Anda di halaman 1dari 91

i

PERSEMBAHAN

Skripsi ini ku persembahkan untuk :

1. Tuhan Yesus dan Bunda Maria ;


2. Orang Tua tercinta Papa Ida Gede Alor Santiyasa dan Mama Thedorina
Dembo tidak ada kata-kata yang sanggup mengungkapkan cinta kasih
yang diberikan;
3. Kakak terbaik Surya Stefano Valentino & Sukma Dewi Natalia yang
dengan sabar memberi motivasi dalam penyelesaian skripsi ini;
ii

MOTTO
“Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan
memberi kelegaan kepadamu,”

- Matius 11 : 28
iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yesus atas segala rahmat dan tuntunanNya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul berjudul
“KEBEBASAN BERPENDAPAT DI MEDIA SOSIAL DARI PERSPEKTIF
HAK ASASI MANUSIA DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR
39 TAHUN 1999 TENTANG HAK ASASI MANUSIA” telah dapat
diselesaikan dengan baik.

Skripsi ini dibuat sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum
pada Fakultas Ilmu Hukum Universitas Nusa Cendana Kupang. Penulis
menyadari bahwa dalam menyelesaikan tulisan ini tidak terlepas dari bantuan
bimbingan dari berbagai pihak.Untuk itu pada kesempatan ini, penulis
menyampaikan rasa hormat dan terimakasih kepada pihak yang terhormat :

1. Bapak Dr. drh. Maxs U. E. Sanam, M.Sc selaku Rektor Universitas Nusa
Cendana Kupang yang sudah memberikan kesempatan bagi penulis untuk
menuntut ilmu.
2. Ibu Dr. Reny Rebeka Masu, SH.MH selaku Dekan Fakultas Ilmu Hukum.
3. Bapak Dr. Rudepel Petrus Leo. SH,M.HUM, selaku Ketua Progam Studi
Ilmu Hukum.
4. Ibu Siti Ramlah Usman, SH. M. HUM selaku Dosen penasehat akademik
yang telah banyak memberikan nasihat dan motivasi sejak awal perkuliahan
hingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ini dengan baik.
5. Bapak David Y Meyners, SH.,M.HUM selaku pembimbing I, dan Bapak
Rafael R. Tupen, SH., M.HUM selaku pembimbing II yang dengan segala
kemampuannya serta penuh kebaikan yang selalu meluangkan waktu dan
tenaga untuk membimbing, memotivasi, serta memberikan arahan bagi
penulis sehingga karya ini dapat terselesaikan.
6. Bapak Dr. Saryono Yohanes, SH.,MH, selaku penguji I yang telah
meluangkan waktu untuk memberikan arahan dan masukan demi
penyempurnaan tulisan ini.
iv

7. Orang tua tercinta Bapak Ida Gede Alor Santiyasa dan Ibu Thedorina Dembo
yang telah memberikan dukungan, motivasi dan doa untuk penulis,
terimakasih untuk cinta,kasih sayang, doa, perhatian dan pengorbanan yang
diberikan selama ini.
8. Saudara-saudara tersayang Surya Stefano Valentino, S.E dan Sukma Dewi
Natalia yang selalu dengan sabar menjadi tempat pencurahan keluh kesah
selama ini.
9. Saudari terkasih Ida Putu Alit Mahendra Gautama, S.Tr.Par, Ida Guswis
Mahendra Gautama, Esra Sabrina Boru Panggabean, S.Ars dan Mayrissa
Panggabean, S.Ked atas dukungannya dalam perkuliahan sampai penulisan
skripsi.
10. Keluarga kedua: Vony Jublina Nuban, Stephani Daris, Valentina Abu dan
Indah Syafira Tjung memberikan dukungan selama perkuliahan dan selalu
mendoakan penulis.
11. Kepada semua pihak baik secara langsung maupun tidak langsung yang telah
memberikan bantuan kepada penulis yang tidak dapat penulis sebutkan satu
persatu.

Penulis menyadari bahwa karya ini masih jauh dari sempurna adanya, oleh
karena itu segala saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan tulisan ini
sangat Penulis hargai.

Semoga karya tulis ini bermanfaat bagi insan pencinta ilmu Hukum.

Kupang, September 2023

Penulis
v

ABSTRAK

KEBEBASAN BERPENDAPAT DI MEDIA SOSIAL DARI PERSPEKTIF


HAK ASASI MANUSIA DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR
39 TAHUN 1999 TENTANG HAK ASASI MANUSIA
Oleh :
Sinthani Vicktoria
Dibimbing Oleh David Meyners, SH., M. HUM dan Rafael R. Tupen, SH.,
M.HUM
Fakultas Hukum- Universitas Nusa Cendana
Kebebasan berpendapat di media sosial merupakan hal yang wajar mengingat di
era reformasi saat ini terdapat hak kebebasan berpendapat yang tercantum dalam
Pasal 28 Ayat 3 UUD 1945. Kebebasan berekspresi sebenarnya didapatkan karena
adanya Hak Asasi Manusia yang tercantum dalam UU Nomor 39 Tahun 1999
Pasal 14-32. Setiap individu bebas mengemukakan pendapatnya baik berupa lisan,
tulisan dan lain-lain, seperti yang tercantum pada Pasal 1 Ayat (1) UUD Nomor 9
Tahun 1998 tentang kemerdekaan mengemukakan pendapat di muka umum.
Berbagai tantangan lain yang disebabkan oleh permasalahan ini pun akhirnya
muncul ke permukaan. Hal ini dapat berkaitan dengan tingkat nasionalisme,
literasi, dan toleransi antara satu sama lain. Media sosial memberikan kesempatan
kepada siapapun untuk terlibat di dalamnya secara langsung. Banyak masyarakat
mengambil kesempatan tersebut untuk sekedar terlibat didalamnya, bagi sebagian
masyarakat memanfaatkan media sosial untuk kegiatan berbagi informasi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Kebebasan Berpendapat di Media
Sosial dari Perspektif Hak Asasi Manusia ditinjau dari Undang-Undang Nomor 39
Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, dan apa dampak dari kebebasan
berpendapat di media sosial terhadap perlindungan Hak Asasi Manusia. Jenis
penelitian ini menggunakan tipe penelitian Normatif dengan menggunakan
pendekatan penelitian Undang-Undang dan pendekatan kasus serta menggunakan
bahan hukum primer, sekunder, dan tersier yang diperoleh dari studi pustaka yang
terdiri dari bahan hukum primer, sekunder, dan tersier. Hasil dari penulisan
Skripsi ini dapat disimpulkan bahwa Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999
tentang Hak Asasi Manusia, pada pasal 4 menyatakan "Hak untuk hidup,hak
untuk tidak disiksa, hak kebebasan pribadi, pikiran dan hati nurani, hak
beragama,hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi dan
persamaan dihadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang
berlaku surut adalah Hak Asasi Manusia yang tidak dapat dikurangi dalam
keadaan apapun dan oleh siapapun".
Kata Kunci : Hak Asasi Manusia, Kebebasan Berpendapat, Media Sosial.
vi

DAFTAR ISI

PERSEMBAHAN……………………………………………………………… i
MOTTO………………………………………………………………………… ii
KATA PENGANTAR…………………………………………………………. iii
DAFTAR ISI…………………………………………………………………… vi
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………… 1
A. LATAR BELAKANG MASALAH…………………………………… 1
B. RUMUSAN MASALAH……………………………………………… 11
C. TUJUAN PENELITIAN……………………………………………… 11
D. MANFAAT PENELITIAN…………………………………………… 11
E. METODE PENELITIAN…………………………………………….. 13
1. Sumber Bahan Hukum…………..…………………………………… 14
2. Aspek Penelitian………………………………………………………. 14
3. Pendekatan Penelitian……….……………………………………….. 15
4. Teknik Pengolahan Bahan Hukum……………………………………. 17
BAB II TINJAUAN PUSTAKA………………………………………………. 20
A. NEGARA HUKUM…………………………………………………… 20
B. HAK ASASI MANUSIA……………………………………………… 23
1. Perlindungan Hak Asasi Manusia……………………………………. 25
2. Pelanggaran Hak Asasi Manusia……………….…………………….. 28
C. DEMOKRASI…………………………………………………………. 29
D. HUBUNGAN NEGARA HUKUM DAN DEMOKRASI…………… 31
E. MEDIA SOSIAL……………………………………………………… 37
1. Jenis Media Sosial……………………………………………………. 37
2. Manfaat Media Sosial………………………………………………… 40
F. KEKEBASAN BERPENDAPAT DI MEDIA SOSIAL…………….. 40
1. Undang-Undang yang Mengatur Kebebasan Berpendapat di Media Sosial 42
2. Konsep Kebebasan Berpendapat……………………………………… 43
G. DAMPAK POSITIF DAN NEGATIF PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL
TERHADAP NORMA DAN BUDAYA DI INDONESIA………….. 44
vii

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN…………………….. 53


A. KEBEBASAN BERPENDAPAT DALAM MEDIA SOSIAL DITINJAU
DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 39 TAHUN 1999…………… 53
1. Kebebasan Berpendapat dalam Media Sosial………………………… 53
2. Pengaturan Kebebasan Berpendapat Di Media Sosial….……………. 66
B. DAMPAK KEBEBASAN BERPENDAPAT DARI MEDIA SOSIAL
TERHADAP PERLINDUNGAN HAK ASASI MANUSIA………… 67
1. Meningkatkan sumber daya manusia melalui media sosial………………. 67
2. Membuka Dan Mencari Lapangan Kerja…………………………….. 71
3. Menambah Wawasan Pengetahuan Melalui Media Sosial…………… 73
BAB IV PENUTUP……………………………………………………………. 77
A. SIMPULAN……………………………………………………………. 77
B. SARAN……………………………………………………………….... 80
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………….. 81
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Negara Indonesia adalah negara yang menempatkan hukum

sebagai dasar kekuasaan negara dan penyelenggaraan negara tersebut dalam

segala bentuknya dilakukan di bawah kekuasaan hukum. 1 Negara yang

berdasarkan kekuasaan hukum berarti negara dengan sagala tindakan

pemerintahannya harus berdasarkan hukum sehingga kecil kemungkinan

terjadi penyalahgunaan kekuasaan. Selain itu, negara atau pemerintah harus

menjamin tertib hukum, menjamin tegaknya hukum dan menjamin

tercapainya tujuan hukum.2

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

(UUD NKRI 1945) merupakan hukum dasar sebagai pedoman dalam

penyelenggaraan pemerintahan baik secara tertulis maupun tidak tertulis. 3

Oleh karena itu, berbagai hukum di Indonesia mengacu pada UUD Negara RI

Tahun 1945. Banyak sekali peraturan hukum yang mengatur mengenai hak

asasi manusia salah satunya adalah Pasal 1 Undang-Undang Nomor 39 Tahun

1
Attamimi S., Hamid dalam Ridwan H. R, HukumAdministrasi Negara, UII Pres Yogyakarta,
2003, hlm. 14.
2
Tahir, Azhary, Negara Hukum, Yogyakarta: Liberty, 2009, hlm. 63.
3
Syafiie, Inu Kencana, Ilmu Politik, Jakarta: Rineka Cipta,1997, hlm. 140.
2

1999 tentang Hak Asasi Manusia yang berbunyi, “Hak asasi manusia adalah

seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai

makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang

wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum dan

mertabat manusia.”

Ketentuan dalam pasal tersebut “setiap orang” dibebani kewajiban

yang sama dengan pemerintah dan negara.4 Setiap orang juga aktor

pemangku kewajiban yaitu kewajiban untuk menghormati (to respect) hak

dan kebebasan orang lain.5 Namun, jika dilihat dari pasal tersebut, setiap

orang juga berkewajiban untuk menjunjung tinggi dan melindungi hak asasi

manusia.6 Pelaksanaan penegakan perlindungan hak asasi manusia di

Indonesia masih jauh dari yang diharapkan masyarakat pada umumnya karena

pemerintah dinilai dalam pelaksanaannya belum dapat menyelesaikan

masalah-masalah yang berkaitan dengan hak asasi manusia.

Hak asasi manusia adalah hak-hak yang dimiliki manusia bukan

karena diberikan oleh masyarakat atau berdasarkan hukum positif, melainkan

karena martabatnya sebagai manusia.7 Manusia diberikan akal budi dan

nurani oleh Tuhan Yang Maha Esa dengan akal budi dan nuraninya tersebut

maka manusia memiliki kebebasan untuk memutuskan sendiri perilaku atau

perbuatannya, kebebasan dan hak-hak dasar itulah yang disebut dengan hak

4
Eko Riyadi, Hukum Hak Asasi Manusia, Depok: Raja Grafindo Persada, 2018, hlm. 78.
5
Ibid.
6
Ibid.
7
Madja El Muhtaj, Dimensi-Dimensi Hak Asasi Manusia Mengurangi Hak Ekonomi Sosial
dan Budaya, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2009, hlm. 1.
3

asasi manusia yang melekat pada manusia secara kodrati, hak-hak tersebut

tidak dapat diabaikan jika diabaikan hak tersebut berarti mengabaikan harkat

dan mertabat manusia. Negara, pemerintah atau organisasi apapun memiliki

kewajiban untuk mengakui dan melindungi hak asasi manusia tanpa

terkecuali, ini berarti hak asasi manusia harus selalu menjadi tolak ukur dan

tujuan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Indonesia memiliki prinsip yang tak terelakan yaitu mengenai

kebebasan berpendapat dan kebebasan berekspresi, Prinsip tersebut terdapat

dalam International Covenant For Civil and Political Rights (ICCPR) yang

kemudian diratifikasi oleh Pemerintah Indonesia8 dengan menetapkan

Undang-undang Nomor 12 Tahun 2005 tentang International Covenant On

Civil and Political Rights (konvonen internasional tentang hak-hak sipil dan

politik). Masyarakat Internasional bersepakat menjadikan HAM sebagai tolak

ukur pencapaian bersama (a commond standard of achievement for all

peoples and all nations) yang ditandai dengan diterimanya oleh masyarakat

internasional suatu rezim HAM yang terdiri dari tiga dokumen inti yaitu,

Deklarasi Hak Asasi Manusia Sedunia (DUHAM), Kovenan Hak Sipil dan

Politik (hak sipol), Kovenan Hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya (Hak

Ekosob).9

Seperti halnya Hak Bebas berpendapat yang merupakan

kebebasan dalam berbicara dan berpendapat secara bebas tetapi bertanggung


8
Muhardi Hasan dan Estika Sari, “Hak Sipil dan Politik”, 2005, Vol. 4, Nomor 1, hlm. 21.
Jurnal Demokrasi.
9
Retno Kusniati, “Sejarah Perlindungan Hak-Hak Asasi Manusia Dalam Kaitannya Dengan
Konsepsi Negara Hukum”, 2011, hlm. 1, Jurnal Ilmu Hukum.
4

jawab. Pengaturan tentang HAM khususnya dalam kebebasan berpendapat di

media sosial di Indonesia telah tercantum dalam UUD, yakni pada bab XA

UUD Negara RI Tahun 1945 Pasal 28 e ayat (3) yang menyatakan, “Setiap

orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan

pendapat”. Hal ini dipertegas melalui UU Nomor 9 Tahun 1988 tentang

Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat di Muka Umum, sehingga kebebasan

berpendapat individu merupakan hak yang dilindungi secara hukum.

Seseorang yang bersikap, berpendapat maupun mengambil sebuah

kesimpulan, kemudian memutuskan dengan mengutarakannya, dalam konteks

ini di media sosial, tentunya telah melewati berbagai pertimbangan. Dalam

hal ini pembentukan persepsi merupakan suatu hal mendasar sebelum

seseorang berpendapat maupun mengambil kesimpulan.10

Jimly Asshidiqie, sebagaimana yang telah dikutip oleh Qamar11

dalam bukunya yang berjudul “Hak Asasi Manusia Dalam Negara Hukum

Demokrasi” mengemukakan bahwa pendapat tidak hanya disampaikan secara

lisan seperti pidato namun juga lewat tulisan dalam berbagai tulisan yaitu

salah satunya tulisan di media sosial. Mengemukakan pendapat sebenarnya

adalah hak dari segala warga negara. Kenyataanya, beberapa kasus di

10
Dwi Nikmah Puspitasari, “Kebebasan Berpendapat Dalam Media Sosial”, 2016, Vol. 2.
Nomor 14, hlm. 3, Jurnal Ilmu Hukum.
11
Nurul Qamar, Hak Asasi Manusia Dalam Negara Hukum Demokrasi, Jakarta: Sinar
Grafika, 2003, hlm. 101.
5

Indonesia terjadi karena pendapat-pendapat di masyarakat tidak diterima oleh

kelompok. Sedangkan, perlindungan dan penghormatan HAM adalah

tanggung jawab negara melalui aparatur pemerintahan.

Kebebasan berpendapat sebagai hak asasi manusia merupakan

hak konstitusional yang dijamin oleh konstitusi untuk dapat menjamin hak

asasi manusia, khususnya kebebasan berpendapat diperlukan instrument

hukum baik internasional maupun nasional. Kebebasan berpendapat di

Indonesia saat ini menurut tingkat persentase warga negara dalam

mengemukakan pendapatnya dan menurut apa yang sekarang ini terlihat

bahwasannya kebebasan di Indonesia sudah dipandang cukup tinggi karena

saat ini Indonesia merupakan negara yang demokratis dalam segala bidang.12

Saat ini warga negara secara sah dapat mengemukakan apa yang ada di dalam

pikirannya untuk mengkritik kebijakan publik yang dibuat oleh pemerintah

beserta lembaga negara sehingga kebijakan tersebut bisa dikontrol sendiri

oleh rakyat apa bila kebijakan tersebut tidak sesuai dengan tujuan dari

kebijakan publik tersebut.

Tahun 2021 terjadi kasus Seorang siswa SMA di Nusa Tenggara

Timur (NTT) berinisial SN (19) dilaporkan ke polisi oleh guru honorer

berinisial WU atas dugaan pencemaran nama baik. SN sempat ditetapkan

sebagai tersangka. Namun kasus tersebut sudah dihentikan yang diterbitkan

oleh penyidik dari pihak kepolisian untuk menghentikan pengusutan suatu

12
Maghfur Ahmad, Nahdlatul Ulama dan Penegakkan Hak Asasi Manusia Di Indonesia,
dalam jurnal “Religia”, Vol. 13, 2010, hlm. 177.
6

kasus. Kepala Kepolisian Daerah NTT Irjen Lotharia Latif mengatakan kasus

tersebut diselesaikan lewat pendekatan keadilan restorative (restorative

justice). “Sudah selesai itu. Saya perintahkan untuk selesaikan dengan

restorative justice,” kata Irjen Latif saat diminta konfirmasi.WU selaku

pelapor dimediasi pihak kepolisian bersama SN selaku terlapor. Dia

mengatakan kasus itu berjalan pada Oktober 2020. SN dilaporkan

menggunakan Undang-Undang Informasi Transaksi Elektronik (ITE). Kasus

ini akhirnya bisa diselesaikan lewat jalur mediasi. “Itu kejadian bulan

Oktober. Sudah beberapa kali coba diselesaikan. Pelapor awalnya tetap tidak

terima, ”katanya.

Kasus ini juga disorot dan disupervisi Mabes Polri. Kabareskrim

Polri Komjen Agus Andrianto membenarkan penerapan restorative justice,

yakni dengan memediasi antara pelapor dan terlapor. Langkah ini dilakukan

Polda NTT dikoordinasikan Dirkrimsus Kombes Johanes dan jajaran.

“Kasusnya sudah selesai, mereka berdamai setelah dimediasi, ” kata Komjen

Agus dalam keterangannya. Dia mengatakan langkah ini diambil atas

petunjuk Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo agar anggota lebih berhati-

hati menerapkan Undang-Undang ITE. Restorative justice diambil atas

pertimbangan terlapor berstatus siswa sekolah, pertimbangan kemanusiaan,

dan perdamaian kedua pihak.“Pihak pelapor mencabut laporannya, dan

tersangka berjanji tidak mengulangi perbuatannya kembali,” ujar Komjen

Agus.13
13
Audrey Santoso dan Adhyaksa Dirgantara, Siswa di NTT Jadi Tersangka ITE Gegara
Unggah Dugaan Pungli, Kasus Disetop,2021, Tersedia pada https://news.detik.com/berita/d-
5479610/siswa-di-ntt-jadi-tersangka-ite-gegara-unggah-dugaan-pungli-kasus-disetop,
7

Bareskrim masih mendata kasus-kasus yang menjadi perhatian

publik. Dia mengatakan jajarannya berkomitmen melaksanakan visi-misi

yang disampaikan Kapolri. “Mohon doanya untuk mewujudkan penegakan

hukum yang berkeadilan,” tegasnya. Kasus ini berawal dari posting-an

tersangka SN pada 16 Juli 2020 lalu di grup media sosial. Dia menduga ada

pungutan liar (pungli) dengan tulisan “Kepala SDN Bestobe memerintahkan

seorang guru An WU menuju bank (menuliskan salah satu bank)

mendampingi para siswa/siswi penerima PIP dan memungut uang

pendamping penerima PIP tiap siswa 25 ribu rupiah”. Posting-an terlapor

tidak diterima baik oleh pihak sekolah dan melaporkan kasus ini pada 23

Oktober lalu. Atas nama SDN Bostobe, WU, yang berstatus guru honorer,

membuat laporan ke polisi. SN selaku terlapor dikenai Pasal 45 ayat 3 juncto

Pasal 27 ayat 3 Undang-Undang RI Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan

atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang ITE juncto Pasal 310

KUHP.

Tahun 2022 terjadi kasus pencemaran nama baik. Penyidik Subdit

V/Cyber Crime Direktorat Reskrim Polda NTT telah memanggil dan

memeriksa Buang Sine selaku terlapor dalam kasus dugaan pencemaran nama

baik. Buang Sine merupakan mantan anggota Polda NTT yang pensiun dini

dengan pangkat terakhir Ipda Buang sine dilaporkan Ipda Rudy Soik, perwira

pada Ditreskrimsus Polda NTT, senin (3/1/2022) lalu. Buang sine memenuhi

Diakses pada 1 Maret 2022.


8

panggilan penyidik pada Senin (17/1/2022).14 Buang Sine yang datang

seorang diri langsung diperiksa Bripka Yusuf Peni diruang Subdit V

Ditreskrimsus Polda NTT. Pemeriksaan berlangsung selama hampir tiga jam.

Sosok yang juga novelis ternama itu baru menyelesaikan pemeriksaan pada

pukul 12.30 Wita. Buang Sine disodori beberapa pertanyaan terkait laporan

polisi Nomor: LP/B/02/I/2022/SPKT/POLDA NTT, tanggal 3 Januari 2022.

Buang Sine diduga melanggar Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016

tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang

Informasi dan Transaksi Elektronik Pasal 27 Ayat (2) Undang-Undang ITE.

Dia diduga melakukan perbuatannya pada 18 Desember 2021 sekitar pukul

16.00 Wita. Laporan kasus ini disampaikan Rudy Soik dan terlapor akun

facebook Buang Sine. Ipda Rudy Soik, pelapor yang juga korban pencemaran

nama baik melalui media sosial facebook sudah diperiksa penyidik Polda

NTT.

Pemeriksaan dilakukan di ruang Subdit V/Cyber Crime

Ditreskrimsus Polda NTT pasca laporan disampaikan korban. “Saya sudah

diperiksa dan ditangani Subdit V/Cyber crime Ditreskrimsus Polda NTT,”

kata Rudy Soik saat dikonfirmasi belum lama ini. Ia juga menyertakan

sejumlah bukti terkait laporannya guna melengkapi laporan polisi nomor

LP/B/02/I/2022/SPKT/Polda Nusa Tenggara Timur tanggal 3 Januari 2022.

14
Imanuel Lodja dan Hadi Iswanto, Dugaan Pencemaran Nama Baik, Polda NTT Periksa
Mantan Polisi, 2022, Tersedia pada https://www.katantt.com/artikel/43879/mantan-polisi-di-
kupang-diperiksa-terkait-kasus-pencemaran-nama-baik-perwira-polda-ntt/., Diakses pada 1
Maret 2022.
9

Usai diperiksa, Buang Sine secara kebetulan bertemu dengan

Rudy Soik. Keduanya sempat berdebat soal perkara yang sedang bergulir.

Rudy Soik memprotes dan menyayangkan sikap Buang Sine yang

membangun narasi di media sosial yang dinilainya mencemarkan nama

baiknya.

Sementara Buang Sine mengaku kalau ia sudah berniat baik

datang ke Polda NTT untuk diperiksa. “Tidak boleh diintervensi oleh pelapor.

Saya sudah berniat baik datang diperiksa dan pemeriksa (penyidik) sangat

kondusif memeriksa saya,” ujarnya. Rudy Soik menyayangkan berbagai

postingan dan informasi dari Buang Sine di media sosial yang dinilai

menyudutkan dirinya. “Om Buang Sine bilang sudah dikasih data kepada

saya. Mana datanya? Om tidak pernah kasih saya data tapi mengaku kasih

data. Om Buang juga awalnya bilang Randylah pelakunya tapi sekarang

bangun narasi lagi bukan Randy pelakunya,” ujar Rudy dengan nada kesal.

Pemberitaan sebelumnya, Rudy Soik melaporkan mantan anggota Polri di

Kupang, NTT. Buang Sine resmi dilaporkan ke SPKT Polda NTT, Senin,

(3/1/2022)15 terkait dugaan mencemarkan nama baik anggota polisi aktif Ipda

Rudy Soik di media sosial.

Berdasarkan beberapa kasus tersebut, sebenarnya di Indonesia

semua warga negara memiliki hak kebebasan berpendapat di muka umum

karena kebebasan berpendapat merupakan bentuk kemerdekaan tanpa takut

karena sudah dijamin undang-undang, salah satunya adalah Pasal 27 ayat (1)

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang


15
Ibid.
10

menegaskan “ Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam

hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu

dengan tidak ada kecualinya” Namun, kebebasan berekspresi dan berpendapat

terancam dengan adanya Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 perubahan

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi

Elektronik (ITE), Undang-Undang ini justru membatasi kebebasan

berekspresi dan berpendapat dengan beberapa poin yaitu16;

1. Undang-Undang ini tidak memberikan batasan yang terang dan jelas

dalam pendefinisian pencemaran nama baik.

2. Tidak dipenuhinya unsur-unsur yang menjadi syarat dalam hal pembatasan

hak kebebasan berpendapat.

3. Terdapat beberapa ketentuan yang tidak relevan dengan ketentuan

perundang-undangan yang lain.

4. Dalam praktiknya penggunaan UU ini menerpa hampir seluruh lapisan

masyarakat.

Mengacu pada konsep kontrak sosial yaitu kesepakatan rasional

untuk menetapkan seberapa luas kebebasan warga negara (yang pada asasnya

tidak terbatas) dan di lain pihak seberapa besar kewenangan negara (yang

pada asasnya terbatas). Pembatasan yang diperlukan atas hak dan kebebasan

warga hanya dapat dilakukan berdasarkan warga negara sendiri dalam

suasana yang bebas.17


16
Selian, D.L, Kebebasan Berpendapat: Penegakan Hak Asasi Manusia, 2018, Vol. 2,
Nomor 2, hlm. 32.
17
Soetandyo Wingjosoebroto, Pergeseran Paradigma dalam Kajian-Kajian Sosial dan
Hukum, Malang: Setara Press, 2013, hlm. 70-72.
11

Berdasarkan pada uraian dan permasalahan di atas, maka penulis

tertarik untuk menganalisis dan melakukan penelitian yang berjudul,

“Kebebasan Berpendapat Di Media Sosial Dalam Perspektif Hak Asasi

Manusia Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang

Hak Asasi Manusia”.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana pengaturan kebebasan berpendapat dalam Media Sosial ditinjau

dari Undang-Undang Nomor 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia?

2. Apa Dampak kebebasan berpendapat dari Media Sosial terhadap

perlindungan Hak Asasi Manusia?

C. TUJUAN PENELITIAN

1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaturan kebebasan berpendapat

dalam Media Sosial.

2. Untuk mengetahui dan menganalisis dampak kebebasan berpendapat dari

media sosial terhadap perlindungan hak asasi manusia.

D. MANFAAT PENELITIAN

1. Manfaat Teoretis
12

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi

pengembangan Ilmu Pengetahuan Hukum pada umumnya dalam Hukum

Tata Negara pada khususnya yang berkaitan dengan HAM sesuai dengan

Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.

c. Hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa, dosen atau pihak

lain untuk mendapatkan gambaran serta pengetahuan yang lebih jelas

mengenai HAM khususnya dalam kebebasan berpendapat di media sosial

dan pelaksanaan penegakkan dan perlindungannya di Indonesia.

d. Bagi pelaksanaan penelitian yang sejenis maka penelitian ini diharapkan

dapat digunakan sebagai salah satu sumbangan referensi penelitian yang

dilakukan.

2. Manfaat praktis

a. Bagi Masyarakat

Hasil penelitian bagi masyarakat pada umumnya dan bagi pihak yang

terkait dapat memberikan masukan, informasi serta tambahan

pengetahuan tentang HAM dalam kebebasan berpendapat di media sosial

serta pelaksanaan penegakkan dan perlindungannya sesuai Undang-

Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.

b. Bagi Penegak Hukum

Diharapkan hasil penelitian ini menjadi motivator untuk penegak hukum

di Indonesia, khususnya dalam kebebasan berpendapat di media sosial.

c. Bagi Pemerintah
13

Dengan hasil penelitian ini diharapkan pemerintah memberikan

penjelasan mengenai faktor-faktor identifikasi dan kebijakan dalam

menggunakan sosial media khususnya dalam kebebasan berpendapat

kepada masyarakat terutama di media sosial sesuai dengan Undang-

Undang Nomor 39 tahun 1999 dan memberikan keleluasaan kepada

masyarakat untuk mengeluarkan pendapat di media sosial.

d. Bagi Kalangan Akademisi

Manfaat penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan dan membentuk

polan pikir analistis dan sistematis bagi mahasiswa dalam mencermati

berbagai perkembangan yang terjadi di bidang hukum terkait

perkembangan IPTEK, yang membawa dampak dan perubahan besar

bagi kehidupan manusia terutama dari segi Hukum Pidana.

E. METODE PENELITIAN

Spesifikasi Penelitian

Penelitian ini pada dasarnya dikategorikan ke dalam penelitian

hukum Normatif yaitu penelitian hukum yang mengkaji hukum tertulis.

Dalam penelitian hukum Normatif, data yang diperlukan adalah data

sekunder. Data sekunder pada penelitian hukum normatif berasal dari

berbagai bahan hukum, yaitu undang-undang, dokumen hukum, laporan

hukum dan catatan hukum, dan yang berasal dari ilmu pengetahuan hukum,

yaitu ajaran hukum atau doktrin hukum, teori hukum, pendapat hukum dan

ulasan hukum yang terdiri dari bahan hukum primer, sekunder dan tersier.
14

Menurut Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji menyebutkan

bahwa ruang lingkup normatif mencakup penelitian terhadap asas-asas

hukum, penelitian terhadap sistematika hukum, penelitian terhadap taraf

sinkronisasi vertikal dan horisontal, perbandingan hukum, maupun sejarah

hukum. Selain itu, penelitian ini juga mencakup inventarisasi hukum positif,

dan penemuan hukum dalam perkara konkret.18

1. Sumber Bahan Hukum

Sumber bahan hukum yang meliputi bahan hukum primer, bahan

hukum sekunder, dan bahan hukum tersier.19

a. Bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang utama, sebagai

bahan hukum yang bersifat autoritatif, yakni bahan hukum yang

mempunyai otoritas, Bahan hukum primer meliputi peraturan

perundang-undangan dan segala dokumen resmi yang memuat

ketentuan hukum.

b. Bahan hukum sekunder adalah dokumen atau bahan hukum yang

memberikan penjelasan terhadap bahan hukum primer seperti buku-buku,

artikel, jurnal, hasil penelitian, makalah dan lain sebagainya yang relevan

dengan permasalahan yang akan dibahas.

18
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, “Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan
Singkatan”, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2006, hlm. 13-14.
19
L.J. Van Apeldoorn, 2005, Pengantar Ilmu Hukum, Cet. 31, Jakarta : Pradnya Paramita,
hlm.3.
15

c. Bahan hukum tersier sebagai bahan hukum yang memberikan petunjuk

dan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder, seperti

kamus, maupun ensiklopedi.

2. Aspek Penelitian

a. Kebebasan Berpendapat dalam Media Sosial, meliputi:

1) Kebebasan menyampaikan informasi;

2) Kebebasan menyampaikan pendapat;

3) Kebebasan membuat karya lewat media sosial.

b. Dampak Hak Kebebasan Berpendapat, meliputi :

1) Meningkatkan sumber daya manusia melalui media sosial;

2) Membuka lapangan kerja dan mencari lapangan kerja;

3) Menambah wawasan pengetahuan melalui media sosial.

3. Pendekatan Penelitian

Adapun beberapa pendekatan yang dipakai dalam penelitian

hukum yang bersifat normatif ini.20

a. Pendekatan Perundang-undangan (Statute Approach)

Pendekatan ini merupakan pendekatan penelitian yang

mengutamakan bahan hukum yang berupa peraturan perundang-

20
Syaiful Anam, Pendekatan Perundang-Undangan (Statute Approach) Dalam Penelitian
Hukum, 2017, Tersedia di https://www.saplaw.top/pendekatan-perundang-undangan-statute-
approach-dalam-penelitian-hukum/, Diakses pada 18 Juni 2022.
16

undangan sebagai bahan acuan dasar dalam melakukan penelitian.

Pendekatan perundang-undangan (statute approach) biasanya di

gunakan untuk meneliti peraturan perundang-undangan yang dalam

penormaannya masih terdapat kekurangan atau malah menyuburkan

praktek penyimpangan baik dalam tataran teknis atau dalam

pelaksanaannya dilapangan. Pendekatan ini dilakukan dengan menelaah

semua peraturan perundang-undangan yang bersangkut paut dengan

permasalahan (isu hukum) yang sedang dihadapi. Pendekatan

perundang-undangan ini misalnya dilakukan dengan mempelajari

konsistensi/kesesuaian antara Undang-Undang Dasar dengan Undang-

Undang, atau antara Undang-Undang yang satu dengan Undang-

Undang yang lain.

b. Pendekatan Konseptual (Conceptual Approach)

Pendekatan ini merupakan jenis pendekatan dalam penelitian

hukum yang memberikan sudut pandang analisa penyelesaian

permasalahan dalam penelitian hukum dilihat dari aspek konsep-konsep

hukum yang melatarbelakanginya, atau bahkan dapat dilihat dari nilai-

nilai yang terkandung dalam penormaan sebuah peraturan kaitannya

dengan konsep-konsep yang digunakan. Sebagian besar jenis

pendekatan ini dipakai untuk memahami konsep-konsep yang berkaitan

dengan penormaan dalam suatu perundang-undangan apakah telah

sesuai dengan ruh yang terkandung dalam konsep-konsep hukum yang

mendasarinya. Pendekatan ini beranjak dari pandangan-pandangan dan


17

doktrin-doktrin yang berkembang di dalam ilmu hukum. Pendekatan ini

menjadi penting sebab pemahaman terhadap pandangan/doktrin yang

berkembang dalam ilmu hukum dapat menjadi pijakan untuk

membangun argumentasi hukum ketika menyelesaikan isu hukum yang

dihadapi. Pandangan/doktrin akan memperjelas ide-ide dengan

memberikan pengertian-pengertian hukum, konsep hukum, maupun

asas hukum yang relevan dengan permasalahan.

c. Pendekatan Kasus (Case Approach)

Pendekatan ini merupakan salah satu jenis pendekatan dalam

penelitian hukum normatif yang peneliti mencoba membangun

argumentasi hukum dalam perspektif kasus konkrit yang terjadi

dilapangan, tentunya kasus tersebut erat kaitannya dengan kasus atau

peristiwa hukum yang terjadi di lapangan. Untuk itu biasanya jenis

pendekatan ini tujuannya adalah untuk mencari nilai kebenaran serta

jalan keluar terbaik terhadap peristiwa hukum yang terjadi sesuai

dengan prinsip-prinsip keadilan.

Pendekatan ini dilakukan dengan melakukan telaah pada

kasus-kasus yang berkaitan dengan isu hukum yang dihadapi. Kasus-

kasus yang ditelaah merupakan kasus yang telah memperoleh putusan

pengadilan berkekuatan hukum tetap. Hal pokok yang dikaji pada setiap

putusan tersebut adalah pertimbangan hakim untuk sampai pada suatu

keputusan sehingga dapat digunakan sebagai argumentasi dalam

memecahkan isu hukum yang dihadapi.


18

4. Teknik Pengolahan Bahan Hukum

Data yang sudah terkumpul kemudian diolah dengan sistematisasi

terhadap bahan hukum tertulis dengan melakukan seleksi data sekunder atau

bahan hukum, kemudian diklasifikasi menurut penggolongan bahan hukum

dalam menyusun data hasil penelitian tersebut secara sistematis dan logis

untuk mendapatkan gambaran umum dari hasil penelitian.

5. Teknik analisis hukum

Analisis ini dapat dirumuskan sebagai suatu proses penguraian

secara sistematis dan konsisten terhadap gejala-gejala tertentu. Analisis

bahan hukum adalah bagaimana memanfaatkan sumber-sumber bahan

hukum yang telah terkumpul untuk digunakan dalam memecahkan

permasalahan dalam penelitian ini. Dasar dari penggunaan analisis secara

normatif, dikarenakan bahan-bahan hukum dalam penelitian ini mengarah

pada kajian-kajian yang bersifat teoritis dalam bentuk asas-asas hukum,

konsep-konsep hukum, serta kaidah-kaidah hukum.21

Bahan-bahan hukum yang telah berhasil dikumpulkan dilakukan

analisis yakni deskripsi, interpretasi, evaluasi dan sistematisasi. Teknik

deskripsi yakni menguraikan (mengabstraksikan) suatu fenomena apa

adanya atau posisi dari proposisi-proposisi hukum dan non-hukum yang

dijumpai.

Teknik interpretasi atau penafsiran menggunakan jenis-jenis penafsiran

dalam ilmu hukum terhadap proposisi-proposisi yang dijumpai guna


21
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, “Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan
Singkat”, Rajawali Press, Jakarta, 1985, cet.1, hlm. 4.
19

disistematisasikan sesuai dengan pembahasan atas pokok permasalahan

penelitian ini. Teknik evaluasi adalah penilaian berupa tepat atau tidak tepat,

setuju atau tidak setuju, benar atau salah, sah atau tidak sah, oleh peneliti

terhadap suatu pandangan, proposisi, pernyataan rumusan norma, baik yang

tertera dalam bahan hukum primer maupun dalam bahan hukum sekunder. 22

Teknik sistematisasi adalah berupaya untuk mencari kaitan rumusan suatu

konsep atau proposisi hukum antara peraturan perundang-undangan yang

sederajat maupun yang tidak sederajat.

Hasil dari empat teknik analisis tersebut kemudian dilakukan analisis

menurut isinya (content analysis), yang merupakan analisis isi dengan

upaya untuk memilah-milah dan memilih data dari berbagai bahan pustaka

yang ada serta searah dengan objek penelitian yang dimaksud. Analisis

konten adalah suatu teknik penelitian untuk menghasilkan deskripsi yang

obyektif, sistematik dan bersifat kualitatif mengenai substansi dari

penelitian itu sendiri.23

Metode analisis data dalam penelitian ini, dengan mengolah secara

sistematis bahan-bahan penelitian untuk dikaji secara komprehensif. Metode

yang digunakan untuk menganalisis adalah metode destruktif sekaligus

kualitatif. Deskriptif adalah menganalisis data dengan cara memaparkan

secara terperinci dan tepat perihal fenomena tertentu terkait dengan

penulisan hukum ini. Kualitatif adalah menganalisis pemaparan hasil-hasil

penulisan yang sudah disistematisasikan tersebut dengan kajian dari teori-


22
Sumadi Suryabrata, “Metode Penelitian”, cet. Ke-9, Rajawali press, Jakarta, 1993, hlm. 85
23
Darmiyati Zuchdi, “Panduan Penelitian Analisis Konten”, Yogyakarta: Lembaga Penelitian IKIP
Yogyakarta, 1993, hlm. 1.
20

teori hukum dan hukum positif. Hal ini guna menjelaskan permasalahan

penelitian hukum dengan kalimat yang logis, bersifat ilmiah dan mudah

dipahami.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. NEGARA HUKUM

Pemikiran mengenai negara hukum sebenarnya sudah sangat tua,

jauh lebih tua dari usia ilmu negara itu sendiri, gagasan itu merupakan

gagasan modern yang multi perspektif dan selalu aktual. Apabila melihat

sejarah, perkembangan pemikiran filsafat mengenai negara hukum dimulai

sejak tahun 1800 S.M.10 Perkembangannya terjadi sekitar abad ke-19 sampai

dengan abad ke-20. Menurut Jimly Ashiddiqie, gagasan pemikiran mengenai

negara hukum berkembang dari tradisi Yunani Kuno.24 Aristoteles,

merumuskan negara hukum adalah Negara yang berdiri di atas hukum yang

menjamin keadilan kepada warga negaranya. 25 Keadilan tersebut memiliki

arti bahwa setiap tindak tanduk negara serta penguasa baik dalam rangka

melakukan fungsi-fungsi kenegaraan ataupun menciptakan produk-produk

24
S.F. Marbun, 1997, “Negara Hukum dan Kekuasaan Kehakiman”, Jurnal Hukum Ius Quia
Iustum, No. 9 Vol. 4, hlm. 9.
25
Jimly Ashiddiqie, “Gagasan Kedaulatan Rakyat dalam Konstitusi dan Pelaksanaannya di
Indonesia, Jakarta”, Ichtiar Baru van Hoeve,1994 hlm. 11.
21

hukum haruslah selalu memperhatikan kondisi masyrakat sekitar serta tidak

boleh melenceng dari dimensi keadilan itu sendiri.

Senada dengan pendapat Aristoteles, Negara Hukum menurut

Abdul Aziz Hakim adalah negara berlandaskan atas hukum dan keadilan bagi

warganya. Artinya adalah segala kewenangan dan tindakan alat-alat

perlengkapan negara atau penguasa, semata-mata berdasarkan hukum atau

dengan kata lain diatur oleh hukum sehingga dapat mencerminkan keadilan

bagi pergaulan hidup warganya.

Pengertian lain negara hukum secara umum ialah bahwasanya

kekuasaan negara dibatasi oleh hukum yang berarti segala sikap, tingkah laku

dan perbuatan baik dilakukan oleh penguasa atau aparatur negara maupun

dilakukan oleh para warga negara harus berdasarkan atas hukum.

Wirjono Projadikoro menggabungan kata-kata Negara dan

Hukum, yaitu istilah “Negara Hukum” berarti suatu negara yang di dalam

wilayahnya meliputi26:

1. Semua alat-alat perlengkapan negara, khususnya alat perlengkapan dari

pemerintah dalam tindakan-tindakannya baik terhadap para warga negara

maupun dalam saling berhubungan masing-masing tidak boleh

sewenang- wenang, melainkan harus memperhatikan peraturan-peraturan

hukum yang berlaku, dan

26
Wirjono Prodjodikoro, “Asas-asas Ilmu Negara dan Politik”, Bandung : Eresco, 1971, hlm. 38.
22

2. Semua orang dalam hubungan kemasyarakatan harus tunduk pada

peraturan-peraturan hukum yang berlaku.

Sementara itu, Sudargo Gautama mengemukakan, ada tiga ciri

atau unsur- unsur Negara Hukum, yakni27:

a. Terdapat pembatasan kekuatan negara terhadap perorangan, maksudnya

adalah negara tidak dapat bertindak sewenang-wenang, tindakan negara

dibatasi oleh hukum, individu mempunyai hak terdapat negara atau

rakyat mempunyai hak terhadap penguasa.

b. Asas Legalitas yang berarti bahwa setiap tindakan negara harus

berdasarkan hukum yang telah diadakan terlebih dahulu yang harus

ditaati juga oleh pemerintah atau aparatnya.

c. Pemisahan Kekuasaan.

Pendapat diatas berdasarkan pendapat yang dikemukan oleh F.J.

Stahl yang mengemukakan bahwa elemen dari negara hukum antara lain :1)

adanya jaminan atau hak dasar manusia; 2) adanya pembagian kekuasaan

Pemerintah berdasarkan peraturan hukum; 3) danya peradilan administrasi

negara.

Konsep Negara Hukum dalam Anglo Saxon, dikemukakan Albert

Van Dicey salah seorang pemikir Inggris yang juga seorang penulis buku

mengemukakan, ada tiga (3) unsur utama the rule of law, yakni28;

27
Sudargo Gautama, Pengertian Negara Hukum, Bandung : Alumni , 1973,hlm. 20.
28
Titik Triwulan Tutik, “Restorasi Hukum Tata Negara Indonesia Berdasarkan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945”, Prenada Media Group, Depok, hlm. 61.
23

1. Supremacy of law adalah yang mempunyai kekuasaan tertinggi dalam

suatu negara ialah hukum (kedaulatan hukum).

2. Equality before the law ; kesamaan bagi kedudukan di depan hukum untuk

semua warga negara, baik selaku pribadi maupun sebagai pejabat negara.

3. Constitution based on individual right; konstitusi itu tidak merupakan

sumber dari hak asasi manusia dan jika hak asasi manusia diletakan dalam

konstitusi itu hanyalah sebagai penegasan bahwa hak asasi manusia itu

harus dilindungi.

B. HAK ASASI MANUSIA

Secara umum Hak Asasi Manusia (HAM) adalah bahwa sebagai

anugerah dari Tuhan terhadap makhluknya, hak asasi tidak boleh dijauhkan

atau dipisahkan dari dipisahkan dari eksistensi pribadi individu atau manusia

tersebut. Hak asasi tidak bisa dilepas dengan kekuasaan atau dengan hal-hal

lainnya, Bila itu sampai terjadi akan memberikan dampak kepada manusia

yakni manusia akan kehilangan martabat yang sebenarnya menjadi inti nilai

kemanusiaan. Walapun demikian, bukan berarti bahwa perwujudan hak asasi

manusia dapat dilaksanakan secara mutlak karena dapat melanggar hak asasi

orang lain.

Memperjuangkan hak sendiri sembari mengabaikan hak orang

lain merupakan tindakan yang tidak manusiawi. Kita wajib menyadari bahwa

hak-hak asasi kita selalu berbatasan dengan hak-hak asasi orang lain, karena

itulah ketaan terhadap aturan menjadi pentingnya.29 Berdasarkan Undang-

29
Didi Nazmi, Konsepsi Negara Hukum, Angkasa Raya: Padang, 1992, hlm. 50.
24

Undang Nomor 39 Tahun 1999 Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak

yang melekat pada hakikat dan keberdaan manusia sebagai makhluk Tuhan

Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati,

dijunjung tinggi dan dijunjung oleh negara, hukum, pemerintah dan setiap

orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.

“Hak asasi manusia menurut Cranston adalah hak moral

universal, sesuatu yang semua orang, di mana saja, setiap saat harus memiliki,

sesuatu yang tidak seorang pun dapat dirampas tanpa pelanggaran berat

terhadap keadilan, sesuatu yang harus dimiliki setiap manusia hanya karena

dia (perempuan) adalah manusia.”30 Dapat disimpulkan dari pendapat

Cranston bahwa hak asasi merupakan suatu hak yang dimiliki oleh setiap

manusia, yang diperoleh karena ia adalah manusia, dan tidak boleh dirampas

ataupun diganggu gugat oleh siapapun karena dengan melakukan itu

merupakan pelanggaran hak dan penghinaan besar terhadap keadilan.

Jadi, Hak Asasi Manusia (HAM) adalah hak-hak dasar yang

dimiliki manusia yang dibawanya sejak lahir yang berkaitan dengan martabat

dan harkatnya sebagai ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang tidak boleh

dilanggar, dilenyapkan oleh siapa pun juga. Berhubung hak asasi manusia

merupakan hak-hak dasar yang dibawa manusia sejak lahir sebagai anugerah

30
M.Cranston, What are Human Rights? (New York:Basic Books,1973) hlm.36, Dikutip oleh
Kunto Yuliarso dan Nunung Prajarto. “Hak Asasi Manusia (HAM) di Indonesia: Menuju
Democratic Governances”. Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Vol. 8 Nomor 3. hlm.293.
25

Tuhan Yang Maha Esa, maka perlu dipahami bahwa hak asasi manusia

tersebut tidaklah bersumber dari Negara dan hukum,tetapi semata-mata

bersumber dari Tuhan sebagai pencipta alam semesta beserta isinya, sehingga

hak asasi manusia itu tidak bisa dikurangi (non derogable rights). Tidak

terkecuali seorang anak yang masih dibawah tanggung jawab orang tua.

1. Perlindungan Hak Asasi Manusia

Secara obyektif prinsip perlindungan terhadap HAM antara

negara satu dengan negara lain adalah sama, tetapi secara subyektif dalam

pelaksanannya tidak demikian, artinya pada suatu waktu ada persamaan

hakikat terhadap apa yang sebaiknya dilindungi dan diatur, tetapi pada saat

yang bersamaan ada perbedaan persepsi HAM antara negara yang satu

dengan yang lain.31 Keadaan ini lebih disebabkan oleh adanya perbedaan latar

belakang ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya dan juga perbedaan

kepentingan nasional dari masing-masing negara tersebut.

Berbagai upaya perlindungan HAM yang sudah mulai dirintis dan

sedang berjalan hingga sekarang. HAM di Indonesia yang pernah carut marut

bahkan dianggap sebagai yang terberat dalam sejarah perjalanan bangsa

Indonesia dibandingkan dengan perkembangan sekarang tentu sudah berbeda

teramat jauh. Perlindungan HAM dapat diwujudkan dalam berbagai kegiatan,

yaitu antara lain32:

a. Kegiatan belajar bersama, berdiskusi untuk memahami pengertian HAM.

31
Muhammad Amin Putra, Eksistensi Lembaga Negara Dalam penegakan Ham Di
Indonesia, Fiat Justisia Jurnal Ilmu Hukum, Vol 9. Nomor 3. 2015. hlm. 4.
32
Satya Arinanto, Hak Asasi Manusia Dalam Transisi Politik di Indonesia, Pusat Studi
Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Jakarta. 2008, hlm. 6.
26

b. Mempelajari peraturan perundangan mengenai HAM.

c. Mepelajari peran lembaga-lembaga perlindungan HAM.

d. Memasyarakatkan tentang pentingnya memahami dan melaksanakan

HAM agar kehidupan bersama menjadi tertib, damai, dan sejahtera

kepada lingkungan masing-masing.

e. Menghormati hak orang lain.

f. Mematuhi peraturan yang berlaku.

g. Berbagai kegiatan untuk mendorong negara mencegah tindakan anti

pluralisme.

h. Mendorong aparat penegak hukum untuk bertindak adil.

Mendorong negara untuk mencegah kegiatan yang dapat

menimbulkan kesengsaraan rakyat.

Kemajuan dalam perlindungan HAM telah menjadi salah satu

program pemerintah sejalan dengan proses reformasi dan pemantapan

kehidupan berdemokrasi yang sedang berlangsung, upaya perlindungan

terhadap HAM di Indonesia di antaranya adanya bentuk hukum tertulis yang

memuat aturan-aturan tentang HAM yaitu:

1) Dalam konstitusi

2) Dalam Ketetapan MPR

3) Dalam Undang Undang

4) Dalam peraturan pelaksanaan Undang-Undang seperti Peraturan

Pemerintah, Keputusan Presiden dan Peraturan pelaksana lainnya.


27

Upaya perlindungan HAM penekanannya pada berbagai tindakan

pencegahan terhadap terjadinya pelanggaran HAM. Perlindungan HAM

terutama melalui pembentukan instrumen hukum dan kelembagaan HAM.

Juga dapat melalui berbagai faktor yang berkaitan dengan upaya pencegahan

HAM yang dilakukan individu maupun masyarakat dan negara.

Masyarakat yang memiliki tugas utama untuk melindungi warga

negaranya termasuk hak-hak asasinya sebagaimana hal ini dinyatakan dalam

Pembukaan UUD 1945, yang pada intinya tujuan NKRI adalah:

a) Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah

Indonesia.

b) Memajukan kesejahteraan umum.

c) Mencerdaskan kehidupan bangsa.

d) Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,

perdamaian abadi dan keadilan sosial.

Di dalam UUD RI 1945 yang sudah diamandemen yang mengatur

tentang HAM tercantum dalam Pasal 28A sampai dengan Pasal 28J, untuk

selanjutnya rakyat Indonesia melalui wakil-wakilnya di MPR telah

mengambil sikap yang lebih tegas dalam rangka kemajuan dan perlindungan

HAM dengan mengesahkan Ketetapan Nomor XVII/MPR/1998 mengenai

HAM. Untuk lebih melindungi dan memajukan HAM, pemerintah telah

mengesahkan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi

Manusia dan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang Peradilan

HAM.33
33
A.Patra M. Zen, Tak Ada hak Asasi yang Diberi, Yayasan YLBHI, Jakarta, 2005, hlm.75.
28

Lembaga-lembaga perlindungan Hak Asasi Manusia, di Indonesia

pelaksaannya upaya perlindungan HAM dilakukan oleh lembaga milik

pemerintah dan lembaga milik swasta lain yang berwenang, antara lain :

2) Kepolisian

3) Kejaksaan

4) Komnas HAM

5) Pengadilan HAM di indonesia

6) Lembaga bantuan hukum indonesia (YLBHI)

7) Biro konsultasi dan bantuan hukum perguruan tinggi

8) Komnas anak

Jaminan perlindungan HAM dalam berbagai peraturan tersebut,

memberikan kewajiban kepada negara dan utamanya adalah pemerintah

terhadap hak-hak yang dijamin. Komitmen negara dalam menghormati,

melindungi, dan memenuhi HAM tersebut kemudian dilakukan dengan terus

menerus mengupayakan adanya pembentukan, perubahan, dan pencabutan

regulasi-regulasi yang dimaksudkan untuk memperkuat perlindungan HAM.

2. Pelanggaran Hak Asasi Manusia

Dalam UU Nomor 39 tahun 1999, pelanggaran HAM diartikan

sebagai setiap perbuatan seseorang atau kelompok orang termasuk aparat

negara baik disengaja maupun tidak disengaja, atau kelalaian yang secara

melawan hukum mengurangi, menghalangi, membatasi, dan atau mencabut

hak asasi manusia seseorang atau kelompok orang yang dijamin oleh

Undang-Undang, dan tidak mendapatkan, atau dikhawatirkan tidak akan


29

memperoleh penyelesaian hukum yang adil dan benar, berdasarkan

mekanisme hukum yang berlaku. Pelanggaran negara juga dapat terjadi

karena gagal memenuhi kewajibannya melindungi hak-hak (asasi manusia)

yang dijamin dalam hukum internasional maupun nasional, baik karena

sengaja melakukannya (commision), atau melakukan pembiaran (ommission).

C. DEMOKRASI

Demokrasi yang pertama yang dikenal ialah demokrasi langsung,

dimana keseluruhan warganegara dengan nyata ikut serta dalam

permusyawaratan untuk menentukan kebijaksanaan umum atau undang-

undang.34 Menurut Bonger demokrasi bukanlah suatu bentuk pemerintahan

yang timbul dengan sendirinya, tetapi tumbuh dan berkembang seperti semua

lembaga-lembaga masyarakat, maksudnya secara evolusi. Oleh karena itu

Mac Iver menyatakan bahwa apa yang disebut sebagai demokrasi langsung

dari polis (negara kota) itu, bukanlah demokrasi sama sekali, tetapi oligarkhi

yang disamaratakan, dimana suatu kelas warga kota yang memerintah

bersama-sama melakukan hak-hak dan mendapatkan keuntungan daripada

penguasa politik.

Secara etimilogi demokrasi terdiri daru dua kata yang berasal dari

Yunani yaitu: “demos” yang berarti rakyat atau kekuasaan suatu tempat dan

“cratein” yang berarti kekuasaan atau kedaulatan. Jadi :demos-cratos” atau

34
Munir Fuady, 2010, “Konsep Negara Demokrasi”, Bandung, Refika Aditama, Hlm. 2.
30

“demos-cratos” (demokrasi) adalah kekuasaan atau kedaulatan rakyat,

kekuasaan tertinggi berada dalam keputusan rakyat, rakyat yang berkuasa,

pemerintahan rakyat dan kekuasaan oleh rakyat.

Adapun pengertian demokrasi dari para ahli yaitu:

a. Sidney Hook dekrasi adalah bentuk pemerintahab dimana keputusan-

keputusan pemerintahan yang penting secara langsung atau tidak langsung

didasarkan pada kesepakatan mayoritas yang diberikan secara bebas dari

rakyat dewasa.35

b. Philippe C. Schmitter dan Terry Lynn Karl demokrasi merupakan suatu

system pemerintahan dimana pemerintahan dimintai tanggung jawab atas

tindakan-tindakan mereka diwilayah public oleh warga Negara, yang

bertindak secara tidak langsung melalui kompetisi dan kerja sama dengan

para wakil mereka yang telah terpilih.36

Jadi demokrasi adalah gagasan atau pandangan hidup yang

mengutamakan persamaan hak dan kewajiban serta perlakuan yang sama bagi

semua warga negara.

Pengertian demokrasi, secara etimologi terdiri dari dua kata yang

berasal dari bahasa Yunani yaitu : “demos” yang berarti rakyat atau

kekuasaan suatu tempat dan “cratein” yang berarti kekuasaan atau

kedaulatan. Jadi “demos-cratos” atau demokrasi adalah kekuasaan atau

kedaulatan rakyat, kekuasaan tertinggi berada dalam keputusan rakyat, rakyat

yang berkuasa, pemerintahan rakyat, dan kekuasaan oleh rakyat.37


35
Ibid.
36
Ibid.
37
Ibid, hlm. 4.
31

D. HUBUNGAN NEGARA HUKUM DAN DEMOKRASI

Negara hukum dan demokrasi adalah dua konsepsi mekanisme

kekuasan dalam penyelenggaraan pemerintahan. Kedua konsepsi tersebut

saling menopang satu sama lainnya sehingga tidak dapat dipisahkan.

Berdasarkan pemaparan tersebut perlu dijelaskan makna negara hukum

(Rechtstaat atau Rule of Law) dan demokrasi dan mengapa kedua konsepsi

memiliki koneksitas di dalam perkembangannya. Apa yang dimaksud dengan

“Negara Hukum” dalam bukunya Didi Nazmi Yunas diuraikan bahwa negara

hukum adalah negara yang berlandaskan atas hukum dan keadilan bagi

warganya. Dalam hal ini segala kewenangan dan tindakan alat-alat

perlengkapan negara atau penguasa, semata-mata berdasarkan hukum atau

dengan kata lain diatur oleh hukum.38

Attamimi yang mengutip pendapat Burkens dkk, menjelaskan,

arti Rechtstaat yang berasal dari bahasa Jerman dan dalam bahasa Inggris

diterjemahkan dengan a state based on law atau a state governed by law.

Secara sederhana dapat dimaknakan negara yang menempatkan hukum

sebagai dasar kekuasaan negara dan penyelenggaraan kekuasaaan tersebut

dalam segala bentuknya dilakukan di bawah kekuasaan hukum.

Terkait negara hukum menurut Wirjono Projodikoro yang

menyatakan bahwa hukum yang berdaulat, karena negara pada umumnya dan

38
Adam Setiawan, Konesitas Negara Hukum dan Demokrasi, 2019, Tersedia di
https://www.kai.or.id/berita/14373/koneksitas-negara-hukum-dan-demokrasi.html, dapat
diakses pada 16 juni 2022.
32

negara Indonesia khususnya merupakan negara hukum yang berarti bahwa

segala tindakan dari pemerintah harus berdasar atas hukum (the rule of law).39

Pengertian mengenai negara hukum juga dikemukan oleh

Aristoteles, seorang ahli pikir dari Yunani berpendapat bahwa yang dimaksud

dengan negara hukum adalah negara yang berdiri di atas hukum yang

menjamin keadilan dan kemerdekaan bagi seluruh warga negara. Soediman

Kartohadiprodjo berpendapat sama dengan apa yang dikemukakan oleh

Aristoteles yang mengartikan negara hukum sebagai negara di mana nasib

dan kemerdekaan orang-orang di dalamnya dijamin sebaik-baiknya oleh

hukum.

Adapun pengertian-pengertian yang telah disebutkan para ahli di

atas dapat diambil intinya yaitu menitik beratkan pada urgensi negara untuk

menegakkan hukum. Dalam konteks ini menegakkan hukum baik dalam lalu

lintas perorangan maupun tindak tanduk pemerintah terhadap warga

negaranya yang harus berlandaskan hukum demi mewujudkan keadilan.

Secara historis, gagasan tentang konsepsi negara hukum terus

bergulir sejalan dengan arus perkembangan sejarah. Paradigma negara hukum

telah lahir sejak zaman Yunani kuno dimana Plato memiliki gagasan bahwa

negara haruslah berdasarkan peraturan yang dibuat rakyat. Gagasan tersebut

lahir karena di zaman Yunani Kuno, tatkala Plato melihat keadaan negaranya

yang dipimpin oleh seseorang yang haus akan harta, kekuasaan dan gila

kehormatan. Pada intinya gagasan negara hukum yang dimaknai oleh Plato

39
Wirjono Prodjodikoro, “Asas-asas Ilmu Negara dan Politik”, Bandung : Eresco, 1971, hlm. 38.
33

bahwa negara haruslah berlandaskan atas hukum dan keadilan bagi

warganya.40

Perkembangan gagasan tentang negara hukum makin menemukan

ciri-cirinya pada abad ke-19 di Eropa daratan (Kontinental) yang menganut

tradisi Civil Law ditandai dengan diterimanya gagasan Rechtstaat (di Jerman)

dan Etat de droit (di Perancis) serta rule of law di negara-negara Anglo Saxon

khususnya Inggris yang menganut Common Law.

Menurut Stahl, unsur-unsur negara hukum (Rechtstaat) adalah

sebagai berikut41:

a) Perlindungan hak-hak asasi manusia;

b) Pemisahan atau pembagian kekuasaan untuk menjamin hak-hak itu;

c) Pemerintahah berdasarkan peraturan perundang-undangan dan

d) Peradilan administrasi dalam perselisihan.

Pada wilayah Anglo Saxon, muncul pula konsep negara hukum

(rule of law) dari A.V. Dicey dengan unsur-unsur sebagai berikut42:

1) Supermasi aturan-aturan hukum (supremacy of the law); tidak adanya

kekuasaan yang sewenang-wenang (absence of arbitrary power) dalam

arti bahwa seseorang hanya boleh dihukum kalau melanggar hukum;

2) Kedudukan yang sama dalam menghadapi hukum (equality before the

law). Dalil ini berlaku sebagai untuk orang biasa maupun untuk pejabat;

40
Ni’matul Huda, Negara Hukum, Demokrasi dan Judicial Review, (Yogyakarta : UII Press,
2005), hlm. 1
41
Azhary, Negara Hukum Indonesia (Analisis Yuridis Normatif tentang Unsur-unsurnya),
Universitas Indonesia:UI Press, 1995, hal. 46.
42
Titik Triwulan Tutik, “Restorasi Hukum Tata Negara Indonesia Berdasarkan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945”, Prenada Media Group, Depok, hlm. 61.
34

3) Terjaminnya hak-hak manusia oleh undang-undang (di negara lain oleh

undang-undang dasar) serta keputusan-keputusan pengadilan.

Seiring berjalannya waktu konsepsi negara hukum tersebut

bergeser dimana negara pada abad ke 20, konsep negara hukum formil mulai

ditinggalkan dan konsep negara hukum modern mulai dikembangkan. Konsep

negara hukum formil ditinggalkan dan diganti dengan konsep negara hukum

materiil. Konsep negara ini muncul atas reaksi atas kegagalan konsep legal

state atau negara penjaga malam (nachwakerstaat).

Dalam konsepsi legal state terdapat prinsip staatsonthouding atau

pembatasan peranan negara dan pemerintah dalam bidang politik yang

bertumpu pada dalil “The least goverment is the best goverment”, dan

terdapat prinsip “laissez faire, laissez aller” dalam bidang ekonomi yang

melarang negara dan pemerintah mencampuri kehidupan ekonomi masyarakat

(staatsbemoeienis). Dengan demikian muncul gagasan yang menempatkan

pemerintah sebagai pihak yang bertanggung jawab atas kesejahteraan

rakyatnya, yaitu welfare state.

Dalam “konsepsi demokrasi” memiliki asumsi bahwa rakyat

ditempatkan pada posisi yang strategis dalam sistem ketatanegaraan,

walaupun pada tataran implementasinya terjadi perbedaan antara negara yang

satu dengan negara yang lain. Karena berbagai karakter implementasi dari

demokrasi tersebut, maka di dalam literatur kenegaraan dikenal beberapa

terminologi mengenai demokrasi seperti demokrasi konstitusional, demokrasi

parlementer, demokrasi terpimpin, demokrasi Pancasila, demokrasi rakyat,


35

demokrasi soviet,demokrasi nasional, dan lain sebagainya. Semua konsep ini

memakai istilah demokrasi, yang menurut asal kata berarti “rakyat berkuasa”

atau government or rule by the people (kata Yunani demos berarti rakyat,

kratos/ kratein berarti kekuasaan/berkuasa).

Sidney Hook memberikan definisi tentang demokrasi sebagai

bentuk pemerintahan di mana keputusan-keputusan pemerintah yang penting

atau arah kebijakan di balik keputusan secara langsung didasarkan pada

keputusan mayoritas yang diberikan secara bebas dari rakyat. Dengan kata

lain demokrasi merupakan suatu pola pemerintahan yang mengikut sertakan

secara aktif semua anggota masyarakat dalam keputusan yang diambil oleh

mereka yang diberi wewenang. Maka legitimasi pemerintah adalah kehendak

rakyat yang memilihnya dan mengawasinya.

Secara simbolis sering digambarkan bahwa pemerintah bekerja

hanya untuk rakyat (daulat rakyat) sebagaimana ucapan Abraham Lincoln

dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat (from the people,of the people, for

the people). Maksud “dari rakyat” adalah mereka yang sebagai penyelenggara

negara atau pemerintah harus terdiri dari seluruh rakyat itu sendiri atau yang

disetujui atau didukung oleh rakyat. Maksud “untuk rakyat” adalah apapun

yang diselenggarakan oleh penyelenggara negara atau penyelenggara

pemerintahan haruslah berdasarkan mencerminkan kehendak masyarakat.

Lebih lanjut yang dimaksud dengan “oleh rakyat” adalah bahwa

penyelenggara negara dilakukan sendiri oleh rakyat atau atas nama rakyat

atau yang mewakili rakyat tersebut.


36

Sebagaimana disebutkan di awal bahwa Negara Hukum dan

demokrasi merupakan dua konsepsi mekanisme kekuasan dalam

penyelenggaraan pemerintahaan. Kedua konsepsi tersebut saling menopang

berjalan secara simultan, bahkan dapat dikatakan saling melengkapi sehingga

tidak dapat dipisahkan. Selaras dengan hal tersebut Franz Magnis Suseno

mengatakan bahwa demokrasi yang bukan negara hukum bukan demokrasi

dalam arti sesungguhnya. Demokrasi merupakan cara yang paling aman

untuk mempertahankan kontrol atas negara hukum.

Hampir semua negara-negara modern saat ini mengidamkan

konsepsi negara hukum dan demokrasi untuk dapat diimplementasikan secara

bersamaan dengan tujuan mempertahankan stabiltas suatu penyelenggaraan

suatu pemerintahan guna mencapai tujuan. Namun pada tataran praktik

berbagai kendala hadir secara lintas sektoral bahkan ironisnya dapat

dikatakan hanya sebuah wacana. Berdasarkan historis konsep negara hukum

dan demokrasi mempunyai nilai yang sama yakni dilahirkan untuk

membendung adanya kesewenang-wenangan dari kekuasaan yang

menerapkan sistem yang absolut dan mengabaikan hak-hak dari rakyat.

Maka dari itu dapat ditarik inti dari hal tersebut bahwa koneksitas

yang terbangun antara Negara Hukum dan Demokrasi terjadi manakala suatu

negara ingin menegakan prinsip-prinsip demokrasi sekiranya berlandaskan

hukum atau sebaliknya manakala negara melalui penyelenggara negara atau

penyelenggara pemerintahan ingin mengambil keputusan (membuat peraturan

atau kebijakan) sekiranya mencerminkan kehendak rakyat. Dengan demikian


37

gabungan dua konsepsi ini merupakan suatu keniscayaan pada era modern ini,

dengan tujuan menghindarkan penyalahgunaan kekuasaan (abuse of power),

tindakan sewenang-wenang (willikeur) dan mengedepankan rasa keadilan

(kesetaraan Gender).

E. MEDIA SOSIAL

Pengertian media sosial sendiri adalah media yang digunakan

oleh individu agar menjadi sosial, secara daring dengan cara berbagi isi,

berita, foto, dan lain-lain dengan orang lain. Dari definisi tersebut jelas bahwa

masyarakat dapat berbagi informasi dan sebaliknya kepada pemerintah.43

1. Jenis Media Sosial

Ada banyak jenis media sosial yang paling populer adalah

Facebook, Twitter, Instagram, Linkedin, dan Discord. Setiap situs memiliki

fitur uniknya sendiri, tetapi semuanya memungkinkan kamu terhubung

dengan orang lain di seluruh dunia dengan cara baru.

Berikut ini adalah penjelasan terkait media sosial terpopuler:

 Facebook

Facebook adalah media sosial untuk terhubung dengan teman,

keluarga, dan kenalan. Kamu dapat memposting gambar dan video,

berbagi artikel dan situs web, bergabung dengan grup, dan mengobrol

dengan orang lain. Kamu juga dapat mencari tahu tentang peristiwa yang

43
Dedi Rianto Rahadi, “Perilaku Pengguna Dan Informasi HOAX Di Media Sosial”.Jurnal
Manajemen dan Kewirausahaan, Vol.V Nomor 1, 2017, hlm.58.
38

terjadi di daerah kamu. Banyak orang menggunakan Facebook sebagai

buku harian online tempat mereka memposting pikiran dan perasaan

mereka secara teratur. Beberapa bahkan menggunakannya sebagai

platform untuk berbagi pandangan politik atau mempromosikan tujuan

yang mereka yakini.

 Twitter

Twitter adalah media sosial tempat pengguna dapat berbagi dan

melihat konten dalam format singkat. Ini adalah umpan berita online

tempat pengguna dapat memposting pemikiran dan pendapat mereka

tentang berbagai topik, termasuk hiburan, olahraga, politik, dan lainnya.

Twitter telah menjadi media yang populer untuk digunakan bisnis karena

memungkinkan mereka untuk terhubung dengan pelanggan secara real

time melalui hashtags (#). Tagar digunakan untuk mengkategorikan

tweet ke dalam topik yang sedang tren di Twitter pada saat tertentu.

 Instagram

Instagram membantu untuk berbagi kehidupan mereka melalui

gambar dan video, yang dapat dibagi dengan teman, keluarga, dan

bahkan orang asing di seluruh dunia. Instagram juga media yang cocok

untuk bisnis karena membantu terhubung dengan pelanggan dan klien

potensial dengan cara yang menarik. Kamu juga dapat menggunakan


39

Instagram untuk tujuan pemasaran dengan mengadakan kontes atau

memberikan kupon yang mendorong orang untuk mengunjungi situs web

kamu atau melakukan pembelian dari toko kamu.

 Linkedin

LinkedIn adalah salah satu platform media sosial paling populer

yang digunakan untuk jaringan profesional dan mencari pekerjaan. Ini

adalah tempat di mana kamu dapat terhubung dengan orang-orang yang

bekerja di industri kamu, menemukan pekerjaan baru, dan bahkan

dipekerjakan. Kamu dapat berjejaring dengan profesional lain untuk

mempelajari pengalaman mereka dan mengembangkan karier kamu

sendiri. Situs ini juga memiliki bagian grup aktif di mana pengguna dapat

bergabung dengan grup berdasarkan minat atau lokasi mereka.

 Discord

Discord memiliki banyak fitur yang menjadikannya ideal untuk

bisnis, termasuk saluran pribadi, panggilan suara dan video, berbagi

layar, dan lainnya. Dan kamu dapat mengirim pesan ke banyak orang

sekaligus, cocok untuk tim yang perlu berkomunikasi secara teratur.

Komunitas game telah memainkan peran besar dalam kebangkitan

Discord. Banyak gamer menggunakannya sebagai cara untuk terhubung

dengan pemain lain yang memiliki minat dan tujuan yang sama.

2. Manfaat Media Sosial

Media sosial adalah platform yang memungkinkan kamu terhubung

dengan orang dan bisnis lain. Tujuan media sosial adalah untuk membantu
40

kamu menemukan hal-hal yang kamu minati, membagikan pemikiran dan ide

kamu dengan orang lain, dan mempelajari lebih lanjut tentang apa yang

terjadi di dunia sekitar kamu.Media sosial dapat digunakan untuk berbagai

tujuan, antara lain:

 Berbagi informasi tentang diri atau bisnis kamu dengan orang lain.

 Menciptakan koneksi antara orang-orang yang memiliki minat yang

sama.

 Membantu orang menemukan bisnis lokal dan sumber daya lainnya.

 Memberi akses informasi tentang peristiwa yang terjadi di dekat tempat

tinggal atau di seluruh dunia.

F. KEKEBASAN BERPENDAPAT DI MEDIA SOSIAL

Kebebasan berpendapat di media sosial merupakan hal yang

wajar mengingat di era reformasi saat ini terdapat hak kebebasan berpendapat

yang tercantum dalam Pasal 28 Ayat 3 UUD 1945. Kebebasan berekspresi

sebenarnya didapatkan karena adanya Hak Asasi Manusia yang tercantum

dalam UU Nomor 39 Tahun 1999 Pasal 14-32. Setiap individu bebas

mengemukakan pendapatnya baik berupa lisan, tulisan dan lain-lain, seperti

yang tercantum pada Pasal 1 Ayat (1) UUD Nomor 9 Tahun 1998 tentang

kemerdekaan mengemukakan pendapat di muka umum.

Walaupun tujuan dari kebebasan berpendapat adalah untuk

kemajuan bangsa Indonesia. Akan tetapi, pemanfaatan hak kebebasan

berpendapat yang salah akan menjadi bumerang dan ancaman bagi Negara

Kesatuan Republik Indonesia. Dapat dikatakan bahwa kebebasan berpendapat


41

di media sosial tidak memiliki batasan sehingga orang-orang dapat

menyebarkan hal-hal negatif dengan mudah. Sebagian besar warga negara

baik orang tua, remaja, anak-anak, tokoh politik, orang biasa, orang terdidik

maupun tidak terdidik, siapa pun, kehilangan kendali dalam mengungkapkan

perasaan dan pikirannya.44

Berbagai tantangan lain yang disebabkan oleh permasalahan ini

pun akhirnya muncul ke permukaan. Hal ini dapat berkaitan dengan tingkat

nasionalisme, literasi, dan toleransi antara satu sama lain. Media sosial

memberikan kesempatan kepada siapapun untuk terlibat di dalamnya secara

langsung. Banyak masyarakat mengambil kesempatan tersebut untuk sekedar

terlibat didalamnya, bagi sebagian masyarakat memanfaatkan media sosial

untuk kegiatan berbagi informasi. Akan tetapi tidak sedikit masyarakat

memanfaatkan media sosial untuk menyebarkan informasi untuk

menampilkan dirinya sebagai bentuk eksistensi keberadaannya.

Tidak terlepas masyarakat kelas atas maupun kelas bawah, muda

atau tua, laki-laki atau perempuan, bahkan mulai dari pengamen sampai

presiden mereka memanfaatkan media sosial untuk mengabarkan informasi

apa yang dilakukannya. Kebebasan memanfaatkan media sosial melahirkan

kebebasan tersendiri bagi masyarakat, mereka bebas menyuarakan apa yang

harus disampaikan pada masyarakat melalui media sosial tersebut, yang mana

media sosial merupakan keberhasilan dari kaum kapitalis dalam


44
Muhamad Iqbal Susanto, Kedudukan Hukum People Power dan Relevansinya dengan Hak
Kebebasan Berpendapat di Indonesia, Volkgeist: Jurnal Ilmu Hukum dan Konstitusi. 2019
Dec 13; 2(2): 225-237.
42

memberdayakan seluruh lapisan masyarakat. Menurut Poespowardojo,

“Benang merah pemikiran Habermas mengenai demokrasi dalam masyarakat

yang hidup di era kapitalisme lanjut adalah menciptakan ruang publik yang

terbuka bebas bagi semua pihak untuk terlibat dalam proses pengambilan

keputusan publik, konsep ruang publik yang demikian hanya mungkin

tercipta melalui proses komunikasi. Euphoria masyarakat dalam menyambut

keberadaan media sosial sebagai sarana berekspresi dan berpendapat ternyata

menimbulkan masalah ketika hal tersebut bertentangan dengan ajaran hukum.

Berikut ini merupakan undang-undang kebebasan berpendapat di media

sosial:

1. Undang-Undang yang Mengatur Kebebasan Berpendapat di Media Sosial

Pasal 22 ayat (3) Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi

Manusia menjamin bahwa setiap orang memiliki kebebasan untuk

mempunyai, mengeluarkan dan menyebarluaskan pendapat sesuai hati

nuraninya, secara lisan dan atau tulisan melalui media cetak maupun

elektronik dengan memperhatikan nilai-nilai agama, kesusilaan, ketertiban,

kepentingan umum, dan keutuhan bangsa. Kebebasan atas hak tersebut

merupakan hak asasi manusia yang melekat secara kodrati sebagai anugerah

Tuhan Yang Maha Esa. Hak tersebut tidak dapat diingkari. Pengingkaran

terhadap hak ini berarti mengingkari martabat kemanusiaan, yang berarti

harus selalu menjadi titik tolak dan tujuan dalam penyelenggaraan kehidupan

bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

2. Konsep Kebebasan Berpendapat


43

Kebebasan berarti setiap orang dapat melakukan segala sesuatu

menurut kehendak hatinya dan tentu saja dengan bijaksana. Prinsip umum

keadilan yang mendasari dan menerangkan berbagai keputusan moral yang

sungguh-sungguh dipertimbangkan dalam keadaan-keadaan khusus.

Kebebasan merupakan salah satu hak dasar dari semua individu. Kebebasan

berpendapat di muka umum merupakan salah satu bagian dari Hak Asasi

Manusia (HAM). Kemerdekaan setiap warga negara untuk menyampaikan

pendapat di muka umum merupakan perwujudan demokrasi dalam tatanan

kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Hak Asasi Manusia

adalah hak-hak dasar atau hak-hak pokok yang dibawa manusia sejak lahir,

sebagai anugerah dari Tuhan. Pada hakikatnya Hak Asasi Manusia terdiri atas

dua hak dasar yang paling fundamental, ialah hak persamaan dan hak

kebebasan. Dari kedua hak dasar ini lahir hak-hak asasi lainnya atau tanpa

kedua hak dasar ini, hak asasi manusia lainnya sulit akan ditegakkan.

Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai negara hukum dan

demokratis berwenang untuk mengatur dan melindungi pelaksanaan

kebebasan berpendapat. Kemerdekaan berpikir dan mengeluarkan pendapat

tersebut diatur dalam perubahan keempat Undang-Undang Dasar Republik

Indonesia tahun 1945 Pasal 28E (2) Setiap orang berhak atas kebebasan

berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat. Kebebasan berekspresi

termasuk dalam kebebasan berpendapat merupakan salah satu hak paling

mendasar dalam kehidupan bernegara. Undang-undang No. 9 Tahun 1998

tentang Kemerdekaan menyampaikan pendapat di muka umum Pasal 1 ayat 1


44

kemerdekaan menyampaikan pendapat adalah hak setiap warga negara untuk

menyampaikan pikiran dengan lisan, tulisan dan sebagainya secara bebas dan

bertanggung jawab sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang

berlaku.

G. DAMPAK POSITIF DAN NEGATIF PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL

TERHADAP NORMA DAN BUDAYA DI INDONESIA

1. Memperluas Koneksi serta Cara Pikir

Media sosial memudahkan masyarakat Indonesia untuk

berinteraksi dengan sangat banyak orang dari berbagai budaya dan latar

belakang. Ini menyebabkan masyarakat kita memiliki koneksi yang lebih luas

sehingga lebih teredukasi mengenai isu-isu global. Masyarakat jadi lebih

banyak tahu dan mengenal budaya lain sehingga tentu saja pikirannya lebih

terbuka. Hal-hal yang jarang dibahas di Indonesia kini menjadi topik yang

dikenal dengan luas oleh masyarakat kita. Misalnya topik mengenai

kebebasan memilih gender (LGBT), kebebasan atas tubuh sendiri (free sex

dan night life), kebebasan untuk tidak beragama (atheis), kebebasan memilih

cara pandang politik (komunisme), dan berbagai macam lainnya.

Menurut Shelma Mayolaika, dkk telah mendata dari 53.3%

responden, topik- topik di atas ini seharusnya tidak lagi dipandang tabu oleh

masyarakat kita karena Indonesia harus mengikuti perubahan zaman. 24.4%

lainnya menganggap topik di atas masih tabu, tetapi harus mulai

dinormalisasikan sedangkan 20% lainnya menganggap topik tersebut masih

tabu dan sebaiknya tetap tabu. Data ini menunjukkan bahwa sebagian besar
45

anak muda di Indonesia sudah berpikiran terbuka untuk mengenal budaya

luar dan berpendapat bahwa harus ada pergeseran di dalam norma negara ini

supaya dapat lebih menerima budaya luar yang “menyimpang” tersebut.45

Keterbukaan pikiran anak muda Indonesia zaman sekarang ini

maksudnya bukan menerima dan menyetujui secara mentah budaya luar

tersebut, tetapi lebih ke arah menyadari bahwa setiap individu hidup dengan

prinsipnya masing-masing. Maka, orang tidak berhak menghakimi pilihan

hidup orang lain. 82.2% responden berpendapat bahwa berkomentar secara

relevan di sosial media, yaitu berkomentar dengan tidak mencampuri hidup

orang lain terlepas pilihan hidupnya menyimpang atau tidak adalah hal yang

tidak apatis. Salah satu responden memberikan pendapatnya bahwa “Saya

ambil dari sudut pandang yang positif, di mana tidak merugikan orang lain,

lebih baik netizen tidak usah banyak berkomentar. Akan tetapi, apabila

sifatnya merugikan orang lain dan diri sendiri atau sudah melanggar, maka

perlu dikomentari dengan catatan sewajarnya, menegur, mengingatkan, dan

bukan menghakimi.” Responden lainnya berpendapat bahwa tidak

mengomentari pilihan hidup orang lain tidak apatis karena “justru dengan kita

tidak mencampuri urusan orang kita secara tidak langsung menghargai orang

tersebut.”

Beberapa lainnya berpendapat bahwa tidak mengomentari

kehidupan pribadi orang lain walaupun menyimpang merupakan tindakan

45
Shelma Mayolaika dkk, “Pengaruh Kebebasan Berpendapat Di Sosial Media Terhadap
Perubahan Etika Dan Norma Remaja Indonesia”, Jurnal Kewarganegaraan Vol. 5 No. 2
Desember 2021 P-ISSN: 1978-0184 E-ISSN: 2723-2328. hlm. 831-832.
46

apatis. Salah satu responden berpendapat bahwa mengomentari prinsip hidup

orang lain yang menyimpang dari norma adalah hal yang harus dilakukan

karena “sebagai bangsa yang menjunjung kesatuan dan persatuan, masyarakat

Indonesia harus memiliki sikap peduli terhadap sesama dengan memberikan

kebenaran yang bersifat fakta untuk meluruskan hal-hal yang salah.” Data

dari 2 sisi responden menunjukkan bahwa sebagian besar anak muda

Indonesia memiliki pikiran yang terbuka dan luas terhadap budaya luar yang

mungkin berbeda atau “menyimpang” dari budaya lokal. Sebagian besar

berpendapat bahwa lebih baik tidak mengomentari prinsip hidup orang lain

yang mungkin “menyimpang” dengan syarat prinsip tersebut tidak merugikan

diri sendiri atau orang lain.46

2. Bebas Berekspresi

Menurut Shelma Mayolaika kebebasan merupakan sesuatu yang dapat

dirasakan tetapi sulit untuk dijawab ketika ditanya apa yang dimaksud atau

apa definisi dari kebebasan tersebut. Secara umum istilah kebebasan biasanya

diasosiasikan dengan tidak adanya hambatan, larangan, ikatan, paksaan, atau

kewajiban dari hal-hal tertentu atau untuk melakukan sesuatu. Namun,

kebebasan merupakan suatu realitas yang kompleks dalam kehidupan

manusia.

46.7% responden bahwa kebebasan berpendapat mengenai topik

LGBTQ+, free sex, atheisme, hedonisme & materialisme, liberalisme, dan

komunisme di Indonesia sudah bagus, tapi netizen indonesia seringkali terlalu

bebas berpendapat. Data ini menyatakan bahwa media sosial memungkinkan


46
Ibid.
47

setiap orang untuk bebas memberikan tanggapan atau pendapat mereka

mengenai suatu hal tanpa terbatas oleh apakah tanggapan tersebut tabu atau

tidak di Indonesia. Namun, kebebasan berekspresi ini bisa menjadi hal yang

buruk dan merugikan orang lain bila tidak dibatasi. Kebebasan berpendapat

tidak boleh sampai menyinggung, memaksakan pendapat, mengatur, dan

memulai kericuhan atau konflik.47

3. Rentan dipengaruhi dengan Hal Buruk

Media sosial memungkinkan informasi apapun tersebar secara

luas di internet tanpa menyaring apakah konten tersebut baik atau buruk.

Konten baik tentunya akan bermanfaat bagi penggunanya, tapi konten buruk

tentu akan merugikan (Rachman, Ryan, et al., 2021).48 Konten seperti ini

berpengaruh besar pada orang yang belum bisa memilah mana yang baik

dikonsumsi dan mana yang lebih baik dihindari, khususnya adalah pada anak

muda yang seringkali sedang dalam fase ingin mencari tahu dan mencoba

segala hal terlepas dari apakah hal tersebut sesuai dengan norma di Indonesia

atau tidak. Contohnya adalah budaya free sex yang sekarang mulai lebih

sering terlihat di kalangan anak muda (Rachman, Nurgiansah, et al., 2021).49

Kalau budaya luar seperti ini sering dilihat, dikenali dan lama kelamaan

dinormalisasi tanpa edukasi yang tepat, hal ini bisa merugikan bagi yang

mempraktekkannya. Misalnya free sex tanpa edukasi seks yang tepat dapat

47
Ibid, hlm. 832-833.
48
Rachman, F., Ryan, T., Kabatiah, M., Batubara, A., Pratama, F. F., & Nurgiansah, T. H.
(2021). Pelaksanaan Kurikulum PPKn pada Kondisi Khusus Pandemi Covid-19. Jurnal
Basicedu, 5(6), 5682–5691.
49
Rachman, F., Nurgiansah, T. H., & Kabatiah, M. (2021). Profilisasi Pendidikan
Kewarganegaraan dalam Kurikulum Pendidikan Indonesia. Edukatif: Jurnal Ilmu Pendidikan,
3(5), 2970– 2984
48

menyebabkan penyakit HIV atau AIDS bagi pelakunya. Selain berpengaruh

pada individu, tentunya budaya luar ini dapat mengubah norma di Indonesia

mengenai menjaga kekudusan sampai pernikahan.50

i. Menimbulkan Kericuhan

Selain berdampak negatif pada individu, berpendapat dengan

bebas mengenai topik-topik di atas juga dapat menimbulkan kericuhan pada

antar individu atau masyarakat. Misalnya ada seseorang yang dengan bebas

menyebarkan ajaran atheisme. Tentu ada pihak yang setuju bahwa atheisme

tidak apa-apa karena itu pilihan hidup masing-masing orang dan tidak

merugikan orang lain, tetapi ada juga pihak yang tidak setuju karena

kepercayaan tersebut melanggar sila pertama Pancasila sebagai pedoman

hidup bangsa. Perbedaan pendapat seperti ini bisa menjadi perdebatan yang

panas hingga akhirnya menyebabkan kericuhan dan perpecahan. Keributan di

media sosial cenderung lebih parah dan tidak bermoral dibandingkan

keributan di dunia nyata mengenai topik yang sama karena di dunia digital,

identitas seseorang bisa disembunyikan dan orang tersebut bisa bebas

mengatakan apapun tanpa takut akan konsekuensinya. Hal ini menyebabkan

perilaku yang dilakukan di media sosial cenderung lebih kasar, kurang ajar,

dan tidak menghargai. Hal ini mengakibatkan perubahan norma kesopanan di

dalam hidup masyarakat Indonesia menjadi lebih buruk.51

ii. Menurunnya Privasi

50
Shelma Mayolaika dkk, “Pengaruh Kebebasan Berpendapat Di Sosial Media Terhadap
Perubahan Etika Dan Norma Remaja Indonesia”, Jurnal Kewarganegaraan Vol. 5 No. 2
Desember 2021 P-ISSN: 1978-0184 E-ISSN: 2723-2328. hlm. 833.
51
Ibid.
49

Dalam media sosial, privasi adalah hal yang langka karena

sekalinya seseorang mengunggah informasinya di internet, informasi tersebut

sudah menjadi konsumsi publik, mau tidak mau, suka tidak suka. Netizen

bebas berpendapat dalam mengomentari konten apapun yang ada walaupun

komentar yang dilontarkan seringkali tidak relevan. Contoh komentar yang

tidak relevan menurut para responden adalah komentar yang menyinggung,

memaksakan pendapat, menasihati walau tidak diminta, mengatur, dan

memulai kericuhan. Biasanya jenis komentar di atas inilah yang mengganggu

privasi orang lain sehingga salah satu responded berpendapat bahwa “tidak

mencampuri hidup orang lain merupakan bentuk penghormatan dan

menghargai privasi.”52

iii. Penerimaan Budaya Luar yang Menyimpang Budaya di Indonesia

Melihat dari hasil survey yang dilakukan, sebagian besar

responden berpendapat bahwa “Harusnya sudah bukan hal yang tabu,

Indonesia harus menghadapi perubahan”. Dari sini dapat diartikan bahwa

masyarakat Indonesia, terutama mahasiswa sudah mulai menerima budaya

luar yang masuk ke Indonesia. Namun, apabila terdapat pembahasan

52
Ibid, hlm. 833-834.
50

mengenai topik-topik yang menyinggung budaya luar, sebagian responden

berkomentar bahwa netizen Indonesia masih memaksakan pendapat,

menyinggung, menasihati, dan mengatur sesama saat membahas topik yang

menyimpang budaya Indonesia, seperti LGBTQ+ community, atheisme, gaya

hidup hedonisme dan materialistik, kehidupan bebas yang dipengaruhi

budaya barat, liberalisme, dan komunisme. Hal ini menunjukan bahwa

masyarakat sudah bisa menerima budaya luar yang masuk ke Indonesia, tetapi

tidak bisa menerimanya dengan baik.

Penerimaan budaya yang kurang baik ini menyebabkan terjadinya

berbagai hal, terutama pada media sosial, seperti sering terjadinya cyber

bullying, yang dapat berdampak pada mereka yang berpendapat pada topik-

topik tersebut di media sosial. Menurut para responden, seharusnya

masyarakat Indonesia berpendapat hal yang sesuai di mata hukum, serta

dengan kata-kata yang dapat membangun dan memperhatikan norma sosial.

Indonesia merupakan negara dimana masyarakatnya memiliki

kebebasan untuk berpendapat. Namun, perlu diketahui bahwa kebebasan

berpendapat juga ada batasannya. Dalam pasal 19 ayat 2 Undang-Undang

Nomor 12 Tahun 2005, tertulis bahwa kebebasan berpendapat dan

berekspresi ada batasannya, guna untuk menjaga keamanan nasional dan

menghargai hak pribadi orang lain.53

iv. Cara Menyikapi Budaya Luar yang Menyimpang di Indonesia

53
Ibid, hlm. 834.
51

Budaya-budaya luar yang menyimpang dari budaya Indonesia

tidak dapat dihindari lagi akibat dari cepatnya laju persebaran informasi oleh

globalisasi dan media sosial. Untuk itu, hal yang dapat dilakukan oleh

masyarakat Indonesia untuk menyikapi budaya tersebut adalah untuk menjaga

agar budaya tersebut tidak diadopsi masyarakat Indonesia namun tetap

bersikap toleran terhadap budaya tersebut. Selain itu, diperlukan juga edukasi

mengenai budaya-budaya tersebut agar masyarakat Indonesia tidak semerta-

merta menolak budaya tersebut tanpa mengetahui budaya tersebut dan aspek

apa dari budaya tersebut yang menyimpang dengan paham dan budaya yang

ada di Indonesia. Hal ini juga sejalan dengan tanggapan-tanggapan dari para

responden dimana 26 dari 45 responden yang kami lakukan survei

menyatakan bahwa meskipun budaya tersebut tetap perlu ditentang oleh

masyarakat Indonesia, diperlukan edukasi lebih lanjut mengenai topik-topik

tersebut kepada masyarakat serta perlunya sikap toleransi terhadap

masyarakat luar yang menganut budaya- budaya tersebut.

Untuk menjaga agar budaya-budaya luar yang menyimpang

tersebut tidak teradopsi ke dalam masyarakat Indonesia diperlukan penguatan

nilai-nilai kebudayaan Indonesia pada masyarakat Indonesia terutama pada

generasi mudanya. Hal ini dikarenakan generasi muda merupakan penerus

dan pewaris bangsa. Penguatan nilai-nilai kebudayaan tersebut dapat

dilakukan dengan cara melakukan pendidikan identitas bangsa serta

kebudayaan lokal yang ada di Indonesia kepada generasi muda Indonesia. Hal

ini dapat dilakukan oleh para tenaga pengajar, ahli keagamaan dan
52

kebudayaan, orang tua dan anggota keluarga, serta dari generasi muda itu

sendiri. Pendidikan mengenai penguatan nilai-nilai budaya tersebut dapat

membantu generasi muda untuk dapat mengembangkan dan mengkreasikan

budaya-budaya Indonesia sekaligus membantu generasi muda untuk bisa

menempatkan batas-batas apa yang boleh diperbuatnya (Irmania et al.,

2021).54

BAB III
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. KEBEBASAN BERPENDAPAT DALAM MEDIA SOSIAL DITINJAU


DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 39 TAHUN 1999

1. Kebebasan Berpendapat dalam Media Sosial

a. Kebebasan Menyampaikan Informasi


54
Ibid, hlm. 835.
53

Hak menyampaikan informasi merupakan Hak Asasi Manusia

yang dijamin dalam konstitusi Pasal 28F UUD 1945. Oleh karena itu,

dalam penyelenggaraan negara yang transparan dan tata pemerintahan

yang baik (Good Governance), pemerintah perlu menyediakan informasi

yang benar dan terbuka untuk mendukung penyelenggaraan negara yang

demokratis berdasarkan transparansi, partisipasi, dan akuntabilitas.

Dengan adanya kebebasan menyampaikan informasi kita perlu memotivasi

badan publik untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat dengan

sebaik-baiknya dan bebas dari KKN (Kolusi, Koropsi dan Nepotisme).

Selain hal itu perkembangan teknologi informasi yang semakin pesat perlu

diantisipasi untuk meningkatkan mobilitas masyarakat memperoleh

informasi yang mudah dan cepat.55

Beberapa Undang-Undang yang menunjukkan peran penting

Pemeritah dalam memgelola informasi, yaitu :

1) Undang-Undang KIP (Keterbukaan Informasi Publik) Dikatakan

bahwa Badan Publik wajib menyediakan, menerbittkan dan/atau

menerbitkan informasi publik,berikut pembangunan sistem informasi

dan dokumentasi untuk mengelola informasi publik secara baik dan

efisien sehingga dapat diakses dengan mudah ( Pasal 7 UU KIP ).

2) Undang-undang ITE Dalam UU ini diwajibkan agar pemerintah

menyelenggarakan sistem informasi elektronik yang andal dan aman


55
Brigitta Dian Puspasari, “Kebebasan Memperoleh Informasi Publik”, Yogyakarta, 2010,
hlm. 2.
54

serta bertanggungjawab terhadap beroperasinya sistem elektronik

sebagainama mestinya.

Dengan menggunakan dokumen berbentuk elektronik, publik

akan lebih mudah mengakses informasi yang dikehendaki. Dengan

demikian kemajuan teknologi informasi dapat kita mamfaatkan lebih jauh

lagi untuk meningkatkan kemampuan mengolah, mengelola, menyalurkan,

dan mendistribusikan informasi dan mutu pelayanan publik.

Undang-undang KIP menggolongkan informasi publik kedalam 5

klasifikasi , antara lain :

a) Informasi yang wajib disediakan dan diumumkan secara berkala

b) Informasi yang wajib diumumkan secara serta merta

c) Informasi yang wajib tersedia setiap saat

d) Informasi yang dikecualikan

e) Informasi yang diperoleh berdasarkan permintaan

Dalam UU ITE, telah diatur adanya pemberian jaminan dan

perlindungan hukum dalam penggunaan informasi dan transaksi

elektronik. Adapun ruang lingkup pemberlakuan, yaitu :

1) Berlaku untuk semua orang.

2) Melakukan perbuatan hukum yang diatur ITE didalam ataupun diluar

Indonesia.

Informasi Elektronik dan / atau Dokumen Elektronik merupakan

alat bukti hukum yang sah, dengan syarat dan standar tertentu, sepanjang

dapat diakses, ditampilkan, dijamin keutuhan, dan dapat


55

dipertanggungjawabkan (Hukum Acara Pasal 5 dan 6), dengan

pengecualian untuk surat yang memang harus dibuat tertulis atau akta

notaril. Sedangkan untuk penyelenggara sistem elektronik harus

menyelenggarakan sistem elektronik secara andal dan aman serta

bertanggungjawab terhadap penyelenggaraan sistem elektroniknya.

Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat 2 UU ITE Pasal 15 ini, tidak

berlaku dalam hal dapat dibuktikan terjadinya dalam keadaan memaksa,

kesalahan, dan /atau kelalaian pihak pengguna sistem elektronik.

Sepanjang tidak ditentukan lain oleh undang-undang tersendiri, setiap

penyelenggara sistem elektronik wajib mengoperasikan sistem elektronik

yang memenuhi persyaratan minimum sebagai berikut :

a) Dapat menampilkan kembali informasi elektronik dan /atau dokumen

elektronik secara utuh sesuai dengan masa retensi yang ditetapkan

dengan Peraturan Perundang-undangan.

b) Dapat melindungi ketersediaan, keutuhan, keotentikan, kerahasiaan, dan

keteraksesan informasi eelektronik dalam penyelenggaraaan sistem

elektronik tersebut.

c) Dapat beroperasi sesuai dengan prosedur atau petunjuk dalam

penyelenggaraan sistem elektronik tersebut.

d) Dilengkapi dengan prosedur atau petunjuk yang diumumkan dengan

bahasa, informasi, atau simbol yang dapat dipahami oleh pihak yang

bersangkutan dengan penyelenggaraan sistem elektronik tersebut, dan;


56

e) Memiliki mekanisme yang berkelanjutan untuk menjaga kebaruan,

kejelasan, dan pertanggungjawaban prosedur dan petunjuk.

Dalam rangka menjamin kelancaran dan ketertiban dalam

pelaksanaan penyediaan informasi publik, telah diatur dalam beberapa

Undang-Undang tentang ancaman dan sanksi untuk beberapa jenis

pelanggaran, diantaranya yaitu :

1) UU KIP Ditentukan adanya ancaman pidana bagi badan publik yang

melanggar kewajibannya dengan hukuman kurungan maksimal 1

tahun dan / atau denda Rp. 5 Juta .

2) UU Pelayanan Publik Tanggungjawab administrasi (teguran tertulis,

penurunan gaji, penurunan pangkat, pembebasan dari jabatan, atau

pemberhentian tidak dengan hormat), tanggungjawab perdata (ganti

rugi ), dan tanggung jawab pidana.

3) UU Kearsipan Pejabat yang dengan sengaja tidak melaksanakan

pemberkasan dan pelaporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43

ayat 1 dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh ) tahun

dan denda paling banyak Rp. 500.000.000,- (Lima Ratus Juta

Rupiah ).

4) UU ITE Ilegal Access, data iterference, sistem interference, dst.

Dengan ancaman dari 6 tahun dan / atau 600 juta sampai dengan 12

tahun dan / atau 12 Milyar.

Sengketa informasi publik dapat diselesaikan melalui mediasi

dan/atau ajudikasi non litigasi oleh Komisi Informasi. Mediasi adalah


57

proses penyelesaian sengketa informasi publik dengan mengedepankan

asas musyawarah untuk mencapai mufakat (win-win solution) dengan

perantara (mediator) Komisi Informasi. Sedangkan Ajudikasi adalah

proses penyelesaian sengketa melalui lembaga pemutus. Ajudikasi Non -

Litigasi adalah penyelesaian sengketa melalui lembaga pemutus yang

diakui (misalnya Arbitrase) selain dari pengadilan yang putusannya

memiliki kekuatan setara dengan putusan pengadilan. Adapun ajudikasi

litigasi adalah penyelesaian sengketa di pengadilan.

Undang-Undang Nomor 39 Tahun1999 tentang Hak Asasi

Manusia Pasal 14 Ayat 2 berbunyi setiap orang berhak untuk mencari,

memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan

informasi dengan menggunakan segala jenis sarana yang tersedia.

b. Kebebasan Menyampaikan Pendapat

Hubungan antara Hak atas Kebebasan Menyampaikan Pendapat

dan Hak-Hak lain dalam Perjanjian Hak atas kebebasan menyampaikan

pendapat yang dilindungi dalam keempat perjanjian hak asasi manusia

yang dipertimbangkan di sini harus ditafsirkan setelah membaca

perjanjian-perjanjian secara keseluruhan. Jadi, lingkup hak tersebut

sebenarnya terbatas oleh sebagian ketentuan (selain dari pada ketentuan

yang menjelaskan tentang hak itu sendiri), dan diterapkan secara lebih

lanjut oleh ketentuan lain. Kebebasan menyampaikan pendapat dapat

dibatasi oleh hak atas pemeriksaan yang adil; hak atas privasi; dan

ketentuan yang memperkenankan penyimpangan dari hak atas kebebasan


58

menyampaikan pendapat, pada saat perang atau darurat publik lainnya,

tetapi hanya sejauh sungguh-sungguh diperlukan dalam keadaan tersebut.

Keempat perjanjian tersebut memuat ketentuan yang

memperkenankan pembatasan pada kebebasan yang dilaksankan dengan

tujuan menghancurkan atau secara tidak sah membatasi hak atau

kebebasan orang lain yang diatur dalam perjanjian. Konvensi Eropa

memuat ketentuan, yang tidak terdapat dalam perjanjian lainnya, yang

memberi kewenangan kepada negara pihak untuk menerapkan pembatasan

pada kegiatan politik orang asing tanpa melihat apakah pembatasan

tersebut akan melanggar haknya atas kebebasan menyampaikan pendapat,

berserikat atau berkumpul, atau untuk melaksanakan hak-hak tersebut

dengan cara yang sebanding.

Selain itu, Kovenan Internasional dan Konvensi Amerika juga

mengharuskan, dan Konvensi Eropa memperkenankan, pembatasan pada

tindakan yang menganjurkan kebencian atas dasar kebangsaan, ras atau

agama. Instrumen Internasional 20 Penafsiran kebebasan menyampaikan

pendapat diperluas oleh larangan atas diskriminasi yang disebutkan dalam

keempat perjanjian. Jadi, negara pihak berkewajiban untuk menjamin hak-

hak yang diakui dalam perjanjian tanpa diskriminasi berdasarkan alasan

apapun. Beberapa hak dikaitkan dengan kebebasan menyampaikan

pendapat. Hak atas kebebasan berkumpul secara damai dan berserikat

mempunyai hubungan erat, khususnya mengenai kebebasan mengeluarkan

pendapat politik. Dalam kedua kasus kebebasan berkumpul yang


59

diputuskan oleh Pengadilan Eropa, Pengadilan mempertimbangkan

kebebasan mengeluarkan pendapat dan kebebasan berserikat sebagai satu

persoalan saja, dan kebanyakan doktrin-doktrin yang dikembangkan

berhubungan dengan Pasal 10 dari Konvensi Eropa juga berlaku untuk

Pasal 11. Ada kaitan juga dengan hak untuk menggunakan bahasa sendirI

dan hak untuk ikut serta dalam pemilihan yang dilaksanakan secara

berkala dan murni.

Hak untuk ikut serta dalam pemilihan dibahas dalam buku

pedoman ini dengan melihat hak partai oposisi untuk mempunyai akses

pada media yang dikontrol pemerintah selama periode kampanye. Hak-hak

lain yang juga terkait, yang tidak dibahas dalam buku pedoman ini,

termasuk hak untuk menghormati kerahasiaan korespondensi dan

pembicaraan lewat telepon; kebebasan pikiran, hati nurani dan agama; dan

hak untuk melibatkan diri dalam kegiatan serikat buruh.56

Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Pasal 25 yang berbunyi

setiap orang berhak untuk menyampaikan pendapat dimuka umum, hak

untuk mogok sesuai dengan kententuan Peraturan Perundang-undangan.

c. Kebebasan Membuat Karya Lewat Media Sosial

56
Soli J. Sorabjee, Buku Pedoman Article 19 Tentang Kebebasan Menyampaikan Pendapat.
Hukum dan Perbandingan Hukum, Standar, dan Prosedur Internasional, India, 1993, Hlmn.
19.
60

Di zaman sekarang, kita semua bebas dalam membuat karya

apapun melalui media sosial contohnya hasil karya musisi, karya tulis,

karya kerajinan dll, dengan adanya YouTube, siapapun mampu

menggunakannya sebagai panggung pertunjukan di dunia maya, hanya

dengan merekam secara pribadi maupun manajemen seseorang sudah

mampu memperkenalkan karyanya pada masyarakat. Hasil karya

merupakan sesuatu yang dilakukan dengan kemampuan diri sendiri, dan

memiliki sifat originalitas di dalamnya atau berasal dari ide/pikiran orang

tersebut, sehingga kita tidak bisa sembarangan mengklaim sebuah karya.

Media sosial menjadi media yang paling banyak digunakan di era

digital, mulai dari kalangan anak-anak sampai orang dewasa. Sebab, media

sosial merupakan media interaktif yang dapat dimanfaatkan sebagai sarana

komunikasi, kolaborasi, bahkan mencari rezeki. Media sosial ada banyak

jenisnya, tapi dari semua jenis media sosial yang ada memiliki kesamaan,

dimana pengguna dapat memposting sesuatu (tulisan, foto, video, dan lain

sebagainya) untuk kemudian bisa dilihat oleh orang lain yang juga

menggunakan media sosial tersebut.

Media sosial menjadi media bebas bagi siapa pun untuk

membagikan apapun, mulai dari konten hiburan, pendidikan, hingga

jualan. Kebebasan ini dimaksudkan agar seseorang dapat membagikan ide,

gagasan, serta karya-karyanya dengan mudah tanpa dibatasi oleh ruang

dan waktu. Namun ternyata, kebebasan yang ditawarkan media sosial

terkadang disalahgunakan oleh beberapa oknum yang segaja ingin


61

membuat kerusuhan, seperti penyebaran hoaks, penipuan, pencurian data

pribadi, dan berbagai tindak kejahatan lainnya.Maka dari itu, kebebasan

berekspresi di media sosial ada batasnya. Dalam konteks ini, terdapat

beberapa aturan yang harus dipatuhi oleh para pengguna media sosial

ketika akan memposting sesuatu. Ada tiga besar jenis aplikasi media sosial

yang digunakan oleh masyarakat Indonesia adalah Facebook, WhatsApp,

dan Instagram Diantara aturan tersebut adalah sebagai berikut:

Sedangkan dengan melihat tampilan aplikasi media sosial

Instagram adalah aplikasi yang paling mengutamakan tampilan dengan

kreativitas susunan postingan gambar, dukungan tulisan (caption) dan

memperlihatkan eksistensi akun lewat jumlah followers. Beberapa fitur

tersebut sudah membantu seseorang untuk menjadi seniman. Bahkan

terdapat fitur dalam Instagram yang menarik untuk wilayah pemasaran,

akun pribadi bisa dialihkan menjadi akun bisnis dan dapat pula menambah

fitur berbayar untuk sponsor. Dengan akun bisnis dapat diketahui jumlah

pengunjung, usia, domisili dan penyuka akun si seniman tersebut.

a) Postingan Bebas Dari Hoaks

Hoaks merupakan informasi yang tidak sesuai dengan fakta

dilapangan atau informasi palsu. Hoaks dapat menimbulkan


62

perpecahan, keributan, perselisihan, dan merugikan orang lain. Oleh

karenanya, hoaks harus dihindari dan dicegah. Apabila ingin membuat

postingan di media sosial, maka harus sesuai dengan fakta, jangan

malah memutarbalikan fakta agar postingan tersebut viral. Selain itu,

ketika membagikan postingan orang lain di media sosial, pastikan

kebenaran dari informasi yang disampaikan, jika informasi yang

disampaikan benar dan bermanfaat untuk orang lain bolehlah kita

membagikannya. Namun, jika informasi yang disampaikan keliru,

cukuplah postingan tersebut berhenti dikita dan sampaikan kepada

pembuatnya bahwa informasi yang disampaikan salah. Salah satu

contoh berita hoax yang sempat menggemparkan Indonesia adalah

berita dari hoaks Ratna Sarumpaet.

Berawal dari informasi penganiayaan yang dilamai Ratna

Sarumpaet viral di media sosial khususnya di akun Facebook Swary

Utami Dewi tahun 2018 lalu. Kemudian menyebar ke twitter dan

mendapat tanggapan dari tokoh politik yang membenarkan kejadian

penganiayaan tersebut.

Namun, semakin heboh kasus tersebut akhirnya kepolisian

yang menyelidiki dan mendapati bahwa informasi tersebut hoaks

belaka. Wajah bengkak dan memar pada Ratna Sarumpaet ternyata

efek dari operasi bukan karena penganiayaan.

b) Postingan Bebas Dari Ujaran Kebencian


63

Ujuran kebencian adalah perkataan, tulisan, maupun tindakan

yang menyinggung suatu pihak. Sehingga, bisa menimbulkan

pertikaian apabila salah satu pihak tidak terima terhadap apa yang

dilakukan oleh pihak lain. Ujaran kebencian dapat berupa hinaan,

sindiran, pencemaran nama baik, provakasi, hasutan, dan lain

sebagainya. Oleh karena itu, untuk meminimalisir terjadinya konflik

dalam media sosial, sebaiknya ketika akan memposting sesuatu

dipikirkan terlebih dahulu, jangan asal posting, apalagi terdapat ujaran

kebencian di dalamnya.

c) Postingan Bebas Dari Pornografi

Penyebaran konten pornografi di media sosial kini semakin

marak, padahal pengguna media sosial tidak semuanya orang dewasa,

banyak dari kalangan anak-anak zaman sekarang yang sudah

menggunakan media sosial, sehingga ada potensi bahwa mereka juga

menonton konten pornografi yang tersebar luas di media sosial. Maka

dari itu, sebagai pengguna yang bijak, hentikan penyebaran konten

pornografi di media sosial, ingat dampak buruk yang ditimbulkan.

Apabila menjumpai konten pornografi di media sosial, lebih baik

laporkan saja postingan tersebut, agar media sosial tempat dimana kita

menjalin komunikasi dengan orang lain di seluruh dunia bebas dari

konten negatif.

d) Postingan Bebas Dari Manipulasi


64

Manipulasi merupakan upaya untuk mempengaruhi suatu

pihak dengan cara tertentu tanpa pihak itu menyadarinya. Jadi,

postingan manipulasi adalah postingan yang sengaja dibuat oleh suatu

pihak untuk mempengaruhi pihak lain dengan mudah tanpa ada

kecurigaan di dalamnya. Postingan manipulasi biasanya digunakan

untuk mengelabuhi suatu pihak untuk memberikan data pribadi tanpa

sadar. Oleh sebab itu, sebagai pengguna media sosial yang budiman,

jangan jadikan kelemahan pengguna lain untuk memperoleh

keuntungan pribadi. Buatlah postingan yang bermanfaat secara luas,

tanpa adanya manipulasi.

e) Postingan Bebas Dari Plagiat

Plagiat merupakan suatu tindakan mengambil karya orang lain

dan menjadikanya seolah-olah karya pribadi, misalnya mengambil

tulisan orang lain untuk kemudian dibagikan di media sosial tanpa

mencantum sumbernya. Padahal, tindakan semacam ini adalah

perbuatan yang salah. Apabila mencantumkan karya orang dalam

postingan pribadi di media sosial, maka harus mencantumkan

sumbernya, kalau perlu minta izin terlebih dahulu kepada

pembuatnya, agar tidak dianggap plagiat.

Dengan demikian, dapat dipahami bahwa media sosial memang

dapat diandalkan sebagai media untuk membagikan postingan dalam

berbagai bentuk dengan mudah dan bebas di era digital. Namun, sebagai

pengguna yang bijak juga harus mematuhi beberapa aturan dalam


65

memposting sesuatu di media sosial. Jangan jadikan kebebasan berekspresi

yang dihadirkan oleh media sosial sebagai sarana untuk berperilaku

seenaknya dan semaunya.57

Selain itu, Indonesia juga memiliki UU ITE sebagai perlindungan

hukum atas kegiatan yang memanfaatkan internet sebagai medianya, baik

transaksi maupun pemanfaatan informasinya. Pada UU ITE ini juga diatur

berbagai ancaman hukuman bagi kejahatan melalui internet. UU ITE

mengakomodir kebutuhan para pelaku bisnis di internet dan masyarakat

pada umumnya guna mendapatkan kepastian hukum, dengan diakuinya

bukti elektronik dan tanda tangan digital sebagai bukti yang sah di

pengadilan.

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1982 tentang Hak Cipta Pasal 8

Ayat 2 berbunyi jika suatu ciptaan dibuat dalam hubungan kerja dengan

pihak lain dalam lingkungan pekerjaannya, maka pihak yang membuat

karya cipta itu pencipta adalah pemegang hak cipta, kecuali apabila

diperjanjikan lain antara kedua pihak.

2. Pengaturan Kebebasan Berpendapat Di Media Sosial

Pengaturan kebebasan berpendapat di media sosial yang diatur dalam

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Informasi dan Transaksi

Elektronik mengandung arti bahwa setiap orang boleh mengemukakan

57
Mohamad Faisal Subakti, Kebebasan Berekspresi dalam Media Sosial Bukan Berarti
Tanpa Batas, 2022, Tersedia di https://digitalbisa.id/artikel/kebebasan-berekspresi-dalam-
media-sosial-bukan-berarti-tanpa-batas-GgJU6, diakses pada 28 Februari 2023.
66

pendapat di media apa pun asalkan tidak membuat dan menyebarkan

informasi yang bersifat tuduhan, fitnah, ujaran kebencian maupun yang

mengandung SARA.

Perlindungan hukum kebebasan berpendapat di media sosial

dihubungkan dengan Hak Asasi Manusia bahwa kemerdekaan menyatakan

pikiran dan kebebasan berpendapat serta hak memperoleh informasi melalui

penggunaan dan pemanfaatan Teknologi informasi dan komunikasi termasuk

media sosial ditunjukan untuk memajukan kesejahteraan umum, dan

mencerdaskan kehidupan bangsa serta memberikan rasa aman, keadilan, dan

kepastian hukum bagi pengguna dan penyelenggara sistem elektronik. Dalam

kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, hak dan kebebasan

melalui pemanfaatan teknologi informasi termasuk media sosial dilakukan

dengan mempertimbangan pembatasan yang ditetapkan dengan undang-

undang dengan maksud semata-mata untuk menjamin pengakuan serta

penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain dalam suatu masyarakat.

B. DAMPAK KEBEBASAN BERPENDAPAT DARI MEDIA SOSIAL

TERHADAP PERLINDUNGAN HAK ASASI MANUSIA

1. Meningkatkan sumber daya manusia melalui media sosial

a) Tetap Berkomunikasi dengan Kolega dan Teman

Kira-kira ada berapa banyak kolega atau teman lama yang kita

miliki yang masih berinteraksi atau minimalnya memiliki kontak di


67

ponsel, mungkin totalnya bisa dihitung dengan jari saja. Era digital

membawa media sosial di tengah-tengah kehidupan kita seperti

Facebook dan Twitter yang dapat memudahkan kita untuk mencari

teman lama, bertegur sapa, bahkan bertemu mereka kembali secara

tatap muka, seperti yang biasa kita sebut sebagai reuni. Tidak hanya

itu, mereka yang lama hilang kontak dengan kita juga bisa ditemukan

di akun LinkedIn, akun media sosial untuk memperluas jaringan

profesional di dunia kerja. Mereka yang lama tidak kita temui, bisa

saja sekarang sudah menjadi Direktur sebuah perusahaan. Positifnya,

kita bisa menambah jaringan dengan kawan lama.

b) Dapat Menemukan Teman Lama atau Kenalan Lama Kita

Sebaliknya, bisa saja beberapa teman lama kita sedang

mencari-cari kontak kita sekarang, media sosial memainkan peranannya

dalam hal in. Melalui media sosial, mereka bisa menemukan kita

dengan mudah. Hanya dengan mengetik nama lengkap atau nama

depan seseorang, kita bisa mendapatkan kontak akun mereka di media

sosial. Apabila mereka menemukan beberapa nama yang sama, mereka

bisa mengeceknya satu per satu dan melihat apakah foto profil yang

dipasang sama dengan wajah kita atau tidak.

c) Menemukan Kandidat Untuk Pekerjaan

Jika kita adalah seorang wirausaha, pebisnis atau pemilik

perusahaan? Atau mungkin seorang HRD perusahaan? media sosial

telah membantu memudahkan kita untuk bisa mencari kandidat-


68

kandidat berkualitas untuk posisi pekerjaan yang kita tawarkan. Media

sosial tidak lagi membuat kita harus memasang iklan lowongan

pekerjaan di koran atau majalah. Semuanya bisa diakses dengan

jempol kita, dan berbagai lowongan pekerjaan dari berbagai perekrut

yang berbeda-beda bisa hadir untuk kita pilih. Sebagai contoh, LinkedIn

atau Jobstreet, kita bisa menggunakan dua platform tersebut untuk

menyeleksi kandidat-kandidat berkualitas yang cocok dengan budaya

kerja perusahaan kita atau usaha kita. 4. Menemukan Pekerjaan baru. Kita

tidak perlu bersusah payah mencari pekerjaan dengan berjalan kaki

dari satu perusahaan ke perusahaan lainnya. Semua itu sudah tidak

berlaku lagi di zaman sekarang. kita hanya perlu duduk manis di depan

laptop atau ponsel, dan pergi ke situs pencarian kerja, lalu kita bisa

melamar pekerjaan disana dan memenuhi syarat-syarat melamar

pekerjaan sesuai informasi lowongan pekerjaan tersebut.

d) Membangan Tampilan Pribadi Secara Online

Media sosial sangat membantu kita untuk membangun tampilan

pribadi secara online. Di dunia online, kita bisa menampilkan apa

keahlian yang kita miliki, apa yang ingin kita capai, dan bagaimana

kesan kita di mata rekan-rekan kerja dan kerabat kita. Semuanya bisa

ditata dengan rapi di media sosial. Positifnya, apabila kita ingin


69

memperluas jaringan profesional, meningkatkan karier untuk bisnis kita

atau mencari pekerjaan baru, mereka bisa mencari nama kita dengan

mudah di media sosial dan mengetahui rekam digital kita dengan

baik.

e) Bergabung dengan Grup yang Bermanfaat

Media sosial sangat memungkinkan kita untuk membuat grup-

grup bermanfaat berdasarkan minat dan profesi kita. Apabila kita suka

memasak, kita bisa bergabung dengan grup masak di Facebook. Selain

itu, ada juga beberapa komunitas yang mungkin sangat tertarik untuk

diikuti seperti, komunitas pembaca buku, komunitas penyuka warna

merah, dan lain sebagainya. Disana, kita juga bisa saling berbagi

informasi menarik terkait profesi dan minat yang kita geluti. Media

sosial membuat kita lebih mudah bertemu dengan orang-orang yang

sepemikiran dengan kita, tanpa harus pergi keluar dan mencari teman

yang memiliki ketertarikan yang sama.

f) Mengembangkan Koneksi Sosial

Media sosial juga membantu kita untuk mengembangkan

koneksi sosial dari waktu ke waktu. Tidak sulit untuk mencari teman

zaman sekarang, cukup “berselancar” di depan laptop dan membuka

media sosial, kita bisa mendapatkan teman sebanyak-banyaknya. kita


70

juga bisa memiliki banyak teman dari berbagai Negara lain Jadi, kita juga

bisa mempraktikkan kemampuan bahasa Inggris kita untuk

berkomunikasi dengan mereka, atau belajar bahasa baru dari mereka.

Sudah punya banyak teman, dapat ilmu gratis lagi.

g) Memasarkan Produk Kita

Sudah banyak orang mengunakan media sosial sebagai sarana

memperluan bisnis yang kita miliki baik itu usaha pribadi, kelompok

mau pun re-seller semua bisa di pasarkan di media sosial, bahkan

seperti Facebook dan instragram memiliki pemawaran sendiri untuk

orang-orang yang meninginkan produknya di pasarkan otomais oleh

facebook dan instagram.

h) Memberi Kesempatan pada Konsumen Untuk Berintraksi dengan

Produsen

Kritik dan saran tidak lagi hanya dapat disampaikan melalui

telepon atau email dari konsumen kepada produsen tersebut.

Kehadiran media sosial memudahkan interaksi antara produsen dan

konsumennya. Apabila konsumen ingin memberikan beberapa kritik

dan saran, mereka bisa langsung pergi ke laman twitter, Facebook

atau Instagram, untuk menyampaikan aspirasi mereka. Bahkan, respons

yang diberikan dari produsen juga sangat cepat. Begitu juga dengan

produsen, jika mereka memiliki promo atau hadiah untuk para konsumen
71

setianya, dengan mudah mereka bisa mempostingnya di media sosial.

Sekarang interaksi antara keduanya benar-benar menjadi sangat mudah.58

2. Membuka Dan Mencari Lapangan Kerja

Di Negara kita ini ada satu masalah yang belum terselesaikan

yaitu bagaimana mengatasi masalah kemiskinan yang terjadi di Negara ini.

Dan penyebab terjadinya kemiskinan itu sendiri adalah tidak adanya

pekerjaan atau biasa disebut pengangguran. Seperti yang kita ketahui

bahwa persaingan dalam dunia pekerjaan semakin ketat. Persaingan dalam

mencari atau mendapatkan pekerjaan tidak hanya terjadi dikota-kota besar,

didaerah pedesaan pun kini semakin sulit untuk mencari pekerjaan.

Tentunya ini sangat menyedihkan bukan. Apalagi jika sudah

berpendidikan tinggi dengan tujuan untuk memperoleh pekerjaan yang

baik tapi kenyataannya tidak sesuai dengan apa yang kita inginkan.

Kita harus bisa keluar dari masalah mencari pekerjaan ini dan

mencari solusinya, namun kita tidak dapat hanya menyalahkan pemerintah

saja atau berdiam diri didalam rumah, karena masa depan kita adalah

tanggung jawab diri kita sendiri bukan orang lain. Dalam kenyataan ini

kenapa kita tidak membuka atau menciptakan lapangan kerja sendiri.

Menciptakan lapangan pekerjaan itu sendiri merupakan solusi untuk

memperoleh penghasilan dan juga kita tidak tergantung dari orang lain.

Juga dalam menciptakan lapangan pekerjaan itu dapat memiliki

58
Haikal dkk, Penyuluhan Pemanfaatan Media Sosial Bagi Perkembangan Sumber Daya
Manusia (SDM) Pada Masyarakat Desa, Tangerang Selatan: Jurnal Pengabdian Dharma
Masyarakat. Juli 2021; 1(3): 251-253.
72

penghasilan yang tak terbatas jika konsisten dalam mengembangkannya.

Dalam menciptakan suatu lapangan pekerjaan bukan hanya modal yang

diutamakan melainkan juga suatu kemauan, tekad dan optimis serta

percaya diri. Dan yang paling terpenting adalah tekad kita untuk menjadi

lebih baik demi masa depan. Hal ini tentu dapat merubah diri kita menjadi

lebih baik. Adapun cara untuk menciptakan lapangan pekerjan:

Mulai dari yang anda sukai. Seperti yang banyak orang katakana

melakukan sesuatu itu dimulai dari apa yang kita sukai. Karena kalau kita

menyukainya maka kita akan melakukan pekerjaan tersebut dengan

sepenuh jiwa.

Tidak takut gagal. Seperti kita ketahui banyak orang diluar sana

yang ingin memulai usahanya tetapi karena perasaan takut akan kegagalan

yang menghantui mereka sehingga untuk memulai suatu usaha tak mampu.

Jadi sangatlah penting untuk melepas rasa takut sebelum memulai suatu

pekerjaan. Karena masalah berhasil atau tidaknya adalah urusan

belakangan, yang terpenting yang terpenting kita harus berani

mencobanya.

Dari paling mudah. Jika kesulitan akan usaha yang besar maka

dapat dimulai dari usaha yang kecil atau paling mudah. Sehingga dengan

seiring berjalannya waktu kemampuan usaha akan meningkat. Jenis-jenis

usaha yang mudah seperti jualan gorengan, pulsa dll. Bisnis dengan modal

kecil. Jika masalahnya adalah keterbatasan modal maka pilihlah usaha

dengan modal yang kecil namun dapat berkembang.


73

Seperti bisnis jual beli online yang ada diinternet. Perencanaan

yang matang. Setelah kita menggeluti usaha tersebut yang kita perlukan

adalah perencanaan atau planning. Perencanaan ini berguna agar usaha

yang dikembangakan berjalan dengan baik. Melakukan evaluasi. Mencari

tahu apa kelebihan dan kekurangan atas usaha yang kita lakukan agar

menjadi lebih baik.59

Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Pasal 38 ayat (2) yang

berbunyi setiap orang berhak dengan bebas memilih pekerjaan yang

disukainya dan berhak pula atas syarat-syarat ketenagakerjaan yang adil.

3. Menambah Wawasan Pengetahuan Melalui Media Sosial

Berkat kemudahan mengakses internet saat ini, perlu penerapan

bagaimana peran media sosial sosial begitu berdampak besar untuk semua

kalangan, termasuk pelajar. Harus diakui, pertumbuhan media sosial

selama beberapa tahun terakhir telah membawa perubahan di segala

bidang, salah satunya dalam pendidikan. Media sosial dalam dunia

pendidikan secara fungsi sebagai bentuk kolaborasi, kreativitas, dan

pembelajaran bagi guru maupun murid. Melalui media sosial, pengetahuan

dan proses belajar tidak hanya berfokus pada akumulasi pengetahuan, tapi

juga digunakan sebagai media dalam proses belajar.

Pemanfaatan media sosial dalam pendidikan berfokus pada

seorang individu belajar dengan menjadikan orang lain sebagai subjek

belajarnya. Lebih jauh lagi, media sosial tidak hanya mengenai dampak
59
Silvi Ainurrohmah, Membuka Lapangan Kerja Baru, 2016, Tersedia di
https://www.kompasiana.com/silviainur/57fcf29e1297737e058b4568/membuka-lapangan-
kerja-baru, diakses pada 28 Februari 2023.
74

teknologi komunikasi dan informasi, tetapi juga tentang teknologi

komunikasi yang diserap dan diadopsi. Peran media sosial kini banyak

terjadi pada proses pendidikan jarak jauh atau e-learning, yakni ketika

proses belajar mengajar tidak lagi terbatas pada ruang kelas, jarak, dan

waktu.

Berikut ini manfaat media sosial di bidang pendidikan yang

kaitannya dalam sistem belajar;

a) Kemampuan Adaptasi dan Kolaborasi

Dengan media sosial, memicu adaptasi murid yang tak hanya

sebatas teman satu kelompok, tapi juga soal komunikasi pada murid

lain satu kelas atau satu sekolah. Mereka dapat membentuk grup

kegiatan belajar dan saling kolaborasi hingga terbentuk manajemen

pertemanan yang semakin baik.

Para murid juga bisa mengundang guru untuk bergabung

dengan kelompok belajar sehingga bisa memberi masukan. Perlu

diketahui, jaringan kelompok belajar tersebut tak harus terbatas pada

lingkup sekolah yang sama. Murid bisa berkolaborasi dengan sekolah

lain, bahkan bisa dengan murid berbeda negara. Murid akan terdorong

untuk menjadi ‘ahli’ dalam keterlibatan aspek internet yang aktivitasnya

tidak berinteraksi, tapi juga belajar cara bijak penggunaan media sosial

tersebut.

b) Meningkatkan Motivasi Belajar Murid


75

Dampak positif dari pertemanan murid di media sosial dapat

mendorong pengembangan diri yang kaitannya dengan materi pelajaran

dan masukan dari teman-teman baru yang terhubung lewat internet. Hal

ini tentunya juga berdampak pada peningkatan motivasi belajar murid,

yang tadinya kesulitan mencerna pelajaran, menjadi paham karena

penjelasan sesama teman.

Selain itu, memulai jaringan kelompok belajar bisa menghemat

waktu dan tenaga. Para murid dapat menggunakan aplikasi video

conference gratis, seperti Google Hangouts sebagai fasilitas kolaborasi

ketika belajar kelompok. Murid yang ingin mengajukan pertanyaan

kepada guru atau narasumber lain, dapat memanfaatkan media sosial

lain untuk membangun koneksi melalui pertukaran pertanyaan atau

jawaban antar pengguna.

c) Mendukung Materi Belajar

Media sosial juga memberikan peran kepada murid untuk

mendapatkan materi pembelajaran lebih lengkap untuk memperluas

wawasan. YouTube, misalnya. Platform tersebut membantu

menyediakan video dan audio untuk memperjelas materi pembelajaran.

Bisa juga media sosial jenis lain, aplikasi obrolan misalnya, yang

memungkinkan murid mengirimkan bermacam-macam dokumen,

seperti video, reminder, voice note, gambar, data dan lainnya.60


60
Anonim, Peran dan Manfaat Media Sosial untuk Pembelajaran, 2021, Tersedia di
https://acerforeducation.id/edukasi/peran-dan-manfaat-media-sosial-untuk-pembelajaran-afe/,
diakses pada 28 Februari 2023.
76

Murid-murid bisa secara langsung saling memberikan dan

menerima berbagai informasi. Mereka dapat membagikan tips, trik, dan

informasi yang berguna untuk bahan pelajaran. Dampak positif jangka

panjangnya adalah kemampuan mereka terus meningkat dalam

mengakses, menganalisa, dan berbagi informasi seiring berjalannya

waktu. Hal tersebut juga perlu diimbangi dengan pengetahuan cara

bijak menggunakan media sosial.

Undang-Undang Nomor 39 Tahun1999 Pasal 13 yang

berbunyi setiap orang berhak untuk mengembangkan dan memperoleh

manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya sesuai

dengan martabat manusia demi kesejahteraan pribadinya, bangsa, dan

umat manusia.

BAB IV

PENUTUP

A. SIMPULAN

Berdasarkan pembahasan tentang hasil penelitian mengenai Kebebasan

Berpendapat Di Media Sosial dari Perspektif Hak Asasi Menusia Ditinjau


77

dari Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia

maka dapat disimpulkan bahwa:

Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, pada

Pasal 4 menyatakan “Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak

kebebasan pribadi, pikiran dan hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak

diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi dan persamaan di hadapan

hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut

adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun

dan oleh siapapun”.

1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

2. Undang-Undang Nomor 6 tahun 1982 Tentang Hak Cipta

3. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1988 Tentang Kemerdekaan

Menyampaikan Pendapat di Muka Umum

4. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi

Manusia

5. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan

Transaksi Elektronik

Dampak Positif Penggunaan Media Sosial terhadap Norma dan Budaya

di Indonesia:

1. Memperluas Koneksi serta Cara Pikir Media sosial memudahkan

masyarakat Indonesia untuk berinteraksi dengan sangat banyak orang

dari berbagai budaya dan latar belakang. Ini menyebabkan masyarakat


78

kita memiliki koneksi yang lebih luas sehingga lebih teredukasi

mengenai isu-isu global.

2. Kebebasan berekspresi

Kebebasan berekspresi ini bisa menjadi hal yang buruk dan merugikan

orang lain bila tidak dibatasi. Kebebasan berpendapat tidak boleh sampai

menyinggung, memaksakan pendapat, mengatur, dan memulai kericuhan

atau konflik.

Dampak Negatif Penggunaan Media Sosial terhadap Norma dan Budaya

di Indonesia:

1. Menimbulkan kericuhan

Selain berdampak negatif pada individu, berpendapat dengan bebas

mengenai topik-topik di atas juga dapat menimbulkan kericuhan pada

antar individu atau masyarakat. Misalnya ada seseorang yang dengan

bebas menyebarkan ajaran atheisme. Tentu ada pihak yang setuju bahwa

atheisme tidak apa-apa karena itu pilihan hidup masing-masing orang dan

tidak merugikan orang lain, tetapi ada juga pihak yang tidak setuju

karena kepercayaan tersebut melanggar sila pertama Pancasila sebagai

pedoman hidup bangsa.

3. Menurunnya Privasi

Dalam media sosial, privasi adalah hal yang langka karena sekalinya

seseorang mengunggah informasinya di internet, informasi tersebut

sudah menjadi konsumsi publik, mau tidak mau, suka tidak suka. Netizen
79

bebas berpendapat dalam mengomentari konten apapun yang ada

walaupun komentar yang dilontarkan seringkali tidak relevan.

4. Penerimaan Budaya Luar Yang Menyimpang Budaya Indonesia

Melihat dari hasil survey yang dilakukan, sebagian besar responden

berpendapat bahwa “Harusnya sudah bukan hal yang tabu, Indonesia

harus menghadapi perubahan”. Dari sini dapat diartikan bahwa

masyarakat Indonesia, terutama mahasiswa sudah mulai menerima

budaya luar yang masuk ke Indonesia.

5. Cara Menyikapi Budaya Luar yang Menyimpang di Indonesia

Budaya-budaya luar yang menyimpang dari budaya Indonesia tidak dapat

dihindari lagi akibat dari cepatnya laju persebaran informasi oleh

globalisasi dan media sosial. Untuk itu, hal yang dapat dilakukan oleh

masyarakat Indonesia untuk menyikapi budaya tersebut adalah untuk

menjaga agar budaya tersebut tidak diadopsi masyarakat Indonesia

namun tetap bersikap toleran terhadap budaya tersebut.

B. SARAN

Berdasar pada hasil Penelitian Kebebasan Berpendapat di Media Sosial

dari Perspektif Hak Asasi Manusia Ditinjau dari Undang-Undang Nomor 39

Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia, tersusun beberapa rekomendasi


80

yang dapat digunakan dalam rangka menerapkan penggunaan media sosial

yang baik. Rekomendasi tersebut adalah kepada para pengguna akun media

sosial agar lebih bijak dalam menggunakan akun media sosial yang mereka

gunakan, khususnya bagi tokoh-tokoh yang memang memiliki pengaruh

langsung terhadap masyarakat. Peneliti berharap pada masyarakat untuk lebih

bijak dalam memilah informasi. Era globalisasi yang menyebabkan

kemudahan penyebaran informasi, hoaks dan berita palsu dengan mudah

tersebar. Peneliti juga berharap, masyarakat tidak hanya melihat satu

peristiwa berdasarkan kontruksi dari satu media, melainkan dari banyak

sumber. Jika suatu media dapat menjadi pengawas dari kekuasaan, maka

masyarakat juga dapat menjadi pengawas dari konten sebuah media.

DAFTAR PUSTAKA

A. BUKU

Arinanto, Satya. 2008. Hak Asasi Manusia Dalam Transisi Politik di


Indonesia. Pusat Studi Hukum Tata Negara Fakultas Hukum
Universitas Indonesia, Jakarta.
81

Attamimi, H.S, dkk. 2003. HukumAdministrasi Negara. UII Pres.


Yogyakarta.

Azhary. 1995. Negara Hukum Indonesia (Analisis Yuridis Normatif tentang


Unsur-unsurnya). Universitas Indonesia:UI Press, hal. 46.

Azhary, Tahir. 2009. Negara Hukum. Liberty. Yogyakarta.

Daman, Rozikin. 1993. Hukum Tata Negara. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

El Muhtaj, Madja. 2009. Dimensi-Dimensi Hak Asasi Manusia Mengurangi


Hak Ekonomi Sosial dan Budaya. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Fuady, M. 2010. Konsep Negara Demokrasi. PT. Refika Aditama. Bandung.

Gautama, Sudargo. 1973. Pengertian Negara Hukum. Bandung : Alumni.


hlm. 20.

Huda, Ni’matul. 2005. Negara Hukum, Demokrasi dan Judicial Review.


Yogyakarta : UII Press. hlm. 1.

Kusniati, Retno. Sejarah Perlindungan Hak-Hak Asasi Manusia Dalam


Kaitannya Dengan Konsepsi Negara Hukum, Makalah disampaikan
pada bimbingan teknis HAM Kantor Wilayah Kementrian Hukum dan
HAM Jambi di Hotel Ceria. Jambi. 2011.

Muhtaj, Madja El. 2009. Dimensi-Dimensi Hak Asasi Manusia Mengurangi


Hak Ekonomi Sosial dan Budaya. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
hlm. 1.

Nazmi, Didi. Konsepsi Negara Hukum. Angkasa Raya: Padang. 1992.

Qamar, Nurul. 2003. Hak Asasi Manusia Dalam Negara Hukum Demokrasi.
Sinar Grafika. Jakarta.

Prodjodikoro, Wirjono. 1971. Asas-asas Ilmu Negara dan Politik. Bandung :


Eresco, hlm. 38.

Riyadi, Eko. Hukum Hak Asasi Manusia. Raja Grafindo Persada. Depok.
2018.
Suryabrata, Sumadi. Metode Penelitian. cet. Ke-9, Rajawali press, Jakarta,
1993, hlm. 85.

Soekanto, Soerjono dkk. 1985. Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan


Singkat. Rajawali Press. Jakarta. cet.1, hlm. 4.

Soekanto, Soerjono dkk. 2006. Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan


Singkat. Raja Grafindo Persada. Jakarta. hlm. 13-14.
82

Sorabjee, S.J. 1993. Buku Pedoman Article 19 Tentang Kebebasan


Menyampaikan Pendapat. Hukum dan Perbandingan Hukum,
Standar, dan Prosedur Internasional. India.

Syafiie, Inu Kencana. Ilmu Politik. Rineka Cipta. Jakarta. 1997.

Tutik, Titik Triwulan. Restorasi Hukum Tata Negara Indonesia Berdasarkan


Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Prenada Media Group, Depok, hlm. 61.

Van Apeldoorn, L.J. Pengantar Ilmu Hukum, Cet. 31, PT. Pradnya Paramita.
Jakarta. 2005.

Wingjosoebroto, Soetandyo. Pergeseran Paradigma dalam Kajian-Kajian


Sosial dan Hukum, Setara Press. Malang. 2013.

Zen, A.P.M. Tak Ada hak Asasi yang Diberi. Yayasan YLBHI. Jakarta. 2005.

Zuchdi, Darmiyati . 1993. Panduan Penelitian Analisis Konten. Yogyakarta:


Lembaga Penelitian IKIP Yogyakarta. hlm. 1.

B. JURNAL

Ahmad, Maghfur. 2010. Nahdlatul Ulama dan Penegakkan Hak Asasi


Manusia Di Indonesia, dalam jurnal “Religia”.

Ashiddiqie, Jimly. 1994. Gagasan Kedaulatan Rakyat dalam Konstitusi dan


Pelaksanaannya di Indonesia. Jakarta, Ichtiar Baru van Hoeve.

Cranston, M. 1973. What are Human Rights? (New York:Basic Books),


Dikutip oleh Kunto Yuliarso dan Nunung Prajarto. “Hak Asasi
Manusia (HAM) di Indonesia: Menuju Democratic Governances”.
Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

Haikal dkk. 2021. Penyuluhan Pemanfaatan Media Sosial Bagi


Perkembangan Sumber Daya Manusia (SDM) Pada Masyarakat
Desa. Tangerang Selatan: Jurnal Pengabdian Dharma Masyarakat.

Hasan, Muhardi dkk. 2005. Hak Sipil dan Politik.Vol. 4, Nomor 1, hlm. 21.
Jurnal Demokrasi.

Kusniati, Retno. 2011. “Sejarah Perlindungan Hak-Hak Asasi Manusia Dalam


Kaitannya Dengan Konsepsi Negara Hukum”. hlm. 1. Jurnal Ilmu
Hukum.
83

Marbun, S.F. 1997. Negara Hukum dan Kekuasaan Kehakiman. Jurnal


Hukum Ius Quia Iustum No. 9 Vol. 4.

Mayolaika, Shelma dkk. 2021.“Pengaruh Kebebasan Berpendapat Di Sosial


Media Terhadap Perubahan Etika Dan Norma Remaja Indonesia”.
Jurnal Kewarganegaraan Vol. 5 No. 2 Desember 2021 P-ISSN: 1978-
0184 E-ISSN: 2723-2328. hlm. 831-832.

Puspasari, B.D. 2010. Kebebasan Memperoleh Informasi Publik. Yogyakarta.

Puspitasari, Dwi Nikmah. 2016. Kebebasan Berpendapat Dalam Media


Sosial. Vol. 2. Nomor 14, hlm. 3, Jurnal Ilmu Hukum.

Putra, Muhammad A. 2015. Eksistensi Lembaga Negara Dalam penegakan


Ham Di Indonesia, Fiat Justisia Jurnal Ilmu Hukum.

Rahadi, Dedi Rianto. 2017. “Perilaku Pengguna Dan Informasi HOAX Di


Media Sosial”. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan.

Rachman, F., Nurgiansah, T. H., & Kabatiah, M. (2021). Profilisasi


Pendidikan Kewarganegaraan dalam Kurikulum Pendidikan
Indonesia. Edukatif: Jurnal Ilmu Pendidikan, 3(5), 2970– 2984.

Rachman, F., Ryan, T., Kabatiah, M., Batubara, A., Pratama, F. F., &
Nurgiansah, T. H. (2021). Pelaksanaan Kurikulum PPKn pada Kondisi
Khusus Pandemi Covid-19. Jurnal Basicedu, 5(6), 5682–5691.

Susanto, M. Iqbal. 2019. Kedudukan Hukum People Power dan Relevansinya


dengan Hak Kebebasan Berpendapat di Indonesia. Volkgeist: Jurnal
Ilmu Hukum dan Konstitusi.

Selian, D.L, Kebebasan Berpendapat: Penegakan Hak Asasi Manusia, 2018,


Vol. 2, Nomor 2, hlm. 32.

C. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

 Undang-Undang Nomor 6 tahun 1982 Tentang Hak Cipta

 Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1988 Tentang Kemerdekaan


Menyampaikan Pendapat di Muka Umum

 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia


84

 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan


Transaksi Elektronik

D. DOKUMEN DAN INTERNET

Ainurrohmah, S. 2016. Membuka Lapangan Kerja Baru, Tersedia di


https://www.kompasiana.com/silviainur/57fcf29e1297737e058b4568/m
embuka-lapangan-kerja-baru. Diakses pada 28 Februari 2023.
Anam, Syaiful. 2017. Pendekatan Perundang-Undangan (Statute Approach)
Dalam Penelitian Hukum. Tersedia di
https://www.saplaw.top/pendekatan-perundang-undangan-statute-
approach-dalam-penelitian-hukum/, Diakses pada 18 Juni 2022.
Anonim. 2021. Peran dan Manfaat Media Sosial untuk Pembelajaran .
Tersedia di https://acerforeducation.id/edukasi/peran-dan-manfaat-
media-sosial-untuk-pembelajaran-afe/, Diakses pada 28 Februari 2023.
Imanuel Lodja dkk. 2017. Dugaan Pencemaran Nama Baik, Polda NTT
Periksa Mantan Polisi. Tersedia pada
https://www.katantt.com/artikel/43879/mantan-polisi-di-kupang-
diperiksa-terkait-kasus-pencemaran-nama-baik-perwira-polda-ntt/.
Diakses pada 1 Maret 2022.
Santoso, Audrey, dkk. 2021. Siswa di NTT Jadi Tersangka ITE Gegara
Unggah Dugaan Pungli, Kasus Disetop. Tersedia pada
https://news.detik.com/berita/d-5479610/siswa-di-ntt-jadi-tersangka-ite-
gegara-unggah-dugaan-pungli-kasus-disetop, Diakses pada 1 Maret
2022.
Subakti, M.F. 2022. Kebebasan Berekspresi dalam Media Sosial Bukan
Berarti Tanpa Batas. Tersedia di
https://digitalbisa.id/artikel/kebebasan-berekspresi-dalam-media-sosial-
bukan-berarti-tanpa-batas-GgJU6, diakses pada 28 Februari 2023.
Setiawan, Adam. 2019. Konesitas Negara Hukum dan Demokerasi. Tersedia
di https://www.kai.or.id/berita/14373/koneksitas-negara-hukum-dan-
demokrasi.html. Dapat diakses pada 16 juni 2022.

Anda mungkin juga menyukai