Kel 3 Teori Kekuasaan
Kel 3 Teori Kekuasaan
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berbicara kekuasaan memang tak hanya terdapat pada satu sektor saja, tetapi
terdapat pada banyak sektor, seperti sektor politik, sektor ekonomi, sektor suatu
lingkungan, dan lain-lain. Kekuasaan itu secara umum diartikan sebagai sebuah
kewenangan yang sudah dimiliki oleh individu atau kelompok untuk menjalankan
sesuatu, baik yang bersifat wajib atau hanya hak saja. Oleh sebab itu, kekuasaan hanya
sebagai pengertian atau pemahaman saja, jika tidak diterapkan atau dijalankan.
Kekuasaan yang telah dijalani oleh individu atau kelompok bisa ada yang memiliki
dampak baik untuk lingkungan dan orang lain, serta ada juga yang memiliki dampak
buruk terhadap lingkungan dan orang lain. Dengan kata lain, kekuasaan yang berada di
tangan individu atau kelompok yang baik akan menghasilkan dampak yang baik juga,
bahkan bisa memberikan manfaat untuk individu atau kelompok yang tidak memiliki
kuasa. Semakin banyak orang yang memiliki kuasa tergerak hatinya untuk membantu
orang lain, maka akan memberikan perubahan bagi kehidupannya.
Pada dasarnya, kekuasaan dalam skala yang kecil sudah sering kita lihat atau kita
menjadi pemegang kekuasaan itu sendiri. Kekuasaan dalam hal kecil ini berupa keluarga
yang di mana terdapat kepala keluarga dan anggota keluarga. kepala keluarga itulah yang
memiliki kuasa untuk memimpin dan mengarahkan anggota keluarga ke arah yang baik
dan benar. Dalam hal ini, kepala keluarga bukan hanya bisa dimiliki oleh laki-laki saja,
tetapi juga bisa dimiliki oleh seorang perempuan atau ibu.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan kekuasaan negara ?
2. Apa yang dimaksud dengan legitimasi kekuasaan ?
3. Bagaimana pandangan ahli tentang legitimasi ?
4. Apakah yang dimaksud dengan pemisahan kekuasaan ?
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kekuasaan Negara
Kekuasaan berasal dari kata “kuasa” yang berarti kemampuan atau kesanggupan
untuk melakukan sesuatu. Kekuasaan merupakan konsep yang sangat penting dalam ilmu
sosial pada umumnya dan dalam ilmu politik pada khususnya. Pada hal ini politik
mengasumsikan inti kekuasaan politik artinya memperjuangkan dan mempertahankan
kekuasaan. Kekuasaa erat kaitannya dengan pengaruh atau mempengaruhi, kekuasaan
pada umumnya berupa relasi dalam arti terdapat satu pihak yang meguasai dan satu pihak
yang tunduk, satu pihak memberika perintah dan satu pihak harus patuh pada perintah
tersebut.1
Max Weber menyatakan bahwa kekuasaan sebagai peluang bagi seseorang maupun
kelompok untuk memberikan kesadaran terhadap masyarakat akan kemauannya sendiri
sekaligus mampu diterapkan terhadap tindakan perlawanan dari orang maupun golongan
tertentu. Kekuasaan seharusnya membawa kesejahteraan bagi setiap masyarakat dan
bukan mendatangkan dominasi yang menyebabkan ketidakadilan dan diskriminasi bagi
masyarakat.
Menurut Montesquieu, kekuasaan itu dibagi menjadi tiga golongan. Kekuasaan
yang dibagi menjadi tiga golongan ini saat ini dikenal dengan istilah Trias Politica.
Adapun tiga golongan kekuasaan yang dimaksud, yaitu kekuasaan legislatif, kekuasaan
eksekutif, dan kekuasaan yudikatif.2
Setiap golongan kekuasaan memiliki tugas yang berbeda-beda. Kekuasaan legislatif
memiliki tugas untuk membuat peraturan dan Undang-Undang. Kekuasaan eksekutif
mempunyai tugas untuk menjalankan peraturan dan Undang-Undang yang telah
diciptakan. Kekuasaan yudikatif mempunyai tugas untuk mengadili sesuatu seseorang
yang memiliki kesalahan atau pelanggaran sesuai dengan Undang-Undang yang berlaku.
Kekuasaan adalah konsep pokok dalam ilmu politik. Melihat sejarah yang telah
berlangsung panjang ini melibatkan individu-individu dan kelompok yang saling berebut
kekuasaan. Perebutan kekusaan terjadi sejak manusia itu ada, dalam berbagai bentuk
1
Malau, Roslina (2021) Konsep Legitimasi Kekuasaan Dalam Pemikiran Franz Magnis
Suseno. Sarjana thesis, Universitas Siliwangi.
2
Restu, “Teori Kekuasaan: Pengertian, Legitimasi, dan Sumber Kekuasaan”,
https://www.gramedia.com/literasi/teori-kekuasaan/, diakses pada tanggal 27 September 2022
3
tindakan yang lunak, hingga konflik dahsyat dan perang yang membutuhkan korban
nyawa, darah, dan air mata.3
Sementara menurut hukum alam, kekuasaan itu berasal dari rakyat. Abdul Goffar
mengatakan bahwa kekuasaan itu berasal dari rakyat dan asal kekuasaan yang ada pada
rakyat tersebut tidak lagi dianggap dari tuhan, melainkan dari alam kodrat. Kemudian
kekuasaan yang ada pada rakyat diserahkan kepada seseorang yang disebut raja untuk
menyenggarakan kepentingn masyarakat.4
Kekuasaan yang diberikan kepada manusia di dunia menurut Islam adalah suatu hal
yang temporal dan parsial, dalam arti apabila kekuasaan itu harus berakhir maka
berakhirlah. Kekuasaan adalah hak otoratif Allah, dan menunjukan hal yang sangat
absolut bahwa sebenarnya yang memiliki kekuasaan adalah Allah. Sebagaimana dalam
firman Allah SWT dalam surat Ali Imran ayat 26, yang artinya:
Berdasarkan ayat di atas hanya Allah yang mutlak memiliki kekuasaan. Manusia
hanya menjalankan sebagian kecil dari kekuasaan yang Allah berikan kepada orang
tertentu untuk menjalankan perintah Agamanya. Muslim Mufti mengatakan bahwa
kekuasan sebagai sesuatu kekuatan tertinggi yang abadi tidak diwakilkan atau
didelegasikan tanpa batasan atau kondisi, tidak dapat dicabut, dan tidak terlukiskan.
Karena kekuasaan adalah sumber hukum maka hukum tidak dapat membatasinya.6
Para pemikir dan pengamat politik yang mendefinisikan kekuasaan (power).
Miriam Budiarjo mendefiniskan kekuasaan sebagai kemampuan seseorang atau
kelompok manusia untuk memengaruhi tingkah laku seseorang atau kelompok lain
3
Abu Bakar Ebyhara, Pengantar Ilmu Politik, (Jogjakarta : Ar-Ruzz Media, 2010), h.171.
4
Abdul Goffar, Perbandingan Kekuasan Presiden Indonesia Setelah Perubahan UUD 1945
Dengan Delapan Negara Maju, ( Jakarta : Kencana , 200), Cet. 1, h. 9.
5
Departemen Agama RI, Al Hikmah Al Qur’an Dan Terjemah, (QS. Ali Imran: 26), h. 53.
6
Muslim Mufti, Politik Islam Sejarah Dan Pemikiran, (Bandung : CV Pustaka Setia, 2015), Cet.
1, h. 27.
4
sedemikian rupa sehingga tingkah laku itu menjadi sesuai dengan keinginan dan tujuan
dari orang yang mempunyai kekuasaan itu.7
Menurut Ibnu Khaldun dalam bukunya Ni’matul Huda yang berjudul ilmu negara,
bahwasanya kekuasaan Negara adalah dominasi dan pemerintahan atas dasar kekerasan.
Kekuasaan tidak dapat ditegakkan tanpa kekuatan yang menunjangnya. Kekuatan
penunjang ini hanya dapat diberikan oleh solidaritas dan kelompok yang mendukungnya.
Tanpa suatu kekuatan yang selalu dalam keadaan siap siaga, dan bersedia mengorbankan
segala-galanya untuk kepentingan bersama, maka kekuasaan penguasa tidak dapat
ditegakkan dengan solidaritas (ashabiyah). 8
7
Miriam Budiarjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, (Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. 1992), h. 35.
8
Ibnu Khaldun, Muqaddimah, yang dikutip kembali oleh A. Rahman Zainuddin, Kekuasaan
Dan Negara Pemikiran Politik Ilbu Khaldun, (Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama), h. 13.
9
Malau, Roslina (2021) Konsep Legitimasi Kekuasaan Dalam Pemikiran Franz Magnis
Suseno. Sarjana thesis, Universitas Siliwangi
5
dan merasa sejahtera, maka mereka bisa menerima dan percaya terhadap kepemimpinan
suatu pemerintahan.10
D. Pemisahan Kekuasaan
Sebelum dikenalnya pemisahan kekuasaan dalam negara, seluruh kekuasaan yang
ada dalam negara dilaksanakan oleh raja. Monarki absolut tersebut terjadi di seluruh
Eropa. Perang berkepanjangan menyebabkan para raja tersebut menarik pajak yang tinggi
dari masyarakat dan meminta bantuan keuangan pada para bangsawan di negaranya yang
7
merupakan cikal bakal parlemen di beberapa negara. Hal tersebut antara lain dapat dilihat
pada negara Inggris yang memiliki parlemen pertama di dunia yang diformasi pada tahun
126511, dan juga Prancis, di mana Pemerintah Prancis yang bangkrut pada tahun 1789
terpaksa memanggil kembali States-general yang tidak pernah bersidang lagi pada tahun
1614.12
Pemisahan kekuasaan harus dilaksanakan seperti yang dikatakan oleh Montesqiue,
“when the legislative and executive power are united in the same person,or in the same
body of magistrates,there can be liberty". 13
Orang-orang yang mengemukakan tentang teori pemisahan kekuasaan negara ialah
John Locke dan Montesquieu. John Locke seorang ahli tata negara Inggris adalah orang
yang pertama dianggap membicarakan atau membahas teori ini. Dalam bukunya berjudul
Two Treatises on Civil Government (1690) John Locke memisahkan kekuasaan dari tiap-
tiap negara dalam:14
1. Kekuasaan untuk membuat undang-undang, yang disebutnya sebagai kekuasaan
legislatif.
2. Kekuasaan untuk melaksanakan undang-undang, yang disebutnya sebagai kekuasaan
eksekutif.
3. Kekuasaan untuk mengadakan perserikatan dan aliansi serta segala tindakan dengan
semua orang dan badan-badan di luar negeri, yang disebutnya sebagai kekuasaan
federatif.
Menurut Montesqiueu dalam sistem suatu pemerintahan negara, ketiga jenis
kekuasaan itu harus terpisah, baik mengenai fungsi (tugas) maupun mengenai alat
perlengkapan (organ) yang melaksanakan:15
1. Kekuasaan legislatif, kekuasaan yang dilaksanakan oleh suatu badan perwakilan
rakyat (parlemen).
2. Kekuasaan eksekutif, kekuasaan yang dilaksanakan oleh pemerintah (Presiden atau
Raja dengan bantuan Menteri-menteri atau Kabinet).
11
C.F. Strong, 1966, Modern Polical Constitution an Intruoduction to the Comparative Study of
Their History and Existing Form, London, Sidgwick & Jackson Ltd, hlm. 27.
12
Ibid, hlm. 35-36.
13
Dalam Fatmawati, op.cit, hlm. 12.
14
Suparto, “Pemisahan Kekuasaan, Konstitusi Dan Kekuasaan Kehakiman Yang Independen
Menurut Islam”, Jurnal Selat, I (Oktober 2016), hlm. 117.
15
Fitra Arsil, 2017, Teori Sistem Pemerintahan Pergeseran Konsep Dan Saling Kontribusi Antar
Sistem Pemerintahan Di Berbagai Negara, Depok, PT RajaGrafindo Persada, hlm. 7.
8
3. Kekuasaan yudikatif, kekuasaan yang dilaksanakan oleh badan peradilan (Mahkamah
Agung dan pengadilan bawahannya).
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hukum pidana merupakan bagian dari keseluruhan hukum yang berlaku dalam
suatu negara, yang terdiri baik dari hukum pidana materiil (mengatur perbuatan-
perbuatan apa saja yang dilarang dengan memberi ancaman pidana bagi yang melanggar),
maupun hukum pidana formil atau hukum acara pidana (mengatur tata cara hukum
pidana materiil itu dipertahankan atau dilaksanakan).
Fungsi hukum pidana: a. melindungi kepentingan hukum dari perbuatan atau
perbuatan-perbuatan yang menyerang atau memperkosa kepentingan hukum tersebut; b.
memberi dasar legitimasi bagi negara dalam rangka negara menjalankan fungsi
perlindungan atas berbagai kepentingan hukum; c. mengatur dan membatasi kekuasaan
negara dalam rangka negara melaksanakan fungsi perlindungan atas kepentingan hukum.
B. Saran
Demikian makalah ini dibuat, penulis menyadari masih banyak kesalahan dan
kekeliruan yang terdapat dalam penyusunan makalah ini, baik dari segi penulisan maupun
segi pembahasan. Oleh karena itu, penulis memohon saran dan kritikan yang bersifat
membangun sehingga dalam penyusunan makalah-makalah selanjutnya dapat lebih
sempurna. Terima Kasih.
10
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Goffar, Perbandingan Kekuasan Presiden Indonesia Setelah Perubahan UUD 1945
Dengan Delapan Negara Maju, ( Jakarta : Kencana , 200), Cet. 1, h. 9.
Abu Bakar Ebyhara, Pengantar Ilmu Politik, (Jogjakarta : Ar-Ruzz Media, 2010), h.171.
C.F. Strong, 1966, Modern Polical Constitution an Intruoduction to the Comparative Study of
Their History and Existing Form, London, Sidgwick & Jackson Ltd, hlm. 27.
Departemen Agama RI, Al Hikmah Al Qur’an Dan Terjemah, (QS. Ali Imran: 26), h. 53.
Fitra Arsil, 2017, Teori Sistem Pemerintahan Pergeseran Konsep Dan Saling Kontribusi Antar
Sistem Pemerintahan Di Berbagai Negara, Depok, PT RajaGrafindo Persada, hlm. 7.
Ibnu Khaldun, Muqaddimah, yang dikutip kembali oleh A. Rahman Zainuddin, Kekuasaan
Dan Negara Pemikiran Politik Ilbu Khaldun, (Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama),
h. 13.
Malau, Roslina (2021) Konsep Legitimasi Kekuasaan Dalam Pemikiran Franz Magnis
Suseno. Sarjana thesis, Universitas Siliwangi.
Muslim Mufti, Politik Islam Sejarah Dan Pemikiran, (Bandung : CV Pustaka Setia, 2015),
Cet. 1, h. 27.
Restu, “Teori Kekuasaan: Pengertian, Legitimasi, dan Sumber Kekuasaan”,
https://www.gramedia.com/literasi/teori-kekuasaan/, diakses pada tanggal 27
September 2022
Restu, “Teori Kekuasaan: Pengertian, Legitimasi, dan Sumber Kekuasaan”,
https://www.gramedia.com/literasi/teori-kekuasaan/, diakses pada tanggal 27
September 2022
Suparto, “Pemisahan Kekuasaan, Konstitusi Dan Kekuasaan Kehakiman Yang Independen
Menurut Islam”, Jurnal Selat, I (Oktober 2016), hlm. 117.
11