Mikologi Kel 2
Mikologi Kel 2
MIKOSIS KUTAN
OLEH:
KELOMPOK 2
MULPAEDA (AK.21.035)
MUNDI NURDIN (AK.21.036)
MUSLIANA (AK.21.037)
NANDA REZKY JANNAH (AK.21.038)
NOVITA (AK.21.039)
NUR FAHNY SYAHRI RAMADHANI (AK.20.019)
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar belakang
I.2 Rumusan masalah
I.3 Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
2.1
2.2
2.3
2.4
PENDAHULUAN
MORFOLOGI
Pertumbuhannya pada kulit (stratum korneum) berupa kelompok sel-sel bulat,
bertunas, berdinding tebal dan memiliki hifa yang berbatang pendek dan bengkok,
biasanya tidak menyebabkan tanda-tanda patologik selain sisik halus sampai kasar.
Bentuk lesi tidak teratur, berbatas tegas sampai difus dan ukuran lesi dapat
milier,lentikuler, numuler sampai plakat. Ada dua bentuk yang sering dijumpai :
Bentuk makuler : Berupa bercak-bercak yang agak lebar, dengan sguama halus
diatasnya dan tepi tidak meninggi. Bentuk folikuler : Seperti tetesan air, sering
timbul disekitar rambut
PATOGENESIS
Mallasezia furfur, merupakan organisme saprofit pada kulit normal. Bagaimana
perubahan dari i saprofit menjadi patogen belum diketahui. Organisme ini
merupakan "lipid dependent yeast". Timbulnya penyakit ini juga dipengaruhi oleh
faktor hormonal, ras, matahari,peradangan kulit dan efek primer pytorosporum
terhadap melanosit. GAMBARAN KLINIS Timbul bercak putih atau kecoklatan
yang kadang-kadang gatal bila,berkeringat. Bisa pula tanpa keluhan gatal sama
sekali, tetapi penderita mengeluh karena malu oleh adanya bercak tersebut. Pada
orang kulit berwarna, lesi yang terjadi tampak sebagai bercak hipopigmentasi,
tetapi pada orang yang berkulit pucat maka lesi bisa berwarna kecoklatan ataupun
kemerahan. Di atas lesi terdapat sisik halus.
PENGOBATAN
Tinea versikolor dapat diobati dengan berbagai obat yang manjur pakaian, kain sprei,
handuk harus dicuci dengan air panas. Kebanyakan pengobatan akan menghilangkan bukti
infeksi aktif (skuama) dalam waktu beberapa hari, tetapi untuk menjamin pengobatan
yang tuntas pengobatan ketat ini harus dilanjutkan beberapa minggu. Perubahan pigmen
lebih lambat hilangnya. Daerah hipopigmentasi belum akan tampak normal sampai daerah
itu menjadi coklat kembali. Sesudah terkena sinar matahari lebih lama daerah-daerah yang
hipopigmentasi akan coklat kembali. Meskipun terapi nampak sudah cukup, bila kambuh
atau kena infeksi lagi merupakan hal biasa, tetapi selalu ada respon terhadap pengobatan
kembali. Tinea versikolor tidak memberi respon yang baikterhadap pengobatan dengan
griseofulvin. Obat-obat anti jamur yang dapat menolong misalnya salep whitfield, salep
salisil sulfur (salep 2/4), salisil spiritus, tiosulfatnatrikus (25%). Obat-obat baru seperti
selenium sulfida 2% dalam shampo, derivatimidasol seperti ketokonasol, isokonasol,
toksilat dalam bentuk krim atau larutan dengan konsentrasi 1-2% sangat berkhasiat baik.
PROGNOSIS
Umumnya baik bila faktor-faktor predisposisi dapat dieliminer dengan baik.
PATOGENESIS
Biasanya penyakit ini dapat timbul karena adanya kontak langsung dari orang
yang sudah terkena infeksi. GAMBARAN KLINIS Adanya benjolan warna
tengguli pada rambut, kumis, jenggot, kepala, umumnya tidak memberikan gejala-
gejala keluhan. DIAGNOSA LABORATORIUM Diagnosa ditegakkan atas dasar :
- gejala kllinis - pemeriksaan laboratorium dengan KOH dan kultur pada agar
Sabauroud.
PENGOBATAN
Rambut dicukur atau dikeramas dengan sublimat 1/2000 (5 %0) dalam spiritus
dilutus.
DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan atas dasar : 1. Gejala klinis Objektif rambut lebih suram,
benjolan bila disisir terasa seperti logam kasar. 2. Laboratorium a. Langsung
dengan KOH 10-20% dari rambut yang ada benjolan tampak hifa endotrik (dalam
rambut pada lapisan kortek) sampai ektotrik (di luar rambut) yang besar 4-8 mu
berwarna tengguli dan ditemukan spora yang besarnya 1-2 u b. Kultur ram but
dalam media Saboutound tampak koloni mula-mula tumbuh sebagai ragi yang
berwarna kilning, kemudian dalam 2-4 hari akan berubah menjadi koloni filamen.
PENGOBATAN
Sebaiknya rambut dicukur, dapat juga dikeramas dalam larutan sublimat : 1/2000
dalam alkohol dilutus (spiritus 70%) hasil pengobatan akan tampak dalam 1
minggu
A.3 OTOMIKOSIS Otomikosis adalah infeksi jamur pada liang telinga bagian
luar. Jamur dapat masuk ke dalam liang telinga melalui alat-alat yang dipakai
untuk mengorek-ngorek telinga yang terkontaminasi atau melalui udara atau air.
Penderita akan mengeluh merasa gatal atau sakit di dalam liang telinga. Pada liang
telinga akan tampak berwarna merah, ditutupi oleh skuama, dan kelainan ini ke
bagian luar akan dapat meluas sampai muara liang telinga dan daun telinga sebelah
dalam. Tempat yang terinfeksi menjadi merah dan ditutupi skuama halus. Bila
meluas sampai ke dalam, sampai ke membrana timpani, maka daerah ini menjadi
merah, berskuama, mengeluarkan cairan srousanguinos. Penderita akan mengalami
gangguan pendengaran. Bila ada infeksi sekunder dapat terjadi otitis ekstema.
Penyebab biasanya jamur kontaminasi yaitu Aspergillus, sp Mukor dan
Penisilium.
DIAGNOSA
Diagnosa didasarkan pada : 1. Gejala klinik Yang khas, terasa gatal atau sakit
diliang telinga dan daun telinga menjadi merah, skuamous dan dapat meluas ke
dalam liang telinga sampai 2/3 bagian luar.
2 .Pemeriksaan Laboratorium
a. Preparat langsung: Skuama dari kerokan kulit Jiang telinga diperiksa dengan
KOH 10% akan tampak hifa-hifa lebar, berseptum dan kadang-kadang dapat
ditemukan spora-spora kecil dengan diameter 2-3 u.
b. Pembiakan: Skuama dibiak pada media Sabauroud dekst ditemukan dekstrosa
agar dan dikeram pada temperatur kamar. Koloni akan tumbuh dalam satu minggu
berupa koloni filamen berwarna putih. Dengan mikroskop tampak hifa-hifa lebar
dan pada ujung-ujung hifa dapat ditemukan sterigma dan spora berjejer melekat
pada permukaannya.
DIFERENSIAL DIAGNOSA
Otitis eksterna atau kontak dermatitis pada liang telinga sering memberi
gejalagejala yang sama. PROGNOSIS Umumnya baik bila diobati dengan
pengobatan yang adekuat.
A.4 TINEA NIGRA Tinea nigra ialah infeksi jamur superfisialis yang biasanya
menyerang kulit telapak kaki dan tangan dengan memberikan warna hitam sampai
coklat pada kulit yang terserang. Makula yang terjadi tidak menonjol pada
permukaan kulit, tidak terasa sakit dan tidak ada tanda-tanda radang. Kadang-
kadang makula ini dapat meluas sampai ke punggung, kaki dan punggung tangan,
;bahkan dapat menyebar sampai dileher, dada dan muka.Gambaran efloresensi ini
dapat berupa polosiklis, arsiner dengan warna hitam atau coklat actor sama seperti
setetes nitras argenti yang diteteskan pada kulit. Penyebabnya adalah
Kladosporium wemeki dan jamur ini banyak menyerang anakanak dengan actor
kurang baik dan orang-orang yang banyak berkeringat.
DIFERENSIAL DIAGNOSA Lesi-lesi hitam pada kulit seperti pada sifilis stadium
kedua pada telapak tangan, harus dipikirkan. Melanoma memberikan gambaran klinis
yang rnirip. Tinea versikolorpun memberikan gambaran yang actor sama.
PENGOBATAN Pengobatan dengan obat-obat anti jamur banyak menolong. Salep
whitfield I dan II atau salep sulfursalisil juga dapat menolong. Obat-obat anti jamur,
preparatpreparat actorg seperti isokotonasol, bifonasol, klotrirnasol juga berkhasiat
baik.
CARA PENULARAN
Cara penularan jamur dapat secara langsung dan secara tidak langsung. Penularan
langsung dapat secara fomitis, epitel, rambut-rambut yang mengandung jamur baik
dari manusia, atau dari tanah. Penularan tak langsung dapat melalui tanaman, kayu
yang dihinggapi jamur, barang-barang atau pakaian, debu atau air. Disamping cara
penularan tersebut diatas, untuk timbulnya kelainan-kelainan di kulit tergantung dari
beberapa
1. Faktor virulensi dari dermatofita Virulensi ini tergantung pada afinitas jamur itu,
apakah jamur Antropofilik, Zoofilik atau Geofilik. Selain afinitas ini masing-masing
jenis jamur ini berbeda pula satu dengan yang lain dalam afinitas terhadap manusia
maupun bagian-bagian dari tubuh Misalnya : Trikofiton rubrum jarang menyerang
rambut, Epidermatofiton flokosum paling sering menyerang lipat pada bagian dalam.
2. Faktor trauma Kulit yang utuh tanpa lesi-lesi kecil, lebih susah untuk terserang
jamur.
3. Faktor-suhu dan kelembaban Kedua faktor ini sangat jelas berpengaruh terhadap
infeksi jamur, tampak pada lokalisasi atau lokal, di mana banyak keringat seperti lipat
paha dan sela-sela jari paling sering terserang penyakit jamur ini.
4. Keadaan sosial serta kurangnya kebersihan Faktor ini memegang peranan penting
pada infeksi jamur di mana terlihat insiden penyakit jamur pada golongan sosial dan
ekonomi yang lebih rendah, penyakit ini lebih sering ditemukan dibanding golongan
sosial dan ekonomi yang lebih baik.
5. Faktor umur dan jenis kelamin Penyakit Tinea kapitis lebih sering ditemukan pada
anak-anak dibandingkan orang dewasa, dan pada wanita lebih sering ditemukan
infeksi jamur di sela-sela jari dibanding pria dan hal ini banyak berhubungan dengan
pekerjaan. Di samping faktor-faktor tadi masih ada faktor-faktor lain seperti faktor
perlindungan tubuh (topi, sepatu dan sebagainya) , faktor transpirasi serta pemakaian
pakaian yang serba nilan, dapat mempermudah penyakit jamur ini.
Gejala objektif ini selalu disertai dengan perasaan gatal, bila kulit yang gatal ini
digaruk maka papel-papel atau vesikel-vesikel akan pecah sehingga menimbulkan
daerah yang erosit dan bila mengering jadi krusta dan skuama. Kadang-kadang
bentuknya menyerupai dermatitis (ekzema marginatum) , tetapi kadang-kadang hanya
berupa makula yang berpigmentasi saja (Tinea korporis) dan bila ada infeksi
sekunder menyerupai gejala-gejala pioderma (impetigenisasi).
3. Kerion
Bentuk ini adalah yang serius, karena disertai dengan radang yang hebat yang
bersifat lokal, sehingga pada kulit kepala tampak bisul-bisul kecil yang berkelompok
dan kadang-kadang ditutupi sisik-sisik tebal. Rambut di daerah ini putus-putus dan
mudah dicabut. Bila kerion ini pecah akan meninggalkan suatu daerah yang botak
permanen oleh karena terjadi sikatrik. Bentuk ini terutama disebabkan oleh
Mikosporon kanis, M.gipseum , T.tonsurans dan T. Violaseum.
4.Tinea favosa
Kelainan di kepala dimulai dengan bintik-bintik kecil di bawah kulit yang berwarna
merah kekuningan dan berkembang menjadi krusta yang berbentuk cawan (skutula),
serta memberi bau busuk seperti bau tikus "moussy odor". Rambut di atas skutula
putus-putus dan mudah lepas dan tidak mengkilat lagi. Bila menyembuh akan
meninggalkan jaringan parut dan alopesia yang permanen. Penyebab utamanya
adalah Trikofiton schoenleini, T. violasum dan T. gipsum. Oleh karena Tinea kapitis
ini sering menyerupai penyakit-penyakit kulit yang menyerang daerah kepala, maka
penyakit ini harus dibedakan dengan penyakitpenyakit bukan oleh jamur seperti:
Psoriasis vulgaris dan Dermatitis seboroika.
1. Bentuk intertriginosa keluhan yang tampak berupa maserasi, skuamasi serta erosi,
di celah-celah jari terutama jari IV dan jari V. Hal ini terjadi disebabkan kelembaban
di celah-ceIah jari tersebut membuat jamur-jamur hidup lebih subur. Bila menahun
dapat terjadi fisura yang nyeri bila kena sentuh. Bila terjadi infeksi dapat
menimbulkan selulitis atau erisipelas disertai gejala-gejala umum.
2. Bentuk hiperkeratosis Disini lebih jelas tampak ialah terjadi penebalan kulit
disertai sisik terutama ditelapak kaki, tepi kaki dan punggung kaki. Bila
hiperkeratosisnya hebat dapat terjadi fisurafisura yang dalam pada bagian lateral
telapak kaki.
3. Bentuk vesikuler subakut Kelainan-kelainan yang timbul di mulai pada daerah
sekitar antar jari, kemudian meluas ke punggung kaki atau telapak kaki. Tampak ada
vesikel dan bula yang terletak agak dalam di bawah kulit, diserta perasaan gatal yang
hebat. Bila vesikelvesikel ini memecah akan meninggalkan skuama melingkar yang
disebut Collorette. Bila terjadi infeksi akan memperhebat dan memperberat keadaan
sehingga dapat terjadi erisipelas. Semua bentuk yang terdapat pada Tinea pedis, dapat
terjadi pada Tinea manus, yaitu dermatofitosis yang menyerang tangan. Penyebab
utamanya ialah : T .rubrum, T .mentagrofites, dan Epidermofiton flokosum. Tinea
manus dan Tinea pedis harus dibedakan dengan :
1. Dermatitis kontak akut alergis
2. Skabiasis
3. Psoriasispustulosa
PENGOBATAN
Pengobatan Pencegahan :
1. Perkembangan infeksi jamur diperberat oleh panas, basah dan maserasi. Jika
faktor-faktor lingkungan ini tidak diobati, kemungkinan penyembuhan akan lambat.
Daerah intertrigo atau daerah antara jari-jari sesudah mandi harus dikeringkan betul
dan diberi bedak pengering atau bedak anti jamur.
2. Alas kaki harus pas betul dan tidak terlalu ketat.
3. Pasien dengan hiperhidrosis dianjurkan agar memakai kaos dari bahan katun yang
menyerap keringat, jangan memakai bahan yang terbuat dari wool atau bahan sintetis.
4. Pakaian dan handuk agar sering diganti dan dicuci bersih-bersih dengan air panas.
B. Terapi lokal :
Infeksi pada badan dan lipat paha dan lesi-lesi superfisialis, di daerah jenggot, telapak
tangan dan kaki, biasanya dapat diobati dengan pengobatan topikal saja.
1. Lesi-lesi yang meradang akut yang acta vesikula dan acta eksudat harus dirawat
dengan kompres basah secara terbuka, dengan berselang-selang atau terus menerus.
Vesikel harus dikempeskan tetapi kulitnya harus tetap utuh.
3. Lesi hiperkeratosis yang tebal, seperti pada telapak tangan atau kaki memerlukan
terapi lokal dengan obat-obatan yang mengandung bahan keratolitik seperti asam
salisilat 3-6%. Obat ini akan menyebabkan kulit menjadi lunak dan mengelupas.
Obat-obat keratolotik dapat mengadakan sensitasi kulit sehingga perlu hati-hati kalau
menggunakannya.
4. Pengobatan infeksi jamur pada kuku, jarang atau sukar untuk mencapai
kesembuhan total. Kuku yang menebal dapat ditipiskan secara mekanis misalnya
dengan kertas amplas, untuk mengurangi keluhan-keluhan kosmetika. Pemakaian
haloprogin lokal atau larutan derivat asol bisa menolong. Pencabutan kuku jari kaki
dengan operasi, bersamaan dengan terapi griseofulvin sistemik, merupakan satu-
satunya pengobatan yang bisa diandalkan terhadap onikomikosis jari kaki.
C. Terapi sistemik
Pengobatan sistemik pada umumnya mempergunakan griseofulvin. Griseofulvin
adalah suatu antibiotika fungisidal yang dibuat dari biakan spesies penisillium. Obat
ini sangat manjur terhadap segala jamur dermatofitosis. Griseofulvin diserap lebih
cepat oleh saluran pencernaan apabila diberi bersama-sama dengan makanan yang
banyak mengandung lemak, tetapi absorpsi total setelah 24 jam tetap dan tidak
dipengaruhi apakah griseofulvin diminum bersamaan waktu makan atau diantara
waktu makan. Dosis rata-rata orang dewasa 500 mg per hari. Pemberian pengobatan
dilakukan 4 x sehari , 2 x sehari atau sekali sehari. Untuk anak-anak dianjurkan 5 mg
per kg berat badan dan lamanya pemberian adalah 10 hari. Salep ketokonasol dapat
diberikan 2 x sehari dalam waktu 14 hari. PROGNOSIS Perkembangan penyakit
dermatofitosis dipengaruhi oleh bentuk klinik dan penyebab penyakitnya disamping
faktor-faktor yang memperberat atau memperingan penyakit. Apabila faktor-faktor
yang memperberat penyakit dapat dihilangkan, umumnya penyakit ini dapat hilang
sempurna.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Mikosis supernsialis adalah jamur-jamur yang menyerang lapisan luar ari pada
kulit, kuku, dan rambut. Dibagi dalam dua bentuk yakni: a. Dermatofitosis; terdiri
dari :
1. Tinea kapitis
2. Tinea kruris
3. Tinea Korporis
6. Tinea interdigitalis
7. Tinea imbrikata
8. Tinea favosa
9. Tinea barbae
b. Non-Dermatosis;
terdiri dari :
1. Tinea versikolor
2. Piedra hitam
3. Piedra putih