Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

TIPE – TIPE NEGARA

Disusun Guna Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah: Ilmu Negara

Dosen Pengampu: Tri Nurhayati,M.H.

Disusun Oleh:

Azkan Nufus (2102016140)

Rafi Al – Azhar (2102016154)

Naufal Nur Sahid (2102016162)

Muhammad Ahsanul Fikri (2102016169)

Rizki Amalia (2102016173)

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala Atas rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Tipe – Tipe Negara”
dengan tepat waktu. Makalah disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Negara, selain
itu, makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan tentang jenis dan ciri – ciri negara.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Tri Nurhayati,M.H. sebagai dosen
pengampu di mata kuliah ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak
yang telah membantu menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran
dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Semarang, 20 September 2022

Kelompok 4
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Tipe negara ialah suatu penggolongan negara yang tidak mempunyai batas – batas
yang tegas. Ini berbeda dengan klasifikasi negara atas bentuk – bentuk tertentu, misalnya
bentuk negara (kesatuan/federasi) dan bentuk pemerintahan (kerajaan /republik) dimana
batas – batas dan ukurannya cukup tegas sehingga mudah dikenali. Bentuk atau
tipe negara adalah merupakan batas antara peninjauan secara sosiologis dan peninjauan
secara yuridis mengenai negara. Peninjauan secara sosiologis jika negara dilihat secara
keseluruhan (ganzhit) tanpa melihat strukturnya, sedangkan secara yuridis jika negara
atau peninjauan dilihat dari strukturnya.
Pembahasan mengenai tipe – tipe negara dalam ilmu negara ini dirasa sangat
penting mengingat kajian negara pasti akan menelaah secara mendalam atas bagaimana
model negara dalam masa kemasa. Adanya model tersebut yang kemudian
melatarbelakangi timbul dan lahirnya tipe – tipe negara. Baik tipe negara pada era
modern maupun era yunani kuno, maupun prediksi atas munculnya negara dengan model
baru pada masa yang akan datang. Sebelum Plato mengemukakan ajarannya tentang
bentuk – bentuk negara, didahului dengan mengemukakan suatu pertanyaan. Ilmu negara
itu pertama-tama harus mengemukakan suatu soal yang bersifat kesusilaan, keadilan agar
manusia dapat mencapai kebahagiaan.1 Tipe negara abad kejayaan ini telah menjadi
sejarah karena mempunyai cirinya tersendiri. Kita bisa mengulas sebuah konsep bahwa
negara itu adalah sistem yang betul – betul berkuasa terhadap kehidupan seluruh yang
ada di dalamnya demi mesejahterakan rakyatnya. Tipe negara abad pertengahan pada
zaman ini dikenal dengan hukum pedata dan diterima sebagai dasar-dasar bernegara pada
pertengahan. Tipe negara dapat dibagi sesuai dengan ciri pokok yang dominan dari suatu
negara dalam sejarah.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Sebutkan pengertian tipe negara oleh padmo wahjono?

1
Moh. Koesnardi, SH Dan Bintan Saragih, SH., " Ilmu Negara", CeL 2. (Jakarta: Gaya Medan
Pratama, 1988), hal. 126.
2. Jelaskan tipe negara berdasarkan sejarah perkembangan negara?
3. Jelaskan tipe negara menurut hukum atau dari segi tujuan negara?
4. Apa yang dimaksud dengan strong state dan soft state oleh Myrdal?

BAB II

PEMBAHASAN

A. TIPE – TIPE NEGARA


Untuk selanjutnya kita akan membahas Tipe-tipe Negara Hukum ini satu persatu.2
1. Polizei Staat.
Tipe negara ini adalah suatu tipe negara absolut yang mendudukkan (pemerintah)
negara itu sebagai pelaksana kemakmuran rakyat, dan menafikan peran rakyat untuk
menjalankan kemakmuran. Pada masa ini Negara dianggap sama dengan elit penguasa,
sebagaimana tercermin dalam ungkapan "L'etat e' est moi", yang artinya, Negara adalah
saya (raja)! Disini berlaku 'Pricep Legibus Solute Est' yang mendudukan penguasa
sebagai penentu segala-galanya untuk rakyat, tetapi tidak memberikan peran penting bagi
rakyat. "Kepentingan Umum" hanya boleh ditafsirkan secara sepihak oleh raja-penguasa.
Sehingga 'kepentingan umum menurut raja' adalah undang-undang tertinggi yang tidak
bisa dilanggar. Istilah polizei disini memang sama dengan policie, tetapi tidak hanya
diartikan sebagai tugas mengamankan negara saja, melainkan termasuk juga tugas
memakmurkan negara, seperti membangun jalan, membuat jembatan, mendirikan sekolah
dan lain-lain. Aliran ekonomi yang mempengaruhi perkembangan polizei staat ini adalah
Merkantilisme atau Kameralistik. Aliran ini mengupayakan kekayaan (terutama emas)
yang sebanyak mungkin untuk negara. Secara singkat disebutkan bahwa Merkantilisme
menghendaki adanya neraca perdagangan yang aktif. Aliran ini mempengaruhi cara
berfikir penguasa waktu itu, sehingga kemakmuran perlu dimasukkan kedalam tujuan
negara dan inilah yang dinamakan sebagai Polizei Staat. Esensinya adalah bahwa
Kemakmuran itu adalah hak seluruh rakyat, tetapi yang melaksanakan bukan rakyat.

2
Ari Wahyudi Hertanto, "Tinjauan Umum Tentang Konstitusi dan Kedaulatan di Indonesia".
Cara-cara memakmurkan dilaksanakan secara absolut oleh pemerintah negara (Negara
dalam status positif), sehingga tipe ini cenderung disebut Monarki Absolut.

2. Tipe Negara Liberal.


Tipe negara hukum liberal ini dilahirkan sebagai reaksi atau antithese dari kondisi
yang dialami dalam suatu negara kekuasaan absolut (polizie staat). Dalam polizie staat
peran penguasa (raja yang dikelilingi para bangsawan) sangat besar. Status yang
mendudukkan pemerintah negara (baca penguasa) secara dominan menyelenggarakan
kebutuhan-kebutuhan rakyat (memakmurkan) adalah status positif. Sementara itu
golongan pengusaha kaya mendesak raja dan golongan bengsawan untuk tidak ikut
campur terlalu banyak dalam urusan bisnis mereka dalam ikut berupaya memakmurkan
rakyat. Desakan yang menginginkan status negatif bagi negara itu diprakarsai oleh orang-
orang yang berpikiran bebas atau beraliran Liberalisme. (Libere = Bebas). Dalam pikiran
para tokoh liberalisme itu ada dualisme yang ditawarkan. Pertama, penguasa hanya
menjalankan tata tertib saja; pertahanan keamanan dan menjadi fasilisator. Kedua, rakyat
diberi kesempatan yang luas untuk menyelenggarakan sendiri kebutuhan-kebutuhannya
untuk kemakmuran bersama. Jellinek menjelaskan hal ini dalam suatu "Status Theorie",
yang mempersoalkan hubungan warga negara dengan Negara, sebagai berikut:
Pertama, dipandang dari sisi rakyat :
a. Status Aktif : rakyat ikut serta aktif dalam pemerintahan.
b. Status Pasif : rakyat tunduk pasif pada pemerintah negara.
Kedua, dipandang dari sisi negara :
a. Status Negatif : Negara tidak ikut campur dalam urusan rakyat.
b. Status Positif : Negara menyelenggarakan kebutuhan untuk kemakmuran rakyat.
Teori Status ini penting untuk menganalisa berbagai perkembangan dalam teori dan
praktek kenegaraan sepanjang zaman. Seberapa jauh derajat hubungan penguasa
(pemerintah negara) dan rakyat dalam menjalankan kehidupan sosial-ekonomi-hukum
sepanjang sejarah akan mempengaruhi efektif dan efisiennya pencapaian kemakmuran
dan perlindungan hak asasi warga negara.
3. Tipe Negara Hukum Formil.
Tipe negara hukum (rechtstaat) dalam bentuknya yang awal adalah Negara Hukum
Liberal. Korelasi antara pandangan liberalisme dengan kepentingan akan hukum formil
adalah sangat kuat. Negara Hukum telah menjadi istilah tehnis kenegaraan yang tidak
dapat diabaikan begitu saja. Dalam hal ini Rechtstaat juga merupakan reaksi atau
antithese dari Polizei Staat. Pangangan liberal yang ingin mendudukkan negara hanya
sebagai pemegang tata-tertib saja tentu menimbulkan konsekuensi bahwa negara
membutuhkan biaya (anggaran) untuk menjalankan tugas-tugasnya. Pendapatan negara
yang terbesar dapat diraih adalah dengan menarik pajak dari rakyat. Penarikan pajak ini
tentu saja memerlukan persetujuan dari rakyat dan tentu pula menyinggung persoalan hak
yang paling dasar dari rakyat, yaitu hak asasinya untuk memiliki pendapatan sendiri atas
apa yang diusahakan. Untuk resminya (legalitasnya) pemerintah negara kemudian
mengadakan peraturan-peraturan tentang pajak, peraturan-peraturan itu tertulis, dan lama-
kelamaan menimbulkan undang-undang atau hukum tertulis secara formil. Dalam kasus
ini lahirlah apa yang disebut Negara Hukum Formil karena dalam segala tindakan-
tindakannya penguasa itu memerlukan bentuk hukum tertentu (formil), dan formalitas ini
adalah bentuk undang-undang (wet).
Didalam tipe Negara Hukum Formil ini diperlukan syarat-syarat tertentu. Unsur-unsur itu
adalah:
a. Pengakuan terhadap Hak Asasi Manusia (grondrechten). Hak-hak dasar ini harus
dijamin (dengan undang-undang dan adanya Pemisahan Kekuasaan) dan dipertahankan
jangan sampai dilanggar.
b. Pemisahan Kekuasaan dalam Negara (sheding van machten). Pemisahan kekuasaan ini
adalah ciri esensial dari negara hukum. Tidak semua negara yang ada hukumnya dapat
dikatakan sebagai negara hukum. Negara hukum adalah suatu konsep politis-yuridis
tersendiri, sedang negara berhukum adalah kenyataan empiris-sosiologis yang nyata. Jadi,
suatu negara yang memiliki hukum (berhukum) belumlah tentu sesuai dengan konsep
"Negara Hukum".
c. Pemerintahan harus berdasarkan Undang-undang (Wetmatigheid van bestuur). Setiap
tindakan atau perbuatan 'memerintah' dari pemerintah negara haruslah memiliki dasar
hukum dalam bentuk undang-undang atau hukum tertulis.
d. Adanya Pengadilan Administrasi (Administrative Rechtspraak). Tujuan diperlukannya
pengadilan administrasi ini adalah mengadili sengketa antara pemerintah (penguasa)
dengan warga negara(yang dikuasai). Pengadilan Khusus ini dibentuk untuk kasus-kasus
yang tidak dapat diadili oleh pengadilan biasa, sebab belum termasuk perkara pidana
maupun perdata. Biasanya yang menjadi obyek sengketa adalah adanya Surat Keputusan
yang dikeluarkan secara sewenang-wenang oleh pejabat negara atau instansi pemerintah.
Empat hal inilah yang menjadi ciri pokok dari negara hukum formil. Ciri pokok negara
hukum formil ini banyak dipegang teguh oleh sebagian besar dari negara-negara Eropa
Kontinental, seperti Jerman, Perancis dan Belanda. Karena Indonesia adalah negara bekas
jajahan Belanda, maka secara struktur kita mengikuti aliran Kontinental.

4. Negara Hukum Materiil (Negara Kesejahteraan/Kemakmuran)


Negara Hukum Materiil ini lebih dikenal sebagai Negara Kesejahteraan (Welfare
State/Social Service State/Wolfahrt State). Pada tipe Negara Hukum Materiil ini tidak
lagi terlalu mementingkan bentuknya (formnya), tetapi yang dipentingkan adalah isinya
(materi), yaitu Kemakmuran Rakyat. Isi ini menjadi tujuan utama, yaitu suatu kondisi
welfare dari seluruh rakyat. Tidak setiap tindakan pemerintah harus didahului dengan
adanya undang-undang (Undang-undang formil). Pemerintah/penguasa dapat bertindak
tanpa peraturan/undang-undang, misalnya dalam hal memungut sumbangan untuk
bencana alam, esensinya pemerintah boleh bertindak sepanjang untuk kepentingan
kemakmuran rakyat yang nyata, walaupun tidak ada undang-undangnya. Tindakan ini
dalam ilmu hukum administrasi negara bisa masuk dalam kewenangan diskresioner dari
pejabat negara. Tidak lagi berdasarkan undang- undang semata (gebonden bestuur), jadi
boleh bebas mengeluarkan policy/kebijakan asalkan sesuai dengan tujuan kemakmuran
rakyat (vrij bestuur). Artinya, Raja membuat undang-undang untuk negara. Hanya raja
yang dapat mengurus kepentingan negara dan rakyat warga negara. Jadi jelas terlihat
bahwa penguasa atau raja itu yang menentukan segala-galanya untuk rakyat tetapi tidak
atau bukan dilaksanakan oleh rakyat

B. TIPE NEGARA BERDASARKAN SEJARAH PERKEMBANGAN NEGARA


Dalam hal ini, negara diklasifikasikan ke dalam lima tipe negara berdasarkan
sejarah sebagai berikut :3
1. Negara Timur Kuno

Merupakan negara yang didasarkan pada paham keagamaan (teokrasi).


Kekuasaannya bersifat absolut dan otoriter, dimana rakyat harus tunduk atas perintah
penguasa. Menurut Aristoteles sistem monarkhi di bagi 3 yaitu:4

a) Monarkhi mutlak (absolut) ialah seluruh kekuasaan dan wewenang tidak terbatas
(kekuasaan mutlak). Perintah raja merupakan undang – undang yang harus
dilaksanakan. Kehendak raja adalah kehendak rakyat.
b) Monarkhi konstitusional ialah monarkhi yang di mana kekuasaan raja itu
dibatasi oleh suatu konstitusi (UUD). Raja tidak boleh berbuat sesuatu yang
bertentangan dengan konstitusi dan segala perbuatannya harus berdasarkan dan
sesuai dengan isi konstitusi.
c) Monarkhi parlementer ialah suatu monarkhi yang di mana terdapat suatu
parlemen (DPR), terhadap dewan di mana para menteri, baik perseorangan
maupun secara keseluruhan bertanggung jawab sepenuhnya.
2. Negara Yunani Kuno
Tipe negara yunani kuno ini bersifat aristokrasi, pemerintahan oleh ristokrat
(cendikiawan), tipe ini mempunyai bentuk negara kota (city state) negaranya kecil
hanya satu kota saja dan dilingkari oleh benteng pertahanan dan penduduknya
sedikit, pemerintahannya bersifat demokrasi langsung (musyawarah). Ciri utama
negara yunani kuno adalah sebagai berikut:
a) Cikal bakal negara demokrasi yang dikenal sebagai “Negara Kota” Polis – Polis
dan diberlakukan sistem demokrasi langsung.
b) Dikatakan demokrasi karena dia sangat diakui bahwa manusia adalah makhluk
politik (zoon politicon), tiap individu terlibat aktif dalam diskusi tentang
pemerintahan.

3
Saputra, Wahyu. Perkembangan Tipe-Tipe Negara. (online) tersedia di:
http//www.academia.edu/4713298/PERKEMBANGAN_TIPE-TIPE_NEGARA.
4
Moh. Koesnardi, SH Dan Harmaily Ibrahim, SH, "Pcngantar Hukum Tata Negara Indonesia" ,
Cet.2 , (Jakarta: Pusat Studi HTN, FH UI, 1976), hal. 75 .
c) Penguasa atau pemerintah baru dari kalangan orang – orang pintar (aristokrasi)
dan para filsuf demokrasi langsung muncul di yunani karena yunani masih
merupakan negara kota dan persoalan dalam negara belum terlalu kompleks dan
setiap warga negara adalah minded.

d)Meskipun demikian
demokrasi langsung yang
terjadi di yunani adalah
tidak
e) murni hal ini disebabkan
karena di yunani terdapat
3 golongan penduduk
f) yaitu: golongan
penduduk asli,
golongan orang
pandatang, golonagan
g)budak. Sedangkan
yang ikut dalam
pemerintahan hanyalah
golongan
h)penduduk asli sebab
golongan pendatang dan
budak bukanlah
merupakan
i) subyek hukum yang
dapat memiliki hak.
j) Meskipun demikian
demokrasi langsung yang
terjadi di yunani adalah
tidak
k)murni hal ini disebabkan
karena di yunani terdapat
3 golongan penduduk
l) yaitu: golongan
penduduk asli,
golongan orang
pandatang, golonagan
m) budak. Sedangkan
yang ikut dalam
pemerintahan hanyalah
golongan
n)penduduk asli sebab
golongan pendatang dan
budak bukanlah
merupakan
o)subyek hukum yang
dapat memiliki hak.
Meskipun demikian demokrasi langsung yang terjadi di yunani adalah tidak
murni hal ini disebabkan karena di yunani terdapat 3 golongan penduduk yaitu
golongan penduduk asli, golongan orang pandatang, golongan budak. Sedangkan
yang ikut dalam pemerintahan hanyalah golongan penduduk asli sebab golongan
pendatang dan budak bukanlah merupakan subyek hukum yang dapat memiliki hak.
3. Negara Romawi Kuno
Tipe – tipe negara yang ada di zaman romawi kuno yang dalam fase sejarah:
a) Fase kerajaan
b) Fase republik
c) Fase principal
d) Fase dominan
Pada fase kerajaan negara romawi masih menggunakan ajaran dari yunani yaitu
mengenai kerajaan sparta dan teori republic dari athene. Pemerintahan dipegang
oleh caesar yang menerima seluruh kekuasaan dari rakyat (caesarismus),
pemerintahan caesar bersifat mutlak dan mempunyai undang – undang yang berlaku
yang dinamakan lex regia.
4. Negara Abad Pertengahan
Tipe negara abad pertengahan ini bersifat dualisme antara rakyat dan
pemerintah seperti yang dikatakan Machiavelli kalau negara ini bukan republik
pasti monarkhi. Dimasa pertengahan inilah peralihan sistem monarkhi ke sistem
republik atau diktator ke demokrasi ada sebagian wilayah yang menginginkan
demokrasi itu hidup seutuhnya ada pula yang menjaga sistem ke monarkhian. Ciri –
ciri negara pada abad pertengahan, antara lain:
a) Dualisme, yaitu adanya perlawanan antara penguasa dan yang dikuasai yang
diistilahkan dengan rex (hak raja) dan regnum (hak rakyat).
b) Feodalisme, yaitu penguasa berdasarkan teori patrimonial dari hukum perdata,
dengan berslogan every man must have a lord.
c) Perlawanan antara gereja – gereja dan negara yang kemudian melahirkan teori
teokratis dan teori secularisme (yaitu pemerintahan yang meliputi urusan
keagamaan dan kenegaraan).
d) Standenstaats, yaitu sifat negara berdasarkan lapisan – lapisan yang ada dalam
masyarakat misalnya bangsawan, rakyat, kota, gereja.
5. Negara Abad Modern
Tipe negara abad modern ini berlaku asas demokrasi, yang dimana tampuk
pemerintahannya bercabang dari rakyat, dianut oleh paham negara hukum, susunan
negaranya kesatuan dan didalam negara hanya ada satu pemerintahan yaitu,
pemerintahan pusat yang mempunyai wewenang tertinggi. Ciri pokok negara
demokrasi berdasarkan hukum adalah sebagai berikut:
a) Kekuasaan tertinggi bersumber dari rakyat dengan demikian menimbulkan
pemerintahan dari rakyat.
b) Negara demokrasi.
c) Sistem dan lembaga perwakilan.

C. TIPE NEGARA MENURUT HUKUM ATAU DARI SEGI TUJUAN NEGARA

Tipe negara yang ditinjau dari sisi hukum adalah penggolongan negara – negara
dengan melihat hubungan antara penguasa dan rakyat. Negara hukum timbul sebagai
reaksi terhadap kekuasan raja – raja absolute. Ada tiga tipe negara hukum, yaitu:

1. Tipe negara hukum liberal


Tipe negara hukum liberal ini menghendaki supaya negara berstatus pasif,
artinya bahwa warga negara harus tunduk pada peraturan – peraturan negara. Penguasa
dalam bertindak sesuai dengan hukum. Disini kaum liberal menghendaki agar
penguasa dan yang dikuasai ada suatu persetujuan dalam bentuk hukum, serta
persetujuan yang menjadi penguasa.
2. Tipe negara hukum formil
Negara hukum formil yaitu negara hukum yang mendapat pengesahan dari
rakyat, segala tindakan penguasa memerlukan bentuk hukum tertentu, harus
berdasarkan undang – undang. Negara hukum formil ini disebut pula dengan negara
demokratis yang berlandaskan negara hukum. Dalam hal ini menurut Stahl seorang
sarjana Denmark maka negara hukum formil itu harus memenuhi empat unsur,yaitu:
a) Bahwa harus adanya jaminan terhadap hak – hak asasi.
b) Adanya pemisahan kekuasaan.
c) Pemerintahan didasarkan pada undang – undang.
d) Harus ada peradilan administrasi yang berdiri sendiri.5
3. Tipe negara hukum materil

Tipe negara hukum materil sebenarnya merupakan perkembangan lebih lanjut


dari negara hukum formil, tindakan penguasa harus berdasarkan undang – undang
atau berlaku asas legalitas, maka dalam negara hukum materil tindakan dari penguasa
dalam hal mendesak demi kepentingan warga negara dibenarkan bertindak
menyimpang dari undang – undang atau berlaku asas opportunitas.

Tipe negara yang ditinjau dari tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia tidak
menganut atau mengacu pada teori tujuan negara dari eropa kontinental barat yang
pada awalnya bertujuan mencari kekuasaan semata, kemudian berkembang menjadi
tujuan kemakmuran individu (paham liberal). Sejarah bangsa indonesia menunjukan
bahwa, setelah melalui penderitaan penjajahan selama tiga setengah abad, perjuangan
kemerdekaan yang semula bersifat kedaerahan kemudian bersifat menyeluruh, bangsa
indonesia menyatakan kemerdekaannya. Latar belakang sejarah bangsa indonesia ini,
tentu sangat mempengaruhi rumusan tujuan negara indonesia yang dirumuskan secara
lengkap dalam alinea 4 pembukaan undang – undang dasar 1945. Dengan
membandingkan rumusan – rumusan yang ada, Prof. Padmo mengemukakan 4 (empat)
pokok – pokok prinsip negara hukum Indonesia, yaitu:

1. Melindungi dan menghormati hak – hak kemanusiaan.


2. Mekanisme kelembagaan negara yang demokratis.
3. Adanya suatu tertib hukum.
4. Adanya kekuasaan kehakiman yang bebas.6
Dalam mencapai tujuan negara indonesia, seluruhnya harus berdasar dan diukur
dengan nilai – nilai pancasila. Mengenai tujuan negara tidak hanya melindungi seluruh
warga indonesia, tetapi juga seluruh penduduk asing yang berada dalam wilayah hukum
negara indonesia. Hal ini sejalan dengan tujuan kemanusiaan universal lainnya. Seluruh
rakyat indonesia juga harus bersatu padu dalam melindungi serta mempertahankan

5
Moh. Koesnardi, SH., dan Hannaily Ibrahim, SH., Ibid., hal. 39.
6
Prof. Padmo Wahjono. S.H. "Indonesia Negara Berdasar Atas Hukum", Cel. I. (Jakarta: Graha
Indonesia. 1983), hal. 10.
wilayah negara indonesia sebagai suatu negara kesatuan. Sebagai negara kepulauan,
wilayah negara indonesia amat luas, juga strategis dilihat dari sudut kepentingan
perdagangan dan pertahanan intemasional. Oleh karena itu, negara harus bersikap sangat
tegas terhadap segala tindakan yang ingin menghalangi dan menghambat tujuan
mempersatukan bangsa dan wilayah negara indonesia.

D. STRONG STATE DAN SOFT STATE


The Soft State adalah istilah yang diperkenalkan oleh Gunnar Myrdal dalam
Drama Asia nya untuk menggambarkan "ketidakdisiplinan" masyarakat umum yang
lazim di Asia Selatan dan sebagian besar negara berkembang - dibandingkan dengan jenis
negara modern yang muncul di Eropa. Myrdal menggunakan istilah itu untuk
menggambarkan: semua jenis ketidakdisiplinan sosial yang memanifestasikan dirinya
dengan kekurangan dalam undang-undang dan, khususnya, ketaatan dan penegakan
hukum, ketidaktaatan yang meluas oleh pejabat publik dan, seringkali, kolusi mereka
dengan orang dan kelompok yang berkuasa ... yang perilakunya mereka harus mengatur.
Dalam konsep negara lunak juga termasuk korupsi (Myrdal, (1970), p 208).
Bagi Myrdal, faktor penyebab utama adalah penghancuran kekuatan kolonial terhadap
banyak pusat tradisional kekuasaan lokal dan pengaruh serta kegagalan untuk
menciptakan alternatif yang layak. Ditambah dengan berkembangnya sikap
pembangkangan terhadap otoritas apapun yang menjadi pusat perlawanan politik
nasionalis . Sikap ini bertahan setelah kemerdekaan. Negara lunak seperti itu dipandang
tidak mungkin mampu menerapkan kebijakan pembangunan yang tepat dan tidak mau
bertindak melawan korupsi di semua tingkatan.

Menurut paradigma negara lunak , ada dua jenis kenegaraan: empiris dan yuridis, atau
lunak.
 Negara dalam pengertian empirisnya ditentukan dan ditentukan oleh kapasitasnya
yang dapat dibuktikan dalam hal-hal seperti tekanan kompetitif dari sistem negara
klasik (misalnya, adalah penghormatan dan pengakuan yang diberikan oleh
pemerintah lain) dan pengembangan angkatan bersenjata , pengadilan dan hakim.
dan pasukan polisi . Negara jenis ini, yang berasal dari Eropa yang kompetitif,
dibangun di bawah tekanan kuat untuk disintegrasi, baik domestik maupun
internasional. Keadaan empiris ini juga ditemukan di Amerika Utara, Amerika
Selatan, Timur Tengah, dan Asia.
 Negara yuridis adalah fondasi moral-hukum baru dari sistem negara kolaboratif
yang telah muncul di banyak bagian dunia bekas jajahan, khususnya Afrika tropis;
ia tidak memiliki esensi kenegaraan, kedaulatan dijamin oleh komunitas negara-
negara dunia seperti yang diwujudkan dalam Perserikatan Bangsa-Bangsa.

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Tipe-tipe negara hukum menurut padmo wahjono ada Polizei Staat, Tipe Negara
Liberal, Tipe Negara Hukum Formil, Negara Hukum Materiil. Tipe negara berdasarkan
sejarah perkembangan Negara dapat dibagi menjadi lima tipe negara berdasarkan sejarah
yaitu : Negara Timur Kuno, Negara Yunani Kuno, Negara Romawi Kuno, Negara Abad
Pertengahan, Negara Abad Modern. Adapun tipe negara menurut hukum atau dari segi
tujuan negara, Tipe negara yang ditinjau dari sisi hukum adalah penggolongan negara –
negara dengan melihat hubungan antara penguasa dan rakyat. Negara hukum timbul
sebagai reaksi terhadap kekuasan raja – raja absolute. Ada tiga tipe negara hukum, yaitu:
Tipe Negara hukum Liberal, Tipe negara Hukum Formil, Tipe negara Hukum Materiil,
The Soft State adalah istilah yang diperkenalkan oleh Gunnar Myrdal dalam Drama Asia
nya untuk menggambarkan "ketidakdisiplinan" masyarakat umum yang lazim di Asia
Selatan dan sebagian besar negara berkembang - dibandingkan dengan jenis negara
modern yang muncul di Eropa.

B. SARAN
Demikian makalah ini di buat. Kelompok 4 menyadari masih banyak kesalahan dan
kekeliruan yang terdapat dalam penyusuanan makalah ini, baik dari segi penulisan
maupun dalam pembahasannya. Oleh karena itu, penulis memohon saran dan kritikan
yang bersifat membangun sehingga dalam penyusunan makalah – makalah selanjutnya
dapat lebih sempurna.

DAFTAR PUSTAKA
Moh. Koesnardi, SH Dan Hannaily Ibrahim, SH., " Ilmu Negara", Cet 2. (Jakarta: Gaya Medan
Pratama, 1988).

Ari Wahyudi Hertanto, "Tinjauan Umum Tentang Konstitusi dan Kedaulatan di Indonesia".

Moh. Koesnardi, SH Dan Hannaily Ibrahim, SH., " Pcngantar Hukum Tata Negara Indonesia ",
Cet 2. (Jakarta: Gaya Medan Pratama, 1988).

Saputra, Wahyu. Perkembangan Tipe-Tipe Negara. (online) tersedia di:


http//www.academia.edu/4713298/PERKEMBANGAN_TIPE-TIPE_NEGARA. Diakses pada
hari kamis tanggal 19 maret 2015.

Wahjono, Padmo, Prof., SH, Indonesia Negara Berdasar Atas Hukum, eet. 1. Jakarta: Graha
Indonesia, 1983.

Myrdal, G., (1968), Drama Asia. Sebuah Inquiry to the Poverty of Nations , 3 Vols., New York:
Pantheon.

Myrdal, G., (1970) Tantangan Kemiskinan Dunia . New York, NY: Buku Vintage.

Myrdal, G., (1970) The 'Soft State' di Negara-negara Terbelakang. In Unfashionable Economics:
Essays in Honor of Lord Balogh , diedit oleh Paul Streeten. London: Weidenfeld dan Nicolson.

Sangmpam, SN (September 1993). "Tidak Lunak atau Mati: Negara Afrika Hidup dan Sehat".
Ulasan Studi Afrika . 36 : 73–94.

Anda mungkin juga menyukai