Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH MIKOLOGI

MIKOSIS KUTAN

OLEH:
KELOMPOK 2
MULPAEDA (AK.21.035)
MUNDI NURDIN (AK.21.036)
MUSLIANA (AK.21.037)
NANDA REZKY JANNAH (AK.21.038)
NOVITA (AK.21.039)
NUR FAHNY SYAHRI RAMADHANI (AK.20.019)

PRODI D-III TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS


POLITEKNIK BINA HUSADA
KENDARI
2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar belakang
I.2 Rumusan masalah
I.3 Tujuan

BAB II PEMBAHASAN
2.1
2.2
2.3
2.4

BAB III SIMPULAN DAN SARAN ……................…..…………………....…………….…


3.1 Kesimpulan ………………………...……………………………………….…..
3.2 Saran ………………………….……………………………………………...
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Cutaneous Mycoses/ Mikosis kutan Dapat diklasifikasikan sebagai


dermatofitosis atau dermatomikosis. Dermatofitosis disebabkan oleh genus
Epidermophyton, Microsporum, dan Trichophyton. Dermatomycoses adalah infeksi
kulit karena jamur lain, yang paling umum adalah Candida spp.
Dermatofitosis ditandai oleh spesifisitas letak terjadinya infeksi, Misalnya,
Epidermophyton floccosum hanya menginfeksi kulit dan kuku, tetapi tidak
menginfeksi batang rambut dan akar rambut. Padahal, Microsporum spp. menginfeksi
rambut dan kulit, tetapi tidak melibatkan kuku. Sedangkan Trichophyton spp. dapat
menginfeksi rambut, kulit, dan kuku.
Fungi adalah dunia organisme eukariotik, heterotrofik yang hidup sebagai
saprofit atau parasit termasuk cendawan {mushrooms), ragi, jamur hangus (smuts),
kapang, dan sebagainya, serta yang memiliki dinding sel kaku tetapi tidak memiliki
klorofil. Semua fungi adalah organisme eukaryotik, dan setiap sel fungi mempunyai
sedikitnya satu nukleus dan membran nukleus, retikulum endoplasma, mitokhondria,
dan aparatus sekretorik. Kebanyakan jamur bersifat obligat atau fakultatif aerob.
Mereka bersifat khemotropik, mensekresi enzim yang mendegradasi banyak varietas
substrat organik menjadi nutrien yang dapat larut, yang kemudian diabsorbsi secara
pasif atau diambil ke dalam sel melalui transport aktif(Jawetz dkk., 2005)
Candidiasis atau kandidiasis adalah infeksi jamur yang disebabkan oleh
jamur Candida albicans. Candidiasis biasanya terjadi di kulit, mulut, dan
kelamin. Jika tidak ditangani, infeksi ini bisa menyebar ke organ tubuh lain, seperti
usus, ginjal, jantung, dan otak.
Candidiasis dapat dialami oleh siapa saja. Namun, orang dengan daya tahan
tubuh yang lemah lebih berisiko terkena infeksi ini. Beberapa penyakit yang bisa
menyebabkan turunnya kekebalan tubuh adalah diabetes, kanker, dan HIV/AIDS
I.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut:
1. Apa itu morfologi dan identifikasi dari mikosis kutan?
2. Apakah epidemiologi dari mikosis kutan?
3. Bagaimana uji laboratorium diagnostik dari mikosis kutan?
4. Bagaimana cara pengobatan mikosis kutan?
I.3 Tujuan
Tujuan tulisan ini adalah sebagai berikut.:
1. Untuk mengetahui morfologi dan identifikasi dari mikosis kutan
2. Untuk mengetahui epidemiologi dari mikosis kutan
3. Untuk mengetahui uji laboratorium diagnostik dari mikosis kutan
4. Untuk mengetahui cara pengobatan mikosis kutan
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Definisi dermatofitosis


Dermatofitosis adalah infeksi jamur superfisial disebabkan oleh dermatofita
yang memiliki kemampuan untuk melekat pada keratin dan menggunakannya
sebagai sumber nutrisi, dengan menyerang jaringan berkeratin, seperti stratum
korneum pada epidermis, rambut, dan kuku. Dermatofita merupakan kelompok
taksonomi jamur kulit superfisial. Yang terdiri dari 3 genus, yaitu Microsporum,
Trichophyton, dan Epidermophyton. Kemampuannya untuk membentuk ikatan
molekuler terhadap keratin dan menggunakannya sebagai sumber makanan
menyebabkan mereka mampu berkolonisasi pada jaringan keratin . Dermatofitosis
tersebar diseluruh dunia dengan prevalensi berbedabeda pada tiap negara.
Penelitian World Health Organization (WHO) terhadap insiden dari infeksi
dermatofit menyatakan 20% orang dari seluruh dunia mengalami infeksi kutaneus
dengan infeksi tinea korporis merupakan tipe yang paling dominan dan diikuti
dengan tinea kruris, pedis, dan onychomycosis
Dermatofitosis disebut juga dengan istilah infeksi “tinea” yang
dikelompokkan lebih lanjut berdasarkan lokasi infeksinya, yaitu : a).Tinea
Kapitis, dermatofitosis pada kulit kepala dan rambut kepala. b).Tinea Barbe,
dermatofitosis pada dagu dan jenggot. c). Tinea Kruris , dermatofitosis pada
daerah genitokrural, sekitar anus, bokong, dan kadang-kadang sampai perut
bagian bawah. d). Tinea Pedis et Manum, dermatofitosis pada kaki dan tangan. e)
Tinea Unguium, dermatofitosis pada jari tangan dan kaki. f) Tinea Korporis,
dermatofitosis pada bagian lain yang tidak termasuk bentuk 5 diatas (Djuanda,
2018).
2.2 1 PITYRIASIS VERSICOLOR TINEA
VERSICOLOR DEFINISI Tinea versikolor/Pityriasis versikolor adalah infeksi
ringan yang sering terjadi disebabkan oleh Malasezia furfur. Penyakit jamur kulit
ini adalah penyakit yang kronik dan asimtomatik ditandai oleh bercak putih
sampai coklat yang bersisik. Kelainan ini umumnya menyerang badan dan kadang-
kadang terlihat di ketiak, sela paha,tungkai atas, leher, muka dan kulit kepala.

MORFOLOGI
Pertumbuhannya pada kulit (stratum korneum) berupa kelompok sel-sel bulat,
bertunas, berdinding tebal dan memiliki hifa yang berbatang pendek dan bengkok,
biasanya tidak menyebabkan tanda-tanda patologik selain sisik halus sampai kasar.
Bentuk lesi tidak teratur, berbatas tegas sampai difus dan ukuran lesi dapat
milier,lentikuler, numuler sampai plakat. Ada dua bentuk yang sering dijumpai :
Bentuk makuler : Berupa bercak-bercak yang agak lebar, dengan sguama halus
diatasnya dan tepi tidak meninggi. Bentuk folikuler : Seperti tetesan air, sering
timbul disekitar rambut

PATOGENESIS
Mallasezia furfur, merupakan organisme saprofit pada kulit normal. Bagaimana
perubahan dari i saprofit menjadi patogen belum diketahui. Organisme ini
merupakan "lipid dependent yeast". Timbulnya penyakit ini juga dipengaruhi oleh
faktor hormonal, ras, matahari,peradangan kulit dan efek primer pytorosporum
terhadap melanosit. GAMBARAN KLINIS Timbul bercak putih atau kecoklatan
yang kadang-kadang gatal bila,berkeringat. Bisa pula tanpa keluhan gatal sama
sekali, tetapi penderita mengeluh karena malu oleh adanya bercak tersebut. Pada
orang kulit berwarna, lesi yang terjadi tampak sebagai bercak hipopigmentasi,
tetapi pada orang yang berkulit pucat maka lesi bisa berwarna kecoklatan ataupun
kemerahan. Di atas lesi terdapat sisik halus.

GAMBARAN KLINIS Timbul bercak putih atau kecoklatan yang kadang-kadang


gatal bila,berkeringat. Bisa pula tanpa keluhan gatal sama sekali, tetapi penderita
mengeluh karena malu oleh adanya bercak tersebut. Pada orang kulit berwarna,
lesi yang terjadi tampak sebagai bercak hipopigmentasi, tetapi pada orang yang
berkulit pucat maka lesi bisa berwarna kecoklatan ataupun kemerahan. Di atas lesi
terdapat sisik halus.
Folikulitis
Merupakan bentuk klinis yang lebih berat, Malasezia furfur dapat tumbuh dalam
jumlah banyak pada folikel rambut dan kelenjar sebasea. Pada pemeriksaan
histologis organisme tersebut terlihat dilobang folikel bagian infudibulum saluran
sebasea dan sering disekitar dermis. Folikel berdilatasi akibat sumbatan dan terdiri
dari debris keratin Secara klinis lesi terlihat eritem, papula folikular atau pustula
dengan ukuran 2-4 mm, distribusinya dipunggung, dada kadang-kadang dibahu,
dengan leher dan rusuk. Bentuknya yang lebih berat disebut Acneifonn folliculitis

Dacriosis obstructif Malasezia furfur dapat membentuk koloni pada kelenjar


lakrimalis, menyebabkan pembengkakan dan obstruksi. Pada beberapa kasus
terbentuk dakriolit, terjadi inflamasi dan mengganggu produksi air mata.
DIAGNOSA BANDING Penyakit ini harus dibedakan dari dermatitis seboroik,
sifilis stadium tua, pitiriasis rosea vitiligo, morbus hansen dan hipopigmentasi
pasca peradangan.

CARA MENEGAKKAN DIAGNOSE


Selain mengenal kelainan-kelainan yang khas yang disebabkan oleh Melasezi
fulfur diagnosa pitiriasis versikolor harus dibantu dengan pemeriksaan-
pemeriksaan sebagai berikut : .b Pemeriksaan langsung dengan KOH 10%. Bahan-
bahan kerokan kulit di ambil dengan cara mengerok bagian kulit yang mengalami
lesi. Sebelumnya kulit dibersihkan dengan kapas alkohol 70%, lalu dikerok dengan
skalpel steril dan jatuhannya ditampung dalam lempeng-lempeng steril pula.
Sebagian dari bahan tersebut diperiksa langsung dengan KOH% yang diberi tinta
Parker Biru Hitam, Dipanaskan sebentar, ditutup dengan gelas penutup dan
diperiksa di bawah mikroskop. Bila penyebabnya memang jamur, maka kelihatan
garis yang memiliki indeks bias lain dari sekitarnya dan jarakjarak tertentu
dipisahkan oleh sekat-sekat atau seperti butir-butiir yang bersambung seperti
kalung. Pada pitiriasis versikolor hifa tampak pendekpendek, lurus atau bengkok
dengan disana sini banyak butiran-butiran kecil bergerombol. b Pembiakan.
Organisme penyebab Tinea versikolor belum dapat dibiakkan pada media buatan.
Pemeriksaan dengan sinar wood,dapat memberikan perubahan warna pada seluruh
daerah lesi sehingga batas lesi lebih mudah dilihat. Daerah yang terkena infeksi
akan memperlihatkan fluoresensi warna emas sampai orange.

PENGOBATAN
Tinea versikolor dapat diobati dengan berbagai obat yang manjur pakaian, kain sprei,
handuk harus dicuci dengan air panas. Kebanyakan pengobatan akan menghilangkan bukti
infeksi aktif (skuama) dalam waktu beberapa hari, tetapi untuk menjamin pengobatan
yang tuntas pengobatan ketat ini harus dilanjutkan beberapa minggu. Perubahan pigmen
lebih lambat hilangnya. Daerah hipopigmentasi belum akan tampak normal sampai daerah
itu menjadi coklat kembali. Sesudah terkena sinar matahari lebih lama daerah-daerah yang
hipopigmentasi akan coklat kembali. Meskipun terapi nampak sudah cukup, bila kambuh
atau kena infeksi lagi merupakan hal biasa, tetapi selalu ada respon terhadap pengobatan
kembali. Tinea versikolor tidak memberi respon yang baikterhadap pengobatan dengan
griseofulvin. Obat-obat anti jamur yang dapat menolong misalnya salep whitfield, salep
salisil sulfur (salep 2/4), salisil spiritus, tiosulfatnatrikus (25%). Obat-obat baru seperti
selenium sulfida 2% dalam shampo, derivatimidasol seperti ketokonasol, isokonasol,
toksilat dalam bentuk krim atau larutan dengan konsentrasi 1-2% sangat berkhasiat baik.

PROGNOSIS
Umumnya baik bila faktor-faktor predisposisi dapat dieliminer dengan baik.

EPIDEMIOLOGI Penyakit ini ditemukan diseluruh dunia (kosmopolit) terutama


di daerah beriklim panas. Di Indonesia frekuensinya tinggi. Penularan panu terjadi
bila ada kontakdengan jamur penyebab oleh karena itu kebersihan prinadi sangat
penting.
A.2 PIEDRA Merupakan infeksi jamur pada rambut sepanjang corong rambut
yang memberikan benjolan-benjolan di luar permukaan rambut tersebut. Ada dua
macam : Piedra putih : penyebabnya Piedraia beigeli Piedra hitam : penyebabnya
Piedraia horlal PIEDRA BEIGELl Merupakan penyebab piedra putih, terdapat
pada rambut. Jamur ini dapat ditemukan ditanah, udara,dan permukaan tubuh.
ETIOLOGI Piedra Beigeli (Trikosporon beigeli) terutama terdapat didaerah
subtropis, daerah dingin, (di Indonesia belum ditemukan)

MORFOLOGI Jamur ini mempunyai hifa yang tidak berwarna termasuk


moniliaceae. Secara mikroskopis jamur ini menghasilkan arthrokonidia dan
blastoconidia.

PATOGENESIS
Biasanya penyakit ini dapat timbul karena adanya kontak langsung dari orang
yang sudah terkena infeksi. GAMBARAN KLINIS Adanya benjolan warna
tengguli pada rambut, kumis, jenggot, kepala, umumnya tidak memberikan gejala-
gejala keluhan. DIAGNOSA LABORATORIUM Diagnosa ditegakkan atas dasar :
- gejala kllinis - pemeriksaan laboratorium dengan KOH dan kultur pada agar
Sabauroud.

PENGOBATAN
Rambut dicukur atau dikeramas dengan sublimat 1/2000 (5 %0) dalam spiritus
dilutus.

PIEDRA HORTAL Merupakan jamur penyebab piedra hitam (infeksi pada


rambut berupa benjolan yang melekat erat pada rambut, berwarna hitam). Penyakit
ini umumnya terdapat di daerah-daerah tropis dan subtropis. Terutama terdapat
pada rambut kepala, kumis atau jambang, dan dagu.
MORFOLOGI
Askospora berbentuk seperti pisang. Askospora tersebut dibentuk dalam suatu
kantung yang disebut askus. Askus-askus bersama dengan anyaman hifa yang
padat membentuk benjolan hitam yang keras dibagian luar rambut. Dari rambut
yang ada benjolan, tampak hifa endotrik (dalam rambut) sampai ektotrik (diluar
rambut) yang besarnya 4-8 um berwarna tengguli dan ditemukan spora yang
besarnya 1-2 um. GAMBARAN KLINIS Pada rambut kepala, janggut, kumis akan
tampak benjolan atau penebalan yang keras warna hitam. Penebalan ini sukar
dilepaskan dari corong rambut tersebut. Umumnya rambut lebih suram, bila disisir
sering memberikan bunyi seperti logam. Biasanya penyakit ini mengenai rambut
dengan kontak langsung atau tidak langsung.

DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan atas dasar : 1. Gejala klinis Objektif rambut lebih suram,
benjolan bila disisir terasa seperti logam kasar. 2. Laboratorium a. Langsung
dengan KOH 10-20% dari rambut yang ada benjolan tampak hifa endotrik (dalam
rambut pada lapisan kortek) sampai ektotrik (di luar rambut) yang besar 4-8 mu
berwarna tengguli dan ditemukan spora yang besarnya 1-2 u b. Kultur ram but
dalam media Saboutound tampak koloni mula-mula tumbuh sebagai ragi yang
berwarna kilning, kemudian dalam 2-4 hari akan berubah menjadi koloni filamen.

PENGOBATAN
Sebaiknya rambut dicukur, dapat juga dikeramas dalam larutan sublimat : 1/2000
dalam alkohol dilutus (spiritus 70%) hasil pengobatan akan tampak dalam 1
minggu
A.3 OTOMIKOSIS Otomikosis adalah infeksi jamur pada liang telinga bagian
luar. Jamur dapat masuk ke dalam liang telinga melalui alat-alat yang dipakai
untuk mengorek-ngorek telinga yang terkontaminasi atau melalui udara atau air.
Penderita akan mengeluh merasa gatal atau sakit di dalam liang telinga. Pada liang
telinga akan tampak berwarna merah, ditutupi oleh skuama, dan kelainan ini ke
bagian luar akan dapat meluas sampai muara liang telinga dan daun telinga sebelah
dalam. Tempat yang terinfeksi menjadi merah dan ditutupi skuama halus. Bila
meluas sampai ke dalam, sampai ke membrana timpani, maka daerah ini menjadi
merah, berskuama, mengeluarkan cairan srousanguinos. Penderita akan mengalami
gangguan pendengaran. Bila ada infeksi sekunder dapat terjadi otitis ekstema.
Penyebab biasanya jamur kontaminasi yaitu Aspergillus, sp Mukor dan
Penisilium.

DIAGNOSA
Diagnosa didasarkan pada : 1. Gejala klinik Yang khas, terasa gatal atau sakit
diliang telinga dan daun telinga menjadi merah, skuamous dan dapat meluas ke
dalam liang telinga sampai 2/3 bagian luar.

2 .Pemeriksaan Laboratorium
a. Preparat langsung: Skuama dari kerokan kulit Jiang telinga diperiksa dengan
KOH 10% akan tampak hifa-hifa lebar, berseptum dan kadang-kadang dapat
ditemukan spora-spora kecil dengan diameter 2-3 u.
b. Pembiakan: Skuama dibiak pada media Sabauroud dekst ditemukan dekstrosa
agar dan dikeram pada temperatur kamar. Koloni akan tumbuh dalam satu minggu
berupa koloni filamen berwarna putih. Dengan mikroskop tampak hifa-hifa lebar
dan pada ujung-ujung hifa dapat ditemukan sterigma dan spora berjejer melekat
pada permukaannya.
DIFERENSIAL DIAGNOSA
Otitis eksterna atau kontak dermatitis pada liang telinga sering memberi
gejalagejala yang sama. PROGNOSIS Umumnya baik bila diobati dengan
pengobatan yang adekuat.

PENGOBATAN Pengobatan ditujukan menjaga agar liang telinga tetap kering


jangan lembab dan jangan mengorek-ngorek telinga dengan barang-barang yang
kotor seperti korek api, garukan telinga atau kapas. Kotoran- kotoran telinga harus
selalu dibersihkan. Larutan timol 2% dalam spiritus dilutus (alkohol 70%) atau
meneteskan larutan burowi 5% satu atau dua tetes dan selanjutnya dibersihkan
dengan desinfektan biasanya memberi hasil pengobatan yang memuaskan.
Neosporin dan larutan gentien violet 1-2% juga dapat menolong.

A.4 TINEA NIGRA Tinea nigra ialah infeksi jamur superfisialis yang biasanya
menyerang kulit telapak kaki dan tangan dengan memberikan warna hitam sampai
coklat pada kulit yang terserang. Makula yang terjadi tidak menonjol pada
permukaan kulit, tidak terasa sakit dan tidak ada tanda-tanda radang. Kadang-
kadang makula ini dapat meluas sampai ke punggung, kaki dan punggung tangan,
;bahkan dapat menyebar sampai dileher, dada dan muka.Gambaran efloresensi ini
dapat berupa polosiklis, arsiner dengan warna hitam atau coklat actor sama seperti
setetes nitras argenti yang diteteskan pada kulit. Penyebabnya adalah
Kladosporium wemeki dan jamur ini banyak menyerang anakanak dengan actor
kurang baik dan orang-orang yang banyak berkeringat.

DIAGNOSIS Diagnosis ditegakkan berdasarkan : 1.Gejala klinis ng khas 2.


Pemeriksaan laboratorium a. Preparat langsung : kerokan kulit dengan KOH 10%
akan menunjukkan adanya hifa dan spora yang tersebar di dalam gel-gel epitel,
besar hifa berkisar 3-5 u dan spora berkisar 1-2u. b. Pembiakan : Pembiakan
skuama pada media Sabauroud glukosa agar (SGA), dikeram pada actorge kamar.
Dalam 1-2 minggu akan tumbuh koloni menyerupai ragi, berwarna hijau dan pada
bagian tepinya tumbuh daerah yang filamentous berwarna coklat. Pada
pemerikasaan mikroskopis tampak hifa halus bercabang, mengkilat dan spora-
spora yang lonjong.

DIFERENSIAL DIAGNOSA Lesi-lesi hitam pada kulit seperti pada sifilis stadium
kedua pada telapak tangan, harus dipikirkan. Melanoma memberikan gambaran klinis
yang rnirip. Tinea versikolorpun memberikan gambaran yang actor sama.
PENGOBATAN Pengobatan dengan obat-obat anti jamur banyak menolong. Salep
whitfield I dan II atau salep sulfursalisil juga dapat menolong. Obat-obat anti jamur,
preparatpreparat actorg seperti isokotonasol, bifonasol, klotrirnasol juga berkhasiat
baik.

B. DERMATOFITOSIS Penyakit yang disebabkan oleh golongan jamur dermatofit


disebut “ Dermatofitosis “. Golongan jamur ini dapat mencerna keratin kulit oleh
karena mempunyai daya acto kepada keratin (keratinofilik) sehingga infeksi jamur ini
dapat menyerang lapisanlapisan kulit mulai dari stratum korneurm sampai dengan
stratum basalis. ETIOLOGI Dermatofitosis disebabkan jamur golongan dermatofita
yang terdiri dari tiga genus yaitu genus: Mikrosporon, Trikofiton dan Epidermofiton.
Dari 41 spesies dermafito yang sudah dikenal hanya 23 spesies yang dapat
menyebabkan penyakit pada manusia dan actorg yang terdiri dari 15 spesies
Trikofiton, 7 spesies Mikrosporon dan 1 spesies Epidermafiton. Cara penentuan
dermatofitosis terlihat pada bagan dan garnbar (dibawah ini). Selain sifat keratinofilik
ini, setiap spesies dermatofita m empunyai afinitas terhadap hospes tertentu.
Dermatofita yang zoofilik terutama menyerang actorg, dan kadang-kadang
menyerang manusia. Misalnya : Mirosporon canis dan Trikofiton verukosum.
Dermatofita yang geofilik adalah jamur yang hidup di tanah dan dapat menimbulkan
radang yang moderat pada manusia, misalnya Mikrosporon gipsium.

GAMBARAN KLINIS Umumnya gejala-gejala klinik yang ditimbulkan oleh


golongan geofilik pada mausia bersifat akut dan sedang dan lebih mudah sembuh.
Dermatofita yang antropofilik terutama menyerang manusia, karena memilih manusia
sebagai hospes tetapnya. Golongan jamur ini dapat menyebabkan perjalanan penyakit
menjadi menahun dan residif , karena reaksi penolakan tubuh yang sangat ringan.
Contoh jamur yang antropofilik ialah: Mikrosporon audoinii Trikofiton rubrum.

CARA PENULARAN
Cara penularan jamur dapat secara langsung dan secara tidak langsung. Penularan
langsung dapat secara fomitis, epitel, rambut-rambut yang mengandung jamur baik
dari manusia, atau dari tanah. Penularan tak langsung dapat melalui tanaman, kayu
yang dihinggapi jamur, barang-barang atau pakaian, debu atau air. Disamping cara
penularan tersebut diatas, untuk timbulnya kelainan-kelainan di kulit tergantung dari
beberapa
1. Faktor virulensi dari dermatofita Virulensi ini tergantung pada afinitas jamur itu,
apakah jamur Antropofilik, Zoofilik atau Geofilik. Selain afinitas ini masing-masing
jenis jamur ini berbeda pula satu dengan yang lain dalam afinitas terhadap manusia
maupun bagian-bagian dari tubuh Misalnya : Trikofiton rubrum jarang menyerang
rambut, Epidermatofiton flokosum paling sering menyerang lipat pada bagian dalam.
2. Faktor trauma Kulit yang utuh tanpa lesi-lesi kecil, lebih susah untuk terserang
jamur.
3. Faktor-suhu dan kelembaban Kedua faktor ini sangat jelas berpengaruh terhadap
infeksi jamur, tampak pada lokalisasi atau lokal, di mana banyak keringat seperti lipat
paha dan sela-sela jari paling sering terserang penyakit jamur ini.
4. Keadaan sosial serta kurangnya kebersihan Faktor ini memegang peranan penting
pada infeksi jamur di mana terlihat insiden penyakit jamur pada golongan sosial dan
ekonomi yang lebih rendah, penyakit ini lebih sering ditemukan dibanding golongan
sosial dan ekonomi yang lebih baik.
5. Faktor umur dan jenis kelamin Penyakit Tinea kapitis lebih sering ditemukan pada
anak-anak dibandingkan orang dewasa, dan pada wanita lebih sering ditemukan
infeksi jamur di sela-sela jari dibanding pria dan hal ini banyak berhubungan dengan
pekerjaan. Di samping faktor-faktor tadi masih ada faktor-faktor lain seperti faktor
perlindungan tubuh (topi, sepatu dan sebagainya) , faktor transpirasi serta pemakaian
pakaian yang serba nilan, dapat mempermudah penyakit jamur ini.

PEMBAGIAN / LOKASI JAMUR


Secara etiologis dermatofitosis disebabkan oleh tiga genus dan penyakit yang
ditimbulkan sesuai dengan penyebabnya. Diagnosis etiologi ini sangat sukar oleh
karena harus menunggu hasil biakan jamur dan ini memerlukan waktu yang agak
lama dan tidak praktis. Disamping itu sering satu gambaran klinik dapat disebabkan
oleh beberapa jenis spesies jamur, dan kadang-kadang satu gambaran klinis dapat
disebabkan oleh beberapa spesies dematofita sesuai dengan lokalisasi tubuh yang
diserang. Istilah Tinea dipakai untuk semua infeksi oleh dermatofita dengan dibubuhi
tempat bagian tubuh yang terkena infeksi, sehingga diperoleh pembagian
dermatofitosis sebagai berikut :
1. Tinea kapitis : bila menyerang kulit kepala clan rambut
2. Tinea korporis : bila menyerang kulit tubuh yang berambut (globrous skin).
3. Tinea kruris : bila menyerang kulit lipat paha, perineum, sekitar anus dapat meluas
sampai ke daerah gluteus, perot bagian bawah dan ketiak atau aksila
4. Tinea manus dan tinea pedis : Bila menyerang daerah kaki dan tangan, terutama
telapak tangan dan kaki serta sela-selajari.
5. Tinea Unguium : bila menyerang kuku
6. Tinea Barbae : bila menyerang daerah dagu, jenggot, jambang dan kumis.
7. Tinea Imbrikata : bila menyerang seluruh tubuh dengan memberi gambaran klinik
yang khas.
GEJALA -GEJALA KLINIK
umumnya dermatofitosis pada kulit memberikan morfologi yang khas yaitu bercak-
bercak yang berbatas tegas disertai efloresensi-efloresensi yang lain, sehingga
memberikan kelainan-kelainan yang polimorf, dengan bagian tepi yang aktif serta
berbatas tegas sedang bagian tengah tampak tenang .

Gejala objektif ini selalu disertai dengan perasaan gatal, bila kulit yang gatal ini
digaruk maka papel-papel atau vesikel-vesikel akan pecah sehingga menimbulkan
daerah yang erosit dan bila mengering jadi krusta dan skuama. Kadang-kadang
bentuknya menyerupai dermatitis (ekzema marginatum) , tetapi kadang-kadang hanya
berupa makula yang berpigmentasi saja (Tinea korporis) dan bila ada infeksi
sekunder menyerupai gejala-gejala pioderma (impetigenisasi).

B.1 TINEA KAPITIs


(Scalp ring worm ;Tinea Tonsurans) Biasanya penyakit ini banyak menyerang anak-
anak dan sering ditularkan melalui binatang- binatang peliharaan seperti kucing,
anjing dan sebagainya. Berdasarkan bentuk yangkhas Tinea Kapitis dibagi dalam 4
bentuk :

1. Gray pacth ring worm


Penyakit ini dimulai dengan papel merah kecil yang melebar ke sekitarnya dan
membentuk bercak yang berwarna pucat dan bersisik. Warna rambut jadi abu-abu dan
tidak mengkilat lagi, serta mudah patah dan terlepas dari akarnya, sehingga
menimbulkan alopesia setempat. Dengan pemeriksaan sinar wood tampak flourisensi
kekuning-kuningan pada rambut yang sakit melalui batas "Grey pacth" tersebut. Jenis
ini biasanya disebabkan spesies mikrosporon dan trikofiton.
2. Black dot ring worm
Terutama disebabkan oleh Trikofiton Tonsurans, T. violaseum, mentagrofites.
infeksi jamur terjadi di dalam rambut (endotrik) atau luar rambut (ektotrik) yang
menyebabkan rambut putus tepat pada permukaan kulit kepala. Ujung rambut tampak
sebagai titik-titik hitam diatas permukaan ulit, yang berwarna kelabu sehingga
tarnpak sebagai gambaran ” back dot". Biasanya bentuk ini terdapat pada orang
dewasa dan lebih sering pada wanita. Rambut sekitar lesi juga jadi tidak bercahaya
lagi disebabkan kemungkinan sudah terkena infeksi penyebab utama adalah
Trikofiton tonsusurans dan T.violaseum.

3. Kerion
Bentuk ini adalah yang serius, karena disertai dengan radang yang hebat yang
bersifat lokal, sehingga pada kulit kepala tampak bisul-bisul kecil yang berkelompok
dan kadang-kadang ditutupi sisik-sisik tebal. Rambut di daerah ini putus-putus dan
mudah dicabut. Bila kerion ini pecah akan meninggalkan suatu daerah yang botak
permanen oleh karena terjadi sikatrik. Bentuk ini terutama disebabkan oleh
Mikosporon kanis, M.gipseum , T.tonsurans dan T. Violaseum.

4.Tinea favosa
Kelainan di kepala dimulai dengan bintik-bintik kecil di bawah kulit yang berwarna
merah kekuningan dan berkembang menjadi krusta yang berbentuk cawan (skutula),
serta memberi bau busuk seperti bau tikus "moussy odor". Rambut di atas skutula
putus-putus dan mudah lepas dan tidak mengkilat lagi. Bila menyembuh akan
meninggalkan jaringan parut dan alopesia yang permanen. Penyebab utamanya
adalah Trikofiton schoenleini, T. violasum dan T. gipsum. Oleh karena Tinea kapitis
ini sering menyerupai penyakit-penyakit kulit yang menyerang daerah kepala, maka
penyakit ini harus dibedakan dengan penyakitpenyakit bukan oleh jamur seperti:
Psoriasis vulgaris dan Dermatitis seboroika.

B.2 TINEA KORPORIS


(Tinea circinata=Tinea glabrosa) Penyakit ini banyak diderita oleh orang-orang yang
kurang mengerti kebersihan dan banyak bekerja ditempat panas, yang banyak
berkeringat serta kelembaban kulit yang lebih tinggi. Predileksi biasanya terdapat
dimuka, anggota gerak atas, dada, punggung dan anggota gerak bawah. Bentuk yang
klasik dimulai dengan lesi-lesi yang bulat atau lonjong dengan tepi yang aktif.
Dengan perkembangan ke arah luar maka bercak-bercak bisa melebar dan akhirnya
dapat memberi gambaran yang polisiklis, arsiner, atau sinsiner. Pada bagian tepi
tampak aktif dengan tanda-tanda eritema, adanya papel-papel dan vesikel, sedangkan
pada bagian tengah lesi relatif lebih tenang. Bila tinea korporis ini menahun tanda-
tanda aktif jadi menghilang selanjutnya hanya meningggalkan daerah-daerah yang
hiperpigmentasi saja. Kelainan-kelainan ini dapat teIjadi bersama-sama dengan Tinea
kruris. Penyebab utamanya adalah : T.violaseum, T.rubrum, T.metagrofites.
Mikrosporon gipseum, M.kanis, M.audolini. penyakit ini sering menyerupai :
1. Pitiriasis rosea
2. Psoriasis vulgaris
3. Morbus hansen tipe tuberkuloid
4. Lues stadium II bentuk makulo-papular.

B.3 TINEA KRURIS


(Eczema marginatum."Dhobi itch", "Jockey itch") Penyakit ini memberikan keluhan
perasaan gatal yang menahun, bertambah hebat bila disertai dengan keluarnya
keringat. Kelainan yang timbul dapat bersifat akut atau menahun. Kelainan yang akut
memberikan gambaran yang berupa makula yang eritematous dengan erosi dan
kadang-kadang terjadi ekskoriasis. Pinggir kelainan kulit tampak tegas dan aktif.
Apabila kelainan menjadi menahun maka efloresensi yang nampak hanya makula
yang hiperpigmentasi disertai skuamasi dan likenifikasi. Gambaran yang khas adalah
lokalisasi kelainan, yakni daerah lipat paha sebelah dalam, daerah perineum dan
sekitar anus. Kadang-kadang dapat meluas sampai ke gluteus, perot bagian bawah
dan bahkan dapat sampai ke aksila. Penyebab utama adalah Epidermofiton
flokkosum, Trikofiton rubrum dan T.mentografites. Diferensial Diagnosa :
1. Kandidiasis inguinalis
2. Eritrasma
3. Psoriasis vulgaris
4. Pitiriasis rosea

B.4 TINEA MANUS DAN TINEA PEDIS


Tinea pedis disebut juga Athlete's foot = "Ring worm of the foot". Penyakit ini sering
menyerang orang-orang dewasa yang banyak bekerja di tempat basah seperti
tukang cuci, pekerja-pekerja di sawah atau orang-orang yang setiap hari harus
memakai sepatu yang tertutup seperti anggota tentara. Keluhan subjektif bervariasi
mulai dari tanpa keluhan sampai rasa gatal yang hebat dan nyeri bila ada infeksi
sekunder. Ada 3 bentuk
Tinea pedis

1. Bentuk intertriginosa keluhan yang tampak berupa maserasi, skuamasi serta erosi,
di celah-celah jari terutama jari IV dan jari V. Hal ini terjadi disebabkan kelembaban
di celah-ceIah jari tersebut membuat jamur-jamur hidup lebih subur. Bila menahun
dapat terjadi fisura yang nyeri bila kena sentuh. Bila terjadi infeksi dapat
menimbulkan selulitis atau erisipelas disertai gejala-gejala umum.

2. Bentuk hiperkeratosis Disini lebih jelas tampak ialah terjadi penebalan kulit
disertai sisik terutama ditelapak kaki, tepi kaki dan punggung kaki. Bila
hiperkeratosisnya hebat dapat terjadi fisurafisura yang dalam pada bagian lateral
telapak kaki.
3. Bentuk vesikuler subakut Kelainan-kelainan yang timbul di mulai pada daerah
sekitar antar jari, kemudian meluas ke punggung kaki atau telapak kaki. Tampak ada
vesikel dan bula yang terletak agak dalam di bawah kulit, diserta perasaan gatal yang
hebat. Bila vesikelvesikel ini memecah akan meninggalkan skuama melingkar yang
disebut Collorette. Bila terjadi infeksi akan memperhebat dan memperberat keadaan
sehingga dapat terjadi erisipelas. Semua bentuk yang terdapat pada Tinea pedis, dapat
terjadi pada Tinea manus, yaitu dermatofitosis yang menyerang tangan. Penyebab
utamanya ialah : T .rubrum, T .mentagrofites, dan Epidermofiton flokosum. Tinea
manus dan Tinea pedis harus dibedakan dengan :
1. Dermatitis kontak akut alergis
2. Skabiasis
3. Psoriasispustulosa

B.5 TINEA UNGUIUM


(Onikomikosis = ring worm of the nails) Penyakit ini dapat dibedakan dalam 3
bentuk tergantung jamur penyebab dan permulaan dari dekstruksi kuku. Subinguinal
proksimal bila dimulai dari pangkal kuku, Subinguinal distal bila di mulai dari tepi
ujung dan Leukonikia trikofita bila di mulai dari bawah kuku. Permukaan kuku
tampak suram tidak mengkilat lagi, rapuh dan disertai oleh subungual hiperkeratosis.
Dibawah kuku tampak adanya detritus yang banyak mengandung elemen jamur.
Onikomikosis ini merupakan penyakit jamur yang kronik sekali, penderita minta
pertolongan dokter setelah menderita penyakit ini setelah beberapa lama, karena
penyakit ini tidak memberikan keluhan subjektif, tidak gatal, dan tidak sakit. Kadang-
kadang penderita baru datang berobat setelah seluruh kukunya sudah terkena
penyakit. Penyebab utama adalah : T.rubrum, T.metagrofites Diagnosis banding:
1. Kandidiasis kuku
2. Psoriasis yang menyerang kuku
3. Akrodermatitis persisten
B.6 TINEA BARBAE
Penderita Tinea barbae ini biasanya mengeluh rasa gatal di daerah jenggot, jambang
dan kumis, disertai rambut-rambut di daerah itu menjadi putus. Ada 2 bentuk yaitu
superfisialis dan kerion SUPERFISIALIS Kelainan-kelainan berupa gejala eritem,
papel dan skuama yang mula-mula kecil selanjutnya meluas ke arab luar dan
memberi gambaran polisiklik, dengan bagian tepi yang aktif. Biasanya gambaran
seperti ini menyerupai tinea korporis. KERION Bentuk ini membentuk lesi-lesi yang
eritematous dengan ditutupi krusta atau abses kecil dengan permukaan membasah
oleh karena erosi. Tinea barbae ini didiagnosa banding dengan :
1. Sikosis barbae (folikulitis oleh karena piokokus)
2. Karbunkel
3. Mikosis dalam

B.7 TINEA IMBRIKATA


Penyakit ini adalah bentuk yang khas dari Tinea korporis yang disebabkan oleh
Trikofiton konsentrikum. Gambaran klinik berupa makula yang eritematous dengan
skuama yang melingkar. Apabila diraba terasa jelas skuamanya menghadap ke dalam.
Pada umumnya pada bagian tengah dari lesi tidak menunjukkan daerah yang lebih
tenang, tetapi seluruh makula ditutupi oleh skuama yang melingkar. Penyakit ini
sering menyerang seluruh permukaan tubuh sehingga menyerupai :
1. Eritrodemia
2. Pempigus foliaseus
3. Iktiosis yang sudah menahun

PENGOBATAN
Pengobatan Pencegahan :
1. Perkembangan infeksi jamur diperberat oleh panas, basah dan maserasi. Jika
faktor-faktor lingkungan ini tidak diobati, kemungkinan penyembuhan akan lambat.
Daerah intertrigo atau daerah antara jari-jari sesudah mandi harus dikeringkan betul
dan diberi bedak pengering atau bedak anti jamur.
2. Alas kaki harus pas betul dan tidak terlalu ketat.
3. Pasien dengan hiperhidrosis dianjurkan agar memakai kaos dari bahan katun yang
menyerap keringat, jangan memakai bahan yang terbuat dari wool atau bahan sintetis.
4. Pakaian dan handuk agar sering diganti dan dicuci bersih-bersih dengan air panas.

B. Terapi lokal :
Infeksi pada badan dan lipat paha dan lesi-lesi superfisialis, di daerah jenggot, telapak
tangan dan kaki, biasanya dapat diobati dengan pengobatan topikal saja.

1. Lesi-lesi yang meradang akut yang acta vesikula dan acta eksudat harus dirawat
dengan kompres basah secara terbuka, dengan berselang-selang atau terus menerus.
Vesikel harus dikempeskan tetapi kulitnya harus tetap utuh.

2. Toksilat, haloprogin, tolnaftate dan derivat imidazol seperti mikonasol, ekonasol,


bifonasol, kotrimasol dalam bentuk larutan atau krem dengan konsentrasi 1-2%
dioleskan 2 x sehari akan menghasilkan penyembuhan dalam waktu 1-3 minggu.

3. Lesi hiperkeratosis yang tebal, seperti pada telapak tangan atau kaki memerlukan
terapi lokal dengan obat-obatan yang mengandung bahan keratolitik seperti asam
salisilat 3-6%. Obat ini akan menyebabkan kulit menjadi lunak dan mengelupas.
Obat-obat keratolotik dapat mengadakan sensitasi kulit sehingga perlu hati-hati kalau
menggunakannya.

4. Pengobatan infeksi jamur pada kuku, jarang atau sukar untuk mencapai
kesembuhan total. Kuku yang menebal dapat ditipiskan secara mekanis misalnya
dengan kertas amplas, untuk mengurangi keluhan-keluhan kosmetika. Pemakaian
haloprogin lokal atau larutan derivat asol bisa menolong. Pencabutan kuku jari kaki
dengan operasi, bersamaan dengan terapi griseofulvin sistemik, merupakan satu-
satunya pengobatan yang bisa diandalkan terhadap onikomikosis jari kaki.

C. Terapi sistemik
Pengobatan sistemik pada umumnya mempergunakan griseofulvin. Griseofulvin
adalah suatu antibiotika fungisidal yang dibuat dari biakan spesies penisillium. Obat
ini sangat manjur terhadap segala jamur dermatofitosis. Griseofulvin diserap lebih
cepat oleh saluran pencernaan apabila diberi bersama-sama dengan makanan yang
banyak mengandung lemak, tetapi absorpsi total setelah 24 jam tetap dan tidak
dipengaruhi apakah griseofulvin diminum bersamaan waktu makan atau diantara
waktu makan. Dosis rata-rata orang dewasa 500 mg per hari. Pemberian pengobatan
dilakukan 4 x sehari , 2 x sehari atau sekali sehari. Untuk anak-anak dianjurkan 5 mg
per kg berat badan dan lamanya pemberian adalah 10 hari. Salep ketokonasol dapat
diberikan 2 x sehari dalam waktu 14 hari. PROGNOSIS Perkembangan penyakit
dermatofitosis dipengaruhi oleh bentuk klinik dan penyebab penyakitnya disamping
faktor-faktor yang memperberat atau memperingan penyakit. Apabila faktor-faktor
yang memperberat penyakit dapat dihilangkan, umumnya penyakit ini dapat hilang
sempurna.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Mikosis supernsialis adalah jamur-jamur yang menyerang lapisan luar ari pada
kulit, kuku, dan rambut. Dibagi dalam dua bentuk yakni: a. Dermatofitosis; terdiri
dari :

1. Tinea kapitis

2. Tinea kruris

3. Tinea Korporis

4. Tinea pedis atau manus

5. Tinea unguium (onikomikosis)

6. Tinea interdigitalis

7. Tinea imbrikata

8. Tinea favosa

9. Tinea barbae

b. Non-Dermatosis;

terdiri dari :

1. Tinea versikolor
2. Piedra hitam

3. Piedra putih

Perbedaan antara dermatofitosis dan nondermatofitosis adalah disebabkan karena


letak infeksinya pada kulit. Golongan dermatofitosis menyerang atau
menimbulkan kelainan di dalam epidermidis mulai dari stratum komeum sampai
stratum basalis, sedangkan golongan non-dermatofitosis hanya bagian superfisialis
dari epidermidis. Hal ini disebabkan karena dermatofitosis mempunyai afinitas
tehadap keratin yang terdapat pada epidermidis, rambut, kuku, sehingga infeksinya
lebih dalam.

3.2 Daftar Pustaka

Arnold, Odum, James.Andrew's :Desease of the skin, .8th ed ,London. WBSounders


Co., 1989 : 347-349. Balus, L: Grigoriu D : Pityriasis versicolor. CILAG-LTD 1982.
Budi mulja, U : Mikosis. Dalam ilmu penyakit kulit dan kelamin, Jakarta FK UI.
1987 : 84-88 Emmons. CW , Binford. CH, Utz, JP & Kwon Chung: Medical
Mycology, 3 rd ed. Philadelphia, Lea & Febiger. 1977 Jawetz, Melnick & Adelberg :
Mikrobiologi Kedokteran. Edisi 20, EGC Jakarta 1996. Kenneth J. Ryan: Sherris
Medical Micribiology .Pretice Hall International Inc , 1994. Kuswadji :
Dermatimikosis. Budimulja U, Sunoto, Tjokronegoro A . Penyakit Jamur, Jakarta
FKUI. 1983 Rippon.J : Superfisialis Infections.in Medical Mycology, second ed
Tokyo, WB saunders Co. 1988 Siregar.S: Penyakit Jamur Kulit. EGC Jakarta.1982

Anda mungkin juga menyukai