengan menggunakan fio2 dan
dalam batas normal dan nilai kecepatan aliran serendah mungkin
oksimeter nadi >90%  Beri humudifikasi bersama oksigen

 Beri intubasi dan ventilasi mekanis sesuai kebutuhan (rujuk ke panduan perawatan kolaboratif

untuk pasien yang terpasang ventilasi mekanis)

Pasien mempertahankan frekuensi  Pantau frekuensi , pola,dan upaya pernafasan


dan kedalaman pernafasan yang
 Kaji pernafasan selama tidur , catat apnea atau chynestrokes.
normal

 Dapatkan hasil senar-x dada setiap hari


Pasien dengan foto dada bersih
 Pantau suara nafas untuk mengetahui adanya crackle,mengi,atau ronki setiap 2-4 jam
(normal)
 Beri diuretic per intruksi
Pasien memiliki suara nafas yang
 Beri bronkodilator dan mukolitik sesuai indikasi
bersih

 Dorong pasien non intubasi untuk menggunakan spirometer insentif, batuk,dan nafas dalam
setiap 2-4 jam dan PRN
Tidak ada tanda-tanda atelectasis

14

atau pneumonia  Kaji kuantitas ,warna, dan konistensi secret

 Ubah posisi miring setiap 2 jam


 Mobilisasi dari tempat tidur ke kursi
Sirkulasi/Perfusi  Oantau tanda-tanda vital setiap 1-2jam
Tekanan darah , frekuensi jantung,  Pantau tekanan arteri pulmonal dan tekanan atrium kanan setiap 1 jam dan curah jantung , thanan
dan parameter hemodinamik vena sistemik,dan tahanan vena perifer setiap 6-12 jam kateter arteri pulmonal terpasang.
dalam batas normal  Kaji adanya tanda disfungsi ventrikel kanan (misalnya peningkatan vena sentral,distensi vena
leher,edena perifer)

Pasien bebas darii disritmia  Pertahankan akses IV paten

 Pantau adanya disritmia atrium akibat dilatasi atrium kanan dan disritmia ventrikel akibat
hipoksemia dan hipoksia

Kadar laktat serum dalam batas


 Pantau kadar laktat setiap hari sampai dalam batas normal
normal

Berikan sel darah merah , agens intropik positif , infus kolooid sesuai instruksi
Cairan/Elektrolit  Pantau asupan dan haluaran setiap 1-2 jam
Fungsi ginjal dipertahankan yang  Pantau nitrogen urea darah , keratin, elektrolit Mg,PO
ditujukan dengan haluaran urin  Ganti kalium , magnesium,dan fosfor sesuai protocol
>30 ml?  Timbang berat badan setiap hari
jam,nilai labolatorium normal
 Berikan volume cairan dan diuretic berdasarkan tanda-tanda vital , pengkajian fisik, viskositas

15
Pasien Euvoemik secret,sesuai instruksi
Mobilitas/Keamanan  Dorong pasien untuk berdiri di samping tempat tidur, duduk tegak di kursi,, ambulasi dengan
Tidak ada tanda-tanda penurunan bantuan sesegera mungkin
tonus atau kekuatan otot  Buat program aktivitas

 Pantau renpons terhadap aktivitas

 Konsultasi dengan fisioterapi


pasien mempertahankan
 Lakukan rentang gerak aktif dan pasif setiap 4 jam ketika terjaga

fleksibilitas sendi
 Pantau kriteria sindrom respon inflamasi sistemik : peningkatan hitung SDP, peningkatan suhu,
Tidak ada tanda-tanda infeksi,
takipnea , takikardi
SDP dalam batas normal
 Gunakan Teknik aseptic yang ketat selama prosedur dan pantau yang lainnya.

 Pertahankan sterilitas selang kateter invasive

 Sesuai protocol rumah sakit, ganti kateter invasive , darah kultur , ujung selang atau cairan.

 Mulai pemberian profilaksis thrombosis vena profunda dalam 24 jam sejak masuk
Tidak ada tanda-tanda thrombosis
 Pantau adanya nyeri tungkai, kemerahan atau pembengkakan
vena profunda
Integritas Kulit  Ubah posisi miring setiap 2 jam
Tidak ada tanda-tanda kerusakan  Lepaskan alat protektif diri dari pergelangan tangan dan pantau kulit sesuai kebijakan rumah
kulit sakit

16

 Kaji risiko kerusakan kulit dengan menggunakaan alat objektif (mis. Skala Braden),
pertimbangkan penurunan tekanan / maturitas
maturitas medulasi.
Nutrisi  Beri nutrisi parenteral, enteral atau oral dalam 48 jam
Asupan kalori dan zat gizi  Konsultasi dengan ahli diet atau layanan bantuan nutrisi
memenuhi perhitungan kebutuhan  Hindari kandungan karbohidrat tinggi jika pasien mempertahankan CO2
metabolic (mis. Pengeluaran  Pantau albumin , prealbumin , transferrin, kolesterol, trigliserida dan glukosa
energi basal)
Kenyamanan/Kontrol nyeri  Kaji nyeri/kenyamanan
nyeri/kenyamanan setiap 4 jam
Pasien merasa nyaman dan  Beri analgesic dan sedative dengan hati-hati ,dengan memantau secara ketat frekuensi,
mengevaluasi nyeri dengan nilai kedalaman dan pola pernafasan
<4 pada skala nyeri  Bedakan antara agitasi yang disebabkan oleh ketidaknyamanan atau yang disebabkan hipoksia
sebelum pemberian obat
 Tinggikan kepala tempat tidur untuk memperbaiki kenyamanan pernapasan
Psikososial  Kaji tanda-tanda vital selama terapi , diskusi dan sebagainya
Pasien menunjukkan penurunan  Beri sedative dengan hati-hati
ansietas  Konsultasikan dengan layanan social , rohaniawan jika sesuai

 Dorong istirahat dan tidur yang adekuat

 Beri bantuan selama periode dipsnea


Penyuluhan/Perencanaan
Pulang
Pasien/orang terdekat memahami  Siapkan pasien / orang terdekat untuk prosedur seperti fisioterapi dada, bronkoskopi ,

17
prosedur dan pemeriksaan yang pemasangan kateter arteri
arteri pulmonalis atau pemeriksaan laborator
laboratorium
ium
diperlukan untuk terapi

Orang terdekat memahami  Jelaskan penyebab dari efek PPOK serta potensi komplikasi seperti pneumonia atau disfungsi
keparahan penyakit , mengajukan jantung
pertanyaan yang sesuai ,  Dorong orang terdekat untuk mengajukan pertanyaan yang berhubungan dengan ventilator ,
mengantisipasi potensi komplikasi patofisiologi , pemantauan terapi dan sebagainya.
sebagainya.

Dalam persiapan pulang kerumah,  Buat rujukan sesuai dan konsultasi diet selama hospitalisasi
pasien memahami tingkat aktivitas  Mulai penyluhan keluarga mengenai penggunaan yang benar inhaler terukur , tanda dan gejala
, Batasan diet, program pada gagal napas dan tindakan yang sesuai.
pengobatan , inhaler dosis terukur.
(Patricia Gonce Morton et al., 2012)

18

Kasus

JS adalah pria berusia 74 tahun datang ke RS bersama istrinya dengan keluhan


sesak
sesak na
napa
pass da
dan
n de
dema
mam,
m, Tida
Tidak
k da
dapa
patt be
berb
rbica
icara
ra da
dalam
lam ka
kali
lima
matt pe
penu
nuh
h selam
selamaa
beberapa jam terakhir, Batuk produktif , Terdengar mengi sejak semalam , sesak
dada ringan , Dyspnea , batuk lebih buruk di pagi hari, produktif dahak abu-abu,
sesak napas jika dia berjalan JS mempunyai Riwayat Gagal jantung setelah infark
miok
miokar
ard
d pa
pada
da us
usia
ia 68 tahun
tahun,, COPD
COPD (d
(den
enga
gan
n terap
terapii 2 L ok
oksig
sigen
en di ru
ruma
mah)
h),,
Hiperte
Hipertensi
nsi,, Apende
Apendekto
ktomi
mi . Keluar
Keluarga
ga mempun
mempunyai
yai riwaya
riwayatt : Ayahn
Ayahnya
ya mening
meninggal
gal
karena infark miokard pada usia 59 tahun (diabetes, hipertensi, perokok) , Ibunya
masih hidup (fibrilasi atrium, gagal jantung) . Obat yang dikonsumsi : Lisinopril 20
mg 2x1 hari, Metoprolol 50 mg 2x1 hari kali sehari ,Spironolakton 25 mg 1x1 hari,
Furosemide 40 mg 1x1 hari , Salmeterol / fluticasone 50/500 inhaler bubuk kering
(DPI
(DPI)) 2x
2x1
1 ha
hari
ri , Tiot
Tiotro
ropi
pium
um DPI
DPI satu
satu tu
tutu
tup
p in
inha
hala
lasi
si setia
setiap
p ha
hari
ri , Al
Albu
bute
tero
roll /
ipratropium metered dose inhaler (MDI) atau larutan untuk nebulisasi setiap 6 jam
sesuai kebutuhan
kebutuhan Tinjauan
Tinjauan Rekam Masa Lalu JS Ekokardio
Ekokardiogram
gram dengan
dengan EF 25%
,Spirometri dengan FEV1 35% . Hasil Pengkajian : TD : 128/74; N 68, RR 32 ; S 38
C; saturasi
saturasi oxygen
oxygen 86% . pasien
pasien tampak
tampak Tidak
Tidak dapat berbica
berbicara
ra dalam
dalam kalimat
kalimat
penuh,klien tampak kelelahan. tidak ada penggunaan otot tambahan, . Auskultasi
da
dada
da : terd
terden
enga
garr su
suara
ara meng
mengii , suara
suara jant
jantun
ung
g te
terat
ratur
ur tida
tidak
k ad
adaa bu
buny
nyii ja
jant
ntun
ung
g
tambahan . Hasil AGD : pH 7.236 , PO 2 70 mmHg, PCO 2 46 mmHg, HCO 3 30.0 ,BE
+5

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PPOK DI ICU

A. Pe
Peng
ngka
kaji
jian
an
1. Identitas

a. Iden
Identi
tita
tass Pasi
Pasien
en
Nama : Tn JS
Umur : 74
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Kristen

19

Pendidikan : S1
Pekerjaan : Tidak bekerja
Alamat : Jl. Tanjung barat rt 09 rw 10
Suku/ Bangsa : Betawi
Tanggal Masuk RS : 07 nov 2019
Tanggal Pe
Pengkajian : 07
07 nov 2019
No Rekam Medis : 12345678
Diagnosa Medis : PPOK

b. Identitas Penanggung Jawab


Nama : Ny N
Umur : 70 Thn
Hub. Dengan Pasien : Istri

2. Riwa
Riwaya
yatt Kes
Keseh
ehat
atan
an

Anda mungkin juga menyukai