Askeb PNC
Askeb PNC
RS PERTAMINA SORONG
Disusun Oleh :
SURIANI
(2021080546)
Pengesahan Laporan Pendahuluan Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Pada Ny “A” Umur
30 Tahun P3 A0 Post Partum 6 Jam Dengan Nifas Fisiologis Di Ruang Nifas RS Prtamina
Sorong
NAMA : Suriani
NIM : 2021
Sorong,…...Juni 2022
Mahasiswi,
Suriani
Profesi Bidan
(Dra. Hj. Soelijah Hadi, M.Kes, MM) (Bd. Zeny Fatmawati, S.ST, M.PH)
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadiran Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat dan perlindungan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas ASKEB dengan
judul “Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Pada Ny “A” Umur 30 Tahun P3A0 Post Partum 6 Jam
Dengan Nifas Fisiologis Di Ruang Nifas RS Pertamina Sorong”
Asuhan Kebidanan ini merupakan salah satu bagian yang sangat penting dalam proses
belajar yang memberikan kesempatan kepada mahasisiwi agar dapat mengenal dan
menerapkan asuhan kebidanan dalam memenuhi kebutuhan pasien.
Tak lupa juga penulis mengucapkan banyak terima kasih atas bimbingan dan
dukungan kepada :
1. Dra. Hj. Soelijah Hadi, M.Kes. MM, selaku Direktur STIKES HUSADA JOMBANG
yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas kepada penulis sehingga laporan ini dapat
terselesaikan dengan baik.
2. Zeny Fatmawati, SST., M.PH, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Profesi Bidan
STIKES Husada Jombang
3. Zeny Fatmawati, SST., M.PH, selaku Pembimbing Institusi Pendidikan.
4. Nuraida Syagawati S.Tr.Keb, selaku Pembimbing Lahan Praktik
5. Ny.A yang telah bersedia menjadi study kasus penulis
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan tugas ini masih banyak
memiliki kekurangan yang disebabkan oleh terbatasnya pengetahuan dan kemampuan yang
dimiliki, oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun dari pembaca sangat
kami harapkan dimasa yang akan datang.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
iv
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 55
v
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vii
BAB I
PENDAHULUAN
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-
alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Puerperium berlangsung selama
6 minggu atau 42 hari, merupakan waktu yang di perlukan untuk pulihnya alat
kandungan pada keadaan yang normal (Cunningham, 2017).
Masa nifas terdapat 3 tahapan yaitu puerperium dini suatu masa kepulihan ibu
diperbolehkan untuk berdiri dan berjalan-jalan, puerperium inter media suatu masa
kepulihan dari organ-organ reproduksi selama kurang lebih enam minggu, remote
puerperium waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat kembali dalam keadaan
sempurna terutama bila ibu selama hamil atau persalinan mengalami komplikasi
(Anggraeni, 2016).
Perubahan fisiologi pada ibu nifas diantaranya : 1) Involusio yaitu dalam masa
nifas, alat-alat genetalia interna maupun eksterna akan berangsur-angsur pulih kembali
seperti keadaan sebelum hamil; 2) Bekas implantasi plasenta yaitu Placental bed
mengecil karena kontraksi dan menonjol ke kavum uteri dengan diameter 7,5 cm.
Sesudah dua minggu menjadi 3,5 cm pada minggu keenam 2,4 cm dan akhirnya pulih; 3)
Luka-luka pada jalan lahir bila tidak disertai infeksi akan sembuh dalam 4-7 hari; 4) Rasa
nyeri atau mules-mules disebabkan kontraksi rahim, biasanya berlangsung 2-4 hari pasca
persalinan; 5) Lochea yaitu cairan yang berasal dari luka kavum uteri, luka plasenta yang
dikeluarkan melalui vagina pada masa nifas; 6) Dinding vagina pada minggu ketiga
vagina mengecil dan timbul rugae kembali; 7) Dinding abdomen Triae flabby yang
terjadi pada kehamilan berkurang; 8) Saluran kencing kembali normal dalam waktu 2-8
minggu (Anggraeni, 2016).
Faktor yang berkontribusi terhadap kematian ibu, secara garis besar dapat
dikelompokkan menjadi penyebab langsung dan penyebab tidak langsung. Penyebab
langsung kematian ibu adalah faktor yang berhubungan dengan komplikasi kehamilan,
persalinan dan nifas seperti perdarahan 25%, preeklamsia/eklamsia 24%, infeksi 11%,
1
2
komplikasi masa puerperium 8%, emboli obstetri 3%, persalinan macet 3% dan abortus
5% (SDKI, 2017).
Menurut Profil Data Kesehatan Indonesia tahun 2015, bahwa jumlah seluruh ibu
nifas normal di indonesia sekitar 4.830.609 orang. Terdapat 2,7 juta kasus luka robekan
perineum pada ibu bersalin, dan 26% diantaranya mengalami penyembuhan luka yang
lambat lebih dari 7 hari setelah persalinan, dan angka ini diperkirakan mencapai 6,3 juta
pada tahun 2050 (Hilmy, 2016).
Asuhan pada masa nifas sangat penting dilakukan oleh tenaga kesehatan guna
mendeteksi adanya perdarahan masa nifas. Asuhan kebidanan masa nifas atau perawatan
masa nifas adalah untuk menghindari atau mendeteksi adanya kemungkinan perdarahan
post partum dan infeksi. Oleh karena itu penolong persalinan berwaspada sekurang-
kurangnya 1 jam post partum untuk mengatasi kemungkinan terjadinya komplikasi
persalinan. Umumnya wanita sangat lemah setelah melahirkan, terlebih bila partus
berlangsung lama. Masa nifas merupakan masa kritis baik ibu maupun bayi dan
diperkirakan 60% kematian ibu termasuk kehamilan terjadi setelah persalinan dan 50%
kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam setelah persalinan, salah satu komplikasi yang
sering terjadi pada masa nifas adalah ruptur perineum yang terjadi pada hampir semua
persalinan primigravida dan tidak jarang pada persalinan berikutnya yang dapat
menyebabkan perdarahan dan infeksi sehingga mengakibatkan tingginya morbiditas dan
mortalitas ibu (Vivian, 2017).
Munculnya infeksi pada perineum dapat merambat pada saluran kencing ataupun
pada jalan lahir yang dapat berakibat munculnya komplikasi infeksi kandung kencing
3
maupun infeksi jalan lahir. Infeksi tidak hanya menghambat proses penyembuhan luka
tetapi dapat juga menyebabkan kerusakan pada jaringan sel penunjang, sehingga akan
menambah ukuran dari luka itu sendiri, baik panjang maupun kedalaman luka. Perawatan
perineum merupakan proses pemenuhan kebutuhan dasar manusia seperti : biologis,
psikologis, sosial dan spiritual (Nugroho, 2016).
Kebersihan vagina jika tidak terjaga dengan baik pada masa nifas dapat
menimbulkan terjadinya infeksi pada vagina dan dapat meluas sampai ke rahim. Infeksi
masa nifas merupakan peradangan yang terjadi pada organ reproduksi (Maritalia, 2016).
Ibu beresiko terjadinya infeksi post partum dikarenakan luka bekas pelepasan
pasenta, laserasi pada saluran genetalia termasuk episiotomi dan laserasi. Robekan jalan
lahir merupakan luka atau robekan yang jaringan yang tidak teratur (Walyani 2015).
Perawatan luka perineum pada ibu setelah melahirkan berguna untuk mengurangi
rasa ketidaknyamanan, menjaga kebersihan, mencegah infeksi dan mempercepat
penyembuhan luka jahitan perineum. Salah satu solusi bagi ibu nifas untuk mempercepat
penyembuhan luka perineum selain menggunakan obat medis dan asupan gizi yang baik
adalah vulva hygiene. Sikap seseorang melakukan personal hygiene dipengaruhi oleh
sejumlah faktor salah satunya yaitu citra tubuh yang merupakan konsep subjektif
seseorang tentang penampilan fisiknya. Personal hygiene yang baik akan mempengaruhi
terhadap peningkatan citra tubuh individu. Gambaran individu terhadap dirinya sangat
mempengaruhi kebersihan diri misalnya karena adanya perubahan fisik sehingga individu
peduli terhadap kebersihannya (Tarwoto, 2015).
Penelitian lain yang dilakukan oleh Nurdahiliana (2016) dari faktor-faktor yang
mempengaruhi kesembuhan luka perineum didapatkan hasil yaitu ibu nifas yang
mengalami luka perineum dengan kebersihan baik, mempunyai peluang sembuh lukanya
27,741 kali lebih baik, bila dibandingkan dengan ibu nifas yang kebersihan kurang baik,
sehingga kebersihan merupakan faktor utama dalam kesembuhan luka perineum.
Penelitian Hasana & Damayanti (2016) semakin baik ibu post partum dalam
melakukan perawatan pada luka perineumnya maka semakin cepat penyembuhan pada
4
luka perineumnya.
Dari penjelasan di atas maka penulis tertarik dengan pengambilan kasus asuhan
kebidanan ibu post partum 6 jam dengan nifas fisiologis pada Ny.M di BLUD Puskesmas
Bareng Kabupaten Jombang.
Berdasarkan latar belakang tersebut maka rumusan masalah dalam asuhan kebidanan ini
adalah “Bagaimana asuhan kebidanan ibu post partum 6 jam dengan nifas fisiologis pada
Ny.A di RS Pertamina Sorong”.
1.3 Tujuan
Umum
Setelah melakukan Asuhan Kebidanan pada Ny.A umur 30 tahun post partum 6 jam
dengan nifas fisiologis, diharapkan mahasiswi dapat melaksanakan asuhan kebidanan
secara menyeluruh pada Ny.A
Khusus
2. Mampu mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial yang mungkin timbul pada
Ny.A di RS Pertamina Sorong.
5. Dapat mendokumentasikan semua temuan dan tindakan yang diberikan pada Ny.A di
RS Pertamina Sorong.
1.4 Manfaat
Manfaat Teoritik
Sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan Tugas Asuhan Kebidanan Stase I di
Program Studi Profesi Bidan STIKES Husada Jombang.
Manfaat Praktis
1. Manfaat Ilmiah
Dari hasil pendokumentasian Asuhan kebidanan ini dapat menjadi sumber informasi
dan memperkaya khasanah ilmu pengetahuan dan bahan acuan bagi penyusunan
ASKEB ibu post partum 6 jam dengan nifas fisiologis selanjutnya.
3. Bagi Penulis
4. Bagi Klien
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
Periode postnatal adalah waktu penyerahan dari selaput dan plasenta (menandai
alat periode intrapartum) menjadi kembali ke saluran reproduksi wanita pada masa
sebelum hamil.Periode ini juga disebut puerperium (Varney, 1997 dalam Walyani, 2015).
Masa nifas adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi, plasenta, serta
selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ kandungan seperti sebelum
hamil dengan waktu kurang lebih 6 minggu (Walyani, 2015)
Masa nifas atau puerperium adalah masa setelah partus selesai sampai pulihnya
kembali alat-alat kandungan seperti sebelum hamil, lamanya masa nifas yaitu kirakira 6–
8 minggu (Walyani, 2015).
2.2 Etiologi
Asuhan kebidanan masa nifas adalah penatalaksanaan asuhan yang diberikan pada
pasien mulai dari saat setelah lahirnya bayi sampai dengan kembalinya tumbuh dalam
keadaan seperti sebelum hamil atau mendekatkan keadaan sebelum hamil (Astutik,
2015)
6
7
Menjaga kesehatan ibu dan bayinya baik fisik dan psikologis dimana dalam
asuhan pada masa nifas ini peranan keluarga sangatpenting, dengan pemberian
nutrisi, dukungan psikologis, maka kesehatan ibu dan bayi selalu terjaga (Rukiah,
2015)
Adapun tujuan dilakukan nya asuhan pada masa nifas menurut (Marmi, 2015)
yaitu :
c) Memberikan pendidikan pendidikan kesehatan diri, nutrisi, KB, cara dan maaf
menyusui, pemberianimunisasi serta perawatan bayi sehari-hari
a) Puerperium dini, yaitu kepulihan ketika ibu telah diperbolehkan berdiri dan
berjalan.
c) Remote puerperium, yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
sempurna (Walyani dan Purwoastuti, 2015).
a) Lochea rubra : hari ke 1–2 , terdiri dari darah segar bercampur sisa–sisa
ketuban, sel–sel desi dua, sisa–sisa vernix kaseosa, lanugo dan mekonium.
d) Lochea alba : hari ke 14–selesai nifas, hanya merupakan cairan putih lochea
yang berbau busuk dan terinfeksi disebut lochea purulenta
Proses involusi adalah proses kembalinya uterus ke dalam keadaan sebelum hamil
setelah melahirkan. Proses ini dimulai segera setelah plasenta keluar akibat
kontraksi otot–otot polos uterus.
a) Iskemia Myometrium
Disebabkan oleh kontraksi dan retraksi yang terus–menerus dari uterus setelah
pengeluaran plasenta membuat uterus relating anemia dan menyebabkan serat
otot atrofi.
b) Autolisis
Autolisis merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi didalam
otot uterus.
c) Efek Oksitosin
Beberapa perubahan tanda–tanda vital biasa terlihat jika wanita dalam keadaan
normal peningkatan kecil sementara, baik peningkatan tekanan darah systole
maupun diastole dapat menimbulkan dan berlangsung selama sekitar empat hari
setelah wanita melahirkan.Fungsi pernapasan kembali pada fungsi saat wanita
tidak hamil yaitu pada bulan keenam setelah melahirkan.
10
a) Suhu Badan
Satu hari (24 jam) postpartum suhu badan akan naik sedikit (37,5-38ºC)
sebagai akibat kerja keras waktu melahirkan, kehilangan cairan, dan
kelelahan. Apabila keadaan normal, suhu badan menjadi biasa. Biasanya pada
hari ke 3 suhu badan naik lagi karena banyaknya ASI. Bila suhu tidak turun
kemungkinan adanya infeksi pada endomentrium, mastisi,traktus genetalis,
atau sistem lain.
b) Nadi
Denyut nadi normal pada orang dewasa 60–80 x/menit. Sehabis melahirkan
biasanya denyut nadi akan lebih cepat
c) Tekanan Darah
d) Pernapasan
Keadaan pernapasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan denyut
nadi. Bila suhu nadi tidak normal, pernapasan juga akan mengikutinya (Dewi
dan Sunarsih, 2015).
Volume Darah
a) Hari pertama masa nifas kadar fibrinogen dan plasma sedikit menurun, tetapi
11
d) Varices pada kaki dan sekitar anus (hemoroid) adalah umum pada kehamilan
(Walyani dan Purwoastuti, 2015).
Hal–hal yang dapat membantu ibu dalam beradaptasi pada masa nifas adalah sebagai
berikut :
Fase–fase yang akan dialami oleh ibu pada masa nifas yaitu :
1. Fase Taking In
2. Fase Taking Go
Fase ini berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Pada fase taking
hold, ibu merasa khawatir akan ketidak mampuan dan rasa tanggung jawabnya
dalam merawat bayi.
3. Fase Letting Go
Fase ini merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran barunya yang
berlangsung 10 hari setelah melahirkan (Heryani, 2016).
Nutrisi adalah zat yang diperlukan oleh tubuh untuk keperluan metabolismenya.
Kebutuhan gizi pada masa nifas terutama bila menyusui akan meningkat 25%,
karena berguna untuk proses kesembuhan karena sehabis melahirkan dan untuk
memproduksi air susu yang cukup untuk menyehatkan bayi semua itu akan
meningkat tiga kali dari kebutuhan biasa. Sumber pembangunan (protein)
diperlukan untuk pertumbuhan dan penggantian sel–sel yang rusak atau mati.
Sumber protein dapat diperoleh dari protein hewani (ikan, udang, kerang,
kepiting, daging, ayam, hati, telur, susu, dan keju) dan protein nabati (kacang
tanah, kacang merah, kacang hijau, kedelai, tahu dan tempe) (Walyani dan
Purwoastuti, 2015).
Hari Kedua
Sikap tubuh terlentang kedua kaki lurus kedepan. Angkat kedua
tangan lurus keatas sampai kedua telapak tangan bertemu
kemudian turunkan perlahan sampai kedua tangan terbuka lebar
hingga sejajar dengan bahu. Lakukan gerakan dengan mantap
sebanyak 8 kali.
Hari Ke Tiga
Berbaring relaks dengan posisi tangan di samping badan dan lutut
ditekuk. Angkat pantat perlahan kemudian diturunkan kembali.
Ingat jangan menghentak ketika menurunkan pantat. Gerakan
dilakukan 8 kali
Hari Keempat
Posisi tubuh berbaring dengan posisi tangan kiri di samping badan,
tangan kanan diatas perut dan lutut ditekuk. Angkat kepala sampai
dagu menyentuh dada sambil mengerut otot sekitar anus dan
mengontrasikan otot perut. Kepala turun pelan–pelan keposisi
semula sambil mengendurkan otot sekitar anus dan merelaksasikan
otot perut.Jangan lupa untuk mengatur pernapasan. Ulangi gerakan
sebanyak 8 kali
Hari Kelima
Tubuh tidur terlentang, kaki lurus, bersama–sama mengangkat
kepala sampai dagu menyentuh dada, tangan kanan menjangkau
lutut kiri yang ditekuk, diulangi sebaliknya. Kerutkan otot sekitar
anus dan kontraksikan perut ketika mengangkat kepala. Lakukan
perlahan dan atur pernapasan saat melakukan gerakan. Lakukan
gerakan sebanyak 8 kali.
Hari Keenam
Posisi tidur terlentang, kaki lurus dan kedua tangan disamping
badan, kemudian lutut ditekuk kearah 90º secara bergantian antara
kaki kiri dan kaki kanan. Jangan menghentakan ketika menurunkan
kaki, lakukan perlahan tapi bertenaga. Lakukan gerakan sebanyak 8
kali
Hati Ketujuh
17
merangsang prosuksi ASI. ASI kemudian dikeluarkan oleh sel otot halus disekitar
kelenjar payudara yang mengkerut dan memeras ASI keluar, hormon oksitosin
yang membuat otot–otot itu mengkerut (Heryani, 2017).
2. Proses laktasi terdapat 5 reflek yaitu :
a) Reflek Prolaktin
Pada akhir kehamilan, hormone prolaktin memegang peranan untuk membuat
kolostrum, namun jumlah kolostrum terbatas karena aktifitas prolaktin
dihambat oleh estrogen dan progesteron yang kadarnya tinggi.
b) Refleks Let Down
Bersama pembentukan prolaktin oleh hipofisis anterior, rangsangan yang
berasal dari isapan bayi ada yang dilanjutkan ke hipofisis posterior yang
kemudian di keluarkan oksitosin. Oksitosin memacu otot–otot polos yang
mengelilingi alveoli dan duktus berkontraksi sehingga memerah ASI dari
alveoli, duktuli, dan sinus menuju putting susu.
c) Refleks Mencari (Rooting Reflex)
Payudara ibu yang menempel pada pipi atau daerah sekililing mulut
merupakan rangsangan yang menimbulkan reflex mencari pada bayi. Keadaan
ini menyebabkan kepala bayi berputar menuju putting susu sehingga bayi
membuka mulutnya.
d) Refleks Menghisap (Sucking Reflex)
Refleks menghisap pada bayi akan timbul jika putting merangsang langit-
langit (palatum) dalam mulutnya. Untuk dapat menangkap langit–langit
bagian belakang secara sempurna, sebagian besar aerola harus tertangkap oleh
mulut (masuk kedalam mulut bayi).
e) Refleks Menelan (Swallowing Reflex)
Air susu yang penuh dalam mulut bayi akan ditelan sebagai pernyataan reflex
menelan dari bayi. Pada saat bayi menyusus, akan terjadi peregangan putting
susu dan aerola untuk mengisi rongga mulut (Dewi dan Sunarsih,2015).
3. Manfaat Pemberian ASI
Pemberian ASI pada bayi baru lahir segera sampai berumur sedikitnya 2 tahun
akan memberikan banyak manfaat, baik untuk bayi, ibu maupun masyarakat pada
umumnya, dibawah ini akan dijelaskan manfaat pemberian ASI.
a) Bagi Bayi
19
2) Mengandung Antibody
Apabila ibu mendapat infeksi maka tubuh ibu akan membentuk antibody
dan akan disalurkan dengan bantuan jaringan limposit. ASI mengandung
komposisi yang tepat yaitu dari berbagai bahan makanan yang baik untuk
bayi yaitu terdiri dari proporsi yang seimbang dan cukup kuantitas semua
zat gizi yang diperlukan untuk kehidupan 6 bulan pertama.
3) Mengurangi Kejadian Karies Dentis
Insiden karies dentis pada bayi yang mendapat susu formula jauh lebih
tinggi dibanding yang mendapat ASI, karena kebiasaan menyusui dengan
botol dan otot terutama pada waktu akan tidur menyebabkan gigi lebih
lama kontak dengan susu formula dan menyebabkan asam yang terbentuk
akan merusak gigi.
4) Memberi rasa nyaman dan aman pada bayi dan adanya ikatan antara ibu
dan bayi.
5) Terhindar dari alergi
6) ASI meningkatkan kecerdasan bayi
b) Manfaat Bagi Ibu
1) Aspek Kontrasepsi
Hisapan mulut bayi dan putting susu merangsang ujung saraf sensorik
sehingga post anterior hipofesi mengeluarkan prolaktin. Prolaktin masuk
ke indung telur, menekan produksi estrogen akibatnya tidak ada ovulasi
2) Aspek Kesehatan Ibu
Isapan bayi pada payudara membantu merangsang pembentukannya
oksitosin oleh kelenjar hipofisi.Oksitosin membantu involusi uterus dan
mencegah terjadinya perdarahan pasca persalinan. Mencegah kanker hanya
dapat diperoleh ibu yang menyusui anaknya secara eksklusif. Penelitian
membuktikan ibu yang memberikan ASI secara eksklusif memliki resiko
terkena akan ke payudara dan kanker ovarium 25% lebih kecil
dibandingkan yang tidak menyusui secara eksklusif.
3) Aspek Penurunan Berat Badan
20
Ibu menyusui eksklusif ternyata lebih mudah dan cepat kembali ke berat
badan semula seperti sebelum hamil.
4) Aspek Psikologis
Keuntungan menyusui bukan hanya bermanfaat untuk bayi, tetapi juga
untuk ibu. Ibu akan merasa bangga dan diperlukan, rasa yang dibutuhkan
oleh semua manusia.
c) Bagi Keluarga
1) Aspek Ekonomi
ASI tidak perlu dibeli, sehingga dana yang seharusnya digunakan untuk
membeli susu formula dapat digunakan untuk keperluan lain.
2) Aspek Psikologi
Kebahagiaan keluarga bertambah, karena kelahiran lebih jarang, sehingga
suasana kejiwaan ibu baik dan dapat mendekatkan hubungan bayi dengan
keluarga.
d) Bagi Negara
1) Menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi
2) Menghemat devisa Negara
3) Mengurangi subsidi untuk rumah sakit
4) Peningkatan kualitas generasi penerus (Walyani dan Purwoastuti, 2015).
ASI transisi berwarna putih kekuningan, pada masa ini, ASI berisi karbohidrat dan
lemak serta volume ASI meningkat.
3. ASI Matur
ASI matur diskresi dari hari ke-10 sampai seterusnya. Merupakan cairan berwarna
putih kekuningan, mengandung semua nutrisi.
Untuk lebih jelas perbedaan kadar gizi yang dihasilakan kolostrum, ASI transisi
dan ASI matur dapat dilihat pada table berikut ini :
Tabel 2.2.3 Komposisi Kandungan ASI
Kandungan Kolostrum Transisi ASI Matur
Energi (Kg kla) 57,0 63,0 65,0
Laktosa (gr/100 ml) 6,5 6,7 7,0
Lemak (gr/100 ml) 2,9 3,6 3,8
Protein (gr/100 ml) 1,195 0,965 1,324
Mineral (gr/100 ml) 0,3 0,3 0,2
Imunoglobulin:
Ig A (mg/100 ml) 335,9 - 119,6
Ig G (mg/100 ml) 5,9 - 2,9
Ig M (mg/100 ml) 17,1 - 2,9
Lisosim (mg/100
14,2-16,4 - 24,3-27,5
ml)
Laktoferin 420-520 - 250-270
Teknik menyusui adalah suatu cara pemberian ASI yang dilakukan oleh seorang ibu
kepada bayinya, demi mencukupi kebutuhan nutrisi bayi tersebut. Posisi yang tepat
bagi ibu untuk menyusui yakni duduk dengan posisi yang enak dan santai, pakailah
kursi yang ada sandaran punggung dan lengan. Gunakan bantal untuk mengganjal
bayi agar bayi tidak terlalu jauh dari payudara ibu.
Bila dimulai dari payudara yang kanan, letakkan kepala bayi pada siku bagian
22
dalam lengan kanan, badan bayi menghadap kebadan ibu. Lengan kiri bayi
diletakkan diseputar pinggang ibu, tangan kanan ibu memegang pantat/paha
kanan bayi, sangga payudara kanan ibu dengan empat jari tangan kiri, ibu jari
diatasnya tetapi tidak menutupi bagian yang berwarna hitam (aerola mammae),
sentuhlah mulut bayi dengan puting payudara ibu. Tunggu sampai bayi membuka
mulutnya lebar. Masukkan puting payudara secepatnya ke dalam mulut bayi
sampai bagian yang berwarna hitam.
Setelah selesai menyusui kurang lebih selama 10 menit, lepaskan hisapan bayi
dengan cara :
a) Sandarkan bayi dipundak ibu, tepuk punggungnya dengan pelan sampai bayi
bersendawa
g) Kuping dan lengan bayi berada pada satu garis (Walyani dan Purwoastuti,
2015).
Beberapa tanda bahaya yang perlu diperhatikan pada masa nifas adalah :
2. Perdarahan vagina luar biasa/tiba–tiba bertambah banyak (lebih dari perdarahan haid
biasa memerlukan penggantian pembalut 2 kali dalam setengah jam), disertai
gumpalan darah yang besar–besar dan berbau busuk.
3. Nyeri perut hebat/rasa sakit dibagian bawah abdomen atau punggung, serta ulu hati.
9. Tubuh lemas dan terasa seperti mau pingsan, merasa sangat letih atau nafas
terengah–engah
11. Tidak bisa buang air besar selama tiga hari atau rasa sakit waktu buang air
kecil
12. Merasa sangat sedih atau tidak mampu mengasuh bayinya atau diri sendiri
24
Terputusnya
Proses Parenting Reva Rubing Inkontinyuitas
Jaringan
Gangguan
Penambahan
Pemenuhan ADL
Anggota Baru
Perubahan Pola
Peran
25
2.5 Dampak/Akibat
Beberapa komplikasi pada masa nifas yang mungkin terjadi pada ibu dan penanganan
yaitu :
1. Perdarahan pervagina
b) Volume darah yang hilang juga bervariasi akibat sesuai dengan kadar
haemoglobin ibu. Seorang ibu dengan kadar HB normal akan dapat menyesuaikan
diri terhadap kehilangan darah yang akan berakibat fatal pada anemia.
c) Perdarahan dapat terjadi dengan lambat untuk jangka waktu beberapa jam dan
kondisi ini dapat tidak dikenali sampai terjadi syok (Heryani,2015)
Infeksi masa nifas yang terjadi karena bakteri.Infeksi yang meluas ke saluran urinary,
payudara dan pembedahan merupakan penyebab terjadi AKI.
Wanita yang baru melahirkan sering mengeluh sakit kepala hebat atau
penglihatan kabur. Penanganannya :
2) Jika ibu tidak bernafas periksa lakukan ventilasi dengan masker dan balon,
lakukan intubasi jika perlu dan pernafasan dangkal periksa dan berbaskan
jalan nafas dan beri oksigen 4–6 liter permenit.
3) Jika pasien tidak sadar/koma bebasakan jalan nafas, baringkan pada sisi kiri,
26
Pada masa nifas dini, sentivitas kandung kemih terhadap tegangan air kemih
didalam vesika sering menurun akibat trauma persalinan serta analgesia epidural
atau spinal sensasi peregangan kandung kemih juga mungkin berkurang akibat
rasa tidak nyaman.
Payudara bengkak yang tidak disusu secara adekuat dapat menyebabkan payudara
menjadi merah, panas, terasa sakit, akhirnya menjadi mastitis.
Sesudah anak lahir ibu akan merasa lelah mungkin juga lemas karena kehabisan
tenaga. Hendaknya lekas berikan minuman hangat, susu, kopi atau teh yang
bergula.
Selama masa nifas, dapat terbentuk thrombus sementara pada vena maupun pelvis
yang mengalami dilatasi, dan mungkin ibu akan lebih sering mengalaminya.
g) Merasa sedih atau tidak mampu mengasuh sendiri bayinya dan dirinya sendiri.
Pada minggu–minggu awal setelah persalinan sampai kurang lebih 1 tahun ibu
post partum cenderung akan mengalami perasaan–perasaan yang tidak pada
umumnya (Heryani,2015).
27
2.6 Penatalaksanaan
6. Kebiasaan Seseorang
Setiap individu mempunyai pilihan kapan untuk mandi, bercukur dan
melakukan perawatan rambut. Ada kebiasaan orang yang menggunakan
produk tertentu dalam perawatan diri seperti penggunaan shampo, dan lain-
lain.
7. Kondisi Fisik
Pada keadaan sakit, tentu kemampuan untuk merawat diri berkurang dan
perlu bantuan untuk melakukannya.
B. Macam-macam Personal Hygiene
1. Perawatan Kulit
Kulit merupakan organ aktif yang berfungsi pelindung, sekresi, ekskresi,
pengatur temperatur, dan sensasi. Kulit memilki tiga lapisan utama yaitu
epidermis, dermis dan subkutan. Epidermis (lapisan luar) disusun beberapa
lapisan tipis dari sel yang mengalami tahapan berbeda dari maturasi,
melindungi jaringan yang berada di bawahnya terhadap kehilangan cairan
dan cedera mekanis maupun kimia serta mencegah masuknya
mikroorganisme yang memproduksi penyakit. Dermis, merupakan lapisan
kulit yang lebih tebal yang terdiri dari ikatan kolagen dan serabut elastik
untuk mendukung epidermis. Serabut saraf, pembuluh darah, kelenjar
keringat, kelenjar sebasea, dan folikel rambut bagian yang melalui lapisan
dermal. Kelenjar sebasea mengeluarkan sebum, minyak, cairan odor,
kedalam folikel rambut. Sebum meminyaki kulit dan rambut untuk menjaga
agar tetap lemas dan liat. Lapisan Subkutan terdiri dari pembuluh darah,
saraf, limfe, dan jaringan penyambung halus yang terisi dengan sel-sel lemak.
Jaringan lemak berfungsi sebagai insulator panas bagi tubuh. Kulit berfungsi
sebagai pertukaran oksigen, nutrisi, dan cairan dengan pembuluh darah yang
berada dibawahnya, mensintesa sel baru, dan mengeliminasi sel mati, sel
yang tidak berfungsi. Sirkulasi yang adekuat penting untuk memelihara
kehidupan sel. Kulit sering kali merefleksikan perubahan pada kondisi fisik
dengan perubahan pada warna, ketebalan, tekstur, turgor, temperatur. Selama
kulit masih utuh dan sehat, fungsi fisiologisnya masih optimal.
2. Mandi
Mandi adalah bagian perawatan hygiene total. Mandi dapat dikategorikan
sebagai pembersihan atau terapeutik. Mandi di tempat tidur yang lengkap
29
8. Penyembuhan Luka
Terdapat beberapa fase yaitu :
Fase Inflamasi
Respon vaskuler dan seluler terjadi ketika jaringan terpotong atau
mengalami cidera. Vasokonstriksi pembuluh terjadi dan bekuan
fibrinoplateler terbentuk dalam upaya untuk mengontrol perdarahan.
Reaksi ini berlangsung dari 5 menit sampai 10 menit dan diikuti oleh
vasodilatasi venula. Mikrosirkulasi kehilangan kemampuan
vasokontriksinya karena norepinefrin dirusak oleh enzim intraseluler.
Sehingga histamin dilepaskan yang dapat meningkatkan permebialitas
kapiler. Ketika mikrosirkulasi mengalami kerusakan, elemen darah
seperti antibodi, plasma protein, elektrolit, komplemen, dan air
menembus spasium vaskuler selama 2 sampai 3 hari, menyebabkan
edema, teraba hangat, kemerahan dan nyeri. Sel-sel basal pada pinggir
luka mengalami mitosis dan menghasilkan selsel anak yang bermigrasi.
Dengan aktivitas ini, enzim proteolitik disekresikan dan menghancurkan
bagian dasar bekuan darah. Celah antara kedua sisi luka secara progresif
terisi, dan sisinya pada akhirnya saling bertemu dalam 24 sampai 48 jam.
Fase Proliferatif
Fibroblas memperbanyak diri dan membentuk jaring-jaring untuk sel-sel
yang bermigrasi. Sel-sel epitel membentuk kuncup pada pinggiran luka,
kuncup ini berkembang menjadi kapiler yang merupakan sumber nutrisi
bagi jaringan granulasi yang baru. Fibroblas melakukan sintesis kolagen
dan mukopolisakarida. Banyak vitamin, terutama vitamin C sangat
membantu proses metabolisme yang terlibat dalam penyembuhan luka.
Fase Maturasi
Jaringan parut tampak lebih besar, sampai fibrin kolagen menyusun
kedalam posisi yang lebih padat. Hal ini sejalan dengan dehidrasi yang
mengurangi jaringan parut tetapi meningkatkan kekuatannya.
9. Penyembuhan Luka Perineum
Penyembuhan luka perineum adalah mulai membaiknya luka perineum dengan
terbentuknya jaringan baru yang menutupi luka perineum dalam jangka waktu 6-7
hari post partum. Kriteria penilaian luka adalah: 1) baik, jika luka kering,
32
perineum menutup dan tidak ada tanda infeksi (merah, bengkak, panas, nyeri,
fungsioleosa); 2) sedang, jika luka basah, perineum menutup, tidak ada tanda-
tanda infeksi (merah, bengkak, panas, nyeri, fungsioleosa); 3) buruk, jika luka
basah, perineum menutup/membuka dan ada tanda-tanda infeksi (merah, bengkak,
panas, nyeri, fungsioleosa)
Beberapa penghambat keberhasilan penyembuhan luka adalah sebagai
berikut :
1. Malnutrisi
Malnutrisi secara umum dapat mengakibatkan berkurangnya kekuatan luka,
meningkatkan dehisensi luka, meningkatkan kerentanan terhadap infeksi, dan
parut dengan kualitas yang buruk. Defisien nutrisi (sekresi insulin dapat
dihambat, sehingga menyebabkan glukosa darah meningkat) tertentu dapat
berpengaruh pada penyembuhan.
2. Merokok
Nikotin dan karbon monoksida diketahui memiliki pengaruh yang dapat
merusak penyembuhan luka, bahkan merokok yang dibatasi pun dapat
mengurangi aliran darah perifer. Merokok juga mengurangi kadar vitamin C
yang sangat penting untuk penyembuhan.
3. Kurang Tidur
Gangguan tidur dapat menghambat penyembuhan luka, karena tidur
meningkatkan anabolisme dan penyembuhan luka termasuk ke dalam
proses anabolisme.
4. Stres
Ansietas dan stres dapat mempengaruhi sistem imun sehingga menghambat
penyembuhan luka.
5. Kondisi Medis dan Terapi
Imun yang lemah karena sepsis atau malnutrisi, penyakit tertentu seperti
AIDS, ginjal atau penyakit hepatik dapat menyebabkan menurunnya
kemampuan untuk mengatur faktor pertumbuhan, inflamasi, dan sel-sel
proliperatif untuk perbaikan luka.
6. Apusan Kurang Optimal
Melakukan apusan atau pembersihan luka dapat mengakibatkan
organisme tersebar kembali disekitar area kapas atau serat kasa yang
lepas ke dalam jaringan granulasi dan mengganggu jaringan yang baru
33
terbentuk.
7. Lingkungan Optimal untuk Penyembuhan Luka
Lingkungan yang paling efektif untuk keberhasilan penyembuhan luka
adalah lembab dan hangat.
8. Infeksi
Infeksi dapat memperlambat penyembuhan luka dan meningkatkan granulasi
serta pembentukan jaringan parut.
10. Ruang Lingkup Perawatan Perineum
Lingkup perawatan perineum ditujukan untuk pencegahan infeksi organ-
organ reproduksi yang disebabkan oleh masuknya mikroorganisme yang
masuk melalui vulva yang terbuka atau akibat dari perkembangbiakan bakteri
pada pembalut ( Farrer, 2009 ). Waktu untuk perawatan perineum yaitu :
1. Saat Mandi
Pada saat mandi, ibu nifas pasti melepas pembalut, setelah terbuka maka
terjadi kontaminasi bakteri pada cairan yang tertampung pada pembalut,
untuk itu maka perlu dilakukan penggantian pembalut, demikian pula
pada perineum ibu, untuk itu diperlukan pembersihan perineum.
2. Setelah Buang Air Kecil
Pada saat buang air kecil terjadi kontaminasi air seni pada rektum
akibatnya dapat memicu pertumbuhan bakteri pada perineum, untuk itu
diperlukan pembersihan perineum
3. Setelah Buang Air Besar
Pada saat buang air besar diperlukan pembersihan sisa-sisa kotoran
disekitar anus, untuk mencegah terjadinya kontaminasi bakteri pari anus
ke perineum yang letaknya bersebelahan maka diperlukan proses
pembersihan anus dan perineum secara keseluruhan.
Akibat perawatan perineum yang tidak benar dapat mengakibatkan kondisi
perineum yang terkena lokhea menjadi lembab sehingga sangat menunjang
perkembangbiakan bakteri yang dapat menyebabkan timbulnya infeksi pada
perineum. Infeksi tidak hanya menghambat proses penyembuhan luka tetapi
dapat juga menyebabkan kerusakan pada jaringan sel penunjang, sehingga
akan menambah ukuran dari luka itu sendiri, baik panjang maupun
kedalaman luka. Pada kenyataan fase-fase penyembuhan akan tergantung
pada beberapa faktor termasuk ukuran dan tempat luka, kondisi fisiologis
34
Pendokumentasian SOAP menurut Hellen Varney, alur berfikir bidan saat menghadapi
kimen meliputi tujuh langkah, agar mengetahui orang lain apa yang telah dilakukan oleh
seorang bidan melalui proses berfikir sitematis, maka didokumentasikan dalam bentuk
SOAP, yaitu : (Rukiyah, 2015).
S (Subjektif)
O (Objektif)
Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan fisik klien, hasil lab dan tes
diagnostik lain yang dirumuskan dalam data fokus untuk mendukung assesment. Tanda
gejala objektif fokus untuk mendukung assesment yang diperoleh dari hasil pemeriksaan
(tanda KU, vital sign, fisik, khusus kebidanan, pemeriksaan dalam, laboratorium dan
pemeriksaan penunjang). Pemeriksaan inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi.
A (Assesment)
Masalah atau diagnosa yang ditegakkan berdasarkan data atau informasi subjektif dan
objektif yang dikumpulkan atau disimpulkan. Karena keadaan pasien terus berubah dan
selalu ada informasi baru baik subjektif maupun objektif, dan sering diungkapkan secara
terpisah-pisah, maka proses pengkajian adalah suatu proses yang dinamik.
P (Planning)
Pengumpulan atau pengumpulan data dasar adalah mengumpukan semua data yang
dibutuhkan untuk mengevaluasi keadaan pasien. Merupakan langkah Pertama untuk
mengumpulkan semua informasi yang akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan
kondisi pasien
A. Pengkajian
1. Data Subjektif
a) Biodata yang Mencakup Identitas Pasien
1) Nama
Nama jelas dan lengkap, bila perlu nama panggilan sehari-hari agar
tidak keliri dalam memberikan penanganan
2) Umur
Dicatat dalam tahun untuk mengetahui adanya resiko seperti kurang dari
20 tahun, alat-alat reproduksi belum matang, mental dan psikisnya
belumsiap. Sedangkan umur lebih dari 35 tahun rentan sekali untuk terjadi
perdarahan dalam masa nifas
3) Agama
Untuk mengetahui keyakinan pasien tersebut untuk membimbing atau
megarahkan pasien dalam berdoa
4) Pendidikan
Berpengaruh pada tindakan keperawatan dan untuk mengetahui sejauh
mana tingkat intelektualnya, sehingga perawat dapat memberikan
konseling sesuai dengan pendidikan
5) Suku/Bangsa
Berpengaruh pada adat istiadat atau kebiasaan sehari-hari
6) Pekerjaan
Gunannya untuk mengetahui dan mengukur tingkat sosial ekonominya
karena ini juga mempengaruhi dalam gizi pasien tersebut
7) Alamat
Ditanya untuk mempermudah kunjungan rumah bila diperlukan
36
8) Keluhan Utama
g) Data Psikososial
Untuk mengetahui respon ibu dan keluarga terhadap bayinya. Wanita
mengalami banyak perubahan emosi/psikologi selama masa nifas sementara ia
menyesuaikan diri menjadi seorang ibu. Cukup sering menunjukan depresi
ringan beberapa hari setelah kelahiran. Depresi tersebut sering disebut sebagai
post partum blues. Post partum blues sebagian besar merupakan perwujudan
fenomena psikologis yang dialami oleh wanita yang terpisah dari keluarga dan
bayinya. Hal ini sering diakibatkan oleh sejumlah faktor :
Penyebab yang paling menonjol adalah :
Kekecewaan emosional yang mengikuti rasa puas dan takut yang dialami
kebanyakan wanita selama kehamilan dan persalinan.
Rasa sakit masa nifas awal.
Kelelahan karena kurang tidur selama persalinan dan post partum
Kecemasan pada kemampuannya untuk merawat bayinya setalah
meninggalkan rumah sakit
Rasa takut menjadi tidak menarik lagi bagi suaminya
Menjelaskan pengkajian psikologis :
Istrahat
Mengambarkan pola istrahat dan tidur pasien, berapa jam pasien tidur,
kebiasanan sebelum tidur misalnya membaca, mendengarkan musik,
kebiasaan mengonsumsi obat tidur, kebiasaan tidur siang, penggunaan
waktu luang. Istrahat sangat penting bagi ibu masa nifas karena dengan
istrahat yang cukup dapat mempercepat penyembuhan
j) Personal Hygiene
Dikaji untuk mengetahui apakah ibu selalu menjaga kebersihan tubuh
terutama pada daerah genitalia, karena pada masa nifas masih mengeluarkan
lochea
k) Aktivitas
Mengambarkan pola aktivitas pasien sehari-hari. Pada pola ini perluh dikaji
pengaruh aktivitas terhadap kesehatannya. Mobilisasi sedini mungkin dapat
mempercepat proses pengembalian alat-alat reproduksi. Apakah ibu
melakukan ambulasi, seberapa sering, apakah kesulitan, dengan bantuan atau
sendiri, apakah ibu pusing ketika melakukan ambulasi
2. Data Objektif
Dalam mengatasi masa nifas dari seorang klien, seorang perawat harus
mengumpulkan data untuk memastikan bahwa keadaan klien dalam keadaan
stabil. Termasuk dalam komponen-komponen pengkajian data objektif ini adalah :
Vital sign, ditunjukan untuk mengetahui keadaan ibu berkaitan dengan kondisi
yang dialami
a) Termperatur/Suhu
Meningkatan suhu badan mencapai pada 24 jam pertama masa nifas pada
umumnya disebabkan oleh dehidrasi, yang disebabkan oleh keluarnya cairan
pada waktu melahirkan, selain itu juga bisa disebabkan oleh karena istrahat
dan tidur yang diperpanjang selama awal persalinan Tetapi pada umumnya
setelah 12 jam postpartum suhu tubuh kembali normal. Kenaikan suhu yang
mencapai lebih dari 38°C adalah mengarah pada tanda-tanda infeksi
b) Nadi dan Pernafasan
39
Nadi berkisar antara 60-80 x/menit. Denyut nadi diatas 100 kali/menit pada
masa nifas adalah mengidikasikan adanya suatu infeksi, hal ini salah satunya
bisa di akibatkan oleh proses persalinan sulit atau karena kehilangan darah
yang berlebihan. Jika takikardi tidak disertai panas kemungkinan disebabkan
karena adanya vitium kordis.
Beberapa ibu postpartum kadang-kadang mengalami bradikardi puerperal,
yang denyut nadinya mencapai serendah-rendahnya 40 sampai 50 kali/menit.
c) Tekanan Darah
Pada beberapa kasus ditemukan hipertensi postpartum, tetapi keadaan ini akan
menghilang dengan sendirinya apabila tidak ada penyakit-penyakit lain yang
meyertainya dalam 2 bulan pengobatan
3. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dari ujung rambut sampai ujung kaki menjelaskan pemeriksaan
fisik
a) Keadaan buah dada dan pusing susu
• Simetris/tidak
• Konsistensi
• Ada pembengkakan/tidak
• Puting menonjol/tidak,lecet/tidak
b) Keadaan Abdomen
Uterus : Normal
1) Kokoh, berkontraksi baik
2) Tidak ada di atas ketinggian fundal saat masa nifas segera
Abnormal :
1) Lembek
c) Keadaan Genitalia
Lochea : Normal
2) Bau biasa
3) Tidak ada bekuan darah atau butir-butir darah beku ukuran jeruk kecil)
Abnormal :
1) Merah terang
2) Bau busuk
B. Diagnosa
Diagnosa yang di peroleh untuk post partum normal adalah :
1. Nyeri berhubungan dengan involusi uterus, nyeri setelah melahirkan.
2. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan laserasi dan proses persalinan.
3. Resiko menyusui tidak efektif berhubungan dengan kurang pengetahuan cara
perawatan payudara bagi ibu menyusui.
4. Resiko tinggi kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan
kehilangan darah dan intake ke oral.
5. Gangguan pola tidur berhubungan dengan respon hormonal psikologis, proses
persalinan dan proses melelahkan.
6. Defisiensi pengetahuan mengenai perawatan diri dan bayi berhubungan
dengan kurang sumber informasi.
7. Fokus Intervensi dan Rasional
8. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri (biologi, kimia, fisik, psikologis),
kerusakan jaringan Tujuan dan kriteria hasil
41
Noc : tingkatan nyeri, control nyeri, tingkat kenyamanan setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1x24 jam pasien tidak mengalami nyeri, dengan kriteria hasil :
Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik non
farmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan) Melaporkan bahwa nyeri
berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri, Mampu mengenali nyeri (skala,
intensitas, frekuensi dan tanda nyeri), Tanda vital dalam batas normal, Tidak
mengalami gangguan tidur.
cairan yang masuk dan keluar, Pemberian cairan IV monitor adanya tanda
gejala kelebihan volume cairan.
Rencana tindakan berdasarkan Nic : kaji tingkat pengetahuan pasien dan keluarga,
Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit dengan cara yang
tepat, Diskusikan pilihan terapi atau penanganan yang tepat.
C. Implementasi
Implementasi di sesuiakan dengan intervensi atau perencananaan yang telah di buat.
D. Evaluasi
Evaluasi asuhan kebidanan adalah tahap akhir dimana bidan menilai kembali
keefektifan dan keberhasilan atas tindakan yang telah diberikan kepada pasien.
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN MASA NIFAS PADA NY “A” UMUR 30 TAHUN P3A0 POST PARTUM
RS PERTAMINA SORONG
a. Identitas
b. Keluhan Utama : ibu mengatakan masih merasa mulas pada perut bagian bawah dan
badan pegal-pegal
d. Riwayat Kesehatan yang Lalu : ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit
menurun seperti hipertensi, asma, diabetes melitus, dan jantung. Dan tidak pernah
44
45
menderita penyakit menular seperti hepatitis dan TBC. Serta tidak pernah melakukan
operasi seperti caesar, usus buntu, dan lain-lain
f. Riwayat Obstetri
porsi
b. Pola Eliminasi
Saat Hamil : BAK : 4–5 kali sehari, warna kuning, bau khas BAK,
konsistensi cair, keluhan tidak ada
Saat Pengkajian : BAK : Ibu mengatakan sudah BAK 3–4 kali, warna
kuning, bau khas BAK, konsistensi cair,
keluhan tidak ada
Muka : Bentuk lonjong dan simetris, tidak pucat, tidak ada oedema,
Keadaan : Baik.
Abdomen : Tidak ada luka bekas operasi, tidak ada strie gravidarum, ada
linea nigra.
Genetalia : Tidak odem, tidak terdapat laserasi pada perineum, tidak ada
pembesaran kelenjar bartholini, lochea rubra
Ekstremitas atas : Tidak ada oedem, kuku tidak pucat
Ekstremitas bawah : Tidak ada oedem, tidak ada varises, kuku tidak pucat
Palpasi
Payudara
Abdomen
Perkusi
Reflek patella :+
d. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
Tanggal : 26 Mei 2022
HB : 12,5 gr/dl
Reduksi urine : NR
Albumin : NR
Masalah Potensial
Tidak ada
Tindakan Segera
Tidak ada
3.3 Penatalaksanaan
1. Menanyakan pada ibu, apa ibu bersedia menjadi objek studi kasus asuhan kebidanan
atas nama Ny.A
Evaluasi : Ny.A bersedia menjadi objek studi kasus asuhan kebidanan
2. Memberitahukan ibu hasil pemeriksaan yang telah dilakukan, keadaan umum ibu
baik, TD : 110/70 mmHg, N : 80 x/menit, R : 20 x/menit, S : 36,5°C, TFU 2 jari di
bawah pusat, uterus berkontraksi dengan baik, lochea rubra.
Evaluasi : Ibu mengerti dengan hasil pemeriksaan.
3. Memberikan KIE tentang tanda bahaya ibu nifas seperti mual, bengkak pada kaki dan
tangan, varises, perdarahan pada nifas, pusing, panas, kejang untuk segera kontrol ke
tenaga kesehatan terdekat
Evaluasi : Ibu mengerti dengan apa yang disampaikan dan mengatakan akan langsung
ke fasilitas kesehatan terdekat jika terjadi hal-hal yang tidak di inginkan seperti hal di
atas.
50
5. Memberikan KIE tentang perawatan payudara : untuk melancarkan produksi asi dan
menjaga kebersihan payudara
Tehnik pemijatan laktasi :
a. Memandikan bayi
b. Merawat tali pusat
c. Menjaga kehangatan bayi
d. Menganti popok yang basah
e. Menjaga kebersihan kelamin
Evaluasi : Ibu mengerti dengan apa yang disampaikan
S : Ibu mengatakan sangat paham dengan apa yang dijelaskan terkait pemeriksaan
dirinya
O : Ibu dapat mengulang kembali apa yang sudah dijelaskan oleh petugas terkait
pemeriksaan dirinya
A : Ny.A Umur 30 Tahun P3A0 Post Partum 6 Jam dengan Nifas Fisiologis, keadaan
umum ibu baik
P : Menganjurkan ibu untuk segera ke fasilitas kesehatan terdekat bila mendapati
tanda-tanda bahaya masa nifas seperti : mual, bengkak pada kaki dan tangan,
varises, perdarahan pada nifas, pusing, panas, kejang, dan tanda bahaya lainnya
yang dapat mempengaruhi kondisi dan keadaan ibu
Menganjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang 1 minggu lagi
CATATAN PERKEMBANGAN
1 hari
Tanggal : 27 Mei 2022 Jam : 07.00 WIT
S : Ibu mengatakan masih merasa mulas pada perut bagian bawah dan badan pegal
pegal
O : KU ibu baik, kesadaran Composmentis, TD 110/70, Nadi 80 x/menit, RR 20
x/menit, Suhu 36,5°C.
TFU 2 jari di bawah pusat, lochea rubra, ibu makan dan minum dengan baik, ibu
sudah mandi, sudah BAK dan BAB
52
A : Ny.A Umur 30 Tahun P3A0 Post Partum 1 hari dengan Nifas Fisiologis, keadaan
umum ibu baik
P : Menganjurkan ibu untuk segera ke fasilitas kesehatan terdekat bila mendapati
tanda-tanda bahaya masa nifas seperti : mual, bengkak pada kaki dan tangan,
varises, perdarahan pada nifas, pusing, panas, kejang, dan tanda bahaya lainnya
yang dapat mempengaruhi kondisi dan keadaan ibu
Menganjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang 1 minggu lagi
BAB IV
Asuhan Kebidanan dengan nifas fisiologis yang diterapkan pada Ny.A P3A0 pada
tanggal 26 Mei 2022 di ruang Nifas RS Pertamina Sorong adalah sebagai berikut :
Klien umur 30 tahun P3A0 melakukan kontak dengan penulis pada kunjungan
nifas 6 jam post partum.
Jika dilihat dari hasil pemeriksaan tersebut didapatkan keadaan umum ibu baik,
TD : 110/70 mmHg, N : 80 x/menit, R : 20 x/menit, S : 36,5 ºC, TFU 2 jari dibawah
pusat, uterus berkontraksi dengan baik, lochea rubra, tidak terdapat laserasi pada
perineum. Kondisi ini masih dalam batas normal sesuai dengan tahapan masa nifas.
Asuhan kebidanan yang dilakukan pada Ny”A” mengacu pada asuhan kebidanan
nifas fisiologis. Berdasarkan hasil pemeriksaan di atas semua masih dalam batas normal.
53
BAB V
5.1 Kesimpulan
Setelah penulis melaksanakan asuhan kebidanan masa nifas pada Ny.A umur
umur 30 tahun, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
Asuhan kebidanan pada masa nifas dengan nifas fisiologis yang dilakukan kepada
Ny.M berlangsung secara normal, dari pemeriksaan fisik di dapat hasil yakni KU ibu
baik, TD 110/70 mmHg, Nadi 80 x/menit, RR 20 x/menit, Suhu 36,5°C, TFU 2 jari
dibawah pusat, uterus berkontraksi dengan baik, lochea rubra, dan tidak terdapat laserasi
pada perineum.
Pemberian asuhan difokuskan pada pencegahan komplikasi pada Ny.A.
Komplikasi dan masalah potensial yang mungkin dapat terjadi pada Ny.A tidak terjadi
karena sudah di berikan asuhan antisipasi.
Asuhan kebidanan pada Ny.A, pada kunjungan post partum 6 jam dan post partum
1 hari telah dilaksanakan dengan melakukan pendekatan menggunakan
pendokumentasian manajemen kebidanan. Ny.A dari hasil pemeriksaan yang di lakukan
semua masih dalam batas normal dan tidak terdapat masalah pada Ny.A.
5.2 Saran
1. Bagi Intitusi Pendidikan
Diharapkan semakin memperbaharui perkembangan ilmu kebidanan terkini, sehingga
mampu meningkatkan kinerja mahasiswa kebidanan selanjutnya.
2. Bagi Lahan Praktek
Asuhan yang sudah diberikan pada klien sudah cukup baik sesuai dengan standar
asuhan kebidanan.
3. Bagi Penulis
Diharapkan selalu memaksimalkan diri dalam mengaplikasikan ilmu yang
diperoleh di bangku perkuliahan selama praktek di lapangan.
Diharapkan dalam pelaksanaan tugas berikutnya dapat lebih baik dan lebih
memahami lagi baik dalam penulisan maupun pelaksanaan asuhan
54
55
4. Bagi Klien
Diharapkan dapat menjadi penambah wawasan dan pengetahuan bagi ibu dan ibu-ibu
lainnya yang sedang dalam masa nifas
Ibu diharapkan dapat mengaplikasikan asuhan kebidanan yang telah diberikan oleh
penulis sehingga dapat meningkatkan pengetahuan dan menambah pengalaman.
Keluarga juga diharapkan dapat membantu memenuhi kebutuhan ibu, memberikan
dukungan psikologis, menjalankan peran dan fungsi keluarga untuk tetap
mempertahankan kesehatan ibu dan anak seperti melakukan imunisasi, pemantauan
tumbuh kembang anak dan penerapan ASI eksklusif.
56
DAFTAR PUSTAKA
Anggraini, Yetti. 2010. Asuhan kebidanan Masa Nifas. Yogyakarta : Pustaka Rihama.
Bahiyatun. 2016. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Normal. Jakarta: EGC.
Marmi. 2012. Asuan Kebidanan Pada Masa Nifas “ Peurperium Care”. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Marmi. 2015. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas “Peuperium Care”. Yogyakarta : Pustaka
Pelajar
Mochtar, R. 2012. Sinopsis Obstetri Obstetri Fisiologi Obstetri Patologi Jilid 1. Jakarta:
EGC.
Nurmala, Siregar.2014.Pengaruh Senam Nifas Terhadap Involusi Uterus Pada Ibu Post
Partum Di Klinik Bersalin Tutun Sehati Tanjung Morawa Tahun 2013.Medan:Jurusan
Keperawatan.
Purwoastuti, Endang, dkk, 2015. Asuhan Kebidanan Masa Nifas & Menyusui. Yogyakarta:
Pustaka Baru Press.
57
58
Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI.2019. Angka Kematian Ibu: Faktor Penyebab Dan
Upaya Penanganannya. Jakarta Pusat:Bidang Kesejahteraan Sosial.
Sidi, L.P.S.,Suradi, R.S., Masoara, S., Boedihardjo, S.D., & Martono, W. 2010. Manajemen
Laktasi (4th ed). Perinasia. Jakarta
Sulistyawati,A. 2015. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Yogyakarta : Andi
Offset
Sutanto, A.V. (2018). Asuhan Kebidanan Nifas Dan Menyusui. Yogyakarta: PT Pustaka
Baru.
Nama :
Nim :
Pembimbing :
Stase :
Pembimbing
( )
59
60