Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

TRAUMA MELAHIRKAN (FISTULA GENETALIA)


Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Kesehatan Reproduksi
Dosen Pengampu
Dwi uswatun sholikhah, S.Kep., Ns., M. Kep

Oleh kelompok 3 :
1. Eeng Herlina 9. Selvi Meilana (202030046)
2. Latifatus sa'adah 10. Tris Septia Yolanda (2021030050)
3. Wilda Uswatun Hasanah 11. Novia sevty Ramdani (2021030009)
4. Rif'atul Hasanah 12. Thoyyibah (2021030013)
5. Siti Fadilla Cessa E.K (2021030020) 13. A. Nurul Hidayat (2021030002)
6. Intan Puspita Rahayu (2021030037) 14. Shofiya kusuma wardani
7. Aisya Laraswati (2021030041) (2021030051)
8. Yana Talapessy (2021030047) 15. Yosepa Maas (2021030040)
16. Safiqoh El Nabila (2021030001)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HUSADA JOMBANG
2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul “Makalah trauma melahirkan (Fistula genetalia)”. Makalah ini dibuat untuk
memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Kesehatan Reproduksi dengan dosen
pengampu yaitu ibu Dwi uswatun sholikhah, S.Kep., Ns., M. Kep
Saya menyadari bahwa makalah yang saya susun ini tidak luput dari kekurangan
dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, saya sangat mengharapkan adanya kritik
dan saran yang membangun dari para pembaca untuk penyempurnaan penyusunan
makalah saya ini. Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Jombang, 26 Juni 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................1
1.3 Tujuan...........................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Fistula Genetalia..............................................................................3
2.2 Klasifikasi Fistula Genetalia..........................................................................3
2.3 Etiologi Fistula Genetalia..............................................................................3
2.4 Manifestasi Klinis Fistula Genetalia.............................................................5
2.5 Patofisiologi Fistula Genetalia......................................................................6
2.6 Komplikasi Dari Fistula Genetalia................................................................7
2.7 Penatalaksanaan Fistula Genetalia................................................................7
2.8 Pemeriksaan Penunjang Fistula Genetalia.....................................................8
2.9 Pencegahan Fistula Genetalia........................................................................8
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan ...................................................................................................9
4.2 Saran .............................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................10

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Sacara umum trauma melahirkan didefinisikan sebagai benturan, tekanan, atau
singgungan yang menimbulkan dampak berupa perlukaan baik luka terbuka,
tertutup, maupun luka memar. Tekanan bisa berasal dari benda tumpul maupun
benda tajam. Trauma tidak hanya bersifat fisik melainkan bisa berupa tekanan
psikologis yang lebih banyak berefek pada kelainan psikologis seperti rasa cemas,
gelisah, takut, sulit tidur sampai depresi. Secara khusus trauma dalam kehamilan
adalah trauma yang berdampak tidak hanya pada ibu tetapi juga pada janinnya.
Berdasarkan akibat yang ditimbulkan, trauma bisa diklasifikasi sebagai trauma
mayor dan trauma minor. Trauma mayor adalah trauma yang dampaknya
mengancam kehidupan, memerlukan perawatan di rumah sakit, menimbulkan cacat
fisik yang permanen sampai disabilitas atau menyebabkan kehidupan janin
terganggu sedangkan Trauma minor adalah trauma yang tidak memenuhi kriteria
mayor atau trauma yang hanya berdampak ringan seperti luka memar, lecet, nyeri,
atau luka tajam yang penanganannya selesai dengan penjahitan dan tidak
memerlukan pemondokan.
Ibu hamil memang rentan terhadap trauma karena perubahan- perubahan
anatomis dan fisiologis selama kehamilan. Pada kehamilan muda, dengan kenaikkan
kadar BHCG, maka mual dan muntah adalah gejala yang hampir selalu dijumpai.
Demikian juga kenaikan volume plasma yang lebih besar dibanding kenaikan
korpuskuli darah menyebabkan terjadinya pengenceran darah yang berakibat terjadi
penurunan tekanan darah. Penurunan tekanan darah juga mengakibatkan keluhan
pusing. Pada kehamilan yang lebih tua, dengan makin membesarnya uterus, maka
perut lebih menonjol ke depan dan terjadilah hiperlordosis lumbalis.
1.2 Rumusan masalah
1) Apa definisi dari fistula genetalia?
2) Apa saja klasifikasi fistula genetalia?
3) Bagaimana Etiologi fistula genetalia?
4) Apa saja manifestasi klinis fistula genetalia?
5) Bagaimana patofisiologi fistula genetalia?

1
6) Apa saja komplikasi dari fistula genetalia?
7) Bagaimana penatalaksanaan fistula genetalia?
8) Apa saja pemeriksaan penunjang fistula genetalia?
9) Bagaimana Pencegahan fistula genetalia?
1.3 Tujuan
3 Untuk mengetahui definisi dari fistula genetalia
4 Untuk mengetahui apa saja klasifikasi fistula genetalia
5 Untuk mengetahui bagaimana etiologi fistula genetalia
6 Untuk mengetahui apa saja manifestasi klinis fistula genetalia
7 Untuk mengetahui bagaimana patofisiologi fistula genetalia
8 Untuk mengetahui apa saja komplikasi dari fistula genetalia
9 Untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan fistula genetalia
10 Untuk mengetahui apa saja pemeriksaan penunjang fistula genetalia
11 Untuk mengetahui bagaimana Pencegahan fistula genetalia

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Fistula Genetalia


Fistel atau fistula merupakan saluran yang berasal dari rongga atau tabung
normal kepermukaan tubuh atau ke rongga lain, fistula ini diberi nama sesuai
dengan hubunganya (misalnya: rekto-vaginal, kolokutaneus) (Sylvia A. Price,
2005).
Fistula adalah suatu ostium abnormal, berliku-liku antara dua organ berongga
internal atau antara organ berongga internal dan dengan tubuh bagian luar. Nama
fistula menandakan kedua area yang berhubungan secara abnormal (Suzanne
C.Smeltzer. 2001).
Fistula adalah sambungan abnormal diantara dua pemukaan epitel (Chris
Brooker. 2008).
Dari ketiga definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Fistula adalah saluran abnormal
yang menghubungkan dua organ tubuh atau rongga tubuh pada kulit.
2.2 Klasifikasi fistula genetalia
1. Fistula enterocutaneous
Adalah bagian dinding GI tract yang terbuka sehingga menyebabkan keluarnya
isi perut dan keluarnya melalui kulit.
2. Fistula enterovesicular (vesikovaginal dan uretrovaginal)
Fistula vesikovaginal adalah ostium antara kandung kemih dan vagina
sedangkan fistula uretrovaginal adalah ostium antara uretra dan vagina. Fistula
pada bagian ini dapat mengakibatkan sering terjadinya infeksi saluran kemih.
3. Fistula rektovaginalis
Adalah suatu ostium antara rectum dan vagina atau merupakan alur
granulomatosa kronis yang berjalan dari anus hingga bagian luar kulit anus, atau
dari suatu abses anus atau daerah perianal.
4. Fistula enterocolic
Adalah saluaran yang melibatkan usus besar atau kecil.
5. Fistula multiple
2.3 Etiologi

3
2.3.1 Fistula Vesiko Vagina
Banyak faktor yang dapat menyebabkan terjadinya Fistula Vesiko Vagina
antara lain:
a. Komplikasi Obstetrik, yaitu terjadi karena persalinan.
1) Karena robekan oleh forceps, alat-alat yang meleset atau karena
sectio sesare.
2) Karena nekrosis tekanan, dimana jaringan tertekan lama antara kepala
anak dan sympisis seperti pada persalinan dengan panggul sempit,
hydrocepalus atau kelainan letak. Kalau pembukaan belum lengkap
dapat terjadi fistula cervicalis atau fistel ureter, sedangkan
padapembukaan lengkap biasanya terjadi fistula vesico vaginalis.
Pengawasan kehamilan yang baik disertai pimpinan dan penanganan
persalinan yang baik pula akan mengurangi jumlah fistel akibat
persalinan.Fistel karena perlukaan atau robckan terjadi segera setelah
partus, sedangkan fistel karena nekrosis (partus lama) terjadi 4-7 hari
post partum.
b. Operasi Ginekologi, terjadi pada :
1) Karsinoma, terutama karsinoma servisis uteri.
2) Karena penyinaran baru timbul 2-5 tahun setelah penyinaran.
3) Karena operasi ginekologis: pada histerektomi abdominal dan
vaginal atau operasi untuk prolaps dapat terjadi perlukaan vesika
urinaria. Pada histerektomi totalis dapat terjadi lesi dari ureter
atau kandung kemih.
c. Fistula Traumatik, terjadi pada:
11.1 Pada abortus kriminalis
11.2 Perlukaan oleh benda-benda runcing, misalnya karena terjatuh pada benda yang
runcing.
11.3 Karena alat-alat : kateter, sonde, kuret
d. Penyebab lain yang jarang ditemukan seperti kondisi peradangan saluran
pencernaan, penyakit chronis, trauma yang berasal dari benda asing dan
kelainan kongenital.
2.3.2 Fistula Recto Vaginal

4
11.3.1 Cedera selama proses melahirkan
11.3.2 Penyakit Crohn atau penyakit peradangan usus lainnya.
11.3.3 Pengobatan kanker atau radiasi di daerah pinggul.
11.3.4 Operasi yang melibatkan vagina, perineum, rektum dan anus berikut
komplikasinya.
11.3.5 Penyebab lainnya seperti infeksi anus atau rektum; diverkulitis; ulcerative
colitis; atau cedera vagina lain yang tidak disebabkan proses melahirkan.
2.4 Manifestasi klinis
11.3.5.1 Fistula Vesiko Vagina
Secara klinis gejala Fistula Vesiko Vagina mengalami inkontinen urine
dan tidak ada rasa nyeri. Komplikasi yang sering terjadi yaitu adanya iritasi
pada daerah perineum dan paha atas, dermatitis kronis, infeksi saluran kemih
serta penumpukkan kristal (Calculi pada buli-buli), amenorrhoe sekunder
sebagai akibat sentral oleh karena depresi berat dan endometritis. Juga dapat
terjadi striktura / stenosis vagina yang merupakan gejala yang sering bersamaan
dengan fistula.
Fistula sebagai akibat trauma obstetrik dapat timbul segera setelah
persalinan atau beberapa lama setelah persalinan. sedangkan fistula akibat
tindakan operasi ginekologi 5 - 14 hari pasca bedah.
Pada fistula yang kecil urine dapat merembes sedikit. Gejala paling
sering dari Fistula Vesiko Vagina adalah inkontinensia total involunter yaitu
adanya iritasi daerah vulva dan seringnya terjadi ISK. Trias gejala yang timbul
setelah tindakan pengambilan: rahasia air kencing, nyeri perut dan kenaikan
suhu badan dapat dipastikan adanya Fistula Vesiko Vagina.
11.3.5.2 Fistula Rekto Vagina
Gejala dari fistula recto vaginal antara lain yaitu:
a. Keluamya gas, tinja atau nanah dari vagina.
b. Segala sesuatu yang keluar dari vagina berbau tajam.
c. Infeksi saluran kemih atau vagina kambuhan.
d. Iritasi atau nyeri pada vulva, vagina serta area diantara vagina dan anus
(perineum).

5
e. Terasa nyeri ketika berhubungan seksualstriktura / stenosis vagina yang
merupakan gejala yang seringbersamaan dengan fistula.
Fistula sebagai akibat trauma obstetrik dapat timbul segera setelahpersalinan atau
beberapa lama setelah persalinan, sedangkan fistula akibat tindakan operasi
ginekologi 5-14 hari pasca bedah.
Pada fistula yang kecil urine dapat merembes sedikit. Gejala paling sering dari
Fistula Vesiko Vagina adalah inkontinensia total involunter yaitu adanya iritasi
daerah vulva dan seringnya terjadi ISK. Trias gejala yang timbul setelah tindakan
pembedahan : sekret air kencing, nyeri perut dan kenaikan suhu badan dapat
dipastikan adanya Fistula Vesiko Vagina
11.3.5.3 Fistula Rekto Vagina
Gejala dari fistula recto vaginal antara lain yaitu:
a. Keluamya gas, tinja atau nanah dari vagina
b. Segala sesuatu yang keluar dari vagina berbau tajam. c. Infeksi saluran
kemih atau vagina kambulan
c. Iritasi atau nyeri pada vulva, vagina serta area diantara vagina dan anus
(perineum)
d. Terasa nyeri ketika berhubungan seksual
2.5 Patofisiologi
Salah satu penyebab dari terbentuknya fistula adalah dari pembedahan. Biasanya
karena terjadi kurangnya ke sterilan alat atau kerusakan intervensi bedah yang
merusak abdomen. Maka kuman akan masuk kedalam peritoneum hingga terjadinya
peradangan pada peritoneum sehingga keluamya eksudat fibrinosa (abses),
terbentuknya abses biasanya disertai dengan demam dan rasa nyeri pada lokasi
abses.
Infeksi biasanya akan meninggalkan jaringan parut dalam bentuk pita jaringan
(perlengketan/adesi), karena adanya perlengketan maka akan terjadinya kebocoran
pada permukaan tubuh yang mengalami perlengketan sehingga akan menjadi
sambungan abnormal diantara 2 permukaan tubuh. Maka dari dalam fistel akan
meneluarkan drain atau feses.
Karena terjadinya kebocoran pada permukaan tubuh yang mengalami
perlengketan maka akan menyumbat usus dan gerakan peristaltik usus akan

6
berkurang sehingga cairan akan tertahan didalam usus halus dan usus besar (yang
bisa menyebabkan edema), jika tidak di tangani secara cepat maka cairan akan
merembes kedalam rongga peritoneum sehingga terjadinya dehidrasi.
2.6 Komplikasi
1. Ureter obstruksi, dapat berupa obstruksi karena terjahit atau terlipat akibat
jahitan di sekitar ureter. Dapat diketahui dengan evaluasi cystoskopi.
2. Perdarahan vesika, dapat terjadi akibat perlukaan mukosa vesika. Bekuan dapat
menyumbat katheter sehingga distensi vesika yang berlebihan mengakibatkan
jaringan yang baru dijahit terbuka. Bekuan ini dapat dibersihkan dengan
penghisap melalui uretra.
3. Infeksi, terjadi karena invasi kuman daerah genital, umumnya gram negatip.
Antibiotika profilaksis diberikan sebelum operasi.
4. Fistula terbuka, kegagalan penutupan fistula biasanya diketahui hari 7-10,
penderita mengeluh ngompol kembali. Ganti katheter dengan ukuran lebih besar
memastikan urine dapat keluar dengan lancar, penutupan spontan diharapkan
dapat terjadi. Jika tetap bocor, dilakukan operasi ulang setelah 3 bulan.
5. Inkontinensia, pada vesika yang kontraktur terjadi gangguan pada sfingter,
meskipun fistula sudah tertutup baik, penderita tidak dapat menahan kencing,
urine keluar spontan.
2.7 Penatalaksanaan
1. Medis
Pengobatan yang dapat dilakukan yaitu dengan cara operasi. Operasi
untuk kasus ini tanpa komplikasi memiliki tingkat keberhasilan 90%. Operasi ini
sukses dapat memungkinkan perempuan untuk hidup normal dan memiliki anak
lagi. Perawatan pasca operasi sangat penting untuk mencegah infeksi. Beberapa
wanita yang tidak bersedia untuk operasi ini, dapat mencari pengobatan
alternatif yang disebut urostomy (pengumpulan urine dipakai setiap hari).
Manfaat terbesar dari perawatan bedah adalah bahwa banyak wanita
dapat kembali bergabung bersama keluarga mereka, masyarakat dan tanpa ada
rasa malu dari kondisi mereka karena bocor dan bau.
2. Keperawatan

7
a. Pra Operasi Persiapan fisik, laboratorium, antibioka profilaksis, persiapan
kolon bila perlu.
b. Waktu reparasi, tergantung sebab trauma operasi segera, saat operasi
tersebut, atau ditunda jika diketahui pasca operasi.
c. Pasca Operasi: drainase urine kateter terpasang.
2.8 Pemeriksaan Penunjang
1. Darah lengkap
2. CT
3. BT
4. Golongan darah
5. Urium creatiumi
6. Protein
7. Albumin
2.9 Pencegahan
Pencegahan dapat dilakukan dengan cara :
1. Pemeriksaan secara rutin ke perawatan kandungan
2. Dukungan dari profesional perawatan kesehatan terlatih selama kehamilan,
3. Menyediakan akses ke keluarga berencana
4. Mempromosikan praktek jarak antar kelahiran
5. Mendukung perempuan dalam bidang pendidikan
6. Menunda pernikahan dini.

8
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Fistula vaginalis adalah suatu kondisi medis yang serius dan
mempengaruhi kualitas hidup perempuan. Fistula vaginalis terjadi ketika
terbentuk saluran abnormal antara vagina dan organ lain, seperti kandung kemih
atau rektum. Kondisi ini biasanya disebabkan oleh proses persalinan yang sulit,
trauma pada daerah panggul, infeksi, atau komplikasi bedah.
Fistula vaginalis dapat menyebabkan gejala yang mengganggu, termasuk
kebocoran urine atau tinja melalui vagina, infeksi berulang pada saluran kemih,
dan gangguan seksual. Kondisi ini juga dapat memiliki dampak psikologis yang
signifikan, seperti stigmatisasi, depresi, dan penurunan harga diri.
Penting untuk mendeteksi dan mendiagnosis fistula vaginalis sejak dini
agar penanganan yang tepat dapat diberikan. Diagnosis dapat dilakukan melalui
pemeriksaan fisik, pemeriksaan radiologi, atau pemeriksaan urodinamik.
3.2 Saran
Semoga dalam pembuatan makalah ini berguna bagi pembaca pada umumnya .
dan khusunya berguna bagi penulis dalam memberikan asuhan keperawatan
pada indikasi fistula vaginalis. Dalam pembuatan makalah ini, penulis
menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan untuk itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun, agar pembuatan
makalah selanjutnya bisa lebih baik lagi.

9
DAFTAR PUSTAKA
Hamzar.2021.“trauma melahirkan inkontinensia urine dan fistula genetalia”.
https://id.scribd.com/document/461056829/MAKALAH-TRAUMA-
MELAHIRKAN-inkontinensia-urine-dan-fistula-genetalia. Diakses pada tanggal 26
juni 2023 jam 11.37 WIB.
Teteniadiyanti.2019.“fistula genetalia (trauma melahirkan).
https://id.scribd.com/document/464413257/Fistula-Genetalia-Trauma-Melahirkan.
Diakses pada tanggal 26 juni 2023 jam 12.45 WIB.
Retnowati, D., Fitriani, Islami Dharma Bakti, Khoirotul Fajriyah, L. E. N., & Krisopras, V.
(2018). FISTULA GENETALIA. Energies, 6(1), 1–8.
http://journals.sagepub.com/doi/10.1177/1120700020921110%0Ahttps://doi.org/
10.1016/j.reuma.2018.06.001%0Ahttps://doi.org/10.1016/
j.arth.2018.03.044%0Ahttps://reader.elsevier.com/reader/sd/pii/S1063458420300078?
token=C039B8B13922A2079230DC9AF11A333E295FCD8

10

Anda mungkin juga menyukai