Anda di halaman 1dari 20

TUGAS REVIEW:

METODE PENELITIAN SOSIAL


DOSEN PENGAMPU : DR. SUJONO, S.E., M.SI

DISUSUN OLEH :

HASNANI

G2D120042

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS HALUOLEO

KENDARI

2021
KATA PENGANTAR

Tugas review buku ini adalah tentang metode penelitian sosial. Metode penelitian penting
dipelajari oleh para praktisi seperti manajer, pengambil keputusan, peneliti profesional, pengelola jasa
atau konsultan penelitian, dan bagi para akademisi seperti para dosen dan mahasiswa. Siapa saja yang
mempelajari metode penelitian akan mendapatkan pengetahuan dan keterampilan di bidang metode
penelitian yang dapat digunakan untuk menyelidiki masalah-masalah sosial dan memberi solusi atas
masalah tersebut.
Solusi atas suatu masalah sosial yang diperoleh dengan menggunakan metode penelitian ilmiah
dapat dipertanggungjawabkan karena proses penyelidikan dilakukan melalui satu rangkaian tahapan
berdasarkan metode ilmiah. Oleh karena itu, setiap peneliti, apakah praktisi atau akademisi harus
memahami metode penelitian dan proses penelitian agar penelitian yang dilakukan berlangsung sesuai
dengan kaidah-kaidah metode ilmiah. Hasil penelitian yang menggunakan kaidah-kaidah metode
ilmiah merupakan "fakta empiris" dan "kebenaran ilmiah" yang dapat dipertanggungjawabkan.
Pada bab pertama dalam review ini akan membahas mengenai pengenalan dasar metode
penelitian. Kemudian, bab kedua akan membahas mengenai masalah penelitian, bab ketiga akan
membahas mengenai paradigma penelitian, bab keempat akan membahas mengenai teori dalam
penelitian, bab kelima akan membahas mengenai hubungan antar variabel dan terakhir bab keenam
akan membahas mengenai hipotesis.
Selanjutnya, pada kesempatan kali ini, penyusun mengucapkan terima kasih kepada Tuhan
Yang Maha Esa atas limpahan rahmatnya akhirnya tugas review ini dapat diselesaikan. Saya atas
nama penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Dosen Pengampu Mata Kuliah Dr.
Sujono., S.E., M.Si yang telah membimbing dan membina kami dalam proses perkuliahan di kampus.
Dan penyusun meminta maaf apabila ada kesalahan dan kekurangan dalam hal materi ataupun tulisan,
kritik dan saran dari semua pihak sangat kami butuhkan untuk menyempurnakan makalah kami ini.

Penyusun
HASNANI
G2D120042
BAB I

PENGENALAN DASAR PENELITIAN SOSIAL

Bab ini membahas konsep-konsep penting dalam metode penelitian sosial, seperti metode dan
metodologi penelitian, dan proses penelitian sosial yang menggunakan metode ilmiah.

1.1 Definisi Penelitian Sosial

Kata "research" (bahasa lnggris) berasal dari kata "reserare" (bahasa Latin) yang berarti
mengungkapkan. Secara etimologis, kata "research" (penelitian, riset) berasal dari kata "re" dan "to
search". Re berarti kembali dan to search berarti mencari. Jadi, secara etimologis, penelitian berarti
mencari kernbali. Namun, makna yang terkandung dalam kata "research" jauh lebih luas daripada
sekadar mencari kembali atau mengungkapkan.

Penelitian sosial yaitu suatu penyelidikan yang sistematis dan metodis atau suatu masalah sosial
dengan maksud menemukan solusi atas masalah sosial tersebut dan menambah khazanah pengetahuan
sosial. Perbedaan utama antara penelitian sosial yang satu dan penelitian sosial lainnya adalah pada
hakikat dari gejala yang dipelajari. Dengan demikian, penelitian administrasi publik adalah aplikasi
sistematis dari metode ilmiah untuk mempelajari masalah-masalah publik.

1.2 Mengapa Mempelajari Metode Penelitian?

Ada beberapa keuntungan mempelajari dan memiliki keterarnpilan di bidang penelitian sosial.
Jika Anda mencari informasi yang dibutuhkan untuk membuat keputusan, Anda dituntut memiliki
pengetahuan dan keterampilan di bidang metode penelitian. Hal ini disebabkan.jika Anda hanya
memiliki tingkat keterarnpilan penelitian terbatas, Anda tidak akan mendapat informasi yang dapat
diandalkan. Jika Anda sebagai pembuat keputusan tidak ada waktu mencari inforrnasi, sementara
Anda memerlukan lebih banyak informasi sebelum mengambil keputusan, pilihannya bisa
rnendelegasikan kepada orang lain untuk mencari inlormasi. Namun, jika Anda mendelegasikan atau
meminta orang lain untuk mencari informasi atau membeli jasa penelitian dari orang lain yang akan
digunakan untuk membuat keputusan, setidak-tidaknya Anda harus mampu menilai apakah yang
dilakukan orang lain dapat dipertanggungjawabkan menurut kaidah-kaidah dan prinsip-prinsip
penelitian, misalnya, kebenaran mutu desain penelitian, baik pengumpulan maupun analisis data.

1.3 Aplikasi Metode llmiah dalam penelitian Sosial

Tahap-tahap dalam melakukan penelitian harus terlihat familier dan secara langsung paralel
dengan metode ilmiah. Tahap tersebut meliputi selection and definition of a problem: satu masalah
adalah satu pertanyaan yang dapat dijawab atau hipotesis penelitian yang dapat diuji melalui
pengumpulan dan analisis data; execution of research procedures: prosedur secara khas meliputi
pilihan subjek dan pilihan atau pengembangan metodologi pengukuran; analysis of data: mcliputi
aplikasi dari satu atau lebih teknik statistik untuk menjawab pertanyaan penelitian atau menguji
hipotesis penelitian; dan drawing and stating conclusions: didasarkan atas hasil analisis data konklusi
harus mengindikasi, misalnya apakah hipotesis penelitian didukung atau tidak didukung.

1.4 Metode Penelitian Ilmiah

Penelitian bertuiuan untuk memberi solusi atas suatu masalah dan mendapat pengetahuan
tentang seseuatu yang dianggap benar melalui proses observasi. Penelitian ilmiah adalah penyelidikan
yang sistematis, terkontrol, empiris, dan kritis tentang fenomena-fenomena alami dengan dipandu oleh
teori dan hipotesis-hipotesis tentang hubungan yang diduga terdapat antara fenomena-fenomena itu. Di
samping menggunakan metode ilmiah, penelitian ilmiah juga memerlukan sikap ilmiah (scientific
attitude atau cara orang melihat pada dunia sehingga benar-benar obiektif atau terlepas dari prasangka
pribadi yang bersifat subjektif. Penelitian ilmiah merupakan cara yang tepat untuk menemukan solusi
suatu masalah dan untuk mendapatkan pengetahuan.

1.5 Proses Penelitian llmiah dalam Penelitian Sosial

Proses penelitian adalah tahapan-tahapan yang dilakukan secara sistematis dan berurutan untuk
mengerjakan suatu penelitian. ltu adalah satu rangkaian tahapan yang dirancang dan diikuti, dengan
sasaran penemuan jawaban untuk isu-isu yang menjadi perhatian dalam lingkungan sosial dan kerja.
Proses penelitian ilmiah mengikuti tahap-tahap yang tersusun secara sistematis dan berurutan yang
menggambarkan suatu siklus sebagaimana berlaku dalam metode ilmiah. Tahap-tahap dalam
penelitian kuantitatif untuk suatu proyek penelitian termasuk skripsi, tesis, disertasi tampak seperti
dalam bagan:

Bagan Proses Penelitian Kuantitatif


1.6 Tipe Penelitian

Menentukan tipe atau jenis penelitian yang digunakan untuk menyelidiki, mengambarkan, dan
menjelaskan suatu fenomena atau masalah bukanlah pekerjaan yang mudah. Sebab, di samping tidak
ada satu tipe penelitian tunggal yang digunakan untuk meneliti suatu gejala tertentu, pengklasifikasian
tipe penelitian (Newman menamakannya sebagai dimensions of researchs) juga menunjukkan ragam
cara. Adanya berbagai ragam klasifikasi tipe penelitian menunjukkan belum ada kesamaan klasifikasi
dari para ahli metodologi penelitian (research methodologists). Klasifikasi tipe penelitian dalam buku
ini tampak seperti dalam tabel berikut.

Dimensi-Dimensi dan Tipe-Tipe Penelitian Sosial

1.6.1 Penelitian Berdasarkan Manfaat


Beberapa ahli fokus pada penggunaan penelitian untuk meningkatkan pengetahuan umum,
sementara yang lain menggunakannya untuk pemecahan atau solusi masalah-masalah spesifik. Tipe
pertama disebut penelitian dasar (basic research), juga dinamakan penelitian akademik (academic
research), penelitian murni (pure research), atau penelitian fundamental (fundamental rescarch).
Hasilnya berguna untuk memahami hakikat fundamental dari realitas sosial. Tipe kedua disebut
penelitian terapan (applied research). Hasilnya berguna untuk menerapkan pengetahuan ilmiah untuk
isu-isu praktik khusus. ltu sebabnya masyarakat ilmiah adalah konsumen utama penelitian dasar,
sedangkan konsumen dari penemuan-penemuan penelitian terapan adalah para praktisi seperti guru,
konselor, atau pernbuat keputusan seperti manajer, dan pejabat

1.6.2 Penelitian Berdasarkan Tujuan

Tujuan penelitian tidak berbeda dengan tujuan dari semua kegiatan ilrniah, yaitu menjelajah,
menggambarkan, dan menjelaskan. Penelitian eksplorasi untuk mengidentifikasi sifat-sifat suatu gejala
atau peristiwa; deskripsi untuk menerangkan kondisi dasar berbagai peristiwa-peristiwa; menyusun
teori untuk menjelaskan kaidah hubungan antar-peristiwa, baik untuk menjelaskan asosiasi, membuat
prediksi-estimasi-proyeksi tentang gejala yang akan muncul, maupun melakukan tindakan guna
mengendalikan peristiwa.

BAB II

MASALAH PENELITIAN

Bab ini membahas bagaimana rnemilih topik dan masalah, dari mana sumbernya, dan
bagaimana perumusan masalah dalam penelitian sosial.

2.1 Definisi Masalah Penelitian

Awal dari suatu penelitian adalah masalah. lstilah masalah mengimplikasikan adanya suatu
teka-teki yang harus dipecahkan. Masalah merupakan suatu kesulitan yang dirasakan, suatu perasaan
tidak menyenangkan atas suatu situasi atau gejala tertentu. jika ada keraguan, kesangsian,
kebingungan, atau kemenduaan tentang suatu fenomena, itu dapat dianggap sebagai masalah
penelitian. Setiap situasi yang di dalamnya terdapat ketaksesuaian (discrepancy) antara aktual dan
ideal diharapkan atau antara apa yang ada dan seharusnya ada.

2.2 Topik Penelitian

Walaupun dalam permulaan penelitian adalah masalah, hal itu harus ditentukan secara jelas dan
tepat berkaitan dengan topik atau bidang apa. Memilih satu topik penelitian (research topic), kadang-
kadang disebut sebagai fokus untuk studi (focus for the study), ide-ide penelitian (research ideas),
isu penelitian (research in issues)’, masalah penelitian (research problem), merupakan langkah awal
yang Anda lakukan ketika mempersiapkan satu rencana penelitian, tidak terkecuali ketika Anda
memulai satu proyek penelitian, skripsi, tesis, dan disertasi. Topik penelitian merupakan konscp utama
yang dibahas dalam suatu penelitian dan penulisan ilmiah.

2.3 Tipe Masalah dan Perumusan Masalah

Memahami tipe atau jenis masalah yang akan diselidiki penting untuk memudahkan perumusan
masalah karena tipe masalah menemukan perumusan masalah. Secara garis besar, tipe masalah
penelitian dapat dibedakan atas: masalah deskriptif (descriptive Problem), masalah korelasional
(correlational problems) atau masalah kovariasional (covariational problems), dan masalah kausal
(causal problems), baik masalah deskriptif, masalah korelasional, maupun masalah kausal dapat
bersifat komparatif atau perbedaan. Jadi, secara garis besar, tipe rumusan masalah penelitian dapat
dibedakan atas rumusan masalah deskriptif atau pertanyaan (deskriptif questions), baik yang
berhubungan dengan status, karakteristik, maupun frekuensi; rumusan masalah korelasional atau
pertanyaan korelasional (correlations questions), baik asosiasi maupun kausal; dan rumusan masalah
komparatif.

2.4 Masalah dan Perumusan Masalah Deskriptif

Masalah deskriptif merupakan masalah yang dikaji atau diselidiki dalam penelitian deskriptif.
Penelitian deskriptif meliputi pengumpulan data agar dapat menguji hipotesis atau menjawab
pertanyaan mengenai status terakhir, baik karakteristik ataupun frekuensi dari subjek yang dipelajari.
Masalah deskriptif adalah masalah yang berhubungan dengan atau yang mempertanyakan status satu
gejala atau variabel. Ada dua jenis status masalah deskriptif, yakni yang berhubungan dengan
karakteristik dan yang berhubungan dengan frekuensi dari suatu populasi atau gejala. Oleh karena itu,
rumusan masalah deskriptif berhubungan dengan dua hal: masalah karakteristik dan masalah
frekuensi.

2.5 Masalah dan Perumusan Masalah Korelasional

Masalah korelasional adalah masalah tentang hubungan antara dua atau lebih gejala. Dengan
masalah ini, peneliti bermaksud mengetahui atau mencari ada tidaknya hubungan atau derajat
hubungan antara gejala. Masalah seperti ini disebut juga masalah hubungan sejajar atau hubungan
kovariasional yang di dalamnya masalah hanya menunjukkdn hubungan tetapi bukan pengaruh.
Masalah-masalah korelasional merupakan masalah yang diselidiki dalam penelitian korelasional.
Penelitian korelasional berusaha menentukan apakah, dan derajat apa satu hubungan, ada antara dua
atau lebih variabel yang dapat diukur. Tujuan dari satu studi korelasional dapat menentukan satu
hubungan.

2.6 Masalah dan Perumusan Masalah Kausal


Masalah kausal adalah masalah tentang hubungan pengaruh atau hubungan sebab-akibat antara
satu atau lebih variabel dan satu atau lebih variabel lain atau sebaliknya. Masalah sebab-akibat selain
menunjukkan ada hubungan antara dua atau lebih variabel, hubungan tersebut menunjukkan ada
variabel sebab dan ada variabel akibat. Ini herarti bahwa dalam masalah kausal efek, perubahan dalam
satu variabel (independen atau sebab atau kausal) menyebabkan terjadinya perubahan dalam variabel
lain (independen atau akibat atau efek). Hubungan ini diindikasikan dalam kerangka teoritis. Masalah
kausal adalah masalah yang disclidiki dalam penelitian eksplanatori. Dalam satu studi kausal atau
eksplanatori, variabel independen atau “sebab” tidak dimanipulasi seperti dalam penelitian ekspcrimen

2.7 Masalah dan Perumusan Masalah Komparatif

Masalah komparatif berhubungan dengan perbedaan atau perbandingan antara gejala atau
populasi. Masalah deskriptif, korelasional, dan kausal dapat dirumuskan dalam bentuk komparatif
atau perbedaan dan menjadi masalah yang diselidiki dalam penelitian komparatif. Penelitian
komparatif dibedakan atas dua tipe, yakni komparatif yang berhubungan dengan variabel atau
objek yang dipelajari dan komparatif yang berhubungan dengan kelompok atau subjek yang
dipelajari.

2.8 Masalah dan Perumusan Masalah Multivariat

Dilihat dari jumlah variabel dalam hubungan antara variabel, rumusan masalah atau
pertanyaan penelitian seperti dikemukakan di atas memperlihatkan hubungan bivariat. Dalam
penelitian sosial dan perilaku, masalah-masalah multivariat telah menjadi hal lazim. Multivariat berarti
variabel independen atau dependen atau keduanya lebih dari satu variabel.

BAB III

PARADIGMA PENELITIAN: DARI POSITIVISME KE PENELITIAN KUANTITATIF

Bab ini membahas paradigma penelitian dan berbagai variasi tipe penelitian yang dapat
dlgunakan dalam penyelidikan satu masalah hingga diperoleh solusi atas masalah tersebut.

3.1 Paradigma Positivisme

Ada dua paradigrna yang berkembang dalam tradisi sosiologi, yakni paradigma positivisme dan
paradigma fenomenologis. Paradigma positivisme dinyatakan sebagai paradigma tradisional,
eksperimental, atau paradigma ernpirisistis yang dikembangkan para ahli sosiologi seperti Comte,
Durkheim, dan Mill. Sebaliknya, paradigma fenomenologis atau naluralistik dinyatakan sebagai
pendekatan konstruktivistis, interpretatif, atau pasca-positivisme atau perspektif pasca-modern dan
dianggap sebagai paradigma countermovement terhadap tradisi positivist dalam akhir abad ke-19 yang
dikembangkan ahli sosiologi seperti Weber dan Kant.
"Positivisme" menggambarkan pendekatan baru terhadap pengetahuan. Yang mendahului
kehidupan intelektual dalam tahap positif adalah sosiologi. lni tampak dari klaim bahwa sosiologi
bukan hanya sebuah disiplin analitis yang ketat melainkan juga sebuah studi sintetis yang tujuannya
adalah menghubungkan fenomena sosial dengan keseluruhan organis yang mencakup fenomena sosial.
Auguste Comte adalah orang yang peftama kali menggunakan istilah “positivism” dalam bukunya The
Course of Positivc Philosophy yang diterbitkan pada 1838. Dia dianggap sebagai Bapak Sosiologi dan
diakui sebagai pendiri disiplin sosiologi.

3.2 Dari Positivisme Ke Paradigma Kuantitatif

Pendekatan positivisme atau logika positivis, seperti yang dikembangkan oleh Comte (dan juga
diikuti oleh Durkheim dan para sosiolog positivistis kontemporer lainnya), berdampak terhadap
metodologi studi sosial kontemporer. Pendekatan positivisme atau logika positivis menjadi bagian
yang tidak terpisahkan dalam perkembangan metode ilmiah dan metodologi penelitian sosial.
Pendekatan positivisrne adalah satu pendekatan dalam penelitian yang sangat tua dan sangat luas
digunakan dan menjadi suatu paradigma dalam penelitian kontemporer. Sehubungan dengan hal
tersebut, peneliti-peneliti positivis lebih suka rnenggunakan logika deduktif dengan presisi data
kuantitatif hasil observasi empiris dan lebih sering menggunakan eksperimen, survei, dan statistik.

Positivisme, seperti dalam teori sosiologi positivisrne, sangat memerhatikan ketepatan dalam
pembentukan teori atau terikat pada ketepatan konstruksi teori. Teori terbentuk dari konsep, proposisi,
saling hubungan antar proposisi. Tingkat konseptual pembentukan teori tidak dapat dilampaui begitu
saja. Akan tetapi, karena teori dibatasi sebagai seperangkat proposisi-proposisi yang saling
berhubungan, beberapa ahli teori (theorist) sosiologi positivistis tidak hanya membatasi konsep-
konsep, tetapi juga mengembangkan proposisi-proposisi dan mencoba untuk saling mengaitkannya ke
dalam satu teori tunggal. Melalui penjelasan saling hubungan antara pernyataan-pernyataan
proposisional yang diamati secara empiris inilah teori itu terbentuk. Dalam kaitan dengan ini, unit
dasar suatu teori ialah konsep atau variabel yang memberikan dasar pengujian empiris. Konsep-konsep
atau variabel-variabel dan batasan mereka yang tepat adalah dasar dari pembentukan teori.

3.3 Perbedaan Paradigma Kuantitatif dan Kualitatif

Penelitian kuantitatif dinyatakan sebagai paradigma positivistis, sedangkan penelitian kualitatif


dinyatakan sebagai paradigma fenomenologis atau naturalistis. Penelitian kuantitatif dapat
dikonstruksi sebagai strategi penelitian yang menekankan kuantifikasi dalam pengumpulan dan
analisis data dengan pendekatan deduktif (lihat bagan) untuk hubungan antara teori dan penelitian
dengan menempatkan pengujian teori (testing of theory). Oleh karena itu, penelitian kantitatif
merupakan sebuah penyelidikan tentang masalah sosial berdasarkan pada pengujian sebuah teori yang
terdiri dari variabel-variabel, diukur dengan angka, dan dianalisis dengan prosedur statistik untuk
menentukan apakah generalisasi prediktif teori tersebut benar.
Model Deduktif Dalam Satu Penelitian Kuantitatif

Sebaliknya, penelitian kualitatif dapat dikontruksi sebagai satu strategi penelitian yang biasanya
menekankan kata-kata daripada kuantifikasi dalam pengumpulan dan analisis datam menekankan
induktif untuk hubungan teori dan penelitian, yang tekanannya pada penempatan penciptaan teori.
Oleh karena itu, penelitian kualitatif mendefinisikan sebagai suatu proses penyelidikan untuk
memahami masalah sosial berdasarkan suatu proses penyelidikan untuk memahami masalah sosial
berdasarkan pada penciptaan gambaran holistik lengkap yang dibentuk dengan kata-kata, melaporkan
pandangan informan secara terperinci dan disusun dalam sebuah latar alamiah.

3.4 Memilih Paradigma Kuantitatif atau Kualitatif

Jika topik dan masalah sudah dipilih, pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana penelitian
seharusnya dilaksanakan sehingga diperoleh solusi yang tepat atas masalah yang diteliti. lni berkaitan
dengan memilih paradigma penelitian. Menurut Creswell, memilih paradigma penelitian sebagai
pendekatan atau strategi penelitian dilakukan setelah peneliti merasa cocok dengan fokus dan masalah
penelitian. Ini berarti sebelum mengonstruksi penelitian adalah penting untuk menentukan paradigma
penelitian sebab, bagaimanapun, ada perbedaan antara paradigma positivistis atau atau kuantitatif dan
paradigma fenomenologis atau kualitatif dalam proses penelitian.

Asumsi Paradigma Kuantitatif dan Kualitatif


3.5 Memilih Metode Penelitian Berdasarkan Paradigma

Menurut Creswell, ada hubungan antara paradigma dan metode penelitian, khususnya metode
pengumpulan data dan metode analisis data. Menurut Hussey dan Hussey, pilihan atas paradigma
berimplikasi penting bukan saja terhadap pilihan Anda tentang metodologi penelitian melainkan juga
terhadap metode Anda untuk mengumpulkan data, pilihan Anda tentang masalah penelitian, dan
pertanyaan-pertanyaan penelitian. Metode kuantitatif terdiri alas experimental research dan survey
research. Eksperimen mencakup eskperimen sungguhan dengan menentukan subjek secara acak untuk
kondisi perawatan dan eksperimen semu (quasiexperiments) yang menggunakan rancangan bukan
acak. Survei meliputi studi cross-sectional dan longitudinal yang menggunakan kuesioner atau
wawancara terstruktur untuk pengumpulan data dengan maksud generalisasi dari sampel hingga
populasi.

BAB IV

KERANGKA TEORITIS: TEORI DALAM PENELITIAN

Bab ini menjelaskan hakikat dan kedudukan teori dan kerangka teoritis dalam penelitian, kaitan
antara kerangka teoritis dan telaah pustaka, dan unsur-unsur satu teori dan prosedur penulisan
kerangka teoritis.

4.1 Esensi Teori dan Kerangka Teoritis


Sesudah satu masalah telah secara hati-hati dipilih, digambar, dan dinyatakan secara jelas,
peneliti siap untuk melakukan telaah literatur yang berhubungan dengan rumusan masalah penelitian.
ltu dilakukan untuk memberikan penjelasan atas masalah yang akan diselidiki. Penjelasan dilakukan
dengan menggunakan teori, sedangkan proses pemberian penielasan atas prediksi tentang fenomena
sosial dengan menghubungkan subjek perhatian untuk beberapa fenomena lain disebut berteori
(theorizing).

4.2 Definisi Teori

Teori ialah satu set atau seperangkat konstruk (variabel) yang saling berhubungan, definisi, dan
proposisi yang menyajikan suatu pindangan sistematis tentang fenomena dengan memerinci
hubungan-hubungan di antara variabel dengan tujuan menjelaskan dan memprediksi gejala itu.
Karakteristik suatu teori sebagai berikut: pertama, berisi konsep atau konstruk variabel; kedua,
dinyatakan dalam satu bentuk pernyataan hubungan yang secara umum dikenal sebagai proposisi;
ketiga, secara sistematis menunjukkan pola, sifat, arah dan bentuk hubungan antar konsep atau
variabel; keempat, bertujuan menjelaskan dan memprediksi satu fenomena sosial tertentu.

4.3 Definisi Kerangka Teoritis

Teori yang ditulis oleh peneliti untuk menjelaskan atau hubungan antara gejala yang menjadi
perhatian dinamakan kerangka teoritis atau kerangka pemikiran teoritis. Kadang-kadang disebut juga
sebagai theorical perspective, theorical review. Hussey dan Hussey mendefinisikan kerangka teoritis
sebagai berikut: Kerangka teori adalah kumpulan teori dan model dari literatur yang mendasari studi
penelitian positivistik. Kerangka teori adalah bagian fundamental dari jenis penelitian ini karena
menjelaskan pertanyaan atau hipotesis penelitian. Jadi, satu kerangka teoritis didefinisikan sebagai
satu model konseptual tentang bagaimana teorisasi dari satu hubungan antara masing-masing faktor
yang telah diidentifikasi sebagai penting untuk masalah. Kerangka teoritis adalah suatu kumpulan teori
dan model dari literatur yang menjelaskan hubungan dalam masalah tertentu. Dari kerangka teoritis,
hipotesis dapat dirumuskan untuk melihat kebenaran atau ketidakbenaran penjelasan teoritis
sebagaimana dikemukakan dalam kerangka teoritis.

4.4 Kebutuhan Teori dan Kerangka Teoritis

Masalah yang dikonseptualisasikan dan hubungan logis antara konsep-konsep atau variabel-
variabel yang diteliti dijelaskan melalui teori. Salah satu kegunaan teori dalam penelitian adalah untuk
menyediakan dalil-dalil yaitu pernyataan-pernyataan tentang hubungan antara konsep-konsep yang
dapat diuji secara empiris. Sangat sering hipotesis sebagai dalil yang akan diuji dalam penelitian
berasal dari teori. Dari teori dapat dikembangkan atau diturunkan hipotesis yang diuji untuk rnelihat
apakah teori yang diforrnulasi adalah valid atau tidak. Membangun satu kerangka teoritis membantu
peneliti mendalilkan dan menguji saling hubungan antara variabel tertentu, juga untuk memperbaiki
pemahaman kita mengenai dinamika situasi. Kerangka teoritis mengelaborasi hurbungan antar-
variabel, menjelaskan teori yangmenggarisbawahi hubungan, dan menggambarkan sifat dan arah
hubungan. Dari kerangka teoritis kemudian dikembangkan hipotesis yang dapat diuji untuk melihat
apakah teori yang diformulasi valid atau tidak. Hubungan-hubungan antar-variabel yang
dihipotesiskan dapat diuji dengan analisis statistik yang tepat. Jadi, kerangka teoritis merupakan
fondasi sepenuhnya proyek penelitian karena dalam kerangka teoritis dijelaskan dan dielaborasi secara
logis jaringan hubungan antar-variabel sebagaimana dikemukakan dalam perumusan masalah,

4.5 Kerangka Teoritis dan Kerangka Konseptual

Suatu kerangka konseptual adalah suatu orientasi kausal terhadap studi yang direnungkan.
Sebagai itu, kerangka konseptual itu merumuskan suatu model terperinci dari masalah kebijakan yang
diberikan dan pemecahannya yang diusulkan. Kerangka konseptual itu juga memberikan suatu
kerangka suportif bagi model tersebut berdasarkan atas bukti empiris yang diperoleh dari riset
terdahulu dan/atau pengalaman ditambah dengan asumsi-asumsi nilai yang mendasari pemecahan-
pemecahan yang diusulkan. Kerangka teoritis disusun berdasarkan teori dan teori disusun melalui
telaah Pustaka atau literatur. Kerangka konseptual disusun berdasarkan pemikiran logis atau
berlandaskan pada akal sehat dan pengalaman praktis. Persamaanya adalah bahwa kerangka teoritis
dan kerangka konseptual menjelaskan variabel dan saling hubungan antara variabel-variabel integral
menyatukan dinamika dari situasi-situasi yang diselidiki.

4.6 Relevansi Telaah Pustaka dan Teori dalam Penelitian

Tujuan utama telaah literatur adalah menentukan apakah peneliti siap berhubungan dengan
masalah yang dipilih. Pengetahuan ini tidak hanya menghindarkan duplikasi tak sengaja tetapi juga
menyediakan pemahaman dan wawasan yang berguna untuk pengembangan suatu kerangka yang logis
yang di dalamnya masalah Anda rumuskan. Telaah literatur digunakan untuk membangun kerangka
teoritis yang berhubungan dengan lapangan yang diteliti. Kerangka teoritis merupakan fondasi yang di
dalamnya seluruh proyek penelitian didasarkan. Manfaatnya ialah pertama; menentukan siapa dan apa
yang akan atau tidak akan dikaji; kedua, menegaskan adanya beberapa hubungan.

4.7 Penempatan Telaah Pustaka dan Teori dalam Penelitian

Teori dan telaah pustaka digunakan di seluruh proses penelitian. Namun, karena penelitian
kuantitatif merupakan penelitian pengujian teori, ada kekhasan untuk menulis teori dan mernbangun
kerangka teoritis dalam satu seksi terpisah sebagai penjelasan atau jawaban teoritis atas masalah atau
pertanyaan penelitian. Darinya kemudian diturunkan hipotesis yang akan diuji secara empiris. Peneliti
menguji satu teori melalui penggunaan hipotesis yang diturunkan dari teori. Hipotesis ini, kemudian,
memuat variabel-variabel yang diukur melalui penggunaan item-item dalam suatu instrument.
Telaah Literatur Dari Teori Dalam Proses Penelitian

4.8 Hubungan Antara Teori dan Fakta

lstilah pengujian (testing) digunakan dengan mengacu kepada penentuan ketepatan atau
kecermatan suatu teori yang digunakan untuk menjelaskan gejala. Yang dimaksudkan dengan
ketepatan atau kecermatan ialah logikanya: consistency, clarity, generality, dan falsifiability.
Ketepatan dan kecermatan suatu teori ditentukan dengan mengacu kepada empat kriteria; kedalaman,
konsisensi internal, konsistensi eksternal dan falsibialitas (kepalsuan).

Hubungan Antara Teori Dan Fakta

BAB V

KERANGKA TEORITIS: HUBUNGAN ANTARA VARIABEL

Bab ini menjelaskan hakikat hubungan, macam tipe dan posisi variabel dan sifat, pola atau
bentuk, arah, banyaknya variabel yang berhubungan, dan kekuatan hubungan dalam hubungan antara
variabel.

4.1 Esensi Hubungan Antara Variabel


Apa yang dimaksud dengan satu "hubungan" (relations) dalam penelitian sosial? Satu hubungan
dalam penelitian selalu berarti satu hubungan antara dua atau lcbih gejala-gejala. Oleh karena gejala
direpresentasi oleh variabel, hubungan dalam penelitian berarti satu hubungan antara dua atau lebih
variabel. Kata hubungan kadang-kadang dipertukarkan antara asosiasi (association) dan korelasi
(correlarion). Korelasi memiliki pengertian teknis khusus, sedangkan asosiasi adalah satu ide yang
lebih umum. Satu koefisien korelasi adalah satu ukuran statistik yang mengindikasikan jumlah
asosiasi, tetapi ada banyak cara untuk mengukur asosiasi. Satu hubungan adalah tiap aspek atau
kualitas yang dapat menghubungkan atau mengaitkan dua atau lebih kegiatan atau gejala atau konsep
atau variabel. Hubungan antara variabel merupakan suatu perubahan berpola timbal balik antara dua
variabel atau lebih.

Tipologi Pola Hubungan Antara Variabel

4.2 Tipe-Tipe Variabel Dalam Hubungan Antara Variabel

Variabel merupakan fenomena yang dapat diukur atau diamati karena memiliki nilai atau
ketegori. Dalam suatu hubungan antara variabel, ditemukan berbagai jenis variabel. Memahami jenis-
jenis variabel dalam hubungan antara variabel merupakan keharusan bagi peneliti dalam penelitian
kuantitatif. Variabel dapat dibedakan berdasarkan dua ciri, yaitu.posisi dan urutan waktu dan
pengukurannya. Berdasarkan waktu atau posisi atau lokasi variabel dalam hubungan antara variabel,
umumnya variabel diklasifikasi kedalam empat tipe dasar. Empat tipe dasar variabel tersebut ialah
variabel independen (independent variable), variabel dependen (dependent variable), variabel antara
(intervening variable), variabel kontingensi (contingency variable)

4.2.1 Variabel Independen

Variabel yang diamati dalam hubungan antar-variabel menunjukkan adanya urutan temporal.
Urutan temporal berarti bahwa suatu variabel mendahului variabel lain berdasarkan waktu. Variabel
yang mendalrului disebut variabel independen, sedangkan variabel kemudian disebut variabel
dependen. oleh karena itu, pengurutan berdasarkan waktu ini juga dapat dikatakan bahwa satu variabel
memengaruhi variabel lain. Hal ini terjadi dalam hubungan kausal. Hubungan kausal biasanya mulai
dengan suatu akibat (effect), baru kemudian ia mencari sebab-sebabnya (causes).

4.2.2 Variabel Dependen

Variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi oleh variabel independen. Oleh karena
itu, variabel dependen atau terikat bergantung pada variabel independen atau bebas. la merupakan
hasil dari pengaruh variabel bebas. Variabel dependen adalah variabel yang merespons perubahan
dalam variabel independen.

4.2.3 Variabel Antara

Sering kali dua variabel tampak saling berhubungan tetapi hubungan tersebut sebenarnya terjadi
melalui atau diantarai oleh variabel lain yang disebut variabel antara (intervening variable, mediating
variable). Oleh karena itu, variabel intervening menggambarkan satu tipe khusus dari variabel
independen yang dipilih untuk dipelajari untuk menentukan jika variabel tersebut memengaruhi
hubungan antara variabel independen utama dan variabel dependen.

4.2.4 Variabel Kontigensi

\/ariabel kontingensi merupakan variabel yang menentukan kuat atau lemahnya hubungan antara
variabel bebas dan variabel terikat atau variabel yang memiliki efek kontingen (contingent effect.
Perubahan dalam variabel bebas secara langsung mengakibatkan perubahan dalam variabel terikat,
tetapi kuat atau lemahnya akibat perubahan tersebut bergantung pada kondisi tertentu. Kondisi tertentu
inilah yang disebut variabel kontingensi.

4.2.5 Variabel Kontrol

Dalam pernyataan dan pengujian satu hipotesis, kita mungkin ingin tahu tentang efek variabel
lain dalam satu hubungan yang dihipotesiskan. Variabel yang dimaksud ialah variabel kontrol yaitu
variabel yang memengaruhi variabel independen atau variabel dependen sehingga dapat mengubah
hubungan antara kedua variabel tersebut. Variabel kontrol dipercaya berhubungan dengan variabel
independent dan dependen. Dalam analisis hubungan antar-variabel, peneliti menggunakan variabel
kontrol untuk memastikan ada atau tidak ada, maupun kuat atau lemahnya, hubungan antara variabel
yang sedang dianalisis. Oleh sebab itu, variabel kontrol dapat dianggap sebagai variabel penguji dalam
analisis hubungan antara variabel independen dan dependen. Peneliti perlu memerhatikan variabel
kontrol dalam penelitiannya jika dari perhitungan statistik ternyata variabel tersebut mempunyai
kaitan, baik dengan variabel terpengaruh maupun dengan variabel pengaruh.

4.3 Sifat Hubungan


Hubungan (relationship) yang Anda identifikasi dalam satu penelitian hubungan antar-variabel
jatuh pada dua kategori besar: hubungan korelasional (correlational relationship) atau sering disebut
kovariasional (covariational) dan hubungan kausal (causal relationship).

4.3.1 Hubungan Korelasional

Hubungan korelasional atau kovariasional menunjuk pada hubungan yang dipolakan antara satu
variabel independen dan variabel dependen. Kovariasi secara singkat berarti bahwa dua atau lebih
fenomena berubah bersama atau ketika perubahan dalam satu variabel cenderung disertai oleh
perubahan khas dalam variabel lain, dua variabel dinamakan covary.

4.3.2 Hubungan Kausal

Kausalitas menunjukkan implikasi bahwa perubahan dalam variabel independen menyebabkan


terjadinya perubahan dalam variabeldependen sehingga tanpa perubahan dalam variabel independen
tidak akan terjadi perubahan dalam variabel dependen. Perubahan dalam variabel independen
diasumsikan sebagai penyebab perubahan dalam variabel dependen dan perubahannya dapat ke arah
positif atau negatif.

4.4 Arah Hubungan

Dua variabel adalah berhubungan jika perubahan dalarn nilai dari satu variabel secara sistematis
mernbawa perubahan dalam nilai-nilai variabel lain. lni mengindikasikan ada perubahan arah
hubungan (direction of relations). Ketika kita mengatakan arah hubungan kita artikan bahwa
hubungan antara variabel mengarah ke dua arah: mungkin positif atau negatif.

4.4.1 Hubungan Positif

Satu hubungan positif (positive relations) atau hubungan satu arah berarti bahwa bila nilai-nilai
dari satu variabel meningkat, nilai-nilai dari yang lain juga meningkat; atau sebaliknya jika nilai-nilai
dari satu variabel menurun, nilai-nilai dari variabel lain juga menurun.

4.4.2 Hubungan Negatif

Satu hubungan negatif (negative relations) atau hubungan terbalik (inverse relations)
mengindikasikan bahwa nilai-nilai dari satu variabel meningkat, nilai-nilai dari variabel lain menurun.
Nilai tinggi dari satu variabel dihubungkan dengan nilai rendah dari variabel lainnya.

BAB VI

HIPOTESIS

Bab ini menjelaskan tentang hipotesis, sumber hipotesis, tipe hipotesis, dan bagaimana
merumuskan hipotesis yang baik dalam penelitian kuantitatif.
6.1 Definisi Hipotesis

Hipotesis merupakan satu tipe proposisi yang langsung dapat diuji. Oleh karena itu, hipotesis
selalu mengambil bentuk atau dinyatakan dalam kalimat pernyataan (declarative) dan dalam
pernyataan ini secara umum dihubungkan satu atau lebih variabel dengan satu atau lebih variabel lain.
Satu hipotesis adalah satu pernyataan atau jawaban tentatif tentang hubungan antara dua atau lebih
variabel. la merupakan jawaban atau dugaan atau penjelasan sementara tentang perilaku, atau gejala
atau keadaan sebagaimana dikemukakan dalam rumusan masalah. la merupakan satu pernyataan
tentatif tentang hubungan antara dua variabel (independen dan dependen) dan hubungan tersebut dapat
diuji secara empiris.

6.2 Pentingnya Hipotesis

Hipotesis merupakan elemen penting dalam penelitian ilmiah, khususnya penelitian kuantitatif.
Ada tiga alasan utama yang mendukung pandangan ini. Pertama, hipotesis dapat dikatakan sebagai
piranti kerja teori. Hipotesis dapat dirunut dari teori yang digunakan untuk menjelaskan permasalahan
yang akan diteliti. Misalnya, sebab dan akibat agresi dapat dijelaskan melalui teoritentang agresi.
Kedua, bahwa hipotesis dapat diuji dan ditunjukkan kemungkinan benar atau tidak benar atau
difalsifikasi. Ketiga, hipotesis adalah alat yang besar dayanya untuk memajukan pengetahuan karena
membuat ilmuwan dapat "keluar" dari dirinya sendiri. Artinya, hipotesis disusun dan diuji untuk
menunjukkan trenar atau salahnya dengan cara terbebas dari nilai dan pendapat peneliti yang
menyusun dan mengujinya

6.3 Hubungan antara Teori dan Hipotesis


Hubungan Antara Teori Dan Hipotesis

Hipotesis adalah satu jenis proposisi, yang dirumuskan sebagai jawaban tentative atas suatu
masalah dan kemudian diuji secara empiris. Sebagai satu jenis proposisi, umumnya hipotesis
menyatakan hubungan antara dua atau lebih variabel yang di dalamnya pernyataan-pernyataan
hubungan tersebut telah diformulasikan dalam kerangka teoritis. Hipotesis diformulasi, diturunkan,
atau bersumber dari teori dan tinjauan literatur yang berhubungan dengan masalah.

6.4 Merumuskan Hipotesis


Sullivan dan Rassel mengatakan: " clearly written hypothesis helps researchers decide what
data to collect and how to analyze them" (Sullivan dan Rassel, 1989: 1 0). Hal itu karena dalam
hipotesis yang ditulis dengan jelas akan dapat diidentifikasi variabel, baik variabel indenden maupun
variabel dependen, nilai atau kategori respons, dan juga diketahui bagaimana satu perubahan dalam
satu variabel berkaitan dengan atau disebabkan oleh satu perubahan dalam variabel lain. Untuk
merumuskan hipotesis yang jelas dan juga benar, peneliti harus memahami karakteristik hipotesis dan
tipe-tipe hipotesis.

6.4.1 Karakteristik Hipotesis

Satu hipotesis dapat diuji apabila hipotesis tersebut dirumuskan dengan benar. Kegagalan
merumuskan hipotesis akan mengaburkan hasil penelitian. Meskipun hipotesis telah memenuhi syarat
secara proposisional, jika hipotesis tersebut masih abstrak bukan saja membingungkan prosedur
penelitian, melainkan juga sukar diuji secara empiris. Sering kali peneliti merumuskan hipotesis yang
sangat umum sehingga tidak dapat diuji secara langsung

6.4.2 Tipe-tipe Hipotesis

Tipe hipotesis berdasarkan tujuan dapat dibedakan atas: hipotesis deskriptif (descriptive
hypotheses) untuk menggambarkan variabel independen atau dependen, hipotesis korelasional
(corelational hypotheses)tentang dua atau lebih variabel independen dan dependen yang meliputi
hipotesis asosiatif (associative hypotheses), hipotesis kausal (causal hypotheses), dan hipotesis
perbedaan (different hypotheses) atau hipotesis perbandingan (comparative hypotheses) antara dua
atau lebih kelompok dalam istilah variabel indepeden.

6.4.2.1 Hipotesis Deskriptif

Hipotesis yang digunakan dan diuji adalah hipotesis deskriptif yang hanya menunjukkan
perkiraan atas besarnya populasi yang mempunyai karakteristik tertentu. Hipotesis deskriptif adalah
hipotesis yang menyatakan karakteristik objek yang menjadi fokus suatu penelitian menurut variabel
tertentu. Jadi, hipotesis deskriptif merupakan proposisi yang secara tipikal menyatakan keberadaan
atau eksistensi, ukuran, besar, bentuk, atau distribusi dari beberapa variabel

6.4.2.2 Hipotesis Asosiatif

Hipotesis asosiatif atau korelasional adalah pernyataan yang menduga suatu hubungan antara
dua variabel. Hipotesis asosiatif atau kovariasional atau korelasional merupakan hipotesis yang
menyatakan hubungan antara dua atau lebih variabel, tetapi selain tidak mengindikasikan arah
hubungan juga tidak menunjukkan mana yang menjadi variabel sebab dan mana yang menjadi variabel
akibat. Meskipun kita mengatakan ada hubungan yang signifikan antara dua variabel, kita tidak dapat
mengatakan apakah hubungan positif atau negatif.
6.4.2.3 Hipotesis Kausal

Hipotesis kausal merupakan pernyataan sementara tentang pengaruh antara satu atau lebih
variabel terhadap satu atau lebih variabel lain. Di antara variabel yang saling berhubungan tersebut
tampak variabel sebab atau yang memengaruhi dan variabel akibat atau yang dipengaruhi. Paling
sedikit harus ada tiga kondisi untuk memvalidasi suatu hipotesis kausal, yakni variasi dalam suatu
variabel harus berasosiasi dengan variasi dalam variabel (-variabel) lain, variabrel yang dikira
merupakan kausa (variabel bebas) harus mendahului dalam waktu variabel yang dikira merupakan
efeknya (variabel tergantung); dan efek dari kausa yang dikira itu tidak dihasilkan oleh suatu variabel
ketiga (variabel pengganggu).

6.4.2.4 Hipotesis Tak Linier

Sering kali hubungan antara variabel tidak berbentuk linier, melainkan dalarn bentuk hubungan
tak linier atau kurve linier. Hubungan variabel tak linier tampak dalam teori yang dengannya
diderivasi hipotesis tak linier. Oleh karena itu, menentukan kekuatan hubungan atau uji hipotesis tak
linier akan berbeda dengan uji hipotesis linier.

6.4.2.5 Hipotesis Perbedaan

Hipotesis perbedaan atau perbandingan adalah hipotesis yang menyatakan perbedaan atau
perbandingan antara kelompok yang berlainan atau menurut variabel tertentu. Perbedaan antara dua
kelompok dalam satu variabel bisa bersifat directional arau nondirectional. Perbedaan antara dua
kelompok dalarn satu variabel yang directional dinyatakan dengan: "lebih dari atau kurang dari".
Dalam pernyataan nondirectionaf meskipun menyatakan ada perbedaan antara dua kelompok dalam
satu variabel teftentu, kita tidak dapat mengatakan kelompok mana akan "lebih dari" dan yang mana
"kurang dari" dalam variabel tersebut. Hipotesis perbedaan dapat berupa deskriptif maupun
korelasional dan kausal.

DAFTAR PUSTAKA

Silalahi, U. 2009. Metode Penelitian Sosial

Anda mungkin juga menyukai