Pemanfaatan SPO Dan Pelita Kesmas
Pemanfaatan SPO Dan Pelita Kesmas
SULAWESI SELATAN
Disampaikan oleh :
SITTI RAHMATIAH,SKM.,M.KES
DINAS KESEHATAN PROVINSI SULAWESI
SELATAN
GAMBARAN
SITUASI
Prevalensi Balita Stunting Provinsi SulSel
• Hanya 2 Kabupaten
dengan Prevalensi <
20% (ambang batas
masalah kesmas)
berdasarkan WHO;
• 4 Kabupaten dengan
Prevalensi < 5% (sesuai
target global);
• 7 Kabupaten dengan
prevalensi <7% (target
RPJMN)
Balita Stunting dan Wasting Menurut Kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi
Selatan Bulan Agustus 2022
20.58
19.48
25
16.43
14.54
13.84
13.73
13.64
13.28
12.83
11.96
20
10.6
9.89
9.38
8.77
15
8.61
8.59
8.26
7.47
7.18
6.72
6.31
5.87
5.81
5.68
5.66
5.66
5.52
5.11
5.06
4.66
4.62
4.32
4.27
4.04
3.91
3.73
10
3.25
3.23
2.83
4.3
2.56
2.49
2.03
2.03
1.99
1.71
1.72
1.68
2.4
1.9
5
0
Stunting Wasting
Layanan rawat jalan bagi balita (6-59 bulan) dengan gizi buruk
2 tanpa komplikasi medis, dilakukan di fasilitas kesehatan primer
Komplikasi Medis :
Layanan rawat inap untuk gizi buruk :
3 ▪ Bayi usia < 6 bulan (dengan/ tanpa komplikasi medis)
1. Anoreksia
2. Dehidrasi berat (muntah
▪ Balita > 6 bulan dengan berat badan < 4 kg terus menerus, diare)
▪ Balita 6-59 bulan dengan komplikasi medis 3. Letargi atau Penurunan
kesadaran
4. Demam tinggi
4 Layanan balita dengan gizi kurang 5. Pneumonia Berat (sulit
bernafas atau bernafas
cepat)
6. Anemia Berat
7
Laporan Masyarakat
(Keluarga, Kader, Kunjungan Balita Rujuk
TOMA, Desa, LSM, ke Posyandu, Rujuk Balik
ALUR RUJUKAN dll PAUD, BKB, dll *) pada balita gizi buruk
**) Komplikasi medis meliputi:
< 6 bulan 6 – 59
Tid bulan
ak Penyakit
Penyerta
BB < 4 kg BB ≥ 4 kg
Ya
Ya
Red
Flag Ya Komplikasi
Medis**)
Tid
ak Tid
Rawat Inap di Ya
Rawat Jalan di ak Tid Rawat Jalan di
Fasyankes/Puskesmas/TFC/R
Red Flag ak Puskesmas/FKTP
Puskesmas/FKTP S
RUMAH SAKIT/FKRTL
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
1. SPO Deteksi Dini dan Rujukan Balita Gizi Buruk atau yang Berisiko Gizi Buruk
4. SPO Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita Usia 6-59 Bulan di Layanan Rawat
Inap
5. SPO Tata Laksana Gizi Buruk Pasca Rawat Inap pada Bayi Usia < 6 Bulan Dan
Balita Usia ≥ 6 Bulan dengan Berat Badan < 4 Kg di Layanan Rawat Jalan
9
1. STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL DETEKSI DINI DAN RUJUKAN BALITA GIZI BURUK
ATAU YANG BERISIKO GIZI BURUK
A. Deteksi Dini Secara Aktif
Mengidentifikasi • Lakukan pemeriksaan pada kedua punggung kaki atau tangan atau kedua tungkai.
kemungkinan adanya • Tekan lembut dengan kedua ibu jari pada bagian punggung kaki atau tangan atau bagian bawah
kaki atau tungkai dan hitung hingga tiga detik, kemudian angkat ibu jari.
pitting edema bilateral
• Jika lekukan bekas tekanan tertinggal pada kedua kaki atau tangan atau tungkai, ini menunjukkan
anak mengalami edema.
Mengidentifikasi bayi < 6 bulan yang terlalu lemah atau sulit menyusu
Ya Tidak
Ya Tidak
Rujuk ke FKTP
Dilakukan pemantauan
(Puskesmas,
pertumbuhan dan
jejaring dan
perkembangan secara
jaringannya)
rutin
2. STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL PENETAPAN DAN KLASIFIKASI BALITA GIZI BURUK DI FASILITAS PELAYANAN
KESEHATAN
Rujuk Red flag diantaranya:
Rujuk Balik • kelainan struktural misalnya, kelainan di area mulut, gigi, dan kerongkongan
*) pada balita gizi buruk • kelainan neurodevelopmental, misalnya kelainan kongenital dan keterlambatan
**) Komplikasi medis meliputi: perkembangan
1. Anoreksia • tanda dan gejala yang mengindikasikan adanya masalah medis misalnya
2. Dehidrasi berat (muntah terus menerus, diare) gastroesophageal reflux ditandai muntah berulang, diare berulang, BBLR, prematur, dan
3. Letargi atau penurunan kesadaran RUJUKAN/BALITA infeksi saluran napas berulang.
4. Demam tinggi DATANG KE FKTP
5. Pneumonia berat (sulit bernafas atau bernafas
cepat)
6. Anemia berat
Tidak dapat SEGERA Tangani Y Kasus gawat
ditangani kegawatdaruratan a darurat
Tid
ak
Stabil PEMERIKSAAN KOMPREHENSIF:
- Manajemen Terpadu Balita Sakit
- Pemeriksaan Antropometri (BB/U, PB/U atau TB/U, BB/PB, BB/TB, IMT/U,
LiLA)
- Penilaian weight increment & height increment (usia 0-24 bulan), tren IMT/U
- Pemeriksaan pitting edema bilateral
- Melakukan tes nafsu makan *)
< 6 bulan 6 – 59
Tid bulan
ak Penyakit
Penyerta
BB < 4 kg BB ≥ 4 kg
Ya
Ya
Red
Flag Ya Komplikasi
Medis**)
Tid
ak Tid
Rawat Inap di Ya
Rawat Jalan di ak Tid Rawat Jalan di
Fasyankes/Puskesmas/TFC/R
Red Flag ak Puskesmas/FKTP
Puskesmas/FKTP S
RUMAH SAKIT/FKRTL
3. STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL TATA LAKSANA
BALITA GIZI BURUK DI LAYANAN RAWAT JALAN
Secara umum penanganan sesuai 10 langkah tata laksana gizi buruk:
Fase Stabilisasi Fase Transisi Fase Rehabilitasi Fase Tindak Lanjut
No Tindakan Pelayanan
Hari 1-2 Hari 3-7 Minggu 2-6 Minggu 7-26
Mencegah dan mengatasi
1
hipoglikemia
Memperbaiki gangguan
4
keseimbangan elektrolit
5 Mengobati infeksi
Anamnesis riwayat riwayat kelahiran, imunisasi, menyusui dan makan (termasuk nafsu makan),
kesehatan balita penyakit dan riwayat keluarga
Pemeriksaan fisik secara • Pemeriksaan fisik umum: kesadaran, suhu tubuh, pernafasan dan nadi
umum dan khusus (MTBS) • Pemeriksaan fisik khusus seperti tercantum pada formulir MTBS (lihat checklist)
Pemeriksaan penunjang ▪ Antibiotika berspektrum luas diberikan saat pertama kali balita masuk rawat jalan, walaupun tidak ada gejala klinis infeksi:
sesuai indikasi Amoksisilin (15 mg/kg per oral setiap 8 jam) selama 5 hari.
▪ Bila balita sebelumnya di rawat inap, maka pemberian antibiotika merupakan lanjutan dari pengobatan sebelumnya di rawat inap.
▪ Parasetamol hanya diberikan pada demam lebih dari 38°C. Bila demam > 39°C rujuk balita ke rawat inap. Beri penjelasan cara
Pemberian obat sesuai hasil menurunkan suhu tubuh anak di rumah kepada pengasuh.
pemeriksaan ▪ Vitamin dan zat gizi mikro (sesuai 10 Langkah Tata Laksana Gizi Buruk).
o Pada balita gizi buruk pasca rawat inap, pemberian Vitamin A dan Asam Folat merupakan lanjutan dari pemberian di rawat inap.
o Pemberian Asam Folat setiap hari minimal selama 2 minggu, dengan dosis pemberian 5 mg pada hari ke-1, selanjutnya 1 mg/hari.
o Pemberian zat besi dengan dosis 3 mg/kgBB/hari, diberikan setelah mengalami kenaikan berat badan (fase rehabilitasi).
Menghitung kebutuhan gizi • Jumlah zat gizi yang diperlukan sebagai terapi gizi untuk memenuhi kebutuhan balita gizi Pemberian RUTF pada fase rehabilitatif
buruk usia 6 – 59 bulan, yaitu Energi: 150 - 220 kkal/kgBB/hari, Protein: 4 - 6 g/kgBB/hari,
Cairan: 150 - 200 ml/kgBB/hari Berat Paket Paket Kkal per
• Pemenuhan kebutuhan gizi tersebut dapat diperoleh dari Formula 100 atau RUTF serta badan per per hari
balita (kg) hari minggu
makanan padat gizi.
3,5 – 3,9 1½ 11 750
Konseling tentang pemberian Konseling Gizi tentang cara pemberian F100 atau RUTF dan makanan padat gizi 4,0 – 5,4 2 14 1.000
RUTF atau F100 dan untuk Balita 6 – 59 bulan serta mencatat hasil layanan dalam rekam medis dan 5,5 – 6,9 2½ 18 1.250
makanan padat gizi formulir rawat jalan. 7,0 – 8,4 3 21 1.500
8,5 – 9,4 3½ 25 1.750
Mencatat hasil layanan dalam rekam medis dan formulir rawat jalan 9,5 – 10,4 4 28 2.000
10,5 – 11,9 4½ 32 2.250
Kunjungan/Kontrol Rutin* ≥ 12 5 35 2500
3. STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL TATA LAKSANA BALITA GIZI BURUK DI LAYANAN RAWAT JALAN
Pendampingan Keluarga
Meliputi riwayat kelahiran, imunisasi, pemberian ASI dan makan (termasuk nafsu
Anamnesis riwayat kesehatan balita
makan), penyakit dan riwayat keluarga.
Pemeriksaan fisik secara umum dan khusus • Pemeriksaan fisik umum meliputi kesadaran, suhu tubuh, pernafasan, dan nadi.
(MTBS)
• Pemeriksaan fisik khusus seperti tercantum pada formulir MTBS.
Pemeriksaan penunjang sesuai indikasi
• Pemberian antibiotika merupakan lanjutan dari pengobatan sebelumnya di rawat inap.
• Parasetamol hanya diberikan pada demam lebih dari 38°C. Bila demam > 39°C rujuk balita ke
Pemberian obat sesuai hasil pemeriksaan
atau lanjutan pengobatan di RS rawat inap. Berikan penjelasan cara menurunkan suhu tubuh anak di rumah kepada pengasuh.
• Vitamin dan zat gizi mikro (sesuai 10 langkah tata laksana gizi buruk)
• Pemberian Vitamin A dan Asam Folat merupakan lanjutan pemberian di rawat inap.
Menghitung kebutuhan gizi sesuai tabel • Bayi < 6 bulan pasca rawat inap yang mendapat ASI: dilakukan penilaian pemberian ASI Eksklusif.
petunjuk pemberian F100 yang diencerkan • Bayi < 6 bulan dan Balita ≥ 6 bulan dengan berat badan < 4 kg pasca rawat inap yang tidak ada
atau susu formula bayi pada fase rehabilitasi kemungkinan mendapatkan ASI diberikan susu formula bayi atau F100 yang diencerkan:
kebutuhan energi 150 kkal/kgBB/hari atau 200 ml/kgBB/hari (sesuai tabel petunjuk pemberian
F100 yang diencerkan atau susu formula bayi pada fase rehabilitasi)
Konseling tentang cara pembuatan dan cara • Cara pembuatan F100 yang diencerkan • Bayi pasca rawat inap yang mendapat susu
pemberian F100 yang diencerkan serta • Cara pemberian F100 yang diencerkan formula bayi atau F100 yang diencerkan:
akses untuk mendapatkan formula • Akses mendapatkan F100 o Menilai kenaikan berat badan
• Bayi usia < 6 bulan pasca rawat inap yang o Menilai pemberian formula/ asupan zat gizi
Mencatat hasil layanan dalam rekam medis mendapat ASI: bayi
dan formulir rawat jalan o Menilai kenaikan berat badan o Kebutuhan energi 150 kkal/kgBB/hari atau 200
o Menilai dan melanjutkan pemberian ASI ml/kgBB/hari
o Konseling pemberian MP-ASI o Konseling pemberian MP-ASI
Kunjungan/Kontrol Rutin
5. STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL TATA LAKSANA GIZI BURUK PASCA RAWAT INAP PADA BAYI USIA < 6
BULAN DAN
BALITA USIA ≥ 6 BULAN DENGAN BERAT BADAN < 4 KG DI LAYANAN RAWAT JALAN
ALUR KUNJUNGAN/ KONTROL RUTIN BALITA GIZI BURUK 6-59 BULAN PASCA RAWAT INAP PADA
BAYI USIA < 6 BULAN DAN BALITA USIA ≥ 6 BULAN DENGAN BERAT BADAN < 4 KG
Gizi buruk
BB/PB < -3 SD 1 kali seminggu KONTROL RUTIN
atau pitting edema bilateral 1. Kemajuan terapi gizi
2. Pemantauan pertumbuhan dan perkembangan
3. Penilaian kemajuan, meliputi:
Gizi kurang • Kondisi klinis baik, bayi sadar dan tidak ada
BB/PB 1 kali setiap
1-2 minggu komplikasi medis
-3 SD s/d < -2 SD • Tidak ada pitting edema bilateral
• Kenaikan BB minimal 20 g/ hari atau 5 g/kg
Gizi baik BB/hari
BB/PB 1 kali sebulan • Ibu dan bayi dibantu untuk mendapatkan
-2 SD s/d +1 SD formula
Posyandu
KRITERIA KELUAR
DARI LAYANAN RAWAT JALAN
• Kondisi klinis baik, balita sadar dan tidak ada
komplikasi medis
• Kenaikan BB cukup
• Tidak ada pitting edema bilateral
• BB/PB ≥ -2 SD
PENYESUAIAN TAHAPAN PENCAPAIAN INDIKATOR
PRESENTASE PUSKESMAS MAMPU TATA LAKSANA GIZI BURUK PADA BALITA
1. Indikator:
Sudah tersedia
Presentase Puskesmas Mampu Tata Laksana Gizi Buruk Pada Balita tim fasilitator
2. Definisi Operasional: di 34 provinsi
Puskesmas Mampu Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita adalah Puskesmas dengan kriteria:
▪ Mempunyai Tim Asuhan Gizi terlatih, terdiri dari dokter, bidan/perawat, dan tenaga gizi.
▪ Memiliki SPO Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita
3. Dampak Pandemi Covid 19:
Terkendalanya pelaksanaan kegiatan workshop (pusat) dan pelatihan (end user) Pencegahan dan Tata Laksana Gizi
Buruk pada Balita (dekon dan DAK Non fisik)
pencapaian indikator, dimulai dari 3. Tata Laksana Gizi Buruk di Layanan rawat Jalan
pemenuhan tersedianya SPO 4. Tata Laksana Gizi Buruk Pada Balita Usia 6-59 bulan di
Layanan rawat Inap
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi
5. Tata Laksana Gizi Buruk Pasca Rawat Inap pada Bayi
Buruk pada Balita.
Usia < 6 bulan dan balita usia > 6 bulan dengan BB < 4
▪ Perhitungan capaian kinerja
kg di Layanan Rawat Jalan
Puskesmas mampu tata laksana gizi 3
SPO Puskesmas untuk Rawat jalan gizi Buruk SPO
buruk dinilai berdasarkan SPO yang
1. Deteksi Dini dan Rujukan Balita Gizi Buruk atau
telah dibuat oleh Puskesmas dan Yang Berisiko Gizi Buruk
diupload kedalam Sistem Informasi 2. Penetapan dan Klasifikasi Balita Gizi Buruk di
Gizi (SIGIZI) Terpadu. fasyankes
3. Tata Laksana Gizi Buruk di Layanan rawat Jalan
Kepmenkes Nomor HK.01.07/MENKES/1128/2022
Halaman 338 - 339
2 TANTANGAN PENCATATAN PELAPORAN DAN
INTERVENSI BALITA GIZI BURUK
PUSKESMAS
SDM • Belum Optimalnya Tim disetiap desa untuk menyusur status gizi balita
Kesehatan • TPG terlatih pelita kesmas
• Pemanfaatan berbagai sumber dana untuk penyediaan bahan dan alat untuk membuat formula
Rekomenda • Pelaksanaan tata laksana balita gizi buruk sesuai standar di puskesmas
si
(CONTOH KASUS) RSU BANTAENG
SDM • Tim Asuhan Gizi (dokter spesialis anak, dokter spesialis gizi, nutrisionis, bidan/Perawat
Kesehatan
- Rata-rata Gizi buruk yang masuk di RSU bukan rujukan kasus gizi buruk melainkan penyakit lain yang
Penemuan kemudian diidentifikasi masuk kategori Gizi Buruk
Kasus & - Tim Asuhan Gizi Belum Terlatih Tata Laksana Gizi Buruk
- Belum ada Kerjasama proses rujukan kasus Gizi buruk
intervensi
Pencatatan &
Pencatatan dan pelaporan secara manual
Pelaporan
Belum ada formulir rujukan puskesmas
Rekomendasi
• Mengembangkan ana untuk penyediaan bahan dan alat untuk membuat formula
• Pelaksanaan tata laksana balita gizi buruk sesuai standar (memberikan formula gizi buruk)
• Diberikan akses atau akun e-PPGBM untuk pelita kesmas
TINDAK LANJUT DI TINGKAT PROVINSI