Anda di halaman 1dari 14

MORALITAS

Dosen pembimbing:

Kusriwayati, S.Pd. MPd.

Di Susun Oleh:

Devi Tri Ratna Sari

225800014

Fakultas Teknik PVKK

UNIVERSITAS PGRI ADI BUANA SURABAYA

TAHUN 2023

1
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Penulis
telah menyelesaikan makalah yang berjudul “Moral”. Makalah ini dibuat untuk menjelaskan tentang
apa itu moralitas dan bagaimana terjadinya moral di dalam masyarakat.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya kepada
Dosen kami ibu Kusriwayati, S.Pd. MPd. yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada kami,
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini .Harapan saya semoga makalah ini bisa bermanfaat dan
menjadikan referensi bagi kita sehinga dapat memahami hal-hal yang terlampir dalam makalah ini.
Makalah ini tentunya masih banyak kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan saran
dan masukan yang bersifat konstruktif demi kesempurnaan makalah ini.

Surabaya, 12 september 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang...............................................................................................................................4
1.2 Rumusan masalah..........................................................................................................................4
1.3 Tujuan............................................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................................................5
2.1 Moral..............................................................................................................................................5
A.Pengertian moral
………………………………………………………………………………………………………
……………
B. Objek Moral.............................................................................................................................5
C. Sumber Moral..........................................................................................................................6
D. Sifat-sifat Moral.......................................................................................................................6
E. Aliran-aliran moral..................................................................................................................7
F. tujuan dan Fungsi Moral..........................................................................................................8
G. Jenis dan wujud moral.............................................................................................................9
H. Tahap-tahap Perkembangan Moral Manusia.........................................................................10
2.2 faktor yang mempengaruhi perkembangan moral.......................................................................10
BAB III PENUTUP...............................................................................................................................14
3.1 Kesimpulan..................................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................................14

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pengertian moral adalah ajaran mengenai baik buruknya suatu perbuatan maupun perilaku, serta berkaitan
erat dengan akhlak yang dimiliki masyarakat. Moral merupakan tata cara dalam kehidupan, adat istiadat atau
kebiasaan yang digunakan dalam tumbuh kembang individu atau kelompok sosial untuk mencapai kematangan.
Moral biasanya mengendalikan tingkah laku anak yang beranjak dewasa (remaja) sehingga ia tidak melakukan
hal-hal yang bertentangan dengan pandangan masyarakat. Di sisi lain tiadanya moral sering kali dituding
sebagai faktor penyebab meningkatnya kenakalan remaja (Sarwono, 2010: 25).

Moral dalam kehidupan manusia memiliki kedudukan yang sangat penting. Nilai-nilai moral sangat
diperlukan bagi manusia, baik sebagai pribadi maupun sebagai anggota suatu kelompok masyarakat maupun
bangsa sekalipun. Peradaban suatu bangsa dapat dinilai melalui karakter moral masyarakatnya. Manusia dalam
hidupnya harus taat dan patuh pada norma-norma, aturan-aturan, adat istiadat, undang-undang dan hukum yang
ada dalam suatu masyarakat. Berkaitan dengan norma-norma, aturan aturan, adat istiadat, undang-undang dan
hukum yang mengatur kehidupan manusia dibuat atas kesepakatan sekelompok manusia atau aturan yang
berasal dari hokum Tuhan (wahyu) agar manusia dapat hidup sesuai dengan norma yang disepakati dalam
komunitas kehidupan manusia maupun hukum dari Tuhan.

Pada perkembangan maknanya, moral memiliki nilai tersirat dikarenakan dalam kehidupan sering kali
dijumpai orang yang memiliki moral atau juga yang memiliki sikap amoral dilihat dari sudut pandang yang
terbatas. Moral merupakan sifat dasar yang diajarkan sebagai materi pembelajaran di institusi pendidikan. Di
dalam kehidupan, sejatinya manusia harus memiliki moral jika ia ingin dihormati oleh sesama yang berada di
sekitarnya. Selain itu, adanya penilaian terhadap moral yang diukur dari kebudayaan yang dikembangkan pada
masyarakat setempat. Moral dapat dibedakan ke dalam beberapa macam, meliputi Moral Ketuhanan, Moral
Ideologi dan Filsafat, Moral Etika dan Kesusilaan, Moral Disiplin dan Hukum.

1.2 Rumusan masalah


Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian moral ?
2. Ruang lingkup moral
3. Apa faktor- faktor yang mempengaruhi perkembangan moral?

1.3 Tujuan

Makalah ini bisa menjadi sumber pembelajaran bagi orang lain yang ingin memahami moralitas.
Ini dapat berkontribusi pada diskusi etika yang lebih luas dalam masyarakat maupun dalam keluarga.

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Moral
A. Istilah dan Pengertian Moral

Moral (Latin: Moralitas; Arab: ‫أخالق‬, akhlāq) adalah (ajaran tentang) baik buruk yang diterima umum
mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, dan sebagainya . Moral merupakan standar perilaku yang
memungkinkan setiap orang untuk dapat hidup secara kooperatif dalam suatu kelompok. Moral dapat mengacu
pada sanksi-sanksi masyarakat terkait perilaku yang benar dan dapat diterima.
Secara Etimologi Moral berasal dari bahasa Latin mos(jamak: mores) yang berarti kebiasaan, adat. Kata
mos”(mores) dalam bahasa Latin sama artinya dengan etos dalam bahasa Yunani. Di dalam bahasa Indonesia,
kata moral diterjemahkan dengan “aturan kesusilaan” ataupun suatu istilah yang digunakan untuk menentukan
sebuah batas-batas dari sifat peran lain, kehendak, pendapat atau batasan perbuatan yang secara layak dapat
dikatakan benar, salah, baik maupun buruk. kata 'moral' sering disamakan dengan kata 'etika', karena kedua kata
tersebut sama-sama mempunyai arti kebiasaan, adat. Moral itu sendiri dapat diartikan sebagai : nilai-nilai dan
norma-norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Di
samping itu, terdapat kata yang berhubungan dengan moral yang merupakan kata berimbuhan yang berasal dari
kata 'moral', yaitu 'moralitas'. 'Moralitas' adalah sifat moral atau keseluruhan asas dan nilai yang berkenaan
dengan baik dan buruk. Jadi, Moralitas suatu perbuatan artinya segi moral suatu perbuatan atau baik buruknya
perbuatan tersebut.
Indikasi seseorang dapat dianggap bermoral, apabila memiliki kesadaran untuk menerima serta
melaksanakan peraturan yang berlaku, lalu bersikap atau bertingkah laku yang sesuai dengan nilai-nilai moral
yang ada dalam masyarakat. Istilah moral mengacu pada tindakan, tingkah laku ataupun perbuatan seseorang
yang memiliki nilai- nilai kebaikan sesuai dengan norma yang berlaku di suatu masyarakat.
Menurut Lillie, kata moral berasal dari kata mores (bahasa latin) yang berarti tata cara dalain kehidupan atau
adat istiadat (Budiningsih, 2004:24). Moral atau kesusilaan adalah kesempurnaan sebagai manusia atau
kesusilaan adalah untutan kodrat manusia (Daroeso 1986-22). Huky (dalam Daroeso, 1986:22)

memahami pengertian moral dengan tiga cara:

a. Moral sebagai tingkah laku manusia yang mendasarkan diri pada kesadaran bahwa ia terkait oleh keharusan
mencapai yang baik menurut nilai dan norma yang berlaku di lingkunganya.

b. Moral schagai perangkat ide-ide tentang tingkah laku hidup dengan warna dasar tertentu yang di pegarig
teguh oleh sekelompok manusia dalam lingkungan tertentu.

c. Moral adalah ajaran tentang tingkah laku hidup yang baik berdasarkan pandangan hidup atau agama tertentu.

Daroeso, 1986:23) sendiri menyebutkan pengertian moral sebagai kesusilaan, yaitu keseluruhan norma yang
mengatur tingkah laku manusia di masyarakat untuk melaksanakan perbuatan-perbuatan yang baik dan benar.

B. Objek Moral

Sebelum melakukan perbuatan, manusia menentukan sendiri apa yang akan dikerjakan. Ia telah
menentukan sikap, mana yang harus dilaksanakan, mana yang tidak boleh dilaksanakan. Sikap ini
ditentukan oleh kehendak yang merupakan sikap batin manusia, yang mengamati perbuatan apa yang
dilakukan. Perbuatan yang akan dilakukan merupakan obyek yang ada dalam suara hati manusia.
Menurut (Daroeso, 1986:25) dalam diri manusia ada dua suara:
a. Suara hati yang mengarah ke kebaikan.

5
b. Suara was-was yang mengajak ke keburukan.

Menurut Driyakarya (Daroeso,1986:26) Meskipun pada dasarnya manusia itu selalu cenderung berbuat
baik, tetapi kesadaran seperti di uraikan di atas tidaklah datang dengan sendirinya. Kesusilaan harus di ajarkan
dengan contoh yang baik, sehingga dengan demikian dapatlah terbentuk manusia susila lahir dan bathin.

Kesimpulan dari uraian di atas, bahwa obyek moral adalah tingkah laku manusia, perbuatan manusia,
tindakan manusia, baik secara individual maupun secara kelompok. (Daroeso, 1986:26) Dalam melakukan
perbuatan tersebut manuisia di dorong oleh tiga unsur, yaitu:

a. Kehendak yaitu pendorong pada jiwa manusia yang memberi alasan pada manusia untuk melakukan
perbuatan.

b. Perwujudan dari kehendak yang berbentuk cara melakukan perbuatan dalam segala situasi dan kondisi

c. Perbuatan tersebut dilakukan dengan sadar dan kesadaran inilah yang memberikan corak dan warna perbuatan
tersebut.

C. Sumber Moral
Sumber moral yang berupa ketentuan-ketentuan yang berlaku dan mengikat kehidupan manusia atau
masyarakat tersebut. Ketentuan-ketentuan tersebut adalah:

a. Ketentuan agama yang berdasarkan wahyu

b. Ketentuan kodrat dalam diri manusia termasuk ketentuan moral universal, yaitu moral yang seharusnya.

c. Ketentuan adat istiadat buatan manusia termasuk ketentuan moral yang berlaku pada suatu waktu.

d. Ketentuan hukum buatan manusia baik hokum adat maupun hukum negara (Daroeso, 1986:23)

Ketentuan-ketentuan tersebut merupakan norma-norma dalam suatu masyarakat sebagai sumbe moral, yaitu
norma agama, norma hukum, dan adat istiadat. Jika melanggarnya akan di kenai sanksi yang berupa hukuman
oleh negara, diri sendiri, masyarakat atau tuhan (Dareso, 1986:24).

D. Sifat-sifat Moral
Sama halnya dengan nilai, sifat dari moral pun ada yang memiliki pandangan yang bertentangan dari para
filosof. Sebagian dari mereka mengatakan bahwa moral bersifat objektifvistik-universal dan sebagian
mengatakan bahwa moral itu bersifat relatifvistik-kontekstual. Moral bersifat objektivistik, artinya baik dan
buruk itu bersifat pasti dan tidak berubah. Perilaku yang baik akan tetap baik, bukan kadang baik dan kadang
tidak baik. Dalam pandangan absolut, baik buruk itu mutlak, sepenuhnya, dan tanpa syarat. Mencuri sepenuhnya
tidak baik dalam keadaan apapun dan kapanpun. Dalam pandangan universal, prinsip-prinsip moral yang
bersifat obyektifvistik-universal dimaksudkan bahwa prinsip-prinsip (Daroeso, 1986:23). Dikatakan bahwa
menurut Magnis-Susesno (1987) Moral selalu mengacu pada baik buruknya manusia sebagai manusia, sehingga
bidang moral adalah bidang kehidupan manusia dilihat dari segi kebaiknya sebagai manusia (Budiningsih,
2004:24).

E. Aliran-aliran moral
Adanya bermacam pendapat tentang filsafat moral atau filsafat kesusilaan menyebabkan timbulnya aliran-
aliran.

Ada yang berpendapat bahwa kesusilaan itu ditentukan oleh tujuan manusia/hidup terutama hidup yang
mengutamakan kenikmatan hidup. Suatu perbuatan dipandang memenuhi kesusilaan apabila perbuatan tadi
ditujukan untuk mencapai kenikmatan. Ada pula yang berpendapat bahwa kesusilaan itu berdasarkan pada
manfaat perbuatan tersebut dan ada yang berpendapat bahwa yang dikatakan susila ialah yang sesuai dengan
agama. Adapun aliran-aliran filsafat moral di antaranya ialah:

6
a. Hedonisme.
Ukuran baik dan buruk bagi aliran ini ialah segala perbuatan membawa kebahagiaan dan kenikmatan yang
merupakan tujuan manusia. Yang dimaksud dengan kebahagiaan ialah suatu keadaan yang tanpa menderita,
yang dapat dicapai dengan akal manusia. Hedonisme dapat digolongkan dalam dua macam golongan, yaitu:

1) Hedonisme yang egoistik.

Aliran ini merupakan bahwa manusia harus mencari kenikmatan yang sebesar-besarnya untuk diri sendiri.
Sesuatu perbuatan yang dipilih harus di pertimbangkan apakah perbuatan tersebut mengandung kenikmatan
yang lebih besar bagi dirinya sendiri. Kalua memang demikian, maka perbuatan tersebut sebaiknya dikerjakan.
Hedonisme yang universalistik.Aliran ini orang dalam hidupnya harus berusaha untuk mencapai kebahagiaan
dan kenikmatan bagi seluruh umat manusia. Baik dan buruk berdasarkan pada adanya manfaat dan kesenangan
bagi semua orang. Baik apabila membawa kenikmatan semua manusia dan buruk, apabila membawa
penderitaan bagi manusia seluruhnya (Daroeso, 1986:37)

b. Utilitarisme.

Aliran ini mengatakan bahwa yang baik ialah yang ada manfaatnya atau “utility”. Semua perbuatan manusia
harus diarahkan kepada kemanfaatan, jadi baik dan buruk diukur dari adanya manfaat. Jhon Stuart Mill, tokoh
aliran ini mengatakan:” Kemanfaatan adalah kebahagiaan untuk jumlah manusia sebanyak-banyaknya”.
(Daroeso, 1986:37)

c. Naturalisme.

Menurut aliran ini kebahagiaan manusia dapat dicapai dengan menuruti panggilan “natur” atau panggilan
alam. Sesuatu perbuatan dikatakan bermoral apabila sesuai dengan panggilan alam. Tugas manusia di dunia ini
adalah memenuhi kebutuhanya untuk memenuhi panggilan alam, ialah kelangsungan hidup. Gangguan terhadap
kelangsungan hidup akan mengakibatkan hilangnya kebahagiaan (Daroeso, 1986:37).

d. Vitalisme.

Perbuatan manusia di anggap bermoral ialah apabila perbuatan tersebut menunjukan daya hidup. Seseorang
yang bermoral tinggi ialah yang dapat menunjukan kekuatanya sebagai seorang yang kuat, seorang yang
istimewa, seorang “ubermensch”. Tokoh dari aliran ini ialah seorang ahli filsafat jerman Friedrich Nietzsche
(1844-1900). Ia mengatakan ada dua macam moral, yaitu herrenmoral dan Sklaven-moral.

1) Herrenmoral

Nietzsche mengatakan bahwa Herrenmoral adalah moral yang dipunyai oleh “tuan-tuan besar” atau moral
kepunyaan “orang yang kuat” atau ”moral penguasa”, moral Ubermensch. Seseorang Ubermensch adalah
seseorang yang dapat menentukan hidupnya sendiri dengan aturan-aturan yang berlaku bagi kelompoknya
sendiri. Ubermensch tidak perlu merasa bersalah dan berdosa dan berdosa hanya patut bagi anak-anak dan
budak. Jadi yang dikatakan moral penguasa, yaitu moral bagi tuan-tuan ialah semua tindakan yang disukai, tidak
tergantung pada ukuran atau norma yang ada.

2) Sklaven-moral

Pada dasarnya menurut Nietzsche masyarakat itu hanya dua golongan, yaitu Herren dan Sklaven, tuan dan
budak, si kuat dan si lemah. Golongan lemah hanya patut menjadi budak dari golongan penguasa dan segala
sesuatu yang baik bagi si kuat merupakan larangan bagi si lemah. Perbuatan baik bagi si lemah atau si
budakbudak ialah selalu mengabdi kepada yang kuat, kepada penguasa. Golongan Sklaven tidak dibenarkan
berbuat yang menentang Herren, yang boleh bertindak sekehendak sendiri (Daroeso, 1986:38)

e. Theologi

Aliran moral ini mengatakan, bahwa sesuatu perbuatan dikatakan bermoral yang baik apabila perbuatan
tersebut sesuai dengan agama. Artinya: perbuatan tersebut sesuai dengan perintah Tuhan dan menjauhi

7
laranganya. Tuntutan kesusilaan dalam hal ini telah di gariskan oleh agama dan tertulis dalam kitab suci masing-
masing agama. Tentunya bagi masing-masing agama, norma-norma tersebut tidak sama, tetapi dalam garis
besarnya tuntutan kesusilaan dalam agama ada kesamaan (Daroeso, 1986:38).

F. tujuan dan Fungsi Moral


Dijelaskan dalam buku Etika Profesi dan Aspek Hukum Bidang Kesehatan oleh Rudy Hidana, dkk, berikut
tujuan dan fungsi dari moral:

 Untuk menjamin terwujudnya harkat dan martabat pribadi seseorang dan kemanusiaan.
 Untuk memotivasi manusia agar bersikap dan bertindak dengan penuh kebaikan dan kebajikan
yang didasari atas kesadaran kewajiban yang dilandasi moral.
 Untuk menjaga keharmonisan hubungan sosial antar manusia, karena moral menjadi landasan rasa
percaya terhadap sesama.
 Membuat manusia lebih bahagia secara rohani dan jasmani karena menunaikan fungsi moral
sehingga tidak ada rasa menyesal, konflik batin, dan perasaan berdosa atau kecewa.
 Moral dapat memberikan wawasan masa depan kepada manusia, baik sanksi sosial maupun
konsekuensi dalam kehidupan sehingga manusia akan penuh pertimbangan sebelum bertindak.
 Moral dalam diri manusia juga dapat memberikan landasan kesabaran dalam bertahan dalam setiap
dorongan naluri dan keingingan/ nafsu yang mengancam harkat dan martabat pribadi.

Orang bisa dikatakan bermoral jika tingkah lakunya sesuai dengan norma norma yang terdapat dalam
masyarakat, baik norma agama, adat istiadat, hukum, dan sebagainya. Moral memegang peranan penting dalam
kehidupan manusia yang berhubungan dengan baik atau buruk terhadap tingkah laku manusia. Tingkah laku ini
mendasarkan diri pada normaa-norma yang berlaku dalam masyarakat. Seseorang dikatakan bermoral bilamana
orang tersebut bertingkah laku sesuai dengan norma-norma yang terdapat dalam masyarakat, baik norma agama,
norma hukum dan sebagainya (Daroeso, 1986:23).

Menurut identitas ukuran manusia yang baik adalah yang mampu memenuhi ketentuan-ketentuan kodrat
yang tertanam dalam dirinya. Ukuran ini tidak bertentangan dengan norma yang berlaku dalam masyarakat
(Daroeso, 1986:23). Ini menunjukan bahwa moral memegang fungsi dan peranan penting agar manusia dalam
setiap perbuatan, tindakan, dan tingkah lakunya adalah baik dan benar. Dan ini merupakan syarat mutlak bagi
terwujudnya kemaslahan hidup manusia itu sendiri baik secara individu maupun kelompok.

G. Jenis dan wujud moral


Wujud moral dalam diri seseorang dapat terlihat dari penampilan dan perilakunya secara
keseluruhan. Adapun beberapa macam moral adalah sebagai berikut:
1. Moral Ketuhanan
Moral Ketuhanan adalah semua hal yang berhubungan dengan keagamaan/ religius berdasarkan ajaran
agama tertentu dan pengaruhnya terhadap diri seseorang.

2. Moral Ideologi dan Filsafat


Moral ideologi dan filsafat adalah semua hal yang berhubungan dengan semangat kebangsaan, loyalitas
kepada cita-cita bangsa dan negara. Wujud moral ideologi dan filsafat, misalnya menjunjung tinggi dasar negara
Indonesia yaitu Pancasila. Contoh; menolak ideologi asing yang ingin mengubah dasar negara Indonesia.

3. Moral Etika dan Kesusilaan


Moral Etika dan Kesusilaan adalah semua hal yang berkaitan dengan etika dan kesusilaan yang dijunjung
oleh suatu masyarakat, bangsa, dan negara secara budaya dan tradisi.

4. Moral Disiplin dan Hukum


Moral Disiplin dan Hukum adalah segala hal yang berhubungan dengan kode etika profesional dan hukum
yang berlaku di masyarakat dan negara.

8
Contoh moral di masyarakat

 Religius
Contoh moral yang menunjukkan sikap maupun perilaku patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang
dianutnya.
 Jujur
Contoh moral yang didasarkan pada upaya menjadikan pribadi pada diri seseorang sebagi orang yang
selalu di percaya.
 Toleransi
Menunjukkan sikap dan tindakan yang menghargai keberagaman, yaitu adanya perbedaan agama,
suku, etnis, pendapat, perilaku maupun gagasan orang lain yang berbeda dari dirinya.

H. Tahap-tahap Perkembangan Moral Manusia

Melalui hasil penelitianya Kohlberg (Budiningsih, 2004:27) menyatakan hal-hal sebagai berikut:
1. Ada prinsip-prinsip moral dasar yang mengatasi niali-nilai moral lainya dan prinsip-prinsip moral dasar itu
merupakan akar dari nilai-nilai moral lainya.

2. Manusia tetap merupakan subjek yang bebas dengan nilai-nilai yang berasal dari dirinya sendiri.

3. Dalam bidang penalaran moral ada tahap-tahap perkembangan yang sama dan universal bagi setiap
kebudayaan.

4. Tahap-tahap perkembangan penalaran moral ini banyak ditentukan oleh factor kognitif atau kematangan
intelektual.

Adapun tahaptahap perkembangan moral menurut Kohlberg yang disarikan oleh Hardiman (1987) sebagai
berikut:

1. Tingkat Pra-Konvensional
Pada tingkat ini seseorang sangat tanggap terhadap aturan-aturan kebudayaan dan penilaian baik atau buruk,
tetapi ia menafsirkan baik atau buruk ini dalam rangka maksimalisasi kenikmatan atau akibat-akibat fisik dari
tindakanya (hukuman fisik, penghargaan, tukar-menukar kebaikan). Kecenderungan utamanya dalam interaksi
dengan orang lain adalah menghindari hukuman atau mencapai maksimalisasi kenikmatan (hedonist).

Tingkat ini dibagi 2 tahap:

Tahap 1: Orientasi hukuman dan kepatuhan

Pada tahap ini, baik atau buruknya suatu tindakan ditentukan oleh akibat-akibat fisik yang akan dialami,
sedangkan arti atau nilai manusiawi tidak diperhatikan. Menghindari hukuman dan kepatuhan buta terhadap
penguasa dinilai baik pada dirinya.

Tahap 2: Orientasi instrumentalistis

Pada tahap ini tindakan seseorang selalu diarahkan untuk memenuhi kebutuhanya sendiri dengan memperalat
orang lain. Hubungan antara manusia dipandang seperti hubungan dagang. Unsur-unsur keterbukaan,
kesalingandan tukar-menukar merupakan prinsip tindaknya dan hal-hal itu ditafsirkan dengan cara fisik dan
pragmatis. Prinsip kesalinganya adalah, “Kamu mencakar punggungku dan aku akan ganti mencakar
punggungmu”.

2. Tingkat Konvensional
Pada tingkat ini seseorang menyadari dirinya sebagai seorang individu di tengah-tengah keluarga, masyarakat
dan bangsanya. Keluarga, masyarakat, bangsa dinilai memiliki kebenaranya sendiri, karena jika menyimpang
dari kelompok ini akan terisolasi. Maka itu, kecenderungan orang pada tahap ini adalah menyesuaikan diri

9
dengan aturan-aturan masyarakat dan mengidentifikasikan dirinya terhadap kelompok sosialnya. Kalau pada
tingkat pra-konvensional perasaan dominan adalah takut, pada tingkat ini perasaan dominan adalah malu.

Tingkat ini terdiri dari 2 tahap:

Tahap 3: Orientasi kerukunan atau orientasi good boy – nice girl

Pada tahap ini orang berpandangan bahwa tingkah laku yang baik adalah yang menyenangkan atau menolong
orang-orang lain serta diakui oleh orangorang lain. Orang cenderung bertindak menurut harapan-harapan
lingkungan sosialnya, sehingga mendapat pengakuan sebagai “orang baik”. Tujuan utamanya, demi hubungan
social yang memuaskan, maka ia pun harus berperan sesuai dengan harapan-harapan keluarga, masyarakat atau
bangsanya. Tahap 4: Orientasi ketertiban masyarakat Pada tahap ini tindakan seseorang didorong oleh
keinginanya untuk menjaga tertib legal. Orientasi seseorang adalah otoritas, peraturan-peraturan yang ketat dan
ketertiban social. Tingkah laku yang baik adalah memenuhi kewajiban, mematuhi hukum, menghormati otoritas,
dan menjaga tertib social merupakan tindakan moral yang baik pada dirinya.

3. Tingkat Pasca – Konvensional atau Tingkat Otonom


Pada tingkat ini, orang bertindak sebagai subyek hokum dengan mengatasi hukum yang ada. Orang pada tahap
ini sadar bahwa hokum merupakan kontrak social demi ketertiban dan kesejahteraan umum, maka jika hukum
tidak sesuai dengan martabat manusia, hokum dapat dirumuskan kembali. Perasaan yang muncul pada tahap ini
adalah rasa bersalah dan yang menjadi ukuran keputusan moral adalah hati nurani.

Tingkat ini terdiri dari 2 tahap:

Tahap 5: Orientasi kontrak sosial

Tindakan yang benar pada tahap ini cenderung ditafsirkan sebagai tindakan yang sesuai dengan kesepakatan
umum. Dengan demikian orang ini menyadari relativitas nilai-nilai pribadi dan pendapat-pendapat pribadi. Ada

kesadaran yang jelas untuk mencapai consensus lewat peraturan-peraturan procedural. Di samping menekankan
persetujuan demokratis dan konstitusional, tindakan benar juga merupakan nilai-nilai atau pendapat pribadi.
Akibatnya, orang pada tahapan ini menekankan pandangan legal tapi juga menekankan kemungkinan mengubah
hukum lewat pertimbangan rasional. Ia menyadari adanya yang mengatasi hukum, yaitu persetujuan bebas
antara pribadi. Jika hukum menghalangi kemanusiaan, maka hukum dapat diubah.

Tahap 6: Orientasi prinsip etis universal.

Pada tahap ini orang tidak hanya memandang dirinya sebagai subyek hukum, tetapi juga sebagai pribadi yang
harus dihormati. Respect for personadalah nilai pada tahap ini. Tindakan yang benar adalah tindakan yang
berdasarkan keputusan yang sesuai dengan suara hati dan prinsip moral universal. Prinsip moral ini abstrak,
misalnya; cintailah sesamamu seperti mencintai dirimu sendiri, dan tingkat konkrit. Didasar lubuk hati terdapat
prinsip universal yaitu keadilaan, kesamaan hak-hak dasar manusia, dan hormat terhadap martabat manusia
sebagai pribadi.Dari enam tahap tersebut secara ringkas dapat diketahui alasan-alasan atau motif-motif yang
diberikan bagi kepatuhan terhadap peraturan atau perbuatan moral sebagai berikut:

1. Tahap I : patuh pada aturan untuk menghindarkan hukuman.

2. Tahap II : menyesuaikan diri (conform) untuk mendapatkan ganjaran, kebaikanya dibalas dan seterusnya.

3. Tahap III : meneyesuaikan diri untuk menhindarkan ketidak setujuan, ketidak senangan orang lain.

2.2 ruang lingkup moral


Haris (1976: 31) menyatakan moralitas adalah wilayah dari perilaku yang pada dasarnya berkaitan dengan
pembenaran tentang apa yang harus dilakukan, tentang hal-hal yang benar dan salah, baik dan buruk, dan
tentang tugas dan kewajiban.

Ruang lingkup materi moral dapat dikelompokkan sebagai berikut:

10
a. Akhlak kepada Tuhan Yang Maha Esa
Akhlak kepada Tuhan Yang Maha Esa antara lain berwujud ibadah/menyembah dan meminta tolong kepada
Tuhan, seperti berusaha (berupaya) dan berdoa. Contoh lain yaitu shalat, puasa, tolong-menolong, kasih sayang,
bersikap ramah, sopan.

b. Akhlak terhadap diri sendiri

Setiap manusia harus mempunyai jati diri sehingga seseorang akan menghargai dirinya sendiri dan
mengetahui kemampuan, kelebihan, maupun kekurangannya.
c. Akhlak terhadap sesama manusia
Akhlak terhadap sesama manusia meliputi perilaku kepada orang tua, orang yang lebih tua dan lebih muda,
serta antar sesama. Seorang anak menghormati dan mencintai orang tua serta taat dan patuh kepadanya. Kepada
orang yang lebih tua sebaiknya bersikap hormat, menghargai, dan meminta saran, pendapat, petunjuk, dan
bimbingan sedangkan kepada orang yang lebih muda seharusnya sikap kita melindungi, menjaga, dan
membimbingnya dengan petunjuk, nasehat,saran atau pendapat yang baik. Antar sesama sikap kita antara lain
menyapa jika bertemu, tidak menyinggung perasaannya, dan menolongnya jika mendapat kesulitan.

d. Akhlak terhadap lingkungan


Akhlak terhadap lingkungan meliputi alam dan sosial-masyarakat-kelompok. Akhak kepada alam meliputi
flora dan fauna maka kita harus mematuhi aturan dan norma demi menjaga kelestariaan dan keserasiannya.
Sedangkan akhlak kepada sosial, masyarakat, dan kelompok maka kita harus saling menghormati, menghargai,
dan tolong-menolong untuk mencapai kebaikan (Milan Rianto dalam Zuriah, 2008: 27-31).

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa ruang lingkup moral ada empat hal yaitu moral
berhubungan dengan Tuhan, sesama manusia, diri sendiri, dan lingkungan.

2.3 faktor yang mempengaruhi perkembangan moral


a) Kesempatan pengambilan peran

Perkembangan penalaran moral individu akan meningkat ketika mencoba untuk menempatkan dirinya
pada posisi orang lain,atau bersikap dari sudut pandang orang lain.(empati)
b) Situasi moral

Dalam beberapa lingkungan, berbagai keputusan diambil sesuai dengan tradisi,adat,hokum yang
ada dalam lingkungan tersebut. Tahap penalaranmoral ditunjukan oleh situasi lingkungan yang
menstimulasi orang untuk menunjukan nilai suatu moral.
c) Konflik moral kognitif
Konflik moral kognitif terjadi karena adanya pertentangan penalaran moral yang terjadi pada
diri seseorang dengan penlaran moral orang lain.
d) Peran Keluarga
Keluarga bagi seorang anak merupakan lembaga pendidikan non formal pertama, di mana mereka
hidup, berkembang dan matang.Di dalam sebuah keluarga, seorang anak pertama kali diajarkan pada
pendidikan. Dari pendidikan dalam keluarga tersebut anak mendapatkan pengalaman, kebiasaan,
ketrampilan berbagai sikap dan bermacam-macam ilmu pengetahuan, Keluarga memiliki peranan
penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Pendidikan moral dalam keluarga perlu
ditanamkan pada sejak dini pada setiap individu. Walau bagaimana pun, selain tingkat pendidikan,
moral individu juga menjadi tolak ukur berhasil tidaknya suatu pembangunan.
e) Peran pendidikan
Pentingnya peran pendidikan dapat menjadi pengalaman belajar di mana seseorang belajar tentang
berbagai aspek kehidupan, memahami perspektif yang berbeda dan mencoba menerapkannya dalam
kehidupan sehari-hari. Pendidikan penting bagi anak-anak, orang dewasa dan masyarakat. Pendidikan
memberi orang pengetahuan tentang dunia di sekitar mereka dan mengubahnya menjadi lebih baik. Ini

11
mengembangkan pandangan orang tentang kehidupan, membantu membentuk opini dan melihat hal-hal
dalam hidup.
f) Peranan media massa
Media massa sangat mempengaruhi terhadap perkembangan moral individu,terutama pada anak
dan remaja. Anak dan remaja adalah kelompok atau golongan yang mudah dipengaruhi. Karena anak
dan remaja sedang mencari identitas atau mencontoh apa yang dilihat.

Ketika kita berbicara tentang perkembangan moral,maka hal ini tidak lepas dari aspek perubahan dan
perkembangan. Tentu saja dalam pembentukan moral ada faktor yang mempengaruhinya, seperti halnya
perubahan manusia pada umumnya. Perubahan tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya faktor
internal dan faktor eksternal. Salah satu faktor eksternal yang berpengaruh terhadap perkembangan moral
peserta didik adalah lingkungan keluarga.

12
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dapat disimpulkan bahwa, Moral merupakan tingkah laku manusia yang
berdasarkan atas baik-buruk dengan landasan nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat. Pada
perkembangan, moral memiliki nilai tersirat dikarenakan dalam kehidupan sering kali dijumpai orang yang
memiliki moral atau juga yang memiliki sikap amoral dilihat dari sudut pandang yang terbatas. Moral
merupakan sifat dasar yang diajarkan sebagai materi pembelajaran di institusi pendidikan.
Di dalam kehidupan, sejatinya manusia harus memiliki moral jika ia ingin dihormati oleh sesama yang
berada di sekitarnya. Moral dalam kehidupan manusia memiliki kedudukan yang sangat penting. Nilai-nilai
moral sangat diperlukan bagi manusia, baik sebagai pribadi maupun sebagai anggota suatu kelompok
masyarakat maupun bangsa sekalipun. Di dalam ajaran Agama moral atau akhlak tidak dapat dipisahkan
dari keimanan.

13
DAFTAR PUSTAKA

Rofiatun Nisa (2020). PENGARUH LINGKUNGAN KELUARGA TERHADAP PERKEMBANGAN MORAL


PESERTA DIDIK

Sulaksono, Teki Prasetyo Holilulloh Nurmalisa, Yunisca (2014). Faktor-Fakto Yang Mempengaruhi Sikap
Pemuda Dalam Berorganisasi

Mufarroha, Amaliya Hakim, Abdul (2020). Perkembangan Moral Kohlberg dan Perkembangan Moral

https://www.academia.edu/10472893/Makalah_tentang_Moral

Fitri, Mardi Na’imah, Na’imah (2020). Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Moral Pada Anak Usia
Dini

Lindawati, Y. D., & Wahananto, J. (2020). Pengaruh Lingkungan Keluarga Terhadap Perkembangan Moral
Peserta Didik. IBTIDA', 1(1), 61-70.

Mulyaningsih, I. E. (2014). Pengaruh interaksi sosial keluarga, motivasi belajar, dan kemandirian belajar
terhadap prestasi belajar. Jurnal pendidikan dan kebudayaan, 20(4), 441-451.

https://www.academia.edu/10472893/Makalah_tentang_Moral

Ormrod,Jeanne Ellis.2008.Psikologi Pendidikan. Jakarta:Erlangga.

14

Anda mungkin juga menyukai