Anda di halaman 1dari 12

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian


4.1.1 Tingkat Pengetahuan Ibu Sebelum diberikan Edukasi Media
Audivisual Pertolongan Pertama Tersedak Pada Balita
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Ibu sebelum diberikan
Edukasi Media Audiovisal Pertolongan Pertama Tersedak Pada Balita

Tingkat Pengetahuan Frekuensi (n) Prosentase (%)


Baik 20 25,5%
Cukup 35 41,1%
Kurang 30 35,2%
Total 85 100,0%

Berdasarkan tabel 4.1 di atas dapat dijelaskan bahwa tingkat pengetahuan ibu
sebelum diberikan edukasi media audiovual pertolongan pertama tersedak pada
balita mayoritas memiliki pengetahuan cukup dengan jumlah 35 orang (41,1%).
Responden dengan pengetahuan kurang berjumlah 30 orang (35,2%) dan
responden dengan pengetahuan baik berjumlah 20 orang (25,5%).

4.1.2 Tingkat Pengetahuan Ibu Setelah diberikan Edukasi Media


Audivisual Pertolongan Pertama Tersedak Pada Balita
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Ibu setelah diberikan
Edukasi Media Audiovisal Pertolongan Pertama Tersedak Pada Balita

Tingkat Pengetahuan Frekuensi (n) Prosentase (%)


Baik 85 100,0%
Cukup 0 0,0%
Kurang 0 0,0%
Total 85 100,0%

34
35

Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa tingkat pengetahuan ibu setelah
diberikan edukasi media audiovisual pertolongan pertama tersedak pada balita
semua ibu memiliki pengetahuan baik.

4.1.3 Pengaruh Edukasi Media Audiviual Pertolongan Pertama Tersedak


Pada Balita Terhadap Pengetahuan Ibu di Posyandu Desa Gombong
Untuk menganalisis pengaruh edukasi media audiovisual pertolongan pertama
tersedak pada balita terhadap pengetahuan ibu di Posyandu Desa Gombong dalam
penelitian ini digunakan analisa bivariat dengan uji statistik Uji Wilcoxon.
Tabel 4.3 Analisa Bivariat Uji Wilcoxon
n Mean Median Modus SD Min Max Sum Z P-
value
Pre 85 8,36 8,00 10 3,109 1 14 711 -8.018 0,000
Test
Post 85 14,35 14,00 14 0,631 13 15 1220
Test

Berdasarkan tabel 4.3 menunjukkan bahwa rata-rata skor responden sebelum


diberikan edukasi sebanyak 8,36, sedangkan setelah dilakukan pelatihan
meningkat menjadi 14,35. Jadi dapat disimpulkan rata-rata skor responden
mengalami peningkatan sebesar 5,99, dan berdasarkan analisis statistik
menggunakan uji wilcoxon diperoleh p-value 0,000 < 0,05 yang dapat
disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima atau dapat dijelaskan bahwa ada
pengaruh edukasi media audioviusal pertolongan pertama tersedak pada balita
terhadap pengetahuan ibu di Posyandu Desa Gombong.
36

4.2 Pembahasan
4.2.1 Pengetahuan Ibu Sebelum Diberikan Edukasi Media Audiovisual
Pertolongan Pertama Tersedak Pada Balita
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan
pertolongan pertama tersedak pada balita sebelum diberikan edukasi melalui
media audiovisual pada ibu di Posyandu Desa Gombong mayoritas dalam kategori
cukup sebanyak 35 responden (41,1%). Hal ini terlihat dari hasil analisis
univariat pre-test diperoleh hasil bahwa dari 85 responden yang menjadi sampel
penelitian diperoleh tingkat pengetahuan pertolongan pertama tersedak pada balita
sebelum diberikan edukasi media audiovisual paling banyak dalam kategori cukup
sebanyak 35 responden, kategori kurang sebanyak 30 responden, dan kategori
baik sebanyak 20 responden.

Dari hasil jawaban kuesioner, diketahui bahwa item kuesioner yang mendapat
nilai paling sedikit adalah item pertanyaan mengenai tanda dan gejala tersedak
dan pertanyaan mengenai teknik pertolongan pertama tersedak. Setelah
diidentifikasi, mayoritas responden yang mendapat nilai pengetahuan kurang
belum pernah terpapar informasi mengenai gejala tersedak dan teknik pertolongan
pertama tersedak pada balita sehingga ketika diberikan pertanyaan mereka
menjawab dengan salah. Beberapa ibu yang mendapat nilai cukup mengatakan
pernah melihat atau mendengar tentang pertolongan pertama tersedak dari media
sosial, tetapi mereka hanya sekedar tahu dan belum mendapat edukasi lebih lanjut
mengenai pertolongan pertama tersedak pada balita sehingga ketika menjawab
kuesioner mereka masih bingung dengan jawaban yang harus diberikan.

Pengetahuan pertolongan pertama tersedak pada balita yang benar pada ibu di
Posyandu Desa Gombong sebelum diberikan edukasi media audiovisual secara
umum masih kurang. Pengetahuan seseorang dapat dibagi menjadi tiga yaitu
baik, cukup dan kurang. Seseorang dikatakan memiliki pengetahuan yang baik
apabila seseorang yang menjadi obyek penelitian dapat menjawab 76-100% dari
seluruh pertanyaan. Dikatakan cukup apabila seseorang dapat menjawab dengan
benar 56-75% dari seluruh pertanyaan dan dikatakan memiliki pengetahuan
37

kurang apabila menjawab dengan benar <56% dari seluruh pertanyaan (Wawan &
Dewi, 2010). Dewi (2019) berpendapat mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi pengetahuan, salah satunya adalah informasi dan media massa.
Informasi yang diperoleh dari pendidikan formal maupun non formal akan
memberikan dampak dalam jangka pendek yang menciptakan perubahan atau
peningkatan terhadap pengetahuan seseorang.

Saelan et al., (2023) mengatakan dalam penelitiannya mengenai pengetahuan ibu


sebelum diberikan edukasi kesehatan tentang penanganan tersedak, dapat
diketahui bahwa dari 33 responden didapatkan mayoritas responden yaitu
sebanyak 30 (90,9%) responden memiliki pengetahuan kurang, dan 3 (9,1%)
responden memiliki pengetahuan cukup. Kurangnya informasi yang didapat atau
pengalaman akan mempengaruhi pengetahuan seseorang dalam menangani
keadaan yang terjadi khususnya pada responden yang memiliki tingkat
pengetahuan kurang.

Prasetyo & Kusnanto (2022) dalam penelitiannya mengatakan mengenai tingkat


pengetahuan siswa kelas xi tentang pertolongan pertama pada kecelakaan,
didapatkan hasil dari total 60 responden mayoritas yaitu 47 (78,3%) memiliki
pengetahuan cukup, sebanyak 9 (15%) responden memiliki pengetahuan kurang
dan sebanyak 4 (6,7%) responden memiliki pengetahuan baik. Empat orang
dengan pengetahuan baik diketahui pernah mengikuti kegiatan edukasi tentang
pertolongan pertama dan mereka merupakan anggota Palang Merah Remaja
(PMR) di sekolahnya. Informasi yang didapatkan oleh para siswa mempengaruhi
pengetahuan mereka tentang pertolongan pertama kecelakaan, hal ini dapat dilihat
dari 47 (78,3%) responden yang mendapat nilai cukup sudah pernah membaca
dari berbagai media tetapi belum memahami dengan baik tentang pertolongan
pertama, dan sebanyak 9 orang (15%) yang memiliki pengetahuan kurang
dikarenakan responden belum pernah membaca atau memahami tentang
pertolongan pertama dan belum pernah mendapat edukasi mengenai pertolongan
pertama.
38

Dewiyanti et al., (2023) mengatakan dalam penelitiannya yang berjudul pengaruh


edukasi berbasis video terhadap pengetahuan balut bidai pertolongan pertama
fraktur tulang pada masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Polongbangkeng
Selatan, didapatkan hasil dari 20 responden mayoritas yaitu 15 responden (75,0%)
memiliki pengetahuan kurang dan sebanyak 5 responden (25,0%) memiliki
pengetahuan baik. Dewiyanti et al., mengatakan bahwa sebelum diberikan
edukasi balut bidai pengetahuan responden masih dalam kategori kurang.
Responden yang berpengetahuan baik sebanyak 5 responden, hal ini dikarenakan
mereka telah terpapar informasi mengenai balut bidai sebelumnya. Sedangkan 15
responden yang mendapat nilai pengetahuan kurang belum pernah mendapat
edukasi ataupun terpapar informasi mengenai balut bidai.

Peneliti berpendapat bahwa rendahnya pengetahuan ibu mengenai pertolongan


pertama tersedak pada balita dikarenakan kurangnya paparan informasi yang
didapat oleh responden yang merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
pengetahuan. Informasi ini bisa didapatkan dari edukasi formal ataupun non
formal. Peneliti menganalisis bahwa mayoritas tingkat pengetahuan kurang yang
dimiliki responden didapatkan dari ketidaktahuan responden tentang pertolongan
pertama tersedak dikarenakan tidak pernah mendengar informasi yang ada di
kuesioner sebelumnya. Berdasarkan kuesioner penelitian ini, poin soal yang
memiliki jawaban salah terbanyak ada pada pertanyaan mengenai gejala tersedak
pada anak. Responden tidak yakin untuk menjawab dengan benar karena mereka
masih tidak yakin dengan gejala apa saja yang bisa muncul pada anak yang
mengalami tersedak.

4.2.2 Pengetahuan Ibu Sesudah Diberikan Edukasi Media Audiovisual


Pertolongan Pertama Tersedak Pada Balita
Hasil penelitian dari 85 responden setelah diberikan edukasi media audiovisual
pertolongan pertama tersedak pada balita menunjukkan semua responden
memiliki pengetahuan baik sebanyak 85 responden (100%). Terlihat bahwa
terjadi peningkatan pengetahuan yang semula mayoritas adalah pengetahuan
kurang menjadi pengetahuan baik. Sebagian responden yang tadinya tidak tahu
39

mengenai definisi tersedak, gejala yang mungkin timbul, dan teknik pertolongan
pertama tersedak menjadi tahu informasinya dengan tepat. Responden juga
menjadi tahu manfaat dari teknik pertolongan pertama tersedak pada balita seperti
tepukan punggung, hentakan dada dan hentakan perut.

Hasil analisis kuesioner didapatkan terjadi peningkatan skor terendah sebelum dan
sesudah edukasi yaitu skor 1 menjadi skor 14. Didapatkan hasil bahwa setelah
diberikan edukasi, skor yang semula tergolong ke pengetahuan kurang mengalami
peningkatan menjadi pengetahuan baik. Berdasarkan perbandingan tingkat
pengetahuan pretest dan posttest, terdapat 10 responden yang mengalami
peningkatan yang signifikan. Responden yang sebelumnya memiliki pengetahuan
kurang dengan nilai di bawah 5 poin menjadi baik dengan nilai di atas 14 poin
setelah diberikan edukasi. Setelah ditelusuri, penyebab peningkatan pengetahuan
yang signifikan tersebut salah satunya adalah kemampuan responden untuk
berkonsentrasi pada materi pembelajaran. Dewi (2019) berpendapat bahwa salah
satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah lingkungan. Dengan situasi
yang kondusif, informasi yang disampaikan peneliti menjadi lebih mudah
dipahami oleh responden sehingga pengetahuan responden tentang pertolongan
pertama tersedak pada balita menjadi meningkat.

Penyebab lain peningkatan yang signifikan pada pengetahuan responden adalah


media audiovisual yang digunakan dalam edukasi. Simamora & Saragih (2019)
mengatakan bahwa dalam edukasi kesehatan, media audiovisual adalah media
yang baik digunakan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat. Menurut Al
Hakim et al., (2021), media yang baik dan sesuai dengan perkembangan teknologi
dapat menjadikan proses pembelajaran menjadi menarik dan diminati oleh peserta
didik. Salah satu media pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan
teknologi saat ini adalah media audiovisual (Al Hakim et al., 2021).

Menurut Ulumy et al., (2022) upaya peningkatan kesehatan dan pencegahan


penyakit adalah dengan cara memberikan edukasi kesehatan. Edukasi
direncanakan untuk memberi peluang bagi manusia untuk belajar memperbaiki
40

kesadaran serta meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya. Saelan et al.,


(2023) mengatakan dalam penelitiannya tentang tingkat pengetahuan ibu setelah
diberikan edukasi kesehatan teknik heimlich manuver, diketahui bahwa dari 33
responden didapatkan mayoritas responden yaitu 25 responden (75,8%) memiliki
tingkat pengetahuan baik, sebanyak 7 responden (21,2%) memiliki pengetahuan
cukup dan 1 responden (3,0%) memiliki pengetahuan kurang setelah diberikan
edukasi teknik heimlich manuver. Setelah diberikan edukasi, pengetahuan
responden meningkat secara signifikan.

Afdal et al., (2021) mengatakan dalam penelitiannya tentang pengetahuan


pertolongan pertama pada korban tenggelam di Desa Langara Tanjung Batu
Kecamatan Wawonii Barat Kabupaten Konawe Kepulauan didapatkan hasil
posttest dari 31 responden, mayoritas yaitu 15 responden (48,3%) mendapat nilai
baik, 14 responden (45,1%) mendapat nilai cukup dan sebanyak 2 responden
(6,4%) mendapat nilai kurang. Afdal et al., mengatakan bahwa usia dan tingkat
pendidikan responden akan mempengaruhi seseorang dalam mengolah informasi
dan menjelaskan informasi yang diterimanya. Hal ini sesuai dengan pendapat
Notoatmodjo (2014) yang menunjukkan bahwa usia, pendidikan, informasi dan
minat seseorang dapat mempengaruhi pengetahuan.

Patimah (2019) mengatakan dalam penelitiannya mengenai pengetahuan


pertolongan pertama korban tenggelam masyarakat di kota Jayapura setelah
edukasi, didapatkan hasil dari total 18 responden mayoritas yaitu 16 responden
(88,9%) memiliki tingkat pengetahuan baik dan jumlah terendah sebanyak 2
responden (11,1%) memiliki pengetahuan cukup. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa masyarakat RT 002/RW 005 hanya 3 orang yang pernah terpapar informasi
tentang pertolongan pertama korban tenggelam dari 18 responden yang asal
informasinya didapatkan dari tenaga kesehatan dan teman/kerabat.

Peneliti berpendapat bahwa peningkatan yang signifikan terjadi pada pengetahuan


responden yang semula mayoritas berpengetahuan kurang menjadi baik
dikarenakan sudah tersampaikannya informasi dengan efektif. Peneliti
41

berpendapat bahwa penyampaian informasi dengan media audiovisual lebih


efektif karena responden dapat memahami informasi yang diberikan dengan lebih
mudah karena media audiovisual menampilkan gaya bahasa yang auditif dan
visual. Selain media, keberhasilan edukasi ini disebabkan oleh kondisi lingkungan
yang sebagian besar kondusif sehingga responden dapat berkonsentrasi dengan
baik saat diberikan edukasi. Selain itu, faktor pendidikan yang mempengaruhi
pengetahuan juga berperan penting dalam tersampaikannya informasi dengan baik
kepada responden.

4.2.3 Pengaruh Edukasi Media Audiovisual Pertolongan Pertama Tersedak


Pada Anak Terhadap Pengetahuan Ibu di Posyandu Desa Gombong
Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh edukasi media audiovisual
pertolongan pertama tersedak pada balita terhadap pengetahuan ibu di Posyandu
Desa Gombong. Hasil penelitian dari 85 responden menunjukkan rata-rata skor
responden sebelum diberikan edukasi sebesar 8,36, sedangkan setelah diberikan
edukasi meningkat menjadi 14,35. Jadi dapat disimpulkan rata-rata skor
responden mengalami peningkatan sebesar 5,99. Hasil uji Wilcoxon diperoleh p-
value 0,000 yang lebih kecil dari nilai alpha 0,05 yang berarti Ho ditolak dan Ha
diterima atau dapat diartikan bahwa ada pengaruh edukasi media audiovisual
pertolongan pertama tersedak pada balita terhadap pengetahuan ibu di Posyandu
Desa Gombong.

Edukasi merupakan salah satu bentuk pendidikan dalam bidang kesehatan.


Edukasi pada dasarnya adalah sebuah kegiatan yang dilakukan untuk
menyampaikan informasi kepada masyarakat dengan tujuan untuk meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat (Amar et al., 2020). Pada saat melakukan edukasi
diperlukan media yang tepat agar pesan dapat tersampaikan dengan baik, salah
satunya adalah media audiovisual. Audiovisual adalah salah satu media yang bisa
digunakan untuk menyampaikan informasi dalam edukasi kesehatan. Media
audiovisual dianggap sebagai media yang baik untuk digunakan dalam edukasi,
karena media audiovisual lebih mudah dipahami, menampilkan video dan audio
sehingga lebih menyenangkan ketika belajar dan tidak hanya membaca sebuah
42

tulisan (Sumiharsono & Hasanah, 2017). Media audiovisual adalah jenis media
yang mengandung unsur suara dan gambar seeperti rekaman video, film, slide
suara dan lain sebagainya. Kemampuan media ini dianggap lebih baik dan lebih
menarik, karena mengandung kedua jenis media yaitu audio dan visual dan tidak
sepenuhnya bergantung pada penafsiran kata-kata atau tanda serupa (Arsyad,
2011).

Sari et al., (2021) dalam penelitiannya yang berjudul pengaruh pemberian video
animasi dan simulasi terhadap praktik penanganan tersedak pada balita di
Posyandu Dusun Pandeyan, didapatkan hasil uji Wilcoxon dengan p-value 0,000
sehingga Ho dalam penelitian tersebut ditolak yang berarti ada pengaruh
pemberian video animasi dan simulasi terhadap praktik penanganan tersedak pada
balita. Menurut Sari et al., responden cenderung tertarik dengan materi yang
diberikan peneliti menggunakan video animasi dengan isi yang menarik, sehingga
pengetahuan responden menjadi lebih baik setelah edukasi. Peningkatan
pengetahuan responden dapat dilihat dari hasil perbandingan antara nilai pretest
dan posttest.

Dalam penelitian Nurlaila et al., (2021) dengan judul peningkatan kemampuan


masyarakat dalam pola asuh aman dan pertolongan pertama kasus
kegawatdaruratan pada anak, didapatkan peningkatan rata-rata tingkat
pengetahuan pada responden. Peningkatan dari rata-rata nilai pretest 35,65
menjadi rata-rata nilai posttest 70,00 setelah diberikan edukasi menggunakan
media video pertolongan pertama kasus kegawatdaruratan pada anak. Nurlaila et
al., mengatakan bahwa media audiovisual dapat menunjukkan secara jelas pada
responden mengenai pertolongan ketika anak mengalami cedera. Video
pembelajaran memiliki dua jenis media yaitu audio (mendengar) dan visual
(melihat) yang berarti dapat membantu responden mempelajari tulisan, gambar
dan suara mengenai pertolongan pertama kasus cedera pada anak. Adanya video
ini juga dapat digunakan oleh kader untuk mengedukasi masyarakat mengenai
keterampilan pertolongan pertama kasus cedera pada anak (Nurlaila et al., 2021).
43

Romadoni et al., (2023) dalam penelitiannya yang berjudul video edukasi tentang
pertolongan pertama pada fraktur ekstremitas terhadap pengetahuan siswa palang
merah remaja, didapatkan bahwa nilai p-value 0,001 sehingga Ho dalam
penelitian ini ditolak yang berarti ada pengaruh video edukasi terhadap
pengetahuan siswa PMR tentang pertolongan pertama fraktur ekstremitas.
Romadoni et al., mengatakan bahwa pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi
melalui pendidikan, pengalaman, hubungan sosial ataupun informasi melalui
paparan media seperti media video. Romadoni et al., berpendapat bahwa
peningkatan pengetahuan siswa didorong oleh penyampaian informasi melalui
video edukasi, karena media audiovisual (video) dapat memberikan informasi
lebih maksimal karena memberikan gambaran nyata sehingga mudah untuk
diingat dan dapat berpengaruh besar terhadap peningkatan pengetahuan
responden.

Hasil penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh edukasi media audiovisual


pertolongan pertama tersedak pada balita terhadap pengetahuan ibu. Peneliti
berpendapat bahwa penggunaan media audiovisual dalam sebuah edukasi sangat
efektif. Media audiovisual adalah sebuah media yang menarik, dengan gambar
bergerak dan suara di dalamnya sehingga lebih mudah bagi responden untuk
menerima informasi yang diberikan. Penggunaan media audiovisual dalam
sebuah edukasi memungkinkan responden untuk mengingat materi dengan lebih
mudah, karena dapat menunjukkan secara jelas materi yang akan diberikan kepada
responden.

4.3 Keterbatasan Penelitian


Dalam penelitian yang dilakukan oleh peneliti tentunya ada keterbatasan
penelitian antara lain sebagai berikut:
4.3.1 Video yang diputar terlalu cepat, sehingga isi video tidak tersampaikan
dengan baik.
44

BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisa data dari hasil penelitian, maka dapat disimpulkan sebagai
berikut:
5.1.1 Tingkat pengetahuan responden sebelum diberikan edukasi media
audiovisual mayoritas memiliki tingkat pengetahuan cukup yaitu 35 responden
(41,1%).
5.1.2 Tingkat pengetahuan responden setelah diberikan edukasi media
audiovisual secara total memiliki tingkat pengetahuan baik yaitu 100 responden
(100%).
5.1.3 Terdapat pengaruh edukasi media audiovisual pertolongan pertama
tersedak pada balita terhadap pengetahuan ibu ditandai dengan terjadinya
peningkatan pengetahuan sebelum dan setelah diberikan edukasi dengan hasil p-
value 0,000.

5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang terangkum pada kesimpulan,
maka dapat disimpulkan beberapa saran sebagai berikut:
5.2.1 Saran Aplikatif
Diharapkan setelah penelitian ini, ibu dapat mengaplikasikan pengetahuan
pertolongan pertama tersedak pada balita yang telah didapat selama edukasi
apabila ibu menemui kejadian tersedak pada balita.

5.2.2 Saran Keilmuan


Hasil dari penelitian ini dapat menjadi wacana atau salah satu sumber referensi
mata kuliah tentang cara melakukan edukasi pertolongan pertama tersedak yang
dilakukan langsung pada masyarakat dalam rangka meningkatkan pengetahuan
masyarakat. Selain itu peneliti berharap agar mahasiswa dapat melakukan edukasi
dengan media audiovisual, karena dalam penelitian ini terbukti bahwa media

44
45

audiovisual dapat menyampaikan informasi dengan efektid kepada responden


sehingga pengetahuan responden menjadi lebih baik.

5.2.3 Saran Metodologi


Bagi peneliti selanjutnya yang melakukan penelitian serupa diharapkan lebih
memperhatikan keadaan lingkungan tempat penelitian dilaksanakan. Usahakan
agar tempat penelitian tersebut luas dan kondusif sehingga informasi yang
diberikan kepada responden dapat tersampaikan dengan baik dan efektif. Hal ini
bisa dilakukan dengan memilih tempat yang lebih luas seperti balaidesa atau
gedung serbaguna dan peneliti dapat menetapkan aturan untuk tidak membawa
anak ke tempat penelitian sehingga proses penyampaian informasi dapat
dilakukan dengan kondusif dan maksimal. Selain itu materi yang digunakan
dalam edukasi bisa dijelaskan dengan lebih lambat sehingga responden dapat
menyerap informasi yang diberikan dengan lebih efektif.

Anda mungkin juga menyukai