Anda di halaman 1dari 17

Proceeding of the Conference on Multidisciplinary Research in Health Science and

Technology (SN-KIA)
ISSN Online 2721-3471, Volume 2, 2022

Open Acces
http://proceeding.almaata.ac.id/ndex.php
/SNKIA/login
CC-BY-NC
Annually
Published by Alma Ata University Press

Asuhan Kebidanan Continuity Of Care Pada Ny “N” Dengan Resiko Tinggu Usia
<20 Tahun Di Puskesmas Mlati II
1 1 1
Amanah Rahma Delia , Fatimah , Taufik Rahman

Program Studi DII Kebidanan Universitas Alma Ata Yogyakarta


Jalan Brawijaya No.99 Tamantirto Kasihan Bantul

Email : amanah@gmail.com

ABSTRAK
Salah satu penyebab meningkatnya Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi
(AKB) adalah meningkatnya kehamilan dan persalinan yang tidak diinginkan pada usia
muda. Kehamilan resiko tinggi adalah kehamilan yang dapat menimbulkan resiko dan
masalah baik bagi ibu maupun janinnya. Oleh karena itu, untuk mengurangi komplikasi
tersebut bidan berusaha memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif yang
bertujuan untuk mendeteksi dini risiko yang terjadi dan memberikan pertolongan segera
jika ditemukan komplikasi sehingga dapat menyelamatkan ibu dan bayi dalam kehamilan,
persalinan, nifas, hingga bayi baru lahir. . Studi kasus bertujuan untuk memberikan
asuhan kebidanan secara komprehensif pada Ny “N” di Puskesmas Mlati II. Peneliti
melakukan studi kasus di Puskesmas Mlati II menggunakan metode deskriptif dengan
pendekatan continuity of care atau peneliti mengumpulkan data dalam penelitian ini.
kasus dengan cara wawancara, observasi, pemeriksaan, dokumentasi rekam medis,
pemberian asuhan dalam hal ini menggunakan instrumen buku KIA, leaflet, video, buku
monografi, kuesioner skrining kecemasan, KSPR. Hasil Asuhan Kebidanan
Komprehensif Ny “N” pada kehamilan trimester III dengan balita mengalami KEK dan
anemia saat hamil, pada persalinan dengan persalinan spontan di belakang kepala tanpa
ada komplikasi, pada masa nifas dengan nifas normal tanpa komplikasi, pada BBL
dengan BBLN, pada neonatus dengan neonatus fisiologis dan pada keluarga berencana
ibu berencana menggunakan kontrasepsi suntik 3 bulan. Kesimpulan Asuhan Kebidanan
Komprehensif ini diperoleh dengan melakukan asuhan kebidanan mandiri dan kolaboratif
serta pengobatan dini, ditemukan KEK dan anemia pada saat hamil, tetapi teratasi, tidak
ditemukan penyulit dan penyulit saat melahirkan, berat badan lahir rendah , postpartum,
neonatus dan pemilihan keluarga berencana.
KATA KUNCI: Asuhan Kebidanan, Komprehensif, Risiko Tinggi, prim young
ABSTRACT
One of the causes of the increasing Maternal Mortality Rate (MMR) and Infant Mortality
Rate (IMR) is the increase in unwanted pregnancies and deliveries at a young age. High-
risk pregnancy is a pregnancy that can pose risks and problems for both the mother and
the fetus. Therefore, to reduce these complications, midwives try to provide
comprehensive nursing care that aims to detect early risks that occur and provide
immediate help if complications are found so that they can save mothers and babies in
pregnancy, childbirth, postpartum, to newborns. . The case study aims to provide
comprehensive midwifery care to Mrs “N” at the Mlati II Public Health Center. The
researcher conducted a case study at the Mlati II Public Health Center using a descriptive
method with a continuity of care approach or researchers collected data in this study.
cases by means of interviews, observations, examinations, medical record
documentation, providing care in this case using MCH book instruments, leaflets, videos,
monographs, anxiety screening questionnaires, KSPR. Results of Comprehensive
Midwifery Care Mrs. "N" in the third trimester of pregnancy with toddlers experiencing
KEK and anemia during pregnancy, in childbirth with spontaneous delivery behind the
head without any complications, during the puerperium with normal postpartum without
complications, in BBL with BBLN, in neonates with physiological neonates and in family
planning mothers plan to use 3-month injectable contraception. Conclusion
Comprehensive Midwifery Care was obtained by performing independent and
collaborative midwifery care and early treatment, it was found that KEK and anemia
Proceeding of the Conference on Multidisciplinary Research in Health Science and
Technology (SN-KIA)
ISSN Online 2721-3471, Volume 2, 2022
during pregnancy were resolved, no complications and complications were found during
childbirth, low birth weight, postpartum, neonates and selection of family planning.
KEYWORD: Midwifery Care, Comprehensive, High Risk, prim young

PENDAHULUAN

Menurut Wordl Health Organization (WHO) pada tahun 2017 didapatkan kasus
kematian ibu mencapai angka 810 yang berhubungan dengan kehamilan dan persalinan,
dilaporkan demikian kejadian kematian ibu banyak terjadi hingga 94% di negara yang
berpenghasilan rendah dan menengah ke bawah. Hasil survei antar sensus (SUPAS)
angka kematian ibu (AKI) pada tahun 2015 di Indonesia terjadi penurunan yaitu
mencapai 305 per 100.000 kelahiran hidup dari 390 per 100.000 kelahiran hidup pada
periode 1991-2015 lalu, meskipun mengarah pada penurunan angka kematian ibu, tetapi
tidak lolos dalam pencapaian target Millennium Development Goals (MDGs) yang harus
dicapai yaitu sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015 (1).
Salah satu penyebab Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB)
meningkat yaitu terjadinya peningkatan kasus kehamilan yang tidak diinginkan dan
persalinan pada usia remaja. Di antara remaja putri berusia 15-19 tahun, komplikasi
kehamilan dan persalinan merupakan pemicu utama kematian secara global, Asia
Tenggara telah melaporkan data anak perempuan di luar standar interval usia 15-49
tahun, yang mendokumentasikan fakta yang mengganggu bahwa kematian ibu terjadi di
antara anak perempuan bahkan lebih muda dari 15 tahun (1).
Berdasarkan Studi Pendahuluan didapatkan data dari Dinas Kesehatan Sleman
pada tahun 2019 pada Puskesmas Mlati II terdapat kejadian risiko tinggi dengan
prosentase 19,8%, yaitu terdapat 111 jumlah ibu hamil dengan risiko tinggi dari total
sasaran ibu hamil 560 orang. Sedangkan data dari register ibu hamil dalam 10 bulan
terakhir dari bulan maret 2021 hingga desember 2021 di puskesmas Mlati II terdapat ibu
hamil dengan resiko tinggi usia <20 tahun sebanyak 10 ibu hamil.
Kehamilan risiko tinggi merupakan kehamilan yang dapat menimbulkan risiko dan
masalah yang lebih besar baik bagi ibu maupun janin dalam kandungan sehingga
menyebabkan kematian, penyakit, kecacatan, dan ketidak nyamanan. Pada ibu hamil
yang memiliki resiko tinggi dibandingkan dengan kehamilan dan persalinan normal,
maka akan memiliki resiko yang lebih besar pada kehamilan/persalinannya (2).
Untuk menurunkan AKI maka dapat dilaksanakan dengan mengupayakan agar
setiap ibu mampu mengakses pelayanan kesehatan ibu yang bermutu, seperti pelayanan
kesehatan ibu hamil, perawatan khusus dan rujukan jika terjadi komplikasi, serta deteksi
dini risiko tinggi untuk mencegah 4T (3). Faktor risiko seperti usia dan paritas dapat
menyebabkan banyak komplikasi bila tidak dilakukan skrining dan tidak diatasi dengan
baik, karena pada usia muda secara fisik/anatomi belum siap karena ukuran panggul dan
rahim belum sesuai.
Proceeding of the Conference on Multidisciplinary Research in Health Science and
Technology (SN-KIA)
ISSN Online 2721-3471, Volume 2, 2022
Asuhan Continuity Of Care (COC) merupakan bentuk ikhtiar bidan di Indonesia
untuk memberikan asuhan secara berkelanjutan, bidan dapat memantau kondisi ibu dan
bayi sehingga mencegah terjadinya komplikasi yang tidak segera ditangani. Pemantauan
tersebut dilakukan secara intensif sehingga sangatlah diperlukan sebagai upaya untuk
mengetahui ada tidaknya kelainan bila mungkin terjadi penyulit dengan tujuan
menyiapkan ibu hamil secara menyeluruh baik fisik maupun mental serta menyelamatkan
ibu dan bayi dalam kehamilan, persalinan, dan nifas sehingga diharapkan tidak terjadi
komplikasi (4).
Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik melakukan studi kasus yang berkaitan
dengan asuhan kebidanan continuity of care mulai dari prenatal, natal, post natal,
neonatal di instansi kesehatan yaitu di puskesmas dengan Judul “asuhan kebidanan
continuity of care pada ibu hamil trimester III dengan resiko tinggi usia remaja <20 tahun
sampai dengan pemilihan alat kontrasepsi di puskesmas mlati II”. Berdasarkan survey
yang dilakukan, maka penulis terdorong untuk melakukan asuhan kebidanan continuity of
care yang dimulai dari masa prenatal, natal, post natal, neonatal, serta melakukan
pendokumentasian di Puskesmas Mlati II.

BAHAN DAN METODE


Jenis studi kasus ini observasional deskriptif dengan cara pendekatan studi
kasus. Subyek Penelitian ini adalah Ny. N umur 15 Tahun G1P0A0Ah0 UK 30 minggu
dengan kehamilan primi muda, KEK, anemia. Lokasi studi kasus ini di wilayah kerja
Puskesmas Mlati II. Waktu pengambilan data studi kasus ini selama 4 bulan, Instrumen
yang digunakan adalah format asuhan kebidanan, buku KIA (Kesehatan Ibu dan Anak),
rekam medik, leaflet, video senam hamil, buku monograf, KSPR (Kartu Skor Poedji
Rochdjati), kuesioner skrining kecemasan.
Teknik pengumpulam data menggunakan data primer diperoleh dari pengkajian
dan pemeriksaan fisik, dan data sekunder diperoleh dari studi kasus dokumentasi dan
data kepustakaan. Jalannya studi kasus dengan tahap persiapan, tahap pelaksanaan
dan tahap pelaporan. Etika studi kasus perlu memperhatikan informed concent, tanpa
nama, keamanan, kerahasiaan dan ethical clearance dengan nomor
KE/AA/III/10725/EC/2022.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Subyek studi kasus ini adalah Ny. N umur 15 tahun G1 P0 A0 UK 30 minggu
dengan kehamilan resiko tinggi <20 tahun saat ini responden masih menempuh
pendidikan kelas 2 SMP, agama Islam. Suami responden berusia 19 tahun, beragama
Islam, pendidikan terakhir SMP, bekerja sebagai karyawan swasta. Responden
mengatakan bahwa ini kehamilan yang pertama dan responden menyadari bahwa ini
Proceeding of the Conference on Multidisciplinary Research in Health Science and
Technology (SN-KIA)
ISSN Online 2721-3471, Volume 2, 2022
merupakan kehamilan tidak diinginkan, namun saat ini responden dan keluarga sudah
dapat menerima kehamilannya.
Asuhan kebidanan komprehensif ini dilakukan mulai kehamilan Trimester III
hingga pemilihan alat kontrasepsi. Kunjungan dilakukan sejak usia kehamilannya 30
minggu, pada saat kehamilan didapatkan data subyektif responden mengeluh diare,
cemas hingga sulit tidur, sesak nafas. Peneliti melakukan skrining tentang kecemasan
untuk mengetahui sejauh mana kecemasan yang dirasakan ibu. Selanjutnya Peneliti
memberikan asuhan terkait ketidaknyamanan ibu hamil trimester III teknik rileksasi,
penenangan diri dengan peningkatan penerapan religius responden. Evaluasi dari
keluhan dan pemberian asuhan kebidanan tersebut sudah dapat teratasi.
Pada data obyektif didapatkan LILA 23 cm, berdasarkan buku KIA kadar
hemoglobin 9 g/dL, kepala janin belum masuk panggul pada usia 39 minggu berdasarkan
perhitungan bidan sehingga dilakukan rujukan ke rumah sakit. Peneliti memberikan
asuhan terkait diet tinggi energi tinggi protein (TETP), konsumsi PMT, meditasi
kecemasan dan pelatihan yoga prenatal. Evaluasi dari faktor risiko yang terjadi pada
kehamilan tersebut dapat teratasi, dapat diketahui dari peningkatan LILA menjadi 25 cm
dan kadar hemoglobin menjadi 11,4 g/dL.
Pada usia kehamilan 39+2 minggu ibu mengatakan perutnya kenceng-kenceng
sehingga ibu menuju RS untuk dilakukan pemeriksaan kehamilan, hasil pemeriksaan ibu
telah memasuki proses pemantauan persalinan, Peneliti memberikan asuhan
managemen nyeri persalinan dengan teknik deep massage, selanjutnya pada proses
persalinan bidan memberikan pertolongan persalinan sesuai APN dengan pengawasan
dokter obsgyn, setelah bayi lahir memberikan perawatan pada bayi lahir. Persalinan tidak
ditemukan komplikasi bagi ibu maupun bayinya.
Pada saat pemberian asuhan pada masa nifas didapatkan hasil pemeriksaan
kontraksi agak lembek dan kandung kemih penuh pada 6 jam post partum, selanjutnya
Peneliti memberikan asuhan motivasi untuk buang air kecil dan mengajarkan masase
fundus uterus. Pada asuhan bayi baru lahir tidak ditemukan komplikasi namun tetap
diberikan asuhan untuk menjaga bayi tetap hangat, dan perawatan tali pusat, serta
mencukupi kebutuhan ASI.
Pada saat pemberian asuhan kebidanan nifas kedua pada 6 hari post partum
didapatkan hasil pemeriksaan payudara kanan ibu teraba penuh, dan mengajarkan ibu
untuk memerah ASI jika tidak segera disusukan ke bayi. Pada bayi tidak ditemukan
komplikasi namun pada pemberian asuhan pada masa nifas ini yaitu mencegah
perdarahan karena atonia uteri, memberikan KIE tentang pemberian ASI awal,
mengajarkan cara mempererat hubungan antara ibu dan bayi baru lahir, dan menjaga
bayi agar tetap sehat melalui pencegahan hipotermi.
Kehamilan muda merupakan risiko tinggi, karena pada kehamilan muda memiliki
skor 8 menurut skor Puji Rochjati dalam (Prawirohardjo, 2016) klasifikasi ini termasuk
Proceeding of the Conference on Multidisciplinary Research in Health Science and
Technology (SN-KIA)
ISSN Online 2721-3471, Volume 2, 2022
kehamilan yang disertai satu atau lebih faktor risiko/ penyulit baik yang berasal dari ibu
maupun janin sehingga akan memungkinkan terjadinya kegawatan saat kehamilan
maupun persalinan namun tidak darurat, mengingat kehamilan muda yang dimana
tingkat kegawatdaruratannya akan meningkat maka dianjurkan pertolongan persalinan
harus di rumah sakit dengan pertolongan dokter spesialis (5).
Pada kehamilan muda ini masuk dalam kategori faktor risiko I yaitu ada potensi
gawat obstetrik, karena pada usia ini rahim dan panggul belum tumbuh menjadi ukuran
dewasa dan memiliki risiko medis cukup tinggi karena alat reproduksi belum matur pada
masa kehamilan (5).
Anamnesa pertama responden mengatakan lupa dengan hari pertama haid
terakhir, pemeriksaan kehamilan yang dilakukan di bidan untuk mengetahui taksiran
persalinan digunakan perhitungan menggunakan rumus Naegle’s rule yaitu hari +7, bulan
-3, tahun + 1, sehingga hasil taksiran persalinan berdasarkan rumus Naegles’s rule dan
hasil USG berbeda. Hal ini terdapat penjelasan dari (Utami et al, 2019) bahwa
kelemahan dari penggunaan rumus Naegle’s rule adalah pada saat HPHT lupa, sehingga
penentuan usia kehamilan menggunakan siklus menstruasi sering tidak akurat, dan
dijelaskan pada teori (Prawirohardjo, 2016) perhitungan usia kehamilan dan penentuan
taksiran persalinan berdasarkan USG lebih akurat (5,6).
Pada pemeriksaan antropometri yaitu lingkar lengan atas adalah 23 cm. Lingkar
lengan atas dengan ukuran 23 cm menandakan kekurangan energi kronik (KEK),
penjelasan ini sejalan dengan teori (Sukraniti, Taufiqqurrahman et al, 2018) apabila
ukuran LILA kurang dari 23,5 cm atau bagian merah pita LILA artinya wanita tersebut
mempunyai risiko KEK (7), pada kasus ini diberikan penjelasan tentang diet tinggi energi
dan tinggi protein (TETP), diet TETP adalah diet yang mengandung energi dan protein
diatas kebutuhan normal, menurut teori (Almatsier 2008) tujuan dari diet TETP adalah
memenuhi kebutuhan energi dan protein serta dapat menambah berat badan hingga
mencapai berat badan normal (8), dan dianjurkan menekankan untuk mengonsumsi PMT
asuhan tersebut didukung oleh penelitian (Farid, 2019) bahwa PMT yang diberikan dapat
meningkatkan berat badan ibu selama hamil dengan kandungan terdapat kurang lebih
600-700 kkal dan 15-20 gram protein yang harus dihabiskan dalam kurun waktu 1 bulan
(9).
Ibu hamil dengan keluhan diare, hal ini terjadi karena kurangnya pengetahuan
tentang cuci tangan yang benar, hal ini sejalan dengan penelitian (Radhika, 2020) bahwa
terdapat hubungan antara mencuci tangan yang tidak benar dengan kejadian diare
karena tangan merupakan perantara penyebaran kuman penyakit sehingga perlu
dilakukan pencegahan diare dengan melakukan cara mencuci tangan menggunakan air
mengalir dan sabun. Asuhan yang diberikan Peneliti pada kasus tersebut adalah
menganjurkan untuk menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat dengan cara mencuci
tangan menggunakan sabun dan air mengalir sebelum makan, sesudah cebok BAB dan
Proceeding of the Conference on Multidisciplinary Research in Health Science and
Technology (SN-KIA)
ISSN Online 2721-3471, Volume 2, 2022
BAK, hal ini sesuai dengan penjelasan (Radhika, 2020) bahwa penerapan pola hidup
bersih dan sehat salah satunya yaitu mencuci tangan menggunakan sabun dan air
mengalir pada 5 waktu diantaranya setiap tangan kotor, sesudah buang air besar,
sebelum makan, sebelum memegang makanan dan setelah makan, setelah bersin/ batuk
(10).
Ibu hamil mengeluh cemas hingga muncul gejala sesak dan sulit tidur pada
malam hari, hal ini menurut penelitian (Harianto, 2020) merupakan salah satu aspek
psikologis yang berpengaruh pada kehamilan, terutama kehamilan primigravida.
Kecemasan akan merangsang tubuh untuk sulit rileks pada ibu hamil sehingga dapat
menyebabkan penurunan durasi tidur sehingga terjadinya gangguan tidur. Berdasarkan
skrining kecemasan didapatkan penilaian bahwa responden memiliki nilai 21, menurut
kuesioner klasifikasi skrining kecemasan bahwa nilai 21-26 mengalami cemas ringan. Hal
lain terkait tidak keefektifan tidur malam ternyata juga erat kaitannya dengan rendahnya
tingkat religiusitas, dengan demikian Peneliti memberikan asuhan untuk selalu
mendekatkan diri kepada Allah SWT seperti sholat 5 waktu dan berdzikir, hal ini sesuai
yang dijelaskan (Rahman, 2020) bahwa melaksanakan sholat 5 waktu dan
memperbanyak berdzikir akan merasa dirinya dekat dengan Allah, berada dalam
penjagaan dan lindungan-NYA, yang kemudian akan membangkitkan percaya diri,
kekuatan, perasaan aman, tentram dan bahagia (11,12).
Rasa sesak yang dirasakan ibu hamil merupakan tanda ketidaknyamanan ibu
hamil trimester III, rasa sesak nafas yang dirasakan ibu hamil trimester III disebabkan
karena ekspansi diafragma akibat pembesaran uterus, cara mengatasi pada
ketidaknyamanan sesak nafas ibu hamil dapat dilakukan perubahan posisi saat tidur
seperti meninggikan posisi kepala daripada badan saat tidur atau dengan posisi
setengah duduk, penjelasan tersebut sejalan dengan penelitian (Ningsih et al, 2020)
bahwa posisi kepala yang lebih tinggi dari badan memiliki fungsi untuk menurunkan
tekanan pada diafragma sehingga sesak nafas yang dialami ibu dapat berkurang dan
membuat ibu lebih rileks (13).
Selain dengan menggunakan teknik tersebut juga dapat dilakukan olahraga
ringan seperti jalan pagi sambil menghirup udara pagi, hal ini didukung oleh penelitian
(Wulandari et al, 2018) jalan kaki pada pagi hari dapat memicu hormon endorphin yang
dapat membuat seseorang menjadi bahagia dan dapat meningkatkan kualitas tidur
selama kehamilan, dan juga jalan kaki sebelum jam 9 pagi juga dapat memicu hormon
serotonin yang dapat membuat suasana hati lebih positif dan berpikir lebih tenang (14).
Anemia merupakan faktor risiko daripada kehamilan muda, responden memiliki
kadar hemoglobin 9 gr/dL, hal tersebut masuk dalam klasifikasi anemia. Berdasarkan
WHO, anemia pada kehamilan ditegakkan apabila kadar hemoglobin (Hb) <11 g/ dL atau
hematokrit (Ht) < 33% menurut (Noroyono Wibowo, 2021) kekurangan kadar hemoglobin
erat kaitannya dengan kurangnya pengetahuan tentang konsumsi tablet Fe, pada
Proceeding of the Conference on Multidisciplinary Research in Health Science and
Technology (SN-KIA)
ISSN Online 2721-3471, Volume 2, 2022
dasarnya tablet Fe tersebut memiliki kadar kecukupan zat besi untuk ibu hamil, hal ini
sesuai dengan penjelasan (Noroyono Wibowo, 2021) bahwa konsumsi tablet Fe dapat
memenuhi kecukupan zat besi selama kehamilan (15).
Menurut (Konar, 2018) masuknya kepala janin pada pintu atas panggul
primigravida terjadi pada usia kehamilan 38 minggu. Bidan memotivasi untuk kunjungan
ke rumah sakit untuk USG agar mengetahui keadaannya, hal ini sesuai dengan teori
(Marmi, 2017) bahwa dalam hal ini sebagai bidan memiliki kewajiban untuk memberikan
pelayanan asuhan kehamilan sesuai standar profesi dengan menghormati hak-hak klien,
saat asuhan yang akan diberikan bukan kewenangannya maka bidan wajib merujuk dan
bekerjasama dengan pihak lain (16,17).
Yoga prenatal dengan kombinasi meditasi yang bertujuan untuk mengatasi
kecemasan dan meregangkan otot panggul agar kepala janin mudah memasuki pintu
atas panggul, hal ini sejalan dengan penelitian (Suristyawati et al, 2019) bahwa
mengatasi kecemasan pada ibu hamil dengan memusatkan pikiran dengan tarik nafas
dalam dan memejamkan mata sambil menghembuskan nafas perlahan dan seolah-olah
seperti mengajak bicara janin yang dikandungnya dan juga Yoga prenatal dapat
meregangkan otot panggul dan memudahkan janin turun ke pintu atas panggul seperti
yang dijelaskan (suksesty and setiawan, 2021) gerakan-gerakan yoga pada timester III
mempunyai manfaat yang sejalan dengan penelitian (Wibowo, 2020) diantaranya dapat
menyesuaikan tubuh agar lebih baik dalam menyangga beban kehamilan, memperkuat
otot untuk menopang tekanan tambahan, memperbaiki sirkulasi dan respirasi,
meredakan ketegangan dan membantu relaks, serta membentuk kebiasaan bernapas
yang baik. Yoga Prenatal merupakan olah raga atau latihan fisik yang berfungsi untuk
mempersiapkan persalinan karena teknik latihannya menitikberatkan pada kelenturan
otot jalan lahir, teknik pernapasan, relaksasi, dan ketenangan pikiran ibu selama
menghadapi proses persalinan (18–20). Pada umumnya gerakan senam hamil yang
digunakan sama dengan penelitian (Wibowo, 2020), namun Peneliti hanya menggunakan
sebagian gerakan yang berada dalam penelitian (Wibowo, 2020) yang terdiri dari
gerakan sofi rotation karena pada gerakan ini dapat membuat area punggung menjadi
lebih luas. Peneliti lebih memfokuskan pada gerakan yang membantu kepala janin masuk
pintu atas panggul, pada hal ini Peneliti membutuhkan gerakan tambahan yang meliputi
gerakan upavistha konasana dan pelvic rotation, posisi table dan side lunges, posisi cat
and cow hal ini sesuai dengan penjelasan (21) bahwa gerakan upavistha konasana dan
pelvic rotation untuk membantu menipiskan mulut rahim, posisi table dan side lunges
untuk membuka ruang pintu atas panggul, posisi cat and cow untuk membantu janin
masuk panggul dengan posisi optimal (kepala anterior) (21).
Persalinan dengan mengeluh perutnya kenceng-kenceng teratur pada punggung
dan menjalar ke perut bagian depan, timbul rasa kontraksinya semakin lama semakin
sakit hal ini merupakan hal yang wajar pada proses menjelang persalinan seperti yang
Proceeding of the Conference on Multidisciplinary Research in Health Science and
Technology (SN-KIA)
ISSN Online 2721-3471, Volume 2, 2022
dijelaskan dalam teori (Kurniarum, 2016) tanda-tanda persalinan salah satunya dengan
timbulnya kontraksi uterus yang memiliki sifat nyeri melingkar dari punggung memancar
ke perut bagian depan, pinggang terasa sakit hingga merambat ke bagian depan, sifat
kontraksinya teratur, interval semakin lama dan sering, kekuatan semakin besar (22).
Peneliti melakukan observasi sejak pukul 09.30 WIB menurut informasi dari bidan
dan responden bahwa saat ini sudah memasuki pembukaan 3 atau dalam pemantauan
kala 1 fase laten hal ini sesuai dengan teori (Utami, 2019) bahwa Pada fase kala 1 fase
laten berlangsung selama 8 jam dimulai dari pembukaan 0 sampai pembukaan 3 cm
(23).
Pada kala I fase laten ini Peneliti melakukan observasi dengan melihat ibu
tampak kesakitan saat kontraksi datang, Peneliti memberikan asuhan menghadirkan
pendamping persalinan dan mengajarkan pada keluarga untuk melakukan teknik deep
massage untuk mengatasi nyeri pada saat persalinan, hal ini sesuai dengan teori
(Meidya et al, 2020) bahwa teknik deep massage bertujuan untuk mengatasi nyeri
persalinan yang dilakukan dengan cara memposisikan ibu miring ke kiri untuk mencegah
hipoksia pada janin, selanjutnya keluarga diminta untuk melakukan penekanan pada
sacrum saat awal kontraksi, dilanjutkan dengan gosokan halus ke arah punggung,
anjurkan ibu untuk tarik nafas perlahan sambil memejamkan mata sampai rileks, dan
akhiri penekanan sampai kontraksi berakhir (24).
Setelah 4 jam kemudian dilakukan pemeriksaan dalam untuk mengobservasi
pembukaan serviks, penurunan kepala, tekanan darah, dan suhu ibu, hal ini sesuai
dengan teori (Walyani, 2020) bahwa frekuensi pemeriksaan pada fase laten untuk
tekanan darah, suhu, pembukaan serviks, dan penurunan kepala dilakukan minimal 4
jam (25).
Pada jam 11.00 dilakukan pemeriksaan dalam karena ibu sudah ingin meneran,
hal ini sesuai dengan penjelasan (Walyani, 2020) bahwa rasa ingin meneran yang timbul
disebabkan karena terjadi kepala janin turun masuk ruang panggul hingga terjadi
reflektoris rasa ingin meneran, saat dilakukan pemeriksaan dalam sudah memasuki
pembukaan lengkap, pada fase ini telah memasuki kala II atau kala pengeluaran janin,
seperti yang dijelaskan oleh (Utami, 2019) bahwa kala II dimulai dari pembukaan lengkap
sampai lahirnya bayi disertai dengan his yang lebih kuat kurang lebih 2-3 menit sekali
(23,25).
Terdapat tanda dan gejala kala II yaitu ibu merasa ingin mengejan, adanya
tekanan pada anus, perineum terlihat menonjol, vulva vagina membuka, hal ini sesuai
dengan penjelasan (Walyani, 2020) tentang tanda dan gejala pada kala II (25).
Pada fase ini Peneliti memberikan asuhan sesuai kebutuhan responden agar
responden merasa aman dan nyaman yang meliputi menghadirkan keluarga dalam
proses persalinan, memenuhi kebutuhan nutrisi responden, memberikan dukungan untuk
responden, memberitahukan tindakan apapun yang akan dilakukan, memposisikan klien
Proceeding of the Conference on Multidisciplinary Research in Health Science and
Technology (SN-KIA)
ISSN Online 2721-3471, Volume 2, 2022
dengan posisi sesuai kemauan responden untuk meneran kecuali dengan posisi
telentang, melakukan pertolongan persalinan, hal ini sesuai menurut (Walyani, 2020)
asuhan sayang ibu adalah asuhan yang membuat ibu bersalin aman dan nyaman agar
pada proses ini dapat berjalan lancar dengan semestinya (25).
Pada proses persalinan, Peneliti melakukan observasi proses persalinan, dan
tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan praktik yaitu dalam teori (Walyani, 2020)
pertolongan persalinan dilakukan sesuai kewenangan bidan yang meliputi bimbing ibu
untuk meneran saat ada his, saat kepala berada pada diameter 5-6 cm di depan vulva
pasang handuk bersih di perut pasien untuk mengeringkan badan bayi, buka set partus,
mulai memakai sarung tangan pada kedua tangan, saat kepala turun lakukan penahanan
pada perineum dengan menggunakan tangan kanan, dan tangan kiri menahan kepala
bayi agar tidak terjadi defleksi yang telalu cepat, setelah bayi lahir, bersihkan hidung,
mulut, dan mata bayi menggunakan kasa steril, lalu memeriksa leher bayi dan pastikan
tidak ada lilitan tali pusat, tempatkan kedua tangan secara biparietal untuk melahirkan
bahu dengan cara tarik kepala ke arah bawah untuk melahirkan bahu depan dan tarik
kepala ke arah atas untuk melahirkan bahu belakang, lakukan teknik sanggah diantara
kepala dan pundak bayi dan tangan yang lain menyusuri seluruh tubuh bayi (25).
Lakukan penilaian sepintas pada bayi baru lahir. Pada pukul 13.05 lahir spontan,
jenis kelamin laki-laki laki-laki warna kulit kemerahan, denyut nadi >100x, menangis
lemah merintih, fleksi lemah dengan APGAR score 8/10 sehingga tidak perlu dilakukan
resusitasi, dalam hal tersebut merupakan bayi baru lahir normal sesuai dengan
penjelasan (Tim FK sebelas maret surakarta, 2018) bayi baru lahir dengan APGAR
score >7 masih termasuk bayi baru lahir normal (27). Pada bayi dilakukan inisiasi
menyusui dini segera setelah lahir, hal ini sesuai dengan penjelasan (Sondakh, 2013)
bahwa IMD dilakukan segera setelah lahir selama 1 jam. Selanjutnya, dilakukan
manajemen aktif kala III pada ibu (28).
Pada pukul 13.10 plasenta telah lahir secara spontan dengan plasenta lengkap,
yang dikatakan plasenta lahir lengkap menurut (Sondakh, 2013) adalah plasenta yang
lengkap terdiri dari keutuhan plasenta yang dapat dilihat dengan meletakkan di
permukaan datar dan menggunakan kassa untuk menghapus darah agar sisi plasenta
dapat terlihat dengan jelas, terdiri dari jaringan kotiledon, selaput ketuban, dan tali pusat
(28).
Selanjutnya dilakukan evaluasi laserasi, pada kasus ini Ny.N mengalami laserasi
derajat III, kemungkinan terjadinya laserasi derajat III ini disebabkan karena pengaruh
usia ibu yang masih muda dan secara fisik fungsi organ tubuh belum optimal, hal ini
sesuai dengan penelitian (Hukubun et al, 2021) bahwa usia ibu yang muda (kurang dari
20 tahun) dan merupakan kehamilan pertama memiliki kemungkinan elastisitas perineum
masih kaku sehingga rentan terjadinya laserasi (29). Laserasi derajat III melibatkan
kerusakan pada mukosa vagina, vulva bagian depan, kulit perineum, otot perineum, otot
Proceeding of the Conference on Multidisciplinary Research in Health Science and
Technology (SN-KIA)
ISSN Online 2721-3471, Volume 2, 2022
sfingter ani eksternal dan memerlukan penjahitan menggunakan benang catgut kromik
dengan memberikan anestesi local berupa lidokain 1% dilakukan 2x karena ibu
merasakan nyeri saat anestesi sudah hilang. Hal ini sesuai dengan teori (Fatimah, 2019)
bahwa laserasi derajat III terjadi robekan pada mukosa vagina, vulva bagian depan, kulit
perineum, otot perineum, otot sfingter ani eksternal dan dilakukan penjahitan pertama
pada dinding depan rectum yang robek, kemudian dilanjutkan fasia septum 21
rektovaginal sehingga dapat menyatu kembali dengan menggunakan benang catgut
kromik dengan memberikan anestesi local saat penjahitan dan mengulangi pemberian
anestesi jika masih terasa sakit (30).
Observasi pada kala IV meliputi pemantauan kesadaran, tanda-tanda vital,
kontraksi uterus, dan perdarahan. Pada 1 jam pertama dilakukan pemantauan tanda-
tanda vital dengan didapatkan hasil pemeriksaan dalam batas normal, kontraksi keras,
TFU 2 jari dibawah pusat, kandung kemih kosong dan perdarahan 55 cc dan pada
pemantauan 1 jam kedua didapatkan hasil tanda-tanda vital dalam batas normal,
kontraksi keras, TFU 2 jari dibawah pusat, kandung kemih kosong dan perdarahan 15 cc.
Hal ini sesuai dalam teori (Utami, 2019) yaitu observasi yang dilakukan pada kala IV
meliputi tingkat kesadaran, pemeriksaan tanda-tanda vital, kontraksi uterus dan
pemantauan perdarahan (23).
Setelah dilakukan IMD selama satu jam, kemudian diberikan Vit K yang
mengandung phytomenadiodine 1 mg yang bertujuan untuk mencegah perdarahan
akibat defisiensi vitamin K1, hal ini sesuai dengan penjelasan (Prawirohardjo 2016)
bahwa Departemen Kesehatan telah membuat kebijakan nasional yang berisi semua
bayi baru lahir harus mendapatkan profilaksis vitamin K1 yang diberikan secara IM
karena hal ini dapat menurunkan dari kejadian perdarahan, dan diberikan salep mata
chlorampenicol 1% untuk mencegah terjadinya konjungtivitis pada bayi baru lahir
terutama pada bayi dengan ibu yang menderita penyakit menular seksual, hal ini
didukung dengan penjelasan dari teori (Prawirohardjo 2016) bahwa pemberian antibiotik
profilaksis salep mata terbukti dapat mencegah terjadinya konjungtivitis (5).
Bayi baru lahir dilakukan pemeriksaan dan didapatkan hasil tanda-tanda vital dan
antropometri pada bayi, berat badan 3390 gram, PB 51 cm, lingkar kepala 34 cm, lingkar
dada 32 cm, LILA: 12 cm, suhu: 36,3º C, nadi 146x/menit, RR: 54x/menit APGAR Score
10/10. Menurut (Anjani and Dwi, 2018) bahwa bayi normal mempunyai frekuensi
pernapasan 30-60 kali/menit, suhu tubuh 36,5°C - 37,5°C, denyut jantung rata-rata 120-
160 kali/ menit, berat badan 2500 - 4000 gram; panjang badan lahir 48 - 52 cm; lingkar
dada 30 - 38 cm; lingkar kepala 33 - 35 cm (31).
Berdasarkan hasil pemeriksaan disimpulkan bahwa tanda vital dalam batas
normal, dan dapat diklasifikasikan sebagai bayi normal berdasarkan data antropometri.
Pada saat dilakukan pemeriksaan neurologis, bayi memberikan respond aktif, yaitu bayi
Proceeding of the Conference on Multidisciplinary Research in Health Science and
Technology (SN-KIA)
ISSN Online 2721-3471, Volume 2, 2022
memiliki reflek moro, reflek graps, reflek rooting, reflek sucking, reflek glabella, reflek
gland, dan reflek tonick neck.
Pada tanggal 04 Juni 2022 pukul 19.30 WIB dilakukan pemantauan bayi baru
lahir 6 jam setelah lahir (KN I) ibu mengatakan bayinya tidak ada keluhan, menurut data
obyektif tanda vital dalam batas normal, pemeriksaan fisik dalam batas normal. Menurut
teori (Prawirohardjo, 2016) kunjungan neonatus pertama (KN I) pada 6-48 jam pasca
lahir dan memberikan asuhan pada BBL seperti menjaga kehangatan bayi, memberikan
ASI pada bayi secara on the mand, perawatan tali pusat, dan tanda bahaya pada bayi
(5).
Pada kasus ini Peneliti memberikan asuhan kepada ibu untuk menjaga
kehangatan bayi dengan melakukan pencegahan hipotermi dengan cara hindari
meletakkan bayi ditempat terbuka, mandikan bayi setelah 6 jam post partum, hal ini
menurut teori (Prawirohardjo, 2016) tidak dianjurkan memandikan bayi segera setelah
lahir karena resiko terjadi hipotermi sehingga dianjurkan memandikan bayi setelah 6 jam
dengan memperhatikan suhu ruang saat memandikan bayi yaitu tetap hangat pada suhu
>25ºC dan suhu air yang optimal 40 ºC (5).
Selanjutnya mengajarkan ibu untuk merawat tali pusat dan menjaga tali pusat
tetap bersih dan kering, hal ini sesuai dengan teori (Sondakh, 2013) bahwa pada bayi
baru lahir diperlukan perawatan tali pusat dengan cara biarkan tali pusat dalam keadaan
terbuka, dan jaga tali pusat tetap kering, jika dalam kondisi ini tali pusat terkena kotoran
atau tinja segera cuci dengan sabun dan air bersih kemudian keringkan hingga benar-
benar kering (28).
Memberikan konseling pemberian ASI sesuai dengan kebutuhan setiap 2-3 jam,
mulai dari hari pertama, hal ini sesuai dengan teori (Lestari, 2021) pada bayi baru lahir
rata-rata menyusu 10-12 kali dalam 24 jam, artinya setiap 2-3 jam sekali bayi akan minta
ASI. Pada setiap kali menyusu bayi bisa mengosongkan payudara sekitar 5-7 menit.
Perlu diketahui bahwa kesuksesan pemberian ASI sangat erat kaitanyanya dengan
anatomi payudara dan fisiologi laktasi serta faktor yang berkaitan erat dengan laktasi
(33).
Kunjungan pertama masa nifas yaitu 6 jam post partum pada tanggal 10 Juni
2022 pukul 16.00 WIB. Pada saat kunjungan Ny. N mengatakan perutnya mules, hasil
pemeriksaan diperoleh keadaan umum baik, kesadaran composmentis, tanda vital dalam
batas normal, payudara sudah mengeluarkan kolostrum, abdomen teraba TFU 2 jari
dibawah pusat dengan kontraksi sedikit lembek, kandung kemih teraba penuh, hal ini
sejalan dengan teori (Sondakh, 2013) bahwa terdapat hubungan kandung kemih yang
penuh dengan kontraksi pada uterus yang dijelaskan bahwa kandung kemih yang penuh
akan menekan uterus ke atas dan sebelah kanan garis tengah. Posisi ini akan
menyebabkan uterus berelaksasi sehingga akan mengganggu uterus untuk berkontraksi
sehingga akan terjadi perdarahan, pada pemeriksaan genetalia terdapat perdarahan aktif
Proceeding of the Conference on Multidisciplinary Research in Health Science and
Technology (SN-KIA)
ISSN Online 2721-3471, Volume 2, 2022
berwarna merah sebanyak kurang lebih 10 cc, luka jahitan tampak bersih dan tidak ada
tanda-tanda infeksi. Hal ini sesuai dengan teori (Walyani, 2022) bahwa pada hari
pertama secara fisiologis terdapat lochea rubra yang terdiri darah segar bercampur sisa-
sisa ketuban, sel-sel desidua, sisa-sisa verniks kaseosa, lanugo, dan meconium (25,28).
Pada kasus ini Peneliti memberikan asuhan untuk mencegah terjadinya distensia
kandung kemih agar tidak terjadi perdarahan dengan cara memotivasi ibu untuk BAK
dengan cara dirangsang dengan mengalirkan air keran di dekat ibu, hal ini sesuai dengan
teori (Aritonang, 2021) Jika dalam 3 hari ibu belum dapat berkemih maka dapat dilakukan
kompres hangat di bagian vesica urinaria, jika cara tersebut belum ada perubahan
ajarkan pada ibu untuk berkemih sambil membuka kran air, jika belum berhasil maka
lakukan kateterisasi (35).
Selanjutnya meminta ibu untuk masase, hal ini didukung dengan teori (Elisa,
2018) bahwa masase fundus uteri dapat dapat menstimulasi pengeluaran hormon
prostaglandin sehingga menimbulkan kontraksi uterus, kontraksi uterus tersebut
merupakan salah satu dari bagian proses involusi uteri dan dapat berakibat pada
penurunan tinggi fundus uteri (36).
Pada kunjungan ini juga memberikan KIE kepada ibu dan keluarga untuk
memberikan ASI, menjaga bayi tetap hangat, hal ini sesuai dengan teori (Walyani, 2022)
bahwa pada kunjungan pertama nifas perlu diperhatikan bagaimana mencegah
perdarahan karena atonia uteri, memberikan KIE tentang pemberian ASI awal,
mengajarkan cara mempererat hubungan antara ibu dan bayi baru lahir, dan menjaga
bayi agar tetap sehat melalui pencegahan hipotermi (34). Pada kunjungan 6 jam ini perlu
ditekankan tentang perawatan perineum karena usia responden masih cukup muda
sehingga dikhawatirkan jika melakukan perawatan perineum kurang tepat dan berisiko
infeksi yaitu dijelaskan cara perawatan vulva dimulai dari cuci tangan sebelum dan
sesudah melakukan perawatan luka, setelah BAK atau BAB cebok dari arah depan ke
belakang, ganti pembalut setiap kali basah atau setelah BAK, hal ini sesuai dengan
Penelitian (Lestari, 2016) bahwa usia memiliki pengaruh yang dominan terhadap perilaku
perawatan luka perineum pada ibu nifas (37).
Kunjungan kedua yaitu 6 hari post partum pada tanggal 10 Juni 2022 pada pukul
16.00 WIB. Ibu mengatakan pada bekas jahitannya masih terasa nyeri dan ibu saat ini
tidak merasakan cemas/gelisah, ibu senang atas kehadiran anaknya. Hasil pemeriksaan
ibu dalam keadaan baik, kesadaran composmentis, tanda vital dalam batas normal,
konjungtiva tidak pucat, pada pemeriksaan payudara bagian kanan teraba sedikit penuh,
pada kondisi ini bidan memberikan asuhan dan mengajarkan mengosongkan payudara
dengan bantuan pompa ASI ketika tidak langsung disusukan ke bayi agar tidak terjadi
bendungan ASI. Bagian abdomen teraba TFU pada pertengahan pusat dan sympisis,
dan pada area genetalia lochea sanguinolenta darah berwarna kuning bercampur darah
dan lendir, jahitan bersih, belum kering, dan tidak ada tanda-tanda infeksi, bagian
Proceeding of the Conference on Multidisciplinary Research in Health Science and
Technology (SN-KIA)
ISSN Online 2721-3471, Volume 2, 2022
ekstremitas tidak ada pembengkakan. Hal ini sesuai dengan teori (Walyani, 2022) bahwa
pada masa nifas kunjungan ke II yaitu melakukan pemeriksaan untuk memastikan
pemulihan uterus berjalan normal, menilai tanda bahaya masa nifas, infeksi, dan
perdarahan, dan memastikan ibu dapat istirahat yang cukup, memastikan ibu dapat
menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-tanda penyulit, memberikan
konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi terkait menjaga kehangatan bayi. Hal ini
tidak ada kesenjangan antara teori dan praktik (34).
Pada kunjungan ini Peneliti memastikan bahwa ibu dalam kondisi baik dan tidak
mengalami stress saat mengurusi anaknya, dan Peneliti memberikan konseling kepada
ibu dan keluarga bahwa dianjurkan bagi ibu setelah melahirkan untuk selalu
membicarakan perubahan sikap yang dialami, meminta suami, keluarga, dan orang
terdekat untuk memberikan dukungan.
Dalam pengkajian perencanaan KB yang akan ibu gunakan setelah masa nifas.
Didapatkan hasil dari data subyektif yaitu ibu berkebutuhan akan ber KB karena untuk
menunda kehamilan, pada saat pengkajian ibu akan menggunakan KB suntik 3 bulan
karena mendengar dari keluarga dan tetangga prosesnya mudah dilakukan, namun ibu
juga akan mengerti lebih banyak tentang alat kontrasepsi lainnya.
Peneliti menjelaskan tentang kontrasepsi suntik yang aman untuk ibu menyusui,
kontrasepsi yang dapat diberikan kepada ibu menyusui adalah suntikan yang terdapat
kandungan progestin. Pada kontrasepsi ini dapat diberikan pada ibu menyusui dengan
segera pasca melahirkan. Kontrasepsi ini tidak memengaruhi pada produksi ASI karena
mengandung hormon progestin, pada hormon ini tidak memengaruhi pada proses laktasi,
kemungkinan justru memperbaiki kuantitas produksi ASI menjadi lebih banyak dan tidak
memengaruhi komposisi ASI, penjelasan ini sesuai dengan penjelasan (Affandi, 2014)
bahwa kontrasepsi suntikan progestin sangat efektif, aman, cocok untuk masa laktasi
(38).
Pada kondisi ini Ny. N menginginkan menggunakan KB IUD namun tidak
disarankan oleh dokter obsgyn karena pemakaian IUD sering terjadi flour albous dan
rentan terjadi infeksi jika tidak diperhatikan keluhan tersebut, penjelasan ini sejalan
dengan penelitian (Nur Maheswari, 2021) IUD merupakan salah satu faktor risiko
terjadinya keputihan dan rentan terjadi infeksi (39).
Tidak disarankan menggunakan IUD karena khawatir akan terjadi infeksi menular
pada pasangan kehamilan pranikah, seperti yang dijelaskan pada penelitian (Setiawan,
2014) terdapat hubungan antara hubungan seksual pra nikah dengan kejadian Infeksi
Menular Seksual (IMS) (40).
Infeksi Menular Seksual (IMS) merupakan penyakit yang ditularkan melalui
hubungan seksual, disebabkan oleh mikroorganisme yang menyerang selaput kulit atau
selaput lendir, dapat juga menular melalui air mani, cairan vagina, atau darah yang keluar
selama hubungan seksual berlangsung. Daerah genital mempunyai lingkungan yang
Proceeding of the Conference on Multidisciplinary Research in Health Science and
Technology (SN-KIA)
ISSN Online 2721-3471, Volume 2, 2022
lembab dan hangat, sehingga sangat kondusif untuk perkembangbiakan bakteri, virus,
dan jamur (5).

KESIMPULAN DAN SARAN


Penulis melaksanakan asuhan kebidanan komprehensif pada ibu hamil sampai

nifas, bayi hingga pemilihan alat kontrasepsi pada Ny. N. Pada Hal ini dapat ditarik

kesimpulan bahwa asuhan kebidanan yang berupa pendampingan terhadap responden

dari kehamilan hingga pemilihan kontrasepsi memiliki peran penting, karena dengan

adanya asuhan kebidanan komprehensif ini ketika dilakukan deteksi dini terdapat

kemungkinan adanya komplikasi maka dapat segera ditangani sedini mungkin.

a. Bagi mahasiwa (Penulis)

Meningkatkan keterampilan dan mengimplementasikan dalam melakukan

asuhan kebidanan komprehensif sesuai dengan standar.

b. Bagi pasien

Meningkatkan pengetahuan dengan tidak malu/ takut bertanya kepada

tenaga kesehatan tentang ilmu pengetahuan tentang Kesehatan Ibu

dan Anak.

c. Bagi Institusi Universitas Alma Ata

Diharapkan dapat memperbanyak referensi mengenai asuhan kebidanan

komprehensif dan memperbaharui format asuhan kebidanan.

d. Bagi Bidan

Diharapkan untuk para bidan melaksanakan program pendampingan lebih

intens sampai berakhir masa nifas dan dengan dikaitkan keluarga.

e. Bagi Puskesmas

Meningkatkan mutu pelayanan terutama dalam pelayanan kesehatan ibu

dan anak sehingga dapat dilakukan sesuai dengan perkembangan

terkini ilmu kebidanan sesuai dengan evidance based dan standar

pelayanan kebidanan, serta meningkatkan kerjasama pada bidang

pendidikan dan klinis.

REFERENSI :
Proceeding of the Conference on Multidisciplinary Research in Health Science and
Technology (SN-KIA)
ISSN Online 2721-3471, Volume 2, 2022
1. WHO. Maternal Mortality Evidance Brief. Maternal Mortality [Internet]. 2017;(1):1–
4. Available from: https://apps.who.int/iris/bitstream/handle/10665/329886/WHO-
RHR-19.20-eng.pdf?ua=1
2. Kurniati D, Rahmawati I. Risiko Tinggi Kehamilan Terhadap Komplikasi Persalinan
di Rumah Bersalin Tri Tunggal Jakarta Utara. Jurnal Ilmu dan Budaya.
2018;41:6833–46. Available from : http://journal.unas.ac.id/ilmu-
budaya/article/view/451/352
3. Kementerian Kesehatan RI. Infodatin Pusat Data dan Informasi Kementrian
Kesehatan RI. Vol. 33. 2019. 4–19 p. [Internet] Available from :
https://pusdatin.kemkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatan-
indonesia/Profil-Kesehatan-indonesia-2019.pdf
4. Hardiningsih H, Yunita FA, Nurma Yuneta AE. Analisis Implementasi Continuity of
Care (CoC) di Program Studi D III Kebidanan UNS. PLACENTUM Jurnal Ilmiah
Kesehatan dan Aplikasinya. 2020;8(2):67. Available from :
https://jurnal.uns.ac.id/placentum/article/view/43420/27997
5. Prawirohardjo S. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. 4th ed. Jakarta: PT Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2016. 982 p.
6. Utami FP, Wirakusumah FF, Wijayanegara H, Rasyad AS, Soepardan S, Sutisna
M. Uji Kesesuaian Alat Digitalisasi TFU, Pita Ukur dan HPHT dalam Menentukan
Usia Kehamilan pada Ibu Hamil Trimester Dua dan Trimester Tiga. Med Respati
Jurnal Ilmu Kesehatan. 2019;14(4):347. Available from :
https://doi.org/10.35842/mr.v14i4.247
7. Sukraniti DP, Taufiqqurrahman, Iwan S. Bahan Ajar Gizi Konseling Gizi. Jakarta
selatan: Pusat Pendidikan Sumber Daya Manusia Kesehatan; 2018. 368 p.
8. Almatsier Sunita. Penuntun Diet. 4th ed. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama;
2008. 275 p.
9. Farid T. Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil dengan Kekurangan Energi Kronik
(KEK) di Puskesmas Kelayan Timur Banjarmasin. 2019;1(2):178–83. Available
from: http://repository.unism.ac.id/1596/
10. Radhika A. Hubungan Tindakan Cuci Tangan Pakai Sabun dengan Kejadian Diare
pada Balita di RW XI Kelurahan Sidotopo, Kecamatan Semampir, Kota Surabaya.
Medicine Technology Public Health Journal. 2020;4(1):16–24. Available from :
https://doi.org/10.33086/mtphj.v4i1.773
11. Harianto MH, Putri EA. Hubungan Antara Tingkat Kecemasan dengan Kualitas
Tidur pada Ibu Hamil Primigravida Trimester III di Rumah Sakit Bersalin Jeumpa
Kota Pontianak. Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Publikasi Ilmiah Fakultas
Kedokteran Universitas Sriwijaya. 2020;7(3):183–7. Available from :
https://doi.org/10.32539/JKK.V7I3.11133
12. Rahman A. Terapi Dzikir Dalam Islam Terhadap Tingkat Kecemasan pada Ibu
Hamil. Jurnal Tarbawi. 2020;5(1):76. Available from :
https://doi.org/10.26618/jtw.v5i01.3346
13. Ningsih RD, Ratnasari R, Hidayati N. Manajemen Asuhan Kebidanan pada Ny L
G1P00000 dengan Sesak Nafas di PMB Suprihatin, Sambit, Ponorogo. Health
Sciences Journal. 2020;4(2):75. Available from :
https://doi.org/10.24269/hsj.v4i2.517
14. Wulandari A, Retnaningtyas Erma, Wardani Erna Kusuma. Efektivitas Olahraga
Ringan Jalan Kaki Terhadap Kualitas Tidur Ibu Hamil Trimester 3 di Desa Silir
kecamatan Wates Kabupaten Kediri. 2018; Available from:
http://download.garuda.kemdikbud.go.id/article.php?article=1110827&val=16749&t
itle=Effectiveness of Walking Sport to Sleep Quality of Pregnant Women on The
Third Trimester in Silir Village Wates Kediri
15. Noroyono Wibowo RIRH. Anemia Defisiensi Besi pada Kehamilan by Prof. Dr. dr.
Noroyono Wibowo, SpOg(K)., Dr. dr. Rima Irwinda, SpOG(K)., dr. Rabbania
Hiksas, BMedSc (Hons) (z-lib.org).pdf [Internet]. 2021. p. 96. Available from:
file:///D:/Jurnal Pinang Sirih/Buku Tentang Anemia/Anemia Defisiensi Besi Pada
Kehamilan by Prof. Dr. dr. Noroyono Wibowo, SpOg(K)., Dr. dr. Rima Irwinda,
SpOG(K)., dr. Rabbania Hiksas, BMedSc (Hons) (z-lib.org).pdf
16. Konar, H. (2018). DC Dutta’s Textbook of Obstetrics (9 th ed). The Health
Sciences Publisher. 35 p.
Proceeding of the Conference on Multidisciplinary Research in Health Science and
Technology (SN-KIA)
ISSN Online 2721-3471, Volume 2, 2022
17. Marmi. Asuhan Kebidanan pada Masa Antenatal. Riyadi S, editor. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar; 2017.
18. Suristyawati P, Made Yuliari SA, Putra Suta IB. Meditasi Untuk Mengatasi
Kecemasan pada Ibu Hamil. Widya Kesehatan. 2019;1(2):20–7. Available from :
https://doi.org/10.32795/widyakesehatan.v1i2.461
19. Suksesty Catur Erty, Setiawan Eko. Pelatihan Prenatal Yoga dalam Mengurangi
Kecemasan dan Mempercepat Penurunan Kepala Janin. Prosiding Simposium
Nasional multidisiplin [Internet]. 2021;3:7. Available from:
http://dx.doi.org/10.31000/sinamu.v3i0.593620. Wibowo A, Fatimah, samutri
erni. panduan kesehatan ibu hamil SEHATI (Senam Hamil Dengan Kombinasi
Gerakan Sholat). 2020;483145.
21. Lestari D. Efek Gerakan Yoga Ruang Bersalin Terhadap Nyeri Persalinan,
Kecemasan Ibu dan Lama Kala I. 2022;11(1):106–13. Available from :
https://jurnal.payungnegeri.ac.id/index.php/healthcare/article/download/212/109
22. Kurniarum Ari. Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir. Kementerian
Kesehatan RI. 2016. 169 p.
23. Utami I, Fitriahadi E. Buku Ajar Asuhan Persalinan & Managemen Nyeri
Persalinan. Universitas Aisyiyiah Yogyakarta. 2019. 284 hlm. 24. Meidya A,
Zuliyanti, Chana I. Massage Untuk Mengurangi Nyeri Persalinan. yogyakarta: Alma
Ata University Press; 2020.
25. Walyani ES, Purwoastuti E. Asuhan Persalinan Dan Bayi Baru Lahir. 2020. 160 p.
26. Walyani ES, Purwoastuti E. Asuhan Persalinan dan Bayi Baru Lahir. 2020. 160 p.
27. FK Sebelas Maret Surakarta. Modul Pratikum Asuhan Kebidanan Persalinan dan
BBL. Angew Chemie Int Ed 6(11), 951–952. 2018;
28. Sondakh JJS, Clin.Mid M. Asuhan Kebidanan Persalinan & Bayi Baru Lahir.
Carolina S, Astikawati R, editors. Jakarta: Erlangga; 2013. 233 p.
29. Hukubun Y, Budiono DI, Kurniawati EM. The Relationship Between Age, Parity,
and Birth Weight With the Degree of Perineal Rupture in the RSUD Jayapura.
Indonesian Midwifery Health Sciences Journal. 2021;5(1):103–15. Available from :
https://doi.org/10.20473/imhsj.v5i1.2021.103-115
30. Fatimah, Lestari P. Pijat Perineum (Mengurangi Ruptur Perineum Untuk Kalangan
Umum, Ibu Hamil, dan Mahasiswa Kesehatan). Penerbit PB.2019. 184 p.
31. Anjani, Dwi A, Evrianasari Nita. Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, Balita, dan
Anak Prasekolah. 1st ed. Yogyakarta: Penerbit ANDI; 2018. 350 p.
32. Prawirohardjo S. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan dan Neonatal. 1st
ed. Saifuddin, Bari A, Adriaansz George, Wiknjosastro, Hanifa Gulardi, Waspodo
Djoko, editors. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2018. 608 p.
33. Lestari P, Fatimah, Ayuningrum, Dyan L. Pijat Oksitosin Laktasi Lancar Bayi
Tumbuh Sehat. Yogyakarta: Elmatera; 2021. 145 p.
34. Walyani ES, Purwoastuti E. Asuhan Kebidanan Masa Nifas dan Menyusui.
Yogyakarta: Pustaka Baru Press; 2022
35. Aritonang J, Simanjuntak, Octavia, Turisna Yunida. Buku Ajar Asuhan Kebidanan
pada Masa Nifas Disertai Kisi-kisi Soal Ujian Kompetensi. 1st ed. Sleman:
Deepublish; 2021. 138 p.
36. Elisa E, Royani LD, Adi WS. Pengaruh Masase Fundus Uteri dengan Pendidikan
Kesehatan (Video Masase Fundus Uteri) Terhadap Penurunan Tinggi Fundus
Uteri Ibu Postpartum Di RSUD Pandan Arang Boyolali. Jurnal Ilmu Keperawatan
Maternal. 2018;1(2):15. Available from : https://doi.org/10.32584/jikm.v1i2.145
37. Lestari P. Usia Berpengaruh Dominan Terhadap Perilaku Perawatan Luka
Perineum pada Ibu Nifas di RSUD Sleman. Jurnal Ners dan Kebidanan Indonesia.
2016;4(2):95. Available from :
https://ejournal.almaata.ac.id/index.php/JNKI/article/view/248
38. Affandi B, Adriaansz G, Gunardi, Eka Rusdianto, Koesno H. Buku Panduan Praktis
Pelayanan Kontrasepsi. 3rd ed. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo;
2014. 300 p.
39. Nur Maheswari A, Windayanti H, Azizatul Fitri S, Novianti E, Maria Lorensa Y, Sari
K, et al. Keputihan Sebagai Salah Satu Efek Samping Penggunaan IUD. Ilmu
Kesehatan. 2021;1–6. Available from :
http://jurnal.unw.ac.id/index.php/semnasbidan/article/download/1344/920
Proceeding of the Conference on Multidisciplinary Research in Health Science and
Technology (SN-KIA)
ISSN Online 2721-3471, Volume 2, 2022
40. Setiawan MR, Indrastiti R, Krisna A. Korelasi Hubungan Seksual Pra Nikah
Terhadap Kejadian Infeksi Menular Seksual. 2014;(2):1–8. Available from :
https://jurnal.unimus.ac.id/index.php/kedokteran/article/view/2577

Anda mungkin juga menyukai