Anda di halaman 1dari 78

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tujuan olahraga di era modern saat ini tidak hanya untuk kesehatan

serta gaya hidup saja, tapi ditambah dengan adanya pembinaan yang mana

arah tujuannya untuk mencapai suatu prestasi di dalam olahraga, baik itu

prestasi nasional maupun internasional.

Pembinaan berolahraga itu haruslah terencana, bersusun serta

berkepanjangan, supaya hasil yang diharapkan bisa digapai dengan cara

maksimum. Semacam tertera dalam Undang- Undang( UU) No. 3 tahun 2005

mengenai Sistem Kelolahragaan Nasional pasal 1 ayat 3 yang menarangkan

kalau: Berolahraga hasil merupakan berolahraga yang membina yang

meningkatkan berolahraga dengan cara terencana, bersusun serta

berkepanjangan lewat kompetensi buat menggapai hasil dengan memakai

ilmu wawasan serta teknologi keolahragaan.

Salah satu olahraga yang rutin melakukan pembinaan di lingkungan

masyarakat baik dari tingkat pusat maupun daerah adalah olahraga

bolabasket. Bolabasket termasuk jenis pemainan yang komplek karena

gerakannya terdiri dari gabungan unsur-unsur gerakan yang terkoordinasi

rapi, sehingga dapat bermain dengan baik.

Pemainan bolabasket pada hakikatnya ialah membuat nilai sebanyak-

banyaknya serta menghindari pemeran rival buat membuat nilai. Sebagian

Metode dasar yang butuh dikenal dalam game bolabasket merupakan selaku

selanjutnya:
(a) (a) Passing (metode melontarkan serta membekuk bola); (b)
Dribling (metode menggiring bola); (c) Shooting (metode
menembak); (d) Pivot (berkeliling tubuh dengan salah satu
kaki selaku poros); (e) Foot work (metode pergerakan kaki); (f)
Jumping (melompat); (gram) Rebounding (metode merayah
bola); (h) Intercept (metode memotong arah passing bola); (i)
Steals (metode meregang bola).

Dalam permainan bolabasket banyak aspek yang perlu mendapatkan

perhatian untuk dibina, diantaranya adalah teknik melakukan tembakan tiga

angka (three poin). Kemampuan metode tembakan ialah salah satu faktor

yang turut memastikan berhasil kalahnya sesuatu perlombaan. Dari demikian

banyak tembakan yang terdapat, three poin ialah tembakan yang menciptakan

nilai paling banyak dan berpotensi dalam mencapai kemenangan. Karena

permainan bolabasket merupakan permainan cepat, maka teknik menyerang

dan melakukan tembakan dengan tepat sasaran sangat penting yang harus

dikuasai. Untuk melakukan tembakan tersebut, tentunya sangat didukung oleh

unsur power dan kekuatan yang harus dimiliki oleh setiap pemain bolabasket.

Power dapat menentukan tingkat keterampilannya di dalam olahraga. Dikala

melaksanakan three poin, power kepada otot tangan turut membagikan ikatan

yang positif kepada kesuksesan melaksanakan aksi tembakan dalam usaha

membagikan nilai.

Daya ledak otot lengan pula diperlukan buat tingkatkan keahlian otot

supaya pada dikala shooting lebih maksimum aksi yang dicoba. Untuk

melakukan shooting thtee point yang benar haruslah memperhatikan beberapa

aspek, diantaranya model latihan yang berfungsi untuk meningkatkan

kemampuan otot lengan agar lebih mempunyai tenaga untuk shooting three
point mengingat jarak tempat shooting dengan ring tergolong jauh. Banyak

wujud latihan yang dipakai buat tingkatkan daya ledak otot lengan, hendak

namun bimbingan medicine ball merupakan salah satu wujud latihan yang

bisa dipakai dalam berolahraga bolabasket.

Tujuan dari latihan medicine ball merupakan satu wujud latihan

memakai bola yang mempunyai bermacam berbagai dimensi serta bobot berat

khusus. Pada dini kemunculannya medicine ball dipakai oleh para fisioterapis

buat menyembuhkan cidera otot serta sendi. Pull Up pula ialah latihan

pliometrik dengan memakai bobot badan sendiri buat tingkatkan daya otot-

otot lengan (Chu,1996). Pull up merupakan latihan olah otot yang dilakukan

dengan memanfaatkan sebuah palang sebagai pegangan atau daya angkatnya.

Kiranya tidak bias disangkal kalau latihan metode dasar yang terutama

dalam bola basket merupakan: keahlian dalam menembak. Sebab

kemenangan sesuatu perlombaan didetetapkan dengan jumlah hasil tembakan

yang terbuat oleh sesuatu golongan (Perbasi, 1977:60). Dalam prakteknya di

alun- alun tidak sedikit olahragawan yang melaksanakan aksi shooting kurang

sempurna paling utama pada olahragawan yang terkini memahami basket

ataupun sedang pendatang baru. Perihal ini diakibatkan sebagian aspek, salah

satunya merupakan minimnya uraian olahragawan mengenai metode

melaksanakan shooting yang betul, instruktur yang kurang nyata dalam

mengantarkan serta tidak diiringi dengan contoh aksi, minimnya uraian

pelatih mengenai biomekanika aksi shooting.


Berdasarkan pengamatan peneliti yang melihat atlet bolabasket

Kabupaten Sijunjung latihan,terlihat atlet lemah pada faktor daya ledak otot

lengan pada saat melakukan shooting three point. Banyak shooting yang

dilakukan tetapi tidak terarah dan banyak tidak mengenai ring. Hal ini

dikarenakan kurangnya model latihan yang dilakukan dan kurangnya kontrol

dari pelatih saat latihan berlangsung. Keseluruhan alat serta infrastruktur

bimbingan pula jadi salah satu aspek penunjang dalam pendapatan prestasi.

Mental yang kuat dan percaya diri saat melakukan shooting three point juga

sangat dibutuhkan saat pertandingan berlangsung. Tidak semua atlet yang

mempunyai percaya diri yang bagus untuk mengambil keputusan yang cerdas

disaat-saat gentingnya pertandingan berlangsung. Bersumber pada

permasalahan itu periset mau mempelajari lebih dalam lagi mengenai tata

cara latihan yang amat dibutuhkan buat tingkatkan kemampuan keahlian

shooting three poin atlet bolabasket Kabupaten Sijunjung.

B. Identifikasi Masalah

Bersumber pada latarbelakang permasalahan di atas, dikenal

sebagian faktor yang pengaruhi shooting three poin. Oleh karena itu

dapat diidentifikasikan permasalahan sebagai berikut:

1. Mental memberikan pengaruh terhadap shooting three point.

2. Tingkat konsentrasi memberikan pengaruh terhadap shooting three

point.

3. Model latihan yang tepat sangat mempengaruhi kemampuan

shooting three point.


4. Kondisi fisik yang baik sangat mempunyai peran yang dalam

peningkatan kemampuan shooting three point.

5. Latihan beban dengan bola medicine memberikan pengaruh yang

besar terhadap kemampuan shooting three point.

6. Kualitas sarana dan prasaran mempengaruhi kemampuan shooting

three point.

7. Latihan beban dengan beban tubuh (pull up) memberikan

pengaruh yang besar terhadap kemampuan shooting three point.

8. Kualitas latihan yang baik mempengaruhi keberhasilan shooting

three point.

9. Pelatih yang berkualitas sangat berperan penting dalam sebuah

pembinaan khususnya dalam menyusun program latihan.

C. Batasan Masalah

Mengingat banyaknya permasalahan yang dapat mempengaruhi dalam

kemampuan shooting three point dan juga karena keterbatasan-keterbatasan

yang ada pada peneliti, maka perlu dilakukan pemisahan permasalahan

supaya riset ini lebih terfokus pada pendapatan tujuan penelitian. Adapun

penelitian ini dibatasi pada:

1. Latihan Medicine ball

2. Latihan Pull Up

3. Kemampuan shooting three point

D. Rumusan Masalah
1. Apakah latihan Medicine ball mempengaruhi kepada keahlian shooting

three poin atlet bolabasket Kabupaten Sijunjung?

2. Apakah latihan Pull Up berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan

shooting three point atlet bolabasket Kabupaten Sijunjung?

3. Latihan manakah yang lebih mempengaruhi kepada keahlian shooting

three poin atlet bolabasket Kabupaten Sijunjung?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan yang mau digapai dalam penelitian ini merupakan:

1. Buat mengenali akibat latihan medicine ball kepada keahlian shooting

three poin olahragawan bolabasket Kabupaten Sijunjung.

2. Untuk mengetahui pengaruh latihan Pull Up terhadap kemampuan

shooting three point atlet bolabasket Kabupaten Sijunjung.

3. Untuk melihat manakah latihan yang lebih baik antara medicine Ball dan

latihan Pull Up terhadap kemampuan shooting three point atlet

bolabasket Kabupaten Sijunjung.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk:

1. Pelatih dan pembina olahraga sebagai pedoman dalam pembinaan,

khususnya cabang olahraga bolabasket agar dapat meningkatkan

prestasi atletnya menjadi lebih baik.

2. Sebagai masukan kepada Pengurus PERBASI Kabupaten Sijunjung

dan bahan evaluasi untuk pembinaan bolabasket di Kabupaten

Sijunjung.
3. Atlet bolabasket, sebagai pedoman dalam melakukan shooting three

point yang baik.

4. Sebagai bahan perbandingan dengan penelitian lain untuk dijadikan

referensi.

5. Pengembangan ilmu pengetahuan di lingkungan Fakultas Ilmu

Keolahragaan.

6. Pengarang, selaku salah satu ketentuan buat memperoleh titel Magister

Pendidikan di Pascasarjana Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas

Negeri Padang.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori

1. Permainan Bolabasket

a. Pengertian permainan bolabasket

Permainan bolabasket diciptakan pada bulan Desember 1891 oleh

Dokter. James Naismith, seseorang badan Sekolah Instruktur YMCA

di Springfield Massachusetts yang diketahui selaku Springfield

College (Saputro, 2008). Game bolabasket di Indonesia berawal dari

orang dagang Tiongkok serta mulai bertumbuh dari Jogja, Solo serta

sekelilingnya. Pada PON tahun 1948 di Solo game bolabasket awal

kali dipertandingkan. Buat mengkoordinir kemajuan bolabasket di

Indonesia, dibentuklah PERBASI (Persatuan Basketball Semua

Indonesia) pada bertepatan pada 23 Oktober 1951 dengan Tonny Wen

selaku pimpinan. Pada tahun 1955 kepanjangan PERBASI diganti jadi

Aliansi Bolabasket Semua Indonesia, hingga dikala ini PERBASI

bertanggung jawab atas kemajuan bolabasket di Indonesia.

Bolabasket merupakan game bola besar yang dimainkan dengan

cara beregu yang dimainkan oleh 2 regu yang tiap-tiap terdiri dari 5

pemeran tiap timnya. Game bolabasket merupakan salah satu agen

berolahraga yang amat disukai di Indonesia tidak hanya sepakbola

serta bolavoli (Rohmatunisha dkk, 2020:119). Bolabasket dimainkan

pada suatu alun- alun yang permukaannya datar serta keras yang

leluasa dari seluruh suatu yang membatasi. Alun- alun game

mempunyai dimensi jauh 28 m serta luas 15 m yang diukur dari


bagian dalam garis batasan.

Gambar 1. ukuran lapangan basket


Sumber : https://bolabasket.web.id/

Ada suatu bola yang dimainkan oleh para pemeran dikala main

bolabasket. Berat bola basket yang biasa digunakan para olahragawan

di perlombaan merupakan 600 sampai 650 gr. Materi yang dipakai

buat membuat bola basket dibuat dari kulit, karet yang lapisannya

semacam kulit semacam kulit sintetik. Perihal ini bisa jadi tidak jauh

berlainan dengan materi yang dipakai pada game bola yang lain. Bola

basket mempunyai titik berat udara sebesar 4, 26- 4, 61 psi dengan

keahlian pantulan bola basket wajib dapat meninggi dengan

ketinggian 120– 140 cm. Bisa jadi sedikit berlainan bila dibanding

dengan berolahraga bola yang lain, sebab pada game bolabasket

pemeran kerap melaksanakan pantulan bola kepada dataran lapangan.

Terdapat sebagian no dimensi bola basket yang lazim digunakan

dalam perlombaan ialah bola no 5, 6, serta pula 7. Bila diamati


bersumber pada dari umur pemeran, hingga bola basket buat anak SD

lebih pas memakai bola no 5. Sebaliknya buat bola basket size 6

dipakai oleh pemeran dengan umur 9 tahun keatas ataupun selevel

anak SMP serta buat bola no 7 digunakan pada perlombaan golongan

profesional.

Gambar 2. Bola Basket


Sumber: http://www.kabarsport.com/2016/11/ukuran-berat-
bolabasket-dan-harga.html

Game bolabasket dimulai dengan jump ball dari tengah alun- alun

yang dicoba oleh penengah. Game bolabasket dipandu 2 ataupun 3

orang penengah. Game bolabasket dicoba sepanjang 4 x 10 menit tiap

babaknya dengan durasi rehat game sepanjang 2 menit diantara sesi

awal serta kedua pada sesi awal serta diantara sesi ketiga serta

keempat pada sesi kedua serta hendak terdapat sela waktu game paruh

durasi sepanjang 5 simpati menit. Bola bisa dioper, dilempar,

disangkal, digilingkan ataupun dipantulkan (dribble) ke seluruh arah

cocok dengan peraturan (Perbasi, 2010:5). Regu yang mengakulasi

nilai paling banyak dalam durasi yang didetetapkan diklaim selaku


juara. Bila terjalin nilai yang serupa dari kedua regu, hingga

diserahkan durasi bonus 5 menit, bila sedang serupa diberi durasi

bonus lagi hingga terdapat beda nilai.

Kosasih (2008:13) mengatakan “Permainan bolabasket dipecah

jadi 4 quarter, tiap quarter bertempo 10 menit. Dengan begitu bisa

dicerminkan gimana para pemeran berupaya buat mengecap poin

paling- paling serta pemeran yang menjaga bakul ataupun ringnya

supaya tidak kerasukan”.

Menurut Wissel (1996) dalam Setiagraha (2011) berkata kalau

bolabasket dimainkan oleh 2 regu dengan 5 pemeran per regu.

Tujuannya merupakan memperoleh angka (score) dengan

memasukkan bola kekeranjang serta menghindari regu lain

melaksanakan perihal seragam.

Edwards, dkk, (2018: 1) Basket merupakan berolahraga

intermiten yang berplatform di alun- alun, regu yang terdiri dari

intensity movements besar yang berkali- kali semacam pergantian

arah, percepatan serta perlambatan diselingi dengan rentang waktu

kecil keseriusan lagi kegiatan. Game bolabasket dimainkan dengan

tujuan yang berbeda- beda, bagus itu buat pembelajaran, mencapai

hasil ataupun cuma buat mencari kebahagiaan saja. Perihal itu nampak

dengan digemarinya game bolabasket oleh warga besar sebab game

bolabasket bisa dimainkan tiap orang, mulai dari anak kecil hingga

dengan berusia. Perihal itu cocok dengan prinsip game bolabasket


yang dikemukakan oleh Margono (2010:6) yang mengemukakan

kalau “Pada prinsipnya game bolabasket bisa dimainkan oleh tiap

orang, bagus anak- anak, anak muda, orang berusia, ataupun orang

berumur yang umurnya di atas 5 puluh tahun”. Game bolabasket salah

satu berolahraga yang bertumbuh bengis cepat. Basketball is one of

the fastest growing sports in the country (Bailey, 2018: 1).

Bersumber pada sebagian pendapat di atas bisa disimpulkan

kalau game bolabasket merupakan game bola besar yang dimainkan

oleh 2 regu dengan jumlah tiap regu sebesar 5 orang pemeran serta

mempunyai tujuan yang berbeda- beda untuk tiap orang yang

memainkannya.

b. Teknik dasar permainan bolabasket

Permainan bolabasket merupakan game yang mempunyai

bermacam faktor aksi yang terdapat di dalamnya. Serangkaian aksi

yang terdapat dalam game bolabasket ialah bermacam metode bawah

yang wajib dipahami pemeran buat bisa main bolabasket dengan

bagus serta efisien.

Mielke (2007) mengatakan “metode dasar dalam main bolabasket

melingkupi aksi kaki (footwork), menembakan bola kedalam

keranjang (shooting), melontarkan (passing), membekuk, menggiring

bola (drible), beranjak dengan bola, beranjak tanpa bola, serta

bertahan.

1) Teknik Melempar (passing)


Passing merupakan hal yang perlu menjadi perhatian dalam

permainan bolabasket. Passing sangat penting untuk

dikembangkan karena menyangkut kesuksesan sebuat tim

dalam suatu pertandingan.

Passing merupakan mengoper ataupun melontarkan bola pada

sahabat. Wissel (2012:33) mengemukakan passing ini meluputi

chest pass (lontaran dari depan dada), bounce pass (lontaran

pantul), serta overhead pass (lontaran dari atas kepala), sidearm

pass, baseball pass, behind- the- back (balik punggung), serta drop

pass.

Madri (2012:50) berkata terdapat sebagian bagian dasar

dalam passing yang wajib diajarkan :

 Kecepatan. Bola yang dipassing wajib tajam, kilat, tidak

sangat keras, tidak sangat pelan.

 Target. Tiap passing haruslah pas, cermat pada sasaran yang

khusus.

 Timing. Bola wajib hingga pada akseptor dikala yang pas.

 Trik. Pemeran yang melaksanakan passing wajib berupaya

memakai tipuan buat mengelabui defender.

 Komunikasi. Komunikasi dampingi pemeran amat

dibutuhkan buat kurangi efek turnover.

Terdapat beberapa teknik passing yang berbeda, yaitu:

1. Chest Pass
Chest pass ialah metode passing yang dicoba dengan metode

menggenggam bola dengan kedua tangan di depan dada. Bola

wajib dipegang memakai akhir jari dari kedua tangan,

sebaliknya bunda jemari terletak dibagian balik bola. Kala akan

melemparkan bola, kedua tangan diluruskan serta bunda jemari

dipindahkan kedapatan bawah bola. Bola yang dioper dengan

cara chest pass wajib lurus serta tidak bisa meninggi ataupun

membidik kebawah.

Gambar 3. Teknik chest pass


Sumber:https://aperkey.com/m/?
p=5.6.2209580.7.29.37.passing+basket

2. Bounce Pass

Bounce pass merupakan metode mengoper dengan

mendesak bola ke arah bawah serta membalikkan bola itu ke

lantai. Dikala melaksanakan bounce pass, alihan pantulan

dengan 2 tangan dicoba dalam posisi bola di depan dada.

Alihan ini amat bagus dicoba buat menerobos lawan yang

besar. Bola dipantulkan disamping kanan ataupun kiri lawan

serta sahabat telah sedia menerimanya dibelakang lawan.


Lemparan ini wajib dicoba dengan kilat supaya tidak terhalang

oleh lawan. Lontaran pantulan bisa dicoba dengan jalur

membodohi lawan kesamping kanan, sementara itu bola

dilempar kekiri mengerti kebalikannya (Oliver, 2007: 37).

Gamba
r 4. Teknik bounce pass
Sumber:https://passinggrade.co.id/teknik-dasar-bola-basket/

3. Overhead pass

Sesuai dengan namanya, overhead pass merupakan metode

mengoper dengan tangan terletak di atas kepala serta siku

membuat sudut 90 derajat. Lontaran ini umumnya dicoba oleh

pemain- pemain bertubuh besar alhasil melewati energi capai

lawan. Lontaran ini pula dapat dipakai buat alihan cepat

(Trisnowati, 2007:46).

Adapun tahapan melakukan teknik overhead pass adalah

sebagai berikut: Dikala mempraktikkan overhead pass, posisi

dini tubuh passing lewat atas kepala merupakan mengarah arah

lontaran. Setelah itu, aksi tangan passing lewat atas kepala

merupakan jatuh ke arah lemparan hingga siku lurus.


Kemudian, pembebasan bola dari tangan dikala melaksanakan

passing lewat atas kepala merupakan kala tangan posisi lurus.

Akhir aksi posisi tubuh sehabis passing dikala lewat atas kepala

merupakan berat tubuh dibawa ke depan.

Gambar 5.Teknik Overhead pass


Sumber:http://www.penjasorkes.com/2017/09/5-teknik-
dasar-mengoper-atau-pass-dalam.html#

4. Teknik Behind The Back Pass

Metode dasar passing bolabasket yang satu ini masuk

dalam jenis advance sebab mempunyai tingkatan kesusahan

besar. Aksi behind the back pass merupakan membalikkan bola

maju mundur di tengah kolong kaki pemeran. Walaupun susah,

tetapi seluruh hendak terbayar tunai kala kita sukses

mengelabui rival serta menghasilkan nilai.

Metode mengoper bola basket pada mulanya ialah suatu

aksi angan- angan saja. Tetapi bersamaan kemajuan zaman,

behind the back pass jadi suatu metode passing beresiko dalam

game bolabasket. Metode behind the back pass memakai alihan

yang posisinya dibelakang punggung. Kamu wajib belajar


keras supaya bisa memahami metode alihan itu sebab untuk

pendatang baru tentu hendak kesusahan buat menguasainya.

Metode dasar passing bolabasket behind the back banyak

dicoba oleh pemeran handal. Profit memakai metode ini yakni

bisa mengelabui rival. Pemakaian metode back pass tidak bisa

diprediksi oleh lawan sebab metode alihan ini memakai target

yang tidak pasti serta tidak tentu alhasil pola mengoper

pemeran bisa diganti cocok kemauan.

Gambar 6. Teknik Behind the Back


Sumber: http://www.penjasorkes.com/2017/09/5-teknik-
dasar-mengoper-atau-pass-dalam.html#

2) Teknik Menggiring (dribble)

Kegunaan dribble ialah buat mencari kesempatan serbuan,

menerobos pertahanan lawan, atau melambatkan tempo game,

menjauhkan bola dari lawan, dan sesuatu metode buat

menghasilkan kesempatan serbuan buat bisa mendekati ring basket

serta mengecap nilai. Cocok dengan yang dikatakan oleh Rianto

serta Kuswono, 2019: 5) kalau “Dribble dalam game bola basket


bermanfaat buat menyelinap ke pertahanan lawan,

mencampuradukkan pertahanan lawan, dapat pula buat

meperlambat tempo game, membuka kesempatan serbuan”. Dalam

metode dribble, pemeran wajib dapat meorientasi rival serta area

dekat alhasil bisa memastikan ketetapan yang pas dalam sesuatu

wujud penyerangan.

Pada awalnya, bola harus lepas dari tangan sebelum kaki

diangkat dari lantai. Menggiring bola tidak boleh dilakukan

dengan dua tangan dan tidak boleh bola dipegang diam dalam

genggaman tangan lebih dari 5 detik. Sesuai dengan yang

dikemukakan oleh Madri (2012:60)“teknik dribble dilakukan

dengan kekuatan dari siku, pergelangan tangan, jari-jari dan sedikit

bantuan dari bahu”. Senada dengan yang diuangkapkan di atas,

Fatahilah (2018: 12) mengemukakan bahwa Dribble ialah keahlian

memindahkan bola memakai tangan dengan paling awal buat

pendapatan tujuan ialah melangsungkan serbuan balik, melampaui

lawan, memancing lawan, menata tempo game dan mengecap nilai

ke basket rival dengan cara efektif serta efisien tanpa kehabisan

penyeimbang”.

Bersumber pada uraian di atas bisa disimpulkan kalau dribble

merupakan upaya bawa bola dengan metode dipantulkan ke

seluruh arah yang bermanfaat buat posisi bertahan serta

menyerang.
Gambar 7. Teknik Menggiring (dribble)
Sumber: https://bolabasket.web.id/cara-menggiring-bola

3) Teknik Menembak (shooting)

FIBA di dalam peraturan sah bolabasket artikel 15 (2006:

17), berkata “tembakan buat mengecap nilai merupakan kala bola

dalam pegangan tangan (kedua tangan) seseorang pemeran serta

setelah itu dilemparkan ke hawa ke arah keranjang lawan”.

Menembak ialah sesuatu metode dasar yang wajib dipahami tiap

pemeran bolabasket (Rosmi, 2016: 137). Sedangkan menembak itu

sendiri adalah menggenggam bola dengan satu tangan ataupun 2

tangan setelah itu memusatkan tembakan bola mengarah

keranjang”, (Peraturan Bolabasket, 2006: pasal 28 butir 1). Bisa

disimpulkan kalau shooting merupakan metode

membebaskan( menembakkan) bola ke dalam keranjang buat

memperoleh nilai. Shooting ialah kesatuan aksi yang mengaitkan

sebagian perihal ialah pemikiran mata, penyeimbang, posisi

tangan, pengaturan siku, serta aksen tembakan.

Pandangan terutama dalam menembak merupakan menaruh

bola pada ring, sebab peluang menembak terjalin dimana juga serta
siapa juga di lapangan, hingga olahragawan wajib mempunyai

alterasi serta kreatifitas dalam game bolabasket. Sodikun (1992:70)

beranggapan “Tiap serbuan senantiasa berupaya bisa selesai

dengan tembakan, oleh sebab itu faktor menembak merupaka

metode bawah yang wajib dipelajari dengan bagus serta betul dan

ditingkatkan keterampilanya”. Sedangkan menurut Ahmad (2007:

18), “Upaya memasukan bola ke keranjang diistilahkan denga

menembak bisa dicoba dengan satu tangan, 2 tangan, serta lay-

up”.

Menurut Abidin (1999: 59), terdapat sebagian metode

tembakan yang dipakai dalam game bolabasket ialah: “a. One

Hand Set Shoot (tembakan tangan satu) b. Gratis Throw (tembakan

leluasa) c. Jump Shoot (tembakan sembari melompat) d. Three

Poin Shoot (tembakan 3 nilai) e. Hook Shoot (tembakan

hubungan) f. Lay- Up Shoot”.

Keahlian menembak dalam game bolabasket ialah metode

dasar yang amat diperlukan dalam memastikan kemenangan

sesuatu regu dalam sesuatu game ataupun perlombaan.


Gambar 8. Menembak (shooting)
Sumber:https://olahragapedia.com/macam-macam-shooting-bola-
basket

Dengan cara garis besar bagian fisik pendukung shooting

bisa dijabarkan jadi sebagian faktor, antara lain:

a. Kelentukan (Flexibility).

Kelentukan merupakan keahlian buat melaksanakan aksi

dalam ruang aksi sendi serta aksi kelentukan dipengaruhi oleh

elastic tidaknya otot- otot, tendom serta ligamen. Dalam

melaksanakan shooting, kelentukan pergelangan tangan serta jari

tangan jadi amat berarti supaya bisa melecutkan bola semacam

bola backspin.

b. Kekuatan

Daya merupakan keahlian otot buat membangkitkan

tekanan kepada sesuatu tahanan. daya merupakan kapasitas

seorang dalam memakai kegiatan otot buat melawan ataupun

menanggulangi daya atau energi yang tiba dari luar dirinya.


Perihal ini disebabkan postur badan yang sedang pendek

ditambah dengan bolabasket yang lumayan berat menghasilkan

dikala melaksanakan shooting wajib membutuhkan daya otot

tangan yang lumayan banyak. Butuh dikenal pula dikala posisi

penembak jauh dari ring basket pasti daya yang diperlukan lebih

banyak dibandingan dengan posisi yang dekatdengan ring basket.

c. Koordinasi

Koordinasi merupakan sesuatu keahlian aksi yang amat

komplek serta akrab hubungannya degan kecekatan, daya,

dayatahan, kelentukan, serta kebugaran jasmani. Dikala

melaksanakan shooting koordinasi antara daya, kelentukan serta

pemikiran mata hendak mempengaruhi kepada akurasi bola yang

ditembakan.

2. Jenis Shooting dalam Bolabasket

Shooting adalah usaha memasukkan bola kedalam keranjang atau

ring basket lawan untuk meraih poin. Dalam melakukan shooting ini

dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan shooting dengan dua

tangan serta shooting dengan satu tangan. Tujuan akhir dari permainan

bolabasket adalah memasukkan bola ke keranjang lawan sebanyak-

banyaknya (Rosmi, 2016: 139).

Mekanika shooting menurut Madri (2012: 70-71) adalah sebagai

berikut:

1) Balance; shooting yang bagus berasal dari tindakan yang sedia


(triple threat position)
2) Target; ring merupakan sasaran shooting, hingga fokus pemikiran
kita merupakan ring.
3) Shooting Hand; cengkram bola dengan afdal serta lebarkan jari-
jari dengan aman, melainkan bagian telapak tangan tidak
memegang bola. Tekukkan pergelangan tangan tidak melampaui
70o. Kunci siku pada posisi graf L. Kekeliruan shooting kerap
terjalin sebab siku selaku penompang terbuka kesamping.
4) Balance Hand; Tangan pendukung ini cuma dipakai buat
melindungi penyeimbang menggenggam bola saat sebelum bola
meninggalkan tangan. Kekeliruan kerap terjalin dikala
mencengkram bola, dimana ibu jari turut mendesak bola dikala
shooting.
5) Realese; filosofi ini mengarahkan gimana melepas bola dengan
dengan back spin. Jauhi Kerutinan tidak memandang sasaran
namun memandang bola. Supaya bola bisa back spin maanfaatkan
jari- jari buat memencet bola ke atas, sedetik saat sebelum bola
dilepaskan.
6) Follow Trough; tahap terakhir shooting yang bagus merupakan
pergerakan tangan dengan menjajaki tangan ke ring. Siku
senantiasa dikunci serta maanfaatkan daya dorongan terakhir dari
pergelangan tangan”.

Secara umum jenis menembak (shooting) dalam bolabasket adalah

sebagai berikut:

1. Tembakan bebas (free throw)

Free throw atau tembakan bebas, juga dikenal dengan lemparan

bebas, merupakan salah satu faktor penting dalam pertandingan bola

basket. Free throw menjadi kesempatan bagi sebuah tim untuk

menciptakan poin. Oleh sebab itu, seorang atlet bolabasket harus

memiliki kemampuan free throw yang baik agar bisa menyumbang

poin bagi timnya.

Free throw adalah peluang yang diserahkan pada seseorang

pemeran buat mengecap satu nilai, tidak dihalangi pemeran lawan,

dari balik garis gratis throw serta di dalam separuh lingkaran


(Perbasi, 2004:54). Free throw dicoba bila terjalin kekeliruan

metode serta pada pemeran yang dibebani diserahkan peluang buat

melaksanakan tembakan. Lebih lanjut FIBA (2012: 45)

menyatakan “A free throw is an opportunity given to a player to

score one (1) point, uncontested, from a position behind the

free-throw line and inside the semi-circle”. Maksudnya free

throw merupakan kesempatan yang diberikan kepada pemain

untuk mencetak satu (1) poin, tidak terbantahkan, dari posisi di

belakang garis lemparan bebas dan di dalam setengah lingkaran.

Dari beberapa pendapat di atas bisa disimpulkan kalau Free

throw merupakan tembakan yang dihadiahkan pada seseorang

pemeran buat memperoleh nilai, selaku dampak diganggunya

dengan agresif oleh pemeran rival dalam upaya tembakan

lapangan.

Gambar 9. Daerah pelaksanaan free throw


Sumber: PB PERBASI (2006:36)

Adapun langkah-langkah cara melakukan free throw yaitu:

 Lihat target
 Ucapkan perkata kunci target teratur

 Rentangkan kaki, punggung serta pundak

 Rentangkan siku

 Lenturkan pinggang serta jari- jari ke depan

 Lepaskan jari telunjuk

 Tangan menyimbang pada bola hingga terbebas.

Gambar 10. Free Throw Shoot


Sumber:https://www.google.com/search?
source=univ&tbm=isch&q=gambar+shooting+free+throw

2. Jump shoot

Tembakan dalam game bolabasket itu di atas ialah salah satu tipe

tembakan yang mana kerap kali dipakai oleh tiap pemeran dalam

perlombaan buat membuat nilai, ialah tembakan loncat (Jump shoot).

Jump shoot merupakan sesuatu aksi tembakan dengan diiringi lonjak

serta setelah itu pada puncak lonjak tembakan bola wajib telah

dilepaskan lewat tangan, pergelangan, jari tangan, dengan semua daya,

setelah itu ambil bola dengan cara berbarengan ke atas dengan kaki,

punggung serta pundak (Rosmi, 2016: 139). Dalam tembakan loncat


bola wajib dinaikan besar serta menembak sehabis melompat. Dalam

game bolabasket melaksanakan tembakan loncat ialah pertahanan

yang sangat bagus dalam bagan melaksanakan tembakan ke basket

lawan buat menjauhi dari blocking ataupun capaian dari tangan lawan.

Dengan jump shoot bisa menggapai target yang pas dengan

menembak dari atas kala melompat, dengan metode begitu hingga

hendak menjauhkan dari kesusahan buat pertahanan ataupun

menghalang- halangi.

Sebagian prinsip penerapan tembakan jump shoot merupakan:


1. Bola dipegang dekat dada, setelah itu meloncat maksimal

dengan melindungi verticallity, serta pada dikala titik paling

tinggi dari lonjak (umumnya terdapat dikala menyudahi di

udara), bola sudah sedia diatas kepala dimuka jidat buat

ditembakkan.

2. Pada titik paling tinggi lonjak bola di- release dengan menata

daya yang dibutuhkan. Besarnya daya tergantung pada

seberapa jauh jarak antara penembak dengan ring atau

kediaman.

3. Turunnya tubuh dari lonjak dengan posisi kaki kangkang serta

lutut melenting, kemudian mendarat serta sedia buat aksi

berikutnya (contoh rebound ataupun kembali ke posisi

bertahan).

Gambar 11. Jump shoot


Sumber: https://asset.kompas.com/

3. Tembakan tiga angka (Shooting Three point)

Saat pertandingan bolabasket, pemain maupun penonton

seringkali mendengar istilah three point. Wasit akan mengangkat


tangan dengan tiga jari (jempol, telunjuk, dan jari tengah) menunjuk

ke langit, sementara duaj arilainnya tertutup.

Pengertian three point dalam bolabasket adalah jumlah poin atau

angka yang didapat ketika pemain berhasil memasukkan bola ke

keranjang dari luar garis tiga poin. Adapun garis tiga poin berbentuk

setengah lingkaran yang di dalamnya ada area free throw hingga ring.

Sementara di luarnya adalah area permainan tengah atau area

tembakan tiga angka. Kemudian, jumlah angka yang didapat dari

tembakan luar garis setengah lingkaran tersebut adalah tiga poin.

Jumlah itu lebih banyak disbanding apabila seorang pemain

bolabasket dapat memasukkan bola ke dalam ring dari daerah

setengah lingkaran, karena akan hanya mendapat nilai dua poin.

Menurut Fardi (1999; 35) menembak ialah metode ataupun upaya

memasukkan bola kedalam keranjang ataupun ring rival. Buat bias

memahami metode menembak pemain wajib mempunyai tingkatan

akurasi yang besar. Shooting three poin merupakan metode tembakan

3 nilai. Tembakan ini umumnya cuma dicoba di luar garis three poin.

Dalam melaksanakan shooting three poin diperlukan metode yang

lembut serta melodius dan metode badan yang bagus.

Menurut Madri (2019: 74) berkata kalau shooting three poin

merupakan salah satu senjata buat memenangkan perlombaan, pula

membalikan kondisi dikala regu hadapi kegagalan. Bagi Kosasih

(2008:52) dalam Rigegietra (2017:27) berkata kalau shooting three


poin merupakan salah satu senjata buat memenangkan perlombaan

pula membalikan kondisi ataupun keungulan dikala regu kita hadapi

kegagalan. Dalam Afandi serta Siantoro (2017) Shooting Three nilai

merupakan 3 nilai ialah angka paling tinggi yang bisa di dapat dalam

game bolabasket.

Dalam melaksanakan shooting three poin terdapat sebagian

faktor- faktor yang pengaruhi shooting three poin. Bagi Sumiyarsono

(2002:32) terdapat 5 aspek yang pengaruhi kesuksesan shooting three

poin ialah:

a. Jarak
Melaksanakan shooting dengan jarak yang lebih dekat dengan
ring hendak jadi gampang buat memasukan bolanya sebab
ketepatan dalam melaksanakan shooting jadi lebih pas. Hendak
namun melaksanakan shooting pas di dasar ring jadi amat susah
buat dicoba sebab bola wajib masuk melalui sisi atas ring.
b. Mobilitas
Melaksanakan shooting dengan tindakan menyudahi (diam) lebih
gampang dicoba disbanding dengan tindakan berlari ataupun
memutar. Dengan tindakan menyudahi penembak bisa focus
kepada target. Perihal itu diakibatkan pula sebab dasar metode
shooting yang dipunyai belum bagus, dan kebisaan yang dicoba
pada dikala berlatih.
c. Sikap Penembak
Tindakan mengarah, serong ataupun memunggungi ring basket
pengaruhi susah ataupun mudahnya penembak. Shooting dengan
tindakan mengarah ke ring basket lebih gampang buat dicoba
dibanding dengan memunggungi ring basket. Dikala
memunggungi ring basket pemeran tidak mengenali dimana
posisi ring sebetulnya serta buat bias melaksanakannya pemain
butuh melaksanakan latihan supaya jadi terbiasa.
d. Ulangan Tembakan
Ulangan tembakan ataupun jumlah peluang yang didapat
penembak buat melaksanakan shooting, terus menjadi sedikit
menemukan jumlah peluang shooting terus menjadi susah buat
mendapatkan kesuksesan penembak. Dikala melaksanakan
shooting belum sukses masuk hingga pemain hendak
melaksanakan koresi kekeliruan shooting pada dirinya serta
dikala penembak melaksanakan shooting selanjutnya bias jadi
betul.
e. Situasi dan Suasana
Aspek suasana serta atmosfer fisik dan kejiwaan jadi perkara
yang berarti untuk seluruh pemain. Dikala situasi lelah ataupun
kelelahan hendak mempengaruhi dalam game, sebab factor raga
merupakan aspek yang sangat berarti dalam seluruh berolahraga.
Aspek teman serta rival pula mempengaruhi kepada pemeran buat
melaksanakan tembakan semacam dikala teman tidak bias dibawa
kerjasama serta lawan yang sanggat kuat dalam bertahan, alhasil
pengaruhi penembak dalam melaksanakan tugasnya buat dalam
menciptakan tembakan yang bagus.

Dalam melaksanakan shooting bagian raga amat berfungsi

selaku berhasilnya seorang melaksanakan shooting. Semacam

yang dipaparkan Abidin (1999:71) “tiap unsur- unsur aksi bisa

membagikan partisipasi kepada keahlian aksi, sebab seorang yang

mempunyai keahlian aksi merupakan orang yang sanggup

melaksanakan aksi dengan cara berdaya guna serta betul dengan

cara mekanis”.

Selanjutnya Abidin (1999: 72) menarangkan 8 bagian fisik

yang bisa mendukung melonjaknya prestosi seseorang pemain

dalam main bolabasket. 8 bagian itu ialah; (1) daya kuat

(endurance), (2) energi, (3) kelentukan (fexibility), (4) daya

(strength), (5) energi ledak (power), (6) kecekatan (agility), (7)

kecepatan (speed), serta (8) koordinasi.

Buat tembakan 3 nilai, disiapkan pada kejauhan yang

lumayan dari garis buat menjauh penginjakan garis serta buat

mementingkan pemikiran pada ring basket.


Ada pula langkah-langkah metode melaksanakan shooting

three poin merupakan selaku selanjutnya:

1. Lompat tanpa ketegangan, menembak dikala lompat ke atas

2. Irama yang sama

3. Daya berurutan dari kaki, punggung serta pundak

4. Rentangkan siku

5. Lenturkan pinggang serta jari- jari ke depan

6. Lepaskan jari-jari telunjuk

7. Tangan menyeimbang pada bola hingga terbebas

Pada dasarnya pemain sering melakukan kesalahan saat

melakukan shooting three point karena tidak memperhatikan

faktor-faktor penting yang dapat membantu dan memudahkan

saat melakukan shooting. Berikut ini adalah beberapa faktor

penting dalam melakukan tembakan shooting three point: (1)

Pemain wajib mempunyai jarak menembak yang aman. Pemeran

bisa tingkatkan capaian dengan latihan bobot serta belajar gimana

memakai kaki serta tangan lebih; (2) pemain wajib ketahui

gimana mengukur jarak serta persentase game. Pemain wajib

mengusahakan buat mengambil tembakan; (3) pemain wajib

ketahui gimana buat memperoleh posisi menembak di balik garis;

(4) Belajar tembakan 3 nilai tidak berarti belajar jarak jauh

shooting (Oktavianus ddk, 2018: 24).


Buat bisa mendapatkan shooting three poin yang efisien

hingga dibutuhkan sesuatu pola penyerangan supaya tidak

dibayangi oleh lawan alhasil shooter (penembak bebas) dengan

leluasa tidak terpelihara melaksanakan tembakan. Pemeran

shooting guard amat membolehkan buat menemukan peluang

menembak, serta menginginkan dorongan pemain lain buat

memperoleh peluang melaksanakan three poin shoot. Dalam pola

penyerangan yang bagus, hendak ada kondisi khusus shooting

guard menemukan open shoot alhasil pemain lain hendak

mengoper bola serta pastinya pemain ini bisa melaksanakan

dengan bagus sebab pengkhususan pemain ini menang pada

tembakan jarak jauh. Menurut Wissel (1996: 53) shooting three

point dibagi menjadi tiga fase dalam pelaksanaannya, yaitu:

1. Tahap Persiapan

Pada dikala menyambut bola, posisi dibelakang garis serta

langsung memandang sasaran, kaki serta pundak terentang

luas, kaki serta jari kaki lurus, posisi dengkul wajib elastis,

dilanjutkan dengan tangan yang tidak menembak di bawah

bola. Upayakan ibu jari dalam kondisi tenang serta siku masuk,

posisi bola lebih besar antara kuping serta pundak tenang,

dilanjutkan tahap buat menembak.


Gambar 12. Tahap Persiapan Three Point Shoot
Sumber:https://www.google.com/search?q=foto+tahap+persiapan+
three+point+shoot&tbm

2. Tahap Pelaksanaan

Pada posisi hendak melaksanakan shooting, upayakan

loncat itu tidak hadapi ketegangan, menembak dikala

melompat ke atas serta aksen yang serupa, dilanjutkan dengan

daya berurutan dari kaki, punggung, pundak, kemudian

rentangkan siku, lenturkan pinggang serta jari- jari ke depan,

lepaskan jari telunjuk lurus ke depan serta tangan

menyeimbang pada bola hingga terbebas.

Gambar 13. Tahap Pelaksanaan Three Point Shoot


Sumber: https://www.google.com/search?q=foto+tahap+pelaksanaan
+three+point+shoot&tbm
3. Tahap lanjutan Three Point Shoot (Follow Through)

Sehabis menyambut bola serta amati sasaran dilanjutkan

rentangan tangan sampai jari telunjuk mengarah sasaran,

sehabis melepaskan bola, posisi telapak tangan ke bawah serta

seimbangkan dengan telapak tangan ke atas diiringi berlabuh

dengan balance.

Gambar 14.Tahap Lanjutan (Akhir) Three Point Shoot


Sumber: https://www.google.com/search?q=foto+tahap+akhir+three+
point+shoot+follow+through&tbm

4. Hakikat Latihan

Latihan merupakan cara melaksanakan aktivitas berolahraga yang

sudah direncanakan dengan cara analitis serta tertata dalam waktu durasi

yang lama buat tingkatkan keahlian aksi bagus dari bidang raga, metode,

siasat, serta psikologis buat mendukung kesuksesan anak didik ataupun

olahragawan dalam mendapatkan hasil berolahraga yang maksimum

(Langga dan Supriyadi, 2016: 92). Bompa (2009; 3)

mengatakan“Traning is usually defined as systematic process of

repetitive, proggresive, having the ultimate goal of improving athletic

performance”. Artinya yaitu kalau latihan umumnya didefenisikan


selaku sesuatu cara analitis yang dicoba dengan cara berkali- kali,

liberal, serta memiliki tujuan buat tingkatkan performa fisik.

Perlombaan ialah puncak dari cara belajar melatih dalam

berolahraga, dengan impian supaya olahragawan bisa berprestasi

maksimal. Memperoleh hasil yang maksimal, seseorang olahragawan

tidak terbebas dari cara latihan. Bimbingan ialah sesuatu kegiatan dengan

cara tertib terencana, berkali- kali dengan bertambah hari terus menjadi

berat bobot kerjanya. Menurut Tirtawirya (2006: 1) latihan ialah cara

yang analitis buat tingkatkan mutu fisik serta performa berolahraga yang

dicoba dengan cara berkali- kali dengan pembebanan dengan cara

progresif. Menurut Harsono (1998: 102) menerangkan kalau latihan pula

dapat dibilang selaku sesuatu cara belajar yang sistematis yang dicoba

dengan cara berkali- kali yang bertambah hari jumlah bobot latihannya

bertambah meningkat.

Menurut Sukadiyanto (2010: 5) latihan berawal dari tutur dalam

bahasa Inggris yang bisa memiliki sebagian arti semacam: practice,

exercises, serta training. Penafsiran latihan yang berawal dari tutur

practice merupakan kegiatan buat tingkatkan keahlian (keahlian)

olahraga dengan memakai bermacam perlengkapan cocok dengan tujuan

serta keinginan agen olahraganya. Maksudnya, dalam melaksanakan cara

latihan memakai perlengkapan yang terdapat serta diperlukan dalam agen

berolahraga tiap- tiap buat menolong ataupun mensupport dalam tiap

tahap latihan untuk menggapai hasil yang maksimum. Dalam cara


berlatih melatih exercises karakternya selaku bagian dari cara latihan

yang berawal dari tutur practice. Maksudnya, dalam tiap cara tahap

bimbingan yang berawal dari kata exercises tentu terdapat wujud latihan

practice didalamnya.

Bersumber pada opini di atas, bisa disimpulkan kalau bimbingan

merupakan sesuatu kegiatan buat tingkatkan keahlian olahraga dengan

memakai bermacam perlengkapan cocok dengan tujuan serta keinginan

agen berolahraga selaku cara penyempurnaan keahlian olahraga yang

berisikan modul filosofi serta praktek, memakai tata cara, serta ketentuan

penerapan dengan pendekatan objektif, alhasil tujuan latihan bisa berhasil

pas pada waktunya, dalam perihal ini alterasi latihan terpaut dengan

macam- macam aksi koordinasi.

Sebaliknya berlatih sendiri merupakan melaksanakan program

latihan dengan cara berkali- kali dalam durasi yang relatif lama yang

setelah itu ditingkatkan dengan cara berangsur- angsur bersumber pada

keahlian orang untuk tingkatkan guna fisiologis serta psikologi mentok

penuhi desakan kewajiban. Hasil berolahraga tidak hendak bertambah

bila dalam berlatih tidak berdasarkan prinsip- prinsip latihan.

Prinsip latihan yang hendak dikemukakan merupakan prinsip-

prinsip bawah yang butuh dikenal dan diaplikasikan dalam tiap latihan

berolahraga. Budiwanto (2004) dalam SSB UNNES Tahun 2011

melaporkan buat menggapai peningkatan keahlian fisik ataupun metode

dalam sesuatu agen berolahraga, dibutuhkan sesuatu cara serta durasi.


Program bimbingan butuh disusun dengan mencermati prinsip- prinsip

dasar latihan lewat pentahapan, tertib serta berkelanjutan.

Sukadiyanto (2010: 8) menyatakan bahwa “struktur modul latihan

pada sekali lihat wajah pada biasanya muat substansi, antara lain: a. Awal

ataupun pengantar latihan. b. Pemanasan (warming- up) c. Latihan inti d.

Latihan bonus e. Cooling down ataupun penutup”.

1. Prinsip Latihan

Dalam usaha tingkatkan mutu raga ke tingkatan yang lebih

besar, hingga butuh mempunyai wawasan yang lumayan mengenai

bermacam prinsip latihan atau sistem serta dampak bimbingan. Ada

sebagian prinsip bimbingan yang wajib diiringi serta dimengerti dan

dilaksanakan dengan bagus oleh para pelaku berolahraga. Prinsip-

prinsip itu merupakan selaku selanjutnya:

a. Prinsip beban berlebih (the over load principle)

Buat memperoleh dampak latihan yang lebih bagus, alat badan

wajib diberi bobot melampaui bobot yang diperoleh dalam

kegiatan tiap hari. Dengan begitu otot hendak diransang buat

berkontraksi dengan cara maksimum. Menurut Syafruddin

(2011:234) ”prinsip bobot lebih (overload principle) ataupun

kenaikan bobot dengan cara progressif ialah salah satu prinsip

latihan yang sangat terkenal dalam pembinaan hasil berolahraga”.

Pemberian bobot latihan pula wajib mencermati situasi serta

keahlian batasan maksimum dari tiap- tiap olahragawan.


b. Prinsip beban bertambah (the principle of prograssive resistance)

Supaya prinsip bobot meningkat memiliki dampak wajib

menjajaki prinsip bobot ataupun tahanan meningkat, sebab

keduanya memiliki ikatan yang berat. Prinsip ini hendak berkaitan

dengan kenaikan dengan cara berangsur- angsur, alhasil otot bisa

membiasakan dengan bobot latihan berikutnya. Prinsip bobot

meningkat dicoba dengan tingkatkan bobot dengan cara berangsur-

angsur dalam sesuatu program latihan. Perihal ini bisa dicoba

dengan jalur menata kenaikan proporsi, gelombang serta lama

latihan. Terus menjadi bertambah keahlian, bobot terus menjadi

ditingkatkan.

c. Prinsip kekhususan (the principle of speciality)

Prinsip ciri merupakan latihan buat satu agen berolahraga,

membidik pada pergantian morfologis serta fungsional yang

berhubungan dengan ciri cabang itu. Ciri disini memiliki sebagian

pandangan yang perlu di cermati antara lain:

1. Spesial kepada kelompok otot yang berpengalaman.

2. Khusus kepada pola aksi cocok dengan yang diharapkan.

3. Khusus kepada system energi penting, misalnya pelari kilat

berlainan dengan pelari marathon meski pola aksi serta

kelompok otot yang ikut serta serupa.

d. Prinsip reversible
Hasil kenaikan mutu fisik yang didapat hendak menyusut balik

bila tidak melaksanakan latihan dalam durasi khusus. Kesegaran

yang sudah digapai hendak berdikit- dikit menyusut apalagi dapat

lenyap serupa sekali bila bimbingan tidak digarap secara tertib

dengan dosis yang pas. Kesegaran hendak menyusut 50% sehabis

menyudahi bimbingan 4- 12 pekan serta hendak lalu menurun

sampai 100% sehabis menyudahi latihan 10- 30 pekan. Untuk itu,

latihan perlu dilakukan terus-menerus sepanjang tahun dan

berkesinambungan agar kondisi tetap terjaga.

e. Prinsip individu (the principle individual)

Buat melaksanakan latihan yang efisien, hingga pelatih wajib

mengenang tingkatan- tingkatan situasi orang olahragawan

semacam; keahlian (keterampilan) orang, baya olahragawan,

lamanya latihan serta kondisi kesehatan, supaya esoknya bisa

dilatih dengan cara sistematik serta logis buat menggapai hasil

yang besar.

Tiap atlet mempunyai kemampuan serta keahlian yang

berbeda- beda, alhasil dalam memastikan bobot latihan wajib

dicocokkan dengan keahlian tiap orang.

Ada pula aspek yang bisa pengaruhi: 1. Generasi atau genetika, 2.

Nutrisi atau vitamin, 3. Durasi rehat, 4. Tingkatan kesegaran, 5.

Rasa sakit serta cidera, 6. Dorongan, 7. Maturation atau

kedewasaan, serta 8. Area.


f. Prinsip latihan beraturan (The arrangement of principles)

Latihan seharusnya diawali dari kemolmpok otot yang lebih

besar setelah itu terkini golongan otot yang lebih kecil. Perihal ini

sebab otot yang lebih kecil lebih kilat hadapi keletihan bila

dibanding dengan otot yang lebih besar (Fox, 1992). Pengaturan

latihan ini seharusnya diprogamkan alhasil tidak terjalin 2 bagian

otot yang serupa menemukan 2 kali kesempatan latihan dengan

cara berentetan. Janganlah melaksanakan pada golongan dengan

cara berangkaian pada kelompok- kelompok otot yang serupa biar

terdapat dikala penyembuhan buat tiap- tiap golongan.

g. Prinsip variasi (the principle of variaty)

Seseorang pelatih wajib pandai- pandai serta inovatif dalam

memilah serta membagikan variasi- variasi dalam latihan buat

menghindari kejenuhan belajar. Buat menghindari kejenuhan

belajar, instruktur wajib inovatif serta cerdas mempraktikkan

variasi- variasi dalam latihan, misalnya wujud game dengan bola,

berenang, berlatih di pegunungan, kabur rute alam, perubahan

peraturan serta alat latihan serta pula sahabat belajar, dsb.

h. Frekuensi dan lamanya Latihan

Tiap latihan itu wajib dicoba dengan upaya yang sebaik-

baiknya serta dengan mutu serta kualitas yang besar. Walaupun

durasi latihan pendek namun bermuatan padat, hasilnya hendak lebih


efisien bila dibanding dengan latihan yang menyantap durasi lama

namun tidak padat serta bermuatan.


2. Komponen - komponen latihan

Latihan bermaksud buat melaksanakan terdapatnya pergantian

pada orang. Pergantian yang dialami sehabis kegiatan berolahraga bisa

berbentuk pergantian fisiologis, anatomis serta psikologis. Kegiatan

dilaksanakan dengan cara terdaftar serta terukur, hingga semua

aktivitas yang dicoba memiliki bagian- bagian tertentu. Menurut

Sukadiyanto (2011: 35) latihan merupakan cara pengakumulasian dari

bermacam bagian aktivitas bagian aktivitas yang antara lain semacam:

lama, jarak, jumlah klise, gelombang, aksen melaksanakan,

pembebanan, keseriusan, recovery, serta densitas.

Bebrapa berbagai bagian- bagian latihan bagi Sukadiyanto (2011:

36-45) sebagai berikut:

1) Intensitas

Keseriusan merupakan komponn pada bimbingan yang

amat berarti buat berhubungan dengan bagian bimbingan yang

dilaksanakan pada kurun durasi yang sudah didetetapkan. Lebih

banyak kegiatan yang dilaksanakan dalam dasar durasi hendak

lebih besar pula intensitasnya. Intensitasnya ialah dimensi yang

membuktikan mutu sesuatu membangkitkan pembebanan.

Besarnya dimensi keseriusan dapat didetetapkan dengan memakai

metode selaku beriku: 1 RM (reptisi maksimal), kecekatan, debar

jantung permernit, jumlah repetisi, jarak tempuh, durasi recovery

serta istirahat.
Menurut Suharjana (2013: 15) keseriusan ialah guna daya

rangsangan syaraf yang dilaksanakan pada latihan, kuatnya

rangsangan terkait dari bobot kecekatan aksi, alterasi istirahat

ataupun recovery.

2) Volume

Volume ialah dimensi yang menunjukkan mutu (jumlah)

sesuatu membangkitkan ataupun pembebanan (Sukadiyanto,

2011:28). Cara bimbingan metode yang dugunakan buat

tingkatkan daya muat bimbingan bisa dicoba dengan metode

latihan: diperlama, diperberat, diperbanyak, ataupun dipercepat.

Memastikan besarnya vulome bimbingan bisa dicoba dengan

metode membagi: jumlah kuis per- sesi, jumlah pemberat per-

sesi, jumlah pembebanan per- sesi, jumlah seri per- sesi, serta

lama singkatnya pemberian istirahat serta durasi recovery.

3) Pemulihan (recovery)

Penyembuhan ataupun recovery ialah durasi rehat yang

diserahkan diantara set ataupun dampingi repetisi (kuis).

Recovery dipecah jadi 2 (dua) berbagai ialah recovery lengkap

serta recovery tidak komplit. Dimaksudkan komplit karena durasi

rehat melampaui 90 detik serta dimaksudkan tidak lengkap karena

durasi rehat tidak melampaui 90 detik.


4) Durasi

Lama merupakan dimensi yang membuktikan lamanya

durasi pemberian membangkitkan (lamanya durasi latihan). Bagi

Djoko Pekik 2004:21) lama latihan ataupun time merupakan

durasi ataupun lama yang dibutuhkan tiap kali berlatih. Selaku

ilustrasi pada satu kali lihat wajah menginginkan durasi 90 menit

lamanya latihan, berarti lama bimbingan sepanjang 90 menit.

5) Densitas

Menurut Sukadiyanto (2011: 44) densitas ialah dimensi

yang membuktikan padatnya ataupun rapatnya pemberian

membangkitkan. Rapat ataupun tidak durasi pemberian

membangkitkan ini amat dipengaruhi oleh lamanya istirahat serta

recovery. Terus menjadi deket jarak durasi istirahat serta

recovery, hingga densitas latihan terus menjadi besar,

kebalikannya terus menjadi jauh durasi istirahat serta recovery

hingga terus menjadi kecil densitasnya.

6) Frekuensi
Frekuensi merupakan jumlah bimbingan yang dicoba dalam

rentang waktu durasi khusus. Bagi Suharjana (2013:17)

gelombang ialah jumlah training ataupun latihan yang diserahkan

perminggu. Pada biasanya rentang waktu durasi yang dipakai buat

membagi jumlah gelombang itu dalam satu pekan. Bermaksud

buat membuktikan jumlah lihat wajah (tahap) latihan pada tiap

minggunya

3. Tujuan Latihan

Tiap kegiatan berolahraga yang dicoba seorang senantiasa

mempunyai tujuan serta target, serta hasil. Bagi Sukadiyanto (2010:8)

tujuan latihan dengan cara biasa merupakan buat menolong para

pembina, pelatih, serta guru berolahraga supaya bisa meningkatkan

keahlian serta menolong atlet buat menggapai pucuk hasil. Ada pula

target serta tujuan latihan dengan cara garis besar, bagi Sukadiyanto

(2010:9) antara lain buat:

1. Tingkatkan mutu fisik dasar dengan cara biasa serta


menyeluruh,
2. Tingkatkan serta meningkatkan kemampuan fisik yang spesial
3. Menaikkan serta melengkapi keahlian teknik,
4. Meningkatkan serta melengkapi strategi, siasat serta pola
bermain,
5. Tingkatkan mutu serta keahlian kejiwaan atlet dalam
berkompetisi.

Menurut Bompa & Haff (2009: 4) ada sebagian faktor berarti

latihan yang butuh dicermati supaya latihan bisa berhasil dengan cara

maksimum ialah:

1. Multilateral Physical Development


Latihan fisik ialah sesuatu cara latian buat tingkatkan situasi fisik
seorang siswwa ataupun atlet.
2. Latihan Teknik
Latihan metode merupakan buat tingkatkan mutu metode aksi
yang dibutuhkan cabang olah badan tertentu.
3. Latihan Taktik
Latihan teknik bermaksud merupakan buat menginginkan
kemajuan interpretive atlet.
4. Latihan Mental
Latihan psikologis amatlah berarti, karena berapapun tinngi mutu
fisik, metode serta siasat, bila todak mempunyai mental yang
bagus prestasi tidak hendak meningkat.

Dari pernyataan di atas bisa disimpulkan tujuan serta target

latihan merupakan hasil dari suatu latihan. Buat menciptakan tujuan

serta target berhasil butuh dicoba latihanf isik, metode, siasat serta

psikologis.

5. Latihan Medicine Ball

a. Definisi Latihan Medicine Ball

Dalam merancang sesuatu latihan, seseorang instruktur wajib

memiliki kemampuan yang professional serta memiliki pengalaman

yang lumayan dalam bidangnya supaya pemograman yang telah

terprogram serta terorganisira berjalan dengan efisien (Sari dan

Purnomo,2019:2). Salah satu program latihan yang terencana dan

terorganisir dalamupaya meningkatkan kemampuan daya ledak otot

lengan adalah latihan dengan menggunakan bola medicine.

Medicine ball merupakan bola medicine yang terdiri dari

bermacam berbagai dimensi serta berat bobot khusus. Bompa (2010)

menerangkan kalau “mayoritas latihan medicine ball dicoba dengan


membekuk serta melontarkan yang dicoba dengancepat, akselerasi

maksimal buat menggapai berhasil pada akhirnya”.

Medicine ball ialah bola berat buat melatih otot tangan serta

pergelangan tangan. Dibuat dari materi kulit, nilon, karet sampai

polyurethane. Buat latihan medicine ball yang bagus, hendaknya

seleksi yang mempunyai berat 1 kilogram serta apabila telah lancar

bisa mengenakan medicine ball yang lebih berat. Berolahraga dengan

Medicine Ball amat mengasyikkan, hamper mendekati semacam aksi

gimnastik tetapi dibarengi dengan latihan bobot alhasil khasiat yang

didapatpun menjadil ebih dari hanya berolahraga fitness lazim.

Banyak orang yang mengatakan medicine ball merupakan latihan

yang bisa tingkatkan fleksibelitas otot, kesegaran serta alternative buat

membuat tangan sixpack.

Latihan medecine ball ialah bimbingan dengan alterasi

memakai bola yang bermaksud melatih daya otot tangan. Latihan

medecine ball 3 memakai bola yang memiliki berat 1- 10 kilogram.

buat pendatang baru direkomendasikan menggunkan bola yang enteng

terlebih dulu dimensi 1- 3 kilogram. Sehabis itu, buat tingkatkan hasil

lebih maksimum, kita bisa menggati bolanya ke dimensi yang lebih

berat dengan cara berangsur- angsur ataupun menggandakan jumlah

repetisi ataupun setnya (sari dan Purnomo, 2019:2). Dalam memilah

bola medicine buat bimbingan wajib terkait pada tingkatan kesegaran

dari orang serta tujuan spesial dari program latihan itu.


Menurut Haritsa dan Trisnowiyanto (2016), Medicine ball

ialah salah satu wujud latihan pliometrik dengan memakai

perlengkapan sejenis bola buat tingkatkan power serta daya otot

tangan. Latihan pliometrik ialah sesuatu tata cara buat meningkatkan

explosive power. Power ataupun daya ledak yakni gabungan dari

kecekatan maksimum serta daya maksimum.

Latihan medicine ball memakai energi dari cara anaerobic

yang memakai pergerakan guna badan dengan cara menyeluruh buat

tingkatkan power serta daya otot lengan. Otot yang berfungsi

merupakan otot trisep, bisep, deltoid, pectoralis major, serratus

anterior, trapezius, gastrocnemius, quadrisep (Haritsa serta

Trisnowiyanto, 2016). Latihan medicine ball merupakan latihan

kontraksi isotonic (kontraksi dinamik) yang dicoba lewat latihan bobot

luar memakai perlengkapan atau bola latihan (Yuniada et al., 2008).

Bagi Giam serta Teh (2008), bimbingan medicine ball, ambil bobot

serta latihan isometric ialah contoh latihan anaerobik yang tingkatkan

daya otot, daya tahan otot, daya otot, energi meletup otot, serta

kapasitas otot.

b. Jenis-jenis Medicine Ball

Medicine ball ada dalam beragam materi yang pada biasanya

terbungkus dengan kulit, karet ataupun Polyurethane (Chu,

2000:93). Medicine ball ada dalam beragam berat, hingga bisa

dicocokkan dengan tingkatan daya seorang.


Mengenai ukuran berat dari medicine ball ini ada beberapa

pendapat diantaranya menurut Ismaryati (2006:64) buat pria serta

wanita yang berumur 12 tahun hingga mahasiswa memakai

medicine ball yang berat sebesar 2, 7216 kilogram (6 pounds). Bagi

chu (2000: 93) “pada biasanya perempuan memakai 4 hingga 8

pounds (4 kilogram) serta pria memakai bola dengan berat 8 hingga

12 pounds (16 kilogram). Chusaeri, cs, (1989:176) mengemukakan

kalau medicine ball ialah suatu bola yang lebih besar serta lebih

berat dari bola biasa.

c. Manfaat Latihan Medicine Ball

Guna latihan medicine ball buat melatih daya otot, daya tahan

otot, kemantapan, koordinasi badan, proprioseptif, serta plyometric

(Mahardika, 2014).

Menurut Harista dan Trisnowiyanto (2016), terdapat sebagian

gejala serta khasiat bimbingan medicine ball, ialah:

a. Tingkatkan energi ledak otot tangan

b. Tingkatkan daya otot tangan

c. Tingkatkan kontraksi otot

d. Kenaikan koordinasi motoric

Kontra indikasi latihan medicine Ball, menurut Soegiarto et al

(2008) yaitu:

a. Cedera Otot

b. Fraktur Tulang
c. Infeksi Akut

d. Penyakit Jantung

d. Tata Cara melakukan Latihan Medicine Ball

Metode melaksanakan latihan medicine ball terdapat sebagian

berbagai, terdapat yang dicoba dengan cara berdiri serta terdapat

yang dicoba dikala duduk.

1. Latihan medicine ball sembari bediri dengan rancangan

shoulder press exercise.

1) Olahragawan berdiri berdiri dengan membuka kaki selebar

pundak, setelah itu pegang bola medicine dengan kedua

tangan.

Gambar 15: Pelaksanaan medicine ball posisi berdiri


Sumber:https://www.google.com/search?
q=foto+pelaksanaan+medicine+ball+posisi+berdiri&tbm

2) Ambil bola melampaui kepala, sembari ancang- ancang

dengan mengangkut bola 2 kali di depan kepala serta 2 kali

di atas kepala.
Gambar 16. Pelaksanaan Latihan Medicine Ball posisi berdiri
Sumber: Dokumentasi Pribadi

3) Berdiri berdiri menggenggam bola semacam tindakan dini,

dengan kaki kanan maju serta lipat 90° sembari

mengangkut bola di atas kepala, jalani bergantian dengan

kaki kiri.

Gambar17. Pelaksanaan Latihan Medicine Ball posisi duduk


Sumber: Dokumentasi Pribadi

2. Latihan medicine ball dengan posisi duduk dengan konsep

Two-hand medicine ball put:

Tata cara pelaksanaannya:


1) Olahragawan bersandar menyender di bilik dengan

punggug lurus

2) Olahragawan menggenggam bola medicine dengan 2

tangan, di depan dada serta di bawah dagu

3) Olahragawan mendorong bola jauh ke depan sepanjang

bisa jadi, punggung senantiasa melekat di bilik, kala

mendorong bola

4) Olahragawan melaksanakan ulangan sebesar 3 kali.

5) Saat sebelum melaksanakan uji, testi bisa

melaksanakannya sekali buat percobaan coba.

Gambar18. Pelaksanaan Latihan Medicine Ball posisi duduk


Sumber: https://www.google.com/search?q=foto+langkah-
langkah+pelaksanaan+medicine+ball+posisi+duduk&tbm

6. Latihan Pull Up

1. Definisi Pull Up

Pull Up adalah latihan yang bertujuan untuk mempertahankan

dan meningkatkan massa otot, terutama otot tubuh bagian atas. Otot –

otot tubuh bagian atas yang terpengaruhi oleh pull up adalah otot
lengan, punggung dan bahu. Sesuai dengan yang di ungkapkan oleh

Meirizal, Rusmana et al (2018: 30) bahwa Pull up merupakan latihan

untuk membentuk otot lengan dan bahu.

Pull Up adalah olahraga mengangkat berat beban tubuh

(Erliana, 2015: 3). Izzuddin et al, dkk (2022: 1) juga berpendapat pull

up ialah suatu wujud bimbingan yang dilaksanakan dengan

mengunakan perlengkapan, ialah alang kusen ataupun alang besi.

Bersumber pada pernyataan sebagian pakar di atas bisa disimpulkan

membawa pull up merupakan ialah tipe berolahraga yang mempunyai

banyak khasiat buat kesegaran tubuh. Dengan cara biasa, pull up ini

dicoba buat melatih daya otot badan bagian atas serta kerap kali dicoba

buat melatih daya otot pada bagian tangan serta punggung.

Pull up ialah salah satu latihan buat energi ledak otot tangan

terbaik yang dicoba dengan bergantungan pada suatu palang atau kafe

besi serta menarik badan hingga dagu baas sekelas (ataupun sedikit di

atas) dengan bar itu. Posisi kaki bias lurus ataupun ditekuk, tetapi

biasanya merupakan dengan melekukkan kaki. Latihan ini paling

utama mengaitkan otot biceps serta forearms, oleh karena itu kunci

buat bisa memainkan pull up dengan bagus merupakan melatih daya

pada biceps dan forearms.

Tradisional Pull Up bergantung pada kekuatan tubuh bagian

atas tanpa berayun. Target latihan murculus latisimus dorsi terutama

otot dibagian lengan. Pull up yang mana tujuannya untuk melatih


kekuatan otot lengan. Ibrahim (2005: 85) berpendapat bahwa Pull up

merupakan salah satu bentuk latihan yang dapat menguatkan otot

lengan sehingga dapat bermanfaat pada olahraga yang membutuhkan

otot lengan. Bagi Wikipedia pull up ialah aksi yang dicoba dengan

tergantung pada suatu alang besi serta menarik badan hingga dagu bias

sekelas ataupun lebih sedikit dengan palang. Dalam Kamus Besar

Bahasa Indonesia pull up merupakan suatu aksi yang menarik badan

kita dari posisi bergantung sempurna pada suatu barang (besi,

tumbuhan, dan lain- lain) sampai badan terangkat.

Dari sebagian filosofi di atas bisa disimpulkan kalau pull up

merupakan sesuatu aksi yang dicoba dengan metode tergantung

kemudian mengangkut badan naik turun sampai dagu sekelas dengan

besi ataupun palang pegangan.

2. Manfaat Latihan Pull Up

Salah satu khasiat penting dari melaksanakan pull up merupakan

menguatkan otot punggung, tangan, serta pundak. Tetapi butuh

diketahui, latihan ini wajib dicoba dengan cara teratur buat memperoleh

hasil itu. Buat memperoleh khasiat pull up dengan cara maksimum,

amat dibutuhkan pijakan yang kokoh, semacam pull up kafe yang dapat

temui di pusat kesegaran (gym), palang yang besar, ataupun dapat pula

jendela pintu rumah. Pull up dicoba dengan metode mengangkut serta

menggantungkan badan pada pijakan itu.


Bila dicoba dengan betul serta tertib, aksi ini dapat melatih daya

otot- otot selanjutnya:

1) Otot Latissimus Dorsi, ialah otot yang terletak di punggung atas.

Otot ini menghampar dari punggung bagian tengah sampai dasar

tulang belikat serta bawah ketek.

2) Otot Trapezius, ialah otot yang terdapat pada leher sampai kedua

pundak.

3) Otot Erector Spinae, otot bagian atas yang menghampar pada

selama tulang belakang punggung atas.

4) Otot Infraspinatus, otot punggung yang berada di tulang belikat.

Tidak hanya menaikkan penyeimbang badan, bimbingan pull up

ini pula sanggup menaikkan inti daya, dimana perihal itu disebabkan

pada dikala melaksanakan latihan pull up, otot badan berkolaborasi buat

bisa membuat daya badan pada beberapa otot yang terkoordinasi

dengan cara bagus buat bisa menciptakan inti daya pada badan kita.

Tampaknya, olahraga memanglah dapat melindungi situasi

intelektual jadi lebih balance. Ada pula sebagian khasiat dari Latihan

Pull Up tidak hanya buat tingkatkan guna otot merupakan selaku

selanjutnya:

1. Melatih kekuatan genggaman tangan

Pull up pula dapat tingkatkan daya memegang tangan. Bila

senang melaksanakan berolahraga ambil bobot, memanjat menaiki

tebing, golf, ataupun tenis, tipe latihan ini hendak amat bermanfaat.
Sedemikian itu pula dalam kegiatan tiap hari, semacam membuka

stoples, mengangkut belanjaan, ataupun main gitar hendak terus

menjadi gampang dicoba bila mempunyai kepalan tangan yang

kokoh.

2. Meningkatkan kesehatan fisik

Pull up pula berguna buat tingkatkan kesehatan serta

kesegaran raga dengan cara totalitas. Suatu riset mengatakan kalau

teratur melaksanakan latihan daya, semacam pull up, bisa kurangi

lemak perut, mensupport kesehatan tulang, kurangi perih

punggung, serta tingkatkan kesehatan jantung.

3. Menjaga berat badan ideal

Latihan daya, semacam pull up, pula bisa merendahkan

berat tubuh berlebih. Walaupun tidak membakar banyak kalori,

namun latihan ini dapat tingkatkan metabolisme serta

memanjangkan cara pembakaran kalori, apalagi sehabis latihan

berakhir. Dengan sedemikian itu, berat tubuh sempurna dapat

terpelihara serta pula dapat bebas dari resiko terserang kegemukan.

4. Menjaga kesehatan mental

Tidak cuma berguna buat kesehatan raga, pull up pula

bagus buat kesehatan psikologis. Sebagian riset mengatakan kalau

latihan daya bisa berakibat positif kepada kesehatan psikologis,

semacam:

1) Kurangi pertanda keresahan


2) Tingkatkan guna kognitif, semacam metode pikir, energi ingat,

serta intensitas atensi

3) Kurangi keletihan

4) Kurangi resiko tekanan mental


(https://www.alodokter.com/manfaat-pull-up-dan-cara-
melakukannya-dengan-benar)

Tetapi berarti buat dicermati, khasiat kesehatan dari

berolahraga ini cuma dapat diterima bila aksi dicoba dengan betul serta

tidak kelewatan.

3. Cara melakukan Pull Up

Berikut ini cara melakukan pull up yang benar, sebagaimana

dikutip dari buku Bugar dan Sehat (2017) yang diterbitkan Kementerian

Pendidikan dan Kebudayaan:

1) Sikap tubuh awal adalah berdiri di bawah palang tunggal. Palang ini
adalah perlengkapan utama latihan pull up untuk menggantungkan
dan mengangkat tubuh.
2) Atlet meloncat sendiri atau dibantu teman untuk bergantung pada
palang tunggal tersebut.
3) Tangan menggenggam palang tunggal dengan kuat untuk menahan
berat badannya. Jarak kedua tangan idealnya selebar bahu. Posisi
telapak tangan menghadap ke arah kepala, sedangkan kedua lengan
dalam keadaan lurus.
4) Gunakan kedua tangan untuk mengangkat tubuh sampai dagu
melewati palang.
5) Turunkan tubuh kembali keposisi semula.
6) Lakukan berulang semampu atlet.
Gambar. 19 Pelaksanaan Pull Up
Sumber: https://www.google.com/search?source=univ&tbm=isch&q
=gambar+pull+up&hl
7. Komponen Fisik dalam Olahraga BolaBasket

1. Kekuatan (Strength)

Daya merupakan keahlian kontraksi semua system otot dalam

menyambut bobot atau tahanan bagus yang berawal dari dalam ataupun

dari luar serta sanggup menanggulangi sesuatu titik berat dalam durasi

kegiatan khusus alhasil daya ini selaku bawah dari bagian situasi fisik lain

untuk mendukung bagian situasi raga itu. Nyaris seluruh cabang

berolahraga membutuhkan keahlian daya. Sajoto (1995: 8) beranggapan

"daya merupakan bagian situasi raga seorang mengenai kemampuannya

dalam mempergunakan otot buat menyambut bobot sewaktu bertugas".

Daya otot ialah unsure situasi raga yang sangat pokok yang amat

dibutuhkan buat menggapai hasil berolahraga. Daya menggenggam


andil berarti dalam mencegah otot dari mungkin luka, dengan daya

olahragawan hendak bisa lebih kilat melaksanakan metode yang

diinginkan.

Walaupun banyak kegiatan berolahraga lebih membutuhkan agility,

speed, penyeimbang, koordinasi, serta serupanya, factor itu wajib

digabungkan dengan daya yang ialah dasar untuk bagian situasi fisik yang

lain. Pada bolabasket daya dipakai buat rebound ataupun mengambil bola

yang kandas nilai buat meregang bola dari lawan.

2. DayaTahan (Endurance)

Daya tahan merupakan keahlian seorang dalam tingkatkan

keahlian semua badan buat senantiasa beranjak dalam tempo lagi hingga

cepat yang lumayan lama (Sajoto, 1995:192). Daya tahan dipecah jadi 2

bagian, ialah energi kuat kardiorespirasi serta daya kuat otot.

Energi kuat kardiorespirasi ataupun energi kuat jantung serta

paru merupakan keahlian jantung (sistem penyebaran darah) serta paru

(pernapasan) buat berperan dengan cara maksimal dikala

melaksanakan kegiatan tiap hari dalam durasi lumayan lama tanpa

hadapi keletihan berarti. Energi kuat ini amat berarti buat mendukung

kegiatan otot, ialah dengan mengutip oksigen lewat respirasi serta

mengirimnya ke otot- otot yang lagi aktif ataupun berkonsentrasi lewat

penyebaran darah.

Daya tahan otot ialah kapasitas otot buat melaksanakan kontraksi

dengan cara lalu menembus pada tingkatan keseriusan sub maksimum.


Tujuan bimbingan energi kuat merupakan tingkatkan keahlian energi kuat

aerobic serta energi kuat otot. Maksudnya, seseorang olahragawan dipacu

buat berlari serta beranjak dalam durasi lama serta tidak hadapi keletihan

yang berarti. Buat menjaga ataupun tingkatkan energi kuat kardiorespirasi

dengan melaksanakan latihan aerobic ataupun lari (Jogging) sepanjang 40-

60 menit dengan kecekatan yang bermacam- macam. Sebaliknya energi

kuat otot itu sendiri merujuk pada sesuatu golongan otot yang sanggup

buat melaksanakan kontraksi berturut- ikut buat durasi yang lama,

misalnya latihan push up serta sit up.

Pada berolahraga bolabasket, energi kuat dipakai buat bonus

durasi bila terjalin angka yang serupa pada kuarter 4 dengan bonus kuarter

dengan lama 5 menit.

3. Daya Ledak Otot (Muscular Power)

Keahlian daya ledak otot ataupun yang biasa diucap eksplosive,

amat dipengaruhi oleh 2 unsure bagian situasi raga yang lain ialah daya otot

serta kecepatan. Kedua bagian situasi raga ini tidak bisa dipisahkan sebab

pada prinsip kerjanya kedua bagian situasi fisik ini bertugas bersama buat

menciptakan keahlian daya ledak otot (explosiver), serta bawah dari

pembuatan eksplosive ini merupakan daya, hingga saat sebelum melatih

situasi raga haruslah terlebih dulu dilatih daya.

Daya ledak otot merupakan keahlian seorang buat

melaksanakan daya maksimal, dengan upaya yang dikerahkan

dalam durasi sependek- pendeknya (Sajoto, 1995:58). Energi


ledak dibutuhkan seluruh agen berolahraga tidak lain agen

berolahraga bolabasket, sebab tidak hanya daya ada pula

kecepatan. Latihan yang diserahkan pada olahragawan buat

tingkatkan energi ledak tidak cuma aspek bobot saja namun

wajib mencermati factor kecekatan konstraksinya. Dengan begitu

energi meletup ialah salah satu bagian situasi raga yang amat

dibutuhkan buat performance seseorang olahragawan. Power ialah

bagian yang banyak diperlukan dalam muncul kegiatan paling utama

pada muncul kegiatan yang bertabiat energi ledak otot (explosive).

Dalam berolahraga bolabasket, aplikasi explosive memiliki akibat besar

pada dikala melaksanakan jumpshoot serta three poin.

4. Kecepatan (Speed)

Kecepatan menurut Harsono (2001:36) adalah keahlian buat

melaksanakan gerakan- gerakan yang semacam dengan cara beruntun

dalam durasi yang sesingkat- singkatnya, ataupun keahlian buat

menempuh sesuatu jarak dalam durasi yang kilat. Bagi Sukadiyanto

(2005:106) "kecekatan merupakan keahlian otot ataupun segerombol otot

buat menanggapi rangsangan dalam durasi sedini serta sesingkat bisa

jadi". Dari pernyataan para pakar di atas bisa disimpulkan kalau kecepatan

merupakan keahlian otot dalam menanggapi rangsangan buat

melaksanakan gerakan- gerakan semacam dalam menggapai jarak khusus

dalam durasi yang sesingkat- singkatnya.


Buat menciptakan kecepatan dengan bagus diperlukan

latihan- latihan yang mensupport bagian situasi raga itu yang

hendaknya diserahkan pada olahragawan sehabis mempunyai

bagian daya. Dalam berolahraga bolabasket, kecekatan amat

dibutuhkan misalnya dalam melaksanakan serbuan balik

kewilayah lawan ataupun fastbreak.

5. Kelentukan (Flexibility)

Menurut Sajoto (1995: 58) kelentukan merupakan keberhasilan

seorang dalam memahami dirinya, buat melaksanakan seluruh kegiatan

badan dengan penguluran seluas- luasnya, paling utama otot- otot,

ligamen- ligamen disekitar persendian. Seseorang olahragawan yang tidak

mempunyai kelenturan ia hendak mengarah hendak sedikit susah dalam

melaksanakan aksi terlebih dengan aksi yang lingkungan serta ia hendak

nampak kaku. Kebalikannya, seseorang olahragawan yang mempunyai

kelenturan ia hendak lebih gampang dalam melaksanakan aksi serta lebih

berdaya guna serta kurangi resiko luka.

Kelentukan ialah bagian situasi fisik yang berarti sekali dalam

hamper seluruh cabango lahraga, paling utama cabang- cabang berolahraga

yang banyak menuntut aksi sendi, salah satunya agen berolahraga

bolabasket. Kelentukan dibutuhkan pada dikala melaksanakan jumpshoot,

shooting, serta lay up.


Harsono (2001:15) menerangkan kalau perbaikan dalam

kelentukan bakal bisa:

1) Kurangi mungkin terbentuknya luka pada otot serta sendi.


2) Menolong dalam mengembangka nkecepatan, koordinasi, serta
kecekatan
3) Menolong memperkembang prestasi.
4) Menekan pengeluaran daya pada durasi melaksanakan gerakan-
gerakan
5) Menolong membenarkan tindakan

6. Keseimbangan (Balance)

Keseimbangan merupakan salah satu keahlian seorang buat

mengatur organ- organ saraf ototnya, sepanjang melaksanakan gerakan-

gerakan yang kilat, dengan pergantian posisi titik berat tubuh yang kilat

pula, bagus dalam kondisi statis ataupun dalam aksi dinamis (Sajoto,1995:

58).

Keseimbangan seorang dibagi jadi 2, ialah: (a) penyeimbang statis

merupakan keahlian badan menjaga keseimbangan dalam posisi senantiasa,

(b) keseimbangan energik merupakan kernarnpuan rnernpertahankan

keseirnbangan pada durasi rnelakukan aksi dari satu posisi ke arah posisi

lain.

7. Kelincahan (Agility)

Kelincahan merupakan kernarnpuan buat rnengubah arah serta

posisi badan dengan kilat serta pas pada durasi lagi beranjak, tanpa

kehabisan keseimbangan serta pemahaman hendak posisi badannya


(Harsono, 2001:21). Jadi, kecekatan bukan cuma rnenuntut kecekatan,

hendak namun pula elastisitas yang bagus dari sendi- sendi anggota badan.

Tanpa rnerniliki kecekatan seseorang olahragawan tidak hendak bias

beranjak gesit, tidak hanya itu factor keseimbangan pula berarti dalam

agility.

Bisa disirnpulkan kalau agility ataupun kelincahan merupakan

kombinasi kecekatan, daya, kecekatan respon, keseirnbangan, kelentukan,

serta koordinasi. Pada berolahraga bolabasket, kelincahan ini berperan buat

rnengubah arah kabur buat mengecoh lawan pada dikala lagi offensive.

8. Koordinasi (Coordination)

Koordinasi merupakan keahlian buat melaksanakan aksi dengan

bermacam tingkatan kepayahan dengan kilat serta penuh akurasi

(Tangkudung, 2006:67). Dalarn bukunya Nurhasan (2005:21)

mengemukakan kalau “bagian koordinasi jadi bawah untuk upaya berlatih

yang bertabiat pemeriksaan motorik”. Bagi Sukadiyanto (2005:139

"Koordinasi ialah hasil kombinasi kemampuan dari mutu otot, tulang, serta

persendian dalam menciptakan satu aksi yang efisien serta efisien".

Aplikasi koordinasi dalam berolahraga bolabasket

merupakan keahlian mengganti arah badan dikala melaksanakan

lay up, rebound, serta jump shoot yang membutuhkan koordinasi

antara pemikiran mata, lengan, pensejajaran siku, serta

penempatan kaki pijakan.

9. Reaksi (Reaction)
Reaksi (reaction) merupakan keahlian seorang lekas bertindak

secepatnya, dalam menjawab rangsangan- rangsangan yang dating melalui

alat, saraf, ataupun feeling yang lain (Sajoto, 1995: 59).

Aplikasi respon dalam bolabasket merupakan pada dikala pemain

lagi menggiring bola, terutam apada suasana man to man, pemain wajib

bereaksi kilat buat bisa membebaskan diri dari hadangan lawannya serta

bila perihal itu bisa terselenggara dengan bagus tidak menutup mungkin

buat menghasilkan kesempatan mencetak nilai.

10. Stamina

Stamina merupakan tingkatan yang lebih besar dari daya kuat

(endurance). Otomatis keahlian aerobiknya lebih besar dari pada keahlian

aerobic, pada energi kuat apalagi dirubah jadi keahlian anaerobik.

Menurut Harsono (2001: 14) stamina merupakan "Kadar daya

kuat yang lebih besar derajatnya dari pada endurance". Oleh sebab itu

olahragawan haruslah dilatih dengan keseriusan yang terus menjadi lama

terus menjadi besar, alhasil kemampuannya buat bertahan kepada rasa

letih terus menjadi lama terus menjadi bertambah. Pada berolahraga

bolabasket, energi ini berperan buat melaksanakan aksi yang relative

lama yang merujuk pada durasi.

Menurut Harsono (2001: 15) ada sebagian metode buat

tingkatkan daya kuat jadi stamina ialah:

a. Memperjauh jarak lari ataupun renang dengan senantiasa

mencermati tempo yang besar.


b. Mempertinggi tempo (kecekatan 90% hingga 100%

maksimum)

c. Menguatkan otot- otot yang diperlukan buat kegiatan itu.

8. Pengaruh Daya Ledak terhadap Kemampuan ShootingThree Point

Pada dasarnya metode menembak (shooting) ialah salah satu bagian

yang sangat berarti pada game bolabasket, metode ini sangat banyak

mengamalkan nilai pada tiap perlombaan bolabasket. Hendak namun saat

sebelum mempunyai keahlian metode menembak, seseorang olahragawan

bolabasket wajib mempunyai bagian fisik yang bagus. Dalam bukunya

Sukadiyanto (2010: 14) mengemukakan bahwa “sasaran serta tujuan

bimbingan dengan cara berangsur- angsur dicoba dengan (a) tingkatkan mutu

fisik dasar dengan cara biasa serta menyeluruh, (b) meningkatkan serta

tingkatkan kemampuan fisik yang spesial, (c) menaikkan serta melengkapi

keahlian metode, (d) meningkatkan serta melengkapi strategi, siasat, serta pola

main, serta (e) tingkatkan mutu serta keahlian psikis atlet dalam berkompetisi.

Dalam permainan bolabasket, metode menembak yang bagus amat

dibutuhkan pada dikala berkompetisi. Pada dikala berkompetisi, kompetitor

tentu hendak membatasi pemain melaksanakan tembakan ke arah ring,

alhasil tidak hanya diperlukan keahlian menembak yang bagus, pemain

pula menginginkan explosive kaki yang bagus pada dikala melaksanakan

shooting, supaya pada dikala pemain melaksanakan tembakan, kompetitor

kesusahan buat membatasi pemain itu melaksanakan tembakan ke arah

ring.
Semakin bagus daya ledak yang dipunyai seseorang pemeran dalam

melaksanakan shooting, profit yang diterima pemain pada dikala

menembak terus menjadi banyak. Tidak hanya itu kaki berperan buat

menahan bobot badannya serta pula akibat gravitasi alam alhasil jadi bobot

yang wajib diperoleh tungkai itu.

Tidak bisa dibantah faktanya kalau daya ledak otot kaki memiliki

ketergantungan dengan hasil game bolabasket, oleh karena itu saat

sebelum olahragawan diterjunkan dalam perlombaan, olahragawan itu

wajib telah mempunyai tingkatan situasi raga yang bagus, dalam perihal

ini keahlian daya ledak otot tungkai.

Tidak hanya daya ledak otot tungkai, energi ledakotot tangan pula

amat dibutuhkan dalam game bolabasket supaya dalam memasukkan bola,

pemeran mempunyai daya buat melemparkan bola alhasil bisa masuk ke

dalam ring dengan cepat serta pas. Dengan tutur lain, daya ledak otot

tungkai serta tangan amat mempengaruhi dalam melaksanakan tembakan

ke arah ring supaya dalam melaksanakan aksi tembakan bisa dicoba

dengan seefektif bisa jadi serta menciptakan nilai.

Setiap metode dalam bermacam cabang berolahraga menginginkan

sumber tenaga yang berbeda- beda, tercantum pada dikala melaksanakan

shooting three poin. Perbandingan keinginan predominan sumber energi

itu nyata hendak mempengaruhi kepada kategorisasi program, determinasi

target, serta penentuan tata cara latihan. Sumber energi predominan pada

cabang berolahraga bolabasket bagi Bowers serta Fox dalam Sukadiyanto


(2010:64) merupakan, 85% ATP- PC- LA serta 15% LA-O2. Maksudnya,

bagian anaerobic mempunyai andil yang amat berarti untuk seseorang

olahragawan bolabasket, serta daya meletup otot ialah representasi dari

kapasitas anaerobic seorang.

B. Penelitian yang Relevan

Adapun beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Yopi Meirizal (2018) yang meneliti tentang perbandingan latihan pull up

dan latihan push up terhadap keterampilan chest pass bolabasket pada

STKIP Pasundan Cimahi. Pada penelitian yang dilakukannya didapatkan

hasil pengolahan dan analisis data dengan pendekatan statistika maka

selanjutnya, penulisan dapat menyimpulkan bahwa; (1) Latihan pull up

memberikan pengaruh yang signifikan terhadap teknik chest pass pada

permainan bolabasket di SMA, (2) Latihan push up memberikan

pengaruh yang signifikan terhadap penguasaan chest pass pada

permainan bolabasket di SMA, (3) Latihan push up lebih besar

pengaruhnya dibandingkan latihan pull up terhadap penguasaan chest

pass pada permainan bolabasket di SMA.

2. Irvan Oktavianus (2018) dengan penelitiannya yang berjudul “Bentuk

Latihan Pliometrik, Latihan Beban Konvensional Memberikan Pengaruh

Terhadap Kemampuan Three Point Shoot Bolabasket”. Adapun

penelitian yang dilakukannya dapat disimpulkan sebagai berikut:


1) Ada akibat yang penting latihan pliometrik kepada keahlian three

poin shoot olahragawan bolabasket klub Halilintar Kota Bukittinggi,

diperoleh kebenarannya dimana hasil yang didapat thitung 3.61 >

ttabel 1,76.

2) Ada pengaruh yang penting latihan bobot konvensional kepada

keahlian three poin shoot olahragawan bolabasket klub Halilintar

Kota Bukittinggi, diperoleh kebenarannya dimana hasil yang

didapat thitung 5.06 > ttabel 1,76.

3) Latihan pliometik tidak lebih bagus dari pada wujud latihan bobot

konvensonal kepada keahlian three point shoot olahragawan bobasket

klub Halilintar Kota Bukittinggi, diperoleh kebenarannya dimana hasil

yang didapat thitung 0.65 < ttabel 1,74.

3. Faizul Ula Putra Pratama (2021) dengan judul penelitian “Pengaruh

latihan medicine ball chest pass terhadap peningkatan daya ledak otot

lengan pemain bolabasket”. Kesimpulan dari penelitian ini adalah:

Latihan Medicine Ball Chest Pass memberikan pengaruh terhadap

peningkatan daya ledak otot lengan pemain bolabasket di SMA Negara 1

Muko Muko, dengan harga t hitung = 5, 18 t tabel =1, 72, dengan skor 4,

01 pada pre- test serta 5, 01 pada post- test.

C. Kerangka Konseptual

Berdasarkan batasan masalah dan kerangka teoritis mengenai

variabel dan kedudukan dalam penelitian mengenai konseptual penelitian

dapat dilihat pada bagan dibawah ini:


Latihan medicine
ball
Kemampuan shooting three
point atlet bobabasket
Kabupaten Sijunjung
Latihan Pull Up

Gambar 20. Kerangka Konseptua

D. Hipotesis Penelelitian

1. Latihan medicine ball berpengaruh terhadap kemampuan shooting three

point pada atlet bolabasket Kabupaten Sijunjung.

2. Latihan Pull Up berpengaruh terhadap kemampuan shooting three point

pada atlet bolabasket Kabupaten Sijunjung.

3. Terdapat perbandingan pengaruh latihan medicine ball dan latihan Pull

Up terhadap kemampuan shooting three point pada atlet bolabasket

Kabupaten Sijunjung.
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Tipe riset ini merupakan quasi penelitian, tujuan riset ini merupakan

buat memandang analogi latihan medicine ball serta latihan pull up kepada

kemampuan shooting three point atlet bolabasket Kabupaten Sijunjung.

Konsep riset yang dipakai merupakan Two Group Pretest Posttest ialah

konsep penelitian yang dicoba pada 2 kelompok berlainan yang memperoleh

latihan yang berlainan. Model ini lebih relevan untuk melihat perbandingan

karena menggunakan tes awal (pre test) kemudian setelah diberikan

perlakuan atau latihan dilakukan pengukuran akhir (post test) yang gunanya

untuk melihat akibat dari perlakuan atau latihan yang diberikan, sehingga

efek dari eksperimen dapat diketahui dengan pasti. Hasil yang didapat

merupakan buat mengenali analogi dari latihan medicine ball serta latihan

Pull up kepada keahlian Shooting Three Point olahragawan bolabasket

Kabupaten Sijunjung.

KA PLa

S Pretest OM Post Test


KB PLb

Gambar 21. Desain Penelitian


Keterangan:
S : Sampel
Pretest : Tes awal k
OM : Ordinally Matching Pairing
KA : Kelompok Medicine Ball
KB : Kelompok Pull Up
PLa : Perlakuan A
PLb : Perlakuan B
Post test : Test akhir

B. Definisi Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman dalam makna istilah-istilah yang

digunakan dalampnelitian ini perlu dijelaskan sebagai berikut:

1. Metode latihan

Metode latihan adalah cara-cara yang digunakan untuk mencapai tujuan

tertentu secara terencana dan sistematis

2. Medicine ball

Medicine ball merupakan latihan kontraksi isotonik (kontraksi dinamik)

yang dicoba lewat latihan bobot luar memakai perlengkapan atau bola

latihan.

3. Pull up

Pull up adalah salah satu bentuk latihan kekuatan yang bertujuan untuk

mempertahankan dan meningkatkan massa otot. Latihan ini bermanfaat

untuk membentuk tubuh, terutama otot lengan dan tubuh bagian atas.

4. Three point shoot


Three point shoot adalah metode tembakan 3 nilai. Tembakan ini

umumnya cuma dicoba di luar garis Three poin. Dalam melaksanakan

tembakan Three nilai shoot diperlukan metode yang lembut serta berirama

dan metode badan yang bagus. Shooting three point ini diukur dengan

menggunakan tes tembakan three point pada lima titik di lingkaran garis

tembakan 3 angka.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi merupakan area abstraksi yang terdiri atas subjek ataupun

poin yang memiliki mutu serta karakter yang diresmikan oleh peneliti

buat dipelajari setelah itu ditarik kesimpulan, (Sugiyono, 2017).

Populasi pada penelitian ini adalah atlet bolabasket Kabupaten

Sijunjung yang berjumlah 26 orang atlet putra dan 15 atlet puteri,

dengan jumlah keseluruhan 41 orang.

2. Sampel

Sugiyono (2016: 82) menerangkan sampel ialah bagian dari jumlah

serta karakter yang dipunyai oleh sesuatu populasi. Sampel yang esoknya

periset maanfaatkan dalam riset ini merupakan sampel sama ataupun

populasi yang penuhi kriteria inklusi buat berikutnya diseleksi dengan cara

random ke dalam 2 golongan perlakuan cocok dengan jumlah penentuan

sampel oleh peneliti. Teknik penarikan sampling yg digunakan dalam

penelitian ini adalah purposive sampling. Sebagaimana yang dikemukakan

oleh Sugiyono (2016: 85) Purposive sampling adalah teknik penentuan


sampel dengan pertimbangan tertentu. Alasan meggunakan teknik

purposive sampling ini karena sesuai untuk digunakan pada penelitian

kuantitatif, atau penelitian-penelitian yang tidak melakukan generalisasi.

Ada pula sampel dalam riset ini merupakan olahragawan putera Kabupaten

Sijunjung yang berjumlah 26 orang. Alasan kenapa sampel yang diambil

putera saja karena tim putera yang sering penuh hadir waktu jadwal

latihan, putera yang sering melakukan tembakan three point dalam

pertandingan dan kondisi fisik antara putera dan puteri yang berbeda.

D. Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di lapangan basket GOR Sibinuang Sakti

Kabupaten Sijunjung.

E. Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini dilakukan setelah proposal ini diseminarkan

dan disetujui oleh tim kontributor untuk dilanjutkan ke penelitian di

lapangan.

F. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data

Instrumen yang dipakai merupakan Shooting three point yang

dicoba di 5 (lima) titik yang berlainan. Pengukuran dicoba saat sebelum

diberi perlakuan serta sehabis diberi perlakuan.

Pengumpulan data merupakan aktivitas penelitian buat

melaksanakan pengumpulan data. Langkah- langkah yang dicoba dalam

penelitian merupakan selaku selanjutnya:

1. Tahap persiapan
a. Menata ide penelitian

b. Melaksanakan studi pembukaan pada olahragawan bolabasket

Kabupaten Sijunjung

c. Mempersiapkan surat izin penelitian yang disampaikan pada

Pengurus Cabang PERBASI Sijunjung.

d. Menyiapkan perlengkapan instrumen penelitian yang hendak

dipakai peneliti buat memperoleh data yang dibutuhkan dengan

menguunakan informed consent, dan perlengkapan serta tempat

buat melaksanakan latihan.

2. Tahap Pelaksanaan

a. Menyiapkan bola basket, pluit dan alat tulis

b. Koordinasi dengan Pengurus Cabang PERBASI Kabupaten

Sijunjung selaku penanggung jawab atlet basket Kabupaten

Sijunjung.

c. Memastikan bahwa sampel bersedia menjadi responden dalam

penelitian dengan memberikan surat persetujuan.

d. Mengumpulkan responden di lapangan Gor Sibinuang Sakti

e. Mengukur kemampuan shooting three point atlet dengan

melakukan shooting sebanyak 5 (lima) kali di titik yang bebeda

sebelum diberikan latihan.

f. Responden terdiri dari 26 responden yang sudah diseleksi dengan

cara random serta dipecah jadi 2 golongan, golongan A


diserahkan latihan medicine ball serta golongan B diserahkan

latihan pull up sepanjang 16 kali pertemuan.

g. Pertama kali dicoba uji awal ialah berbentuk uji tembakan 3 nilai.

Dari hasil uji itu hendak diranking serta setelah itu dipecah jadi 2

golongan penelitian memakai tata cara matching by subject

design (M-S). Alhasil 2 golongan eskperimen yang tercipta

mempunyai keahlian three point shoot yang balance. Sehabis

tercipta 2 kategori penelitian yang seimbang, berikutnya

diserahkan pengobatan pada tiap- tiap kategori penelitian

sepanjang 16 kali pertemuan. Sehabis menempuh perlakuan,

berikutnya dicoba post test serta hasilnya hendak dihitung dengan

M- S buat mengenali apakah ada signifikasi perbandingan hasil

uji partisipan penelitian dari kedua kategori eksperimen itu.

G. Teknik Analisis data

Teknik analisis data dalam penelitian ini memakai analisa statistik

inferensial. Supaya kesimpulan yang didapat bisa

dipertanggungjawabkan kebenarannya, hingga saat sebelum analisa

butuh dicoba percobaan prasyarat yang mencakup percobaan normalitas

Shapiro wilk, kalkulasi pengkategorian, serta percobaan homogenitas

memakai uji- F dengan dorongan program SPSS buat setelah itu dicoba

analisa informasi. Ada pula metode analisa data dalam riset ini memakai

uji-t (paired serta indepent t-test). Ketetapan menyambut serta

menyangkal hipotesis pada tingkat penting 5%, buat membagi informasi


dipakai program SPSS. Ada pula langkah- langkah dari tiap- tiap analisis

merupakan selaku selanjutnya:

1. Uji Prasyarat

a. Uji Normalitas

Dalam memastikan hasil analisa data terlebih dulu dicoba

percobaan normalitas. Bagi Sugiyono (2017) statistic parametric

bertugas dengan anggapan kalau informasi tiap elastis riset yang

hendak dianalisis membuat penyaluran wajar sebaliknya bila data

tidak normal, statistik parametric tidak bisa dipakai selaku

perlengkapan analisa. Buat mencoba kenormalan data untuk mencoba

kesesuaian hendak kejelasan data yang didapat, pengetesan normalitas

bisa dicoba dengan program SPSS 20, memakai shapiro wilk. Hasil

dari percobaan normalitas merupakan angka penting 2 tailed≥ 0, 05

hingga H1 diperoleh, perihal ini berarti kalau data berdistribusi

normal.

b. Uji Homogenitas

Disamping pengetesan pada persebaran angka yang hendak

dianalisis, butuh percobaan homogenitas buat membenarkan kalau

kelompok- kelompok yang membuat sampel berawal dari populasi

yang sama. Homogenitas dicari dengan uji- F dari data pretest serta

posttest dengan memakai program SPSS. Kriteria pengumpulan

ketetapan merupakan variasi dibilang sama bila nilai p (Sig.)> 0.05.


2. Uji Hipotesis

Analisis data dalam riset ini memakai statistik parametrik

dengan analisa uji-t (paired t-test) serta uji-t dampingi golongan

(independent t-test) dengan dukungan program SPSS.

Anda mungkin juga menyukai