Anda di halaman 1dari 35

DINAS KESEHATAN PROVINSI

SULAWESI SELATAN

Pemanfaatan Pelita Kesmas Dan Pengembangan


SPO (Standar Prosedur Operasional)
Di Provinsi Sulawesi Selatan

Disampaikan oleh :
SITTI RAHMATIAH,SKM.,M.KES
DINAS KESEHATAN PROVINSI SULAWESI
SELATAN
GAMBARAN
SITUASI
Prevalensi Balita Stunting Provinsi SulSel

• Hanya 2 Kabupaten
dengan Prevalensi <
20% (ambang batas
masalah kesmas)
berdasarkan WHO;

• Hanya 4 Kabupaten yang


berada di bawah angka
Nasioanl
Tren: Prevalensi Wasting (Kurus) Provinsi SulSel

• 4 Kabupaten dengan
Prevalensi < 5% (sesuai
target global);

• 7 Kabupaten dengan
prevalensi <7% (target
RPJMN)
Balita Stunting dan Wasting Menurut Kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi
Selatan Bulan Agustus 2022
20.58

19.48
25

16.43

14.54

13.84
13.73
13.64

13.28
12.83

11.96
20

10.6
9.89

9.38
8.77
15

8.61
8.59

8.26

7.47
7.18
6.72

6.31
5.87
5.81

5.68
5.66

5.66

5.52
5.11

5.06
4.66
4.62
4.32

4.27
4.04
3.91

3.73
10

3.25

3.23

2.83
4.3

2.56

2.49
2.03

2.03
1.99

1.71
1.72

1.68

2.4
1.9
5
0

Stunting Wasting

Target tahun 2022: 14% Target tahun 2022: 7%


• Jumlah sasaran balita yang diukur 572.526 balita • Jumlah sasaran balita yang diukur 572.655 balita
• Jumlah balita stunting 49.289balita • Jumlah balita wasting 21.338 balita

Sumber: ePPGBMper 9 Oktober 2022


TATA LAKSANA GIZI BURUK
MEMILIKI TIM PUSKESMAS MAMPU TATA
No KABUPATEN PUSKESMAS MEMILIKI
ASUHAN GIZI LAKSANA GIZI BURUK
SOP
KEPEMILIKAN TERLATIH
SOP DAN MAMPU 1 Selayar 13 3 13 PKM
2 Bulukumba 11 2 11 PKM
MELAKSANAKAN 3 Bantaeng 16 4 16 PKM
TATA LAKSANA 4 Jeneponto 0 0 0 PKM
GIZI BURUK DI 5 Takalar 8 5 8 PKM
6 Gowa 18 1 18 PKM
PUSKESMAS 7 Sinjai 15 1 15 PKM
8 Maros 8 3 8 PKM
9 Pangkep 22 17 22 PKM
10 Barru 12 3 12 PKM
11 Bone 36 7 36 PKM
12 Soppeng 0 0 0 PKM
13 Wajo 8 9 8 PKM
14 Sidrap 0 0 0 PKM
15 Pinrang 21 3 21 PKM
16 Enrekang 15 1 15 PKM
17 Luwu 12 4 12 PKM
18 Tana Toraja 20 5 20 PKM
19 Luwu Utara 4 1 4 PKM
20 Luwu Timur 12 0 12 PKM
21 Toraja Utara 0 1 0 PKM
22 Makassar 0 0 0 PKM
23 Pare-pare 5 6 5 PKM
24 Kota Palopo 0 0 0 PKM
SULSEL 256 76 Total PKM : 256
Kebijakan Pengelolaan Gizi Buruk Terintegrasi
Terdiri dari 4 Komponen, yaitu:

1 Penggerakan peran serta aktif masyarakat

Layanan rawat jalan bagi balita (6-59 bulan) dengan gizi buruk
2 tanpa komplikasi medis, dilakukan di fasilitas kesehatan primer

Komplikasi Medis :
Layanan rawat inap untuk gizi buruk :
3 ▪ Bayi usia < 6 bulan (dengan/ tanpa komplikasi medis)
1. Anoreksia
2. Dehidrasi berat (muntah
▪ Balita > 6 bulan dengan berat badan < 4 kg terus menerus, diare)
▪ Balita 6-59 bulan dengan komplikasi medis 3. Letargi atau Penurunan
kesadaran
4. Demam tinggi
4 Layanan balita dengan gizi kurang 5. Pneumonia Berat (sulit
bernafas atau bernafas
cepat)
6. Anemia Berat

7
Laporan Masyarakat
(Keluarga, Kader, Kunjungan Balita Rujuk
TOMA, Desa, LSM, ke Posyandu, Rujuk Balik
ALUR RUJUKAN dll PAUD, BKB, dll *) pada balita gizi buruk
**) Komplikasi medis meliputi:

KASUS GIZI BURUK Pelacakan dan


Penemuan Kasus Aktif
Penemuan Kasus Pasif
1. Anoreksia
2. Dehidrasi berat (muntah terus menerus, diare)
3. Letargi atau penurunan kesadaran
4. Demam tinggi
5. Pneumonia berat (sulit bernafas atau bernafas cepat)
6. Anemia berat
PUSKESMAS/ FKTP

Red flag diantaranya:


• kelainan struktural misalnya, kelainan di area
Tidak dapat SEGERA Tangani Y Kasus gawat
ditangani kegawatdaruratan a
mulut, gigi, dan kerongkongan
darurat • kelainan neurodevelopmental, misalnya
kelainan kongenital dan keterlambatan
Tid perkembangan
ak • tanda dan gejala yang mengindikasikan
Stabil PEMERIKSAAN KOMPREHENSIF: adanya masalah medis misalnya
- Manajemen Terpadu Balita Sakit gastroesophageal reflux ditandai muntah berulang,
- Pemeriksaan Antropometri (BB/U, PB/U atau TB/U, BB/PB, BB/TB, IMT/U,
diare berulang, BBLR, prematur, dan infeksi
LiLA)
- Penilaian weight increment & height increment (usia 0-24 bulan), tren IMT/U saluran napas berulang.
- Pemeriksaan pitting edema bilateral
- Melakukan tes nafsu makan *)

• Gagal tumbuh Gizi Buruk


• Gizi kurang Balita berisiko
pendek/stunting

< 6 bulan 6 – 59
Tid bulan
ak Penyakit
Penyerta
BB < 4 kg BB ≥ 4 kg
Ya
Ya
Red
Flag Ya Komplikasi
Medis**)
Tid
ak Tid
Rawat Inap di Ya
Rawat Jalan di ak Tid Rawat Jalan di
Fasyankes/Puskesmas/TFC/R
Red Flag ak Puskesmas/FKTP
Puskesmas/FKTP S

RUMAH SAKIT/FKRTL
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL

TERDAPAT 5 KELOMPOK SPO

1. SPO Deteksi Dini dan Rujukan Balita Gizi Buruk atau yang Berisiko Gizi Buruk

2. SPO Penetapan dan Klasifikasi Balita Gizi Buruk di Fasilitas Pelayanan


Kesehatan

3. SPO Tata Laksana Balita Gizi Buruk di Layanan Rawat Jalan

4. SPO Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita Usia 6-59 Bulan di Layanan Rawat
Inap

5. SPO Tata Laksana Gizi Buruk Pasca Rawat Inap pada Bayi Usia < 6 Bulan Dan
Balita Usia ≥ 6 Bulan dengan Berat Badan < 4 Kg di Layanan Rawat Jalan

9
1. STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL DETEKSI DINI DAN RUJUKAN BALITA GIZI BURUK
ATAU YANG BERISIKO GIZI BURUK
A. Deteksi Dini Secara Aktif

• Letakkan timbangan ditempat yang rata dan datar


Menimbang berat badan • Pastikan angka pada layar menunjukkan angka nol
• Timbang bayi dengan pakaian minim/telanjang
• Baca dan catat berat badan anak sesuai dengan angka yang tercantum pada layar Jika ditemukan minimal salah satu tanda
berikut:
• Selalu mengukur lengan kiri (atau kanan jika kidal)
Mengukur LiLA balita usia • Balita yang terindikasi mengalami hambatan
• Buka pakaian pada lengan kiri
6–59 bulan dengan • Tekuk siku lalu cari puncak bahu dan cari ujung siku pertumbuhan
menggunakan pita LiLA •
berwarna
Taruh benang pada puncak bahu hingga ujung siku • Balita (6–59 bulan) dengan LiLA di warna
• Ukur panjang lengan atas dan lipat benang menjadi dua dan temukan ujung benang di ujung puncak
bahu untuk menentukan titik tengah lengan. Tandai titik tengah pada kulit menggunakan bolpen kuning (LiLA 11,5 cm - < 12,5 cm) atau warna
• Luruskan lengan anak: tangan harus santai, sejajar dengan badan merah (< 11,5 cm)
• Lingkarkan pita LILA di titik tengah yang sudah ditandai. Pastikan pita menempel rata di sekeliling • Balita (6–59 bulan) dengan LiLA di warna
kulit, tidak terlalu ketat atau terlalu longgar Ukur hingga ke angka 0.1 cm terdekat. hijau namun terlihat sangat kurus
• Balita yang teridentifikasi adanya pitting
Mengidentifikasi balita Anak tampak kurus atau sangat kurus dibandingkan anak lain sesuai usia dan jenis kelaminnya,
kehilangan massa otot dan lemak subkutan (wajah seperti orang tua atau old man’s face, kulit bokong edema bilateral
yang terlihat sangat
berlipat atau baggy pants, tulang iga terlihat jelas atau iga gambang, otot mengecil atau atrofi otot) • Bayi < 6 bulan yang terlalu lemah atau sulit
kurus
menyusu

Mengidentifikasi • Lakukan pemeriksaan pada kedua punggung kaki atau tangan atau kedua tungkai.
kemungkinan adanya • Tekan lembut dengan kedua ibu jari pada bagian punggung kaki atau tangan atau bagian bawah
kaki atau tungkai dan hitung hingga tiga detik, kemudian angkat ibu jari.
pitting edema bilateral
• Jika lekukan bekas tekanan tertinggal pada kedua kaki atau tangan atau tungkai, ini menunjukkan
anak mengalami edema.

Mengidentifikasi bayi < 6 bulan yang terlalu lemah atau sulit menyusu
Ya Tidak

Rujuk ke FKTP (Puskesmas, Dilakukan pemantauan


jejaring dan jaringannya) pertumbuhan dan
perkembangan secara
rutin
1. STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL DETEKSI DINI DAN RUJUKAN BALITA GIZI BURUK
ATAU YANG BERISIKO GIZI BURUK
B. Deteksi Dini Secara Pasif
Mengidentifikasi balita dengan menggunakan grafik pertumbuhan anak di Kartu Jika ditemukan:
hambatan pertumbuhan atau Menuju Sehat (KMS) dan Buku Kesehatan Ibu
berisiko hambatan pertumbuhan • Balita terindikasi mengalami hambatan
dan Anak (KIA)
pertumbuhan berdasarkan grafik
pertumbuhan anak di KMS dan Buku
• Selalu mengukur lengan kiri (atau kanan jika kidal)
Mengukur LiLA balita usia 6–59 KIA:
• Buka pakaian pada lengan kiri
bulan dengan menggunakan pita • Tekuk siku lalu cari puncak bahu dan cari ujung siku - Garis pertumbuhan anak memotong
LiLA berwarna untuk semua balita • Taruh benang pada puncak bahu hingga ujung siku salah satu garis Z-score
yang datang ke Posyandu • Ukur panjang lengan atas dan lipat benang menjadi dua dan temukan ujung benang di ujung - Garis pertumbuhan anak meningkat
puncak bahu untuk menentukan titik tengah lengan. Tandai titik tengah pada kulit menggunakan atau menurun secara tajam
bolpen
• Luruskan lengan anak: tangan harus santai, sejajar dengan badan - Garis pertumbuhan anak terus
• Lingkarkan pita LILA di titik tengah yang sudah ditandai. Pastikan pita menempel rata di sekeliling mendatar, misalnya tidak ada
kulit, tidak terlalu ketat atau terlalu longgar Ukur hingga ke angka 0.1 cm terdekat. kenaikan berat badan
• Balita 6–59 bulan dengan LiLA diwarna
Pemeriksaan pitting edema • Lakukan pemeriksaan pada kedua punggung kaki atau tangan atau kedua tungkai. kuning (LiLA 11,5 cm - <12,5 cm) atau
bilateral • Tekan lembut dengan kedua ibu jari pada bagian punggung kaki atau tangan atau
warna merah (<11,5 cm)
bagian bawah kaki atau tungkai dan hitung hingga tiga detik kemudian angkat ibu jari.
• Jika lekukan bekas tekanan tertinggal pada kedua kaki atau tangan atau tungkai, ini
• Balita 6–59 bulan dengan LiLA di warna
menunjukkan anak mengalami edema . hijau namun terlihat sangat kurus
• Balita yang teridentifikasi adanya pitting
Mengidentifikasi bayi < 6 bulan edema bilateral
yang terlalu lemah atau sulit
• Bayi < 6 bulan yang terlalu lemah atau
menyusu
sulit menyusu

Ya Tidak

Rujuk ke FKTP
Dilakukan pemantauan
(Puskesmas,
pertumbuhan dan
jejaring dan
perkembangan secara
jaringannya)
rutin
2. STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL PENETAPAN DAN KLASIFIKASI BALITA GIZI BURUK DI FASILITAS PELAYANAN
KESEHATAN
Rujuk Red flag diantaranya:
Rujuk Balik • kelainan struktural misalnya, kelainan di area mulut, gigi, dan kerongkongan
*) pada balita gizi buruk • kelainan neurodevelopmental, misalnya kelainan kongenital dan keterlambatan
**) Komplikasi medis meliputi: perkembangan
1. Anoreksia • tanda dan gejala yang mengindikasikan adanya masalah medis misalnya
2. Dehidrasi berat (muntah terus menerus, diare) gastroesophageal reflux ditandai muntah berulang, diare berulang, BBLR, prematur, dan
3. Letargi atau penurunan kesadaran RUJUKAN/BALITA infeksi saluran napas berulang.
4. Demam tinggi DATANG KE FKTP
5. Pneumonia berat (sulit bernafas atau bernafas
cepat)
6. Anemia berat
Tidak dapat SEGERA Tangani Y Kasus gawat
ditangani kegawatdaruratan a darurat

Tid
ak
Stabil PEMERIKSAAN KOMPREHENSIF:
- Manajemen Terpadu Balita Sakit
- Pemeriksaan Antropometri (BB/U, PB/U atau TB/U, BB/PB, BB/TB, IMT/U,
LiLA)
- Penilaian weight increment & height increment (usia 0-24 bulan), tren IMT/U
- Pemeriksaan pitting edema bilateral
- Melakukan tes nafsu makan *)

• Gagal tumbuh Gizi Buruk


• Gizi kurang Balita berisiko
pendek/stunting

< 6 bulan 6 – 59
Tid bulan
ak Penyakit
Penyerta
BB < 4 kg BB ≥ 4 kg
Ya
Ya
Red
Flag Ya Komplikasi
Medis**)
Tid
ak Tid
Rawat Inap di Ya
Rawat Jalan di ak Tid Rawat Jalan di
Fasyankes/Puskesmas/TFC/R
Red Flag ak Puskesmas/FKTP
Puskesmas/FKTP S

RUMAH SAKIT/FKRTL
3. STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL TATA LAKSANA
BALITA GIZI BURUK DI LAYANAN RAWAT JALAN
Secara umum penanganan sesuai 10 langkah tata laksana gizi buruk:
Fase Stabilisasi Fase Transisi Fase Rehabilitasi Fase Tindak Lanjut
No Tindakan Pelayanan
Hari 1-2 Hari 3-7 Minggu 2-6 Minggu 7-26
Mencegah dan mengatasi
1
hipoglikemia

2 Mencegah dan mengatasi hipotermia

3 Mencegah dan mengatasi dehidrasi

Memperbaiki gangguan
4
keseimbangan elektrolit

5 Mengobati infeksi

Memperbaiki kekurangan zat gizi Tanpa Fe Dengan Fe


6
mikro

Memberi makanan untuk fase


7
stabilisasi dan transisi
Memberi makanan untuk tumbuh
8
kejar
Memberikan stimulasi untuk tumbuh
9
kembang
Mempersiapkan untuk tindak lanjut di
10
rumah
3. STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL TATA LAKSANA BALITA GIZI BURUK DI LAYANAN RAWAT JALAN

Balita gizi buruk 6-59 bulan


tanpa komplikasi medis

Anamnesis riwayat riwayat kelahiran, imunisasi, menyusui dan makan (termasuk nafsu makan),
kesehatan balita penyakit dan riwayat keluarga

Pemeriksaan fisik secara • Pemeriksaan fisik umum: kesadaran, suhu tubuh, pernafasan dan nadi
umum dan khusus (MTBS) • Pemeriksaan fisik khusus seperti tercantum pada formulir MTBS (lihat checklist)

Pemeriksaan penunjang ▪ Antibiotika berspektrum luas diberikan saat pertama kali balita masuk rawat jalan, walaupun tidak ada gejala klinis infeksi:
sesuai indikasi Amoksisilin (15 mg/kg per oral setiap 8 jam) selama 5 hari.
▪ Bila balita sebelumnya di rawat inap, maka pemberian antibiotika merupakan lanjutan dari pengobatan sebelumnya di rawat inap.
▪ Parasetamol hanya diberikan pada demam lebih dari 38°C. Bila demam > 39°C rujuk balita ke rawat inap. Beri penjelasan cara
Pemberian obat sesuai hasil menurunkan suhu tubuh anak di rumah kepada pengasuh.
pemeriksaan ▪ Vitamin dan zat gizi mikro (sesuai 10 Langkah Tata Laksana Gizi Buruk).
o Pada balita gizi buruk pasca rawat inap, pemberian Vitamin A dan Asam Folat merupakan lanjutan dari pemberian di rawat inap.
o Pemberian Asam Folat setiap hari minimal selama 2 minggu, dengan dosis pemberian 5 mg pada hari ke-1, selanjutnya 1 mg/hari.
o Pemberian zat besi dengan dosis 3 mg/kgBB/hari, diberikan setelah mengalami kenaikan berat badan (fase rehabilitasi).

Menghitung kebutuhan gizi • Jumlah zat gizi yang diperlukan sebagai terapi gizi untuk memenuhi kebutuhan balita gizi Pemberian RUTF pada fase rehabilitatif
buruk usia 6 – 59 bulan, yaitu Energi: 150 - 220 kkal/kgBB/hari, Protein: 4 - 6 g/kgBB/hari,
Cairan: 150 - 200 ml/kgBB/hari Berat Paket Paket Kkal per
• Pemenuhan kebutuhan gizi tersebut dapat diperoleh dari Formula 100 atau RUTF serta badan per per hari
balita (kg) hari minggu
makanan padat gizi.
3,5 – 3,9 1½ 11 750
Konseling tentang pemberian Konseling Gizi tentang cara pemberian F100 atau RUTF dan makanan padat gizi 4,0 – 5,4 2 14 1.000
RUTF atau F100 dan untuk Balita 6 – 59 bulan serta mencatat hasil layanan dalam rekam medis dan 5,5 – 6,9 2½ 18 1.250
makanan padat gizi formulir rawat jalan. 7,0 – 8,4 3 21 1.500
8,5 – 9,4 3½ 25 1.750
Mencatat hasil layanan dalam rekam medis dan formulir rawat jalan 9,5 – 10,4 4 28 2.000
10,5 – 11,9 4½ 32 2.250
Kunjungan/Kontrol Rutin* ≥ 12 5 35 2500
3. STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL TATA LAKSANA BALITA GIZI BURUK DI LAYANAN RAWAT JALAN

ALUR KUNJUNGAN/ KONTROL RUTIN BALITA GIZI BURUK 6-59 BULAN

Gizi buruk 1 kali seminggu


BB/PB atau BB/TB < -3 SD
atau pitting edema bilateral KONTROL RUTIN
1. Kemajuan terapi gizi
2. Pemantauan pertumbuhan dan perkembangan
Gizi kurang 1 kali setiap 3. Penilaian kemajuan, meliputi:
BB/PB atau BB/TB 1-2 minggu • Kenaikan BB
-3 SD s/d < -2 SD • Target kenaikan berat badan 50 g/kgBB/minggu
atau minimal 5 g/kgBB/hari selama 2 minggu
Gizi baik 1 kali sebulan berturut-turut
BB/PB atau BB/TB • Edema berkurang/ hilang
-2 SD s/d +1 SD • Kondisi klinis lainnya membaik
Posyandu • Bila kemajuan lambat, harus dicari penyebabnya.

KRITERIA KELUAR DARI LAYANAN RAWAT JALAN


Bila selama 2 minggu berturut-turut atau 2 kali kunjungan memenuhi kriteria:
• Status gizi baik (berdasarkan indeks antropometri yang sama saat masuk
perawatan)
Status Gizi Saat Masuk Layanan Status Gizi Saat Keluar Layanan
Rawat Jalan Rawat Jalan
LiLA < 11,5 cm LiLA ≥ 12,5 cm
BB/PB atau BB/TB < -3 SD BB/PB atau BB/TB ≥ -2 SD
LiLA < 11,5 cm dan BB/PB atau LiLA ≥ 12,5 cm dan BB/PB atau
BB/TB < -3 SD BB/TB ≥-2 SD
• Tidak ada pitting edema bilateral
• Kondisi klinis baik
4. STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL TATA LAKSANA GIZI BURUK PADA BALITA DI LAYANAN RAWAT
INAP
BAYI < 6 BULAN BALITA USIA ≥ 6 BULAN DENGAN BALITA USIA 6-59 BULAN
Perhatikan BB < 4 Kg DENGAN
•Kelainan bawaan, kelahiran
KOMPLIKASI MEDIS
prematur, dan masalah asupan
•F100 diencerkan
•Pemberian ASI PUSKESMAS PERAWATAN/ TFC/
RUMAH SAKIT RUMAH SAKIT

Pendampingan Keluarga

Layanan/ Intervensi Balita Di Rawat Inap

Lakukan 10 Langkah Tata Laksana Gizi Buruk

Tanda Bahaya dan Kondisi Klinis Catatan:


•Langkah 6: Fe (zat besi) diberikan pada fase rehabilitasi
Tanda Penting I II III IV V
•Penentuan kondisi pada fase stabilisasi (kondisi 1 sd 5) dan tindakan
Renjatan + - - - - perawatan berdasarkan 3 tanda bahaya dan tanda penting, terdiri dari:
•Renjatan (syok)
Letargis + + - + -
•Letargis
Diare/muntah dengan + + + - - •Diare/ Muntah dengan atau tanpa dehidrasi
atau tanpa dehidrasi

Fase Stabilisasi Fase Transisi Fase Rehabilitasi


•Kolaborasi perawatan dan pengobatan pada fase stabilisasi sesuai •Pemberian F100 dengan volume sama •Tujuan untuk memulihkan jaringan tubuh yang hilang
dengan 5 kondisi klinis yang ditentukan oleh 3 Tanda Bahaya dan seperti volume pemberian F75 pada akhir •Energi 150 - 220 kkal/kgBB/hari dan protein 4 - 6 g/kgBB/hari.
Tanda Penting fase stabilisasi, pertahankan selama 2 Volume F100 terus dinaikkan sampai anak tidak mampu menghabiskan (tidak boleh melebihi
•Tujuan fase ini untuk menstabilkan kondisi klinis/ fisiologis hari jumlah maksimum pada tabel F100), kemudian bertahap diberi makanan padat gizi
anak •Selanjutnya volume F100 dinaikkan •Bila tersedia layanan rawat jalan, maka fase rehabilitasi dapat dilakukan di layanan rawat jalan
•Pemberian F75, volume sesuai berat badan anak (Tabel F75) bertahap sampai mencapai volume 150
•Pada akhir fase stabilisasi: F75 diberikan setiap 4 jam (habis) lanjut ml/kgBB/hari
fase transisi. KRITERIA SEMBUH
2 (dua) minggu berturut-turut:
•LiLA ≥ 12,5 cm (balita 6-59 bulan) dan/atau Z-Skor BB/PB atau BB/TB ≥ -2 SD
•Tidak ada pitting edema bilateral
•Kondisi klinis baik
Pemantauan dan Evaluasi Catatan: Bayi < 6 bulan dan balita ≥ 6 bulan dengan BB < 4 kg tidak diukur LiLA tetapi dipantau
kenaikan berat badan minimal 20 g/hari atau > 5g/kgBB/hari selama 5 hari berturut-turut,
kondisi klinis baik, bayi sadar dan tidak ada komplikasi medis → pindah ke rawat jalan
5. STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL TATA LAKSANA GIZI BURUK PASCA RAWAT INAP PADA BAYI USIA < 6 BULAN DAN
BALITA USIA ≥ 6 BULAN DENGAN BERAT BADAN < 4 KG DI LAYANAN RAWAT JALAN
Bayi Gizi Buruk Usia < 6 bulan dan Balita Usia ≥ 6
Bulan dengan Berat Badan < 4 Kg Pasca Rawat Inap

Meliputi riwayat kelahiran, imunisasi, pemberian ASI dan makan (termasuk nafsu
Anamnesis riwayat kesehatan balita
makan), penyakit dan riwayat keluarga.
Pemeriksaan fisik secara umum dan khusus • Pemeriksaan fisik umum meliputi kesadaran, suhu tubuh, pernafasan, dan nadi.
(MTBS)
• Pemeriksaan fisik khusus seperti tercantum pada formulir MTBS.
Pemeriksaan penunjang sesuai indikasi
• Pemberian antibiotika merupakan lanjutan dari pengobatan sebelumnya di rawat inap.
• Parasetamol hanya diberikan pada demam lebih dari 38°C. Bila demam > 39°C rujuk balita ke
Pemberian obat sesuai hasil pemeriksaan
atau lanjutan pengobatan di RS rawat inap. Berikan penjelasan cara menurunkan suhu tubuh anak di rumah kepada pengasuh.
• Vitamin dan zat gizi mikro (sesuai 10 langkah tata laksana gizi buruk)
• Pemberian Vitamin A dan Asam Folat merupakan lanjutan pemberian di rawat inap.

Menghitung kebutuhan gizi sesuai tabel • Bayi < 6 bulan pasca rawat inap yang mendapat ASI: dilakukan penilaian pemberian ASI Eksklusif.
petunjuk pemberian F100 yang diencerkan • Bayi < 6 bulan dan Balita ≥ 6 bulan dengan berat badan < 4 kg pasca rawat inap yang tidak ada
atau susu formula bayi pada fase rehabilitasi kemungkinan mendapatkan ASI diberikan susu formula bayi atau F100 yang diencerkan:
kebutuhan energi 150 kkal/kgBB/hari atau 200 ml/kgBB/hari (sesuai tabel petunjuk pemberian
F100 yang diencerkan atau susu formula bayi pada fase rehabilitasi)

Konseling tentang cara pembuatan dan cara • Cara pembuatan F100 yang diencerkan • Bayi pasca rawat inap yang mendapat susu
pemberian F100 yang diencerkan serta • Cara pemberian F100 yang diencerkan formula bayi atau F100 yang diencerkan:
akses untuk mendapatkan formula • Akses mendapatkan F100 o Menilai kenaikan berat badan
• Bayi usia < 6 bulan pasca rawat inap yang o Menilai pemberian formula/ asupan zat gizi
Mencatat hasil layanan dalam rekam medis mendapat ASI: bayi
dan formulir rawat jalan o Menilai kenaikan berat badan o Kebutuhan energi 150 kkal/kgBB/hari atau 200
o Menilai dan melanjutkan pemberian ASI ml/kgBB/hari
o Konseling pemberian MP-ASI o Konseling pemberian MP-ASI
Kunjungan/Kontrol Rutin
5. STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL TATA LAKSANA GIZI BURUK PASCA RAWAT INAP PADA BAYI USIA < 6
BULAN DAN
BALITA USIA ≥ 6 BULAN DENGAN BERAT BADAN < 4 KG DI LAYANAN RAWAT JALAN
ALUR KUNJUNGAN/ KONTROL RUTIN BALITA GIZI BURUK 6-59 BULAN PASCA RAWAT INAP PADA
BAYI USIA < 6 BULAN DAN BALITA USIA ≥ 6 BULAN DENGAN BERAT BADAN < 4 KG
Gizi buruk
BB/PB < -3 SD 1 kali seminggu KONTROL RUTIN
atau pitting edema bilateral 1. Kemajuan terapi gizi
2. Pemantauan pertumbuhan dan perkembangan
3. Penilaian kemajuan, meliputi:
Gizi kurang • Kondisi klinis baik, bayi sadar dan tidak ada
BB/PB 1 kali setiap
1-2 minggu komplikasi medis
-3 SD s/d < -2 SD • Tidak ada pitting edema bilateral
• Kenaikan BB minimal 20 g/ hari atau 5 g/kg
Gizi baik BB/hari
BB/PB 1 kali sebulan • Ibu dan bayi dibantu untuk mendapatkan
-2 SD s/d +1 SD formula

Posyandu

KRITERIA KELUAR
DARI LAYANAN RAWAT JALAN
• Kondisi klinis baik, balita sadar dan tidak ada
komplikasi medis
• Kenaikan BB cukup
• Tidak ada pitting edema bilateral
• BB/PB ≥ -2 SD
PENYESUAIAN TAHAPAN PENCAPAIAN INDIKATOR
PRESENTASE PUSKESMAS MAMPU TATA LAKSANA GIZI BURUK PADA BALITA

1. Indikator:
Sudah tersedia
Presentase Puskesmas Mampu Tata Laksana Gizi Buruk Pada Balita tim fasilitator
2. Definisi Operasional: di 34 provinsi
Puskesmas Mampu Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita adalah Puskesmas dengan kriteria:
▪ Mempunyai Tim Asuhan Gizi terlatih, terdiri dari dokter, bidan/perawat, dan tenaga gizi.
▪ Memiliki SPO Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita
3. Dampak Pandemi Covid 19:
Terkendalanya pelaksanaan kegiatan workshop (pusat) dan pelatihan (end user) Pencegahan dan Tata Laksana Gizi
Buruk pada Balita (dekon dan DAK Non fisik)

• Tidak ada perubahan indikator, target dan definisi operasional


Bagaimana dengan • Terdapat penyesuaian tahapan dalam pemenuhan sesuai definisi
pencapaian target operasional, dimulai dari pemenuhan tersedianya SPO Pencegahan
indikator tersebut? dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita di Puskesmas
PEMENUHAN SPO DI PUSKESMAS
5
SPO untuk Puskesmas Rawat Inap gizi Buruk SPO
▪ Penyesuaian terhadap definisi 1. Deteksi Dini dan Rujukan Balita Gizi Buruk atau Yang
Berisiko Gizi Buruk
operasional yang telah ditetapkan,
dengan membuat tahapan
2. Penetapan dan Klasifikasi Balita Gizi Buruk di fasyankes

pencapaian indikator, dimulai dari 3. Tata Laksana Gizi Buruk di Layanan rawat Jalan

pemenuhan tersedianya SPO 4. Tata Laksana Gizi Buruk Pada Balita Usia 6-59 bulan di
Layanan rawat Inap
Pencegahan dan Tata Laksana Gizi
5. Tata Laksana Gizi Buruk Pasca Rawat Inap pada Bayi
Buruk pada Balita.
Usia < 6 bulan dan balita usia > 6 bulan dengan BB < 4
▪ Perhitungan capaian kinerja
kg di Layanan Rawat Jalan
Puskesmas mampu tata laksana gizi 3
SPO Puskesmas untuk Rawat jalan gizi Buruk SPO
buruk dinilai berdasarkan SPO yang
1. Deteksi Dini dan Rujukan Balita Gizi Buruk atau
telah dibuat oleh Puskesmas dan Yang Berisiko Gizi Buruk
diupload kedalam Sistem Informasi 2. Penetapan dan Klasifikasi Balita Gizi Buruk di
Gizi (SIGIZI) Terpadu. fasyankes
3. Tata Laksana Gizi Buruk di Layanan rawat Jalan
Kepmenkes Nomor HK.01.07/MENKES/1128/2022
Halaman 338 - 339
2 TANTANGAN PENCATATAN PELAPORAN DAN
INTERVENSI BALITA GIZI BURUK
PUSKESMAS
SDM • Belum Optimalnya Tim disetiap desa untuk menyusur status gizi balita
Kesehatan • TPG terlatih pelita kesmas

Balita Gizi Buruk:


• Belum dilakukan tata laksana gizi buruk terstandar di puskesmas
Penemuan • Kendala: tidak ada dana, kurangnya sarana prasarana (alat dan bahan untuk membuat formula)
• Screening di puskesmas belum berjalan dengan baik
Kasus & • Belum menganalisis hasil inputan/entryan di e-PPGBM untuk menentukan masalah gizi
intervensi • Ketika ditemukan masalah belum dicatat rencana tindak lanjut

• Hasil penilaian status gizi di e-PPGBM belum ditindaklanjuti


Pencatatan &
• Pencatatan secara manual
Pelaporan

• Memverifikasi kasus gizi buruk yang terdaftar di e-PPGBM


• Memaksimalkan fitur lonceng untuk melihat balita yang mengalami masalah gizi
• Memaksimalkan fitur tindakan, populate dan fitur lain di e-PPGBM
Rekomendasi • Menggunakan data tindakan sebagai bahan dukung kajian lintas sector
• Pemanfaatan berbagai sumber dana untuk penyediaan bahan dan alat untuk membuat formula
• Pelaksanaan tata laksana balita gizi buruk sesuai standar di puskesmas
(CONTOH KASUS) PUSKESMAS LOKA
SDM
Kesehatan • TPG terlatih pelita kesmas

Balita Gizi Buruk:


• Di rujuk ke UPT Gizi Terpadu
Penemuan • Dilakukan verifikasi pengukuran → rujuk ke UPT → diberikan biscuit PMT dan taburia
Kasus & • Kendala: tidak ada dana, kurangnya sarana prasarana (alat dan bahan untuk membuat formula).
intervensi Mineral mix tersedia

Pencatatan & • Hasil penilaian status gizi di e-PPGBM belum ditindaklanjuti


Pelaporan • Pencatatan secara manual dan secara elektronik melalui e-PPGBM

• Pemanfaatan berbagai sumber dana untuk penyediaan bahan dan alat untuk membuat formula
Rekomenda • Pelaksanaan tata laksana balita gizi buruk sesuai standar di puskesmas
si
(CONTOH KASUS) RSU BANTAENG
SDM • Tim Asuhan Gizi (dokter spesialis anak, dokter spesialis gizi, nutrisionis, bidan/Perawat

Kesehatan

- Rata-rata Gizi buruk yang masuk di RSU bukan rujukan kasus gizi buruk melainkan penyakit lain yang
Penemuan kemudian diidentifikasi masuk kategori Gizi Buruk
Kasus & - Tim Asuhan Gizi Belum Terlatih Tata Laksana Gizi Buruk
- Belum ada Kerjasama proses rujukan kasus Gizi buruk
intervensi

Pencatatan &
Pencatatan dan pelaporan secara manual
Pelaporan
Belum ada formulir rujukan puskesmas

Rekomendasi
• Mengembangkan ana untuk penyediaan bahan dan alat untuk membuat formula
• Pelaksanaan tata laksana balita gizi buruk sesuai standar (memberikan formula gizi buruk)
• Diberikan akses atau akun e-PPGBM untuk pelita kesmas
TINDAK LANJUT DI TINGKAT PROVINSI

• Memverifikasi kasus gizi buruk yang terdaftar di


e-PPGBM (Pelita Kesmas)
• Advokasi dan kolaborasi Stake holder di Tingkat
Provinsi tentang penanganan kasus gizi buruk dan
stunting
• Membentuk Tim PIC Gerak cepat untuk penanganan
kasus gizi buruk
• Sosialisasi Sistem Rujukan dan pembuatan akun
pelita kesmas
• Advokasi Pemanfaatan berbagai sumber dana untuk
penyediaan bahan dan alat untuk membuat formula
• Pelaksanaan tata laksana balita gizi buruk sesuai
standar di puskesmas
Pelaksanaan Tata Laksana Gizi Buruk di Puskesmas, dan
1 RS yang sesuai pedoman

Pemanfaatan aplikasi PELITA KESMAS sebagai pencatatan


2 dan pelaporan kasus gizi buruk, stunting, dan weight faltering oleh
KESIMPULAN Puskesmas maupun RS

3 Mengoptimalkan peran Puskesmas untuk pemetaan wilayah


berdasarkan determinan, dan upaya promotif preventif

Meningkatkan koordinasi dan memperkuat kolaborasi antara


4 Pemerintah Daerah, Lintas Program dan Lintas Sektor, serta mitra
pembangunan lainnya agar berjalan sinergis.

Pemantauan secara rutin balita dengan kelainan status gizi,


5 dimulai dari weight faltering dan gizi kurang sehingga tidak
jatuh kedalam gizi buruk ataupun stunting
28
PENCATATAN PELAPORAN GIZI
BURUK MELALUI PELITA KESMAS
DASHBOARD SIGIZI Terpadu
Entri data Individu

Entri/Sinkronisasi data laporan agregat

Manajemen User dan Tabel

PPGBM versi Offline

Ta ta la ksana Gizi Buruk

Pencatatan dan Pelaporan PMT

Anda mungkin juga menyukai