Anda di halaman 1dari 6

Jurnal Pertanian Tropik ISSN Online No : 2356-4725

Vol.2, No.1. April 2015 . (3) : 13-16

ANALISIS FINANSIAL PEMANENAN KAYU TEKNIK REDUCED IMPACT LOGGING


MELALUI SKEMA REDD+, KALIMANTAN UTARA

Muhdi1*, Elias2, Juang Rata Matangaran2


1
Program Studi Kehutanan Fakultas Kehutanan USU - 20155
2
Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan IPB, Bogor – 16680
*Corresponding author : muhdisyehamad@yahoo.com

ABSTRACT

The research was done at natural tropical forest of PT Inhutani II, East Kalimantan. The objectives
of the research were to study the carbon (C) stock in the natural tropical forest after conventional and
reduced impact logging (RIL) and to get the effectivity of RIL based on carbon stock, financial and
environmental aspects. The effect of conventional and RIL to environment and carbon stock in the
plots were studied using the data of three plots with each size 100 m x 100 m. The plots are placed
based on purposive sampling at landing, main skiddtrail and branch skiddtrail, respectively. C
stocks are counted by allometric equation and C economics by the economic acceptance of REDD.
Economic value of RIL was IDR 1,604,518,900,- ha-1. Based on financial analysis showed that RIL
was feasible and profitable at rate of interesst 16 %.

Key Word : RIL, carbon, finansial analysis, tropical natural forest, east Kalimantan

PENDAHULUAN struktur dan komposisi tegakan dan regenerasi


hutan. Meminimalkan kerusakan akibat
Peningkatan konsentrasi CO2 akibat pemanenan kayu merupakan prasyarat untuk
aktivitas kehutanan dan pengaruhnya mencapai pengelolaan hutan lestari
terhadap iklim global menyebabkan perbaikan (Sustainable Forest Management/SFM)
pengelolaan hutan dalam mencegah emisi karena mengurangi kerusakan tanah dan
CO2 mendapat perhatian yang sangat besar. tegakan dapat menjamin regenerasi dan
Teknik pemanenan kayu Reduced Impact pertumbuhan tegakan komersial (Muhdi et al.,
Logging (RIL) merupakan usaha perbaikan 2012;, Sist et al. 1998). Tujuan penelitian ini
pengelolaan hutan tropis yang diharapkan adalah menilai efektivitas penerapan
memberikan kontribusi dalam mengurangi pemanenan kayu dengan Teknik Reduced
emisi CO2 di atmosfir (Putz et al. 2008a; Impact Logging (RIL) melalui Skema
Peńa-Claros et al. 2008; Putz et al. 2008a). REDD+ di areal IUPHHK PT. Inhutani II,
Selama ini pengelolaan hutan alam Kalimantan Timur ditinjau dari aspek
terutama pemanenan kayunya masih tidak finansial.
dilakukan secara profesional, sehingga
keseluruhan sistem silvikultur yang BAHAN DAN METODE
diterapkan mengalami kegagalan. Hal ini
dikarenakan dalam penerapan silvikultur, Penelitian lapangan dilakukan di areal
belum mengintegrasikan sistem pemanenan IUPHHK PT. INHUTANI II, Malinau,
kayu dengan sistem silvikultur. Selain itu Kalimantan Utara pada bulan Oktober –
teknik perencanaan serta pelaksanaan Desember 2010. Petak penelitian terdiri dari
pemanenan kayu yang baik dan benar masih petak pemanenan kayu CL dan dengan teknik
belum dipergunakan dalam pemanenan kayu RIL. Petak penelitian terletak pada petak 43
di hutan alam Indonesia (Elias, 1998). dan 45 areal IUPHHK PT. INHUTANI II yang
Pemanenan kayu jika tidak terkontrol dibuat tahun 2000-2001 yang memiliki keadaan
dapat menyebabkan kerusakan yang tinggi topografi dan tegakan yang relatif sama,
pada tanah dan tegakan yang mempengaruhi dimana masing-masing blok berukuran 100 ha.
13
Jurnal Pertanian Tropik ISSN Online No : 2356-4725
Vol.2, No.1. April 2015 . (3) : 13-16

Pemanenan kayu CL dilakukan pada petak 43 (tC/ha/th) dikalikan dengan separuh umur (th)
dan teknik RIL pada petak 45. karbon yang terikat dalam hutan, yang
Pada masing-masing petak pemanenan menghasilkan dimensi penyerapan t C per ha.
kayu didalamnya dibuat 3 (tiga) petak contoh Massa karbon dalam hutan adalah rata-rata
permanen (PCP) dengan ukuran masing- jumlah karbon yang terdapat pada lahan
masing 100 m x 100 m (1 ha). Masing-masing selama siklus hidup vegetasi hutan, atau
PCP ini dibagi menjadi 25 sub petak dengan massa karbon rata-rata per satuan waktu.
ukuran 20 m x 20 m. Untuk menduga kemungkinan
Untuk melakukan analisis finansial peningkatan stok karbon, maka diperlukan
pemanenan kayu, seluruh penerimaan dan model pertumbuhan tegakan yang dapat
pengeluaran pemanenan kayu CL dan dengan menduga nilai stok karbon tersebut pada masa
teknik RIL disusun dalam aliran kas/uang/cash yang akan datang. Model pertumbuhan
flow yang mengambarkan aliran kas masuk (in tegakan yang dipergunakan untuk menghitung
flow) dan aliran kas keluar (out flow) (Lidiawati pertumbuhan massa karbon vegetasi hutan
2002, Healy et. al 2000). Aliran kas adalah model dinamika struktur tegakan
masuk/pendapatan dan aliran kas (DST). Data yang dipergunakan untuk
keluar/pengeluaran tersebut disusun dalam penghitungan tersebut diperoleh dari petak 43
tabel aliran kas. Apabila telah disusun arus kas (konvensional) dan 45 (RIL) pada tahun 2000
setiap tahun selama umur kegiatan maka (tahun ke-0) dan hasil pengukuran terakhir
selanjutnya dihitung nilai sekarang (present terhadap petak 43 dan 45 pada tahun 2010
value) dengan menggunakan discount factor (tahun ke-10). Untuk memperoleh massa
(DF). karbon tegakan dipergunakan persamaan
alometrik karbon pohon hasil penelitian ini,
HASIL DAN PEMBAHASAN yaitu C = 0,017597 D2,73. Hasil perhitungan
jumlah massa karbon tegakan per klas
Massa Karbon Hutan pada Areal yang diameter berdasarkan model pertumbuhan
Dipanen dengan Teknik RIL dan tegakan pada hutan bekas tebangan teknik
Konvensional konvensional dan RIL dapat dilihat pada
Penyerapan karbon didefinisikan Tabel 1 dan Tabel 2.
sebagai produktifitas bersih karbon tahunan

Tabel 1. Perkembangan massa karbon tegakan per hektar per kelas diameter pada hutan bekas
tebangan pada petak pemanenan kayu konvensional.
Massa karbon per ha per kelas diameter (ton C/ha)
Tahun 10-22,5 22,5-35 35-47,5 47,5-60
≥60 cm Jumlah
cm cm cm cm
0 2,78 8,62 11,28 7,70 12,67 43,06
10 3,26 11,25 13,45 10,86 22,51 61,32
20 3,51 13,83 16,76 13,88 35,40 83,39
30 3,63 15,84 20,75 17,50 50,50 108,22
setelah pemanenan massa karbon tegakan
Pada Tabel 1 menunjukkan bahwa menjadi sebesar 108,22 ton C/ha. Bila
massa karbon tegakan bekas tebangan pada dibandingkan dengan massa karbon awal
petak konvensional sebesar 43,06 ton C/ha (sebelum penebangan) dan tahun setelah
pada tahun setelah pemanenan kayu kemudian penebangan yakni masing-masing sebesar
meningkat pada 10 tahun setelah pemanenan 147,81 ton C/ha dan 43,06 ton C/ha, maka
menjadi 61,32 ton C/ha. Pada tahun ke-20 terjadi penurunan massa karbon tegakan
setelah pemanenan massa karbon tegakan akibat pemanenan kayu konvensional sebesar
menjadi 83,39 ton C/ha. Pada tahun ke-30 104,75 ton C/ha. Jadi akibat pemanenan kayu
14
Jurnal Pertanian Tropik ISSN Online No : 2356-4725
Vol.2, No.1. April 2015 . (3) : 13-16

dengan teknik konvensional cadangan massa konvensional adalah sebesar 108,22 ton C/ha
karbon tegakan turun sebesar 70,87 % dari atau 73,22 % dari massa karbon tegakan
massa karbon sebelum pemanenan. Setelah sebelum pemanenan.
satu siklus tebang (30 tahun) potensi massa
karbon pada tegakan bekas pemanenan teknik

Tabel 2. Perkembangan massa karbon tegakan per hektar per kelas diameter pada hutan bekas
tebangan pada petak pemanenan kayu RIL.
Massa karbon per ha per kelas diameter (ton C/ha)
Tahun 10-22,5 22,5-35 35-47,5 47,5-60
≥60 cm Jumlah
cm cm cm cm
0 4,17 13,02 13,60 9,51 21,12 61,42
10 4,65 16,33 18,26 13,66 39,66 92,55
20 4,90 19,17 23,58 18,74 64,02 130,41
30 5,03 21,22 28,88 24,70 95,15 174,99
Analisis Finansial Implementasi Teknik
Pada Tabel 2 menunjukkan bahwa RIL
massa karbon tegakan bekas tebangan pada Untuk mengetahui keberhasilan
petak RIL sebesar 61,42 ton C/ha pada tahun penanaman modal pada pemanenan kayu
pemanenan kayu kemudian meningkat pada dengan teknik RIL apakah akan mampu
10 tahun setelah penebangan menjadi 92,55 menghasilkan keuntungan pada tingkat
ton C/ha. Pada tahun ke-20 setelah tertentu maka dilakukan analisis kelayakan
penebangan massa karbon tegakan menjadi finansial. Analisis kelayakan finansial erat
130,41 ton C/ha. Pada tahun ke-30 massa hubungannya dengan rasio pendapatan dan
karbon tegakan menjadi sebesar 174,99 ton pengeluaran suatu kegiatan, sehingga hasil
C/ha. Bila dibandingkan dengan massa analisis memberikan gambaran tentang
karbon awal (sebelum penebangan) dan tahun pelaksanaan kegiatan tersebut.
penebangan yakni masing-masing sebesar Perhitungan biaya dalam penelitian ini
135,87 ton C/ha dan 61,42 ton C/ha, maka melalui pengamatan langsung dilakukan di
terjadi penurunan massa karbon tegakan lapangan, arsip perusahaan dan wawancara.
akibat pemanenan kayu dengan teknik RIL Biaya yang dilakukan dengan pengamatan
sebesar 74,45 ton C/ha. Jadi terjadi penurunan langsung di lapangan meliputi : biaya ITSP
massa karbon tegakan akibat pemanenan dan survai topografi, perencanaan pemanenan
dengan teknik RIL sebesar 54,79 % dari kayu, penandaan jalan sarad, TPn, arah rebah
massa karbon sebelum pemanenan. Setelah pohon dan pemotongan liana, pembukaan dan
satu siklus tebang (30 tahun) massa karbon konstruksi jalan sarad, penebangan,
tegakan bekas pemanenan dengan teknik RIL penyaradan, rehabilitasi kerusakan setelah
sebesar 174,99 ton C/ha atau 128,79 % dari penebangan, inspeksi blok dan perbaikan
massa karbon tegakan sebelum pemanenan. kerusakan kerusakan tegakan tinggal. Adapun
Berdasarkan uraian di atas dapat biaya yang diperoleh dari arsip perusahaan
disimpulkan bahwa pemanenan kayu dengan merupakan biaya yang diasumsikan sama
teknik RIL dapat mencapai kelestarian hasil antara teknik pemanenan kayu konvensional
setelah 30 tahun (satu siklus tebang), dan RIL.
sedangkan pemanenan kayu dengan teknik Untuk melakukan analisis finansial
konvensional baru mencapai massa karbon selain dasar-dasar perhitungan yang telah
sebesar 73,22 % dari massa karbon tegakan diuraikan di atas, digunakan asumsi-asumsi
sebelum pemanenan, yang berarti belum sebagai berikut :
mencapai kelestarian hasil. 1. Tingkat suku bunga umum diasumsikan
yang berlaku saat ini yaitu sebesar 16 %
14
Jurnal Pertanian Tropik ISSN Online No : 2356-4725
Vol.2, No.1. April 2015 . (3) : 13-16

dan tingkat inflasi 10 %. Untuk keperluan . Tambahan biaya ini adalah karena adanya
analisis tingkat suku bunga yang kegiatan yang berbeda antara pemanenan
dipergunakan adalah 16 % dan 18 %. kayu dengan teknik konvensional dan RIL,
2. Selama jangka analisis diasumsikan tidak yaitu pengeluaran untuk kegiatan ITSP dan
terdapat perubahan kebijaksanaan yang survai topografi, perencanaan operasional
mendasar menyangkut pengusahaan pemanenan kayu, penandaan jalan sarad,
hutan, sehingga tidak terjadi perubahan penandaan TPn, penandaan arah rebah,
yang mempunyai konsekuensi biaya pemotongan liana, pembukaan dan konstruksi
cukup besar. jalan sarad, penebangan, penyaradan,
3. Untuk menyederhanakan perhitungan, rehabilitasi kerusakan setelah pemanenan dan
maka diasumsikan biaya-biaya yang inspeksi blok.
dianggap sama pada pemanenan kayu Peningkatan pendapatan pemanenan
konvensional dan RIL tidak kayu RIL dibandingkan dengan pemanenan
diperhitungkan. Yang akan kayu konvensional setiap tahunnya adalah
diperhitungkan dalam analisis finansial sebesar Rp 976.030.570,-. Tambahan
ini adalah perbedaan/selisih pendapatan pendapatan pada pemanenan dengan teknik
dan pembiayaan antara pemanenan kayu RIL ini dikarenakan adanya peningkatan
konvensional dan RIL. dalam pemanfaatan kayu dan berkurangnya
Besarnya jumlah biaya yang biaya perbaikan kerusakan. Dengan demikian
dikeluarkan pada pemanenan kayu peningkatan kas bersih/keuntungan
konvensional dan teknik RIL sebesar Rp pemanenan kayu dengan teknik RIL
296.000,00,-/m3dan Rp 313.803,13,-/m3. dibandingkan dengan pemanenan kayu
Peningkatan biaya pemanenan teknik RIL konvensional setiap tahunnya sebesar Rp
dibandingkan dengan pemanenan kayu 617.774.460,-.
konvensional yang harus dikeluarkan setiap
tahunnya adalah sebesar Rp. 358.256.110,00,-

Tabel 3. Rekapitulasi hasil analisis finansial pemanenan kayu dengan teknik RIL.
No. Indikator investasi Satuan Nilai
1. Total Biaya Rp 7.871.406.490
2. Total Penerimaan Rp 10.866.691.750
3. NPV Rp 1.604.518.900
4. NPV/ha Rp/ha 2.517.290
5. BCR - 2,01
6. IRR % 34,31
kriteria analisis finansial adalah layak untuk
Dari hasil analisis finansial seperti pada dilaksanakan.
Tabel 3 dapat diketahui bahwa pada tingkat Bila dibandingkan dengan penelitian
suku bunga 16 % antara kegiatan pemanenan Holmes et al. (1999) di Amazon, Brasil
kayu teknik RIL dibandingkan dengan teknik menunjukkan bahwa penerapan teknik RIL
konvensional, memberikan tambahan menurunkan biaya total sebesar 5 % bila
keuntungan (net present value/NPV) positif dibandingkan dengan biaya pemanenan kayu
sebesar Rp 2.517.290/ha dengan rasio konvensional dimana teknik RIL menurunkan
pendapatan pembiayaan (benefit cost biaya penyaradan sebesar 41 % walaupun dan
ratio/BCR) lebih besar dari satu yaitu 2,01 biaya penebangan lebih tinggi dibandingkan
dan nilai internal rate of return (IRR) sebesar dengan pemanenan kayu konvensional. Boltz
34,31 %. Berdasarkan analisis tersebut di atas et al. (2003) menyatakan bahwa dari aspek
maka dapat disimpulkan bahwa kegiatan analisis finansial pemanenan kayu teknik RIL
pemanenan kayu dengan teknik RIL menurut lebih baik dibandingkan dengan pemanenan
14
Jurnal Pertanian Tropik ISSN Online No : 2356-4725
Vol.2, No.1. April 2015 . (3) : 13-16

kayu konvensional apabila limbah pemanenan Ecology and Management 256 1509–
kayu diperhitungkan. 1516.
Penerapan teknik RIL merupakan salah Elias. 1998. Reduced Impact Wood
satu bagian dari pengelolaan hutan lestari Harvesting in Tropical Natural Forest
yang berkaitan erat sebagai opportunity cost in Indonesia : Forest-Case Study 11.
terhadap prasyarat silvikultur yang diperlukan Rome: Food and Agriculture
dalam memelihara produktivitas dan Organization of the United Nation.
ekosistem hutan. Hasil penelitian di Kongo Healy JR, Price C, Tay J. 2000. The cost of
dan Kamerun yang dilakukan de Blas dan carbon retention by reduced impact
Perez (2008) menyatakan bahwa pemanenan logging. Forest Ecology and
kayu teknik RIL akan diterima oleh para Management 126:237-255.
pengusaha jika benar-benar mendapatkan Holmes TP, Blate GM, Zweede JC, Pereira JR,
manfaat dari pasar melalui skema sertifikasi Barreto PF, Boltz FR. 1999. Financial
dan lebih mengikat. costs and benefits of reduced impact
Berkenaan dengan perkembangan logging telative to conventional logging
mekanisme REDD, pengelolaan hutan alam in eastern Amazon. New Clorado :
dengan pemanenan kayu teknik RIL dapat USDA Forest Sevice.
berpartisipasi dalam mekanisme tersebut Lidiawati I. 2002. Analisis finansial
sepanjang syarat dan ketentuan dapat pemanenan kayu dengan teknik reduced
dipenuhi. Salah satu syarat teknis adalah impact timber harvesting [Tesis].
terjadinya peningkatan kapasitas serapan Sekolah pascasarjana, Institut Pertanian
karbon melalui perubahan pengelolaan hutan Bogor.
dengan sistem TPTI yang menggunakan Muhdi, Elias, Daniel Murdiyarso, Juang R.
pemanenan kayu konvensional menjadi RIL, Matangaran. 2012. Kerusakan tegakan
yang secara kesatuan lanskap tertentu dapat tinggal akibat pemanenan kayu Reduced
berkontribusi menurunkan emisi CO2 dan Impact Logging dan konvensional di
meningkatkan penyerapan CO2 dari atmosfir. hutan alam tropika, Kalimantan Timur.
Berdasarkan hasil pengukuran biomassa dan Jurnal Manusia dan Lingkungan Vol.
massa karbon di lokasi penelitian 19(3):303-311/2012.
menunjukkan bahwa teknik pemanenan kayu Peńa-Claros M, Fredericksen TS, Alarcon A,
RIL memenuhi syarat mengurangi Blate GM, Choque U, Leano C, Licona
kehiolangan massa karbon dalam tegakan JC, Mostacedo B, Pariona W, Villegas
hutan dibandingkan dengan pemanenan kayu Z, Putz FE. 2008. Beyond reduced
konvensional. impact logging: silvicultural treatments
to increase growth rates of tropical trees.
SIMPULAN Forest Ecology and Management
Berdasarkan analisis finansial pemanenan 256:1458-1467.
kayu teknik RIL menguntungkan dan layak Putz FE, Sist P, Fredericksen T, Dykstra D.
diusahakan pada tingkat suku bunga 16 %. 2008a. Reduced impact logging :
challenges and opportunities. Forest
DAFTAR PUSTAKA Ecology and Management 256: 1427-
1433.
Boltz F, Holmes TP, Carter DR. 2003. Putz FE, Zuidema PA, Pinard MA, Boot
Economic and environmental impacts of RGA, Sayer JA, Rene G. A. Boot,
conventional and reduced-impact Plinio Sist, Elias, Jerome K. Vanclay.
logging in tropical south America: a 2008b. Improved tropical forest
comparative review. Forest Policy and management for carbon retention. PLoS
Economics 5: 69–81 Biol 6(7):e166
De Blas DE, Perez MR. 2008. Prospects for doi:10.1371/journal.pbio.0060166.
reduced impact logging in Central Sist P, Sheil D, Kartawinata K, Priyadi H.
African logging concessions. Forest 2003. Reduced impact logging in
14
Jurnal Pertanian Tropik ISSN Online No : 2356-4725
Vol.2, No.1. April 2015 . (3) : 13-16

Indonesian Borneo: some results


confirming the need for new
silvicultural prescription. Forest
Ecology and Management 179:415-427.
Van der Hout P. 2000. Testing the
applicability of reduced impact logging
in greenheart forest in Guyana.
International Forestry Review 2(1): 24-
32.

15

Anda mungkin juga menyukai