Anda di halaman 1dari 135

NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK

DALAM AL-QUR’AN SURAH AL-ISRA’ AYAT 23-27


DAN RELEVANSINYA DENGAN PENDIDIKAN
DI ERA REVOLUSI INDUSTRI 5.0

SKRIPSI

Oleh
Risky Kristiyanto
NIM : 1900031325

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana strata satu
dalam bidang ilmu Pendidikan Agama Islam

FAKULTAS AGAMA ISLAM


UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
YOGYAKARTA
2023
NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK
DALAM AL-QUR’AN SURAH AL-ISRA’ AYAT 23-27
DAN RELEVANSINYA DENGAN PENDIDIKAN
DI ERA REVOLUSI INDUSTRI 5.0

SKRIPSI

OLEH

Risky Kristiyanto
Nim: 1900031325

Diajukan untuk menjadi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana strata satu
dalam bidang Ilmu Pendidikan Agama Islam

FAKULTAS AGAMA ISLAM


UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
YOGYAKARTA
2023

i
NOTA DINAS

Dr. Yusutria, S.Pd.I., M.A.


Pembimbing Skripsi
Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta

Hal : Persetujuan Munaqasyah


Lampiran : 3 eks

Kepada
Yth. Kaprodi Pendidikan
Agama Islam
Universitas Ahmad Dahlan
Di Yogyakarta
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Setelah melakukan bimbingan, arahan, dan koreksi terhadap penulisan skripsi yang
ditulis oleh:
Nama : Risky Kristiyanto
NIM : 1900031325
Fakultas : Agama Islam
Program Studi : Pendidikan Agama Islam
Judul Skripsi : Nilai-nilai Pendidikan Akhlak Dalam Al-Qur’an
Surah Al-Isra’ Ayat 23-27 Dan Relevansinya Dengan
Pendidikan Di Era Revolusi Industri 5.0
Saya berpendapat bahwa skripsi tersebut dapat diajukan untuk ujian
Munaqasyah.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Yogyakarta, 22 Agustus 2023


Pembimbing

Dr. Yusutria. S.Pd.I., M.A


NIY. 60201249

ii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN

َّ ‫الر ْح ٰمن‬ ‫ه‬


‫الر ِح ْي ِم‬ ِ
َّ ‫اّٰلل‬
ِ ‫ِب ْس ِم‬

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Risky Kristiyanto


Nim : 1900031325
Program Studi : Pendidikan Agama Islam
Fakultas : Agama Islam
Perguruan Tinggi : Universitas Ahmad Dahlan

Menyatakan bahwa skripsi “Nilai-nilai Pendidikan Akhlak Dalam Al-Qur’an


Surah Al-Isra’ Ayat 23-27 Dan Relevansinya Dengan Pendidikan Di Era Revolusi
Industri 5.0” ini adalah hasil pekerjaan saya sendiri dan sepanjang pengetahuan saya
tidak berisi materi yang ditulis orang lain sebagai persyaratan penyelesaian studi di
perguruan tinggi ini ataupun perguruan tinggi lainnya, kecuali bagian tertentu yang
saya ambil sebagai acuan dengan mengikuti tata cara dan etika penulisan karya tulis
ilmiah yang lazim. Apabila terbukti bahwa pernyataan ini tidak benar, hal tersebut
sepenuhnya menjadi tanggung jawab saya.

Yogyakarta, 22 Agustus 2023


Yang menyatakan

Risky Kristiyanto
1900031325

iii
PENGESAHAN TUGAS AKHIR

Nomor: -

Tugas Akhir dengan Judul : Nilai-nilai Pendidikan Akhlak Dalam Al-


Qur’an Surah Al-Isra’ Ayat 23-27 Dan
Relevansinya Dengan Pendidikan Di Era
Revolusi Industri 5.0

Yang disusun oleh:


Nama : Risky Kristiyanto
Nim : 1900031325
Yang telah diuji pada sidang tanggal : 08 September 2023

Dan dinyatakan telah diterima oleh Fakultas Agama Islam Universitas Ahmad
Dahlan

Yogyakarta, 22 Agustus 2023

Mengetahui
Dekan Ketua Program Studi
Fakultas Agama Islam Pendidikan Agama Islam

Dr. Nur Kholis, S.Ag., M.Ag. Yazida Ichsan, S.Pd.I., M.Pd.


NIY. 60010350 NIY. 60181163

iv
PERSETUJUAN TIM PENGUJI UJIAN SKRIPSI

Skripsi : Nilai-nilai Pendidikan Akhlak Dalam Al-Qur’an Surah


Al-Isra’ Ayat 23-27 Dan Relevansinya Dengan
Pendidikan Di Era Revolusi Industri 5.0

Nama : Risky Kristiyanto


NIM : 1900031325
Program
: Pendidikan Agama Islam
Studi

Telas disetujui tim penguji ujian Munaqosyah:


Ketua : Dr. Yusutria, S.Pd.I., M.A (………………..)

Penguji I : Dr. Yusron Masduki, M.Pd.I (………………..)

Penguji II : Anaas Tri Ridlo DY., S.Pd., M.Pd. (………………..)

Diuji di Yogyakarta pada tanggal: 08 September 2023

Waktu : 08:00-09:30
Nilai : A/80
Hasil :

v
PERNYATAAN TIDAK PLAGIASI

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : Risky Kristiyanto
NIM : 1900031325
Email : risky1900031325@webmail.uad.ac.id
Fakultas : Agama Islam
Program Studi : Pendidikan Agama Islam
Judul Tugas Akhir : Nilai-nilai Pendidikan Akhlak Dalam Al-Qur’an
Surah Al-Isra’ Ayat 23-27 Dan Relevansinya
Dengan Pendidikan Di Era Revolusi Industri 5.0

Dengan ini menyatakan bahwa:


1. Hasil karya yang saya serahkan ini adalah asli dan belum pernah diajukan
untuk mendapatkan gelar kesarjanaan baik di Universitas Ahmad Dahlan
maupun di institusi pendidikan lainnya.
2. Hasil karya saya ini bukan saduran/terjemahan melainkan merupakan
gagasan, rumusan, dan hasil pelaksanaan penelitian/implementasi saya
sendiri, tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan pembimbing skripsi dan
narasumber penelitian.
3. Hasil karya saya ini merupakan hasil revisi terakhir setelah diujikan yang
telah diketahui dan disetujui oleh pembimbing.
4. Dalam karya saya ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis
atau dipublikasikan orang lain, kecuali yang digunakan sebagai acuan
dalam naskah dengan menyebutkan nama pengarang dan dicantumkan
dalam daftar pustaka.

Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila di kemudian


hari terbukti ada penyimpangan dan ketidak benaran dalam pernyataan ini
maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang
telah diperoleh karena karya saya ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan
ketentuan yang berlaku di Universitas Ahmad Dahlan

Yogyakarta, 22 Agustus 2023

Risky Kristiyanto
1900031325

vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN AKSES

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Risky Kristiyanto


Nim : 1900031325
Email : risky1900031325@webmail.uad.ac.id
Fakultas : Agama Islam
Program Studi : Pendidikan Agama Islam
Judul Tugas Akhir :

Dengan ini menyatakan bahwa:

Saya menyerahkan hak sepenuhnya kepada Pusat Sumber Belajar Universitas


Ahmad Dahlan untuk menyimpan, mengatur akses serta melakukan pengelolaan
terhadap karya saya ini dengan mengacu pada ketentuan akses tugas akhir elektronik
sebagai berikut (beri tanda pada kotak);

Saya mengijinkan karya tersebut diunggah ke dalam aplikasi Repository Pusat


Sumber Belajar Universitas Ahmad Dahlan.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Yogyakarta, 22 Agustus 2023

Mengetahui
Pembimbing

Dr. Yusutria. S.Pd.I., M.A Risky Kristiyanto


NIY. 60201249 NIM. 1900031325

vii
MOTTO
ۗ
‫ك اَاَّل تَ ْعبُ ُدْْٓوا اِاَّلْٓ اِ اَّيهُ َوِِبلْ َوالِ َديْ ِن اِ ْح ٰسنًا اِاما يَْب لُغَ ان ِعْن َد َك الْ ِك َََب اَ َح ُد ُُهَآْ اَْو كِ ٰل ُه َما‬
َ ُّ‫َوقَضٰى َرب‬
ٍّ ُ‫فَ ََل تَ ُقل اَّلمآْ ا‬
‫ف اوََّل تَ ْن َه ْرُُهَا َوقُ ْل اَّلَُما قَ ْوًَّل َك ِرْْيًا‬ َُ ْ
“Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan

hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di antara keduanya

atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, sekali-kali

janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah

engkau membentak keduanya, serta ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang

baik.”

“Sekadar mengucapkan kata ah (atau kata-kata kasar lainnya) kepada orang tua

tidak dibolehkan oleh agama, apalagi memperlakukan mereka dengan lebih

kasar.”1

Dapartemen Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahannya, (Bandung: Diponegoro, 2005), Q.S.
1

Al-Isra’’ : 23

viii
HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan untuk:

Almamater tercinta, Pendidikan Agama Islam, Fakultas agama Islam Universitas

Ahmad Dahlan Yogyakarta, tempah mengunduh Ilmu yang telah banyak merubah

diri saya dan hidup saya, sehingga saya menjadi pribadi yang lebih baik dari

sebelumnya.Terimakasih kepada Dosen-dosen Fakultas Agama Islam dan teman-

teman PAI UAD Angkatan 2019. Terimkasih banyak PAI UAD.

ix
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN

Sumber rujukan untuk transliterasi Arab-Latin berdasarkan Surat Keputusan

Bersama Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik

Indonesia tertanggal 22 Januari 1998 No. 158/1987 dan 0543b/u/1987.2

1. Konsonan Tunggal

Huruf Arab Nama Huruf Latin Nama


Tidak
‫أ‬ Alif
Tidak
dilambangkan dilambangkan

‫ب‬ Ba’ B Be

‫ت‬ Ta’ T Te

Es (dengan titik
‫ث‬ Tsa’ Ṡ di atas)

‫ج‬ Jīm J Je

Ha (dengan
‫ح‬ Ha Ḥ tidak di bawah)

‫خ‬ Kha Kh Ka dan ha

‫د‬ Dal D De

Zet (dengan titik


‫ذ‬ Żal Ż di atas)

‫ر‬ Ra’ R Er

‫ز‬ Zai z Z Zet

‫س‬ Sin S Es

‫ش‬ Syin Sy Es dan Ya

2
Fakultas Agama Islam, Pedoman penyusunan skripsi, (Universitas Ahmad Dahlan Fakultas
Agama Islam, 2018) hlm. 33-35.

x
‫ص‬ Shâd Sh Es dan Ha

‫ض‬ Dhâd Dh De dan Ha

‫ط‬ Tha’ Th Te dan Ha

‫ظ‬ Zha’ Zh Zet dan Ha

Aporstrof
‫ع‬ 'ain „__ Terbalik

‫غ‬ Gain Gh Ge dan Ha

‫ف‬ Fa’ F Ef

‫ق‬ Qaf Q Ki

‫ك‬ Kaf Ka Ka

‫ل‬ Lâm L El

‫م‬ Mim M Em

‫ن‬ Nûn N En

‫و‬ Waw W Wew

‫ه‬ Ha’ H Ha

‫ء‬ Hamzah __‟ Aporstrof

xi
‫ي‬ Ya‟ Y Y

2. Konsonan Rangkap Karena Syaddah Ditulis Rangkap

‫متعددة‬ Ditulis Muta’addidah

‫عدة‬ Ditulis ‘iddah

3. Ta’marbutah di Akhir Kata ditulis h

‫حكمة‬ Ditulis Hikmah

‫علة‬ Ditulis ‘illah

‫كرامةا اَّلؤلئاء‬ Ditulis Karāmah al- auliyā’

‫زكاة الفطر‬ Ditulis Zakâh al-fitri

4. Vokal Pendek

‫ﹷ‬ Fathah Ditulis A

‫فعل‬ Ditulis Fa’ala

‫ﹻ‬ Kasrah Ditulis i

xii
‫ذكر‬ Ditulis żukira

‫ﹹ‬ Dammah Ditulis u

‫ﻴﻧﻫﺐ‬ Ditulis yażhabu

5. Vokal Panjang
Fathah + alif Ditulis ā
1 ‫جاﻫلﻴة‬ Ditulis jāhiliyah

Fathah + ya’ mati Ditulis ā


2
‫ﺘﻨﺳﻰ‬ Ditulis tansā

Kasrah + ya’ mati Ditulis i


3
‫كرمي‬ Ditulis kar̄ im

Dammah + wawu mati Ditulis ū

4
‫فﺭﻭﺽ‬ Ditulis furūḍ

6. Vokal Rangkap

1 Fathah + ya’ mati Ditulis Ai

‫بﻴنكﻢ‬ Ditulis Bainakum

Fathah + wawu mati Ditulis Au


2
‫ﻗﻮﻞ‬ Ditulis Qaul

xiii
7. Vokal Pendek yang Berurutan dalam Satu Kata dipisahkan dengan Apostrof

‫ﺃﺃنتﻢ‬ Ditulis A’antum

‫ﺃعدﹼﺖ‬ Ditulis U’iddat

‫لئن شكرتم‬
Ditulis La’in syakartum

8. Kata Sandang Alif + Lam

Diikuti huruf Qamariyah ditulis dengan menggunakan huruf “al”. Apabila

Syamsiyah ditulis dengan menggandakan huruf Syamsiyah yang mengikutinya.

‫القرأن‬ Ditulis Al-Qur’ān

‫القﻴاس‬ Ditulis Al-Qiyās

‫السماء‬ Ditulis Al-Samā

‫الشمس‬ Ditulis Al-Syam

9. Penulisan Kata-kata dalam Rangkaian Kalimat ditulis menurut penulisannya.

‫ﺫﻭﻯ ﺍلفﺭﻭﺽ‬ Ditulis żawi al-furūd

‫أﻫل السنة‬ ahl as-sunnah


Ditulis

xiv
KATA PENGANTAR

َّ ‫الر ْح ٰمن‬ ‫ه‬


‫الر ِح ْي ِم‬ ِ
َّ ‫اّٰلل‬
ِ ‫ِب ْس ِم‬

Alhamdulillah atas segala nikmat, karunia Allah, hidayah dan rahmat-Nya,


sehingga akhirnya peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar. Salawat
dan salam selalu tercurahkan kepada uswah hasanah, Rasulullah saw, keluarga,
sahabat, tabi’in, tabi’at, dan ummatnya yang senantiasa setia dan istiqomah dengan
syariat dan dakwah islam.

Teriring doa serta rasa terima kasih kepada semua pihak, khususnya yang
telah memberikan bantuan, bimbingan, arahan, dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Bapak Dr. Muchlas, M.T selaku rektor Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta,
yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti untuk menggali ilmu di
lembaga ini.
2. Bapak Dr. H. Nur Kholis, S.Ag., M.Ag, Selaku dekan Fakultas Agama Islam
Universitas Ahmad Dahlan, yang telah memberikan izin penelitian kepada
peneliti dalam menyelesaikan tugas skripsi ini.
3. Bapak Yazida Ichsan, S.Pd.I, M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Agama Islam yang telah memberikan pengarahan dan motivasi kepada peneliti
untuk menyusun skripsi.
4. Bapak Dr. Yusutria, S.Pd., M.A selaku Dosen Pembimbing Skripsi, yang telah
memberikan pengarahan, petunjuk, kesabaran serta dukungan kepada peneliti
untuk penyusunan skripsi.
5. Ibu Unik Hanifah Salsabila, S.Pd.I., M.Pd. selaku Dosen Pembimbing Akademik
yang sudah membimbing peneliti selama ini, sejak awal kuliah sampai
penyusunan skripsi ini dibuat.
6. Bapak Fadhlurrahman, S.Pd.I., M.Pd. selaku Dosen Pembimbing Seminar
Proposal yang telah membimbing, mengarahkan, dan memberikan dorongan
kepada peneliti.

xv
7. Seluruh dosen dan karyawan di Fakultas Agama Islam yang sudah meberikan
ilmunya kepada peneliti.
8. Kedua orang tua peneliti yaitu Bapak Misnanto dan Ibu Sri Astuti yang senantiasa
mendo’akan, menjadi motivasi buat peneliti serta mendukung dan memberikan
semangat buat peneliti sehingga mampu menyelesaikan tugas akhir skripsi ini.
9. Kepada kakak Dani Eko Kristiyanto, S.Pd. yang selalu mendukung dan
mensuport peneliti dari awal kuliah hingga penulisan tugas akhir serta kepada
adik Bayu Ahmad Kurnia yang telah selalu mendukung peneliti.
10. Kepada orang terdekat peneliti Lilis Syahpurti, S.Pd. yang senantiasa membantu
peneliti sejak awal perkuliahan hingga sampai penulisan tugas akhir ini.
11. Teman-teman yang sudah memberikan kontribusi dan membantu peneliti dalam
menyelesaikan tugas akhir skripsi.
12. Semua pihak yang tidak bisa peneliti sebutkan satu persatu yang sudah banyak
membantu penulis, baik secara langsung mmaupun tidak langsung.

Semoga bantuan serta amal kebaikan yang sudah diberikan kepada peneliti
mendapatkan balasan pahala dan ridho Allah SWT. Penulis sangat menyadari skripsi
ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun
peneliti butuhkan dalam perbaikan skripsi ini.

Yogyakarta, 22 Agustus 2023

Risky Kristiyanto
NIM. 1900031325

xvi
NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK
DALAM AL-QUR’AN SURAH AL-ISRA’ AYAT 23-27
DAN RELEVANSINYA DENGAN PENDIDIKAN
DI ERA REVOLUSI INDUSTRI 5.0

ABSTRAK

Risky Kristiyanto (1900031325), Prodi Pendidikan Agama Islam, Fakultas Agama


Islam, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta
Penurunan nilai pendidikan akhlak yang dimiliki peserta didik di era revolusi
industri 5.0 menyebabkan hilangnya rasa hormat terhadap orang lain. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui nilai-nilai pendidikan akhlak dalam al-qur’an surah al-
isra’ ayat 23-27 dan relevansinya dengan pendidikan di era revolusi industri 5.0.
Penelitian yang dipakai adalah library research dengan memakai pendekatan
semiotik dengan pengambilan data menggunakan metode reduksi data, tafsir maudu’i
dan dokumentasi. Hasil studi menunjukan bahwa:
Pertama, nilai-nilai pendidikan akhlak dalam al-Qur’an surah al-Isra’ ayat
23-27 dengan pendidikan di masa revolusi industri 5.0, ialah: a) Mentauhidkan Allah
SWT, berbakti pada ibu-bapak serta melindungi perkataan. b) Senantiasa
mengharapkan kedua ibu-bapak. c) Anak yang sholeh dan Bertaubat atas kekeliruan
yang diperbuat. d) Bahu-membahu sesama orang. e) Hidup irit ataupun simpel (tidak
jadi orang mubazir).
Kedua, relevansinya nilai-nilai Pendidikan akhlak dalam al-Qur’an surah al-
Isra’ ayat 23-27 dan relevansinya dengan Pendidikan di era revolusi industri 5.0 ialah
a) Mentauhidkan Allah SWT, berbakti pada ibu-bapak serta melindungi perkataan
dengan pergantian wujud interaksi dalam Pembelajaran, b) Mengharapkan kedua
orang tua dengan pergantian wujud sosial, c) Anak yang sholeh serta bertaubat atas
kekeliruan yang diperbuat dengan pergantian ketentuan serta pola dalam
Pembelajaran, d) Bahu-membahu sesama orang dengan pergantian adat silahturahmi
dalam Pembelajaran; e) Hidup irit ataupun simpel (tidak jadi orang mubazir) dengan
pergantian gaya hidup dalam Pendidikan.

Kata Kunci : Pendidikan, Akhlak, Al-Isra’: 23-27, Revolusi Insdutri 5.0

xvii
VALUES OF MORAL EDUCATION IN THE QURAN SURAH
AL-ISRA' VERSES 23-27 AND ITS RELEVANCE TO
EDUCATION IN THE ERA OF THE INDUSTRIAL
REVOLUTION 5.0

ABSTRACT

Risky Kristiyanto (1900031325), Islamic Religious Education Study Program,


Faculty of Islamic Religion, Ahmad Dahlan University, Yogyakarta
The decline in the value of moral education possessed by students in the era
of the industrial revolution 5.0 causes a loss of respect for other people. This research
aims to determine the values of moral education in the Qur'an surah al-isra' verses
23-27 and their relevance to education in the era of the industrial revolution 5.0. The
research used is library research using a semiotic approach by collecting data using
data reduction methods, Maudu'i interpretation and documentation. The study results
show that:
First, the values of moral education in the Al-Qur'an surah al-Isra' verses 23-
27 with education during the industrial revolution 5.0, are: a) Monotheism to Allah
SWT, devotion to mothers and fathers and protecting one's words. b) Always expect
both mothers and fathers. c) Children who are pious and repent for the mistakes they
have made. d) Working together with other people. e) Live economically or simply
(don't be a waste of money).
Second, the relevance of the moral education values in the Qur'an surah al-
Isra' verses 23-27 and their relevance to education in the era of the industrial
revolution 5.0 is a) Monotheism to Allah SWT, devotion to mothers and fathers and
protecting words by changing forms interaction in learning, b) Expecting both
parents to change social forms, c) Children who are pious and repent for mistakes
made by changing rules and patterns in learning, d) working together with each other
by changing the customs of friendship in learning; e) Live economically or simply
(don't be wasted) by changing your lifestyle in education.

Keyword : Education, Morals, Al-Isra': 23-27, Industrial Revolution 5.0

xviii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i


NOTA DINAS ........................................................................................................ ii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN ............................................................... iii
PENGESAHAN TUGAS AKHIR....................................................................... iv
PERSETUJUAN TIM PENGUJI UJIAN SKRIPSI ...........................................v
PERNYATAAN TIDAK PLAGIASI ................................................................. vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN AKSES ...................................................... vii
MOTO ................................................................................................................. viii
HALAMAN PERSEMBAHAN .......................................................................... ix
TRANSLITERASI ARAB-LATIN ......................................................................x
KATA PENGANTAR ..........................................................................................xv
ABSTRAK ......................................................................................................... xvii
ABSTRACT ...................................................................................................... xviii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... xix
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xxii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xxiii
BAB I : PENDAHULUAN.....................................................................................1

A. Latar Belakang ...........................................................................................1

B. Rumusan Masalah ......................................................................................6

C. Tujuan Penelitian .......................................................................................7

D. Manfaat Penelitian .....................................................................................7

E. Kajian Pustaka ...........................................................................................8

F. Metode Penelitian ....................................................................................14

G. Sistematika Pembahasan ..........................................................................18

xix
BAB II : LANDASAN TEORI ............................................................................19

A. Nilai Pendidikan Akhlak ..........................................................................19

1. Pengertian Nilai ................................................................................19

2. Pengertian Pendidikan ......................................................................20

3. Pengertian Akhlak.............................................................................22

4. Ruang Lingkup Pendidikan Akhlak ..................................................23

5. Tujuan Pendidikan Akhlak ...............................................................28

B. Revolusi Industri 5.0 ................................................................................33

1. Pengertian Revolusi ..........................................................................33

2. Pengertian Society (Industri) 5.0 .......................................................35

3. Faktor yang mendorong lahirnya Era Revolusi Industri 5.0 .............43

4. Dampak negative era revolusi 5.0 terhadap pendidikan ...................46

BAB III : SURAH AL-ISRA’ AYAT 23-27 .......................................................50

A. Surah al-Isra’ ayat 23-27 dan artinya .......................................................50

B. Isi Kandungan surah al-Isra’ ayat 23-27 ..................................................51

C. Tafsiran surah al-Isra’ ayat 23-27 ............................................................55

BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN .................................70

A. Nilai-nilai pendidikan akhlak yang terkandung dalam al-Qur’an surah

al-Isra’ ayat 23-27 ....................................................................................70

B. Relevansi Nilai-nilai Pendidikan Akhlak yang terkandung dalam al-

Qur’an surah al-Isra’ ayat 23-27 dengan pendidikan di Era Revolusi

Industri 5.0 ...............................................................................................89

xx
BAB V : PENUTUP .............................................................................................96

A. Kesimpulan ..............................................................................................96

B. Saran ........................................................................................................97

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................98

LAMPIRAN-LAMPIRAN ................................................................................102

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ..........................................................................111

xxi
DAFTAR TABEL

Tabel 1 Kajian Terdahulu yang Relevan dengan Peneltian ...................................12

Tabel 2 Nilai-nilai Pendidikan Akhlak yang terkandung dalam Al-Qur’an surah

al-Isra’ ayat 23-27 ....................................................................................87

Tabel 3 Nilai-nilai Pendidikan Akhlak yang terkandung dalam Al-Qur’an surah

al-Isra’ ayat 23-27 berdasarkan Ruang Lingkup ......................................88

xxii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 SK Pembimbing Skripsi ...................................................................102

Lampiran 2 Hasil Plagiasi ....................................................................................103

Daftar Riwayat Hidup ..........................................................................................111

xxiii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Nilai adalah standar atau ukuran (norma) yang kita gunakan untuk

mengukur segala sesuatu. Menurut Kamus Bahasa Indonesia, nilai adalah sifat-

sifat (hal-hal) yang penting dan berguna bagi kemanusian. Atau sesuatu yang

menyempurnakan manusia sesuai dengan hahikatnya. Misalnya nilai etik, yakni

nilai untuk manusia sebagai pribadi yang utuh, seperti kejujuran, yang berkaitan

dengan akhlak, benar salah yang dianut sekelompok manusia.3

Nilai sebagai kata benda konkret. Nilai di sini merupakan sebuah nilai atau

nilai-nilai yang sering dipakai untuk merujuk kepada sesuatu yang bernilai,

seperti nilainya, nilai dia, dan sistem nilai. Kemudian dipakai untuk apa-apa

yang memiliki nilai atau bernilai sebagaimana berlawanan dengan apa-apa yang

tidak dianggap baik atau bernilai. Nilai juga digunakan sebagai kata kerja dalam

ekspresi menilai, memberi nilai dan dinilai. Menilai umumnya sinonim dengan

evaluasi ketika hal tersebut secara aktif digunakan untuk menilai perbuatan.

Dewey membedakan dua hal tentang menilai, ia bisa berarti menghargai dan

mengevaluasi. Dalam hal ini nilai erat kaitannya dengan pembelajaran terutama

Pendidikan.

Pendidikan adalah usaha meningkatkan diri dalam segala aspeknya,

definisi ini mencakup kegiatan pendidikan yang melibatkan guru maupun yang

3
Tim Penulis, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pusat Bahasa,Departemen Pendidikan
Nasional, Gramedia Pustaka Utama, 2012, hlm. 963.

1
2

tidak melibatkan guru (pendidik), mencakup pendidikan formal maupun

informal. Pendidikan adalah tujuan terpenting dalam kehidupan, baik secara

individu maupun keseluruhan. Sasaran tarbiyah adalah kemaslahatan umat.

Dengan demikian asas yang paling hakiki dari sebuah tarbiyah (pendidikan)

adalah mencapai keridhaan Allah SWT. Pendidikan adalah usaha pendewasaan

manusia seutuhnya (lahir batin) dalam arti tuntutan yang menuntut agar di didik

dan memiliki kemerdekaan berpikir, bertindak, dan berbicara serta percaya diri

sendiri dengan penuh rasa tanggung jawab dalam setiap tindakan perilaku

kehidupan sehari-hari.4

Pendidikan akhlak dapat didefinisikan suatu proses pendidik, memelihara,

membentuk, dan memberikan pelatihan moral atau akhlak dan intelektualan baik

secara formal maupun informal berdasarakan ajaran Islam. Pendidikan

selayaknya dimiliki oleh seorang muslim oleh demikian hal ini sangat

ditekankan dalam pendidikan islam agar menjadi Islam yang sejati.5

Akhlak sangat vital dalam Islam sehingga setiap bagian dari ajarannya

selalu memberikan kontribusi pada terbentuk dan terbinanya akhlakul kharimah.

Pendidikan tentang akhlak akhir-akhir ini hampir diabaikan oleh banyak orang

dalam kehidupan bermasyarakat maupun dalam lingkup pelajar. Nilai

Pendidikan akhlak sendiri sangat dibutuhkan dalam dunia Pendidikan maupun

dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat terutama di era revolusi industri 5.0.

4
Maslikhah, Ensiklopedi pendidikan Salatiga ( STAIN Salatiga, 2009), hlm. 10.
5
Asmuri Ismail, Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Dalam Kitab Maraqiy Al-‟Ubudiyah Karya
Syaikh Muhammad Bin Umar An-Nawawi Al-Jawi, Skripsi S1 Institut Agama Islam Negeri
Surakarta, 2017, hlm. 12.
3

Yang di mana nilai Pendidikan akhlak tersebut dapat ditinjau dari Al-

Qur’an Surah Al-Isra’ Ayat 23-27 di mana menurut peneliti di dalam al-Qur’an

surah al-Isra’ ayat 23-27 diterangkan bahwa:

ۗ
‫ك اَاَّل تَ ْعبُ ُدْْٓوا اِاَّلْٓ اِ اَّيهُ َوِِبلْ َوالِ َديْ ِن اِ ْح ٰسنًا اِاما يَْب لُغَ ان ِعْن َد َك الْ ِك َََب اَ َح ُد ُُهَآْ اَْو‬ َ ُّ‫َوقَضٰى َرب‬
‫الذ ِل ِم َن‬ ُّ ‫ض ََّلَُما َجنَا َح‬ ِ ‫ف اوََّل تَ ْن هرُُها وقُل اَّلما قَوًَّل َك ِرْْيًا و‬ ٍّ ُ‫كِ ٰلهما فَ ََل تَ ُقل اَّلمآْ ا‬
ْ ‫اخف‬ ْ َ ْ َُ ْ َ َ ْ َ َُ ْ َُ
ِِ ِ ِ ِ ۗ ِ ‫الار ْْح ِة وقُل ار ِب ار َْحْهما َكما رباٰﻴ ِِن‬
َ ْ ‫صغ ْ ًْيا َربُّ ُك ْﻢ اَ ْعلَ ُﻢ ِبَا ِ ِْف ﻧُ ُف ْوس ُك ْﻢ ۗا ْن تَ ُك ْوﻧُ ْوا ٰصلح‬
‫ْي‬ َ ْ َ َ َُ ْ ْ َ َ
‫ْي َوابْ َن ال اسبِْﻴ ِل َوََّل تُبَ ِذ ْر تَ ْب ِذيْ ًرا‬ ِ ِ ِ
َ ْ ‫ْي َغ ُف ْوًرا َواٰت َذا الْ ُق ْرٰٰب َحقاهٗ َوالْم ْسك‬
ِ ِ
َ ْ ِ‫فَاﻧاهٗ َكا َن ل َْلَاواب‬
ِ ْ ‫اِ ان الْمبَ ِذ ِريْن َكاﻧُْْٓوا اِ ْخوا َن ال اشٰﻴ ِط‬
‫ْي َۗوَكا َن الشْاﻴ ٰط ُن لَِرِّب َك ُف ْوًرا‬ َ َ ُ
Artinya: Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain
Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang
di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam
pemeliharaanmu, sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada
keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak
keduanya, serta ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik;
Rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang
dan ucapkanlah, “Wahai Tuhanku, sayangilah keduanya sebagaimana
mereka berdua (menyayangiku ketika) mendidik aku pada waktu
kecil.”; Tuhanmu lebih mengetahui apa yang ada dalam dirimu. Jika
kamu adalah orang-orang yang saleh, sesungguhnya Dia adalah Maha
Pengampun bagi orang-orang yang bertobat; Berikanlah kepada
kerabat dekat haknya, (juga kepada) orang miskin, dan orang yang
dalam perjalanan. Janganlah kamu menghambur-hamburkan
(hartamu) secara boros; Sesungguhnya para pemboros itu adalah
saudara-saudara setan dan setan itu sangat ingkar kepada Tuhannya.
Dari ayat di atas terdapat penelitian pendidikan akhlak yang harus dikaji

meskipun tidak mungkin meninggalkan sisi akidah dan ibadah secara

keseluruhan. Surah ini merupakan bagian dari al-Qur’an yang mengkaji

pedoman dalam menilai baik dan buruk khususnya yang menerangkan tentang

nilai-nilai pendidikan akhlak.


4

Surah al-Isra’ termasuk surah Makkiyah yang memperhatikan masalah

akidah dan pokok-pokok keimanan, dalam al-Qur’an surah al-Isra’ ini

menitikberatkan pembahasan tentang dasar-dasar akidah Islam, meluruskan

pemikiran keimanan dengan pengesaan kepada Allah SWT, masalah kerasulan

dan kenabian, masalah perhitungan, hari pembalasan, hari kebangkitan dan hari

kiamat. Akan tetapi yang menjadi titik tekan dalam surah ini adalah tentang

kepribadian nabi Muhammad SAW yang dapat menjadi pedoman dalam

kehidupan sehari-hari.6

Di jelaskan dalam al-Qur’an surah al-Isra’ tentang tata tertib dalam

kemasyarakatan dan akhlak mulia, hal ini yang harus dimiliki oleh setiap muslim

agar menjadi manusia yang berakhlakul kharimah dalam kehidupan

bermasyarakat yang didorong oleh nilai-nilai keIslaman, hal ini berkaitan

dengan beretika luhur sebagai pengarahan yang berharga untuk membangun

kehidupan yang mulia.7

Dalam hal ini Surah Al-Isra’ Ayat 23-27 tersebut mengandung peristiwa

yang berkaitan mendalam mengenai nilai-nilai Pendidikan akhlak yaitu: a)

Mentauhidkan Allah SWT; b) Berbakti kepada ibu-bapak; c) Menjaga

perkataan; d) Mendoakan kedua ibu-bapak. c) Anak yang sholeh dan Bertaubat

atas kekeliruan yang diperbuat. d) Bahu-membahu sesama orang. e) Hidup irit

ataupun simpel (tidak jadi orang mubazir).

6
Chairudin Hablari, Klasifikasi Kandungan Al-Qur’an, (Jakarta : Gema insanu pres, 2011)
.hlm. 55.
Deasy Kusumastuti, Nila-nilai Akhlak yang terkandung dalam qur’an al-isra, ( Skripsi :
7

UMS , 2011) hlm. 2.


5

Namun dengan perkemabngan yang sangat pesat seperti saat ini yang

dimana perkembangan zaman telah sampai pada era baru yaitu era revolusi

industry 5.0 yang mana Era revolusi industri 5.0 ditandai dengan meningkatnya

konektivitas, interaksi serta perkembangan sistem lainnya, teknologi informasi

dan digital, kecerdasan artifisial, dan virtual. Dengan semakin konvergennya

batas antara manusia, mesin dan sumber daya lainnya, teknologi informasi dan

komunikasi tentu berimbas pula pada berbagai sektor kehidupan.8

Era revolusi industri 5.0 dapat didefinisikan sebagai industri yang

menggabungkan teknologi otomatisasi dengan teknologi cyber. Ini merupakan

tren otomatisasi dan pertukaran data dalam teknologi manufaktur. Pada era ini,

industri mulai menyentuh dunia virtual, berbentuk konektivitas manusia, mesin

dan data, semua sudah ada di mana-mana, atau mengenalnya dengan istilah

Internet of Things (LoT).9

Perubahan era ini tidak dapat dihindari oleh siapapun sehingga dibutuhkan

penyiapan sumber daya manusia (SDM) yang memadai agar siap menyesuaikan

dan mampu bersaing dalam skala global. Keberhasilan suatu Negara dalam

menghadapi revolusi industri 5.0, turut ditentukan oleh kualitas sikap disiplin

dari pendidik/peserta didik, maupun lingkungan masyarakat.10

Perkembangan zaman yang semakin pesat hingga ke era revolusi Industri

5.0 seperti sekarang ini, yang di mana perkembangan tersebut tidak dibarengi

8
Yenny Puspita , Yessi F. , Sri A. , Sri N., Selamat Tinggal Revolusi Industri 4.0, Selamat
Datang Revolusi Indusrti 5.0, dalam Jurnal Online Universitas PGRI Palembang, 2020, hlm. 122-
128.
9
Ibid…..hlm. 123.
10
Suyeti Nilasari. Pendidikan Di Era Revolusi Industri 5.0 Terhadap Disiplin Kerja Guru.
Jurnal Online Universitas PGRI Palembang, (2020), hlm. 795-799.
6

dengan penanaman nilai pendidikan akhlak sehingga membuat banyak orang

melenceng dari ajaran Islam. Adapun alasan peneliti mengkaji Al-Qur’an Surah

Al-Isra’ ayat 23-27 karena

Pertama, Banyak manusia yang Menyekutukan Allah SWT, di mana hal

tersebut banyak terjadi dikalangan manusia dari kecil, dewasa, bahkan orang tua

tanpa mereka sadari

Kedua, maraknya peserta didik yang melawan orang tua mengucapkan

kata “Ah”, melawan guru. Hal tersebut di akibatkan kuranngnya penanaman

nilai-nilai Pendidikan akhlak untuk peserta didik di lingkungan keluarga,

sekolah, maupun masyarakat

Ketiga, maraknya perilaku-perilaku buruk yang kerap kali ditunjukan oleh

peserta didik. Hal tersebut bisa di lihat di lingkungan sekitar, di lingkungan

Pendidikan, ataupun di berita-berita yang tersedia di sosial media.11

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah dan pembahasan

masalah, maka dapat dirumuskan permasalahannya yang akan diteliti adalah.

1. Apa nilai-nilai pendidikan akhlak yang terkandung dalam al-Qur’an surah

al-Isra’ ayat 23-27?

2. Bagaimana relevansi nilai-nilai pendidikan akhlak yang terkandung dalam

al-Qur’an surah al-Isra’ ayat 23-27 dengan pendidikan di era revolusi

industri 5.0?

11
https://youtu.be/S3cBwkkkTxU?si=K06nepu-ogLkJB_u di akses pada 12 September
2023, pukul 02:51 Am
7

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka dapat di ambil tujuan

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui poin nilai-nilai pendidikan akhlak yang terkandung

dalam al-Qur’an surah al-Isra’ ayat 23-27

2. Menjelaskan relevansi nilai-nilai pendidikan akhlak yang terkandung dalam

al-Qur’an surah al-Isra’ ayat 23-27 dengan pendidikan di era revolusi

indsutri 5.0

D. Manfaat Penelitian

Adapun kegunaan atau manfaat dari hasil kajian ini, ialah ditijau secara

teoritis dan praktis. Dengan demikian, kajian ini diharapkan dapat menghasilkan

manfaat berikut ini:

1) Manfaat Teoritis

Kajian ini diharapkan memberikan kontribusi bagi khasanah

keilmuan dan dapat dijadikan acuan penelitian selanjutnya, khususnya

tentang nilai-nilai pendidikan akhlak dalam al-Qur’an surah al-Isra’ ayat 23-

27.

2) Manfaat Praktis

Harapan selanjutnya, kajian ini dapat memberikan manfaat kepada:

a. Bagi pelaku pendidikan, antara lain: guru, murid, orang tua, dan

manusia pada umumnya. Penelitian ini bermanfaat untuk digunakan


8

sebagai bahan materi dalam kegiatan pembelajaran baik di sekolah,

rumah maupun di lingkungan.

b. Bagi peneliti, penelitian ini bermanfaat untuk mengembangkan metode

berfikir analsisis, dan menambah wawasan dalam bidang Akidah.

E. Kajian Pustaka

Di samping memanfaatkan berbagai teori yang relevan dengan bahasan

ini, peneliti juga melakukan telaah hasil penelitian terdahulu yang jenis

penelitiannya ada relevansinya dengan penelitian ini.

Berikut, penelitian yang berkaitan dengan skripsi yang digunakan

sebagai sumber penelititan.

1. Fakhul Manan Jauli. 2015, skripsi yang berjdul “Konsep pendidikan

akhlak anak terhadap orang tua dalam al-Qur’an surah al-Isra ayat 23-25”.

Dalam penelitian ini menyimpulkan pendidikan akidah yakni Allah SWT

mewajibkan hamba-hamba-Nya untuk mengesakan- Nya dalam ibadah

dan dalam penyembahan serta melarang mereka menyekutukan Allah

SWT dengan apa pun atau siapa pun. Oleh sebab itu, yang berhak

mendapat penghormatan tertinggi hanyalah yang menciptakan alam dan

semua isinya yaitu Allah SWT, Pendidikan birrul walidaini yakni sesudah

Allah SWT memerintahkan supaya jangan menyembah selain Dia, lalu

Allah SWT memerintahkan kepada kaum Muslimin agar mereka benar-

benar memperhatikan urusan kebaktian kepada kedua ibu bapak dan tidak

menganggapnya sebagai urusan yang remeh, dengan menjelaskan bahwa

Tuhanlah yang lebih mengetahui apa yang tergetar dalam hati mereka. (2)
9

aktualisasi nilai-nilai pendidikan berdasarkan Q.S al-Isra’ ayat 23-25

dalam dunia modern yaitu pertama, pendidikan akidah di sekolahan

hendaknya mengajarkan kepada peserta didik bertauhid meng-Esakan

Allah SWT bahwa tidak ada tuhan yang patut disembah selain Allah Tuhan

Yang Maha Esa.12

Relevansinya dengan penelitian saat ini ialah bersumber di surah al-

Qur’an yang sama, yang mana dapat menjadikan acuan dan sumber data

dalam pengerjaan skripsi ini. Sedangkan perbedaanya dengan skripsi saat

ini ialah, berbeda di poin ayat yang akan di teliti yang mana pada penelitian

sebelumnya menggunakan ayat 23-25 sementara pada penelitian saat ini

menggunakan ayat 23-27.

2. Eka Karmila Sari. 2020, skripsi yang berjudul “ Nilai-nilai Pendidikan

Akhlak Anak dalam al-Qur’an surah al-Isra ayat 23 (Study kasus

pendidikan akhlak anak di desa Koto Boyo kecamatan Batin XXIV

kabupaten Batang Hari, provinsi Jambi) “ dalam skripsi ini menyimpulkan

menunjukkan bahwa peran orang tua dalam menanamkan nilai-nilai

pendidikan akhlak anak di Desa Koto Boyo kecamatan Batin XXIV

kabupaten Batang Hari ini tidak terlalu memuaskan, karena dari hasil

penelitian yang didapatkan bahwa para orang tua belum berperan aktif di

12
Jazuli, Fatkhul Manan Konsep Pendidikan Akhlak Anak Terhadap Orang Tua Dalam Al-
Qur’an Surat Al-Isra’ 23-25. Other thesis, IAIN Salatiga, (2015), hlm. 77-78.
10

dalam mendidik dan membimbing anak-anaknya dalam rangka

menanamkan Nilai-nilai Pendidikan Akhlak.13

Relevansi dengan penelitian saat ini ialah sama sama menggunakan

sumber surah al-quran yang sama. Perbedaan dari penelitian saat ini ialah

dari metode penelitian yang digunakan. Penelitian di atas menggunakan

metode kualitatif deskritif sedangkan penelitian saat ini menggunakan

metode kualitatif kepustakaan.

3. Armin Nurhantanto dalam jurnal Studi Islam (2015) yang berjudul “Nilai

nilai Pendidikan Akhlak dalam al-Qur’an surat Ali-Imran ayat 159-160”

hasil dari menjelaskan begitu sangat penting dalam menjawab

problematika yang ada dalam pendidikan terutama dalam akhlak itu

sendiri, apalagi di pendidikan sekolah begitu penting untuk dilakukan

dalam menanamkan akhlak pada diri seorang,baik itu nilai nilai kemuliaan

seperti lemah lembut, saling menghormati yang dijelaskan dalam surah al-

Isra ayat 23- 27. Pendidikan akhlak berperan penting dalam mewujudkan

manusia seluruhnya karena manusia itu perlu strategi atau cara yang benar

dan lurus searah, maksudnya, perlu adanya konsep yang komprehensif

dalam proses belajar dengan melalui fase-fase belajar agar dapat

terbimbing dan terlaksana dengan baik dan bisa dipertanggungjawabkan

setiap individu.14

13
Karmila sari, Nilai-nilai Pendidikan Akhlak Anak Dalam Al-Qur'an Surah Al-Isra' Ayat
23 (Studi Kasus Pendidikan Akhlak Anak di Desa Koto Boyo Kecamatan Batin XXIV Kabuten
Batang Hari Provinsi Jambi. Skripsi thesis, UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, (2020), hlm. 57.
14
Nurhantanto Armin, Nilai-nilai Pendidikan Akhlak Dalam Al-Qur’an Surat Ali-Imran
Ayat 159-160. Profetika, Jurnal Studi Islam, Vol. 16, No. 2, (Desember 2015), hlm. 155-166.
11

Relevansinya dengan penelitian saat ini ialah sama sama meneliti

nilai pendidikan akhlak dalam surah yang ada di dalam al-Qur’an.

Perbedaan dari penelitian saat ini ialah surah yang di ambil untuk menjadi

sumber utama dalam penelitian di mana pada penelitian sebelumnya

memakai surah Ali Imran sementara pada penelitian saat ini memakai

surah Al-Isra’.

4. Imam Ahmad Taufiq. 2018, skripsi yang berjudul “Nilai-nilai pendidikan

akhlak dalam kitab Ta’lim Muta’alim dan aktualisasinya terhadap

pendidikan karakter di Indonesia” dalam skripsi ini menyimpulkan nilai

karakter nya terdiri rasa cinta kepada Allah SWT, dengan segala apa yang

telah diciptakannya, mandiri tidak bergantung kepada orang,

tanggungjawab yang besar, kejujuran apapun hasilnya, menghormati

manusia, sopan santun, dermawan suka menolong dan bekerjasama

dengan baik sesama manusia, memiliki jiwa yang pekerja keras, pemimpin

yang adil, menanamkan sifat rendah hati kepada manusia, dan juga

karakter bertoleransi kepada manusia.15

Relevansinya dalam penelitian saat ini ialah sama sama membahas

nilai-nilai pendidikan akhlak. Perbedaannya adalah sumber utama di

penelitian. Penelitian diatas menggunakan kitab Ta’lim Muta’alim

sedangkan penelitian saat ini menggunakan al-Qur’an surah al-Isra ayat

23-27.

15
Taufiq Ahmad, Nilai-nilai Pendidikan Akhlak Dalam Kitab Ta’lim Muta’alim dan
Aktualisasinya Terhadap Pendidikan Karakter di Indonesia. Skripsi S1 Pendidikan dalam Ilmu
Pendidikan Agama Islam, UIN Walisongo Semarang, (2018), hlm. 100.
12

5. Firly Maulana Sani. 2016, skripsi yang berjudul “Nilai- nilai Pendidikan

Karakter dalam al-Qur’an surah al-Baqarah ayat 261-267” hasil dari

penelitian ini ialah Menjelaskan mengenai karakter diri sendiri, karakter

sesama manusia dan karakter lingkungan, dan juga menjelaskan tentang

pendidikan karakter pada hakikatnya ingin membentuk karakter individu

yang beragama dan tulus ikhlas dalam membantu sesama makhluknya

terutama dalam keimanan dan keyakinan apa yang telah dijanjikan Allah

SWT balasan 700 kali lipat dan juga terhindar dari rasa takut dan sedih,

dengan pemahaman dan penjelasan yang benar tentang QS. Al-Baqarah

tertuju ayat 261-267 akan menanamkan keyakinan dan ketulusan pada

proses pembentukan karakter yang berdasarkan ajaran islam.16

Relevansinya dengan penelitian saat ini ialah sama sama meneliti

nilai pendidikan akhlak dalam surah yang ada di dalam al-Qur’an.

Perbedaan dari penelitian saat ini ialah surah yang diambil untuk menjadi

sumber utama dalam penelitian.

Kajian terdahulu yang relevan dirangkum dalam sebuah tabel dapat

dengan mempermudah dalam membacanya, yakni sebagai berikut:

Tabel 1
Kajian terdahulu yang relevan dengan penelitian
N Penulis/ Judul Tahun Bentuk Relavan
Peneliti
O

1 Fakhul Konsep Fokus


maulana pendidikan kajian

16
Sani Maulana, Nilai–nilai Pendidikan Karakter Dalam Al–Qur’an Surat Al–Baqarah
Ayat 261 – 267, Skripsi S1 Pendidikan dalam Ilmu Pendidikan Agama Islam, UIN Walisongo
Semarang, (2016), hlm. 115-116.
13

akhlak anak tentang


terhadap rang nilai akhlak
tua dalam al- 2015 Skripsi Anak
Qur’an surah al-
Isra ayat ke 23-
25
2 Eka Nilai-nilai Fokus
karmila pendidikan Kajian
sary akhlak anak Pendidikan
dalam al-qur’an Akhlak
surah al-isra ayat 2020 Skripsi
23 ( Study kasus
pendidikan
akhlak anak di
desa koto boyo
kecamatan batin
XXIV kabupaten
batang hari,
provinsi jambi )
3 Nurhantan Pendidikan Fokus
to Armin akhlak dalam al- Kajian
Quran surah ali Pendidikan
imran ayat 159- 2015 Jurnal Akhlak
160 dalam
quran
surah ali
imran ayat
159-160
4 Imam Nilai-nilai Fokus
Ahmad pendidikan Kajian
taufiq akhklak dalam Pendidikan
kitab ta’lim Akhlak
muta’alim dan dalam kitab
aktualisasinya 2018 Skripsi ta’lim
terdahap muta’alim
pendidikan di
indonesia
5 Fitri Nilai-nilai Fokus
maulina pendidkan Kajian
sary karakter dalam Pendidikan
al-Quran surah Akhlak dan
al-baqarah ayat 2016 Skripsi karakter
261-267 dalam al-
Qur’an
surah al-
Baqarah
14

ayat 261-
267

F. Metode Penelitian

1) Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kepustakaan atau

library research, yaitu penelitian yang dilakukan melalui mengumpulkan

data atau karya tulis ilmiah yang bertujuan dengan objek penelitian atau

pengumpulan data yang bersifat kepustakaan.17 Penelitian perpustakaan

memerlukan pengumpulan informasi dan data dari berbagai sumber di

perpustakaan, termasuk volume referensi, temuan studi masa lalu yang

serupa, artikel, catatan, dan berbagai publikasi yang relevan dengan subjek

yang ada.18

Adapun pendekatan yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah

pendekatan semiotik. Pendekatan semiotik adalah suatu model penelitian

dengan mengkaji dan mencari tanda-tanda dalam wacana serta

menerangkan maksud dari tanda-tanda tersebut, dan mencari hubungannya

dengan ciri-ciri tanda itu untuk mendapatkan signifikansinya.19 Maka dalam

penelitian ini peneliti mencari tanda-tanda dari al-Qur’an terjemahan.

17
Mestika Zed. Metode Kepustakaan. (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia,
2004).hlm. 1
18
Milya Sari dan Asmendri, Penelitian Kepustakaan (Library Research) dalam Penelitian
Pendidikan IPA, dalam Jurnal Natural Science: Jurnal Penelitian Bidang IPA Dan Pendidikan IPA,
vol. 6, no. 1, 2020, hlm. 4.
19
Yanti Dwi Yuliantini dan Adita Widara Putra, Semiotika dalam Novel Rembulan
Tenggelam di Wajahmu Karya Tereliye, dalam Jurnal Literasi, Vol. 1, No. 2. .2017. hlm 67.
15

Data dan informasi diperoleh dengan bantuan berbagai macam data

kepustakaan berupa skripsi, jurnal, buku dan beberapa tulisan atau karya

ilmiah yang berkaitan dengan pembahasan penelitian ini. Subjek penelitian

ini adalah al-Qur’an Terjemahan ” Mushaf Famy bi Syauqin” objek dari

penelitian ini adalah Nilai Pendidikan Akhlak.

2) Sumber Data

Sumber data adalah subjek penelitian tempat data menempel. Sumber

data berupa benda, manusia, tempat dan sebagainya. Maka pengumpulan

data dapat menggunakan sumber primer dan sumber sekunder.20

a. Sumber Data Primer

Sumber data primer adalah sumber-sumber yang memberikan

data langsung dari tangan pertama atau merupakan sumber asli (tidak

melalu perantara).21 Penelitian ini menggunakan data primer berupa Al-

Qur’an terjemahan “Mushaf Fahmy by Syauqin” dari surah Al-Isra ayat

23-27.

b. Data Sekunder

Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari pihak

lain, tidak langsung dari subjek penelitiannya, tetapi dapat mendukung

atau berkaitan dengan tema yang diangkat. Dengan kata lain, buku

penunjang yakni tafsiran Al-Azhar , tafsiran Al-Misbah serta buku-

buku atau tulisan-tulisan lainnya yang mempunyai pembahasan yang

20
Etta Mamang Sangadji dan Sopiah, Metodologi Penelitian Pendekatan Praktis dalam
Penelitian ,(Yogyakarta: Cv Andi Offset , 2010), hlm. 43.
21
Ibid,...hlm. 44.
16

erat dengan sumber primer yang dapat membantu menganalisa dan

memahami bahan-bahan yang ada dalam sumber primer.

3) Metode Pengumpulan Data

Data-data yang diperoleh dari sumber primer dan sekunder yang ada

dalam kepustakaan kemudian dikumpulkan dan diolah. Ada beberapa

metode pengumpulan data yang digunakan peneliti:

a. Reduksi Data

Merupakan proses pemilihan, pemustan perhatian pada

penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang

muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi merupakan

bagian analisis bukan terpisah. Reduksi data meliputi: (1) meringkas

data, (2) mengkode, (3) menelusur tema, (4) membuat gugus-gugus.

Caranya: seleksi ketat atas data, ringkasan atau uraian singkat, dan

menggolongkannya ke dalam pola yang lebih luas. Dalam proses ini

peniliti benar-benar mencari data yang valid.22

b. Metode Maudu’i

Metode Metode tafsir maudhu’i atau menurut Muhammad Baqir

al-Shadr sebagai metode al-Taukhidiy adalah metode tafsir yang

berusaha mencari jawaban al-Qur’an dengan cara mengumpulkan ayat-

ayat al-Qur’an yang mempunyai tujuan yang satu, yang bersama-sama

membahas topik/judul tertentu dan menertibkannya sesuai dengan masa

22
Rijali Ahmad, Analisis Data Kualitatif, Jurnal Alhadharah, UIN Antasari Banjarmasin,
(2018), hlm. 91.
17

turunnya dan selaras dengan sebab-sebab turunnya, kemudian

pemperhatikan ayat-ayat tersebut dengan penjelasan-penjelasan,

keterangan-keterangan dan hubunganhubungannya dengan ayat-ayat

yang lain, kemudian mengistimbatkan hukum-hukum.23 Dalam metode

ini penulis mengambil langkah penelitian dengan menetapkan masalah

pada penelitian, menghimpun ayat-ayat yang berkaitan dengan topik

masalah, memahami korelasi ayat-ayat tersebut, menyusun

pembahasan dalam kerangka yang sempurna dan melengkapi

pembahsan dengan hadist yang relevan.

c. Metode Dokumentasi

Teknik Metode dokumentasi adalah cara pengumpulam data

mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku,

surat kabar, majalah, dan lainnya.24 Pengumpulan data dilakukan

dengan teknik membaca, menyimak, dan mencatat hal-hal yang

berkaitan dengan konsep pendidikan akidah yang terkandung dalam Al-

Qur’an terjemahan “Mushaf Fahmy by Syauqin” dari surah Al-Isra ayat

23-27.

23
Yamani Tulus, Memahami Al-Qur’an Dengan Metode Tafsir Maudhu’i, (J-PAI, Vol. 1
No.2 Januari-Juni 2015), hlm. 277.
24
Suharsimi Arikunto,Prosedur Penelitian: Studi Pendekatan Praktik.(Jakarta: Rineka
Cipta,2010), hlm.102.
18

G. Sitematika Pembahasan

1. BAB I : Pendahuluan

Bab ini berisi mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelititan, kajian pustaka, metode penelitian,

sistematika pembahasan

2. BAB II : Landasan Teori

Bab ini berisi pendidikan akhlak yang didalamnya terdapat konsep

pendidikan kahlak, ruang lingkup pendidikan akhlak, dasar pendidikan

akhlak, tujuan pendidikan akhlak, tentang era revolusi industri 5.0 yang

didalamnya terdapat konsep revolusi industri, society (Industri) 5.0, faktor

pendorong lahirnya era revolusi industri 5.0, dan dampak negative era

revolusi industry 5.0 terhadap Pendidikan.

3. BAB III : Surah Al-Isra’ ayat 23-27

Bab ini berisi mengenai surah al-Isra ayat 23-27 serta artinya, Isi

Kandungan atau Makna surah al-Isra’ ayat 23-27, dan tafsiran surah al-Isra’

ayat 23-27

4. BAB IV : Hasil dan Pembahasan Penelitian

Bab ini berisi mengenai nilai-nilai pendidikan akhlak yang terkandung

dalam al-Qur’an surah al-Isra’ ayat 23-27 dan relevansinya dengan

pendidikan di era revolusi industri 5.0

5. BAB V : Penutup

Bab ini berisi kesimpulan dan saran


BAB II

LANDASAN TEORI

A. Nilai Pendidikan Akhlak

1. Pengertian Nilai

Nilai adalah standar atau ukuran (norma) yang kita gunakan untuk

mengukur segala sesuatu. Menurut Kamus Bahasa Indonesia, nilai adalah

sifat-sifat (hal-hal) yang penting dan berguna bagi kemanusian. Atau

sesuatu yang menyempurnakan manusia sesuai dengan hahikatnya.

Misalnya nilai etik, yakni nilai untuk manusia sebagai pribadi yang utuh,

seperti kejujuran, yang berkaitan dengan akhlak, benar salah yang dianut

sekelompok manusia.25

Menurut Scheler, nilai merupakan kualitas yang tidak tergantung pada

benda. Benda adalah sesuatu yang bernilai. Ketidaktergantungan ini

mencakup setiap bentuk empiris, nilai adalah kualitas apriori.

Ketergantungan tidak hanya mengacu pada objek yang ada di dunia seperti

lukisan, patung, tindakan, manusia, dan sebagainya, namun juga reaksi kita

terhadap benda dan nilai.26

Dalam Encliclopedya of Philosophy dijelaskan, aksiologi Value and

Valuation. Ada tiga bentuk value and valuation, yakni: Nilai, digunakan

sebagai kata benda abstrak, seperti baik, menarik, bagus dan mencakup

tambahan segala bentuk kewajiban, kebenaran, dan kesucian.

25
Tim Penulis, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pusat Bahasa,Departemen Pendidikan
Nasional, Gramedia Pustaka Utama, 2012, hlm. 963.
26
Risieri Frondizi, Pengantar Filsafat Nilai, (Yogjakarta : Pustaka Pelajar, 2001), hlm. 114.

19
20

Nilai juga digunakan sebagai kata kerja dalam ekspresi menilai,

memberi nilai dan dinilai. Menilai umumnya sinonim dengan evaluasi

ketika hal tersebut secara aktif digunakan untuk menilai perbuatan. Dewey

membedakan dua hal tentang menilai, ia bisa berarti menghargai dan

mengevaluasi. Menurut Amril Mansur, tidak mudah untuk mendefinisikan

tentang nilai, namun paling tidak pada tataran prasis, nilai dapat disebut

sebagai sesuatu yang menarik, dicari, menyenangkan, diinginkan dan

disukai dalam pengertian yang baik atau berkonotasi positif.27

Berdasarkan uraian di atas dapat dikatakan bahwa nilai merupakan

sebuah ide atau konsep tentang sesuatu yang penting dalam kehidupan

seseorang dan menjadi perhatiannya. Sebagai standar perilaku, tentunya

nilai menurut seseorang untuk melakukannya.

2. Pengertian Pendidikan

Pendidikan adalah suatu bentuk pengembangan eksklusif dalam

semua unsurnya, sebagaimana didefinisikan dalam definisi pengembangan

eksklusif, yang meliputi pendidikan mandiri, pendidikan lingkungan, dan

pendidikan orang lain (guru), tubuh, logika, dan hati semuanya

dipertimbangkan.

Pendidikan adalah kumpulan perjuangan yang dilakukan pendidik

atas peserta didik untuk membantu mereka menciptakan kata-kata mutiara

yang positif. Ada berbagai macam perjuangan, salah satunya adalah metode

27
Amril Mansur, Implementasi Klarifikasi Nilai dalam Pembelajaran dan Fungsionalisasi
Etika Islam, Alfikra, Jurnal Ilmiah Keislaman, Vol 5, No1, 2006, hlm. 160.
21

pengajaran, yaitu transfer ilmu dan kemampuan. Selain itu, berbagai upaya

dilakukan, seperti menghadirkan model (contoh) untuk ditiru,

menyampaikan pujian dan hadiah, serta mendidik melalui berbagai

metode.28

Pendidikan tidak hanya bertanggung jawab untuk mendidik anak-anak

pada tingkat kognitif; juga harus mempertimbangkan kecerdasan dalam hal

aktivitas afektif dan psikomotorik. Beban pendidikan yang terkait dengan

pemanfaatan kecerdasan emotif siswa dalam skenario ini adalah upaya

untuk mempromosikan nilai-nilai siswa. Sebuah moral yang melestarikan

nilai-nilai kemanusiaan berdasarkan keyakinan agama diharapkan.29

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan

adalah pengembangan manusia yang bersumber dari berbagai sumber,

antara lain lingkungan, keluarga, guru, dan diri sendiri. Salah satunya

mendapatkan pendidikan disekolah yang diberikan oleh guru terhadap

peserta didik, dimana guru memberikan ajaran-ajaran yang sesuai dengan

bidangnya masingmasing. Pendidikan diberikan dengan tujuan agar

nantinya generasi muda selalu berada di koridornya (melakukan hal baik)

dan mampu memberikan hal yang positif bagi keluarga dan bangsa

Indonesia.

28
Tuti Awaliyah dan Nurzaman, Konsep Pendidikan Akhlak Menurut Sa‟id Hawwa, dalam
Jurnal Penelitian Pendidkan Islam, vol. 6, no. 1, 2018, hlm. 3.
29
Krida Salsabila dan Anis Husni Firdaus, Pendidikan Akhlak Menurut Syekh Kholil
Bangkalan, dalam Jurnal Penelian Pendidikan Islam, vol. 6, no. 1, 2018, hlm. 8.
22

3. Pengertian Akhlak

Akhlak menurut Imam Nawawi Al-Bantani adalah sifat yang tertanam

dalam jiwa dan dapat melahirkan suatu perbuatan yang mudah dilakukan

tanpa perlu dipikirkan.30 Berdasarkan Islam, akhlak tidak pernah

meninggalkan aspek apapun dari keberadaan manusia, baik spiritual atau

fisik, agama atau duniawi, intelektual atau emosional, pribadi atau sosial.

Dalam segala hal, Islam telah menetapkan dan menetapkan manhaj (sistem)

yang ideal untuk mencapai kemuliaan. Jadi, apapun yang telah dipilah

manusia dalam bidang akhlak atas nama filsafat, tradisi, kearifan lokal, tata

pergaulan, dan lain sebagainya, disiplin akhlak Islam telah tercakup secara

integratif, tepat, dan bahkan menerima nilai tambah.31

Akhlak adalah sumber utama kepribadian seorang Muslim dan

masyarakat, oleh karena itu harus menjadi landasan bagi kehidupan

manusia. Pendidikan moral juga harus disempurnakan dengan menjelaskan

asal mula penyakit dan penyebab kemerosotan moral pada orang, daripada

hanya memberi tahu mereka tentang model moral yang sangat baik atau

memperingatkan mereka terhadap moral negatif.

Atas dasar pemikiran tersebut, nilai pendidikan akhlak dapat diartikan

sebagai suatu usaha atau perjuangan orang dewasa untuk membimbing

anak-anak agar menjadi manusia yang bertakwa kepada Allah SWT dan

berakhlak mulia. Karena manusia ada untuk mengabdi kepada Allah SWT,

30
Qurota A‟yun, Materi Pendidikan Akhlak Menurut Syeikh Umar Baradja Dalam Kitab
Al-Akhlak Lil-Banaat, Skripsi S1 Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung, 2018, hlm. 44.
31
Ibrahim Bafadhol, Pendidikan Akhlak Dalam Perspektif Islam, dalam Jurnal Edukasi
23

maka seorang hamba manusia harus memiliki akhlak yang baik. Akhlak

yang baik dibentuk dengan melakukan aktivitas yang diridhoi Allah SWT,

sebagaimana tercantum dalam al-Qur'an dan Sunnah.

4. Ruang Lingkup Pendidikan Akhlak

Pengertian akhlakul karimah mengacu pada cara hidup yang mengatur

hubungan antara manusia dengan Tuhannya, manusia dengan

lingkungannya, dan manusia dengan sesamanya. Konsep moralitas luas

karena mencakup semua elemen kehidupan manusia, mulai dari hubungan

manusia dengan Tuhan hingga hubungan manusia satu sama lain.32

Menurut Yunahar Ilyas, akhlak dapat diklasifikasikan menjadi enam

kategori: akhlak terhadap Allah, akhlak terhadap Nabi Muhammad, akhlak

terhadap diri sendiri, akhlak dalam keluarga, akhlak dalam masyarakat, dan

akhlak negara. Sedangkan menurut Muhammad Quraish Shihab, akhlak

mencakup berbagai persoalan, mulai dari akhlak terhadap Allah hingga

akhlak terhadap makhluk lain (manusia, hewan, tumbuhan, dan benda mati).

Akhlak dibagi menjadi tiga kategori oleh Muhammad Quraish Shihab:

akhlak terhadap Tuhan, akhlak terhadap sesama manusia, dan akhlak

terhadap lingkungan.33

1) Akhlak Terhadap Allah SWT

Akhlak yang baik terhadap Allah SWT berbicara dan bertindak

dengan cara yang terpuji kepada Allah SWT, baik dalam hal ibadah

32
Ulil Amri Syafari, Pendidikan Karakter Berbasis Al-Qur‟an, (Jakarta: Rajawali Pers,
2012), hlm. 79.
33
Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlak, (Yogyakarta: LPPI, 2016), hlm. 6.
24

pribadi kepada Allah SWT, seperti shalat dan puasa, dan dalam hal

sikap eksklusif yang menampilkan hubungan atau komunikasi dengan

Allah SWT di luar ibadah.

Akhlak kepada Allah SWT dapat didefinisikan sebagai perilaku

atau kegiatan yang harus dilakukan manusia sebagai makhluk terhadap

yang ilahi, sebagai Khaliq. Ada berbagai cara untuk memiliki karakter

terhadap Allah SWT, menurut Abudin Nata, antara lain tidak

menyekutukan-Nya, bertakwa kepada-Nya, ridho dan tulus dalam

segala keputusan-Nya dan bertaubat, mensyukuri nikmat-Nya, dan

selalu berdoa. meniru sifat-sifat-Nya, dan berusaha untuk mencari-cari

keridhaan-Nya setiap saat.34

Berkaitan dengan akhlak pada Allah SWT, dilakukan dengan

bersyukur kepada-Nya dengan menjadikan Tuhan satu-satunya yang

bisa mengendalikannya. Akibatnya, umat manusia, sebagai hamba

Allah SWT, memiliki sarana yang sangat baik untuk tumbuh lebih dekat

kepada-Nya. Prosedurnya adalah sebagai berikut:

a. Mentauhidkan Allah SWT

Tauhid mengacu pada keesaan Allah SWT, yang ditunjukkan

dengan tidak menyekutukan-Nya. Allah SWT berfirman :

َْ َ ْ َ ُ َّ ‫ُ ْ ُ َ ه َ َ َ ه‬
‫ّٰلل الص َمدٌۚ ل ْم َي ِلد َول ْم ُي ْولد‬
ُ ‫اّٰلل احد ا‬
ٌۚ
ُ ‫قل هو‬
Artinya: Katakanlah: "Dia-lah Allah, yang Maha Esa. Allah adalah
Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia
tiada beranak dan tidak pula diperanakkan. (Q.S al- Ikhlas
1-3)

34
Toto Suryana, Pendidikan Agama Islam, (Bandung: Tiga Mutiara, 2013), hlm. 189.
25

b. Bertaqwa kepada Allah SWT adalah menaati semua perintah Allah

SWT dan menjauhi semua larangan-Nya. Allah berfirman dalam

Q.S. Al-Imran Ayat 102.

َ ْ ُ ْ ُّ ْ ُ ْ َ َ َّ َُّ ْ ُ َ َ َ ٰ ُ َّ َ َ ‫ه‬ ُ َّ ُ َ ٰ َ ْ َّ َ ُّ َ ٰٓ
‫ىت ٖه ولا تموتن ِالا وانتم مس ِلمون‬ ِ ‫يايها ال ِذين امنوا اتقوا اّٰلل حق تق‬
Artinya: Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada
Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya dan janganlah
kamu mati kecuali dalam keadaan Muslim. (Q.S Ali
‘Imran:102)

c. Beribadah kepada Allah SWT

d. Kerendahan hati, pengabdian, penyerahan diri dan ketaatan

merupakan aspek dari ibadah. Allah SWT berfirman dalam Q.S Az-

Zariyat Ayat 56.

ْ ُ ُ ْ َ َّ َ ْ ْ َ َّ ْ ُ ْ َ َ َ َ
‫الجن وال ِانس ِالا ِليعبدو ِن‬
ِ ‫وما خلقت‬
Artinya: Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar
mereka beribadah kepada-Ku. (Q.S. Az-Zariyat:56)

2) Akhlak terhadap Nabi Muhammad SAW

Rasulullah SAW adalah orang yang dititipkan wahyu Allah, yang

kemudian harus dikomunikasikan kepada umatnya. Sebagai umat

Islam, kita harus mengikuti semua perintah Nabi Muhammad SAW,

termasuk menjalankan akhlak-Nya. Mencintai dan memuliakan Nabi

Muhammad SAW, mengikuti dan menaati Nabi Muhammad SAW,

serta mengucapkan shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad

adalah salah satu prinsip Nabi Muhammad SAW, menurut Yunahar

Ilyas. Secara umum, Nabi Muhammad SAW mewujudkan berbagai

akhlak, yaitu sebagai berikut:


26

a. Mengasihi Nabi Muhammad SAW

Mencintai Nabi Muhammad SAW adalah hakekat dan bagian

dari iman; dalam mencintai Nabi Muhammad SAW, hendaknya

menyerupai para sahabat Radiyallahu'anhum. Semua Muslim

percaya bahwa Rasul Allah adalah seorang hamba yang telah diutus

oleh-Nya. Mengikuti ajaran Nabi Muhammad SAW, mematuhi

petunjuknya, dan dibimbing oleh ketentuannya adalah apa artinya

percaya pada ajarannya.35

b. Meneladani ajaran Nabi Muhammad SAW

Mengikuti teladan Nabi Muhammad SAW adalah contoh

teladan bagi semua umat Muslim, dan Muslim harus mengikuti

teladan Nabi Muhammad SAW jika ingin mencari berkah Tuhan.

Ikuti Rasulullah dalam segala akhlak dan nasehatnya dalam

kehidupan sehari-hari agar umat Islam dapat menerima cinta dan

ridha Allah SWT.36

c. Mengucapkan shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW

Allah SWT memerintahkan umat Islam untuk menyapa Nabi

Muhammad SAW dengan sholawat dan salam. Meminta rahmat dan

salam kepada Allah SWT untuk Nabi Muhammad SAW dikenal

sebagai Shalawat kepada Nabi.37

3) Akhlak Sesama Manusia

35
Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlak, (Yogyakarta: LPPI, 2016), hlm. 65-76.
36
Ridwan Abdullah Sani dan Muhammad Kadri, Pendidikan Karakter (Mengembangkan
Karakter Anak yang Islami), (Jakarta: Bumi Aksara, 2016), hlm. 48.
37
Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlak, (Yogyakarta: LPPI, 2016), hlm. 78.
27

Ada banyak nilai yang berlaku untuk orang lain, seperti yang

berlaku untuk keluarga, tetangga, masyarakat, guru, dan teman. Berikut

uraiannya:

a. Akhlak kepada keluarga

Akhlak yang berkaitan dengan anggota keluarga termasuk

yang berkaitan dengan orang tua, saudara kandung, dan kerabat.

Tuhan membawa manusia ke dunia ini melalui ibu dan ayah,

menurut Imam Al-Ghazali. Sulit bagi seorang ibu dan ayah untuk

menyelamatkan anak yang masih dalam kandungan atau setelah

anak tersebut lahir ke dunia. Itulah sebabnya setiap manusia harus

berbakti dan berbuat baik kepada orang tua, jangan menyakiti hati

dari salah satu orang tua.38

b. Akhlak sesama tetangga

Akhlak terpuji dalam hal tetangga. Tetangga mengacu pada

orang yang paling dekat dengan sosial, karena itu penting untuk

diperlakukan dengan baik untuk mengembangkan koneksi dalam

bentuk membantu dan sebagainya. Menurut Wahbah Az-Zuhaili,

akhlak bertetangga meliputi:

1. Bersilaturahmi

2. Mambantu disaat senang maupun susah

3. Memberi serta saling menghargai

4. Menghindari pergunjingan serta pertengkaran

38
Imam Al-Ghazali, Pembuka Pintu Surga, (Surabaya: Mitra Jaya, 2010), hlm. 15-16.
28

5. Menjaga kehormatan.39

c. Akhlak sesama masyarakat

Manusia adalah makhluk sosial, sehingga kehidupannya tidak

dapat dipisahkan dari interaksinya dengan manusia lain dan dari

kehidupannya sebagai individu. Seorang muslim harus dapat bekerja

sama dengan baik dengan masyarakat luas, termasuk kerabat,

keluarga, tamu, dan tetangga, serta dalam lingkungan pendidikan,

pekerjaan, sosial, dan lainnya. Baik dengan orang-orang dari agama

yang sama maupun dengan orang-orang yang berbeda keyakinan.

banyak hal yang harus dilakukan untuk meningkatkan hubungan

baik dengan masyarakat, antara lain ukhuwah dan persaudaraan,

pendampingan, dan wacana. 40

Dari keterangan tersebut bisa di simpulkan bahwa tidak ada

mansuia yang bisa hidup sendiri sehingga kita sebagai manusia harus

saling gotong royong dalam membangun hubungan baik antar

sesama manusia terutama umat Muslim dimana hal tersebut telah

dijelaskan dalam Al-qur’an ataupun Hadist.

5. Tujuan Pendidikan Akhlak

Pendidikan akhlak sangat penting untuk kelangsungan hidup

didunia ini dan di akhirat. Pendidikan moral juga penting dalam mencegah

individu dari perilaku yang merosot terhadap generasi Muslim. Faktanya,

39
Wahbah Az-Zuhaili, Ensiklopedia Akhlak Muslim, (Jakarta: PT. Mizan Publika,2013),
hlm. 79.
40
Asmaran, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2015), hlm. 53.
29

hampir semua perselisihan dalam kehidupan, di tingkat individu, keluarga,

dan masyarakat, disebabkan oleh kurangnya moral umat manusia saat ini.

Pelajaran akhlak juga dimaksudkan untuk mencegah manusia

mendurhakai Tuhan. Karena salah satu penyebab kemaksiatan adalah

menipisnya cita-cita moral dalam jiwa seseorang. Dalam karyanya Al-

Kaba'ir, Imam Al-Dzahabi menegaskan bahwa dosa-dosa pokok

sepenuhnya disebabkan oleh kurangnya akhlak para penjahat. Misalnya,

tidak membayar zakat, durhaka kepada orang tua, riba, memakan harta

anak yatim secara tidak sah, berdusta atas nama Nabi, lari dari perang,

zina, makar, dan sebagainya41.

Tujuan utama pendidikan Islam adalah untuk mengembangkan

karakter dan membangun jiwa. Pelajaran akhlak yang harus dimasukkan

dalam pendidikan siswa. Setiap pendidik harus mempertimbangkan

akhlak terlebih dahulu, dan akhlak agama yang utama, karena akhlak

agama adalah akhlak yang paling tinggi, dan akhlak yang mulia

merupakan pilar-pilar pendidikan Islam. Tujuan pendidikan akhlak dapat

diklasifikasikan menjadi dua kategori:

a. Membiasakan diri untuk melakukan hal-hal yang baik, latif, mulia, dan

terhormat serta menjauhi hal-hal yang jelek, jahat, menjijikan, dan

tercela.

41
Ali Maulida, Konsep dan Desain Pendidikan Akhlak dalam Islamisasi Pribadi dan
Masyarakat, dalam Jurnal Edukasi Islami: Jurnal Pendidikan Islam, vol. 2, no.1, 2013, hlm 5.
30

b. Agar hubungan dengan Allah SWT serta dengan sesama makhluk selalu

terpelihara dengan baik serta serasi, berbudi (berakhlak), bertingkah

laku (watak) berperangai atau beradat tata cara yang baik atau yang

sinkron dengan ajaran Islam.42

Berikut ini adalah tujuan khusus pendidikan akhlak

a) Mempromosikan pengembangan akhlak mulia dan norma-norma

kesusilaan.

b) Dorongan keagamaan siswa dikuatkan, dan siswa menjadi terbiasa

menjunjung tinggi akhlak mulia dan membenci akhlak yang negatif.

c) Melatih anak untuk bersemangat, penuh harapan, percaya diri,

emosional, dan teguh dalam menghadapi kesulitan.

d) Membimbing siswa menuju perilaku yang baik dan membantu

mereka bersosialisasi secara efektif, mencintai kebaikan orang lain,

suka membantu, mencintai yang lemah, dan menghormati orang

lain.

e) Biasakan anak-anak dengan etika berbicara yang benar dan dorong

mereka untuk menciptakan teman yang baik, baik di dalam maupun

di luar kelas.

f) Selalu berusaha untuk meningkatkan ibadah, mendekatkan diri

kepada Allah SWT, dan melakukan perbuatan baik.43

42
Badrus Zaman, Pendidikan Akhlak pada Anak Jalanan di Surakarta, dalam Jurnal
Ispirasi: Jurnal Kajian dan Penelitian Pendidikan Islam, vol. 2, no.2, 2019, hlm . 9.-10
43
Badrus Zaman,....hlm. 10.
31

Tujuan pendidikan akhlak dan akhlak dalam Islam, menurut

Muhammad 'Athiyyah Al-Abrasyi, adalah untuk menghasilkan manusia

yang berakhlak mulia yang berkemauan keras, santun dalam bertutur kata

dan berakhlak mulia dalam tingkah laku dan perangai, cerdas, tepat, santun

dan beradab, jujur. , dapat dipercaya, dan suci. Pendidikan akhlak

merupakan jantung dari pendidikan Islam.

Berdasarkan menurut Ahmad Amin, bahwasannya Tujuan

pendidikan akhlak (etika) bukan hanya mengetahui pandangan atau teori,

bahkan setengah dari tujuan itu ialah mensugesti serta mendorong

kehendak seseorang agar menghasilkan hayati suci serta membentuk

kebaikan dan kesempurnaan serta memberi faedah pada sesama insan.

Maka etika itu artinya mendorong kehendak supaya berbuat baik, tapi tak

selalu berhasil bila tidak ditaati oleh kesucian insan.44

Karena akhlak merupakan bentuk akhlak yang dibumbui seluruh

ajaran Islam, maka Al-Qur'an dan Al-Hadits dijadikan sebagai landasan

pendidikan akhlak. Al-Qur'an dan Hadits berfungsi sebagai pedoman

hidup manusia, mengungkapkan kriteria perilaku yang baik dan buruk. Al-

Qur'an adalah landasan akhlak, mengungkapkan kebaikan Nabi

Muhammad sebagai teladan bagi seluruh umat manusia. Sebagai pengikut

Nabi Muhammad, umat Islam menjadi panutan bagi semua orang. Bahkan

rasul diutus untuk menyempurnakan akhlak. yang baik, seperti yang

disabdakan Nabi Muhammad SAW:

44
Ibid,...hlm. 12.
32

‫َخَلَ ِق‬ ِ ِ
ْ ‫ﺖ ألَُت َﻢ َم َكا ِرَم األ‬
ُ ْ‫إاَّنَا بُعث‬
Artinya:“Sesungguhnya aku (Rasulullah SAW diutus untuk
menyempurnakan akhlak yang baik.” (HR. Ahmad 2/381)
Hadis tersebut mengungkapkan pengetahuan tentang perlunya

pendidikan akhlak dalam kehidupan manusia, dimana menerapkan

pendidikan akhlak yang diberikan dan ditanamkan kepada manusia

niscaya akan mengembangkan manusia yang bermoral, laki-laki dan

perempuan, dengan jiwa yang bersih, kemauan yang kuat, dan mimpi yang

cemerlang. Akhlak yang shahih dan luhur, memahami kewajiban dan cara

melaksanakannya, menghormati hak asasi manusia, memahami baik dan

buruk, menetapkan fadhilah karena kecintaan kepada fadhilah, menjauhi

perilaku yang tidak terpuji, dan mengingat Allah dalam segala

perbuatannya.45

Islam, di sisi lain, tidak mengesampingkan adanya standar lain di

luar Al-Qur'an dan Sunnah untuk menentukan apa yang baik dan salah

dalam karakter manusia. Kriteria lain untuk menentukan apa yang baik dan

apa yang berbahaya adalah akal dan hati nurani manusia, serta pendapat

umum masyarakat. Karena Tuhan memberikan potensi dasar manusia

berupa tauhid, maka manusia memanfaatkan hati nuraninya untuk memilih

ukuran baik dan buruk.

45
Badrus Zaman, Pendidikan Akhlak pada Anak Jalanan di Surakarta, dalam Jurnal
Ispirasi: Jurnal Kajian dan Penelitian Pendidikan Islam, vol. 2, no.2, 2019, hlm. 8-9.
33

Pendidikan akhlak bagi seorang muslim, menurut Ali Abdul Halim

Mahmud didasarkan pada akidah yang benar terhadap alam dan

kehidupan, karena akhlak lahir dari aqidah dan kecerahannya. Akibatnya

akhlak seseorang akan sahih, baik, dan lurus jika memiliki keyakinan yang

sahih. Begitu pula jika aqidahnya salah dan menyimpang, maka akhlaknya

tidak sah. Akhlak diperlukan dari umatIslam yang memiliki agama yang

sah dan kuat. Oleh karena itu, setiap orang yang mengaku sebagai muslim

harus mampu mengenali kedua sumber tersebut dalam kehidupan sehari-

hari.46

B. Revolusi Industri 5.0

1. Pengertian Revolusi

Sebelum Abad ke–18 suatu sistem perekonomian masyarakat Eropa

ini bergantung pada sistem ekonomi agraris. Akan tetapi, setelah memasuki

abad ke18 maka terjadilah dan mulai digunakan tenaga mesin sebagai alat

produksi di pabrik–pabrik menggantikan tenaga manusia. Perubahan inilah

yang disebut dengan Revolusi industri. Revolusi Industri di kawasan Benua

Eropa bermula di negara Inggris. Kemudian pada awal abad ke–19, mulai

menyebar ke negara–negara Eropa yang lainnya di pertengahan kota–kota

eropa berkembng sebagai pusat tulang pugung mereka dlam suatu

perdangangan yang ada.47

46
Eva Riantika Diani, Pendidikan Akhlak Menurut Syekh Ja‟Far Al-Barzanji Dalam Kitab
Al-Barzanji Dan Relevansinya, Skripsi S1 Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung, 2018,
hlm. 34.
47
Fajariah, M., & Suryo, D. Sejarah Revolusi Industri di Inggris Pada Tahun 1760-1830.
HISTORIA : Jurnal Program Studi Pendidikan Sejarah, 8(1), 2020, hlm. 77.
34

Revolusi adalah perubahan sosial serta kebudayaan yang akan

berlangsung secara tepat serta akan menyangkut dengan perkenalan mesin

uap (dengan menggunakan batu bara sebagai bahan bakar) dan ditenagai

oleh Mesin (terutama dalam produksi tekstil). Revolusi Industri yang ada

telah mengubah tenaga manusia di eropa dan menjadi mesin uap yang

dikenal dengan Revolusi Industri. Revolusi Industri diperkenalkan oleh

Fredriech Engles dan Louis Agueste Blanqui di pertengahan abad ke–19.

Sebelum dikenal dengan alat- lat mekanis dan otimatis, masyrakat eropa

bekerja dengan menggunakkan alat–alat manual.48

Pada masa Revolusi Industri dan peralatan tersebut jarang digunakan

sebab telah dicantumkan mesin pemintal, mesin tenun, lokomotif dan

sebagainya. Semua mesin tersebut akan digunakan dalam sebuah mesin Uap

oleh tangan dan kaki manusia. Revolusi Industri terjadi suatu penghematan

dan perbedaan pola hidup masyrakat sangat terlihat..

Berdasarkan perkembangan sejarah peradaban manusia, perubahan

menjadi suatu niscaya. Saat ini, era revolusi industri 4.0 sudah tidak asing

lagi dan menjadi perbincangan hangat di kalangan akademisi, pemangku

kebijakan publik, serta para ekonom. Pasalnya, era ini menuntut

konektivitas di segala hal (Internet of Thing), Dilansir dari berbagai media

dan jurnal, era revolusi industri pertama kali mulai dicetuskan oleh

sekelompok perwakilan ahli berbagai bidang asal Jerman, pada tahun 2011

lalu di acara Hannover Trade Fair.

Ibid….. Fajariah, M., & Suryo, D


48
35

Industri saat ini telah memasuki inovasi baru, sehingga membentuk

kelompok khusus dalam misi penerapan industri 4.0. Kemudian, di awal

januari 2019 lalu, telah beredar gagasan baru yang muncul dari peradaban

Jepang sana. Yaitu society 5.0 disampaikan dalam Forum Ekonomi Dunia

2019 di Davos, Swiss. Gagasan ini muncul atas respon revolusi Industri 4.0

sebagai signifikannya perkembangan teknologi, tetapi peran masyarakat

sangat menjadi pertimbangan atas terjadinya revolusi industri 4.0 ini.

Society 5.0 menawarkan masyarakat yang berpusat pada manusia yang

membuat seimbang antara kemajuan ekonomi dengan penyelesaian masalah

sosial melalui sistem yang sangat menghubungkan melalui dunia maya dan

dunia nyata.49

Berdasarkan uarian di atas, dapat disimpulkan bahwa revolusi

merupakan perubahan sosial dan kebudayaan yang akan berlangsung secara

tepat serta berkaitan dengan teknologi yang ditenagai oleh mesin.

2. Pengertian Society (Industri) 5.0

Society/Industri 5.0 adalah era di mana semua teknologi adalah bagian

dari manusia itu sendiri atau bisa dikatakan seuah konsep yang berpusat

pada manusia yang berbasis pada teknologi. Internet bukan hanya sebagai

informasi melainkan untuk menjalani kehidupan. Sehingga perkembangan

teknologi dapat meminimalisir adanya kesenjangan pada manusia dan

masalah ekonomi pada kemudian hari. Society/Industri 5.0 adalah

49
Yenny Puspita , Yessi F. , Sri A. , Sri N., Selamat Tinggal Revolusi Industri 4.0, Selamat
Datang Revolusi Indusrti 5.0, dalam Jurnal Online Universitas PGRI Palembang, 2020, hlm. 122-
128.
36

masyarakat yang dapat menyelesaikan berbagai tantangan dan

permasalahan sosial dengan memanfaatkan berbagai inovasi yang lahir di

era Revolusi Industri 4.0 seperti Internet on Things (internet untuk segala

sesuatu), Artificial Intelligence (kecerdasan buatan), Big Data (data dalam

jumlah besar), dan robot untuk meningkatkan kualitas hidup manusia.50

Pada era Society 5.0 setiap prilaku kehidupan akan diterjemahkan

dengan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence) kemudian akan

ditransformasikan dengan jutaan data melalui internet (Internet of Thing).

Hasil penerjemahan tersebut akan didedikasikan menjadi suatu kearifan

baru yang akan meningkatkan kemampuan manusia dalam membukan

peluang untuk kemanusiaan. Salah satu hal yang mempengaruhi perilaku

kehidupan masyarakat adalah perubahan arus ekonomi secara global.

Keberadaan ekonomi Indonesia saat ini telah larut dalam kondisi ekonomi

global, hal ini sangat mempengaruhi perekonomian Indonesia bila terjadi

kenaikan atau penurunan kondisi ekonomi global.

Revolusi Industri 4.0 telah menghadirkan berbagai ragam

perkembangan teknologi untuk mempermudah segala kegiatan. Sedangkan

Society 5.0 menjanjikan berbagai macam kemudahan bagi manusia dalam

memenuhi kebutuhan hidup seperti pendidikan. Hal ini telah terlihat jelas

pada masyarakat Indonesia, kehadiran berbagai perusahaan yang

menyediakan layanan aplikasi berbasis online telah menyebar luas di

Indonesia. Salah satu contoh adalah kehadiran Zoom atau pun Gmeet yang

50
Ibid,....hlm. 122-128.
37

bermula sebagai penyedia layanan belajar mauapun rapat bagi pelajar,

pejabat maupun masyarakat online yang telah menggeser fungsi kelas

dimana dengan adanya aplikasi tersebut pengguna tidak perlu bertatap muka

langsung di lapangan.

Lima domain penting dalam pengembangan SDM (sumber daya

manusia) dalam bidang pendidikan, yaitu: profesionalitas, daya kompetitif,

kompetensi fungsional, keunggulan partisipatif, dan kerja sama.

Dimilikinya kemampuan terhadap kelima domain tersebut merupakan

modal utama bagi SDM (sumber daya manusia) dalam menghadapi

masyarakat ilmu (Knowledge Society) yang dinamis. Asumsi yang

mendasari pentingnya kelima domain tersebut adalah sebagai berikut:51

1) Profesionalitas

Profesionalitas adalah tingkatan kualitas atau kemampuan yang

dimiliki SDM (sumber daya manusia) dalam melaksanakan profesinya.

Sedangkan profesionalisme adalah penyikapan terhadap profesi dan

profesionalitas yang dimilikinya. SDM (sumber daya manusia) yang

profesional adalah mereka yang memiliki keahlian dan keterampilan

melalui proses pendidikan dan latihan. Kemampuan tersebut meliputi

kemampuan teknik dan kemampuan konseptual dalam memberikan

layanan formal sesuai dengan profesi dan keahliannya.

51
Monovatra, Joko, Titi, Arief, Irajuana, Generasi Milenial yang Siap Menghadapi Era
Revolusi Digital (Society 5.0 dan Revolusi Industri 4.0) di Bidang Pendidikan Melalui
Pengembangan Sumber Daya Manusia, (Prosiding Seminar Nasional Pascasarjana UNNES, 2019),
hlm. 1121-1122.
38

Berdasarkan kemampuan SDM (sumber daya manusia) dalam

melaksanakan tugasnya tersebut, maka masyarakat akan mengakui dan

menghargainya. Dengan kata lain, penghargaan dan pengakuan

masyarakat bergantung kepada keprofesionalan SDM (sumber daya

manusia). Pengakuan masyarakat terhadap suatu profesi bersifat merit,

sehingga menuntut SDM (sumber daya manusia) yang berkualitas. SDM

(sumber daya manusia) bidang pendidikan, mereka bekerja dalam suatu

masyarakat profesional (profesional community) yang menuntut

kejujuran profesional agar dapat memberikan layanan profesi sesuai

dengan harapan masyarakat. 52

Namun demikian, kejujuran profesional perlu disikapi dengan

upaya meningkatkan profesionalitas. Untuk itu, pengembangan SDM

(sumber daya manusia) ke arah profesional merupakan langkah strategis.

SDM (sumber daya manusia) yang melaksanakan profesinya

berlandaskan profesionalisme memiliki kemampuan untuk

menyelaraskan kemampuan dirinya dengan visi dan misi lembaga.

Artinya, SDM (sumber daya manusia) tersebut akan mengaktualisasikan

seluruh potensi yang ada dan mendayagunakannya dalam memberikan

layanan kepada masyarakat, sehingga masyarakat merasakan manfaat

dan mengakui keberadaannya.

52
Monovatra, Joko, Titi, Arief, Irajuana,....hlm. 1121.
39

2) Daya Kompetitif

SDM (sumber daya manusia) yang memiliki daya kompetitif

adalah mereka yang memiliki kemampuan ikut serta dalam persaingan.

Apabila kita memandang bahwa melaksanakan tugas adalah suatu

persaingan, maka SDM (sumber daya manusia) yang memiliki daya

kompetitif adalah mereka yang dapat berfikir kreatif dan produktif. SDM

(sumber daya manusia) yang berfikir kreatif dapat bersaing dan dapat

memunculkan kreasi-kreasi baru. Berfikir kreatif dilandasi dengan

kemampuan berfikir eksponensial dan mengeksplorasi berbagai

komponen secara tekun dan ulet hingga menghasilkan suatu inovasi.

SDM (sumber daya manusia) yang inovatif tidak hanya terbatas pada

kemampuan melaksanakan pekerjaan sesuai dengan tugasnya, melainkan

kemampuan mencari dan menggunakan cara baru dalam menyelesaikan

tugasnya tersebut. Sikap tekun dan ulet dalam melaksankan tugas hanya

dapat menghasilkan prestasi temporer, sedangkan tekun dan ulet dalam

berfikir kreatif akan menghasilkan pertasi berkelanjutan.53

Salah satu sifat SDM (sumber daya manusia) yang inovatif adalah

mereka yang tidak merasa puas dengan apa yang telah dikerjakan dan

dihasilkannya, melainkan merasa penasaran atas kinerjanya. SDM

(sumber daya manusia) yang inovatif hanya dapat dihasilkan melalui

proses pengembangan kemampuan berfikir kreatif (creative thinking).

Artinya, SDM (sumber daya manusia) yang memiliki daya kompetitif

53
Monovatra, Joko, Titi, Arief, Irajuana,....hlm. 1121.
40

harus memiliki kecerdasan intelektual agar dapat memiliki banyak

alternatif dalam memilih dan menentukan strategi yang tepat.

3) Kompetensi Fungsional

Kompetensi adalah kemampuan yang dimiliki individu untuk

melaksanakan profesinya. Sesungguhnya kompetensi tersebut

merupakan suatu sistem pengetahuan yang terdiri atas pengetahuan

konseptual, pengetahuan teknik, pengetahuan menyeleksi, dan

pengetahuan memanfaatkan. Apabila seluruh pengetahuan tersebut

diaktualisasikan secara simultan, maka manfaatnya dapat dirasakan baik

oleh yang bersangkutan maupun oleh masayarakat.

Kompetensi pada tiga tataran pertama, yaitu kemampuan:

konseptual, teknik, dan memutuskan merupakan kompetensi potensial.

Sedangkan kompetensi pada tataran aplikasi tepat waktu dan tepat

sasaran, itulah kompetensi fungsional. Kompetensi fungsional akan

menunjukkan efektivitasnya manakala SDM (sumber daya manusia)

memiliki motivasi yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik.

Motivasi intrinsik berkaitan erat dengan etos kerja, sedangkan motivasi

ekstrinsik dapat berasal dari rekan kerja, lembaga, dan masyarakat.54

SDM (sumber daya manusia) yang memiliki kompetensi

fungsional adalah mereka yang memiliki kemampuan dalam

mendayagunakan potensi diri (kompetensi potensial) yang

disumbangkan (kemampuan mengaplikasikan secara tepat) dalam

54
Monovatra, Joko, Titi, Arief, Irajuana,....hlm. 1122.
41

melaksanakan tugas atau profesinya. Untuk itu, pengembangan SDM

(sumber daya manusia) bidang pendidikan dengan memberikan motivasi

merupakan salah satu strategi yang dapat dipilih. Motivasi tersebut

mungkin berupa posisi atau salary. Pengembangan SDM (sumber daya

manusia) selain meningkatkan kemampuan profesional juga

meningkatkan posisi dan pendapatan.

4) Keunggulan Partisipatif

SDM (sumber daya manusia) unggul adalah sumber daya manusia

berkualitas yang memiliki kemampuan lebih dibandingkan dengan yang

lainnya. Mereka dapat mengembangkan potensi diri dan sumber daya

lainnya seoptimal mungkin. Dengan kemampuannya tersebut, SDM

(sumber daya manusia) yang unggul dapat mencapai prestasi untuk

kemajuan dirinya, lembaga, bangsa dan negara. Mereka yang memiliki

keunggulan dapat survive dalam kehidupan yang kompetitif, karena

mereka memiliki banyak pilihan dan kecerdasan untuk mengambil

keputusan yang tepat.

Terapat dua jenia SDM (sumber daya manusia) unggul, yaitu:

keunggulan individualistik dan keunggulan partisipatoris. SDM (sumber

daya manusia) unggul secara individualistik adalah mereka yang

memanfaatkan kemampuan dirinya untuk kepentingan pribadi. Hal ini

sangat berbahaya, karena SDM (sumber daya manusia) yang unggul

individualistik dapat melahirkan manusia tipe homo homini lupus.55

55
Monovatra, Joko, Titi, Arief, Irajuana,....hlm. 1122.
42

Sedangkan SDM (sumber daya manusia) unggul secara partisipatoris

adalah mereka yang memiliki keunggulan dalam mengembangkan

potensi diri untuk ikut berpartisipasi dalam kehidupan, baik yang bersifat

kompetitif maupun kooperatif dan solidaritas sosial.

Dengan demikian, pengembangan SDM (sumber daya manusia)

bidang pendidikan adalah upaya peningkatan kualitas SDM (sumber

daya manusia) yang unggul partisipatoris. Untuk itu, sangat penting

kecerdasan emosional dan kecerdasan intelektual dikembangkan secara

terintegratif, karena akan menjadi kekuatan sinergis dalam melaksanakan

tugas.

5) Kerja Sama

Kemampuan kerja sama (teamwork) sangat penting di era

globalisasi, karena dengan kemampuan tersebut akan menjadi kekuatan

potensial bagi suatu organisasi atau institusi. Sesungguhnya, era

globalisasi bersifat potensial yang menuntut kemampuan menyeleksi dan

mendayagunakannya agar teraktualisasikan hingga bernilai guna. Salah

satu upaya mengatualisasikan potensi tersebut adalah melalui kerja sama.

Namun demikian, aspek penting dalam proses seleksi dan memanfaatkan

potensi tersebut adalah kemampuan menyelaraskannya dengan nilai-nilai

indigeneous. Pada tataran praktis operasional, SDM (sumber daya

manusia) yang memiliki nilai-nilai indigeneous tersebut adalah

memahami visi dan misi lembaga, serta merefleksikannya dalam

pelaksanaan tugas. SDM (sumber daya manusia) yang memiliki


43

kemampuan kerja sama harus diimbangi dengan kemampuan untuk

mengembangkan jaringan-jaringan kerja sama (network). 56

Pentingnya jaringan kerja sama dan kerja sama menjadi katalisator

bagi tercapainya efektivitas dan efisiensi kerja. Kemampuan yang

dibutuhkan dalam kerja sama adalah mengembangkan kemampuan untuk

mengintegrasikan kemampuan diri dengan kemampuan mitra kerja

terhadap orientasi kerja sama. Untuk itu, pengembangan pada aspek

dedikasi, disiplin, dan kejujuran sangat mutlak dalam suatu kerja sama,

termasuk jujur terhadap kemampuan diri. Pentingnya sikap jujur dalam

suatu kerja sama, tanpa kejujuran tidak mungkin seseorang dapat

melakukan bekerja sama dengan baik.

3. Faktor yang mendorong lahirnya Era Revolusi Industri 5.0

Abad ke-21 ditandai sebagai abad keterbukaan bisa disebut sebagai

era globalisasi, artinya dalam kehidupan manusia pada abad ke 21

mengalami perubaha yang jauh berbeda dengan kehidupan pada abad

sebelumnya. Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)

terkhusus dalam teknologi informasi dan komunikasi pada saat ini sangat

berkembang pesat. Era Revolusi 5.0 ini bisa terjadi karena perkembangan

teknologi dan komunikasi dan dengan munculnya generasi milenials, pola

pikir eksponensial dan mindset perubahan menyerupai ledakan gunung

56
Monovatra, Joko, Titi, Arief, Irajuana,....hlm. 1122.
44

berapi, sehingga dapat melululantahkan ekosistem lama dan

menggantukannya dengan ekosistem baru yang jauh lebih maju.57

Era Revolusi 5.0 seperti yang saat ini dimana persaingan terjadi

dengan begitu ketat, teknologi menjadi salah satu kehidupan yang tidak

dapat diabaikan. Keberadaan teknologi telah menghapus batas-batas

geografi, menghasilkan inovasi-inovasi baru yang tidak terlihat dan tanpa

disadari telah merubah cara hidup, mempengaruhi tatanan hidup dan bahkan

mengganti sistem yang ada. Digitalisasi perlahan menjadi jalan dalam

pemecahan masalah yang di rasakan oleh masyarakat. Semua aspek

kehidupan saat sekarang bergantung kepada sistem digitalisasi. Hal ini juga

mendorong lahirnya perkembangan Era Revolusi 5.0.58 Banyak pihak yang

belum sadar dan mengerti bahwa saat ini di tengah era disrupsi sedang

terjadi revolusi di berbagai lini kehidupan, terutama pada aspek tertentu,

yaitu :

a) Teknologi Informasi menghubungkan semua orang, baik yang


membutuhkan (demand side) maupun yang menawarkan (supply side).

b) Added value dilakukan dengan upaya-upaya serius untuk memberikan


value yang lebih besar bagi konsumen dan penyedia jasa melalui
ekonomi biaya rendah. Akibatnya, hadirlah produk dengan harga yang
relatif lebih menarik.

c) Ekonomi berbagi ( sharing economy ) inovasi tidak hanya hadir pada


produk, melainkan pada model bisnis, yaitu ekonomi gotong royong,
sharing resources, atau terkadang disebut ekonomi kolaborasi.

57
Wayan Lasmana “ Era Distrupsi dan Implikasinya Bagi Reposisi Makna dan Praktek
Pendidikan” ,Vol. 1, Nomor 1 ,2019,hlm. 57-58.
58
Kasali, R. Disruption.( Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.2015 ). Hlm. 8.
45

d) Teknologi statistik menggunakan big data analytics, yaitu statistik big


data buka time series lagi, melainkan beralih ke real time sehingga
pasokan dapat dikerahkan saat permintaan bergerak. Ini membuat biaya
mencari dan biaya transaksi yang menjadi beban pelanggan dapat
turun59.

Disamping factor pendorong lahirnya era revolusi industry 5.0 adapun

kendala yang dihadapi oleh pendidikan di era society 5.0, diantaranya

adalah tidak tersedianya sumber daya yang memadai dalam dunia

pendidikan seperti guru, dosen maupun tenaga pendidikan lainnya. Dalam

menghadapi tantangan pendidikan di era society 5.0 yang begitu kompleks

dalam menghadapi era 5.0 yang semakin didengungkan oleh Jepang yang

tentunya akan berdampak dan berpengaruh ke semua negara. Oleh karena

itu, pendidikan era society 5.0 harus mampu menghadapi tantangan-

tantangan yang akan dihadapi tersebut. Selain itu pendidikan era society 5.0

juga mempunyai kemampuan-kemampuan utama yang harus dimiliki oleh

setiap masyarakat.60 Tiga kemampuan yang harus dimiliki diantaranya

yaitu:

a. Kemampuan dalam memecahkan masalah.

b. Kemampuan untuk bisa berfikir secara kritis.

c. Kemampuan untuk berkreativitas.

59
Ibid….Hlm.8
60
Olii, A. A. A., Nurdin, Sudewo, K. P., & Alfitrah, R. (2023, April). Menjaga Kualitas
Pendidikan di Era Society 5.0: Tantangan dan Peluang Dalam Menghadapi Revolusi 4.0. Telkom
Univercity.hlm. 8
46

4. Dampak negative era revolusi industry 5.0 terhadap pendidikan

Selain bermaanfaat terhadap dunia Pendidikan, nyatanya Era revolusi

industry juga berdampak negative terhadap Pendidikan terutama terhadap

anak-anak karena tidak diimbangi dengan kedewasaan berfikir sehingga

menggiring anak-anak menjadi generasi yang konsumtif , miskin

pengalaman social, serta miskin moral/akhlak. Hal tersebut diakibatkan

karena anak-anak mengalami kencanduan gadget atau teknologi.61

Banyak orang yang yang mengemukakan pendapat menganai dampak

teknologi, salah satunya menurut Firdania Mengemukakan dampak negatif

teknologi komunikasi elektronik pada anak, bukan hanya pada anak-anak

tetapi pada remaja juga. Griffiths mengemukakan bahwa apabila seseorang

mengalami kecanduan maka orang itu akan lupa waktu, hingga dirinya akan

menghiraukan keadaan sekitar dan tidak mengahargai orang lain.

Berikut dampak-dampak negative terhadap Pendidikan:

a. Perubahan pola bentuk interaksi di pendidikan

Interaksi antar individu tidak sekaku pada masa lalu ketika

interaksi harus dilakukan secara tatap muka. Di era sekarang, interaksi

dapat dilakukan kapan saja melalui telepon, handphone atau

smartphone, whatsapp, email, chatting, facebook, Yahoo!Messenger,

Twitter, Internet Relay Chatting, dan berbagai teknologi canggih

lainnya. Akibat hal tersebut setiap individu melupakan bagaimana

berinteraksi dengan baik dan benar karena penggunaan media

61
Ibid….. Olii, A. A. A., Nurdin, Sudewo, K. P., & Alfitrah, R
47

elektronik tersebut tidak bisa dikontrol dengan baik dimana proses

pertukaran informasi begitu cepat melalui jaringan internet, sehingga

menyebabkan hal-hal negative bisa diterima setiap individu kapan pun

dan dimana pun.62

b. Perubahan sosial dalam pendidikan

Perkembangan zaman yang semakin pesat membuat pelajar

semakin melupakan hal-hal yang beruhubungan dengan keadaan sosial

dimana terkadang pelajar sering merasa hina, mengumpat dibelakang

serta mendoakan hal-hal buruk kepada guru jika guru meminta

melakukan/memerintah suatu hal oleh gurunya seoalah-olah dirinya

hina dan menyebabkan pelajar tidak memiliki rasa respect terhadap

guru sendiri yang telah mendidiknya di lingkungan sekolah agar

menjadi pelajar yang bermanfaat bagi bangsa dan negara, maka dari itu

sering kita dengar bahwa ada pelajar yang memberi perlakuan buruk

terhadap gurunya.

c. Perubahan aturan dan pola dalam Pendidikan

Banyak aturan serta pola-pola hubungan yang mengalami

perubahan seiring perkembangan masyarakat. Sepeti halnya siswi-siswi

perempuan yang bergaul dengan dengan siwa laki-laki melampaui btas

sehingga ngindahkan aturan-aturan yang telah ada dan semestinya di

taati. Dimana terkadang guru atau pendidik yang menasihati justru

62
Imawan, M., Pettalongi, A., & Nurdin. (2023). Pengaruh Teknologi Terhadap Pendidikan
Karakter Peserta Didik di Era Society 5.0. Jurnal Kajian Ilmu Dan Budaya Islam, 6(2).hlm. 326.
48

membuat siswa-siswi tersebut menertawakan seolah-olah hal tersebut

adalah hal yang biasa yang dimana maksud aturan tersbut guna

mencega hal-hal yang tidak diinginkan dan merugikan individu tersebut

ataupun sekolah.63

d. Perubahan terhadap budaya silahturahmi/tolong menolong dalam

pendidikan

Komunikasi merupakan hal penting yang harusnya terjadi antara

orang tua dan anak. Komunikasi antara anak dan orang tua memberikan

energi positif dalam interaksi berhubungan baik terhadap keluarga

maupun terhadap lingkungan. Khususnya dalam menjalin silaturahmi.

Silaturahmi merupakan salah satu bentuk dari birrul walidain. Namun

pada era revolusi 5.0 saat ini dilingkungan sekolah terutama bagi pelajar

hal tersebut mulai tergerus dan menghilangnya rasa simpatik terhadap

sesama bahkan tak pula dalam satu kelas ada siswa/siswi yang

dikucilkan karena hal yang tak jelas dan hilang rasa tolong menolong

antar sesama pelajar.

e. Perubahan gaya hidup dalam pendidikan

Di perkembangan zaman yang sangat pesan ini gaya hidup

menjadi tren yang tidak bisa dipisahkan baik di lingkungan masyarakat,

keluarga, maupun Pendidikan bahkan terkadang tren tersebut menjadi

salah satu identitas bagi suatu instansi Pendidikan baik tingkat Dasar,

Menengah Pertama, Menengah Atas ataupun tingkat perguruan tinggi.

Ibid,… Imawan, M., Pettalongi, A., & Nurdin, (2023).hlm. 327


63
49

Hal tersebut dapat ditinjau dari maraknya penggunaan telepon genggam

ataupun kendaraan yang bermerek sebagai status kedudukan yang

tinggi. dariSehingga tak dipungkiri hal tersebut membuat kesenjangan

social pada anak didik satu dengan anak didik yang lain yang

berkelimpangan harta.64

Ibid,… Imawan, M., Pettalongi, A., & Nurdin, (2023).hlm. 327


64
BAB III

SURAH AL-ISRA’ AYAT 23-27

A. Surah al-Isra’ ayat 23-27 dan artinya

1. Al-Qur’an surah al-Isra’ ayat 23


ۗ
‫ك اَاَّل تَ ْعبُ ُدْْٓوا اِاَّلْٓ اِ اَّيهُ َوِِبلْ َوالِ َديْ ِن اِ ْح ٰسنًا اِاما يَْب لُغَ ان عِْن َد َك الْكِ َََب اَ َح ُد ُُهَآْ اَْو كِ ٰل ُه َما‬ َ ُّ‫َوقَضٰى َرب‬
‫ف اوََّل تَ ْن َه ْرُُهَا َوقُ ْل اَّلَُما قَ ْوًَّل َك ِرْْيًا‬ ٍّ ُ‫فَ ََل تَ ُقل اَّلمآْ ا‬
َُ ْ
Artinya: Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan
menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu
bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya
sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali
janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah”
dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah
kepada keduanya perkataan yang baik. (Q.S. al-Isra’:23)65

2. Al-Qur’an surah al-Isra’ ayat 24


ۗ ِ ‫و‬
‫صغِ ْ ًْيا‬ ِ ‫الذ ِل ِمن الار ْْحَِة وقُل ار‬
َ ‫ب ْار َْحْ ُه َما َك َما َربا ٰﻴ ِ ِْن‬ ْ َ َ ُّ ‫اح‬ َ َ‫ض ََّلَُما َجن‬
ْ ‫اخف‬
ْ َ
Artinya: Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih
sayang dan ucapkanlah, “Wahai Tuhanku! Sayangilah keduanya
sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku pada waktu
kecil.” (Q.S. al-Isra’:24)66
3. Al-Qur’an surah al-Isra’ ayat 25

ِ ِ ‫ربُّ ُكﻢ اَعلَﻢ ِِبا ِِف ﻧُ ُفو ِس ُكﻢ ۗاِ ْن تَ ُكوﻧُوا ٰصلِ ِح‬
َ ْ ِ‫ْي فَاﻧاهٗ َكا َن ل َْلَاواب‬
‫ْي غَ ُف ْوًرا‬ َْ ْْ ْ ْ ْ َ ُْ ْ َ
Artinya: Tuhanmu lebih mengetahui apa yang ada dalam hatimu; jika kamu
orang yang baik, maka sungguh, Dia Maha Pengampun kepada
orang yang bertobat. (Q.S. al-Isra’:25)67

4. Al-Qur’an surah al-Isra’ ayat 26

‫ْي َوابْ َن ال اسبِْﻴ ِل َوََّل تُبَ ِذ ْر تَ ْب ِذيْ ًرا‬ ِ ِ ِ


َ ْ ‫َواٰت ذَا الْ ُق ْرٰٰب َحقاهٗ َوالْم ْسك‬
Artinya: Dan berikanlah haknya kepada kerabat dekat, juga kepada orang
miskin dan orang yang dalam perjalanan; dan janganlah kamu

65
Terjemah Kemenag 2002
66
Terjemah Kemenag (2002)
67
Ibid....(2002)

50
51

menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. (Q.S. al-


Isra:26)68

5. Al-Qur’an surah al-Isra ayat 27

ِ ْ ‫اِ ان الْمبَ ِذ ِريْن َكاﻧُْْٓوا اِ ْخوا َن ال اش ٰﻴ ِط‬


‫ْي َۗوَكا َن الشْاﻴ ٰط ُن لَِربِهٗ َك ُف ْوًرا‬ َ َ ُ
Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang pemboros itu adalah saudara
setan dan setan itu sangat ingkar kepada Tuhannya. (Q.S. al-
Isra:27)69

B. Isi Kandungan atau makna surah al-Isra’ ayat 23-27

1. Isi kandungan surah al-Isra’ ayat 23

ِ ِ
ُ‫ك اَاَّل تَ ْعبُ ُدْْٓوا ااَّلْٓ ا اَّيه‬
َ ُّ‫َوقَضٰى َرب‬
Maksud dari potongan ayat di atas adalah Tuhanmu memerintahkan

agar kamu jangan menyembah selain Dia, karena ibadah adalah puncak

pengagungan yang tidak patut dilakukan kecuali terhadap Tuhan yang dari

padanyalah keluar kenikmatan dan anugerah atas hamba-hamba-Nya, dan

tidak ada yang dapat memberi nikmat kecuali Dia(Al-Maraghiy,: 58.).70


ۗ
‫َوِِبلْ َوالِ َديْ ِن اِ ْح ٰسنًا‬
Maksud dari potongan ayat di atas adalah agar kamu berbuat baik dan

kebajikan terhadap orang tua, supaya Allah SWT telah menyertai kamu.

Yang dimaksud dengan kata “ihsan” atau berbuat baik dalam ayat

tersebut adalah berbakti kepada keduanya yang bertujuan untuk mengingat

kebaikan orang tua karena sesungguhnya dengan adanya orang tua seorang

anak itu ada dan Allah SWT menguatkan hak-hak orang tua dengan

memposisikan di bawah kedudukan setelah beribadah kepada Allah yakni

68
Ibid....(2002)
69
Terjemah Kemenag 2002
70
Jazuli, Fatkhul Manan Konsep Pendidikan Akhlak Anak Terhadap Orang Tua Dalam Al-
Qur’an Surat Al-Isra’ 23-25. Other thesis, IAIN Salatiga (2015) , hlm. 17-22.
52

mengtauhidkan Allah AWT. Allah SWT mengurutkan kedua amal tersebut

dengan menggunakan lafazh tsumma yang memberikan pengertian “tertib”

atau “teratur”.71

ٍّ ُ‫اِاما ي ب لُغَ ان عِنْ َد َك الْكَِب اَح ُد ُُهآْ اَو كِ ٰلهما فَ ََل تَ ُقل اَّلمآْ ا‬
‫ف اوََّل تَنْ َه ْرُُهَا‬ َُ ْ َ ُ ْ َ َ ََ َْ
Maksud dari potongan ayat di atas adalah apabila kedua orang tua atau

salah seorang di antaranya berada di sisimu hingga mencapai keadaan

lemah, tidak berdaya dan tetap berada di sisi mereka berdua pada awal

umurmu, maka kamu wajib belas kasih dan sayang terhadap keduanya.

Kamu harus memperlakukan kepada keduanya sebagaimana orang yang

bersyukur terhadap orang yang telah memberi karunia kepadanya. Ibnu Jarir

dan Ibnu Munzir telah mengeluarkan sebuah riwayat dari Abu AI-Haddaj

yang katanya: Pernah saya berkata kepada Sa‟id bin Al-Musayyab, segala

apa yang disebutkan oleh Allah SWT dalam Al-Quran mengenai birru i-

walidain, saya telah tahu, 72kecuali firman-Nya:

‫َوقُ ْل اَّلَُما قَ ْوًَّل َك ِرْْيًا‬


Apa yang dimaksud perkataan yang mulia di sini? Maka, berkatalah

Ibnu AI-Musayyab: yaitu seperti perkataan seorang budak yang berdosa di

hadapan tuannya yang galak. Menurut imam Jalalain dalam kitabnya tafsir

jalalain yang dimaksud dengan perkataan yang mulia adalah perkataan yang

yang baik dan sopan begitu juga menurut imam Nawawi perkataan yang

mulia yakni perkataan yang lembut dan baik yang bertujuan untuk

71
Jazuli, Fatkhul Manan Konsep Pendidikan Akhlak Anak Terhadap Orang Tua Dalam Al-
Qur’an Surat Al-Isra’ 23-25. Other thesis, IAIN Salatiga (2015) , hlm. 17-22.
72
Ibid,....17-22.
53

menghormati. Setelah Allah melarang melontarkan ucapan buruk dan

perbuatan tercela, maka Allah SWT menyuruh berkata-kata baik dan

berbuat baik kepada keduanya.73

2. Isi kandungan surah al-Isra’ ayat 24

‫الذ ِل ِم َن الار ْْحَِة‬


ُّ ‫اح‬ ِ ‫و‬
َ َ‫ض ََّلَُما َجن‬
ْ ‫اخف‬
ْ َ
Maksud potongan ayat di atas adalah rendahkanlah dirimu terhadap

mereka berdua dengan penuh kesayangan adalah hendaknya seorang anak

selalu menyenangkan hati kedua orang tuanya berapapun besarnya, baik itu

dengan perkataan, dengan sikap dan perangai yang baik, dan jangan

sekalikali menyebabkan mereka itu murka atau benci atas putra-putrinya.74


ۗ
‫صغِ ْ ًْيا‬ ِ ‫وقُل ار‬
َ ‫ب ْار َْحْ ُه َما َك َما َربا ٰﻴ ِ ِْن‬ ْ َ
Maksud dari potongan ayat di atas adalah ucapkanlah: "Wahai

Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah

mendidik aku waktu kecil” adalah janganlah kamu merasa cukup dengan

kasih sayangmu yang telah kamu berikan kepada mereka berdua, karena

kasih sayangmu itu tidaklah kekal. Akan tetapi, hendaklah kamu berdoa

kepada Allah SWT agar dia mengasihi keduanya dengan kasihnya yang

kekal, dan jadikanlah do‟a itu sebagai balasan atas kasih sayang dan

pendidikan yang telah mereka berikan kepadamu saat kamu masih kecil.75

3. Isi kandungan surah al-Isra’ ayat 25

ِ ِ ‫ربُّ ُكﻢ اَعلَﻢ ِِبا ِِف ﻧُ ُفو ِس ُكﻢ ۗاِ ْن تَ ُكوﻧُوا ٰصلِ ِح‬
َ ْ ِ‫ْي فَاﻧاهٗ َكا َن ل َْلَاواب‬
‫ْي َغ ُف ْوًرا‬ َْ ْْ ْ ْ ْ َ ُْ ْ َ
73
Jazuli, Fatkhul Manan Konsep Pendidikan Akhlak Anak Terhadap Orang Tua Dalam Al-
Qur’an Surat Al-Isra’ 23-25. Other thesis, IAIN Salatiga (2015) , hlm. 17-22.
74
Ibid....hlm. 17-22.
75
Jazuli, Fatkhul Manan Konsep Pendidikan Akhlak Anak Terhadap Orang Tua Dalam Al-
Qur’an Surat Al-Isra’ 23-25. Other thesis, IAIN Salatiga (2015) , hlm. 17-22.
54

Maksud dari ayat di atas adalah Tuhanmu lebih mengetahui apa yang

ada dalam hatimu, baik berupa perasaan berbakti dan menyakiti jika kamu

orangorang yang baik yakni orang-orang yang taat kepada Allah SWT,

maka sesungguhnya Dia Maha Pengampun bagi orang orang yang bertaubat

yakni orang-orang yang kembali kepada Allah SWT dengan berbuat taat

kepadaNya.76

4. Isi kandungan surah al-Isra’ ayat 26

‫ْي َوابْ َن ال اسبِْﻴ ِل َوََّل تُبَ ِذ ْر تَ ْب ِذيْ ًرا‬ ِ ِ ِ


َ ْ ‫َواٰت ذَا الْ ُق ْرٰٰب َحقاهٗ َوالْم ْسك‬
Maksud dari ayat di atas adalah Dan berikanlah haknya kepada

keluarga-keluarga yang dekat, dari pihak ibu maupun bapak, berupa

bantuan, kebajikan, dan silaturahim. Demikian juga kepada orang miskin

dan orang yang dalam perjalanan, berikanlah zakat yang diwajibkan atas

kamu, sedekah yang dianjurkan atau bantuan lainnya yang diperlukan, dan

janganlah kamu menghambur-hamburkan hartamu secara boros dengan

membelanjakannya pada hal-hal yang tidak ada kemaslahatan.77

5. Isi kandungan surah al-Isra’ ayat 27

ِ ْ ‫اِ ان الْمبَ ِذ ِريْن َكاﻧُْْٓوا اِ ْخوا َن ال اش ٰﻴ ِط‬


‫ْي َۗوَكا َن الشْاﻴ ٰط ُن لَِربِه َك ُف ْوًرا‬ َ َ ُ
Maksud dari ayat di atas adalah Allah SWT mencela perbuatan

membelanjakan harta secara boros, dengan menyatakan, “Sesungguhnya

orang-orang yang pemboros itu adalah saudara setan, mereka berbuat boros

dalam membelanjakan harta karena dorongan setan, oleh karena itu,

76
Ibid,....hlm. 17-22.
77
Tafsir lengkap Kemenag (2002).
55

perilaku boros termasuk sifat setan, dan setan itu adalah sangat ingkar

kepada nikmat dan anugerah Tuhannya.78

Jadi dapat disimpulkan bahwa nilai-nilai pendidikan yang terkandung

dalam Q.S. Al-Isra‟ ayat 23-27 menurut mufasir klasik yaitu berisi tentang

pendidikan tauhid (mengesakan Allah SWT) dan pendidikan akhlak birrul

walidaini yang mana keduanya saling keterkaitan. Di sini Allah SWT

menempatkan posisi berbuat baik kepada orang tua langsung di bawah

posisi pengesaan Allah SWT dan penghambaan kepada-Nya tanpa disela

dengan apapun.

C. Tafsiran surah al-Isra’ ayat 23-27

1. Tafsiran surah al-Isra’ ayat 23


ۗ
‫ك اَاَّل تَ ْعبُ ُدْْٓوا اِاَّلْٓ اِ اَّيهُ َوِِبلْ َوالِ َديْ ِن اِ ْح ٰسنًا اِاما يَْب لُغَ ان عِنْ َد َك الْكِ َََب اَ َح ُد ُُهَآْ اَْو كِ ٰل ُه َما‬َ ُّ‫َوقَضٰى َرب‬
‫ف اوََّل تَنْ َه ْرُُهَا َوقُ ْل اَّلَُما قَ ْوًَّل َك ِرْْيًا‬ ٍّ ُ‫فَ ََل تَ ُقل اَّلمآْ ا‬
َُ ْ
Artinya: Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah
selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika
salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai
berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, sekali-kali janganlah
engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan
janganlah engkau membentak keduanya, serta ucapkanlah
kepada keduanya perkataan yang baik.
Menurut Hamka dari Tafsir Al-Azhar Ayat-ayat ini, mulai dari sini

menerangkan dasar budi dan kehidupan Muslim. Pokok pertama budi

terhadap Allah SWT. Di sinilah pangkalan tempat bertolak. Di sini pohon

budi yang sejati. Yang berjasa kepada kita, yang menganugerahi kita

78
Ibid,....(2002)
56

hidup, memberi rezeki, memberikan perlindungan dan akal, tidak ada yang

lain, hanya Allah SWT79.

"Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah

selain Dia. " (pangkal ayat 23).

Bahwasanya Tuhan Allah itu sendiri yang menentukan, yang

memerintah dan memutuskan bahwasanya Dialah yang mesti disembah,

dipuji dan dipuja dan tidak boleh, dilarang keras menyembah yang selain

Dia. Oleh sebab itu maka cara beribadat kepada Allah swt, Allah SWT itu

sendirilah yang menentukan. Maka tidak pulalah sah ibadat kepada Allah

SWT yang hanya dikarang-karangkan sendiri80. Untuk menunjukkan

peribadatan kepada Allah Yang Maha Esa itulah, Dia mengutus Rasul-

rasulNya.

Lanjutan ayat ialah: " dan hendaklah berbuat baik kepada ibu

bapak.”

Dalam lanjutan ayat ini terang sekali bahwasanya berkhidmat kepada

bapa-ibu, menghormati kedua orang tua yang telah menjadi sebab bagi kita

dapat hidup di dunia ini ialah kewajiban yang kedua sesudah beribadat

kepada Allah SWT. Cobalah pahami dan perhatikan tentang kewajiban

berkhidmat dan bersikap baik, berbudi mulia kepada kedua orang tua.

Karena manusid itu apabila telah berumah tangga sendiri, beristri dan

79
Haji Abdulmalik Abdulkarim Amrultah. (n.d.). Tafsir Al-Azhar Jilid 6 (p. 873). Pustaka
Nasional PTE LTD Singapura
80
Haji Abdulmalik Abdulkarim Amrultah. (n.d.). Tafsir Al-Azhar Jilid 6 (p. 873). Pustaka
Nasional PTE LTD Singapura
57

beranak-pinak' kerapkali tidaklah diperhatikannya lagi dari hal khidmat

kepada kedua orang tuanya. Harta benda dan anak keturunan kerapkali

menjadi fitnah uiian bagi manusia di dalam perjuangan hidupnya; di

sanalah kasih sayang orang tua kepada anaknya. Namun anak yang telah

berdiri sendiri itu kerap terlalai memperhatikan kedua orang tuanya. Lalu

dalam ayat ini seterusnya Tuhan melanjutkan ketentuan atau perintahnya

tentang sikap terhadap kedua ibu-bapa itu81.

“Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai

berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, sekali-kali janganlah engkau

mengatakan kepada keduanya perkataan ‘ah’.”

Artinya, jika usia keduanya, atau salah seorang di antara keduanya,

ibu dan bapa itu sampai meningkat tua, sehingga tidak kuasa lagi hidup

sendiri, sudah sangat bergantung kepada belas-kasihan puteranya,

hendaklah sabar berlapang hati memelihara orang tua itu. Abu Raja' al-

Atharidi mengatakan bahwa arti “ah” ialah kata-kata yang mengandung

kejengkelan dan kebosanan, meskipun tidak keras diucapkan.

Lalu Mujahid menafsirkan ayat ini. Kata beliau: "Artinya ialah jika

engkau lihat salah seorangnya atau keduanya telah berak atau kencing di

mana maunya saja, sebagaimana yang engkau lakukan di waktu engkau

kecil, janganlah engkau mengeluarkan kata yang mengandung keluhan

sedikit pun.”82

81
Ibid…..Haji Abdulmalik Abdulkarim Amrultah
82
Haji Abdulmalik Abdulkarim Amrultah. (n.d.). Tafsir Al-Azhar Jilid 6 (p. 873). Pustaka
Nasional PTE LTD Singapura
58

Lanjutan ayat: "dan janganlah engkau membentak keduanya, serta

ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik.” " (ujung ayar 23).

Setelah dilarang mendecaskan mulut, mengeluh mengerutkan

kening, walaupun suara tidak kedengaran, dijelaskan lagi, jangan

keduanya dibentak, jangan keduanya dihardik, dibelalaki mata. Di sinilah

berlaku perumpamaan qiyas-aulawy yang dipakai oleh ahli-ahll Ushul-

Flqh, yakni: Sedangkan mengeluh :ah” yang tak kedengaran saja tak boleh,

apalagi membentak-bentak, menghardik-hardik.

Bagaimanalah perasaan dari orang tua kalau anak yang diasuh

dibesarkannya, yang bertahun-tahun diasuh dibelainya, agar kelak anak

tersebut menjadi manusia yang berarti, namun setelah ibu-bapakny lanjut

usia, mereka membentaknya, ke mana dia akan pergi lagi, sedangkan

semua usaha waktu mudanya telah diberikan kepada putranya.83

Maka dari itu hendaklah katakan kepada kedua ibu-bapa itu

perkataan yang pantas, kata-kata yang mulia, kata-kata yang keluar dari

mulut orang yang beradab bersopan santun. Ucapkanlah kata yang baik,

yang mulia, yang beradab. Imam 'Atha' sampai mengatakan: sekali-kali

jangan disebut nama beliau. Panggilkan saja "Ayah-lbu!" - "Abuya,

Ummi", - "Papi-Mami!" Pendeknya segala perkataan yang mengandung

rasa cinta kasih. Sehingga tingkat yang mana yang telah dicapai oleh si

anak dalam masyarakat, entah dia menjadi Presiden atau Menteri, jadi

Ibid…..Haji Abdulmalik Abdulkarim Amrultah


83
59

Duta Besar atau jadi Jenderal, perlihatkanlah di hadapan ayahmu dan

ibumu bahwa engkau adalah anaknya.

2. Tafsiran surah al-Isra’ ayat 24


ۗ ِ ‫و‬
‫صغِ ْ ًْيا‬ ِ ‫الذ ِل ِمن الار ْْحَِة وقُل ار‬
َ ‫ب ْار َْحْ ُه َما َك َما َربا ٰﻴ ِ ِْن‬ ْ َ َ ُّ ‫اح‬ َ َ‫ض ََّلَُما َجن‬
ْ ‫اخف‬
ْ َ
Artinya: Rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih
sayang dan ucapkanlah, “Wahai Tuhanku, sayangilah keduanya
sebagaimana mereka berdua (menyayangiku ketika) mendidik
aku pada waktu kecil.”

Ayat selanjutnya lebih mengharukan lagi: " Rendahkanlah dirimu

terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang." (pangkal ayat 24).

Itulah yang telah kita katakan di atas tadi; walaupun engkau sebagai

anak, merasa dirimu telah jadi orang besar, jadikanlah dirimu kecil di

hadapan ayah-ibumu. Apabila dengan tanda-tanda pangkat dan pakaian

kebesaran engkau datang mencium mereka, niscaya air mata keterharuan

akan berlinang di pipi mereka tanpa disadari. Itu sebabnya maka di dalam

ayat ditekankan "Minar-rahmati" karena sayang, karena cinta kasih yang

datang dari lubuk hati yang tulus dan ikhlas.84

Oleh sebab itu maka ditekankan perintah oleh Allah SWT:

"Katakanlah kepada keduanya kata-kata yang mulia", yang membesarkan

hatinya, yang menimbulkan kegembiraan kembali pada cahaya mata yang

mulai kuyu karena tekanan umur.”

Orang akan berkata bahwa tidak perlu memakai ayat, rasa

kemanusiaan saja pun sudah cukup. Tetapi bagi orang yang beriman,

84
Haji Abdulmalik Abdulkarim Amrultah. (n.d.). Tafsir Al-Azhar Jilid 6 (p. 873). Pustaka
Nasional PTE LTD Singapura
60

beragama mereka bahagia karena Tuhan sendirilah yang mengatakan

bahwa khidmat kepada kedua orang tua itu pun sudah termasuk ibadat

kepada Allah SWT. Termasuk mentaati perintah Allah swt, sehingga ada

akibatnya (effeknya) sampai ke akhirat.

Tercatatlah dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Imam

Ahmad bin Hanbal dari sahabat Rasulullah SAW Malik bin Rabi'ah as-

Saa'idi. Dia berkata: "Sedang kami duduk bersama di sisi Rasulullah SAW,

tiba-tiba datanglah seorang laki-laki dari kaum Anshar, lalu dia bertanya:

"Masih adakah lagi kewajibanku yang wajib aku buktikan kepada kedua

orang tuaku setelah beliau-beliau meninggal?"

Rasulullah SAW menjawab: “Memang, masih ada kewajibanmu

empat macam: 1). Do’akan keduanya, 2). Mohonkan ampun kepada Allah

SWT untuk keduanya, 3). Laksanakan pesan-pesan (kebiasaan) keduanya,

4). Muliakan sahabat-sahabat keduanya; Shilatur-rahim (hubungan kasih-

sayang), yang tidak terhubung kepada engkau melainkan dari pihak

keduanya. ltulah yang tinggal untuk engkau sebagai bakti kepada

keduanya setelah mereka meninggal."

Setelah dalam ayat yang tengah kita tafsirkan diperingatkan bahwa

berbuat bakti kepada kedua ibu-bapa adalah sesudah perintah menyembah

Allah SWT, maka di dalam sebuah hadist pula disamakan martabatnya di

antara tiga kewajiban sebagai Muslim:

“Dari Abdullah bin Mas’ud r.a.: “Aku bertanya kepada Nabi

Muhammad SAW: “Apakah amalan yang paling disukai oleh Allah


61

SWT?” Beliau menjawab: “sembah yang awal pada waktunya.” Aku

bertanya lagi:”Sesudah itu apa?” Beliau menjawab: “Berbakti kepada

kedua ayah dan ibu.” Aku bertanya lagi: “Sesudah itu apa?” Beliau

menjawab: “Berjihad pada jalan Allah SWT (Fisabilillah).” (Riwayat

Bukhori dan Muslim)85

Kemudian terdapat pula sebuah Hadist yang diriwayatkan oleh

Bukhari dan Muslim, bahwa seorang laki-laki datang kepada Rasulullah

SAW meminta izin hendak turut berjihad (berperang). Lalu beliau

bertanya: "Apakah ayah ibumu masih hidup?” orang itu menjawab:

“Masih.'' Maka bersabdalah beliau86:

ِ ‫فَِفﻴ ِهما فَج‬


‫اﻫ ْد‬ َ َ
“Untuk mereka berdualah supaya engkau berjihad”
Artinya jaga dan peliharalah kedua orang tua itu baik-baik' tak usah

engkau pergi berperang, karena menjaga beliau-beliau sudah juga

termasuk jihad.

Kemudian tercatat juga dalam sebuah Hadist:

‫اّللُ َعلَْﻴ ِه َو َسلا َﻢ‬


‫صلاى ا‬ ِ ِ‫ول َجاءَ َر ُجل إِ َل الن‬
َ ‫اب‬ ‫اّللِ بْ َن َع ْم ٍّرو َر ِض َي ا‬
ُ ‫اّللُ َعْن ُه َما يَ ُق‬ ‫َع ْن َعْب َد ا‬
‫رواه البخاري‬.‫اﻫ ْد‬ ِ ‫ال فَِفﻴ ِهما فَج‬ َ َ‫َحي َوالِ َد َاك ق‬
َ َ‫ال ﻧَ َع ْﻢ ق‬ َ ‫استَأْذَﻧَهُ ِِف ا ْْلِ َه ِاد فَ َق‬
َ َ َ ‫ال أ‬ ْ َ‫ف‬
"Daripada Abi Bakrah Nufai’ bin al-Harits r.a. berkata dia, berkata
Rasulullah SAW: "Ketahuilah, aku hendak menierangkan kepadamu dosa
besar yang lebih besar.dari segala yang besar." Sampai tiga kali beliau
katakan. Lalu kami bertanya: Kami ingin tahu, ya Rasul Allah! Lalu beliau
bersabda: "Mempersekutukan yang lain dengan Allah dan mendurhaka
kepada kedua ibu-bapa." Ketika itu beliau sedang berbaring-baring lalu

85
Haji Abdulmalik Abdulkarim Amrultah. (n.d.). Tafsir Al-Azhar Jilid 6 (p. 873). Pustaka
Nasional PTE LTD Singapura
86
Ibid..,Haji Abdulmalik Abdulkarim Amrultah
62

beliau duduk dan menyambung kata: "Dan kata-kata dusta dan kesaksian
dusta."87
Di sini dijelaskan bahwa dosa mendurhakai ayah-bunda sama

besarnya dengan menyekutukan Allah.

Tercatat juga dalam sebuah Hadist riwayat Bukhari dan Muslim

bahwa dosa besarlah seorang memaki-maki ayah-ibunya. Lalu ada yang

bertanya: "Adakah orang mencaci-maki ayah-ibunya, Rasul Allah?"

Beliau jawab: "Memang ada! Seseorang mencaci ayah orang dan ibu

orang. Lalu orang itu membalas, mencaci-maki ayahnya pula dan ibunya

pula.”

Lalu datanglah penutup ayat: “Dan ucapkanlah, “Wahai Tuhanku,

sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua (menyayangiku ketika)

mendidik aku pada waktu kecil.” (ujung ayat 24)

Terlihatlah dalam ujung ayat ini, tergambar bagaimana susah

payahnya ayah-ibunya mengasuh mendidik anak di waktu anak itu masih

kecil; penuh kasih sayang. Yaitu kasih-sayang yang tidak mengharapkan

balasan jasa. Di dalam Surat al-'Ankabut ayat 8 dijelaskan lagi oleh Tuhan

betapa susah ibu, "lemah di atas lemah", artinya kelemahan yang timpa

bertimpa, sejak masih mengandung sampai menyusukan dan sarnpai

mengasuh, sampai dewasa. Sari tulangbelulangnya yang dia bagikan untuk

menyuburkan badan anaknya yang masih lemah itu. Perhatikanlah

Ibid….Haji Abdulmalik Abdulkarim Amrultah


87
63

perempuan yang telah banyak melahirkan anak: giginya lekas rusak, sebab

zat kapur dalam dirinya telah dibagikan untuk menyuburkan badan anak.88

Sehingga terucap dalam sebuah hadist yaitu:

‫َح ُّق‬ ِ‫ول ا‬ َ ‫ َجاءَ َر ُجل إِ َل النِاب صلى هللا علﻴه وسلﻢ فَ َق‬،َ‫عن أَيب ُﻫَريْ َرة‬
َ ‫ َم ْن أ‬،‫اّلل‬ َ ‫ ََّي َر ُس‬:‫ال‬
َ َ‫ص َحابَِت؟ ق‬ ِ ِ ‫الن‬
‫ ثُا‬:‫ال‬
َ َ‫ ثُا َم ْن؟ ق‬:‫ال‬َ َ‫ ق‬،‫ك‬َ ‫ ثُا أ ُُّم‬:‫ال‬
َ َ‫ ثُا َم ْن؟ق‬:‫ال‬
َ َ‫ ق‬،‫ك‬
َ ‫أ ُُّم‬:‫ال‬ َ ‫ااس ِبُ ْس ِن‬
‫ رواه البخاري‬.‫وك‬ َ ُ‫ ثُا أَب‬:‫ال‬َ َ‫ ثُا َم ْن؟ ق‬:‫ال‬
َ َ‫ ق‬،‫ك‬
َ ‫أ ُُّم‬
"Dari pada Abu Hurairah r.a. berkata dia: Datang seorang laki-laki
kepada Rasulullah S.A.W. bertanya: "Ya Rasul Allah! Siapakah manusia
yang harus aku hormati di dunia ini?" Beliau menjawab: "lbumu!" Orang
itu berkata lagi: "Sesudah itu siapa?" Beliqu S.A.W. menjawab lagi:
"lbumu!" Orang itu bertanya lagi: "Sesudah itu siapa lagi?" Beliau S.A.W.
meniawab: "lbumu!" Lalu dia bertanya lagi: "Sesudah itu siapa?" Beliau
menjawab: "Ayahmu." (Riwayat Bukhari dan Muslim)89

Disini jelas bahwa ayah dan ibu harus dihormati, tetapi kepada ibu

disebut sebanyak 3 kali karena selain dari susahnya mengandung,

menyusui dan mengasuh, dia adalah ibu! Lebih tepatnya dia adalah

perempuan! Perasaan yang amat halus dan mudah tersinggung.

Sehingga di ujung ayat tadi diajarkan kepada dia doa untuk kedua

orang tua kita, semoga Allah SWT mengasihi keduanya sebagai kasih

sayang keduanya kepada kita di waktu kita masih kecil. Doa ini kita selalu

baca, tatkala ayah-ibu masih hidup, apalagi setelah ayah-ibu meninggal

dunia. Karena seperti yang kita ketahui dalam Hadis yang terkenal

bahwasanya hubungan yang masih ada di antara orang yang telah wafat

dengan orang yang masih hidup hanyalah tinggal tiga perkara saja.

88
Ibid..,Haji Abdulmalik Abdulkarim Amrultah. Hlm. 4036
89
Ibid.., Haji Abdulmalik Abdulkarim Amrultah. Hlm. 4037
64

Pertama sedekah jariyah, yaitu sedekah yang dimana manfaatnya masih

dipakai oleh orang. Kedua ilmu yang memberi manfaat, yang disebarkan

oleh yang telah wafat itu di masa hidupnya. Ketiga doa dari anak yang

shalih.90

3. Tafsiran surah al-Isra’ ayat 25


ِ ِ ‫ربُّ ُكﻢ اَعلَﻢ ِِبا ِِف ﻧُ ُفو ِس ُكﻢ ۗاِ ْن تَ ُكوﻧُوا ٰصلِ ِح‬
َ ْ ِ‫ْي فَاﻧاهٗ َكا َن ل َْلَاواب‬
‫ْي َغ ُف ْوًرا‬ َْ ْْ ْ ْ ْ َ ُْ ْ َ
Artinya: Tuhanmu lebih mengetahui apa yang ada dalam dirimu. Jika
kamu adalah orang-orang yang saleh, sesungguhnya Dia adalah
Maha Pengampun bagi orang-orang yang bertobat.
Selanjutnya Allah SWT berfirman:
“Tuhanmu lebih mengetahui apa yang ada dalam hatimu.” (pangkal
ayat 25).
Said bin Jubair masih menghubungkan antara pangkal ayat 25 ini

dengan ayat 24 sebelumnya, yakni seorang anak diwajibkan berbuat baik

dan berbakti kepada kedua ayah-ibunya. Tidak boleh mengucapkan

“uff/ah”, dilarang membentak mereka. Namun tak sedikit pula seorang

anak menekan perasaan karena meskipun anak sudah menghormati orang

tua sedemikian rupa, terkadang masih bersikap keras atau ada sikap orang

tuang yang tak disetujui atau disenangi oleh si anak sehingga anak benar-

benar tersinggung dan menahan hati.91

Keadaan sudah benar-benar terbalik. Jika dahulu ayah-ibu mengasuh

anak yang masih kecil, yang kencing dalam celana, kemudian dating

masanya si anak telah kuat sedangkan ayah atau ibu Kembali seperti anak

Ibid…Hlm. 4037
90
91
Ibid..,Haji Abdulmalik Abdulkarim Amrultah, Hlm. 4038
65

kecil, menangis, marah jika tidak sesuai hatinya, terlebih jika beliau pikun,

telah hilang segala daya ingatnya karena tuanya. Dia Kembali seperti anak

kecil. Kemudian timbulah rasa jengkel dalam hati anak. Sehingga

datanglah ayat yang sedang kita tafsirkan. Bahwasanya Allah SWT

mengetahui rasa dongkol yang ada dihatimu tersebut.

Lalu datanglah ujung ayat:

“Jika kamu orang yang baik, maka sungguh, Dia Maha Pengampun

kepada orang yang bertobat.” (ujung ayat 25).

Dengan dilengkapi oleh ujung ayat ini maka teranglah bahwa rasa

jengkel yang terasa dalam hati pada anak kepada orang tuanya karena

tingkah lakunya yang sudah kekanak-kanakan itu diketahui oleh Allah

SWT. Namun perasaan tersebut di beri ampunan oleh Allah SWT,

dimaafkan, jika seorang anak tetap shalih, tetap beribadah kepada Allah

SWT dan selalu ingat bahwa dalam perjalanan hidupnya ini dia akan

kembali kepada Allah SWT juga. Itulah yang disebut “Awwab” artinya

orang yang selalu sadar dan ingat bahwa tujuan hidupnya ini ialah kembali

kepada Allah SWT. Maka berserah dirilah kepada Allah SWT, tawakkalah

kepada-Nya dan teruskanlah memelihara/menjaga dan menghormati ayah-

ibu atau salah seorang dari keduanya dengan tetap mengingat Allah

SWT.92

92
Ibid…Haji Abdulmalik Abdulkarim Amrultah. Hlm. 4039
66

4. Tafsiran surah sl-Isra ayat 26

‫ْي َوابْ َن ال اسبِْﻴ ِل َوََّل تُبَ ِذ ْر تَ ْب ِذيْ ًرا‬ ِ ِ ِ


َ ْ ‫َواٰت ذَا الْ ُق ْرٰٰب َحقاهٗ َوالْم ْسك‬
Artinya: Berikanlah kepada kerabat dekat haknya, (juga kepada) orang
miskin, dan orang yang dalam perjalanan. Janganlah kamu
menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros.
Selanjutnya Allah SWT berfirman:

“Dan berikanlah haknya kepada kerabat dekat, juga kepada orang

miskin dan orang yang dalam perjalanan”. (pangkal ayat 26)

Selain berbakti, berbuat baik dan memberikan kasih sayang dan cinta

serta Rahmat kepada kedua orang tua, hendaklah pula kita berikan kepada

kaum keluarga, saudara karib tersebut akan haknya. Karena mereka berhak

ditolong, berhak dibantu. Dalam hal ini yang dimaksud kaum keluaga

adalah saudara-saudaramu sendiri, seibu-sebapa, atau yang seibu saja atau

yang sebapa saja. Saudara laki-laki dan perempuan dari ayahmu disebut

‘Ammi dan ‘Ammati. Sedangkan saudara laki-laki dan perempuan dari ibu

disebut khal dan khalat. Nenek dari pihak ibu / ayah. Anak dari saudara

laki-laki atau perempuan dan lainnya. Terkadang pintu rezeki yang terbuka

itu tidaklah sama, ada yang berlebih, ada yang cukup serta ada pula yang

kekurangan. Maka berhaklah keluarga itu mendapat bantuan dari kamu

yang mampu.

“Dan orang-orang miskin dan anak perjalanan “. Orang yang serba

kekurangan, yang tidak berkecukupan, sewajarnyalah mereka dibantu,

sehingga tertimbunlah jurang yang memisahkan dia yang kaya dengan dia
67

yang miskin. “Anak Perjalanan”, yang disebut Ibnus-sabil itu berhak

mendapat bantuanmu. Ibnu-sabil bisa diartikan orang yang dalam

perjalanan itu ialah orang yang berjalan meninggalkan kampung halaman

dan rumah tangganya untuk maksud yang baik. Misalnya menuntut ilmu

atau mencari keluarganya yang telah lama hilang, lalu habis ditengah jalan.

Dan Ibnu-sabil juga bisa diartikan orang melarat (fakir miskin) yang sudah

tertahan hidupnya, sehingga rumah tempat tinggalpun tidak punya lagi,

taka da harta, tak ada ladang, habis rumah terjual, lalu pergi ke kota-kota

besar, dengan harapan mendapat pekerjaan, daan tidurlah mereka di kaki-

kaki lima toko orang.93

Kemudian dating ujung ayat, sebagai kunci, yaitu: “dan janganlah

kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros”. (ujung pangkal

26). Kata, “boros” dipilih untuk menjadi arti dari kalimat “mubazzir” atau

“tadbzir”. Imam Syafi’I mengatakan bahwa mubazzir itu ialah

membelanjakan harta tidak pada jalannya. Imam Malik berkata, bahwa

mubazzir ialah mengambil harta dari jalannya yang pantas, tetapi

mengeluarkannya dengan jalan yang tak pantas.

Mujahid berkata: “Walaupun seluruh hartanya sihabiskannya untuk


jalan yang benar, tidaklah dia mubazzir. Tetapi walaupun hanya seukuran
padi yang dikeluarkan, tetapi tidak pada jalan yang benar itu sudah
mubazzir”. Berkatalah Qatadah: “Tadbzir ialah menafkahkan pada jalan
maksiat kepada Allah SWT, pada jalan yang tidak benar dan merusak”.

93
Ibid..,Haji Abdulmalik Abdulkarim Amrultah. Hlm. 4040
68

Waktu saya masih kanak-kanak pernah saya membeli kacang goreng


lalu saya makan. Maka terjatuhlah ke tanah dua buah kacang goreng itu.
Sedang ayah saya lalu di hadapanku. Lalu beliau berkata: "Ambil yang
jatuh itu, jangan mubazzir!"

Sekarang setelah dewasa saya berfikir: "Mengapa tidak akan saya


ambil? Padahal kacang itu masih belum terkupas dari kulitnya, artinya
belum kotor." Maka mengertilah saya teguran ayah saya itu, membiarkan
kacang itu terbuang begitu saja, padahal masih layak dimakan adalah
mubazzir.

5. Tafsiran surah al-Isra’ ayat 27


ِ ْ ‫اِ ان الْمبَ ِذ ِريْن َكاﻧُْْٓوا اِ ْخوا َن ال اش ٰﻴ ِط‬
‫ْي َۗوَكا َن الشْاﻴ ٰط ُن لَِربِه َك ُف ْوًرا‬ َ َ ُ
Artinya: Sesungguhnya para pemboros itu adalah saudara-saudara setan
dan setan itu sangat ingkar kepada Tuhannya.

Kemudian dating ayat selanjutnya: “Sesungguhnya orang-orang


yang pemboros itu adalah saudara setan.” (pangkal ayat 27).

Dijelaskanlah dalam ayat ini bahwasanya orang pemboros adalah

kawan syaitan. Biasanya kawan yang karib atau teman setia itu besar

pengaruhnya kepada orang yang ditemaninya. Orang yang telah dikawani

oleh syaitan sudahlah kehilangan pedoman dan tujuan hidup. Sebab dia

telah dibawa sesat oleh kawannya itu, sehingga meninggalkan taat kepada

Allah dan menggantinya dengan maksiat. Di ujung ayat diperingatkan

kejahatan syaitan itu.94

“Dan setan itu sangat ingkar kepada Tuhannya.” (ujung ayat 27).

94
Ibid…Haji Abdulmalik Abdulkarim Amrultah. Hlm. 4041
69

Teranglah, kalau seseorang telah membuang-buang harta kepada

yang tidak berfaedah, bahwa pengaruh syaitan telah masuk ke dalam

dirinya. Oleh karena sifat syaitan itu ialah tidak mengenal terimakasih,

menolak dan melupakan nikmat, oleh karena dia telah menjadi sahabat

setia dari orang yang bersangkutan itu, maka sifat dan perangai syaitan

itulah yang telah memasuki dan mempengaruhi peribadinya, sehingga

segala tindak-tanduk hidupnya pun tidak lagi mengenal terimakasih.

Begitu banyaknya rezeki dan nikmat yang dilimpahkan Allah kepada

dirinya, lalu dibuang-buangnya saja dengan tidak semena-mena.


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

A. Nilai-nilai Pendidikan Akhlak yang Terkandung Dalam al- Qur’an Surah al-

Isra’ Ayat 23-27

Nilai-nilai Pendidikan akhlak yang terkandung dalam al-Qur’an surah al-Isra ayat

23-27 adalah sebagai berikut:

1. Tafsiran Surah al-Isra’ ayat 23

ۗ
‫ك اَاَّل تَ ْعبُ ُدْْٓوا اِاَّلْٓ اِ اَّيهُ َوِِبلْ َوالِ َديْ ِن اِ ْح ٰسنًا اِاما يَْب لُغَ ان عِْن َد َك الْكِ َََب اَ َح ُد ُُهَآْ اَْو كِ ٰل ُه َما‬َ ُّ‫َوقَضٰى َرب‬
‫ف اوََّل تَ ْن َه ْرُُهَا َوقُ ْل اَّلَُما قَ ْوًَّل َك ِرْْيًا‬ ٍّ ُ‫فَ ََل تَ ُقل اَّلمآْ ا‬
َُ ْ
Artinya: Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah
selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika
salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai
berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, sekali-kali janganlah
engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan
janganlah engkau membentak keduanya, serta ucapkanlah
kepada keduanya perkataan yang baik.

Dari arti ayat diatas dapat diketahui bahwa terdapat nilai Pendidikan

akhlak yang perlu dikaji serta dapat ditanamkan dalam kehidupan sehari-

hari maupun dalam dunia pendidikan dimana nilai pendidikan akhlak

tersebut ialah sebagai berikut: 1) Mentauhidkan Allah SWT; 2) Berbakti

kepada kedua ibu-bapa; 3) Menjaga Lisan

Hal ini sesuai dengan tafsiran dari Quraish Shihab95 menjelaskan

dalam tafsirannya bahwa Dan Tuhanmu yang selalu membimbing dan

95
M. Quraish Shihab. (2002). Tafsir Al-Mishbah: pesan, kesan dan keserasian A l-Qur’an
(Jilid 7). Jakarta: Lentera Hati. Hlm. 442

70
71

berbuat baik kepadamu telah menetapkan dan memerintahkan supaya

kamu yakni engkau wahai Nabi Muhammad dan seluruh manusia jangan

menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbakti kepada kedua orang

tua yakni ibu bapak kamu dengan kebaktian sempurna. Jika salah seorang

di antara keduanya atau keduanya mecnapai ketuaan yakni berumur lanjut

atau dalam keadaaan lemah sehingga mereka terpaksa berada di sisimu di

sisimu yakni dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau

mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” atau suara dan kata yang

mengandung makna kemarahan atau pelecehan atau kejemuan, walau

sebanyak dan sebesar apapun pengabdian dan pemeliharaanmu kepadanya

dan janganlah engkau membentak keduanya menyangkut apapun yang

mereka lakukan, apalagi melakukan yang lebih buruk dari membentak dan

ucapkanlah kepada keduanya sebagai ganti membentak bahkan dalam

setiap percakapan dengannya perkataan yang mulia yakni perkataan yang

baik, lembut dan penuh kebaikan serta penghormatan.

Quraish Shihab menegaskan ketetapan dalam ayat ini yakni perintah

untuk mengesakan Allah SWT dalam beribadah, mengikhlaskan diri dan

tidak mempersekutukan-Nnya.96 Keyakinan akan kesaan Allah SWT serta

kewajiban mengikhlaskan diri kepada-Nya adalah dasar padanya bertitik

tolak segala kegiatan. Lalu setelah itu, kewajiban bahkan aktivitas aapun

harus dikaitkan dengannya serta disorong olehnya. Kewajiban pertama dan

Ibid…..M. Quraish Shihab. (2002). Hlm. 443


96
72

utama setelah kewajiban mengesakan Allah SWT dan beribadah kepada-

Nnya adalah berbakti kepada kedua orang tua yakni apa yang disampaikan

kepada orang tua bukan saja benar dan tepat, bukan saja juga sesuai dengan

adat kebiasaan yang baik dalam suatu masyarakat, tetapi ia juga harus yang

terbaik dan termulia, dan kalaupun seandainya orang tua melakukan

“kesalahan” terhadap anak, maka kesalahan itu harus di anggap tidak

ada/dimaafkan (dalam arti dianggap tidak pernah ada dan terhapus dengan

sendirinya) karena tidak ada orang tua yang bermaksud buruk terhadap

anaknya.

Hamka juga mejelaskan hal yang serupa dalam tafsirannya jika di

atas (surah al-Isra’ ayat 23) menyatakan “Dan telah menentukan Tuhanmu,

bahwa jangan engkau sembah kecuali Dia” maksudnya yaitu mengakui

bahwa hanya ada satu Tuhan yaitu Allah SWT. Barang siapa

mempersekutukan-Nya dengan yang lain, akan tercelalah dia dengan

terhina. Pengakuan bahwa hanya ada satu Tuhan, tiada bersyariat dan

bersekutu dengan yang lain, itulah yang dinamakan Tauhid Rububiyah.

Dalam ayat tersebut juga Tuhan (Allah SWT) itu sendiri yang menentukan,

yang memerintah dan memutuskan bahwasanya Dia-lah yang mesti

disembah, dipuji dan dipuja. Dan tidak boleh, dilarang keras menyembah

selain Dia.97

97
Haji Abdulmalik Abdulkarim Amrultah. (n.d.). Tafsir Al-Azhar Jilid 6 (p. 873). Pustaka
Nasional PTE LTD Singapura. Hlm. 4030
73

“Dan hendaklah kepada kedua ibu-bapa, engkau berbuat baik”

dalam lanjutan ayat ini pula sangat terang sekali dijelaskan bahwasanya

berbuat baik kepada ibu-bapa, menghormati kedua orang tua yang telah

menjadi sebab bagi kita bisa hidup di dunia ini ialah kewaiban yang kedua

sesudah beribadah kepada Allah SWT.

Lalu “Jika kiranya salah seorang mereka, atau keduanya telah tua

dalam pemeliharaan engkau, maka janganlah engkau berkata uff kepada

keduanya” artinya, jika usia keduanya, atau salah seorang di antaranya

keduanya, ibu dan bapa itu sampai tua dan sudah sangat bergantung kapada

belas kasihan putranya, hendaklah sabar berlapang dada dalam

memelihara/menjaga orang tua itu.

Kemudian “Dan janganlah dibentak mereka, dan katakanalah

kepada keduanya kata-kata yang mulia” maksudnya ialah uca[kanlah kata

yang baik, yang mulia, yang beradab, sekali-kali jangan pernah disebut

nama beliau, melainkan panggillah “Ayah-Ibu!”, “Abuya-Ummi!”,

“Papi-Mami!” entah engaku menjadi Presiden atau Menteri, jadi Duta

Besar atau jadi Jendral, perlihatkanlah dihadapan ayah-ibumu bahwa

engkau adalah anaknya.98

Berdasarkan pembahasan di atas Peneliti dapat menyimpulkan

bahwa di dalam surah al-Isra’ ayat 23 di atas terdapat nilai Pendidikan

akhlak yang perlu dikaji dan menanamkannya dalam kehidupan sehari-

Ibid….Haji Abdulmalik Abdulkarim Amrultah. (n.d.). hlm. 4032


98
74

hari maupun dalam dunia Pendidikan dimana nilai-nilai yang terkandung

dalam ayat tersebut bisa dijabarkan sebagai berikut yakni99 1)

Mentauhidkan Allah SWT, maksudnya ialah kita sebagai umat muslim

wajib mengimani bahwa hanya ada satu Tuhan yaitu Allah SWT dan tidak

menyembah selain Allah SWT, selain itu manusia dilarang keras

menyekutukan-Nya dalam hal apapun karena segala sesuatu hanya Allah

SWT yang menetapkan, memerintah dan memutuskan hanya Allah SWT-

lah yang wajib di puji, dipuja dan disembah; 2) Berbakti kepada Ibu-bapa

maksdunya sebagai anak diperintahkan untuk selalu berbuat baik kepada

kedua orang tua atau salah seorang dari mereka yang masih hidup; 3)

Menjaga Lisan maksdunya ialah sebagai anak dilarang untuk

mengucapkan kata-kata yang tidak pantas kepada kedua orang tua yang

bisa menyinggung perasaanya dengan kata lain, sebagai anak wajib

memberi ucapan-ucapan yang mulia kepada kedua ibu-bapak.

2. Tafsiran Surah al-Isra’ ayat 24


ۗ ِ ‫و‬
‫صغِ ْ ًْيا‬ ِ ‫الذ ِل ِمن الار ْْحَِة وقُل ار‬
َ ‫ب ْار َْحْ ُه َما َك َما َربا ٰﻴ ِ ِْن‬ ْ َ َ ُّ ‫اح‬ َ َ‫ض ََّلَُما َجن‬
ْ ‫اخف‬
ْ َ
Artinya: “Rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih
sayang dan ucapkanlah, “Wahai Tuhanku, sayangilah keduanya
sebagaimana mereka berdua (menyayangiku ketika) mendidik
aku pada waktu kecil.”

Dari arti ayat diatas dapat diketahui bahwa terdapat nilai Pendidikan

akhlak yang perlu dikaji serta dapat ditanamkan dalam kehidupan sehari-

Ibid….Haji Abdulmalik Abdulkarim Amrultah. (n.d.). hlm. 4032


99
75

hari maupun dalam dunia pendidikan dimana nilai pendidikan akhlak

tersebut ialah sebagai berikut: 1) Mendoakan kedua Ibu-bapak.

Hal ini sesuai dengan tafsiran dari Quraish Shihab menjelaskan

dalam tafsirannya jika ayat di atas masih melanjutkan tuntunan bakti

kepada ibu-bapak. Dimana tuntunan kali ini melebihi dalam perinngkatnya

dengan tuntunan yang lalu. Beliau menjelaskan bahwa dalam ayat ini

memerintahkan anak kalau, dan rendahkanlah dirimu terhadap merka

berdua didorong oleh karena Rahmat kasih sayang kepada keduanya,

bukan karena takut atau malu dicela orang bila tidak menghormatinya dan

ucapkanlah yakni berdoalah secara tulus: “Wahai Tuhanku, Yang

memelihara dan mendidik aku antara lain dengan menanamkan kasih pada

ibu-bapaku, kasihilah mereka keduanya, disebabkan karena atau

sebagaimana mereka berdua telah melimpahkan kasih kepadaku antara

lain dengan mendidiku waktu kecil.”100

Quraish Shihab menjelaskan dalam ayat diatas juga menuntun agar

anak mendoakan orang tuanya baik yang massih hidup maupun telah wafat

meskipun ibu-bapa yang kafir dan masih hidup, tetap dapat didoakan.

Penafsir al-Baidhawi menulis bahwa ayat ini memerintahkan agar berdoa

untuk keduanya kiranya memperoleh rahmat Allah SWT yang kekal, dan

tidak sekedar memohon rahmat-Nya yang sementara di dunia. Ini dapat

100
M. Quraish Shihab. (2002). Tafsir Al-Mishbah: pesan, kesan dan keserasian A l-Qur’an
(Jilid 7). Jakarta: Lentera Hati. Hlm. 446
76

ditujukan walau keduanya kafir, karena termasuk dalam cakupan rahmat-

Nya penganugerahan hidayah kepada keduanya.101

Hamka juga mejelaskan hal yang serupa dalam tafsirannya jika ayat

di atas menjelaskan, “Dan hamparkanlah kepada keduanya sayap

merendahkan diri, karena sayang” seperti yang dijelaskan oleh beliau

dalam tafsiran ayat sebelumnya; walaupun engkau sebagai anak merasa

dirimu telah menjadi orang besar, jadikanlah dirimu kecil dihadapan ibu-

bapamu. Apabila dengan tanda-tanda pangkat dan pakaian kebesaranmu

engkau dating mencium merka, niscaya airmata keterharuan akan

berlinang di pipi mereka tanpa disadari. Itu sebabnya maka di dalam ayat

ini ditekankan “Minar-rahmati” karena sayang, karena kasih mesra,yang

datang dari lubuk hati yang tulus dan Ikhlas. Dalam hal ini dijelaskan

bahwa dosa mendurhakai ibu-bapa sama besarnya dengan menyekutukan

Allah SWT. Kemudian datang penutup ayat: “Dan ucapkanlah: Ya Tuhan!

Kasihanilah keduanya sebagaimana keduanya memelihara aku di kala

kecil.” Pada ujung ayat ini telah tergambar bagaimana susah payahnya ibu-

bapa mengasuh mendidik anak diwaktu anak itu masih kecil; penuh kasih

sayang, yakni kasih sayang yang tidak mengharapkan balasan jasa.102

Dalam ujung ayat ini kita diajarkan untuk mendoakan kedua orang

tua kita, semoga kiranya Allah SWT mengasihi keduanya sebagai kasih

Ibid…. M. Quraish Shihab. (2002). Hlm. 448


101
102
Haji Abdulmalik Abdulkarim Amrultah. (n.d.). Tafsir Al-Azhar Jilid 6 (p. 873). Pustaka
Nasional PTE LTD Singapura. Hlm. 4036.
77

keduanya kepada kita waktu kita masih kecil. Doa ini kita baca takala ibu-

bapa masih hidup, apalagi setelah ibu-bapa meninggal dunia. Karena

hubungan yang masih ada diantara orang yang telah wafat dengan orang

yang masih hidup hanyalah tingal tiga perkara saja yakni 1) Sedekah

Jariyah, yaitu sedekah yang berlama-lama masih diambil orang faedahnya;

2) Ilmu yang memberi manfaat, yang disebarkan oleh yang telah wafat itu

dimasa hidupnya; 3) Doa dari anak yang shalih.103

Berdasarkan pembahasan diatas peneliti menyimpulakan bahwa di

dalam surah al-Isra’ ayat 24 di atas terdapat nilai Pendidikan akhlak yang

perlu orang tua/pendidik tanamkan dalam kehidupan sehari-hari maupun

dalam dunia Pendidikan dimana nilai-nilai yang terkandung dalam ayat

tersebut bisa dijabarkan sebagai berikut yakni 1) Mendoakan kedua Ibu-

bapa dengan penuh kasih sayang maksdunya ialah kita sebagai anak wajib

mendoakan yang terbaik kepada kedua Ibu-bapa dengan penuh kasih

sayang selayaknya mereka menyayangi putranya, mendidik putranya

ketika putranya masih kecil dahulu, bahkan mereka yang telah tua masih

mendoakan yang terbaik untuk putranya (anaknya)

3. Tafsiran Surah al-Isra’ ayat 25

ِ ِ ‫ربُّ ُكﻢ اَعلَﻢ ِِبا ِِف ﻧُ ُفو ِس ُكﻢ ۗاِ ْن تَ ُكوﻧُوا ٰصلِ ِح‬
َ ْ ِ‫ْي فَاﻧاهٗ َكا َن ل َْلَاواب‬
‫ْي َغ ُف ْوًرا‬ َْ ْْ ْ ْ ْ َ ُْ ْ َ
Artinya: Tuhanmu lebih mengetahui apa yang ada dalam dirimu. Jika
kamu adalah orang-orang yang saleh, sesungguhnya Dia adalah
Maha Pengampun bagi orang-orang yang bertobat.

103
Ibid….Haji Abdulmalik Abdulkarim Amrultah. (n.d.). Hlm. 4037
78

Dari arti ayat diatas dapat diketahui bahwa terdapat nilai Pendidikan

akhlak yang perlu dikaji serta dapat ditanamkan dalam kehidupan sehari-

hari maupun dalam dunia pendidikan dimana nilai pendidikan akhlak

tersebut ialah sebagai berikut: 1) Anak yang Sholeh; 2) Bertaubat atas

kesalah yang diperbuat.

Hal ini sesuai dengan tafsiran dari Quraish Shihab menjelaskan

dalam tafsirannya bahwa ayat diatas menjelaskan kalau Allah SWT

menekankan bahwa Dia mengetahui apa yang terbetik di hati seseorang.

Dapat juuga dikatakan dan hubungan ini yang lebih baik bahwa tuntunan

ayat-aat menyangkut ibu bapa yang dikemukakan diatas, boleh jadi

mencemaskan sementara anak yang sesekali karena satu dan lain hal

berbuat sebaliknya. Untuk menghindarkan kecemasan itu ayat ini

menegaskan bahwa:104 “Tuhan kamu lebih mengetahui segala apa yanag

ada dalam hati kamu termasuk sikap dan Upaya kamu menghormati orang

tua kamu. Allah SWT akan mempertimbangkan dan

memperhitungkannya; jika kamu orang-orang shaleh yakni selalu

berusaha patuh dan hormat kepada mereka, dan hati kamu memang benar-

benar hormat dan tulus,maka bila sesekali kamu terlanjur, sehingga

berbuat kesalahan, atau menyinggung perasaan mereka maka mohonlah

maaf kepadanya niscaya Allah SWT memaafkan kamu karena

sesungguhnya Dia bagi orang-orang yang bertaubat Maha Pengampun.

104
M. Quraish Shihab. (2002). Tafsir Al-Mishbah: pesan, kesan dan keserasian A l-Qur’an
(Jilid 7). Jakarta: Lentera Hati. Hlm. 450.
79

Hamka juga mejelaskan hal yang serupa dalam tafsirannya jika ayat

di atas menjelaskan “Tuhan kamu lebih tahu apa yang ada dalam dirimu”.

Dalam hal ini beliau menghubungkan pangkal ayat 25 ini dengan ayat 24

sebelumnya yakni si anak diwajibkan berkhidmat dan berbakti kepada

kedua orang ibu-bapa. Tak boleh mengatakan “UFF”, tak boleh mereka

dibentak. Namun tak sedikit pula anak menekan perasaan, karena orang

tua meskipun sudah dihormati sedemikian rupa, masihsaja bersikap keras

atau ada sikapnya yang tidak disukai oleh anak sehingga melukai hati si

anak. Menurut beliau keadaan benar-benar telah terbalik. Jika dahulu

ayah-ibu yang mengasuh anak yang masih keccil, yang kencing dalam

celana, kemudian tiba masanya si anaklah yang kuat sedang ayah atau ibu

seperti anak kecil, menangis, marah jika tidak sesuai dengan hatinya,

terlebih jika dia pikun, telah habis segala daya ingatnya karena tua

sehingga timbulah rasa jengkel dalam hati anak. Maka datanglah ayat yang

tengah beliau tafsirkan, bahwasanya Allah SWT mengetahui rasa

mendongkol yang ada dalam hatimu itu.105

Kemudian ujung ayat: “Jika adalah kamu orang-orang yang baik,

maka sesungguhnya Dia terhadap orang-orang yang bertaubat adalah

sangat memberi ampun”. Dari ujung ayat tersebut beliau menafsirakan

bahwasanya rasa jengkel yang terasa dalam hati, daripada anak kepada

kedua orang tuanya karena tingkah lakunya yang sudah kekanak-anakan

105
Haji Abdulmalik Abdulkarim Amrultah. (n.d.). Tafsir Al-Azhar Jilid 6 (p. 873). Pustaka
Nasional PTE LTD Singapura. Hlm. 4039.
80

itu diketahui juga oleh Allah SWT. Namun perasaan itu diberi ampun oleh

Allah SWT, dimaafkan, asal saja si anak seorang yang tetap shalih, tetap

beribadah kepada Allah SWT dan selalu ingat bahwa dalam perjalanan

hidupnya ini dia akan kembali kepada Allah SWT juga. Itulah yang disebut

“Awwaab”. Artinya orang yang selalu sadar dan ingat bahwa tujuan hidup

ini ialah kembali kepada Allah SWT. Maka menyerahlah kepada Allah

SWT, tawakkalah kepada-Nya dan teruskanlah memelihara dan

membahagiakan ibu-bapa, atau salah seorang dari keduanya dengan tetap

mengingat Allah SWT.106

Berdasarkan pembahasan di atas Peneliti dapat menyimpulkan

bahwa di dalam surah al-Isra’ ayat 25 di atas terdapat nilai Pendidikan

akhlak yang perlu orang tua/pendidik tanamkan dalam kehidupan sehari-

hari maupun dalam dunia Pendidikan dimana nilai-nilai yang terkandung

dalam ayat tersebut yang mana bisa dijabarkan sebagai berikut yakni: 1)

Anak yang Sholeh maksudnya ialah kita sebagai anak tetaplah

memelihara/menjaga kedua orang tua atau salah seorang dari mereka

dengan sepenuh hati serta tetap mengingat Allah SWT karena

sesungguhnya Allah SWT mengetahui apa yang ada dalam hatimu; 2)

Bertaubat maksdunya ialah apabila engkau telah menyakiti perasaan kedua

ibu-bapa segeralah memohon maaf kepadanya karena niscaya Allah SWT

106
Ibid….Haji Abdulmalik Abdulkarim Amrultah. (n.d.). Hlm. 4039.
81

akan memaafkan kamu karena sesungguhnya Dia bagi orang-orang yang

bertaubat Maha Pengampun.

4. Tafsiran Surah al-Isra’ ayat 26

‫ْي َوابْ َن ال اسبِْﻴ ِل َوََّل تُبَ ِذ ْر تَ ْب ِذيْ ًرا‬ ِ ِ ِ


َ ْ ‫َواٰت ذَا الْ ُق ْرٰٰب َحقاهٗ َوالْم ْسك‬
Artinya: Berikanlah kepada kerabat dekat haknya, (juga kepada) orang
miskin, dan orang yang dalam perjalanan. Janganlah kamu
menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros.

Dari arti ayat diatas dapat diketahui bahwa terdapat nilai Pendidikan

akhlak yang perlu dikaji serta dapat ditanamkan dalam kehidupan sehari-

hari maupun dalam dunia pendidikan dimana nilai pendidikan akhlak

tersebut ialah sebagai berikut: 1) Tolong-menolong sesama manusia.

Hal ini sesuai dengan tafsiran dari Quraish Shihab menjelaskan

dalam tafsirannya bahwa setelah memberi tuntunan menyangkut ibu-bapa,

ayat ini juga melanjutkan dengan tuntunan kepada kerabat dan selain

mereka. Allah SWT berfirman: “Dan berikanlah kepada keluarga yang

dekat baik dari pihak ibu maupun bapak walau keluarga jauh akan haknya

berupa bantuan, kebajikan dan silaturrahim, dan demikian juga kepada

orang miskin walaupun bukan kerabat dan orang yang dalam perjalanan

baik dalam bentuk zakat maupun sedekah atau bantuan yang mereka

butuhkan, dan janganlah menghamburkan hartamu secara boros yakni

pada hal-hal yang bukan pada tempatnya dan tidak mendatangkan

kemaslahatan.107

107
M. Quraish Shihab. (2002). Tafsir Al-Mishbah: pesan, kesan dan keserasian A l-Qur’an
(Jilid 7). Jakarta: Lentera Hati. Hlm. 451.
82

Quraish Shihab menjelaskan Pemberian yang dimaksud ialah bukan

hanya terbatas pada hal-hal materi tetapi juga immateri. Kemudian

Pemborosan dipahami oleh ulama dalam arti pengeluaran yang bukan haq,

karena itu jika seseorang menafkahkan/membelanjakan semua hartanya

dalam kebaikan atau haq, makai dia bukanlah seorang pemboros.108

Hamka juga menjelaskan dalam tafsirannya bahwa ayat di atas

menjelaskan “Dan berikanlah kepada keluarga yang karib akan haknya,

dan juga orang miskin dan anak perjalanan”. Maksud dari pangkal ayat

26 menurut beliau selain berbakti, berkhidmat dan menanamkan kasih

sayang dan cinta dan Rahmat kepada kedua ibu-bapa, hendaklah pula

berikan kepada kaum keluarga yang karib itu akan haknya, kaum kerabat,

atau keluarga terdekat itu adalah bertali darah dengan kamu. Kadang-

kadang tidaklah sama rezeki yang terbuka, sehingga ada yang berlebih-

lebihan, ada yang berkecukupan dan ada yang berkekurangan. Maka

berhaklah keluarga itu mendapat bantuan dari kamu yang mampu,

sehingga pertalian darah yang telah memang ada dikuatkan lagi.109

“Dan orang-orang miskin dan anak perjalanan”. Maksudnya ialah

orang yang serba kekurangan, yang hidup tidak berkecukupan,

sewajarnyalah mereka dibantu, sehingga tertimbunlah jurang dalam yang

memisahkan di antara si kaya dengan si miskin. “Anak perjalanan”,

Ibid….M. Quraish Shihab. (2002). Hlm. 451.


108
109
Haji Abdulmalik Abdulkarim Amrultah. (n.d.). Tafsir Al-Azhar Jilid 6 (p. 873). Pustaka
Nasional PTE LTD Singapura. Hlm. 4040.
83

diartikan sebagai orang yang berjalan meninggalkan kampung halaman

dan rumah tangganya untuk maksud yang baik, misalnya menuntut ilmu

atau mencari keluarganya yang telah lama hilang, lalu habis perbekalan di

tengah jalan. Dan bisa diartikan juga sebagai fakir miskin. Lalu dating algi

ujung ayat yang menjadi kunci yaitu: “Dan janganlah kamu boros terlalu

boros.” Maksud dari boros yakni “mubazzir”. Imam Syafi’I mengatakan

mubazzir ialah membelanjakan hartanya tidak pada jalannya. Imam Malik

berkata: “mubazzir” ialah mengambil harta dari jalannya yang pantas,

tetapi mengelurakannya dengan jalan yang tak pantas.110

Berdasarkan pembahasan di atas Peneliti dapat menyimpulkan

bahwa di dalam surah al-Isra’ ayat 26 di atas terdapat nilai Pendidikan

akhlak yang perlu orang tua/pendidik tanamkan dalam kehidupan sehari-

hari maupun dalam dunia Pendidikan dimana nilai-nilai yang terkandung

dalam ayat tersebut bisa dijabarkan sebagai berikut yakni: 1) Tolong-

menolong maksdunya ialah selain berbakti, dan menanamkan kasih sayang

dan cinta dan Rahmat kepada kedua ibu-bapa, kita juga perlu membantu

saudara-saudara kita yang memerlukan bantuan kita entah itu saudara

kandung (sedarah) ataupun bukan. Dimana hak yang dimaksud ialah

bantuan, kebajikan dan silaturrahim, ataupun sedekah zakat dan bantuan

lainnya untuk orang miskin dan orang yang dalam perjalanan, yang mana

bukan hanya perihal materi namun juga non-materi.

110
Ibid….Haji Abdulmalik Abdulkarim Amrultah. (n.d.). Hlm. 4040.
84

5. Tafsiran Surah al-Isra’ ayat 27

ِ ْ ‫اِ ان الْمبَ ِذ ِريْن َكاﻧُْْٓوا اِ ْخوا َن ال اش ٰﻴ ِط‬


‫ْي َۗوَكا َن الشْاﻴ ٰط ُن لَِربِه َك ُف ْوًرا‬ َ َ ُ
Artinya: Sesungguhnya para pemboros itu adalah saudara-saudara setan
dan setan itu sangat ingkar kepada Tuhannya.

Dari arti ayat diatas dapat diketahui bahwa terdapat nilai Pendidikan

akhlak yang perlu dikaji serta dapat ditanamkan dalam kehidupan sehari-

hari maupun dalam dunia pendidikan dimana nilai pendidikan akhlak

tersebut ialah sebagai berikut: 1) Hidup Hemat (tidak jadi manusia

pemboros).

Hal ini sesuai dengan tafsiran dari Quraish Shihab menjelaskan

dalam tafsirannya bahwa ayat diatas menjelaskan “Sesungguhnya para

pemboros yakni yang menghamburkan harta bukan pada tempatnya

adalah saudara-saudara yakni sifat-sifatnya sama dengan sifat-sifat

setan-setan, sedang setan terhadap Tuhannya adalah sangat ingkar.111

Kata (‫ )إخوان‬ihwan adalah bentuk jamak dari kata akh (‫ )اخ‬yang biasa
diterjemahkan saudara. Kata ini pada mulanya berarti persamaan dan

keserasian. Dari sini persamaan dalam asal usul keturunan mengakibatkan

persaudaraan, baik asal usul jauh, lebih-lebih yang dekat. Persaudaraan

setan dengan pemboros adalah persamaan sifat-sifatnya, serta keserasian

111
M. Quraish Shihab. (2002). Tafsir Al-Mishbah: pesan, kesan dan keserasian A l-Qur’an
(Jilid 7). Jakarta: Lentera Hati. Hlm. 451.
85

antar keduanya. Mereka berdua sama melakukan hal-hal yang batil, tidak

pada tempatnya. Persaudaraan itu dipahami oleh Ibn ‘Asyur dalam arti

kebersamaan dan ketidakberpisahan setan dengan pemboros. Ini karena

saudara biasanya selalu bersama saudaranya dan enggan berpisah

dengannya. Thabathaba’i berpendapat serupa. Menurut ulama beraliran

Syi‘ah ini, persaudaran di sini dalam arti kebersamaan pemboros dengan

setan secara terus menerus, dan demikian juga setan dengan pemboros,

seperti dua orang saudara sekandung yang sama asal usulnya, sehingga

tidak dapat dipisahkan.

Menurut Quraish Shihab penyifatan setan dengan kafur/sangat

ingkar merupakan peringatan keras kepada para pemboros yang menjadi

teman setan itu, bahwa persaudaraan dan kebersamaan mereka dengan

setan dapat mengantar kepada kekufuran. Betapa tidak, bukankah teman

saling pengaruh mempengaruhi, atau teman seringkali meniru dan

meneladani temannya. “Tentang seseorang tak perlu mencari tahu siapa

dia, lihatlah temannya, Anda akan mengetahui siapa dia, karena semua

teman meneladani temannya.112

Hamka juga menjelaskan hal serupa dalam tafsirannya bahwa ayat

di atas menjelaskan jika orang pemboros adalah kawan syaitan. Biasanya

kawan yang karib atau teman setia itu besar pengaruhnya kepada orang

yang ditemaninya. Orang yang telah dikawani oleh syaitan sudahlah

112
Ibid….M. Quraish Shihab. (2002). Hlm. 452.
86

kehilangan pedoman dan tujuan hidup. Sebab itu dia telah disesatkan oleh

kawan-kawannya itu, sehingga meninggalkan taat kepada Allah SWT dan

menggantinya dengan maksiat. Di ujung ayat ini diperingatkan kejahatan

syaitan itu: “Dan adalah syaitan itu, terhadap Tuhannya, tidak mengenal

terimakasih”

Jelaslah, jika seseorang telah membuang-buang harta kepada yang

tidak berfaedah, bahwa pengaruh syaitan telah masuk kedalam dirinya.

Oleh karena sifat syaitan itu ialah tidak mengenal terimakasih, menolak

dan melupakan nikmat, oleh karena dia telah menjadi sahabat setia dari

orang yang bersangkutan itu, maka sifat dan perangai syaitan itulah yang

telah memasuki dan mempengaruhi peribadinya, sehingga segala tindak-

tanduk hidupnya pun tidak lagi mengenal terimakasih. Begitu banyaknya

rezeki dan nikmat yang dilimpahkan Allah SWT kepada dirinya, lalu

dibuang-buangnya saja dengan tidak semena-mena.113

Hamka menjelaskan bahwa harta yang tersimpan saja, dengan tidak

diambil faedahnya, sama saja dengan menyimpan batu yang tak berharga.

Kalau dia tidak keluar untuk yang berfaedah, dia akan keluar untuk yang

tidak berfaedah. Seorang miskin misalnya datang meminta bantu, enggan

kita memberikan. Setelah si miskin pergi dengan tangan hampa, datanglah

"kawan karib" tadi, yaitu syaitan. Lalu diajaknya kita mengeluarkan uang

yang sedianya dapat diberikan kepada si miskin tadi, untuk berfoya-foya.

113
Haji Abdulmalik Abdulkarim Amrultah. (n.d.). Tafsir Al-Azhar Jilid 6 (p. 873). Pustaka
Nasional PTE LTD Singapura. Hlm. 4041.
87

Lalu kita turuti ajakan "kawan" itu, maka dosalah yang dapat. Padahal

tadinya nyaris membawa pahala. Itu pun mubazzir.114

Berdasarkan pembahasan di atas Peneliti dapat menyimpulkan

bahwa di dalam surah al-Isra’ ayat 27 di atas terdapat nilai Pendidikan

akhlak yang perlu kita tanamkan dalam kehidupan sehari-hari maupun

dalam dunia Pendidikan dimana nilai-nilai yang terkandung dalam ayat

tersebut bisa dijabarkan sebagai berikut yakni: 1) Hidup Hemat (tidak jadi

manusia pemboros) maksdunya ialah tidak menghambur-hamburkan

hartamu terhadap sesuatu yang tidak bermanfaat, menghambur-

hamburkan harta kepada jalan yang tidak benar (membelanjakan kejalan

yang salah) atau bisa disebut dengan pemborosan karena pemboros itu

merupakan sifat syaitan dan syaitan itu sangat ingkar terhadap Tuhannya

Guna mempermudah pembaca dalam memahami hasil dari penelitian ini

peneliti juga memaparkan nilai-nilai Pendidikan akhlak yang terkandung

dalam Al-Qur’an surah al-Isra’ ayat 23-27 dalam bentuk table yakni sebagai

berikut:

Tabel 2
Nilai-nilai Pendidikan Akhlak yang terkandung dalam Al-Qur’an surah
al-Isra’ ayat 23-27

No Ayat Nilai-nilai Pendidikan Akhlak

a. Mentauhidkan Allah SWT


1 23
b. Berbakti kepada kedua ibu-bapak

114
Ibid….Haji Abdulmalik Abdulkarim Amrultah. Hlm. 4041.
88

c. Menjaga Lisan

2 24 a. Mendoakan kedua Ibu-bapak

a. Anak yang Sholeh


3 25
b. Bertaubat atas kesalahan yang diperbuat

4 26 a. Tolong-menolong sesama manusia

a. Hidup hemat atau sederhana (tidak jadi manusia


5 27
pemboros)

Tabel 3
Nilai-nilai Pendidikan Akhlak yang terkandung dalam Al-Qur’an surah
al-Isra’ ayat 23-27 berdasarkan Ruang Lingkup

No Ruang Lingkup Nilai-nilai Pendidikan Akhlak

a. Mentauhidkan Allah SWT


Akhlak Kepada Allah b. Bertaubat atas kesalahan yang
1 telah diperbuat
SWT
c. Anak yang sholeh

a. Berbakti kepada kedua ibu-bapak


b. Mendoakan kedua ibu-bapak
2 Akhlak Sesama Manusia c. Menjaga lisan
d. Tolong-menolong sesama manusai
e. Hidup hemat/sederhana
89

B. Relevansi Nilai-nilai Pendidikan Akhlak yang terkandung dalam al-

Qur’an surah al-Isra’ ayat 23-27 dengan pendidikan di Era Revolusi

Industri 5.0

Society 5.0 adalah masyarakat yang dapat menyelesaikan berbagai

tantangan dan permasalahan sosial dengan memanfaatkan berbagai inovasi

yang lahir di era revolusi industri 4.0 seperti Internet on Things (internet untuk

segala sesuatu), Artificial Intelligence (kecerdasan buatan), Big Data (data

dalam jumlah besar), dan robot untuk meningkatkan kualitas hidup manusia.

Transformasi ini akan membantu manusia untuk menjalanikehidupan yang

lebih bermakna. Melalui Society 5.0, kecerdasan buatan yang memperhatikan

sisi kemanusiaan akan mentransformasi jutaan data yang dikumpulkan melalui

internet pada segala bidang kehidupan.115

Namun selain dampak positif yang didapat dari revolusi industry 5.0

tersebut, Adapun dampak negative yang ditimbulkan dari revolusi tersebut

dimana dampak tersebut bisa dijabarkan sebagai berikut yakni: 1) Perubahan

pola bentuk interaksi di Pendidikan; 2) Perubahan dalam jarak sosial di

Pendidikan; 3) Perubahan aturan dan pola dalam Pendidikan; 4) Perubahan

terhadap budaya silahturahmi di Pendidikan; 5) Perubahan gaya hidup dalam

Pendidikan.116

115
Yenny Puspita , Yessi F. , Sri A. , Sri N., Selamat Tinggal Revolusi Industri 4.0, Selamat
Datang Revolusi Indusrti 5.0, dalam Jurnal Online Universitas PGRI Palembang, 2020, hlm. 122-
128.
116
Imawan, M., Pettalongi, A., & Nurdin. (2023). Pengaruh Teknologi Terhadap
Pendidikan Karakter Peserta Didik di Era Society 5.0. Jurnal Kajian Ilmu Dan Budaya Islam,
6(2).hlm. 326.
90

Maka dari penjelasan singkat di atas peneliti menyimpulkan relevansi

nilai-nilai Pendidikan akhlak yang terkandung dalam Al-Qur’an surah al-Isra

ayat 23-27 terhadap Pendidikan di era revolusi industry 5.0 sebagai berikut:

1. Perubuhan Pola bentuk interaksi di Pendidikan

Interaksi antar individu tidak sekaku pada masa lalu ketika interaksi

harus dilakukan secara tatap muka. Di era sekarang, interaksi dapat

dilakukan kapan saja melalui telepon, handphone atau smartphone,

whatsapp, email, chatting, facebook, Yahoo!Messenger, Twitter, Internet

Relay Chatting, dan berbagai teknologi canggih lainnya.117

Akibat hal tersebut setiap individu melupakan bagaimana

berinteraksi dengan baik dan benar karena penggunaan media elektronik

tersebut tidak bisa dikontrol dengan baik dimana proses pertukaran

informasi begitu cepat melalui jaringan internet, sehingga menyebabkan

hal-hal negative bisa diterima setiap individu kapan pun dan dimana pun.

Sampai setiap individu melupakan urusan akhirat dan mengejar duniawi

saja sehingga menyekutukan Allah SWT dengan urusan duniawi bahkan

akibat era revolusi 5.0 yang tak terkontrol dengan baik tersebut anak-anak

bahkan berani berperilaku buruk terhadap orang tuanya yang telah

merawat dan menjaganya sepenuh jiwa raganya.

Sehingga peneliti menyimpulkan bahwa dari tafsiran surah al-Isra’

ayat 23 ini diharapkan bisa menjadi renungan dan diterapkan bagi setiap

individu bukan hanya di instansi Pendidikan namun bagi khalayak umum

117
Ibid…..Imawan, M., Pettalongi, A., & Nurdin. (2023). Hlm. 326.
91

karena tafsiran surah al-Isra’ ayat 23 ini menjelaskan “menganai akhlak

kepada Allah SWT agar tidak menyekutukannya dan berbuat ihsan

terhadap orang tua” sehingga dengan hal tersebut sangat relevan dengan

Pendidikan di era revolusi industry 5.0 saat ini yang semakin jauh dari

semestinya karena banyak pelajar yang berbuat buruk terhadap orang

tua/guru sebagai orang tua kedua di lingkungan sekolah.

2. Perubahan sosial dalam Pendidikan

Perkembangan zaman yang semakin pesat membuat pelajar semakin

melupakan hal-hal yang beruhubungan dengan keadaan sosial dimana

terkadang pelajar sering merasa hina, mengumpat dibelakang serta

mendoakan hal-hal buruk kepada guru jika guru meminta

melakukan/memerintah suatu hal oleh gurunya seoalah-olah dirinya hina

dan menyebabkan pelajar tidak memiliki rasa respect terhadap guru sendiri

yang telah mendidiknya di lingkungan sekolah agar menjadi pelajar yang

bermanfaat bagi bangsa dan negara.118 Maka dari itu sering terdengar

bahwa ada pelajar yang memberi perlakuan buruk terhadap gurunya

bahkan terkadang pelajar membuat kelompok untuk merundung guru

tersebut sampai tidak kuat lagi terhadap perlakuan yang diberikan oleh

muridnya. Tenaga pendidik perempuan terkadang sering mendapatkan

perlakuan buruk terhadap muridnya walaupun tidak dipungkiri guru laki-

laki juga bisa mendapat perlakuan yang sama.

118
Ibid…..Imawan, M., Pettalongi, A., & Nurdin. (2023). Hlm. 326.
92

Dalam hal peneliti menyimpulkan bahwa ini tafsiran surah al-Isra’

ayat 24 ini diharapkan bisa menjadi renungan dan diterapkan bagi semua

insan agar tidak adak lagi tenaga pendidik yang merasa direndahkan oleh

muridnya sendiri karena dalam surah al-Isra ayat 24 ini sendiri

menjelaskan jika “Sebagai anak wajib mendoakan kepada kedua orang tua

yang terbaik dengan memelihara kedua orang tua, Kasihani orang tua,

walau pada sampai tingkat rendah diri. Jangan pernah merasa bahwa jika

berhadapan dengan orang tua Merasa diri hina jika orang tua memperintah

suatu hal”. Maka dari itu tafsiran surah ini sangat relevan dengan

Pendidikan di era revolusi 5.0 karena pada dasarnya seorang guru atau

pendidik juga merupakan salah satu orang tua kedua di lingkungan

Pendidikan(sekolah) sehingga kita juga patut mendoakan yang terbaik

bagi mereka.

3. Perubahan aturan dan pola dalam Pendidikan

Banyak aturan serta pola-pola hubungan yang mengalami perubahan

seiring perkembangan masyarakat. Sepeti halnya siswi-siswi perempuan

yang bergaul dengan dengan siwa laki-laki melampaui batas sehingga

ngindahkan aturan-aturan yang telah ada dan semestinya di taati.119

Dimana terkadang guru atau pendidik yang menasihati justru membuat

siswa-siswi tersebut menertawakan seolah-olah hal tersebut adalah hal

yang biasa yang dimana maksud aturan tersbut guna mencega hal-hal yang

tidak diinginkan dan merugikan individu tersebut ataupun sekolah. Seperti

119
Ibid…..Imawan, M., Pettalongi, A., & Nurdin. (2023). Hlm. 327.
93

contohnya siswi perempuan merokok dimana hal tersebut tidak sesuai

dengan kodratnya sehingga guru/pendidik perlu memberikan nasihat atau

perintah untuk melarang melakukan hal tersebut dan sebagai murid

hendaknya taat terhadap perintah guru/pendidik yang sebagai orang tua

kedua di lingkungan sekolah karena pengawasan siswa disekolah telah

dipasrahkan oleh guru/pendidiknya.

Dalam hal ini peneliti menyimpulkan bahwa dengan tafsiran surah

al-Isra ayat 25 dimana hal ini diharapkan bisa menjadi renungan dan

diterapkan bagi setiap individua tau khalayak umum karena surah al-Isra’

ayat 25 ini sendiri menjelaskan mengenai “Kewajiban untuk bertaubat atas

kesalahan yang telah diperbuat” sehingga sangat relevan dengan

Pendidikan di era revolusi industri 5.0 saat ini dimana pelajar saat ini

banyak yang tidak taat dan melanggar aturan-aturan yang telah dibuat

dilingkungan sekolah tersebut meskipun telah diberi peringatan

berulangkali oleh gurunya namun tetap menghiraukannya.

4. Perubahan terhadap budaya silaturahmi dalam Pendidikan

Komunikasi merupakan hal penting yang harusnya terjadi antara

orang tua dan anak. Komunikasi antara anak dan orang tua memberikan

energi positif dalam interaksi berhubungan baik terhadap keluarga maupun

terhadap lingkungan. Khususnya dalam menjalin silaturahmi. Silaturahmi

merupakan salah satu bentuk dari birrul walidain. Namun pada era revolusi

5.0 saat ini dilingkungan sekolah terutama bagi pelajar hal tersebut mulai

tergerus dan menghilangnya rasa simpatik terhadap sesama bahkan tak


94

pula dalam satu kelas ada siswa/siswi yang dikucilkan karena hal yang tak

jelas dan hilang rasa tolong menolong antar sesama pelajar.120

Maka dari itu peneliti menyimpulkan bahwa dari tafsiran surah al-

Isra ayat 26 ini diharapkan bisa menjadi renungan dan diterapkan oleh

setiap individu maupun khalayak umum agar lebih memperhatikan

hubungan yang dijalin karena teman seangkatan, guru dan lain-lain juga

merupakan bagian dari keluarga dalam lingkungan sekolah. Sesuai dengan

surah al-Isra’ ayat 26 yang menjelaskan mengenai “Hendaklah

meringankan beban kerabat yang membutuhkan pertolongan”. Sehingga

hal ini sangat relevan dengan Pendidikan di era revolusi 5.0 saat ini dimana

teman seangkatan, guru dan lain-lain juga termasuk kelurga walaupun

keluarga secara langsung maka dari itu harus saling tolong menolong

untuk meringkan beban saudaranya.

5. Perubahan gaya hidup dalam Pendidikan

Di perkembangan zaman yang sangat pesat ini gaya hidup menjadi

tren yang tidak bisa dipisahkan baik dilingkungan masyarakat, keluarga,

maupun Pendidikan bahkan terkadang tren tersebut menjadi salah satu

identitas bagi suatu instansi Pendidikan baik tingkat Dasar, Menengah

Pertama, Menengah Atas ataupun tingkat perguruan tinggi. Sehingga tak

dipungkiri hal tersebut membuat kesenjangan social pada anak didik satu

dengan anak didik yang lain yang berkelimpangan harta.121

120
Ibid…..Imawan, M., Pettalongi, A., & Nurdin. (2023). Hlm. 328.
121
Ibid…..Imawan, M., Pettalongi, A., & Nurdin. (2023). Hlm. 328.
95

Maka dari peneliti menyimpulkan bahwa tafsiran surah al-Isra’ ayat

27 ini diharapkan bisa menjadi renungan dan diterapkan terhadap setiap

individua tau khalayak umum dalam menempu pendidikan karena surah

al-Is’a' ayat 27 ini sendiri menjelaskan tentang “Membiasakan diri untuk

hidup hemat dan tidak memboroskan harta yang dimiliki, karena pemboros

itu sifat syaitan dan syaitan itu ingkar terhap tuhan-Nya”. Makna dari hal

tersebut ialah menyia-nyaiakan harta dan menggunakannya secara

berlebihan mereka membelanjakannya untuk kesombongan dan berbangga

diri sehingga para pelajar dating bukan karena ingin menuntut ilmu

melainkan untuk menyombongkan diri terhadap harta yang ia miliki

kepada khalayak umum.

Hal ini sangat relevan dengan Pendidikan diera revolusi 5.0 saat ini

yang dimana Pendidikan beralih fungsi menjadi ajang gengsi terhadap

setiap pelajar untuk memamerkan kesombongan dan kebanggaan diri

terhadap harta yang mereka miliki bahkan tak terkecuali instansi

Pendidikan itu sendiri juga mendukung hal tersebut melalui perlakuan

yang berbeda terhadap siswa yang belajar di tempat yang sama namun

dengan status yang berbeda sehingga makna dari penjelasan surah al-Isra

ayat 27 tersebut perlu diterapkan di dunia Pendidikan untuk meminimalisir

hal-hal yang tak diinginkan seperti diskriminasi terhadap siswa yang tak

mampu.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Adapun hasil penelitian terkait nilai-nilai Pendidikan akhlak dalam Al-

Qur’an surah al-Isra’ ayat 23-27 dan relevansinya dengan Pendidikan di era

revolusi industry 5.0, dapat disimpulkan sebagai berikut:

Pertama, Nilai-nilai Pendidikan akhlak yang terdapat dalam Al-Qur’an

surah al-Isra’ ayat 23-27 yakni sebagai berikut: a) Mentauhidkan Allah SWT;

b) Berbakti kepada kedua Ibu-bapa; c) Menjaga Lisan; d) Mendoakan kedua

ibu-bapak; e) Anak yang sholeh; f) Bertaubat atas kesalahan yang telahh

diperbuat; g) Tolong-menolong sesama manusia; h) Hidup hemat atau

sederhana (tidak menjadi manusia yang boros).

Kedua, Nilai-nilai Pendidikan akhlak dalam al-Qur’an surah al-Isra’

ayat 23-27 dan relevansinya dengan Pendidikan di era revolusi industri 5.0

ialah a) Mentauhidkan Allah SWT, berbakti pada ibu-bapak serta melindungi

perkataan dengan pergantian wujud interaksi dalam Pembelajaran, b)

Mengharapkan kedua orang tua dengan pergantian wujud sosial, c) Anak yang

sholeh serta bertaubat atas kekeliruan yang diperbuat dengan pergantian

ketentuan serta pola dalam Pembelajaran, d) Bahu-membahu sesama orang

dengan pergantian adat silahturahmi dalam Pembelajaran; e) Hidup irit ataupun

simpel (tidak jadi orang mubazir) dengan pergantian gaya hidup dalam

Pendidikan yang semakin berubah.

96
97

B. Saran

Dari penelitian Pustaka di atas diharapkan bahwa, Nilai-nilai Pendidikan

akhlak dalam Al-Qur’an surah al-Isra’ ayat 23-27 dan relevansinya dengan

Pendidikan di era revolusi industry 5.0 dapat dengan mudah dipahami,

khususnya:

1. Untuk pelaku pendidikan, antara lain: guru, murid, orang tua, dan manusia

pada umumnya supaya lebih menekankan lagi dalam penerapan nilai-nilai

Pendidikan akhlak agar peserta didik menjadi pribadi yang lebih baik,

yang bermanfaat bagi bangsa maupun negara tanpa menghilangkan nilai-

nilai Islami dalam pendidikan terutama nilai-nilai pendidikan akhlak.

2. Untuk peneliti selanjutnya, saya berharap penelitian ini bisa menjadi

khasanah keilmuan dan dapat dijadikan acuan penelitian selanjutnya,

khususnya tentang nilai-nilai pendidikan akhlak dalam al-Qur’an surah al-

Isra’ ayat 23-27. Sehingga dapat melengkapi kekurangan terdapat dalam

penelitian ini .
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, T. (2018). Nilai-nilai Pendidikan Akhlak dalam Kitab Ta'lim Muta'allim


dan Aktualisasinya. Semarang: UIN Wali Songo.

Al-Ghazali, I. (2010). Pembuka Pintu Surga. Surabaya: Mitra Jaya.

Almutaqi, M. I. (2013). Konsep Pendidikan Akhlak Menurut Hasyim Asy'ari dalam


Kitab Al-Alim Wa Al-Muta'Allim. Salatiga: STAIN Salatiga.

Al-Qur’an Surah al-Furqan ayat 67.

Al-Qur’an Surah an-Nisa ayat 36.

Amrultah, H.A.A. (2015). Tafsir Al-Azhar Jilid 6 (p. 873). Pustaka Nasional PTE
LTD Singapura.

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian: Studi Pendekatan Praktik. Jakarta:


Rineka Cipta.

Asmaran. (2015). Pengantar Studi Akhlak. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Awaliyah, T., & Nurzaman. (2018). Konsep Pendidikan Akhlak Menurut Sa'id
Hawwa. Jurnal Penelitian Pendidikan Islam.

A'yun, Q. (2018). Pendidikan Akhlak Menurut Syeikh Umar Baradja dalam Kitab
Al-Akhlak Lil-Banaat. Lampung: UIN Raden Intan.

Az-Zuhaili, W. (2013). Ensiklopedia Akhlak Muslim. Jakarta: PT. Mizan Publika.

Bafadhol, I. (2015). Pendidikan Akhlak Dalam Perspektif Islam. Jurnal Edukasi.

Diani, R. E. (2018). Pendidikan Akhlak Menurut Syekh Ja'ar Al-Barzanji dalam


Kitab Al-Barzanji dan Relevansinya. Lampung: UIN Raden Intan Lampung.

Fajariah, M., & Suryo, D. (2020). Sejarah Revolusi Industri di Inggris Pada Tahun
1760-1830. HISTORIA : Jurnal Program Studi Pendidikan Sejarah, 8(1),
hlm. 77.

Frondizi, R. (2001). Pengantar Filsafat Nilai. Yogjakarta : Pustaka Pelajar.

Hablari, C. (2011). Klasifikasi Kandungan Al-Qur'an. Jakarta: Gema Insanu Press.

Ilyas, Y. (2016). Kuliah Akhlak. Yogyakarta: LPPI.

98
99

Ismail, A. (2017). Nilai-nilai Pendidikan Akhlak Dalam Kitab Maraqiyi Al-


'Ubudiyah Karya Syaikh Muhamma Bin Umar An-Nawawi Al-Jawi.
Surakarta: IAIN Surakarta.

Imawan, M., Pettalongi, A., & Nurdin. (2023). Pengaruh Teknologi Terhadap
Pendidikan Karakter Peserta Didik di Era Society 5.0. Jurnal Kajian Ilmu
Dan Budaya Islam, 6(2), 323–328

Kasali, R. (2015). Disruption. Jakarta: Gramedia Pustaka Media.

Kusumastuti, D. (2011). Nilai-nilai Akhlak yang Terkandung dalam Al-Qur'an


Surah Al-Isra. Surakarta: UMS.

Lasmana, W. (2019). Era Distrupsi dan Implikasinya bagi Reposisi Makna dan
Praktek Pendidikan. Jurnal Pendidikan.

Manan , J. F. (2015). Konsep Pendidikan Akhlak Terhadap Orang Tua dalam Al-
Qur'an Surah Al-Isra' 23-25. Salatiga: IAIN Salatiga.

Mansur, A. (2006). Implementasi Klarifikasi Nilai dalam Pembelajaran dan


Fungsionalisasi Etika Islam. Alfikra: Jurnal Ilmiah Keislaman, 5(1), hlm.
160.

Maulana, S. (2016). Nilai-nilai Pendidikan Karakter dalam Al-Qur'an Surah Al-


Baqarah Ayat 261-267. Semarang: UIN Walisongo.

Maulida, A. (2013). Konsep dan Desain Pendidikan Akhlak dalam Islamisasi


Pribadi dan Masyarakat. Jurnal Edukasi Islam: Jurnal Pendidikan Islam.

Monovatra, Joko, Titi, Arief, & Irajuana. (2019). Generasi Milenial yang Siap
Menghadapi Era Revolusi Digital (Society 5.0 dan Revolusi Industri 4.0) di
Bidang Pendidikan Melalui Pengembangan Sumber Daya Manusia.
Prosiding Seminar Nasional Pascasarjana. Semarang: UNNES.

Nilasari, S. (2020). Pendidikan di Era Revolusi Industri 5.0 Terhadap Disiplin Kerja
Guru. Jurnal Online PGRI Palembang.

Nurhantanto, A. (2015). Nilai-nilai Pendidikan Akhlak dalam Al-Qur'an Surah Ali-


Imran Ayat 159-160. Jurnal Pendidikan Islam.

Olii, A. A. A., Nurdin, Sudewo, K. P., & Alfitrah, R. (2023, April). Menjaga
Kualitas Pendidikan di Era Society 5.0: Tantangan dan Peluang Dalam
Menghadapi Revolusi 4.0. Telkom Univercity

Panggabean, S. (2021). Konsep dan Strategi Pembelajaran. Medan: Yayasan Kita


Menulis.
100

Puspita, Y., Yessy, Sri, A., & Sri, N. (2020). Selamat Tinggal Revolusi Industri 4.0
SelamaT Datang Revolusi Industri 5.0 . Jurnal Online PGRI Palembang.

Rijali, A. (2018). Analisis Data Kualitatif. Jurnal Alhadharah.

Salsabila, K., & Firdaus, A. H. (2018). Pendidikan Akhlak Menurut Syekh Kholil
Bangkalan. Jurnal Pendidikan Islam.

Sangadji, M. E., & Sopiah. (2010). Metodologi Penelitian Pendekatan Praktis


dalam Penelitian. Yogyakarta: Cv Andi Offset.

Sani, R. A., & Kadri, M. (2016). Pendidikan Karakter (Mengembangkan Karakter


Anak yang Islami). Jakarta: Bumi Aksara.

Sari, K. (2020). Nilai-nilai Pendidikan Akhlak Anak dalam Al-Qur'an Surah Al-
Isra' Ayat 23 (Studi kasus Pendidkan Akhlak Anak di Desa Koto Boyo
Kecamatan Batin XXIV Kabupaten Batang Hari, Jambi. Jambi: UIN Sulthan
Thaha Saifuddin.

Sari, M., & Asmendri. (2020). Penelitian Kepustakaan (Library Research) dalam
Penelitian Pendidikan IPA. Jurnal Natural Science: Jurnal Penelitian Bidang
IPA dan Pendidikan IPA.

Shihab, M. Q. (2002). Tafsir Al-Mishbah: pesan, kesan dan keserasian A l-Qur’an


(Jilid 7). Jakarta: Lentera Hati

Sumantri, E. (2011). Konsep Dasar Pendidikan Nilai (Edisi Revisi ed.).


Yogyakarta: Arjuna Press Media.

Suryana, T. (2013). Pendidikan Agama Islam. Tiga Mutiara: Bandung.

Syafari, U. A. (2012). Pendidikan Karakter Berbasis Al-Qur'an. Jakarta: Rajawali


Pers.

Tim Penulis. (2012). Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pusat Bahasa. Departemen
Pendidikan Nasional: Gramedia Pustaka Utama.

Tulus, Y. (2015). Memahami Al-Qur'an dengan Metode Tasir Maudu'i. Jurnal PAI.

Umar, B. (2012). Hadis tarbawi : pendidikan dalam perspektif hadis (Cet. 1).
Jakarta: Amzah.

Wibowo, A. M. (2012). Peningkatan Pemahaman Konsep Sains di Madrasah


Iptidaiyah melalui Perbaikan Bahan Ajar. Jurnal Madrasah: Jurnal
Pendidikan dan Pembelajaran Dasar.

Yuliantini, Y. D., & Putra, A. W. (2017). Semiotika dalam Novel Rembulan


Tenggelam di Wajahmu Karya Tereliye. Jurnal Literasi.
101

Zaman, B. (2019). Pendidikan Akhlak pada Anak Jalanan di Surakarta. Jurnal


Inspirasi: Jurnal Kajian dan Pendidikan Islam.

Zed, M. (2004). Metode Kepustakaan. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia).


102

LAMPIRAN

Lampiran 1
103

Lampiran 2
104
105
106
107
108
109
110
111

DAFTAR RIWAYAT HIDUP


I. Identitas
Nama Lengkap : Risky Kristiyanto
Tempat Lahir : Kemang Indah, Kecamatan Mesuji Raya,
Kabupaten Ogan Komering Ilir, Provinsi
Sumatera Selatan
Tanggal Lahir : 30 Agustus 2000
Nama Ayah : Misnanto
Nama Ibu : Sri Astuti
Alamat : Dusun IV, Desa Kemang Indah, Kecamatan
Mesuji Raya, Kabupaten Ogan Komering Ilir,
Provinsi Sumatera Selatan
Alamat Email : risky1900031325@webmail.uad.ac.id
HP/WA : 0822-8172-5354

II. Pendidikan Formal


1. SDN 1 Kemang Indah 2008-2013
2. SMPN 1 Sumbusari 2013-2016
3. SMAN 2 Kayuagung 2016-2019

III. Pelatihan/Kursus/Workshop
1. Pelatihan dalam acara Orientasi Penanaman Nilai Al-Islam
Kemuhammadiyahan Mahasiswa UAD
2. Training SofT Skill Mahasiswa
3. Workshop dalam acara Reorientasi Pendidikan di Era Merdeka Belajar
4. Workshop dalam acara Millenial Ledearship Era 5.0
5. Workshop dalam accara kuliah umum “Revitalisasi Pendidikan Islam
Berkemajuan di Era Pandemi
IV. Karya Tulis Ilmiah
1. Jurnal dengan Judul “Sekolah Islam Terpadu Sebagai Sarana
Internalisasi Nilai-nilai Kepemimpinan Islam” dalam Jurnal Penelitian
Guru Indonesia Vol. 2, No. 1 Tahun 2022
2. Jurnal dengan Judul “Upaya Mengahadapi Konflik dalam Manajemen
Pendidikan di Madrasah” dalam Jurnal Pendidikan dan Dakwah Vol. 2,
No. 2. Tahun 2022
3. Jurnal dengan Judul “Metode Pembelajaran PAI untuk Siswa
Tunadaksa” dalam Jurnal Pendidikan dan Dakwah Vol. 3, No. 1 Tahun
2023

Anda mungkin juga menyukai