Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

PEMIKIRAN KALAM IBNU TAIMIYAH


Mata”Kuliah”:”Ilmu Kalam
Dosen”Pengampu”: Dr. Sahri, M.A

Oleh:
Muhammad”Naseh (12109065)

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONTIANAK
“2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah swt, yang mana atas berkat segala bentuk
nikmatnya pemakalah dapat menyelesaikan tugas ini sesuai dengan waktu yang
telah ditentukan. Tidak lupa sholawat serta salam selalu kita curahkan kepada
baginda kita yaitu Nabi Muhammad SAW. Pada kesempatan kali ini kami ingin
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dosen pengampu mata
kuliah Ilmu Kalam, sehingga kami mampu menyelesaikan tugas makalah ini.
Semoga dengan terselesaikannya makalah ini dapat memenuhi tugas kami sebagai
pemakalah.
Dalam pembuatan makalah ini tentunya masih banyak sekali kesalahan
ataupun kekurangan, Kami selaku pemakalah menyadari bahwa tidak ada yang
sempurna di dunia ini, apalagi jika itu terkait dengan makalah yang kami buat tentu
masih sangat jauh dari kata sempurna, oleh karena itu masukan dan saran sangat
kami butuhkan demi melengkapi makalah ini untuk kedepannya dan semoga
makalah ini bermanfaat terutama bagi kami dan pembaca makalah ini.

Pontianak 15 Desember 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i

DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii

BAB I ...................................................................................................................... 2

PENDAHULUAN .................................................................................................. 2

A. Latar Belakang Masalah ............................................................................... 2

B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 2

BAB II ..................................................................................................................... 3

PEMBAHASAN ..................................................................................................... 3

A. Biografi Ibnu Taimiyah ................................................................................ 3

B. Pemikiran Kalam Ibnu Taimiyah ( Mazhab Salaf ) ..................................... 4

1. Mazhab Salaf ............................................................................................ 4

2. Pemikiran Kalam Ibnu Taimiyah ............................................................. 6

BAB III ................................................................................................................... 9

PENUTUP ............................................................................................................... 9

A. Kesimpulan .................................................................................................. 9

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 10

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Ilmu kalam adalah bahasan yang sangat familiar jika kita mempelajari tentang
keesaan Alloh SWT. Ilmu kalam tersebutlah yang dapat membantu kita untuk
memahami keesaan Tuhan kita Alloh SWT. Pengkajian tersebutlah yang dapat
membantu kita untuk mengetahui lebih dalam Alloh SWT. Dalam ilmu kalam,
terdapat pula aliran-aliran. Salah satu dari aliran tersebut adalah aliran kalam salaf.
Salaf secara bahasa mempunyai arti yang terdahulu (nenek moyang), yang lebih tua
dan lebih ulama. Dalam salaf, orang yang dianut merupakan orang orang terdahulu
yang dianut. Orang terdahulu tersebut adalah ulama terdahulu. Sedangkan menurut
istilah, salaf berarti generasi pertama dan terbaik dari umat (Islam), yang terdiri dari
para Sahabat, tabi‟in, Tabi‟ut Tabi‟in dan para Imam pembawa petunjuk apda tiga
kurun (generasi atau masa) pertama.
Dalam hal ini, ilmu yang dikaji lebih menitikberatkan pada pemikir para ulama
salaf. Ulama salaf tersebut menitikberatkan pada nash dalam Al Quran dan Hadits.
Diantara ulama tersebut adalah Ibnu Taimiyah. Beliau merupakan tokoh yang
berperan penting dalam perkembangan ilmu kalam aliran salafi.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka yang menjadi rumusan
masalah dalam penulisan makalah ini adalah :
1. Siapakah Ibnu Taimiyah?
2. Bagaimana riwayat pendidikan Ibnu Taimiyah?
3. Bagaimana pemikiran kalam Ibnu Taimiyah ?

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Biografi Ibnu Taimiyah


Nama asli Ibnu Taimiyyah adalah Taqiyuddin Abu al Abbas Ibnu Abd al-
Halim bin al-Imam Majduddin Abil Barakat ‘Abdussalam bin Muhammad bin
Abdullah bin Abi Qasim Muhammad bin Khuddlarbin Ali bin Taimiyyah alHarrani
al Hambali.Para ahli lebih singkat menyebut nama lengkapnya dengan Taqiyuddin
Abu Abbas bin Abd al Halim bin Abd al Salam bin Taimiyyah al harani al Hambali.
Namun orang lebih cepat mengenal namanya dengan sebutan Taqiyuddin Ibnu
Taimiyyah atau lebih populer Ibnu Taimiyyah saja. Beliau dilahirkan pada hari
senin tanggal 10 Rabi’ul Awal tahun 661 H bertepatan dengan tanggal 22 Januari
1263 M di kota Harran. Yaitu daerah yang terletak ditenggara negeri Syam,
tepatnya dipulau Ibnu Amr antara sungai Tigris dan Eupraht.1
Ibnu Taimiyyah lahir dari keluarga cendikiawan dan ilmuan terkenal.
Ayahnya Syaibuddin Abu Ahmad adalah seorang syaikh, khotib hakim dikotanya.
Sedangkan kakeknya, syaikh Islam Majduddin Abu al-Birkan adalah fakih
Hambali, Imam, ahli hadits, ahli-ahli ushul, nahwu seorang hafiz, dan pamannya
bernama Fakhruddin yang terkenal sebagai seorang cendekiawan dan penulis
Muslim ternama.
Pada tahun 1268 M, Ibnu Taimiyyah dibawa mengungsi oleh keluarganya
ke Damaskus. Karena pada ketika itu bencana besar menimpa umat Islam, bangsa
Mongolia menyerang secara besar-besaran kota kelahiran Ibnu Taimiyyah. Bangsa
Mongol memusnahkan kekayaan intelektual Muslim serta Metropolotan yang
berpusat di Bagdad. Dan seluruh warisan Intelektual dibakar dan dibuang ke sungai
Tigris.2

Ketika pindah ke Damaskus, Ibnu Taimiyyah baru berusia enam tahun.


Setelah ayahnya wafat pada tahun 1284, Ibnun Taimiyyah yang baru berusia 21

1 Ibnu Taimiyah, Al-Furqan baina Auliya’ al-Syithan, Alih bahasa Abd Azia Mr,
(Yogyakarta: Mitra Pustaka,2005),h.11
2 Qamaruddin Khan, Pemikiran Politik Ibnu Taimiyah, Ali bahasa Anas M,(Bandung:
Pustaka, 1983),h.11

3
tahun,menggantikan kedudukan sang ayah sebagai guru dan khatib pada masjid-
masjid sekaligus mengawali karirnya yang kontroversial dalam kehidupan
masyarakat sebagaiteolog yang aktif. Ibnu Taimiyah dikenal sebagai seorang
pemikir, tajam intuisi, berpikir dan bersikap bebas, setia pada kebenaran, piawai
dalam berpidato dan lebih dari itu, penuh keberanian dan ketekunan. Ia memiliki
semua perssyaratan yang menghantarkannya pada pribadi luar biasa.3

B. Pemikiran Kalam Ibnu Taimiyah ( Mazhab Salaf )


1. Mazhab Salaf
Dalam kajian ilmu kalam, mazhab atau manhaj salaf termasuk salah satu di
antara mazhab-mazhab teologis Islam yang lain. Mazhab ini muncul pada abad ke-
4 Hijriyah. Mereka terdiri dari ulama pengikut mazhab Hanbalî yang berpendapat
bahwa garis besar pemikiran mereka bermuara pada pemikiran Ahmad ibn Hanbal
yang menghidupkan akidah ulama salaf dan berusaha memerangi paham lainnya
(Ardiansyah 2013; Abû Zahrah 1996). Ciri khas mereka adalah kembali kepada
penafsiran harfiyah atas nas-nas agama. Mereka juga memunculkan tradisi teologis
(kalam) dan hukum (fikih) sebagaimana ketika perkembangan pertama dalam Islam
serta menolak dominasi akal dalam memecahkan berbagai masalah keagamaan.
Berbeda dengan aliran mu’tazilah yang cenderung menggunakan metode
pemikiran rasional, aliran salaf menggunakan metode tekstual yang mengharuskan
tunduk di bawah naql dan membatasi wewenang akal pikiran dalam berbagai
macam persoalan agama termasuk didalamnya akal manusia tidak memiliki hak dan
kemampuan untuk menakwilkan dan menafsirkan al-Qur’an. Kalaupun akal
diharuskan memiliki wewenang, hal ini tidak lain adalah hanya untuk
membenarkan, menela’ah dan menjelaskan sehingga tidak terjadi ketidak cocokan
antara riwayat yang ada dengan akal sehat (Ghazali, 2003:101).
W. Montgomery Watt menyatakan bahwa gerakan salafiyah berkembang
terutama di Baghdad pada abad ke-13. Pada masa itu terjadi gairah menggebu-gebu
yang diwarnai fanatisme kalangan kaum Hanbali. Sebelum akhir abad itu terdapat
sekolah-sekolah Hanbali di Jerusalem dan Damaskus. Di Damaskus, kaum Hanbali
makin kuat dengan kedatangan para pengungsi dari Irak yang disebabkan serangan

3 Khalid Ibrahim Jindan, op.cit, h.25

4
Mongol atas Irak. Di antara para pengungsi itu terdapat satu keluarga dari Harran,
yaitu keluarga Ibn Taimiyah. Ibnu Taimiyah adalah seorang ulama’ besar penganut
imam Hanbali yang ketat ( Rozak,2006:109).
Aliran salaf mempunyai beberapa karakteristik seperti yang dinyatakan oleh
Ibrahim Madzkur sebagai berikut:
1. Mereka lebih mendahulukan riwayat (naqli) daripada dirayah (aqli)
2. Dalam persoalan pokok-pokok agama dan persoalan cabang-cabang agama
hanya bertolak dari penjelasan al-Kitab dan as-Sunnah
3. Mereka mengimani Allah tanpa perenungan lebih lanjut (Dzat Allah) dan
tidak mempunyai faham anthropomorphisme (menyerupakan Allah dengan
makhluk)
4. Mengartikan ayat-ayat Al-Quran sesuai dengan makna lahirnya dan tidak
berupaya untuk mentakwilnya.

Pada hakikatnya mazhab Salafiyah ini merupakan kelanjutan dari


perjuangan pemikiran Imam Ahmad bin Hanbal. Atau dengan redaksi lain, mazhab
Hanbalilah yang menanamkan batu pertama bagi pondasi gerakan Salafiyah ini.
Atas dasar inilah Ibnu Taimiyah mengingkari setiap pendapat para filosof Islam
dengan segala metodenya. Pada akhir pengingkarannya Ibnu Taimiyah mengatakan
bahwa tidak ada jalan lain untuk mengetahui aqidah dan berbagai permasalahannya
hukum baik secara global ataupun rinci, kecuali dengan Al-Qur’an dan Sunnah
kemudian mengikutinya. Apa saja yang diungkapkan dan diterangkan Al-Qur’an
dan Sunnah harus diterima, tidak boleh ditolak. Mengingkari hal ini berarti telah
keluar dari agama (Mustofa, 1994:390).
Di antara tokoh terkenal yang melanjutkan mazhab ini adalah Ibn Taymiyah.
Menurutnya, mazhab salaf adalah mazhab yang benar, karena sesuai dengan Kitab
(Alquran) dan sunah Nabi. Bagi Ibn Taymiyah, salaf merupakan mazhab yang
paling mengerti dan paling bagus pemahamannya terhadap nas. Setiap mazhab yang
bertentangan dengan akidah mereka, maka mazhab tersebut adalah batil dan wajib
ditolak (al-Mah}mûd 1995).
Secara umum pemikiran Ibn Taymiyah terinspirasi oleh mazhab Hanbalî.
Ini normal belaka mengingat ia menghabiskan sebagian besar pendidikannya dalam

5
lingkungan mazhab ini. Di kemudian hari, Ibn Taimiyah memberikan pengaruh
besar dalam dunia Islam, terutama di lingkungan Sunnî. Ia dianggap setara dengan
dua tokoh besar lainnya, yaitu Imâm al-Ghazâlî dan Ibn ‘Arabî. Salah satu tokoh
yang terinspirasi oleh Ibn Taimiyah adalah Muhammad ibn ‘Abd al-Wahhâb yang
mempelopori gerakan purifikasi ketat terhadap praktik beragama di tanah Arab dan
tokoh ideolog negara Arab Saudi di bawah dinasti Saud. Purifikasi ‘Abd al-Wahhâb
ini kemudian dikenal sebagai gerakan Wahhâbî atau Wahhabisme.
2. Pemikiran Kalam Ibnu Taimiyah
Pemikiran Ibnu Taimiyah menurut Ibrahim Madzkur, adalah sebagai berikut
1) Sangat berpegang teguh pada nash (Al-Quran dan Al-Hadits)
2) Tidak memberikan ruang gerak kepada akal/
3) Berpendapat bahwa Al-Quran mengandung semua ilmu agama
4) Di dalam Islam yang diteladani hanya tiga generasi saja (Sahabat, Tabi’in dan
Tabi’tabi’in)
5) Allah memiliki sifat yang tidak bertentangan dengan tauhid dan tetap
mentanzihkan-Nya.
Ibnu Taimiyah mengkritik Imam Hanbali yang mengatakan bahwa
kalamullah itu qadim, menurut Ibnu Taimiyah jika kalamullah qadim maka
kalamnya juga qadim. Ibnu Taimiyah adalah seorang tekstualis oleh sebab itu
pandangannya oleh Al-Khatib AlJauzi sebagai pandangan tajsim Allah, yakni
menyerupakan Allah dengan makhlukNya. Oleh karena itu, Al-Jauzi berpendapat
bahwa pengakuan Ibn Taimiyah sebagai Salaf perlu ditinjau kembali
(Rozak,2006:116).
Berikut ini merupakan pandangan Ibnu Taimiyah tentang sifat-sifat Allah:
(Yusuf, 1993:58-60).
1. Percaya sepenuh hati terhadap sifat-sifat Allah yang disampaikan oleh Allah
sendiri atau oleh Rasul-Nya. Sifat-sifat dimaksud adalah:
a. Sifat Salabiyyah, yaitu qidam, baqa, mukhalafatul lil hawaditsi, qiyamuhu
binafsihi dan wahdaniyyat.
b. Sifat Ma’ani, yaitu : qudrah, iradah, ilmu, hayat, sama’, bashar dan kalam.
c. Sifat khabariah (sifat yang diterangkan Al-Quran dan Al-Hadits walaupun
akal bertanya-tanya tentang maknanya), seperti keterangan yang menyatakan

6
bahwa Allah ada di langit; Allah di Arasy; Allah turun ke langit dunia; Allah
dilihat oleh orang yang beriman di surga kelak; wajah, tangan, dan mata
Allah.
d. Sifat Idhafiah yaitu sifat Allah yang disandarkan (di-Idhafat-kan) kepada
makhluk seperti rabbul ‘alamin, khaliqul kaun dan lain-lain.
2. Percaya sepenuhnya terhadap nama-nama-Nya, yang Allah dan Rasul-Nya
sebutkan seperti Al-Awwal, Al-Akhir dan lain-lain.
3. Menerima sepenuhnya sifat dan nama Allah tersebut dengan:
a. Tidak mengubah maknanya kepada makna yang tidak dikehendaki lafad
(min ghoiri tashrif/ tekstual)
b. Tidak menghilangkan pengertian lafaz (min ghoiri ta’thil)
c. Tidak mengingkarinya (min ghoiri ilhad)
d. Tidak menggambar-gambarkan bentuk Tuhan, baik dalam pikiran atau hati,
apalagi dengan indera (min ghairi takyif at-takyif)
e. Tidak menyerupakan (apalagi mempersamakan) sifat-sifat-Nya dengan sifat
makhluk-Nya (min ghairi tamtsili rabb ‘alal ‘alamin) (Rozak, 2006: 115)
Berdasarkan alasan di atas, Ibn Taimiyah tidak menyetujui penafsiran ayat-
ayat Mutasyabihat. Menututnya, ayat atau hadits yang menyangkut sifat-sifat Allah
harus diterima dan diartikan sebagaimana adanya, dengan catatan tidak men-tajsim-
kan, tidak menyerupakan-Nya dengan Makhluk., dan tidak bertanya-tanya
tentangnya. Dalam masalah perbuatan manusia Ibnu Taimiyah mengakui tiga hal:

1) Allah pencipta segala sesuatu termasuk perbuatan manusia.


2) Manusia adalah pelaku perbuatan yang sebenarnya dan mempunyai kemauan
serta kehendak secara sempurna, sehingga manusia bertanggung jawab atas
perbuatannya.
3) Allah meridhai pebuatan baik dan tidak meridlai perbuatan buruk.
Dalam masalah sosiologi politik Ibnu Taimiyah berupaya untuk
membedakan antara manusia dengan Tuhan yang mutlak, oleh sebab itu masalah
Tuhan tidak dapat diperoleh dengan metode rasional, baik metode filsafat maupun
teologi. Begitu juga keinginan mistis manusia untuk menyatu dengan Tuhan adalah
suatu hal yang mustahil .(Rozak:,2006:117).

7
Dikatakan oleh Watt bahwa pemikiran Ibn Taimiyah mencapai klimaksnya
dalam sosiologi politik yang mempunyai dasar teologi. Masalah pokoknya terletak
pada upayanya membedakan manusia dengan Tuhan yang mutlak. Oleh sebab itu
masalah Tuhan tidak dapat diperoleh dengan metode rasional, baik metode filsafat
maupun teologi. Begitu juga keinginan mistis manusia untuk menyatu dengan
Tuhan adalah suatu hal yang mustahil (Mustopa, 2011:58).

8
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Nama asli Ibnu Taimiyyah adalah Taqiyuddin Abu al Abbas Ibnu Abd al-
Halim bin al-Imam Majduddin Abil Barakat ‘Abdussalam bin Muhammad bin
Abdullah bin Abi Qasim Muhammad bin Khuddlarbin Ali bin Taimiyyah alHarrani
al Hambali.Para ahli lebih singkat menyebut nama lengkapnya dengan Taqiyuddin
Abu Abbas bin Abd al Halim bin Abd al Salam bin Taimiyyah al harani al Hambali.
Namun orang lebih cepat mengenal namanya dengan sebutan Taqiyuddin Ibnu
Taimiyyah atau lebih populer Ibnu Taimiyyah saja. Beliau dilahirkan pada hari
senin tanggal 10 Rabi’ul Awal tahun 661 H bertepatan dengan tanggal 22 Januari
1263 M di kota Harran. Yaitu daerah yang terletak ditenggara negeri Syam,
tepatnya dipulau Ibnu Amr antara sungai Tigris dan Eupraht.
Aliran salaf mempunyai beberapa karakteristik seperti yang dinyatakan oleh
Ibrahim Madzkur sebagai berikut:
5. Mereka lebih mendahulukan riwayat (naqli) daripada dirayah (aqli)
6. Dalam persoalan pokok-pokok agama dan persoalan cabang-cabang agama
hanya bertolak dari penjelasan al-Kitab dan as-Sunnah
7. Mereka mengimani Allah tanpa perenungan lebih lanjut (Dzat Allah) dan
tidak mempunyai faham anthropomorphisme (menyerupakan Allah dengan
makhluk)
8. Mengartikan ayat-ayat Al-Quran sesuai dengan makna lahirnya dan tidak
berupaya untuk mentakwilnya.

9
DAFTAR PUSTAKA

Neni, Pemikiran Ibnu Taimiyyah Tentang Talqi Al-Wafidain, (Pekanbaru: UIN


Suska Riau, 2011)
Qamaruddin Khan, Pemikiran Politik Ibnu Taimiyah, Ali bahasa Anas
M,(Bandung: Pustaka, 1983)
Qamaruddin Khan, The political Thought of Ibnu Taimiyah, terj. Anas Mahyuddin,
(Bandung : Pustaka,1983)
Syaikh Ahmad Farid, 60 Biografi Ulama Salaf, Terj Masturi Irham dan Assmu’I
Taman, (Jakarta: Pusstaka Al-Kautsar, 2006)
Syaikh Said Abdul Azhim, Ibnu Taimiyah Pembaharuan Salafi dan Dakwah
Reformasi, Terj, Faisal Saleh, (Jakarta: Pusstaka Al-Kautsar, 2005)

10

Anda mungkin juga menyukai